BAB I PENDAHULUAN. (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra dibedakan dalam tiga genre, yaitu puisi, prosa, dan drama (Sudjiman, 1991:11). Prosa (KBBI, 2011:1106) adalah karangan bebas (tidak terikat kaidah yang terdapat dalam puisi). Prosa merupakan salah satu genre yang digemari oleh masyarakat. Hal tersebut dikatakan demikian karena prosa menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh dan merupakan manifestasi dari pengalaman estetis sehingga membangkitkan perasaan dan keharuan pembaca. Secara umum, prosa dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu cerpen, novelet, dan novel. Cerpen (KBBI, 2011:264) adalah cerita pendek. Cerpen menceritakan suatu perbuatan dan pengalaman antarmanusia baik secara imajinatif maupun realitas. Kisah yang diangkat pun biasanya tidak lepas dari berbagai persoalan kehidupan manusia. Persoalan tersebut dapat berupa persoalan antara manusia dengan sesama manusia, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan Tuhan. Selain itu, terdapat juga persoalan yang lain, yaitu persoalan yang berhubungan dengan ekonomi, budaya, agama, dan sosial. Pembaca diharapkan mampu untuk merefleksikan persoalan yang ada, mengolah emosi, dan mengetahui gagasan pengarang.

2 2 Pengarang biasanya mengungkapkan ide dan gagasannya lewat karya sastra yang dibuatnya. Pembaca sering tidak menyadari bahwa peristiwa yang ada dalam cerpen berdasarkan kisah nyata dalam kehidupan. Hal tersebut dikatakan demikian karena karya sastra merupakan manifestasi pengalaman estetis sekaligus pengalaman pengarang. Pengalaman pengarang dituliskan dalam wujud fakta-fakta cerita (Pujiharto, 2010:24). Oleh karena itu, karya sastra bersifat imajinatif, tetapi masuk akal dan nyata. Karya sastra dianggap sebagai cerminan kehidupan sosial karena karya sastra adalah salah satu bagian dari seni yang mengungkapkan sejumlah fenomena manusia yang dapat menimbulkan efek-efek tertentu bagi pembacanya. Sastra muncul dari proses kegelisahan sastrawan atas kondisi masyarakat pada masa tertentu dan terjadinya ketegangan atas kebudayaannya. Sebagai produk dari dunia sosial yang senantiasa berubah-ubah, karya sastra merupakan kesatuan dinamis yang bermakna, sebagai perwujudan nilai-nilai dan peristiwa-peristiwa penting zamannya (Damono, 1984:40). Banyak pengarang yang terkenal di Indonesia. Umar Kayam adalah seorang pengarang yang terkenal. Beliau adalah seorang cerpenis yang cerita rekaannya merefleksikan kehidupan masyarakat. Berikut adalah cerpen dan novel karya Umar Kayam serta tahun terbitnya, antara lain kumpulan cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan (1972), Mangan Ora Mangan Asal Kumpul (1990), Parta Karma (1997), dan Lebaran di Karet, Karet (2002). Novelet karya Umar Kayam adalah Sri Sumarah dan Bawuk (1975), novelnya adalah Para Priyayi (1992) dan Djalan Menikung

3 3 (2002). Ada pula tulisan nonfiksi karya Umar Kayam berjudul Seni, Tradisi, dan Masyarakat (1981), Semangat Indonesia (1985), dan Sugih Tanpa Banda (1994). Tidak kalah penting, Umar Kayam adalah pengarang terkenal yang disebut sebagai spesialis yang bertema lebaran oleh teman-temannya. Beberapa cerpennya bertemakan tentang Lebaran. Berikut adalah judul cerpen yang bertemakan Lebaran, antara lain Ke Solo, ke Njati, Ziarah Lebaran, Menjelang Lebaran, Lebaran Ini, Saya Harus Pulang, Marti, Mbok Jah, Lebaran di Karet, di Karet, dan Sardi. Kedelapan cerpen tersebut terdapat dalam kumpulan cerpen yang berjudul Lebaran di Karet, di Karet. Ada juga cerpen lainnya yang bertemakan lebaran yang berjudul Mudik Lebaran dan Rigenomics, Sawang-Sinawang Waktu Lebaran, Pada Suatu Senin Pagi Sesudah Lebaran, Rapat Meja Bundar Menjelang Lebaran, Pasca Lebaran, dan Keranjang Lebaran. Keenam cerita tersebut terdapat dalam kumpulan cerpen Mangan Ora Mangan Kumpul. Cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics ini adalah cerpen yang akan dikaji dalam penelitian ini. Berikut alasan cerpen ini dipilih sebagai objek penelitian. Pertama, cerpen ini merupakan salah satu cerpen yang berbeda dengan cerpen-cerpen bertemakan lebaran karya Umar Kayam lainnya. Cerpen ini memiliki gaya cerita yang murni berupa pemikiran pengarang secara apa adanya dan tanpa dibuat-buat sehingga alur ceritanya padat dan permasalahan yang ada kompleks. Permasalahan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari segi budaya, sosial, dan ekonomi, sedangkan hampir seluruh cerpen yang bertemakan Lebaran lainnya hanya menceritakan suatu peristiwa lebaran dari aspek budayanya saja.

4 4 Kedua, cerpen ini berkisah mengenai suatu persoalan yang berhubungan dengan batin tokoh khususnya pada tokoh wong cilik dalam mencari hakikat kehidupannya. Oleh karena itu, cerpen ini mengajak pembacanya untuk merefleksikan bagaimana keadaan wong cilik pada umumnya. Ketiga, dalam cerpen ini ditemukan pandangan dunia pengarang. Pandangan dunia pengarang tersebut adalah sosialisme. Hal tersebut membuat karya sastra, khususnya cerpen karya Umar Kayam dengan karya sastra karya pengarang lainnya berbeda. Oleh karena itu, cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics ini perlu dikaji untuk dapat diketahui lebih jauh pandangan dunia pengarang. Keempat, dalam cerpen ini terdapat subjek kolektif. Subjek kolektif yang ada dalam cerpen ini, ialah masyarakat kelas elite dan masyarakat kelas bawah, priayi sebagai subjek kolektif, dan masyarakat pada masa rezim Orde Baru. Kelima, cerpen ini diduga diciptakan oleh Umar Kayam sebagai kritik sosial pada masa rezim Orde Baru. Kritik sosial tersebut menggambarkan bagaimana kondisi kehidupan dan masalah yang dihadapi wong cilik dalam menghadapi hari raya Lebaran khususnya mudik lebaran. Dari sudut pandang Umar Kayam, Lebaran pada masa rezim Orde Baru hanya menimbulkan persoalan saja dan membuat hati sedih saja khususnya bagi wong cilik. Oleh karena itu, tampak bahwa gagasan utama pengarang adalah persoalan yang dihadapi oleh wong cilik dalam melaksanakan mudik lebaran. Dari penjelasan di atas, terlebih dahulu cerpen tersebut ditelaah melalui fakta kemanusiaan. Fakta kemanusiaan adalah hal yang sangat penting dalam cerpen

5 5 tersebut. Hal tersebut disebabkan karya sastra berfungsi untuk menginventarisasikan sejumlah kejadian (Ratna, 2003:35). Fakta kemanusiaan muncul melalui pemikiran, ucapan, dan tingkah laku lewat karakter para tokoh. Setiap tokoh berperilaku dan bertindak-tutur sesuai dengan perannya dan saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi-interaksi tersebut membentuk fakta kemanusiaan untuk menandakan kepentingan-kepentingan tertentu sebagaimana hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Kemudian, langkah selanjutnya dilakukan kajian sosiologi sastra dengan mempertimbangkan struktur sosial. Menurut Ratna (2003:27), sosiologi sastra menjelaskan eksistensi karya sastra bukan semata-mata gejala individual, melainkan juga gejala sosial. Hal tersebut artinya bahwa kehidupan sosial latar belakang pengarang sangat berpengaruh dalam karya sastra. Selain itu, pandangan dunia dalam cerpen ini sangatlah penting untuk diteliti. Hal tersebut dikatakan demikian karena menurut Goldmann (Faruk, 2012:65), pandangan dunia merupakan gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota kelompok sosial tertentu. Dalam hal ini, pandangan dunia merupakan hasil dari situasi sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif. Subjek kolektif adalah subjek fakta sosial. Goldmann menyebutkan bahwa yang dapat menciptakan fakta sosial adalah subjek transindividual, yaitu subjek yang bukan merupakan kumpulan-kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan kolektivitas (Faruk, 2012:63).

6 6 Dengan demikian, dalam penelitian ini, cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics dianggap sebagai karya yang dapat menunjukkan keterkaitan berupa fakta kemanusiaan, pandangan dunia pengarang, dan subjek kolektif. Oleh sebab itu, teori strukturalisme genetik Lucien Goldmann tepat untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. Pertama, fakta kemanusiaan dalam cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics. Kedua, pandangan dunia pengarang dalam cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics. Ketiga, subjek kolektif dalam cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan pokok, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis dari penelitian ini adalah menguraikan fakta kemanusiaan dalam cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics, mengungkapkan pandangan dunia pengarang yang ada dalam cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam, dan mendeskripsikan subjek kolektif yang ada dalam cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam.

7 7 Adapun tujuan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, meningkatkan pengetahuan para peminat dan penikmat cerpen dari sudut pandang teori strukturalisme genetik Lucien Goldmann. Kedua, membuka wacana pembaca mengenai fakta kemanusiaan yang terdapat dalam cerpen. Ketiga, memberikan persepsi yang lebih luas kepada pembaca mengenai pandangan dunia pengarang yang terdapat dalam cerpen. Keempat, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tentang deskripsi subjek kolektif yang hadir melalui karya sastra. Kelima, menambah apresiasi pembaca terhadap karya sastra khususnya cerpen Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap karya sastra dengan menggunakan analisis strukturalisme genetik sudah cukup banyak dilakukan. Berbagai objek pernah diteliti dengan menggunakan analisis strukturalisme genetik. Beberapa diantaranya ialah teks drama, cerpen, dan novel. Berikut adalah penelitian yang pengaplikasiannya menggunakan analisis strukturalisme genetik. Skripsi yang ditulis Catur Widiatmoko (2004) berjudul Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Strukturalisme Genetik. Berikut ini adalah analisis data yang dilakukan. Pertama, struktur teks dalam novel BM. Kedua, hubungan makna unsur struktur BM dengan struktur sosial historis pada waktu karya tersebut diciptakan. Ketiga, pandangan dunia Pram dalam teks BM yang mendasari lahirnya karya BM. Simpulan pada penelitian ini adalah melalui novel ini, Pram ingin menunjukkan bahwa kolonialisme akan membawa pada

8 8 kehidupan yang menderita dan tertindas. Pram sebagai warga negara yang baik berusaha untuk memberikan pembelajaran melalui novel BM tentang kejamnya bentuk-bentuk penindasan. Ia ingin menunjukkan bahwa bangsa ini punya sikap dan anti pada kolonialisme. Hal tersebut tercermin pada karakter tokoh-tokoh yang ia ciptakan. Skripsi yang ditulis oleh Galih Hapsari (2008) berjudul Etika Profetik dalam Novel Khotbah di Atas Bukit Karya Kuntowijoyo: Analisis Strukturalisme Genetik. Berikut ini adalah analisis data yang dilakukan. Pertama, mengenai pandangan dunia pengarang dan keadaan sosial historis yang melatarbelakangi lahirnya pandangan dunia pengarang. Kedua, koherensi struktural novel Khotbah di Atas Bukit. Ketiga, hubungan struktur novel Khotbah di Atas Bukit dengan pandangan dunia pengarang. Simpulan pada penelitian ini, pandangan dunia pengarang adalah profetik dan subjek kolektif Kuntowijoyo adalah cendekiawan muslim. Pandangan dunia profetik muncul disebabkan oleh keadaan sosiohistoris yang terjadi pada masa itu, yaitu sikap pemerintahan Orde Baru yang kompromistis terhadap masuknya modernisasi dengan segala dampak pada tahun 1970-an sehingga memunculkan perlawanan secara kultural dari para cendekiawan muslim dalam karya-karyanya Skripsi yang ditulis oleh Yunita Dwi Nugraheni (2010) berjudul Djalan Mutiara Karya Sitor Situmorang: Analisis Strukturalisme Genetik. Penelitian ini menganalisis hubungan antartokoh dan hubungan antara tokoh dengan objek dalam drama Djalan Mutiara, pandangan dunia pengarang dan keadaan sosial historis yang melatarbelakangi lahirnya drama Djalan Mutiara, hubungan antara struktur drama

9 9 Djalan Mutiara dengan struktur sosial historis ketika karya tersebut diciptakan. Simpulan pada penelitian ini, terdapat homologi antara drama Djalan Mutiara dengan kondisi sosiohistoris pada masa penciptaannya, pandangan dunia yang dibawa oleh Sitor Situmorang dan kelompok sosialnya dalam drama Djalan Mutiara adalah humanisme univeral, dan subjek kolektif sebagai pemilik pandangan dunia pengarang adalah sastrawan Angkatan 45. Berdasarkan data di atas, penelitian dengan strukturalisme genetik sudah pernah dilakukan. Namun, mayoritas penelitian yang ada, belum ada yang menganalisis strukturalisme genetik dari segi subjek kolektif dan fakta kemanusiaan. Adapun penelitian sebelumnya terhadap karya sastra berupa prosa karya Umar Kayam yang telah digunakan sebagai objek penelitian, yaitu novelet dan cerpen. Skripsi yang ditulis oleh Anas Abdul Ghofur (2004) berjudul Novelet Bawuk karya Umar Kayam: Analisis Stantonian. Penelitian tersebut menganalisis kesatuan organik yang meliputi setiap bagian cerita, yang terdiri atas setiap peristiwa, pola, subtokoh, subkonflik dan subtema, dan menjelaskan tiga unsur sentral dalam cerita, yaitu tokoh sentral, konflik sentral, dan tema sentral yang membangun kesatuan organik sehingga dapat diketahui apakah masing-masing unsur saling terkait untuk membangun kesatuan organik. Simpulan penelitian ini adalah fakta cerita dan sarana sastra saling mendukung dan mengarah pada makna atau tema yang sama. Oleh karena itu, setiap unsur dalam novelet Bawuk memiliki hubungan satuan dengan yang lainnya sehingga tercipta kesatuan organik.

10 10 Jurnal yang ditulis oleh Ekarini Saraswati (2009), Universitas Muhammadiyah Malang berjudul Telaah Makna Kumpulan Cerpen Parta Krama karya Umar Kayam: Sebuah Analisis Semiotis. Pertama, penelitian tersebut menganalisis makna cerita yang dimunculkan lewat struktur kumpulan cerpen Parta Krama karya Umar Kayam. Kedua, menganalisis makna yang muncul dalam cerpen Parta Krama karya Umar kayam. Simpulan dari jurnal tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, struktur ceritanya dirangkai dalam peristiwa yang tidak terlalu rumit. Kedua, lingkungan sosial tokoh yang ada dalam kumpulan cerpen tersebut adalah kalangan ekonomi kelas bawah, menengah, dan atas. Ketiga, makna yang terkandung dalam kumpulan cerpen tersebut adalah makna kerinduan akan kampung halaman, yaitu kehangatan, kemanusiaan, dan makna istitusi modern. Skripsi yang ditulis oleh Chrysnha Pradipha (2014), Universitas Sebelas Maret Surakarta berjudul Gambaran Budaya Timur-Barat dalam Cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan Karya Umar Kayam: Tinjauan Sosiologi Sastra. Penelitian tersebut menganalisis gambaran sosial budaya Timur-Barat dalam cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, pro-kontra interaksi sosial budaya Timur- Barat dalam cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, dan pandangan Umar Kayam terhadap budaya Timur-Barat dalam cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan. Simpulan penelitian ini adalah cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan merupakan cerpen yang kental akan unsur budayanya. Dalam cerpen tersebut terdapat dua budaya yang menjadi latar peristiwa, yaitu budaya Barat dan Timur. Dalam penceritaan cerpen tersebut dapat dilihat gambaran budaya Barat dari

11 11 nilai-nilai tradisional melalui tokoh Jane, sedangkan gambaran budaya Timur dapat dilihat dari tokoh Marno. Perbedaan beberapa penelitian di atas dengan penelitian ini terletak pada objek formal yang digunakan. Cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam ini dipilih karena di dalam cerpen tersebut terdapat fakta kemanusiaan, pandangan dunia pengarang, dan subjek kolektif. Selain itu, belum ada cerpen karya Umar Kayam yang dikaji menggunakan analisis strukturalisme genetik Lucien Goldmann. 1.5 Landasan Teori Pendekatan struktural adalah suatu pendekatan yang menitikberatkan karya sastra sebagai suatu struktur yang otonom, yang kurang lebih terlepas dari hal-hal yang berada diluar karya sastra (Teeuw, 1984:36). Oleh karena itu, strukturalisme genetik memasukkan faktor genetik dalam karya sastra, genetik sastra artinya asalusul karya sastra. Adapun faktor yang terkait dalam asal muasal karya sastra adalah pengarang dan kenyataan sejarah yang turut mengondisikan saat karya sastra itu diciptakan. Kemunculan teori strukturalisme genetik disebabkan adanya ketidakpuasan terhadap pendekatan strukturalisme yang kajiannya hanya menitikberatkan pada unsur-unsur instrinsik tanpa memperhatikan unsur-unsur ekstrinsik karya sastra. Karya sastra dianggap lepas dari konteks sosialnya. Dari sudut pandang sosiologi sastra, strukturalisme genetik memiliki arti penting karena menempatkan karya sastra

12 12 sebagai data dasar penelitian, memandangnya sebagai suatu sistem makna yang berlapis-lapis yang merupakan suatu totalitas yang tidak dapat dipisah-pisahkan (Damono, 1984:39). Karya sastra tidak lepas dari pengaruh sosialnya. Latar belakang pengarang dipengaruhi oleh keadaan masyarakatnya, yaitu struktur sosialnya. Goldmann mengemukakan bahwa struktur kemaknaan itu mewakili pandangan dunia pengarang, tidak sebagai individu, tetapi sebagai wakil golongan masyarakatnya. Karya sastra dianggap sebagai fakta sosial dan subjek transindividual karena merupakan hasil aktivitas yang objeknya merupakan alam semesta dan kelompok manusia (Goldmann, 1981:97). Berikut ini adalah konsep strukturalisme genetik yang meliputi struktur karya sastra, fakta kemanusiaan, pandangan dunia, dan subjek kolektif. a. Struktur Karya Sastra Struktur karya sastra merupakan hal yang penting. Di dalam esainya yang berjudul The Epistemology of Sociology (Goldmann, 1981: 55-74) mengemukakan dua pendapat mengenai karya sastra pada umumnya. Pertama, karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner. Kedua, dalam usahanya mengekspresikan pandangan dunia, pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi-relasi secara imajiner. Dari dua pendapatnya, Goldmann mempunyai konsep struktur yang bersifat tematik, yang memusatkan perhatian pada relasi antara tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya.

13 13 b. Fakta Kemanusiaan Fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia yang verbal maupun yang fisik dan berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta kemanusiaan pada hakikatnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu fakta individual dan fakta sosial. Fakta individual merupakan hasil dari perilaku libidinal seperti mimpi dan tingkah laku orang gila, sedangkan fakta sosial mempunyai dampak dalam hubungan sosial, ekonomi, maupun politik. Oleh karena itu, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan struktur dan artinya (Faruk, 2012:57). Fakta kemanusiaan menurut Goldmann (1981:40) merupakan suatu struktur yang berarti. Fakta-fakta kemanusiaan mempunyai struktur dan arti tertentu. Oleh karena itu, pemahamannya harus mempertimbangkan struktur dan artinya. Faktafakta kemanusiaan mempunyai arti karena merupakan respon-respon dari subyek kolektif atau individual, pembangun suatu percobaan untuk memodifikasi situasi yang ada agar cocok bagi aspirasi-aspirasi subyek itu. Dengan kata lain, fakta-fakta merupakan hasil usaha manusia mencapai keseimbangan yang lebih baik dengan dunia sekitarnya (Goldmann, 1981:40). c. Pandangan Dunia Pandangan dunia adalah sebuah pandangan dengan koherensi menyeluruh, merupakan perspektif yang koheren dan terpadu mengenai manusia, hubungan manusia, dan alam secara keseluruhan (Faruk, 2012:70 71). Pandangan dunia tidak lahir dengan tiba-tiba, melainkan melalui proses panjang. Hal tersebut disebabkan

14 14 yang mungkin tidak setiap orang dapat memahami. Dalam hal ini adalah kesadaran yang mungkin dibedakan dari kesadaran nyata (Goldmann, 1981:64 68) sehingga dalam strukturalisme genetik pandangan dunia merupakan mediasi yang menghubungkan antara sastra dengan masyarakat. Menurut Goldmann (1977:157) pengarang merupakan individu berbicara selaku wakil atau juru bicara kelompok sosial yang ditentukan oleh situasi sosial. Dalam hal tersebut, struktur karya sastra mewakili pandangan dunia pengarang, bukan sebagai individu melainkan sebagai wakil golongan masyarakat. Goldmann (1977:17) mengatakan pula bahwa karya sastra sebagai struktur bermakna itu mewakili pandangan dunia penulisnya. Penulis dalam hal ini bukan sebagai individu, melainkan sebagai golongan masyarakatnya. Hubungan antara struktur sastra dan masyarakat dimediasi melalui pandangan dunia atau ideologi yang diekspresikannya. d. Subjek Kolektif Fakta kemanusiaan tidak lahir secara sendirinya melainkan sebagai produk dari hasil aktivitas manusia sebagai subjeknya. Subjek fakta kemanusiaan dibagi menjadi dua macam, yaitu subjek individual dan subjek kolektif. Subjek individual merupakan subjek fakta individual (libidinal), sedangkan subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial (historis). Kegiatan-kegiatan sosial seperti revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural besar merupakan fakta sosial (historis) (Goldmann, 1977: 157). Goldmann menyebutkan bahwa yang dapat menciptakan fakta sosial adalah subjek transindividual, yaitu subjek yang mengatasi individu, yang di dalamnya

15 15 individu hanya merupakan bagian. Subjek transindividual bukanlah kumpulankumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan, satu kolektivitas (Faruk, 2012:63). Subjek yang demikianlah yang menjadi subjek karya sastra yang besar sebab karya sastra semacam itu merupakan hasil aktivitas yang objeknya sekaligus alam semesta dan kelompok manusia (Goldmann, 1981:97). 1.6 Metode Penelitian Bogdan dan Taylor (Moloeng, 2001:3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan metode deskriptif, seorang peneliti sastra dituntut mengungkap fakta-fakta yang tampak atau data dengan cara memberi deskripsi (Siswantoro, 2010:57). Metode tersebut memberikan pemahaman dan penjelasan terkait rumusan masalah yang sudah diungkapkan, yaitu tentang pandangan dunia pengarang, fakta kemanusiaan, dan subjek kolektif dalam cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics. Data dalam penelitian ini berupa teks yang terdapat dalam cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam sebagai objek materialnya dan teori strukturalisme genetik sebagai objek formalnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dialektik yang mengembangkan dua konsep, yaitu keseluruhan-bagian dan pemahaman penjelasan (Faruk, 2012:77). Penjelasan di atas artinya bahwa pemahaman adalah

16 16 usaha untuk mengerti identitas bagian, sedangkan penjelasan adalah usaha untuk mengerti makna dengan menempatkannya dalam keseluruhan yang lebih besar. Metode dialektik bermula dan berakhir pada teks sastra, tetapi juga memperhatikan koherensi struktural. Hal tersebut disebabkan metode dialektik memiliki prinsip dasar, yaitu pengetahuan mengenai fakta-fakta kemanusiaan yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan mengintegrasikannya ke dalam keseluruhan (Goldmann, 1977:7). Langkah selanjutnya yang dilakukan untuk melakukan penelitian pada cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam dengan teori strukturalismegenetik Lucien Goldmann adalah sebagai berikut. 1. Menentukan objek penelitian berupa cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam sebagai objek material dan teori strukturalisme genetik sebagai objek formalnya. 2. Menentukan masalah pokok penelitian, yaitu fakta kemanusiaan, pandangan dunia, dan subjek kolektif cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam. 3. Melakukan pembacaan secara berulang-ulang terhadap cerpen supaya mendapatkan data yang diperlukan dan pemahaman secara mendalam. 4. Melakukan studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian. 5. Menganalisis fakta kemanusiaan pada cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam.

17 17 6. Menganalisis pandangan dunia cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam. 7. Menganalisis subjek kolektif pada cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umat Kayam. 8. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian. 1.7 Sistematika Laporan Penelitian Penulisan laporan penelitian ini disajikan dalam lima bab. Berikut pembagian masing-masing bab. Bab pertama merupakan pendahuluan, terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian. Bab kedua, menganalisis fakta kemanusiaaan cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam, terdiri dari fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas sosial, fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas ekonomi, dan fakta kemanusiaan tokoh dalam aktivitas budaya. Bab ketiga, menganalisis pandangan dunia dalam cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam, terdiri atas riwayat hidup Umar Kayam yang meliputi Umar Kayam sebagai sastrawan; Umar Kayam sebagai budayawan; dan Umar Kayam di bidang teater, kepribadian Umar Kayam, pemikiran Umar Kayam tentang masalah sosial tenaga kerja Indonesia, lebaran sebagai pandangan dunia

18 18 pengarang yang terdiri atas kritik sosial; tradisi lebaran, dan Umar Kayam dan kepengarangan cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics. Bab keempat, menganalisis subjek kolektif cerpen Mudik Lebaran dan Rigenomics karya Umar Kayam, terdiri atas masyarakat elite dan masyarakat kelas bawah, struktur sosial Mudik Lebaran dan Rigenomics yang terdiri atas priayi sebagai subjek kolektif dan kondisi sosial historis pada zamannya yang terdiri dari rezim Orde Baru dan modernisasi. Bab kelima, kesimpulan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan temuan penulis, teori struktural genetik ini, sudah digunakan oleh beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi penelitian, maka harus memiliki konsep-konsep yang jelas.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara ekonomis. Sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara ekonomis. Sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Sastra dapat ditempatkan sebagai salah satu superstruktur yang menjadi kekuatan reproduktif dari struktur sosial yang berdasarkan pembagian dan relasi sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai monolog Marsinah Menggugat sudah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu. Penelitian terdahulu

Lebih terperinci

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA KARYA UMAR KAYAM SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA Sun Suntini Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah suatu tulisan yang memiliki keindahan yang luar biasa karena menggambarkan tentang kehidupan. Seseorang yang berjiwa sastra akan menghasilkan suatu karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyair berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1974, ia mengajar di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. penyair berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1974, ia mengajar di Fakultas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 Maret 1940, adalah seorang penyair berkebangsaan Indonesia. Sejak tahun 1974, ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah produk kebudayaan (karya seni) yang lahir di tengah-tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah produk kebudayaan (karya seni) yang lahir di tengah-tengah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah produk kebudayaan (karya seni) yang lahir di tengah-tengah masyarakat dan pengarang sebagai pencipta karya sastra merupakan bagian dari masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan, istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti tulisan-tulisan utama.

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan, istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti tulisan-tulisan utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan salah satu objek kajian yang selalu menarik untuk diteliti karena karya sastra mengisyaratkan gambaran hidup dan kehidupan manusia yang luas dan kompleks.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika keindahan, dalam karya sastra itu sendiri banyak mengankat atau menceritakan suatu realitas yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cerita bersambung ialah cerita rekaan yang dimuat secara berurutan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Cerita bersambung ialah cerita rekaan yang dimuat secara berurutan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita bersambung ialah cerita rekaan yang dimuat secara berurutan dalam sebuah media baik surat kabar atau majalah. Cerita bersambung memuat banyak tegangan dan intrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan pencerminan masyarakat, melalui karya sastra, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diteliti dengan berbagai pendekatan. Hal tersebut dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. banyak diteliti dengan berbagai pendekatan. Hal tersebut dilakukan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya imajinatif yang merefleksikan berbagai aspek kehidupan. Karya sastra sebagai salah satu objek kajian ilmiah telah banyak diteliti dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus Universitas Negeri Gorontalo, khususnya pada Jurusan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penulis melakukan telaah kepustakaan yang berhubungan dengan PDH dengan menelusuri penelitian sebelumnya. Telaah pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil perpaduan estetis antara keadaan lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya kreativitas yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya terbatas pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra, dalam hal ini novel, ditulis berdasarkan kekayaan pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Teeuw (1981:

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 2.1.1 Sastra Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, kreasi bukan sebuah imitasi.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia dan segala macam kehidupannya. Di samping berfungsi sebagai media untuk menampung teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977:

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan ciptaan sosial yang memunculkan sebuah gambaran (cermin) kehidupan. Kehidupan itu merupakan suatu kenyataan sosial yang mencakup hubungan antarmasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia) menyatakan dalam Artikel Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan ekspresi yang kreatif dari sebuah ide, pikiran, atau perasaan yang telah dialami oleh seseorang dan diungkapkan melalui bahasa. Sastra adalah bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan menggunakan bahasa yang indah sebagai sarana pengucapannya dan dapat berguna bagi manusia, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang bersifat estetik (dalam arti seni), hasilnya

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas sosial. Dalam pengertian ini, keterlibatan pengarang dalam menciptakan karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Kajian pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan novel PJ karya Okky Madasari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang menceritakan tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dan merupakan hasil kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini 1 Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan, kelahirannya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil karya seseorang baik lisan maupun tulisan jika mengandung unsur estetik maka akan banyak disukai oleh semua kalangan. Di era globalisasi seperti saat ini, banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan menganalisis

Lebih terperinci