PASAR, KOTA PROGRAM STUDI KELAUTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PASAR, KOTA PROGRAM STUDI KELAUTAN"

Transkripsi

1 PERSEPSI MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG TENTANG KEGIATAN PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT WILII RENDANIKUSUMA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 PERSEPSI MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG TENTANG KEGIATAN PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT WILII RENDANIKUSUMA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi : PERSEPSI MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG TENTANG KEGIATAN PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2008 Wili Rendanikusuma C

4 ABSTRAK WILI RENDANIKUSUMA. Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh ANNA FATCHIYA dan GATOT YULIANTO Sungai berfungsi sebagai sumber kehidupan. Namun kondisi sungai banyak yang tercemar salah satunya akibat pembuangan sampah oleh masyarakat yang tinggal di Bantaran Sungai Ciliwung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung tentang kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat bantaran sungai tentang kegiatan. Metode penelitian secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung, Kelurahan Babakan Pasar tentang kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan umumnya positif dengan ditunjukkan persetujuannya tentang tujuan kegiatan dan kualitas, kuantitas serta lokasi kegiatan. Namun untuk sosialisasi dan pemantauan kegiatan persepsinya bersifat negatif, dengan alasan utama tidak ada kegiatan sosialisasi sebelum kegiatan bantuan diberikan dan pemantauan setelah kegiatan bantuan diberikan. Kemudian faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi tentang kegiatan untuk faktor internal adalah pendapatan, lama bermukim, jarak rumah dari sungai, dan pada faktor eksternal adalah fasilitas pengelolaan sampah dan tokoh penggerak. Kata kunci : Sungai Ciliwung, bantaran sungai, persepsi, program pencegahan pencemaran lingkungan.

5 Hak Cipta Milik Wili Rendanikusuma, Tahun 2008 Hak Cipta Dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis di IPB, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, microfilm dan sebagainya.

6 PERSEPSI MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG TENTANG KEGIATAN PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh : WILI RENDANIKUSUMA C PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

7 SKRIPSI Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP Program Studi : Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat : Wili Rendanikusuma : C : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan - Kelautan Disetujui, Komisi Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Ir. Anna Fatchiya, M.Si Ir, Gatot Yulianto M.Si NIP NIP Diketahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP Tanggal lulus : 09 September 2008

8 KATA PENGANTAR Ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1) Ir. Anna Fatchiya, M.Si dan Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu guna membimbing dan mengarahkan penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 2) Kepala dan staf Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dan Pejabat di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor yang telah memberikan izin dan mendukung penelitian ini. 3) Ayahanda (Drs. Udin Haerudin, M.Si), Ibunda (Iis Rendanis), Kakak (Alm. Heris Rendanikusuma) serta adik (Robi Rendanikusuma dan Fajrin Rendanikusuma) yang selalu memberikan do a, dukungan moril dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 4) Dosen-dosen dan staf Tata usaha SEI, Organisasi mahasiswa Rangkasbitung dan Banten, Rekan-rekan SEI 41, Pondok Annur, WR Production serta rekanrekan yang telah banyak membantu penulis sehingga skripsi ini selesai. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan. Bogor, September 2008 Wili Rendanikusuma

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rangkasbitung pada tanggal 18 April 1987 dari Ayahanda Drs. Udin Haerudin, M.Si dan Ibunda Iis Rendanis. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui adalah SMA Negeri 1 Rangkasbitung. Pada tahun 2004 penulis diterima masuk di IPB melalui jalur USMI, dan diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun , penulis menjdai anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), pada tahun penulis menjadi Kepala Bidang Humas di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan. Penulis juga aktif dalam organisasi ekstrakampus, diantaranya pada tahun , penulis menjadi ketua bidang promosi dan kegiatan Barracuda Music Club (BMC). Sekarang penulis menjadi manajer kelompok usaha miniatur rumah dan miniatur kapal WR Production. Penulis melakukan penelitian dengan judul Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing oleh Ir. Anna Fatchiya, M.Si. dan Ir. Gatot Yulianto, M.Si.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusahan masalah Tujuan Peneltian Manfaat Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai dan Bantaran Sungai Persepsi Pengertian Persepsi Persepsi terhadap Lingkungan Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Tahap Pembentukan Persepsi Sampah Pengertian Sampah Jenis-jenis Sampah Pengelolaan Sampah di Kota Besar III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI IV. METODOLOGI Metodologi Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Metode Pengambilan Data Metode Analisis Data Definisi Operasional Waktu dan Tempat Penelitian V. HASIL PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak dan Keadaan Alam Kependudukan Komposisi Penduduk berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Sarana dan Prasarana Transportasi... 32

11 Halaman Sarana Peribadatan Sarana Kesehatan Sektor Ekonomi Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan Karakteristik Internal Responden Umur Pendidikan Pendapatan Jarak rumah dari sungai Lama bermukim Status pekerjaan Cara membuang sampah Frekuensi membuang sampah Jumlah dan jenis sampah Faktor Eksternal Iuran Fasilitas Tempat Sampah Tokoh Penggerak Persepsi Responden tentang Kegiatan Persepsi Responden tentang Tujuan Kegiatan Persepsi Responden tentang Sosialisasi Kegiatan Persepsi Responden tentang Kualitas, Kuantitas dan Lokasi Kegiatan Persepsi Responden tentang Pemantauan Kegiatan Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi tentang Kegiatan Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi tentang Tujuan Kegiatan Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi tentang Sosialisasi Kegiatan Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi tentang Kualitas, Kuantitas dan Lokasi Kegiatan Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi tentang Pemantauan Kegiatan Hubungan Faktor Eksternal dengan Persepsi Responden tentang Kegiaan Hubungan Iuran dengan Persepsi tentang Kegiatan Hubungan Fasilitas Pengelolaan Sampah dengan Persepsi tentang Kegiatan Hubungan Tokoh Penggerak dengan Persepsi tentang Kegiatan... 70

12 Halaman VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 75

13 DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah RT, RW dan luas wilayah kelurahan babakan pasar, Tahun Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin, Tahun Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, Tahun Sarana pendidikan Kelurahan Babakan Pasar Tahun Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian Tahun Sebaran responden berdasarkan karkteristik internal Tahun Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan Sebaran responden berdasarkan cara membuang sampah Sebaran responden berdasarkan frekuensi membuang sampah Sebaran responden berdasarkan faktor eksternal Sebaran responden berdasarkan persepsi tujuan kegiatan Sebaran responden berdasarkan persepsi sosialisasi kegiatan Sebaran responden berdasarkan persepsi kualitas, kuantitas (jumlah) dan lokasi kegiatan Sebaran responden berdasarkan persepsi tentang pemantauan kegiatan Hubungan faktor internal responden dengan persepsi responden tentang kegiatan Hubungan faktor internal responden dengan persepsi responden tentang tujuan kegiatan Hubungan faktor internal responden dengan persepsi responden tentang sosialisasi kegiatan Hubungan faktor internal responden dengan persepsi responden tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan Hubungan faktor internal responden dengan persepsi responden tentang pemantauan kegiatan Hubungan faktor eksternal dengan persepsi tentang kegiatan... 69

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Bagan pengelolaan sampah secara sentralisasi Bagan pengelolaan sampah secara desentralisasi Kerangka pendekatan studi Sebaran responden berdasarkan umur Sebaran responden berdasarkan pendidikan Sebaran responden berdasarkan pendapatan Sebaran responden berdasarkan jarak rumah dari sungai Sebaran responden berdasarkan lama bermukim Pernyataan tentang iuran pengangkutan sampah Pernyataan tentang fasilitas tempat sampah Pernyataan tentang tokoh penggerak Presentase persepsi tentang kegiatan... 57

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Karakteristik responden Persepsi responden tentang kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan Hasil uji korelasi peringkat spearman hubungan faktor internal Dengan persepsi tentang kegiatan Hasil uji korelasi peringkat spearman hubungan faktor internal Dengan persepsi tentang tujuan kegiatan Hasil uji korelasi peringkat spearman hubungan faktor internal Dengan persepsi tentang sosialisasi kegiatan Hasil uji korelasi peringkat spearman hubungan faktor internal Dengan persepsi tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan Hasil uji korelasi peringkat spearman hubungan faktor internal dengan persepsi tentang pemantauan kegiatan Struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, (DLHK) Kota bogor Struktur organisasi kelurahan babakan pasar Denah lokasi penelitian Gambar lokasi penelitian dan kondisi bantuan dari DLHK... 85

16 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai berperan penting dalam mengatur tata air mulai dari hulu sampai ke hilir, dan berfungsi sebagai aliran air secara alami. Sungai berperan sebagai penampung, penyimpan dan mengalirkan air melalui sistem jaringan sungai yang berhulu di daerah pegunungan dan bermuara ke danau atau laut (Bandiyono et al, 1988). Selanjutnya, Sunarto (1997) menyatakan bahwa sungai merupakan saluran alami yang didalamnya terdapat aliran air yang bermuara di danau atau laut. Aliran air pada sungai melintasi berbagai bebatuan dengan topografi yang bervariasi, sehingga air sungai memiliki kesuburan yang dibutuhkan oleh biota (tumbuhan, hewan maupun manusia). Dengan demikian sungai dapat menjadi sumber kehidupan. Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang melintasi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok dan Jakarta. Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Sungai Ciliwung memberikan dampak yang paling luas bagi Kota Jakarta ketika musim hujan, karena banjir yang ditimbulkan dari sungai ini. Sungai Ciliwung juga dianggap sungai yang paling rusak dibandingkan dengan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta. Selain karena daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu di Bogor yang rusak, wilayah sungai di Jakarta juga yang banyak terjadi penyempitan dan pendangkalan yang mengakibatkan Sungai Ciliwung memiliki potensi terbesar menyebabkan banjir di Jakarta. Pemerintah pernah merencanakan untuk membangun Waduk Ciawi di Gadog, Megamendung Bogor sebagai cara untuk mengendalikan Kali Ciliwung mulai dari atas (hulu) ( Berbagai macam kepentingan sektoral dan aktivitas manusia di sekitar bantaran Sungai Ciliwung mulai dari hulu sampai dengan hilir, seperti pertanian, perikanan (antara lain budidaya ikan di karamba), pariwisata (antara lain arung jeram), perhubungan, industri pasar, dan pemukiman penduduk. Beragam aktivitas tersebut dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif yang dapat mempengaruhi sungai. Salah satu dampak negatif yang menimbulkan gangguan terhadap sungai adalah limbah sampah hasil buangan penduduk baik

17 2 yang bermukim di rumah pemukiman liar, rumah perkampungan maupun perumahan modern yang berada di sepanjang bantaran sungai. Telah banyak program-program pemerintah bertujuan untuk mengendalikan lingkungan dan pencegahan pencemaran lingkungan sungai seperti, program kali bersih, program K3 (Ketertiban, Kesehatan dan Kebersihan), Jumsih (Jumat bersih) dan lain sebagainya. Namun kondisi sungai tetap buruk karena masyarakat masih ada yang membuang sampah ke sungai dan keterbatasan kemampuan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor. DLHK hanya mampu melayani pengangkutan sampah sekitar 69% wilayah di Kota Bogor (DLHK, 2007). Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Pusat melalui DLHK Kota Bogor telah mengadakan program pencegahan pencemaran lingkungan dengan bentuk kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Program kegiatan ini berupa bantuan tempat sampah yang terbagi antara sampah organik dan sampah anorganik lengkap dengan petunjuknya, gerobak sampah dan papan-papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai. Salah satu penempatannya di Kelurahan Babakan Pasar. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengurangi beban sampah yang ada di bantaran sungai dan mengurangi kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai. Masyarakat sebagai pengguna dan pemanfaat program ini diharapkan dapat memanfaatkan secara berkelanjutan. Namun demikian, apakah program tersebut bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Untuk mengetahuinya perlu dilakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat tentang program ini. Menurut Hamner dan Organ (1978) diacu dalam Indrawijaya (1983) persepsi adalah suatu proses seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. 1.2 Perumusan Masalah Kegiatan akan bermanfaat untuk masyarakat jika sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun dari hasil pengamatan di lapangan, kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan belum optimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Misalnya jumlah tempat sampah yang masih kurang, daya tampung tempat sampah yang belum sesuai, mekanisme sosialisasi

18 3 dan pemantauan yang belum maksimal. Dari masalah-masalah tersebut, masyarakat akan mempunyai persepsi tentang kegiatan. Persepsi akan mempengaruhi perilaku masyarakat bantaran sungai yang ada di Kelurahan Babakan Pasar. Persepsi merupakan dasar seseorang untuk bertindak Illahi (2000) diacu dalam Yunanto (2004). Jika persepsi mereka positif tentang kegiatan, maka masyarakat pun akan ikut mendukung dan berpartisipasi dalam program tersebut. Penelitian ini akan mencoba mengetahui, mempelajari dan memahami permasalahan berikut ini: (1) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. (2) Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung terhadap kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis persepsi masyarakat terhadap kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor. (2) Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung terhadap kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, yaitu : 1. Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2 Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan dan mensinergikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan.

19 4 3 Menjadi bahan masukan bagi semua stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan sampah di daerah aliran sungai. 4 Menambah wawasan penulis dalam bidang perikanan terutama yang berkaitan dengan sosial ekonomi masyarakat dan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan.

20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sungai dan Bantaran Sungai William Davis Morris (1880-an), berpendapat bahwa sungai dan lembahnya ibarat organisme hidup. Sungai berubah dari waktu ke waktu, mengalami masa muda, dewasa, dan masa tua. Menurut Moris, siklus kehidupan sungai dimulai ketika tanah baru muncul di atas permukaan laut. Hujan kemudian mengikisnya dan membuat parit, kemudian parit-parit itu bertemu sesamanya dan membentuk sungai. Danau menampung air pada daerah yang cekung, tapi kemudian hilang sebagai sebagai sungai dangkal. Kemudian memperdalam salurannya dan mengiris ke dasarnya membentuk sisi yang curam, lembah bentuk V. Anak-anak sungai kemudian tumbuh dari sungai utamanya seperti cabang tumbuh dari pohon. Semakin tua sungai, lembahnya semakin dalam dan anakanak sungainya semakin panjang ( Ilyas et al. (1990) diacu dalam Meidiana (2003) menjelaskan sungai adalah perairan yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Sedangkan menurut Praptokardiyo dan Muluk (1986) diacu dalam Meidiana (2003) sungai adalah bentuk perairan mengalir, dimana sumber air berasal dari limpasan satuan-satuan hidrologi di sepanjang daerah alirannya. Sumber air sungai dapat berasal dari air tanah, air hujan dan/ atau air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut, berhubungan dengan sungai lain atau perairan terbuka lainnya. Menurut Rustamadji (1994) diacu dalam Meidiana (2003), sungai merupakan aliran dari mata air hulu mencari jalan kearah yang lebih rendah (hilir) untuk akhirnya bermuara ke laut. Sungai memiliki fungsi antara lain : 1. Sungai sebagai sumber air 2. Sungai sebagai pengendali banjir 3. Sungai sarana transportasi/ pengangkutan 4. Sungai sebagai daerah belakang, artinya pemukiman penduduk bantaran sungai yang membelakangi sungai

21 6 5. Sungai sebagai daerah depan, artinya sungai merupakan milik bersamam yang dapat dinikmati oleh siapa saja secara positif yang berpotensi meningkatkan citra kota dan pariwisata. Sungai dan daerah sekitarnya (daerah aliran sungai) merupakan salah satu sumber daya air yang memiliki berbagai macam fungsi bagi kehidupan manusia. Secara hidrologis daerah aliran sungai merupakan bentang lahan yang dibatasi oleh pembatas topografi yang menangkap, menampung, dan mengalirkan air hujan ke suatu titik putusan (outlet) (wikipedia diakses 2007). Fungsi-fungsi sungai tersebut dapat berjalan dengan baik ataupun tidak sangat bergantung kepada bagaimana perilaku masyarakat bantaran sungai sebagai pelaku yang memanfaatkan sungai tersebut. Bantaran sungai diartikan dalam Keppres No. 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung pasal 1 sebagai kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai ( ). Peraturan pemerintah (PP) No. 35/1991 tentang Sungai pasal 1 menjelaskan bahwa bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi (palung) sampai dengan kaki tanggul (tepi sungai bagian bawah sebelah dalam. Pada pasal 16 menyebutkan bahwa kriteria bantaran sungai yaitu sekurang-kurangnya 100 meter di kiri dan kanan (dilihat dari aliran sungainya) sungai besar dan 50 meter di kiri dan kanan anak sungai yang berada diluar pemukiman. Dengan demikian masyarakat bantaran sungai adalah masyarakat yang tinggal dari meter dari sungai, yang masih memanfaatkan sumberdaya sungai, misalnya mandi, cuci, kakus (MCK), menangkap ikan. Bantaran sungai berfungsi sebagai daerah serapan sehingga tidak seharusnya bantaran sungai dimanfaatkan untuk pemukiman penduduk. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bantaran sungai termasuk Sungai Ciliwung telah digunakan pemukiman penduduk. Banyak persoalan yang terjadi, seperti pencemaran sampah yang dihasilkan dari aktivitas penduduk yang bermukim di bantaran sungai. Kementriean Negara Lingkungan Hidup (2007) menyatakan kondisi Sungai Ciliwung dan sungai-sungai lain di Jakarta menjadi

22 7 cerminan betapa rendahnya kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang limbah ke sungai. Tanpa kesadaran akan pentingnya sungai bagi kehidupan, bisa dibayangkan berapa banyak sampah yang akan terbuang ke sungai-sungai di Jakarta, yang penduduknya menghasilkan meter kubik sampah setiap hari. Tanpa upaya pengendalian, jumlah itu diperkirakan menjadi dua kali lipat pada tahun 2010 (www. mnlh.go.id). Sebagian dari sampah yang dibuang ke sungai berupa plastik, yang akhirnya mengalir sampai ke laut dan merusak ekosistem laut. Berat jenis plastik yang ringan membuatnya mengapung dan mudah terbawa gelombang dan semakin jauh ke dalam ekosistem laut. Ketika akhirnya tenggelam, sampah plastik menutupi terumbu karang, menghalangi sinar matahari, sehingga mematikan terumbu karang yang menjadi habitat bagi satwa laut. Plastik yang dibuang ke sungai akan meninggalkan zat beracun di dalam air dan meresap ke dalam air tanah. Pencemaran racun dari plastik dan bahan kimia lainnya, terutama dari limbah industri dan pertanian, sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kondisi Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar pun sudah tercemar oleh sampah-sampah dan limbah rumah tangga yang dibuang atau dialirkan ke sungai,, arus yang sangat besar ketika air sungai pasang pada musim hujan, luas sungai yang terus melebar karena tanah daerah aliran sungai sudah terkontaminasi oleh penduduk sekitar. Masih ada masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai saran MCK (mandi, cuci, kakus) dan kegiatan budidaya karamba, karena memang masyarakat masih butuh akan sungai. 2.2 Persepsi Pengertian Persepsi Menurut Rakhmat (1998) diacu dalam Muzani (2005) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Jadi persepsi adalah proses pengumpulan dan penafsiran dari informasi. Sedangkan Devito (1989) diacu dalam Muzani (2005), menjelaskan bahwa persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memperoleh kesadaran mengenai keadaan sekitar lingkungannya.

23 8 Kemudian Hamner dan Organ (1978) dalam Indrawijaya (1983), menyatakan bahwa : Perception is the process by which people organize, interpret, experience, and process cues or material (inputs) received from the external environtment Dengan kata lain persepsi adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Bagaimana segala sesuatu tersebut mempengaruhi persepsi seseorang, nantinya akan mempengaruhi pula perilaku yang akan dipilihnya. Persepsi adalah proses memberikan makna terhadap informasi yang diperoleh indera kita atau dapat dikatakan sebagai apa yang dikerjakan otak dengan informasi yang diperolehnya Verderber (1981) diacu dalam Mugniesyah (2000). Menurut Applbaum dkk. (1973) dan Louisser dan Poulos (1997) diacu dalam Mugniesyah (2000) istilah persepsi mengacu pada interpretasi seseorang terhadap kenyataan dan dalam proses persepsi, seorang individu menyeleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan semua stimuli lingkungan melalui simpul-simpul/ syaraf-syarafnya. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan persepsi masyarakat bantaran sungai tentang program Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan yang berupa bantuan tempat sampah adalah penilaian masyarakat bantaran Sungai Ciliwung yang berada di Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor terhadap program tersebut dari segi tujuan program, sosialisasi program, pemantauan program serta kualitas dan kuantitas bantuan Persepsi terhadap Lingkungan Persepsi terhadap lingkungan adalah bagaimana individu memandang dan memahami lingkungannya. Persepsi terhadap lingkungan mencakup karakteristik yang spesifik, yaitu ; (1) pola persepsi memberikan banyak informasi secara langsung tanpa proses kerja oleh pusat syaraf (2) persepsi lebih banyak holistik sehingga informasi lingkungan yang diterima bukan merupakan bagian yang terpisah-pisah melainkan satu kesatuan yang penting (3) organisasi dengan

24 9 aktifitas mengeksplorasi lingkungannya, menjumpai objek dengan berbagai cara (Sarwono 1999) diacu dalam (Yunanto 2004). Tampang (1999) diacu dalam Yunanto (2004) menjelaskan persepsi setiap orang akan banyak ditentukan oleh dampak langsung dari lingkungannya terhadap kegiatan-kegiatan dan sarana-sarana untuk hidup. Jadi, pesepsi individu terhadap lingkungannya merupakan faktor yang penting, karena ini adalah hal yang berlanjut dalam menentukan tindakan individu (Asyari 1984) diacu dalam Yunanto (2004) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Zalkind dan Cotello (1963) diacu dalam Indrawijaya (1983) berpendapat emosi dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku seseorang. Combs (1976) diacu dalam Indrawijaya (1983) menjelaskan bahwa proses persepsi perlu dibahas mulai dari tahap penerimaan rangsangan, yang ditentukan baik oleh faktor luar maupun oleh faktor di dalam manusianya sendiri. Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan atas lima hal, yaitu : a. Faktor lingkungan, yang secara sempit hanya menyangkut warna, bunyi, sinar, dan secara luas dapat menyangkut faktor ekonomi, sosial dan politik. Semua unsur faktor ini mempengaruhi seseorang dalam menerima dan menafsirkan suatu rangsangan. b. Faktor konsepsi, yaitu pendapat dan teori seseorang tentang manusia dengan segala tindakannya. Misalnya, seseorang yang mempunyai konsepsi, pendapat dan teori bahwa manusia itu jahat, cenderung mencurigai rangsangan sebagai suatu yang negatif dan harus dicurigai latar belakangnya. c. Faktor yang berkaitan dengan konsep seseorang tentang dirinya sendiri (the concept of self). Seseorang mungkin saja beranggapan bahwa dirinyalah yang terbaik, sedangkan orang lain selalu kurang baik dari dirinya sendiri. Orang demikian akan mempunyai keyakinan bahwa apapun bentuk dan sifat rangsangan, ia selalu bertindak berdasarkan apa yang menurut dia baik. Rangsangan dari luar hanya merupakan suatu tantangan yang tidak perlu begitu diperhatikan.

25 10 d. Faktor yang berhubungan dengan motif dan tujuan, yang pokoknya berkaitan dengan dorongan dan tujuan seseorang dan untuk menafsirkan suatu rangsangan. Wajar, jika seseorang selalu berusaha menarik manfaat dari suatu rangsangan untuk kepentingannya sendiri, karena usaha menarik manfaat tersebut akan memberikan suatu harapan baginya. e. Faktor pengalaman pada masa lampau, yaitu adanya proses belajar dengan membandingkan pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diamatinya. Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan kesalahan pada kita dalam persepsi menurut Verderber (1981) diacu dalam Mugniesyah (2000), yaitu : (1) keterbatasan syaraf-syaraf (limitations of the senses) adalah keterbatasan kemampuan indera kita dalam menerima stimuli, baik indera penglihatan, penciuman, peraba, pendengaran dan perasa. (2) Keakraban (familiarity) adalah sudah mengenal sesuatu atau terbiasa dengan sesuatu yang akan menjadi persepsi kita. (3) Harapan (expectation) adalah kapasitas atau kemampuan untuk mengenali suatu objek, dengan persepsi yang tepat. (4) Konteks situasi (context of situation), persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh situasi keseluruhan pada waktu dia mempunyai persepsi. (5) Emosi atau sikap (emotion or attitude) adalah sesuatu yang sedang kita pikirkan dan rasakan pada saat kita menerima stimuli yang akan mempengaruhi persepsi kita. Menurut Lussier dan Poulos (1997) diacu dalam Mugniesyah (2000) terdapat lima jenis bias yang dapat mempengaruhi persepsi, yaitu (1) stereotipi (stereotype) adalah suatu proses penyederhanaan dan generalisasi perilaku individu-individu dari anggota kelompok tertentu (etnik/ ras, suku bangsa, jenis kelami, dan lain-lain). (2) Efek halo adalah kecenderungan untuk menempatkan secara lebih signifikan (nyata) tentang karakteristik atau bawaan individu tertentu dibanding karakteristik lainnya. (3) Kerangka acuan/ berpikir (frame of reference) adalah kecenderungan kita untuk melihat sesuatu atau hal-hal tertentu dari fokus yang sempit yang secara langsung mempengaruhi kita atau hanya menurut sudut pandangan kita sendiri. (4) Harapan (expectation) adalah menerima, menyeleksi, menata atau mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi sesuai dengan

26 11 harapan kita ketika kita melihatnya. (5) adalah suatu kecenderungan untuk memberi atribut karakteristik pribadinya kepada orang lain, terutama dalam hal kekurangan atau kelemahannya. Menurut Lockard (1977) diacu dalam Tampang (1999), persepsi dipengaruhi dari variabel-variabel yang berkombinasi satu dengan yang lainnya, yaitu : (1) pengalaman masa lalu, apa yang pernah dialami; (2) indoktinasi budaya, bagaimana menerjemahkan apa yang dialami; (3) sikap pemahaman, apa yang diharapkan dan apa yang dimaksud dari hal tersebut. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor intern yang ada dalam individu tersebut. Bakat, minat, kemauan, perasaan, fantasi, kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur, kepribadian, kebiasaan dan lain-lain serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang termasuk juga pengetahuan. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan sosial ekonomi seperti pendidikan lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya Tahap Pembentukan Persepsi Menurut Verderber (1981) diacu dalam Mugniesyah (2000) tahapan yang terjadi dalam persepsi adalah : (1) Seleksi Lussier dan Pouls (1997) diacu dalam Mugniesyah (2000) menjelaskan, bahwa seorang individu akan melakukan suatu persepsi selektif (selektive perception), yaitu proses perseptual melalui mana seorang individu memilih stimuli tertentu dan mengabaikan stimuli yang lainnya. Seseorang hanya akan memilih stimuli yang relevan baginya dan mengabaikan yang tidak relevean baginya. Jadi, selective exposure terjadi setelah seseorang menyeleksi informasi untuk dia perhatikan/ ikuti, untuk kemudian individu tersebut juga akan menempatkan dirinya secara selektif terhadap aspek-aspek tertentu dari lingkungannya. (2) Pengoraganisasian Setelah menyeleksi stimuli tersebut, kita akan mengorganisasikan stimuli tersebut sedemikian rupa ke dalam pola-pola tertentu, bentuk-bentuk tertentu, kecenderungan-kecenderungan tertentu dan sebagainya.

27 12 (3) Interpretasi Pada tahap ini segera setelah kita mengorganisasikan stimuli, kita akan memberikan interpretasi atau menyimpulkan dengan memberi makna terhadap stimuli tersebut. Persepsi sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu, seperti tanggung jawab yang dimilikinya, kepribadian, kebutuhan, harapan, konsep diri, sikap dan sistem nilai, yang semuanya mengacu pada stimuli internal yang secara nyata mempengaruhi interpretasi seseorang terhadap realitas. 2.3 Sampah Pengertian Sampah Sampah adalah semua jenis buangan atau kotoran padat yang berasal antara lain dari rumah tempat tinggal, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, restoran, pasar, bangunan umum, pabrik, termasuk puing-puing, sisa bahan bangunan dan besi tua, kendaraan bermotor dan yang sejenis lainnya (Surat Menteri KLH tanggal 11 Juni 1993 No. B. 137/I/1993). Menurut keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 15 tahun 2002, sampah adalah jenis buangan dan atau limbah padat domestik yang berasal dari proses alam, kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sampah adalah hasil sampingan dari aktifitas dari manusia yang sudah tidak terpakai yang merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, peasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktifitas manusia lainnya. Bahkan, sampah dapat berasal dari puing-puing bahan bangunan dan besi-besi tua bekas kendaraan bermotor (Purwendro dan Nurhidayat 2007). Kemudian Purwendro dan Nurhidayat mengungkapkan besarnya sampah yang dihasilkan dari suatu daerah tertentu sebanding dengan jumlah penduduk, jenis aktifitas, dan tingkat konsumsi penduduk tersebut terhadap barang/material. Semakin besar jumlah penduduk atau tingkat konsumsi terhadap barang semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan Jenis-jenis sampah Pengelolaan sampah yang benar mensyaratkan adanya keterpaduan dari berbagai aspek, mulai dari hulu sampai hilir. Aspek hulu meliputi kegiatan pengolahan sampah pada tingkat penghasil sampah tahap pertama, diantaranya

28 13 rumah tangga, hotel, maupun rumah makan. Langkah yang bisa diambil pada aspek hulu adalah pemilahan sampah berdasarkan jenisnya. Menurut Purwendro dan Nurhidayat (2007) sampah dibagi menjadi tiga, yaitu : (1) Sampah Organik Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Sampah organik dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. (2) Sampah Anorganik Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa berasal dari bahan yang bisa diperbaharui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang termasuk ke dalam kategori bias didaur ulang (recyle) ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam. (3) Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah jenis ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi Pengelolaan Sampah di Kota Besar Menurut Purwendro dan Nurhidayat (2007) pengelolaan sampah yang tidak dilaksanakan dengan baik akan menjadi sumber masalah, baik sosial maupun lingkungan, yang muncul di masyarakat. Munculnya berbagai penyakit akibat pencemaran air, tanah, dan polusi udara hanya sebagian kecil akibat dari buruknya pengelolaan sampah. Budaya masyarakat yang kurang disiplin dan masih rendahnya kesadaran menjaga lingkungan hidup. Ada pun kelemahan pengaturan pemerintah bisa dilihat dari kurangnya koordinasi antar-instansi yang berkaitan dengan hal ini. Pengelolaan sampah di kota besar dapat dilakukan dengan dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Kedua sistem ini dapat digunakan sebagai langkah pengelolaan.

29 14 1. Sistem Sentralisasi Sistem sentralisasi pengolahan sampah adalah pengolahan sampah dilakukan di tingkat TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Di setiap sub-area tidak diadakan pengolahan sampah, hanya aktifitas pengumpulan sampah. Kelebihan sistem ini ini terlihat dari bisa dikelolanya sampah dengan beberapa alternatif seperti sistem aerob (terbuka) dan anaerob (tertutup). Kelemahan pada pengolahan sampah sistem sentralisasi yaitu biaya pengangkutan sampah cukup besar dan lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan sampah cukup luas. Proses Pengolahan Sampah TPA TPS TPS RT RT RT RT RT RT Keterangan : TPA : Tempat Pembuangan Akhir, TPS : Tempat Penampungan Sampah, RT : Sampah Rumah Tangga Gambar 1. Bagan Pengelolaan Sampah Secara Sentralisasi Bagan pengelolaan sampah secara sentralisasi tersebut menunjukkan bahwa sampah rumah tangga dikumpulkan di tempat penampungan sampah sementara. Setelah itu sampah akan diangkat menuju tempat pembuangan akhir. Di TPA, kegiatan yang dilakukan di antaranya sebagai berikut : Sanitary landfill. Sampah digunakan sebagai bahan pengisi tanah yang akan diurug Pembakaran sampah. Kegiatan ini dilakukan terutama untuk membakar sampah organik kering dan sampah anorganik alat yang digunakan untuk membakar yaitu incinerator.

30 15 Pengomposan (composting). Pengomposan dilakukan untuk sampah organik. Kegiatan ini dilakukan secara terbuka (aerob) maupun tertutup (anaerob). Recycling. Pemanfaatan kembali sampah-sampah yang masih dapat diolah kembali seperti plastik, besi, atau alumunium. Pengelolaan dengan sistem ini membutuhkan banyak tenaga, teknologi tinggi, serta biaya besar untuk menghindari adanya konflik antara pihak pengelola sampah dengan warga di sekitar TPA, karena keterlambatan pengolahan sampah yang setiap hari harus bertumpuk dari berbagai daerah yang membuat lingkungan menjadi tidak nyaman untuk ditinggali. 2. Sistem Desentralisasi Sistem desentralisasi mensyaratkan pengolahan sampah pada area hulu atau penghasil sampah pertama. Pada sistem ini, di setiap sub-area tidak hanya aktivitas pengumpulan sampah, tetapi juga pengolahannya sampai menjadi produk yang bisa dimanfaatkan lagi. Kelebihan sistem desentralisasi memungkinkan luas lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan tidak terlalu luas. Selain itu, biaya pengangkutan sampah yang besarnya rata-rata 75% dari total biaya untuk mengolah sampah bisa dikurangi. Sentra pengumpulan dan penampungan sampah dilakukan pada tingkat cakupan daerah yang lebih kecil, misalnya tingkat kelurahan, atau tingkat kecamatan. Proses Pengolahan Sampah TPA Proses Pengolahan Sampah TPA RT RT RT RT RT RT Keterangan : TPA : Tempat Pembuangan Akhir, RT : Sampah Rumah Tangga Gambar 2. Bagan Pengelolaan Sampah secara Desentralisasi

31 16 Di TPA, kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan tidak berbeda jauh dengan sistem sentralisasi. Namun, pada sistem ini jarang sekali dilakukan sanitary landfill karena besarnya biaya, jumlah sampah yang relativ sedikit, dan lahan yang terbatas untuk melakukan aktivitas. Kegiatan pengomposan biasanya dilakukan secara aerob. Sampah menjadi masalah penting untuk kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : Volume sampah sangat besar sehingga melebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir atau TPA. Lahan TPA semakin sempit karena tergeser tujuan penggunaan lain. Teknologi pengelolaan sampah tidak optimal sehingga sampah lambat membusuknya. Hal ini menyebabkan percepatan peningkatan volume sampah lebih besar dari pembusukannya. Oleh karena itu, selalu diperlukan perluasan areal TPA baru. Manajemen pengelolaan sampah tidak efektif sehingga sering kali menjadi penyebab distorsi dengan masyarakat setempat. Pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada lingkungan. Kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah sehingga menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di TPA. Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Bahkan, sampah dapat dikatakan sebagai masalah kultural karena dampaknya terkena berbagai sisi kehidupan. Sumber sampah yang terbanyak dari pemukiman dan pasar tradisional. Sampah pasar seperti pasar sayur mayur, pasar buah atau pasar ikan, jenisnya relativ seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.

32 17 Kota Bogor menggunakan sistem sentralisasi. Karena tidak dilakukan pengolahan sampah di tingkat Tempat Pembuangan Sementara (TPS), hanya proses pengumpulan sampah yang kemudian diangkut Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga. Menurut Zaenal, staf di Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor diacu dalam Suara Pembaruan (2005), Karena jumlah truk sampah terbatas dan harus mengambil sampah dari satu TPS ke TPS lain yang jumlahnya sangat banyak. Jarak tempuh ke TPS Galuga juga jauh. Akibatnya, meskipun truk-truk sampah sudah beroperasi dari pagi hari, mereka tidak bisa segera kembali dari TPS Galuga karena jarak tempuhnya yang cukup jauh yakni sekitar 20 sampai 30 kilometer. Sampah yang tak terangkut pun menumpuk di Kota Bogor. Deni W, staf DLHK yang lain mengatakan bahwa : Kesadaran masyarakat terhadap kebersihan masih kurang. Tak semua anggota masyarakat membuang sampah ke TPS. Banyak yang berceceran di luar TPS. Belum lagi sampah yang dihasilkan para PKL, merusakkan tong-tong sampah.

33 III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI Pemerintah Pusat dan Kota Bogor mempunyai program pencegahan pencemaran lingkungan yang melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor mengadakan kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan yang berupa bantuan tempat sampah, gerobak sampah, dan papan-papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai di daerah bantaran sungai. Tujuan dari program tersebut adalah meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan hidup terutama kualitas air (sungai) dengan cara mengatasi jumlah sampah yang dibuang ke Sungai Ciliwung dengan menempatkan tempat sampah di daerah yang dekat dengan sungai, untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke sungai dan sikap masyarakat yang membuang sampah ke sungai, memberikan gerobak sampah untuk mempermudah pengangkutan sampah dari tempat sampah rumah tangga ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan kemudian ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dan penempatan papan-papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai. Salah satu lokasi yang mendapatkan bantuan tempat sampah, yaitu Kelurahan Babakan Pasar. Kelurahan Babakan Pasar merupakan salah satu Kelurahan yang mendapatkan bantuan dari kegiatan ini, terkait dengan masih ada masyarakat yang membuang sampah di Sungai Ciliwung, terutama masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Keberadaan program tersebut akan menimbulkan persepsi tertentu pada masyarakat penggunanya Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi umur responden, jumlah tahun pendidikan formal responden, pendapatan responden, lama bermukim responden dan jarak rumah responden dari sungai, sedangkan faktor eksternal berupa iuran pengangkutan sampah, fasilitas pengelolaan sampah dan tokoh penggerak. Persepsi yang diterima masyarakat akan diberi arti melalui proses belajar, yaitu membandingkan pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diamatinya. Dengan demikian, dari persepsi masyarakat bantaran sungai terhadap program dari DLHK, masyarakat akan memperoleh arti dari bantuan tersebut

34 19 dengan membandingkan pengalaman masa lampau yang biasanya membuang sampah ke sungai dengan sekarang yang sudah ada program DLHK yang berupa bantuan tempat sampah dan diharapkan masyarakat bantaran sungai tidak lagi membuang ke sungai, akan tetapi ke tempat sampah yang telah disediakan oleh DLHK. Setelah melalui proses belajar, kemudian masyarakat mempunyai pilihan yang tepat yang tercermin dalam perilakunya. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran persepsi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung, Kelurahan Babakan Pasar yang kemudian akan mempengaruhi perilaku masyarakat bantaran sungai dalam hal membuang sampah ke sungai. Dengan mengetahui persepsi masyarakat bantaran sungai terhadap bantuan tempat sampah dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat bantaran sungai yang dapat digambarkan pada kerangka berpikir pada Gambar 3, maka dapat membantu pihak-pihak terkait khususnya DLHK yang memberikan bantuan tempat sampah untuk meningkatkan kualitas masyarakat bantaran sungai dan sumber daya sungai.

35 20 Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan Tujuan Kegiatan Sosialisasi Kegiatan Kualitas,Kuantitas dan Lokasi Kegiatan Pemantauan Kegiatan Faktor Internal Umur Pendidikan Pendapatan Lama Bermukim Jarak rumah dari sungai Faktor Eksternal Iuran pengangkutan sampah Fasilitas tempat sampah Tokoh penggerak P e r i l a k u Gambar 3. Kerangka Pendekatan Studi

36 IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Menurut Singarimbun (1989) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Survai merupakan pengukuran secara cermat dari satu atau lebih variabel terikat dalam suatu kelompok tertentu atau dalam sampel kelompok tertentu itu, dan maksud dari tujuan survai adalah untuk memberi gambaran yang tepat dari suatu gejala (Hyman 1960) diacu dalam Koentjaraningrat (1979) 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa dat text dan data image. Data text adalah data yang berbentuk alphabet maupun angka numerik. Data text yang akan diambil antara lain berupa data karakteristik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung, Kelurahan Babakan Pasar; unsur-unsur program kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor; dan persepsi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung, Kelurahan Babakan Pasar terhadap bantuan tempat sampah dari DLHK. Sedangkan data image adalah data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto, diagram, tabel dan sebagainya. Misalnya foto kondisi masyarakat bantaran sungai dan gambar peta wilayah. 4.3 Metode Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat bantaran sungai yang tempat tinggalnya dijadikan lokasi kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Dari populasi tersebut diambil 40 orang sebagai contoh dengan cara sengaja (purposive sampling). Purposive sampling adalah teknik penentuan contoh dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2007). Pertimbangan pemilihan contoh dalam penelitian ini adalah (1) tempat tinggal responden berada dekat dengan tempat sampah bantuan program, sehingga tahu dengan persis penggunaan dan keberadaan tempat sampah tersebut. (2) responden bersedia diwawancara oleh peneliti.

37 Metode Pengambilan Data Pengambilan atau pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data primer dan data sekunder untuk keperluan penelitian. Pengumpulam data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir M 1983). Pada penelitian ini pengumpulan data primer dilakukan dengan : (1) Observasi langsung, menurut pengamatan langsung adalah cara pengambilan data atau menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir M 2003). Observasi langsung dilakukan untuk memperoleh data primer yang berupa kondisi kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dan kondisi masyarakat bantaran sungai Kelurahan Babakan Pasar. (2) Wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan data primer mengenai karakteristik responden, persepsi responden tentang kegiatan. Data sekunder yang dikumpulkan berupa data mengenai struktur organisasi Kelurahan Babakan Pasar, struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, keadaan umum dengan menggunakan alat bantu kuesioner. 4.5 Metode Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini seringkali digunakan statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami (Singarimbun dan Effendi 1989). Data yang sudah dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel faktor individu, lingkungan dan persepsi responden terhadap program dari DLHK. Untuk mengetahui hubungan antar variabel tersebut digunakan analisis korelasi. Untuk mengukur tingkat hubungan (keterkaitan) antara variabelvariabel Uji korelasi Spearman merupakan ukuran asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurang-kurangnya dalam skala ordinal sehingga obyek-obyek atau individu-individu yang dipelajari dapat diranking dalam dua rangkaian berurut (Siegel 1985).

38 23 Uji korelasi Spearman digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara peubah bebas dan terikat. Syarat dari uji korelasi Spearman adalah jika dan hanya jika jumlah kategori skor masing-masing variabel sama (Xi=Yi) (Siegel 1985) dan rumusnya adalah sebagai berikut : r s N 2 6 di i = 1 = 1...(1) 3 N N keterangan : r s = koefisien korelasi rank Spearman N. d i N = selisih antara peringkat Xi dan Yi. = banyaknya pasangan data Pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : H 0 : r s = 0 (tidak ada hubungan antara variable X dan Y) H 1 : r s 0 ( ada hubungan antara variable X dan Y) Uji Signifikansi r s digunakan dengan statistik t, yaitu : rs N 2 t =...(2) 1 r 2 s Keterangan : t = t hitung r s = koefisien korelasi rank Spearman N N = banyaknya pasangan data Nilai t hitung > Nilai t tabel maka tolak H 0 Nilai t hitung < Nilai t tabel maka terima H 0 Atau Analisis dengan Program SPSS Sig (2-tailed) α/2 maka tolak H 0 Sig (2-tailed) α/2 maka tolak H 1

39 24 Menurut (Djarwanto 1996) nilai α disebut taraf nyata atau tingkat signifikansi. Nilai α biasanya ditetapkan sebesar 0,05 atau 0,01. Jika α = 0,05 artinya 5 dari 100 kesimpulan akan menolak H0 yang seharusnya diterima. Nilai α = 0,01 artinya 1 dari 100 kesimpulan akan menolak H0 yang seharusnya diterima. Menurut Young (1982:317) diacu dalam Sulaiman (2003), ukuran korelasi adalah sebagai berikut : 0,70 1,00 (baik plus atau minus) menunjukan adanya derajat asosiasi yang tinggi. 0,40 - < 0,70 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya hubungan yang substansial. 0,20 - < 0,40 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya korelasi yang rendah. < 0,20 (baik plus atau minus) berarti dapat diabaikan. Untuk pembagian selang pada faktor internal (umur, pendidikan, pendapatan, lama bermukim dan jarak rumah dari sungai) dilakukan dengan rumus : Max Min 3.(3) 4.6 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel yang diamati adalah faktor internal responden, faktor eksternal responden dan persepsi masyarakat bantaran sungai terhadap program Kegiatan Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Berikut ini disajikan batasan dan metode pengukuran variabel-variabel tersebut : (1) Faktor internal responden adalah ciri-ciri dan hal-hal yang berkaitan dengan diri responden yang meliputi ; a. Umur adalah lama hidup (usia) responden yang dihitung sejak kelahirannya hinga saat penelitian ini dilakukan. Metode pengukuran dilakukan dengan kategori umur, yaitu : 1 = tahun ; 2 = tahun ; 3 = 48 tahun. Umur maximum yang dimasukkan untuk

40 25 menghitung selang yaitu pada umur 63 tahun, dan umur minimum pada umur 18 tahun b. Pendidikan formal adalah jumlah tahun responden mengikuti pendidikan formal (proses belajar mengajar di sekolah atau yang sederajatnya). Metode pengukuran dilakukan dengan kategori pendidikan formal, yaitu : 1 = 3-7 tahun ; 2 = 8-12 tahun ; 3 = 13 tahun. Pendidikan maximum yang dimasukkan untuk menghitung selang yaitu 16 tahun, dan pendidikan minimum yaitu 2 tahun. c. Pendapatan rumah tangga adalah jumlah kompensasi yang diterima dalam jangka waktu tertentu dalam satu rumah tangga. Metode pengukuran dilakukan dengan kategori pendapatan rata-rata per bulan, yaitu : 1 = Rp Rp ; 2 = Rp Rp ; 3 = Rp Pendapatan maximum yang dimasukkan untuk menghitung selang yaitu Rp , dan pendapatan minimum yaitu Rp d. Lama bermukim adalah lamanya responden berdomisili di wilayah bantaran Sungai Ciliwung dalam satuan waktu, Kelurahan Babakan Pasar. Metode pengukuran dilakukan dengan kategori lama bermukim, yaitu : 1 = 1 13 tahun ; 2 = tahun ; 3 = 28 tahun. Lama bermukim maximum yang dimasukkan untuk menghitung selang yaitu 43 tahun, dan lama bermukim minimum yaitu 1 tahun e. Jarak Rumah dari sungai adalah jarak tempat tinggal responden, dihitung dari sungai dalam satuan meter. Metode pengukuran dilakukan dengan kategori jarak rumah dari sungai, yaitu : 1 = 2 10 meter ; 2 = meter ; 3 = 20 meter. Jarak rumah dari sungai maximum yang dimasukkan untuk menghitung selang yaitu 30 meter, dan jarak rumah dari sungai minimum yaitu 2 meter (2) Faktor eksternal adalah faktor-faktor diluar diri responden yang mempengaruhi persepsi meliputi ; a. Iuran pengangkutan sampah adalah sejumlah uang yang diberikan kepada pihak yang mengangkut sampah yang dinyatakan berapa

41 26 Rupiah per bulan. Metode pengukuran dilakukan dengan kategori iuran pengangkutan sampah, yaitu : 1 = Tidak setuju dan 2 = Setuju. b. Fasilitas pengelolaan sampah adalah sarana yang dipakai untuk mengelola sampah (gerobak sampah, tempat sampah, papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai). Metode pengukuran dilakukan dengan kategori fasilitas pengangkutan sampah, yaitu : 1 = Tidak lengkap dan 2 = Lengkap. c. Tokoh penggerak adalah tokoh masyarakat yang berpengaruh dan berperan penting, yang menganjurkan agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai. Metode pengukuran dilakukan dengan kategori tokoh penggerak, yaitu : 1 = Tidak berpengaruh dan 2 = Berpengaruh. (3) Persepsi adalah penilaian responden mengenai kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK). Hal tersebut dilihat dari bagus tidaknya tujuan program, perlunya sosialisasi atau tidak, sesuai tidaknya kualitas, kuantitas dan lokasi bantuan, perlunya pengawasan atau tidak. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Likert, dengan rincian : a. Skor 5, jika responden menjawab sangat setuju; b. Skor 4, jika responden menjawab setuju; c. Skor 3, jika responden menjawab netral; d. Skor 2, jika responden menjawab tidak setuju; dan e. Skor 1, jika responden menjawab sangat tidak setuju. Persepsi positif diukur dari penjumlahan antara pernyataan setuju dan sangat setuju, dan persepsi negatif diukur dari penjumlahan antara pernyataan tidak setuju dan sangat tidak setuju. (4) Masyarakat bantaran sungai adalah masyarakat yang tinggal atau bermukim dengan jarak rumah 100 meter dari sungai. (5) Kegiatan Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan adalah kegiatan bantuan dari Dinas Lingkungan hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor berupa tempat sampah, gerobak sampah dan

42 27 papan-papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai yang ditempatkan di daerah bantaran sungai yang bertujuan meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan hidup terutama kualitas air (sungai). Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat di sekitar bantaran sungai Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah yang mendapatkan bantuan dari kegiatan DLHK, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2008 Juli 2008.

43 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak dan Keadaan Alam Kelurahan Babakan Pasar memiliki wilayah seluas 420 Km 2 dan berada pada ketinggian 247 meter. Secara administratif Kelurahan Babakan Pasar terbagi menjadi 9 RW dan 39 RT. Luas wilayah dan jumlah RT dengan jumlah penduduk pada setiap RW dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah RW, Jumlah RT dan Luas Wilayah Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008 No RW Luas Wilayah (Km 2 ) Jumlah RT (buah) Jumlah Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2008 Jarak Kelurahan Babakan Pasar ini dari Pusat Pemerintahan Kecamatan sejauh 3 Km, jarak dari Pemerintah Kota sejauh 2 Km, jarak Kelurahan Babakan Pasar dari Ibukota Provinsi sejauh 120 Km dan jarak Kelurahan Babakan Pasar dari Ibukota Negara sejauh 60 Km. Batas-batas administratif wilayah Kelurahan Babakan Pasar adalah sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Paledang Sebelah selatan dengan Kelurahan Sukasari Sebelah barat dengan Kelurahan Gudang Sebelah timur dengan Kelurahan Baranang Siang Kelurahan Babakan Pasar dari kantor Pemerintah Kota sejauh 2 Km. Ini menunjukkan bahwa Kelurahan Babakan Pasar berada di Pusat Kota. Kelurahan Babakan Pasar terletak di wilayah Kecamatan Bogor Tengah. Dengan posisi pada

44 29 pusat kota, akses untuk ke Kelurahan Babakan Pasar sangat mudah. Jarak dari terminal Kota Bogor kurang lebih sekitar 300 Meter dengan menggunakan angkutan kota. Untuk menuju pemukiman dilalui dengan jalan setapak Kependudukan Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Penduduk di Kelurahan Babakan Pasar pada tahun 2008 sebesar jiwa dalam kepala keluarga yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Komposisi penduduk di Kelurahan Babakan Pasar berdasarkan kewarganegaraan, yang merupakan warga negara Indonesia sebanyak jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan, dari jumlah tersebut terdapat warga negara asing sebanyak 3 jiwa yang terdiri dari 1 jiwa lakilaki dan 2 jiwa perempuan. Berdasarkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kelurahan Babakan Pasar, maka rasio jenis kelamin sebesar 96 yang berarti setiap 96 penduduk laki-laki berbanding dengan 100 penduduk perempuan. Tabel 2. Komposisi Penduduk berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2008 No Penduduk Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase Umur (tahun) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (%) keatas Total Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2008

45 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Babakan Pasar menurut jenjang sekolah pada tingkat tamat SMA yaitu sebesar 32.38%. Jika dilihat dengan program wajib belajar sembilan tahun, jumlah penduduk tidak mampu mencapai wajib belajar sembilan tahun berjumlah jiwa atau sebesar 54,38% (Tabel 3). Nilai ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masih rendah. Tabel 3. Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2008 No Jenjang Sekolah Jumlah Persentase (jiwa) (%) 1 Tamat SD DO SD Kelas DO SD Kelas DO SD Kelas Tamat SMP DO SMP Kelas DO SMP Kelas DO SMP Kelas Tamat SMA DO SMA Kelas DO SMA Kelas DO SMA Kelas Tamat D-III Tamat Sarjana Total Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2008 Di Kelurahan Babakan Pasar tidak ada sarana dan prasarana pada tingkat SMP, SMA dan SMK. Namun akses untuk jenjang ini cukup mudah dengan jarak sekitar 5 Km. Sarana pendidikan Kelurahan Babakan Pasar dapat dilihat pada Tabel 4.

46 31 Tabel 4. Sarana Pendidikan Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008 No Negeri Swasta Jenis Gedung Guru Murid Gedung Guru Murid Pendidikan (buah) (orang) (orang) (buah) (orang) (orang) 1 TK SD MI SMP SMA SMK Jumlah Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2008 Pendidikan merupakan salah satu indikator dari Human Development Index (HDI) selain kesehatan dan sarana prasarana suatu daerah. Dari data jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan, dengan presentase sebesar 54,38% menunjukkan HDI Kelurahan Babakan Pasar rendah dilihat dari sektor pendidikan Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Nilai presentase terbesar mata pencaharian yang digeluti penduduk Kelurahan Babakan Pasar adalah wiraswata sebanyak 868 jiwa (39.58%). Sedangkan mata pencaharian sebagai TNI/ Polri memiliki presentase yang terkecil yaitu 0.04% atau sebanyak 1 jiwa. Adapun jumlah sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2008 No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Pegawai Negeri Sipil TNI/ Polri Swasta/ BUMN/ BUMD Wiraswasta Pertukangan Pensiunan Jasa Pembudidaya Karamba Total Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2008

47 32 Mata pencaharian wiraswasta mempunyai komposisi penduduk terbesar, karena Kelurahan Babakan Pasar mempunyai lokasi yang strategis untuk berwiraswasta. Lokasi Kelurahan Babakan Pasar yang berada di pusat kota dan akses ke Kelurahan Babakan Pasar sangat mudah. Sedangkan ciri dari masyarakat kota adalah dengan banyaknya bidang usaha yang digeluti, ada pusat perdagangan, mempunyai letak yang strategis. Sebagian penduduk Kelurahan Babakan Pasar, sekitar 20 jiwa memiliki usaha budidaya ikan dalam karamba. Namun usaha ini bukan merupakan mata pencaharian yang pokok akan tetapi sebagai usaha sampingan sambil mengerjakan pekerjaan pokok misalnya sebagai pedagang, buruh dan lain-lain. Kendala yang dihadapi pada usaha karamba adalah aliran sungai yang sangat deras pada musim hujan, biaya produksi yang tidak sebanding dengan keuntungan Sarana dan Prasarana Transportasi Sarana dan prasarana transportasi merupakan infrastruktur dasar bagi pelaksanaan kegiatan masyarakat di segala bidang, baik ekonomi, sosial maupun pertahanan dan keamanan. Sistem transportasi akan menunjang dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi, sehingga penyelenggaraan sistem transportasi tidak dapat lepas dari rencana pengembangan ekonomi wilayah. Sarana transportasi Kelurahan Babakan Pasar terdiri dari 169 buah sepeda, 336 buah sepeda motor, 103 buah mobil penumpang, 8 buah mobil penumpang umum, 24 buah mobil barang dan 1 buah mobil bus. Sarana transportasi menuju Kelurahan Babakan Pasar sangat banyak, karena dekat dengan pusat kota dan terminal Kota Bogor Peribadatan Sarana peribadatan di Kelurahan Babakan Pasar adalah 7 buah mesjid, 5 buah mushola, 2 buah gereja dan 3 buah vihara. Di Kelurahan Babakan Pasar keragaman budaya maupun keyakinannya. Selain budaya Sunda, terdapat juga budaya China sangat kental dijumpai. Banyak penduduk yang merupakan masyarakat keturunan China. Fakta dilapangan dapat dilihat dari bentuk rumah, kebiasaan, ritual keagamaannya sangat terlihat mana yang penduduk asli dan mana yang warga keturunan.

48 Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang ada di Kelurahan Babakan Pasar yaitu 1 buah Puskesmas yang terletak di pusat Kelurahan. Puskesmas ini dilengkapi dengan fasilitas seorang dokter dan praktek bidan. Selain itu, di Kelurahan Babakan Pasar terdapat 2 buah poliklinik, serta 4 buah Laboratorium dan apotek. Dilihat dari sarana kesehatan Kelurahan Babakan Pasar cukup lengkap Sektor Ekonomi Sektor ekonomi yang dominan di Kelurahan Babakan Pasar adalah sektor perikanan dan sektor perdagangan. Pada sektor perikanan terdapat 20 kepala keluarga yang mempunyai budidaya karamba, dan pada sektor perdagangan terdapat toko serta 66 warung (Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2007). Sektor perdagangan dominan, karena Kelurahan Babakan Pasar berada di dekat dengan pusat kota dan dekat dengan pusat perbelanjaan Pasar Bogor. Jika dini hari wilayah Kelurahan Babakan Pasar menjadi pasar tumpah, karena banyak pedagang sayuran, dan biasanya mulai pasang lapak sekitar pukul 02:00 WIB dini hari, dan berakhir sekitar pukul 5:30 WIB pagi hari. 5.2 Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan oleh DLHK Program pencegahan pencemaran lingkungan merupakan program kerja dari pemerintah, untuk menanggulangi masalah lingkungan, salah satunya masalah sampah. Sampah sudah menjadi masalah di setiap kota, contohnya di Kota Bogor, yang mempunyai potensi sampah pada tahun 2005 mencapai m 3 /tahun atau sekitar m 3 /hari dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) hanya bisa melayani sekitar 69% wilayah di Kota Bogor (DLHK 2007). Menurut laporan kegiatan DLHK 2007, bahwa daerah bantaran sungai termasuk salah satu wilayah yang sulit dijangkau oleh petugas dan kurang memadainya prasarana persampahan. Kebiasaan masyarakat bantaran sungai yang mempunyai kebiasaan membuang sampah ke sungai, merupakan masalah dari pencemaran lingkungan di Kota Bogor.

49 34 Penurunan kualitas air terutama air sungai bersumber dari pencemaran limbah industri (industrial wastes), air buangan rumah tangga (domestic wastes), dan limbah kegiatan bisnis lainnya (commercial wastes). Di samping limbah cair, potensi sumber lainnya adalah pencemaran limbah padat. Limbah yang dihasilkan oleh masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai. Mengingat pentingnya sumber daya alam seperti halnya udara, air yang menjadi sumber daya alam utama yang berguna untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Selain itu, air dibutuhkan pula sebagai keperluan dasar pembangunan ekonomi negara, sebab air merupakan komponen yang mutlak diikutsertakan dalam berbagai sektor usaha perekonomian seperti pertanian, perikanan, perhotelan, pertambangan, perindustrian dan sebagainya. Oleh sebab itu air perlu dikelola agar tetap berfungsi secara ekologis, guna menunjang pembangunan berkelanjutan. Dengan alasan berikut pemerintah pusat melalui DLHK Kota Bogor, mengadakan kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan yang merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai implementasi dari program pemerintah yaitu program pencegahan pencemaran lingkungan. Kegiatan ini mempunyai latar belakang, bahwa masalah pengelolaan lingkungan hidup mempunyai nilai yang sangat penting dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan, yang telah ditetapkan sebagai kebijakan dasar pembangunan nasional. Untuk itu pemanfaatan sumber daya alam yang selama ini digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, harus tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sungai yang melintasi di Kota Bogor adalah Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane. Berbagai penggunaan lahan sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung dan Cisadane menyebabkan sungai tersebut menerima beban pencemaran berupa limbah dan hasil kegiatan manusia. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas air sungai mengalami penurunan. Sumber pencemaran yang potensial berasal dari kegiatan industri dan domestik yang membuang limbahnya (baik cair maupun padat) ke badan air.

50 35 Dengan adanya sarana dan prasarana pengelolaan sampah, diharapkan masyarakat bantaran sungai bisa lebih mengerti akan pentingnya lingkungan. Karena dari hasil survai DLHK 2007 selama ini alasan kecenderungan masyarakat di sekitar sungai untuk membuang limbah langsung ke sungai adalah : Tidak adanya TPS di beberapa lokasi yang ada di sekitar DAS Ciliwung Lokasi TPS atau bak penampung limbah relatif lebih jauh daripada jarak sungai dengan sumber sampah Menurut masyarakat, bahwa membuang sampah ke sungai lebih cepat, murah dan tidak berdampak langsung bagi pembuang atau masyarakat yang membuang Tidak tegasnya pelaksanaan sanksi terhadap pembuangan sampah di badan sungai Semakin tingginya tingkat pencemaran dan belum dilaksanakannya pengendalian pencemaran secara terpadu dan sistematis, merupakan permasalahan yang hingga saat ini masih belum optimal pemecahannya dilaksanakan. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan terutama ditekankan pada tindakan preventif dalam melakukan pengendalian pencemaran melalui penurunan beban pencemaran. Oleh karena itu DLHK memberikan bantuan berupa tempat sampah, gerobak sampah dan papan-papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai. Diharapkan dengan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah di Kelurahan Babakan Pasar, masyarakat bisa lebih tertib dan teratur dalam pengelolaan sampah di bantaran sungai. Melalui kegiatan DLHK ini diharapkan dapat mengurangi beban sampah dan meminimalisasi kebiasaan masyarakat yang mempunyai kebiasaan membuang sampah ke sungai, sesuai dengan tujuan dari DLHK yaitu untuk meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan hidup lingkungan hidup terutama kualitas air (sungai). Yang merupakan sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat di sekitar bantaran sungai dan hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak berupa : 1. Tersedianya informasi atau data kualitas lingkungan hidup Kota Bogor 2. Tersedianya tong sampah organik dan anorganik 3. Tersedianya gerobak sampah

51 36 4. Tersedianya sarana pembinaan/ sosialisasi berupa papan informasi 5. Perubahan perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai Dari hasil pengamatan di lapangan, kegiatan ini belum memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnya dari jumlah tempat sampah yang masih kurang untuk ukuran kelurahan, daya tampung tempat sampah yang terlalu kecil untuk menampung sampah, dan penempatan tempat sampah yang tidak melibatkan masyarakat. Bantuan yang diberikan cenderung bersifat top down yang tidak melibatkan masyarakat dalam mekanisme bantuan ini dan hanya memberikan bantuan tanpa ada pembangunan kelembagaan pengelolaan sampah. 5.3 Karakteristik Internal Responden Karakteristik internal responden masyarakat bantaran Sungai Ciliwung adalah gambaran dari karakteristik masing-masing responden atau secara keseluruhan. Data yang ditampilkan berupa data secara umum dari masing-masing pengklasifikasian berdasarkan karakteristik responden. Karakteristik internal responden dibagi menjadi jenis kelamin, umur dengan satuan tahun, lama pendidikan dengan satuan tahun, pendapatan dengan satuan Rp./ Bulan, lama bermukim dengan satuan tahun dan jarak rumah dari sungai dengan satuan meter, status pekerjaan, frekuensi membuang sampah dengan satuan berapa kali dalam sehari, jumlah dan jenis sampah yang dibuang, dan cara membuang sampah. Pada penelitian ini yang akan diukur sebagai faktor internal yang mempengaruhi persepsi responden tentang kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan yaitu umur, pendidikan, pendapatan, lama bermukim dan jarak rumah dari sungai. Pada karakteristik yang menjadi faktor internal dalam penelitian, digolongkan menjadi tiga kelas. Responden pada penelitian ini adalah terdiri dari 27 perempuan dan 23 laki-laki. Untuk lebih lengkapnya dapat dapat dilihat pada Tabel 6.

52 37 Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Internal Tahun 2008 Karakteristik Usia (tahun) Jumlah (Jiwa) Responden Persentase (%) 18 sampai sampai Total Pendidikan (tahun) 0 3 sampai sampai Total Pendapatan (bulan) 0 Rp Rp Rp Rp Rp Total Jarak (meter) 0 2 sampai sampai Total Lama Bermukim (tahun) 0 1 sampai sampai Total Sumber : Diolah dari Data Primer, 2008 Rata-rata 39 8 Rp Umur Menurut tingkatan umur responden, presentase terbesar berada pada kisaran umur tahun, namun kisaran umur responden tidak menunjukkan perbedaan yang jelas. Menurut Hurlock (1980) diacu dalam, bahwa tahap perkembangan manusia terdiri dari tahap anak-anak periode awal (2-6 tahun), anak-anak periode akhir (6 - matang secara seksual), remaja awal (13-16 tahun), remaja akhir (16-18 tahun), dewasa dini (18-40 tahun), dewasa madya (40-60 tahun) dan dewasa lanjut (>60 tahun). jadi kisaran umur responden berada pada tahap dewasa dini dengan dewasa madya. Rata-rata umur responden 39 tahun,

53 38 berada pada tingkatan dewasa madya (Hurlock 1980). Sebaran responden bardasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Sebaran Responden Berdasarkan Umur Pendidikan Pada sebaran responden berdasarkan jenjang pendidikan yang dapat dilihat pada Gambar 5, menunjukkan 8 12 tahun mempunyai presentase yang besar, yaitu 53%. Hal ini dapat dijelaskan bahwa responden mempunyai pendidikan yang berada pada kisaran 8 12 tahun atau pada tingkat tamat SD sampai SMA. Ini sesuai dengan monografi Kelurahan Babakan Pasar, jumlah penduduk Kelurahan Babakan Pasar berdasarkan pendidikan pada Tabel 4, bahwa presentase penduduk yang sekolah hingga tamat SMA sebesar 87,59% dari jumlah penduduk berdasarkan pendidikan sebanyak jiwa. Rata-rata jenjang pendidikan responden yaitu 8 tahun, yang menunjukkan tingkat pendidikan responden masih rendah karena belum mencapai program wajib belajar sembilan tahun. Gambar 5. Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan

54 Pendapatan Presentase terbesar pendapatan responden yaitu pendapatan dari Rp Rp dan presentase terkecil yaitu sebesar 18% pada kisaran lebih dari sama dengan Rp Hal ini menjelaskan bahwa pendapatan responden baik, bila dibandingkan pendapatan UMR per bulan Kota Bogor adalah Rp per bulan menunjukkan bahwa responden banyak yang memiliki pendapatan yang rendah, bahkan ada responden yang mempunyai penghasilan sangat rendah sampai Rp per bulan, karena responden bekerja sebagai buruh cuci, ataupun bekerja sambilan dengan penghasilan tidak tetap. Sebaran responden berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan Jarak Rumah dari Sungai Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa sebaran responden berdasarkan jarak rumah dari sungai mempunyai presentase yang tidak berbeda jauh. Karena memang responden yang diambil merupakan masyarakat yang berada di bantaran sungai. Dalam penelitian ini yang dimaksud masyarakat bantaran sungai adalah masyarakat yang tinggal atau bermukim dengan jarak rumah 100 meter dari sungai. Kondisi pemukiman pada tempat penelitian, dengan kondisi rumah yang berada dipinggiran sungai dan posisi rumah yang membelakangi sungai.

55 40 Gambar 7. Sebaran Responden Berdasarkan Jarak Rumah dari Sungai Lama Bermukim Lama bermukim adalah jumlah tahun responden bermukim dari lahir sampai dilakukannya penelitian ini. Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa presentase terbesar yaitu sebaran responden pada lama bermukim yaitu sebesar 72% pada 1 13 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tinggal di wilayah bantaran sungai ini relatif belum lama. Banyak pendatang yang datang ke wilayah ini mulai tahun 1995-an. Gambar 8. Sebaran Responden Berdasarkan Lama Bermukim Jenis Pekerjaan Pekerjaan merupakan kegiatan dan jenis pekerjaan dari responden yang dikerjakan pada waktu penelitian ini dilaksanakan. Dari hasil wawancara, pekerjaan responden terbagi menjadi lima status pekerjaan yaitu, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, wiraswasta, buruh dan ibu rumah tangga. Mayoritas pekerjaan dari responden yaitu sebagai ibu rumah tangga, yang menunjukkan bahwa dalam satu keluarga dominan suami yang bekerja, jadi pada saat penelitian

56 41 dilakukan sebagian besar kepala rumah tangga dari responden sedang bekerja. Selain ibu rumah tangga, pekerjaan yang dominan dikerjakan oleh responden adalah wiraswasta dan buruh. Kondisi di lapangan memang banyak sekali warung-warung di sepanjang jalan, yang berupa warung sembilan bahan pokok atau pun warung-warung nasi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, maka mereka memilih untuk berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun dengan persaingan yang ketat karena banyak sekali masyarakat yang memilih untuk berjualan. Begitu pula dengan masyarakat yang bekerja sebagai buruh, yang merupakan pekerjaan yang tidak pasti. Kondisi di lapangan, responden banyak yang menjadi buruh cuci dan buruh bangunan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Buruh Ibu Rumah Tangga Total Cara Membuang Sampah Cara membuang sampah adalah perlakuan responden dalam membuang sampah. Terdapat beberapa cara membuang sampah yang dilakukan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung antara lain ; (1) dibuang sendiri ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS); (2) dibakar; (3) dibuang ke tempat sampah rumah tangga; (4) ditimbun; (5) dibuang ke sungai. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 8. Responden yang membuang sampah langsung ke TPS yaitu dengan cara setelah sampah dikumpulkan di tempat sampah yang ada di rumah, setelah penuh baru mereka membuang sampah ke TPS yang berada di tepi jalan besar Kelurahan Babakan Pasar. Persentase responden yang melakukan cara ini sebesar (22,50%), umumnya responden sambil berangkat bekerja mereka sekalian membawa sampah yang sudah penuh di tempat sampah rumah responden yang kemudian di buang di

57 42 TPS. Responden yang lain Dibakar dan ditimbun menjadi alternatif responden untuk cara membuang sampah, namun hanya 5,00% dan 2,50% yang menunjukkan bahwa sedikit responden yang membuang sampah dengan cara dibakar dan ditimbun karena keterbatasan lahan. Penimbunan dan pembakaran sampah umumnya dilakukan di belakang rumah yang berada di tepi sungai. Responden yang lain, membuang sampah dengan membuang sampah ke sungai dengan persentase sebesar 7,50%. Mereka beranggapan bahwa dengan membuang sampah ke sungai tidak masalah karena akan terbawa arus, apalagi pada waktu air sungai sedang pasang Anggapan lain bahwa sampah yang mempunyai aroma yang busuk, misalnya sampah ikan, udang dan lain-lain tidak masalah jika dibuang ke sungai. Sebagian besar responden yang membuang sampah pada tempat sampah milik sendiri. Jenis tempat sampah milik rumah tangga yang terbuat dari kaleng cat yang besar ataupun dari ember yang mereka simpan di dalam rumah maupun diluar rumah. Dan ada juga responden yang membuat tempat sampah secara permanen dengan cara membuat bak seman permanen dengan ukuran kurang lebih 1 meter x 1 meter, di depan rumah responden. untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Cara Membuang Sampah Cara Membuang Sampah Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Dibuang langsung ke TPS Dibakar Dibuang pada tempat sampah milik masing-masing rumah tangga Ditimbun Dibuang ke sungai Total Frekuensi Membuang Sampah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi membuang sampah responden berkisar antara satu sampai dua kali sehari hingga tiga hari sekali. Persentase frekuensi dalam membuang sampah paling besar yaitu sehari sekali sebesar 55,00% dan yang terkecil yaitu tiga hari sekali sebesar 5,00%. Frekuensi

58 43 membuang sampah ini terkait dengan usaha yang digeluti responden. mereka yang memiliki usaha warung atau sebagai pedagang sayuran yang memiliki jumlah sampah yang banyak akan lebih sering membuang sampah, sedangkan responden dengan pekerjaan tidak terkait dengan usaha tersebut cenderung membuang sampah sehari sekali atau dua hari sekali, secara lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Frekuensi Membuang Sampah Frekuensi Membuang Sampah Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Sehari 2 kali Sehari 1 kali hari sekali hari sekali Total Jumlah dan Jenis Sampah Jumlah sampah adalah banyaknya sampah responden dalam sekali buang. Kisaran jumlah sampah yang dibuang, yaitu antara dua sampai tiga kilogram dalam sekali buang. Biasanya responden membuang sampah dengan ukuran kantong plastik yang besar. Namun ada pula responden yang membuang sampah seberat 15 kg sekali buang, dengan menggunakan wadah palstik atau karung beras yang ukuran kecil (sekitar 25 kg). Umumnya responden ini mempunyai pekerjaan sebagai penjual sayuran yang limbah barang dagangnya cukup banyak. Jenis sampah adalah macam-macam sampah yang dibuang oleh responden, yang digolongkan menjadi sampah organik yang terdiri dari sampah sayuran, sisa-sisa makanan, dan sampah anorganik yang terdiri dari sampah plastik, kaleng, botol dan sampah yang sulit terurai lainnya. Dari hasil pengamatan, jenis sampah yang dominan pada rumah tangga responden yaitu sampah organik. Hal ini dikarenakan sampah rumah tangga responden lebih banyak sisa makanan, sampah sayuran. Sedangkan sampah anorganik tidak terlalu banyak, karena sebagian besar responden cenderung menggunakan kemasan isi ulang, seperti botol shampo, botol minyak dan lain-lain.

59 Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor di luar individu responden yang mempengaruhi persepsi responden. Faktor eksternal yang terdiri dari iuran, fasilitas pengelolaan sampah dan tokoh penggerak. Persepsi responden terhadap faktor eksternal ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Sebaran Persepsi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal No Faktor Eksternal Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 2 Iuran Pengangkutan Sampah Fasilitas Pengelolaan Sampah 3 Tokoh Penggerak Berpengaruh Sumber : Data Primer Diolah, 2008 Setuju Tidak Setuju Tidak Lengkap Tidak Lengkap Tidak Tidak Berpengaruh Berpengaruh Tidak Berpengaruh Iuran Pengangkutan Sampah Iuran merupakan kompensasi untuk petugas pengangkut sampah. Kondisi di lapangan sebelum adanya batuan ini iuran pengangkutan sampah tidak berjalan dengan baik, karena memang mekanisme pengangkutan sampah yang belum tertata rapih. Setelah adanya kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan ini yang memberikan bantuan tempat sampah dan gerobak sampah, membuat masyarakat membangun kembali mekanisme pengangkutan sampah, dengan kata lain kegiatan ini memberikan fasilitas untuk masyarakat dalam pengelolaan sampah. Dari hasil pengamatan masyarakat pun berpartisipasi dalam kegiatan ini, contoh kasus gerobak sampah. Gerobak sampah bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) mempunyai kapasitas dan bentuk yang besar, sedangkan kondisi Kelurahan Babakan Pasar dengan bentuk dan ukuran jalan yang kecil membuat bantuan gerobak dari DLHK tidak bisa beroperasi dengan optimal. Dari masalah tersebut akhirnya masyarakat Kelurahan Babakan Pasar yang tidak terjangkau oleh gerobak sampah bantuan dari DLHK contohnya pada

60 45 daerah Pulo Geulis yang haru melewati jembatan untuk menjangkau daerah Pulo Geulis, berinisiatif untuk membuat sendiri gerobak sampah yang lebih proporsional dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Mekanisme dari iuran pengangkutan sampah, dikelola oleh masing-masing RT. Dari hasil kuesioner pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa presentase responden yang menyatakan setuju dengan adanya iuran pengelolaan sampah sebesar 100%, karena iuran dalam pengelolaan sampah tidak ada nilai minimal atau kewajiban untuk membayar. Responden setuju akan adanya iuran pengelolaan sampah, karena nilai iuran sampah tidak ditetapkan pada nilai tertentu, tetapi responden boleh bayar seikhlasnya pada orang yang mengangkut sampah. Biasanya responden membayar iuran pada saat sampah diangkut, dengan kisaran iuran sebesar Rp ,00 Rp ,00 per pengangkutan. Jadi, masyarakat pun tidak merasa terbebani dengan adanya iuran tersebut. Seperti yang dikatakan oleh responden seorang ibu dengan pekerjaan buruh cuci, menyatakan : Kalo masalah iuran, ibu juga ngerti dan ngga beban buat bayar iuran. Lagian kita bayar juga seikhlasnya. Sesuai kok sama tugas orang yang mengangkut sampah dari rumah ke rumah, jadi wajar kalo kita bayar dia Gambar 9. Pernyataan Responden tentang Iuran Fasilitas tempat sampah Fasilitas tempat sampah adalah kelengkapan insfrastruktur pengelolaan sampah yang dilihat dari adanya tempat sampah, gerobak sampah, orang pengangkut sampah dan TPS. Sebelum adanya kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan, fasilitas tempat sampah di Kelurahan Babakan Pasar kurang lengkap. Fasilitas tempat sampah yang ada sebelum kegiatan ini, hasil dari inisiatif masyarakat Kelurahan Babakan Pasar dan hanya mengandalkan aparatur desa yang bergerak. Dengan adanya kegiatan ini,

61 46 yang memfasilitasi mulai dari tempat sampah, pengangkutan sampah dengan diberikannya gerobak sampah, sampai pada Tempat Pembuangan Sementara (TPS), membuat lingkungan dan kondisi masyarakat yang tadinya belum teratur dalam hal penanganan sampah, menjadi lebih teratur. Dari hasil wawancara didapat presentase terbesar responden yang menyatakan fasilitas tempat sampah di lingkungannya cukup lengkap sebesar 70%. Gambar 10. Pernyataan Responden tentang Fasilitas Tempat Sampah Tokoh Penggerak Dalam penelitian ini, tokoh penggerak yaitu seorang yang mempunyai peran penting atau pengaruh dalam pencegahan dan mekanisme pengelolaan sampah. Tokoh sangat penting untuk membangun dan mangarahkan masyarakat ke arah lebih bagus. Dalam hal pengelolaan sampah, tokoh penggerak bisa untuk memberitahukan bahayanya jika kita membuang sampah ke sungai, dampakdampak dari sampah yang dibuang ke sungai, menegur jika ada masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Di Kelurahan Babakan Pasar, tokoh yang berpengaruh yaitu Lurah Babakan Pasar yaitu Bapak Wawan Darwan, Bapak Kusmana seorang staf kelurahan bagian ketentraman dan ketertiban, Bapak Makmur seorang Sekretaris kelurahan, serta Bapak Afud seorang RT dan pengusaha budidaya Udang Lobster. Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan pernyataan berpengaruh atau tidaknya tokoh penggerak dalam mekanisme pengelolaan sampah. Dari hasil wawancara, presentase terbesar responden yang menyatakan berpengaruh sebesar 65,00%.

62 47 Gambar 11. Pernyataan Responden tentang Tokoh Penggerak 5.5 Persepsi Responden tentang Kegiatan Persepsi responden tentang kegiatan ini yang berupa bantuan tempat sampah yang ditempatkan di daerah bantaran sungai merupakan tanggapan atau pendapat dan penilaian responden baik terhadap tujuan kegiatan, sosialisasi kegiatan, kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan serta pemantauan kegiatan yang diukur dari jumlah pernyataan positif yang didistribusikan untuk lima macam penilaian atau persepsi yaitu, sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1, tidak setuju (TS) dengan skor 2, netral (N) dengan skor 3, setuju (S) dengan skor 4 dan sangat setuju (SS) dengan skor 5. Persepsi positif diukur dari penjumlahan pernyataan yang setuju dan sangat setuju sedangkan persepsi yang negatif diukur dari penjumlahan pernyataan tidak setuju dan sangat tidak setuju Persepsi Responden tentang Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan adalah ketentuan yang sudah ditentukan sebelum kegiatan ini dijalankan. Tujuan dari kegiatan ini yaitu, untuk meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan hidup lingkungan hidup terutama kualitas air (sungai). Harapan (expectation) dari kegiatan ini adalah tercapainya tujuan dan adanya manfaat bagi objek dalam hal ini masyarakat. Pengetahuan tentang tujuan dan manfaat adalah penting bagi masyarakat, karena pengetahuan ini akan mempengaruhi persepsi sehingga akhirnya mempengaruhi proses keputusan dalam membuang sampah (Sumarwan 2003). Hal tersebut diketahui dari penilaian persepsi responden terhadap tujuan kegiatan terhadap delapan pernyataan positif tujuan kegiatan. Presentase terbesar responden yang mempunyai pendapat setuju sebesar 50.00% sedangkan yang

63 48 berpendapat sangat setuju yaitu sebesar 30.30%. jadi yang mempunyai persepsi yang positif tentang tujuan kegiatan sebesar 80.30%. Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Persepsi tentang Tujuan Kegiatan Tahun 2008 No Pernyataan Kegiatan Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan memberikan manfaat bagi masyarakat. Kegiatan ini mengurangi sikap masyarakat yang membuang sampah ke sungai Kegiatan ini akan mengurangi sampah yang dibuang ke sungai Kegiatan ini membuat masyarakat sadar dan tidak membuang sampah ke sungai Kegiatan ini membuat lingkungan menjadi lebih bersih Kegiatan ini menjadikan pengangkutan sampah menjadi teratur Kegiatan ini mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat Kegiatan ini memberikan kemudahan untuk membuang sampah Kegiatan ini membuat masyarakat menjadi lebih teratur dalam pengelolaan sampah Persepsi Responden STS TS N S SS Jumlah (Jiwa) Total (Jiwa) Persentase (%) Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju N = Netral S = Setuju SS = Sangat Setuju Sumber : Data Primer Diolah, 2008 Mayoritas responden mempunyai persepsi positif terhadap tujuan dan manfaat kegiatan, karena sebagian responden beranggapan bahwa kegiatan ini sangat penting, untuk meminimalisir sikap atau kebiasaan masyarakat yang suka membuang sampah di sungai. Dan dengan adanya pengadaan sarana dan prasarana, seperti tempat sampah, gerobak sampah dan papan himbauan agar tidak membuang sampah di sungai, masyarakat merasa diberikan kemudahan dalam

64 49 pengelolaan sampah. Seperti beberapa pernyataan responden yang berpendapat positif terhadap kegiatan. Pernyataan 1 menunjukkan seberapa besar manfaat dari kegiatan, dari hasil kuesioner sebanyak 21 responden yang menyatakan setuju dan 19 responden berpendapat sangat setuju. Presentase responden yang mempunyai persepsi positif sebesar 100,00%, karena kegiatan ini memang memberikan manfaat untuk masyarakat dengan adanya bantuan tempat sampah, gerobak sampah dan papan informasi. Pernyataan 2 dan 3, merupakan tujuan dari kegiatan, yaitu untuk mengurangi beban sampah yang dibuang ke sungai dan mengurangi sikap masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai. Seperti penjelasan Ibu Ane D. Rulianti, S.Si. M.Sc sebagai staf DLHK bagian Kasi Pembinaan dan Kemitraan dan sebagai ketua pelaksana dari kegiatan ini mengatakan : Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan hidup terutama kualitas air (sungai). Dan mengapa bidang saya yang dipercaya untuk menjalankan kegiatan ini? Karena memang sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat bantaran sungai, untuk mengubah budaya dan kebiasaan masyarakat yang biasa membuang sampah ke sungai dan mengurangi beban sampah di bantaran sungai Jumlah responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju pada pernyataan 2 sebanyak 31 responden dan pernyataan 3, sebanyak 30 responden. Responden mempunyai persepsi yang positif terhadap pernyataan 2 dan pernyatan 3. Pernyataan 4, yang menyatakan Kegiatan ini membuat masyarakat sadar dan tidak membuang sampah ke sungai mendapatkan persepsi dari responden cukup berimbang antara responden yang mempunyai persepsi positif dan persepsi negatif. Hal ini dikarenakan, mayarakat beranggapan, susah untuk membuat masyarakat sadar agar tidak membuang sampah ke sungai, karena ada faktor kebiasaan dan budaya dengan beberapa pertimbangan. Masyarakat memilih untuk membuang sampah ke sungai, karena mereka beranggapan sampah akan terbawa oleh arus sungai, seperti pernyataan responden seorang ibu rumah tangga : Lamun masalah sampah baseuh misalna sisa-sisa udang, ibu mah mening buang ka kali, masalahna bau lamun dibuang ka tempat sampah mah

65 50 Responden mempunyai persepsi yang positif tentang pernyataan 5 dan 6 yang menyatakan kegiatan ini membuat lingkungan menjadi lebih bersih dan teratur. Responden merasa bahwa kegiatan ini memberikan kontribusi terhadap lingkungan, walaupun belum secara nyata terlihat ada perubahan setelah adanya bantuan dari kegiatan DLHK ini. Serti kutipan dari pernyatan responden yaitu seorang pensiunan yang sedang berwiraswasta menyatakan : Saya sangat menyambut program ini, karena dengan adanya program bantuan ini masyarakat di RT ini khususnya dan masyarakat Kelurahan Lebak Pasar umumnya, bisa belajar dan mulai membiasakan untuk mengelola sampah menjadi lebih teratur Pernyataan 7 yang menyatakan bahwa kegiatan ini mendapatkan tanggapan yang positif dari masyarakat mendapat persepsi yang positif dengan jumlah responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan 7 sebanyak 37 responden. Seorang ibu yang bekerja sebagai buruh pabrik berpendapat : Ibu sangat setuju dengan program bantuan tempat sampah ini, karena belum pernah ada bantuan tempat sampah di RT saya. Tapi, kadang-kadang program hanya untuk gugur kewajiban pemerintah.doang. Saya berharap tujuan program ini bukan cuma program dan ngomong doang. Pada pernyataan 8 dan 9 yang menyatakan tentang keteraturan dan kemudahan dalam membuang sampah setelah adanya kegiatan ini, mendapatkan persepsi yang positif dengan jumlah responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju sebanyak 39 responden pada pernyataan 8 dan 30 responden pada pernyataan 9. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ini memang memberikan kemudahan dalam membuang atau mengangkut sampah. Dengan bantuan tempat sampah dan gerobak sampah, pengelolaan sampah pun menjadi lebih teratur dibandingkan sebelum adanya kegiatan ini. Beberapa pernyataan dari responden yang mempunyai persepsi positif, diantaranya responden seorang pedagang (wiraswasta) yang merasakan dampak kegiatan : Saya sangat setuju dengan program bantuan tempat sampah ini, karena lingkungan menjadi lebih bersih dan teratur. Apalagi dengan adanya bantuan gerobak sampah, jadi saya buang sampah dagang saya ke tempat sampah itu, ngga perlu buang jauh-jauh ke TPS

66 51 Dan menurut seorang Ibu yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengatakan bahwa : Pasti semua program dari pemerintah mempunyai tujuan yang sangat baik, contohnya program bantuan tempat sampah ini. Kalo saya lihat, tujuannya supaya masyarakat tidak membuang sampah ke sungai. Tapi, biasanya budaya pemerintah Indonesia, banyak oknum-oknum yang suka nyeleneh Persepsi Responden tentang Sosialisasi Kegiatan Selain persepsi tentang tujuan kegiatan, juga disediakan dua pernyataan positif tentang sosialisasi kegiatan. Persepsi mengenai sosialisasi kegiatan ini diukur dengan menyatakan kegiatan ini mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat, kegiatan ini disosialisasikan dengan baik, kegiatan penempatan tempat sampah diinformasikan dengan baik. Persepsi responden berdasarkan sosialisasi kegiatan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Persepsi tentang Sosialisasi Kegiatan Tahun 2008 Persepsi Responden Jumlah No Pernyataan STS TS N S SS (Jiwa) 1 Kegiatan ini disosialisasikan dengan baik Kegiatan penempatan tempat sampah diinformasikan dengan baik Total (Jiwa) Persentase (%) Sumber : Data Primer Diolah, 2008 Diketahui dari Tabel 7, jumlah presentase yang mempunyai persepsi negatif sebesar 56,25%. Hal tersebut dikarenakan mayoritas masyarakat responden menganggap bahwa sosialisasi kegiatan ini tidak optimal karena kurang melibatkan masyarakat. Pernyataan 1 dan 2 yang menyatakan bahwa sosialisasi kegiatan dilakukan dengan baik dan penempatan tempat sampah diinformasikan dengan baik mendapatkan persepsi yang negatif. Jumlah responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju pada pernyataan 1 sebanyak 23 responden sedangkan pada pernyatan 2 sebanyak 22 responden. Nilai ini menunjukkan bahwa sosialisasi bersifat top down. Pemberian bantuan tanpa ada informasi yang jelas tentang

67 52 bantuan tersebut. Seperti beberapa pernyataan dari respondenyang bekerja sebagai buruh, menyatakan bahwa : Saya rasa tidak ada sosialisasi tentang bantuan ini, tau-tau langsung ada dan ditempatkan aja Seorang buruh cuci yang, menyatakan bahwa : Saya ngga tahu kalo bantuan ini, bantuan dari DLHK, tapi saya tahunya bantuan dari Kelurahan, masalahnya ngga ada sosialisasi dari DLHK nya sendiri Dan seorang karyawan swasta, yang menyatakan bahwa : Sebaiknya sosialisasi dilakukan door to door, dan ada pemberitahuan sebelumnya seperti undangan kepada setiap kepala keluarga atau kepada RT dan kemudian RT menyampaikan sama kepala keluarga. Karena saya karyawan swasta yang berangkat pagi pulang sore, jadi kurang tahu kalo ada rapat atau kegiatan RT Masyarakat mempunyai pengetahuan bahwa bantuan ini merupakan bantuan dari kelurahan. Karena memang sistem sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) yaitu sosialisasi melalui Kelurahan kemudian dari Kelurahan baru disosialisasikan kepada masyarakat melalui RT dan RW masing-masing. Seperti yang dikatakan Ibu Ane D. Rulianti, S.Si. M.Sc sebagai staf DLHK bagian Kasi Pembinaan dan Kemitraan dan sebagai ketua pelaksana dari kegiatan ini mengatakan : Sosialisasi kegiatan kami lakukan tidak langsung ke masyarakat, kami memberdayakan Kelurahan sebagai aparatur yang tahu bagaimana kondisi masyarakatnya dan apa yang diinginkan masyarakat. Tekhnis sosialisasi dimulai dari Kelurahan kemudian Kelurahan yang menyampaikan pada masyarakat melalui RT dan RW yang ada di kelurahan Babakan Pasar Persepsi Responden tentang Kualitas, Kuantitas dan Lokasi Kegiatan Kegiatan ini memberikan bantuan berupa tempat sampah sebanyak 18 set dengan penjelasan tentang sampah organik dan anorganik, gerobak sampah sebanyak 4 buah dan papan informasi serta himbauan untuk tidak membuang sampah sebanyak 2 buah. Kriteria penempatan tempat sampah di Kelurahan Babakan Pasar, karena merupakan wilayah bantaran sungai yang berada di pusat

68 53 kota. Persepsi tentang kualitas tempat sampah, kuantitas (jumlah) tempat sampah dan lokasi tempat sampah, diukur dari tujuh pernyataan positif. Persepsi responden berdasarkan kualitas, kuantitas (jumlah) dan lokasi tempat sampah dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Persepsi tentang Kualitas, Kuantitas (Jumlah) dan Lokasi Kegiatan Tahun 2008 No Pernyataan Kegiatan ini memberikan himbauan agar membuang sampah pada tempatnya Kegiatan ini memberikan larangan agar tidak membuang sampah ke sungai Kuantitas/ jumlah tempat sampah sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat Tempat sampah cukup untuk menampung sampah Kekuatan tempat sampah sudah sesuai dengan kebutuhan Bentuk dan warna tempat sampah sesuai dengan kebutuhan masyarakat Masyarakat tahu dimana letak tempat sampah bantuan dari program ini Persepsi Responden STS TS N S SS Jumlah (Jiwa) Total (Jiwa) Persentase (%) Sumber : Data Primer Diolah, 2008 Diketahui dari Tabel 13 bahwa distribusi jawaban untuk penilaian (sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju), presentase persepsi lebih banyak berpendapat setuju pada pernyataan no.1 sampai no.7 yaitu sebesar 55,70%. Presentase responden pada urutan dua yaitu pada pernyataan tidak setuju, sebesar 22,90%. Mayoritas responden mempunyai persepsi yang positif terhadap kualitas, kuantitas dan lokasi, karena masyarakat beranggapan jika dilihat dari bentuk, warna dan kekuatan bantun tempat sampah sudah sangat bagus dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dilihat dari pernyataan 1 sampai pernyataan 7. Seperti pernyataan dari seorang Ibu yang bekerja sebagai buruh cuci yang berpendapat: Alhamdulillah, di RT kita bisa dapet bantuan tempat sampah yang bagus, harusnya satu keluarga dapet satu tempat sampah.

69 54 Kemudian seorang pedagang berpendapat : Kalo dilihat dari bentuk, warna dan kekuatan udah bagus, ibu juga mau kalo dikasih. Tapi daya tampungnya kurang gede, baru juga bentar udah langsung penuh aja, terus kurang banyak tempat sampahnya. Akan tetapi pernyataan no.4 yang menyatakan tempat sampah cukup untuk menampung sampah mendapatkan persepsi yang negatif dengan jumlah responden yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju sebanyak 25 responden. Hal ini menunjukkan bahwa daya tampung tempat sampah kurang besar untuk menampung jumlah sampah di wilayah kelurahan. Pengamatan di lapangan, menunjukkan bahwa penempatan lokasi tempat sampah yang cukup bermasalah. Karena fakta dilapangan, penempatan tempat sampah yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti pernyataan beberapa responden terhadap penempatan lokasi tempat sampah : Seorang Ibu yang di depan rumahnya ditempatkan tempat sampah bantuan menyatakan : Ibu aneh da, kenapa tempat sampah ditempatkannya pas banget di depan rumah saya, lagian pas juga didepan musholla. Jadi tetangga saya juga pada complain, akhirnya tempat sampahnya kita cabut. Kemudian seorang wiraswasta beranggapan : Ini program serius apa ngga sih, masa nyimpen tempat sampah ko di depan bale (tempat ronda). Terus pengangkutan sampah yang belum teratur, jadi sampah numpuk terus bau. Ya udah warga sini sepakat buat ngga buang sampah ke situ, jadi tempat sampahnya kita lakban (solasi). Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat mempunyai persepsi yang positif tentang kualitas, kuantitas dan lokasi bantuan kegiatan. Tapi, masyarakat kurang setuju dengan penempatan bantuan tempat sampah tanpa diinformasikannya kepada masyarakat, yang menyebabkan tempat sampah yang dibongkar oleh masyarakat karena penempatan yang tidak memberitahukan terlebih dahulu. Kemudian keinginan masyarakat terhadap daya tampung tempat sampah yang sedikit, agar bisa lebih besar. Karena dengan daya tampung yang besar, tempat sampah tidak akan cepat sekali penuh dan tercecer di luar tempat sampah.

70 Persepsi Responden tentang Pemantauan Kegiatan Selain persepsi tentang tujuan, sosialisasi, kualitas, kuantitas dan lokasi, kegiatan ini mengukur persepsi tentang pemantauan dari kegiatan ini. Persepsi tentang pemantauan, dideskripsikan melalui dua pernyataan. Persepsi responden berdasarkan pemantauan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Persepsi tentang Pemantauan Kegiatan Tahun 2008 Persepsi Responden Jumlah No Pernyataan STS TS N S SS (Jiwa) 1 Kegiatan ini dipantau dengan baik Kegiatan ini menjadi lebih baik setelah ada pemantauan Total (Jiwa) Persentase (%) Sumber : Data Primer Diolah, 2008 Tabel 14 menunjukkan bahwa presentase responden yang paling banyak pada persepsi tidak setuju sebesar 57,50%. Hal ini dikarenakan pemantauan yang menurut masyarakat kurang, bahkan masyarakat merasa tidak ada pemantauan. Pernyataan 1 dan 2, yang menyatakan pemantauan dilakukan dengan baik dan kegiatan menjadi lebih baik setelah ada pemantauan mendapatkan persepsi negatif dengan jumlah responden yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju pada pernyataan 1 sebanyak 28 responden dan pada pernyataan 2 sebanyak 32 responden. Pemantauan merupakan bagian yang sangat penting dalam menjalankan suatu kegiatan, karena dengan dilakukannya pemantauan maka akan ada evaluasi dan perbaikan terhadap kegiatan karena dari pemantauan tersebut akan terlihat kekurangan dan hasil di lapangan seperti apa. Pemantauan dari kegiatan DLHK, bisa disimpulkan belum optimal, karena masyarakat tidak tahu ada atau tidak pemantauan kegiatan ini. Dan belum ada perubahan dari kegiatan atau evaluasi dari kegiatan, dan kemudian kegiatan ini bisa lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

71 56 Menurut Bapak Kusmana yang menjabat sebagai Kepala Seksi Trantib (Ketentraman dan Ketertiban) mengatakan : Dari awal penempatan tempat sampah (Pertengahan Bulan April) di Kelurahan Babakan Pasar sampai dilakukan wawancara ini (Akhir Bulan Juni) belum ada dari DLHK melakukan pemantauan. Tapi, kami dari Kelurahan minimal dalam satu minggu, dua atau tiga kali mengusahakan berbaur dengan masyarakat agar tahu kondisi masyarakat, termasuk melihat kondisi bantuan dari kegiatan DLHK. Begitu juga masyarakat yang menyatakan bahwa belum ada pemantauan yang dilakukan oleh DLHK, seperti pernyataan dari seorang Bapak yang bekerja sebagai karyawan swasta : Pemantauan? Saya rasa belum ada pegawai dari Dinas yang berseragam kelihatan memantau dan bertanya pada warga bagaimana keluhan atau saran untuk program bantuan ini. Paling dari Kelurahan yang nanya, itu juga ngga khusus nanya program bantuan gimana, cuma selewat-selewat aja sambil ngobrol yang lain. Kemudian seorang Ibu Rumah Tangga beranggapan : Ah, saya mah ngga aneh sama program yang ngga tuntas, yah contohnya bantuan ini. Kadang saya pengen ketemu sama yang ngasih bantuan supaya bisa ngobrol dan sharing, sebenarnya untuk kebaikan mereka juga, supaya mereka bisa evaluasi apa saja yang perlu diperbaiki. Dari penjelasan tentang persepsi terhadap tujuan kegiatan, sosialisasi kegiatan, kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan serta pemantauan kegiatan. Dapat disimpulkan persepsi responden tentang kegiatan, yang dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Presentase Persepsi tentang Kegiatan

72 57 Secara umum, masyarakat bantaran sungai yang berada di Kelurahan Babakan Pasar mempunyai persepsi yang positif tentang kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dengan presentase yang menyatakan setuju dan sangat setuju sebesar 63,63%. Tapi, dilihat dari tujuan, sosialisasi, kualitas, kuantitas dan lokasi serta pemantauan kegiatan, masyarakat mempunyai persepsi yang negatif tentang sosialisasi dan pemantauan. Sedangkan persepsi tentang tujuan dan kualitas, kuantitas, lokasi kegiatan mempunyai persepsi yang positif. 5.6 Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi Responden tentang Kegiatan Hubungan faktor internal masyarakat bantaran Sungai Ciliwung yang berada di Kelurahan Babakan Pasar dengan persepsi tentang kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dapat diketahui dengan melakukan Uji Korelasi Peringkat Spearman (Rank Spearman). Dalam uraian berikut ini disajikan mengenai hubungan faktor internal dengan variabel tujuan kegiatan, sosialisasi, kegiatan, kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan serta pemantauan kegiatan (Tabel 15). Tabel 15. Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi Responden tentang Kegiatan Persepsi Tentang Tujuan Kegiatan No Faktor Internal Nilai Probabilitas (Uji Dua Pihak) Nilai Koefisien Korelasi (r s ) 1 Umur Pendidikan Pendapatan * 4 Lama Bermukim * 5 Jarak Rumah Dari Sungai ** * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Primer Diolah, 2008 Hasil dari uji korelasi peringkat Spearman dapat dilihat faktor internal yang berhubungan dengan persepsi tentang kegiatan adalah pendapatan, lama bermukim dan jarak rumah dari sungai. Faktor yang mempunyai nilai hasil uji korelasi peringkat Spearman yang paling besar dan bernilai positif yaitu jarak

73 58 rumah dari sungai sebesar 0.611yang menunjukkan adanya hubungan yang substansial antara lama bermukim dengan persepsi tentang kegiatan (Young, 1982:317) diacu dalam (Sulaiman, 2003). Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin jauh jarak rumah dari sungai semakin baik persepsi responden terhadap kegiatan. Dari hasil pengamatan, menunjukkan semakin jauh rumah responden dari sungai maka akan semakin baik persepsi tentang kegiatan karena responden yang mempunyai rumah dekat dengan sungai menjadi objek atau sasaran dari kegiatan, maka responden yang dekat dengan sungai lebih mengetahui tentang program bantuan dan mempunyai pengalaman tentang semua program atau bantuan yang ditunjukkan ke masyarakat bantaran sungai yang selama ini pernah dilakukan. Sedangkan responden yang mempunyai rumah yang jauh dari sungai mempunyai persepsi tentang kegiatan melihat secara umum. Sesuai dengan Verderber (1981) dalam Mugniesyah (2000) yang menyatakan bahwa persepsi terbentuk dengan melalui tahapan-tahapan, yaitu seleksi, pengorganisasian dan interpretasi. Seleksi merupakan tahapan dimana seseorang memilih stimuli tertentu dengan mengabaikan stimuli lainnya, dan hanya akan memilih stimuli yang relevan baginya dan mengabaikan yang tidak relevan baginya (Lussier dan Pouls, 1981) dalam Mugniesyah (2000). Jadi, responden yang dekat dengan sungai mempunyai persepsi terhadap bantuan program yang terbentuk karena dekat dengan kehidupannya. Nilai uji korelasi peringkat Spearman dari pendapatan bernilai positif dengan r s = 0,396, menunjukkan adanya korelasi yang rendah. Dari hasil uji korelasi dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi pendapatan maka akan semakin baik persepsi tentang kegiatan. Hal ini disebabkan pada kondisi di lapangan responden yang mempunyai pendapatan yang tinggi, berpikiran agar tidak sulit dalam mengelola sampah, karena mereka mempunyai modal untuk mekanisme pengelolaan sampah jika ada iuran dan responden berpikir lebih baik bayar iuran daripada mereka sulit dan rumit dalam mengelola sampah. Responden yang mempunyai pendapatan yang rendah, mereka berpikir daripada bayar atau rumit dalam hal administrasi lebih baik sampah itu kita sendiri yang kelola. Dan faktor internal yang berhubungan dengan persepsi tentang kegiatan yaitu lama bermukim, dari hasil uji korelasi, lama bermukim bernilai positif

74 59 dengan nilai r s = yang menunjukkan korelasi yang rendah. Niali ini menunjukkan semakin lama masyarakat bantaran sungai responden bermukim maka akan semakin baik persepsi responden tentang kegiatan. Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan semakin lama responden bermukim maka responden semakin mengetahui masalah-masalah di lingkungannya salah satunya adalah masalah pengelolaan sampah yang belum teratur. kecenderungan responden yang sudah lama bermukim, mempunyai kepedulian lebih tinggi dibandingkan responden yang baru. Mereka juga mempunyai persepsi yang baik tentang kegiatan yang mempunyai tujuan untuk mencegah pencemaran lingkungan dan meminimalisir sikap dan kebiasaan masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Faktor internal yang tidak berhubungan dengan persepsi tentang kegiatan yaitu umur dan pendidikan. Menurut Lockard (1977) diacu dalam Tampang (1999) bahwa umur dan pendidikan harusnya mempengaruhi persepsi tentang kegiatan, akan tetapi dalam penelitian ini umur responden tidak mewakili variabel umur, karena umur responden berada pada kisaran umur yang sudah mempunyai persepsi yang sama dan pemikiran yang sama. Dan pada faktor pendidikan pun seperti faktor umur, pendidikan responden tidak ada gap yang signifikan. Jadi, umur dan pendidikan dari yang terendah sampai yang tertinggi dari responden dalam penelitian ini tidak mempengaruhi persepsi tentang persepsi tentang kegiatan DLHK Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi Responden tentang Tujuan Kegiatan Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan hubungan faktor internal yang berhubungan dengan persepsi responden tentang tujuan kegiatan ini yaitu lama bermukim dan jarak rumah dari sungai dengan nilai korelasinya masingmasing sebesar 0,747 dan 0,330. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel 16.

75 60 Tabel 16. Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi Responden tentang Tujuan Kegiatan Persepsi Tentang Tujuan Kegiatan No Faktor Internal Nilai Probabilitas (Uji Dua Pihak) Nilai Koefisien Korelasi (r s ) 1 Umur Pendidikan Pendapatan Lama Bermukim ** 5 Jarak Rumah Dari Sungai * * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Primer Diolah, 2008 Nilai koefisian korelasi yang positif pada peubah lama bermukim yaitu yang menunjukkan adanya derajat asosiasi yang tinggi antara lama bermukim dengan persepsi tentang tujuan kegiatan. hal ini dapat dijelaskan semakin lama responden tinggal di bantaran sungai, maka akan semakin baik persepsi tentang tujuan kegiatan. Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa responden yang sudah lama bermukim lebih peka dan peduli dengan kondisi dan keadaan di lingkungannya. Lama bermukim memberikan kesempatan untuk peningkatan pengetahuan (knowledge) tentang apa yang terjadi di lingkungan bantaran sungai. Dengan lamanya bermukim di bantaran sungai, responden semakin mengenal dan paham kondisi sungai dan masalah-masalahnya, karena berinteraksi langsung dengan sungai. Kemudian jarak rumah dari sungai berhubungan positif dengan nilai r s = 0,330 yang menunjukkan ada korelasi yang rendah antara jarak rumah dari sungai, dengan persepsi responden tentang tujuan kegiatan (Young, 1982:317) diacu dalam (Sulaiman, 2003). Hubungan antara jarak rumah dari sungai dengan persepsi tentang tujuan menunjukkan terdapat hubungan yang positif. Hal ini dapat menjelaskan bahwa semakin jauh jarak antara rumah responden dengan sungai, maka semakin baik persepsi tentang tujuan kegiatan. Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat yang berada di bantaran sungai, dan tujuan program adalah untuk meminimalisir sikap masyarakat bantaran sungai untuk tidak membuang sampah ke sungai, sehingga bantuan tempat sampah ditempatkan di daerah bantaran sungai yang berjarak dekat dengan

76 61 sungai dan jalan-jalan yang menuju ke sungai agar mencegah masyarakat membuang sampah ke sungai. Jadi, jarak rumah dengan sungai akan mempengaruhi persepsi responden tentang tujuan kegiatan, karena responden yang mempunyai rumah dekat dengan sungai, menjadi objek dari kegiatan dan mengerti akan kondisi sungai yang membuat responden yang rumahnya dekat dengan sungai mempunyai persepsi yang rendah tentang tujuan kegiatan. Karena responden yang rumahnya berjarak dekat dengan sungai, merasa ada atau tidaknya kegiatan ini, kondisi sungai dan kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah ke sungai belum bisa berubah secara nyata setelah adanya kegiatan dari DLHK ini. Faktor internal yang tidak berhubungan dengan persepsi tentang tujuan kegiatan yaitu umur, pendidikan dan pendapatan. Menurut Lockard (1977) diacu dalam Tampang (1999), persepsi dipengaruhi dari variabel-variabel yang berkombinasi satu dengan yang lainnya, yaitu : (1) pengalaman masa lalu, apa yang pernah dialami; (2) indoktinasi budaya, bagaimana menerjemahkan apa yang dialami; (3) sikap pemahaman, apa yang diharapkan dan apa yang dimaksud dari hal tersebut. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor intern yang ada dalam individu tersebut. Bakat, minat, kemauan, perasaan, fantasi, kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur, kepribadian, kebiasaan dan lain-lain serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang termasuk juga pengetahuan. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan sosial ekonomi seperti pendidikan lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya. Jadi menurut Lockard (1977) diacu dalam Tampang (1999) bahwa umur dan pendidikan harusnya mempengaruhi persepsi tentang kegiatan, akan tetapi dalam penelitian ini umur responden tidak mewakili variabel umur, karena umur responden berada pada kisaran umur yang sudah mempunyai persepsi yang sama dan pemikiran yang sama. Dan pada faktor pendidikan pun seperti faktor umur, pendidikan responden tidak ada gap yang signifikan. Jadi, umur dan pendidikan dari yang terendah sampai yang tertinggi dari responden dalam penelitian ini tidak mempengaruhi persepsi tentang persepsi tentang kegiatan DLHK, dan dari hasil pengamatan dilapangan, responden yang muda maupun yang tua mempunyai persepsi yang positif tentang tujuan kegiatan, begitu pula pada faktor pendidikan, jumlah tahun pendidikan tidak ada hubungan

77 62 terhadap persepsi tentang tujuan kegiatan, dan dilapangan berapa pun jumlah tahun pendidikan, persepsi responden bagus tentang tujuan kegiatan. Pada faktor pendapatan, dari hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa berapa pun pendapatan responden mempunyai persepsi yang bagus tentang tujuan kegiatan. Karena, tujuan dari kegiatan adalah untuk mencegah pencemaran lingkungan, khususnya pada bantaran sungai dan untuk meminimalisir sikap serta kebiasaan masyarakat bantaran sungai yang membuang sampah ke sungai. Jadi, responden yang mempunyai pendapatan yang rendah atau yang tinggi sekali pun mempunyai persepsi yang positif tentang tujuan kegiatan DLHK Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi Responden tentang Sosialisasi Kegiatan Sosialisasi merupakan hal yang penting dalam suatu kegiatan, karena jika sosialisasi bagus, maka masyarakat akan tahu apa maksud dan bagaimana bentuk dari kegiatan tersebut. Dalam kegiatan ini, hal yang harus disosialisasikan yaitu apa latar belakang dari kegiatan, apa maksud dan tujuan dari kegiatan, apa saja bantuan yang akan diberikan, dimana saja letak bantuan akan diberikan, siapa yang memberikan bantuan dan siapa yang melaksanakan kegiatan ini. Dalam penelitian ini ingin mengetahui faktor apa saja yang akan mempengaruhi persepsi masyarakat bantaran sungai tentang sosialisasi kegiatan. Dari hasil uji Korelasi peringkat Spearman dapat dilihat faktor internal yang berhubungan dengan persepsi responden tentang sosialisasi kegiatan. Nilai dari uji korelasi Spearman dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi Responden tentang Sosialisasi Kegiatan Persepsi Tentang Sosialisasi Kegiatan No Faktor Internal Nilai Probabilitas (Uji Dua Pihak) Nilai Koefisien Korelasi (r s ) 1 Umur Pendidikan Pendapatan Lama Bermukim Jarak Rumah Dari Sungai ** ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Primer Diolah, 2008

78 63 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan sosialisasi kegiatan yaitu jarak rumah dari sungai yang menunjukkan terdapat hubungan yang positif, yang mempunyai nilai koefisien korelasi yang mempunyai derajat asosiasi yang tinggi dengan r s = 0,793 (Lussier dan Pouls, 1981) dalam Mugniesyah (2000). Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin lama responden tinggal di bantaran sungai, semakin tinggi persepsi tentang sosialisasi. Jarak rumah dari sungai, menunjukkan seberapa dekat responden dengan bantuan kegiatan, karena objek dari kegiatan ini adalah masyarakat bantaran sungai dan tempat-tempat yang dekat dengan sungai. Jadi, sosialisasi dilakukan hanya ke tempat-tempat yang akan dilakukan kegiatan. Oleh karena itu, semakin jauh responden dari sungai maka semakin tinggi persepsi tentang sosialisasi kegiatan. Karena responden yang mempunyai jarak yang jauh dari sungai tidak tahu persis ada atau tidaknya sosialisasi terhadap kegiatan. Dan tujuan program adalah untuk meminimalisir sikap masyarakat bantaran sungai untuk tidak membuang sampah ke sungai, sehingga bantuan tempat sampah ditempatkan di daerah bantaran sungai yang berjarak dekat dengan sungai dan jalan-jalan yang menuju ke sungai agar mencegah masyarakat membuang sampah ke sungai. Jadi, jarak rumah dengan sungai akan mempengaruhi persepsi responden tentang tujuan kegiatan, karena responden yang mempunyai rumah dekat dengan sungai, menjadi objek dari kegiatan dan mengerti akan kondisi sungai yang membuat responden yang rumahnya dekat dengan sungai mempunyai persepsi yang rendah tentang tujuan kegiatan. Karena responden yang rumahnya berjarak dekat dengan sungai, merasa ada atau tidaknya kegiatan ini, kondisi sungai dan kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah ke sungai belum bisa berubah secara nyata setelah adanya kegiatan dari DLHK ini. Faktor internal yang tidak berhubungan dengan persepsi tentang tujuan kegiatan yaitu umur, pendidikan, pendapatan dan lama bermukim. Pada penelitian ini menunjukkan umur responden tidak mewakili variabel umur, karena umur responden berada pada kisaran umur yang sudah mempunyai persepsi yang sama dan pemikiran yang sama. Dan pada faktor pendidikan pun seperti faktor umur, pendidikan responden tidak ada gap yang signifikan. Jadi, umur dan pendidikan dari yang terendah sampai yang tertinggi dari responden dalam penelitian ini tidak

79 64 mempengaruhi persepsi tentang sosialisasi kegiatan DLHK, dan dari hasil pengamatan dilapangan, responden yang muda maupun yang tua mempunyai persepsi yang rendah tentang sosialisasi kegiatan, begitu pula pada faktor pendidikan, jumlah tahun pendidikan tidak ada pengaruh terhadap persepsi tentang sosialisasi kegiatan, dan dilapangan berapa pun jumlah tahun pendidikan, persepsi responden rendah tentang sosialisasi kegiatan. Pada faktor pendapatan, dari hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa berapa pun pendapatan responden mempunyai persepsi yang rendah tentang sosialisasi kegiatan. Sosialisasi dari kegiatan, mempunyai mekanisme tidak langsung sosialisasi terjun langsung ke masyarakat. DLHK melalui Kelurahan Babakan Pasar, memberitahukan bahwa akan diselengarakan kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan berupa bantuan tempat sampah, gerobak sampah dan penempatan papan-papan himbauan agar tidak membuang sampah ke sungai, dan mekanisme dilapangan Kelurahan Babakan Pasar yang berperan penting. Karena mekanisme yang tidak melibatkan secara langsung masyarakat dalam kegiatan ini, maka masyarakat mempunyai persepsi yang rendah tentang sosialisasi kegiatan. Jadi, responden yang mempunyai pendapatan yang rendah atau yang tinggi sekali pun mempunyai persepsi yang rendah tentang sosialisasi kegiatan DLHK. Begitu pula pada faktor lama bermukim responden yang tidak mempengaruhi persepsi responden tentang sosialisasi kegiatan, responden yang sudah lama bermukim maupun pendatang, mempunyai persepsi yang rendah tentang sosialisasi kegiatan Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi Responden tentang Kualitas, Kuantitas dan Lokasi Kegiatan Kegiatan ini merupakan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana yang ditempatkan di daerah aliran sungai. Salah satu variabel dalam kegiatan ini dilihat kualitas, kuantitas dan lokasi penempatan bantuan. Faktor internal yang berhubungan dengan kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan yaitu umur, pendapatan dan jarak rumah dari sungai. Pada Tabel 18 bisa dilihat nilai-nilai hasil dari uji korelasi peringkat Spearman.

80 65 Tabel 18. Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi Responden tentang Kualitas, Kuantitas dan Lokasi Kegiatan No Faktor Internal Persepsi Tentang Kualitas, Kuantitas dan Lokasi Kegiatan Nilai Probabilitas Nilai Koefisien (Uji Dua Pihak) Korelasi (r s ) 1 Umur ** 2 Pendidikan Pendapatan ** 4 Lama Bermukim Jarak Rumah Dari Sungai ** ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Primer Diolah, 2008 Faktor internal umur mempunyai hubungan yang negatif dengan nilai r s = 0,454 yang menunjukkan bahwa umur memiliki hubungan yang substansial dengan persepsi responden tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi umur maka semakin rendah persepsi tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan dan sebaliknya, semakin rendah umur semakin tinggi persepsi tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan. Karena hasil dari pengamatan, responden yang tinggi umurnya lebih mempunyai pengalaman dan pengetahuan, jadi responden lebih bisa memperkirakan secara jangka panjang yang menjadi pertimbangan responden dalam persepsinya tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan ini. Kemudian responden yang sudah berumur sudah membandingkan dengan pengalaman mereka dengan lingkungan yang sudah banyak sekali kemajuan baik dilihat dari kemajuan teknologi maupun kemajuan sarana dan prasarana, sedangkan responden yang masih muda, mereka mempunyai pengalaman masa lampau yang belum banyak. Dalam penelitian ini, responden yang masih muda mempunyai persepsi, bahwa kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan sudah cukup, sedangkan responden yang sudah berumur mempunyai persepsi bahwa kualitas, kuantitas dan lokasi masih bisa dioptimalkan, seperti daya tampung tempat sampah yang terlalu kecil, jumlah tempat sampah yang belum memenuhi kebutuhan masyarakat, ukuran gerobak sampah yang kurang sesuai dengan kondisi lapangan. Pendapatan mempunyai hubungan yang positif dengan nilai r s = 0,706 yang menunjukkan bahwa pendapatan mempunyai hubungan dengan derajat

81 66 asosiasi yang tinggi dengan persepsi tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan (Lussier dan Pouls, 1981) dalam Mugniesyah (2000). Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi pendapatan masyarakat bantaran sungai responden, maka semakin tinggi persepsi responden tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan. Pendapatan merupakan variabel yang bisa menggambarkan kondisi ekonomi responden dan kemampuan untuk menilai suatu produk karena dengan kondisi uang yang mencukupi maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan dalam survai kualitas barang maupun harga barang. Oleh karena itu, pendapatan merupakan variabel yang berhubungan dengan persepsi masyarakat bantaran sungai tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan. Dengan pendapatan yang tinggi, responden cenderung memilih suatu hal yang praktis dan efisien, dengan kegiatan DLHK ini, mereka merasa di fasilitasi dalam hal pengelolaan sampah. Kemudian, hasil dari uji korelasi peringkat Spearman menunjukkan bahwa jarak rumah dari sungai berhubungan positif dengan persepsi tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan. Dengan nilai r s = 0,499, artinya jarak rumah dari sungai mempunyai hubungan yang substansial dengan persepsi tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan (Lussier dan Pouls, 1981) dalam Mugniesyah (2000). Hal ini dapat dijelaskan semakin jauh rumah responden dari sungai maka semakin tinggi persepsi tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan dan sebaliknya, semakin dekat dengan sungai maka rendah persepsi responden tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan. Responden yang dekat dengan sungai lebih paham bagaimana dan seperti apa kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan karena mereka yang berhubungan langsung dengan kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan. Contohnya dalam hal lokasi, masyarakat responden merasa tidak di konfirmasi terlebih dahulu sebelum penempatan bantuan tempat sampah, maka dilapangan masyarakat yang dekat dengan sungai dan menjadi objek dari kegiatan ini mempunyai persepsi yang rendah tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan. Faktor internal yang tidak berhubungan dengan persepsi tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan yaitu pendidikan dan lama bermukim. Dari hasil pengamatan dapat dijelaskan bahwa dilihat dari faktor pendidikan dan lama

82 67 bermukim, responden mempunyai persepsi bahwa kegiatan ini tidak harus dilihat dari bentuknya, namun maksud dari kegiatan. Responden yang mempunyai pendidikan yang tinggi maupun rendah dan responden yang sudah lama bermukim dan masih baru tidak berhubungan dengan persepsi tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan, dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pendidikan yang tinggi maupun yang rendah dan responden yang sudah lama maupun yang masih baru mempunyai persepsi yang positif tentang kualitas, kuantitas dan lokasi kegiatan, karena responden melihat bentuk, warna, kekuatan, lokasi dan jumlah dari bantuan tidak masalah, mereka lebih melihat makna dan tujuan dari kegiatan, responden beranggapan masalah bentuk dari bantuan masih bisa diperbaiki dengan melakukan pemantauan terhadap kegiatan. Yang penting untuk responden adalah sejauh mana tujuan kegiatan ini dapat tercapai Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi Responden tentang Pemantauan Kegiatan Pemantauan adalah teknis terakhir dari kegiatan. Dari pemantauan, akan diperoleh evaluasi tentang kegiatan. Faktor internal yang berhubungan dengan pemantauan yaitu jarak rumah dari sungai. Nilai dari hasil uji korelai peringkat Spearman dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Hubungan Faktor Internal Responden dengan Persepsi Responden tentang Pemantauan Kegiatan Persepsi Tentang Pemantauan Kegiatan No Faktor Internal Nilai Probabilitas (Uji Dua Pihak) Nilai Koefisien Korelasi (r s ) 1 Umur Pendidikan Pendapatan Lama Bermukim Jarak Rumah Dari Sungai ** ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Primer Diolah, 2008 Dari hasil uji korelasi peringkat Spearman, bahwa jarak rumah dari sungai mempunyai hubungan yang positif dengan nilai r s = 0,630 yang menunjukkan bahwa jarak rumah daru sungai memiliki hubungan yang substansial dengan

83 68 persepsi tentang kegiatan. Hal ini menjelaskan bahwa semakin jauh jarak rumah responden dari sungai maka semakin tinggi persepsi responden tentang pemantauan kegiatan. Karena responden yang jauh dari sungai tidak tahu bagaimana kondisi sungai dan kondisi pemantauan seperti apa. responden yang dekat dengan sungailah yang paham bagaimana pemantauan kegiatan ini, karena responden yang dekat dengan sungailah yang menjadi objek dari kegiatan DLHK. Sesuai dari hasil pengamatan di lapangan bahwa belum dilakukannya pemantauan oleh DLHK maupun pihak terkait dalam hal ini adalah Kelurahan. Faktor internal yang tidak berhubungan dengan persepsi tentang pemantauan kegiatan yaitu umur, pendidikan, pendapatan dan lama bermukim. Umur dan pendidikan harusnya mempengaruhi persepsi tentang kegiatan, akan tetapi dalam penelitian ini umur responden tidak mewakili variabel umur, karena umur responden berada pada kisaran umur yang sudah mempunyai persepsi yang sama dan pemikiran yang sama. Dan pada faktor pendidikan pun seperti faktor umur, pendidikan responden tidak ada gap yang signifikan. Jadi, umur dan pendidikan dari yang terendah sampai yang tertinggi dari responden dalam penelitian ini tidak mempengaruhi persepsi tentang pemantauan kegiatan DLHK, dan dari hasil pengamatan dilapangan, responden yang muda maupun yang tua mempunyai persepsi yang rendah tentang sosialisasi kegiatan, begitu pula pada faktor pendidikan, jumlah tahun pendidikan tidak ada pengaruh terhadap persepsi tentang pemantauan kegiatan, dan dilapangan berapa pun jumlah tahun pendidikan, persepsi responden rendah tentang pemantauan kegiatan. Pada faktor pendapatan, menunjukkan bahwa berapa pun pendapatan responden mempunyai persepsi yang rendah tentang pemantauan kegiatan. Dari hasil pengamatan dilapangan, bahwa belum adanya pemantauan kegiatan secara resmi yang dilakukan oleh DLHK. Jadi, responden yang mempunyai pendapatan yang rendah atau yang tinggi sekali pun mempunyai persepsi yang rendah tentang pemantauan kegiatan DLHK. Begitu pula pada faktor lama bermukim responden yang tidak mempengaruhi persepsi responden tentang pemantauan kegiatan, responden yang sudah lama bermukim maupun pendatang, mempunyai persepsi yang rendah

84 69 tentang pemantauan kegiatan karena memang dari hasil pengamatan pemantauan kegiatan belum dilaksanakan. 5.7 Hubungan Faktor Eksternal Responden dengan Persepsi Responden tentang Kegiatan Hubungan Iuran Sampah dengan Persepsi Responden tentang Kegiatan Iuran adalah kompensasi untuk pengangkut sampah dari masyarakat untuk membayar pengelolaan sampah yang dilakukan oleh RT dan RW. Penilaian Iuran diukur dengan pilihan setuju atau tidak setuju dengan adanya iuran pengelolaan sampah tersebut. Pada Faktor iuran ini, tidak dilakukan uji korelasi karena jawaban dari responden seragam berpresepsi setuju dengan adanya iuran. Presentase yang menjawab setuju sebesar 100 % atau sebanyak 40 responden menjawab setuju akan adanya iuran Hubungan Fasilitas Pengelolaan dengan Persepsi Responden tentang Kegiatan Fasilitas pengelolaan sampah memiliki hubungan yang positif dengan nilai r s = 0,630 yang menunjukkan bahwa fasilitas pengelolaan sampah mempunyai hubungan yang substansial dengan persepsi tentang kegiatan Nilai ini menjelaskan bahwa kelengkapan fasilitas pengelolaan sampah yang ada di rumah maupun di lingkungan responden berpengaruh persepsi responden tentang kegiatan ini. Semakin lengkap fasilitas semakin tinggi persepsi tentang kegiatan. Karena fasilitas pengelolaan sampah dilihat sampai setelah adanya bantuan dari kegiatan DLHK dilakukan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hubungan Faktor Eksternal dengan Persepsi tentang Kegiatan No Faktor Eksternal Persepsi Tentang Kegiatan Nilai Probabilitas (Uji Dua Pihak) Nilai Koefisien Korelasi (r s ) 1 Fasilitas Pengelolaan Sampah ** 2 Tokoh Penggerak ** ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Data Primer Diolah, 2008

85 Hubungan Tokoh Penggerak dengan Persepsi Responden tentang Kegiatan Selain iuran dan fasilitas pengelolaan sampah, tokoh penggerak termasuk dalam faktor eksternal yang diukur melalui presepsi responden tentang tokoh penggerak dengan penilaian berpengaruh atau tidaknya tokoh penggerak dalam kegiatan ini dan kemudian dilakukan uji korelasi dengan menggunakan peringkat Spearman. Hasil dari data primer diperoleh presentase responden yang menjawab setuju sebanyak 26 responden (65,00%) dan yang menjawab tidak berpengaruh sebanyak 14 responden (35,00%). Kemudian hasil dari uji korelasi peringkat Spearman dapat dilihat pada Tabel 20. Hasil dari uji korelasi peringkat Spearman, hubungan tokoh penggerak dengan kegiatan ini mempunyai nilai rs = 0,787, yang menunjukkan bahwa tokoh penggerak memiliki derajat asosiasi yang tinggi dengan persepsi tentang kegiatan. Tingginya nilai korelasi menunjukkan adanya derajat asosiasi yang tinggi. Keberadaan dan intervensi tokoh penggerak dalam pengelolaan sampah sangat berhubungan dan mempengaruhi persepsi responden tentang kegiatan ini. Semakin tokoh penggerak bisa untuk membuat masyarakat mengerti dan paham tentang kegiatan ini, maka semakin bagus juga persepsi masyarakat tentang kegiatan ini. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa persepsi yang terbentuk di masyarakat dibangun dari variabel tokoh penggerak.

86 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis penelitian, sesuai dengan tujuan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut, diantaranya bahwa : 1. Persepsi responden yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung, Kelurahan Babakan Pasar tentang kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan umumnya positif yang ditunjukkan dengan persetujuannya tentang tujuan kegiatan dan kualitas, kuantitas serta lokasi kegiatan. Namun untuk sosialisasi dan pemantauan kegiatan persepsinya bersifat negatif, dengan alasan utama tidak ada sosialisasi kegiatan maupun pemantauannya. 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi tentang kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan untuk faktor internal adalah pendapatan, lama bermukim, jarak rumah dari sungai, dan pada faktor eksternal adalah fasilitas pengelolaan sampah dan tokoh penggerak. 6.2 Saran Beberapa saran yang diajukan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan kegiatan sosialisasi program dengan melibatkan masyarakat, dengan cara mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan kegiatan 2. Pemantauan sebaiknya dilakukan dengan intensitas dan jangka waktu yang berkesinambungan. 3. Mekanisme dari kegiatan disarankan bisa lebih bertumpu pada kebutuhan dan kondisi masyarakat.

87 72 4. Tujuan kegiatan tidak cukup dengan pemberian tempat sampah, tetapi penting untuk menumbuhkan lembaga dalam masyarakat setempat untuk mengelola samapah lebih baik. Misalnya dalam pengaturan pengangkutan sampah oleh masyarakat, termasuk dengan menetapkan iuran. Dengan demikian akan tercipta kemandirian masyarakat dalam mengelola sampah secara berkelanjutan. 5. Meningkatkan peran tokoh masyarakat dalam mengelola sampah secara swadaya, misalnya melibatkan mereka dalam setiap kegiatan yang terkait dengan lingkungan hidup, serta memfasilitasi mereka untuk mendorong masyarakat memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah di sungai.

88 DAFTAR PUSTAKA Anonim, [11 September 2008] Digilib, [11 September 2008] Indrawijaya, A.I Perilaku Organisasi. Jakarta: CV. Sinar Baru. 255 hal. Kementrian Negara Lingkungan Hidup, www. mnlh.go.id [17 April 2008] Koentjaraningrat Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia. Meidiana, D Kondisi Kualitas Air Sungai Cimanuk Jawa Barat, Selama Periode Tahun (tidak dipublikasikan). [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mugniesyah, Siti Sugiah M Kumpulan Materi Kuliah Dasar komunikasi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Muzani Persepsi Siswa SMAN Teluknaga Tanggerang tentang Pengelolaan Sumberdaya Pessisir dan Laut (tidak dipublikasikan). [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nazir, Moh Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Priambodo, A Perilaku masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung Terhadap Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tanga Di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur (tidak dipublikasikan). [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor Siegel, S Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Singarimbun, M dan S, Effendi Metode Penelitian Survai (edisi revisi). Jakarta: LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial). Suara Pembaruan [17 April 2008] Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. Sulaiman W Statistik Non Parametrik Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS. Yogyakarta. ANDI. Suryabrata, S Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

89 74 Tampang Persepsi Masyarakat Terhadap Pencemaran Udara dan Kebisingan Energi Diesel (Kasus Kabupaten Bogor) [Tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Umar H Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta. Gramdia Pustaka Utama. Wikipedia [28 Februari 2008] Wikipedia [28 Februari 2008] Yunanto, Agung Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Pengelolaan Hutan Lindung Dari Sudut Pandang Elit Desa (tidak dipublikasikan). [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

90 75 Lampiran 1. Karakteristik Responden No Umur (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Internal Pendapatan (Rp/Bulan) Lama Bermukim (Tahun) Jarak Rumah (Meter) Iuran Sampah Fasilitas Eksternal Tokoh Penggerak Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Tidak Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Tidak Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Tidak Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Tidak Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Tidak Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Tidak Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Tidak Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Tidak Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Tidak Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Lengkap Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Tidak Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Tidak Berpengaruh Rp Setuju Tidak Lengkap Tidak Berpengaruh

91 76 Lampiran 2. Persepsi Responden tentang Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan No SKALA LIKERT TUJUAN SOSIALISASI KUALITAS, KUANTITAS DAN LOKASI PEMANTAUAN

92 77 Lampiran 3. Hasil Uji Korelasi Peringkat Spearman Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi tentang Kegiatan Lama Jarak Rumah Umur Pendidikan Pendapatan Bermukim Dari Sungai PERSEPSI Spearman's rho Umur Correlation Coefficient (*) (*) Sig. (2-tailed) N Pendidikan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pendapatan Correlation Coefficient -.368(*) (*) Sig. (2-tailed) N Lama Bermukim Correlation Coefficient (*) Sig. (2-tailed) N Jarak Rumah Dari Sungai Correlation Coefficient -.362(*) (**) Sig. (2-tailed) N PERSEPSI Correlation Coefficient (*).372(*).611(**) * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sig. (2-tailed) N

93 78 Lampiran 4. Hasil Uji Korelasi Peringkat Spearman Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Tentang Tujuan Kegiatan Lama Jarak Rumah TUJUAN Umur Pendidikan Pendapatan Bermukim dari Sungai KEGIATAN Spearman's rho Umur Correlation Coefficient (*) (*).006 Sig. (2-tailed) N Pendidikan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pendapatan Correlation Coefficient -.368(*) Sig. (2-tailed) N Lama Bermukim Correlation Coefficient (**) Sig. (2-tailed) N Jarak Rumah dari Sungai Correlation Coefficient -.362(*) (*) Sig. (2-tailed) N TUJUAN KEGIATAN Correlation Coefficient (**).330(*) * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sig. (2-tailed) N

94 79 Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Peringkat Spearman Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Tentang Sosialisasi Kegiatan Lama Jarak Rumah SOSIALISASI Umur Pendidikan Pendapatan Bermukim dari Sungai KEGIATAN Spearman's rho Umur Correlation Coefficient (*) (*) Sig. (2-tailed) N Pendidikan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pendapatan Correlation Coefficient -.368(*) Sig. (2-tailed) N Lama Bermukim Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Jarak Rumah dari Sungai Correlation Coefficient -.362(*) (**) Sig. (2-tailed) N SOSIALISASI KEGIATAN Correlation Coefficient (**) * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sig. (2-tailed) N

95 80 Lampiran 6. Hasil Uji Korelasi Peringkat Spearman Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Tentang Kualitas, Kuantitas dan Lokasi Kegiatan Umur Pendidikan Pendapatan Lama Bermukim Jarak Rumah dari Sungai KUALITAS, KUANTITAS DAN LOKASI Spearman's rho Umur Correlation Coefficient (*) (*) -.454(**) Sig. (2-tailed) N Pendidikan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pendapatan Correlation Coefficient -.368(*) (**) Sig. (2-tailed) N Lama Bermukim Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Jarak Rumah dari Sungai Correlation Coefficient -.362(*) (**) Sig. (2-tailed) N KUALITAS, KUANTITAS Correlation Coefficient -.454(**) (**) (**) DAN LOKASI Sig. (2-tailed) N * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 80

96 81 Lampiran 7. Hasil Uji Korelasi Peringkat Spearman Hubungan Faktor Internal dengan Persepsi Tentang Pemantauan Kegiatan Lama Jarak Rumah PEMANTA Umur Pendidikan Pendapatan Bermukim dari Sungai UAN Spearman's rho Umur Correlation Coefficient (*) (*) Sig. (2-tailed) N Pendidikan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pendapatan Correlation Coefficient -.368(*) Sig. (2-tailed) N Lama Bermukim Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Jarak Rumah dari Sungai Correlation Coefficient -.362(*) (**) Sig. (2-tailed) N PEMANTAUAN Correlation Coefficient (**) * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sig. (2-tailed) N

97 82 Lampiran 8. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan, Kota Bogor Kepala Dinas Kelompok Jabatan Fungsional Kabag. TU Kasubag. Bagian Umum Kasubag. Keuangan Kabid. Pencegahan Pencemaran Lingkungan Kabid. Pengendalian Pencemaran Lingkungan& Konversi Kabid. Kebersihan Kasi. Analisis Dampak Lingkungan Kasi. Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kasi. Penyapuan Kasi. Pembinaan & Kemitraan Kasi. Pemulihan Kualitas & Sumber Daya Alam Kasi Pengangkutan UPTD TPA UPTD IPAL 82

98 83 Lampiran 9. Struktur Organisasi Kelurahan Babakan Pasar Lurah Kelompok fungsional Sekretaris Kasie. Pemerintahan Kasie. Trantib Kasie. Ekbang Kasie. Sosial 83

99 84 Lampiran 11. Gambar Lokasi Penelitian dan Kondisi Bantuan dari DLHK Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor Kelurahan Babakan Pasar Truk pengangkut sampah DLHK Tempat sampah bantuan dari DLHK Petunjuk tempat sampah

100 85 Lanjutan Lampiran 11. Lokasi penempatan tempat sampah bantuan DLHK Kondisi Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar Kondisi Budidaya Karamba

101 86 Lanjutan Lampiran 11. Kondisi Bantuan Tempat Sampah

ENOK ILA KARTILA SKRIPSI

ENOK ILA KARTILA SKRIPSI SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DALAM AKTIVITAS PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA (Kasus di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor) ENOK ILA KARTILA SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Menurut Singarimbun (1995) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu

Lebih terperinci

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERIKANAN MARJINAL DI KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERIKANAN MARJINAL DI KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERIKANAN MARJINAL DI KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN LUMITA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah

Lebih terperinci

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Gambar 2.1 organik dan anorganik BAB II SAMPAH DAN TEMPAT SAMPAH 2.1 Pembahasan 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

R. PRATAMA PRABAWAPUTRA C

R. PRATAMA PRABAWAPUTRA C TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG PADA KEGIATAN PENGADAAN SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR R. PRATAMA

Lebih terperinci

ENOK ILA KARTILA SKRIPSI

ENOK ILA KARTILA SKRIPSI SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DALAM AKTIVITAS PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA (Kasus di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor) ENOK ILA KARTILA SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK I. UMUM Berbeda dengan jenis sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa lingkungan hidup yang baik merupakan hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai barang buangan, yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di berbagai sektor. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa pertambahan

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG STRUKTUR KOMUNITAS MEIOBENTHOS YANG DIKAITKAN DENGAN TINGKAT PENCEMARAN SUNGAI JERAMBAH DAN SUNGAI BUDING, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KARTIKA NUGRAH PRAKITRI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN 20097 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Kebersihan Desa Galuga Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA TANGERANG OLEH : DADAN SUHENDAR

DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA TANGERANG OLEH : DADAN SUHENDAR DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA TANGERANG OLEH : DADAN SUHENDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 ABSTRAK DADAN SUHENDAR. Dampak Perubahan

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa Sumber

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI DELI TERHADAP PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN SUNGAI DELI (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Deli Tua Barat, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Sei Agul dan Kelurahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOLAKA UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN KOTA KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk badan air lotik yang bersifat dinamis yang berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki fungsi ekologis yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat. 37 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan segala sesuatu yang tidak dikehendaki lagi lalu dibuang. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk kegiatan pertanian, industri, perumahan,

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota. Hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG

HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG HARDINAL SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. permukiman, jasa dan pelayanan masyarakat. Pertumbuhan dan. masyarakat. Perkembangan suatu daerah mempengaruhi pola konsumsi dan

BAB I. PENDAHULUAN. permukiman, jasa dan pelayanan masyarakat. Pertumbuhan dan. masyarakat. Perkembangan suatu daerah mempengaruhi pola konsumsi dan 0 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dengan berbagai macam aktivitas di suatu wilayah meningkatkan pertumbuhan daerah sebagai pusat permukiman, jasa dan pelayanan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT 1 TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL PERAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL JAKARTA A PERAN PEREMPUAN Perempuan sangat berperan dalam pendidikan

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai TEMU ILMIAH IPLBI 0 Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai Binar T. Cesarin (), Chorina Ginting () () Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah persampahan kota hampir selalu timbul sebagai akibat dari tingkat kemampuan pengelolaan sampah yang lebih rendah dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola.

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)

Lebih terperinci