BAB II PEMBAHASAN. untuk mengambil kesimpulan. Hasil dari analisis penelitian ini meliputi: pemanfaatan aspek-aspek

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PEMBAHASAN. untuk mengambil kesimpulan. Hasil dari analisis penelitian ini meliputi: pemanfaatan aspek-aspek"

Transkripsi

1 BAB II PEMBAHASAN Analisis data merupakan hal yang paling pokok dalam sebuah penelitian. Dalam tahap ini penulis akan menganalisis data hasil penelitian menjadi suatu informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan. Hasil dari analisis penelitian ini meliputi: pemanfaatan aspek-aspek bunyi bahasa, aspek penanda morfologis dan diksi, serta penggunaan gaya bahasa yang terdapat dalam Sêrat Tripama berupa tembang dhandhanggula bait 1-7, karya Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV. A. Pemanfaatan Aspek Bunyi dalam Sêrat Tripama Karya KGPAA Mangkunegara IV 1. Asonansi/ Purwakanthi Guru Swara Asonansi/ purwakanthi guru swara merupakan perulangan bunyi vokal yang sama yang terdapat pada sebuah larik atau baris. Dalam penelitian ini ditemukan asonansi/ purwakanthi guru swara /O/, /a/, /i/, dan /u/. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1.1.Asonansi/ Purwakanthi Guru Swara /O/ Perulangan bunyi vokal /O/ (a jêjêg) dalam Sêrat Tripama karya Mangkunegara IV ini sangat mendominasi di antara bunyi vokal lainnya. Variasi bunyi vokal /O/ terdapat di: suku kata pertama, suku kata kedua dari belakang (paenultima), suku kata ketiga dari belakang (antepaneultima), dan suku kata terakhir (ultima). Adapun uraian penggunaan asonansi /O/ adalah sebagai berikut. (40) yogyanira kang para prajurit (ST/B1/L1) seyogyanya para prajurit

2 Penggunaan asonansi /O/ dengan realisasi yang berbeda pada data (40) menegaskan suatu harapan kepada para prajurit. Pada kata yogyanira seyogyanya, bunyi vokal /O/ terbuka terdapat pada suku kata terakhir (ultima). Penggunaan bunyi vokal /O/ terbuka ditemukan pada kata para para, yang berealisasi di suku kata pertama dan suku kata terakhir (ultima). Adanya asonansi /O/ terbuka pada data di atas menimbulkan variasi bunyi yang ritmis dan berselang-seling, yakni pada kata pertama berasonansi /O/, kata kedua berasonansi /a/, kata ketiga berasonansi /O/, dan kata keempat berasonansi /a/ sehingga tuturan menjadi lebih indah. (41) lamun bisa samya anuladha (ST/B1/L2) bila dapat semuanya meneladani Data (41) menunjukkan adanya asonansi /O/ sebagai bentuk penegasan kepada para prajurit agar bisa meneladani nilai-nilai keprajuritan terdahulu. Adapun bunyi vokal /O/ terdapat pada kata bisa bisa, samya semuanya, dan anuladha meneladani. Pada kata bisa bisa dan kata samya semuanya bunyi vokal /O/ terbuka terdapat di akhir suku kata (ultima). Kata anuladha meneladani menunjukkan adanya bunyi vokal /O/ terbuka yang berealisasi pada suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan suku kata terakhir (ultima). Vokal /O/ pada data (41) menjadikan irama tuturan di atas lebih menarik dan merdu. (42) guna bisa saniskarèng karya (ST/B2/L2) pandai dalam segala pekerjaan Data (42) menunjukkan pemanfaatan bunyi vokal /O/ terbuka pada kata guna pandai, bisa mampu, dan karya pekerjaan yang berealisasi di akhir suku kata (ultima). Pemanfaatan asonansi /O/ terbuka di akhir suku kata dalam ketiga kata tersebut dimanfaatkan pengarang untuk memberikan kesan yang merdu di setiap tuturannya. (43) Suwanda mati ngrana (ST/B2/L10)

3 Suwanda mati dalam perang Data (43) terdapat bunyi vokal /O/ tertutup konsonan /n/ yang berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan bunyi vokal /O/ terbuka yang berealisasi di akhir suku kata (ultima) yaitu pada kata Suwanda Suwanda. Adapun pada kata ngrana perang menunjukkan bunyi vokal /O/ terbuka pada suku kata pertama dan pada suku kata terakhir (ultima). Pemanfaatan asonansi vokal /O/ yang distribusinya bervariasi tersebut membuat tuturan pada data (43) terasa lebih merdu dan berirama. (44) mring kang raka sira tan lênggana (ST/B4/L2) oleh kakandanya ia tidak menolak Data (44) ditemukan asonansi /O/ terbuka yang bervariatif pada suku kata pertama, suku kata kedua dari belakang (paenultima), dan suku kata terakhir (ultima). Tuturan raka kakak menunjukkan pemanfaatan vokal /O/ terbuka yang berealisasi di suku kata pertama dan suku kata terakhir (ultima). Kata sira ia menunjukkan adanya vokal /O/ yang berealisasi di suku kata terakhir (ultima). Adapun vokal /O/ terbuka pada kata lênggana menolak berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan suku kata terakhir (ultima). Asonansi vokal /O/ terbuka pada tuturan mring kang raka sira tan lênggana kepada kakaknya ia tidak menolak memberikan kesan bahwa tuturan tersebut memiliki tekanan ritmis yang kuat, sehingga tuturan di atas memiliki unsur keestetisan suatu bahasa. (45) Suryaputra Narpati Ngawangga (ST/B5/L2) suryaputra raja di Ngawangga Data (45) mengandung asonansi /O/ terbuka pada kata Suryaputra Suryaputra di suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima) dan suku kata terakhir (ultima). Realisasi bunyi vokal /O/ yang tertutup konsonan /G/ pada kata Ngawangga Ngawangga berada di suku kata kedua dari

4 belakang, sedangkan bunyi vokal /O/ terbuka berealisasi di suku kata terakhir (ultima). Bunyi asonansi /O/ pada tuturan Suryaputra Narpati Ngawangga Suryaputra raja di Ngawangga tersebut bersifat terbuka dan mencerminkan sesuatu yang luas. Vokal /a/ pada tuturan di atas memberikan tekanan ritmis, sehingga menimbulkan kemerduan bunyi. (46) bratayuda ingadêgkên sênapati (ST/B5/L9) diangkat sebagai senapati di perang bratayuda Data (46) menunjukkan kata bratayuda bratayuda terdapat bunyi vokal /O/ berealisasi pada suku kata pertama, suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima), dan di suku kata terakhir (ultima). Adapun kata senapati senapati bunyi vokal /O/ berealisasi pada suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima). Asonansi /O/ pada data (46) memunculkan bunyi yang ritmis pada setiap katanya. (47) ngalaga ing Korawa (ST/B5/L10) berperang di pihak Korawa Data (47) menunjukkan asonansi vokal /O/ terbuka pada suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan suku kata terakhir (ultima), yang terdapat pada kata ngalaga berperang dan korawa Korawa. Realisasi asonansi vokal /O/ pada suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan pada suku kata terakhir (ultima) tersebut terasa berat. Asonansi tersebut memberikan keindahan dan kemerduan liriknya. (48) marga dènnya arsa males-sih (ST/B6/L5) dia dapat membalas cinta kasih Data (48) memanfaatkan asonansi vokal /O/ terbuka di akhir suku kata (ultima), yang dibuktikan pada kata marga karena, dènnya dirinya, dan arsa ingin. Realisasi vokal /O/ terbuka di setiap akhir suku kata tersebut memberikan irama yang padu pada setiap katanya. (49) ira sang Duryudana (ST/B6/L6)

5 dia sang Duryudana Data (49) asonansi /O/ terbuka di akhir suku kata (ultima) yaitu pada kata ira dia, sedangkan kata Duryudana Duryudana asonansi vokal /O/ terbuka berada di suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan suku kata terakhir (ultima). Variasi vokal /O/ pada tuturan ira sang Duryudana ia sang Duryudana merupakan lanjutan dan jawaban dari tuturan sebelumnya, yaitu marga dènnya arsa males-sih dia dapat membalas cinta kasih. Tuturan di atas menimbulkan kesan estetis dan irama yang ritmis di setiap kata yang mengandung asonansi /O/. (50) sumbaga wirotama (ST/B6/L10) termahsyur sebagai perwira utama Data (50) terdapat asonansi /O/ terbuka yang berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan di suku kata terakhir (ultima), yakni pada kata sumbaga termahsyur dan wirotama perwira utama. Adanya asonansi /O/ pada tuturan sumbaga wirotama termahsyur sebagai perwira utama menunjukkan bahwa kata-kata tersebut memiliki kedekatan dan kepaduan makna. Di samping itu, asonansi /O/ juga memberikan tekanan bunyi dalam liriknya sehingga tuturan di atas menjadi berirama. (51) manawa tibèng nistha (ST/B7/L6) Jikalau jatuh dalam kehinaan Data (51) menunjukkan adanya asonansi /O/ terbuka pada kata manawa jikalau yang berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan di suku kata terakhir (ultima); pada kata nistha nista bunyi vokal /O/ tersebut berealisasi di suku kata terakhir (ultima). Adanya variasi letak asonansi /O/ tersebut dimanfaatkan pengarang untuk memberikan tuturan yang indah pada seiap katanya Asonansi/ Purwakanthi Guru Swara /a/

6 Perulangan bunyi vokal /a/ (a miring) dalam Sêrat Tripama karya Mangkunegara IV ini sangat mendominasi di antara bunyi vokal lainnya. Variasi bunyi vokal /a/ dalam Sêrat Tripama terdapat di: awal kata atau suku kata pertama, suku kata kedua dari belakang (paenultima), suku kata ketiga dari belakang (antepaneultima), dan suku kata terakhir (ultima). Adapun penggunaan asonansi /a/ pada data (52) sampai dengan data (83) akan diuraikan sebagai berikut. (52) yogyanira kang para prajurit (ST/B1/L1) seyogyanya para prajurit Penggunaan asonansi /a/ dengan realisasi yang berbeda pada data (52) menunjukkan vokal /a/ yang bersifat terbuka dan ringan. Pada kata yogyanira seyogyanya bunyi vokal /a/ terbuka berealisasi di suku kata ketiga dari belakang (paenultima). Kata kang kepada menunjukkan adanya bunyi vokal /a/ tertutup dan kata prajurit prajurit menunjukkan adanya bunyi vokal /a/ terbuka yang masing-masing berealisasi di suku kata pertama. Asonansi /a/ dimanfaatkan pengarang untuk memberikan kesan bahwa tuturan di atas menghasilkan bunyi yang ritmis pada setiap katanya. (53) lamun bisa samya anuladha (ST/B1/L2) bila dapat semuanya meneladani Data (53) menunjukkan asonansi /a/ di awal suku kata pertama terdapat pada kata lamun bila, samya semuanya, dan anuladha meneladani. Ketiga bunyi vokal /a/ di awal suku kata pertama tersebut merupakan bunyi vokal /a/ terbuka yang difungsikan untuk memunculkan kepaduan bunyi dalam setiap tuturannya. (54) kadya nguni caritané (ST/B1/L3) seperti cerita pada masa dahulu Data (54) berisi tentang suatu pengharapan mewarisi dan meneladani sikap keprajuritan seperti para prajurit zaman dahulu. Kata kadya seperti menunjukkan adanya bunyi vokal /a/ terbuka yang berealisasi di suku kata pertama; dan kata caritané ceritanya menunjukkan bunyi

7 vokal /a/ di suku kata pertama dan di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Asonansi /a/ pada tuturan kadya nguni caritané seperti cerita pada masa dahulu memiliki kepaduan bunyi, sehingga tuturan menjadi indah jika dilafalkan. (55) andêlira sang Prabu (ST/B1/L4) andalannya sang prabu Data (55) menjelaskan tentang salah satu sikap prajurit, yaitu sebaiknya bisa menjadi andalan bagi sang raja. Pada data tersebut terdapat asonansi vokal /a/ yang semuanya berealisasi di suku kata pertama, yakni pada kata andêlira andalannya ; kata sang sang yang; dan kata prabu Prabu. Kata andêlira andalan menunjukkan bunyi vokal /a/ yang tertutup konsonan /n/ berfungsi memberikan penekanan bahwa yang dijadikan andalan adalah Patih Suwanda. Kata sang sang menunjukkan bunyi vokal /a/ yang tertutup konsonan /G/ difungsikan sebagai sebutan bagi Prabu Harjunasasrabahu. Adanya pemanfatan asonansi /a/ yang terletak di suku kata pertama menjadikan tuturan di atas lebih padu dan merdu. (56) sasrabau ing Maéspati (ST/B1/L5) sasrabau di Maespati Data (56) menceritakan tentang seorang prajurit yang patut diteladani yang mengabdi di negara Maèspati. Pada data (56) ditemukan adanya asonansi vokal /a/ terbuka yakni kata sasrabau sasrabau yang berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Adapun vokal /a/ terbuka pada kata Maéspati Maèspati berealisasi di suku kata pertama dan suku kata kedua dari belakang (paenultima). Pemanfaatan asonansi /a/ tersebut merupakan bunyi /a/ yang muncul secara linier, sehinga tuturan di atas menjadi indah. (57) lêlabuhanipun (ST/B1/L7) jasa-jasanya Kata lêlabuhanipun jasa-jasanya yakni pada data (57) menunjukkan asonansi vokal /a/ terbuka terbuka yang berealisasi di suku kata kedua dari depan dan vokal /a/ tertutup konsonan /n/

8 yang berealisasi di suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima). Asonansi /a/ tersebut menjadikan lirik yang ritmis dan berirama. (58) lire lêlabuhan tri prakawis (ST/B2/L1) arti jasa bakti yang tiga macam Adapun data (58) juga menunjukkan asonansi vokal /a/ terbuka pada kata lêlabuhan jasajasa yang berealisasi di suku kata pertama, di suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima), dan di suku kata terakhir (ultima). Kata prakawis macam menunjukkan bunyi vokal /a/ yang berealisasi di suku kata pertama dan di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Variasi letak asonansi /a/ pada tuturan lire lêlabuhan tri prakawis arti jasa bakti yang tiga macam tersebut menimbulkan kesan ritmis dalam setiap katanya, sehingga menimbulkan kemerduan bunyi. (59) guna bisa saniskarèng karya (ST/B2/L2) pandai dalam segala pekerjaan Data (59) berisi tentang penegasan bahwa sebagai prajurit seyogyanya memiliki kepandaian dan kemampuan dalam mengatasi segala pekerjaanya. Hal itu ditunjukkan dalam tuturan guna bisa saniskarèng karya pandai dalam segala pekerjaan. Pada kata saniskarèng terdapat bunyi vokal /a/ terbuka yang berealisasi di suku kata pertama dan pada suku kata kedua dari belakang (paenultima), sedangkan pada kata karya pekerjaan terdapat bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /r/ di suku kata pertama. Variasi letak asonansi /a/ pada data di atas menimbulkan lirik yang indah dalam tuturan. (60) duk bantu prang Manggada nagri (ST/B2/L5) ketika membantu perang negeri Manggada Data (60) menampilkan penerapan asonansi vokal /a/ yang masing-masing berealisasi di suku kata pertama. Hal tersebut ditunjukkan pada kata bantu membantu yang menunjukkan vokal /a/ tertutup konsonan /n/; kata prang perang menunjukkan vokal /a/ tertutup konsonan /G/; kata Manggada Manggada menunjukkan vokal /a/ tertutup konsonan /G/; dan kata nagri negeri

9 menunjukkan vokal /a/ terbuka. Adanya variasi penggunaan asonansi /a/ terbuka dan tertutup menjadikan tuturan tersebut memiliki tekanan ritmis yang kuat. (61) aprang tandhing lan ditya Ngalêngka aji (ST/B2/L9) perang tanding melawan raja raksasa Ngalêngka Penerapan asonansi vokal /a/ dalam data (61) ditunjukkan pada kata aprang perang menunjukkan adanya bunyi vokal /a/ terbuka yang berealisasi di suku kata pertama dan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /G/ berealisasi di suku kata terakhir (ultima). Kata tandhing tanding dan lan dan terdapat bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /n/ yang berealisasi di suku kata pertama. Adapun pada kata Ngalêngka Ngalengka dan kata aji raja bunyi vokal /a/ terbuka terletak di suku kata pertama. Rentetan bunyi /a/ yang terdapat di suku kata pertama tersebut menimbulkan keindahan bunyi dalam liriknya. (62) wontên malih tuladhan prayogi (ST/B3/L1) ada lagi teladan yang baik Data (62) menunjukkan penggunaan asonansi /a/ terbuka, yakni pada kata malih lagi yang berealisasi di suku kata pertama. Kata tuladhan teladan terdapat bunyi vokal /a/ di suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan di suku kata terakhir (ultima). Kata prayogi baik menunjukkan pemanfaatan vokal /a/ yang berealisasi di suku kata pertama. Adanya asonansi /a/ dalam setiap kata pada tuturan di atas menimbulkan irama yang indah dan merdu. (63) satriya gung nagari Ngalêngka (ST/B3/L2) satriya agung negeri Ngalengka Data (63) menunjukkan pemanfaatan asonansi /a/ pada kata satriya satria yang berealisasi di suku kata pertama. Pada kata nagari negeri bunyi vokal /a/ terbuka yang berealisasi di suku kata pertama dan suku kata kedua dari belakang (paenultima). Kata Ngalêngka Ngalêngka juga menunjukkan adanya bunyi vokal /a/ terbuka pada suku kata pertama. Asonansi /a/ pada data tersebut menimbulkan kepaduan dalam setiap katanya, sekaligus untuk mempertegas makna.

10 (64) sang Kumbakarna namané (ST/B3/L3) sang Kumbakarna namanya Data (64) terdapat penggunaan asonansi /a/ terbuka dan /a/ tertutup. Kata sang sang menunjukkan adanya bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /G/ yang terdapat di suku kata pertama. Adanya bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /r/ terdapat pada kata Kumbakarna Kumbakarna yang berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima), sedangkan bunyi vokal /a/ terbuka terdapat pada kata namané namanya yang berealisasi di suku kata pertama dan suku kata terakhir (ultima). Adanya bunyi vokal /a/ pada kata namané namanya di suku kata terakhir dikarenakan kata tersebut memperoleh akhiran atau sufiks né. Penggunaan asonansi /a/ yang bervariasi tersebut berfungsi untuk menghadirkan tuturan yang memiliki kepaduan bunyi pada setiap katanya, sehingga tuturan menjadi lebih merdu. (65) duk awit prang Ngalêngka (ST/B3/L6) sejak perang melawan Ngalêngka Adapun asonansi /a/ dalam data (65) yakni pada kata awit sejak, prang perang, dan kata Ngalêngka Ngalêngka mencerminkan adanya bunyi vokal /a/ terbuka yang berealisasi di suku kata pertama. Kata prang perang menunjukkan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /G/ di suku kata pertama. Adanya asonansi /a/ pada tuturan duk awit prang Ngalêngka sejak perang melawan Ngalêngka dapat mendekatkan kata-kata dan menunjukkan kepaduan bunyi antarkata dalam satu baris. (66) mring raka amrih raharja (ST/B3/L8) kepada kakandanya agar selamat Data (66) menunjukkan adanya bunyi vokal /a/ yakni pada kata amrih agar di suku kata pertama, dan kata raharja selamat di suku kata pertama dan terakhir (ultima). Pemanfaatan asonansi /a/ pada kata amrih agar dan raharja selamat merupakan salah satu cara pengarang untuk menghadirkan kesan penggunaan bahasa yang bersifat estetis dan padu.

11 (67) ing tékad datan purun (ST/B4/L4) dalam tekadnya tidak ingin Data (67) menunjukkan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /d/ pada kata tékad tekad berealisasi di suku kata terakhir (ultima). Kata datan tidak menunjukkan bunyi vokal /a/ terbuka di suku kata pertama, dan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /n/ di suku kata terakhir (ultima). Adanya vokal /a/ pada data tersebut memberikan tekanan ritmis sebuah kata dalam lariknya, sehingga menimbulkan tuturan yang merdu. (68) amung cipta labih nagari (ST/B4/L5) hanya demi membela negara Data (68) terdapat asonansi /a/ terbuka di suku kata pertama, yakni pada kata amung hanya dan kata labih membela, sedangkan kata nagari negara menunjukkan bunyi vokal /a/ di suku kata pertama dan di suku kata terakhir (ultima). Perulangan bunyi vokal /a/ pada data di atas memberi tekanan bunyi dan makna pada kata-kata yang mengandung pola bunyi /a/. (69) wontên malih kinarya palupi (ST/B5/L1) ada lagi yang dijadikan teladan Pemanfaatan asonansi /a/ terdapat pada data (69), yakni kata malih lagi dan palupi teladan mencerminkan adanya bunyi vokal /a/ terbuka di suku kata pertama, sedangkan kata kinarya pekerjaan menunjukkan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /r/ pada suku kata kedua dari belakang (paenultima). Letak vokal /a/ yang bervariasi memberikan kesan keindahan pada tuturan tersebut. (70) lan pandhawa tur kadangé (ST/B5/L3) dan pandhawa serta saudaranya Data (70) menunjukkan asonansi vokal /a/ tertutup konsonan /n/ yang terdapat pada kata lan dan dan kata pandhawa Pandhawa yang berealisasi di suku kata pertama. Kata kadangé saudaranya menampilkan adanya bunyi vokal /a/ terbuka di suku kata pertama dan bunyi vokal

12 /a/ tertutup konsonan /G/ di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Penggunaan asonansi /a/ memberikan tekanan ritmis pada kata-katanya, sehingga tuturan di atas menjadi berirama. (71) anèng nagri Ngastina (ST/B5/L6) di negeri Ngastina Asonansi /a/ yang berealisasi pada suku kata pertama juga terdapat pada data (71), yakni pada kata anèng di dan kata nagri negeri. Kata Ngastina Ngastina menunjukkan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /s/ di suku kata pertama. Realisasi vokal /a/ pada setiap suku kata pertama tersebut bersifat terbuka, berfungsi untuk memberikan kesan ritmis pada tuturan tersebut. (72) manggala golonganing prang (ST/B5/L8) panglima di dalam perang Data (72) menunjukkan asonansi vokal /a/ tertutup konsonan /G/ di suku kata pertama yakni pada kata manggala panglima dan kata prang perang, sedangkan yang menunjukkan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /n/ terdapat pada suku kata kedua dari belakang (paenultima) pada kata golonganing di dalam golongan. Variasi vokal /a/ tersebut berfungsi untuk memberi penekanan ritmis dan kemeruduan bunyi pada setiap kata-katanya. (73) minungsuhkên kadangé pribadi (ST/B6/L1) berlawankan saudaranya sendiri Kata kadangé saudaranya pada data (73) menunjukkan asonansi /a/ yang berupa bunyi vokal /a/ terbuka dan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /G/ yang berada di suku kata pertama dan suku kata kedua dari belakang (paenultima). Kata pribadi pribadi menunjukkan bunyi vokal /a/ di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Adanya variasi letak vokal /a/ pada tuturan kadange pribadi saudaranya sendiri dimanfaatkan pengarang untuk menjadikan tuturan di atas memiliki kepaduan bunyi. (74) aprang tandhing lan sang Dananjaya (ST/B6/L2) perang tanding melawan sang Dananjaya

13 Data (74) terjadi asonansi /a/ yang berupa perulangan bunyi vokal /a/ di suku kata pertama, yaitu pada kata aprang perang; kata tandhing tanding ; kata lan dan ; kata sang sang; dan kata Dananjaya Dananjaya. Vokal /a/ pada kata aprang perang menunjukkan adanya bunyi yang tertutup konsonan /G/ di suku kata terakhir (ultima). Adapun kata sang sang juga menunjukkan adanya bunyi /a/ tertutup konsonan /G/ di suku kata terakhir (ultima). Kata tandhing tanding, lan dan, dan Dananjaya Dananjaya menunjukkan adanya bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /n/ yang pada kata tandhing dan kata lan berealisasi di suku kata pertama. Namun demikian, dalam kata Dananjaya terdapat di suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima). Penggunaan asonansi /a/ yang bervariasi pada tuturan aprang tandhing lan sang Dananjaya perang tanding melawan sang Dananjaya menimbulkan kepaduan bunyi pada setiap katanya, sehingga tuturan tersebut menjadi merdu. (75) marga dènnya arsa males-sih (ST/B6/L5) karenanya dia dapat membalas cinta kasih Kata marga karena, arsa membalas, dan males-sih cinta kasih pada data (75) menunjukkan pemanfaatan asonansi /a/ di awal suku kata pertama. Realisasi asonansi /a/ di suku kata pertama menjadikan tuturan marga dènnya arsa males-sih karenanya dia dapat membalas cinta kasih berfungsi untuk memberikan tekanan ritmis dan nilai keindahan sebuah kata dalam lariknya. (76) marmanta kalangkung (ST/B6/L7) maka ia dengan sangat Data (76) pada kata marmanta maka ia dapat diketahui asonansi vokal /a/ yang tertutup konsonan /r/ berealisasi di awal kata, dan bunyi vokal /a/ yang tertutup konsonan /n/ berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Adapun bunyi vokal /a/ terbuka pada kata kalangkung dengan sangat berealisasi di suku kata pertama, dan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /G/

14 berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Realisasi bunyi vokal /a/ di suku kata pertama dan suku kata kedua dari belakang pada tuturan marmanta kalangkung maka ia dengan sangat berfungsi untuk memberikan tekanan bunyi dan makna pada kata-kata yang mengandung pola bunyi vokal /a/. (77) aprang ramé Karna mati jinêmparing (ST/B6/L9) dalam perang Karna gugur dipanah Data (77) menunjukkan asonansi /a/ di suku kata pertama, yaitu pada kata aprang perang, ramé ramai, Karna Karna, dan kata mati mati. Keseluruhan asonansi /a/ di suku kata pertama tersebut merupakan suku kata /a/ terbuka, kecuali pada kata Karna Karna yang tertutup konsonan /r/. Pada kata jinêmparing dipanah bunyi vokal /a/ terbuka berada di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Asonansi /a/ yang timbul pada data (77) dapat mendekatkan kata-kata dan menunjukkan kepaduan makna antarkata dalam larik. (78) katri mangka sudarsanèng Jawi (ST/B7/L1) ketiganya sebagai teladan bagi orang Jawa Data (78) menunjukkan bunyi vokal /a/ terbuka di suku kata pertama, yakni pada kata katri ketiga dan kata Jawi Jawa. Selanjutnya, kata sudarsanèng teladan bagi bunyi vokal /a/ berealisasi di suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima) dan di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Adanya variasi letak asonansi /a/ pada data di atas menambah kesan yang penggunaan vokal /a/ yang tidak monoton, namun demikian tetap memberikan kesan estetis dalam liriknya. (79) pantês lamun sagung pra prawira (ST/B7/L2) sepantasnyalah semua para perwira Asonansi /a/ pada data (79) berealisasi di suku kata pertama. Kata pantês pantas menunjukkan bunyi vokal /a/ yang tertutup konsonan /n/; kata lamun jika, sagung semua, dan prawira perwira menunjukkan bunyi vokal /a/ terbuka di suku kata pertama. Adanya asonansi

15 /a/ yang terletak di suku kata pertama tersebut menunjukkan kemerduan bunyi dan memberikan tekanan ritmis sebuah kata dalam lariknya. (80) amirita sakadaré (ST/B7/L3) mengambil sebagai teladan seperlunya Data (80) terdapat asonansi /a/ di suku kata pertama, pada kata amirita mengambil, sedangkan pada kata sakadare seperlunya asonansi /a/ tersebut berealisasi di suku kata pertama, suku kata kedua dari belakang (paenultima), dan di suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima). Asonansi /a/ yang letaknya bervariasi menjadikan tuturan di atas lebih berirama. (81) sanadyan tékading buta (ST/B7/L8) meskipun tekadnya raksasa Asonansi /a/ terbuka pada data (81) yakni pada kata sanadyan meskipun menunjukkan bunyi vokal /a/ terbuka di suku kata pertama dan suku kata kedua dari belakang (paenultima); dan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /n/ di suku kata terakhir (ultima). Kata tékading tekadnya menunjukkan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /d/ berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Variasi asonansi /a/ data (81) memiliki tekanan ritmis dikarenakan bunyi /a/ yang muncul secara linier. (82) tan prabéda budi panduming dumadi (ST/B7/L9) tidaklah berbeda usaha menurut takdirnya sebagai makhluk Data (82) juga menunjukkan adanya asonansi /a/ tertutup konsonan /n/ yang berealisasi di suku kata pertama, yakni dalam kata tan tidak. Kata prabéda berbeda menampilkan vokal /a/ terbuka di suku kata pertama. Adapun kata panduming pembagian (takdir) bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /n/ terdapat pada suku kata pertama; dan pada kata dumadi makhluk bunyi vokal /a/ terbuka berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Vokal /a/ pada data di atas mampu menimbulkan irama ritmis yang indah. (83) marsudi ing kotaman (ST/B7/L10)

16 berusaha meraih keutamaan Data (83) memperlihatkan asonansi /a/ tertutup konsonan /r/ yang berealisasi di suku kata pertama ditunjukkan pada kata marsudi berusaha. Kata kotaman keutamaan bunyi vokal /a/ terbuka berdistribusi di suku kata kedua dari belakang (paenultima), sedangkan bunyi vokal /a/ tertutup konsonan /n/ berdistribusi di suku kata terakhir (ultima). Variasi letak vokal /a/ bertujuan untuk mendekatkan makna antarkata dalam satu larik dan menimbulkan kemerduan bunyi Asonansi/ Purwakanthi Guru Swara /i/ Pemakaian asonansi /i/ pada Sêrat Tripama dapat dijumpai di suku kata pertama, suku kata kedua dari belakang (paenultima), suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima), dan di suku kata terakhir (ultima). Realisasi penggunaan asonansi /i/ akan diuraikan pada data (84) sampai dengan data (91) yang tertera di bawah ini. (84) binudi dadi unggulé (ST/B2/L3) diusahakan menjadi yang unggul Data (84) menunjukkan adanya asonansi vokal /i/ terbuka yang berealisasi di suku kata pertama dan di suku kata terakhir (ultima) yakni pada kata binudi diusahakan, sedangkan pada kata dadi menjadi asonansi /i/ berealisasi di suku kata terakhir (ultima). Pemanfaatan vokal /i/ pada tuturan binudi dadi unggulé diusahakan menjadi yang unggul menunjukkan adanya kepaduan dalam setiap lirik katanya. (85) tur iku warna diyu (ST/B3/L4) padahal ia berwujud raksasa Data (85) menunjukkan asonansi vokal /i/ terbuka yang berealisasi di suku kata pertama, yakni pada kata iku itu dan kata diyu raksasa. Realisasi vokal /i/ pada suku kata pertama tersebut memberikan kesan ritmis dan menunjukkan kepaduan makna antarkata dalam liriknya. (86) nglungguhi kasatriyané (ST/B4/L3) menduduki sifat ksatriannya

17 Data (86) terdapat asonansi /i/ terbuka juga terdapat pada kata nglungguhi menduduki terdapat pada suku kata terakhir (ultima); sedangkan pada kata kasatriyané ksatriaannya asonansi /i/ terbuka terdapat pada suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima). Pemanfaatan vokal /i/ pada data di atas dapat menunjukkan kepaduan makna antarkata, dan kesan ritmis, karena pelafalan vokal /i/ jatuh pada suku kata ketiga dalam setiap katanya. (87) punagi mati ngrana (ST/B4/L10) bersumpah mati dalam perang Data (87) memperlihatkan bahwa asonansi /i/ terbuka berdistribusi di suku kata terakhir (ultima), yakni pada kata punagi bersumpah dan kata mati mati. Adanya asonansi /i/ tersebut menimbulkan kesan kesungguh-sungguhan dalam bersumpah. Vokal /i/ juga berfungsi memberikan tekanan bunyi yang padu pada kata tersebut. (88) suwita mring Sri Kurupati (ST/B5/L5) mengabdi kepada Sri Kurupati Penggunaan asonansi /i/ terbuka yang berealisasi di suku kata pertama pada data (88) ditunjukkan oleh kata Sri sri ; suku kata kedua dari belakang (paenultima) ditunjukkan oleh kata suwita mengabdi ; dan di suku kata terakhir (ultima) ditunjukkan oleh kata Kurupati Kurupati. Vokal /i/ pada tuturan di atas menimbulkan kesan ritmis dan kepaduan bunyi antarkatanya. (89) anèng nagri Ngastina (ST/B5/L6) di negeri Ngastina Data (89) memperlihatkan asonansi vokal /i/ terbuka di suku kata terakhir yaitu pada kata nagri negeri, dan di suku kata kedua dari belakang (paenultima) yaitu pada kata Ngastina Ngastina. Asonansi /i/ pada tuturan di atas dapat mendekatkan kata-kata dan menunjukkan kepaduan bunyi antarkata dalam larik-lariknya. (90) déné sira pikantuk (ST/B6/L4) demikian ia mendapat

18 Asonansi vokal /i/ yang berealisasi di suku kata pertama pada data (90) yakni pada kata sira dia dan kata pikantuk mendapat. Vokal /i/ pada tuturan tersebut membantu menciptakan rimik pada kata sira ia dengan kata pikantuk mendapat, sehingga menimbulkan bunyi yang indah. (91) ina esthinipun (ST/B7/L7) rendah cita-citanya Data (91) menunjukkan penggunaan asonansi /i/ di suku kata pertama, suku kata kedua dari belakang (paenultima), dan suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima). Bunyi /i/ di suku kata pertama terdapat pada kata ina rendah ; di suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan di suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima) ditunjukkan oleh kata esthinipun cita-citanya. Pemanfaatan bunyi /i/ pada tuturan di atas sesuai untuk memberikan penekanan terhadap rendahnya cita-cita, dan vokal /i/ tersebut menimbulkan kepaduan bunyi Asonansi/ Purwakanthi Swara /u/ Realisasi penggunaan asonansi /u/ dalam Sêrat Tripama terdapat di suku kata pertama, suku kata kedua dari belakang (paenultima), dan suku kata terakhir (ultima). Penggunaan asonansi /u/ akan diuraikan sebagai berikut. (92) guna kaya puruné kang dènantêpi (ST/B1/L9) pandai dan kemampuannya itulah yang ditekuni Asonansi /u/ terbuka pada data (92) ditunjukkan pada kata guna pandai dan puruné pandai yang berealisasi di suku kata pertama; sedangkan asonansi /u/ tertutup konsonan /n/ yakni pada kata puruné kepandaiannya yang berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima). Pemanfaatan asonansi /u/ pada data di atas mendekatkan kata-kata dan menghadirkan bunyi yang berirama. (93) nuhoni trah utama (ST/B1/L10) menaati sifat keturunan orang utama

19 Asonansi /u/ terbuka yang berdistribusi di suku kata pertama ditunjukkan data (93) yaitu pada kata nuhoni menaati dan pada kata utama utama. Realisasi penggunaan asonansi /u/ di suku kata pertama pada data di atas menunjukkan bahwa vokal /u/ dimanfaatkan untuk memperoleh kemerduan bunyi. (94) binudi dadi unggulé (ST/B2/L3) diusahakan menjadi yang unggul Data (94), menunjukkan asonansi /u/ terbuka yang berdistribusi di suku kata kedua dari belakang (paenultima) yakni pada kata binudi diusahakan ; sedangkan pada kata unggulé pemenangnya terdapat bunyi vokal /u/ terbuka di suku kata pertama, dan bunyi vokal /u/ tertutup konsonan /l/ di suku kata terakhir (ultima). Vokal /u/ pada tuturan di atas berfungsi memberikan kesan bunyi yang indah. (95) tur iku warna diyu (ST/B3/L4) padahal itu berwujud raksasa Adapun data (95) menunjukkan adanya asonansi /u/ terbuka yang berealisasi di akhir suku kata (ultima), yakni pada kata iku itu dan kata diyu raksasa. Pemanfaatan vokal /u/ yang berealisasi di suku kata terakhir untuk memperoleh paduan bunyi dan memberi penekanan makna bahwa prajurit yang dimaksud berwujud raksasa. (96) suwita mring Sri Kurupati (ST/B5/L5) mengabdi kepada Sri Kurupati Pada data (96) juga penggunaan asonansi /u/ secara urut akan dijelaskan sebagai berikut: pada kata suwita mengabdi bunyi vokal /u/ terbuka berealisasi di suku kata pertama, sedangkan pada kata Kurupati Kurupati bunyi vokal /u/ terbuka berealisasi di suku kata pertama dan suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima). Adanya asonansi /u/ pada tuturan di atas mampu menciptakan kesan keindahan dan menunjukkan kepaduan bunyi. (97) tan prabéda budi panduming dumadi (ST/B7/L9)

