DUKUNGAN SOSIAL DAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DUKUNGAN SOSIAL DAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA"

Transkripsi

1 DUKUNGAN SOSIAL DAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA Riblita Damayanti, Dwi Puspita Satriana, Ainul Mardiah Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta Abstract Background of this research is to explore a description of the relationship between social support from a special person, family and friends with perpetrators and victims of violent behavior in courtship in adolescents. Social Support using Multidimential Scale of Perceived Social Support (Zimet, 1998) and Violence In Courts (KDP) use the Conflict Adolescent Dating Relationship Inventory (Wolfe, 2001). Participants in this study were 400 adolescents aged years, consisting of 305 girls (76.3%) and 95 boys (23.8%). From the Spearmancorrelation test results obtained, First, the relationship between the support of a friend is positively correlated with the conflict resolution (r = 0.123) on the KDP actor. Secondly, in KDP victims there was found a relationship between support of a special person to be positively correlated with conflict resolution (r = 0.240), and negatively correlated with physical violence (r = ) and relational aggression (r = ). Third, the KDP victims found a positive correlation between family support and conflict resolution (r = 0.254), and negatively correlated with physical violence (r = ) and relational aggression (r = ). Fourth, in KDP victims found the relationship between the support of friends negatively correlated with physical violence (r = ). Conclusion, limitation and suggestions are discussed further. Keywords: Social Support, Violence in Courtship, Youth Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran mengenai hubungan antara dukungan sosial dari orang yang spesial, keluarga dan teman dengan pelaku dan korban perilaku kekerasan dalam pacaran pada remaja. Dukungan Sosial menggunakan alat ukur Multidimential Scale of Perceived Social Support (Zimet, 1998) dan Perilaku Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) menggunakan alat ukur Conflict Adolescent Dating Relationship Inventory (Wolfe, 2001). Partisipan dalam penelitian ini adalah 400 remaja yang berusia tahun, yang terdiri dari 305 remaja perempuan (76.3%) dan 95 remaja laki-laki (23,8%). Dari hasil uji korelasi- Spearman didapatkan, Pertama, hubungan antara dukungan teman berkorelasi positif dengan resolusi konflik (r= 0.123) pada pelaku KDP. Kedua, pada korban KDP ditemukan hubungan antara dukungan orang yang spesial berkorelasi positif dengan resolusi konflik (r= 0.240), dan berkorelasi negatif dengan kekerasan fisik (r= ) dan agresi relasional (r= ). Ketiga, pada korban KDP ditemukan hubungan antara dukungan keluarga berkorelasi positif dengan resolusi konflik (r= 0.254), dan berkorelasi negatif dengan kekerasan fisik (r= ) dan agresi relasional (r= ). Keempat, pada korban KDP ditemukan hubungan antara dukungan teman berkorelasi negatif dengan kekerasan fisik (r= ). Kesimpulan, limitasi dan saran didiskusikan lebih lanjut. Kata kunci: Dukungan Sosial, Kekerasan dalam Pacaran, Remaja 81

2 Pendahuluan Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak penelitian yang mencoba memahami fenomena ini (Milletich et. al, 2010; O Keefe, 2005; Capaldi et. al, 2003). Dukungan sosial merupakan salah satu faktor penting dalam membentuk seseorang untuk menjadi pelaku ataupun korban dalam kekerasan dalam pacaran (Leadbeater et. al, 2008; Tyler et. al, 2011) Dilihat dari data Dinas Sosial pada korban tindak kekerasan tahun 2013 di wilayah DKI Jakarta yang berjumlah 63 orang pada laki-laki dan perempuan ( Kekerasan dalam pacaran adalah tindakan emosional, psikologis, fisik, dan seksual yang kasar. Perilaku kasar ini dapat digunakan, dengan atau tanpa niat atau pemahaman dalam hubungan pacaran yang melibatkan setidaknya satu remaja (Payne, Ward, Miller, & Vasquez, 2013). Kekerasan dalam pacaran ada berbagai jenis: fisik, emosional, verbal, psikologis, dll. Kekerasan dalam pacaran yang serius tidak diragukan lagi akan tetap menjadi masalah utama tidak hanya bagi remaja tapi pendidik, orang tua dan juga masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kekerasan dan konflik keluarga, gaya pengasuhan yang otoriter, hubungan orangtua-anak, pemantauan orangtua dan kekerasan saudara kandung didalam keluarga, dan normanorma teman sebaya dan keterlibatan teman sebaya pada kejahatan perilaku dalam kelompok teman sebaya (Stewart, 2010). Dukungan orangtua umumnya didefinisikan sebagai perlakuan yang membuat seorang individu percaya bahwa ia dilindungi, dicintai, dihargai dan bernilai yang dapat mempengaruhi pemikiran dan keyakinan remaja tentang hubungan pacaran (Richards, Branch, & Ray, 2014). Pada penelitian Wall (2009) menjelaskan bahwa kedeketan orangtua khususnya ibu memiliki pengaruh yang sangat penting pada perkembangan harga diri anak remajanya sebagai pembentukan dasar seorang anak dan hal ini mempengaruhi pandangan-pandangan tentang hubungan kekerasan. Pemantauan orangtua muncul sebagai faktor pelindung untuk mengurangi korban dan agresi relasional kekerasan dalam pacaran. Namun dalam penelitian (Richards, Branch, & Ray, 2014), membuktikan bahwa dukungan teman sebaya berhubungan erat dan berpengaruh lebih besar untuk 82

3 menurunkan tingkat kekerasan dalam pacaran pada remaja dibandingkan dengan dukungan dari orangtua. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh secara berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Tetapi dibandingkan anak laki-laki, anak perempuan secara signifikan lebih mungkin untuk mendapatkan dukungan sosial. Remaja laki-laki dan perempuan dihubungkan memiliki harapan yang berbeda tentang komitmen, kesetiaan dan pemahaman dari teman-teman. Orang tua tetap memeiliki pengaruh pada anak selama masa remaja, namun pengaruh teman lebih dominan dibandingkan orang tua, hal ini dikarena anak lebih menghargai nilai-nilai persahabatan. Penelitian Leadbeater, Banister, Ellis, dan Yeung (2008) menjelaskan remaja mungkin belajar tentang hubungan yang romantis dengan mengamati dan merefleksi atas perilaku orang lain. Dan dari paparan di atas ditemukan bahwa dukungan dari keluarga dan teman berpengaruh dan berkorelasi terhadap kecenderungan seseorang untuk melakukan atau menjadi korban kekerasan dalam berpacaran. Sejauh yang peneliti ketahui, belum ada penelitian yang menunjukkan bagaimana hubungan orang yang spesial terhadap kecenderungan kekerasan dalam berpacaran. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengeksplor lebih jauh tentang dukungan dari orang yang spesial terhadap kecenderungan kekerasan dalam berpacaran baik itu dari sisi korban maupun pelaku. KAJIAN PUSTAKA a. Kekerasan Krug, Dahlberg, Mercy, Zwi, dan Lozano (2002) menjelaskan kekerasan yaitu kesengajaan menggunakan kekuatan fisik atau kekuasaan, mengancam, terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok atau masyarakat, yang memiliki kemungkinan tinggi mengakibatkan cedera, kematian, gangguan psikologis, dll. Tipologi kekerasan yang digunakan dalam laporan dunia membagi kekerasan dalam tiga kategori, yaitu kekerasan diri sendiri, kekerasan kolektif, dan kekerasan interpersonal. 83

