BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.
|
|
- Widya Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental. Keterbatasan-keterbatasan fisik tersebut meliputi tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, dan tunanetra. Berdasarkan data hasil Sensus Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2011, jumlah penyandang cacat di Indonesia sebesar 0,7% dari jumlah penduduk Jumlah tersebut jiwa (21,42%) diantaranya anak cacat usia sekolah (5-18 tahun). Data siswa penyandang cacat yang tersebar di Sekolah Luar Biasa (SLB) menurut Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia pada tahun 2011 pada SLB tunarungu sebesar orang (Kementrian kesehatan dalam Putra, 2013). Salah satu ketunaan yang masih memiliki potensi untuk dapat dikembangkan secara maksimal adalah tunarungu (Pernamari dalam Putra, 2013). Tunarungu adalah suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya (Somantri, 2007). Tunarungu sebagai istilah yang menunjukkan kesulitan mendengar diklasifikasikan dalam tuli (deaf) dan lemah pendengaran (hard of hearing). Orang yang deaf adalah orang yang mengalami ketidakmampuan mendengar
2 sehingga mengalami hambatan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar. Sedangkan orang yang hard of hearing adalah seseorang yang mengalami kesulitan mendengar suara orang lain secara wajar sehingga tidak terhalang untuk mengerti atau mencoba memahami pembicaraan orang lain dengan menggunakan alat bantu dengar (Hallahan dan Kaufman, 1991). Orang yang deaf dan hard of hearing harus menerima informasi dari mata mereka, yang memerlukan perhatian visual untuk semua komunikasi yang terjadi dan juga untuk kejadian yang terjadi di lingkungan mereka (National Association of the Deaf, 2000). Kecacatan yang diderita oleh seseorang dengan gangguan pendengaran menampakkan suatu karakteristik yang khas dan berbeda dari orang normal. Van Uden (dalam Heryati, 2010) mengemukakan pandangannya bahwa orang dengan gangguan pendengaran cenderung lebih egosentris, mempunyai perasaan takut hidup yang lebih luas, lebih dependen terhadap orang lain terutama orang sudah dikenalnya, memiliki perhatian yang sukar dialihkan, lebih terpusat pada hal yang lebih kongkrit, miskin dalam fantasi, umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana, dan tidak banyak masalah, mudah marah dan lekas tersinggung, serta kurang mempunyai konsep tentang hubungan, sehingga mereka memiliki karakter yang sulit dipahami. Hasil amatan terhadap situasi sehari-hari pada salah satu SLB B di Medan menunjukkan bahwa remaja tunarungu cenderung kaku ketika berkomunikasi dengan orang normal, mudah marah saat pembicaraannya sulit dipahami oleh orang lain, mudah tersinggung apabila ada orang di dekatnya sedang
3 membicarakan sesuatu mereka merasa tersinggung karena mengira yang dibicarakan adalah dirinya (observasi personal, 2013) Anak penyandang tunarungu akan menanggung konsekuensi berupa kesulitan dalam menerima segala jenis rangsang atau peristiwa bunyi yang ada di sekitarnya sehingga penyandang tunarungu akan mengalami kesulitan dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa. Konsekuensi tersebut pada akhirnya berdampak pada proses komunikasi anak tunarungu dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2006). Masalah umumnya akan menjadi lebih besar ketika anak tunarungu memasuki masa remaja karena pada masa ini remaja akan lebih banyak mengeksplorasi dunia luas dan berintegrasi dengan masyarakat dewasa sehingga mereka dituntut mampu berinteraksi dengan masyarakat (Hurlock, 1993). Remaja tunarungu sebagai makhluk sosial juga tidak banyak berbeda dengan remaja normal, dilihat dari hakikatnya sebagai seorang manusia. Seorang tunarungu mempunyai sejumlah potensi hidup dan kebutuhan jasmani yang pada gilirannya membutuhkan orang lain atau sesama manusia guna pemenuhan kebutuhannya. Demi pemenuhan kebutuhannya, remaja tunarungu akan melakukan interaksi dengan orang lain. Kegiatan interaksi tunarungu tidak lain merupakan suatu bentuk aktifitas yang lazim dilakukan oleh seorang manusia sebagai makhluk sosial (Hakim, 2012). Kaum remaja sebagai golongan yang sedang mencari jati diri, juga memandang pergaulan sebagai kebutuhan, karena dengan bergaul mereka dapat mengaktualisasikan diri sebagai makhluk sosial. Dalam pelaksanaannya, mereka memandang bahwa pergaulan adalah bagian dari HAM untuk tiap-tiap individu.
4 Sama halnya dengan remaja normal, yang terjadi pada remaja tunarungu juga demikian adanya. Dengan bergaul mereka terfokus pada bagaimana aktualisasi diri mereka sebagai makhluk sosial yang bisa berbaur dengan sesamanya atau lintas kelompok (dengan remaja normal). Pola pergaulan remaja tunarungu terhadap kelompok pada faktanya juga sama dengan remaja normal yaitu pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok seperti kelompok kecil atau kelompok besar. Namun, masalah yang umum dihadapi oleh remaja tunarungu dan paling rumit adalah penyesuaian sosial terhadap lingkungannya (Hakim, 2012). Penyesuaian sosial menurut Hurlock (1997) dapat diartikan sebagai keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Sementara Schneiders (1964) mengemukakan penyesuaian sosial adalah kemampuan individu untuk bereaksi secara efektif dan sehat terhadap situasi, realitas dan relasi sosial sehingga tuntutan hidup bermasyarakat dipenuhi dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan. Penyesuaian sosial seseorang mencapai ukuran baik menurut Hurlock (1997) dapat dilihat dari penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku yang nyata, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial yang menunjukan sikap menyenangkan terhadap orang lain dan kepuasan pribadi. Penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku dapat berupa aktualisasi diri yakni proses menjadi diri sendiri, mengembangkan sifat-sifat dan potensi diri, keterampilan menjalin hubungan antar manusia dan kesediaan untuk terbuka pada orang lain. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok berupa kerja sama
5 dengan kelompok, memiliki tanggung jawab dan setia kawan. Sikap sosial berupa ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat, berempati, dapat menghormati dan menghargai pendapat orang lain. Kepuasan pribadi yakni merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial berupa kepercayaan diri, disiplin diri dan kehidupan yang bermakna dan terarah (Hurlock, 1997). Penyesuaian sosial yang baik dilakukan dengan mempelajari berbagai keterampilan-keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan diplomatis, kemampuan berkomunikasi, serta kerjasama dengan orang lain, sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan (Nurdin, 2009). Namun, dikarenakan keterbatasan remaja tunarungu dalam berkomunikasi mengakibatkan merasa sulit dalam mengadakan kontak sosial dan mengekspresikan emosinya. Keterbatasan tersebut bahkan dapat berdampak pada sikap menarik diri dari lingkungannya (terisolir) dikarenakan kurang berhasilnya menjalin interaksi dengan orang lain (Edja Sadjaah dalam Heryati, 2010). Remaja tunarungu membutuhkan usaha yang besar dalam melakukan penyesuaian sosial. Mereka akan berhadapan dengan permasalahan yang sulit dalam membangun hubungan sosial pada lingkungan sekitarnya karena masalah komunikasi terutama dengan orang yang memiliki pendengaran normal. Hal ini seringkali membuat remaja tunarungu mengalami kebingungan, tidak percaya diri yang pada akhirnya menyebabkan mereka menutup diri dan menarik diri dari lingkungannya (Effendi, 2006). Keadaan ini seringkali menjadi semakin sulit ketika adanya persepsi lingkungan yang memandang mereka sebagai individu
6 yang memiliki kekurangan dan menilainya sebagai individu yang kurang berkarya. Persepsi tersebut juga turut memberi dampak negatif bagi remaja tunarungu, dimana mereka menjadi semakin merasa tidak aman, bimbang, dan ragu-ragu terhadap keberadaan dirinya (Efendi, 2006). Namun, tidak semua remaja tunarungu mengalami hal tersebut, beberapa dari mereka ada yang berhasil mengatasi permasalahannya dikarenakan adanya konsep diri yang positif mengenai dirinya sehingga menampilkan kesan yang baik jika berhubungan dengan orang di sekitarnya (Alfi, 2005), serta penerimaan yang baik di dalam kelompok sosial sehingga membantu proses penyesuaian sosial dengan lingkungannya (Wasito, 2010). Proses penyesuaian sosial memerlukan peran komunikasi dan hal ini tidak dapat dihindari oleh remaja tunarungu (Lukman, 2009). Sejalan dengan pendapat Shaliha (2007) bahwa penyesuaian sosial yang baik sangat tergantung pada efektivitas komunikasi yang dijalin individu dengan orang lain karena mereka akan bisa membina hubungan dengan lingkunganya sehingga lebih mudah untuk bisa menerima dan diterima oleh lingkungan. Komunikasi adalah proses interaksi di antara orang-orang untuk tujuan integrasi intrapersonal dan interpersonal (Harnack dan Fest dalam Shoelhi, 2009). Dalam komunikasi salah satu pihak menyampaikan pesan (pengirim atau komunikator) kemudian pihak lain yang menerimanya (penerima atau komunikan) (Sarwono, 1997). Agar dapat berkomunikasi dengan baik dibutuhkan kemampuan komunikasi yaitu kemampuan individu dalam mengolah kata-kata, berbicara secara baik dan dapat dipahami oleh lawan bicara, sedangkan pada tunarungu hal tersebut sulit dicapai
7 karena keterbatasannya dalam mendengar yang mengkibatkan ketidakmampuan dalam berbicara secara baik. Peranan bicara, bahasa dan pendengaran merupakan tiga serangkai potensi manusia yang mampu menjembatani proses komunikasi sehingga dapat menjadi pengontrol efektif ada tidaknya sebuah komunikasi. Oleh karena itu, kepincangan salah satu komponen komunikasi tersebut berarti kehilangan kontributor besar yang dapat membantu manusia dalam proses interaksi sosial pada kehidupan sehari-hari (Efendi, 2006). Namun pada tunarungu ada beberapa metode komunikasi yang dapat membantu dalam melakukan proses komunikasi. Metode komunikasi yang dapat digunakan penyandang tunarungu tidak semata-mata berdasarkan pada status pendengarannya, sehingga dalam penggunaan metode komunikasi baik individu yang deaf atau hard of hearing, tidak berbeda secara signifikan. Dalam pemilihan penggunaan metode komunikasi umumnya lebih ditekankan peranan orangtua yang bekerjasama dengan para profesional seperti pihak sekolah untuk berdiskusi dan mempelajari mengenai metode komunikasi yang paling efektif untuk perkembangan bahasa anak mereka (Department of Health and Human Services, 2011). Secara umum ada dua metode komunikasi yang dapat digunakan oleh penyandang tunarungu, yakni metode manual dan metode oral (Sastrawinata, 1977). Dan pada perkembangan terakhir, sejak tahun 1960-an mulai diperkenalkan perpaduan antara metode manual dan metode oral yang disebut dengan metode total (Efendi, 2006).
8 Metode komunikasi manual menurut Sastrawinta (1977) merupakan komunikasi yang kurang efisien dikarenakan banyaknya isyarat yang harus dipelajari, adanya keragaman isyarat sesuai dengan daerah, dan tidak semua pengertian dapat diisyaratkan, sehingga dapat membatasi remaja tunarungu pada lingkungan masyarakat yang lebih luas. Penggunaan metode komunikasi manual tidak disertakan dalam penelitian ini karena terbatasnya sampel penelitian yang menggunakan komunikasi manual sekarang ini. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan pada metode komunikasi oral dan total. Metode komunikasi oral yang dalam pelaksanaannya menitikberatkan kepada pengucapan dalam penyampaian pesan (mengekspresikan gagasan/ pikiran/ perasaan) dan membaca ujaran (speechreading) dalam menerima pesan (Bunawan, 1997). Metode ini juga disertakan dengan penggunaan ekspresi wajah dan gestur secara natural (Gravel, 2003). Metode komunikasi ini dapat menerima akses kebahasaan yang lebih besar dari lingkungannya, sehingga dapat membawa remaja tunarungu kepada kehidupan yang mendekati kehidupan normal atau kehidupan seperti layaknya orang-orang pada umumnya. Oleh karena itu, metode ini dianggap menguntungkan dalam memperluas komunikasi remaja dengan masyarakat sekitarnya (Gravel, 2003). Keuntungan metode oral yang telah dijabarkan di atas adalah mampu berkomunikasi secara langsung dengan berbagai macam individu, yang pada gilirannya dapat memberi remaja tunarungu berbagai kemungkinan pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial (Somad, 2010). Berangkat dari hal tesebut,
9 remaja tunarungu dapat berinteraksi aktif dalam lingkungannya, baik lingkungan sesama, keluarga maupun masyarakat. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya (Faricha, 2008). Sejalan dengan survey awal peneliti terhadap salah satu guru di SLB B di Medan yang menerapkan komunikasi oral menyatakan bahwa metode oral merupakan metode yang dapat meningkatkan kemampuan bicara, meningkatkan kemampuan dalam membedakan berbagai vokal yang berbeda, melatih siswa cara menggunakan vokal dalam ucapan yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi tunarungu pada masyarakat sekitarnya. Pihak sekolah mengharapkan dengan penerapan metode komunikasi ini dapat menjadi individu yang mandiri, partisipatif dan kontributif dalam masyarakat. Dengan demikian metode ini dianggap sebagai metode yang efektif bagi remaja tunarungu dalam berinteraksi sosial yang akhirnya akan berdampak pada proses penyesuaian remaja tersebut. Kenyataannya hanya dengan menggunakan metode oral saja dirasa masih banyak hambatan seperti lawan bicara yang seringkali meminta untuk mengulanginya berkali-kali sehingga diperlukan juga komunikasi isyarat untuk mempermudah komunikasi, serta dari beberapa hasil penelitian tentang penggunaan metode isyarat, maka metode komunikasi total mulai dikembangkan bagi remaja tunarungu (Suparno, 1997). Metode komunikasi total merupakan perpaduan antara metode komunikasi manual dan metode komunikasi oral (Efendi, 2006). Komunikasi total dapat berupa gabungan dari metode oral, isyarat, dan fingerspelling (abjad jari). Anak menerima input melalui membaca ujaran, isyarat, dan fingerspelling, kemudian mengekspresikannya melalui bicara,
10 isyarat dan fingerspelling (Moores, 2001). Pada umumnya sasarannya adalah agar penyandang tunarungu tetap menguasai keterampilan berbicara dengan memberi penunjang visual yang lebih nyata dan membaca ujaran karena dalam metode ini unsur bicara digunakan bersamaan dengan unsur isyarat (Bunawan, 1997). Metode ini dapat mempermudah remaja tunarungu dalam meningkatkan kemampuan komunikasinya. Remaja tunarungu tidak merasa kesulitan dalam menjalankan perannya dan dapat mempermudah aktivitas komunikasinya dengan orang lain, sehingga dengan metode komunikasi total remaja tunarungu dapat bersosialisasi secara lebih mudah dan lebih efektif dengan orang lain (Valintini, 2011). Kemampuan bersosialisasi yang efektif dengan orang lain akan berdampak pada penyesuaian yang baik secara sosial (Hurlock, 1997). Berdasarkan tinjauan awal pada salah satu guru SLB yang menerapkan penggunaan komunikasi total menyatakan bahwa dengan komunikasi ini dapat meningkatkan rasa percaya diri penyandang tunarungu dikarenakan tetap adanya penggunaan komunikasi manual yang sesuai dengan bahasa ibu penyandang tunarungu, dan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa, serta diharapkan lebih mudah bergaul karena mereka menguasai berbagai metode sehingga dapat menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan penyesuaian sosial remaja tunarungu ditinjau dari metode komunikasi oral dan total.
11 B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada perbedaan penyesuaian sosial remaja tunarungu ditinjau dari metode komunikasi oral dan total? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penyesuaian sosial remaja tunarungu ditinjau dari metode komunikasi oral dan total. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan akan membawa dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. D.1. Manfaat Teoritis Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan yang berarti terhadap kemajuan ilmu pengetahuan terutama yang termuat dalam ruang lingkup masalah, khususnya di bidang Psikologi Perkembangan yang menyangkut perbedaan penyesuaian sosial remaja tunarungu ditinjau dari metode komunikasi.
12 D.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis berupa: a. Remaja tunarungu Informasi untuk mengetahui penggunaan metode komunikasi yang dapat membantu proses penyesuaian sosial yang lebih baik. b. Pihak SLB B Informasi untuk mengetahui penerapan metode komunikasi yang lebih efektif terhadap penyesuaian sosial tunarungu. c. Masyarakat Sebagai masukan bahwa begitu pentingnya penerimaan sosial bagi remaja tunarungu yang berdampak dalam penyesuaian sosial yang lebih baik. E. SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini dibagi atas lima bab, dan masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah: Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sitematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian, meliputi landasan teori dari penyesuaian sosial, metode komunikasi, dan remaja tunarungu.
13 Bab III : Metode Penelitian Bab ini berisikan identifikasi variabel-variabel yang diteliti, definisi operasional, subjek penelitian, alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel, dan metode analisis data. Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan Bagian ini berisikan uraian singkat hasil utama penelitian, dan interpretasi data, serta hasil tambahan yang dapat memperkaya penelitian ini. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bagian ini berisikan kesimpulan dari penelitian dan hasil dari penelitian itu sendiri yang dibuat berdasarkan analisa dan interpretasi data, dan berbagai kemungkinan yang terjadi mengenai alasan dari hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan teori-teori penyesuaian sosial, maupun teori lain yang mendukung. Selain itu bagian ini juga memberikan saransaran praktis sesuai dengan hasil penelitian dan interpretasi data penelitian, serta memberikan inspirasi pada peneliti-peneliti lain.
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. PENYESUAIAN SOSIAL A.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Penyesuaian sosial merupakan salah satu bagian dari penyesuaian diri. Oleh karena itu, ketika membahas penyesuaian sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan berbagai kesempurnaan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan berbagai kesempurnaan. Kesempurnaan yang diciptakan tidak hanya dilihat dari segi fisik namun kelebihaannya yang dimilikinya. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis
14 BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis merupakan harapan bagi semua orangtua yang sudah menantikan kehadiran anak dalam kehidupan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling menarik untuk dipelajari, karena banyak sekali masalah yang dihadapi. Seiring dengan perkembangan jaman dan peradaban,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.
1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan sesamanya dengan salah satunya berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang saling mengirim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik selayaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Anak tuna rungu
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tunarungu diambil dari kata Tuna dan Rungu. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak dikatakan tuna rungu apabila ia tidak mampu mendengar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena adanya keterbatasan atau kekurangan pada fisiknya, membuat individu umumnya kurang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk yang berketuhanan, makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendengaran merupakan alat sensoris utama untuk berbicara dan berbahasa. Kehilangan pendengaran sejak lahir atau sejak usia dini akan menyebabkan kesulitan dalam berbicara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya manusia terlahir di dunia dengan keadaan normal dan sempurna. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dialami oleh semua orang. Beberapa orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang berinteraksi dengan individu lain tentu memerlukan ruang, khususnya dalam menjalin relasi sosial, dan lingkungan masyarakat menjadi
Lebih terperinciHAMBATAN BELAJAR ANAK TUNARUNGU
HAMBATAN BELAJAR ANAK TUNARUNGU Anak tunarungu di dalam mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya seringkali dihadapkan kepada berbagai masalah dalam kehidupannya. Anak tunarungu adalah seseorang yang
Lebih terperinci1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan Di era globalisasi ini, seiring dengan perkembangan teknologi yang terus meningkat maka kebutuhan komunikasi pun ikut meningkat. Menurut Ruben dan Steward (2005:1-8) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lain, selain makhluk sosial manusia juga membutuhkan yang namanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai etnografi komunikasi. Untuk mendukung penelitian ini, penelitian yang sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda. Kesempurnaan tidak hanya dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. Umumnya seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki atribut fisik dan/atau kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, sehingga membutuhkan program individual dalam
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Seseorang ingin mengetahui lingkungan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
BAB 1 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Interaksi manusia dan komputer merupakan ilmu yang mempelajari perencanaan dan desain tentang bagaimana pengguna dan komputer dapat bekerja sama sehingga kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah. ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan kesempurnaan hanya dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia dengan kemampuan berbeda-beda dengan rencana yang. kesialan atau kekurangan dengan istilah cacat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu sangat mendambakan dirinya terlahir dalam keadaan sempurna jasmani dan rohani. Dengan kesempurnaannya tersebut, ia akan berkembang secara wajar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan yang bermakna dari individu satu kepada individu lainnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang selalu mengadakan hubungan timbal balik satu sama lain dengan jalan berkomunikasi. Komunikasi merupakan proses penyampaian
Lebih terperinci2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, setiap individu terkadang mengalami suatu hambatan. Hambatan yang terjadi pada suatu individu beragam jenisnya. Beberapa jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA
92 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BAGI PENYANDANG TUNARUNGU DI SMALB-B KARYA MULIA SURABAYA A. Bagaimana proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Masyarakat seakan acuh pada keadaan orang yang memiliki kekurangan didalam dirinya. Banyak orang yang merasa dikucilkan dan merasa dirinya tidak di anggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang diciptakan ke dunia ini mempunyai keadaan fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang berbeda-beda pula. Kesempurnaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Melalui komunikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lia Afrilia,2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hambatan anak tunarungu dalam membaca permulaan terjadi pada YC. Subjek YC mengalami katunarunguan yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan bahasa dan bicara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pembelajaran merupakan sebuah proses yang di dalamnya melibatkan berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dikatakan sebagai cikal bakal lahirnya suatu generasi baru, dimana anak menjadi generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang diharapkan mampu memikul
Lebih terperinciMENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Asuhan: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikiologi FIP UPI) Satu kemampuan dari berbagai berbagai kemampuan lain yang sangat penting bagi anak
Lebih terperinciPENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)
58 Penyesuaian Sosial Siswa Tunarungu PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta) Karina Ulfa Zetira 1 Dra. Atiek Sismiati Subagyo 2 Dr. Dede Rahmat Hidayat, M.Psi 3 Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu anak yang bermasalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak setiap orang. Begitu pula pendidikan untuk orang orang yang memiliki kebutuhan khusus. Seperti dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali seperti dijelaskan dalam
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas adalah evolving process yang didukung oleh proses interaksi antara lingkungan, masyarakat serta kebijakan yang menghambat penyandang disabilitas tidak mampu
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO
1 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO Ummurul Hasanah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinci2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial yang mana manusia akan selalu membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja sering kali disebut masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak sebelum akhirnya masuk ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keharusan negara untuk mampu menciptakan rakyat yang cerdas ditiap-tiap bidangnya dan mengenai pendidikan sebagai suatu alat terciptanya negara yang baik dalam perspektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan suatu hal yang penting dalam berbagai strategi
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi kasus di Kelas VIII SMPLB-B Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua entitas yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan diselenggarakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan tubuh yang sempurna. Banyak orang yang mempunyai anggapan bahwa penampilan fisik yang menarik diidentikkan dengan memiliki tubuh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap keluarga menginginkan semua anggota keluarganya dapat tumbuh dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan oleh keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan
Lebih terperinciHubungan Antara Kemampuan Komunikasi dengan Kemandirian pada Remaja Tunarungu. Pembimbing : Ira Puspitawati, S.Psi., M.Si. Revi Syatriani
Hubungan Antara Kemampuan Komunikasi dengan Kemandirian pada Remaja Tunarungu Pembimbing : Ira Puspitawati, S.Psi., M.Si. Revi Syatriani 10502209 ABSTRAK Manusia dalam menjalani hidupnya memerlukan interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang selalu ingin dicapai oleh semua orang. Baik yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka ingin dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Komunikasi merupakan hal terpenting dalam melakukan interaksi. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010
ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan mendasar seseorang untuk dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan komunikasi. Komunikasi juga merupakan bentuk penyampaian pesan dari seseorang kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkomunikasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi semua orang. Banyak orang yang menganggap bahwa berkomunikasi itu suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Namun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendengaran merupakan sensori terpenting untuk perkembangan bicara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendengaran merupakan sensori terpenting untuk perkembangan bicara dan bahasa, berkomunikasi dan belajar. 1 Kehilangan pendengaran terjadi sejak lahir, dampaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Sebagai manusia, remaja pada dasarnya menginginkan kesempumaan
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalab Sebagai manusia, remaja pada dasarnya menginginkan kesempumaan dalam dirinya. Namun kenyataannya terdapat remaja yang dilahirkan dengan kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan bagian tubuh, atau kondisi yang menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Manusia tidak bisa lepas dari hubungannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana menganalisis, memanfaatkan dan mengembangkan keterampilan dan kemampuan pegawai untuk menjamin bahwa tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sempurna, sehat, tanpa kekurangan apapun. Akan tetapi, terkadang ada hal yang mengakibatkan anak tidak berkembang
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18 tahun.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization tahun 2007 memperkirakan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18 tahun. Menurut data
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang SLB-B Putra Harapan Bojonegoro merupakan salah satu sekolah luar biasa khusus penyandang cacat tunarungu yang ada di Bojonegoro yang berada di bawah naungan yayasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan
Lebih terperinciAnak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik
BABI ~ PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Badan Pusat Statistik Nasional, pada tahun 2007, terdapat 82.840.600 anak berkebutuhan khusus diantara 231.294.200 anak Indonesia. (Kementrian Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi
Lebih terperinci1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang
1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya
Lebih terperinci