IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Magang 1. Sejarah Perusahaan CV. Agro Sembarang Ladang adalah perusahaan yang bergerak dibidang peternakan sapi potong khususnya penggemukan (feedlot) sapi potong yang berdiri pada tanggal 1 Oktober Peternakan ini beralamatkan di Dukuh Sentono, Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper 57465, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah dengan kepemilikan oleh Bapak H. Zainal Fanani. Peternakan tersebut awalnya bernama CV. Sumber Baja Perkasa kemudian berganti nama CV. Agro Sembarang Ladang. Pada awalnya peternakan ini hanya memelihara 25 ekor sapi saja untuk penggemukan. Usaha sapi potong ini terus berkembang sampai dengan jumlah 130 ekor, pada tahun 2012 lalu perusahaan ini telah mengeluarkan sapi sebanyak 90 ekor, total sapi yang ada di peternakan pada tahun ini adalah 22 ekor. Bangsa-bangsa sapi yang dipelihara adalah Peranakan Ongole, Peranakan Limousin, Peranakan Simmental. Bakalan sapi tersebut diperoleh dari pasar hewan sekitar melalui blantik. Supervisor akan terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan bakalan-bakalan yang akan digemukkan tersebut. Hal-hal yang melatar belakangi Bapak H. Zainal Fanani untuk mendirikan peternakan sapi potong ini adalah : a. Topografi dan iklim yang ada didaerah Klaten khususnya kecamatan Ceper sangat baik digunakan untuk usaha peternakan khususnya penggemukan sapi potong, karena daerah ini mempunyai suhu sekitar 28 o C - 33 o C dengan curah hujan dan sinar matahari yang cukup, sehingga sangat cocok untuk lokasi peternakan. Selain itu, daerah yang datar dan tidak berbukit-bukit mempermudah akses kegiatan peternakan. b. Ketersediaan bahan pakan yang ada didaerah Klaten khususnya Ceper sangat cocok untuk peternakan sapi potong tersebut. Hijauan yang berupa rumput gajah dapat diperoleh commit dari to user sawah Bapak H. Zainal Fanani yang

2 digilib.uns.ac.id 22 sengaja untuk ditanami, sedangkan jerami didapatkan dari sisa produksi pertanian pada tempat penggilingan padi. c. Tersedianya tenaga lokal yang banyak dan potensial didaerah sekitar areal peternakan dapat diberikan pengalaman dan pengetahuan tentang pemeliharaan ternak. Peternakan tersebut dapat menyerap tenaga dan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada di daerah sekitar peternakan sehingga mengurangi pengangguran. Peternakan sapi potong tersebut secara tidak langsung telah membantu perekonomian warga sekitar areal peternakan dengan terciptanya lapangan pekerjaan. Selain itu, peternakan tersebut juga ramah lingkungan karena tidak mencemari lingkungan dengan dimanfaatkannya limbah ternak yang langsung dibuang ke sawah yang digunakan untuk memupuk rumput gajah. Bapak H. Zainal Fanani mendirikan perusahaan peternakan ini dengan melihat adanya peluang yang baik di bidang peternakan khususnya penggemukan sapi potong. Selain itu, peluang pasar yang cukup besar dengan melihat permintaan akan kebutuhan dan konsumen daging yang selalu meningkat dari tahun ketahun. 2. Lokasi Perusahaan Lokasi ini terletak di daerah dataran rendah yang topografinya datar dan landai serta sekitar kandang merupakan area persawahan yang cukup luas. Daerah ini mempunyai temperature 28 0 C C dengan curah hujan sedang, dan sinar matahari yang cukup, sedangkan ketersediaan air disana sangat melimpah dan ketersediaan pakan hijauan yang sangat melimpah sehingga sangat mendukung usaha peternakan tersebut. Lokasi peternakan sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk agar bau yang dihasilkan oleh ternak yang berupa limbah tidak mengganggu penduduk sekitar. Jarak peternakan atau kandang dari tempat pemukiman penduduk minimal 50 meter (Sarwono dan Arianto, 2002). Lokasi peternakan cukup dekat dengan pemukiman penduduk yaitu sebelah utara Dukuh Candi, meskipun dekat commit dengan to user pemukiman limbah yang dihasilkan

3 digilib.uns.ac.id 23 oleh peternakan ini tidak menggangu penduduk sekitar peternakan karena limbah tersebut langsung dibuang ke area sawah yang digunakan sebagai pupuk rumput gajah. Menurut pernyataan Santoso (2000), bahwa lokasi peternakan sebaiknya jauh dari lokasi pemukiman penduduk serta dekat dengan sarana transportasi, dekat dengan sumber air dan dekat dengan sumber pakan. Pemilihan lokasi peternakan sapi tergantung diantaranya pada geografi dan topografi, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan pakan, ketersediaan air, transportasi dan ketersediaan bakalan yang baik. Batas sebelah utara adalah pemukiman penduduk yang cukup padat yaitu Dukuh Candi, sebelah selatan Desa Sentono, sebelah barat area persawahan dan Desa Pandean, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan area persawahan dan Desa Tegal Rejo. 3. Sturktur Organisasi Suatu perusahaan yang berhasil sukses dan berkembang pesat tidak terlepas dari perencanaan, aspek manajemen, dan kegiatan yang terorganisasi, oleh sebab itu setiap perusahaan atau instansi memerlukan struktur organisasi. Fungsi dari struktur organisasi adalah untuk menentukan, menempatkan, dan memberikan tanggung jawab pekerjaan terhadap karyawan atau tenaga kerja agar setiap karyawan atau tenaga kerja mengetahui hak dan kewajibanya. Secara struktural, susunan organisasi di peternakan ini terdiri dari pemilik sekaligus pimpinan, manajer/supervisor dan Kadiv. Pimpinan perusahaan tertinggi di peternakan ini dipegang oleh satu orang sebagai pemilik sekaligus direktur yaitu Bapak H. Zainal Fanani. Sebagai direktur memiliki wewenang untuk memimpin, mengoordinasi, mengatur, dan mengevaluasi setiap pelaksanaan kegiatan yang ada di peternakan. Dalam pelaksanaannya direktur membawahi : 1. Manajer/supervisor Manajer/ supervisor dipegang oleh Bapak Muhammad Ardiansyah. Manajer/supervisor mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

4 digilib.uns.ac.id 24 a. Mengawasi pelaksanaan kegiatan di setiap divisi yang ada. b. Mengelola usaha yang ada di peternakan. c. Melakukan pencatatan terhadap dana yang masuk maupun yang keluar. 2. Mandor Mandor dipegang oleh Bapak Kusni, mandor memiliki tugas pokok yang berhubungan dengan transportasi baik keluar ataupun ke dalam peternakan, mengawasi serta mengatur pembagian kerja karyawan. 3. Kadiv (Ketua Divisi) Kadiv (Ketua Divisi) bertanggung jawab terhadap kinerja karyawan di setiap masing-masing divisi.

5 digilib.uns.ac.id 25 Pemilik/Pimpinan Bapak H. Zainal Fanani Manajer/Supervisor M. Ardiansyah Mandor Kusni Divisi Kandang Divisi Limbah Divisi Puyuh Feddlot Sapi Andri Adif Kambing & Domba Slamet Limbah Widodo Puyuh Yani Tarno Erwan Divisi Sawah Divisi Tukang Kayu Perawatan Moslem Ngumri Pemotongan Midun Ponirah Pengolahan Poniman,Paidi,Wiyono,Jimin Tukang kayu Sunar Pujianto Gambar 1. Struktur Organisasi CV. Agro Sembarang Ladang

6 digilib.uns.ac.id 26 B. Uraian Kegiatan Magang Kegiatan-kegiatan yang dilakukan diperusahaan adalah usaha penggemukan sapi potong atau feedlot. Kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan pada saat magang selama 1 bulan yaitu pembersihan kandang, pemberian pakan, penanganan kesehatan, pencampuran pakan, penyediaan bahan pakan, dan pengadaan sapi. Kegiatan dimulai pukul WIB dengan membersihkan kandang dan tempat minum, kemudian pukul WIB dan WIB pemberian konsentrat sementara untuk pemberian hijauan diberikan pada pukul WIB dan WIB. Peternakan juga ikut serta dalam pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi peternakann dalam memperbaiki perekonomian dengan menjadikannya sebagai tenaga kerja. Di peternakan ini terdapat 18 tenaga kerja, kegiatan kerja dimulai dari pukul WIB WIB, sedangkan pukul WIB WIB digunakan untuk istirahat. Setiap harinya karyawan mendapatkan makan siang satu kali. Sistem upah yang dilakukan di perusahaan ini menggunakan sistem mingguan atau gaji diberikan satu minggu sekali. C. Pembahasan Kegiatan Magang 1. Ternak Sapi Potong Penggemukan sapi potong adalah suatu sistem pemeliharaan terhadap sapi yang khusus untuk diambil dagingnya. Maksudnya sapi tersebut tidak dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan di sawah atau menarik pedati dan lain-lain. Jadi sapi tersebut hanya dikandangkan secara terus menerus untuk jangka waktu yang ditentukan dengan tujuan utama memperoleh bobot badan yang cepat meningkat sehingga diperoleh daging dengan kualitas baik dan kuantitas/berat yang lebih sebelum dipotong. CV Agro sembarang Ladang merupakan perusahaan yang baru dalam hal peternakan, usaha penggemukan sapi potong ini dijalankan karena pemilik telah mengamati bahwa kebutuhan daging sapi di Indonesia sangat banyak, hal tersebut dimanfaatkan oleh pemilik perusahaan guna meningkatkan kebutuhan daging sapi potong yang ada di Indonesia khususnya wilayah Klaten.

7 digilib.uns.ac.id 27 Tabel 1. Populasi Sapi No Bangsa Sapi Populasi (ekor) 1 Peranakan Limmousin 11 2 Peranakan Simmental 10 3 Peranakan Ongole 1 Sumber : Data Primer CV. Agro Sembarang Ladang Populasi ternak sapi potong yang ada pada peternakan tersebut berjumlah 22 ekor sapi potong terdiri dari bangsa sapi peranakan Limmousine berjumlah 11 ekor, bangsa sapi peranakan Simmental 10 ekor, dan peranakan Ongole berjumlah 1 ekor. Pada awalnya peternakan ini memiliki jumlah sapi mencapai 130 ekor sapi, penurunan populasi ternak tersebut karena pada hari raya idhul adha telah menjual banyak sapi dan hanya tersisa 20 ekor sapi. Pada pertengahan bulan januari perusahaan ini mendatangkan bakalan lagi sejumlah 2 ekor sehingga total populasi sapi yang ada saat ini sejumlah 22 ekor. Sistem pemeliharaan sapi potong di Indonesia dibedakan menjadi tiga, yaitu : intensif, ekstensif, dan usaha campuran (mixed farming). Pada pemeliharaan secara intensif, sapi dikandangkan secara terus-menerus atau hanya dikandangkan pada malam hari dan pada siang hari ternak digembalakan. Pola pemeliharaan sapi secara intensif banyak dilakukan petani peternak di Jawa, Madura, dan Bali. Pada pemeliharaan secara ekstensif, ternak dipelihara di padang penggembalaan dengan pola pertanian menetap atau di hutan. Pola tersebut banyak dilakukan peternak di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan dan Sulawesi (Soeprapto dan Abidin, 2006). Peternakan ini dalam manajemen pemeliharaan sapi potong telah menggunakan sistem pemeliharaan secara intensif yaitu dengan cara mengandangkan sapi tersebut secara terus menerus dan pemberian pakan yang secara intensif guna mempercepat proses pertambahan berat badan dari sapi potong tersebut. Penggunaan sistem ini telah sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Soeprapto dan Abidin bahwa sistem pemeliharaan dibedakan menjadi 3 yaitu intensif, ekstensif, dan campuran. Perusahaan ini menggunakan sistem pemeliharaan secara intensif karena hal tersebut lebih mempercepat proses pertambahan berat badan dari sapi potong, karena sapi tersebut tidak melakukan kegiatan selain makan, minum, berdiri dan duduk

8 digilib.uns.ac.id 28 sehingga energi yang digunakan tidak terlalu banyak hal tersebut akan lebih cepat dalam proses pertambahan berat badannya. 2. Pengadaan Bakalan Sapi Potong Usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang harus diperhitungkan secara matang. Dalam pengembangannya ternak potong memerlukan bibit yang tersedia secara kontinyu, dalam hal ini perusahaan harus benar-benar mempertimbangkan aspek bibit. Bilamana ketersediaan bibit kurang maksimal maka yang akan ditimbulkan adalah terhentinya usaha sapi potong. Dalam hal ini maka sangat merugikan bagi para pengusaha (Akoso, 1996). Perusahaan ini mendapatkan bibit sapi potong dari wilayah sekitar klaten dan pasar sunggingan boyolali. Dengan banyaknya ketersediaan bibit yang ada di sekitar wilayah klaten tidak mengganggu berjalannya peternakan ini. Ketersediaan bibit tersebut sangatlah penting bila tidak dapat terpenuhi maka akan menghambat berjalannya peternakan seperti yang telah disampaikan Akoso. Dalam pengadaan bakalan sapi potong peternakan ini telah memiliki syarat-syarat tertentu antara lain dari segi umur, postur tubuh, berat badan, kesehatan dan harga dari bakalan tersebut. Umur yang ditentukan untuk bibit sapi potong dalam peternakan ini berkisar antara 1,5 tahun 2 tahun, karena pada umur tersebut merupakan masa pertumbuhan sapi potong sehingga diharapkan akan mendapatkan PBB yang cepat. Postur tubuh yang dipilih tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, kemudian ternak tersebut haruslah sehat. Bobot badan berkisar antara 250 kg 350 kg dengan harga perkilogram sebesar Rp Usaha penggemukan sapi potong biasanya membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan 3-4 bulan. Alasannya, pada umumnya sapi jantan memiliki pertumbuhan berat badan harian yang lebih tinggi daripada sapi betina, terutama yang masih produktif (Zainal, 2010). Perusahaan ini tidak mentargetkan dalam pemeliharaannya yakni setiap 4 bulan dijual melainkan menunggu bobot badan yang lebih dan harga jual pasar yang

9 digilib.uns.ac.id 29 tinggi, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Sistem yang dilakukan perusahaan ini berbeda dengan pendapat dari Zainal, 2010 hal tersebut dikarenakan kondisi pasar yang ada apabila harga jual di pasar naik dan bila baru mencapai masa pemeliharaan selama 3 4 bulan maka sapi yang telah digemukkan akan dijual. Jenis sapi yang digemukkan di perusahaan ini antara lain sapi PO (Peranakan Ongole), kemudian peranakan Limousin dan Simmental. Jenis sapi ini dipilih karena memeliki ketahanan tubuh yang baik serta PBBH yang cukup baik, meski sapi PO tidak memiliki PBBH sebaik peranakan limousin dan Simmental, sapi PO ini dipelihara guna untuk menyambut hari raya Idul Adha. Gambar bakalan terdapat pada lampiran Manajemen Perkandangan Kandang bagi sapi ternak potong merupakan sarana yang diperlukan meski ternak sapi tanpa kandang pun tidak banyak mengalami kesulitan. Kandang berfungsi tidak hanya sekedar sebagai tempat istirahat yang nyaman. Kandang untuk sapi potong bisa dibuat dari bahan-bahan sederhana dan murah, tetapi harus dibuat dengan konstruksi yang cukup kuat. a. Tipe Kandang Dewasa ini dikenal dua tipe kandang yang dipergunakan di Indonesia yakni kandang tipe tunggal dan tipe ganda. Didalam kandang tipe tunggal, penempatan sapi-sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran. Lain lagi didalam kandang tipe ganda, penempatan sapi-sapi dilakukan pada dua jajaran atau saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua baris atau jajaran sapi itu dibuat jalur untuk jalan. Jumlah sapi yang akan digemukkan mencapai jumlah 10 ekor maka lebih baik digunakan kandang tipe tunggal. Akan lebih baik digunakan kandang tipe tunggal. Akan tetapi, apabila jumlah sapi yang akan digemukkan lebih dari 10 ekor maka sebaiknya digunkan kandang tipe ganda. Kandang tipe ganda dan saling bertolak belakang

10 digilib.uns.ac.id 30 merupakan tipe kandang yang paling efisien dalam penggunaan tenaga kerja (Siregar, 2003). Kandang bagi ternak sapi yang digemukkan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari hal yang mengganggu kenyamanan ternak seperti halnya cuaca panas ataupun hujan, sehingga bisa mempengaruhi kondisi ternak yang mengakibatkan terhambatnya pertambahan bobot badan ternak. Cuaca tersebut sangat berpengaruh terhadap produksi ternak, bila cuaca terlalu panas sapi akan membutuhkan energi banyak untuk mempertahankan suhu tubuhnya dengan demikian pertambahan bobot badan akan mengalami hambatan. Cuaca yang terlalu dingin juga mempengaruhi pertambahan bobot badan sapi potong, dengan adanya kandang untuk ternak potong tersebut dapat meminimalisir penurunan bobot badan sapi. Pada peternakan ini menggunakan tipe kandang ganda yaitu sapi saling berhadapan (head to head), sapi diikat dengan dua tali guna membatasi ruang gerak sapi. Peternakan ini memiliki 2 kandang tipe ganda (head to head) dengan ukuran 8 x 24 meter 2. Untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, kandang diberi tanda yaitu kandang I, II, dan setiap kandang terdiri dari 2 baris yaitu A dan B, disetiap baris diberi tanda setiap masing-masing individu ternak. Kandang dibuat sedemikian rupa untuk memudahkan aktifitas kandang seperti pemberian pakan, pembersihan kandang dan penanganan kesehatan. Gambar tipe kandang terdapat pada lampiran 5. Setiap individu sapi menempati tempat berukuran 2,5 x 1,5 m didalam kandang kelompok. Tipe kandang ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak yang terbatas sehingga energi yang diperoleh dari pakan dapat lebih banyak masuk untuk produksi daging. Untuk membatasi gerak sapi peternakan ini menggunakan tali yang diikatkan pada leher dan dihubungkan dengan keloh, yang ditali pada dinding commit to tempat user pakan.

11 digilib.uns.ac.id 31 b. Konstruksi Kandang Atap kandang terbuat dari bahan genteng, seng, rumbia, asbes, dan lain-lain. Untuk daerah panas (dataran rendah) sebaiknya menggunakan bahan genting sebagai atap kandang. Kemiringan atap untuk bahan genting adalah 30-45%, asbes atau seng sebesar 15-20% dan rumbia atau alang-alang sebesar 25-30%, ketinggian atap dataran tinggi 2,5-3,5 meter. Bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan ternak. Model atap untuk daerah dataran tinggi hendaknya menggunakan shade atau gable, sedangkan untuk dataran rendah adalah monitor atau semi monitor. Model atap monitor atau semi monitor adalah model kandang yang mempunyai atap dua bidang, sedangkan shade mempunyai atap satu bidang (Reksohadiprojo, 1984). Konstruksi kandang di perusahaan sudah baik dan kuat hal ini ditunjukan dengan dinding kandang yang telah dibuat permanen. Kandang di peternakan ini menggunakan kandang terbuka dengan atap monitor. Pembuatan atap kandang menggunakan asbes, dengan ketinggian 3,5-4 meter. Dengan ketinggian mencapai 4 meter akan memudahkan dalam sirkulasi udara yang berada dikandang selain itu kandang yang berada di peternakan ini merupakan dataran rendah apabila ketinggian atap kurang dari 3,5 meter maka akan membuat kondisi kandang menjadi panas dan berakibat pada produksi daging sapi potong. Tempat pakan di peternakan ini berbentuk cekungan dengan lebar 30 cm, kedalaman 40 cm dan panjangnya 50 cm. Tempat minum berada disebelah tempat pakan dengan lebar 30 cm, kedalaman 40 cm dan panjang 40 cm. Tempat pakan dan minum dibuat secara permanen agar tempat pakan dan tempat minum tidak mudah rusak.

12 digilib.uns.ac.id 32 c. Perlengkapan Kandang Peternakan memiliki peralatan yang memadai, seperti 2 cangkul, 2 skop, 2 garuk kecil, 4 sabit, 1 unit chooper, 1 unit timbangan duduk dengan kapasitas 250kg, 1 unit timbangan sapi dan mobil pick-up. Alatalat ini sangat menunjang pelaksanaan aktivitas kegiatan kandang, dengan demikian pekerjaan akan lebih lancar. Alat-alat diatas memiliki kegunaan yang berbeda-beda seperti cangkul, skop, dan garuk sering digunakan dalam pembersihan feses dari kandang dan pencampuran bahan pakan. Sabit digunakan untuk memotong rumput gajah yang ada dilahan, sedangkan chooper digunakan untuk mencacah atau menghaluskan hijauan segar. Timbangan duduk digunakan untuk menimbang bahan pakan, dan konsentrat yang akan diberikan pada ternak sapi potong. Timbangan sapi digunakan untuk menimbang sapi, penimbangan sapi dilakukan untuk tujuan tertentu seperti penimbangan untuk menentukan jumlah ransum, penimbangan sampel setiap sebulan sekali dan penimbangan ketika akan dijual. Alat yang tidak kalah penting adalah tempat menaikan dan menurunkan sapi. Tempat menaikan dan menurunkan sapi yang dimiliki oleh peternakan ini bukan berupa gundukan tanah atau beton melainkan hanya tanah yang dicor mendatar. Tempat menaikan dan menurunkan sapi ini dibuat mendatar karena memanfaatkan kontur tanah, kandang berada diatas sementara jalannya berada 70 cm berada dibawahnya. Dengan adanya tempat menaikan dan menurunkan sapi yang seperti ini peternakan terlihat tampak rapi, tanpa ada gundukan tanah sebagai tempat menaikan dan menurunkan sapi. 4. Manajemen Pakan a. Jenis Pakan Pakan mempunyai peranan yang penting, baik diperlukan ternak untuk memepertahankan hidupnya dan menghasilkan suatu produksi serta tenaga, bagi ternak dewasa berfungsi untuk memelihara daya

13 digilib.uns.ac.id 33 tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang diberikan pada seekor ternak harus sempurna dan mencukupi. Sempurna dalam arti bahwa pakan yang diberikan pada ternak tersebut harus mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh tubuh dengan kualitas yang baik (Sugeng, 2005). Pakan yang diberikan untuk sapi potong di perusahaan ini terdiri dari 2 jenis yaitu hijauan dan konsentrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1991), yang menyatakan bahwa bahan pakan untuk sapi potong dikelompokkan menjadi dua yaitu hijauan dan konsentrat. a) Hijauan Jenis pakan hijauan yang digunakan di CV. Agro Sembarang Ladang yaitu rumput gajah. Rumput gajah diberikan dalam bentuk segar. Selain rumput gajah, hijauan segar lain yang juga diberikan yaitu rumput liar. Ternak sangat menyukai hijauan dalam periode tersebut, pemberian hijauan dalam jumlah banyak dapat dilakukan tanpa adanya gangguan pencernaan (overfeeding) atau nafsu makan (palatabilitas). Selain itu pemberian hijauan juga menjamin usus besar terisi dengan baik, hal ini diperlukan untuk mengatur pengeluaran feses. Kelebihan rumput gajah adalah sangat disukai ternak, pertumbuhannya cepat dan mengandung nilai gizi yang tinggi pada umur yang masih muda (sebelum berbunga). Kandungan nutrisi rumput gajah menurut Rukmana (2005), terdiri atas : bahan kering (BK) 19,9%; protein kasar (PK) 10,2%; lemak kasar (LK) 1,6%; serat kasar (SK) 34,2%; abu 11,7%; dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 42,3%. b) Konsentrat Pakan konsentrat yang digunakan di CV. Agro Sembarang Ladang yaitu menggunakan konsentrat campuran yang terdiri dari konsentrat jadi, wheat bran, dan ketela pohon, campuran dari bahanbahan tersebut bertujuan commit untuk to user meningkatkan nilai gizi pada pakan

14 digilib.uns.ac.id 34 sehingga memacu pertumbuhan pada sapi potong. Hal ini telah sesuai dengan pendapat Astuti dan Hardjosubroto (1993) yaitu konsentrat merupakan campuran bahan pakan ternak yang mutu dan gizinya baik serta mudah dicerna oleh ternak dengan kandungan protein yang tinggi dan kandungan serat kasar yang rendah. Konsentrat ditambahkan dalam pakan untuk meningkatkan keserasian gizi. Pemilihan konsentrat jadi (Nutrifeed) sebagai bahan utama dalam penyusunan konsentrat karena dinilai kandungan nutrisinya lebih lengkap, mudah dalam pengolahan kembali untuk difermentasi dan tidak banyak membutuhkan waktu, serta tenaga. Berikut adalah kandungan nutrisi pada konsentrat jadi (Nutrifeed). Tabel 2. Kandungan Nutrien Konsentrat Nutrifeed Nutrien Kandungan Bahan kering Min 86,00 % Protein kasar Min 13,50 % Serat kasar Min 16,00 % Lemak kasar Min 3,50 % BETA N Min 58,00 % Calsium Min 0,90 % Phospor Min 0,50 % Vitamin 0,3 KIU / Kg NE. g Kkal / Kg DE Kkal / Kg ME Kkal / Kg Sumber : Brosur Nutrifeed (Januari 2013) Menurut Purnomoadi (2003), pakan yang diberikan pada ternak harus dapat memenuhi kebutuhan nutrien ternak untuk berbagai fungsi fisiologis tubuhnya, seperti hidup pokok dan produksi. Kebutuhan hidup pokok adalah kebutuhan nutrien untuk memenuhi proses-proses hidup saja tanpa adanya suatu kegiatan dan produksi (pertumbuhan, kerja dan produksi susu). Sedangkan kebutuhan produksi adalah kebutuhan nutrien untuk pertumbuhan, kebuntingan, produksi susu dan kerja. Nutrien diperlukan oleh ternak ruminansia untuk kebutuhan hidup pokok maupun untuk produksi

15 digilib.uns.ac.id 35 adalah energi, protein, mineral, vitamin dan air. Nutrien tersebut terdapat dalam berbagai jenis pakan yang dapat diformulasikan mejadi ransum. Berikut adalah kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum. b. Sumber Pakan Pakan di peternakan ini berupa hijauan dan konsentrat yang diformulasi sendiri. Hijauan berupa rumput gajah dan rumput liar yang diperoleh dari lahan sendiri. Untuk pakan konsentrat Nutrifeed diperoleh dari KJUB Puspetasari, Klepu, Ceper. Wheat bran diperoleh dari PT. Sriboga Raturaya, Semarang, starbio diperoleh dari LHM (Lembah Hijau Multifarm), Solo, ketela pohon diperoleh dari Jatinom, Klaten dan tetes diperoleh dari toko disekitar Ceper. Untuk pembelian konsentrat Nutrifeed, ketela pohon dan wheat bran biasanya diantar lansung oleh agen ke perusahaan. Bahan pakan tersebut kemudian disimpan dalam gudang pakan. Hal tersebut telah sesuai dengan pernyataan Edy dan Endang (2009), gudang pakan digunakan untuk menyimpan sementara bahan pakan yang belum siap disajikan kepada ternak. Persyaratan yang harus dipenuhi dari gudang konsentrat adalah terhindar dari serangan hama seperti tikus, serangga dan lain-lain yang dapat merusak kualitas pakan. Berikut adalah daftar harga bahan pakan penyusun ransum. Tabel 3. Daftar Harga Bahan Pakan No Jenis Pakan Harga (Rp/kg) 1 Konsentrat (Nutrifeed) Wheat brand Ketela pohon Starbio Tetes (Rp/liter) Sumber : Data sekunder CV. Agro Sembarang Ladang. Pakan konsentrat yang diberikan untuk sapi potong terdiri dari tiga macam bahan pakan yaitu konsentrat Nutrifeed, wheat bran dan ketela pohon. Berikut adalah komposisi bahan pakan penyusun konsentrat.

16 digilib.uns.ac.id 36 Tabel 4. Komposisi Bahan Pakan Penyusun Konsentrat No Bahan Pakan Jumlah (kg) 1 Nutrifeed Ketela pohon Wheat bran 50 4 Starbio 0,5 5 Vitamin 0,5 6 Garam 1 7 Tetes (liter) 5 8 Air (liter) 15 Sumber : Data primer CV. Agro Sembarang Ladang. Pengolahan bahan pakan konsentrat yaitu dengan fermentasi. Bahan pakan yang difermentasi yaitu konsentrat jadi (Nutrifeed), konsentrat tersebut difermentasi dengan starbio sebagai starter. Konsntrat Nutrifeed difermentasi selama tiga hari. Sebelum diberikan kepada ternak, konsentrat Nutrifeed yang telah difermentasi terlebih dahulu dicampur dengan wheat bran dan ketela pohon yang terlebih dahulu dicacah dan dilayukan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi zat antinutrisi yang terkandung di dalam ketela pohon. c. Jumlah Pemberian Pakan Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia beralat pencernaan yang terbagi atas empat bagian, yakni rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Dengan alat ini, sapi mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar dan mampu mencerna bahan pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi. Pakan yang diberikan pada sapi potong harus memenuhi kebutuhan secara kuantitatif dan kualitattif. Kebutuhan kuantitatif dihitung berdasarkan bahan kering (BK). Kebutuhan BK untuk sapi penggemukan berkisar antara 3-4 persen dari bobot badan (Abidin, 2002). Jumlah pakan hijauan yang diberikan pada sapi potong di CV. Agro Sembarang Ladang sebanyak 12 kg/ekor/hari dan konsentrat sebanyak 10 kg/ekor/hari. Hasil dari perhitungan menujukkan bahwa bahan kering pakan yang dibutuhkan untuk sapi dengan bobot badan rata-rata 346 kg sebanyak 10,4 kg/ekor.

17 digilib.uns.ac.id 37 Maka didapatkan perbandingan hijauan dan konsentrat sebesar 23,1 : 76,9 persen. Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap hari sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, atau menyusui), kondisi tubuh (normal atau sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperature, kelembaban). Dengan demikian setiap ekor sapi yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula. Di peternakan ini memberikan ransum berdasarkan berat badan sapi karena dianggap cukup tepat antara jumlah nutrisi dengan kebutuhan ternak. Ransum yang diberikan pada peternakan ini adalah konsentrat yang diformulasi sendiri, dan rumput gajah. Bahan pakan didalamnya mempunyai kandungan air, ada yang tinggi kandungan airnya dan ada pula yang rendah kandungan airnya didalam bahan pakan yang sangat bervariasi.dalam bahan pakan selain kandungan air juga memiliki kandungan bahan kering pakan, dalam bahan kering ini terdapat bahan organik dan anorganik. Bahan organik mengandung berbagai nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin, sedangkan bahan anorganik berupa mineral yang dikandungnya. d. Frekuensi Pemberian Pakan Frekuensi pemberian pakan yang ada di perusahaan ini yaitu sebanyak 4 kali dalam sehari. Pemberian pakan konsentrat dilakukan pada pagi hari pukul WIB dan sore hari pada pukul WIB. Untuk pakan hijauan diberikan pada pukul WIB dan sore hari pada WIB. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2007), yang menyatakan bahwa teknik pemberian ransum yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsntrat dengan hijauan. Pemberian commit konsentrat to user dapat dilakukan dua kali dalam

18 digilib.uns.ac.id 38 sehari atau tiga kali dalam sehari semalam. Pemberian konsentrat dua kali dalam sehari semalam dapat dilakukan pada pagi hari sekitar pukul dan sekitar pukul Lain lagi dengan pemberian konsetrat yang dilakukan tiga kali dalam sehari semalam. Hal ini dapat dilakukan pada saat pukul 08.00, sekitar pukul 12.00, dan sekitar pukul Pakan hijauan diberikan dua jam setelah pakan konsenrat diberikan. Menurut Siregar (2007), pemberian konsentrat dan hijauan diatur dalam suatu teknik yang memberikan tingkat kecernaan ransum yang lebih tinggi sebab pemberian hijauan yang hampir bersamaan waktunya dengan pemberian konsentrat akan berakibat pada penurunan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum. Hal ini terjadi karena mikroorgaisme dalam rumen mempunyai preferensi untuk mencerna konsentrat terlebih dahulu (umunya konsentrat lebih mudah dicerna daripada hijauan). Pemberian konsentrat yang dilakukan 1-2 jam sebelum pemberian hijauan bertujuan untuk meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum. Peningkatan kecernaan ini terjadi karena pada rumen sapi terjadi peningkatan populasi mikrobia rumen dan saat memakan hijauan mikrobia yang banyak akan membantu dalam proses pencernaannya. e. Cara Pemberian Pakan dan Air Minum Pemberian pakan yang dilakukan di CV. Agro Sembarang Ladang yaitu dengan cara dibatasi (restricted). Hal ini untuk menghindari terbuangnya pakan sehingga tidak efisien. Sebelum dilakukan pemberian pakan, setiap pagi tempat pakan dibersihkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar tempat pakan bersih dari kotoran sisa pakan yang tidak termakan. Air minum diberikan secara terusmenerus (ad libitum). Tempat pakan dan minum dibuat dengan konstruksi yang mudah dibersihkan. Pemberian pakan di peternakan ini terdiri dari dua macam cara pemberian yaitu:

19 digilib.uns.ac.id 39 1) Pemberian Konsentrat Konsentrat setelah dicampur manual menggunakan skop dan cangkul kemudian dimasukkan kedalam bak plastik sesuai dengan kebutuhan ternak yang telah ditentukan oleh menejer. Konsentrat yang telah siap diberikan kepada ternak kemudian dibawa menuju kandang ternak menggunakan gerobak, dalam sekali jalan dapat membawa sampai 6 bak (110kg untuk 22 ekor sapi). Setelah tiba dikandang pakan dituang kedalam tempat pakan agar konsentrat tidak tercecer. 2) Pemberian Hijauan Segar Pemberian hijauan segar di peternakan ini sangat terpenuhi hal ini disebabkan karena perusahaan memiliki lahan sendiri untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi potong. Rumput segar yang didapatkan dari lahan tidak dapat langsung diberikan kepada ternak, rumput tersebut harus dilakukan pencacahan dengan menggunakan chooper. Rumput yang telah dicacah kemudian dimasukkan kedalam karung sebanyak kg per karung untuk 2-3 ekor sapi. Pemberian hijauan dilakukan pagi hari dan sore hari setelah pemberian konsentrat. Tubuh hewan juga memerlukan air untuk mengatur suhu tubuh, membantu proses pencernaan, mengangkut zat-zat pakan, dan mengeluarkan bahan-bahan yang tak berguna lagi. Kebutuhan air bagi hewan ternak tergantung pada berbagai faktor diantaranya kondisi iklim, bangsa sapi, umur dan jenis pakan yang disajikan. Kebutuhan air bagi sapi yang lebih muda lebih banyak, apalagi jika kondisi lingkungan atau suhu meningkat tinggi. Kebutuhan air tesebut dapat terpenuhi melalui air minum, air yang terkandung di dalam pakan dan air yang berasal dari proses metabolism zat pakan dalam tubuh (Sugeng, 1992). Kebutuhan sapi akan air sangat terpenuhi karena pemberian air minum untuk ternak commit sapi to potong user diberikan secara terus menerus,

20 digilib.uns.ac.id 40 tempat minum dibersihkan satu kali sehari setiap pagi hari. Air yang ada dalam tubuh sapi berfungsi untuk mengatur suhu badan, membantu proses metabolisme, mengangkut sari makanan keseluruh bagian tubuh dan mengeluarkan sisa makanan. 5. Manajemen Kesehatan dan Penyakit Kesehatan ternak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peternakan sapi potong. Kerugian besar seringkali disebabkan oleh timbulnya penyakit yang melanda ternak-ternak yang ada. Secara umum, kerugian usaha akibat serangan penyakit bias dilakukan dengan menjaga kesehatan ternak. Penyakit bakterial adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit viral adalah jenis penyakit yang disesbabkan oleh serangan virus (Edy rianto dan Endang purbowati, 2010). Kerugian yang cukup besar dalam usaha peternakan sapi potong seringkali disebabkan oleh timbulnya penyakit yang melanda ternak. Secara umum kerugian usaha akibat serangan penyakit bisa ditanggulangi dengan cara menjaga kebersihan dan menjaga kesehatan ternak tersebut, antara lain dengan cara sebagai berikut: a. Vaksinasi terhadap ternak secara teratur terhadap penyakit yang diketahui sering timbul di daerah tersebut. b. Menjaga sanitasi lingkungan dengan baik. c. Melakukakan desinfekstan pada kandang dan peralatan kandang. d. Memeriksa kesehatan ternak secara teratur. e. Menjauhkan ternak-ternak yang terkena penyakit menular dari ternak yang sehat. Peternakan ini lebih mengutamakan pencegahan daripada pengobatan. Pencegahan dilakukan dengan cara menjaga lingkungan kandang yang sehat agar bibit penyakit tidak mudah berkembang seperti menjaga kebersihan kandang, penyemprotan kandang dengan menggunakan desinfektan dalam jangka waktu tertentu. Pemberian pakan dan tempat minum yang terpisah dan selalu menjaga kebersihannya. Sanitasi merupakan cara tepat commit untuk to menganggulangi user terjadinya penyakit.

21 digilib.uns.ac.id 41 Sanitasi dilakukan sebagai upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, agar ternak terbebas dari serangan penyakit. Menurut Sugeng (2005) sanitasi lingkungan dilakukan untuk menciptakan rasa nyaman pada sapi maupun peternak, serta bebas dari gangguan infeksi penyakit yang dapat merugikan ternak. Sanitasi lingkungan dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan kandang antara lain jalan, gang antar kandang, gang didalam kandang, tempat penampungan air, saluran drainase dan halaman dari kotoran. Pembersihan dengan menggunakan air dilakukan 2-3 hari sekali dengan cara menyemprotkan air kelantai kandang dan dinding. Penyakit yang paling sering menyerang sapi yaitu luka lecet yang diakibatkan karena gesekan dengan benda disekitar kandang atau karena serangga-serangga, penanganannya dengan memberikan obat gusanex dengan cara disemprotkan dengan cara 10 cm. Untuk meningkatkan nafsu makan dengan cara memberikan suntikan vitamin B-komplek, dengan dosis pemberian untuk sapi ukuran kecil dan besar cc. Usaha pencegahan penyakit cacingan dengan memberikan Kalbazen-z. Diberikan saat dirasa perlu, dalam sekali pemberian 10 cc berat badan 400 kg keatas dan 5 cc untuk berat badan 200 kg kebawah, cara pemberiannya yaitu dengan memasukkan kedalam mulut sapi (per oral) (Siregar, 2002). Penyakit dan gangguan pencernaan yang sering muncul di peternakan antara lain cacingan, luka pada kulit, diare dan kembung. Akan tetapi selama pelaksanaan magang di peternakan ini tidak pernah terjadi sapi sakit sehingga hanya informasi yang didapatkan. Penyakit diare pada sapi tidak parah/fatal (feses tidak terlalu encer), selagi fesesnya tidak terlalu encer tidak dilakukan pengobatan hanya saja diberi perlakuan khusus seperti pemberian hijauan yang lebih banyak dan hijauan yang tidak terlalu muda. Kembung disebabkan oleh tingginya kandungan gas dalam pakan. Beberapa bahan pakan yang mengakibatkan kembung adalah pemberian hijauan muda yang terlalu commit banyak. to user Selain kembung dan diare penyakit

22 digilib.uns.ac.id 42 yang disebabkan oleh asupan pakan yang tidak tepat adalah keracunan. Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa pakan yang dikonsumsi ternak, beberapa bahan pakan yang menimbulkan keracunan adalah asam sianida (HCN) yang terdapat pada rumput benggala, rumput bracheria dan terdapat pada tanaman legumenosa (gamal) dan ketela pohon. Asam sitrat terdapat hampir disemua jenis pakan ternak, terutama pada bagian daun. 6. Manajemen Penanganan Limbah Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak dan lain-lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair. Limbah cair seperti urine dan limbah padat seperti feses, sisa pakan, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen dan lainlain. Limbah ternak yang berupa kotoran ternak, baik padat (feses) maupun cair (air kencing, air bekas mandi sapi, air bekas mencuci kandang dan prasarana kandang) serta sisa pakan yang tercecer merupakan sumber pencemaran lingkungan paling dominan di area peternakan. Limbah ternak dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan bau yang menyengat, sehingga perlu penanganan khusus agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan (Sarwono dan Arianto, 2002). Limbah ternak sapi potong yang berupa feses, urine dan sisa-sisa pakan yang telah terbuang/tidak dimakan yang ada di peternakan ini tidak dilakukan pengolahan melainkan langsung dibuang ke ladang rumput. Limbah di peternakan ini sudah pernah diolah pada tahun lalu untuk menambah pendapatan tetapi pada tahun ini telah dihentikan karena ladang rumput yang dimiliki oleh peternakan ini masih membutuhkan pupuk yang cukup banyak sehingga limbah ternak yang dihasilkan langsung dibuang ke ladang untuk memenuhi kebutuhan yang ada di ladang. 7. Pemasaran Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat

23 digilib.uns.ac.id 43 memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Dharmesta dan Handoko, 1997). Pada peternakan CV. Agro Sembarang Ladang melakukan penjualan dengan menggunakan sistem penjualan bobot hidup sapi. Penjualan dengan sistem timbangan dilakukan pada pedagang pengepul yang akan dikirim ke perusahaan pengolahan daging di daerah jakarta dan bandung. Untuk menghindari kerugian dalam penjualan dengan menimbang sapi-sapi yang akan dijual untuk menentukan harga jual sapi dengann perhitungan berat hidup sapi x harga/kg hidup sapi. Begitu pula dengan penjualan dengan pengepul sapi yang ada di jakarta dan Bandung, untuk menghindari kerugian dengan perjanjian bahwa penjualan sapi berdasarkan penimbangan yang dilakukan pihak peternak sehingga peternak tidak dirugikan dengan adanya penurunan berat badan sapi yang diakibatkan stres sapi pada saat pengangkutan. Secara sederhana analisis usaha penggemukan sapi potong adalah menghitung jumlah penerimaan dan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Selisih dan jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan. Pada dasarnya pendapatan dari usaha penggemukan sapi potong sangat tergantung dari pertambahan berat badan (PBB) yang dihasilkan selama periode penggemukan. Semakin tinggi PBB berarti semakin tinggi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PELAKSANAAN

TATA LAKSANA PELAKSANAAN digilib.uns.ac.id 9 III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN Kegiatan magang perusahaan ini dilaksanakan selama 1 bulan yakni dari tanggal 18 Pebruari sampai dengan 18 Maret 2013 yang bertempat di perusahaan peternakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan digilib.uns.ac.id 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos Indikus (zebu : berpunuk), Bos Taurus dan Bos Sondaikus (Sugeng, 2001). Dijelaskan

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Peternakan Dewi merupakan peternakan rakyat yang bergerak di bidang peternakan sapi potong (penggemukan), berlokasi Di Desa Gupit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak 8 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian keluaran kreatinin pada urin sapi Madura yang mendapat pakan dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penampilan Produksi Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sapi PO maupun sapi Brahman, turunan dari Bos indicus. Sapi

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Evaluasi Panjang Potongan Hijauan yang Berbeda dalam Ransum Kering Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Kambing Lokal dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi 22 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi Madura Jantan yang Mendapat Kuantitas Pakan Berbeda dilaksanakan pada bulan Juni September 2015. Lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah (Pannisetum purpureum

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok Ternak Rukun Tani 1. Keadaan Umum Kelompok Ternak Rukun Tani yang diketuai oleh Bp. Sunarjo dengan pekerjaan petani, merupakan salah satu unit usaha masyarakat

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta memiliki wilayah kepulauan yang

Lebih terperinci

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011) METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma dilakukan di Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura memiliki ciri-ciri antara lain berwana kecoklatan hingga merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut Sugeng(2005) sapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI Volume 15, Nomor 2, Hal. 51-56 Juli Desember 2013 ISSN:0852-8349 KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PAKAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN SAPI POTONG CV. SUMBER BAJA PERKASA KABUPATEN KLATEN

MANAJEMEN PAKAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN SAPI POTONG CV. SUMBER BAJA PERKASA KABUPATEN KLATEN MANAJEMEN PAKAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN SAPI POTONG CV. SUMBER BAJA PERKASA KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh : Nanang Sulaiman H.3406019 PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 2012 yang bertempat di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Analisis

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI CV. SUMBER BAJA PERKASA KABUPATEN KLATEN

MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI CV. SUMBER BAJA PERKASA KABUPATEN KLATEN MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI CV. SUMBER BAJA PERKASA KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh : Alfianus Dangga Didy H.3406013 PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi

memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bangsa-bangsa Sapi Potong Sapi Limousin merupakan sapi tipe potong yang berasal dari prancis. Ciri-ciri dari sapi limousin adalah warna bulu merah coklat, tetapi pada sekeliling

Lebih terperinci

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46 Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi kambing di Indonesia berjumlah 18 juta ekor. Jumlah ini sangat besar dibandingkan dengan jenis ternak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Geografi Desa Celawan a. Letak dan Geografis Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mdpl, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi pakan dengan level (kuantitas) yang berbeda dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2013 selama 3

Lebih terperinci

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Disusun oleh : Wasis Budi Hartono ( Penyuluh Pertanian BP3K Sanankulon ) A. Pendahuluan Pola peternakan kambing dan domba potong atau pedaging di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura adalah salah satu plasma nutfah yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan sebagai ternak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. Bahan Penelitian 3.. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan bobot badan 300-900 gram per ekor sebanyak 40 ekor (34 ekor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Analisis aspek kelayakan non finansial dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan yang berpengaruh pada proses alternatif pengambilan keputusan terbaik dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan LAPORAN PENYULUHAN DALAM RANGKA MERESPON SERANGAN WABAH PENYAKIT NGOROK (Septicae epizootica/se) PADA TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SAMOSIR BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di kandang kambing Kelompok Tani Ternak Tunas Melati, di desa Cepoko Kuning, Batang, Jawa Tengah serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga Januari 2015 di kandang peternakan Koperasi Gunung Madu Plantation,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah: Wafer Pakan (Feed Wafer) Roti/Wafer pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan ternak, terutama pada musim kemarau. Stevent

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedet Pedet merupakan ternak replacement stock. Pemberian suplemen pada pedet prasapih pada awal laktasi diharapkan akan dapat mengendalikan penyebab terjadinya penurunan kemampuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Itik merupakan sumber daya genetik yang tinggi keanekaragamannya, baik dalam hal jenis maupun potensi produksinya. Ternak itik juga mempunyai potensi untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak 10 BAB III MATERI DAN METODE Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian dilaksanakan mulai

Lebih terperinci