20 tidaklah berbeda usaha menurut takdirnya sebagai makhluk Data terakhir yang memuat asonansi /u/ yaitu data (97), berikut penjelasannya: pada kata budi usaha bunyi vokal /u/ terbuka berdistribusi di suku kata pertama, pada kata panduming pembagian (takdir) bunyi vokal /u/ tertutup konsonan /m/ berdistribusi di suku kata kedua dari belakang (paenultima), dan pada kata dumadi makhluk bunyi vokal /u/ berdistribusi di suku kata pertama. Bunyi /u/ pada kata dumadi makhluk tersebut pada dasarnya merupakan sebuah infiks atau imbuhan yang berada di tengah kata, dalam morfologi bahasa Jawa disebut dengan sêsêlan um. Penggunaan asonansi /u/ yang bervariasi pada data di atas menjadikan tuturan lebih berirama dan merdu. 2. Aliterasi/ Purwakanthi Guru Sastra Menurut Padmosoekotjo (1955: 18), aliterasi atau purwakanthi guru swara adalah bentuk perulangan konsonan yang sama pada setiap baris atau lariknya. Realisasi perulangan kosonan atau aliterasi dimanfaatkan untuk memberikan fungsi keindaham (Nurgiyantoro, 2014: 156). Aliterasi dalam tembang dhandhanggula Sêrat Tripama akan dijelaskan sebagai berikut Aliterasi/ Purwakanthi Guru Sastra /d/ Bunyi /d/ merupakan konsonan apiko-dental, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan daerah antar gigi (dents) sebagai titik artikulasi. Pemanfaatan aliterasi konsonan /d/ dapat dilihat pada data berikut. (98) binudi dadi unggulé (ST/B2/L3) diusahakan menjadi yang unggul Data (98) menunjukkan perulangan konsonan /d/ yang diikuti dengan bunyi vokal /i/ terbuka di suku kata terakhir pada kata binudi diusahakan dan pada kata dadi menjadi. Adapun konsonan /d/ yang diikuti bunyi vokal /a/ terbuka terdapat pada kata dadi menjadi di suku kata pertama. Pemanfaatan bunyi /d/ memberikan kemerduan bunyi pada tuturan tersebut.

21 (99) ing tékad datan purun (ST/B4/L4) dalam tekad tidak ingin Data (99) menunjukkan konsonan /d/ pada kata tékad di akhir suku kata bertemu dengan konsonan /d/ di suku kata pertama, yakni pada kata datan tidak. Bunyi /d/ menggambarkan tentang suatu pertentangan dalam tekad atau hati kecil yang tidak ingin melakukan sesuatu hal, tetapi pada kenyataannya hal tersebut harus dilakukan. Aliterasi /d/ pada tuturan ing tékad datan purun dalam tekad tidak ingin menciptakan lirik yang indah karena realisasi konsonan /d/ letaknya berdekatan. (100) tan prabéda budi panduming dumadi (ST/B7/L9) tidaklah berbeda usaha menurut takdirnya sebagai makhluk Konsonan /d/ pada data (100) yang terletak di suku kata pertama yaitu kata dumadi makhluk, sedangkan konsonan /d/ yang terletak di tengah suku kata ditunjukkan oleh kata panduming pembagian (takdir). Pada kata prabéda berbeda, budi usaha, dan dumadi makhluk konsonan /d/ berealisasi di suku kata terakhir. Adanya bunyi /d/ pada tuturan di atas berfungsi untuk mendekatkan makna antarkata dalam larik, sehingga tercipta kemerduan bunyi Aliterasi/ Purwakanthi Guru Sastra /k/ Bunyi /k/ sebagai konsonan hambat letup dorso-velar atau konsonan keras tak bersuara menciptakan ritmis pada kata satu dengan kata berikutnya. Bunyi /k/ juga memberi pengaruh terhadap pembaca bahwa suasana yang dihadirkan pengarang melalui sebuah kata merupakan suatu perintah atau tugas yang amat berat. (101) Kumbakarna kinèn mangsah jurit (ST/B4/L1) Kumbakarna diperintah maju berperang Perulangan konsonan /k/ pada data di atas berealisasi di suku kata pertama, yakni pada kata Kumbakarna Kumbakarna merupakan kata yang menerangkan subjek, dan pada kata kinèn diperintah merupakan kata yang menerangkan kata kerja (verba) pasif. Adapun konsonan /k/

22 yang berealisasi di tengah suku kata juga pada kata Kumbakarna Kumbakarna merupakan kata yang menerangkan subjek. Konsonan /k/ pada tuturan di atas dimanfaatkan pengarang untuk memperoleh lirik yang ritmis Aliterasi/ Purwakanthi Guru Sastra /l/ Perulangan bunyi konsonan /l/ sebagai konsonan likuida (lateral), yaitu konsonan yang dihasilkan denan menaikkan lidah ke langit-langit sehina udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui kedua sisi lidah. Data yang mengandung aliterasi /l/ dalam Sêrat Tripama adalah sebagai berikut. (102) lire lêlabuhan tri prakawis (ST/B1/L1) arti jasa yang tiga macam itu Perulangan konsonan /l/ pada data di atas terletak di suku kata pertama yaitu pada kata lire arti. Adapun pada kata lêlabuhan jasa terletak di suku kata pertama dan suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima). Variasi letak aliterasi /l/ yang berdekatan tersebut menciptakan kepaduan bunyi Aliterasi/ Purwakanthi Guru Sastra /n/ Perulangan bunyi konsonan /n/ sebagai konsonan nasal apiko-alveolar merupakan salah satu bentuk kreativitas Mangkunegara IV dalam memperindah lirik tembang dhandhanggula Sêrat Tripama. Letak aliterasi /n/ bervariasi, yaitu: di suku kata pertama, suku kata kedua dari belakang (paenultima), suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima) dan suku kata terakhir (ultima) yang akan diuraikan pada data (103) sampai dengan data (106) berikut. (103) guna kaya puruné kang dènantêpi (ST/B1/L9) pandai dan kemampuannya itulah yang ditekuni Data (103) pada kata guna pandai dan kata puruné menunjukkan realisasi konsonan /n/ di suku kata terahir (ultima). Kata dènantêpi ditekuninya menunjukkan realisasi konsonan /n/ di

23 suku kata pertama dan suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima). Realisasi konsonan /n/ tersebut menciptakan kepaduan dan keindahan bunyi antarkata. (104) sang Kumbakarna namané (ST/B3/L3) sang Kumbakarna namanya Data (104) menunjukkan aliterasi /n/ pada suku kata pertama dan suku kata terakhir (ultima). Aliterasi /n/ pada suku kata pertama dalam kata namane namanya, sedangkan aliterasi /n/ pada suku kata terakhir yaitu dalam kata namané namanya dan Kumbakarna Kumbakarna. Adanya variasi letak aliterasi /n/ menjadikan tuturan sang Kumbakarna namané sang Kumbakarna namanya menciptakan kedekatan makna antarkata, yaitu kata Kumbakarna Kumbakarna yang menerangkan nama tokoh yang dimaksud. Di sampan itu, adanya aliterasi /n/ memberikan irama pada tuturan di atas. (105) anèng nagri Ngastina (ST/B5/L6) di negeri Ngastina Aliterasi /n/ pada data (105) berealisasi di suku kata pertama, yaitu pada kata anèng di dan kata nagri negeri. Adapun yang berealisasi di suku kata terakhir (ultima) yaitu pada kata Ngastina Ngastina. Adanya variasi aliterasi /n/ tersebut menciptakan irama ritmis pada setiap katanya. (106) ina esthinipun (ST/B7/L7) rendah cita-citanya Data (106) menunjukkan aliterasi /n/ yang berealisasi di suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan suku kata terakhir (ultima). Konsonan /n/ pada suku kata terakhir (ultima) terdapat pada kata ina rendah. Pada kata esthinipun cita-citanya terdapat konsonan /n/ pada suku kata kedua dari belakang (paenultima) dan suku kata terakhir (ultima). Variasi letak konsonan /n/ tersebut menunjukkan kedekatan makna antarkata dan membuat tuturan terkesan indah Aliterasi/ Purwakanthi Guru Sastra /r/

24 Bunyi konsonan /r/ merupakan konsonan liquida getar. Pola aliterasi /r/ dalam Sêrat Tripama bervariatif. Adapun realisasi penggunaan bunyi /r/ yang dapat menciptakan kemerduan bunyi pada tembang dhandhanggula terdapat di: suku kata pertama, suku kata kedua dari belakang (paenultima), suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima), dan di suku kata terakhir (ultima). Adapun uraiannya terdapat pada data (107) sampai dengan data (118) berikut. (107) yogyanira kang para prajurit (ST/B1/L1) seyogyanya para prajurit Data (107) menunjukkan aliterasi /r/ pada suku kata pertama dan suku kata terakhir (ultima). Kata prajurit prajurit menunjukkan aliterasi /r/ di suku kata pertama, sedangkan aliterasi /r/ di suku kata terakhir (ultima) ditunjukkan kata yogyanira seyogyanya, kata para para, dan kata prajurit prajurit. Selain untuk memberikan kesan estetis, variasi letak aliterasi /r/ yang sifatnya keras atau lantang dimanfaatkan pengarang untuk menyerukan harapannya kepada para prajurit. (108) lire lêlabuhan tri prakawis (ST/B2/L1) arti jasa bakti yang tiga macam Aliterasi /r/ pada data (108) terdapat di suku kata pertama, yaitu pada kata tri tiga dan kata prakawis perkara. Adapun yang terdapat pada suku kata terakhir ditunjukkan oleh kata lire arti. Variasi letak aliterasi /r/ tersebut sebagai penekanan terhadap arti jasa yang dimanifestasikan ke dalam tiga hal. Di samping itu, aliterasi /r/ juga menambah nilai ritmis pada tuturan di atas. (109) guna bisa saniskarèng karya (ST/B2/L2) pandai dalam segala pekerjaan Data (109) menunjukkan aliterasi /r/ terdapat pada suku kata pertama dan suku kata terakhir (ultima). Kata karya pekerjaan terdapat konsonan /r/ yang berealisasi di suku kata pertama. Konsonan /r/ pada kata saniskarêng dalam segala berealisasi di suku kata terakhir (ultima). Konsonan /r/ pada tuturan tersebut memberikan kesan ritmis dan kepaduan bunyi.

25 (110) katur ratunipun (ST/B2/L7) mempersembahkan kepada rajanya Kata katur mempersembahkan menunjukkan aliterasi /r/ di suku kata terakhir (ultima), dan kata ratunipun rajanya menunjukkan adanya aliterasi /r/ di suku kata pertama. Pemanfaatan aliterasi /r/ di suku kata terakhir yang disambung di suku kata pertama pada kata berikutnya tersebut berfungsi menciptakan kemerduan bunyi. (111) mring raka amrih raharja (ST/B3/L8) kepada kakandanya agar selamat Data (111) terdapat aliterasi /r/ yang leraknya bervariasi, yaitu: di suku kata pertama, suku kata kedua dari belakang (paenultima), dan suku kata terakhir (ultima). Pada kata mring kepada, raka kakak, dan raharja selamat terdapat aliterasi /r/ yang berealisasi di suku kata pertama. Kata amrih agar menunjukkan aliterasi /r/ di suku kata terakhir (ultima). Adapun aliterasi /r/ di suku kata kedua dari belakang ditunjukkan oleh kata raharja selamat. Pemanfaatan aliterasi /r/ yang bervariasi pada tuturan (111) menimbulkan kepaduan dan kemerduan bunyi. (112) mangké arsa rinusak ing bala kapi (ST/B4/L9) yang sekarang akan dirusak oleh barisan kera Aliterasi /r/ pada data (112) terletak di suku kata pertama, pada kata arsa sekarang dan kata rinusak dirusak. Bunyi /r/ yang berdekatan pada tuturan tersebut berfungsi untuk menimbulkan unsur yang ritmis, sehingga tuturan menjadi indah. (113) suryaputra narpati Ngawangga (ST/B5/L2) suryaputra raja di Ngawangga Data (113) menunjukkan aliterasi /r/ di suku kata pertama dan di suku kata terakhir (ultima). Konsonan /r/ pada kata suryaputra suryaputra terdapat di suku kata pertama dan suku kata terakhir (ultima), sedangkan kata narpati raja terdapat konsonan /r/ di suku kata pertama.

26 Penggunaan aliterasi /r/ pada tuturan (113) menjadikan bunyi tuturan tersebut menjadi merdu dan padu. (114) suwita mring Sri Kurupati (ST/B5/L5) mengabdi kepada Sri Kurupati Data (114) menunjukkan penggunnan aliterasi /r/ di suku kata pertama pada kata mring kepada dan kata Sri Sri, dan di suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima) pada kata Kurupati Kurupati. Adanya aliterasi /r/ tersebut memberikan menciptakan bunyi ritmis dan menekankan suatu pengabdian seorang prajurit kepada raja yang bernama Sri Kurupati (Duryudana). (115) Sri Karna suka manahé (ST/B6/L3) Sri Karna bahagia hatinya Kata Sri Sri dan kata Karna Karna pada data (115) menunjukkan adanya aliterasi /r/ di suku kata pertama. Konsonan /r/ yang letaknya berdekatan menimbulkan bunyi yang padu antara kedua kata tersebut. (116) ira sang Duryudana (ST/B6/L6) dia sang Duryudana Aliterasi /r/ terdapat di suku kata pertama pada data (116), ditunjukkan oleh kata ira ia dan kata Duryudana Duryudana. Pemanfaatan konsonan /r/ di suku kata pertama menimbulkan kepaduan bunyi, dan juga menunjukkan adanya kedekatan makna antara kata ira ia yang mengacu kepada kata Duryudana Duryudana. (117) aprang ramé Karna mati jinêmparing (ST/B6/L9) dalam perang Karna gugur dipanah Aliterasi /r/ pada tuturan (117) menciptakan kepaduan bunyi pada setiap katanya, sehingga tuturan tersebut merdu jika dilafalkan. Letak aliterasi /r/ pada data di atas juga bervariasi, yaitu di suku kata pertama dan suku kata terakhir (ultima). Konsonan /r/ yang letaknya di suku kata pertama

27 terdapat pada kata ramé perang dan kata Karna Karna, sedangkan konsonan /r/ yang letaknya di suku kata terakhir (ultima) terdapat pada kata aprang dalam perang dan kata jinêmparing dipanah. (118) pantês lamun sagung pra prawira (ST/B7/L2) sepantasnyalah semua para perwira Data (118) terdapat aliterasi /r/ yang letaknya di suku kata pertama yaitu pada kata pra para. Kata prawira perwira menunjukkan aliterasi /r/ yang terletak di suku kata pertama dan terakhir (ultima). Pemanfaatan aliterasi /r/ yang letaknya berdekatan tersebut untuk memperoleh bunyi yang ritmis, sehingga tuturan menjadi lebih padu Aliterasi/ Purwakanthi Guru Sastra /s/ Bunyi /s/ termasuk konsonan geseran lamino-alveolar, yaitu konsonan keras tak bersuara dengan hambatan yang lebih panjang. Bunyi /s/ terjadi jika artikulator aktifnya ialah daun lidah, sedangkan artikulator pasifnya ialah gusi. Berikut perulangan bunyi /s/ dalam tembang dhandhanggula Sêrat Tripama. (119) guna bisa saniskarèng karya (ST/B2/L2) pandai dan mampu dalam segala pekerjaan Data (119) menunjukkan aliterasi /s/ pada kata bisa bisa yang berealisasi sebagai ultima terbuka atau bukan penutup suku kata terakhir. Data saniskarèng dalam segala berealisasi di suku kata ketiga dari akhir (antepaenultima) dan merupakan aliterasi /s/ sebagai penutup suku kata kedua. Penggunaan aliterasi /s/ pada tuturan di atas menimbulkan bunyi yang berirama dan menimbulkan kesan keindahan. (120) mangké arsa rinusak ing bala kapi (ST/B4/L9) yang sekarang akan dirusak oleh barisan kera Kata yang mengandung aliterasi /s/ pada (120) terdapat pada kata arsa sekarang berealisasi sebagai ultima yang terbuka atau bukan penutup suku kata terakhir. Adapun data

28 rinusak dirusak merupakan aliterasi /s/ yang bukan sebagai penutup di suku kata terakhir (ultima). Adanya aliterasi /s/ tersebut menimbulkan bunyi yang ritmis Aliterasi/ Purwakanthi Guru Sastra /t/ Bunyi konsonan /t/ merupakan konsonan hambat letup apiko-dental, yaitu konsonan keras tak bersuara. Bunyi konsonan /t/ berfungsi memberikan tekanan struktur ritmis pada sebuah kata. Berikut data yang memanfaatkan bunyi konsonan /t/. (121) katur ratunipun (ST/B2/L7) mempersembahkan kepada rajanya Data tersebut menunjukkan aliterasi /t/ yang berdistribusi di tengah kata. Data katur dipersembahkan berealisasi sebagai ultima, karena konsonan /t/ terletak di akhir suku kata. Data ratunipun rajanya merupakan antepaenultima, karena konsonan /t/ terletak di suku kata ketiga dari belakang. Penggunaan aliterasi /t/ tersebut bertujuan untuk mempertegas arti lirik tembang. Aliterasi /t/ tersebut juga menimbulkan kesan keindahan, karena setelah konsonan /t/ pada kedua kata di atas diikuti dengan bunyi vokal /u/.

29 2.7. Aliterasi/ Purwakanthi Guru Sastra /y/ Bunyi konsonan /y/ merupakan semivokal medio-palatal. Dalam tembang dhandhanggula Sêrat Tripama hanya ditemukan satu data yang menggunakan pola aliterasi /y/, yakni sebagai berikut. (122) kaya sayêktinipun (ST/B2/L4) seperti kenyataannya Aliterasi /y/ pada kata kaya seperti merupakan ultima, dan pada kata sayêktinipun kenyataannya berdistribusi di tengah kata. Aliterasi /y/ tersebut berfungsi sebagai penambah unsur ritmis dalam suatu lirik atau syair tembang Aliterasi/ Purwakanthi Guru Sastra /ng/ atau konsonan /n/ sanding /g/ Adanya variasi aliterasi /G/ pada setiap kata ataupun suku kata menonjolkan unsur estetis bunyi sengau. Aliterasi /G/ atau aliterasi /n/ sanding /g/ yang dimanfaatkan dalam Sêrat Tripama akan diuraikan pada data (123) sampai dengan (130). Adapun realisasinya: di suku kata pertama, suku kata kedua dari belakang (paenultima), suku kata ketiga dari belakang (antepaenultima), dan suku kata terakhir (ultima). Pemanfaatan aliterasi /G/ atau aliterasi /n/ sanding /g/ tersebut menimbulkan keindahan dalam tuturan. (123) duk bantu prang Manggada nagri (ST/B2/L5) Ketika membantu perang negari Manggada Aliterasi /G/ pada data (123) terdapat di suku kata pertama, yaitu pada kata prang perang dan kata Manggada Manggada. Pemanfaatan aliterasi /G/ pada dua kata tersebut memberikan unsur estetis berupa bunyi sengau yang berdekatan di tengah kalimat. (124) aprang tandhing lan ditya Ngalêngka aji (ST/B2/L10) Perang tanding melawan raja raksasa Ngalêngka

30 Data (124) menunjukkan variasi aliterasi /G/ yang berfungsi untuk memberikan irama bunyi sengau yang ritmis pada setiap katanya. Aliterasi /G/ pada kata aprang perang dan kata tandhing tanding terletak di suku kata terakhir (ultima) yang memiliki kedekatan makna kata, sedangkan aliterasi /G/ pada kata Ngalêngka Ngalêngka terletak di suku kata pertama dan suku kata kedua dari belakang (paenultima) menegaskan bahwa perang terjadi di negeri Ngalêngka. (125) satriya gung nagari Ngalêngka (ST/B3/L2) ksatria agung negeri Ngalêngka Aliterasi /G/ pada gung agung dan kata Ngalêngka Ngalêngka memberikan kesan tentang sesuatu yang sifatnya besar. Aliterasi /G/ pada kata gung agung berealisasi di suku kata pertama, sedangkan aliterasi /G/ pada kata Ngalêngka Ngalêngka berealisasi di suku kata pertama dan suku kata kedua dari belakang (paenultima). Pemanfaatan aliterasi /G/ pada tuturan di atas selain untuk menimbulkan bunyi yang ritmis juga untuk menegaskan bahwa kerajaan Ngalêngka merupakan kerajaan besar dan memiliki ksatria yang besar pula. (126) duk awit prang Ngalêngka (ST/B3/L6) sejak perang Ngalêngka Data (126) menunjukkan aliterasi /G/ pada kata prang perang dan kata Ngalèngka Ngalêngka. Aliterasi /G/ pada tuturan di atas berfungsi untuk menghadirkan bunyi sengau yang ritmis di tengah kalimat. Adapun realisasi aliterasi /G/ pada kata prang perang terdapat di suku kata pertama, sedangkan aliterasi /G/ pada kata Ngalêngka Ngalêngka terdapat di suku kata pertama dan suku kata kedua dari belakang (paenultima). (127) wus mukti anèng Ngalêngka (ST/B4/L8) telah hidup nikmat di Ngalêngka

LAMPIRAN 1 (Lampiran data yang dianalisis dalam Sêrat Tripama)

LAMPIRAN 1 (Lampiran data yang dianalisis dalam Sêrat Tripama) 5 LAMPIRAN 1 (Lampiran data yang dianalisis dalam Sêrat Tripama) (1) yogyanira kang para prajurit (ST/B1/L1) (2) liré lêlabuhan tri prakawis (ST/B2/L1) arti jasa bakti yang tiga macam (3) guna bisa saniskarèng

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV Oleh: Mila Indah Rahmawati C

KAJIAN STILISTIKA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV Oleh: Mila Indah Rahmawati C 1 KAJIAN STILISTIKA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV Oleh: Mila Indah Rahmawati C0112038 Pembimbing I Pembimbing II : Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum. : Drs. Sujono, M. Hum. Abstrak : Penelitian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI NILAI-NILAI KEUTAMAAN DALAM SERAT TRIPAMA SEBAGAI BENTUK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA. Supriyono PS & Agus Sutono*

IDENTIFIKASI NILAI-NILAI KEUTAMAAN DALAM SERAT TRIPAMA SEBAGAI BENTUK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA. Supriyono PS & Agus Sutono* IDENTIFIKASI NILAI-NILAI KEUTAMAAN DALAM SERAT TRIPAMA SEBAGAI BENTUK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA Supriyono PS & Agus Sutono* ABSTRAK Supriyono PS, Agus Sutono ( 2013) Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan pemikiran yang mendalam, sedangkan bahasa dalam kehidupan sehari-hari terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan pemikiran yang mendalam, sedangkan bahasa dalam kehidupan sehari-hari terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam sebuah karya sastra berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari dan bahasa pada karya ilmiah. Bahasa karya sastra merupakan hasil ide atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Makna Semiotik Aspek Heuristik yang Terkandung dalam Serat Tripama Karya K.G.P.A.A. Mangkunagara IV Berdasarkan buku Tripama Watak Satria dan

Lebih terperinci

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi p-issn: e-issn:

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi p-issn: e-issn: Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi (187-198) Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SERAT TRIPAMA KARYA MANGKUNEGARA IV Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KARAKTER KEPEMPIMPINAN MELALUI SERAT TRIPAMA DAN SERAT ASTABRATA SERTA KESESUAIANNYA DENGAN PANCASILA. Abstract

PEMBELAJARAN KARAKTER KEPEMPIMPINAN MELALUI SERAT TRIPAMA DAN SERAT ASTABRATA SERTA KESESUAIANNYA DENGAN PANCASILA. Abstract PEMBELAJARAN KARAKTER KEPEMPIMPINAN MELALUI SERAT TRIPAMA DAN SERAT ASTABRATA SERTA KESESUAIANNYA DENGAN PANCASILA Yuni Suprapto Universitas Peradaban yunisuprapto@peradaban.ac.id Abstract This conceptual

Lebih terperinci

Sanditama Kawedhar. Agus Efendi

Sanditama Kawedhar. Agus Efendi Sanditama Kawedhar Agus Efendi Progdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Jl. Letjen S. Humardani No.1 Kampus Jombor Sukoharjo 57521 Telp. (0271) 593

Lebih terperinci

Mengenal Tembang Macapat

Mengenal Tembang Macapat Mengenal Tembang Macapat Agus Efendi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah FKIP Univet Bantara Sukoharjo Jl. Letjen. S. Humardani No. 1 Sukoharjo 57521 Telp. 0271593156 Abstrak Tembang Macapat

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 153 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang peneliti lakukan terhadap perubahan fonem pelafalan lirik lagu berbahasa Indonesia dengan menggunakan karakter suara scream dan growl

Lebih terperinci

KURIKULUM BAHASA JAWA DAN APRESIASI

KURIKULUM BAHASA JAWA DAN APRESIASI KURIKULUM BAHASA JAWA DAN APRESIASI Oleh Suwardi FBS Universitas Negeri Yogyakarta Bahan tatar LKG Guru SMP/MTs Kota Yoyyakarta di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta 7 Maret 2006 1 A. Kurikulum Berbasis Pengalaman

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek 188 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek masuk ke dalam bentuk folklor lisan yaitu nyanyian rakyat. Tetapi, teks dari lagu ini sendiri

Lebih terperinci

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 225 BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran sebagai bab penutup. Kesimpulan yang dimaksud adalah memberikan gambaran yang jelas dari analisis data yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya Manusia dalam hidupnya selalu berkomumkasi dengan manusia yang lain lewat bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dengan pendengar berupa bunyi-bunyi.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah / Penggunaan Segmental Melalui Penerapan Teknik 515 PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan alat untuk menyederhanakan masalah, sehingga masalah tersebut dapat lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna, 2004, hlm; 34). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN A. SIMPULAN

BAB V SIMPULAN A. SIMPULAN 219 BAB V SIMPULAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis Keesaan Tuhan dalam Mantra Sahadat Sunda Di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1) Simpulan Struktur

Lebih terperinci

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) Debby Yuwanita Anggraeni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI peacoy@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Journal of Educational Research and Evaluation

Journal of Educational Research and Evaluation JERE 4 (1) (2015) Journal of Educational Research and Evaluation http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere NILAI KEPAHLAWANAN PERAN TOKOH SUMANTRI DALAM LAKON MAHAWIRA SUMANTRI WAYANG ORANG NGESTI

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan 94 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses morfologi yang ditemukan dalam penelitian ini ada dua yaitu afiksasi dan reduplikasi. Afiksasi yang ditemukan berupa prefiksasi, sufiksasi, konfiksasi dan simulfiksasi.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai pendidikan dalam Serat Wedhatama pupuh Pangkur sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur BAB V SIMPULAN DAN SARAN Strutur teks PSTT terdiri atas 35 bait dan 142 larik. Puisi sawér ini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu pembuka, isi, dan penutup. Dalam teks puisi

Lebih terperinci

ETIKA DAN ESTETIKA DALAM NOVEL RANGSANG TUBAN KARYA PADMASUSASTRA

ETIKA DAN ESTETIKA DALAM NOVEL RANGSANG TUBAN KARYA PADMASUSASTRA ETIKA DAN ESTETIKA DALAM NOVEL RANGSANG TUBAN KARYA PADMASUSASTRA Oleh : Qoriatul Anief Agustina program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aniefagustina@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 1) Pada analisis struktur ditemukan hal-hal antara lain: a) Analisis struktur terdiri atas bentuk dan formula bahasa

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 1) Pada analisis struktur ditemukan hal-hal antara lain: a) Analisis struktur terdiri atas bentuk dan formula bahasa 140 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini membawa penulis pada beberapa simpulan sebagai berikut: 1) Pada analisis struktur ditemukan hal-hal antara

Lebih terperinci

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575 Telp. (0274) 882481 Email: hermanuny@yahoo.com atau hermansp@uny.ac.id 1 ORGAN ARTIKULASI Bibir atas (labium superior) Bibir bawah (labium imperior)

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip

ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip tiani.riris@gmail.com Abstrak Bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dapat diketahui struktur fonologi, morfologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan

Lebih terperinci

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal 1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek

Lebih terperinci

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Labioshizchis atau lebih dikenal dengan bibir sumbing ini merupakan kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin yang menyebabkan adanya celah di antara kedua

Lebih terperinci

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA Oleh: Miskiyatun Isnainiyah Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA FON PENDAHULUAN Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas retno.hdyn@gmail.com Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi terasa mudah

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Analisis Kontrastis Bahasa Jawa Dengan Bahasa Indonesia Riris Tiani

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Analisis Kontrastis Bahasa Jawa Dengan Bahasa Indonesia Riris Tiani HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN 1412-9418 ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Undip ABSTRACT Dari pemaparan dalam bagian pembahasan di atas, dapat disimpulkan

Lebih terperinci

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV

KAJIAN STILISTIKA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV KAJIAN STILISTIKA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan

Lebih terperinci

PUISI SAWÉR TURUN TANAH DI KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS (STRUKTUR, PROSES PENCIPTAAN, KONTEKS PENUTURAN, FUNGSI, DAN MAKNA)

PUISI SAWÉR TURUN TANAH DI KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS (STRUKTUR, PROSES PENCIPTAAN, KONTEKS PENUTURAN, FUNGSI, DAN MAKNA) PUISI SAWÉR TURUN TANAH DI KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS (STRUKTUR, PROSES PENCIPTAAN, KONTEKS PENUTURAN, FUNGSI, DAN MAKNA) Hari Firmansyah Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI Harifirmansyahright@yahoo.com

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG STRUKTUR SERAT PARTAWIGENA SKRIPSI Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra oleh Nama : Imam Arief Hidayat NIM : 2151407002 Program Studi : Sastra Jawa Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

Kata Kunci: prokem, masyarakat Desa Giri, sosiolinguistik.

Kata Kunci: prokem, masyarakat Desa Giri, sosiolinguistik. ABSTRAK Penelitian yang berjudul Pembentukan Prokem dalam Komunikasi Masyarakat Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik: Kajian Sosiolonguistik bertujuan untuk mendeskripsikan pola pembentukan prokem

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dianalisis pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa persamaan dan perbedaan perubahan fonem yang terjadi pada proses

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO

KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO Oleh: Noviorita Prahutami program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa noviorita@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN 5.1 Struktur Teks Ridwan Nugraha F, 2013

BAB 5 SIMPULAN 5.1 Struktur Teks Ridwan Nugraha F, 2013 BAB 5 SIMPULAN Dalam bab ini akan disajikan simpulan dari 5 permasalahan yang telah dibahas dalam penelitian ini. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah struktur teks, proses penciptaan, konteks

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA

KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA PETUNJUK KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI 1. Bibir atas 2. Bibir bawah 3. Gigi atas 4. Gigi bawah 5. Gusi 6. Lelangit keras 7. Lelangit lembut 8. Anak tekak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam bab ini terdapat pemaparan mengenai dua subbab, yaitu subbab simpulan serta subbab implikasi dan rekomendasi. Pada subbab simpulan terdapat pemaparan mengenai

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN Nama : Burhanudin Yusuf NIM : 11.21.0618 Dosen Pembimbing: M. Suyanto, Prof. Dr, M.M. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA S1 TRANSFER SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pembahasan dalam bab V terbagi menjadi dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV sebelumnya. 5.1 Simpulan Tujuan utama penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaikinya. Tentu saja seseorang pengarang tidak harus menggurui

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaikinya. Tentu saja seseorang pengarang tidak harus menggurui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Peran karya sastra sangat penting bagi masyarakat, karena karya sastra sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Mandarin sangat penting ketepatan pelafalan vokal dan konsonan. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran khusus

Lebih terperinci

KATA CINTA DALAM BAHASA INDONESIA KAJIAN MORFOLOGI DAN SEMANTIK

KATA CINTA DALAM BAHASA INDONESIA KAJIAN MORFOLOGI DAN SEMANTIK KATA CINTA DALAM BAHASA INDONESIA KAJIAN MORFOLOGI DAN SEMANTIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya

Lebih terperinci

Analisis Morfofonemik Cerita Bersambung Pedhalangan Aswatama Anglandhak dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Mulyantara

Analisis Morfofonemik Cerita Bersambung Pedhalangan Aswatama Anglandhak dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Mulyantara Analisis Morfofonemik Cerita Bersambung Pedhalangan Aswatama Anglandhak dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Mulyantara Oleh: Ani Rahayu program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anirahayu758@yahoo.co.id

Lebih terperinci

NILAI-NILAI MORAL DALAM PARIKAN PADA LIRIK LAGU KARYA GENK KOBRA

NILAI-NILAI MORAL DALAM PARIKAN PADA LIRIK LAGU KARYA GENK KOBRA NILAI-NILAI MORAL DALAM PARIKAN PADA LIRIK LAGU KARYA GENK KOBRA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI

ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI Dalam kritik yang diberikan Teeew atas karya sastra SUDAH LARUT SEKALI : Kawanku dan Aku karya Chairil Anwar ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui naskah kuna. Jenis isi dari naskah kuna sangat beragam. Jenis teks tersebut antara lain berisi

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti Bab 5 Ringkasan Seperti kita ketahui bahwa di seluruh dunia terdapat berbagai bahasa yang berbedabeda baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang dapat digunakan dimasa depan. Keahlian itu bisa berupa keahlian dalam bidang non-akademik

Lebih terperinci

Pepindhan S. PADMOSOEKOTJO

Pepindhan S. PADMOSOEKOTJO Pepindhan Jurnal Terjemahan Alam & Tamadun Melayu 3:2 (2012) 57-71 57 Pepindhan S. PADMOSOEKOTJO Sebelum memperkatakan pepindhan, perlu dijelaskan terlebih dahulu batasan yang disebut pepindhan, candra,

Lebih terperinci

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap kumpulan puisi Puisi Mbeling karya Remy Sylado, didapatkan tiga simpulan yang menjawab persoalanpersoalan dalam

Lebih terperinci

Unit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Muh. Faisal

Unit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Muh. Faisal Unit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA Muh. Faisal P ada unit IV dalam bahan ajar cetak mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD ini dibahas mengenai Struktur Fonologi dan Morfologi Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 198 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa ritual kaghotino buku merupakan tradisi masyarakat Muna dengan sistem pewarisan menggunakan lisan yang dilahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: )

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: ) Bahasa Melayu Kertas 1 STPM FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: 2006-2010) 01 Udara dari paru-paru keluar melalui rongga mulut. Udara tersekat pada dua bibir yang dirapatkan. Udara dilepaskan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GAYA BAHASA PADA WACANA SMS LUCU. DI SITUS WEB SKRIPSI

PEMANFAATAN GAYA BAHASA PADA WACANA SMS LUCU. DI SITUS WEB  SKRIPSI PEMANFAATAN GAYA BAHASA PADA WACANA SMS LUCU DI SITUS WEB http://ketawa.com/ SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan uraian pembahasan ketiga teks MT di Desa Karangnunggal Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur didapati simpulan bahwa kesejahteraan hidup bagi manusia yang diwakili oleh

Lebih terperinci

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunarungu seringkali memiliki kebiasaan-kebiasaan yang salah saat berbicara terutama ketika melafalkan kata-kata. Kondisi tersebut merupakan dampak dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebanyak 17 Mantra Pengasih dari 13 narasumber yang berbeda.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebanyak 17 Mantra Pengasih dari 13 narasumber yang berbeda. 89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Mantra Pengasih merupakan rapalan doa yang bertujuan memikat hati dan mendatangkan belas kasih serta kepatuhan objek yang ditujukan. Penelitian Mantra Pengasih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi antarindividu yang satu dengan yang lain maupun antar kelompok yang satu dengan yang lain. Interaksi

Lebih terperinci

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM Nota Kuliah BBM3202 Pendahuluan Fitur Distingtif (ciri pembeza) ialah unit terkecil nahu yang membezakan makna. Cth: Pasangan minimal [pagi] dan [bagi] yang dibezakan maknanya pada fitur tak bersuara [p]

Lebih terperinci

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Sikap Pengetahuan Keterampilan Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilakan penelitian data dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan akademik pada ranah kognitif dibandingkan dengan ranah afektif.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan akademik pada ranah kognitif dibandingkan dengan ranah afektif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nilai-nilai yang menyangkut pembentukan moral peserta didik belum diterapkan secara maksimal. Pendidikan di sekolah lebih mengedepankan peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA SOUNDEX PADA SPELL CHECKER BAHASA INDONESIA

PENGEMBANGAN ALGORITMA SOUNDEX PADA SPELL CHECKER BAHASA INDONESIA PENGEMBANGAN ALGORITMA SOUNDEX PADA SPELL CHECKER BAHASA INDONESIA Ika Purwanti Ningrum 1, Muh. Yamin 2, Samsul 3 (1) Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, UHO, (Contact : 081328806820, ika.purwanti.n@gmail.com)

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa novel Sebelas Patriot merupakan novel yang berlatar belakang kecintaan terhadap tanah air,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

NILAI PATRIOTIK GERAK TARI TOKOH SUMANTRI LAKON MAHAWIRA SUMANTRI WAYANG ORANG NGESTI PANDAWA SEMARANG

NILAI PATRIOTIK GERAK TARI TOKOH SUMANTRI LAKON MAHAWIRA SUMANTRI WAYANG ORANG NGESTI PANDAWA SEMARANG Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014 NILAI PATRIOTIK GERAK TARI TOKOH SUMANTRI LAKON MAHAWIRA SUMANTRI WAYANG ORANG NGESTI PANDAWA SEMARANG Susiwi Hadinoto*Wahyu Lestari, Hartono Shadinoto75@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik yang sedang dibahas agar dapat membantu melengkapi

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa Fitria_Dwi97@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB VARIASI FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DALAM KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA

BAB VI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB VARIASI FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DALAM KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA 176 BAB VI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB VARIASI FITUR-FITUR SUPRASEGMENTAL DALAM KIDUNG TANTRI NANDAKAHARANA Setiap nyanyian (termasuk kidung) memiliki unsur estetis yang mengindahkan setiap aturan. Aturan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia (Pertemuan

Bahasa Indonesia (Pertemuan Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti

Lebih terperinci