HUBUNGAN ANTARA PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI ACHIEVEMENT DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA KOMUNITAS PUNK
|
|
- Widyawati Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN ANTARA PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI ACHIEVEMENT DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA KOMUNITAS PUNK Oleh: ADLINA AZZIYATI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara pencapaian status identitas diri achievement dengan kenakalan remaja pada komunitas punk. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara pencapaian status identitas diri achievement dengan kenakalan remaja. Semakin tercapai pencapaian status identitas diri achievement, maka semakin rendah tingkat kenakalan remaja. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang dari anggota komunitas punk di Genuk Semarang, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Incidental Sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan 2 skala yaitu Skala Pencapaian Status Identitas Diri Achievement dan Skala Kenakalan Remaja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pencapaian status identitas diri achievement dengan Kenakalan Remaja yang ditunjukkan dengan nilai rxy= -0,849 p(0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini di terima. Kata Kunci : Kenakalan Remaja, Pencapaian Status Identitas Diri Achievement, Komunitas Punk. CORRELATION BETWEEN ACHIEVEMENT OF SELF IDENTITY AND JUVENILE DELINQUENCY IN PUNK COMMUNITIES ABSTRACT The aims of this research were to determine empirically correlation between achievement of self identity and juvenile delinquency in punk communities. Hypothesis in this research used there was a negative correlation between achievement of self identity and juvenile delinquency. The most accomplished achievement of self identity, the rate lower of juvenile delinquency. Subjects in this research were 50 members of the punk communities in Genuk Semarang, the technique sampling in this research used incidental sampling. The data were collected using two scales, namely Achievement of self identity Scale and Juvenile Delinquency Scale. The analysis data was performed using Technique of Product Moment Correlation. The results showed that there was a significant negative the correlation between the achievement of self identity and juvenile delinquency in punk communities as indicated by the value of rxy = p (0.01), so the hypothesis in this study received. Keywords: Juvenile Delinquency, The Achievement of Self Identity, Punk Communities. 85
2 PENDAHULUAN Remaja merupakan sosok yang selalu menarik untuk diteliti. Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, remaja dimulai dari umur tahun, dan diumur tahun ini remaja memasuki tahap remaja akhir, posisi sebagai remaja akhir ini merupakan masa transisi yang menyebabkan remaja menjadi labil, dan mudah terpengaruh dengan isu positif maupun negatif, Surbakti (2008: 14). Remaja sering mengalami kecenderungan melakukan perilaku menyimpang, dan penyimpangan perilaku yang melanggar aturan serta norma dimasyarakat biasanya disebut dengan kenakalan remaja, Sarwono (2005: 209). Berbagai fenomena perilaku remaja yang semakin mencemaskan masyarakat terjadi di berbagai kota besar. Seperti fenomena yang terjadi di kota Semarang, ada sekelompok anak tanggung bergerombol di sejumlah jalan-jalan atau traffic light Terminal Terboyo, dan pertigaan Genuk. Pakaiannya serba hitam, kaos ketat, celana sepertiga atau celana pipa ketat, jaket kulit, beberapa diantaranya beranting atau berkalung, dengan potongan rambut mohawk. Mereka adalah anak- anak yang mengikuti komunitas punk atau disebut dengan punker. Terminal Terboyo dan Pertigaan Genuk kerap menjadi persinggahan pertama para punkers karena merupakan daerah strategis untuk menuju tempat diadakannya konser yang biasanya diadakan di Gedung Marabunta atau masyarakat Semarang lebih mengenal dengan sebutan Gedung Semut di Kota Lama. Pemberitaan di media massa berikut ini merupakan kasus yang dilakukan oleh anak punk : Dimulai dari kasus perkelahian antara sekelompok anak punk dengan geng motor terjadi di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (26/4/2011). Akibatnya tiga anak punk mengalami cedera (Riz, 2011), disusul pemberitaan mengenai anak punk yang memalak pelajar di Boyolali (Bhawono, 2011). Kemudian 5 anak punk terjaring razia petugas satpol pp karena nongkrong di traffic light, (Meteor Solo, edisi 21 juli 2011), Ada pula kasus puluhan anak punk 86
3 menggelar aksi unjuk rasa di jalan Pahlawan, Semarang. Aksi ini terkait penangkapan rekan-rekannya di Aceh yang ditangkap oleh Aparat Kepolisian saat menggelar konser amal untuk anak yatim Punk for Aceh pada Selasa, 27 Desember 2011 yang lalu, Tercatat 65 anak punk ditangkap, enam diantaranya perempuan dan dua diantaranya masih dalam kategori anak-anak (Harian Republika, edisi 27 desember 2011). Kenakalan remaja yang dilakukan oleh remaja punk biasanya cenderung kearah penyimpangan perilaku, seperti : pergi dari rumah tanpa seijin orang tua, membolos, minum-minuman keras, mengkonsumsi narkotika, berkelahi, mengamen, memakai anting pada remaja laki-laki, mencari tumpangan dijalan raya, dan merusak fasilitas umum, mencorat-coret dinding, dsb (Hasil Wawancara peneliti, 15 November 2011). TINJAUAN PUSTAKA Pengertian punk dalam philosophy of punk, menurut Craig O Hara (dalam Widya, 2010: 118) disebutkan ada tiga. Punk sebagai trend remaja dalam fashion dan musik, punk sebagai pemula yang punya keberanian memberontak, memperjuangkan kebebasan, dan melakukan perubahan, punk sebagai bentuk perlawanan yang hebat karena menciptakan musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan sendiri. Punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia seni/kesenian. Punk sebenarnya bukanlah musik atau fashion melainkan suatu attitude yang lahir daripada sifat memberontak, tidak puas hati, marah dan benci pada sifat-sifat inilah maka lahirnya punk. Erickson (dalam Santrock, 2003: 523) percaya bahwa kenakalan remaja ditandai dengan kegagalan remaja untuk mencapai integritas yang melibatkan berbagai aspekaspek peran identitas diri. Faktorfaktor yang memengaruhi kenakalan remaja menurut Santrock, (2003: 522) adalah: identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, serta proses keluarga. Pencapaian status identitas diri achievement menurut Marcia 87
4 (dalam Santrock, 2003: 345) adalah remaja telah melewati krisis dan telah menetapkan komitmen. Remaja yang berhasil memperoleh identitas diri yang sehat, maka akan mencapai suatu kelegaan karena dapat mengenal diri mereka, tempat mereka dalam masyarakat dan kontribusi macam apa yang bisa disumbangkan untuk masyarakat. Sebaliknya, remaja yang gagal memiliki suatu identitas diri akan gelisah karena tidak jelasnya identitas diri mereka, dampaknya mereka memilih hidup sendiri bahkan ketika ada di tengah masyarakat. Kenakalan remaja adalah perilaku remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Harapan remaja bergabung dalam komunitas punk ini, mereka dapat berbagi minat yang sama dalam hal jenis musik, dalam hal pemahaman ideologi punk, memperoleh rasa nyaman bergabung dengan teman sebayanya, dapat berubah kearah yang lebih baik, serta dapat menetapkan komitmen atas apa yang sudah diyakininya. Namun hal ini berbeda dengan kenyataan yang ada, karena bergabungnya remaja komunitas punk biasanya cenderung kearah penyimpangan perilaku, seperti : pergi dari rumah tanpa seijin orang tua, membolos, minumminuman keras, mengkonsumsi narkotika, berkelahi, mengamen, memakai anting pada remaja lakilaki, mencari tumpangan dijalan raya, dan merusak fasilitas umum, mencorat-coret dinding, dsb. Ketika remaja mengeksplorasi dirinya dengan bergabung dalam komunitas punk, mereka hanya ingin mendapatkan apa yang mereka cari yaitu untuk mencapai identitas dirinya, mereka ingin berusaha menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada dalam diri mereka, dan arah mereka dalam menjalani hidup. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk meneliti apakah ada hubungan antara pencapaian status identitas diri Achievement dengan kenakalan remaja pada anggota komunitas punk di Genuk, Semarang? 88
5 HIPOTESIS Terdapat hubungan yang negatif antara pencapaian status identitas diri achievement dengan kenakalan remaja pada komunitas punk di Genuk, Semarang. Dimana semakin tercapai status identitas diri achievement, maka semakin rendah perilaku kenakalan remaja komunitas punk, dan sebaliknya. METODE PENELITIAN Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pencapaian status identitas diri Achievement, sedangkan variabel tergantungnya adalah Kenakalan remaja. Penelitian dilakukan dengan study korelasi, populasi dari penelitian ini adalah seluruh anggota komunitas punk di Genuk, Semarang. Adapun dasar pengambilan karakteristik yang digunakan dalam menetapkan sampel penelitian adalah: a. Anggota komunitas punk yang berada disekitar Genuk, Semarang karena daerah ini dianggap strategis untuk berkumpul para punker s. b. Usia tahun, karena pada usia remaja akhir anak punk dianggap telah dapat mencapai identitas diri achievementnya dan dalam proses tersebut biasanya masih disertai dengan perilaku kenakalan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu incidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, apabila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2010: 82). Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Skala pencapaian status identitas diri achievement dan Skala kenakalan remaja Teknik analisis data yang digunakan teknik Korelasi Tata Jenjang dari Spearman. Korelasi Tata Jenjang dari Spearman ini suatu teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan satu variabel bebas dan satu variabel tergantung. 89
6 PEMBAHASAN Pengambilan data dilakukan satu kali pada tanggal 3-5 agustus 2012 terhadap 50 subjek remaja komunitas punk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kenakalan remaja dengan pencapaian status identitas diri achievement pada komunitas punk. Hal ini sesuai dengan pendapat Erikson dalam Santrock (2003 : 523) bahwa delinkuensi pada remaja ditandai dengan kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang melibatkan aspek-aspek peran identitas. Ia mengatakan bahwa remaja yang memiliki masa balita, masa kanakkanak atau masa remaja yang membatasi mereka dari berbagai peranan sosial yang dapat diterima atau yang membuat mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebankan pada mereka, mungkin akan memiliki perkembangan identitas yang negatif. Beberapa dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak kenakalan, oleh karena itu bagi Erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kenakalan remaja dipengaruhi oleh adanya pencapaian status identitas achievement. Identitas diri akan menjadikan remaja mampu memahami sesuatu yang baik dan buruk. Remaja dengan identitas diri yang jelas akan memiliki kematangan kepribadian. Hal ini sejalan dengan pendapat Erikson (dalam Dariyo, 2004 : 113), individu yang berhasil mencapai identitas akan memiliki kematangan kepribadian, ditandai dengan selalu berusaha mengembangkan diri dengan menjalin relasi sosial yang lebih luas. Untuk itulah pencapaian status identitas diri achievement sangat penting bagi setiap individu untuk melanjutkan tahap perkembangan menuju kedewasaan. Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh, variabel kenakalan diperoleh Mean Empirik sebesar 39,89. Mean Hipotetiknya sebesar 52,5 dan Standart Deviasi Hipotetiknya sebesar 10,5. Mean pada area antara (-) 1 SD sampai 90
7 dengan (-) 2 SD. Hal ini mengindikasikan kenakalan remaja punk berada pada kategori rendah. Kenakalan remaja yang tergolong rendah berarti menunjukkan bahwa anak punk tidak selalu berperilaku menyimpang. Penilaian masyarakat yang menganggap bahwa anak punk selalu melakukan tindakan kriminal adalah salah. Pada variabel pencapaian status identitas diri achievement diperoleh Mean Empirik sebesar 69,62. Mean Hipotetiknya sebesar 55 dan Standart Deviasi Hipotetiknya sebesar 11. Mean pada area antara (+) 1 SD sampai dengan (+) 2 SD. Hal ini mengindikasikan pencapaian status identitas diri achievement tergolong pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa remaja punk dapat mengerti mengenai gambaran diri serta apa yang dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan kehidupan yang menjadi tanggung jawabnya. Sumbangan efektif variabel pencapaian status identitas diri achievement terhadap kenakalan remaja sebesar 72 % sisanya 28 % dari variabel lain, seperti faktor pengaruh teman sebaya, konflik keluarga, konformitas, dsb. Kelemahan dalam penelitian ini adalah dalam skala penelitian, peneliti mencantumkan nama sebagai identitas subjek, sehingga subjek kurang berani mengisi sesuai dengan apa yang yang biasa dilakukan sehari-hari. Hal ini yang memungkinkan skala kenakalan remaja dalam uji normalitas menjadi tidak normal. Hasi dari penelitian ini hanya berlaku pada komunitas punk di wilayah Genuk saja, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh komunitas punk. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pencapaian status identitas diri achievement dengan kenakalan remaja pada komunitas punk. B. Saran Saran yang dapat peneliti berikan setelah melihat hasil penelitian, pembahasan dan simpulan 91
8 yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Bagi remaja anggota komunitas punk Remaja punk hendaknya terus mengembangkan kegiatan-kegiatan positif seperti kegiatan karang taruna, remaja masjid, maupun kerja bakti lingkungan serta bakti sosial guna mengurangi intensitas perilaku kenakalan seperti minum-minuman keras, mengkonsumsi narkotika dsb. Remaja punk hendaknya mengevaluasi diri atas apa yang telah dilakukan selama ini sebagai bagian dari perubahan hidup menuju arah yang lebih baik. 2. Bagi Orangtua Orang tua diharapkan dapat memberikan perhatian, kasih sayang, dan pemberian bekal agama yang kuat serta pendampingan kepada anaknya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak sehingga anak dapat merasakan kenyamanan berada di dalam keluarga tanpa harus merasa tertekan dan mencari pelarian dengan melakukan kegiatan yang negatif. Bagi peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti tentang komunitas punk ini, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan kerangka fikir guna mempertimbangkan kesesuaian konteks penelitian. Peneliti lain juga memiliki semangat, antusias, dan empati agar tidak menyerah saat memasuki lapangan, karena image negatif dari para punker s dapat mengakibatkan peneliti menjadi tidak berani untuk melakukan penelitian sejenis. Selain itu diharapkan menggunakan teknik pengambilan sampel lain seperti : snowball sampling, dsb. DAFTAR PUSTAKA Anak punk demo, tuntut hentikan kebrutalan polisi. Harian Republika. Edisi 27 Desember Azwar, S Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baihaqi, M.I.F Psikologi Pertumbuhan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Dariyo, A Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia. 3. Bagi penelitian sejenis 92
9 . Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : Grasindo. Desmita Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosda. Hadi, S Statistika Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. Kartono, K Patologi Sosial: Kenakalan Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Lima anak punk terjaring razia petugas satpol pp. Harian meteor solo. Edisi 25 Juli Monks, F. J. & Knoers, A.M.P Psikologi Perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Papalia, D. E. & Olds, S. W Human Development. USA : Mc Graw - Hill, Inc. Sari, D.M. Indriana, Y & Indrawati, E.S Identitas Diri Anggota Punk Di Bandung. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Santrock, J. W Adolesence : Perkembangan remaja. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga. Shaffer, D.R Social and Personality Development. USA : Wadsworth. Soetjiningsih Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Seto. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunaryo Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Surbakti, E. B Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Underwood, M.K, & Rosen, L.S Social Development. USA : Guildford Press. Yusuf, S Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Widya, Punk Ideologi yang Disalah Pahami. Yogyakarta: Garasi house of book. Sarwono, S. W Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 93
BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep dan evaluasi individu tentang
Lebih terperinciKEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN
KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat
Lebih terperinciKECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.
KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah
Lebih terperinciSeperti halnya pada penelitian yang dilakukan oleh (Carolyn, 2002) di
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Haditono.S, 1991, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta, Gadjah Mada University
94 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1996, Prosedur penelitian, Jakarta, Mujahid press Asmani, J. 2012, Mengatasi kenakalan remaja di sekolah, Yogyakarta, Buku biru. Azwar, S. 2011, Penyusunan skala psikologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia mengalami beberapa proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara fisik maupun psikis. Di mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan beranjak
Lebih terperinciJurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONISME PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UST YOGYAKARTA Ayentia Brilliandita Flora Grace Putrianti ABSTRACT This study aims to determine the relationship
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciHenni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang
HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN Rahmat Hidayat, Erik Saut H Hutahaean, Diah Himawati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukanoleh
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciHubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI
Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali
Lebih terperinciPERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI
PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Wahyu Pranoto Iranita Hervi Mahardayani 1 2 Abstract This study aims to empirically examine the relationship
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov
Lebih terperinci: Andian Ari Anggraeni, M.Sc Universitas Negeri Yogyakarta
Pengaruh Citra Merek (Oktavia Wulansari) 1 PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN DI CALZONE EXPRESS CABANG KLITREN Penulis 1 Penulis 2 : Oktavia Wulansari : Andian Ari Anggraeni,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa transisi ini remaja mengalami perubahan yang cepat dan fundamental menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang perjalanan kehidupan dan menjadi bagian yang dilalui dalam siklus perkembangan manusia. Dewasa ini disebut
Lebih terperinciKENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI
KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG Soraya Prabanjana Damayanti, Dinie Ratri Desiningrum* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Sorayadamayanti88@gmail.com
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Papalia, D., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development (Perkembangan Manusia) (edisi ke 10 Buku 2). Jakarta: Salemba.
DAFTAR PUSTAKA Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dewi, K. C. (2011). Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A
1 HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A Rohmatul Ummah, Anita Listiara* Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY Oleh: SUPARJO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan perilaku prososial pada
Lebih terperinciPENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI PADA REMAJA DI PONDOK PESANTREN SKRIPSI
PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI PADA REMAJA DI PONDOK PESANTREN SKRIPSI Diajukan sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Disusun oleh : ARIFA RETNOWUNI 01810138
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was
Lebih terperinciPERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA
PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH
Lebih terperinciPENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DI CV.BARUTAMA SAMARINDA
PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DI CV.BARUTAMA SAMARINDA DIDIK PRASETYO UTOMO Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, 75234. Indonesia E-mail : didik_utomo12@yahoo.com
Lebih terperinciPERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN
PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN Dewi S Simanullang* Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN KONFORMITAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR
HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN KONFORMITAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : RIZKY OKTARIA F 100 080 149 FAKULTAS
Lebih terperinciBABV PENUTUP. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang
BABV PENUTUp.- BABV PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel persepsi remaja terhadap efektivitas komunikasi dengan orangtua dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi. Dalam mahasiswa terdapat beberapa golongan remaja.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk
33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tipe penelitian ini adalah kuantitatif eksplanatoris. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah menyatu cukup lama, bahkan minuman keras seperti arak dan berem termasuk tuak merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, menggali serta memahami arti dan makna dari
Lebih terperinciPERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN
Perbedaan Keterampilan Sosial (Afrian Budiarto) 512 PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN DIFFERENCE SOCIAL SKILLS STUDENTS ACTIVE AND PASSSIVE
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Bahasan
BAB V PENUTUP 5.1 Bahasan Penelitian dengan judul Motivasi Berprestasi dan Peran Orangtua pada siswa SMP yang mengalami perceraian orangtua melalui perhitungan statistik parametric product moment menghasilkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Khadhofal Arif, Endang Sri Indrawati *) Jalan Prof. Soedarto. Tembalang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi perlu dilakukan dalam menganalisis data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan korelasi Product Moment. Uji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan mendorong peserta didik untuk memiliki kekuatan
Lebih terperinciHUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA
1 HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG Mutiara Ayu Annisa, Achmad M. Masykur Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan
Lebih terperinciPENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA
PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian
Lebih terperinciJurnal SPIRITS, Vol.6, No.1, November ISSN:
MOTIVASI MEMBELI PRODUK PEMUTIH WAJAH PADA REMAJA PEREMPUAN Maria Sriyani Langoday Flora Grace Putrianti, S.Psi., M.Si Abstract The purpose of this study is to determine the relationship of self-concept
Lebih terperinciHUBUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI
HUBUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI M. Sukron Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi E-mail : msukron1209@gmail.com ABSTRAK Berdasarkan survey peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode transisi dalam fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan periode pencarian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG Lucky Rianatha 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan sebelum uji hipotesis. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan serta kesulitan yang harus dihadapi. Masa remaja. hubungan lebih matang dengan teman sebaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu masa dalam perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk dibicarakan karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,
Lebih terperinciJournal of Social and Industrial Psychology
JSIP 1 (1) (2012) Journal of Social and Industrial Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MINAT MELAKUKAN PERAWATAN WAJAH PADA PRIA Hana Nor Hanifah Jurusan Psikologi,
Lebih terperinciDiajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F
HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PERILAKU DELINKUEN DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSI PENYANDANG TUNALARAS DI SLB-E BHINA PUTERA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Disusun oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Soetjiningsih (2010) tumbuh kembang merupakan suatu peristiwa yang saling berkaitan tetapi berbeda sifatnya dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya agar mampu bertahan dalam berbagai aspek kehidupan. Individu dituntut mampu menjadi manusia
Lebih terperinciPERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Edwina Renaganis Rosida 1, Tri Puji Astuti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA ANGAKATAN 2013 DIPLOMA III FAKULTAS TEKNIK JURUSAN KIMIA DAN SIPIL UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan
Lebih terperinciKOMITMEN KARYAWAN DITINJAU DARI SELF EFFICACY DAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI,DI CV. WAHYU JAYA SEMARANG
KOMITMEN KARYAWAN DITINJAU DARI SELF EFFICACY DAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI,DI CV. WAHYU JAYA SEMARANG Gusti Yuli Asih, Rusmalia Dewi Psikologi Industri dan Organisasi, Fakultas Psikologi, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 014/015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciHUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL
HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS TINGGI SD N 1 MUDALREJO TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi
Lebih terperinciPROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.
Lebih terperinciGAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG. Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar.
GAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar. Abstrak Remaja sekarang ini banyak yang tidak tahu cara
Lebih terperinciDefinisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan
Pengertian Remaja Definisi Menurut Para Ahli Ciri Tahap dan Perkembangan Masa Remaja Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Pengertian Remaja -Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak kanak dan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan
Lebih terperinciBULLYING DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA. (Bullying Reviewed from Conformity to Peer Groups Among Adolescent)
BULLYING DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA (Bullying Reviewed from Conformity to Peer Groups Among Adolescent) MILDA REYNA Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMAN 5 TAMBUN SELATAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SMAN 5 TAMBUN SELATAN SKRIPSI Oleh : Harin Kusuma Batin 201310517004 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI
NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja memang masa yang menyenangkan sekaligus masa yang tersulit dalam hidup seseorang. Pada masa ini, sebagian besar remaja mengalami gejolak dimana terjadi perubahan
Lebih terperinciPROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh:
PROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh: Novrisa Putria Gusti Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK This research was motivated by
Lebih terperinciMOTIVASI BERAFILIASI DAN MINAT MENJADI PASKIBRAKA PADA SISWA SMKN
MOTIVASI BERAFILIASI DAN MINAT MENJADI PASKIBRAKA PADA SISWA SMKN Andriani, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan tingkat kenakalan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari analisis data dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciPiaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya
PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR
ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR Hendri Tamara Yuda, Ernawati, Puji Handoko 3,, 3 STIKes Muhammadiyah Gombong ABSTRAK Ilmu etika berbicara masalah
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian. 4.1
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1. Bahasan
BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara empati dengan kecenderungan perilaku prososial terhadap siswa berkebutuhan khusus
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si
HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan
Lebih terperinci