ENOK ILA KARTILA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ENOK ILA KARTILA SKRIPSI"

Transkripsi

1 SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DALAM AKTIVITAS PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA (Kasus di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor) ENOK ILA KARTILA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DALAM AKTIVITAS PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA

2 DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, BOGOR TENGAH, KOTA BOGOR ENOK ILA KARTILA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK

3 ENOK ILA KARTILA. Sikap dan Tindakan Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Babakan Pasar, Bogor Tengah, Kota Bogor. Dibimbing oleh ANNA FATCHIYA dan GATOT YULIANTO. Sungai Ciliwung dimanfaatkan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar untuk aktivitas mandi, cuci, kakus, budidaya keramba, dan sarana untuk membuang sampah. Hal ini berpengaruh terhadap kondisi Sungai Ciliwung. Sebagai bagian tengah Sungai Ciliwung, pemanfaatan yang tidak terkendali akan berkontribusi menyebabkan pencemaran ke Sungai Ciliwung bagian hilir dan Teluk Jakarta, sebagai muara Sungai Ciliwung. Hal ini terkait dengan sikap dan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1). Sikap masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas dan dampak membuang sampah ke sungai ; (2). Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga ; (3). Hubungan antara karakteristik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dengan sikap dan tindakan ; (4). Hubungan antara sikap dengan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden 40 orang. Unit analisis adalah ibu rumah tangga yang merupakan bagian dari anggota masyarakat bantaran Sungai Ciliwung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Kelurahan Babakan Pasar memiliki sikap positif dalam aktivitas dan dampak membuang sampah rumah tangga. Sebagian besar responden juga memiliki tindakan yang positif dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Hubungan antara jarak rumah ke sungai dengan sikap memiliki hubungan negatif dengan nilai korelasi rendah dan signifikan. Sedangkan hubungan antara tingkat pendapatan dengan tindakan memiliki hubungan positif yang signifikan pada taraf nyata 0,05 (95%) dan hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tindakan memiliki hubungan negatif pada taraf nyata 0,2 (80%). Hubungan antara sikap dengan tindakan memiliki hubungan positif yang signifikan pada taraf nyata 0,05 (95%). Hal ini menunjukkan semakin positif sikap seseorang maka akan semakin positif/baik tindakannya. Kata Kunci sampah : Sungai Ciliwung, Sikap, Tindakan, aktivitas pembuangan

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DALAM AKTIVITAS PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA (Kasus di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor) adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan mau pun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, September 2008 Enok Ila Kartila C

5 Hak cipta milik Enok Ila Kartila, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

6 SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DALAM AKTIVITAS PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA (Kasus di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor) SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh : ENOK ILA KARTILA C PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Air dan Sungai Sungai dan Bantaran Sungai Masyarakat Bantaran Sungai Sampah Pengertian Sampah Penggolongan Sampah Penanganan Sampah Sikap dan Tindakan Definisi Sikap dan Tindakan Komponen/Struktur Sikap Perubahan dan Pembentukan Sikap Hubungan Sikap dengan Tindakan III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI IV. METODELOGI PENELITIAN Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Populasi dan Sampel Metode Analisis Analisis Korelasi Rank Spearman Hipotesis Penelitian Batasan dan Pengukuran Lokasi dan Waktu Penelitian V. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Alam Kependudukan Pendidikan Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Gambaran Umum Pemukiman Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar Pemanfaatan Sungai Ciliwung ix

8 Halaman 5.2. Karakteristik Responden Umur Responden Lama Pendidikan Tingkat Pendapatan Jumlah Tanggungan Keluarga Lama Bermukim Jarak Rumah ke Sungai Volume Sampah Faktor Eksternal Ketersediaan Fasilitas Pembuangan Sampah Aktivitas Tokoh Masyarakat Sistem Drainase Lingkungan Sikap Responden Sikap Responden tentang Dampak Sampah yang Dibuang Ke Sungai Ciliwung Sikap Responden dalam Aktivitas Membuang Sampah ke Sungai Ciliwung Tindakan Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Sampah Rumah Tangga Hubungan Karakteristik Internal Responden dengan Sikap dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga Hubungan antara Umur dengan Sikap Hubungan antara Lama Pendidikan dengan Sikap Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Sikap Hubungan antara Lama Bermukim dengan Sikap Hubungan antara Jarak Rumah ke Sungai dengan Sikap Hubungan Karakteristik Internal Responden dengan Tindakan dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga Hubungan antara Umur dengan Tindakan Hubungan antara Lama Pendidikan dengan Tindakan Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Tindakan Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tindakan Hubungan antara Lama Bermukim dengan Tindakan Hubungan antara Volume Sampah dengan Tindakan Hubungan antara Jarak Rumah ke Sungai dengan Tindakan Hubungan antara Sikap dengan Tindakan dalam aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 58

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Daerah Penelitian Data Karakteristik Internal Responden Atribut Sikap Responden dalam aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga Atribut Tindakan Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga Hasil Analisis Hubungan (Correlation) Rank Spearman Karakteristik Internal Responden dengan Sikap Hasil Analisis Hubungan (Correlation) Rank Spearman Karakteristik Internal dengan Responden Tindakan Hasil Analisis Hubungan (Correlation) Rank Spearman Sikap dengan Tindakan Responden Dokumentasi Penelitian... 69

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Penafsiran Koefisien Korelasi Komposisi Masyarakat Kelurahan Babakan Pasar Tahun Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Rata-rata Lama Sekolah Tahun Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun Karakteristik Internal Responden Bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar Tahun Aktivitas Tokoh Masyarakat di Bantaran Sungai Ciliwung Sistem Drainase di Bantaran Sungai Ciliwung Hasil Pengukuran Sikap Responden Terhadap Obyek Sikap Tindakan Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga Analisis Korelasi Karakterisik Internal Responden dengan Sikap dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga Analisis Korelasi Karakteristik Internal Responden dengan Tindakan dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga... 48

11 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sungai merupakan aliran dari mata air hulu mencari jalan ke arah yang lebih rendah (hilir) untuk akhirnya bermuara ke laut (Rustamadji diacu dalam Priambodo, 2005). Sungai mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh manusia di sepanjang daerah aliran sungai, baik aktivitas positif maupun negatif, secara langsung dapat mempengaruhi lingkungan sungai itu sendiri. Selain itu, secara tidak langsung juga mempengaruhi lingkungan pesisir dan laut, tempat bermuaranya aliran sungai. Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang mengalir melintasi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok dan Jakarta. Sungai Ciliwung yang melintasi Bogor dan bermuara di Teluk Jakarta, memiliki fungsi penting bagi masyarakat sekitar yaitu sebagai sumber air baku, jalur pariwisata (arung jeram), kegiatan pertanian, perikanan (antara lain budidaya ikan di keramba),dan pemukiman penduduk. Berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi perairan sungai Ciliwung. Apabila aktivitas tersebut tidak terkendali dan berlebihan, dapat menyebabkan tekanan terhadap sungai Ciliwung yaitu berupa pencemaran. Pencemaran yang terjadi di sepanjang aliran Sungai Ciliwung bersumber dari limbah domestik, limbah industri, dan limbah peternakan. Limbah domestik berasal dari aktivitas masyarakat dalam membuang limbah rumah tangga. Sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik dan dibuang begitu saja di sungai menjadikan lingkungan sungai tercemar, rawan banjir, mudah longsor, timbulnya penyakit menular dan pada akhirnya dapat menyebabkan pencemaran laut. Hal ini tentu saja akan berdampak buruk tidak hanya bagi masyarakat pesisir tetapi juga bagi sumberdaya perikanan dan ekosistemnya. Aktivitas pembuangan sampah oleh masyarakat, khususnya yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung terjadi mulai dari hulu sampai hilir sungai. Hasil penelitian yang pernah dilakukan di hilir Sungai Ciliwung wilayah Jakarta menunjukkan bahwa masyarakat bantaran Sungai Ciliwung memiliki sikap dan

12 2 tindakan negatif dalam membuang sampah rumah tangga (Priambodo, 2005). Mengingat bahwa sungai merupakan suatu aliran air yang mengalir dari hulu ke hilir, maka aktivitas pembuangan sampah domestik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di bagian hulu atau tengah juga akan mempengaruhi kondisi pencemaran sungai di bagian hilir. Oleh karena itu, diperlukan penelitian tentang sikap dan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di wilayah Bogor sebagai bagian hulu atau tengah Sungai Ciliwung. Salah satu wilayah Bogor yang dilalui oleh Sungai Ciliwung adalah Kelurahan Babakan Pasar Perumusan Masalah Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang melintasi Kota Bogor. Salah satu kawasan yang dilewati oleh Sungai Ciliwung adalah Kelurahan Babakan Pasar. Sungai Ciliwung memiliki fungsi penting bagi masyarakat sekitar kelurahan Babakan Pasar yaitu sebagai sarana MCK (mandi, cuci, kakus), kegiatan perikanan seperti budidaya ikan keramba, dan pemukiman. Adanya perilaku masyarakat membuang sampah ke sungai merupakan salah satu penyebab terganggunya aliran Sungai Ciliwung. Diduga faktor yang menyebabkan masyarakat Kelurahan Babakan Pasar membuang sampah ke Sungai Ciliwung adalah Kelurahan Babakan Pasar merupakan kawasan pemukiman padat penduduk dan perdagangan (pasar), tidak tersedianya lahan pengelolaan sampah yang baik, serta faktor kebiasaan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung yang membuang sampah di sungai. Perilaku membuang sampah ke sungai yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan sikap dan tindakan masyarakat bantaran sungai dalam kegiatan pembuangan sampah rumah tangga yang dihasilkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji: (1) Bagaimana sikap masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas dan dampak membuang sampah rumah tangga ke sungai? (2) Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar dalam membuang sampah rumah tangga?

13 3 (3) Bagaimana hubungan antara karakteristik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dengan sikap dan tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga? (4) Bagaimana hubungan antara sikap dengan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Sikap masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas dan dampak membuang sampah rumah tangga ke sungai (2) Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar dalam membuang sampah rumah tangga (3) Hubungan antara karakteristik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dengan sikap dan tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga (4) Hubungan antara sikap dengan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga 1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : (1) Sebagai referensi pengembangan lebih lanjut tentang pengelolaan lingkungan hidup pada umumnya dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap aktivitas pembuangan sampah rumah tangga yang mempengaruhi lingkungan sungai pada khususnya, (2) Bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya pengambilan kebijakan yang berkenaan dengan perencanaan dan penyusunan program lingkungan sungai.

14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air dan Sungai Menurut PP No 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam air untuk kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai tingkat tertentu sampai yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Sumber pencemaran air sungai dapat dibedakan menjadi sumber domestik dan non domestik. Sumber pencemaran domestik adalah buangan dari perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit dan sebagainya. Sumber pencemaran non domestik adalah pabrik, industri, pertanian, perikanan, peternakan, transportasi, dan sumber-sumber lainnya. Lahan di sepanjang sungai Ciliwung digunakan untuk berbagai kegiatan antara lain pemukiman, pertanian, perikanan. Limbah tersebut didistribusikan ke badan sungai sepanjang DAS Ciliwung sehingga terjadi pencemaran Sungai Ciliwung (Sastrawijaya 1991) Sungai dan Bantaran Sungai Sungai merupakan daerah yang dilalui badan air yang bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dan melalui permukaan atau bawah tanah (Khordi, M Ghufran, Andi Baso Tancung 2007). Menurut Rustamadji diacu dalam Priambodo (2005) sungai merupakan aliran dari mata air di hulu mencari jalan ke arah yang lebih rendah (hilir) untuk akhirnya bermuara ke laut. Sungai memiliki fungsi antara lain : 1. sungai sebagai sumber air, 2. sungai sebagai pengendali banjir, 3. sungai sebagai sarana transportasi, 4. sungai sebagai daerah belakang, artinya pemukiman penduduk bantaran sungai yang membelakangi sungai, dan 5. sebagai daerah depan, artinya sungai merupakan common property yang dapat dinikmati oleh siapa saja secara positif maupun negatif (Rustamadji diacu dalam Priambodo 2005). Berdasarkan sifat badan air, tanah, dan populasi biota air, sebuah sungai dapat dibedakan menjadi hulu, hilir, dan muara (Khordi et al 2007). Sungai bagian tinggi, berair jernih dan mengalir cepat serta mempunyai populasi biota air

15 5 sedikit. Sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, tebingnya curam atau landai, badan air dalam, keruh, aliran lambat, dan populasi biota air di dalamnya termasuk banyak, tapi jenisnya kurang bervariasi, sedangkan muara adalah bagian sungai yang berbatasan dengan laut. Di bagian sungai ini mempunyai tebing yang landai dan dangkal, badan air dalam, keruh serta mengalir lambat. Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografi, yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke danau atau lautan (Manan 1995). Dalam sebuah DAS terdapat berbagai macam penggunaan lahan misalnya hutan lindung, pertanian, perikanan, kolam, tambak, pertanian, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah DAS Ciliwung yang berhulu di kawasan puncak mengalir melewati Kota Bogor, Depok, dan bermuara di Jakarta. Menurut Keppres No 32/1990 Pasal 1 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, bantaran sungai merupakan kawasan sepanjang kiri sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Peraturan pemerintah (PP) No 35/1991 Pasal 1 Tentang Sungai menjelaskan bahwa bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi (palung) sampai dengan kaki tanggul (tepi sungai bagian bawah) sebelah dalam. Keppres No 32/1990 Pasal 16 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung menyebutkan bahwa kriteria bantaran sungai yaitu sekurang-kurangnya 100 meter di kiri dan kanan (dilihat dari aliran sungainya) sungai besar dan 50 meter di kiri dan kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman Masyarakat Bantaran Sungai Menurut Tatawidjojo (2007) masyarakat yang tinggal di bantaran sungai memiliki karakteristik tipikal. Poin pembedanya adalah kohesivitas yang lebih erat dibanding masyarakat yang tinggal di fasilitas lain seperti rel kereta, maupun jalan raya. Hal itu disebabkan oleh digunakannya secara kolektif air sungai yang vital bagi kehidupan manusia. Lazimnya, daerah bantaran sungai tidak dijangkau oleh layanan air minum pemerintah, oleh karena itu kepentingan dan penggunaan air bersama akan air menciptakan adanya kesamaan antar masyarakat bantaran

16 6 sungai. Di sisi lain, masyarakat pinggir sungai cenderung untuk tinggal berdekatan. Secara teoritis, jarak fisik tersebut dinamakan proximitas. Dua aspek ini, kesamaan dan kedekatan menghasilkan interaksi antar pribadi yang lebih intensif, dan menjadikan individu-individu lebih kohesif, yang kemudian mengidentifikasikan diri sebagai satu komunitas. Terlebih karena masyarakat Timur dikategorikan sebagai masyarakat kolektivis yang menghargai kekerabatan dan interrelasi antar individu, maka individu-individu yang tergabung akan memiliki rasa aman dan penerimaan sosial yang didapat dari sense of belongingness pada komunitas. Individu yang memiliki sense of belongingness pada komunitas akan menempatkan kepentingan komunitas dengan porsi yang lebih besar daripada individu yang tidak. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Priambodo (2005) di bagian hilir Sungai Ciliwung, Kelurahan Kampung Melayu, masyarakat bantaran Sungai Ciliwung memiliki tingkat pendapatan yang rendah dengan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4-6 orang. Kondisi pemukiman masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Kampung Melayu tidak tertata rapi dan kumuh. Rumah-rumah di bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Kampung Melayu pada umumnya memiliki ukuran m 2 yang dibangun saling berimpitan antara rumah yang satu dengan rumah lainnya, dinding-dinding rumah terbuat dari kayu dan tidak memiliki halaman rumah serta minimnya ventilasi dari setiap ruangan rumah. Pada umumnya masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Kampung Melayu adalah masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang tersebut membangun rumah di tepi sungai karena terdesak kebutuhan tempat tinggal dan terbatasnya lahan untuk membangun rumah sehingga masyarakat pendatang memanfaatkan tepian sungai untuk membangun rumah. Sungai Ciliwung dimanfaatkan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Kampung Melayu untuk kegiatan mencuci, kakus, dan tempat membuang sampah.

17 Sampah Pengertian Sampah Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya, bersifat padat (Soemarwoto 1989). Hadiwiyoto (1983) menyatakan ciriciri sampah, sebagai berikut: (1) Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak gunakan lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya. (2) Dari segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada harganya. (3) Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan. Berdasarkan ciri-ciri yang dapat dilihat di atas, dapat dibuat batasan yang definif tentang sampah yaitu sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya, yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian Penggolongan sampah Hadiwiyoto (1983) menyatakan penggolongan sampah dapat didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu didasarkan atas asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat, dan jenisnya. 1. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya. Berdasarkan asalnya, sampah dapat dibedakan sebagai berikut : a. Sampah dari hasil kegiatan rumah tangga. Termasuk dalam hal ini adalah sampah dari asrama, rumah sakit, hotel-hotel dan kantor. b. Sampah dari hasil kegiatan industri/pabrik. c. Sampah dari hasil kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian meliputi perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan.

18 8 d. Sampah dari hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar. e. Sampah dari hasil kegiatan pembangunan. 2. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Sampah yang seragam. Sampah dari kegiatan industri pada umumnya termasuk dalam golongan ini. b. Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum. 3. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya Berdasaran bentuknya ada tiga macam sampah, yaitu: a. Sampah berbentuk padatan (solid) misalnya daun, kertas, karton, kaleng, plastik. b. Sampah berbentuk cairan(termasuk bubur) misalnya bekas air pencuci, bahan cairan yang tumpah. c. Sampah berbentuk gas, misalnya karbondioksida, ammonia, dan gas-gas lainnya. 4. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya Berdasarkan lokasi terdapatnya sampah dapat dibedakan : a. Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul di kota-kota besar. b. Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah luar perkotaan, misalnya di desa, di daerah pemukiman, dan di pantai. 5. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya Berdasarkan proses terjadinya, sampah dibedakan antara lain: a. Sampah alami, ialah sampah yang terjadi karena proses alami,misalnya rontoknya daun-daunan di pekarangan rumah. b. Sampah non alami, ialah sampah yang terjadinya karena kegiatan-kegiatan manusia. 6. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya Terdapat dua macam sampah yang sifat-sifatnya berlainan, yaitu : a. Sampah organik, yaitu terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, dan buah. Sampah organik adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, dan oleh karenanya

19 9 tersusun oleh unsur-unsur karbon, hydrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah didegadrasi oleh mikroba. b. Sampah anorganik, yang terdiri atas kaleng, plastik, besi, dan logam-lagam lainnya, gelas, mika, atau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawasenyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegadrasi oleh mikroba Penanganan Sampah Penanganan sampah ialah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah dalam kaitannya dengan lingkungan yang dapat ditimbulkan. Oleh karena itu penanganan sampah dapat berbentuk sematamata membuang sampah, atau mengembalikan (recycling) sampah menjadi bahan-bahan yang bermanfaat (Hadiwiyoto 1983). Tahap pertama dalam di dalam penanganan sampah ialah mengumpulkan sampah dari berbagai tempat ke suatu lokasi pengumpulan, sesudah itu diadakan pemisahan komponen sampah menurut jenisnya. a. Pengumpulan Sampah Sampah yang akan dibuang atau dimanfaatkan harus dikumpulkan terlebih dahulu dari berbagai tempat asalnya. Biasanya pengumpulan sampah tidak banyak mengalami kesulitan, dengan alat-alat sederhana seperti sapu lidi, pengeruk, penggaruk, maka sampah dapat mudah dikumpulkan. Di kota-kota untuk mempermudah pengumpulan sampah banyak dijumpai tempat-tempat sampah berupa bak sampah, tong sampah, dan kotak-kotak sampah. Di tempattempat demikian itu sampah rumah tangga, sampah toko, sampah jalan raya, dan jenis-jenis sampah lainnya dikumpulkan. Dengan menggunakan kendaraankendaraan pengangkut, misalnya truk, gerobak sampah, kereta dorong, sampahsampah tersebut diangkut ke lokasi pembuangan atau pemanfaatan sampah. b. Pemisahan Sampah Pemisahan sampah ialah memisahkan jenis-jenis sampah, yaitu berupa daun-daunan, kertas atau yang tergolong dalam sampah organik dipisahkan dari sampah yang berupa gelas, keramik, logam, plastik (sampah anorganik). Pemisahan sampah hendaknya dikerjakan dua tahap. Pada tahap pertama terlebih

20 10 dahulu dipisahkan antara sampah organik dan anorganik. Kemudian pada tahap kedua sampah-sampah tersebut dipisahkan lagi berdasarkan jenis keperluan. c. Pembakaran Pembakaran sampah dapat dikerjakan pada suatu tempat, misalnya ladang atau tanah lapang yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun demikian pembakaran seperti ini sukar dikendalikan. Bila terdapat angin yang cukup kencang, maka sampah, arang sampah, abu, debu, dan asap akan terbawa ke tempat-tempat sekitarnya, yang tentu saja akan menimbulkan gangguangangguan. Pembakaran yang paling baik dikerjakan pada suatu instalasi pembakaran, karena dapat diatur prosesnya sehingga tidak mengganggu lingkungan. Tetapi pembakaran seperti ini memerlukan biaya operasi yang mahal. d. Penimbunan Sampah Penimbunan sampah ialah menempatkan sampah pada suatu tempat yang rendah, kemudian menimbunnya dengan tanah. Beberapa keuntungan apabila sampah ditimbun ialah : 1. Tanah yang semula tidak rata, dapat dibuat rata. 2. Tempat yang semula tidak digunakan, dapat dimanfaatkan menjadi tempat untuk berbagai keperluan misalnya jalan, gedung, dan sebagainya. 3. Bila tanah tersebut digunakan sebagai tanah pertanian, taman, atau ditanami dengan pohon-pohonan, maka akan menjadi tempat yang subur sekali. 4. Akibat negatif yang ditimbulkan dari sampah yang ditimbulkan dari sampah terhadap lingkungan dapat dikendalikan Sikap dan Tindakan Definisi sikap dan Tindakan G.W. Allport (1935) yang dikutip oleh Sears Anna (2004) mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.

21 11 Sikap adalah organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu (D.Krech dan Crutchfield dikutip Sears et al 2004). Menurut Gerungan (1988), pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan, atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek tadi itu. Jadi, attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai (Rakhmat 2001). Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi dan mengandung aspek evaluatif. Sikap dapat bersifat positif dan negatif. Pada sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan pada objek tertentu. Pada sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak menyukai pada objek tertentu (Sarwono 2002). Menurut Ahmadi (1991) tindakan adalah tahapan di mana pengetahuan/informasi mulai dilaksanakan oleh seseorang dalam suatu tingkah laku individu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan motivasinya. Dorongan yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku akan dapat membentuk sebuah motivasi Komponen/Struktur sikap Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yakni komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, sedangkan komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar 2003). Mann (1969) yang dikutip oleh Azwar (2003), menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isyu atau

22 12 problem yang kontroversial. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Adapun komponen perilaku berisi tendensi atas kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan caracara tertentu Perubahan dan Pembentukan sikap Sikap sosial terbentuk dari hasil interaksi sosial yang dialami seseorang. Interaksi sosial tidak saja berarti sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial, namun juga terjadi hubungan yang saling mempengaruhi dan timbal balik, yang pada akhirnya turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing. Interaksi sosial juga bermakna tidak saja hubungan antar individu dengan lingkungan fisik, melainkan juga dengan lingkungan psikologis di sekelilingnya. Melalui interaksi sosial, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Menurut Azwar (2003), ada beberapa faktor yang dapat membentuk dan merubah sikap, diantaranya: 1. Pengalaman pribadi,yakni apa yang telah dan sedang kita alami. Menurut Meddlebrook (1974) yang dikutip Azwar (2003), tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, yakni seseorang yang kita anggap penting akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap terhadap obyek sikap. Di antara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, dan lain sebagainya. 3. Media massa, dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan yang berupa sugesti yang dapat mengarahkan opini.

23 13 Menurut Walgito (2002) pembentukan dan perubahan sikap ditentukan oleh dua faktor, yaitu: 1. Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak. Faktor internal itu merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan. 2. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Faktorfaktor tersebut yaitu sifat obyek yang dijadikan sasaran, kewibawaaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau sekelompok orang yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap, dan situasi pada saat sikap itu dibentuk Hubungan Sikap dengan Tindakan Hubungan sikap dengan tindakan dapat dinyatakan bahwa adanya sikap dapat menciptakan suatu tindakan ataupun tidak sama sekali. Kecenderungan untuk melihat sesuatu secara spesifik dengan cara tertentu atau disebut dengan sikap dapat menjadi pemicu seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Terkadang sikap pun tidak dilanjutkan menjadi tindakan karena suatu hal. Penyimpulan sikap tidak dapat dibuat berdasarkan satu tindakan pada satu saat saja. Cara yang lebih tepat adalah menggunakan kriteria observasi berulang yakni apakah berulang kembali pada waktu-waktu yang berbeda (Sarwono, 2002). Sears, Peplau, Freedman (1985) menyebutkan bahwa manusia akan memiliki sikap yang lebih kuat terhadap suatu objek, bila memiliki pengalaman langsung dengan objek itu, daripada hanya mendengarkan tentang objek itu dari orang lain atau hanya membacanya. Dikatakan pula sikap yang lebih kuat terhadap suatu hal, maka sikap itu juga akan konsisten terutama dengan tindakan yang relevan. Pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan suatu masalah juga akan memperkuat sikap. Sumber kekuatan sikap yang lain nampaknya muncul dari adanya kepentingan tetap ataupun kepentingan sendiri dalam suatu masalah.

24 III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI Sungai Ciliwung yang membentang dan mengalir melalui empat wilayah pemerintah daerah yaitu Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Jakarta akan terus mengalami peningkatan pencemaran sebagai akibat semakin intensnya aktifitas manusia terhadap sungai tersebut. Salah satu aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran adalah aktivitas membuang sampah limbah domestik di Sungai Ciliwung. Pembuangan sampah dan limbah domestik di bantaran Sungai Ciliwung menyebabkan penurunan kualias air dan tercemarnya sungai sehingga sungai Ciliwung tidak dapat digunakan lagi untuk kegiatan manusia seperti sumber air minum dan kegiatan perikanan. Selain itu, tercemarnya sungai Ciliwung memberikan dampak negatif terhadap lingkungan pesisir dan Teluk Jakarta sebagai muara Sungai Ciliwung Aktivitas membuang sampah ke sungai yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan sikap dan tindakan masyarakat bantaran sungai dalam kegiatan pembuangan sampah rumah tangga yang dihasilkan. Sikap dan tindakan masyarakat dalam melakukan aktivitas membuang sampah ke sungai dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri masing-masing individu (faktor internal) dan faktor lingkungan sosial (faktor eksternal). Faktor-faktor internal sangat erat hubungannya dengan sikap individu terhadap suatu objek yang dihadapi, dalam hal ini sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga di bantaran sungai. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas pembuangan sampah rumah tangga adalah ketersediaan fasilitas pembuangan sampah, aktivitas tokoh masyarakat, dan sistem drainase lingkungan Analisis secara kuantitatif digunakan untuk melihat hubungan antara faktor internal yaitu karakteristik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung yang meliputi umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah tanggungan keluarga, lama bermukim, volume sampah yang dihasilkan per hari, dan jarak rumah ke sungai, dengan sikap dan tindakan masyarakat bantaran sungai dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Faktor-faktor eksternal yang meliputi ketersediaan tempat pembuangan sampah, aktivitas tokoh masyarakat,

25 15 dan sistem drainase lingkungan digunakan untuk melihat apakah faktor-faktor eksternal tersebut mempengaruhi sikap dan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Untuk mengetahui lebih jelas rangkaian hubungan antara masing-masing peubah sikap dan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 1. Rumah Tangga Bantaran Sungai Ciliwung Sampah Rumah Tangga yang Dihasilkan Karakteristik responden: (Faktor-faktor internal) 1. Umur 2. Lama pendidikan 3. Tingkat pendapatan 4. Jumlah tanggungan keluarga 5. Lama bermukim 6. Jarak rumah ke sungai 7. Volume sampah yang dihasilkan rumah tangga Faktor-faktor eksternal : 1. Ketersediaan fasilitas pembuangan sampah 2. Aktivitas tokoh masyarakat 3. Sistem drainase lingkungan Analisis kuantitatif secara korelasi Sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga Tindakan dalam membuang sampah rumah tangga Gambar 1. Kerangka Pendekatan Studi

26 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Nazir (2005) metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, politik dari suatu kelompok atau daerah. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner dalam pengambilan data (Singarimbun 1989). Suatu penelitian survei bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi itu (Nasution 2003). Survei dapat digunakan dalam penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, maupun eksperimental Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data image (Fauzi 2001). Data text adalah data-data yang berbentuk alphabet maupun numerik, sedangkan data image adalah data-data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu. Data image yang digunakan berupa foto-foto keadaan lokasi penelitian yang diambil langsung di lapang, dan sketsa wilayah daerah penelitian. Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi daerah penelitian dan wawancara langsung kepada responden dengan dipandu kuisioner yang di dalamnya memuat identitas diri responden serta atribut-atribut mengenai sikap dan tindakan responden dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Identitas diri responden meliputi nama, umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, lama bermukim, jumlah sampah yang dihasilkan per hari, dan jarak rumah ke sungai. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri atas data monografi Kelurahan Babakan Pasar dan data dari berbagai literatur berupa buku, internet, dan skripsi.

27 Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah rumah tangga yang tinggal di wilayah pemukiman sekitar bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor. Adapun penentuan responden atau sampel didasarkan pada metode purposive sampling. Penentuan responden berdasarkan atas kriteria yaitu responden tinggal 0-50 meter dari batas tepian sungai, dan responden adalah ibu rumah tangga yang bersedia untuk mengisi atau menjawab kuisioner. Jumlah sampel yang ditetapkan 40 orang ibu rumah tangga yang diambil dari tujuh titik daerah sampel yaitu RW 04 yang terdiri dari RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05 ; RT 02 RW 08, dan RT 01 RW 09. Tiap-tiap RT, dipilih 4 atau 5 orang untuk dijadikan responden. Ketujuh RT ini dipilih karena letaknya bersinggungan dengan Sungai Ciliwung. Unit analisis adalah ibu rumah tangga yang merupakan bagian dari anggota masyarakat bantaran Sungai Ciliwung Metode Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun 1989). Data yang sudah dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode analisis korelasi (hubungan) Rank Spearman. Pengolahan data menggunakan program komputer EXCEL for Windows dan SPSS 15.0 for windows Analisis Hubungan (Correlation) Rank Spearman Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakterisik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dengan sikap dan tindakan serta untuk mengetahui hubungan sikap masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dengan tindakan. Analisis menggunakan uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Korelasi Rank Spearman (rs) digunakan untuk menguji hubungan-hubungan antara variabel yang diamati antara lain :

28 18 (1) Hubungan antara sikap (Y 1 ) dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi Y 1 (X) ; (2) Hubungan antara tindakan (Y 2 ) dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi Y 2 (X) ; (3) Hubungan antara sikap (Y 1 ) dengan tindakan (Y 2 ). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi sikap (Y 1 ) antara lain umur (X 1 ), lama pendidikan (X 2 ), tingkat pendapatan (X 3 ), lama bermukim (X 5 ), dan jarak rumah ke sungai (X 6 ), sedangkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tindakan (Y 2 ) antara lain umur (X 1 ), tingkat pendidikan (X 2 ), tingkat pendapatan (X 3 ), jumlah tanggungan keluarga (X 4 ), lama bermukim (X 5 ), jarak rumah ke sungai (X 6 ), dan volume sampah yang dihasilkan per hari (X 7 ). Uji Rank Spearman dapat digunakan untuk mengukur derajat erat tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya serta untuk mengetahui konsistensi dari ranking yang telah diberikan pengamatan yang ada untuk masingmasing variabel. Rumus Rank Spearman menurut Siegel (1992), sebagai berikut r 6 N N i 1 s 3 d 2 i 1....(1) N keterangan : r s = koefisien korelasi rank Spearman N. di= selisih antara peringkat Xi dan Yi. N = banyaknya pasangan data Uji Signifikansi r s digunakan dengan statistik t, yaitu : rs N 2 t...(2) 1 r 2 s Keterangan : t = t hitung r s = koefisien korelasi Rank Spearman N N = banyaknya pasangan data

29 19 Mengukur tingkat signifikansi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t pada taraf nyata sebesar 0,05 (95%), 0,01 (99%) dan 0,2 (80%) dengan derajat bebas (db) sebesar N-2. Uji t hitung digunakan untuk melihat kekuatan hubungan antara dua variabel yang diperbandingkan dengan nilai t tabel, sehingga hipotesis nol dapat ditentukan apakah diterima atau ditolak pada uji dua sisi (two tailed). Menurut Santoso (2000) interpretasi nilai t hitung terhadap t tabel sebagai berikut : Jika t hitung > 0,05, maka Ho dapat diterima yang berarti tidak ada hubungan nyata antara umur (X 1 ), lama pendidikan (X 2 ), tingkat pendapatan (X 3 ), jumlah tangggungan keluarga (X 4 ), lama bermukim (X 5 ), jarak rumah ke sungai (X 6 ), dan volume sampah yang dihasilkan (X 7 ), dengan sikap (Y 1 ) dan tindakan (Y 2 ). Jika t hitung < 0,05, maka Ho dapat diterima yang berarti terdapat hubungan nyata antara umur (X 1 ), lama pendidikan (X 2 ), tingkat pendapatan (X 3 ), jumlah tangggungan keluarga (X 4 ), lama bermukim (X 5 ), jarak rumah ke sungai (X 6 ), dan volume sampah yang dihasilkan (X 7 ), dengan sikap (Y 1 ) dan tindakan (Y 2 ). Besar kecilnya hubungan dalam analisis korelasi dinyatakan dalam bilangan yang disebut koefisien korelasi atau koefisien hubungan. Koefisien yang bertanda positif menunjukkan arah korelasi positif. Koefisien yang bertanda negatif menunjukkan arah negatif, sedangkan yang bernilai 0,00 menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Hubungan antara variabel independent (X) dan varibel dependent (Y) dinyatakan dalam bilangan. Bilangan yang menyatakan besar kecilnya hubungan disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi terletak antara -1 <r xy <+1 dengan interpretasi sebagai berikut (Sugiyono dan Wibowo 2000). 1. Koefisien korelasi sama dengan +1, maka hubungan liniear positif sempurna. 2. koefisien korelasi sama dengan -1, maka hubungan liniear negatif sempurna. 3. Koefisien korelasi sama dengan nol, maka tidak ada hubungan linier.

30 20 Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Penafsiran koefisien korelasi Interval Koefisien Tingkat Korelasi 0,00-0,199 Sangat Rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,00 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono dan Wibowo (2000) 4.5. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka pendekatan studi maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan nyata positif antara masing-masing variabel seperti umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, lama bermukim, dan jarak rumah ke sungai, dengan sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. 2. Terdapat hubungan nyata positif antara masing-masing variabel seperti umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, lama bermukim, volume sampah yang dihasilkan dan jarak rumah ke sungai, dengan tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. 3. Terdapat hubungan nyata positif antara sikap dengan tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga.

31 Batasan dan Pengukuran Untuk memberikan pengertian dari variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini, maka diperlukan batasan dari masing-masing variabel sehingga dapat diketahui indikator pengukuran yang jelas. Adapun, variabel-variabelnya sebagai berikut: 1. Karakteristik masyarakat bantaran sungai adalah ciri-ciri, sifat, atau faktor personal yang dimiliki oleh responden dan relatif tidak berubah. Karakteristik bantaran sungai meliputi umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, lama bermukim, jarak rumah ke sungai, dan volume sampah yang dihasilkan per hari. 2. Sampah rumah tangga adalah sisa-sisa bahan padat baik bahan organik maupun anorganik yang dihasilkan oleh responden dari rumah tangga dan telah mengalami perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya atau karena pengolahan dan sudah tidak bermanfaat. 3. Sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga adalah pemikiran dan perasaan yang ditimbulkan oleh responden baik dilakukan secara positif, netral, maupun negatif dalam aktivitasnya membuang sampah rumah tangga (obyek sikap) yang diikuti dengan kecenderungan bertingkah laku terhadap obyek dari sikap tersebut. Sikap responden dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga meliputi frekuensi membuang sampah tiap hari, cara membuang sampah (dibakar, dibuang ke sungai, ditimbun), dampak sampah yang dibuang ke sungai, cara yang tepat untuk membuang sampah, manfaat sampah, ada tidaknya pemilahan sampah, lokasi membuang sampah, tempat sampah yang disediakan di rumah, dan lain-lain. Sikap positif menunjukkan kecenderungan responden untuk menerima suatu obyek sikap (dampak sampah yang dibuang ke Sungai Ciliwung dan aktivitas membuang sampah rumah tangga), sedangkan sikap negatif menunjukkan responden menolak suatu obyek sikap (dampak sampah yang dibuang ke Sungai Ciliwung dan aktivitas membuang sampah rumah tangga). Sikap netral menunjukkan sikap keragu-raguan atau kebimbangan responden terhadap obyek sikap (dampak sampah yang dibuang ke Sungai Ciliwung dan aktivitas

32 22 membuang sampah rumah tangga). Pengukuran sikap menggunakan skala likert. Sikap positif diukur apabila responden menjawab sangat setuju dan setuju pada obyek sikap. Sikap netral diukur apabila responden menjawab ragu-ragu/netral pada obyek sikap. Sikap negatif diukur apabila responden menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju pada obyek sikap. Dalam penelitian ini, semua butir pernyatan sikap disajikan dalam bentuk pernyataan positif. Pemberian skor untuk pernyataan sikap dengan cara pemberian skor jawaban sebagai berikut : Skor 5 = Responden yang menjawab sangat setuju Skor 4 = Responden yang menjawab setuju Skor 3 = Responden yang menjawab netral/ragu-ragu Skor 2 = Responden yang menjawab tidak setuju Skor 1 = Responden yang menjawab sangat tidak setuju Dengan demikian, diperoleh jumlah skor maksimum dan skor minimum dari masing-masing atribut sikap. Skor maksimum 5 x 40 = 200 dan skor minimum 1 x 40 = Tindakan dalam membuang sampah rumah tangga adalah tindakan yang dilakukan oleh responden dalam kegiatan membuang sampah rumah tangga. Tindakan responden dalam membuang sampah rumah tangga meliputi frekuensi membuang sampah tiap hari, cara membuang sampah (dibakar, dibuang ke sungai, ditimbun, dibuang ke tempat penampungan sampah dan sebagainya), ada tidaknya pemilahan sampah, lokasi membuang sampah, membayar iuran sampah, pembungkusan terhadap sampah rumah tangga, kegiatan pemanfaatan sampah, dan proses pendidikan dalam lingkungan keluarga dan sosial). Pengukuran tindakan dengan pemberian skor pada pernyataan positif dan pernyataan negatif. Nilai skor maksimum tindakan adalah 2 x 10 = 20 sedangkan nilai skor minimum 1 x 10 = 10. Pemberian skor pada pernyataan positif sebagai berikut : Skor 2 = melakukan Skor 1 = tidak melakukan Pemberian skor pada pernyataan negatif sebagai berikut :

33 23 Skor 2 = tidak melakukan Skor 1 = melakukan 5. Umur responden adalah rentang waktu hidup responden sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan dan dihitung dalam satuan tahun. Penggolongan umur responden diperoleh melalui selisih antara umur tertinggi dengan umur terendah yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut : Muda : Tahun Dewasa : Tahun Tua : Tahun 6. Lama pendidikan adalah lama pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Penggolongan lama pendidikan responden diperoleh melalui selisih antara lama pendidikan tertinggi dengan lama pendidikan terendah yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut: Rendah : 3 6 Tahun Sedang : 7 10 Tahun Tinggi : Tahun 7. Tingkat pendapatan adalah rata-rata penghasilan yang diperoleh rumah tangga responden berupa uang dalam satu bulan, diukur dalam satuan rupiah. Penggolongan tingkat pendapatan responden diperoleh melalui selisih antara jumlah pendapatan tertinggi dengan jumlah pendapatan terendah yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut: Rendah : Rp ,00 Rp ,00 Cukup : Rp ,00 Rp ,00 Tinggi : Rp ,00 Rp ,00 8. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang biaya hidupnya masih menjadi tanggungan rumah tangga responden termasuk responden itu sendiri, diukur dalam satuan orang. Penggolongan jumlah tanggungan keluarga responden diperoleh melalui selisih antara jumlah tertinggi tanggungan keluarga dengan jumlah terendah tanggungan keluarga yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut:

34 24 Sedikit : 3 5 Orang Cukup : 6 8 Orang Banyak : 9 11 Orang 9. Lama bermukim adalah jarak tahun terakhir responden tinggal di daerah penelitian pada saat dilakukan penelitian dalam satuan tahun. Penggolongan lama bermukim responden diperoleh melalui selisih antara jumlah tertinggi lama bermukim dengan jumlah terendah lama bermukim yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut: Baru : 2 22 Tahun Cukup lama : Tahun Lama : Tahun 10. Volume sampah yang dihasilkan adalah jumlah sampah yang dihasilkan oleh responden per hari dengan menggunakan satuan meter kubik. Pengukuran volume sampah untuk masing-masing kantong sebagai berikut: (1) Ukuran kantong kecil adalah 33 cm x 8 cm x 27 cm = cm 3 atau setara dengan 0, m 3 ; (2) Ukuran kantong sedang adalah 40 cm x 10 cm x 35 cm = cm 3 atau setara dengan 0,014 m 3 ; dan (3) Ukuran kantong besar adalah 50 cm x 15 cm x40 cm = cm 3 atau setara dengan 0,03 m 3. Sampah yang terdapat di dalam kantong kresek dalam keadaan tidak terpisah atau tercampur. Penggolongan volume sampah yang dihasilkan responden diperoleh melalui selisih antara jumlah tertinggi volume sampah yang dihasilkan dengan jumlah terendah volume sampah yang dihasilkan yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut: Sedikit : 0,007 0,015 meter kubik Cukup banyak : 0,016 0,024 meter kubik Banyak : 0,025 0,033 meter kubik 11. Jarak dari rumah ke sungai adalah jarak yang ditempuh oleh responden untuk mencapai sungai dengan rumah dengan berjalan kaki dan diukur dengan menggunakan satuan meter (m). Penggolongan jarak rumah ke sungai yang dihasilkan responden diperoleh melalui selisih antara jarak

35 25 terjauh rumah ke sungai dengan jarak terdekat rumah ke sungai yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut: Dekat : 1 17 meter Sedang : meter Jauh : meter 12. Faktor-faktor eksternal adalah segala sesuatu yang mempengaruhi responden yang berasal dari luar individu, yang terdiri dari ketersediaan fasilitas pembuangan sampah, aktivitas tokoh masyarakat, dan sistem drainase lingkungan. Pengukuran faktor-faktor eksternal diukur melalui pernyataan responden tentang hal tersebut. Faktor-faktor eksternal meliputi: a. Ketersediaan fasilitas pembuangan sampah adalah tersedianya tempattempat pembuangan sampah, petugas, dan fasilitas lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pembuangan sampah. b. Aktivitas tokoh masyarakat dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga adalah aktivitas tokoh masyarakat, ulama, penyuluh, atau agen pembaharu yang mengajak atau memberi teladan masyarakat untuk membuang sampah yang baik. c. Sistem drainase Lingkungan adalah ada atau tidaknya sistem drainase pembuangan limbah rumah tangga di lokasi setempat, dengan melihat ada atau tidaknya saluran drainase/parit dan kualitasnya Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah wilayah pemukiman di Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor. Penentuan lokasi ini ditentukan sengaja atau purposive sampling yaitu teknik pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi yang unit sampel ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan: (a) bahwa di wilayah tersebut merupakan kawasan pemukiman yang padat penduduknya, (b) berada di bantaran sungai (Sungai Ciliwung) yang masih memiliki pola perilaku membuang sampah di sungai. Waktu penelitian dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Mei sampai minggu kedua bulan Juni.

36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Alam Kelurahan Babakan Pasar merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 42 ha. Secara topografi, wilayah Kelurahan Babakan Pasar merupakan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian tanah 247 meter di atas permukaan laut. Kelurahan Babakan Pasar memiliki kisaran suhu udara rata-rata 29 C. Kelurahan Babakan Pasar terdiri dari 9 RW (Rukun Warga) dan 39 RT (Rukun Tetangga). Jarak Kelurahan Babakan Pasar dari pusat pemerintahan kecamatan sejauh 3 Km, jarak dari pemerintah kota sejauh 2 Km, jarak dari ibukota provinsi sejauh 120 Km dan jarak dari ibukota negara sejauh 60 Km. Batas wilayah administratif wilayah Kelurahan Babakan Pasar sebagai berikut : (1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Paledang, (2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukasari, (3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Gudang, (4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Baranang Siang. Kelurahan Babakan Pasar merupakan salah satu Kelurahan yang dilalui oleh Sungai Ciliwung. Terdapat empat RW yang berbatasan langsung dengan Sungai Ciliwung, yaitu RW 01, RW 04, RW 08,dan RW 09. Dari keempat RW ini, RW yang semua wilayahnya berbatasan langsung dengan Sungai Ciliwung adalah RW 04 dan dikenal dengan nama Pulo Geulis Kependudukan Kelurahan Babakan Pasar memiliki karakteristik penduduk yang heterogen baik dalam hal umur, jenis pekerjaan, agama maupun tingkat pendidikan. Berdasarkan Tabel 2, jumlah penduduk kelurahan Babakan Pasar sampai dengan bulan April 2008 adalah jiwa, terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

37 27 Tabel 2. Komposisi Masyarakat Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia. No Kelompok Umur (tahun) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) Penduduk Jumlah (orang) Prsentase (%) keatas Total Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2008 Rasio jenis kelamin (RJK) laki-laki dan perempuan Kelurahan Babakan Pasar sebesar 96 artinya dalam 100 orang penduduk laki-laki terdapat 96 orang penduduk perempuan. Rasio beban tanggungan dinyatakan sebagai perbandingan antara jumlah penduduk berusia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun per seratus penduduk berusia 15 sampai dengan 64 tahun. Nilai rasio beban tanggungan di Kelurahan Babakan Pasar adalah 39. Artinya setiap 100 orang penduduk yang berusia produktif harus menanggung 39 orang penduduk yang berusia tidak produktif Pendidikan Pendidikan memberikan informasi atau pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dalam masyarakat. Dengan memperoleh pendidikan seseorang diharapkan dapat semakin memahami kondisi yang terjadi disekitarnya. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu dengan pendidikan. Pemerintah mewajibkan warganya mengenyam pendidikan dasar selama sembilan tahun.

38 28 Masyarakat di Kelurahan Babakan Pasar yang sudah mengenyam pendidikan dasar sembilan tahun sebesar 22,43% (Tabel 3). Jumlah masyarakat yang menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SMA cukup besar (32,38%). Hal ini diduga berasal dari masyarakat keturunan Tionghoa yang tinggal di Kelurahan Babakan Pasar cukup besar, yang umumnya memiliki tingkat kesejahteraan dan pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat Kelurahan Babakan Pasar yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar. Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Ratarata Lama Sekolah Tahun No Jenjang Sekolah Jumlah (orang) Presentase (%) 1 Tamat SD DO SD Kelas DO SD Kelas DO SD Kelas Tamat SMP DO SMP Kelas DO SMP Kelas DO SMP Kelas Tamat SMA DO SMA Kelas DO SMA Kelas DO SMA Kelas Tamat D-III Tamat Sarjana Total Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2008 Ket : DO = Drop Out Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Masyarakat Kelurahan Babakan Pasar pada umumnya memiliki mata pencaharian di bidang jasa dan perdagangan. Hal ini karena keterbatasan lahan pertanian dan pemukiman. Sebagian besar masyarakat Kelurahan Babakan Pasar (39,94%) memiliki mata pencaharian sebagai wiraswasta (Tabel 4). Hal ini karena lokasi Kelurahan Babakan Pasar dekat dengan pusat perdagangan berupa pasar tradisional (Pasar Bogor), swalayan dan mini market. Selain itu, masyarakat Babakan Pasar, selain terdiri dari masyarakat pribumi, juga terdapat masyarakat keturunan Tionghoa, yang pada umumnya memiliki jiwa wiraswasta.

39 29 Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2008 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Presentase (%) 1 Pegawai Negeri Sipil TNI/ Polri Swasta/ BUMN/ BUMD Wiraswasta Pertukangan Pensiunan Jasa Total Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar, Gambaran Umum Pemukiman Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar Umumnya tipe bangunan rumah yang terdapat di bantaran Sungai Ciliwung adalah rumah-rumah permanen, meskipun terdapat juga rumah-rumah semi permanen. Tipe rumah permanen dicirikan dengan dinding rumah terbuat dari batu bata dengan lantai semen atau keramik, sedangkan rumah tipe semi permanen dicirikan dengan dinding terbuat dari setengah batu bata dan setengah dinding terbuat dari kayu dengan lantai tanah. Rumah-rumah di bantaran Sungai Ciliwung dibangun saling berimpitan antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya dan tidak memiliki halaman rumah serta rumah-rumah tersebut dibangun membelakangi sungai atau bersisian dengan Sungai Ciliwung. Tipe jalan di bantaran Sungai Ciliwung berupa gang-gang sempit yang lebarnya satu meter dan hanya mampu dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua seperti sepeda dan motor. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga seperti selokan/got yang berukuran 0,5 meter dalam kondisi bersih dan lancar, walaupun terkadang terdapat sampah, tetapi sampah tersebut segera dibersihkan oleh masyarakat setempat. Penyediaan air bersih di pemukiman bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar mengandalkan air yang berasal dari air PAM dan sumur, sedangkan air sungai hanya bisa digunakan untuk MCK (mandi, cuci, kakus).

40 Pemanfaatan Sungai Ciliwung Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat bantaran Sungai Ciliwung, tidak terlepas dari Sungai Ciliwung, dalam arti bahwa Sungai Ciliwung dengan segala kondisinya saat ini masih merupakan sarana penting bagi masyarakat dalam menunjang hidup mereka. Sungai Ciliwung masih dimanfaatkan oleh masyarakat bantaran Sungai untuk berbagai kegiatan di antaranya untuk membuang sampah, budidaya keramba, membuang kotoran (buang air besar), mandi, dan mencuci. Pemanfaatan Sungai Ciliwung untuk tempat pembuangan sampah masih dilakukan oleh sebagian masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar. Masyarakat melakukan aktivitas ini dengan alasan kebiasaan, kemudahan, praktis, dan keterbatasan fasilitas tempat sampah. Masyarakat juga berpendapat selama ini, membuang sampah ke sungai tidak berdampak negatif terhadap kehidupan mereka, karena sampah yang dibuang ke sungai akan langsung hanyut terbawa air sungai. Akan tetapi, ada juga sebagian masyarakat bantaran Sungai Ciliwung yang tidak membuang sampah ke sungai. Hal ini karena adanya kesadaran akan dampak negatif membuang sampah ke sungai dan adanya petugas yang mengambil sampah ke rumah setiap pagi atau sore. Pemanfaatan Sungai Ciliwung untuk aktivitas MCK masih dilakukan oleh sebagian masyarakat bantaran Sungai Ciliwung. Masyarakat berpendapat bahwa Sungai Ciliwung masih layak dimanfaatkan untuk kegiatan tersebut. Sedangkan untuk air minum, masyarakat berpendapat bahwa Sungai Ciliwung sudah tidak layak untuk digunakan. Mereka menggunakan air PAM dan sumur untuk sumber air minum. Bagi sebagian masyarakat yang tidak menggunakan air sungai Ciliwung untuk kegiatan MCK, mereka beralasan bahwa air Sungai Ciliwung sudah tercemar dan kotor, sehingga tidak layak lagi untuk digunakan. Mereka menggunakan fasilitas MCK pribadi atau umum untuk kegiatan tersebut. Pemanfaatan Sungai Ciliwung untuk kegiatan perikanan (keramba), masih dilakukan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung, walaupun dalam skala kecil. Ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas. Mereka melakukan budidaya keramba sebagai hobi dan usaha sampingan. Seiring berjalannya waktu, masyarakat yang melakukan budidaya ikan dengan keramba, semakin berkurang. Hal ini karena seringnya terjadi banjir yang menghanyutkan keramba mereka dan

41 31 keterbatasan modal karena biaya pakan dan pemeliharaan lebih besar dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan ikan hasil keramba Karakteristik Responden Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, lama bermukim, jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah ke sungai dan volume sampah yang dihasilkan rumah tangga. Tabel 5. Karakteristik Internal Responden Bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar, Tahun Karakteritik Responden Umur Muda (21 36 tahun) Sedang (37 52 tahun) Tua (53 68 tahun) Lama pendidikan Rendah (3 6 tahun) Sedang (7 10 tahun) Tinggi (11-14 tahun) Pendapatan Rendah (Rp ,00 Rp ,00) Sedang (Rp ,00 Rp ,00) Tinggi (Rp ,00 Rp ,00) Jumlah tanggungan keluarga Sedikit (3 5 orang) Sedang (6 8 orang) Banyak (9 11 orang) Lama bermukim Baru (2 22 tahun) Sedang (23 43 tahun) Banyak (44 64 tahun) Jarak rumah ke sungai Dekat (1 17 meter) Sedang (18 34 meter) Jauh (35 51 meter) Volume sampah yang dihasilkan Sedikit (0,007 0,0015) Sedang (0,0016 0,024) Tinggi (0,024 0,033) Sumber : Data primer diolah, Umur Responden Jumlah (orang) Persentase (%) 22,5 57, ,5 7,5 5 72,5 22, ,5 17, ,5 0 32,5 Rata-rata Kisaran 44 tahun tahun 8 tahun 3 12 tahun Rp ,00 5 orang Rp ,00 Rp , orang 26 tahun 2 62 tahun 18 meter 1 50 meter 0,018 m 3 0,007 0,03 m 3 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia terendah responden adalah 21 tahun sedangkan usia tertinggi adalah 66 tahun. Berdasarkan Tabel 5, terlihat sebagian besar responden termasuk ke dalam kelompok umur dewasa

42 32 (57,5%). Rata-rata umur responden adalah 44 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden termasuk ke dalam usia produktif untuk bekerja Lama Pendidikan Pendidikan memberikan informasi atau pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dalam masyarakat. Berdasarkan Tabel 5, responden telah mengenyam pendidikan selama 7 10 tahun (20%). Rata-rata lama pendidikan responden adalah 8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden masih tergolong rendah karena berada di bawah standar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan oleh pemerintah. Pada umumnya responden menyadari akan pentingnya pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, tetapi karena faktor biaya dan kemampuan orang tua untuk membiayai sekolah, sehingga banyak responden yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi Tingkat Pendapatan Salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan rumah tangga responden adalah ekonomi. Pendapatan merupakan salah satu indikator ekonomi untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga. Pada Tabel 5, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendapatan rendah (87,5%) dengan kisaran pendapatan Rp ,00 Rp ,00. Responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah memiliki profesi sebagai buruh, pedagang, dan supir dengan pendapatan harian sebesar Rp ,00 Rp ,00/hari. Sedangkan responden yang memiliki pendapatan sedang maupun tinggi memiliki profesi sebagai PNS dan pegawai swasta dengan pendapatan per bulan sebesar Rp ,00 Rp , Jumlah Tanggungan Keluarga Pada umumnya, responden bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar adalah keluarga yang memiliki tanggungan keluarga seperti suami/istri, anak, dan keluarga lainnya yang hidup dalam satu rumah. Sebagian besar responden (72,5%) terdiri dari keluarga inti sebanyak 3 5 orang yang

43 33 terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Sedangkan sebagian kecil responden (5%) memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 9 11 orang, pada rumah tangga ini terdapat anggota keluarga lain seperti cucu, kakek, sepupu, dan yang lainnya yang tinggal satu rumah dengan keluarga inti Lama Bermukim Lama bermukim berkaitan dengan sejauh mana responden beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga dari adaptasi yang dilakukan responden selama bertahun-tahun akan timbul sikap responden terhadap lingkungannya, khususnya lingkungan Sungai Ciliwung baik sikap positif, netral, maupun negatif. Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa sebagian besar responden (50%) relatif baru bermukim di bantaran Sungai Ciliwung. Rata-rata lama bermukim responden di bantaran sungai Ciliwung adalah 26 tahun Jarak Rumah ke Sungai Pada umumnya, rumah-rumah di bantaran Sungai Ciliwung, dibangun membelakangi sungai atau bersisian dengan sungai. Jarak antara rumah dengan sungai berkisar 0 50 meter. Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki jarak rumah ke sungai yang relatif dekat berkisar 1 17 meter sebanyak 23 responden (57,5%). Rata-rata jarak rumah ke sungai Ciliwung adalah 18 meter Volume Sampah Volume sampah yang dihasilkan oleh responden bantaran Sungai Ciliwung bervariasi baik jumlah maupun ukuran kantong dalam sehari. Responden bantaran sungai Ciliwung biasanya mengumpulkan sampah yang dihasilkan di rumah dengan menggunakan kantong plastik, sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah selanjutnya. Frekuensi membuang sampah bervariasi mulai dari 1 hari/kali 3 hari/kali. Berdasarkan Tabel 5, sebagian besar responden (67,5%) menghasilkan sampah rumah tangga sebanyak 0,007 0,015 m 3 /hari. Rata-rata volume sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga responden berkisar 0,018 m 3 /hari. Volume

44 34 sampah yang dibuang responden ke sungai adalah 0,236 m 3 /hari sedangkan volume sampah yang dibuang responden ke TPS (dijemput oleh petugas) adalah 0,4819 m 3 /hari. Sampah yang dihasilkan oleh responden di bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan babakan Pasar sangat bervariasi, yang terdiri dari sampah organik dan sampah non organik. Pada umumnya sampah yang dihasilkan oleh responden adalah sampah dapur (seperti sampah sisa sayuran) dan sampah sisa makanan. Selain sampah organik, responden juga menghasilkan sampah anorganik seperti kantong kresek, botol bekas, kaleng, dan stereoform Faktor Eksternal Ketersediaan Fasilitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga Fasilitas sampah yang tersedia di Kelurahan Babakan Pasar berupa tong sampah/bak sampah, gerobak sampah, dan petugas sampah. Hampir semua RT, memiliki fasilitas berupa bak sampah/tong sampah, walaupun jumlahnya terbatas. Responden berpendapat dengan jumlah 2 bak sampah setiap RT tidak dapat menampung semua sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Setiap RT pada umumnya terdiri dari KK. Dari ketujuh RT, hanya satu RT yaitu RT 01 RW 09 yang memiliki tong sampah yang berasal dari bantuan Dinas DLHK dan 2 bak sampah dari swadaya masyarakat setempat. Sedangkan RT lainnya hanya memiliki tong sampah yang berasal dari bantuan DLHK. Tong sampah yang diberikan oleh Dinas DLHK, jumlah dan ukurannya terbatas dibandingkan jumlah sampah yang dihasilkan oleh sampah rumah tangga. Fasilitas gerobak sampah, setiap RT memiliki 1 buah, dengan kondisi roda yang rusak dan gerobak sampah yang berlubang sehingga sudah tidak layak digunakan. Hampir semua RT memiliki petugas sampah yang berjumlah 3 6 orang, yang bertugas berkeliling ke rumah-rumah penduduk untuk mengambil sampah. Petugas sampah ini berasal dari masyarakat setempat yang terdiri dari pemuda-pemuda. Pemuda-pemuda ini diberdayakan oleh Ketua RT setempat untuk mengambil sampah ke setiap rumah. Upah untuk petugas sampah berasal dari iuran yang dibayarkan oleh masyarakat. Setiap kali pengambilan sampah, responden memberikan iuran sebesar Rp 500,00 Rp 2000,00 kepada petugas sampah. Besarnya iuran tergantung dari

45 35 kerelaan responden dan volume sampah yang dibuang. Petugas sampah yang mengambil sampah biasanya berkeliling ke rumah-rumah penduduk setiap pagi atau sore. Berdasarkan wawancara dengan responden, biasanya responden meletakkan sampah yang akan dibuang di depan rumah mereka masing-masing. Sampah tersebut dikumpulkan dalam kantong plastik sebelum diambil oleh petugas. Responden berpendapat bahwa dengan adanya petugas yang menjemput sampah ke rumah-rumah, meringankan beban mereka, dan dapat menghilangkan kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah ke sungai. Selain itu, responden berpendapat dengan iuran sampah harian tidak memberatkan, mengingat sebagian rumah tangga responden memiliki pendapatan harian. Berdasarkan pengamatan dan wawancara, responden lebih memilih untuk menggunakan jasa petugas sampah yang menjemput sampah ke setiap rumah daripada menggunakan bak sampah yang disediakan oleh Dinas DLHK. Hal ini karena jumlah dan ukuran tong sampah yang terbatas, tong sampah yang terlalu jauh, sehingga membutuhkan waktu untuk menjangkaunya, dan tidak praktis Aktivitas Tokoh Masyarakat Sosialisasi akan pentingnya membuang sampah pada tempat sampah dan larangan untuk membuang sampah ke sungai dilakukan oleh tokoh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung, seperti ketua RT, ketua RW, dan PKK. Tabel 6. Pernyataan Responden Tentang Aktivitas Tokoh Masyarakat di Bantaran Sungai Ciliwung No Pernyataan Melakukan Tidak melakukan Jumlah 1 Ketua RT memberikanhimbauan 2 Himbauan dilakukan setiap saat Sumber : Data primer diolah, % 20% 100% % 66% 100% Sebagian besar responden (80%) menyatakan bahwa tokoh masyarakat (ketua RT) selalu menghimbau dan memberi contoh kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai dan memberi himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya (Tabel 6). Di sisi lain, sebagian kecil responden (20%) menyatakan bahwa tokoh masyarakat tidak memberikan himbauan/sosialisasi

46 36 kepada masyarakat. Responden (34%) berpendapat bahwa tokoh masyarakat memberikan himbauan/sosialisasi setiap saat pada setiap acara tertentu seperti acara pengajian, kerjabakti, pertemuan RT/RW, dan sosialisasi secara langsung. Sedangkan responden (66%) menyatakan bahwa tokoh masyarakat tidak setiap saat melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, biasanya tokoh masyarakat terutama Ketua RT memberikan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat. Ketua RT biasanya memanfaatkan waktu ketika berkumpul untuk kerja bakti, pertemuan RT, acara pengajian, dan kunjungan ke rumah-rumah. Selain memberikan himbauan, biasanya beberapa ketua RT memberikan contoh untuk membuang sampah pada tempatnya dan menegur masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai. Sedangkan untuk agen penyuluh yang berasal dari pihak luar, menurut responden belum pernah ada yang memberikan sosialisasi, penyuluhan, maupun pelatihan yang berkaitan dengan sampah Sistem Drainase Lingkungan Sistem drainase lingkungan di masyarakat bantaran Sungai Ciliwung berupa selokan/parit. Sebagian besar responden (82,5%) menyatakan bahwa di sekitar rumah mereka terdapat selokan/parit (Tabel 7). Sedangkan responden (17,5% ) menyatakan bahwa di sekitar rumah mereka tidak terdapat selokan/parit. Sebagian besar responden (79%) menyatakan bahwa kondisi saluran parit dalam keadaan baik dan air mengalir lancar, sedangkan responden (21%) menyatakan bahwa kondisi parit/selokan dalam keadaan baik tapi air tidak mengalir lancar (Tabel 7), hal ini karena selokan tersumbat sampah. Sampah-sampah tersebut berasal dari masyarakat yang masih membuang sampah di selokan. Tabel 7. Pernyataan Responden Tentang Sistem Drainase di Bantaran Sungai Ciliwung No Pernyataan Ya Tidak Jumlah 1 Terdapat selokan di sekitar rumah 2 Kondisi selokan baik dan air mengalir lancar Sumber : Data primer diolah, ,5 % 17,5 % 100% % 21% 100%

47 37 Berdasarkan pengamatan kondisi saluran parit dalam keadaan yang cukup baik dan air mengalir lancar. Walaupun terkadang tersumbat sampah, namun oleh masyarakat setempat sampah-sampah tersebut langsung dibersihkan. Sampahsampah tersebut biasanya berasal dari anak-anak yang masih membuang sisa makanannya ke selokan. Masyarakat menyediakan beberapa tempat sampah berupa kantong plastik maupun karung di dekat selokan. Hal itu dilakukan untuk memberikan kemudahan untuk membuang sampah pada tempatnya dan mencegah masyarakat untuk membuang sampah ke selokan Sikap Responden Sikap responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi sikap responden dalam membuang sampah rumah tangga dan sikap responden tentang dampak membuang ke sungai. Sikap responden bantaran Sungai Ciliwung terhadap obyek sikap dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Pengukuran Sikap Responden Terhadap Obyek Sikap Obyek Sikap 1. Sampah dapat menyebabkan pengotoran sungai 2. Sampah dapat menyebabkan pencemaran sungai 3. Sampah dapat menimbulkan gangguan kesehatan 4. Sampah dapat menimbulkan banjir 5.Aktivitas dalam membuang sampah rumah tangga Sumber : Data primer yang diolah, Sikap Positif Netral Negatif Jumlah ,5% 0 2,5% 100% % % % 0 5% 100% ,5% 0 2,5% 100% ,5% 0 7,5% 100% Sikap Responden tentang Dampak Sampah yang Dibuang ke Sungai Ciliwung Penelitian ini mengkategorikan sikap responden tentang dampak sampah yang dibuang ke sungai menjadi empat segi yaitu segi sampah dapat menyebabkan pengotoran sungai, segi sampah dapat menyebabkan pencemaran sungai, segi sampah dapat menyebabkan banjir, dan segi sampah dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

48 38 Dari segi sampah dapat menyebabkan pengotoran sungai, sebagian besar responden (97,5%) memiliki sikap positif bahwa sampah yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan Sungai Ciliwung kotor (Tabel 8). Responden bantaran sungai menganggap aktivitas membuang sampah rumah tangga dapat membuat sungai kotor, walaupun tidak menutup kemungkinan kotornya Sungai Ciliwung juga disebabkan oleh sampah buangan pabrik, pasar, dan sebagainya. Responden juga berpendapat bahwa sampah yang dibuang ke Sungai Ciliwung juga akan mengotori Teluk Jakarta, tempat Sungai Ciliwung bermuara. Semua responden (100%) memiliki sikap positif bahwa selain sampah dapat menyebabkan Sungai Ciliwung kotor, sampah yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan pencemaran air Ciliwung (Tabel 8). Hal ini karena sampah yang dibuang ke sungai terdiri dari sampah organik (sisa-sisa makanan dan sisasisa sampah dapur) dan sampah non organik (seperti plastik, botol bekas, streoform dan lain-lain) yang berpotensi menimbulkan pencemaran Sungai Ciliwung. Apabila sampah organik yang dibuang ke sungai dalam jumlah besar dan kontinu maka akan terjadi proses pembusukan, sedangkan sampah non organik, apabila bercampur dengan air dalam kurun waktu yang lama dapat menimbulkan zat-zat yang beracun yang dapat membahayakan makhluk hidup. Sebagian besar responden (95%) memiliki sikap positif bahwa membuang sampah ke sungai dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Tabel 8). Gangguan kesehatan yang ditimbulkan berupa penyakit kulit (kurap, panu, dan lain-lain), gangguan pernapasan karena bau yang berasal dari sampah yang membusuk, dan gangguan pencernaan karena air sungai sudah terkontaminasi oleh bakteri dan kuman-kuman. Sedangkan responden yang memiliki sikap negatif (5%), hal ini karena selama mereka memanfaatkan Sungai Ciliwung untuk kegiatan MCK (mandi, cuci, kakus) tidak terjadi gangguan kesehatan seperti penyakit kulit dan lain-lain. Mengenai sampah dapat menimbulkan banjir, sebagian besar responden (97,5%) memiliki sikap positif. Sampah yang dibuang ke sungai dapat membuat aliran sungai terhambat karena ada penumpukan sampah dan bila volume sampah yang dibuang ke sungai semakin besar dan kontinu, maka akan terjadi pendangkalan sungai yang mengakibatkan banjir. Sedangkan responden yang

49 39 memiliki sikap negatif (2,5%) berpendapat bahwa banjir yang sering melanda bukan karena sampah yang dibuang ke sungai, tetapi karena hujan yang sering melanda Kota Bogor. Hampir tiap tahun, di bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar dilanda banjir. Banjir ini sudah dianggap hal biasa, dan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung sudah siap mengantisipasinya apabila banjir datang melanda daerahnya. Masyarakat mengantisipasi banjir dengan membuat tanggul dan apabila sungai mulai meluap, masyarakat segera mengungsi ke daerah yang aman. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap masyarakat tentang dampak membuang sampah ke sungai sangat positif. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat bantaran Sungai Ciliwung memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestariaan sungai. Apabila sungai tidak terjaga kelestariannya, akan menimbulkan dampak negatif, tidak hanya bagi lingkungan sungai dan masyarakat bantaran sungai, tapi juga bagi lingkungan pesisir, Teluk Jakarta, tempat Sungai Ciliwung bermuara Sikap Responden dalam Aktivitas Membuang Sampah Rumah Tangga Sikap responden dalam aktivitas membuang sampah rumah tangga, dalam penelitian ini diketahui dengan menggunakan pendekatan tentang pendapat responden dalam aktivitas membuang sampah rumah tangga. Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa sebagian kecil responden (7,5%) memiliki sikap negatif dalam aktivitas membuang sampah rumah tangga. Sikap ini timbul karena lokasi rumah dekat dengan sungai sehingga lebih mudah dan praktis membuang sampah ke sungai, tidak tersedianya fasilitas pembuangan sampah rumah tangga berupa tong sampah maupun petugas yang mengambil ke rumah-rumah di sekitar tempat tinggal responden. Responden juga berpendapat membuang sampah ke sungai merupakan tindakan yang wajar dan banyak orang lain yang melakukannya. Responden berpendapat selama mereka membuang sampah ke sungai tidak berdampak buruk terhadap kehidupan mereka, mereka juga tidak peduli apabila tindakannya merugikan orang lain dan menimbulkan pencemaran di Teluk Jakarta, tempat Sungai Ciliwung bermuara.

50 40 Sebagian besar responden (92,5%) memiliki sikap positif dalam aktivitas membuang sampah rumah tangga. Sikap ini timbul karena kondisi lingkungan yang mendukung untuk tidak membuang sampah ke sungai, seperti tersedianya fasilitas pembuangan sampah sementara yang dekat dengan rumah seperti tong sampah atau bak sampah yang diberikan oleh Dinas DLHK, sehingga mereka dapat membuang sampah di tempat yang telah disediakan, adanya petugas sampah yang menjemput/mengambil sampah ke rumah setiap hari, memudahkan responden untuk membuang sampahnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden bantaran Sungai Ciliwung memiliki sikap positif dalam aktivitas membuang sampah rumah tangga Tindakan Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga Tindakan responden bantaran Sungai Ciliwung dibagi menjadi beberapa kategori. Pertama, tindakan responden bantaran Sungai Ciliwung dalam membuang sampah rumah tangga ke sungai. Sebagian kecil responden (35%) membuang sampah ke sungai (Tabel 9). Hal ini karena rumah responden dekat dengan sungai, praktis, mudah, dan tidak adanya fasilitas pembuangan sampah berupa tong sampah atau petugas yang mengambil sampah ke setiap rumah di sekitar rumah responden. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Yani yang bertempat tinggal hanya 7 meter dari Sungai Ciliwung sebagai berikut :..ibu klo buang sampah ke sungai karena praktis dan mudah, selain itu di RT ibu, tidak ada fasilitas sampah yang tersedia, tidak seperti di RT 01, di sana mah ada pemuda-pemuda yang ngambilin sampah ke rumah-rumah. Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa sebagian besar responden (65%) tidak membuang sampah rumah tangga ke sungai. Hal ini karena di sekitar tempat tinggalnya terdapat fasilitas pembuangan sampah, berupa tong sampah dan adanya petugas sampah yang mengambil/menjemput sampah ke setiap rumah. Sebagian besar responden bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar membuang sampah rumah tangga 1 kali/hari sebanyak 31 orang (77,5%), responden yang membuang sampah rumah tangga 2 hari/kali sebanyak 7

51 41 orang (17,5%) dan responden yang membuang sampah 3 hari/kali sebanyak 2 orang (5%). Kedua, tindakan responden bantaran Sungai Ciliwung dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang dihasilkan. Sebagian besar responden (95%) tidak melakukan pengelolaan sampah rumah tangga (Tabel 9). Hal ini karena keterbatasan lahan yang dimiliki untuk melakukan pengelolaan sampah. Kondisi pemukiman padat penduduk dengan struktur rumah yang saling berimpitan satu sama lain menyebabkan lahan untuk melakukan pengelolaan sampah tidak ada. Selain itu, responden berpendapat bahwa sampah yang mereka hasilkan sedikit, sehingga mereka malas untuk mengelola sampah tersebut dan selama ini pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah sangat minim, yang diketahuinya hanya dengan cara dibakar, itupun tidak dilakukan oleh responden, karena kondisi rumah-rumah yang saling berdekatan. Di sisi lain, sebagian kecil responden (5%) melakukan pengelolaan sampah rumah tangga. Hal ini karena mereka memiliki cukup pengetahuan tentang pengelolaan sampah, yang pengetahuan tersebut diperoleh dari pelatihan yang pernah mereka ikuti. Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh responden adalah mengumpulkan bekas aqua kemudian dijual dan mengumpulkan sisa-sisa sampah dapur (organik) dan dedaunan, kemudian dijadikan kompos. Sebelum sampah dibuang, responden mengumpulkan sampah di rumah masing-masing dengan menggunakan kantong plastik. Semua responden (100%) melakukan pembungkusan sampah rumah tangga. Sebagian besar responden menggunakan kantong plastik dengan berbagai ukuran untuk membungkus sampah. Walaupun ada beberapa responden yang menggunakan tong sampah plastik/kaleng. Sebagian besar responden (92,5%) tidak melakukan pemisahan sampah organik dan non organik (Tabel 9). Hal ini karena responden berpendapat bahwa dengan melakukan pemisahan sampah merepotkan dan menyita waktu. Di sisi lain, sebagian kecil responden (7,5%) melakukan pemisahan sampah. Hal ini karena responden pernah mengikuti pelatihan tentang pengelolaan sampah. Keempat, tindakan responden dalam membayar iuran sampah. Sebagian besar responden (82,5%) membayar iuran sampah (Tabel 9). Hal ini karena iuran

52 42 sampah yang diterapkan tidak memberatkan responden. Besarnya iuran sampah yang diberikan oleh responden berkisar Rp 500,00 Rp 2000,00/ambil sampah. Sedangkan sebagian kecil responden (17,5%) tidak membayar iuran sampah. Hal ini karena di sekitar tempat tinggal responden tidak diterapkan iuran harian, tetapi iuran bulanan yang besarnya Rp ,00 Rp ,00. Iuran tersebut memberatkan responden, karena penghasilan yang responden peroleh pada umumnya upah harian. Kelima, terhadap proses pendidikan dalam lingkungan keluarga, sebagian besar responden bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar melakukan proses pendidikan antara lain : (1) Menegur anggota keluarga yang membuang sampah ke Sungai Ciliwung (75%) ; (2) Mengajak anggota keluarga anggota keluarga agar tidak membuang sampah ke sungai (70%) ; (3) Memberikan pemahaman tentang dampak yang ditimbulkan dari pembuangan sampah rumah tangga ke sungai (70%) (Tabel 9). Anggota keluarga yang melakukan proses pendidikan adalah kepala keluarga maupun ibu rumah tangga. Proses pendidikan dalam lingkungan sosial, sebagian besar dilakukan oleh responden, antara lain : (1). Menegur orang lain yang membuang sampah ke sungai (55%) ; (2). Mengajak orang lain agar tidak membuang sampah ke sungai (75%) (Tabel 9). Berdasarkan wawancara, responden yang melakukan peneguran biasanya hanya menegur tetangga yang masih membuang sampah ke sungai pada musim kemarau, hal ini karena sampah yang dibuang ke sungai akan mengotori sungai dan menimbulkan bau tidak sedap. Sedangkan pada musim hujan, responden tidak menegur orang lain yang membuang sampah ke sungai, karena responden juga membuang sampahnya ke sungai. Responden berpendapat sampah yang dibuang tidak mengotori sungai dan tidak menimbulkan bau tidak sedap, karena sampah akan hanyut terbawa oleh banjir

53 43 Tabel 9. Tindakan Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga. Melakukan tidak melakukan No Tindakan Jumlah % jumlah % 1. Membuang sampah ke sungai Pengelolaan sampah rumah tangga Pemisahan sampah rumah tangga 3 7, ,5 4. Membayar iuran sampah 33 82,5 7 17,5 5 Pembungkusan sampah rumah tangga Proses pendidikan keluarga a. menegur anggota keluarga b. mengajak anggota keluarga c. memberikan pemahaman Proses pendidikan sosial a. menegur orang lain yang buang sampah ke sungai b. mengajak orang lain tidak buang 7 sampah ke sungai Sumber : Data primer yang diolah, Hubungan Karakteristik Internal Responden dengan Sikap dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga. Analisis hubungan (korelasi) antara karakterisik internal responden dengan sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keeratan hubungan yang terjadi antara karakteristik internal yang dimiliki oleh responden bantaran sungai Ciliwung dengan sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga serta apakah hubungan tersebut berhubungan nyata (signifikan) atau tidak nyata (tidak signifikan). Karakteristik internal responden bantaran sungai Ciliwung merupakan meliputi umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, lama bermukim, dan jarak dari rumah ke sungai. Untuk melihat analisis hubungan antara karakteristik responden bantaran Sungai Ciliwung dengan sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga dilakukan dengan menggunakan analisis hubungan korelasi Rank Spearman (rs). Program yang digunakan untuk menganalisis hubungan ini adalah program SPSS (Statistical Product and service Solution) for windows versi 15. Program ini digunakan untuk melakukan penghitungan statistik dengan menggunakan komputer. Kelebihan program ini adalah kita dapat melakukan secara lebih cepat

54 44 semua perhitungan statistik dari yang sederhana sampai yang rumit (Sarwono 2008). Analisis korelasi antara sikap dengan karakteristik internal responden dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis Korelasi Karakteristik Internal Responden dengan Sikap dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga No Karakteristik SIKAP Responden Hasil Uji Korelasi Probabilitas Keterangan 1 Umur Tidak Nyata 2 Lama Pendidikan Tidak Nyata 3 Tingkat Pendapatan Tidak Nyata 4 Lama Bermukim Tidak Nyata 5 Jarak Rumah ke Sungai Nyata Sumber : Data primer diolah, Hubungan antara Umur dengan Sikap Berdasarkan Tabel 10, antara umur responden bantaran sungai Ciliwung dengan sikap memiliki hubungan negatif, namun sangat rendah karena nilai korelasinya sebesar - 0,197. Nilai korelasi tersebut dapat diartikan sebagai semakin tinggi umur responden maka sikapnya akan semakin negatif. Berdasarkan hasil uji t (uji signifikansi), umur responden tidak berhubungan nyata dengan sikapnya. Hal ini terlihat dari nilai probabilitasnya yang lebih besar dari 0,2 yaitu 0,224 (nilai signifikansi 0, 224>0,2), maka Ho dapat diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak hanya responden yang berusia tua yang memiliki sikap yang negatif, tapi responden yang berusia dewasa maupun muda memiliki sikap yang negatif/buruk dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, selain faktor internal juga faktor eksternal. Menurut Walgito (2002), faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan dan pembentukan sikap antara lain pengaruh orang lain, media massa, dan pengaruh kebudayaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, faktor- faktor yang mempengaruhi sikap responden adalah kebudayaan/kebiasaan masyarakat setempat dan pengaruh orang lain. Menurut responden, masyarakat di bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar menganggap biasa membuang sampah ke sungai dan kebiasaan tersebut sudah melekat dalam diri setiap individu. Responden juga berpendapat bahwa selama ini tidak ada

55 45 pelatihan maupun penyuluhan mengenai sampah, pemanfaatan, dan cara pengelolaan sampah yang tepat Hubungan antara Lama Pendidikan dengan Sikap Hasil uji korelasi Rank Spearman (rs) antara lama pendidikan dengan sikap responden menunjukkan bahwa hubungan bersifat positif namun sangat rendah karena nilai korelasinya 0,142 (Tabel 10). Nilai korelasi tersebut dapat diartikan sebagai semakin lama pendidikan seseorang maka sikapnya akan semakin positif. Hal ini menunjukkan bahwa lama pendidikan seseorang dapat mengubah pola berpikir, bersikap, dan bertindak terhadap suatu obyek kehidupan. Semakin lama pendidikan seseorang maka akan semakin banyak pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal. Setidaknya dalam pendidikan formal diajarkan mengenai sampah dan cara pengelolaannya, dampak membuang sampah ke sungai, dan pentingnya melestarikan lingkungan sungai. Hasil uji t (signifikansi) diperoleh nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,2 yaitu nilai probabilitasnya 0,383 maka Ho dapat diterima. Oleh karena Ho dapat diterima maka hubungan antara lama pendidikan dengan sikap tidak berhubungan nyata, sehingga tidak hanya responden yang pendidikannya tinggi saja yang sikapnya semakin positif akan tetapi responden yang berpendidikan sedang maupun rendah dapat memiliki sikap yang semakin positif/baik. Berdasarkan pengamatan, hal ini terjadi karena responden yang memiliki pendidikan rendah dan sedang memperoleh informasi pengetahuan melalui media massa, baik dari koran, radio, maupun televisi. Melalui media massa tersebut responden memperoleh informasi mengenai sampah, dan dampak membuang sampah sembarangan, khususnya membuang sampah ke sungai. Selain itu adanya pengaruh orang lain, khususnya tokoh masyarakat setempat (Ketua RT) yang memberikan informasi dan pengetahuan mengenai sampah dan dampak membuang sampah ke sungai Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Sikap Hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap masyarakat bantaran Sungai Ciliwung menunjukkan hubungan positif yang sangat rendah yaitu 0,148

56 46 (Tabel 10). Nilai korelasi tersebut dapat diartikan sebagai semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka sikapnya akan semakin positif/baik. Berdasarkan hasil uji t (signifikansi), tingkat pendapatan responden tidak berhubungan nyata dengan sikapnya. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas yang lebih besar dari 0,2 yaitu 0,148 maka Ho dapat diterima. Nilai ini mengindikasikan bahwa tidak hanya responden yang memiliki pendapatan tinggi yang memiliki sikap positif, tapi responden yang memiliki pendapatan yang rendah maupun sedang memiliki sikap positif/baik dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Berdasarkan pengamatan, responden yang memiliki pendapatan sedang maupun rendah memiliki sikap positif dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga dipengaruhi oleh faktor luar/eksternal yaitu pengaruh orang lain seperti tokoh masyarakat setempat (ketua RT) yang memberikan himbauan/sosialisasi untuk membuang sampah pada tempatnya dan tidak membuang sampah ke sungai. Selain ketua RT, pengaruh dari masyarakat/orang lain di sekitar tempat tinggal responden yang mendukung responden untuk tidak membuang sampah ke sungai Hubungan antara Lama Bermukim dengan Sikap Hasil uji korelasi Rank Spearman (rs) antara lama bermukim dengan sikap responden diperoleh nilai sebesar -0,273 (Tabel 10). Korelasi yang terjadi antara lama bermukim dengan sikap memiliki hubungan negatif yang rendah. Hal ini menunjukkan semakin lama bermukim seseorang di suatu daerah maka akan semakin negatif sikapnya. Uji signifikansi (uji t) memperlihatkan bahwa lama bermukim responden tidak berhubungan nyata dengan sikap karena nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,2 maka terima Ho. Nilai ini mengindikasikan bahwa tidak hanya responden yang lama bermukim yang memiliki sikap yang buruk/negatif tapi responden yang baru maupun yang cukup lama bermukim memiliki sikap yang buruk dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Berdasarkan pengamatan, hal ini terjadi karena responden yang baru maupun cukup lama bermukim membawa kebiasaan buruk dari daerah asalnya. Selain itu, responden

57 47 melihat kebiasaan/budaya membuang sampah yang dilakukan oleh masyarakat yang sudah lama tinggal, sehingga responden mengikuti kebiasaan di tempat tinggal baru mereka Hubungan antara Jarak Rumah ke Sungai dengan Sikap Hubungan antara jarak rumah ke sungai dengan sikap responden berdasarkan Tabel 10 menunjukkan hubungan negatif yang rendah karena nilai korelasinya sebesar -0,254. Nilai korelasi tersebut dapat diartikan sebagai semakin jauh jarak antara rumah dengan sungai maka akan semakin negatif sikapnya. Uji signifikansi (uji t) menunjukkan bahwa jarak rumah ke sungai berhubungan nyata dengan sikap karena nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,2 yaitu 0,113 (nilai probabilitasnya 0,113<0,2), maka Ho ditolak. Nilai ini mengindikasikan bahwa responden yang memiliki jarak rumah yang jauh dari sungai maka sikapnya akan semakin negatif/buruk. Berdasarkan pengamatan, hal ini terjadi karena adanya tong sampah yang diletakkan dekat dengan sungai, sehingga responden yang rumahnya dekat dengan sungai cenderung membuang sampahnya ke tempat sampah tersebut, sedangkan responden yang rumahnya jauh dari sungai, cenderung membuang sampahnya ke sungai, karena tidak adanya tempat sampah di sekitar rumah, dan terbatasnya tempat sampah yang dekat dengan sungai Hubungan Karakteristik Internal Responden dengan Tindakan dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga. Hubungan antara karakteristik internal responden bantaran Sungai Ciliwung dengan tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keeratan hubungan yang terjadi antara karakteristik internal yang dimiliki oleh responden dengan tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Karakteristik internal responden yang digunakan sebagai indikator tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga adalah umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat

58 48 pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama bermukim, volume sampah yang dihasilkan dan jarak dari rumah ke sungai. Variabel karakteristik responden dan tindakan yang dianalisis tidak berbeda dengan apa yang dilakukan antara karakteristik responden bantaran Sungai Ciliwung dengan sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga yaitu analisis hubungan (korelasi). Analisis data dilakukan dengan menggunakan instrumen statistika non parametrik (hubungan) yaitu Rank Spearman (rs) untuk analisis hubungan antara tindakan dengan umur, tingkat pendapatan, lama pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama bermukim, volume sampah yang dihasilkan dan jarak rumah ke sungai. Hasil korelasi antara tindakan dengan karakteristik internal responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Analisis Korelasi Karakteristik Internal Responden dengan Tindakan dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga No Karakteristik TINDAKAN Keterangan Responden Hasil Uji Korelasi Probabilitas 1 Umur Tidak Nyata 2 Lama Pendidikan Tidak Nyata 3 Tingkat Pendapatan *** Nyata 4 Jumlah Tanggungan Keluarga * Nyata 5 Lama Bermukim Tidak Nyata 6 Jarak Rumah ke Sungai Tidak Nyata 7 Volume Sampah Tidak Nyata * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) *** Correlation is significant at the 0.2 level (2-tailed) Sumber : Data primer diolah, Hubungan antara Umur dengan Tindakan Berdasarkan Tabel 11, nilai uji korelasi Rank Spearman (rs) antara umur responden bantaran dengan tindakan sebesar -0,077. Korelasi yang terjadi antara umur dengan tindakan memiliki hubungan negatif yang sangat rendah. Hal ini menunjukkan semakin tinggi umur seseorang maka akan semakin negatif tindakannya. Hasil uji signifikansi (uji t) hubungan antara umur dengan tindakan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,639 yang berarti umur tidak berhubungan nyata dengan tindakan. Hal ini terlihat dari nilai probabilitasnya yang lebih besar dari 0,2 maka Ho dapat diterima. Oleh karena umur tidak berhubungan nyata dengan tindakan maka tidak hanya responden yang berumur tua yang memiliki

59 49 tindakan buruk tapi responden yang berumur muda maupun dewasa juga memiliki tindakan buruk dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Berdasarkan pengamatan, hal ini terjadi karena adanya kebiasaan buruk yang melekat pada masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah dan adanya pengaruh orang lain atau lingkungan sekitar tempat tinggal responden. Responden yang berusia muda maupun sedang memiliki tindakan buruk karena kebiasaan dan mereka mengikuti tindakan orang yang lebih tua, baik itu orang tua maupun orang yang lebih tua yang ada di sekitar mereka Hubungan antara Lama Pendidikan dengan Tindakan Hubungan antara lama pendidikan dengan tindakan responden menunjukkan hubungan positif namun sangat rendah karena nilai korelasinya sebesar 0,041 (Tabel 11). Nilai korelasi tersebut dapat diartikan semakin lama pendidikan seseorang maka tindakannya semakin baik/positif. Semakin lama pendidikan seseorang maka semakin banyak ilmu pengetahuan yang diperolehnya, sehingga dapat mengubah pola berpikir dan bertindak terhadap sesuatu lebih baik/positif. Hasil uji signifikansi (uji t) diperoleh nilai probabilitas 0,804 maka Ho dapat diterima. Oleh karena Ho dapat diterima maka hubungan antara lama pendidikan dengan tindakan tidak berhubungan nyata, sehingga tidak hanya responden yang pendidikannya lama saja yang tindakannya semakin baik/positif, tapi responden yang pendidikannya rendah juga memiliki tindakan yang semakin positif/baik. Berdasarkan pengamatan hal ini karena adanya faktor luar yang mempengaruhi tindakan responden. Faktor luar tersebut adalah adanya pengaruh media massa, pengaruh orang lain dan pendidikan non formal. Responden mendapat pengetahuan mengenai sampah, dampak, dan pengelolaanya melalui media massa, baik itu dari koran, radio, maupun televisi. Selain itu, adanya pengaruh orang lain yaitu himbauan dari tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat terutama Ketua RT memberikan sosialisasi tentang sampah, dampak sampah, dan pengelolaan sampah yang baik. Ketua RT memberikan himbauan secara langsung dan memberikan contoh yang baik mengenai aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Responden yang tidak memperoleh pengetahuan sampah melalui

60 50 pendidikan formal, mendapatkan pengetahuan melalui pendidikan informal, berupa pelatihan Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Tindakan Hasil uji korelasi Rank Spearman (rs) antara tingkat pendapatan dengan tindakan responden diperoleh nilai 0,217 (Tabel 11). Korelasi yang terjadi antara tingkat pendapatan dengan tindakan memiliki hubungan positif yang sangat rendah. Hal ini menujukkan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin positif tindakannya. Hasil uji t (signifikansi) antara tingkat pendapatan dengan tindakan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,179 pada taraf nyata 0,2 yang berarti tingkat pendapatan berhubungan nyata dengan tindakan, maka Ho dapat ditolak. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pendapatan responden maka semakin positif tindakannya, sebaliknya semakin rendah pendapatannya maka akan semakin negatif tindakannya. Berdasarkan pengamatan, hal ini karena responden yang memiliki pendapatan tinggi mengalokasikan waktu dan pendapatannya untuk pengelolaan sampah. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah mengalokasikan waktu dan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tindakan Hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tindakan responden dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga berdasarkan analisis korelasi diperoleh nilai korelasi -0,324 (Tabel 11). Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa antara jumlah tanggungan keluarga dengan tindakan memiliki hubungan negatif namun rendah. Artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin buruk tindakannya. Jumlah tanggungan keluarga akan menentukan jumlah volume sampah rumah tangga yang dihasilkan. Hasil uji signifikansi (uji t) diperoleh nilai probabilitas 0,041<0,05 (selang kepercayaan 95%) maka Ho dapat ditolak. Oleh karena Ho ditolak maka hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tindakan berhubungan nyata, artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin

61 51 negatif tindakannya, sebaliknya semakin sedikit jumlah tanggungan kelurga maka tindakannya semakin positif. Hal ini karena responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sedikit menghasilkan volume sampah yang lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak Hubungan antara Lama Bermukim dengan Tindakan Hubungan antara lama bermukim dengan tindakan responden menunjukkan hubungan negatif namun sangat rendah karena nilai korelasinya sebesar -0,012 (Tabel 11). Nilai korelasi tersebut dapat diartikan semakin lama bermukim seseorang di suatu daerah maka tindakannya semakin negatif. Hasil uji signifikansi (uji t) hubungan antara lama bermukim dengan tindakan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,942 yang berarti lama bermukim tidak berhubungan nyata dengan tindakan. Hal ini terlihat dari nilai probabilitasnya yang lebih besar dari 0,05 maka Ho dapat diterima. Oleh karena lama bermukim tidak berhubungan nyata dengan tindakan maka berapa lama pun responden bermukim di suatu daerah maka akan memiliki tindakan yang buruk dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Hal ini karena responden yang lama bermukim maupun yang baru bermukim memiliki kebiasaan buruk dalam aktivitas membuang sampah. Berdasarkan pengamatan, responden yang baru bermukim memiliki tindakan buruk karena membawa kebiasaan buruk dari daerah asalnya dan pengaruh dari lingkungan tempat tinggal baru Hubungan antara Volume Sampah yang Dihasilkan dengan Tindakan Hasil uji korelasi Rank Spearman (rs) antara volume sampah yang dihasilkan dengan tindakan responden diperoleh nilai sebesar -0,009 (Tabel 11). Korelasi yang terjadi antara volume sampah yang dihasilkan dengan tindakan memiliki hubungan negatif namun sangat rendah. Hal ini menunjukkan semakin banyak volume sampah yang dihasilkan maka akan semakin negatif tindakannya. Uji signifikansi (uji t) memperlihatkan bahwa volume sampah yang dihasilkan responden tidak berhubungan nyata dengan tindakannya karena nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 yaitu 0,954 (nilai probabilitasnya 0,954 >

62 52 0,05) maka terima Ho. Nilai ini mengindikasikan bahwa tidak hanya responden yang menghasilkan volume sampah banyak yang memiliki tindakan buruk tapi responden yang menghasilkan volume sampah sedang maupun sedikit akan memiliki tindakan yang buruk/negatif. Berdasarkan pengamatan hal ini karena kebiasaan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung membuang sampah ke sungai dan pengaruh orang lain yang tinggal di sekitar rumah responden Hubungan antara Jarak Rumah ke Sungai dengan Tindakan Berdasarkan Tabel 11, nilai uji korelasi Rank Spearman (rs) antara jarak rumah ke sungai responden dengan tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga sebesar - 0,171. Korelasi yang terjadi antara jarak rumah ke sungai dengan tindakan memiliki hubungan negatif yang sangat rendah. Hal ini menunjukkan semakin jauh jarak rumah ke sungai maka akan semakin negatif/buruk tindakannya. Semakin jauh jarak rumah ke sungai, maka akan semakin buruk tindakannya. Hal ini terjadi karena keterbatasan fasilitas pembuangan sampah yang tersedia. Fasilitas pembuangan sampah berupa tong sampah hanya tersedia di dekat sungai, dan itu pun jumlah dan ukurannya terbatas. Tong sampah yang terletak dekat sungai biasanya penuh dengan sampah yang dibuang oleh masyarakat yang tinggal dekat dengan sungai sehingga responden yang memiliki jarak rumah yang jauh dari rumah tidak dapat membuang sampah di tong sampah sehingga memilih untuk membuang sampah ke sungai, selain itu kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian sungai dan responden yang rumahnya jauh dari sungai tidak merasakan dampak negatif langsung apabila membuang sampah ke sungai. Responden yang tinggal dekat dengan sungai cenderung memiliki tindakan yang positif/baik dalam membuang sampah ke sungai. Hal ini karena tersedianya tempat sampah yang berasal dari DLHK sebagai tempat pembuangan sampah sementara di lokasi pemukiman yang dekat dengan sungai dan adanya kesadaran untuk menjaga kelestarian sungai. Responden menyadari dampak negatif yang ditimbulkan apabila membuang sampah ke sungai.

63 53 Hasil uji signifikansi (uji t) hubungan antara jarak rumah ke sungai dengan tindakan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,291 yang berarti jarak rumah ke sungai tidak berhubungan nyata dengan tindakan. Hal ini terlihat dari nilai probabilitasnya yang lebih besar dari 0,05 (nilai probabilitas 0,291>0,05) maka hipotesis nol dapat diterima. Oleh karena jarak rumah ke sungai tidak berhubungan nyata dengan tindakan maka tidak hanya responden yang memiliki jarak rumah yang jauh dari sungai yang memiliki tindakan buruk, tetapi responden yang memiliki jarak yang dekat maupun sedang memiliki tindakan buruk/negatif. Berdasarkan pengamatan hal ini karena ada faktor lain yang mempengaruhi tindakan responden yaitu kebiasaan masyarakat setempat dan pengaruh orang lain/orang lain di sekitar tempat tinggal responden. Responden berpendapat selama ini mereka melakukan tindakan buruk dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga karena melihat lingkungan di sekitar tempat tinggalnya Hubungan antara Sikap dengan Tindakan Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga Analisis korelasi antara sikap dengan tindakan responden bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga bertujuan untuk melihat sejauh mana hubungan yang terjadi antara sikap dengan tindakan tersebut, apakah positif atau negatif serta melihat apakah kedua variabel tersebut berhubungan nyata (signifikan) atau tidak nyata (tidak signifikan). Hasil uji korelasi Rank Spearman (rs) antara sikap dengan tindakan responden bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar diperoleh nilai sebesar 0,354. Korelasi yang terjadi antara sikap dengan tindakan memiliki hubungan positif namun rendah. Hal ini menunjukkan semakin positif sikap responden dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga maka akan semakin positif juga tindakannya. Sebaliknya, semakin negatif sikapnya maka tindakan responden semakin buruk/negatif Sikap dengan tindakan positif responden bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu (1) tersedianya tempat sampah yang berasal dari DLHK sebagai tempat pembuangan sampah sementara di lokasi pemukiman yang dekat dengan sungai;

64 54 (2) kesadaran responden akan pentingnya menjaga lingkungan sungai; (3) adanya himbauan dari tokoh masyarakat setempat untuk tidak membuang sampah ke sungai; (5) terdapat petugas sampah yang mengambil sampah ke rumah-rumah penduduk setiap pagi atau sore, sehingga memudahkan responden untuk membuang sampahnya dengan tepat, praktis, dan murah. Berdasarkan hasil uji t (signifikansi) diperoleh nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,025 (nilai probabilitas 0,025>0,05) maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa sikap berhubungan nyata/signifikansi dengan tindakan.

65 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sebagian besar responden bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar memiliki sikap positif dalam aktivitas dan dampak membuang sampah ke sungai. Sikap positif tentang dampak membuang sampah ke sungai, meliputi sikap tentang sampah dapat menyebabkan pengotoran sungai, sampah dapat menyebabkan pencemaran sungai, sampah dapat mengganggu kesehatan, dan sikap tentang sampah dapat menyebabkan banjir. 2. Sebagian besar responden bantaran Sungai Ciliwung tidak membuang sampah rumah tangga ke sungai, hal ini karena adanya ketersediaan fasilitas sampah berupa tong sampah dan petugas sampah di sekitar tempat tinggalnya serta kesadaran akan pentingnya melestarikan lingkungan sungai, walaupun masih terdapat responden yang tetap membuang sampah ke sungai, hal ini terjadi karena tidak adanya ketersediaan fasilitas sampah di sekitar rumahnya dan tidak ada kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian sungai. 3. Terdapat hubungan antara karakteristik internal responden dengan sikap yaitu jarak rumah ke sungai yang bersifat negatif dan signifikan pada taraf nyata 0,2 (80%). Karakteristik internal responden yang tidak signifikan dengan sikap yaitu umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, dan lama bermukim. Sedangkan hubungan antara karakteristik internal dengan tindakan yang signifikan yaitu tingkat pendapatan bersifat postif dan signifikan pada taraf nyata 0,05 (95%) dan jumlah tanggungan keluarga bersifat negatif dan signifikan pada taraf nyata 0,2 (80%). Karakteristik internal responden yang tidak signifikan dengan tindakan yaitu umur, lama pendidikan, lama bermukim, jarak rumah ke sungai, dan volume sampah yang dihasilkan.

66 55 4. Terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan yang bersifat positif dan signifikan pada taraf nyata 0,05 (95%). Hal ini menunjukkan semakin positif sikapnya maka tindakannya akan semakin positif/baik Saran Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain : 1. Penambahan fasilitas sampah berupa tong sampah, gerobak sampah, dan petugas operasional kebersihan di masing-masing RT ; 2. Pengoptimalan peran tokoh masyarakat, terutama RT dalam sosialisasi pentingnya menjaga kelestarian sungai dan pemberian sanksi bagi masyarakat yang membuang sampah ke sungai ; 3. Perlu adanya aturan mengenai sanksi yang diberikan kepada masyarakat yang membuang sampah ke sungai yang disepakati oleh semua elemen masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar ; 4. Memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat tentang pemanfaatan sampah yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan, misalnya pembuatan lubang biopori dan pembuatan kerajinan dari kertaskertas bekas ; 5. Memberikan pendidikan sejak dini mengenai sampah dan pengelolaannya kepada anak-anak.

67 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu Psikologi Sosial. Cetakan pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Jakarta. Fauzi A Prinsip-Prinsip Penelitian Sosial Ekonomi: Panduan Singkat. Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. IPB. [Tidak dipublikasikan]. Hadiwiyoto S Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta : Yayasan Idayu. Khordi, M. Ghufran dan Andi Baso Tancung Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Cetakan pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta. Mueller DJ Mengujur Sikap Sosial. Terjemahan. Jakarta : Bumi Aksara Nasution Metode Research : Penelitian Ilmiah. Cetakan keenam. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir M Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Priambodo, Agung Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung Terhadap aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kampung Melayu Jakarta Timur. [Skripsi]. Departemen Manajemen Bisnis Perikanan dan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rakhmat, Jalaluddin Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Sarwono, SW Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Jakarta. Sastrawijaya, T.A Pencemaran Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta : Rineka Cipta. Sears, D.O., Peplau LA, dan Freedman JL. Psikologi Sosial. Soekrisno S, Adryanto M. penerjemah. Edisi kelima. Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari Social Psicology. Siegel S Statistik non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Zanzawi Suyuti, Landung Simatupang, Penerjemah. Jakarta : PT. Gramedia. Terjemahan dari : Non Parametric Statistic For The Behaviour Sciences.

68 57 Singarimbun, Masri dan Sofian effendi Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. Sugiyono, E Wibowo Statistik untuk Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS 10.0 for windows. Bandung : Alfabeta. Suriawiria U Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Cetakan Pertama. Bandung : Alumni. W. A. Gerungan Psikologi Sosial. Edisi kedua. Bandung : Eresco. Walgito, Bimo Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. (diakses : Juni 2008)

69 2008 LAMPIRAN

70 Lampiran 1. Data Karakteristik Internal Responden No Nama Karakteristik Responden (Faktor Internal) Umur (X1) Pnddkn(X2) Pekerjaan Pndptn (X4) JTK(X4) LM(X5) JRS(X6) VS(m3)(X7) Sikap (skor) /Y1 Tindakan (skor)/y2 1 Rohmah Pedagang , Sarah PNS , Halimah 45 3 Pedagang , Puspa IRT , Elah 43 4 IRT , Jubaedah 66 6 IRT , Kokom 34 6 IRT , Eneng 49 6 Pedagang , Dasmiah 35 9 IRT , Atikah 50 3 IRT , Sinta IRT , Yumiati 25 3 IRT , Yayah 42 6 Pedagang , Yani Pedagang , Kiki IRT , Siti Asiyah Pedagang , Yati 41 6 IRT , Ulami 51 9 Pedagang , Farida 62 9 IRT , Titin IRT , Oke 38 9 IRT , Enting 42 3 IRT , Tina 25 9 Pedagang , Haryati 45 9 Pedagang , Linda IRT ,

71 Lanjutan Lampiran 1. No Nama Karakteristik Responden (Faktor Internal) Umur (X1) Pnddkn(X2) Pekerjaan Pndptn (X4) JTK(X4) LB(X5) JRS(X6) VS(m3)(X7) Sikap (skor) /Y1 Tindakan (skor)/y2 26 Sumiyati 42 6 Pedagang , Rohanah 63 3 IRT , Nati 54 3 Pedagang , Nunung Pedagang , Erna IRT , Yusniawati 30 6 IRT , Prisa Hesvianti 21 9 IRT , Syamsiah 33 9 buruh , Suhana 43 6 buruh , Aryati 43 5 IRT , Atikah 53 6 Pedagang , Acih sukarsih 61 6 IRT , Asnah IRT , dede samsiah 45 6 Pedagang , Iit Fatimah 39 6 Pedagang , Rata-rata , , , Keterangan : IRT = Ibu Rumah Tangga Pnddkn = Pendidikan Pndptn = Pendapatan JTK = Jumlah Tanggungan Keluarga LB = Lama Bermukim JRS = Jarak Rumah ke Sungai VS = Volume Sampah

72 Lampiran 2. Atribut Sikap Responden Terhadap aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga No Penyataan sikap Responden X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X

73 Lanjutan Lampiran 2. No Responden Pernyataan Sikap X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40 X41 X42 X43 X44 X45 X46 Jumlah Skor

74 Lanjutan lampiran 2 No Responden Penyataan sikap X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X Jumlah Skor Rata-rata 4,33 7,79 7,79 8,55 8,55 7,27 8,7 8,55 8,3 8,8 8,3 8,52 8,78 8,7 8,47 9,12 3,84 7,45 5,8 8,4 5,17 8,1 8,1 8,3 8,73

75 Lanjutan lampiran 2 No Responden Sikap X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38 X39 X40 X41 X42 X43 X44 X45 X46 Jumlah Skor Jumlah Skor Rata-rata 4,35 4,03 4,45 4,18 4,28 4,3 4,13 4,1 4,13 4,3 4,2 4,38 4,13 4,5 4,15 2,48 2,38 4,48 4,4 4,1 3,9 185

76 Lampiran 8. Peta Daerah Penelitian

77 66 Lampiran 4. Hasil Analisis Hubungan (Correlation) Rank Spearman antara Sikap dengan Karakteristik Internal Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga dengan Menggunakan SPSS for Windows versi 15.0 Tahun NonParametric Correlations Correlations Spearman's rho SIKAP umur pendidikan pendapatan JTK LM JRS Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). SIKAP umur pendidikan pendapatan JTK * * ** * Keterangan : JTK LM JRS = Jumlah Tanggungan Keluarga = Lama Mukim = Jarak Rumah ke Sungai

78 67 Lampiran 5. Hasil Analisis Hubungan (Correlation) Rank Spearman antara Tindakan dengan Karakteristik Internal Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga dengan Menggunakan SPSS for Windows versi 15.0 Tahun NonParametric Correlations Correlations Spearman's rho TINDAKAN umur pendidikan pendapatan JTK LM JRS VS Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). TINDAKAN umur pendidikan pendapatan JTK * * *.372* ** * Keterangan : JTK = Jumlah Tanggungan Keluarga LM = Lama Mukim JRS = Jarak Rumah ke Sungai VS = Volume Sampah yang Dihasilkan

79 68 Lampiran 6. Hasil Analisis Hubungan (Correlation) Rank Spearman antara Sikap dengan Tindakan Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga dengan Menggunakan SPSS for windows versi 15.0 Tahun 2008 SIKAP dengan TINDAKAN Correlations SIKAP TINDAKAN Spearman's rho SIKAP Correlation Coefficient (*) Sig. (2-tailed)..025 N TINDAKAN Correlation Coefficient.354(*) * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Hipotesis : Sig. (2-tailed).025. N H 0 : antara variabel Y 1 dengan variabel Y 2 tidak berkorelasi nyata H 1 : antara variabel Y 1 dengan variabel Y 2 berkorelasi nyata Keputusan : Tolak H 0 jika nilai Sig. < Alpha, dengan Alpha = 0.05 (5%) Nilai Korelasi antara Sikap dengan Tindakan sebesar 0.354, nilai Signifikansinya sebesar keputusannya tolak H 0, artinya antara sikap dengan tindakan berkorelasi nyata, dengan nilai korelasi sebesar 0.354

80 69 Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian Kondisi Pemhukiman Bantaran Sungai Ciliwung Tempat Pemandian Umum Kondisi Sampah di Sekitar Tepian Sungai Kondisi Sampah di Sekitar Tepian Sungai Tong Sampah dari Dinas DLHK Budidaya Keramba

ENOK ILA KARTILA SKRIPSI

ENOK ILA KARTILA SKRIPSI SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DALAM AKTIVITAS PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA (Kasus di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor) ENOK ILA KARTILA SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Menurut Singarimbun (1995) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai

Lebih terperinci

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. Ishak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala

Lebih terperinci

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Gambar 2.1 organik dan anorganik BAB II SAMPAH DAN TEMPAT SAMPAH 2.1 Pembahasan 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,dalam

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat. 37 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Pemodelan merupakan suatu aktivitas pembuatan model. Secara umum model memiliki pengertian sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk badan air lotik yang bersifat dinamis yang berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki fungsi ekologis yang dapat

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan survei. Menurut Tika (2005: 4) metode deskriptif adalah penelitian yang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam yang mutlak diperlukan untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya diantaranya adalah air. Selain itu, air merupakan komponen penyusun terbesar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Cisadane segmen Hulu, meliputi

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1 STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN Yemima Agnes Leoni 1 D 121 09 272 Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1 Mahasiwa S1 Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Oleh Ibas.boyz@yahoo.com Bastari 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk dapat memenuhi tujuan penyusunan Tugas Akhir tentang Perencanaan Polder Sawah Besar dalam Sistem Drainase Kali Tenggang, maka terlebih dahulu disusun metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Semakin besar pertumbuhan penduduk dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi penelitian Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Sungai ini bermuara ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Tenaga kerja merupakan salah satu asset perusahaan yang paling utama oleh karena itu perlu dibina secara baik. Pada setiap unit IUPHHK-HA PT. Ratah Timber

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini yaitu para peternak kerbau di kelompok peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini yaitu para peternak kerbau di kelompok peternak 16 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini yaitu para peternak kerbau di kelompok peternak Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang. 3.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner. Data yang telah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Kebersihan Desa Galuga Lingkungan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bakung desa Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, jarak Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PENETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI DAN GARIS SEMPADAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 51 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Suyanto dan Sutinah (2008) melibatkan lima komponen informasi ilmiah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI TUNTANG DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandung yang secara astronomis terletak di 6 50 38-6 58 50 LS dan 107 33 34-107 43 50 BT. Secara khusus penelitian ini

Lebih terperinci

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI 83 4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI 4.17.1. UMUM Perencanaan garis sempadan Kali Sememi untuk melindungi dan menjaga kelestarian sungai dengan menciptakan Kali Sememi yang bersih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Tika (2005:4) mengemukakan penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengungkapkan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan di Desa Karang Song, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yaitu tempat yang ditetapkan pemerintah sebagai lahan pemukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk

BAB III METODE PENELITIAN. disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di desa Toyomarto, Malang Jawa Timur. Variabel yang diamati yaitu

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di desa Toyomarto, Malang Jawa Timur. Variabel yang diamati yaitu 25 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pegawai di UPT BBIB Singosari yang berlokasi di desa Toyomarto, Malang Jawa Timur. Variabel yang diamati yaitu gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, 41 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Baleendah dipilih karena merupakan salah satu kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah termasuk permasalahan lingkungan seperti kebersihan lingkungan. Hal ini disebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi sebagai objek penelitian merupakan hal yang penting untuk ditentukan dalam penelitian. Menurut Fathoni (2006:103) populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini tergolong dalam dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

Lebih terperinci

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene BAB 4 Program Pengembangan Sanitasi saat ini dan yang direncanakan 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik 4.3. Peningkatan Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya dalam musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. Permasalahan banjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi

Lebih terperinci