KAJIAN INOVASI PERENCANAAN DALAM PEMBIAYAAN PENATAAN KAWASAN KUMUH DI KOTA BANDUNG DESAIN RISET DAN INSTRUMEN SURVEY APRIL 2018
|
|
- Siska Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN INOVASI PERENCANAAN DALAM PEMBIAYAAN PENATAAN KAWASAN KUMUH DI KOTA BANDUNG DESAIN RISET DAN INSTRUMEN SURVEY APRIL 2018
2 Agenda Diskusi 1. Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Sasaran Ruang Lingkup Kegiatan 2. Studi Pustaka 3. Metodologi dan Output 2
3 Upaya penataan wilayah kumuh di Kota Bandung perlu dibarengi dengan perencanaan dan pengelolaan pembiayaan yang efektif agar tidak membebani anggaran daerah Pertumbuhan penduduk di perkotaan seperti Kota Bandung yang relatif semakin cepat memerlukan penyediaan fasilitas perkotaan yang lebih besar Sustainable Development Goals menargetkan penyelesaian masalah kumuh perkotaan dengan target 100% sanitasi 0% kumuh 100% pelayanan air Peremajaan kota dapat dijadikan salah satu solusi penataan wilayah kota dan pengentasan kawasan kumuh di Kota Bandung Dibutuhkan biaya yang cukup besar dalam upaya penataan kawasankumuh sehingga perlu dirancang perencanaan pembiayaan yang inovatif agar implementasi nya dapat terlaksana tanpa terlalu membebani anggaran daerah (APBD) 3
4 Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada kajian ini berkaitan dengan kondisi kawasan kumuh, opsi penataan kawasan kumuh beserta opsi pembiayaannya Bagaimana tipologi kawasan kumuh di Kota Bandung dan bagaimana peta permasalahan (snapshot) penataan kawasan kumuh di Kota Bandung? Bagaimana bentuk-bentuk inovasi yang dapat menjadi opsi dalam konsep penataan kawasan kumuh di Kota Bandung? Bagaimana opsi skema pembiayaan alternatif (nonkonvensional) yang dapat diimplementasikan dalam penataan kawasan kumuh di Kota Bandung? 4
5 Adapun maksud dan tujuan serta sasaran dari kajian ini adalah... MAKSUD Melakukan kajian yang memiliki potensi untuk mengurangi titik kekumuhan di Kota Bandung TUJUAN Membantu pemerintah Kota Bandung dalam melakukan penataan kawasan kumuh (urban renewal) melalui inovasi pembiayaan secara non konvensional. SASARAN Tersedianya dokumen Kajian yang berisi rekomendasi inovasi pembiayaan dalam melakukan penataan kawasan kumuh (urban renewal) di Kota Bandung 5
6 Sedangkan ruang lingkup kegiatan yang membatasi kajian ini adalah.. Penyusunan Rancangan Penelitian/ Kelitbangan (Desain Riset dan Instrumen Survei) Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Forum Diskusi/Seminar Pelaporan Akhir 6
7 Agenda Diskusi 1. Pendahuluan 2. Studi Pustaka Sustainable Development Goals Overview Penataan Kawasan Kumuh di Kota Bandung Studi Kasus: Inovasi Perencanaan dalam Pembiayaan Penataan Kawasan Kumuh 3. Metodologi dan Output 7
8 Penataan kawasan kumuh memiliki kaitan erat dengan Sustainable Development Goals yang dicanangkan oleh PBB Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dengan jangka waktu yang telah ditentukan oleh PBB (sampai tahun 2030) sebagai agenda dunia untuk pembangunan kemaslahatan umat manusia. NOTE! Tujuan nomor 6, 9 dan 11 berkaitan langsung dengan penataan kawasan kumuh Sumber : Sustainable Development Goals United Nations 8
9 Sebagai tindak lanjut terhadap pencapaian SDGs di Indonesia, Presiden mengeluarkan Perpres No. 59 tahun 2017 Dalam Lampiran Perpres No. 59 tahun 2017 sudah tercantum sasaran untuk penataan kawasan kumuh yang salah satu instansi pelaksananya adalah Pemerintah Kota Sumber : Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 9
10 3 74% Bangunan hunian memiliki luas lantai 7,2 m2 per orang Gambaran Umum Profil Kawasan Kumuh di Kota Bandung A Kota Kota Bandung B Kelurahan 151 C Kecamatan 30 D Sk Lokasi Kumuh 2911 RT E Luas Pemukiman SK 1843 Ha Kumuh No KRITERIA / INDIKATOR A FISIK Keteraturan Bangunan Kepadatan Bangunan Kelayakan Fisik Bangunan Aksesibilitas Lingkungan Profil Kawasan Kumuh Kota Bandung PARAMETER 51% Bangunan hunian memiliki keteraturan Kawasan permukiman memiliki Kepadatan Rendah ( unit/ha) 74% Bangunan hunian memiliki luas lantai 7,2 m2 per orang 88% 57% 51% Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Lantai, Dinding sesuai persyaratan teknis Kawasan permukiman terlayani jaringan jalan lingkungan yang minimum memadai Kondisi jaringan jalan pada kawasan permukiman memiliki kualitas minimum memadai 85% Kawasan permukiman tidak terjadi genangan air/banjir Drainase 5 Lingkungan Kondisi jaringan drainase di lokasi permukiman memiliki kualitas minimum Dari 151 kelurahan 71% memadai yang termasuk ke dalam SK Kumuh sebanyak 121 Kelurahan Masyarakat terlayani Sarana Air Minum untuk minum, mandi, dan cuci 75% Pelayanan Air (perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak) 6 sebagai Minum/Baku pencegahan. Masyarakat terpenuhi kebutuhan Terdapat air minum, mandi, 15 cuci Kelurahan (minimal yang menjadi kawasan prioritas. 79% 60liter/org/hari) Sumber: Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota Bandung Masyarakat memiliki akses jamban keluarga / jamban bersama (5 92% KK/jamban) B 1 9 Bangunan Kelayakan Fisik Bangunan Aksesibilitas Lingkungan Drainase Lingkungan Pelayanan Air Minum/Baku Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Persampahan Pengamanan Bahaya Kebakaran NON FISIK Legalitas pendirian bangunan Kawasan permukiman memiliki Kepadatan Rendah ( unit/ha) 88% 57% 51% Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Lantai, Dinding sesuai persyaratan teknis Kawasan permukiman terlayani jaringan jalan lingkungan yang minimum memadai Kondisi jaringan jalan pada kawasan permukiman memiliki kualitas minimum memadai 85% Kawasan permukiman tidak terjadi genangan air/banjir 71% 75% 79% 92% 52% 43% 83% Kondisi jaringan drainase di lokasi permukiman memiliki kualitas minimum memadai Masyarakat terlayani Sarana Air Minum untuk minum, mandi, dan cuci (perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang layak) Masyarakat terpenuhi kebutuhan air minum, mandi, cuci (minimal 60liter/org/hari) Masyarakat memiliki akses jamban keluarga / jamban bersama (5 KK/jamban) Jamban keluarga/jamban bersama sesuai persyaratan teknis (memiliki kloset leher angsa yang terhubung dengan septic-tank) Saluran pembuangan air limbah rumah tangga terpisah dengan saluran drainase lingkungan Sampah domestik rumah tangga di kawasan permukiman terangkut ke TPS/TPA 2 kali seminggu 8% Kawasan permukiman memiliki prasarana/sarana Proteksi Kebakaran 46% Bangunan hunian memiliki IMB 83% Lahan bangunan hunian memiliki SHM/HGB/Surat ditetapkan dalam SK terdapat kawasan kumuh, sedangkan sisanya 30 kelurahan 10
11 No Sari Sari Terdapat 15 Kawasan Prioritas Permukiman Kumuh Perkotaan di 3 Babakan 37,27 Babakan Surabaya Surabaya Kota Bandung Lokasi kumuh Berdasarkan SK Walikota Bandung Lokasi Luasan (Ha) Lokasi Kumuh Berdasarkan Hasil Loksus RP2KPKP 2016 Lokasi Luasan (Ha) Kategori Kumuh Ringan Sedang Berat Tipologi 1 Pasir Impun 30,95 Pasir Impun 30,95 Persawahan 2 Babakan Sari 3 Babakan Surabaya 45,69 Babakan Sari 37,27 Babakan Surabaya 45,69 Jasa Dan 37,27 Jasa Dan 4 Sukapura 21,09 Sukapura 21,09 Jasa dan perdagangan 5 Antapani Wetan 10,98 Antapani Wetan 10,98 Jasa dan 6 Sekejati 8,11 Sekejati 8,11 Jasa dan 7 Binong 24,07 Binong 24,07 Jasa dan 8 Sukagalih 7,88 Sukagalih 7,88 Jasa dan 9 Cibaduyut Wetan 9,69 Cibaduyut Wetan 9,69 Industri sedang dan besar 1 Pasir Impun 30,95 Pasir Impun 30,95 Persawahan 2 Babakan 45,69 Babakan 45,69 Jasa Dan 37,27 Jasa Dan 4 Sukapura 21,09 Sukapura 21,09 Jasa dan perdagangan 5 Antapani Wetan 15 Kawasan Prioritas Penataan 10,98 Antapani Wetan 10,98 Jasa dan 6 Sekejati 8,11 Sekejati 8,11 Jasa dan Lokasi kumuh Lokasi Kumuh Kategori Kumuh No 7 Binong Berdasarkan 24,07 SK Binong Berdasarkan Hasil Tipologi 24,07 Jasa dan Walikota Bandung Loksus RP2KPKP Sukagalih Lokasi Luasan 7,88 Sukagalih Lokasi Luasan 7,88 Ringan Sedang Berat Jasa dan (Ha) (Ha) 91 Cibaduyut Pasir Impun 30,95 9,69 Cibaduyut Pasir Impun 30,95 9,69 Industri Persawahan 2 Wetan Babakan 45,69 Wetan Babakan 45,69 sedang Jasa Dan dan besar Sari Sari 10 Cibaduyut 15,84 Cibaduyut 15,84 Kerajinan dan 3 Babakan 37,27 Babakan 37,27 Jasa Dan Industri kecil Surabaya Surabaya 11 Sukahaji 36,07 Sukahaji 36,07 Jasa dan 4 Sukapura 21,09 Sukapura 21,09 Jasa dan perdagangan 12 Babakan 13,45 Babakan 13,45 Jasa dan 5 Antapani 10,98 Antapani 10,98 Jasa dan Ciparay Ciparay Wetan Wetan 13 Cirangrang 8,53 Cirangrang 8,53 Jasa dan 6 Sekejati 8,11 Sekejati 8,11 Jasa dan 14 Babakan 31,85 Babakan 31,85 Jasa dan 7 Binong 24,07 Binong 24,07 Jasa dan 15 Warung 35,19 Warung 35,19 Industri 8 Muncang Sukagalih 7,88 Muncang Sukagalih 7,88 sedang Jasa dan dan besar 9 Cibaduyut Wetan 9,69 Cibaduyut Wetan 9,69 Industri sedang dan besar Berdasarkan skala prioritas, dan ketersediaan sumber daya untuk pelaksanaan survey 10 Cibaduyut 15,84 Cibaduyut 15,84 Kerajinan dan 10 Cibaduyut 15,84 Cibaduyut 15,84 Kerajinan dan (opsional) maka kajian diusulkan untuk difokuskan utamanya pada pengembangan Industri kecil Industri kecil skema pembiayaan non konvensional untuk ke-15 Kawasan Prioritas. 11 Sukahaji 36,07 Sukahaji 36,07 Jasa dan 11 Sukahaji 36,07 Sukahaji 36,07 Jasa dan Sumber: Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota Bandung 12 Babakan 13,45 Babakan 13,45 Jasa dan 12 Babakan 13,45 Babakan 13,45 Jasa dan Ciparay Ciparay Ciparay Ciparay 11
12 Terdapat 4 model atau pendekatan yang dikenal dalam penataan kawasan kumuh di Indonesia 1. Land Sharing 2. Land Consolidation 3. Resettlement 4. Kampung Improvement 12
13 1. Land Sharing Penataan ulang di atas tanah/lahan dengan tingkat kepemilikan masyarakat cukup tinggi. Dalam penataan kembali tersebut, masyarakat akan mendapatkan kembali lahannya dengan luasan yang sama sebagaimana yang selama ini dimiliki/dihuni secara sah, dengan memperhitungkan 6 kebutuhan untuk prasarana umum (jalan, saluran dll). Beberapa prasyarat untuk penanganan ini antara lain: Tingkat pemilikan/penghunian secara sah (mempunyai bukti pemilikan/penguasaan atas lahan yang ditempatinya) cukup tinggi dengan luasan yang terbatas. Tingkat kekumuhan tinggi dengan kesediaan lahan yang memadai untuk menempatkan prasarana dan sarana dasar. Tata letak permukiman tidak terpola 13
14 2. Land Consolidation Model ini juga menerapkan penataan ulang di atas tanah yang selama ini telah dihuni. Beberapa prasyarat untuk penanganan dengan model ini antara lain: Tingkat penguasaan lahan secara tidak sah (tidak memiliki bukti primer pemilikan/penghunian) oleh masyarakat cukup tinggi. Tata letak permukiman tidak/kurang berpola, dengan pemanfaatan yang beragam (tidak terbatas pada hunian). Berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan fungsional yang lebih strategis dari sekedar hunian. Melalui penataan ulang dimungkinkan adanya penggunaan campuran (mix used) hunian dengan penggunaan fungsional 14
15 3. Resettlement Pemindahan penduduk pada suatu kawasan yang khusus disediakan, yang biasanya memakan waktu dan biaya sosial yang cukup besar, termasuk kemungkinan tumbuhnya kerusuhan atau keresahan masyarakat. Pemindahan ini apabila permukiman berada pada kawasan fungsional yang akan/perlu direvitalisasikan sehingga memberikan nilai ekonomi bagi Pemerintah Kota/Kabupaten. 15
16 4. Kampung Improvement Program Kampung kota adalah suatu bentuk pemukiman di wilayah perkotaan yang khas Indonesia dengan ciri antara lain: penduduk masih membawa sifat dan prilaku kehidupan pedesaan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat, kondisi fisik bangunan dan lingkungan kurang baik dan tidak beraturan, kerapatan bangunan dan penduduk tinggi, sarana pelayanan dasar serba kurang, seperti air bersih, saluran air limbah dan air hujan, pembuangan sampah dan lainnya (Heryati, 2008). Implementasi KIP di Surabaya Penjaminan terhadap kepemilikan hunian pada kampung yang sudah tertata memberikan dampak yang signifikan kepada peningkatan kualitas sosial dari kampung tersebut. Hal ini terjadi karena hilangnya kekhawatiran akan penggusuran, sehingga mendorong penduduk kampung perkotaan untuk berinvestasi pada daerah tinggalnya, yang pada akhirnya meingkatkan taraf hidup masyarakat kampung tersebut secara keseluruhan. (Luke Miller, 2004) 16
17 Maksud Inovasi dalam Kajian Perencanaan dalam Pembiayaan Penataan Kawasan Kumuh Inovasi dalam kajian ini tidak diartikan kedalam penciptaan suatu model yang baru dalam perencanaan maupun pembiayaan kawasan kumuh namun lebih kepada upaya implementasi dari model atau pendekatan pembiayaan penataan kawasan kumuh yang sebelumnya telah ada namun belum pernah atau dapat diimplementasikan di Kota Bandung. sesuai dengan UU 18/2002 tentang Sisnas Litbangrap Iptek: Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan iptek yang telah ada ke dalam suatu produk atau proses produksi 17
18 CONTOH STUDI KASUS URBAN RENEWAL DI INDIA Jawaharlal Nehru National Urban Renewal Mission (JNNURM) 18
19 JNNURM diinisiasi oleh Pemerintah India untuk meningkatkan kualitas hidup dan infrastruktur di beberapa kota di India JNNURM diisinisasi tahun 2005 dengan misi besar yaitu menciptakan Kota-kota yang produktif, efisien, adil dan responsif melaui perbaikan infrastruktur sosial & ekonomi SUB-MISSIONS 1 Infrastruktur dan Pengelolaan Kota (dibawah Kementerian Pengembangan Kota) : fokus di suplai air dan sanitasi, pengelolaan limbah, jaringan jalan, transportasi kota dan redevelopment area kota yang sudah tua Basic Services to the Urban Poor 2 (BSUP) (dibawah Kementerian Perumahan dan Pengurangan Kemiskinan Perkotaan) : fokus pada pengembangan terintegrasi untuk desa-desa OBJECTIVES a. Menciptakan kota-kota yang efisien dan berkemampuan mandiri di setiap sektor yang berkaitan dengan infrastruktur dengan memperkuat hubungan antara penciptaan aset dan pengelolaan aset b. Memastikan investasi yang cukup untuk memenuhi defisiensi di pelayanan infrastruktur perkotaan c. Pengembangan terencana kota-kota yang termasuk daerah pinggiran kota, daerah dengan pertumbuhan di bawah rata-rata, dearah koridor perkotaan sehingga urbanisasi berlangsung secara merata d. Meningkatkan fasilitas sipil dan penyediaan utilitas yang inklusif bagi warga miskin kota e. Menyelesaikan program-program urban renewal seperti redevelopment kota-kota tua sampai pengurangan kemacetan f. Penyediaan pelayanan dasar untuk warga miskin kota seperti jaminan sosial, suplai air dan sanitasi dan pelayanan lain seperti pendidikan & kesehatan Sumber : JNNURM Directorate 19
20 Mekanisme pendanaan JNNURM dilakukan dengan berbagai skema yang disalurkan dan dikelola melalui Lembaga Negara Bagian Pemerintah Pusat Pemerintah Negara Bagian SKEMA PENDANAAN Dana Hibah Rencana proyek Lembaga Negara Bagian Soft loan Current JNNURM Projects : Jaringan jalan Saluran dan suplai air Sistem bus angkutan cepat Institusi Keuangan Loan Pemerintah Kota Manajemen limbah padat Kemitraan (dalam bentuk PPP) Pihak Swasta Peningkatan sungai dan danau Rehabilitasi desa 20
21 Berdasarkan panduan JNNURM, hanya beberapa kota dengan kualifikasi tertentu yang terpilih untuk implementasi proyek dengan persentase pembiayaan yang berbeda Kategori Kota Pusat Dana Hibah Negara Bagian Pinjaman dari Institusi Keuangan Kota dengan populasi lebih dari 4 juta 35% 15% 50% Kota dengan populasi antara 1 juta sampai 4 juta 50% 20% 30% Kota yang berada di Negara Bagian Timur Laut dan Jammu & Kashmir 90% 10% - Kota-kota yang tidak disebutkan di atas 80% 10% 10% Sumber : JNNURM Guidelines 21
22 CONTOH STUDI KASUS URBAN RENEWAL PUSAT KOTA KWUN TONG - HONG KONG 22
23 Urban Renewal (UR) di Pusat Kota Kwun Tong diinisasi karena bangunan yang sudah obsolete dan lingkungan yang sudah tidak kondusif Kondisi Eksisting Bangunan Pusat Kota Kwun Tong dibangun tahun 1960an dan sudah tidak dapat mengakomodasi kegiatan masyarakat pusat kota Pemugaran dan maintenance gedung menjadi sangat mahal dan tidak efisien karena rancangan gedung yang sudah tua Ketidakpuasan penduduk karena terdapat isu kebersihan, sanitasi serta keamanan dan keselamatan Keadaan lalu lintas tidak memenuhi standar sebagai area pusat kota Proyek 23 redevelopment terbesar di Hong Kong yang mencakup 57 ribu m2 area Pusat Kota Kwun Tong Sumber : Urban Renewal A case study in Hong Kong
24 Project Redevelopment Pusat Kota Kwun Tong ini diinisiasi oleh Urban Renewal Authority (URA) Hong Kong Pemerintah Pusat Fund dan penugasan Aspirasi dan saran Pemilik properti Komunitas masyarakat Instruksi dan dana pembangunan Pemilik usaha Dewan Distrik Developer
25 URA melaksanakan proses akuisisi lahan dengan menganut beberapa prinsip untuk menjaga hak pemilik/pengguna lahan Memberikan kompensasi 1 Cash untuk properti Sesuai dengan harga pasar + Ex-gratia Allowance Note! Prinsip akuisisi diadopsi dari Home Purchase Allowance (HPA) & ex-gratia allowance untuk komersialisasi properti yang didukung oleh Komite Keuangan Dewan Legislatif Hong Kong Surveyor independen dan profesional akan membantu proses valuasi properti warga yang terkena dampak pembangunan 2 3 Opsi re-housing sebagai alternatif selain cash compensation Skema re-housing khusus untuk pemilik properti yang tidak memenuhi persyaratan re-housing namun menghadapi kesulitan karena dampak pembangunan
26 Perubahan Skematik Pusat Kota Kwun Tong setelah dilakukan redevelopment Eksisting Redeveloped Redevelopment setidaknya mencakup penghijauan kawasan, modernisasi bangunan, dan peningkatan fasilitas pendukung kehidupan
27 Rancangan konseptual Pusat Kota Kwun Tong setelah dilakukan redevelopment Redeveloping Total area rancangan sekitar 400 ribu m2 : 210 ribu m2 untuk area komersial 160 ribu m2 untuk area hunian 32 ribu m2 untuk area Pemerintahan/Institusi/Komunitas 8,7 ribu m2 untuk area terbuka
28 Dengan besarnya nilai proyek UR, diperkirakan dapat berdampak pada ekonomi makro seperti kenaikan GDP, penyerapan tenaga kerja, dsb kesempatan kerja baru saat keberjalanan proyek Pengurangan persentase pengangguran di Hong Kong sebesar 0,09% Rencana Waktu Pembangunan = 12 tahun = $ 30 miliar Total biaya pembangunan kesempatan kerja baru saat proyek selesai dan kawasan baru beroperasi Peningkatan GDP Hong Kong sebesar 1,32% saat proyek selesai Sumber : Penelitian yang dilakukan oleh University of Hong Kong
29 Skema Pembiayaan dalam Penataan Kawasan Kumuh A. Dimensi Pembiayaan No. Tahapan Persiapan Pelaksanaan Pengelolaan Pengembangan Objek Pemeliharaan 1 Penyusunan Dokumen Perencanaan Ya Ya 2 Capacity Building Ya Ya 3 Pengadaan Lahan Ya 4 Konstruksi Bangunan Ya 5 Konstruksi Infrastruktur Ya 6 Pemeliharaan Fisik Ya 7 Fasilitasi & Pembinaan Ya Ya
30 Alternatif Sumber Pendanaan Non-APBD Kota Non-APBD Kota
31 Alternatif Skema Pembiayaan Non-Konvensional Non-Konvensional
32 Agenda Diskusi 1. Pendahuluan 2. Studi Pustaka 3. Metodologi dan Output 32
33 Pendekatan dalam pelaksanaan kajian terdiri dari 3 tahapan Tahapan Pelaksanaan Profiling Kondisi Kawasan Kumuh di Kota Bandung Perumusan Tipologi Program Pembiayaan Penataan Kawasan Kumuh Penentuan Tipologi dan Skema Pembiayaan Non-Konvensional Metode Pengumpulan Data dan Analisis Studi Literatur Tinjauan Kebijakan Nasional dan Daerah Review Dokumen Perencanaan Studi Literatur Pendekatan Peremajaan Kota Pendekatan Kampung Kota Pembiayaan Non Konvensional Analisis Benchmarking: Indonesia Kota Lain Hongkong India Denmark Analisis Perumusan Tipologi Program dan Mekanisme Penilaian Lokasi Analisis Skema Pembiayaan Non Konvensional Setiap Tipologi Survey Tingkat Ketergantungan Masyarakat di 15 Kawasan Prioritas Analisis Penilaian Berdasarkan Parameter: Tipologi Kawasan Kumuh Status Kepemilikan Lahan Kesesuaian Peruntukan Guna Lahan Perumahan Ketergantungan Masyarakat pada Kawasan Kumuh (Sosial Ekonomi) Wawancara K/L terkait Sumber Pendanaan Output Profil dan Kategorisasi Kawasan Kumuh di Kota Bandung 15 Lokasi Prioritas Penataan 121 Total Lokasi Kawasan Kumuh Tipologi Program Penataan Kawasan Kumuh Mekanisme Penilaian Lokasi Kawasan Kumuh Skema Pembiayaan Non- Konvensional per Tipologi Hasil Survey Aspek Sosial Ekonomi Tipologi Program Penataan Kawasan Kumuh dan Alternatif Skema Pembiayaan Non Konvensional per Lokasi (15 Prioritas & 121 Total) Prasyarat Sumber Pendanaan 33
34 Pengumpulan Data Studi Literatur untuk data-data yang tersedia secara public atau yang dimiliki oleh SKPD Pemerintah Kota Bandung maupun instansi lainnya. Kuesioner terkait tingkat ketergantungan masyarakat secara sosial dan ekonomi terhadap kawasannya. 80 Sampel, 15 Kawasan Prioritas Penataan Wawancara khususnya pada K/L terkait dalam rangka identifikasi sumber pendanaan dan prasyarat pendanaan. BAPPENAS 34
35 Pengumpulan Data Pengumpulan data subjektif yang dilakukan pada kajian ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk memperoleh gambaran umum (snapshot) yang dapat menyimpulkan tingkat ketergantungan pada kawasan dari aspek sosial ekonomi Data yang dibutuhkan adalah keseluruhan data yang bersumber dari Sampel KK yang tinggal di 15 Kawasan Kumuh Prioritas seperti : Profil warga; Faktor sosial; Riwayat tempat tinggal Pola hidup keluarga Pola hidup bertetangga Pola pergerakan Faktor ekonomi; Pekerjaan Pendapatan/Pengeluaran Total responden dibatasi maksimal sebanyak 80 kuesioner sesuai ketersediaan anggaran untuk kegiatan survey. No Lokasi Luasan (Ha) Kategori Kawasan Kumuh Ringan Sedang Berat Populasi Penduduk di Kawasan Kumuh Sampel Responden 1 Pasir Impun 30, Babakan Sari 45, Babakan Surabaya 37, Sukapura 21, Antapani Wetan 10, Sekejati 8, Binong 24, Sukagalih 7, Cibaduyut Wetan 9, Cibaduyut 15, Sukahaji 36, Babakan Ciparay 13, Cirangrang 8, Babakan 31, Warung Muncang 35, Population Size Confidence Level 90% Margin of Error 9.2%
36 Pengolahan dan Analisis Data 36
KAJIAN INOVASI PERENCANAAN DALAM PEMBIAYAAN PENATAAN KAWASAN KUMUH DI KOTA BANDUNG LAPORAN HASIL ANALISA - SEMINAR MEI 2018
KAJIAN INOVASI PERENCANAAN DALAM PEMBIAYAAN PENATAAN KAWASAN KUMUH DI KOTA BANDUNG LAPORAN HASIL ANALISA - SEMINAR MEI 2018 Agenda Diskusi 1. Pendahuluan 2. Metodologi Pengumpulan Data dan Analisa 3. Ringkasan
Lebih terperinciPROFIL BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) Bilah Makmur
Visi, Misi, dan Tujuan Keorganisasian BKM Visi Terciptanya Masyarakat Mandani disegala Bidang Misi Pada tahun 2016 masyarakat sei Bilah hidup Makmur Keberadaan BKM dan Lingkungan Luas Wilayah : 133 Ha
Lebih terperinciSUPLEMEN TATACARA PEMUTAKHIRAN DATA BASELINE
SUPLEMEN TATACARA PEMUTAKHIRAN DATA BASELINE 1. PERLUNYA PEMUTAKHIRAN DATA BASELINE Pendataan baseline merupakan data base yang sekarang sudah dimiliki namun pada waktu penyusunan data baseline ini berdasarkan
Lebih terperinciVisi, Misi, dan Tujuan Keorganisasian BKM. Keberadaan BKM dan Lingkungan. Misi Masyarakat Puraka lebih madani tahun 2016
Visi, Misi, dan Tujuan Keorganisasian BKM Visi Membangun masyarakat yang Madani Misi Masyarakat Puraka lebih madani tahun 2016 Keberadaan BKM dan Lingkungan Luas Wilayah : 157 Ha Jumlah Lingkungan : 4
Lebih terperinciBABIII PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA MEDAN
BABIII PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA MEDAN Pada Bab ini berisi gambaran mengenai profil permukiman kumuh yang telah dilakukan sinkronisasi dan verifikasi terkait : 1. Sebaran Permukiman Kumuh, Deliniasi
Lebih terperinciPROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)
PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah 01 Program Kota Tanpa Kumuh(KOTAKU) adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang merupakan upaya
Lebih terperinciPERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017
PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017 1 PERUBAHAN YANG DITUJU Trend Saat Ini Permukiman Kondisi Yang Diinginkan Padat, tidak
Lebih terperinciKebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016
Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Persentase Juta Jiwa MENGAPA ADA PERMUKIMAN KUMUH? Urbanisasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET
BAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET 4.1 Analisis Deskriptif Beberapa Aspek Kawasan Sebelum masuk kepada analisis relevansi konsep penanganan permukiman
Lebih terperinciWALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016
WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciPERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMenteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciKebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya
Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Yogyakarta, 13 Agustus 2015 Oleh : Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DALAM MENCAPAI TARGET PEMBANGUNAN RPJMN 2015-2019 DIREKTORAT PERKOTAAN, PERUMAHAN, DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA 22 MEI 2017 Arah Kebijakan 2015-2019
Lebih terperinciperbaikan pola hidup diagnosa treatment
Zero Slum perbaikan pola hidup diagnosa treatment FISIK ALAMI Lebih dari satu satuan perumahan yang: Bangunannya tidak teratur Kepadatan bangunan tinggi Rumah tidak layak huni Sarana tidak memenuhi syarat
Lebih terperinciRANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA
RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DIREKTORAT PERKOTAAN, PERUMAHAN, DAN PERMUKIMAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS JAKARTA, 9 OKTOBER 2017 DATE KEBIJAKAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN SASARAN
Lebih terperinciMenuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan
Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Urbanisasi dan Pentingnya Kota Tingginya laju urbanisasi menyebabkan semakin padatnya perkotaan di Indonesia dan dunia. 2010 2050 >50% penduduk dunia tinggal
Lebih terperinciStrategi Sanitasi Kabupaten Malaka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
Lebih terperinciKebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Outline
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi
Lebih terperinciIdentifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya
C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 9 TAHUN : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) SAYEMBARA KARYA TULIS INOVASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DALAM RANGKA PERINGATAN HARI HABITAT DUNIA 2015
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) SAYEMBARA KARYA TULIS INOVASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DALAM RANGKA PERINGATAN HARI HABITAT DUNIA 2015 1. LATAR BELAKANG Penanganan permukiman kumuh merupakan amanah nasional
Lebih terperinciRegistrasi Peserta Sayembara
Sayembara Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Karya Tulis INOVASI Penanganan Permukiman KUMUH KETENTUAN UMUM Materi
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi
II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) SAYEMBARA KARYA TULIS INOVASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DALAM RANGKA PERINGATAN HARI HABITAT DUNIA 2015
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) SAYEMBARA KARYA TULIS INOVASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DALAM RANGKA PERINGATAN HARI HABITAT DUNIA 2015 1. LATAR BELAKANG Penanganan permukiman kumuh merupakan amanah nasional
Lebih terperinciIV.B.7. Urusan Wajib Perumahan
7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas
Lebih terperinciKETERPADUAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya KETERPADUAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Oleh: Dwityo A. Soeranto Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan
Lebih terperinciKementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Permukiman
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Permukiman Permukiman Kumuh : RPJPN 2005-2024 TANTANGAN BERTAMBAHNYA LUASAN PERMUKIMAN KUMUH*: 2004 = 54.000 Ha 2009 =
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG
BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci-1- PENETAPAN LOKASI PENILAIAN LOKASI. Gambar 1. Skema Penetapan Lokasi
-- LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02/PRT/M/206 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH PENETAPAN LOKASI I. Bagan Alir Penetepan
Lebih terperinciLAMPIRAN A. Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia ( )
LAMPIRAN A Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia (1970-2000) LAMPIRAN A Sejarah Program Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia (1970-2000) Bagian
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:
JurnalSangkareangMataram 9 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh: Indah Arry Pratama Dosen Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak: Perkembangan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH Diundangkan
Lebih terperinciISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH.
ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh: Indah Arry Pratama Dosen Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara
Lebih terperinciMODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016
Revisi 1 MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciWALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT
WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi
3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Walikota Ridwan Kamil serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, telah menunjukkan pentingnya inovasi dalam dalam program
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Jakarta, 22 Desember 2014
KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH 2015-2019 Jakarta, 22 Desember 2014 Persentase Juta Jiwa Kondisi dan Tantangan Permukiman Kumuh Urbanisasi yang pesat memberikan implikasi terhadap
Lebih terperinciBuletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara
Tentang Program Kotaku Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh nasional yang merupakan penjabaran dari pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase
Lebih terperinciLAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN
LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Sub Sektor Air Limbah Program Penyusunan Master Plan Air Limbah Latar Belakang Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari perencanaan. Dokumen ini sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH Bab IV tediri dari ; Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sampai dengan pencapaian kota
Lebih terperinciKELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi yang mencakupi bidang air limbah, persampahan dan drainase merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar
Lebih terperinciPENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus: Kampung Kanalsari Semarang) Tugas Akhir Oleh : Sari Widyastuti L2D
Lebih terperinciBuku Putih Sanitasi Kota Bogor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi
Lebih terperinciKebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh Ir. Joerni Makmoerniati, MSc Plh. Direktur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di DKI Jakarta bertambah tiap tahunnya. Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kepadatan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi pembangunan Kota Banda Aceh tahun 2012-2017 adalah: Banda Aceh Model Kota Madani. Kota Madani adalah sebuah kota yang penduduknya
Lebih terperinciDenpasar, 20 April 2016
Denpasar, 20 April 2016 Sistematika 1. FAMILY TREE PUU 2. ALUR PIKIR 3. KETENTUAN UMUM 4. KRITERIA DAN TIPOLOGI 5. PENETAPAN LOKASI DAN PERENCANAAN PENANGANAN 6. POLA-POLA PENANGANAN 7. PENGELOLAAN 8.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciEVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR
EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciEVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.
EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh : Arif Mudianto Abstrak Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang
Lebih terperinciPETUNJUK UMUM PELAKSANAAN PEREMAJAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN
PETUNJUK UMUM PELAKSANAAN PEREMAJAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN I. PENDAHULUAN Kondisi banyak kota di Indonesia yang umumnya berkembang pesat dan berfungsi sebagai pusat kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1
BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peraturan Perumahan dan Kawasan Permukiman Peraturan terkait dengan perumahan dan kawasan permukiman dalam studi ini yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 11 tentang Perumahan dan Kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin
Lebih terperinciTUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM
BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi
Lebih terperinciBAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI
BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan
Lebih terperinciPROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN
DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN Konsep Entitas Objek Bidang Perumahan
Lebih terperinciBAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi
BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi
Lebih terperinciPendahuluan. Bab Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten
BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh
Lebih terperinciKERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N Bab I tediri dari ; Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Ruang Lingkup, Kedudukan Dokumen RP2KPKP dalam Kerangka Pembangunan Kota Medan dan Sistematika Pembahasan 1.1. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,
Lebih terperinciSTRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan
STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki
Lebih terperinciUntuk Pemerintah Kota/Kabupaten BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH (BSPK) TAHUN ANGGARAN...
17 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten
Lebih terperinciKERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI
Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 1.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi
Lebih terperinci