BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berikut ini peneliti akan menjabarkan gambaran umum subjek penelitian bedasarkan data demografis, yaitu usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, penghasilan perbulan, pekerjaan yang sekarang, wilayah tempat bekerja, departement, masa kerja, level pekerjaan, pekerjaan yang didalam kantor, pekerjaan yang diluar kantor Diketahui bahwa mayoritas partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan, yaitu sebanyak 53,6%. Jika dilihat bedasarkan usianya, rentang usia partisipan dalam penelitian ini dibawah umur 20 tahun sampai 49 tahun. Mayoritas partisipan berusia tahun 77,5%, tahun 77,5%,30-39 tahun 17,9%, tahun 2,6%, dibawah 20 tahun 2,0%, dan (lihat tabel 3). Partisipan dalam penelitian ini lebih banyak bekerja pegawai swasta sebanyak 84,8%, wiraswata 11,3%, Pegawai Negri Sipil (PNS) 2,6%, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 1,3%. Kebanyakan partisipan memiliki tingkat pendidikan S1 sebanyak 53,0%, D3 22,5%, SMA 21,9%, dan S2 2,6%.(lihat tabel 4). Partisipan dalam penelitian ini yang memiliki penghasilan perbulan ,1%, ,9%, 24

2 > ,3%, < ,7%. Mayoritas partisipan memiliki pekerjaan yang tetap (full-time) 80,8%, Paruh waktu (part-time) 11,3%, dan yang tidak tetap sebanyak 7,9% (lihat tabel 5). Kebanyakan partisipan bekerja didaerah selatan sebanyak 23,8% dan departement yang banyak partisipan bekerja yaitu HRD yaitu sebanyak 17,9% (lihat tabel 4). Berdasarkan masa kerja partisipan yang bekerja pada 1-2 tahun sebanyak 46,4%, 3-5 tahun sebanyak 33,1%, dibawah 1 tahun 11,9%, 6-10 tahun 7,3%, dan tahun 1,3%. Berdasarkan level pekerjaan Lower management sebanyak 43,0%, middle management 26,5%, non management 24,5%, dan senior management 6,0 %(lihat tabel 6). Dalam pekerjaan yang dilakukan pertisipan di dalam kantor 100% sebanyak 37,1% dan partisipan yang bekerja di luar kantor 0% sebanyak 37,1% (lihat tabel 7) Uji Asumsi dan Kualitas Instrumen Penelitian a) Uji Normalitas Bedasarkan hasil perhitungan uji normalitas dengan program statical packages for social science (SPSS), dengan teknik One- Sampel Kolmogrov-Smirnov Test, diketahui bahwa data tidak terdistribusi secara normal dengan hasil signifikan < 0,05 Oleh karena itu peneliti menggunakan non-parametik untuk melakukan hipotesa. 25

3 b) Faktor Analisis 1. SWLS (the satisfaction with life scale) Faktor analisa 5 item SWLS (the satisfaction with life scale) (5) dengan menggunakan PCA rotasi Oblimin. Tiga kriteria digunakan dalam menentukan item analisa: pertama, 0,30 faktor loading, tidak ada item yang cross loading, Eigenvalue di atas atau sama dengan 1. Satu faktor menghasilkan 56% dari varians dan memiliki sebuah eigenvalue dari (Lihat table 6). Internal konsistensi dari total sampel SWLS (the satisfaction with life scale) dengan ini mencapai tinggi (α=.773 ). Hasil akhir didapatkan 5 item sesuai dengan alat ukur asli yang digunakan dan nama yang digunakan sesuai dengan alat ukur aslinya. 2. MWMS (multidimensional work motivation scale) Faktor analisa 19 item MWMS (multidimensional work motivation scale) dengan menggunakan PCA rotasi Oblimin. Tiga kriteria digunakan dalam menentukan item analisa: pertama, 0,30 faktor loading, tidak ada item yang cross loading, Eigenvalue di atas atau sama dengan 1. Tiga faktor struktur menghasilkan 55% dari varians dan memiliki sebuah eigenvalue dari (Lihat table 6). Internal konsistensi dari total sampel MWMS (multidimensional work motivation scale) dengan ini mencapai 26

4 tinggi ( α=.646). Hasil akhir didapatkan 12 item dari faktor motivasi intrinsik, amotivation, ekstrinsik sosial, introjected regulation dan nama yang digunakan sesuai alat ukur aslinya Hasil uji beda Subjective Well-Being berdasarkan faktor demografik (pendidikan, level pekerjaan) Terdapat perbedaan subjective well-being berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan nilai sig <0.05, yaitu p=.000 sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan memiliki perbedaan dengan motivasi dan subjective well-being dengan menggunakan uji wilcoxon test. Terdapat perbedaan subjective well-being berdasarkan level pekerjaan menunjukkan nilai sig <0.05, yaitu p=.000 sehingga dapat disimpulkan bahwa level pekerjaan memiliki perbedaan dengan motivasi dan subjective well-being dengan menggunakan uji wilcoxon test Hasil uji hipotesa perbedaan subjective well being terhadap dimensi motivasi. Berdasarkan hasil uji friedman s test signifikan menunjukkan angka yang berarti < 0.05 H 0 diterima yang berarti ada perbedaan antara motivasi intrinsik, amotivation, ekstrinsik sosial, introjected regulation dengan kognitif. 27

5 4.3. Pembahasan Dari hasil penelitian ditemukan bahwa : Pertama, ditemukan perbedaan SWB berdasarkan data demografik yaitu: pendidikan dan level pekerjaan, Menurut penelitian Gardner dan Oswald (2002) mengungkapkan bahwa orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi memiliki subjective well being yang baik karena mereka lebih dapat mengontrol dirinya, tingkat keamanan dalam dirinya terpenuhi,dia juga lebih banyak pilihan dalam pemecahan masalah. Dalam penelitian Manjula dan Vijaya (2012) mengungkapkan bahwa karyawan yang berkerah biru memiliki kesejahteraan yag lebih tinggi dan positif, yang mengungkapkan bahwa karyawan kerah biru memiliki subjective yang baik yang berasal dari nilai-nilai rohani tetapi kerah biru memiliki emosional yang rendah karena memiliki konflik psikologis dan tekanan. Sedangkan Karyawan kerah putih sama-sam meiliki kesejahteraan yang tinggi namun karyawan kerah putih memiliki emosional yang yang lebih terkontrol dan mereka lebih banyak mendapat dukungan sosial dan kekompakkan dari keluarga sehingga memiliki penguasaan emosional yang tinggi terhadap diri sendiri dan lingkungan. Kedua, ditemukan perbedaan subjective well-being berdasarkan motivasi kerja pada karyawan di Jakarta 28

6 Menurut penelitian Kathryn Page (2005) juga menunjukkan bahwa orang yang bekerja yang memiliki motivasi intrinsik saat dia bekerja dia merasa apa yang dia kerjakan dia merasa waktu cepat karna yang dia lakukan ia senang melakukannya dan berdampak positif bagi dirinya. Motivasi intrinsik yang tinggi telah berhubungan dengan pengalaman waktu yang lebih cepat. menemukan bahwa minat dalam kegiatan (atau pekerjaan) adalah faktor intrinsik yang paling penting dalam memprediksi masa depan motivasi, selain fakta lain intrinsik dan ekstrinsik. Kathryn Page (2005) menjelaskan Dari pada mengubah faktor-faktor eksternal seperti kondisi kerja atau gaji, mungkin akan bermanfaat bagi atasan untuk secara aktif bekerja untuk memperkaya isi dari pekerjaan itu sendiri, seperti kesempatan untuk prestasi dan pengakuan Sebagai hasil dari hal tersebut, karyawan dapat lebih intrinsik termotivasi, terfokus tugas dan produktif 29