ANALISIS KARAKTERISTIK BLOK BAHAN PASANGAN DINDING YANG MEMAKAI BAHAN BEKAS GARUKAN ASPAL BETON DENGAN ASPAL SISA SEBAGAI PEREKAT
|
|
- Farida Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, Oktober 2017 ANALISIS KARAKTERISTIK BLOK BAHAN PASANGAN DINDING YANG MEMAKAI BAHAN BEKAS GARUKAN ASPAL BETON DENGAN ASPAL SISA SEBAGAI PEREKAT I Nyoman Arya Thanaya 1, I Gusti Raka Puranto 2 dan Kadek Windy Tiarnanda Arissa 3 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar aryathanaya@ymail.com 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar rakapurbanto@gmail.com 3 Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar windy_oblivion@live.com ABSTRAK Ketersediaan agregat alam untuk bahan bangunan semakin berkurang, oleh karena itu diperlukan material alternatif. Dalam penelitian ini digunakan bahan bekas berupa garukan aspal beton lama sebagai agregat dan aspal sisa sebagai perekat untuk blok bahan pasangan dinding. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar aspal sisa tambahan minimum yang diperlukan, menganalisis karakteristik dan khususnya kuat tekan sampel apakah memenuhi syarat kuat tekan bata beton pejal minimal 25 kg/cm2 menurut SNI Agregat bekas garukan aspal beton terlebih dahulu diuji ekstraksi aspal, gradasi dan berat jenis. Kemudian agregat bekas garukan ditambah 20% pasir dan aspal lalu dipanaskan, kemudian diaduk rata. Setelah itu dipadatkan dalam cetakan metal dengan alat tumbuk Marshal dengan 15, 25 dan 35 siklus tumbukan yang tiap siklusnya 3x tumbukan merata. Ukuran sampel padat 20x10x8cm. Kemudian sampel dioven pada temperatur 160 C dan 200 C selama 12 dan 24 jam. Diperoleh kadar aspal tambahan minimum yang diperlukan 3%. Karakteristik terbaik diperoleh pada sampel yg dipadatkan 35 siklus tumbukan. Untuk kuat tekan terbaik diperoleh pada pengovenan 200 C durasi 12 jam. Kuat tekan tanpa rendaman diperoleh sebesar 177,5 kg/cm 2, dengan rendaman 95 kg/cm 2. Secara umum kuat tekan memenuhi syarat minimum tidak kurang dari 25 kg/cm 2. Sifat terbaik yang lain diperoleh dengan pengovenan pada suhu 160 C durasi 12 jam, penyerapan air terendah sebesar 5,60%; porositas terendah 5,21%. Initial Rate of Suction (IRS) diperoleh berkisar antara 1,38 ~ 1,82 kg / m 2.menit. Kata kunci: blok bahan pasangan dinding, agregat bekas, aspal sisa, kuat tekan 1. PENDAHULUAN Ketersediaan agregat alami di alam semakin lama semakin berkurang, oleh karena itu diperlukan adanya alternatif bahan-bahan baru sebagai pengganti agregat alam. Dalam penelitian ini digunakan bahan bekas, yaitu bahan bekas garukan aspal beton sebagai agregat dan aspal sisa sebagai perekat. Sejauh ini pemanfaatan agregat bekas secara dominan dipakai sebagai bahan timbunan. Pemanfaatan ini belum optimal karena agregat bekas yang digunakan tidak dipecahkan dengan baik sehingga pemadatan timbunan kurang baik. Untuk itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui lebih jauh pemanfaatan agregat bekas sebagai bahan blok pasangan dinding. Salah satu material bekas yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai agregat adalah garukan perkerasan aspal lama yang diperoleh dari perbaikan jalan berupa penggarukan perkerasan aspal lama dan penggalian perkerasan karena adanya galian utilitas. Secara umum bahan bekas garukan aspal beton lama bersifat tidak homogen dan ketersediaannya belum terkoordinasi baik, dimana jenis material garukan aspal lama dapat berasal dari jenis campuran yang berbeda beda. Selain pemanfaatan agregat bekas dengan menggunakan garukan pekerasan jalan, dilaksanakan juga pemanfaatan aspal sisa yaitu aspal sisa dari penggunaan sebelumnya yang sudah tidak digunakan lagi dapat menjadi salah satu alternatif pengganti aspal penetrasi sebagai bahan perekat. Dalam penelitian ini, aspal sisa yang dipergunakan adalah aspal sisa dari penggunaan sebelumnya yang telah tidak digunakan lagi selama 3 tahun yang disimpan di ruangan yang terbuka. Sejalan dengan upaya pelestarian alam, maka dalam penelitian ini diupayakan penggunaan material dari garukan perkerasan jalan aspal lama (reclaimed asphalt pavement-rap) sebagai agregat pada blok bahan pasangan dinding dengan aspal sisa sebagai bahan perekat tambahan. Untuk dapat membedakan bahan pasangan dinding berupa batako dan bata, maka dalam penelitian ini dipergunakan istilah BBPD (Blok Bahan Pasangan Dinding). Penggunaan aspal sebagai perekat untuk blok pasangan dinding sudah diteliti oleh Forth.et.al (2006), Thanaya et.al MTR-7
2 (2006) dan Thanaya (2010) dengan hasil yang memenuhi standar kuat tekan yang disyaratkan. Hasil penelitian Thanaya (2006) menyatakan bahwa blok bahan pasangan dinding yang terbuat dari berbagai agregat bekas dengan bahan perekat menggunakan aspal memberikan sifat sifat teknis yang memuaskan. Untuk membantu pengerasan blok bahan pasangan dinding dilakukan proses pemanasan dalam oven. Karena dipanaskan, bagian bahan perekat aspal yang mudah menguap berupa Saturates dan Aromatics (bagian dari Maltenes) yang merupakan cairan kental yang terdiri dari resins dan oils, sehingga mengakibatkan bagian-bagian yang tidak menguap berupa Aspaltenes mengalami polimerisasi yaitu proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul yang lebih besar. Penguapan komponen cairan dan polimerisasi ini mengakibatkan aspal menjadi semakin kaku dan akhirnya mengeras atau getas karena kehilangan sifat elastisitasnya (Thanaya,2006). Sejauh ini sudah diteliti blok bahan pasangan dinding (BBPD) dengan ukuran sampel 10cmx10cmx8cm, yaitu: memakai agregat bekas bongkaran bahan bangunan dengan aspal keras sebagai bahan perekat (Utama, 2010). Mitasari (2010) melaksanakan penelitian serupa dengan perekat aspal emulsi. BBPD juga diteliti dengan bahan bekas bongkaran aspal beton dengan aspal sebagai bahan perekat (Raindra, 2012). Semua hasil penelitian tersebut memberi hasil yang memadai dengan kuat tekan 25 kg/cm 2. Pada penelitian ini ukuran sampel yang dipergunakan adalah 20cmx10cmx8cm menurut Standar Nasional Indonesia (SNI ). Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan kadar aspal sisa tambahan minimum yang diperlukan, menganalisis karakteristik dan khususnya kuat tekan sampel apakah memenuhi syarat kuat tekan bata beton pejal minimal 25 kg/cm2 menurut SNI MATERIAL DAN METODE Penelitian ini menggunakan alat-alat yang tersedia di Laboratorium Jalan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Udayana dan UPT. Balai Peralatan dan Pengujian Dinas P.U. Provinsi Bali. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari garukan aspal beton lama dan aspal sisa diperoleh dari UPT. Balai Peralatan dan Pengujian Dinas P.U. Provinsi Bali dengan pasir halusuntuk bangunan yang diperoleh dari Laboratorium Jalan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Udayana. Sejauh ini pemanfaatan garukan perkerasan jalan lama (Gambar 1) belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagai perekat dipergunakan aspal sisa (Gambar 2) yang belum dipergunakan dan sudah tersimpan dalamwaktu lama. Material Penelitian ini menggunakan alat-alat yang tersedia di Laboratorium Jalan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Udayana dan UPT. Balai Peralatan dan Pengujian Dinas P.U. Provinsi Bali. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari garukan aspal beton lama dan aspal sisa diperoleh dari UPT. Balai Peralatan dan Pengujian Dinas P.U. Provinsi Bali dengan pasir yang diperoleh dari Laboratorium Jalan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Udayana. Sejauh ini pemanfaatan garukan perkerasan jalan lama (Gambar 1) belum dimanfaatkan secara optimal. Sedangkan untuk aspal sisa (Gambar 2) yang digunakan sebagai perekat BBPD sejauh ini tidak dipergunakan. Gambar 1. Garukan perkersan aspal lama Gambar 2. Aspal sisa MTR-8
3 Pada penelitian ini garukan perkerasan jalan aspal lama (reclaimed asphalt pavement-rap) yang digunakan diekstraksi dengan alat reflux (Gambar 3) untuk mendapatkan kadar aspal yang dan gradasi agregatnya. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan berat jenis terhadap agregat dari garukan perkerasan lama dan pemeriksaan aspal sisa berupa pemeriksaan penetrasi aspal, titik lembek, titik nyala, titik bakar, daktilitas dan kehilangan berat aspal. Material diproporsikan sesuai hasil trial, kemudian dipanaskan dan diaduk rata. Lalu campuran dimasukkan kedalam cetakan. Diatas cetakan diberi plat besi dengan tebal 4mm, dan dipadatkan dengan alat tumbuk Marshall dengan 15, 25 dan 35 siklus tumbukan yang tiap siklusnya terdiri dari 3xtumbukan merata. Lalu sampel dikeluarkan dari cetakan dan dioven dengan temperatur C dan C selama 12 dan 24 jam. Gambar 3. Pengujian ekstraksi garukan aspal lama Proporsi material dan penentuan kadar aspal minimum Percobaan dilakukan dalam 2 tahap. Pada Tahap I, agregat bongkaran aspal digunakan apa adanya, dan diberi aspal sebesar 0,5% dan 1%. Proporsi material disajikan pada Tabel 1. Hasil menunjukkan sampel kurang stabil/kompak karena agak kasar, dimana agregat pada bagian sudut sampel mudah lepas. Kemudian dilakukan penelitian tahap II, dimana dilakukan penambahkan pasir supaya campuran lebih halus dan stabil/kompak saat dikeluarkan dari cetakan. Pasir ditambah sebesar 10% dan 20% dari berat total agregat, disajikan pada Tabel 2. Kadar aspal divariasi sebesar 2% dan 3%. Tabel 1. Proporsi kadar aspal campuran percobaan tahap I Target Kadar Kadar Berat Kadar Aspal Berat Berat Total Kadar Aspal Penambahan Aspal Aspal RAP RAP Agregat Campuran Akhir Kadar Aspal Tambahan Total a b c d=c*b e=a*b f=d+e g=b d h=f+g i=(f/h)*100 (%) (gr) (%) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (%) 0, , , , ,99 MTR-9
4 Target Penambahan Kadar Aspal Berat RAP Tabel 2. Proporsi kadar aspal campuran percobaan tahap II KA RAP Kadar Aspal Tambahan Kadar Aspal Total Pasir tambahan 10 dan 20 % Berat Total Campuran Kadar Aspal Akhir a b c d=c*b e=a*b f=d+e g h=f+g i=(f/h)*100 (%) (gr) (%) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (%) , , , , , , , ,36 Teknik produksi sampel Garukan perkerasan aspal lama ditimbang sesuai kebutuhan, lalu dipanaskan dan dicampurkan dengan aspal sisa yang telah dilelehkan dengan kadar aspal yang telah ditentukan. Pencampuran agregat dan aspal dilakukan diatas wajan panas dan diaduk agar aspal melapisi agregat secara merata. Cetakan ( Gamar 4a) dilapisi oli tipis untuk memudahkan melepaskan blok bahan pasangan dinding dari cetakan. Selanjutnya campuran dimasukkan kedalam cetakan, dirojok dengan merata kemudian ditutup kembali dengan plat penutup tebal. Campuran lalu ditumbuk dengan alat tumbuk Marshall. Tumbukan dilakukan dalam siklus tumbukan diatas alas kayu, dimana satu siklus terdiri dari tiga titik tumbukan secara merata sesuai urutan pada Gambar 4b. Satu siklus terdiri dari tiga titik, titik pertama berada di tengah, titik kedua berada di kiri dan titik ketiga berada di sebelah kanan. Jumlah tumbukan pada proses pemadatan ini dilakukan bervariasi yaitu sebanyak 15 siklus, 25 siklus, dan 35 siklus tumbukan merata (Gambar 4). a. Gambar cetakan b. Teknik pemadatan Gambar 4. Teknik pemadatan sampel untuk tiap siklus Teknik Pengeluaran Sampel Setelah sampel dipadatkan, sampel didiamkan sebentar di dalam cetakan hingga mencapai suhu ruang. Kemudian sampel dikeluarkan dari dalam cetakan. Proses pengeluaran sampel dibantu menggunakan dongkrak. Untuk teknik pengeluaran sampel dan bentuk sampel setelah dikeluarkan dari cetakan dapat disajikan pada Gambar 5 dan Gambar 6. MTR-10
5 Gambar 5. Pengeluaran benda uji dengan bantuan dongkrak Gambar 6. Bentuk sampel setelah dikeluarkan dari cetakan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian agregat Untuk uji agregat, dilakukan uji berat jenis agregat kasar dan agregat halus dari RAP dan pasir tambahan yang, untuk melengkapi data di dalam perhitungan porositas. Uji agregat yang lain tidak dilakukan karena tidak diperlukan secara esensial, dan juga karena jumlah agregat hasil ekstraksi RAP sangat terbatas. Hasil uji berat jenis agregat disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pemeriksaan berat jenis agregat dari RAP dan pasir tambahan Jenis Agregat Berat Jenis Berat jenis efektif Bulk SSD App (SG.Bulk+SG.App/2) Agregat Kasar dari RAP 2,215 2,275 2,357 2,286 Agregat Halus dari RAP 2,185 2,246 2,327 2,256 Pasir 2,172 2,218 2,277 2,225 Hasil pengujian penetrasi aspal Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium adalah pengujian penetrasi, titik nyala, titik lembek, daktilitas, berat jenis aspal dan pemeriksaan kehilangan berat aspal. Pengujian sifat aspal secara lengkap tidak urgen diperlukan karena tidak dipergunakan untuk perkerasan jalan. Hasil pengujian aspal yang dilakukan diberikan pada Tabel 4. Aspal yang digunakan adalah aspal bekas yang setelah diuji memiliki penetrasi 80/100 dengan spesifikasi (Depkimpraswil, 2002) sebagai berikut. MTR-11
6 Tabel 4. Hasil pengujian aspal Pengujian Hasil Spesifikasi Penetrasi 83, Titik Nyala 312,5 C 225 C Titik Lembek 46 C C Berat Jenis 1,005 Min. 1,0 gr/ml Daktilitas 139 cm Min. 100 cm Kehilangan Berat Aspal 0,339 % Maks. 0,1 % Hasil pengujian kuat tekan tahap I Hasil uji kuat tekan Blok Bahan Pasangan Dinding (BBPD) dengan variasi kadar aspal 0,5% dan 1% dengan tumbukan 15, 25 dan 35 siklus tanpa penambahan pasir disajikan pada Tabel 5. Walaupun benda uji pada Tahap I, tidak stabil/kompak, namun sudah memberikan kuat tekan yang memadai ( 25kg/cm2). Karena sampel kurang kompak maka dilakukan percobaan Tahap II. Tabel 5. Hasil uji kuat tekan sampel pada Percobaan Tahap I Suhu Durasi Kadar Aspal Kuat Tekan Pengovenan Pengovenan Tambahan ( C) (jam) (%) (kg/cm 2 ) 0, , , Hasil pengujian kuat tekan tahap II Pada percobaan tahap II, tambahan pasir 20% dan kadar aspal 3 % yang memberikan hasil yang baik dimana sampel kompak dan stabil. Untuk kuat tekan blok bahan pasangan dinding dilakukan tanpa rendaman dan dengan rendaman. Sampel yang stabil memudahkan dalam produksi dan untuk untuk mencari volume dan mampu menahan beban secara merata seluas tampang tekan pada saat pengujian kuat tekan. Pengovenan yang dilakukan yaitu 200 o C selama 12 jam dan 24 jam dengan tumbukan 15 siklus, 25 siklus dan 35 siklus, sedangkan untuk pengovenan 160 o C dilakukan selama 12 dan 24 jam dengan tumbukan 15 siklus, 25 siklus dan 35 siklus. Hasilpengujian selanjutya adalah dari hasi percobaan tahap II. Hasil pengujian kuat tekan rata-rata blok bahan pasangan dinding disajikan pada Gambar 7 dan 8. Terlihat bahwa semua sampel memenuhi kuat tekan minimal 25kg/cm2. Tersedia data, dimana pemadatan, temperatur dan waktu pengovenan, bisa menjadi pilihan sesuai kebutuhan dan kelebihan dan kekurangan masing-masing. MTR-12
7 Gambar 7. Kuat tekan rata-rata blok bahan pasangan dinding tanpa rendaman Gambar 8. Kuat tekan rata-rata blok bahan pasangan dinding dengan rendaman Hasil uji IRS (Initial Rate Of Suction) Hasil pengujian IRS rata-rata pada blok bahan pasangan dinding disajikan pada Gambar 9. MTR-13
8 Gambar 9. Grafik nilai IRS rata-rata blok bahan pasangan dinding Jika dibandingkan dengan tipikal nilai IRS yang umum dipakai untuk blok bahan pasangan dinding antara 0,25-2,0 kg/m 2 menit (Vekey, 2001), nilai IRS yang diperoleh pada suhu pemanasan C dan C dengan durasi 12 dan 24 jam berada pada tipikal rentang tersebut. Sampel yang memiliki nilai IRS yang lebih tinggi memerlukan spesi yang lebih encer karena lebih banyak menyerap air dari mortar semen dan pasir, demikian sebaliknya. Hasil uji penyerapan air blok bahan pasangan dinding Hasil pengujian penyerapan air rata-rata blok bahan pasangan dinding tahap II disajikan pada Gambar 10. Penyerapan air blok bahan pasangan dinding pada suhu pengovenan 200 O C selama 24 jam lebih besar dibandingkan suhu pengovenan blok bahan pasangan dinding lainnya karena blok bahan pasangan dinding berada pada kondisi paling kering akibat penguapan cairan yang terkandung dalam perekat blok bahan pasangan dinding. Gambar 10. Grafik penyerapan air rata-rata blok bahan pasangan dinding MTR-14
9 Hasil uji porositas blok bahan pasangan dinding Pengujian porositas blok bahan pasangan dinding dilakukan untuk mengetahui volume ruang kosong yang terdapat pada blok bahan pasangan dinding. Untuk lebih jelasnya hasil rata-rata pengujian porositas BBPD dapat disajikan pada Gambar 11. Gambar 11. Nilai rata-rata porositas blok bahan pasangan dinding Terlihat pada Gambar 11, dimana memang logis bahwa porositas dipengaruhi oleh jumlah tumbukan/kepadatan. Semakin berat tumbukan yang dilakukan, maka semakin padat blok bahan pasangan dinding tersebut dan ruang kosong yang ditimbulkan akan semakin kecil. Selain karena kepadatan, porositas juga sedikit dpengaruhi oleh temperatur dan waktu pengovenan. Porositas blok bahan pasangan dinding pada suhu pengovenan 200 O C 24 jam terutama pada tumbukan 15 siklus bernilai cukup tinggi. Hal ini bisa disebabkan semakin banyaknya komponen maltenes dari aspal yang menguap saat dipanaskan, sehingga nilai porositasnya menjadi lebih tinggi dibandingkan suhu pengovenan yang lebih rendah. 4. KESIMPULAN Sesuai hasil analisis, diperoleh kesimpulan: 1. Diperoleh kadar aspal tambahan minimum yang diperlukan 3%, dari jenis aspal penetrasi 80/ Karakteristik terbaik diperoleh pada sampel yg dipadatkan 35 siklus tumbukan. Untuk kuat tekan terbaik diperoleh pada pengovenan 200 C durasi 12 jam. Kuat tekan tanpa rendaman diperoleh sebesar 177,5 kg/cm 2, dengan rendaman 95 kg/cm 2. Secara umum kuat tekan memenuhi syarat minimum tidak kurang dari 25 kg/cm Sifat terbaik yang lain diperoleh dengan pengovenan pada suhu 160 C durasi 12 jam, berupa penyerapan air terendah sebesar 5,60%; porositas terendah 5,21%. Initial Rate of Suction (IRS) diperoleh berkisar antara 1,38 ~ 1,82 kg / m 2.menit. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil). (2002). Spesifikasi Campuran Beraspal Panas. Forth, J.P., Zoorob, S.E., Thanaya, I.N.A. (2006). Development of Bitumen-bound Waste Aggregate Building Blocks. Proceedings of the Institution of Civil Engineers, Construction Materials. Volume 159, Issue1, February 2006, ISSN X, Thomas Telford-London, 2006, pp, MTR-15
10 Forth, J.P., Zoorob, S.E., Thanaya, I N.A. (2008). The time-dependent performance of bitublock single leaf masonry. Proceedings of 14th International Brick and Block Masonry Conference, Session 9A: Masonry Durability, File 14IBMAC_192.pdf, February 2008, Manly Pacific Hotel, Sydney, Australia. Mitasari, C. I P. (2010). Analisis Sifat Sifat Batako Menggunakan Agregat Bekas Dari Bongkaran Bahan Bangunan Dengan Perekat Aspal Emulsi, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana.( Tidak Dipublikasikan.) Raindra, P. (2012). Analisis Karakteristik Blok Bahan Pasangan Dinding Dengan Menggunakan Agregat Bekas Bongkaran Aspal Bekas Sebagai Bahan Perekat, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana. (Tidak Dipublikasikan) Thanaya, I.N.A., Forth, J.P., Zoorob, S.E. (2006). Incorporation of Fly Ash and Furnace Bottom Ash in Bitublock. Proceedings of AshTech 2006, International Coal Ash Technology Conference. The Birmingham Hippodrom Theatre, Birmingham, West Midlands, UK, Sunday 15 th Wednesday 17 th May 2006, ISBN CD- Rom , , Edited by Dr. Lindon Sear, Paper ref: A16. Thanaya, I N.A. (2010). Building Blocks Incorporating Waste Materials Bound With Bitumen. Journal of Civil Engineering Science and Application: Civil Engineering Dimension. Volume 12, No.1, March 2010, Pp , Petra Christian University, ISSN , Surabaya, Indonesia. Utama, K.W. (2010). Analisis Karakteristik Batako Memakai Agregat Bekas Bongkaran Bahan Bangunan Dengan Aspal Keras Sebagai Bahan Perekat, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana. (Tidak Dipublikasikan.) Vekey De, R.C., Brickwork And Blockwork. (2001). Construction Materials, Their Nature And Beahviour, Third Edition, Edited By J.M. Illston And P.L.J. Domone, Page 288, Spon Press, London MTR-16
KARAKTERISTIK BLOK BAHAN PASANGAN DINDING DARI BONGKARAN ASPAL LAMA DENGAN ASPAL SEBAGAI PEREKAT (028M)
KARAKTERISTIK BLOK BAHAN PASANGAN DINDING DARI BONGKARAN ASPAL LAMA DENGAN ASPAL SEBAGAI PEREKAT (028M) I Nyoman Arya Thanaya 1, A.A. Gede Sutapa 2 dan Raindra Priawan 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciKata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal emulsi sisa, Kuat tekan
ABSTRAK Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, secara berkelanjutan diperlukan material untuk perumahan berupa bahan dinding. Bahan dinding yang umum dipergunakan: bata tanah liat dan blok bahan pasangan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal sisa, Kuat tekan. iii
ABSTRAK Pemakaian agregat alami di alam semakin lama semakin berkurang, oleh karena itu diperlukan adanya alternatif bahan-bahan baru sebagai pengganti agregat alam. Dalam penelitian ini digunakan bahan
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT BLOK BAHAN PASANGAN DINDING DARI AGREGAT BEKAS DENGAN PEREKAT MINYAK JELANTAH
SIFAT-SIFAT BLOK BAHAN PASANGAN DINDING DARI AGREGAT BEKAS DENGAN PEREKAT MINYAK JELANTAH I Nyoman Arya Thanaya 1, Ngakan Made Anom Wiryasa 2, Florentina Bupu 3 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, FT Unud, Kampus
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BATAKO YANG MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS. I Nyoman Arya Thanaya 1
KARAKTERISTIK BATAKO YANG MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS I Nyoman Arya Thanaya 1 1 Dosen pada Jurusan Teknik Sipi, FT Unud, Kampus Bukit Jimbaran Denpasar E-mail: aryathanaya@ymail.com ABSTRAK Keberadaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAK Ketersediaan agregat alami semakin lama semakit terbatas, oleh karena itu diperlukan alternatif bahan baru sebagai pengganti agregat alam. Dalam penelitian ini digunakan bahan bekas berupa garukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi
Lebih terperinciI Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)
PENGGUNAAN LIMBAH BONGKARAN BANGUNAN (BATAKO) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DAN FILLER PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASBUTON I Made Agus Ariawan 1 Program Studi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil dan Analisa Pengujian Aspal Aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal keras yang mempunyai nilai penetrasi 60/70. Pengujian aspal di laboratorium Jalan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE
KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASBUTON DAN LIMBAH BONGKARAN BANGUNAN (BATAKO) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DAN FILLER I Made Agus Ariawan 1 Program
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ` 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jalan saling berkaitan dengan perkembangan teknologi yang ditemukan umat manusia. Begitu banyak gambaran nyata tentang kerusakan jalan baik berupa retakan,
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Langkah Penelitian Penelitian dimulai dengan mengumpulkan referensi tentang penelitian terhadap beton ringan yang menggunakan sebagai bahan campuran. Referensi yang didapat lebih banyak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Material Dasar 1. Agregat dan Filler Material agregat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari batu pecah yang berasal dari Tanjungan, Lampung Selatan. Sedangkan sebagian
Lebih terperinci(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)
(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal) LABORATORIUM INTI JALAN RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMPUNG Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Jurusan PEMERIKSAAN
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS
ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS TUGAS AKHIR Oleh : Putu Anggi Wedayanti (0719151037) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR
KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1), Isyak Bayu M 2) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan hal yang utama untuk menunjang dalam bertansportasi secara aman, nyaman dan mudah maka dari itu dibutuhkan perkerasan jalan yang memadai dan
Lebih terperinciKINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)
KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC) TUGAS AKHIR Oleh : I WAYAN JUNIARTHA NIM : 1104105072 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2 3 ABSTRAK Setiap
Lebih terperinciTINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR
TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1, Arys Andhikatama 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Aspal Pengujian Agregat Pengujian filler Syarat Bahan Dasar Tidak Memenuhi Uji Marshall
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN
PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Harry Zentino 1, Oktavianus Danny Sivananda 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Serat ijuk merupakan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, pemeriksaan terhadap spesifikasi, penentuan rencana campuran (mix design), pembuatan benda
Lebih terperinciBahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini semua data
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN
PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Kevin Chandra 1, Percy Tambran 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Penggunaan Campuran Aspal Emulsi Dingin
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai pengaruh variasi suhu pada proses pemadatan dalam campuran beton aspal yang dilakukan di Laboratorium Transportasi Program Studi
Lebih terperinciBAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian
BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, pemeriksaan terhadap spesifikasi, penentuan rencana campuran (mix design),
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran
Lebih terperinciSpesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil Uji Agregat Kasar Dengan Mesin Impact Test
DAFTAR PUSTAKA 1. Bina Marga. 1983. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (LASTON). 2. Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia, Metode Pengujian Titik
Lebih terperinciGambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Pada penelitian ini untuk pengujian agregat, aspal, pembuatan benda uji dan pengujian Marshall dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Jalan, Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA 4.1 Hasil dan Analisis Sifat Agregat 4.1.1 Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar Berikut adalah hasil pengujian untuk berat jenis dan penyerapan agregat kasar. Tabel
Lebih terperinciTHE INVESTIGATION ON MIX PROPORTION S CHARACTERISTIC OF RECYCLE MATERIAL MADE OF RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL
THE INVESTIGATION ON MIX PROPORTION S CHARACTERISTIC OF RECYCLE MATERIAL MADE OF RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL INVESTIGASI KARAKTERISTIK CAMPURAN DAUR ULANG MENGGUNAKAN BAHAN RAP (RECLAIMED
Lebih terperinciINVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL
INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelessaikan Pendidikan Strata
Lebih terperinciBAB V HASIL PEMBAHASAN
BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan
Lebih terperinciIslam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Penelitian Dari data yang didapat dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam
Lebih terperinciAlik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang
PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH OF SUGAR CANE) SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS ATB (ASPHALT TREATD BASE) Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan
Lebih terperinciPENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING
WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 16 ISSN : 89-8592 PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING Heri Sujatmiko
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON
ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON Adrian Hartanto, Irawan Sugiharto 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK:
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE PENGUJIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 31 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode marshall dan dilakukan di Laboratorium Jalan Raya PT Subur
Lebih terperinciPENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE
PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Sri Widodo, Senja Rum Harnaeni, Erni Wijayanti Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.
31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,
Lebih terperinciBab IV Penyajian Data dan Analisis
6 Bab IV Penyajian Data dan Analisis IV.1 Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisik Agregat Agregat kasar, agregat halus dan filler abu batu yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari mesin pemecah batu,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dengan penggunaan aspal modifikasi starbit E-55 dan penambahan polipropilena dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Kadar
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi
PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : SUNANDAR
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Pengujian Material 1. Agregat Kasar dan Steel Slag Agregat kasar merupakan agregat yang tertahan diatas saringan 2.36 mm (No.8), menurut saringan ASTM. a. Berat Jenis Curah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Agregat Kasar A. Hasil Pengujian Agregat Agregat kasar yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari desa Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pemeriksaan bahan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat dalam referensi-referensi tentang beton EPS dan filler fly ash. Penggunaan EPS pada
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall
98 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 98-107, November 2012 Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall (Effect of Using
Lebih terperinciPENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )
PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Polsri Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 1 ) E-mail:cecesumi@yahoo.com
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
56 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan 1. Pengujian agregat Hasil Pengujian sifat fisik agregat dan aspal dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5.1. Hasil Pengujian Agregat Kasar dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Perkerasan Jalan Teknik Sipil Universitas Mercu Buana. Hasil pengujian ini dibandingkan dengan kriteria dan spesifikasi SNI.
Lebih terperinciINVESTIGASI KARAKTERISTIK RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL NASKAH PUBLIKASI
INVESTIGASI KARAKTERISTIK RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelessaikan Pendidikan Strata 1 Faktultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciLampiran Perhitungan Pengujian Aspal
Lampiran Perhitungan Pengujian Aspal BERAT JENIS ASPAL (Spesific Gravity of Asphalt) Kelompok Jurusan Lokasi : Penelitian Tugas Akhir : Teknik Sipil : Politeknik Negeri Sriwijaya Tanggal : April 06 Penguji
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-
DAFTAR PUSTAKA 1. Bina Marga. 1983. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton ( LATASTON ). 2. Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian Dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia, Metode Pengujian
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN ASPAL REJECT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana 2
ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN ASPAL REJECT I Wayan Gunawan 1, I Nyoman Arya Thanaya 2, I Gusti Raka Purbanto 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciTINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 90 TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT Raden Hendra Ariyapijati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SABUT KELAPA TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN
PENGARUH PENAMBAHAN SABUT KELAPA TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Andhi Lim 1, Rudy Hermanto 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Di Indonesia penggunaan aspal emulsi
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B
PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B Sabaruddin Fakultas Teknik Universitas Khairun Kampus Gambesi Kotak Pos 53 - Ternate 97719 Ternate Selatan Telp. (0921)
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN ASPAL REJECT
ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN ASPAL REJECT I Wayan Gunawan 1, I Nyoman Arya Thanaya 2, I Gusti Raka Purbanto 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum
25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE MARSHALL Konsep dasar dari metode campuran Marshall adalah untuk mencari nilai kadar aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat
Lebih terperinciKamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI
STUDI PERBANDINGAN NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN AGREGAT SUNGAI GRINDULU, SUNGAI LESTI, DAN BENGAWAN SOLO UNTUK LALULINTAS SEDANG Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAFTAR
Lebih terperinciNASKAH SEMINAR INTISARI
NASKAH SEMINAR PENGARUH VARIASI PEMADATAN PADA UJI MARSHALL TERHADAP ASPHALT TREATED BASE (ATB) MODIFIED MENURUT SPESIFIKASI BINA MARGA 2010 (REV-2) 1 Angga Ramdhani K F 2, Anita Rahmawati 3, Anita Widianti
Lebih terperinciPEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS
PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS Ir. Nusa Sebayang, MT. Dosen Teknik Sipil ITN Malang Jl. Danau Ranau I G2 B/15 Malang Tel : o341-721142 Email :nusasebayang@yahoo.com.au
Lebih terperinciKUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN
KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN Rudolvo Wenno Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS
PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS M. Zainul Arifin Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jln. Mayjen Haryono
Lebih terperinciPENGGUNAAN ABU DASAR BATUBARA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN LATASIR B TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL.
Volume 12, Nomor 2 Versi online: 1 PENGGUNAAN ABU DASAR BATUBARA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN LATASIR B TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL Basic Use of Coal Ash to Replace Some Fine
Lebih terperinciLAMPIRAN A HASIL PENGUJIAN AGREGAT
LAMPIRAN A HASIL PENGUJIAN AGREGAT HASIL PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT Keterangan Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi Tidak Memenuhi Memenuhi Agregat Kasar 2/ Berat Jenis Bulk - 27
Lebih terperinciSTUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC
STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC Oleh : Denny Setiawan 3113 040 501 PROGRAM STUDI DIV TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN
Lebih terperinciVARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1 Dosen
Lebih terperinciMETODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas
III. METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung untuk pembuatan Arang Tempurung Kelapa, dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Bahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan pengambilan sampel dilakukan pada 10 tempat di 4 Kabupaten
Lebih terperinci3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
OPTIMALISASI PENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BERASPAL PANAS (ASPHALTIC CONCRETE) TIPE AC-BASE COURSE (AC-BASE) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL MODIFIKASI ASBUTON (BNA) (Studi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.
III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Sebelum melakukan suatu penelitian, maka perlu adanya perencanaan dalam penelitian. Pelaksanaan pengujian dilakukan secara bertahap, yaitu pemeriksaan
Lebih terperinciLampiran 1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar. 1/2" (gram)
78 Lampiran 1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar Pemeriksaan 1/2" (gram) 3/8" (gram) No.4 (gram) No.8 (gram) Berat Benda Uji Kering Oven (Bk) 1494,2 1498,1 998,2 492 Berat Benda Uji Permukaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian
BAB III METODOLOGI Dalam bab ini peneliti menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan selama penelitian tentang Studi komparasi antara beton aspal dengan aspal Buton Retona dan aspal minyak Pertamina
Lebih terperinciBAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mortar dengan bahan tambahan abu merang dilakukan di Laboratorium Struktur dan Teknologi Bahan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinci3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam
BAB V METODE PENELITIAN 5.1 Lokasi, Bahan, Dan Alat Penelitian 5.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC
ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC DONNY SUGIHARTO NRP : 9321069 NIRM: 41077011930297 Pembimbing: TAN LIE ING, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut SNI 03-3430-1994, dinding memiliki 2 macam yaitu: dinding pasangan (non-structural) atau dinding yang berperan menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan cor
Lebih terperincioptimum pada KAO, tahap III dibuat model campuran beton aspal dengan limbah
BAB V METODE PENELITIAN 5.1. Cara Penelitian Penelitian dilakukan dengan tiga tahap. tahap pertama untuk mencari kadar aspal optimum (KAO), tahap II untuk mencari kadar limbah batu baterai (Magan) optimum
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari masing - masing
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Program Kerja Uji Laboratorium Bagan alir yang dipergunakan untuk kelancaran dari program penelitian ini dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari
Lebih terperinciVARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1
VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1 Dosen Pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana E-mail : agusariawan17@yahoo.com
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA
PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA Charly Laos 1, Gedy Goestiawan 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Pertumbuhan jumlah kendaraan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian melalui uji marshall dan uji perendaman serta analisa terhadap hasil pengujian di laboratorium
Lebih terperinciBAB 3 METOTOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METOTOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan
Lebih terperinci