BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 41 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN Batik Danar Hadi yang kita kenal hingga saat ini mulai dibuat pada akhir tahun 1967 pada masa batik Indonesia dan berkembang di lingkungan masyarakat saudagaran (Santosa Doellah, 2002: 230). Batik Danar Hadi berawal dari kota Solo ketika pasangan H. Santosa Doellah dan Hj. Danarsih Santosa memutuskan untuk mendirikan usaha batik pada tahun 1967 yang kini kediaman mereka beralamatkan di Jl. Radjiman No. 164, Surakarta. Nama Danar Hadi sendiri diambil dari gabungan nama Ibu Hj. Danarsih dengan nama orang tuanya Bapak H. Hadipriyono, karena perusahaan ini dipersembahkan oleh Bapak H. Santosa Doellah untuk istrinya Ibu Hj. Danarsih. 1 H. Santosa Doellah adalah keturunan dari pengusaha batik. Dalam hal ini ia mengikuti jejak ayahnya Alm. H. Bakri yang telah berpengaruh dalam Serekat Dagang Islam (Asosiasi Perdagangan Muslim) pada tahun 1912 bersama dengan nasionalis legendaris H. Samanhudi, seorang pengusaha batik di Laweyan yang aktif di zaman pergerakan kemerdekaan nasional. Di awal tahun 1970, Ibu Hj. Danarsih menawarkan kain batik kepada teman-temannya saat ada acara atau mendatanginya dari rumah ke rumah, karena menurut beliau teman adalah bagian penting dari jaringan yang nantinya akan menyebar dari mulut ke mulut. Memadukan keuletan, keahlian, pengalaman dan jiwa wiraswasta serta keterbukaan menerima perkembangan mode dan cita rasa, Batik Danar Hadi berkembang dari sekedar usaha wiraswasta menjadi aset nasional yang kini 1 Wawancara dengan Ibu Asti, staf Museum Batik Danarhadi, Surakarta (27/10/14) 41

2 42 melayani konsumen batik menengah ke atas, baik konsumen domestik maupun luar negeri. Sejak 1975, Batik Danar Hadi telah melebarkan sayap usahanya ke Ibukota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di seluruh pelosok Indonesia dengam membuka rumah-rumah batik serta outlet lainnya. Sedangkan untuk pabrik produksi Batik Danar Hadi awalnya berada di Wuryoningratan yang ada di jalan Slamet Riyadi di belakang museum batik tapi sejak tahun 2014 pindah di daerah pabelan yang masih satu lokasi dengan SPBU serta masjid Baidullah milik Bapak H. Santosa Doellah. Selain itu ekspansi usaha dilakukan antara lain di tahun 1981 membuka pabrik pertenunan kain dan finishing yang diberi nama Kusuma Hadi, jadi bahan baku kain untuk pembatikan diproduksi sendiri kecuali kain-kain tenun yang berasal dari daerah-daerah tertentu tetap di datangkan langsung dari daerah asalnya dan pada tahun 1990 mendirikan pabrik pemintalan benang. Di belakang showroom Batik Danar Hadi yang berada di jalan Slamet Riyadi, terdapat museum batik dengan potong kain batik langka dari zaman Belanda. Di museun ini juga menampilkan bahan baku pembuatan malam/lilin batik, bahan baku kain yang akan di batik, berbagai macam canting dan peralatan membatik lainnya. Museum ini awalnya adalah arsitektur cagar budaya yang berharga yakni ndalem Wuryaningratan yang didirikan pada tahun 1890, kediaman dari KPH. Wuryaningratan, cucu dari Pakubuwono IX, karena sudah lama tidak terpakai dan kondisinya yang tidak terawat oleh H. Santosa Doellah lalu direnovasi menjadi sebuah bangunan yang megah dan dapat dinikmati kembali oleh masyarakat dengan menghadirkan berbagai macam

3 43 koleksi kain batik langka dari berbagai daerah. Di lingkungan museum ini juga didirikan restoran yang bernama SOGA Restaurant & Lounge dengan arsitektur kolonial perpaduan Belanda dan Jawa. Berbagai macam masakan khas Solo ditawarkan disini dengan pertunjukkan piano yang menciptakan suasana klasik ala tempo dulu. Untuk kenyamanan tambahan, pengunjung juga dapat menikmati Wi- Fi dan Televisi dengan channel lokal dan internasional. Visi yang ingin dicapai oleh Danar Hadi adalah pada masa millenium mendatang Batik Danar Hadi akan berusaha lebih keras untuk menembus pasar mancanegara dengan menjalin kerja sama dengan mitra-mitra usaha batik di Asia Tenggara.Dalam rangka mencapai visi beberapa hal yang akan dilakukan oleh Batik Danar Hadi yaitu sebagai berikut, berpegang teguh pada filosofi perusahaan yang mengakar kuat pada seni tradisional yang diusungnya.menembus pasar Internasional yang belum sepenuhnya digarap. Berpijak pada idealisme mendasar untuk menyumbangkan sesuatu yang bernilai terhadap seni tradisional batik. Mempresentasikan batik ke dalam berbagai format, mulai dari kebutuhan seharihari, kebutuhan khusus hingga kebutuhan eksklusif. Batik Danar Hadi tidak hanya memproduksi kain batik lembaran saja, tapi juga memproduksi berbagai macam produk pakaian dan household berikut beberapa produk yang dihasilkan oleh Danar Hadi. Kain Jarik dan Selendang, sejak pertama didirikan Danar Hadi menjual berbagai macam kain jarik, sampai sekarangpun mereka juga masih memproduksi kain jarik bila ada pesanan. Kain jarik yang kini diproduksi diseragamkan dengan selendangnya yang terbuat dari bahan sutera.

4 44 Produk pakaian wanita yang dihasilkan Danar Hadi cukup beragam, mulai dari pakaian kasual, semi formal, formal dan busana muslim wanita. Berbagai jenis ukuran dan bahan digunakan, ada yang sesuai dengan permintaan konsumen ada pula yang sesuai dengan fungsinya. Pakaian Pria yang diproduksi oleh Danar Hadi berupa kemeja kasual maupun formal, serta ada juga pakaian couple atau sarimbitan. Berbagai jenis ukuran dan bahan digunakan, ada yang sesuai dengan permintaan konsumen ada pula yang sesuai dengan fungsinya.danar Hadi juga memproduksi pakaian anakanak batik yang motif dan warnanya disesuaikan dengan karakter anak-anak namun tidak meninggalkan nilai tradisi batik itu sendiri. Produk Household dan furniture, untuk mengembangkan produknya Danar Hadi juga memproduksi keperluan rumah tangga yaitu taplak, sarung bantal, tatakan gelas, tempat tissue dan pelapis kursi pada produk furniture. Kegiatan produksi PT Batik Danar Hadi dilakukan di dua tempat yang berbeda yakni untuk produksi kain batiknya berada di Pabelan, Kartasura sedangkan untuk produksi garmentnya berada di Griya Wuryaningratan, Surakarta. Danar Hadi mampu memproduksi kain serta pakaian batik dengan pengaturan waktu yang efisien. Dengan mesin yang canggih, proses manufaktur yang terintegrasi, visi dan misi yang membangun, staf yang berpengalaman lebih dari 30 tahun dan layanan konsumen yang responsif menjadikan Danar Hadi sebagai salah satu produsen batik terkemuka dan berkualitas, baik batik tulis, cap maupun batik kombinasi yang diproduksi ekslusif maupun massal. Untuk batik

5 45 tulis tiap pembatik mampu menyelesaikan 1 kain dalam waktu 2 minggu sampai 1,5 bulan tergantung tingkat kesulitan motifnya, sedangkan untuk batik cap per hari Danar Hadi mampu menghasilkan puluhan bahkan ratusan lembar kain batik. Proses produksi batik di Danar Hadi hampir sama dengan proses batik yang telah ada saat ini, hanya saja bahan baku serta karyawan yang digunakan adalah yang terpilih atau berkualitas tinggi. Sehingga kain produk yang dihasilkan pun juga tidak sembarangan. Berikut tahapan proses produksi batik di Danar Hadi. Tahap pertama dalam proses prouksi batik di Danar Hadi adalah persiapan bahan baku, yakni kain mori. Tahap selanjutnya yaitu mola, ialah pembuatan pola pada kain mori yang akan dibatik. Pola ini berbeda-beda tiap produknya. Ada pola jarik, selendang, sarung, kemeja, longdress dan blus. Nyorek, ialah proses pemindahan motif batik pada kain mori dengan cara ngeblat. Tahap selanjutnya adalah pembatikan, yang disebut nglowongi atau menorehkan malam/lilin pada kain mengikuti gambar motif yang sudah digambarkan pada kain. Sebelumnya malam/lilin harus dipanaskan sesuai dengan standart pembatikan, yakni tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, karena bila terlalu panas garis yang dihasilkan tidak beraturan dan terlalu besar. Sedangkan apabila malam/lilinnya terlalu dingin malam tidak akan menembus kain sehingga harus mengulang pembatikannya di bagian kain sebaliknya atau disebut dengan nerusi. Setelah nglowongi selesai langkah selanjutnya adalah memberikan isen-isen atau memberikan isian agar motif yang dihasilkan tidak terlihat kosong. Isen-isen ini dapat berupa garis, titik, dan bentuk-bentuk lain yang disebut pangot, pacar, robyong, kembang suruh, pari dan lain sebagainya. Pada tahap ini keahlian dan keluwesan pembatik sangat menentukan kain batik yang dihasilkan. Setelah

6 46 pembatik selesai nglowongi, selanjutnya adalah dicek pada tahap quality control yang pertama. Setelah lolos tahap quality control selanjutnya masuk tahap pewarnaan. Ada dua macam proses pewarnaan yakni colet dan celup, pewarnaan colet mewarna kain batim dengan melukiskan warna di kain dengan kuas yang disebut jegul. Pewarnaan celup yakni mewarna kain batik dengan cara dicelup ke bak yang berisi larutan pewarna. Proses fiksasi dilakukan untuk mengunci warna batik yang dihasilkan, dengan bahan pengunci waterglass atau sir. Selanjutnya masuk ke tahap quality control yang kedua untuk mengecek hasil warna apakah sudah rata atau belum. Setelah lolos tahap quality control selanjutnya kain batik dilorod, yakni menghilangkan seluruh malam atau lilin yang menempel dikain dengan direbus air panas. Untuk kain sutera pada tahap pelorodan dicampur dengan tepung kanji. Danar Hadi memiliki sejarah panjang dalam memproduksi batik berkualitas baik untuk semua kesempatan. Berbagai macam merek populer pun sudah diciptakan seperti Danarhadi, Danadi untuk pakaian muslim wanita, Danar by Danar Hadi dan Danar Hadi untuk anak-anak. Danarhadi mendistribusikan produk siap pakai kepada pelanggan dengan memperluas jaringan outlet-outlet yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia serta beberapa Department Store termasuk peritel asing terkenal seperti Sogo, Seibu dan Seiyu. Penelitian ini mengkaji tentang teknik dan proses produksi batik di Perusahaan Batik Danar Hadi Surakarta pada masa kini dengan pendekatan desain.desain adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk menciptakan semua hal menjadi lebih indah dan menarik dari semua benda yang dipakainya, sesuai

7 47 dengan pengamatan mereka dengan alam dan kebutuhan manusia. Dilihat dari lingkup pengerjaannya, desain akan merupakan integrasi dari kegiatan sains (metode riset, ilmu fisika, matematika, ilmu bahan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu psikologi, ilmu budaya dan seterusnya). Kemudian juga teknologi (ilmu konstruksi, teknologi produksi, teknologi mesin, teknologi material dan seterusnya) dan seni rupa (ilmu bentuk, filsafat, estetika, teknik presentasi dan seterusnya) (Agus, 1986: 136). Pembahasan subbab pertama akan membahas mengenai teknik dan proses produksi batik di PT Batik Danar Hadi pada masa kini yakni pada tahun Sub bab kedua akan membahas mengenai keterkaitan antara visual motif yang dihasilkan dengan teknik batik yang digunakan. Sub bab ketiga akan membahas tentang latar belakang penentuan/pemilihan teknik produksi batik. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 dan tahun Mengingat yang diangkat pada proyek pengkajian ini adalah teknik produksi batik di Danarhadi pada masa kini, yakni pada tahun 2014 dan tahun Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung yakni ikut serta dalam proses produksi batik di Danarhadi. Wawancara dengan beberapa karyawan dan staf Danarhadi seputar teknik dan proses produksi batik di Danarhadi. Membaca beberapa referensi buku tentang Danarhadi, tentang teknik dan proses batik dan lain sebagainya.

8 48 A. Teknik dan Proses Produksi Batik di Perusahaan Batik Danar Hadi Teknologi adalah ilmu yang mencakup ilmu konstruksi, teknologi produksi, teknologi mesin, teknologi material dan seterusnya. Pada subab ini akan membahas tentang teknik produksi batik di perusahaan batik Danar Hadi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 751) teknik adalah cara membuat sesuatu, cara melaksanakan atau mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan seni; kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri.menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 671) produksi adalah proses penciptaan atau pengeluaran hasil; proses pembuatan; hasil dari. Teknik produksi adalah cara kerja untuk menghasilkan sesuatu (produk). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 673) proses adalah urutan suatu peristiwa yang semakin lama semakin meningkat atau semakin menurun; rangkaian tindakan perbuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk. Proses adalah teknik produksi yang dapat dilakukan melalui berbagai teknik dengan memerhatikan daya produksi dan pengulangannya (Nanang, 2006: 41). Dapat diartikan bahwa proses produksi adalah tahapan atau urutan peristiwa pada pembuatan suatu produk. Proses produksi batik adalah urutan peristiwa pembuatan batik yang nantinya akan menghasilkan produk batik yang siap jual. Perkembangan zaman mempengaruhi perkembangan teknik produksi batik yang digunakan Danarhadi. Teknik batik yang digunakan pada awal berdirinya berbeda dengan zaman sekarang baik dari segi pembatikan, pewarnaan, fiksasi pewarnaan dan pelorodan. Pada tahun 1967, Danarhadi hanya memproduksi batik dengan teknik batik tulis serta masih menggunakan pewarna alam yang pada proses pengerjaannya memakan waktu sangat lama. Seiring dengan

9 49 berkembangnya pewarna sintetis, kini Danarhadi tidak lagi menggunakan pewarna alam dalam proses produksinya. Hanya bila ada pesanan khusus saja pewarna alam masih digunakan, dan itupun tidak dikerjakan di Danarhadi. 2 Yang dimaksud dengan teknik membuat batik : adalah proses-proses pekerjaan dari permulaan yaitu mori batik sampai menjadi kain batik (Sewan, 1980: 5). Dapat disimpulkan bahwa proses produksi batik termasuk dalam teknik produksi batik. Tiap teknik produksi batik terdiri dari berbagai macam proses. Mulai dari proses persiapan bahan, proses pembatikan, proses pewarnaan dan proses pelorodan.teknik batik yang diterapkan di Danar Hadi ada 3 yakni, batik tulis, batik cap dan kombinasi batik tulis dan cap. 1. Batik Tulis Batik tulis merupakan kain batik yang dibuat dengan canting sebagai alat untuk memindahkan malam/lilin batik ke kain, yang dituliskan perlahan-lahan sesuai dengan gambar motif yang sudah ada. 3 Kain batik yang dibuat secara manual atau memanfaatkan keluwesan dan keahlian tangan para pembatik wanita merupakan batik tulis. Tidak hanya keluwesan dan keahlian, para pembatik juga dituntut memiliki kreatifitas tinggi dalam memberikan isen-isen pada motif batik yang diklowongi. Teknik batik tulis ini memiliki kekhasan sendiri dalam segi bentuk dan garis yang dihasilkan, karena tiap produk batik yang dihasilkan meskipun jenis motifnya sama tapi hasil goresan malam di tiap kain akan berbeda. Waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan batik tulis ini juga cukup lama, bisa 2 sampai 3 bulan, tergantung kerumitan dari motif yang akan dibatik. 2 Wawancara dengan Bapak Sigit staf bagian warna di Danar Hadi, Sukoharjo (2014) 3 Wawancara dengan Ibu Supami pembatik di Danar Hadi, Sukoharjo (01/11/2014)

10 50 Teknik batik tulis yang digunakan di Danar Hadi ada 5 macam teknik yakni, teknik lorodan, teknik kelengan, teknik pekalongan, teknik remukan wonogiren dan teknik kombinasi. 4 a. Alat dan bahan yang digunakan untuk proses batik tulis, yaitu: 1. Kain Kain putih yang dijadikan batik mempunyai beberapa istilah atau nama khusus, yaitu disebut mori atau muslim atau cambric (Sewan, 1980:53). Bahan baku kain di PT Batik Danar Hadi diproduksi sendiri, tapi ada juga beberapa kain yang didatangkan khusus dari daerah asal pembuatannya seperti Ulos Padang, ATBM Jepara, kain tenun Harindong dan masih banyak lagi. Dilihat dari bahan dasarnya, kain mori dapat berasal dari katun, sutera asli atau sutera tiruan, mori dari katun lebih umum dipakai (Sewan, 1980:53). Pada jaman dahulu membatik hanya dilakukan di atas kain mori untuk dibuat jarik, tapi kini membatik juga dapat dilakukan pada kain sutera, kain tenun, kain polyester, rayon dan bahan lainnya. Tapi berbeda jenis kain berbeda pula kualitas batik yang dihasilkan karena berbeda tekstur, daya serapnya terhadap warna dan kelekatannya dengan malam/lilin. Kain yang digunakan di Danar Hadi adalah kain katun dan kain sutera antara lain, kain primissima, SAUP, Sateen, Santung, ATM Super, Ulos Padang, Sutera Crepe, Rubia, Tenun Dobby, Paris, Tenun Harindong, Sifon, Sutera asli, Mori biru, prima, Hapotex, ATBM Jepara, Thai Silk, Viscouse, Prima Lasem, RCK, Baron dan Prosbal. 5 4 Wawancara dengan Ibu Sri Mulyani karyawan Danar Hadi, Sukoharjo (02/11/2015) 5 Wawancara dengan Bapak Reza staf bagian gudang kain, Sukoharjo 28/10/2014)

11 51 Gambar 3 Gudang Penyimpanan Kain Foto: Lana Rahmawati, Zat Pewarna Tekstil Zat pewarna tekstil adalah zat warna tekstil yang dapat memberi warna pada batik. Dahulu sebelum Indonesia dibanjiri zat warna sintetis, orang-orang mempergunakan zat warna dari tumbuhan dan binatang. Danarhadi dahulu juga menggunakan pewarna alami, tapi karena proses pengerjaannya yang lama serta biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit maka kini Danarhadi lebih memilih menggunakan pewarna sintetis. Penggunaan pewarna alami bila ada pesanan khusus saja. Tidak semua zat warna tekstil dapat digunakan untuk batik, disebabkan antara lain, pada pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan karena batik memakai lilin batik/malam. Lilin batik pada umumnya tidak tahan terhadap alkali yang kuat. Pada pekerjaan terakhir proses pembuatan batik, ada proses pelorodan tidak semua zat warna tahan terhadap rebusan air panas (Sewan, 1980:69).

12 52 Pewarna sintetis yang digunakan di Danar Hadi antara lain naphtol, remasol dan indigosol. Zat pengunci warna yang digunakan antara lain naphtol dengan garam naphtol, remasol dengan waterglass dan indigosol dengan H2O2. 6 Tabel 1. Tabel resep warna No Warna Material Jumlah Satuan 1 Lasem (Untuk 10 potong kain) 2 Soga (Untuk 20 potong kain) 3 Abu-abu Gajah (Untuk 8 potong kain) Indigosol IRRD Brown Indigosol IRK Yellow Indigosol IBR brown Nitrit Air panas Celupan pertama: Naphtol ASG Kostik Garam naphtol Celupan kedua: Indigosol IBK Yellow Indigosol IBR yellow Nitrit Air Indigosol IBR Brown Indigosol IBL Grey Nitrit Air panas Gram Gram Gram Gram Liter Gram Gram Gram Gram Gram Gram Liter Gram Gram Gram Liter 4 Merah Bordo (Untuk 20 potong kain) 5 Lasem Coklat Buku (Untuk 12 potong kain) Celupan pertama: Naphtol AS Naphtol ASB Kostik Garam naphtol Celupan kedua: Garam R ASG Air Indigosol IRK yellow Indigosol IRRD brown Nitrit Air panas Gram Gram Gram Gram Gram Gram Liter Gram Gram Gram Liter 6 Zaitun Indigosol IBL Grey 18 Gram 6 Wawancara dengan Bapak Mulato staf bagian peracikan warna, Sukoharjo, 2014

13 53 (Untuk 7 potong kain) Indigosol IGK Yellow Nitrit Air panas 40, Gram Gram Liter 7 Hitam (Untuk 12 potong kain) 8 Soga Merah Orange (Untuk 8 potong kain) 9 Orange Soga (Untuk 12 potong kain) 10 Hijau Celok Biru (Untuk 7 potong kain) Celupan pertama: Naphtol AS Naphtol ASBO Naphtol ASG Celupan kedua: Hitam B Biru B Air Celupan pertama: Naphtol ASG Naphtol ASLB Naphtol AS Celupan kedua: Merah B Garam naphtol Air Celupan pertama: Naphtol ASLB NaphtolASOL Kostik Garam naphtol Celupan kedua: IRK Golden yellow Garam naphtol Air Indigosol hijau Indigosol 04B Blue Nitrit Air panas ,5 3, , Gram Gram Gram Gram Gram Liter Gram Gram Gram Gram Gram Liter Gram Gram Gram Gram Gram Gram Liter Gram Gram Gram Liter

14 54 3. Malam/Lilin Batik Lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut (Sewan, 1980:58). Malam terbuat dari beberapa bahan utama seperti Lilin, Gondorukem, Kote, parafin, minyak, lemak binatang, damar mata kucing dan lain sebagainya. Karena setiap produsen memiliki campuran bahan pembuat malamnya masing-masing karena campuran bahan juga berpengaruh dalam hasil batikan. Malam juga mempunyai jenis yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan bahan bakunya, antara lain : a. Malam Carikan atau putihan Malam ini biasanya digunakan untuk nglowongi, memberikan isen-isen dan cecekan. Malam ini berwarna agak kuning, mempunyai daya lekat yang sangat kuat, lentur dan tidak mudah retak. Gambar 4 Malam Carikan

15 55 b. Malam Biron Malam ini biasa digunakan sebagai penutup motif yang sudah diwarna dan ingin diwarna lain lagi, atau istilahnya mbironi. Malam ini berwarna berwarna coklat tua, lama mencair tapi mudah membeku dan mudah meleleh bila terkena panas. Gambar 5 Malam Biron c. Malam Tembokan Malam ini digunakan sebagai penutup background putih yang bidangnya sangat luas, agar warnanya tetap putih atau nanti dilorot dan dicelup warna lagi yang dikenal dengan istilah tutup kelir. Malam ini berwarna coklat tua, kental, tidak mudah retak, tudak mudah lepas dari kain dan sangat lengket.

16 56 Gambar 6 Malam Tembokan d. Malam Parafin/Remekan Malam ini digunakan untuk menimbulkan efek cetak pada kain, efek ini dihasilkan dari blokan malam pada kain yang selanjutnya diremas-remas agar retak dan pada saat dicelup warna, akan menimbulkan efek retak-retak pada kain. Malam ini berwarna putih pucat, keras dan mudah retak atau getas. Gambar 7 Malam Remekan/Parafin

17 57 e. Canting Canting merupakan alat untuk mengambil malam panas dari wajan untuk selanjutnya ditorehkan atau digambarkan pada kain mori. Untuk menciduk malam atau lilinnya terbuat dari bahan tembaga sedangkan untuk pegangannya terbuat dari kayu yang bertujuan agar tidak panas saat memegangnya. Saat hendak menorehkan malam di atas kain terlebih dahulu danting yang sudah berisi malam harus ditiup terlebih dahulu, tujuannya adalah untuk mengembalikan malam/lilin yang sudah sampai dicucuk canting agar tidak menetes, untuk menghilangkan cairan malam yang melumuri cucuk canting agar kualaitas goresannya bagus dan tidak njemblok dan untuk mengontrol cucuk canting apabila mungkin tersumbat kotoran atau tidak. Gambar 8 Canting : 1. Canting klowongan, 2. Canting carat, 3. Canting isen, 4. Canting cecekan, 5. Canting bor

18 58 Menurut fungsinya canting dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain, Canting Klowongan atau reng-rengan. Canting ini digunakan untuk nglowongi/menggambar garis luar motif atau menggambar pola dasarnya atau istilah Jawanya membuat reng-rengannya terlebih dahulu yang nantinya akan diberi isen-isen. Canting Carat, canting yang jumlah carat (cucuk) lebih dari satu. Dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung jumlah caratnya yakni canting tunggal, canting loron/ganda, canting telon/tiga cucuk, canting prapatan/empat cucuk, canting liman/lima cucuk, canting byok yang terdiri dari 7 carat atau lebih biasanya jumlah caratnya ganjil dan canting renteng/galaran. Canting ini tersusun atas bawah dengan jumlah genap dan paling banyak adalah 6.Canting Isen, canting ini digunakan untuk mengisi bidang pola atau motif dengan goresan berupa garis lurus, lengkung, silang, bunga-bunga kecil dan lain sebagainya. Yang nantinya menjadi pengisi pada motif agar tidak terlihat kosong.canting cecekan/titik, canting ini digunakan untuk membuat titik-titik pada isen-isen. Canting ini memiliki lubang yang sangat kecil dan hanya bisa digunakan untuk membuat cecekan atau titiktitik.canting Bor/Tembokan, canting ini digunakan untuk ngeblok/njemblok motif yang ingin ditutup dengan cairan malam dengan bidang yang agak besar dari garis maupun titik, contohnya adalah untuk membuat isen-isen berbentuk segitiga, setengah lingkaran dan lain sebagainya. f. Kompor dan Wajan Kompor dan wajan ini sangat kecil ukurannya, digunakan untuk melelehkan malam/lilin batik yang akan digunakan untuk membatik. Biasanya menggunakan bahan bakar minyak tanah, karena setelah dilakukan beberapa

19 59 percobaan hanya kompor minyak tanah yang memiliki panas stabil dan pas untuk melelehkan malam. Tapi kini sesuai dengan perkembangan jaman sudah digunakan juga kompor listrik mengingat sudah langkanya minyak tanah. g. Gawangan Gawangan digunakan sebagai tempat untuk menyampirkan kain. Gawangan atau yang disebut juga dengan sampiran terbuat dari kayu atau bambu. Fungsinya adalah untuk menggantungkan kain mori yang akan dibatik, gawangan ini biasanya terbuat dari bahan ringan yang mudah dipindahpindahkan. Gambar 9 Kompor dan Wajan

20 60 Gambar 10 Gawangan h. Dingklik Dingklik atau bangku adalah tempat duduk yang digunakan untuk pembatik. Tingginya disesuaikan dengan tinggi orang yang membatik. Bangku ini biasanya terbuat dari kayu atau rotan. Gambar 11 Dingklik

21 61 i. Taplak atau Alas Taplak biasanya dibuat dari kain bekas atau kain yang tidak terpakai, fungsinya adalah untuk menutupi paha atau celaan para pembatik dari tetesan malam batik yang menetes saat proses pembatikan. Gambar 12 Taplak atau Alas b. Proses produksi batik tulis : 1. Teknik Batik Tulis Lorodan Teknik Lorodan, cara ini hampir sama dengan cara kerokan, dimana menghilangkan sebagian lilin pada tengah-tengah proses dikerjakan dengan cara nglorod (Sewan, 1980: 16).Cara ini menghasilkan efek yang berbeda dengan teknik kerokan, batik yang dibuat dengan cara ini batas antara warna putih dan soga akan tegas, begitu pula batas antara warna dasar dan gambar sebagian besar merupakan batas yang tegas. Cara ini lebih cocok untuk lukisan atau corak yang banyak menggunakan isen garis-garis kecil dan cecek.

22 62 Proses teknik batik lorodan di Danar Hadi: a) Kain mori di pola sesuai dengan fungsi batik. Pemolaan adalah menggambarkan pola yang akan dibuat menjadi kain batik ada pola jarik, pola sarung, pola longdress, pola kemeja, pola blus dan pola selendang. Gambar 13 Proses Pemolaan Kain b) Proses pemindahan motif batik ke kain atau nyorek. Nyorek, adalah proses pemindahan motif batik dari kertas ke kain dengan cara ngeblat Gambar 14 Proses Nyorek c) Kain mori dibatik atau nglowongi, proses ini adalah pelekatan lilin batik ke kain yang merupakan kerangka motif batik. Nglowongi ini ada dua tahap yang pertama disebut ngengrengan yakni nglowongi pada bagian

23 63 muka kain, tahap kedua disebut nerusi yakni nglowongi pada bagian belakang kain yang malam/lilinnya tidak tembus Gambar 15 Proses Nglowongi d) Proses quality control. Setelah selesai diklowongi, selanjutnya kain dicek hasil pemalamannya apakah sudah rapi atau belum pada tahap quality control. Pada tahap ini bila ada hasil batikan yang kurang rapi atau isenisennya belum lengkap maka dikembalikan ke pembatik yang mengerjakan Gambar 16 Proses Quality Control Pemalaman

24 64 e) Proses pewarnaan kain batik. Kain yang sudah dibatik lalu diwarna dengan proses pewarnaan colet, yakni dengan menyoletkan atau melukiskan warna ke kain dengan alat yang disebut jegul 7 Gambar 17 Proses Pewarnaan Colet f) Proses Quality Control tahap kedua yakni untuk mengecek hasil pewarnaan apakah sudah rata atau belum dan apakah intensitas warnanya sudah sesuai dengan pesanan Gambar 18 Proses Quality Control Pewarnaan 7 Jegul adalah alat yang terbuat dari batang kayu kelapa atau sejenisnya yang kadang pada bagian ujungnya diberi spons sebagai alat untuk melukis warna dikain batik

25 65 i) Proses fiksasi, yakni proses penguncian warna dengan bahan pengunci waterglass agar warna yang dihasilkan tidak mudah luntur Gambar 19 Proses Fiksasi j) Proses nglorod. Nglorod adalah perebusan kain pada air mendidih untuk menghilangkan seluruh lilin yang menempel dikain batik. Gambar 20 Proses Nglorod tahap 1 k) Proses mbironi. Mbironi 8 adalah menutup bagian motif yang dikehendaki tetap berwarna dan tetap putih 8 Mbironi pada zaman dahulu adalah proses pembatikan yang berfungsi untuk menutup warna biru, tapi sekarang bukan hanya warna biru yang ditutup malam, bisa warna-warna lain ataupun untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna putih.

26 66 Gambar 21 Proses Mbironi l) Proses pewarnaan soga atau nyoga. Nyoga adalah memberi warna coklat pada kain batik. Untuk kain sogan Yogya dan Solo nyoga adalah sebagai pewarnaan terakhir (Sewan, 1980: 9). Gambar 22 Proses Nyoga m) Proses fiksasi tahap kedua, karena bahan pewarna yang digunakan adalah indigosol maka bahan penguncinya menggunakan H2O2 yang direndam selama kurang lebih 10 menit

27 67 Gambar 23 Proses Fiksasi Tahap 2 n) Proses perendaman larutan soda abu. Setelah kain direndam di bak fiksasi, maka selanjutnya kain direndam larutan soda abu kurang lebih menit. Ini bertujuan agar nantinya kain batik yang dihasilkan tidak mudah sobek dan untuk menetralisir kain setelah direndam air keras, agar kain lemas dan tidak getas Gambar 24 Proses Perendaman Larutan Soda Abu o) Proses nglorod tahap kedua untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain, untuk pelorodan pada kain sutera ditambahkan kanji

28 68 pada saat nglorod ini bertujuan untuk menjaga kain sutera agar tidak modah robek Gambar 25 Proses nglorod tahap 2 p) Proses penjemuran kain dilakukan ditempat yang teduh, tidak boleh terkena sinar matahari langsung, karena ini akan membuat warna kain menjadi tidak tajam Gambar 26 Proses Penjemuran Kain q) Proses Seleksi atau pelipatan kain batik. Setelah kain kering masuk pada tahap seleksi dan pelipatan, ini bertujuan untuk memilah-milah kain sesuai dengan tema dan fungsinya

29 69 Gambar 27 Proses Seleksi dan Pelipatan Kain 2. Teknik Batik Tulis Kelengan Teknik Kelengan, cara ini merupakan cara pewarnaan batik yang hanya dengan satu warna yang zaman dulu berwarna biru tua. Sebagai variasi dan perkembangan dari batik kelengan ini, pada suatu saat (sekitar 1964) terkenal lah apa yang disebut batik ganefo yaitu suatu tipe batik semacam batik kelengan tetapi tidak berwarna biru tua melainkan warnawarna tajam seperti merah, hijau, violet, oranye dan sebagainya (Sewan, 1980: 13). Proses produksi batik teknik kelengan di Danar Hadi: a) Kain mori dipola dan dicorek seperti pada tahapan di atas b) Kain mori kemudian dibatik atau nglowongi seperti pada tahapan di atas c) Proses quality control tahap 1 untuk mengecek hasil pembatikan d) Proses pewarnaan kain dengan teknik pewarnaan celup e) Proses fiksasi kain direndam dalam larutan H2O2 selama 10 menit f) Proses quality control tahap 2 untuk mengecek hasil pewarnaan

30 70 g) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain h) Proses penjemuran dan setelah kering kain di seleksi pada tahap seleksi dan pelipatan 3. Teknik Batik Tulis Pekalongan Teknik Pekalongan, batik cara ini biasanya berwarna cerah dan tajam serta tidak ada proses medel didalamnya. Cara ini awalnya hanya digunakan dalam pembuatan sarung saja. Batik Pekalongan pada umumnya berbentuk sarung, yang mempunyai motif dan cara pembuatan yang khusus (Sewan, 1980:12). Proses produksi batik teknik pekalongan di Danar Hadi: a) Kain mori dipola dan dicorek seperti pada tahapan di atas b) Kain mori kemudian dibatik atau nglowongi seperti pada tahapan di atas c) Proses quality control tahap 1 d) Proses pewarnaan kain batik dengan teknik colet e) Proses quality control tahap 2 untuk mengecek hasil pewarnaan f) Proses nutup kelir. Kain selanjutnya masuk pada tahap nutup kelir 9 untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna dengan malam 9 Nutup kelir adalah proses penutupan bagian yang ingin tetap berwarna dan yang ingin tetap berwarna putih. Nutup kelir berbeda dengan mbironi, pada tahap mbironi sebelumnya kain dilorod tai pada tahap nutup kelir kain tidak dilorod terlebih dahulu

31 71 Gambar 28 Proses Nutup Kelir g) Proses pewarnaan kain dengan teknik pewarnaan celup menggunakan zat pewarna naphtol Gambar 29 Proses Pewarnaan Celup dengan Naphtol

32 72 Gambar 30 Proses Penggaraman Naphtol h) Proses fiksasi seperti pada tahap fiksasi dan direndam larutan soda abu i) Prosesquality control yang kedua untuk mengecek hasil pewarnaan j) Proses nglorod yang pertama untuk menghilangkan seluruh malam k) Proses mbironi untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna ataupun yang ingin tetap putih seperti pada proses mbironi di atas l) Proses pewarnaan kembali dengan teknik pewarnaan celup. Kain kemudian masuk pada tahap nglorod yang terakhir untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain m) Proses penjemuran, setelah kering kain diseleksi dan dilipat 4. Teknik Batik Tulis Remukan Wonogiren Teknik remukan wonogiren, pertama kain dilipat atau digulung kemudian dikerjakan agar lilin yang menempel pada kain pecah-pecah, misalnya dengan diinjak-injak atau dibanting-banting. Bila lilin itu sukar pecah, sebaiknya lebih dulu direndam sebentar dalam larutan kostik soda (Sewan, 1980: 16). Untuk membuat batik dengan proses ini sebaiknya dipakai jenis

33 73 lilin yang mudah pecah. Hasil dari remukan wonogiren ini batik yang berwarna putih diatas warna dasar dengan pecah-pecah pada gambar dengan warna soga atau warna lain. Efek pecah-pecah pada gambar itu dapat dibuat variasi dengan pekerjaan pecah-celup sampai dua kali atau lebih dimana warnanya dibuat makin muda. Proses produksi batik teknik remukan wonogiren di Danar Hadi: a) Kain mori dipola dan dicorek b) Kain kemudian diklowongi atau dibatik c) Proses nglowongi kemudian kain masuk pada tahap quality control untuk mengecek hasil pembatikan d) Proses pewarnaan dengan teknik pewarnaan celup e) Proses fiksasi dan direndam larutan soda abu f) Proses peremukan malam. Kain dilipat dan digulung, lalu diinjak-injak atau dipukul-pukul agar malam pada kain remuk (pecah). Sebelum diremuk kain direndam dahulu pada bak berisi air selama satu malam, agar nantinya hasil remukan yang dihasilkan bagus karena malamnya tidak getas atau lembut.

34 74 Gambar 31 Proses Peremukan Malam g) Proses nyoga, proses pewarnaan coklat soga h) Proses fiksasi direndam larutan soda abu i) Proses quality control untuk mengecek hasil pewarnaan j) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain k) Kain dijemur, lalu diseleksi dan dilipat setelah kering 5. Teknik Batik Tulis Kombinasi Teknik Kombinasi, batik dengan cara ini adalah proses pembuatan batik yang mengkombinasikan berbagai macam teknik batik. Sebagai contoh teknik batik remukan wonogiren dikombinasikan dengan teknik batik lorodan. Hasil kain batik yang dibuat secara proses kombinasi ini ialah

35 75 bahwa warna soga dua macam, yang satu sebagai bayangan yang lain disertai efek pecahan wonogiren ditengah-tengahnya (Sewan, 1980: 18). Proses produksi batik teknik kombinasi di Danar Hadi: a) Kain mori dipola dan dicorek b) Kain selanjutnya diklowongi atau dibatik c) Kain selanjutnya dicek pembatikannya pada tahap quality control d) Kain diwarna dengan teknik pewarnaan colet e) Proses Nutup kelir, untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna atau yang ingin tetap putih f) Proses peremukan malam. Kain dilipat dan digulung lalu diinjak-injak atau dipukul-pukul agar malamnya pecah g) Proses Nyoga, kain diwarna dengan teknik pewarnaan celup warna soga kuning atau lasem Gambar 32 Proses Pewarnaan Soga Kuning atau Lasem h) Kain difiksasi dan direndam dengan larutan soda abu i) Proses nglorod tahap pertama untuk menghilangkanseluruh malam j) Proses mbironi, untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna

36 76 k) Kain diwarna kembali dengan teknik pewarnaan celup l) Kain difiksasi dan direndam dalam larutan soda abu m) Proses nglorod tahap 2 n) Kain dijemur lalu diseleksi dan dilipat 2. Batik Cap Batik cap adalah kain yang cara pembuatan corak dan motifnya dengan menggunakan cap atau semacam stempel yang terbuat dari tembaga. Cap tersebut menggantikan fungsi canting dalam membatik, dengan cap ini maka satu helai kain dapat diselesaikan dalam waktu singkat (Herry, 2013: 11). Batik cap adalah teknik pembatikan yang menggunakan alat cap untuk memindahkan malam ke kain sebagai pengganti canting pada batik tulis. 10 Batik cap merupakan inovasi baru dari batik tulis. Banyaknya pesanan konsumen akan kain batik menjadikan batik cap sebagai alternatif untuk memproduksi kain batik secara massal dan cepat. Motif dan corak batik cap yang dihasilkan akan selalu sama karena motifnya tidak dibuat dengan tulisan tangan melainkan sudah ada pada stempel cap. Harga yang ditawarkan batik cap juga lebih murah dibanding batik tulis karena proses pengerjaannya tidak memakan waktu lama. Teknik batik cap yang digunakan oleh Danar Hadi ada 5 teknik, yakni teknik batik cap bedesan, teknik batik cap kelengan, teknik batik cap pekalongan, teknik batik cap remukan wonogiren dan teknik batik cap kombinasi. 10 Wawancara dengan bapak Sri kepala bagian pengecapan, Pabelan (10/11/15)

37 77 a. Alat dan bahan batik cap : 1. Kain Kain putih yang dijadikan batik mempunyai beberapa istilah atau nama khusus, yaitu disebut mori atau muslim atau cambric (Sewan, 1980:53). Bahan baku kain di PT Batik Danar Hadi diproduksi sendiri, tapi ada juga beberapa kain yang didatangkan khusus dari daerah asal pembuatannya seperti Ulos Padang, ATBM Jepara, kain tenun Harindong dan masih banyak lagi. Dilihat dari bahan dasarnya, kain mori dapat berasal dari katun, sutera asli atau sutera tiruan, mori dari katun lebih umum dipakai (Sewan, 1980:53). 2. Meja pengecapan Meja ini terbuat dari kayu yang dipalisi spons atau busa tebal yang basah dan pada bagian atasnya ditutup dengan kain dan plastik. Tujuannya agar malam tidak menempel pada meja saat proses pengecapan. Gambar 33 Meja Pengecapan

38 78 3. Wajan Wajan yang digunakan pada batik acap lebih besar dari batik tulis, didalam wajan ini dilapisi sejenis kain kassa agar malam yang menempel pada stempel atau cap tidak terlalu banyak. Gambar 34 Wajan untuk Batik Cap 4. Malam/lilin batik Lilin batik adalah bahan yang dipakai untuk menutup permukaan kain menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak atau resist terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut (Sewan, 1980:58). Malam terbuat dari beberapa bahan utama seperti Lilin, Gondorukem, Kote, parafin, minyak, lemak binatang, damar mata kucing dan lain sebagainya.

39 79 Gambar 35 Malam untuk Batik Cap 5. Alat cap atau stempel Alat cap ini terbuat dari tembaga dengan kombinasi besi sebagai permukaannya yang terdapat motif batik. Alat cap atau disebut pula canting cap adalah berbentuk stempel yang dibuat dari plat tembaga (Sewan, 1980: 30). Cap ini berfungsi untuk memindahkan malam dengan motif batik pada permukaan kain mori, ini sebagai pengganti canting dalam batik tulis. Ada beberapa jenis canting cap menurut motif yang dihasilkan dan fungsinya: a. Cap motif tunggal Alat cap ini hanya terdiri dari satu motif saja yang nantinya pada saat pengerjaan akan diulang-ulang tanpa aturan tertentu, karena alat capini tidak seperti yang lainnya. Alat cap ini bermotif utuh tanpa terpotong jadi peletakannya pada kain mori bebas.

40 80 Gambar 36 Stempel Cap Motif Tunggal b. Cap Buketan Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif buketan pada kain mori. c. Cap Nitik (anyaman) Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif berupa anyaman atau seperti kotak-kotak. Gambar 37 Cap Motif Buketan

41 81 Gambar 38 Cap Motif Anyaman d. Cap Parang Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif berbentuk parang. e. Cap Byur Alat cap ini berfungsi untuk menghasilkan motif byur atau motif yang rapat atau kecil. Gambar 39 Cap Motif Parang

42 82 Gambar 40 Cap Motif Byur f. Cap Byur Ceceg Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif kecil-kecil yang terdiri dari titik. Gambar 41 Cap Motif Byur Ceceg g. Cap Bola Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif bulat atau yang disebut bola.

43 83 Gambar 42 Cap Motif Bola h. Cap Pinggiran/Tumpal Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif pada pinggiran kain atau yang sering disebut tumpal dalam istilah pembatikan. Gambar 43 Cap Pinggiran/Tumpal

44 84 Gambar 44 Cap Pinggiran/Tumpal Motif Blabakan i. Cap Pinggiran Tumbak Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif pinggiran kain yang berbentuk segitiga atau tumbak. j. Cap Pinggiran Enggok Alat cap ini berfungsi untuk mencetak motif pinggiran kain yang berbentuk lengkung. Gambar 45 Cap Pinggiran Motif Tumbak

45 85 Gambar 46 Cap Pinggiran Motif Enggok Berdasarkan pada motif batik dan bentuk capnya, maka terdapat beberapa cara menyusun cap pada permukaan kain, yang disebut jalannya pencapan. Beberapa jalannya pencapan (lampah) itu antara lain: 1) Bergeser satu langkah kekanan dan satu langkah kemuka, ini disebut sistem tubrukan. 2) Bergeser setengah langkah kekanan dan satu langkah kemuka atau satu langkah ke kanan dan setengah langkah kemuka, ini disebut sistem ondaende. 3) Jalannya cap menurut arah garis miring, bergeser satu langkah atau setengah langkah dari sampingnya, ini disebut sistem parang. 4) Bila jalannya cap digeser melingkar, salah satu sudut dari cap itu tetap terletak pada satu titik, sistem ini disebut mubeng atau berputar.

46 86 5) Ada pula untuk mencapai satu rapot motif digunakan dua cap, dan jalannya pengecapan dua cap tersebut berjalan berdampingan. Ini disebut sistem mlampah sareng atau berjalan bersama (Sewan, 1980:30-31). b. Proses Produksi Batik Cap: 1. Batik Cap Bedesan Teknik Batik Bedesan,cara ini merupakan cara yang digunakan dalam pembuatan batik secara cepat, jadi cara ini biasanya digunakan dalam proses pembuatan batik cap. Proses pembuatan batik ini urutan pengerjaan dibalik dan tidak terdapat pengerjaan ngerok atau nglorod dan mbironi kain (Sewan, 1980:11). Pada batik cara ini tidak akan terdapat warna biru karena warna yang dihasilkan nantinya adalah warna hitam dan coklat. Proses produksi batik teknik bedesan di Danar Hadi: a) Kain mori celup warna dasar terlebih dahulu, warna yang digunakan beragam mulai dari merah, hijau, coklat, orange dan lain sebagainya Gambar 47 Proses Pewarnaan Kain Mori

47 87 b) Kain difiksasi dengan waterglass agar warnanya tidak luntur Gambar 48 Proses Fiksasi Kain Mori c) Proses pemolaan, yakni pembuatan pola kemeja pada kain sebagai acuan pengecapan motif batik cap d) Proses pengecapan batik, yakni pelekatan malam pada kain menggunakan stempel atau cap. Gambar 49 Proses Pemolaan Kain Mori

48 88 Gambar 50 Proses Pengecapan Batik e) Proses quality control, untuk mengecek kerapihan dan ketepatan dari hasil batikan cap Gambar 51 Proses Quality Control f) Proses nyoga. Kain diwarna soga dengan teknik pewarnaan celup

49 89 Gambar 52 Proses nyoga g) Kain difiksasi menggunakan H2O2 agar warnanya awet dan tidak mudah luntur, kain direndam selaam kurang lebih 10 menit Gambar 53 Proses Fiksasi h) Kain direndam dengan larutan soda abu, untuk menetralisir kain setelah direndam air keras.

50 90 Gambar 54 Proses Perendaman Soda Abu i) Proses quality control yang kedua untuk mengecek hasil pewarnaan Gambar 55 Proses Quality Control Hasil Pewarnaan j) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang ada dikain Gambar 56 Proses Nglorod

51 91 2. Batik Cap Kelengan Teknik Kelengan, cara ini merupakan cara pewarnaan batik yang hanya dengan satu warna yang zaman dulu berwarna biru tua. Sebagai variasi dan perkembangan dari batik kelengan ini, pada suatu saat (sekitar 1964) terkenal lah apa yang disebut batik ganefo yaitu suatu tipe batik semacam batik kelengan tetapi tidak berwarna biru tua melainkan warnawarna tajam seperti merah, hijau, violet, oranye dan sebagainya (Sewan, 1980: 13). Proses produksi batik teknik kelengan di Danar Hadi: a) Kain mori dipola sesuai dengan fungsinya, seperti pada proses di atas b) Kain masuk pada tahap pengecapan batik sesuai dengan motif yang telah ditentukan Gambar 57 Proses Pengecapan Batik c) Proses quality control tahap pertama d) Kain diwarna dasar dengan teknik pencelupan, untuk memberi warna pada seluruh kain. Batik kelengan hanya menggunakan satu macam warna saja, selebihnya akan berwarna putih yakni bagian yang tertutup malam

52 92 e) Kain masuk pada tahap fiksasi, direndam selama 10 menit pada larutan pengunci warna H2O2 f) Kain direndam pada larutan soda abu selama menit g) Hasil pewarnaan kain dicek pada tahap quality control yang kedua i) Proses nglorod, untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain 3. Batik Cap Pekalongan Teknik Pekalongan, batik cara ini biasanya berwarna cerah dan tajam serta tidak ada proses medel didalamnya. Cara ini awalnya hanya digunakan dalam pembuatan sarung saja. Batik Pekalongan pada umumnya berbentuk sarung, yang mempunyai motif dan cara pembuatan yang khusus (Sewan, 1980:12). Proses produksi batik teknik pekalongan di Danar Hadi: a) Kain mori dipola seperti pada proses sebelumnya b) Kain masuk pada tahap pengecapan batik c) Kain dicek hasil batikannya pada tahap quality control d) Kain diwarna dengan teknik pewarnaan colet, karena hanya beberapa bagian saja yang nantinya akan diwarna pada proses ini

53 93 Gambar 58 Proses Pewarnaan Colet e) Nutup kelir, yakni pembatikan yang bertujuan untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna, tanpa nglorod malam terlebih dahulu Gambar 59 Proses Nutup Kelir f) Kain diwarna kembali dengan teknik pewarnaan celup

54 94 g) Kain difiksasi pada larutan H2O2, direndam selama kurang lebih 10 menit h) Kain direndam dalam larutan soda abu selama menit i) Kain dicek hasil pewarnaannya pada tahap quality control yang kedua j) Kain dilorod untuk menghilangkan seluruh malam yang melekat di kain 4. Batik Cap Remukan Wonogiren Teknik remukan wonogiren, pertama kain dilipat atau digulung kemudian dikerjakan agar lilin yang menempel pada kain pecah-pecah, misalnya dengan diinjak-injak atau dibanting-banting. Bila lilin itu sukar pecah, sebaiknya lebih dulu direndam sebentar dalam larutan kostik soda (Sewan, 1980: 16). Untuk membuat batik dengan proses ini sebaiknya dipakai jenis lilin yang mudah pecah. Hasil dari remukan wonogiren ini batik yang berwarna putih diatas warna dasar dengan pecah-pecah pada gambar dengan warna soga atau warna lain. Efek pecah-pecah pada gambar itu dapatt dibuat variasi dengan pengerjaan pecah-celup sampai dua kali atau lebih, dimana warnanya dibuat makin lama makin muda. Proses produksi batik teknik remukan wonogiren di Danar Hadi: a) Kain mori dipola sesuai dengan fungsinya b) Kain dibatik dengan teknik batik cap c) Hasil batikan dicek pada tahap quality control d) Kain diwarna dasar dengan teknik pewarnaan celup e) Kain difiksasi, direndam dalam larutan H2O2 selama kurang lebih 10 menit

55 95 f) Kain direndam dalam larutan soda abu selama menit g) Kain masuk pada tahap nutup kelir yakni untuk menutup bagian yang sudah diwarna tadi h) Hasil pewarnaan dicek pada tahap quality control yang kedua i) Kain dilipat lalu diinjak-injak atau dipukul-pukul agar malam yang menempel dikain pecah (remuk), sebelum diremuk kain terlebih dahulu direndam selama semalam agar hasil remukannya lebih bagus Gambar 60 Proses Peremukan Malam j) Proses nyoga, kain dicelup warna coklat k) Kain difiksasi selama kurang lebih 10 menit l) Kain direndam larutan soda abu m) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel dikain 5. Batik Cap Kombinasi Teknik Kombinasi, batik dengan cara ini adalah proses pembuatan batik yang mengkombinasikan berbagai macam teknik batik. Sebagai contoh teknik batik remukan wonogiren dikombinasikan dengan teknik batik

56 96 lorodan. Hasil kain batik yang dibuat secara proses kombinasi ini ialah bahwa warna soga dua macam, yang satu sebagai bayangan yang lain disertai efek pecahan wonogiren ditengah-tengahnya (Sewan, 1980: 18). Proses produksi batik teknik kombinasi di Danar Hadi: a) Kain mori dipola b) Kain dicap pada tahap pengecapan batik c) Kain dicek hasil batikannya pada tahap quality control yang pertama d) Di beberapa bagian motif diwarna dengan teknik pewarnaan colet e) Proses Nutup kelir untuk menutup bagian yang telah diwarna f) Kain dilipat lalu diinjak-injak atau dipukul-pukul agar malam yang menempel dikain pecah g) Proses nyoga. Kain dicelup warna soga h) Kain difiksasi selama kurang lebih 10 menit i) Kain direndam dalam larutan soda abu selama menit j) Kain dicek akhir pada tahap quality control yang kedua k) Proses nglorod untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel di kain 3. Batik Kombinasi Tulis dan Cap Batik kombinasi tulis dan cap adalah kain batik yang cara membuatnya khususnya dalam membentuk motif atau corak batik dengan menggabungkan teknik batik tulis dan cap. Biasanya pada bagian motif yang besar atau motif utamanya yang dibatik dengan canting dan untuk

57 97 motif latar belakangnya menggunakan teknik pembatikan menggunakan stempel atau cap. Alat dan bahan yang digunakan pada batik cap kombinasi ini sama dengan alat dan bahan yang digunakan pada batik tulis dan batik cap. Batik kombiansi ini menyatukan 2 teknik batik di atas. Teknik batik kombinasi yang digunakan Danarhadi ada 2, yakni teknik batik kombinasi lorodan dan teknik batik kombinasi pekalongan. Kedua teknik batik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Proses Produksi Batik Kombinasi Tulis dan Cap 1. Batik Kombinasi Lorodan Teknik Batik Lorodan, cara ini hampir sama dengan cara kerokan, dimana menghilangkan sebagian lilin pada tengah-tengah proses dikerjakan dengan cara nglorod (Sewan, 1980: 16). Cara ini menghasilkan efek yang berbeda dengan teknik kerokan, batik yang dibuat dengan cara ini batas antara warna putih dan soga akan tegas, begitu pula batas antara warna dasar dan gambar sebagian besar merupakan batas yang tegas. Cara ini lebih cocok untuk lukisan atau corak yang banyak menggunakan isen garis-garis kecil dan cecek. Proses produksi batik kombinasi teknik lorodan di Danar Hadi: a) Kain mori dipola lalu dicorek seperti pada tahapan batik tulis

58 98 Gambar 61 Proses Pemolaan kain Gambar 62 Proses Nyorek b) Pada motif yang sudah dicorek lalu diklowongi, yakni dibatik dengan teknik batik tulis

59 99 Gambar 63 Proses Nglowongi c) Pada bagian motif yang lain dicap pada tahap pengecapan batik Gambar 64 Proses Pengecapan Batik d) Kain dicek hasil batikannya pada tahap quality control

60 100 Gambar 65 Proses Quality Control e) Pada bagian tertentu kain diwarna dengan teknik pewarnaan colet Gambar 66 Proses Pewarnaan Colet f) Proses nglorod tahap pertama untuk menghilangkan seluruh malam Gambar 67 Proses Nglorod Tahap 1

61 101 g) Proses mbironi untuk menutup bagian motif yang ingin tetap berwarna dan yang ingin tetap putih Gambar 68 Proses Mbironi h) Kain diwarna dasar dengan teknik pewarnaan celup Gambar 69 Proses Pewarnaan Celup i) Kain difiksasi selama kurang lebih 10 menit

62 102 Gambar 70 Proses Fiksasi j) kain direndam dalam larutan soda abu selama menit Gambar 71 Proses Perendaman Larutan Soda Abu k) Kain masuk pada tahap quality control yang kedua untuk mengecek hasil akhir dari pewarnaan kain Gambar 72 Proses Quality Control

63 103 l) Proses nglorod tahap kedua Gambar 73 Proses Nglorod Tahap 2 2. Batik Kombinasi Pekalongan Teknik Batik Pekalongan, batik cara ini biasanya berwarna cerah dan tajam serta tidak ada proses medel didalamnya. Cara ini awalnya hanya digunakan dalam pembuatan sarung saja. Batik Pekalongan pada umumnya berbentuk sarung, yang mempunyai motif dan cara pembuatan yang khusus (Sewan, 1980:12). Proses produksi batik kombinasi teknik pekalongan di Danar Hadi: a) Kain mori dipola dan dicorek b) Motif yang dikerjakan dengan teknik batik tulis kemudian diklowongi c) Kain di cap pada tahap pengecapan batik d) Hasil batikan dicek pada tahap quality control e) Beberapa bagian motif diwarna dengan teknik pewarnaan colet f) Nutup kelir, untuk menutup bagian yang ingin tetap berwarna ataupun yang ingin tetap putih

64 104 g) Kain diwarna dasar dengan teknik pewarnaan celup h) Kain difiksasi selama 10 menit i) Kain direndam dalam larutan soda abu selama menit j) Proses nglorod tahap pertama k) Proses nyoga. Kain dicelup warna soga kuning l) Kain difiksasi selama 10 menit m) Kain direndam dalam larutan soda abu selama menit n) Kain dicek pada tahap quality control yang kedua untuk mengecek hasil warna batik o) Proses nglorod tahap 2 Dari hasil penelitian mengenai 3 teknik dan proses produksi batik di atas, dapat disimpulkan bahwa batik tulis merupakan batik yang tahap proses produksinya paling panjang dan rumit. Untuk batik cap efisiensi waktu pengerjaannya sangat memungkinkan untuk diproduksi secara massal. Batik tulis walaupun pengerjaannya lama tapi kualitas dan mutu barangnya dijamin bagus dan tidak ada duanya, karena tiap motif yang dikerjakan secara manual tentu hasilnya akan berbeda di tiap produk yang dihasilkan. Ini menambah nilai eksklusif dari batik itu sendiri. Batik cap memang tidak kalah dengan batik tulis karena motif-motif geometri yang dihasilkan batik cap tentu lebih bagus dibandingkan dengan proses tulis. Ini membuat batik cap motif geometri banyak dipesan di Danarhadi sebagai seragam sebuah instansi negeri atau swasta.

65 B. Keterkaitan Teknik Produksi Batik dengan Visual Motif yang Dihasilkan 105 Seni rupa adalah ilmu yang mencakup ilmu bentuk, filsafat, estetika, teknik presentasi dan seterusnya. Pada subab ini akan membahas estetika dari visual motif batik terkait dengan teknik batik yang diterapkan di Danar Hadi. Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau pola batik (Sewan, 1980: 212). Dalam sehelai kain batik ada beberapa motif yang terdapat didalamnya, ada yang berperan sebagai motif utama dan ada pula yang berperan sebagai motif pendukung. Motif batik yang digunakan di Danar Hadi ada 2 yakni motif tradisional dan motif kontemporer. Ornamen motif batik dibedakan lagi menjadi tiga yakni ornamen utama, ornamen pengisi dan isen. Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari pada motif tersebut dan pada umumnya ornamen-ornamen utama itu masing-masing mempunyai arti, sehingga susunan ornamen itu dalam suatu motif membuat jiwa atau arti dari motif tersebut (Sewan, 1980: 212). Ornamen pengisi ialah ornamen-ornamen yang berfungsi sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan. Ornamen pengisi ini bentuknya lebih kecil dan lebih sederhana, sedang yang digambarkan dapat berbagai macam bentuk burung, bentuk binatang sederhana atau bentuk tumbuhan (Sewan, 1980: 278). Isen motif adalah berupa titik-titik, garis, gabungan garis dan titik yang berfungsi sebagai pengisi bidang ornamen dari motif atau pengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut (Sewan, 1980: 212). Isen jumlahnya banyak sekali, berikut beberapa contoh isen yang masih digunakan sampai sekarang. Cecek-

66 106 cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, herangan, sisik, robyong, gringsing, pari, kembang suruh, sawut, galaran, rambutan, sirapan, cacah gori dan lain sebagainya. Warna merupakan unsur rupa yang tidak dapat berdiri sendiri, ada beberapa unsur lain yang mendukung seperti bentuk dan garis. Warna memiliki peranan penting dalam pembuatan produk batik tulis, karena komposisi warna yang tepat akan menghasilkan produk batik yang berkualitas. Keindahan bentuk suatu motif juga tergantung dengan warna yang digunakan (Sadjiman, 2005:27). Warna yang dihasilkan pada produk batik di PT Batik Danar Hadi saat ini ada 2 jenis warna yaitu warna kontras dan dimensi value. Produk batik tulis yang menggunakan warna kontras biasanya juga memadukan gelap dan terang dari warna kontras tersebut untuk penyeimbang suatu desain batik tulis. Jenis warna kontras ada 4 jenis komposisi warna kontras diantaranya kontras komplemen, kontras split komplemen, kontras triad komplemen, kontras tetrad komplemen dapat dijabarkan sebagai berikut: Warna kontras adalah warna yang saling berjauhan satu sama lain. Pada lingkaran warna semakin jauh jarak antara warna satu dengan yang lain maka warnanya semakin kontras. Ada 4 jenis warna kontras yaitu: Kontras komplemen (kontras dua warna) adalah dua warna yang saling berhadapan dalam lingkaran warna disebut komplementer, warna-warna yang paling kontras, karena dua warna tersebut memiliki jarak paling jauh dalam lingkaran warna (Sadjiman, 2005:33). Kontras Split Komplementer adalah warna-warna yang bersebelahan dalam lingkaran warna yang membentuk segitiga (Tiwi, 2008: 38). Warna yang

67 107 terdapat pada produk batik tulis ini adalah kuning-merah, kuning biru dan merahbiru. Warna ini termasuk warna split komplementer karena warna yang bersebrangan dengan arah menyimpang. Kontras Triad Komplemen (kontras segi tiga atau kontras tiga warna) Komposisi warna triad komplementer adalah susunan warna yang berbentuk segi tiga sama sisi ( Sadjiman, 2005:34). Kontras Tetrat Komplemen (Kontras Dobel Komplemen atau Kontras Empat Warna) adalah susunan warna yang berbentuk segi empat sama sisi ( Sadjiman, 2005:34-35). Pada sub bab ini akan membahas tentang visual motif batik terkait dengan teknik batik yang digunakan batik Danarhadi. Dari aspek pola motif batik, struktur motif batik serta komposisi warna motif batik. 1. Visual Motif Batik Tulis Batik tulis memiliki ciri khas yang berbeda dengan batik dengan teknik lainnya. Setiap motif yang dihasilkan dari para tangan pembatik akan berbeda-beda hasilnya, meskipun motifnya sejenis. Visual motif yang dihasilkanpun juga berbeda antara motif satu dan yang lainnya, ada karakteristik tersendiri dari tiap teknik yang digunakan. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan sebuah desain motif batik yakni, komposisi motif, struktur motif dan komposisi warna seperti yang sudah dijelaskan di atas.

68 108 a) Motif Batik Tulis Lorodan Gambar 74 Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Tetrat Komplementer Gambar 75 Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Panel dan Komposisi Warna Analogus Gambar 76 Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Jumping dan Komposisi Warna Triad Komplementer

69 109 Gambar 77 Motif Batik Tulis Lorodan dengan Pola Border dan Komposisi Warna Triad Komplementer Dalam desain motifdi atas ada beberapa komposisi motif diantaranya desain allover, desain border, desain panel dan desain jumping. Desain motif allover adalah desain yang bentuk standar dan umum, biasanya layout motif penuh. Desain Motif border adalah desain yang layout motifnya disalah satu sisi atau kedua sisinya ada motif garis ataupun yang membentuk garis. Desain Panel adalah desain yang layout motifnya ada garis atau yang membentuk garis pada keempat sisinya. Desain Motif Jumping adalah desain yang layout nya penuh ada border dan ada motif allovernya, biasanya desain dibagi menjadi dua atau tiga bagian karena ukurannya sangat besar (Doddie, 2009:9-10). Pada batik tulis umumnya tidak terlalu banyak menggunakan pola allover karena ini anak memakan waktu pengerjaan yang sangat lama dalam proses pembatikannya. Struktur motif pada kain batik di atas yakni dengan motif utama digambarkan lebih besar dari ornamen lainnya. Ornamen utama dalam motif batik

70 110 di atas adalah ornamen bunga, ornamen orang atau figuratif dan ornamen parang. Ornamen tumbuhan digambarkan secara stilir dari salah satu bagian, misalnya bunga, sekelompok daun atau kuncup atau rangkaian dari daun dan bunga (Sewan, 1980: 263). Motif pengisinya yakni bentuk rangkaian daundan batang atau yang sering disebut dengan lung-lungan. Isen-isen motif yang digunakan dalam motif tesebut adalah ceceg pitu, ceceg sawut, pari, kembang suruh dan robyong. Warna-warna motif di atas merupakan warna tetrad komplemen, adalah warna kontras yang menggunakan kontras segi empat (double complement). Semua bentuk segi empat sama sisi yang dapat dibuat dalam lingkaran warna misalnya merah, hijau, kuning dan biru (Sadjiman, 2005: 34-35).Warna-warna motif di atas merupakan warna triad komplementer yakni merah, hijau dan krem. Kontras Triad Komplemen (kontras segi tiga atau kontras tiga warna). Komposisi warna triad komplementer adalah susunan warna yang berbentuk segi tiga sama sisi ( Sadjiman, 2005:34). Warna-warna di atas termasuk dalam komposisi warna analogus, adalah warna-warna yang saling ada hubungan. Berpedoman pada lingkaran warna (skala hue), semua warna-warna yang berdekatan letaknya pada lingkaran warna, misalnya merah, merah jingga dan merah ungu (Sadjiman, 2005: 33). Motif batik lorodan memiliki ciri khas warna yang tidak terlalu banyak menggunakan warna yang mencolok, warnanya cenderung soft. Dan pola motif yang digunakan juga beragam mulai dari pola motif allover, border, panel dan

71 111 jumping. Batas garis atau bidang antara warna putih dari kain dan warna dari pewarna tekstil terlihat sangat tegas karena adanya proses nglorod dan mbironi. b) Motif Batik Tulis Kelengan Gambar 78 Motif Batik Tulis Kelengan dengan Pola Spot dan Komposisi Warna Value Gambar 79 Motif Batik Tulis Kelengan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Value

72 112 Gambar 80 Motif Batik Tulis Kelengan dengan Pola Border dan Komposisi Warna Value Komposisi desain motif batik di atas merupakan komposisi motif spot, allover dan border. Desain motif spot adalah desain yang layout motifnya hanya ada pada beberapa tempat tertentu yang diinginkan seperti pada bagian baju depan, bawah atau atas biasanya dipakai untuk teknik painting (Doddie, 2009: 9). Struktur motif batik di atas dengan ornamen utama lung-lungan, parang dan garing lengkung. Semua gambar motif merupakan motif utama karena ukurannya sama besar serta jenis motifnya pun sama. Motif pengisinya hanya beberapa bunga-bunga kecil pada motif parang sebagai penghias pinggiran kain, sedangkan untuk isen-isennya menggunakan isen-isen pari, ceceg dan kembang suruh. Warna dasar kain batik di atas berwarna hitam dan putih serta biru tua dan putih. Warna-warna motif di atas merupakan komposisi warna dimensi value adalah dimensi mengenai gelap terang atau tua muda warna dapat disebut dengan istilah brightness warna (Sadjiman, 2005:42).

73 113 Warna yang digunakan pada motif batik di atas memang hanya 2 warna yaitu hitam dan putih karena itu ciri khas dari batik kelengan. Pada batik kelengan penggunaan warna memang sangat minim sekali, hanya warna putih dan warna pendukung lain seperti hitam atau biru tua. Pola motif pada batik teknik kelengan juga beragam mulai dari pola motif allover, spot dan border. c) Motif Batik Tulis Pekalongan Gambar 81 Motif Batik Tulis Pekalongan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Tetrat Komplementer Foto: Lana Rahmawati 2015 Gambar 82 Motif Batik Tulis Pekalongan dengan Pola Mirror dan Komposisi Warna Tetrat Komplementer Foto: Lana Rahmawati 2015

74 114 Gambar 83 Motif Batik Tulis Pekalongan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Tetrat Komplementer Foto: Lana Rahmawati 2015 Komposisi desain motif batik di atas termasuk dalam komposisi motif alloverdan mirror.desain motif mirror adalah desain yang layout motifnya membentuk garis pada kedua belah sisinya ukuran sama persis dan letaknya berseberangan, berhadapan seperti berdiri didepan cermin dan selalu simetris (Doddie, 2009:9-10). Struktur motif batik di atas terdiri dari ornamen utama ornamen bunga dan burung phoenix. Ornamen burung tipe burung phoenix, digambarkan dengan bulu panjang dan bergelombang, yaitu pada sayap dan ekor kadang kepalanya berjambul dan bergelombang pula. Tipe burung phoenix ini terdapat didaerah pembatikan Pantai Utara seperti Lasem, Pekalongan, Tegal dan Cirebon (Sewan, 1980: 267). Pada motif batik yang kedua ornamen utamanya adalah parang. Pada motif batik yang ketiga ornamen utamanya adalah burung tipe merak, yaitu pada kepala terdapat cengger (jengger), sayapnya seperti sayap garuda, bentuk terbuka ekor dan sayap tidak bergelombang. Ornamen tipe burung merak ini banyak terdapat di daerah pembatikan Jawa Tengah yaitu Yogya dan Solo (Sewan, 1980: 269). Pada motif batik klasik ornamen tumbuhan pegang peranan baik sebagai

75 115 ornamen pokok maupun sebagai ornamen pengisi, kadang tumbuhan digambarkan semacam tanaman menjalar, bentuk berlengkung-lengkung bentuk ini disebut lung-lungan dalam seni ornamentik disebut pilin atau spiral (Sewan, 1980: 263). Ornamen pengisinya berupa rangkaian daun, batang dan bunga kecil-kecil atau sering disebut juga lung-lungan. Isen-isennya yang digunakan untuk mengisi bidang motif batik diatas kebanyakan adalah pari, kembang suruh, ceceg dan ceceg sawat daun, ceceg, sisik, sisik melik, gringsing dan herangan. Warna dasar motif batik di atas berwarna merah, ungu, kuning, biru, hijau, coklat dan orange. Komposisi warna pada motif batik diatas disebut komposisi warna kontras yang menggunakan tetrat komplemen atau kontras segi empat. Semua bentuk segi empat sama sisi yang dapat dibuat dalam lingkaran warna, misalnya merah, hijau, kuning dan biru (Sadjiman, 2005: 34-35). Batik teknik pekalogan memiliki ciri khas pada warna yang digunakan, yakni warna-warna yang cerah atau terang. Serta komposisi warna yang menggunakan lebih dari dua warna. Motif batik pekalongan juga lebih didominasi oleh motif buketan. Pola motif yang digunakan yakni Allover dan mirror. d) Motif Batik Tulis Remukan Wonogiren Gambar 84 Motif Batik Tulis Remukan Wonogiren dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Analogus Foto: Lana Rahmawati 2015

76 116 Gambar 85 Motif Batik Tulis Remukan Wonogiren dengan Pola Spot dan Komposisi Warna Value Foto: Lana Rahmawati 2015 Komposisi desain motif di atas termasuk dalam komposisi desain alloverdan spot.struktur motif batik di atas terdiri dari ornamen utama yakni ornamen parang dan tumbuhan-tumbuhan berupa rangkaian bunga, daun, tangkai atau yang sering disebut lung-lungan. Dalam motif batik, ornamen tumbuhan terdapat pada motif semen dan motif geometris (Sewan, 1980: 263). Ornamen pengisi pada motif batik di atas adalah ornamen mlinjon atau yang berbentuk persegi. Ornamen ini digambarkan lebih kecil dan diisi pada sela-sela antara ornamen parang dan lung-lungan. Isen-isen yang digunakan pada motif batik diatas adalah ceceg, pari dan kembang suruh. Warna dasar dari motif batik di atas adalah coklat, dengan warna bunga coklat tua, coklat muda dan hitam sedangkan untuk warna parang sendiri adalah warna coklat muda. Warna-warna di atas termasuk dalam komposisi warna analogus, adalah warna-warna yang saling ada hubungan. Berpedoman pada lingkaran warna (skala hue), semua warna-warna yang berdekatan letaknya pada lingkaran warna, misalnya merah, merah jingga dan merah ungu (Sadjiman, 2005:

77 117 33). Warna-warna pada motif batik kedua di atas termasuk dalam komposisi warna value. Komposisi warna dimensi value adalah dimensi mengenai gelap terang atau tua muda warna dapat disebut dengan istilah brightness warna (Sadjiman, 2005:42). Value merupakan nilai gelap terang untuk memperoleh kedalaman karena pengaruh cahaya. Motif batik teknik remukan wonogiren ciri khasnya terdapat pada motif pecahan atau remukan yang merupakan hasil dari peremukan malam pada saat proses pembatikan. Pada remukan malam tersebut menghasilkan efek garis yang tidak beraturan berwarna soga atau coklat. Warna yang digunakan untuk motif batik remukan wonogiren cenderung ke warna soga dan hitam. Motifnya pun menggunakan pola allover dan spot. e) Motif Batik Tulis Kombinasi Gambar 86 Motif Batik Tulis Kombinasi dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Analogus Foto: Lana Rahmawati 2015

78 118 Gambar 87 Motif Batik Tulis Kombinasi dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Analogus Foto: Lana Rahmawati 2015 Motif batik di atas merupakan motif batik alas-alasan. Sumber ide dari motif di atas adalah hutan dan binatang-binatang yang hidup dihutan seperti gajah, merak, kupu-kupu dan lain sebagainya. Binatang juga tidak kalah menariknya bila dijadikan obyek dalam ornamen. Satwa-satwa besar sampai satwa-satwa kecil, satwa buas sampai satwa jinak digarap untuk dijadikan obyek dari ornamen (Tiwi, 2008: 125). Pada motifbatik kedua adalah motif parang vertigo. Motif batik ini merupakan pengembangan dari motif parang yang diolah kembali dan pada saat melihat motif diatas mata akan terasa berputar seperti orang yang sakit vertigo. Komposisi motif batik di atas merupakan komposisi desain motif allover. Komposisi desain motif allover, desain motif allover adalah desain yang bentuk standar dan umum, biasanya layout motif penuh (Doddie, 2009: 9). Struktur motif batik diatas terdiri dari ornamen utama berupa binatangbinatang seperti gajah dan merak. Gajah merupakan binatang besar yang merupakan lambang ilmu pengetahuan dari Dewa Ganesha. Dalam kebudayaan Jawa, gajah merupakan simbol keperkasaan dan kekuasaan. Hanya raja yang sudah naik takhta yang diperkenankan mengendarai gajah ketika berperang (Iwet,

79 :112). Ornamen gajah pada batik klasik merupakan perlambangan dari keperkasaan, kekuasaan dan keteguhan. Pada motif batik kediua ornamen utamanya adalah parang. Ornamen pengisi dari motif batik di atas adalah tumbuhtumbuhan seperti rumput, bunga dan mlinjon pada motif parang. Sebagai latar belakang dari motif batik di atas ada motif tanah yang digambarkan retak-retak menggunakan teknik batik remukan wonogiren. Isen-isen yang digunakan pada motif batik di atas adalah ceceg, sawut, kembang suruh dan gringsing. Warna dasar motif batik diatas adalah warna coklat muda, dengan motif gajah yang berwarna biru tua, coklat muda dan coklat tua. Senada dengan motif gajah warna merak dan tumbuh-tumbuhannya juga berwarna biru tua, coklat tua dan coklat muda. Warna-warna di atas termasuk dalam komposisi warna analogus, adalah warna-warna yang saling ada hubungan. Pada motif batik kedua warna yang digunakan adalah warna biru tua dan muda. Berpedoman pada lingkaran warna (skala hue), semua warna-warna yang berdekatan letaknya pada lingkaran warna, misalnya merah, merah jingga dan merah ungu (Sadjiman, 2005: 33). Motif batik tulis kombinasi remukan wonogiren dan pekalongan memiliki ciri khas warna yang digunakan pada motif batik cenderung warna-warni namun ada efek retakan yang berwarna coklat diantara motif-motif tersebut. Sehingga menambah nilai keindahan dari motif batik remukan wonogiren yang biasanya hanya menggunakan warna coklat atau hitam. Karakteristik keseluruhan dari motif batik tulis adalah, garis yang dihasilkan tidak bisa lurus atau tegas. Karena hasil batikan dari setiap tangan akan

80 120 berbeda. motif batik yang dihasilkan pun tidak bisa sama persis pada perulangan motif selanjutnya. Pola motif yang digunakan juga kebanyakan adalah pola motif border, spot, jumping (pada kain batik tulis sarung) dan allover. Motif batik tulis jarang yang menggunakan pola allover, karena akan memakan waktu pengerjaan yang sangat lama. Struktur motif pada batik tulis juga lebih banyak pada penggunaan ornamen utama yang lebih besar dan ornamen pengisinya dibuat lebih kecil dari ornamen utama sebagai pengisi bidang yang kosong. Isen-isen yang digunakan dalam motif batik tulis juga sangat beragam, semakin tua usia pembatik maka akan semakin banyak pula variasi isen-isen yang diketahui. Warna yang digunakan dalam batik tulis cenderung ke warna-warna soga atau coklat, hitam dan warna-warna yang soft. Batik tulis membutuhkan waktu lama dalam proses pengerjaannya oleh karena itu nilai ekonomis dari batik tulis sangat tinggi, karena kualitas dan keindahan batik tulis tidak dapat diduplikasi. 2. Visual Motif Batik Cap Batik cap merupakan inovasi dari batik tulis, pada prinsipnya sama-sama kain batik hanya saja proses pengerjaan dan alat untuk membatiknya yang berbeda. batik cap menggunakan alat cap atau stempel yang terbuat dari plat tembaga sebagai alat untuk memindahkan malam/lilin pada kain. Harga kain batik cap juga lebih terjangkau karena cara pembuatannya dapat dilakukan secara massal dalam waktu yang singkat. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan sebuah desain, yakni pertimbangan pola komposisi motif, struktur motif batik dan komposisi warna.

81 121 a. Motif Batik Cap Bedesan Gambar 88 Motif Batik Cap Bedesan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Analogus Foto: Lana Rahmawati 2015 Gambar 89 Motif Batik Cap Bedesan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Kontras Komplemen Foto: Lana Rahmawati 2015 Komposisi desain motif di atas termasuk dalam komposisi desain motif allover.pada batik cap lebih banyak menggunakan desain motif allover ini dikarenakan motif yang dihasilkan oleh stempel cap biasanya merupakan motif perulangan yang nantinya akan lebih bagus bila satu layout kain penuh. Struktur motif batik diatas terdiri dari ornamen utamanya adalah ornamen parang. Motif batik parang biasanya memang hanya terdapat satu oranamen utama saja yakni parang, ada juga beberapa motif parang yang didalamnya

82 122 terdapat motif tumbuhan tapi itu hanya beberapa. Batik klasik terdapat beberapa jenis atau bentuk ornamen utama seperti truntum, parang, catleya, ceplok dan lain sebagainya (Herry, 2013: 49). Ornamen pengisi dari motif batik parang di atas adalah lingkaran-lingkaran kecil yang biasanya disebut mlinjon. Mlinjon ini terletak di antara deretan motif parang satu dengan yang lainnya. Pada motif batik kedua ornamen utamanya adalah bunga dan daun. Ornamen pengisinya adalah bunga dan daun yang dibuat lebih kecil dari ornamen utama. Warna dasar motif batik diatas adalah warna coklat, dengan motif parang yang berwarna senada yakni coklat tua dan coklat muda.warna-warna yang saling berhubungan diatas merupakan komposisi warna analogus. Batik dengan teknik bedesan memang hanya memiliki dua macam warna saja. Warna motif batik yang kedua adalah warna kontras antara hitam dan hijau. Kontras komplemen (kontras dua warna) adalah dua warna yang saling berhadapan dalam lingkaran warna disebut komplementer, warna-warna yang paling kontras, karena dua warna tersebut memiliki jarak paling jauh dalam lingkaran warna (Sadjiman, 2005:33). Batik bedesan mempunyai ciri khas tidak ada warna putih dari kain mori. Karena pada tahap awal sebelum pembatikan kain terlebih dahulu telah diwarna. Biasanya pada batik bedesan kombinasi warnanya adalah hitam dengan warna cerah lain, seperti hijau, orange, coklat muda dan sebagainya.

83 123 b. Motif Batik Cap Kelengan Gambar 90 Motif Batik Cap Kelengan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Kontras Komplemen Gambar 91 Motif Batik Cap Kelengan dengan Pola Panel dan Komposisi Warna Analogus Lana Rahmawati, 2015 Gambar 92 Motif Batik Cap Kelengan dengan Pola Border dan Komposisi Warna Value Lana Rahmawati, 2015

84 124 Gambar 93 Motif Batik Cap Kelengan dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Value Lana Rahmawati, 2015 Komposisi desain motif diatas adalah komposisi pola motif allover dan panel. Desain Panel adalah desain yang layout motifnya ada garis atau yang membentuk garis pada keempat sisinya (Doddie, 2009: 9). Struktur motif batik di atas terdiri dari ornamen utama yakni ornamen benda-benda geometris seperti persegi, segitiga, lingkaran dan sebagainya. Ragam hias geometrik lebih banyak mengungkapkan unsur utamanya sehingga ia seringkali tidak bertolak dari obyek nyata dalam pengertian mengalihkan bentuk alam (Tiwi, 2008: 102). Sebagai ornamen pengisinya pada motif batik diatas banyak menggunakan titik-titik dan bentuk geometri yang dibuat lebih kecil dari ornamen utamanya. Warna dasar dari motif batik diatas adalah biru tua dan putih serta orange dan putih. Batik kelengan memang tidak banyak memiiki variasi warna. Warnawarna di atas termasuk dalam komposisi warna kontras komplemen. Kontras komplemen (kontras dua warna) adalah dua warna yang saling berhadapan dalam lingkaran warna disebut komplementer, warna-warna yang paling kontras, karena dua warna tersebut memiliki jarak paling jauh dalam lingkaran warna (Sadjiman,

85 :33). Pada motif kedua menggunakan komposisi warna analogus, yakni warna yang digunakan adalah orange dan putih yang saling berhubungan. Motif batik ketiga dan keempat menggunakan komposisi warna value yakni menekankan pada efek gelap terang. Batik cap kelengan ciri khasnya adalah hanya dua warna yakni warna asli putih dari kain mori dan warna kombinasi lainnya. Tapi pada batik cap ini garis yang dihasilkan tegas karena pelekatan malamnya menggunakan stempel cap. c. Motif Batik Cap Pekalongan Gambar 94 Motif Batik Cap Pekalongan dengan Pola Border dan Komposisi Warna Tetrat Komplementer Gambar 95 Motif Batik Cap Pekalongan dengan Pola Panel dan Komposisi Warna Analogus

86 126 Gambar 96 Motif Batik Cap Pekalongan dengan Pola Border dan Komposisi Warna Tetrat Komplementer Komposisi desain motif pada motif batik diatas termasuk dalam komposisi desain motif border dan panel.struktur motif batik di atas terdiri dari ornamen utamanya berupa ornamen parang dan lung-lungan bunga serta tumbuhan. Ornamen pengisinya berupa bidang geometri lingkaran dan persegi panjang. Ada pula ornamen pengisinya yang menggunakan ornamen parang dengan isen-isen menggunakan ceceg-ceceg. Isen-isen pada batik cap memang tidak banyak dan beragam seperti batik tulis. Warna dasar dari motif batik di atas berwarna biru, hijau, orange, kuning, putih dan merah. Warna-warna tersebut merupakan komposisi warna tetrat komplemeter, pada motif batik yang kedua menggunakan komposisi warna analogus. Warna analogus adalah warna yang saling bersebelahan atau warna yang saling ada hubungan yakni warna hijau tua, hijau muda, kuning dan orange. Motif batik cap pekalongan memiliki ciri khas pada keberagaman warna yang digunakan. Motif batiknya pun juga menggunakan motif-motif yang modern

87 127 dan dinamis. Motif batik pekalongan banyak digunakan sebagai bahan blus wanita atau baju untuk anak-anak karena pemilihan motif dan warnanya yang beragam. d. Motif Batik Cap Remukan Wonogiren Gambar 97 Motif Batik Cap Remukan Wonogiren dengan Pola Allover dan Komposisi Warna Value Gambar 98 Motif Batik Cap Remukan Wonogiren dengan Pola Border dan Komposisi Warna Tetrat Komplementer Komposisi desain motif batik diatas termasuk dalam komposisi desain alloverdan border. Struktur motif batik di atas terdiri dari ornamen utamanya berupa motif kupu-kupu yang ditata berulang dan saling silang. Untuk menyusun

88 128 suatu ornamen dapatlah dipilih satu atau beberapa bentuk untuk dipergunakan sebagai motif. Motif ini sangat bebas dan mempunyai beragam bentuk mulai dari yang paling sederhana sampai pada yang sangat rumit dengan susunan teratur dalam suatu bidang hias (Tiwi, 2008: 84). Ornamen penghias pada motif batik diatas adalah bunga-bunga yang digambarkan lebih kecil dari ornamen utama. Motif batik yang kedua ornamen utamanya dalah motif kawung dan buketan bunga, dengan motif pengisinya berupa rangkaian daun dan tangkai yang digambarkan kecil-kecil. Isen-isen yang digunakan berupa ceceg-ceceg. Warna dasar motif batik diatas adalah hitam, dengan warna kupu-kupu putih lalu diberi efek pecahan malam berwarna soga, membuat warna putihnya menjadi sedikit kecoklatan. Warna-warna diatas termasuk dalam komposisi warna value. Komposisi warna dimensi value adalah dimensi mengenai gelap terang atau tua muda warna dapat disebut dengan istilah brightness warna (Sadjiman, 2005:42). Value merupakan nilai gelap terang untuk memperoleh kedalaman karena pengaruh cahaya. Motif batik kedua menggunakan komposisi warna tetrat komplementer karena warna-warna yang digunakan adalah warna hijau, ungu, orange, coklat dan merah. Motif batik cap remukan wonogiren memiliki ciri khas yakni efek remukan atau pecah-pecah yang berwarna soga atau coklat. Pada motif batik cap remukan wonogiren warna yang digunakan lebih beragam, ada warna merah, kuning, ungu dan hijau berbeda dengan batik tulis yang hanya menggunakan warna-warna gelap seperti coklat tua dan hitam.

89 129 e. Motif Batik Cap Kombinasi Komposisi desain motif batik diatas termasuk dalam komposisi desain border. Desain Motif border adalah desain yang layout motifnya disalah satu sisi atau kedua sisinya ada motif garis ataupun yang membentuk garis (Doddie, 2009:9-10). Struktur motif batik diatas terdiri dari ornamen utama berupa ornamen bunga dan lung-lungan. Ornamen pengisinya adalah ornamen bunga kecil-kecil yang disusun membentuk segitiga pada bagian pinggiran kain atau tumpal. Ornamen bunga kecil-kecil juga diletakkan di bagian atas tumpal yang mengisi bidang segiempat. Isen-isen yang digunakan berupa ceceg, robyong, kembang suruh dan pari. Gambar 99 Motif Batik Cap Kombinasi dengan Pola Border dan Komposisi Warna Triad Komplementer Warna dasar dari motif batik diatas adalah hitam, dengan ornamen bunga berwarna merah, daun berwarna hijau dan beberapa bagian garis yang berwarna putih sedikit kecoklatan karena terkena efek pecahan malam yang berwarna soga. Warna-warna tersebut termasuk dalam komposisi warna Kontras Triad Komplemen. Kontras Triad Komplemen (kontras segi tiga atau kontras tiga

90 130 warna), komposisi warna triad komplementer adalah susunan warna yang berbentuk segi tiga sama sisi ( Sadjiman, 2005:34). Motif batik cap kombinasi ciri khasnya menggunakan warna-warna seperti batik pekalongan namun ada efek retakan atau pecahan dari teknik remukan wonogiren. Karakteristik batik cap adalah garis yang dihasilkan tegas dan lurus, karena motif yang dihasilkan sudah dibentuk pada stempel cap menggunakan tembaga. Sehingga dalam perulangan motif selanjutnya dengan tema yang sama akan sama persis dengan motif sebelumnya. Pola motif yang digunakan dalam batik cap adalah komposisi desain motif allover karena motif batik cap biasanya diciptakan untuk di repetisi satu layout kain penuh. Selain komposisi desain allover batik cap juga menggunakan komposisi border, panel dan spot. Struktur motif pada batik cap kebanyakan tidak ada ornamen utama dan ornamen pengisi semuanya adalah oranmen utama, karena ukurannya yang sama besar dan motifnya yang diulang-ulang. Isen-isen yang digunakan pada batik cap juga terbatas, tidak seberagam pada batik tulis. Pada batik cap isen-isen yang digunakan hanya sederhana berupa garis dan titik (cecek). Warna yang digunakan pada batik cap juga cenderung ke warna-warna yang cerah berbeda dengan batik tulis yang cenderung ke warna soga atau coklat dan lebih soft. 2. Visual Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap Batik kombinasi tulis dan cap adalah kain batik yang cara membuatnya khususnya dalam membentuk motif atau corak batik dengan menggabungkan teknik batik tulis dan cap. Biasanya pada bagian motif yang besar atau motif

91 131 utamanya yang dibatik dengan canting dan untuk motif latar belakangnya menggunakan teknik pembatikan menggunakan stempel atau cap. Batik cap tidak membutuhkan waktu lama dalam proses pengerjaannya sehingga nilai ekonomis dari batik cap lebih terjangkau dibandingkan batik tulis. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan sebuah desain, yakni pola motif, strukstur motif dan komposisi warna. a. Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap Lorodan Gambar 100 Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap Lorodan dengan Pola Panel dan Komposisi Warna Analogus Gambar 101 Motif Batik Kombinasi Tulis Dan Cap Lorodan dengan Pola Panel dan Komposisi Warna Analogus Lana Rahmawati, 2015

92 132 Komposisi desain motif batik diatas termasuk dalam komposisi desain motif panel. Desain Panel adalah desain yang layout motifnya ada garis atau yang membentuk garis pada keempat sisinya (Doddie, 2009: 10). Mengingat produk ini nantinya akan diproduksi untuk jilbab maka penempatan motif disesuaikan dengan penggunaan jilbab. Struktur motif batik diatas terdiri dari ornamen utama yakni rangkaian bunga dan daun. Ornamen pokok pada motif batik ialah meru, pohon hayat, tumbuhan, garuda, burung, candi atau perahu (Sewan, 1980: 261). Ornamen pengisinya adalah bentuk rangkaian tangkai dan daun, pada bagian pinngir ornamen pengisinya adalah motif parang. Isen-isen yang digunakan berupa pari dan ceceg. Warna dasar motif batik diatas berwarna coklat muda, dengan bunga berwarna hitam dan coklat tua, bagian tangkai berwarna putih. Warna-warna tersebut merupakan warna analogus, adalah warna-warna yang saling ada hubungan. Berpedoman pada lingkaran warna (skala hue), semua warna-warna yang berdekatan letaknya pada lingkaran warna, misalnya merah, merah jingga dan merah ungu (Sadjiman, 2005: 33). Motif batik kombinasi tulis dan cap lorodan memiliki ciri khas warna yang digunakan adalah warna-warna yang saling berhubungan yakni, warna coklat tua, coklat muda dan hitam. Pola motifnya pun kebanyakan panel karena nantinya kain batik ini akan diproduksi menjadi jilbab.

93 133 b. Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap Pekalongan Gambar 102 Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap Pekalongan dengan Pola Spot dan Komposisi Warna Tetrat Komplementer Komposisi desain motif diatas termasuk dalam komposisi desain motif spot. Desain motif spot adalah desain yang layout motifnya hanya ada pada beberapa tempat tertentu yang diinginkan, biasanya dipakai untuk teknik painting (Doddie, 2009: 10). Gambar 103 Motif Batik Kombinasi Tulis dan Cap Pekalongan dengan Pola Panel dan Komposisi Warna Split Komplementer Lana Rahmawati, 2015 Struktur motif batik diatas terdiri dari ornamen parang dan buketan sebagai ornamen utamanya. Ornamen tumbuhan digarap dengan gaya stilasi, ditandai dengan banyaknya liukan pada gambar bunga dan daun. Ornamen

94 134 pengisinya adalah ornamen persegi dan titik, serta beberapa bunga-bunga kecil yang disusun menyebar pada motif buketan. Isen-isen yang digunakan berupa ceceg, pari, robyong dan sawut ceceg. Warna dasar motif batik diatas berwarna ungu, dengan motif parang berwarna merah dan hijau, motif bunga berwarna biru, orange dan kuning, daun berwarna pink ada juga yang berwarna putih. Warna-warna tersebut termasuk dalam komposisi warna kontras tetrat komplementer. Kontras Tetrat Komplemen (Kontras Dobel Komplemen atau Kontras Empat Warna) adalah susunan warna yang berbentuk segi empat sama sisi ( Sadjiman, 2005:34-35). Motif batik yang kedua dengan warna dasar biru tua, warna motif merah dan orange termasuk dalam komposisi warna Split Komplementer. Kontras Split Komplementer adalah warna-warna yang bersebelahan dalam lingkaran warna yang membentuk segitiga (Tiwi, 2008: 38). Warna yang terdapat pada produk batik tulis ini adalah kuningmerah, kuning biru dan merah-biru. Warna ini termasuk warna split komplementer karena warna yang bersebrangan dengan arah menyimpang. Batik kombinasi tulis dan cap pekalongan merupakan memiliki ciri khas warna-warna cerah serta motuf batik yang dihasilkan tersusun harmonis seolah tidak ada kekakuan antara motif batik tulis dan cap. Karakteristik dari motif batik kombinasi tulis dan cap adalah terletak dari adanya layout kain yang diolah dengan teknik batik cap dan motif utamanya diolah menggunakan teknik batik tulis. Jadi karakter garis dari motif batik kombinasi tulis dan cap ini ada yang tegas atau kaku dan ada juga yang luwes. Pola motif batik kombinasi tulis dan cap banyak menggunakan komposisi motif panel dan spot. Karena produk yang dihasilkan dari teknik batik ini kebanyakan

95 135 untuk jilbab atau scraf. Struktur motif dari teknik batik kombinasi tulis dan cap ini adalah ornamen utama biasanya digarap denga teknik batik tulis dan ornamen pengisinya digarap dengan teknik batik cap. Isen-isen yang digunakan juga tidak terlalu beargam hanya beberapa isen-isen sederhana seperti robyong,cecek, cecek sawut dan pari. Warna yang digunakan pada batik kombinasi tulis dan cap juga beragam perpaduan beberapa warna yang senada atau analogus membuat motif batik kombinasi tulis dan cap lebih indah. Dari hasil penelitian mengenai visual motif batik terkait dengan teknik produksi yang diterapkan di atas, berbagai macam teknik produksi memiliki karakteristik visualnya masing-masing. Contoh teknik batik remukan wonogiren yang mempunyai keindahan visual pada motif retakan-retakan malam yang tidak ada pada teknik batik lainnya. Teknik batik bedesan dan kelengan, walaupun hanya menggunakan 2 warna saja tapi juga memilki keindahan visualnya tersendiri. Dari semua visual motif teknik batik di atas visual motif teknik batik pekalongan memiliki visual motif berwarna-warni dan memiliki motif yang sesuai dengan trend masa kini. C. Keterkaitan Teknik dan Proses Produksi, Visual Motif dan Kebutuhan Produk Batik Sains adalah ilmu yang mencakup metode riset, ilmu fisika, matematika, ilmu bahan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu psikologi, ilmu budaya dan seterusnya. Dalam subab ini akan menjelaskan latar belakang pemilihan teknik batik terkait dengan kebutuhan produk batik saat ini.

96 136 Produksi kain batik tentu tidak akan lepas dari teknik dan proses batik yang digunakan. Ada berbagai macam teknik batik yang digunakan di Danar Hadi, untuk batik tulis ada Teknik Batik Lorodan, Teknik Batik Kelengan, Teknik Batik Pekalongan, Teknik Batik Remukan Wonogiren dan Teknik Batik Kombinasi. Batik cap menggunakan Teknik Batik Bedesan, Teknik Batik Kelengan, Teknik Batik Pekalongan, Teknik Batik Remukan Wonogiren dan Teknik Batik Kombinasi. Batik kombinasi tulis dan cap hanya menggunakan 2 teknik batik yakni, Teknik Batik Lorodan dan Teknik Batik Pekalongan. Pertimbangan dalam menentukan teknik dan proses produksi batik di Danarhadi sangat penting dilakukan, karena tiap teknik batik tentu memiliki karakter, kekurangan dan kelebihan masing-masing. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan teknik produksi batik yakni, faktor ekonomi, faktor bahan, faktor kegunaan, faktor estetika, faktor desain motif dan faktor teknologi. 1. Pertimbangan dalam Menerapkan Teknik Batik tulis Hal yang harus diperhatikan dalam memproduksi batik tulis adalah ketelatenan dan kesabaran, oleh karena itu untuk produksi batik tulis tidak dapat dilakukan secara cepat dan massal. Butuh waktu 2 minggu sampai berbulan-bulan hanya untuk memproduksi sehelai kain batik tulis. 11 Dalam pendapat yang dikemukakan oleh Nanang Rizali pada buku Tinjauan Desain Tekstil bahwa faktor ekonomi,sosial dan budaya, teknologi mempengaruhi latar belakang pembuatan produk. Faktor ekonomi tentu akan melatarbelakangi pemilihan teknik batik tulis, selain itu faktor bahan, faktor 11 Wawancara dengan Ibu Win dan Mbak Tutik, staf bagian perencanaan teknik produksi batik, Pabelan (08/11/15)

97 137 estetika dan faktor kegunaan. Faktor Ekonomi, beberapa hal yang mendasari pemilihan teknik batik tulis untuk diproduksi salah satunya adalah faktor ekonomi. Sebagai salah satu contoh yakni teknik batik lorodan. Alasan Danar Hadi memilih teknik batik lorodan untuk diaplikasikan pada motif batik karena pertimbangan faktor selera konsumen, kebanyakan kain batik tulis dipesan khusus oleh konsumen dan menggunakan bahan baku yang baik yakni kain tenun jepara. Untuk pemilihan motif serta warna juga ditentukan oleh pembeli itu sendiri. Tujuan produk khusus, produk yang bergambar spesifik dapat memuaskan konsumen, para ahli menyebutnya keinginan (want) (Ristiyanti, 2005:32). Tentu harga yang ditawarkan untuk sehelai kain batik tulis dengan teknik lorodan sangat tinggi mengingat proses pengerjaannya yang memakan waktu lama serta bahan baku yang dipesan konsumen juga bahan yang berkualitas yakni tenun Jepara. Kain batik tulis di Danar Hadi memang diproduksi eksklusif, jadi harga yang tinggi sepadan dengan produk yang dihasilkan. Faktor Bahan, pemilihan bahan baku dalam proses perancangan sangatlah penting, mengingat karakter dari berbagai jenis bahan tekstil berbeda-beda. Mori adalah bahan baku batik dari katun. Kualitas mori sangat bermacam-macam. Jenis mori menentukan kualitas kain bati yang dihasilkan. Jenis kain mori yang digunakan adalah kain mori primissima (Hamzuri,1994:8). Bahan baku yang digunakan dalam teknik batik tulis di Danar Hadi diantaranya adalah sebagai berikut, kain primissima, kain tenun dan kain sutera. Sebagai contoh teknik batik kelengan, menggunakan bahan baku sifon sutera karena sifat bahan sifon sutera yang lembut dan tipis. Dipilihlah teknik kelengan karena proses pewarnaannya hanya sekali sehingga tidak akan merusak struktur

98 138 kain. selain itu untuk bahan sifon sutera biasanya dipilih motif yang tidak terlalu rumit dalam pengerjaannya sebagai contoh motif buketan yang memilki motif bunga dan daun yang besar-besar. Motif yang dihasilkan pun juga tidak terlalu banyak isen-isen. Faktor Estetika, aspek estetika adalah pertimbangan gagasan atau sumber ide dan tema termasuk olahan ragam hias dan warnanya. Juga diperhitungkan skala proporsi, pengulangan, komposisi dan teknis penampilan desainnya (Nanang, 2006:41). Sebagai contoh yakni teknik batik remukan wonogiren, karakteristik dari teknik batik remukan wonogiren adalah adanya motif retakan atau remukan yang dihasilkan dari peremukan malam pada saat proses pengerjaan produk batik. Motif retakan ini berwarna coklat tua atau soga sehingga menjadi ciri khas dari batik remukan wonogiren. Hasil dari proses remukan wonogiren ini ialah berupa suatu gambar berwarna putih di atas warna dasar dengan pecah-pecah pada gambar itu dengan warna soga atau warna lain (Sewan, 1980: 16). Alasan Danar Hadi memilih teknik batik remukan wonogiren untuk diaplikasikan pada motif batik yang akan diproduksi adalah pertimbangan faktor estetis. Kain batik yang diaplikasikan dengan teknik ini biasanya digunakan untuk pameran sehingga tujuan dari diproduksinya kain batik ini adalah untuk menghasilkan kain batik yang indah untuk dinikmati. Faktor Kegunaan/Fungsi adalah pemikiran yang berhubungan dengan fungsional dari pemakaian tekstil (Nanang, 2006: 41). Fungsi dari produk batik tulis ini adalah untuk pakaian, jarik, sarung dan selendang. Sebagai contoh adalah teknik batik pekalongan, karakteristik dari teknik batik pekalongan adalah warna yang digunakan merupakan warna-warna yang cerah dan tajam, sehingga terlihat

99 139 lebih muda dan modern. Coraknya pun juga sederhana yakni corak buketan atau lung-lungan. Pemilihan teknik batik pekalongan biasanya diaplikasikan pada pakaian anak-anak dan remaja kasual, karena untuk pakaian anak-anak danremaja diperlukan warna-warna yang cerah sesuai dengankepribadian mereka yang ceria. disamping itu pemakaian warna yang cerah akan memberikan kesan batik ini bukanlah hal yang terlalu tua untuk digunakan dalam acara sehari-hari seperti jalan-jalan dan kuliah atau kerja. 2. Pertimbangan dalam Menerapkan Teknik Batik Cap Batik cap adalah teknik membatik yang merupakan inovasi dari teknik batik tulis yang sudah ada sejak zaman dahulu. Batik cap pertama kali dikenalkan sekitar abad 19 dan dulu alat cap atau stempelnya masih terbuat dari kayu dan masih snagat sederhana. Tapi kini karena kemajuan teknologi stempel capnya terbuat dari tembaga yang lebih awet dan motif yang dihasilkanpun lebih detail. Terciptanya batik cap adalah karena banyaknya permintaan konsumen akan batik, sedangkan untuk sehelai kain batik tulis memerlukan 2 minggu sampai satu bulan untuk proses pengerjaannya. Setelah ada teknik batik cap pengerjaan batik lebih efisien, menghemat waktu dan biaya produksi. Ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan teknik batik tulis, yakni faktor teknologi, faktor ekonomi, faktor bahan, faktor estetika dan faktor fungsional atau kegunaan. Alasan Danar Hadi mengaplikasikan teknik batik cap bedesan ini pada produknya adalah faktor ekonomi yakni efisisen waktu dalam pengerjaannya serta menghemat biaya produksi. Teknik bedesan ini berbeda dengan teknik lainnya

100 140 karena tidak ada proses mbironi atau nglorod di tengah proses produksi, jadi pengerjaannya dibalik kain diwarna terlebih dahulu dengan alat pewarna kain lalu setelah itu kain baru dibatik. Faktor Ekonomi,faktor ekonomi meliputi selera konsumen, pemasaran dan mode yang sedang berkembang di pasaran. Dalam menentukan teknik batik cap, faktor ekonomi juga sangat penting. Batik cap sendiri diciptakan untuk menekan biaya produksi agar kain batik yang dihasilkan harganya terjangkau. Sebagai contoh teknik batik cap pekalongan, karakteristiknya yang berwarna-warni cerah serta motif yang digunakan adalah motif kontemporer, maka motif batik pekalongan ini tentu akan banyak diminati konsumen di pasaran. Harganya yang terjangkau serta coraknya yang uptodate sangat pas dengan selera konsumen. Bahan baku yang digunakan juga kain primissima, bahan yang cocok untuk diaplikasikan ke dalam segala model baju. Faktor Bahan,pemilihan bahan baku dalam proses perancangan sangatlah penting, mengingat karakter dari berbagai jenis bahan tekstil berbeda-beda. Mori adalah bahan baku batik dari katun. Kualitas mori sangat bermacam-macam. Jenis mori menentukan kualitas kain batik yang dihasilkan. Jenis kain mori yang digunakan adalah kain mori primissima (Hamzuri, 1994:8). Teknik batik cap kombinasi proses pengerjaannya sangat panjang karena ada dua teknik batik yang digunakan yakni, teknik batik pekalongan dan teknik batik remukan wonogiren. Bahan baku yang dipilih untuk teknik ini adalah kain primissima, selain untuk menekan biaya produksi kain ini dipilih karena seratnya rapat dan kuat sehingga saat melalui berbagai macam proses batik kain tidak akan mudah sobek.

101 141 Faktor Kegunaan/Fungsi adalah pemikiran yang berhubungan dengan fungsional dari pemakaian tekstil (Nanang, 2006: 41). Karakteristik dari teknik batik kelengan adalah warna putih atau warna asli dari kain mori terlihat sangat tegas dengan warna dasar yang gelap yakni hitam. Isen-isen berupa titik dan garis juga terlihat sangat tegas. Alasan Danar Hadi teknik batik kelengan untuk diaplikasikan pada motif di atas karena pertimbangan faktor fungsional, yakni mengingat kain batik ini nantinya akan diproduksi menjadi kemeja seragam sebuah bank. Motif dan warna yang digunakan juga tidak terlalu mencolok, karena untuk seragam memang sebaiknya tidak terlalu banyak warna dan motifnya tidak perlu terlalu rumit. Faktor Estetis, aspek estetika adalah pertimbangan gagasan atau sumber ide dan tema termasuk olahan ragam hias dan warnanya. Juga diperhitungkan skala proporsi, pengulangan, komposisi dan teknis penampilan desainnya (Nanang, 2006:41). Sebagai contoh yakni teknik batik remukan wonogiren, karakteristik dari teknik batik remukan wonogiren adalah adanya motif retakan atau remukan yang dihasilkan dari peremukan malam pada saat proses pengerjaan produk batik. Motif retakan ini berwarna coklat tua atau soga sehingga menjadi ciri khas dari batik remukan wonogiren. Hasil dari proses remukan wonogiren ini ialah berupa suatu gambar berwarna putih di atas warna dasar dengan pecah-pecah pada gambar itu dengan warna soga atau warna lain (Sewan, 1980: 16). Alasan Danar Hadi memilih teknik batik remukan wonogiren untuk diaplikasikan pada motif batik yang akan diproduksi adalah pertimbangan faktor estetis. Kain batik yang diaplikasikan dengan teknik ini nantinya akan diproduksi menjadi blus wanita, sehingga bahan yang digunakan adalah kain crepe. Dipilih

102 motif kupu-kupu dan warna yang elegan dengan aksen retakan atau pecahan malam akan menambah nilai estetis bagi penggunanya Pertimbangan dalam Menerapkan Teknik Batik Kombinasi Tulis dan Cap Batik kombinasi tulis dan cap adalah kain batik yang cara membuatnya khususnya dalam membentuk motif atau corak batik dengan menggabungkan teknik batik tulis dan cap. Biasanya pada bagian motif yang besar atau motif utamanya yang dibatik dengan canting dan untuk motif latar belakangnya menggunakan teknik pembatikan menggunakan stempel atau cap. Pertimbangan Danar Hadi dalam menentukan teknik batik kombinasi tulis dan cap adalah pertimbangan faktor estetis dan faktor kegunaan/fungsi. Di pabrik ini memang tidak terlalu banyak memproduksi batik kombinasi tulis dan cap. Konsumen lebih suka batik tulis saja atau batik cap saja. Aspek estetika adalah pertimbangan gagasan atau sumber ide dan tema termasuk olahan ragam hias dan warnanya. Juga diperhitungkan skala proporsi, pengulangan, komposisi dan teknis penampilan desainnya (Nanang, 2006:41). Sebagai contoh yakni teknik batik kombinasi cap tulis pekalongan, karakteristik teknik pekalongan yang berwarna cerah dan motifnya yang kontemporer membuat kain batik ini tampak indah bila digarap dengan teknik batik kombinasi tulis dan cap. Alasan Danar Hadi menggarap kain batik ini dengan teknik kombinasi tulis dan cap adalah untuk nilai estetis. Kain batik yang dicap dengan motif parang ditambah dengan motif buketan dibagian pinggirnya semakin menambah nilai

103 143 estetis dari kain batik ini. Komposisi warnanya yang cantik cocok untuk diaplikasikan pada blus kerja atau blus untuk menghadiri acara pernikahan. Aspek fungsional ada pada setiap produksi batik di Danar Hadi, karena pabrik ini memang memproduksi batik untuk kebutuhan fungsional. Sebagai contoh teknik batik kombinasi tulis dan cap lorodan. Karakteristik dari teknik batik lorodan adalah batas antara warna soga dan putih terlihat tegas, serta antara warna dasar dengan gambar sebagian besar merupakan batas yang tegas. Garis serta titik yang dihasilkan pun terlihat sangat jelas. Kain batik ini diproduksi untuk jilbab persegi dengan motif buketan bunga yang digarap dengan teknik lorodan, agar warna yang dihasilkan tegas tetapi tidak terlalu mencolok. Sehingga cocok untuk diaplikasikan dalam berbagai macam pakaian dan suasana. Bahan baku yang digunakan adalah kain crepe yang tidak mudah kusut dan memberikan kesan mewah. Berdasarkan beberapa faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan teknik batik di atas dapat disimpulkan bahwa faktor ekonomi dan kegunaan merupakan faktor utama dalam menentukan teknik produksi batik. Faktor ekonomi dan faktor kegunaan merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan, karena suatu barang yang bernilai guna pasti akan bernilai ekonomi. Perkembangan teknologi tidak akan mampu menggeser popularitas batik tulis dimata dunia, karena ditiap proses pengerjaannya ada ketelitian dan kesabaran untuk menghasilkan produk berkualitas yang tidak akan bisa ditiru oleh alat secanggih apapun.

104 144 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian terhadap fokus masalah yang telah ditentukan dengan metode dan pendekatan penelitian kemudian diperoleh hasil penelitian sebagai berikut. Teknik dan proses batik yang diterapkan di Danar Hadi ada 3 yakni teknik batik tulis, teknik batik cap dan teknik kombinasi tulis dan cap. Ketelitian dan kualitas produk batik sangat diperhatikan, dengan dilakukannya quality control berkali-kali pada tiap prosesnya. Teknik batik yang digunakan di Danar Hadi sangat beragam, mulai dari batik tulis teknik yang digunakan yakni teknik batik lorodan, teknik batik kelengan, teknik batik pekalongan, teknik batik remukan wonogiren dan teknik batik kombinasi. Teknik batik cap yang diterapkan di Danar Hadi yaitu teknik batik bedesan, teknik batik kelengan, teknik batik pekalongan, teknik batik remukan wonogiren dan teknik batik kombinasi. Teknik batik tulis dan cap yang diterapkan di Danarhadi ada 2 yakni, teknik batik pekalongan dan teknik batik lorodan. Visual motif yang dihasilkan tiap produk batik berbeda sesuai dengan teknik batik yang diterapkan. Visual motif batik tulis akan berbeda dengan visual motif batik cap. Teknik batik kelengan dan bedesan memberikan visual motif batik yang hanya menggunakan 2 warna saja, sedangkan visual motif batik dengan teknik remukan wonogiren memberikan motif pecah-pecah atau retakan yang tidak bisa dicapai dengan teknik batik lainnya. Teknik batik pekalongan memberikan 144

105 145 beragam warna yang cerah pada produk batik yang dihasilkan, motifnya pun juga sesuai dengan perkembangan zaman. Latar belakang pemilihan teknik batik ditentukan oleh beberapa faktor yakni, faktor ekonomi, faktor fungsi/kegunaan, faktor bahan dan faktor estetika. Faktor ekonomi termasuk di dalamnya selera konsumen, pemasaran dan harga jual. Faktor fungsi atau kegunaan, yakni untuk apa produk itu dibuat apakah untuk pakaian, household, furniture, kain jarik, kain sarung dan lain sebagainya tentu berbeda teknik penggarapannya. Faktor bahan baku yang digunakan, di Danar Hadi menggunakan bahan baku kain mori, sutera dan tenun tentu tiap kain perlu penanganan khusus yang mempengaruhi penentuan teknik batik yang akan diterapkan. Faktor estetika, yakni terkait dengan visual motif yang dihasilkan dari tiap teknik batik. Teknik produksi batik sangat terkait dengan ongkos produksi. Sehingga teknik produksi batik juga menentukan harga produk. Teknik produksi batik juga terkait dengan visual motif batik yang dihasilkan, terbukti ditiap teknik batik yang diterapkan menghasilkan visual motif batik memiliki ciri khas masing-masing. Kualitas sebuah produk dapat dinilai dari visual motif yang dihasilkan. Dalam menentukan teknik produksi batik juga harus mempertimbangkan beberapa hal agar batik yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar. Faktor ekonomi adalah hal yang utama dalam menentukan teknik produksi batik di Danar Hadi, karena Danar Hadi adalah perusahaan batik yang profit oriented. Walaupun ada beberapa faktor lain seperti faktor fungsi atau kegunaan, faktor bahan dan faktor estetis yang juga menentukan harga dan kualitas produk.

106 146 B. SARAN Kajian teknik dan proses batik di Danarhadi ini masih bersifat global masih banyak yang dapat dikembangkan. Mulai dari rentang waktu penelitian kajian ini hanya sebatas tahun , masih dapat dikembangkan pada penelitian berikutnya dengan rentang waktu yang lebih lama atau sejak Danarhadi berdiri hingga sekarang. Sains yang digunakan dalam penelitian ini masih sebatas sains ekonomi masih banyak cabang ilmu sains yang dapat dikembangkan untuk penelitian berikutnya. Bagi pihak terkait, kajian teknik dan proses batik ini sebagai referensi dalam meneliti perusahaan batik tidak hanya di wilayah Surakarta saja tapi dapat meluas ke pulau Jawa atau Indonesia.

107 147 DAFTAR PUSTAKA Affanti, Tiwi Bina Ornamentik. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS. Asti Musman & Ambar B. Arini Batik: Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta: Penerbit G-Media. Bsc, Daryanto Batik & Sablon. Semarang: CV. Aneka Ilmu, Anggota IKAPI. Djoemena, Nian S., (1990), Ungkapan Sehelai Batik, Its Mystery and Meaning. Jakarta: Penerbit Djambatan. Djoemena, Nian S., (1990), Batik dan Mitra, Batik and Its Kind. Jakarta: Penerbit Djambatan Doellah, Santoso Batik Pengaruh Zaman dan lingkungannya. Surakarta: Danar Hadi. The Liang Gie Pengantar Filsafat Teknologi. Yogyakarta: Penerbit Andi Hamzuri Batik Klasik. Jakarta: Djambatan Ramadhan Iwet Cerita Batik. Tangerang: Penerbit Literati Francis Lim Filsafat Teknologi: Don Ihde tentang Manusia dan Alat. Yogyakarta: Kanisius Lisbijanto, Herry Batik. Yogyakarta: Graha Ilmu

108 Lucky Wijayanti dan Rahayu Pratiwi Menjadi Perancang dan Perajin Batik. Surakarta: PT. Tiga Serangkai Putra 148 Permana, DoddieK Desain Tekstil Menggunakan Adobe Photoshop. Bandung: Informatika Ristiayanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Penerbit Andi Riyanto dkk Katalog Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik. Rizali, Nanang Tinjauan Desain Tekstil. Surakarta: LPP Pendidikan dan UPT Penerbitan dan Percetakan (UNS Press). Rizali, Nanang Metode Perancangan Tekstil. Surakarta: LPP Pendidikan dan UPT Penerbitan dan Percetakan (UNS Press). Sachari, Agus Desain Gaya dan Realitas. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali Sachari, Agus (editor) Paradigma Desain Indonesia. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali Sri Herlina, (1999), pewarnaan alami untuk tekstil, Malang : Pusbang PLH Susanto, SK Sewan Seni Kerajinan Batik Indonesia. Jakarta: Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Sutopo, H.B Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS press.

109 Piliang, Amir Y ESAI PEMBUKA Pendekatan dalam Penelitian Desain: Pelbagai Perkembangan Paradigma. Yogyakarta: Percetakan Jalasutra 149 Walker, John A Desain, Sejarah, Budaya; Sebagai Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Percetakan Jalasutra Wonoharjo, Surjani Dasar-dasar Sains. Jakarta: PT Indeks Sumber lain :

110 LAMPIRAN 150

111 151

112 152

113 153

114 Gambar 1 Pola Kemeja Batik Tulis Foto: Lana Rahmawati,

115 Gambar 2 Pola Kemeja Batik Tulis Foto: Lana Rahmawati,

116 Gambar 3 Pola Selendang Batik Tulis Foto: Lana Rahmawati,

117 Gambar 4 Pola Blus Batik Tulis Foto: Lana Rahmawati,

118 Gambar 5 Pola Sarung Batik Tulis Foto: Lana Rahmawati,

119 Gambar 6 Pola Jarik Batik Tulis Foto: Lana Rahmawati,

120 Gambar 7 Pola Longdress Batik Tulis Foto: Lana Rahmawati,

121 Gambar 8 Pola Kemeja Batik Cap Foto: Lana Rahmawati,

122 162

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57 Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama. 1) Ngemplong Ngemplong

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Drs. Syamsudin, M. Sn. Ir. Sri Herlina, M.Si. PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Literatur Didapat dari macam-macam buku baik cetak maupun

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN Judul : Keluarga Nelayan Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2005 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara: Pameran Karya Seni Rupa tingkat Nasional

Lebih terperinci

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) FINAL TEST BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) GRADE 7 2011/2012 1. Konsep PTD adalah PGBU, yaitu... a. Pikir, Gambar, Buat, Ulangan b. Palu, Gergaji, Baut, Ulir c. Pikir, Gambar, Buat, Uji d. Pikir, Gabung,

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSES PEMBUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. MENGOLAH KAIN (PERSIAPAN ALAT DAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2009. Penelitian bertempat di Pusat Batik Desa Jarum Kecamatan Bayat

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang

Lebih terperinci

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN UD. Oca Batik Madura adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan penjualan batik tulis yang sedang berkembang dan professional. UD. Oca Batik Madura merupakan salah satu perusahaan yang ikut

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Sebuah ide biasanya dapat berasal dari manapun, bersumber dari apapun, sesuai inspirasi yang didapatkan oleh seniman itu sendiri, serta stimulus yang

Lebih terperinci

Form Daftar Har. No. Nama Barang Harga (Rp) Kompor. Wajan. 12 Wajan khusus batik Wajan batik biasa Canting

Form Daftar Har. No. Nama Barang Harga (Rp) Kompor. Wajan. 12 Wajan khusus batik Wajan batik biasa Canting Form Daftar Har No. Nama Barang Harga (Rp) Kompor 1 Kompor Astoetik otomatis (New) + wajan 325,000 Kompor Astoetik standar 2 290,000 (alumunium) + wajan Kompor Astoetik standar 3 310,000 (tanah liat) +

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya melalui seluruh indera yang

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Lebih terperinci

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) Lina Indra Kartika Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : m300adsa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain 5.1.1 Teori Tema Desain Penekanan tema desain pada projek Pusat Pengembangan Kerajinan Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah, merancang batik dengan berdasarkan mata pencaharian desa Bakaran, secara umum banyak menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sektor

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan Pengembangan ragam hias batik Banten memiliki keterkaitan dengan lingkungan non fisik. Dimana ragam hias batik banten memiliki ciri khas dan nilainilai budaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Studi Pustaka 1. Seni Batik Lukis Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik lukis dikerjakan dengan teknik tutup celup, menggunakan malam bahkan

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Objek Perancangan

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Objek Perancangan BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Objek Perancangan 1) Batik Batik adalah rangkaian proses dari membuat pola hias diatas kain sampai selesai pewarnaan dengan menggunakan lilin. a. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY SENI KERAJINAN BATIK Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY Pengertian Batik Pengertian batik secara umum adalah pembentukan gambar pada kain dengan menggunakan teknik tutup

Lebih terperinci

NO HARI PERTEMUAN WAKTU PELAJARAN MATERI CATATAN

NO HARI PERTEMUAN WAKTU PELAJARAN MATERI CATATAN RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KETERAMPILAN MASYARAKAT (PKM) TAHUN 2012, BIDANG PEMBUATAN DESAIN BATIK DENGAN BAHAN PEWARNA ALAM & KIMIA, LEMBAGA KURSUS BATIK SIGER YAYASAN SARI TELADAN NO HARI

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII 1. Batik berasal dari kata amba dan tik yang berarti... a. Menggambar, titik c. Menulis, garis b. Menulis, titik d. Menggambar, garis 2.

Lebih terperinci

PENGUATAN INDUSTRI BATIK NASIONAL DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN MEA

PENGUATAN INDUSTRI BATIK NASIONAL DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN MEA PENGUATAN INDUSTRI BATIK NASIONAL DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN MEA Uke Prajogo STIE Malangkucecwara Uke1prajogo@gmail.com Abstrak Diberlakukannya ACFTA pada Tahun 2010 dan MEA pada Tahun 2015 menyebabkan

Lebih terperinci

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia 23 PENGARUH KOMPOSISI RESIN ALAMI TERHADAP SUHU PELORODAN LILIN UNTUK BATIK WARNA ALAM Effect of Natural Resin Composition on Temperature of Wax Removing for Batik Natural Dye Vivin Atika *, Agus Haerudin

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN ABSTRAK Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbedabeda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Batik Betawi DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda C. Definisi Sekura Cakak Buah D. Kesimpulan dan Koreksi Kegiatan Penyusunan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada permasalahan yang muncul dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting

Lebih terperinci

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu EKSPLORASI WARNA ALAM MENGGUNAKAN KULIT BATANG, AKAR, DAUN DAN BUAH DARI TANAMAN MANGROVE (RHIZOPORA STYLOSA) SEBAGAI PEWARNA BATIK DENGAN PENGGUNAAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR Bayu Wirawan D. S.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi, isu perdagangan global dan kesadaran akan pentingnya peran konsumen telah mengakibatkan banyak perubahan pada kondisi persaingan dalam

Lebih terperinci

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017 PEMBUATAN BATIK JUMPUT DI DESA GLURANPLOSO KECAMATAN BENJENG KOTA GRESIK Nur Indah Rosyidah 1, Nurdiana Fatmawati 2, Novi Eka Styorini 3, Retno Wulan N.S 4, Siti Aisyah 5 1,2,3 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN

PENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN PENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN Abdul Malik 1, Retno 2, Ayu 3 Jurusan Teknik Kimia-Tekstil, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA A. Perusahaan Batik UD. Al- Mubarok 1. Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan Batik UD. Al- Mubarok Awal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kembang Telekan Kembang Telekan (Tagetes Erecta L) Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) Tanaman ini sering ditanam di halaman rumah dan taman-taman

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES

Lebih terperinci

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya kerajinan batik,batik merupakan warisan budaya indonesia. kerajinan pahat, kerajinan yang membutuhkan ketekunan. kerajinan ukir, adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES (pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.

Lebih terperinci

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY ABSTRAK Batik adalah seni kerajinan yang perlu dilestarikan kebaradaannya karena merupakan salah satu budaya

Lebih terperinci

NOMOR 314 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 314 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 314 TAHUN 2013 PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI INDUSTRI PENGOLAHAN GOLONGAN POKOK INDUSTRI TEKSTIL GOLONGAN

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN LAMPIRAN PENELITIAN Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN BATIK MUKTI RAHAYU DIKABUPATEN MAGETAN LAMPIRAN 1 FORMULA WAWANCARA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang memerlukan keterampilan khusus yang dapat menumbuhkan keaktifan

Lebih terperinci

Peta Materi KERAJINAN TEKSTIL. Jenis dan Karakteristik. Kerajinan Tekstil. 1. Tapestri 2. Batik 3. Sulam 4. Jahit Aplikas

Peta Materi KERAJINAN TEKSTIL. Jenis dan Karakteristik. Kerajinan Tekstil. 1. Tapestri 2. Batik 3. Sulam 4. Jahit Aplikas Peta Materi II KERAJINAN TEKSTIL Fungsi dan Prinsip Kerajinan Teksti Jenis dan Karakteristik Kerajinan Tekstil Proses Produksi Kerajinan Tekstil 1. Tapestri 2. Batik 3. Sulam 4. Jahit Aplikas Bahan Kerajinan

Lebih terperinci

Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi

Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi Karpet masjid sejatinya bukan hanya menjadi sebuah alas lantai, melainkan juga berfungsi sebagai alas salat dan salah satu elemen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tekstil di era modern seperti sekarang ini semakin dibutuhkan.batik adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Desain dan Produksi Kria Tekstil Kode Soal : 4063 Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan warisan nenek moyang yang mempunyai makna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Terbukti dengan penetapan UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009, bahwa

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01 DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :

Lebih terperinci

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM : BISNIS BATIK ONLINE Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA KELAS : AKHMAD DAHLAN : 11-S1TI-01 NIM : 11.11.4658 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Seiring dengan perkembangan batik yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

NASKAH APA KABAR JOGJA

NASKAH APA KABAR JOGJA Kerajinan Batik Kayu Kerajinan adalah salah satu keunggulan daya tarik wisata yang mampu mendukung Yogyakarta sebagai kota pariwisata // berbagai sumber potensi mengangkat citra kota yogyakarta / salah

Lebih terperinci

BATIK DARI INDONESIA

BATIK DARI INDONESIA BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. ARTIKEL PELATIHAN PEMBUATAN BATIK COLET BAGI SISWA SMK DIPONEGORO DEPOK (PROGRAM LANJUTAN) Oleh: Sugiyem, Sri Widarwati, Emy Budiastuti Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Abstract The purpose

Lebih terperinci

KERAJINAN BATIK LUKIS DI HOME INDUSTRY BATIK SETYA KARYA SLAMET LAWEYAN SURAKARTA TAHUN Skripsi Oleh: Brian Mustika Sari K

KERAJINAN BATIK LUKIS DI HOME INDUSTRY BATIK SETYA KARYA SLAMET LAWEYAN SURAKARTA TAHUN Skripsi Oleh: Brian Mustika Sari K KERAJINAN BATIK LUKIS DI HOME INDUSTRY BATIK SETYA KARYA SLAMET LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2013 Skripsi Oleh: Brian Mustika Sari K3208002 PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

Tahun 1970-an batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

Tahun 1970-an batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. PEMBERDAYAAN BATIK Oleh Suciati, S.Pd., M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil tersebar di sepanjang garis khatulistiwa.

Lebih terperinci

PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA

PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBATIKAN PADA TENUN SABUT KELAPA Lies Susilaning Sri Hastuti Peneliti pada Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl.Kusumanegara No 7 Yogyakarta E-Mail :hastuti2121@gmail.com ABSTRAK Tanaman

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA Oleh: Widihastuti Staf Pengajar Prodi Teknik Busana FT UNY widihastuti@uny.ac.id Pendahuluan Tanaman alpukat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri yang diprioritaskan untuk dikembangkan karena memiliki peran penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyumbang

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK Boneka bisa terbuat dari bermacam bahan, bahan yang bisa digunakan yaitu kain, kulit, kertas, fiber, tanah liat

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka terdapat tiga permasalahan sehubungan dengan perancangan batik tulis dengan sumber ide tanaman buah kakao.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Batik Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakkan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Kain Karawo Di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo terdapat empat kelompok pengrajin, kelompok pertama diketuai oleh Ibu Sarta Talib terdiri

Lebih terperinci

Kajian Batik Tulis Riau

Kajian Batik Tulis Riau Kajian Batik Tulis Riau Oleh : Ria Enita Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Batik tulis adalah seni melukis yang di lakukan di atas kain dengan menggunakan lilin atau malam

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Batik Girli Di Sragen Sebagai Desa Wisata Yang Berkelanjutan. 1.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Batik Girli Di Sragen Sebagai Desa Wisata Yang Berkelanjutan. 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) adalah Pengembangan Kawasan Batik Girli Di Sragen Sebagai Desa Wisata Yang Berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

pelatihan ibu-ibu di Desa Sidomukti. - Batik Sidomukti struktur organisasi terdiri dari. 1. Ketua : Sri Wahyuni 2. Pendamping : Agus Sunarto

pelatihan ibu-ibu di Desa Sidomukti. - Batik Sidomukti struktur organisasi terdiri dari. 1. Ketua : Sri Wahyuni 2. Pendamping : Agus Sunarto DAFTAR PERTANYAAN PENGGALIAN DATA, BATIK MUKTI LESTARI DI DESA SIDOMUKTI PLAOSAN MAGETAN 1. Bagaimana sejarah awal berdirinya Batik Mukti Lestari di Desa Sidomukti? - Batik Mukti Lestari ini sudah turun

Lebih terperinci

Indra. Seni Ebru: Melukis Di Atas Air

Indra. Seni Ebru: Melukis Di Atas Air Eksplorasi Seni Ebru: Keragaman Grid dalam Proses Melukis Di Atas Air Indra Seni Ebru: Melukis Di Atas Air Seni ebru adalah seni lukis dari Turki yang media dasarnya adalah air pada saat melukis dan dipraktikan

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikat celup merupakan upaya penciptaan ragam hias permukaan kain setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di Indonesia tersebar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Pengertian batik secara etimologis berarti menitikkan malam dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Pengertian batik secara etimologis berarti menitikkan malam dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Batik Pengertian batik secara etimologis berarti menitikkan malam dengan canting sehingga membentuk cocok yang terdiri atas susunan titik dan garis.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MANGROVE UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN EKONOMI RUMAH TANGGA

PENGGUNAAN MANGROVE UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN EKONOMI RUMAH TANGGA Volume 22 No. 4 Edisi Khusus SNEHPKM 2016 p-issn: 0852-2715 e-issn: 2502-7220 PENGGUNAAN MANGROVE UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN Risnovita Sari Universitas Negeri Medan, Medan Penulis Korespondensi: risnovita.sari@yahoo.com

Lebih terperinci

Teknik dasar BATIK TULIS

Teknik dasar BATIK TULIS Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK Terbentuknya kain tenun, pada mulanya manusia purba menemukan cara membuat tambang, kemudian tali dan juga benang dari tumbuhantumbuhan merambat dan

Lebih terperinci

KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN

KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. KESIMPULAN Dari hasil tinjauan data, baik data teoritis maupun data lapangan, dan hasil eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: a. Kain seser adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan

Lebih terperinci