Mengenal Tembang Macapat
|
|
- Verawati Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Mengenal Tembang Macapat Agus Efendi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah FKIP Univet Bantara Sukoharjo Jl. Letjen. S. Humardani No. 1 Sukoharjo Telp Abstrak Tembang Macapat adalah bagian dari empat jenis Tembang yaitu, tembang gedhe, tembang tengahan, tembang cilik dan tembang dolanan. Tembang Macapat masih sering digunakan atau dipakai pada acara-acara tertentu seperi pertunjukkan Wayang, pentas Karawitan dan sebagainya dan bahkan masih digunakan sebagai salah satu materi pada mata pelajaran Bahasa Jawa pada tingkat sekolah dasar sampai menengah atas. Jadi tembang Macapat masih hidup dan berkembang sampai sekarang. Tembang Macapat juga memiliki pedoman-pedoman di dalam penciptaannya, yang di dalam satu pada (bait)nya ada aturan-aturan tersendiri yang harus ada. Syair-syair atau cakepan yang ada di dalam tembang macapat juga syarat dengan nuansa keindahan sastra yang indah dan tidak gampang dimengerti apabila tidak memahami asal muasal kata-kata yang dipakai dan dalam istilah Jawa disebut tidak mlaha atau vulgar seperti bahasa sehari-hari. Tembang macapat merupakan hasil karya sastra yang luar biasa yang didalamnya syarat dengan nilai-nilai atau ajaran yang luhur, yang karena nilai-nilai tersebut membuat tembang macapat masih hidup dan berkembang sampai saat ini. Jenis-jenis tembang macapat adalah mijil, maskumambang, sinom, pangkur, dhandhanggula, asmaradana, gambuh, kinanthi, pocung. Seseorang yang ingin belajar tembang macapat tidak hanya bisa melagukan atau bisa nembang saja tetapi harus mengetahui isi dan inti tembang tersebut. Terdapat beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam belajar tembang Macapat yaitu : 1) Pahami arti tembang Macapat, 2) Pahami isi Tembang Macapat, 3) Temukan inti tembang, 4) Perhatikan guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan, 5) Perhatikan pembagian bait (pada) masing-masing tembang, 6) Pahami pengelompokan (pupuh) dalam tembang Macapat, 7) Sering mendengarkan, dan 8) Berlatih secara rutin Kata-kata kunci : Tembang macapat, Belajar tembang Pendahuluan Tembang Jawa adalah salah satu bentuk karya seni yang berupa olah suara dengan media bahasa dan sastra Jawa dan menggunakan nada atau laras gamelan slendro atau pelog. Tembang Jawa yang terdiri dari empat macam tembang yaitu tembang gedhe, tembang tengahan, tembang cilik dan tembang macapat masing-masing memiliki kandungan filosofi yang berbeda. Tembang macapat sebagai tembang cilik terdiri dari sebelas macam tembang dan masing-masing mengandung makna pitutur atau nasehat tentang perilaku yang utama dalam kehidupan pribadi individu maupun bermasyarakat. Namun demikian tembang ini telah banyak ditinggalkan oleh generasi muda terutama yang lahir pada paruh akhir abad XX karena tergeser oleh tembang-tembang populer baik dari negeri sendiri maupun dari negara lain khususnya dari Amerika dan Eropa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ghozali (2009) tentang nilai-nilai moral dalam serat Wedhatama di Surakarta menemukan bahwa dalam pergaulan kaum muda, etika dan sopan santun orang Jawa kurang diperhatikan, kaum muda tidak lagi memahami petuah-petuah Jawa dan memandang tembang Jawa sekedar sebagai hiburan yang tidak mengandung makna tuntunan. 201
2 Agus Efendi. Mengenal Tembang Macapat Pada masyarakat Jawa khususnya di jawa Tengah dan Yogyakarta terdapat beberapa tradisi yang masih dilaksanakan dengan menggunakan bahsa Jawa sebagai pengantar seperti dalam upacara pernikahan, pesta atau peringatan hari-hari penting seseorang, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan tradisi tersebut tidak jarang dilantunkan tembang-tembang Jawa namun lebih bersifat tembang Jawa modern (campur sari) yang maknanya sering kali tidak sesuai atau bahkan bertolak belakang dengan maksud upacaranya itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa pencipta dan pelantun tembang Jawa tidak memahami makna tembang maupun maksud upacara dan memandang tembang sebagai karya seni serta hiburan semata. Hal ini terjadi karena sangat kurangnya pemahaman masyarakat mengenai makna tembang Jawa sehingga perlu adanya upaya pengajaran tembang Jawa secara tepat kepada masyarakat khususnya siswa SD guna memasyarakatkan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Sekilas Tembang Macapat Tembang macapat memiliki urutan yang menggambarkan perjalanan manusia sejak masih dalam kandungan hingga meninggal yaitu dimulai dari Maskumambang hingga Pucung (Hascarya, 1979). Maskumambang (janin yang mengambang dalam rahim ibunya), mijil (lahir), sinom (masa muda), asmarandana (masa memadu asmara), gambuh (mencapai kecocokan antara laki-laki dan perempuan), dhandhanggula (masa menjadi manusia dewasa), kinanthi (masa mendidik anak), pangkur (masa memegang prinsip dan membuat skala prioritas dalam hidup), durma (berderma), megatruh (berpisah antara ruh dan raga), dan pucung (meninggal dan dipocong). Dalam setiap tembang tersebut terkandung nilai-nilai moral, budi pekerti, dan berisi petunjuk atau tuntunan tentang perilaku utama yang harus dilakukan oleh manusia dari lahir hingga menjelang ajal agar dapat mencapai kemuliaan hidup dunia dan akhirat. Suatu kenyataan bahwa nilai-nilai dan petunjuk tersebut tidak lagi dipahami oleh generasi muda karena telah terjadi pemutusan rantai pewarisannya dari generasi sebelumnya sebagai akibat perubahan kurikulum pendidikan yang lebih mementingkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern (Anonim, 1994). Tembang Jawa yang mengajarkan sendi-sendi kehidupan berbudi luhur saat ini menghadapi persaingan dengan tembang-tembang populer dan tembang-tembang dari manca negara yang mengedepankan sendi-sendi kehidupan modern, kesenangan sesaat, dangkal, dan cenderung mengeksploitasi selera rendah masyarakat. Hal ini diperburuk oleh media massa yang memberi ruang lebih banyak untuk representasi budaya modern dibanding budaya tradisional termasuk tembang Jawa. Metode pengajaran tembang Jawa yang efektif juga diperlukan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada para guru dan calon guru bahasa daerah sehingga terjadi pewarisan nilai-nilai moral, budi pekerti, dan tuntunan perilaku hidup yang utama. Fakta lain adalah bahwa : Akhir-akhir ini terlihat semakin mundurnya penguasaan secara baik dan benar bahasa Jawa teruatama ragam krama oleh sebagian besar masyarakat Jawa... Bahasa merupakan roh budaya, dengan hilang dan matinya suatu bahasa, akan hilang serta habis pulalah nilai-nilai budaya tersebut (Sudibyo, 2006:99-100). Hal tersebut perlu diatasi melalui upaya-upaya pelestarian nilai-nilai budaya Jawa termasuk pelestarian tembang Jawa sebagai karya seni warisan leluhur yang bernilai budi pekerti tinggi. Pentingnya upaya pelestarian ini dapat diketahui dari pernyataan bahwa : Masyarakat Jawa sangat dominan di Indonesia baik dari segi populasi, ekonomi, sosial, maupun kultural. Dalam kondisi demikian budaya Jawa berperan besar dalam kehidupan budaya bangsa sehingga aspek-aspek WIDYATAMA 202
3 No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA budaya Jawa perlu dijadikan kajian dalam kurikulum sekolah (Sudibyo, 2006:102). Hal ini menunjukkan bahwa pewarisan nilai-nilai budaya Jawa termasuk di dalamnya tembang Jawa, harus terus dilakukan karena budaya Jawa memiliki pengaruh luas dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Upaya ini memerlukan kajian intensif mengenai metode pengajaran efektif yang menarik, menyenangkan, dan dapat diterapkan untuk mewariskan nilai-nilai budaya Jawa kepada generasi penerus. Kajian ini juga penting mengingat metode pengajaran tembang Jawa yang ada selama ini belum mampu membuat siswa termotivasi untuk mempelajari tembang Jawa dan bahkan menakutinya. Belajar Tembang Macapat Tembang macapat adalah olah suara yang menggunakan acuan nada pentatonis Jawa, dan menggunakan media bahasa Jawa yang terbingkai oleh sastra/bahasa-bahasa indah (Sri Widodo,1996:5). Nada-nada suara diluar nada diatonic adalah nada pentatonic. Terdapat banyak ragam nada pentatonic namun untuk nada pentatonic Jawa adalah yang nada dasarnya khusus slendro dan pelog atau nada gamelan. Banyak kalangan menilai bahwa belajar tembang macapat sangat sulit karena memiliki irama (cengkok) yang berbeda dengan tembang-tembang popular yang lebih mudah didendangkan. Namun sesungguhnya belajar tembang macapat tidaklah sulit karena ada beberapa langkah yang dapat dilalui agar seseorang dapat menguasai tembang-tembang macapat secara baik. Beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pahami arti tembang Macapat 2. Pahami isi Tembang Macapat 3. Temukan inti tembang 4. Perhatikan guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan 5. Perhatikan pembagian bait (pada) masing-masing tembang 6. Pahami pengelompokan (pupuh) dalam tembang Macapat 7. Sering mendengarkan 8. Berlatih secara rutin Tembang Macapat apabila dilihat dari cakepan/syairnya digolongkan menjadi 3 jenis yaitu: jenis pitutur/petuah, jenis teka-teki dan jenis cerita. Tembang jenis pitutur/petuah ini sangat jelas apabila dilihat dari cakepan/syairnya yang menyampaikan ajaran-ajaran yang baik dan sangat berguna bagi kemaslahatan. Contoh : tembang Pocung (ngelmu iku kalakone kanthi laku,lekase lawan kas,tegese kas nyantosani,setya budya pangakese dur angkara). Terjemahannya adalah sebagai berikut : ilmu itu bisa didapat apabila cara mendapatkannya dengan laku/dijalani dengan sungguh-sungguh (usaha dan doa), niyatnya dengan kas, arti kas adalah dengan membuktikan sendiri/ tidak boleh hanya mendengarkan orang yang punya ilmu, setiya terhadap budaya/ segala tingkah laku berpedoman terhadap budaya Jawa akan bisa mengekang/membunuh watak yang jelek. 203 WIDYATAMA
4 Agus Efendi. Mengenal Tembang Macapat Tembang macapat jenis teka-teki ini apabila dilihat/dicermati dari syairnya menggambarkan sesuatu. Contoh tembang Durma (Paman paman apa wartane ing ndalan,ing ndalan keh wong mati,mati kena apa,mati suduk salira,ing jaja terusing gigir, Pan kaniaya,badan kari ngalinthing). Terjemahannya: Paman atau menyebut seseorang dan bertanya ada kejadaian dijalan, dijalan kok banyak orang meninggal, matinya kena apa yaa. Kok matinya ditusuk dari dada sampai ke punggung, betul-betul teraniaya dan bangkainya tidak terurus sampai menjadi tulang dan kulit saja/ saling berserakan tidak terurus bahkan ada yang seperti mumi. Ternyata jawaban teka-teki itu adalah gambaran pedagang tahu kupat yang sedang meracik makanan kupat di atas piring. Kupat bisa dihidangkan di atas piring melalui proses penyiksaan terlebih dahulu. Tembang macapat jenis ini biasanya memiliki cerita yang beraneka ragam, tetapi umumnya sumber ceritanya dari: pewayangan, sejarah, legenda dan kejadian-kejadian penting seperti memperingati pembuatan bangunan-bangunan dan lain sebagainya. Contoh : Tembang Asmaradana (Anjasmara ari mami, Mas mirah kulaka warta, Dasihmu tan wuru layon, Anning kutha Probolinnggo, Prang tandhing wuru Bisma, Kariya mukti wong ayu,pun kakang pamit palastra). Terjemahannya : Menceritakan Raden Damarwulan yang berpamitan dengan pasangannya Dewi Anjasmara. Raden Damarwulan akan berangkat ke medan perang membasmi musuh Negara Majapahit yaitu Sang Wuru Bisma/Raden Minak Jingga. Bagaimana kawatirnya Dewi Anjasmara yang mengtahui kesaktian Raden Minak Jingga sehingga melepas kepergian Raden Damar wulan serperti harus merelakan kematiannya. Dalam setiap karya sastra tembang, di dalamnya selain ada isi juga ada inti yang bisa diambil yang sekaligus sebagai kandungan nilai yang sangat luhur. Contoh tembang dandhanggula pethilan dari serat Tripoma. Pada I : Wonten malih tuladhan prayogi, Satriya gung nagari Ngalengka, Sang Kumbokarno arane, Tur iku warna diyu, Suprandene nggayuh utami, Duk wiwit prang Alengka, Denya darbe atur, Mring raka pinrih raharja, Dasamuka tan kengguh ing atur yekti, Dene mungsuh wanara. Pada II Kumbokarno kinen mangsah jurit, Mring kang raka sira tan nglenggana, Nuhoni kasatriyane, Ing tekat datan purun, Among nyipta labuh nagari, Miwah kang yayah rena, Myang leluhuripun, Wus mukti aneng Alengka, Mangke arsa rinusak ing bala kapi, Punagi mati ngrana. WIDYATAMA 204
5 No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA Tembang tersebut dapat ditterjemahkan secara sederhana sebagai berikut : Kumbokarno sebagai ksatriya negara tidak mau disuruh kakaknya untuk membela rajanya karena kakaknya sebagai pihak yang salah. Namun Kumbokarno ketika melihat sendiri hancurnya negara oleh wadya bala kera merasa geram dan bertekat membela negara. Dalam hatinya tidak rela negaranya hancur oleh musuh. Ia merasa dirinya dan leluhurnya sudah berhutang segalanya ke negaranya. Jadi ia maju perang bukan Karena membela kakaknya tetapi membela Negara yang sangat dicintainya. Inti tembang tersebut menunjukkan bahwa sikap Kumbokarno terhadap negaranya adalah ikut andarbeni/ memiliki, angrungkebi/akan berkorban demi negara, mulat salira angrasa wani/mawas diri atau intropeksi bahwa sang Kumbokarno berani bertanya kepada dirinya jangan Tanya Negara sudah memberi apa kepada kamu tetapi tanyalah dirimu sendiri apa yang sudah kamu berikan untuk negaramu. Sebenarnya andarbeni, angrungkebi, mulat salira angrasa wani bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari tehadap keluarga, lingkungan, kantor, tempat menuntut ilmu atau tempat lain dimana manusia harus merasa andarbeni, angrungkebi, mulat salira angrasa wani. Adapaun guru gatra, guru lagu, dan guru wilangannya dapat dijelaskan berikut ini : a. Guru Gatra Guru: pathokan/pedoman. Gatra: larik/baris. Setiap jenis tembang dalam setiap baitnya memiliki pedoman-pedoman berbedabeda terhadap jumlah barisnya. b. Guru lagu Guru : pathokan/pedoman. Lagu : jatuhnya aksara vocal di akhir kata dalam setiap baris. Setiap jenis tembang mempunyai pedoman yang sudah tidak bisa diganti tentang jatuhnya aksara vocal dalam setiap akhir kata dam setiap barisnya. c. Guru wilangan Guru : pathokan/pedoman Wilangan : jumlah suku kata/wanda dalam setiap baris. Setiap jenis tembang mempunyai pedoman yang sudah ada dan tidak bisa berubah tentang jumlah wanda/suku kata dalam setiap barisnya. Pedoman guru gatra, lagu dan wilangan. Jumlah Guru Wilangan/Suku Jenis Tembang Guru Lagu Gatra/baris Kata Mijil 6 i,a/o,e,i,i,a/o 10,6,10,10,6,6 Makumambang 4 i,a,i,a 12,6,8,8 Sinom 9 a/o,i,a/o,i,i,u,a/o,i,a/o 8,8,8,87,8,7,8,12 Asmaradana 7 i,a/o,a/o/e,a/o,a/o,u,a 8,8,8,8,7,8,8 Gambuh 5 u,u,i,u,a/o 7,10,12,8,8 Kinanthi 6 U,i,a/o,i,a/o,i 8,8,8,8,8,8 Dhandhanggula 10 i,a/o,e,u,i,a/o,u,a/o,i,a/o 10,10,8,7,9,7,6,8,12,7 Pangkur 7 a/o,i,u,u,a/o,i 8,11,8,7,12,8,8 Pocung 4 U,a/o,i,a/o 12,6,8, WIDYATAMA
6 Agus Efendi. Mengenal Tembang Macapat Setiap tembang boleh jadi terdiri dari beberapa bait (pada). Pada adalah pedoman/pathokan banyaknya baris, suku kata/wanda dan jatuhnya aksara vocal/guru lagu di dalam satu jenis tembang. Bisa saja pada disebut bait, tetapi bait yang ada norma-norma penyusunannya. Jadi yang dinamakan pada/bait antara jenis tembang satu dan lainnya berbeda-beda karena mempunyai pedoman sendiri-sendiri. Selain itu terdapat juga pengelompokan beberapa tembang macapat ke dalam kelompok (pupuh). Pupuh mengacu pada penyebutan jenisnya tembang dan bukan banyaknya pada/bait didalamnya. Contoh : Serat Sendari. Serat Sendari : didalamnya ada 2 pada pocung + 2 pada asmaradana+ 3 pada mijil. Jika ada pertanyaan Serat Sendari ada berapa pupuh? Jawabanya adalah 3 pupuh, yaitu pupuh pocung, asmaradana,mijil. Supaya dapat memahami dan belajar tembang macapat secara lebih baik dianjurkan untuk sering mendengarkan nyanyian tembang tersebut agar cepat merasakan nada-nada Jawa laras slendro atau pelog. Semakin sering mendengarkan semakin mengenal dan cepat mengetahui tinggi rendahnya nada-nada Jawa. Selanjutnya setelah sering mendengarkan sebaiknya juga berlatih secara rutin. Latihan rutin dapat dilakukan tiap hari beberapa kali dan di dalam latihan tidak harus lama waktunya tetapi rutin sehari. Berlatih sebentar tetapi sering akan lebih baik dibandingkan berlatih lama tetapi jarang. Semakin sering latihan akan semakin baik hasilnya karena seseorang yang sering berlatih akan lebih terbiasa dengan irama (cengkok) dan semalin luwes dalam melagukan masingmasing tembang. Penutup Seseorang yang ingin belajar tembang macapat tidak hanya bisa melagukan atau bisa nembang saja tetapi harus mengetahui isi dan inti tembang tersebut. Terdapat beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam belajar tembang Macapat yaitu : 1) Pahami arti tembang Macapat, 2) Pahami isi Tembang Macapat, 3) Temukan inti tembang, 4) Perhatikan guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan, 5) Perhatikan pembagian bait (pada) masing-masing tembang, 6) Pahami pengelompokan (pupuh) dalam tembang Macapat, 7) Sering mendengarkan, dan 8) Berlatih secara rutin Daftar Rujukan Anonim Kurikulum Pendidikan Dasar Jakarta : Departemen Penididkan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ghozali Nilai-nilai Moral dalam Serat Wedhatama. Surakarta : Tiga Serangkai. Hascarya, Sri Gunawan Buku Macapat. Surakarta: Proyek pengembangan ASKI Sri Widodo Ajar Nabuh Gamelan. Sukoharjo : Cenderawasih. Sudibyo, Iman. 2006: Peranan Kebudayaan Jawa dalam Pengembangan Kebudayaan Nasional dalam Pernak pernik Budaya Jawa, Salatiga. Pusat Studi Budaya jawa FKIP UKSW kerja sama dengan Widya Sari Press. WIDYATAMA 206
LAMPIRAN 1 (Lampiran data yang dianalisis dalam Sêrat Tripama)
5 LAMPIRAN 1 (Lampiran data yang dianalisis dalam Sêrat Tripama) (1) yogyanira kang para prajurit (ST/B1/L1) (2) liré lêlabuhan tri prakawis (ST/B2/L1) arti jasa bakti yang tiga macam (3) guna bisa saniskarèng
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT BERFORMAT VIDEO INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH DASAR
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT BERFORMAT VIDEO INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH DASAR Joko Daryanto Universitas Sebelas Maret Abstrak Tembang Macapat merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karakter sebagian pemuda-pemudi saat ini sehubungan dengan pendidikan karakter atau kodratnya sebagai makhluk sosial, dapat dikatakan sangat memprihatinkan.
Lebih terperinciPERPADUAN SENI ISLAM DAN JAWA DALAM TEMBANG
PERPADUAN SENI ISLAM DAN JAWA DALAM TEMBANG MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah : Islam dan Budaya Jawa Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Sri Suhanjati Oleh Silma Ariyani (1504026064) FAKULTAS
Lebih terperinciMENGKAJI WUJUD BUDAYA YANG TERDAPAT DALAM TRADISI MACAPAT DI BAKI, SUKOHARJO
MENGKAJI WUJUD BUDAYA YANG TERDAPAT DALAM TRADISI MACAPAT DI BAKI, SUKOHARJO Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102) Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan luhur Jawa. Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahasa Jawa memiliki peran yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) LOMBA TEMBANG MACAPAT UNTUK SISWA SD SE - PROPINSI DIY BALAI PELESTARIAN SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL YOGYAKARTA
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) LOMBA TEMBANG MACAPAT UNTUK SISWA SD SE - PROPINSI DIY BALAI PELESTARIAN SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL YOGYAKARTA Di Ndalem Joyodipuran, 17 18 September 2012 Tembang Macapat
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. untuk mengambil kesimpulan. Hasil dari analisis penelitian ini meliputi: pemanfaatan aspek-aspek
BAB II PEMBAHASAN Analisis data merupakan hal yang paling pokok dalam sebuah penelitian. Dalam tahap ini penulis akan menganalisis data hasil penelitian menjadi suatu informasi yang dapat digunakan untuk
Lebih terperinciNilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang
Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang Oleh: Sugeng Triwibowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Miftah1919@gmail.com Abstrak:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pupuh merupakan puisi yang termasuk bagian dari sastra Sunda. Pupuh itu terikat oleh patokan (aturan) berupa guru wilangan, guru lagu, dan watek. Guru wilangan
Lebih terperinciAPLIKASI E-LEARNING SINAU AKSARA JAWA UNTUK SISWA SMP BERBASIS WEB MENGGUNAKAN HTML5. Makalah
APLIKASI E-LEARNING SINAU AKSARA JAWA UNTUK SISWA SMP BERBASIS WEB MENGGUNAKAN HTML5 Makalah Program Studi Informatika Fakultas Komunikasi dan Informatika Diajukan Oleh : Agung Ardhi Wijayanto Dr. Heru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh
Lebih terperinciSTANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH
STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Sikap Pengetahuan Keterampilan Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
Lebih terperinciKERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA
KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
Lebih terperinciSTANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SMP/SMPLB/MTs PROVINSI JAWA TENGAH
STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SMP/SMPLB/MTs PROVINSI JAWA TENGAH A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN NEMBANG DURMA LARAS SLENDRO PADA PEMBELAJARAN SENI SUARA JAWA
PENINGKATAN KEMAMPUAN NEMBANG DURMA LARAS SLENDRO PADA PEMBELAJARAN SENI SUARA JAWA Upik Kandarsih, S.Pd. SDN Kedungmutih, Demak-Jawa Tengah, Indonesia Abstract This study is a class action aims to improve
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN Jalan Pemuda 134 Telp. ( 024 ) Faximile ( 024 ) Semarang KATA PENGANTAR
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENDIDIKAN Jalan Pemuda 134 Telp. ( 024 ) 3515301 Faximile ( 024 ) 3520071 Semarang 50132 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Lebih terperinciKAJIAN NILAI MORAL TEMBANG MACAPAT DALAM BUKU MÉGA MENDUNG KARANGAN TÉDJASUSASTRA DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG
KAJIAN NILAI MORAL TEMBANG MACAPAT DALAM BUKU MÉGA MENDUNG KARANGAN TÉDJASUSASTRA DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG Oleh: Fitri Afniati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa gastedant_fianti@rocketmail.com
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.
BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni
147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni tradisional wayang kulit purwa di Kabupaten Tegal, maka terdapat empat hal yang ingin penulis
Lebih terperinciA. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap
A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi meningkatnya perkembangan hubungan sosial juga semakin meningkat. Hal tersebut dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat
Lebih terperinciSEKILAS TENTANG TEMBANG MACAPAT. Oleh : Drs. KARTIMAN, M. Sn. WIDYAISWARA PPPPTK SENI DAN BUDAYA YOGYAKARTA
SEKILAS TENTANG TEMBANG MACAPAT Oleh : Drs. KARTIMAN, M. Sn. WIDYAISWARA PPPPTK SENI DAN BUDAYA YOGYAKARTA ================================================================ Abstrak Tembang macapat oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti gubah, karang, sadur. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah Kempalan Dongeng yang memuat teks Kyai Prelambang dengan bertuliskakan aksara Jawa tidak ditemukan di tempat lain selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh pupuh, dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam Bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,
Lebih terperinciini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jawa memiliki berbagai karya yang mencerminkan pemikiran, perilaku, aturan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya suatu bangsa mencerminkan peradapan kehidupan masyarakatnya. Budaya Jawa sebagai salah satu kekayaan budaya daerah di Indonesia mencerminkan peradapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan daerahnya yang sangat bermacam-macam. Banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki berbagai kekayaan seni dan budaya. Semua daerah di Indonesia, dari ujung Aceh sampai Papua memiliki seni unik dan etnik. Diantaranya seni
Lebih terperinciA.PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1. SENI
1 BAB I A.PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1. SENI Seni merupakan bagian hidup dari manusia, karena menurut penyusun seni tercipta oleh manusia. Penyusun memahami bahwa seni itu tercipta oleh manusia,
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 2 SRAGEN
DEIKSIS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 2 SRAGEN SKRIPSI oleh: BAGUS PRAMURADYA E.G.S. K1209012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI 2013 DEIKSIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciMUSEUM GAMELAN DAN TEMPAT PERTUNJUKAN MUSIK TRADISIONAL DI BANTUL
PROPOSAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM GAMELAN DAN TEMPAT PERTUNJUKAN MUSIK TRADISIONAL DI BANTUL TUGAS AKHIR PADA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA DISUSUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang terbentuk dari berbagai suku dan memiliki banyak jenis kebudayaan yang berasal dari daerah atau suku itu sendiri. Kebudayaan merupakan
Lebih terperinci2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia kaya akan ragam suku sehingga dari keberagaman tersebut lahirlah banyak kesenian tradisi yang bersifat unik dan khas. Poerwadarminta (2001,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokal di sekolah dasar untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaankebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa daerah merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal di sekolah dasar untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaankebudayaan yang ada di daerah.
Lebih terperinciSanditama Kawedhar. Agus Efendi
Sanditama Kawedhar Agus Efendi Progdi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Jl. Letjen S. Humardani No.1 Kampus Jombor Sukoharjo 57521 Telp. (0271) 593
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk karakter suatu bangsa. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu negara adalah pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Juita, 2014 konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kidung merupakan teks lagu mantra yang dinyanyikan atau syair yang dinyanyikan yang populer di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Kidung ini sangat populer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam. Kekayaan akan budaya ini tumbuh karena banyaknya suku atau etnis yang ada di bumi Nusantara.
Lebih terperinciBAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA
BAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA Sebagaimana yang telah dideskripsikan pada bagian hasil analisis data, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra Bali merupakan bagian dari kebudayaan daerah yang merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat memperkaya warisan budaya bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya
Lebih terperinciABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI
ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI Penelitian terhadap Geguritan Masan Rodi ini membahas tentang analisis struktur dan fungsi. Analisis ini mempunyai tujuan untuk mengungkapkan struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masa sekarang tempat dan waktu bukan lagi penghalang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa sekarang tempat dan waktu bukan lagi penghalang untuk berkomunikasi. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi mempermudah mencari informasi dari dalam hingga
Lebih terperinciKISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA
KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA NO KOMPETENSI DASAR KELAS MATERI INDIKATOR 1. 2. Menceritakan riwayat hidup paraga/tokoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI.. i ii iii iv ix xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Identifikasi Masalah.. 1.3 Batasan Masalah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Puisi rakyat merupakan salah satu genre folklor lisan. Puisi rakyat memiliki arti sebagai kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terdiri atas beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka corak budaya yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra diciptakan pengarang berdasarkan realita (kenyataan) yang ada di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra memang mencerminkan kenyataan,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Struktur Serat Sewaka. Analisis struktural adalah tugas pendahuluan sebelum mengkaji dari segi
BAB II LANDASAN TEORI A. Struktur Serat Sewaka Analisis struktural adalah tugas pendahuluan sebelum mengkaji dari segi manapun juga, sebab karya sastra sebagai dunia kata mempunyai kebulatan makna instrinsik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia dapat dilihat dari kekayaan sastra yang dimilikinya, termasuk cerita rakyat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan hal yang berharga sehingga perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin dalam berbagai
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jiwa manusia, yang dinyatakan dalam bentuk deretan nada yang diciptakan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dharma gita atau seni suara adalah suatu pernyataan atau gambaran dari jiwa manusia, yang dinyatakan dalam bentuk deretan nada yang diciptakan atau dicetak maupun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang maju, berdaulat, adil, makmur, bermartabat, dan beradab. Modal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah negara yang maju, berdaulat, adil, makmur, bermartabat, dan beradab. Modal besar yang dimiliki
Lebih terperincikeunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Berbagai keragaman di setiap wilayahnya membuat Indonesia disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,
Lebih terperinciSTANDAR ISI STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN. Mata Pelajaran Bahasa Daerah (Jawa) Untuk SMA/ SMK/ MA
STANDAR ISI STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Mata Pelajaran Bahasa Daerah (Jawa) Untuk SMA/ SMK/ MA PROPINSI JAWA TIMUR BAB II STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak dapat dilepaskan dari peradaban masyarakat. Khususnya pada masyarakat Jawa, karya sastra lama seperti kisah-kisah pewayangan banyak dijumpai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik Melayu Indonesia lahir pada tahun 50an. Musik Melayu Indonesia sendiri adalah musik tradisional yang khas di daerah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung
Lebih terperinciBAB III DATA DAN TEORY
BAB III DATA DAN TEORY A. Data Perancangan 1. Data Anak Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Di masa ini pendidikan untuk mereka sangatlah penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat
Lebih terperinciARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA
Modul ke: 03 Primi Fakultas FTPD ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Vernakular dalam Arsitektur Tradisional Artiningrum Program Studi Teknik Arsitektur Tradisi berasal dari bahasa Latin: traditio, yang berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan. Dasar dari pengembangan pendidikan karakter
Lebih terperinciJURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)
JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan pengembangan, spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya penelitian dan pengembangan, asumsi dan keterbatasan
Lebih terperinciRANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA
RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : GUBERNUR JAWA TENGAH,
Lebih terperinciSILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH
SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. suatu negara. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap indikator maju tidaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salahsatu komponen terpenting dalam kemajuan suatu negara. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap indikator maju tidaknya negara di masa mendatang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak, baik lahir maupun batin. Kehidupan anak-anak Jawa dijaman dahulu tidak terlepas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan di dunia ini telah diberikan bekal alat hidup dengan lengkap, namun belum semuanya dalam keadaan yang sempurna. Pergaulan hidup manusia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Gayo adalah kesenian Didong. Kata didong mendekati pengertian dendang adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam adalah salah satu kekayaan nasional yang tak ternilai harganya. Kebudayaan yang beraneka ragam tersimpan di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Alokasi Waktu : SMP Negeri 1 Prambanan : Bahasa Jawa : VII/1 : Tembang macapat Gambuh : 2 x 40 menit A. Kompetensi Inti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku memiliki etnis yang mereka kembangkan sesuai dengan tradisi dan sistem budaya masing-masing.
Lebih terperinciMenguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global
Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,
Lebih terperinci