ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA BIDANG PADA SELURUH UNIT KERJA KANTOR REGIONAL V BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA BIDANG PADA SELURUH UNIT KERJA KANTOR REGIONAL V BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA JAKARTA"

Transkripsi

1 ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA BIDANG PADA SELURUH UNIT KERJA KANTOR REGIONAL V BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA JAKARTA Nama Penulis: Valendo Batara Dosen Pembimbing: Afiati Indri Wardani Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstrak Penelitian ini menganalisis tentang penerapan gaya kepemimpinan situasional oleh Kepala Bidang pada seluruh unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara. Sumber daya manusia adalah bagian dari asset dalam organisasi. Kesuksesan organisasi dipengaruhi oleh kinerja pegawai. Pada situasi ini, untuk mengefektifkan organisasi, pemimpin mampu membaca situasi dari bawahannya melalui pemilihan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kematangan bawahannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan gaya kepemimpinan situasional seluruh Kepada Bidang di setiap unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara, Jakarta. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sebaiknya pimpinan memperhatikan situasi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan tingkat kematangan pegawai.. Kata Kunci : Organisasi, Gaya Kepemimpinan, Situasi Abstract The focus of this study was meant to describe head of unit's leadership style in National Civil Service Agency Regional Office V Jakarta. Human Resources are the main assets of an organization. The succesful of the organization depend on their performance. In this situation, to make an effective organization, a leader has to read follower's situation by chosen a best leadership style to fit with the level of follower maturity. This research aim to give a description of Head Unit's leadership style in National Civil Service Agency Regional Office V Jakarta. The result of this research is showing that a leader should be able to apply the appropriate leadership style to the situation and the characters are owned by employees. Key Words: Organization, Leadership Syle, Situation Pendahuluan Teori ilmu administrasi negara mengajarkan bahwa pemerintahan negara pada hakikatnya menyelenggarakan dua jenis fungsi utama, yaitu fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakikat negara modern sebagai suatu negara hukum (legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan dengan hakikat negara sebagai suatu negara kesejahteraan (welfare state). Baik fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan menyangkut semua segi kehidupan dan penghidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan pelaksanaannya dipercayakan kepada aparatur pemerintahan yang secara fungsional bertanggung jawab atas bidang-bidang tertentu kedua fungsi tersebut (Siagian, 2001: ).

2 Dalam konteks administrasi negara, peran sumber daya manusia atau aparatur pemerintahan menjadi salah satu unsur yang sangat vital bagi keberlangsungan kehidupan pemerintah dan pembangunan negara. Di Indonesia peran tersebut dimainkan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang dalam pemerintahan sering sekali disebut sebagai mesin birokrasi. Sorotan utama terhadap terciptanya good governance dan mengenai perlunya clean goverment serta nilai efisiensi dan efektivitas menjadikan peran PNS menjadi perhatian yang cukup serius. Artinya, pembenahan PNS harus menjadi pusat perhatian karena memiliki fungsi yang sangat strategis dalam pelayanan kepada masyarakat. Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan unsur paling utama sumber daya manusia (SDM) dalam instansi pemerintah, baik yang berada di pusat maupun di daerah yang memiliki peran untuk menjalankan roda pemerintahan dan pelaksana pembangunan dalam suatu negara. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut aparatur negara atau Pegawai Negeri Sipil untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mencapai tujuan organisasi pemerintah. Pegawai Negeri Sipil adalah unsur yang sangat penting dalam sebuah instansi pemerintah. Keberadaaan Pegawai Negeri Sipil sangat dibutuhkan dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat secara profesional, bertanggung jawab, jujur, dan adil dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah, dan pembangunan. Pemerintah menyadari betapa penting dan strategis peran serta kedudukan Pegawai Negeri Sipil dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Badan Kepegawaian Negara merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden, membantu Presiden dalam penyelenggaraan manajemen kepegawaian negara dalam rangka terciptanya SDM aparatur negara yang profesional serta berkualitas dan bermoral tinggi, guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. BKN mempunyai visi PNS profesional, netral dan sejahterah. Istilah 'profesional' dimaksudkan untuk menunjukkan kriteria pegawai yang memiliki kompetensi sesuai dengan persyaratan suatu jabatan, bekerja dengan produktivitas yang tinggi dan berorientasi pada prestasi kerja. Badan Kepegawaian Negara merupakan salah satu organisasi pemerintah yang mempunyai tugas untuk melayani publik yakni menyelenggarakan pembinaan teknis dan administrasi sumber daya manusia aparatur pemerintah yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia. Peningkatan kualitas pelayanan perlu dilakukan agar PNS sebagai salah satu stakeholder (pemangku kepentingan) tetap mendapat kepuasan dalam memperoleh pelayanan dari BKN. Sebagai badan yang bertanggung jawab menyelenggarakan tertib administrasi dan manajemen pegawai negeri

3 sipil yang tersebar di seluruh wilayah nusantara yang terdiri dari banyak pulau, maka untuk lebih meningkatkan kualitas pegawainya, badan ini berupaya membentuk beberapa Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara. Badan Kepegawaian Negara terdiri dari 12 Kantor Regional yaitu Kantor Regional Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, Jakarta, Medan, Palembang, Banjarmasin, Papua, Denpasar, Manado, dan Pekan Baru. Pada karya ilmiah ini mengambil tempat penelitian pada Kantor Regional V BKN Jakarta dikarenakan dari 12 Kantor Regional BKN di Indonesia, Kantor Regional V BKN Jakarta memiliki prestasi kinerja yang paling baik dibandingkan pada Kantor Regional BKN lainnya dalam hal adanya monitoring realisasi nota pertimbangan kenaikan pangkat yang dilaksanakan setahun sekali, melakukan pemantauan seleksi CPNS Daerah untuk formasi umum dan melaksanakan orientasi pengembangan kapasitas PNS pada Kantor Regional V BKN Jakarta yang dilaksanakan selama 14 minggu dalam setahun dengan intensitas seminggu sekali selama 2 jam bagi setiap Bidang dan Bagian pada Kantor Regional V BKN Jakarta. Ketiga hal keunggulan tersebut tidak tercantum dalam tugas pokok dan fungsi PNS Kantor Regional V BKN Jakarta. Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara merupakan instansi BKN di Daerah (Unit Organisasi Vertikal) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala BKN. Unit kerja pada Kantor Regional V BKN Jakarta adalah Bagian Umum, Bidang Mutasi, Bidang Status Kepegawaian dan Pensiun, Bidang INKA (Informasi Kepegawaian), Bidang BIMTEK (Bimbingan Teknis Kepegawaian) dan DPK pada instansi lain. Pada Kantor Regional V BKN Jakarta terdiri dari PNS jabatan struktural (eselon II, III dan IV) dan PNS jabatan fungsionalis analis kepegawaian, pranata komputer dan umum. Upaya merealisasikan kinerja yang efektif dari bawahan, sudah menjadi tugas para pemimpin untuk bertanggung jawab dan terlibat langsung dalam mempengaruhi, mengarahkan, serta berkomunikasi sehingga memperoleh suatu pemahaman mengenai perilaku dan hal-hal yang dapat memenuhi kepuasan dan memotivasi pegawai. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk dapat mencapai tujuan perusahaan. Peranan pimpinan dalam setiap organisasi atau perusahaan sekecil apapun tingkat kepemimpinannya, sangatlah dominan dalam mengembangkan dan meningkatkan produktivitas dan kinerja pegawai. Secara umum karakter pemimpin di Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara dapat dilihat dari hasil riset budaya organisasi Kantor Regional V BKN tahun Karakter pimpinan merupakan salah satu hal utama yang mempengaruhi pembentukan budaya organisasi sehingga kompetensi manajerial merupakan salah satu hal yang mendapat perhatian. Kompetensi manajerial diukur dengan Management Skill Assesment

4 Instrument (MSAI). Data kuesioner MSAI didapat dari 26 responden yang menduduki jabatan Eselon IV s/d Eselon II dan dari 90 responden responden dari seluruh PNS Fungsional unit kerja di Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara Jakarta. Cara untuk mengetahui pelaksanaan dari gaya kepemimpinan yang tepat pada tingkat kematangan pegawai yang sesuai, penulis mengacu pada teori gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Kepemimpinan situasional merupakan teori kontigensi yang memusatkan perhatian pada para pengikutnya. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat, yang menurut Hersey dan Blanchard bersifat tergantung pada kesiapan atau kedewasaan para pengikutnya. Teori ini pada hakikatnya memandang hubungan pemimpin-pengikut dengan analogi hubungan orang tua dan anak. Persis seperti orangtua perlu melepaskan kendali ketika anak mereka tumbuh lebih matang dan bertanggung jawab, begitu juga pemimpin dengan pegawainya. Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat perilaku pemimpin, mulai dari yang sangat direktif sampai yang sangat memberi kebebasan dan kepercayaan penuh kepada pegawainya. Perilaku yang paling efektif tergantung pada kemampuan pengikut. Teori tersebut mengakui pentingnya pengikut dan membangun logika bahwa pemimpin dapat mengolah kemampuan dan batas-batas motivasi pegawainya. Alasan penulis mengacu pada teori gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard adalah karena teori gaya kepemimpinan situasional ini mencoba mengkombinasikan proses kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang ada. Model kepemimpinan Hersey dan Blanchard ini sangat dinamis. Ini bukan hanya membantu atasan dan bawahan untuk menentukan gaya kepemimpinan yang sesuai, tetapi juga memberikan masukan kepada kedua belah pihak bagaimana dan kapan waktu yang tepat untuk mengubah gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dapat bergerak maju atau mundur, bergantung pada kematangan pegawai. Selain itu model kepemimpinan ini merupakan pendekatan yang efektif untuk mengendalikan dan memotivasi pegawai, karena pendekatan ini membuka jalur komunikasi dan mendukung terjadinya kerjasama antar pemimpin dan bawahan didukung oleh dan bergantung pada pemimpin. Untuk mencapai sejumlah output dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara, maka sangat dibutuhkan kepemimpinan yang adaptif, mampu memotivasi bawahan dan responsif terhadap lingkungan. Hal ini ditentukan oleh kemampuan dan keahlihan para pemimpin yaitu mulai dari Kepala Kantor sampai seluruh Kepala Bidang dan Kepala Sub Bidang dari semua unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara.

5 Pokok Permasalahan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti mengambil satu pokok permasalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana penerapan gaya kepemimpinan situasional Kepala Bidang menurut Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara, Jakarta. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menganalisis penerapan pelayanan prima pada pelayanan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor. Tinjauan Teoritis Gaya Kepemimpinan Seorang pemimpin yang efektif harus menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda dalam situasi yang berbeda, jadi tidak tergantung pada satu pendekatan untuk semua situasi (Rivai & Mulyadi, 2009 : 45). Untuk menentukan gaya yang paling efektif dalam menghadapi keadaan tertentu maka perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsur yaitu diri pemimpin, bawahan, dan situasi secara menyeluruh. Pandangan ini mensyaratkan agar seorang pemimpin mampu membedakan gaya-gaya kepemimpinan, membedakan situasi, menentukan gaya yang sesuai terhadap bawahan serta mampu menggunakan gaya tersebut secara benar. Penerapan gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi akan sangat mempengaruhi maju mundurnya, dinamis statisnya, tumbuh kembangnya, mati hidupnya, senang tidaknya seorang bekerja, dan tercapai tidaknya tujuan organisasi (Sutarto, 1991). Gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda tetapi makna dan hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasan kerja dan produktivitas kerja pegawai yang tinggi agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal. Rivai dan Mulyadi (2009 : 42) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling tepat adalah suatu gaya yang dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, dan mudah menyesuaikan dengan segala situasi. Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang digunakan oleh pemimpin dalam usaha mempengaruhi anggota kelompok untuk mencapai tujuan (Stoner dan Wankel, 1990 : 47). Gaya kepemimpinan yang digunakan seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya memusatkan perhatian pada dua gaya kepemimpinan, yaitu gaya berorientasi pada tugas dan gaya berorientasi pada bawahan. Pemimpin yang berorientasi pada tugas, yaitu pemimpin yang berorientasi mengarahkan dan mengawasi bawahan secara

6 ketat untuk menjamin agar tugas dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan, pemimpin yang berorientasi pada bawahan, yaitu pemimpin yang berorientasi terhadap motivasi, pembinaan hubungan yang akrab dengan bawahan, serta komunikasi dan penghargaan kepada pegawai. Sementara itu, menurut Contingency Theory Leadership menyatakan bahwa ada kaitannya antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu yang dipersyaratkan (Rivai & Mulyadi, 2009:44). Menurut teori ini seorang pemimpin akan efektif jika gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi yang terjadi. Pendekatan ini menyarankan bahwa diperlukan dua perangkat perilaku untuk kepemimpinan yang efektif, yaitu perilaku tugas dan perilaku hubungan. Dengan kedua perangkat ini akan melahirkan empat gaya kepemimpinan, yaitu : Gaya kepemimpinan mengarahkan (Direktif) Gaya kepemimpinan menjual (Selling) Gaya kepemimpinan ikut serta (Participating) Gaya kepemimpinan mendelegasikan (Delegating) Tabel 2.4 Perangkat Perilaku Kepemimpinan Orientasi Perilaku Gaya kepemimpinan Tugas Hubungan Mengarahkan Tinggi Rendah Menjual Tinggi Tinggi Ikut serta Rendah Tinggi Mendelegasikan Rendah Rendah Sumber : Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi edisi ketiga oleh Rivai dan Mulyadi (2009) Mengenai hubungan perilaku tugas dan perilaku hubungan yang telah diuraikan diatas, maka atas dasar kombinasi antara perilaku tugas dan perilaku hubungan oleh Hersey dan Blanchard (1982 : 151) dibedakan menjadi adanya empat gaya kepemimpinan, yaitu : 1. Telling atau mengarahkan merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri; tinggi tugas dan rendah hubungan, pemimpin memberikan perintah khusus, pengawasan dilakukan secara ketat, pemimpin menerangkan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, kapan harus dilaksanakan pekerjaan itu, dan dimana pekerjaan itu harus dilakukan. Gaya kepemimpinan ini menekankan pada

7 perilaku pemimpin yang hanya sebagai pengarah (direktif). Gaya ini dirujuk sebagai gaya instruksi, yang dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan di mana pekerjaan itu harus dilaksanakan. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin. (Thoha, 2006 : 67). 2. Selling atau menjual merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri; tinggi tugas dan tinggi hubungan, pemimpin menerangkan keputusan, pemimpin memberi kesempatan untuk penjelasan, pemimpin masih banyak melakukan pengarahan, pemimpin mulai melakukan komunikasi dua arah. Gaya kepemimpinan ini menekankan pada perilaku pemimpin selain sebagai pengarah juga sebagai pendukung. Hersey dan Blanchard (1982) dalam Muriatingsih (2008 : 23 24) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan ini dinamakan selling karena sebagian besar arahannya masih diberikan oleh pemimpin. Namun, melalui komunikasi dua arah dan penjelasan, pemimpin tersebut mencoba untuk membuat pengikutnya secara psikologi mengikuti perilaku yang diinginkan. Gaya ini dirujuk sebagai gaya konsultasi, karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan hubungan kerja sama yang baik dengan bawahan dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan-keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran dari pengikut. Meskipun dukungan ditingkatkan, tetapi pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin (Thoha, 2006 : 67). 3. Participating atau partisipasi merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri; tinggi hubungan dan rendah tugas, pemimpin dan bawahan saling memberikan gagasan, pemimpin dan bawahan bersama-sama membuat keputusan. Gaya kepemimpinan ini menekankan pemimpin adalah teman atau sahabat (Partnership). Hersey dan Blanchard (1984) dalam Muriatingsih (2008 : 24) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan ini dibentuk oleh perilaku pemimpin yang memberikan motivasi, menyarankan diskusi, dan meminta partisipasi para pengikut. Disebut sebagai gaya partisipasi, karena posisi control atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya partisipasi ini, pemimpin dan pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan

8 keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut (Thoha, 2006 : 67). 4. Delegating merupakan gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri; rendah hubungan dan rendah tugas, pemimpin melimpahkan pembuatan keputusan dan pelaksanaan kepada bawahan. Gaya kepemimpinan ini menekankan pada perilaku pemimpin yang memberikan keleluasaan penuh kepada bawahannya untuk bertindak. Hersey dan Blanchard (1984) dalam Muriatingsih (2008 : 24) mengatakan bahwa gaya keempat ini, perilaku pemimpin memberikan sedikit arahan, kurangnya intensitas komunikasi dua arah dan perlakuan yang mendukung. Dirujuk sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukkan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri (Thoha, 2006 : 67 68). Metode Penelitian Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam pendekatan kuantitatif, peneliti berangkat dari sejumlah teori dan konsep. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang ada. Dimensi sendiri diperoleh dari beberapa indikator dari sebuah konsep. Setelah sejumlah data yang diperlukan telah diperoleh dari hasil turun lapangan tersebut, kemudian hasilnya dicocokkan kembali dengan teori-teori, konsep, hipotesis, juga asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data kuantitatif berupa kuesioner. Selain itu, teknik pengumpulan data kualitatif yaitu wawancara, juga digunakan dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan. Sebagian besar kuesioner disebarkan sendiri oleh peneliti melalui metode face to face interview ataupun diberikan langsung kepada responden, sisanya yaitu sekitar 30% di antaranya disebarkan melalui perantara pegawai setempat.

9 Teknik Analisis Data Dalam mengukur variabel penelitian, responden diminta menyatakan persepsinya dengan memilih salah satu dari alternatif jawaban yang ada. Guna menghindarkan adanya bias jawaban, maka tidak dibuat alternatif jawaban netral (sedang), sedangkan untuk menampung jawaban responden diluar klasifikasi jawaban maka disediakan alternatif jawaban tidak tahu. Oleh karena itu, klasifikasi jawaban kuesioner dalam penelitian ini terbagi atas kriteria berikut: Tabel 1 Bobot Jawaban Kuesioner Jawaban Bobot 5 4 Tahu Skala likert yang digunakan adalah skala ordinal karena menggambarkan tingkat kesetujuan terhadap setiap indikator dalam pertanyaan penelitian. Pengolahan data menggunakan program Statistical Program for Social Science (SPSS) 17. Tabel 2 Kategori Interval Nilai Sum Kategori Interval Tinggi Rendah Data diinterpretasikan dengan menghitung nilai mean per indikator variabel. Nilai mean kemudian dikalikan dengan jumlah indikator (27 indikator) dan hasilnya dicocokkan dengan kategori di atas. Hasil pencocokkan tersebut akan menggambarkan sejauh mana tingkat pelayanan indikator tersebut.

10 Hasil Penelitian Dimensi Telling Dimensi telling merupakan dimensi yang terkait dengan tingkat pemberian instruksi dari seorang pemimpin kepada pegawainya. Pengukuran terhadap dimensi ini dilakukan melalui dua indikator, yaitu "Pimpinan mampu memberikan arahan secara jelas kepada bawahannya", "Pimpinan memberitahu kepada bawahannya bagaimana dan kapan melakukan tugas". Tabel 3 Jumlah Kategori Jawaban Responden Dimensi Sederhana No Indikator Valid 1 Pimpinan mampu memberikan arahan secara jelas kepada bawahannya 2 Pimpinan memberitahu kepada bawahannya bagaimana dan kapan melakukan tugas Dari hasil perhitungan 2 indikator dimensi telling diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4 Nilai Sum Pada Dimensi Telling No Pernyataan Sum Keterangan 1 Pimpinan menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan. 184 Tinggi 2 Pimpinan memberitahukan kepada Anda tentang bagaimana cara mengerjakan suatu pekerjaan dan kapan pekerjaan itu dilakukan. 173 Tinggi Rata-Rata Dimensi 178,5 Tinggi Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata dari dimensi telling adalah 178,5.. Merujuk pada tabel 2 dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi telling menghasilkan tingkat penerapan gaya kepemimpinan dengan kategori tinggi.

11 Dimensi Selling Dimensi selling merupakan dimensi yang terkait dengan tingkat pengembangan hubungan yang bersahabat antara pemimpin kepada pegawainya. Pengukuran terhadap dimensi ini dilakukan melalui tiga indikator, yaitu "Pimpinan berupaya mengembangkan suasana yang bersahabat dalam bekerja", "Pimpinan mudah ditemui untuk berdiskusi mengenai pekerjaan", dan "Pimpinan memberi petunjuk dalam membantu menyelesaikan pekerjaan". Tabel 5 Jumlah Kategori Jawaban Responden Dimensi Terbuka No Indikator Valid 1 Pimpinan berupaya mengembangkan suasana yang bersahabat dalam bekerja 2 Pimpinan mudah ditemui untuk berdiskusi mengenai pekerjaan Pimpinan memberi petunjuk dalam membantu menyelesaikan masalah Hasil perhitungan rata-rata setiap indikator adalah sebagai berikut: Tabel 6 Nilai Sum Pada Dimensi Selling No Pernyataan Sum Keterangan 1 Pimpinan berupaya mengembangkan suasana yang bersahabat dalam bekerja. 2 Pimpinan mudah ditemui untuk berdiskusi mengenai pekerjaan. 3 Pimpinan memberi petunjuk dalam membantu menyelesaikan pekerjaan 184 Tinggi 177 Tinggi 180 Tinggi Rata-Rata Dimensi 180,33 Tinggi Sama halnya dengan dimensi telling, tingkat penerapan gaya kepemimpinan pada dimensi selling sebesar 180,33 yang termasuk ke dalam kategori tinggi.

12 Dimensi Participating Dimensi participating merupakan dimensi yang terkait dengan tingkat pemberian peran dari seorang pemimpin kepada pegawainya. Pengukuran terhadap dimensi ini dilakukan melalui tiga indikator, yaitu "Pimpinan bekerja sama dengan pegawai merumuskan teknis dalam melakukan pekerjaan", "Pimpinan mendengarkan pendapat bawahan", dan "Pimpinan melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan". Tabel 7 Jumlah Kategori Jawaban Responden Dimensi Lancar No Indikator Valid 1 Pimpinan bekerja sama dengan pegawai merumuskan teknis dalam melakukan pekerjaan 2 Pimpinan mendengarkan pendapat bawahan Pimpinan melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan Hasil perhitungan rata-rata setiap indikator adalah sebagai berikut: Tabel 8 Nilai Sum Pada Dimensi Participating No Pernyataan Sum Keterangan 1 Pimpinan melibatkan Anda untuk bersama-sama merumuskan cara atau teknis dalam melakukan pekerjaan. 169 Tinggi 2 Pimpinan melakukan komunikasi dua arah secara intensif. 165 Tinggi 3 Pimpinan mengajak anda untuk terlibat dalam pengambilan keputusan 152 Tinggi Rata-Rata Dimensi 162 Tinggi Dari tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata dari dimensi participating adalah 162. Merujuk pada tabel 2 dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi participating menghasilkan tingkat penerapan gaya kepemimpinan dengan kategori tinggi.

13 Dimensi Delegating Dimensi delegating merupakan dimensi yang terkait dengan tingkat pemberian kepercayaan penuh dari seorang pemimpin kepada pegawainya. Pengukuran terhadap dimensi ini dilakukan melalui dua indikator, yaitu "Pimpinan melimpahkan pengambilan keputusan sepenuhnya terhadap pegawai", Tabel 9 Jumlah Kategori Jawaban Responden Dimensi Tepat No Indikator Valid 1 Pimpinan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk melakukan pekerjaannya menurut caranya masing-masing Hasil perhitungannya sebagai berikut: Tabel 10 Nilai Sum Pada Dimensi Tepat No Pernyataan Sum Keterangan 1 Pimpinan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan menurut cara anda sendiri. 156 Tinggi Berdasarkan tabel 10 tersebut, dari seluruh total responden yang berjumlah 54 orang, tentang pernyataan nomor 1 memiliki nilai sum di atas 109 sehingga karakteristik variabel gaya kepemimpinan pada dimensi delegating adalah tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pimpinan di lingkungan Kantor Regional V BKN Jakarta tetap memberi kesempatan dan kepercayaan kepada pegawai untuk kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan. Hasil dan Analisis Tingkat Pelayanan Setelah melakukan analisis terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh para pimpinan-pimpinan pada seluruh unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas responden yang berjumlah 54 orang menilai gaya kepemimpinan Selling diterapkan oleh Kepala Bidang pada setiap unit kerja tersebut. Dengan hasil rata-rata dimensi sebesar 180,33 atau 66,79%. Skor ini berada pada kriteria tinggi yaitu antara Sementara itu sebesar 178,5 atau 66,11% responden

14 menjawab gaya kepemimpinan Telling, sebanyak 162 atau 60% responden menilai gaya kepemimpinan participating, dan sebanyak 156 atau 57,78% menilai responden gaya kepemimpinan Delegating. Secara garis besar hasil perhitungan terhadap gaya kepemimpinan dapat dilihat pada tabel berikut ini: No Gaya Kepemimpinan Tabel 5.17 Hasil Analisa Gaya Kepemimpinan Rata-Rata Dimensi Persentase Kategori 1 Telling 178,5 66,11 Tinggi 2 Selling 180,33 66,79 Tinggi 3 Participating Tinggi 4 Delegating ,78 Tinggi Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, Juli 2014 Dari tabel 5.17 di atas dapat dijelaskan bahwa dari empat model gaya kepemimpinan situasional berdasarkan teori Hersey dan Blanchard, gaya kepemimpinan Selling menunjukkan skor dan persentase tertinggi; sedangkan gaya kepemimpinan Delegating menunjukkan skor dan persentase terendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan Selling memiliki intensitas penggunaan yang paling tinggi dari tiga model gaya kepemimpinan lainnya dan gaya kepemimpinan Delegating memiliki intensitas penggunaan paling rendah dari tiga model gaya kepemimpinan situasional lainnya oleh Kepala Bidang pada seluruh unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara. Simpulan Hasil analisis yang dilakukan kepada 54 Pegawai Negeri Sipil Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara menilai pimpinannya (Kepala Bidang seluruh unit kerja) cenderung menerapkan gaya kepemimpinan Selling. Gaya kepemimpinan Selling memiliki intensitas penggunaan yang paling tinggi dari tiga model gaya kepemimpinan lainnya. Kepala Bidang seluruh unit kerja Kantor Regional V Badan Kepegawaian Negara Jakarta memberikan kelonggaran dalam menyelesaikan pekerjaan (arahan tugas hanya berupa penjelasan), melakukan komunikasi dua arah, memberikan kesempatan kepada pegawai untuk menyumbangkan ide atau gagasan, mendengarkan masukan dari bawahan dalam pengambilan, serta tanggung jawab pelaksanaan keputusan masih tetap pada pimpinan.

15 Saran 1. Menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kematangan psikologis pegawai. Dengan gaya kepemimpinan yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawai karena tingginya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap produktivitas kerja PNS di Kantor Regional V BKN Jakarta. 2. Melakukan peningkatan kualitas pegawai dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi beban tugas masing-masing. Dalam kaitan ini, untuk meningkatkan pemahaman terhadap alat bantu kerja dan pemahaman terhadap standar kerja (SOP) dapat dilakukan dengan Diklat khusus atau Diklat Teknis terkait dengan hal-hal tersebut. 3. Daftar Pustaka Buku: Blanchard, Ken And The Founding Associates and Consulting Partners of the Ken Blanchard Companies. Leading At A Higher Level (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2007). Hersey, Paul & Kenneth H Blanchard. Management of Organizational Behavior: Utilizing Human Resources, Edisi ke-4, (NewJersey: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, 1982). Hersey, Paul & Kenneth H. Blanchard, and Dewey E.Johnson. Management of Organizational Behavior: Utilizing Human Resources, Seventh Edition, (New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1996) Hersey, Paul & Kenneth H. Blanchard, Management Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, diterjemahkan oleh Agus Dharma, (Jakarta: Erlangga, 1990) Rivai, Veithzal dan Mulyadi Dedi. (2010) Kepemimpinan dan Perilaku Jakarta: PT Raja Grafindo. Organisasi. Thoha, Miftah. Kepemimpinan dalam Manajemen (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1993). Publikasi Elektronik: "Gaya Kepemimpinan Situasional", situasional/frater, diakses pada tanggal 2 Juli 2014.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Departemen Agama Kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Departemen Agama Kabupaten BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Baedawi (2004) dengan judul Pengaruh gaya kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Departemen Agama Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR

BAB 4 ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR BAB 4 ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR DENGAN KINERJA KARYAWAN BAGIAN PERAWATAN BANGUNAN DAN FASILITAS PT FAJAR MEKAR INDAH AREA GEDUNG BIDAKARA Pada bab ini dipaparkan hasil

Lebih terperinci

BAB IV KESESUAIAN ANTARA KEMATANGAN KARYAWAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SUB DIREKTORAT SDM PT X KANTOR PUSAT JAKARTA

BAB IV KESESUAIAN ANTARA KEMATANGAN KARYAWAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SUB DIREKTORAT SDM PT X KANTOR PUSAT JAKARTA BAB IV KESESUAIAN ANTARA KEMATANGAN KARYAWAN DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN PADA SUB DIREKTORAT SDM PT X KANTOR PUSAT JAKARTA Setelah melakukan penyebaran kuesioner kepada 52 orang responden karyawan tetap pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan gaya kepemimpinan..., Eka Prasetiawati, FISIP 1 UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan gaya kepemimpinan..., Eka Prasetiawati, FISIP 1 UI, 2009 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya menjalankan usaha, setiap perusahaan baik perusahaan yang bergerak dalam sektor jasa maupun industri pasti memiliki tujuan yang harus dicapai dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengarahkan bawahannya. Selain itu dibutuhkan pemimpin yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengarahkan bawahannya. Selain itu dibutuhkan pemimpin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu organisasi, kelompok atau masyarakat tentunya membutuhkan dan memiliki pemimpin. Masyarakat yang ingin berkembang membutuhkan tidak saja adanya pemimpin namun

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL DAN GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 1.2. Rumusan Masalah 3 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Lebih terperinci

Pengembangan Kepemimpinan

Pengembangan Kepemimpinan Penempatan Pegawai School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation Pengembangan Kepemimpinan KEPEMIMPINAN SITUASIONAL Mahasiswa dapat mengetahui tentang kepemimpinan situasional Pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi senantiasa memanfaatkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi senantiasa memanfaatkan sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi senantiasa memanfaatkan sumber daya manusia yang dimilikinya dengan sumber daya lainnya seperti mesin, sarana dan prasarana untuk dioptimalkan dalam mendukung

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO NOVRIYANTI SUMAS SI MANAJEMEN ABSTRAK Novriyanti Sumas, NIM 931 409 084 Pengaruh

Lebih terperinci

PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN

PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN -Pendekatan Perilaku -Pendekatan Situasional Disusun oleh : 1. Danang Ramadhan (135030200111032) 2. Fahad (135030201111180) 3. Rinaldi Hidayat (135030201111011) 4. Yohannes

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK Andi Julio Email:andi_julio0909@yahoo.com Program StudiManajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Setiap perusahaan memiliki tujuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya para pelaku yang terdapat dalam setiap instansi. Pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. upaya para pelaku yang terdapat dalam setiap instansi. Pada sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu instansi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap instansi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang- orang yang terdapat

Lebih terperinci

GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL PADA CV. SUMBER MAKMUR

GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL PADA CV. SUMBER MAKMUR 27 GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL PADA CV. SUMBER MAKMUR Florensia Limantara dan Roy Setiawan Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya

Lebih terperinci

Teori Kepemimpinan Fiedler

Teori Kepemimpinan Fiedler TEORI SITUASIONAL Model Fiedler Tiga aspek situasi yang menentukan efektivitas kepemimpinan 1. Hubungan pemimpin anggota. (baik atau buruk) Baik, bila pemimpin memiliki dukungan dan kesetiaan bawahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui kepemimpinan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. ejournal Administrasi Negara, Volume 5, Nomor 1, 2017: 5626-5639 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.ac.id Copyright2017 HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi atau unit usaha baik itu formal ataupun informal, membutuhkan seorang pribadi pemimpin yang dapat memberikan semangat kepada bawahannya untuk

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk 13 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan sentral dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan sentral dari sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam sebuah organisasi, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan sentral dari sebuah organisasi. Disamping

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP ETOS KERJA GURU DI SMPN KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA

PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP ETOS KERJA GURU DI SMPN KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP ETOS KERJA GURU DI SMPN KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA Oleh: Vitha Prima Dewi Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerja karyawan. Kinerja karyawan akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerja karyawan. Kinerja karyawan akan mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu peran manajemen sumber daya manusia adalah menjaga dan meningkatkan kinerja karyawan. Kinerja karyawan akan mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Kepemimpinan Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip keterbukaan terhadap karyawan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam rangka menghadapi tantangan persaingan yang semakin tinggi dan meningkat, setiap perusahaan berusaha untuk tetap bertahan dengan cara meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DOSEN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DOSEN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DOSEN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR Ivan Th. J. Weismann ivanweismann@yahoo.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan Definisi Kepemimpinan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan Definisi Kepemimpinan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan 2.1.1 Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan perorangan atau secara bersama-sama (beberapa orang) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

Aspek Kepemimpinan dalam Manajemen Proyek

Aspek Kepemimpinan dalam Manajemen Proyek Aspek Kepemimpinan dalam Manajemen Proyek APAKAH LEADERSHIP? Bennis, 1959 : Proses seseorang mempengaruhi bawahan untuk berperilaku sesuai yang diinginkan Fiedler, 1967 : Mengarahkan & mengkordinasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keadaan karyawan. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keadaan karyawan. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai faktor tenaga kerja dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, bersemangat dalam melakukan aktivitas kerja, maka sangat penting memberi perhatian terhadap

Lebih terperinci

Bab 5 Simpulan, Diskusi, Saran

Bab 5 Simpulan, Diskusi, Saran Bab 5 Simpulan, Diskusi, Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil uji korelasi spearman menunjukan bahwa adanya hubungan antara tipe gaya kepemimpinan situasional terhadap stres kerja pada karyawan di Jakarta

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014

ANALISIS PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014 ANALISIS PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014 (Studi Penelitian: Penilaian Sasaran Kerja Pegawai dan Perilaku Kerja Pegawai ) Oleh: Puspita Ardi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan kinerja individual yang tinggi, karena pada dasarnya perilaku individu

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan kinerja individual yang tinggi, karena pada dasarnya perilaku individu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi mempercayai bahwa untuk mencapai keunggulan harus mengusahakan kinerja individual yang tinggi, karena pada dasarnya perilaku individu mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Defenisi Kepemimpinan a) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang saling berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. perusahaan sektor publik. Salah satu perusahaan sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. perusahaan sektor publik. Salah satu perusahaan sektor publik yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut perusahaan untuk dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Terwujudnya efisiensi bagi perusahaan sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan karena sumber daya manusia perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan

Lebih terperinci

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Operasional Variabel... 37 Tabel 3.2 Arti pembobotan dengan Skala Likert... 45 Tabel 3.3 Skala Interval Gaya Kepemimpinan... 46 Tabel 3.4 Skala Interval Motivasi... 46 Tabel 3.5

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan (Hasibuan, 2008).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksplanatori surveydengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksplanatori surveydengan pendekatan 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksplanatori surveydengan pendekatan kuantitatif, yakni: menjelaskan dan menganalisis Pengaruh Kematangan Pegawai TerhadapGaya

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan berisikan teori-teori mengenai variable-variable, teori subjek penelitian yang akan diteliti dan juga kerangka berfikir. Teori variable akan terdiri dari teori

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan terhadap prestasi kerja pegawai tata usaha pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak akan dapat bekerja tanpa adanya ide dan kreatifitas dari para

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak akan dapat bekerja tanpa adanya ide dan kreatifitas dari para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan sebuah perusahaan bukan hanya tergantung dari permodalan secara riil yaitu berbentuk uang, namun salah satu hal yang juga berpengaruh adalah sumber

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Agnes Aroma Pratiguna 1), Marchaban 1) dan Edi Prasetyo Nugroho 2)

Abstrak. Abstract. Agnes Aroma Pratiguna 1), Marchaban 1) dan Edi Prasetyo Nugroho 2) Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Produktivitas Kerja dengan Faktor Pemediasi Motivasi dan Kemampuan Kerja Karyawan di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten The Influence of Leadership Style to Working Productivity

Lebih terperinci

MSDM Handout 10. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia

MSDM Handout 10. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM Handout 10 Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia Latar belakang Organisasional dan Gaya individual Dalam sessi ini akan disampaikan hal-hal yang terjadi dan berlaku dalam suatu organisasi yang melatar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik, efisien, efektif

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015 LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015 A. LATAR BELAKANG Meningkatnya tuntutan masyarakat atas kualitas

Lebih terperinci

LEADERSHIP IN A DYNAMIC ENVIRONMENT

LEADERSHIP IN A DYNAMIC ENVIRONMENT LEADERSHIP IN A DYNAMIC ENVIRONMENT ABOUT ME PARTONO, Arif 1967, May S1 1991 Unpar S2 1994 Unpad S3 2016 (in progress) Legal, Retail, Franchise, HR, OB, KM, Telco 1991 Store Spv 1994 - Training Coord 1999

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia mengalami pasang surut di mana perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia masih dikategorikan rendah baik di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam berbagai industri merupakan bagian yang tidak bisa dihi ndari. Banyak faktor yang mendukung tingginya persaingan di berbagai industri tersebut

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Kinerja dalam Kerangka Reformasi Birokrasi. Disusun oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

Sistem Manajemen Kinerja dalam Kerangka Reformasi Birokrasi. Disusun oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak Sistem Manajemen Kinerja dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Disusun oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP Abstrak Setiap organisasi memiliki arah dan tujuan yang tercermin dalam visi dan misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Rancangan Undang-Undang Desa menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Rancangan Undang-Undang Desa menjadi Undang- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak disahkannya Rancangan Undang-Undang Desa menjadi Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada tanggal 18 Desember 2013 yang telah masuk

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2015, pp. 188~192 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN 188 Isah Aisyah 1, Srie Wijaya Kesuma Dewi 2 1 Universitas BSI

Lebih terperinci

Jakarta, Maret 2013 Kepala Badan Kepegawaian Negara. Eko Sutrisno

Jakarta, Maret 2013 Kepala Badan Kepegawaian Negara. Eko Sutrisno Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Kepegawaian Negara Tahun 2012 dapat

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan PT. BPR Harta Swadiri Pandaan - Pasuruan)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan PT. BPR Harta Swadiri Pandaan - Pasuruan) PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan PT. BPR Harta Swadiri Pandaan - Pasuruan) Hary Prima Indianto Djudi Mukzam Arik Prasetya Fakultas Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT Engkar Karmini (4123143804), Gaya Kepemimpinan Situasional Kepala Subdirektorat Perencanaan dan Kemitraan Direktorat Perencanaan Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama roda pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. utama roda pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur pemerintah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengelolaan negara tidak lepas dari peran aparatur pemerintah sebagai penggerak utama roda pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia adalah sangat diperlukannya peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan otonomi daerah di Indonesia merupakan isu menarik untuk diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di kalangan birokrat, politisi,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI JABATAN FUNGSIONAL DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR CAMAT TALLO KOTA MAKASSAR MUH. ILYAS DJARIMAKKA UNIFAR MAKASSAR

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR CAMAT TALLO KOTA MAKASSAR MUH. ILYAS DJARIMAKKA UNIFAR MAKASSAR ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR CAMAT TALLO KOTA MAKASSAR MUH. ILYAS DJARIMAKKA UNIFAR MAKASSAR ABSTRAK Pemimpin adalah orang yang paling bertanggung jawab dan berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif menjadi tuntutan di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan di

Lebih terperinci

TEORI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA MEMBANTU PEMIMPIN TRANSAKSIONAL MEMIMPIN SUMBERDAYA MANUSIA MELALUI PROSES PERTUKARAN

TEORI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA MEMBANTU PEMIMPIN TRANSAKSIONAL MEMIMPIN SUMBERDAYA MANUSIA MELALUI PROSES PERTUKARAN TEORI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA MEMBANTU PEMIMPIN TRANSAKSIONAL MEMIMPIN SUMBERDAYA MANUSIA MELALUI PROSES PERTUKARAN Oleh : Drs. Arrizal, M.Si Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses sebuah perubahan adalah pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan

Lebih terperinci

PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN ATASAN LANGSUNG DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN SIJUNJUNG

PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN ATASAN LANGSUNG DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN SIJUNJUNG PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN ATASAN LANGSUNG DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN SIJUNJUNG Ferdy Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract This study phenomena

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. signifikan (F=7,595 dan p<0,01) dengan sumbangan efektif secara bersamasama

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. signifikan (F=7,595 dan p<0,01) dengan sumbangan efektif secara bersamasama BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan: 1. Hasil pengujian membuktikan secara simultan bahwa ada pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap

Lebih terperinci

Kata Kunci: Evaluasi Penyelenggaraan, Pemerintahan Desa

Kata Kunci: Evaluasi Penyelenggaraan, Pemerintahan Desa Oleh: Rahmawati Halim ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas tugas Camat terhadap evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa di Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai. Adapun populasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan Dasar hukum terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Latihan

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan. suatu organisasi. Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu

B A B I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan. suatu organisasi. Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan suatu organisasi. Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama dalam manajemen adalah tenaga kerja, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama dalam manajemen adalah tenaga kerja, sehingga dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Unsur utama dalam manajemen adalah tenaga kerja, sehingga dalam manajemen SDM faktor yang diperhatikan adalah manusianya itu sendiri. Saat ini banyak organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Istilah pemimpin digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Istilah pemimpin digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Defenisi Kepemimpinan Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Istilah pemimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL YANG SESUAI UNTUK KARYAWAN MARKETING DI MASTER 21 INDONESIA

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL YANG SESUAI UNTUK KARYAWAN MARKETING DI MASTER 21 INDONESIA ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL YANG SESUAI UNTUK KARYAWAN MARKETING DI MASTER 21 INDONESIA ANALYSIS OF LEADERSHIP STYLE WHICH APPROPRIATE FOR MARKETING EMPLOYEES IN MASTER 21 INDONESIA Guruh Kusuma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini memaparkan mengenai variable penelitian (devinisi operasional dan hipotesis), subjek

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini memaparkan mengenai variable penelitian (devinisi operasional dan hipotesis), subjek BAB III METODE PENELITIAN Bab ini memaparkan mengenai variable penelitian (devinisi operasional dan hipotesis), subjek penelitian (populasi, karakteristik, dan teknik pengambilan sampel), desain penelitian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar misalnya aksi-aksi demonstrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya, keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya, keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur pengendali, merupakan faktor paling penting dan utama didalam segala bentuk organisasi. Sumber daya Manusia disini

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TRAINING DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PT. MULTI MAKMUR MITRA ALAM MEDAN

ANALISIS PENGARUH TRAINING DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PT. MULTI MAKMUR MITRA ALAM MEDAN ANALISIS PENGARUH TRAINING DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PT. MULTI MAKMUR MITRA ALAM MEDAN Edlin Nora Gading 1 dan Wily Julitawaty 2 1 Alumni STIE Professional Manajemen College Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, dengan adanya perubahan yang begitu cepat, suatu organisasi atau lembaga institusi dituntut untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan maupun kebudayaan menuntut setiap individu untuk mempunyai daya. pendidikan, pekerjaan maupun kebudayaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan maupun kebudayaan menuntut setiap individu untuk mempunyai daya. pendidikan, pekerjaan maupun kebudayaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan dari kemajuan suatu zaman yaitu kemampuan sumber daya manusia yang kompetitif, pada masa seperti sekarang ini dimana semakin hilangnya batasan batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuanya menegakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuanya menegakan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja aparatur pemerintah di masa lalu pada umumnya diukur dari kemampuanya menegakan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Paradigma demikian tidak

Lebih terperinci

Laila Itsnaini Agus Timan Ahmad Yusuf Sobri

Laila Itsnaini Agus Timan Ahmad Yusuf Sobri Hubungan Persepsi Guru tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Etos Kerja Guru terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Laila Itsnaini Agus Timan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, maka salah satu usaha pengembangan yang dapat dilakukan oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, maka salah satu usaha pengembangan yang dapat dilakukan oleh perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Untuk menyeleraskan antara kondisi perusahaan dengan situasi kompetisi yang ada saat ini, maka salah satu usaha pengembangan yang dapat dilakukan oleh perusahaan

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN Adman, S.Pd, M.Pd

PENGANTAR MANAJEMEN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN Adman, S.Pd, M.Pd PENGANTAR MANAJEMEN Adman, S.Pd, M.Pd Email: fuad_adm@yahoo.com UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN 2012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN TUJUAN Mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing dengan perusahaan lain. Keberhasilan suatu perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung hidup dan terlibat di dalam anggota kemasyarakatan. Organisasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. cenderung hidup dan terlibat di dalam anggota kemasyarakatan. Organisasi di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari kehidupan berorganisasi karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini menunjukkan kemajuan yang ada dalam masyarakat, masyarakat semakin kritis dan semakin berani untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (BKPP) 1. Sejarah singkat Sesuai dengan Qanun* kota Langsa no.4 tahun 2007 tentang Pembentukan dan Penataan Susunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia pada saat ini sedang berada dalam masa transisi menuju sistem pelayanan kesehatan universal. Pasal 28 H (1) dan Pasal 34 (3) Amandemen IV UUD 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan dapat mengakomodasikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan dapat mengakomodasikan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan organisasi perguruan tinggi dewasa ini tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, sangat memerlukan sistem manajemen yang efektif artinya dapat

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI KABUPATEN SIJUNJUNG

PERSEPSI GURU TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI KABUPATEN SIJUNJUNG PERSEPSI GURU TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI KABUPATEN SIJUNJUNG Neni Marlina Jurusan/Program Studi Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstact The background

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BANDUNG

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BANDUNG PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BANDUNG Eko Yuliawan STIE Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 eko_yuliawan@mikroskil.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. publik, penilaian kinerja juga bermanfaat untuk: meningkatkan efisiensi dan

I. PENDAHULUAN. publik, penilaian kinerja juga bermanfaat untuk: meningkatkan efisiensi dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi suatu organisasi, penilaian kinerja berguna untuk menilai: kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaannya. Sedangkan bagi organisasi publik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan utama di dalam segala bentuk organisasi. Sehingga perlu mendapatkan perhatian, penanganan

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WENANG PERMAI SENTOSA Oleh : Anfferney Dallen Mewoh Riane Johnly Pio Sontje Sumayku

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WENANG PERMAI SENTOSA Oleh : Anfferney Dallen Mewoh Riane Johnly Pio Sontje Sumayku PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WENANG PERMAI SENTOSA Oleh : Anfferney Dallen Mewoh Riane Johnly Pio Sontje Sumayku Abstract PT. Wenang Permai Sentosa continues to create

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur utama sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur utama sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil merupakan unsur utama sumber daya manusia yang mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk

Lebih terperinci

ANALISA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL PADA PT RAJAWALI INTI PROBOLINGGO

ANALISA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL PADA PT RAJAWALI INTI PROBOLINGGO ANALISA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL PADA PT RAJAWALI INTI PROBOLINGGO Sinta Luciana Rio Margadinata Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya

Lebih terperinci