4 b. Kekerasan Dalam Pacaran Menurut Payne, Ward, Miller, dan Vasquez (2013) kekerasan dalam pacaran adalah tindakan emosional, psikologis, fisik, dan seksual yang kasar. Perilaku kasar ini dapat digunakan, dengan atau tanpa niat atau pemahaman dalam hubungan pacaran yang melibatkan setidaknya satu remaja. Tindakan bela diri tidak termasuk dalam definisi ini. Kekerasan dalam pacaran dapat terjadi sebagai salah satu pola perilaku yang terjadi selama dalam hubungan. Kekerasan dalam pacaran dapat terjadi sedini mungkin dalam awal hubungan. Dalam penelitian Wolfe et. al. (2001), ia membuat struktur model yang cocok untuk semua kelas dan kedua jenis kelamin, yaitu perilaku mengancam, pelecehan dalam hubungan, pelecehan emosional dan verbal, dan kekerasan fisik sebagai perwakilan yang mendasari dari faktor perilaku kekerasan dalam pacaran pada remaja. Karena remaja menggambarkan pacaran dalam berbagai macam cara, mulai dari 'nongkrong' untuk 'memiliki hubungan', dan hal ini penting untuk membangun definisi yang jelas pada remaja dalam berpacaran. Kita mendefinisikan pacaran remaja sebagai hubungan apapun yang melibatkan setidaknya satu remaja berusia 19, terlepas dari lamanya hubungan atau tingkat keintiman terlibat. c. Jenis-Jenis Kekerasan Dalam Pacaran Menurut Payne, Ward, Miller, dan Vasquez (2013), kekerasan dalam pacaran terbagi dalam tiga jenis yaitu pelecehan emosional atau psikologis yang juga termasuk perilaku verbal dan atau nonverbal seperti ejekan, penghinaan, ancaman, tuduhan, kritik, keluhan, penghinaan, mengancam untuk meninggalkan atau melukai diri sendiri, dan menguntit. Penggunaan media sosial untuk memeriksa, mempermalukan atau memisahkan seseorang dari teman atau keluarga juga termasuk dalam pelecehan emosional dan psikologis. Jenis agresi ini dapat mencakup perilaku antara dua pasangan atau mungkin melibatkan pihak ketiga (misalnya, menyebarkan rumor). Jenis kekerasan dalam pacaran selanjutnya yaitu kekerasan fisik termasuk mencubit, memukul, mendorong, menendang, mendorong, meninju, menampar, dll. Dan penyalahgunaan/kekerasan seksual seperti percobaan atau memaksa aktivitas seksual 84

5 ketika pasangan tidak ingin atau tidak mampu melakukan sehingga terjadi kontak seksual yang kasar dan pelecehan seksual. d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekerasan Dalam Pacaran Murray (2001) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan dalam pacaran ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja, yaitu penerimaan teman sebaya, harapan peran gender, kurangnya pengalaman secara umum, jarang berhubungan dengan pihak yang lebih tua, sedikit akses ke layanan masyarakat, legalitas, dan penggunaan obat-obatan. e. Dampak Kekerasan Dalam Pacaran Kekerasan dalam pacaran pada remaja memiliki dampak negatif dalam berbagai aspek yaitu fisik, psikologis, dan relasional. Konsekuensi berkisar dari dampak yang kecil sampai yang parah dan dapat dicegah dengan berusaha untuk menghentikan kekerasan dalam pacaran. 1. Dampak psikologis termasuk peningkatan kemarahan, harga diri yang rendah, kecemasan, sering ada keluhan dalam tubuh (misalnya, sakit kepala), insomnia, depresi, gangguan kecemasan, posttraumatic stress disorder, gangguan makan, dan peningkatan risiko ketergantungan atau penyalahgunaan zat dan obat-obatan. Pelaku dan korban berada pada risiko dalam upaya peningkatan pikiran bunuh diri. Anak laki-laki dan perempuan mungkin mengalami efek psikologis. Namun, anak-anak perempuan lebih mungkin untuk menderita trauma emosional lebih parah dari laki-laki dalam hubungan pacaran. 2. Dampak pada hubungan korban dapat dilihat di berbagai konteks. Pelaku mungkin membuat kesulitan pada korban untuk berinteraksi dengan teman atau keluarga. Korban mungkin berhenti berbicara atau merahasiakan kepada orang terdekat mereka. Kekerasan dalam pacaran selama masa remaja bahkan dapat memprediksi kekerasan dalam pernikahan kemudian. 3. Dampak pada pelaku juga memiliki hubungan yang luas. Pelaku mungkin menjadi semakin gelisah terhadap orang tua, saudara, dan teman-teman. Remaja ini mungkin tiba-tiba memiliki ledakan kemarahan dan mungkin resor untuk 85

6 menyalahkan orang lain untuk perasaan atau tindakan yang menyebabkan gangguan dalam hubungan mereka 4. Dampak fisik tergantung pada jenis kekerasan yang dilakukan. Luka-luka yang disebabkan oleh kekerasan fisik dapat berkisar dari memar ringan hingga kematian. Dalam kasus kekerasan seksual dapat menyebabkan infeksi penyakit seksual menular dan kehamilan. f. Dukungan Sosial Menurut Ogden (2007) dukungan sosial didefinisikan dalam beberapa cara, pertama kali didefinisikan dengan jumlah teman yang individu miliki. Namun, definisi tersebut dikembangkan bahwa dukungan sosial bukan hanya dari seberapa individu memiliki jumlah teman tetapi juga kepuasan individu dengan dukungan pertemanan. Dukungan dapat berasal dari berbagai sumber, seperti seseorang pasangan atau kekasih, keluarga, teman, dokter, atau organisasi masyarakat. Orang dengan dukungan sosial percaya mereka dicintai, dihargai, dan bagian dari jaringan sosial, seperti sebuah keluarga atau komunitas organisasi, yang dapat membantu pada saat dibutuhkan. Jadi, dukungan sosial mengacu pada tindakan yang sebenarnya dilakukan oleh orang lain, atau menerima dukungan. Tetapi ia juga merujuk kepada rasa atau persepsi bahwa kenyamanan, kepedulian, dan bantuan tersedia jika diperlukan g. Klasifikasi Dukungan Sosial Menurut Cohen mengklasifikasikan dukungan sosial dalam 5 kategori yaitu : emotional support, esteem support, tangible or instrumental support, informational support, dan network support. Kategori pertama yaitu emotional support, yang meliputi ekspresi empati, peduli dan perhatian terhadap orang lain. Ketegori kedua yaitu esteem support, bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan perbandingan yang positif dengan individu 86

7 lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi. Kategori ketiga yaitu tangible or instrumental support, bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi kecemasan karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Kategori keempat yaitu informational support, bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, pengetahuan, petunjuk, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. Kategori kelima yaitu network support, bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengan kelompok. Dengan begitu individu akan memiliki perasaan senasib (Sarafino & Smith, 2002). h. Aspek-aspek Dukungan Sosial Sarason et al. (1983) menyebutkan ada dua aspek yang terlibat dalam pengukuran dukungan sosial ini, yaitu: pertama, persepsi bahwa ada sejumlah orang yang cukup yang dapat diandalkan individu saat membutuhkan. Aspek ini terkait dengan kuantitas dukungan yang diterima individu, dan kedua adalah derajat kepuasan terhadap dukungan yang didapatkan. Derajat kepuasan berhubungan dengan kualitas dukungan yang dirasakan oleh individu. i. Jenis-jenis Dukungan Sosial Berikut ini peneliti akan menjabarkan secara rinci mengenai jenis-jenis dukungan sosial, yaitu keluarga, teman sebaya, dan seseorang yang spesial (significant other). a. Keluarga 87

8 Keluarga adalah aparat dasar dari masayarakat. Perkembangan anak, proses sosialisasi, introjeksi nilai-nilai masyarakat dan pembentukan superego dilakukan dalam keluarga (Sarwono, 2005) b. Teman Sebaya Teman sebaya atau persahabatan meruoakan hubungan antarindividu yang ditandai dengan keakraban, saling percaya, menerima satu dengan yang lain, mau berbagi perasaan, pemikiran dan oengalaman, serta kadang-kadang melakukan aktivitas bersama (Dariyo, 2004) c. Seseorang yang spesial (Significant Other) Dalam penelitian ini significant other dapat diartikan sebagai siapa saja yang dianggap berperan penting dalam kehidupan seseorang. Zimet dan Canty-Mitchell (2002) menyatakan bahwa dimensi orang yang spesial (significant other) relevan pada subjek remaja yang pada tahap perkembangan tersebut memang sedang tertarik dengan lawan jenisnya dan mereka juga banyak dipengaruhi oleh orang dewasa tidak termasuk keluarganya. j. Remaja Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini didukung oleh Piaget (Ali & Asrori, 2004) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi berintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Suatu analisis yang cermat mengenai semua aspek perkembangan dalam masa remaja, yang secara global berlangsung antara umur tahun, dengan pembagian tahun: masa remaja awal, tahun: masa remaja pertengahan, tahun: masa remaja akhir, akan mengemukakan banyak faktor yang masing-masing perlu mendapat tinjauan tersendiri (Monks, Konoeks, & Haditono, 2001). 88

9 k. Dinamika Hubungan Keluarga, Teman Sebaya, dan Seseorang yang Spesial terhadap Perilaku Kekerasan dalam Pacaran Remaja belajar tentang hubungan yang romantis dengan mengamati dan merefleksi atas perilaku orang lain. Mengamati dan merefleksi perilaku bisa dengan mencontoh dari keluarga, teman sebaya maupun orang yang dianggap spesial oleh setiap individu (Leadbeater, Banister, Ellis, & Yeung, 2008). Penelitian yang dilakukan Richards, Branch, & Ray. 2014) menjelaskan dukungan orangtua umumnya didefinisikan sebagai perlakuan yang membuat seorang individu percaya bahwa ia dilindungi, dicintai, dihargai dan bernilai yang mempengaruhi pemikiran dan keyakinan remaja tentang hubungan kekerasan. Leadbeater, Banister, Ellis, dan Yeung (2008) juga melaporkan pemantauan orangtua muncul sebagai faktor pelindung mengurangi korban dan agresi relasional kekerasan dalam pacaran. Penelitian Richards, Branch, dan Ray (2014) telah menjelaskan bahwa ada perbedaan kualitatif dalam peran pelindung dukungan sosial dari teman-teman dan dukungan sosial dari keluarga. Metode Penelitian a. Alat ukur Perilaku Kekerasan dalam Pacaran Alat ukur perilaku kekerasan dalam pacaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Conflict in Adolescent Dating Relationships Inventory (CADRI; Wolfe, et. al., 2001): CADRI perilaku pelaku dan korban (lihat tabel 1). Skala ini memiliki 6 faktor (kekerasan fisik, pelecehan seksual, relasional agresi, perilaku mengacam, pelecehan emosional, dan resolusi konflik) untuk menilai korban kekerasan pacaran dan pelaku kekerasan pacaran dalam hubungan kencan/pacaran. Masing-masing item dalam skala dihitung relatif terhadap perilaku responden sendiri (misalnya, pelaku) dan perilaku pasangan mereka (misalnya, korban) pada empat pilihan jawaban (0 = tidak pernah, 1 = jarang, 2 = kadang-kadang, 3 = sering). Wolfe dan rekannya melaporkan nilai-nilai alpha mulai dari.83 hingga.87 selama pengembangan awal dan validasi CADRI. CADRI telah digunakan dalam banyak studi terbaru kekerasan pacaran pada remaja (Kinsfogel & Grych, 2004; Schiff& 89

10 Zeira, 2005; Teitelman et al., 2008). Koefisien Cronbach untuk CADRI dalam penelitian ini adalah.96 b. Alat ukur Dukungan Sosial Alat ukur dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Multidimentional Scale Of Perceived Social Support memiliki 12 item yang mengukur sumber aspeknya yaitu keluarga, teman-teman, dan orang yang spesial (lihat tabel 2). Beberapa dari aspeknya meliputi 4 item pada masing-masingnya yang menggunakan tujuh pilihan jawaban yang meliputi, Sangat Sangat Sangat Tidak Setuju (SSTS) dengan skor 1, Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 2, Agak Tidak Setuju (ATS) dengan skor 3, Netral (N) dengan skor 4, Agak Setuju (AS) dengan skor 5, Sangat Setuju (SS) denga skor 6, dan Sangat Sangat Setuju (SSS) dengan skor 7. Hubungan antara pembagian skala seperti faktor orang yang spesial dan teman-teman menemukan korelasi r =.63. subskala keluarga bagaimanapun tergantung dari kedua subskala yang lain, dengan korelasi.24 dan.34 dengan orang yang spesial dan teman-teman secara masingmasing. Koefisien α Cronbach mengukur reliabilitas internal yang didapatkan untuk skala sebaik masing-masing skala. Untuk orang yang spesial, subskala keluarga dan teman-teman memiliki nilai.91,.87,.85 secara masing-masing. Total reliabilitas seluruh skala yaitu.88. c. Populasi Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk DKI Jakarta. Menurut data statistik populasi peduduk DKI Jakarta pada tahun 2014 berjumlah 9, jiwa. Dan penduduk laki-laki dan perempuan yang berusia tahun berjumlah jiwa ( d. Sampel Dalam penelitian ini meggunakan non-probability sampling dengan teknik snowball sampling yang pengambilan anggota sampel yang mula-mula kecil, kemudian 90

11 meminta teman-teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin besar (Sugiyono, 1999). Dari jumlah populasi penduduk DKI Jakarta pada tahun 2014, akan diambil sampel responden yang berjenis kelamin pria dan wanita berusia tahun yang berjumlah jiwa dengan tingkat kepercayaan 99% dengan hasil sampelnya adalah jiwa. Namun karena keterbatasan dana dan waktu, sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 400 sampel/responden. Semua sampel/responden akan mengisi kuisioner dengan cara kuisioner online dan real. Hasil Dan Pembahasan a. Gambaran Umum Subjek Penelitian Diketahui bahwa mayoritas partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan, yaitu sebanyak 76,3%. Jika dilihat bedasarkan usianya, rentang usia partisipan dalam penelitian ini antara tahun. Mayoritas partisipan berusia 18 tahun sebanyak 41,5% dan 17 tahun sebanyak 30% (lihat tabel 3). Partisipan dalam penelitian ini lebih banyak memilih jenis pacaran pergi dengan kelompok laki-laki/perempuan sebanyak 46% atau 184 partisipan, sedangkan yang memilih jenis pacaran paling sedikit adalah bertunangan, yaitu sebanyak 2% atau 8 partisipan (lihat tabel 4). Partisipan dalam penelitian ini usia mulai memiliki pacar paling banyak yaitu pada umur 15 tahun sebanyak 22% atau 88 orang dan paling sedikit yaitu pada umur 7 tahun sebanyak 0.3% atau 1 orang (lihat tabel 5). Responden perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori pelaku paling banyak adalah pada resolusi konflik yaitu 134 orang atau 33.5%. Menimbulkan masalah yaitu 20 orang atau 5%, kekerasan fisik yaitu 12 orang atau 3%, dan paling sedikit agresi relasional yaitu 4 orang atau 1%. Sedangkan pada perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori korban paling banyak adalah resolusi konflik yaitu 219 orang atau 54.8%. Ketidakpercayaan yaitu 37 orang atau 9.3%, kekerasan seksual yaitu 12 orang 3%, agresi relasional yaitu 12 orang atau 3% dan yang paling sedikit adalah kekerasan fisik yaitu sebanyak 10 orang atau 2.5%. 91

12 b. Uji Normalitas Bedasarkan hasil perhitungan uji normalitas dengan program statical packages for social science (SPSS), dengan teknik One-Sampel Kolmogrov-Smirnov Test, diketahui bahwa data tidak terdistribusi secara normal dengan hasil signifikan < 0,05 Oleh karena itu peneliti menggunakan non-parametik untuk melakukan hipotesa. c. Faktor Analisis 1) CADRI (Conflict Adolescent Dating Relationship Inventory) Faktor analisa 70 item CADRI (35 item pelaku, 35 item korban) dengan menggunakan PCA rotasi Oblimin. Tiga kriteria digunakan dalam menentukan item analisa: pertama, 0,30 faktor loading, tidak ada item yang cross loading, Eigenvalue di atas atau sama dengan 1. 4 faktor dari item pelaku menghasilkan 40.3% dari varians dan memiliki sebuah eigenvalue dari (Lihat table 6). 5 faktor dihasilkan dari item korban menghasilkan 49.8% dari varians dan memiliki sebuah eigenvalue dari (Lihat table 7). Internal konsistensi dari total sampel CADRI dengan ini mencapai tinggi ( α=.883 ). Hasil akhir didapatkan untuk kategori pelaku adalah 16 item, yaitu dari faktor kekerasan fisik, resolusi konflik, agresi relasional, dan menimbulkan masalah. Kategori korban adalah 19 item, yaitu kekerasan fisik, resolusi konflik, ketidakpercayaan, kekerasan seksual, dan agresi relasional. 2) MSPSS Faktor analisa 12 item MSPSS (4 item dukungan orang yang spesial, 4 item dukungan keluarga, dan 4 item dukungan teman) dengan menggunakan PCA rotasi Oblimin. Tiga kriteria digunakan dalam menentukan item analisa: pertama, 0,30 faktor loading, tidak ada item yang cross loading, Eigenvalue di atas atau sama dengan 1. Tiga faktor struktur menghasilkan 71 % dari varians dan memiliki sebuah eigenvalue dari 8.69 (Lihat table 8). Internal konsistensi dari total sampel MSPSS dengan ini mencapai tinggi ( α=.912 ). Hasil akhir didapatkan 12 item, faktor yang dihasilkan sama dengan alat ukur asli, sehingga penamaan faktor menggunakan nama yang sama dengan alat ukur yang asli. 92

13 d. Uji Korelasi antara Dukungan Sosial dengan Perilaku Kekerasan dalam Pacaran Bedasarkan hasil uji korelasi menggunakan Spearman didapat: 1) Hipotesis 1: Ditolak, tidak ada hubungan antara dukungan sosial dari orang yang spesial dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori pelaku. Dengan hasil kekerasan fisik (r= 0.001), resolusi konflik (r= 0.064), agresi relasional (r= ), dan menimbulkan masalah (r= ). 2) Hipotesis 2: Ditolak, tidak ada hubungan antara dukungan sosial dari keluarga dengan perilaku kekerasan dalam pacaranpada kategori pelaku. Dengan hasil kekerasan fisik (r= ), resolusi konflik (r= 0.075), agresi relasional (r= ), dan menimbulkan masalah (r=-0.010). 3) Hipotesis 3: Diterima, ada hubungan antara dukungan sosial dari teman dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori pelaku. Dengan hasil positif pada resolusi konflik (r= 0.123), kecuali kekerasan fisik (r= ), agresi relasional (r= 0.013), dan menimbulkan masalah (r= ). 4) Hipotesis 4: Diterima, ada hubungan antara dukungan sosial dari orang yang spesial dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori korban. Dengan hasil positif pada resolusi konflik (r= 0.240), dan hasil negatif pada kekerasan fisik (r= ) dan agresi relasioanal (r= ), kecuali ketidakpercayaan (r= ) dan kekerasan seksual (r= ). 5) Hipotesis 5: Diterima, ada hubungan antara dukungan sosial dari keluarga dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori korban. Dengan hasil positif pada resolusi konflik (r= 0.254), dan hasil negatif pada kekerasan fisik (r= ) dan agresi relasioanal (r= ), kecuali ketidakpercayaan (r= ) dan kekerasan seksual (r= ). 6) Hipotesis 5: Diterima, ada hubungan antara dukungan sosial dari teman dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori korban. Dengan hasil negatif pada kekerasan fisik (r= ), kecuali resolusi konflik (r= 0.052), ketidakpercayaan (r= ), kekerasan seksual (r= 0.045), dan agresi relasional (r= ) (lihat tabel 10) 93

14 e. Uji Beda Jenis Kelamin Terhadap Kekerasan Dalam Pacaran Uji beda jenis kelamin terhadap perilaku kekerasan dalam pacaran menunnjukkan nilai sig > 0.05, yaitu sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan terhadap kekerasan dalam pacaran (lihat tabel 11) f. Pembahasan 1. Tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dari orang yang spesial dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori pelaku (kekerasan fisik, resolusi konflik, agresi relasional, dan menimbulkan masalah) 2. Tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dari keluarga dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori pelaku (kekerasan fisik, resolusi konflik, agresi relasional, dan menimbulkan masalah) 3. Terdapat hubungan antara dukungan sosial dari teman dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori pelaku yaitu resolusi konflik, kecuali kekerasan fisik, agresi relasional, dan menimbulkan masalah. Menurut Furman, Simon, Shaffer dan Bouchey (2002), persahabatan yang dekat dapat memberikan pengaruh yang unik dengan menumbuhkan keterampilan sosial dalam hubungan kencan/pacaran dan memberikan informasi dan nasihat tentang perilaku dan norma dalam berpacaran. 4. Terdapat hubungan antara dukungan sosial dari orang yang spesial dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori korban yaitu kekerasan fisik, resolusi konflik, dan agresi relasional, kecuali ketidakpercayaan dan kekerasan seksual. 5. Terdapat hubungan antara dukungan sosial dari keluarga dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori korban yaitu kekerasan fisik, resolusi konflik, dan agresi relasional, kecuali ketidakpercayaan dan kekerasan seksual. Dalam penelitian Leadbeater, Banister, Ellis, dan Yeung (2008) menjelaskan bahwa anak-anak yang memiliki dengan hubungan orangtua yang kacau atau tidak 94

15 percaya atau memiliki orang tua manipulatif, mereka melihat hubungan sebagai sumber kekecewaan dan mereka memiliki pandangan negatif tentang peran mereka dalam hubungan, membuat mereka mudah untuk menjadi target pada korban pacaran secara terang-terangan dan relational. Selain itu, remaja mungkin dominan mencontoh orangtua dan mengendalikan perilakunya karena mereka muncul normatif dan efektif untuk menyelesaikan konflik dalam hubungan romantik. Penelitian Richards, Branch, dan Ray (2014) juga menunjukkan bahwa dukungan sosial dari orangtua maupun teman secara signifikan berkaitan dengan korban kekerasan fisik dalam pacaran untuk remaja. Kinsfogel dan Grych (2004) juga menjelaskan anak laki-laki dan perempuan yang memiliki tingkat yang lebih tinggi interparental konflik dilaporkan memiliki pertemanan yang lebih cenderung agresif secara verbal dan fisik dengan pasangan mereka daripada remaja yang tidak mengalami konflik di rumahnya. Ini bisa mencerminkan bahwa pertemanan tertentu yang lebih menerima agresi di hubungan pacaran mengakibatkan anggota kelompok sebaya yang terlibat dalam agresi lebih dalam pada hubungan pacaran. Dengan begitu berarti semakin tinggi dukungan orang yang spesial, dukungan keluarga, dan dukungan teman semakin rendah kekerasan fisik yang dilakukan dalam pacaran dalam kategori korban. Penelitian Nelson dan Crick (2002) menjelaskan perilaku orangtua dengan kontrol psikologi yang tinggi dan over protektif menyebabkan anak cenderung menjadi korban dan melakukan agresi relasional. Leadbeater, Banister, Ellis, dan Yeung (2008) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa responden yang melaporkan tingkat pengendalian psikologis ibu yang lebih tinggi dan pemantauan yang lebih rendah cenderung menggunakan agresi relasional dalam hubungan pacaran mereka. Hal ini dikarenakan anak mencontoh perilaku orang tua yang menggunakan kontrol psikologis yang biasanya juga melakukan manipulasi sebagai sarana untuk mengontrol hubungan dekat (close relationship). Penelitian Leadbeater, Banister, Ellis, dan Yeung (2008) menunjukkan bahwa pemantauan adalah faktor pelindung untuk mencegah anak melakukan agresi 95

16 dalam berpacaran. Perlunya tarik-ulur kekuatan antara orang tua dan anak remaja sangat penting sebagai pencegahan terjadinya agresi relasional. Menghargai hak dan persamaan dalam pengambilan keputusan dan menghargai kebersamaan dan kemandirian dalam hubungan orang tua dan anak remaja dapat memberikan penjelasan kepada anak bagaimana hubungan pacaran yang sehat. 6. Terdapat hubungan antara dukungan sosial dari teman dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori korban yaitu kekerasan fisik, kecuali resolusi konflik, ketidakpercayaan, kekerasan seksual, dan agresi relasional. Penelitian (Brendgen, Vitaro, Doyle, Markiewicz, & Bukowski, 2002) menjelaskan anak-anak yang memiliki sejarah bermasalah sesama rekan interaksi cenderung untuk mentransfer pola-pola maladaptive mereka pada hubungan pacaran. Sebagai contoh, temanteman yang menyetujui atau terlibat dalam agresif dan kekerasan hubungan pacaran lebih mungkin untuk mengikutinya daripada rekan-rekan yang menolak agresif perilaku kekerasan dalam pacaran pada remaja. Pada beberapa studi penelitian dalam kekerasan interpersonal yang dilakukan pada remaja akhir dan remaja awal telah melaporkan tidak ada perbedaan gender atau tingkat yang sedikit lebih tinggi kekerasan interpersonal yang dilakukan oleh perempuan (Windle & Mrug, 2008). Kesimpulan Penelitian ini melanjutkan penelitian sebelumnya yang ditemukan bahwa dukungan dari keluarga dan teman berpengaruh terhadap kecenderungan seseorang untuk melakukan atau menjadi korban kekerasan dalam berpacaran. Sejauh yang peneliti sebelumnya ketahui, belum ada penelitian yang menunjukkan bagaimana hubungan orang yang spesial terhadap kecenderungan kekerasan dalam berpacaran. Oleh sebab itu, peneliti mengeksplor lebih jauh tentang dukungan dari orang yang spesial terhadap kecenderungan kekerasan dalam berpacaran baik itu dari sisi korban dan pelaku. Setelah dilakukan penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa pertama, tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dari orang yang spesial dengan pelaku 96

17 kekerasan dalam pacaran (kekerasan fisik, resolusi konflik, agresi relasional, dan menimbulkan masalah). Kedua, tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dari keluarga dengan pelaku kekerasan dalam pacaran (kekerasan fisik, resolusi konflik, agresi relasional, dan menimbulkan masalah). Ketiga, terdapat hubungan antara dukungan sosial dari teman dengan pelaku kekerasan dalam pacaran yaitu resolusi konflik, kecuali kekerasan fisik, agresi relasional, dan menimbulkan masalah. Keempat, terdapat hubungan antara dukungan sosial dari orang yang spesial dengan korban kekerasan dalam pacaran yaitu kekerasan fisik, resolusi konflik, dan agresi relasional, kecuali ketidakpercayaan dan kekerasan seksual. Kelima, terdapat hubungan antara dukungan sosial dari keluarga dengan korban kekerasan dalam pacaran yaitu kekerasan fisik, resolusi konflik, dan agresi relasional, kecuali ketidakpercayaan dan kekerasan seksual.. Keenam, terdapat hubungan antara dukungan sosial dari teman dengan korban kekerasan dalam pacaran yaitu kekerasan fisik, kecuali resolusi konflik, ketidakpercayaan, kekerasan seksual, dan agresi relasional. Dijelaskan dalam penelitian O'Keefe (2005) ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan dan menjadi korban kekerasan dalam pacaran, yaitu faktor karakteristik demografi, faktor pengalaman sebelumnya atau pernah melihat tindak kekerasan, faktor sikap penerimaan terhadap kekerasan, faktor teman sebaya, faktor kepribadian dan interpersonal, faktor masalah perilaku lainnya seperti penggunaan alkohol dan obat-obatan, dan faktor hubungan seperti konflik dan kepuasan hubungan. Sehingga dukungan sosial bukan menjadi faktor atau penyebab utama remaja melakukan atau menjadi koban kekerasan dalam pacaran. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil distribusi frekuensi jawaban responden pada pernyataan kekerasan dalam pacaran dari pelaku maupun korban, responden paling banyak menjawab tidak pernah mengalami atau menjadi korban kekerasan dalam pacaran sehingga tidak menguatkan hubungan dengan dukungan sosial dari keluarga, teman, maupun orang yang spesial. 97

18 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan dengan mengambil sampel dari remaja yang berusia tahun dan pengambilan sampel menggunakan non-probability sampling dengan teknik snowball sampling atau sistem bola salju sehingga responden mengisi kuesioner dengan tidak serius karena tidak diberikan pengarahan langsung oleh peneliti. Saran Bedasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menyarankan beberapa hal untuk penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut: 1. Peneliti menyarankan penelitian selanjutnya meminta responden untuk mengidentifikasi siapa Significant Other atau Orang yang Spesial. 2. Peneliti menyarankan penelitian selanjutnya untuk menyebarkan sendiri kuesionernya atau dengan memberikan briefing terlebih dahulu kepada orang yang akan membantu proses pengambilan data. 3. Peneliti menyarankan penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif agar hasil yang diperoleh lebih maksimal dan mendapatkan hasil yang diinginkan. 4. Peneliti menyarankan penelitian selanjutnya teknik penggunaan sampel menggunakan non-probability sehingga bentuk penelitian dapat digeneralisasikan lebih jelas. Daftar Pustaka Ali, M. & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA. Brendgen, M., Vitaro, F., Doyle, A.B., Markiewicz, D., & Bukowski, W.M. (2002). Samesex peer relations and romantic relationships during early adolescence: Interactive links to emotional, behavioral, and academic adjustment. Merrill- Palmer Quarterly, 48, Canty, M. J. & Zimet, G.D. (2000). Psychometric Properties of The Multidimensional Scale Of Perceived Social Support In Urban Adolescents. American Journal of Community Psychology. 28,

19 Capaldi, D. M., Shortt, J. W. & Crosby, L. (2003). Physical and Psychological Aggression in At-Risk Young Couples: Stability and Change in Young Adulthood. Merrill- Palmer Quartrrly, Vol. 49, No. 1. Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Davis, A. (2008). Interpersonal and Physical Dating Violence among Teens. Views from the National Council on Crime and Delinquency. Furman, W., Simon, V.A., Shaffer, L., & Bouchey, H.A. (2002). Adolescents' Working Models and Styles for Relationships with Parents, Friends, and Romantic Partners. Child Development, Vol. 73, No. 1. Kinsfogel, K. M. & Grych, J. H.. (2004). Interparental Conflict and Adolescent Dating Relationships: Integrating Cognitive, Emotional, and Peer Influences. Journal of Family Psychology Vol. 18, No. 3, Krug, E.G., Dahlberg, L.L., Mercy, J.A., Zwi, A.B., & Lozano, R. (2002). World Report on Violence and Health. Geneva, World Health Organization. New York: Switzerland. Kumar, R. (2005). Research Methodology (2nd ed.). New Delhi: SAGE Publications Inc. Lamm, T. N. (2010). Examining Dating Violence in Adolescent Relationships and Prevention Program Options for Educators.. American Psychological Association, 6th edition pp. 42. Leadbeater, B.J., Banister, E.M., Ellis, W.E., & Yeung, R. (2008). Victimization and Relational Aggression in Adolescent Romantic Relationships: The Influence of Parental and Peer Behaviors, and Individual Adjustment. Journal Youth Adolescence 37: DOI /s Milletich, R.J., Kelley, M.L., Doane, A.N., & Pearson, M.R. (2010). Exposure to Interparental Violence and Childhood Physical and Emotional Abuse as Related to Physical Aggression in Undergraduate Dating Relationships. Journal of Family. Vol 25: DOI /s Monks, F.J., Konoeks, A.M.P., & Haditono, S.R. (2001). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Murray, J. (2001). But I Love Him; Protecting Your Teen Daughter from Controlling, Abusive Dating Relationships. HarperCollins E-books. Nelson, D. A. & Crick, N. R.. (2002). Parental Psychological Control: Implications For Childhood Physical And Relational Aggression. Child Psychology Training Grant Fellowship. Nurrakhmi, M, & Astuti, Y. D. (2008). Hubungan Antara Kepribadian Ekstrovert Dengan Kecenderungan Melakukan Kekerasan Dalam Pacaran. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. O Keefe, M Teen Dating Violence: A Review of Risk Factors and Prevention Efforts. A Project of National Resource Center on Domestic Violence. Pennsylvania: Coalition Againts Domestic Violence. From: Ogden, J. (2007). Health psychology: A textbook.4th Ed. New York: McGraw-Hill. Payne, K.L., Ward, T., Miller, A., & Vasquez, K.. (2013). Teen Dating Violence: A Resource and Prevention Toolkit. Alverno College Research Center for Women and Girls. Richards, T. N., Branch, K. A., & Ray, K. (2014). The Impact of Parental and Peer Social Support on Dating Violence Perpetration and Victimization Among Female 99

20 Adolescents: A Longitudinal Study. Violence and Victims. Volume 29, Number 2, Sarafino, E. P. & Smith, T. W. (2010). Health Psychology Biopsychosocial Interactions. 7th Ed. New York: John Wiley & Sons, Inc. Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2002). Health Psychology Biopsychosocial Interaction.4th Ed. New York: John Wiley & Sons, Inc. Sarason, I. G. (1983). Assessing social support: The social support questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology. 44 (1), Sarwono, S. W. (2005). Teori-teori psikologi sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Stewart, B. T. (2010). The Moderating Effect Of Perceived Positive Peer Norms On The Relationship Between Age, Gender, Acceptance Of Violence, And Perpetration Of Teen Relationship Violence. A Thesis Presented To The Faculty Of San Diego State University. Sugiyono. (1999). Statitiska untuk Penelitian. Bandung: CV. ALFABETA. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: CV. ALFABETA Tyler, K. A., Brownridge, D. A. & Melander, L. A.. (2011). The Effect of Poor Parenting on Male and Female Dating Violence Perpetration and Victimization. Violence and Victims, Volume 26, No. 2. Wall, A. (2009). Relationship Violence: Risk Factors for Adolescents. Journal of Undergraduate Research at Minnesota State University, Mankato. Windle, M. & Mrug, S. (2008). Cross-gender Violence Perpetration and Victimization Among Early Adolescents and Associations with Attitudes Toward Dating Conflict. Journal Youth Adolescence 38: DOI /s Wolfe, D. A., Wekerle, C., Scott, K., Straatman, A.,Grasley, C., & Reitzel-Jaffe, D. (2001). Development and Validation of the Conflict in Adolescent Dating Relationships Inventory. Psychological Assessment, Vol. 13, No. 2, Wolfe, D. A., Wekerle, C., Scott, K., Straatman, A.,Grasley, C., & Reitzel-Jaffe, D. (2003). Dating violence prevention with at-risk youth: A controlled out come evaluation. Journal of Consulting & Clinical Psychology, 71(2), Zimet, G.D., Dahlem, N.W., Zimet, S.G. & Farley, G.K. (1988). The Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Journal of Personality Assessment, 52, Population Projection Dki Jakarta by Age Group and Sex Year (2014). Proyeksi Penduduk Diperoleh dari REKAPITULASI PENDATAAN PMKS TAHUN (2014). Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Diperoleh dari 100

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kekerasan 2.1.1. Pengertian Kekerasan Krug, Dahlberg, Mercy, Zwi, dan Lozano (2002) kesengajaan menggunakan kekuatan fisik atau kekuasaan, mengancam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Disain Penelitian Kumar (2005) mengelompokkan disain penelitian kedalam tiga sudut pandang yaitu bedasarkan jumlah kontak (number of contact), periode referensi (reference

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak penelitian yang mencoba memahami fenomena ini (Milletich et. al, 2010; O Keefe, 2005; Capaldi et. al,

Lebih terperinci

PERANAN DUKUNGAN SOSIAL DALAM MENCEGAH KEKERASAN DALAM PACARAN: STUDI KORELASI PADA REMAJA DI JAKARTA

PERANAN DUKUNGAN SOSIAL DALAM MENCEGAH KEKERASAN DALAM PACARAN: STUDI KORELASI PADA REMAJA DI JAKARTA PERANAN DUKUNGAN SOSIAL DALAM MENCEGAH KEKERASAN DALAM PACARAN: STUDI KORELASI PADA REMAJA DI JAKARTA Ainul Mardiah 1a, Dwi Puspita Satriana a, Elida Syahriati b a Fakultas Psikologi Universitas Mercu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan penelitian yang berisikan jawaban dari masalah penelitian bedasarkan analisis data yang telah dilakukan. Peneliti juga mengemukakan hasil

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) asuhan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) asuhan 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) 2. Variabel bebas : Dukungan sosial dari pengasuh panti asuhan B. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3. 1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3. 1. 1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel 1 : Persepsi Stres Definisi Operasional : Tinggi rendahnya persepsi terhadap stres

Lebih terperinci

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung The Relation Of Socially With Friends Againts Act Of Smoking Elementary School Students In District Panjang Bandar Lampung Firdaus, E.D., Larasati, TA., Zuraida, R., Sukohar, A. Medical Faculty of Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN EXA ALIFA BUDIYANTO ABSTRAK Ketika mahasiswa memasuki perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berikut ini peneliti akan menjabarkan gambaran umum subjek penelitian bedasarkan data demografis, yaitu usia, pekerjaan, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M. GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA 12-15 TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.PSI 1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK Kemandirian

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN GENDER DENGAN INTENSI MELAKUKAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA MAHASISWA STRATA-1 FAKULTAS TEKNIK DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA PERAN GENDER DENGAN INTENSI MELAKUKAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA MAHASISWA STRATA-1 FAKULTAS TEKNIK DI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA PERAN GENDER DENGAN INTENSI MELAKUKAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA MAHASISWA STRATA-1 FAKULTAS TEKNIK DI UNIVERSITAS DIPONEGORO Mela Astri, Nailul Fauziah* Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009), adalah metode berlandaskan pada

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009), adalah metode berlandaskan pada 18 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009), adalah metode berlandaskan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA AMANDA RIZKI NUR Dosen Pembimbing : Drs. Aris Budi Utomo, M.Si ABSTRAK Mahasiswa tentunya memiliki tugas perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VII... Jakarta Barat HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab IV maka terdapat beberapa hasil yang dapat disimpulkan di dalam penelitian ini, yaitu: Tingkat kecenderungan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Subyek Penelitian Gambaran umum subjek penelitian ini diperoleh dari data yang diisi responden, yaitu inisial, usia, jenis kelamin responden,

Lebih terperinci

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian ini termaasuk dalam penelitian kuantitatif. Menurut Sarwono (006) metode penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA MADYA DI SMA X BOGOR LATAR BELAKANG MASALAH Agresivitas Persahabatan Kesepian Penolakan AGRESIVITAS Perilaku merugikan atau menimbulkan korban pihak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2010), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada Sub-bab ini, akan dipaparkan mengenai Variable penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada Sub-bab ini, akan dipaparkan mengenai Variable penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis Pada Sub-bab ini, akan dipaparkan mengenai Variable penelitian yang dijadikan sebagai alat ukur dan hipotesis yang digunakan peneliti sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis Hasil

BAB 4 Analisis Hasil BAB 4 Analisis Hasil 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah gay dewasa muda yang berusia 20-40 tahun, mengidentifikasikan diri sebagai penyuka sesama jenis serta berdomisili

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK

PERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK PERILAKU AGRESI REMAJA LAKI-LAKI 12-20 TAHUN YANG MENGALAMI ADIKSI DAN TIDAK MENGALAMI ADIKSI ONLINE GAME VIOLENCE MUHAMMAD IRHAM RAMADHAN ABSTRAK Online game yang mengandung unsur kekerasan merupakan

Lebih terperinci

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Dian Lati Utami, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN CHILD ABUSE DENGAN PERILAKU AGRESIF ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 10 SUNGAI SAPIH KOTA PADANG TAHUN Penelitian Keperawatan Anak

SKRIPSI HUBUNGAN CHILD ABUSE DENGAN PERILAKU AGRESIF ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 10 SUNGAI SAPIH KOTA PADANG TAHUN Penelitian Keperawatan Anak TAHUN Penelitian Keperawatan Anak BP. 1311311011 DOSEN PEMBIMBING Ns. HERMALINDA, M.Kep, Sp.Kep.An Ns. RIKA SARFIKA, M.Kep BP.1311311011 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimen semu (Pre Experiment Design) yang tujuannya untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data dari metode penelitian kuantitatif ini berupa angka-angka dan. analisisnya mengunakan statistik (Sugiyono,2010:7).

BAB III METODE PENELITIAN. Data dari metode penelitian kuantitatif ini berupa angka-angka dan. analisisnya mengunakan statistik (Sugiyono,2010:7). 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi komparasi atau perbandingan yang bermaksud untuk mengadakan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat, apakah

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan digunakan. Pertama adalah variabel persepsi

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1. Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan sebanyak 150 remaja dengan rentang usia 15-18 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Penulis : Mori Dianto Sumber : Jurnal Counseling Care,

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 3.1.1 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri dan keberadaannya diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Rice dalam Sayasa, 2004). Dalam perjalanan menuju dewasa tersebut para remaja menghadapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian. 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melepaskan diri dari jalinan sosial, dimana manusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE 1 Mellia Silvy Irdianty, 2 Rita Hadi W 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil uji analisis korelasi Kendal Tau diperoleh sebuah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil uji analisis korelasi Kendal Tau diperoleh sebuah 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji analisis korelasi Kendal Tau diperoleh sebuah kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara harga diri dengan body image pada wanita akseptor KB.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pola asuh otoriter) dan variabel terikat (perilaku bullying) sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. pola asuh otoriter) dan variabel terikat (perilaku bullying) sehingga 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dengan normative social influence pada remaja di SMA X yang meliputi hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO) Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel kecemasan trait dan variabel

BAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel kecemasan trait dan variabel BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel kecemasan trait dan variabel acceptance

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menjalani usia pernikahan selama 5 tahun pertama yang berjumlah 100 responden. Pada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang menjadi anggota populasi, oleh karena itu metode analisis yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab 4, peneliti membahas mengenai presentasi dan analisis data mengenai diri subjek dilihat dari usia dan deskripsi data penelitian: hasil uji statistik dan uji hipotesis.

Lebih terperinci

Hubungan Dukungan Sosial dan Learning Burnout Pada Mahasiswa Kelas Karyawan di Universitas Gunadarma

Hubungan Dukungan Sosial dan Learning Burnout Pada Mahasiswa Kelas Karyawan di Universitas Gunadarma Hubungan Dukungan Sosial dan Learning Burnout Pada Mahasiswa Kelas Karyawan di Universitas Gunadarma Usulan Penelitian Disusun Oleh : Nama : Evania Olgasari NPM : 13513000 Dosen Pembimbing : Desi Susianti,

Lebih terperinci

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS Eny Pemilu Kusparlina (Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun) ABSTRAK Pendahuluan: Angka aborsi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global depresi merupakan penyebab nomor satu penyakit dan kecacatan pada remaja usia 10-19 tahun (WHO, 2014). Depresi adalah gangguan suasana perasaan, perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Studi Psikologi Oleh:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan di jabarkan mengenai variabel penelitian, definisi operasional, hipotesis, subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, prosedur

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira

PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA. Maya Marsiana Kowira PERAN HARGA DIRI DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA AKHIR DI DKI JAKARTA Maya Marsiana Kowira mayamarsiana@gmail.com Dosen Pembimbing: Moondore Madalina Ali, B.Sc.,M.Sc., Ph.D Binus University:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harlock, 2003). Menurut World Health Organization (WHO), yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harlock, 2003). Menurut World Health Organization (WHO), yang disebut BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Remaja atau "adolescence" (Inggris), berasal dari bahasa latin "adolescere" yang berarti tumbuh kearah kematangan, yang dimaksud bukan hanya kematangan fisik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kecemasan dan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kecemasan dan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kecemasan dan penerimaan terhadap kekerasaan dalam hubungan pacaran. Hasil penelitian ini terdiri dari hasil pengolahan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M. STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRACT During adolescence,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada masa dewasa awal merupakan masa puncak dalam bersosialisasi. Individu dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Hal yang dibahas diantaranya lokasi dan sampel penelitian, desain penelitian, variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap pasien terhadap operasi medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA Febry Heldayasari Prabandari *, Tri Budi Rahayu Program Studi D3 Kebidanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta, Jalan Rawamangun Muka,Jakarta Timur Abstrak

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta, Jalan Rawamangun Muka,Jakarta Timur Abstrak PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP STABILITAS EMOSI REMAJA AKHIR (Studi pada Mahasiswa Pendidikan Angkatan 2013 di Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta) Adita Putri Tidarsari 1, Metty Muhariati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN KULIAH PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA di UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN KULIAH PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA di UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN KULIAH PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA di UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH MATTA CHRISTINA PRASETYA 802012713 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran Studi Deskriptif Mengenai Emotional Intelligence Pada Siswa dan Siswi SMA Negeri X yang Berpacaran Muhamad Chandika Andintyas Dibimbing oleh : Esti Wungu S.Psi., M.Ed ABSTRAK Emotional Intelligence adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain,

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci