PENGARUH PERUBAHAN PENGELOLA TERHADAP PENDAPATAN USAHA KOPAL DAN RESIN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PERUBAHAN PENGELOLA TERHADAP PENDAPATAN USAHA KOPAL DAN RESIN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT"

Transkripsi

1 PENGARUH PERUBAHAN PENGELOLA TERHADAP PENDAPATAN USAHA KOPAL DAN RESIN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT RADITA DANESHWARA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 PENGARUH PERUBAHAN PENGELOLA TERHADAP PENDAPATAN USAHA KOPAL DAN RESIN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor RADITA DANESHWARA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

3 3 RINGKASAN RADITA DANESHWARA. Pengaruh Perubahan Pengelola Terhadap Pendapatan Usaha Kopal dan Resin di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Dibawah Bimbingan Ir. YULIUS HERO, M.Sc Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) telah melakukan penyadapan getah sejak tahun Penyadapan dimulai dengan pembukaan kopal. Proses penyadapan tersebut sebagai langkah pemanfaatan hasil hutan bukan kayu untuk menghasilkan pendapatan bagi HPGW. Setelah kopal, pembukaan resin terjadi tahun Selama 10 tahun, HPGW telah melakukan pergantian manajemen sebanyak tiga kali yaitu periode , , dan 2009-sekarang. Pada periode tersebut pola pendapatan mengalami perbedaan, baik pendapatan pengelola maupun pendapatan penyadap getah. Metode yang digunakan adalah analisis biaya manfaat dan analisis pendapatan penyadap, kemudian disajikan dengan tabulasi dan dijelaskan secara deskriptif. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling yaitu penyadap yang telah bekerja pada tiga periode manajemen. Selama tiga periode manajemen, pendapatan pengelola mengalami fluktuasi. Pada periode tahun sebesar Rp ,67/tahun, pada periode tahun Rp ,76/tahun, pada periode 2009-sekarang meningkat sebesar Rp ,40/tahun. Hal ini dikarenakan pada periode setelah tahun 2009 adanya usaha peningkatan getah seperti pemberian stimulan, insentif, pengaturan kawasan, dan dijadikannya pendapatan getah beserta pelayanan jasa sebagai pemasukan utama HPGW. Sementara itu periode sebelum tahun 2009 belum adanya usaha peningkatan getah karena lebih berfokus pada sektor lain sebagai pemasukan. Munculnya resin pada tahun 2007 mampu menutupi kekurangan disaat kopal tidak mampu menutupi biaya pengelolaan. Kondisi serupa terjadi pada biaya produksinya yang mengalami fluktuasi. Adanya pendapatan yang tinggi menghasilkan biaya produksi dan biaya pengelolaan yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan karena adanya produksi yang tinggi bagi pendapatan maka biaya produksinya semakin tinggi. Perubahan manajemen mengakibatkan adanya peningkatan pendapatan per tahunnya bagi penyadap. Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan motivasi dan curahan waktu dalam menyadap. Peningkatan faktor tersebut dikarenakan adanya usaha dari manajemen dalam upaya peningkatan pemasukan getah seperti pemberian insentif dan stimulan yang berpengaruh terhadap peningkatan tersebut, sehingga kontribusi pendapatan getah penyadap semakin meningkat dari awal hingga saat ini. Namun adanya peningkatan tersebut belum mampu menutupi kebutuhan hidup penyadap, sehingga masih dibutuhkan pendapatan dari hasil lain untuk menutupi kekurangannya. Sementara itu biaya produksi penyadap tidak mengalami peningkatan signifikan karena alat produksi yang digunakan relatif sama, peningkatan terjadi pada biaya hidup karena terdapat peningkatan harga-harga pada kebutuhan hidup. Kata kunci: manajemen, pendapatan, getah, pengelola, penyadap

4 SUMMARY RADITA DANESHWARA. Effect on Management Change to Business Revenue of Copal and Resins in Gunung Walat Education Forest Sukabumi district, West Java. Under the Supervision of Ir. YULIUS HERO, M.Sc. The Gunung Walat Education Forest (GWEF) had been tapping of sap since The tapping began with the opening of copal. The process of tapping as a step for using the non wood forest product to generate income for GWEF. After copal, the opening of resin was found in For 10 years, GWEF had been three times turnover the management, the period were , , and 2009-now. At those periods the pattern of income, both of the revenue of management or revenue tappers were different. The method that used is benefit cost analysis and revenue of tappers analysis, presented by tabulation and explained descriptively. Selection of respondents using the purposive sampling were the tappers who had beed working in three periods of management. During three periods of management, the revenue of management was fluctuated. At period Rp ,67/year, is Rp ,76/year, period of 2009-now is Rp ,40/year. This because of efforts to increase the sap, such as stimulant gives, incentives, area management, and the incoming from sap also services as the main income for GWEF, after 2009 period. Meanwhile, the periods before 2009 there is no efforts to increase the sap because focused in other sectors as income. The appearance of resin in 2007 was able to covered management costs while copal was not able. The similar condition happened in production cost that fluctuated. The high income can made high production cost and high management cost as well. These caused by high production for high income so that the production cos was higher. The change of management cause the increase of income per year for tappers. This caused by high motivation and outpouring time when tapping. The increased of that factors caused by the efforts from management to increase sap income, such as incentives and stimulant gives that influenced to those increase, so the contribution of sap income s tappers was increasing from beginning until now. But the increasing can not able to cover tappers s life, so it needs another income. Meanwhile, production cost of tappers was not significantly increase because production instruments that used were relatively same, the increase was found in living costs because there were the increase of prices of life needs. Keyword: management, revenue, sap, manager, tapper

5 PERNYATAAN Dengan ini saya nyatakan bahwa skripsi berjudul PENGARUH PERUBAHAN PENGELOLA TERHADAP PENDAPATAN USAHA KOPAL DAN RESIN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2011 Penulis

6 Judul Skripsi Nama NRP : Pengaruh Perubahan Pengelola Terhadap Pendapatan Usaha Kopal dan Resin di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat : Radita Daneshwara : E Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Yulius Hero, MSc. NIP : Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP Tanggal Lulus :

7 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw berserta umatnya. Penyusunan dan penulisan skripsi ini merupakan tahapan akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2010 adalah Pengaruh Perubahan Pengelola Terhadap Pendapatan Usaha Kopal dan Resin di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwasanya skripsi yang tentunya didasarkan pada sudut pandang dan bekal pengetahuan yang penulis miliki ini masih jauh dari sempurna. Keluasan sudut pandang dan pengetahuan yang pembaca miliki akan sangat bermanfaat untuk kritik dan saran sehingga membantu menyempurnakan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat berfungsi dan memberikan manfaat sebagaimana yang seharusnya bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, Februari 2011 Penulis

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 4 Februari 1988 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Drs. Hardijanto Suryowinoto (alm) dan Rochmah Hardijanto. Penulis sekolah di TK. Libbi Andita Davitri Bogor ( ), kemudian melanjutkan ke SD Negeri Pengadilan 3 Bogor ( ), setelah itu melanjutkan kembali ke SMP Negeri 4 Bogor ( ), selanjutnya pada tahun 2003 penulis masuk ke SMA Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis masuk ke IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tingkat dua, penulis masuk Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi seperti Music Agriculture Expresion (MAX) pada tahun Pada tahun penulis aktif di organisasi kemahasiswaan yakni sebagai Staff Departemen Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan, selanjutnya aktif di organisasi yang sama tahun berikutnya sebagai Kepala Biro Seni Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan ( ). Penulis aktif dikepanitiaan seperti Koordinator Medis Temu Manajer 2008 serta Staff Divisi Acara E-GREEN Selain itu penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang- Sancang Garut tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2009, penulis juga melakukan Pratek Kerja Lapang (PKL) di PT. Erna Djuliawati di Kalimantan Barat selama dua bulan, Februari-April Selain itu penulis aktif dalam usaha Event Organizer Fireworks Enterprise sejak awal 2010 hingga sekarang sebagai Head Marketing and Finance. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Perubahan Pengelola Terhadap Pendapatan Usaha Kopal dan Resin di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat di bawah bimbingan Ir. Yulius Hero, M.Sc

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas limpahan rezeki dan berkah-nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Orang tua ibu tercinta Rochmah Hardijanto dan ayah Drs. Hardijanto (alm) dengan segala hormat penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga atas segala curahan kasih sayang, pengorbanan, doa dan jerih payah untuk keberhasilan penulis. 2. Adikku Ardyan Azrarajasa serta keluarga. Terimakasih atas dorongan semangat yang telah diberikan. 3. Bapak Ir. Yulius Hero, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 4. Prof. Dr. Ir. Yusram Massijaya, MS; Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA dan Dr. Ir. Cahyo Wibowo, MSc selaku dosen penguji pada ujian komprehensif penulis. 5. Seluruh Dosen, Staff pengajar, dan karyawan Fakultas Kehutanan dan TPB IPB yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat selama penulis menuntut ilmu dan menyelesaikan studi di IPB. 6. Seluruh pihak di Hutan pendidikan Gunung Walat, Direktur HPGW Ir. Budi Prihanto, MS; Manajer Operasional Ir. Agung Sutrisno; Bapak Dizy Rizal; Manajer PSDH Udin Abdul N, S.Hut; Bapak Supriyanto; Bapak Irdika Mansur; Bapak Endang Husaeni; beserta seluruh staff HPGW yang tidak bisa disebutkan satu per satu penulis ucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas penerimaan dan arahannya di lapangan. 7. Rekan-rekan seperjuangan Manajemen Hutan 43 dan teman-teman Manajemen Hutan 44 yang sangat banyak tidak bisa disebutkan satu per satu, telah membagi canda tawa maupun kesedihan selama ini serta bantuannya kepada penulis.

10 4 8. Teman-teman di seluruh IPB dari mulai asrama hingga saat ini terimakasih banyak. 9. Rekan-rekan Fireworks Enterprise (Andre, Andi, Yayat, Linda, Hania, Suke, Rika, Rahma) atas kerjasamanya, Mari kita tingkatkan. Kepada Ferra Aziz yang bersama-sama di lapangan saat penelitian dan menemani turun ke desadesa. Juga untuk teman sepermainan di MNH 43 yang tidak bisa disebut satu per satu terimakasih atas semangat kalian. 10. Kepada teman-teman Arvandor (Uthie, Adi, Deple, Jo, Olive, Dita, Savie) yang tetap ada. 11. Yuly Ratna Pratiwi yang telah memberikan semangat, dorongan, dan masukan yang bermanfaat bagi penulis. Terimakasih banyak. 12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah turut membantu selama penulis menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2011 Penulis

11 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Perumusan Masalah... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Manfaat dan Biaya Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Resin Kopal Motivasi BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data Metode Pengolahan Data Pendapatan Usaha BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Luas Iklim dan Topografi Tanah dan Hidrologi Vegetasi Satwa Mata Pencaharian Penduduk Sekitar Panorama dan Fasilitas BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Pengenalan Umum Mengenai Periode Manajemen Pendapatan Pengelola HPGW Biaya Pengelola HPGW Pendapatan Bersih Pengelola HPGW Penerimaan Penyadap Biaya Penyadap HPGW Pendapatan Bersih Penyadap Getah Terhadap Biaya Produksi Pendapatan Penyadapan Getah Terhadap Biaya Rumah Tangga Perbandingan Penyadapan Dengan Hasil Lain Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Kontribusi Pendapatan dan Curahan Waktu Penyadapan Getah... 45

12 5.12 Tren Motivasi Penyadap dan Curahan Waktu pada Berbagai Periode Rekapitulasi Pola Pendapatan Penyadap Kopal dan Resin pada Berbagai Periode Manajemen BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA...58 LAMPIRAN...60 iii

13 iv No DAFTAR TABEL Halaman 1. Rata-rata usia penyadap kopal dan resin responden Tingkat pendidikan penyadap kopal dan resin responden Tempat tinggal penyadap kopal dan resin responden Tren produksi kopal HPGW Tren produksi resin HPGW Tren harga jual kopal HPGW Tren harga jual resin HPGW Tren penerimaan kopal HPGW Tren penerimaan resin HPGW Tren biaya produksi kopal HPGW Tren biaya produksi resin HPGW Tren biaya pengelolaan HPGW Tren pendapatan bersih kopal terhadap biaya sadap HPGW Tren pendapatan bersih resin terhadap biaya sadap HPGW Tren biaya pendapatan bersih total (kopal dan resin) HPGW Tren pendapatan bersih total terhadap biaya pengelolaan HPGW Tren upah sadap penyadap HPGW pada berbagai periode manajemen Perbandingan upah sadap dengan harga jual (kopal) Penerimaan penyadap kopal (Rp/tahun) Penerimaan penyadap resin (Rp/tahun) Biaya produksi penyadapan kopal (Rp/tahun) Biaya produksi penyadap resin (Rp/tahun) Biaya rumah tangga (Kehidupan) penyadap kopal (Rp/tahun) Biaya rumah tangga (Kehidupan) penyadap resin (Rp/tahun) Pendapatan bersih penyadap kopal dari biaya produksi (Rp/tahun) Pendapatan bersih penyadap resin dari biaya produksi (Rp/tahun) Pendapatan penyadapan kopal terhadap biaya rumah tangga Pendapatan penyadapan resin terhadap biaya rumah tangga Pendapatan penyadap kopal pada periode tahun Pendapatan penyadap kopal pada periode tahun Pendapatan penyadap kopal pada periode tahun 2009-sekarang Pendapatan penyadap resin pada periode tahun Pendapatan penyadap resin pada periode tahun 2009-sekarang Kontribusi pendapatan dan curahan waktu penyadapan kopal periode tahun Kontribusi pendapatan dan curahan waktu penyadapan kopal periode tahun Kontribusi pendapatan dan curahan waktu penyadapan kopal periode tahun 2009-sekarang Kontribusi pendapatan dan curahan waktu penyadapan resin

14 periode tahun Kontribusi pendapatan dan curahan waktu penyadapan resin periode tahun 2009-sekarang Pola pendapatan penyadap kopal pada berbagai periode Pola pendapatan penyadap resin pada berbagai periode Kesejahteraan penyadap menurut Sajogyo (1977) dan UMR Sukabumi (2010) v

15 vi DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Foto citra lokasi HPGW Sebaran potensi tegakan Diagram motivasi penyadap kopal pada berbagai periode manajemen Diagram motivasi penyadap resin pada berbagai periode manajemen Grafik curahan waktu terhadap pendapatan penyadap kopal Grafik curahan waktu terhadap pendapatan penyadap resin... 52

16 vii No DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Identitas responden Kegiatan penyadapan kopal Kegiatan penyadapan resin Data produksi, penerimaan dan biaya produksi kopal pengelola HPGW Data produksi, penerimaan dan biaya produksi resin pengelola HPGW Biaya pengelolaan HPGW Komponen biaya penyadap kopal Komponen biaya penyadap resin Komponen penerimaan penyadap kopal Komponen penerimaan penyadap resin Komponen biaya hidup penyadap kopal Komponen biaya hidup penyadap resin Dokumentasi penelitian... 87

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan banyak manfaat yang terkandung didalamnya. Keberadaan hutan di Indonesia saat ini lebih banyak dimanfaatkan pada produksi kayu yang dihasilkan oleh hutan. Sedangkan potensi manfaat hutan tidak hanya kayu, melainkan hasil hutan bukan kayu (HHBK). HHBK dapat menjadi komoditas yang dapat diperhitungkan dan bernilai tinggi jika dikelola dengan baik. Hasil hutan bukan kayu menjadi alternatif disaat hasil hutan kayu di Indonesia sudah semakin terbatas, sehingga pilihan pengelolaan hasil hutan bukan kayu menjadi pilihan pemanfaatan hutan. Contoh HHBK seperti kopal, resin, rotan, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sudah semakin banyak. Namun saat ini belum mendapat perhatian yang lebih karena paradigma yang masih menilai hasil hutan kayu lebih bernilai tinggi dibandingkan dengan hasil hutan bukan kayu. Untuk itu dibutuhkan suatu pengelolaan yang baik dan profesional agar hasil hutan bukan kayu dapat dimanfaatkan dengan nilai yang tinggi serta kualitas yang lebih ditingkatkan. Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) mempunyai tujuan utama sebagai hutan pendidikan selain itu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sudah dilakukan. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) menurut FSC adalah keseluruhan sumberdaya atau produk biologis selain kayu yang berasal dari hutan untuk diperjualbelikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan atau masyarakat lokal (Games et al dalam Syamsu 2009). Pada tahun 2009 telah dilakukan perubahan pengelola Hutan Pendidikan Gunung Walat. Perubahan pengelola ini mempunyai pengaruh terhadap pengelolaan hasil hutan bukan kayu, dalam hal ini kopal dan resin. Untuk mengetahui pengaruh perubahan pengelola ini terhadap pemanfaatan getah kopal dan resin antara periode setelah 2009 dan sebelum tahun 2009, maka perlu dilakukan penelitian pengaruh perubahan pengelola terhadap pendapatan usaha kopal dan resin di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

18 2 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mempelajari perubahan manajemen usaha kopal dan resin setelah tahun 2009 dan sebelum tahun Mempelajari pendapatan dan biaya usaha kopal dan resin pengelolaan periode setelah tahun 2009 dan sebelum tahun 2009 dari sisi pengelola dan sisi penyadap. 3. Membandingkan pendapatan kopal dan resin terhadap biaya rumah tangga periode setelah tahun 2009 dan sebelum tahun 2009 dari sisi pengelola dan sisi penyadap. 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak yang berkepentingan: 1. Bagi Pengelola, menjadikan penelitian ini sebagai masukan dan pertimbangan terhadap pengelolaan kopal dan resin. 2. Bagi Penulis, penelitian ini dapat dijadikan sarana belajar memahami pengelolaan hutan. 3. Bagi Pembaca, penelitian ini dapat menambah informasi tentang pendapatan suatu usaha dari pengelolaan hasil hutan bukan kayu. 1.4 Perumusan Masalah Dalam suatu manajemen terdapat sistem pengelolaan tertentu untuk menghasilkan output tertentu. Karena itu dalam perubahan manajemen terdapat suatu sistem pengelolaan yang berbeda dalam menghasilkan suatu output yang berbeda pula. HPGW menggunakan manajemen berbeda dalam usaha kopal dan resin sebelum tahun 2009 dan setelah tahun 2009, dalam hal ini sebelum tahun 2009 terbagi menjadi periode tahun dan periode tahun Oleh sebab itu pendapatan usaha kopal dan resin dari sisi petani maupun pihak pengelola HPGW pada periode tersebut menjadi penting untuk diketahui tentang pendapatan yang paling besar di antara periode tersebut baik dari sisi petani maupun pengelola, yang semua itu berujung pada pemanfaatan HHBK secara optimal.

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Manfaat dan Biaya Biaya dalam pengertian ekonomi adalah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan barang agar siap dipakai konsumen (Sudarsono 1995). Apabila perluasan pengetian biaya ini diteruskan termasuk besarnya keuntungan normal (normal profit). Bila kita berusaha secara wajar, di sektor mana pun, biasanya akan mendapatkan keuntungan rata-rata. Keuntungan ratarata ini merupakan keuntungan minimum yang dapat diraih tanpa usaha ekstra. Pengertian keuntungan dalam teori ekonomi dipersempit menjadi hanya keuntungan diatas normal, super, atau super normal (Sudarsono 1995). Teori biaya tradisional menganalisa biaya dalam kerangka waktu yang berbeda yaitu dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek terdapat biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel seperti halnya semua faktor juga variabel dalam kerangka waktu ini. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan. Bahkan bila untuk sementara produksi dihentikan biaya tetap ini harus dibayar dalam jumlah yang sama, yaitu termasuk dalam biaya tetap ini adalah misalnya gaji tenaga administratif, penyusutan mesin, gedung dan alat-alat lain serta keuntungan normal yang diperhitungkan sebagai persentase tertentu dari faktor produksi tetap. Sedangkan biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya berubahubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. Makin besar kuantitas produksi, makin besar pula jumlah biaya variabel. Yang temasuk dalam biaya variabel ini adalah biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung dan biaya eksploitasi dalam rangka pemanfaatan faktor tetap misalnya bahan bakar minyak, kerusakan kecil-kecil dan biaya perawatan lain (Sudarsono 1995). Biaya Tetap Total (BTT) dilukiskan sebagai garis lurus sejajar dengan sumbu kuantitas produksi (mendatar), sedangkan biaya variabel total (BVT) dilukiskan sebagai suatu kurva yang terus menerus naik sebab makin besar

20 4 kuantitas produksi makin besar pula biaya variabel totalnya, yaitu lebih banyak bahan mentah dibeli, lebih banyak orang dipekerjakan, makin besar biaya eksploitasinya. Akan tetapi laju kenaikannya berbeda-beda (Sudarsono 1995). Biaya Tetap Rata-Rata (BRT) adalah sama dengan biaya total per satuan produk yang dapat diperoleh dengan cara membagi biaya tetap dengan kuantitas produksi (BRT = BTT/Q). Biaya varabel rata-rata (BVR) menggambarkan besarnya biaya variabel per satuan produk dan dapat diperoleh dengan membagi biaya variabel total dengan kuatitas produksinya (BVR = B.Q/Q). Perilaku biaya variabel rata-rata dan biaya rata-rata hampir sama, yaitu menurun dengan cepat pada kuantitas produksi rendah, kemudian laju penurunannya semakin lambat sampai pada kuantitas tertentu (Sudarsono 1995). Biaya sebagai sumberdaya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya aktual adalah biaya yang terjadi untuk dibedakan dari biaya yang dianggarkan atau biaya yang diperkirakan. Akumulasi biaya adalah kumpulan data biaya yang diorganisir dengan cara sejumlah yang menggunakan sarana berupa sistem akuntansi. Pembebanan biaya adalah istilah umum yang terdiri atas (1) menelusuri akumulasi biaya yang mempunyai hubungan langsung dengan obyek biaya dan (2) mengalokasikan akumulasi biaya yang mempunyai hubungan tidak langsung dengan obyek biaya (Horngren et al. 2008). Ada dua penelusuran biaya dan alokasi biaya, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung suatu obyek biaya terkait dengan suatu obyek biaya dan dapat dilacak ke obyek biaya tertentu dengan cara yang layak secara ekonomi. Contoh, biaya kaleng atau botol merupakan biaya langsung dari Pepsi Cola. Sedangkan biaya tidak langsung merupakan suatu obyek biaya berkaitan dengan suatu obyek biaya namun tidak dapat dilacak ke obyek biaya tertentu dengan cara layak secara ekonomi. Contoh, gaji supervisi yang juga mengawasi produksi sejumlah produk minuman ringan lain yang pembotolannya dilakukan di pabrik Pepsi merupakan biaya tidak langsung bagi Pepsi Cola (Horngren et al 2008). Menurut Horngren et al. (2008), beberapa faktor yang mempengaruhi klasifikasi biaya langsung dan tak langsung :

21 5 1. Materialitas suatu biaya. Semakin besar nilai suatu biaya, semakin besar kemungkinan biaya tersebut dapat dilacak secara ekonomis ke obyek biaya tertentu. 2. Ketersediaan teknologi pencarian informasi. Perkembangan teknologi pencarian informasi memungkinkan perusahaan mengelompokan semakin banyak biaya sebagai biaya langsung. 3. Desain Operasi. Mengelompokan biaya sebagai biaya langsung akan mudah jika fasilitas perusahaan digunakan secara eksklusif hanya untuk obyek yang spesifik, seperti produk tertentu atau konsumen tertentu. Secara umum, biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis. Komponen-komponen biaya tersebut pada dasarnya terdiri dari : barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, biaya tak terduga, sunk cost atau biayabiaya yang dikeluarkan di masa lalu sebelum investasi baru yang direncanakan akan ditetapkan (Nurmalina et al. 2009). Manfaat terdiri dari 3 macam yaitu: tangible benefit, indirect or secondary benefit, dan intangible benefit. Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur, disebabkan oleh: Peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, pengurangan biaya transportasi, penurunan atau menghindari kerugian. Sementara itu indirect or secondary benefit merupakan manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri sehingga mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis. Sedangkan intangible benefit adalah manfaat yang riil ada tapi sulit diukur. Misalnya bisnis pertanaman, dimana manfaatnya berupa keindahan, kenyamanan, dan kesegaran juga kesehatan dan pendidikan (Nurmalina et al. 2009). 2.2 Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang dibangun sejak tahun 1950an dan dikelola Fakultas Kehutanan IPB sejak tahun 1970an telah berhasil menjadikan areal berhutan yang memberikan banyak manfaat (Fahutan IPB 2008). Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dilengkapi Base Camp yang terletak di tengah-tengah hutan pendidikan, di kompleks base camp terdapat mess

22 6 untuk menginap, ruang pertemuan, ruang kelas, aula, mesjid, dapur dan fasilitas lainnya (Fahutan IPB 2008). Terbangunnya Hutan di Areal Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan jerih payah dan kerjasama semua pihak, masyarakat dan muspika Kecamatan Cibadak-Cicantayan Kabupaten Sukabumi, Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Departemen Kehutanan, para Alumni, civitas akademika Fakultas Kehutanan IPB, donatur, dan pengelola HPGW serta pihak-pihak lain yang belum disebutkan (Fahutan IPB 2008). Pembangunan Hutan Pendidikan Kehutanan berawal pada Tahun 1959, ketika Fakultas Kehutanan IPB masih merupakan Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Indonesia. Pada tahun 1959 dibangun Hutan Percobaan di Darmaga seluas 50 Ha, yang diikuti dengan pembangunan Kampus Kehutanan di Darmaga. Fakultas Kehutanan idealnya dikelilingi oleh hutan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, terutama dalam kerangka lebih memahami model pengelolaan hutan lestari di lapangan. Hutan percobaan seluas 50 Ha tersebut dirasakan kurang mencukupi, sehingga pada tahun 1960 mulai membangun Hutan Pendidikan di Pasir Madang, seluas 500 Ha. Namun, setelah ditanam seluas 50 Ha, lahan tersebut diambil alih oleh PT Tjengkeh Indonesia. Pada tahun 1961 dilakukan penjajagan ke Pemerintah Daerah Jawa Barat untuk dapat mengelola kawasan hutan di Komplek Hutan Gunung Walat. Pada tahun 2005, Menteri Kehutanan menerbitkan Surat Keputusan No. 188/Menut-II/2005 tertanggal 8 Juli 2005, tentang penunjukan dan penetapan kawasan Hutan Produksi Terbatas Kompleks Hutan Pendidikan Gunung Walat seluas 359 Ha sebagai kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (HDTK) untuk Hutan Pendidikan dan Latihan Gunung Walat Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, untuk jangka waktu 20 tahun. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor diberi hak pengelolaan penuh terhadap kawasan Hutan Pendidikan dan Latihan Gunung Walat, Sukabumi. Fakultas Kehutanan IPB dalam mengelola HPGW bekerjasama dengan berbagai pihak, baik masyarakat setempat, pemerintah Kabupaten Sukabumi, Pemerintah Propinsi Jawa Barat, Pemerintah, terutama Departemen Kehutanan, Perusahaan baik BUMN maupun swasta dan pihak-pihak lain (Fahutan IPB 2008).

23 7 Hutan Pendidikan Gunung Walat merupakan tempat: 1. Pelatihan dan pendidikan, 2. Wisata pendidikan, 3. Wisata alam, 4. Wisata budaya, atau 5. Tempat menginap menikmati suasana hutan di sekitar base camp, Fasilitas jalan dan jalan setapak yang baik memungkinkan untuk mengeksplorasi kekayaan alam Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan dengan Interpreter professional memungkinkan untuk memberikan pemahaman akan arti penting ekosistem hutan dan nilai-nilai ekonomi sumberdaya hutan. Hutan Pendidikan Gunung Walat menyediakan fasilitas untuk rekreasi alam, jelajah hutan, camping, panjat pohon, flying fox dan lainnya. Belajar sambil berwisata, menambah ilmu pengetahuan, bergembira dan sehat. Bagi komunitas penggemar permainan perang-perangan, Hutan Pendidikan Gunung Walat bisa menjadi salah satu alternatif tempat yang menarik (Fahutan IPB 2008). 2.3 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) menurut FSC adalah keseluruhan sumberdaya atau produk biologis selain kayu yang berasal dari hutan untuk diperjualbelikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan atau masyarakat lokal (Games et al dalam Syamsu 2009). Departemen Kehutanan (1991) dalam Erna Hidayat (2005) menyatakan bahwa HHBK yang sudah dimanfaatkan ada sekitar 90 jenis, namun demikian hanya beberapa jenis saja yang sudah dikenal dalam perdagangan baik di dalam maupun di luar negeri, antara lain jenis tanaman dan kelompok tumbuhan tak berkayu, resin dan bahan karet, minyak atsiri, minyak lak dan lain-lain. Menurut Sumadiwangsa (1998) dalam Wratsongko (2005), dari kawasan hutan dapat diperoleh kayu (sebagai bahan baku bangunan dan pertukangan) dan hasil lain disebut sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Selanjutnya HHBK digolongkan kepada hasil nonhayati (abstrak atau intangible seperti penadah air, hutan wisata, pelindung atmosfir), dan hasil hayati (hewani dan nabati)

24 8 2.4 Resin Penyadapan pohon pinus dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan melukai sampai kayu atau hanya sampai kambiumnya (Sumantri 1991 dalam Gerard 2007). Dinding sel yang mengelilingi saluran getah memiliki tekanan sebesar 70 atm yang menyebabkan getah keluar saat disadap. Getah pinus berasal dari saluran resin yang terdapat dalam sistem longitudinal dan radial yang secara berkala akan saling berpotongan dimana saluran resin tersebut dikelilingi oleh jaringan epitel yang memiliki fungsi sebagai penghasil dan penyalur getah (Soepardi 1955 dalam Gerard 2007). Getah tumbuhan (resin) merupakan bahan yang mempunyai susunan yang kompleks, dihasilkan oleh kelenjar tertentu yang berbentuk saluran getah (resin ducts), dikelilingi oleh saluran parenkim, membentuk saluran resin longitudinal dan radial. Saluran longitudinal dikelilingi oleh jaringan-jaringan epitel yang menghasilkan getah. Pada jenis-jenis kayu berdaun jarum terdapat pada hampir disetiap tumbuhan. Produksi saluran resin dirangsang dengan pelukaan atau kejadian luka yang lain (Haygreen dan Bowyer 1982 dalam Dharmawan 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi getah pinus yaitu faktor internal, eksternal dan perlakuan. Faktor internal meliputi jenis pohon, jumlah persen kayu gubal yang banyak di pohon, kesehatan pohon, sistem perakaran, persen tajuk (lebar dan tinggi tajuk). Sementara itu faktor eksternal seperti jarak tanam, iklim dan tempat tumbuh (cocok di suhu C dan tinggi mdpl). Sedangkan faktor perlakuan seperti bentuk sadapan, arah sadapan, arah pembaharuan, dan upaya stimulansia (Kasmudjo 2005). Pinus dapat menyimpan air yang banyak di musim penghujan dan mengalirkannya di musim kemarau sehingga pinus disarankan ditanam pada daerah dengan curah hujan diatas 3000 mm/tahun. Hal ini menyebakan tidak akan terjadi kekeringan pada musim kemarau akibat konsumsi air yang tinggi oleh pinus (Indrajaya dan Handayani 2008).

25 9 2.5 Kopal Kopal sering dikacaukan dengan istilah dammar, yaitu getah yang dihasilkan dari pohon-pohon famili Dipterocarpaceae dan Burceraceae. Adapun perbedaan-perbedaan yang tampak pada keduanya adalah pada kopal tidak terdapat lubang-lubang udara, sukar dihaluskan dan mempunyai sifat larut dalam alkohol, tetapi tidak larut dalam minyak tanah atau terpentin serta akan terjadi nyala yang besar bila terbakar. Sedangkan dammar mempunyai sifat-sifat kebalikan dari kopal, yaitu mempunyai banyak lubang udara, bisa dihaluskan dan tidak larut dalam alkohol tetapi larut dalam minyak tanah atau terpentin serta akan meleleh dan menetes bila terbakar (Manupputy 1995 dalam Siswandoyo 1999). Partadiredja dan Koamesakh (1973) dalam Siswandoyo (1999) menyebutkan bahwa kopal menurut asal dan cara dihasilkannya ada dua jenis yaitu kopal sadap dan kopal galian. Kopal sadap yaitu kopal yang diperoleh dengan cara melukai pohon. Sedangkan kopal galian yaitu kopal yang diperoleh dalam tanah, berasal dari sekresi pohon dammar yang tertimbun di dalam tanah. Jenis kopal ini tanpa disadap, menetes dari pohon dammar secara alami. Jenisjenis yang tergolong dalam kopal sadap adalah kopal loba dan kopal melengket, sedangkan jenis kopal yang tergolong dalam kopal galian adalah kopal bua. Kopal merupakan eksudat dari kulit dalam pohon agathis, kopal merupakan cairan kental berwarna jernih atau putih yang semakin lama semakin keras setelah terkontaminasi dengan udara (Whitmore 1977 dalam Wratsongko 2005). Produksi kopal paling tinggi pada pagi hari (14,4 gr/pohon), kemudian siang hari (13,2 gr/pohon), yang terendah pada sore hari (10,9 gr/pohon). Hal ini disebabkan kelembaban yang masih tinggi serta suhu udara rendah di pagi hari, sinar matahari belum mampu menembus ketebalan kabut yang ada. Perlakuan yang semestinya untuk meningkatkan produksi pada siang hari dengan menutup koakan dengan plastik hitam. Hal ini dilakukan untuk menahan sinar matahari tidak mengenai langsung ke getah sehingga getah tidak mudah beku sebagaimana diketahui kopal akan beku dengan penyinaran langsung (Soenarno et al. 1984).

26 Motivasi Terdapat 3 tingkatan dalam motivasi yaitu motivasi dasar (fear motivation), motivasi menengah (achievement motivation), dan motivasi tinggi (inner motivation). Motivasi dasar berdasarkan pada ketakutan. Melakukan sesuatu karena takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Motivasi menengah didasarkan pada keinginan mencapai sesuatu. Motivasi tinggi berupa kekuatan dari dalam diri didasarkan tujuan hidup pekerja. Motivasi ini bukan sekedar memperoleh sesuatu (uang, prestasi, dan lain-lain), tetapi proses pembelajaran yang dilaluinya untuk mencapai tujuan hidupnya (Farhan 2010). Penjelasan mengenai konsep motivasi manusia menurut Abraham Maslow mengacu pada lima kebutuhan pokok yang disusun secara hirarkis. Tata lima tingkatan motivasi secara secara hierarkis ini adalah sebagai berikut : Pertama, kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah) yaitu manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Kedua, kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja (Safety Needs). Kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya, jabatan-nya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Ketiga, kebutuhan sosial (Social Needs) yaitu kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Keempat, kebutuhan akan prestasi (Esteem Needs) yaitu kebutuhan akan kedudukan dan promosi dibidang kepegawaian. Kelima, kebutuhan mempertinggi kapisitas kerja (Self actualization). Yaitu setiap orang ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik (Zainun 1989). Motivasi dan kemampuan untuk menghasilkan memang merupakan syarat pokok yang istimewa bagi manusia yang langsung berpengaruh terhadap tingkat dan mutu kinerja. Di samping itu, ciri-ciri lingkungan organisasi dan praktikpraktik manajemen juga turut mempengaruhi kinerja pegawai. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai itu antara lain terdiri dari faktorfaktor budaya, hukum, politik, ekonomi, teknologi, dan sosial. Pengaruh itu dapat bersifat langsung maupun tidak langsung (Zainun 1989).

27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kecamatan Cicantayan-Cibadak Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat, pada bulan Juni- Juli Bahan dan Alat Penelitian ini dilakukan terhadap pendapatan usaha kopal dan resin di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Alat yang digunakan meliputi alat tulis, kalkulator, komputer (Ms. Office Word dan Ms. Excel), draft pertanyaan, dan kamera. Bahan yang diperlukan berupa data primer dan sekunder. 3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dari hasil wawancara dengan pemilihan responden secara purposive sampling yaitu penyadap kopal dan resin Hutan Pendidikan Gunung Walat yang bekerja sebagai penyadap selama 3 periode manajemen (sebanyak 16 penyadap). Data sekunder (data dari pihak manajemen dan pustaka) berupa laporan keuangan/produksi HPGW dari tahun Data yang dikumpulkan diperoleh dengan cara: 1. Teknik Observasi, yaitu pengamatan langsung dilapangan. 2. Teknik Wawancara, yaitu menanyakan langsung kepada penyadap kopal dan resin. 3. Teknik Studi Pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data berdasarkan buku atau bahan rujukan (literatur). 4. Teknik Pencatatan, yaitu pengumpulan data berdasarkan data sekunder pada tempat penelitian. 3.4 Metode Analisis Data Analisis dilakukan secara kuantitatif dan disajikan secara tabulasi. Melihat angka perbedaan manfaat dan biaya sehingga didapatkan profit pada periode manajemen sebelum tahun 2009 (yaitu periode kepemimpinan tahun dan ) dan setelah tahun Data dan informasi tersebut kemudian

28 12 diolah dengan rumus pendapatan usaha, setelah itu dijelaskan secara deskriptif. Karena itu terlihat perbedaan pendapatan usaha periode sebelum tahun 2009 dan setelah tahun 2009 dari sisi penyadap dan pihak pengelola HPGW. 3.5 Metode Pengolahan Data Pendapatan Usaha Analisis Biaya Manfaat Untuk menilai dan melihat suatu usaha menghasilkan pendapatan yang menguntungkan bagi penyadap ataupun bagi pihak pengelola HPGW dibutuhkan pendekatan manfaat dan biaya. Semua manfaat yang ada dan semua biaya yang ada dimasukan sehingga didapatkan sebuah profit margin tertentu dengan mengurangkan manfaat dengan biaya. Rumus profit margin tersedia sebagai berikut yang digunakan di semua perhitungan pendapatan (pengelola dan penyadap). I = TR - TC atau I = ( P x Q ) ( TFC + TVC) Dimana: I = Keuntungan bersih yang dihasilkan (net profit) TR = Total pemasukan atau pendapatan yang dihasilkan TC = Total biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ( TFC + TVC) P = Harga produksi atau harga jual (Price) Q = jumlah produk yang dihasilkan (Quantity) TFC = Biaya tetap total TVC = Biaya variabel total atau biaya tidak tetap total Dari rumus tersebut, dapat dijabarkan dengan rumus-rumus biaya turunannya. Karena terdapat berbagai macam biaya yang dihasilkan untuk menghasilkan biaya total, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya Tetap Total (TFC) = FC 1 + FC FC n Keterangan: Semua biaya yang bersifat tetap ditambahkan menghasilkan biaya tetap total. Biaya Variabel Total (TVC) = VC 1 + VC VC n

29 13 Keterangan: 1. Semua biaya yang bersifat variabel ditambahkan menghasilkan biaya tetap total. 2. Jenis biaya terdiri dari biaya terhadap hasil produksi dan biaya hidup Analisis Pendapatan Penyadap 1. Menghitung kontribusi pendapatan getah terhadap total pendapatan (%). I getah % = (I getah / I total ) x 100% 2. Menghitung kontribusi pendapatan hasil lain terhadap total pendapatan (%). I hasil lain % = (I hasil lain / I total ) x 100% 3. Menghitung pendapatan total penyadap (Rp/tahun). I total = I getah + I hasil lain 4. Menghitung kecukupan pendapatan terhadap biaya hidup (Rp/tahun). Keterangan: I getah = Pendapatan bersih terhadap biaya produksi penyadap dari hasil getah (Rp/tahun) I hasil lain = Pendapatan bersih terhadap biaya produksi penyadap dari hasil lain (Rp/tahun) I total = Pendapatan total yang didapat dari hasil getah dan hasil lain (Rp/tahun) I getah % = Persentase pendapatan dari hasil getah terhadap pendapatan total (Rp/tahun) I hasil lain % = Persentase pendapatan dari hasil lain terhadap pendapatan total (Rp/tahun) I net = Pendapatan penyadap setelah dikurangi biaya hidup (Rp/tahun) = Biaya yang dikeluarkan penyadap untuk memenuhi kebutuhan hidup C hidup I net = I total - C hidup

30 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Secara Geografis Hutan Pendidikan Gunung Walat berada pada '27''BT sampai '29''BT dan -6 54'23''LS sampai -6 55'35''LS. Secara administrasi pemerintahan HPGW terletak di wilayah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Sedangkan secara administrasi kehutanan termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi. HPGW terletak 2,4 km dari jalan Sukabumi - Bogor (desa Batununggal). Dari simpang Ciawi berjarak 46 km dan dari Sukabumi 12 km. Luas kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah 359 Ha, terdiri dari tiga blok, yaitu Blok Timur (Cikatomang) seluas 120 Ha, Blok Barat (Cimenyan) seluas 125 Ha, dan Blok Tengah (Tangkalak) seluas 114 Ha. Gambar 1 Foto citra lokasi HPGW 4.2 Iklim dan Topografi Klasifikasi iklim HPGW menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B, dengan dengan nilai Q = 14,3%-33% dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara mm. Suhu udara maksimum di siang hari 29 C dan minimum 19 C di malam hari.

31 15 HPGW terletak pada ketinggian mdpl. Topografi bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan, sedangkan ke bagian utara mempunyai topografi yang semakin curam. Pada punggung bukit kawasan ini terdapat dua patok triangulasi KN (670 m dpl.) dan KN (720 m dpl.). 4.3 Tanah dan Hidrologi Tanah HPGW adalah kompleks dari podsolik, latosol dan litosol dari batu endapan dan bekuan daerah bukit, sedangkan bagian di barat daya terdapat areal peralihan dengan jenis batuan Karst, sehingga di wilayah tersebut terbentuk beberapa gua alam karst (gamping). HPGW merupakan sumber air bersih yang penting bagi masyarakat sekitarnya terutama di bagian selatan yang mempunyai anak sungai yang mengalir sepanjang tahun, yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar. Kawasan HPGW masuk ke dalam sistem pengelolaan DAS Cimandiri. 4.4 Vegetasi Tegakan Hutan di HPGW didominasi tanaman damar (Agathis lorantifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan jenis lainnya seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidae sp, Shorea sp, dan akasia (Acacia mangium). Di HPGW paling sedikit terdapat 44 jenis tumbuhan, termasuk 2 jenis rotan dan 13 jenis bambu. Selain itu terdapat jenis tumbuhan obat sebanyak 68 jenis. Potensi tegakan hutan ± m 3 kayu damar, m 3 kayu pinus, 464 m 3 puspa, 132 m 3 sengon, dan 88 m 3 kayu mahoni. Pohon damar dan pinus juga menghasilkan getah kopal dan getah pinus. Di HPGW juga ditemukan lebih dari 100 pohon plus damar, pinus, maesopsis/kayu afrika sebagai sumber benih dan bibit unggul.

32 16 Gambar 2 Sebaran potensi tegakan 4.5 Satwa Di areal HPGW terdapat beraneka ragam jenis satwa liar yang meliputi jenis-jenis mamalia, reptilia, burung, dan ikan. Dari kelompok jenis mamalia terdapat babi hutan (Sus scrofa), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kelinci liar (Nesolagus sp), meong congkok (Felis bengalensis), tupai (Callociurus sp.j), trenggiling (Manis javanica), musang (Paradoxurus hermaphroditic). Dari kelompok jenis burung (Aves) terdapat sekitar 20 jenis burung, antara lain Elang Jawa, Emprit, Kutilang dll. Jenis-jenis reptilia antara lain biawak, ular, bunglon. Terdapat berbagai jenis ikan sungai seperti ikan lubang dan jenis ikan lainnya. Ikan lubang adalah ikan sejenis lele yang memiliki warna agak merah. Selain itu terdapat pula terdapat pula lebah hutan (odeng, tawon gunung, Apis dorsata). 4.6 Mata Pencaharian Penduduk Sekitar Penduduk di sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian dan bekerja sebagai buruh pabrik. Pertanian yang dilakukan berupa sawah lahan basah dan lahan kering. Jumlah petani penggarap yang dapat ditampung dalam program agroforestri HPGW sebanyak 300 orang petani penggarap. Hasil pertanian dari lahan agroforestri seperti singkong, kapolaga, pisang, cabe, padi gogo, kopi, sereh, dll. Jumlah ternak domba/kambing di sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat sebanyak 1875 ekor, jika setiap ekor domba/kambing memerlukan

33 17 5 kg rumput, maka diperlukan hijauan sebanyak 9,375 ton. Hijauan pakan ternak tersebut sebagian besar berasal dari HPGW. Kecamatan Cicantayan, khususnya desa Hegarmanah juga merupakan desa penghasil manggis dengan mutu ekspor. Jumlah pohon manggis di desa Hegarmanah sebanyak batang dan akan terus bertambah. Untuk menjadi sentra produksi diperlukan pohon. 4.7 Panorama dan Fasilitas Panorama alam dan iklim mikro yang sejuk merupakan obyek rekreasi yang dominan di HPGW, terutama karena bentang alam perbukitan yang memanjang dari ujung Barat ke Timur. Fasilitas dan kapasitas untuk pendidikan dan latihan yang telah dibangun adalah Gedung serbaguna/aula ( orang), Asrama ( orang), Ruang kuliah ( orang), Wisma tamu (40 orang), Mushola (250 orang), Ruang Kerja, Kantor, Ruang Informasi, Tempat Parkir, Ruang Makan dan MCK, sedangkan fasilitas rekreasi yang telah ada adalah jalan setapak, gardu pandang, gardu istirahat, areal perkemahan dan papan-papan petunjuk (Prihanto 2009).

34 5.1 Karakteristik Responden Usia Penyadap BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata responden terbanyak antara selang umur tahun sebesar 50%. Hal ini disebabkan pada selang umur tersebut responden lebih memilih untuk bekerja di sekitar hutan dengan menyadap dibandingkan dengan beraktifitas di kota yang jauh dari tempat tinggal. Ini menjelaskan bahwa tenaga kerja penyadap kopal dan resin umumnya berusia tahun. Tabel 1 Rata-rata usia responden penyadap kopal dan resin No Selang Umur Jumlah Penyadap Persentase (%) , , > ,25 Total Pendidikan Penyadap Penyadap kopal dan resin didominasi berpendidikan SD sebesar 75%, sedangkan tidak bersekolah sebesar 25%. Pendidikan ini berpengaruh terhadap pola pikir penyadap untuk meningkatkan usaha mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga tingkat pendidikan responden yang bekerja menyadap kopal dan resin adalah tingkat pendidikan rendah tidak tamat SD dan tamat SD. Tabel 2 Tingkat pendidikan responden penyadap kopal dan resin No Tingkat Pendidikan Jumlah Penyadap Persentase (%) 1 SD SMP SMA Tidak Sekolah 4 25 Total Tempat Tinggal Penyadap Tempat tinggal penyadap relatif menyebar karena adanya pemerataan asal tempat tinggal. Namun penyadap lebih terkonsentrasi pada Cijati dan Citalahab. Hal ini dikarenakan lokasi kampung tersebut berdekatan dengan blok sadapan

35 19 penyadap. Cijati berada sebelah timur HPGW yang merupakan blok pinus, sehingga penyadap yang berada di Cijati di dominasi oleh penyadap resin. Sementara itu kampung Citalahab berada di sebelah barat HPGW yang merupakan blok Agathis, sehingga penyadap yang berada di Citalahab di dominasi oleh penyadap kopal. Tabel 3 Tempat tinggal responden penyadap kopal dan resin No Tempat Tinggal Jumlah Penyadap Persentase (%) 1 Citalahab 4 25,0 2 Cijati 6 37,5 3 Nanggerang 2 12,5 4 Cipeureu 3 18,75 5 Sindang 1 6,25 Total Pengenalan Umum Mengenai Periode Manajemen Periode Manajemen Tahun Pada periode manajemen tahun pengelolaan HPGW dibawah pimpinan Bapak Irdika Mansur. Pada periode ini belum ada usaha peningkatan usaha getah yang maksimal. Hal ini dikarenakan HPGW masih berfokus pada peralihan manajemen yang bersubsidi dari Fakultas Kehutanan IPB menjadi mandiri. Pendanaan HPGW masih mendapat bantuan dari fakultas, sementara untuk memenuhi kebutuhan operasional lain, maka pengembangan usaha dilakukan. Saat itu lebih dititikberatkan pada sektor agroforestri dan koperasi untuk pemasaran hasil pertanian. Sehingga usaha penyadapan kopal relatif belum menjadi prioritas. Awal produksi getah dengan harga yang dipasarkan Rp per kg dan biaya upah sadap Rp 600 per kg. Namun produksi masih relatif sedikit berkisar 900 kg per bulan sehingga dalam perluasan pasar untuk melakukan kontrak langsung ke industri kurang memungkinkan karena membutuhkan bahan baku kopal yang cukup banyak. Untuk menjaga stabilitas pasar dan harga, pihak HPGW menjual bahan baku kopal ke Pak Jefri sebagai distributor kopal untuk industri. Pak Jefri adalah pembeli pertama kopal di HPGW sehingga kopal mulai disadap dalam jumlah besar. Beliau merupakan pengumpul kopal mendistribusikannya ke pabrik kemenyan dan pabrik vernis. dan

36 20 Sementara itu untuk pemberdayaan masyarakat, pihak HPGW memfasilitasi masyarakat Desa Hegarmanah untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan Hutan Toyota (kerjasama HPGW dengan PT. Toyota Astra Motor). Hal ini membantu perekonomian masyarakat karena upah yang diterima oleh masyarakat sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan hidup. Sementara manfaat bagi HPGW adalah masalah pencurian kayu menurun drastis serta meningkatnya hubungan dengan masyarakat desa. Kegiatan pemberdayaan lain ialah Proyek AKECU (Asean-Korean Environmental Cooperation Unit). Proyek ini merupakan kegiatan berupa pelatihan pertanian terpadu yang melibatkan masyarakat sekitar Hegarmanah salah satunya pembuatan pupuk kompos. Proyek ini memfasilitasi terbentuknya pasar tradisional dari hasil tani. Kegiatan pemberdayaan masyarakat berupa peningkatan ekonomi masyarakat lebih ke pertanian daripada penyadapan (pemanfaatan hutan) di HPGW Periode Manajemen Tahun Pada periode manajemen tahun pengelolaan HPGW dibawah pimpinan Bapak Supriyanto. Pada periode ini usaha peningkatan produksi getah mulai dilakukan. Kegiatan tersebut seperti penambahan frekuensi pengambilan getah (terutama pada saat hari besar lebih banyak mengambil getah karena membutuhkan lebih banyak uang). Kegiatan berikutnya adalah penelitian tentang stimulan untuk memicu lebih banyak getah yang keluar dari pohon. Pada periode ini HPGW mencoba mandiri (tidak ada pendanaan dari fakultas lagi), jika pada periode sebelumnya mencoba mandiri tetapi masih dibantu pendanaanya oleh fakultas. Periode ini memiliki ciri pada proses produksi yaitu penetapan kelas kualitas (grading). Kualitas getah dibagi dalam tiga kelas yaitu grade A (kualitas getah yang bersih, besar, untuk kebutuhan ekspor), grade B (kualitas getah dengan kandungan kulit pohon kurang dari 5%, agak kecil, untuk pengolahan kembali), dan grade C (kualitas getah dengan kandungan kulit kayu lebih dari 5%, berbentuk kecil-kecil, untuk kebutuhan lokal). Grade A memiliki harga jual Rp per kg dengan upah sadap Rp 800 per kg, grade B memiliki harga jual Rp per kg dengan upah sadap Rp 750 per kg, grade C memiliki harga jual Rp per kg dengan upah sadap Rp 700 per kg. Tujuan awal dari sistem grade

37 21 ini untuk menjaga kualitas di tingkat penyadap serta permintaan pembeli. Tujuan berikutnya untuk meningkatkan harga jual agar harga tidak rendah. Namun proporsi penerimaan getah masih lebih rendah dibandingkan dengan penerimaan di sektor lain. Pada periode ini dibuka pula penyadapan resin sesuai permintaan Perhutani. HPGW menilai jika hanya dari kopal tidak dapat mencukupi untuk biaya operasional manajemen. Resin menjadi kekuatan baru dengan harga jual sebesar Rp per kg dengan upah sadap Rp 850 per kg pada tahun 2007 dan Rp 950 per kg pada tahun Pemasaran getah kopal lebih ditekankan pada kepastian pasar. HPGW menginginkan pembeli yang berkelanjutan. Pemasaran hanya dilakukan ke Pak Junaedi (distributor pabrik kemenyan), beliau yang rutin memesan pada HPGW. Ada pembeli lain tetapi dalam bentuk skala kecil dan tidak kontinu. Sementara itu untuk pemasaran resin hanya didistribusikan ke Perhutani sebagai mitra sekaligus produsen getah pinus utama. Proses pendekatan ke masyarakat dilakukan dengan patroli intensif sehingga pencurian kayu berkurang, melalui kegiatan sosial seperti kegiatan mahasiswa, serta bantuan sosial untuk kegiatan hari besar. Sistem pemberian insentif (reward system) diberlakukan terhadap penyadap dengan produksi baik, namun hanya bertahan 10 bulan karena penyadap tidak antusias Periode Manajemen Tahun 2009-sekarang Pada periode manajemen tahun 2009-sekarang pengelolaan HPGW dibawah pimpinan Bapak Budi Prihanto. Pada periode ini terdapat peningkatan yang signifikan pada usaha getah. Peningkatan pesat ini karena terdapat usaha-usaha untuk meningkatkan produksi getah seperti kelola sosial, insentif, perluasan kapasitas, dan pelatihan. Dalam penentuan target produksi didasarkan pada tren yang ada, selagi masih bisa dipacu akan terus dikejar. Langkah pertama dengan mengoptimalkan penyadap. Dasar penetapan upah sesuai rataan jumlah produksi penyadap dan melihat kebutuhan hidup penyadap. Untuk upah sadap sebesar Rp per kg dengan tambahan Rp 200 per kg kelebihan dari target (untuk kopal dan resin). Target untuk resin 100 kg per minggu dan kopal 75 kg per minggu. Harga jual kopal

38 22 Rp per kg, sementara itu harga jual resin Rp per kg (data hingga Juni 2010). Pemasaran ditujukan kepada pembeli yang skema pembayarannya jelas dan tidak mengambil resiko. Kontinuitas penting, tetapi lebih ditekankan pada kejelasan pembayaran. Saat ini untuk pemasaran kopal hanya ke Pak Lukman (trader Cirebon) untuk selanjutnya ke pabrik di Surabaya. Beliau dinilai lebih aman (save) dalam pembayaran. Sementara itu jika resin tetap pemasarannya ke Perhutani. Periode ini kembali menggunakan satu kualitas getah kopal (tanpa grade). Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan harga. Kualitas A (grade A) jumlahnya semakin sedikit, sehingga jika terus produksi maka harga yang diperoleh akan rendah. Sementara itu grade C memiliki peningkatan kuantitas, sehingga jika masih diterapkan sistem grade maka pemasukan yang diterima menjadi lebih sedikit karena harga jual grade C lebih rendah. Untuk itu diambil jalan tengah untuk menaikan harga grade C dan sedikit menurunkan grade A sehingga ditemukan nilai tengah. Hal ini juga untuk menyelamatkan grade C yang banyak namun harga rendah. Tahun 2009 pendapatan getah masih 37% dari pendapatan total, namun untuk target 2010 pendapatan getah mencapai 50% dari pendapatan total. Karena yang menjadi prioritas ialah getah untuk pendapatan dasar, yang kedua ialah penerimaan pelayanan jasa seperti wisata permainan (out bond), sepeda gunung, penyewaan aula dan camp dan lain sebagainya. Meski kedepannya pelayanan jasa yang berpotensi lebih besar Periode Manajemen Tahun Pada periode manajemen tahun pengelolaan HPGW dibawah pimpinan Bapak Endang Husaeni. Untuk periode manajemen tahun ditempatkan di akhir karena tidak termasuk dalam analisis untuk penelitian ini. Pada periode ini dimulai penyadapan pada Februari Awal penyadapan dikarenakan ada pembeli dari Sukabumi (Pak Jefri) yang ingin membeli kopal HPGW. Tetapi HPGW belum melakukan penyadapan, sehingga dilakukan percobaan dan pelatihan penyadapan dengan mencontoh agathis di Situ Gunung.

39 23 Direktur HPGW mencontohkan penyadapan kepada mandor, kemudian mandor memberi arahan ke masyarakat yang ingin menyadap (awal ada penyadap). Percobaan dimulai tahun 1998 dengan personel 5 orang yang terdiri dari para mandor HPGW. Masing-masing melakukan percobaan 60 pohon (di 3 plot) sehingga total 900 pohon. Percobaan bertujuan untuk mengetahui potensi awal getah yang ada. Selanjutnya datang pembeli dari Sukabumi (Pak Jefri). Pada akhir kepemimpinan Pak Endang Husaeni dilakukan produksi penyadapan sekitar 2 bulan dengan hasil 350 kg dan 800 kg, upah sadap Rp 400 per kg dan harga jual Rp per kg. Peralatan produksi dibeli pada periode ini seperti kapak sadap, timbangan, ember dan peralatan sadap lainnya. Pada saat dimulai produksi sudah memberdayakan penyadap. Jumlah penyadap kopal sebanyak 20 orang. Pada awal periode ini tahun 1996, HPGW tidak memiliki uang sama sekali. Segala macam hal yang bisa menjadi uang akan dikerjakan, bahkan uang pribadi pernah dikeluarkan. Ada pengembangan agroforestri untuk pemasukan HPGW seperti kopi, aren, dan lain-lain. Namun pada tahun krisis moneter yang terjadi di Indonesia berpengaruh terhadap keadaan HPGW, sehingga Fakultas Kehutanan IPB dan Departemen-Departemen yang berada di Fakultas Kehutanan IPB turut mengucurkan dana. Pada tahun 2001 dimulailah penyadapan seiring datangnya pembeli (Pak Jefri). Pada periode ini rawan terjadinya pencurian kayu, bahkan kopal hasil sadapan. 5.3 Pendapatan Pengelola HPGW Tren Produksi Kopal dan Resin Produksi kopal telah dilakukan kurang lebih selama 10 tahun. Dari selang waktu tersebut terjadi dinamika dalam jumlah produksi. Produksi awal cukup tinggi dengan kg. Kemudian pada periode berikutnya turun dengan ratarata ,83 kg/tahun. Sementara itu periode saat ini mengalami peningkatan tajam sebesar kg. Hal ini dikarenakan pada saat awal produksi, pohon masih memiliki kandungan getah yang melimpah. Sementara itu pada periode dilakukan sistem grade yang tujuannya untuk menjaga kualitas dan meningkatkan harga jual di grade A, kelebihan sistem ini kualitas kopal di industri

40 24 semakin baik karena telah diklasifikasikan sebelumnya. Sedangkan kekurangan sistem ini adalah kandungan getah pada pohon agathis sudah semakin menipis dan saluran getah tertutup sehingga jumlah getah berkurang. Hal ini mengakibatkan getah grade A berkurang dan penerimaan semakin kecil karena grade B dan C yang lebih besar dengan kondisi harga jual yang kecil. Pada periode sekarang, peningkatan tajam terjadi karena dilakukannya pembukaan saluran getah oleh stimulan, sehingga saluran getah yang sudah menutup kembali terbuka sehingga getah lebih banyak keluar. Selain itu adanya sistem insentif mempengaruhi kinerja penyadap. Pada periode ini sistem grade dihapuskan karena untuk menyelamatkan harga dan penerimaan. Kelebihannya untuk menyelamatan grade A yang semakin menipis dan meningkatkan harga jual grade C, maka diambil jalan tengah tanpa grade. Tabel 4 Tren produksi kopal HPGW No Tahun Produksi Produksi Total (kg) Keterangan I Periode Tahun / ,00 Tanpa Grade II Periode Tahun ,50 Grade A 2.453,50 Grade B 6.779,80 Grade C ,00 Grade A 8.338,00 Grade B 3.543,00 Grade C ,50 Grade A ,00 Grade B 792,50 Grade C ,00 Grade A 7.510,00 Grade B 332,50 Grade C Jumlah ,30 Rata-Rata (per tahun) ,83 Per tahun III Periode Tahun sekarang / ,00 Tanpa Grade Sumber : Laporan Keuangan HPGW (diolah) Sementara itu untuk produksi resin pada awal pembukaan berkisar ,97 kg/tahun. Sementara pada saat ini peningkatan terjadi dengan produksi ,50 kg. Sama halnya dengan kopal, pada awal produksi getah pinus

41 25 melimpah secara alami namun mengalami penurunan. Setelah digunakannya stimulan terjadi peningkatan produksi. Tabel 5 Tren produksi resin HPGW No Tahun Produksi Produksi Total (kg) Keterangan A Periode Tahun , ,65 - Jumlah ,93 - Rata-Rata (per tahun) ,97 - B Periode Tahun sekarang / ,50 - Sumber : Laporan Keuangan HPGW tahun (diolah) Tren Harga Kopal dan Resin Peningkatan harga jual terjadi sejak pembukaan kopal hingga sekarang. Perbedaan harga pada periode yang sama tidak jauh berbeda namun jika antara periode kenaikan hampir mencapai dua kali lipat. Kenaikan harga ini bisa dipengaruhi oleh faktor peningkatan permintaan terhadap kopal sehingga mempengaruhi harga pasar (dari sisi eksternal) dan faktor peningkatan biaya produksi (dari sisi internal). Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya biaya produksi butuh dana untuk menutupi kenaikan dengan meningkatkan harga jual. Pada Tabel 6 terlihat ketika menggunakan sistem grade pada periode , harga grade A rata-rata Rp 4.250,00/kg lebih tinggi dari grade B dan C. Namun kondisinya ketersediaan grade A semakin kecil dan grade B dan C yang tinggi (pada Tabel 4). Kelebihannya dari segi kualitas sangat baik namun secara kuantitas penerimaan akan berkurang jika kondisi ini tidak diubah. Pada periode 2009-sekarang dilakukan tanpa grade untuk menyelamatkan harga jual C dan B (ditinggikan) karena situasinya produksi terbanyak pada kualitas tersebut.

42 26 Tabel 6 Tren harga jual kopal HPGW No Tahun Produksi Harga (Rp/kg) Keterangan I Periode Tahun / ,00 Tanpa Grade II Periode Tahun ,00 Grade A 3.500,00 Grade B 3.000,00 Grade C ,00 Grade A 3.500,00 Grade B 3.000,00 Grade C ,00 Grade A 3.750,00 Grade B 3.500,00 Grade C ,00 Grade A 3.750,00 Grade B 3.500,00 Grade C Jumlah ,00 Grade A ,00 Grade B ,00 Grade C Rata-Rata (per tahun) 4.250,00 Grade A 3.625,00 Grade B 3.250,00 Grade C III Periode Tahun sekarang / ,00 Tanpa Grade Sumber : Laporan Keuangan HPGW (diolah) Harga jual produksi resin terjadi peningkatan antar periode. Peningkatan tersebut tidak jauh berbeda hanya ada penambahan Rp 500/kg. Harga ini dipengaruhi oleh harga pasar dimana Perhutani sebagai pemegang pasar resin memiliki harga jual Rp 2.800,00/kg. kondisi tersebut mengakibatkan tidak ada peningkatan harga jual di tingkat HPGW. Tabel 7 Tren harga jual resin HPGW No Tahun Produksi Harga (Rp/kg) Keterangan I Periode Tahun , ,00 - Jumlah 7.000,00 - Rata-Rata 3.500,00 - II Periode Tahun sekarang / ,00 - Sumber : Laporan Keuangan HPGW tahun (diolah)

43 Tren Penerimaan Kopal dan Resin Penerimaan kopal HPGW mengalami fluktuasi antar periode manajemennya. Pada periode terjadi penurunan penerimaan. Hasil ini berkaitan dengan penurunan jumlah produksi tersebut. Dapat terlihat pula pada periode penerimaan terbanyak pada kualitas B (grade B), sehingga penjualan harga yang lebih tinggi di grade A tetapi kuantitasnya lebih sedikit. Hal ini menyebabkan penerimaan dari grade A sangat kecil, rata-rata sebesar Rp ,50/tahun. Berbeda pada grade B yang mencapai Rp ,50/tahun. Sementara itu penerimaan kotor pada periode sekarang mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan jumlah produksi sekitar Rp ,00/tahun. Hal ini membuktikan ada perbedaan yang nyata penerimaan kopal di setiap periode manajemen. Penjabaran tersebut terlihat pada Tabel 8. Tabel 8 Tren penerimaan kopal HPGW No Tahun Produksi Penerimaan (Rp/tahun) Keterangan I Periode Tahun / ,00 Tanpa Grade II Periode Tahun ,00 Grade A ,00 Grade B ,00 Grade C ,00 Grade A ,00 Grade B ,00 Grade C ,00 Grade A ,00 Grade B ,00 Grade C ,00 Grade A ,00 Grade B ,00 Grade C Jumlah ,00 Grade A ,00 Grade B ,00 Grade C Rata-Rata (per tahun) ,50 Grade A ,50 Grade B ,00 Grade C III Periode Tahun sekarang / ,00 Tanpa Grade Sumber : Laporan Keuangan HPGW (diolah)

44 28 Sementara itu, penerimaan di sektor resin cukup tinggi dengan rata-rata Rp ,50/tahun. Namun pada periode 2009-sekarang peningkatan yang terjadi sekitar 8 kali lipat atau 800% menjadi Rp ,00/tahun. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan produksi dan peningkatan harga jual seiring dengan peningkatannya permintaan terhadap resin. Tabel 9 Tren penerimaan resin HPGW No Tahun Produksi Penerimaan (Rp/tahun) Keterangan I Periode Tahun , ,00 - Jumlah ,00 - Rata-Rata ,50 - II Periode Tahun sekarang / ,00 - Sumber : Laporan Keuangan HPGW tahun (diolah) 5.4 Biaya Pengelola HPGW Biaya Terkait Penyadapan Kopal dan Resin (Biaya Produksi) Dalam perhitungan pendapatan bersih, maka dicari selisih antara penerimaan kotor dengan biaya-biayanya. Untuk mendapatkan pendapatan bersih penyadapan dari segi pengelola, maka dilakukan pengurangan penerimaan dengan biaya produksinya. Berikut biaya produksi kopal dan resin HPGW yang tersaji pada Tabel 10 dan Tabel 11. Tabel 10 Tren biaya produksi kopal HPGW No Tahun Produksi Biaya (Rp/tahun) Keterangan I Periode Tahun / ,33 - II Periode Tahun , , , ,45 - Jumlah ,97 - Rata-Rata (per tahun) ,24 - III Periode Tahun sekarang / ,60 - Sumber : Laporan Keuangan HPGW (diolah) Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 10, terlihat adanya fluktuasi biaya produksi kopal. Pada periode tahun terjadi biaya

45 29 Rp ,33/tahun. Sementara itu pada periode tahun memiliki rata-rata biaya yang cukup rendah, berkisar Rp ,24/tahun sedangkan pada periode tahun 2009-sekarang biaya yang terjadi sangat tinggi mencapai Rp ,60/tahun. Hal ini terjadi seiring kebutuhan yang semakin meningkat. Sementara itu untuk mengetahui penerimaan bersih resin, penerimaan kotor dikurangi biaya-biaya produksinya. Peningkatan biaya terjadi dari periode sebelumnya dengan periode sekarang, pada periode sebelumnya sebesar Rp ,96/tahun sementara saat ini Rp ,60/tahun. Berikut ialah tabel yang menyajikan data mengenai tren biaya produksi resin. Tabel 11 Tren biaya produksi resin HPGW No Tahun Produksi Biaya (Rp/tahun) Keterangan I Periode Tahun , ,17 - Jumlah ,92 - Rata-Rata (per tahun) ,96 - II Periode Tahun sekarang / ,60 - Sumber : Laporan Keuangan HPGW tahun (diolah) Dari hasil yang didapatkan tersebut terjadi peningkatan biaya produksi yang disebabkan dengan adanya usaha untuk meningkatkan produksi, maka biaya produksinya pun akan meningkat. Sebagai contoh upah penyadapan akan keluar lebih banyak ketika ada produksi yang besar dari penyadap Biaya Pengelolaan HPGW Biaya pengelolaan HPGW diperlukan untuk melihat sejauh mana kontribusi penyadapan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga tersebut. Biaya pengelolaan HPGW ini mencakup segala biaya yang dibutuhkan oleh HPGW dalam menjalankan operasional kegiatan seperti biaya listrik, transportasi, logistik dan lain sebagainya. Pada Tabel 12 dapat dilihat biaya pengelolaan HPGW tahun

46 30 Tabel 12 Tren biaya pengelolaan HPGW No Tahun Produksi Biaya (Rp/tahun) Keterangan I Periode Tahun /2002* ,66 - II Periode Tahun , , , ,10 - Jumlah ,41 Rata-Rata (per tahun) ,52 III Periode Tahun sekarang / ,80 - Sumber : Laporan Keuangan HPGW (diolah) Ket : * Data Tidak Tersedia, sehingga dilihat dari data terdekatnya Berdasarkan Tabel 12, dilihat bahwa biaya pengelolaan HPGW terbesar pada periode 2009-sekarang dengan Rp ,80/tahun dan terkecil pada periode dengan Rp ,52/tahun. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan fasilitas-fasilitas baru dan program baru yang dicanangkan HPGW sehingga kebutuhan pengelolaan HPGW semakin meningkat. 5.5 Pendapatan Bersih Pengelola HPGW Pendapatan Bersih terhadap Biaya Sadap (Produksi) Pendapatan bersih terhadap biaya sadap merupakan selisih antara penerimaan kotor dari hasil kopal dengan biaya produksi kopal. Berikut merupakan penyajian data pendapatan bersih dari biaya produksi. Tabel 13 Tren pendapatan bersih kopal terhadap biaya sadap HPGW No Tahun Produksi Pendapatan (Rp/tahun) Keterangan I Periode Tahun / ,67 - II Periode Tahun , , , ,55 - Jumlah ,03 Rata-Rata (per tahun) ,76 III Periode Tahun sekarang / ,40 - Sumber : Laporan Keuangan HPGW (diolah)

47 31 Tabel 13 menjelaskan pendapatan bersih kopal terbesar pada periode saat ini dengan Rp ,40/tahun. Sedangkan pada periode tahun sebesar Rp ,67/tahun. Sementara itu pada periode rata-rata sebesar Rp ,76/tahun. Hal ini dikarenakan pada awal pembukaan penyadapan tahun , kuantitas getah masih melimpah, sedangkan tahuntahun berikutnya mulai menipis. Sementara itu pada periode 2009-sekarang, dilakukan perlakuan stimulan untuk merangsang keluarnya getah agar melimpah. Sementara itu untuk mengetahui pendapatan bersih resin, maka dilihat pula pengurangan antara penerimaan kotor resin dengan biaya-biaya produksi resin. Pendapatan bersih resin periode mencapai Rp ,54/tahun sedangkan periode 2009-sekarang Rp ,40/tahun. Tabel 14 Tren pendapatan bersih resin terhadap biaya sadap HPGW No Tahun Produksi Pendapatan (Rp/tahun) Keterangan I Periode Tahun , ,83 - Jumlah ,08 Rata-Rata (per tahun) ,54 II Periode Tahun sekarang / ,40 - Sumber : Laporan Keuangan HPGW tahun (diolah) Keadaan ini berdasarkan jumlah produksi. Karena pada awal produksi resin, getah masih dalam kondisi baik (kuantitas banyak). Tidak seperti kopal yang sempat menurun maka pada resin diberikan stimulan pada periode 2009-sekarang, sehingga penerimaan tidak terjadi penurunan, tetapi terus meningkat Pendapatan Bersih Total (Kopal dan Resin) Pendapatan bersih yang telah didapat tersebut, dibandingkan dengan kebutuhan biaya pengelolaan HPGW. Hal ini untuk melihat sejauh mana kopal dan resin mampu menutupi kebutuhan pengelolaan HPGW. Untuk melihat perbandingan tersebut maka penghasilan getah secara keseluruhan digabungkan antara kopal dan resin. Hal ini bertujuan untuk melihat hasil pendapatan getah tersebut pada berbagai periode manajemen mampu memenuhi kebutuhan pengelolaan HPGW. Dari tahun 2001 hingga 2006, pendapatan hanya bertumpu pada kopal, sementara setelah itu mendapatkan suntikan dana dari hasil resin.

48 32 Tabel 15 Tren pendapatan bersih total (kopal dan resin) HPGW No Tahun Produksi Pendapatan (Rp/tahun) Keterangan % Kopal % Resin I Periode Tahun / , II Periode Tahun , , ,39 45,23 54, ,38 42,62 57,38 Jumlah ,11 Rata-Rata (per tahun) ,53 III Periode Tahun sekarang / ,80 60,59 39,41 Sumber : Laporan Keuangan HPGW (diolah) Pendapatan Bersih Total Terhadap Biaya Pengelolaan HPGW Pendapatan bersih terhadap biaya pengelolaan merupakan perhitungan yang dilakukan untuk melihat usaha getah dalam mencukupi kebutuhan pengelolaan HPGW. Pendapatan getah meliputi pendapatan bersih kopal dan resin. Hingga tahun 2006 penerimaan getah hanya mencakup kopal saja, sementara resin baru berkontribusi sejak tahun Berikut data yang disajikan. Tabel 16 Tren pendapatan bersih total terhadap biaya pengelolaan HPGW No Tahun Produksi Pendapatan (Rp/tahun) Keterangan I Periode Tahun / ,01 kopal II Periode Tahun ( ,32) kopal ( ,33) kopal ,39 kopal & resin ,28 kopal & resin Jumlah ,02 Rata-Rata (per tahun) ,00 III Periode Tahun sekarang / ,00 kopal & resin sumber : Laporan Keuangan HPGW (diolah) Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa pada tahun 2001/2002, kopal mampu menutupi kebutuhan pengelolaan HPGW. Namun pada periode tahun terutama pada tahun 2005 dan 2006 pendapatan dari kopal saja tidak mencukupi sehingga menghasilkan nilai negatif. Namun ini ditutupi dari penerimaan lain HPGW. Setelah itu kopal dan resin mampu menutupi kebutuhan pengelolaan

49 33 HPGW. Pada saat ini mampu mencukupi kebutuhan pengelolaan HPGW dengan keuntungan Rp ,00/tahun. 5.6 Penerimaan Penyadap Selain pendapatan getah pengelola HPGW yang dilihat pada berbagai periode manajemen, dilihat pula tren pendapatan penyadapnya. Tren pendapatan penyadap ini dilihat selama proses produksi dilakukan oleh HPGW. Pendapatan penyadap ini terbagi menjadi dua yaitu untuk penyadap kopal dan penyadap resin. Berikut merupakan tren mengenai upah sadap yang diterima oleh penyadap Tren Upah Penyadap Upah sadap merupakan upah yang diterima oleh penyadap dalam melakukan penyadapan getah dalam satuan Rp/kg. Sistem upah sadap ini mengalami perubahan dari periode yang satu dengan lainnya. Penentuan besarnya jumlah upah sadap yang diterima oleh penyadap dengan pengukuran jumlah hasil sadapan optimal yang bisa dihasilkan penyadap per harinya dan dibandingkan dengan kebutuhan hidup rata-rata penyadap. Pada periode upah sadap kopal sebesar Rp 600,00/kg, pada periode sebesar Rp 800,00/kg (grade A) Rp 750,00/kg (grade B), Rp 700,00/kg (grade C), resin Rp 800,00/kg. Tabel 17 Tren upah sadap penyadap HPGW pada berbagai periode manajemen No Periode Upah Sadap (Rp/kg) Keterangan I Tahun ,00 Kopal II Tahun ,00 Kopal A 750,00 Kopal B 700,00 Kopal C 800,00 Resin II Tahun 2009-sekarang 1.000,00 Kopal * 1.000,00 Resin * Sumber : HPGW Ket : * = terdapat insentif penambahan Rp 200/kg jika melebihi target penyadapan per minggu Tabel ini menjelaskan peningkatan upah sadap dari periode sebelumnya hingga sekarang. Pada periode 2009-sekarang, upah sadap menjadi Rp 1.000,00/kg serta terdapat penambahan Rp 200,00/kg setiap melebihi target produksi penyadapan per minggunya yang telah ditetapkan pengelola. Untuk kopal target perminggu yang harus dicapai penyadap sebesar lebih dari sama dengan 75 kg sedangkan resin lebih dari sama dengan 100 kg.

50 34 Hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai perbandingan antara upah sadap dengan harga jual getah ke pasaran. Perbedaan antara upah sadap dengan harga jual mencapai enam kali lipat. Perbedaan ini lebih disebabkan karena perbedaan pengukuran dasar penetapan harga. Namun dari tahun ke tahun perbandingan selalu positif dimana semakin tinggi harga jual maka semakin tinggi upah sadap pada berbagai periode manajemen. Berikut merupakan perbandingan antara upah sadap dengan harga jual kopal dan resin yang dilakukan oleh pengelola. Tabel 18 Perbandingan upah sadap dengan harga jual (kopal) No Periode Manajemen Komoditi I Periode Tahun Upah Sadap (Rp/kg) Harga Jual (Rp/kg) Kopal 600, ,00 II Periode Tahun Keterangan Tanpa Grade Kopal 800, ,00 Grade A 750, ,00 Grade B 700, ,00 Grade C Kopal 800, ,00 Grade A 750, ,00 Grade B 700, ,00 Grade C Resin 800, ,00 - III Periode Tahun sekarang Tanpa Grade Resin 1.000, , * Kopal 1.000, ,00 Sumber : HPGW Ket : * = terdapat insentif penambahan Rp 200/kg jika melebihi target penyadapan per minggu Berdasarkan data diatas, terlihat perbandingan lurus antara upah sadap dengan harga jual. Sejak tahun 2001 hingga 2010, upah sadap mengalami kenaikan. Sama halnya dengan harga jual yang mengalami kenaikan dari awal pembukaan penyadapan (baik kopal maupun resin) hingga saat ini Pendapatan Kotor Penyadap (Penerimaan Penyadap) Pendapatan kotor merupakan penerimaan penyadap sebelum dikurangi dengan biaya produksinya. Penerimaan ini didasari pada jumlah hasil sadapan (kg) dikalikan dengan upah sadap (Rp). Semakin banyak hasil sadapan yang dihasilkan penyadap, maka semakin banyak penerimaan yang diterima oleh

51 35 penyadap. Penerimaan ini dihitung per tahun melalui pendekatan hasil sadapan per minggu selama satu tahun. Berikut merupakan tabel yang menjelaskan mengenai penerimaan penyadap dari hasil sadapan (Rp/tahun) pada penyadap kopal yang bekerja di HPGW pada berbagai periode manajemen. Tabel 19 Penerimaan penyadap kopal (Rp/tahun) No Nama Penyadap Periode Manajemen sekarang 1 Responden 1 K , , ,00 2 Responden 2 K , , ,00 3 Responden 3 K , , ,00 4 Responden 4 K , , ,00 5 Responden 5 K , , ,00 6 Responden 6 K , , ,00 7 Responden 7 K , , ,00 8 Responden 8 K , , ,00 Total (Rp/tahun) , , ,00 Rata-Rata (Rp/tahun) , , ,00 Keterangan : Responden 1K = Responden 1 Kopal Tabel 19 menjelaskan bahwa penerimaan yang didapat oleh penyadap dari produksi getah kopal yang mereka hasilkan pada berbagai periode. Secara ratarata terjadi peningkatan produksi di berbagai periode dari dulu hingga sekarang. Pada periode rata-rata penerimaan penyadap Rp ,00/tahun, pada periode Rp ,00/tahun, sedangkan periode sekarang Rp ,00/tahun. Peningkatan penerimaan yang terjadi lebih disebabkan pada peningkatan produksi antar periode tersebut. Peningkatan produksi dipengaruhi oleh kondisi pohon, kondisi penyadap, motivasi, curahan waktu, jumlah pohon yang disadap dan sistem manajemen. Untuk periode 2009-sekarang, peningkatan produksi dipengaruhi pula oleh perlakuan stimulan untuk membuka saluran getah. Pada penyadapan resin juga mengalami hal yang sama dengan kopal, yaitu peningkatan pendapatan kotor penyadap dari sebelumnya pada periode sebesar Rp ,00/tahun menjadi Rp ,00/tahun. Hal yang mempengaruhinya sama halnya dengan penyadap kopal. Namun yang membedakan adalah pada penyadap resin ini pendapatan rata-rata yang diterima sudah cukup tinggi di awal karena jumlah produksi resin yang sudah cukup tinggi

52 36 di awal. Hal ini ditambah dengan penggunaan stimulan pada periode sekarang. Karena itu sudah terlihat pembukaan pinus pada periode sangat membantu perekonomian masyarakat. Berikut tabel yang menggambarkan kondisi pendapatan kotor penyadap resin HPGW. Tabel 20 Penerimaan penyadap resin(rp/tahun) No Nama Penyadap Periode Manajemen sekarang 1 Responden 1 R , ,00 2 Responden 2 R , ,00 3 Responden 3 R , ,00 4 Responden 4 R , ,00 5 Responden 5 R , ,00 6 Responden 6 R , ,00 7 Responden 7 R , ,00 8 Responden 8 R , ,00 Total (Rp/tahun) , ,00 Rata-Rata (Rp/tahun) , ,00 Keterangan : Responden 1R = Responden 1 Resin 5.7 Biaya Penyadap HPGW Biaya Khusus Penyadapan (Biaya Produksi Penyadapan) Dalam perhitungan pendapatan bersih penyadapan, dilakukan perhitungan pengurangan dengan biaya produksinya. Karena itu pendapatan bersih dari hasil penyadapan dapat terlihat. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi (penyadapan). Hal yang termasuk dalam biaya produksi meliputi biaya kapak sadap, biaya golok, biaya stimulan, biaya ember dan lain sebagainya. Sementara itu biaya penyusutan alat produksi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan proses harga pembelian alat dikurangi nilai sisa dan dibagi dengan umur ekonomis alat. Pada penyadap kopal biaya produksi rata-rata masih dikatakan rendah, pada periode dan biaya yang dikeluarkan Rp ,33/tahun. Sementara itu tahun 2009-sekarang sebesar Rp ,33/tahun. Pada periode biaya produksi dikatakan sama karena alat yang digunakan pada umumnya sama dengan umur ekonomis yang pendek. Sedangkan pada periode 2009-sekarang terjadi penambahan biaya seperti stimulan dan baju penyadap.

53 37 Berikut merupakan tabel yang menjelaskan biaya produksi penyadap kopal pada berbagai periode. Tabel 21 Biaya produksi penyadapan kopal (Rp/tahun) No Nama Penyadap Periode Manajemen sekarang 1 Responden 1 K , , ,33 2 Responden 2 K , , ,33 3 Responden 3 K , , ,33 4 Responden 4 K , , ,33 5 Responden 5 K , , ,33 6 Responden 6 K , , ,33 7 Responden 7 K , , ,33 8 Responden 8 K , , ,33 Total (Rp/tahun) , , ,64 Rata-Rata (Rp/tahun) , , ,33 Pada penyadap resin, pada umumnya memiliki biaya produksi yang tidak jauh berbeda dengan penyadap kopal. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan dalam penyadapan tidak jauh berbeda, yang membedakan hanya pemakaian kadukul dan tempurung kelapa pada penyadap resin. Sementara biaya lainnya sama seperti ember, golok, sepatu, drum, dan lain-lain. Pada periode biaya produksi rata-rata per tahun sebesar Rp ,62/tahun sedangkan periode 2009-sekarang sebesar Rp ,62/tahun. dijelaskan pada Tabel 22 dibawah ini. Tabel 22 Biaya produksi penyadap resin (Rp/tahun) Penjelasan tersebut No Nama Penyadap Periode Manajemen sekarang 1 Responden 1 R , ,62 2 Responden 2 R , ,62 3 Responden 3 R , ,62 4 Responden 4 R , ,62 5 Responden 5 R , ,62 6 Responden 6 R , ,62 7 Responden 7 R , ,62 8 Responden 8 R , ,62 Total (Rp/tahun) , ,96 Rata-Rata (Rp/tahun) , ,62

54 Biaya Rumah Tangga Penyadap Selain biaya produksi yang dikeluarkan oleh penyadap dalam melakukan penyadapan, penyadap juga membutuhkan biaya untuk keperluan hidup seharihari. Pada perhitungan ini dapat dilihat sejauh mana penyadapan terhadap getah (kopal dan resin) mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka. Biaya hidup ini meliputi biaya yang dikeluarkan oleh penyadap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti biaya makan, biaya sekolah anak, biaya listrik, dan lain sebagainya. Tabel 23 dan Tabel 24 menyajikan data biaya hidup penyadap kopal dan resin HPGW. Tabel 23 Biaya rumah tangga (kehidupan) penyadap kopal (Rp/tahun) No Nama Penyadap Periode Manajemen sekarang 1 Responden 1 K , , ,00 2 Responden 2 K , , ,00 3 Responden 3 K , , ,00 4 Responden 4 K , , ,00 5 Responden 5 K , , ,00 6 Responden 6 K , , ,00 7 Responden 7 K , , ,00 8 Responden 8 K , , ,00 Total (Rp/tahun) , , ,00 Rata-Rata (Rp/tahun) , , ,00 Tabel 23 menerangkan bahwa terjadi peningkatan biaya hidup penyadap kopal dari tahun 2001 hingga 2010 per tahunnya. Banyak faktor yang menyebabkan seperti adanya peningkatan pengeluaran dalam hal makan, sekolah, jumlah tanggungan, dan peningkatan harga-harga. Pada periode tahun rata-rata biaya hidupnya Rp ,00/tahun, sementara itu tahun Rp ,00/tahun dan periode 2009-sekarang Rp ,00/tahun. Sama seperti kopal, peningkatan biaya hidup pada penyadap resin terjadi dengan faktor yang sama. Pada periode Rp ,00/tahun, sedangkan periode 2009-sekarang mencapai Rp ,00/tahun. Dengan adanya peningkatan biaya hidup, akan mempengaruhi kesejahteraan penyadap kopal maupun resin. Berikut tabel yang memperlihatkan biaya hidup penyadap resin.

55 39 Tabel 24 Biaya rumah tangga (Kehidupan) penyadap resin (Rp/tahun) No Nama Penyadap Periode Manajemen sekarang 1 Responden 1 R , ,00 2 Responden 2 R , ,00 3 Responden 3 R , ,00 4 Responden 4 R , ,00 5 Responden 5 R , ,00 6 Responden 6 R , ,00 7 Responden 7 R , ,00 8 Responden 8 R , ,00 Total (Rp/tahun) , ,00 Rata-Rata (Rp/tahun) , , Pendapatan Bersih Penyadap Getah Terhadap Biaya Produksi Setelah biaya-biaya diketahui, baik itu biaya produksi maupun biaya hidup serta diketahui pula penerimaan kotornya, maka pendapatan bersih penyadap getah tersebut dapat diketahui. Pendapatan bersih penyadapan didapatkan dari selisih penerimaan kotor penyadapan dengan biaya produksinya. Hasil ini untuk memperlihatkan pendapatan bersih yang diterima penyadap getah di HPGW. Terjadi peningkatan pendapatan bersih dari periode sebesar Rp ,67/tahun, sementara itu periode sebesar Rp ,67/tahun, sedangkan periode 2009-sekarang Rp ,46/tahun. Tabel 25 Pendapatan bersih penyadap kopal dari biaya produksi (Rp/tahun) No Nama Penyadap Periode Manajemen sekarang 1 Responden 1 K , , ,67 2 Responden 2 K , , ,67 3 Responden 3 K , , ,67 4 Responden 4 K , , ,67 5 Responden 5 K , , ,00 6 Responden 6 K , , ,67 7 Responden 7 K , , ,67 8 Responden 8 K , , ,67 Total (Rp/tahun) , , ,69 Rata-Rata (Rp/tahun) , , ,46 Adanya peningkatan pendapatan bersih ini berbanding lurus dengan peningkatan produksi. Sementara itu untuk biaya yang dikeluarkan oleh penyadap

56 40 relatif stabil. Kenaikan biaya yang tidak terlalu signifikan ini karena alat-alat yang digunakan dalam proses produksi relatif sama. Sama halnya dengan penyadapan resin yang pendapatan bersihnya mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi dengan faktor yang sama dengan penyadapan kopal. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi di antara dua periode yang berbeda. Perbedaan tersebut meningkat hampir 100%. Pada periode sebesar Rp ,38/tahun sementara periode 2009-sekarang sebesar Rp ,38 /tahun. Tabel 26 Pendapatan bersih penyadap resin dari biaya produksi (Rp/tahun) No Nama Penyadap Periode Manajemen sekarang 1 Responden 1 R , ,38 2 Responden 2 R , ,38 3 Responden 3 R , ,38 4 Responden 4 R , ,38 5 Responden 5 R , ,38 6 Responden 6 R , ,38 7 Responden 7 R , ,38 8 Responden 8 R , ,38 Total (Rp/tahun) , ,04 Rata-Rata (Rp/tahun) , , Pendapatan Penyadapan Getah Terhadap Biaya Rumah Tangga Untuk melihat sejauh mana penyadapan mampu memenuhi kebutuhan hidup para penyadap, maka dilakukan pengurangan pendapatan bersih dengan biaya hidup. Selisih dari pengurangan tersebut menerangkan kemampuan penyadap dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tabel 27 menjelaskan sangat jelas bahwa dari hasil penyadapan tidak mampu untuk menutupi biaya hidup di semua penyadap. Semua menghasilkan nilai negatif yang berarti pendapatan dari hasil penyadapan tidak mampu menutupi biaya hidup rumah tangga. Pada periode rata-ratanya sebesar (Rp ,33)/tahun, sementara itu periode rata-rata sebesar (Rp ,33)/tahun. Sedangkan periode sekarang memiliki rata-rata sebesar (Rp ,54)/tahun. Hal ini dikarenakan biaya hidup yang semakin meningkat namun usaha penyadapan belum mencukupi kebutuhan hidup para penyadap.

57 41 Tabel 27 Pendapatan penyadapan kopal terhadap biaya rumah tangga No Nama Penyadap Periode Manajemen sekarang 1 Responden 1 K ( ,33) ( ,33) ( ,33) 2 Responden 2 K ( ,33) ( ,33) ( ,33) 3 Responden 3 K ( ,33) ( ,33) ( ,33) 4 Responden 4 K ( ,33) ( ,33) ( ,33) 5 Responden 5 K ( ,33) ( ,33) ( ,00) 6 Responden 6 K ( ,33) ( ,33) ( ,33) 7 Responden 7 K ( ,33) ( ,33) ( ,33) 8 Responden 8 K ( ,33) ( ,33) ( ,33) Total (Rp/tahun) ( ,64) ( ,64) ( ,31) Rata-Rata (Rp/tahun) ( ,33) ( ,33) ( ,54) Sama halnya dengan kopal secara rata-rata penyadapan resin tidak mampu menutupi kebutuhan hidup penyadap. Pada periode sebesar (Rp ,62)/tahun, sedangkan periode 2009-sekarang ( Rp ,62)/tahun. Hasil ini lebih baik dari kopal karena secara rata-rata sudah mendekati positif, karena terdapat 3 penyadap yang sudah mampu menutupi dari hasil penyadapan resin yaitu responden 3 R, 6 R, dan 8 R. Karena itu pendapatan penyadap resin lebih baik dibandingkan kopal dari segi pemenuhan terhadap biaya hidup. Namun tetap dalam kondisi kekurangan sehingga membutuhkan pendapatan lain untuk menutupinya. Tabel 28 Pendapatan penyadapan resin terhadap biaya rumah tangga No Nama Penyadap Periode Manajemen sekarang 1 Responden 1 R ( ,62) ,38 2 Responden 2 R ( ,62) ( ,62) 3 Responden 3 R , ,38 4 Responden 4 R ( ,62) ( ,62) 5 Responden 5 R ( ,62) ( ,62) 6 Responden 6 R , ,38 7 Responden 7 R ( ,62) ( ,62) 8 Responden 8 R ,38 ( ,62) Total (Rp/tahun) ( ,96) ( ,96) Rata-Rata (Rp/tahun) ( ,62) ( ,62) 5.10 Perbandingan Penyadapan Dengan Hasil Lain Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Untuk memenuhi dan menutupi biaya hidup, secara rata-rata tidak cukup hanya dari penyadapan getah di HPGW. Maka dari itu, penghasilan dari sektor lain penyadap dapat menjadi perhatian. Hal ini karena sejauh mana pendapatan

58 42 dari hasil lain mampu menutupi kekurangan yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hasil lain tersebut meliputi hasil dari sawah, ternak, kebun, maupun buruh. Pada Tabel 29 hingga Tabel 33 dapat dilihat penyajian pendapatan hasil lain terhadap pendapatan total dan memenuhi kebutuhan hidup penyadap. Tabel 29 Pendapatan penyadap kopal pada periode tahun (Rp/tahun) No Nama Penyadap Penerimaan Pendapatan Hasil Lain Jumlah Biaya Hidup Kopal Bersih 1 Responden 1 K , , , , ,00 2 Responden 2 K , , , , ,67 3 Responden 3 K , , , , ,67 4 Responden 4 K , , , , ,67 5 Responden 5 K , , , , ,00 6 Responden 6 K , , , , ,67 7 Responden 7 K , , , , ,67 8 Responden 8 K , , , , ,00 Total , , , , ,35 Rata-Rata , , , , ,17 Pada periode hasil lain dari penyadap yang dihasilkan secara rata-rata sebesar Rp ,50/tahun. Karena itu jumlah pendapatan total ratarata yang dihasilkan mencapai Rp ,17/tahun. Hal ini memperlihatkan bahwa hasil lain pada periode ini mampu menutupi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup penyadap. Pendapatan bersih yang diterima penyadap secara rata-rata mencapai Rp ,17/tahun. Namun hasil ini masih terbilang rendah sehingga perlu adanya peningkatan terutama di bidang penyadapan. Sementara itu pada periode hasil lain dari penyadap yang dihasilkan secara rata-rata sebesar Rp ,67/tahun. Karena itu jumlah pendapatan total rata-rata yang dihasilkan mencapai Rp ,34/tahun. Pendapatan bersih yang diterima penyadap secara rata-rata mencapai Rp ,34/tahun. Hal ini memperlihatkan bahwa hasil lain mampu menutupi kekurangan dari hasil sadapan, meskipun pada kenyataannya pendapatan bersih mengalami penurunan. Dari periode sebelumnya, hasil lain mengalami peningkatan. Ini disebabkan karena penyadap melihat getah yang dihasilkan oleh pohon sudah mengalami penurunan, sehingga alokasi waktu untuk hasil lain ditingkatkan untuk meningkatkan produksi di hasil lain.

59 43 No Tabel 30 Pendapatan penyadap kopal pada periode tahun (Rp/tahun) Nama Penyadap Penerimaan Kopal Hasil Lain Jumlah Biaya Hidup Pendapatan Bersih 1 Responden 1 K , , , , ,00 2 Responden 2 K , , , , ,67 3 Responden 3 K , , , , ,67 4 Responden 4 K , , , , ,00 5 Responden 5 K , , , , ,00 6 Responden 6 K , , , , ,67 7 Responden 7 K , , , , ,67 8 Responden 8 K , , , , ,00 Total , , , , ,68 Rata-Rata , , , , ,34 No Pada periode 2009-sekarang hasil lain dari penyadap yang dihasilkan secara rata-rata sebesar Rp ,50/tahun. Karena itu jumlah pendapatan total mencapai Rp ,96/tahun. Pada periode ini hasil lain mengalami penurunan yang lebih disebabkan karena alokasi waktu dan motivasi dalam menyadap lebih besar dibandingkan dengan hasil lain. Karena itu hasil lain berkurang dan hasil sadapan meningkat. Walaupun begitu hasil sadapan belum mencukupi kebutuhan hidup. Karena itu hasil lain masih sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan hidup penyadap dengan pendapatan bersih Rp ,96/tahun. Tabel 31 Pendapatan penyadap kopal pada periode tahun 2009-sekarang (Rp/tahun) Nama Penyadap Penerimaan Kopal Hasil Lain Jumlah Biaya Hidup Pendapatan Bersih 1 Responden 1 K , , , , ,67 2 Responden 2 K , , , , ,67 3 Responden 3 K , , , , ,67 4 Responden 4 K , , , , ,00 5 Responden 5 K , , , , ,33 6 Responden 6 K , , , , ,67 7 Responden 7 K , , , , ,67 8 Responden 8 K , , , , ,00 Total , , , , ,68 Rata-Rata , , , , ,96 Sementara itu pada penyadap resin mengalami hal yang serupa dengan penyadap kopal, yaitu hasil sadapan yang belum mampu menutupi kebutuhan hidup. Pada periode dapat dilihat adanya penambahan dari hasil lain

60 44 No sebesar Rp ,50/tahun, mampu meningkatkan pendapatan total menjadi Rp ,88/tahun. Hal ini mengakibatkan kebutuhan hidup dapat terpenuhi secara rata-rata dengan selisih pendapatan sebesar Rp ,88/tahun. Tabel 32 Pendapatan penyadap resin pada periode tahun (Rp/tahun) Nama Penyadap Penerimaan Resin Hasil Lain Jumlah Biaya Hidup Pendapatan Bersih 1 Responden 1 R , , ,00 ( ,62) 2 Responden 2 R , , , , ,38 3 Responden 3 R , , , ,38 4 Responden 4 R , , , , ,38 5 Responden 5 R , , , , ,71 6 Responden 6 R , , , ,38 7 Responden 7 R , , , , ,71 8 Responden 8 R , , , , ,71 Total , , , , ,03 Rata-Rata , , , , ,88 No Pada periode 2009-sekarang, hasil lain dari penyadap secara rata-rata tidak mengalami banyak perubahan dengan hasil Rp ,67/tahun. Hasil sadapan yang mampu meningkat 100% belum juga cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga pendapatan dari hasil lain masih sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan mereka. Ini terlihat dari pendapatan total sebesar Rp ,0/tahun dan menghasilkan pendapatan bersih yang besar dengan Rp ,05/tahun. Tabel 33 Pendapatan penyadap resin pada periode tahun 2009-sekarang (Rp/tahun) Nama Penyadap Penerimaan Resin Hasil Lain Jumlah Biaya Hidup Pendapatan Bersih 1 Responden 1 R , , , ,38 2 Responden 2 R , , , , ,38 3 Responden 3 R , , , ,38 4 Responden 4 R , , , , ,71 5 Responden 5 R , , , , ,71 6 Responden 6 R , , , ,38 7 Responden 7 R , , , , ,71 8 Responden 8 R , , , , ,71 Total , , , , ,36 Rata-Rata , , , , ,05 Dari Tabel 32 dan Tabel 33 menjelaskan selisih positif yang dihasilkan dari kontribusi pendapatan hasil lain penyadap resin. Sama seperti kopal, jika hanya

61 45 resin saja belum mencukupi kebutuhan hidup, sementara itu jika ditambahkan dengan hasil lain maka kebutuhan hidup sudah mencukupi. Dari hasil tersebut (kopal maupun resin), pendapatan dari hasil lain masih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini karena dari sektor penyadapan getah belum mencukupi kebutuhan hidup. Untuk itu curahan waktu menjadi pertimbangan untuk menghasilkan kontribusi yang seimbang antara penyadapan dengan pekerjaan hasil lain Kontribusi Pendapatan dan Curahan Waktu Penyadapan Getah Untuk mencermati adanya kepentingan dari pendapatan hasil lain, maka perhitungan kontribusi dan curahan waktu dilakukan untuk melihat sejauh mana pendapatan hasil lain dalam berkontribusi terhadap pendapatan total. Selain itu untuk melihat curahan waktu terhadap penyadapan, sehingga dapat terlihat proporsi penyadap dalam membagi waktu antara penyadapan dengan hasil lain. Tabel 34 Kontribusi pendapatan dan curahan waktu penyadapan kopal periode tahun Persentase Persentase Curahan Waktu Jam Kerja No Nama Penyadap Pendapatan Kopal Pendapatan Lain Penyadapan per Hari (%) (%) (Hari/minggu) 1 Responden 1 K 75,17 24, Responden 2 K 20,97 79, Responden 3 K 10,33 89, Responden 4 K 18,09 81, Responden 5 K 37,74 62, Responden 6 K 31,90 68, Responden 7 K 71,56 28, Responden 8 K 23,97 76, Rata-Rata 36,22 63,78 3 6,13 Pada periode kontribusi penyadapan kopal lebih rendah dibandingkan dengan kontribusi dengan hasil lain. Kontribusi pendapatan kopal hanya 36,22% sedangkan hasil lain mencapai 63,78%. Ini dikarenakan curahan waktu untuk penyadapan masih kurang, hanya 3 hari/minggu dengan rata-rata jam kerja 6,13 jam per hari. Dengan hasil ini mengakibatkan hasil lain lebih tinggi dibandingkan hasil yang diterima dari penyadapan kopal (seperti dijelaskan pada sub bab sebelumnya).

62 46 Pada periode terjadi peningkatan curahan waktu terhadap penyadapan dengan alokasi waktu 4 hari/minggu dengan jam kerja rata-rata 6,13 jam per hari. Hal ini mengakibatkan kontribusi dari penyadapan mengalami peningkatan walaupun belum melebihi kontribusi dari hasil lain. Untuk kontribusi penyadapan kopal mencapai 44,46% sedangkan hasil lain mencapai 55,54%. Hal ini berperan dalam peningkatan produksi yang telah disebutkan pada sub bab sebelumnya. Tabel 35 Kontribusi pendapatan dan curahan waktu penyadapan kopal periode tahun Persentase Persentase Curahan Waktu Jam Kerja No Nama Penyadap Pendapatan Kopal Pendapatan Lain Penyadapan per Hari (%) (%) (Hari/minggu) 1 Responden 1 K 70,14 29, Responden 2 K 31,44 68, Responden 3 K 41,73 58, Responden 4 K 61,59 38, Responden 5 K 40,08 59, Responden 6 K 21,52 78, Responden 7 K 58,92 41, Responden 8 K 30,26 69, Rata-Rata 44,46 55,54 4 6,13 Pada periode 2009-sekarang kontribusi untuk penyadapan kopal sudah melebihi kontribusi terhadap hasil lain. Dapat terlihat bahwa kontribusi untuk penyadapan sebesar 50,99 % sedangkan kontribusi dari hasil lain sebesar 49,01%, hasil ini masih berimbang karena tidak berbeda terlalu jauh. Hal ini disebabkan karena curahan waktu yang dialokasikan penyadap untuk kegiatan penyadapan lebih tinggi yaitu 5 hari per minggu dan jam kerja rata-rata 6,50 jam/hari. Peningkatan curahan waktu ini dapat terjadi karena adanya peningkatan motivasi menyadap. Karena itu hasil dari penyadapan pada periode ini cukup tinggi.

63 47 Tabel 36 Kontribusi pendapatan dan curahan waktu penyadapan kopal periode tahun 2009-sekarang Persentase Persentase Curahan Waktu Jam Kerja No Nama Penyadap Pendapatan Kopal Pendapatan Lain Penyadapan per Hari (%) (%) (Hari/minggu) 1 Responden 1 K 79,17 20, Responden 2 K 62,59 37, Responden 3 K 43,09 56, Responden 4 K 68,13 31, Responden 5 K 50,01 49, Responden 6 K 41,39 58, Responden 7 K 84,57 15, Responden 8 K 50,99 49, Rata-Rata 59,99 40,01 5 6,50 Untuk di sektor resin, kontribusi terhadap penyadapan sudah sangat tinggi sejak pembukaannya pada tahun Kontribusi dari penyadapan resin sekitar 66,48% sedangkan dari hasil lain kontribusinya hanya 33,52%. Ini disebabkan curahan waktu menyadap yang tinggi yaitu 5,13 hari/minggu dan jam kerja ratarata 5,88 jam/hari. Dari hasil tersebut dapat mengindikasikan bahwa penyadap resin lebih antusias untuk menyadap resin dibandingkan dengan harus bekerja untuk hasil lain. Tabel 37 Kontribusi pendapatan dan curahan waktu penyadapan resin periode tahun Persentase Persentase Curahan Waktu Jam Kerja No Nama Penyadap Pendapatan Resin Pendapatan Lain Penyadapan per Hari (%) (%) (Hari/minggu) 1 Responden 1 R Responden 2 R Responden 3 R Responden 4 R Responden 5 R Responden 6 R Responden 7 R Responden 8 R Rata-Rata 66,48 33,52 5,13 5,88 Pada periode 2009-sekarang kontribusi penyadapan semakin tinggi dengan bertambahnya curahan waktu untuk menyadap. Kontribusi untuk penyadapan mencapai 70,28% sedangkan kontribusi dari hasil lain hanya 29,72%. Curahan waktu yang dialokasikan penyadap untuk menyadap 5,75 hari/minggu dan jam

64 48 kerja rata-rata 6,00 jam/minggu. Hasil ini mengakibatkan jumlah produksi yang meningkat. Tabel 38 Kontribusi pendapatan dan curahan waktu penyadapan resin periode tahun 2009-sekarang Persentase Persentase Curahan Waktu Jam Kerja No Nama Penyadap Pendapatan Resin Pendapatan Lain Penyadapan per Hari (%) (%) (Hari/minggu) 1 Responden 1 R Responden 2 R Responden 3 R Responden 4 R Responden 5 R Responden 6 R Responden 7 R Responden 8 R Rata-Rata 70,28 29,72 5,75 6,00 Dari hasil kedua komoditi tersebut kontribusi penyadapan, curahan waktu dan jam kerja mempengaruhi terhadap hasil lain. Jika kontribusi terhadap penyadapan rendah, berarti kontribusi dari hasil lain yang tinggi. Jika curahan waktu yang dialokasikan untuk penyadapan kecil, maka ada curahan waktu kerja hasil lain yang lebih tinggi, begitupun dengan jam kerja. Jika jam kerja lebih sedikit di penyadapan maka ada waktu yang diisi untuk kerjaan lain, begitupun sebaliknya. Dilihat pula bahwa jika curahan penyadapan waktu tinggi, maka kontribusi penyadapan pun tinggi Tren Motivasi Penyadap dan Curahan Waktu pada Berbagai Periode Selain curahan waktu, motivasi dalam menyadap menjadi faktor yang mempengaruhi besar kontribusi terhadap penyadapan. Semakin penyadap tersebut memiliki motivasi besar dalam menyadap, semakin tinggi pula kontribusinya terhadap penyadapan. Terdapat 3 tingkatan dalam motivasi menurut Farhan (2010), yaitu motivasi dasar (fear motivation), motivasi menengah (achievement motivation), dan motivasi tinggi (inner motivation). Motivasi dasar berdasarkan pada ketakutan. Melakukan sesuatu karena takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Motivasi menengah didasarkan pada keinginan mencapai sesuatu. Motivasi tinggi berupa kekuatan dari dalam diri didasarkan tujuan hidup pekerja. Motivasi ini bukan

65 49 sekedar memperoleh sesuatu (uang, prestasi, dan lain-lain), tetapi proses pembelajaran yang dilaluinya untuk mencapai tujuan hidupnya Tren Motivasi Penyadap Kopal pada Berbagai Periode Pada periode motivasi yang dominan ialah dasar dengan 50%, sementara itu periode motivasi yang dominan ialah menengah 50%. Sedangkan pada periode 2009-sekarang motivasi dominan ialah tinggi 88%. Hampir semua penyadap kopal bermotivasi tinggi. Gambar 3 Diagram motivasi penyadap kopal pada berbagai periode manajemen Dari diagram yang telah digambarkan, peningkatan motivasi terjadi pada periode 2009-sekarang. Motivasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi pohon, keadaan kerja, kepemimpinan, dan sistem manajemen. Pada sistem manajemen saat ini lebih ditekankan pada usaha untuk meningkatkan produksi seperti adanya sistem pemberian insentif. Dengan adanya kebijakan ini penyadap lebih termotivasi karena semakin mereka menghasilkan banyak getah, maka penghasilan mereka semakin banyak ditambah adanya penambahan bonus tersebut.

66 Tren Motivasi Penyadap Resin pada Berbagai Periode Motivasi dominan penyadap resin pada periode adalah menengah dengan 38%. Sementara itu pada periode 2009-sekarang motivasi dominan ialah tinggi dan menengah yang membagi angka sama yaitu 50%. Dengan hasil ini dapat dilihat bahwa penyadapan resin yang cukup tinggi dapat dipengaruhi oleh motivasi menyadapnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya motivasi penyadap resin dalam menyadap sama halnya dengan penyadap kopal yang telah dijelaskan sebelumnya. Gambar 4 Diagram motivasi penyadap resin pada berbagai periode manajemen Curahan Waktu Penyadap Kopal dan Resin pada Berbagai Periode Dari hasil yang telah didapatkan sebelumnya, diindikasikan terdapat hubungan antara curahan waktu menyadap dengan besarnya kontribusi yang dihasilkan dari penyadapan ataupun dari hasil lain. Pada penyadapan kopal dapat terlihat, pada curahan waktu 3 hari/minggu dan 4 hari/minggu penerimaan kopal masih dibawah dari penerimaan dari hasil lain. Sementara itu ketika curahan waktu sudah 5 hari per minggu, maka penerimaan kopal dapat melebihi penerimaan dari hasil lain. Hal ini karena semakin banyak curahan waktu yang dialokasikan untuk menyadap maka semakin besar kontribusi penyadapan untuk pendapatan total penyadap. Jika dalam satu minggu, 5 hari diisi dengan kegiatan penyadapan, maka hanya ada dua atau satu hari dialokasikan untuk hasil lain seperti buruh. Namun karena bentuk dari hasil lain ini berjangka panjang, seperti kebun, sawah, ternak maka pengerjaannya bisa diwaktu setelah melakukan penyadapan di HPGW.

67 51 Gambar 5 Grafik curahan waktu terhadap pendapatan penyadap kopal Pada penyadapan resin terlihat curahan waktu sekitar 5 hari/minggu yang dilakukan sejak awal penyadapan mengakibatkan penerimaan resin melebihi penerimaan dari hasil lain. Karena itu dengan adanya hasil ini memperlihatkan ketika curahan waktu penyadapan per minggunya mencapai 5 hari maka penerimaan dari penyadapan tersebut lebih tinggi dari hasil lain, namun ketika masih 4 hari/minggu penerimaan penyadapan masih kurang dibandingkan dari hasil lain. Perhitungan curahan waktu ini didasari dari perhitungan pendapatan dan kontribusi penyadapan sehingga terdapat hubungan curahan waktunya berdasarkan informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan penyadap.

68 52 Gambar 6 Grafik curahan waktu terhadap pendapatan penyadap resin 5.13 Rekapitulasi Pola Pendapatan Penyadap Kopal dan Resin pada Berbagai Periode Manajemen Berikut merupakan rekapitulasi pola pendapatan rata-rata per tahun dari pendapatan getah terhadap pendapatan total. Dapat terlihat juga mengenai pendapatan hasil lain dalam memenuhi kebutuhan hidup penyadap. Tabel 39 dan Tabel 40 menjelaskan pula mengenai pengaruh curahan waktu dan motivasi terhadap kontribusi penyadapan getah penyadap. Pada Tabel 39 menjelaskan bahwa hubungan curahan waktu, jam kerja, motivasi terhadap kontribusi penyadapan kopal. Pada periode , dengan curahan waktu 3 hari/minggu menghasilkan kontribusi penyadapan 36,22%. Motivasi dalam menyadap dasar. Karena itu penerimaan kopal hanya Rp ,67/kk/tahun. Pada periode curahan waktu yang meningkat menjadi 4 hari/minggu menghasilkan peningkatan kontribusi penyadapan menjadi 44,46%. Motivasi dalam menyadap menengah, sehingga penerimaan kopal meningkat menjadi Rp ,67/kk/tahun. Namun dari segi kontribusi kedua periode ini masih dibawah kontribusi dari hasil lain. Sementara itu pada periode 2009-sekarang ada peningkatan curahan waktu menjadi 5 hari/minggu. Kontribusi penyadapan pun lebih tinggi dari hasil lain dengan

69 53 59,99%. Motivasi dalam menyadap sudah tinggi, karena itu penerimaan kopal menjadi Rp ,46/kk/tahun. Tabel 39 Pola pendapatan penyadap kopal pada berbagai periode Periode Manajemen No Indikator Tahun Tahun Tahun sekarang 1 Penerimaan Kopal (Rp/kk/thn) , , ,46 2 Penerimaan Lain (Rp/kk/thn) , , ,50 3 Pendapatan Total (Rp/kk/thn) , , ,96 4 Biaya Hidup (Rp/kk/thn) , , ,00 5 Pendapatan Bersih (Rp/kk/thn) , , ,96 6 Curahan Waktu (hari/minggu) Jam Kerja per Hari 6,13 6,13 6,50 8 Motivasi Dasar Menengah Tinggi 9 Persentase Pendapatan Kopal (%) 36,22 44,46 59,99 10 Persentase Pendapatan Lain (%) 64 55,54 40,01 Tabel 40 menjelaskan bahwa hubungan curahan waktu, jam kerja, motivasi terhadap kontribusi penyadapan resin. Pada penyadapan resin antara curahan waktu dan kontribusi sudah cukup baik, hal ini karena hasil resin sudah berada diatas dari hasil lain. Pada periode curahan waktu 5,13 hari/minggu. Kontribusi yang dihasilkan penyadapan resin dari hasil lain sebesar 66,48%. Motivasi penyadap resin yaitu dasar dan menengah, sehingga menghasilkan penerimaan resin Rp ,38/kk/tahun. Hasil ini sudah cukup tinggi. Sementara itu pada periode 2009-sekarang curahan waktu tidak jauh beda yaitu 5,75 hari/minggu dengan motivasi menengah dan tinggi. Kontribusi yang dihasilkan penyadapan resin naik menjadi 70,28%, karena itu penerimaan resin naik dua kali lipat yaitu sebesar Rp ,38/kk/tahun. Peningkatan ini lebih terjadi karena manajemen telah memberlakukan stimulan getah, sehingga getah menjadi melimpah.

70 54 Tabel 40 Pola pendapatan penyadap resin pada berbagai periode Periode Manajemen No Indikator Tahun Tahun sekarang 1 Penerimaan Resin (Rp/kk/thn) , ,38 2 Penerimaan Lain (Rp/kk/thn) , ,67 3 Pendapatan Total (Rp/kk/thn) , ,05 4 Biaya Hidup (Rp/kk/thn) , ,00 5 Pendapatan Bersih (Rp/kk/thn) , ,05 6 Curahan Waktu Penyadapan (hari/minggu) 5,13 5,75 7 Jam Kerja per Hari 5, Motivasi Menengah Menengah & Tinggi 9 Persentase Pendapatan Resin (%) 66,48 70,28 10 Persentase Pendapatan Lain (%) 33,52 29,72 Pada tabel tersebut terlihat mengenai pembahasan sebelumnya. Ketika curahan waktu penyadapan meningkat maka kontribusi dari penyadapan semakin meningkat. Sementara itu motivasi yang meningkat di antara periode manajemen tersebut mempengaruhi besarnya curahan waktu dalam menyadap dan berdampak bagi peningkatan produksi serta penerimaan dari sektor getah (kopal dan resin). Mengacu pada teori garis kemiskinan Sajogyo, jika pengeluaran lebih besar dari pada 320 kg nilai tukar beras/kapita/tahun maka dikategorikan tidak miskin, jika pengeluaran rumah tangga di bawah 320 kg nilai tukar beras/kapita/tahun maka dikategorikan miskin, jika pengeluaran dibawah 240 kg nilai tukar beras kg/kapita/tahun maka dapat dikategorikan miskin sekali dan untuk pengeluaran di bawah 180 kg nilai tukar beras/kapita/tahun dikategorikan paling miskin. Dengan mengasumsikan harga beras sebesar Rp 5.000/kg maka pendapatan yang diperoleh penyadap getah telah mampu menutupi kebutuhan hidup minimumnya. Sementara itu, bila mengacu pada UMR/UMK Kabupaten Sukabumi yang dirilis oleh Dinas tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sukabumi dalam (sukabumikab.bps.go.id), menyebutkan UMR Kabupaten Sukabumi ialah Rp ,00. Jika mengacu pada UMR, pendapatan penyadap getah ini berada di bawah UMR. Karena itu di mata pemerintah kehidupan penyadap belum layak. Sementara itu pendapatan rata-rata penyadap berkisar Rp ,00/bulan. Berikut adalah tabel kesejahteraan menurut Sajogyo (1977) dan UMR Sukabumi (2010).

71 55 Tabel 41 Kesejahteraan penyadap menurut Sajogyo (1977) dan UMR Sukabumi (2010) No I Kriteria Kemiskinan Sajogyo (Kg/kk/thn) Jumlah (Rp/bulan) 1 >320 Kg KHM > ,33 2 <320 Kg KHM < ,33 3 <240 Kg KHM < <180 Kg KHM < II UMR (Rp/bulan) Pendapatan Penyadap Getah (Rp/bulan) ,00 Keterangan Tidak Miskin 1 UMR ,00 Belum Layak Sumber: Sajogyo (1977) dan Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Kabupaten Sukabumi (2010) keterangan: KHM = Kebutuhan Hidup Minimun/ pengeluaran

72 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Dengan adanya perubahan manajemen, terdapat perbedaan dalam pengelolaan getah. Pada periode setelah tahun 2009, usaha peningkatan getah terlihat jelas dengan digunakannya stimulan, pengaturan kawasan penyadapan, dan insentif terhadap penyadap berprestasi. Sementara itu pada periode sebelum tahun 2009 yaitu periode , penyadapan belum menjadi prioritas dan masih diprioritaskan di sektor lain diluar penyadapan untuk pemasukan HPGW. Namun periode ini sudah memulai riset stimulan dan pembukaan pinus untuk usaha peningkatan pemasukan penyadapan. Sedangkan periode , penyadapan masih belum jadi prioritas juga. Masih ditekankan pada sektor lain dan pengelolaan masih di subsidi oleh fakultas. 2. Dari sisi pengelola terjadi fluktuasi pendapatan bersih total dari perubahan manajemen yang ada. Pendapatan dan biaya usaha tertinggi pada periode 2009-sekarang, sedangkan pendapatan dan biaya terendah pada periode Dari sisi penyadap terjadi peningkatan pendapatan kopal maupun resin dari awal penyadapan hingga saat ini. Sedangkan untuk biaya usaha tidak terjadi peningkatan berarti karena hampir serupa di berbagai periode. 3. Dari sisi pengelola pendapatan usaha getah mampu menutupi biaya pengelolaan HPGW kecuali pada tahun Sementara itu peningkatan tajam biaya pengelolaan HPGW terjadi pada periode 2009-sekarang. Dari sisi penyadap, pendapatan getah belum mencukupi kebutuhan hidup, namun dapat ditutupi dengan adanya penghasilan lain. Sementara itu biaya hidup penyadap mengalami peningkatan dari awal penyadapan hingga saat ini.

73 Saran 1. Dari segi ekonomi, perubahan manajemen ini dapat terlihat dari peningkatan pendapatan usaha getah. Namun dari sisi ekologi adanya peningkatan ekonomi, eksploitasi terhadap pohon semakin meningkat. Karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh perubahan manajemen terhadap kondisi ekologi di Hutan Pendidikan Gunung Walat. 2. Meski adanya peningkatan produksi dan pendapatan getah baik untuk pengelola maupun penyadap dari periode sebelum 2009 dengan setelah tahun 2009, namun saat ini dari hasil getah saja penyadap belum mampu memenuhi kebutuhan hidup penyadap, untuk itu peningkatan upah sadap menjadi hal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup penyadap (kesejahteraan).

74 DAFTAR PUSTAKA Dharmawan, K Optimasi Jumlah Pohon Sadapan Bagi Penyadap Untuk Meningkatkan Produktivitas Penyadapan Getah Pinus DI KPH Kedu Selatan PT. Perhutani Unit I Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kehutanan IPB Hutan Pendidikan Gunung Walat. [14 November 2009] Farhan, A Tingkatan Motivasi. Kedah. akhmadfarhan.wordpress.com [15 Desember 2010] Gerard, A.N Ciri-Ciri Fisik Pinus (Pinus Merkusii Jungh et de Vriese) Banyak Menghasilkan Getah dan Pengaruh Pemberian Stimulansia Serta Kelas Umur Terhadap Produksi Getah Pinus Di RPH Sawangan dan RPH Kemiri, KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hidayat, E Pengaruh Pemberian Stimulansia Pada Penyadapan Kopal Dengan Metode Sayatan Di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Horngren C.T, Srikant M.D, George F Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial Jilid 1. Edisi kesebelas. Jakarta : PT. Indeks. Indrajaya Y, Handayani W Potensi Hutan Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese Sebagai Pengendali Tanah Longsor Di Jawa. Jurnal Info Hutan. Volume 5 Nomor 3 Tahun 2008 : Kasmudjo Hasil Hutan Non Kayu. Buku Ajar. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Nurmalina R, Tintin S, Arif K Studi Kelayakan Bisnis. Bogor : Departemen Agribisnis IPB. Prihanto, B Rencana Pengembangan Hutan Pendidikan Gunung Walat Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Hutan Pendidikan Gunung Walat. Siswandoyo, M Analisis Biaya Penyadapan Getah Agathis spp Sistem Kowakan Di KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Soenarno, Idris M.M, Basari Z Studi Perbaikan Cara Penyadapan Kopal di KPH Sukabumi. Jurnal Hasil Hutan. Volume 1 Nomer 3 Tahun 1984 :

75 59 Sudarsono Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Syamsu, A.F Desain Chain of Custody (CoC) Lacak Getah Pinus DI KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Wratsongko, B Penerapan Berbagai Model Alat Sadap Pada Kegiatan Penyadapan Kopal dengan Metode Sayatan Di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Zainun, B Manajemen dan Motivasi. Jakarta : Balai Aksara

76 LAMPIRAN

77 61 Lampiran 1 Identitas responden No Kode Penyadap Jenis Sadapan Nama Penyadap 1 Responden 1 K Abas 2 Responden 2 K Acem 3 Responden 3 K Aep 4 Responden 4 K Jujun Kopal 5 Responden 5 K Naneng 6 Responden 6 K Suma 7 Responden 7 K Tuhi 8 Responden 8 K Toha 9 Responden 1 R Bidin 10 Responden 2 R Cakra 11 Responden 3 R Heri 12 Responden 4 R Judin Resin 13 Responden 5 R Maksum 14 Responden 6 R Memed 15 Responden 7 R Empud 16 Responden 8 R Oha

78 Lampiran 1 Identitas responden (lanjutan) No Nama Penyadap Alamat Jenis Kelamin umur Lama Kerja Pendidikan Tanggungan Pekerjaan Pokok Pekerjaan Sampingan Mulai Kerja (tahun) (tahun) (orang) (tahun) I Penyadap Kopal 1 Abas Nanggerang Laki-Laki 71 9 Tidak Sekolah 4 Penyadapan Berkebun Acem Nanggerang Laki-Laki 48 8 SD 5 Penyadapan Kebun pisang,manggis rambutan Aep Citalahab Laki-Laki 33 7 SD 5 Penyadapan Jualan cilok, kebun pisan 4 Jujun Citalahab Laki-Laki 40 8 Tidak Sekolah 5 Penyadapan Tani, Kebun, Ternak 5 Naneng Sindang Laki-Laki SD 4 Tani Sawah Penyadapan Suma Citalahab Laki-Laki Tidak Sekolah 5 Penyadapan Buruh Bantu, Kopi, Ternak kambing Tuhi Citalahab Laki-Laki 25 8 SD 3 Penyadapan Kebun pisang, singkong, Ternak kambing Toha Cipeureu Laki-Laki SD 4 Penyadapan Tani sawah, Kebun 2000 II Penyadap Resin 1 Bidin Cijati Laki-Laki 22 4 SD 2 Penyadapan Cakra Cijati Laki-Laki 30 4 SD 6 Penyadapan Kebun Heri Cijati Laki-Laki 33 4 SD 0 Penyadapan Judin Cijati Laki-Laki 45 4 SD 4 Penyadapan Kebun, buruh Maksum Cipeureu Laki-Laki 52 3 SD 6 Penyadapan Tani Sawah, kebun pisang, Talas Memed Cijati Laki-Laki 60 4 SD 6 Penyadapan Empud Cipeureu Laki-Laki 56 3 Tidak Sekolah 5 Penyadapan Tani sawah, Kebun pisang, singkong Oha Cijati Laki-Laki 55 4 SD 2 Penyadapan Tani Sawah, Kebun

79 63 Lampiran 2 Kegiatan penyadapan kopal No I 1 Jenis Informasi Informasi Kontrak Kerja Ada Tidaknya Kontak Kerja Nama Penyadap Kopal Tuhi Toha Abas Naneng Jujun Aep Suma Acem Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang 2 Yang Menyampaikan Gagasan 3 Bentuk Penyampaian Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan 4 Proses Negosiasi yang Dilakukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 5 Tanggapan tentang Kontrak Baik Biasa saja Sangat Baik Baik Biasa saja Biasa saja Baik Baik 6 Penandatangan Kontrak II Informasi Pelaksanaan Kerja 1 Waktu Kerja Jumlah Hari Kerja (per minggu) 3 Hari/minggu 3 Hari/minggu 6 Hari/minggu 3 Hari/minggu 1 Hari/minggu 1 Hari/minggu 3 Hari/minggu 6 Hari/minggu 3 Jumlah Resin dihasilkan (per 200 Kg/minggu 40 Kg/minggu 180 Kg/minggu 60 Kg/minggu 30 Kg/minggu 18 Kg/minggu 200 Kg/minggu 30 Kg/minggu minggu) 4 Besar Motivasi Dasar Dasar Tinggi Menengah Tinggi Dasar Menegah Dasar 5 Sistem Upah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Getah getah Getah Getah Getah Getah Getah Getah 6 Adatidaknya Kualifikasi Getah Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 7 Jika Ada kualifikasi Getah Jumlah Pohon 700 Pohon 400 pohon 1500 pohon 630 pohon 390 pohon 300 pohon 500 pohon 3000 pohon Keterangan: Periode

80 64 Lampiran 2 Kegiatan penyadapan kopal (lanjutan) No I 1 Jenis Informasi Informasi kontrak kerja Ada Tidaknya Kontak Kerja Nama Penyadap Kopal Tuhi Toha Abas Naneng Jujun Aep Suma Acem Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang 2 Yang Menyampaikan Gagasan 3 Bentuk Penyampaian Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan 4 Proses Negosiasi yang Dilakukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 5 Tanggapan tentang Kontrak Biasa saja Biasa saja Baik Baik Biasa saja Biasa saja Biasa saja Baik 6 Penandatangan Kontrak II Informasi pelaksanaan kerja 1 Waktu Kerja Jumlah Hari Kerja (per minggu) 4 hari/minggu 3 Hari/minggu 6 Hari/minggu 3 Hari/minggu 1 Hari/minggu 6 Hari/minggu 3 Hari/minggu 6 Hari/minggu 3 Jumlah Resin dihasilkan (per minggu) 100 Kg/minggu 40 Kg/minggu 150 Kg/minggu 60 Kg/minggu 100 Kg/minggu 75 Kg/minggu 200 Kg/minggu 40 Kg/minggu 4 Besar Motivasi Menengah Dasar Tinggi Menengah Tinggi Menengah Menengah Tinggi 5 Sistem Upah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Getah Getah Getah Getah Getah Getah Getah Getah 6 Adatidaknya Kualifikasi Getah Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada 7 Jika Ada kualifikasi Grade A = Rp. Grade A = Rp. Grade A = Rp. Grade A = Rp. Grade A = Rp. Grade A = Rp. Grade A = Rp. Grade A = Rp. Getah 800/Kg 800/Kg 800/Kg 800/Kg 800/Kg 800/Kg 800/Kg 800/Kg Grade B = Rp. 750/Kg Grade B = Rp. 750/Kg Grade B = Rp. 750/Kg Grade B = Rp. 750/Kg Grade B = Rp. 750/Kg Grade B = Rp. 750/Kg Grade B = Rp. 750/Kg Grade B = Rp. 750/Kg Grade C = Rp. 700/Kg Grade C = Rp. 700/Kg Grade C = Rp. 700/Kg Grade C = Rp. 700/Kg Grade C = Rp. 700/Kg Grade C = Rp. 700/Kg Grade C = Rp. 700/Kg Grade C = Rp. 700/Kg 8 Jumlah Pohon 500 pohon 400 pohon 1340 pohon 550 pohon 390 pohom 300 pohon 500 pohon 1500 pohon Keterangan: Periode

81 65 Lampiran 2 Kegiatan penyadapan kopal (lanjutan) No I 1 Jenis Informasi Informasi kontrak kerja Ada Tidaknya Kontak Kerja Nama Penyadap Kopal Tuhi Toha Abas Naneng Jujun Aep Suma Acem Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang 2 Yang Menyampaikan Gagasan 3 Bentuk Penyampaian Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan 4 Proses Negosiasi yang Dilakukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 5 Tanggapan tentang Kontrak Baik Baik Biasa saja Baik Baik Baik Baik Baik 6 Penandatangan Kontrak II Informasi pelaksanaan kerja 1 Waktu Kerja Jumlah Hari Kerja (per minggu) 6 Hari/minggu 6 Hari/minggu 3 Hari/minggu 3 Hari/minggu 6 hari/minggu 6 Hari/minggu 6 Hari/minggu 6 Hari/minggu 3 Jumlah Resin dihasilkan (per minggu) 200 Kg/minggu 90 Kg/minggu 125 Kg/minggu 100 Kg/minggu 200 kg/minggu 120 Kg/minggu 200 Kg/minggu 80 Kg/minggu 4 Besar Motivasi Tinggi Tinggi Dasar Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 5 Sistem Upah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah getah getah getah getah getah getah getah getah 6 Adatidaknya Kualifikasi Getah Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 7 Jika Ada kualifikasi Getah Jumlah Pohon 500 pohon 400 pohon 600 pohon 550 pohon 390 pohon 300 pohon 500 pohon 537 pohon Keterangan: Periode 2009-sekarang 65

82 66 Lampiran 3 Kegiatan penyadapan resin No I 1 Jenis Informasi Informasi kontrak kerja Ada Tidaknya Kontak Kerja Nama Penyadap Resin Bidin Cakra Heri Judin Maksum Memed Empud Oha Hanya pembicaraan tata kerja Manager Operasional Hanya pembicaraan tata kerja Manager Operasional Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang 2 Yang Menyampaikan Gagasan 3 Bentuk Penyampaian Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan 4 Proses Negosiasi yang Dilakukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 5 Tanggapan tentang Kontrak Baik Biasa saja Biasa saja Biasa saja Baik Biasa saja Biasa saja Baik 6 Penandatangan Kontrak II Informasi pelaksanaan kerja 1 Waktu Kerja Jumlah Hari Kerja (per minggu) 3 Hari/minggu 6 Hari/minggu 6 Hari/minggu 6 Hari/minggu 5 Hari/minggu 6 Hari/minggu 3 Hari/minggu 6 Hari/minggu 3 Jumlah Resin 2,5 100 Kg/minggu dihasilkan (per minggu) Kwintal/minggu 45 Kg/minggu 1 Kwintal/minggu 75 Kg/minggu 45 Kg/minggu 20 Kg/minggu 160 Kg/minggu 4 Besar Motivasi Dasar Tinggi Menengah Dasar Menengah Menengah Dasar Tinggi 5 Sistem Upah Sesuai Jumlah Getah Sesuai Jumlah Getah Sesuai Jumlah Getah Sesuai Jumlah Getah Sesuai Jumlah Getah Sesuai Jumlah Getah Sesuai Jumlah Getah Sesuai Jumlah Getah 6 Adatidaknya Kualifikasi Getah Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak 7 Jika Ada kualifikasi Getah Jumlah Pohon 400 pohon Pohon 300 pohon 500 pohon 300 pohon 300 pohon 450 pohon 500 pohon Keterangan: Periode

83 67 Lampiran 3 Kegiatan penyadapan resin (lanjutan) No I 1 Jenis Informasi INFORMASI KONTRAK KERJA Ada Tidaknya Kontak Kerja Nama Penyadap Resin Bidin Cakra Heri Judin Maksum Memed Empud Oha Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang Hanya pembicaraan tata kerja Koordinator lapang 2 Yang Menyampaikan Gagasan 3 Bentuk Penyampaian Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan Lisan 4 Proses Negosiasi yang Tentang Jumlah Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Dilakukan dan kawasan Tidak ada 5 Tanggapan tentang Kontrak Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 6 Penandatangan Kontrak INFORMASI II PELAKSANAAN KERJA 1 Waktu Kerja Jumlah Hari Kerja 5 Hari/minggu 6 Hari/minggu 6 Hari/minggu 6 Hari/minggu 5 Hari/minggu 6 Hari/minggu 6 Hari/minggu 6 Hari/minggu 3 (per minggu) Jumlah Resin dihasilkan (per minggu) 1,5 Kwintal/minggu 70 Kg/minggu 120 kg/minggu 180 kg/minggu 60 Kg/minggu 120 kg/minggu 70 Kg/minggu 60 Kg/minggu 4 Besar Motivasi Tinggi Tinggi Menengah Menengah Tinggi Menengah Tinggi Menengah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah Sesuai Jumlah 5 Sistem Upah Getah Getah Getah Getah Getah Getah Getah Getah Adatidaknya 6 Tidak tidak Tidak Tidak Tidak Tidak tidak tidak Kualifikasi Getah Jika Ada kualifikasi Getah 8 Jumlah Pohon 1000 pohon 1300 pohon 900 pohon 800 pohon 200 pohon 800 pohon 450 pohon 500 pohon 67 Keterangan: Periode 2009-sekarang

84 68 Lampiran 4 Data produksi, penerimaan dan biaya produksi kopal pengelola HPGW No. Uraian Kualifikasi Getah Tahun Produksi (Grade) 2001/ /2010 A 128, , Jumlah Produksi (Kg) B , , ,00 C 6.779, ,50 332,50 A Harga Jual (Rp/Kg) B C A , , , ,00 3 Penerimaan (Rp) B , , , , , ,00 C , , , ,00 Total Penerimaan , , , , , ,00 Sumber : Keuangan HPGW

85 69 Lampiran 4 Data produksi, penerimaan dan biaya produksi kopal pengelola HPGW (lanjutan) No. Komponen Biaya Tetap Tahun Produksi 2001/2002 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009/2010 Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % 1 Gaji Karyawan Getah ,00 90, ,33 80, ,00 85, ,50 74, ,78 70, ,00 90,94 2 Penyusutan Ember ,33 0, ,33 0, ,33 0, ,33 0, Penyusutan kapak ,00 0, ,00 0, Penyusutan Gudang ,00 8, ,00 19, ,00 14, ,00 25, ,00 26, ,00 9,06 4 Penyusutan Helm ,00 0, ,00 0, Penyusutan Sepatu ,00 0, ,00 2, Total Biaya Tetap ,33 100, ,66 100, ,33 100, ,83 100, ,78 100, ,00 100,00 Sumber : Keuangan HPGW Tahun Produksi No. Komponen Biaya Tidak Tetap 2001/2002 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009/2010 Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % 1 Upah Penyadap ,00 97, ,00 89, ,00 93, ,00 97, ,00 80, Biaya Listrik Gudang ,00 2, ,00 9, ,67 6, ,0 2, ,67 2, ,60 0,56 3 Biaya Ember Penyadap ,00 0, Biaya Kapak ,00 7, Biaya Helm ,00 1, Biaya Sepatu ,00 7, HPP Kopal ,00 99,44 Total Biaya Tidak Tetap ,00 100, ,00 100, ,67 100, ,03 100, ,67 100, ,60 100,00 Sumber : Laporan Keuangan HPGW

86 70 Lampiran 4 Data produksi, penerimaan dan biaya produksi kopal pengelola HPGW (lanjutan) Total Total Biaya Total Biaya Pendapatan Total Biaya No Tahun Penerimaan Tetap Tidak tetap Bersih (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) / , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , / , , , ,40 Sumber : Laporan Keuangan HPGW No. Tahun Produksi Jumlah Penyadap Jumlah karyawan karyawan getah (orang) (orang) (orang) / / Sumber : Laporan Keuangan HPGW

87 71 Lampiran 5 Data produksi, penerimaan dan biaya produksi resin pengelola HPGW No. Komponen Biaya Tetap Tahun Produksi Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009/2010 Rp % Rp % Rp % 1 Gaji Karyawan Getah ,50 95, ,78 91, ,00 100,00 2 Penyusutan Timbangan ,00 0, ,00 0, Penyusutan Kadukul ,22 0, ,22 0, Penyusutan Drum 150 liter ,00 1, ,00 1, Penyusutan Drum 120 liter ,00 0, ,00 0, Penyusutan Drum Kecil ,00 1, ,00 1, Penyusutan Sepatu ,00 3, Penyusutan Helm ,00 0, Total Biaya Tetap ,72 100, ,00 100, ,00 100,00 Sumber : Keuangan HPGW tahun No. Komponen Biaya Tidak Tetap Tahun Produksi Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009/2010 Rp % Rp % Rp % 1 Upah Penyadap ,00 82, ,50 91,54-2 Biaya Listrik Gudang ,03 1, ,67 1, ,60 0,56 3 Biaya Timbangan ,00 1, Biaya Drum 150 liter ,00 4, Biaya Drum 120 liter ,00 1, Biaya Drum Kecil ,00 3, Biaya Kadukul ,00 4, Biaya Helm ,00 1, Biaya Sepatu ,00 5, HPP Pinus ,00 99,44 Total Biaya Tidak Tetap ,03 100, ,17 100, ,60 100,00 Sumber : Laporan Keuangan HPGW tahun

88 72 Lampiran 5 Data produksi, penerimaan dan biaya produksi resin pengelola HPGW (lanjutan) No. Uraian Tahun Produksi / Jumlah Produksi (Kg) , , ,50 2 Harga Jual (Rp/Kg) 3.500, , ,00 3 Penerimaan (Rp) , , ,00 Sumber : Laporan Keuangan HPGW tahun No. Uraian Tahun Produksi / Total Penerimaan (Rp) , , Total Biaya Tetap (Rp) , , ,00 3 Total Biaya Tidak tetap (Rp) , , ,60 4 Total Biaya (Rp) , , ,60 Pendapatan Bersih , , ,40 Sumber : Laporan Keuangan HPGW tahun No. Tahun Produksi Jumlah Penyadap Jumlah Karyawan Karyawan Getah (orang) (orang) (orang) / Sumber : Laporan Keuangan HPGW tahun

89 73 Lampiran 6 Biaya pengelolaan HPGW No. 1 Komponen Biaya Tetap Gaji Karyawan Selain Getah 2 Biaya Listrik 3 Biaya Logistik 4 Biaya ATK 5 Biaya Keamanan Biaya Pencegahan Kebakaran Biaya Perlengkapan Kantor Komunikasi Umum Jenis Biaya Tahun Produksi Tahun 2001/2002* Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009/2010 Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % Biaya Tetap ,66 56, ,66 56, ,00 57, ,00 51, ,44 47, ,00 79,50 Biaya Tidak Tetap Biaya Tidak Tetap Biaya Tidak Tetap Biaya Tidak Tetap Biaya Tidak Tetap Biaya Tidak Tetap Biaya Tidak Tetap ,00 32, ,00 32, ,33 32, ,0 28, ,66 17, ,80 5, ,00 7, ,00 7, ,00 5, ,00 11, ,00 5, ,00 1, ,00 1, ,00 1, ,00 3, ,00 3, ,00 2, ,00 2, ,00 2, ,00 4, ,00 25, ,00 0, ,00 12, ,00 3,29 Total Biaya ,66 100, ,66 100, ,33 100, ,00 100, ,10 100, ,80 100,00 Sumber : Laporan Keuangan HPGW ket : * Data Tidak Tersedia, sehingga dilihat dari data terdekatnya 73

90 74 Lampiran 7 Komponen biaya penyadap kopal No Komponen Biaya Jumlah Biaya Penyadap Kopal (Rp/tahun) Abas Acem Aep Jujun Naneng Suma Tuhi Toha 1 Kapak Sadap , , , , , , , ,00 2 Golok , , , , , , , ,00 3 Ember , , , , , , , ,00 4 Seng 5.000, , , , , , , ,00 5 Spray 8.000, , , , , , , ,00 6 Stimulan , , , , , , , ,00 7 Karung 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 8 Sepatu , , , , , , , ,00 9 Helm , , , , , , , ,00 10 Penyusutan Kapak 5.000, , , , , , , ,00 11 Penyusutan Golok 5.000, , , , , , , ,00 12 Penyusutan Ember , , , , , , , ,33 13 Penyusutan Seng 1.500, , , , , , , ,00 14 Penyusutan Spray 2.500, , , , , , , ,00 15 Penyusutan Karung 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 16 Penyusutan Sepatu , , , , , , , ,00 17 Penyusutan Helm 3.125, , , , , , , ,00 Total Biaya , , , , , , , ,33 Keterangan: Periode

91 75 Lampiran 7 Komponen biaya penyadap kopal (lanjutan) No Komponen Biaya Jumlah Biaya Penyadap Kopal (Rp/tahun) Abas Acem Aep Jujun Naneng Suma Tuhi Toha 1 Kapak Sadap , , , , , , , ,00 2 Golok , , , , , , , ,00 3 Ember , , , , , , , ,00 4 Seng 5.000, , , , , , , ,00 5 Spray 8.000, , , , , , , ,00 6 Stimulan , , , , , , , ,00 7 Karung 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 8 Sepatu , , , , , , , ,00 9 Helm , , , , , , , ,00 10 Penyusutan Kapak 5.000, , , , , , , ,00 11 Penyusutan Golok 5.000, , , , , , , ,00 12 Penyusutan Ember , , , , , , , ,33 13 Penyusutan Seng 1.500, , , , , , , ,00 14 Penyusutan Spray 2.500, , , , , , , ,00 15 Penyusutan Karung 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 16 Penyusutan Sepatu , , , , , , , ,00 17 Penyusutan Helm 3.125, , , , , , , ,00 Total Biaya , , , , , , , ,33 Keterangan: Periode

92 76 Lampiran 7 Komponen biaya penyadap kopal (lanjutan) No Komponen Biaya Jumlah Biaya Penyadap Kopal (Rp/tahun) Abas Acem Aep Jujun Naneng Suma Tuhi Toha 1 Kapak Sadap , , , , , , , ,00 2 Golok , , , , , , , ,00 3 Ember , , , , , , , ,00 4 Seng 5.000, , , , , , , ,00 5 Spray 8.000, , , , , , , ,00 6 Stimulan , , , , , , , ,00 7 Karung 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 8 Sepatu , , , , , , , ,00 9 Helm , , , , , , , ,00 10 Baju , , , , , , , ,00 11 Penyusutan Kapak 5.000, , , , , , , ,00 12 Penyusutan Golok 5.000, , , , , , , ,00 13 Penyusutan Ember , , , , , , , ,33 14 Penyusutan Seng 1.500, , , , , , , ,00 15 Penyusutan Spray 2.500, , , , , , , ,00 16 Penyusutan Karung 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 17 Penyusutan Sepatu , , , , , , , ,00 18 Penyusutan Helm 3.125, , , , , , , ,00 19 Penyusutan Baju , , , , , , , ,00 Total Biaya , , , , , , , ,33 Keterangan: Periode 2009-sekarang 76

93 77 Lampiran 8 Komponen biaya penyadap resin No Komponen Biaya Jumlah Penerimaan Penyadap Resin (Rp/tahun) Bidin Cakra Heri Judin Maksum Memed Empud Oha 1 Kadukul , , , , , , , ,00 2 Ember , , , , , , , ,00 3 Golok , , , , , , , ,00 4 Spray 8.000, , , , , , , ,00 5 Stimulan , , , , , , , ,00 6 Sepatu , , , , , , , ,00 7 Helm , , , , , , , ,00 8 Penyusutan Kadukul 4.714, , , , , , , ,29 9 Penyusutan Ember , , , , , , , ,33 10 Penyusutan Golok 5.000, , , , , , , ,00 11 Penyusutan Spray 2.500, , , , , , , ,00 12 Penyusutan Sepatu , , , , , , , ,00 13 Penyusutan Helm 3.125, , , , , , , ,00 Total Biaya , , , , , , , ,62 Keterangan: Periode

94 78 Lampiran 8 Komponen biaya penyadap resin (lanjutan) No Komponen Biaya Jumlah Penerimaan Penyadap Resin (Rp/tahun) Bidin Cakra Heri Judin Maksum Memed Empud Oha 1 Kadukul , , , , , , , ,00 2 Ember , , , , , , , ,00 3 Golok , , , , , , , ,00 4 Spray 8.000, , , , , , , ,00 5 Stimulan , , , , , , , ,00 6 Sepatu , , , , , , , ,00 7 Helm , , , , , , , ,00 8 Baju , , , , , , , ,00 9 Penyusutan Kadukul 4.714, , , , , , , ,29 10 Penyusutan Ember , , , , , , , ,33 11 Penyusutan Golok 5.000, , , , , , , ,00 12 Penyusutan Spray 2.500, , , , , , , ,00 13 Penyusutan Sepatu , , , , , , , ,00 14 Penyusutan Helm 3.125, , , , , , , ,00 15 Penyusutan Baju , , , , , , , ,00 Total Biaya , , , , , , , ,62 Keterangan: Periode 2009-sekarang 78

95 79 Lampiran 9 Komponen penerimaan penyadap kopal No Komponen Penerimaan Jumlah Penerimaan Penyadap Kopal (Rp/tahun) Abas Acem Aep Jujun Naneng Suma Tuhi Toha 1 Upah HPGW , , , , , , , ,00 2 Kapak Sadap , , , , , , , ,00 3 Golok , , , , , , , ,00 4 Ember , , , , , , , ,00 5 Seng 5.000, , , , , , , ,00 6 Spray 8.000, , , , , , , ,00 7 Stimulan , , , , , , , ,00 8 Karung 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 9 Sepatu , , , , , , , ,00 10 Helm , , , , , , , ,00 Total Penerimaan , , , , , , , ,00 Keterangan : Periode

96 80 Lampiran 9 Komponen penerimaan penyadap kopal (lanjutan) No Komponen Penerimaan Jumlah Penerimaan Penyadap Kopal (Rp/tahun) Abas Acem Aep Jujun Naneng Suma Tuhi Toha 1 Upah HPGW , , , , , , , ,00 2 Kapak Sadap , , , , , , , ,00 3 Golok , , , , , , , ,00 4 Ember , , , , , , , ,00 5 Seng 5.000, , , , , , , ,00 6 Spray 8.000, , , , , , , ,00 7 Stimulan , , , , , , , ,00 8 Karung 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 9 Sepatu , , , , , , , ,00 10 Helm , , , , , , , ,00 Total Penerimaan , , , , , , , ,00 Keterangan : Periode

97 81 Lampiran 9 Komponen penerimaan penyadap kopal (lanjutan) No Komponen Penerimaan Jumlah Penerimaan Penyadap Kopal (Rp/tahun) Abas Acem Aep Jujun Naneng Suma Tuhi Toha 1 Upah HPGW , , , , , , , ,00 2 Kapak Sadap , , , , , , , ,00 3 Golok , , , , , , , ,00 4 Ember , , , , , , , ,00 5 Seng 5.000, , , , , , , ,00 6 Spray 8.000, , , , , , , ,00 7 Stimulan , , , , , , , ,00 8 Karung 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 600,00 9 Sepatu , , , , , , , ,00 10 Helm , , , , , , , ,00 11 Baju , , , , , , , ,00 Total Penerimaan , , , , , , , ,00 Keterangan: Periode 2009-sekarang 81

98 82 Lampiran 10 Komponen penerimaan penyadap resin No Jumlah Penerimaan Penyadap Resin (Rp/tahun) Komponen Penerimaan Bidin Cakra Heri Judin Maksum Memed Empud Oha 1 Upah HPGW , , , , , , , ,00 2 Kadukul , , , , , , , ,00 3 Ember , , , , , , , ,00 4 Golok , , , , , , , ,00 5 Spray 8.000, , , , , , , ,00 6 Stimulan , , , , , , , ,00 7 Sepatu , , , , , , , ,00 8 Helm , , , , , , , ,00 Total Penerimaan , , , , , , , ,00 Keterangan: Periode No Komponen Penerimaan Jumlah Penerimaan Penyadap Resin (Rp/tahun) Bidin Cakra Heri Judin Maksum Memed Empud Oha 1 Upah HPGW , , , , , , , ,00 2 Kadukul , , , , , , , ,00 3 Ember , , , , , , , ,00 4 Golok , , , , , , , ,00 5 Spray 8.000, , , , , , , ,00 6 Stimulan , , , , , , , ,00 7 Sepatu , , , , , , , ,00 8 Helm , , , , , , , ,00 9 Baju , , , , , , , ,00 Total Biaya , , , , , , , ,00 Keterangan: Periode 2009-sekarang 82

99 83 Lampiran 11 Komponen biaya hidup penyadap kopal No Komponen Biaya Jumlah Biaya Penyadap Kopal (Rp/tahun) Abas Acem Aep Jujun Naneng Suma Tuhi Toha 1 Biaya Makan , , , , , , , ,00 2 Biaya Listrik , , ,00 3 Biaya Transportasi , ,00 4 Biaya Sekolah Agama 5 Biaya Jajan Anak 6 Biaya THB 7 Biaya Pengajian 8 Biaya Kredit Baju 9 Biaya Sekolah ,00 10 Biaya Sekolah SD 11 Biaya Sekolah SMP 12 Biaya Sekolah SMA Total Biaya Hidup , , , , , , , ,00 Keterangan: Periode

100 84 Lampiran 11 Komponen biaya hidup penyadap kopal (lanjutan) No Jumlah Biaya Penyadap Kopal (Rp/tahun) Komponen Biaya Abas Acem Aep Jujun Naneng Suma Tuhi Toha 1 Biaya Makan , , , , , , , ,00 2 Biaya Listrik , , , ,00 3 Biaya Transportasi , ,00 4 Biaya Sekolah Agama 5 Biaya Jajan Anak 6 Biaya THB ,00 7 Biaya Pengajian ,00 8 Biaya Kredit Baju ,00 9 Biaya Sekolah ,00 10 Biaya Sekolah SD ,00 11 Biaya Sekolah SMP ,00 12 Biaya Sekolah SMA ,00 Total Biaya Hidup , , , , , , , ,00 Keterangan: Periode

101 85 Lampiran 11 Komponen biaya hidup penyadap kopal (lanjutan) No Jumlah Biaya Penyadap Kopal (Rp/tahun) Komponen Biaya Abas Acem Aep Jujun Naneng Suma Tuhi Toha 1 Biaya Makan , , , , , , , ,00 2 Biaya Listrik , , , , , , ,00 3 Biaya Transportasi , ,00 4 Biaya Sekolah Agama , , ,00 5 Biaya Jajan Anak , , ,00 6 Biaya THB ,00 7 Biaya Pengajian ,00 8 Biaya Kredit Baju ,00 9 Biaya Sekolah , ,00 10 Biaya Sekolah SD 11 Biaya Sekolah SMP 12 Biaya Sekolah SMA Total Biaya Hidup , , , , , , , ,00 Keterangan: Periode 2009-sekarang 85

102 86 Lampiran 12 Komponen biaya hidup penyadap resin No Jumlah Penerimaan Penyadap Resin (Rp/tahun) Komponen Biaya Bidin Cakra Heri Judin Maksum Memed Empud Oha 1 Biaya Makan , , , , , , , ,00 2 Biaya Listrik , , , , , , ,00 3 Biaya Jajan Sekolah , , ,00 4 Biaya Sekolah 5 Biaya Sekolah SD 6 Biaya Sekolah Agama ,00 7 Biaya Perawatan Alat Total Biaya Hidup , , , , , , , ,00 Keterangan: Periode No Komponen Biaya Jumlah Biaya Penyadap Kopal (Rp/tahun) Bidin Cakra Heri Judin Maksum Memed Empud Oha 1 Biaya Makan , , , , , , , ,00 2 Biaya Listrik , , , , , , ,00 3 Biaya Jajan Sekolah , ,00 4 Biaya Sekolah , , ,00 5 Biaya Sekolah SD , ,00 6 Biaya Sekolah Agama , ,00 7 Biaya Perawatan Alat , ,00 Total Biaya Hidup , , , , , , , ,00 Keterangan: Periode 2009-sekarang 86

103 87 Lampiran 13 Dokumentasi penelitian Proses wawancara penyadap kopal Proses wawancara penyadap resin Kopal Resin Proses pelukaan (sayatan) pohon agathis Proses pelukaan (koakan) pohon pinus

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PENGELOLA TERHADAP PENDAPATAN USAHA KOPAL DAN RESIN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

PENGARUH PERUBAHAN PENGELOLA TERHADAP PENDAPATAN USAHA KOPAL DAN RESIN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT PENGARUH PERUBAHAN PENGELOLA TERHADAP PENDAPATAN USAHA KOPAL DAN RESIN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT RADITA DANESHWARA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 15 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Lokasi dan Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak 2,4 km dari poros jalan Sukabumi - Bogor (desa Segog). Dari simpang Ciawi berjarak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Hutan Pendidikan Gunung Walat Data Badan Pengelola HPGW tahun 2012 menunjukkan bahwa kawasan HPGW sudah mulai ditanami pohon damar (Agathis loranthifolia)

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Gunung Walat Pembangunan Hutan Pendidikan Kehutanan berawal pada tahun 1959, ketika Fakultas Kehutanan IPB masih merupakan Jurusan Kehutanan, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB

LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB The Exploration of Resources and Communities Interaction in Gunung Walat University Forest DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) BUDIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jung et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT NURKHAIRANI DEPARTEMEN HASIL

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN.

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. Dwi Nugroho Artiyanto E 24101029 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Kegiatan penyadapan dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di wilayah Sukabumi Jawa Barat, tepatnya pada Petak Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGARUH PERLAKUAN INOVASI PENYADAPAN GETAH PINUS TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAP (KASUS : HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT) ADE ANGGRAINI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) BUDIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan ZPT terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan dan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN KEMENYAN (Styrax spp.) (Studi Kasus: Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara)

ANALISIS PEMASARAN KEMENYAN (Styrax spp.) (Studi Kasus: Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara) ANALISIS PEMASARAN KEMENYAN (Styrax spp.) (Studi Kasus: Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara) SKRIPSI Oleh: Ryandika Gilang Putra 121201153 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT BAYU ADIRIANTO

POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT BAYU ADIRIANTO POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT BAYU ADIRIANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 POTENSI NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, JAWA BARAT ALDI YUSUP

PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, JAWA BARAT ALDI YUSUP PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, JAWA BARAT ALDI YUSUP DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) SKRIPSI FAJAR MUTAQIEN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI (Shorea spp.) PADA AREAL PMUMHM DI IUPHHK PT. ITCI Kartika Utama KALIMANTAN TIMUR YULI AKHIARNI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Preferensi Mahasiswa Statistika IPB Angkatan 44, 45, dan 46 terhadap Minat Bidang Kerja) DONNY ARIEF SETIAWAN SITEPU

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA PEUBAH TEGAKAN PINUS PADA AREAL REHABILITASI TOSO DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT FADEL IBNU PERDANA

MODEL PENDUGA PEUBAH TEGAKAN PINUS PADA AREAL REHABILITASI TOSO DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT FADEL IBNU PERDANA MODEL PENDUGA PEUBAH TEGAKAN PINUS PADA AREAL REHABILITASI TOSO DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT FADEL IBNU PERDANA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS

STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii), DI BLOK CIMENYAN, HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO 1 PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO RESTU GUSTI ATMANDHINI B E 14203057 DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan

I. PENDAHULUAN. dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat berlimpah, dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan keanekaragaman hayati.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas. 21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam satu blok, yaitu di petak penelitian permanen teknologi penyadapan getah pinus (blok Cikatomas) dengan

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Mei 2012 dan bertempat di hutan Desa Pasir Madang, Kec. Sukajaya, Kab. Bogor, Jawa Barat. 3.2. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FUNGI YANG BERASOSIASI DENGAN BENIH MAHONI (Swietenia macrophylla King. ) SEWAKTU MASIH DI POHON DAN SETELAH DISIMPAN

IDENTIFIKASI FUNGI YANG BERASOSIASI DENGAN BENIH MAHONI (Swietenia macrophylla King. ) SEWAKTU MASIH DI POHON DAN SETELAH DISIMPAN IDENTIFIKASI FUNGI YANG BERASOSIASI DENGAN BENIH MAHONI (Swietenia macrophylla King. ) SEWAKTU MASIH DI POHON DAN SETELAH DISIMPAN Oleh : Devie Fadhilah E 14202066 PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POTENSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar Wilayah Blitar merupakan wilayah yang strategis dikarenakan wilayah Blitar berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

ARI SUPRIYATNA A

ARI SUPRIYATNA A ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA Oleh: ARI SUPRIYATNA A14303050 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan 32 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keanekaragaman Spesies Pohon Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR terdapat 60 spesies pohon

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F14102075 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI U M U M Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT. Oleh: NIA ROSIANA A KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA AKARWANGI (Andropogon Zizanoid) PADA KONDISI RISIKO DI KABUPATEN GARUT Oleh: NIA ROSIANA A14104045 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Menurut Elias (2008), PWH adalah kegiatan kehutanan yang menyediakan prasarana/infrastruktur (jaringan jalan, log pond, base camp induk dan base

Lebih terperinci

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan. 23 1. Potensi Wisata Gunung Sulah Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

ANALISIS UNIT RESPON HIDROLOGI DAN KADAR AIR TANAH PADA HUTAN TANAMAN DI SUB DAS CIPEUREU HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SANDY LESMANA

ANALISIS UNIT RESPON HIDROLOGI DAN KADAR AIR TANAH PADA HUTAN TANAMAN DI SUB DAS CIPEUREU HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SANDY LESMANA ANALISIS UNIT RESPON HIDROLOGI DAN KADAR AIR TANAH PADA HUTAN TANAMAN DI SUB DAS CIPEUREU HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SANDY LESMANA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 i PENGARUH PENGGUNAAN MASKER DAN SARUNG TANGAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

PENILAIAN MODEL JARINGAN JALAN UNTUK PENGANGKUTAN KOPAL DAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT HERYANA

PENILAIAN MODEL JARINGAN JALAN UNTUK PENGANGKUTAN KOPAL DAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT HERYANA PENILAIAN MODEL JARINGAN JALAN UNTUK PENGANGKUTAN KOPAL DAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT HERYANA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A34103038 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG

V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG V. KEADAAN UMUM INDUSTRI KAYU DI KECAMATAN CIGUDEG 5.1. Kondisi Geografis dan Potensi Alam Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa barat. Daerah ini memiliki potensi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI OLEH SUCI NOLA ASHARI A14302009 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci