PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN KALIMAT MENGGUNAKAN METODE MIND MAP BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS DASAR IV DI SLB NEGERI 2 BANTUL SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN KALIMAT MENGGUNAKAN METODE MIND MAP BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS DASAR IV DI SLB NEGERI 2 BANTUL SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN KALIMAT MENGGUNAKAN METODE MIND MAP BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS DASAR IV DI SLB NEGERI 2 BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Puput Trijayanti NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEI 2015 i

2 ii

3 iii

4

5 MOTTO Bagi tunarungu, mampu mendengar merupakan doa dan harapan, mampu merangkai kata penuh makna merupakan sebuah tekad -penulis- v

6 PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk: 1. Kedua Orangtua saya, Bapak Matamsudi dan Ibu Marwiyah yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya. 2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta 3. Nusa, Bangsa, dan Agama vi

7 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN KALIMAT MENGGUNAKAN METODE MIND MAP BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS DASAR IV DI SLB NEGERI 2 BANTUL Oleh Puput Trijayanti NIM ABSTRAK Peneltian ini bertujuan untuk memperbaiki proses peningkatan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas dengan mengadopsi desain penelitian model Kemmis dan McTaggart. Subjek penelitian yaitu 3 siswa tunarungu kelas dasar IV. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Pengumpulan data dilakukan melalui metode tes untuk mengukur tingkat keterampilan menyusun kalimat subjek, metode observasi untuk mengamati aktivitas siswa, dan metode dokumentasi untuk menghimpun data pelengkap berupa foto dan catatan khusus. Analisis data deskripstif kuantitatif yang dilanjutkan dengan teknik komparatif, yaitu membandingkan hasil pre test dan post test. Hasil siklus I yang dicapai subjek belum mampu memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Subjek AC telah memenuhi KKM, sementara subjek VK dan YN belum. Tindakan pada siklus II diberikan dengan memperhatikan hasil refleksi siklus I. Modifikasi yang diterapkan pada siklus II yaitu lebih mengintensifkan kegiatan diskusi dan tanya jawab. Subjek VK dan YN diberikan perhatian dan bantuan yang lebih banyak. Setelah pelaksanaan siklus II, seluruh subjek telah mampu memenuhi KKM yang ditetapkan, yaitu sebesar 70. Subjek VK memperoleh nilai 77 termasuk kriteria baik. Subjek AC memperoleh nilai 94 termasuk kriteria sangat baik. Subjek YN memperoleh nilai 83 termasuk kriteria baik. Peningkatan nilai tes didukung oleh kualitas aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran yang juga semakin meningkat dari setiap pertemuan. Subjek semakin berani dan percaya diri dalam mengaktualisasikan dirinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyusun kalimat dapat ditingkatkan menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. Kata kunci: keterampilan menyusun kalimat, metode mind map, anak tunarungu vii

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menyusun Kaliman Menggunakan Metode Mind Map bagi Siswa Tunarungu Kelas Dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memperbaiki proses peningkatan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map bai siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul dengan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di bangku perkuliahan atas izin dan ridho dari Allah Subhanahu Wa Ta ala. Selain itu penelitian ini sebagai salah satu syarat kelulusan gelar sarjana di bidang Pendidikan Luar Biasa. Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar berkat bantuan Allah Subhanahu Wa Ta ala melalui bantuan hamba-hamba-nya dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu sebagai wujud rasa syukur, perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd, M. A yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan untuk menempuh pendidikan yang sangat bermanfaat dan menyenangkan hingga terselesaikannya tugas akhir skripsi ini. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Dr. Haryanto M. Pd., yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. viii

9 3. Ketua Jurusan PLB FIP, Dr. Mumpuniarti, M. Pd. yang memberikan izin penelitian dan memberikan dukungan demi terselesaikannya tugas akhir skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Suparno, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini. 5. Seluruh bapak dan ibu dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UNY yang telah memberikan ilmu, arahan, bimbingan hingga penulis memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat dalam layanan pendidikan khusus. 6. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Bupati Bantul, Kepala Bapeda Bantul, yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian. 7. Kepala Sekolah SLB Negeri 2 Bantul, Ibu Sri Andarini Eka Prapti, S. Pd. yang telah memberikan izin, kesempatan dan tempat untuk melaksanakan penelitian. 8. Bapak dan Ibu Guru SLB Negeri 2 Bantul, khususnya Ibu Nurul Wasliyah, S. Pd selaku guru kelas dasar IV yang berperan sebagai kolaborator penulis dalam menyelesaikan penelitian. 9. Seluruh siswa kelas dasar IV SLB Negeri 2 Bantul yang telah bersedia menjadi subjek penelitian dan mampu berperan aktif selama pelaksanaan penelitian. 10. Kedua orang tua tercinta, Bapak Matamsudi dan Ibu Marwiyah, kakakku Kholiq Syaifuddin dan Khanif Pujiati, kakak iparku Renny dan Priyanto, serta kedua ponakanku tercinta Nisa dan Rara. Terimakasih atas semua pengertian, kerja keras, kasih sayang, dukungan serta do anya. ix

10 11. Teman-teman seperjuangan Hanafi Catur Wulandari, Anggraeni Ika Shanti, Ernawati, Eko Prastiwi, Indra Dewi Patmawijayanti, Elwis Lathifah dan temanteman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan kebahagiaan, kebersamaan, semangat dan sumbangan pemikiran yang positif. 12. Teman-teman satu angkatan PLB kelas A 2011, terima kasih atas dukungan,kebersamaan, dan segala kenangan selama ini. Semoga pertemanan kita terus berlanjut hingga seluruhnya mencapai harapan yang diimpikan. 13. Kepada Gurindra Budi Prasetyo yang telah memberikan semangat, bantuan, dan perhatian hingga terselesaikannya tugas akhir skripsi ini. 14. Semua pihak yang memang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih telah membantu proses penyelesaian tugas akhir ini. Terimakasih atas dukungan dan doanya, semoga bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal jariah dan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga karya ini dapat menjadi inspirasi dan sumber informasi untuk membangun dan memajukan dunia pendidikan, khususnya ruang lingkup layanan pendidikan khus Yogyakarta, April 2015 Penulis, Puput Trijayanti x

11 DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN SURAT PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 8 C. Batasan Masalah... 9 D. Rumusan Masalah... 9 E. Tujuan Penelitian... 9 F. Manfaat Penelitian G. Definisi Operasional BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Mengenai Anak Tunarungu Pengertian Anak Tunarungu Klasifikasi Anak Tunarungu Karakteristik Anak Tunarungu xi

12 4. Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu B. Kajian Mengenai Keterampilan Menyusun Kalimat Pengertian Keterampilan Pengertian Ketrampilan Menyusun Kalimat Jenis Kalimat Unsur Kalimat Pola Kalimat Penilaian Keterampilan Menyusun Kalimat C. Kajian Mengenai Metode Mind Map Pengertian Metode Mind Map Kelebihan Mind Map Langkah-Langkah Penerapan Mind Map D. Hasil Penelitian Sebelumnya E. Kerangka Pikir F. Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Desain Penelitian C. Prosedur Penelitian D. Subjek Penelitian E. Variabel Penelitian F. Tempat dan Setting Penelitian G. Waktu penelitian H.Metode Pengumpulan Data Metode Tes Metode Observasi Metode Dokumentasi I. Instrumen Penelitian xii

13 1. Instrumen Tes Instrumen Observasi J. Uji Validitas Instrumen K. Teknik Analisis Data L. Indikator Keberhasilan Tindakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian Deskripsi Subjek Penelitian Deskripsi Keterampilan Menyusun Kalimat Pra Tindakan Deskripsi Tindakan pada Siklus I a. Perencanaan Tindakan Siklus I b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I c. Deskripsi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus I d. Deskripsi Tes Hasil Belajar Siklus I e. Refleksi Siklus I Deskripsi Tindakan pada Siklus II a. Perencanaan Tindakan Siklus II b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II c. Deskripsi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II d. Deskripsi Tes Hasil Belajar e. Refleksi Siklus II Analisis Data Uji Hipotesis B. Pembahasan C. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran xiii

14 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv

15 DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Menyusun Kalimat Tabel 3. Kriteria Penilaian Keterampilan Menyusun Kalimat Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map.. 68 Tabel 5. Sistem Skoring terhadap Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tabel 6. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tabel 7. Hasil Nilai Pre Test Keterampilan Menyusun Kalimat Siswa Tunarungu Kelas dasar IV Tabel 8. Data Hasil Nilsi Tes Belajar atau Post Test Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map pada Siklus I Tabel 9. Data Hasil Nilai Peningkatan Keterampilan Menyusun Kalimat Setelah Pelaksanaan Post Test Siklus I Tabel 10. Nilai Hasil Tes Belajar atau Post Test Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map pada Siklus II Tabel 11. Data Hasil Peningkatan Nilai Keterampilan Menyusun Kalimat Setelah Pelaksanaan Post Test Siklus II Tabel 12. Peningkatan Nilai Keterampilan Menyusun Kalimat dari Pre Test, Post Test I dan Post Test II xv

16 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Skema Pemerolehan Bahasa pada Anak Tunarungu Gambar 2. Bagan Mind Map sebagai Media untuk Menjelaskan Konsep Mengenai Unsur-Unsur pada Kalimat Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir Penelitian Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas diadopsi dari Model Kemmis dan Mc. Taggart Grafik Histogram Hasil Nilai Pre Test Keterampilan Menyusun Kalimat Siswa Tunarungu Kelas Dasar IV Grafik Histogram Hasil Nilai Post Test Siklus I Keterampilan Menyusun Kalimat Siswa Tunarungu Kelas Dasar IV Grafik Histogram Peningkatan Nilai Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Siklus I Grafik Histogram Nilai Hasil Post Test Siklus II Keterampilan Menyusun Kalimat Siswa Tunarungu Kelas Dasar IV Grafik Histogram Peningkatan Nilai Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Setelah Siklus II Gambar 10. Grafik Histogram Peningkatan Nilai Keterampilan Menyusun Kalimat dari Pre Test, Post Test I dan Post Test II xvi

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran1. Rencana Program Pembeajaran Siklus I Lampiran 2. Rencana Program Pembelajaran Siklus II Lampiran 3. Hal Instrumen Tes Pra Tindakan dan Pasca Tindakan Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Lampiran 4. Panduan Observasi Aktivitas Siswa Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Hasil Pre Test Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Hasil Post Test Siklus I Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Hasil Post Test Siklus II Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Lampiran 8. Hasil Penghitungan Nilai Pre Test, Post Test I dan Post Test II Lampiran 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Lampiran 10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Lampiran 11. Catatan Khusus Pre Test dan Pelaksanaan Siklus I Lampiran 12. Catatan Khusus pada Siklus II Lampiran 13. Hasil Catatan Subjek Menggunakan Bagan Mind Map Lampiran 14. Foto Pelaksanaan Penelitian Lampiran 15. Surat Validasi Intrumen Tes dan Observasi Lampiran 16. Surat Keterangan dan Izin Penelitian xvii

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunarungu merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus. Tunarungu merupakan istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan keadaan individu yang mengalami ketidakmampuan atau gangguan pendengaran. Terbagi menjadi gangguan pendengaran sebagian hingga keseluruhan. Mulai dari yang ringan sampai pada tingkatan lebih berat, digolongkan ke dalam kategori tuli dan kurang dengar. Salah satu akibat dari gangguan pendengaran yaitu pada umumnya anak mengalami kesulitan pada aspek perkembangan bahasa. Murni Winarsih (2007: 36) menyatakan bahwa penyandang tunarungu pada umunya mengalami hambatan dalam melakukan kegiatan komunikasi dikarenakan adanya kekurangan atau ketidakmampuan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa. Perkembangan bahasa terbagi menjadi empat komponen, yaitu mendengarkan, menyimak, membaca dan menulis. Kemampuan berbahasa pada anak tunarungu berpengaruh terhadap kemampuannya dalam bersosisalisasi, mengekspresikan dan mangontrol emosi, serta dalam menempuh pendidikan. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa pada anak tunarungu seharusnya dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak pada lembaga-lembaga penyedia layanan pendidikan yang tepat. Anak tunarungu mampu memperoleh layanan pendidikan formal di sekolah khusus maupun sekolah inklusif. Sekolah khusus adalah sebuah 1

19 lembaga yang disediakan untuk menyelenggarakan layanan pendidikan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Di sisi lain, sekolah inklusif adalah lembaga pendidikan yang disediakan untuk menyelenggarakan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak-anak pada umumnya yang tidak mengalami hambatan maupun kebutuhan khusus. Pendidikan di sekolah inkusif mampu menciptakan lingkungan belajar yang lebih heteregon. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah khusus di wilayah Kabupaten Bantul, yaitu SLB Negeri 2 Bantul. Berdasarkan kegiatan observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan di kelas dasar IV SLB Negeri 2 Bantul, diperoleh informasi dan data yang menunjukkan bahwa siswa mengalami hambatan perkembangan bahasa khususnya pada aspek keterampilan menyusun kalimat. Menyusun kalimat adalah bentuk kegiatan memposisikan satuan bahasa yang terdiri dari kelompok kata menjadi suatu kalimat utuh dengan struktur yang tepat sehingga mampu dimaknai dengan baik dan benar. Keterampilan menyusun kalimat dalam ilmu Bahasa Indonesia merupakan cakupan dari aspek sintaksis. Samuel A. Kirk & James J. Gallagher (1991: 11) menyatakan bahwa sintaksis merupakan susunan kata, yaitu suatu cara yang mengatur kata-kata dalam kalimat dan hubungan dari antar kata tersebut. Agar dapat menyusun kalimat sesuai dengan struktur yang tepat, siswa harus dibekali dengan pengetahuan mengenai jenis unsur-unsur kalimat, kedudukan (urutan posisi), fungsi dari tiap jenis unsur-unsur penyusun kalimat tersebut (subjek, predikat, objek, keterangan), dan macam-macam pola kalimat. Berdasarkan hasil penelitian 2

20 Suparno dan Tin Suharmini (dalam Tin Suharmini, 2009: 40), salah satu karakteristik perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu yaitu kesulitan dalam menyusun kata-kata dengan struktur kalimat atau tata bahasa yang benar. Oleh karena itu keterampilan menyusun kalimat sangat dibutuhkan oleh siswa tunarungu. Keterampilan tersebut merupakan bekal penting untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, secara tertulis maupun secara lisan agar informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan mudah dan benar. Siswa apabila mampu menguasai struktur kalimat dengan baik, maka siswa diharapkan mampu memaknai kalimat dan kosakata dalam kalimat tersebut. Informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara menunjukkan siswa belum memiliki pemahaman bahwa dalam suatu kalimat terdapat unsur-unsur penyusun yang memiliki kedudukan dan fungsi masingmasing (subjek, predikat, objek, keterangan). Pernyataan tersebut diperkuat dengan data yang diperoleh peneliti, yaitu saat guru mencoba untuk menunjukkan sebuah kata, sebagai contoh menyapu. Siswa memahami bahwa makna dari kata yang dicontohkan oleh guru yaitu kegiatan menyapu karena siswa langsung memperagakan gerakan menyapu. Namun, ketika guru meminta siswa untuk menyusun kalimat dari deretan kosakata acak yang telah ditentukan guru, siswa tidak dapat melakukannya. Hasilnya siswa menyusun kalimat dengan struktur yang terbolak-balik. Contohnya siswa menyusun kalimat yang seharusnya memiliki struktur SPO Citra menyapu lantai menjadi PSO menyapu Citra lantai. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa 3

21 masih mengalami kebingungan dan kurang memiliki pengetahuan mengenai proses menyusun suatu kalimat dengan mengikutsertakan unsur-unsur kalimat sesuai dengan fungsi dan kedudukannya (subjek, predikat, objek, keterangan). Bentuk kesalahan yang dilakukan siswa didominasi oleh kesalahan penempatan predikat dan objek. Lemahnya kemampuan mengklasifikasikan kosakata yang dimiliki siswa juga menjadi salah satu penyebab kesulitan dalam menyusun kalimat. Siswa belum mampu mengklasifikasikan kosakata sesuai dengan fungsi dan kedudukan fungsi unsurnya dalam suatu kalimat meskipun siswa mengetahui makna dari kosakata tersebut. Guru menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran menyusun kalimat tidak termuat secara spesifik di dalam kurikulum. Oleh karena itu siswa memiliki pengalaman mempelajari kalimat yang termuat di dalam buku pelajaran maupun dari materi yang disampaikan guru tanpa mengetahui proses kalimat-kalimat tersebut terbentuk atau tersusun. Hal tersebut dapat dijadikan salah satu penyebab munculnya kesulitan yang dihadapi siswa pada aspek keterampilan menyusun kalimat. Siswa tidak memiliki pengetahuan secara jelas mengenai proses penyusunan kalimat dan unsur-unsur yang terdapat di dalam kalimat. Mulai tahun ajaran 2014, pemerintah menerapkan kurikulum 2013 pada beberapa jenjang pendidikan, salah satunya pada jenjang kelas dasar IV. Guru wali kelas dasar IV SLB Negeri Bantul menyatakan bahwa pada kurikulum 2013 siswa kelas dasar IV diharapkan memiliki keterampilan menyampaikan gagasan maupun menyusun pertanyaan sesuai bacaan. Hal tersebut tentunya belum dapat terwujud karena siswa masih mengalami 4

22 kesulitan untuk menyusun kalimat dasar yang sifatnya mendeskripsikan maupun memberikan informasi. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu adanya perbaikan maupun inovasi metode pengajaran yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran bagi siswa tunarungu sehubungan dengan keterampilan menyusun kalimat. Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk berkolaborasi dengan guru yang bertujuan memperbaiki proses peningkatan keterampilan menyusun kalimat pada siswa. Adapun metode yang diterapkan peneliti dalam penelitian ini adalah metode mind map. Alasan yang melatarbelakangi peneliti memilih metode mind map dalam penelitian ini yaitu metode mind map dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk memperbaiki proses peningkatan keterampilan menyusun kalimat pada siswa tunarungu berdasarkan karakteristik dan kelebihan yang dimilikinya. Metode mind map merupakan metode yang dimaksudkan untuk memaksimalkan kemampuan kerja seluruh bagian otak, baik otak sebelah kanan maupun kiri. Perpaduan tersebut diharapkan memberikan kemudahan pada siswa dalam menerima dan memahami suatu konsep dengan cara memetakan bagian-bagian yang berkaitan dengan konsep tesebut. Pada penelitian ini, metode mind map diterapkan dengan tujuan memperbaiki keterlambatan perkembangan bahasa pada siswa tunarungu, khususnya berkaitan dengan aspek keterampilan menyusun kalimat. Metode mind map digunakan untuk membagi kosakata pada suatu kalimat dengan cara memetakan pikiran tentang konsep kalimat yang benar sesuai dengan struktur. 5

23 Setiap kosakata dalam suatu kalimat dibagi berdasarkan jenis dan fungsi dari tiap unsurnya (subjek, predikat, objek, keterangan). Mind map membentuk catatan yang memiliki pola gagasan yang saling bekaitan dengan topik berada di tengah kemudian subtopik sebagai cabang-cabangnya. Dalam penelitian ini, topik utama disajikan dalam bentuk gambar maupun gagasan. Pada awalnya, siswa diberikan informasi mengenai unsur-unsur pada kalimat disertai dengan fungsi dan contoh dari setiap unsurnya. Informasi tersebut disampaikan menggunakan metode mind map, yaitu dengan cara menjadikan tulisan Unsur-Unsur pada Kalimat sebagai gagasan utama. Kemudian disekeliling gagasan utama Unsur-Unsur pada Kalimat dibuat beberapa cabang yang terbagi menjadi cabang subjek, cabang predikat, cabang objek dan cabang keterangan. Setiap cabang tersebut dibagi kembali menjadi subcabang fungsi dan contoh kosakata yang tepat. Selain itu, setiap cabang yang tersebut di atas dilengkapi dengan gambar yang berfungsi sebagai simbol setiap unsur. Gambar-gambar tersebut meliputi, gambar sebuah keluarga sebagai simbol unsur subjek, gambar beberapa jenis kegiatan sebagai simbol unsur predikat, gambar beberapa benda sebagai simbol unsur objek, gambar beberapa tempat sebagai simbol unsur keterangan tempat, dan gambar jam serta kalender sebagai simbol dari unsur keterangan waktu. Simbol-simbol tersebut disesuaikan dengan batasan dari setiap jenis unsur kalimat yang ditetapkan oleh peneliti. Batasan tersebut diantaranya subjek yang digunakan berfokus pada pelaku, unsur predikat berfokus pada kata kerja, unsur objek 6

24 berfokus pada kosakata benda, dan unsur keterangan dibatasi pada jenis keterangan tempat dan waktu. Berpedoman pada bagan mind map mengenai Unsur-Unsur pada Kalimat yang telah dijelaskan, peneliti memanfaatkan bagan mind map yang lain untuk menjelaskan konsep mengenai macam pola kalimat dasar. Pola kalimat dasar yang diteberikan yaitu pola kalimat SP, SPO dan SPOK. Salah satu contohnya, ketika peneliti dibantu oleh guru memberikan penjelasan mengenai konsep pola kalimat SP, maka topik utama yang dituliskan yaitu Pola Kalimat SP (Subjek- Predikat). Di sekeliling topik utama tersebut dibuat dua cabang yang terdiri dari cabang subjek dan predikat (disertai dengan simbol gambar). Dari kedua cabang tersebut, guru mengajak siswa untuk memilih salah satu kata yang telah dicontohkan pada bagan mind map Unsur- Unsur pada Kalimat sesuai dengan kedudukan unsurnya. Siswa bersama dengan guru dapat pula memilih kosakata lain di luar yang telah dicontohkan. Misalkan siswa memilih kosakata Ibu sebagai unsur subjek dan kosakata mencuci sebagai unsur predikat, sehingga kedua kosakata tersebut dapat disusun menjadi kalimat Ibu mencuci. Pada akhirnya siswa mengetahui contoh kalimat yang dapat disusun dengan pola SP. Begitu seterusnya hingga siswa mengetahui pola kalimat SPO hingga SPOK. Kegiatan pembelajaran keterampilan menyusun kalimat dapat dilakukan secara bertahap, dimulai dari pola kalimat SP, SPO, dan SPOK sehingga keterampilan siswa terhadap konsep yang diberikan mampu diterima dan dipahami dengan lebih mudah. Hal tersebut diharapkan lebih mampu 7

25 meningkatkan daya tarik, daya ingat, dan konsentrasi siswa. Selain itu, pembelajaran didukung adanya kelebihan bahwa metode mind map merupakan metode yang memiliki kemasan menarik. Metode mind map menggunakan gambar dan simbol dengan warna-warna yang cerah serta bentuk yang unik. Cabang pada metode mind map dibuat dengan bentuk melengkung sehingga lebih nyaman dilihat karena modalitas belajar anak tunarungu menitikberatkan pada indera penglihatan. Hal penting dalam memberikan pembelajaran kepada siswa tunarungu yaitu mampu membuat siswa tertarik untuk mempelajarinya, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan konsep yang diberikan dapat diterima dengan baik. B. Identifikasi Masalah 1. Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran mengubah kalimat dengan susunan kosakata acak menjadi kalimat yang tersusun sesuai dengan pola dan strukturnya (SP, SPO, SPOK). 2. Siswa belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai macam unsur pada kalimat beserta fungsinya. 3. Siswa mengalami kesulitan dalam mengklasifikasikan kosakata pada suatu kalimat sesuai dengan kedudukan dan fungsi unsurnya (subjek, predikat, objek, keterangan). 4. Siswa masih mengalami ketergantungan terhadap kalimat yang disusun oleh guru sehingga kurang terampil dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran menyusun kalimat secara mandiri. 8

26 C. Batasan Masalah Berdasarkan kegiatan observasi yang telah dilaksanakan, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan metode mind map untuk meningkatkan keterampilan menyusun kalimat sesuai dengan struktur dan atau pola kalimat yang tepat (SP, SPO dan SPOK) bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah proses meningkatkan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul? 2. Bagaimanakah hasil proses peningkatan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Memperbaiki proses peningkatan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. 9

27 2. Mengetahui hasil proses peningkatan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini mampu memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi dalam dunia pendidikan khusus, khususnya berkaitan dengan pengembangan keterampilan menyusun kalimat pada siswa tunarungu. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menyususn kalimat sesuai dengan struktur dan atau pola yang sesuai dengan cara yang menyenangkan dan menarik sehingga konsep yang diberikan mampu diterima secara optimal. b. Bagi Guru Sebagai salah satu metode alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran, khususnya pada aspek keterampilan menyusun kalimat sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. c. Bagi Sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan tekait dengan pengembangan kemampuan bahasa pada siswa tunarungu sehingga 10

28 mampu mengoptimalisasikan kebutuhan anak dengan menyesuaikan pada kemampuan yang masih dimiliki. G. Definisi Operasional 1. Keterampilan menyusun kalimat merupakan suatu kecakapan pada kegiatan menyusun kata-kata tertentu menjadi suatu kalimat utuh dengan struktur yang sesuai sehingga mampu dimaknai dengan baik dan benar. Adapun kalimat utuh tersusun dari seluruh dan atau sebagian unsur-unsur kalimat meliputi subjek, predikat, objek dan keterangan. Penyusunan kalimat yang dimaksudkan pada penelitian ini yaitu kegiatan merubah kalimat dengan susunan kata acak menjadi kalimat dengan struktur yang benar dengan pola kalimat secara bertahap yaitu mulai dari pola kalimat SP, SPO hingga SPOK. Oleh karena itu siswa harus memiliki pemahaman mengenai unsurunsur kalimat beserta fungsinya, kedudukan kosakata pada suatu kalimat serta mengetahui bentuk pola-pola kalimat. Siswa dikategorikan terampil apabila setidaknya mampu menyelesaikan 70% dari total soal yang diberikan. Indikator keberhasilan sebesar 70% merupakan hasil kesepakatan antara pihak sekolah (guru) dengan peneliti. 2. Metode Mind Map merupakan sebuah metode yang dimaksudkan untuk memaksimalkan kemampuan kerja otak sebelah kanan maupun kiri dengan memetakan suatu konsep ke dalam suatu bagian-bagian. Metode mind map ditampilkan dengan mengikutsertakan komponen tulisan, gambar, warna dan garis lengkung. Perpaduan tersebut diharapkan memberikan kemudahan pada siswa tunarungu dalam menerima dan memahami suatu konsep yang 11

29 disajikan dalam bentuk visual. Pengamatan secara visual dapat dikatakan menjadi modalitas belajar utama yang dimiliki oleh siswa tunaungu. 3. Anak tunarungu yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu siswa yang mengalami gangguan dan atau hambatan pendengaran sebagian yang berusia antara 10 hingga 13 tahun sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengoptimalkan kemampuannya dengan mengupayakan pemberian layanan sesuai dengan kebutuhannya. 12

30 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Mengenai Anak Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata tuna dan rungu, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara (Murni Winarsih, 2007: 21). Masyarakat awam mengenal anak tunarungu sebagai anak yang memiliki kelainan pendengaran, mereka seringkali masih menyebut dengan istilah anak tuli maupun anak bisu. Sementara menurut Hallahan & Kauffman (2009:342), tunarungu merupakan istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan keadaan individu yang mengalami ketidakmampuan atau gangguan pendengaran, meliputi keseluruhan gangguan pendengaran mulai dari yang ringan sampai pada tingkatan yang berat, digolongkan ke dalam kategori tuli dan kurang dengar. Edja Sadjaah (2005: 69) juga berpendapat tunarungu adalah anak yang karena berbagai hal menjadikan pendengaranya mendapatkan gangguan atau mengalami kerusakan sehingga sangat mengganggu aktivitas kehidupannya. Selain itu, Mufti Salim dalam Sutjihati Somantri (2006: 93) menyatakan bahwa anak tunarungu merupakan anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami 13

31 hambatan dalam perkembangan bahasanya dan memerlukan bimbingan serta pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan individu yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan mendengar sehingga membutuhkan suatu bentuk layanan pendidikan khusus guna mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki dan masih dapat dikembangkan. 2. Klasifikasi Anak Tunarungu Tidak semua individu memiliki tingkat kemampuan mendengar yang sama, terlebih lagi pada anak tunarungu yang tentunya mengalami gangguan pendengaran. Slamet Riadi, dkk (1984: 24) mengmukakan satuan yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan dengar disebut dengan dicible (db). Pada anak tunarungu, klasifikasi tingkat kemampuan dengar sangat penting. Hal tersebut dimaksudkan untuk menentukan alat bantu dengar yang dapat diberikan kepada anak, sehingga mampu mengoptimalkan kemampuan mendengar anak apabila terdapat sisa kemampuan mendengar. Klasifikasi ketunarunguan sifatnya sangat bervariasi, banyak pendapat-pendapat berkaitan dengan pengklasifikasian anak tunarungu. Menurut Boothroyd dalam Murni Winarsih (2007: 23-24), klasifikasi ketunarunguan diantaranya sebagai berikut: 14

32 a. Kelompok I: kehilangan pendengaran db, disebut mild hearing losses atau ketunarunguan ringan. Daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal. b. Kelompok II: kehilangan pendengaran db, moderate hearing losses atau ketunarunguan sedang. Daya tangkap terahadap suara cakapan manusia hanya sebagian. c. Kelompok III: kehilangan pendengaran db, severing hearing losses atau ketunarunguan berat. Daya tangkap terhadap suara cakapan manusia hampir tidak ada. d. Kelompok IV: kehilangan pendengaran db, profound hearing losses atau ketunarunguan sangat berat. Daya tangkap terhadap suara cakapan manusia sama sekali tidak ada. e. Kelompok V: kehilangan pendengaran lebih dari 120 db, total hearing losses atau ketunarunguan total. Daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali. Andreas Dwidjosumarto dalam Sutjihati Somantri (2006: 95), turut mengklasifikasikan anak tunarungu berdasatkan taraf kemampuan mendengarnya, adapaun klasifikasi tersebut yaitu sebagai berikut: a. Tingkat I, kehilangan pendengaran db, individu hanya membutuhkan latihan berbicara dan bantuan mendengar khusus. b. Tingkat II, kehilangan pendengaran db, memerlukan penempatan sekolah secara khusus. Selain itu memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan berbahasa secara khusus. 15

33 c. Tingkat III, kehilangan pendengaran antara db. d. Tingkat IV, kehilangan kemampuan mendengar 90 db ke atas. Anak yang kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat III dan IV membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Menambahkan dari klasifikasi yang telah dijelaskan di atas, Samuel A. Kirk dalam Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 29) mengklasifikasikan kemampuan mendengar pada individu sebagai berikut: a. Kehilangan pendengaran 0 db, menunjukkan kemampuan mendengar yang optimal b. Kehilangan pedengaran 0 26 db, menunjukkan seseorang masih mempunyai pendengaran normal. c. Kehilangan pendengaran db, kesulitan mendengar bunyi yang jauh sehingga membutuhkan terapi bicara, tergolong pada tunarungu ringan. d. Kehilangan pendengaran db, mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan bantuan alat dengar dan terapi bicara, tergolong tunarungu sedang. e. Kehilangan pendengaran db, hanya bisa mendengar suara dari jarak dekat, belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus, tergolong tunarungu agak berat. 16

34 f. Kehiangan pendengaran db, hanya bisa mendengar bunyi yang sangat dekat, kadang dianggap tuli sehingga membutuhkan pendidikan khusus secara intensif dibantu dengan alat bantu dengar serta latihan bicara. Tergolong tunarungu berat. g. Kehilangan pendengaran 91 db ke atas, memiliki kemungkinan sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran. Banyak bergantung pada penglihatan daripada pendengaran untuk proses menerima informasi, tergolong tunarungu berat sekali. Berdasarkan uraian mengenai klasifikasi tingkat kemampuan mendengar pada individu yang telah dijelaskan di atas, diketahui bahwa pendapat setiap ahli berkenaan dengan klasifikasi kemampuan mendengar individu cenderung berbeda-beda rentang angkanya. Namun, tipe-tipe golongan individu yang mengalami gangguan pendengaran cenderung sama, yaitu mulai dari gangguan pendengaran ringan, sedang, hingga berat. Dari uraian tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa hal penting yang perlu diperhatikan dalam kehidupan nyata individu yang mengalami gangguan pendengaran adalah pelaksanaan pemeriksaan dan asesmen secara individual. Tindakan tersebut mampu mengumpulkan informasi mengenai tingkat kemampuan dengar dan potensi yang lebih jelas dan terarah yang bisa dijadikan bekal pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya. Pengklasifikasian yang dilakukan oleh beberapa ahli sifatnya yaitu memberikan pedoman dan informasi mengenai ciri-ciri secara umum pada individu yang mengalami gangguan pendengaran pada setiap golongannya. 17

35 Oleh karena itu informasi tersebut tidak dapat diterima secara mentah pada kasus yang ditemui di kehidupan nyata, perlu adanya pembuktian dan identifikasi lebih mendalam guna mengoptimalkan pelayanan yang diberikan kepada individu yang mengalami gangguan pendengaran tersebut. 3. Karakteristik Anak Tunarungu Karakteristik merupakan ciri khusus yang memberikan informasi mengenai suatu hal agar lebih mudah diidentifikasi. Oleh karena itu karakteristik anak tunarungu dapat diartikan sebagai ciri-ciri khusus yang mampu dijadikan pedoman identifikasi dan atau penilaian bahwa individu tersebut mengalami gangguan pendengaran. Adapun karakteristik pada anak tunarungu di antaranya yaitu: a. Karakteristik pada Aspek Intelegensi Permanarian Somad dan Hernawati (1996: 35) menyatakan bahwa pada umumnya anak tunarungu memiliki kecerdasan seperti anak normal (tidak mengalami gangguan pendengaran), yaitu mulai dari intelegensi yang tinggi, sedang hingga rendah. Namun, anak tunarungu cenderung menampakkan intelegensi yang rendah dengan alasan bahwa perkembangan intelegensi dipengaruhi oleh perkembangan bahasa sedangkan anak tunarungu mengalami kesulitan dalam memahami bahasa. Sutjihati Somantri (2006 : 97) menyatakan bahwa sebenarnya tidak semua aspek intelegensi pada anak tunarungu terhambat karena aspek intelegensi yang cenderung terhambat yaitu berkaitan dengan aspek yang bersifat verbal seperti merumuskan pengertian, 18

36 menghubungkan, menarik kesimpulan dan meramalkan kejadian. Tin Suharmini (2009: 40) menegaskan bahwa anak tunarungu secara potensial tidak mengalami masalah, yang menjadi masalah yaitu menetapkan cara mengembangkan potensi intelegensi tersebut. b. Karakteristik pada Aspek Bahasa dan Bicara Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: 35-36) menyatakan perkembangan bahasa dan bicara pada anak tunarungu tidak mengalami permasalahan sampai pada tingkat meraban. Namun, setelah itu perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu terhenti. Ketika memasuki masa meniru, peniruan anak tunarungu terbatas pada hal yang bersifat visual atau berupa gerakan. Oleh karena itu perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu membutuhkan adanya pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan tingkat ketunarunguan dan potensi pendukung lain. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suparno dan Tin Suharmini dalam Tin Suharmini (2009: 40), diperoleh informasi bahwa kesulitan yang dihadapi anak tunarungu, khususnya anak tunarungu remaja dalam penggunaan bahasa ketika melakukan komunikasi antara lain yaitu: (1) kesulitan dalam menyampaikan pendapat, (2) kesulitan menangkap atau menerima pesan, (3) sering terjadi kesalahan persepsi, (4) kesulitan dalam menyusun katakata dengan struktur kalimat atau tata bahasa yang benar serta, (5) kurang mempertimbangkan penggunaan bahasa dengan menyesuaikan lawan bicaranya. 19

37 Berdasarkan karakteristik pada aspek bahasa dan bicara yang telah dijelaskan di atas, diketahui anak tunarungu mengalami kesulitan dalam menyusun kata-kata dengan struktur kalimat atau tata bahasa yang benar. Oleh karena itu diperlukan metode khusus yang diterapkan untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut. c. Karakteristik pada Aspek Emosi dan Sosial Sutjihati Somantri (2006: 98-99) menyatakan keadaan emosi anak tunarungu selalu bergolak akibat dari miskinnya bahasa serta pengaruh dari lingkungan yang diterimanya. Seringkali anak tunarungu mengalami kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu sehingga memicu tekanan pada emosinya. Tekanan emosi tersebut mampu menghambat perkembangan kepribadiannya, seperti menampilkan sikap menutup diri ataupun justru bersikap agresif terhadap lingkungan. Pada umumnya lingkungan melihat anak tunarungu sebagai individu yang memiliki kekurangan, hal tersebut tentunya membuat anak rendah diri. Anak tunarungu sering mengalami kecemasan karena harus menghadapi lingkungan dengan komunikasi yang beragam sehingga memicu timbulnya kebingungan, konflik, dan ketakutan. Menambahkan pendapat yang telah dijelaskan di atas, Tin Suharmini (2009: 83-84) menyatakan bahwa kesalahan persepsi dari komunikasi yang dilakukan anak tunarungu, ditambah respon lingkungan yang kurang menyenangkan mampu menimbulkan adanya salah pengertian dan mengakibatkan tekanan-tekanan emosi. Menghadapi 20

38 lingkungan yang bermacam-macam membuat anak tunarungu mengalami kebingungan dan kecemasan karena anak memiliki keterbatasan kemampuan berbahasa yang diperlukan dalam mengenalkan normanorma. Bentuk-bentuk perilaku sosial yang ada pada anak tunarungu adalah sugesti, simpati, imitasi visual, dorongan untuk bersahabat, menarik diri dari lingkungan yang lebih luas dan kecemasan sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang ada di sekeliling anak memegang peranan penting dalam mengendalikan dan mengembangkan aspek emosi dan perilaku pada anak tunarungu. Penerimaan dan respon positif yang diberikan lingkungan terhadap keberadaan anak merupakan hal yang dibutuhkan dalam proses perkembangan aspek emosi dan perilaku sosialnya. 4. Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu Lani Bunawan dan Cecilia Susila Yuwati dalam Murni Winarsih (2007: 41) menyatakan pemerolehan bahasa diartikan sebagai proses perkembangan alami bahasa pertama yang terjadi tanpa disadari dan digunakan untuk keperluan komunikasi semata tanpa kesadaran adanya kaidah bahasa. Murni Winarsih (2007: 63-66) menyatakan pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu pada bayi, umumnya melalui indera pendengaran (reseptif) dan mengekspresikannya secara lisan. Sedangkan bagi anak tunarungu, informasi dari lingkungan ditangkap melalui indera penglihatan. Oleh karena itu, bayi tunarungu lebih menggunakan indra visual untuk mengamati suatu objek kemudian si ibu merespon dan 21

39 berbicara mengenai hal yang diamati secara bersama-sama. Namun, pada bayi tunarungu ujaran si ibu tidak dapat didengar sehingga tidak menciptakan adanya interaksi. Hal tersebut menyebabkan bahasa batini bayi tunarungu bukan berupa lambang bahasa melainkan berupa lambang visual yang diperoleh anak dari pengalaman sehari-hari. Myklebust dalam Permanarian Somad dan Hernawati (1996: 138) menggambarkan proses pemerolehan bahasa pada anak tunarungu sebagai berikut: Perilaku Bahasa Verbal ( Anak Tunarungu) Bahasa Ekspresif Visual (Menulis) Bahasa Reseptif Visual (Membaca) Bahasa Ekspresif Auditori (Bicara) Bahasa Reseptif Visual (Memahami ungkapan bahasa lingkungan) Bahas Batini (Hubungan antara lambang visual dengan pengalaman sehari-hari) PENGALAMAN Gambar 1. Skema Pemerolehan Bahasa pada Anak Tunarungu (dalam Permanarian Somad dan Hernawati, 1996: 138) 22

40 Keterampilan membaca ujaran pada anak tunarungu perlu dikembangkan sebagai dasar pengembangan bahasa batini, maka bahasa batini anak tunarungu akan terdiri dari kata-kata seperti yang tampil pada gerak dan corak bibir sebagai pengganti bunyi bahasa berupa vokal, konsonan, dan intonasi pada anak yang mendengar. Oleh karena itu keterampilan membaca ujaran merupakan hal penting yang dibutuhkan anak tunarungu dalam proses pemerolehan bahasanya. Berkaitan dengan penelitian ini, apabila anak memiliki keterampilan membaca ujaran yang baik maka hal tersebut merupakan modal penting yang dibutuhkan anak untuk mampu memahami susunan kalimat yang benar dalam kegiatan komunikasi dengan bahasa lisan maupun tulisan. 5. Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu Murni Winarsih (2007: 18) menyatakan perkembangan bahasa merupakan proses mengenal kata-kata dan kalimat mulai dari yang sangat sederhana hingga kompleks. Permanarian Somad dan Tati Hernawati (1996: ) menjelaskan perkembangan bahasa anak tunarungu pada awalnya tidak berbeda dengan perkembangan bahasa anak normal. Pada usia awal, bayi akan mengeluarkan suara melalui tangisan. Kemudian kurang lebih ketika mencapai usia enam bulan anak mencapai tahap meraban. Pada tahap ini anak tunarungu mulai membuat bunyi-bunyian konsonan dan vokal seperti anak normal pada umumnya. Namun, akibat dari ketidakmampuan mendengar stimulus yang diberikan oleh lingkungan menyebabkan bayi tunarungu tidak dapat menangkap masukan suara atau bunyi. Hal tersebut 23

41 menyebabkan perkembangan bahasa pada anak yang mengalami ketunarunguan berhenti sampai pada tahap meraban. Tidak adanya masukan bunyi membuat alat bicara yang dimiliki anak dengan gangguan pendengaran tidak terlatih untuk berbicara sehingga alat bicaranya menjadi kaku. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak tunarungu memerlukan adanya layanan dan bimbingan khusus secara lebih intensif dalam mengembangkan kemampuan bahasanya. Salah satunya yaitu untuk meningkatkan keterampilan menyusun kalimat sesuai dengan struktur dan atau tata bahasa yang benar sehingga mampu dijadikan bekal dalam pengembangan keterampilan menulis dan komunikasi. Hal tersebut mutlak diperlukan agar pesan yang disampaikan pada anak mampu diterima dan dimaknai dengan mudah dan benar. B. Kajian Mengenai Keterampilan Menyusun Kalimat 1. Pengertian Keterampilan Bagi siswa tunarungu, keterampilan dalam melakukan komunikasi merupakan modal penting di dalam hubungan interaksi. Keterampilan menurut Slamet Riadi, dkk (1984:165) yaitu kemampuan khusus untuk memanipulasi alat, ide dan prinsip dalam melaksanakan suatu kegiatan maupun memecahkan suatu persoalan, meliputi aspek komunikasi, komputasi, dan mekanisasi. Siswa tunarungu mengalami kesulitan berkomunikasi akibat dari terhambatnya perkembangan kemampuan bahasanya. Salah satu kelemahan yang dihadapi siswa tunarungu dalam 24

42 perkembangan aspek bahasanya yaitu berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat sesuai dengan struktur dan atau pola yang benar. Siswa mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan menempatkan kosakata dalam suatu kalimat hingga dapat membentuk kalimat utuh sesuai struktur yang benar. Hal tersebut tentunya memiliki keterkaitan dengan karakteristik miskinnya pemahaman kosakata yang dimiliki siswa. Masalah tersebut menyebabkan siswa memerlukan pengetahuan mengenai fungsi dan kedudukan dari masing-masing unsur kalimat beserta contoh-contoh kosakatanya sebagai gambaran mengenai konsep penyusunan kalimat. 2. Pengertian Keterampilan Menyusun Kalimat Kalimat merupakan salah satu sarana yang diperlukan dalam melakukan komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Hasan Alwi, dkk ( 2014: 317) menyatakan kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran utuh. Menurut Abdul Chaer ( 2006: 327) kalimat merupakan satuan bahasa yang berisi suatu pikiran atau amanat yang lengkap. Fachruddin A.E. ( 1988: 75) menyatakan belum diketahui secara pasti apa yang dimaksud dengan pikiran yang lengkap. Dilihat dari segi bentuknya, kalimat merupakan kelompok kata yang mempunyai arti tetentu, terdiri atas subyek dan predikat dan tidak tergantung pada suatu konstruksi gramatika yang lebih besar. Berdasarkan pengertian kalimat yang telah dijelaskan di atas, peneliti menyimpulkan kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang memuat ide atau 25

43 informasi secara untuh sesuai dengan struktur gramatika denan mengikutsertakan jenis unsur-unsurnya. Keterampilan menyusun kalimat dalam ilmu Bahasa Indonesia merupakan cakupan dari aspek sintaksis. Samuel A. Kirk & James J. Gallagher (1991: 11) menyatakan bahwa sintaksis merupakan susunan kata, yaitu suatu cara yang mengatur kata-kata dalam kalimat dan hubungan dari antar kata tersebut. Pengertian sintaksis berarti bagian-bagian kalimat, mengetahui bahwa subjeknya sebagai pelaku, kata kerjanya adalah perbuatan, dan objek merupakan penerima perbuatan yang dilakukan. Endang Supartini (2003: 17) menyatakan sintaksis berarti mempelajari isi bahasa yang berhubungan dengan tata bahasa. Tata bahasa tersebut memiliki hubungan dengan pola kalimat dan pembentukan kalimat. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyusun kalimat merupakan suatu kemampuan khusus untuk dapat mengurutkan dan memposisikan satuan bahasa terkecil, terbentuk dari kelompok kata yang mempunyai arti atau pikiran tertentu pada suatu konstruksi gramatika atau pola yang telah ditentukan sehingga ide atau pesan yang disampaikan mampu ditangkap dan dipahami dengan baik dan benar. Oleh karena itu seseorang perlu memiliki pengetahuan mengenai jenis unsur pada kalimat, fungsi dan kedudukan setiap unsur kalimat, dan berbagai macam pola kalimat sehingga mampu menyusun kalimat sesuai dengan struktur yang benar. 26

44 3. Jenis Kalimat Menurut Abdul Chaer (2006: 329), kalimat berkenaan dengan intonasi yang menyiratkan amanat pernyataan, pertanyaan, dan perintah, maka dibagi menjadi (1) kalimat berita, (2) kalimat tanya, (3) kalimat perintah, dan (4) kalimat seruan. Sedangkan menurut Hasan Alwi, dkk (2014: ), jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut (a) jumlah klausanya (b) bentuk sintaksisnya (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat dibedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya menjadi (1) kalimat berpredikat verbal, (2) kalimat berpredikat adjektival, (3) kalimat berpredikat nominal (termasuk pronominal), (4) kalimat berpredikat numeral, dan (5) kalimat berpredikat frasa preposisional. Kalimat majemuk juga dapat dibagi lagi atas (1) kalimat majemuk setara dan (2) kalimat majemuk bertingkat. Bedasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, kalimat lazim dibagi atas (1) kalimat deklaratif atau kalimat berita, (2) kalimat imperatif atau kalimat perintah, (3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan (4) kalimat eksklamatif atau kalimat serum. Pada penelitian ini tidak semua jenis kalimat akan diberikan kepada subjek, penelitian berfokus pada peningkatan keterampilan menyusun kalimat tipe klausa tunggal dengan predikat adjektival dan bentuk sintaksis kalimat berita. Kalimat tipe klausa tunggal dengan predikat adjektival dipilih agar kalimat masih dapat diberi perluasan unsur 27

45 objek dan keterangan. Kalimat berita dipilih karena kalimat tersebut berisi berita atau pernyataan yang perlu diketahui oleh orang lain (pendengar dan pembaca) sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Abdul Chaer (2006: 349). 4. Unsur Kalimat Telah dijelaskan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang berisi pikiran lengkap. Lengkap mengartikan bahwa di dalam satuan bahasa yang disebut dengan kalimat mengandung unsur-unsur berikut (Abdul Chaer, 2006: ) : a. Unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan, yang lazim disebut dengan istilah subjek (S). Misalnya kata adik dalam kalimat Adik membaca buku. b. Unsur atau bagian yang menjadi komentar tentang subjek, disebut dengan istilah predikat (P). Misalnya kata membaca pada kalimat Adik membaca buku. Kata predikat biasanya berupa kata kerja seperti contoh di atas, tetapi dapat pula berupa frase kerja, kata sifat, atau frase sifat seperti contoh berikut: 1) Saya tidak akan datang, 2) Rumah itu besar, 3) Rumah itu besar sekali. c. Unsur atau bagian yang merupakan pelengkap dari predikat, lazim disebut dengan istilah objek (O). Misalnya kata buku dalam kalimat Adik membaca buku. Yang biasa menjadi objek adalah kata benda 28

46 seperti contoh di atas, tetapi dapat juga berupa frase benda seperti contoh berikut: Adik membaca buku sejarah. d. Unsur atau bagian yang merupakan penjelasan lebih lanjut terhadap predikat dan subjek, disebut dengan istilah keterangan (K). Misalnya frase di perpustakaan pada kalimat Adik membaca buku di perpustakaan. Unsur keterangan ini dapat memberi penjelasan tentang tempat seperti contoh di atas, tetapi dapat juga memberi berbagai penjelasan lain seperti keterangan waktu, sebab, akibat, syarat, alat, dan sebagainya. 1) Hari ini dia datang terlambat. (Keterangan waktu) 2) Dia terlambat karena hujan. (Keterangan sebab) 3) Dia dipukuli orang ramai sampai babak belur. (Keterangan akibat) 4) Saya akan hadir di sana. (Keterangan tempat) 5) Adik menulis dengan pensil. (Keterangan alat) Subjek dan predikat merupakan unsur yang harus ada di dalam setiap kalimat, sedangkan unsur objek dan keterangan tidak harus selalu ada. Apabila unsur objek dan unsur keterangan tidak ada di dalam kalimat, maka kalimat tersebut masih tetap merupakan kalimat sempurna. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan seluruh unsur-unsur kalimat seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu meliputi subjek, predikat, objek dan keterangan. Hanya saja peneliti memberikan batasan pada luas cakupan dari masing-masing unsur tersebut. Adapun batasan 29

47 tersebut diantaranya, unsur subjek yang digunakan berfokus pada pelaku (manusia), unsur predikat berfokus pada kata-kata kerja sehingga mampu dikembangkan menjadi kalimat yang lebih luas. Ida Bagus Putrayasa (2012: 27) menyatakan predikat yang terdiri atas kata kerja mempunyai kemungkinan paling banyak untuk dikembangkan, yaitu dapat dikembangkan dengan penambahan dua jenis unsur meliputi perluasan objek dan keterangan. Unsur objek pada penelitian ini berfokus pada kosakata benda. Unsur keterangan dibatasi pada jenis keterangan tempat dan waktu. Batasan tersebut ditetapkan agar siswa tidak mengalami kesulitan dan kebingungan. Inti dari keterampilan yang diberikan yaitu siswa mulai mengetahui dan memahami bahwa suatu kalimat harus disusun sesuai dengan struktur yang telah ditentukan agar mampu ditangkap dan dimaknai dengan mudah dan benar. 5. Pola Kalimat Berdasarkan batasan jenis kalimat yang telah ditentukan dalam penelitian, yaitu kalimat berklausa tunggal berprdeikat kata kerja aktif dengan sintaksis kalimat berita maka pola-pola kalimat yang akan diberikan kepada subjek merupakan pola-pola kalimat dasar. Kalimat dasar menurut Hasan Alwi, dkk (2014: 326) yaitu kalimat yang (i) terdiri atas satu klausa yaitu setidaknya terdiri dari unsur subjek dan predikat yang memuat satu informasi secara utuh (klausa tunggal), (ii) unsurunsurnya lengkap, (iii) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan (iv) tidak memuat unsur kalimat pertanyaan atau 30

48 pengingkaran yang diartikan bahwa kalimat tersebut bukan merupakan kalimat pertanyaan maupun kalimat yang bermakna negatif karena memuat unsur kosakata tidak. Pola-pola kalimat dasar menurut Hasan Alwi, dkk (2014: 329) antara lain yaitu: (1) Kalimat dasar bepola S-P, (2) Kalimat dasar berpola S-P-O, (3) Kalimat dasar berpola S-P-Pelengkap, (4) Kalimat dasar berpola S-P-Keterangan, (5) Kalimat dasar berpola S-P- O-Pelengkap, dan (6) Kalimat dasar berpola S-P-O-Keterangan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Hasan Alwi, dkk (2014:343) menyatakan unsur predikat pada kalimat dapat berupa kata verbal, adjektif, nominal, numeral dan frasa prepoposional. Namun, pada penelitian ini peneliti membatasi ruang lingkup kalimat dengan bentuk predikat berupa kata verbal (kerja) saja agar dapat dikembangkan menjadi kalimat yang lebih luas (ditambahkan objek dan keterangan). Tidak semua pola kalimat di atas akan diberikan kepada siswa, peneliti membatasi pola kalimat yang akan diberikan. Pola kalimat yang akan diberikan diantaranya yaitu pola kalimat S-P (Subjek-Predikat), S-P-O (Subjek-Predikat-Objek), dan pola kalimat S-P-O-K (Subjek-Predikat-Objek-Keterangan). Hal tersebut dengan alasan bahwa pola-pola tersebut merupakan pola-pola dasar yang wajar diberikan terlebih dahulu kepada siswa agar setidaknya siswa mampu menangkap konsep mengenai struktur kalimat yang terdiri dari unsur-unsur penyusun dengan fungsi dan kedudukan yang berbedabeda.unsur subjek, predikat, objek dan keterangan merupakan unsur utama penyusun kalimat yang harus dipahami siswa. 31

49 6. Penilaian Keterampilan Menyusun Kalimat Keterampilan menyusun kalimat terdiri atas beberapa komponen yang perlu dikuasai oleh subjek agar dapat dinyatakan terampil. Sabbati Akhaidah, dkk (1988:117) menyatakan kalimat terdiri atas kata-kata. Katakata ini merupakan unsur kalimat yang secara bersama-sama dan menurut sistem tertentu membentuk struktur. Sebagai unsur kalimat kata-kata tersebut masing-masing menduduki fungsi tertentu. Pernyataan tersebut dimaknai oleh peneliti bahwa untuk dapat menyusun sebuah kalimat yang tepat sesuai tata bahasa, seorang individu harus memiliki pengetahuan bahwa di dalam kalimat terdapat beberapa jenis unsur dengan fungsi dan kedudukan masing-masing sehingga mampu membentuk kalimat yang sesuai dengan struktur maupun pola tertentu yang telah ditetapkan. Komponen-komponen yang telah dijelaskan di atas mampu dijadikan pedoman dalam menunjukkan tingkat keterampilan menyusun kalimat setiap subjek melalui kegiatan tes. Oleh karenanya komponen yang dimuat dalam instrumen tes terdiri dari pengetahuan mengenai jenis unsur kalimat, menentukan kalimat sesuai dengan pola kalimat dasar yang tepat, menentukan kedudukan kosakata dalam kalimat sesuai dengan jenis unsur dan fungsingya, serta mampu menyusun kosakata acak menjadi kalimat yang sesuai dengan struktur. Setiap komponen tersebut dijabarkan oleh peneliti ke dalam soal tes yang ditetapkan untuk mengetahui tingkat keterampilan menyusun kalimat setiap subjek. Soal tes yang diberikan berbentuk pilihan ganda dan isian (menyusun kosakata acak menjadi 32

50 kalimat yang sesuai dengan struktur). Rubrik penilaiann tes keterampilan menyusun kalimat secara rinci dijelaskan di Bab III mengenai kisi-kisi intrumen tes. C. Kajian Mengenai Metode Mind Map 1. Pengertian Metode Mind Map Guna mencapai tujuan pada suatu program, tentunya dibutuhkan suatu metode yang ditetapkan untuk dapat merealisasikannya. Metode dapat diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat yang memiliki makna belajar menjadi aktif (Abdul Aziz Wahab, 2012: 83). Pendapat senada diungkap oleh Wina Sanjaya (2006: 147) yang menjelaskan metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun pada kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun mampu tercapai secara optimal. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode merupakan suatu prosedur atau cara yang ditempuh guna mensukseskan atau mencapai hasil optimal dari tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dari penelitian ini hendak dicapai dengan memanfaatkan metode mind map. Tony Buzan (2007: 4-9) menjelaskan mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan memetakan pikiran. Mind map menggunakan kemampuan otak terhadap pengenalan visual untuk 33

51 mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Mind map lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional yang cenderung linier dan satu warna. Tony Buzan (2003: 35) menyatakan otak kita tidak berpikir secara linier dan runtut, melainkan berpikir secara radial (memancar) dan meledak-meledak. Tony Buzan ( 2003: 113) menjelaskan membuat catatan secara linier bukan hanya sebagai penjara, tetapi mirip dengan sekumpulan irisan pedang. Mind map memungkinkan pikiran untuk menjelajahi jagad asosiatif tanpa batas yang dapat diciptakan otak. Hal tersebut akan memudahkan proses mengingat informasi yang dicantumkan dalam mind map. Tony Buzan (2010: 60) menyatakan mind map melibatkan kedua sisi otak karena mind map menggunakan gambar, warna, dan imajinasi yang merupakan wilayah kerja otak kanan bersamaan dengan kata, angka, dan logika yang merupakan wilayah kerja otak kiri. Sutanto Windura (2009:26) mengemukakan mind map merupakan suatu teknik grafis yang memungkinkan adanya eksplorasi seluruh kemampuan otak dalam kegiatan berpikir dan belajar. Keterlibatan kedua belahan otak memungkinkan seseorang untuk lebih mudah mengatur dan mengingat segala informasi, baik secara verbal maupun tulisan. Mind map menggunakan sebuah gagasan atau gambar sentral. Kemudian gagasan tersebut dieksplorasi melalui cabang-cabang yang mewakili gagasan utama yang kesemuanya terhubung pada gagasan sentral (Tony Buzan, 2005: 6). Kemampuan mind map dalam melibatkan sisi kiri dan kanan otak mampu meningkatkan kekuatan berpikir secara sinergis. Masing-masing sisi otak 34

52 memberi umpan secara serentak dan memperkuat sisi lainnya dengan cara yang memberikan potensi kreatif yang tak terbatas (Tony Buzan, 2005: 7). Mind map membantu dalam proses belajar, mengatur, dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang diinginkan, serta menggolongkan informasi tersebut secara wajar sehingga memungkinkan munculnya akses seketika (daya ingat yang sempurna) (Tony Buzan, 2006: 13). Oleh karena itu dapat disimpulkan mind map merupakan salah satu metode belajar yang memanfaatkan seluruh bagian otak secara optimal dalam mempelajari suatu konsep. Pada penelitian ini metode mind map diterapkan dengan bantuan media berupa bagan mind map. Bagan mind map pada penelitian ini dibuat dengan menyertakan gambar, warna dan garis lengkung yang merupakan wilayah kerja otak kanan dan menyertakan tulisan dan hubungan asosiatif yang merupakan wilayah kerja otak kiri. Konsep disampaikan dengan bantuan catatan berupa bagan mind map yang berbentuk radial (memancar) dan bersifat ringkas, menarik, serta kreatif apabila dibandingkan dengan cara mencatat tradisional yang cenderung linear dan satu warna. Hal tersebut merangsang kemampuan otak secara lebih optimal terhadap penamatan secara visual. Dengan demikian informasi maupun pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih mudah diterima, dipahami dan diingat dengan memanfaatkan indra penglihatan. Karakteristik dari metode mind map yang telah dijelaskan di atas mendukung karakteristik siswa tunarungu yang memang lebih dapat menerima dan memahami informasi dari lingkungan melalui indra penglihatan atau 35

53 pengamatan secara visual. Contoh bentuk bagan mind map yang dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2. Bagan Mind Map sebagai Media untuk Menjelaskan Konsep Mengenai Unsur-Unsur pada Kalimat Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa peneliti benar-benar telah menerapkan beberapa karakteristik dari metode mind map, yaitu menyertakan gambar, warna dan garis lengkung yang merupakan wilayah kerja otak kanan dan menyertakan tulisan dan hubungan asosiatif yang merupakan wilayah kerja otak kiri. Pada penelitian ini, kata-kata penyusun kalimat diklasifikasikan berdasarkan unsur dan fungsinya, sehingga siswa lebih mudah menerima dan memaknai setiap kata yang diberikan. Penyajian yang singkat disertai bantuan gambar dan warna mampu menguatkan ingatan siswa tunarungu yang memang cenderung memahami suatu kata dengan cara mengamati bentuk tulisannya secara global yang kemudian 36

54 diperkuat dengan proses pemaknaan kata melalui bantuan gambar maupun pengalaman langsung. Misalkan saja siswa mengatahui kata bunga pertama-tama dengan mengamati bentuk tulisannya, kemudian memberikan pemaknaan dengan bantuan gambar maupun benda kongkrit. Dalam hal ini mind map membantu siswa untuk dapat mengklasifikasikan kata sesuai dengan unsur beserta fungsinya yang kemudian mampu disusun menjadi suatu kalimat utuh sesuai dengan struktur. Apabila kemampuan tersebut dapat ditingkatkan, maka secara bersamaan hal tersebut turut meningkatkan penguasaan kosakata pada siswa tunarungu. 2. Kelebihan Mind Map Dipilihnya mind map sebagai metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah karena menurut Bobbi De Poter (2007: 172) mind map memiliki manfaat antara lain: (1) fleksibel, mind map dapat dengan mudah ditambahkan di tempat yang sesuai dengan peta pikian anda tanpa merasa kebingungan, (2) dapat memusatkan pehatian, yaitu langsung bekonsentrasi pada gagasannya, (3) meningkatkan pemahaman, ketika membaca suatu tulisan maka peta pikiran akan memberikan pemahaman dan tinjauan ulang yang lebih berarti, (4) menyenangkan, imajinasi dan kreativitas tidak tebatas yan menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan. Menambahkan pendapat yang telah dijelaskan sebelumnya, Michael Michalko (Tony Buzan, 2010: 6-7) mengungkapkan kelebihan mind map adalah sebagai berikut: (1) mengaktifkan seluruh bagian otak, (2) memungkinkan akal dari kekusutan mental, (3) membantu 37

55 menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah, (4) memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian, (5) memungkinkan dalam pengelompokkan konsep dan membantu dalam membandingkan, serta (6) mensyaratkan untuk memusatkan pehatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang. Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang dijelasakan pada paragraf sebelumnya, peneliti membuat keputusan untuk menggunakan metode mind map dalam upaya meningkatkan keterampilan menyusun kalimat pada siswa tunarungu. Peneliti memiliki anggapan bahwa metode mind map dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif dalam kegiatan belajar anak tunarungu, khususnya pada kegiatan pembelajaran menyusun kalimat. 3. Langkah Penerapan Mind Map Setiap metode yang akan dimanfaatkan dalam suatu tindakan tentunya memiliki langkah-langkah atau tahapan yang perlu dilakukan agar metode tersebut dapat berfungsi secara optimal. Tony Buzan (2010: 35-36) ada tujuh langkah yang dapat digunakan untuk membuat mind map yang lengkap dengan cara yang sederhana, mudah, dan menyenangkan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Memulai dari bagian tengah kertas yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Memulai dari tengah ketas memberikan kesan kepada otak untuk menyebarkan ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. 38

56 b. Menggunakan gambar dan foto sebagai ide sentral. Dengan sebuah gambar dapat membantu untuk berimajinasi, karena sebuah gambar bermakna seribu kata. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap fokus, berkonsentrasi dan mengaktifkan otak. c. Menggunakan warna selama proses pembuatan. Alasannya warna dapat merangsang berfikir keatif, membantu kita memilah-milah areanya, merangsang pusat-pusat warna pada otak dan menangkap perhatian serta minat mata kita. d. Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan menghubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua serta seterusnya. Otak bekerja bedasarkan asosiasi dan jika cabangcabang tersebut saling berkaitan maka akan menyalakan lebih banyak pikiran kreatif. e. Membuat garis melengkung, bukan garis lurus. Garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang melengkung dan organis seperti cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata. f. Menggunakan satu kata kunci untuk setiap baris. Kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibel pada mind map. Setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti pengganda, menghasilkan sedeet asosiasi dan hubungannya sendiri. Bila kita menggunakan kata tunggal, setiap kata ini akan bebas dan karenanya lebih bisa memicu ide dan pikiran baru. 39

57 Sesuai dengan penjelasan pada bagian latar belakang, bentuk mind map yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu memanfaatkan gagasan utama berupa tulisan dan atau gambar yang diletakkan di bagian tengah bidang kerja. Pada mulanya, siswa diberikan informasi mengenai unsur-unsur pada kalimat disertai dengan fungsi dan contoh dari setiap unsur tersebut. Informasi tersebut juga disampaikan dengan bantuan metode mind map. Kemudian peneliti memanfaatkan bagan mind map yang lain untuk menjelaskan konsep pola kalimat, mulai dari SP, SPO hingga SPOK. Di sekeliling gagasan utama pada setiap bagan mind map, dibuat cabang-cabang yang dibagi menjadi cabang subjek, cabang predikat, cabang objek dan cabang keterangan. Jumlah cabang disesuaikan dengan gagasan utama yang akan dibahas atau dijabarkan, misalkan pada bagan mind map dengan gagasan utama unsur-unsur pada kalimat maka di sekelilingnya dilengkapi dengan cabang unsur subjek, predikat, objek dan keterangan beserta dengan pengembangan sub cabangnya. Sementara ketika siswa diberikan penjelasan mengenai konsep pola kalimat Subjek Predikat, maka pada bagan mind map tersebut hanya dilengkapi dengan cabang unsur subjek dan predikat beserta pengembangan sub cabangnya. Setiap cabang unsur kalimat dilengkapi dengan gambar yang berfungsi sebagai simbol setiap unsur, meliputi gambar sebuah keluarga sebagai simbol unsur subjek, gambar beberapa jenis kegiatan sebagai simbol unsur predikat, gambar beberapa benda sebagai simbol unsur objek. Gambar beberapa tempat sebagai simbol unsur keterangan tempat, 40

58 gambar jam dan kalender sebagai simbol dari unsur keterangan waktu. Simbol tersebut diharapkan mampu memberikan kemudahan kepada siswa untuk mengingat dan memahami kedudukan suatu kosakata tetentu sesuai dengan jenis unsurnya. Sebagai contoh pada cabang unsur subjek yang dilengkapi dengan simbol gambar sebuah keluarga, maka diharapkan siswa lebih mudah mengidentifikasi bahwa kosakata yang termasuk ke dalam unsur subjek diantaranya seperti ayah, ibu, kakak, adik dan sebagainya. Cabang dari bagan mind map yang dibuat untuk memberikan penjelasan mengenai unsur-unsur pada kalimat dikembangkan lagi menjadi sub cabang yang memberikan informasi mengenai contoh kosakata yang sesuai dengan jenis unsurnya. Hal tersebut diharapkan memberikan kemudahan yang lebih besar kepada siswa untuk menentukan kedudukan kosakata pada sebuah kalimat. Langkah-langkah itulah yang akan diterapkan oleh peneliti dalam meningkatkan keterampilan menyusun kalimat pada siswa tunarungu kelas IV SD di SLB Negeri 2 Bantul dengan menggunakan metode mind map. D. Hasil Penelitian Sebelumnya Beberapa macam penelitian telah dilakukan dengan memanfaatkan metode mind map sebagai salah satu variabelnya. Dalam dunia pendidikan khusus, salah satu penelitian mengenai penggunaan metode mind map pernah dilakukan oleh Pramita Sulistyowati Yulia (2010) dengan judul Penerapan Metode Quantum Learning dengan Teknik Mind map untuk meningkatkan 41

59 Keterampilan Menulis Kalimat yang Sesuai dengan EYD bagi Siswa Tunarungu Kelas IV di SLBN Kotagajah Tahun Ajaran 2010/2011. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa penerapan metode Qujantum Learning dengan teknik Mind map berhasil meningkatkan keterampilan menulis kalimat pada siswa tunarungu kelas IV di SLBN Kotagajah. Pada pre test dari 5 orang siswa, hanya ada satu siswa yang mampu mencapai ketuntasan, kemudian setelah diberikan tindakan pada siklus pertama terdapat tiga siswa yang telah mampu mencapai ketuntasan. Sehingga diberlakukan siklus kedua untuk memaksimalkan pencapaian siswa, terbukti setelah diberikan tindakan siklus kedua, seluruh siswa yaitu sebanyak lima siswa mampu mencapai ketuntasan. Berdasarkan keberhasilan penelitian tersebut, peneliti memiliki keinginan untuk meningkatkan keterampilan menyusun kalimat pada siswa tunarungu dengan turut memanfaatkan metode mind map sebagai variabel tindakan. Tingkat peningkatan yang mampu tercapai oleh siswa juga dianalisis dalam bentuk nilai disertai deskripsi yang memberikan penjelasan agar informasi lebih mudah dipahami. E. Kerangka Pikir Anak tunarungu merupakan individu yang mengalami gangguan pendengaran. Salah satu dampak yang dialami siswa tunarungu yaitu terhambatnya perkembangan kemampuan berbahasa. Ruang lingkup perkembangan bahasa meliputi keterampilan membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Hambatan pekembangan bahasa yang dialami siswa tunarungu 42

60 sebagai akibat dari gangguan pendengaran yang dimiliki. Hal tersebut membuat siswa mengalamai kesulitan dalam menerima dan memaknai konsepkonsep maupun informasi yang diterima dalam bentuk bahasa, meliputi bahasa lisan maupun bahasa tertulis. Sementara itu, anak tunarungu memiliki karakteristik miskin kosakata yang berdampak langsung pada pekembangan bahasanya. Adapun permasalahan yang ditemui peneliti di lapangan yaitu siswa tunarungu kelas IV SD masih mengalami kesulitan pada aspek keterampilan menyusun kalimat. Agar siswa mampu menguasai keterampilan menyusun kalimat, siswa harus dibekali dengan pengetahuan mengenai jenis unsur-unsur kalimat, kedudukan dan fungsi dari tiap jenis unsur-unsur penyusun kalimat dan macam-macam pola kalimat. Keterampilan menyusun kalimat sangat dibutuhkan siswa tunarungu. Keterampilan tersebut merupakan bekal penting untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, secara tertulis maupun secara lisan agar informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan mudah dan benar. Oleh karena itu penelitian ini berfokus pada peningkatan keterampilan menyusun kalimat pada siswa tunarungu kelas IV di SLB N 2 bantul. Variabel tindakan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu penggunaan metode mind map. Metode mind map merupakan suatu metode yang diharapkan mampu memaksimalkan kemampuan berpikir siswa menggunakan kedua belahan otak. Metode mind map memungkinkan siswa untuk lebih mudah menerima dan memahami konsep yang diberikan karena bentuknya yang menarik dan ringkas sehingga tidak banyak hal yang harus diperhatikan 43

61 maupun diingat oleh siswa secara bersamaan. Catatan yang dibuat menggunakan bantuan bagan mind map berbentuk radial (memancar) dan melibatkan unsur tulisan bersama dengan warna, gambar dan garis lengkung. Bentuk catatan menggunakan metode mind map lebih merangsang pengenalan secara visual dibandingkan metode pencatatan tradisional yang bersifat linear dan satu warna. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik anak tunarungu yang menitikberatkan pengamatan visual sebagai modalitas belajar. Pada penelitian ini, metode mind map dimanfaatkan untuk menjelaskan materi mengenai unsur-unsur pada kalimat beserta fungsinya, macam pola kalimat dasar (SP, SPO, SPOK), menentukan kedudukan kosakata pada kalimat sesuai dengan jenis dan fungsi unsurnya, serta kegiatan menyusun kosakata acak menjadi kalimat yang sesuai dengan struktur. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti berharap keterampilan menyusun kalimat bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode mind map. Berikut bagan kerangka pikir dari penjelasan yang telah diuraikan di atas: 44

62 Anak tunarungu merupakan istilah bagi individu yang mengalami gangguan pendengaran. Subjek pada penelitian ini adalah anak tunarungu yang mengalami kesulitan dalam keterampilan menyusun kalimat. Penggunaan metode mind map untuk meningkatkan keterampilan menyusun kalimat subjek. Melalui metode mind map, materi disajikan dalam bentuk radial (memancar) dan menyajikan catatan dengan memadukan unsur tulisan, warna, gambar dan garis lengkung sehingga lebih menarik dibandingkan cara catatan tradisional. Metode mind map dimanfaatkan untuk menjelaskan materi mengenai unsur-unsur pada kalimat beserta fungsinya, macam pola kalimat dasar (SP, SPO, SPOK), menentukan kedudukan kosakata pada kalimat sesuai dengan jenis dan fungsi unsurnya, serta kegiatan menyusun kosakata acak menjadi kalimat yang sesuai dengan struktur. Peningkatan keterampilan menyusun kalimat bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir Penelitian F. Hipotesis Tindakan Keterampilan menyusun kalimat dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. 45

63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses dan meningkatkan hasil keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. Wina Sanajaya (2009: 25) menyatakan penelitian tindakan kelas merupakan penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dengan praktisi. Pada penelitian ini, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru dalam proses pelaksanaan tindakan. Hal tersebut dikarenakan guru memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai keterampilan dan kondisi lingkungan belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti dalam hal ini mahasiswa berperan sebagai fasilitator yang memiliki tugas mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan saat pelaksanaan penelitian di kelas. Peneliti juga melakukan pemantauan berkenaan dengan keberhasilan tindakan yang diberikan selama proses penelitian. Apabila selama proses perlakuan dan atau tindakan yang diberikan belum mampu mencapai tujuan yang ditetapkan, maka peneliti perlu berdiskusi dengan guru kolaborator untuk melaksanakan tindakan lanjutan berdasarkan hasil evaluasi untuk mencapai peningkatan hasil 46

64 yang telah lebih optimal dibandingkan dengan hasil pada siklus sebelumnya. Adapun dalam setiap siklus yang dilakukan peneliti perlu melaksanakan kegiatan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. B. Desain Penelitian Sesuai dengan penjelasan yang telah dinyatakan oleh peneliti pada sub bab sebelumnya bahwa secara garis besar desain penelitian tindakan kelas (PTK) memuat empat tahapan yang perlu dilakukan pada setiap siklusnya, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian ini menggunakan model desain penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto,dkk (2010:16). Tahap perencanaan merupakan tahap mempersiapkan segala kebutuhan sebelum pelaksanaan tindakan. Tahap pelaksanaan merupakan tahap pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan observasi untuk memonitoring pelaksanaan tindakan. Hal yang diamati meliputi aspek aktivitas siswa selama proses pelaksanaan tindakan. Tahap terakhir yaitu refleksi, yaitu kegiatan meninjau kembali hasil pelaksanaan tindakan untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan. Berikut merupakan desain penelitian yang diadopsi dari model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart disesuaikan dengan langkah penelitian yang ditetapkan oleh peneliti: 47

65 Perencanaan Siklus I: Melakukan observasi tentang perkembangan keterampilan siswa dalam kegiatan pembelajaran menyusun kalimat. Menentukan skenario pembelajaran menggunakan metode mind map. Menyusun RPP dan berkonsultasi dengan guru serta DPS. Menyusun instrumen penelitian. Menentukan indikator keberhasilan tindakan. Mendiskusikan pembagian tugas antara guru dan peneliti selama pelaksanaan tindakan. Mempersiapkan sarana dan fasilitas pada saat tindakan. Refleksi Siklus I: Menganalisis hasil pengamatan mengenai perilaku dan keterampilan siswa selama mengikuti pembelajaran menyusun kalimat menggunakan metode mind map. Mendiskusikan hasil post test bersama guru dengan berpedoman pada indikator keberhasilan. Merumuskan rencana tindak lanjut untuk meningkatkan hasil yang tercapai pada siklus 1 dengan mempertimbangkan kendala dan kekurangan yang terjadi selama tindakan. Pre test: Penyusunan soal pre test. Pelaksanaan pre test. Analisis hasil pre test. Pelaksanaan Tindakan Siklus I: Melaksanakan kegiatan pembelajaran keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map dengan langkah memberikan penjelasam mengenai: (1) konsep unsur-unsur pada kalimat beserta fungsinya, (2) bentuk pola kalimat, (3) kedudukan kosakata pada kalimat sesuai jenis unsurnya serta, (4) menyusun kalimat sesuai dengan struktur dan atau pola yang benar (SP, SPO, SPOK). Pengamatan Siklus I: Melakukan pengamatan terhadap perilaku dan keterampilan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun kalimat menggunakan metode mind map dilaksanakan. Perencanaan Siklus II: Menyusun RPP pada siklus II berdasarkan hasil refleksi. Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan pada pelaksanaan siklus II. Pelaksanaan Tindakan Siklus II: Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan bentuk kegiatan mengulas kembali konsep yang telah dijelaskan pada pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan menyertakan kegiatan diskusi, tanya jawab dan latihan yang lebih banyak, baik secara lisan dan tertulis. Pengamatan Siklus II: Mengamati perilaku dan keterampilan siswa selama melaksanakan kegiatan pembelajaran menyusun kalimat menggunakan metode mind map pada siklus II. Refleksi Siklus II: Melakukan refleksi terhadap hasil pengamatan perilaku dan keterampilan siswa selama pembelajaran menyusun kalimat menggunakan metode mind map pada siklus II dilaksanakan. Menganalisis hasil post test II yang telah dicapai siswa pada siklus II. Tindakan dihentikan apabila siklus II mampu mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Gambar 4. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Diadopsi dari Model Kemmis dan Mc. Taggart 48

66 C. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif oleh peneliti bersama guru kelas karena peneliti belum memiliki kelas tersendiri yang juga melaksanakan proses pembelajaran. Guru kelas berperan sebagai penyaji materi dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Mind map. Sementara peneliti berperan sebagai pengamat selama proses pembelajaran belangsung serta sebagai penyedia segala fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan. Aspek yang diamati yaitu meliputi aspek aktivitas siswa selama pembelajaran menyusun kalimat berlangsung. Peneliti juga membuat catatan lapangan untuk menambah dan melengkapi data yang diperoleh melalui lembar observasi. Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh lebih akurat dan representatif. Tindakan awal yang perlu dilakukan oleh peneliti sebelum memulai penelitian yaitu melaksanakan kegiatan pra tindakan. Kegiatan pra tindakan dilakukan dengan cara peneliti harus secara langsung mendatangi sekolah yang digunakan sebagai tempat dilaksanakannya penelitian dengan tujuan: 1. Peneliti melakukan permohonan izin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian. 2. Peneliti perlu melakukan kegiatan observasi untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat mengenai situasi dan kondisi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas dasar IV SLB N 2 Bantul, khususnya mengamati aspek keterampilan menyusun kalimat pada siswa. 49

67 3. Peneliti berdiskusi dengan guru kelas mengenai hasil observasi berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas dasar IV serta menentukan bentuk kolaborasi pada waktu pelaksanaan tindakan, yaitu berkaitan dengan pembagian tugas antara guru kelas dengan peneliti. 4. Peneliti mendiskusikan metode yang akan diterapkan dalam penelitian, dalam hal ini yaitu penggunaan metode mind map dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menyusun kalimat. 5. Peneliti memberikan pre test kepada siswa yang menjadi subjek penelitian untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai bentuk kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menyusun kalimat sebelum diberikan tindakan. Setelah melaksanakan kegiatan pra tindakan maka peneliti segera memulai pelaksanaan siklus pertama dalam penelitian ini, adapaun uraian mengenai tindakan pada siklus pertama adalah sebagai berikut: SIKLUS I 1. Perencanaan Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan tahap perencanaan yaitu segala persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan. Tahap perencanaan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menyusun kalimat pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa tunarungu kelas dasar IV yaitu: 50

68 a. Melakukan observasi untuk mendapatkan data mengenai kemampuan awal siswa pada aspek keterampilan menyusun kalimat sebelum diberikan tindakan. b. Menentukan skenario pembelajaran menggunakan metode mind map. c. Menyusun RPP dan berkonsultadi dengan guru serta DPS. d. Menyusun instrumen penelitian, meliputi instrumen tes dan panduan observasi. e. Menentukan indikator keberhasilan tindakan. f. Mendiskusikan pembagian tugas antara guru dan peneliti selama pelaksanaan tindakan. g. Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang diperlukan ketika pelaksanaan tindakan. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menyusun kalimat menggunakan bantuan metode mind map pada siklus pertama dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, 3 pertemuan pertama merupakan pelaksanaan tindakan dan pertemuan keempat merupakan pelaksanaan post test I. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 x 30 menit. Rincian skenario pembelajaan dijelaskan sebaai berikut: a. Tahap Awal 1) Guru membuka kelas dan segera mengkondisikan kesiapan belajar siswa. 51

69 2) Guru mengajak siswa melakukan percakapan dan menjelaskan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu. 3) Guru memperlihatkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk menarik perhatian siswa. b. Tahap Inti 1) Guru mulai menjelaskan materi pembelajaran secara bertahap. 2) Guru memberikan contoh sesuai dengan materi pembelajaran yang telah dijelaskan disertai cara penyelesaiannya kepada siswa 3) Guru mengajak seluruh siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal latihan yang dipersiapkan guru sesuai dengan materi yang dijelaskan sebelumnya. 4) Guru mengamati aktivitas siswa dan memberikan bantuan kepada siswa yang menemui kesulitan. c. Tahap Akhir 1) Guru memberikan soal latihan yang dikerjakan siswa di buku kerjanya sebagai bentuk pendalaman materi. 2) Guru memberikan bantuan sesuai kebutuhan siswa. 3) Guru melakukan percakapan bersama siswa mengenai kegiatan belajar yang telah dilaksanakan pada hari itu. 4) Guru menutup kegiatan pembelajaran. Rencana pelaksanaan tindakan yang telah dijelaskan di atas disusun secara umum dan dapat diubah sesuai dengan bahan pembahasan yang akan diberikan. Cakupan pembahasan dalam penelitian ini yaitu mengenai unsur- 52

70 unsur dalam suatu kalimat utuh, macam-macam pola dan atau stuktur kalimat, kedudukan dan fungsi suatu kata dalam suatu kalimat serta cara menyusun kalimat. 3. Observasi Selama pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti turut melakukan kegiatan observasi guna mengetahui perilaku dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran menyusun kalimat menggunakan metode mind map dilaksanakan dengan berpedoman pada instrumen observasi penelitian. 4. Refleksi a. Melakukan analisis hasil pengamatan mengenai perilaku dan keterampilan siswa selama pembelajaran menyusun kalimat menggunakan metode mind map. b. Mendiskuksikan hasil post tes bersama guru kelas dengan berpedoman pada indikator keberhasilan. c. Merumuskan rencana tindak lanjut untuk meningkatkan hasil yang tercapai pada siklus I apabila belum mampu mencapai indikator keberhasilan dengan mempertimbangkan kendala dan kekurangan yang ditemui. SIKLUS II 1. Perencanaan a. Menyusun RPP pada siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I. b. Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan pada pelaksanaan siklus II, seperti media dan ruang kelas. 53

71 2. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menyusun kalimat menggunakan bantuan metode mind map pada siklus kedua tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan pada siklus pertama, yaitu dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, 2 pertemuan pertama merupakan pelaksanaan tindakan dan pertemuan ketiga merupakan pelaksanaan post test II. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 x 30 menit. Rincian skenario pembelajaan dijelaskan sebaai berikut: a. Tahap Awal 1) Guru membuka kelas dan segera mengkondisikan kesiapan belajar siswa. 2) Guru mengajak siswa melakukan percakapan dan menjelaskan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu. b. Tahap Inti 1) Guru mengulas secara singkat berkaitan dengan konsep yang telah dijelaskan pada siklus I. 2) Guru mengajak seluruh siswa berdiskusi dan tanya jawab untuk menyelesaikan soal latihan yang dipersiapkan guru sesuai dengan materi yang dijelaskan sebelumnya. 3) Guru mengamati aktivitas siswa dan memberikan bantuan serta motivasi kepada siswa yang menemui kesulitan. 54

72 4) Guru memberikan penjelasan dan pendampingan secara lebih personal dan intensif kepada siswa yang masih menemui kesulitan dalam memahami konsep yang telah dijelaskan. c. Tahap Akhir 1) Guru melakukan percakapan bersama siswa mengenai kegiatan belajar yang telah dilaksanakan pada hari itu. 2) Guru menutup kegiatan pembelajaran. Rencana pelaksanaan tindakan yang telah dijelaskan di atas disusun secara umum dan dapat diubah sesuai dengan pembahasan yang akan diberikan. Cakupan pembahasan dalam penelitian ini yaitu mengenai unsurunsur dalam suatu kalimat utuh, macam-macam pola dan atau stuktur kalimat, kedudukan dan fungsi suatu kata dalam suatu kalimat serta cara menyusun kalimat. 3. Observasi Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pada siklus II, peneliti juga turut melaksanakan pengamatan untuk mengetahui perilaku dan keterampilan subjek selama melaksanakan proses pembelajaran menyusun kalimat berpedoman pada instrumen observasi yang ditetapkan oleh peneliti. 4. Refleksi a. Peneliti melakukan refleksi terhadap hasil pengamatan perilaku dan keterampilan siswa selama pembelajaran menyusun kalimat menggunakan metode mind map pada siklus II dilaksanakan. 55

73 b. Menganalisis hasil post test II yang telah dicapai siswa pada pelaksanaan siklus II. c. Tindakan dihentikan apabila pelaksanaan siklus II mampu mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. D. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini ditetapkan menggunakan teknik sampling purposive. Menurut G. Suharto (1988: 73), yang dimaksud dengan purposive sampling yaitu sampel diambil dari suatu sub kelompok dalam suatu populasi yang dipilih karena paling memenuhi syarat yang tersirat dalam hipotesis dan atau tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, subjek pada penelitian ini merupakan siswa tunarungu yang aktif mengikuti proses pembelajaran pada kelas dasar IV dengan tingkat keterampilan menyusun kalimat yang masih rendah. Subjek dalam penelitian ini bejumlah 3 orang, yaitu 2 orang berjenis kelamin perempuan dan 1 orang lagi berjenis kelamin laki-laki. Rentang usia siswa-siswa tersebut yaitu 10 hingga 13 tahun. Subjek pada penelitian ini merupakan siswa-siswi kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. E. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini yaitu : (1) penggunaan metode mind map sebagai variabel bebas, dan (2) keterampilan menyusun kalimat pada siswa tunarungu sebagai variabel terikat. 56

74 F. Tempat dan Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SLB Negeri 2 Bantul yang beralamatkan di Jalan Imogiri Barat km 4,5 Wojo, Bangunharjo, Sewon, Bantul. SLB N 2 Alasan penetapan lokasi penelitian yaitu peneliti menemukan permasalahan pada siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. Permasalahan tersebut yaitu berkenaan dengan keterampilan menyusun kalimat siswa yang masih kurang sementara tuntutan kompetensi yang harus dikuasai siswa telah berada pada tingkat yang lebih sulit. Penelitian dilaksanakan di dalam ruang kelas dasar IV SLB Negeri 2 Bantul dengan bentuk kegiatan pembelajaran menyusun kalimat menggunakan metode mind map. G. Waktu Penelitian Waktu yang dibutuhkan peneliti dalam melaksanakan penelitian lebih kurang selama satu bulan, yaitu dimulai pada tanggal 24 Februari 2015 sampai dengan tanggal 18 Maret Detail kegiatan yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian No Waktu Kegiatan 1. Minggu ke-1 Pre test, tahap perencanaan dan diskusi bersama guru kelas, pertemuan ke-1 siklus I 2. Minggu ke-2 Pertemuan ke-2 dan 3 siklus I, post test siklus I, dan refleksi siklus I 3. Minggu ke-3 Pelaksanaan tindakan siklus II beserta post test siklus II. 4. Minggu ke-4 Melaksanakan refleksi hasil ketercapaian siklus II. 57

75 H. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menurut Suharsimi Arikunto (2010:175) merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Berdasarkan bentuk dan atau jenis penelitian yang dilaksanakan, maka peneliti memutuskan untuk menetapkan beberapa bentuk metode pengumpulan data guna melengkapi dan atau mengembangkan data yang telah ada. Adapun beberapa macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Metode Tes Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang menjadi dasar bagi penetapan skor angka (Hamzah B.Uno dan Satria Koni, 2012:111). Pada penelitian ini, tes yang dimaksudkan yaitu berupa tes hasil belajar guna mengukur keterampilan awal dan peningkatan keterampilan menyusun kalimat setelah diberikan tindakan menggunakan bantuan metode mind map. Tes hasil belajar yang digunakan merupakan tes non baku yang merupakan hasil dari kegiatan diskusi diantara peneliti dengan guru kelas hingga mencapai kesepakatan bersama. Adapun bentuk tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa berupa tes tertulis dengan bentuk pertanyaan pilihan ganda dan isian (menyusun kosakata acak menjadi kalimat yang sesuai dengan struktur atau pola). Seluruh tes yang 58

76 diberikan disesuaikan dengan materi yang telah diberikan guru dalam proses pembelajaran. 2. Metode Observasi Suharsimi Arikunto (2002: 133) menyatakan dalam dunia psikologi, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan objek dari kegiatan observasi yang dilakukan yaitu proses pembelajaran pada siswa tunarungu yang dilakukan di kelas dasar IV SLB N 2 Bantul, khususnya pada pembelajaran bahasa dengan bentuk kegiatan menyusun kalimat menggunakan bantuan metode mind map. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan. Sugiyono (2007: 310) menjelaskan bahwa dalam observasi partisipan, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Adapun hal penting yang perlu diamati yaitu berkaitan dengan perilaku dan keterampilan menyusun kalimat subjek selama diberikan tindakan. Observasi dilakukan dengan bantuan pedoman observasi dalam bentuk skoring yang telah ditetapkan peneliti. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data berdasarkan catatan peristiwa yang sudah dilakukan (Sugiyono, 2007: 329). Hasil dokumentasi dapat berupa catatan, karya seperti patung, film, gambar, maupun berupa rekaman suara. Beberapa bentuk dokumentasi yang 59

77 disertakan peneliti dalam penelitian ini diantaranya yaitu tes hasil belajar siswa serta gambar/foto dari proses pelaksanaan penelitian, khususnya ketika pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh dengan metode dokumentasi dimaksudkan sebagai pelengkap yang menyempurnakan dan atau dapat menguatkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan karena dapat menjadi bukti nyata pelaksanaan penelitian. I. Instrumen Penelitian Wina Sanjaya (2009: 84) menyatakan instrumen penelitian merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Adapun dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan meliputi: 1. Instrumen Tes a. Menentukan Standar Kompetensi Sekolah mulai menerapkan kurikulum 2013 pada jenjang kelas dasar IV, namun penelitian ini masih mengacu pada kurikulum KTSP. Hal tersebut dikarenakan fokus penelitian lebih mengarah pada materi pembelajaran kelas III, sedangkan pembelajaran kelas III masih menerapkan kurikulum KTSP. Materi pembelajaran bahasa pada kurikulum 2013 sulit dikuasai siswa karena kemampuan siswa cukup jauh tertinggal. Penetapan ini tentunya telah melewati tahap diskusi bersama guru kelas. Adapun standar kompetensi yang akan dicapai dalam penelitian ini menggunakan standar kompetensi bagi siswa tunarungu kelas III semester II karena sesuai dengan fokus penelitian 60

78 yang merupakan permasalahan belajar yang dihadapi siswa. Standar kompentensi yang digunakan yaitu: 8. Menampilkan karangan dan puisi. b. Menentukan Kompetensi Dasar Berdasarkan stadar kompetensi yang telah ditetapkan, maka kompetensi dasar pada penelitian ini yaitu: 8.1. Menulis karangan tentang berbagai topik sederhana dengan penggunaan ejaan yang tepat. Peneliti memang menentukan kompetensi dasar tersebut, namun indikator pencapaian yang ditentukan masih berada pada tahap keterampilan menyusun kalimat. Hal tersebut dikarenakan siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep mengenai keterampilan menyusun kalimat yang merupakan salah satu modal dalam pengembangan keterampilan menulis kalimat pada tahap selanjutnya. c. Menentukan Indikator Pencapaian Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah diuraikan di atas, peneliti menetapkan indikator meliputi: 1)Mengetahui unsur-unsur dan fungsi setiap pada kalimat, 2) Mengetahui bentuk pola-pola kalimat dasar beserta contoh kalimatnya (S-P, S-P-O, dan S-P-O-K), 3) Menunjukkan kedudukan setiap kata penyusun kalimat sesuai dengan jenis unsur dan fungsinya, 4) Mampu menyusun kalimat yang benar sesuai dengan pola dan atau struktur kalimatnya (S-P, S-P-O, dan S-P-O-K). 61

79 d. Menentukan Butir Soal Peneliti menentukan 27 butir soal pada instrumen tes yang dibagi menjadi 20 soal dalam bentuk pilihan ganda dan 7 soal berupa isian (menyusun kalimat acak menjadi kalimat yang benar). Soal pilihan ganda terbagi menjadi beberapa bagian materi, yaitu mengenai unsur kalimat, bentuk pola-pola kalimat dasar beserta contoh kalimatnya, menunjukkan kedudukan setiap kata penyusun kalimat sesuai dengan jenis unsur dan fungsinya, serta menyusun kalimat yang benar sesuai dengan pola dan atau struktur kalimatnya (S-P, S-P-O, dan S-P-O-K). Materi menyusun kalimat yang benar sesuai dengan pola dan atau struktur kalimat (S-P, S-P-O, dan S-P-O-K) juga termuat kedalam bentuk soal isian (menyusun kalimat acak). Kisi-kisi instrumen tes keterampilan menyusun kalimat di bawah ini: 62

80 Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Menyusun Kalimat N o Standar Kompetensi Menampilkan karangan dan puisi Kompetensi Dasar 8.1. menulis karangan tentang berbagai topik sederhana dengan penggunaan ejaan yang tepat. Indikator a. Mengetahui unsurunsur dan fungsi setiap unsur pada kalimat. b. Mengetahui bentuk pola-pola kalimat dasar beserta contoh kalimatnya (S-P,S-P-O, dan S- P-O-K). c. Menunjukkan kedudukan kosakata penyusun kalimat sesuai dengan jenis unsur dan fungsinya. d. Mampu menyusun kalimat yang benar sesuai dengan pola dan atau struktur kalimat dasar (S-P, S-P-O, dan S-P-O- K). Jenis Soal No. Butir Pilihan ganda Pilihan ganda Pilihan ganda a. Pilihan ganda b. isian 1,2,3, 4,5 6,7,8, 9,10, 11 12,13,14, 15,16 17,18,19, 20 1,2,3, 4,5,6, 7, Jmlh Butir e. Pedoman Penilaian Tes Hasil Belajar Bentuk penilaian yang ditetapkan dalam penilitian ini guna mengetahui ada dan atau tidaknya peningkatan prestasi dalam aspek keterampilan menyusun kalimat yaitu: 1) Soal Pilihan Ganda Pemberian skor pada bentuk soal pilihan ganda yaitu diberikan skor 1 (satu) apabila siswa mampu memberikan jawaban yang benar 63

81 dan diberikan nilai 0 (nol) apabila siswa memberikan jawaban yang salah. 2) Soal Isian Butir nomor 1 dan 2 (pola kalimat S-P) a) Skor 1 apabila siswa mampu menyusun kalimat dengan benar. b) Skor 0 apabila siswa tidak mampu menyusun kalimat dengan benar. Butir nomor 3 dan 4 (pola kalimat S-P-O) a) Skor 2 apabila siswa mampu menyusun kalimat dengan benar. b) Skor 1 apabila siswa masih mampu menempatkan satu kata pada kalimat sesuai dengan jenis dan fungsi unsurnya. c) Skor 0 apabila siswa menyusun keseluruhan kata dengan struktur yang salah. Butir nomor 5, 6 dan 7 (pola kalimat S-P-O-K) a) Skor 3 apabila siswa mampu menyusun kalimat dengan benar. b) Skor 2 apabila siswa masih mampu menempatkan dua kata pada kalimat sesuai dengan jenis dan fungsi unsurnya. c) Skor 1 apabila siswa hanya mampu menempatkan satu kata pada kalimat sesuai dengan jenis dan fungsi unsurnya. d) Skor 0 apabila siswa menyusun keseluruhan kata dengan struktur yang salah. Skor maksimal yang dapat dicapai subjek dalam pelaksanaan kegiatan tes yaitu sebesar 35, soal berbentuk pilihan ganda memiliki 64

82 skor maksimal sebesar 20 ditambah dengan soale berbentuk isian yang memiliki skor maksimal sebesar 15. Sementara itu skor minimal yang dapat diperoleh subjek yaitu sebesar 0. Skor tes yang diperoleh setiap subjek kemudian dianalisis untuk memperoleh data mengenai nilai hasil tes. Nilai tes maksimal yang dapat dicapai yaitu sebesar 100 dan nilai minimalnya sebesar 0. Skor diubah menjadi bentuk nilai dengan menggunakan rumus yang dinyatakan oleh Ngalim Purwanto (2012:112), yaitu sebagai berikut: S= x 100 Keterangan : S = Nilai yang ingin diketahui R = Skor yang diperoleh N = Skor maksimum dari tes tersebut Kriteria penilaian keterampilan menyusun kalimat menggunakan panduan tabel di bawah ini: Tabel 3. Kriteria Penilaian Keterampilan Menyusun Kalimat No Tingkat Keterampilan Menyusun Krietria Kalimat Penilaian 1 Siswa meraih nilai tes dengan rentang nilai Sangat Baik antara 86 sampai dengan100 2 Siswa meraih nilai tes dengan rentang nilai Baik antara 76 sampai dengan85 3 Siswa meraih nilai tes dengan rentang nilai Cukup antara 60 sampai dengan75 4 Siswa meraih nilai tes dengan rentang nilai Kurang antara 55 sampai dengan59 5 Siswa meraih nilai tes 54 Sangat Kurang 65

83 Peneliti mampu menentukan kriteria penilaian untuk setiap subjek berdasarkan tabel di atas setelah menganalisis skor yang diperoleh dari soal tes pilihan ganda dan isian. Pada penelitian ini, kesalahan berkenaan dengan penulisan huruf kapital dan tanda baca pada soal isian tidak mempengaruhi penilaian karena penelitian difokuskan pada pengetahuan subjek mengenai struktur dan atau pola kalimat sehingga mampu tersusun dengan benar. 2. Instrumen Observasi Instrumen observasi merupakan alat yang dijadikan pedoman pengamatan perilaku dan keterampilan subjek selama proses pembelajaran menyusun kalimat dengan menggunakan metode mind map. Instrumen observasi disusun sesuai dengan langkah atau skenario pembelajaran yang telah dirancang peneliti, sehingga jenis validitas yang digunakan yaitu validitas logis. a. Subjek Observasi Siswa tunarungu kelas dasar IV (empat) di SLB N 2 Bantul yang berjumlah tiga orang, terdiri dari dua siswa perempuan dan 1 siswa laki-laki. b. Komponen Observasi 1) Keterampilan siswa dalam menerima dan memahami kegiatan pembelajaran menyusun kalimat menggunakan metode mind map. 2) Keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. 3) Kondisi kelas ketika proses pembelajaran. 66

84 c. Indikator dari Kegiatan Observasi Aktivitas Siswa 1) Siswa mampu mengidentifikasi macam unsur pada kalimat. 2) Siswa mampu mengidentifikasi macam struktur atau pola kalimat yang telah dijelaskan guru. 3) Siswa mampu mengklasifikasikan masing-masing kata penyusun kalimat sesuai fungsi dan kedudukan unsurnya. 4) Siswa mampu menyusun kalimat acak menjadi kalimat yang benar. 5) Siswa mau dan atau mampu menanggapi diskusi maupun percakapan yang diberikan guru. 6) Siswa mau dan atau mampu menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru. 7) Siswa mau dan atau mampu menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang telah diakukan. 8) Siswa mau dan atau mampu memahami instruksi dan bantuan yang diberikan oleh guru. 9) Siswa semangat dan bekonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. 10) Siswa mau dan mampu bekerjasama atau saling membantu selama pembelajaran pada proses tindakan. d. Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Siswa Berdasararkan aspek-aspek yang telah diuraikan di atas, kisi-kisi instrumen observasi aktivitas siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun kalimat dengan menggunakan metode mind map adalah sebagai berikut: 67

85 Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Subjek Siswa tunarungu kelas dasar IV (empat) Komponen Obsevasi 1. Keterampilan siswa dalam menerima dan memahami kegiatan pembelajaran menyusun kalimat menggunakan metode mind map. Indikator Observasi a. Siswa mampu mengidentifikasi macam unsur pada kalimat. b. Siswa mampu mengidentifikasi macam struktur atau pola kalimat yang telah dijelaskan guru. c. Siswa mampu mengklasifikasikan masingmasing kata penyusun kalimat sesuai fungsi dan kedudukan unsurnya. d. Siswa mampu menyusun kalimat acak menjadi kalimat yang benar. Nomor Butir Jumlah Butir 4 2. Keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. 3. Perilaku siswa ketika proses pembelajaran. a. Siswa mau dan atau mampu menanggapi diskusi maupun percakapan yang diberikan guru. b. Siswa mau dan atau mampu menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru. c. Siswa mau dan atau mampu menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang telah diakukan. a. Siswa mau dan atau mampu memahami instruksi dan bantuan yang diberikan oleh guru. b. Siswa semangat dan bekonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. c. Siswa mau dan mampu bekerjasama atau saling membantu selama pembelajaran pada proses tindakan Sistem penilaian berupa skoring tiap butir pengamatan. Adapun skoring yang ditetapkan berkaitan dengan instrumen observasi partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yaitu: 68

86 Tabel 5. Sistem Skoring terhadap Hasil Observasi Aktivitas Siswa SKOR Keterangan 4 Melakukan tindakan sesuai dengan rencana secara mandiri dan hasilnya baik. 3 Melakukan tindakan sesuai rencana namun membutuhkan bantuan agar hasilnya menjadi baik. 2 Melakukan tindakan sesuai rencana dengan bantuan namun hasilnya masih kurang baik. 1 Tidak mau melakukan tindakan sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan tabel skoring di atas, kriteria penilaian yang ditetapkan berkaitan dengan observasi aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran ditentukan dengan langkah-langkah berikut: 1)Menentukan rentang skor (skor maksimal skor minimal), 2) Menentukan jumlah kelas kategori, 3) Menghitung interval skor sesuai rumus (menurut Sudjana, 2005: 47), yaitu: P= Hitungan dari penelitian ini yaitu skor maksimal sebesar 40, skor minimal sebesar 10, jumlah kategori 4, sehingga: Interval : = 7, 5 dibulatkan menjadi 8 Tabel 6. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Siswa No Rentang Skor Pengamatan Kriteria 1 Siswa memperoleh skor pengamatan pada Sangat Baik rentang 34 hingga 40 2 Siswa memperoleh skor pengamatan pada Baik rentang 26 hingga 33 3 Siswa memperoleh skor pengamatan pada Cukup rentang 18 hingga 25 4 Siswa memperoleh skor pengamatan pada Kurang rentang 10 hingga 17 69

87 Skor pengamatan aktivitas siswa berada pada rentang 10 hingga 40. Skor maksimal yang mampu tercapai sebesar 40 karena skor maksimal yang diberikan untuk setiap butir pengamatan sebesar 4. Skor minimal yang mampu tercapai sebesar 10 karena setidaknya siswa memperoleh skor 1 pada setiap butir pengamatan yang ditetapkan. J. Uji Validitas Instrumen Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 228) validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang akan diukur. Terdapat dua jenis validitas yang digunakan pada penelitian ini, yaitu validitas isi dan logis. S. Margono (2005: 187) menyatakan bahwa validitas isi merupakan kesesuaian isi dalam mengungkap atau mengukur yang akan diukur. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 65) validitas logis pada suatu instrumen menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Tes keterampilan menyusun kalimat menggunakan validitas isi dengan alasan kompetensi tersebut termuat dalam kurikulum KTSP. Pengujiannya dilakukan dengan melihat kesesuaian isi instrumen tes dengan kurikulum dan keterampilan awal, yaitu berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat. Sementara terkait dengan pengamatan pada aspek aktivitas siswa selama proses tindakan menggunakan validitas logis. Hal tersebut dikarenakan butir-butir pengamatan disesuaikan dengan aspek-aspek penting yang perlu dikuasai subjek sesuai dengan langkah atau skenario pembelajaran yang telah 70

88 direncanakan sebagai tindakan pelaksanaan penelitian. Ahli yang berperan sebagai validator dalam penelitian ini yaitu guru kolaborator, karena peneliti menganggap bahwa guru merupakan sosok yang lebih mengenal, memahami karakteristik, dan kemampuan dari setiap subjek serta tidak asing dengan kurikulum KTSP. Oleh karenanya guru mampu memberikan penilaian dan koreksi terhadap instrumen tes dan observasi yang diterapkan dalam penelitian. K. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kuantitatif. Analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009:14). Pembuktian hipotesis semakin kuat apabila disertai dengan analisis secara deskriptif. Data keseluruhan yang telah diperoleh selanjutnya diolah untuk mengetahui hasil penelitian dan dianalisa secara individual. Tes hasil belajar siswa disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang dilengkapi dengan penjelasan secara deskripsi sehingga hasil tersebut lebih mudah dimaknai dan dipahami oleh pembaca. Hasil observasi aktivitas siswa selama pelaksanaan tindakan penelitian disajikan dalam bentuk skor yang juga disertai dengan uraian deskripsi untuk menguatkan skoring yang diberikan sehingga data tersebut lebih mudah diterima dan dimaknai. Data yang diperoleh dari pre test, post test siklus I dan post test siklus II dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map pada siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB N 2 Bantul. Hasil akhir (berupa nilai tes) yang diperoleh subjek 71

89 dibandingkan dengan tingkat (berupa nilai tes) keterampilan awalnya. Besarnya peningkatan dihitung dengan rumus: Peningkatan = nilai post test siklus II nilai pre test L.Indikator Keberhasilan Tindakan Dikatakan berhasil apabila subjek mengalami peningkatan pada kompetensi keterampilan menyusun kalimat apabila dibandingkan dengan keterampilan awal subjek sebelum diberikan tindakan, dan semua subjek mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 70. Kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan merupakan hasil kesepakatan yang telah dilakukan oleh guru kelas bersama dengan peneliti. 72

90 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri 2 Bantul yang beralamatkan di Jalan Imogiri Barat Km 4,5, Kelurahan Wojo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. Bangunan sekolah berada dalam kondisi yang baik untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran yang nyaman. Kelaskelas dirancang dengan ukuran tertentu yang disesuaikan dengan jumlah siswa. Rata-rata setiap kelas mampu menampung 2 hingga 5 siswa. Setiap kelas diberi sekat dinding yang terbuat dari tembok maupun triplek tinggi dan memiliki pintu masuk kelas secara masing-masing. Kecuali pada jenjang Taman Kanak-Kanak, kelas dirancang lebih besar sehingga ruang gerak anak menjadi lebih bebas. Tersedia pula berbagai ruang maupun fasilitas penunjang proses pembelajaran, meliputi ruang keterampilan kayu, keterampilan batik, keterampilan boga, keterampilan jahit, keterampilan tata rias kecantikan, keterampilan komputer, lahan hidup untuk bercocok tanam dan berkebun, gedung olahraga in-door serta berbagai permainan menarik yang ditempatkan di lapangan sekolah. Sebagian besar siswa yang menempuh pendidikan di SLB N 2 Bantul merupakan anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu) dan anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata (tunagrahita). Sementara gangguan-gangguan lain yang dialami siswa lebih merupakan gangguan 73

91 penyerta seperti cacat fisik maupun gangguan perilaku dan perhatian. Proses pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin hingga Sabtu. Dimulai pada pukul s.d WIB. Jam kepulangan tidak disamaratakan dengan adanya pertimbangan mengenai kebutuhan belajar setiap jenjang. Pelaksanaan kegiatan belajar disesuaikan dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah meskipun tidak dapat disangkal bahwa beberapa materi harus dimodifikasi oleh guru yang bertanggung jawab agar siswa tetap memiliki kemampuan untuk mengikuti dan menerima informasi yang disampaikan selama pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. 2. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian yaitu siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul yang berjumlah tiga orang, terdiri dari 2 siswa perempuan dan 1 siswa laki-laki. Subjek ditentukan dengan menggunakan teknik sampling purposive. Identitas dan karakteristik subjek secara lebih jelas adalah sebagai berikut: a. Subjek 1 1) Identitas Subjek Nama Usia Jenis Kelamin : VK : 13 tahun : Laki-laki 2) Karakteristik Subjek Subjek VK memiliki kondisi fisik yang sehat dan masih memiliki sisa pendengaran sehingga dapat berkomunikasi dengan 74

92 cukup baik. Subjek berkomunikasi menggunakan bahasa oral disertai bahasa isyarat sebagai penegasan makna informasi atau pesan yang disampaikan. Suara dan pelafalan subjek VK ketika berbicara cukup jelas dan mudah dipahami. Subjek memiliki kemampuan kognitif yang cukup dan masih dapat dikembangkan. Informasi tersebut diperoleh dari hasil pengamatan sebelum tindakan yang dipertegas informasi secara langsung dari guru. Hanya saja konsentrasi subjek mudah beralih dan mudah berputus asa apabila mengalami kesulitan selama pembelajaran sehingga membutuhkan usaha yang lebih besar untuk membelajarkan subjek. Subjek VK merupakan siswa yang aktif menanggapi diskusi kelas selama proses pembelajaran, khususnya pada kegiatan percakapan santai. Namun, perhatian dan semangat belajar subjek cenderung melemah ketika diminta untuk memperhatikan materi yang dijelaskan maupun mengerjakan soal latihan. Oleh karena itu siswa perlu diberikan peringatan untuk segera menyelesaikan tugas atau instruksi yang diberikan guru. Hal tersebut jelas mempengaruhi kualitas pemahaman subjek terhadap materi yang diberikan guru dalam proses pembelajaran. b. Subjek 2 1) Identitas Subjek Nama Usia Jenis Kelamin : AC : 11 tahun : Perempuan 75

93 2) Karakteristik Subjek AC merupakan siswa dengan kondisi fisik yang sehat dan masih memiliki sisa pendengaran yang lebih banyak dibandingkan teman sekelasnya yang lain. Subjek lebih banyak menggunakan bahasa oral ketika berkomunikasi. Suara dan pelafalan subjek AC ketika berbicara cukup jelas dan mudah dipahami. Subjek AC memiliki kemampuan kognitif yang cukup baik apabila dibandingkan kedua subjek yang lain. Subjek lebih cepat memahami dan mengingat konsep yang disampaikan guru selama kegiatan belajar. Informasi tersebut diperoleh peneliti berdasarkan kegiatan observasi sebelum pelaksanaan tindakan yang dipertegas oleh pernyataan dari guru kelas. Subjek AC merupakan siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, meliputi kegiatan diskusi kelas, memperhatikan penjelasan guru dan mengerjakan soal latihan. Prestasi belajar subjek AC yang cenderung lebih baik dibandingkan teman-temannya menjadi alasan yang dimiliki guru untuk meminta subjek AC turut membantu teman-temannya yang menemui kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. c. Subjek 3 1) Identitas Subjek Nama Usia Jenis Kelamin : YN : 10 tahun : Perempuan 76

94 2) Karakteristik Subjek Subjek YN memiliki kondisi fisik yang sehat meskipun ukuran tubuhnya memang cenderung lebih kecil dibandingkan teman-teman seumurannya. Subjek YN masih memiliki sisa pendengaran sehingga masih dapat melakukan komunikasi dengan bahasa oral. Meskipun demikan, subjek YN termasuk siswa yang pemalu sehingga suara yang dikeluarkan saat berbicara sangat pelan atau justru tidak ada suara yang keluar. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperkuat pernyataan dari guru kelas, diperoleh informasi bahwa subjek YN sebenarnya memiliki kemampuan kognitif yang cukup. Hanya saja guru memerlukan usaha yang lebih banyak untuk memantapkan konsep yang dijelaskan. Hal tersebut dikarenakan subjek YN merupakan siswa yang kurang aktif mengikuti diskusi maupun percakapan kelas. Subjek cenderung hanya berperan sebagai pendengar yang memperhatikan. Hal tersebut membuat guru kelas sering memberikan motivasi dan stimulus agar subjek mau berperan aktif. Subjek YN tidak menunjukkan adanya penolakan dalam mengikuti pembelajaran, sayangnya meskipun terlihat memperhatikan subjek tidak dapat sepenuhnya menerima dan mamahami materi yang disampaikan sehingga prestasi belajarnya kurang maksimal. 3. Deskripsi Keterampilan Menyusun Kalimat Pra Tindakan Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I, peneliti membutuhkan data dan informasi mengenai tingkat keterampilan awal 77

95 subjek pada aspek keterampilan menyusun kalimat. Oleh karena itu peneliti melaksanakan kegiatan pre test. Pre test dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 24 Februari 2015 dengan jumlah soal sebanyak 27 butir. Soal pre test terdiri dari 20 soal pilihan ganda dan 7 soal isian menyusun kalimat sesuai struktur yang ditentukan (SP, SPO hingga SPOK). Soal pre test mencakup berbagai aspek yang telah dimuat dalam indikator pencapaian, meliputi macam-macam unsur pada kalimat beserta fungsinya (subjek, predikat, objek, keterangan), macam-macam pola kalimat (SP, SPO dan SPOK), mengetahui kedudukan kosakata sesuai dengan jenis unsurnya, dan kegiatan menyusun kalimat yang benar sesuai struktur dari deretan kosakata acak. Hasil yang diperoleh dalam kegiatan pre test keterampilan menyusun kalimat sebelum pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 7. Hasil Nilai Pre Test Keterampilan Menyusun Kalimat Siswa Tunarungu Kelas Dasar IV No Subjek KKM Nilai Pre Test Kriteria 1 VK Kurang sekali 2. AC Cukup 3. YN Kurang sekali Tabel di atas menunjukkan tingkat keterampilan awal siswa tunarungu kelas dasar IV pada aspek keterampilan menyusun kalimat. Berdasarkan hasil pada tabel di atas, diperoleh informasi bahwa seluruh subjek dalam penelitian ini belum mampu mencapai indikator pencapaian atau KKM yang ditetapkan yaitu 70. Subjek AC memperoleh nilai 66, termasuk kriteria cukup. Subjek YN memperoleh nilai 42, termasuk kriteria 78

96 kurang sekali. Subjek VK memperoleh nilai 34, termasuk kriteria kurang sekali. Penjelasan yang lebih lengkap berkenaan dengan kemampuan awal dari setiap subjek adalah sebagai berikut: a. Subjek VK Subjek belum memiliki pemahaman mengenai jenis unsur kalimat dan menentukan fungsi yang tepat dari setiap unsur. Hampir seluruh soal mengenai fungsi unsur kalimat dijawab dengan memilih jawaban yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek cenderung asal menjawab. Subjek belum mampu menentukan pola kalimat dan atau kalimat yang sesuai dengan pola secara optimal. Selain itu, subjek mengalami kesulitan dalam menentukan kedudukan kosakata yang sesuai dengan jenis dan fungsi unsurnya. Pada komponen menyusun kalimat sesuai struktur, subjek mengalami kesulitan yang lebih besar dalam menyelesaikan soal dengan bentuk pilihan ganda dibandingkan soal dengan bentuk isian. Alasan dari hal tersebut yaitu subjek mengalami kebingungan terhadap pilihan-pilihan jawaban lain yang disediakan pada bentuk soal pilihan ganda. Subjek merasa bahwa tidak hanya ada satu jawaban yang benar. Kecenderungan menjawab dengan cara menebak masih terlihat pada hasil jawaban subjek. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan dan pengamatan secara lebih lanjut untuk menangani permasalahan tersebut. Peneliti berkolaborasi dengan guru perlu memperhatikan karakteristik subjek yang mudah melakukan penolakan dan berputus asa apabilan konsep yang dijelaskan belum dapat dipahami. 79

97 b. Subjek AC Subjek masih mengalami kesulitan dalam menentukan jenis unsur pada kalimat dan fungsi dari setiap unsur kalimat tersebut. Kesulitan lain yang dihadapi subjek AC yaitu dalam menyusun kalimat sesuai dengan struktur yang diinstruksikan. Hanya ada satu soal dengan instruski menyusun kalimat pada bentuk pilihan ganda yang dapat dijawab dengan benar. Di sisi lain, pada soal menyusun kalimat dengan bentuk soal isian, subjek mampu menyelesaikan beberapa soal. Hanya saja subjek masih menemui kesalahan penempatan beberapa unsur kalimat pada soal dengan pola kalimat SPOK. Sebagai contoh posisi unsur objek dan predikat yang tertukar. Subjek memiliki pemahaman yang cukup baik pada soal dengan instruksi menentukan pola kalimat maupun menentukan kalimat dengan pola yang tepat sesuai dengan instruksi soal. Selain itu, subjek cukup mampu menentukan kedudukan kosakata pada kalimat sesuai dengan jenis unsurnya. Kedudukan kosakata yang masih sulit dibedakan subjek yaitu antara unsur keterangan waktu dan keterangan tempat. Pemahaman siswa terhadap konsep dapat dikatakan belum sepenuhnya konsisten sehingga masih perlu diberikan tindakan sesuai dengan tingkat keterampilan awalnya. c. Subjek YN Subjek belum mampu menentukan jenis unsur pada kalimat beserta fungsi dari setiap unsurnya. Hampir semua soal berkaitan dengan konsep tersebut dijawab dengan salah. Terdapat satu soal yang dijawab dengan 80

98 benar. Namun, peneliti mengindikasikan jawaban benar tersebut merupakan hasil dari tebakan. Subjek cukup mampu menentukan pola kalimat dan atau menentukan kalimat yang sesuai dengan pola yang diinstruksikan meskipun belum optimal dan konsisten. Subjek mengalami kesulitan dan kebingungan dalam menentukan kedudukan kosakata pada kalimat sesuai dengan jenis unsurnya. Selain itu, subjek mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal menyusun kosakata acak menjadi kalimat dengan susunan yang sesuai dengan struktur. Hanya ada beberapa soal yang dijawab dengan benar, baik pada soal tipe pilihan ganda maupun isian. Hanya saja peneliti masih menemukan indikasi jawaban menebak karena belum terlihat adanya konsistensi jawaban. Oleh karena itu, pengamatan secara lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan tingkat keterampilan menyusun kalimat subjek. Data hasil pre test keterampilan menyusun kalimat siswa tunarungu kelas dasar IV di atas disajikan pada grafik di bawah ini: Nilai Pre Test VK AC YN Gambar 5. Grafik Histogram Hasil Nilai Pre Test Keterampilan Menyusun Kalimat Siswa Tunarungu Kelas Dasar IV 81

99 4. Deskripsi Tindakan pada Siklus I a. Perencanaan Tindakan Siklus I Sebelum memulai proses pelaksanaan tindakan pada siklus I, terdapat hal-hal yang perlu direncanakan dan dipersiapkan oleh peneliti bersama pihak-pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan tindakan. Pada mulanya, peneliti perlu melakukan observasi berkenaan dengan perkembangan keterampilan menyusun kalimat siswa. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi tersebut digunakan sebagai pedoman dalam menentukan RPP dan skenario pembelajaran yang akan diterapkan dalam pelaksanaan tindakan. Tindakan tersebut berkaitan dengan memperbaiki proses peningkatan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map. Skenario pembelajaran dirancang dengan memperhatikan alokasi waktu yang diberikan pihak sekolah dalam setiap proses tindakan. Oleh karena itu, peneliti harus berkonsultasi dan berdiskusi dengan guru kolaborator secara langsung. Selain itu, peneliti juga melakukan diskusi dan konsultasi dalam menentukan indikator keberhasilan dan instrumen penelitian. Penetapannya mengacu pada kesesuaian antara isi, tingkat kesulitan variabel tindakan dengan keterampilan awal siswa. Proses diskusi dan sangat diperlukan karena guru merupakan seseorang yang lebih mengenal dan memahami keterampilan dan karaktersitik siswa. Hasil dari proses diskusi dan konsultasi digunakan untuk mampu memperkirakan hal-hal yang perlu dilakukan dan atau sebaliknya. 82

100 Instrumen penelitian yang perlu disiapkan terdiri dari instrumen tes dan observasi. Instrumen tes digunakan untuk mengukur peningkatan keterampilan menyusun kalimat. Instrumen observasi aktivitas siswa untuk mengamati perilaku dan keterampilan menyusun kalimat siswa selama proses pelaksanaan tindakan. Kedua intrumen tersebut disusun sesuai dengan kisi-kisi yang telah ditetapkan. Selain itu, peneliti perlu mempersiapkan segala fasilitas yang diperlukan selama proses pelaksanaan tindakan berdasarkan skenario yang telah dirancang, seperti media maupun peralatan pendukung lain. Jika segala sesuatunya telah direncanakan dan dipersiapkan, maka peneliti dan guru kelas perlu melakukan diskusi berkenaan dengan pembagian tugas selama proses pelaksanaan tindakan. Pembagian tugas tersebut yaitu, guru beperan sebagai pengajar sementara peneliti berperan sebagai pengamat dan penyedia fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, terdiri dari 3 kali pertemuan untuk melaksanakan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk melaksanakan post test siklus I. Alokasi waktu yang dibutuhkan yaitu 2x30 menit pada setiap pertemuannya. Tindakan yang diberikan kepada subjek penelitian berupa kegiatan pembelajaran keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mengangkat tema yang temuat dalam kurikulum dan memang 83

101 sedang dipelajari oleh subjek. Uraian dari setiap pertemuan pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Siklus I Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan hari Sabtu, 28 Februari 2015 pada pukul WIB dengan skenario pembelajaran sebagai berikut: a) Kegiatan Awal (Pembuka) i. Guru mengkondisikan siswa di kelas dan membuka pembelajaran. ii. Guru melakukan percakapan bersama siswa terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu. iii. Guru menunjukkan contoh mengenai bentuk mind map untuk memberikan gambaran awal kepada siswa. b) Kegiatan Inti i. Guru menuliskan beberapa kalimat di papan tulis. ii. Guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi kesesuaian kalimat dengan struktur, benar atau salah. iii. Guru memberikan penjelasan pada siswa mengenai unsur-unsur pada kalimat (subjek, predikat, objek, keterangan) beserta fungsi dari setiap unsur tersebut menggunakan metode mind map. iv. Guru mengajak siswa berdiskusi untuk mengklasifikasikan contoh kosakata yang sesuai dengan kedudukan dan fungsi dari setiap unsur. 84

102 v. Guru memberikan penjelasan pada siswa mengenai macammacam pola kalimat yang akan dipelajari (SP, SPO, SPOK) vi. Guru memberikan penjelasan secara lebih detail pada siswa mengenai pola kalimat SP menggunakan metode mind map. vii. Guru mengajak siswa bekerjasama secara aktif untuk menyusun contoh kalimat dengan pola SP. c) Kegiatan Akhir (Penutup) i. Guru memberikan soal latihan menyusun kalimat dengan pola SP. ii. Guru memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan siswa. iii. Guru menjelaskan kepada siswa hasil belajar yang telah dicapai pada hari tersebut. iv. Guru mengkondisikan siswa dan menutup kegiatan pembelajaran. 2) Pertemuan Kedua Siklus I Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan hari Selasa, 3 Maret 2015 pada pukul WIB dengan skenario pembelajaran sebagai berikut: a) Kegiatan Awal (Pembuka) i. Guru mengkondisikan siswa di kelas dan membuka pembelajaran. ii. Guru melakukan percakapan bersama siswa terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu. 85

103 iii. Guru mengajak siswa mengingat kegiatan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, yaitu berkaitan dengan konsep unsur kalimat dan pola kalimat SP. b) Kegiatan Inti i. Guru memberikan penjelasan pada siswa mengenai unsur-unsur pada kalimat (subjek, predikat, objek, keterangan) beserta fungsi dari setiap unsur tersebut menggunakan bagan mind map. ii. Guru melanjutkan materi dengan memberikan penjelasan secara detail kepada siswa mengenai pola kalimat SPO dan SPOK menggunakan metode mind map. iii. Guru mengajak siswa bekerjasama secara aktif untuk menyusun contoh kalimat dengan pola SPO dan SPOK. c) Kegiatan Akhir (Penutup) i. Guru memberikan soal latihan menyusun kalimat dengan pola SPO dan SPOK. ii. Guru memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan siswa. iii. Guru menjelaskan kepada siswa hasil belajar yang telah dicapai pada hari tersebut. iv. Guru mengkondisikan siswa dan menutup kegiatan pembelajaran. 86

104 3) Pertemuan Ketiga Siklus I Pertemuan ketiga pada siklus I dilaksanakan hari Rabu, 4 Maret 2015 pada pukul WIB dengan skenario pembelajaran sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal (Pembuka) i. Guru mengkondisikan siswa di kelas dan membuka pembelajaran. ii. Guru melakukan percakapan bersama siswa terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu. iii. Guru mengajak siswa mengingat kegiatan pembelajaran yang sebelumnya, yaitu berkaitan dengan pola kalimat SPO dan SPOK. 2) Kegiatan Inti i. Guru menjelaskan kembali konsep yang telah diberikan pada dua pertemuan sebelumnya secara singkat dan meminta siswa memperhatikan catatan yang telah dibuat pada buku kerja masing-masing. ii. Guru melakukan diskusi dan tanya jawab secara langsung bersama siswa dengan bentuk kegiatan mengidentifikasi fungsi unsur kalimat, menentukan pola kalimat, identifikasi kedudukan kosakata dalam kalimat sesuai dengan jenis unsurnya, dan latihan menyusun kalimat sesuai pola SP, SPO, dan atau SPOK. 87

105 iii. Guru memberikan bantuan dan motivasi kepada siswa yang mengalami kesulitan dan kurang aktif mengikuti diskusi. 3) Kegiatan Akhir (Penutup) i. Guru menjelaskan kepada siswa hasil belajar yang telah dicapai pada hari tersebut. ii. Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk mempelajari konsep yang telah dipelajari karena akan dilakukan evaluasi pada pertemuan selanjutnya. iii. Guru mengkondisikan siswa dan menutup kegiatan pembelajaran. 4) Pertemuan Keempat Siklus I Pelaksanaan post test pada siklus I pada hari Kamis, 5 Maret 2015 pada pukul WIB. c. Deskripsi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus I Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan pada siklus I, yaitu berkaitan dengan kegiatan pembelajaran keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map. Komponen aktivitas siswa yang diamati sesuai dengan kisi-kisi yang telah ditetapkan, yaitu meliputi keterampilan siswa dalam menerima dan memahami kegiatan pembelajaran menyusun kalimat, keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran, dan perilaku siswa ketika proses pembelajaran. Ketiga komponen tersebut dijabarkan menjadi 10 butir pengamatan. Setiap butir memilki nilai maksimal 4 dan minimal 1. Nilai 88

106 maksimal yang diperoleh dalam kegiatan observasi adalah 40 dan nilai minimalnya adalah 10. Hasil pengamatan pada masing-masing siswa yang menjadi subjek penelitian akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Subjek VK Skor yang diperoleh subjek VK selama tindakan pada siklus I yaitu, pertemuan pertama memperoleh skor 21 yang termasuk dalam kriteria cukup. Pertemuan kedua memperoleh skor 25, termasuk kriteria cukup. Sementara pada pertemuan ketiga skor yang diperoleh semakin meningkat, yaitu mencapai skor 28 yang termasuk ke dalam kriteria baik. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa subjek VK memiliki semangat dan keaktifan yang baik ketika diajak berdiskusi ataupun melakukan percakapan secara langsung. Subjek cukup mudah memahami percakapan dan instruksi yang disampaikan oleh guru karena masih memiliki sisa pendengaran. Namun, subjek cenderung malas dan kurang bersemangat ketika diminta untuk membuat catatan di buku kerjanya dan atau menyelesaikan soal latihan. Oleh karenanya guru cukup sering memberikan peringatan pada subjek untuk segera menyelesaikan pekerjaannya agar teman-temannya tidak harus menunggu lama. Perhatian subjek VK mudah beralih ketika guru memberikan penjelasan sehingga subjek sering mendapatkan teguran. Perhatian subjek yang mudah beralih menyebabkan konsep yang dijelaskan oleh 89

107 guru kurang dapat diterima dan dipahami secara optimal. Oleh karena itu subjek masih mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi fungsi unsur-unsur pada kalimat, menentukan kosakata penyusun kalimat sesuai dengan kedudukan dan atau fungsi unsurnya, menentukan pola kalimat dan menyelesaikan latihan menyusun kalimat sesuai dengan pola yang ditentukan guru. Subjek membutuhkan pengulangan instruksi dan bantuan yang cukup intensif dari guru dalam memahami konsep yang diberikan. Hal tersebut cukup berhasil meningkatkan keterampilan siswa dalam memahami konsep meskipun belum konsisten sehingga subjek masih melakukan pengulangan kesalahan pada konsep yang sebelumnya telah dijelaskan. Subjek merupakan pribadi yang ceria dan sering bercanda, oleh karena itu subjek hanya tertawa dan menjelaskan bahwa dirinya lupa ketika guru memberikan koreksi. Subjek juga sering berkata agar guru sabar ketika dirinya tidak memperhatikan penjelasan dan atau membutuhkan waktu lama dalam mengerjakan tugasnya. Subjek juga memiliki kepercayadirian yang cukup tinggi sehingga ia tidak merasa down atau rendah diri ketika melakukan kesalahan dan memperoleh koreksi dari guru. 2) Subjek AC Skor yang diperoleh subjek AC selama tindakan pada siklus I yaitu, pertemuan pertama memperoleh skor 27 yang termasuk dalam kriteria baik. Pertemuan kedua memperoleh skor 32, termasuk kriteria 90

108 baik. Sementara pada pertemuan ketiga skor yang diperoleh semakin meningkat, yaitu mencapai skor 34 yang termasuk ke dalam kriteria sangat baik. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan siklus I, diperoleh informasi bahwa subjek merupakan siswa yang aktif dan memiliki semangat belajar yang baik. Subjek mampu mengikuti seluruh kegiatan belajar dengan sikap dan respon yang baik, mulai dari kegiatan percakapan maupun diskusi secara langsung hingga kegiatan menerima dan memahami konsep yang dijelaskan oleh guru sehingga mampu menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang diberikan. Dapat dikatakan bahwa subjek memiliki kemampuan dan pemahaman kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan temanteman sekelasnya berdasarkan hasil pekerjaan yang diselesaikan. Konsep yang belum dikuasai subjek secara konsisten pada pelaksanaan kegiatan siklus I diantaranya yaitu menentukan fungsi unsur kalimat, menentukan kedudukan kosakata sesuai jenis unsurnya dan menyusun kalimat dengan pola SPOK. Subjek sudah cukup konsisten dalam menyusun kalimat dengan pola SP dan SPO. Sikap dan perilaku subjek selama mengikuti kegiatan pembelajaran sangat kooperatif. Subjek bersemangat memberikan respon ketika guru melakukan percakapan maupun tanya jawab dan subjek memiliki inisiatif untuk turut membantu temannya yang mengalami kesulitan. Subjek memiliki rasa percaya diri yang baik 91

109 sehingga selalu memiliki keinginan untuk memberikan jawaban dari permasalahan yang dipaparkan guru. Perhatian subjek tidak mudah beralih. Namun, sesekali guru tetap memberikan teguran ketika subjek mengajak temannya bercakap-cakap sehingga kondisi kelas menjadi kurang kondusif. Guru juga memberikan teguran kepada subjek ketika memberikan bantuan kepada temannya. Sedangkan guru memberikan instruksi kepada setiap siswa untuk mengerjakan tugas secara mandiri. Subjek memiliki kemampuan memahami instruksi yang diberikan oleh guru dengan cukup baik karena masih memiliki sisa pendengaran yang cukup banyak. Ketika diminta melakukan suatu pekerjaan subjek langsung mengerjakannya dan tidak menunjukkan penolakan. Subjek mampu memperhatikan dan memahami koreksi yang diberikan guru. Subjek berusaha agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali. Subjek merupakan siswa yang dianggap paling mandiri dan mampu bekerjasama dengan baik sehingga guru tidak perlu memberikan banyak motivasi untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Sesekali guru meminta bantuan kepada subjek untuk memberikan penjelasan kepada temannya yang mengalami kesulitan. 3) Subjek YN Skor yang diperoleh subjek VK selama tindakan pada siklus I yaitu, pertemuan pertama memperoleh skor 17 yang termasuk dalam kriteria kurang. Pertemuan kedua memperoleh skor 23, termasuk kriteria cukup. Sementara pada pertemuan ketiga skor yang diperoleh 92

110 semakin meningkat, yaitu mencapai skor 27 yang termasuk ke dalam kriteria baik. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh informasi bahwa subjek merupakan siswa yang memiliki pribadi pendiam dan kurang percaya diri. Hal tersebut menyebabkan subjek kurang dapat mengikuti dan atau memberikan respon ketika diajak bercakap-cakap maupun diskusi kelas dan kegiatan tanya jawab. Guru harus memberikan banyak motivasi dan dorongan agar subjek mau memberikan respon sesuai dengan instruksi yang diberikan. Khususnya ketika diminta memberikan respon secara lisan. Suara subjek ketika berbicara sangat pelan dan hampir tidak terdengar. Subjek terlihat ragu ketika memberikan jawaban atau respon secara lisan. Kepercayadirian subjek perlu diberikan motivasi yang cukup besar. Hal tersebut bertujuan agar subjek mampu dan mau berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Subjek cenderung sulit dan sering melakukan penolakan ketika diminta melaksanakan instruksi yang diberikan guru untuk menyelesaikan persoalan di papan tulis maupun di depan kelas. Teman-teman subjek sering memberikan bantuan dan motivasi agar subjek tidak merasa takut ataupun malu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Apabila subjek melakukan kesalahan maka guru harus memberikan koreksi dengan cara yang tepat dan tenang agar subjek tidak merasa rendah diri. 93

111 Apabila diamati secara sepintas, siswa nampak memperhatikan ketika guru memberikan penjelasan konsep di depan kelas. Namun, jika diamati secara lebih lanjut diketahui bahwa subjek sering menunjukkan pandangan yang kosong. Hal tersebut membuat subjek mengalami kesulitan dalam memberikan tanggapan ketika guru memberikan pertanyaan berkaitan dengan konsep yang telah dijelaskan. Selain itu, subjek kurang mampu memberikan tanggapan yang sesuai ketika guru bertanya mengenai pemahamannya terhadap konsep yang baru saja dijelaskan. Perilaku dan sifat subjek tersebut tentunya mempengaruhi kualitas pemahamannya terhadap konsep yang diberikan. Subjek masih mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi fungsi unsur-unsur pada kalimat, menentukan pola kalimat, menentukan kedudukan suku kata sesuai dengan jenis unsurnya dan menyusun kalimat sesuai dengan struktur (SP, SPO, SPOK). d. Deskripsi Tes Hasil Belajar Siklus I Tes hasil belajar atau post test pada siklus I dilakukan setelah pelaksanaan tindakan selesai dilakukan, yaitu setelah melaksanakan tindakan sebanyak 3 kali petemuan. Kegiatan post test I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 5 Maret 2015 pukul WIB. Soal pada post test I sama dengan soal yang digunakan pada pre test, yaitu terdiri dari 20 soal berbentuk pilihan ganda dan 7 soal bentuk isian yang menginstruksikan pada siswa untuk menyusun deretan kosakata acak 94

112 menjadi kalimat dengan struktur dan atau pola yang benar. Hasil tes hasil belajar atau post test pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8. Data Hasil Nilai Tes Belajar atau Post Test Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map pada Siklus I No Subjek KKM Nilai Post Test Kriteria 1. VK Kurang 2. AC Baik 3. YN Cukup Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa AC merupakan siswa yang meraih nilai tertinggi dan mampu mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan, yaitu sebesar 70. Subjek AC mampu mencapai nilai 83, termasuk kriteria nilai baik. Sementara subjek VK dan YN belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Subjek VK memperoleh nilai 57, termasuk kriteria kurang dan merupakan subjek dengan nilai yang paling rendah. Subjek YN memperoleh nilai 66, termasuk kriteria cukup namun belum mampu memenuhi KKM. Penjelasan secara lebih detail berkenaan dengan pencapaian keterampilan setiap subjek setelah diberikan tindakan siklus I yaitu sebagai berikut: 1) Subjek VK Subjek mulai memahami konsep mengenai macam unsur pada kalimat beserta fungsinya meskipun baru beberapa jenis unsur yang dipahami, yaitu unsur subjek dan predikat. Beberapa soal berkenaan dengan menentukan pola kalimat yang tepat mampu dijawab dengan benar oleh subjek meskipun belum optimal dan kurang konsisten. 95

113 Subjek masih mengalami kesulitan dalam menentukan kedudukan kosakata pada kalimat sesuai dengan jenis unsurnya. Selain itu subjek masih mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan jawaban yang tepat pada tipe soal pilihan ganda berkenaan dengan konsep menyusun kalimat sesuai dengan struktur yang diinstruksikan. Namun, penguasaan subjek lebih meningkat pada saat menyelesaikan soal tipe isian yang berkaitan dengan kegiatan menyusun deretan kosakata acak menjadi kalimat dengan susunan sesuai struktur yang diisntruksikan. 2) Subjek AC Subjek AC mulai memahami fungsi dari setiap jenis unsur kalimat secara konsisten meskipun sempat mengalami kesulitan selama proses tindakan. Seluruh soal berkaitan dengan konsep tersebut mampu dijawab dengan benar. Subjek mampu menyelesaikan soal berkaitan dengan konsep menentukan pola kalimat, menentukan kalimat yang tepat sesuai dengan pola yang diisntruksikan dan menentukan kedudukan kosakata pada kalimat sesuai dengan jenis unsurnya. Namun, subjek masih mengalami kesulitan dalam membedakan kosakata yang termasuk ke dalam unsur keterangan tempat atau keterangan waktu. Soal berkenaan dengan konsep menyusun kosakata yang tersusun secara acak menjadi kalimat yang sesuai dengan struktur mampu diselesaikan meskipun belum optimal. Hal tersebut dikarenakan subjek masih mengalami kesalahan dalam 96

114 menentukan jawaban yang benar pada tipe soal pilihan ganda, sementara seluruh soal berkenaan dengan konsep menyusun kalimat sesuai struktur mampu diselesaikan dengan optimal pada tipe soal isian. 3) Subjek YN Subjek mulai memahami fungsi setiap unsur kalimat meskipun belum optimal karena hanya ada beberapa soal yang terjawab dengan benar berkaitan dengan konsep tersebut. Subjek lebih mampu menentukan jenis pola dan menentukan kalimat yang tepat sesuai dengan pola kalimat yang diinstruksikan soal. Pemahaman subjek terhadap konsep kedudukan kosakata pada kalimat sesuai jenis unsurnya mengalami peningkatan meskipun belum konsisten. Selama proses tindakan subjek mampu menyelesaikan latihan namun pada saat melaksanakan post test I hanya ada beberapa soal yang dijawab dengan benar. Sementara berkenaan dengan konsep menyusun kalimat sesuai dengan struktur yang tepat, subjek mampu menyelesaikan beberapa soal dengan tipe isian namun masih menemui kesalahan yang cukup banyak pada tipe soal pilihan ganda. Subjek masih mengalami kesulitan dalam mengurutkan kosakata sesuai dengan struktur, seperti posisi predikat dan objek yang terbalik maupun antara objek dan keterangan. 97

115 Data hasil tes belajar atau post test pada siklus I berkenaan dengan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map yang telah dijelaskan di atas akan disajikan dalam bentuk grafik berikut: VK AC YN Nilai Post Test Siklus I Gambar 6. Grafik Histogram Hasil Nilai Post Test Siklus I Keterampilan Menyusun Kalimat Siswa Tunarungu Kelas Dasar IV e. Refleksi Siklus I Refleksi pada siklus I dilaksanakan dengan menganalisis data yang diperoleh dari kegiatan tes dan observasi yang telah dilakukan. Data yang berkaitan dengan kegiatan tes diperoleh dari hasil pre test dan post test keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map yang telah dilaksanakan. Data hasil pengamatan diperoleh dari kegiatan observasi yang dilakukan pada subjek selama diberi tindakan pada siklus I, yaitu berkaitan dengan perilaku dan pemahaman siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil pre test dan post test pada siklus I dimanfaatkan untuk menganalisis besarnya peningkatan keterampilan 98

116 menyusun kalimat yang mampu dicapai oleh subjek. Sementara data yang diperoleh dari hasil pengamatan digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan tindakan. Faktorfaktor tersebut dapat diuraikan menjadi kelebihan dan atau kekurangan dari proses pelaksanaan tindakan siklus I. Faktor tersebut mempengaruhi hasil peningkatan keterampilan menyusun kalimat yang dicapai subjek. Data-data yang diperoleh pada pelaksanaan siklus I berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan tindakan siklus II agar tercapai hasil yang lebih optimal dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan peneliti. Besarnya peningkatan keterampilan menyusun kalimat yang dicapai seluruh subjek diketahui berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan pre tes dan post test yang telah dilaksanakan. Data tersebut akan dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 9. Data Hasil Nilai Peningkatan Keterampilan Menyusun Kalimat Setelah Pelaksanaan Post Test Siklus I No Subjek KKM Nilai Pre Nilai Post Besar Test Test I Peningkatan Nilai 1. VK AC YN Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh subjek mengalami peningkatan keterampilan menyusun kalimat setelah diberikan tindakan pada pelaksanaan sikus I. Hanya saja baru satu subjek yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Subjek VK memperoleh nilai 34 pada saat pre test dan mengalami peningkatan nilai sebesar 23 sehingga 99

117 mampu memperoleh nilai 57 pada saat post test siklus I. Subjek AC memperoleh nilai 66 pada saat pre test dan mengalami peningkatan nilai sebesar 17 sehingga mampu memperoleh nilai 83 pada saat post test siklus I. Subjek YN memperoleh nilai 42 pada saat pre test dan mengalami peningkatan nilai sebesar 24 sehingga mampu mencapai niai 66 pada saat post test siklus I. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menyusun kalimat pada seluruh subjek secara signifikan karena sekurang-kurangnya subjek mampu mencapai peningkatan nilai sebesar 17. Data hasil peningkatan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map pada siswa tunarungu kelas dasar IV dapat digambarkan secara lebih jelas dalam bentuk grafik. Grafik di bawah ini menunjukkan besarnya peningkatan yang dicapai setiap subjek berdasarkan hasil pre test dan post test pada siklus I: VK AC YN Nilai Pre Test Nilai Post Test I Gambar 7. Grafik Histogram Peningkatan Nilai Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Siklus I 100

118 Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menyusun kalimat pada seluruh subjek setelah diberikan tindakan pada siklus I. Nilai post test yang diperoleh subjek apabila diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah yaitu subjek AC dengan nilai 83, subjek YN dengan nilai 66, dan subjek VK dengan nilai 57. Oleh karenanya nilai tertinggi diperoleh subjek AC dan nilai terendah diperoleh oleh subjek VK. Meskipun subjek VK dan YN belum mampu mencapai kriteria ketuntasan yang ditentukan, namun peningkatan dari kedua siswa tersebut menunjukkan hasil yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek VK dan YN memiliki potensi untuk dapat ditingkatkan secara lebih lanjut hingga akhirnya mampu mencapai kriterian ketuntasan dengan adanya tindakan secara lebih lanjut dengan memperhatikan kekurangan yang ditemui pada pelaksanaan tindakan siklus I. Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan pada siklus I dan diperkuat dengan catatan lapangan, peneliti menyadari terdapat beberapa kendala selama proses pelaksanaan tindakan. Kendalakendala tersebut dapat diindikasikan sebagai faktor penyebab kurang optimalnya hasil yang tercapai pada pelaksanaan tindakan siklus I. Kendala yang dihadapi siswa dan guru tersebut antara lain: 1) Subjek VK sering mengalihkan perhatian sehingga sulit menerima konsep secara optimal. Selain itu, subjek membutuhkan waktu lebih lama dan melakukan penolakan ketika diminta untuk menyelesaikan 101

119 tugas yang diberikan guru. Khususnya pada kegiatan mencatat maupun mengerjakan soal latihan di buku kerja. 2) Subjek YN sering melamun ketika guru memberikan penjelasan. Subjek kurang aktif mengikuti kegiatan tanya jawab maupun unjuk kerja di depan kelas sehingga konsep yang dijelaskan guru kurang dapat dipahami secara optimal. 3) Subjek AC sulit mengendalikan keinginannya untuk menjawab maupun memberikan bantuan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan guru kepada subjek yang lain karena ia memiliki pemahaman yang lebih baik. 4) Siswa dari kelas lain sering mengganggu proses pembelajaran. Secara tiba-tiba mereka membuka pintu, masuk ke dalam kelas maupun mengintip dari jendela. 5) Kegiatan tanya jawab dan latihan kurang optimal sehingga berpengaruh pada lemahnya pemahaman konsep yang diterima subjek. Setelah mengkaji kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti bersama guru mendiskusikan solusi dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut pada pelaksanaan tindakan siklus II. Apabila kendala tersebut dapat diatasi atau setidaknya dikurangi, maka pelaksanaan tindakan siklus II memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mencapai hasil yang lebih baik dibandingkan siklus I. Perbaikan tindakan yang 102

120 dilakukan sesuai dengan kendala yang ditemui pada pelaksaan tindakan siklus I diantaranya yaitu: 1) Memberikan stimulus positif dan teguran yang lebih intensif agar subjek VK lebih mau dan mampu mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru. Guru lebih mengintensifkan tanya jawab secara langsung dan memberikan bantuan maupun penjelasan secara personal agar subjek memiliki pemahaman konsep yang lebih baik. 2) Guru perlu memberikan motivasi yang lebih intensif agar subjek YN lebih fokus dalam memperhatikan penjelasan yang diberikan. Selain itu, guru lebih aktif mengajak subjek melakukan tanya jawab dan unjuk kerja di depan kelas. Diperkuat dengan memberikan penjelasan secara personal agar subjek YN lebih percaya diri dan memahami konsep yang dijelaskan. 3) Guru lebih sering meminta subjek AC untuk bersabar dan memberikan kesempatan kepada temannya yang belum paham agar berusaha memahami konsep yang dijelaskan guru secara mandiri. Namun, ada kalanya guru memberikan instruksi kepada subjek untuk membantu temannya. 4) Menutup dan mengunci pintu kelas serta menutup gorden jendela ketika terdapat siswa kelas lain yang mulai mengganggu perhatian subjek. 5) Melakukan lebih banyak kegiatan tanya jawab dan latihan untuk memantapkan konsep yang dijelaskan pada subjek. 103

121 Secara keseluruhan pelaksanaan tindakan pada siklsus I telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I juga menciptakan beberapa hal positif, diantaranya yaitu: 1) Siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran karena merasa tertarik dan penasaran terhadap metode mind map yang diterapkan. 2) Siswa lebih aktif menanggapi tanya jawab yang disampaikan guru dan berusaha mengidentifikasi suatu konsep yang ditanyakan oleh guru. 3) Meningkatkan kepercayadirian dan keberanian siswa untuk melakukan unjuk kerja di depan kelas. Seluruh siswa memperoleh giliran masing-masing sehingga mengantisipasi terciptanya perasaan takut dan rendah diri. 4) Siswa yang memiliki kemampuan dan pemahaman yang lebih baik diberi kesempatan untuk membantu teman lain yang mengalami kesulitan. Pada pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti dan guru menyadari bahwa pada pertemuan-pertemuan awal subjek belum terbiasa membuat catatan dalam bentuk bagan mind map sehingga subjek banyak menhabiskan waktu untuk menyelesaikan catatan berkenaan dengan konsep yang dijelaskan. Kenyataan tersebut menyebabkan intensitas tanya jawab dan latihan berkaitan dengan konsep yang dijelaskan belum terlaksana secara optimal. Kurang optimalnya pelaksanaan tanya jawab dan latihan menyebabkan pencapaian hasil pemahaman dan keterampilan 104

122 menyusun kalimat perlu ditingkatkan kembali. Sementara itu, peneliti mengakui bahwa guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan skenario. Guru mampu membuat catatan dalam bentuk bagan mind map dan mengurutkan konsep yang perlu disampaikan sesuai dengan skenario pembelajaran dan diskusi yang telah dilakukan bersama peneliti pada tahap perencanaan. Berdasarkan hasil analisis data dan refleksi yang telah dilakukan pada pelaksanaan siklus I, peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan yang tercapai belum optimal. Hal tersebut dikarenakan terdapat dua diantara tiga subjek yang belum mampu mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Oleh karena itu, peneliti bersama guru kelas mengambil keputusan untuk melaksanakan tindalan lanjutan, yaitu pelaksanaan siklus II dengan memperbaiki kendala-kendala yang ditemui selama pelaksanaan tindakan siklus I. 5. Deskripsi Tindakan pada Siklus II a. Rencana Tindakan Siklus II Rencana tindakan siklus II dilakukan dengan berpedoman pada hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I. Hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I menunjukkan adanya beberapa kendala dan juga hal positif. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I itulah peneliti bersama guru melakukan perencanaan tindakan pada siklus II untuk memperbaiki kekurangan dan atau kurang optimalnya hasil yang tercapai pada siklus sebelumnya. Modifikasi maupun tindakan yang perlu dilakukan untuk 105

123 memperbaiki dan atau mengatasi kendala yang terjadi pada siklus I diantaranya yaitu: 1) Memberikan stimulus positif dan teguran yang lebih intensif agar subjek VK lebih mau dan mampu mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru. Guru lebih mengintensifkan tanya jawab secara langsung dan memberikan bantuan maupun penjelasan secara personal agar subjek memiliki pemahaman konsep yang lebih baik. 2) Guru perlu memberikan motivasi yang lebih intensif agar subjek YN lebih fokus dalam memperhatikan penjelasan yang diberikan. Selain itu, guru lebih aktif mengajak subjek melakukan tanya jawab dan unjuk kerja di depan kelas. Diperkuat dengan memberikan penjelasan secara personal agar subjek YN lebih percaya diri dan memahami konsep yang dijelaskan. 3) Guru lebih sering meminta subjek AC untuk bersabar dan memberikan kesempatan kepada temannya yang belum paham agar berusaha memahami konsep yang dijelaskan guru secara mandiri. Namun, ada kalanya guru memberikan instruksi kepada subjek untuk membantu temannya. 4) Menutup dan mengunci pintu kelas serta menutup gorden jendela ketika terdapat siswa kelas lain yang mulai mengganggu perhatian subjek. 5) Melakukan lebih banyak kegiatan tanya jawab dan latihan untuk memantapkan konsep yang dijelaskan pada subjek. 106

124 Hal-hal yang telah dijabarkan di atas merupakan bentuk perbaikan yang ditentukan oleh peneliti bersama guru kelas untuk meningkatkan pencapain hasil yang lebih optimal dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, terdiri dari 2 kali pertemuan dengan bentuk kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan digunakan untuk melaksanakan post test II. Penjabaran dari setiap pertemuan yang dilakukan dijelaskan secara lebih lanjut sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Siklus II Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan hari Senin, 9 Maret 2015 pada pukul WIB dengan skenario pembelajaran sebagai berikut: a) Kegiatan Awal (Pembuka) i. Guru mengkondisikan siswa di kelas dan membuka pembelajaran. ii. Guru melakukan percakapan bersama siswa terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu. b) Kegiatan Inti i. Guru mengajak siswa melakukan tanya jawab secara langsung berkaitan dengan konsep macam-macam unsur kalimat, fungsi 107

125 setiap unsur kalimat, dan macam-macam pola kalimat untuk mengingat kembali konsep yang telah dijelaskan pada siklus I. ii. Guru memberikan bantuan dan motivasi kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menanggapi tanya jawab. iii. Guru memberikan penjelasan ulang pada siswa berkenaan dengan konsep tertentu pada keterampilan menyusun kalimat yang masih dianggap sulit bagi siswa secara lisan dan tertulis dengan bantuan metode mind map. iv. Guru memberikan kegiatan unjuk kerja kepada siswa secara bergiliran untuk menyelesaikan latihan menyusun kalimat sesuai struktur SP, SPO, maupun SPOK di papan tulis. v. Guru memberikan bantuan dan koreksi pada siswa yang menemui kesulitan dan atau kesalahan dalam menyelesaikan latihan. c) Kegiatan Akhir (Penutup). i. Guru menjelaskan kepada siswa hasil belajar yang telah dicapai pada hari tersebut. ii. Guru mengkondisikan siswa dan menutup kegiatan pembelajaran. 2) Pertemuan Kedua Siklus II Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan hari Selasa, 10 Maret 2015 pada pukul WIB dengan skenario pembelajaran sebagai berikut: 108

126 a) Kegiatan Awal (Pembuka) i. Guru mengkondisikan siswa di kelas dan membuka pembelajaran. ii. Guru melakukan percakapan bersama siswa terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu. b) Kegiatan Inti i. Guru memberikan penjelasan ulang secara lebih intensif dan personal pada siswa tertentu yang dianggap masih menemui kesulitan dalam memahami konsep yang telah dijelaskan. ii. Guru memberikan kegiatan unjuk kerja kepada siswa secara bergiliran untuk menyelesaikan latihan menyusun kalimat sesuai struktur SP, SPO, maupun SPOK di papan tulis. iii. Guru memberikan kegiatan unjuk kerja kepada siswa secara bergiliran untuk menyelesaikan latihan menentukan kedudukan kosakata dalam kalimat sesuai dengan jenis unsurnya. iv. Guru menitikberatkan latihan pada siswa yang dianggap masih mengalami kesulitan diantara teman-temannya yang lain. v. Guru memberikan bantuan dan koreksi pada siswa yang menemui kesulitan dan atau kesalahan dalam menyelesaikan latihan. c) Kegiatan Akhir (Penutup). i. Guru menjelaskan kepada siswa hasil belajar yang telah dicapai pada hari tersebut. 109

127 ii. Guru mengkondisikan siswa dan menutup kegiatan pembelajaran. 3) Pertemuan Ketiga Siklus II Pelaksanaan post test pada siklus II pada hari Rabu, 11 Maret 2015 pada pukul WIB. c. Deskripsi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II Pengamatan dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada siklus II. Komponen yang menjadi objek pengamatan yaitu berkaitan dengan perilaku dan keterampilan menyusun kalimat pada siswa selama kegiatan pembelajaran menggunakan metode mind map. Hasil pengamatan pada setiap subjek salama pelaksanaan tindakan siklus II akan dijelaskan secara lebih lengkap sebagai berikut: 1) Subjek VK Skor yang diperoleh subjek VK selama tindakan pada siklus II yaitu, pertemuan pertama memperoleh skor 32, termasuk kriteria baik. Pada pertemuan kedua skor yang diperoleh semakin meningkat, yaitu mencapai skor 33 termasuk kriteria baik. Skor pada siklus II mengalami peningkatan apabila dibandingkan pencapaian skor pada siklus I. Selama proses pelaksanaan tindakan pada siklus II subjek memperoleh pendampingan dan penjelasan secara lebih intensif dan bersifat personal dari guru. Oleh karena itu keterampilan menyusun kalimat subjek menjadi lebih baik. Subjek menjadi lebih mampu menerima dan mengerti maksud dari konsep yang dijelaskan guru. 110

128 Intensitas teguran yang diberikan guru pada subjek VK semakin berkurang apabila dibandingkan dengan siklus I. Subjek lebih mampu dan mau meperhatikan serta merasa lebih nyaman mengikuti kegiatan belajar. Subjek VK dapat dikatakan pribadi dengan karakteristik mampu bersikap kooperatif dalam mengikuti pembelajaran apabila konsep yang dijelaskan guru mampu dimengerti. Pernyataan tersebut diperkuat oleh kenyataan bahwa sikap dan konsentrasi subjek mudah beralih ketika konsep yang disampaikan guru tidak ia mengerti. Hal tersebut menyebabkan subjek cepat berputus asa dan melakukan penolakan dengan mengatakan lelah, tidak bisa dan atau bingung. Guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada subjek untuk menyelesaikan latihan maupun persoalan yang diberikan guru di papan tulis. Tindakan tersebut dilakukan guru dengan alasan untuk menguatkan konsep yang telah dijelaskan. Kualitas belajar subjek VK pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan, meliputi adanya peningkatan pada konsep yang terkait dengan keterampilan menyusun kalimat, berkurangnya sikap mengalihkan perhatian selama mengikuti pembelajaran serta tidak lagi banyak melakukan penolakan ketika diminta untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru sehingga waktu yang dibutuhkan subjek semakin singkat. 2) Subjek AC Skor yang diperoleh subjek AC selama tindakan pada siklus II yaitu, pertemuan pertama memperoleh skor 36 termasuk kriteria 111

129 sangat baik. Pertemuan kedua skor yang diperoleh semakin meningkat, yaitu mencapai skor 38 termasuk kriteria sangat baik. Skor pada siklus II mengalami peningkatan apabila dibandingkan pencapaian skor pada siklus I. Aktivitas belajar dan pemahaman subjek AC terhadap konsep mengenai keterampilan menyusun kalimat yang dijelaskan guru menggunakan metode mind map menunjukkan adanya peningkatan. Konsep mengenai fungsi setiap unsur pada kalimat belum konsisten karena lebih bersifat teoritis atau hafalan. Subjek AC merupakan siswa yang memiliki pemahaman konsep, perhatian maupun keaktifan dalam menanggapi diskusi maupun tanya jawab yang lebih baik dibandingkan subjek yang lain. Selama proses pelaksanaan tindakan siklus II, subjek AC lebih mampu mengendalikan keinginannya untuk menyelesaikan latihan maupun menjawab pertanyaan yang diberikan guru pada temannya. Subjek AC lebih mampu memberikan kesempatan pada temannya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara mandiri. Subjek tidak lagi memberikan bantuan secara diam-diam kepada temannya ketika guru tidak memperhatikan. Subjek dapat menerima dan memahami ketika guru memberikan lebih banyak bantuan dan penjelasan kepada temannya yang lebih membutuhkan dan masih mengalami kesulitan. Guru sesekali meminta bantuan subjek AC untuk memberikan penjelasan dan bantuan kepada temannya sebagai upaya mengapresiasi pemahamannya terhadap konsep yang diberikan 112

130 guru. Hal tersebut membuat subjek AC senang dan semakin memperkuat kemampuan subjek AC untuk mengendalikan rasa ingin tahunya yang sulit dikendalikan. Jika rasa ingin tahu subjek tidak dikendalikan, maka guru mengalami kesulitan untuk meningkatkan pemahaman subjek yang lain. Alasan dari pernyataan tersebut yaitu pembelajaran akan terfokus pada subjek AC yang selalu bersikap aktif dan temannya terbiasa diberi bantuan sehingga tidak perlu menanggapi tanya jawab karena segalanya telah ditanggapi oleh subjek AC. 3) Subjek YN Skor yang diperoleh subjek YN selama tindakan pada siklus II yaitu, pertemuan pertama memperoleh skor 30 termasuk kriteria baik. Pada pertemuan kedua skor yang diperoleh semakin meningkat, yaitu mencapai skor 32 termasuk kriteria baik. Skor pada siklus II mengalami peningkatan apabila dibandingkan pencapaian skor pada siklus I. Selama pelaksanaan tindakan siklus II, diperoleh data bahwa subjek YN lebih bersemangat dan mau memperhatikan penjelasan yang diberikan guru. Subjek YN mendapatkan bantuan dan penjelasan yang lebih intensif dan bersifat individual dari guru. Hal tersebut dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman konsep pada subjek berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat karena pada siklus I hal tersebut belum tercapai secara optimal. 113

131 Bantuan dan penjelasan secara personal yang diberikan guru pada siklus II mampu meningkatkan hasil yang lebih memuaskan. Terjadi peningkatan pada aspek pemahaman subjek berkaitan dengan konsep keterampilan menyusun kalimat yang telah dijelaskan. Subjek lebih mampu memberikan respon dan jawaban ketika guru mengajak subjek YN melakukan tanya jawab secara langsung. Sesekali guru harus mengulang instruksi yang diberikan maupun meminta subjek YN untuk mengulang jawaban yang diberikan karena suara yang dikeluarkan tidak terdengar maupun tidak jelas. Oleh karena itu guru lebih banyak memberikan motivasi dan kesempatan pada subjek YN untuk mengaktualisasikan dirinya dalam kegiatan belajar. Upaya tersebut berhasil meningkatkan kepercayadirian dan keberanian subjek YN untuk memberikan tanggapan ketika guru melakukan tanya jawab. Subjek lebih kooperatif untuk menyelesaikan tugas maupun latihan yang diinstruksikan oleh guru di depan kelas. Hal tersebut ditunjukkan dengan fakta bahwa subjek tidak lagi melakukan penolakan dan takut ketika diminta menyelesaikan latihan yang dituliskan di papan tulis oleh guru. Terkdang subjek masih menemui kesulitan sehingga guru kembali memberikan bantuan agar subjek tidak merasa rendah diri. d. Deskripsi Tes Hasil Belajar Siklus II Tes hasil belajar atau post test pada siklus II dilakukan setelah pelaksanaan tindakan selesai dilakukan, yaitu setelah melaksanakan 114

132 tindakan sebanyak 2 kali petemuan. Kegiatan post test II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 Maret 2015 pukul WIB. Soal pada post test II sama dengan soal yang digunakan pada kegiatan pre test dan post test I yaitu terdiri dari 20 soal berbentuk pilihan ganda dan 7 soal bentuk isian yang menginstruksikan pada siswa untuk menyusun deretan kosakata yang tersusun secara acak menjadi kalimat dengan struktur dan atau pola yang benar. Hasil tes hasil belajar atau post test pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 10. Nilai Hasil Tes Belajar atau Post Test Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map pada Siklus II No Subjek KKM Nilai Post Test II Kriteria 1. VK Baik 2. AC Sangat Baik 3. YN Baik Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa peningkatan hasil terjadi pada seluruh subjek. Subjek AC merupakan siswa yang meraih nilai tertinggi diantara subjek lainnya. Subjek AC mampu mencapai nilai 94, termasuk kriteria nilai sangat baik. Setelah melaksanakan tindakan pada siklus II, hasil post test II dari subjek VK dan YN mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Subjek VK memperoleh nilai 77, termasuk kriteria baik. Subjek YN memperoleh nilai 83, termasuk kriteria baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh subjek telah mencapai indikator ketuntasan. Penjelasan lebih lanjut berkenaan dengan keterampilan menyusun kalimat dari setiap subjek adalah sebagai berikut: 115

133 1) Subjek VK Subjek memiliki pemahaman yang lebih baik berkenaan dengan konsep yang dijelasakan pada kegiatan pembelajaran menyusun kalimat apabila dibandingkan dengan siklus I. Subjek lebih mampu mengidentifikasi fungsi setiap unsur pada kalimat meskipun belum konsisten.terdapat beberapa kesalahan berkenaan dengan konsep tersebut. Subjek masih menemui beberapa kesalahan dalam mengerjakan evaluasi. Subjek masih mengalami kesulitan dalam menentukan kedudukan kosakata, yaitu antara unsur keterangan tempat atau keterangan waktu. Selain itu, subjek mengalami kesulitan dalam menentukan susunan kalimat yang benar sesuai struktur pada tipe soal pilihan ganda. Hal tersebut dikarenakan subjek mengalami kebingungan terhadap adanya beberapa pilihan jawaban. Namun, keterampilan subjek dalam menentukan susunan kalimat sesuai struktur pada bentuk soal isian menunjukkan hasil yang lebih baik. 2) Subjek AC Keterampilan menyusun kalimat subjek AC setelah tindakan siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Peneliti dan guru lebih yakin bahwa subjek tidak hanya sekedar menebak jawaban karena niai yang diperoleh jauh melebihi KKM. Didukung oleh data pengamatan yan diperoleh selama tindakan. Kekeliruan yang dilakukan subjek pada proses evaluasi lebih mengarah pada 116

134 faktor kurang teliti. Hal tersebut dikarenakan selama proses tindakan, subjek mampu menyelesaikan bentuk permasalahan serupa dengan jawaban yang tepat secara konsisten. 3) Subjek YN Subjek YN menunjukkan peningkatan keterampilan seperti teman-temannya yang lain. Hanya saja masih terdapat beberapa konsep yang belum optimal. Konsep tersebut diantaranya yaitu berkenaan dengan fungsi setiap unsur kalimat. Masih terdapat beberapa jawaban yang tertukar dan berkenaan dengan konsep menyusun deretan kosakata acak menjadi kalimat yang tepat sesuai dengan struktur yang diinstruksikan. Hampir sama dengan subjek VK, subjek YN mengalami kebingungan dalam menentukan susunan kalimat yang tepat sesuai struktur pada tipe soal pilihan ganda dibandingkan pada tipe soal isian. Alasan dari permasalahan tersebut juga serupa, yaitu subjek mengalami kebingungan dengan pilihan jawaban lain karena merasa tidak hanya ada satu jawaban yang benar. Data hasil tes belajar atau post test pada siklus I berkenaan dengan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map yang telah dijelaskan di atas akan disajikan dalam bentuk grafik berikut : 117

135 VK AC YN Nilai Post Test Siklus II Gambar 8. Grafik Histogram Nilai Hasil Post Test Siklus II Keterampilan Menyusun Kalimat Siswa Tunarungu Kelas Dasar IV e. Refleksi Siklus II Refleksi pada siklus II dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus II, meliputi data observasi aktivitas siswa dan tes hasil belajar atau post test II. Selain itu, data yang diperoleh pada pelaksanaan siklus II dikaitkan dengan data pada siklus sebelumnya. Data tersebut berperan sebagai pembanding untuk memperoleh informasi mengenai besarnya peningkatan yang tercapai setelah subjek diberikan tindakan pada siklus II. Refleksi siklus II sekaligus berfungsi untuk mengkaji keberhasilan metode mind map terhadap proses peningkatan keterampilan menyusun kalimat bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. Metode mind map dinyatakan berhasil apabila setidaknya setiap subjek mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan, yaitu sebesar

136 Berdasarkan refleksi siklus II, peneliti mampu menentukan berlanjut atau tidaknya tindakan yang harus dilakukan dalam penelitian. Peningkatan keterampilan menyusun kalimat pada subjek setelah dilaksanalan tindakan siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 11. Data Hasil Peningkatan Nilai Keterampilan Menyusun Kalimat Setelah Pelaksanaan Post Test Siklus II No Subjek KKM Nilai Post Nilai Post Besar Test I Test II Peningkatan Nilai 1. VK AC YN Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh subjek mencapai peningkatan apabila dibandingkan dengan pencapaian pada siklus sebelumnya. Setelah tindakan siklus II dilaksanakan, seluruh subjek mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan, yaitu sebesar 70. Subjek VK pada post test siklus I memperoleh nilai 58 sehingga belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Setelah melaksanakan post test pada siklus II, subjek memperoleh nilai 77. Hal tersebut menunjukkan subjek VK berhasil melampaui kriteria ketuntasan minimal dengan peningkatan nilai sebesar 20. Subjek AC pada post test siklus I memperoleh nilai 83, menunjukkan bahwa subjek berhasil melampaui kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Setelah melaksanakan post test pada siklus II, subjek memperoleh nilai 94 dan mencapai peningkatan nilai sebesar 11. Subjek YN pada saat post test siklus I memperoleh nilai 66. Hasil tersebut menunjukkan bahwa subjek 119

137 belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Setelah melaksanakan pots test siklus II, subjek YN mampu melampaui kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Subjek YN mencapai nilai 83 sehingga peningkatan nilai yang tercapai yaitu sebesar 17. Secara berurutan subjek yang mencapai nilai tertinggi hingga terendah yaitu, subjek AC menempati posisi pertama, subjek YN menepati posisi kedua dan diikuti oleh subjek VK yang menempati posisi ketiga. Sementara itu, besarnya peningkatan yang dicapai setiap subjek apabila diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil yaitu, subjek VK menempati posisi pertama dengan peningkatan sebesar 20, diikuti oleh subjek YN dengan peningkatan sebesar 17, dan yang terakhir yaitu subjek AC dengan peningkatan sebesar 11. Peningkatan nilai subjek AC memang yang terkecil, namun hal tersebut memiliki alasan bahwa nilai yang diperoleh subjek AC pada siklus I sudah cukup tinggi sehingga luas cakupan peningkatan yang dapat dicapai subjek lebih sempit dibandingkan teman-temannya yang lain. Hal tersebut didukung dengan data bahwa subjek AC tetap menempati posisi pertama dengan nilai akhir yang paling tinggi meskipun peningkatannya tidak sebesar temantemannya. Data hasil peningkatan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV dapat digambarkan secara lebih jelas dalam bentuk grafik. Grafik di 120

138 bawah ini menunjukkan besarnya peningkatan yang dicapai setiap subjek berdasarkan hasil post test pada siklus I dan post test pada siklus II: Nilai Post Test Siklus I Nilai Post Test Siklus II VK AC YN Gambar 9. Grafik Histogram Peningkatan Nilai Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Setelah Siklus II Grafik di atas semakin memperjelas informasi bahwa seluruh subjek mengalami peningkatan yang cukup signifikan setelah diberikan tindakan siklus II. Berpedoman pada hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan siklus II, dapat ditarik hubungan keterkaitan bahwa modifikasi dan atau penguatan tindakan yang dilakukan pada siklus II mampu memperbaiki dan meningkatkan hasil pencapaian subjek sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Kendala yang terjadi pada pelaksanaan tindakan siklus I mampu dikurangi dampaknya dengan modifikasi yang telah dilakukan oleh peneliti bersama guru kolaborator selama proses tindakan siklus II. Hal positif yang muncul pada tindakan siklus I dapat 121

139 ditingkatkan kembali kualitasnya. Peningkatan kualitas perilaku dan aktivitas subjek selama tindakan siklus II diantaranya yaitu: 1) Subjek VK lebih semangat dan lebih mampu mempertahankan konsentrasi selama mengikuti pembelajaran. Subjek VK tidak banyak melakukan penolakan maupun penundaan ketika diminta menyelesaiakan tugas atau pekerjaan yang diberikan guru. 2) Subjek AC lebih mampu bersabar dalam mengendalikan rasa ingin tahunya. Subjek mampu memberikan kesempatan kepada temannya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara mandiri. Subjek tidak mempermasalahkan tindakan guru yang memberikan pendampingan lebih intensif kepada teman yang masih mengalami kesulitan. 3) Subjek YN lebih mampu berperan aktif dalam diskusi kelas setelah diberikan stimulus dan motivasi yang lebih intensif. Subjek lebih mampu mempertahankan perhatian. Subjek YN lebih berani dan percaya diri ketika diminta unjuk kerja di depan kelas. 4) Suasana kelas lebih kondusif ketika gangguan dari siswa kelas lain jauh berkurang. 5) Suasana pembelajaran menjadi semakin nyaman dan menarik karena siswa semakin memahami konsep yang dijelaskan guru berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat dengan metode mind map. 6) Kegiatan tanya jawab menjadi lebih aktif karena seluruh subjek mampu dan mau melakukan dan atau memberikan respon. 122

140 Pada pelaksanaan tindakan siklus II, kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana sehingga mampu mencapai tujuan yang ditetapkan oleh peneliti bersama dengan guru. Selama pelaksanaan tindakan siklus II, guru lebih aktif mengajak subjek mempelajari bagan mind map yang telah dibuat oleh setiap subjek di buku kerja masingmasing. Hal tersebut dilakukan agar seluruh subjek mampu memberikan respon maupun menyelesaikan latihan yang diberikan guru secara optimal. Guru memberikan pendampingan dan latihan yang lebih intensif pada subjek yang masih mengalami kesulitan. Guru memberikan latihan kepada subjek yang mengalami kesulitan dengan bantuan bagan mind map. Guru menfokuskan latihan kepada subjek yang mengalami kesulitan dengan cara memberikan soal di depan kelas agar subjek semakin berani dan percaya diri. Selain itu, subjek yang lain tetap diminta untuk memperhatikan latihan yang diberikan guru kepada temannya sehingga kondisi kelas tetap kondusif. Guru memberikan motivasi dan pujian untuk meningkatkan semangat belajar subjek agar tidak mudah menyerah dan atau merasa rendah diri apabila belum mampu memahami konsep yang dijelaskan. Guru berhasil melibatkan subjek yang lebih menonjol untuk membantu temannya sesuai dengan instruksi yang diberikan guru sehingga bantuan yang diberikan tidak berlebihan. Berdasarkan hasil pencapaian subjek setelah pelaksanaan tindakan siklus II yang telah diuraikan di atas, peneliti menganggap bahwa hasil 123

141 yang tercapai hingga pelaksanaan evaluasi siklus II telah optimal. Oleh karena itu tindakan tidak lagi dilanjutkan ke siklus berikutnya. 6. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan berpedoman pada data dan atau informasi yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan. Peneliti perlu melaksanakan analisis dengan maksud untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah dilakukan berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map bagi anak tunarungu kelas dasar IV SLB Negeri 2 Bantul. Besarnya peningkatan yang tercapai dari setiap subjek dapat dilihat dari menghitung besarnya selisih hasil tes, mulai dari kegiatan pre test, post test I hingga post test II. Berikut merupakan tabel yang menggambarkan besarnya peningkatan keterampilan menyusun kalimat dari setiap subjek: Tabel 12. Peningkatan Nilai Keterampilan Menyusun Kalimat dari Pre Test, Post Test I dan Post Test II. N o Subjek Pre Test VK 34 Peningkatan Nilai Keterampilan Menyusun Kalimat Post Post Kriteria Test Kriteria Kriteria Test II I Kurang sekali 57 Kurang 77 AC 66 Cukup 83 Baik 94 Baik Peningkatan nilai 43 Sangat Baik 28 Kurang YN Cukup 83 Baik 41 sekali Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa setiap subjek mengalami peningkatan keterampilan menyusun kalimat pada setiap siklus yang dilaksanakan. Hasil pre test menunjukkan bahwa belum ada satu subjek pun yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar

142 Setelah pos test pada siklus I dilaksanakan, terdapat satu subjek yang mampu mencapai KKM. Kedua subjek yang lain tetap mengalami peningkatan meskipun belum mampu mecapai KKM. Oleh karenanya peneliti perlu melaksanakan tindakan lanjutan. Peneliti bersama guru kolaborator merencanakan pelaksanaan siklus II. Setelah tindakan pada siklus II dilaksanakan, diperoleh hasil yang semakin memuaskan. Seluruh subjek mampu melampaui KKM yang ditetapkan. Penjelasan secara lebih lengkap berkenaan dengan peningkatan keterampilan menyusun kalimat yang dicapai setiap subjek adalah sebagai berikut: a. Subjek VK Subjek VK memperoleh nilai 34 pada saat pre test, kemudian mengalami peningkatan nilai sebesar 23 pada pelaksaan post test I sehingga mampu memperoleh nilai 57. Nilai 57 pada saat pelaksanaan post test I belum mampu mencapai KKM yang ditentukan sehingga peneliti bersama guru perlu memberikan tindakan dan pendampingan yang lebih intensif pada pelaksanaan siklus selanjutnya. Setelah tindakan siklus II diberikan, hasil post test II yang diperoleh subjek VK kembali mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi yaitu sebesar 20 apabila dilihat dari nilai post test I. Nilai yang mampu dicapai subjek setelah melaksanakan post test II yaitu 77. Peningkatan yang dicapai subjek VK berhasil mencapai tujuan penelitian karena telah melampaui indikator pencapaian nilai yang ditentukan. 125

143 Keterampilan subjek mengalami peningkatan yang signifikan karena secara keseluruhan subjek mampu mencapai peningkatan nilai sebesar 43. Awalnya subjek mengalami banyak kesulitan dalam mengidentifikasi jenis unsur kalimat, menentukan fungsi dari setiap unsur kalimat, menentukan pola kalimat dan atau kalimat yang sesuai dengan pola, menentukan kedudukan kosakata pada kalimat sesuai unsurnya dan berkenaan dengan kegiatan menyusun kalimat sesuai struktur. Setelah mendapatkan tindakan pada siklus I dan II, subjek menunjukkan peningkatan pada beberapa konsep yang berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat secara konsisten. Namun, ada beberapa konsep yang perlu dimantapkan kembali. Konsep yang mampu dikuasai subjek secara konsisten yaitu berkenaan dengan kegiatan menentukan pola kalimat dan atau kalimat yang sesuai dengan pola, serta menentukan kedudukan kosakata dalam kalimat sesuai dengan jenis unsurnya. Sementara konsep yang belum mampu dikuasai secara konsisten yaitu berkenaan dengan fungsi setiap unsur kalimat. Subjek mengalami kesulitan untuk menghafal konsep yang bersifat teoritis. Selain itu, keterampilan subjek dalam menyusun kalimat sesuai dengan struktur yang ditentukan juga perlu dimantapkan. Subjek masih menemui beberapa kesalahan penempatan urutan meskipun selama proses tindakan subjek seringkali mampu menyelesaikan soal latihan yang diberikan. 126

144 b. Subjek AC Subjek AC memperoleh nilai 66 pada saat pre test, kemudian mengalami peningkatan nilai sebesar 17 pada pelaksaan post test I. Subjek mampu memperoleh nilai 83. Subjek AC merupakan satu-satunya siswa yang mampu mencapai KKM setelah melaksanakan post test siklus I. Setelah tindakan siklus II diberikan, hasil post test II yang diperoleh subjek AC kembali mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi yaitu sebesar 11 nilai apabila dilihat dari nilai post test siklus I. Nilai yang mampu dicapai subjek setelah melaksanakan post test II yaitu 94. Subjek AC berhasil mencapai nilai tertinggi diantara siswa yang lainnya. Keterampilan subjek mengalami peningkatan yang signifikan karena secara keseluruhan subjek mampu mencapai peningkatan nilai sebesar 28. Awalnya subjek masih mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi jenis unsur kalimat, menentukan fungsi dari setiap unsur kalimat, dan berkenaan dengan kegiatan menyusun kalimat sesuai struktur. Sementara itu, keterampilan dan pemahaman subjek berkaitan dengan konsep menentukan pola kalimat dan atau kalimat yang sesuai dengan pola, serta menentukan kedudukan kosakata pada kalimat sesuai unsurnya dapat dikatakan cukup baik meskipun belum konsisten. Setelah mendapatkan tindakan pada siklus I dan II, subjek dapat dikatakan menunjukkan peningkatan secara konsisten pada seluruh konsep yang dijelaskan. Meliputi konsep berkenaan dengan jenis unsur pada kalimat, fungsi setiap unsur kalimat, menentukan pola kalimat dan 127

145 atau kalimat yang sesuai dengan pola, menentukan kedudukan kosakata pada kalimat sesuai dengan jenis unsurnya dan menyusun kalimat yang sesuai dengan struktur. Peneliti mampu menyimpulkan bahwa subjek AC memiliki keterampilan yang konsisten karena hasil yang diperoleh dari hasil pengamatan selama proses tindakan hingga menyelesaikan kegiatan evaluasi dapat dikatakan sebanding. c. Subjek YN Subjek YN memperoleh nilai 42 pada saat pre test. Kemudian mengalami peningkatan nilai sebesar 24 pada pelaksaan post test I karena mampu memperoleh nilai 66. Nilai 66 pada saat pelaksanaan post test I belum mampu mencapai KKM yang ditentukan sehingga peneliti bersama guru perlu memberikan tindakan dan pendampingan yang lebih intensif pada pelaksanaan siklus selanjutnya seperti yang dilakukan juga pada subjek VK. Setelah tindakan siklus II diberikan, hasil post test II yang diperoleh subjek YN kembali mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi yaitu sebesar 17 apabila dilihat dari nilai post test I.Nilai yang mampu dicapai subjek setelah melaksanakan post test II yaitu 83. Peningkatan yang dicapai subjek YN berhasil mencapai tujuan penelitian karena telah melampaui indikator pencapaian nilai yang ditentukan. Keterampilan subjek mengalami peningkatan yang signifikan karena secara keseluruhan subjek mampu mencapai peningkatan nilai sebesar 41. Awalnya subjek mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi jenis unsur kalimat, menentukan fungsi dari setiap unsur kalimat, 128

146 menentukan pola kalimat dan atau kalimat yang sesuai dengan pola, menentukan kedudukan kosakata pada kalimat sesuai unsurnya dan berkenaan dengan kegiatan menyusun kalimat sesuai struktur. Setelah mendapatkan tindakan pada siklus I dan II, subjek menunjukkan peningkatan pada beberapa konsep yang berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat secara konsisten. Namun, ada beberapa konsep yang perlu dimantapkan kembali. Konsep yang mulai dikuasai subjek secara konsisten yaitu berkenaan dengan kegiatan menentukan pola kalimat dan atau kalimat yang sesuai dengan pola, serta menentukan kedudukan kosakata dalam kalimat sesuai dengan jenis unsurnya. Sementara konsep yang belum mampu dikuasai secara konsisten yaitu berkenaan dengan fungsi setiap unsur kalimat karena subjek mengalami kesulitan untuk menghafal konsep yang bersifat teoritis. Selain itu, keterampilan subjek dalam menyusun kalimat sesuai dengan struktur yang ditentukan juga perlu dimantapkan. Subjek masih menemui beberapa kesalahan penempatan urutan meskipun selama proses tindakan subjek cukup mampu menyelesaikan soal latihan yang diberikan. Berdasarkan uraian hasil keterampilan menyusun kalimat yang telah dijelaskan di atas, diperoleh informasi bahwa setelah melaksanakan siklus II, subjek AC mamperoleh nilai tertinggi sevesar 94. Kemudian diikuti oleh subjek YN dengan nilai 83, dan yang terendah yaitu subjek VK dengan nilai 77. Di sisi lain, besarnya peningkatan setiap subjek secara beturut-turut dari yang tertinggi hingga terendah yaitu, subjek VK yang 129

147 meningkat hingga 43 nilai, subjek YN yang meningkat hingga 41 nilai, dan subjek AC yang meningkat hingga 28 nilai. Subjek AC mengalami peningkatan paling rendah karena subjek telah memiliki keterampilan awal yang cukup tinggi, sehingga luas cakupan peningkatan yang dapat dicapai lebih sempit dibandingkan subjek VK dan YN yang memang memiliki kesulitan yang lebih luas cakupannya. Tingkat keterampilan awal dan akhir diantara subjek VK dan YN hampir sama. Hal yang membedakan yaitu berada pada perilaku siswa selama menerima tindakan. Subjek VK cenderung aktif namun sulit mempertahankan konsentrasinya. Selain itu, subjek VK sering melakukan penolakan ketika diminta untuk mencatat maupun menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru. Sementara subjek YN merupakan siswa dengan karakteristik yang cenderung pasif dan pendiam. Subjek kurang mampu mengikuti diskusi kelas dan berperan aktif menyelesaikan soal latihan apabila tidak diberikan motivasi dan atau pendampingan. Perhatian subjek cukup mudah beralih. Meskipun terlihat diam dan memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, ternyata subjek sering melamun karena pandangannya terlihat kosong. Sejak awal, subjek AC merupakan siswa yang lebih menonjol dibandingkan teman-temannya. Mulai dari kemampuannya menerima dan memahami penjelasan yang disampaikan guru serta peran aktifnya selama mengikuti proses pembelajaran. 130

148 Peningkatan keterampilan menyusun kalimat setiap subjek mulai dari kegiatan pre test, post test I dan post test II juga ditampilkan pada grafik berikut: VK AC YN Nilai Pre Test Nilai Post Test I Nilai Post Test II Gambar 10. Grafik Histogram Peningkatan Nilai Keterampilan Menyusun Kalimat dari Pre Test, Post Test I dan Post Test II Grafik di atas memberikan informasi bahwa keterampilan seluruh subjek semakin meningkat, dimulai dari data keterampilan awal subjek yang masih rendah, mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan siklus I dan semakin meningkat setalah diberikan tindakan pada siklus II. Pada akhirnya seluruh subjek mampu mencapai indikator ketercapaian yang ditentukan peneliti. Secara berurutan subjek yang memperoleh nilai tertinggi hingga terendah yaitu subjek AC, subjek YN, dan disusul oleh subjek VK. Peningkatan nilai keterampilan menyusun kalimat pada setiap subjek tidak terlepas dari kerja keras guru dalam menjelaskan setiap konsep dan mengkondisikan siswa selama mengikuti kegiatan belajar. Modifikasi 131

149 tindakan yang ditetapkan dalam pelaksanaan tindakan siklus II semakin meningkatkan kualitas keterampilan setiap subjek. Hal tersebut merupakan pengaruh dari aktivitas subjek yang lebih baik dan optimal pada pelaksanaan tindakan siklus II. Selain itu, secara keseluruhan peneliti menganggap bahwa guru berhasil menerapkan metode mind map dalam pelaksanaan kegiatan belajar menyusun kalimat. Guru menerapkan metode mind map untuk menjelaskan konsep berkenaan dengan keterampilan menyusun kalimat dan memberikan latihan maupun kegiatan tanya jawab berdasarkan catatan dalam bentuk bagan mind map yang telah dibuat. Skenario pembelajaran yang telah ditetapkan peneliti bersama guru terlaksana sesuai dengan rencana. 7. Uji Hipotesis Uji hipotesis tindakan dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah dilaksanakan pada penelitian. Tindakan dinyatakan berhasil apabila seluruh subjek mengalami peningkatan keterampilan menyusun kalimat sesuai dengan indikator pencapaian atau keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu setidaknya subjek mampu memperoleh nilai sebesar 70. Hasil yang diperoleh seluruh subjek setelah diberikan tindakan dan melaksanakan post test pada siklus II telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan. Subjek VK mampu memperoleh nilai 77 termasuk kriteria nilai baik, subjek AC memperoleh nilai 94 termasuk kriteria nilai sangat baik dan subjek YN memperoleh nilai 83 yang 132

150 termasuk dalam kriteria nilai baik. Berdasarkan data tersebut, hipotesis yang menyatakan bahwa keterampilan menyusun kalimat dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul diterima. B. Pembahasan Tindakan yang dilaksakan pada penelitian ini yaitu penggunaan metode mind map untuk meningkatkan keterampilan menyusun kalimat siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. Subjek adalah siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 bantul yang mengalami kesulitan dalam aspek keterampilan menyusun kalimat. Subjek ditentukan dengan menerapkan teknik sampling purposive, yaitu menurut G. Suharto (1988: 73) teknik sampling tersebut dipilih dengan alasan subjek sesuai dengan tujuan dan atau hipotesis penelitian yang ditetapkan. Anak tunarungu menurut Hallahan & Kauffman (2009:342), tunarungu merupakan istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan keadaan individu yang mengalami ketidakmampuan atau gangguan pendengaran, meliputi keseluruhan gangguan pendengaran mulai dari yang ringan sampai pada tingkatan yang berat, digolongkan ke dalam kategori tuli dan kurang dengar. Anak tunarungu sebenarnya memiliki potensi intelegensi yang tidak jauh berbeda seperti anak pada umumnya. Sutjihati Somantri (2006 : 97) menyatakan bahwa sebenarnya tidak semua aspek intelegensi pada anak tunarungu terhambat karena aspek intelegensi yang cenderung terhambat yaitu berkaitan dengan aspek yang bersifat verbal seperti merumuskan pengertian, menghubungkan, menarik kesimpulan dan 133

151 meramalkan kejadian. Tindakan yang dilakukan yaitu menggunakan metode mind map untuk meningkatkan keterampilan menyusun kalimat subjek. Tindakan dilakukan dalam dua siklus. Tindakan dinyatakan berhasil apabila seluruh subjek mampu mencapai indikator keberhasilan nilai yang ditetapkan, yaitu sebesar 70. Sebelum tindakan siklus I dilaksanakan, peneliti melakukan pre test untuk mengetahui kemampuan awal setiap subjek. Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan awal atau pre test menunjukkan bahwa belum ada subjek yang mampu mencapai KKM yang ditentukan. Subjek VK memperoleh nilai 34, subjek AC memperoleh nilai 66 dan subjek YN memperoleh nilai 48. Berdasarkan data tersebut peneliti bersama guru kolaborator segera merencanakan dan melaksanakan tindakan pada siklus I. Siklus I terdiri dari 4 kali pertemuan, 3 kali digunakan untuk menjelaskan konsep berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat dan 1 kali pertemuan digunakan untuk melaksanakan tes evaluasi hasil belajar atau post test I. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, diperoleh informasi bahwa seluruh subjek mengalami peningkatan meskipun hanya 1 dari 3 subjek yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan. Subjek AC memperoleh nilai 83 termasuk kriteria baik dan telah melampaui KKM. Sementara subjek VK dan subjek YN belum mampu mencapai KKM. Subjek VK memperoleh nilai 57 termasuk kriteria kurang. Subjek YN memperoleh nilai 66 termasuk kriteria cukup. Peningakatan yang dicapai dapat dikatakan 134

152 signifikan meskipun belum optimal karena masih ada dua orang subjek yang belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan. Peningkatan hasil tes setelah pelaksanaan siklus I didukung dengan adanya peningkatan kualitas aktivitas dan pemahaman seluruh siswa selama mengikuti kegiatan belajar. Seluruh subjek mampu mencapai peningkatan secara bertahap dari setiap pertemuan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan. Pada siklus I, skor pengamatan subjek VK berturut yaitu 21, 25, 28. Bermula dari kriteria cukup hingga mencapai kriteria baik. Subjek AC memperoleh skor secara beruturut-turut yaitu 27, 32, 34. Bermula dari kriteria baik hingga mencapai kriteria sangat baik. Subjek YN memperoleh skor secara berturut-turut yaitu 17, 23, 27. Bermula dari kriteria kurang hingga mencapai kriteria baik. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa seluruh subjek semakin nyaman dan mampu mengikuti kegiatan belajar secara lebih aktif meskipun masih perlu ditingkatkan untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Hasil yang diperoleh setelah peneliti dibantu dengan guru kolaborator malaksanakan tindakan dan pengamatan pada siklus I menunjukkan bahwa perlu dilaksanakan siklus lanjutan guna mengoptimalkan hasil atau pencapaian pada siklus sebelumnya. Tindakan pada siklus II dilaksanakan dengan perencanaan yang disesuaikan hasil refleksi siklus I. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa kendala yang ditemui selama pelaksanaan tindakan siklus I. Oleh karenanya peneliti bersama guru kolaborator melakukan diskusi untuk menentukan tindakan yang tepat guna memperbaiki maupun mengurangi kendala yang ditemui pada siklus I agar 135

153 pencapaian hasil lebih optimal. Perbaikan maupun modifikasi kegiatan belajar yang ditetapkan pada pelaksanaan tindakan siklus II sesuai dengan kendala yang ditemui diantaranya: (1) Memberikan stimulus positif dan teguran yang lebih intensif agar subjek VK lebih mau dan mampu mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru. Guru lebih mengintensifkan tanya jawab secara langsung dan memberikan bantuan maupun penjelasan secara personal agar subjek memiliki pemahaman konsep yang lebih baik, (2) Guru perlu memberikan motivasi yang lebih intensif agar subjek YN lebih fokus dalam memperhatikan penjelasan yang diberikan. Selain itu, guru lebih aktif mengajak subjek melakukan tanya jawab dan unjuk kerja di depan kelas. Diperkuat dengan memberikan penjelasan secara personal agar subjek YN lebih percaya diri dan memahami konsep yang dijelaskan, (3) Guru lebih sering meminta subjek AC untuk bersabar dan memberikan kesempatan kepada temannya yang belum paham agar berusaha memahami konsep yang dijelaskan guru secara mandiri. Namun, ada kalanya guru memberikan instruksi kepada subjek untuk membantu temannya, (4) Menutup dan mengunci pintu kelas serta menutup gorden jendela ketika terdapat siswa kelas lain yang mulai mengganggu perhatian subjek, (5) Melakukan lebih banyak kegiatan tanya jawab dan latihan untuk memantapkan konsep yang dijelaskan pada subjek. Tindakan perbaikan yang ditetapkan sesuai dengan uraian di atas terbukti dapat meningkatkan kualitas keterampilan menyusun kalimat seluruh subjek, terutama subjek VK dan subjek YN. Subjek VK dan subjek YN lebih mampu menerima dan memahami konsep yang dijelaskan berkaitan dengan 136

154 keterampilan menyusun kalimat setelah diberikan penjelasan dan bantuan yang lebih intensif. Subjek AC yang memang lebih cepat memahami konsep berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat juga lebih mampu bekerjasama mengendalikan kemauannya untuk menyelesaikan instruksi yang diberikan guru karena merasa memiliki kemampuan. Subjek AC lebih mampu memberikan kesempatan pada temannya agar lebih berkembang dan mandiri. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan nilai yang diperoleh seluruh subjek setelah pelaksanaan post test siklus II. Hasil post test siklus II menunjukkan bahwa seluruh subjek mampu meningkatkan nilainya hingga melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu sebesar 70. Subjek VK memperoleh nilai 77 pada post test siklus II, termasuk kriteria baik. Subjek AC memproleh nilai 94 pada post test siklus II, termasuk kriteria sangat baik. Subjek YN memperoleh nilai 83 pada post test siklus II, termasuk kriteria baik. Niai tertinggi diperoleh oleh subjek AC, yaitu memperoleh nilai 94, diikuti oleh subjek YN yang memperoleh nilai 83. Sedangkan subjek VK memperoleh nilai terendah sebesar 77. Berdasarkan uraian di atas, diperoleh informasi bahwa stelah melaksanakan tindakan siklus II besarnya peningkatan setiap subjek secara beturut-turut dari yang tertinggi hingga terendah yaitu, subjek VK yang meningkat hingga 43 nilai, subjek YN yang meningkat hingga 41 nilai, dan subjek AC yang meningkat hingga 28 nilai. Subjek AC mengalami peningkatan paling rendah karena subjek telah memiliki keterampilan awal yang cukup tinggi, sehingga luas cakupan peningkatan yang 137

155 dapat dicapai lebih sempit dibandingkan subjek VK dan YN yang memang memiliki kesulitan yang lebih luas cakupannya. Sejalan dengan peningkatan hasil tes setelah pelaksanaan tindakan siklus II, aktivitas seluruh subjek selama pelaksanaan tindakan juga menunjukkan antusias dan kualitas yang lebih baik apabila dibandingkan pada pelaksanaan siklus I. Pemahaman subjek terhadap konsep yang dijelaskan semakin baik sehingga subjek semakin bersemangat mengikuti kegiatan belajar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa skor subjek VK meningkat secara berurutan mencapai 32 dan 34, termasuk kriteria baik. Subjek AC mengalami peningkatan skor secara berurutan mencapai 36 dan 38, termasuk kriteria sangat baik. Subjek YN mengalami peningkatan skor secara berururan mencapai 30 dan 32, termasuk kriteria baik. Peningkatan keterampilan menyusun kalimat yang telah dijelaskan di atas membuktikan bahwa kegiatan belajar yang terjadi di antara guru dan peserta didik berjalan dengan baik. Guru berhasil menerapkan metode mind map dalam pelaksanaan kegiatan belajar menyusun kalimat. Guru menerapkan metode mind map untuk menjelaskan konsep berkenaan dengan keterampilan menyusun kalimat dan memberikan latihan maupun kegiatan tanya jawab berdasarkan catatan dalam bentuk bagan mind map yang telah dibuat. Skenario pembelajaran yang telah ditetapkan peneliti bersama guru terlaksana sesuai dengan rencana. Berdasarkan hasil penelitian Suparno dan Tin Suharmini (dalam Tin Suharmini, 2009: 40), salah satu karakteristik perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu yaitu kesulitan dalam menyusun kata-kata 138

156 dengan struktur kalimat atau tata bahasa yang benar. Oleh karena itu keterampilan menyusun kalimat sangat dibutuhkan oleh siswa tunarungu. Keterampilan menyusun kalimat perlu dikuasai anak tunarungu sebagai bekal pengembangan keterampilannya dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Hal tersebut dikarenakan kalimat yang terbentuk sesuai strukturnya akan lebih mudah dimaknai oleh orang lain. Jika siswa tunarungu memiliki keterampilan tersebut, maka ia akan semakin mudah melakukan hubungan interaksi dan komunikasi dengan orang di sekitarnya. Keterampilan menyusun kalimat dalam ilmu Bahasa Indonesia merupakan cakupan dari aspek sintaksis. Samuel A. Kirk & James J. Gallagher (1991: 11) menyatakan bahwa sintaksis merupakan susunan kata, yaitu suatu cara yang mengatur katakata dalam kalimat dan hubungan dari antar kata tersebut. Keterampilan menyusun kalimat apabila disesuaikan dengan pendapat yang dinyatakan oleh Slamet Riadi, dkk (1984:165), Hasan Alwi, dkk ( 2014: 317), Samuel A. Kirk & James J. Gallagher (1991: 11), dan Abdul Chaer ( 2006: 327) yaitu kemampuan khusus untuk dapat mengurutkan dan memposisikan satuan bahasa terkecil yang terbentuk dari kelompok kata pada suatu konstruksi gramatika atau pola yang telah ditentukan sehingga ide atau pesan yang disampaikan mampu ditangkap dan dipahami dengan mudah. Indikator yang tercakup pada keterampilan menyusun kalimat sesuai dengan pernyataan Akhaidah, dkk (1988:117) yaitu seseorang harus memiliki pengetahuan bahwa di dalam kalimat terdapat beberapa jenis unsur dengan fungsi dan kedudukan masing-masing sehingga mampu membentuk kalimat yang sesuai dengan 139

157 struktur maupun pola tertentu yang telah ditetapkan. Hasil yang diperoleh seluruh subjek setelah pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus menunjukkan bahwa subjek semakin memiliki pemahaman tentang jenis unsur dengan fungsi dan kedudukan masing-masing sehingga mampu membentuk kalimat yang sesuai dengan struktur maupun pola tertentu yang telah ditetapkan sehingga keterampilan menyusun kalimatnya meningkat. Dalam penelitian ini, guru dan siswa terbukti mampu menciptakan kondisi kegiatan belajar yang menyenangkan dan aktif menggunakan bantuan metode mind map sehingga konsep yang dijelaskan guru mampu diterima dan dipahami siswa. Metode mind map menurut Tony Buzan (2007: 4-9) adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan memetakan pikiran. Mind map menggunakan kemampuan otak terhadap pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Metode mind map dipilih dengan alasan bahwa anak tunarungu menitikberatkan penginderaan secara visual untuk menggantikan ganggaun pendengaran yang dimiliki. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Murni Winarsih (2007: 63-66) yang menyatakan bagi anak tunarungu, informasi dari lingkungan ditangkap melalui indera penglihatan. Oleh karena itu, bayi tunarungu lebih menggunakan indra penglihatan. Sementara itu, metode mind map merupakan salah satu bentuk metode yang disajikan dalam bentuk visual yang menarik. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Tony Buzan (2007:9) yang menyatakan mind map lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional yang cenderung linier dan satu warna. Metode mind map disajikan dengan 140

158 menyertakan berbagai komponen, meliputi tulisan, gambar, garis lengkung dan warna yang pada akhirnya membentuk catatan radial (memancar) untuk menjelaskan suatu konsep. Bentuk catatan dengan informasi yang singkat, padat, dan menarik (penuh warna dan memancar) menjadikan seluruh subjek antusias mengikuti pembelajaran meskipun perlu diberikan beberapa penguatan ekstra kepada subjek tertentu. Subjek lebih mudah melakukan kegiatan identifikasi dan klasifikasi karena konsep dijelaskan dengan cara memetakan gagasan-gagasan utamanya sehingga pembagiannya lebih jelas. Subjek juga lebih mampu berperan aktif dalam menanggapi diskusi maupun tanya jawab yang dilakukan guru untuk menyelesaikan dan atau melengkapi mind map yang dibuat untuk menjelaskan konsep tertentu berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat. Berdasarkan hasil pencapaian seluruh subjek setelah diberikan tindakan sebanyak dua kali siklus, peneliti mampu membuktikan bahwa keterampilan menyusun kalimat dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. Hal tersebut karena seluruh subjek mampu mencapai dan atau melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti bersama guru kolaborator. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan dengan sungguhsungguh untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh peneliti bersama dengan guru kolaborator. Namun, di dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa keterbatasan. Diantaranya yaitu: 141

159 1. Validasi instrumen tes dan observasi dilakukan oleh guru kelas selaku kolaborator peneliti. Hal tersebut dikarenakan peneliti menganggap guru kelas lebih memahami kondisi, kemampuan, dan kebutuhan belajar subjek penelitian. 2. Hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan karena subjek dalam penelitian ini ditetapkan dengan menerapkan teknik sampling purposive, yaitu disesuaikan dengan tujuan dan hipotesis penelitian. 142

160 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Metode mind map dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran berkenaan dengan keterampilan menyusun kalimat sesuai dengan struktur (SP, SPO, SPOK) pada subjek. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus secara berurutan dilaksanakan sebanyak 3 dan 2 kali pertemuan. Evaluasi hasil belajar dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu post test I dan post test II. Secara keseluruhan kegiatan penelitian dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan, 5 kali pertemuan tindakan dan 2 kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi tes hasil belajar (post test). Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus pertama, peneliti terlebih dahulu melaksanakan observasi dan kegiatan pre test untuk mengumpulkan informasi tentang keterampilan awal setiap subjek. Hasil pencapaian suluruh subjek tidak terlepas dari peran guru sebagai kolaborator peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Seluruh konsep yang berkaitan dengan keterampilan menyusun kalimat, meliputi konsep mengenai jenis unsur dan fungsi setiap unsur pada kalimat, konsep mengenai pola-pola kalimat dasar, konsep mengenai kedudukan setiap kosakata penyusun kalimat sesuai jenis unsurnya dan konsep mengenai proses menyusun kosakata acak menjadi kalimat yang sesuai dengan 143

161 struktur kalimat mampu disampaikan melalui bantuan metode mind map. Guru memberikan latihan maupun kegiatan tanya jawab berdasarkan catatan dalam bentuk bagan mind map yang telah dibuat. Penggunaan metode mind map berhasil membuat guru bersama siswa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif. Kondisi tersebut menjadikan proses peningkatan hasil keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map tercapai dengan maksimal. Skenario pembelajaran yang disusun peneliti bersama dengan guru terlaksana dengan lancar sesuai rencana. 2. Metode mind map mampu meningkatkan hasil belajar subjek berkenaan dengan keterampilan menyusun kalimat. Hasil pre test menunjukkan belum ada subjek yang mampu mencapai kriteria ketuntasan sebesar 70. Peningkatan keterampilan menyusun kalimat setiap subjek dapat dilihat dari perbandingan hasil tes pada kegiatan pre test, post test siklus I hingga post test siklus II. Pada saat pre test, subjek VK memperoleh nilai 34 kemudian pada saat post test siklus I meningkat menjadi 57 dan setelah pelaksanaan post test siklus II meningkat kembali menjadi 77. Subjek AC mencapai nilai 66 pada saat pre test, kemudian pada saat post test siklus I meningkat menjadi 83 dan setelah pelaksanaan post test siklus II meningkat kembali menjadi 94. Subjek YN mencapai nilai 42 pada saat pre test, kemudian pada saat post test siklus I meningkat menjadi 66 dan setelah pelaksanaan post test siklus II meningkat kembali menjadi 83. Setelah pelaksanaan tindakan siklus II, subjek VK dan YN mencapai kriteria baik dan subjek AC mencapai kriteria sangat baik. 144

162 Peningkatan keterampilan menyusun kalimat yang dikuasai seluruh subjek tidak telepas dari perilaku dan pemahaman subjek selama pelaksanaan tindakan. Aktivitas dari seluruh subjek selalu mengalami peningkatan dari setiap pertemuan yang telah dilaksanakan. Pada siklus I, skor pengamatan subjek VK berturut yaitu 21, 25, 28. Subjek AC memperoleh skor secara beruturut-turut yaitu 27, 32, 34. Subjek YN memperoleh skor secara berturut-turut yaitu 17, 23, 27. Hasil tersebut semakin meningkat pada pelaksanaan siklus 2. Skor subjek VK meningkat secara berurutan mencapai 32 dan 34, termasuk kriteria baik. Subjek AC mengalami peningkatan skor secara berurutan mencapai 36 dan 38, termasuk kriteria sangat baik. Subjek YN mengalami peningkatan skor secara berururan mencapai 30 dan 32, termasuk kriteria baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode mind map mampu meningkatkan kualitas aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar menyusun kalimat. Berdasarkan penjelasan di atas, diperoleh informasi bahwa hasil belajar seluruh subjek telah melampaui kriteria ketuntasan yang ditentukan, yaitu sebesar 70 setelah pelaksanaan tindakan siklus II. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perbaikan proses dan peningkatan hasil berkenaan dengan keterampilan menyusun kalimat dapat ditingkatkan menggunakan metode mind map bagi siswa tunarungu kelas dasar IV di SLB Negeri 2 Bantul. B. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 145

163 1. Bagi Guru Guru dapat menerapkan metode mind map sebagai metode alternatif untuk memperbaiki proses dan peningkatan hasil keterampilan menyusun kalimat dan atau pada kegiatan pembelajaran lain yang memang dapat disampaikan secara lebih efektif dan menarik menggunakan metode mind map. 2. Bagi Siswa Peran aktif dan konsentrasi belajar siswa harus lebih ditingkatkan agar penerimaan dan pemahaman terhadap konsep yang disampaikan dalam proses pembelajaran mencapai hasil yang optimal. 3. Bagi Sekolah Sekolah hendaknya memiliki informasi dan pengetahuan mengenai keberagaman metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa siswa tunarungu. Hal tersebut dikarenakan siswa tunarungu membutuhkan metode pembelajaran bahasa yang tepat sesuai dengan karakteristik dan potensi kemampuannya. 4. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini mampu dijadikan bahan kajian dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. 146

164 DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz Wahab. (2012). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta. Abdul Chaer. (2006). Tata Bahasa Paktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. De Porter Bobbi dan Mike Hernacki. (2006). Quantum Learning. (Allawiyah Abdurrahmad. Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan). Bandung: Kaifa. Buku Asli Diterbitkan Tahun Edja Sadjaah. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Fachruddin, A.E. (1988). Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. G. Suharto. (1988). Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Bahasa: Suatu Pengantar. Jakarta: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Hallahan, Daniel P, James M. Kauffman, dan Paige C. Pullen. (2009). Exceptional Learners: An Introduction to Special Education. USA: Pearson. Hasan Alwi, dkk. (2014). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ida Bagus Tirtayasa. (2012). Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama. Kirk,Samuel.A & James J. Gallagher. (1991). Pendidikan Anak Luar Biasa (IV). Alih Bahasa Moh. Amin dan Ina Yusuf Kusumah. Bandung: Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Nusantara Bandung. Lani Bunawan & cecilia Susilo Yuwati. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santirama. Margono. S.(2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 147

165 Murni Winarsih. (2007). Intervensi Dini bagi Anak Tunarungu dalam Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi; Direktorat Ketenegaan. Nana Syaodih Sukmadinata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Permanarian Somad dan Tati Hernawati. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sabbati Akhadiah, Maidar G. Arsjad, Sakura H.Ridwan. (1988). Pembinaan Kemampuan Menulis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Slamet Riadi, dkk. (1984). Identifikasi dan Evaluasi Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Dasar. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suharsimi Arikunto. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sutanto Windura. (2009). Mind Map Langkah Demi Langkah Cara Paling Mudah dan Benar Mengajarkan dan Membiasakan Anak Menggunakan Mind Map untuk Meraih Prestasi. Jakata: Elex Media Komputindo. Sutjihati Somantri. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Tin Suharmini. (2009). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Tony Buzan. (2003). Sepuluh Cara Jadi Orang yang Jenius Kreatif. Alih Bahasa Susi Purwoko. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Tony Buzan. (2005). Mind Maps at Work: Cara Cemerlang Menjadi Bintang di Tempat Kerja. Alih Bahasa Daniel Wirajaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Tony Buzan. (2006). Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. Alih Bahasa Eric Suryaputra. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Tony Buzan. (2007). Buku Pintar Mind Map: Ed. Susi Purwaka. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 148

166 Tony Buzan. (2010). The Untimate Book of Mind Map.(Susi Purwoko. Buku Pintar Mind Map. Terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka. Buku Asli Diterbitkan pada Tahun Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas: Jakarta: Kencana. 149

167 LAMPIRAN

168 Lampiran 1. Rencana Program Pembelajaran Siklus I Rencana Program Pembelajaran (RPP SIKLUS I) Sekolah : SLB N 2 Bantul Tema : Air Bumi dan Matahari Sub Tema : Air Mata pelajaran : Bahasa Indonesia/IPA (Tematik) Satuan pendidikan : Sekolah Dasar Kelas/semester : IV / II Pertemuan : 4 x pertemuan Waktu : 2 x 30 menit Tahun pelajaran : 2014/2015 A. Standar Kompetensi 8. Menampilkan karangan dan puisi. B. Kompetensi Dasar 8.1. Menulis karangan tentang berbagai topik sederhana dengan penggunaan ejaan yang tepat. C. Indikator 1. Mengidentifikasi unsur-unsur dan fungsi setiap unsur penyusun kalimat. 2. Mengidentifikasi bentuk pola-pola kalimat dasar (SP, SPO, SPOK). 3. Menunjukkan kedudukan setiap kata penyusun kalimat sesuai jenis unsur dan fungsinya. 4. Menyusun kalimat sesuai dengan pola dan atau struktur kalimatnya. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur dan fungsi setiap unsur penyusun kalimat. 2. Siswa mampu mengidentifikasi bentuk pola-pola kalimat dasar (SP, SPO, SPOK). 3. Siswa mampu menunjukkan kedudukan setiap kata penyusun kalimat sesuai jenis unsur dan fungsinya. 150

169 4. Siswa mampu menyusun kalimat sesuai dengan pola dan atau struktur kalimatnya. E. Materi Pembelajaran 1. Menyusun kalimat sesuai pola dan atau struktur yang benar dengan memanfaatkan topik mengenai peristiwa sehari-hari yang memiliki hubungan dengan air. F. Alat dan Media Pembelajaran 1. Papan tulis 2. Spidol papan tulis aneka warna (merah, biru, hijau, orange, ungu) 3. Lembar kerja siswa berupa kertas polos 4. Pensil warna/spidol 5. Gambar, meliputi: a. Gambar sosok manusia sebagai simbol unsur subjek. b. Gambar aneka kegiatan (mencuci, menyiram, mandi) sebagai simbol unsur predikat. c. Gambar aneka benda (baju, bunga, mobil) sebagai simbol unsur objek. d. Gambar aneka tempat (rumah, sungai, pasar) sebagai simbol unsur keterangan tempat dan gambar jam serta kalender sebagai simbol unsur keterangan waktu. G. Metode Pembelajaran Metode utama : Mind Map Metode pendukung : Percakapan, Tanya Jawab, Pemberian Tugas H. Kegiatan pembelajaran 1. Pertemuan Pertama a. Tahap Awal (Pembuka) 1) Guru mengkondisikan siswa di kelas dan membuka pembelajaran. 2) Guru melakukan percakapan bersama siswa terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu. 151

170 3) Guru menunjukkan contoh mengenai bentuk mind map untuk memberikan gambaran awal kepada siswa. b. Tahap Inti 1) Guru menuliskan beberapa kalimat di papan tulis 2) Guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi kesesuaian kalimat dengan struktur, benar atau salah. 3) Guru memberikan penjelasan pada siswa mengenai unsurunsur pada kalimat (subjek, predikat, objek, keterangan) beserta fungsi dari setiap unsur tersebut menggunakan metode mind map. 4) Guru mengajak siswa berdiskusi untuk mengklasifikasikan contoh kosakata yang sesuai dengan kedudukan dan fungsi dari setiap unsur. 5) Guru memberikan penjelasan pada siswa mengenai macammacam pola kalimat yang akan dipelajari (SP, SPO, SPOK). 6) Guru memberikan penjelasan secara lebih detail pada siswa mengenai pola kalimat SP menggunakan metode mind map. 7) Guru mengajak siswa bekerjasama secara aktif untuk menyusun contoh kalimat dengan pola SP. c. Tahap Akhir (Penutup) 1) Guru memberikan soal latihan menyusun kalimat dengan pola SP. 2) Guru memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan siswa. 3) Guru menjelaskan kepada siswa hasil belajar yang telah dicapai pada hari tersebut. 4) Guru mengkondisikan siswa dan menutup kegiatan pembelajaran. 2. Pertemuan Kedua a. Tahap Awal (Pembuka) 1) Guru mengkondisikan siswa di kelas dan membuka pembelajaran. 152

171 2) Guru melakukan percakapan bersama siswa terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu. 3) Guru mengajak siswa mengingat kegiatan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, yaitu berkaitan dengan konsep unsur kalimat dan pola kalimat SP. b. Tahap Inti 1) Guru memberikan penjelasan pada siswa mengenai unsurunsur pada kalimat (subjek, predikat, objek, keterangan) beserta fungsi dari setiap unsur tersebut menggunakan bagan mind map. 2) Guru melanjutkan materi dengan memberikan penjelasan secara detail kepada siswa mengenai pola kalimat SPO dan SPOK menggunakan metode mind map. 3) Guru mengajak siswa bekerjasama secara aktif untuk menyusun contoh kalimat dengan pola SPO dan SPOK. c. Tahap Akhir (Penutup) 1) Guru memberikan soal latihan menyusun kalimat dengan pola SPO dan SPOK. 2) Guru memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan siswa. 3) Guru menjelaskan kepada siswa hasil belajar yang telah dicapai pada hari tersebut. 4) Guru mengkondisikan siswa dan menutup kegiatan pembelajaran. 3. Pertemuan Ketiga a. Tahap Awal (Pembuka) 1) Guru mengkondisikan siswa di kelas dan membuka pembelajaran. 2) Guru melakukan percakapan bersama siswa terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu 153

172 3) Guru mengajak siswa mengingat kegiatan pembelajaran yang sebelumnya, yaitu berkaitan dengan pola kalimat SPO dan SPOK. b. Tahap Inti 1) Guru menjelaskan kembali konsep yang telah diberikan pada dua pertemuan sebelumnya secara singkat dan meminta siswa memperhatikan catatan yang telah dibuat pada buku kerja masing-masing. 2) Guru melakukan diskusi dan tanya jawab secara langsung bersama siswa dengan bentuk kegiatan mengidentifikasi fungsi unsur kalimat, menentukan pola kalimat, identifikasi kedudukan kosakata dalam kalimat sesuai dengan jenis unsurnya, dan latihan menyusun kalimat sesuai pola SP, SPO, dan atau SPOK. 3) Guru memberikan bantuan dan motivasi kepada siswa yang mengalami kesulitan dan kurang aktif mengikuti diskusi. c. Tahap Akhir (Penutup) 1) Guru menjelaskan kepada siswa hasil belajar yang telah dicapai pada hari tersebut. 2) Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk mempelajari konsep yang telah dipelajari karena akan dilakukan evaluasi pada pertemuan selanjutnya. 3) Guru mengkondisikan siswa dan menutup kegiatan pembelajaran. 4. Pertemuan Keempat Pelaksanaan evaluasi hasil belajar atau post test pada siklus I. I. Jenis dan Jumlah Butir Soal Evaluasi 1. Soal pilihan ganda sebanyak 20 butir 2. Soal isian (menyusun kalimat) sebanyak 7 butir. J. Bentuk Soal Evaluasi Terlampir 154

173 K. Penilaian Skor tes keterampilan menyusun kalimat dikonversikan ke dalam nilai standar dengan rumus sebagai berikut (M. Ngalim Purwanto, 2012:112): S= x 100 Keterangan : S = Nilai yang ingin diketahui R = Skor yang diperoleh N = Skor maksimum dari tes tersebut 1. Skoring soal pilihan ganda : skor 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah 2. Skoring soal isian berupa kegiatan menyusun kalimat acak menjadi kalimat dengan pola dan atau struktur yang benar adalah sebagai berikut: a. Butir nomor 1 dan 2 (pola kalimat S-P) 1) Skor 1 apabila siswa mampu menyusun kalimat dengan benar. 2) Skor 0 apabila siswa tidak mampu menyusun kalimat dengan benar. b. Butir nomor 3 dan 4 (pola kalimat S-P-O) 1) Skor 2 apabila siswa mampu menyusun kalimat dengan benar. 2) Skor 1 apabila siswa masih mampu menempatkan satu kata pada kalimat sesuai dengan jenis dan fungsi unsurnya. 3) Skor 0 apabila siswa menyusun keseluruhan kata dengan struktur yang salah. c. Butir nomor 5, 6 dan 7 (pola kalimat S-P-O-K) 1) Skor 3 apabila siswa mampu menyusun kalimat dengan benar. 2) Skor 2 apabila siswa mampu menempatkan dua kata pada kalimat sesuai dengan jenis dan fungsi unsurnya. 3) Skor 1 apabila siswa hanya mampu menempatkan satu kata pada kalimat sesuai dengan jenis dan fungsi unsurnya. 4) Skor 0 apabila siswa menyusun keseluruhan kata dengan struktur yang salah. 155

174 156

175 Lampiran 2. Rencana Program Pembelajaran Siklus II Rencana Program Pembelajaran (RPP SIKLUS II) Sekolah : SLB N 2 Bantul Tema : Air Bumi dan Matahari Sub Tema : Air Mata pelajaran : Bahasa Indonesia/IPA (Tematik) Satuan pendidikan : Sekolah Dasar Kelas/semester : IV / II Pertemuan : 3 x pertemuan Waktu : 2 x 30 menit Tahun pelajaran : 2014/2015 A. Standar Kompetensi 8. Menampilkan karangan dan puisi. B. Kompetensi Dasar 8.1. Menulis karangan tentang berbagai topik sederhana dengan penggunaan ejaan yang tepat. C. Indikator 1. Mengidentifikasi unsur-unsur dan fungsi setiap unsur penyusun kalimat. 2. Mengidentifikasi bentuk pola-pola kalimat dasar (SP, SPO, SPOK). 3. Menunjukkan kedudukan setiap kata penyusun kalimat sesuai jenis unsur dan fungsinya. 4. Menyusun kalimat sesuai dengan pola dan atau struktur kalimatnya. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur dan fungsi setiap unsur penyusun kalimat. 2. Siswa mampu mengidentifikasi bentuk pola-pola kalimat dasar (SP, SPO, SPOK). 3. Siswa mampu menunjukkan kedudukan setiap kata penyusun kalimat sesuai jenis unsur dan fungsinya. 157

176 4. Siswa mampu menyusun kalimat sesuai dengan pola dan atau struktur kalimatnya. E. Materi Pembelajaran 1. Menyusun kalimat sesuai pola dan atau struktur yang benar dengan memanfaatkan topik mengenai peristiwa sehari-hari yang memiliki hubungan dengan air. F. Alat dan Media Pembelajaran 1. Papan tulis 2. Spidol papan tulis aneka warna (merah, biru, hijau, orange, ungu) 3. Lembar kerja siswa berupa kertas polos 4. Pensil warna/spidol 5. Gambar, meliputi berbagai macam gambar yang menunjukkan kegiatan sehari-hari. Contohnya gambar anak sedang membuang sampah, anak sedang mencuci, Ibu sedang memsak, dan sebagainya. G. Metode Pembelajaran Metode utama : Mind Map Metode pendukung : Percakapan, Tanya Jawab, Pemberian Tugas H. Kegiatan pembelajaran 1. Pertemuan Pertama a. Tahap Awal (Pembuka) 1) Guru mengkondisikan siswa di kelas dan membuka pembelajaran. 2) Guru melakukan percakapan bersama siswa terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu. b. Tahap Inti 1) Guru mengajak siswa melakukan tanya jawab secara langsung berkaitan dengan konsep macam-macam unsur kalimat, fungsi setiap unsur kalimat, dan macam-macam pola kalimat untuk mengingat kembali konsep yang telah dijelaskan pada siklus I. 2) Guru memberikan bantuan dan motivasi kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menanggapi tanya jawab. 158

177 3) Guru memberikan penjelasan ulang pada siswa berkenaan dengan konsep tertentu pada keterampilan menyusun kalimat yang masih dianggap sulit bagi siswa secara lisan dan tertulis dengan bantuan metode mind map. 4) Guru memberikan kegiatan unjuk kerja kepada siswa secara bergiliran untuk menyelesaikan latihan menyusun kalimat sesuai struktur SP, SPO, maupun SPOK di papan tulis. 5) Guru memberikan bantuan dan koreksi pada siswa yang menemui kesulitan dan atau kesalahan dalam menyelesaikan latihan. c. Tahap Akhir (Penutup) 1) Guru menjelaskan kepada siswa hasil belajar yang telah dicapai pada hari tersebut. 2) Guru mengkondisikan siswa dan menutup kegiatan pembelajaran. 2. Pertemuan Kedua a. Tahap Awal (Pembuka) 1) Guru mengkondisikan siswa di kelas dan membuka pembelajaran. 2) Guru melakukan percakapan bersama siswa terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan pada hari itu. b. Tahap Inti 1) Guru memberikan penjelasan ulang secara lebih intensif dan personal pada siswa tertentu yang dianggap masih menemui kesulitan dalam memahami konsep yang telah dijelaskan. 2) Guru memberikan kegiatan unjuk kerja kepada siswa secara bergiliran untuk menyelesaikan latihan menyusun kalimat sesuai struktur SP, SPO, maupun SPOK di papan tulis. 3) Guru memberikan kegiatan unjuk kerja kepada siswa secara bergiliran untuk menyelesaikan latihan menentukan kedudukan kosakata dalam kalimat sesuai dengan jenis unsurnya. 159

178 4) Guru menitikberatkan latihan pada siswa yang dianggap masih mengalami kesulitan diantara teman-temannya yang lain. 5) Guru memberikan bantuan dan koreksi pada siswa yang menemui kesulitan dan atau kesalahan dalam menyelesaikan latihan. c. Tahap Akhir (Penutup) 1) Guru menjelaskan kepada siswa hasil belajar yang telah dicapai pada hari tersebut. 2) Guru mengkondisikan siswa dan menutup kegiatan pembelajaran. 3. Pertemuan Ketiga Pelaksanaan evaluasi hasil belajar atau post test pada siklus II. I. Jenis dan Jumlah Butir Soal Evaluasi 1. Soal pilihan ganda sebanyak 20 butir 2. Soal isian (menyusun kalimat) sebanyak 7 butir. J. Bentuk Soal Evaluasi Terlampir K. Penilaian Skor tes keterampilan menyusun kalimat dikonversikan ke dalam nilai standar dengan rumus sebagai berikut: S= x 100 Keterangan : S = Nilai yang ingin diketahui R = Skor yang diperoleh N = Skor maksimum dari tes tersebut (M. Ngalim Purwanto, 2012:112) 1. Skoring soal pilihan ganda : skor 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah 160

179 161

180 Lampiran 3. Instrumen Tes Pra Tindakan dan Pasca Tindakan Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Nama : Kelas : A. Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberikan tanda (X) pada pilihan jawaban A,B,Catau D! 1. Kalimat utuh tersusun dari 4 macam unsur utama, meliputi... A. subjek, predikat, objek, komentar B. pelaku, subjek, predikat, objek C. subjek, predikat, objek, keterangan D. subjek, predikat, pendapat, keterangan 2. Unsur subjek (S) pada kalimat berfungsi sebagai... A. pokok pembicaraan B. komentar atau penjelasan dari subjek C. pelengkap dari predikat D. menjelaskan subjek dan predikat secara lebih lanjut 3. Unsur predikat (P) pada kalimat berfungsi sebagai... A. pokok pembicaraan B. komentar atau penjelasan dari subjek C. pelengkap dari predikat D. menjelaskan subjek dan predikat secara lebih lanjut 4. Unsur objek (O) pada kalimat berfungsi sebagai... A. pokok pembicaraan B. komentar atau penjelasan dari subjek C. pelengkap dari predikat D. menjelaskan subjek dan predikat secara lebih lanjut 5. Unsur keterangan (K) pada kalimat berfungsi sebagai... A. pokok pembicaraan B. komentar atau penjelasan dari subjek C. pelengkap dari predikat D. menjelaskan subjek dan predikat secara lebih lanjut 162

181 6. Ibu mencuci. Kalimat bergaris bawah di atas merupakan bentuk kalimat dengan pola... A. Subjek Predikat (SP) C. Predikat Subjek (PS) B. Subjek Objek (SO) D. Predikat Objek (PO) 7. Adik minum air. Kalimat bergaris bawah di atas merupakan bentuk kalimat dengan pola... A. Subjek Objek Predikat (SOP) C. Predikat Subjek Objek (PSO) B. Subjek Predikat Objek (SPO) D. Objek Predikat Subjek (OPS) 8. Citra menyiram bunga di halaman. Kalimat bergaris bawah di atas merupakan bentuk kalimat dengan pola... A. Predikat Subjek Objek Keterangan (PSOK) B. Subjek Objek Predikat Keterangan (SOPK) C. Subjek Keterangan Objek Predikat (SKOP) D. Subjek Predikat Objek Keterangan (SPOK) 9. Pilihlah kalimat yang memiliki pola Subjek Predikat (SP)! A. Ibu di kamar. C. Ficky mandi. B. Siang yang panas. D. Menyiram di taman. 10. Pilihlah kalimat yang memiliki pola Subjek Predikat Objek (SPO)! A. Di sekolah aku belajar. C. Minum air yang banyak. B. Ayah mencuci mobil. D. Sekolah yang besar. 11. Pilihlah kalimat yang memiliki pola Subjek Predikat Objek Keterangan (SPOK)! A. Di dapur ibu membuat roti enak. B. Citra di kamar bersama kakak. C. Wahyu menguras air di kolam. D. Nanti malam Ficky pergi ke rumah kakek. 163

182 12. Kakek minum kopi di ruang tamu. Kata minum pada kalimat di atas berfungsi sebagai unsur... A. subjek C. objek B. predikat D. keterangan 13. Ficky memancing ikan di sungai. Kata ikan pada kalimat di atas berfungsi sebagai unsur... A. subjek C. objek B. predikat D. keterangan 14. Citra mengepel lantai di sekolah. Kata Citra pada kalimat di atas berfungsi sebagai unsur... A. subjek C. objek B. predikat D. Keterangan 15. Wahyu memandikan kucing pagi ini. Kata pagi ini pada kalimat di atas berfungsi sebagai unsur... A. subjek C. keterangan tempat B. predikat D. keterangan waktu 16. Bu Nurul mencuci tangan di kamar mandi. Kata kamar mandi pada kalimat di atas berfungsi sebagai unsur... A. subjek C. keterangan tempat. B. predikat D. keterangan waktu 17. merebus Kakak air Susunlah kata-kata di atas menjadi kalimat berpola SPO! A. Air merebus kakak. C. Kakak merebus air. B. Merebus air kakak. D. Kakak air merebus. 18. menjemur baju Bibi Susunlah kata-kata di atas menjadi kalimat berpola SPO! A. Menjemur bibi baju. C. Bibi menjemur baju. B. Baju bibi menjemur. D. Bibi baju menjemur. 164

183 19. di kolam ikan memelihara Bu Nurul Susunlah kata-kata di atas menjadi kalimat berpola SPOK! A. Ikan di kolam Bu Nurul memelihara. C. Bu Nurul memelihara ikan di kolam. B. Di kolam Bu Nurul ikan memelihara. D. Bu Nurul ikan di kolam memelihara. 20. membuat Yeni minuman teh siang ini Susunlah kata-kata di atas menjadi kalimat berpola SPOK! A. Membuat minuman teh Yeni siang ini. B. Yeni membuat minuman teh siang ini. C. Minuman siang ini Yeni membuat. D. Yeni membuat siang ini minuman teh. B. Susunlah kalimat acak di bawah ini menjadi kalimat yang benar sesuai dengan pola kalimatnya! 1. hujan-hujanan Ficky Susunlah kata-kata di atas menjadi kalimat berpola SP! Jawab : 2. berenang Yeni Susunlah kata-kata di atas menjadi kalimat berpola SP! Jawab : 3. sup Citra memasak Susunlah kata-kata di atas menjadi kalimat berpola SPO! Jawab : 4. Wahyu genangan air membersihkan Susunlah kata-kata di atas menjadi kalimat berpola SPO! Jawab : 165

184 5. menyiram Siswa tanaman sayur di sekolah Susunlah kata-kata di atas menjadi kalimat berpola SPOK! Jawab : 6. membuat Bu Nurul saluran air besok pagi Susunlah kata-kata di atas menjadi kalimat berpola SPOK! Jawab : 7. bermain Keluargaku di pantai air Susunlah kata-kata di atas menjadi kalimat berpola SPOK! Jawab : 166

185 Lampiran 4. Panduan Observasi Aktivitas Siswa INSTRUMEN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MENYUSUN KALIMAT MENGGUNAKAN METODE MIND MAP Hari, Tanggal : Siklus/Pengamatan : Berilah tanda ( ) pada setiap kolom skor, dengan ketentuan: Skor 1 : tidak melakukan tindakan sesuai dengan rencana. Skor 2 : melakukan tindakan sesuai rencana dengan bantuan namun hasil kurang baik. Skor 3 : melakukan tindakan sesuai rencana dengan bantuan dan hasilnya baik. Skor 4 : melakukan tindakan sesuai rencana secara mandiri dan hasilnya baik. No Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Menyusun Kalimat 1. Siswa mengidentifikasi macam dan atau fungsi unsur pada kalimat 2. Siswa mengidentifikasi macam struktur atau pola kalimat yang dijelaskan guru. 3. Siswa mengklasifikasikan kata penyusun kalimat sesuai fungsi dan kedudukan unsurnya. 4. Siswa menyusun kalimat acak menjadi kalimat yang benar. 5. Siswa menanggapi diskusi maupun percakapan di dalam kelas. 6. Siswa menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru. 7. Siswa menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 8. Siswa memahami instruksi dan atau bantuan yang diberikan oleh guru. 9. Siswa semangat dan berkosentrasi dalam mengikuti pembelajaran. 10. Siswa bekerjasama atau saling membantu selama pembelajaran pada proses tindakan. VK AC YN Skor Skor Skor Pengamat Puput Trijayanti 167

186 Lampiran 5. Hasil Pre Test Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Pelaksanaan pada hari Selasa, tanggal 24 Februari

187 169

188 170

189 171

190 172

191 173

192 174

193 175

194 176

195 177

196 178

197 179

198 Lampiran 6. Hasil Post Test Siklus I Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 5 Maret

199 181

200 182

201 183

202 184

203 185

204 186

205 187

206 188

207 189

208 190

209 191

210 Lampiran 7.Hasil Post Test Siklus II Keterampilan Menyusun Kalimat Menggunakan Metode Mind Map Dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 11 Maret

211 193

212 194

213 195

214 196

215 197

216 198

217 199

218 200

219 201

220 202

221 203

222 Lampiran 8. Hasil Penghitungan Nilai Pre Test, Post Test I dan Post Test II 1. Penghitungan Nilai Tes Subjek VK NP= R/N x 100 PRE TEST POST TEST 1 POST TEST 2 2. Penghitungan Nilai Tes Subjek AC NP= R/N x 100 PRE TEST POST TEST 1 POST TEST 2 204

223 3. Penghitungan Nilai Tes Subjek YN NP= R/N x 100 PRE TEST POST TEST 1 POST TEST 2 205

224 Lampiran 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I INSTRUMEN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MENYUSUN KALIMAT MENGGUNAKAN METODE MIND MAP Hari, Tanggal : Sabtu, 28 Februari 2015 Siklus/Pengamatan : I / 1 No Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Menyusun Kalimat 1. Siswa mengidentifikasi macam dan atau fungsi unsur pada kalimat 2. Siswa mengidentifikasi macam struktur atau pola kalimat yang dijelaskan guru. 3. Siswa mengklasifikasikan kata penyusun kalimat sesuai fungsi dan kedudukan unsurnya. 4. Siswa menyusun kalimat acak menjadi kalimat yang benar. VK AC YN Skor Skor Skor v v v v v v v v v v v v 5. Siswa menanggapi diskusi maupun percakapan di dalam kelas. v v v 6. Siswa menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru. v v v 7. Siswa menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 8. Siswa memahami instruksi dan atau bantuan yang diberikan oleh guru. v v v v v v 9. Siswa semangat dan berkosentrasi dalam mengikuti pembelajaran. 10. Siswa bekerjasama atau saling membantu selama pembelajaran pada proses tindakan. v v v v v v TOTAL SKOR Subjek VK Subjek AC Subjek YN : total skor 21 termasuk kriteria cukup : total skor 27 termasuk kriteria baik : total skor 17 termasuk kriteria kurang Pengamat Puput Trijayanti 206

225 INSTRUMEN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MENYUSUN KALIMAT MENGGUNAKAN METODE MIND MAP Hari, Tanggal : Selasa, 3 Maret 2015 Siklus/Pengamatan : I / 2 No Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Menyusun Kalimat 1. Siswa mengidentifikasi macam dan atau fungsi unsur pada kalimat 2. Siswa mengidentifikasi macam struktur atau pola kalimat yang dijelaskan guru. 3. Siswa mengklasifikasikan kata penyusun kalimat sesuai fungsi dan kedudukan unsurnya. 4. Siswa menyusun kalimat acak menjadi kalimat yang benar. VK AC YN Skor Skor Skor v v v v v v v v v v v v 5. Siswa menanggapi diskusi maupun percakapan di dalam kelas. v v v 6. Siswa menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru. 7. Siswa menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. v v v v v v 8. Siswa memahami instruksi dan atau bantuan yang diberikan oleh guru. v v v 9. Siswa semangat dan berkosentrasi dalam mengikuti pembelajaran. 10. Siswa bekerjasama atau saling membantu selama pembelajaran pada proses tindakan. v v v v v v TOTAL SKOR Subjek VK Subjek AC Subjek YN : total skor 25 termasuk kriteria cukup : total skor 32 termasuk kriteria baik : total skor 23 termasuk kriteria cukup Pengamat Puput Trijayanti 207

226 INSTRUMEN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MENYUSUN KALIMAT MENGGUNAKAN METODE MIND MAP Hari, Tanggal : Rabu, 4 Maret 2015 Siklus/Pengamatan : I / 3 No Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Menyusun Kalimat 1. Siswa mengidentifikasi macam dan atau fungsi unsur pada kalimat 2. Siswa mengidentifikasi macam struktur atau pola kalimat yang dijelaskan guru. 3. Siswa mengklasifikasikan kata penyusun kalimat sesuai fungsi dan kedudukan unsurnya. 4. Siswa menyusun kalimat acak menjadi kalimat yang benar. VK AC YN Skor Skor Skor v v v v v v v v v v v v 5. Siswa menanggapi diskusi maupun percakapan di dalam kelas. v v v 6. Siswa menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru. 7. Siswa menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 8. Siswa memahami instruksi dan atau bantuan yang diberikan oleh guru. 9. Siswa semangat dan berkosentrasi dalam mengikuti pembelajaran. 10. Siswa bekerjasama atau saling membantu selama pembelajaran pada proses tindakan. v v v v v v v v v v v v v v v TOTAL SKOR Subjek VK Subjek AC Subjek YN : total skor 28 termasuk kriteria baik : total skor 34 termasuk kriteria sangat baik : total skor 27 termasuk kriteria baik Pengamat Puput Trijayanti 208

227 Lampiran 10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II INSTRUMEN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MENYUSUN KALIMAT MENGGUNAKAN METODE MIND MAP Hari, Tanggal : Senin, 9 Maret 2015 Siklus/Pengamatan : II / 1 No Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Menyusun Kalimat 1. Siswa mengidentifikasi macam dan atau fungsi unsur pada kalimat 2. Siswa mengidentifikasi macam struktur atau pola kalimat yang dijelaskan guru. 3. Siswa mengklasifikasikan kata penyusun kalimat sesuai fungsi dan kedudukan unsurnya. 4. Siswa menyusun kalimat acak menjadi kalimat yang benar. 5. Siswa menanggapi diskusi maupun percakapan di dalam kelas. 6. Siswa menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru. 7. Siswa menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 8. Siswa memahami instruksi dan atau bantuan yang diberikan oleh guru. 9. Siswa semangat dan berkosentrasi dalam mengikuti pembelajaran. 10. Siswa bekerjasama atau saling membantu selama pembelajaran pada proses tindakan. VK AC YN Skor Skor Skor v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v TOTAL SKOR Subjek VK Subjek AC Subjek YN : total skor 32 termasuk kriteria baik : total skor 36 termasuk kriteria sangat baik : total skor 30 termasuk kriteria baik Pengamat Puput Trijayanti 209

228 INSTRUMEN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MENYUSUN KALIMAT MENGGUNAKAN METODE MIND MAP Hari, Tanggal : Selasa, 10 Maret 2015 Siklus/Pengamatan : II / 2 No Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Menyusun Kalimat 1. Siswa mengidentifikasi macam dan atau fungsi unsur pada kalimat 2. Siswa mengidentifikasi macam struktur atau pola kalimat yang dijelaskan guru. 3. Siswa mengklasifikasikan kata penyusun kalimat sesuai fungsi dan kedudukan unsurnya. 4. Siswa menyusun kalimat acak menjadi kalimat yang benar. 5. Siswa menanggapi diskusi maupun percakapan di dalam kelas. 6. Siswa menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru. 7. Siswa menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 8. Siswa memahami instruksi dan atau bantuan yang diberikan oleh guru. 9. Siswa semangat dan berkosentrasi dalam mengikuti pembelajaran. 10. Siswa bekerjasama atau saling membantu selama pembelajaran pada proses tindakan. VK AC YN Skor Skor Skor v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v TOTAL SKOR Subjek VK Subjek AC Subjek YN : total skor 33 termasuk kriteria baik : total skor 38 termasuk kriteria sangat baik : total skor 32 termasuk kriteria baik Pengamat Puput Trijayanti 210

229 Lampiran 11. Catatan Khusus Pre Test dan Pelaksanaan Siklus I Catatan Khusus pada kegiatan Pre Test dan Pelaksanaan Siklus I Hari/tanggal Selasa, 24 Februari 2015 Pre test Sabtu, 28 Februari 2015 Pertemuan 1 Selasa, 3 Maret Pertemuan 2 Rabu, 4 Maret 2015 Pertemuan 3 Kamis, Post Test I Catatan Khusus 1. Subjek VK tampak membutuhkan waktu lebih lama dan mencoba menengok hasil pekerjaan subjek AC. 2. Subjek AC terlhat paling percaya diri dalam mengerjakan soal pre test. 3. Subjek YN cenderung diam dan menutupi kesulitan yang ditemui. 1. Subjek tampak tertarik dengan media yang diperlihatkan guru. 2. Seluruh subjek menemui kebingungan ketika untuk pertama kalinya diminta membuat bagan mind map sesuai contoh yang telah diberikan guru di depan kelas sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. 3. Kegiatan pembelajaran berjalan cukup lancar meskipun sesekali terdapat siswa dari kelas lain yang menganggu. 1. Seluruh subjek mulai terampil dan terbiasa membuat bagan mind map sesuai dengan konsep yang dijelaskan guru di depan kelas. 2. Kondisi pembelajaran semakin kondusif dan subjek mulai memahami konsep yang dijelaskan guru meskipun belum konsisten, terutama pada subjek VK dan YN. Subjek AC menunjukkan kualitas pemahaman dan perhatian yang paling baik. 1. Konsentrasi subjek VK semakin meningkat karena intensita teguran yang diberikan guru berkurang. 2. Subjek YN mulai mau dan mampu memberikan respon ketika diajak tanya jawab dan menyelesaikan latihan di papan tulis maupun di buku latihan. 3. Subjek AC semakin mau dan mampu memberikan bantuan kepada temannya sesuai instruksi yang diberikan guru. 1. Subjek VK terlihat lebih antusias mengerjakan soal dibandingkan ketika pelaksanaan pre test. 2. Subjek AC semakin santai, percaya diri dan berusaha mengamankan pekerjaanya agar tidak dilihat oleh subjek VK. 3. Subjek YN semakin tenang selama mengerjakan. Beberapa kali terhenti sejenak ketika ia merasa bingung dan saat itulah guru harus memberikan motivasi. 211

230 Lampiran 12. Catatan Khusus pada Siklus II Catatan Khusus Siklus II Hari/tanggal Senin, 9 Maret 2015 Pertemuan 1 Selasa, 10 Maret 2015 Pertemuan 2 Rabu, 11 Maret 2015 Post Test II Catatan Khusus 1. Pemahaman subjek AC terhadap konsep yang disampaikan guru semakin konsisten, terbukti hasil latihan yang dicapai subjek semakin baik. 2. Subjek VK dan YN masih memerlukan bantuan dan penjelasan kembali pada beberapa konsep, terutama mengenai fungsi unsur kalimat, kedudukan kosakata dalam kalimat, serta menyusun kalimat acak menjadi kalimat yang sesuai dengan struktur. 1. Guru memberikan latihan dan penjelasan secara lebih intensif pada subjek VK dan YN di depan kelas. 2. Subjek AC dimintai tolong untuk menguatkan penjelasan yang disampaikan guru. 3. Keterampilan subjek VK dan YN menunjukkan peningkatan yang cukup konsisten. 1. Subjek VK terlihat serius dan lebih mencermati soal sesuai dengan instruksi yang diberikan guru agar tidak terburuburu. 2. Subjek AC membutuhkan waktu yang paling singkat. 3. Subjek YN lebih fokus terhadap pekerjaannya. Subjek tidak lagi banyak berhenti dan melamun. 212

231 Lampiran 13. Hasil Catatan Subjek Menggunakan Bagan Mind Map Berikut merupakan hasil catatan subjek YN (perwakilan) selama mengikuti pembelajaran keterampilan menyusun kalimat menggunakan metode mind map: Bentuk catatan subjek YN menggunakan bagan mind map berkenaan dengan konsep unsur-unsur pada kalimat. 213

232 Bentuk catatan subjek YN menggunakan bagan mind map berkenaan dengan konsep pola kalimat SP (Subjek-Predikat). 214

233 Bentuk catatan subjek YN menggunakan bagan mind map berkenaan dengan konsep pola kalimat SPO (Subjek-Predikat-Objek). 215

234 Bentuk catatan subjek YN menggunakan bagan mind map berkenaan dengan konsep pola kalimat SPOK (Subjek-Predikat-Objek-Keterangan). 216

235 Lampiran 14. Foto Pelaksanaan Penelitian Bentuk salah satu bagan mind map, yaitu untuk menjelaskan konsep unsur-unsur pada kalimat. Salah satu subjek terlihat memperhatikan penjelasan ulang yang disampaikan guru. 217

236 Seluruh subjek membuat bagan mind map sesuai konsep yang dijelaskan guru di buku kerja masing-masing. Guru memberikan pendampingan dan motivasi kepada siswa yang mengalami kesulitan dan kurang dapat berperan aktif dalam pembelajaran. 218

237 Subjek yang masih mengalami kesulitan mendapatkan latihan pengerjaan soal di depan kelas secara lebih intensif dan banyak. 219

238 Guru memberikan penjelasan dan motivasi secara personal pada subjek yang mengalami kesulitan pada pelaksanaan tindakan siklus II Salah satu contoh bagan mind map yang dibuat oleh setiap subjek di buku kerja masing-masing. 220

239 Lampiran 15. Surat Validasi Intrumen Tes dan Observasi 221

240 222

241 223

242 Lampiran 16. Surat Keterangan dan Izin Penelitian 224

243 225

244 226

SKRIPSI. Oleh Heny Fariyanti NIM

SKRIPSI. Oleh Heny Fariyanti NIM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA KELAS III SD N 1 SRIBITAN KASIHAN, BANTUL 2011 / 2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA TUNARUNGU KELAS 3 DI SLB AS-SYIFA LOMBOK TIMUR SKRIPSI

PENERAPAN METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA TUNARUNGU KELAS 3 DI SLB AS-SYIFA LOMBOK TIMUR SKRIPSI PENERAPAN METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA TUNARUNGU KELAS 3 DI SLB AS-SYIFA LOMBOK TIMUR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA

STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA STUDI KASUS TENTANG EKSPRESI EMOSI PADA ANAK AGRESIF KELAS II DI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN MANIK-MANIK PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN MANIK-MANIK PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN MANIK-MANIK PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN BANTUAN MEDIA GAMBAR SPONGEBOB

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN BANTUAN MEDIA GAMBAR SPONGEBOB PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN BANTUAN MEDIA GAMBAR SPONGEBOB BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS III DASAR DI SLB BINA TARUNA MANISRENGGO KLATEN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PINGIT KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

Oleh: Ayurada Bhetari

Oleh: Ayurada Bhetari PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN TEORI BRUNER BERBANTUAN MEDIA MISTAR BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SD 3 PAPRINGAN KUDUS Oleh: Ayurada Bhetari 2012

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PERTANYAAN REKAYASA (PLANTET QUESTIONS)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PERTANYAAN REKAYASA (PLANTET QUESTIONS) PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PERTANYAAN REKAYASA (PLANTET QUESTIONS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP MUHAMMADIYAH 1 WONOSOBO SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN 2011/2012 DEPOK SLEMAN SKRIPSI MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV B SD NEGERI DERESAN TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Suhardi NIM :

SKRIPSI. Oleh Suhardi NIM : PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA BILANGAN BULAT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MISTAR BILANGAN KELAS V A SDN GUWOSARI KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE

IMPLEMENTASI METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE IMPLEMENTASI METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI AKADEMIK SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XE SMA NEGERI 1 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Apriyani NIM

SKRIPSI. Oleh Apriyani NIM PENGGUNAAN MEDIA BLOK DIENES DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Wantini NIM

SKRIPSI. Oleh Wantini NIM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV DI SLB BAKTI PUTRA NGAWIS KARANGMOJO GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunarungu Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR SE GUGUS DIPONEGORO DI KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI

PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR SE GUGUS DIPONEGORO DI KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR SE GUGUS DIPONEGORO DI KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL

PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL PENERAPAN MODEL CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS GLASS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS DASAR IV DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS GLASS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS DASAR IV DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS GLASS PADA SISWA TUNARUNGU KELAS DASAR IV DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KOKOSAN PRAMBANAN KLATEN SKRIPSI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KOKOSAN PRAMBANAN KLATEN SKRIPSI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KOKOSAN PRAMBANAN KLATEN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS I SD JOMBLANGAN BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS I SD JOMBLANGAN BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS I SD JOMBLANGAN BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA CATATAN DINDING TERHADAP KEDISIPILINAN DIRI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa bertahan hidup secara sendiri. Fungsi dari manusia sebagai makhluk sosial yaitu membutuhkan

Lebih terperinci

: ANGGRAENI ADI MOCHLAS A

: ANGGRAENI ADI MOCHLAS A PENERAPAN MEDIA GAMBAR BERKATA KUNCI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 PELEM KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Skripsi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan, yang berlanjut sepanjang rentang hidup (Santrock, 2007 : 7). Perkembangan adalah hal yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PENDEKATAN MULTISENSORI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V SLB-C MA ARIF MUNTILAN TAHUN AJARAN 2011/2012

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PENDEKATAN MULTISENSORI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V SLB-C MA ARIF MUNTILAN TAHUN AJARAN 2011/2012 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PENDEKATAN MULTISENSORI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V SLB-C MA ARIF MUNTILAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) SISWA KELAS I DI SD NEGERI 1 GEBANGSARI KEBUMEN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) SISWA KELAS I DI SD NEGERI 1 GEBANGSARI KEBUMEN UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) SISWA KELAS I DI SD NEGERI 1 GEBANGSARI KEBUMEN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 3 KALASAN SKRIPSI

PENERAPAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 3 KALASAN SKRIPSI PENERAPAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 3 KALASAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL DRILLING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII A SMP N I KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL DRILLING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII A SMP N I KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL DRILLING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII A SMP N I KALIKAJAR KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar i PENINGKATAN CINTA TANAH AIR DAN PRESTASI BELAJAR PKN MATERI KEKAYAAN ALAM DAN KEKHASAN BANGSA INDONESIA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CARD SORT DI KELAS III SD NEGERI 1 PENAMBONGAN SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL ANAK TUNALARAS TIPE AGRESIF DALAM KEGIATAN OUTBOND DI SLB-E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI

INTERAKSI SOSIAL ANAK TUNALARAS TIPE AGRESIF DALAM KEGIATAN OUTBOND DI SLB-E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI INTERAKSI SOSIAL ANAK TUNALARAS TIPE AGRESIF DALAM KEGIATAN OUTBOND DI SLB-E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Nindyani Veranita NIM

SKRIPSI. Oleh : Nindyani Veranita NIM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBILANG MELALUI KEGIATAN BERMAIN DENGAN BENDA-BENDA KONKRIT PADA ANAK-ANAK KELOMPOK A TK LEMBAGA TAMA III SUTRAN SABDODADI BANTUL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE FIRING LINE UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA KELAS VIII D DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013

IMPLEMENTASI METODE FIRING LINE UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA KELAS VIII D DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013 IMPLEMENTASI METODE FIRING LINE UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA KELAS VIII D DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENERAPAN METODE EKSPERIMEN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI HUBUNGAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN LINGKUNGAN, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERILAKU ASERTIF TERHADAP PERILAKU NEGATIF BERPACARAN MELALUI PELATIHAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS X PEMASARAN 1 DI SMK NEGERI 1 DEPOK

PENINGKATAN PERILAKU ASERTIF TERHADAP PERILAKU NEGATIF BERPACARAN MELALUI PELATIHAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS X PEMASARAN 1 DI SMK NEGERI 1 DEPOK PENINGKATAN PERILAKU ASERTIF TERHADAP PERILAKU NEGATIF BERPACARAN MELALUI PELATIHAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS X PEMASARAN 1 DI SMK NEGERI 1 DEPOK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Siti Sumaryasih NIM

SKRIPSI. Oleh Siti Sumaryasih NIM PENGAJARAN REMIDIAL DENGAN KARTU ANGKA DAN PUZZLE ANGKA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN SIMBOL BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS III SDLB DI SLB DAYA ANANDA KALASAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SOSIOLOGI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN VCD PADA SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL TAHUN PELAJARAN 2010/2011

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SOSIOLOGI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN VCD PADA SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SOSIOLOGI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN VCD PADA SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Susi Purwandari NIM

SKRIPSI. Oleh Susi Purwandari NIM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS IV SD MANGIR LOR KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMANFAATAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP NEGERI 1 BENAI RIAU SKRIPSI

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMANFAATAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP NEGERI 1 BENAI RIAU SKRIPSI PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMANFAATAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP NEGERI 1 BENAI RIAU SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PADA SISWA KELAS IV SD KARANGTENGAH BARU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PADA SISWA KELAS IV SD KARANGTENGAH BARU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PADA SISWA KELAS IV SD KARANGTENGAH BARU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN SIKAP KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PERMAINAN BALOK PECAHAN DI KELAS V B SD NEGERI PANAMBANGAN SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU DI KELAS VII C SMP N 5 WATES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS 1 SMA N 3 BANTUL TAHUN AJARAN 2012/2013 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP)

PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP) PROBLEMATIKA GURU IPS DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SMP NEGERI (STUDI KASUS PADA SMP NEGERI DI WILAYAH EKS. KOTIP KABUPATEN CILACAP) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK

SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (STAD) BERBANTUAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBERI BANTUAN UNTUK PELANGGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DI SMK PELITA BUANA SEWON Diajukan

Lebih terperinci

Disusun Oleh: DIAH WURI ARIYANI A PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Disusun Oleh: DIAH WURI ARIYANI A PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG PENJUMLAHAN BILANGAN MENGGUNAKAN MEDIA MANIK-MANIK WARNA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 02 DEMAKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

SKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana

SKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 5 SDN CANDIREJO O2 KEC. TUNTANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Gulinda Binasih NIM

SKRIPSI. Oleh Gulinda Binasih NIM HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV SD NEGERI DONAN 5 KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

Disusun oleh : Ika Candra Nugraheni

Disusun oleh : Ika Candra Nugraheni UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN SIKAP MENGHARGAI PENDAPAT ORANG LAIN MELALUI TEKNIK GIVING QUESTIONS AND GETTING ANSWER DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 1 SAPTOSARI SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA MELALUI MEDIA WAYANG PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SD NEGERI I TAMBAK KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KEMATANGAN KARIR MELALUI KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MASYITHOH KEDUNGSARI KULON PROGO SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MASYITHOH KEDUNGSARI KULON PROGO SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK MASYITHOH KEDUNGSARI KULON PROGO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Evi Nur Eka Purnamasari NIM

SKRIPSI. Oleh Evi Nur Eka Purnamasari NIM PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 TAMANSARI DAN SD NEGERI 2 KARANGGUDE, KARANGLEWAS, BANYUMAS SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh Yuni Nur Isneni NIM

SKRIPSI. oleh Yuni Nur Isneni NIM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN KATA PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 KESESI KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan kemampuan menyimak dan kemampuan membaca dengan kemampuan berkomunikasi lisan pada pengajaran bahasa Indonesia anak tunagrahita kelas D-5B di SLB-C Setya Darma Surakarta tahun ajaran 2006/2007

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: YUGO SETIAWAN

SKRIPSI. Oleh: YUGO SETIAWAN MENINGKATAN MINAT BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPA 2 SMA N 1 DEPOK TAHUN AJARAN 2011/2012 MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012

KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012 KONTRIBUSI POLA ASUH DEMOKRATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS I KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Yogyakarta, 11 Juni 2012 Pembimbing Skripsi. Dwi Yunairifi, M.Si NIP

PERSETUJUAN. Yogyakarta, 11 Juni 2012 Pembimbing Skripsi. Dwi Yunairifi, M.Si NIP UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI DALAM POKOK BAHASAN VOLUME BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V B SD PUCUNG IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII B SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII B SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII B SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA MENGGUNAKAN MEDIA DOMINO CARD WOPIC PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB NEGERI 2 BANTUL SKRIPSI

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA MENGGUNAKAN MEDIA DOMINO CARD WOPIC PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB NEGERI 2 BANTUL SKRIPSI PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA MENGGUNAKAN MEDIA DOMINO CARD WOPIC PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB NEGERI 2 BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

RETNO INDAR WATI A

RETNO INDAR WATI A PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN EYD DALAM MENULIS LAPORAN PERJALANAN MELALUI PENDEKATAN VAK (VISUAL, AUDITORY, DAN KINESTETIC) SISWA KELAS VIII C SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL TEMATIK KELAS 3 SEKOLAH DASAR GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL TEMATIK KELAS 3 SEKOLAH DASAR GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL TEMATIK KELAS 3 SEKOLAH DASAR GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Penerapan Strategi Pembelajaran Learning Start With a Question dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Biologi Pada Pokok Bahasan Ekosistem Siswa Kelas VIIA SMP N 2 Banyudono

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA BIMBINGAN BELAJAR BERBASIS KOMPUTER TENTANG STRATEGI MENGATASI STRES DALAM BELAJAR UNTUK SISWA KELAS XI DI MAN 3 YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGEMBANGAN MEDIA BIMBINGAN BELAJAR BERBASIS KOMPUTER TENTANG STRATEGI MENGATASI STRES DALAM BELAJAR UNTUK SISWA KELAS XI DI MAN 3 YOGYAKARTA SKRIPSI PENGEMBANGAN MEDIA BIMBINGAN BELAJAR BERBASIS KOMPUTER TENTANG STRATEGI MENGATASI STRES DALAM BELAJAR UNTUK SISWA KELAS XI DI MAN 3 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANFAATAN LINGKUNGAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 MAKAM REMBANG PURBALINGGA

PENGARUH PEMANFAATAN LINGKUNGAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 MAKAM REMBANG PURBALINGGA PENGARUH PEMANFAATAN LINGKUNGAN ALAM SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 MAKAM REMBANG PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VII

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VII i PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 PONOROGO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP HIDUP SEDERHANA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PAKEM MATEMATIKA DI SD NEGERI 3 LESMANA SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP HIDUP SEDERHANA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PAKEM MATEMATIKA DI SD NEGERI 3 LESMANA SKRIPSI i UPAYA MENINGKATKAN SIKAP HIDUP SEDERHANA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI PAKEM MATEMATIKA DI SD NEGERI 3 LESMANA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PROFESI SAYA TERLARANG STUDI KASUS MENGENAI KONSEP DIRI MAHASISWA YANG BERPROFESI SEBAGAI GIGOLO SKRIPSI

PROFESI SAYA TERLARANG STUDI KASUS MENGENAI KONSEP DIRI MAHASISWA YANG BERPROFESI SEBAGAI GIGOLO SKRIPSI PROFESI SAYA TERLARANG STUDI KASUS MENGENAI KONSEP DIRI MAHASISWA YANG BERPROFESI SEBAGAI GIGOLO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

MOCHAMAD HIDAYAT WIDODO

MOCHAMAD HIDAYAT WIDODO IMPLEMENTASI TEKNIK PEMBELAJARAN TARI BAMBU UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PERMAINAN BERBASIS BIMBINGAN KELOMPOK PADA ANAK TK B SATU ATAP SDN 03 LEBUAWU TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PERMAINAN BERBASIS BIMBINGAN KELOMPOK PADA ANAK TK B SATU ATAP SDN 03 LEBUAWU TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PERMAINAN BERBASIS BIMBINGAN KELOMPOK PADA ANAK TK B SATU ATAP SDN 03 LEBUAWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh ISTIANATUROCHMAH NIM. 2009-31 - 136 PROGRAM

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI KLODANGAN BERBAH SLEMAN SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI KLODANGAN BERBAH SLEMAN SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI KLODANGAN BERBAH SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN SIKAP ASERTIF MELALUI SOSIODRMA PADA SISWA KELAS X.1 ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK SUDIRMAN 1 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN SIKAP ASERTIF MELALUI SOSIODRMA PADA SISWA KELAS X.1 ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK SUDIRMAN 1 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN SIKAP ASERTIF MELALUI SOSIODRMA PADA SISWA KELAS X.1 ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK SUDIRMAN 1 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Oleh: SUGIYANTO NIM

Oleh: SUGIYANTO NIM PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh: SUGIYANTO NIM 201031041

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA PELAJARAN IPA KELAS III MI ISLAMIYAH DINOYO LAMONGAN SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA PELAJARAN IPA KELAS III MI ISLAMIYAH DINOYO LAMONGAN SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA PELAJARAN IPA KELAS III MI ISLAMIYAH DINOYO LAMONGAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (Numbered Heads Together) DI SMK NEGERI 8 PURWOREJO SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA DENGAN PENGGUNAAN VCD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SDN KARANGMOJO III GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA DENGAN PENGGUNAAN VCD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SDN KARANGMOJO III GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN PENINGKATAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA DENGAN PENGGUNAAN VCD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SDN KARANGMOJO III GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN METODE INKUIRI UNTUK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN METODE INKUIRI UNTUK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SUB POKOK BAHASAN TABUNG DAN KERUCUT SISWA KELAS IXA SMP NEGERI 1 BALUNG SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS) PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI LUAR KELAS (OUTDOOR MATHEMATICS) PADA SISWA KELAS III B SD NEGERI GAMOL SLEMAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Benni Hartati NIM

SKRIPSI. Oleh Benni Hartati NIM KEEFEKTIFAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN SKRIPSI

PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN SKRIPSI PENINGKATAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MELAKSANAKAN KOMUNIKASI BISNIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN

Lebih terperinci

PENANGANAN EMOSI MELALUI PERMAINAN SEPAK BOLA PADA ANAK TUNALARAS TIPE HIPERAKTIF KELAS I SDLB DI SLB-E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI

PENANGANAN EMOSI MELALUI PERMAINAN SEPAK BOLA PADA ANAK TUNALARAS TIPE HIPERAKTIF KELAS I SDLB DI SLB-E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI PENANGANAN EMOSI MELALUI PERMAINAN SEPAK BOLA PADA ANAK TUNALARAS TIPE HIPERAKTIF KELAS I SDLB DI SLB-E PRAYUWANA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 3 DEPOK SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 3 DEPOK SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KERJASAMA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 3 DEPOK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI

INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI INFERENSI DALAM WACANA SPANDUK DAN BALIHO BERBAHASA JAWA DI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENGAWASI MUTU BUSANA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA

SKRIPSI PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENGAWASI MUTU BUSANA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENGAWASI MUTU BUSANA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BERWIRAUSAHA MELALUI LAYANAN INFORMASI KARIER PADA SISWA KELAS X.9 SMA N 2 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BERWIRAUSAHA MELALUI LAYANAN INFORMASI KARIER PADA SISWA KELAS X.9 SMA N 2 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN MINAT BERWIRAUSAHA MELALUI LAYANAN INFORMASI KARIER PADA SISWA KELAS X.9 SMA N 2 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh ERNI APRIYANI NIM 200831105 PEOGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Nurul Khasanah NIM

SKRIPSI. Oleh Nurul Khasanah NIM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING SETTING TURNAMEN BELAJAR UNTUK SISWA KELAS XI IPA SMA IMMERSION TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B 2 TK PETIWI 57 BANGUNHARJO SEWON BANTUL

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B 2 TK PETIWI 57 BANGUNHARJO SEWON BANTUL UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B 2 TK PETIWI 57 BANGUNHARJO SEWON BANTUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS KELAS X KU 1 SMK NEGERI 1 BANYUMAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ACAK KATA SCRAMBLE

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS KELAS X KU 1 SMK NEGERI 1 BANYUMAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ACAK KATA SCRAMBLE PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS KELAS X KU 1 SMK NEGERI 1 BANYUMAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ACAK KATA SCRAMBLE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci