BAB I PENDAHULUAN. sosial secara ekonomis. Sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sosial secara ekonomis. Sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Sastra dapat ditempatkan sebagai salah satu superstruktur yang menjadi kekuatan reproduktif dari struktur sosial yang berdasarkan pembagian dan relasi sosial secara ekonomis. Sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pertentangan antarkelas di dalam masyarakat, dapat sebagai kekuatan konservatif yang berusaha mempertahankan struktur sosial yang berlaku atau sebagai kekuatan progresif yang berusaha merombak struktur tersebut (Marx dalam Faruk, 2010:52 53). Salah satu jenis karya sastra adalah novel. Menurut Goldmann (Faruk, 2010:74), novel merupakan suatu genre sastra yang bercirikan keterpecahan yang tidak terdamaikan dalam hubungan antara sang hero dengan dunia. Keterpecahan itulah yang menyebabkan dunia dan sang hero menjadi sama-sama terdegradasi dalam hubungannya dengan nilai-nilai otentik yang berupa totalitas. Keterpecahan itu pulalah yang membuat sang hero menjadi problematik. Puya ke Puya, merupakan sebuah novel yang bercerita mengenai hero problematik yang berjuang di dunianya yang terdegradasi di Toraja. Dalam novel Puya ke Puya, nilai-nilai otentik yang menghasratkan totalitas, kesatuan harmonis antara manusia dengan sesama dan dengan dunia sekitarnya itu tersirat secara implisit di balik kisah mengenai perjuangan sang hero menolak pelaksanaan nilainilai tradisional yang hedonis. Penolakan sang hero ini akhirnya runtuh sebab ia 1

2 2 diberdaya oleh sebuah kekuatan besar dari luar, yang diwakilkan oleh orang-orang tambang, sebagai wujud kekuatan kapitalis. Meski pada akhirnya sang hero melaksanakan tradisi yang ditolaknya karena sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman tersebut, penerimaannya bukanlah sebuah penerimaan yang ikhlas, melainkan penerimaan yang dilakukan secara terpaksa karena keadaannya sudah terdesak. Dengan penerimaan yang demikian, sang hero masih problematik karena tetap hidup dalam dunia yang terdegradasi dan merindukan totalitas. Puya ke Puya ditulis oleh Faisal Oddang. Sebelum menerbitkan Puya ke Puya, cerpen Faisal Oddang yang berjudul Di Tubuh Tarra, dalam Rahim Pohon terpilih sebagai Cerpen Terbaik Kompas tahun Pada tahun yang sama, ia dinobatkan sebagai Tokoh Sastra Pilihan Tempo atas novelnya Puya ke Puya. Faisal Oddang lahir di Wajo, 18 September Ia menulis puisi, cerpen, esai, dan novel. Faisal pernah mendapatkan penghargaan ASEAN Young Writers Award 2014 dari pemerintah Thailand. Ia juga pernah diundang ke Ubud Writers and Readers Festival 2014, Makassar International Writers Festival 2015, Salihara International Literary Biennale 2015, dan pada tahun 2016, ia terpilih untuk mengikuti residensi penulis ke Leiden. Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media di antaranya Kompas, Berita Kata Kendari, Harian Fajar Makassar, Radar Banjarmasin, dan lain-lain. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, ia juga menjuarai berbagai perlombaan menulis di antaranya Juara III Lomba Puisi Nasional Kamenparekraf, Juara II Lomba Puisi dan Juara II Lomba Cerpen Nasional Writing Revolution 2013, Juara

3 3 Favorit Lomba Menulis Cerpen Nasional PT. Rohto, dan Juara 1 Lomba Puisi Nasional Bulan Bahasa UGM Beberapa karya Faisal yang sudah terbit di antaranya Rain and Tears (Divapress, 2013), Antologi Puisi Merentang Pelukan (Motion, 2012), Antologi Puisi Wasiat Cinta (Nala Cipta Litera, 2013), Antologi Cerpen Dunia di Dalam Mata (Motion, 2013), Antologi Cerpen Cerita Horor Kota (Plotpoint, 2013), Antologi Cerpen Kisah dari Rumah Kambira (Smartwriting, 2013), dan Pertanyaan kepada Kenangan (Gagasmedia, 2016). Puya ke Puya merupakan pemenang keempat Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta Sayembara Novel yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta ini telah berlangsung sejak tahun 1974 dengan nama Sayembara Mengarang Roman. Setelah sempat vakum beberapa tahun, lalu diadakan lagi pada tahun Selanjutnya, sejak tahun 2006, sayembara ini diadakan dua tahun sekali, yakni setiap tahun genap. Novel Puya ke Puya dipilih sebagai objek material penelitian untuk melihat pandangan dunia Faisal Oddang. Cerita-cerita mengenai perjuangan hero untuk menemukan nilai otentik yang tercitra dari relasi antartokoh dan tokoh dengan objek di sekelilingnya menjadi struktur penting untuk melihat pandangan dunia Faisal Oddang. Selain itu, pandangan dunia juga difungsikan sebagai mediasi untuk melihat struktur sosial yang membangun terciptanya Puya ke Puya..

4 4 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut. 1. Struktur novel Puya ke Puya dan struktur sosial. 2. Pandangan dunia Faisal Oddang dalam novel Puya ke Puya. 3. Kelompok sosial pengarang. 3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan di atas sebagai berikut. 1. Menjelaskan struktur novel Puya ke Puya dan struktur sosialnya. 2. Mengetahui pandangan dunia Faisal Oddang dalam novel Puya ke Puya. 3. Menjelaskan kelompok sosial pengarang. 4. Tinjauan Pustaka Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan penulis, penelitian terhadap novel Puya ke Puya pernah dilakukan oleh Betta Anugrah Setiani dari Universitas Negeri Jakarta. Tesis yang berjudul Resistensi terhadap Kapitalisme dalam Novel Puya ke Puya karya Faisal Oddang ini diterbitkan pada tahun Penelitian ini berfokus pada praksis-praksis kapitalisme serta resistensi terhadap praksis kapitalisme tersebut di dalam novel Puya ke Puya. Dalam penelitian ini, ditemukan tiga puluh data bentuk kapitalisme dalam novel Puya ke Puya dan enam puluh data resistensi terhadap kapitalisme.

5 5 Adapun penelitian menggunakan teori strukturalisme genetik juga sudah pernah dilakukan sebagai berikut. Pertama, skripsi berjudul Pandangan Dunia Seno Gumira Ajidarma dalam Novel Jazz, Parfum, dan Insiden: Analisis Strukturalisme Genetik ditulis oleh Yuliana Ratnasari (2015). Hasil penelitian ini memperlihatkan relasi tokoh Aku dengan objek dan tokoh lain di sekitarnya berada dalam kondisi terdegradasi. Melalui relasi tersebut, ia menjalani totalitas hidup karena kondisi degradasi menjadi upayanya dalam menemukan nilai-nilai otentik berupa persamaan hak dan kebebasan. Nilai otentik tersebut merupakan substansi ideologi demokratisme yang diekspresikan pengarang. Pandangan demokratisme ini mendasari pemikiran Seno sebagai kelas menengah untuk memperjuangkan kebebasan berpendapat masyarakat yang terbelenggu. Kedua, skripsi berjudul Cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam: Analisis Strukturalisme Genetik Lucien Goldmann (2015) ditulis oleh Raden Rara Saraswati Husadaningtyas. Dalam penelitian ini, diangkat tiga masalah yakni fakta kemanusiaan, pandangan dunia pengarang, dan subjek kolektif dalam cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics. Penelitian ini menemukan tiga fakta kemanusiaan dalam cerpen tersebut, yakni fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas sosial, fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas budaya, dan fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas ekonomi. Selanjutnya, ditemukan homologi antara struktur karya sastra dengan struktur sosialnya yang dimediasi oleh pandangan dunia pengarang. Dalam cerpen tersebut, pandangan dunia pengarang adalah pandangan yang dibawa oleh pengarang dan kelompok sosialnya. Sosialis adalah pandangan dunia pengarang.

6 6 Pandangan dunia tersebut diusung oleh salah satu tokoh cerita dalam cerpen, yaitu Pak Ageng. Ketiga, skripsi berjudul Pandangan Dunia Natsume Sooseki dalam Novel Sorekara: Analisis Strukturalisme Genetik ditulis oleh Pristian Wulanita dari Jurusan Sastra Jepang, Universitas Gadjah Mada (2012). Penelitian ini menjelaskan bahwa modernisasi yang terjadi di Jepang memberikan dampak kepada masyarakat. Modernisasi membawa nilai baru pada generasi muda, sedangkan generasi tua masih mempertahankan nilai lama. Nasionalisme kultural menurut Sooseki, perlu mengambil nilai positif barat khususnya dalam bidang sastra tanpa meninggalkan nilai asli Jepang. Keempat, tesis berjudul Pandangan Dunia dalam Novel Ketika Cinta Tak Mau Pergi karya Nadhira Khalid: Kajian Strukturalisme Genetik yang ditulis oleh Nurul Wazni dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Tesis yang dikeluarkan pada tahun 2016 ini menunjukkan bahwa struktur novel Ketika Cinta Tak Mau Pergi mencerminkan tokoh hero yang mengalami problematika cinta di dunia yang terdegradasi di Lombok. Selain itu, juga adanya homologi antara struktur novel Ketika Cinta Tak Mau Pergi dengan struktur sosialnya, yaitu Lombok pada tahun 70-an yang dimediasi oleh pandangan dunia pengarang. Dalam novel tersebut, pandangan dunia pengarang adalah pandangan yang dibawa oleh pengarang dan kelompok sosialnya. Nadhira Khalid tergabung dalam kelompok penulis Forum Lingkar Pena yang karya-karyanya bertema hubungan cinta dan nilai moral yang berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Humanisme religius adalah pandangan dunia yang ditemukan dalam novel tersebut.

7 7 Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka penelitian terhadap novel Puya ke Puya untuk menemukan pandangan dunia pengarangnya dengan menggunakan tinjauan strukturalisme genetik dapat dilakukan. 5. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori strukturalisme genetik Lucien Goldmann. Strukturalisme genetik menurut Goldmann menganggap karya sastra sebagai sebuah struktur. Akan tetapi, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan produk dari proses sejarah yang berlangsung terus menerus. Terdapat enam konsep dasar yang membangun teori strukturalisme genetik yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, pemahaman, dan penjelasan (Faruk, 2010:56). Fakta kemanusiaan merupakan landasan ontologis dari strukturalisme genetik. Fakta tersebut adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta kemanusiaan itu pada hakikatnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fakta individual dan fakta sosial. Goldmann menganggap semua fakta kemanusiaan tersebut merupakan suatu struktur yang berarti. Oleh karena itu, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan struktur dan artinya. Dengan kata lain, semua unsur yang mendukung aktivitas yang menjadi fakta kemanusiaan itu terarah kepada tercapainya tujuan yang dimaksud (Faruk, 2010:57). Adapun tujuan yang menjadi arti dari fakta-fakta kemanusiaan itu sendiri tumbuh sebagai respons dari subjek kolektif ataupun individual terhadap situasi

8 8 dan kondisi yang ada di sekitarnya, fakta-fakta itu merupakan hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannya dengan dunia sekitarnya (Goldmann dalam Faruk, 2010:58). Bagi strukturalisme genetik, karya sastra hidup dalam dan menjadi bagian dari proses asimilasi dan akomodasi yang terus menerus. Dalam menghadapi kendala di kehidupannya, seseorang tidak hanya berusaha melakukan asimilasi terhadap lingkungan sekitarnya, melainkan juga mengakomodasikan dirinya pada struktur lingkungan tersebut. Karya sastra pada dasarnya adalah aktivitas strukturasi yang dimotivasi oleh adanya keinginan dari subjek karya sastra untuk membangun keseimbangan dalam hubungan antara dirinya dengan lingkungan di sekitarnya (Faruk, 2010:61). Fakta kemanusiaan bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja, melainkan merupakan hasil aktivitas manusia sebagai subjeknya. Subjek individual merupakan subjek fakta individual, sedangkan subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial. Contoh fakta sosial adalah revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural yang besar. Individu dengan dorongan libidonya tidak akan mampu menciptakannya. Yang dapat menciptakannya hanya subjek transindividual. Subjek trans-individual bukanlah kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan, satu kolektivitas. Subjek yang demikian juga menjadi subjek karya sastra yang besar sebab karya sastra semacam itu merupakan hasil aktivitas yang objeknya sekaligus alam semesta dan kelompok manusia (Faruk, 2010:62 63).

9 9 Goldmann (via Faruk, 2010:64 65) percaya pada adanya homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat, sebab keduanya merupakan produk dari aktivitas strukturasi yang sama. Konsep homologi berbeda dengan refleksi. Dalam konsep refleksi, karya sastra dianggap sebagai cerminan masyarakat, berarti bangunan dunia imajiner yang tercitrakan di dalam karya sastra identik dengan dunia yang terdapat di dalam kenyataan. Akan tetapi, dengan konsep homologi, hubungan antara bangunan dunia imajiner di dalam karya sastra yang berbeda dengan bangunan dunia nyata, dapat ditemukan dan dipahami. Dalam konsep homologi, kesamaan antara bangunan dunia dalam karya sastra dengan dunia dalam kehidupan nyata bukanlah kesamaan yang substansial, melainkan struktural. Artinya, meskipun isi karya sastra berbeda dengan kehidupan, tetapi strukturnya sama. Dalam strukturalisme genetik, kesejajaran struktural antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat tidak bersifat langsung. Struktur karya sastra tidak terutama homolog dengan struktur masyarakat, melainkan homolog dengan pandangan dunia yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat itu. Pandangan dunia itulah yang berhubungan langsung dengan struktur masyarakat. Kondisi struktural masyarakat dapat membuat suatu kelas yang ada dalam posisi tertentu dalam masyarakat itu membuahkan dan mengembangkan suatu pandangan dunia yang khas (Faruk, 2010:65). Dalam strukturalisme genetik, konsep struktur karya sastranya berbeda dengan struktur yang umum dikenal. Dalam esainya yang berjudul The Epistemology of Sociology (via Faruk, 2010:71), Goldmann mengemukakan dua

10 10 pendapat mengenai karya sastra pada umumnya. Pertama, bahwa karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner. Kedua, bahwa dalam usahanya mengekspresikan pandangan dunia itu, pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner. Dari kedua pendapatnya itu jelas bahwa Goldman mempunyai konsep struktur yang bersifat tematik. Yang menjadi pusat perhatiannya adalah relasi antara tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya (Faruk, 2010:72). Sifat tematik dari konsep struktur Goldmann tersebut tampak pula pada konsepnya mengenai novel. Novel menurut Goldmann adalah cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegradasi. pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang problematik. Nilainilai otentik itu adalah totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel. Nilainilai otentik itu hanya dapat dilihat dari kecenderungan terdegradasinya dunia dan problematiknya sang hero. Nilai-nilai itu berbentuk konseptual dan abstrak, yang hanya ada dalam kesadaran pengarang (Faruk, 2010:73 74). Konsep struktur sosial strukturalisme genetik, didasarkan pada teori sosial Marxis. Dunia sosial dipahami sebagai struktur yang terbangun atas dasar dua kelas sosial yang saling bertentangan. Kesatuan dunia sosial terbangun karena adanya dominasi dari satu kelas sosial terhadap kelas sosial yang lain. Dominasi itu dipelihara dan dipertahankan bahkan diperkuat dengan menggunakan berbagai kekuatan ideologis yang beroperasi dalam berbagai lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat, termasuk karya sastra (Faruk, 2012: ).

11 11 Selanjutnya, pandangan dunia menurut Goldmann (via Faruk, 2010:65 66) adalah kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dan yang mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial yang lain. Dengan demikian, pandangan dunia, bagi strukturalisme-genetik, tidak hanya seperangkat gagasan abstrak dari suatu kelas mengenai kehidupan manusia dan dunia tempat manusia itu berada, melainkan juga merupakan semacam cara atau gaya hidup yang dapat mempersatukan anggota satu kelas dengan anggota yang lain dalam kelas yang sama dan membedakannya dari anggota-anggota dari kelas sosial yang lain. Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomik tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya. Oleh karena merupakan produk interaksi antara subjek kolektif dengan situasi sekitarnya, pandangan dunia tidak lahir dengan tiba-tiba (Faruk, 2010:67). Menurut strukturalisme genetik, pandangan dunia merupakan kesadaran yang mungkin yang tidak semua orang dapat memahaminya. Kesadaran yang mungkin adalah kesadaran yang menyatakan suatu kecenderungan kelompok ke arah suatu koherensi menyeluruh, perspektif yang koheren dan terpadu mengenai hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan alam semesta. Kesadaran yang demikian jarang disadari pemiliknya kecuali dalam momen-momen krisis dan sebagai ekspresi individual pada karya-karya kultural yang besar (Goldmann via Faruk, 2010:69).

12 12 Pandangan dunia itu adalah sebuah pandangan dengan koherensi menyeluruh, merupakan perspektif yang koheren dan terpadu mengenai manusia, hubungan antar-manusia, dan alam semesta secara keseluruhan. Koherensi dan keterpaduan tersebut tentu saja menjadi niscaya karena pandangan dunia tersebut dibangun dalam perspektif sebuah kelompok masyarakat yang berada pada posisi tertentu dalam struktur sosial secara keseluruhan, merupakan respons kelompok masyarakat terhadap lingkungan sosial yang juga tertentu... Seluruh alam semesta, yang natural maupun supernatural, seluruh aktivitas manusia, dari aktivitas sosial, verbal, sampai dengan aktivitas fisikal, dibingkai oleh dua oposisi antara dua konsep dasar yaitu oposisi antara yang halus dengan yang kasar (Faruk, 2010:71). 6. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dialektik yang dikemukakan Lucien Goldmann. Metode dialektik bermula dan berakhir pada teks sastra dengan mempertimbangkan koherensi strukturalnya. Metode dialektik mengembangkan dua pasangan konsep yakni keseluruhan-bagian dan pemahaman-penjelasan. Pemahaman mengenai teks sastra sebagai keseluruhan tersebut harus dilanjutkan dengan usaha menjelaskannya dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar. Yang dimaksud dengan pemahaman adalah usaha pendeskripsian struktur objek yang dipelajari, sedangkan penjelasan adalah usaha menggabungkannya ke dalam struktur yang lebih besar (Faruk, 2010:78 79). Metode dialektik menurut Goldmann (via Faruk, 2010:77) mengukuhkan perihal tidak pernah adanya titik awal yang secara mutlak sahih, tidak adanya persoalan yang secara final dan pasti terpecahkan. Oleh karena itu, dalam sudut pandang tersebut pikiran tidak pernah bergerak seperti garis lurus. Setiap fakta atau gagasan individual mempunyai arti hanya jika ditempatkan dalam

13 13 keseluruhan. Sebaliknya, keseluruhan hanya dapat dipahami dengan pengetahuan yang bertambah mengenai fakta-fakta parsial atau yang tidak menyeluruh yang membangun keseluruhan itu. Karena keseluruhan tidak dapat dipahami tanpa bagian dan bagian juga tidak dapat dimengerti tanpa keseluruhan, proses pencapaian pengetahuan dengan metode dialektik menjadi semacam gerak melingkar yang terus menerus, tanpa diketahui titik yang menjadi pangkal atau ujungnya. Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menentukan teks yang dipakai sebagai objek material penelitian, yaitu novel Puya ke Puya yang ditulis oleh Faisal Oddang dan diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada tahun Melakukan pembacaan berulang untuk menemukan struktur teks berupa kutipan-kutipan yang memperlihatkan relasi antar tokoh, tokoh dengan objek di sekelilingnya, dan relasi-relasi oposisional lainnya yang tersirat dalam novel Puya ke Puya. 3. Memformulasikan pandangan dunia pengarang dan memfungsikannya sebagai mediasi untuk melihat struktur sosial yang membangun terciptanya novel Puya ke Puya. 4. Mengumpulkan data-data sekunder dari sumber kepustakaan lain yang mendukung penelitian.

14 14 5. Menganalisis objek penelitian dengan menggunakan teori strukturalisme genetik dan metode dialektik yang terkandung dalam teori ini. Adapun langkah-langkah analisis data dapat dirumuskan sebagai berikut. a. Menganalisis struktur teks novel Puya ke Puya dengan mengungkapkan relasi strukturnya sebagai sebuah kesatuan. b. Mengungkapkan dan memformulasikan pandangan dunia pengarang dalam novel Puya ke Puya. Pandangan dunia dibangun berdasarkan pemahaman menyeluruh terhadap struktur teks dan struktur sosial yang membangun terciptanya novel Puya ke Puya. c. Mencari kelompok sosial pengarang. d. Penarikan kesimpulan. 7. Sistematika Laporan Penelitian Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian. Bab kedua berisi struktur novel Puya ke Puya dan struktur sosial. Bab ketiga berisi pandangan dunia Faisal Oddang dalam novel Puya ke Puya. Bab keempat berisi kelompok sosial pengarang. Bab kelima berisi kesimpulan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai monolog Marsinah Menggugat sudah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu. Penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat

BAB I PENDAHULUAN. (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra dibedakan dalam tiga genre, yaitu puisi, prosa, dan drama (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyair berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1974, ia mengajar di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. penyair berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1974, ia mengajar di Fakultas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 Maret 1940, adalah seorang penyair berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1974, ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah produk kebudayaan (karya seni) yang lahir di tengah-tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah produk kebudayaan (karya seni) yang lahir di tengah-tengah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah produk kebudayaan (karya seni) yang lahir di tengah-tengah masyarakat dan pengarang sebagai pencipta karya sastra merupakan bagian dari masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Damono (1979: 1), sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Damono (1979: 1), sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Damono (1979: 1), sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dengan demikian, apabila dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Kajian pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan novel PJ karya Okky Madasari.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan temuan penulis, teori struktural genetik ini, sudah digunakan oleh beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi penelitian, maka harus memiliki konsep-konsep yang jelas.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. strukturalisme genetik. Dimana cara kerja yang dilakukan adalah mendeskripsikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. strukturalisme genetik. Dimana cara kerja yang dilakukan adalah mendeskripsikan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dan metode dialektis yang merupakan bagian dalam pendekatan teori strukturalisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika keindahan, dalam karya sastra itu sendiri banyak mengankat atau menceritakan suatu realitas yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah suatu tulisan yang memiliki keindahan yang luar biasa karena menggambarkan tentang kehidupan. Seseorang yang berjiwa sastra akan menghasilkan suatu karya

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Strata 1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini menjadikan adanya hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini menjadikan adanya hubungan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 1978: 1). Sastrawan sebagai pencipta karya sastra juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyaluran karyanya untuk mengkritisi kehidupan sosial masyarakat. Pertentangan

BAB I PENDAHULUAN. penyaluran karyanya untuk mengkritisi kehidupan sosial masyarakat. Pertentangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesastraan Mesir modern mengangkat tema-tema tentang perjuangan, liberalisasi, emansipasi, revolusi, pemberontakan, maupun tentang keterasingan, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Lombok adalah salah satu pulau kecil di provinsi Nusa Tenggara. Barat. Pulau Lombok juga dijuluki dengan pulau seribu masjid.

BAB I PENGANTAR. Lombok adalah salah satu pulau kecil di provinsi Nusa Tenggara. Barat. Pulau Lombok juga dijuluki dengan pulau seribu masjid. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Lombok adalah salah satu pulau kecil di provinsi Nusa Tenggara Barat. Pulau Lombok juga dijuluki dengan pulau seribu masjid. Julukan tersebut melekat karena mayoritas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus Universitas Negeri Gorontalo, khususnya pada Jurusan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 2.1.1 Sastra Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, kreasi bukan sebuah imitasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karangan imajinatif seseorang baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karangan imajinatif seseorang baik secara lisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karangan imajinatif seseorang baik secara lisan maupun tulisan yang mengungkapkan keadaan lingkungan sekitarnya atau peristiwa yang dialaminya. Sastra

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa peran perempuan pengarang dalam sejarah sastra Indonesia masih sukar untuk dipetakan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang mengitarinya. Karya sastra seolah menjadi saksi situasi kehidupan dimana dan kapan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. dalam kajian kesusastraan dunia. Secara spesifik, jika perhatian ditujukan terhadap

BAB I PENGANTAR. dalam kajian kesusastraan dunia. Secara spesifik, jika perhatian ditujukan terhadap 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pertautan antara ranah sastra dan sosiologis merupakan perbincangan penting dalam kajian kesusastraan dunia. Secara spesifik, jika perhatian ditujukan terhadap kesusastraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cerita bersambung ialah cerita rekaan yang dimuat secara berurutan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Cerita bersambung ialah cerita rekaan yang dimuat secara berurutan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita bersambung ialah cerita rekaan yang dimuat secara berurutan dalam sebuah media baik surat kabar atau majalah. Cerita bersambung memuat banyak tegangan dan intrik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh : Tri Maryani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammaddiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara

BAB I PENDAHULUAN. mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra menurut Junus (1986: 11) dianggap sebagai dokumen yang mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara langsung sosio-budaya

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ANALISIS STRUKTURAL GENETIK NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR ALTERNATIF BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang disabilitas yang dalam percakapan sehari-hari disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang disabilitas yang dalam percakapan sehari-hari disebut sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyandang disabilitas yang dalam percakapan sehari-hari disebut sebagai orang cacat, sering dianggap sebagai warga masyarakat yang tidak produktif, tidak mampu menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kasanah kesustraan Arab terdapat banyak pengarang fenomenal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kasanah kesustraan Arab terdapat banyak pengarang fenomenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kasanah kesustraan Arab terdapat banyak pengarang fenomenal yang melahirkan novel yang mendunia. Salah satu sastrawan Arab yang fenomenal dan telah diakui sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia internasional mengakui wayang sebagai produk budaya dan kesenian asli Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang seorang,

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang seorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2007: 234) penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang populer di antara bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Sebutan

Lebih terperinci

KEKERASAN POLITIK MASA ORDE BARU DALAM NASKAH DRAMA MENGAPA KAU CULIK ANAK KAMI? KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN STRUKTURALISME GENETIK SKRIPSI

KEKERASAN POLITIK MASA ORDE BARU DALAM NASKAH DRAMA MENGAPA KAU CULIK ANAK KAMI? KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN STRUKTURALISME GENETIK SKRIPSI KEKERASAN POLITIK MASA ORDE BARU DALAM NASKAH DRAMA MENGAPA KAU CULIK ANAK KAMI? KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN STRUKTURALISME GENETIK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni UniversitasNegeri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal itulah yang juga tercipta dalam Antologi Cerpen Ironi-ironi Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hal itulah yang juga tercipta dalam Antologi Cerpen Ironi-ironi Kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengkajian cerpen sebagai suatu objek yang akan diteliti bukanlah hal baru lagi. Cerpen sebagai bagian dari karya sastra dalam kehidupan bisa mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut bersifat timbal balik. Artinya, karya sastra dapat memengaruhi dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut bersifat timbal balik. Artinya, karya sastra dapat memengaruhi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Kelahiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat tidak luput dari pengaruh sosial dan budaya. Pengaruh tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan cerminan kehidupan manusia. Berbagai peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan cerminan kehidupan manusia. Berbagai peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan kehidupan manusia. Berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia dapat diungkapkan melalui karya sastra. Hal itu karena

Lebih terperinci

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 PANDANGAN DUNIA PENGARANG DALAM NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA AHMAD FUADI: Sebuah Pendekatan Strukturalisme Genetik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu cipta karya masyarakat, sedangkan masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam karya sastra. Keduanya merupakan totalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosial budaya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menurut Moeliono (2002:701) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya Menurut Moenir (2001:16) kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Moral, kebudayaan, kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki ruang lingkup yang luas di kehidupan masyarakat, sebab sastra lahir dari kebudayaan masyarakat. Aspek

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak dapat dilihat hanya sebagai suatu sistem norma saja, karena karya sastra merupakan suatu sistem yang terdiri dari struktur, seperti tema, tokoh,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang dipakai di dalamnya. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang dipakai di dalamnya. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian membutuhkan pemahaman yang memadai mengenai istilahistilah yang dipakai di dalamnya. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). Suatu karya sastra menampilkan pelbagai permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

NOVEL OPERA JAKARTA KARYA TITI NGINUNG (TINJAUAN STRUKTURALISME GENETIK) Skripsi Oleh: Novia Maharani Handayani K

NOVEL OPERA JAKARTA KARYA TITI NGINUNG (TINJAUAN STRUKTURALISME GENETIK) Skripsi Oleh: Novia Maharani Handayani K NOVEL OPERA JAKARTA KARYA TITI NGINUNG (TINJAUAN STRUKTURALISME GENETIK) Skripsi Oleh: Novia Maharani Handayani K 1202033 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengatur sebuah negara, tentu tidak terlepas dari sistem ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengatur sebuah negara, tentu tidak terlepas dari sistem ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia hingga saat ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Dengan berkembangnya berbagai hal diberbagai aspek, selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

SILABUS SOSIOLOGI SASTRA LANJUT SIN217 BSI / SMS VII

SILABUS SOSIOLOGI SASTRA LANJUT SIN217 BSI / SMS VII SILABUS SOSIOLOGI SASTRA LANJUT SIN217 BSI / SMS VII DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASAN DAN SASTRA INDONESIA 1 SILABUS I. Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil perpaduan estetis antara keadaan lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya kreativitas yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu benda budaya yang dapat ditinjau dan ditelaah dari berbagai sudut. Teks-teks sastra bersifat multitafsir atau multiinterpretasi. Isi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap teks mengandung makna yang sengaja disisipkan oleh pembuat teks, termasuk teks dalam karya sastra. Meski sebagian besar karya sastra berfungsi sebagai media rekreatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang nilai religius dalam novel Suluk Abdul Jalil Perjalanan Ruhani Syaikh Siti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang nilai religius dalam novel Suluk Abdul Jalil Perjalanan Ruhani Syaikh Siti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya bahwa penelitian tentang nilai religius dalam novel Suluk Abdul Jalil Perjalanan Ruhani Syaikh Siti Jenar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

APRESIASI CERPEN OTSUBERU TO ZOO KARYA MIYAZAWA KENJI DENGAN METODE STRUKTURAL GENETIK

APRESIASI CERPEN OTSUBERU TO ZOO KARYA MIYAZAWA KENJI DENGAN METODE STRUKTURAL GENETIK APRESIASI CERPEN OTSUBERU TO ZOO KARYA MIYAZAWA KENJI DENGAN METODE STRUKTURAL GENETIK Setiyani Wardhaningtyas Universitas Negeri Semarang Abstrak Goldmann, sebagai pencetus teori struktural genetik, menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari (Djojosuroto, 2000:3). Persoalan yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari (Djojosuroto, 2000:3). Persoalan yang menyangkut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil proses pemikiran dan pengalaman batin pengarang yang dicurahkan lewat tulisan dengan mengungkapkan berbagai hal yang digali dari masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Standar Guru C C2 C3 C4 C5 C6 Menggunakan secara lisan wacana wacana lisan untuk wawancara Menggunakan wacana lisan untuk wawancara Disajikan penggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumardja dan Saini (1988: 3) menjabarkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci