PRODUK ANALISIS SITUASI JARINGAN SURVEY INISIATIF SUMBER DAYA MANUSIA ACEH DAN
|
|
- Verawati Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EDISI 15 TAHUN 2017 PRODUK ANALISIS SITUASI MEI-JUNI 2017 JARINGAN SURVEY INISIATIF SUMBER DAYA MANUSIA ACEH DAN POTENSI PEMBANGUNAN COPYRIGHT JARINGAN SURVEY INISIATIF 2017 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG UNDANG
2 DAFTAR ISI WRITERS TEUKU ALFA TOMMY Peneliti Jaringan Survey Inisiatif teukualfa@gmail.com EDITOR ARYOS NIVADA DESAIN LAYOUT Teuku Harist Muzani SENIOR EXPERT ANDI AHMAD YANI, AFFAN RAMLI, CAROLINE PASKARINA, ELLY SUFRIADI, CHAIRUL FAHMI, MONALISA, FAHRUL RIZA YUSUF PENDAHULUAN SDA RENDAH & KEMISKINAN PEMERINTAH & KETANAGAKERJAAN PEMERINTAH & SOLUSI REKOMENDASI rjaringan SURVEY INISIATIF Jln. Tgk. Di Haji, Lr. Ujong Blang, Np. 36, Gp. Lamdingin, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, INDONESIA Telp. (0651) Web: js.inisiatif@gmail.com
3 ANALISIS SITUASI edisi 15 JSI 3 PENDAHULUAN Berbicara kesejahteraan suatu daerah maka banyak sekali aspek yang harus diperhatikan dalam kehidupan keseharian daerah tersebut. Untuk melihat kesejahteraan Aceh, kita harus melihat dengan mata sangat terang bahwa Aceh merupakan daerah subur dengan sumber daya alam sangat melimpah serta laut yang luas sehingga menempatkan Aceh menjadi salah satu permata di Indonesia. Hasil alam berupa kayu, pertanian, dan perikanan merupakan sumber alam yang sangat melimpah di Aceh, bahkan hutan Aceh merupakan paru-paru dunia karena keasrian dan kealamiannya terus dijaga dan dipelihara sebagai warisan leluhur. Masyarakat Aceh mampu secara turun temurun menjaga kebudayaannya yang sangat dekat dengan alam, hal ini berkat sistem kemasyarakatan yang teratur serta diatur langsung oleh masyarakat yang sudah dimulai sejak di masa lampau. Karena sistem kemasyarakatan yang teratur, hingga kini sumber daya alam di Aceh dapat terus dimanfaatkan sekaligus dipelihara keberlangsungannya. Masyarakat Aceh terbiasa memanfaatkan sumber daya alam Aceh sebagai mata pencaharian dengan melakukan perdagangan sesama masyarakat Aceh maupun luar Aceh. Kecakapan masyarakat Aceh dalam dunia perdagangan telah terkenal dan diakui sejak dulu. Setelah periode panjang perang pra kemerdekaan yang menunjukkan ketangguhan masyarakat Aceh dan dilanjutkan dengan konflik hampir 30 tahun pasca kemerdekaan antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang menuntut pemisahan Aceh dari Indonesia dengan Pemerintah Republik Indonesia, membuat banyak sekali perubahan di Aceh. Ketakutan untuk mengelola alam dan bergerak bebas dalam pengupayaan ekonomi merupakan bagian dari perubahan tersebut yang memberikan pukulan telak terhadap kemajuan Aceh. Akibatnya, sumber daya alam Aceh kurang dapat termanfaatkan, serta perdagangan yang sebelumnya menjadi kekuatan dan keunggulan masyarakat Aceh di masa lalu juga tidak berjalan dengan baik selama konflik berlangsung. Konflik dan etos kerja yang terganggu selama 30 tahun itu ternyata menjadi masalah yang pelik dan sulit untuk diperbaiki. Daerah dengan generasi cerdas selama ratusan tahun dalam mengelola alam, pembangunan hampir disemua lini dan profesi, serta sumber daya manusia di bidang perniagaan yang kuat menopang kekuatan Aceh sebagai bangsa yang disegani hampir di seluruh antero tanah Melayu hingga Eropa jauh, berubah menjadi daerah yang sumber daya alamnya kurang mampu di manfaatkan secara mandiri, industri masyarakatnya hampir mati, sumber daya manusia unggulnya berubah menjadi masyarakat yang kurang mampu berdiri diatas kakinya sendiri. Aceh yang dulunya merupakan daerah kaya dengan masyarakat yang sejahtera kini berganti dengan masyarakat yang berkutat dengan kemiskinan dan permasalahan sosial lainnya, sampai saat ini Aceh masih terus berbenah diri dan memperbaiki diri untuk dapat keluar dari permasalahan rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kemiskinan yang menimpa provinsi paling barat di Indonesia ini.
4 JSI 4 ANALISIS SITUASI edisi 15 Sumber Daya yang Rendah dan Kemiskinan Sejak berakhirnya konflik panjang antara GAM dan pemerintah RI yang ditandai dengan MoU Helsinki serta pembangunan pasca bencana tsunami yang menimpa daerah Aceh yang dilakukan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR), serapan tenaga kerja di Aceh sejak tahun 2009 terbilang tidak mengalami perkembangan, menurut data BPS terbaru angka pengangguran di Aceh sudah menunjukkan angka yang sangat memperihatinkan dengan menempati rangking 2 terbawah di pulau Sumatera. Jumlah pengangguran sebesar jiwa tersebut terbilang sangat besar bila kita perhatikan sumber daya alam yang dapat dikelola di bumi Aceh ini. Angka pengangguran di Aceh menjadi sangat mengkhawatirkan karena angka pengangguran terdidik sangat tinggi. Pendidikan tinggi ternyata tidak serta merta menciptakan lapangan kerja baru atau serta merta mampu terserap dengan baik pada dunia kerja. Hal ini terbukti dengan tingkat pengangguran lulusan Universitas yang sangat tinggi dan terus meningkat jumlahnya sejak Agustus 2015 sebesar persen dan meningkat menjadi persen pada Agustus Hal yang menggembirakan adalah tingkat lulusan pendidikan rendah sangat kecil karena memang pendidikan rendah lebih kecil persentasenya di Aceh, pada tingkat ini angka serapan tenaga kerjanya jauh lebih baik dengan angka persen dibandingkan enam bulan sebelumnya sebesar persen. Angka pengangguran juga berkaitan dengan tingkat kemiskinan suatu daerah, hal ini terbukti dengan tingginya pengangguran yang ada di Aceh membuat tingkat kemiskinan juga meningkat. Pengangguran terbuka sangat berdampak kepada pembangunan dan tingkat kemiskinan, karena tingkat pengangguran menjadikan beban negara atas ketidakmampuan masyarakat menghasilkan penghasilan yang cukup untuk dirinya sendiri sehingga berefek pada ketidakmampuan memenuhi kebutuhannya keluarganya atau menjadi beban pada anggota keluarganya yang lain. Pengangguran juga akan mempengaruhi angka pendapatan perkapita suatu daerah, serta pengangguran akan mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat di pasar yang hal ini otomatis akan berdampak pada ekonomi. Tidak berkembangnya jumlah serapan tenaga kerja mengindikasikan ketidakmampuan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja, ketidakmampuan masyarakat Aceh dalam masuk kedalam bursa kerja dikarenakan kualitas sumber daya manusianya masih rendah, juga ketidakmampuan menggunakan dan mengolah sumber daya alam yang ada sebagai modal bekerja dalam membangun daerah. Berdasarkan data BPS, sejak 2009 tenaga kerja Aceh sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja dengan tidak mampu terserap dalam dunia kerja. Tahun 2013 dan 2014 merupakan titik paling parah dengan jumlah pengangguran mencapai 11,493 jiwa sedangkan lapangan
5 ANALISIS SITUASI edisi 15 JSI kerja yang tersedia sebesar 2,534 jiwa, tenaga kerja di Aceh hanya mampu terserap sebesar 339 jiwa atau 2.95 persen dari pencari kerja terdaftar, sedangkan pada tahun 2013 serapan tenaga kerja jauh lebih rendah yaitu sebesar 2.24 persen saja. Situasi seperti ini menjadi sangat serius karena hal ini menunjukkan ketidakmampuan sumber daya manusia Aceh dalam memenuhi kebutuhan pasar kerja. Melihat fenomena ketidakmampuan masyarakat usia kerja Aceh untuk terserap kedalam pasar dunia kerja seperti pada kasus diatas, maka yang paling mungkin terjadi adalah posisi-posisi tersebut yang notabenenya merupakan lowongan kerja yang bertempat di Aceh diisi oleh masyarakat dari provinsi tetangga atau dari pulau Jawa bahkan dari provinsiprovinsi di Indonesia timur lainnya yang secara umum sumber daya manusianya lebih baik dan mampu untuk mengisi kebutuhan yang menjadi syarat posisi-posisi tersebut. Berdasarkan fakta tersebut sumber daya manusia Aceh harus ditingkatkan dengan menggunakan solusi berbeda, harus ditemukan solusi yang dapat menyelesaikan masalah pengangguran tersebut sekaligus menjadi solusi dalam pembangunan Aceh untuk lebih baik kedepannya. 5
6 JSI 6 ANALISIS SITUASI edisi 15
7 ANALISIS SITUASI edisi 15 JSI 7
8 JSI 8 ANALISIS SITUASI edisi 15 Pemerintah dan Ketenagakerjaan Aceh Menurut penilaian peneliti, penggunaan dasar pemikiran yang menjadi landasan perkembangan ekonomi Aceh menggunakan pendekatan yang berlandaskan teori Arthur Lewis, Lewis berpendapat bahwa syarat yang dibutuhkan untuk menjadikan sektor industri atau sektor kapitalis sebagai mesin pertumbuhan yaitu dengan cara meningkatkan investasi pada sektor industri atau sektor kapitalis. Pada saat yang bersamaan upah pekerja di sektor industri atau sektor kapitalis harus ditetapkan lebih tinggi dari pada sektor pertanian. Perbedaan upah tersebut akan dapat menarik pekerja dari sektor pertanian ke sektor industri atau sektor kapitalis. Strategi seperti ini menjadi sangat tidak sesuai karena investasi pada sektor industri dan sektor kapitalis tidak dapat dihasilkan di Aceh, akibatnya malah tenaga kerja di sektor pertanian yang notabenenya adalah sektor paling dekat dengan masyarakat Aceh sebagai sumber kerja saat ini malah ditinggalkan (mengecil).
9 ANALISIS SITUASI edisi 15 JSI 9 Berdasarkan data BPS 2016, pekerja pertanian berkurang 146,294 jiwa dari 881,357 jiwa pada tahun 2015 menjadi 735,063 jiwa pada tahun Sedangkan angka pekerja bidang jasa meningkat sebesar 228,481 Jiwa dengan 834,334 jiwa pada tahun 2015 menjadi 1,063,815 jiwa pada tahun Sedangkan peningkatan tenaga kerja di sektor industri menjadi 289,167 jiwa pada tahun 2016, yang pada tahun 2015 sebesar 250,327. Peralihan dari sektor pertanian menjadi sektor jasa yang sangat signifikan bisa menjadi indikator bahwa sektor pertanian menjadi sektor yang mulai ditinggalkan, sementara pertanian yang merupakan tulang punggung Aceh sebagai penghasil PAD terbesar diluar migas dan penarik tenaga kerja terbesar di Aceh menjadi berkurang yang hal ini pasti akan berpengaruh kepada PAD dan ketahanan pangan dan perikanan. Berkurangnya petani (petani, nelayan, peternak, dan sebagainya) di Aceh akan mempengaruhi produksi dan ketahanan pangan dan perikanan kita. Sebagai contoh, kurangnya pengelolaan pada sektor peternakan sapi dan kambing sebagai salah satu komoditas sangat diminati masyarakat Aceh mengakibatkan tingginya harga daging sapi di Aceh karena kurangnya ketersediaan daging kambing di pasaran. Padahal secara geografis peternakan sangat cocok untuk diterapkan di Aceh, karena ketersediaan bahan pakan yang melimpah dan juga karena tingginya kebutuhan pasar akan daging sapi dan kambing.
10 JSI 10 ANALISIS SITUASI edisi 15 Pada saat yang sama, peningkatan yang cukup signifikan ada pada bidang jasa. Peningkatan serapan tenaga kerja pada sektor ini harus terus dipertahankan dan terus dikembangkan. Terjadinya peningkatan pada sektor ini dipengaruhi oleh pariwisata Aceh yang semakin baik pengelolaannya, ekonomi di perkotaan yang lebih baik dari pada di desa, dan keinginan masyarakat berdomisili di kota. Seperti yang kita ketahui, sektor jasa biasanya terpusat di daerah perkotaan. Pada sektor pertambangan dan perminyakan memang menjadi sektor yang nilai ekonominya paling tinggi di Aceh, tetapi serapan tenaga kerja pada sektor ini begitu kecil, karena ketidakmampuan masyarakat Aceh terserap kedalam pasar kerja sektor ini, terbukti dengan begitu banyaknya proyek pertambangan dan Migas berjalan di Aceh tetapi serapan tenaga kerja hanya 14,708 jiwa. Menyaksikan sumber daya manusia dari provinsi lain bekerja dan mengembangkan sektor ini di Aceh menjadi sesuatu yang lumrah, padahal pada tingkatan ini banyak lulusan sarjana dari Aceh yang mampu mendudukinya, tetapi tingkat kepercayaan dan kecakapannya masih diragukan. Berdasarkan data BPS dalam buku indikator tenaga kerja provinsi Aceh Agustus 2016, menunjukkan Angka pengangguran terbesar berada di Desa, sementara itu tingkat pendidikan masyarakat Aceh adalah setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan mata pencaharian terdekat dengan masyarakat adalah bertani, berkebun, berternak dan menjadi nelayan. Namun saat ini tingkat kepercayaan diri untuk bekerja menempati profesi-profesi tersebut semakin menurun, maka tingkat pengangguran terbuka dapat dipastikan akan terus meningkat. Ada hal yang juga menjadi perhatian adalah trend masyarakat yang saat ini mengidamkan Urbanisasi karena upah di kota lebih besar serta jargon ke kota untuk lebih baik,
11 ANALISIS SITUASI edisi 15 JSI 11 hampir 10,000 jiwa terus bertambah di kota Banda Aceh di setiap tahunnya (perhitungan data BPS ), dengan tingkat penambahan jumlah jiwa sebesar itu pertahunnya, dapat dipastikan bahwa akan terjadi perubahan mata pencaharian masyarakat (hal ini sejalan dengan data BPS bahwa besar masyarakat yang beralih dari pertanian ke bidang Jasa). Melihat permasalahan yang ada maka penting untuk pemerintah menyelesaikan permasalahan yang ada agar serapan tenaga kerja dan ketersediaan lapangan kerja dapat terwujud, hal ini harus bisa diwujudkan dari elemen paling kecil di pedesaan hingga lapisan masyarakat yang lebih besar di perkotaan, dari pendidikan rendah juga pendidikan tinggi, yang menjadi kebutuhan daerah saat ini juga persiapan pengembangan daerah kedepannya. Pemerintah dan solusi Metode pengembangan sumber daya manusia dalam menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja ke dalam pasar dunia kerja seharusnya sudah harus diubah karena metode yang dijalankan sekarang ini terbukti belum menjadi solusi dalam pengembangan daerah melalui penyerapan tenaga kerja dan membuka lapangan kerja. Berdasarkan fakta tersebut Sumber Daya Manusia Aceh haus ditingkatkan dengan menggunakan solusi berbeda, harus ditempuh solusi yang dapat menyelesaikan masalah pengangguran tersebut sekaligus menjadi sokusi dalam pembangunan Aceh lebih baik kedepannya. Menghadapi permasalahan ketenagakerjaan dan kemiskinan yang masih menjadi permasalahan Provinsi Aceh saat ini, perlu ada kajian untuk mengatasi hal tersebut. Apabila persoalan ini dibiarkan untuk jangka panjang maka akan menyeret masyarakat ke perilaku-perilaku yang negatif karena tuntutan hidup. Perdagangan narkoba, perampokan, pengancaman dan perilaku kriminal lainnya sudah dapat kita lihat di masyarakat Aceh saat ini, hal ini berkaitan dengan himpitan kemiskinan dan upaya lepas dari kemiskinan. Hal seperti ini bukan hanya akan memperburuk iklim investasi daerah Aceh juga akan merusak perilaku masyarakat Aceh. Karena permasalahan pengangguran dan kemiskinan sudah beranjak menjadi suatu permasalahan pelik di masyarakat, penting bagi pemerintah Aceh bertindak cepat melalui kajian dan penelitian yang intens dengan melibatkan banyak pihak. Pihak Universitas, pemerintah daerah, kementrian yang terkait, Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Usaha Milik Negara, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan pihak Swasta terkait lainnya merupakan pihak-pihak yang perlu dilibatkan untuk menghasilkan pemecahan persoalan tersebut dengan lebih cepat.
12 JSI 12 ANALISIS SITUASI edisi 15 Secara umum pendidikan dasar masyarakat Aceh sudah lebih baik (tingkat lulusan perguruan tinggi dan lulusan sekolah menengah atas termasuk baik di Indonesia) tetapi kecakapan kerjanya yang masih sangat rendah, Persoalan pengkajian dan penelitian pengangguran dan kemiskinan di Aceh, akan sangat baik bila memenuhi kebutuhan akan: 1. Mengkaji lapangan kerja paling dekat dengan masyarakat saat ini, bila berbicara di desa maka pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan menjadi solusi paling dekat dengan masyarakat. Sedangkan di perkotaan, penyediaan kerja di sektor swasta dan sektor jasa akan menjadi dasar pembangunan lapangan kerja dan pembangunan sumber daya manusia. 2. Memenuhi kebutuhan baik masyarakat dengan pendidikan dan kecakapan kerja rendah hingga dengan pendidikan dan kecakapan tinggi, karena semua elemen masyarakat harus diterima dengan baik pada pasar tenaga kerja. Dalam hal ini pendidikan mungkin sudah lebih baik daripada provinsi lainnya di Indonesia tetapi permasalahan ini terletak pada kecakapan kerja masyarakat Aceh, perlu pendidikan keprofesian dan pelatihan untuk memenuhi keinginan pasar dunia kerja. 3. Sektor pendukung dalam penyiapan ketenaga kerjaan juga harus di bangun, sektor penyuluhan/pendampingan sebagai sektor yang mendorong lapangan kerja juga harus menjadi prioritas, sektor ini akan menjadi sektor yang memberikan solusi internal dalam cakupan kerja bidang tertentu, juga dapat dimanfaatkan sebagai auditor dalam pengembangan sektor tertentu. 4. Sektor penyuluhan/ pendampingan ini harus diperkuat hampir disemua bidang, tetapi dalam bidang pembangunan Desa, Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan ini menjadi suatu katalisator dalam pembangunan sektor ini. 5. Penyiapan sektor yang akan diusahakan hadir oleh pemerintah, dalam pengembangan daerah pemerintah pasti akan melahirkan beberapa sektor yang akan hadir, untuk itu pemerintah daerah harus sudah mampu memberikan pendidikan dan pelatihan berupa sumber daya manusia yang mempu mengisi bidang tersebut dalam memenuhi kebutuhan pasar akan itu, hal ini bertujuan agar sumber daya manusia Aceh dapat mengisi posisi ini dan pada kesempatan yang sama akan mampu mengisi lapangan kerja tingkat nasional maupun tingkat internasional. 6. Penyiapan tenaga kerja yang akan memenuhi kebutuhan tenaga kerja internasional, dalam hal ini penyiapan tenaga kerja advance juga sangat penting, tenaga kerja ini mungkin akan mengisi lapangan kerja tingkat internasional dalam mengikuti pasar MEA maupun lapangan kerja di negara-negara maju, pada jenis tenaga kerja ini pendapatan ke daerah adalah jenis pendapatan tidak langsung, pendapatan tidak langsung ini berupa dana akan masuk ke Aceh melalui dana segar yang masuk ke kantong-kantong masyrakat kecil di pedesaan, dana segar ini akan menjadi kekuatan ekonomi dari bawah karena meningkatkan daya beli masyarakat kecil. Selain itu dengan menempatkan tenaga kerja Advance belajar dan bekerja di luar negeri, suatu saat diharapkan akan ada pembukaan lapangan keja baru yang akan di bawa pulang oleh tenaga kerja tersebut sekaligus menghadirkan investas baru di Aceh.
13 ANALISIS SITUASI edisi 15 JSI 13 Dalam mewujudkan kelima pertimbangan diatas maka pendidikan harus di kolaborasikan dengan pelatihan, dasar pendidikan dan kecakapan dalam pekerjaan akan melahirkan keprofesian, keprofesian akan melekat pada diri seseorang dan akan menjadi nilai jual sumber daya manusia itu sendiri. Keprofesian akan menciptakan iklim persaingan sehat dalam dunia kerja juga kecukupan akan kecakapan dan pengetahuan akan satu bidang, hal ini akan meningkatkan harga jual individu juga akan memberikan jaminan kualitas kerja kepada klien. Dengan berbasis keprofesian, tingkatan keprofesian dan kecukupan penguasaan akan satu bidang tertentu dapat dipenuhi dan di kontrol, pengontrolan bidang keprofesian dapat dikelola oleh perserikatan bidang keprofesian tesebut juga dapat dikontrol oleh pemerintah. Pengontrolan bidang keprofesian oleh pemerintah, secara otomatis pendistribusian tenaga kerja dan kecakapan akan mudah dikelola pemerintah, pengangguran akan lebih mudah diarahkan menuju lapangan kerja, serta terjaminnya tenaga kerja yang akan mengisi lapangan kerja tertentu bila pemerintah mendatangkan investor ke daerah Aceh. Selain menciptakan kepercayaan diri kepada sumber daya manusia Aceh untuk dapat mengisi lapangan kerja di Aceh, juga akan meningkatkan kepercayaan diri bersaing dengan sumber daya manusia setingkat nasional Indonesia, bahkan akan mampu bersaing dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Di Indonesia saat ini keprofesian baru berjalan dengan baik pada sektor hukum, medis dan pendidikan, ketiga sektor ini sudah menerapkan pembangunan keprofesian dengan sangat baik, pendidikan dan keprofesian berjalan dengan teratur dan berjenjang, seharusnya bidang lain juga dapat menerapkan hal yang sama dan harus menjadi tolok ukur dan dalam pengembangan sumber daya manusia Aceh. Standar pembangunan sumber daya manusia Aceh dengan basis pendidikan dan kecakapan kerja sudah harus mengikuti standar pasar MEA atau bahkan standar kerja Asia, Aceh sudah harus memasang tinggi standar sumber daya manusianya agar mampu bersaing di dunia kerja internasional.
14 JSI 14 ANALISIS SITUASI edisi 15 REKOMENDASI JSI 1. Dalam menciptakan lapangan kerja pemerintah seharusnya memaksimalkan potensi yang ada, potensi pertanian, peternakan, perikanan, dan perkebunan dapat menjadi solusi jangka pendek saat ini. Masyarakat bisa dengan mudah terserap pada bidang ini, dan akan sangat mungkin ekonomi masyarakat dapat ditingkatkan melalui serapan tenaga kerja pada bidang ini. 2. Bidang-bidang tersebut harus disokong dengan pendampingan maksimal oleh pemerintah, pelatihan dan sosialisai sebagai wawasan dan motivasi pada pelaku bidang ini harus terus di tingkatkan, serta peralatan dan kebutuhan pendukung bidang ini juga harus dipenuhi dengan baik oleh pemerintah. 3. Selaini itu regulasi pemerintah harus sudah dapat mengakomodir bidang ini berjalan dengan baik, regulasi harus dapat menjaga pasardan sektor ini berkembang dengan baik. 4. Lulusan perguruan tinggi di Aceh seharusnya menjadi solusi dalam mengurangi pengangguran, tetapi fakta menunjukkan lulusan perguruan tinggi justru menjadi penganggur. Kecakapan kerja yang rendah menjadi penyebabnya, perlu ditingkatkan pelatihan dan sertifikasi penunjang disamping ijazah, hal ini untuk menaikkan nilai jual sumber daya manusia Aceh menghadapi pasar kerja. 5. Harus di bangun pembangunan sumber daya manusia berbasis keprofesian, agar setiap jenjang profesi dapat di monitoring pemerintah, selain itu mutu tenaga kerja dan pengembangan daerah dapat lebih mudah dipercepat. 6. Keprofesian juga menciptakan regulasi yang lebih baik, nilai jual sumber daya manusia lebih tinggi, serta serapan tenaga kerja melalui keprofesian tidak hanya akan mampu terserap di Aceh, juga akan mampu bersaing dengan tenaga kerja asing di persaingan dunia kerja internasional. 7. Pemerintah juga harus terus mengkaji dan meneliti persoalan sumberdaya manusia Aceh, ketenaga kerjaan dan kemiskinan harus mampu dikelola dengan lebih baik. 8. Potensi pasar, ancaman ketahanan daerah dan kemiskinan, persoalan sumber daya manusia, harus dapat di kelola pemerintah melalui pengkajian dan penelitian oleh pihak-pihak terkait. 9. Pemerintah harus mengatur penyelenggaraan ekonomi dan ketahanan akan ekonomi bisa lebih baik, pemerintah harus terus menjaga regulasi agar pembangunan sumber daya manusia dan ekonomi masyarakat dapat berkembang, perlindungan dan pengawasan sektor-sektor ekonomi seperti pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, jasa dan lainnya akan menciptakan stabilitas ekonomi dan ketahanan sektor tersebut.
15 ANALISIS SITUASI edisi 15 JSI 15 DAFTAR PUSTAKA 1. Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2016 (BPS Pusat), Statistic Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja 2015 (BPS Pusat), Provinsi Aceh Dalam Angka 2016 (BPS Aceh), Aceh Dalam Angka 2015 (BPS Aceh), Statistik Kesejahteraan Rakyat Aceh 2016 (BPS Aceh), Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Aceh Menurut Lapangan Usaha Triwulan Iv 2016 (BPS Aceh), Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh 2016 (BPS Aceh), Indikator Tenaga Kerja Provinsi Aceh Agustus 2016 (BPS Aceh), 2017 ***
ANSIS. latar belakang PROFESI & PENGEMBANGAN KEAHLIAN PENDIDIKAN BERBASIS PRODUK DAFTAR ISI. analisis situasi. Volume 8 MEI 2016
PRODUK ANSIS analisis situasi JARINGAN SURVEY INISIATIF PENDIDIKAN BERBASIS PROFESI & PENGEMBANGAN KEAHLIAN Volume 8 MEI 2016 DAFTAR ISI 1. LATAR BELAKANG 4. SUMBER DAYA MANUSIA DI ACEH 6. PENGEMBANGAN
Lebih terperinciANALISIS SITUASI KAJIAN HUKUM GUGATAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN PILKADA ACEH 2017 EDISI 15 TAHUN 2017 PRODUK JARINGAN SURVEY INISIATIF
EDISI 15 TAHUN 2017 PRODUK ANALISIS SITUASI Januari- Februari 2017 JARINGAN SURVEY INISIATIF KAJIAN HUKUM GUGATAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN PILKADA ACEH 2017 COPYRIGHT JARINGAN SURVEY INISIATIF 2017
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah
Lebih terperinciKONSUMSI ROKOK DAN KONTRIBUSI TERHADAP KEMISKINAN DI ACEH
KONSUMSI ROKOK DAN KONTRIBUSI TERHADAP KEMISKINAN DI ACEH JARINGAN SURVEI INISIATIF Alamat : Jln. T. Di Haji, Lr. Ujong Blang, Np. 36, Gp. Lamdingin, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Telepon : (0651) 6303
Lebih terperinciANALISIS SITUASI AGAR HIBAH TAK MENJADI GHIBAH EDISI 18 TAHUN 2017 PRODUK. (Analisis Hukum Belanja Hibah Pemerintah Daerah) JARINGAN SURVEY INISIATIF
EDISI 18 TAHUN 2017 PRODUK 5 ANALISIS SITUASI SEPTEMBER-OKTOBER 2017 JARINGAN SURVEY INISIATIF AGAR HIBAH TAK MENJADI GHIBAH (Analisis Hukum Belanja Hibah Pemerintah Daerah) COPYRIGHT JARINGAN SURVEY INISIATIF
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarah perjalanan sistem kepemerintahannya, Indonesia sempat mengalami masa-masa dimana sistem pemerintahan yang sentralistik pernah diterapkan. Di bawah rezim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciPerluasan Lapangan Kerja
VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu negara dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik dalam berbagai hal baik struktur ekonomi, sikap, mental, politik dan lain-lain. Dari
Lebih terperinciCAPAIAN KINERJA DAN URGENSI PENINGKATAN KAPASITAS PELAYANAN pemerintah kota. Banda Aceh
PRODUK ANSIS JARINGAN SURVEI INISIATIF analisis situasi CAPAIAN KINERJA DAN URGENSI PENINGKATAN KAPASITAS PELAYANAN pemerintah kota Banda Aceh...Capaian kinerja pemerintahan tidak hanya diukur dari ragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beban pembangunan jika tidak dikelola dengan baik. Ekonom senior Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai masalah kependudukan dan ketenagakerjaan yang serius. Besarnya jumlah penduduk, bukan hanya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa
Lebih terperinciLAPORAN TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT ACEH TERHADAP PARTAI POLITIK TAHUN 2016
EDISI 11 TAHUN 2016 PRODUK ANALISIS SITUASI AGUSTUS-SEPTEMBER 2016 JARINGAN SURVEY INISIATIF LAPORAN TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT ACEH TERHADAP PARTAI POLITIK TAHUN 2016 COPYRIGHT JARINGAN SURVEY INISIATIF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan memperhatikan tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan
16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa
Lebih terperinciBAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011
BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi ekonomi dunia. Pada kedua tahun tersebut pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun dari 4,9%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami
Lebih terperinciBab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan
Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi hanya dipandang pasif dan bahkan hanya dianggap sebagai unsur penunjang semata. Peranan utama pertanian dianggap hanya sebagai
Lebih terperinciPengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal
PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RINGKASAN EKSEKUTIF Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal Studi Dampak Krisis Keuangan
Lebih terperinciBoks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI
Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI Beberapa masalah ekonomi makro yang perlu diantisipasi pada tahap awal pembangunan daerah adalah menurunnya daya beli masyarakat, yang diikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia meningkat seiring dengan perubahan dan perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan hidup yang semakin meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan menjadi satu tantangan serius yang harus dihadapi Indonesia. Kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Riau mempunyai Visi Pembangunan Daerah Riau untuk jangka panjang hingga tahun 2020 yang merupakan kristalisasi komitmen seluruh lapisan masyarakat Riau, Visi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dewasa ini bertujuan bagi pemberdayaan petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka, selain itu pembangunan pertanian juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada
Lebih terperinciAnalisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :
1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciREFLEKSI. K ajian TEMATIK PARTISIPASI PEREMPUAN DI PILKADA ACEH PRODUK JARINGAN SURVEY INISIATIF
PRODUK K ajian TEMATIK JARINGAN SURVEY INISIATIF REFLEKSI PARTISIPASI PEREMPUAN DI PILKADA ACEH COPYRIGHT JARINGAN SURVEY INISIATIF 2017 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG UNDANG DAFTAR ISI WRITERS ARYOS NIVADA
Lebih terperinciotonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah selaku pengelola
BAB I P E N D A H U L U AN A. Latar Belakang Berkembangnya aktivitas masyarakat sejalan dengan desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan mengarahkan pembagian pendapatan secara merata. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah memperluas kesempatan kerja dalam hal ini meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan mengarahkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan, termasuk di dalamnya pemerataan pendapatan antar suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Lebih terperinciLaporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jurusan Akuntansi, Manajemen, dan IE (Ilmu Ekonomi). Mahasiswa Ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis UMY adalah mahasiswa di perguruan tinggi yang fokus mempelajari ilmu seputar ekonomi dan bisnis yang meliputi jurusan Akuntansi, Manajemen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesejahteraan adalah mengukur kualitas hidup, yang merefleksikan aspek ekonomi, sosial dan psikologis. Dalam aspek ekonomi, maka kemampuan untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada besaran Pendapatan Domestik
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan
Lebih terperinciSENGKARUT POLITIK HUKUM ANALISIS SITUASI PILKADA ACEH 2017 EDISI 14 TAHUN 2016 PRODUK JARINGAN SURVEY INISIATIF. November 2016
EDISI 14 TAHUN 2016 PRODUK ANALISIS SITUASI November 2016 JARINGAN SURVEY INISIATIF SENGKARUT POLITIK HUKUM PILKADA ACEH 2017 Analisis Terhadap Ketentuan Perundang-Undangan Pelaksanaan Pilkada 2017 COPYRIGHT
Lebih terperinci8.1. Keuangan Daerah APBD
S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Hasil bumi yang berlimpah dan sumber daya lahan yang tersedia luas, merupakan modal mengembangkan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sasaran pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai sasaran tersebut maka pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja
Lebih terperinciREVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015
REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciLaporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN
BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah proses merubah struktur ekonomi yang belum berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai
BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Lebih terperincisektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi
BAB V KESIMPULAN Provinsi NTB merupakan daerah yang menjanjikan bagi investasi termasuk investasi asing karena kekayaan alam dan sumber daya daerahnya yang melimpah. Provinsi NTB dikenal umum sebagai provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,
BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari Indonesia merupakan negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data dari www.indonesia.go.id, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri 17.508 pulau. Dengan total luas wilayah 1.904.569
Lebih terperinciKEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI PEDESAAN
KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI PEDESAAN ABSTRAK Pendidikan yang ada sekarang ini perlu ditinjau kembali, terutama yang ada di pedesaan, karena banyak pendidikan yang sifatnya terlalu umum sehingga tidak sesuai
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018
ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DASAR PENYUSUNAN RIK 1. UU No. 18
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya
Lebih terperinciANALISIS SITUASI JARINGAN SURVEY INISIATIF PENCABUTAN PASAL UUPA DALAM RUU PEMILU
EDISI 17 TAHUN 2017 PRODUK 5 ANALISIS SITUASI AGUSTUS- SEPTEMBER 2017 JARINGAN SURVEY INISIATIF ANALISIS PENCABUTAN PASAL UUPA DALAM RUU PEMILU COPYRIGHT JARINGAN SURVEY INISIATIF 2017 HAK CIPTA DILINDUNGI
Lebih terperinciDalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai
Bab VII Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis ingin memberikan kesimpulan dan saran sebagai hasil akhir dari penyusunan tesis terkait dengan apa yang penulis temukan
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 65% jumlah penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan, sisanya 35% jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia mencapai sekitar
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciV. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi
131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinci