BAB I PENDAHULUAN. tersebut bersifat timbal balik. Artinya, karya sastra dapat memengaruhi dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. tersebut bersifat timbal balik. Artinya, karya sastra dapat memengaruhi dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Kelahiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat tidak luput dari pengaruh sosial dan budaya. Pengaruh tersebut bersifat timbal balik. Artinya, karya sastra dapat memengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Karya sastra adalah gambaran kehidupan sehingga menurut Plato ( SM), karya sastra merupakan mimetik atau tiruan, orientasi alam semesta. Pengarang adalah anggota masyarakat dan lingkungannya. Dengan demikian, terciptanya sebuah karya sastra oleh seorang pengarang secara langsung atau tidak langsung merupakan kebebasan sikap budaya pengarang terhadap realitas yang dialaminya. Perubahan zaman pun menyebabkan kesusastraan turut berkembang. Keadaan ini membuat penilaian masyarakat terhadap kesusastraan lama dan modern berbeda. Pada saat ini, sastra modern lebih popular di kalangan masyarakat. Salah satu sastra modern yang popular tersebut adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Laskar Pelangi menceritakan persahabatan sebelas anak kecil yang menuntut ilmu pendidikan di sekolah Muhammadiyah. Sekolah ini memiliki fasilitas yang terbatas. Penulisnya memadukan antara persahabatan dan kegigihan sebelas bocah tersebut dalam mengejar impian. Dengan beragam karakter yang dimiliki setiap anak dalam mengejar impiannya, Laskar Pelangi mampu menyedot perhatian pembaca. 1

2 Laskar Pelangi merupakan sebuah novel yang menggambarkan struktur masyarakat Melayu Belitung. Struktur-struktur dalam novel Laskar Pelangi ini menceritakan usaha, kerja keras dan semangat berjuang hero problematik di dunia yang terdegradasi, selain itu novel ini juga menceritakan keadaan struktur sosial masyarakat, pendidikan, budaya dan status masyarakat. Struktur masyarakat Melayu Belitung adalah fakta yang juga dianggap sebagai struktur-struktur yang berarti dalam novel tersebut. Seperti yang telah dikatakan Goldmann (1981: 40) bahwa, ia menganggap semua fakta kemanusiaan merupakan struktur yang berarti. Sturktur masyarakat seperti yang dikatakan di atas akan diteliti pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang juga dianggap sebuah kenyataan yang diungkap melalui karya sastra. Dalam penelitian ini, Laskar Pelangi akan diteliti menggunakan pendekatan strukturalisme genetik Lucien Goldmann untuk melihat hubungan struktur novel tersebut dengan struktur masyarakat sebagai pandangan dunia. Sumbangan yang diberikan Goldmann dalam penelitian karya sastra melalui metode pendekatan strukturalisme genetik ini adalah seperti yang diungkapkan Damono (2006: 46), pertama, ia bias menunjukkan berbagai pandangan dunia yang ada pada suatu zaman tertentu, di samping menyoroti baik isi maupun makna karya sastra yang ditulis pada zaman itu. Oleh karena itu, dalam penelitian terhadap novel Laskar Pelangi karya Hirata ini, akan dilakukan langkah-langkah yang sama dengan apa yang telah dibuktikan Goldmann pada beberapa penelitiannya. Dengan tujuan, untuk mendapatkan abstraksi suatu pandangan dunia, dari kelompok sosial dan teks yang akan dianalisis tersebut, 2

3 yaitu untuk mengetahui bagaimana struktur masyarakat Melayu Belitung dengan pandangan dunia yang diekspresikan dalam novel Laskar Pelangi. Novel Laskar Pelangi adalah novel pertama dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Tiga novel berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Laskar Pelangi diterbitkan pertama kali pada September Sejak kemunculannya, Laskar Pelangi mendapat tanggapan yang positif dari penikmat sastra. Novel Laskar Pelangi sudah dicetak ulang sebanyak tiga belas kali ( ). Tingginya apresiasi masyarakat terhadap novel tersebut menjadikannya masuk dalam jajaran best seller dan mendapat julukan Indonesia s Most Powerful Book. Oleh karena apresiasi masyarakat yang begitu besar, penulisnya tertarik mengangkat novel itu ke layar lebar. Tidak kalah dengan novelnya, film Laskar Pelangi pun masuk dalam jajaran Box Office Indonesia (Atminingsih, 2008: 15). Saat ini, Laskar Pelangi telah tercetak lebih dari lima juta eksemplar. Artinya, dalam kurun waktu kurang dari satu periode, dua puluh juta eksemplar telah dimiliki oleh pembaca. Hal itu dikemukakan Damar Juniarto (2013), dalam artikel Pengakuan Internasional Laskar Pelangi: Antara Klaim Andrea Hirata dan Faktanya. Kesuksesan besar karya ini tidak luput dari kisah masa kecil Andrea Hirata yang menginspirasi novel tersebut. Laki-laki yang lahir pada 24 Oktober 1967 ini menghabiskan masa kecilnya di Belitung (pengarang menyebutnya Belitong). Meskipun telah menjadi penulis ternama, Hirata lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademis dan backpacker. 3

4 Sebagai akademisi, Hirata mengambil mayor di bidang ekonomi, Universitas Indonesia. Namun, ia juga sangat menggemari sains-fisika, kimia, biologi, astronomi, dan sastra. Ia membuktikan kecerdasannya dengan mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Université de Paris, Sorbonne, Prancis, dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Hirata di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesisnya telah diadaptasi ke bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah. Saat ini, Hirata tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom. Adapun sebagai backpacker, Hirata menuliskan pengalaman-pengalamannya dalam Edensor. Kembali kepada novel Laskar Pelangi, fenomena booming-nya novel tersebut menjadikannya semakin terkenal di kalangan masyarakat luas, baik secara nasional maupun internasional. Salah satu contohnya adalah pengakuan Internasional Best Seller yang berasal dari Turki. Dalam konferensi pada 12 Februari 2013 yang dihadiri oleh media-media nasional, Hirata menegaskan hal tersebut, Hampir seratus tahun kita menanti adanya karya anak bangsa mendunia, tetapi Alhamdulillah hari ini semua terbukti setelah buku saya menjadi best seller dunia (dalam metronews.com). Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa Laskar Pelangi telah menjadi novel yang bertaraf internasional. Menurut pengakuan Hirata (2013) lagi, pada artikel Tempo berjudul Kata Andrea Hirata Soal Tudingan Ke Laskar Pelangi, sampai saat ini kontrak penerbitan Laskar 4

5 Pelangi telah mencapai 78 negara. Selain itu, novel ini telah diterjemahkan ke banyak bahasa asing melalui penerbit-penerbit terkemuka, seperti Farrar Straus and Giroux, Random House, Hanser Berlin, Mercure de France, Atlas Contact, Penguin, dan Harper Collins. Informasi-informasi ini secara jelas disampaikan kepada publik melalui media massa. Beragamnya adaptasi Laskar Pelangi, berupa film, serial, drama musikal, dan adaptasi cetak lainnya dibandingkan karya Hirata yang lain menyebabkan Laskar Pelangi semakin familiar di masyarakat. Bahkan, permintaan terhadap Laskar Pelangi semakin marak di media, terutama media internet. Karya sastra canon, kemudian best seller, dan menjadikan pengarangnya sebuah fenomena inilah yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa novel itu adalah karya yang besar. Menurut Goldmann (1977: 19), karya sastra besar adalah ekspresi dari pandangan dunia. Pandangan dunia ini bukan merupakan pandangan individu, melainkan sebuah konsep dalam bentuk yang koheren, kesadaran kolektif yang mencapai puncak tertingginya dalam pikiran pengarang. Maka, sebagai sebuah karya sastra yang besar, pandangan dunia seperti apa yang terekspresikan dalam novel Laskar Pelangi tersebut perlu untuk diketahui lebih lanjut. Pandangan dunia dapat dipahami melalui kata-kata dan dunia yang diekspresikan dalam karya (Golmann, 1977: ). Asumsi Goldmann adalah adanya korespondensi antara pandangan dunia sebagai kenyataan yang dialami dan dunia yang dibuat oleh pengarang, serta adanya korespondensi antara dunia 5

6 tersebut dan alat-alat kesusastraan yang digunakan pengarang untuk mengekspresikannya. Pandangan dunia tidak lahir secara tiba-tiba, ia hadir secara bertahap dan perlahan-lahan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Karena pandangan dunia ini merupakan produk interaksi antara subjek kolektif dan situasi yang ada disekitarnya (Faruk, 2010: 67). Pandangan dunia pengarang yang dimunculkan dalam novel Laskar Pelangi adalah masalah yang berkaitan dengan usaha dan kerja keras yang sungguh-sungguh oleh masyarakat Melayu Belitung agar bias keluar dari jeratan kemiskinan. Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa dunia dalam novel yang dibuat oleh pengarang perlu dipahami dengan cara membuatnya ke dalam sebuah struktur. 1.2 Rumusan Masalah Dalam sebuah penelitian dibutuhkan hal penting, yaitu menentukan masalah apa yang akan dianalisis guna menghindari peneliti agar tidak terlalu jauh dari objek materialnya. Selain itu, untuk membantu peneliti mendapatkan penjabaran yang jelas terhadap objek materialnya. Dengan menentukan permasalahan, akan membantu peneliti dalam pengumpulan data yang sesuai dengan objek materialnya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini, yakni pandangan dunia apa yang diekspresikan oleh novel Laskar Pelangi?. Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut, penulis menjelaskan struktur teks dan pandangan dunia yang relevan dalam novel Laskar Pelangi. 6

7 Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang, pandangan dunia bukanlah pandangan individu, melainkan kesadaran kolektif. Seharusnya, analisis mengenai kelas sosial juga dilakukan. Akan tetapi, penelitian ini tidak mengupas kelas sosial secara mendalam. Penelitian ini dibatasi hanya pada struktur novel dan pandangan dunia. Kemudian, dicari koherensi antara kedua hal tersebut. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan teoretis dan tujuan praktis. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu sastra dan menerapkan teori pada karya sastra, dalam hal ini, strukturalisme genetik Goldmann terhadap novel Laskar Pelangi oleh Andrea Hirata. Selain itu, penelitian juga bertujuan untuk menjawab dua permasalahan di atas, yaitu mengungkapkan struktur novel Laskar Pelangi dan pandangan dunia yang terekspresikan dalam novel. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk membantu pembaca memahami novel Laskar Pelangi sebagai karya sastra dan memberikan sejumlah manfaat terhadap penikmat sastra. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap Laskar Pelangi sebagai sebuah karya sastra besar telah banyak dilakukan. Beberapa di antaranya seperti di bawah ini. Tesis yang berjudul Potret Kemiskinan Masyarakat Melayu dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Tinjauan Sosiologi Sastra diteliti oleh Fitria (2009). Tesis tersebut membicarakan potret kemiskinan masyarakat Melayu dalam 7

8 novel Laskar Pelangi dengan tinjauan sosiologi sastra dan mengungkapkan solusi yang diberikan pengarang dalam novel Laskar Pelangi untuk mengatasi kemiskinan masyarakat Melayu Belitung. Solusi pengarang untuk memerangi kemiskinan adalah melalui pendidikan disertai dengan kemauan dan kerja keras. Pendidikan dapat menumbuhkan produktivitas masyarakat Melayu dan pengembangan bakat yang dimiliki. Semangat Membangun Keterdidikan Masyarakat: Kajian Sosiologi Sastra Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata oleh Syamsun (2009). Membahas fenomena sosial budaya dalam masyarakat Belitung. Selain itu, ia mengungkapkan perjuangan dua orang guru yang memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan dalam rangka mencerdaskan anak bangsa. Berbekal prasarana yang serba sederhana, para guru tersebut memperjuangkan hak anak-anak Belitung sebagai warga negara untuk memperoleh pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap isu pendidikan, kebijakan pemerintah, dan peran lembaga sosial kemasyarakatan dalam menciptakan keterdidikan masyarakat dalam novel Laskar Pelangi. Penelitian ini menghasilkan tiga hal. Pertama, isu strategis pendidikan adalah masalah pemerataan pendidikan, mutu pendidikan, dan manajemen pendidikan. Kedua, kebijakan pemerintah telah dituangkan dalam Garis Besar Rencana Strategi (Renstra) Pendidikan Nasional yang terdapat dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Ketiga, lembaga sosial kemasyarakatan mempunyai peran besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menanggulangi problem ketidakmerataan kesempatan pendidikan bagi 8

9 masyarakat, terutama masyarakat terpencil dan keluarga yang kurang mampu, baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya. Skripsi yang berjudul Laskar Pelangi: Kajian Genre Fiksi Populer oleh Ayu Budi Kusuma Wardhani (2013), mengulas perdebatan mengenai novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata sebagai fiksi popular atau bukan fiksi popular. Dari penelitian ini diketahui bahwa Laskar Pelangi merupakan fiksi popular karena unsur intrinsik Laskar Pelangi sesuai dengan formula fiksi popular. Selain unsur-unsur intrinsik, booming-nya novel Laskar Pelangi sebagai fiksi popular menyebabkan banyaknya adaptasi dari Laskar Pelangi versi novel. Novel Laskar Pelangi diadaptasi ke dalam berbagai macam bentuk, yakni film Laskar Pelangi, musikal Laskar Pelangi, dan Laskar Pelangi The Series. Terdapat pula adaptasi dalam bentuk cetak, yakni Laskar Pelangi Song Book, Di Balik Layar Laskar Pelangi, dan buku-buku seri Laskar Pelangi anak. Metafora Andrea Hirata dalam Tetralogi Laskar Pelangi (Sebuah Kajian Stilistika), Miftahul Huda (2011). Metafora yang diciptakan Andrea Hirata sangat dipengaruhi lingkungannya karena persepsi pengarang terhadap gejala alam dan gejala sosial juga tidak terlepas dari lingkungannya juga. Metafora Andrea Hirata menunjukkan fungsi estetika dan sosial budaya khususnya motivasi, perjuangan, dan pendidikan. Akhirnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metafora cukup banyak dalam tetralogi Laskar Pelangi. Apabila dilihat dari frekuensi metafora paling banyak, sesuai urutan adalah Sang Pemimpi, kemudian Maryamah Karpov, Laskar Pelangi, dan terakhir Edensor. Selain itu, penggunaan metafora dalam sebuah novel merupakan kecenderungan estetika tersendiri dan 9

10 salah satu sarana meningkatkan kualitas hasil cipta sastra sehingga tidak mengherankan jika tetralogi Laskar Pelangi dapat diterima secara luar biasa oleh pembaca. Laskar Pelangi telah pula difilmkan. Novel karya Andrea Hirata ini berhasil menghidupkan karya sastra ke dalam imajinasi dunia film sehingga apresiasi masyarakat Indonesia terhadap film Laskar Pelangi cukup besar. Selain telah difilmkan, novel ini juga telah diadaptasi dalam banyak bentuk, di antaranya musikal Laskar Pelangi, Laskar Pelangi The Series, Laskar Pelangi Song Book, Di Balik Layar Laskar Pelangi, dan buku-buku seri Laskar Pelangi anak. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, terlihat bahwa belum terdapat penelitian yang mempertimbangkan masalah mediasi pandangan dunia terhadap novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Padahal pemahaman yang koheren tentang sebuah karya sastra dapat dicapai melalui analisis pandangan dunia. Oleh karena itu, peneliti mengangkat mediasi pandangan dunia terhadap novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata tersebut. 1.5 Landasan Teori Strukturalisme genetik merupakan teori sastra yang didasarkan pada pemikiran Marxis. Menurut Goldmann, oleh karena strukturalisme genetik menekankan pada konsep pandangan dunia yang diciptakan oleh kelas-kelas sosial maka hanya kelompok Marxis inilah yang telah terbukti dalam sejarah sebagai kelompok yang telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan (Faruk, 2010: 63). 10

11 Fakta kemanusiaan seperti yang dicontohkan Goldmann, misalnya Pensees karya Pascal, Revolusi Prancis, dan Perang Salib pasti selalu berhubungan dengan tingkah laku subjeknya. Setiap fakta kemanusiaan adalah hasil dari aktivitas manusia. Manusia mengubah dunia di sekitarnya untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik antara dirinya sebagai subjek dan dunia. Setiap fakta kemanusiaan pasti berarti dan fungsional (Goldmann, 1981: 40 47). Ide hanyalah bagian dari realitas keseluruhan, yaitu manusia. Manusia hanya elemen dari keseluruhan yang terdiri dari kelompok sosial di mana dia tergabung. Karya tertentu tidak hanya berasal dari pengarangnya, tetapi juga dari kelompok sosial secara keseluruhan. Kelompok yang paling penting bagi individu adalah kelas sosial yang berhubungan dengan kepentingan ekonomi di mana dia sebagai anggotanya. Kelas sosial yang dimaksud Goldmann adalah kelas sosial dalam pengertian Marxis, yaitu kelompok-kelompok yang menguasai alat produksi (Goldmann, 1977: 7, 16; Goldmann, 1981: 41). Hubungan antara manusia bukanlah hubungan subjek-objek ataupun hubungan intersubjektif, melainkan hubungan intrasubjektif, di mana hubungan antara individu adalah elemen yang merupakan bagian dari satu keseluruhan aksi. Individu tidak akan bisa menciptakan fakta sosial, yang bisa menciptakan hanyalah subjek transindividual (Goldmann, 1981; 97). Hal ini dikarenakan ketika anggota dari kelompok mengalami situasi yang sama, mereka akan membangun struktur mental yang fungsional. Struktur mental ini akan memiliki peran yang aktif dalam sejarah dan diekspresikan dalam karya-karya filsafat yang besar, karya seni, dan kreasi kultural. Semuanya hanya dapat dipahami apabila dikaitkan 11

12 dengan subjek kolektifnya. Tingkah laku subjek kolektif ini membentuk struktur masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, juga membentuk struktur hubungan antarmanusia dan hubungan antarmanusia dengan alam (Goldmann, 1981: 41 42). Goldmann (Faruk, 2010: 56) menyebut teorinya sebagai strukturalisme genetik. Dengan kata lain, ia percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Akan tetapi, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat karya sastra yang bersangkutan. Teori strukturalisme genetik terbagi ke dalam enam konsep dasar yang membangun teori termaksud, yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, pemahaman dan penjelasan. Akan tetapi, untuk menjawab permasalahan yang dihadapi, yaitu mengenai pandangan dunia apa yang diekspresikan oleh novel Laskar Pelangi maka peneliti akan membatasinya hanya pada konsep pandangan dunia menurut perspektif Goldmann sebagai acuan dalam landasan teori ini. Strukturalisme genetik mencari homologi atau hubungan yang jelas dan dapat dimengerti antara struktur kesadaran kolektif dan struktur dari karya yang mengekspresikan dunia yang integral dan koheren (Goldmann, 1981: 66). Homologi bisa terjadi karena keduanya merupakan produk dari aktivitas strukturasi yang sama. Di dalam konsep homologi, kesamaan yang ada antara karya sastra dan kehidupan masyarakat bukanlah kesamaan isinya, melainkan kesamaan strukturnya. Homologi antara struktur karya sastra dan struktur masyarakat tidak bersifat langsung, melainkan homolog dengan pandangan dunia. 12

13 Pandangan dunialah yang nantinya akan berhubungan langsung dengan struktur masyarakat yang dimilikinya (Faruk, 2010: 64 65). Ilmu tentang sastra dapat menjadi ilmiah hanya jika bersifat objektif dan dapat diverifikasi kebenarannya melalui konsep pandangan dunia. Pandangan dunia bukanlah fakta yang empiris langsung, melainkan merupakan sebuah hipotesis konseptual yang sangat diperlukan untuk memahami individu mengekspresikan ide-idenya. Pandangan dunia adalah produk dari sebuah kesadaran kolektif yang mencapai ekspresi tertingginya dalam pikiran penyair atau filsuf (Goldmann, 1977: 14 19). Pandangan dunia bukanlah merupakan sebuah fakta individual. Individu hanya sebagai bagian yang membentuk pandangan dunia tersebut. Pandangan dunia adalah sebuah koherensi dan keterpaduan antara manusia dengan dunianya (Goldmann, 1981: 111). Proses pembentukan pandangan dunia adalah proses yang lama dan kompleks, kadangkadang hingga melampaui beberapa generasi (Goldmann, 1981: 60). Konsep pandangan dunia menurut Goldmann (1977: 17) adalah gagasangagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang kompleks dan menyeluruh, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu yang mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial lain, atau merupakan iklim general dari pikiran-pikiran dan perasaan tertentu. Dengan demikian, pandangan dunia ini tidak hanya seperangkat gagasan abstrak dari suatu kelas mengenai kehidupan manusia dan dunia tempat manusia itu berada, tetapi juga merupakan semacam cara atau gaya hidup yang dapat 13

14 mempersatukan anggota yang lain dalam kelas yang sama dan membedakannya dari anggota-anggota dari kelas sosial yang lain (Faruk, 2010: 66). Menurut Goldmann (Faruk, 1994: 16), sebagai suatu kesadaran kolektif (collective consciousness), pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memahaminya. Pandangan pengarang dalam karyanya lahir dari pandangan dunia yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat karena kondisi struktural masyarakat dapat membuat suatu kelas yang ada dalam posisi tertentu dalam masyarakat itu membuahkan dan mengembangkan suatu pandangan dunia yang khas (Faruk, 2010: 65). Pandangan dunia ini, menurut Goldmann (Faruk, 2010: 67), tidak lahir dengan tiba-tiba. Transformasi mentalitas yang lama perlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru dan teratasinya mentalitas yang lama. Proses yang panjang ini, menurut Goldmann (Faruk, 2010: 68-69), disebabkan kenyataan bahwa pandangan merupakan kesadaran yang mungkin, yang tidak setiap orang dapat memahaminya. Kesadaran yang mungkin ini adalah kesadaran yang menyatakan suatu kecenderungan kelompok ke arah suatu koherensi menyeluruh, perspektif yang koheren dan terpadu mengenai hubungan manusia dengan sesamanya, serta dengan alam semesta. Dengan melihat uraian di atas, pandangan dunia yang ada pada suatu teks sastra akan dapat juga terlihat dan bisa ditarik kesimpulannya melalui struktur teks sastra dan struktur sosial yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, karya sastra mempunyai struktur yang koheren dan terpadu. Dalam konteks strukturalisme 14

15 genetik, konsep struktur karya sastra berbeda dari konsep struktur yang umum dikenal (Faruk, 2010: 71). Goldmann (1978: 1 6) mengatakan bahwa ada homologi antara struktur novel klasik dan struktur perubahan pada ekonomi liberal. Ia menjamin konsep Lukacs bahwa novel adalah cerita mengenai pencarian yang terdegradasi, pencarian akan nilai-nilai otentik di dunia yang juga terdegradasi. Nilai-nilai otentik ini adalah totalitas yang terdapat secara implisit dalam dunia secara keseluruhan. Pencarian ini dilakukan oleh seorang tokoh hero yang problematik. Novel adalah suatu genre karya sastra yang memiliki ciri perpecahan yang tidak dapat diatasi antara tokoh hero dan dunia. Degradasi ini dijelaskan melalui mediatisasi dan reduksi nilai-nilai otentik. Perpecahan ini mengakibatkan dunia dan tokoh hero sama-sama mengalami degradasi. Goldmann (1978: 7) mengatakan bahwa novel merupakan perubahan pada bidang sastra dalam kehidupan sehari-hari ke dalam masyarakat individualistik yang diciptakan oleh produksi pasar. Ada homologi yang kuat antara bentuk novel dan kehidupan sehari-hari, antara manusia dan komuditas pada umumnya, serta antara manusia dan sesamanya dalam masyarakat pasar. Goldmann mengemukakan konsep mengenai nilai guna dan nilai tukar. Hubungan yang sehat antara manusia dan komuditas adalah hubungan yang di dalamnya produksi secara sudah diatur oleh konsumsi masa depan, oleh kualitas konkret objek-objeknya, serta oleh nilai guna. Sebaliknya, hubungan yang tidak sehat adalah hubungan yang diatur oleh nilai tukar, hubungan yang sehat dihapuskan, direduksi menjadi tersembunyi lewat mediasi realitas ekonomi yang baru. 15

16 Dalam masyarakat kapitalis, kegiatan produksi tidak lagi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat secara langsung, tetapi untuk kepentingan pasar, dan hasilnya ditukarkan dengan hasil-hasil produksi lain di pasar. Cara produksi seperti ini menyebabkan terjadinya perubahan pada nilai hasil produksi, yaitu yang mulanya nilai guna menjadi nilai tukar. Nilai guna suatu produk terletak pada seberapa jauh produk itu mampu memenuhi kebutuhan manusia yang memproduksinya, sedangkan nilai tukar suatu produk adalah kemungkinan pertukarannya dengan produk-produk lain. Pada masyarakat kapitalis, dengan semakin dominannya nilai tukar, menyebabkan terjadinya alienasi manusia dari hasil kerjanya sendiri, dari lingkungan dan proses produksinya (Faruk, 2010: 27 28). Pandangan mengenai pembendaan manusia dari lingkungannya muncul karena hilangnya hubungan antara manusia dan benda ciptaannya sendiri. Akhirnya, benda itu menjadi berdiri sendiri dan mengatur manusia. Manusia dituntut untuk berproduksi. Meskipun dia tidak membutuhkannya, manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya dengan mekanisme pabrik yang seharusnya memenuhi kebutuhan manusia (Paul Johnson dalam Faruk, 1988: 92 93). Selanjutnya, kejadian ini memunculkan individu-individu yang problematik. Goldmann (1978: 11) mengatakan bahwa individu-individu menjadi problematik karena di satu sisi pemikiran dan tingkah laku mereka masih didominasi oleh nilai-nilai kualitatif, sedangkan di sisi lain mereka tidak bisa menarik dirinya dari keberadaan mediasi. 16

17 Berikut akan diuraikan cara Goldmann dalam menganalisis drama Racine. Konsep pandangan dunia yang dikemukakan Goldmann ketika menganalisis drama Racine adalah pandangan dunia tragik. Saat itu di Prancis pada abad ke-17, Jansenisme muncul ketika perpindahan kekuasaan dari monarki terbatas ke monarki absolut, ketika raja mentransfer kekuasaannya dari officiers dan cours souverains kepada commisaires. Konflik antara raja dan parlemen mengakibatkan parlemen yang dulunya mendukung raja menjadi berbalik melawan raja (Goldmann, 1977: 111). Kaum aristokrat menengah yang mendapat keuntungan dari kebijakan raja akhirnya mendukung raja. Kaum officiers berada dalam situasi yang paradoksal karena mereka melawan raja yang tidak bisa baik dihancurkan maupun keberadaannya diubah oleh mereka. Kejadian ini memunculkan ideologi kaum Jansenis yang akhirnya membentuk pandangan dunia tragik (Goldmann, 1977: 109). Pandangan tragik mengandung tiga elemen, yaitu Tuhan, manusia, dan dunia, yang satu sama lain saling berhubungan (Goldmann, 1977: 62). Pandangan tragik muncul karena ada krisis hubungan antara manusia, dunia sosial, dan spritualnya (Goldmann, 1977: 41). Tuhan dianggap sebagai sebagai sesuatu yang paradoksal. Tuhan ada, tetapi tidak selalu muncul dan suara Tuhan tidak secara langsung didengar oleh manusia, atau Tuhan bersembunyi (The Hidden God). Oleh karena Tuhan tidak membawa peran dalam kehidupan manusia, Tuhan dikatakan tidak ada. Akan tetapi, manusia menyadari bahwa Tuhan itu ada dan mereka tidak dapat melepaskan diri dari kekuatan dan kekuasaan Tuhan. Maka, Tuhan tragedi adalah sekaligus ada dan tidak ada. Kaun Jansensis yang berkaitan 17

18 dengan pandangan tragik menganggap dunia tidak nyata karena Tuhan selalu mengawasi manusia di dunia (Goldmann, 1977: 48 50). Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, dunia tetap menjadi tempatnya bersekspresi sehingga dunia juga dianggap ada (Goldmann, 1977: 37 38, 59). Manusia tragik adalah makhluk paradoksal, dia hidup di dunia dan menolak dunia pada saat yang sama (Goldmann, 1977: 60). Permintaan manusia tragik yang utama adalah tentang totalitas. Hubungan antara manusia tragik dan manusia lainnya bersifat ganda dan paradoksal (Goldmann, 1977: 60). Di satu sisi, manusia tragik berharap dapat menyelamatkan mereka, membawa mereka bersamanya, membangunkannya dari tidur, dan mengangkat level mereka. Di sisi lain, dia menyadari ada jurang yang memisahkan mereka dan dia menerima kenyataan itu. Pada akhirnya, manusia tragik akan tetap sendiri. Akhirnya, dia meninggalkan manusia itu tertidur. Akan tetapi, justru dengan kesendiriannya itulah dia akan menjadi manusia yang besar (Goldmann, 1977: 81 82). Pandangan tragik adalah oposisi antara dunia dan kebesaran manusia. Keberadaan manusia tragik terletak pada fakta bahwa mereka menolak dunia dan kehidupan. Setiap karya sastra diasumsikan memiliki koherensi internal dan mengekspresikan pandangan dunia. Maka, cara menganalisisnya adalah menemukan pandangan dunia yang berlaku dalam satu waktu tertentu, kemudian melihat hubungan antara pandangan dunia tersebut dengan dunia tokoh dan objek yang ada dalam karya tertentu, dan selanjutnya melihat hubungan antara dunia dan alat-alat kesusastraan yang digunakan penulis untuk mengekspresikannya. 18

19 Dalam menganalisis keempat tragedi Racine, Goldmann membagi tokoh yang ada di dalamnya menjadi representasi dunia, manusia, dan Tuhan. Pembagian tokoh menjadi Tuhan, manusia, dan dunia ini bukanlah merujuk kepada substansi tokohnya, melainkan hanya strukturnya. Tokoh-tokoh yang membawa nilai otentik atau totalitas dianggap merepresentasikan Tuhan. Tokohtokoh yang membawa nilai-nilai keduniawian, hidup dengan prinsip dunia dianggap merepresentasikan dunia. Adapun tokoh yang memilih di antara keduanya dianggap merepresentasikan manusia. Inilah yang dijadikan sebagai model analisis Goldmann yang juga dilakukan dalam penelitian ini. Selain itu, oposisi-oposisi yang ditampilkan oleh Goldmann dalam hasil analisisnya terhadap drama Racine menunjukkan bahwa dia menggunakan prinsip strukturalisme Levi-Strauss. Konsep strukturalisme Levi-Strauss adalah oposisi biner atau oposisi berpasangan (Faruk, 2012: 164). Sebagai contoh, akan ditampilkan salah satu analisis Goldmann terhadap drama Racine yang berjudul Andromaque. Dalam Andromaque ada tokoh yang merepresentasikan dunia, yaitu Pyrrhus, Orester, dan Hermione, tokoh yang merepresentasikan manusia tragik, yaitu Andromache, dan tokoh yang merepresentasikan Tuhan, yaitu Hector dan Astyanax. Andromache beroposisi dengan dunia dengan menolak kompromi yang ditawarkan oleh Pyrrhus dan memilih mati. Penolakan inilah yang menunjukkan bahwa Andromache adalah seorang manusia tragik. Ketika bertemu dengan anaknya yang terakhir kalinya, Andromache ingin jika memungkinkan namanya kadang-kadang disebut di depan anaknya. Kata-kata jika memungkinkan mencerminkan jarak dan oposisi yang 19

20 dirasakan Andromache terhadap hubungannya dengan Pyrrhus (Goldmann, 1977: ). Dari penjelasan di atas terlihat langkah-langkah analisis yang dilakukan oleh Racine, yaitu menentukan pandangan dunia, dalam konteks ini, pandangan dunia tragik. Kemudian, menghubungkannya dengan dunia yang ada dalam karya sastra, yaitu oposisi Andromache dengan dunia. Kemudian, terlihat dalam unsurunsur kesusastraan terdapat kata yang digunakan Racine untuk menunjukkan oposisi antara Andromache dan dunia. Goldmann mengandaikan suatu karya sastra merupakan sebuah struktur seperti yang telah disebutkan di atas. Struktur tersebut merupakan keseluruhan yang utuh yang terbangun dari unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain. Akan tetapi, berbeda dengan strukturalisme nongenetis, teori ini tidak menganggap karya sastra hanya sebagai sebuah struktur, tetapi juga sebagai sebuah struktur yang signifikan. Artinya, struktur itu merupakan produk dari strukturasi yang berlangsung terus-menerus dari subjek tertentu terhadap dunia dalam rangka pembangunan keseimbangan hubungan antara subjek itu dengan lingkungan sosial dan alamiahnya. Dengan pengertian yang demikian, karya sastra baru dianggap dapat dipahami tidak hanya dengan memperhatikan struktur internalnya, tetapi harus pula memperhatikan tempatnya di dalam konteks strukturasi di atas. Dalam kerangka genesisnya dipertalikan dengan manusia-manusia yang menjadi subjek tersebut dan hubungan antara manusia-manusia itu dan lingkungan sosialnya. 20

21 Hubungan antara kedua hal tersebut tidak didasarkan pada kesamaan isi, tetapi pada homologi strukturalnya (Faruk, 2002: 22 23). Menurut konsep Goldmann (Faruk, 2010: 72), konsep struktur itu bersifat tematik, dan yang menjadi pusat perhatiannya adalah relasi antara tokoh dan tokoh serta antara tokoh dan objek yang ada di sekitarnya. Sifat tematik dari konsep struktur Goldmann terlihat dari konsepnya mengenai novel sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegradasi. Pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang problematik. Menurutnya, yang dimaksud dengan nilai-nilai yang otentik adalah totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel, nilai-nilai yang mengorganisasi sesuai dengan model dunia sebagai totalitas. 1.6 Hipotesis Hipotesis yang dimiliki adalah sebagai berikut. Laskar Pelangi adalah sebuah karya sastra yang besar. Sebagai sebuah karya sastra besar, novel ini memiliki gambaran-gambaran mengenai manusia, alam, Tuhan, cita-cita, cinta, kehidupan, kematian, kaya dan miskin yang saling berhubungan satu sama lain, dan memiliki struktur yang koheren. Struktur ini homolog atau sejajar dengan pandangan dunia yang diekspresikannya. 1.7 Metode Penelitian Objek material pada penelitian ini adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, sedangkan objek formalnya adalah struktur novel dan pandangan 21

22 dunianya. Setelah menentukan objek material dan objek formal pada penelitian ini, tahapan selanjutnya adalah membaca novel dan mengumpulkan data-data yang terkait dengan penelitian ini. Data utama adalah kutipan-kutipan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi. Selain itu, peneliti juga menggunakan penelusuran melalui perangkat komputer yang berbasis internet dengan teknik catat dan edit sebagai langkah lanjutannya. Data-data yang telah didapatkan di atas dapat dianalisis dengan beberapa metode, di antaranya metode analisis tekstual atau yang disebut Goldmann sebagai metode positivistik, metode intuitif yang berdasarkan pada perasaan atau simpati pribadi, atau dengan metode dialektik. Metode intuitif tidak digunakan karena metode ini bukanlah metode ilmiah, sedangkan yang membedakan metode positivistik dengan metode dialektik adalah walaupun kedua metode ini samasama memandang teks sebagai titik awal dan titik akhir dari sebuah penelitian, tetapi metode dialektik memperhatikan koherensi makna sebuah teks, sedangkan metode positivistik tidak memperhatikan hal tersebut (Goldmann, 1977: 8). Metode analisis data yang dilakukan penelitian ini adalah seperti cara Goldmann menganalisis drama Racine. Fakta tentang alam dan aktivitas manusia yang abstrak dapat dipahami lebih jelas dengan membuatnya konkret dalam konseptualisasi dialektik. Pemikiran dialektik menegaskan bahwa tidak ada titik awal yang valid, tidak ada permasalahan yang akhirnya dan pasti terpecahkan. Maka, pemikiran tidak pernah berjalan dalam satu garis lurus karena setiap fakta atau ide hanya akan mendapatkan maknanya apabila ditempatkan ke dalam sebuah keseluruhan. 22

23 Sebaliknya, keseluruhan pun hanya dapat dipahami dengan pengetahuan yang bertambah mengenai fakta-fakta parsial atau yang tidak menyeluruh yang membangun keseluruhan itu. Proses ini menjadi semacam gerak terus-menerus dari keseluruhan ke bagian dan dari bagian kembali keseluruhan lagi (Goldmann, 1977: 4 7). Dengan ini, terdapat kesatuan antara struktur dan bagian, dan makna pada akhirnya dapat dipahami secara koheren. Hal yang dimaksud Goldmann dengan pemahaman adalah usaha untuk mendeskripsikan struktur objek yang diteliti, dan penjelasan adalah usaha penggabungan sebuah struktur ke dalam struktur yang lebih besar yang di dalam struktur tersebut hanya merupakan satu bagian (Goldmann dalam Faruk, 1988: 106). Cara kerja metode dialektik dalam analisis adalah sebagai berikut. Karya sastra dianggap sebagai ekspresi yang dalam atas perubahan struktur sosial dan politik masyarakat. Kerja penelitian diawali dari teks, dibuat menjadi dua bagian besar yang saling beroposisi. Kemudian, ditentukan pandangan dunia yang diasumsikan sebagai pandangan dunia suatu kelas tertentu. Hal ini adalah usaha pemahaman. Kemudian, usaha penjelasannya adalah menemukan fenomena sosial, ekonomi, dan ideologis kelas pada satu waktu tertentu. Bila struktur teks dan pandangan dunia kelas yang diasumsikan di awal sudah sesuai, dapat dikatakan bahwa ada koherensi antara struktur karya sastra tersebut dan pandangan dunia kelas yang diekspresikannya. 23

24 1.8 Sistematika Penyajian Pada penelitian ini, penyajian disusun dengan urutan sebagai berikut. Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab 2 merupakan analisis struktur novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Bab 3 merupakan analisis pandangan dunia. Bab 4 merupakan kesimpulan, dan diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran yang berupa sinopsis novel Laskar Pelangi dan karya-karya Andrea Hirata. 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai monolog Marsinah Menggugat sudah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu. Penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah produk kebudayaan (karya seni) yang lahir di tengah-tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah produk kebudayaan (karya seni) yang lahir di tengah-tengah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah produk kebudayaan (karya seni) yang lahir di tengah-tengah masyarakat dan pengarang sebagai pencipta karya sastra merupakan bagian dari masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam karya sastra sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Sejalan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. dalam karya sastra sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Sejalan dengan hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam Teori Kesusastraan, Wellek dan Warren (1990:109) menyebutkan bahwa sastra pada dasarnya menyajikan sebuah gambaran kehidupan. Kehidupan dalam karya

Lebih terperinci

1. Identitas Buku. Judul : Sang Pemimpi. Penulis : Andrea Hirata. Judul Resensi:3 Sahabat Mengejar Mimpi. Tahun Terbit:2009

1. Identitas Buku. Judul : Sang Pemimpi. Penulis : Andrea Hirata. Judul Resensi:3 Sahabat Mengejar Mimpi. Tahun Terbit:2009 1. Identitas Buku Judul : Sang Pemimpi Penulis : Andrea Hirata Judul Resensi:3 Sahabat Mengejar Mimpi Tahun Terbit:2009 Penerbit : PT Bentang Pustaka Cetakan:II Halaman :292 Halaman Tebal:7cm Warna:Ungu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah suatu tulisan yang memiliki keindahan yang luar biasa karena menggambarkan tentang kehidupan. Seseorang yang berjiwa sastra akan menghasilkan suatu karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra berfungsi menghibur dan sekaligus bermanfaat bagi pembacanya. Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan temuan penulis, teori struktural genetik ini, sudah digunakan oleh beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Moral, kebudayaan, kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki ruang lingkup yang luas di kehidupan masyarakat, sebab sastra lahir dari kebudayaan masyarakat. Aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial yang dapat bekerjasama serta

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial yang dapat bekerjasama serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial yang dapat bekerjasama serta berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya. Dengan demikian manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara ekonomis. Sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara ekonomis. Sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Sastra dapat ditempatkan sebagai salah satu superstruktur yang menjadi kekuatan reproduktif dari struktur sosial yang berdasarkan pembagian dan relasi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan wujud gagasan pengarang dalam memandang lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik

Lebih terperinci

Film yang mengupas proses pelestarian lingkungan. Film yang menceritakan pengabdian seorang pelestari bumi. Cara melestarikan lingkungan yang baik

Film yang mengupas proses pelestarian lingkungan. Film yang menceritakan pengabdian seorang pelestari bumi. Cara melestarikan lingkungan yang baik 1. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 7. TEKS ULASANLatihan Soal 7.3 Cermatilah teks berikut. Dalam rangka memperingati Hari Bumi Sedunia, sederet film asing mengenai lingkungan hidup diputar. Film-film

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini menjadikan adanya hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini menjadikan adanya hubungan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 1978: 1). Sastrawan sebagai pencipta karya sastra juga

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi penelitian, maka harus memiliki konsep-konsep yang jelas.

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31, mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). Suatu karya sastra menampilkan pelbagai permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003: 588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan pengungkapan dari pragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang) dan terjadi konflik-konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra pada era modern sekarang ini sudah memiliki banyak definisi dan berbagai penafsiran dari masyarakat. Sastra selalu dikaitkan dengan seni dan keindahan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika keindahan, dalam karya sastra itu sendiri banyak mengankat atau menceritakan suatu realitas yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Strata 1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra Indonesia telah bermula sejak abad 20 dan menjadi salah satu bagian dari kekayaan kebudayaan Indonesia. Sastra Indonesia telah mengalami perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana ilmu pengetahuan bidang lain, sastra sebagai ilmu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana ilmu pengetahuan bidang lain, sastra sebagai ilmu memiliki 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sebagaimana ilmu pengetahuan bidang lain, sastra sebagai ilmu memiliki karakteristiknya sendiri. Abrams (Teeuw, 1988: 50) dalam bukunya yang berjudul The Mirror

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus Universitas Negeri Gorontalo, khususnya pada Jurusan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu zaman. Artinya, melalui karya sastra, kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karangan imajinatif seseorang baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karangan imajinatif seseorang baik secara lisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karangan imajinatif seseorang baik secara lisan maupun tulisan yang mengungkapkan keadaan lingkungan sekitarnya atau peristiwa yang dialaminya. Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu benda budaya yang dapat ditinjau dan ditelaah dari berbagai sudut. Teks-teks sastra bersifat multitafsir atau multiinterpretasi. Isi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan juga dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran manusia tentang penggambaran kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

Novel Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi yang dikarang oleh

Novel Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi yang dikarang oleh Christian 1 Jacqueline Christian Yuda Putri Bahasa Indonesia 4 Desember 2010 Statement of Intent Novel Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi yang dikarang oleh Andrea Hirata. Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Untuk membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca karya sastra sama dengan mencermati permasalahan atau problem-problem sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat. Permasalahan yang terdapat dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 2.1.1 Sastra Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, kreasi bukan sebuah imitasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa yang terdapat dalam karya sastra memiliki keunikan tersendiri. Begitu pun penggunaan bahasa dalam novel angkatan Balai Pustaka. Penulis novel angkatan

Lebih terperinci

RESENSI BUKU. : Lalu Faesal Amrullah. Kelas : X MIPA 3. No. absen : 33 SMA NEGERI 5 MATARAM

RESENSI BUKU. : Lalu Faesal Amrullah. Kelas : X MIPA 3. No. absen : 33 SMA NEGERI 5 MATARAM RESENSI BUKU Nama : Lalu Faesal Amrullah Kelas : X MIPA 3 No. absen : 33 SMA NEGERI 5 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2016/2017 1. IDENTITAS BUKU A. Judul Buku : Laskar Pelangi B. Penulis : Andrea Hirata C. Penerbit

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh : Tri Maryani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammaddiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Tipe studi ini melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai keindahan. Sebuah karya sastra bukan ada begitu saja atau seperti agak dibuat-buat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat

BAB I PENDAHULUAN. (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra dibedakan dalam tiga genre, yaitu puisi, prosa, dan drama (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra tak akan pernah lepas dari pengaruh realitas kehidupan yang mengitarinya. Karya sastra seolah menjadi saksi situasi kehidupan dimana dan kapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang dipakai di dalamnya. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang dipakai di dalamnya. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian membutuhkan pemahaman yang memadai mengenai istilahistilah yang dipakai di dalamnya. Istilah-istilah tersebut merupakan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran karakter menjadi orientasi pengajaran di sekolah saat ini. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN 2.1 Tinjauan pustaka Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai titik tolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah wadah bagi pengarang untuk menyampaikan gagasan, ide, pemikiran yang berdasarkan pengalaman dan kenyataan sosial yang

Lebih terperinci

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini 1 Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan, kelahirannya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumardja dan Saini (1988: 3) menjabarkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi selama satu dekade ini sangatlah pesat khususnya komunikasi. Karena beberapa saat saja kita dapat berhubungan secara langsung dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Kajian pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan novel PJ karya Okky Madasari.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci