ABSTRACT

Transkripsi

1 Engkar Karmini ( ), Gaya Kepemimpinan Situasional Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Kemitraan Direktorat Perencanaan Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional tahun 2017; 135 Hal; 10 Lampiran; 1 Jurnal; 1 Website; 3 Sumber lain; 26 Buku ( ); Tugas Akhir Karya Ilmiah, Februari, engkarkarmini@yahoo.com ABSTRACT The issues that occured in Subdirectorate Planning and Partnership of the Ministry Agrarian and spatial/ National Land Agency regarding leadership style which is applied by head Subdirectorate Planning and Partnership is the leader who has seniority characteristic an accepting criticism and suggestions from employess, the leader also has dissatisfactory relationship with employess. Therefore, this research intends to know the leadership style which is applied by Roni Julianta as head Subdirectorate Planning and Partnership. In this research author use leadership style concept with situational leadership style variable. This variable has four dimension that are telling, selling, participating, and delegating. This research applies quantitative approach. The used method is survey method. The population in this research are 40 people who work in Subdirektorate Planning and Partnership. The amount of sample is same as the amount of population because it was taken using census sampling technique. The test result validity of this research is 0,875. The test result reliability of this research 0,875. The used central tendency is mean. The Dimension with high mean value is telling, it describe that head of Subdirectorate Planning and Partnership is rated good on giving instructions in detail regarding the task to employees. The dimension with lowest mean value is selling, it describes that head of Subdirectorate Planning and Partnership has dissatisfactory relationship with employees and considered to be less successful in giving her socioemotional supports to employees that can affect performance of employees. Based on research, the result is lattice style leadership concluded the head Subdirectorate Planning and Partnership Directorate Spatial Planning Ministry Agrarian and Spatial / National Land Agency in 2017 is rated good enough on giving instructions to employees. But it is rated less on giving socioemotional support to employees. Socioemotional support in the meaning is a leader able to be a motivator employees, leader able protect to employees, leader understand the condition of it is employees. So Head Subdirectorate Planning and Partnership is expected can give her socioemotional support to employees in order that employees be more enthusiastic to finish the given tasks.

2 Keywords: Organizational Communication, Leadership Style, Situational Leadership Style. A. PENDAHULUAN Dalam suatu organisasi, komunikasi adalah hal yang sangat penting untuk menjalin hubungan antara atasan dengan bawahan atau sesama karyawan. Perlu adanya komunikasi yang baik agar tercapainya tujuan organisasi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi organisasi adalah kepemimpinan. Di dalam sebuah tim, tentunya seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan. Keberadaan pemimpin biasanya menjadi acuan seorang karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan. Pemimpin yang baik haruslah mampu membangkitkan semangat kerja karyawannya serta memotivasi karyawan agar mencapai hasil kerja yang baik disetiap pekerjaan yang dilakukan. Sukses atau tidaknya pekerjaan, baik atau buruknya kinerja dari seorang karyawan dapat dilihat dari hubungan dan kerjasama yang baik antara pimpinan dengan karyawannya. Salah satu pendekatan kepemimpinan yang paling di akui adalah pendekatan situasional yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard. Kepemimpinan situasional menekankan bahwa kepemimpinan terdiri dari dimensi perintah dan pemberian dukungan. Dimensi perintah membantu anggota kelompok mencapai tujuan dengan memberi perintah, mencapai tujuan dan metode evaluasi, menetapkan tenggang waktu, menetapkan peran, dan menunjukkan cara mencapai tujuan. Perilaku perintah menjelaskan, sering kali dengan komunikasi satu arah, apa yang perlu dilakukan, bagaimana hal itu dilaksanakan, dan siapa yang bertanggung jawab melakukan itu. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional merupakan lembaga pemerintah yang namanya sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agrarian/ pertanahan dan tata ruang. Disamping itu semua, tentulah adanya peran dari seorang pemimpin yang dijadikan sebagai acuan dalam bekerja. Permasalahan yang terjadi di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional mengenai gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala Subdirektorat Perencanaan dan Kemitraan di Direktorat Perencanaan Tata Ruang adalah pimpinan yang memiliki sifat senioritas dalam memimpin. Dalam hal menerima kritik dan saran dari karyawannya cenderung menolak jika tidak sesuai dengan keinginanya. Pimpinan juga sukar untuk menerima respon tolakan dari karyawannya terkait dengan keputusan yang pimpinan buat. B. KAJIAN PUSTAKA Konsep yang digunakan adalah gaya kepemimpinan. Menurut Pace & Faules, komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.

3 Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Menurut Ami Muhammad, komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan penerima pesan untuk mengubah tingkah laku yang terjadi di dalam diri individu dalam aspek kognitif, afektif, atau psikomotor. Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Sehingga gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah suatu gaya yang dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, dan mudah menyesuaikan dengan segala situasi. Gaya kepemimpinan adalah perilaku yang sering ditampilkan oleh seorang pemimpin. Jadi dalam hal ini adalah mendalami cara-cara yang di senangi dan digunakan oleh seseorang sebagai wahana untuk menjalankan kepemimpinannya. Kepemimpinan situasional menurut Hersey & Blanchard, di dasarkan pada saling berhubungan dengan jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan, dan tingkat kematangan atau kesiapan para pengikut yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu. Toha mengatakan bahwa kepemimpinan situasional dikembangkan untuk membantu orang menjalankan kepemimpinan dengan memperhatikan perannya yang lebih efektif di dalam interaksinya dengan orang lain setiap harinya. Kepemimpinan situasional merupakan suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini mensyaratkan pemimpin untuk memiliki keterampilan dalam perilaku manusia. Dalam menerapkan teori kepemimpinan situasional, pimpinan harus didasarkan pada hasil analisis terhadap situasi yang dihadapi pada suatu saat tertentu dan mengidentifikasi kondisi anggota atau anak buah yang dipimpinnya. Ada empat gaya kepemimpinan situasional yang digunakan, dimensi pertama adalah memberitahu (telling) terdapat tiga indikator yaitu komunikasi satu arah, pemimpin menentukan peranan anak buah, memberitahu berbagai macam tugas. Dimensi kedua adalah mempromosikan (selling) terdapat tiga indikator yaitu, komunikasi dua arah, pengaturan dilakukan oleh pemimpin, dan pemimpin menyediakan dukungan sosioemosional. Dimensi ketiga adalah berpartisipasi (participating) terdapat tiga indikator yaitu, pemimpin dan anak buah yang bersamasama terlibat dalam pembuatan keputusan, komunikasi dua arah, pemimpin lebih banyak terlibat dalam pemberian kemudahan. Dimensi keempat adalah mewakilkan (delegating) terdapat dua indikator yaitu, pemimpin yang membiarkan anak buahnya bertanggung jawab atas keputusan-keputusan mereka, pemimpin mewakilkan keputusan kepada anak buahnya.

4 C. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif untuk penelitian ini, karena untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan mengenai gaya kepemimpinan situasional Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Kemitraan Direktorat Perencanaan Tata Ruang Kementerian Agrarian dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional tahun Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, karena penulis hanya membuat deskripsi secara sistematis yang relatif sederhana dan tidak memerlukan landasan teoritis yang rumit, hanya menggambarkan dan menjelaskan gaya kepemimpinan situasional Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Kemitraan Direktorat Perencanaan Tata Ruang Kementerian Agrarian dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional tahun Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian survei, dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi mengenai gaya kepemimpinan situasional kepala Subdirektorat Perencanaan dan Kemitraan Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional tahun Dalam penelitian ini, waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2017 Desember Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Jalan Simatupangpraja nomor 2 Kebayoran Baru Jakarta Dalam menguji validitas, penulis menggunakan software aplikasi SPSS 16.0 sebagai fasilitas untuk mendapatkan hasil yang valid. Untuk mengetahui pernyataan kuesioner valid atau tidak caranya dapat dilihat jika pada variabel tersebut dapat melihat KMO- MSA (Kaiser Mayer Olkin- Measure of Sampling Adequency) bila hasilnya lebih dari 0.5, maka dapat melanjutkan proses analisis faktor. Hasil tampilan output SPSS menunjukkan bahwa dari seluruh pernyataan yang diajukan oleh penulis kepada 37 responden mempunyai nilai KMO=.875 sehingga dapat dilakukan analisis faktor. Berdasarkan reliability statistic tabel 3.6. diatas, penulis melihat bahwa reliabilitas dari 55 pernyataan yang diajukan penulis kepada 40 responden mempunyai nilai Cronbach s Alpha sebesar 0,875 dan Cronbach s Alpha Based on Standarized Items sebesar 0,883, maka data pada dapat dikatakan data dalam penelitian mengenai gaya kepemimpinan situasional situasional Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Kemitraan Direktorat Perencanaan Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional tahun 2017 dapat dikatakan reliable. Pada penelitian ini, terdapat dua teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer berupa kuesioner. Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Responden dapat memberikan jawaban dengan memberi tanda pada salah satu atau beberapa jawaban yang telah disediakan, atau dengan menuliskan jawabannya. 1 1 Ronny Kontur. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta: PPM, 2004, hal. 189.

5 Cara pengisian kuesioner terdiri dari beberapa jenis, yaitu self-administered questionnaire, -administered, face to face interview, dan telephone interview. Penelitian ini menggunakan cara self-administered questionnaire dalam pengisian kuesioner. Penulis memilih cara self-administered questionnaire karena penulis meminta responden untuk menjawab sendiri kuesioner yang telah disebarkan. Jenis kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket tertutup adalah suatu angket dimana responden telah diberikan alternatif jawaban oleh periset. Responden tinggal memilih jawaban yang menurutnya sesuai dengan realitas yang dialaminya, biasanya dengan memberikan tanda X atau. Penelitian ini menggunakan jenis kuesioner tertutup dengan memberikan alternatif jawaban dari yang sangat positif bernilai lima sampai yang sangat negatif bernilai satu. Alternatif jawaban dalam penelitian ini menggunakan skala interval yaitu 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (ragu-ragu), 4 (setuju), 5 (sangat setuju). Data primer pada penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dengan narasumber yaitu karyawan yang berada di Subdirektorat Perencanaan dan Kemitraan Direktorat Perencanaan Tata Ruang serta pemberian kuesioner kepada karyawan Subdirektorat Perencanaan Tata Ruang seperti seksi perencanaan umum, seksi monitoring dan evaluasi, seksi data dan informasi, seksi kemitraan dengan menggunakan jenis pengisian kuesioner self-administered questionnaire yang meminta responden untuk menjawab sendiri kuesioner yang telah disebarkan dengan memberikan tanda silang (X) untuk setiap pernyataan kuesioner mengenai gaya kepemimpinan situasional Subdirektorat Perencanaan dan Kemitraan Direktorat Perencanaan Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional tahun Data sekunder yang diperoleh penulis dari hasil wawancara dengan pegawai Subdirektorat Perencanaan Tata Ruang, buku ilmu komunikasi yang terkait hubungan dengan gaya kepemimpinan situasional dan komunikasi organisasi, selain itu penulis juga menggunakan sumber website resmi, yaitu yang menjelaskan mengenai profile Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala interval. Analisis data kuantitatif yang digunakan adalah analisis univariat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan statistic deskriptif. Jenis tendensi sentral yang digunakan oleh penulis adalah mean. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN hasil mean per dimensi gaya kepemimpinan situasional kepala Subdirektorat perencanaan dan kemitraan Direktorat perencanaan tata ruang Kementerian agrarian dan tata ruang/badan pertanahan nasional tahun 2017 dengan jumlah responden sebanyak 40 orang. dapat dilihat bahwa mean per dimensi tertinggi berada pada dimensi pertama yaitu memberitahu (telling) dan mean per dimensi terendah berada pada dimensi ketiga yaitu mempromosikan (selling). terdapat satu dimensi yang memiliki nilai mean tertinggi yaitu dimensi memberitahu (telling). Dimensi ini memiliki tiga indikator, yaitu Komunikasi satu arah. Dalam dimensi komunikasi satu arah rata-rata responden menjawab setuju kearah positif.

6 Hasil penelitian mengenai dimensi memberitahu (telling) yang dilakukan oleh Pemimpin Subdirektorat perencanaan dan kemitraan ini dilaksanakan dengan baik, karena hasil nilai rata-rata atau mean pada tabel atau diagram di atas adalah 3.99 dimana nilai tersebut memperlihatkan nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan dimensi lainnya. Hal ini dikarenakan dalam melakukan tugasnya, pemimpin yang menentukan tugas setiap karyawannya dan memberikan instruksi secara rinci mengenai pekerjaan yang diberikan kepada karyawannya. Pemimpin juga melakukan pengawasan secara ketat kepada tingkah laku karyawan di lingkungan pekerjaan dan di setiap pekerjaan yang diberikan kepada karyawannya. Namun, terdapat satu dimensi yang memiliki mean terendah yaitu dimensi mempromosikan (selling) karena hasil nilai rata-rata atau mean pada tabel atau diagram di atas adalah 2.45 dimana hasil tersebut memperlihatkan nilai yang paling rendah dibandingkan dengan dimensi lainnya. Dimensi ini memiliki tiga indikator yaitu komunikasi dua arah, pengaturan dilakukan oleh pemimpin, dan pemimpin menyediakan dukungan sosioemosional. Dalam dimensi mempromosikan (selling) ratarata responden menjawab kearah negatif. Dalam dimensi mempromosikan (selling) rata-rata responden menjawab tidak setuju yang berarti para responden tidak menyetujui bahwa sikap mempromosikan (selling) yang diterapkan oleh pimpinan dalam melakukan tugasnya masih kurang berhasil karena masih kurangnya hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan karyawannya. Pemimpin yang sulit untuk menerima saran dari karyawannya, hal tersebut lah yang mempengaruhi hubungan dengan karyawannya. Pemimpin juga tidak pernah mengobrol dengan karyawannya mengenai kendala dalam pekerjaannya. Dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pemimpin terlihat masih kurang karena terlihat dari hasil penelitian bahwa pemimpin belum bisa menjadi motivator untuk karyawannya karena sikapnya dan kurang mampu memberikan dorongan atau motivasi kepada karyawannya agar lebih bersemangat dalam menyelesaikan tugasnya. Dapat dilihat mean per indikator dari 11 indikator. Nilai mean tertinggi atau nilai rata-rata tertingi terdapat pada indikator satu yaitu komunikasi satu arah yang terdapat pada dimensi memberitahu (telling). Sedangkan nilai mean terendah atau nilai rata-rata terendah berada pada indikator enam yaitu pemimpin menyediakan dukungan sosioemosional yang terdapat pada dimensi mempromosikan (selling). terdapat satu indikator yang memiliki nilai mean tertinggi yaitu indikator komunikasi satu arah. Rata-rata jawaban yang ada pada pernyataan indikator komunikasi satu arah adalah sangat setuju, hal ini mengartikan sebagian responden menyatakan setuju jika pimpinan memberikan banyak intruksi-intruksi atau komunikasi satu arah kepada karyawannya. Hasil penelitian mengenai indikator komunikasi satu arah yang dilakukan oleh Pemimpin Subdirektorat perencanaan dan kemitraan ini dilaksanakan dengan baik, karena hasil nilai rata-rata atau mean pada tabel atau diagram di atas adalah 4.09 dimana nilai tersebut memperlihatkan nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan indikator lainnya.

7 Adapun indikator yang memiliki nilai mean terendah yaitu indikator pemimpin menyediakan dukungan sosioemosional dengan nilai rata-rata atau mean pada diagram di atas adalah 2.05 dimana hasil tersebut memperlihatkan nilai yang paling rendah dibandingkan dengan indikator lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin kurang dalam memberikan dukungan sosioemosional kepada karyawannya. Dukungan sosioemosional yang dimaksud adalah pemimpin kurang dalam memberikan motivator dan perhatian kepada karyawannya sehingga karyawan menjadi tidak bersemangat dalam melaksanakan pekerjaan. Rata-rata jawaban yang ada pada pernyataan indikator pemimpin menyediakan dukungan sosioemosional adalah tidak setuju, hal ini mengartikan sebagian responden menyatakan tidak setuju jika pimpinan memberikan dukungan sosioemosional kepada karyawannya. E. PENUTUP 1. Dimensi dengan nilai mean tertinggi yaitu dimensi memberitahu (telling). Responden merasa bahwa pemimpin di Subdirektorat perencanaan dan kemitraan dinilai baik dalam memberikan instruksi dan pengarahan kepada karyawannya perihal menentukan tugas setiap karyawan dan mampu memberikan instruksi secara rinci mengenai pekerjaan yang diberikan serta apa yang harus dikerjakan oleh karyawannya. 2. Indikator dengan nilai mean tertinggi terletak pada indikator pertama yaitu komunikasi satu arah. Pemimpin sudah berhasil dalam melaksanakan komunikasi satu arahnya dalam hal memberikan instruksi, arahan dalam hal memimpin. 3. Dimensi dengan nilai mean terendah yaitu dimensi mempromosikan (selling). Responden merasa bahwa pemimpin memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan karyawan dikarenakan sikap pemimpin yang kurang memberikan dukungan motivasi kepada karyawannya dalam menyelesaikan tugas. 4. Indikator dengan nilai mean terendah terletak pada indikator enam yaitu pemimpin menyediakan dukungan sosioemosional. Pada indikator ini responden merasa bahwa pemimpin terlalu fokus pada komunikasi satu arahnya, maka pemimpin kurang memperhatikan hubungannya dengan karyawan dalam bentuk dukungan sosioemosional. Berdasarkan dari hasil kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Penulis menyarankan agar pemimpin dapat memberikan perlakuan yang tidak berbeda pada setiap karyawannya dengan cara bersikap adil dan objektif kepada semua karyawan, membangun komunikasi yang lebih efektif agar hubungan yang terjalin antara pimpinan dengan karyawan menjadi lebih harmonis dan karyawan lebih bersemangat untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan. 2.Penulis menyarankan sebaiknya pemimpin memberikan rewards atas apa yang mereka kerjakan dengan baik, memberikan pujian bagi karyawannya yang berprestasi, terbuka atas saran dan kritik dari karyawannya, menjalankan komunikasi dua arah dengan baik, dengan begitu karyawan akan merasa bersemangat dalam bekerja.

8