DAFTAR ISI. Kata Pengantar... ii Lembar Pengesahan... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... viii Ringkasan Eksekutif...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Kata Pengantar... ii Lembar Pengesahan... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... viii Ringkasan Eksekutif..."

Transkripsi

1

2

3

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar... ii Lembar Pengesahan... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... viii Ringkasan Eksekutif... ix I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... Bab I Maksud dan Tujuan... Bab I Sasaran... Bab I Ruang Lingkup... Bab I Batasan Pengertian... Bab I - 5 II.DESKRIPSI KAWASAN 2.1 Risalah Wilayah... Bab II Potensi Wilayah KPHL Model Solok... Bab II Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat... Bab II Luas Wilayah dan Penggunaan... Bab II Penduduk... Bab II Aktivitas Ekonomi... Bab II PDRB Kabupaten Solok... Bab II Kondisi Posisi KPH dalam Prespektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangungan Daerah... Bab II Posisi Kelembagaan KPH... Bab II Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan... Bab II Kegiatan Pembangunan Kehutanan yang Telah Dilakukan... Bab II - 30 III.VISI DAN MISI 3.1 Visi dan Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan... Bab III Visi dan Misi KPHL Model Solok... Bab III Strategi Pengelolaan Hutan... Bab III Tujuan dan Sasaran KPHL Model Solok... Bab III - 5

5 IV.ANALISIS DAN PROYEKSI 4.1 Analisa Strategis dan Faktor Penentu Keberhasilan... Bab IV Analisa SWOT... Bab IV Proyeksi... Bab IV - 23 V.RENCANA KEGIATAN 5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya... Bab V Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu... Bab V Pemberdayaan Masyarakat... Bab V Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal KPHL Model Solok... Bab V Pembinaan dan Pemantauan (controlling) Pelaksanaan Rehabilitaasi Bab V Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam... Bab V Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin Bab V Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Pemangku Kepentingan Bab V Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM... Bab V Penyedian Pendanaan... Bab V Pengembangan Pangkalan Data (data base)... Bab V Rasionalisasi Wilayah Kelola... Bab V Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali)... Bab V Pengembangan Investasi... Bab V Kegiatan Lain Yang Relevan... Bab V - 31 VI.PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN 6.1 Pembinaan... Bab VI Pengawasan... Bab VI Pengendalian... Bab VI - 2 VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 7.1 Pemantauan... Bab VII Evaluasi... Bab VII Pelaporan... Bab VII - 2 VIII. PENUTUP... Bab VIII - 1

6 DAFTAR TABEL Tabel II-1. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Solok Tahun II - 2 Tabel II-2. Nama Sungai dan Wilayah yang Dialirinya di Kabupaten Solok...II - 3 Tabel II-3. Pembagian Blok dan Petak Wilayah KPHL... II - 7 Tabel II-4. Nama Kecamatan dan Luasnya serta jumlah Nagari... II -14 Tabel II-5. Persentase dan Luas Penggunaan Tanah di Kabupaten Solok... II - 14 Tabel II-6. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun II - 15 Tabel II-7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun II - 16 Tabel II-8. Banyaknya Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Tahun II - 16 Tabel II-9. Tabel Mata Pencaharian Penduduk di 4 (empat) Nagari yang di Survei...II - 17 Tabel II-10. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun II - 17 Tabel II-11. Luas Sawah Menurut Jenis Pengairan Tahun II - 18 Tabel II-12. Luas Panen dan Produksi Padi Tahun II - 19 Tabel II-13. Luas dan Poduksi Tanaman Perkebunan Tahun II - 20 Tabel II-14. Jumlah Ternak Menurut Jenis Ternak Tahun II - 21 Tabel II-15. Produksi Hasil Hutan Menurut Kecamatan dan Jenis Komoditi 2011II - 21 Tabel II-16. PDRB Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah)... II - 22 Tabel II-17. Pelaksanaan Kegiatan RHL Kabupaten Solok Tahun II - 31 Tabel II-18. Luas Reboisasi yang Berhasil dan Gagal Tahun II - 31 Tabel IV-1. Strategi Kombinasi Strength (Kekuatan) dan Opportunity (Peluang) Dalam Analisis SWOT... IV - 7 Tabel IV-2. Strategi Kombinasi Kekuatan dan Ancaman Dalam Analisis SWOTIV - 10 Tabel IV-3. Strategi Kombinasi Kelemahan ( Weakness) dan Peluang ( Opportunity) Dalam Analisis SWOT... IV - 12

7 Tabel IV-4. Strategi Kombinasi Kelemahan dan Ancaman Dalam Analisis SWOT... IV - 16 Tabel IV - 5. Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, Kombinasi Faktor (Strategi ) dan Sasaran Program Indikatif... IV - 18 Tabel V-1. Jumlah Plot Inventarisasi Hutan Disetiap Blok Pengelolaan KPHL Model Solok... V - 2 Tabel V-2. Potensi Kayu Pemanfaatan Hutan Alam di KPHL Model Solok...V - 6 Tabel V-3. Luas Blok HTR di KPHL Model Solok... V - 13 Tabel V-4. Luas Lahan yang Akan Direhabilitasi Disetiap Blok... V - 13

8 DAFTAR GAMBAR Gambar II - 1. Peta Penetapan Wilayah KPHL Model Solok... II - 4 Gambar II - 2. Penyelenggaraan Pengurusan Dinas dan Penyelenggaraan... II - 6 Gambar II- 3. Lokasi Rencana Pemanfaatan Kayu Hutan Alam... II - 7 Gambar II-4. Penyelenggaraan Pengurusan Dinas dan Penyelenggaraan Pengelolaan KPH... II - 27 Gambar V-1. lokasi Rencana Pemanfaatan Kayu Hutan Alam... V - 4 Gambar V-2. Rencana lokasi Pemanfaatan Kayu Hutan Tanaman di KPHL Model Solok... V - 5 Gambar V-3. Lokasi HTR di Blok Pemberdayaan Masyarakat... V - 12 Gambar V-4. Lokasi Rencana RHL di KPHL Model Solok... V - 15 Gambar V-5. Rencana Lokasi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam... V - 18 Gambar V-6. Bentuk Koordinasi dan Sinergi dalam Pengelolaan KPHL Model Solok (diadopsi dari: Kartodihardjo dkk, 2012)... V - 20

9 RINGKASAN EKSEKUTIF Kawasan hutan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat ditetapkan sebagai Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model berdasarkan S urat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.42/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 seluas Ha. Dalam melaksanakan kegiatan, KPHL Model Solok memerlukan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan pengelolaan hutan dalam jangka waktu 10 tahun, sehingga tujuan pengelolaan hutan untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Solok yang mandiri dan sejahtera melalui pemberdayaan ekonomi dan peran aktif dalam pengelolaan sumber daya hutan dapat tercapai. KPHL Model Solok memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan, seperti potensi jasa lingkungan sebagai penyedia air bersih, penyimpan karbon, media penelitian dan pendidikan, sumber plasma nutfah/keanekaragaman hayati, serta objek wisata alam. Dalam hal potensi wisata alam, KPHL Model Solok memiliki pesona alam yang berbeda dengan daerah lain seperti Danau Kembar (Danau Diatas dan Danau Dibawah), Danau Singkarak, dan hamparan kebun teh di Kecamatan Gunung Talang. Masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan KPHL Model Solok umumnya adalah etnis Minangkabau dengan garis keturunan ibu (matrilinial). Sistem kekerabatan ini memberikan tempat yang kuat bagi kaum wanita dalam sistem sosial dan juga terkait erat dengan penguasaan sumber daya alam, terutama lahan dan hutan. Masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan merupakan masyarakat agraris dengan aktifitas pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Kawasan hutan di Kabupaten Solok memiliki peran penting dalam pengatur tata air di Provinsi Sumatera Barat. Kawasan hutan ini terletak pada areal dengan topografi curam dengan ketinggian antara mdpl, curah hujan rata-rata mm/tahun, dan merupakan hulu bagi 2 (dua) sungai besar yaitu Batang Hari dan Batang Gumanti, dan 24 (dua puluh empat) sungai lainnya. Pentingnya keberadaan kawasan hutan Kabupaten Solok sebagai pendukung sumber penghidupan masyarakat dan pengatur tata air telah disadari oleh berbagai pihak, sehingga menjadi pertimbangan penting dalam perencanaan pembangunan wilayah kabupaten seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang ( RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah ( RPJM), dan Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW) Kabupaten Solok. Dengan demikian, peranan KPHL Model Solok cukup besar dalam mendukung tercapainya target-target pembangunan di Kabupaten Solok. Kelembagaan KPHL Model Solok ditetapkan melalui Peraturan Bupati nomor 56 tahun 2011 dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok. Organisasi KPHL Model Solok merupakan organisasi setingkat Eselon IV. Kondisi ini membutuhkan percermatan khusus dalam tata hubungan kerja antara UPT KPHL Model Solok, Dinas Kehutanan dan

10 Perkebunan Kabupaten Solok, lainnya. dan unit kerja lain baik kehutanan maupun sektor Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, organisasi KPH mempunyai tugas dan fungsi diantaranya menyelenggarakan pengelolaan hutan (tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi, serta perlindungan hutan dan konservasi alam). Dalam menyusun rencana pengelolaan, KPHL Model Solok mengacu pada rencana kehutanan nasional, regional, provinsi, maupun kabupaten/kota, serta memperhatikan aspirasi dan sosial budaya masyarakat setempat. Isu strategis dalam pengelolaan hutan di Kabupaten Solok yaitu : 1) Tata batas wilayah kelola KPHL Model Solok sebagian belum selesai, 2) Belum terkoordinasinya kegiatan penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan, 3) Potensi hutan belum teriventarisasi secara baik, dan 4) Tingginya tingkat okupasi kawasan hutan oleh masyarakat serta klaim hak ulayat terhadap kawasan hutan. Visi KPHL Model Solok adalah Menjadikan KPHL Model Solok Sebagai Modal Pembangunan Daerah, untuk itu KPHL Model Solok menetapkan Misi sebagai berikut : 1) Memantapkan fungsi kawasan yang ada dalam wilayah kelola, 2) Mengoptimalkan pemanfaatan kawasan hutan, 3) Memperkuat kelembagaan, dan 4) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut, serta upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi, KPHL Model Solok merencanakan berbagai kegiatan jangka panjang, diantaranya : penataan hutan dan inventarisasi berkala, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu (pemanfaatan kayu hutan alam, pengembangan ekowisata, pemanfaatan kawasan untuk pendidikan dan penelitian, pemberdayaan masyarakat), penyelenggaraan rehabilitasi, perlindungan hutan dan konservasi alam, koordinasi dan sinkronisasi antara pemegang ijin, peningkatan kapasitas SDM, pendanaan, pengembangan database, rasionalisasi wilayah kelola, pengembangan investasi, dll. Rencana kegiatan yang ditetapkan dalam RPHJP ini, dalam implementasinya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, dan perlu dijabarkan ke dalam rencana yang lebih detil seperti rencana jangka pendek atau rencana teknis lainnya.

11 VIII. PENUTUP Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Solok ini disusun menurut ketentuanketentuan yang berlaku dan telah menyajikan data yang benar pada saat dokumen ini disusun. Proses penyusunan-nya telah melibatkan berbagai pihak baik di Pusat maupun Daerah, dan telah mengakomodir berbagai masukan yang bersifat membangun. RPHJP KPHL Model Solok ini memberikan arahan secara makro dan indikatif bagi pengelolaan KPHL Model Solok 10 ( sepuluh) tahun mendatang. Untuk operasionalisasinya, RPHJP ini perlu diterjemahkan ke dalam rencana-rencana jangka pendek, seperti rencana kerja tahunan KPH. Sebagai sebuah rencana makro, dokumen ini diharapkan mampu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan lingkungan strategis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga dapat dijadikan pegangan bagi pihak-pihak terkait dalam pengelolaan hutan di KPHL Model Solok. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab VIII - 1

12 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia, penting dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan sebesar besarnya untuk kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu pengelolaannya harus dilakukan dengan baik. Kegiatan pengelolaan hutan mempunyai karakteristik yang tidak dapat disamakan pengelolaannya dengan sumberdaya alam lainnya karena pengelolaan sumberdaya hutan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat dengan tidak mengabaikan sifat dan karakteristik serta fungsi pokok akan kawasan hutan itu sendiri, yang terdiri dari fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Berdasarkan hal tersebut, dalam pengelolaan hutan diperlukan keseimbangan agar ketiga fungsi hutan tersebut dapat berjalan secara simultan karena ketiga fungsi tersebut mempunyai peran yang sangat penting terutama sebagai pendukung dalam pembangunan ekonomi melalui produksi hasil hutan baik kayu maupun nonkayu, perlindungan wilayah melalui konservasi tanah dan air serta pelestarian keanekaragaman hayati guna kepentingan jangka panjang generasi mendatang. Salah satu strategi untuk mewujudkan keberlanjutan dari fungsi dan peranan hutan adalah adanya dukungan kebijakan yang tepat melalui penerapan pengelolaan hutan dengan pendekatan ekosistem dengan lebih mengedepankan keseimbangan ekosistem, dimana pola pengelolaannya lebih berorientasi pada proses yang melihat keragaman dari elemen pembentuk hutan. Pergeseran paradigma pengelolaan hutan dari pengelolaan yang mengedepankan produksi kayu ke pengelolaan berbasis ekosistem ini didasarkan pada kondisi sumberdaya hutan yang semakin menurun dan peningkatan pemahaman terhadap nilai manfaat hutan yang melebihi hasil hutan kayu. Pengalaman pengelolaan hutan pada tahun 1980-an yang lebih berorientasi pada produksi hasil hutan kayu dengan mengedepankan penerimaan devisa negara berakibat pada kondisi hutan yang sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data analisis Kementerian Kehutanan, laju deforestasi hutan pada tahun adalah seluas 1,8 juta ha/tahun, pada tahun meningkat menjadi 2,8 juta ha/tahun dan pada tahun menurun menjadi 1,08 juta ha/tahun. Kondisi tersebut tentunya akan berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat serta Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab I - 1

13 lingkungannya, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya frekuensi banjir dan tanah longsor serta perubahan musim yang tidak dapat diprediksi lagi. Pemerintah terus mengupayakan menekan laju kerusakan hutan dengan harapan bahwa kondisi hutan dapat kembali seperti semula dan dapat berfungsi kembali secara optimal. Salah satu kebijakan yang diinisiasi oleh Pemerintah Pusat adalah pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai suatu unit pengelolaan ditingkat tapak sebagaimana diamanatkan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dimana pada pasal 12 disebutkan bahwa perencanaan hutan meliputi inventarisasi hutan, penatagunaan kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan hutan dan penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten/kota serta pada tingkat unit pengelolaan. Unit Pengelolaan adalah unit pengelolaan hutan terkecil sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari yang kemudian disebut sebagai Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH ) yang dapat berbentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). Dukungan kebijakan selanjutnya adalah adanya Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008 yang mengamanatkan tentang Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan. Pembentukan organisasi kelembagaan KPH merupakan prioritas pembangunan nasional dalam Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Dengan PP tersebut di atas maka seluruh pengelolaan hutan di Indonesia dilaksanakan oleh sebuah organisasi kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Kegiatan pengelolaan hutan oleh KPH meliputi : 1) Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, 2) Pemanfaatan hutan dalam hal pemantauan dan pengendalian terhadap pemegang izin, 3) Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu, 4) Rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan 5) Perlindungan hutan dan konservasi alam. Bupati Solok melalui surat Nomor : 522.1/910/Hutbun-2011 tanggal 18 Agustus 2011 mengusulkan kepada Menteri Kehutanan untuk Pembentukan KPH Unit VI di Kabupaten Solok yang tembusannya juga disampaikan kepada Gubernur Sumatera Barat, selanjutnya Gubernur Sumatera Barat melalui suratnya kepada Menteri Kehutanan dengan Nomor : 522.1/2064/Dishut-2011 tanggal 19 September 2011 perihal Usulan Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yang pada Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab I - 2

14 prinsipnya Gubernur mendukung pembentukan kelembagaan KPH, salah satunya yaitu KPH Unit VI di Kabupaten Solok. Akhirnya, wilayah kawasan hutan Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat ditetapkan menjadi salah satu unit KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung) Model berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.42/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Solok (Unit VI) yang Terletak di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat Seluas Ha. Berdasarkan PP No. 6 Tahun 2007 jo. PP No. 3 Tahun 2008 pasal 9, KPH mempunya tugas dan fungsi yang diantaranya menyelenggarakan pengelolaan hutan (tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan), maka KPHL Model Solok harus mempunyai Rencana Pengelolaan yang menjadi pedoman seluruh kegiatan yang mengarahkan pada pencapaian tujuan pengelolaan hutan. Rencana pengelolaan ini memuat tujuan, strategi, rencana kegiatan serta target yang akan dicapai dalam pengelolaan hutan. Dalam penyusunan rencana pengelolaan ini, juga mengacu pada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) dan Renca na Kehutanan Tingkat Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dan memperhatikan aspirasi, nilai budaya masyarakat setempat serta kondisi lingkungan. Setelah terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.42/Menhut- II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Solok (Unit VI), operasionalisasi KPH dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, seperti : prakondisi pengelolaan hutan (pengadaan sarana/prasarana; tata hutan dan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) yang difasilitasi oleh BPKH Wilayah I Medan)), dan konvergensi kegiatan teknis di lokasi KPH dari UPT Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Provinsi/Kabupaten. RPHJP ini disusun dengan tahapan sebagai berikut : Inventarisasi Biogeofisik, Inventarisasi Sosial Budaya, Penataan Blok dan Petak, Analisis Spasial, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan; Penilaian/Pengesahan. Mengingat Permenhut P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL/P baru terbit tahun 2013, dan dari hasil diskusi dengan para Kepala KPH lingkup Regional Sumatera, maka disepakati bahwa periode RPHJP KPHL/P adalah Melalui penyusunan RPHJP KPHL Model Solok ini, diharapkan informasi dan data yang dimiliki oleh KPHL Model Solok (kondisi kawasan biofisik, sosial, ekonomi, kelembagaan yang dilengkapi dengan isu dan permasalahan serta tantangan yang Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab I - 3

15 dihadapi) dapat menjadi sebagai sebuah baseline data yang menjadi dasar penentuan prioritas pengelolaan. Dengan demikian, RPHJP KPHL Model Solok ini diharapkan menjadi pedoman dan acuan pelaksanaan pembangunan kehutanan tingkat tapak di wilayah KPHL Model Solok Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Model Solok ini adalah menyediakan pedoman dan acuan di dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan pada wilayah kelola KPHL Model Solok selama 10 (sepuluh). Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Model Solok ini adalah sebagai berikut : a. Tersedianya dokumen rencana pengelolaan hutan yang akan dijadikan sebagai pedoman dan acuan di dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan di wilayah KPHL Model Solok dari tahun 2013 sampai dengan tahun b. Tersedianya dokumen rencana pengelolaan hutan yang layak terap untuk memberikan manfaat sosial, ekonomi dan ekologi yang berkelanjutan melalui pengelolaan kawasan hutan dan seluruh potensi yang ada secara komprehensif dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan kekhasan dan kearifan lokal yang ada. c. Tersedianya dokumen rencana pengelolaan yang terencana dan terukur serta memiliki tata waktu yang jelas sehingga kegiatan pengelolaan hutan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk memberikan hasil yang optimal. d. Untuk dijadikan sebagai dasar di dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek (Rencana Pengelolaan Tahunan) dan rencana -rencana teknis pengelolaan lainnya di wilayah KPHL Model Solok Sasaran Tersusunnya Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPH JP) KPHL Model Solok untuk 10 (sepuluh) tahun kedepan dari yang akan dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek yang disesuaikan dengan kondisi setiap blok dan petak. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab I - 4

16 1.4. Ruang Lingkup Ruang lingkup penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Model Solok meliputi : 1. Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup dan batasan pengertian. 2. Deskripsi kawasan, yang mengandung informasi tentang wilayah KPHL Model Solok, terdiri dari risalah wilayah, potensi wilayah KPHL Model Solok, data sosekbud masyarakat, kondisi posisi KPHL Model Solok dalam perspektif tata ruang wilayah dan pembangunan daerah dan isu strategis, kendala dan permasalahan. 3. Visi dan misi, yang berisi tentang visi dan misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok, visi dan misi KPHL Model Solok sendiri, strategi pengelolaan hutan dan tujuan serta sasaran KPHL Model Solok. 4. Analisis dan proyeksi, yang memuat analisa data dan informasi yang tersedia saat ini baik data primer maupun sekunder serta proyeksi kondisi wilayah KPHL Model Solok dimasa yang akan datang. 5. Rencana kegiatan, yang memuat tentang inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, pemberdayaan masyarakat, penyelenggaran rehabilitasi pada areal KPHL Model Solok, pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi, penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin (belum ada), koordinasi dan sinergi dengan instansi dan pemangku kepentingan, penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, penyediaan pendanaan, pengembangan pangkalan data, rasionalisasi wilayah kelola, review rencana pengelolaan, pengembangan investasi dan kegiatan lain yang relevan. 6. Selain itu, dokumen ini juga memuat pembinaan, pengawasan, dan pengendalian serta pemantauan evaluasi dan pelaporan Batasan Pengertian 1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 2. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab I - 5

17 3. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. 4. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. 5. Penataan Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup pengelompokan sumberdaya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari. 6. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi hutan; perlindungan hutan dan konservasi alam. 7. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. 8. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan. 9. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. 10. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. 11. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab I - 6

18 12. Tata Batas dalam wilayah KPH adalah melakukan penataan batas dalam wilayah kelola KPH berdasarkan pembagian Blok dan petak. 13. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap. 14. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan. 15. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang sama. 16. Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disebut KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. 17. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan lindung. 18. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH ditingkat tapak. 19. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah kelola KPH yang merupakan bagian dari wilayah KPH yang dipimpin oleh Kepala Resort KPH dan bertanggungjawab kepada Kepala KPH. 20. Wilayah Tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya. 21. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah pembangunan KPH. 22. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan hutan berjangka waktu 1 (satu) tahun pada tingkat operasional berbasis petak/blok. 23. Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan fan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab I - 7

19 24. Pemanfaatan Jasa Lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya. 25. Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. 26. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat IUPHHK adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran. 27. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat IUPHHK-HTR adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh perorangan atau koperasi untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya hutan. 28. Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. 29. Pemberdayaan Masyarakat Setempat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. 30. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab I - 8

20 II. DESKRIPSI KAWASAN Bab ini menguraikan lebih rinci tentang kondisi kawasan KPHL Model Solok. Dalam bagian deskripsi wilayah diuraikan tentang letak geografis dan iklim, topografi, jenis tanah, aksesibilitas kawasan, sejarah pembentukan KPHL Model Solok. Bagian potensi wilayah KPHL Model Solok menguraikan tentang tutupan vegetasi, potensi kayu/non kayu, pemberdayaan masyarakat, keberadaan flora dan fauna, dan potensi jasa lingkungan. Bab ini juga menguraikan keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya masyarakat yang meliputi keadaan sosial budaya masyarakat, keadaan sosial ekonomi masyarakat, penggunaan lahan, penduduk, aktifitas ekonomi, informasi izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, kondisi posisi KPH dalam perspektif Tata Ruang Wilayah dan pembangunan daerah, posisi kelembagaan KPH, Organisasi KPHL Model Solok, issue strategis, kendala dan permasalahan, serta kegiatan pembangunan kehutanan yang telah dilakukan. Bab ini diakhiri dengan deskripsi manajemen sumber daya manusia KPHL Model Solok Risalah Wilayah Letak dan Iklim Kabupaten Solok Kabupaten Solok berada pada koordinat LS dan BT. Luas wilayah Kabupaten Solok adalah 3.738,00 Km 2 ( Ha) berada pada daerah aliran sungai (DAS) Batang Hari, Agam Kuantan dan Indragiri Rokan. Letak geografis Kabupaten Solok tersebar pada dataran, lembah dan perbukitan pada ketinggian antara 297 s/d meter di atas permukaan laut. Letak Kabupaten Solok sangat strategis, selain dilewati jalur Jalan Lintas Sumatera (jalinsum), juga berbatasan langsung dengan Kota Padang - Ibukota Provinsi Sumatera Barat. Adapun batas-batas Kabupaten Solok adalah : - Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Padang dan Kab. Pesisir Selatan - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan. Kabupaten Solok terdiri dari 14 (empat belas) Kecamatan, 74 (tujuh puluh empat) Nagari dan 411 (empat ratus sebelas) Jorong. Berdasarkan klasifikasi Schmidt-Ferguson dan data curah hujan tahun 2010, iklim Kabupaten Solok tergolong tipe A dengan curah hujan per bulan rata-rata Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 1

21 mm/tahun, dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 158 hari/tahun dan temperatur udara 24 0 C C. Berdasarkan buku Solok dalam angka Tahun 2011, Kecamatan Payung Sekaki merupakan daerah dengan rata-rata curah hujan tertinggi di Kabupaten Solok yaitu mencapai mm/tahun. Tabel II-1 menyajikan banyaknya curah hujan dan hari hujan di setiap Kecamatan di Kabupaten Solok. Tabel II -1.Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Solok Tahun 2011 No Kecamatan Sumber: BPS Kab. Solok 2011 Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm) Intensitas (mm/hari) 1 Pantai Cermin Lembah Gumanti Hiliran Gumanti Payung Sekaki Tigo Lurah Lembang Jaya Danau Kembar Gunung Talang Bukit Sundi IX Koto Sei. Lasi Kubung X Koto Diatas X Koto Singkarak Junjung Sirih Topografi, Jenis Tanah dan Geologi A. Topografi Topografi wilayah Kabupaten Solok sangat bervariasi antara dataran, lembah dan pegunungan dengan ketinggian antara 297 s/d m.dpl. Kabupaten Solok memiliki banyak sungai dan danau yang terkenal dengan keindahan alamnya, diantaranya Danau Singkarak, Danau Kembar (Danau Diatas dan Danau Dibawah) dan Danau Talang, selain itu Kabupaten Solok juga memiliki satu gunung berapi aktif yaitu Gunung Talang. B. Jenis Tanah Klasifikasi tanah yang digunakan mengikuti system klasifikasi tanah dari USDA Soil Taxonomy. Jenis tanah yang ada di wilayah KPHL Model Solok terdiri dari Andosol ( ,15 Ha), Glei Humus ( ,36 Ha), Kambisol ( ,67 Ha), Latosol ( ,49 Ha) dan Podsolik ( ,41 Ha). C. Hidrologi Hampir seluruh wilayah KPHL Model Solok berada di daerah hulu Sungai Batang Hari dan Batang Gumanti yang bermuara di Pantai timur Pulau Sumatera. Penyerapan air ke dalam tanah pada umumnya berlangsung cukup baik, ditempat- Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 2

22 tempat yang lebih rendah banyak ditemukan sumber mata air dan membentuk anak sungai dengan pola disebut dendritik (bercabang mirip percabangan pohon beringin). Di Kabupaten Solok terdapat 26 Sungai. Lokasi dan wilayah yang dialiri oleh sungai tersebut secara terperinci disajikan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel II-2.Nama Sungai dan Wilayah yang Dialirinya di Kabupaten Solok No Kecamatan Nama Sungai Wilayah Yang Dialiri 1 Pantai Cermin Batang Lolo Lolo Batang Indarung Surian/ Lolo Batang Kulemban Surian Batang Kayu Manang Surian 2 Lembah Gumanti Batang Gumanti Alahan Panjang/ Talang Babungo, Sariak Alahan Tigo dan Sungai Abu Batang Hari Alahan Panjang, Lolo dan Surian Sungai Pagu, Sangir, Dharmasraya dan Jao 3 Payung Sekaki Batang Kipat Air Luo/ Kab. Sijunjung Batang Luo Air Luo/ Kab. Sijunjung 4 Tigo Lurah Batang Palangki Batu Bajanjang, Rangkiang Luluih, Sumiso dan Kab. Sijunjung Batang Kapujan Rangkiang Luluih, Sumiso dan Kab. Sijunjung 5 Lembang Jaya Batang Lembang Danau Kembar dan Lembang Jaya Bukit Sundi, Kubung dan X Koto Singkarak 6 Gunung Talang Batang Paneh Gadang Talang, Cupak, Muara Panas Batang Sumani Lubuk Selasih, Batang Barus, Kt Gaek, Jawi-jawi Cupak dan Koto Baru 7 Bukit Sundi Batang Air Halim Kinari dan Muara Panas 8 IX Koto Sei Lasi Sungai Lasi Sungai Lasi Batang Pamo Pianggu Batang Lawas Lembah Gumanti dan Payung Sekaki 9 Kubung Btg Gantung Gantung Ciri Sungai Saring Koto Hilalang Batang Gawan Koto Hilalang/ Selayo Batang Imang Koto Sani, Tanjung Bingkung 10 X Koto Diatas Batang Katialo Katialo Tj. Balik dan Sulit Air 11 X Koto Singkarak Air Lasi Saniang Baka Btg Sumani Sumani 12 Junjung Sirih Batang Muaro Pingai Muaro Pingai Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011 Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 3

23 D. Lahan Kritis Berdasarkan data dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I Medan, tingkat kekritisan lahan di wilayah KPHL Model Solok dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu Agak Kritis seluas ,00 Ha, Kritis seluas + 993,01 Ha, Potensial Kritis seluas ,07 Ha, Sangat Kritis seluas + 376,00 Ha. E. Letak dan Luas Wilayah KPHL Model Solok Kawasan hutan di Kabupaten Solok tidak semua termasuk wilayah kelola KPHL Model Solok. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.42/Menhut-II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Solok (Unit VI) yang Terletak di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat Seluas Ha, dengan rincian sebagai berikut, Hutan Lindung seluas Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas Ha dan Hutan Produksi seluas Ha. Wilayah KPHL Model Solok yang masih berhutan pada Hutan Lindung dengan tutupan lahan berstratifikasi hutan lahan kering primer seluas ± ,67 Ha, berstratifikasi hutan lahan kering sekunder seluas ± ,78 Ha dan tidak berhutan seluas ± ,52 Ha yang berupa semak belukar seluas ± 6.167,76 Ha, perkebunan seluas ± 56,86 Ha, pertanian seluas ± 7.534,90 Ha, pertanian lahan kering seluas ± 2.553,66 Ha dan semak seluas ± 434,33 Ha. Gambar II-1. Peta Penetapan Wilayah KPHL Model Solok Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 4

24 Kondisi batas kawasan hutan secara geografis berada pada BT dan LS. Adapun batas-batas wilayah KPHL Model Solok adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Padang dan Kab. Pesisir Selatan 3. Sebalah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan Pembagian wilayah Resort Struktur organisasi KPHL Model Solok ditetapkan melalui Peraturan Bupati Solok Nomor 56 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 11 tentang Unit Pelaksana Teknis. Sebagai tindak lanjut peraturan tersebut direncanakan dibentuk + 6 (enam) Resort Pengelolaan Hutan (RPH). RPH ini berbasis wilayah sungai yang terdiri dari : a. Resort Batang Gumanti (Resort I), meliputi seluruh kawasan hutan lindung Kecamatan Hiliran Gumanti dan sebagian Kecamatan Lembah Gumanti. b. Resort Batang Hari (Resort II), meliputi seluruh kawasan hutan Kecamatan Pantai Cermin dan sebagian Kecamatan Lembah Gumanti. c. Resort Batang Momong (Resort III), meliputi sebagian kawasan hutan Kecamatan Tigo Lurah. d. Resort Batang Palangki (Resort IV), meliputi sebagian kawasan hutan Kecamatan Tigo Lurah dan sebagian Kecamatan Payung Sekaki. e. Resort Batang Laweh (Resort V), meliputi sebagian kawasan hutan yang berada di Kecamatan IX Koto Sungai Lasi dan Payung Sekaki. f. Resort Batang Sumani (Resort VI), meliputi sebagian kawasan hutan yang berada di Kecamatan IX Koto Sungai Lasi dan Gunung Talang. Peta pembagian kawasan ke dalam resort disajikan dalam Gambar II. 2. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 5

25 Gambar II-2. Pembagian Wilayah Kerja KPHL Solok ke Dalam Resort Pengelolaan Hutan Pembagian Blok dan Petak Berdasarkan fungsinya, Wilayah kelola KPHL Model Solok dibagi menjadi 3 (tiga) blok atau zona, yaitu zona inti, zona pemanfaatan dan zona pemberdayaan, dan terbagi kedalam 6 (enam) resort. Selanjutnya, Zona pemanfaatan dibedakan menjadi pemanfaatan HHBK, pemanfaatan HHK-HT, pemanfaatan HHK-HA. Melihat fungsinya, sebagaian besar kawasan KPHL Model Solok masuk ke dalam zona inti. Tabel II. 3 dan Gambar II. 2 menunjukan pembagian wilayah kelola KPHL Model Solok. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 6

26 Tabel II-3. Pembagian Blok dan Petak wilayah KPHL Solok RESORT BLOK_SOLOK Luas (ha) RESORT I HL-Blok Inti 6, HL-Blok Pemanfaatan 9, HP-Blok Pemanfaatan HHBK HP-Blok Pemberdayaan RESORT II HL-Blok Inti 10, HL-Blok Pemanfaatan 6, HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT RESORT III HL-Blok Inti 28, HL-Blok Pemanfaatan 3, RESORT IV HL-Blok Inti 18, HL-Blok Pemanfaatan 9, RESORT V HL-Blok Inti HP-Blok Pemanfaatan HHBK 1, HP-Blok Pemanfaatan HHK-HA 2, HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT HP-Blok Pemberdayaan 6, RESORT VI HL-Blok Inti 12, HL-Blok Pemanfaatan 9, HP-Blok Pemanfaatan HHBK HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT 2, HP-Blok Pemberdayaan Grand Total 130, Gambar II-3. Peta Pembagian Blok Wilayah KPHL Model Solok Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 7

27 2.1.5 Aksesibilitas Kawasan Aksesibilitas di wilayah KPHL Model Solok masih cukup sulit, karena kondisi jalan masih berupa jalan tanah dan tidak bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor. Namun tidak semua wilayah KPHL Model Solok sulit dijangkau, di beberapa tempat sudah ada jalan di dalam kawasan hutan yang dapat dilalui kendaraan yang sejak lama dimanfaatkan sebagai jalur transportasi oleh masyarakat sekitar. Aksesibilitas pada masing-masing wilayah Resort Pengelolaan Hutan (RPH) di KPHL Model Solok akan memanfaatkan jalur transportasi yang ada, sehingga untuk akses pengelolaan hutan (seperti pengamanan dan pengawasan) serta akses produksi (kayu dan bukan kayu) sebagian sudah ada Sejarah Pembentukan KPHL Model Solok Pembentukan KPHL Model Solok didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan dan dengan adanya Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK. 798/Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember 2009 Tentang Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Provinsi Sumatera Barat, dimana pada lampiran Surat Keputusan Menteri Kehutanan tersebut di atas, disebutkan bahwa Kabupaten Solok merupakan Unit VI KPH yang ada di Provinsi Sumatera Barat dengan luasan Hutan Lindung seluas Ha, Hutan Produksi Terbatas seluas Ha dan Hutan Produksi seluas Ha. Menindaklanjuti Keputusan Menteri Kehutanan tersebut, Bupati Solok melalui surat Nomor : 522.1/910/Hutbun-2011 tanggal18 Agustus 2011 mengusulkan kepada Menteri Kehutanan untuk Pembentukan KPH Unit VI di Kabupaten Solok yang tembusannya juga disampaikan kepada Gubernur Sumatera Barat, hal ini kemudian diperkuat lagi oleh Gubernur Sumatera Barat melalui suratnya kepada Menteri Kehutanan dengan Nomor : 522.1/2064/Dishut-2011 tanggal 19 September 2011 perihal Usulan Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yang pada prinsipnya Gubernur Sumatera Barat mendukung pembentukan kelembagaan KPH tersebut, salah satunya yaitu KPH Unit VI di Kabupaten Solok. Pada tanggal 2 Februari 2012, Menteri Kehutanan menetapkan wilayah KPHL Model Solok melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.42/Menhut- II/2012 tanggal 2 Februari 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 8

28 Hutan Lindung (KPHL) Model Solok (Unit VI) yang Terletak di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat Seluas Ha Potensi Wilayah KPHL Model Solok Kabupaten Solok merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang cukup tinggi, namun potensi tersebut belum dapat dikembangkan dengan baik, oleh karena itu dengan adanya pengelolaan hutan di tingkat tapak diharapkan potensi-potensi yang ada tersebut dapat dikelola secara optimal Penutupan Vegetasi Kondisi hutan pada wilayah unit KPHL Model Solok di Kabupaten Solok merupakan jenis hutan tanah kering dengan tipe hutan hujan tropika basah berada pada wiayah Pegunungan. Komposisi tumbuhan kaya akan jenis, ditunjukkan dengan banyaknya jenis tegakan yang ditemukan yaitu 140 jenis. Jenis tegakan yang mendominasi yaitu jenis Kelat ( Xylopia altissima Boerl), Pening-pening (Ammora rubiginosa Hiern), Kasiah Baranak ( Pometia pinnata Forst), Kalek (Parastemori urophylluma. a. Dc), Ogeh, Medang ( Litsea sp), Banio ( Shorea platyclados Bsi), Balam (Palaguium aburatum Engil), meranti (Shorea sp), dan lainlain. Jenis vegetasi pada lokasi kegiatan inventarisasi berupa hutan dengan kerapatan sedang dan mempunyai potensi tegakan yang cukup. Tanaman epifit dan tanaman lain banyak di temukan dalam di areal survey diantaranya jenis Pakis ( Cycas Sp), Kerisan ( Chrysanthenum Sp), Anggrek dan pohon Aren (Arenga Pinnata). Pada wilayah KPHL Model Solok yang tidak dilakukan inventarisasi hutan pada umumnya telah digarap oleh masyarakat setempat dengan membuka usaha budidaya tanaman perkebunan dan tanaman semusim Potensi Kayu/Non Kayu (HHBK) A. Potensi Kayu Potensi kayu pada KPHL Model Solok cukup besar, diketahui dari hasil beberapa kali peninjauan lapangan, namun belum terinventarisasi secara detil baik yang berada dalam Hutan Produksi maupun Hutan Produksi Terbatas. Untuk mengetahui potensi kayu lebih detil diperlukan identifikasi dan inventarisasi lebih lanjut. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 9

29 B. Potensi Non Kayu Potensi non kayu yang bisa dikembangkan pada wilayah KPHL Model Solok meliputi getah pinus, sumber daya air, rotan, manau, sarang burung walet dan potensi jasa lingkungan lainnya. Mengingat sebagian besar wilayah kelola KPHL Model Solok merupakan kawasan hutan lindung, maka pemanfaatan dan pengembangan hasil hutan di wilayah KPHL Model Solok dititikberatkan kepada potensi hasil hutan non kayu sehingga identifikasi dan inventarisasi terkait potensi non kayu ini menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. C. Pemberdayaan Masyarakat Interaksi masyarakat dengan kawasan tergolong tinggi, sebagian kawasan hutan dipeladangi oleh masyarakat baik dengan tanaman semusim ataupun dengan tanaman tahunan. Akan tetapi kondisi sosial ekonomi masyarakat ini masih belum berdaya. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat kedepan dilakukan melalui pemberdayaan dan pengembangan usahatani masyarakat sekitar hutan, terutama diarahkan pada pemanfaatan hasil hutan non kayu, dengan kegiatan perhutanan sosial yang memanfaatkan ruang tumbuh dikawasan hutan namun tidak mengganggu tanaman pokok. Usaha tani dimaksud diantaranya berupa pengembangan : - tanaman rotan/manau, - tanaman obat - lebah madu - tanaman kayu yang menghasilkan HHBK - pemanfaatan sarang burung walet D. Keberadaan Flora dan Fauna Berdasarkan Laporan Pelaksanaan Inventarisasi Biogeofisik yang dilaksanakan oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I Medan, pada wilayah KPHL Model Solok banyak ditemukan keberagaman jenis flora dan fauna, diantaranya sebagai berikut : 1) Flora Jenis-jenis pohon yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan di wilayah pengelolaan KPHL Model Solok sebanyak 154 jenis. Diantaranya terdapat jenis-jenis pohon dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No.54/Kpts/Um/2/1972 tanggal 5 Februari Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 10

30 Jenis-jenis pohon dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No.54/Kpts/Um/2/1972 tanggal 5 Februari 1972, sebagai berikut : a. Pohon yang dilindungi karena menghasilkan getah diantaranya pohon Damar (Shorea Glouca King), Jelutung ( Dyera costulata Hook.f), dan Keruing (Dipterocarpus appendiculatus Sc). b. Pohon yang dilindungi karena menghasilkan buah yaitu Balam ( Palaquium walsurifolin) dan Nyatoh/Jambu Monyet (Palaquium burckii H.J.L). c. Pohon yang dilindungi karena menghasilkan kulit kayu, zat warna yaitu Kulit Manis (Cinnamomum burmanni BI). d. Pohon yang dilindungi karena menghasilkan kayu/batang, yaitu Tembesu (Fagrarea fragrans Roxb). Selain itu, juga ditemukan jenis pohon yang mutlak dilindungi dari jenis meranti berdasarkan SK Menteri Kehutanan No, 261/Kpts-IV/1990 Tanggal 18 Mei 1990, yaitu jenis Cengkawang (Shorea Singkawang Mig). 2) Fauna Jenis fauna dilindungi yang ditemukan di KPHL Model Solok diantaranya Kijang ( Muntiacus muntjak) dan Siamang ( Hydrobates syndactylus). Selain itu, berdasarkan informasi masyarakat sekitar hutan bahwa pada wilayah KPHL Model Solok masih terdapat Rusa Sambar (Cervus unicolor) Potensi Jasa Lingkungan Hutan lindung menghasilkan produk utama berupa jasa lingkungan antara lain perlindungan sumber sumber air, perlindungan kesuburan tanah, dan perlindungan ekosistem. Dengan luasan ± Ha, KPHL Model Solok mempunyai potensi yang dapat dikembangkan dari jasa lingkungan yang didukung oleh sumber daya alam yang dimiliki, diantaranya persediaan air bersih, penyimpanan carbon, media penelitian dan pendidikan, keanekaragaman hayati, serta wisata alam. Sayangnya potensi jasa lingkungan yang dimiliki ini belum didukung oleh data yang lengkap sehingga masih perlu dilakukan kegiatan identifikasi dan invetarisasi. Berdasarkan hasil identifikasi BPKH Wilayah I Medan, KPHL Model Solok memiliki objek wisata alam yang tidak ditemukan kondisi alamnya di Nagari lain, yaitu sungai bercabang tiga (Alahan Tigo) yang terdapat di Nagari Sarik Alahan Tigo. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 11

31 Selain itu, juga ditemukan adanya objek objek wisata sebagai berikut : 1) Wisata Tungku Duato di Talaok 2) Guguak Panjamuan di Taratak Teleng 3) Tanam batu di Sarik Ateh 4) Goa Alam di Pinti Kayu dan 5) Pemandangan Alam si Angai-anga Kabupaten Solok memiliki keindahan alam yang tidak dimiliki daerah lain seperti pesona Danau Di Atas dan Danau Di Bawah, Danau Singkarak dan hamparan hijau kebun teh di kawasan Kecamatan Gunung Talang serta banyak lainnya. Keunggulan komparatif di bidang pariwisata ini belum terkelola dengan baik untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan ke Kabupaten Solok (BPS Kab.Solok 2012) Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan KPHL Model Solok umumnya adalah etnis Minangkabau dengan garis keturunan ibu (matrilinieal). Sistem kekerabatan matrilinial memberikan tempat yang kuat bagi kaum wanita dalam sistem sosial. Selanjutnya sistem sosial matrilineal ini terkait erat dengan penguasaan sumber daya alam, terutama lahan dan hutan. Dalam sistem masyarakat matrilineal Minangkabau harta kekayaan dikuasai secara komunal. Ada empat jenis harta kekayaan komunal di Minangkabau sesuai dengan susunan masyarakatnya dimana nagari adalah susunan tertinggi. Nagari merupakan federasi suku, suku adalah kelompok imajiner dari satu keturunan menurut garis keturunan ibu, suku selanjutnya terdiri dari kaum atau kelompok yang masih dapat ditelusuri asal usul nenek moyangnya. Kaum kemudian terdiri dari paruik yakni kelompok orang yang berasal dari satu nenek. Masing masing tingkatan ini dibekali dengan harta kekayaan berupa tanah yang disebut tanah ulayat. Tanah ulayat salah suatu bentuk kepemilikan komunal. Penguasaan tanah terbagi atas empat bentuk tanah ulayat yakni tanah ulayat nagari, ulayat suku, ulayat kaum dan ganggam bauntuak (tanah pribadi). Tanah ulayat nagari (termasuk kawasan hutan) yang status penguasaannnya ada pada nagari, Kerapatan Adat Nagari (KAN) sebagai kumpulan dari penghulu suku dan perangkatnya merupakan organisasi adat yang memiliki wewenang dalam Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 12

32 pengelolaan tanah ulayat nagari. Tanah ulayat suku dan tanah ulayat kaum adalah tanah yang dikuasai oleh satu suku atau satu kaum di dalam nagari. Menurut adat matrilineal penguasaan tanah oleh suku, penggunaannya dikelola sedemikian rupa dimana penghulu suku adalah pemimpin yang mengatur pembagian penggunaannya sesuai kesepakatan di dalam suku dan kaumnya masing-masing. Masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan KPHL Model Solok merupakan masyarakat agraris dengan aktifitas seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Pertanian tanaman pangan yang dominan dilakukan adalah padi dan sayur-sayuran. Masyarakat sekitar hutan bermata pencaharian sebagai buruh tani dan peladang dengan tingkatan pendapatan ekonomi masih rendah dan tingkat pendidikan masyarakat juga masih rendah. Keterampilan masyarakat sekitar adalah keterampilan bercocok tanam sayuran dan perkebunan rakyat. Kondisi sosial budaya serta kearifan lokal masyarakat kawasan hutan yang sudah berlangsung disekitar kawasan hutan Solok perlu diakomodir untuk menghindari konflik kepentingan. Rencana pengelolaan KPH dengan inovasi dan teknologi baru cenderung menimbulkan resistensi apabila tidak dilakukan secara akomodatif. Oleh karena itu, arah kebijakan pengelolaan hutan KPHL Model Solok perlu mempertimbangkan : - Adat istiadat masyarakat sekitar hutan terutama menyangkut hubungan sosial masyarakat dengan sumber daya hutan meliputi upacara adat dan penghormatan terhadap nilai-nilai setempat; - Hutan adat dan hak ulayat masyarakat setempat yang sudah ada; - Kelembagaan masyarakat yang sudah ada seperti kelompok tani hutan, kelompok pencinta lingkungan dan kelembagaan yang lain Luas Wilayah dan Penggunaan Kabupaten Solok dengan luas 3.738,00 Km 2 ( Ha) ini terbagi dalam 14 Kecamatan dan 74 Nagari. Kecamatan Tigo Lurah merupakan kecamatan yang paling luas diantara kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Solok. Sedangkan Kecamatan Lembang Jaya merupakan kecamatan yang paling kecil dibandingkan dengan kecamatan lain. Luas dan jumlah nagari masing-masing kecamatan disajikan dalam Tabel II-4. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 13

33 Tabel II-4. Nama Kecamatan dan Luasnya Serta Jumlah Nagari No Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Nagari 1 Pantai Cermin 36, Lembah Gumanti 28, Hiliran Gumanti 43, Payung Sekaki 39, Tigo Lurah 57, Lembang Jaya 7, Danau Kembar 9,400 8 Gunung Talang 38, Bukit Sundi 10, IX Koto Sei Lasi 17, Kubung 19, X Koto Diatas 25, X Koto Singkarak 25, Junjung Sirih 14,687 3 J U M L A H 373, Sedangkan penggunaan lahan di Kabupaten Solok sebagian besar adalah lahan berhutan. Tabel II-5 menggambarkan tata penggunaan lahan di Kabupaten Solok. Tabel II-5. Persentase dan Luas Penggunaan Tanah di Kabupaten Solok No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase 1 Kampung/Pemukiman 4, Sawah - - Irigasi Teknis 21, Non Irigasi 4, Tanah Kering 2, Ladang 11, Kebun Campuran 8, Perkebunan Rakyat 2, Perkebunan besar 8, Hutan 269, Tanah belukar 12, Semak Tanah Rusak 19, Danau/perairan 7, Lainnya - - J U M L A H 373, Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011 Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 14

34 2.5. Penduduk Penduduk Kabupaten Solok pada Tahun 2011 berjumlah jiwa. Komposisinya terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin Angka ini berarti setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Solok terdapat 97 penduduk laki-laki atau dengan kata lain jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Dengan jumlah penduduk itu berarti kepadatan penduduk jiwa perkilometer persegi pada tahun 2011, makin padat dibandingkan tahun 2010 dengan kepadatan dari jiwa perkilometer persegi. Tabel II - 6 memperlihatkan jumlah penduduk menurut kecamatan yang ada di Kabupaten Solok. Tabel II - 6. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011 No Kecamatan Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio 1 Pantai Cermin 10,038 10,434 20, Lembah Gumanti 27,319 27,145 54, Hiliran Gumanti 8,176 8,104 16, Payung Sekaki 4,060 4,033 8, Tigo Lurah 4,755 4,954 9, Lembang Jaya 12,905 13,133 26, Danau Kembar 9,511 9,570 19, Gunung Talang 23,490 23,909 47, Bukit Sundi 11,097 11,938 23, IX Koto Sei Lasi 4,837 4,852 9, Kubung 27,814 28,493 56, X Koto Diatas 8,709 9,555 18, X Koto Singkarak 15,430 16,386 31, Junjung Sirih 5,724 6,334 12, J U M L A H 173, , , Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011 Menurut data, lebih dari 59% penduduk Kabupaten Solok berada pada usia produktif. Tabel II - 7 memperlihatkan komposisi penduduk Kabupaten Solok menurut kategori kelompok umur. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 15

35 Tabel II - 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio , , , , , , , , , , , , , , , ,43 JUMLAH ,22 Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011 Dari jumlah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas, 62,71 % merupakan angkatan kerja dengan jumlah penduduk bekerja sebanyak jiwa dan penduduk yang masih mencari pekerjaan sebanyak jiwa. Tabel berikut mendeskripsikan jumlah angkatan kerja. Tabel II - 8. Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Tahun 2011 Kegiatan Angkatan Kerja a. Bekerja b. Mencari pekerjaan Bukan Angkatan Kerja a. Sekolah b. Mengurus Rumahtangga c. Lainnya J U M L A H Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011 Pada nagari di sekitar hutan ditemukan bahwa pertanian dan perladangan adalah pekerjaan utama masyarakat seperti disajikan dalam tabel II-9. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 16

36 Tabel II - 9. Mata Pencaharian Penduduk di 4 (empat) Nagari yang di Survei Batu Simanau Talang Sarik Alahan No Mata Bajanjang Babungo Tigo Pencaharian Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Peladang tani tetap Buruh lainnya/kebun Dagang/bisnis Pegawai/Pensiun Negeri/Swasta Jumlah Sumber :BPKH Wilayah I Tata Hutan KPH Model Solok 2.6. Aktivitas Ekonomi Pertanian Pada umumnya, masyarakat Kabupaten Solok merupakan masyarakat agraris dengan aktifitas ekonomi seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Pertanian tanaman pangan yang dominan adalah padi dan jenis tanaman palawija. Sekitar 64,31% penduduk bekerja di Kabupaten Solok bekerja di sektor pertanian. Tabel berikut menggambarkan jumlah penduduk bekerja menurut lapangan usahanya. Tabel II - 10.Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 No. Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan perikanan 47,494 30,973 78,467 2 Industri Pengolahan 3,014 1,776 4,790 3 Perdagangan besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 4 Jasa Kemasyarakatan, sosial dan perorangan 5 Lainnya (pertambangan dan penggalian, listrik, Gas, dan Air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan, Komunikasi,Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan jasa perusahaan 13,714 12,416 26,130 10,807 11,187 21,994 16, ,414 Jumlah / Total : 91,765 57, ,795 Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011 Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 17

37 Luas lahan pertanian padi di Kabupaten Solok mencapai ha yang sebagian besar merupakan lahan beririgasi baik irigasi teknis, setengah teknis maupun irigasi sederhana. Hutan lindung adalah sumber air irigasi utama di daerah ini, maka ke depan dengan adanya KPH, fungsi lindung ini akan menjadi makin mantap. Luas sawah menurut jenis irigasi pada tiap-tiap kecamatan dapat dilihat pada berikut ini. Tabel II Luas Sawah Menurut Jenis Pengairan Tahun 2011 Kecamatan Sistem Pengairan (Ha) Teknis 1/2 Teknis Sederhana Non PU Tadah Jumlah 1 Pantai Cermin Lembah Gumanti Hliran Gumanti Payung Sakaki Tigo Lurah Lembang Jaya Danau Kembar Gunung Talang Bukit Sundi IX Koto Sungai Lasi Kubung X Koto Diatas X Koto Singkarak Junjung Sirih Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011 Dari luas sawah tersebut, rata-rata produksi padi setiap hektarnya mencapai 5,82 ton dengan total produksi tahun 2011 mencapai 337,642.9 ton. Tingkat produksi ini menjadikan Kabupaten Solok daerah surplus beras. Jumlah produksi padi menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel II -12. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 18

38 Tabel II Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2011 Kecamatan Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (ton) Produktifitas (Ton/Ha) 1 Pantai Cermin ,5 4,77 2 Lembah Gumanti ,7 3,10 3 Hliran Gumanti ,4 4,73 4 Payung Sakaki ,5 5,02 5 Tigo Lurah ,1 4,84 6 Lembang Jaya ,2 5,70 7 Danau Kembar ,3 3,45 8 Gunung Talang ,4 6,38 9 Bukit Sundi ,6 6,48 10 IX Koto Sungai Lasi ,1 6,12 11 Kubung ,2 6,00 12 X Koto Diatas ,8 4,99 13 X Koto Singkarak ,2 6,87 14 Junjung Sirih ,9 6,16 Jumlah ,9 5,82 Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun 2011 (data diolah) Perkebunan Selain pertanian tanaman pangan, masyarakat juga banyak mengembangkan tanaman perkebunan. Berbagai komoditi perkebunan terdapat di Kabupaten Solok diantaranya karet, kelapa, kayu manis, cengkeh, kopi, kemiri, teh dan lain-lain. Kecuali teh, komoditi perkebunan lainnya di Kabupaten Solok masih berbentuk perkebunan rakyat. Tabel II-13 berikut mengindikasikan bahwa tanaman perkebunan yang diusahakan masyarakat seperti Kulit Manis dan Kopi adalah komoditi yang bersinggungan dengan kawasan hutan, diusahakan dalam bentuk agroforestry terutama di kawasan hutan dekat perkampungan yang juga diklaim sebagai tanah ulayat. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 19

39 Tabel II Luas dan Poduksi Tanaman Perkebunan Tahun 2011 Komoditi Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton) Kelapa 2.164, ,87 Karet 3.611,30 824,23 Kopi 8.493, ,06 Cengkeh 1.098,44 121,26 Kulit Manis 9.482, ,66 Tebu 623, ,32 Cokelat 4.295, ,28 Tembakau 25,50 8,70 Pala 56,75 9,37 Merica 2,50 0,44 Kemiri 847,75 776,64 Teh 311,67 929,50 Kapuk 80,00 2,55 Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun Peternakan Kabupaten Solok kaya akan Hijauan Makan Ternak (HMT), oleh sebab itu ternak besar dan ruminansia cocok dikembangkan di daerah ini. Namun demikian pada periode sebagian besar ternak di Kabupaten Solok tahun 2011 mengalami penurunan populasi dibanding tahun sebelumnya, kecuali ayam ras mengalami peningkatan sebesar 37,19 persen. Sebagai contoh untuk ternak sapi terjadi penurunan populasi sebesar 38,76 persen, kambing/domba mengalami penurunan populasi sebesar 21,48 persen dan hasil ternak berupa telur itik juga mengalami penurunan produksinya. Hutan merupakan salah satu penghasil HMT untuk makan ternak. Sapi dan kerbau adalah dua jenis ternak utama di Kabupaten Solok. Tabel II - 14 memperlihatkan jumlah ternak yang diperlihara di Kabupaten Solok. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 20

40 Tabel II-14. Jumlah Ternak Menurut Jenis Tahun 2011 Kecamatan Sapi Kerbau Kuda Kambing 1 Pantai Cermin Lembah Gumanti Hliran Gumanti Payung Sakaki Tigo Lurah Lembang Jaya Danau Kembar Gunung Talang Bukit Sundi IX Koto Sungai Lasi Kubung X Koto Diatas X Koto Singkarak Junjung Sirih Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Solok Tahun Hasil Hutan Meskipun kawasan hutan meliputi hampir 70% luas wilayah kabupaten, sektor kehutanan tidak banyak menghasilkan produk, karena sebagian besar kawasan adalah hutan lindung dan hutan konservasi. Namun demikian beberapa hasil hutan yang dipungut antara lain getah pinus, kayu gergajian, manau dan sarang burung. Jumlah produksi hasil hutan selama tahun 2011 disajikan dalam Tabel II -15 berikut ini : Tabel II-15. Produksi Hasil Hutan Menurut Kecamatan dan Jenis Komoditi 2011 Kecamatan Getah Pinus (kg) Kayu Gergajian (ton) Manau (Btg) Sarang Burung (kg) 1 Pantai Cermin Lembah Gumanti Hliran Gumanti 0 53, Payung Sakaki 0 50, Tigo Lurah 0 543, Lembang Jaya Danau Kembar Gunung Talang Bukit Sundi IX Koto Sungai Lasi 5, Kubung 0 344, X Koto Diatas 34, X Koto Singkarak Junjung Sirih 225, Jumlah 265, , Sumber: BPS Kab Solok 2011 Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 21

41 Informasi Izin-Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Karena sebagian besar kawasan hutan di Kabupaten Solok adalah hutan lindung, sampai saat ini belum ada data izin-izin atau kegiatan pengelolaan hutan di dalam wilayah kelola KPHL Model Solok Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Solok Indikator ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut. PDRB memperlihatkan sumbangan masing masing sektor dalam perekonomian daerah. Tabel berikut menyajikan PDRB Kabupaten Solok tahun Tabel II PDRB Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha (%) 1 Pertanian , , ,29 45,30 2 Pertambangan , , ,64 3,68 3 Industri Pengolahan , , ,58 6,22 4 Listrik, Gas & Air bersih 25766, , ,73 0,50 5 Bangunan , , ,96 6,90 6 Perdagangan, Hotel & , , ,4 13,69 Restoran 7 Pengangkutan dan , , ,02 11,61 komunikasi 8 Keuangan,Persewaan dan 80471, , ,33 1,68 Jasa Perusahaan 9 Jasa-Jasa , , ,83 10,40 PDRB , , ,8 100,0 Tabel 16 menegaskan besarnya peran sektor pertanian dalam PDRB yang mencapai 45% lebih. Angka ini diikuti oleh perdagangan, pengangkutan, dan jasa Kondisi Posisi KPH dalam Prespektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangungan Daerah Aspek Pembangunan Daerah Hutan adalan lanskap penting Kabupaten Solok dan semua pihak di sana menyadari akan hal ini. Oleh sebab itu keberadaannya menjadi pertimbangan penting dalam pembangunan kabupaten. Hal ini dapat dilihat dalam sejumlah dokumen perencanaan pembangunan daerah, seperti RPJP, RPJM dan Rencana Investasi Jangka Menengah Kabupaten Solok. Semua dokumen perencanaan ini menjadi rujukan penting dalam penyusunan Tata Hutan dan RPHJP KPHL Model Solok. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 22

42 RPHJP KPHL Model Solok disusun untuk jangka waktu 10 tahun dari , untuk itu harus diletakan dalam kerangka umum berbagai rencana pembangunan Kabupaten Solok. Selain itu, RPHJP KPHL juga harus menterjemahkan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (SK Menteri P.49/Menhut-II/2011) dan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Sumatera Barat (Peraturan Gubernur Su matera Barat Nomor 92 Tahun 2012 Tentang Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun ) Posisi Kehutanan dalam Rencana Pembangunan Daerah Kab. Solok Salah satu misi pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Solok Tahun di bidang ekonomi adalah Mewujudkan kehidupan ekonomi masyarakat yang mandiri serta didorong oleh pemerintah daerah adalah memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan dan potensi masing-masing Nagari menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi dan pelayanan di tingkat lokal. Secara lebih spesifik dirumuskan Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Solok, yaitu; 1) Terwujudnya Penataan Masyarakat Yang Mampu Menyelaraskan Kehidupan dengan arus modernisasi dan globalisasi, yang ditunjukkan oleh Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga. Hal ini dapat dicapai bila basis sumber daya alam seperti air, flora dan fauna dapat dilestarikan, sumber daya hutan merupakan sumber daya basis untuk mencapai tujuan ini. 2) Terwujudnya Sarana dan Prasarana yang ditunjukan oleh : a) Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi dan daya dukung dan kemampuan pemulihannya dalam mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang dan lestari. b) Terpeliharanya kekayaaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alam untuk mewujudkan nilai tambah dan daya saing daerah, serta modal pembangunan daerah. c) Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 23

43 Selanjutnya dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Solok dirumuskan tujuan pengembangan RTRW Kabupaten Solok, adalah untuk : 1) Mewujudkan pemanfaatan ruang daerah yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan. 2) Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan permukaan serta penanggulangan banjir. 3) Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan. Strategi pemanfaatan ruang daerah merupakan pelaksanaan kebijakan penataan ruang daerah yang meliputi : 1) Mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas keterpaduan antar perkotaan dan perdesaan sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan; 2) Mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan serta penanggulangan banjir dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan. 3) Mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan. Baik RPJP, RPJM, RTRW Kabupaten Solok menyiratkan pentingnya pengelolaan hutan secara lestari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berbasis sumberdaya alam, hal ini menuntut pengelolaan hutan secara bijak. Dalam pembangunan daerah, peranan KPHL Model Solok cukup besar dalam mendukung tercapainya target pembangunan baik yang ditetapkan dalam Rencana Jangka Panjang (RJP) dan Rencana Jangka Menengah Daerah (RJMD) khususnya dalam pengentasan kemiskinan, pembukaan lapangan kerja dan pengurangan pengangguran, serta memberikan konstribusi dalam pendapatan daerah. Kondisi KPHL Model Solok dalam indikasi program untuk mewujudkan pola ruang daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 54 ayat (3) huruf a Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 5 Tahun 2012 berbunyi indikasi program utama Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 24

44 untuk mewujudkan pengelolaan kawasan lindung di daerah, sedangkan Pasal 66 mengisyaratkan pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan pola ruang untuk kawasan lindung sebagaimana Pasal 54 ayat (1) huruf a, meliputi : a. rencana perwujudan hutan lindung; b. rencana perwujudan kawasan hutan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya; c. rencana perwujudan suaka alam dan cagar budaya; d. rencana perwujudan mitigasi kawasan rawan bencana. Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Solok tahun , pasal 67 merupakan penjelasan pasal 66 huruf a, yaitu arahan pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan pola ruang untuk kawasan lindung antara lain dilakukan dengan : a. Meningkatkan dan mengembangkan cakupan kawasan program HKm pada kawasan hutan lindung yang rusak/alih fungsi non kehutanan, b. Melakukan reboisasi pada lahan lahan kritis melalui kerjasama dengan berbagai lembaga peduli hutan, lintas instansi pemerintah dan masyarakat setempat, c. Langkah langkah pengelolaan hutan lindung yang akan dilaksanakan adalah : 1. Penguatan manajemen Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan pemantapan blok lindung pada kawasan hutan untuk mendukung kawasan konservasi di atasnya. 2. Penegakan hukum bagi kegiatan illegal logging dengan penanganan (represif, persuasif, dan preventif ) secara kontinyu. 3. Kegiatan rehabilitasi dan redeliniasi tata batas kawasan hutan. 4. Inventarisasi kawasan hutan yang rusak untuk mencegah perambahan yang ada di blok lindung/dalam kawasan hutan untuk mendapatkan izin Hutan Kemasyarakatan (HKm) Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam ( IUPHHK -HA) dan Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Rakyat ( IUP HHK-HTR) pada areal yang sudah direncanakan. Pada penjelasan Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Solok, pasal 67 huruf c angka 1 yang dimaksud dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung adalah sebuah lembaga yang akan didirikan tahun 2012 di Kabupaten Solok yang merupakan perangkat pemerintah yang langsung akan menangani masalah pemanfaatan dan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 25

45 penjagaan potensi hutan yang terdapat di Kabupaten Solok dan berada pada naungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok. Keberadaan KPHL Model Solok diharapkan dapat memberikan solusi pengelolaan kawasan hutan tingkat tapak di Kabupaten Solok tentunya dengan dukungan dari semua pihak terkait. Bentuk dukungan yang diharapkan dapat berupa bentuk kerjasama dalam pengelolaan kawasan hutan yang tetap memperhatikan kelembagaan masyarakat yang ada sebagai bukti keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pada tingkat tapak. Dengan pengelolaan yang baik diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan darerah Kabupaten Solok yang nantinya secara langsung dapat membantu peningkatan perekonomian masyarakat sekitar kawasan hutan dengan pengelolaan hutan yang lestari Posisi Kelembagaan KPH Kelembagaan adalah suatu identitas dinamis, yang berkembang sesuai kebutuhan.dalam kaitannya dengan posisi dan kaitannya dengan pembangunan daerah, posisi kelembagaan KPH juga mempengaruhi terhadap akses dan kemandirian KPH dalam pengelolaan hutan. Kelembagaan KPHL Model Solok saat ini ditetapkan melalui Peraturan Bupati Nomor 56 Tahun 2011 dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kehuta nan dan Perkebunan Kabupaten Solok. Kondisi ini membutuhkan percermatan khusus dalam tata hubungan kerja antara UPT KPHL Model Solok, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok dengan unit kerja lainnya baik kehutanan maupun non kehutanan yang terkait. Prinsip pokok dalam tata hubungan kerja ini akan menempatkan KPHL Model Solok sebagai fungsi manajemen unit pengelolaan hutan sedangkan fungsi koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Solok. Sejalan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2010 tentang kelembagaan KPH, maka kelembagaan KPH ini perlu disempurnakan dan dimantapkan baik dalam tugas, fungsi dan kedudukannya dalam organisasi di Kabupaten Solok. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 26

46 Gambar II - 4.Penyelenggaraan Pengurusan Dinas dan Penyelenggaraan Pengelolaan KPH Organisasi KPHL Model Solok Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Solok saat ini masih setingkat Eselon IV yakni UPT KPHL Model Solok di bawah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok yang dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 56 Tahun Organisasi dan tata kerja sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP adalah dalam bentuk SKPD yang berdiri sendiri baik itu tipe A ataupun Tipe B, UPT KPHL Model Solok kedepan ditingkatkan menjadi SKPD tersendiri tidak dalam bentuk UPT sebagaimana Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2010 dimaksud. Berdasarkan PP Nomor 3 Tahun 2008 menjelaskan bahwa Menteri menetapkan Organisasi KPH, yang mempunyai bentuk : 1. Sebuah organisasi pengelolan hutan yang : a. Mampu menyelenggarakan pengelolaan yang dapat menghasilkan ekonomi dan pemanfaatan hutan dalam keseimbangan dengan fungsi konservasi, perlindungan dan sosial dari hutan; b. Mampu mengembangkan investasi dan menggerakkan lapangan kerja; Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 27

47 c. Mempunyai kompetensi menyusun perencanaan dan monitoring/evaluasi berbasis spasial, mempunyai kompetensi untuk melindungi kepentingan hutan (termasuk kepentingan publik dari hutan); d. Mampu menjawab jangkauan dampak pengelolaan hutan yang bersifat lokal, nasional dan sekaligus global (misalnya peran hutan dalam mitigasi perubahan iklim global/climatechange ); dan e. Berbasis pada profesionalisme kehutanan. 2. Organisasi yang merupakan cerminan integrasi (kolaborasi/sinergi) dari pusat, provinsi dan kabupaten/kota. 3. Pembentukan organisasi KPH tetap menghormati keberadaan unit-unit ( izinizin) pemanfaatan hutan yang telah ada. 4. Struktur organisasi dan rincian tugas dan fungsinya memberikan jaminan dapat memfasilitasi terselenggaranya pengelolaan hutan secara lestari. 5. Organisasi yang mempunyai kelenturan ( fleksibel) untuk menyesuaikan dengan kondisi/tipologi setempat serta perubahan lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap pengelolaan hutan. 6. Dalam memberikan pertimbangan teknis dan mengusulkan penetapan organisasi KPH, khususnya yang berkaitan dengan sumber daya manusia, Pemerintah Kabupaten/Kota harus memperhatikan antara lain, syarat kompetensi kerja yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi di bidang kehutanan atau pengakuan oleh Menteri. Menurut Pasal 9 PP No.6 Tahun 2007 jo PP Nomor 3 Tahun 2008, tugas dan fungsi organisasi KPH adalah : 1) Menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan reklamasi dan perlindungan hutan dan konservasi alam; 2) Menjabarkan kebijakan kehutanan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota bidang kehutanan dan di implementasikan; 3) Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan diwilayahnya mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan serta pengendalian; 4) Melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya; Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 28

48 5) Membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan; Berdasarkan PP No 3 Tahun 2008 menjelaskan bahwa tugas dari kepala KPH adalah penyusunan rencana pengelolaan hutan, penyusunan rencana pengelolaan hutan dilakukan dengan mengacu pada rencana kehutanan Nasional, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota dan memperhatikan aspirasi, nilai budaya masyarakat setempat Manajemen Sumberdaya Manusia Oganisasi KPHL Model Solok Untuk mewujudkan pengelolaan KPHL Model yang baik sesuai dengan tugas dan fungsi KPH dalam PP Nomor 3 Tahun 2008, maka diperlukan sumber daya manusia yang terampil, kreatif, profesional dan berpengalaman, oleh sebab itu individu yang akan duduk pada tingkat atau jenjang organisasi KPHL Model perlu memenuhi persyaratan-persyaratan formal untuk struktur organisasai KPHL Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan Isu Strategis Isu strategis dalam pengelolaan hutan di KPHL Model Solok adalah : 1) Pelaksanaan tata batas, baik batas fungsi maupun batas luar kawasan hutan yang menjadi wilayah kelola KPHL Model Solok, sebagian belum selesai, sehingga masih ada ketidakjelasan batas antara kawasan hutan dengan bukan kawasan hutan. 2) Belum terkoordinasinya penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan di luar kehutanan. 3) Mengingat begitu besarnya potensi yang terkandung dalam KPHL Model Solok sehingga dirasa perlu untuk lebih diinventarisasi untuk mengetahui secara detail akan potensi-potensi tersebut, baik itu hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu. 4) Tingginya tingkat okupasi kawasan hutan oleh masyarakat khususnya yang berada di sekitar kawasan hutan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 29

49 Kendala Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan hutan di KPHL Model Solok adalah sebagai berikut : 1) Hasil inventarisasi yang ada, belum menyajikan data yang lengkap seperti kurangnya data atau informasi pemanfaatan hutan, konflik kehutanan, status, penggunaan lahan, penutupan lahan, aksebilitas, demografi, dan lain-lain. 2) Pembagian blok yang disusun belum memperhatikan karakteristik biofisik lapangan, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, potensi sumber daya alam dan keberadaan hak-hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan Permasalahan Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan hutan di KPHL Model Solok adalah sebagai berikut : 1) Belum diakuinya sebagian kawasan hutan oleh masyarakat. 2) Batas kawasan hutan di lapangan sebagian belum jelas dan perlu direkonstruksi. 3) Adanya klaim masyarakat sebagai hak ulayat di dalam kawasan hutan. 4) Belum adanya data potensi secara lengkap pada wilayah KPHL Model Solok. 5) Tingginya Laju pertumbuhan penduduk disekitar wilayah KPHL Model Solok Kegiatan Pembangunan Kehutanan yang Telah Dilakukan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang telah dilaksanakan di Kabupaten Solok dari tahun 2009 sampai dengan 2011 pada kawasan Hutan Lindung dengan luas total Ha dengan rincian sebagaimana Tabel II -17. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 30

50 Tabel II Pelaksanaan Kegiatan RHL Kabupaten Solok Tahun No. Kecamatan Luas Reboisasi (Ha) Pantai Cermin Lembah Gumanti Hiliran Gumanti Payung Sakaki Tigo Lurah Lembang Jaya Danau Kembar Gunung Talang Bukit Sundi IX Koto Sungai Lasi Kubung X Koto Diatas X Koto Singkarak Junjung Sirih Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Solok 2011 Akan tetapi program rehabilitasi kawasan hutan belum maksimal, masih banyak yang gagal. Selama 10 tahun terakhir baru berhasil sebanyak Ha dari Ha yang direhabilitasi. Ini mengindikasikan masih banyak kebutuhan rehabilitasi yang akan dilaksanakan oleh KPH. Tabel II Luas Reboisasi yang Berhasil dan Gagal Tahun No Tahun Luas Reboisasi (Ha) Berhasil (Ha) Gagal (Ha) Total Sumber: BPS Kab. Solok 2011 Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab II - 31

51 III. VISI DAN MISI 3.1. Visi dan Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dalam rangka menjalankan kewenangan daerah dibidang kehutanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok telah merumuskan visi yaitu sebagai berikut : TERWUJUDNYA PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN YANG LESTARI MENUJU MASYARAKAT MADANI DI KABUPATEN SOLOK Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam kurun waktu jangka menengah adalah : 1. Menjamin kepastian hukum penggunaan kawasan hutan sesuai peruntukannya. 2. Meningkatkan perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan. 3. Mendorong tumbuhnya pengelolaan hutan dan lahan berbasis masyarakat. 4. Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung hutan dan lahan untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan social masyarakat. Berdasarkan permasalahan pembangunan wilayah di Kabupaten Solok, terdapat potensi gangguan terhadap kawasan hutan, terutama disebabkan oleh kepentingan sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan. Terbatasnya sumber daya ekonomi, mendorong masyarakat mengambil manfaat ekonomi hutan melalui berbagai bentuk kegiatan seperti pengambilan kayu bakar, kayu pertukangan dan penggembalaan ternak serta pemanfaatan lahan lainnya seperti pertambangan, pariwisata dan lain sebagainya. Pengelolaan hutan saat ini belum mampu mengakomodasi permasalahan sosial ekonomi yang ada, sumberdaya hutan sulit diakses masyarakat, karena penguasaan lahan hutan dengan alasan apapun dianggap sebagai tindak pidana bidang kehutanan. Kondisi tersebut mendorong terjadinya konflik antara masyarakat dan pemerintah yang mengakibatkan banyaknya muncul lahan-lahan kritis. Permasalahan di atas mendorong dilakukannya penyempurnaan pengelolaan hutan melalui pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). KPH diharapkan mampu mengatasi permasalahan kawasan dan peningkatan ekonomi Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab III - 1

52 masyarakat. Untuk itu diperlukan rencana pengelolaan yang diarahkan pada visi dan misi sesuai dengan permasalahan yang dihadapi Visi dan Misi KPHL Model Solok Visi KPHL Model Solok Kawasan hutan lindung Kabupaten Solok berperan strategis dalam mendukung usaha pertanian dalam bentuk penyediaan jasa lingkungan berupa air untuk pertanian, sumber energi pembangkit listrik, serta menjaga suplai air untuk perkotaan. Untuk itu, visi KPHL Model Solok sebagai berikut : MENJADIKAN KPHL MODEL SOLOK SEBAGAI MODAL PEMBANGUNAN DAERAH Misi KPHL Model Solok Untuk mencapai visi KPHL Model Solok, maka ditetapkan misi sebagai berikut: 1. Memantapkan fungsi kawasan yang ada dalam wilayah kelola KPHL Model Solok; 2. Memperkuat kelembagaan KPHL dalam mengemban misi pengelolaan kawasan hutan; 3. Mengoptimalkan pemanfaatan kawasan hutan untuk berbagai keperluan yang sesuai; 4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Strategi Pengelolaan Hutan Dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Kabupaten Solok, direncanakan strategi-strategi pengelolaan hutan yang diharapkan dapat menjadi acuan pelaksanaan pengelolaan, diantaranya : 1) Melakukan kegiatan tata hutan dengan melibatkan pihak-pihak terkait, diantaranya BPKH Wilayah I Medan dan masyarakat yang berada disekitar kawasan hutan itu sendiri. a. Kegiatan tata hutan ini sangat diperlukan dalam penjelasan luasan wilayah dan batas masing-masing wilayah pengelolaan kawasan KPHL Model Solok. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab III - 2

53 b. Kegiatan tata hutan yang akan dilakukan diantaranya inventarisasi flora fauna dan inventarisasi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di Kabupaten Solok. c. Penataan kawasan pengelolaan menjadi beberapa blok dan petak pemanfaatan dan pelaksanaan. 2) Menginventarisir data flora fauna dan sosial ekonomi masyarakat yang diperoleh dan akan di kumpulkan menjadi : a. Data potensi yang terdapat di Kabupaten Solok. b. Bahan informasi pembuatan peta potensi flora, fauna dan sosial ekonomi budaya masyarakat. c. Sebagai bahan dasar dalam penyusunan perencanaan pengelolaan hutan di KPHL Model Solok. 3) Mencari dukungan dari pemerintah daerah dan instansi terkait dalam pengelolaan hutan. a. KPHL Model Solok akan dapat mencapai tujuan dengan persamaan persepsi dalam pengelolaan dari pihak pemerintah dan instansi terkait, karena KPHL Model Solok tidak hanya dapat berkerjasama dengan pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok tetapi dengan semua instansi terkait lainnya. 4) Mencari sumber anggaran, dalam hal ini yang bersumber dari pihak ketiga. a. Sumber anggaran yang dimaksud adalah dalam membantu pengelolaan pemanfaatan kawasan hutan di KPHL Model Solok yang sudah terbagi menjadi beberapa blok dan petak pemanfaatan. b. Pengelolaan kawasan hutan yang dimaksud tetap memperhatikan aspek ekologi dan sosial ekonomi budaya masyarakat. 5) Menggunakan alat yang berkualitas dalam pengelolaan hutan. Peralatan yang memiliki kualitas yang baik akan memudahkan dalam pengelolaan hutan. 6) Meningkatakan skill sumberdaya manusia dalam pengelolaan hutan. a. Dengan memiliki 12 (dua belas) orang tenaga Sarjana Kehutanan yang ada di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok dan di KPHL Model Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab III - 3

54 Solok sendiri diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi KPHL Model Solok untuk berkolaborasi dalam mewujudkan KPHL Model yang Mandiri. b. Peningkatan skill tetap harus diberikan pada masing-masing sumberdaya yang dimiliki, hal ini bertujuan memperkaya pengetahuan dalam menciptakan inovasi-inovasi yang akan diterapkan di KPHL Model Solok. 7) Mengembangkan kelembagaan masyarakat dengan pedoman data potensi yang ada, dukungan pemerintah dan keinginan kerjasama dari investor. a. Kelembagaan yang ada pada masing-masing nagari akan terus dibina, dan dilakukan pendekatan secara terus menerus dengan melibatkan tenaga penyuluh kehutanan. b. Pendekatan yang dilakukan merupakan salah satu bentuk sosialisasi potensi KPH di masyarakat, dan dukungan yang diberikan pemerintah serta pihak investor. 8) Pelaksanaan rencana dengan melibatkan pemerintah, pihak ketiga dan masyarakat. Dengan dukungan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, dan investor), diharapkan setiap kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan. 9) Meningkatkan pemasaran baik HHBK maupun jasa lingkungan di tingkat nasional dan internasional melalui website KPHL Model Solok. a. Kegiatan pemasaran dilakukan melalui proses publikasi potensi sumberdaya alam yang ada dan yang telah diolah oleh KPHL Model Solok terhadap publik nasional maupun internasional. b. Salah satu bentuk publikasi yang akan dilakukan adalah melalui media internet atau website KPHL Model Solok. Di dalam website tersebut terdapat semua informasi pengelolaan yang sudah dilakukan oleh KPHL Model Solok, salah satunya kawasan wisata. 10) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap proses pengelolaan hutan yang telah direncanakan. Meskipun pengelolaan telah dilakukan namun kegiatan yang penting dilakukan adalah monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi bertujuan dalam menganalisa pelaksanaan tujuan yang akan dicapai dan menyusun strategi kedepan dalam pengelolaan hutan dari hasil evaluasi. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab III - 4

55 11) Selalu melibatkan masyarakat dalam hal pengelolaan hutan. Masyarakat merupakan sasaran utama pengelolaan hutan karena masyarakat merupakan tokoh utama pengelolaan tingkat tapak yang sudah sejak lama melakukan kegiatan pengelolaan hutan. Oleh karena itu dalam proses pelaksanaannya untuk tingkat tapak selalu melibatkan masyarakat, begitupun dalam mengembangkan inovasi-inovasi yang diterapkan Tujuan dan Sasaran KPHL Model Solok Tujuan pengelolan hutan di KPHL Model Solok adalah untuk mengoptimalkan pengelolaan hutan lindung yang mandiri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan psikologis, sosial, ekonomi dan politik masyarakat secara aktif dalam pengelolaan sumber daya hutan dengan dukungan kemantapan kelembagaan, sumber daya manusia profesional yang berkualitas dengan jumlah yang memadai, tata kelola kawasan yang efektif dan efisien, sarana dan prasarana yang memadai serta hubungan kerja yang dinamis dan produktif dengan para pihak. Sasaran kegiatan atau target group Kesatuan Pengelolaan Hutan adalah Kawasan Hutan dan masyarakat yang berkaitan dengan pembangunan hutan dan kehutanan, meliputi : a. Masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, b. Kalangan dunia usaha yang bergerak dibidang kehutanan, c. Aparat pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang terkait dengan pembangunan hutan dan kehutanan, d. Kalangan tokoh adat, pemuka agama dan generasi muda, serta e. Para pihak lainnya yang berkaitan dengan sektor kehutanan Keluaran atau output pengelolaan hutan yang ingin dicapai adalah : a. Terjaminnya suplai air untuk mendukung berbagai keperluan ekonomi masyarakat. b. Berkembangnya penerapan teknik agroforestry dalam rangka pemantapan ketahanan pangan. c. Berkembangnya hutan tanaman polikultur yang mengkombinasikan tanaman kayu-kayuan dan tanaman serba guna (Multi Purpose Trees Species/MPTS). Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab III - 5

56 d. Terbinanya SDM pengelolaan hutan yang profesional dan memiliki kapasitas yang sesuai dengan dinamika wilayah. e. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal setempat. f. Terwujudnya kemantapan kelembagaan dan manajemen pengelola hutan baik ditingkat pemerintah, swasta maupun masyarakat. g. Tersedianya kesempatan kerja di bidang kehutanan. h. Berkembangnya industri-industri berbasis kehutanan. i. Berkembangnya aneka usaha kehutanan dalam rangka optimalisasi manfaat dan fungsi hutan secara lestari. j. Terkendalinya aktifitas pemanfaatan hutan sesuai dengan fungsinya dan tidak melebihi daya dukungnya. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab III - 6

57 IV. ANALISIS DAN PROYEKSI 4.1. Analisa Strategis dan Faktor Penentu Keberhasilan Kegiatan strategis dalam pengelolaan KPHL Model Solok, ditentukan melalui identifikasi kondisi/masalah dengan menggunakan Analisis SWOT yaitu melalui analisis lingkungan internal (Kekuatan/Strength, Kelemahan/Weakness) dan analisis lingkungan eksternal (Peluang/Opportunies, Ancaman/Threats) Lingkungan Internal A. Kekuatan (Strength) Kekuatan yang dimiliki oleh KPHL Model Solok diantaranya adalah : 1. Legalitas formal kelembagaan KPHL Model Solok dan kawasan hutan. 2. Sarana dan prasarana kantor cukup memadai. 3. Potensi kawasan KPHL Model Solok dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. 4. Daerah tangkapan 3 DAS. 5. Banyaknya potensi jasa lingkungan yang terdapat dalam kawasan hutan KPHL Model Solok. 6. Pengalaman panjang interaksi masyarakat dengan kawasan hutan. 7. Tingginya pemanfaatan jasa lingkungan untuk mendukung pertanian masyarakat setempat. 8. Letak Kabupaten Solok yang strategis. B. Kelemahan (Weakness) Kelemahan yang dimiliki oleh KPHL Model Solok diantaranya adalah : 1. Masih banyak kawasan belum ditata batas. 2. Rawannya konflik kehutanan dengan masyarakat sekitar. 3. Tingginya okupasi kawasan. 4. Tingginya klaim masyarakat atas kawasan hutan sebagai hutan ulayat. 5. Rendahnya kontribusi sektor kehutanan dalam pendapatan asli daerah. 6. Masih rendahnya pemahaman multi pihak terhadap KPH. 7. Banyaknya kawasan bertutupan non hutan dalam wilayah kerja KPH. 8. Belum lengkapnya data potensi kawasan. 9. Kurangnya sumber daya manusia pada Unit Pengelola KPHL. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok

58 Lingkungan Eksternal A. Peluang (Opportunities) Peluang yang dimiliki oleh KPHL Model Solok diantaranya adalah : 1. Kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPH. 2. Dukungan pemerintah daerah melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok. 3. Perangkat Peraturan Perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 4. Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan (NGO) di tingkat lokal maupun internasional terhadap pengelolaan hutan berbasis masyarakat. 5. Tingginya minat investasi terhadap sektor kehutanan. 6. Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kayu bakar dan kayu pertukangan. 7. Adanya Program Pendidikan dan Pelatihan Teknis Kehutanan dari Kementerian Kehutanan. 8. Terbukanya peluang untuk Pasar Carbon (Carbon Trade). 9. Menguatnya peran pemerintah nagari dalam pengelolaan kawasan hutan. B. Ancaman (Threat) Beberapa ancaman terhadap KPHL Model Solok adalah : 1. Miskinnya penduduk yang ada di dalam dan disekitar hutan. 2. Berkurangnya sumber daya flora dan fauna. 3. Meningkatnya jumlah penduduk yang memanfaatkan kawasan hutan. 4. Rendahnya kesadaran masyarakat dan pengusaha dalam pelestarian alam. 5. Kawasan hutan kaya akan berbagai potensi tambang Strategi Memakai Kekuatan Untuk Memanfaatkan Peluang 1. Memantapkan kelembagaan KPH dengan memperkuat sinergi dengan Dinas Kehutanan, NGO, pemerintah nagari, membangun kemitraan dengan investor, mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan, mengembangkan berbagai pola kemitraan tiga pihak antara KPH, masyarakat, dan LSM. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok

59 2. Mengoptimalkan pemanfaatan jasa lingkungan melalui penjagaan fungsi tangkapan air, mempromosikan jasa lingkungan, mengembangkan pola pembayaran jasa lingkungan, memasarkan hasil hutan non kayu, serta membangun kemitraan dengan NGO dalam pengembangan jasa lingkungan serta menjaga daerah tangkapan yang bekerjasama dengan pemerintah nagari. 3. Mengembangkan pemanfaatan, perlindungan, dan kelestarian keanekaragaman hayati. 4. Memproduksi kayu untuk pertukangan dan kayu bakar melalui pembudidayaan species lokal, penyediaan bibit, dan dengan menjalin kemitraan bersama masyarakat sekitar kawasan. 5. Pengembangan SDM untuk pemanfaatan dan perlindungan keanekargaman hayati, yang mampu melakukan pendekatan partisipatif, serta mengikuti pelatihan-pelatihan pada DIKLAT Kementerian Kehutanan dan pada berbagai peluang pelatihan lain yang relevan Strategi Menanggulangi Kendala/Kelemahan Dengan Memanfaatkan Peluang 1. Membangun Data Base KPH (data sosial, ekonomi, kebijakan, flora dan fauna, sarana dan prasarana serta data fisik). 2. Membangun HKm bersama pemerintah nagari dan pemanfaatan wilayah khusus pada kawasan yang diklaim sebagai hutan ulayat. 3. Rehabilitasi hutan dengan melibatkan investor, menyusun panduan-panduan investasi sektor kehutanan, menyediakan informasi peluang investasi sektor kehutanan, serta merancang pola investasi tiga pihak yaitu masyarakat, investor, dan KPH. 4. Pemanfaatan jasa lingkungan terkait perdagangan Carbon dengan mempersiapkan masyarakat sekitar hutan, mendorong penanaman pohon pada kawasan yang diokupasi dengan pola agroforestry dan menyiapkan rancangan mekanisme REDD + untuk memberikan insentif pengelolaan hutan lindung kepada masyarakat. 5. Penguatan kelembagaan dengan melaksanakaan program kemitraan dengan NGO dan masyarakat dalam pengembangan hutan kemasyarakatan, melaksanakan berbagai kebijakan yang mendukung pola pengelolaan hutan partisipatif, melakukan pendekatan tri-partit dalam pengelolaan hutan (KPH, Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok

60 LSM dan masyarakat lokal), membangun sinergi dengan dinas terkait untuk penatabatasan kawasan hutan, mengimplementasikan berbagai aturan dalam pengelolaan hutan dan menjalin kerjasama tripartit dengan NGO untuk mendorong Hutan Kemasyarakatan (Hutan Nagari, Hutan Tanaman Rakyat). 6. Meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam pendapatan asli daerah dengan mengaplikasikan berbagai peraturan yang ada. 7. Melaksanakan sosialisasi berbagai kebijakan kehutanan kepada pihak-pihak terkait. 8. Memantapkan batas kawasan hutan melalui koordinasi dengan pihak BPKH Wilayah I Medan. 9. Pelestarian hutan dengan membangun kesepahaman dengan masyarakat tentang pelestarian hutan dan mendorong keluarnya PERDA Perlindungan Hutan. 10.Memantapkan tata batas hutan bekerjasama dengan pemerintah nagari. 11.Mengamankan kawasan hutan bekerjasama dengan pemerintah nagari. 12.Mengembangkan pola-pola pemanfaatan hutan yang mendorong meningkatnya fungsi kawasan dan juga menjadi sumber pendapatan masyarakat 13.Meningkatkan produksi penanaman kayu pertukangan dan kayu api. 14.Rehabilitasi hutan menurut ketentuan berlaku, melibatkan NGO dan pemerintah nagari, memadukan berbagai pola rehabilitasi kedalam program kerja dinas. 15.Menyelesaikan konflik kehutanan dengan masyarakat bekerjasama dengan pemerintah nagari. 16.Meningkatkan kualitas SDM dengan mengirimkan staf KPH untuk mengikuti program pelatihan yang relevan pada DIKLAT Teknis Kehutanan, pengembangan SDM secara terus menerus sesuai kebutuhan KPH. 17.Melaksanakan sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan kepada masyarakat termasuk sosialisasi tentang KPH dan bersinergi dengan dinas untuk mensosialisasikan KPH kepada berbagai pihak termasuk lingkup SKPD Kab. Solok, kepada masyarakat di nagari-nagari termasuk sosialisasi peran KPH dalam perdagangan Carbon dan kepada pihak-pihak lainnya. 18.Mengembangkan usaha ekonomi berbasis kehutanan yang dapat memberikan nilai tambah berupa pengolahan hasil hutan menjadi barang setengah jadi dan barang jadi. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok

61 Strategi Memakai Kekuatan Untuk Mengatasi Tantangan/Ancaman 1. Menggiatkan sosialisasi dan penyuluhan kehutanan terkait jasa lingkungan, perlindungan dan pemanfaatan hutan dan pengelolaan hutan lestari, keanekaragaman hayati dan manfaatnya untuk kehidupan masyarakat. 2. Mengoptimalkan pemanfaatan jasa lingkungan dengan melibatkan masyarakat dalam perlindungan daerah tangkapan, khususnya rumah tangga miskin untuk pengembangan jasa lingkungan serta mengoptimalkan jasa lingkungan sebagai sumber penerimaan KPH. 3. Membangun ekonomi masyarakat berbasis hasil hutan termasuk keanekaragaman hayati. 4. Mencegah pertambangan pada kawasan HL dan mendorong usaha produktif yang lebih lestari tanpa harus melakukan penambangan. 5. Mendorong rehabilitasi hutan berbasis spesies local. 6. Mengembangkan program pemanfaatan hutan yang berpihak pada keluarga miskin pro-poor termasuk dalam pemanfaatan potensi keanekaragaman hayati Strategi Memperkecil Kelemahan dan Mengatasi Tantangan/Ancaman 1. Memperkuat Data Base yang berisi data flora dan fauna, daftar keluarga miskin yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan, serta pendataan penduduk yang memanfaatkan kawasan hutan. 2. Mengembangkan blok tujuan khusus untuk meredam konflik kehutanan. 3. Melaksanakan konservasi keanekaragaman hayati satwa tertentu dan mengembangkan program perlindungan flora dan fauna secara partisipatif. 4. Pengentasan kemiskinan dengan melibatkan keluarga miskin dalam rehabilitasi hutan dan melibatkan masyarakat miskin dalam kegiatan pemanfaatan hasil hutan, serta mengembangkan agroforestry. 5. Menggiatkan penyuluhan kehutanan. 6. Melakukan kajian dampak pertambangan terhadap kawasan hutan. 7. Melakukan sosialisasi KPH kepada masyarakat miskin. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok

62 4.2. Hasil Analisa SWOT Hasil identifikasi masalah/kondisi di atas, dianalisis dengan mengawinkan masalah/kondisi masing-masing lingkungan internal dan lingngdisajikan dalam matrik matrik sebagaimana diuaraikan dalam Tabel IV.1 s/d IV.4. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok

63 Tabel IV - 1. Strategi Kombinasi Strength (Kekuatan) dan Opportunity (Peluang) Dalam Analisis SWOT Legalitas Sarana dan Potensi Banyaknya Pengalaman Tingginya Letak Daerah formal prasarana kawasan potensi jasa panjang pemanfaatan kabupaten tangkapan 3 kelembagaan kantor cukup KPHL Model lingkungan interaksi jasa Solok yang DAS penting KPHL Model memadai; Solok dengan (pariwisata, masyarakat lingkungan strategis S - O Solok keanekaragam penelitian, dengan untuk an hayati yang DAS, air kawasan mendukung ada di bersih) hutan pertanian dalamnya. masyarakat setempat Kebijakan Pemerintah dan pemerintah daerah untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPH; Dukungan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kehutanan Kabupaten Solok. Perangkat peraturan perundangundangan serta kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dukungan lembagalembaga kemasyarakatan (NGO) di tingkat Memantapkan kelembagaan KPH Memperkuat sinergi dengan Dinas Kehutanan Memperkuat kelembagaan KPH Menjalin kemitraan dengan NGO untuk Memantapkan kelembagaan KPH Memperkuat sinergi dengan Dinas Kehutanan Mengembangk an pemanfaatan keanekaragam an hayati Mengembangk an pemanfaatan keanekaragam an hayati Menjalin kemitraan dengan NGO untuk Mengembangk an pemanfaatan jasa lingkungan Mengembangk an pemanfaatan jasa lingkungan Menjalin kemitraan dengan NGO untuk Membangun kemitraan bersama masyarakat dalam mengelola kawasan hutan Membangun kemitraan bersama masyarakat dalam mengelola kawasan hutan Membangun kemitraan tiga pihak; NGO, masyarakat Mengembangk an pola pembayaran jasa lingkungan lokal Mengembangk an pola pembayaran jasa lingkungan lokal Mempromosik an dan memasarkan potensi hasil hutan dan jasa lingkungan Menjaga fungsi tangkapan air melalui pengembang an potensi jasa lingkungan Menjaga fungsi tangkapan air dengan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 7

64 Legalitas Sarana dan Potensi Banyaknya Pengalaman Tingginya Letak Daerah formal prasarana kawasan potensi jasa panjang pemanfaatan kabupaten tangkapan 3 kelembagaan kantor cukup KPHL Model lingkungan interaksi jasa Solok yang DAS penting KPHL Model memadai; Solok dengan (pariwisata, masyarakat lingkungan strategis S - O Solok keanekaragam penelitian, dengan untuk an hayati yang DAS, air kawasan mendukung ada di bersih) hutan pertanian dalamnya. masyarakat setempat lokal maupun internasional terhadap pengelolaan hutan berbasis masyarakat; Tingginya minat investasi terhadap sektor kehutanan. Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kayu bakar dan kayu pertukangan; mengembangk an KPH Membangun kemitraan bersama investor Membudidayak an kayu pertukangan dan kayu bakar pada kawasan pemanfaatan dan kawasan produksi Membangun kemitraan bersama investor Membudidayak an kayu pertukangan dan kayu bakar pada kawasan pemanfaatan dan kawasan produksi pengembanga n jasa lingkungan Membangun kemitraan bersama investor dalam mengembangk an keanekaragam an hayati Budidaya kayu pertukangan species lokal melestarikan keanekaragam an hayati Membangun kemitraan dengan investor untuk mengembangk an potensi jasa lingkungan Meningkatkan penyediaan jasa lingkungan melalui penanaman kayu lokal setempat, dan KPH Membangun kemitraan tiga pihak; investor, masyarakat, dan KPH dalam pengelolaan kawasan hutan Membangun kemitraan dengan masyarakat dalam produksi kayu meningkatka n partisipasi masyarakat Mendorong penanaman kayu bakar dengan menyediakan bibit Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 8

65 Legalitas Sarana dan Potensi Banyaknya Pengalaman Tingginya Letak Daerah formal prasarana kawasan potensi jasa panjang pemanfaatan kabupaten tangkapan 3 kelembagaan kantor cukup KPHL Model lingkungan interaksi jasa Solok yang DAS penting KPHL Model memadai; Solok dengan (pariwisata, masyarakat lingkungan strategis S - O Solok keanekaragam penelitian, dengan untuk an hayati yang DAS, air kawasan mendukung ada di bersih) hutan pertanian dalamnya. masyarakat setempat Adanya Program Pendidikan dan Pelatihan Teknis Kehutanan dari Kementerian Kahutanan; Terbukanya peluang untuk pasar carbon (Carbon Trade) Memanfaatkan alumni DIKLAT dephut dan mengirim staf mengikuti pelatihan pada DIKLAT Kementerian Kehutanan Membangun ketrampilan staf dalam pemanfaatan dan perlindungan keanekargama n hayati Mengembanka n ketrampilan staf dalam pendekatan pembangunan partisipatif Menguatnya peran pemerintah nagari dalam pengelolaan kawasan hutan Membangun kemitaan dengan pemerintah nagari Membangun kemitaan dengan pemerintah nagari Mengembangk an pemanfaatan dan perlindungan keanekaragam an hayati bersama pemerintahan nagari Mengembangk an pemanfaatan jasa lingkungan bersama pemerintah nagari Mengembangk an partipasi masyarakat nagari dalam pengelolaan hutan Mencari pola pola kompensasi jasa lingkungan setempat bersama pemerintah nagari Membangun kemitraan dengan pemerintah nagari dalam memelihara daerah tangkapan air Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 9

66 S - T Mengembangka n program Banyaknya pemanfaatan penduduk miskin di hutan pro-poor dalam dan disekitar hutan. Berkurangnya sumber daya flora dan fauna. Meningkatnya jumlah penduduk yang memanfaatkan kawasan hutan Rendahnya kesadaran masyarakat dan pengusaha dalam pelestarian alam. Tabel IV-2. Strategi Kombinasi Kekuatan dan Ancaman Dalam Analisis SWOT Legalitas formal Sarana dan Potensi Banyaknya kelembagaan prasarana kawasan KPHL potensi KPHL Model kantor cukup Model Solok lingkungan Solok memadai; dengan (pariwisata, keanekaragama penelitian, n hayati yang air bersih) ada di dalamnya. Mendorong rehabilitasi hutan berbasis species lokal Membangun ekonomi masyarakat berbasis hasil hutan Melakukan sosialisasi dan penyuluhan pengelolaan hutan lestari Mengembangka n program pemanfaatan hutan pro-poor Mendorong rehabilitasi hutan berbasis species lokal Membangun ekonomi masyarakat berbasis hasil hutan Melakukan sosialisasi dan penyuluhan pengelolaan hutan lestari Mengembangka n potensi keanekaragama n hayati untuk menolong masyarakat miskin Mendorong rehabilitasi hutan berbasis species lokal Membangun ekonomi masyarakat berbasis keanekaragama n hayati Memberikan penyuluhan tentang keanekargaman hayati dan manfaatnya untuk kehidupan masyarakat Melibatkan rumah tangga miskin untuk pengembangan jasa lingkungan Melibatkan masyarakat dalam pemanfaatan jasa lingkungan Pengalaman Tingginya Letak Daerah jasa panjang pemanfaatan kabupaten tangkapan 3 interaksi jasa lingkungan Solok yang DAS penting masyarakat untuk strategis DAS, dengan mendukung kawasan hutan pertanian masyarakat setempat Membangun ekonomi masyarakay berbasis sumber daya hutan Melaksanakan penyuluhan perlindungan dan pemanfaatan hutan Melaksanakan penyuluhan jasa lingkungan Melibatkan masyarakat dalam perlindungan daerah tangkapan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 10

67 Kawasan hutan kaya akan berbagai potensi tambang Mencegah pertambangan pada kawasan HL Mendorong usaha produktif yang lebih lestari tanpa harus melakukan penambangan Memperioritaska n jasa lingkungan sebagai sumber penerimaan KPH Tabel IV - 3. Strategi kombinasi Kelemahan (Weakness) dan Peluang (Opportunity) Dalam Analisis SWOT W - O Masih banyak Rawannya Tingginya Tingginya Rendahnya Masih Banyaknya Belum 9. kawasan belum konflik okupasi klaim kontribusi rendahnya kawasan lengkapny Kurangnya ditatas batas kehutanan kawasan masyarakat sektor pemahaman bertutupan a data sumber dengan atas kehutanan multipihak non hutan potensi daya masyarakat kawasan dalam terhadap KPH dalam kawasan manusia sekitar hutan pendapatan wilayah pada unit sebagai asli daerah kerja KPHL Pengelola hutan ulayat Solok KPHL Kebijakan Pemerintah dan pemerintah daerah untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPH; Dukungan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kehutanan Kabupaten Solok. Mengembangkan koordinasi dengan pihak BPKH Wilayah I untuk memantapkan kawasan hutan Membangun sinergi dengan Dinas terkait untuk penata batasan kawasan hutan Membangu n kesepaham an dengan masyarakat tentang pelestarian hutan Mendorong keluarnya PERDA perlindunga n hutan Membangun kesepahaman dengan masyarakat tentang pelestarian hutan Mengembangk an pola pola pemanfaatan hutan yang mendorong meningkatnya fungsi kawasan dan juga menjadi sumber Membangun kesepahama n dengan masyarakat tentang pelestarian hutan Mendorong HKm atau pemanfaatan khusus pada kawasan yang diklaim sebagai hutan ulayat Mengembang kan usaha usaha produktif berbasis kehutanan Mengembang kan usaha usaha produktif berbasis kehutanan Melakukan sosialisasi tengtang KPH secara terus menerus kepada semua pihak Melakukan sinergi dengan dinas untuk mensosialisasi kan KPH kepada berbagai pihak termasuk lingkup SKPD Kab. Solok Melaksana kan rehabilitasi kawasan hutan Memaduka n berbagai pola rehabilitasi kedalam program kerja dinas Membang un data base KPH Pengemban gan SDM secara terus menerus sesuai kebutuhan KPH Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 11

68 W - O Masih banyak kawasan belum ditatas batas Rawannya konflik kehutanan dengan masyarakat sekitar Tingginya okupasi kawasan Tingginya klaim masyarakat atas kawasan hutan sebagai hutan ulayat Rendahnya kontribusi sektor kehutanan dalam pendapatan asli daerah Masih rendahnya pemahaman multipihak terhadap KPH Banyaknya kawasan bertutupan non hutan dalam wilayah kerja KPHL Belum lengkapny a data potensi kawasan 9. Kurangnya sumber daya manusia pada Pengelola KPHL Solok sumber pendapatan masyarakat unit Perangkat peraturan perundangundangan serta kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dukungan lembagalembaga kemasyaraka tan (NGO) di tingkat lokal maupun internasional terhadap pengelolaan hutan berbasis masyarakat Mengimplementas ikan berbagai aturan dalam pengelolaan hutan Melaksana kan sosialisasi berbagai peraturan perundangundangan kepada masyarakat Melakukan pendekatan tri-partit dalam pengelolaa n hutan (KPH, LSM, dan Masyarakat lokal) mensosialisasi kan berbagai peraturan perundangundangan kepada masyarakat Menjalin kerjasama tripartit dengan NGO untuk mendorong Hutan Kemasyarakat an (Hutan Nagari, Hutan Tanaman Rakyat) Melaksanaka n berbagai kebijakan yang mendukung pola pengelolaan hutan partisipatif melaksanaka an program kemitraan dengan NGO dan masyarakat dalam pengembang an hutan kemasyaraka tan Mengaplikasi kan berbagai peraturan yang ada untuk meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam pendapatan asli daerah melaksanakan sosialisasi berbagai kebijakan kehutanan kepada pihak pihak terkait Melaksana kan rehabilitasi kawasan hutan menurut ketentuan berlaku Melibatkan NGO dalam rehabilitasi hutan menghimp un berbagai peraturan kebijakan pengelola an hutan memanfaatk an berbagai kebijakan yang ada untuk meningkatka n SDM KPH Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 12

69 W - O Masih banyak Rawannya Tingginya Tingginya Rendahnya Masih Banyaknya Belum 9. kawasan belum konflik okupasi klaim kontribusi rendahnya kawasan lengkapny Kurangnya ditatas batas kehutanan kawasan masyarakat sektor pemahaman bertutupan a data sumber dengan atas kehutanan multipihak non hutan potensi daya masyarakat kawasan dalam terhadap KPH dalam kawasan manusia sekitar hutan pendapatan wilayah pada unit sebagai asli daerah kerja KPHL Pengelola hutan ulayat Solok KPHL Tingginya minat investasi terhadap sektor kehutanan. Meningkatny a permintaan masyarakat terhadap kayu bakar dan kayu pertukangan; Adanya Program Pendidikan dan Pelatihan Teknis Kehutanan dari Kementerian Kahutanan; Terbukanya peluang untuk pasar carbon (Carbon Merancang pola investasi tiga pihak; masyarakat, investor, dan KPH Menyiapka n mekanisme REDD + untuk Mengembangk an panduan panduan investasi sektor kehutanan Mendorong penanaman kayu bangunan dan kayu pertukangan dan kayu api Mempersiapka n masyarakat sekitar hutan untuk menghadapi Menyiapkan masyarakat untuk menyambut perdagangan Menyediakan informasi peluang investasi sektor kehutanan Menyiapkan perdagangan Carbon Kawasan Hutan Melakukan sosialisasi terus menerus kepada semua pihak termasuk kepada investor Mensosialisasi kan peran KPH dalam perdagangan Carbon Melibatkan investor dalam rehabilitasi hutan Mengirimkan staf KPH untuk mengikuti program pelatihan yang relevan pada DIKLAT Teknis Kehutanan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 13

70 W - O Masih banyak Rawannya Tingginya Tingginya Rendahnya Masih Banyaknya Belum 9. kawasan belum konflik okupasi klaim kontribusi rendahnya kawasan lengkapny Kurangnya ditatas batas kehutanan kawasan masyarakat sektor pemahaman bertutupan a data sumber dengan atas kehutanan multipihak non hutan potensi daya masyarakat kawasan dalam terhadap KPH dalam kawasan manusia sekitar hutan pendapatan wilayah pada unit sebagai asli daerah kerja KPHL Pengelola hutan ulayat Solok KPHL Trade) Menguatnya peran pemerintah nagari dalam pengelolaan kawasan hutan Bersinergi dengan pemerintah nagari dalam penataan batas hutan memberika n insentif pengelolaa n hutan kepada masyarakat Bersinergi dengan pemerintah nagari dalam resolusi konflik kehutanan pasar Carbon dengan mendorong penanaman pohon pada kawasan yang diokupasi dengan pola agroforestry Menjalin kerjasama dengan pemerintah nagari dalam pengamanan kawasan hutan Carbon dengan membangun hutan kemasyaraka tan Membangun hutan kemasyaraka tan bersama pemerintah nagari Lindung Solok dalam perdangan Carbon Mensosialisasi kan peran KPH kepada nagari nagari sekitar kawasan hutan Melibatkan pemerintah nagari dalam rehabilitasi hutan Bekerjasam a dengan pemerintah nagari dalam penanganan masalah hutan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 14

71 W - T Masih banyak kawasan belum ditatabatas Tabel IV - 4. Strategi Kombinasi Kelemahan dan Ancaman Dalam Analisis SWOT Rawannya konflik kehutanan dengan masyarakat sekitar Tingginya okupasi kawasan Tingginya klaim masyarakat atas kawasan hutan sebagai hutan ulayat Rendahny a kontribusi sektor kehutanan dalam pendapata n asli daerah Solok Masih rendahnya pemahama n multipihak terhadap KPH Banyakny a kawasan bertutupa n non hutan dalam wilayah kerja KPHL Belum lengkapnya data potensi kawasan Banyaknya penduduk miskin di dalam dan disekitar hutan. Berkurangnya sumber daya flora dan fauna. Meningkatnya jumlah penduduk yang memanfaatkan kawasan hutan Rendahnya kesadaran masyarakat dan pengusaha dalam Membuat kawasan konservasi satwa tertentu dalam kawasan HL Mengembangk an pola pola pengelolaan khusus Menggiatkan penyuluhan kehutanan Melibatkan masyarakat miskin dalam kegiatan pemanfaatan hasil hutan Mengembangk an pola pemanfaatan kawasan untuk tujuan khusus Mengembangk an pola pemanfaatan kawasan untuk tujuan khusus Mengembangk an pola pemanfaatan kawasan untuk tujuan khusus Membantu keluarga miskin dalam mengembangk an agroforestri Mengembangk an pola pemanfaatan kawasan untuk tujuan khusus Mengembangk an pola pemanfaatan kawasan untuk tujuan khusus Mengembangk an pola pemanfaatan kawasan untuk tujuan khusus Mengembangk an program perlindungan flora dan fauna secara partisipatif Mengembangk an pola pemanfaatan kawasan untuk tujuan khusus Mengembangk an pola pemanfaatan kawasan untuk tujuan khusus Melakukan sosialisasi KPH kepada masyarakat miskin Menggiatka n penyuluhan kehutanan Melibatka n keluarga miskin dalam rehabilita si hutan Melakukan pendataan keluarga miskin yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan Melakukan inventarisasi flora dan fauna Melakukan pendataan penduduk yang memanfaatk an kawasan Kurangny a sumber daya manusia pada unit Pengelol a KPHL Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 15

72 W - T Masih banyak kawasan belum ditatabatas Rawannya konflik kehutanan dengan masyarakat sekitar Tingginya okupasi kawasan Tingginya klaim masyarakat atas kawasan hutan sebagai hutan ulayat Rendahny a kontribusi sektor kehutanan dalam pendapata n asli daerah Solok Masih rendahnya pemahama n multipihak terhadap KPH Banyakny a kawasan bertutupa n non hutan dalam wilayah kerja KPHL Belum lengkapnya data potensi kawasan pelestarian alam. Kurangny a sumber daya manusia pada unit Pengelol a KPHL Kawasan hutan lindung kaya akan berbagai potensi tambang Melakukan kajian dampak pertambangan terhadap kawasan hutan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 16

73 Tabel IV - 5. Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, Kombinasi Faktor (Strategi) dan Sasaran Program Indikatif VISI MENJADIKAN KPHL MODEL SOLOK SEBAGAI MODAL PEMBANGUNAN DAERAH MISI TUJUAN KOMBINASI FAKTOR (STRATEGI) 1. Memaksimalkan fungsi 1. Memantapkan tata batas hutan kawasan untuk bekerjasama dengan BPKH Medan penyediaan jasa serta pemerintah nagari lingkungan terutama air I. Memantapkan fungsi kawasan hutan dalam wilayah kelola KPHL Model Solok 2. Merehabilitasi hutan yang kurang produktif atau kritis 2. Mengamankan kawasan hutan bekerjasama dengan pemerintah nagari dan pihak BPKH Wilayah I Medan 3. Melaksanakan konservasi satwa tertentu 4. Mengembangkan program perlindungan flora dan fauna secara partisipatif. 5. Melestarikan hutan dengan membangun kesepahaman dengan masyarakat tentang pelestarian hutan dan mendorong keluarnya PERDA perlindungan hutan 1. Merevitalisasi kawasan hutan produksi yang ada dalam wilayah kerja KPHL Model Solok. 2. Melakukan reboisasi pola penuh maupun pengkayaan dengan kombinasi tanaman kayu-kayuan dan tanaman kehidupan/mpts, SASARAN PROGRAM 1. Pemantapkan wilayah kelola KPH 2. Peningkatan eksistensi kawasan 3. Melindungi satwa di kawasan tertentu 4. Mempertahankan flora dan fauna enedemik 5. Kelestarian suplai jasa lingkungan 1. Meningkatkan produksi hasil hutan kayu hutan alam 2. Peningkatan peran sektor kehutanan dalam PAD Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 17

74 II. Memperkuat kelembagaan KPHL dalam mengemban misi pengelolaan kawasan hutan; Peningkatan kemampuan SDM untuk berbagai fungsi pengelolaan KPH 3. Meningkatkan produksi penanaman kayu bangunan dan kayu pertukangan dan kayu api melalui budidaya species lokal, penyediaan bibit, dengan menjalin kemitraan bersama masyarakat sekitar kawasan. 4. Mengembalikan kondisi tutupan kawasan hutan dengan tanaman multi guna 5. Menyusun panduan panduan investasi sektor kehutanan, menyediakan informasi peluang investasi sektor kehutanan, serta merancang pola investasi tiga pihak; masyarakat, investor, dan KPH 1. Pengembangan SDM untuk pemanfaatan dan perlindungan keanekargaman hayati, melakukan pendekatan partisipatif, serta mengikuti pelatihan pelatihan pada DIKLAT Kementerian Kehutanan dan pada berbagai peluang pelatihan lain yang relevan 2. Membangun Data Base KPH berisi data social, ekonomi, kebijakan, dan fisik, termasuk daftar keluarga miskin yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan, data flora dan fauna, serta pendataan penduduk yang memanfaatkan kawasan hutan 3. Peningkatan produksi kayu pertukangan dan kayu api 4. Peningkatan tutupan hutan 1. Pemantapan hard skill dan soft skill aparat KPH 2. Peningkatan akurasi informasi dalam pengelolaan hutan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 18

75 Meningkatkan Penyadaran para pemangku kepentingan sosialisasi dan penyuluhan kehutanan Menggiatkan sosialisasi dan penyuluhan kehutanan terkait, KPH, jasa lingkungan, perlindungan dan pemanfaatan hutan, pengelolaan hutan lestari, keanekaragaman hayati dan manfaatnya untuk kehidupan masyarakat, peraturan perundangundangan, kebijakan kehutanan, dan perdagangan Carbon kepada pihak pihak yang berkepentingan Peningkatkan pemahaman tentang peran jasa lingkungan dan pengelolaan hutan lestari III. Mengoptimalkan pemanfaatan kawasan hutan untuk berbagai keperluan yang sesuai; 1. Meningkatkan penerimaan daerah dan pendapatan masyarakat dari jasa lingkungan 1. Mengoptimalkan pemanfaatan jasa lingkungan melalui penjagaan fungsi tangkapan air, mempromosikan jasa lingkungan, mengembangkan pola pola pembayaran jasa lingkungan, memasarkan hasil hutan non kayu dengan melibatkan masyarakat terutama rumah tangga miskin serta mengoptimalkan jasa lingkungan sebagai sumber penerimaan KPH 2. Meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam pendapatan asli daerah dengan mengaplikasikan berbagai peraturan yang ada 3. Melakukan kajian dampak pertambangan terhadap kawasan hutan dan mencegah mencegah pertambangan pada kawasan HL sebelum ada kajian akademik dan mendorong usaha produktif yang lebih lestari tanpa harus melakukan penambangan 1. Peningkatkan peran serta masyarakat nagari dalam pengelolaan hutan 2. KPH sebagai penyumbang PAD 3. Penghimpunan sumberdana dan sumberdaya stakeholders Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 19

76 2. Memanfaatkan hutan secara optimal sesuai dengan fungsi dan peruntukannya untuk mendorong pengembangan ekonomi berbasis kehutanan, 1. Mengembangkan pemanfaatan, perlindungan, dan kelestarian keanekaragaman hayati. 2. Membangun ekonomi masyarakat berbasis hasil hutan dan keanekaragaman hayati 3. Menciptakan manfaat ekonomi hutan sesuai fungsinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat 1. Peningkatan nilai ekonomi hutan 2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan 3. IV. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 1. Meningkatkan peran sertra masyarakat dalam pengelolaan hutan 1. Mengembangkan pola pola pemanfaatan hutan yang mendorong meningkatnya fungsi kawasan dan juga menjadi sumber sumber pendapatan masyarakat 2. Mengentasan kemiskinan dengan melibatkan keluarga miskin dalam rehabilitasi hutan dan melibatkan masyarakat miskin dalam kegiatan pemanfaatan hasil hutan, serta mengembangkan agroforestry 1. Peningkatan kelestarian ekonomi dan ekologi hutan 2. Berkurangnya keluarga miskin di sekitar hutan 2. Memberikan akses pengelolaan hutan kepada masyarakat sekitar dan dalam kawasan hutan melalui pengembangan HKm, HTR, Hutan 3. Mengeluarkan masyarakat dari keterisoliran Mengurangi konflik kehutanan dan meningkatkan manfaat hutan bagi masyarakat 3. Nagari terpencil 1. Membangun ekonomi masyarakat berbasis hasil hutan dan keanekaragaman hayati Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 20

77 Desa/Nagari 2. Menyelesaikan konflik kehutanan dengan masyarakat bekerjasama dengan pemerintah nagari 3. Membangun HKm bersama pemerintah nagari dan pemanfaatan wilayah khusus pada kawasan yang diklaim sebagai hutan ulayat 3. Mengembangkan teknik agroforestry dalam pemanfaatan lahan hutan yang menyediakan ragam kebutuhan masyarakat Tersedianya teknik agroforestry di tingkat masyarakat 1. Pemanfaatan jasa lingkungan terkait perdagangan Carbon dengan mempersiapkan masyarakat sekitar hutan 2. Melakukan penanaman pohon pada kawasan yang diokupasi dengan pola agroforestry dan menyiapkan mekanisme REDD + untuk memberikan insentif pengelolaan hutan jangka panjang kepada masyarakat Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab IV - 21

78 4.3. Proyeksi Kondisi hutan dan pengelolaan hutan di Kabupaten Solok tidak bisa dipisahkan dari kecendrungan-kecendrungan isu terkait pengelolaan hutan masa depan. Oleh sebab itu pengelolaan hutan dalam wilayah kerja KPHL Model Solok mesti pula diproyeksikan pada kecendrungan-kecendrungan regional, nasional dan global tersebut. Isu-isu tersebut mencakup spektrum yang cukup luas yaitu sosial, ekonomi, budaya, politik dan lingkungan Aspek sosial Isu utama adalah semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi mereka dalam pengelolaan hutan, makin menguatnya klaim hak kepemilikan masyarakat atas sumberdaya hutan dan adanya kecendrungan ketidakadilan pengelolaan hutan selama ini. Implikasi dari kedua hal di atas adalah bahwa masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan adalah para pihak pertama dan utama yang harus masuk dalam pertimbangan para perencana pengelolaan hutan. Upaya melibatkan mereka dalam pengelolaan sudah harus dimulai pada tahap perencanaan. Selain itu, pola interaksi masyarakat setempat dengan pemerintah selama ini dalam kaitan pengelolaan hutan cendrung dalam hubungan konflik, mesti diarahkan kepada pola hubungan kerjasama. Upaya-upaya konsolidasi selama ini sering tidak membuahkan hasil yang bertahan lama. Oleh sebab itu resolusi konflik berupa akomodasi kepentingan berbagai pihak mesti menjadi sasaran pengelolaan. Ke depan akan makin banyak dibangun pola-pola pengelolaan hutan berbasis masyarakat Ekonomi Hutan adalah sumberdaya penting yang pemanfaatanya masih sangat terbatas. Masih banyak potensi ekonomi yang dapat diperoleh dari sumberdaya hutan. Selain itu pemanfatan hutan masih bersifat ekstraktif dan belum menggunakan azas berkelanjutan. Permintaan akan hasil hutan akan selalu bertambah dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan. Pertambahan permintaan ini berdimensi jumlah dan jenis, selain jumlah permintaan meningkat, jenis yang diminta juga akan meningkat. Upaya-upaya budidaya hasil hutan adalah solusi untuk menjawab kekuatan pasar ini. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Page 22

79 Kebijakan Pengelolaan Hutan Kecendrungan sosial di atas sebenarnya sudah diakomodasi dalam kebijakan kehutanan mutakhir. Dalam dokumen Rencana Pengelolaan Kehutanan Tingkat Provinsi Sumatra Barat, diproyeksikan akan dibangun Hutan Kemasyarakatan seluas 29,793 Ha di Kabupaten Solok. Sebaran lokasi HKm menurut fungsi kawasan hutan adalah sebagai berikut : - Hutan lindung seluas ha - HPT seluas ha - HP seluas ha - HPK seluas 597 ha Aspek Budaya Salah satu perubahan penting yang dibawa oleh arus reformasi di negeri ini adalah reformasi pemerintahan dimana telah diambil kesepakatan desentralisasi. Di provinsi Sumatra Barat, kebijakan desentralisasi ini dilaksanakan dengan merevitalisasi system pemerintahan nagari. Nagari adalah bentuk budaya asli masyarakat Minangkabau. Sebuah nagari mencakup kesatuan territorial, ekonomi, politik, sosial dan budaya. Wiyalah territorial sebuh nagari mencakup kawasan hutan dengan semua jenis fungsinya, yaitu konservasi, lindung dan produksi. Beberapa pemerintah daerah telah memfungsikan pemerintahan nagari dalam system pengelolaan hutan. KPH sebagai unit pengelola di tingkat tapak, harus melibatkan nagari dalam upaya pengelolaan hutan, mulai dari perencanaan, pengamanan, pemanfaatan, dan perlindungan kawasan hutan. Selanjutnya adalah kecendrungan makin tingginya penilaian atas manfaat yang dapat disediakan oleh hutan bagi kehidupan. Selain manfaat langsung yang dirasakan selama ini seperti hasil hutan baik berupa kayu dan non kayu, dewasa ini manfaat tak langsung hutan terutama dalam penyediaan jasa lingkungan makin mendapat tempat Aspek Lingkungan Hutan adalah penyedia jasa lingkungan penting. Selama ini, jasa lingkungan itu kurang begitu disadari sehingga prilaku pemanfaat hutan cendrung terfokus pada manfaat langsung seperti hasil kayu dan non kayu. Sebagian lain menggunakan kawasan hutan untuk pertanian dan terjadilah konversi hutan. Kegiatan konversi ini Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Page 23

80 dalam banyak kejadian dilakukan dengan menebang pohon yang ada dan malah membakarnya supaya lahan bisa ditanami. Saat ini disadari bahwa penebangan dan pembakaran biomas hutan itu menyumbang pada makin meningkatnya jumlah gas gas berbahaya di alam dan membawa akibat pada perubahan iklim. Saat ini sudah menjadi kesepakatan dunia bahwa karbon yang tersimpan dalam biomasa hutan itu ada nilainya dan bisa diperdagangkan. Selain itu penambahan biomasa hutan akan menambah cadangan karbon dan itu juga dapat diperdagangkan. Dengan demikian, nilai ekonomi hutan tidak hanya lagi sebatas kayu dan non kayu tapi juga simpanan karbon. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Page 24

81 V. RENCANA KEGIATAN Kondisi lingkungan strategis KPHL Model Solok mengindikasikan bahwa program-program pengelolaan mencakup spektrum yang cukup luas, mulai dari pemantapan kawasan, membangun kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan nilai ekonomi sumber daya hutan, meningkatkan pendapatan masyarakat, mengelola konflik kehutanan, rehabilitasi hutan, pengembangan SDM KPH, juga penguatan pangkalan data KPHL Model Solok itu sendiri. Strategi yang muncul ini sejalan dengan rumusan rencana kegiatan KPHL yang tertuang dalam Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana KPH. Bab ini menguraikan lebih detail rencana KPHL Model Solok sesuai hasil analisa lingkungan strategis dan panduan penyusunan rencana kerja KPH Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya Sumber daya hutan adalah sumber daya dinamis dan memerlukan pengelolaan yang adaptif sesuai perkembangan dan dinamikanya. Sementara dinamika itu sendiri akan terukur bila dilakukan inventarisasi berkala terhadap potensi, karakteristik bentang alam, kondisi sosial ekonomi, serta data informasi lainnya. Secara lebih spesifik, inventarisasi ditujukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan potensi sumber daya hutan. Potensi sumber daya hutan ini meliputi sumber daya biofisik dan sosial ekonomi. Pelaksanaan kegiatan inventarisasi harus dilakukan di semua blok dan petak menggunakan metoda yang sesuai. Kegiatan inventarisasi pada seluruh kawasan KPHL Model Solok dilakukan diseluruh blok pengelolaan. Berdasarkan hasil analisis spasial jumlah plot inventarisasi di KPHL Model Solok berjumlah 1301 titik, dengan jumlah plot inventarisasi terbanyak terdapat di blok inti. Ukuran setiap plot pengamatan umumnya 1x1 km. Adapun lokasi inventarisasi dan banyaknya plot dapat dilihat pada tabel dan gambar di halaman selanjutnya. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 1

82 Tabel V - 1. Jumlah Plot Inventarisasi Hutan Disetiap Blok Pengelolaan Uraian HL HP Jumlah Blok Inti Blok Pemanfaatan Blok Pemanfaatan HHBK Blok Pemanfaatan HHK-HA Blok Pemanfaatan HHK-HT Blok Pemberdayaan Grand Total Sumber: Data hasil olahan spatial 2013 Dalam melaksanakan inventarisasi maka diperlukan survei lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi secara spesifik dari komponen-komponen penyusun sumber daya alam hayati dan ekosistem, yang mencakup pengukuran atas jenis, populasi, penyebaran, sex-ratio, kerapatan/kelimpahan populasi, status kelangkaan, permasalahan dan sebagainya dari potensi dan kekayaan sumber daya alam hayati dan ekosistem, termasuk sosial ekonomi budaya masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan KPHL Model Solok. Kegiatan survei lapangan pada seluruh kawasan akan diselesaikan bertahap maksimal dalam empat tahun dengan selang waktu lima tahun sekali. Inventarisasi potensi dilakukan melalui tahapan kegiatan eksplorasi dan survei lapangan. Praktek kegiatan eksplorasi, survei, inventarisasi, evaluasi/penilaian dan monitoring mencakup pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan metoda dan teknik dalam pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu 1) Pengembangan Kayu Hutan Alam Pemanfaatan hasil hutan kayu dalam kawasan di dalam blok pemanfaatan kayu hutan alam KPHL Model Solok diarahkan pada IPHHK skala kecil dan untuk kebutuhan masyarakat. Alasan pemanfaatan kayu diarahkan pada pemanfaatan IPHHK karena masih tingginya permintaan kayu untuk kepentingan rakyat serta terbatasnya kawasan yang dapat dialokasikan sebagai penghasil kayu. Pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam dan hutan kayu hutan tanaman pada hutan produksi dapat dilakukan dengan satu atau lebih sistem Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 2

83 silvikultur, sesuai dengan karakteristik sumber daya hutan dan lingkungannya. Usaha pemanfaatan meliputi kegiatan pemanenan, pemasaran hasil, pengayaan, penanaman, pemeliharaan sesuai dengan rencana pengelolaan hutan yang telah ditetapkan. Pemanfaatan kayu hutan alam di KPHL Model Solok dikelola melalui sistem pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL). Konsep PHPL menekankan pada usaha pemanfaatan kayu dengan mempertimbangkan kelestarian fungsi produksi, ekologi dan fungsi sosial secara terus menerus. Ketiga fungsi tersebut harus terkait satu sama lain dan harus dikelola secara proporsional dan terintegrasi. Kegiatan pengelolaan dan pengembangan kayu hutan alam di dalam kawasan KPHL diarahkan pada : 1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Solok pada umumnya dan masyarakat disekitar wilayah KPHL pada khususnya. 2. Peningkatan pelayanan publik terutama pada penyediaan kayu konstruksi bagi masyarakat sekitar wilayah KPHL dan untuk kepentingan pembangunan. 3. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan dan pendayagunaan jasa lingkungan. 4. Pengembangan ekonomi kerakyatan dengan melihat potensi pasar pengembangan jasa lingkungan. 5. Pengembangan kerjasama dengan masyarakat luas dalam upaya pemanfaatan potensi jasa lingkungan yang diarahkan pada upaya peningkatan penyediaan lapangan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar kawasan. Dalam pengembangan pemanfaatan kayu hutan alam di kawasan KPHL Model Solok, diperlukan strategi, regulasi dan langkah-langkah seperti : a. Analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat. b. Pemetaan dan analisis kelayakan dari pengembangan pemanfaatan kayu. c. Pemetaan dan analisis kecenderungan pasar, termasuk identifikasi kelompok sasaran atau pihak-pihak yang merupakan penerima manfaat dan keuntungan komersial dari potensi kayu. d. Analisis kebijakan dalam penyelenggaraan pemanfaatan kayu. e. Konsep atau model kerjasama pengelolaan pemanfaatan kayu yang akan dikembangkan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 3

84 f. Sistem mekanisme pelibatan dan partisipatif dari para pihak dalam penyelenggaraan pemanfaatan kayu hutan alam. g. Mekanisme pelibatan stakeholders dalam penyelenggaraan pemanfaatan kayu hutan alam, termasuk desain kerangka kelembagaan kolaboratif dalam pengelolaan jasa lingkungan. h. Kontribusi pemanfaatan kayu hutan alam bagi pemberdayaan masyarakat lokal. i. Mekanisme pembagian manfaat dan keuntungan antara KPHL Model Solok dengan para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pemanfaatan kayu hutan alam di dalam kawasan KPHL Model Solok. Para pihak yang terlibat dalam kerjasama ini antara lain PHKA, Pemerintah Provinsi, Bappeda, Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Koperasi, Dinas Pariwisata dan Kebudaayan, Badan Penanaman Modal, Badan Lingkungan Hidup, Camat, Wali Nagari, Kelompok Masyarakat Adat, Kelompok Masyarakat Lainnya, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Lembaga Penelitian dan Pendidikan. Adapun lokasi kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam di hutan produksi kawasan KPHL Model Solok dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar V - 1. Lokasi Rencana Pemanfaatan Kayu Hutan Alam Pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam di KPHL Model Solok ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi pemanfaatan sumber daya alam di kawasan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 4

85 KPH, menjamin keberlanjutan upaya pelestarian ekosistem di dalam kawasan KPHL Model Solok melalui mekanisme sharing benefit antara KPHL Model Solok dengan stakeholders. Disamping itu, kegiatan-kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat, menciptakan sumber pendanaan alternatif bagi KPHL Model Solok, dengan harapan dana yang terhimpun dapat digunakan untuk membiayai operasional pengelolaan KPHL Model Solok. Selain pemanfaatan kayu dari hutan alam, pemanfaatan kayu juga dapat dilakukan melalui hutan tanaman (HT). Lokasi pemanfaatan kayu hutan tanaman dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar V - 2. Rencana Lokasi Pemanfaatan Kayu Hutan Tanaman di KPHL Model Solok Potensi kayu pada hutan alam pada areal yang dapat digunakan untuk pemanfaatan kayu adalah rendah, sebagian besar adalah kawasan yang tidak berhutan. Kawasan ini hanya terdapat pada Resort II, V dan VI. Oleh sebab itu kegiatan silvikultur perlu dilakukan dengan menanam spesies kayu lokal. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 5

86 Tabel V - 2. Potensi Kayu Pemanfaatan Hutan Alam di KPHL Model Solok Kondisi Tutupan Pemanfatan Hasil Hutan Kayu menurut Resort Berhutan Tidak berhutan Resort II HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT Resort V HP-Blok Pemanfaatan HHK-HA Potensi Rendah Rendah HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT Resort VI HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT Total Sumber : Hasil analisis spatial, 2013 Dalam pengembangan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam, KPHL Model Solok perlu mendorong terbitnya program dan kegiatan Pemerintah Kabupaten Solok di bidang pemanfaatan kayu yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan pemanfaatan sumber daya alam di KPHL Model Solok secara lestari. Pihak pemrakarsa kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam harus mendapatkan layanan yang optimal agar pemanfaatan SDH dapat berkembang secara optimal, hal tersebut dapat dicapai melalui upaya-upaya kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai sistem insentif yang disediakan oleh KPHL Model Solok, kejelasan informasi mengenai produk kayu yang dikemas secara menarik, apik, lengkap dan mudah dimengerti. Transparansi regulasi dan perangkat pelaksanaan penyelenggaraan pemanfaatan kayu serta bentuk layanan yang disediakan KPHL Model Solok bagi pemrakarsa kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam dengan dukungan ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya. Pengelolaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam termasuk membangun kerangka kelembagaan dan model kerjasama kolaboratif antara KPHL Model Solok dengan para pihak dalam pengusahaan kayu. Penyusunan strategi dan program untuk menjaring pengusaha berinvestasi di KPHL Model Solok dengan mekanisme Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 6

87 komunikasi antara KPHL Model Solok dengan pengusaha kayu skala menengah dan skala besar serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap KPHL Model Solok dalam pengusahaan jasa lingkungan. Beberapa kegiatan jangka panjang untuk mensukseskan program ini, antara lain : 1. Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam. 2. Pengembangan produk hasil hutan kayu. 3. Peningkatan investasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam. 4. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam. 5. Pengembangan jaringan pengusahaan. 6. Membangun mekanisme kontribusi pemanfaatan kayu di hutan alam. 7. Membangun sarana dan prasarana pengembangan kegiatan pemanfaatan kayu hutan alam. 8. Pengembangan sistem informasi pelayanan publik. 2) Pemanfaatan Ekowisata Pemanfaatan ekowisata merupakan upaya pendayagunaan potensi obyek ekowisata dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian alam. Kegiatan ekowisata dan rekreasi di dalam wilayah KPHL Model Solok diarahkan pada beberapa kegiatan sebagai berikut : (1) Inventarisasi dan identifikasi obyek dan daya tarik ekowisata dalam kawasan KPHL Model Solok; (2) Inventarisasi, identifikasi dan analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat, kecenderungan pasar, kebijakan sektor kepariwisataan daerah dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang berada di sekitar kawasan; (3) Pengembangan obyek ekowisata tetap memperhatikan aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat, kecenderungan pasar, kebijakan sektor kepariwisataan daerah dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung di sekitar kawasan; (4) Pengembangan kerjasama dengan masyarakat luas dalam upaya pemanfaatan potensi obyek ekowisata kawasan KPH dan diarahkan pada upaya peningkatan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 7

88 penyediaan lapangan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar kawasan dan pihak investor. Beberapa lokasi ekowisata potensial yang bisa dikembangkan di wilayah KPHL Model Solok adalah : a. Wisata alahan tigo yang terdapat di Nagari Sarik Alahan Tigo dan tidak ditemukan kondisi alamnya di Nagari lain yaitu berupa sungai bercabang tiga (Alahan Tigo). b. Wisata Tungku Duato di Talaok. c. Guguak Panjamuan di Taratak Teleng. d. Tanam Batu di Sarik Ateh. e. Goa Alam di Pinti Kayu. f. Pemandangan Alam Sianggai-anggai. Pengembangan ekowisata di wilayah KPHL Model Solok diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada pengelolaan kawasan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Inventarisasi dan identifikasi potensi ekowisata di dalam kawasan KPHL Model Solok perlu dilakukan sebagai langkah awal untuk pengembangan lebih lanjut. Selanjutnya hal yang perlu dilakukan adalah kajian sosial budaya masyarakat sekitar kawasan, kajian pasar untuk mengidentifikasi potensi pengunjung, kajian pengembangan kerjasama dengan investor dan masyarakat lokal, promosi dan pemasaran usaha ekowisata. Pengembangan ekowisata perlu dilakukan secara bertahap dan hati-hati karena kehadiran pengunjung akan memberikan dampak pada lokasi yang dikunjungi. Oleh kerena itu perlu adanya regulasi untuk memberi rambu-rambu agar kegiatan ekowisata di kawasan KPH tidak menimbulkan kerusakan ekositem dan lingkungan sehingga mengganggu fungsi pelestarian dan pengawetan alam di KPHL Model Solok. Dalam membuat regulasi harus mempertimbangkan aspek ekologi, estetika, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal. Regulasi juga bisa diarahkan untuk mangatur kontribusi usaha ekowisata untuk pengelolaan KPHL Model Solok. Paket wisata yang dikembangkan sebaiknya mengintegrasikan potensi dan aktivitas budaya masyarakat serta pendidikan lingkungan untuk pengunjung. Agar ekowisata dapat berkembang maksimal, para pengunjung harus mendapatkan layanan yang optimal dan memuaskan. Layanan yang perlu disediakan bagi pengunjung antara lain kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai objek ekowisata, Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 8

89 ketersediaan media informasi mengenai objek dan lokasi ekowisata yang dikemas secara lengkap, menarik dan mudah dimengerti, pelayanan akomodasi yang memadai, pelayanan pemanduan yang profesional dan menarik dilengkapi petunjuk keselamatan bagi pengunjung yang mengunjungi suatu objek atau lokasi ekowisata dalam kawasan serta ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya. Dalam pengusahaan ekowisata, KPHL Model Solok perlu mendorong pemerintah daerah untuk mewujudkan paket wisata yang yang terintegrasi antara objek wisata daerah dan objek ekowisata di KPHL Model Solok sehingga keberadaan KPHL Model Solok mendapat support dari Pemerintah Kabupaten Solok. Perlu dilakukan penyusunan strategi dan regulasi pengusahaan ekowisata yang mencakup inventarisasi dan identifikasi potensi ekowisata di KPHL Model Solok, analisis sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, analisis pasar yaitu identifikasi kelompok atau sasaran atau pengunjung potensi ekowisata dan kebutuhannya, pengembangan kerjasama dengan masyarakat lokal, promosi dan pemasaran usaha ekowisata yang dikukung oleh sistem managemen usaha wisata serta mekanisme pelibatan para pihak dalam penyelenggaraan usaha ekowisata. Adanya regulasi dalam penyelenggaraan ekowisata untuk memberi rambu-rambu agar kegiatan ekowisata di kawasan KPHL Model Solok tidak mengganggu fungsi pelestarian dan pengawetan alam di KPHL Model Solok, tidak menyebabkan kerusakan ekosistem dan lingkungan di kawasan KPHL Model Solok dan tidak menggangu keberlanjutan penghidupan masyarakat setempat. Regulasi penyelenggraan ekowisata mencakup adanya aturan yang menjamin pelayanan, kenyamanan dan keselematan pengunjung, kelestarian dan keselamatan ekosistem di sekitar objek ekowisata dengan mekanisme pelibatan para pihak dan desain kerangka kelembagaan kolaboratif dalam pengelolaan usaha ekowisata. Kontribusi usaha ekowisata bagi pemberdayaan masyarakat lokal di sekitar objek ekowisata yang dikembangkan dengan dukungan mekanisme pembagian manfaat dan keuntungan antara KPHL Model Solok dan para pihak yang terlibat dalam penyelenggraan ekowisata di kawasan KPHL Model Solok. Pengembangan produk ekowisata diarahkan untuk membangun ekowisata yang berkelanjutan, yaitu ekowisata yang berbasiskan masyarakat serta mempunyai orientasi pada aspek konservasi lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal termasuk peningkatan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 9

90 bagi masyarakat lokal. Disamping itu, diupayakan juga pendidikan publik, peningkatan pendapatan daerah. Pengembangan produk ekowisata perlu disesuaikan dengan karakteristik objek dan lokasi ekowisata, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat dan kelompok sasaran yang menjadi target pasar dari usaha ekowisata itu sendiri. Manajemen pengelolaan ekowisata termasuk pengembangan kerangka kelembagaan dan model kerjasama kolaboratif. Kegiatan-kegiatan jangka panjang dalam program ini, mencakup antara lain : 1. Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan ekowisata. 2. Pengembangan produk dan pelatihan ekowisata. 3. Pengembangan rambu-rambu dan jalur interpretasi. 4. Peningkatan investasi pengusahaan. 5. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan ekowisata. 6. Pengembangan jaringan ekoturisme. 7. Penyebaran informasi, promosi dan publikasi. 8. Membangun fasilitas sarana dan prasarana ekowisata. 3) Pemanfaatan kawasan pendidikan dan penelitian Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan upaya untuk mengakomodir kepentingan fungsi kawasan KPHL Model Solok untuk kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hasil kegiatan penelitian perlu diarahkan dan diselaraskan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada dan berkembang. Kegiatan penelitian terapan umumnya diarahkan untuk memberikan dukungan bagi upaya membantu penyelesaian masalah pengelolaan kawasan KPHL Model Solok, dan penelitian murni umumnya dilakukan dan diarahkan kepada upaya untuk pengembangan lebih lanjut dari ilmu pengetahuan, yang dapat dilangsungkan dalam kawasan KPHL Model Solok. Semua kawasan KPHL Model Solok bisa dipakai untuk lokasi penelitian dari berbagai aspek pengelolaan sumber daya hutan, aspek sosial ekonomi, kelembagaan, ekologi hutan. Penelitian jangka panjang dan berkelanjutan berupa plot permanen bisa diletakkan di lokasi-lokasi spesifik, misalnya lokasi dengan akses masyarakat yang tinggi, lokasi dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dan lokasi yang cocok untuk mengamati serapan Carbon, dsb. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 10

91 Diharapkan dengan adanya rencana pemanfaatan untuk penelitian ini dapat menunjang pemanfaatan, yang meliputi : (1) Penelitian yang hasilnya untuk mendukung dan diperlukan untuk menunjang pemanfaatan jenis dan satwa serta budidaya di luar kawasan, seperti penelitian dalam menunjang pengawetan dan penangkaran jenis. (2) Penelitian yang hasilnya untuk menunjang pemanfaatan dan budidaya, ditujukan terhadap seleksi jenis tumbuhan dan satwa yang karena kandungan unsur kimia maupun sifat genetiknya dapat dimanfaatkan, misalnya untuk industri obat-obatan, zat pewarna, dan lain-lain, benih atau bibit unggul dalam menunjang peningkatan produksi pangan, sandang dan papan, perbanyakan dan peningkatan kualitas jenis melalui rekayasa genetik. Ketentuan tentang kegiatan penelitian di kawasan KPHL Model Solok diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri dan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu ketentuan yang mengatur tentang tata cara dan instansi yang berwenang memberi rekomendasi dan/atau izin untuk melaksanakan penelitian. Kewenangan yang terkait dengan penelitian pada saat ini dikoordinasikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tidak mengurangi kewenangan Menteri Kehutanan yang bertanggung jawab untuk mengatur tata cara pelaksanaan penelitian yang sasaran penelitiannya berlokasi di KPHL Model Solok. Untuk mendukung pelayanan kegiatan penelitian, KPHL Model Solok antara lain melaksanakan : (1) Identifikasi obyek penelitian mengenai tumbuhan, satwa, ekosistem, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat. (2) Penyiapan sistem pelayanan dan materi kegiatan penelitian. (3) Ketersediaan dan dukungan berupa penyediaan stasiun penelitian. (4) Penyiapan sistem data dasar informasi kegiatan penelitian. (5) Penyusunan rencana dan skala prioritas program penelitian. (6) Pengembangan bentuk kerjasama dalam penelitian. (7) Pengembangan sistem dokumentasi, publikasi dan promosi hasil-hasil kegiatan penelitian maupun referensi yang terkait. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 11

92 5.3. Pemberdayaan Masyarakat Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan masih tergantung pada sumber daya alam di dalam kawasan KPHL Model Solok. Untuk itu, pihak pengelola perlu membimbing masyarakat untuk dapat mengusahakan pengambilan sumber daya alam yang berkelanjutan melalui peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat. Dengan demikian maka kawasan dapat dikelola sekaligus memberikan aliran hasil alam dan jasa secara berkelanjutan kepada masyarakat. Sementara itu pengembangan usaha alternatif perlu dikembangkan untuk membatasi pengambilan sumber daya alam. Beberapa program yang dapat dilakukan adalah penanaman dan pengayaan species jenis rotan, kayu bakar, buah-buahan, gaharu, obat-obatan, dan tanaman berguna lainnya di wilayah-wilayah rehabilitasi. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan di blok pemberdayaan adalah pembangunan hutan tanaman rakyat. Alasan ditetapkannya kawasan ini sebagai wilayah HTR karena 1) Lokasi ini sudah tidak berhutan, 2) Dekat dengan pemukiman warga 3) Terletak di hutan produksi, dan 4) Analisis kebutuhan harus disesuaikan dengan daya dukung kawasan. Adapun lokasi HTR di KPHL Model Solok dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar V - 3. Lokasi HTR di Blok Pemberdayaan Masyarakat Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 12

93 Tabel V - 3. Luas Blok HTR di KPHL Model Solok Kondisi Tutupan Pemanfatan Hasil Hutan Kayu menurut Resort Berhutan Tidak berhutan RESORT II HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT RESORT V HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT RESORT VI HP-Blok Pemanfaatan HHK-HT Total Untuk mendukung kegiatan HTR maka diperlukan kajian mendalam tentang etno botani dan potensi tanaman yang dapat dikembangkan secara komersial. Perlu pengembangan tanaman yang berdaya jual tinggi, ringan dan awet, sehingga memudahkan transportasi dan pengiriman dari wilayah yang terpencil, misalnya bumbu, ekstrak tanaman obat dan lain-lain. Hal ini bisa dikembangkan dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan pada umumnya adalah masyarakat peladang berpindah. Sistem pertanian ini dapat diterapkan secara effisien dan murah pada saat penduduk masih sedikit dan lahan pertanian tersedia luas. Untuk masa kini sistem pertanian ini sudah tidak sesuai lagi mengingat pertambahan penduduk dan segmentasi areal pertanian, sehingga kesuburan tanah semakin menurun. Oleh karena itu para peladang berpindah sudah seharusnya mengubah ke sistem pertanian menetap. Sayangnya sistem pertanian modern ini memerlukan modal yang lebih tinggi sehingga masyarakat belum berdaya untuk menerapkannya. Dukungan pemerintah dan LSM diperlukan untuk memberdayakan masyarakat peladang untuk menerapkan pertanian modern. Guna mendukung program pemberdayaan ini, maka kegiatankegiatan makro jangka panjang dapat mencakup : 1. Peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pengembangan usaha-usaha ekonomi. 2. Pendampingan, pendidikan dan pelatihan masyarakat. 3. Menyusun perencanaan dan kebutuhan desa melalui participatory rural appraisal. 4. Pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan publik. 5. Koordinasi dan sinkronisasi program dengan lembaga dan instansi lain. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 13

94 5.4. Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Wilayah KPHL Model Solok Upaya rehabilitasi ekosistem dikawasan KPHL Model Solok diawali dengan pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi kerusakan habitat dan ekosistem di dalam kawasan KPH. Identifikasi ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan ekosistem di dalam kawasan. Apabila ditemukan kerusakankerusakan yang terjadi di dalam ekosistem, faktor penyebabnya serta sejauh mana dampaknya terhadap keseluruhan proses ekologis di dalam kawasan, maka akan dihasilkan rekomendasi tentang bentuk-bentuk intervensi pengelola yang perlu dilakukan untuk permasalahan tersebut. Pemetaan penutupan vegetasi dan batasbatas ekosistem serta sebaran keanekaragaman species menjadi penting sebagai dasar untuk menentukan tindakan intervensi yang dibutuhkan. Selain identifikasi dan inventarisasi kondisi habitat dan ekosistem, monitoring habitat dan populasi jenis di dalam kawasan juga perlu dilakukan identifikasi tanaman yang cocok untuk ditanam di lokasi RHL. Hasil dari kegiatan ini juga berperan dalam menentukan tindakan apa yang akan dilakukan dalam rangka pengelolaan kawasan, pembinaan habitat dan populasi di dalam kawasan. Berdasarkan hasil identifikasi citra landsat, luas wilayah yang akan direhabilitasi mencapai 29, ha. Fungsi hutan produksi merupakan lokasi RHL yang paling luas untuk direhabilitasi dan luasannya dapat dilihat pada gambar dan tabel di bawah ini. Tabel V - 4. Luas Lahan yang Akan Direhabilitasi Disetiap Blok Blok menurut Resort HL Tidak Berhutan HP Tidak Berhutan RESORT I Blok Inti 1, Blok Pemanfaatan 5, Blok Pemberdayaan RESORT II Blok Inti 1, Blok Pemanfaatan 2, Blok Pemanfaatan HHK-HT RESORT III Blok Inti Blok Pemanfaatan 1, RESORT IV Blok Inti HL-Blok Pemanfaatan 2, RESORT V Blok Inti Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 14

95 Blok menurut Resort HL Tidak Berhutan HP Tidak Berhutan Blok Pemanfaatan HHBK Blok Pemanfaatan HHK-HA 1, Blok Pemanfaatan HHK-HT Blok Pemberdayaan 1, RESORT VI Blok Inti 3, Blok Pemanfaatan 4, Blok Pemanfaatan HHBK Blok Pemanfaatan HHK-HT 2, Blok Pemberdayaan Sub-Total 22, , Grand Total (ha) 29, Sumber : Data spatial tahun 2013 Jika mengacu pada luas lahan yang direhabilitasi, maka jumlah bibit yang dibutuhkan dalam rangka RHL adalah bibit dimana alokasi untuk HL sebanyak batang dan HP sebanyak batang. Adapun antara ratio tanaman kayu-kayuan dan MPTS untuk HL 70% : 30%, sedangkan untuk kawasan HP 80% : 20% Gambar V - 4. Lokasi Rencana RHL di KPHL Model Solok Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 15

96 Rehabilitasi kawasan yang akan dilaksanakan sebaiknya dengan terlebih dahulu telah melalui kajian yang seksama tentang kondisi ekosistem, perkembangan suksesi ekosistem dan jenis di dalam ekosistem serta kesejarahan proses geologi dan edafologi kawasan Pembinaan dan Pemantauan (controlling) Pelaksanaan Rehabilitasi Proses pembinaan dan pemantauan dalam pelaksanaan RHL dilakukan dalam 2 kegiatan. Kegiatan pertama adalah memberikan juknis RHL sebagai bentuk pembinaan dan kegiatan kedua adalah membangun pusat pemantauan RHL berupa gubuk kerja di lokasi RHL sebagai bentuk pemantauan. Berdasarkan luasannya maka jumlah gubuk yang akan dibangun berjumlah 297 gubuk kerja. Gubuk kerja didirikan disetiap 100 ha wilayah yang akan di rehabilitasi. Pembinaan merupakan pemberian pedoman/juklak/juknis, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi. Dalam konteks pembinaan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi terhadap blok yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan diarahkan untuk pembinaan teknis dan administrasi. Pembinaan teknis menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan teknis pelaksanaan kegiatan, sedangkan pembinaan adminsitrasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan administrasi keuangan. Pelaksanaan pembinaan terhadap para pemegang ijin dilaksanakan oleh organisasi sebagai berikut : 1. Menteri Kehutanan c.q Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial dibantu oleh Kepala Balai Pengelolaan DAS setempat, melaksanakan pembinaan teknis. 2. Bupati dibantu Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan Solok yang membidangi Kehutanan. 3. Kepala KPH yang dibantu oleh Kepala Resort setiap blok pemanfaatan. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan maka proses pembinaan dan pengawasan meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Pembinaan dan pengawasan terhadap sipil teknis RHL yang dilakukan oleh pemegang ijin. 2. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara rehabilitasi dan reklamasi berdasarkan juknis yang ditetapkan oleh pemerintah/pengelola KPH. 3. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara pelaporan RHL oleh pemegang ijin administrasi keuangan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 16

97 4. Pembinaan dan pengawasan terhadap diseminasi kemajuan RHL kepada semua stakeholder di KPHL Model Solok. Dalam proses pemantauan terhadap kegiatan RHL maka perlu melibatkan beberapa pihak seperti : 1. Monitoring pelaksanaan RHL dilakukan oleh KPHL Model Solok sesuai lokasi dan jenis kegiatan. Kegiatan ini meliputi pengumpulan data numerik, spasial dan visual (dokumentasi) setiap tahapan kegiatan RHL untuk kegiatan perencanaan, persiapan lapangan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan. 2. Evaluasi hasil kegiatan RHL dilaksanakan oleh Tim Penilai Pekerjaan (TPP) atau Lembaga Penilai Independen (LPI) yang ditetapkan oleh KPA. Susunan keanggotaan TPP terdiri dari unsur pelaksana kegiatan, Tim Pembina RHL Kabupaten dan pihak lain yang dianggap perlu. LPI adalah lembaga konsultan penilai yang kompeten dan telah diakreditasi oleh lembaga berwenang Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Rencana kegiatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam terdiri dari 3 fokus kegiatan, yaitu pengendalian kebakaran hutan, pengelolaan kawasan inti/blok perlindungan sebagai kawasan konservasi, pengelolaan keanekaragaman hayati. Fokus kegiatan pengendalian kebakaran hutan dimaksudkan untuk mencegah, memadamkan kebakaran hutan yang terjadi di dalam kawasan KPHL Model Solok serta melakukan tindakan-tindakan penanganan pasca kebakaran hutan. Upaya ini dilaksanakan baik secara internal maupun dengan melatih dan melibatkan masyarakat yang ada di dalam dan sekitar kawasan KPHL Model Solok. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan difokuskan pada lahan-lahan masyarakat yang berada di dalam kawasan KPHL Model Solok maupun yang berbatasan langsung dengan wilayah KPHL Model Solok Pengelolaan konservasi alam dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan pengelolaan kawasan KPHL Model Solok yang didasarkan pada status hukum yang kuat, pengelolaan data dan informasi yang berbasiskan kawasan, mengembangkan pembinaan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam. Pengelolaan keanekaragaman hayati dan produk-produk tumbuhan dan satwa liar dimaksudkan untuk menjaga, mengawetkan dan mempercepat pemulihan jenis dan populasi di dalam kawasan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 17

98 Pemanfaatan jasa lingkungan dan ekowisata ditujukan untuk mengembangkan pemanfaatan produk-produk jasa lingkungan, memacu pengembangan pemanfaatan kawasan untuk tujuan wisata dan lain sebagainya. Justifikasi penetapan blok perlindungan dan konservasi hutan di kawasan KPHL didasarkan pada: 1) Wilayah ini merupakan hulu dari 2 sungai besar yaitu Sungai Batang Hari dan Sungai Kuantan Indragiri. Wilayah tersebut merupakan wilayah penyangga dan sangat penting peranannya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat seperti sumber air irigasi lahan pertanian, dan pembangkit listrik tenaga air. Gambar V - 5. Rencana Lokasi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 5.7. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin Saat ini belum ada perizinan yang dikeluarkan di dalam wilayah kerja KPHL Model Solok. Di masa datang seseuai dengan rencana kelola yang sedang disusun ini maka akan ada keperluan pemberian izin untuk pemanfaatan hasil hutan dan usaha-usaha berbasis kehutanan lainnya. Dalam hal ini pengelola KPH perlu membangun koordinasi dengan berbagai pihak. Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah ( dinas, departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Untuk memudahkan KPH dalam pengelolaan izin pemanfaatan di setiap blok KPHL Model Solok maka diperlukan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 18

99 koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola KPH dengan para calon pemegang izin pemanfaatan. Koordinasi dan sinkronisasi merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan KPH. Proses koordinasi dan sinkronisasi hendaknya dimusyawarahkan dan dikomunikasikan mulai dari tingkat petak sampai dengan blok pengelolaan KPH. Koordinasi sangat diperlukan untuk menyamakan visi dan misi pengelolaan serta menghindari konflik antara pengelola dan pemegang izin. Dengan proses koordinasi dan sinkronisasi demikian, maka tujuan pembangunan kehutanan di KPHL Model Solok yang diselenggarakan dengan azas manfaat yang lestari, kerakyatan, keadilan, keterbukaan dan ketepaduan dalam pencapaian tujuan pengembangan ekonomi terwujudkan. Proses koordinasi dilaksanakan oleh KPH mulai dari tingkat tapak (blok dan petak) yang dikoordinir oleh kepala resort/kepala divisi. Untuk blok pemberdayaan, blok inti/blok perlindungan KPH dapat mensosialisasikan rencana program dan kegiatan tahunan dan lima tahunan ke tingkat nagari, jorong dan kecamatan dalam musrenbang tingkat nagari/kecamatan melalui tenaga pendamping lapangan. Usulan-usulan program dan kegiatan kampung sektor kehutanan diakomodir dalam program dan kegiatan yang bersesuaian dikoordinasikan dan disinkronisasikan dengan sektor lain agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan penganggaran. Dengan proses koordinasi teknis demikian diharapkan dapat terjadi integrasi program akomodatif dan terpadu. Sedangkan untuk blok pemanfaatan, semua program KPH disosialisasikan kepada para stakeholder yang berkepentingan Koordinasi dan Sinergi Dengan Instansi dan Pemangku Kepentingan Pengembangan program bersama akan tercapai jika koordinasi dan sinergi antar pihak berjalan dengan baik. Koordinasi dan sinergi mengambil peran yang signifikan dalam mengontrol berjalan atau tidaknya pencapaian program, baik di internal maupun di eksternal KPHL Model Solok. Koordinasi dan sinergi di internal lebih mengacu kepada standar operasional prosedur (SOP) atau prosedur kerja yang ada saat ini, sedangkan koordinasi dan sinergi di eksternal dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan-kesepakatan antar pihak. Bentuk koordinasi yang bisa dilakukan dapat digambarkan pada gambar flowchart di bawah ini. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 19

100 Gambar V - 6. Bentuk Koordinasi dan Sinergi Dalam Pengelolaan KPHL Model Solok (Kartodihardjo dkk, 2012) Untuk menjamin koordinasi dan sinergi lebih baik, maka diperlukan kegiatan antara lain : (1) Membentuk kelembagaan kolaboratif yang melibatkan para pihak. Kelembagaan yang kolaboratif dan melibatkan para pihak seperti masyarakat, pemerintah pusat, NGO/LSM dan pihak lain yang relevan, merupakan langkah yang baik dan memudahkan koordinasi dan sinergi antar pihak. Kelembagaan kolaboratif berdasarkan kesetaraan masing-masing pihak dalam mengakomodir kepentingan dan keinginan bersama yang tertuang dalam perencanaan bersama. Perencanaan dan implementasi kegiatannya, juga harus dibangun berdasarkan kepentingan bersama sehingga proses koordinasi dan sinergi terus berjalan. (2) Membangun kolaborasi pengelolaan blok pemanfaatan dan blok pemberdayaan antar pihak Blok pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang harus menjadi perhatian dalam pengelolaan, karena ada interaksi manusia pada wilayah tersebut. Disatu sisi, mengurangi tekanan terhadap kawasan dan sisi yang lain bermanfaat langsung kepada masyarakat. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Solok Bab V - 20

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang PENDAHULUAN BAB A. Latar Belakang Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) menjadi salah satu prioritas nasional, hal tersebut tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA)

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 9 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.46/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Sasaran I : Peningkatan Produksi dan Produktifitas Pertanian dengan Mengoptimalkan Pendekatan Intensifikasi, Ekstensifikasi dan Diversifikasi.

Sasaran I : Peningkatan Produksi dan Produktifitas Pertanian dengan Mengoptimalkan Pendekatan Intensifikasi, Ekstensifikasi dan Diversifikasi. DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN C. Ringkasan Informasi Tentang Kinerja Berdasarkan Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Solok yang disusun untuk tahun 2014 terdapat 6 (empat) sasaran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA KEMITRAAN PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG, 1 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR P.7/PDASHL/SET/KUM.1/11/2016 TENTANG STANDAR OPERASIONALISASI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2016, No. -2- Kehutanan, diperlukan penyempurnaan Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

2016, No. -2- Kehutanan, diperlukan penyempurnaan Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 336, 2016 KEMEN-LHK. Pengelolaan Hutan. Rencana. Pengesahan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.64/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pemanfaatan lahan antara masyarakat adat dan pemerintah merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Salah satu kasus yang terjadi yakni penolakan Rancangan

Lebih terperinci

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 49/Menhut-II/2008 TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.811, 2015 KEMEN-LHK. Biaya Operasional. Kesatuan Pengelolaan Hutan. Fasilitasi. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.20/MenLHK-II/2015

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO P E T I K A N PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)

Lebih terperinci

(KPH) Peraturan terkait Kesatuan Pengelolaan Hutan

(KPH) Peraturan terkait Kesatuan Pengelolaan Hutan KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DIREKTORAT WILAYAH PENGELOLAAN DAN PENYIAPAN AREAL PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN Peraturan terkait Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) COOPERATION

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN, KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 013 NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG FASILITASI BIAYA OPERASIONAL KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR V TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESATUAN

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI BATULANTEH KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 50 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Sumatera Barat Sumatera Barat yang terletak antara 0 0 54' Lintang Utara dan 3 0 30' Lintang Selatan serta 98 0 36' dan 101 0 53' Bujur Timur, tercatat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXV TAPANULI TENGAH SIBOLGA PERIODE

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXV TAPANULI TENGAH SIBOLGA PERIODE RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXV TAPANULI TENGAH SIBOLGA PERIODE 2016-2025 i LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG

Lebih terperinci

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN) BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA (2014 - KEDEPAN) Gambar 33. Saluran Listrik Yang Berada di dalam Kawasan Hutan 70 Kiprah Kehutanan 50 Tahun Sulawesi Utara Foto : Johanes Wiharisno

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5794. KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 326). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMANFAATAN HUTAN

OPTIMALISASI PEMANFAATAN HUTAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN HUTAN Direktur Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan Disampaikan pada Acara Gelar Teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 12 Mei 2014

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXVI TAPANULI SELATAN-PADANG LAWAS UTARA. PERIODE

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXVI TAPANULI SELATAN-PADANG LAWAS UTARA. PERIODE RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXVI TAPANULI SELATAN-PADANG LAWAS UTARA. PERIODE 2016-2025 Daftar Isi Halaman Pengesahan Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I. Pendahuluan A.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kawasan yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi di dalamnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat erat. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL ALOR PANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Pasal 93 ayat (2), Pasal 94 ayat (3), Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan di Indonesia mempunyai peranan baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya, maupun secara ekologis. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

PEMBENTUKAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 6/Menhut-II/2009 TENTANG PEMBENTUKAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL KUANTAN SINGINGI SELATAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU TAHUN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL KUANTAN SINGINGI SELATAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU TAHUN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL KUANTAN SINGINGI SELATAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU TAHUN 2016-2025 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI DINAS KEHUTANAN UPT KPHL KUANTAN

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN UPT. KPHL BALI TENGAH RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN 2014-2023 UPT. KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) BALI TENGAH MATRIKS RENCANA KEGIATAN UPT.KPH BALI TIMUR 2013-2022 Denpasar,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH (Memperkuat KPH dalam Pengelolaan Hutan Lestari untuk Pembangunan Nasional / daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Keberadaan hutan yang tumbuh subur dan lestari merupakan keinginan semua pihak. Hutan mempunyai fungsi sangat vital bagi kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.202,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN

Lebih terperinci

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS BADAN LITBANG KEHUTANAN 2010-2014 V I S I Menjadi lembaga penyedia IPTEK Kehutanan yang terkemuka dalam mendukung terwujudnya pengelolaan hutan lestari untuk kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PENANAMAN BAGI PEMEGANG IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REHABILITASI DAERAH ALIRAN SUNGAI Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Solok 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1.1. Letak, Luas, Batas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Pasal 93 ayat (2), Pasal 94 ayat (3), Pasal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. EXECUTIVE SUMMARY KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI.. EXECUTIVE SUMMARY KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI EXECUTIVE SUMMARY KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. i iii iv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 B. Maksud dan Tujuan 5 C. Sasaran... 5 D. Dasar Hukum. 7 E. Ruang Lingkup.. 11 F. Batasan Pengertian.

Lebih terperinci

2017, No Kehutanan tentang Kerja sama Pemanfaatan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tent

2017, No Kehutanan tentang Kerja sama Pemanfaatan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tent No.1242, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. KPH. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.49/MENLHK/SETJEN/KUM.1/9/2017 TENTANG KERJA SAMA PEMANFAATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa Daerah

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Administrasi Pemerintah Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Solok dibentuk berdasarkan Undang Undang No.12 tahun 1956 tentang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I No.2023, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LHK. Pelimpahan. Urusan. Pemerintahan. (Dekonsentrasi) Bidang Kehutanan. Tahun 2015 Kepada 34 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2011 KEMENTERIAN KEHUTANAN. IUPHHK. Hutan Tanaman Rakyat. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/Menhut-II/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN

Lebih terperinci

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

2 Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran N

2 Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1496, 2014 KEMENHUT. Hutan Desa. Penyelenggaraan. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.89/Menhut-II/2014 TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU PADA HUTAN LINDUNG, HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI

Lebih terperinci

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BAB 2 Perencanaan Kinerja BAB 2 Perencanaan Kinerja 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kean Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1. No.247, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Penggunaan DAK. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi bidang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry TINJAUAN PUSTAKA Pengertian hutan kemasyarakatan Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry memiliki beberapa pengertian, yaitu : 1. Hutan kemasyarakatan menurut keputusan menteri

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo Hutan Kemasyarakatan (HKm) menjadi salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan untuk menekan laju deforestasi di Indonesia dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9 /Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2011

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam PP No. 6 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) diartikan sebagai wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa untuk terselenggaranya

Lebih terperinci

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind No.68, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Bidang Kehutanan. 9PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9/Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Ampang Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Ampang Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun KPHL Model Ampang 215-224 Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Ampang Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 215-224 Disusun oleh Kepala Kesatuan Pengelolaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.9/MENHUT-II/2010 TENTANG IZIN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004 KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004 KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004 TENTANG IZIN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KORIDOR UNTUK KEGIATAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL

Lebih terperinci