ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010"

Transkripsi

1 i PENGARUH PENGGUNAAN MASKER DAN SARUNG TANGAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 PENGARUH PENGGUNAAN MASKER DAN SARUNG TANGAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ANDRIANI WIJIASTUTI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

3 iii RINGKASAN ANDRIANI WIJIASTUTI. E Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, di bawah bimbingan Dr.Ir. GUNAWAN SANTOSA, MS. Peningkatan jumlah penduduk menjadikan permintaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) juga ikut meningkat, salah satunya adalah gondorukem. Gondorukem merupakan padatan hasil penyulingan getah pinus (Pinus spp.). Dengan meningkatnya jumlah permintaan terhadap gondorukem, maka produksi getah pinus pun juga harus ditingkatkan. Salah satu cara nya adalah dengan penggunaan zat stimulansia. Adapun bahan yang terkandung dalam stimulansia berupa larutan asam, dimana larutan tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap keselamatan penyadap. Sebagaimana diketahui bahwa Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) belum menerapkan penggunaan Alat pelindung Diri (APD) pada kegiatan penyadapan getah pinus, sehingga diperlukan APD untuk menjaga keselamatan dan kesehatan penyadap, APD tersebut berupa sarung tangan dan masker. Secara kesehatan APD dapat memberikan pengaruh nyata terhadap keselamatan penyadap. Namun disisi lain apakah dengan penggunaan APD dapat memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas penyadapan getah pinus, baik meningkatkan produktivitas maupun menurunkan produktivitas penyadapan getah pinus. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dimana respon diperoleh dari perlakuan penggunaan masker dan sarung tangan yaitu A (kontrol), B, C, D dan E. Pemilihan penyadap dilakukan berdasarkan kriteria usia yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok usia muda (15-29 tahun), kelompok usia sedang (30-44 tahun) dan kelompok usia tua (>45 tahun). Pohon contoh yang digunakan pada setiap perlakuan berjumlah 8 pohon, dimana memiliki kriteria pohon yang hampir sama antar perlakuan. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan sarung tangan dan masker tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas penyadapan getah pinus. Kelompok usia menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas penyadapan getah pinus. Adapun tingkat pemahaman penyadap terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) termasuk kedalam kriteria baik dimana penyadap sudah memahami akan pentingnya penggunaan APD dalam kegiatan penyadapan getah pinus serta bersedia menggunakan APD berupa masker dan sarung tangan pada saat penyadapan. Adapun jenis sarung tangan yang sebaiknya digunakan di HPGW adalah yang menggunakan bahan karet. Kata kunci : pinus, stimulansia, masker, sarung tangan, produktivitas

4 SUMMARY ANDRIANI WIJIASTUTI. E Effect of Use of Masks and Gloves Against Wiretapping Pine Resin Productivity in Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, West Java, under the guidance of Dr. Ir. GUNAWAN SANTOSA, MS. An increasing number of people making requests Non-Wood Forest Products (NTFPs) also increased, one of which is gondorukem. Gondorukem represents the distillation of pine resin solids (Pinus spp.). With the increasing number of requests to gondorukem, the pine resin production also must be improved. One way is by the use of stimulant substances. The material contained in a stimulant in the form of acid solution, whereby the solution can negatively impact the safety of bugs. As we know that Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) not implement the use of Personal protective equipment (PPE) in the pine resin tapping activity, so that the necessary PPE to maintain the safety and health tappers, PPE in the form of gloves and masks (respirators). The health of PPE can provide a real impact on safety tapper. But on the other hand if the use of PPE can provide a real impact on the productivity of pine resin tapping, both increasing productivity and lowering productivity pine resin tapping. The research method used was randomized block design where treatment responses obtained from the use of masks and gloves, namely A (control), B, C, D and E. Selection is based on the criteria of age tappers which are grouped into three groups, namely younger age group (15-29 years), medium age group (30-44 years) and older age group (> 45 years). Tree of the examples used in each treatment were 8 trees, which have almost the same tree criteria among the treatments. Results Analysis of variance showed that the use of gloves and masks do not provide a real impact on the productivity of pine resin tapping. Age group became one of the factors that affect the productivity of pine resin tapping. The level of understanding tapper of Occupational Health and Safety, including well into the criteria which the tapper has to understand the importance of the use of PPE in the pine resin tapping activity and willing to use the PPE in the form of masks and gloves at the time of wiretapping. The type of gloves should be used in HPGW is that using the rubber material. Key words: pine, stimulant, masks, gloves, productivity

5 v PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat adalah benarbenar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2010 Penulis

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya, serta sholawat beserta salam penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun judul dari skripsi ini yaitu Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat sebagai tugas akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Suyono dan Ibunda Muryati tercinta atas semua cinta, kasih sayang, dukungan serta doa dan ketulusannya, adinda Ina tersayang serta semua keluarga yang selalu mendukung dengan semangat dan doa yang tulus. Bapak Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, nasihat, saran serta pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta pihak pengelola Hutan Pendidikan Gunung Walat sebagai instansi yang telah memberikan ijin tempat penelitian, serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Namun demikian semoga skripsi dapat memberikan manfaat. Bogor, Desember 2010 Penulis

7 vii UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya, penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih, kepada : 1. Ibunda Muryati dan Ayahanda Suyono, selaku orang tua dan beserta adinda Ina Bhinaryanti yang telah memberikan dukungan moral dan material serta kasih sayang yang akan selalu tercurah. 2. Bapak Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MS selaku penguji dari Departemen Hasil Hutan, Bapak Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, MS selaku penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata serta Bapak Ir. Kasno, MSc selaku penguji dari Departemen Silvikultur. 4. Pihak pengelola Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah memberikan ijin tempat penelitian dan kenyamanan yang diberikan sewaktu penulis mengadakan penelitian. 5. Pekerja Penyadap getah pinus, Pak Pahru, Pak Ajen, Pak Aca, Pak Uus, Pak Acep Jili dan Pak Enas atas tenaga, waktu serta kerjasama nya selama penelitian ini. 6. Pak Udin dan Pak Yahya, yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini. 7. Rekan-rekan Departemen Manajemen Hutan angkatan 43, khususnya Nurlailati Ramdhani, Suryaningsih, Mas Dwi Apriyanto, Kristanto Nugroho, Linda Zakiah, Sukesti Budiarti dan Sentot Purwanto atas segala kenyamanan, bimbingan dan motivasi yang diberikan kepada penulis. 8. Rekan-rekan Senior Resident asrama putri TPB IPB, khususnya Mbak Aria, Yeni, Wulan, Lestari, Nisa, Eva dan Riska serta rekan-rekan di Pondok Irafan. 9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 07 April 1988 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Muryati dan Suyono. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1994 di Sekolah Dasar Negeri Rambutan 02 Pagi dan lulus pada tahun Pendidikan lanjutan tingkat pertama penulis tempuh di SLTPN 103 Jakarta dari tahun Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke SMUN 58 Jakarta dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui Ujian Saringan Masuk IPB. Kegiatan praktek yang pernah dilakukan penulis adalah Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cilacap dan Baturaden pada tahun Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 2009 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Inhutani II Subunit Hutan Tanaman Semaras, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif disejumlah organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai Komisi Keuangan DPM TPB IPB pada tahun , Bendahara Forest Management Student Club (FMSC) pada tahun , staf Divisi PSDM BEM Fakultas Kehutanan IPB pada tahun , staf Divisi PSDM DKM Ibaadurrahman pada tahun dan sebagai Senior Resident. Penulis juga menjadi asisten praktikum mata kuliah Dendrologi pada tahun 2008 hingga 2010, asisten praktikum mata kuliah Inventarisasi Sumberdaya Hutan pada tahun 2008 serta asisten praktikum mata kuliah Pemanenan Hutan pada tahun Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dibawah bimbingan Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS.

9 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Penyadapan Getah Pinus di HPGW Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Pinus Stimulansia Keselamatan Kerja Alat Pelindung Diri (APD)... 8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Topografi dan Iklim Tanah dan Hidrologi Vegetasi dan Fauna BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Terhadap Produktivitas dan Waktu Kerja Penyadapan Getah Pinus... 22

10 ii 5.3 Produktivitas dan Waktu Kerja Penyadapan Getah Pinus Berdasarkan Kelompok Usia Penyadap Tingkat pemahaman penyadap terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 36

11 iii DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Bagan rancangan percobaan Analisis sidik ragam Tingkatan pemahaman penyadap terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam penyadapan getah pinus Rata-rata produktivitas (gram/pohon/hari) penyadapan getah pinus pada masing-masing penggunaan masker dan sarung tangan serta pada tiga kelompok usia Rata-rata waktu kerja (menit/pohon) penyadapan getah pinus pada masing-masing penggunaan masker dan sarung tangan serta pada tiga kelompok usia Analisis sidik ragam (Analysis of Variance) pada produktivitas penyadapan getah pinus Analisis sidik ragam (Analysis of Variance) pada waktu kerja penyadapan getah pinus Persentase penurunan produktivitas dan peningkatan waktu kerja penyadapan getah pinus terhadap kontrol Produktivitas (g/phn/hari) penyadapan dan waktu kerja (mnt/phn) pada masing-masing kelompok usia Tingkat pemahaman penyadap terhadap K3 pada masing-masing responden Harga (rupiah) pada masing-masing sarung tangan Kesediaan masing-masing penyadap dalam menggunakan jenis sarung tangan pada saat penyadapan... 34

12 iv DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Sarung tangan dengan bahan wol sebagai salah satu APD yang digunakan dalam penelitian Sarung tangan dengan bahan kulit kombinasi sebagai salah satu APD yang digunakan dalam penelitian Sarung tangan dengan bahan karet sebagai salah satu APD yang digunakan dalam penelitian Sarung tangan dengan bahan PVC sebagai salah satu APD yang digunakan dalam penelitian Masker sebagai salah satu APD yang digunakan dalam penelitian... 11

13 v DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Kuisioner penelitian Hasil perhitungan produktivitas dan waktu kerja penyadapan getah pinus Rancangan percobaan produktivitas penyadapan getah pinus Rancangan percobaan waktu kerja penyadapan getah pinus Data penyadap getah pinus Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Tahun Dokumentasi penggunaan masker dan sarung tangan serta kegiatan lainnya... 57

14 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya yang dapat menghasilkan manfaat yang menyeluruh, baik manfaat tangible maupun manfaat intangible. Manfaat tangible hutan merupakan manfaat yang dapat dihasilkan oleh hutan dan dapat dimanfaatkan secara langsung. Hasil hutan yang dapat memberikan manfaat tangible dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). HHBK di Indonesia selama ini belum mendapatkan perhatian yang penuh, dimana pengusahaan hutan yang selama ini banyak dilakukan terlalu memperhatikan kayu sebagai hasil utamanya. Padahal jika HHBK dikelola dengan baik akan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dibanding nilai produksi kayu itu sendiri. Seiring meningkatnya jumlah penduduk, permintaan HHBK juga terus mengalami peningkatan. Salah satu HHBK yang mulai mengalami peningkatan permintaan oleh berbagai industri adalah gondorukem (Nurkhairani 2008). Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian UNS (1996) juga menambahkan bahwa industri gondorukem dewasa ini mempunyai prospek yang cukup baik, karena kebutuhan akan gondorukem selalu menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Gondorukem sendiri menurut Badan Standardisasi Nasional (2001) merupakan padatan hasil penyulingan getah pinus (Pinus spp.). Dengan semakin meningkatnya jumlah permintaan terhadap gondorukem, maka produksi getah pinus pun juga harus ditingkatkan. Nurkhairani (2008) menyatakan bahwa salah satu teknik penyadapan yang dapat meningkatkan produksi getah pinus adalah dengan memberikan rangsangan terhadap proses metabolisme dalam sel dan struktur jaringan lainnya, zat demikian disebut stimulansia. Stimulansia dapat dilakukan melalui perlakuan kimia maupun mekanis terhadap pohon (Whitmore 1977) dalam Hendrayus (1992). Bahan utama yang terkandung dalam stimulansia adalah H 2 SO 4 dan HNO 3. Disisi lain diketahui bahwa H 2 SO 4 dan HNO 3 yang terkandung dalam stimulansia merupakan zat berbahaya. Okleqs (2009) menyatakan bahwa efek jangka panjang dari menghirup

15 2 uap asam menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu paru-paru. Cairan asam dapat menimbulkan luka yang parah dan dapat menimbulkan kebutaan jika terkena mata. Salah satu instansi yang juga memproduksi getah pinus adalah Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), dimana dalam pelaksanaan kegiatan penyadapannya belum menerapkan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja penyadap getah pinus. Mengingat bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan stimulansia maka dalam pelaksanaan penyadapan getah pinus diperlukan APD yang merupakan kelengkapan wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri. Terdapat berbagai bentuk APD, diantaranya adalah sarung tangan dan masker (respirator). Kedua alat tersebut diperlukan karena zat yang terkandung dalam stimulansia dapat mengganggu pernafasan dan jika terkena kulit dapat memberikan dampak negatif. Secara kesehatan APD dapat memberikan pengaruh nyata terhadap keselamatan penyadap. Namun disisi lain apakah dengan penggunaan APD dapat memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas penyadapan getah pinus, baik meningkatkan produktivitas maupun menurunkan produktivitas. Produktivitas digunakan sebagai acuan karena APD yang digunakan berkaitan dengan penyadap, dimana terdapat kemungkinan penggunaan APD ini akan mempengaruhi aktivitas kegiatan penyadapan yang pada akhirnya akan berhubungan dengan produktivitas. Sehingga diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui apakah penggunaan APD dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas penyadapan getah pinus. 1.2 Perumusan Masalah Peningkatan jumlah penduduk menjadikan permintaan hasil hutan bukan kayu (HHBK) juga ikut meningkat, salah satunya adalah gondorukem. Gondorukem merupakan padatan hasil penyulingan getah pinus (Pinus spp.). Dengan meningkatnya jumlah permintaan terhadap gondorukem, maka produksi getah pinus pun juga harus ditingkatkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi getah pinus adalah dengan penggunaan zat

16 3 stimulansia. Adapun bahan yang terkandung dalam stimulansia berupa larutan asam, dimana larutan tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap keselamatan penyadap. Sebagaimana diketahui bahwa Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) belum menerapkan penggunaan APD pada kegiatan penyadapan getah pinus, sehingga diperlukan APD untuk menjaga keselamatan dan kesehatan penyadap, APD tersebut berupa sarung tangan dan masker. Secara kesehatan APD dapat memberikan pengaruh nyata terhadap keselamatan penyadap. Namun disisi lain apakah dengan penggunaan APD dapat memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas penyadapan getah pinus, baik meningkatkan produktivitas maupun menurunkan produktivitas penyadapan getah pinus. 1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menguji pengaruh penggunaan APD berupa sarung tangan dan masker terhadap produktivitas penyadapan getah pinus. 2. Mengetahui tingkat pemahaman penyadap terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khusunya pada penggunaan masker dan sarung tangan. 1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan informasi. Bagi pengelola Hutan Pendidikan Gunug Walat (HPGW), hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mendapatkan informasi dan bahan pertimbangan bagi HPGW untuk melakukan evaluasi penerapan penggunaan APD. Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai acuan dan informasi untuk dapat mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di dunia nyata yang berkaitan dengan penerapan K3 terutama penggunaan APD.

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Penyadapan Getah Pinus di HPGW Kegiatan pengelolaan HPGW dilakukan sejauh tidak mengganggu fungsi utama HPGW sebagai hutan pendidikan dan tidak merusak ekosistem hutan yang ada sehingga dalam pengelolaannya, kegiatan pemanenan yang utama dilakukan adalah pemanenan hasil hutan bukan kayu, seperti penyadapan getah pinus dan penyadapan getah damar. Menurut Fakultas Kehutanan IPB (1989) dalam pemungutan getah pinus dapat digunakan beberapa metode antara lain metode koakan (quarre), riil (India) dan Portugis. Metode penyadapan getah pinus yang digunakan pada HPGW adalah metode koakan (quarre). 2.2 Hasil Hutan Bukan Kayu Menurut Undang-Undang Pokok Kehutanan No.41 Tahun 1999, hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan. Hasil hutan terbagi menjadi dua, yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Menurut Sumadiwangsa (1998), hasil hutan bukan kayu merupakan hasil hutan baik berupa makhluk hidup nabati (kecuali kayu pertukangan dan kayu bakar) dan hewani, maupun jasa dari kawasan hutan. Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian UNS (1996) menyebutkan bahwa industri gondorukem dewasa ini mempunyai prospek yang cukup baik, karena kebutuhan akan gondorukem selalu menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Kebutuhan didalam negeri setiap tahunnnya diperkirakan ton, yaitu kurang lebih 80% untuk mencukupi kebutuhan pembuatan malam bagi perusahaan-perusahaan batik, selebihnya diperlukan untuk industri kertas, sabun, pernis, dsb. 2.3 Pinus a. Penyebaran dan Tempat Tumbuh Pinus Pinus merupakan jenis pionir yang mampu bertahan hidup pada kondisi tempat tumbuh yang relatif kurang baik, tetapi faktor kesuburan tanah tetap

18 5 akan mempengaruhi pertumbuhannya. Banyak unsur yang merupakan bagian dari faktor tempat tumbuh, seperti struktur dan tekstur tanah, kandungan unsur hara dan kimia, kelembaban tanah, dll. (Suharlan dan Harbagung 1983). Pinus adalah salah satu marga yang terdiri atas 100 jenis di seluruh dunia dan populasi jenis Pinus merkusii Jungh et de Vriese yang tumbuh di Indonesia mempunyai nilai ekonomi tinggi, baik kayunya maupun getahnya. Salah satu hal yang paling penting dari jenis tersebut karena tumbuh secara alam dan endemik di Sumatera (Kalima et al. 2005). Menurut Samjapradja (1983), tegakan pinus alami tumbuh terutama didaerah pegunungan dengan ketinggian mdpl yang membentuk hutan konifer pegunungan tropika yang menyebar dari Aceh, Tapanuli dan Pegunungan Kerinci di Sumatera Barat. Keadaan iklim termasuk humid, menurut klasifikasi Thomthwaite dengan keseimbangan neraca air yang surplus, termasuk Tipe B menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson dan curah hujan antara mm/tahun. b. Getah Pinus Selain diambil kayunya sebagai bahan bangunan, pulp dan paper. Hal lain yang juga dapat dimanfaatkan dari pohon pinus adalah getahnya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri. Getah yang dihasilkan dari Pinus spp. biasa disebut dengan istilah gondorukem, pine resin atau resin corphony. Wibowo (2006) menyatakan bahwa getah pinus merupakan campuran asam-asam resin yang larut dalam pelarut netral atau pelarut organik non polar, seperti eter dan heksan. Getah pinus terdapat pada saluran resin (saluran interseluler). Getah dibentuk dalam sel-sel ephitelium yang mengelilingi saluran interseluler. 2.4 Stimulansia a. Peranan Zat Stimulansia Fakultas Kehutanan IPB (1989) menyatakan bahwa getah atau resin terbentuk sebagai akibat proses metabolisme dalam pohon. Mengenai proses pembentukan getah, ada beberapa pendapat yang mencoba mengungkapkan, antara lain bahwa resin dibentuk untuk menyeimbangkan aktivitas hormon.

19 6 Suatu tahap pembentukan resin yang polanya cukup konsisten adalah adanya dehidratasi jaringan diikuti pembentukan etilen. Peranan etilen tersebut terutama mereorganisasi peranan enzim dalam sistem sel untuk sintesa grup polyphenol sehingga dapat mendorong terbentuknya resin dalam pohon. Oleh karena itu senyawa yang dapat merangsang pembentukan etilen dalam pohon sering dipergunakan sebagai stimulansia bagi peningkatan produksi resin. Sebagai contoh misalnya penggunaan 2-Chloro ethyl-phosponic acid (CEPA- Ethrel). Menurut Sumadiwangsa (2000) dalam Sudradjat et al (2002), bahan perangsang yang digunakan pada penyadapan getah tusam banyak macamnya, tetapi komponen utamanya adalah asam sulfat dan asam nitrat atau campurannya. Produksi getah dalam pohon dapat ditingkatkan dengan memberikan rangsangan terhadap proses metabolisme dalam sel dan struktur jaringan lainnya. Bahan-bahan yang dapat berfungsi memberi rangsangan tadi bisa berupa bahan-bahan kimiawi atau bentuk perlakuan mekanis pada pohon. Peranan stimulansia dalam hal ini adalah membantu produksi resin sehingga jumlahnya dalam pohon meningkat, namun adakalanya stimulansia tersebut menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan baik terhadap jumlah dan kualitas resin yang keluar maupun terhadap kondisi jaringan sel-sel penghasil resin itu sendiri (Fakultas Kehutanan IPB 1989). Nigia (1989) menyatakan bahwa penggunaan stimulansia pada sadapan relatif tidak menambah waktu kerja yang dibutuhkan seorang penyadap. Penambahan aktivitas meskipun ada tetapi sangat sederhana karena gerakan yang ditambahkan adalah menyemprot luka sadapan. Hambatan dalam penggunaan stimulansia adalah zat kimia yang cukup berbahaya pada bagian tubuh tertentu. Sedangkan ketinggian koakan yang berbeda tidak berpengaruh perbedaan produksi getah yang nyata dan penggunaan stimulasnsia tidak berinteraksi dengan ketinggian koakan. b. Bahaya Zat Stimulansia Menghirup uap asam menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu paru-paru. Cairan asam dapat menimbulkan luka yang parah dan dapat menimbulkan kebutaan jika terkena mata. Efek jangka

20 7 panjang dari menghirup uap asam mengakibatkan iritasi pada hidung, tenggorokan dan paru-paru (Okleqs 2009). Selain terhadap penyadap, stimulansia juga memberikan pengaruh yang negatif terhadap tanah. Menurut Sutanto (2005), bahan anorganik dan bahan organik yang dapat menjadi sumber kontaminasi tanah antara lain limbah industri, endapan atmosfer, limbah cair, limbah domestik (pemukiman) dan industri lainnya, kotoran ternak, pupuk kimia dan pestisida. Kerusakan akibat pengggunaan stimulansia juga berakibat pada kayu pinus itu sendiri, menurut Sumantri dan Sastrodimedjo (1977) kerusakan akibat pemakaian asam dalam penyadapan bentuk koakan terlihat jelas pada kayu yang berubah warna menjadi kecoklat-coklatan, yang berarti bahwa jaringan kayu tersebut mengering. Menurut Sumadiwangsa (2000) dalam Sudradjat et al (2002), bahan perangsang yang digunakan pada penyadapan getah tusam banyak macamnya, tetapi komponen utamanya adalah asam sulfat dan asam nitrat atau campurannya. Kedua asam tersebut termasuk oksidator kuat yang dapat merusak kulit manusia, kayu dan lingkungan. Campuran kedua asam tersebut akan mengeluarkan ion nitronium (NO + 2 ) dan mono hydrogen sulfat (HSO _ 4 ). Pemakaian kedua asam ini pada kondisi berlebihan akan mengganggu lingkungan dan kelangsungan hidup pohon serta diduga akan mengubah komponen kimia getah, oleh karena itu penggunanan kedua asam ini perlu dikaji ulang. Nurkhairani (2008) juga menambahkan bahwa terdapat perbedaan warna yang menonjol antara getah tanpa stimulansia dengan getah yang menggunakan stimulansia. Penyadapan dengan menggunakan stimulansia menghasilkan getah dengan warna kuning. Sedangkan getah yang dihasilkan oleh penyadapan tanpa stimulansia berwarna putih. Selain itu, penggunaan stimulansia juga akan mempengaruhi kualitas getah yang dihasilkan, dimana getah yang dihasilkan akan mengandung bahan kimia sehingga tidak dapat mencapai kualitas food grade yang merupakan kualitas terbaik dengan harga jual tertinggi.

21 8 2.5 Keselamatan Kerja Mangkunegara (2002) dalam Wahidi (2009) menyatakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khusunya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan dayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Dari segi keilmuwan, maka K3 dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. K3 adalah segala daya dan upaya atau pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khusunya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja menuju masyarakat adil dan makmur. Salah satu jenis bahaya yang ada di lapangan, yang dapat berpotensi menyebabkan kerusakan terhadap manusia, harta benda atau lingkungan adalah bahaya kimia, dimana bahaya kimia dapat menyebabkan kerusakan barang dan mengganggu kesehatan. Bahan kimia tersebut mempunyai sifat eksplosif, mudah terbakar, korosif, mudah teroksidasai, toksik, beracun serta karsinogenik. Bahan kimia dapat masuk kedalam tubuh dengan beberapa cara diantaranya pernapasan (inhalation), kulit (skin absorption) dan tertelan (ingestion) (Rohaeni 2010). 2.6 Alat Pelindung Diri (APD) Menurut Gani (1992), dalam usaha perlindungan tenaga kerja di kehutanan terdapat perlengkapan perlindungan diri yang umumnya terdiri dari topi keselamatan, pelindung mata, sarung tangan keselamatan, perlindungan tungkai bawah dan kaki, bahan tahan api, jala kawat, respirator, pelampung penyelamat, alat penutup pernafasan, alat pelindung kulit dan peralatan untuk keracunan badan, hewan beracun, binatang buas dan parasit. APD adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Adapun bentuk dari alat tersebut, diantaranya adalah :

22 9 1. Sarung Tangan Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan. 2. Masker Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2010 sampai dengan 15 April Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pohon pinus, larutan stimulan, sarung tangan dengan bahan wol, bahan kulit kombinasi, bahan karet, bahan PVC serta masker. Alat-alat yang digunakan terdiri dari : alat tulis, ember penampung, timbangan, sudip atau sendok, stopwatch atau video serta pengolahan datanya dilakukan dengan menggunakan Microsoft excel.. Adapun sarung tangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sarung tangan bahan wol (Gambar 1), sarung tangan bahan kulit kombinasi (Gambar 2), sarung tangan bahan karet (Gambar 3) serta sarung tangan bahan PVC (Gambar 4) serta masker (Gambar 5) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan masker dengan bahan katun, bentuknya sederhana dan mudah digunakan. Gambar 1 Sarung tangan dengan bahan wol sebagai salah satu APD yang digunakan dalam penelitian.

24 11 Gambar 2 Sarung tangan dengan bahan kulit kombinasi sebagai salah satu APD yang digunakan dalam penelitian. Gambar 3 Sarung tangan dengan bahan karet sebagai salah satu APD yang digunakan dalam penelitian. Gambar 4 Sarung tangan dengan bahan PVC sebagai salah satu APD yang digunakan dalam penelitian. Gambar 5 Masker sebagai salah satu APD yang digunakan dalam penelitian.

25 Metode Penelitian A. Pengaruh Penggunaan APD Terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus a. Jenis Data Data primer Data primer yaitu data hasil penyadapan getah pinus (g) dan waktu kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan penyadapan (menit). Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh berdasarkan informasi dari pihak pengelola Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan hasil wawancara. Adapun data yang digunakan berupa data usia penyadap, produksi getah tahun 2009 serta kondisi umum HPGW. b. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), dimana respon diperoleh dari perlakuan penggunaan masker dan sarung tangan yaitu A, B, C, D dan E. Untuk mengurangi galat yang terjadi pada data yang dikumpulkan, maka pohon contoh yang diambil dikelompokkan dalam 3 kelompok dengan penentuan kelompok berdasarkan tingkatan usia pekerja penyadap getah pinus di HPGW, yaitu : kelompok 1 dengan usia penyadap muda (15-29 tahun), kelompok 2 usia penyadap sedang (30-44 tahun) dan kelompok 3 dengan usia penyadap tua (>44 tahun). Pada setiap kelompok usia dipilih dua orang penyadap dengan masing-masing penyadap memiliki produksi getah yang berbeda, yaitu produksi getah tinggi dan produksi getah rendah (berdasarkan produksi tahun 2009). Berikut adalah bagan rancangan percobaan RAK yang tersaji dalam Tabel 1.

26 13 Tabel 1 Bagan rancangan percobaan Kelompok Usia Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Pola Koakan A B C D E Ratarata Y111 Y211 Y311 Y411 Y511 Y112 Y212 Y312 Y412 Y512 Muda Y113 Y213 Y313 Y413 Y513 (15-29 tahun) Y114 Y214 Y314 Y414 Y514 Y115 Y215 Y315 Y415 Y515 Y116 Y216 Y316 Y416 Y516 Rata-rata Y11 Y21.. Y31.. Y41.. Y51.. Y1.. Y121 Y221 Y321 Y421 Y521 Y122 Y222 Y322 Y422 Y522 Sedang Y123 Y223 Y323 Y423 Y523 (30-44 tahun) Y124 Y224 Y324 Y424 Y524 Y125 Y225 Y325 Y425 Y525 Y126 Y226 Y326 Y426 Y526 Rata-rata Y12 Y22.. Y32.. Y42.. Y52.. Y2.. Tua (>44 tahun) Y131 Y231 Y331 Y431 Y531 Y132 Y232 Y332 Y432 Y532 Y133 Y233 Y333 Y433 Y533 Y134 Y234 Y334 Y434 Y534 Y135 Y235 Y335 Y435 Y535 Y136 Y236 Y336 Y436 Y536 Rata-rata Y13 Y23.. Y33.. Y43.. Y53.. Y3.. Rata-rata Perlakuan Y 1.. Y..2.. Y..3.. Y..4.. Y..5.. Model umum percobaan dalam rancangan acak kelompok adalah sebagai berikut : Yijk = µ + αi + βj + εijk Dengan : i = 1, 2, 3, 4, 5 j = 1, 2, 3 k = 1, 2, 3, 4, 5 Dimana : Yijk = Respon karena pengaruh penggunaan masker dan sarung tangan perlakuan ke-i pada kelompok ke-j yang terdapat pada ulangan ke-k.

27 14 µ = Nilai rataan umum αi = Pengaruh perlakuan penggunaan masker dan sarung tangan penyadapan pola koakan ke-i βj = Pengaruh pengelompokkan kelompok ke-j εijk = Pengaruh acak yang menyebar normal i = Perlakuan penggunaan masker dan sarung tangan 1. Koakan tanpa menggunakan masker dan sarung tangan (A), sebagai kontrol. 2. Koakan dengan menggunakan masker dan sarung tangan bahan wol perlakuan 1 (B). 3. Koakan dengan menggunkan masker dan sarung tangan bahan kulit kombinasi perlakuan 2 (C). 4. Koakan dengan menggunakan masker dan sarung tangan bahan karet perlakuan 3 (D). 5. Koakan dengan menggunakan masker dan sarung tangan bahan PVC perlakuan 4 (E). j = Kelompok usia yang digunakan dalam penelitian 1. Usia muda 2. Usia sedang 3. Usia tua c. Pemilihan pohon contoh Pohon contoh yang digunakan merupakan pohon-pohon yang berada pada setiap blok kerja sesuai dengan blok penyadap masing-masing. Jumlah pohon yang dipilih sebesar 40 pohon pada setiap penyadap. Sehingga jumlah pohon keseluruhan adalah 240 pohon. Pohon yang dipilih pada setiap perlakuan sebanyak 8 pohon dengan dilakukan pengulangan terhadap pohon dan penyadap yang sama sebanyak 3 kali pengulangan. Pemilihan pohon dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, diantaranya adalah diameter pohon dan keadaan topografi. Pohon-pohon yang dipilih pada setiap perlakuan dan antar perlakuan harus memiliki diameter dan keadaan topografi yang seragam. d. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

28 15 1. Waktu Kerja Perhitungan waktu kerja yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan secara keseluruhan sebanyak 8 pohon. Perhitungan waktu kerja pada setiap perlakuan, yaitu : a. Kontrol (A) Dimana perlakuan yang dilakukan mengikuti pola penyadapan yang biasa dilakukan penyadap dalam menyadap getah pinus. Perhitungan waktunya dilakukan pada saat : 1. Pembaharuan luka pada pohon 1, diukur saat alat yang digunakan mulai diayunkan untuk melukai pohon hingga selesai melukai pohon. 2. Penyemprotan stimulansia pada luka sadap untuk pohon Mengembalikan tempurung pada pohon Pindah pohon dari pohon 1 ke pohon ke Perhitungan waktu No.1-4 dilakukan pada setiap pohon, kemudian dilakukan cara yang sama pada pohon berikutnya sebanyak 7 pohon dan untuk pohon ke 8 waktu berhenti pada saat tempurung sudah dikembalikan pada pohon ke Pengambilan getah, diukur saat pengambilan getah dalam tempurung sampai memasukkan getah ke ember penampungan sementara. Pengambilan getah dilakukan pada setiap pohon, kemudian dimasukkan kedalam tempat penampungan sementara dilakukan sebanyak 8 pohon. b. Perlakuan 1 (B) dan Perlakuan 2 (C) Penyadapan getah dilakukan dengan cara yang sama seperti kontrol, namun penyadapan dilakukan dengan menggunakan masker dan sarung tangan berbahan wol atau kulit kombinasi dalam setiap kegiatan penyadapan. Perhitungan waktunya dilakukan pada saat : 1. Penggunaan masker dan sarung tangan berbahan wol atau kulit kombinasi.

29 16 2. Pembaharuan luka pada pohon 1, diukur saat alat yang digunakan mulai diayunkan untuk melukai pohon sampai selesai melukai pohon. 3. Penyemprotan stimulansia pada luka sadap untuk pohon Mengembalikan tempurung pada pohon Pindah pohon dari pohon 1 ke pohon ke Perhitungan waktu No.1-5 dilakukan pada setiap pohon, kemudian dilakukan cara yang sama pada pohon berikutnya sebanyak 7 pohon dan untuk pohon ke 8 waktu berhenti pada saat tempurung sudah dikembalikan pada pohon ke Pengambilan getah, diukur saat pengambilan getah dalam tempurung sampai memasukkan getah ke ember penampungan sementara. Pengambilan getah dilakukan pada setiap pohon, kemudian dimasukkan kedalam tempat penampungan sementara dilakukan sebanyak 8 pohon. c. Perlakuan 3 (D) dan perlakuan 4 (E) Penyadapan getah dilakukan dengan menggunakan masker dan sarung tangan bahan karet atau bahan PVC. Perhitungan waktunya dilakukan pada saat : 1. Pembaharuan luka pada pohon 1 hingga pohon ke 8, diukur saat alat yang digunakan mulai diayunkan untuk melukai pohon sampai selesai melukai pohon dari pohon 1 hingga pohon ke 8. Diantara kegiatan pembaharuan luka juga terdapat kegiatan untuk menaruh tempurung pada setiap pohon. 2. Penggunaan masker dan sarung tangan bahan karet atau berbahan PVC. 3. Penyemprotan stimulansia pada luka sadap untuk pohon 1 hingga pohon ke Pengambilan getah, diukur mulai saat pengambilan getah dalam tempurung sampai memasukkan getah ke ember penampungan sementara. Pengambilan getah dilakukan pada setiap pohon,

30 17 kemudian dimasukkan kedalam tempat penampungan sementara dilakukan sebanyak 8 pohon. 2. Produktivitas Penyadapan Getah Pinus Adapun cara yang digunakan untuk menghitung produktivitas penyadapan getah pinus adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P = H/n/T Dengan : P H T n 3. Analisis Data = Produktivitas Penyadapan (gram/pohon/hari) = Hasil kerja (gr) = Waktu kerja selama pengamatan (hari) = Jumlah pohon (pohon) Data hasil yang telah diperoleh kemudian dibuat analisis sidik ragam (Analysis of Variance) untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaaan masker dan sarung tangan terhadap produktivitas dan waktu kerja penyadapan getah pinus. Tabel 2 Analisis sidik ragam Sumber Keragaman 1. Masker dan sarung tangan Derajat Jumlah Kuadrat F Hitung bebas (db) Kuadrat Tengah (a-1) JK A JK A /db KT A /KT Kelompok Usia (b-1) JK B JK B /db KT B /KT E 2. Derajat Kesalahan ab - (n-1) JK E JK E /db Total (na) -1 JK Total JK Total /d B E Nilai F hitung yang didapat kemudian dibandingkan dengan nilai F tabel, jika hasil perbandingan sebagai berikut : F hitung < F tabel, maka pengaruh tidak nyata F hitung > F tabel, maka pengaruh nyata pada tingkat kepercayaan tertentu.

31 18 B. Tingkat pemahaman penyadap terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman penyadap terhadap K3 adalah wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pernyataan yang telah dipersiapkan. Wawancara dilakukan terhadap responden yang telah merasakan menggunakan alat pelindung diri dalam kegiatan penyadapan. Responden yang digunakan sebanyak 6 orang sesuai dengan jumlah penyadap yang sebelumnya telah melakukan 5 perlakuan yang direncanakan. Pernyataan dalam kuisioner yang akan dijawab oleh responden diberi bobot dengan menggunakan skala likert. Skala likert berguna untuk menunjukkan tanggapan responden terhadap pernyataan yang diberikan. Skala likert merupakan skala pengukuran ordinal. Hasil pengukurannya hanya dapat dibuat peringkat tanpa diketahui besar selisih antara satu tanggapan dengan tanggapan lain. Misalnya, 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = sedikit setuju, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju. Setelah data diperoleh, terlebih dahulu dicari nilai rataannya dengan rumus : Rataan (X) = x i x Nilai rataan ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman yang dimiliki oleh responden. Namun demikian, terlebih dahulu dilakukan pengkategorian nilai rataan yang diperoleh terhadap skala yang ditentukan. Dalam menentukan skala, terlebih dahulu dicari nilai intervalnya dengan menggunakan sebagai berikut: Interval = Bobot nilai tertinggi Bobot nilai terendah = 5 1 = 0,8 Banyaknya kelas 5 Setelah besarnya nilai interval diketahui, kemudian dibuat skala, sehingga dapat diketahui dimana letak rataan penilaian respon terhadap setiap unsur diferensiasinya. Skala tersebut adalah:

32 19 Tabel 3 Tingkatan pemahaman penyadap terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam penyadapan getah pinus Nilai Kriteria 4,20 5,00 Sangat baik 3,40 4,20 Baik 2,60 3,40 Cukup 1,80 2,60 Buruk 1,00-1,80 Sangat buruk

33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Secara geografis Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) berada pada '27''BT sampai '29''BT dan -6 54'23''LS sampai -6 55'35''LS. Secara administrasi pemerintahan HPGW terletak di wilayah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Sedangkan secara administrasi kehutanan termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi. Luas kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah 359 Ha, terdiri dari tiga blok, yaitu Blok Timur (Cikatomang) seluas 120 Ha, Blok Barat (Cimenyan) seluas 125 Ha, dan Blok Tengah (Tangkalak) seluas 114 Ha (Fakultas Kehutanan IPB 2009). 4.2 Topografi dan Iklim HPGW terletak pada ketinggian mdpl. Topografi bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan, sedangkan ke bagian utara mempunyai topografi yang semakin curam. Pada punggung bukit kawasan ini terdapat dua patok triangulasi KN (670 mdpl) dan KN (720 mdpl). Klasifikasi iklim HPGW menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B, dengan dengan nilai Q = 14,3%-33% dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara mm. Suhu udara maksimum di siang hari 29 C dan minimum 19 C di malam hari (Fakultas Kehutanan IPB 2009). 4.3 Tanah dan Hidrologi Tanah HPGW adalah kompleks dari podsolik, latosol dan litosol dari batu endapan dan bekuan daerah bukit, sedangkan bagian di barat daya terdapat areal peralihan dengan jenis batuan Karst, sehingga di wilayah tersebut terbentuk beberapa gua alam karst (gamping). HPGW merupakan sumber air bersih yang penting bagi masyarakat sekitarnya terutama di bagian selatan yang mempunyai anak sungai yang mengalir sepanjang tahun, yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar. Kawasan HPGW masuk ke dalam sistem pengelolaan DAS Cimandiri (Fakultas Kehutanan IPB 2009).

34 Vegetasi dan Fauna Tegakan Hutan di HPGW didominasi tanaman damar (Agathis lorantifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan jenis lainnya seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidia sp., Shorea sp., dan akasia (Acacia mangium). Di HPGW paling sedikit terdapat 44 jenis tumbuhan, termasuk 2 jenis rotan dan 13 jenis bambu. Selain itu terdapat jenis tumbuhan obat sebanyak 68 jenis. Potensi tegakan hutan ± m 3 kayu damar, m 3 kayu pinus, 464 m 3 puspa, 132 m 3 sengon, dan 88 m 3 kayu mahoni. Pohon damar dan pinus juga menghasilkan getah kopal dan getah pinus. Di HPGW juga ditemukan lebih dari 100 pohon plus damar, pinus, maesopsis/kayu afrika sebagai sumber benih dan bibit unggul. Di areal HPGW terdapat beraneka ragam jenis satwa liar yang meliputi jenis-jenis mamalia, reptilia, burung, dan ikan. Dari kelompok jenis mamalia terdapat babi hutan (Sus scrofa), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kelinci liar (Nesolagus sp), meong congkok (Felis bengalensis), tupai (Callociurus sp.j), trenggiling (Manis javanica), musang (Paradoxurus hermaphroditic). Dari kelompok jenis burung (Aves) terdapat sekitar 20 jenis burung, antara lain Elang Jawa, Emprit, Kutilang dll. Jenis-jenis reptilia antara lain biawak, ular, bunglon. Terdapat berbagai jenis ikan sungai seperti ikan lubang dan jenis ikan lainnya. Ikan lubang adalah ikan sejenis lele yang memiliki warna agak merah. Selain itu terdapat pula terdapat pula lebah hutan (odeng, tawon gung, Apis dorsata) (Fakultas Kehutanan IPB 2009).

35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian penyadapan getah pinus dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Adapun pohon contoh yang dipilih merupakan pohon yang memiliki karakteristik sama antar perlakuan, dimana antar perlakuan cenderung memiliki kondisi topografi yang seragam, diameter pohon yang hampir sama, dsb. Hal ini dimaksudkan agar menghindari faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas penyadapan getah pinus, kecuali penggunaan masker dan sarung tangan. Lokasi pohon contoh dipilih pada blok setiap penyadap, pohon yang digunakan merupakan jenis pohon yang sebelumnya sudah dilakukan penyadapan. Adapun jumlah pohon yang digunakan sebanyak 8 pohon pada setiap perlakuan, sehingga jumlah pohon untuk setiap penyadap sebanyak 40 pohon dan total pohon contoh keseluruhan adalah 240 pohon. 5.2 Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan terhadap Produktivitas dan Waktu Kerja Penyadapan Getah Pinus Dalam penelitian ini digunakan empat jenis sarung tangan dan satu jenis masker, yaitu B, C, D, E ditambah kontrol (A). Perlakuan B merupakan masker dan sarung tangan berbahan wol, perlakuan C merupakan masker dan sarung tangan berbahan kulit kombinasi, perlakuan D merupakan masker dan sarung tangan berbahan karet dan perlakuan E merupakan masker dan sarung tangan berbahan PVC. Penentuan pemilihan masker dan sarung tangan didasarkan pada tujuan penelitian ini, yaitu untuk melindungi penyadap dari bahaya zat stimulansia yang dapat mengganggu pernafasan dan merusak jaringan kulit. Masker yang digunakan merupakan jenis masker yang memiliki kemampuan untuk mencegah masuknya bahan kimia yang berbahaya, dimana pada masker terdapat karbon aktif sehingga dapat menyaring bahan kimia yang masuk. Kemudian dipilih masker dengan kualitas bahan yang memiliki kemampuan untuk menyerap keringat.

36 23 Bentuk masker juga harus sederhana dan ukurannya tidak terlalu besar agar tidak mengganggu pekerjaan, selain itu harganya juga cukup terjangkau. Pada pemilihan sarung tangan pun juga demikian, berikut adalah hal-hal yang mendasari pemilihan sarung tangan : 1. Sarung tangan bahan wol Sarung tangan berbahan wol yang tertera dalam Gambar 1 memiliki bahan yang mudah diserap oleh keringat sehingga nyaman digunakan, dapat digunakan pada saat pelukaan dan harganya pun cukup terjangkau. 2. Sarung tangan bahan kulit kombinasi Sarung tangan berbahan kulit kombinasi yang tertera dalam Gambar 2 memiliki kualitas bahan yang baik, karena terbuat dari kulit kombinasi, dimana bahan tersebut dapat melindungi kulit dari bahaya zat kimia. Selain itu, sarung tangan jenis ini juga dapat digunakan pada saat pelukaan. 3. Sarung tangan bahan karet Sarung tangan berbahan karet yang tertera dalam Gambar 3 memiliki kemampuan yang baik untuk mencegah zat kimia terkena kulit dan harganya pun cukup terjangkau. 4. Sarung tangan bahan PVC Sarung tangan berbahan PVC yang tertera dalam Gambar 4 memiliki kualitas bahan yang baik untuk mencegah zat kimia terkena kulit, bahan bagian dalam sarung tangan nyaman digunakan dan harganya pun cukup terjangkau. Hasil perhitungan mengenai produktivitas penyadapan getah pinus tersaji dalam Tabel 4, dimana dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa produktivitas penyadapan getah pinus pada kelompok usia muda tertinggi pada perlakuan D sebesar gram/pohon/hari, sedangkan untuk yang terkecil pada perlakuan B sebesar gram/pohon/hari. Hal ini berbeda untuk kelompok usia sedang, dimana produktivitas penyadapan getah pinus tertinggi pada perlakuan A sebesar gram/pohon/hari dan yang terkecil pada perlakuan D sebesar gram/pohon/hari. Pada kelompok usia tua, produktivitas penyadapan getah pinus

37 24 tertinggi juga didapatkan pada perlakuan A sebesar gram/pohon/hari dan yang terkecil pada perlakuan D sebesar gram/pohon/hari. Pada Tabel 4 juga dapat dilihat rata-rata produktivitas penyadapan pada ketiga kelas kelompok usia dengan masing-masing perlakuan. Rata-rata produktivitas penyadapan tertinggi dihasilkan pada perlakuan A yang merupakan kontrol dengan tidak menggunakan masker dan sarung tangan sebesar gram/pohon/hari dan rata-rata terkecil didapatkan pada perlakuan D sebesar gram/pohon/hari. Sedangkan berdasarkan kelompok usia, rata-rara prestasi kerja penyadap tertinggi dihasilkan pada kelompok usia sedang sebesar gram/pohon/hari dan yang terkecil dihasilkan pada kelompok usia muda sebesar gram/pohon/hari. Tabel 4 Rata-rata produktivitas (gram/pohon/hari) penyadapan getah pinus pada masing-masing penggunaan masker dan sarung tangan serta pada tiga kelompok usia Kelompok Usia Perlakuan Penggunaan Masker dan Sarung Tangan (g/pohon/hari) A B C D E Rata-rata Muda Sedang Tua Rata-rata Tabel 5 Rata-rata waktu kerja (menit/pohon) penyadapan getah pinus pada masing-masing penggunaan masker dan sarung tangan serta pada tiga kelompok usia Kelompok Usia Perlakuan Penggunaan Masker dan Sarung Tangan (menit/pohon) A B C D E Ratarata Muda Sedang Tua Rata-rata Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa waktu kerja penyadapan getah pinus pada kelompok usia muda tertinggi pada perlakuan C sebesar 4.25 menit/pohon, sedangkan untuk yang terkecil pada perlakuan A sebesar 3.53 menit/pohon. Hal ini berbeda untuk kelompok usia sedang, dimana waktu kerja

38 25 penyadapan getah pinus tertinggi pada perlakuan E sebesar 2.47 menit/pohon dan yang terkecil pada perlakuan D sebesar 2.31 menit/pohon. Pada kelompok usia tua, waktu kerja penyadapan getah pinus tertinggi didapatkan pada perlakuan C sebesar 3.62 menit/pohon dan yang terkecil pada perlakuan A sebesar 3.23 menit/pohon. Pada Tabel 5 juga dapat dilihat rata-rata waktu kerja penyadap pada ketiga kelas kelompok usia dengan masing-masing perlakuan. Rata-rata waktu kerja penyadap tertinggi dihasilkan pada perlakuan C yang merupakan perlakuan penggunaan masker dan sarung tangan berbahan kulit kombinasi sebesar 3.62 menit/pohon dan rata-rata terkecil didapatkan pada perlakuan A sebesar 3.23 menit/pohon yang merupakan kontrol. Sedangkan berdasarkan kelompok usia, rata-rara waktu kerja penyadapan getah pinus tertinggi dihasilkan pada kelompok usia tua sebesar 4.08 menit/pohon dan yang terkecil dihasilkan pada kelompok usia sedang sebesar 2.40 menit/pohon. Tabel 6 Analisis sidik ragam (Analysis of Variance) penyadapan getah pinus pada produktivitas Sumber keragaman Db JK KT Fhit Ftabel Perlakuan Kelompok Derajat Kesalahan Total Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh penggunaan masker dan sarung tangan terhadap produktivitas penyadapan getah pinus, maka dilakukan analisis sidik ragam (Analysis of Variance) pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan masker dan sarung tangan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas penyadapan getah pinus pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa nilai F hitung sebesar 0.30 lebih kecil dari pada F tabel sebesar 3,84.

39 26 Tabel 7 Analisis sidik ragam (Analysis of Variance) penyadapan getah pinus pada waktu kerja Sumber keragaman Db JK KT Fhit Ftabel Perlakuan Kelompok Derajat Kesalahan Total Pada Tabel 7, digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan masker dan sarung tangan terhadap waktu kerja penyadapan getah pinus, maka dilakukan analisis sidik ragam (Analysis of Variance) pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan masker dan sarung tangan tidak berpengaruh nyata terhadap waktu kerja penyadapan getah pinus pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa nilai F hitung sebesar 2.99 lebih kecil dari pada F tabel sebesar 3,84. Hal ini dapat disebabkan karena APD yang digunakan pada kegiatan penyadapan cukup sederhana dan mudah digunakan, sehingga tidak menjadikan pekerjaan penyadapan getah pinus terganggu dan penyadap dapat melaksanakan kegiatan penyadapannya seperti biasa. Selain itu, penggunaan masker dan sarung tangan pada sadapan relatif tidak menambah waktu kerja yang dibutuhkan seorang penyadap. Penambahan aktivitas meskipun ada tetapi sangat sederhana karena gerakan yang ditambahkan adalah menggunakan masker dan sarung tangan. Hal tersebut menunjukan bahwa produktivitas penyadapan getah pinus tidak dipengaruhi oleh penggunaan masker dan sarung tangan tetapi kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Menurut Nurkhairani (2008) bahwa produksi getah pinus dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kerapatan jumlah pohon per hektar serta sifat dari individu pohon. Namun faktor yang utama adalah keterampilan para penyadap. Faktor dari keterampilan para penyadap sangat berpengaruh terhadap produksi getah, karena keterampilan penyadap berkaitan dengan kerusakan pohon yang terjadi apabila kegiatan penyadapan tidak dilakukan dengan hati-hati. Sebagai contoh, keterampilan penyadap mempengaruhi ketepatan lebar dan kedalaman luka sadapan, apabila lebar dan kedalaman luka sadapan dibuat berbeda pada

40 27 setiap pohon contoh, maka produksi getah pun juga akan berpengaruh dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi produktivitas penyadapan getah itu sendiri. Selain itu, menurut Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian UNS (1996) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produksi getah pinus adalah faktor iklim. Musim panas akan memberikan hasil yang lebih tinggi karena suhu dan intensitas cahaya lebih besar, tetapi panas yang terus menerus akan menyebabkan getah cepat kering dan aliran getah dapat berhenti. Cuaca yang dingin dapat memperlambat aliran getah, karena saluran getah dapat tersumbat oleh getah yang beku. Sugiyono et al (2001) juga menambahkan bahwa faktor cuaca berpengaruh terhadap aliran getah dari sadapan. Pada suhu yang rendah dan kelembaban tinggi, getah yang membeku akan menyumbat saluran getah dan muara akan tertutup akibatnya getah yang mengalir akan terhenti, sehingga hasil getah akan menrurun karena curah hujan akan mempengaruhi kelembaban disekitar luka sadapan. Penelitian ini dilaksanakan pada saat musim hujan, sehingga getah yang dihasilkan juga lebih sedikit, hal ini dapat diakibatkan karena air hujan menyebabkan tumpahnya getah dari tempurungnya. Selain itu, hujan juga mengakibatkan kondisi lapang menjadi basah, sehingga menyulitkan penyadap dalam bekerja karena kondisi lapang yang licin, sehingga waktu penyadapan menjadi lebih lama dan pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas penyadapan getah itu sendiri. Tabel 8 Persentase penurunan produktivitas dan peningkatan waktu kerja penyadapan getah pinus terhadap kontrol Perlakuan Produktivitas (g/phn/hari) % Penurunan Produktivitas Waktu Kerja (mnt/phn) % peningkatan Waktu Kerja A B C D E Secara statistik, penggunaan masker dan sarung tangan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas penyadapan getah pinus tetapi rata-rata produktivitas getah pinus dengan menggunakan masker dan sarung tangan lebih rendah bila

41 28 dibandingkan dengan kontrol, sebagaimana yang tersaji dalam Tabel 8. Penyadapan tanpa menggunakan masker dan sarung tangan menghasilkan produktivitas penyadapan getah pinus sebesar gram/pohon/hari. Penggunaan masker dan sarung tangan yang menghasilkan produktivitas penyadapan getah pinus terendah adalah dengan penggunaan masker dan sarung tangan berbahan karet (D) dengan rata-rata produktivitas penyadapan getah pinus sebesar gram/pohon/hari atau mengalami penurunan sebesar 4.66 % dibandingkan kontrol, diikuti penggunaan masker dan sarung tangan berbahan PVC (E) sebesar gram/pohon/hari atau 1.13 % kemudian penggunaan masker dan sarung tangan berbahan kulit kombinasi (C) sebesar gram/pohon/hari atau 0.93 %. Perlakuan yang menghasilkan penurunan produktivitas penyadapan getah pinus terendah adalah penggunaan masker dan sarung tangan berbahan wol sebesar gram/pohon/hari atau 0.62 %. Penyadapan tanpa menggunakan masker dan sarung tangan menghasilkan waktu kerja penyadapan getah pinus sebesar 3.23 menit/pohon, waktu kerja penyadapan getah pinus dengan menggunakan masker dan sarung tangan lebih tinggi dibandingkan kontrol. Penggunaan masker dan sarung tangan yang menghasilkan waktu kerja penyadapan getah pinus tertinggi adalah dengan penggunaan masker dan sarung tangan berbahan kulit kombinasi (C) dengan ratarata waktu kerja penyadapan getah pinus sebesar 3.62 menit/pohon atau mengalami peningkatan sebesar % dibandingkan kontrol, diikuti penggunaan masker dan sarung tangan berbahan karet (D) sebesar 3.53 menit/pohon atau 8.50 % kemudian penggunaan masker dan sarung tangan berbahan PVC (E) sebesar 3.50 menit/pohon atau 7.71 %. Perlakuan yang menghasilkan peningkatan waktu kerja penyadapan getah pinus terendah adalah penggunaan masker dan sarung tangan berbahan wol sebesar 3.47 menit/pohon atau 6.92 %. Secara keseluruhan terlihat bahwa penggunaan masker dan sarung tangan tidak terlalu memberikan pengaruh secara nyata terhadap produktivitas dan waktu kerja penyadapan getah pinus. Tetapi secara statistik, adanya penggunaan masker dan sarung tangan ini menyebabkan penurunan produktivitas penyadapan getah pinus dan peningkatan waktu kerja penyadapan getah pinus. Secara ekonomi, hal

42 29 ini akan merugikan pihak pengelola karena produksi yang dihasilkan jauh lebih sedikit dan waktu kerja yang dibutuhkan menjadi bertambah. Akan tetapi jika dikaji lebih menjauh, adanya penurunan produktivitas penyadapan getah pinus dan peningkatan waktu kerja ini, sebenarnya tidak terlalu menyebabkan kerugian secara ekonomi. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan waktu kerja dan penurunan produktivitas penyadapan getah pinus adalah karena penyadap belum terbiasa menggunakan masker dan sarung tangan, sehingga menyebabkan kegiatan penyadapan agak terhambat. Oleh karena itu diperlukan waktu adaptasi terlebih dahulu bagi penyadap agar dapat terbiasa menggunakan APD dan kegiatan penyadapan pun menjadi tidak terganggu. Dampak stimulansia terhadap kesehatan adalah memberikan efek negatif terhadap pernafasan dan kulit, apabila stimulansia mengenai kulit penyadap akan menimbulkan efek gatal, panas dan luka sukar sembuh serta jika terhirup akan menyebabkan batuk karena aromanya yang kuat. Menurut Okleqs (2009), menghirup uap asam menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta mengganggu paru-paru. Cairan asam dapat menimbulkan luka yang parah dan dapat menimbulkan kebutaan jika terkena mata. Efek jangka panjang dari menghirup uap asam mengakibatkan iritasi pada hidung, tenggorokan dan paruparu. Stimulansia juga memberikan efek negatif terhadap tanah. Menurut Sutanto (2005), bahan anorganik dan bahan organik yang dapat menjadi sumber kontaminasi tanah antara lain limbah industri, endapan atmosfer, limbah cair, limbah domestik (pemukiman) dan industri lainnya, kotoran ternak, pupuk kimia dan pestisida. Selain itu, stimulansia juga memberikan dampak yang buruk terhadap kayu pohon pinus. Menurut Sumantri dan Sastrodimedjo (1977) dalam Ulum (2007), kerusakan akibat pemakaian asam dalam penyadapan bentuk koakan terlihat jelas pada kayu yang mengering dan kulit yang merekah terpisah antara kayu dan kulitnya. Sumadiwangsa (2000) dalam Sudradjat et al (2002) juga menambahkan bahwa bahan perangsang yang digunakan pada penyadapan getah tusam banyak macamnya, tetapi komponen utamanya adalah asam sulfat dan asam nitrat atau campurannya. Kedua asam tersebut termasuk oksidator kuat yang dapat merusak

43 30 kulit manusia, kayu dan lingkungan. Dari berbagai dampak yang ditimbulkan tersebut jelas terlihat bahwa penurunan produktivitas akibat adanya penggunaan masker dan sarung tangan sebenarnya tidak terlalu merugikan secara ekonomi. Nurkhairani (2008) juga menambahkan bahwa terdapat perbedaan warna yang menonjol antara getah tanpa stimulansia dengan getah yang menggunakan stimulansia. Penyadapan dengan menggunakan stimulansia menghasilkan getah dengan warna kuning. Sedangkan getah yang dihasilkan oleh penyadapan tanpa stimulansia berwarna putih. Selain itu, penggunaan stimulansia juga akan mempengaruhi kualitas getah yang dihasilkan, dimana getah yang dihasilkan akan mengandung bahan kimia sehingga tidak dapat mencapai kualitas food grade yang merupakan kualitas terbaik dengan harga jual tertinggi. 5.3 Produktivitas dan Waktu Kerja Penyadapan Getah Pinus Berdasarkan Kelompok Usia Penyadap Pada penelitian ini juga membandingkan produktivitas penyadapan getah pinus pada kelompok usia yang berbeda. Kelompok usia penyadap dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok usia muda (15-29 tahun), kelompok usia sedang (30-44 tahun) dan kelompok usia tua (> 44 tahun). Berdasarkan analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% diketahui bahwa kelompok usia berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas penyadapan getah pinus. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai F hitung sebesar lebih besar dari F tabel sebesar Pada analisis sidik ragam yang sama, ternyata kelompok usia juga berpengaruh secara nyata terhadap waktu kerja penyadapan getah pinus, dengan nilai F hitung sebesar lebih besar dari F tabel sebesar Usia dapat mempengaruhi produktivitas dan waktu kerja penyadapan getah pinus karena usia berkaitan erat dengan kemampuan penyadap dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Tabel 9 Produktivitas (g/phn/hari) penyadapan dan waktu kerja (mnt/phn) pada masing-masing kelompok usia Kelompok Usia Produktivitas Penyadapan (g/phn/hari) Waktu Kerja Penyadapan (mnt/phn) Muda Sedang Tua

44 31 Dalam Tabel 9, terlihat bahwa produktivitas penyadapan getah pinus tertinggi dihasilkan oleh kelompok usia sedang sebesar gram/pohon/jam, kemudian kelompok usia tua sebesar gram/pohon/hari dan yang terkecil adalah kelompok usia muda sebesar gram/pohon/hari. Pada Tabel 9 juga menunjukkan bahwa waktu kerja yang diperlukan dalam penyadapan getah pinus untuk kelompok usia muda sebesar 3.92 menit/pohon, kelompok usia sedang sebesar 2.40 menit/pohon dan kelompok usia tua sebesar 4.08 menit/pohon. Sebagaimana diketahui bahwa usia erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Secara fisik, menurut Shulizwanto (2010), semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendek atau melengkung. Jika dilihat secara psikologis, usia tahun tergolong dalam usia dewasa (Alim 2009). Dimana pada usia ini, seseorang akan memiliki motivasi kerja lebih dalam pekerjaannya dan secara kesehatan cukup baik untuk melaksanakan pekerjaan lapang seperti ini. Berbeda dengan usia tahun, dimana motivasi kerja yang dimiliki belum terlalu besar. Hal ini dapat terlihat dari salah satu responden kelompok usia muda yang belum berumah tangga, ketika seseorang sudah berumah tangga maka ada kewajiban tersendiri dalam dirinya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Sedangkan yang belum berkeluarga merasa belum ada tanggungan untuk memenuhi kewajiban itu dan cenderung untuk melaksanakan pekerjaan sesuai keinginannya sendiri, hal inilah yang menjadi salah satu penyebabnya. Pada kelompok usia tua, walaupun sudah baik secara psikologi, namun secara kesehatan mengalami kemunduran fisik yang sering disebut sebagai multiple pathology sehingga tidak dapat mengimbangi produktivitas kelompok usia sedang.

45 Tingkat pemahaman penyadap terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui pekerja terhadap kondisi pekerjaan yang dilakukannya. Begitu pula bagi para penyadap getah pohon pinus, dimana selama ini banyak para penyadap yang belum menggunakan APD pada saat bekerja. Pada suatu kegiatan penyadapan, salah satu unsur kerja yang ada didalamnya adalah penyemprotan stimulansia. Stimulansia merupakan suatu zat yang dapat membantu menghasilkan getah pinus lebih banyak, tetapi secara kesehatan memiliki dampak yang negatif karena memiliki kandungan utama berupa oksidator kuat. Penggunaan stimulansia pada saat penyadapan getah pinus ternyata tidak diikuti dengan penggunaan APD yaitu masker dan sarung tangan. Sehingga pengetahuan akan pentingnya APD diperlukan bagi penyadap, selain itu juga untuk mengetahui bagaimana respon penyadap terhadap adanya penggunaan APD. Berikut adalah pernyataan-pernyataan yang diajukan kepada responden yang berkaitan dengan empat hal, yaitu : a. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) b. Bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan stimulansia c. Penggunaan APD berupa masker dan sarung tangan d. Kesediaan penyadap untuk menggunakan masker dan sarung tangan Berdasarkan hasil wawancara dimana setiap pernyataan diberi bobot dengan menggunakan skala likert, didapatkan rata-rata hasil tingkat pemahaman penyadap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja oleh masing-masing responden adalah sebagai berikut : Tabel 10 Tingkat pemahaman penyadap terhadap K3 pada masing-masing responden Nama Responden Nilai Kriteria Acep Jili 3.35 Cukup Ajen 3.55 Baik Pahru 3.2 Cukup Uus 3.2 Cukup Aca 3.95 Baik Enas 4 Baik Rata-rata 3.54 Baik

46 33 Pada Tabel 10 terlihat bahwa rata-rata tingkat pemahaman penyadap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah baik. Kriteria baik ini menunjukan bahwa penyadap sudah memahami akan pentingnya penggunaan APD dalam kegiatan penyadapan getah pinus serta bersedia menggunakan APD berupa masker dan sarung tangan pada saat penyadapan. Dalam sub bab sebelumnya diketahui bahwa perlakuan yang memiliki produktivitas penyadapan getah pinus dan penambahan waktu kerja terkecil adalah penggunaan masker dan sarung tangan berbahan wol. Sarung tangan berbahan wol memberikan kenyamanan dalam bekerja karena bahannya yang mampu menyerap keringat dan dapat digunakan pada saat pelukaan. Namun disisi lain juga harus memperhatikan kualitas bahan sarung tangan terhadap keselamatan penyadap. Dari segi kualitas, sarung tangan berbahan PVC dan karet memiliki kualitas yang paling baik, baru diikuti sarung tangan berbahan kulit kombinasi. Namun disisi lain juga, sarung tangan berbahan karet kurang memberikan kenyamanan dalam bekerja, karena menyebabkan tangan menjadi panas begitu pula untuk sarung tangan berbahan PVC. Selain itu, sarung tangan berbahan PVC memiliki tingkat kekakuan yang lebih besar bila dibandingkan sarung tangan lainnya, sehingga terkadang menyebabkan aktivitas penyemprotan stimulansia menjadi lebih sulit. Sarung tangan berbahan kulit kombinasi, memiliki kualitas bahan yang baik untuk mencegah dampak stimulansia terhadap kulit, namun dari segi kenyamanan penggunaan sarung tangan jenis ini juga kurang nyaman digunakan karena bentuknya yang terlalu kaku sehingga menyulitkan kegiatan penyadapan serta dari segi harga memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sarung tangan lainnya. Berikut adala perbedaaan harga dari masing-masing sarung tangan. Tabel 11 Harga (rupiah) pada masing-masing sarung tangan di salah satu pasar di Jakarta Jenis Sarung Tangan Harga (Rp) Wol 7000 Kulit Kombinasi Karet 9000 PVC 20000

47 34 Dalam Tabel 11 terlihat bahwa sarung tangan jenis bahan kulit kombinasi memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan jenis sarung tangan lain. Faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah kesediaan penyadap dalam meggunakan sarung tangan, hasil wawancara menunjukkan bahwa rata-rata penyadap bersedia menggunakan sarung tangan dengan bahan wol atau karet, sebagaimana yang tersaji dalam Tabel 12. Tabel 12 Kesediaan masing-masing penyadap dalam menggunakan jenis sarung tangan pada saat penyadapan Responden Acep Jili Ajen Pahru Uus Aca Enas Rata-rata kesediaan penyadap menggunakan jenis sarung tangan Jenis Sarung Tangan Wol Wol Karet Wol atau Karet Karet atau PVC Wol/ Karet/ PVC/ Kulit Kombinasi Wol atau Karet Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa sarung tangan yang sebaiknya digunakan oleh HPGW adalah berbahan karet, karena dari segi perlindungan terhadap keselamatan penyadap cukup baikdan dari segi harga relatif terjangkau, walaupun masa pakainya relatif lebih cepat bila dibandingkan sarung tangan berbahan PVC dan kulit kombinasi. Selain itu, rata-rata penyadap juga bersedia menggunakan sarung tangan berbahan wol dan karet. Namun dari segi kenyamanan, bahan karet kurang nyaman digunakan karena efek panas yang dihasilkan dan berdasarkan perhitungan penurunan produktivitas juga bukan yang memberikan pengaruh terkecil. Akan tetapi, secara keseluruhan penggunaan masker dan sarung tangan tidak memberikan pengaruh terhadap produktivitas dan waktu kerja penyadapan getah pinus.

48 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Penggunaan APD berupa masker dan sarung tangan tidak memberikan pengaruh terhadap produktivitas dan waktu kerja penyadapan getah pinus. Sarung tangan yang memberikan penurunan produktivitas dan penambahan waktu kerja terkecil adalah sarung tangan berbahan wol. Kelompok usia menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas dan waktu kerja penyadapan getah pinus. 2. Tingkat pemahaman penyadap terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menunjukan bahwa penyadap sudah memahami akan pentingnya penggunaan APD dalam kegiatan penyadapan getah pinus serta bersedia menggunakan APD berupa masker dan sarung tangan pada saat penyadapan. Sarung tangan yang sebaiknya digunakan di HPGW adalah yang menggunakan bahan karet. 6.2 Saran 1. Dalam kegitan penyadapan getah pinus di HPGW sebaiknya menggunakan masker dan sarung tangan berbahan karet, sehingga dapat melindungi penyadap dari bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan stimulansia. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengganti stimulan untuk meningkatkan produksi getah. Sebaiknya memiliki kandungan utama berupa bahan organik. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan stimulan terhadap kayu, getah yang dihasilkan serta terhadap lingkungan.

49 DAFTAR PUSTAKA Alim, M Fase-fase Perkembangan Manusia. [29 Juli 2010]. Badan Standardisasi Nasional Gondorukem. SNI Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian UNS Kajian Teknis Ekonomis Pengolahan Gondorukem Dalam Rangka Peningkatan Nilai Tambah : Studi Kasus di PGT Paninggaran dan PGT Cimanggu. Laporan Akhir Penelitian Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian UNS. Departemen Kehutanan Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta : Departemen Kehutanan. Fakultas Kehutanan IPB Penyempurnaan Cara Penyadapan Getah Pinus Untuk Peningkatan Produksi Getah. Laporan Penelitian Fakultas Kehutanan IPB dan Perum Perhutani. Fakultas Kehutanan IPB Rencana Pembangunan Hutan Pendidikan Gunung Walat Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Gani. 1992, Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja. Fakultas Kehutanan IPB. Hendrayus Pengaruh Asam Sulfat dan Interval Waktu Pembaharuan Luka Sadap Terhadap Produksi Kopal. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Kalima T, Sutisna U, Harahap R Studi Sebaran Alam Pinus merkusii Jungh et de Vriese Tapanuli, Sumatera Utara dengan Metode Cluster dan Pemetaan Digital. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam II(5) : Nigia Pengaruh Ketinggian Koakan dan Stimulansia Terhadap Produksi Getah Pinus merkusii. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor Nurkhairani Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Stimulansia Terhadap Produksi Getah Pinus ( Pinus merkusii Jungh et de Vriese ) di HPGW,

50 37 Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Okleqs Asam Sulfat (H 2 SO 4 ). [18 November 2009]. Rohaeni, Y Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Industri Pengolahan Teh (Studi Kasus Pada Bagian Produksi PT. Sinar Inesco, Tasikmalaya. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Samjapradja, O Evaluasi Lahan Tegakan Pinus merkusii. Simposium Pengusahaan Hutan Pinus. Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan dan Perhutani. Shulizwanto Perkembangan Fisik dan Psikis pada Usia Lanjut Kajian Teoritis dan Apilkatif. [29 Juli 2010]. Sudradjat R, Setyawan D, Sumadiwangsa S Pengaruh Diameter Pohon, Umur dan Kadar Stimulan Terhadap Produktivitas Getah Tusam. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Vol. 20 No.2 Tahun Hal Sugiyono Y, Sutjipto H, Nyuwito Peningkatan Produksi Getah Pinus. Duta Rimba Vol 25 No Hal Suharlan A, Harbagung Pertumbuhan Pinus diberbagai Daerah Indonesia. Simposium Pengusahaan Hutan Pinus. Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan dan Perhutani. Sumadiwangsa Aneka Kiat Menggiatkan Hasil Hutan Bukan Kayu. Duta Rimba Vol. 23 No Hal Sumantri I, Sastrodimedjo S Pengaruh Penggunaan Bahan Kimia dalam Penyadapan Getah Pinus merkusii. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan No.82. Departemen Pertanian. Sutanto, R Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Kanisius. Wahidi Analisis Aspek Kompetensi Penerapan K3 Dalam Kegiatan Pemanenan Kayu di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit 2 Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

51 38 Wibowo Produktivitas Penyadapan Getah Pinus merkusii Jungh et de Vriese dengan Sistem Koakan (Quare System) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

52 LAMPIRAN

53 39 1. Kuisioner penelitian KUISIONER PENELITIAN Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Terhadap Produktivitas Penyadapatan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan rekomendasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman penyadap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Untuk itu, kerjasama dan bantuan Bapak/Saudara sangat saya harapkan dalam pengisian kuisioner ini dengan sebenar-benarnya. Atas perhatian dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih. Bidang pekerjaan : Penyadapan getah pinus No. Responden : 01 Tanggal : 19 Maret 2010 Lokasi Penelitian : Hutan Pendidikan Gunung Walat I. Identitas Responden 1. Nama : Pahrudin 2. Jenis Kelamin : L 3. Umur : 58 Tahun 4. Lama Bekerja : 1.5 Tahun 5. Pendapatan : Rp ,00-Rp ,00/minggu 6. Pendidikan Terakhir : SD II. Isi Kuisioner Berikan tanda ceklis () sesuai dengan tanggapan Bapak/Saudara terhadap pernyataan-pernyataan berikut. No Pernyataan Pengetahuan akan keselamatan kerja diperlukan penyadap dalam kegiatan penyadapan getah pinus Dalam kegiatan penyadapan getah pinus terdapat potensi sumber bahaya yang terjadi Penyadap harus mengetahui tingkat resiko pekerjaan yang dilakukan Penyadap mampu mengambil tindakan awal yang tepat dalam mengatasi keadaan darurat yang terjadi Penyadap harus dapat memberikan masukan kepada pihak HPGW terhadap potensi bahaya ditempat kerja Tanggapan STS TS SdS S SS

54 40 No Pernyataan Alat pelindung diri (APD) sebaiknya digunakan dengan baik dan benar pada saat pelaksanaan kegiatan penyadapan getah pinus Alat pelindung diri yang digunakan pada saat penyadapan getah pinus sebaiknya adalah sarung tangan dan masker Pada saat penyadapan getah pinus tidak diperlukan stimulansia Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan kulit seperti gatal, dsb. Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan karena bau yang menyengat dari stimulansia Penggunaan masker dan sarung tangan dalam kegiatan penyadapan getah pinus memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan wol memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan kulit kombinasi memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan Karet memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan PVC memberikan kenyamanan dalam bekerja Penyadap harus menggunakan masker dalam kegiatan penyadapan getah pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan wol dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan kulit kombinasi dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan karet dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan PVC dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Tanggapan STS TS SdS S SS Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju SdS = Sedikit Setuju S = Setuju SS = Sangat Setuju

55 41 KUISIONER PENELITIAN Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Terhadap Produktivitas Penyadapatan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan rekomendasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman penyadap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Untuk itu, kerjasama dan bantuan Bapak/Saudara sangat saya harapkan dalam pengisian kuisioner ini dengan sebenar-benarnya. Atas perhatian dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih. Bidang pekerjaan : Penyadap getah pinus No. Responden : 02 Tanggal : 20 Maret 2010 Lokasi Penelitian : Hutan Pendidikan Gunung Walat I. Identitas Responden 1. Nama : Ajen Nuryana 2. Jenis Kelamin : L 3. Umur : 27 Tahun 4. Lama Bekerja : 7 Bulan 5. Pendapatan : Rp ,00/minggu 6. Pendidikan Terakhir : SD II. Isi Kuisioner Berikan tanda ceklis () sesuai dengan tanggapan Bapak/Saudara terhadap pernyataan-pernyataan berikut. No Tanggapan Pernyataan STS TS SdS S SS 1 Pengetahuan akan keselamatan kerja diperlukan penyadap dalam kegiatan penyadapan getah pinus 2 Dalam kegiatan penyadapan getah pinus terdapat potensi sumber bahaya yang terjadi 3 Penyadap harus mengetahui tingkat resiko pekerjaan yang dilakukan 4 Penyadap mampu mengambil tindakan awal yang tepat dalam mengatasi keadaan darurat yang terjadi 5 Penyadap harus dapat memberikan masukan kepada pihak HPGW terhadap potensi bahaya ditempat kerja Alat pelindung diri (APD) sebaiknya digunakan 6 dengan baik dan benar pada saat pelaksanaan kegiatan penyadapan getah pinus

56 42 No Pernyataan Alat pelindung diri yang digunakan pada saat penyadapan getah pinus sebaiknya adalah sarung tangan dan masker Pada saat penyadapan getah pinus tidak diperlukan stimulansia Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan kulit seperti gatal, dsb. Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan karena bau yang menyengat dari stimulansia Penggunaan masker dan sarung tangan dalam kegiatan penyadapan getah pinus memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan wol memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan kulit kombinasi memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan Karet memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan PVC memberikan kenyamanan dalam bekerja Penyadap harus menggunakan masker dalam kegiatan penyadapan getah pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan wol dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan kulit kombinasi dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan karet dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan PVC dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Tanggapan STS TS SdS S SS Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju SdS = Sedikit Setuju S = Setuju SS = Sangat Setuju

57 43 KUISIONER PENELITIAN Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Terhadap Produktivitas Penyadapatan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan rekomendasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman penyadap terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Untuk itu, kerjasama dan bantuan Bapak/Saudara sangat saya harapkan dalam pengisian kuisioner ini dengan sebenar-benarnya. Atas perhatian dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih. Bidang pekerjaan : Penyadap getah pinus No. Responden : 03 Tanggal : 25 Maret 2010 Lokasi Penelitian : Hutan Pendidikan Gunung Walat I. Identitas Responden 1. Nama : Uus Suhendar 2. Jenis Kelamin : Laki-laki 3. Umur : 31 Tahun 4. Lama Bekerja : 2 Tahun 5. Pendapatan : Rp ,00/minggu 6. Pendidikan Terakhir : Sarjana II. Isi Kuisioner Berikan tanda ceklis () sesuai dengan tanggapan Bapak/Saudara terhadap pernyataan-pernyataan berikut. No Pernyataan Pengetahuan akan keselamatan kerja diperlukan penyadap dalam kegiatan penyadapan getah pinus Dalam kegiatan penyadapan getah pinus terdapat potensi sumber bahaya yang terjadi Penyadap harus mengetahui tingkat resiko pekerjaan yang dilakukan Penyadap mampu mengambil tindakan awal yang tepat dalam mengatasi keadaan darurat yang terjadi Penyadap harus dapat memberikan masukan kepada pihak HPGW terhadap potensi bahaya ditempat kerja Alat pelindung diri (APD) sebaiknya digunakan dengan baik dan benar pada saat pelaksanaan kegiatan penyadapan getah pinus Tanggapan STS TS SdS S SS

58 44 No Pernyataan Alat pelindung diri yang digunakan pada saat penyadapan getah pinus sebaiknya adalah sarung tangan dan masker Pada saat penyadapan getah pinus tidak diperlukan stimulansia Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan kulit seperti gatal, dsb. Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan karena bau yang menyengat dari stimulansia Penggunaan masker dan sarung tangan dalam kegiatan penyadapan getah pinus memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan wol memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan kulit kombinasi memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan Karet memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan PVC memberikan kenyamanan dalam bekerja Penyadap harus menggunakan masker dalam kegiatan penyadapan getah pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan wol dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan kulit kombinasi dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan karet dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan PVC dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Tanggapan STS TS SdS S SS Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju SdS = Sedikit Setuju S = Setuju SS = Sangat Setuju

59 45 KUISIONER PENELITIAN Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Terhadap Produktivitas Penyadapatan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan rekomendasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman penyadap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Untuk itu, kerjasama dan bantuan Bapak/Saudara sangat saya harapkan dalam pengisian kuisioner ini dengan sebenar-benarnya. Atas perhatian dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih. Bidang pekerjaan : Penyadapan getah pinus No. Responden : 04 Tanggal : 27 Maret 2010 Lokasi Penelitian : Hutan Pendidikan Gunung Walat I. Identitas Responden 1. Nama : Acep Jili 2. Jenis Kelamin : Laki-laki 3. Umur : 35 Tahun 4. Lama Bekerja : 6 Bulan 5. Pendapatan : Rp ,00/minggu 6. Pendidikan Terakhir : SD II. Isi Kuisioner Berikan tanda ceklis () sesuai dengan tanggapan Bapak/Saudara terhadap pernyataan-pernyataan berikut. No Pernyataan Pengetahuan akan keselamatan kerja diperlukan penyadap dalam kegiatan penyadapan getah pinus Dalam kegiatan penyadapan getah pinus terdapat potensi sumber bahaya yang terjadi Penyadap harus mengetahui tingkat resiko pekerjaan yang dilakukan Penyadap mampu mengambil tindakan awal yang tepat dalam mengatasi keadaan darurat yang terjadi Penyadap harus dapat memberikan masukan kepada pihak HPGW terhadap potensi bahaya ditempat kerja Alat pelindung diri (APD) sebaiknya digunakan dengan baik dan benar pada saat pelaksanaan kegiatan penyadapan getah pinus Tanggapan STS TS SdS S SS

60 46 No Pernyataan Alat pelindung diri yang digunakan pada saat penyadapan getah pinus sebaiknya adalah sarung tangan dan masker Pada saat penyadapan getah pinus tidak diperlukan stimulansia Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan kulit seperti gatal, dsb. Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan karena bau yang menyengat dari stimulansia Penggunaan masker dan sarung tangan dalam kegiatan penyadapan getah pinus memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan wol memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan kulit kombinasi memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan Karet memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan PVC memberikan kenyamanan dalam bekerja Penyadap harus menggunakan masker dalam kegiatan penyadapan getah pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan wol dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan kulit kombinasi dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan karet dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan PVC dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Tanggapan STS TS SdS S SS Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju SdS = Sedikit Setuju S = Setuju SS = Sangat Setuju

61 47 KUISIONER PENELITIAN Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Terhadap Produktivitas Penyadapatan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan rekomendasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman penyadap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Untuk itu, kerjasama dan bantuan Bapak/Saudara sangat saya harapkan dalam pengisian kuisioner ini dengan sebenar-benarnya. Atas perhatian dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih. Bidang pekerjaan : Penyadap getah pinus No. Responden : 05 Tanggal : 03 April 2010 Lokasi Penelitian : Hutan Pendidikan Gunung Walat I. Identitas Responden 1. Nama : Aca 2. Jenis Kelamin : Laki-laki 3. Umur : 52 Tahun 4. Lama Bekerja : ± 7 bulan 5. Pendapatan : Rp ,00/minggu 6. Pendidikan Terakhir : SD II. Isi Kuisioner Berikan tanda ceklis () sesuai dengan tanggapan Bapak/Saudara terhadap pernyataan-pernyataan berikut. No Pernyataan Pengetahuan akan keselamatan kerja diperlukan penyadap dalam kegiatan penyadapan getah pinus Dalam kegiatan penyadapan getah pinus terdapat potensi sumber bahaya yang terjadi Penyadap harus mengetahui tingkat resiko pekerjaan yang dilakukan Penyadap mampu mengambil tindakan awal yang tepat dalam mengatasi keadaan darurat yang terjadi Penyadap harus dapat memberikan masukan kepada pihak HPGW terhadap potensi bahaya ditempat kerja Alat pelindung diri (APD) sebaiknya digunakan dengan baik dan benar pada saat pelaksanaan kegiatan penyadapan getah pinus Tanggapan STS TS SdS S SS

62 48 No Pernyataan Alat pelindung diri yang digunakan pada saat penyadapan getah pinus sebaiknya adalah sarung tangan dan masker Pada saat penyadapan getah pinus tidak diperlukan stimulansia Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan kulit seperti gatal, dsb. Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan karena bau yang menyengat dari stimulansia Penggunaan masker dan sarung tangan dalam kegiatan penyadapan getah pinus memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan wol memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan kulit kombinasi memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan Karet memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan PVC memberikan kenyamanan dalam bekerja Penyadap harus menggunakan masker dalam kegiatan penyadapan getah pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan wol dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan kulit kombinasi dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan karet dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan PVC dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Tanggapan STS TS SdS S SS Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju SdS = Sedikit Setuju S = Setuju SS = Sangat Setuju

63 49 KUISIONER PENELITIAN Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Terhadap Produktivitas Penyadapatan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan rekomendasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman penyadap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Untuk itu, kerjasama dan bantuan Bapak/Saudara sangat saya harapkan dalam pengisian kuisioner ini dengan sebenar-benarnya. Atas perhatian dan partisipasinya, saya ucapkan terima kasih. Bidang pekerjaan : Penyadapan getah pinus No. Responden : 06 Tanggal : 10 April 2010 Lokasi Penelitian : Hutan Pendidikan Gunung Walat I. Identitas Responden 1. Nama : Nasrullah 2. Jenis Kelamin : Laki-laki 3. Umur : 20 Tahun 4. Lama Bekerja : ± 7 bulan 5. Pendapatan : Rp ,00- Rp ,00/minggu 6. Pendidikan Terakhir : SD II. Isi Kuisioner Berikan tanda ceklis () sesuai dengan tanggapan Bapak/Saudara terhadap pernyataan-pernyataan berikut. No Pernyataan Pengetahuan akan keselamatan kerja diperlukan penyadap dalam kegiatan penyadapan getah pinus Dalam kegiatan penyadapan getah pinus terdapat potensi sumber bahaya yang terjadi Penyadap harus mengetahui tingkat resiko pekerjaan yang dilakukan Penyadap mampu mengambil tindakan awal yang tepat dalam mengatasi keadaan darurat yang terjadi Penyadap harus dapat memberikan masukan kepada pihak HPGW terhadap potensi bahaya ditempat kerja Alat pelindung diri (APD) sebaiknya digunakan dengan baik dan benar pada saat pelaksanaan kegiatan Tanggapan STS TS SdS S SS

64 50 penyadapan getah pinus No Pernyataan Alat pelindung diri yang digunakan pada saat penyadapan getah pinus sebaiknya adalah sarung tangan dan masker Pada saat penyadapan getah pinus tidak diperlukan stimulansia Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan kulit seperti gatal, dsb. Penggunaan stimulansia menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan karena bau yang menyengat dari stimulansia Penggunaan masker dan sarung tangan dalam kegiatan penyadapan getah pinus memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan wol memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan kulit kombinasi memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan Karet memberikan kenyamanan dalam bekerja Penggunaan sarung tangan bahan PVC memberikan kenyamanan dalam bekerja Penyadap harus menggunakan masker dalam kegiatan penyadapan getah pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan wol dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan kulit kombinasi dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan karet dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Penyadap harus menggunakan sarung tangan bahan PVC dalam kegiatan penyadapan getah Pinus Tanggapan STS TS SdS S SS Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju SdS = Sedikit Setuju S = Setuju SS = Sangat Setuju

65 51 2. Tabel hasil perhitungan produktivitas dan waktu kerja penyadapan getah pinus BLOK ULANGAN PERLAKUAN PAHRU UUS AJEN I II III I II III I II Waktu Penyadapan (menit) Hasil (gram) Produktivitas (g/pohon/hari) Waktu Kerja (menit/pohon)

66 52 ACEP JILI ACA ENAS III I II III I II III I II

67 53 III Rancangan percobaan produktivitas penyadapan getah pinus Kelompok Usia Muda Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Pola Koakan (g/pohon/hari) A B C D E Rata-rata Rata-rata Sedang Rata-rata Tua Rata-rata

68 54 4. Rancangan percobaan waktu kerja penyadapan getah pinus Kelompok Usia Muda Pengaruh Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Pola Koakan (menit/pohon) A B C D E Rata-rata Rata-rata Sedang Rata-rata Tua Rata-rata

69

70 55 5. Data penyadap getah pinus Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) tahun 2009 Kelompok Usia Muda Sedang Tua No. Nama DATA HASIL PENYADAPAN GETAH PINUS TAHUN 2009 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata 1 Ajen Yuda Kusoy Ujang 4 Deni Bidin Nurdin Enas Enur Irpan Ujang 10 Kamal Cakra Heri Uus Ain Edi Acep Jili Wawan B Nudin Judin Oha Keterangan Produksi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi

71 56 3 Memed Mpud Dadam Pahru Apud Hasan Maksum Ii Wawan 11 A Ahmad Jajun Aca Adin Cudin Rendah

72 57 6. Dokumentasi penggunaan masker dan sarung tangan serta kegiatan lainnya Gambar 1 Penyadap menggunakan masker dan sarung tangan bahan wol Gambar 2 Penyadap menggunakan masker dan sarung tangan bahan kulit kombinasi Gambar 3 Penyadap menggunakan masker dan sarung tangan bahan karet Gambar 4 Proses penimbangan getah Gambar 5 Proses pengambilan getah Gambar 6 Contoh penandaan pohon

ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 i PENGARUH PENGGUNAAN MASKER DAN SARUNG TANGAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ANDRIANI WIJIASTUTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 15 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Lokasi dan Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak 2,4 km dari poros jalan Sukabumi - Bogor (desa Segog). Dari simpang Ciawi berjarak

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Hutan Pendidikan Gunung Walat Data Badan Pengelola HPGW tahun 2012 menunjukkan bahwa kawasan HPGW sudah mulai ditanami pohon damar (Agathis loranthifolia)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jung et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT NURKHAIRANI DEPARTEMEN HASIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur (tangible) berupa hasil hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya hutan (SDH) Indonesia menghasilkan berbagai manfaat yang dapat dirasakan pada tingkatan lokal, nasional, maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas manfaat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Gunung Walat Pembangunan Hutan Pendidikan Kehutanan berawal pada tahun 1959, ketika Fakultas Kehutanan IPB masih merupakan Jurusan Kehutanan, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Kegiatan penyadapan dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di wilayah Sukabumi Jawa Barat, tepatnya pada Petak Penelitian

Lebih terperinci

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas.

Gambar 2 Lokasi penelitian dan pohon contoh penelitian di blok Cikatomas. 21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam satu blok, yaitu di petak penelitian permanen teknologi penyadapan getah pinus (blok Cikatomas) dengan

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Penggunaan Stimulansia Organik dan ZPT terhadap Produktivitas Penyadapan Getah Pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat dilaksanakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI /TEKNOLOGI HASIL HUTAN

SKRIPSI. Oleh: AYU RAHAYU EFFENDI SURBAKTI /TEKNOLOGI HASIL HUTAN PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) SEBAGAI STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) DENGAN METODE RIIL (Studi Kasus Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT IKA NUGRAHA DARMASTUTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae dengan nama lainnya Pinus sumatrana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae dengan nama lainnya Pinus sumatrana 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pohon Pinus merkusii Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae dengan nama lainnya Pinus sumatrana Jungh. Pinus memiliki nama lokal yang berbeda-beda

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Ayu Rahayu Effendi Surbakti a*, Ridwanti Batubara b, Muhdi b aprogram Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Ayu Rahayu Effendi Surbakti a*, Ridwanti Batubara b, Muhdi b aprogram Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, 33 Penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) Sebagai Stimulansia Dalam Meningkatkan Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Dengan Metode Riil (The Application of H2SO4 As Stimulant To Increase

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB

LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB LAPORAN ECOLOGICAL SOCIAL MAPPING (ESM) 2012 FOREST MANAGEMENT STUDENT S CLUB The Exploration of Resources and Communities Interaction in Gunung Walat University Forest DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POTENSI

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) BUDIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINDA LESTARI

PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINDA LESTARI PENGARUH PERIODE PELUKAAN PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINDA LESTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENYADAPAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENYADAP SKRIPSI HENNY MONIKA SITORUS /MANAJEMEN HUTAN

KONTRIBUSI PENYADAPAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENYADAP SKRIPSI HENNY MONIKA SITORUS /MANAJEMEN HUTAN KONTRIBUSI PENYADAPAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENYADAP SKRIPSI HENNY MONIKA SITORUS 071201024/MANAJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI

PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI PENYADAPAN GETAH PINUS MENGGUNAKAN METODE BOR DENGAN BERBAGAI FREKUENSI PELUKAAN INDRI FEBRIANI MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT IBRAHIM HAMZAH DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

Juki Pimroi Hutabalian a*, Ridwanti Batubara b, Afifuddin Dalimunthe b a Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Juki Pimroi Hutabalian a*, Ridwanti Batubara b, Afifuddin Dalimunthe b a Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, 1 Pengaruh Diameter dan Konsentrasi Stimulansi Asam Cuka (C2H4O2) Terhadap Produktivitas Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) (Effect of Diameter and Concentration of Stimulansia Vinegar Acid

Lebih terperinci

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR TANPA PIPA RIZKY RAMADHAN PURNAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 PENGARUH JANGKA WAKTU PELUKAAN DENGAN MODIFIKASI PERLAKUAN FISIK PADA METODE RIIL TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) (Studi Kasus : Di Areal PT. Inhutani IV Unit Sumatera Utara-Aceh, Siborong-borong,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT PENGARUH PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PINUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT IKA NUGRAHA DARMASTUTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGARUH PERLAKUAN INOVASI PENYADAPAN GETAH PINUS TERHADAP PRODUKTIVITAS PENYADAP (KASUS : HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT) ADE ANGGRAINI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN.

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. Dwi Nugroho Artiyanto E 24101029 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L) PADA LATOSOL DARI GUNUNG SINDUR Oleh Elvina Frida Merdiani A24103079

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI

KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 05 No. 3, Desember 2015, Hal 210217 ISSN: 20868227 KOMPOSISI DAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI Species Composition and Stand Structure

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan 32 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keanekaragaman Spesies Pohon Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR terdapat 60 spesies pohon

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI (Shorea spp.) PADA AREAL PMUMHM DI IUPHHK PT. ITCI Kartika Utama KALIMANTAN TIMUR YULI AKHIARNI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Lampiran 4. Analisis Keragaman Retensi Bahan Pengawet Asam Borat

Lampiran 4. Analisis Keragaman Retensi Bahan Pengawet Asam Borat Lampiran 1. Kadar Air Kayu Sebelum Proses Pengawetan Kayu Berat Awal (gram) BKT (gram) Kadar Air (%) 1 185,8 165,2 12,46 2 187,2 166,8 12,23 3 173,4 152,3 13,85 Kadar Air Rata-rata 12,85 Lampiran 2. Kerapatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Pinus 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Pinus di Indonesia Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah

Lebih terperinci

Landasan Hukum : SK. Menhut No. SK. 60/Menhut-II/2005 tanggal 9 Maret 2005

Landasan Hukum : SK. Menhut No. SK. 60/Menhut-II/2005 tanggal 9 Maret 2005 Landasan Hukum : SK. Menhut No. SK. 60/Menhut-II/2005 tanggal 9 Maret 2005 Lokasi : Desa Seneng, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat RPH Maribaya, BKPH Parung Panjang, KPH Bogor,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb. KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.) FARIKA DIAN NURALEXA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

ANALISIS UNIT RESPON HIDROLOGI DAN KADAR AIR TANAH PADA HUTAN TANAMAN DI SUB DAS CIPEUREU HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SANDY LESMANA

ANALISIS UNIT RESPON HIDROLOGI DAN KADAR AIR TANAH PADA HUTAN TANAMAN DI SUB DAS CIPEUREU HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SANDY LESMANA ANALISIS UNIT RESPON HIDROLOGI DAN KADAR AIR TANAH PADA HUTAN TANAMAN DI SUB DAS CIPEUREU HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SANDY LESMANA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis 19 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal 22.249,31 ha secara geografis terletak diantara 105⁰ 02 42,01 s/d 105⁰ 13 42,09 BT dan

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH (Studi Kasus Di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) IFA SARI MARYANI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA PEUBAH TEGAKAN PINUS PADA AREAL REHABILITASI TOSO DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT FADEL IBNU PERDANA

MODEL PENDUGA PEUBAH TEGAKAN PINUS PADA AREAL REHABILITASI TOSO DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT FADEL IBNU PERDANA MODEL PENDUGA PEUBAH TEGAKAN PINUS PADA AREAL REHABILITASI TOSO DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT FADEL IBNU PERDANA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS GETAH PINUS MELALUI PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK FERRA AZIS

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS GETAH PINUS MELALUI PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK FERRA AZIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS GETAH PINUS MELALUI PENGGUNAAN STIMULANSIA ORGANIK FERRA AZIS DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENYADAPAN

Lebih terperinci

PENILAIAN DAMPAK KEBAKARAN TERHADAP MAKROFAUNA TANAH DENGAN METODE FOREST HEALTH MONITORING (FHM) ASRI BULIYANSIH E

PENILAIAN DAMPAK KEBAKARAN TERHADAP MAKROFAUNA TANAH DENGAN METODE FOREST HEALTH MONITORING (FHM) ASRI BULIYANSIH E PENILAIAN DAMPAK KEBAKARAN TERHADAP MAKROFAUNA TANAH DENGAN METODE FOREST HEALTH MONITORING (FHM) ASRI BULIYANSIH E 14201020 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

Lebih terperinci

Arvand Samosir a*, Ridwanti Batubara b, Afifuddin Dalimunte b a Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Arvand Samosir a*, Ridwanti Batubara b, Afifuddin Dalimunte b a Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, 1 Produktivitas Getah Pinus (Pinus Merkusii Jungh Et De Vriese) Berdasarkan Ketinggian Tempat dan Konsentrasi Stimulansia Asam Cuka (C2H4O2) Productivity of Pine Sap (Pinus merkusii Jungh et de Vriese)

Lebih terperinci

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan dan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS

STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii), DI BLOK CIMENYAN, HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN ASTRIA MAULIDA INAYATI

PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN ASTRIA MAULIDA INAYATI PRODUKTIVITAS PENYADAPAN GETAH PADA TEGAKAN PINUS UMUR ENAM DAN TUJUH TAHUN ASTRIA MAULIDA INAYATI MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN INVENTARISASI DAN MONITORING KEANEKARAGAMAN MAMALIA HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW)

LAPORAN KEGIATAN INVENTARISASI DAN MONITORING KEANEKARAGAMAN MAMALIA HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW) LAPORAN KEGIATAN INVENTARISASI DAN MONITORING KEANEKARAGAMAN MAMALIA HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW) HIMPUNAN MAHASISWA KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 Februari sampai dengan 9 April 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. 3. 2

Lebih terperinci

RENDEMEN DAN KUALITAS DARI GONDORUKEM DAN TERPENTIN HASIL PENGOLAHAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) SETELAH PENYIMPANAN NIDYA BELA ANGGITA

RENDEMEN DAN KUALITAS DARI GONDORUKEM DAN TERPENTIN HASIL PENGOLAHAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) SETELAH PENYIMPANAN NIDYA BELA ANGGITA RENDEMEN DAN KUALITAS DARI GONDORUKEM DAN TERPENTIN HASIL PENGOLAHAN GETAH PINUS (Pinus merkusii) SETELAH PENYIMPANAN NIDYA BELA ANGGITA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005). I. PENDAHULUAN Hutan adalah masyarakat tetumbuhan dan hewan yang hidup di lapisan permukaan tanah yang terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) BUDIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA Skripsi KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA ( Euphorbia phulcherrima) DENGAN SISTEM HIDROPONIK DI PT SAUNG MIRWAN BOGOR Oleh: LENI ANDRIANI F14103028 2007 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT.

PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT. i PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT. WIRAKARYA SAKTI GIANDI NAROFALAH SIREGAR E 14104050 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL

PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL PENENTUAN JUMLAH BIDANG SADAP PADA PENYADAPAN GETAH PINUS DENGAN METODE BOR MUHAMMAD ISMAIL DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN GAMBIR SEBAGAI BAHAN PENYAMAK NABATI TERHADAP MUTU KIMIAWI KULIT KAMBING SKRIPSI. Oleh : JASRI HELSON

PENGARUH PEMBERIAN GAMBIR SEBAGAI BAHAN PENYAMAK NABATI TERHADAP MUTU KIMIAWI KULIT KAMBING SKRIPSI. Oleh : JASRI HELSON PENGARUH PEMBERIAN GAMBIR SEBAGAI BAHAN PENYAMAK NABATI TERHADAP MUTU KIMIAWI KULIT KAMBING SKRIPSI Oleh : JASRI HELSON 07 163 003 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS 2011 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO

PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO 1 PENYEBARAN, REGENERASI DAN KARAKTERISTIK HABITAT JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus Blume) DI TAMAN NASIONAL GEDE PANGARANGO RESTU GUSTI ATMANDHINI B E 14203057 DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Kanva-2) DAN KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) HENDRA EKO SUTEJA

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Kanva-2) DAN KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) HENDRA EKO SUTEJA PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Kanva-2) DAN KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) HENDRA EKO SUTEJA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG KURNIAWAN RIAU PRATOMO A14053169 MAYOR MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA ALLEN WIJAYA 070301024 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

FISIKO- KIMIA MINYAK BIJI KARET

FISIKO- KIMIA MINYAK BIJI KARET OPTIMASI PENGEMPAAN BIJI KARET dan SIFAT FISIKO- UNTUK PENYAMAKAN KULIT KIMIA MINYAK BIJI KARET (Hevea brasiliensis) Muhammad Idham Aliem DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian Pinus merkusii strain Kerinci: Satu-satunya jenis pinus yang menyebar melewati khatulistiwa ke bagian bumi lintang selatan hingga sekitar o L.S. Belum dikembangkan atau dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Lebih terperinci