BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian (pro posal penelitian) yang telah disetujui oleh dosen pembimbing

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian (pro posal penelitian) yang telah disetujui oleh dosen pembimbing"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis melakukan berbagai persiapan penelitian diantaranya, terlebih dahulu penulis membuat rancangan penelitian (pro posal penelitian) yang telah disetujui oleh dosen pembimbing akademik, lalu proposal tersebut diseminarkan. Selanjutnya penulis melakukan beberapa kali revisi proposal penelitian sampai kedua narasumber menyetujui proposal penelitian tersebut bisa dijadikan skripsi. Setelah kedua narasumber menyetujui barulah penulis mendapatkan SK pembimbing dari jurusan. Kemudian penulis melakukan bimbingan skripsi hingga bab 2 sampai pada pembuatan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi yang mencakup aspek yang akan diteliti. Selanjutnya penulis mengurus surat izin penelitian ke bagian akademik Fakultas Ushuluddin UIN Imam Bonjol Padang. Setelah surat izin diperoleh kemudian penulis menuju kantor Kesatuan Bangsa dan Politik yang berada di Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman untuk mengurus surat rekomendasi untuk diteruskan ke tempat lokasi penelitian. Setelah surat rekomendasi dikeluarkan selanjutnya penulis menyerahkan surat rekomendasi tersebut kepada Kepala Rumah Tahanan Negara di Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman tempat penulis akan melakukan penelitian. Kemudian barulah penulis melakukan penelitian selama tiga bulan yaitu Mei-Juli

2 B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Klas II B Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman. Rumah Tahanan Negara (RUTAN) merupakan unit pelaksana teknis yang berada di bawah naungan kantor wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Barat yang beralamat di jalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 26 Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman. Rutan Klas II B Lubuk Sikaping berkapasitas 113 orang narapidana. Kabupaten Pasaman penduduknya mayoritas beragama Islam (hampir 85%) dan khusus di Rutan Klas II B Lubuk Sikaping dihuni oleh narapidana beragama Islam (95%) dan Nasrani (5%). Selain di rutan, penulis melakukan penelitian terhadap subjek korban yaitu di daerah nagari pauah kecamatan lubuk sikaping tepatnya di rumah orang tua subjek, dan di rumah nenek korban di daerah nagari daliak yang masih masuk kecamatan lubuk sikaping kabupaten pasaman. Gambaran tempat tinggal korban yaitu masyarakat sekitar tempat tinggal korban mayoritas merupakan pendatang, bukan asli warga lubuk sikaping. Masyarakat sekitar terdiri dari berbagai profesi serta memiliki kesibukan masing-masing sehingga jarang adanya komunikasi antar tetangga. C. Gambaran Umum Subjek Penelitian 1. Latar Belakang Subjek (Subjek I) Subjek berinisial A merupakan seorang laki-laki yang terjerat kasus asusila (kekerasan seksual pada anak). Lahir di Lubuk Sikaping tanggal 01 Januari Sekarang ia berumur 57 tahun. A merupakan warga Lubuk 58

3 Sikaping yang beralamatkan di Nagari Pauah Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman. Saat ini A menjadi narapidana yang telah menjalani masa tahanan selama lima (5) tahun dari vonis 17 tahun penjara di Rutan Klas II B Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman. Sebelum A menjadi narapidana, A adalah seorang Ayah yang memiliki anak lima (5) orang. Sehari -hari A dan Isteri bekerja sebagai petani dan terkadang membantu isteri untuk menjual gorengan yang memiliki warung kecil-kecilan di depan rumah. 2. Latar Belakang Subjek (Subjek II) Subjek kedua dalam penelitian ini adalah anak perempuan kandung berinisial R yang menjadi korban tindak kekerasan seksual oleh orang tua kandung (Ayah) nya sendiri. R lahir di Lubuk Sika ping 11 Maret 1997 dan sekarang R berusia 20 Tahun. R saat ini tinggal bersama suami di Payakumbuh. Kesehariannya adalah menjadi Ibu rumah tangga yang memiliki satu orang anak dan terkadang membantu suami di sawah. Usia pernikahan R dengan suami sudah empat tahun lamanya. Selama menikah R dan suami baik-baik saja dan dikaruniai seorang anak laki-laki yang sekarang telah berumur dua setengah tahun. Penulis mengenal subjek cukup baik, penulis merasa R memiliki sikap yang ramah ketika pertama kali bertemu. Kendalanya ketika pertama kali ditemui suami R agak keberatan untuk memberikan izin R untuk diwawancarai, namun setelah beberapa pertimbangan suami R mengizinkan. Barulah setelah itu penulis mengatur jadwal wawancara. 59

4 D. Hasil Penelitian Bab ini akan menampilkan data-data yang penulis dapatkan melalui lembar identitas diri dan jawaban informasi berdasarkan panduan wawancara. Penulis melakukan analisis data dengan melakukan pengolahan data dari hasil wawancara dengan mengelompokan berdasarkan tema utama dalam penelitian ini dan menggunakan dasar teori yang diuraikan pada bab II. Penulis menggunakan hasil analisis wawancara dalam bentuk narasi untuk melihat apa faktor-faktor yang melatarbelakangi tindak kekerasan seksual pada anak dan dampak yang dialami anak. Penelitian mengungkapkan aspek internal dan aspek eksternal, serta untuk melihat dampak pada anak dilihat dari aspek stres pascatrauma, gangguan jiwa lainnya dan penyakit kelamin. 1. Deskripsi Data Subjek I (Pelaku) a. Wawancara Proses wawancara subjek I yang berinisial A dilakukan di Rutan tepatnya di ruangan bagian pelayanan. Sebelumnya penulis telah sempat melakukan observasi sekaligus wawancara tidak terstruktur terlebih dahulu lima hari sebelum kegiatan wawancara sebenarnya dimulai. Wawancara ini dilakukan pada hari Senin, tanggal 29 Mei 2017, Pukul WIB dengan mewawancarai A (pelaku tindak kekerasan seksual). Wawancara ini dilakukan dengan topik faktor-faktor yang melatarbelakangi kekerasan seksual terjadi, sebanyak tiga sesi wawancara 60

5 dalam satu hari, dikarenakan subjek tidak memberikan izin penulis untuk merekam. Untuk itu penulis membagi wawancara menjadi tiga sesi agar bisa persesinya penulis mencatat dengan baik hal-hal penting terkait topik yang hendak ditanyakan. Wawancara sesi pertama pada pukul WIB, selanjutnya pada sesi kedua pada pukul , terakhir sesi ketiga setelah shalat dzuhur dan istirahat pada pukul b. Observasi Proses observasi dilakukan di Rutan klas II B Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman. Observasi penulis lakukan sebanyak lima kali. observasi dilakukan sebelum kegiatan wawancara dimulai. Observasi pertama dilakukan pada hari Jum at tanggal 19 Mei 2017, dimulai pada pukul , Pukul dan Pukul WIB penulis melihat kegiatan A pada hari itu. Adapun yang penulis observasi adalah kegiatan pembinaan narapidana dan bagaimana interaksi A dengan narapidana lainnya di Rutan tersebut serta mengobservasi sesuai dengan guide line observasi yang sebelumnya telah dipersiapkan. Selanjutnya observasi kedua dilakukan pada hari Sabtu, 20 Mei 2017, dimulai pada pukul , Pukul 12.15, dan Pukul WIB penulis melihat kegiatan A pada hari itu. Adapun yang penulis observasi adalah kegiatan pembinaan narapidana dan bagaimana interaksi A dengan narapidana lainnya di Rutan tersebut. 61

6 Lalu observasi ketiga dilakukan pada hari Senin, 22 Mei 2017, dimulai pada pukul , observasi pada tanggal ini penulis lakukan sambil berinteraksi langsung dengan subjek. Adapun yang penulis observasi adalah bagaimana sikap respon (pe rilaku yang nampak) A ketika diajak berbicara langsung. Lanjut pada pukul dan pukul WIB, yang penulis observasi adalah kegiatan pembinaan keagamaan. Kemudian obervasi keempat dan kelima dilakukan pada hari Kamis dan Juma at, tanggal 25 dan 26 Mei 2017, dimulai pada pukul , Pukul dan Pukul WIB penulis melihat kegiatan A pada hari itu. Adapun yang penulis observasi adalah kegiatan pembinaan narapidana dan bagaimana interaksi A dengan narapidana lainnya di Rutan tersebut. Subjek II (Korban) a. Wawancara Proses wawancara dilakukan pada R di Nagari Pauah Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman di rumah orang tuanya. Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 19 Juni 2017, Pukul WIB. Wawancara ini dengan topik dampak kekerasan seksual. Seperti wawancara pada subjek sebelumnya, kegiatan wawancara ini juga didahului oleh kegiatan observasi yang penulis lakukan terhadap R. Hal ini sekaligus supaya dapat menjalin rapport yang baik, agar proses wawancara juga berjalan lancar. Wawancara ini dilakukan dalam 62

7 satu hari, hal ini dikarenakan susahnya penulis untuk menemui R sebab R menetap di Payakumbuh bersama suami. Wawancara berlangsung selama hampir 2 jam. Wawancara ini dilakukan untuk melihat dampak yang terjadi akibat tindak kekerasan seksual yang dialami oleh korban. Sebelum melakukan wawancara penulis terlebih dahulu juga meminta izin kepada R untuk menggunakan alat perekam. b. Observasi Proses observasi dilakukan di tempat jualan Ibu R. Observasi penulis lakukan sebelum kegiatan wawancara dimulai. Observasi dilakukan pada hari Rabu, tanggal 31 Mei 2017, pukul WIB. Adapun yang penulis observasi adalah bagaimana perilaku dan interakasi R dalam keluarganya serta lingkungan sekitar tempat jualan Ibunya. Kemudian observasi kedua dilakukan pada hari Kamis, tanggal 1 Juni 2017, pada pukul WIB. Adapun yang penulis observasi adalah bagaimana perilaku dan interaksi R dalam keluarganya serta lingkungan sekitar tempat jualan Ibunya. Selain itu observasi yang juga dilakukan sesuai dengan guideline yang telah dipersiapkan sebelumya pada saat wawancara berlangsung. 2. Analisis Data Analisis Subjek Penelitian a. Subjek Pertama 1. Identitas Subjek 63

8 Inisial Jenis Kelamin Usia : A : Laki-Laki : 57 Tahun Pekerjaan : - 2. Hasil Observasi Observasi yang dilakukan terhadap subjek I, yaitu A, dilakukan di Rumah Tahanan (Rutan) tepatnya di sekitar lingkungan rutan dan di ruangan pelayanan. Observasi dimensi pertama yaitu aspek interen yang terdiri dari faktor kejiwaan, faktor biologis dan faktor moral. Hasil observasi terhadap A terlihat pada saat di wawancarai, A gelisah tidak tenang dalam menjawab setiap pertanyaan, tidak fokus dalam menjawab terlihat dari lamanya A menjawab pertanyaan dan terkadang penulis harus mengulang pertanyaan untuk A. Ketika menjawab setiap pertanyaan A terkadang menunduk terkadang tidak melihat wajah lawan bicaranya namun saat penulis melontarkan setiap pertanyaan A mendengarkan dengan baik tanpa menyela pembicaraan. Saat penulis mengucap salam saat hendak bertemu, A menjawab salam namun dengan nada suara kecil sambil menunduk. Penulis juga melihat A pada jam-jam shalat, A selalu shalat tepat waktu. Aspek kedua yaitu faktor eksteren, yang terdiri dari faktor sosial budaya, faktor ekonomi, dan media massa. Hasil temuan observasi terhadap A adalah terlihat setiap harinya A bekerja 64

9 membersihkan lapangan sekitar taman bersama dengan narapidana lainnya. Selain itu A sepertinya memiliki sosial interaksi yang baik itu terlihat dari A bekerja sambil berbincang-bincang akrab dengan narapidana lainnya. Namun penulis temui pada saat minggu kunjungan dari keluarga, penulis tidak melihat adanya keluarga A berkunjung. Jadi penulis tidak dapat melihat bagaimana interaksi antara A dan keluarga. Saat setelah pekerjaan A selesai, terlihat A sedang membaca surat kabar, penulis tidak dapat melihat secara dekat topik apa yang sedang dibaca, namun saat sesi wawancara A mengatakan bahwa ia memang suka membaca baik itu surat kabar, majalah, dan novel. A mengakui memang terkadang suka membaca berita sampai cerita novel, bahkan kisah nyata atau yang berbau seks. 3. Hasil Wawancara a. Di Tinjau dari Aspek Internal (dalam diri pribadi) 1. Faktor Kejiwaan Analisis data dari faktor-faktor penyebab tindak kekerasan seksual orang tua pada anak kandung dari aspek interen (dalam diri pribadi) terdiri dari tiga indikator yaitu faktor kejiwaan, faktor biologis, dan faktor moral. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap A pada indikator pertama yaitu faktor kejiwaan. A mengaku ia tidak memiliki sesuatu yang berbeda terhadap kebutuhan seksualnya 65

10 dan A juga tidak pernah merasakan malu atau minder ketika akan melakukan hubungan suami isteri. Namun saat menikah jika tidak berhubungan suami istri A tidak mampu menahan dan menimbulkan perasaan gelisah. Hal ini terlihat dari keterangan A berikut : Biasa saja buk tidak ada yang berbeda (L.11/W1). Ya saya tidak bisa menahan, gelisah (L.13/W1). Tid ak biasa saja, tidak minder (L.25/W1). Ketika penulis lanjut bertanya mengenai masa kecil dan sebelum menikah, A memang tidak pernah mengalami riwayat tindak kekerasan seksual namun fisik sering meskipun tidak terlalu parah. A memaklumi karena orang tua A cara mendidiknya keras sebab orang tuanya dulu berprofesi sebagai tentara. Hanya saja saat orang tua memukul untuk menasehati itu biasa menurut A. Hal ini terlihat dari jawaban A berikut : Kekerasan seksual tidak pernah, kalau kekerasan fisik menurut saya itu wajar karena saya anak laki-laki kalau nakal sedikit di pukul tapi tidak sampai menyakiti (L.17-19/W1).. Karena orang tua saya abri dulunya gitu ya buk jadi keras kalau sama anak-anaknya (L.20-21/W1). 2. Faktor Biologis A menikah saat umur 32 tahun, dan isterinya saat itu berumur 17 tahun. A merasa itu adalah umur yang sudah tua untuk menikah pada masanya. Karena saat itu A harus menunggu kakaknya menikah terlebih dahulu, tidak mungkin menurut A 66

11 kakak perempuan didahuluinya. Hal yang A rasakan setelah menikah tidak sepenuhnya bahagia sebab A merasa selain terlambat pada masanya menikah, jarak antara umur A dan isteri terbilang cukup jauh yaitu 15 tahun. Hal ini terlihat dari pernyataan A berikut : Umur 32 tahun buk saya menikah (L.27/W1). Ia terlambat karena teman-teman saya udah pada nikah udah pada punya anak tapi saya baru nikah (L.30-31/W1). Saya harus menunggu kakak, karena waktu itu kakak saya belum juga menikah, jadi saya tunggu karena tidak mungkin saya dahului kakak karena dia perempuan (L.33-35/W1). Umur isteri 17 tahun waktu itu (L.37/W1). Selama menikah A mengaku kebutuhan biologisnya kurang terpenuhi dengan baik oleh isteri. Isteri A lebih sering menolak keinginan A dengan alasan yang bisa A pahami. A tidak marah dengan mencoba untuk mengerti setiap alasan-alasan yang diberikan oleh isterinya, namun A mengaku sedikit memendam kecewanya. Hal ini terlihat dari jawaban A berikut : Ya begitu buk kurang terpenuhi isteri sering menolak dengan alasan gini buk, sebab isteri saya kan jualan seharian jadi mungkin dia capek, jadi saya berusaha mengerti juga, saya tidak memaksa (L.42-45/W1). Marah tidak tapi kecewa pasti sedikit namanya manusia ya buk (L.47/W1). Ya sering karena sibuk ya saya lebih memilih diam (L.49/W1). 3. Faktor Moral Hubungan A dengan anak layaknya seperti hubungan ayah dan anak pada umumnya. A mengetahui hal-hal yang seharusnya seorang ayah berikan kepada seorang anak seperti 67

12 pola asuh yang tidak mengekang kebebasan anak dan menasehati anak jika salah. Namun disisi lain A mengaku memanglah seorang ayah yang keras, apapun perintah A harus dipenuhi dan dituruti oleh anak-anak. Dalam hal komunikasi A memang merasa kurang pada semua anak-anaknya termasuk pada R sendiri, anak kandung ketiga A yang menjadi korban tindak perbuatan amoral olehnya sendiri, karena A seharian sibuk bekerja. Jadi kalau untuk komunikasi dengan anak A mengaku hanya malam saja. Hal ini terlihat dari ungkapan A berikut : Hubungan dan komunikasi dengan anak ya seperti biasanya seorang ayah dan anak lah buk. Saya sibuk bekerja seharian, malam saya komunikasi dengan anak (L.52-54/W1). Sebagai orang tua kalau anak salah saya nasehati, kalau masih melawan biasanya saya lapor Ibunya. Dalam mendidik anak saya tidak ada mengekang-ngekang tidak boleh ini tidak boleh itu tapi ya saya sedikit keras, seperti kalau saya perintahkan ini ya harus anak saya penuhi kalau tidak ya saya marah (L.93-97/W1). Interaksi yang terjadi antara A dan anak-anaknya memang tidaklah begitu akrab. Untuk memulai pembicaraan hanya ketika A ingin memerintahkan sesuatu pada anaknya saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan A berikut : Saya tidak banyak bicara gitu buk, kalau saya akan menyuruh anak baru buk (L.56-57/W1). Sikap A yang terkadang keras dalam mendidik anakanaknya, menjadikan saat A mengambil tindakan dalam menanggapi anak-anak ketika diperintahkan tidak dipatuhi 68

13 memang menjadikan A marah. Hal itu A lakukan pada semua anak-anaknya dalam mendidik, baik anak A yang laki-laki ataupun perempuan. Hanya saja sampai kepada memukul pada anaknya yang laki-laki A lakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan A berikut : Gitu buk, karena saya keras kadang saya marah, harus dilaksanakanlah gitu buk (L.64-65/W1). Pernah, Tapi anak laki-laki buk (L.74/W1). Saat ditanya bagaimana hubungan A dengan isteri, jarangnya ada konflik terjadi, A merasa selama pernikahan hubungannya baik-baik saja jarang ada pertengkaran. Meskipun dalam hal memenuhi kebutuhan biologis kurang terpenuhi, A mengaku tidak pernah marah, A hanya mengambil sikap diam serta memahami keadaan isteri. Bahkan sampai saat ini A berada di tahanan hubungan dengan isteri baik-baik saja, dan isteri masih suka untuk berkunjung ke tempat A ditahan. Begitu juga hubungan keluarga A dengan keluarga Isterinya, A mengaku masih memiliki hubungan yang baik-baik saja. Hal ini sesuai dengan pengakuan A berikut : Baik buk baik (L.76/W1). Jarang buk, baik-baik saja, isteri saya orangnya tidak banyak bicara (L.78/W1). Tidak buk, saya lebih baik diam, walau di hati kecewa (L81-82/W1). Baik buk baik, untuk hubungan keluarga sampai sekarang baik, masih suka kesini sekali-kali.(l.84-85/w1). 69

14 b. Di Tinjau dari Aspek Eksternal (di luar diri pribadi) 1. Faktor Sosial Budaya Faktor sosial budaya ini berkaitan dengan bagaimana hubungan A dengan sosial masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya dan seperti apa lingkungan dan budaya selama ini yang telah membentuk sebuah perilaku. Dalam hal bersosialisasi A dengan tetangganya cukup baik, saling tegur sapa dan A merasa selama ini tidak ada permusuhan yang terjadi. A mengungkapkan sosial budaya di lingkungan masyarakatnya layaknya seperti di kota, yaitu individualisme. Hal itu terjadi karena masyarakat di lingkungan tempat tinggal A terdiri dari berbagai macam profesi, dan kebanyakan masyarakat pendatang. Hal ini terlihat dari ungkapan A berikut: Hubungan dengan tetangga ya biasa-biasa saja buk baik, ada tegur sapa dan tidak pernah ada permusuhan (L /W1). Karena masyarakat di sekitar rumah saya banyak pendatang, berbagai profesi jadi sibuk ya istilahnya individual. Susah kalau berkumpul atau bertemu, saya sibuk ke ladang begitu juga tetangga, tapi sesekali bertemu ada menyapa (L /W1). Dari segi pergaulan anak remaja di lingkungan rumah A, A menjelaskan tidak lagi seperti halnya ketika A masa muda dahulu. Jika pada masa muda A, pemuda dan pemudi tidaklah sering untuk bisa bertemu, namun A mengungkapkan pemudapemudi sekarang bebas. Dilihat dari segi pakaian zaman sekarang 70

15 A menilai lebih banyak terbuka dan hal itu menurut A akan memancing hawa nafsu laki-laki untuk bertindak yang tidak baik. Hal ini terlihat dari pernyataan A berikut: Ya gitu buk bebas, tidak seperti zaman saya dulu. Dulu kalau bertemu susah, mau bicara aja berkirim surat. Anak sekarang mau dia bertemu kapanpun bisa, zaman sekarang juga ada hp ya buk. Begitupun pakaian buk, banyak mengundang laki-laki berbuat jahat. Banyak yang terbuka gitu buka jilbab (L /W1). 2. Faktor Ekonomi Riwayat pendidikan A hanya sampai sekolah dasar (SD) kelas enam itupun tidak tamat, A mengungkapkan itu terjadi karena ketika masa itu A sakit selama dua bulan tidak masuk sekolah, dan akhirnya A memutuskan untuk berhenti. Setelah beranjak dewasa dan memiliki isteri A memiliki pekerjaan yang tidak tetap terkadang berladang, terkadang membantu isteri berjualan gorengan. Hal itu terlihat dari ungkapan A berikut. Saya lulusan SD buk, tapi tidak tamat, karena waktu itu saya sakit selama dua bulan tidak masuk sekolah dan akhirnya saya berhenti saja (L /W1). Pekerjaan saya sehari-hari ya tidak menetap, kadang ke ladang, kadang bantu isteri jualan (L /W1). Walaupun pekerjaan yang tidak menetap A mengaku merasa puas, A menikmati itu semua yang terpenting bagi A bisa mencukupi untuk makan bersama keluarga. Hal itu terlihat dari ungkapan A. 71

16 Puas buk, karena yang terpenting hasil kerja saya mencukupi makan bersama keluarga di rumah (L /W1). 3. Faktor Media Masa A memang memiliki hobi membaca, A mengaku dari dulu sangat senang membaca mulai dari surat kabar yang bertemakan sosial politik, kriminal, novel, dan kisah nyata mengenai kasus kekerasan seksual yang dinarasikan dalam bentuk cerita. A memanglah mengakui bahwa sesekali suka membaca hal yang berbau seks tersebut. Hal itu terlihat dari pernyataan A berikut. Membaca dari dulu saya memang hobi buk, baca-baca surat kabar tentang sosial politik, novel, dan cerita-cerita nyata yang di narasikan dalam bentuk cerita (L /W1). Yang berhubungan dengan seks sekali-kali saya suka baca, dulu saya ingat itu kisah nyata kekerasan seksual lalu di buat ke dalam sebuah cerita ya saya suka baca (L /W1). Setelah membaca-bacaan yang berbau seks A merasa nafsunya terpancing ada hasrat untuk melampiaskan keinginan nafsu tersebut, namun saat itu A memang belum menikah. A hanya sering melampiaskannya lewat masturbasi. A mengatakan bahwa menurutnya kita sebagai manusia biasa memiliki iman yang naik turun. A merasa itu adalah hal yang wajar tetapi bagaimana cara setiap pribadi mampu untuk mengontrolnya. A menyatakan kekerasan seksual yang meningkat setiap tahunnya itu terjadi salah satunya karena iman yang kurang serta 72

17 pendidikan yang juga kurang pada pribadi si pelaku. Pernyataan itu sekaligus di tujukan pada pribadi A sendiri. A memang merasa hal ini terjadi pada dirinya karena memang ilmu agama yang dimilikinya sangat kurang dan pendidikan yang hanya sampai sekolah dasar (SD). Hal itu terlihat dari pernyataan A berikut. Gini ya buk kita sebagai manusia termasuk saya wajar memiliki iman yang kadang naik turun, ya bisa saja kekerasan seksual yang terjadi itu disebabkan salah satunya karena kurangnya pendidikan dan ilmu agama, saya akui saya juga begitu buk yang hanya tamatan SD dan ilmu agama yang kurang L.( /W1). Ya dulu waktu saya sebelum menikah saya sering melampiaskan dengan martubasi (L /W1). Kemudian ketika penulis lanjut bertanya kenapa A bisa tertarik untuk melakukan tindakan amoral kepada anak kandungnya sendiri, A mengungkapkan itu bukan disebabkan oleh kelainan yang ada pada dirinya layaknya seperti kasus pedofilia, orang dewasa yang menyukai anak-anak. Namun di akui oleh A bahwa kebutuhan biologisnya yang merasa kurang terpenuhi oleh isteri. Kekecewaan yang timbul hanya mampu ditahan A. Selain itu menurut A karena kondisi rumah yang kecil menyebabkan segala kegiatan terlihat, sebab saat terakhir A melakukan tindakan amoral itu ketika ia melihat anaknya hendak mengganti pakaian di dalam kamar dengan posisi pintu kamar terbuka setengahnya, sementara nafsu yang selalu ditahan kian memuncak selain itu kesempatan ada dan terjadilah peristiwa itu. hal ini sesuai dengan pernyataan A berikut : 73

18 b. Subjek Kedua 1. Identitas Subjek Saya normal buk tidak sama dengan kasus orang dewasa suka pada anak-anak. Kebutuhan pernikahan saya yang kurang terpenuhi nggak tau lagi dengan rasa kecewa yang ditahan. Kondisi rumah yang kecil, semua kegiatan nampak buk. Terakhir kejadian itu kan saya lihat anak berganti baju. Nafsu yang ditahan tadi dilepaskanlah (L /W1). Inisial Jenis Kelamin Usia Pekerjaan : R : Perempuan : 20 Tahun : Ibu Rumah Tangga 2. Hasil Observasi Observasi yang dilakukan terhadap subjek II yaitu R. dilakukan di rumah tempat Ibunya berjualan. Observasi pada aspek pertama yaitu stres pascatrauma. Aspek ini terdiri dari delapan indikator yaitu wajah murung saat bertemu, menghindar, berbicara terbata-bata, mata berkaca-kaca ketika disinggung dengan pertanyaan yang mengarah kepada kejadian masa lalu, nada suara kecil, menundukan pandangan, duduk tidak tenang, dan pandangan kosong. Hasil observasi terhadap R menunjukkan pada saat pertama sekali penulis menemui R dan menyebutkan maksud dan tujuan penulis, terlihat R tidak sepenuhnya merespon dengan baik, tidak terlihat sedikitpun senyuman diwajah R. Ketika penulis mengajak bicara dengan posisi duduk, terlihat mata R tidak menatap pada penulis. Saat 74

19 merespon setiap apa yang ditanyakan penulis R hanya menjawab seperlunya. Selanjutnya pada saat penulis mulai bertanya megenai masa lalu terdengar R menjawab dengan suara yang kecil, sedikit terbata-bata dalam mengungkapkan dan R mulai gelisah saat duduk, serta tatapan R tetap sayu. Namun berbeda ketika pada pertemuan berikutnya penulis mengadakan wawancara kedua, terlihat R tersenyum, merespon dengan baik kedatangan penulis dan lebih tenang. Pada aspek kedua yaitu gangguan jiwa lainnya (stress, kecemasan, dan depresi). Pada aspek ini terdiri dari empat indikator yaitu mengelak saat mau ditanya, wajah pucat (tegang), tidak tenang dalam menjawab setiap pertanyaan, dan air mata keluar. Hasil observasi terhadap R pada aspek kedua ini baik penulis melihat sesuai guide line maupun perilaku yang tampak lainnya R menunjukkan sikap cemas, itu terlihat dari wajah R yang berubah pucat, tidak tenangnya dalam menjawab pertanyaan, dan mata R terlihat berkacakaca seolah air mata R akan keluar, serta sedikit kaku dalam menjawab. Namun penulis tidak melihat ciri-ciri perilaku yang menunjukan R stres ataupun depresi. Terakhir pada aspek ketiga yaitu penyakit kelamin lainnya, penulis tidak bisa mengobservasi secara langsung keadaan yang telah berlalu. 75

20 3. Hasil Wawancara a. Ditinjau dari Aspek Stres Pascatrauma 1. Ketegangan berlebihan meningkatnya kecemasan Sebagai korban tindak kekerasan seksual memang akan menjadikan perasaan korban menjadi cemas berlebihan. R merasakan trauma yang sangat dalam akibat perlakuan yang tidak senonoh yang diterimanya berulang kali, perlakuan tersebut bisa setiap hari yang bisa mencapai tiga kali dalam sehari R terima yang bahkan dengan kekerasan berupa pemaksaan, itupun langsung dari ayah kandungnya sendiri. Ketika itu R masih duduk di bangku kelas 4 SD kira-kira umur R saat itu berkisar 12 tahun saat pertama kejadian dan diumur 15 tahun saat terakhir kejadian pada rentang tahun 2009 awal tahun Semestinya sebagai anak masih menjadi tanggungjawab penuh oleh orang tua kandung, namun sebaliknya perasaan cemas yang berlebihan menjadikan R takut jika bertemu dengan ayahnya. hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan R berikut. Hmm trauma (L.10/W2). Iyo di paksa kan, soalnya Ayah kan orangnya keras, kalu enggak di ikutin entar apa yang dia dapat di lempar kan sama kita, ya udah di turuti aja dulu (L.34-36/W2). Aaa bisa dibilang setiap hari kak, setiap hari atau sekitar tiga kali sehari (L.13-14/W2). Kini waktu patamo nta ka kien takuik jo ayah kan tapi bakuek-kuek-an ajo mancaliak ayah kadalam (L.23-25/W2). Waktu dulu ndak talok mancaliak do kak (L.29/W2). Yo 2009, tapi lupo umur bara waktu tu kelas 4 SD (L.32/W2). 76

21 Sebab cemas berlebih dan trauma yang besar menjadikan R sering mengingat-ingat kejadian buruk itu, dan membuat R terkadang susah untuk tidur. R merasa tidak betah untuk berada di rumah, sebab ayah R merupakan orang yang keras menurut R, apapun yang diminta harus dipenuhi. Hal itu menjadikan R suka kabur dari rumah dan tinggal di rumah temannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan R berikut. Sering kak (L.17/W2). lai juo (L.65/W2). Pertamo kan orang tua ibu yang tau nenek. Trus nenek bilang kenapa pergi dari rumah? (L73-75/W2). R menjelaskan ketika pertama nenek mengetahui kejadian itu berawal dari sudah jarangnya R berkunjung ke rumah neneknya, selain itu juga nenek R mendapat laporan dari Ibunya bahwa R pernah pergi dari rumah tanpa izin. Dari situlah R mulai mau terbuka menceritakan apa yang telah dialaminya. Hal itu sesuai dengan pernyataan R berikut : Orang tua Ibu yang dulu tahu. Waktu itu nta dek lah jarang pai ka tampek nenek, nenek suka tanya kenapa, nenek tanya trus nenek tau kemarin sebelum-sebelumnya suka pergi-pergi kata ibu kan, disitu nta cerita waktu tidur pergi sama Ibu kesana. Ceritalah nta. (L.80-83/W2). 77

22 2. Berkurangnya hubungan dengan dunia luar Dalam hal bergaul bersama dengan teman-teman sekolah waktu itu R merasa seperti biasanya masih suka bermain, namun disisi lain R merasa menjadi pribadi yang sering murung dan melamun dari biasanya hilangnya kebahagiaan R, menjadikan R cemas setiap harinya. Hal ini sesuai dengan ungkapan R berikut. Masih (L.41/W2). Kalau dibilang ada sih berubah. Lebih sering melamun atau curhat sama teman, teman yang bisalah jaga rahasia (L.44-48/W2). Jika berada bersama teman-teman R merasakan hal yang biasa biasa saja, sebab R merasa memiliki teman yang bisa mengerti keadaannya ketika itu. Bahkan jika teman-teman R pergi ke rumah untuk mengajak bermain R tidak menolak. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan R berikut. Yo lai ndak ba a, karena ado kawan yang mangarati (L.53/W2). kalau main sih kalau di rumah bisa enggak di tolak kak. Karena di rumah kita main kan. Atau ke rumah teman enggak apa-apa juga (L.59-61/W2). b. Di Tinjau dari Aspek Gangguan Jiwa Lainnya 1. Stress, cemas, dan depresi Pada aspek kedua yaitu gangguan jiwa lainnya. Terdiri dari indikator stress, cemas, dan depresi. Pada indikator ini R mengalami gangguan tidur, susah tidur dan terkadang sampai 78

23 larut malam. Namun gangguan tidur ini tidak terlalu sering R rasakan saat kejadian buruk itu menimpa. Hal ini sesuai dengan ungkapan R berikut. Lai juo, sakali-kali tibonyo, lai juo kak.(l.65, 67/W2). R lebih sering murung dan menyendiri, bahkan merasakan ketidak betahan untuk berada di rumah, menyebabkan R sering lari-lari, dan kabur dari rumah, menginap di rumah teman sekelasnya yang berinisial RN. Sempat orang rumah heboh dengan keberadaan R saat tidak di rumah, pada akhirnya pergi mencarai keberadaan R, namun tidak bertemu, dan R mengaku akhirnya pulang sendiri. Besoknya saat kejadian terulang kembali R kabur dari rumah dan ternyata keberadaan R diketahui selama ini di rumah teman, pada akhirnya R berhasil di jemput. Hal ini sesuai dengan ungkapan R berikut. Ia... (L.103/W2). Nggak ada pulang sekian hari tidur dirumah teman, malas pulang takut (L88-89/W2). Biasanya waktu awal-awal pergi nta memang dicari, karena ndak ketemu tapi nta pulang sendiri gitu kak setelah dua hari. Waktu udah tau nta suka tempat teman jadi dijemput waktu itu (L99-101/W2). Ketika R ditanya bagaimana respon saat mendengar berita tentang kekerasan seksual, baik itu dimedia elektronik, koran, media massa, atau bahkan disekitar lingkungan. R merespon adanya rasa trauma yang R utarakan, atas kejadian 79

24 yang telah menimpa R berkali-kali dari ayah kandungnya menyebabkan R sampai kepada tingkat stress yang tinggi pada akhirnya menyebabkan R berniat untuk bunuh diri yang berlokasikan tidak jauh dari rumah neneknya di daerah yaitu di jembatan sareh daerah daliak Lubuk Sikaping. Namun niat itu tidak sampai R lakukan karena saat ia akan mencoba bunuh diri ayah dan kakaknya datang menjemput R di lokasi R akan bunuh diri. Hal itu sesuai dengan pengakuan R berikut. Hmm ada sih kak (L.111/W2). Teringat masa lalu (L.113/W2). Ado kak. Waktu tu kan, lah agakagak ndak tahan rasonyo do kan ntah kemana mau di certain ya udah mau bunuh diri (L /W2). Jembatan sareh daerah daliak kak (L.126/W2). Sebab itu menjadikan R takut untuk bergaul dengan teman sebaya laki-lakinya, namun R mencoba untuk memberanikan untuk bisa bergaul layaknya seperti temanteman yang lain. Hal ini sesuai dengan ungkapan R berikut. Kalau sama teman-teman cowok ooo, biasonya ia takut. tapi di beraniin aja kak (L /W2). Akhirnya pada umur 16 tahun R menikah dengan suaminya yang berinisial RF tanpa pacaran pada tahun Semua itu bermula saat R diajak oleh Ibu ke tempat teman Ibu R di Payakumbuh, disana pertemuan berlangsung tanpa disengaja. Ada ketertarikan suami R untuk ingin menikahi R dan akhirnya R menikah. R merasa setelah ia menikah keadaan 80

25 sedikit membaik meskipun terkadang trauma masa lalu muncul di ingatan R. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan R berikut : Ndak di jodohkan, waktu itu keluarga ajak nta ke rumah teman Ibu di Payakumbuh, udah sering, disana kan ada anak kawan Ibu, suka liat-liat awalnya. Ternyata abang tu suka, bilang ibu, katanya mau serius. Ya udah bilang ja sama nta langsung (L ). Alhamdulillah lumayan elok, tapi trauma masih ado kak.(l.160/w2). c. Di Tinjau dari Aspek Penyakit Kelamin 1. Penyakit menular seksual R mengaku tidak merasakan sakit di daerah seksualitasnya. Begitupun saat penulis bertanya perihal rasa sakit ketika saat kejadian itu menimpa R. hal ini sesuai dengan pengakuan R berikut. Enggak kak (L.136/W2). Sebelumnya R memang tidak pernah melakukan pemeriksaan ke dokter, namun pemeriksaan ke dokter berlangsung ketika R akan di visum pada tahun 2012 di rumah sakit umum lubuk sikaping. Menurut dokter hasil visum dinyatakan positif. c. Subjek Data Sekunder (Informan I) Subjek sekunder dari penelitin ini adalah Ibu dari korban yang juga merupakan Isteri dari A (pelaku tindak kekerasan seksual) yang berinisial M berumur 45 tahun. M menceritakan bahwa ia berprofesi 81

26 sebagai penjual gorengan di depan rumahnya dan mempunyai lima orang anak. Hal ini sesuai dengan ungkapan M berikut. "Karajo ibuk ikonyo sehari-hari manjua gorengan kalau lai sehat badan manggaleh. Kalau anak ibuk ado limo. Perempuan tigo, laki-laki baduo. M mengungkapkan ketika pertama kali ia mendengar kejadian itu dari guru sekolahnya R (anaknya). Awalnya M tidak percaya untuk itu M benar-benar ingin memastikan apa yang disampaikan guru R dengan jalan melakukan pemeriksaan ke dokter. Namun sesampainya di RS dokter tidak bersedia melakukan pemeriksaan sebelum ada surat dari polisi. Lalu M pun ke polisi untuk menjelaskan, dan pada akhirnya polisi mengeluarkan surat dan akhirnya diperiksa. Pada hasil akhir dinyatakan positif oleh dokter dan polisi, namun visum memang tidak di perkenankan untuk di perlihatkan. Hal ini sesuai dengan apa yang di ungkapkan M berikut. Waktu tukan si R kan patamo carito ka gurunyo a tu kan gurunyo carito ka Ibuk, a disitu ibuk baru tau. Tu Ibuk nio hasil yang pasti tu Ibuk pai ka rumah sakik, a tu kato dokter tu ndak bias do harus lapor duly polisi lu beko kami ndak tangguang jawab, kalau ado surek dari polisi baru kami pemeriksaan. Tu lapor polisi, beko diagiahan e surek kan dan tu di pareso, tapi ntah apo hasilnyo Ibuk ndak lo jaleh tapi kato dokter polisi tu memang yo ado luko. Setelah itu M mengaku merasakan trauma dan jatuh sakit mendengar berita itu, sampai M di rawat di rumah sakit. Hal itu sesuai dengan pernyataan M berikut. 82

27 waktu itu Ibuk kan sempat sempat a namoe tu trauma. Sempat lo Ibuk dirawat semalam kejadian itu, langsuang ndak sadar. M menjelaskan bahwa sebelumnya hubungan dengan suami baik-baik saja. M mengaku jika di rumah memang M orang yang tidak banyak bicara begitupun dengan A (suaminya) Bahkan hubungan dengan kedua keluarga, sebelum kejadian, setelah kejadian, dan sekarang. Keluarga isteri memaafkan. Bahkan sesekali M mengajak anak-anak untuk berkunjung ke rutan untuk melihat keadaan suami. Pekerjaan suami M sehari-hari yaitu bertani. Hal ini sesuai dengan ungkapan M berikut. Sabalunnyo elok-elok senyo. Apak batani. Lai elok-elok Ibuk ndak banyak kecek, apak bitu lo, sabab pulang sore, jarang bakumpua, tibo rumah makan, istirahat. Alhamdulillah elok, jo keluarga elok, memaafkan. Ibuk masih suko kasinan mancaliak jo anak-anak. Namun saat penulis menyinggung mengenai baik atau tidaknya dalam segi hubungan biologis M hanya menjelaskan karena saling sibuk seharian sampai malam tiba, dan terkadang kelelahan membuat M lebih dulu tidur. Namun M mengaku suami (A) tidak pernah memaksa. Hal ini sesuai dengan ungkapan M berikut : Karano Ibuk atau apak sore taruih pulang, kadang apak malam, lah panek selai tu Ibuk lah lalok duluan dari apak, nan apak ndak ado pernah mamaso do kan. Selanjutnya M menceritakan kondisi R (anaknya) setelah kejadian itu. M mengatakan bahwa setelah kejadian itu R lebih sering 83

28 lari dari rumah, sebab ketidak betahan yang dirasakan R. Hal ini sesuai dengan ungkapan M berikut. Waktu tu si R agak apo namonyo tu lari-lari. Pai-pai dari rumah ndak betahnyo di rumah do. Pokok e agak tasingguang nyo stek nyo lari. Atas kejadian buruk yang telah menimpa anak kandungnya sendiri yaitu R, M mencoba untuk tidak bertanya banyak terlebih dahulu. Semua itu M lakukan agar R tidak merasa tersinggung. Namun M masih tetap membimbing anak-anaknya agar hubungan dengan ayah mereka tetap baik, hal itu diajarkan M dengan menyuruh anak-anaknya termasuk R anak sebagai korban tindak kekerasan seksual oleh ayahnya sendiri untuk tetap berkunjung ke rumah tahanan. Sebab harapan M adalah agar ayahnya bisa berubah sadar menjadi ayah yang lebih baik lagi. Hal ini sesuai dengan apa yang telah M ungkapkan berikut. Pokok e sudah tu ba a namo e tua ndak pernah apo kato e ndak pernah basuruah apo ka toe ndak pernah ba a po supayo jan tasingguangnyo. Hubungan antaro Ayah jo anak masih ibuk apo jo buk bimbingi anak Ibuk walaupun bantuak itu na parangai Ayah tapi nan Ayah tu tetap Ayah kalian dunia akhirat Ayah. Mudah mudahan dengan kalian tengok i Ayah, Ayah kalian tu sadar. d. Subjek Data Sekunder (Informan II) Subjek sekunder kedua adalah Nenek dari R yang berinisial RA berumur 69 tahun. RA mengaku sangat dekat dengan cucunya R. hal itu sesuai dengan apa yang di ungkapkan RA berikut. Wak dakek samo cucu. 84

29 Ketika penulis bertanya bagaimana perasaan seorang nenek mendengar cucunya di aniaya oleh ayah kandung sendiri, RA mengaku terkejut dan awalnya tidak merasa percaya namun selama ini RA merasa dekat dengan cucu dan R adalah sosok cucu yang sopan dan baik bahkan menurut RA, R tidak lah mungkin untuk berbohong. Hal itu sesuai dengan ungkapan RA berikut. Sebagai nenek takajuik tapi awalnyo yo ndak picayo, tapi yo R tu elok nyo sopan anak e tu raso e ndak mungkin dutonyo do. RA menjelaskan bahwa semua kejadian itu dapat diketahui karena RA melihat saat libur R sudah jarang untuk tidur di rumahnya. Rumah antara RA dan R itu memang berjauhan. Biasanya R tidur saat R akan libur sekolah Sabtu-Minggu. Akhirnya RA bertanya kepada cucunya R, dan akhirnya R bercerita kepada RA neneknya bahwa R selama ini dapat perlakuan yang tidak baik dari ayah kandungnya. Hal itu sesuai dengan ungkapan RA berikut. Mulonyo nek batanyo ka cucu enek tu, ba a dek lah jarang kasiko, nyo sabuik mambantu ama, tu bisuak e dapek kaba dari ama e cucu ko acok lari. Tu waktu lai lalok di siko nek tanyo nyo manangih carito ayah e tu. RA juga menjelaskan bahwa ayah R memang keras namun RA mengaku hubungan keluarga baik-baik saja selama ini, bahkan terkadang R dengan A ayahnya dan cucu-cucunya yang lain di akui RA sesekali suka menginap di rumahnya. Ayah e yo kareh tapi jo anak e lai raso e elok-elok e nyo. Acok kamari main. 85

30 RA mengaku melaporkan kejadian itu awalnya kepada saudara R, setelah itu RA menceritakan kepada Ibu R kemudian R di visum melalui izin surat keterangan dari pihak kepolisian dan akhirnya di proseslah masalah tindakan kekerasan ini di kantor polisi. Dengan melalui beberapa proses akhirnya Ayah R di penjara. Namun RA juga mengungkapkan sampai sekarang hubungan keluarga tetap baik dengan Ayah mereka. 3. Interpretasi Data Berdasarkan wawancara dan observasi yang penulis lakukan terhadap subjek. Penulis membuat suatu temuan dalam penelitian ini berdasarkan dua aspek dari faktor-faktor penyebab tindak kekerasan seksual orang tua pada anak. Dan ada tiga aspek dari dampak yang terjadi pada anak sebagai korban tindak kekerasan seksual. Adapun aspek dari faktor-faktor penyebab tindak kekerasan seksual orang tua pada anak tersebut adalah: a. Aspek Interen Aspek ini merupakan faktor yang berada dalam diri individu yang menggerakkan sebuah perilaku yang akan dilakukannya. Menurut (Nainggolan, 2008:75) bahwa terjadinya perkosaan bukan berarti karena sewaktu-waktu disebabkan oleh perilaku menyimpang dari pelaku. Namun secara umum dapat disebabkan bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya kejahatan dibagi dalam dua bagian yaitu faktor interen dan faktor eksteren. 86

31 Pada aspek interen, A merasa memang tidak ada yang berbeda dengan kebutuhan seksualnya selama ini. Namun ketika A tidak berhubungan suami isteri A mengatakan tidak mampu menahan hasrat yang akhirnya menimbulkan kegelisahan. A mengaku tidak memiliki riwayat tindak kekerasan pada masa kecil atau dewasanya dikala A belum menikah, hanya sekedar kekerasan fisik yang menurut A hal itu wajar A terima sebagai anak laki-laki dididik dalam keluarga yang orang tuanya berprofesi sebagai tentara. Menikah di umur 32 tahun ketika itu membuat A merasa itu adalah sesuatu yang terlambat menurutnya. Selain itu dalam hal kebutuhan biologis selama menikah dengan isterinya yang jauh lebih muda selisih 15 tahun, A mengaku tidak terpenuhi dengan baik. Isteri A lebih sering menolak keinginan A tersebut. A merasa kecewa namun A berusaha memahami. Tidak ada kepuasan dalam hal hubungan biologis yang A dapatkan selama menikah. Tidak ada keterbatasan hubungan antara A dan anak hal itu disebabkan oleh tidak adanya ruang personal yang membatasi, itu juga dikarenakan kondisi rumah yang sempit. A mengaku memahami kewajiban-kewajiban yang harus diberikan kepada anak-anaknya namun sifat yang keras tidak bisa lepas dari gaya A 87

32 dalam mendidik, walaupun disisi lain A tidak pernah mengekang anak-anaknya. b. Aspek Eksteren Aspek ini merupakan faktor yang melatarbelakangi individu dalam melakukan tindakan kekerasan seksual yang berada di luar diri individu itu sendiri. Dalam hal ini termasuk didalamnya faktor sosial budaya, faktor ekonomi, dan faktor media massa. Pada aspek eksteren ini, subjek A mengatakan bahwa sosial budaya yang ada di sekitar masyarakat kampungnya yaitu individualisme layaknya seperti kehidupan di kota. Hal itu terjadi sebab A mengatakan bahwa rata-rata masyarakat yang tinggal disekitar kampungnya bukan masyarakat asli melainkan pendatang. Hal tersebut tentu mempengaruhi cara bergaul anakanak remaja disekitarnya. A mengungkapkan pergaulan disekitar masyarakat rumahnya itu acuh tak acuh dan interaksi antara lakilaki dan perempuan bebas menurutnya. Tetapi A mengatakan hubungan ia dengan tetangga baik-baik saja tidak pernah ada konflik. Pertemuan yang jarang hanya saat malam tiba ketika A pulang dari bekerja. Pendidikan yang tidak memadai mempengaruhi bagaimana A mendidik anak-anaknya di rumah. Sifat yang keras namun tidak dibekali pendidikan formal serta ilmu agama yang 88

33 baik menyebabkan A terjerumus kedalam tindakan amoral terhadap anak kandungnya sendiri. Hal itu diakui oleh A. A mengatakan bahwa ia hanya lulusan SD kelas 6 itupun tidak tamat, ilmu agama yang kurang menyebabkan A tidak bisa mendidik anak dengan baik ungkapnya. A yang hanya bekerja sebagai seorang petani sehari hari merasa cukup walau hanya untuk sekedar makan. Selain itu kondisi rumah yang sempit menyebabkan tidak ada ruang personal yang membuat batas pribadi, sehingga kegiatan terlihat. Sebab A mengakui tindakan amoral itu bisa terjadi seringkali disebabkan karena ia melihat anaknya hendak mengganti pakaian di dalam kamar dengan posisi pintu kamar terbuka setengahnya, nafsu yang ditahan kian memuncak, selain itu kesempatan ada dan terjadilah peristiwa itu. A memang hanya memiliki pendidikan sampai pada tingkat SD. Meskipun demikian A mengaku membaca adalah salah satu hobinya saat itu. Media yang sering A baca adalah surat kabar koran, majalah, dan kisah nyata yang dimuat seperti buku. A mengatakan sangat suka membaca berita bertemakan sosial politik bahkan sampai pada topik cerita yang berbau seks. Ketika membaca kisah yang berbau seks, A mengaku nafsunya terpancing, bahkan saat belum menikah A sering melampiaskan hasratnta tersebut kepada perilaku martubasi. hal itu wajar menurut A karena manusia memiliki iman yang naik turun. Dan 89

34 ketertarikan A terhadap anak bukan sebab kelainan pedofilia, namun A mengaku karena ketidak puasan A dalam segi hubungan biologis, yang selalu A tahan. Selain itu kurangnya A dalam hal ilmu agama menjadikan A terjerumus pada perilaku menyimpang dan berada di rumah tahanan sebab kasus kekerasan seksual terhadap anak kandung A. Selanjutnya penulis juga membuat suatu temuan dalam penelitian ini berdasarkan tiga aspek dari dampak yang terjadi pada anak yang menjadi korban kekerasan seksual. Adapun aspek-aspek tersebut adalah: a. Stress pascatrauma Menurut (Hawari, 2013:95) stress pascatrauma lebih kepada trauma psikis daripada trauma fisik, karena akan dapat menimbulkan gangguan jiwa. Adapun gejala yang ditimbulkan pada stress pascatrauma tersebut adalah ketegangan berlebihan dengan meningkatnya kecemasan akibat kejadian yang berulang serta berkurangnya hubungan dengan dunia luar. Pada subjek R mengatakan perasaan trauma yang R rasakan akibat tindak kekerasan seksual yang ia terima berkalikali, perlakuan tersebut bisa setiap hari yang bisa mencapai tiga kali dalam sehari R terima yang bahkan dengan kekerasan berupa pemaksaan, itupun langsung dari ayah kandungnya sendiri. Ketika itu R masih duduk di bangku kelas 4 SD kira-kira umur R 90

35 saat itu berkisar 12 tahun pada rentang tahun 2009 awal tahun Menjadikan R selalu mengingat-ingat kejadian buruk itu, bahkan R mengaku menjadi takut jika bertemu dengan ayah kandungnya. Meskipun R mengatakan dalam hal bergaul bersama teman tidak ada masalah (masih suka bermain) namun saat berada di dalam sekelompok teman-temannya R mengaku memiliki perasaan yang tidak sebahagia dulu keceriaan yang R rasakan, R lebih banyak murung dan menyendiri. Hal itu juga membuat R menjadi takut jika bertemu atau bergaul dengan teman sebaya laki-laki. b. Gangguan Jiwa Lainnya R mengatakan sesekali ia pernah mengalami susah tidur, seringnya murung dan menyendiri menjadikan R tidak betah untuk berada di rumah. R mengaku sering kabur dan tidak kembali ke rumah dalam beberapa hari. Rasa cemas dan perasaan takut R alami sebagai dampak beban kehidupan atasnya. Respon rasa ketakutan dan trauma mendalam dirasakan. R mengaku hal demikian juga terjadi jika R mendengar berita atau melihat kejadian secara langsung mengenai hal kekerasan seksual. Sampai pada tahap depresi yang R rasakan pada akhirnya niat bunuh diri muncul dalam pikiran R. R mengaku niat bunuh diri terlintas dalam pikirannya sebab R tidak lagi sanggup 91

36 menahan beban selama ini yang R tahan atas perlakuan amoral dari ayah kandungnya sendiri. c. Penyakit kelamin R mengatakan tidak ada merasakan sakit di daerah seksualitasnya. Pada saat kejadian berulang R mengaku juga tidak mengalami kesakitan pada daerah kelamin saat hubungan itu terjadi. Semua diketahui saat R melakukan pemeriksaan visum. Menurut pengakuan Ibu R hasil dari visum terdapat luka pada kelamin R. 4. Pembahasan Kekerasan seksual pada anak merupakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang baik orang disekitar atau bahkan orang terdekat anak, dimana pelaku menganiaya anak dengan melakukan hubungan seksual secara paksa tercakup di dalamnya kekerasan fisik. Menurut Hari (1980 dalam Nainggolan, 2008:75-78) secara umum dapat disebutkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan seksual pada anak dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu faktor interen dan faktor eksteren. 1. Faktor Interen Faktor interen adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu. Faktor ini khusus dilihat pada diri individu dan hal-hal yang mempunyai hubungan dengan kejahatan seksual. 92

37 a. Faktor Kejiwaan atau keadaan diri yang tidak normal dari seseorang dapat mendorong seseorang melakukan kejahatan. Misalnya, nafsu seks yag abnormal dapat menyebabkan pelaku melakukan pemerkosaan terhadap korban anak-anak dengan tidak menyadari keadaan diri sendiri. Psikologis (kejiwaan) seseorang yang pernah menjadi korban pemerkosaan sebelumnya seperti kasus Emon yang kejiwaannya telah terganggu sehingga ia kerap melakukan kejahatan seksual pada anak. b. Faktor Biologis. Pada realitanya kehidupan manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan biologis itu terdiri atas tiga jenis, yakni kebutuhan makanan, kebutuhan seksual dan kebutuhan proteksi. Kebutuhan akan seksual sama dengan kebutuhan-kebutuhan lain yang menuntut pemenuhan. c. Faktor Moral. Moral merupakan faktor penting untuk menentukan timbulnya kejahatan. Moral sering disebut sebagai filter terhadap munculnya perilaku menyimpang. Pemerkosaan, disebabkan moral pelakunya yang sangat rendah. 2. Faktor Eksteren Faktor eksteren adalah faktor-faktor yang berada diluar diri si pelaku. 93

38 a. Faktor Sosial Budaya. Meningkatnya kasus-kasus kejahatan asusila atau perkosaan terkait erat dengan aspek sosial budaya. Akibat modernisasi berkembanglah budaya yang semakin terbuka dari pergaulan yang semakin bebas. b. Faktor Ekonomi. Keadaan ekonomi yang sulit menyebabkan seseorang memiliki pendidikan yang rendah dan selanjutnya akan membawa dampak kepada baik atau tidak baiknya pekerjaan yang diperoleh. Secara umum seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung mendapatkan pekerjaan yang tidak layak. Keadaan perekonomian merupakan faktor yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pokok-pokok kehidupan masyarakat akibatnya terjadi peningkatan kriminalitas termasuk pemerkosaan. c. Faktor Media Massa. Media massa merupakan sarana informasi di dalam kehidupan seksual. Pemberitaan tentang kejahatan pemerkosaan yang sering diberitahukan secara terbuka dan didramatisasi umumnya digambarkan tentang kepuasan pelaku. Hal ini dapat merangsang para pembaca khususnya orang yang bermental jahat memperoleh ide untuk melakukan pemerkosaan. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, yang menjadi point penting penulis temui dalam penelitian ini adalah faktor agama. Kurangnya ilmu agama merupakan salah satu faktor inti yang seharusnya ada pada setiap individu miliki. Sebab dengan adanya ilmu 94

39 agama yang baik akan menjadikan seseorang bisa mengontrol dengan baik setiap perilakunya. Sebab agama memiliki fungsi membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran. Salah satu aturan tersebut tercantum di dalam Al- Qur an surat Al-Isra Ayat 32 : Artinya : Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. Ayat Al-Qur an di atas sangat jelas bahwa Allah melarang hamba-hambanya berbuat zina, begitupun mendekatinya dan melakukan hal-hal yang mendorong dan menyebabkan terjadinya perzinaan. Sebab hal tersebut merupakan sebuah kejahatan. Untuk itu sangatlah penting sekali ilmu agama sebagai salah satu bekal kita untuk menjadi manusia yang memiliki akhlak dan moral yang baik. Terlebih ketika sudah menjadi orang tua, anak merupakan amanat dan tanggung jawab yang harus dijaga dengan baik. Allah SWT berfirman dalam surat Attahrim ayat 6 yang berbunyi : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Fungsi utama pendidikan kepada anak adalah melestarikan fitrah anak, yaitu fitrah kebenaran, fitrah tauhid, fitrah perilaku positif, dan 95

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal BAB II PROFIL INFORMAN Dalam bab sebelumnya telah dikemukakan tentang alasan apa saja yang mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal pasangan mahasiswa yang hamil diluar

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA A. Gambaran Subjek Penelitian 1. Responden DW DW merupakan anak perempuan sulung yang lahir di Jawa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran R, S, dan N dampak perceraian orang tua terhadap remaja Gaya hidup dalam kehidupan anak remaja masa kini mungkin sudah tidak karuan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III PSIKOLOGIS SUAMI YANG DITINGGAL ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA TEMBONG

BAB III PSIKOLOGIS SUAMI YANG DITINGGAL ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA TEMBONG BAB III PSIKOLOGIS SUAMI YANG DITINGGAL ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA TEMBONG A. Profil Responden Tenaga kerja wanita di Desa Tembong Kec. Carita sangatlah banyak, istri yang pergi ke

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian Pada saat penelitian, peneliti melakukan persiapan dengan menggunakan alat ukur observasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT 6.1 Pendahuluan Fenomena work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap wanita dan

Lebih terperinci

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH A. Assessment pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah Assessment merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seorang konselor

Lebih terperinci

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal 28-31 Paul Suparno, S.J. Sr. Bundanita mensharingkan pengalamannya bagaimana ia pernah mempunyai anak mas waktu mengajar di Sekolah

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan

I. PENDAHULUAN. Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan diimani oleh semua manusia, yaitu: Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an. Masingmasing kitab

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan I Lampiran 3 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan II Lampiran 4 Surat Pengambilan Data Penelitian Lampiran 5 Surat Selesai

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai

Lebih terperinci

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA 35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Akhir-akhir ini kita dibuat gempar oleh pemberitaan dari media massa atas praktek pelecehan seksual dan/atau kekerasan seksual terhadap anak dan remaja di berbagai

Lebih terperinci

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu Upaya orang tua dalam membina emosi anak akibat perceraian di Kecamatan Bukit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi Skala 1 Skala Kecerdasan Emosional 1. UNFAVORABLE Kesadaran Diri o Saya merasa tidak mengerti perasaan saya sendiri o Saya kurang tahu penyebab kekecewaan yang saya rasakan o Saya malas bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda? LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA Deskripsi Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses pemulihan dan faktorfaktor pendukungnya pada penderita gangguan bipolar Izin untuk

Lebih terperinci

hmm. Kakak adalah anak laki-laki satu-satunya. Sementara saya adalah anak perempuan satu-satunya. Kami hanya dua bersaudara tapi tidak satu pun kedama

hmm. Kakak adalah anak laki-laki satu-satunya. Sementara saya adalah anak perempuan satu-satunya. Kami hanya dua bersaudara tapi tidak satu pun kedama Masa Kecilku Masa yang paling ingin diulangi adalah masa kecil kita. Di mana kita bisa bermain sepuasnya, dan belum tahu apa pun yang menyangkut orang dewasa. Tapi tidak semua orang bisa merasakan masa

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

Bab 1. Awal Perjuangan

Bab 1. Awal Perjuangan Bab 1 Awal Perjuangan Ivan adalah nama dari seorang anak yang memiliki cita-cita sekolah karena keterbatasan biaya Ivan harus membantu kedua orang tuanya ayah yang bekerja sebagai pemulung sampah dan ibu

Lebih terperinci

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal

Kecakapan Antar Personal Kecakapan Antar Personal Essay Sopan santun dalam Komunikasi Oleh : Andrian Ramadhan Febriana 10512318 Sistem Informasi 8 Berkomunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan kehidupan

Lebih terperinci

SAAT TERJADI KONFLIK

SAAT TERJADI KONFLIK SAAT TERJADI KONFLIK Dalam berumah tangga, tak dapat dihindari yang namanya konflik atau permasalahan. Ibarat sendok dan garpu pasti ada gesekan walaupun kadang tidak disadari. Karena sekali lagi, perempuan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan hormon pada fase remaja tidak saja menyebabkan perubahan fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Perubahan

Lebih terperinci

NILAI MUHASABAH (STUDI BIOGRAFI PADA SESEORANG YANG MENGALAMI EVALUASI DIRI POSITIF)

NILAI MUHASABAH (STUDI BIOGRAFI PADA SESEORANG YANG MENGALAMI EVALUASI DIRI POSITIF) NILAI MUHASABAH (STUDI BIOGRAFI PADA SESEORANG YANG MENGALAMI EVALUASI DIRI POSITIF) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana (S-1) Psikologi Disusun oleh: Wijayanti Tri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. upaya penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja (adolescence) merupakan peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

Oleh: Windra Yuniarsih

Oleh: Windra Yuniarsih Puncak Kebahagiaan Oleh: Windra Yuniarsih Perempuan adalah makhluk yang istimewa. Aku merasa beruntung dilahirkan sebagai perempuan. Meskipun dari keluarga sederhana tetapi kakiku dapat membawaku ke tempat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi 75 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Veny C Pelamonia NIM : 462012021 Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Verbatim (Bahasa Indonesia) Subjek JP. S : Iya, tidak apa-apa kak, saya juga punya waktu luang dan tidak ada kesibukan

LAMPIRAN I. Verbatim (Bahasa Indonesia) Subjek JP. S : Iya, tidak apa-apa kak, saya juga punya waktu luang dan tidak ada kesibukan LAMPIRAN I Verbatim (Bahasa Indonesia) P : Peneliti S : Subjek Subjek JP P : Assalamu alaikum, selamat pagi S : Wa alaikum salam, pagi.. P : Sebelum nya kakak mintaa maaf dik, mungkin mengganggu waktunya

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Informan 1 Nama : AD Jenis kelamin : Perempuan Usia : 14 Tahun Pendidikan : SMP Hari/tanggal wawancara : Jum at, 4 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak termasuk golongan dewasa dan juga bukan golongan anak-anak, tetapi remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak termasuk golongan dewasa dan juga bukan golongan anak-anak, tetapi remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode dalam perkembangan individu yang mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja memiliki arti yang khusus, karena

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung:

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung: LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung: 1. Komunikasi Keluarga a. Keluarga Bapak Rubai (48 tahun) Peneliti : Bagaimana

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para

Bab 5. Ringkasan. Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para Bab 5 Ringkasan Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para penikmatnya dengan konflik-konflik cerita yang semakin unik dan menarik, serta banyak konflik yang bisa diangkat

Lebih terperinci

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah SATU Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah sekali. Namaku Reginia, Nia begitu sapaan orang-orang kepadaku. Aku dan suamiku Santoso baru saja pindah rumah. Maklum saja, aku dan Santoso adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah bibi subjek pertama dan dirumah subjek sendiri selaku subjek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah bibi subjek pertama dan dirumah subjek sendiri selaku subjek 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih setengah bulan mulai dari tanggal 9 Juni 2013 sampai tanggal 26 Juni 2013. Waktu selama kurang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S.

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa dimana terjadinya gejolak yang sangat meningkat yang biasa dialami oleh setiap orang. Masa ini dikenal pula sebagai masa transisi, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Dahulu pembagian peran pasangan suami

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.

Lebih terperinci

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM)

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM) AZAN PERTAMA DENDY (Penulis : IDM) Jam menunjukkan pukul 10.30, suasana ruang kelas dua SD Negeri Watambo menjadi ramai. Setiap anak saling mendahului untuk keluar dari kelas. Ibu guru wali kelas dua hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sejak lahir sampai dewasa manusia tidak pernah lepas dari suatu ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, dibesarkan dalam lingkup keluarga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng Klingsingan Surabaya Faktor penyebab klien terkena epilepsi terjadi karena faktor eksternal. Yaitu faktor yang terjadi bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Mach (2004) mengungkapkan bahwa kasus gangguan perilaku eksternal lebih

Lebih terperinci

KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS

KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS Oleh: Putrika P.R. Gharini * Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu bahwa prosedur pengumpulan data yang di tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah observasi

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Angket Try Out Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme Lampiran 2 Angket Field Test Kematangan Emosi dan Perilaku Altruisme Lampiran 3 Skoring Aspek Kematangan Emosi Lampiran

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Ya / Bukan (Lingkari Salah Satu) Apakah Anda tinggal di rumah kos / kontrak? Ya / Tidak (Lingkari Salah Satu) Apakah saat ini Anda memiliki pacar? Ya / Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA 99 Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA I. KEY INFORMAN 1. Faktor Internal Hubungan Dalam Keluarga a) Status dalam keluarga b) Pekerjaan orangtua c) Hubungan kedekatan dengan orangtua d) Peran orangtua dirumah

Lebih terperinci

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

Dibalik perjuangan seorang PAPA Dibalik perjuangan seorang "PAPA" Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan membahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran mengenai penelitian yang merupakan langkah terakhir dari suatu penyusunan dalam penelitian. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI

BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI BAB II PENGALAMAN KOMUNIKASI PADA HUBUNGAN PERNIKAHAN DENGAN PRIA YANG BERUSIA LEBIH MUDA DALAM BUDAYA PATRIARKI Pada bab ini, peneliti menjelaskan pola komunikasi pada hubungan pernikahan dengan pria

Lebih terperinci

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA A. IDENTITAS Kelas : B. PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian kerjakan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa dimana remaja mulai mengalami kematangan seksual, kesuburan, dan kemampuan untuk bereproduksi. Masa

Lebih terperinci

DAFTAR ANGKET BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH KENAKALAN REMAJA

DAFTAR ANGKET BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH KENAKALAN REMAJA DAFTAR ANGKET BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH KENAKALAN REMAJA A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :... 3. Status :... 4. Alamat : RT /RW..Desa Truko Kangkung. B. IDENTITAS ORANG TUA 1. Nama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR Atas dasar hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab tiga, maka akan dilakukan

Lebih terperinci

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul Aku tak tahu bagaimana semua peristiwa ini bermula. Yang jelas, keadaan sudah sangat memburuk ketika aku keluar dari kamar mandi dan Ali masuk ke kamarku

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PERILAKU ANAK YANG MEMILIKI EFIKASI DIRI RENDAH. Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda, terutama dari segi ekonomi dan

BAB III GAMBARAN PERILAKU ANAK YANG MEMILIKI EFIKASI DIRI RENDAH. Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda, terutama dari segi ekonomi dan BAB III GAMBARAN PERILAKU ANAK YANG MEMILIKI EFIKASI DIRI RENDAH A. Faktor Penyebab Efikasi Diri Anak Rendah Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda, terutama dari segi ekonomi dan pendidikan. Bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual

Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual 85 Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual Tujuan Penelitian: 1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata. Hikayat Cabe Rawit Alkisah, pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami-isteri di sebuah kampung yang jauh dari kota. Keadaan suami-isteri tersebut sangatlah miskin. Rumah mereka beratap anyaman daun rumbia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu keluarga kehadiran anak adalah kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah amanah, titipan

Lebih terperinci

dengan penuh hormat. rumah. mata.

dengan penuh hormat. rumah. mata. Kegiatan Norma-norma di Masyarakat Perhatikan cerita berikut baik-baik. Alin dan Keluarganya Alin sekarang duduk di kelas III. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya. Keluarga Alin hidup dengan disiplin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan sosial ini terbagi atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain

Lebih terperinci

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312 Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x 6.026 : 7,2312 Perhitungan: M+ 0.5 SD = 49,67 + 0.5 (7,2312) = 53,2856 M+1,5 SD = 49,67 + 1,5 (7,2312) = 60,5168 M+2,5

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 86 Lampiran 1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara saat penelitian Di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan Daftar pertanyaan wawancara kepada keluarga pasien Data singkat informan Nama : Jenis Kelamin : Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

LAMPIRAN - LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN - LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 No. :... LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI PEMBERI ASUHAN PERAWATAN PADA PENDERITA SKIZOFRENIA DI DESA BIREM PUNTONG KOTA LANGSA Saya bernama

Lebih terperinci

Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir

Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir Trust vs mistrust Aspek kognitif Aspek sosial Aspek pertimbangan Autonomy vs doubt and shame Initiative vs guilt inisiatif Ciri-ciri subjek sebagai

Lebih terperinci

Bacaan: 1 Korintus 13:1-13

Bacaan: 1 Korintus 13:1-13 Bacaan: 1 Korintus 13:1-13 Ada orang bilang, waktu pacaran tolong buka mata lebar-lebar, setelah menikah harap tutup sebelah mata, apa artinya kalimat ini? Artinya sewaktu pacaran, masih ada kesempatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 1 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian yang lancar sesuai

Lebih terperinci

Identifikasi Masalah Siswa

Identifikasi Masalah Siswa Identifikasi Masalah Siswa SERI : SMA / MA Disusun oleh : Andori, S.Pd.,Kons. JALAN JEND. GATOT SUBROTO PEMALANG 52319 2009 PETUNJUK PENGISIAN. Instrumen IMS ini bukanlah sebuah tes ataupun ujian, melainkan

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi)

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi) INFORMED CONSENT Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden Tema Penelitian : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual Komersil (Prostitusi) Peneliti : Indah Rasulinta Sebayang NIM : 071301109

Lebih terperinci

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap. CINTA 2 HATI Udara sore berhembus semilir lembut,terasa sejuk membelai kulit.kira kira menunjukan pukul 16.45 WIB. Seorang gadis yang manis dan lugu sedang berjalan didepan rumahnya itu. Tiba tiba seorang

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN A. Identitas Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Banjarmasin, dengan jumlah keseluruhan subjek ada 3 pasangan, adapun yang menjadi karakteristik utama dalam penelitian

Lebih terperinci

Saat ini masyarakat mengalami depresi sosial skala tinggi. Depresi ini lahir karena tidak ada pegangan hidup.

Saat ini masyarakat mengalami depresi sosial skala tinggi. Depresi ini lahir karena tidak ada pegangan hidup. Saat ini masyarakat mengalami depresi sosial skala tinggi. Depresi ini lahir karena tidak ada pegangan hidup. Sadisme di tengah keluarga marak belakangan ini di Indonesia. Tidak sekadar main tangan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci