DAFTAR ISI.. EXECUTIVE SUMMARY KATA PENGANTAR...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI.. EXECUTIVE SUMMARY KATA PENGANTAR..."

Transkripsi

1

2

3 DAFTAR ISI EXECUTIVE SUMMARY KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. i iii iv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 B. Maksud dan Tujuan 5 C. Sasaran... 5 D. Dasar Hukum. 7 E. Ruang Lingkup.. 11 F. Batasan Pengertian. 12 BAB II : DESKRIPSI KAWASAN A. Risalah Wilayah KPH Wilayah III Aceh 18 B. Potensi Wilayah KPH Wilaya III Aceh.. 37 C. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya D. Data Informasi Ijin-Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan.. 55 E. Kondisi Posisi KPH Wilayah III Aceh dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah F. Isu Startegis, Kendala dan Permasalahan.. 58 BAB III : VISI DAN MISI PEGELOLAAN HUTAN A. Kebijakan Kementerian Kehutanan.. 63 B. Kebijakan Pemerintah Aceh. 63 C. Kebijakan KPH Model Wilayah III Aceh D. Capaian Capaian Yang Diarapkan. 65 E. Bentuk Kegiatan Tiap Misi.. 66 F. Hubungan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Strategi 67 G. Hubungan Tujuan, Program/Kegiatan, Dadarandan Indikator BAB VI : ANALISIS DAN PROYEKSI A. Analisis dan Proyeksi Core Businnes.. 87 B. Analisis Hasil Hutan Bukan Kayu C. Analisis kelayakan Usaha 94 D. Skema Pengelola Core Businnes. 95 iv

4 BAB V : RENCANA KEGIATAN A. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutan B. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu C. Pemberdayaan masyarakat D. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan E. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin F. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pelaksanaan rehabilitaasi dan reklamasi pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan G. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam H. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin I. Koordinasi dan sinergi dengan Instansi dan Pemangku terkait J. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM K. Penyediaan pendanaan L. Pengembangan database M. Rasionalisasi wilayah kelola N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) O. Pengembangan Investasi BAB VI : PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN A. Pembinaan B. Pengawasan. 201 C. Pengendalian BAB VII : PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Pemantauan. 206 B. Evaluasi C. Pelaporan. 208 BAB VIII : PENUTUP 214 v

5 EXECUTIVE SUMMARY Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Model Wilayah III Provinsi Aceh ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 993/Menhut-II/2013 tanggal 27 Desember 2013 dengan luas lebih kurang Ha. Adapun wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Tamiang, Kab. A. Timur, Kab. A. Utara, Kab. Bener Meriah, Kab. A. Tengah, Kab. GayoLues, Kota Langsa. Secara landscape ekosistem KPH Wilayah III ini meliputi kawasan hutan di pesisir yang terdiri dari hutan mangrove di Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Aceh Timur, hutan dataran rendah hingga hutan pegunungan di Kabupaten GayoLues. Rencana Pengelolaan ini disusun dengan tujuan untuk menyediakan dokumen rencana pengelolaan hutan jangka panjang, yang mengarahkan pengelolaan hutan untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari pada wilayah KPH Wilayah III Aceh dalam kurun waktu 10 tahun untuk periode Rencana Pengelolaan ini memuat Visi MENJADI KPH MANDIRI DAN BERKELANJUTAN BERBASIS MASYARAKAT. Untuk mewujudkan visi tersebut maka disusun 6 misi KPH Wilayah III Aceh yaitu 1). Memantapkan penataan kawasan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, 2.)Membangun system dan mekanisme kelembagaan KPH Wilayah III Aceh yang professional, efektif dan efisien, 3).Mengembangkan pola kemitraan dengan masyarakat dalam pemanfaatan HHBK dan Jasa Lingkungan 4).Melaksanakan perlindungan dan konservasi alam bersama masyarakat, 5).Mengoptimalkan rehabilitas dan reklamasi hutan dalam rangka peningkatan daya dukung DAS dan 6). Mengoptimalkan pemanfaatan hutan secara efisien dan berkelanjutan. Pengelolaan KPH dibagi berdasarkan sub DAS yang meliputi Bagian Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) wilayah Kr. Tamiang ( ,77 Ha), BKPH Kr. Peureulak ( ,04 Ha), BKPH Mangrove ( ,66 Ha), BKPH Kr. Jambo Aye (97.068,18 Ha), dan BKPH Linge-Isaq ( ,38 Ha). Masing-masing BKPH akan membawahi 4 sd 5 Resort Pengelolaan Hutan (RPH). Rencana Pengelolaan ini disusun melalui pendekatan landscape region yang akan membagi pengelolaan kawasan berdasarkan eco region yang sesuai dengan peraturan yang berlaku termasuk atau dikategorikan sebagai blok inti, dan economic region sebagai blok pemnafaatan dan pemberdayaan masyarakat, yang akan dioptimalkan untuk pengembangan pemanfaatan yang berkelanjutan secara ekonomi ekologi dan social dapat di pertanggung jawabkan. Melalui pendekatan ini diharapkan potensi KPH Wilayah III yang memilki potensi landscape yang indah dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan Aceh maupun pendapatan masyarakat. Untuk mewujudkan visi dan misi dan berdasarkan potensi yang ada maka berikut ini adalah aktifitas yang akan dilaksanakan selama sepuluh tahun kedepan, termasuk untuk core business. Kegiatan inventarisasi baik potensi keanekaragaman hayati maupun potensi kerusakan secara terus menerus akan dilaksanakan untuk menghasilkan data base yang akan dipakai sebagai dasar pengelolaan KPH. Kawasan hutan yang telah terfragmentasiakan direhabilitasi bersama masyarakat dengan menanam jenis pohon yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Kerusakan atau lahan kritis pada hutan lindung akan ditanami dengan jenis pohon Multi Purpose Tree Species (MPTS) yang pohonnya akan berfungsi untuk pengawetan tanah dan air, sedangkan masyarakat dapat memanfaatkan buah-buahan yang ada. Lahan kritis di kawasan hutan produksi i

6 dapat ditanami dengan jenis-jenis yang menghasilkan kayu yang potensial sebagai bahan baku industri, cepat tumbuh (fast growing) dan bernilai ekonomi, diantaranya kayu jabon, sengon, sentang yang merupakan kayu masyarakat di daerah pesisir. Menanam terlebih dahulu baru menebang prinsip yang harus disosialisasi kepada masayarakat. Optimalisasi potensi hasil hutan non kayu (HHBK) antara lain jernang (Daemonorops spp.), rotan, damar, madu hutan, gaharu, rotan, aren, arang, buah-buahan, minyak atsiri, getah-getahan seperti getah pinus yang merupakan potensi utama di Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues yang sebagian besar hutannya homogeny yaitu pinus. Selain itu Kabupaten Gayo Lues juga terkenal dengan minyak atsiri yang sudah dikembangkan selama ini. Potensi lainnya aren baik melalui buahnya yaitu kolang kaling, nira untuk menjadi gula merah maupun ijuknya sangat potensial. Sesuai dengan kondisi landscape KPH Model ini sebagian besar berada di pegunungan tentunya potensi aren sangat menjanjikan yang selama ini belum tersentuh. Demikian pula potensi HHBK lainnya seperti lebah madu yang menghasilkan madu yang memilki kwalitas yang baik. Semua potensi tersebut akan dikembangkan bersama masyarakat di sekitar hutan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar KPH Model, sehingga mereka dapat menyekolahkan anak - anak mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Pemanfaatan satwa juga merupakan hal yang akan dikembangkan baik untuk nilai ekonomi seperti penangkaran rusa, kambing gunung/hutan mau pun untuk jasa ecotourism seperti bird watching, elephant riding, maupun menikmati keindahan satwa lainnya seperti harimau. Dengan demikian diharapkan konflik satwa akan dapat diatasi. Pemanfaatan lainnya yang sedang trend adalah jasa lingkungan, hutan yang ada merupakan paru-paru dunia yang sangat potensial untuk perdagangan karbon, dan masih perlu inventarisasi potensi secara intensif Jasa lingkungan lainnya adalah pengembangan parawisata yang dapat dikembangkan dengan mekanisme Community Based Tourism, yang pada akhirnya akan menghasilkan Desa Model Konservasi. Core business yang dikembangkan diharapkan akan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar kawasan sekaligus meningkatkan PAD Pemerintah, baik Kabupaten, Kota maupun Provinsi. Adapun perlindungan dan pengamanan juga akan dilaksanakan bersama masyarakat yang mana dengan merasakan manfaat hutan baik dari segi ekonomi, ekologi dan social, diharapkan mayarakat akan menjaga sendiri kawasan hutannya. Kondisi saat ini sudah ada perizinan antara lain Aceh Timur (Flora Poten) PT Wiralanao, PT Rimba Penyangga Utama, PT Rimba Timur Sentosa, PT Rimba Wawasan Permai, PT Tusam Hutani Lestari, dengan memanfaatkan potensi berupa getah pinus, dan hutan tanaman industri. Selama sepuluh tahun kedepan diharapkan akan banyak kerjasama dengan masyarakat tentang pemberdayaan potensi baik itu HHBK maupun jasa lingkungan. Kerjasama dengan stakeholder baik instansi pemerintah, CSO seperti WWF, FFI, YLI, Forum DAS akan terus dikembangkan untuk mewujudkan hutan lestari masyarakat sejahtera melalui KPH mandiri. Rencana Pengelolaan KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh ini tentunya masih perlu penyempurnaan secara terus menerus. ii

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan pada ALLAH Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesehatan sehingga penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang ( ) KPH Wilayah III Aceh ini dapat diselesaikan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) untuk masa 10 (sepuluh) tahun ini selanjutnya akan menjadi acuan pengelolaan hutan pada KPH Wilayah III Aceh dalam mewujutkan pencapaian fungsi ekonomi, ekologi dan social secara optimal. RPHJP ini disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan dengan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat, kondisi lingkungan serta isu isu strategis yang berkembang di lapangan. Upaya membangun KPH sebagaimana tertuang didalam RPHJP dimaksud mengacu pada kebijakan pengurusan hutan Aceh di tingkat provinsi yang managemen pengelolaannya didasarkan pada DAS. Dengan adanya buku ini diarapkan proses pengelolaan hutan lebih terarah dan intensif seingga diperoleh manfaat yang optimal dan lestari. Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada semua pihak yang tela berkontribusi dalam penyusunan buku ini, dan semoga buku ini dapat bermanfaat. Penyusun, Kepala KPH Wilayah III Aceh Anas Mahmudi, S. Hut., MMA NIP iii

8 Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Sasaran D. Dasar Hukum E. Ruang Lingkup F. Batasan Pengertian 1

9 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Kehutanan diselenggarakan berdasarkan azas manfaat dan lestari, kerakyatan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan dengan tujuan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan, sebagaimana diamanahkan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Salah satu bentuk konkrit kebijakan yang diinisiasi oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Kehutanan adalah kebijakan mengenai pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai sebuah Wilayah pengelolaan hutan ditingkat tapak. Untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari, maka seluruh kawasan hutan terbagi ke dalam Wilayah-Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang merupakan wilayah pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten/kota serta pada tingkat wilayah pengelolaan. Untuk melaksanakan misi pengurusan hutan di era otonomi daerah, pemerintah pusat meluncurkan berbagai kebijakan yang diharapkan dapat mendorong terwujudnya kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat, serta sekaligus mengakomodir tuntutan dan kepentingan pemerintah daerah. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008 mengamanatkan Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukkannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPH bertujuan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari. Pembentukan Organisasi Kelembagaan KPH merupakan Prioritas Pembangunan Nasional dalam Inpres Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang berkeadilan. Dengan PP tersebut diatas, maka seluruh pengelolaan hutan di Indonesia diarahkan pengelolaannya dilaksanakan oleh sebuah organisasi kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yaitu pengelolaan hutan yang sesuai dengan fungsi pokok 2

10 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari sesuai dengan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar hutan. Keberadaan KPH menjadi semakin kuat dengan dikeluarkannya Permendagri No. 61/2010 yang mengamanatkan bentuk organisi KPHP yang sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah, ditetapkan dengan Peraturan Daerah, dan bertanggung jawab kepada Gubernur atau Bupati/ Walikota melalui Sekretaris Daerah. Kebijakan sektor kehutanan dalam Rencana Kerja Prioritas tahun 2013 dalam bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup menyebutkan bahwa untuk mempercepat penyelesaian persoalan-persoalan dalam pengelolaan hutan maka harus dilakukan percepatan terhadap operasionalisasi KPH (Bappenas, 2012). Upaya operasionalisasi KPH di Provinsi Aceh telah dilakukan dengan ditetapkannya 7 (tujuh) KPH tingkat provinsi yang pembentukannya berbasis pada Daerah Aliran Sungai; yaitu: KPH wilayah I, II, III, IV, V dan VI, serta KPH Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan. KPH Model wilayah III merupakan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) meliputi kelompok DAS Krueng Jambo Aye, Krueng Peureulak dan Krueng Tamiang, berkedudukan di Aceh Timur dengan luas wilayah seluas hektar yang terdiri dari kawasan hutan lindung seluas kurang lebih hektar dan kawasan hutan produksi tetap seluas kurang lebih hektar; ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : 993/Menhut-II/2013 tanggal 27 Desember 2013, dengan menimbang / berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008, bahwa seluruh kawasan hutan terbagi dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Selain itu, keputusan tersebut juga dibuat dengan memperhatikan usulan dari Gubernur Aceh tentang penetapan Rancang Bangun Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Aceh melalui surat Nomor: 522/41021 tanggal 31 Juli Namun pada tahun 2013, terbit SK Menteri Kehutanan Nomor : 941/Menhut-II/2013 tanggal 23 Desember 2013 tentang peta perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan, perubahan fungsi kawasan hutan dan perubahan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan di Provinsi Aceh. SK ini merupakan revisi dari Keputusan Menteri Kehutanan No. 170/Kpts-II/2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Aceh. Dengan terbitnya SK tersebut, maka luas wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh menjadi kurang lebih hektar yang meliputi: hutan lindung seluas

11 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh hektar, hutan produksi tetap seluas hektar dan 676 hektar merupakan hutan produksi konversi. Saat ini pengelolaan hutan khususnya kelompok hutan lindung dan produksi menghadapi persoalan terjadinya degradasi dan deforestasi yang disebabkan oleh aktifitas penebangan liar (illegal logging) karena didorong adanya permintaan yang tinggi terhadap kayu dan hasil hutan lainnya baik di pasar lokal, nasional dan global. Perambahan lahan (land occupation) juga menjadi persoalan dengan semakin tingginya kebutuhan lahan untuk pemukiman dan perkebunan terutama sawit dan karet yang berakibat terjadi konversi kawasan hutan secara permanen, perladangan berpindah, klaim okupasi berupa desa/pemukiman, dan klaim sebagai tanah adat. Kondisi ini akan meningkatkan upaya penggunaan kawasan hutan di luar sektor kehutanan melalui pinjam pakai kawasan hutan. Pengelolaan hutan di masa lalu yang kurang memperhatikan prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) karena lebih bertumpu pada aktifitas pemanenan hasil hutan ternyata telah membawa dampak yang besar terhadap kerusakan hutan. Keberadaan hutan lindung yang merupakan ekosistem dominan kawasan KPH Wilayah III Aceh semakin terancam. Dengan adanya tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan hutan, maka pada tingkat tapak diperlukan perencanaan pengelolaan. Perencanaan pengelolaan KPH memerlukan kuantifikasi dan formulasi strategi dan program kerja, struktur organisasi dan aspek finansial untuk menyiapkan kondisi pemungkin pelaksanaan agar dapat dimonitoring, dilaporkan dan diverifikasi dalam suatu basis Wilayah-Wilayah kelestarian yang permanen. Dengan adanya rencana pengelolaan jangka panjang maka akan memudahkan penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek yang lebih terukur. RPH-JP KPH harus tepat, handal, luwes, dan mampu menghadapi perubahan/ dinamika tatanan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang sulit diduga. Dalam kerangka inilah maka perlu disusun Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPH Wilayah III Aceh sebagai acuan rencana kerja di tingkat tapak dalam bentuk Wilayah-Wilayah pengelolaan hutan (KPH) yang akan mengelola hutan secara terintegrasi melalui kaidahkaidah pengelolaan hutan yang dapat menjamin keberlangsungan fungsinya (sustainable forest management) sebagaimana yang dimandatkan dalam peraturan perundang-undangan. Dokumen RPH-JP ini akan menjadi rencana induk dan roh penggerak seluruh aspek kegiatan pengelolaan hutan jangka panjang (10 tahunan) untuk periode , yang memuat unsur-unsur tujuan yang akan dicapai, kondisi yang dihadapi, dan strategi pengembangan pengelolaan hutan, meliputi; tata hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, serta 4

12 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh perlindungan hutan dan konservasi alam KPH Wilayah III Aceh. Seluruh kegiatan pengelolaan hutan tersebut dikemas dengan kerangka pemberdayaan masyarakat, dalam rangka menuju pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari berlandaskan sinergitas basis ekologi, ekonomi dan sosial. B. Maksud dan Tujuan Maksud Penyusunan RPH-JP KPH Wilayah III Aceh adalah : 1. Menyediakan dokumen rencana pengelolaan hutan jangka panjang, yang mengarahkan penyelengaraan pengelolaan hutan untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari pada wilayah KPH Wilayah III Aceh dalam kurun waktu 10 tahun untuk periode Memberikan arahan bagi para pihak yang berkepentingan dalam pembangunan kehutanan di wilayah KPH Wilayah III Aceh. Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPH Wilayah III Aceh, antara lain : 1. Terwujudnya suatu rencana pengelolaan hutan yang mempertimbangkan dan memperhatikan potensi dan kekhasan KPH Wilayah III Aceh 2. Terwujudnya pengelolaan hutan yang efektif dan efisien berdasarkan Proyeksi Kondisi Wilayah KPH Wilayah III Aceh dalam waktu 10 tahun yang akan datang. 3. Terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan yang optimal berdasarkan Rencana Kegiatan Strategis Pengelolaan Hutan selama 10 tahun (periode ) yang terencana dan terukur dengan tata waktu sesuai skala prioritas sehingga dapat dilaksanakan secara efisien dan lestari berlandaskan sinergitas basis ekologi, ekonomi dan sosial. 4. Terselenggranya pemberdayaan masyarakat melalui skema HTR, Hkm/HD, dan kemitraan. 5. Terwujudnya pengamanan kawasan hutan melalui pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan. C. Sasaran Lokasi KPH Wilayah III Aceh berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 993/Menhut-II/2013 tanggal 27 Desember 2013 meliputi; sebagian Kelompok 5

13 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Hutan (KH) Lindung dan KH Produksi dengan keseluruhan luas wilayah Ha; dengan sasaran pengelolaan yang hendak dicapai adalah : 1. Tersusunnya arahan rencana pengelolaan wilayah KPH Wilayah III Aceh yang memuat tujuan pengelolaan yang akan dijabarkan secara jelas berdasarkan kondisikondisi yang dihadapi melalui : a. Penelaahan kondisi terkini wilayah KPH Wilayah III Aceh dari aspek ekologi yang berkaitan dengan ; a). kondisi fisik wilayah antara lain meliputi : jenis tanah, iklim, ketinggian, geomorfologi, kelerengan, penutupan vegetasi, b). kondisi hutan yang meliputi : lahan kritis, jenis dan volume tegakan hutan, sebaran vegetasi, flora dan fauna, potensi non kayu, dan c) kondisi sumberdaya air dan Daerah Aliran Sungai (DAS); b. Penelaahan kondisi ekonomi yang berkaitan dengan ; a). aksesibilitas wilayah KPH Wilayah III Aceh, b). potensi pendukung ekonomi sekitar wilayah KPH Wilayah III Aceh, antara lain meliputi : industri kehutanan sekitar wilayah KPH Wilayah III Aceh, peluang ekonomi yang dapat dikembangkan, keberadaan lembaga-lembaga ekonomi pendukung kawasan, c). batas administrasi pemerintahan, dan d). nilai tegakan hutan baik kayu maupun non kayu termasuk karbon dan jasa lingkungan; c. Penelaahan kondisi sosial yang berkaitan dengan ; a). perkembangan demografi sekitar kawasan, b). pola-pola hubungan sosial masyarakat dengan hutan, c). keberadaan kelembagaan masyarakat, d). pola penguasaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan dan e). Potensi konflik sekitar kawasan. 2. Tersusunnya arahan rencana yang memuat strategi serta kelayakan pengembangan pengelolaan hutan yang meliputi rancangan tata hutan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan, konservasi alam, pengembangan dan penguatan kapasitas masyarakat berbasis nilai-nilai kearifan lokal untuk mendukung pengelolaan kawasan hutan KPH Wilayah III Aceh. 3. Tersusunnya arahan rencana pengembangan kelembagaan KPH Wilayah III Aceh yang memuat pengembangan SDM, pengadaan sarana dan prasarana, pembiayaan kegiatan, dan kegiatan lainnya menuju lembaga pengelolaan hutan yang profesional, efektif dan efisien. 6

14 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh D. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan RPH-JP KPH Wilayah III Aceh terdiri dari : 1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); ` 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan; 7. Undang-Undang No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah bagi Kebijakan Kehutanan dan Izin Tambang (Minerba); 8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; 9. Peraturan Pemerintah 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintan Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor : 5056); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 7

15 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Nomor 4696); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan; Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perlindungan Hutan; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. 16. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan; 17. Keputusan Menteri Kehutanan No. 170/Kpts-II/2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Aceh; sebagaimana telah diubah menjadi SK Menteri SK Menteri Kehutanan Nomor : 941/Menhut-II/2013 tanggal 23 Desember 2013 tentang peta perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan, perubahan fungsi kawasan hutan dan perubahan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan di Provinsi Aceh; 18. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No: 79 Tahun 2014, No: PB.3/Menhut-11/2014, No: 17/PRT/M/2014, No: 8/SKB/X/2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah yang Berada di Dalam Kawasan Hutan; 19. Permenhut Nomor P.37/Menhut-II/2007, jo. Permenhut Nomor P.54/Menhut- II/2011 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan; 20. Permenhut Nomor P.68/Menhut-II/2008 tentang Penyelenggaraan Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan; 21. Permenhut Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan; 8

16 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Permenhut Nomor P.30/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD); 23. Permenhut Nomor P.32/Menhut-II/2009, jo. Permenhut Nomor P.12/Menhut- II/2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.32/Menhut-Ii/2009 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTK RHL-DAS); 24. Permenhut Nomor P.36/Menhut-II/2009, tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan Dan/Atau Penyimpanan Karbon Pada Hutan Produksi Dan Hutan Lindung; 25. Permenhut Nomor P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengeloaan Hutan Lindung (KPHL) dam Kesatuan Pengeloaan Hutan Produksi (KPHP); 26. Permenhut Nomor P.37/Menhut-V/2010 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan. 27. Permenhut Nomor P.39/Menhut-II/2010 tentang Pola Umum, Kriteria, Dan Standar Rehabilitasi Dan Reklamasi Hutan; 28. Permenhut Nomor P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan; 29. Permenhut Nomor P.51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kehutanan ; 30. Permendagri Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi di Daerah; 31. Permenhut Nomor P.18/Menhut-II/2011, jo. Permenhut Nomor P.38/Menhut- II/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut- II/2011 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan; 32. Permenhut Nomor P.41/Menhut-II/2011, jo. Permenhut Nomor P.54/Menhut- II/2011 tentang Perubahan Atas Permenhut Nomor P.41/Menhut-II/2011 tentang Standar Fasilitasi Sarana dan Prasarana Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model; 33. Permenhut Nomor P.42/Menhut-II/2011 tentang Standar Kompetensi Bidang Teknis Kehutanan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi; 34. Permenhut Nomor P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat Nasional ; 9

17 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Permenhut Nomor P.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman; 36. Permenhut Nomor P.57/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kerja Kementerian Kehutanan tahun 2012; 37. Permenhut Nomor P.63/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Penanaman Bagi Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Dalam Rangka Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai; 38. Permenhut Nomor P.20/Menhut-II/2012 tentang Penyelenggaraan Karbon Hutan; 39. Permenhut Nomor P.22/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam Pada Hutan Lindung; 40. Permenhut Nomor P.9/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung Dan Pemberian Insentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan; 41. Permenhut Nomor P.39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat Melalui Kemitraan Kehutanan; 42. Permenhut Nomor P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi; 43. Permenhut Nomor P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria Dan Standar Pemanfaatan Hutan Di Wilayah Tertentu Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi; 44. Kepmenhut No. 284/Kpts-II/1999 tentang Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di Provinsi Aceh; 45. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 993/Menhut-II/2013 tanggal 27 Desember 2013 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Wilayah III yang terletak di Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Gayo Lues dan Kota Langsa Provinsi Aceh; 46. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 941/Menhut-II/2013 tanggal 23 Desember 2013 tentang Peta Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dan Perubahan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan di Provinsi Aceh 47. SK Dirjen Planologi Kehutanan Nomor S.1737/VII/WP3H/2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang Arahan Pencadangan wilayah KPHL dan KPHP; 10

18 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Peraturan Dirjen Planologi Nomor P.5/VIII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan; 49. Peraturan Daerah Provinsi Nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Aceh; 50. Peraturan Gubernur Nomor 20 tahun 2013 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Wilayah Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Kehutanan Aceh; 40. Surat Gubernur Aceh Nomor: 522/41021 tanggal 31 Juli 2013 tentang Penetapan Rancang Bangun Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Aceh; 51. Surat Kuasa Khusus Gubernur Aceh Nomor: 05/KUASA/2014 tentang Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Provinsi Aceh, 52. Rencana Strategik (Renstra) Dinas Kehutanan Hutan Aceh Tahun E. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Penyusunan RPH-JP KPH Wilayah III Aceh, meliputi : 1. Pendahuluan, berisi ; latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, dasar hukum, ruang lingkup, dan pengertian. 2. Deskripsi Kawasan KPH Wilayah III Aceh, yang terdiri dari : a). Risalah wilayah (letak, luas, aksesibilitas kawasan, batas-batas, sejarah wilayah, dan pembagian blok), b). Potensi wilayah (penutupan vegetasi, potensi kayu dan bukan kayu, keberadaan flora dan fauna langka, potensi jasa lingkungan dan wisata alam), c). Data dan informasi sosial budaya masyarakat di dalam dan sekitar hutan termasuk keberadaan masyarakat hukum adat, d). Data dan informasi ijin-ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan di dalam wilayah kelola, e). Kondisi posisi KPH Wilayah III Aceh dalam perspektif tata ruang wilayah dan pembangunan daerah, dan f). Isu strategis, kendala dan permasalahan. 3. Kebijakan, berisi : diisi ringkasan di Bab Kebijakan 4. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan, berisi ; proyeksi KPH Wilayah III Aceh di masa depan serta target capaian-capaian utama yang diharapkan. 5. Analisis dan Proyeksi, meliputi : a). Analisi data dan informasi yang tersedia saat ini (baik data primer maupun data sekunder), b). Proyeksi kondisi wilayah KPH Wilayah III Aceh di masa yang akan datang dan c). Analisa dan proyeksi core business. 6. Rencana Kegiatan, terdiri dari : a). Pemberdayaan masyarakat, b). Inventarisasi berkala wilayah kelola dan penataan hutan, b). Pemanfaatan hutan pada wilayah 11

19 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh tertentu, c). Rasionalisasi wilayah kelola, d). pengembangan database, e). Review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali), f). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPH Wilayah III Aceh yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan, g). Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin, i). Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, j). Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, h). Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, k). koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait, l). penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, m). Penyediaan pendanaan, n). Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu dan o). Pengembangan investasi 7. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian 8. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan 9. Penutup 10. Lampiran, meliputi : a). Peta pemanfaatan dan penggunaan kawasan, b) Peta pembagian blok dan petak dan c) Rencana Kegiatan KPH Wilayah III Aceh. F. Batasan Pengertian 1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan; 2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 3. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. 4. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. 5. Pengurusan Hutan adalah kegiatan penyelenggaraan hutan yang meliputi perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, serta penyuluhan kehutanan dan pengawasan. 12

20 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam. 7. Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penetuan kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan. 8. Penataan Hutan (Tata Hutan) adalah kegiatan rancang bangun Wilayah pengelolaan hutan, mencakup pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari. 9. Inventarisasi Hutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari penataan batas, inventarisasi hutan, pembagian hutan, pembukaan wilayah hutan, pengukuran dan pemetaan. 10. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. 11. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) adalah kesatuan pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau didominasi oleh kawasan hutan lindung. 12. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat tapak. 13. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPH yang merupakan bagian dari wilayah KPH yang dipimpin oleh Kepala Resort KPH dan bertanggungjawab kepada Kepala KPH. 14. Blok Pengelolaan pada wilayah KPH adalah bagian dari wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan. 15. Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi Wilayah usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan silvikultur yang sama. 16. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya. 17. Rencana Pengelolaan Hutan KPH adalah rencana pada kesatuan pengelolaan hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan 13

21 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari. 18. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah pembangunan KPH. 19. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis petak/blok. 20. Penggunaan Kawasan Hutan adalah kegiatan penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan. 21. Hutan/Lahan Kritis adalah hutan/lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem DAS. 22. Reboisasi adalah upaya penanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong, alang-alang, atau semak belukar untuk mengembalikan fungsi hutan. 23. Reklamasi Hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. 24. Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan. 25. Pemeliharaan Hutan adalah kegiatan untuk menjaga, mengamankan, dan meningkatkan kualitas tanaman hasil kegiatan reboisasi, penghijauan jenis tanaman, dan pengayaan tanaman. 26. Pengayaan tanaman adalah kegiatan memperbanyak keragaman dengan cara pemanfaatan ruang tumbuh secara optimal melalui penanaman pohon. 27. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke 14

22 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. 28. Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat. 29. Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. 30. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan. 31. Pemanfaatan Hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan hutan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. 32. Pemanfaatan Kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan manfaat ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi utamanya. 33. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. 34. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. 35. Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan/atau Bukan Kayu adalah kegiatan untuk mengambil hasil hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu dengan batasan waktu, luas dan/atau volume tertentu. 36. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) adalah pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan negara. 37. Dana Reboisasi (DR) adalah dana yang dipungut dari pemegang IUPHHK dalam hutan alam pada hutan produksi untuk mereboisasi dan merehabilitasi hutan. 15

23 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. 39. Pemanfaatan Jasa Lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya. 40. Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah keseluruhan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan sarana dan jasa yang diperlukan oleh wisatawan/pengunjung dalam pelaksanaan kegiatan wisata alam, mencakup usaha obyek dan daya tarik, penyediaan jasa, usaha sarana, serta usaha lain yang terkait dengan wisata alam. 41. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan hutan lindung. 42. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui Kemitraan Kehutanan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui Kemitraan Kehutanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. 43. Masyarakat setempat adalah kesatuan sosial yang terdiri dari warga negara Republik Indonesia yang tinggal di dalam dan/atau di sekitar hutan, yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang memiliki komwilayahas sosial dengan kesamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan dan aktivitasnya dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan. 44. Kemitraan Kehutanan adalah kerjasama antara masyarakat setempat dengan Pemegang Izin pemanfaatan hutan atau Pengelola Hutan, Pemegang Izin usaha industri primer hasil hutan, dan/atau Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam pengembangan kapasitas dan pemberian akses, dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan. 45. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 46. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 16

24 BAB I Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 48. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan. 49. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan teratur, hasilnya digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan pelaksanaan perencanaan selanjutnya. 50. Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau menekan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan, pengawasan dan penilaian kegiatan. 51. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan 52. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Aceh. 53. Gubernur adalah Gubernur Aceh. 17

25 Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal BAB II DESKRIPSI KAWASAN A. Risalah Wilayah KPH Wilayah III Aceh B. Potensi Wilayah KPH Wilayah III Aceh C. Data dan Informasi Sosial Budaya D. Data Informasi Ijin-Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan E. Kondisi Posisi KPH Wilayah III Aceh dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan 20

26 KPH Wilayah III Provinsi Aceh II. DESKRIPSI KAWASAN A. Risalah Wilayah KPH ModelWilayahIII Provinsi Aceh 1. Letak wilayah KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh terletak diantara , ,51 Bujur Timur (BT) dan , ,38 Lintang Utara (LU), yang meliputi beberapa wilayah administrasi, yakni: Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Gayo Lues dan Kota Langsa (Gambar 2.1. dan Tabel 2.1). Gambar 2.1. Peta Wilayah Kabupaten di KPH ModelWilayah III Provinsi Aceh 18

27 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Luas Wilayah Tabel 2.1. Sebaran Luas Kabupaten/Kota di KPH Model Wilayah III Aceh Nama Kabupaten Luas (Ha) Persen Aceh Tamiang Aceh Tengah Aceh Timur Aceh Utara Bener Meriah Gayo Lues Kota Langsa Total KPHL Model Wilayah III Provinsi Aceh mencakup wilayah seluas kurang lebih hektar (berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.993/Menhut-II/2013 tanggal 27 Desember 2013), dengan rincian:kawasan Hutan Lindung, seluas kurang lebih hektar dankawasan Hutan Produksi Tetap, seluas kurang lebih hektar. Dengan terbitnya SK Menteri Kehutanan Nomor : 941/Menhut-II/2013 tanggal 23 Desember 2013 tentang peta perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan, perubahan fungsi kawasan hutan dan perubahan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan di Provinsi Aceh, maka luas wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh menjadi kurang lebih hektar dengan perincian: kawasan hutan lindung seluas kurang lebih hektar, kawasan hutan produksi tetap seluas kurang lebih hektar dan kawasan hutan produksi konversi 676 hektar. 3.Pembagian Wilayah Kerja Wilayah kerja di KPH Wilayah III Aceh dibagi menjadi 5 (lima) wilayah BKPH yang penetapannya berbasis DAS, yaitu: BKPH Mangrove, BKPH Kr. Jambo Aye, BKPH Kr. Peureulak, BKPH Kr. Tamiang dan BKPH Linge Isaq. Masing-masing BKPH membawahi 4 sampai 5 RPH. Pembagian wilayah kerja dapat dilihat pada Gambar 2.2. dan luas masingmasing wilayah kerja dapat dilihat pada Tabel

28 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Tabel 2.2. Luas Wilayah BKPH di KPH Model Wilayah III Aceh Nama BKPH Kr. Jambo Aye Kr. Peureulak Mangrove Kr. Tamiang Linge Isaq Sumber: Analisis GIS, 2014 Luas (Ha) Luas (%) 97, , , , , , Gambar 2.2. Peta sebaran wilayah kerja BKPH di KPH Model Wilayah III Aceh Berdasarkan peta arahan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN), sebagian besar kawasan hutan di KPH Wilayah III Aceh diarahkan untuk pemanfaatan karbon stok (53.26%), diikuti oleh pemanfaatan skala besar (28.74%). Selain itu pada RKTN , juga terdapat seluas 1,02% areal KPH Model Wilayah III Aceh yang diarahkan untuk Areal Penggunaan Lain (APL) (Tabel 2.3 dan Gambar 2.3). Hal ini tidak sesuai dengan fungsi kawasan yang tercantum dalam SK. 941/Menhut-II/2013 yang mencatat bahwa wilayah tersebutmerupakan hutan lindung dan hutan produksi. Bila mengacu pada peta arahan dalam 20

29 KPH Wilayah III Provinsi Aceh RKTN, luas area pengelolaan di KPH Wilayah III akan berkurang seluas 6708,94 hektar. Dengan demikian dalam pembagian wilayah kerja di KPH ini, tetap mengacu pada luas yang telah ditetapkan menurut SK. 941/Menhut-II/2013. Tabel 2.3. Arahan Pemanfaatan berdasarkan RKTN untuk KPH Model Wilayah III Aceh Arahan RKTN Luas (Ha) Luas (%) APL Danau/Sungai/Air Karbon Stok Konservasi Pelepasan Rehabilitasi Skala Besar Skala Kecil Data Tidak Lengkap Total Gambar 2.3. Peta Arahan Pemanfaatan ruang di KPH Model Wilayah III Aceh berdasarkan Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Luas wilayah kerja pada KPH Model Wilayah III Aceh, kemudian dibagi menjadi menjadi 3 (tiga) blok kerja diluar kawasan yang dibebani isin, yaitu: HL inti, HL pemanfaatan, 21

30 KPH Wilayah III Provinsi Aceh HP pemberdayaan. Pembagian blok kerja yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 2.3. dan luas masing-masing blok kerja dapat dilihat pada Tabel 2.3. Gambar 2.4. Pembagian Blok kerja di KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh Tabel 2.4. Luas Blok Kerja di KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh Blok Luas (Ha) Luas (%) HL inti 4, ,6721 HL Pemanfaatan 395, ,224 HP Pemanfaatan HHK-HA 26, ,979 HP Pemanfaatan HHK-HT 72, ,076 HP Pemberdayaan 158, ,04 Total 657, Sumber: Analisis GIS, 2014 Pembagian blok kerja tersebar pada lima wilayah BKPH, terutama blok hutan lindung pemanfaatan dan hutan produksi pemberdayaan masyarakat; sedangkan hutan lindung inti hanya terdapat di dua wilayah BKPH, yakni: sebagian besar (86,95%)di BKPH Krueng Jambo Aye dan sebagian kecil (13,05%) di BKPH Linge Isaq. Sebaran luas blok kerja KPH Model Wilayah III pada setiap wilayah BKPH terlihat pada Tabel

31 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Tabel 2.5. Sebaran Luas Blok Kerja pada setiap Wilayah BKPH LUAS BAGIAN KPH (Ha) Blok Luas (Ha) Krueng Jambo Aye Krueng Krueng Peureulak Mangrove Tamiang Linge Isaq Luas (%) inti 4, , HLPemanfaatan 395, , , , , , HP Pemanfaatan HHK-HA HP Pemanfaatan HHK-HT 26, , HP Pemberdayaan 158, Total 657, Sumber: Analisis GIS, Proses Pembentukan KPH Pembentukan dan pengembangan KPH harus didekati dengan pemahaman sistem. Paling sedikit ada tiga sub sistem pendukung berkaitan dengan KPH, yaitu: sub sistem sosial, sub sistem kehutanan dan sub sistem pertanian. Sub sistem sosial berkaitan dengan peran faktor masyarakat dalam interaksinya dengan sumberdaya hutan, dan dalam pengelolaan hutan unsur masyarakat dipertimbangkan untuk mengurangi kemiskinan penduduk. Sub sistem Kehutanan berkaitan dengan kemampuan lahan hutan memproduksi hasil kayu dan non kayu, serta kayu bakar untuk melanjutkan bisnis dan manfaathutan. Sub sistem pertanian berkaitan dengan pertimbangan pengelolaan hutan agar dapat ikut memecahkan masalah kebutuhan pangan, dan pemenuhan kebutuhan pakan ternak. Sistem merupakan rangkaian yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan (Bertalanffy, 1975). Sistem menurut Rusadi dan Nasuka (2005) merupakan satu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional terkait satu sama lain dalam ikatan super- 23

32 KPH Wilayah III Provinsi Aceh ordinatnya yang menunjukkan suatu gerak dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem adalah suatu rangkaian dari obyek-obyek yang saling berhubungan antara obyek-obyek dan atribut-atribut mereka, berkaitan sama lain dan dalam lingkungan mereka, dan membentuk satu keseluruhan yang utuh (Schoderbek, 1985). Memahami sebuah sistem maka perlu memahami yang dimaksud dengan ciri dan sifat. Ciri merupakan tanda-tanda khusus yang membedakan sesuatu dengan yang lain. Sifat merupakan keadaan yang kelihatan pada suatu benda, keadaan, atau tanda lahiriah dari suatu benda. Ciri-ciri suatu sistem, yaitu: (1) sasaran dari keseluruhan sistem secara bersama-sama adalah kinerja yang terukur; (2) lingkungan sistem; (3) sumber-sumber sistem; (4) komponenkomponen sistem; dan (5) manajemen sistem, yaitu perencanaan, dan pengendalian sistem yang bersangkutan (Churchman dalam Nasuka, 2005). Sementara ciri-ciri sistem menurut para ahli sistem seperti Rapoport, Bertalanffy, Churchman, dan Kenneth Boulding mengandung hal-hal seperti: integration (keterintegrasian), regularity (keteraturan), wholeness (keutuhan), organization (keterorganisasian), coherence (keterdekatan komponen satu sama lain), connectedness (keterhubungan komponen satu sama lain), dan interdependence (ketergantungan satu sama lain) Suatu sistem memiliki sifat sebagai berikut: (1) suatu sistem selalu terdiri atas lebih dari 1 bagian yang disebut sub-sistem; (2) sistem tertentu selalu merupakan bagian dari sistem yang lebih besar; (3) sistem dapat bersifat tertutup atau terbuka; sistem terbuka berhubungan dengan lingkungan; ia bertukar informasi energi bahan atau barang; (4) setiap sistem mempunyai batasbatas sistem; (5) sistem tertutup mempunyai kecenderungan untuk mengalami kemunduran (entropi); (6) rasio antara input dan output sistem, perlu untuk mempertahankan berbagai macam keseimbangan sistem itu sendiri demi mempertahankan kelestarian hidupnya; (7) sistem memerlukan feedback guna mengendalikan keseimbangan tersebut; (8) perubahan cepat pada lingkungan sistem, memaksa sistem yang bersangkutan untuk meningkatkan kewaspadaannya terhadap perubahan, perlu pengembangan sarana yang disamping peningkatan mutu, juga memerlukan spesialisasi dan diferensiasi yang terjadi pada sub sistem; (9) akibatnya struktur itu sendiri harus pula mengalami perubahan, dan berakibat pada perluasan batas sistem (Winardi,1989). Pendekatan sistem dalam menganalisis sesuatu pengetahuan berfungsi antara lain sebagai (Rusadi dan Nasuka, 2005): (1) instrumen metodologis dan instrumen yang logis; (2) instrumen penelitian supaya penelitian dapat mendalam dan menjembatani celah-celah kosong dalam pembentukan teori; (3) instrumen koordinasi antara ilmu-ilmu yang berbeda dan kemudian membentuk kaidah-kaidah sistem yang berlaku umum; (4) instrumen interdisipliner 24

33 KPH Wilayah III Provinsi Aceh yang pertama-tama membentuk penggunaan bahasa yang berlaku umum dan pemahaman akan problema umum sebagai sarana komunikasi antardisiplin; dan (5) instrumen integratif supaya aneka disiplin ilmu tidak saling bertabrakan arah pikirannya. Kegiatan yang ada di dalam sistem hutan memiliki banyak bagian atau komponen yang memiliki keterhubungan antar komponen satu dengan yang lainnya (connectedness). Komponen produksi memiliki kedekatan dengan komponen pemilikan lahan, dengan pilihan-pilihan jenis komersial, ekonomi keluarga, dan tingkat pendidikan warga masyarakat pemilik hutan rakyat. Sistem pemasaran hasil hutan, khususnya kayu pasti dimonopoli oleh jaringan pedagang dan para tengkulak tingkat desa dan kabupaten. Bantuan bibit pohon dari pemerintah menentukan motivasi masyarakat ikut mengembangkan hutan. Gambaran hutan juga menunjukan bahwa hutan mencerminkan model-model ketergantungan (interdependence) antar pihak. Misalnya petani miskin sekitar hutan di KPH Model Wilayah III Aceh, sangat bergantung kepada lahan hutan. Konsep pembentukan dan pengembangan KPH Model Wilayah III Aceh memang harus didasarkan pada pertimbangan 3 sub sistem yang sudah dijelaskan di atas. 5. Proses Penetapan KPH kuat yaitu: Pembentukan dan pengembangan wilayah KPH Wilayah III Aceh memiliki dasar yang (1) Dasar pertama adalah ketetapan UU No.41/1999 tentang Kehutanan yang memandatkan bahwa untuk menjamin keberlanjutan kepengurusan hutan maka harus dibentuk unit-unit pengelolaan hutan; (2) Dasar kedua dan terpenting adalah PP No.6/2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Dalam PP 6 ini pembahasan tentang KPH dipandang cukup jelas dan akan dirujuk dalam pembentukan KPH Unit III Aceh. a. Kawasan hutan konservasi, produksi, dan lindung terbagi ke dalam KPH, yang menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten (Pasal 3 ayat 3); b. KPHK, KPHL, dan KPHP ditetapkan dalam satu atau lebih fungsi pokok hutan dan satu wilayah administrasi atau lintas wilayah administrasi pemerintah. Dalam hal satu KPH, dapat terdiri lebih dari satu fungsi pokok hutan, dan penetapan KPH sebagaimana dimaksud di atas berdasarkan pada fungsi yang luasnya dominan. c. Kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK) adalah KPH yang luas wilayahnya didominasi oleh kawasan hutan konservasi; d. Kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) adalah KPH yang luas wilayahnya didominasi oleh kawasan hutan lindung; 25

34 KPH Wilayah III Provinsi Aceh e. Kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) adalah KPH yang luas wilayahnya didominasi oleh kawasan hutan produksi. (3) Wilayah KPH yang dibentuk harus memenuhi 4 prinsip yang merupakan satu kesatuan utuh tidak terpisahkan, yaitu: a. Pembentukan wilayah KPH memperhatikan kondisi biofisik dan sosial budaya masyarakat; b. Pembentukan wilayah KPH memperhatikan kekhasan wilayah serta merupakan hasil konsultasi antara pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota; c. Wilayah KPH mempunyai luasan dan distribusi lokasi yang menjamin terjadinya efisiensi dan efektifitas pengelolaan sesuai dengan tujuannya dalam satu wilayah DAS atau satu kesatuan wilayah ekosistem; d. Wilayah KPH ditetapkan berdasarkan atas luas wilayahnya dengan fungsi dominan. Wilayah KPH ditetapkan dalam satu wilayah administrasi atau lintas wilayah administrasi pemerintahan. (4) Untuk dapat memenuhi 4 prinsip di atas, maka wilayah KPH yang dibentuk harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Kepastian kawasan hutan jangka panjang; b. Kelayakan ekologi; c. Kelayakan pengembangan kelembagaan pengelolaan hutan; dan d. Kelayakan pengembangan pemanfaatan hutan. 26

35 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Gambar 2.5 Peta Arahan Rancang Bangun KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh 6. Kondisi Biofisik Wilayah Pada dasarnya wilayah KPHL Model Wilayah III di Provinsi Aceh terbentuk berdasarkan pertimbangan pembagian kelompok Daerah Aliran Sungai (DAS), dimana kawasan hutan di tingkat tapak dibagi berdasarkan kelompok-kelompok DAS. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU No. 7/2004 Pasal 1). Daerah Aliran Sungai juga didefinisikan sebagai A river of drainage basin in the entire area drained by a stream or system of connecting streams such that all stream flow originating in the area discharged through a single outlet. Selanjutnya Asdak (1995) mengemukakan bahwa daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang menerima, menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkan ke laut atau danau melalui satu sungai utama. Dengan demikian suatu DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS lain di sekitarnya oleh batas alam (topografi) berupa punggung bukit atau gunung. Dengan demikian seluruh wilayah daratan habis terbagi ke dalam uni-unit Daerah Aliran Sungai (DAS). 27

36 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Luas wilayah KPHL Model Wilayah III adalah kurang lebih ha dan terdiri dari dua DAS. Berdasarkan pengelolaannya, hampir seratus persen wilayahnya termasuk ke dalam wilayah kerja UPT BP DAS Krueng Aceh; seperti terlihat pada Tabel 2.6 dan sebarannya pada Gambar 2.6. Tabel 2.6. Wilayah Kerja Pengelola DAS KPH Model Wilayah III Aceh WIL_KERJA DAS LUAS (Ha) LUAS (%) UPT BP DAS Krueng Aceh UPT BP DAS Wampu Sei Ular (blank) Total Gambar 2.6. Peta Cakupan Wilayah Kerja DAS di KPH Wilayah III Aceh 6.a. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kawasan hutan dan areal penggunaan lain yang ada di Provinsi Aceh berada pada 15 (lima belas) Satuan Wilayah Pengelolaan DAS (SWP DAS) dengan luas total hektar, sesuai dengan Kepmenhut No. 284/Kpts-II/1999. KPH Model Wilayah III meliputi Kelompok DAS besar, yaitu:krueng Tamiang,Krueng Jambo Aye dan Krueng Mangrove. Secara rinci, sebaran kelompok DAS dan luas masing-masing seperti terlihat pada Gambar 2.7 dan Tabel

37 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Gambar 2.7. Peta Kelompok DAS di KPH Model Wilayah III Aceh Tabel 2.7. Luas masing-masing kelompok DAS di KPH Model Wilayah III Aceh NAMA DAS LUAS_(Ha) Persen Bayeun Besitang Idi Rayeuk Jambo Aye Julok Keuretau Manyak Payed/Tamiang Meureubo Pasir Putih Peurelak Peusangan Tanjung Peureling Tripa Perairan Total

38 KPH Wilayah III Provinsi Aceh b. Iklim Secara umum, KPH Model Wilayah III Aceh mempunyai ciri iklim yang termasuk dalam tipe iklim A, B dan C menurut Smith dan Fergusson.Sebaran wilayah tipe iklim seperti padatabel 2.8 dan Gambar 2.8) dan intensitas hujan pada sembilan puluh persen (90%) wilayahnya berkisar 20,7 27,7mm/hariyang termasuk dalam kelas hujan agak tinggi (Tabel 2.9 dan Gambar 2.9). Tabel 2.8. Sebaran Tipe Iklimdi KPH Model Wilayah III Aceh Tipe Iklim Luas (Ha) Persentase A B C Data tidak lengkap Total Gambar 2.8.Peta Sebaran Tipe Iklim di KPH Model Wilayah III Aceh 30

39 Tabel 2.9.Sebaran Kelas Hujandi KPH Wilayah III Aceh Kelas Hujan Luas (Ha) Persentase Sedang Agak Tinggi Tinggi Data tidak lengkap Total Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Gambar 2.9. Peta Sebaran Kelas Hujan di KPH Wilayah III Aceh 6.c. Geologi dan Tanah Jenis lapisan batuan di wilayah Kecamatan Serba Jadi, Kabupaten Aceh Timur didominasi oleh formasi anggota ramasan yang terdiri dari batuan sediment, clastic, sandstone terrestrial, fluvial subduction, continent oceanic dan backarc, sedangkan jenis tanah di wilayah ini adalah podsolik merah kuning, latosol dan litosol dengan tekstur pasir dan lempung. Sementara itu Kecamatan Rantau Selamat Kabupaten Aceh Timur mempunyai jenis batuan termasuk dalam formasi aluvium muda dengan jenis alluvial, sementara jenis tanahnya organosol dan gle humus, tekstur berpasir dengan warna coklat muda. Formasi geologi di KPH Model Wilayah III seperti terlihat pada Tabel 2.10 dan Gambar 2.10, sedangkan sebaran jenis tanah padatabel 2.11 dan Gambar

40 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Tabel Sebaran Formasi Geologi di KPH Wilayah III Aceh Formasi Geologi Luas (Ha) Luas (%) Aluvium Muda Anggota Arlsane Anggota Batugamping Anggota Batugamping Terumbu Anggota Bidin Anggota Isak Anggota Ramasan Batolit Serbajadi Batuan Gunungapi Sembuang Batuan Gunungapi Semeten Daling Granit Dusun Member Formasi Bampo Formasi Baong Formasi Batuan Gunungapi Brawan Formasi Batugamping Kaloi Formasi Batugamping Sembuang Formasi Batugamping Sise Formasi Batugamping Tampur Formasi Batugamping Ujeuen Formasi Bohorok Formasi Bruksah Formasi Idi Formasi Julu Rayeu Formasi Kluet Formasi Penarum Formasi Peuteu Formasi Rampong Formasi Seureula Formasi Tawar Granit Biden Granit Lokop Granit Rusep Intrusi Telege Kelompok Pameue Kelompok Woyla Tak terpisahkan Keutepang Formation Komplek Doson Mikrodiorit Dalam Pusat Gunungapi Telago

41 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Pusat Kembar Satuan Enang-Enang Satuan Pepanji Satuan Telong Serpentinit (blank) Total Gambar Sebaran Formasi Geologi di KPH Model Unit III Aceh Tabel Sebaran Jenis Tanah di KPH Model Wilayah III Aceh Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase Aluvial Andosol Hidromorf Kelabu Komplek Podsolik Coklat, Podsol dan Litosol Komplek Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol Komplek Rensing dan Litosol Latosol Organosol dan Gle Humus Podsolik Merah Kuning (blank) Total

42 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Gambar 2.11.Peta Sebaran Jenis Tanah di KPH Wilayah III Aceh 6.d. Kelerengan dan Ketinggian Tempat Secara umum topografi pada KPHL Model Wilayah III di Kabupaten Aceh Timur terutama di bagian timur relatif datar dengan ketinggian tempat mdpl dan merupakan hutan mangroove, sedangkan di bagian utara, barat, dan selatan merupakankawasan Hutan Lindung Bukit Barisan dengan topografi sedang sampai terjal, dengan ketinggian tempat mdpl (Tabel 2.12 dan Gambar 2.12). Tabel Sebaran kelerengan tempat di KPH Model Wilayah III Aceh Kelerengan Luas (Ha) Persentase > Blank Total

43 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Gambar Peta sebaran kelerengan tempat di KPH Model Wilayah III Aceh 7. Lahan Kritis Kondisi lahan kritis di KPH Model Wilayah III Aceh didominasi oleh kondisi lahan dengan kategori potensial kritis,sementara kondisi lahan yang sangat kritis sangat kecil (2,56%) (Tabel 2.13dan Gambar2.13). Walaupun demikian, wilayah KPH Wilayah III perlu tetap dikelola dengan bijaksana agar kelestariannya tetap terjaga. Tabel Sebaran Tingkat Kekritisan Lahan di KPH Model Wilayah III Aceh Kondisi Lahan Total Persen Sangat Kritis Kritis Agak Kritis Potensial Kritis Tidak Kritis (blank) Grand Total

44 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Gambar Peta Sebaran Kondisi Kekritisan Lahan di KPH Model Wilayah III Aceh Berdasarkan data dari Forum Konservasi Leuser (2014), terdapat beberapa lokasi yang perlu direstorasi dan direhabilitasi. Lokasi tersebut adalah lahan bekas perkebunan yang telah dikembalikan ke pemerintah oleh para pemilik illegal. Pemilik, luas dan tanggal penyerahan lahan sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.14dan Gambar 2.14, sedangkan bukti penyerahan lahan dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 2.14Lokasi bekas perkebunan yang telah dikembalikan oleh pengelola No Pemilik Lama Tanggal Perkiraan Penyerahan Luas lahan 1 PT. Darma Sawita Nusantara (Sukia) Apr-11 2 PT. Tenggulon Raya May-11 3 Muis (Toko Tanjung) Apr-11 4 Ir. Lamidi Aidin alias Awi 121,3 26-Apr-11 5 PT. Nilam Wangi (Sukia) Apr Edy, Liem Kencana, Gunawan Ruslan Apr-11 7 Sukia (lokasi 1) 246,25 14-Apr-11 8 Sukia (lokasi 2) 104,2 14-Apr-11 9 Sukia (lokasi 3) 82,71 14-Apr Merry (Toko Dunia Kaca) Jan Yanto (Toko Laris) Jan-10 Total 1.071,46 36

45 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Gambar Peta lokasi bekas perkebunan yang telah dikembalikan oleh masyarakat di Kecamatan Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang. B. Potensi Wilayah KPHL Model Wilayah III Aceh 1. Penutupan Vegetasi Hutan di wilayah KPH Model Wilayah III sebagian besar merupakan vegetasi hutan dataran rendah dan selebihnya tertutup oleh vegetasi mangrove.berdasarkan tutupan lahannya, KPHLModel Wilayah III Aceh didominasi oleh penutupan lahan berupa semak belukar,hutan sekunder dan tanah terbuka. seperti yang terlihat pada Tabel 2.15danGambar 2.15.Sebaran tutupan lahan tersebut di atas, merata pada kelima wilayah BKPH; sementara untuk tipe tutupan lahan lainnya tidak tersebar di seluruh wilayah BKPH. Tabel Kondisi Tutupan Lahan tiap BKPH di KPH Model Wilayah III Aceh NAMA_BKPH TUTUPAN LAHAN BKPH Kr Bayeun BKPH Kr JamboAye BKPH Mangrove BKPH Kr Tamiang BKPH Linge isaq Luas (Ha) HLK Pimer HLK Sekunder Hutan Tanaman Semak Belukar

46 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Perkebunan Pemukiman Tanah Terbuka Savana/pdg. Rumput Tubuh Air H. Mangrove Sekunder Semak Belukar/Rawa Pertanian Lhn Kering PLK campur semak Sawah Tambak Perairan Total Gambar 2.15.Peta Sebaran Kondisi Tutupan Lahan di KPH Model Wilayah III Aceh 38

47 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Potensi Kayu, MPTS dan Tanaman Produktif Untuk memperoleh data potensi kayu di KPHL Model Wilayah III Aceh, dilakukan survei potensi di beberapa lokasi contoh pada kawasan hutan dataran rendah dan kawasan hutan di wilayah pesisir; meskipun data ini belum representatif untuk seluruh kawasan KPHL Model Wilayah III. 2.a. Potensi kayu di hutan dataran rendah Pengambilan data sampel untuk menghitung potensi kayu untuk wilayah hutan dataran rendah dilakukan di Kecamatan Serbajadi tepatnya di percabangan Sungai Lempusing. Massa tegakan dinyatakan dengan jumlah batang (N) dan volume (V) yang dibedakan kedalam jenis komersiil dan jenis lain serta dipisahkan menurut kelas diameter. Hasil pengamatan/pendataan di lapangan atau hasil perhitungan tegakan/pohon untuk populasi di wilayah survai, diperoleh: Nilai rata-rata per hektar untuk kelas diameter 20 cm s/d keatas Jumlah batang = 136 btg/ha Volume = 106 m³/ha Nila total seluruh Plot untuk kelas diameter 20 cm s/d keatas (20 up ) jumlah batang = 407 btg volume = 318 m³ Secara rinci jumlah batang (N) dan volume (V) yang dipisahkan menurut kelas diameter sebagaimana pada Lampiran 1. Untuk tegakan tingkat tiang seluruh jenis menurut hasil perhitungan dan rekapitulasi diperoleh jumlah batang sebanyak 156 btg atau 55 btg/plot dengan jenis dominan adalah Jerik (Laplacea sp.), Gesing (Quercus sp.) dan Pakam.Untuk tingkat semai dan pancang masih didominasi oleh jenis jenis yang sama yaitu Jerik (Laplacea sp.), Gesing (Quercus sp.), Banit (Dipterocarpus sp.)dan Perupuk (Lophopetalum spp.)dari hasil perhitungan dan rekapitulasi, bahwa jenis yang mendominasi pada areal yang diinventarisasi di dalam wilayah KPH Model Wilayah III yakni : Gesing (Quercus sp.), Medang (Crystocarya sp.), Perupuk, dan Cengal (Hopea sp.) 39

48 KPH Wilayah III Provinsi Aceh b. Potensi kayu di hutan mangrove Hasil pengamatan/pendataan dilapangan atau hasil perhitungan potensi tegakan untuk populasi di wilayah survai,diperoleh : Nilai rata-rata per hektar kelas diameter 10 cm s/d keatas Jumlah batang = 1,67 btg/ha Volume = 0,0081 m³/ha Volume tegakan sangat rendah, karena pengamatan dilakukan di hutan mangrove yang banyak ditebang oleh masyarakat Desa Alue Raya Kecamatan Rantau Selamatdan desa-desa disekitarnya. Karena permintaan arang dari pohon bakau sangat tinggi dan harganya sangat menggiurkan. Di desa Alue Raya banyak terdapat tempat pembuatan/pembakaran batang pohon bakau menjadi arang bakau yang tidak memiliki izin resmi dari pemerintah. 3. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Di Desa Selamat Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Tamiang; terdapat objek wisata alam yaitu Ojbek Wisata Gunung Pandan yang terletak di Dusun Gunung Pandan. Objek wisata ini berupa aliran sungai Gunung Pandan yang jernih dan menyajikan pesona alam yang indah. Objek wisata alam ini jika dikelola dengan baik dan dipromosikan ke luar bisa membantu meningkatkan PAD. Ekosistem hutan mangrove di Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang, sebagian merupakan hutan lindung yang sangat terjaga keasrian dan keindahannya, dapat dikelola sebagai objek wisata. Puncak Gunung Lembu dengan ketinggian meter dpl termasuk Kecamatan Pinding Kabupaten Gayo Lues dan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, mempunyai ekosistem yang unikyaitu ekosistem hutan pegunungan, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata (wisata minat khusus). 4. Keanekaragaman Flora dan Fauna Keanekaragaman flora di ekosistem yang termasuk dalam KPHL Wilayah III sangat tinggi, yang secara keseluruhan merupakan komunitas yang kaya akan jenis, terutama jenis-jenis kayu komersial, pohon buah-buahan dan jenis-jenis rotan. Jenis yang mendominasi di lokasi inventarisasi, kecamatan Serbajadi Kabupaten Aceh Timur, adalah jenis-jenis dari famili 40

49 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Dipterocarpaceae. Jenis kayu komersial antara lain: Shorea spp., Dipterocarpus spp., Phoebe spp., Vatica spp., Litsea spp., Quercus sp., Crystocarya sp., Perupuk, dan Cengal (Hopea sp.). Selain itu, hutan di wilayah Tamiang dan Aceh Timur memiliki jenis pohon Tualang (Koompassia excelsa) yang tajuknya digunakan oleh lebah madu hutan (Apis dorsata) untuk menggantungkan sarangnya. Jenis rotan yang ada lebih didominasi oleh rotan getah, rotan lilin, rotan slimit, manau dan rotan batu. Penyebaran jenis-jenis rotan bisa dikatakan hampir merata ke seluruh kawasan hutan, namun yang berpotensi besar adalah hutan di Gayo Lues, Aceh Tengah, Aceh Timur dan Aceh Tamiang.Selain itu, jenis rotan lainnya adalah rotan jernang (Daemonorops sp.), yanghampir semua bagian spesies ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Seperti jenis rotan lainnya, batang rotan jernang dapat digunakan sebagai bahan industri kerajinan seperti anyaman, kursi dan furnitur lainnya, sedangkan buahnya dapat digunakan sebagai bahan baku industri pewarna dalam industri porselen, marmer, dan sebagai obat penyembuh luka. Berdasarkan survei yang dilakukan di hutan mangrove Kecamatan Rantau Selamat, tercatat Bakau Minyak (Rhizophora apiculata)merupakan spesies dominan didaerah tersebut. Selain itu juga terdapat jenis Tengar (Camptostemon schultzii), Lamgade (Bruguiera parviflora), Nirih(Xylocarpus granatum) dan lain-lain. Fauna yang terdapat di lokasi pengamatan (Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur), diantaranya adalah: Siamang (Hylobates syndactylus), Beruang madu (Helarctos malayanus), jenis Musang dari suku Viverridae, Harimau (Panthera tigris sumatrae), berbagai jenis burung Rangkong dari suku Bucerotidae, Rusa (Cervus sp.), Kambing hutan (Capricornis sumatraensis sumatraensis), Landak (Hystrix sp.), dan Ayam hutan (Gallus sp.).selain itu, kawasan hutan KPH Model Wilayah III Aceh juga merupakan habitat dari Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Ekosistem pegunungan di puncak Gunung Lembu Gayo Lues, memiliki keanekaragaman jenis fauna yang cukup beragam seperti: kambing batu (Capricornis sumatraensis sumatraensis), harimau (Panthera tigris sumatrae), kijang (Muntiacus muntjak), orangutan (Pongo abellii), dan berbagai jenis burung. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa di kawasan hutan Samarkilang memlikiki tingkat biodiversitas satwa yang sangat tinggi. diantaranya dari kelas mamalia, aves, reptil, piscesdan insect, diantaranya adalah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), macan dahan (Neofilis nebulosa), beruang (Helarctos malayanus), rusa (Cervus unicolor), orangutan (Pongo 41

50 KPH Wilayah III Provinsi Aceh abelii), monyet beruk (Macaca nemestrina), musang (Martes flavigula), rusa (Cervus unicolor), burung rangkong (Buceros rhinoceros). Selain itu terdapat jenis ikan jurung (Tor tambroides). C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Melihat kawasan KPHL Model Wilayah III Aceh yang sangat luas, meliputi 7 (tujuh) Kabupaten/kota, dan lebih dari 40 (empat puluh) kecamatan (Tabel 2.16) maka saat ini, survei kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya di KPH Wilayah III Aceh hanya dapat dilakukan padabeberapa kecamatan/kabupaten saja;namun dalam tahun pertama sampai dengan tahun ke tiga akan dilakukan survei lanjutan untuk melengkapi data-data tersebut. Untuk mendukung penyusunan rencana pengelolaan jangka panjang ini, maka tahap pertama yang dapat dilakukan adalah mengumpulkan data primer yang diambil dari beberapa wilayah administrasi, yaitu: Kecamatan Tenggulun Kabupaten Aceh Tamiang, Kecamatan Peunaron Kabupaten Aceh Timur, dan Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah. Tabel Kecamatan dalam wilayah KPH Model Wilayah III Aceh Kabupaten Kecamatan Luas (Ha) Luas (%) Bintang Kebayakan Kute Pinang Aceh Tengah Laut Tawar Linge Pegasing Banda Lue Alam Birem Bayeun Indra Lue Makmur Julok Madat Pante Beudari Peureulak Timur Rantau Seulamat Ranto Peureulak Serbajadi Aceh Timur Simpang Jernih Simpang Ulim Suak Raya Cot Girek Aceh Utara Langkahan Seunuddon Tanah Jambo Aye Bener Meriah Bandar Bukit

51 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Gayo Lues Kota Langsa Aceh Tamiang Permata Pintu Rime Gayo Syiah Utama Timang Gajah Wih Pesam Blang Keujeren Pinding Rikit Gaib Langsa Lue Barat Langsa Lue Kota Langsa Lue Timur Bendahara Karang Baru Kejuruan Muda/Tenggulun? Manyak Payet Seruway Tamiang Hulu Blank Luas Total Wilayah Administrasi a. Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang Ibu kota Kecamatan Tenggulun adalah Simpang Kiri. Secara Geografis, Kecamatan Tenggulun terletak pada ,00 s/d ,00 Lintang Utara dan ,00 s/d ,00 Bujur Timur dengan ketinggian antara Meter diatas permukaan laut. Luas Kecamatan adalah 295,55 Km 2 dengan jumlah desa di Kecamatan sebanyak 5 desa yaitu Desa Tenggulun, Desa Selamat, Desa Rimba Sawang, Desa Tebing Tinggi dan Desa Simpang Kiri. Desa Tenggulun baru bernama Desa/Kampung Tenggulun pada tahun 1942, yang menjadi 7 Dusun yaitu Adil Makmur I, Adil Makmur II, Sumberjo, Suka Maju, Suka Damai, Suka Mulia I, Suka Mulia II. Batas Kecamatan disajikan pada Tabel

52 Tabel Batas Administrasi Kecamatan Tenggulun Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Batas-Batas Berbatasan dengan Utara Kecamatan Tamiang Hulu dan Kecamatan Kejuruan Muda Timur Kecamatan Kejuruan Muda dan Provinsi Sumatera Utara Selatan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Gayo Lues Barat Kecamatan Tamiang Hulu dan Kabupaten Gayo Lues Sumber: Kecamatan Tenggulun dalam Angka 2013 Pada Kecamatan Tenggulun Kabupaten Aceh Timur, pengambilan data dilakukan pada dua (2) desa, yaitu: Desa Tenggulun dan Desa Selamat, sebagai berikut: o Luas Desa Tenggulun lebih kurang Km 2. Desa Tenggulun secara Geografis terletak di area bukan pantai dengan ketinggian dari permukaan laut antara 500 s/d 700 Meter. Jarak Desa Tenggulun ke ibu kota kabupaten 38 Km, jarak ke ibu kota kecamatan 5 Km, sedangkan jarak ke ibu kota provinsi 481 Km. o Luas Desa Selamat lebih kurang 62 Km 2. Desa Selamat secara Geografis terletak di area bukan pantai dengan ketinggian dari permukaan laut antara 500 s/d 700 Meter. Desa Selamat memiliki batas sebelah Utara merupakan Bukit Barisan, batas sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Tenggulun, batas sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Simpang Kiri, dan batas sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tamiang Hulu. Jarak Desa Selamat ke ibu kota kecamatan 4 Km, jarak ke ibu kota kabupaten 41 Km, sedangkan jarak ke ibu kota provinsi 490 Km. b. Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur o Ibu kota Kecamatan Peunaron adalah Alur Pinang. Secara Geografis, Kecamatan Peunaron terletak pada s/d Lintang Utara dan s/d Bujur Timur dengan ketinggian antara Meter diatas permukaan laut. o Luas Kecamatan Peunaron adalah 79,74 Km 2 dengan suhu rata-rata berkisar antara 25 C 27 C. Jumlah desa di Kecamatan Peunaron sebanyak 5 desa yaitu Desa Arul Pinang, Desa Peunaron Baru, Desa Peunaron Lama, Desa Bukit Tiga dan Desa Sri Mulya. Batas Kecamatan Peunaron disajikan pada Tabel

53 Tabel Batas Administrasi Kecamatan Peunaron Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Batas-Batas Berbatasan dengan Utara Kec. Pante Beudari, Indra Makmur, Banda Alam dan Ranto Peureulak Timur Kecamatan Simpang Jernih Selatan Kecamatan Serba Jadi Barat Kecamatan Serba Jadi Sumber: Kecamatan Peunaron dalam Angka 2013 o Pengumpulan data untuk Kecamatan Peunaron, hanya dilakukan pada Desa Arul Pinang. Luas Desa Arul Pinang lebih kurang 3.1,78 Km 2. Desa Arul Pinang secara Geografis terletak di area bukan pantai dengan ketinggian dari permukaan laut antara 500 s/d 700 Meter. Jarak Desa Arul Pinang ke ibu kota kabupaten 73 Km, sedangkan jarak ke ibu kota provinsi 440 Km. c. Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah Ibu kota Kecamatan Bandar adalah Janarata.Luas Kecamatan Bandar adalah 88,10 Km 2. Jumlah desa di Kecamatan Bandar sebanyak 35 desa yaitu Desa Wonosari, Desa Paya Baning, Desa Blang Pulo, Desa Petukel Blang Jolong, Desa Tanjung Pura, Desa Hakim Wih Ilang, Desa Lewa Jadi, Desa Bukit Wih Ilang, Desa Suku Wih Ilang, Desa Pondok Gajah, Desa Purwosari, Desa Sidodadi, Desa Selamet Rejo, Desa Pondok Ulung, Desa Janarata, Desa Batin Baru, Desa Muyang Kute Mangku, Desa Keramat Jaya, Desa Simpang Utama, Desa Pakat Jeroh, Desa Puja Mulia, Desa Pondok Baru, Desa Bahgie Bertona, Desa Tansaran Bidin, Desa Sinar Jaya Paya Ringkel, Desa Remang Ketike Jaya, Desa Gunung Antara, Desa Gele Semayang, Desa Makmur Sentosa, Dewa Tawar Sedenge, Desa Jadi Sepakat, Desa Selisih Mara, Desa Kala Nempan, Desa Mutiara dan Desa Beranun Teleden. Batas Kecamatan Bandar disajikan pada Tabel Tabel Batas Administrasi KecamatanBandar Batas Batas Berbatasan dengan Utara Kecamatan Bener Meriah Timur Kecamatan Meusidah Selatan Kecamatan Aceh Tengah Barat Kecamatan Bukit Sumber: Kecamatan Bandar dalam Angka 2011 Data yang dikumpulkan untuk Kecamatan Bandar,Kabupaten Bener Meriah, hanya dilakukan pada Desa Tanjung Pura. Luas Desa Tanjung Pura lebih kurang 7.81 Km 2. Desa Tanjung Pura 45

54 secara Geografis terletak pada titik koordinat administrasi Desa Tanjung Pura : - Sebelah Utara : Desa Sidodadi - Sebelah Timur : Desa Wonosari - Sebelah Selatan : Paya Baning - Sebelah Barat : Blang Jorong Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh BT dan ,3 LU.Batas Jarak Desa Tanjung Pura ke ibu kota kecamatan 7 Km, sedangkan jarak ke ibu kota kabupaten 21 Km. 2. Penduduk a. Desa Tenggulun, Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang Desa Tenggulun memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2. Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Tenggulun dapat dilihat pada Tabel Tabel Penduduk menurut jenis kelamin Desa Tenggulun Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Laki-laki Perempuan Sumber: Kecamatan Tenggulun Dalam Angka Tahun 2013 b. Desa Selamat, Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang Desa Selamat Tahun 2013 memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan kepadatan penduduk 101,05 jiwa/km 2. Data ini menunjukan terjadi pertambahan penduduk di Desa Selamat dalam kurun 1 (satu) tahun yaitu tahun 2012 berjumlah jiwa. Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Selamat dapat dilihat pada Tabel Tabel Penduduk menurut jenis kelamin Desa Selamat Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Laki-laki Perempuan Sumber: Data Sekunder Desa Selamat Tahun 2013 c. Desa Arul Pinang, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur Desa Arul Pinang memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan kepadatan penduduk 139. Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Arul Pinang dapat dilihat pada Tabel

55 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Tabel Jumlah penduduk menurut jenis kelamin Desa Arul Pinang Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Laki-laki Perempuan Sumber:Kecamatan Peunaron Dalam Angka Tahun 2013 d. Desa Tanjung Pura, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah Desa Tanjung Pura memiliki jumlah penduduk sebanyak 573 jiwa dengan kepadatan penduduk 191 Km 2. Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Tanjung Pura dapat dilihat pada Tabel Tabel Penduduk menurut jenis kelamin Desa Tanjung Pura Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Sumber: Kecamatan Bandar dalam Angka 2011 Jumlah (jiwa) Pemilikan Lahan a. Pola Hubungan Masyarakat Dengan Hutan Desa Tenggulun Pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat Desa Tenggulun untuk perladangan 1 (satu) ha setiap KK per tahun. Rata-rata jumlah peladang tiap tahunnya terdiri dari 60 KK. Alat yang digunakan untuk kegiatan perladangan di lahan hutan masih bersifat tradisional seperti kampak, parang dan beliung. Tanaman utama yang ditanam di ladang antara lain padi, sayuran dan karet. Hasil hutan kayu dan non kayu untuk konsumsi masyarakat (tidak dijual) yang diperuntukkan untuk obat-obatan, perlengkapan rumah tangga dan lain-lain terdiri dari: rotan yang diperuntukkan sebagai pengikat, pohon yang diperuntukkan untuk pembangunan rumah penduduk, tumbuhan obat-obatan, burung untuk dipelihara dan madu untuk diperdagangkan. Desa Selamat Wilayah Desa Selamat sebagian besar masuk ke dalam kawasan hutan yaitu hutan lindung. Hal ini dibuktikan dengan titik koordinat. Akan tetapi sesuai dengan SK.941/Menhut- II/2013 tanggal 23 Desember 2013 kawasan ini masuk ke dalam kawasan DPCLS (Dampak Penting Cakupan Luas dan Bernilai Strategis) yaitu perubahan kawasan hutan lindung menjadi areal penggunaan lain. Kondisi terkait hal tersebut menurut pihak desa dan instansi 47

56 KPH Wilayah III Provinsi Aceh yang membidangi kehutanan Kabupaten Aceh Tamiang, sudah ada Tim Terpadu yang meninjau lokasi tersebut sehingga masih menunggu persetujuan DPR RI terkait hasil keputusan tersebut. 4. Kondisi Sosial Budaya a. Desa Tenggulun, Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang Penggunaan Lahan yang terdapat di Desa Tenggulun diperuntukkan untuk pemukiman dengan luas kurang lebih 15 Ha, untuk pertanian 325 ha, untuk industri 0,6 ha, kebun (tanaman keras/tanaman tahunan) 3120 ha dan perdagangan 0,7 ha. Lahan yang tidak produktif di Desa Tenggulun terdiri dari semak belukar (bekas ladang) seluas 250 ha. Masyarakat Desa Tenggulun mengaku memiliki tanah adat/hak ulayat namun tidak mengetahui data luas tanah adat tersebut. Tanah adat Desa Tenggulun tidak memiliki peta atau sketsa sehingga sulit untuk menentukan batas-batas tanah adat. Hukum formal berupa pengesahan dari pemerintah tentang tanah adat belum dimiliki sampai dengan saat ini. Semua warga masyarakat menganut Agama Islam. Sarana peribadatan Desa Tenggulun memiliki 7 (tujuh) buah masjid dan 6 (enam) buah Meunasah. Mata pencaharian pokok di Desa Tenggulun adalah bertani, hal ini ditunjukkan dengan jumlah petani di desa ini orang. Luas lahan usaha tani yang digarap oleh masyarakat seluas kurang lebih 325 Ha. Selain padi sawah dan padi ladang, komoditi tanaman pertanian juga didominasi oleh tanaman karet. Beberapa warga masyarakat sudah mulai mengembangkan tanaman sawit sebagai penghasilan tambahan. Hal yang patut dibanggakan dari kedua desa ini adalah masih dibudayakannya kegiatan gotong royong. Dengan bergotong royong, beberapa permasalahan yang dihadapi oleh warga terasa akan lebih ringan. Selain meringankan beban, gotong royong juga memupuk rasa persatuan dan kesatuan sesama warga masyarakat, sehingga keamanan dan ketertiban di lingkungan desa dapat terpelihara dengan sangat baik. Pasar atau pekan merupakan media tempat jual beli warga Desa Muaro Bangko dan warga Desa Tenggulun. Di setiap desa ini masing-masing terdapat 1 (satu) unit pasar atau pekan. Selain pasar, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, di desa juga tersedia beberapa toko dan warung/kios. Hasil-hasil pertanian selain dijual ke pasar, warga juga memanfaatkan jasa pedagang pengumpul atau cukong untuk menjual hasil pertaniannya. 48

57 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat juga memiliki hewan ternak yang tediri dari kambing, ayam dan itik. Beternak dilakukan untuk hobi dan pemenuhan kebutuhan saja. Beternak belum dikembangkan untuk mata pencaharian untuk dapat lebih meningkatkan tarap hidup masyarakat. b. Desa Selamat, Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang Masyarakat Desa Selamat hampir 90 % merupakan keturunan Jawa yang sudah lama menetap di desa tersebut, sedangkan 10 % sisanya merupakan warga asli suku Tamiang, Aceh, dan Gayo. Penduduk yang sudah turun temurun ini menjadi penduduk mayoritas di Desa Selamat, hal ini dibuktikan dengan bahasa pergaulan keseharian masyarakat dengan menggunakan bahasa Jawa. Penduduk pendatang ini dahulunya bermukim di Desa Selamat dengan alasan mencari nafkah dan mereka memperoleh lahan garapan dari orang tua atau menggarap lahan masyarakat lainnya. Mata pencaharian pokok di Desa Selamat adalah berkebun, dalam hal ini ditunjukkan dengan jumlah petani yang menggarap lahan perkebunan sawit dan karet di desa ini berjumlah 785 KK. Luas lahan usaha perkebunan yang digarap oleh masyarakat desa seluas kurang lebih Ha.Beberapa warga masyarakat sudah mulai mengembangkan tanaman sawit dan karet sebagai penghasilan utama. Sebagian kecil dari mereka menjadi pedagang dan tukang, serta bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI. Penggunaan lahan yang terdapat di Desa Selamat diperuntukkan sebagai pemukiman seluas kurang lebih 143 Ha, lahan persawahan 0 ha, lahan perkebunan (tanaman keras/tanaman tahunan) seluas kurang lebih ha dan hutan kurang lebih ha. Masyarakat Desa Selamat mengaku memiliki tanah adat/hak ulayat atau yang biasa disebut sebagai tanah khas kampung dengan luas kurang lebih ha dalam bentuk kebun. Tanah adat Desa Selamat tidak memiliki peta atau sketsa sehingga sulit untuk menentukan batasbatas tanah adat. Hukum formal berupa pengesahan dari pemerintah tentang tanah adat belum dimiliki sampai dengan saat ini. Mayoritas warga masyarakat Desa Selamat menganut Agama Islam dan beberapa Protestan dan Budha. Untuk sarana peribadatan, Desa Selamat memiliki tempat peribadatan untuk menampung warga yang mayoritas menganut agama Islam, yaitu memiliki 4 (empat) buah Masjid dan 7 (tujuh) buah Mushola. 49

58 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Selain tokoh formal seperti Kepala Desa dan Sekretaris Desa, juga terdapat tokoh non formal yang dihormati di desa ini yaitu tokoh adat yang bergelar Ketua Adat, Datuk Penghulu, dan Imam Kampung. Tokoh adat umumnya berfungsi pada saat penyelenggaraan perkawinan masyarakat dan menyelesaikan masalah serta menampung aspirasi masyarakat desa terkait peraturan adat. Di Desa Selamat terdapat lembaga adat yang bernama Majelis Duduk Setikar Kampung (MDSK) yang diketuai oleh ketua adat dan lembaga tersebut berfungsi sebagai majelis musyawarah untuk menyelesaikan dan menampung aspirasi masyarakat terkait peraturan adat yang dijunjung di Desa Selamat, seperti pelanggaran adat dan sebagainya. Upacara adat yang dilakukan di Desa Selamat terdiri dari upacara adat perkawinan, acara nazar tahunan dan membuka kebun/lahan hutan. Selain upacara adat, terdapat juga kegiatan gotong royong seperti gotong royong di dalam kebun setiap 1 minggu sekali dengan melibatkan warga sebanyak warga. Masyarakat Desa Selamat memiliki ketentuan adat terkait waktu larangan untuk masuk wilayah hutan yaitu hari jumat dan hari Rebo habis. Hari jumat memiliki kekhususan bagi masyarakat islam dan hari Rebo habis merupakan istilah setempat yaitu hari Rabu yang jatuh di akhir bulannya. Hal yang patut dibanggakan dari Desa Selamat sebagai desa pada umumnya adalah masih dibudayakannya kegiatan gotong royong seperti gotong royong kebun dan gotong royong kampung. Dengan bergotong royong, beberapa permasalahan yang dihadapi oleh warga terasa akan lebih ringan. Selain meringankan beban, gotong royong juga memupuk rasa persatuan dan kesatuan sesama warga masyarakat, sehingga keamanan dan ketertiban di lingkungan desa dapat terpelihara dengan sangat baik. Pasar atau pekan merupakan media tempat jual beli warga Desa Selamat. Di Desa Selamat terdapat 1 (satu) unit pasar atau pekan tradisional. Selain pasar, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, di desa juga tersedia beberapa toko dan warung/kios. Hasil-hasil pertanian selain dijual ke pasar, warga juga memanfaatkan jasa pedagang pengumpul atau cukong untuk menjual hasil pertaniannya. Sebagai media transportasi, Desa Selamat sudah menggunakan truk/mobil barang berupa Dump Truk berukuran kecil dan mobil penumpang sebagai sarana transportasi. Bertani/berkebun merupakan mata pencaharian utama warga Desa Selamat. Warga Desa Selamat tidak memiliki areal persawahan untuk menghasilkan padi melainkan melakukan aktivitas berkebun untuk jenis sawit dan karet. Hasil tani yang diperoleh warga berasal dari kebun karet dan kebun sawit yang rata rata setiap KK warga memiliki areal minimal 2 ha. 50

59 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, warga sangat menggantungkan dari hasil panen kebun sawit dan karet mereka. c. Desa Arul Pinang, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur Masyarakat Desa Arul Pinang memiliki mata pencaharian sebagai petani, yaitu dengan bercocok tanam padi/palawija dan hortikultura semusim dan beternak. Selain untuk lahan pertanian, penggunaan lahan juga di peruntukkan untuk pemukiman, dan hutan. Luas lahan usaha tani yang digarap oleh masyarakat seluas kurang lebih Ha. Selain padi sawah, masyarakat Desa Arul Pinang juga menanam kelapa sawit, karet dan coklat. Penggunaan Lahan yang terdapat di Desa Arul Pinang diperuntukkan untuk pemukiman dengan luas kurang lebih 253 Ha, untuk sawah 135 ha, ladang ha, kebun (tanaman keras/tanaman tahunan) ha dan hutan rakyat/hutan tanaman rakyat 48 ha. Lahan yang tidak produktif di Desa Arul Pinang terdiri dari semak belukar (bekas ladang) seluas 125 ha. Desa Arul Pinang tidak memiliki tanah adat/hak ulayat sehingga Desa Arul Pinang tidak memiliki aturan-aturan adat yang mengatur tentang hutan dan pemanfaatannya. Masyarakat Desa Arul Pinang terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang yang merupakan transmigran dari Pulau Jawa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 815 KK. Semua warga masyarakat menganut Agama Islam. Sarana peribadatan untuk menampung warga Desa Arul Pinang yang seluruhnya beragama islam, terdapat 7 (tujuh) buah masjid dan 9 (sembilan) buah Surau. Selain tokoh formal seperti Kepala Desa dan Sekretaris Desa, juga terdapat tokoh non formal yang dihormati di desa ini yaitu lembaga adat Tuha Peut yang berfungsi sebagai badan musyawarah. Unsur-unsur lembaga adat terdiri dari Imam Desa, Kelompok Pengajian, Kelompok Tani, Kelompok Kepemudaan, Pawang Hutan, Pengelola Dayah. Upacara adat yang dilakukan di Desa Arul Pinang terdiri dari upacara adat perkawinan, turun bibit (fungsinya supaya terdapat kekompakan dan keseragaman diantara warga), Pra panen (pesta pada saat panen). Pasar atau pekan merupakan media tempat jual beli warga Desa Arul Pinang. Di Desa Arul Pinang terdapat 1 (satu) unit pasar. Selain pasar, untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari, di desa juga tersedia beberapa toko dan warung/kios. Hasil-hasil pertanian selain dijual ke pasar, warga juga memanfaatkan jasa pedagang pengumpul atau cukong untuk menjual 51

60 KPH Wilayah III Provinsi Aceh hasil pertaniannya. Sebagai media transportasi, Desa Arul Pinang memiliki 8 unit mobil barang, 6 unit mobil penumpang serta 15 ojek motor. d. Desa Tanjung Pura, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah Penduduk Desa Tanjung Pura semuanya merupakan suku Jawa sebagai warga transmigran dan sudah turun temurun. Semua warga masyarakat menganut Agama Islam. Sarana peribadatan Desa Tanjung Pura yang seluruhnya beragama islam hanya memiliki 3 Meunasah (Kecamatan Bandar dalam Angka 2011). Sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Tanjung Pura adalah disektor perkebunan sebanyak 88 KK, perdagangan 14 KK, PNS 4 KK, pertanian tanaman pangan 3 KK dan lain-lain 36 KK (Kecamatan Bandar dalam Angka 2011). Lahan yang terdapat di Desa Tanjung Pura seluas 783 Ha adalah lahan kering. Adapun lahan kering yang ada di Desa Tanjung Pura 35 Ha ladang/duma, 17 Ha tegal/kebun, 6 Ha padang rumput, 2 Ha perkantoran/pertokoan, 280 Ha perkebunan rakyat, 7 Ha pemukiman dan 436 Ha sementara tidak digunakan dan lain-lain. Berkebun merupakan mata pencaharian utama warga Desa Tanjung Pura. Hasil kebun yang diperoleh warga palawija, sayuran, singkong dan lain-lain. Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, warga sangat menggantungkan dari hasil panen kebun karet. Di Desa Tanjung Pura memiliki 4 kios. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat di Desa Tanjung Pura ke pasar didesa terdekat. Masyarakat di Desa Tanjung Pura menjual hasil-hasil pertanian ke pasar, warga juga memanfaatkan jasa pedagang pengumpul atau cukong untuk menjual hasil pertaniannya. Media transportasi, Desa Tanjung Pura roda 4 sebanyak 6 buah dan roda 2 sebanyak 141 buah (Kecamatan Bandar dalam Angka 2011). 5. Kondisi Pendidikan a. Desa Tenggulun, Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Tamiang Tingkat pendidikan warga Desa Tenggulun masih realtif rendah. Pada umumnya warga bersekolah hanya pada tingkat SD, SLTP dan SLTA. Hanya sedikit warga yang melanjutkan ke jenjang Diploma dan Strata 1. Warga Desa Tenggulun yang berjumlah jiwa pada tahun 2010, hanya beberapa orang yang bersekolah sampai jenjang diploma dan sampai pada jenjang strata 1. 52

61 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Sarana pendidikan di Desa Tenggulun hanya terdapat 6 buah TK yang jumlah muridnya 199 dan 22 orang guru non PNS. Dan Desa Tenggulun terdapat 3 SD Negeri, 1 SD Swasta, MI 1 dan 1 SMP Negeri. Sarana dan prasarana dibidang pendidikan di Desa Tenggulun disajikan pada Tabel Tabel Sarana dan Prasarana dibidang pendidikan di Desa Tenggulun Jenis Sarana Jumlah Guru Jumlah Sekola h PNS Non PNS Murid TK TPA SD Negeri SD Swasta Madrasah Ibtida iyah SMP Negeri Sumber: Daftar Isian Kondisi Sosekbud Masyarakat Desa Tenggulun Rasio Guru- Murid 1 : 9 1 : 15 1 : 16 1 : 10 1 : 10 1 : 23 b. Desa Selamat, Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Tamiang Tingkat pendidikan warga Desa Selamat masih realtif rendah. Pada umumnya warga bersekolah hanya pada tingkat SD, SLTP dan SLTA. Hanya sedikit warga yang melanjutkan ke jenjang Diploma dan Strata 1. Warga Desa Selamat yang berjumlah jiwa hanya 7 orang yang bersekolah sampai jenjang Strata 1 dan 15 orang sampai pada jenjang D4 / Sarjana Sederajat (Data Sekunder Sosekbud Desa Selamat). Sarana pendidikan di Desa Selamat cukup lengkap karena memiliki sarana pendidikan mulai dari TK, SD, SLTP, dan SLTA. Desa Selamat memiliki 2 (dua) buah TK yang terdiri dari 1 TK Negeri dan 1 TK Swasta dengan jumlah guru TK keseluruhan 11 guru dan jumlah murid sebanyak l.k 76 murid. Desa Selamat memiliki 2 (dua) buah SD Negeri dengan jumlah guru sebanyak 36 guru dan jumlah siswa sebanyak l.k 738 siswa. Desa Selamat memiliki 1 (satu) buah SMP Negeri dengan jumlah guru sebanyak 20 guru dan jumlah siswa sebanyak l.k 764 siswa. Sedangkan untuk SMA, Desa Selamat memiliki 1 (satu) buah SMA Negeri dengan jumlah guru 22 guru dan jumlah siswa sebanyak l.k 320 siswa. Untuk fasilitas sarana pendidikan di Desa Selamat tergolong cukup lengkap dikarenakan Desa Selamat merupakan kampung induk dari kampung-kampung disekitar dengan Desa Selamat. Sarana dan prasarana dibidang pendidikan di Desa Selamat disajikan pada Tabel

62 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Tabel Sarana dan Prasarana dibidang pendidikan di Desa Selamat Jenis Sarana Jumlah Guru Sekolah PNS Non PNS TK Negeri TK Swasta 1-6 SD Negeri SMP Negeri SMA Negeri Sumber: Kecamatan Tenggulun dalam Angka Tahun 2013 Jumlah Guru Jumlah Murid c. Desa Arul Pinang, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur Berdasarkan jumlah sarana pendidikan, murid dan guru di Desa Arul Pinang sampai dengan tahun 2013 hanya ada satu buah TK dengan jumlah ruang kelas 3 buah, jumlah murid 40 orang serta jumlah guru 4 orang. Jumlah TPA sebanyak 9 (sembilan) buah dengan jumlah murid 40 orang serta jumlah guru 9 (sembilan) orang. Desa Arul Pinang memiliki 3 (tiga) buah SD negeri dan satu buah SD swasta. Jumlah murid SD di Desa Arul Pinang sebanyak 180 orang dengan jumlah guru yang mengajar sebanyak 40 orang. Perlu pembangunan sekolah pada setingkat SLTP di Desa Arul Pinang agar anak-anak Desa Arul Pinang yang sudah tamat SD tidak perlu terlalu jauh untuk melanjutkan ke jenjang SLTP. Sarana dan prasarana dibidang pendidikan di Desa Arul Pinang disajikan pada Tabel Tabel Sarana dan Prasarana dibidang pendidikan di desa Arul Pinang Jenis Sarana Jumlah Sekolah Jumlah Ruang kelas Jumlah Guru TK TPA SD Negeri SD Swasta 1 6 Sumber: Daftar Isian Kondisi Sosekbud Masyarakat Desa Arul Pinang Jumlah Murid d. Desa Tanjung Pura, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah Tingkat pendidikan warga Desa Tanjung Pura masih relatif rendah.pada umumnya warga bersekolah hanya pada tingkat SD, SMP dan SMA. Hanya sedikit warga yang melanjutkan ke jenjang Diploma dan Strata 1. Di Desa Tanjung Pura sampai dengan tahun 2011 belum ada TK, SD, SMP maupun SMA. Jadi anak-anak Desa Tanjung Pura bersekolah di desa terdekat yang mempunyai sarana dan prasarana pendidikan. Hal ini yang membuat kurangnya semangat anak-anak desa, karena harus bersekolah ke desa lain untuk tingkat SD, SMP dan SMA. 54

63 D. Informasi Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Menurut Data Statistik Kehutanan Aceh tahun 2013; seluas ,3 Ha atau 16,71% dari luas kawasan KPH Model Wilayah III Aceh merupakan areal yang telah dibebani izin pemanfaatan hasil hutan dan penggunaan kawasan hutan. Izin-izin yang berlaku adalah: izin pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) HTI, IUPHHK Hutan Alam, Hutan Kemasyarakatan dan Izin penggunaan kawasan sebagai areal Transmigrasi. Untuk lebih jelasnya, informasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.27 dan peta sebaran lokasi areal dimaksud pada Gambar Tabel Data Pengguna Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan PT.TUSAM HUTAN LESTARI PT.RIMBA WAWASAN PERMAI Nama Pengguna Izin Nama Izin Izin Berakhir Luas (Ha) Kuala Pangoh IP Transmigras 3.96 Sungai Iyu IP Transmigras Aceh Timur (Flora Poten) HKm Aceh Timur (Flora Poten) HKm IUPHHK- HTI 14 Mei IUPHHK- HTI 15 Juli IUPHHK- 1 September HTI IUPHHK- HTI 21 Februari PT.RIMBA TIMUR SENTOSA PT.RIMBA PENYANGGA UTAMA PT.WIRALANO HA PT.WIRALANO HA Luas Total Sumber: Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Aceh,

64 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Gambar Peta Sebaran Lokasi Izin dan Pemanfaatan dalam KPH Model Wilayah III Aceh E.Posisi dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah 1. Posisi Dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah KPH Model Wilayah III Aceh, secara administrasi pemerintahan berada di Provinsi Aceh (meliputi 7 (tujuh) Kabupaten/Kota). Berdasarkan letaknya, sebagian besar kawasan hutan KPH Model Wilayah III Aceh merupakan kawasan lindung (hutan lindung), dan sisanya merupakan kawasan budidaya (kawasan hutan produksi). Dalam RTRWP tersebut telah ditetapkan kebijakan pemantapan terhadap kawasan lindung, strategi untuk mempertahankan luas kawasan lindung, pencegahan alih fungsi lahan, minimalisasi kerusakan kawasan lindung, merehabilitasi dan konservasi kawasan lindung, dan upaya perlindungan lainnya. KPH Model Wilayah III Aceh sebagai institusi pengelola hutan tingkat tapak, mempunyai peranan penting untuk memastikan terpeliharanya fungsi-fungsi kawasan lindung, termanfaatkannya fungsi kawasan budidaya secara berkelanjutan, dan terjaganya kawasan strategis provinsi yang telah ditetapkan. Hal tersebut sejalan dengan tugas fungsi-nyadalam menyelenggarakan kegiatan tata hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam. Kegiatan pengelolaan hutan tersebut dikemas dalam kerangka pemberdayaan masyarakat, untuk menuju 56

65 KPH Wilayah III Provinsi Aceh pengelolaan hutan sesuaifungsipokokdanperuntukannya,yang dapat dikelola secara efisien dan lestari berlandaskan sinergitas basis ekologi, ekonomi dan sosial. 2. Posisi Dalam Perspektif Pembangunan Daerah Pembangunan nasional berkelanjutan selain akan memerlukan berbagai sumberdaya juga menghendaki ketersediaan lahan yang cukup antara lain untuk memenuhi ekspansi pembangunan pertanian,perkotaan,pemukiman, perhubungan dan pertambangan. Keperluan akan lahan tersebut secara bertahap akan diperoleh melalui konversi lahan hutan menjadi non hutan. Berdasarkan Undang Undang Tata Ruang No. 26 tahun 2007 penetapan tata ruang dilakukan melalui kajian teknis dan analisa kebutuhan dari berbagai sektor di wilayah tersebut. Sekalipun demikian seringkali hasil akhir ditentukan melalui konsensus antar sektor yang berkepentingan. Hal lain yang mendorong terus mengemukanya isu tata ruang adalah penataaan ruang yang memberi peluang pengkajian tata ruang provinsi dan kabupaten/kota dalam setiap lima tahun sekali. Selain itu seiring dengan meningkatnya dinamika pembangunan daerah yaitu munculnya pemekaran daerah kabupaten sehingga makin mempersulit penataan ruang provinsi dan berimplikasi pada ketidak pastian alokasi lahan di wilayah tersebut yang pada akhirnya menghambat pembangunan nasional secara umum dan khususnya pembangunan daerah termasuk pembangunan kehutanan di KPH Model Wilayah III Aceh. Pemerintah provinsi Aceh, hingga saat ini belum memiliki RKTP dan RKTK kabupaten/kota,untuk Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi sedang disusun untuk tahun menyusul Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten dan Kota. Dengan demikian posisi wilayah kelola KPH Model Wilayah III Aceh masih ditentukan oleh kebijakan provinsi dan kabupaten. Meskipun demikian wilayah kelola KPH Model Wilayah III Aceh masih sinkron dengan RKTN dalam hal arahan pengelolaan. Maka dalam melaksanakan pembangunan hutan dan kehutanan senantiasa berkaitan langsung dengan pemanfaatan ruang/wilayah dan sumber daya lainnya, terkait dengan pemanfaatan ruang maka harus memperhatikan koordinasi dan kebijakan penataan ruang/wilayah dan pelaksanaan pembangunan daerah baik kebijakan pembangunan Pemerintah Provinsi Aceh, maupun Pemerintah Kabupaten yang masuk dalam KPH Model Wilayah III Aceh sehingga dalam implementasinya senantiasa terjadi sinergisitas dan sinkronisasi, tidak terjadi tumpang tindih program/kegiatan sehingga tidak mengorbankan kepentingan pembangunan pada umumnya. Adapun Arahan RKTN di KPH Model Wilayah III Aceh seperti terlihat pada Tabel 2.3 dan Gambar 2.3 sebelumnya. Pada Tabel 2.3 terlihat adanya APL seluas 6708,94hektar, hal ini menunjukkan bahwa pada peta arahan RKTN masih mengacu pada SK No. 941/Menhut-II/2013. Oleh sebab itu diharapkan dalam arahan RKTP 57

66 KPH Wilayah III Provinsi Aceh maupun RKTK yang telah mengacu pada SK baru Nomor 865/Menhut-II/ 2014, APL ini tidak masuk lagi dalam kawasan hutan KPH Model Wilayah III Aceh. KPH Model Wilayah III Acehmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan Pembangunan Nasional dan Daerah. Pembangunan KPH merupakan amanat Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999, yang telah dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2004, PP Nomor 6 Tahun 2007, jo. PP Nomor 3 Tahun2008, serta menjadi program prioritas sebagaimana tertuang dalam Rencana Kehutanan Tingkat Nasional dan Rencana Strategis Kehutanan Pembangunan nasional maupun daerah yang berkelanjutan akan terwujud bila terjadi keseimbangan antara 3 (tiga) pilar yang menyokongnya; yakni: pilar ekonomi, pilar sosial budaya dan pilar ekologi. Pembangunan KPH diharapkan akan mewujudkan keseimbangan tersebut; yaitu: tercapainya kondisi ekonomi dan sosial masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan dalam suatu keseimbangan dan keselarasan dengan lingkungan ekologinya. F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan Beberapa kendala dalam pembentukan KPH ModelWilayah III Aceh ke depan yang perlu mendapat perhatian antara lain : 1. Koordinasi Fungsi kordinasi dalam KPH Model Wilayah III Aceh adalah proses pengendalian berbagai kegiatan, kebijakan atau keputusan berbagai organisasi lembaga, sehingga tercapai keselarasan dalam pencapaian tujuan dan sasaran umum yang telah disepakati bersama. Koordinasi dalam kerangka tupoksi KPH tersebut mencakup (1) koordinasi internal Departemen Kehutanan. Dalam hal ini instansi-instansi lingkup UPT dan Dinas Kehutanan mendukung secara penuh menurut tupoksi masing-masing hingga KPH Wilayah III Aceh ini dapat berjalan, (2) koordinasi lintas departemen berkaitan dengan kepentingan bersama antara lain pemanfaatan kelompok hutan untuk kegiatan investasi kehutanan, pengembangan sumberdaya air, pemantapan kelompok hutan dan penyelesaian konflik yang bersifat lintas departemen. 2. Integrasi Agar organisasi kelembagaan KPH Wilayah III Aceh yang dibentuk tidak bekerja sendiri dalam menyelesaikan permasalahan beban kerja (tupoksi) tersebut, maka perlu mengintegrasikan beberapa jenis kegiatan ditingkat lapangan secara transparan antar kelembagaan yang ada. 58

67 3. Sinkronisasi Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh Sinkronisasi yang dimaksud disini adalah berbagai rencana dan program kegiatan dalam unit KPH Wilayah III Aceh pada setiap rencana kegiatan tahunan disinkronisasi dengan instansi atau unit kerja lain agar lebih efektif dan efisien serta bermanfaat. 4. Simplikasi Permasalahan yang membutuhkan koordinasi lintas sektoral baik internal Departemen Kehutanan maupun lintas Departemen perlu dilakukan sesederhana mungkin. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan kesan positif dalam berbagai fungsi pelayanan KPH itu sendiri. Fungsi pelayanan prima harus semakin nyata berkembang setiap tahunnya dan terus mengalami peningkatan. 5. Struktur Organisasi Posisi KPHL Model Wilayah III Aceh dalam Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten Wilayah III Aceh yang berada di bawah Dinas Kehutanan Provinsi Aceh sebagai sebuah UPTD dengan Eselon IVa akan memperpanjang proses pengambilan kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan KPH kedepan. Perlu peningkatan kelembagaan KPH Wilayah III Acehmenjadi sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Mandiri yang memiliki anggaran tersendiri. 6. Wilayah KPH Wilayah KPHL ModelWilayahIII Aceh berada pada tujuh Kabupaten/Kota dan tersebar pada beberapa kecamatan seperti telah diuraikan sebelumnya pada Tabel KPHLModel Wilayah III Aceh telah dihadapkan pada berbagai persoalan di sektor kehutanan antara lain seperti degradasi hutan dan lahan yang semakin sulit terkontrol, illegal logging, perambahan hutan, adanya permintaan pasar terhadap kayu yang terus meningkat dan belum adanya mekanisme dan fungsi kontrol yang kuat baik dalam hal upaya perlindungan dan pengamanan hutan maupun penegakan hukum seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Permasalahan yang dihadapi di beberapa wilayah, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Aspek Ekologi a. Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan fungsinya, Hutan Lindung di wilayah Kabupaten Tamiang hanya 24 persen dari total wilayah atau seluas ,02 hektar; sedangkan seluas ,00 hektar merupakan Hutan Produksi Terbatas dan ,00 hektar atau 56 persennya berupa Areal Penggunaan Lain. Secara ekologi Kabupaten Tamiang belum cukup mengalokasikan wilayahnya sebagai fungsi lindung. Bahkan hutan lindung yang tersedia pun secara illegal sudah dialih 59

68 KPH Wilayah III Provinsi Aceh fungsikan menjadi areal perkebunan sawit lk seluas 1071 Ha di desa Lubuk Panjang. Secara keseluruhan areal perkebunan sawit menempati 50 persen dari areal hutan lindung. Kerusakan hutan lindung, berdampak pada berkurangnya sumber mata air dan menurunnya debit air sungai di wilayah ini. Kondisi ini telah meresahkan masyarakat di Kabupaten Tamiang. Selain itu ancaman banjir sangat mencemaskan masyarakat, terutama yang tinggal sepanjang aliran sungai. Luas total perkebunan kelapa sawit yang ada di kawasan hutan lindung Kabupaten Tamiang lebih kurang 4000 hektar. Sebagian lahan hutan lindung tersebut, seluas 3000 hektar sudah dikembalikan lagi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten. Seluas 800 hektar lahan yang telah dikuasai kembali oleh negara ini, tepatnya di Desa Rongoh telah direstorasi oleh BPKEL maupun secara alamiah; menurut data dari Forum Konservasi Leuser (FKL), ternyata komunitas hutan di sana sudah kembali pulih sehingga satwaliar sudah mulai kembali ke kawasan hutan tersebut. Sisanya seluas kurang lebih 2200 masih berupa kebun kelapa sawit yang dikelola oleh pemilik lama karena belum ditindakalnjuti penanganannya oleh pemerintah. b. Kabupaten Gayo Lues Masyarakat sekitar hutan lindung di Blangkejeren menggunakan lahan hutan untuk menanam sereh wangi sebagai tanaman sela di antara tumbuhan Pinus. Hal ini merupakan bentuk aktivitas agroforestry yang justru sangat menguntungkan. Masalah yang terjadi adalah masyarakat menggunakan kayu pinus sebagai bahan bakar (kayu bakar) untuk menyuling sereh wangi. Hal ini sangat mengkhawatirkan bagi keseimbangan ekosistem hutan lindung, yang sesuai fungsinya, di wilayah itu tidak boleh dilakukan penebangan pohon. Selain itu, getah dari kayu Pinus alam tersebut juga mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Dengan demikian harus ada bahan bakar pengganti kayu pinus. 2. Aspek Ekonomi Masih rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan, menjadi alasan masyarakat untuk merambah hutan untuk kegiatan perladangan berpindah atau memperluas kebun karet/sawit. Untuk itu perlu dicari alternatif penghasilan masyarakat, dengan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu atau menggunakan lahan hutan untuk membangun aktivitas ekonomi yang tidak merusak fungsi dan bentang alam. Aktivitas dimaksud dapat dilakukan di luar kawasan hutan, diantaranya adalah: beternak lebah madu dan beternak dengan pola silvopasture. 60

69 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Sistem ini memungkinkan terjaganya produksi pakan ternak yang dibutuhkan, di sisi lain tetap menghasilkan produk kayu bernilai ekonomis tinggi. Silvopasture dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dengan meningkatkan mutu tanaman pakan ternak (forage) dibawah tegakan yang ada atau menanam pohon areal bekas perladangan berpindah yang telah menjadi padang rumput atau semak belukar. Dengan demikian, selain pendapatan warga desa akan meningkat, kelestarian kawasan hutan juga akan lebih terjamin. 3. Aspek Kelembagaan Faktor penyebab kerusakan hutan diantaranya adanya perambahan di dalam kawasan hutan yang dialihfungsikan untuk lahan perkebunan, pertanian dan perladangan masyarakat, fungsi kontrol yang masih lemah dalam menjawab konsistensi pelaksanaan peraturan perundangan di sektor kehutanan, baik dalam pelaksanaan pencegahan (pengamanan hutan) maupun penegakan hukum atas berbagai pelanggaran yang terjadi. Keterbatasan sumber daya baik tenaga maupun dana merupakan faktor yang sering disebut sebagai penyebabnya ketidakseimbangan jumlah tenaga pengamanan hutan dengan luas arael hutan yang diawasi, minimnya sarana dan prasarana pendukung, rendahnya insentif petugas dan belum efektifnya koordinasi aparat penegak hukum dalam penanganan kasus lingkungan menjadi penghambat efektifnya fungsi kontrol tersebut dapat dilaksanakan. Untuk mengatasimasalah tersebut Pemerintah Aceh melalui Peraturan Gubernur Aceh Nomor 20 tahun 2013 pada pasal 91 ayat 2, memberikan kewenangan kepada Kepala UPTD dalam hal ini Kepala KPH Model Wilayah III Aceh, untuk membentuk resort/unit kerja sesuai kebutuhan di tingkat tapak. Berdasarkan hal tersebut, susunan organisasi KPH Model Wilayah IIIseperti terlihat pada Gambar Selanjutnya, untuk kelancaran terlaksananya semua rencana kegiatan UPTD, dalam hal ini KPH Model Wilayah III Aceh, segala jenis biaya yang diperlukan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) (pasal 92). 61

70 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Ka. Dishut Aceh Kepala KPH KSBTU Kasi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan Kasi Pelindungan Hutan & Konservasi Alam BKPH Krueng Jambo Aye BKPH Krueng Peureulak BKPH Mangrove BKPH Kr. Tamiang BKPH Linge Isaq 4 RPH 5 RPH 4 RPH 4 RPH 4 RPH Gambar Susunan Organisasi KPH Model Wilayah III Aceh 62

71 Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal BAB III VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN A. Kebijakan Kementerian Kehutanan B. Kebijakan Pemerintah Aceh C. Kebijakan KPH Model Wilayah III Aceh D. Capaian-Capaian yang Diharapkan E. Bentuk Kegiatan Tiap Misi F. Hubungan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi G. Hubungan Tujuan, Program/Kegiatan, Sasaran dan Indikator 68

72 KPH Wilayah III Provinsi Aceh III. VISI DAN MISI A. Kebijakan Kementerian Kehutanan Kementerian Kehutanan melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.51/Menhut- II/2010 tentang Rencana Strategik Kementerian Kehutanan tahun menetapkan visi yaitu HUTAN LESTARI UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT YANG BERKEADILAN. Untuk mencapai visi tersebut telah dirumuskan enam kebijakan prioritas pembangunan kehutanan yaitu; (1). Pemantapan kawasan hutan; (2). Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS; (3). Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan; (4). Konservasi keanekaragaman hayati; (5). Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan; dan (6). Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. B. Kebijakan Pemerintah Aceh Kebijakan Pemerintah Provinsi Aceh tercermin dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) Provinsi Aceh Periode Tahun dengan menetapkan visi yaitu : Aceh yang bermanfaat sejahtera berkeadilan dan mandiri berlandaskan Undang- Undang Pemerintah Aceh sebagai wujud MoU Helsinki. Visi tersebut diupayakan pencapaiannya melalui misi; yaitu: 1) Memperbaiki tata kelola Pemerintah Aceh yang amanah melalui implementasi dan penyelesaian turunan UUPA untuk menjaga perdamaian yang abadi; 2) Menerapkan nilai-nilai budaya Aceh dan nilai-nilai Dinul Islam di semua sector kehidupan masyarakat; 3) Memperkuat struktur ekonomi dan kualitas sumberdaya manusia; 4) Melaksanakan pembangunan Aceh yang proporsional, terintegrasi dan berkelanjutan; 5) Mewujudkan peningkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan SDA. C. Kebijakan KPH Model Wilayah III Aceh Sebagai bagian dari perangkat pembangunan, proses penyusunan visi dan misi KPH Wilayah III Aceh diselaraskan dengan visi dan misi Pembangunan kehutanan nasional dan 63

73 KPH Wilayah III Provinsi Aceh daerah, yang dirumuskan atas dasar kondisi, masalah dan isu-isu strategis yang menjadi tantangan dalam pengelolaan hutan saat ini dan harapan di masa yang akan datang, dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki KPH Wilayah III Aceh. Atas dasar itu, maka Visi KPH Wilayah III Aceh Tahun 2025 adalah MENJADI KPH MANDIRI DAN BERKELANJUTAN BERBASIS MASYARAKAT Visi ini ditetapkan berangkat dari sebuah kesadaran bahwa pengelolaan hutan yang lestari dan berkeadilan dapat ditempuh dengan mengembangkan prinsip partisipasi, kolaborasi dan keberlanjutan. Prinsip tersebut sesungguhnya merupakan instrumen yang harus dijalankan seluruh stakeholder kehutanan dalam upaya mewujudkan kehidupan masyarakat sekitar hutan yang lebih sejahtera, dengan komitmen mengelola hutan yang arif dan bijaksana. Visi tersebut diupayakan pencapaiannya melalui Misi : 1. Memantapkan penataan kawasan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan. Misi tersebut bertujuan untuk melaksanakan penataan kawasan hutan menjadi blok dan petak yang mantap serta meningkatkan kualitasi data dan informasi melalui inventarisai hutan secara berkala dengan basis blok dan petak sebagai bahan penyusunan rencana pengelolaan hutan di 5 (lima) wilayah BKPH pada KPH Wilayah III Aceh. 2. Membangun sistem dan mekanisme kelembagaan KPH Wilayah III Aceh yang profesional, efektif dan efisien. Misi ini bertujuan untuk menyiapkan perangkat peraturan, penguatan kelembagaan KPH dan peningkatan kapasitas SDM di 5 (lima) wilayah BKPH pada KPH Wilayah III Aceh. 3. Mengembangkan pemanfaatan HHBK dan Jasa lingkungan berbasis masyarakat. Misi ini bertujuan untuk membentuk dan membina kelompok tani hutan, membentuk lembaga usaha masyarakat (koperasi), meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan, meningkatkan keterampilan masyarakat, serta memfasilitasi bantuan permodalan dan sarana prasarana koperasi dan menerapkan nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan hutan. 4. Melaksanakan perlindungan, pengamanan dan konservasi alam bersama masyarakat. Misi ini bertujuan untuk menurunkan gangguan keamanan hutan melalui upaya-upaya pengamanan, resolusi konflik serta pengembangan konservasi alam dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap keamanan kawasan di 5 (lima) wilayah BKPH pada KPH Wilayah III Aceh. 5. Mengoptimalkan rehabilitasi dan reklamasi hutan dalam rangka peningkatan daya dukung DAS. Misi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas potensi hutan dan daya 64

74 KPH Wilayah III Provinsi Aceh dukung DAS secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat di 5 (lima) wilayah BKPH pada KPH Wilayah III Aceh. 6. Mengoptimalkan pemanfaatan hutan secara efisien dan berkelanjutan. Misi ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan hasil hutan kayu (HHK), hasil hutan bukan kayu (HHBK), jasa wisata, perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya melalui skema kemitraan di 5 (lima) wilayah BKPH pada KPH Wilayah III Aceh. D. Capaian - Capaian Utama yang Diharapkan Berdasarkan rumusan visi dan misi KPH Wilayah III Aceh seperti diuraikan di atas dan dalam rangka tercapainya visi dan misi tersebut maka ada beberapa capaian utama yang diharapkan dapat terpenuhi selama kurun waktu 10 tahun ( ), sebagai berikut : 1. Tertatanya blok menjadi blok HL inti, HL pemanfaatan, HP pemanfaatan HHK-HA dan HP Pemanfaatan HHK-HT ; masing-masing seluas 4.417,8 Ha, ,81 Ha, ,09 Ha dan ,03 yang pengelolaannya dilakukan secara partisipatif, kolaboratif dan berkelanjutan, 2. Tersusunnya perencanaan hutan meliputi : rencana pengelolaan hutan jangka panjang tahun , rencana pengelolaan jangka pendek mulai tahun , dan rencana strategis jangka menengah 5 tahunan. 3. Terbangunnya data base berbasis blok dan petak secara akurat setiap tahun. 4. Terbangunnya kelembagaan yang professional, efektif dan efisien (Perda dan Pergub Organisasi KPH, Pergub sumbangan pihak ketiga dan bagi hasil kemitraan, pergub badan layanan umum daerah, SOP KPH serta SDM KPH yang cukup dan berkualitas). 5. Tersedianya sarana dan prasarana operasional yang memadai. 6. Terbentuk dan terbinanya kelompok tani hutan dan koperasi sebagai lembaga usaha kelompok, dalam upaya terwujudnya prinsip-prinsip dan nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan hutan lestari. 7. Terlaksananya patroli hutan secara intensif dan berkelanjutan, pemberantasan Illegal logging dan perambahan kawasan, pemantauan dan penurunan tingkat konflik tenurial. 8. Terwujudnya pengembangan Obyek Wisata Alam dan Kemitraan pemanfaatan wisata alam dan jasa lingkungan lainnya. 9. Terlaksananya reboisasi dan pengkayaan hutan, partisipasi masyarakat/kth dalam rehabilitasi hutan serta kemitraan pemanfaatan HHBK. 10. Tersusunnya rencana pengembangan usaha KPH dan kemitraan pemanfaatan HHK, HHBK, perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu di Hutan 65

75 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Produksi, tersedianya sarana prasarana pengolahan dan terlaksananya pemasaran hasil hutan yang memadai. E. Bentuk Kegiatan Tiap Misi Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh KPH Wilayah III Aceh selama kurun waktu 10 tahun ( ) diselaraskan dengan misi, capaian-capaian utama dan core business dapat dirinci sebagai berikut : Misi 1 : Memantapkan penataan kawasan dan penyusunan rencana pengelolaan KPH Wilayah III Aceh. Misi tersebut bertujuan tertatanya kawasan KPH menjadi blok dan petak yang mantap sehingga praktek pengelolaan hutan lestari dapat diterapkan. Untuk itu KPH Wilayah III Aceh dapat mengembangkan beberapa kegiatan antara lain; Rekonstruksi batas luar dan batas fungsi; Tata hutan blok/petak; Inventarisasi sumberdaya hutan; Penyusunan rencana pengelolaan; Penyusunan rencana strategis; serta Monitoring dan Pembinaan penggunaan kawasan hutan dan penggunaan kemitraan kehutanan. Misi 2 : Membangun sistem dan mekanisme kelembagaan KPH Wilayah III Aceh yang profesional, efektif dan efisien. Misi ini bertujuan untuk menyiapkan perangkat peraturan, penguatan kelembagaan KPH dan peningkatan kapasitas SDM KPH Wilayah III Aceh. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: Membagi kawasan KPH wilayah III Aceh menjadi 5 BKPH yang masing-masing membawahi 4 5 RPH, Penyempurnaan peraturan daerah dan peraturan gubernur tentang organisasi KPH; Peningkatan kualitas kelembagaan KPH; Penyusunan standar operational prosedur (SOP) KPH Wilayah III Aceh; Pelaksanaan kegiatan diklat/inhouse training; dan Penambahan formasi pegawai dan perekrutan petugas lapangan; Pengembangan sarana dan prasarana operasional Misi 3 : Mengembangkan pemanfaatan HHBK dan Jasa lingkungan berbasis masyarakat. Misi ini bertujuan untuk mengembangkan pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan pada di wilayah tertentu melalui skema kemitraan dengan masyarakat, KTH, Koperasi, serta dengan BUMN dan BUMS yang bermitra dengan masyarakat/kth. Kegiatan yang akan dikembangkan seperti : Fasilitasi pengembangan kelompok tani hutan; Fasilitasi pembentukan 66

76 KPH Wilayah III Provinsi Aceh koperasi KTH; Pengembangan nilai-nilai kearifan lokal; Pelatihan/In House Training/Praktek Kerja/Study Banding Bagi Anggota KTH. Misi 4 : Melaksanakan perlindungan, pengamanan dan konservasi Alam bersama masyarakat Misi ini bertujuan untuk menurunkan gangguan keamanan hutan dan hasil hutan sehingga laju degradasi hutan dapat dikendalikan melalui upaya-upaya pengamanan dan resolusi konflik serta pengembangan konservasi spesies dan genetik serta pengembangan wisata alam di kawasan hutan KPH Wilayah III Aceh. Kegiatan yang akan dilakukan adalah : Patroli pengamanan hutan, Operasi pengamanan hutan; pemantauan dan pengendalian kebakaran hutan; Penurunan tingkat konflik tenurial; Pengembangan Obyek dan Daya Tarik wisata; Penyediaan sarana dan prasarana perlindungan hutan dan konservasi alam; Monitoring dan Pembinaan Kemitraan pemanfaatan wisata alam dan jasa lingkungan lainnya serta Pembinaan Habitat Satwa. Misi 5 : Mengoptimalkan rehabilitasi dan reklamasi hutan dalam rangka peningkatan daya dukung DAS. Misi ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi, fungsi dan daya dukung DAS sebagai basis pengelolaan ekosistem secara berkelanjutan. Kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain; Reboisasi dan pengkayaan hutan; Penyediaan sarana dan prasarana konservasi tanah dan air; Penerapan teknik konservasi tanah secara vegetative; Fasilitasi partisipasi dan koordinasi program rehabilitasi hutan; Fasilitasi kerjasama kegiatan rehabilitasi hutan; Monitoring dan Pembinaan ijin usaha HKm dan Kemitraan Kehutanan. Misi 6 : Mengoptimalkan pemanfaatan hutan secara efisien dan berkelanjutan. Misi ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi HHK dan HHBK pada di wilayah tertentu, yang saat ini dalam kondisi open acces. Diharapkan kedepan KPH Wilayah III Aceh mampu menjadi lembaga pelayanan mandiri sekaligus lembaga bisnis yang bermitra dengan berbagai pihak terutama masyarakat sekitar hutan. Kegiatan yang akan dilakukan antara lain; Pemanfaatan Sumber daya hutan; Kemitraan pemanfaatan HHK, HHBK, Perdagangan Karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu di Hutan Produksi; Pengolahan dan pemasaran hasil hutan; dan Monitoring dan Pembinaan ijin usaha pemanfaatan HHK-HT, dan HHK-HA kemitraan. F. Hubungan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi 67

77 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Hubungan visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi yang akan dilaksanakan dalam rencana pengelolaan hutan jangka panjang KPH Wilayah III Aceh periode tahun , secara rinci disajikan pada Tabel 3.1. G. Hubungan Tujuan, Program/Kegiatan, Sasaran dan Indikator Hubungan, tujuan, program/kegiatan, sasaran dan indikator yang akan dicapai dalam rencana pengelolaan hutan jangka panjang KPH Wilayah III Aceh periode tahun , secara rinci disajikan pada Tabel

78 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Tabel 3.1 Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI Menjadi KPH Mandiri dan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat 1. Memantapkan penataan kawasan dan penyusunan rencanan pengelolaan KPH Wilayah III Aceh. Melaksanakan penataan kawasan hutan ke dalam blok dan petak serta, meningkatkan kualitas data dan informasi melalui inventarisasi hutan secara berkala dengan basis blok dan petak sebagai bahan penyusunan rencana pengelolaan hutan di 5 wilayah BKPH pada KPH Wilayah III Aceh 1. Terpeliharanya batas kawasan Hutan; 2. Tertatanya blok dan petak pada wilayah KPH Wilayah III Aceh. 3. Terlaksananya inventarisasi sumberdaya hutan, berbasis blok dan petak. 4. Tersusunnya Rencana Pengelolaan Hutan jangka panjang dan jangka pendek. 5. Tersusunnya Rencana strategis jangka 5 tahunan. 6. Terbangunnya data base berbasis blok/petak yg akurat. a. Koordinasi dengan BPKH Wil.XVIII Aceh dalam rangka rekonstruksi batas kawasan hutan. b. Sosialisasi batas kawasan hutan. a. Konsultasi kegiatan dan anggaran ke Dirjen Planologi Koordinasi dengan instansi terkait. b. Konsolidasi dan sosialisasi kegiatan tata hutan bersama masyarakat dan instansi terkait. a. Inventarisasi hutan secara menyeluruh dan berkala (IHMB). b. Kolaborasi dengan berbagai pihak. a. Sinkronisasi dan konsultasi publik rencana pengelolaan hutan. b. Sosialisasi rencana pengelolaan hutan. a. Sinkronisasi dan konsultasi publik rencana strategis jangka menengah 5 tahunan. b. Sosialisasi Rencana strategis jangka menengah 5 tahunan. Konsolidasi, sinkronisasi dan publikasi data dan informasi dengan petugas lapangan dan instansi terkait. 69

79 KPH Wilayah III Provinsi Aceh VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI 2. Membangun sistem dan mekanisme kelembagaan KPH Wilayah III Aceh yang profesional, efektif dan efisien. Menyiapkan perangkat peraturan penguatan kelembagaan KPH, meningkatkan kapasitas SDM di 5 wilayah BKPH, serta meningkatan sarana prasarana operasional pada KPH Wilayah III Aceh. 7. Terlaksananya Monitoring dan Pembinaan penggunaan kawasan hutan dan penggunaan kemitraan kehutanan 1. Terwujudnya organisasi dan tata kerja KPH Wilayah III Aceh sesuai peraturan Menteri Dalam Negeri No.61 tahun Terbangunnya kelembagaan yang professional, efektif dan efisien. 3. Tersusunnya standar operasional prosedur (SOP) KPH Wilayah III Aceh 4. Terciptanya SDM KPH yang professional a. Konsultasi dengan Dirjen Planologi Kemenhut. b. Koordinasi dengan BPKH Wil XVIII Aceh, Dinas Kehutanan Kabupaten serta lembaga lainnya. a. Deregulasi Peraturan Daerah tentang organisasi dan tata kerja KPH sebagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah. b. UU No. 23/2014 tentang UPT Dishut Provinsi a. Regulasi Peraturan Gubernur tentang KPH sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). b. Regulasi Peraturan Gubernur tentang sumbangan pihak ketiga dan bagi hasil kemitraan kehutanan pada wilayah tertentu. koordinasi dan konsultasi penyusunan SOP KPH Wilayah III Aceh. Koordinasi dengan lembaga diklat teknis dan umum. 70

80 KPH Wilayah III Provinsi Aceh VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI 5. Tersedianya SDM KPH sesuai kebutuhan. 6. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kelembagaan. Konsultasi dengan Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kehutanan (BP2SDM) dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Prov. Aceh Konsultasi dengan biro perencananan Kemenhut dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Prov. Aceh 3. Mengembangkan pemanfaatkan HHBK dan jasa lingkungan berbasis masyarakat Membentuk dan membina kelompok tani hutan dan lembaga usaha masyarakat (koperasi), meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan, meningkatkan keterampilan masyarakat, serta memfasilitasi bantuan permodalan dan 1. Terbentuk dan terbinanya kelompok tani hutan. 2. Terbentuknya Koperasi Kelompok Tani Hutan. 3. Terwujudnya kerjasama pemanfaatan HHBK dan Jasa lingkungan dengan masyarakat dan mitra lainnya. 4. Terlaksananya Pelatihan/In House Training/Praktek Kerja/Studi Banding Bagi Anggota KTH. Koordinasi dengan Instansi terkait, Pemerintah Kecamatan/Desa/Dusun. a. Konsolidasi dengan Kelompok Tani Hutan. b. Koordinasi dengan Dinas Koperasi. a. Koordinasi dan sosialisasi kegiatan mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. b. Konsolidasi kelompok masyarakat dan mitra usaha kehutanan Koordinasi dengan lembaga Diklat, Lembaga Penyuluhan dan lembaga terkait lainnya. 5. Terfasilitasinya a. Konsultasi dan koordinasi anggaran ke 71

81 KPH Wilayah III Provinsi Aceh VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI 4. Melaksanakan perlindungan. pengamanan konservasi bersama masyarakat. dan alam sarana prasarana permodalan dan koperasi serta sarana prasarana menerapkan nilainilai koperasi. kearifan lokal 6. Terwujudnya nilainilai kearifan lokal dalam pengelolaan hutan. dalam pengelolaan hutan lestari. Menurunkan dan 1. Terlaksananya patroli mengendalikan hutan secara intensif gangguan keamanan dan berkelanjutan. hutan melalui upayaupaya pengamanan 2. Terwujudnya pemberantasan Illegal logging dan dan resolusi konflik perambahan kawasan. serta mengembangkan konservasi alam dan 3. Terlaksananya menumbuhkan pemantauan dan kesadaran masyarakat terhadap keamanan kawasan di 5 wilayah BKPH pada KPH Wilayah III Aceh. pengendalian kebakaran hutan. 4. Terlaksananya sosialisasi perlindungan dan konservasi alam kepada masyarakat. Kemenhut dan Pemerintah Daerah. b. Koordinasi dengan Dinas Koperasi, Perdagangan, Perindustrian dan Lembaga keuangan lainnya. Koordinasi dan konsolidasi dengan lembaga adat, tokoh agama, KTH, PEMDES dan pihak lain yang terkait. Konsolidasi dengan KTH dan masyarakat sekitar kawasan hutan. a. Koordinasi dengan Dinas Kehutanan Kabupaten, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh, Balai Taman Nasional, aparat penegak hukum dan Lembaga lainnya. b. Konsolidasi dengan KTH dan masyarakat sekitar kawasan hutan. a. Koordinasi dengan Dinas Kehutanan Kabupaten, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh, Balai Taman Nasional dan Lembaga lainnya. b. Konsolidasi dengan KTH dan masyarakat sekitar kawasan hutan. Koordinasi dengan Dinas Kehutanan Kabupaten, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh, Balai Taman Nasional, LSM/NGO, akademisi, lembaga penyuluhan, tokoh adat, tokoh agama dan instansi terkait. 72

82 KPH Wilayah III Provinsi Aceh VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI 5. Mengoptimalkan rehabilitasi dan 5. Tercapainya penurunan tingkat konflik tenurial. 6. Terwujudnya pengembangan Obyek Wisata Alam. 7. Tersedianya sarana dan prasarana perlindungan hutan dan konservasi alam. 8. Terlaksananya Monitoring dan Pembinaan Kemitraan pemanfaatan wisata alam dan jasa lingkungan lainnya serta Pembinaan Habitat.. Meningkatkan 1. Terlaksananya Reboisasi dan a. Identifikasi dan proses resolusi konflik tenurial. b. Koordinasi dengan BPKH Wil. XVIII Aceh, Dinas Kehutanan Kabupaten, LSM/NGO, akademisi, lembaga penyuluhan dan instansi terkait. a. Identifikasi potensi obyek wisata di kawasan hutan. b. Konsultasi dan koordinasi dengan Dirjen PHKA Kemenhut dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. c. Kolaborasi pengelolaan obyek wisata alam dengan koperasi masyarakat dan lembaga usaha lainnya. Konsultasi dan Koordinasi dengan Dirjen PHKA, BAPPEDA Provinsi ACEH, Dinas Kehutanan Kabupaten dan instansi terkait. a. Konsultasi dengan Dirjen PHKA, b. Koordinasi dengan BKSDA, Dinas Kehutanan Kabupaten serta lembaga lainnya. c. Konsolidasi dengan Kader Konservasi, Pecinta Alam, dan Masyarakat Desa Konservasi. a. Konsultasi dengan Dirjen BPDAS-PS Kemenhut. 73

83 KPH Wilayah III Provinsi Aceh VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI reklamasi hutan dalam rangka meningkatkan daya dukung DAS. kualitas potensi hutan dan daya dukung DAS, secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat di 5 wilayah BKPH pada KPH wilayah III Aceh pengkayaan hutan. b. Koordinasi dengan BPDAS, Dinas Kehutanan Kabupaten serta lembaga lainnya. c. Sosialisasi dan Konsolidasi dengan masyarakat / KTH. 2. Tersedianya sarana dan prasarana Pengolahan HHBK dan konservasi tanah dan air. 3. Terlaksananya penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif 4. Terwujudnya partisipasi Masyarakat/KTH dalam rehabilitasi hutan. 5. Terwujudnya Kerjasama Rehabilitasi hutan dan konservasi tanah dan a. Konsultasi dengan Dirjen BPDAS-PS Kemenhut. b. Koordinasi dengan BPDAS, Dinas Kehutanan Kabupaten serta lembaga lainnya. c. Sosialisasi dan Konsolidasi dengan masyarakat / KTH a. Konsultasi dengan Dirjen BPDAS-PS Kemenhut. b. Koordinasi dengan BPDAS, Dinas Kehutanan Kabupaten serta lembaga lainnya. c. Sosialisasi dan Konsolidasi dengan masyarakat / KTH a. Koordinasi dan sosialisasi kegiatan mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. b. Konsolidasi kelompok tani hutan. Kolaborasi pelaksanaan rehabilitasi hutan dan konservasi tanah dan air dengan berbagai lembaga. 74

84 KPH Wilayah III Provinsi Aceh VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI 6. Mengoptimalkan pemanfaatan hutan secara efisien dan berkelanjutan. Mengoptimalkan pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK), Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), jasa wisata, perdagangan air. 6. Terwujudnya Kemitraan pemanfaatan HHBK, Perdagangan Karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu di Hutan Lindung. 7. Terlaksananya Monitoring dan Pembinaan ijin usaha HKm dan Kemitraan Kehutanan. 1. Tersusunnya rencana pengembangan Usaha KPH. 2. Terwujudnya Kemitraan a. Inventarisasi potensi HHBK, Stok Karbon dan jasa lingkungan kerjasama dengan Dirjen BPDAS, Dirjen PHKA, Dirjen Planologi, Litbang Kemenhut, Balai Penelitian HHBK Aceh, Perguruan Tinggi, dan Lembaga lainnya. b. Sosialisasi peraturan terkait dengan kemitraan kehutanan dan Pemanfaatan wilayah tertentu. c. Promosi potensi HHBK, jasa lingkungan dan Stok Karbon dengan berbagai Lembaga usaha lainnya. a. Konsultasi dengan Dirjen BPDAS-PS Kemenhut. b. Koordinasi dengan BPDAS, Dinas Kehutanan Kabupaten serta lembaga lainnya. c. Sosialisasi dan Konsolidasi dengan masyarakat / KTH a. Konsultasi dengan Dirjen Bina Usaha Kehutanan, Dirjen PHKA, Dirjen Planologi, Badan Penelitian Kehutanan dan Pusdal Regional I. b. Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi, LSM/NGO, dan Lembaga lainnya. a. Inventarisasi potensi HHK, HHBK, Stok Karbon dan jasa lingkungan kerjasama 75

85 KPH Wilayah III Provinsi Aceh VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI karbon, dan jasa lingkungan lainnya melalui skema kemitraan di wilayah tertentu pada 5 wilayah BKPH, KPH wilayah III pemanfaatan HHK, HHBK, Perdagangan Karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu di Hutan Produksi. dengan Dirjen Planologi, Dirjen BUK, Litbang Kemenhut, Balai Penelitian HHBK, Perguruan Tinggi, dan Lembaga lainnya. b. Sosialisasi peraturan terkait dengan kemitraan kehutanan dan Pemanfaatan wilayah tertentu. c. Promosi potensi HHK, HHBK, jasa lingkungan dan Stok Karbon dengan berbagai Lembaga usaha lainnya. 3. Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan. 4. Terlaksananya pengolahan dan pemasaran hasil hutan. 5. Terlaksananya Monitoring dan Pembinaan ijin usaha pemanfaatan HHK- HT, dan HHK-HA kemitraan. a. Konsultasi dengan Dirjen Bina Usaha Kehutanan. b. Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi, LSM/NGO, dan Lembaga lainnya. a. Konsultasi dengan Dirjen Bina Usaha Kehutanan. b. Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi, LSM/NGO, dan Lembaga lainnya. c. Promosi produk industri pengolahan HHK, HHBK, Hasil hutan ikutan lainnya, dan jasa lingkungan dengan berbagai Lembaga usaha lainnya. a. Konsultasi dengan Dirjen BPDAS-PS Kemenhut. b. Koordinasi dengan BPDAS, Dinas Kehutanan Kabupaten serta lembaga lainnya. c. Sosialisasi dan Konsolidasi dengan 76

86 KPH Wilayah III Provinsi Aceh VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI masyarakat / KTH Tabel 3.2. Koherensi Antara Tujuan, Program/Kegiatan, Sasaran dan Indikator TUJUAN PROGRAM / KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Melaksanakan penataan Program perencanaan makro kawasan hutan ke dalam bidang kehutanan dan blok dan petak serta, pemantapan kawasan hutan. meningkatkan kualitas Kegiatan : Terpeliharanya Batas data dan informasi 1. Rekonstruksi batas luar Kawasan Hutan; melalui inventarisasi dan batas fungsi hutan secara berkala 2.Tata hutan blok/petak Tertatanya Blok dan Petak dengan basis blok dan pada wilayah KPH Wilayah petak sebagai bahan III Aceh penyusunan rencana pengelolaan hutan. 3.Inventarisasi hutan sumberdaya Terlaksananya inventarisasi sumberdaya hutan, berbasis blok dan petak. a. Pengukuran dan pemasangan Pal batas hutan sepanjang 1000 Km. b. Pemeliharaan batas hutan sepanjang 1500 km. c. Patrol batas hutan 21 resort. a. Pengukuran tata blok dan petak seluas Ha b. Pemasangan patok batas hasil penataan blok / petak c. Pemasangan patok batas blok / petak hasil Reboisasi d. Pemetaan hasil tata blok dan petak a. Data hasil inventarisasi potensi hutan seluas Ha b. Data potensi tegakan tiap blok dan petak 77

87 KPH Wilayah III Provinsi Aceh TUJUAN PROGRAM / KEGIATAN SASARAN INDIKATOR c. Peta hasil inventarisasi potensi hutan d. Peta potensi tegakan tiap blok dan petak e. Data hasil monitoring PSP karbon f. Data hasil inventarisasi sosial budaya g. Peta hasil inventarisasi sosial budaya 4.Penyusunan pengelolaan 5.Penyusunan strategis rencana rencana 6. Monitoring dan Pembinaan penggunaan kawasan hutan dan penggunaan kemitraan kehutanan Terbangunnya data base berbasis blok dan petak secara akurat. Tersusunnya Rencana Pengelolaan Hutan jangka panjang dan jangka pendek Tersusunnya Rencana strategis jangka menengah 5 tahunan. Terlaksananya Monitoring dan Pembinaan penggunaan kawasan hutan dan penggunaan kemitraan kehutanan a. Buku neraca sumberdaya hutan b. Buku statistik KPH a. Buku rencana pengelolaan hutan jangka panjang 1 judul. b. Buku rencana pengelolaan hutan jangka pendek 10 judul. c. Evaluasi rencana pengelolaan hutan jangka panjang kali. Buku rencana strategis 2 judul. a. Monitoring dan pembinaan pinjam pakai kawasan hutan 10 kegiatan. b. Monitoring dan pembinaan Kemitraan penggunaan kawasan hutan c. Penerimaan bagi hasil dari mitra penggunaan kawasan hutan d. 78

88 TUJUAN PROGRAM / KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Menyiapkan perangkat Program dukungan peraturan penguatan managemen dan pelaksanaan kelembagaan, meningkatkan kualitas tugas teknis lainnya. Kegiatan : Terwujudnya organisasi dan dan kuantitas SDM, tata kerja KPH Wilayah III meningkatan sarana 1. Penyerpurnaan Aceh sesuai peraturan prasarana operasional peraturan daerah dan Menteri Dalam Negeri No.61 KPH Wilayah III Aceh peraturan gubernur tentang organisasi KPH tahun 2010 Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh a. Peraturan daerah Aceh organisasi dan tata kerja KPH Wilayah III Aceh 1 judul b. Peraturan Gubernur Aceh tentang rincian tugas organisasi KPH Wilayah III Aceh1 judul 2. Peningkatan kualitas kelembagaan KPH 3. Penyusunan standard operational procedure (SOP) KPH Wilayah III Aceh 4. Pelaksanaan kegiatan diklat / inhouse training Terbangunnya kelembagaan yang professional, efektif dan efisien. Tersusunnya standard operational procedure (SOP) KPH Wilayah III Aceh Terciptanya SDM KPH yang professional a. Peraturan Gubernur Aceh tentang badan layanan umum daerah KPH Wilayah III Aceh 1 judul b. Peraturan Gubernur Aceh tentang sumbangan pihak ketiga pemanfaatan dan penggunaan kawasan serta bagi hasil kemitraan wilayah tertentu KPH Wilayah III Aceh 1 judul Buku petunjuk standard operational procedure (SOP) 1 judul a. Diklat teknis 100 orang b. Pelatihan ketrampilan 150 orang 79

89 KPH Wilayah III Provinsi Aceh TUJUAN PROGRAM / KEGIATAN SASARAN INDIKATOR 5. Penambahan formasi Tersedianya SDM KPH a. Penambahan tenaga teknis 100 orang pegawai dan perekrutan sesuai kebutuhan petugas lapangan b. Penambahan mandor / petugas lapangan 105 orang Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kegiatan : Pengembangan sarana dan prasarana operasional Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kelembagaan. a. Bangunan kantor : Renovasi Kantor KPH 1 unit Pembangunan/Renovasi Kantor BKPH 5 unit Pembangunan Kantor Resort KPH (100 M2/unit)) 21 unit Pembangunan rumah jaga kantor KPH 1 Wilayah Pembangunan Gudang Kantor KPH 1 Wilayah Pembangunan Pagar Kantor KPH sepanjang 20 m Pembangunan Landscap Kantor KPH sepanjang 2000 m 2 Pembangunan rumah jaga kantor BKPH 5 Wilayah Pembangunan Gudang Kantor KPH 5 Wilayah Pembangunan Pagar Kantor KPH 5 wilayah Pembangunan Landscap Kantor KPH 5 wilayah 80

90 KPH Wilayah III Provinsi Aceh TUJUAN PROGRAM / KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Pembangunan rumah jaga kantor RKPH 21 Wilayah Pembangunan Gudang Kantor RKPH 21 Wilayah Pembangunan Pagar Kantor Resort KPH 21 Wilayah Pembangunan Landscap Kantor Resort KPH 21 Wilayah b. Kendaraan operasional : Kendaraan Roda Empat double cabin 4wd 1 unit Kendaraan Roda Dua (Trail) 3 unit c. Peralatan kantor : Meja biro 15 unit Kursi biro 15 unit Lemari kantor 5 unit Meja dan kursi tamu 1 set Filling kabinet 5 unit d. Peralatan operasional : Pengadaan Laptop1 unit PC dan Printer KPH 5 unit Pengadaan Printer warna 2 unit Pengadaan Infocus Resort KPH 1 unit 81

91 KPH Wilayah III Provinsi Aceh TUJUAN PROGRAM / KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Eksternal hard disk 5 unit 9@ 1 tera Pengadaan GPS Garmin montera 6 unit Pengadaan Altimeter 1 unit Pengadaan Kompas tandem 5 unit Alat ukur pohon 2 unit Membentuk dan membina kelompok tani hutan, membentuk lembaga usaha masyarakat (koperasi), Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap seluruh kegiatan pengelolaan hutan, Meningkatkan kapasitas keterampilan masyarakat serta menerapkan nilainilai kearifan lokal dalam Program peningkatan usaha kehutanan Kegiatan : 1. Fasilitasi pengembangan kelompok tani hutan 2. Fasilitasi pembentukan KTH. koperasi Terbentuk dan terbinanya kelompok tani hutan; Terbentuknya Koperasi Kelompok Tani Hutan e. Sarana pendukung kegiatan pengelolaan hutan : Pembangunan Jalan Inspeksi (lebar 2 meter) sepanjang 50 km Pembuatan Patok Batas Petak/Blok batang Pembuatan Papan Petak/Blok 105 buah a. Pembentukan kelompok tani hutan 100 KTH b. Pembinaan kelompok tani hutan 100 kegiatan. c. Pengembangan Tanaman Produktif Bawah Tegakan seluas Ha. d. Pembinaan Kelompok Usaha Perlebahan 1 Wilayah. a. Koperasi kelompok tani hutan 5 koperasi. 82

92 TUJUAN PROGRAM / KEGIATAN SASARAN INDIKATOR pengelolaan hutan lestari. 3. Pengembangan nilainilai kearifan Terbangunnya nilai-nilai lokal kearifan lokal dalam pengelolaan hutan lestari; Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh a. Dokumen kesepakatan bersama sesuai nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan hutan lestari 5 kegiatan. Menurunkan dan mengendalikan gangguan keamanan hutan melalui upaya-upaya pengamanan dan resolusi konflik serta pengembangan konservasi alam pada KPH Wilayah III Aceh. 4. Pelatihan/In House Training/Praktek Kerja/Study Banding Bagi Anggota KTH Program konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan hutan Kegiatan : 1. Patroli pengamanan hutan 2. Operasi pengamanan hutan 3. Pemantauan dan pengendalian kebakaran hutan 4. Penyuluhan dalam rangka perlindungan dan Terlaksananya Pelatihan/In House Training/Praktek Kerja/Study Banding Bagi Anggota KTH Terlaksananya patroli hutan secara intensif dan berkelanjutan Terwujudnya pemberantasan Illegal Logging dan perambahan kawasan Terwujudnya pemantauan dan pengendalian kebakaran hutan; Terlaksananya sosialisasi perlindungan dan konservasi b. Sosialisasi Dokumen kesepakatan bersama pada 5 KTH a. Pelatihan/In House Training/Praktek Kerja Anggota KTH 100 orang b. Study Banding/Magang 10 orang. Patroli Hutan (21 Resort, 15 Orang, 360 hari) HOK a. Operasi Gabungan 20 kali. b. Operasi Fungsional (Tiap Semester) 3 kali. c. Pengangkutan Barang Bukti 2 paket/tahun d. Pemberkasan (3 berkas tiap tahun) a. Pembuatan Menara Pemantau Kebakaran 4 Wilayah. b. Pembuatan sekat bakar 2 Wilayah BKPH c. Pembuatan jalur hijau 2 Wilayah BKPH a. Sosialisasi blok perlindungan dan blok inti 3 kegiatan. 83

93 KPH Wilayah III Provinsi Aceh TUJUAN PROGRAM / KEGIATAN SASARAN INDIKATOR konservasi alam kepada alam kepada masyarakat. b. Desa konservasi pada 5 wilayah BKPH masyarakat c. Kerjasama kemitraan wisata alam, HHBK pada wilayah tertentu 6 KTH/Koperasi. d. Pembangunan sarana wisata alam dan HHBK pada wilayah tertentu oleh KPH Penurunan tingkat konflik tenurial Tercapainya penurunan tingkat konflik tenurial kegiatan Study/Analisis dan Penyelesaian Konflik Tenurial 10 kegiatan 6. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata 7. Penyediaan sarana dan prasarana perlindungan hutan dan konservasi alam. 8. Monitoring dan Pembinaan Kemitraan pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan lainnya serta Pembinaan Habitat. Terwujudnya pengembangan Obyek Wisata Alam. Tersedianya sarana dan prasarana perlindungan hutan dan konservasi alam. Terlaksananya Monitoring dan Pembinaan Kemitraan pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan lainnya serta Pembinaan Habitat a. Identifikasi Obyek Daya Tarik Wisata/Jasling 10 titik b. Temu Usaha Promosi Pariwisata Alam 1 kegiatan. Pembangunan Pos Penjagaan pada 21 RPH Pembuatan Portal sekitar Batas Hutan 2 titik/wilayah BKPH. a. Pembinaan dan Monitoring Kemitraan pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan lainnya 10 kali/tahun. b. Pembinaan dan Monitoring Habitat 10 kali/tahun c. Pembinaan dan Monitoring Kader Konservasi, Pecinta Alam, dan Masyarakat Desa Konservasi 5 kegiatan. 84

94 KPH Wilayah III Provinsi Aceh TUJUAN PROGRAM / KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Meningkatkan kualitas Program peningkatan fungsi Reboisasi Hutan: potensi hutan dan daya dan daya dukung DAS a. Pelaksanaan Reboisasi 2500 Ha (selama 10 dukung DAS, secara berbasis pemberdayaan tahun) berkelanjutan untuk masyarakat: b. Pemeliharaan I seluas 3000 Ha/tahun kesejahteraan masyarakat. Kegiatan : Terlaksananya Reboisasi dan c. Pemeliharaan II seluas 3500 Ha/tahun 1. Reboisasi dan pengkayaan hutan. d. Pemeliharaan lanjutan (pengamanan pengkayaan hutan. tanaman) seluas Ha Reboisasi Pengkayaan : a. Pelaksanaan pengkayaan hutan seluas -500 Ha/tahun 2. Penyediaan sarana dan prasarana konservasi tanah dan air a. Tersedianya sarana dan prasarana Pengolahan HHBK dan konservasi tanah dan air. a. Pembangunan SPAS 3 titik pada Hulu DAS b. Pembangunan alat penakar hujan (ombrometer) 3 titik. 3. Fasilitasi partisipasi dan koordinasi program rehabilitasi hutan 4. Fasilitasi kerjasama kegiatan rehabilitasi hutan. Terwujudnya partisipasi Masyarakat/KTH dalam rehabilitasi hutan. a. Terwujudnya Kerjasama Rehabilitasi hutan dan konservasi tanah dan air. b. Terwujudnya Kemitraan pemanfaatan HHBK, Perdagangan Karbon dan jasa lingkungan Koordinasi dan sosialisasi program rehabilitasi hutan 10 kegiatan/tahun. Adanya kerjasama kegiatan rehabilitasi hutan secara kolaboratif dengan pihak ketiga 10 lembaga. a. Kerjasama kemitraan kehutanan pada wilayah tertentu di Hutan Lindung 10 KTH/Koperasi per tahun b. Penerimaan bagi hasil kemitraan 85

95 KPH Wilayah III Provinsi Aceh TUJUAN PROGRAM / KEGIATAN SASARAN INDIKATOR lainnya pada wilayah kehutanan dari 10 KTH tertentu di Hutan Lindung. c. Penerimaan sumbangan pihak ketiga dari ijin usaha HKm (4 lokasi) 4 kegiatan. d. Penerimaan perdagangan karbon selama Mengoptimalkan pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK), Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), jasa wisata, perdagangan karbon, dan jasa lingkungan lainnya melalui skema kemitraan pada wilayah tertentu. Monitoring dan Pembinaan ijin usaha HKm dan Kemitraan Kehutanan. Program peningkatan usaha kehutanan. Kegiatan : 1.Pemanfaatan Sumber daya hutan Kemitraan pemanfaatan HHK pada wilayah tertentu di Hutan Produksi Pengolahan dan pemasaran hasil hutan Terlaksananya Monitoring dan Pembinaan ijin usaha HKm dan Kemitraan Kehutanan. Tersusunnya pengembangan KPH. rencana Usaha Terwujudnya Kemitraan pemanfaatan HHK, HHBK, Perdagangan Karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu di Hutan Produksi. Terlaksananya pengolahan dan pemasaran hasil hutan. 7 tahun. a. Monitoring dan pembinaan pemanfaatan kawasan hutan 10 kegiatan. b. Monitoring dan pembinaan Kemitraan pemanfaatan kawasan hutan 4 kegiatan. a. Buku bisnis plan pemanfaatan hutan 1 judul. b. Publikasi Buku bisnis plan pemanfaatan hutan 1 kegiatan. c. Pemanfaatan HHK pada wilayah tertentu oleh KPH 1 kegiatan a. Kerjasama kemitraan kehutanan pada wilayah tertentu di Hutan Produksi 2 KTH. b. Penerimaan bagi hasil kemitraan kehutanan 2 kegiatan. c. Penerimaan sumbangan pihak ketiga pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan serta kemitraan kehutanan 2 kegiatan. a. Pembangunan Industri Pengolahan HHBK 2 titik pada 2 Wilayah BKPH b. Pembangunan Industri Perkayuan 1 86

96 TUJUAN PROGRAM / KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Wilayah. Monitoring dan Pembinaan ijin usaha pemanfaatan HHK-HT, dan HHK-HA kemitraan. Terlaksananya Monitoring dan Pembinaan ijin usaha pemanfaatan HHK-HT, dan HHK-HA kemitraan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Wilayah III Provinsi Aceh c. Pemasaran Hasil Hutan Kayu 1 kegiatan. a. Monitoring dan pembinaan Pemegang ijin usaha pemanfaatan HHK-HT 4. kegiatan. b. Monitoring dan pembinaan Pemegang ijin usaha pemanfaatan HHK-HA Kemitraan 4 kegiatan 87

97 Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal IV. ANALISIS DAN PROYEKSI A. Analisis dan Proyeksi Core Business B. Analisis Hasil Hutan Bukan Kayu C. Analisis Kelayakan Usaha D. Skema Pengelola Core Business 1

98 KPH Wilayah III Provinsi Aceh IV. ANALISIS DAN PROYEKSI Bagian ini merupakan ulasan teknis dari core business KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh melalui proses analisis serta membuat proyeksi 10 tahun kedepan. Secara sistematis, bagian ini terdiri dari 3 sub bagian, yaitu ; a) analisis dan proyeksi core business, b) analisis hasil hutan bukan kayu (HHBK), c) analisis hasil hutan kayu (HHK), dan d) skema pengelolaan core bussines. Uraian ringkas keempat sub bagian analisis dan proyeksi tersebut adalah sebagai berikut : A. Analisis dan Proyeksi Core Business Analisis dan proyeksi HHBK dan HHK difokuskan untuk menganalisa nilai ekonomi dan nilai lingkungan dari masing-masing komoditi. Nilai ekonomi yang dianalisa, meliputi ; harga, rantai nilai, penyerapan tenaga kerja, pendapatan usaha, dan implikasi ekonomi dan PAD. Sedangkan nilai lingkungan yang dianalisa, meliputi : fungsi konservasi dan fungsi pengganti kayu khusus untuk komoditi HHBK, seperti terlihat pada Gambar 4.1. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) & non HHBK Analisis dan Proyeksi Hasil HutanKayu (HHK) Getah Pinus, rotan, dan silvofishery, silvopasture minyak atsiri, jernang, aren, damar, arang, Madu hutan, perdagangan karbon, dan wisata Nilai Ekonomi Harga Rantai nilai Penyerapan tenaga kerja Pendapatan usaha Implikasi ekonomi dan PAD Nilai Lingkungan Jenis-jenis kayu dari hutan tanaman (fast growing), seperti: jabon, sentang, sengon, cawardi. Gambar 4.1. Skema Analisis dan Proyeksi Core Business KPH Wilayah III Provinsi Aceh. 87

99 KPH Wilayah III Provinsi Aceh B. Analisis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Analisa dan proyeksi HHBK diarahkan pada komoditi yang menjadi unggulan dan yang sudah dikembangkan pada wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh seperti; Getah Pinus, rotan, dan silvofishery, silvopasture, minyak atsiri, jernang, aren, damar, arang, madu hutan, perdagangan karbon, dan wisata. Sedangkan tanaman MPTS lainnya dan non HHBK dalam rencana pengelolaan ini belum dilakukan analisis dan proyeksi. 1. Rotan Harga rotan asalan sangat bervariasi tergantung dari jenis dan ukuran, gambaran harga rotan pada tingkat petani seperti disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Harga Rata-Rata Berbagai Jenis Rotan di Tingkat Petani di Provinsi Aceh Jenis Rotan Kecil (Rp) Sedang (Rp) Besar (Rp) Keterangan Rotan Manao Harga per batang (Panjang 4 m) Slimit (Awe cut) Harga per kilogram Lilin 4000 Harga per kilogram Getah (Awe tabee) 3500 Harga per kilogram Semambo 2000 Harga per kilogram Sega 4000 Harga per kilogram Sumber : Hasil Studi Rotan di Provinsi ACEH Tahun 2014 Harga di tingkat pengumpul ditentukan oleh faktor jarak, atau biaya tranportasi dari petani sampai di tingkat pengumpul, penyusutan, pengolahan dll. Selain biaya transportasi, ada tambahan upah tenaga kerja yang bertugas memotong rotan, menaikkan dan menurunkan rotan dari kendaraan. Penyusutan yang dimaksud adalah kehilangan berat rotan sekaligus adanya seleksi, yang biasanya mencapai 50% dari berat asalnya. Pengolahan yang dimaksud adalah merunti (membersihkan) dan memasak/menggoreng rotan. Kisaran biaya ini berlaku untuk distribusi rotan yang ada dalam satu wilayah provinsi. pengumpul seperti disajikan pada Tabel 4.2. Rata-rata harga berbagai jenis rotan pada tingkat Untuk semua jenis rotan, harga di tingkat pedagang ke industri hilir (pabrik/pengrajin) menjadi dua kali lipat dari harga petani. Namun harga tersebut tidak dikenakan pajak, selama masih di wilayah provinsi Aceh. Pajak akan diberlakukan pada perdagangan antar provinsi. Perlu diketahui, regulasi yang ada tidak mendukung untuk peningkatan pendapatan petani rotan, sehingga harus ada pemutusan 88

100 KPH Wilayah III Provinsi Aceh matarantai perdagangan rotan yang cukup panjang agar pendapatan petani rotan meningkat. Tabel 4.2. Harga Rata-rata Berbagai Jenis Rotan asalan di Tingkat Pengumpul di Provinsi ACEH No Jenis Rotan Kecil (Rp) Sedang (Rp) Besar (Rp) Ket. 1. Manao Harga per batang (Panjang 4 m) 2. Slimit (Awe cut) Harga per kilogram 3. Lilin 7000 Harga per kilogram 4. Getah (Awe 6500 Harga per kilogram tabee) 5. Semambo 5000 Harga per kilogram 6. Sega 7000 Harga per kilogram Sumber : Hasil Studi Rotan di Provinsi ACEH Tahun 2014 Potensi Rotan di KPH Model Wilayah III Aceh, diperkirakan sebesar kurang lebih 700 ton per tahun. Dengan potensi yang cukup tinggi diharapkan akan memberikan implikasi ekonomi yang berarti bagi petani rotan maupun pendapatan asli daerah. Hal tersebut dapat terwujud bila rantai perdagangan rotan dapat diperpendek sampai kepada tingkat provinsi, yang berarti industri hilirnya juga berada di provinsi Aceh. Kenyataannya, industri hilir di Aceh belum mampu bersaing dengan industri di luar Aceh, seperti di Jawa. Bila melihat potensi rotan dalam kisaran 700 ton per tahun dan harga rata-rata rotan asalan, selain rotan Manau, pada tingkat petani sekitar Rp. 4500/kg; bisa diperkirakan nilai ekonomi pada tingkat petani sebesar Rp ; sedangkan pada tingkat pengumpul dengan harga rata-rata sekitar Rp. 7500/kg bernilai lebih kurang Rp ,-. Nilai tersebut akan mengalami perubahan pada tingkat pedagang sampai dengan tingkat pengrajin/ pemasaran (art shop); yang disebut sebagai rantai nilai. Rantai Nilai yang dimaksud di sini adalah perubahan nilai rotan karena adanya perubahan tempat dan bentuk rotan. Segmen yang dilihat mulai dari tingkat petani (produsen), pengumpul, pedagang, pengrajin, dan rantai pemasaran terakhir (art shop). Berapa nilai perubahan rotan mulai dari tingkat petani sampai dengan sampai pada tingkat art shop. Harga jual rata-rata rotan manao (ukuran kecil), yang merupakan jenis rotan spesifik aceh, di tingkat petani sebesar Rp. 6000,- per batang. Biaya yang dikeluarkan petani untuk budidaya tanaman rotan mendekati nol rupiah, karena rotan 89

101 KPH Wilayah III Provinsi Aceh tumbuh tanpa memerlukan pemeliharaan. Di tingkat pengumpul, harga menjadi Rp ; sedangkan pedagang rotan mengambil keuntungan untuk setiap batangnya ratarata Rp 3000,- Sampai di tingkat pengrajin rotan dibuat berbagai variasi kerajinan. Masing-masing produk kerajinan membutuhkan jumlah dan jenis rotan yang berbeda. Biasanya suatu produk kerajinan membutuhkan 2 (dua) atau lebih jenis rotan dan dalam jumlah yang bervariasi. Sampai di tingkat art shop, harga kerajinan dalam bentuk sebuah kursi dapat mencapai Rp Rp ,-. Dengan gambaran rantai nilai tersebut, dapat diketahui bahwa rotan memiliki implikasi ekonomi yang cukup luas dan pada akhirnya produk rotan dapat memiliki nilai berlipat ganda setelah diolah menjadi barang-barang kerajinan. 2. Minyak Atsiri dari Sereh Wangi (Cymbopogon nardus) Sereh wangi (Cymbopogon nardus) merupakan salah satu tanaman herbal berkhasiat sebagai obat. Minyak atsiri hasil sulingannya sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan, seperti bahan baku minyak gosok, campuran obat, sabun mandi, aromaterapi dan deodorant alami; bahkan sebagai bahan pengganti pestisida sintetik yang aman bagi lingkungan (Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, 2013) Potensi tanaman sereh wangi di KPHL Model Wilayah III Aceh tersebar sebagian di wilayah Gayo Lues dan sebagian lagi di daerah Linge, Aceh Tengah yang secara keseluruhan menempati lahan seluas Ha. Penanaman Sereh wangi di wilayah ini mengikuti pola agroforestry, sebagai tanaman sela pada tegakan Pinus. Untuk luasan 1 (satu) hektar tanaman dapat memproduksi minyak sereh wangi sebanyak 200 liter. Dengan demikian untuk luas keseluruhan diperkirakan dalam satu daur (3 bulan) dapat diperoleh produksi minyak sereh wangi sebanyak (enam juta) liter. Bila harga minyak sereh wangi terendah di tingkat petani pada saat ini sebesar Rp per liter, maka dapat diperkirakan penghasilan per tiga bulan yang akan diperoleh sebesar Rp , 00,- (sembilan ratus milyar rupiah), sedangkan di tingkat pedagang sebesar Rp per liter. Permintaan pasar dunia terhadap minyak atsiri dari sereh wangi cukup stabil dari tahun ke tahun. Beberapa negara yang selalu aktif membeli sereh wangi Indonesia antara lain adalah Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Australia, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, India, dan Taiwan (Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, 2013) 90

102 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Getah Pinus Pinus alam yang tersebar di Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Tengah dimanfaatkan untuk diambil getahnya. Pengelolaan Pinus alam yang sudah ada seluas 7500 hektar sudah dilakukan kerjasama dengan Perum Perhutani, Inhutani IV, CV Kembar Konstruksi dan CV Sarah Rasa di wilayah BKPH Linge Isaq. Meskipun dokumen Rencana Pengelolaan Hutan KPH Model Wilayah III Aceh belum disahkan, sebagai landasan hukum bagi pelaksaan pengelolaan getah pinus alam dan HHBK lainnya, Kepala Dinas Kehutanan Aceh, telah diberi Kuasa Khusus oleh Gubernur Aceh melalui surat Nomor: 05/Kuasa/2014 untuk dapat melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak mitra; sedangkan pelaksana di tingkat tapak adalah Kepala KPH. Produksi getah pinus yang sudah ada (untuk 7500 hektar) dengan potensi 500 batang pinus per hektar adalah sebesar 1 kg/batang/bulan. Dengan demikian, dapat diperkirakan pendapatan dari getah pinus alam yang ada sebanyak kurang lebih kg getah pinus/bulan. Bila harga getah pinus per kilogram saat ini adalah Rp /kg; berarti nilai ekonomi getah pinus saat ini sebesar Rp ,- (empat puluh satu milliard duaratus limapuluh juta rupiah). Besarnya pendapatan akan bertambah bila rencana penanaman Pinus pada lahan kosong seluas sekitar hektar, segera terwujud. Untuk keperluan penanaman lahan kosong tersebut sudah dipersiapkan kebun benih di Uring, Kabupaten Gayo Lues. 4. Jernang (Daemonorops spp.) Jernang adalah tanaman sejenis rotan yang tidak termasuk dalam marga Callamus, tetapi dalam marga Daemonorops. Namun tidak semua jenis dari marga Daemonorops dapat menghasilkan resin merah. Dari 150 jenis, hanya 12 jenis yang menghasilkan resin merah (Asra, 2013). Manfaat jenis rotan ini sangat beragam, selain batangnya sebagai tali pengikat sebagaimana jenis rotan lainnya, ternyata buah jernang juga mempunyai banyak manfaat. Getah dari kulit buah jernang mengandung senyawa dracoresen (11%), draco resinolanol (56 %), draco alban (2,5 %); sisanya asam benzoate dan asam bensolaktat. Getah jernang biasa digunakan sebagai campuran obat diare, disentri dan pembeku darah akibat luka, sebagai bahan baku pewarna porselen, pewarna marmer, bahan penyamakan kulit, bahan baku lipstick dan lain-lain. Sebaran tanaman Jernang di dunia terbatas hanya di India, Malaysia dan Indonesia. Bahkan di Indonesia, tanaman ini hanya terdapat di pulau Sumatera meliputi: Jambi, Aceh dan Riau; pulau Kalimantan (Barat, Tengah dan Selatan) dan Pulau Jawa. 91

103 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Namun keberadaan jenis ini di pulau Jawa saat ini sulit ditemukan. Sementara permintaan Jernang di pasar internasional cukup tinggi, terutama oleh Negara China, Thailand, Singapura dan Hongkong. Potensi buah Jernang di KPH Model Wilayah III Aceh, diperkirakan 10 ton per bulan. Produksi getah dari 100 kg buah Jernang akan menghasilkan 3,5 kg getah; dengan kisaran harga per kilogramnya, saat ini, sekitar Rp. 1,2 juta (usahajernangaceh.blogspot.com, 2014). Dengan potensi yang ada di wilayah ini, nilai ekonomi jernang lebih kurang Rp ,- per bulan. Dengan demikian, nilai ekonomi produk ini dalam setahun lebih kurang Rp ,- (lima miliar empat puluh juta rupiah). Nilai ini adalah nilai pada tingkat pedagang. Sebagai catatan bahwa potensi jernang tersebut semuanya berasal dari alam, belum ada masyarakat yang membudidayakan. Hal itu sangat mengkhawatirkan untuk kelestarian hasil jenis ini di masa yang akan datang, mengingat sebarannya yang terbatas. Khususnya Daemonorops draco yang mempunyai produksi getah terbanyak, jenis ini masuk dalam Red Liist IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) tahun 2006 sebagai tumbuhan yang terancam punah dan menurut Balai Informasi Kehutanan Provinsi Jambi (2009), jenis ini sudah dikategorikan langka. Dengan demikian untuk menjamin kelestarian hasil bahkan untuk meningkatkan produksi hasil hutan ini, perlu ada upaya budidaya. 5. Damar Harga damar asalan (baru diunduh dan belum disortir) saat ini berkisar antara Rp Rp per kilogram. Potensi damar di KPH Model Wilayah III berkisar 50 ton per bulan atau lebih kurang 600 ton per tahun. Dengan demikian nilai ekonomi damar di wilayah KPH Model Wilayah III Aceh sebesar lebih kurang Rp ,- per tahun. 6. Arang KPH Model Wilayah III Aceh memiliki hutan mangrove seluas hektar, yang tersebar di Kabupaten Tamiang (23.000Ha), Aceh Timur ( Ha) dan Kota Langsa (9.550 Ha). Dengan luas hutan mangrove tersebut, wilayah ini memiliki potensi arang kayu bakau yang cukup tinggi, diperkirakan total produksinya mencapai 615,6 ton per bulan; atau sebesar 7387,2 ton per tahun (Tabel 4.3). 92

104 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Permintaan komoditi arang kayu bakau yang cukup tinggi, menjadikan komoditi ini cukup menjanjikan sebagai lading bisnis bagi masyarakat sekitar hutan mangrove. Meskipun harga arang per kilogram nya hanya sekitar Rp di tingkat petani/pengumpul, namun di tingkat pedangan harganya bisa mencapai sekitar Rp Bila produksi sebesar 615,6 ton per bulan, dan terjual di pasaran, diperkirakan di tingkat pedagang mempunyai nilai keuntungan ekonomi kotor sebesar Rp per bulan; sedangakn di tingkat petani/pengumpul di wilayah KPH Model Wilayah III Aceh, nilai ekonomi sebelum dikurangi biaya produksi adalah berkisar Rp per bulan. Tabel 4.3. Produksi Arang Kayu Bakau di KPH Model Wilayah III Aceh Kabupaten Jumlah Dapur Kapasitas (ton) Total Produksi per bulan (ton) Langsa 67 28,3 115,6 Aceh Timur ,5 200 Aceh Tamiang Sumber: Studi Lapangan (2014) 7. Madu Hutan Tabel 4.4. Produksi Madu Hutan di KPH Model Wilayah III Aceh Produksi Perbulan Harga Perkilogram No Kabupaten ( Kg ) ( Rp ) 2 Aceh Timur 150 Rp 100,000 3 Aceh Tamiang 75 Rp 100,000 Jumlah ( Kg ) 225 Keterangan 8. Aren Tabel 4.5. Produksi Aren di KPH Model Wilayah III Aceh No Kabupaten Luas Tanam Produksi ( Ha ) ( Ton ) 1 Aceh Utara Aceh Timur Aceh Tamiang Gayo Lues Langsa Jumlah Keterangan 93

105 KPH Wilayah III Provinsi Aceh C. Analisis Kelayakan Usaha 1. Potensi Tegakan dan Rencana Pengembangan Tanaman Potensi tegakan dan komoditas tanaman unggulan, yang tumbuh secara alami dan yang sudah dikembangkan pada wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh antara lain tanaman hasil hutan kayu (HHK) seperti Pinus, serta hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti rotan, getah Pinus, minyak atsiri dari sereh wangi, jernang, damar dan arang bakau. Jenis tanaman tersebut merupakan komoditas tanaman utama yang akan dikembangkan dalam RPH-JP KPH Wilayah III Provinsi Aceh tahun , pada 3 (tiga) wilayah BKPH yaitu: BKPH Birem Bayeun, Kr. Tamiang dan LInge Isaq. Perkiraan luas dan jumlah potensi tanaman unggulan yang tumbuh secara alami, yang sudah dan yang direncanakan akan dikembangkan dalam RPH-JP KPH Wilayah III Provinsi Aceh tahun seperti disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Data Perkiraan Potensi dan Rencana Pengembangan HHK dan HHBK dalam RPH-JP KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (Statistik Kehutanan) No A. Jenis Komoditi Hasil Hutan Kayu Perkiraan Luas saat ini (Ha) Perkiraan potensi saat ini ( tahun) Daur Perkiraan pengembangan (Ha) Jumlah per Ha Jumlah produksi Per Ha Kel. Meranti m3 25 th m3 Kel. Rimba Campuran m3 20 th m3 Pinus m3 15 th m3 B. HHBK 1. Getah Pinus bulan btg kg 2. Sereh wangi bulan 200 liter 3. Rotan Arang 5. Jernang Damar Madu HUtan 8. Arang Bakau 7387,2 9. Aren 2. Pengelolaan Jasa Lingkungan 94

106 KPH Wilayah III Provinsi Aceh KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh memiliki potensi jasa lingkungan yang sangat prospektif untuk dikembangkan dan dikelola secara maksimal di masa mendatang untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan sumber pemasukan bagi pemerintah daerah. Potensi jasa lingkungan yang terdapat di wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh meliputi; wisata alam, air, dan cadangan karbon. Untuk wisata alam, wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh memiliki potensi yang sangat menarik mulai dari lingkungan perairan (wisata bahari) berupa pantai sampai dengan lingkungan hutan (wana wisata) berupa air terjun, keragaman hayati baik flora maupun fauna. Obyek wisata bahari yang berada di wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh yang sangat potensial untuk terus dikembangkan pengelolaannya. Sedangkan untuk obyek wana wisata di wilayah KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh yang saat ini sudah eksis sebagai salah satu tujuan wisata bagi wisatawan baik domestic maupun mancanegara yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut untuk pengelolaannya, seperti; Puncak Gunung Lembu di Kabupaten Gayo Lues. Lokasi rencana pengembangan wisata alam dan jasa lingkungan lainnya dalam RPH-JP KPH Wilayah III Provinsi Aceh tahun , akan dilakukan survey pada tahun Salah satu skema yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah dari potensi jasa lingkungan yang berada di wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh adalah melalui penerapan pembayaran jasa lingkungan yang ditujukan kepada penerima manfaat (beneficiary) dari keberadaan sumberdaya alam yang dinikmatinya tersebut. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan menaikkan tarif masuk pengunjung ke obyek-obyek wisata alam yang ada di wilayah KPH Model Wilayah III Aceh. Tentunya besar kecilnya kenaikan tarif yang akan diberlakukan nantinya didahului dari hasil kajian yang komprehensif. Penerimaan dana dari kenaikan tarif inilah yang nantinya akan dialokasikan untuk kegiatan konservasi dan peningkatan pelayanan kepada penerima manfaat. D. Skema Lembaga Pengelola Core Business Untuk mendukung pengelolaan core business secara optimal berupa usaha pemanfaatan, pengolahan dan pemasaran HHBK, HHK, jasa wisata, jasa air, jasa perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya, maka perlu upaya mendorong agar kelembagaan KPH Wilayah III Provinsi Aceh memiliki badan hukum yang memungkinkan untuk menjalankan usaha tersebut sebagaimana mestinya. Bentuk badan 95

107 KPH Wilayah III Provinsi Aceh hukum yang dapat menjadi alternatif pilihan untuk KPH Wilayah III Provinsi Aceh adalah Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau PPK BLUD. 96

108 KPH Wiayah III Provinsi Aceh BAB V RENCANA KEGIATAN A. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutan B. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu C. Pemberdayaan masyarakat. D. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan E. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin F. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pelaksanaan rehabilitaasi dan reklamasi pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan G. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam H. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin I. Koordinasi dan sinergi dengan Instansi dan Pemangku terkait J. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM K. Penyediaan pendanaan. L. Pengembangan database M. Rasionalisasi wilayah kelola. N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) O. Pengembangan investasi

109 KPH Wiayah III Provinsi Aceh V. RENCANA KEGIATAN A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan Inventarisasi hutan merupakan rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap pada seluruh wilayah KPH Model Wilayah III Aceh. Hasil inventarisasi digunakan sebagai dasar dalam pembagian blok/petak dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, sehingga perencanaan yang disusun dapat mengakomodir berbagai kepentingan para pihak. Perencanaan Program dan Kegiatan KPH Model Wilayah III Aceh mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun , Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun Berdasarkan hal tersebut ditetapkan Visi Misi KPH Model Wilayah III Aceh untuk tahun untuk selanjutnya dijabarkan dalam bentuk kegiatan - kegiatan guna mencapai tujuan KPH Model Wilayah III Aceh yang ditetapkan hingga tahun Kegiatan KPH Model Wilayah III Aceh selama 10 tahun mulai tahun adalah sebagai berikut : 1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutan Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa inventarisasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data serta informasi tentang sumberdaya, potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap. Tujuan dari pelaksanaan inventarisasi adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategi jangka panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi yang dilaksanakan. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun Wilayah pengelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya. Tata hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar - besarnya bagi masyarakat secara lestari. 97

110 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Inventarisasi berkala 5 Tahunan Inventarisasi berkala wilayah kelola KPH merupakan kegiatan berkala perlu dilakukan untuk mengetahui dengan tepat perubahan yang terjadi diwilayah KPH selama kurun waktu tertentu. Kegiatan berkala ini juga dapat mengakomodir perubahan yang terjadi pada kondisi biogeofisik dan dinamika sosial ekonomi dan budaya pada setiap blok pengelolaan hutan di wilayah KPH Model Wilayah III Aceh. Kegiatan ini dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data terkini dan akurat pada masing - masing Wilayah pengelolaan hutan, blok dan petak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan sesuai arah kebijakan pengelolaan yang telah ditetapkan dan perkembangan yang dicapai. Inventarisasi hutan secara berkala pelaksanannya mengacu pada pedoman inventarisasi hutan. Hasil inventarisasi ini memberikan gambaran tentang risalah kondisi wilayah pengelolaan hutan secara berkala sebagai berikut : Kondisi Awal Kondisi 5 tahun berikutnya dan dilengkapai dengan (uraian peningkatan dan penurunan serta permasalahan). Kondisi 10 tahun berikutnya dan dilengkapi dengan (uraian peningkatan dan penurunan serta permasalahan). Target kegiatan inventarisasi berkala ini menyebar pada 5 (lima) Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) di KPH Model Wilayah III Aceh, yang mencakup 3 (tiga) blok pengelolaan yaitu : Blok Hutan Lindung Inti, Hutan Lindung Pemanfaatan dan Hutan Produksi Pemanfaatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Selengkapnya uraian kegiatan inventarisasi pada wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh disajikan pada Tabel

111 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Tabel 5.1. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan KPH Wilayah III Provinsi Aceh kurun waktu 10 tahun kedepan ( ) Bidang Kegiatan A. Inventaris asi berkala wilayah kelola serta penataan hutan Strategi Pencapaian 1. Melakukan Inventarisas i Hutan Berkala pada 5 (lima) Wilayah BKPH Pada KPHL Wilayah III Aceh Program Kegiatan 1.a. Penyusunan rencana inventarisasi hutan 1.b. Penyiapan pelaksanaan inventarisasi hutan Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang - Penyusunan -Penyusunan rencana rencana inventarisasi inventarisasi hutan untuk hutan untuk jangka waktu jangka waktu 1 tahun 10 tahun - pembentukan tim - menyusun waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan invetarisasi hutan untuk jangka waktu 1 tahun - pembentukan tim - menyusun waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan invetarisasi hutan untuk jangka waktu 10 tahun Tahun pelaksa naan Tahun 2015 dan 2019 Tahun 2015 Rencana Anggara n 500 Juta per Pelaksan aan keg. Sumbe r Dana APBN, APBA, Donor/ Mitra 200 Juta APBN, APBA, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan BPKH Wilayah XVIII, Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten yang masuk wilayah KPH III Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh BPKH Wilayah XVIII, Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten yang masuk wilayah KPH III Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh 1.c. Pelaksanaan inventarisasi - Melaksanakan inventarisasi hutan pada - Melaksanakan inventarisasi hutan pada Tahun 2015 dan 1,5 Milyar dan 2,5 APBN, APBA, Donor/ BPKH Wilayah XVIII, Dinas 99

112 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian 2. Meman tapkan penataan Program Kegiatan berkala 1.d. Pengolahan dan pelaporan hasil inventarisasi 2.a. Pengukuhan tata batas Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang blok dan petak blok dan yang telah petak yang ditentukan telah ditentukan - Pengolahan data hasil inventarisasi - Membuat laporan - Sosialisasi tata batas kawasan - Pengolahan data hasil inventarisasi - Membuat laporan - Sosialisasi tata batas kawasan Tahun pelaksa naan Tahun 2019 Tahun 2015 dan Tahun 2019 Tahun 2015 s/d 2019 Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan Milyar Mitra Kehutanan Provinsi dan Kabupaten yang masuk wilayah KPH III Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh Provinsi Aceh 200 juta APBN, APBA, Donor/ Mitra 4 Milyar APBN, APBA, Donor/ BPKH Wilayah XVIII, Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten yang masuk wilayah KPH III Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh BPKH Wilayah XVIII, Dinas 100

113 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian kawasan Kesatuan pengelolaan Hutan Wiliyah III Aceh Program Kegiatan kawasan Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang KPHL Model KPHL Aceh Model Aceh - Pemeliharaan - Pemeliharaa jalur batas n jalur batas - Penanaman - Penanaman sepanjang sepanjang jalur batas jalur batas - Orientasi tata - Orientasi tata batas batas - Rekonstruksi - Rekonstruksi batas batas Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Mitra Pihak yang Berperan Kehutanan Provinsi dan Kabupaten yang masuk wilayah KPH III Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh 2.b. Penataan Blok dan Petak - Pengumpulan data dan analisis - Penyusunan draf rancangan blok dan petak - Konsultasi publik dan sosialisasi - Tata batas blok dan petak - Penetapan blok dan petak - Review blok - Pengumpulan data dan analisis - Penyusunan draf rancangan blok dan petak - Konsultasi publik dan sosialisasi - Tata batas blok dan petak - Penetapan blok dan petak Tahun 2015 s/d Milyar APBN, APBA, Donor/ Mitra BPKH Wilayah XVIII, Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten yang masuk wilayah KPH III Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh 101

114 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan B. Peman faatan hutan pada wilayah tertentu Strategi Pencapaian 1. Peningkatan pemanfaata n sumberdaya hutan di 5 (lima) wilayah BKPH pada KPHL Wil. III Aceh secara efisien dan berkelanjuta n Program Kegiatan 1.a. Pengemban gan pemanfaata n jasa lingkungan dan HHBK (Getah, Rotan, Arang bakau, Minyak Atsiri, Gaharu, Damar, Bambu, Aren, Lebah Madu dan Kelompok HHBK lainnya) Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang - Review blok - Menyusun - Menyusun strategi dan strategi dan regulasi regulasi pengusahaan pengusahaan jasa jasa lingkungan lingkungan dan HHBK dan HHBK - Pengembanga - Pengemban n produk jasa gan produk lingkungan jasa dan HHBK lingkungan - Peningkatan dan HHBK investasi - Peningkatan pengusahaan investasi - Peningkatan pengusahaa pelayanan dan n pengelolaan - Peningkatan jasa pelayanan lingkungan dan dan HHBK pengelolaan - Pengembanga jasa n jaringan lingkungan pengusahaan dan HHBK - Membangun - Pengemban mekanisme gan jaringan kontribusi pengusahaa pemanfaatan n jasa - Membangun Tahun pelaksa naan Setiap Tahun dari 2016 s/d 2025 Rencana Anggara n 1 Milyar per tahun Sumbe r Dana APBN, APBA, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten yang masuk wilayah KPH III Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, investor 102

115 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang lingkungan mekanisme dan HHBK kontribusi - Membangun pemanfaata sarana dan n jasa prasarana lingkungan pemanfaatan dan HHBK jasa - Membangun lingkungan sarana dan dan HHBK prasarana - Pengembanga pemanfaata n system n jasa informasi lingkungan pelayanan dan HHBK publik - Pengemban gan system informasi pelayanan publik Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan 1.b. Pengemban gan wisata alam - Menyusun strategi dan regulasi pengusahaa n wisata alam - Pengemban gan produk dan pelatihan - Menyusun strategi dan regulasi pengusahaa n wisata alam - Pengemban gan produk dan pelatihan Setiap Tahun dari 2016 s/d Milyar per Tahun APBN, APBA, Donor/ Mitra Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten yang masuk wilayah KPH III Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh dan 103

116 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang wisata alam wisata alam - Pengemban - Pengemban gan ramburambu gan rambu- dan rambu dan jalur jalur interpretasi interpretasi - Peningkatan - Peningkatan investasi investasi pengusahaa pengusahaa n n - Peningkatan - Peningkatan pelayanan pelayanan dan dan pengelolaan pengelolaan wisata alam wisata alam - Pengemban - Pengemban gan jaringan gan jaringan ekoturisme ekoturisme - Membangun - Membangun fasilitas fasilitas sarana dan sarana dan prasarana prasarana wisata alam wisata alam Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, investor 1.c. Pengemban gan HHK - Identifikasi dan inventarisasi potensi areal pengembang - Identifikasi dan inventarisasi potensi areal Setiap Tahun dari 2016 s/d ,5 Milyar per tahun APBN, APBA, Donor/ Mitra Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten yang masuk 104

117 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang an HHK pengemban - Menyusun gan HHK strategi dan - Menyusun regulasi strategi dan pengusahaa regulasi n HHK pengusahaa - Pengemban n HHK gan tanaman - Pengemban berkayu gan - Membangun tanaman mekanisme berkayu pemanfaatan - Membangun HHK mekanisme - Membangun pemanfaata sarana dan n HHK prasarana - Membangun pemanfaatan sarana dan HHK prasarana pemanfaata n HHK Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan wilayah KPH III Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh C. Pemberdayaan masyaraka t 1. Melakukan kegiatan Pengemban gan pemberdaya an masyarakat 1.a. Pengemban gan pemberdaya an masyarakat melalui ;Pemanfatan - Pendamping an, pendidikan dan pelatihan masyarakat - Menyusun perencanaan - Peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pengemban gan usahausaha ekonomi Setiap Tahun dari 2016 s/d Milyar per tahun APBN, APBA, Donor/ Mitra BPKH Wilayah XVIII, Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten yang masuk wilayah KPH 105

118 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian di sekitar kawasan hutan dalam 5 (lima) wilayah BKPH pada KPH Wil. III Aceh Program Kegiatan hutan bakau (silvofishery, arang, ekowisata); Budidaya tanaman Kelompok fast growing (Jabon, sentang, cawardi, sengon dll); Pemanfaata n Jasling dan ekowisata; Penangkara n (Rusa, Kambing Batu): Budidaya HHBK (Bambu, Jernang, Aren, Minyak Atsiri, Lebah fauna Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang dan kebutuhan desa melalui PRA - Pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengambila n kebijakan publik - Fasilitasi kelembagaa n perekonomi an masyarakat di sekitar kawasan - Pendamping an, pendidikan dan pelatihan masyarakat - Menyusun perencanaan dan kebutuhan desa melalui PRA - Pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengambila n kebijakan publik - Fasilitasi kelembagaa n perekonomi an masyarakat di sekitar kawasan Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan III Aceh, Bappeda, KPH Wilayah III Provinsi Aceh dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Dinas Prikanan Kelautan san Pertanaian, dan dinas lain yang tekait, CSO, Akademisi 106

119 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Madu Damar); Budidaya Tumbuhan obat Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan D. Pembinaa 2. Pengemban gan usaha kecil dan menengah 1. Penyusunan - Pembinaa n usaha kecil menengah pada pemanfaat an hutan bakau, HHBK, Jasa Lingkunga n, Ekowisata dan Penangkar an Satwa 1.a. Menyusun Bimbingan - Bimbingan intensif dan intensif dan bantuan kredit bantuan kredit murah murah - Penyuluhan - Penyuluhan dan dan bimbingan bimbingan intensif UKM intensif UKM dalam melihat dalam peluang dan melihat diversifikasi peluang dan usaha diversifikasi usaha - Pengemban gan - Pengemban gan Setiap tahun dari 2016 s/d 2025 Setiap Tahun 1 Milyar Per tahun 500 juta per tahun APBN, APBA, Donor/ Mitra APBN, APBA, Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Dinas Pertanian, Sosial, Koperasi dan UKM, Perdagangan, dan Kesra Kab/Kota, serta dukungan Bank Pemerintah (BRI, BNI dan lain-lain) Kementerian Kehutanan, 107

120 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan n dan pemantaua n (Controlli ng) pada areal KPH yang telah ada ijin pemanfaat an maupun penggunaa n kawasan hutan E. Penyeleng garaan rehabilitas i pada areal di luar ijin Strategi Pencapaian SOP antar kelembagaa n yang terkait Pengawasan dan pengendalia n terhadap pemegang ijin dan penggunaan kawasan hutan. 1. Pelibatan masyarakat dalam rangka rehabilitasi hutan pada kawasan hulu DAS dan kawasan pesisir/huta Program Kegiatan SOP kelembagaa n dan pelaksanaan wasdal terhadap pemegang ijin dan penggunaan kawasan hutan 1.a. Rehablitasi kawasan hutan pada kawasan hulu DAS dan kawasan pesisir di 5 (lima) wilayah Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang Kelembagaa n Organisasi KPH Model Aceh - Membentuk pola kemitraan dengan pemegang ijin yang ada disekitar ataupun di dalam kawasan KPH Wilayah III Provinsi Aceh Aceh - Reboisasi secara partisipatif - Pemeliharaa n tanaman - Pengayaan tanaman Kelembagaa n Organisasi KPH Model Aceh Membentuk pola kemitraan dengan pemegang ijin yang ada disekitar ataupun di dalam kawasan KPH Wilayah III Provinsi - Reboisasi secara partisipatif - Pemeliharaa n tanaman - Pengayaan tanaman Tahun pelaksa naan 2016 s/d 2025 Setiap Tahun dari 2016 s/d 2025 Rencana Anggara n 1 Milyar per Tahun Sumbe r Dana Donor/ Mitra APBN, APBA, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan BPKH Wilayah XVIII, Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Pemegang ijin Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, CSO Kementerian Kehutanan (BPDAS), Dinas Pertanian Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi 108

121 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Jangka Pendek Kegiatan Jangka Panjang Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan n bakau BKPH Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh 2. melakukan rehabilitasi pada areal di luar ijin melalui penerapan teknik konservasi tanah dan air 2.a. Pelestarian dan perlindunga Melakukan pengkayaan penanaman pohon hingga Melakukan pengkayaan penanaman pohon Setiap Tahun dari 2016 s/d 2 Milyar per tahun APBN, APBA, Donor/ Mitra Kementerian Kehutanan (BPDAS Asahan n kawasan 75% dari areal hingga 2025 Barumun), mata air jalur hijau bagi 100% dari Dinas melalui kegiatan vegetatif 50% dari jumlah mata air yang ada di KPH Wilayah III Provinsi Aceh areal jalur hijau bagi seluruh (100%) mata air yang ada di KPH Wilayah III Provinsi Aceh Pertanian Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh 2.b. -Intensifikasi - Sosialisasi Setiap 2 - Kementerian 109

122 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Penerapan teknologi tepat guna (Teknik Konservasi Tanah dan Air dengan Pendekatan Vegetatif) pada 3 (tiga) wilayah BKPH Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang Penerapan pola tanam teknik tumpang sari, konservasi tumpang gilir, tanah dan air penaman dengan dalam strip pendekatan serta vegetatif pada penggunaan lahan pertanian mulsa dalam melalui program kegiatan intensifikasi pertanian pertanian rakyat. Tahun pelaksa naan Tahun dari 2016 s/d 2025 Rencana Anggara n Milyar per tahun Sumbe r Dana APBN, APBA, Donor / Mitra Pihak yang Berperan Kehutanan (BPDAS), Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh F. Pembinaan dan pemantaua n (controllin g) pelaksanaa n 1. Mengemban gkan sistem dan mekanisme pembinaan dan pemantauan pada 1. a. Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada areal - Pengembanga n sistem dan mekanisme pembinaan dan pemantauan pada KPHP Model Aceh - Membentuk - Pengembanga n sistem dan mekanisme pembinaan dan pemantauan pada KPHP Model Aceh - Membentuk Setiap tahun 2016 s/d Juta per Tahun APBN, APBA, Donor/ Mitra Kementerian Kehutanan (BPDAS), Dinas Kehutanan Kabupaten dan Provinsi Aceh, KPH Wilayah III 110

123 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan rehabilitaa si dan reklamasi pada areal yang sudah ada ijin pemanfaat an dan penggunaa n kawasan hutan. Strategi Pencapaian IUPHHK- HTI dan IUPHHK- HKm serta penggunaan kawasana pada areal kerja KPHL Unit III Aceh Program Kegiatan HTI dan HKm serta penggunaan kawasan. Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang pola pola kemitraan kemitraan dengan dengan pemegang ijin pemegang ijin yang ada yang ada dalam disekitar kawasan KPH ataupun di Wilayah III dalam Aceh kawasan KPH Wilayah III Provinsi Aceh Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan Provinsi Aceh, Pemegang Ijin, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh G. Penyeleng garaan perlindung an hutan dan konservasi alam 1. Pemeliharaa n dan peningkatan fungsi ekosistem KPH Wil III Aceh 1.a. Rehabilitasi hutan pada wilayah BKPH prioritas - Rehabilitasi hutan rusak dan lahan krisis - Rehabilitasi daerah rawan bencana - Rehabilitasi untuk perlindungan mata air - Pengkayaan tanaman HHBK pada hutan sekunder - Rehabilitasi hutan rusak dan lahan krisis - Rehabilitasi daerah rawan bencana - Rehabilitasi untuk perlindungan mata air - Pengkayaan tanaman HHBK pada hutan sekunder - Melakukan kegiatan Setiap Tahun dari 2016 s/d Milyar per tahun APBN, APBA, Donor/ Mitra Kementerian Kehutanan (BPDAS, BBKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah 111

124 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan 1.b. Penataan dan pengemban gan sistem agroforestry (kebun campuran) Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang - Melakukan kegiatan penghijauan di lahan hutan dan lahan masyarakat yang tergolong kritis mencapai 30% dari kawasan lahan yang masih kosong - Sosialisasi teknologi/ sistem agroforestry yang memberikan hasil maksimum, namun sekaligus berfungsi perlindungan (proteksi) terhadap degradasi penghijauan di lahan hutan dan lahan masyarakat yang tergolong kritis mencapai 100% dari kawasan lahan yang masih kosong. - Mengembang kan sistem agroforestry yang banyak dilakukan masyarakat yang sekedar merupakan percampuran antara pepohonan dengan tanaman pertanian namun belum Tahun pelaksa naan Setiap tahun mulai tahun 2017 Rencana Anggara n Sumbe r Dana 700 Juta APBN, APBA, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan III Provinsi Aceh Kementerian Kehutanan (BPDAS, BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan Provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di 112

125 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang lahan dan memberikan lingkungan hasil optimal, baik terhadap pendapatan maupun pencegahan degradasi lingkungan Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan KPH Wilayah III Provinsi Aceh 1.c. Pelestarian dan perlindunga n kawasan mata air melalui kegiatan vegetatif - 1.d. Penerapan - Melakukan pengkayaan penanaman pohon hingga 75% dari areal jalur hijau bagi 50% dari jumlah mata air yang ada di KPH Wilayah III Provinsi Aceh -Intensifikasi Penerapan - Melakukan pengkayaan penanaman pohon hingga 100% dari areal jalur hijau bagi seluruh (100%) mata air yang ada di KPH Wilayah III Provinsi Aceh - Sosialisasi pola tanam Setiap tahun mulai tahun 2017 Setiap tahun 700 Juta APBN, APBA, Donor/ Mitra 700 Juta APBN, APBA, Kementerian Kehutanan (BPDAS, BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan Provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh - Kementerian Kehutanan 113

126 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian 2. Pencegahan dan perlindunga n hutan. Program Kegiatan teknologi tepat guna (Teknik Konservasi Tanah dan Air dengan Pendekatan Vegetatif) 2.a. Pengamana n kawasan di setiap wilayah BKPH berbasis masyarakat Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang teknik tumpang sari, konservasi tumpang gilir, tanah dan air penaman dengan dalam strip pendekatan serta vegetatif pada penggunaan lahan pertanian mulsa dalam melalui program kegiatan intensifikasi pertanian pertanian rakyat. - Operasi illegal logging - Operasi perambahan kawasan - Operasi perladangan liar - Patroli rutin - Operasi - Operasi illegal logging - Operasi perambahan kawasan - Operasi perladangan liar - Patroli rutin - Operasi Tahun pelaksa naan mulai tahun 2017 Setiap Tahun mulai tahun 2016 Rencana Anggara n Sumbe r Dana Donor/ Mitra 2 Milyar APBN, APBD, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan (BPDAS Asahan Barumun, BBKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi 114

127 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan 2.b. Penegakan hukum 2.c. Pengendalia n kebakaran Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang gabungan dan gabungan dan mandiri mandiri - Koordinasi - Koordinasi perlindungan perlindungan dan keamanan dan keamanan - Gelar perkara - Penyelesaian kasus - Penanganan barang bukti - Koordinasi para pihak/mitra, instansi - Pembuatan peta daerah rawan - Gelar perkara - Penyelesaian kasus - Penanganan barang bukti - Koordinasi para pihak/mitra, instansi - Pembuatan peta daerah rawan Tahun pelaksa naan Setiap Tahun mulai tahun 2016 Setiap Tahun mulai Rencana Anggara n Sumbe r Dana 1 Milyar APBN, APBD, Donor/ Mitra 1 Milyar APBN, APBD, Donor/ Pihak yang Berperan Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh Kementerian Kehutanan (BPDAS 115

128 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan hutan lahan dan Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang kebakaran kebakaran hutan hutan - Pembentukan - Pembentukan regu regu pemadam pemadam kebakaran kebakaran - Membangun - Membangun sistem sistem peringatan peringatan dini dini - Penyadartahua - Penyadartahu n, kampanye an, kampanye - Pembuat film, - Pembuat film, brosur, leaflet, brosur, leaflet, poster poster - Kegiatan - Kegiatan masyarakat masyarakat Peduli Api Peduli Api - Penyiapan - Penyiapan sarana dan sarana dan prasarana prasarana pengendalian pengendalian kebakaran kebakaran hutan dan hutan dan lahan lahan - Pemulihan - Pemulihan dan dan rehabilitasi rehabilitasi kawasan kawasan Tahun pelaksa naan tahun 2016 Rencana Anggara n Sumbe r Dana Mitra Pihak yang Berperan,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh 116

129 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan H. Penyeleng garaan koordinasi dan sinkronisa si antar pemegang ijin 1. Membangun jaringan kemitraan 1.a. Membangun jaringan kemitraan - Membentuk forum komunikasi antar pihak - Koordinasi dan sinkronisasi program dengan lembaga dan instansi lain - Membentuk forum komunikasi antar pihak - Koordinasi dan sinkronisasi program dengan lembaga dan instansi lain Setiap Tahun mulai tahun juta APBN, APBD, Donor/ Mitra Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Pemegang Ijin, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, 117

130 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian 2. Pemetaan Konflik 3. Upaya resolusi konflik Program Kegiatan 2.a. Observasi dan pengamatan terlibat terhadap konflik 3.a. Membangun dialog dengan pihak yang berkonflik Mediasi, Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang Observasi dan pengamatan terlibat terhadap konflik Membangun dialog dengan pihak yang berkonflik Mediasi, perundingan dan pemecahan Observasi dan pengamatan terlibat terhadap konflik Membangun dialog dengan pihak yang berkonflik Mediasi, perundingan dan pemecahan Tahun pelaksa naan Setiap Tahun mulai tahun 2016 Setiap Tahun mulai tahun 2016 Rencana Anggara n Sumbe r Dana 200 juta APBN, APBD, Donor/ Mitra 700 juta APBN, APBD, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan Akademisi, CSO Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, CSO Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan 118

131 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan I. Koordinas i dan sinergi dengan Instansi dan stakeholde r terkait Strategi Pencapaian 1. Membangun komunikasi multipihak Program Kegiatan perundingan dan pemecahan permasalaha n konflik 1. a. Membangun komunikasi multipihak Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang permasalahan permasalahan konflik konflik - Pembentukan forum komunikasi pemangku adat di wilayah BKPH - Pembentukan forum komunikasi pimpinan kelompokkelompok pengelola - Kawasan di wilayah - Pembentukan forum komunikasi pemangku adat di wilayah BKPH - Pembentukan forum komunikasi pimpinan kelompokkelompok pengelola - Kawasan di wilayah Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, CSO Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Pemegang IjinAkademisi, dan masyarakat sekitar hutan di 119

132 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian 2. Pembangun an dan Program Kegiatan 1.b. Membangun media komunikasi bersama 2.a. Penyuluhan Kehutanan Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang selatan - Membangun komunikasi antar forum dan kph dan kph Membangun dan memperkuat media komunikasi Pertemuan reguler para pihak Penyusunan program penyuluhan selatan - Membangun komunikasi antar forum Membangun dan memperkuat media komunikasi Pertemuan reguler para pihak Penyusunan program penyuluhan Tahun pelaksa naan Setiap Tahun mulai Rencana Anggara n Sumbe r Dana 200 juta APBN, APBD, Donor/ Pihak yang Berperan KPH Wilayah III Provinsi Aceh Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, CSO, para pihak terkait Kementerian Kehutanan (BPDAS 120

133 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan J. Penyediaa n dan peningkata n kapasitas SDM Strategi Pencapaian penguatan kapasitas masyarakat dan kelembagaa n masyarakat untuk mendukung pengelolaan SDH berbasis nilai-nilai kearifan lokal 1. Meningkatk an kualitas dan kapasitas personil Program Kegiatan 1.a. Peningkatan kapasitas personil Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang Sosialisasi Sosialisasi peraturan peraturan perundangan perundangan berkitan dengan berkitan dengan pengelolaan pengelolaan hutan hutan Sosialisasi Sosialisasi kawasan KPH kawasan KPH Model Aceh Model Aceh Fokus group Fokus group diskusi diskusi Kunjungan ke Kunjungan ke anggota anggota kelompok tani kelompok tani hutan hutan - Pemetaan kompetensi personil KPH - Diklat SDM KPH - Peningkatan jenjang pendidikan personil KPH - Studi banding - Pemetaan kompetensi personil KPH - Diklat SDM KPH - Peningkatan jenjang pendidikan personil KPH - Studi banding Tahun pelaksa naan tahun 2016 Setiap Tahun mulai tahun 2016 Rencana Anggara n Sumbe r Dana Mitra 200 juta APBN, APBD, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, CSO Kementerian Kehutanan (BPDAS, BBKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, 121

134 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan 1.b. Peningkatan jumlah staf KPH Model Aceh 1.c. Penyusunan SOP dan Petunjuk Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang - Usulan formasi pegawa - Rekruitmen petugas lapangan - Penyusunan Prosedur Kerja/Operasi onal Balai - Usulan formasi pegawa - Rekruitmen petugas lapangan - Penyusunan Prosedur Kerja/Operasi onal Balai Tahun pelaksa naan Setiap Tahun mulai tahun 2016 Setiap Tahun mulai tahun Rencana Anggara n Sumbe r Dana 200 juta APBN, APBD, Donor/ Mitra 200 juta APBN, APBD, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), 122

135 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian 2. Monitoring dan Evaluasi Program Kegiatan Kerja/Tekni s 2.a. Monitoring pelaksanaan kegiatan pada KPH Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang KPH KPH - Penyusunan - Penyusunan Prosedur Prosedur Kerja/Operasi Kerja/Operasi onal Resort onal Resort KPH KPH - Penyusunan - Penyusunan Juklak/Juknis Juklak/Juknis Kegiatan Kegiatan - Monitoring pelaksanaan kegiatan jangka pendek pada KPH - Monitoring pelaksanaan kegiatan jangka panjang pada KPH Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan 2016 Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh Setiap Tahun mulai tahun juta APBN, APBD, Donor/ Mitra Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di 123

136 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian 3. Peningkatan Sarana dan Prasarana pada 5 (lima) BKPH Program Kegiatan 3.a.Peningk atan Sarana dan Prasarana melalui Pemeliharaa n, perbaikan dan rehabilitasi sarana dan prasarana Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang - Pembangun an/rehabilit asi Kantor Resort KPH - Pembangun an Rumah Jabatan dan Mess Lapangan - Pembangun an pondok kerja, pondok jaga dan pos jaga - Peningkatan peralatan kantor - Peningkatan perlengkapa n kerja petugas lapangan - Pengadaan peralatan komunikasi lapangan - Rehabilitasi Kantor Resort KPH - pemeliharaa n Rumah Jabatan dan Mess Lapangan - pemeliharaa n pondok kerja, pondok jaga dan pos jaga - Peningkatan peralatan kantor - Peningkatan perlengkapa n kerja petugas lapangan - Pengadaan peralatan komunikasi lapangan - Penyediaan Tahun pelaksa naan tahun 2016 Rencana Anggara n Sumbe r Dana 5 Milyar APBN, APBD, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan KPH Wilayah III Provinsi Aceh Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh 124

137 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang - Penyediaan sarana sarana penunjang penunjang dan dan pelayanan pelayanan pengelolaan pengelolaan wisata alam wisata alam - Pembangun - Pembangun an sarana an sarana pengelolaan pengelolaan air minum air minum dalam dalam kemasan kemasan - Pengadaan - Pengadaan peralatan peralatan pembuatan pembuatan air minum air minum dalam dalam kemasan kemasan - Pemeliharaa - Pemeliharaa n, perbaikan n, perbaikan dan dan rehabilitasi rehabilitasi sarana dan sarana dan prasarana prasarana Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan K. Penyediaa n 1. Menggalang sumber dana 1.a. k Membangun mekanisme - Memban gun mekanis - Memban gun mekanis Setiap Tahun mulai 250 juta APBN, APBD, Donor/ Kementerian Kehutanan (BPDAS 125

138 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan pendanaan para pihak penggalanga n dana L. Pengemba ngan database 1. Pembuatan Pusat Data 1.b. Penyusunan proposal dukungan pendanaan Membangun perencanaan program bersama 1.a. Penyiapan peralatan data base - Pelatihan Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang me me penggala penggal ngan angan dana dana - Penyusu nan proposal dukunga n pendana an - Memban gun perencan aan program bersama - Penyiapan peralatan data base - Pelatihan staf calon - Penyusu nan proposal dukunga n pendana an - Memban gun perenca naan program bersama - Penyiapan peralatan data base - Pelatihan staf calon Tahun pelaksa naan tahun 2016 Rencana Anggara n Sumbe r Dana Mitra Pihak yang Berperan,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi, dan pelaku usaha/investor Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, akademisi dan pelaku usaha/investor Dinas Kominfo, Dinas Kehutanan Kabupaten 126

139 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan staf calon pengelola data base - Penyusun an dan pengelola an sistem data base - Membang un manajeme n sistem pusat informasi - Pemelihar aan data base Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang pengelola data base - Penyusunan dan pengelolaan sistem data base - Membangun manajemen sistem pusat informasi - Pemeliharaan data base pengelola data base - Penyusunan dan pengelolaan sistem data base - Membangun manajemen sistem pusat informasi - Pemeliharaan data base Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh, dan pelaku usaha M. Rasionalis asi wilayah kelola. 1. Pemantapan kebijakan KPH Model Aceh 1.a. Pemantapan kebijakan KPH Model Aceh Penyusunan Perda/SK.Gub pendukung pengelolaan KPH Model Aceh Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Menengah Penyusunan Perda/SK.Gub pendukung pengelolaan KPH Model Aceh Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Menengah tahun Milyar APBN, APBD, Donor/ Mitra Kementerian Kehutanan (BPDAS, BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan Provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, 127

140 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan N. Review Rencana Pengelolaa n (minimal 5 tahun sekali) Strategi Pencapaian 1. Penyusunan rencana review pengelolaan kawasan KPH Wilayah III Provinsi Aceh Program Kegiatan 1.a. Penyusunan rencana review pengelolaan kawasan KPH Wilayah III Provinsi Aceh Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang (RPJM)/Renstra (RPJM)/Renstra, Rencana, Rencana Pengelolaan Pengelolaan Jangka Jangka Pendek/Rencana Pendek/Rencan Kerja Tahunan a Kerja Penyusunan Tahunan Usulan Rencana Penyusunan DPA-SKPD dan Usulan Rencana RKA-KL Dana DPA-SKPD dan Pusat/Kementeri RKA-KL Dana an Pusat/Kementer Review ian Rencana Review Pengelolaan Rencana Rapat koordinasi dalam rangka memberikan saran, masukan dan mengevaluasi rencana kegiatan yang telah dilakukan oleh stakeholder terkait di tingkat kabupaten/kota Pengelolaan Rapat koordinasi dalam rangka memberikan saran, masukan dan mengevaluasi rencana kegiatan yang telah dilakukan oleh stakeholder terkait di tingkat Tahun pelaksa naan Tahun 2016 Rencana Anggara n Sumbe r Dana 500 juta APBN, APBD, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh Kementerian Kehutanan (BPKH), Dinas Kehutanan Kabupaten dan Provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di 128

141 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan O. Pengemba ngan investasi Strategi Pencapaian 1. Peningkatan pemanfaata n Sumber daya hutan secara efisien dan berkelanjuta n Program Kegiatan 1.a. Pengemban gan pemanfaata n HHBK (Getah, Rotan, Arang bakau, Minyak Atsiri, Gaharu, Damar, Bambu, Aren, Lebah Madu dan Kelompok HHBK lainnya) dan jasa lingkungan secara berkelanjuta n Kegiatan Jangka Jangka Pendek Panjang kabupaten/kota - Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan jasa lingkungan dan HHBK - Pengemban gan dan pemanfaatan lestari produk jasa lingkungan dan HHBK - Peningkatan investasi pengusahaa n - Peningkatan pelayanan dan pengelolaan jasa lingkungan dan HHBK - Pengemban - Menyusun strategi dan regulasi pengusahaan jasa lingkungan dan HHBK - Pengemban gan dan pemanfaata n lestari produk jasa lingkungan dan HHBK - Peningkatan investasi pengusahaa n - Peningkatan pelayanan dan pengelolaan jasa lingkungan dan HHBK - Pengemban Tahun pelaksa naan Tahun 2016 Rencana Anggara n Sumbe r Dana 1 Milyar APBN, APBA, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan KPH Wilayah III Provinsi Aceh Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh 129

142 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang gan jaringan gan jaringan pengusahaa pengusahaa n n - Membangun - Membangun mekanisme mekanisme kontribusi kontribusi pemanfaatan pemanfaata jasa n jasa lingkungan lingkungan dan HHBK dan HHBK - Membangun - Membangun sarana dan sarana dan prasarana prasarana pemanfaatan pemanfaata jasa n jasa lingkungan lingkungan dan HHBK dan HHBK - Pengemban - Pengemban gan system gan system informasi informasi pelayanan pelayanan public public Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan 1.b. Pengemban gan wisata alam - Menyusun strategi dan regulasi pengusahaa n wisata alam - Menyusun strategi dan regulasi pengusahaa n wisata alam Tahun Milyar APBN, APBA, Donor/ Mitra Kementerian Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan 130

143 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang - Pengemban - Pengemban gan produk gan produk dan dan pelatihan pelatihan wisata alam wisata alam - Pengemban - Pengemban gan ramburambu gan rambu- dan rambu dan jalur jalur interpretasi interpretasi - Peningkatan - Peningkatan investasi investasi pengusahaa pengusahaa n n - Peningkatan - Peningkatan pelayanan pelayanan dan dan pengelolaan pengelolaan wisata alam wisata alam - Pengemban - Pengemban gan jaringan gan jaringan ekoturisme ekoturisme - Membangun - Membangun fasilitas fasilitas sarana dan sarana dan prasarana prasarana wisata alam wisata alam Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana Pihak yang Berperan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh 1.c. - Menyusun - Menyusun Tahun 1 Milyar APBN, Kementerian 131

144 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Bidang Kegiatan Strategi Pencapaian Program Kegiatan Pengemban gan HHK Kegiatan Jangka Pendek Jangka Panjang strategi dan strategi dan regulasi regulasi pengusahaa pengusahaa n HHK n HHK - Pengemban - Pengemban gan tanaman gan berkayu tanaman - Membangun berkayu mekanisme - Membangun pemanfaatan mekanisme HHK pemanfaata - Mengusahak n HHK an/memanfa - Mengusaha atkan kan/meman secara faatkan lestari HHK secara - Membangun lestari HHK sarana dan - Membangun prasarana sarana dan pemanfaatan prasarana HHK pemanfaata n HHK Tahun pelaksa naan Rencana Anggara n Sumbe r Dana 2018 APBA, Donor/ Mitra Pihak yang Berperan Kehutanan (BPDAS,BKSDA), Dinas Kehutanan Kabupaten dan provinsi Aceh, KPH Wilayah III Provinsi Aceh, Akademisi, dan masyarakat sekitar hutan di KPH Wilayah III Provinsi Aceh 132

145 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Rekonstruksi Batas Luar Wilayah KPH Kegiatan pembuatan batas luar wilayah KPH merupakan kegiatan fisik di lapangan lanjutan dari sketch mapping yang telah dilakukan dengan pendekatan GIS dan survey awal terhadap batas-batas kawasan budidaya penduduk/non kawasan hutan yang ada di lapangan. Batas luar KPH Model Wilayah III Aceh memisahkan Wilayah KPH dengan areal luarnya yang dapat berupa: Kawasan hutan yang termasuk KPH lain, Wilayah non kawasan hutan, Kawasan hutan dengan fungsi lain seperti kawan lindung, atau kawasan konservasi dan enclave untuk wilayah peruntukan lain, seperti: jalan, rumah karyawan, dan lain-lain. Untuk tahun 2014, belum ada pelaksanaan rekonstruksi batas luar KPH Wilayah III Provinsi Aceh begitu juga tata batas kawasan hutan di wilayah KPH Wilayah III Aceh. Namun, untuk tahun 2016 direncanakan pengukuran panjang trayek Rekonstruksi Batas Luar wilayah Pengelolaan KPH Wilayah III Provinsi Aceh (Tabel 5.2). Tabel 5.2. Rencana Pelaksanaan Rekonstruksi Batas Luar KPH Model Wilayah III Aceh Kawasan Hutan Kabuaten/ Kota Fungsi Hutan Tahun Pelaksanaan Rencana Panjang Batas (Km) Keteranga n Kr. Passe Bener HL BL Meriah Lampahan Bener HL BL Meriah Jambo Aye Aceh Timur/ HP BL Arakunto Aceh Utara Langsa Aceh Timur/ HL BL Kemuning Langsa Langsa Aceh Timur/ HL BL Seruwai Aceh Tamiang Total 260 Sumber : BPKH Wilayah XVIII Aceh,

146 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Penataan Batas Blok pada Wilayah KPH Tata batas blok dilaksanakan sebagai penataan lanjutan setelah tata batas terluar kawasan pengelolaan. Pembagian blok dilakukan berdasarkan kesamaan karakter fisiografi, kesamaan fungsi pengelolaan dan kemudahaan aksesibilitas, sehingga blok dapat dikelola secara efektif dan efesien. Adapun Jumlah Target rencana pelaksanaan penataan batas blok pada KPH Wilayah III Provinsi Aceh disajikan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Jumlah Target Trayek dan Rencana Pelaksanaan Tata Batas Blok pada KPH Model Wilayah III Aceh adalah : Blok Luas (Ha) Luas (%) HL inti 4, ,6721 HL Pemanfaatan ,224 HP Pemanfaatan HHK-HT ,979 HP Pemanfaatan HHK-HA ,076 HP Blok Pemberdayaan ,04 Total , Sumber : BPKH Wilayah XVIII Aceh, 2014 Panjang Trayek (km) Hasil yang dharapkan dari adanya kegiatan rekontruksi batas luar, penataan blok Adanya batas luar yang jelas mempunyai kepastian hukum yuridis formal di lapangan wilayah KPH Model Wilayah III Aceh yang meliputi tata batas Wilayah pengelolaan dan blok serta petak yang keberadaannya memperoleh legalitas dan pengakuan oleh seluruh pemangku kepentingan dan pemanfaatan kawasan hutan, sehingga menjamin kepastian areal pengelolaan kawasan hutan untuk produksi kayu, non kayu dan jasa lingkungan sebagai Wilayah manajemen terkecil. Kepastian luasan kawasan budidaya non kehutanan sebagai buffer lingkungan dan pembinaan sosial. Meningkatnya pengendalian dan kelestarian kawasan hutan sesuai dengan fungsinya. 134

147 KPH Wiayah III Provinsi Aceh B. Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga atau belum diminati oleh pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatanya. Wilayah kelola KPH Model Wilayah III Aceh yang belum diminati oleh investor akan dikelola sendiri sesuai dengan fungsi hutan dan potensinya. Pemanfaatan pada Wilayah tertentu akan dilaksanakan setelah KPH Model Wilayah III Aceh menerapkan Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) dan mendapat penunjukan dari Menteri Kehutanan. Wilayah tertentu pada KPH Model Wilayah III Aceh memiliki luas ± Ha yang didalamnya setidaknya terdapat 3 (tiga) blok yang direncanakan akan menjadi wilayah yang akan dikelola oleh KPH Model Wilayah III Aceh ke depannya, baik dengan pola swakelola maupun dengan kemitraan atau dengan investor, masyarakat ataupun pihak lain yang berminat. Selengkapnya sebaran spasial, kelas perusahaan dan rencana program kegiatan pada wilayah tertentu KPH Model Wilayah III Aceh disajikan pada Tabel 5.4. sampai dengan Tabel 5.8 Tabel 5.4. Sebaran Spasial dan Rencana Program Kegiatan pada Wilayah Tertentu KPH Model Wilayah III Aceh Kabupate n Aceh Tengah Aceh Timur Kecamatan Blok HL Inti (Ha) Blok HL Pemanfa atan (Ha) HP Pemanfaatan HHK-HA HP Pemanfaatan HHK-HT HP Pemberda yaan Luas Total (Ha) Bintang Kebayakan Kute Pinang Laut Tawar Linge Pegasing Banda Lue Alam Birem Bayeun Indra Lue Makmur Julok Madat Pante Beudari

148 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Aceh Utara Bener Meriah Gayo Lues Kota Langsa Aceh Tamiang Peureulak 4.62 Timur 4.62 Rantau Seulamat Ranto Peureulak Serbajadi Simpang Jernih 3 Simpang Ulim Suak Raya Cot Girek Langkahan Seunuddon Tanah Jambo Aye Bandar 8 Bukit Permata Pintu Rime Gayo Syiah Utama Timang Gajah Wih Pesam Blang Keujeren Pinding Rikit Gaib Langsa Lue Barat Langsa Lue Kota Langsa Lue Timur Bendahara Karang Baru Kejuruan Muda/ Tenggulun? Manyak Payet Seruway Tamiang Hulu

149 KPH Wiayah III Provinsi Aceh blank Luas total Sumber: Analisis GIS,

150 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Tabel 5.5. Pembagian Blok dan Penentuan Wilayah Tertentu Fungsi Hutan Blok Izin/Pemanfaatan/ penggunaan HL 1. Inti - Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Perlindungan ekosistem dan penyerapan karbon 2. Pemanfaatan - Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Wilayah Tertentu perlindungan ekosistem dan HP dan HPT 1. Pemanfaatan HHK-HT penyerapan karbon - Usaha Pemungutan HHBK (Madu hutan, jernang, rotan, damar) - KHDTK (Kebun Raya Aceh) a. Izin b. Wilayah Tertentu - Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (termasuk kayu mangrove) 2. Pemanfaatan HHK-HA Luas (Ha) Tahun Pelaksanaan Tahun 3 Skala Prioritas II Tahun 1 Tahun 2 Skala Prioritas II Tahun 2-10 Skala Prioritas II Tahun 1 10 Prioritas I a. Izin --- b. Wilayah Tertentu - HHK HA, Usaha Hasil Hutan Kayu Hutan Alam Restorasi Ekosistem 3. Pemanfaatan Kawasan, lingkungan dan HHBK a. Izin Tahun 2 Skala Prioritas II 138

151 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Fungsi Hutan Blok Izin/Pemanfaatan/ penggunaan b. Wilayah Tertentu - Usaha Pemanfaatan HHBK (Rotan, Jernang, Damar, Madu hutan) - Ekowisata 4. Pemanfaatan Kawasan, Luas (Ha) Tahun Pelaksanaan Tahun 1 Tahun I Prioritas I c. Izin - d. Wilayah Tertentu - Usaha Penggunaan Kawasan dgn Pola Pemberdayaan Masyarakat. Tahun 3 Prioritas 2 5. Pemberdayaan Masyarakat Tahun 1 a. Izin - b. Wilayah Pencadangan Wilayah Tertentu - Kerjasama pemanfaatan HHBK dan Jasa lingkungan - MoU/kerjasama Tahun 1-2 Tahun 1-2 Tahun 1-2 Tahun 2-3 Tahun 1 Tahun 1 139

152 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Tabel 5.6. Sebaran Lokasi Wilayah Tertentu dan Rencana Program Kegiatan Pada Wilayah Tertentu di KPH Model Wilayah III Aceh No Arahan Blok 1 HP Pemanfaatan Kelas Perusahaan Kelas Perusahaan Produksi Hutan Alam Program Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Hutan Alam Rencana Kegiatan - Usaha Pemungutan HHBK, perlindungan ekosistem, pemanfaatan jasa lingkungan dan penyerapan karbon Tahun Pelaksanaan Tahun 3 Prioritas 2 Lokasi BKPH Kr. Peureulak dan Birem Bayeun Jumlah (Ha) HP Pemanfaatan Kelas Perusaaaan Produksi Hutan Tanaman Pengusahaan Hutan Tanaman, Model Kemitraan dengan Investor Pencadangan Pengusahaan Hutan Tanaman, Model Kemitraan dengan Investor Membuka peluang kerjasama kemitraan dengan Investor dalam Pembangunan Hutan Tanaman Pinus - Membuka peluang kerjasama kemitraan dengan Investor dalam Pembangunan Hutan Tanaman - Pengembangan usaha HHBK getah pinus - Pengembangan usaha minyak sereh wangi Tahun 1-10 Prioritas 1 Tahun 1-5 Prioritas 1 BKPH Kr. Peureulak, Birem Bayeun dan Linge Isaq BKPH Linge Isaq

153 KPH Wiayah III Provinsi Aceh No Arahan Blok Kelas Perusahaan Program Rencana Kegiatan sebagai hasil agroforestry (Pinus- Sereh Wangi) Tahun Pelaksanaan Lokasi Jumlah (Ha) 3. Blok Hutan Produksi, Pemanfaatan dan Pemberdayaan Kelas Perusahaan Hutan Taaman Kemitraan - Fasilitasi Pengelolaan Pola Kemitraaan Tahun 1 4 wilayah BKPH Blok Hutan Lindung Pemanfaatan 5. Blok Hutan Lindung Inti Kelas Hutan Non Produksi untuk Perlindungan dan Pengawetan Tata Air serta Orologi Kelas Hutan Non Produksi untuk Perlindungan dan Pengawetan Perlindungan dan Pengawetan Tata Air dan Orologi Perlindungan dan Pengawetan Tata Air dan Orologi - Pemanfaatan jasa lingkungan dan penyerapan karbon - - Perlindungan dan pengamanan sumber mata air yang terdapat di dalam wilayah hutan pada setiap desa. Tahun 1 Tahun 1 2 wilayah BKPH BKPH Linge Isaq

154 KPH Wiayah III Provinsi Aceh No Arahan Blok Kelas Perusahaan Tata Air serta Orologi Sumber : Hasil Analisis SIG, 2014 Program - Rencana Kegiatan Tahun Pelaksanaan Lokasi Jumlah (Ha) 142

155 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Prioritas kegiatan pada pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu di dalam wilayah KPH Model Wilayah III Aceh direncanakan pada pengembangan 12 (duabelas) core business di wilayah-wilayah blok yang telah ditentukan. Pengembangan usaha tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pengelolaan dan Pengembangan Hutan Tanaman Pinus 2. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Getah Pinus 3. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Minyak Sereh Wangi 4. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Rotan 5. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Jernang 6. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Damar 7. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Madu Hutan 8. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Arang 9. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Aren 10. Pengelolaan Jasa Lingkungan dan Ekowisata 11. Pengelolaan dan Pengembangan Silvofishery 12. Pengelolaan dan Pengembangan Silvopasture Tabel 5.7. Prioritas Kegiatan Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu di KPH Model Wilayah III Aceh No Jenis Usaha Wilayah 1 Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Hutan Tanaman Pinus 2. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Getah Pinus HP Pemberda yaan HP Pemberda yaan Lokasi/ Kab/kota Aceh tengah dan Gayo Lues Aceh tengah dan Gayo Lues Luas (Ha) Tahun Pelaksana n Tahun 1-10 (Usaha Hutan Tanaman Pinus Arahan Pencapaian - Terbentuknya Usaha dan Kelembagaan Pengelola Hutan Tanaman Pinus - Terbangun usaha hutan tanaman pinus untuk mendukung bahan baku indutsri produk pengolahan pinus Terbentuknya Usaha dan Kelembagaan Pengelola Getah Pinus 143

156 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Rotan Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Minyak Sereh Wangi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Jernang HP Pemberda yaan HP Pemberda yaan HP Pemberda yaan Aceh Tengah dan Gayo Lues Tahun 1 Prioritas 1 - Terbangun usaha pengolahan getah pinus untuk mendukung bahan baku indutsri - Terbentuknya Usaha Pengelolaan rotan -Terbangun usaha tanaman rotan untuk mendukung bahan baku industri produk pengolahan rotan Terbangunnya usaha tanaman sereh wangi untuk mendukung keberlanjutan pengadaan bahan baku industri -Terbangun usaha pengolahan/peny ulingan minyak atsiri dari sereh wangi dengan bahan bakar selain kayu pinus - Terbentuknya hutan tanaman jenis kayu lain sebagai pengganti kayu pinus untuk bahan bakar penyulingan Terbentuknya Usaha Pengelolaan Jernang -Terbangunnya usaha tanaman jernang untuk mendukung keberlanjutan 144

157 KPH Wiayah III Provinsi Aceh pengadaan bahan baku industri 6. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Damar HP Pemberda yaan Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Madu Hutan Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Arang HP Pemberda yaan HP Pemberda yaan Semua kabupaten yang termasuk dalam KPH Model Wilayah III Langsa, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang Terbentuknya Usaha Pengelolaan Madu hutan alam -Terbentuk koperasi bagi petani madu Terbentuknya Usaha Pengelolaan arang bakau yang berkelanjutan 9. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Aren HP Pemberda yaan 2500 Terbentuknya Usaha Pengolahan aren dan koperasi petani Pengelolaan Jasa Lingkungan dan Ekowisata Pengelolaan dan Pengembangan Silvofishery HP Pemberda yaan HP Pemberda yaan Gayo Lues, Aceh Tamiang dan Kota Langsa Aceh Tamiang Terbentuknya Lembaga Pengelola Ekowisata berbasis masyarakat Terbentuknya Usaha Pengelolaan komoditi unggulan dari tambak mangrove 12. Pengelolaan dan Pengembangan Silvopasture HP Pemberda yaan Bener Meriah 2000 Sumber: Hasil Analisis Potensi (2014). 145

158 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Selanjutnya untuk melaksanakan program-program kerja yang telah diuraikan di atas maka terdapat beberapa kegiatan strategis yang perlu dilakukan dalam pemanfaatan wilayah tertentu pada KPH Model Wilayah III Aceh Periode Selengkapnya disajikan pada Table 5.8. Tabel 5.8. Rekapitulasi Rencana Kegiatan Strategis Pemanfaatan Pada Wilayah Tertentu KPH Model Wilayah III Aceh dan Target Capaiannya No Uraian Kegiatan Target pencapaian 1 Inventarisasi hutan Diperoleh data potensi baik kayu maupun non kayu pada wilayah tertentu Diketahuinya penyebaran kelas diameter berbagai Tahun I jenis tegakan komersil dan non komersil. 3 Penataan hutan dan penetapan areal kelola pemanfaatan wilayah tertentu KPH MODEL WILAYAH III ACEH Tahun II 2. Prakondisi KPH MODEL WILAYAH III PROVINSI ACEH menerapkan pola Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) Tahun I 4 Pembuatan Buisiness plan dan Penentuan kelas perusahaan ( KP ) 5. Oprasionalisasi Pengusahaan Hutan Tanaman dan Hutan Alam Tahun I 6. Operasionalisasi Usaha Wisata pantai Tahun IV Ditetapkannya batas dan luas areal pemanfaatan, blok, petak dan anak petak pada areal pemanfaatan wilayah tertentu yang dikelola KPH MODEL WILAYAH III ACEH Berdasarkan Hasil inventarisasi dan penataan tersebut dapat dilakukan pengaturan hasil berdasarkan etat luas dan berdasarkan etat volume Penunjukan KPH Model Wilayah III Aceh mengelola wilayah tertentu oleh Mentri Penetapan KPH MODEL WILAYAH III ACEH sebagai lembaga yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD ) oleh Gubernur Tersusunnya Buku Buiiness plan dan Master plan Terbentuknya kelas perusahaan HHK, HHBK, JASLING Terlaksananya kegiatan Pengusahaan Hutan Tanaman pada areal wilayah tertentu Terbangunnya kemitraan dan kerjasama dengan investor dan atau masyarakat dalam kegiatan Pengusahaan Hutan Tersusunnnya buku Renstra Buisiness Tersusunnya RKT/bagan kerja Terbentuknya Operasionalisasi produksi dan pemasaran. Terlaksananya silvofishery berbasis wisata dan kuliner Terbangunya kerjasama dengan investor yang tertarik sebagai mitra pada pengusaaaan pariwisata tersebut. 146

159 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Operasionalisasi Usaha Ekowisata Tahun I 9 Operasionalisasi Usaha Jasa Lingkungan Tahun I Tersusunnya desain atau rancangan bangunan serta tata letak prasarana dan sarana pendukung wisata pantai. Adanya mekanisme pengelolaan wisata yang jelas dengan pihak investor (apabila usaha tersebut dilakukan dengan kerjasama kemitraan) Mengembangkan sistem promosi pariwisata lokasi bersangkutan melalui media oline (melalui internet), pamflet atau media lainnya Terlaksananya penangkaran rusa berbasis wisata dan kuliner Terlaksananya kegiatan Usaha eko wisata alam terbuka Terbangunya kerjasama dengan investor yang tertarik sebagai mitra pada pengusahaan ekowisata tersebut. Tersusunnya desain atau rancangan bangunan serta tata letak prasarana dan sarana pendukung ekowisata Adanya mekanisme pengelolaan wisata yang jelas dengan pihak investor (apabila usaha tersebut dilakukan dengan kerjasamaan kemitraan) Terlaksananya kegiatan usaha Jasling berbasis penjualan karbon pada hutan lindung C. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan dan pelibatan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan merupakan salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya hutan secara optimal dan berkelanjutan. Upaya tersebut dapat dilakukan baik melalui pengembangan kapasitas maupun pemberian akses pemanfaatan sumber daya hutan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Pemberdayaan masyarakat setempat tersebut merupakan kewajiban pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab KPH. Dalam implementasinya di wilayah KPH Model Wilayah III Aceh terdapat Blok Pemanfaatan dan Pemberdayaan masyarakat, yang lokasinya berada pada wilayah yang telah terdapat aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan tersebut atau masyarakat memiliki akses yang tinggi terhadap kawasan hutan tersebut dan berada di luar areal ijin pengusahaan hutan. Secara spasial lokasi blok Hutan Lindung pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat tersebar di 28 (dua puluh delapan) kecamatan dengan total 147

160 KPH Wiayah III Provinsi Aceh luas ± Ha. Penutupan lahan yang terdapat paling banyak pada blok tersebut berupa hutan lahan kering sekunder yaitu seluas ,13 hektar (Tabel 5.9). Tabel 5.9. Kondisi, Luas dan Letak Blok Hutan Produksi Pemanfaatan dan Pemberdayaan Masyarakat di KPH Model Wilayah III Aceh pada Wilayah Administrasi Kabuapten Aceh Tamiang, Kota Langsa, Aceh Timur dan Aceh Tengah No Arahan Blok Kabupaten Kecamatan Luas (Ha) Ket 1 Blok Pemanfaatan dan Pemberdayaan Aceh Tamiang Manyak Payet, Seureuway, Bendahara dan Tenggulun Blok Pemanfaatan dan Pemberdayaan Aceh Timur Jambur Labu 4000 Blok Pemanfaatan dan 3 Pemberdayaan Aceh Tengah Linge Blok Pemanfaatan dan 4. Pemberdayaan Kota Langsa Kuala Langsa 1000 JUMLAH Sumber : Hasil Analisis SIG, 2014 Selanjutnya Rencana Kegiatan yang akan dilaksanakan pada Blok Pemanfaatan dan Pemberdayaan Masyarakat selama jangka di KPH Model Wilayah III Aceh disajikan pada Table N o Tabel Rencana Kegiatan Blok Hutan Produksi Pemanfaatan dan Pemberdayaan Masyarakat KPH Model Wilayah III Aceh Tahun Luas Rencana Indikator Lokasi Pelaksanaa Wilaya Kegiatan Pencapaian n h (Ha) 1 Pemanfaata n melalui pola kemitraan untuk getah Pinus 2 Pemanfaata n areal eks perambahan Aceh Tengan Aceh Timur, Kota Langsa dan Tamian g Terbitnya MoU Terbentukny a Usaha Pemanfaata n HHBK Terbitnya MoU Terarahnya pola pemanfaatan kawasan Pendampinga n Kelembagaan KPH Model Wilayah III Aceh Kelompok Tani KPH Model Wilayah III Aceh 148

161 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Untuk mendukung kegiatan pengembangan masyarakat pada blok pemanfaatan dan pemberdayaan secara lebih luas dari aspek kapasitas sumberdaya manusia, sosial ekonomi, dan kelembagaannya, maka perlu diperluas dengan program kegiatan lainnya yang terukur. Kegiatan pendukung dalam meningkatkan kapasitas dan kemampuan di dalam dan sekitar areal KPH Model Wilayah III Aceh terlihat pada Tabel Tabel Rekapitulasi Rencana Kegiatan Pendukung Dalam Pemberdayaan Masyarakat KPH Model Wilayah III Aceh Jangka No Uraian Kegiatan Indikator /Target 1 Pengembangan Sumber daya Manusia (petani, Terlaksananya kegiatan Polhut, peneliti, pelaku bisnis, Birokrasi, LSM) ; pelatihan, studi banding, Pelatihan workshop/seminar, kursus Studi banding dan magang Workshop/Seminar Kursus / magang 2 Pengembangan Kelembagaan ekonomi Rakyat Terwujudnya regulasi, Membuat Regulasi terbentuknya forum multi Pembentukan Forum MultipiHak pihak dan terlaksananya Pendampingan Kelembagaan pendampingan kelembagaan 3 Pengembangan kemampuan Permodalan Terbangunnya skema Membangun skema mikro finance untuk mikro finance masyarakat 4 Peningkatan Daya Saing Terwujudnya sertifikasi Sertifikasi produk produk dan industrialisasi Industrialisasi produk berbasis masyarakat produk berbasis (home industri) masyarakat 5 Pembinaan jejaring dan kemitraan Terlaksananya kemitraan Kemitraan bisnis bisnis,perlindungan dan Kemitraan Perlindungan dan konservasi hutan konservasi hutan 6 Membangun model kelembagaan masyarakat Terbangunnya model sekitar hutan produksi dalam rangka peningkatan kelembagaan masyarakat usaha masyarakat sekitar hutan produksi sekitar hutan produksi 7 Fasilitasi Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat dan Terbangunnya HTR, HD dan Hutan Desa serta Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hkm 8 Pengembangan sentra HHBK unggulan Berkembangnya HHBK Berdasarkan Tabel 5.11, secara teknis program pemberdayaan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan khusus pada Blok Pemanfaatan dan Pemberdayaan Masyarakat pada KPH Model Wilayah III Aceh, dapat dilakukan dengan skema Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan dan Pengembangan HHBK. 149

162 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Untuk menunjang upaya sinergisitas dan kerjasama antar pihak, maka KPH Model Wilayah III Aceh memfasilitasi terbentuknya forum multi pihak. Pembentukan forum ini dalam rangka mengakomodir aspirasi dari berbagai pihak dan membangun jejaring kemitraan. Untuk kegiatan pemberdayaan yang direncanakan akan dilakukan dengan skema HTR atau HKM, beberapa kegiatan pokok yang perlu dilakukan, antara lain : 1. Mengembangkan skema Hutan Tanaman Rakyat (HTR) pola mandiri atau pola developer, dan atau pola kemitraan pada kawasan hutan produksi yang tidak produktif atau telah dirambah oleh masyrakat. 2. Fasilitasi pembentukan kelompok tani HTR atau HKm serta pengurusan proses perolehan ijin IUPHK-HTR dan IUPHHKm dilakukan secara kemitraan antara lembaga pengelola KPH Wilayah III Provinsi Aceh, kelompok tani HTR dan HKm, Lembaga Dinas Kehutanan dan UPT Kementerian Kehutanan yang membidangi HTR dan HKM. Pelaksanaan kegiatan pada Blok HP Pemanfaatan dan Pemberdayaan Masyarakat bertujuan untuk meningkatkan serapan tenaga kerja lokal, proses kemitraan dan penyediaan akses usaha kehutanan dan ekonomi produktif lainnya bagi masyarakat. Diperlukan prasyarat awal untuk melaksanakan program kegiatan dan pencapaian tujuan dari rencana pengembangan blok pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah KPH Model Wilayah III Aceh (Tabel 5.12). 150

163 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Tabel Rencana Pemberdayaan Masyarakat dalam Bentuk Penyerapan Tenaga Lokal, Kemitraan, Penyediaan Akses Usaha Kehutanan dan Ekonomi Produktif lainnya No Kegiatan Tujuan Metode Lokasi Waktu Hasil 1 Sosialisasi KPH (membangun kepercayaan ke masyarakat dan pemerintah desa) 2. Mengumpulkan data desa (monografi atau profil desa) memperkenalkan rencana kerja KPH Wilayah III Provinsi Aceh dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan KPH Wilayah III Provinsi Aceh - Data desa, data BPS, identifikasi program-program yang masuk ke desa. - identifikasi institusi desa, tokoh masyarakat, karang taruna, kelompok tani, kelompok pengelolah hutan, dll Pendekatan Interpersonal dan Kelembagaan Pendekatan Interpersonal dan Kelembagaan Prioritas lokasi Desa yang memiliki potensi Prioritas Lokasi Hutan Tanaman pinus dan rotan Tahun 1 Tahun 1 KPH Wilayah III Provinsi Aceh dikenal oleh masyarakat di sekitar Wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh secara Umum Data Desa 151

164 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Lokakarya atau pertemuan-pertemuan kampung (desa) Menghimpun data dari masyarakat/kelompok, Sejarah Desa/Kelompok, Analisis potensi, Analisis Stakeholder, keterlibatan para pihak FGD (Focus Group Discussion), Prioritas Lokasi Hutan Tanaman pinus dan rotan Tahun 1 Historis Daerah, Potensi Desa (SDA) Jenis Program yang masuk, Terlibatnya pemangku kepentingan Penilaian tentang kebutuhan kapasitas Peran serta Masyarakat dalam aktifitas kelompok, transformasi pengetahuan, membangun dalam upaya meningkatkan penghasilan kelompok/masyarakat. Menetukan komoditi prioritas berdasarkan pasar. FGD (Focus Group Discussion), Prioritas Lokasi HKm dan HTR Tahun 1 Kelompok desa, ruang saling berbagi informasi, menilai komiditi yang menjadi prioritas desa 4. Jasa lingkungan : Menunjang nilai ekonomi FGD (Focus Group Discussion), Tahun 1 Tata kelola berdasarkan jasa lingkungannya 152

165 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Dengan memanfaatkan Teknologi SIG maka dapat diketahui kecamatan/desa-desa pada blok pemanfaatan dan pemberdayaan yang menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung pengelolaan hutan yang lestari dan berkelanjutan di wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh. Sebaran kecamatan/desa sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat pada Blok Hutan Produksi (HP) Pemanfaatan dan Pemberdayaan KPH Model Wilayah III Aceh, baik yang kegiatannya telah berjalan saat ini maupun yang masih tahap perencanaan atau pencadangan disajikan pada Tabel Tabel Sebaran Desa-Desa Sasaran Kegiatan Pemberdayaan pada Blok HP Pemanfatan dan Pemberdayaan Masyarakat KPH Model Wilayah III Aceh No PEMANFAATAN Kecamatan Pemanfaatan eks Areal Perambahan untuk Karet Pemanfaatan eks Areal Perambahan untuk MPTS dan Sawit Pemanfaatan Areal Mangrove untuk Jasa Lingkungan, HHBK dan Arang Pemanfaatan untuk getah Pinus dan rotan Desa/ Kelurahan Luas (Ha) Birem Bayeun Jambur labu 3500 Tenggulun Kaloy 4000 Bendahara, Manyak Payet, Seureuway Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Tengah Pusong Kapal, dan desa di sekitarnya Linge Isaq dan sekitarnya Ket Sumber : Hasil Analisis SIG, 2014 D. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada areal KPH yang telah ada Izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan Pada prinsipnya semua hutan dan kawasan hutan dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan sifat, karakteristik dan kerentanannya serta tidak dibenarkan mengubah fungsi pokok hutan, fungsi konservasi, lindung dan produksi. Kesesuaian ketiga fungsi tersebut sangat dinamis dan yang paling penting dalam pemanfaatan hutan dan kawasan hutan harus tetap sinergi. 153

166 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Secara umum pemanfaatan hutan pada hutan produksi dapat diselenggarakan melalui kegiatan : (1) pemanfaatan kawasan, (2) pemanfaatan jasa lingkungan, (3) pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu. Sebaliknya pemanfaatan hutan pada hutan lindung dibatasi pada jenis (1) pemanfaatan kawasan, (2) pemanfaatan jasa lingkungan, dan (3) Pemungutan hasil hutan bukan kayu. Untuk itu perlu diketahui keberadaan areal izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan yang tersebar di kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah KPH Model Wilayah III Aceh, seperti pada Tabel Tabel Areal KPH yang Telah ada Izin Pemanfaatan maupun Penggunaan Kawasan Hutan dan Dalam Proses Perijinan tersebut No Nama Izin Blok Kacamatan Luas(Ha) Jumlah 1 HKm BKPH Peureulak Peureulak HTI BKPH Peureulak, Peureulak, Birem Bayeun Linge dan 5 dan Linge isaq Birem bayeun Total Sumber : Analisis GIS, 2014 Penggunaan kawasan hutan bertujuan untuk mengatur penggunaan sebagian kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan diluar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan, sedangkan perubahan peruntukan kawasan hutan adalah perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan dan perubahan fungsi kawasan hutan adalah perubahan sebagian atau seluruh fungsi hutan dalam satu atau beberapa kelompok hutan menjadi fungsi kawasan hutan yang lain : (a) Pinjam pakai kawasan hutan Implementasi Penggunaan kawasan hutan adalah sebagai berikut : i) Hanya dapat dilakukan di dalam Kawasan Hutan Produksi dan atau Kawasan Hutan Lindung. ii) Dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan iii) Mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. iv) Kegiatan yang mempunyai tujuan strategis, dalam arti yang diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional terhadap 154

167 KPH Wiayah III Provinsi Aceh kedaulatan Negara, pertahanan keamanan Negara, pertumbuhan ekonomi, sosial budaya dan atau lingkungan seperti : - Religi, - Pertambangan, - Instalasi pembangkit, transmisi, distribusi listrik, teknologi energy baru dan terbarukan, - Pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar, radio, stasiun relay televisi, - Jalan umum, jalan tol, jalur kereta api, - sarana transportasi yang tidak dikatagorikan sebagai sarana transportasi umum untuk keperluan pengakutan Hasil produksi - Sarana prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan saluran air bersih dan atau air limbah, - Fasilitas umum, - Industri terkait kehutanan, - Pertahanan keamanan, dan - Prasarana penunjang keselamatan umum, penampungan sementara korban bencana alam. Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan dapat dilakukan pada kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. Pada hutan produksi dapat dilakukan dengan : a) Pola pertambangan terbuka b) Pola pertambangan bawah tanah. Sedangkan pada hutan lindung hanya dapat dilakukan penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah dengan ketentuan dilarang mengakibatkan : a) Turunnnya permukaan air tanah, b) Berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen c) Terjadi kerusakan akuiver air tanah. Penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan hutan : i) Izin pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi lahan, untuk kawasan hutan pada provinsi yang luas kawasan hutannya dibawah 30 % dari luas daerah aliran sungai, pulau dan atau provinsi, dengan ketentuan kompensasi lahan dengan rasio paling sedikit 1 : 1 untuk non komersial dan paling sedikit 1 : 2 untuk komersial 155

168 KPH Wiayah III Provinsi Aceh ii) Izin pinjam pakai kawasan hutan dengan kompensasi membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) penggunaan kawasan hutan dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai, untuk kawasan hutan pada Provinsi yang luas kawasan hutannya diatas 30 % dari luas daerah aliran sungai, pulau dan atau provinsi dengan ketentuan : 1) Penggunaan untuk non komersial dikenakan kompensasi membayar PNBP penggunaan kawasan hutan dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai dengan rasio 1 : 1. 2) Penggunaan untuk komerial dikenakan kompensasi membayar PNBP penggunaan kawasan hutan dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai paling sedikit dengan rasio 1 : 1. iii) Izin pinjam pakai kawasan hutan tanpa kompensasi lahan atau tanpa kompensasi membayar PNBP penggunaan kawasan hutan dan tanpa melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai dengan ketentuan Hanya untuk : 1) Kegiatan pertahanan Negara, sarana keselamatan lalu lintas laut dan udara, cek dam, embung, sabo dan sarana meteorology, klimatologi dan geofisika, 2).Kegiatan survey dan eksplorasi. Penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan hutan yang diberikan oleh Menteri Kehutanan. Penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan yang berdampak penting dan cakupan luas dan bernilai strategis Harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Menteri menerbitkan persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan sebelum menerbitkan izin pinjam pakai kawasan hutan kepada pemohon yang memenuhi persyaratan. Persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan diberikan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun sejak diterbitkan dan dapat diperpanjang berdasarkan Hasil evaluasi. Persetuan prinsip memuat kewajiban yang Harus dipenuhi oleh pemohon yang meliputi : i. Melaksanakan tata batas terhadap kawasan hutan yang disetujui dan lahan kompensasi serta proses pengukuhannya. ii. Melaksanakan inventarisasi tegakan. iii. Membuat pernyataan kesanggupan membayar penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penggunaan kawasan hutan dan melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai. 156

169 KPH Wiayah III Provinsi Aceh iv. Menyerahkan dan menghutankan lahan untuk dijadikan kawasan hutan dalam Hal kompensasi berupa lahan. v. Melaksanakan kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri. Dalam Hal pemegang persetujuan prinsip penggunaan kawasan hutan telah memenuhi seluruh kewajiban, Menteri Kehutanan menerbitkan izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan, yang didalam izin tersebut diantaranya berisi kewajiban pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Yang meliputi : i. Membayar Peneriman Negara Bukan Pajak (PNBP) penggunaan kawasan hutan. ii. Melakukan penanaman dalam rangka rehabiitasi daerah aliran sungai. iii. Melaksanakan reboisasi pada lahan kompensasi. iv. Menyelenggarakan perlindungan hutan. v. Melaksanakan reklamasi dan atau reboisasi pada kawasan hutan yang dipinjam pakai yang sudah tidak digunakan. vi. Melaksanakan kewajiban lain yang ditetapkan oleh menteri. (b) Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya KPH Wilayah III Provinsi Aceh tidak mempunyai peran dalam perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, namun sesuai dengan prinsip pengelolaan, maka setiap kegiatan yang berada diwilyah kelola KPH, maka KPH wajib mengetahuinya. PerubaHan peruntukan kawasan hutan adalah perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawaan hutan. Perubahan peruntukan kawasan hutan dilakukan untuk memenuhi tuntutan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat dengan tetap berlandaskan pada optimalisasi distribusi fungsi, manfaat kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan serta keberadaan kawasan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional. Perubahan peruntukan kawasan hutan meliputi : Perubahan peruntukan kawasan hutan dan perubahan fungsi kawasan hutan. Perubahan peruntukan Hanya dapat dilakukan pada hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas melalui tukar menukar kawasan hutan yang dapat dilakukan secara parsial atau untuk wilayah provinsi yang melalui tukar menukar kawasan hutan atau pelepasan kawasan hutan. Tukar menukar kawasan hutan dilakukan untuk pembangunan diluar kegiatan kehutanan yang bersifat permanen, menghilangkan enclave atau memperbaiki batas kawasan hutan dengan ketentuan sebagai berikut : 157

170 KPH Wiayah III Provinsi Aceh ) Tetap terjaminnya luas kawasan hutan paling sedikit 30 % dari luas daerah aliran sungai, pulau dan atau provinsi dengan sebaran yang proporsional. 2) MempertaHankan daya dukung kawasan hutan tetap layak kelola. PerubaHan peruntukan kawasan hutan untuk wilayah provinsi dapat dilakukan pada hutan konservasi, hutan lindung atau hutan produksi berdasarkan usulan dari gubernur kepada menteri. (c) Perubahan Fungsi Kawasan Hutan PerubaHan fungsi kawasan hutan adalah perubahan sebagian atau seluruh fungsi hutan dalam satu atau beberapa kelompok hutan menjadi fungsi kawasan hutan yang lain. PerubaHan fungsi kawasan hutan dilakukan untuk memantapkan dan mengoptimalisasikan fungsi kawasan hutan yang dapat dilakukan pada hutan dengan fungsi pokok : Hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. PerubaHan fungsi dilakukan mengingat adanya keterbatasan data dan informasi yang tersedia pada saat penunjukan kawasan hutan, dinamika pembangunan, faktor alam maupun faktor masyarakat, maka perlu dilakukan evaluasi fungsi kawasan hutan. Dalam penetapan perubahan fungsi kawasan hutan tetap mengacu pada kriteria masing-masing fungsi hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan pada areal KPH Wilayah III Provinsi Aceh yang telah ada Hak atau Izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan selama jangka di KPH Wilayah III Provinsi Aceh disajikan pada Tabel Tabel Rekapitulasi Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan pada areal yang telah ada Hak atau izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan KPH Model Wilayah III Aceh jangka No Uraian Kegiatan Target / Indikator 1 Inventarisasi izin-izin Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan 2 Pembinaan, Monitoring dan evaluasi Pemanfaatan Hutan pada Hutan Lindung seperti : 1. Pemanfaatan kawasan, 2. Pemanfaatan jasa lingkungan 3. Pemungutan Hasil hutan bukan kayu 3 Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan Hutan pada Hutan Produksi seperti : 1. Pemanfaatan kawasan 2. Pemanfaatan Jasa lingkungan 3. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan 1 kali setahun 1 kali setahun 1 kali setahun 1 kali setahun 1 kali setahun 1 kali setahun 1 kali setahun 158

171 KPH Wiayah III Provinsi Aceh bukan kayu ( pemanfaatan Hasil hutan kayu dalam hutan alam, Pemanfaatan Hasil hutan kayu dalam hutan tanaman melalui HTR,HTI dan Pemanfaatan Hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam,pemanfaatan Hasil hutan bukan kayu dalam hutan tanaman ) 4. Pemungutan Hasil hutan kayu dalam hutan alam, 5. Pemungutan Hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam, 6. Pemungutan Hasil hutan bukan kayu dalam hutan tanaman 4 Pembinaan, Monitoring, Evaluasi dan pelaporan penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan, sarana perhubungan / jalan, sarana telekomunikasi /radio, Pinjam Pakai kawasan hutan, transmigrasi 1 kali setahun 1 kali setahun 1 kali setahun 1 kali setahun E. Penyelenggaraan Rehabilitasi Pada Areal di Luar Izin 1. Dasar Hukum dan Acuan Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan berpedoman pada PP 76 tahun 2008 tentang rehabilitasi dan reklamasi hutan dan Permenhut Nomor P 39/Menhut-II/2010 tentang pola umum, Kriteria dan Standar Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan. Pola umum rehabilitasi hutan disusun dengan maksud memberikan kerangka dasar dalam penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan yang memuat prinsip dan pendekatan serta dengan tujuan agar diperoleh landasan bersama mengenai pendekatan dasar, prinsip-prinsip pola penyelenggaraan dan mekanisme pengendalian pelaksanaan, agar diperoleh Hasil dan dampak yang efektif sesuai dengan tujuan rehabilitasi hutan. Prinsip penyelenggaraan Reabilitasi Hutan adalah : a. Sistem penganggaran yang berkesinambungan (multi years) b. Kejelasan kewenangan c. Andil biaya (cost sharing) d. Penerapan sistim insentif e. Pemberdayaan masyarakat dan kapasitas kelembagaan f. Pendekatan partisipatif g. Transparasi dan akuntabilitas 159

172 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Untuk keberhasilan penyelenggaraan rehabilitasi dilakukan pendekatan melalui aspek Politik, Sosial, Ekonomi, Ekosistem dan Kelembagan dan Organisasi. Tujuan Rehabilitasi hutan adalah untuk memulihkan sumber daya hutan pada hutan produksi dan hutan lindung yang rusak sehingga dapat berfungsi secara optimal, mampu memberi manfaat kepada seluruh stakeholder, menjamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS serta mendukung kelangsungan industri Kehutanan. Rehabilitasi hutan dilaksanakan ketika pengelolaan hutan lestari mengalami kegagalan dalam system perlindungan hutan khususnya dalam Hal mengatasi perambahan hutan, illegal loging dan alih fungsi hutan tidak terencana sehingga dapat terjadi deforestasi dan degradasi fungsi hutan. Rehabilitasi hutan merupakan bagian sistem pengelolaan hutan, yang ditempatkan pada kerangka daerah aliran sungai (DAS) yakni suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa punggung bukit atau Gunung yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan, menyimpan dan mengalirkannya kedanau atau laut secara alami. Pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah pengaturan tata guna lahan atau optimalisasi penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan secara rasional serta praktek lainnya yang ramah lingkungan sehingga dapat dinilai dengan indikator kunci kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran sungai pada titik pengeluaran (outlet) DAS, Jadi salah satu karakteristik DAS adalah adanya keterkaitan biofisik antara daerah hulu dengan daerah hilir melalui daur hidrologi. Tingkat Kekritisan suatu DAS ditunjukkan oleh menurunnya penutupan vegetasi permanen dan meluasnya lahan kritis sehingga menurunkan kemampuan DAS dalam menyimpan air yang berdampak pada meningkatnya frekuensi banjir, erosi dan penyebaran tanah longsor pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Kekritisan DAS ditunjukan dengan DAS Prioritas I, II dan III. DAS Prioritas I adalah DAS yang prioritas pengelolaannya paling tinggi karena menunjukan kondisi DAS paling kritis atau tidak sehat Prioritas II adalah DAS DAS yang prioritas pengelolaannya sedang, sedangkan DAS prioritas III dianggap kurang prioritas untuk ditangani karena kondisi biofisik dan sosial ekonomi masyarakatnya masih relative baik (tidak kritis) atau DAS tersebut dianggap masih sehat. Sasaran Rehabilitasi Hutan adalah hutan produksi dan hutan lindung yang telah terdegradasi dan merupakan DAS Prioritas berdasarkan kriteria kondisi spesifik 160

173 KPH Wiayah III Provinsi Aceh biofisik, sosial ekonomi, lahan kritis pada bagian hulu DAS dan wilayah hutan yang rentan perubahan iklim. DAS Prioritas itu terutama pada : a. Bagian hulu DAS yang rawan memberikan dampak bencana banjir, kekeringan dan tanah longsor. b. Daerah Tangkapan air (catchment area) dari waduk, bendungan dan Danau. c. Daerah resapan air (recharge area) di hulu DAS. d. Daerah sempadan Sungai, mata air, danau dan waduk. e. Bagian hilir DAS yang rawan bencana tsunami, intrusi air laut dan abrasi pantai. 2. Lokasi Penyelenggaraan Rehabilitasi Areal KPH Model Wilayah III Aceh Rehabilitasi pada hakekatnya adalah upaya untuk menghutankan kembali kawasan hutan agar dapat berfungsi optimal sebagaimana peruntukannya. Rencana Lokasi Penyelenggaraan Rehabilitasi, diarahkan pada areal-areal yang tutupan hutannya telah terbuka atau yang berpenutupan semak belukar sebagai akibat aktivitas perambahan masyarakat. Namun prioritas kegiatan rehabilitasi lebih diarahkan pada blok hutan lindung inti dengan tutupan hutannya telah terbuka atau yang berpenutupan semak belukar sebagai akibat aktivitas perambahan masyarakat. Hal tersebut mengingat fungsi utama dari blok ini yaitu sebagai Perlindungan dan Pengawetan Tata Air dan Orologi. Lokasi rencana kegiatan rehabilitasi pada Blok Hutan Lindung Inti di areal KPH Wilayah III Provinsi Aceh disajikan pada Tabel Tabel Sebaran Lokasi Prioritas Sasaran Rehabilitasi pada Wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh ARAHAN BLOK BLOK HUTAN LINDUNG INTI PENUTUPAN LUAS JUMLAH KEC LAHAN (HA) (HA) Tanah Terbuka Bukit 10, Permata 0,52 Pertanian Lahan Bukit 2,51 Kering Permata ,51 Pertanian Lahan Kering Campur Permata 163,26 Semak 163,26 Semak Belukar Bintang 0,458 Bukit 456 Permata 77,19 Pintu Rime Gayo 8, Wihpesam 82,02 161

174 KPH Wiayah III Provinsi Aceh BLOK HUTAN LINDUNG PEMANFAAT AN Semak Belukar Tanah Terbuka Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering campur semak Bandar 33,32 Blangkeujeren 1718,14 Cot Girek 1,05 Kejuruan Muda 1120,63 Kute Pinang 13,92 Laut Tawar 2,56 Linge 61048,34 Madat 279,99 Pante Beudari 2,41 Pegasing 96,88 Permata 25,1 Pinding 239,84 Rikit Gaib 155,95 Serbajadi 172,57 Simpang Jernih 1781,39 Tamiang Hulu 50,37 Bendahara 0,66 Julok 1,87 Langkahan 17,33 Langsa Leu Kota 0,49 Linge 112,01 Madat 46,33 Manyak Payet 7,98 Pinding 29,88 Rantau Selamat 9,08 Seuruway 2,74 Seunuddon 1,92 Simpang Jernih 73,53 Simpang Ulim 120,3 Tamiang 0,32 Bandar 86,2 Bireumbayeun 0,05 Permata 102,45 Tamiang Hulu 57,44 Bandar 72,86 Bireumbayeun 291,70 Blangkeujeuren 3,29 Kejuruan Muda 1774,2 Langsa Leu Timur 735,39 Linge 200,51 Pante Beudari 0, ,61 415,35 246, ,18 162

175 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Pegasing 10,54 Permata 316,93 Serbajadi 368,09 Simpang Jernih 328,71 Tamiang Hulu 908,96 Pinding 0,08 Sawah 2,44 Serbajadi 2,36 TOTAL ,25 Sumber : Analisis SIG, 2014 Blok hutan lindung inti dan blok hutan lindung pemanfaatan yang tutupan hutannya berupa semak belukar dan belum dirambah oleh masyarakat dilakukan rehabilitasi lahan melalui program Konvergensi RHL dengan sistem pembuatan tanaman dan pengkayaan tanaman, sedang yang telah dirambah masyarakat dalam bentuk pertanian lahan kering (pt) dan atau pertanian campur semak (PC) maka dilakukan rehabilitasi pola agroforestry. Pelaksanaan rehabilitasi hutan pada wilayah KPH yang telah dibebani izin/hak pemanfaatan hutan kepada pihak ketiga, pelaksanaannya dilakukan oleh pemegang izin/hak yang bersangkutan. Sedangkan rehabilitasi hutan pada wilayah KPH yang wilayahnya tidak dibebani izin/hak pemanfaatan hutan kepada pihak ketiga, pelaksanannya dilakukan oleh KPH. Pelaksanaan rehabilitasi terkait dengan areal di luar izin dilakukan pada areal sesuai kelas perusahaan, kegiatan kemitraan dan konservasi yang kondisi lahannya tergolong kritis sehingga perlu direhabilitasi. Hasil pengamatan lapang dan wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat menginginkan pengembangan beberapa jenis komoditas baik berupa kayukayuan maupun komoditas MPTS (Multi Purpose Tree Spesies) pada pelaksanaan RHL. Berdasarkan pertimbangan keadaan di lapangan yaitu masyarakat yang telah melakukan kegiatan usaha tani di dalam kawasan hutan, maka pola rehabilitasi yang diusulkan adalah pola agroforestry. Dengan demikian masyarakat tersebut tetap akan 163

176 KPH Wiayah III Provinsi Aceh mendapatkan kebutuhan hariannya, sementara mereka juga akan membangun tegakan hutan dengan menanam tanaman jenis kayu-kayuan. Jenis-jenis yang diinginkam oleh masyarakat antara lain Jati, Jabon, Gmelina, Kemiri, Durian, Rambutan dan Langsat. 3. Kegiatan Teknis Rehabilitasi Hutan Rehabilitasi hutan diwilayah KPH diselenggarakan oleh KPH yang dilaksanakan melalui kegiatan : (a) Reboisasi, (b) Pemeliharaan tanaman, (c) Pengayaan tanaman dan (d) Penerapan teknik konservasi tanah. a. Reboisasi Pelaksanaan Reboisasi dimulai dengan tahap persiapan yang berupa : 1) Penyiapan kelembagaan : Meliputi penyiapan organisasi pelaksana dan koordnasi dengan pihak terkait untuk penyiapn lokasi, bibit dan tenaga kerja yang akan melakukan penanaman. 2) Penyiapan Sarana Prasarana seperti penyiapan rancangan pembuatan tanaman, penyiapan dokumen-dokumen untuk pembuatan tanaman, penyiapan bahan dan alat, penyiapan bibit tanaman. 3) Penyiapan areal seperti pembagian blok petak, pembuatan jalan pemeriksaan, Pelaksanaan penanaman. Adapun teknik penanaman dapat dilakukan melalui 3 sistem yaitu ssstem cemplongan, sistem jalur dan sistem tugal (Zerro tillage). b. Pemeliharaan Tanaman Pada prinsipnya pemeliharaan tanaman dilakukan sampai dengan tanaman mencapai umur tebang. Pada umumnya pemeliharaan hanya dilakukan sampai dengan tahun kedua. Hal ini semata karena keterbatasan dana yang disediakan oleh pemerintah. Untuk itu KPH harus mampu menyediakan anggaran mulai tahun ketiga sampai dengan tanaman siap dipanen. Pemeliharaan tanaman melalui perawatan tanaman dan pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan oleh KPH atau pemegang izin/hak untuk kawasan hutan yang telah dibebani hak atau izin. Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan sebagai berikut : 1) Pemeliharaan I, dilaksanakan pada tahun kedua dengan komponen pekerjaan penyiangan, pendangiran, pemberantasan Hama penyakit dan penyulaman. Jumlah bibit untuk penyulaman pada pemeliharaan I sebanyak 20 % dari 164

177 KPH Wiayah III Provinsi Aceh jumlah yag ditanam semula. PemeliHaraan I dapat dilakukan apabila prosentase tumbuh tanaman pada tahun I minimal 70 %. 2) Pemeliharaan II, dilaksankan pada tahun ketiga, dengan komponen pekerjaan penyiangan, pendangiran dan pemberantasan Hama penyakit. Pemeliharaan II dapat dilakukan apabila prosentase tumbuh tanaman setelah pemliharaan I minimal 80%. 3) Pemeliharaan lanjutan, untuk jenis-jenis tanaman tertentu pemeliharaan dapat dilanjutkan sampai dengan tanman siap dipanen sepanjang dana memungkinkan. c. Pengayaan Tanaman Istilah pengayaan tanaman ditunjukan pada hutan alam yang telah dilakukan penebangan pada pohon-pohon yang diizinkan. Pengayaan tanaman adalah kegiatan penambahan anakan pohon pada areal hutan rawang yang memiliki tegakan berupa anakan, pancang, tiang dan pohon batang per hektar, dengan maksud untuk meningkatkan nilai tegakan hutan baik kualitas maupun kuantitas sesuai fungsinya. Pengayaan tanaman ditujukan untuk meningkatkan produktifitas hutan, dengan pemanfaatan ruang tumbuh secara optimal melalui jumlah dan keragaman jenis tanaman. Pengayaan tanaman dilaksanakan pada hutan rawang baik di hutan produksi maupun hutan lindung. Pengayaan tanaman meliputi kegiatan persemaian, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pengamanan. d. Penerapan Teknik Konservasi Rencana Penyelenggaraan Rehabilitasi pada areal di luar izin selama jangka di KPH Model Wilayah III Aceh disajikan pada Tabel 5.17 Tabel Rekapitulasi rencana Penyelenggaraan Rehabilitasi pada areal di luar izin KPH Model Wilayah III Aceh jangka No Uraian Kegiatan 1 Identifikasi Lahan Kritis pada lahan yang tidak dibebani hak pada hutan produksi dan hutan lindung 2 Penyelenggaraan RHL seperti Reboisasi, pemeliharaan tanaman, pengayaan tanaman, penerapan teknik konservasi tanah di DAS Prioritas ( RHL kawasan Produksi, RHL Kawasan Lindung,RHL Kawasan Konservasi, Rehabilitasi Target (satuan) 1 kali setahun 500 Ha per tahun 165

178 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Lahan Kritis, Rehabilitasi Hutan Mangrove ) 3 Kampanye Pengelolaan DAS Terpadu 1 kali setahun 4. Model Rehabilitasi Hutan dan Lahan a. Pola Agroforestry Pola agroforestry yang dapat dikembangkan antara lain Silvopasture dan Agrisilviculture. Sistem penanaman dapat dilakukan dengan tumpangsari maupun alley cropping. Alley cropping merupakan pola agroforestry yang sesuai untuk lahan datar sampai topografi agak miring. Dengan alley cropping tanaman pohon ditanam secara kelompok berselang-seling dengan tanaman perkebunan coklat menurut kontur membentuk jalur-jalur tanaman. Pohon-pohon yang ditanam secara berkelompok tersebut dapat berfungsi sebagai penahan erosi yang cukup efektif disamping sebagai sumber bahan organik untuk mempertahankan dan mengembalikan kesuburan tanah. Pada jalur tanaman kayu-kayuan ditanam jenis pohon, seperti : mahoni, jati, karet, durian, rambutan, dan nangka. b. Pola Pengayaan Pola pengayaan dilakukan pada kawasan hutan yang penutupan lahannya telah mengalami kerusakan secara setempat-setempat yang penutupannya semak belukar, atau pada lahan pertanian lahan kering campur semak (PLKCS), sehingga tidak diperlukan penanaman secara menyeluruh. Pengayaan ini mengikuti model spot/mosaik dengan jalan menanam jenis-jenis kayu unggulan setempat dan jenis-jenis pohon penghidupan (MPTS) yang ditanam secara mengelompok maupun secara campuran. Jenis-jenis pohon unggulan setempat seperti: kemiri, durian, langsat, rambutan, nangka, petai, mangga, kapuk, dan sebagainya. Penanaman dapat dilakukan secara campuran ataupun secara kelompok. c. Pola Hutan Campuran Sistem Jalur Hutan campuran sistem jalur merupakan pola yang sesuai untuk penutupan pada lahan milik dan kawasan hutan yang penutupannya semak belukar. Penanaman secara jalur dimaksudkan agar belukar yang ada tidak ditebang habis melainkan ditebang secara jalur sehingga akan terdapat jalur tanaman dan jalur konservasi secara berselang - seling. 166

179 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Lebar jalur tergantung dari kondisi tanah, kemiringan lereng dan jenis tanaman. Untuk menentukan berapa lebar jalur yang paling efektif perlu dilakukan penelitian dan uji coba, melalui pembangunan plot coba (demplot Agroforestry). d. Pola Hutan Tanaman Campuran/Hutan Serbaguna. Pada pola ini beberapa jenis pohon, jenis kayu-kayuan untuk pertukangan dan jenis MPTS dapat ditanam secara bercampur disesuaikan dengan kondisi lapangan, lebar tajuk dan kebutuhan akan cahaya dari masing-masing jenis yang dipilih. Pola ini cukup baik untuk diterapkan pada penutupan semak belukar, dan atau alang-alang. Kombinasi tanaman dapat dilakukan sesuai keinginan dan tujuan penekanan yang diinginkan. Perbandingan antara kayu-kayuan dan jenis MPTS dapat dipilih antara lain : 70% : 30%, 60% : 40%, 50% : 50% dan seterusnya. Model kebun campuran ini adalah mengkombinasikan tanaman kayu-kayuan, MPTS, dan tanaman semusim. Beberapa pola yang dapat dikembangkan pada lahan alang-alang adalah sebagai berikut: 1) Pola Hutan Tanaman PengHasil Kayu dan Buah. Pola ini sesuai dilaksanakan pada areal alang-alang dan tanah kosong untuk meningkatkan produktifitasnya dengan menanam tanaman MPTS yang bermanfaat bagi penduduk. 2) Hutan Tanaman Kayu Pertukangan. Hutan tanaman kayu pertukangan diarahkan pada areal semak belukar, alang-alang dan tanah kosong pada kawasan hutan atau lahan milik. Jenis yang dikembangkan adalah jenis kayu yang disenangi oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kayu pertukangan. Tanaman kayu-kayuan ditanam pada jalur tersendiri dan tanaman MPTS ditanam pada jalur tersendiri pula, sehingga terbentuk sabuk-sabuk yang mengikuti kontur. 5. Civil Teknis dalam RHL Pembangunan bangunan-bangunan civil teknis dalam RHL diperlukan pada lokasi-lokasi di luar kawasan hutan yang karena kondisi fisik lahan dan aktivitas usahatani masyarakat pada lahan tersebut berpotensi untuk terjadinya degradasi lahan. Berdasarkan kondisi areal sasaran RHL, maka dapat dipertimbangkan untuk membangun teras dan rorak pada lokasi-lokasi sasaran RHL yang saat ini dimanfaatkan 167

180 KPH Wiayah III Provinsi Aceh oleh masyarakat sebagai areal pertanian lahan kering pada lokasi-lokasi sasaran RHL yang mempunyai potensi menimbulkan erosi dan longsor pada desa - desa yang terletak pada Hulu DAS. F. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi pada areal yang sudah ada Hak atau izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutannya Gambaran mengenai areal yang diarahkan untuk rehabilitasi dan reklamasi pada wilayah yang sudah ada hak atau izin pemanfaatan dan penggunaan kawasannya diperoleh dengan melakukan tumpang tindih antara peta izin pemanfaatan kawasan pada wilayah KPH Model Wilayah III Aceh dengan peta penutupan lahan. Berikut disajikan tabel sebaran lokasi potensial Rehabilitasi dan Reklamasi pada areal yang sudah ada hak atau izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutannya berdasarkan tutupan lahannya. Tabel Lokasi Potensial Rehabilitasi dan Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Hak Atau Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutannya Berdasarkan Tutupan Lahannya Di Wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh IZIN PEMANFAATAN KAWASAN LUAS TUTUPAN LAHAN (Ha) HKM Flora Potensi Campur Semak 9000 HKM Bina Mufakat. Sumber : Hasil Analisis SIG, 2014 Campur Semak 6000 Rencana kegiatan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada areal yang sudah ada hak atau izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan selama jangka di KPH Model Wilayah III Aceh, sedangkan rekapitulasi per kegiatan disajikan pada Tabel Tabel Rekapitulasi rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi pada areal yang sudah Ada Hak atau izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan KPH Model Wilayah III Aceh jangka No Uraian Kegiatan Target / indikator 1 Identifikasi Lahan Kritis pada lahan yang dibebani izin/hak Pada hutan produksi dan hutan lindung. Satu kali setahun 168

181 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Pembinaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi hutan oleh pemegang izin pemanfaatan dan atau penggunaan kawasan hutan. 3 Membuat rencana reklamasi hutan yang meliputi inventarisasi lokasi, penetapan lokasi reklamasi hutan. 4 Pembinaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan reklamasi hutan oleh pemegang izin/hak. 5 Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan DAS (Penglolaan DAS Terpadu, Base Line DAS, Data dan Peta LaHan Kritis). Satu kali setahun Satu kali setahun Satu kali setahun Satu kali Setahun G. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Perlindungan dan pengamanan hutan selalu menjadi masalah dalam pengelolaan hutan. Pengendalian kerusakan hutan dengan tindakan persuasive adalah langkah pengamanan hutan yang dianggap gagal. Sejak tahun 1986 telah dilakukan pengamanan hutan secara terpadu mulai dengan TIM Koordinasi Kehutanan (TKK) yang pada akhirnya berubah nama menjadi Tim Koordinasi Pengaman Hutan (TKPH). Kegiatan pengamanan hutan dilakukan secara terpadu yang melibatkan unsur- unsur TNI, Polisi dan Kejaksaan, yang belum membawa keberhasilan pada pengamanan hutan sendiri. Melalui pola pengelolaan hutan yang baru dengan sistem pemberdayaan ekonomi sumber daya alam yang melibatkan masyarakat baik sebagai pelaku maupun penerima manfaat, maka sudah saatnya perubahan dalam pengelolaan hutan. Melalui KPH sudah saatnya melihat hutan dari sisi positif, artinya bukan mengeluh tentang kerusakan hutan akan tetapi melihat kerusakan hutan sebagai potensi untuk rehabilitasi hutan baik melalui sistem hutan kemasyarakatan, hutan desa, maupun hutan tanaman rakyat. Saatnya untuk membangun hutan kembali, mengembalikan fungsi-fingsi hutan sehingga dampak kerusakan hutan seperti banjir, longsor bisa diatasi dan sekaligus potensi karbon yang sanagat besar. Landscape approach merupakan langkah yang tepat dalam pengelolaan hutan, artinya melihat hutan secara landscape, sehingga pembagian blok berdasarkan fungsi dan manfaat. Hutan akan tertata dengan baik dan memiliki nilai keindahan, karena pengelolaan hutan dengan memperhatikan kondisi biofisik, keanekaragaman flora dan fauna, serta dengan memperhatikan DAS. Pengelolaan berdasarkan pengawalan 169

182 KPH Wiayah III Provinsi Aceh terhadap ecoregion serta memperhatikan dan membangkitkan economic zone berdasarkan potensi sumber daya yang ada baik hasil hutan non kayu, jasa lingkungan maupun kayu hasil dari rehabilitasi yang dilakukan. Dengan menyiapkan economic zone maka diharapkan masyarakat sekitar akan meningkat kesejahteraannya, dan selanjutnya mereka dengan suka rela akan melakukan penjagaan terhadap hutan yang dikelolanya. Kita tidak perlu lagi memiliki banyak Pamhut yang selama ini selalu dianggap tidak mencukupi dibanding dengan luas hutan yang ada. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam di arahkan pada blok hutan lindung inti. Lokasi-lokasi yang menjadi prioritas utama perlindungan hutan dan konservasi alam, yaitu pada tutupan hutan yang masih primer yang terletak pada daerah topografi berat. Berikut prioritas Lokasi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Tabel 5.20). Perlindungan hutan bertujuan untuk menjaga dan memelihara hutan, kawasan hutan dan lingkungannya agar berfungsi secara optimal dan lestari yang dilaksanakan melalui upaya mencegah dan menanggulangi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, serta hama dan penyakit. Kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan oleh pemerintah desa dan masyarakatnya sangat diperlukan dalam bentuk kegiatan secara berkelanjutan dan efektif. Bentuk perlindungan dan pengamanan yang diharapkan dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kelompok atau lembaga yang dibentuk oleh masyarakat berupa : 1) Perlindungan dan pengamanan sumber mata air yang terdapat di dalam wilayah hutan pada setiap desa. 2) Perlindungan terhadap lahan usaha dari gangguan serangan hama dan penyakit. 3) Perlindungan dan pengamanan hutan di desa atau dusun dari gangguan pembukaan lahan atau penebangan tanpa sepengetahuan lembaga pengelolaan hutan oleh desa. 4) Pengendalian sistem budidaya yang destruktif terhadap tutupan hutan oleh masyarakat pendatang berbentuk tata aturan budidaya agroforestry konservatif yang dapat menghindari terjadinya banjir erosi dan longsor. 170

183 KPH Wiayah III Provinsi Aceh ) Program pengamanan hutan oleh desa dengan pembentukan lembaga/satuan pengamanan hutan di setiap dusun. 6) Perlindungan dan pengamanan tersebut seharusnya dijabarkan secara tertulis dalam bentuk peraturan desa dan peraturan daerah yang pembentukannya difasilitasi oleh lembaga pengelola KPH MODEL WILAYAH III ACEH. Tahapan-tahapan kegiatan perlindungan hutan dan konservasi Tahun 1 dan tahun 2 1. Mengumpulkan informasi ilmiah dan teknis tentang areal KPH, yang terkait dengan; - Wilayah Perlindungan dan pengamanan sumber mata air yang terdapat di dalam wilayah hutan pada setiap desa. - Wilayah Perlindungan terhadap potensi erosi, longsor dan banjir - Wilayah Perlindungan dan pengamanan hutan di desa atau dusun dari gangguan pembukaan lahan atau penebangan - Wilauyah Perlindungan terhadap wilayah potensi kebakaran hutan - Wilayah perlindungan dan pengawetan flora dan fauna yang dilindungi - Wilayah High Conservation Value Forest 2. Melakukan deliniasi terhadap wilayah-wilayah di atas 3. Menyusun Rencana program kegiatan perlindungan 4. Merumuskan tindakan teknis perlindungan dan konservasi yang tepat terkait wilayah diatas 5. Membuat peta lokasi kerawanan bencana (Banjir, Longsor, Erosi) 6. Menginventarisasi faktor penyebab kebakaran hutan. 7. Menyiapkan regu pemadam kebakaran. 8. Membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan. 9. Mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan Tahun 3 1. Meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan; 2. pemberdayaan masyarakat sekitar wilayah perlindungan 3. Memantau biofisik lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana alam. 171

184 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Mendorong terciptanya alternatif mata pencaharian masyarakat sekitar wilayah perlindungan; 5. Membangun bangunan civil teknis. 6. Melakukan pembinaan kesadaran dan penyuluhan kepada masyarakat. 7. Menyelenggarakan penelitian Hama dan penyakit tumbuhan dan satwa Tahun Pelaksanaan kegiatan teknis perlindungan hutan pada wilayah-wilayah yang telah disebutkan Tahun 4 1. Meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan hutan; 2. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan keamanan hutan; dan atau mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum Tahun 5 Evaluasi keberhasilan perlindungan wilayah perlindungan 5 tahun pertama Tahun 6 Menegakan sanksi terhadap pelaku pelanggaran hokum di wilayah perlindungan Tahun 10 Evaluasi keberhasilan perlindungan wilayah perlindungan selama 10 tahun Prinsip perlindungan hutan yang sekaligus merupakan pengertian perlindungan hutan adalah usaha untuk : a. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan Hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, Hama serta penyakit. b. MempertaHankan dan menjaga Hak-Hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, Hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Menurut PP 6/2007 jo PP 3/2008 bahwa yang termasuk kegiatan Perlindungan hutan antara lain : a. Mencegah adanya pemanenan pohon tanpa izin, b. Mencegah atau memadamkan kebakaran hutan, 172

185 KPH Wiayah III Provinsi Aceh c. Menyediakan sarana dan prasarana pengamanan hutan, d. Mencegah perburuan satwa liar dan atau satwa yang dlindungi, e. Mencegah penggarapan dan atau penggunaan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak syah, f. Mencegah PerambaHan kawasan hutan, g. Mencegah terhadap gangguan Hama dan penyakit, h. Membangun Wilayah satuan pengamanan hutan. Perlindungan hutan diwilayah KPH diselenggarakan oleh KPH, pelaksanaan perlindungan hutan pada wilayah yang telah dibebani izin/hak pemanfaatan hutan dilakukan oleh pemegang izin/hak yang bersangkutan, sedangkan pada wilayah yang tidak dibebani izin/hak pelaksanaannya dilakukan oleh KPH yang meliputi : a. Mengamankan areal kerjanya menyangkut hutan, kawasan hutan dan Hasil hutan termasuk tumbuhan dan satwa. b. Mencegah kerusakan hutan dari perbuatan manusia dan ternak, kebakaran hutan, hama dan penyakit serta daya daya alam. c. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan keamanan hutan diareal kerjanya. d. Melaporkan setiap adanya kejadian pelanggaran hukum diareal kerjanya kepada instansi kehutanan setempat. e. Menyediakan sarana dan prasarana, serta tenaga pengamanan hutan yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk mencegah, membatasi kerusakan hutan dan memperrtahankan serta mennjaga kawasan hutan dan hasil hutan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Wilayah Pengelolaan sebagai pelakana perlindungan hutan, melaksanakan kegiatan : a. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang undangan dibidang kehutanan. b. Melakukan inventarisasi permasalahan. c. Mendorong peningkatan produktifitas masyarakat. d. Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan masyarakat. e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan. f. Melakukan kerjasama dengan pemegang Hak atau izin. 173

186 KPH Wiayah III Provinsi Aceh g. Meningkatkan efektifitas koordinasi kegiatan perlindungan hutan. h. Mendorong terciptanya alternative mata pencaharian masyarakat. i. Meningkatkan efektifitas pelaporan terjadinya gangguan keamanan hutan. j. Mengambil tindakan pertama yang diperlukan terhadap gangguan keamanan hutan. k. Mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum. Uraian di atas sudah cukup lengkap, namun sedikit ditambahkan mengenai jenisjenis kegiatan dalam Tabel 5.17 Rekapitulasi Rencana Kegiatan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam pada KPH Model Wilayah III Aceh jangka , ada kegiatan Pembinaan Habitat Satwa, dalam artian selain ada kegiatan inventarisasi satwa liar yang dilindungi, juga ada kegiatan pembinaan Habitatnya berupa perbaikan tempat hidupnya maupun penyediaan kebutuhan akan pakan/makanannya, sehingga kelestarian jenis satwa yang dilindungi tersebut dapat dipertahankan. Selain itu kegiatan penilaian ekonomi kawasan, penting untuk mengetahui seberapa besar nilai kawasan KPH Model Wilayah III Aceh bila dilihat menurut aspek ekonomi, sehingga upaya untuk mengkonversi kawasan menjadi peruntukan lainnya dapat mempertimbangkan fungsi dan manfaat serta nilai ekonomi kawasan. Untuk kegiatan perlindungan dan pengamanan hutan, selain ada operasi yang bersifat represif, harus ada kegiatan tindak lanjutnya berupa pemberkasan kasus (penyidikan) oleh PPNS Kehutanan ataupun diperbantukan dari Polres maupun Polda setempat, sehingga segala bentuk kegiatan illegal terhadap kawasan dapat memberikan efek jera bagi pelaku dan mencegah masyarakat untuk melakukan tindakan tersebut. a. Perlindungan Hutan dari Kebakaran Hutan Untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan yang disebabkan oleh kebakaran, dilakukan kegiatan pengendalian yang meliputi Pencegahan, Pemadaman, dan Penanganan pasca kebakaran. Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan menetapkan rencana kegiatan pengendalian kebakaran hutan yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan, KPH sebagai Wilayah Pengelolaan Hutan membentuk lembaga pengendalian kebakaran hutan yang disebut brigade pengendalan kebakaran hutan yang bertugas menyusun dan melaksanakan program pengendalian kebakaran hutan. 174

187 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Pencegahan Pencegahan kebakaran hutan pada tingkat KPH. izin pemanfaatan hutan, izin penggunaan kawasan hutan dan hutan Hak, dilakukan kegiatan antara lain : Melakukan inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan. Menginventarisasi faktor penyebab kebakaran hutan. Menyiapkan regu pemadam kebakaran. Membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan. Mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan. Membuat sekat bakar. 2. Pemadaman Dalam rangka pemadaman, maka setiap pemegang izin pemanfaatan hutan, pemegang izin penggunaan kawasan hutan, pemilik hutan Hak dan atau kepala KPH, berkewajiban melakukan rangkaian tindakan pemadaman dengan cara : Melakukan deteksi terjadinya kebakaran hutan. Mendayagunakan seluruh sumberdaya yang ada. Membuat sekat bakar dalam rangka melokalisir api. Memobilisasi masyarakat untuk mempercepat pemadaman. Pemegang izin pemanfaatan hutan, pemeggang izin penggunaan kawasan hutan, pemilik hutan Hak dan atau kepala KPH melakukan : Koordinasi dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat dalam rangka mempercepat pemadaman, evaluasi, litigasi dan mencegah bencana. Pelaporan kepada bupati/walikota tentang kebakaran hutan yang terjadi dan tindakan pemadaman yang dilakukan. 3. Penanganan Pasca Kebakaran Penanganan pasca kebakaran hutan dilakukan upaya kegiatan meliputi identifikasi dan evaluasi, rehabilitasi, penegakan hukum. Kepala KPH, pemegang izin pemanfaatan, pemegang izin penggunaan kawasan hutan melakukan kegiatan identifikasi dan evaluasi yang berupa : Pengumpulan data dan informasi terjadinya kebakaran hutan. Pengukuran dan sketsa lokasi kebakaran. Analisis tingkat kerusakan dan rekomendasi. 175

188 KPH Wiayah III Provinsi Aceh b. Perlindungan Hutan Atas Hasil Hutan. KPH sebagai Wilayah pengelola berkewajiban dalam melindungi Hasil hutan dari kegiatan illegal logging dan illegal trade. Perlindungan Hasil Hutan dilaksanakan untuk menghindari pemanfaatan hutan secara berlebihan dan atau tidak syah dan dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan, pengawasan dan penertiban. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan Hanya dapat dilakukan apabila telah memiliki izin dari pejabat yang berwewenang. Kegiatan pemanfaatan hutan yang tergolong tidak memiliki izin adalah : Pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan diluar areal yang diberi izin. Pemegang izin melakukan pemanfaatan melebihi target volume yang diizinkan. Pemegang izin melakukan penangkapan/pengumpulan flora fauna melebihi target/ quota yang telah ditetapkan. Pemegang izin melakukan pemanfaatan hutan dalam radius dari lokasi tertentu yang dilarang undang undang. c. Perlindungan Hutan dari Gangguan Ternak. Kepala KPH dapat menetapkan lokasi penggembalaan ternak dalam hutan produksi untuk mencegah dan membatasi gangguan ternak. Sebaliknya juga Kepala KPH mempunyai kewenangan untuk menutup lokasi penggembalaan ternak untuk kepentingan konservasi dan rehabilitasi hutan, tanah dan air. d. Perlindungan Hutan Dari Daya-Daya Alam Usaha-usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan yang disebabkan oleh daya alam yang berupa gunung meletus, tanah longsor, gempa, badai, banjir dan kekeringan dilaksanakan kegiatan : Memantau biofisik lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana alam. Membuat peta lokasi kerawanan bencana. Membangun bangunan civil teknis. Melakukan pembinaan kesadaran dan penyuluhan kepada masyarakat. Menjaga kelestarian nilai dan fungsi hutan serta lingkungan. Menjaga mutu, nilai serta kegunaan Hasil hutan. 176

189 KPH Wiayah III Provinsi Aceh e. Perlindungan Hutan dari Hama dan Penyakit. Untuk mencegah dan membatasi kerusakan yang disebabkan oleh Hama dan penyakit, Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah : Menyelenggarakan penelitian hama dan penyakit tumbuhan dan satwa. Mengendalikan hama dan penyakit dengan metoda biologis, mekanis, kimiawi dan atau terpadu. Hasil penelitian disampaikan kepada KPH untuk dilaksanakan. f. Polisi Kehutanan Polisi Kehutanan memiliki wewenang memiliki tugas di wilayah hukumnya yang meliputi : Mengadakan patroli/perondaan didalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya. Memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan Hasil hutan didalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya. Menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan Hasil hutan. Mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan Hasil hutan. Dalam Hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk diserahkan kepada yang berwewenang. Membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan Hasil hutan. Rencana Kegiatan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam selama jangka di KPH Model Wilayah III Aceh disajikan pada Tabel Tabel Rekapitulasi Rencana Kegiatan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam pada KPH Model Wilayah III Aceh jangka No Uraian Kegiatan Target (satuan) 1. Sarana dan Prasarana antara lain Pembangunan Pos Jaga 3 Wilayah Kendaraan roda 4 Pickup, 3 Wilayah 3 Wilayah Anggaran (Rp) 4 milyar 177

190 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Sepedamotor senjata api laras panjang, senjata api genggam HT GPS Kompas Kamera saku, Tenda Regu, Peralatan masak 2. Membentuk Brigade Pengamanan 1 brigade 1 milyar Hutan 3. Patroli Pengamanan Hutan pada areal 1 kali sebulan 3 milyar yang tidak dibebani izin 4. Penyusunan Rencana Penanggulangan Kebakaran Hutan antara lain melakukan Inventarisasi sumber air, pemukiman 1 buku per tahun 200 juta sekitar kawasan hutan, perladangan,tegakan hutan, patroli hutan,pemadaman api. 5. Penyusunan Rencana Kerja 1 buku per tahun 200 juta Penanggulangan Pencurian Hasil Hutan antara lain melalui Pengumpulan bahan dan keterangan, pemeliharaan dan pengamanan batas hutan,penjagaan, patroli,operasi pengamanan, operasi yustisi 6. Penyusunan Rencana Penanggulangan 1 buku per tahun 200 juta PerambaHan Hutan yang meliputi inventarisasi ladang dan pemukiman dalam hutan,inventarisasi pemukiman sekitar kawasan hutan, Penurunan Perambah dari dalam kawasan hutan. 7 Penyusunan Rencana Penaggulangan Hama Penyakit meliputi inventarisasi 1 buku per tahun 200 juta tumbuhan eksotik dan gulma, inventarisasi satwa eksotik,inventarisasi satwa liar, monitoring kesehatan tegakan hutan. 8 Preemtif : Sosialisasi dan PenyuluHan 1 kali setahun 200 juta Peraturan perundang undangan dibidang kehutanan 9 Pembentukan kader konservasi 1 regu 200 juta 10 Bina Cinta Alam 1 regu 200 juta 11 Sosialisasi batas batas kawasan hutan 1 kali setahun 12 Temu wicara tentang konservasi hutan 1 kali setahun 200 juta dan kehutanan 13 Koordinasi dengan instansi terkait 1 kali setahun 200 juta 14 Preventif : Pengumpulan BaHan dan Keterangan 1 kali setahun 200 juta 178

191 KPH Wiayah III Provinsi Aceh PemeliHaraan dan Pengamanan batas 1 kali setahun 1milyar Kawasan Hutan 16 Represif : Operasi Taktis 4 kali setahun 1 milyar 17 Operasi Yustisi 2 kasus setahun 500 juta H. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar pemegang izin KPH Model Wilayah III Aceh berperan sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di tingkat tapak harus menjamin bahwa pengelolaan hutan dilakukan secara lestari sesuai fungsinya. Keberadaan KPH Model Wilayah III Aceh sebagai institusi negara menyelenggarakan kewenangan tertentu pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai mandat undang-undang yaitu hutan dikuasai negara dan harus dikelola secara lestari. Sesuai dengan pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2007 yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.6/Menhut-II/2010 yang mengatur mengenai norma, standar, prosedur dan kriteria pengelolaan hutan pada KPHL dan KPH MODEL WILAYAH III ACEH, dijelaskan bahwa fungsi kerja KPH dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan secara operasional diantaranya melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan hutan yang dilaksanakan oleh pemegang izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, termasuk dalam bidang rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, koordinasi dan sinkronisasi antara pemegang izin dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan hutan di wilayah kelola KPH Model Wilayah III Aceh sebagaimana termuat dalam Rencana Pengelolaan Hutan KPH Model Wilayah III Aceh. Untuk itu koordinasi dan sinkronisasi pemegang izin pemanfaatan hutan dan kawasan hutan di wilayah kelola KPH Model Wilayah III Aceh dilaksanakan menurut arahan kerangka kerja sebagai berikut : 1. Evaluasi dan sinkronisasi Rencana Kerja Usaha (RKU) dan Rencana Kerja Tahunan ( RKT ) pemegang izin, mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang dan Rencana Pengelolaan Jangka Pendek KPH MODEL WILAYAH III ACEH. 2. Pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja pemegang izin mengacu pada RKU, dan RKT pemegang izin yang bersangkutan. 179

192 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Jenis perizinan dan ruang lingkup kegiatan yang menjadi kewenangan KPH Wilayah III Provinsi Aceh atas pemegang izin sebagai bahan evaluasi perencanaan, sinkronisasi, pembinaan dan evaluasi disajikan pada Tabel Berdasarkan hasil analisa peraturan perundang-undangan, lingkup perencanaan pemegang izin yang dapat dijadikan bahan evaluasi dan penilaian kinerja pemegang izin meliputi pokok-pokok materi sebagai berikut : 1. Penyusunan Rencana Karya/Kerja 2. Penataan batas areal kerja 3. Pelaksanaan sistem silvikultur 4. Penggunaan peralatan pemanfaatan hasil hutan 5. Penatausahaan hasil hutan 6. Pengukuran atau pengujian hasil hutan 7. Perlindungan hutan 8. Penggunaan tenaga professional 9. Pemberdayaan masyarakat 10. Kondisi financial termasuk iuran kehutanan Tabel Ruang Lingkup Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Antara Pemegang Izin di Wilayah Kelola KPH MODEL WILAYAH III ACEH No Jenis Perizinan Pemanfaatan Hutan Ruang Lingkup Kewenangan dalam rangka Koordinasi dan Sinkronisasi 1. IUPK a. Hutan Lindung (untuk HKM) b. Hutan Produksi 2. IUPJL a. Hutan Lindung b. Hutan Produksi 1. Prakondisi dan penyiapan lokasi/pencadangan areal dalam rangka pemberian izin 2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja Usaha mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPH Wilayah III Provinsi Aceh 3. Pemantauan dan Penilain Kinerja 1. Prakondisi/penyiapan lokasi dan Master Plan IUPJL berdasarkan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPH Wilayah III Provinsi Aceh. 2. Pemantauan dan Penilian Kinerja 180

193 KPH Wiayah III Provinsi Aceh No Jenis Perizinan Pemanfaatan Hutan Ruang Lingkup Kewenangan dalam rangka Koordinasi dan Sinkronisasi 3. IUPHHK a. Hutan Alam b. Restorasi c. Hutan Tanaman 1) HTI 2) HTR 3) HTHR IUPHHK e. HKm f. HD 4 1. IUPHHBK 2. IPHHK 3. IPHHBK a. Hutan Lindung b. Hutan Produksi 1. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja UsaHa mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPH Wilayah III Provinsi Aceh 2. Singkronisasi kewenangan : a. Pertimbangan Teknis b. PengesaHan RKT c. Pemantauan dan Penilaian Pelaksanaan Kegiatan d. Menerima laporan Hasil evaluasi 5 tahun RKU 3. Pemantauan dan Penilian Kinerja 1. Prakondisi dan penyiapan lokasi/pencadangan areal dalam rangka pemberian izin. 2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja UsaHa mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPH Wilayah III Provinsi Aceh 3. Pemantauan dan Penilain Kinerja 4. Singkronisasi kewenangan : a. Pemberian Izin b. PengesaHan RKT c. Pemantauan dan Penilaian Pelaksanaan Kegiatan 1. Prakondisi dan penyiapan lokasi/pencadangan areal dalam rangka pemberian izin. 2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja UsaHa mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPH Wilayah III Provinsi Aceh 3. Pemantauan dan Penilain Kinerja 1. Prakondisi dan penyiapan lokasi/pencadangan areal dalam rangka pemberian izin. 2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja UsaHa mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPH WILAYAH III PROVINSI ACEH Aceh 3. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja UsaHa mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPH WILAYAH III PROVINSI ACEH Aceh 181

194 KPH Wiayah III Provinsi Aceh No Jenis Perizinan Pemanfaatan Hutan Ruang Lingkup Kewenangan dalam rangka Koordinasi dan Sinkronisasi 5 Izin Penggunaan Kawasan Hutan 1. Pertambangan 2. Non Kehutanan 3. Lainnya 1. Prakondisi dan penyiapan lokasi/pencadangan areal dalam rangka pemberian izin. 2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja UsaHa mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPH WILAYAH III ACEH Aceh 3. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja UsaHa mengacu pada Rencana Pengelolaan Jangka Panjang/Jangka Pendek KPH WILAYAH III ACEH Aceh Penyelenggaraan kegiatan dan arahan pencapaian koordinasi dan sinkronisasi antara pemegang izin di wilayah kelola KPH Wilayah III Provinsi Aceh selama 10 tahun disajikan pada Tabel Tabel Penyelenggaraan Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi antara Pemegang Izin di Wilayah Kelola KPH WILAYAH III PROVINSI ACEH N o Ruang Lingkup Kegiatan 1. Identifikasi perizinan, permaslahan dan koordinasi instansi terkait 2. Penyusunan Grand design Tata Kelola Perizinan di wilayah kelola KPH Model Wilayah III Aceh 3. Sinkronisasi Rencana Kerja Usaha Pemegangan Izin mengacu pada Rencana Pengelolaan Hutan Jangka I I I Target Pencapaian Tahun Ke II I V VI VII I I V V I I I X X Indikator Kesamaan Persepsi dan Konsepsi Pengelolaan ArahanTata Kelola Pengelolaan Hutan oleh Pemegang Izin Kesesuaian antara RPH- KPH Wilayah III Provinsi Aceh dengan Rencana Kerja Usaha 182

195 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Panjang/Jangka Pendek KPH Model Wilayah III Aceh 4. Koordinasi, Evaluasi, Pembinaan dan Pengendalian Pemegang Izin Pengelolaan Hutan Secara Lestari sesuai Fungsinya I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Pemangku Kepentingan Dalam keberhasilan pelaksanaan tugas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan seringkali menjumpai hambatan/kendala non teknis, dalam arti kendala dari stake holder lain yang sudah barang tentu mereka juga sudah menetapkan rencana, tujuan dan kegiatan yang sama sehingga terjadi tarik menarik kepentingan. Oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi yang mantap dengan para stake holder sehingga program dan kegiatannya bersinergi. Efektifitas koordinasi dan sinkronisasi program kegiatan diwadahi dengan keberadaan lembaga forum Multi Pihak. Anggota forum ini terdiri dari unsur Dinas Kehutanan Provinsi Aceh, BAPPEDA Aceh, Dinas Kehutanan Kabupaten, BKSDA Aceh, BP DAS, BPKH Wil XVIII Aceh, BIPHUT Aceh, Universitas Sumatera Utara, Universitas Syah Kuala, Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan Banda Aceh, LSM, Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh. Kegiatan forum antara lain terlibat dalam penyusunan rencana pengelolaan KPH dan rapat koordinasi yang diselenggarakan minimal setahun sekali. J. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM Untuk mencapai visi misi KPH Harus didukung dengan kuantitas dan mutu SDM serta kompetensi yang dibutuhkan. Berdasarkan Permendagri Nomor 61 tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, Peraturan Gubernur Nomor 20 tahun 2013 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Wilayah Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Kehutanan Aceh maka saat KPH memiliki struktur organisasi dengan jumlah personil dan jabatan personil seperti terlihat pada Tabel

196 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Tabel Jabatan dan Jumlah Personil dalam Struktur Organisasi KPH Model Wilayah III Aceh No Jabatan Jumlah ( orang ) 1 Kepala KPH MODEL WILAYAH III ACEH 1 2 Kepala Seksi 2 3 Kepala Bagian Tata Usaha 1 4 Kepala Bagian KPH 5 5 Staf Administrasi BKPH 10 6 Kepala Resort KPH 21 7 Staf Resort 65 8 Polhut 219 Jumlah 324 ( a ) Persyaratan Jabatan Untuk menduduki jabatan struktural pada KPH Model Wilayah III Aceh disamping harus memenuhi persyaratan umum PNS juga harus memenuhi persyaratan khusus sesuai Permenhut nomor 42 tahun 2011 sebagaimana terlihat pada Tabel Tabel Persyaratan Administrasi Minimal SDM KPH No. Persyarata n Kepala KPH Kepala Seksi Kepala SBTU Kepala Bagian KPH Staf Ad m. Kepal a Resort Staf Reso rt Pangkat/ Gol/ Ruang Penata Tk I, Gol III/d Pengatur Tk I, Gol.II/b Hsl Penilaian Kinerja (DP-3) 3 Tkt. Pendidika n Formal Penata Muda Tk I, Gol.III/b Penata Muda Tk I,Gol.III/ b Baik Baik Baik Baik Baik Baik S1/D-IV Kehutana n, S1 non Kehutana n berlatar belakang pendidika SKMA/S MK Kehutana n D- IIIKehuta nan, SLTA/ D-III SKMA/S MK Kehutana n, D- IIIKehuta nan, SLT A SLTA Polh ut 184

197 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Diklat Kepemimpi nan 5 Diklat Teknis n Kehutana n(skma/ SMK Kehutana n, DIIIKehu tanan) dengan pengalam an dibidang kehutana n lima tahun Diklat pim III Diklat CKPH Kemenhu t D-III non Kehutana n dengan pengelam an dibidang Kehutana n lima tahun Diklat pim IV Diklat Teknis Kehutana n seperti PEH,Polh ut,dll Diklat pim IV D-III non Kehutana n dengan pengalam an dibidang Kehutana n dua tahun IV.a Esselon III.a IV.a IV.a Kebutuha n Personil Kebutuhan tenaga untuk jabatan struktural berdasarkan formasi pada struktur organisasi yang berlaku namun untuk jabatan fungsional seperti tenaga Polhut (Jagawana), PEH dan tenaga teknis kehutanan lainnya, kebutuhannya didasarkan pada luasan hutan yang dikelola dan kemampuan tenaga yang bersangkutan. Analisis kebutuhan tenaga teknisi lapangan termasuk Jagawana didasarkan pada pertimbangan bahwa setiap staf tenaga teknis pada tingkat seksi kemampuan mengurus hutan adalah Ha/orang, sedangkan pada tingkat lapangan (Jagawana) adalah Ha/orang (rasio Ditjen PHKA 2013). Luas areal Wilayah KPH Wilayah III Provinsi Aceh ± Ha, sehingga membutuhkan tenaga teknis dan tenaga Polhut, masing-masing sekitar 66 dan 219 orang. (b) Kompetensi SDM Pengelola KPH Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa visi KPH dan salah satu misinya adalah menjadi KPH mandiri dengan menerapkan PPK BLUD atau dengan kata lain KPH akan melaksanakan binis di bidang kehutanan dengan core business hutan 185

198 KPH Wiayah III Provinsi Aceh tanaman Pinus, rotan, jernang, damar, madu hutan, arang, aren, silvofishery dan silvopasture serta ekowisata. Maka operasionalisasinya harus dilakukan oleh tenaga profesional bidang kehutanan, pebisnis profesional sesuai dengan bidangnya. Tenaga profesional dibidang kehutanan dan pebisnis dapat berasal dari sarjana kehutanan, diploma 3 kehutanan, dan tenaga teknis menengah yang meliputi lulusan sekolah kehutanan menengah atas (SMK Kehutanan), serta tenaga-tenaga hasil pendidikan dan latihan kehutanan antara lain penguji kayu (grader), perisalah hutan (cruiser) dan pengukur (scaler). Sedangkan profesional. pebisnis dapat berasal dari praktisi dan kalangan Tenaga teknis bidang kehutanan sudah diatur dalam Permenhut 42/2011 tentang stándar kompetensi bidang teknis kehutanan pada KPH Wilayah III Provinsi Aceh dan KPHL. Kebutuhan tenaga struktural diatur dalam Pergub Provinsi Aceh No 20 tahun Pada KPH Wilayah III Provinsi Aceh terdapat 4 jabatan strukural terdiri dari kepala KPH, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala seksi Penataan, pemanfaatan penggunaan kawasan hutan, seksi ReHabilitasi lahan dan perlindungan kawasan hutan. Namun demikian secara administrasi pegawai KPH harus memenuhi syarat administrasi meliputi pangkat, golongan/ ruang, Hasil penilaian kinerja,dan tingkat pendidikan formal atau dengan kata lain pegawai KPH harus memiliki sertifikasi kompetensi jabatan struktural atau fungsional yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi dibidang kehutanan atau pengakuan oleh menteri. Sedangkan pebisnis profesional disiapkan untuk melaksanakan kegiatan bisnis hutan tanaman jati, bambu, terapi kesehatan wallacea dengan standar kompetensi tertentu. Pada Tabel disajikan kelompok kompetensi jabatan struktural dan kepala resort pada Organisasi tipe A yang menunjukan kompetensi yang harus dimiliki oleh pejabat struktural dalam organisasi KPH. Tabel Kelompok Kompetensi Jabatan Struktural dan Kepala Wilayah Pengelola (Resort) pada Organisasi KPH Wilayah III Provinsi Aceh Kelompok Kompetensi Ka KPH Kasi P3KH Jabatan Kasi RPK H Kepa la SBT U Kepala UP/Resor t Kemampuan berpikir V v V V V Pengelolaan tugas V v V V V Pengelolaan SDM V V V V V 186

199 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Karakter personal V v V V V Pengelolaan sarpras dan keuangan V v V V V Pengelolaan program dan kegiatan V v V V Pengelolaan para pihak V v V V (komunikasi,negosiasi,konsultasi,fasil itasi, pengelolaan konflik,dll ) Pengelolaan usaha / bisnis V v V V Penyelenggaraan tata hutan dan V v penyusunan rencana pngelolaan hutan a. Inventarisasi b. Penataan Hutan c. Penyusunan Pengaturan Hasil d. Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Penyelenggaraan Pemanfaatan Hutan a. Pemanfaatan kawasan b. Pemanfaatan Jaa Lingkungan c. Pemanfaatan Hasil hutan kayu d. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu e. Pemungutan Hasil Hutan Kayu f. Pemungutan Hasil Hutan non Kayu Penyelenggaraan Penggunaan Kawasan Hutan Penyelenggaraan ReHabilitasi dan Reklamasi Hutan Penyelnggaraan Perlindungan Hutan dan konservasi alam Pengelolaan informasi dan pengendalian manajemen hutan V V V V V V V V V V V V V V V V V V V v V V V V V V V V V V V v V v V V V V V V V V V V V V (c) Penataan dan Pengembangan Personil Penataan dan pengembangan personil KPH dilakukan berdasarkan analisis jabatan dan sesuai dengan perkembangan kegiatan. Kekosongan job struktural, job fungsional dan pelaku bisnis akan diisi sesuai kebutuhan dan kemampuan organisasi. Adapun rencana kebutuhan pegawai selama 10 tahun dapat dilihat pada Tabel No Tabel Kebutuhan pegawai selama periode Komponen Job Struktural 187

200 KPH Wiayah III Provinsi Aceh KKPH 1 2 KSBTU 1 3 Kasi P3KH 1 4 Kasi RPKH 1 5 KRPH (... Wilayah ) Fungsional Ka Wilayah Bisnis Perencanaan Polhut Penataan dan Penggunaan kawasan hutan Pemantauan manfaat dan guna hutan ReHabilitasi dan Reklamasi Hutan Pemantauan RRL Perlindunga n hutan dan konservasi alam Pemberdaya an masyarakat PEMETAA N/ GIS BENDAHA RA PEH Staf SBTU

201 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Staf P3KH Staf RPKH Staf KRPH Jumlah.. Pengadaan personil dapat berasal dari : 1. Permintaan personil yang ada di lingkup Pemda Provinsi Aceh dan atau Pemda Kabupaten 2. Tenaga Kontrak teknis Kehutanan menengah ( SMKK ) dari Kemenhut; 3. Tenaga Kontrak Basarhut dari Kementrian Kehutanan; 4. Tenaga Pemkab 5. Tenaga Profesional. K. Penyediaan Pendanaan Berdasarkan pasal 10 PP no 6 tahun 2007 Pemerintah Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya bertanggungjawab terhadap pembangunan KPH dan infrastrukturnya. Dana untuk pemmbangunan KPH se Aceh berasal dari APBD dan sumber lain yang syah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perencanaan pembiayaan harus dilakukan secara terpadu antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota untuk efisiensi dan menghindari pengadaan suatu sarpras tumpang tindih. Pembiayaan dengan sumber dana APBN, selain digunakan untuk pembangunan sarana prasarana juga dimungkinkan untuk membiayai kegiatan pengelolaan hutan. Menggunakan KPH sebagai bagian penguatan system pengurusan hutan dengan mewujudkan integrasi program atau konvergensi program kehutanan nasional, provinsi dan kabupaten/kota (rehabilitasi, inventarisasi, pemberdayaan masyarakat), sehingga diperoleh sinergisitas kegiatan pembangunan kehutanan. Dengan banyaknya aktivitas kegiatan kehutanan di lokasi KPH, maka secara otomatis akan menarik para rimbawan muda untuk bekerja dilapangan. Pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan yang diusulkan diharapkan tersedia sesuai kebutuhan baik jumlahnya maupun waktu pelaksanaan kegiatan, akan tetapi Hal ini selalu menjadi masalah, karena sumber sumber pendanaan pembangunan tidak pernah mencukupi dan selalu terbatas. Selama jangka waktu pengelolaan

202 KPH Wiayah III Provinsi Aceh sumber pendanaan pembangunan KPH Wilayah III Provinsi Aceh diharapkan berasal dar1 APBN ( Konvergensi kegiatan, Dekonsentrasi), DAK bidang kehutanan, DAU ( pendamping DAK ), APBD murni Provinsi Aceh. Penggalian sumber pembiayaan dari sumber lain yang syah dan tidak mengikat sangat dimungkinkan, dengan menyampaikan program peluang investasi yang telah disusun sesuai dengan rencana pengelolaan jangka panjang kepada lembaga donor. Cukup banyak lembaga donor yang bersedia membantu pembangunan KPH karena diyakni dengan adanya KPH akan memberikan dampak positip dalam pengelolaan hutan lestari. Organisasi KPH Harus pandai membuat jejaring dengan berbagai intitusi untuk mempromosikan atau menjual potensi yang dimilikinya. a. Penyediaan Sarana dan Prasarana Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, KPH memerlukan sarana prasarana guna menunjang kegiatan KPH. Berdasarkan Permenhut No 41 tahun 2011 psal 3 dan PP 45 pasal 10 bahwa sarana prasarana KPH terdiri dari : a. Bangunan kantor. b. Kendaraan operasional yang meliputi kendaraan roda empat, kendaraan roda dua dan atau kendaraan perairan. c. Peralatan kantor yang meliputi : meja dan kursi kerja, lemari kantor dan peralatan elektronik kantor. d. Peralatan operasional meliputi alat komuknikasi dan perangkat lunak computer, e. Perangkat keras computer dan peralatan survey. f. Sarana pendukung kegiatan pengelolaan hutan misalnya pembuatan pal batas blok atau petak. g. Pembuatan jalan pendukung pengelolaan hutan. h. Perangkat yang berhubungan dengan penglolaan hutan antara lain pal batas hutan, pos jaga, papan informasi, menara pengawas, sarana komunikasi dan sarana transportasi. i. Sarana perlindungan hutan dapat berupa alat pemadam kebakaran hutan baik perangkat lunak maupun perangkat keras, alat komunikasi, perlengkapan satuan pengaman hutan, tanda batas kawasan hutan plang/tanda tanda larangan. 190

203 KPH Wiayah III Provinsi Aceh j. Prasarana Perlindungan hutan dapat berupa asrama satuan pengaman hutan, rumah jaga, jalan jalan pemeriksaan, menara pengawas dan parit batas. Rencana Kegiatan Penyediaan Sarana dan Prasarana selama jangka di KPH Wilayah III Provinsi Aceh disajikan pada Tabel Tabel Rekapitulasi Rencana Kegiatan Penyediaan Sarana dan Prasarana KPH Wilayah III Provinsi Aceh Jangka No Uraian Kegiatan Target (satuan) 1. Pembuatan kantor KRPH Wilayah 2. Sarana Perlindungan hutan 3.. Prasarana perlindungan hutan 4. Peralatan Kantor (Meja,kursi, Lemari kantor, elektronik Kantor) 5.. Peralatan Operasional (alat komunikasi, Perangkat lunak Komputer, Perangkat Keras Komputer, Laptop dan Peralatan Survey) 6. Sarpras Pendukung Kegiatan Pengelolaan Hutan : - Pembuatan Pal Batas blok atau petak - Pembuatan Jalan Pendukung pengelolaan hutan, pembuatan petak - Pembuatan Pos Jaga, asrama satuan pengaman hutan,papan Informasi - Pembuatan menara pengawas Anggaran (Rp) L. Pengembangan Data Base Berdasarkan pasal 14, Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, System Informasi Kehutanan disusun secara berjenjang yang meliputi nasional, provinsi, kabupaten/kota dan Wilayah pengelolaan atau KPH. Pengembangan data base KPH Wilayah III Provinsi Aceh merupakan bagian integral dari pengembangan system informasi kehutanan melalui sinkronisasi dan integras data kabupaten/kota dan provinsi. (a) Pengelolaan Data Base KPH Wilayah III Provinsi Aceh Strategi pengembangan data base KPH Wilayah III Provinsi Aceh adalah mengembangkan system informasi wilayah kelola KPH Wilayah III Provinsi Aceh yang cepat, akurat dan integratif dan didukung oleh perangkat system informasi dan data base 191

204 KPH Wiayah III Provinsi Aceh berbasis web yang dapat diakses dengan mudah oleh seluruh stakeholders. Dengan demikian, data base KPH Wilayah III Provinsi Aceh akan menjadi pusat informasi mengenai kekayaan sumberdaya hutan yang ada dalam wilayah kelola KPH Wilayah III Provinsi Aceh. Dalam penyelenggaraannya, pengelolaan data base KPH Wilayah III Provinsi Aceh diarahkan menurut peruntukan sebagai berikut : a. Data base untuk mendukung system informasi kehutanan secara berjenjang sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun b. Data base dengan peruntukan penyelenggaran pengelolaan hutan ditingkat tapak sesuai tugas dan fungsi KPH MODEL WILAYAH III ACEH Aceh. Jenis data dan informasi wilayah kelola KPH Wilayah III Provinsi Aceh untuk mendukung system informasi kehutanan secara berjenjang dan terintegrasi meliputi jenis data sebagaimana disajikan pada Tabel Tabel Pengembangan Data Base KPH Wilayah III Provinsi Aceh Dalam Mendukung System Informasi Kehutanan di Tingkat KPH No Jenis Data Uraian Jenis Data 1. Kawasan dan Potensi Hutan 1. Luas dan letak wilayah kelola KPH WILAYAH III PROVINSI Aceh 2. Potensi Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu 3. Luas areal tertutup dan tidak tertutup hutan 4. Luas dan letak areal penggunaan kawasan hutan dan pemanfaatan hutan 5. Jenis flora dan fauna 6. Gangguan kemanan hutan 7. Lokasi dan luas areal kebakaran hutan 2. Rehabilitasi Lahan Kritis 3. Pemberdayaan Masyarakat 8. Perlindungan hutan 1. Lokasi dan luas lahan kritis berdasarkan DAS 2. Laju deforestasi dan degradasi 3. Hasil rehabilitasi hutan dan lahan 4. Luas dan kegiatan reklamasi hutan 5. Pengembangan kegiatan perbenihan 1. Lokasi dan luas hutan desa 2. Jumlah, letak dan luas areal HTR, HKm. 3. Pengembangan PHBM dan Jasa Lingkungan 4.Pengelolaan ekonomi dan peningkatan usaha masyarakat disekitar hutan. 4. Tata Kelola Kehutanan 1. Jumlah Personil (Pns dan Non Pns) 2. Alokasi Dan Realisasi Anggaran 3. Sarana Dan Prasarana Pegelolaan Hutan 4. Pelaksanaan dan Pelaporan Audit Kinerja 5. Penyuluhan Kehutanan 6. Hasil Hasil Penelitian 192

205 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Pengembangan date base dengan peruntukan penyelenggaran pengelolaan hutan ditingkat tapak sesuai tugas dan fungsi KPH Wilayah III Aceh, meliputi jenis data yang disajikan pada Tabel Tabel Pengembangan Data Base KPH Wilayah III Provinsi Aceh Untuk Mendukung Pengelolaan Hutan di Tingkat Tapak No Jenis Data Uraian Jenis Data 1 Kegiatan Pengelolaan Hutan 2 Pencatatan kegiatan fisik pengelolaan sumber daya hutan 3 Pencatatan pembiayaan pengelolaan sumber daya hutan 4 Laporan pelaksanaan pengelolaan sumber daya hutan 1. Informasi dan Data Spasial Tata Hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan. 2. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) 3. Informasi Neraca Sumber Daya Hutan (INSDH) 4. Realisasi dan kemajuan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang 5. Realisasi dan kemajuan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek Fungsi ini mengakomodasi pencatatan proses, prosedur dan pelaksanaan pengelolaan hutan baik yang dilaksanakan sendiri KPH Wilayah III Provinsi Aceh atau pun pemegang izin, meliputi seluruh tindakan silvikultur pengelolaan hutan dan tindakan lainya menurut kaidah dan atau tujuan pengelolaan hutan lestari Fungsi ini melakukan pencatatan sumber - sumber pembiayaan dan realisasi, proses perhitungan biaya pengelolaan sumber daya hutan, penerimaan dan pengeluaran pada seluruh pemanfaatan hutan/penggunaan hutan Fungsi ini menghasilkan laporan kegiatan fisik dan laporan keuangan dari proses pengelolaan sumber daya hutan yang menjamin akuntabilitas pengelolaan hutan dan keuangan. (b) Arahan dan Pencapaian Pengembangan Data Base KPH Wilayah Aceh Tujuan umum pengembangan sistem database dan informasi KPH Wilayah III Provinsi Aceh adalah : 1. Untuk menyediakan data dan informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh para stakeholders untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembangunan kehutanan. 193

206 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Sebagai materi promosi investasi dengan menyediakan data potensi wilayah kelola KPH Wilayah III Provinsi Aceh serta peluang investasi. 3. Untuk menyediakan data dan informasi dalam rangka penelitian dan pengembangan wilayah kelola KPH Wilayah III Provinsi Aceh. Pencapaian pengembangan data base dalam rencana pengelolaan hutan selama 10 tahun KPH Wilayah III Provinsi Aceh diselenggarakan melalui kegiatan - kegiatan yang disajikan pada Tabel Tabel Kegiatan Pengembangan Data Base KPH Wilayah Aceh N o Ruang Lingkup Kegiatan 1. Persiapan 2. Pembuatan Website KPH Wilayah III Provinsi Aceh I I I Target Pencapaian Tahun Ke II I V VI VII I I V V I I I X X Indikator Pembiayaan dan sarana Prasarana Website KPH Wilayah III Aceh 3 Pembuatan Perangkat Sistem Infor masi Teknologi Data Base KPH Wilayah III Provinsi Aceh Tersedianya system Informasi Teknologi pada KPH Wilayah III Provinsi Aceh 4. Pembuatan data base, sinkronisasi data dan Pelaporan Data Laporan dan Pencapaian pengembangan data base KPH Wilayah III Provinsi Aceh pada aspek system data dan informasi akan dikembangkan sampai pada tingkat informasi dan data setiap pohon meliputi jenis, spesies, tempat tumbuh dan perkembangan pertumbuhanannya, serta mutasi dan neraca sumberdaya hutan. 194

207 KPH Wiayah III Provinsi Aceh M. Rasionalisasi Wilayah Kelola Permasalahan pada wilayah kelola KPH Wilayah III Provinsi Aceh dapat dikatakan belum ada karena lembaga ini baru akan beroperasi setelah ada alokasi dan mobilisasi suberdaya misalnya alokasi sumberdaya pendanaan, Sumberdaya manusia, mobilisasi sarana dan prasarana serta adanya rugulasi yang mengatur tentang administrasi dan kegiatan KPH. Strategi yang ditempuh adalah proaktif dalam melakukan koordinasi penjemputan program dan alokasi sumberdaya tersebut. sehinga pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota memahami peran dan fungsi serta kebutuhan KPH yang mendesak. Namun demikian tantangannya adalah bahwa masih kurangnya pemahaman tentang peran strategis dan pentingnya KPH terhadap pembangunan daerah dan nasional. Disisi lain keterbatasan dana menjadi kendala yang harus dicarikan solusinya. N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) Sesuai dengan ketentuan maka kegiatan ini dilakukan minimal 5 (lima) tahun sekali dalam rangka penyusunn rencana pengelolaan dan perolehan data terkini. Kegiatan ini dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data update dan akurat pada masing - masing Wilayah pengelolaan, blok dan petak, Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan sesuai arah kebijakan pengelolaan yang telah ditetapkan dan perkembangan yang dicapai. Kegiatan review Rencana Pengelolaan ini diarahkan untuk mengevaluasi : 1. Bagaimana tingkat keberhasilan kelas perusahaan hutan tanaman pinus seluas Ha, dalam mendukung kemandirian KPH, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mendukung upaya pelestarian hutan dan menciptakan iklim investasi yang kondusif 2. Mengevaluasi keberhasilan kelas perusahaan rotan 3. Mengevaluasi keberhasilan kegiatan usaha jasa lingkungan dalam mendukung pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kemandirian KPH 4. Mengevaluasi Rencana pengelolaan Pemanfaatan Kawasan, HHBK,Jasa Lingkungan dan carbon trade pada Blok Pemanfaatan Hutan Lindung. 195

208 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Mengevaluasi Rencana pengelolaan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam Restorasi Ekosistem, Carbon Trade pada Blok Pemanfaatan HHK-HA Hutan Produksi 6. Mengevaluasi Pengelolaan HTR terhadap pemegang Izin.??? 7. Mengevaluasi Terwujudnya Pemberdayaan masyarakat melaui skim HTR terhadap areal yang sudanh dicadangkan seluas... Ha 8. Mengevaluasi terwujudnya Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat melalui skema HTR dan HKm/HD pada areal Blok Pemberdayaan Hutan Produksi seluas... Ha, 9. Mengevaluasi prospek penjualan karbon (carbon trading). 10. Mengevaluasi Penyelesaian masalah konflik tenurial yang berhasil difasilitasi melalui pemberdayaan yang telah dilakukan oleh KPH. 11. Mengevaluasi pelaksanaan PPK BLUD dengan core bisnis hutan tanaman pinus dan rotan. 12. Mengevaluasi, aktifitas pembinaan dan kemitraan KPH Wilayah III Provinsi Aceh dengan pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. 13. Mengevaluasi efektifitas dan keberhasilan perlindungan dan pengamanan hutan dalam wilayah kelola KPH Wilayah III Provinsi Aceh yang telah dilakukan selama 5 tahun. O. Pengembangan investasi Pengembangan investasi diarahkan kepada para pemegang izin skala besar maupun skala kecil seperti, IUPHHK-HTR. Disamping peserta Hkm, Hutan Desa, pelaku ekonomi lainnya terutama pelaku ekonomi berbasis kehutanan skala kecil, dapat kami uraikan sebagai berikut : a. Masalah Indikasi masih adanya praktek illegal dalam pemanfaatan Hasil hutan. Peluang dan prospek investasi pada kawasan KPH belum diketahui luas oleh calon investor. Kebijakan Investasi bidang usaha pemanfaatan Hasil hutan dan penggunaan kawasan tertentu kurang menarik minat investor karena prosedur perijinan yang berbelit-belit dan biaya tinggi, lemahnya insentif dan rendah kapastian hukum. b. Sasaran 196

209 KPH Wiayah III Provinsi Aceh Peningkatan investasi sektor usaha kehutanan yang dikelola secara menguntungkan, lestari dan berkelanjutan. Menyerap investasi baik internal maupun eksternal (pihak ketiga) guna pengembangan dan pengelolaan hutan pada wilayah tertentu. c. Prioritas Arah Kebijakan Mengurangi biaya transaksi dan praktek ekonomi biaya tinggi baik untuk tahap memulai maupun operasinal bisnis. Menata aturan main yang jelas dan pemangkasan birokrasi dengan prinsip transparansi dan tata pemerintahan yang baik. d. Kegiatan Pokok yang akan dilaksanan 1. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi meliputi : Penyerderhanaan prosedur pelayanan penanaman modal. Pemberian insentive yang menarik. Konsolidasi perencanaan peluang investasi. Pengembangan sistem informasi peluang investasi pada KPH Wilayah III Provinsi Aceh. Pengkajian regulasi bidang investasi sektor kehutanan. Melakukan kontrak kerjasama investasi pengelolaan hutan pada wilayah tertentu. 2. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi meliputi : Penyediaan saran dan prasana daerah terkait investasi di sektor usaha kehutanan. Fasilitasi terwujudnya kerjasama antara usaha besar dan UKM. Promosi Peluang dan Prospek investasi pada kawasan KPH Wilayah III Aceh Mendorong dan menfasilitasi peningkatan koordinasi dan kerjasama di bidang investasi sektor usaha kehutanan dengan instansi terkait dan dunia usaha. 197

210 Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN A. Pembinaan B. Pengawasan C. Pengendalian 1

211 KPH Wilayah III Provinsi Aceh VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Berdasarkan PP 44 tahun 2004 pasal 32 menyatakan bahwa pada Wilayah pengelolaan hutan dibentuk institusi pengelola yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi perencanaan pengelolaan, pengorganisasian, pelaksanaan pengelolaan dan pengendalian dan pengawasan. Organisasi KPH adalah organisasi pemerintah daerah yang mempunyai fungsi pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan hutan diwilayahnya. Disisi lain organisasi KPH adalah organisasi pengelolaan hutan ditingkat tapak yang perlu dibina oleh institusi pengurusan yaitu Kementrian Kehutanan, Gubernur dan Bupati/Walikota. Kepala KPH Wilayah III Provinsi Aceh wajib melaksanakan pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan pengelolaan hutan yang dilakukan oleh pemegang izin seperti izin pemanfaatan hutan, izin penggunaan kawasan hutan, pelaksanaan rehabilitasi hutan, pelaksanaan reklamasi hutan di wilayah KPHnya dan wajib melaporkan setiap 3 (tiga) bulan kepada menteri dengan tembusan kepada gubernur dan bupati/walikota. Disamping itu kepala KPH Wilayah III Provinsi Aceh juga berkewajiban melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan sebagaimana tugas pokok dan fungsi dari organisasi KPH. A. Pembinaan Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian agar KPH Wilayah III Provinsi Aceh dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdaya guna dan berhasil guna. Pembinaan dilakukan terhadap sumberdaya manusia pelaksana pengelolaan dan masyarakat di sekitar kawasan KPH. Dalam rangka pembinaan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pengelola KPH Wilayah III Provinsi Aceh dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan kawasan, baik berupa pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi maupun pendidikan non formal 198

212 KPH Wilayah III Provinsi Aceh berupa pendidikan dan pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian guna mendukung jalannya pengelolaan. 2. Terbentuknya suatu kondisi yang dapat menguatkan kerangka semangat kerjasama diantara pihak pengelola, pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, mitra dan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolan KPH Wilayah III Aceh 3. Pengembangan sistem informasi yang baik agar dapat menyajikan hal-hal baru yang bermanfaat bagi semua pihak di dalam pengelolaan. 4. Pembinaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai arti pentingnya pengelolaan kawasan KPH Wilayah III Aceh, mengingat masyarakat di sekitar kawasan KPH merupakan bagian dari pengelolaan. Hal ini dapat dilhat dari adanya pembagian peran terhadap masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2010 bahwa pembinaan dan pengendalian terhadap KPH dilakukan oleh atau atas nama Menteri Kehutanan, dan dilegelegasikan pula kepada Gubernur. Uraian kegiatan dan tim pelaksana pembinaan pada KPH Wilayah III Aceh disajikan pada Tabel

213 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Tabel 6.1. Uraian Kegiatan dan Tim Pelaksana Pembinaan NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN TIM PEMBINA 1. Perencanaan hutan. 2. Penguatan Kelembagaan KPH 3. Sarana dan prasarana operasional KPH 4. Pemberdayaan Masyarakat 5. Perlindungan dan Konservasi Alam 6. Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Rekonstruksi batas hutan, tata blok/petak, inventarisasi sumberdaya hutan, penyusunan rencana pengelolaan, dan penyusunan rencana strategis Penyempurnaan peraturan daerah tentang organisasi KPH, peraturan gubernur (tentang organisasi KPH, sumbangan pihak ketiga dan bagi hasil kemitraan serta pengelolaan keuangan pola BLUD), penyusunan standard opperational procedure (SOP) KPH, pelaksanaan diklat / inhouse training dan penambahan formasi pegawai dan perekrutan petugas lapangan Pengembangan sarana dan prasarana operasional. Fasilitasi pengembangan kelompok tani hutan, fasilitasi pembentukan koperasi kth, sosialisasi dan pengembangan nilainilai kearifan lokal tentang prinsipprinsip pengelolaan hutan lestari serta pelatihan/in House Training/praktek kerja/studi banding bagi anggota KTH Patroli pengamanan hutan, operasi pengamanan hutan, pemantauan dan pengendalian kebakaran hutan, penyuluhan dalam rangka perlindungan dan konservasi alam kepada masyarakat, penurunan tingkat konflik tenurial, pengembangan obyek dan daya tarik wisata, penyediaan sarana dan prasarana perlindungan hutan dan konservasi alam serta monitoring dan pembinaan kemitraan pemanfaatan wisata alam dan jasa lingkungan lainnya serta pembinaan habitat. Reboisasi dan pengkayaan hutan, penyediaan sarana dan prasarana konservasi tanah dan air, penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif, Menteri Kehutanan (Dirjen Planologi) dan Gubernur Aceh Menteri Kehutanan (Setjen, BP2SDM) dan Gubernur Aceh Menteri Kehutanan (Dirjen Planologi, Setjen) dan Gubernur Aceh Menteri Kehutanan (Dirjen BPDAS- PS, Dirjen BUK, BP2SDM dan Dirjen PHKA) dan Gubernur Aceh Menteri Kehutanan (Dirjen PHKA, Setjen) dan Gubernur Aceh Menteri Kehutanan (Dirjen BPDAS- PS) dan 200

214 KPH Wilayah III Provinsi Aceh NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN TIM PEMBINA fasilitasi partisipasi dan koordinasi Gubernur Aceh program rehabilitasi hutan, fasilitasi kerjasama kegiatan rehabilitasi hutan, serta monitoring dan pembinaan ijin usaha HKm dan kemitraan kehutanan. 7. Pemanfaatan Hutan Pemanfaatan sumber daya hutan, kemitraan pemanfaatan HHK, HHBK, perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu di hutan produksi, serta pengolahan dan pemasaran hasil hutan Menteri Kehutanan (Dirjen BUK) dan Gubernur Aceh B. Pengawasan Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap kinerja KPH Wilayah III Provinsi Aceh agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan KPH Model Wilayah III Aceh dilakukan oleh pihak internal pengelola maupun para pihak yang berkompeten dan dilakukan secara langsung agar pelaksanaan pengelolaan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pengelolaan. Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun informasi yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian kawasan KPH Wilayah III Provinsi Aceh serta perubahan pada sosial ekonomi masyarakat. Disamping sebagai penghimpun informasi, pengawasan juga dapat berfungsi pemeriksaan terhadap ketepatan dan kesesuaian sasaran pengelolaan. Pada pemeriksaan dimungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan program yang tidak tepat. Uraian kegiatan dan tim pelaksana pengawasan terhadap program/kegiatan yang dilaksanakan KPH Wilayah III Aceh seperti disajikan pada Tabel 6.2. Tabel 6.2. Uraian Kegiatan Pengawasan dan Tim Pengawas NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN TIM PENGAWAS 1. Perencanaan hutan. Rekonstruksi batas hutan, tata blok/petak, inventarisasi sumberdaya hutan, penyusunan rencana pengelolaan, dan penyusunan rencana strategis a. Dana APBN : Inspektorat Jenderal Kemenhut dan 201

215 KPH Wilayah III Provinsi Aceh NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN TIM PENGAWAS 2. Penguatan Kelembagaan KPH 3. Sarana dan prasarana operasional KPH 4. Pemberdayaan Masyarakat Penyempurnaan peraturan daerah tentang organisasi KPH, peraturan gubernur (tentang organisasi KPH, sumbangan pihak ketiga dan bagi hasil kemitraan serta pengelolaan keuangan pola BLUD), penyusunan standard opperational procedure (SOP) KPH, pelaksanaan diklat / inhouse training dan penambahan formasi pegawai dan perekrutan petugas lapangan Pengembangan sarana dan prasarana operasional. Fasilitasi pengembangan kelompok tani hutan, fasilitasi pembentukan koperasi kth, sosialisasi dan pengembangan nilai-nilai kearifan lokal tentang prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari serta pelatihan/in House Training/praktek kerja/studi banding bagi anggota KTH BPK RI b. Dana APBD/DAK: Inspektorat Provinsi BPK RI dan 5. Perlindungan dan Konservasi Alam 6. Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Patroli pengamanan hutan, operasi pengamanan hutan, pemantauan dan pengendalian kebakaran hutan, penyuluhan dalam rangka perlindungan dan konservasi alam kepada masyarakat, penurunan tingkat konflik tenurial, pengembangan obyek dan daya tarik wisata, penyediaan sarana dan prasarana perlindungan hutan dan konservasi alam serta monitoring dan pembinaan kemitraan pemanfaatan wisata alam dan jasa lingkungan lainnya serta pembinaan habitat. Reboisasi dan pengkayaan hutan, penyediaan sarana dan prasarana konservasi tanah dan air, penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif, fasilitasi partisipasi dan koordinasi program rehabilitasi hutan, fasilitasi kerjasama kegiatan rehabilitasi hutan, serta monitoring dan pembinaan ijin usaha HKm dan kemitraan kehutanan. 7. Pemanfaatan Hutan Pemanfaatan sumber daya hutan, kemitraan pemanfaatan HHK, HHBK, perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu di hutan produksi, serta pengolahan dan pemasaran hasil hutan 202

216 KPH Wilayah III Provinsi Aceh C. Pengendalian Pengendalian adalah segala upaya untuk menjamin dan mengarahkan agar kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Di dalam instansi pemerintahan, pengaturan pengendalian terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern (SPI) menurut peraturan ini adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sedangkan yag dimaksud dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian intern. Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam suatu instansi pemerintah dapat berbeda dengan pengendalian yang diterapkan pada instansi pemerintah lain. Perbedaan penerapan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan visi, misi,lingkungan, sejarah dan latar belakang budaya dan resiko yang dihadapi oleh instansi itu sendiri. Untuk menjadikan pengelolaan KPH Wilayah III Provinsi Aceh berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan, tersedianya informasi yang terbuka pada tingkat manajemen KPH Wilayah III Provinsi Aceh, mitra pengelolaan, pemerintah daerah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pengendalian pada Wilayah pengelola sehingga tujuan dari pengelolaan tercapai dan menjamin seluruh proses pengelolaan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Lingkup pengendalian dilakukan pada tingkat pimpinan manajemen KPH Wilayah III Provinsi Aceh sampai kepada pelaksana di lapangan sehingga tanggung jawab didalam pelaksanaan pengelolaan berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja organisasi Wilayah Pelaksana Teknis KPH Wilayah III Provinsi Aceh. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2010 bahwa pembinaan dan pengendalian terhadap KPH dilakukan oleh atau atas nama Menteri Kehutanan, dan dilegelegasikan pula kepada Gubernur. Atas dasar itu maka 203

217 KPH Wilayah III Provinsi Aceh pengendalian yang akan dilakukan terhadap KPH Wilayah III Provinsi Aceh seperti disajikan pada Tabel 6.3. Tabel 6.3. Uraian Kegiatan Pengendalian dan Tim Pengendali NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN TIM PENGENDALI 1. Perencanaan hutan. 2. Penguatan Kelembagaan KPH 3 Sarana dan prasarana operasional KPH 4. Pemberdayaan Masyarakat 5. Perlindungan dan Konservasi Alam Rekonstruksi batas hutan, tata blok/petak, inventarisasi sumberdaya hutan, penyusunan rencana pengelolaan, dan penyusunan rencana strategis Penyempurnaan peraturan daerah tentang organisasi KPH, peraturan gubernur (tentang organisasi KPH, sumbangan pihak ketiga dan bagi hasil kemitraan serta pengelolaan keuangan pola BLUD), penyusunan standard opperational procedure (SOP) KPH, pelaksanaan diklat / inhouse training dan penambahan formasi pegawai dan perekrutan petugas lapangan Pengembangan sarana dan prasarana operasional. Fasilitasi pengembangan kelompok tani hutan, fasilitasi pembentukan koperasi kth, sosialisasi dan pengembangan nilainilai kearifan lokal tentang prinsipprinsip pengelolaan hutan lestari serta pelatihan/in House Training/praktek kerja/studi banding bagi anggota KTH Patroli pengamanan hutan, operasi pengamanan hutan, pemantauan dan pengendalian kebakaran hutan, penyuluhan dalam rangka perlindungan dan konservasi alam kepada masyarakat, penurunan tingkat konflik tenurial, pengembangan obyek dan daya tarik wisata, penyediaan sarana dan prasarana perlindungan hutan dan konservasi alam serta monitoring dan pembinaan kemitraan pemanfaatan wisata alam dan jasa lingkungan lainnya serta pembinaan habitat TSL Menteri Kehutanan (Dirjen Planologi) dan Gubernur Aceh Menteri Kehutanan (Setjen, BP2SDM) dan Gubernur Aceh Menteri Kehutanan (Dirjen Planologi, Setjen) dan Gubernur Aceh Menteri Kehutanan (Dirjen BPDAS- PS, Dirjen BUK, BP2SDM dan Dirjen PHKA) dan Gubernur Aceh Menteri Kehutanan (Dirjen PHKA, Setjen) dan Gubernur Aceh 204

218 KPH Wilayah III Provinsi Aceh NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN TIM PENGENDALI 6 Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Reboisasi dan pengkayaan hutan, penyediaan sarana dan prasarana konservasi tanah dan air, penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif, fasilitasi partisipasi dan koordinasi program rehabilitasi hutan, fasilitasi kerjasama kegiatan rehabilitasi hutan, serta monitoring dan pembinaan ijin usaha HKm dan kemitraan kehutanan. Menteri Kehutanan (Dirjen BPDAS- PS) dan Gubernur Aceh 7. Pemanfaatan Hutan Pemanfaatan sumber daya hutan, kemitraan pemanfaatan HHK, HHBK, perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu di hutan produksi, serta pengolahan dan pemasaran hasil hutan Menteri Kehutanan (Dirjen BUK) dan Gubernur Aceh 205

219 Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal BAB VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Pemantauan B. Evaluasi C. Pelaporan 1

220 KPH Wilayah III Provinsi Aceh VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Sistem monitoring dan evaluasi dalam wilayah pengelolaan hutan dalam suatu wadah KPH merupakan salah satu komponen utama dalam system pemantauan dan pengendalian. Sistem pemantauan dan pengendalian itu sendiri merupakan suatu perangkat system yeng bertugas untuk membangkitkan dan menyediakan informasi sehingga data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk memberikan umpan balik sehingga seluruh dinamika system manajemen dapat dijaga pada status dan kondisi yang diinginkan. Sebagaimana dijelaskan pada tujuan, tugas pokok dan fungsi KPH, maka system monitoring dan evaluasi yang dikembangkan harus merupakan bentuk umpan balik yang positif yaitu perangkat pemantauan dan pengendalian yang mempunyai kapasitas untuk mengakses system manajemen dan melakukan perubahan terhadap sitemnya sendiri apabila memang diperlukan. Dengan demikian maka system monitoring dan evaluasi akan mencakup; (i) Seluruh tingkat (level) dan perangkat organisasi, (ii) input, proses dan output yang dilaksanakan oleh KPH (iii) fungsi fungsi yang dijalankan KPH. Didalam proses manajemen monitoring dan evaluasi dapat mengambil bagian dihampir seluruh tingkatan baik ditingkat perencanaan, tingkatan operasional kegiatan (implementasi) maupun tingkatan pasca implementasi. Evaluasi ditujukan untuk membuat justifikasi terhadap rencana yang dibuat, pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana serta dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan maupun kinerja manajemen dilingkup KPH sendiri. A. Pemantauan Pemantauan adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus terhadap pelaksanaan suatu tugas dan fungsi satuan organisasi. Kegiatan pemantauan yang dilanjutkan dengan evaluasi dapat dilakukan oleh unsur internal Balai KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh maupun unsur eksternal baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat. Pemantauan atau monitoring terhadap jalannya pengelolaan 206

221 KPH Wilayah III Provinsi Aceh kawasan dilaksanakan oleh KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh bersama-sama dengan instansi terkait dan pihak lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai mitra. Kegiatan pemantauan akan dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapannya, terhadap seluruh kegiatan dan komponen pengelolaan lainnya yang dilaksanakan KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh. Tim pelaksana pemantauan disesuaikan dengan keterkaitan dengan tugas fungsinya, dan akan ditunjuk dengan surat perintah tugas. Hasil yang diperoleh dari pemantauan tersebut akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam evaluasi kegiatan tahun berjalan dan sebagai dasar dalam penyusunan rencana untuk kegiatan berikutnya. Rencana kegiatan pemantauan dan tim pelaksana pemantauan terhadap seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan dalam KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh tahun seperti disajikan pada Tabel 7.1. Disamping itu, dalam KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh tahun terdapat kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi/lembaga lain, dalam rangka mendukung kapasitas kelembagaan KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh. Atas dasar itu maka kegiatan pemantauan yang dilakukan instansi/lembaga lain tersebut seperti disajikan pada Tabel 7.1. B. Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan melihat ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan, yang dikategorikan kedalam kelompok masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan manfaat (benefits). Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup ; (1) Pemantauan dan evaluasi oleh internal KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh, (2) Pemantauan dan evaluasi oleh institusi lain, dan (3) Pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat. Evaluasi keberhasilan program pengelolaan KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh dapat diukur dari : Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan KPH Model Wilayah III Aceh semakin menurun. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama yang disekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi hutan dari gangguan keamanan, serta berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan. Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan sebagai upaya alternatif dalam peningkatan perekonomian masyarakat. 207

222 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait yang memiliki kepedulian terhadap hutan, yang dimulai dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Dinas Kehutanan, KPH Model Wilayah III Aceh, dan pihak mitra pendukung. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan. Rencana kegiatan evaluasi dan tim pelaksana evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan dalam RPHJP KPH Model Wilayah III Aceh tahun KPH Model Wilayah III Aceh seperti disajikan pada Tabel 7.2. C. Pelaporan Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada instansi pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi pemerintah dalam satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan sasarannya. Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang memiliki hak atau yang berkewenangan meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Pada kegiatan pelaporan, KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh melaporkan hasil akhir dari seluruh kegiatan-yang dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan tugasnya secara berkala. Pelaporan mengacu pada standar prosedur operasional yang berlaku. Tahapan dalam penyusunan laporan dimulai dari penyiapan format laporan, penyusunan bahan laporan dan resume telaahan, dan penyusunan. Laporan terdiri dari Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan Semester dan Laporan Tahunan. Seluruh laporan ditandatangani Kepala KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh dan disampaikan kepada Menteri Kehutanan melalui Sekretaris Daerah dengan tembusan dan kepada instansi terkait lainnya. 208

223 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Tabel 7.1. Uraian kegiatan pemantauan dan tim pelaksana pemantauan kegiatan yang dilaksanakan KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh NO. KEGIATAN PROSES KEGIATAN YANG DIPANTAU TIM MONITORING A. Perencanaan hutan. 1. Rekonstruksi batas hutan 2.Tata blok/petak 3.Inventarisasi sumberdaya hutan 4.Penyusunan rencana pengelolaan 5.Penyusunan rencana strategis B. Penguatan kelembagaan KPH 1. Penyusunan SOP KPH. 2. Pelaksanaan kegiatan inhouse training. 3. Perekrutan petugas lapangan C. Sarana dan prasarana operasional Pembentukan tim, penyusunan rencana kerja, persiapan alat dan bahan terkait kegiatan rekonstruksi, pelaksanaan rekonstruksi, pembuatan peta dan laporan. Pembentukan tim, penyusunan rencana tata hutan, persiapan alat dan bahan, pelaksanaan, pembuatan peta dan laporan. Pembentukan tim, penyusunan rencana kerja inventarisasi, persiapan alat/ bahan dan alat ukur, pelaksanaan inventarisasi (potensi hutan dan sosial budaya), penyusunan NSDH, penyusunan stastistik serta pembuatan peta dan laporan Pembentukan tim, penyusunan rencana kerja,persiapan bahan, pengumpulan data, pelaksanaan, konsultasi publik dan evaluasi dokumen rencana pengelolaan. Pembentukan tim, penyusunan rencana kerja, persiapan bahan, pengumpulan data, pelaksanaan penyusunan dokumen rencana pengelolaan. Penyusunan kerangka acuan kerja, penunjukan pelaksana dan tim ahli penyusunan, konsultasi publik, buku dokumen SOP KPH dan berita acara serah terima. Pembentukan panitia, penyusunan panduan dan materi, penyiapan alat bahan, pembuatan sertifikat pelatihan dan penyusunan laporan kegiatan. Identifikasi kebutuhan peserta, pembentukan tim, penyusunan kriteria, proses perekrutan petugas lapangan dan keputusan penetapan. Identifikasi kebutuhan, pembentukan panitia, penyusunan rencana kerja dan syarat syarat, penunjukan rekanan, BPKH Will XVIII. Aceh. KPH dan Dinas kehutanan Provinsi. KPH dan Dinas kehutanan Provinsi. Dirjen Planologi, Pusdal Regional II, Dinas Kehutanan Provinsi dan KPH. KPH dan Dinas kehutanan Provinsi. KPH, Dinas kehutanan Provinsi atau lembaga/ instansi lain sebagai pemberi donor. KPH KPH, Dinas Kehutanan Provinsi dan BPKH Wil. XVIII Aceh 209

224 KPH Wilayah III Provinsi Aceh NO. KEGIATAN PROSES KEGIATAN YANG DIPANTAU TIM MONITORING pelaksanaan, pembuatan berita acara. D. Pemberdayaan masyarakat 1. Pengembangan KTH. 2. Pembentukan koperasi KTH. 3. Sosialisasi dan pengembangan nilai-nilai kearifan lokal. 4. Praktek Kerja/Study Banding Bagi Anggota KTH E. Perlindungan dan Konservasi Alam 1. Patroli pengamanan hutan 2. Operasi pengamanan hutan 3. Pemantauan dan pengendalian kebakaran hutan 4. Penyuluhan perlindungan dan konservasi alam Penyiapan data kelompok, pertemuan kelompok, pembentukan dan pengesahan pengurus. Konsolidasi kelompok, pertemuan/rapat anggota, pembentukan dan pengesahan pengurus. Konsolidasi kelompok, pertemuan forum lembaga adat/forum tuan guru, penyusunan dan kesepakatan awik-awik kearifan lokal, sosialisasi, pembuatan laporan. Pembentukan panitia, penyusunan panduan dan materi, penyiapan alat bahan, pembuatan sertifikat dan penyusunan laporan kegiatan. Penyusunan rencana, penyiapan alat dan perlengkapan, pelaksanaan, dan pembuatan laporan. Penyusunan rencana, penyiapan alat dan perlengkapan, pelaksanaan, pemberkasan dan pembuatan laporan. Identifikasi daerah rawan kebakaran hutan, penyusunan rencana, penyiapan tim, alat dan perlengkapan, pelaksanaan dan pembuatan laporan. Penyusunan rencana, penyiapan materi, konsolidasi dan pertemuan kelompok, pelaksanaan serta pembuatan laporan. KPH, Desa/Dusun, atau lembaga/ instansi lain sebagai pemberi donor. KPH, Desa/Dusun, Dinas Koperasi Prov/Kab atau lembaga/ instansi lain sebagai pemberi donor. KPH, Dinas Kehutanan Kabupaten/Provinsi, tokoh agama, Lembaga adat, KTH, LSM/NGO, Akademisi dan Lembaga terkait lainnya KPH atau lembaga/ instansi lain sebagai pemberi donor KPH KPH, Dinas Kehutanan Prov/Kab dan Instansi terkait KPH, Dinas Kehutanan Prov/Kab dan Instansi terkait KPH atau lembaga/ instansi lain sebagai pemberi donor 210

225 KPH Wilayah III Provinsi Aceh NO. KEGIATAN PROSES KEGIATAN YANG DIPANTAU TIM MONITORING 5. Penurunan tingkat konflik tenurial 6. Pengembangan obyek wisata 7. Penyediaan sarana dan prasarana perlindungan hutan dan konservasi alam. F. Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan 1. Reboisasi dan pengkayaan hutan. 2. Penyediaan sarana dan prasarana konservasi tanah dan air 3. Penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif. 4. Fasilitasi partisipasi dan koordinasi program rehabilitasi hutan 5. Fasilitasi kerjasama kegiatan rehabilitasi hutan. Identifikasi konflik, penyusunan rencana, penunjukan tokoh kunci dan mediator, pendekatan masyarakat, penyiapan tim, pertemuan dan dialog, membangun kesepakatan dan pembuatan laporan Inventarisasi potensi, pemetaan potensi ODTW, penyusunan rencana pengelolaan obyek wisata, konsultasi publik, kesepakatan kemintraan, pelaksanaan, pembuatan laporan. Identifikasi kebutuhan, pembentukan panitia, penyusunan rencana kerja dan syarat syarat, penunjukan rekanan, pelaksanaan, pembuatan berita acara. Identifikasi lahan kritis, penyusunan rancangan, persiapan alat bahan, pembuatan persemaian, penanaman, pemeliharaan tanaman dan pembuatan peta dan laporan. Identifikasi kebutuhan, pembentukan panitia, penyusunan rencana kerja dan syarat syarat, penunjukan rekanan, pelaksanaan, pembuatan berita acara. Penyusunan rancangan konservasi tanah secara vegetatif, penunjukan rekanan, pelaksanaan kegiatan, penyusunan laporan. Penyusunan rencana kerja, pelaksanaan sosialisasi program dan kegiatan rehabilitasi hutan serta pelaporan Penyusunan rencana pengelolaan rehabilitasi, konsultasi publik, kesepakatan kemintraan, pelaksanaan, pembuatan laporan. KPH, Dinas Kehutanan Prov/Kab, atau lembaga/ instansi lain sebagai pemberi donor KPH, BKSDA, Dinas Kehutanan Provinsi, atau Lembaga mitra KPH, BKSDA, Dinas Kehutanan Provinsi BPDAS, KPH dan Dinas Kehutanan Provinsi. BPDAS, KPH dan Dinas Kehutanan Provinsi. BPDAS, KPH dan Dinas Kehutanan Provinsi. Dirjen BPDAS-PS, BPDAS, KPH, Dinas Kehutanan Provinsi KPH, BPDAS, Dinas Kehutanan Prov/Kab. atau lembaga/ instansi lain sebagai pemberi donor 211

226 KPH Wilayah III Provinsi Aceh NO. KEGIATAN PROSES KEGIATAN YANG DIPANTAU TIM MONITORING G. Pemanfaatan Hutan. 1. Pemanfaatan Sumber daya hutan 2. Kemitraan pemanfaatan HHK, HHBK, Perdagangan Karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu di Hutan Produksi 3. Pengolahan dan pemasaran hasil hutan Pembentukan tim, penyusunan rencana kerja,persiapan bahan, pengumpulan data, pelaksanaan, konsultasi publik dan evaluasi dokumen rencana pengelolaan serta pemanfaatan wilayah tertentu oleh KPH. Identifikasi potensi, promosi potensi, membangun kesepakatan kemitraan, pelaksanaan, pembuatan laporan. Pengembangan sarpras pengolahan hasil hutan, promosi produk hasil hutan dan pemasaran Dirjen BUK, BP2HP Aceh, Dinas Kehutanan Provinsi, KPH, atau lembaga/ instansi lain sebagai pemberi donor Dirjen BUK, BP2HP Aceh, Dinas Kehutanan Provinsi, KPH, atau lembaga/ instansi lain sebagai pemberi donor Dirjen BUK, BP2HP Aceh, Dinas Kehutanan Provinsi, KPH, atau lembaga/ instansi lain sebagai pemberi donor 212

227 KPH Wilayah III Provinsi Aceh Tabel 7.2. Uraian kegiatan pemantauan dan tim pelaksana kegiatan yang dilaksanakan Instansi/Lembaga Lain KEGIATAN Penguatan Kelembangaan KPH 1. Penyerpurnaan peraturan daerah dan peraturan gubernur tentang organisasi KPH PROSES KEGIATAN YANG DIPANTAU Penyiapan bahan/peraturan Perundangan terkait, Penyusunan Naskah Akademik Perda/ Pergub Organisasi KPH, rapat koordinasi,dokumen draft Perda/ Pergub, Pembahasan di DPRD ACEH, Pengesahan Dokumen Perda/ Pergub TIM MONITORING Sekda Aceh, Asisten 1 dan Dinas Kehutanan Prov. 2. Peningkatan kualitas kelembagaan KPH Penyiapan bahan/peraturan Perundangan terkait, Penyusunan Naskah Akademik (Pergub Sumbangan Pihak Ketiga dan Bagi Hasil, Pergub Badan Layanan Umum Daerah), rapat koordinasi, dokumen Pergub 3. Pelaksanaan diklat Penyusunan Rencana kegiatan, Penyiapan alat dan bahan diklat, Penyusunan laporan kegiatan 4. Penambahan pegawai Identifikasi Formasi Pegawai yang dibutuhkan, Pengusulan Formasi Pegawai, Proses Perekrutan Pegawai Biro Hukum, Biro Organisasi, Asisten 1, dan Dinas Kehutanan Prov. Pusdiklat SDM Kemenhut, BDK Kupang, BKD dan Diklat ACEH, Lembaga diklat lainnya. BKD Provinsi, Dinas Kehutanan Provinsi, BP2SDMK Kemenhut 213

228 Rencana Pengelolaan Hutan KPHP Model Mandailing Natal BAB VIII. PENUTUP 1

229 KPH Wilayah III Provinsi Aceh VIII. PENUTUP Rencana Pengelolaan Hutan KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh tahun ini diharapkan dapat menjadi arah atau pedoman pengurusan/pembangunan kehutanan untuk dapat mencapai kondisi dimana tahun 2025 nanti dapat dicapai sesuai dengan visi dan misi pembangunan KPH Model Wilayah III Aceh. Diawal beroperasinya KPH Model Wilayah III tentu banyak menjumpai berbagai kendala seperti sarana dan prasarana yang kurang memadai, kurangnya SDM Handal, regulasi yang belum lengkap disamping belum memiliki pengalaman dalam tindakan pengelolaan hutan lestari. Kondisi areal wilayah kerja yang sangat luas, seluas kurang lebih hektar disamping menyimpan potensi yang menjanjikan manfaat untuk pembangunan daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup, ternyata juga berpotensi untuk terjadinya degradasi fungsi lahan, deforestasi sebagai akibat dari kegiatan pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan untuk non kehutanan dan aktifitas illegal dibidang kehutanan lainnya. Arahan dalam Rencana Pengelolaan Hutan KPH Model Wilayah III tahun ini sangat diharapkan lembaga KPH yang mandiri dapat terwujud, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan optimal, menurunnnya angka degradasi dan deforestasi, optimalnya pengelolaan kawasan konservasi, dengan kesetaraan antara perlindungan hutan, pengawetan dan pemanfaatan, terinternaliasinya komitmen dan kesepakatan daerah, nasional sektor kehutanan dalam kebijakan dan pelaksanaan pembanguan kehutanan di pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota. Proses penyusunan rencana pengeloloaan hutan ini yang melibatkan berbagai pihak dan sektor sehingga diharapkan dapat terbangun dukungan kuat dari para pihak dan sektor terkait dalam implementasinya. Sebagai pelengkap dan pendukung kegiatan perencanaan dan implementasi kegiatan pengelolaan hutan di KPH Model Wilayah III, maka dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPH Model Wilayah III Tahun , dilengkapi dengan data dan informasi spasial berupa peta. Jenis peta yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari dokumen ini, antara lain ; (1). Peta Kawasan Hutan Wilyah KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh 214

230 KPH Wilayah III Provinsi Aceh (2). Peta Aksesibilitas Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (3). Peta Pembagian DAS dan Sumber Mata Air Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (4). Peta Iklim Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (5). Peta Geologi Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (6). Peta Jenis Tanah Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (7). Peta Kelerengan Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (8). Peta Penutupan Lahan Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (9). Peta Administrasi Pemerintahan Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (10). Peta Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (11). Peta Lahan Kritis Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (12). Peta Lokasi Konflik Tenurial, Lokasi Potensial Ilegal Loging dan Gangguan Keamanan Hutan Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (13). Peta Rencana Pembagian Resort Dan Sektor Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (14). Peta Rencana Pembagian Blok Dan Petak Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (15). Peta Rencana Pengembangan Kawasan Wilayah Tertentu pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (16). Peta Rencana Reboisasi dan Pengayaan Hutan Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh (17). Peta Rencana Pembangunan Sarana dan Prasarana Konservasi Tanah serta Pembukaan Wilayah Hutan Pada KPH Model Wilayah III Provinsi Aceh 215

231

232

233

234

235

236

237

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang PENDAHULUAN BAB A. Latar Belakang Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) menjadi salah satu prioritas nasional, hal tersebut tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 9 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.46/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXV TAPANULI TENGAH SIBOLGA PERIODE

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXV TAPANULI TENGAH SIBOLGA PERIODE RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXV TAPANULI TENGAH SIBOLGA PERIODE 2016-2025 i LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS KEHUTANAN ACEH GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG, 1 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR P.7/PDASHL/SET/KUM.1/11/2016 TENTANG STANDAR OPERASIONALISASI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

2016, No. -2- Kehutanan, diperlukan penyempurnaan Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

2016, No. -2- Kehutanan, diperlukan penyempurnaan Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 336, 2016 KEMEN-LHK. Pengelolaan Hutan. Rencana. Pengesahan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.64/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO P E T I K A N PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI BATULANTEH KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMANFAATAN HUTAN

OPTIMALISASI PEMANFAATAN HUTAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN HUTAN Direktur Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan Disampaikan pada Acara Gelar Teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 12 Mei 2014

Lebih terperinci

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.811, 2015 KEMEN-LHK. Biaya Operasional. Kesatuan Pengelolaan Hutan. Fasilitasi. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.20/MenLHK-II/2015

Lebih terperinci

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I No.2023, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LHK. Pelimpahan. Urusan. Pemerintahan. (Dekonsentrasi) Bidang Kehutanan. Tahun 2015 Kepada 34 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

(KPH) Peraturan terkait Kesatuan Pengelolaan Hutan

(KPH) Peraturan terkait Kesatuan Pengelolaan Hutan KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DIREKTORAT WILAYAH PENGELOLAAN DAN PENYIAPAN AREAL PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN Peraturan terkait Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) COOPERATION

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.202,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR V TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESATUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 013 NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG FASILITASI BIAYA OPERASIONAL KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXVI TAPANULI SELATAN-PADANG LAWAS UTARA. PERIODE

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXVI TAPANULI SELATAN-PADANG LAWAS UTARA. PERIODE RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT XXVI TAPANULI SELATAN-PADANG LAWAS UTARA. PERIODE 2016-2025 Daftar Isi Halaman Pengesahan Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I. Pendahuluan A.

Lebih terperinci

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN (RPH) JANGKA PANJANG KPHL RINJANI BARAT PERIODE

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN (RPH) JANGKA PANJANG KPHL RINJANI BARAT PERIODE RENCANA PENGELOLAAN HUTAN (RPH) JANGKA PANJANG KPHL RINJANI BARAT PERIODE 2012-2021 BALAI KPHL RINJANI BARAT DESEMBER 2012 ii LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG PERIODE 2012 S/D

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH (Memperkuat KPH dalam Pengelolaan Hutan Lestari untuk Pembangunan Nasional / daerah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2012 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PENANAMAN BAGI PEMEGANG IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REHABILITASI DAERAH ALIRAN SUNGAI Menimbang

Lebih terperinci

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 49/Menhut-II/2008 TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 1/MENHUT-II/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 1/MENHUT-II/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 1/MENHUT-II/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT PROVINSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Pasal 93 ayat (2), Pasal 94 ayat (3), Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA KEMITRAAN PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN UPT. KPHL BALI TENGAH RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN 2014-2023 UPT. KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) BALI TENGAH MATRIKS RENCANA KEGIATAN UPT.KPH BALI TIMUR 2013-2022 Denpasar,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 134, 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Dekonsentrasi. 34 Gubernur. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/MenLHK-Setjen/20152015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Pasal 93 ayat (2), Pasal 94 ayat (3), Pasal

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.9/MENHUT-II/2010 TENTANG IZIN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

this file is downloaded from

this file is downloaded from th file PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9 /Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2011

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.9/Menhut-II/2010 TENTANG IZIN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KORIDOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL ALOR PANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind No.68, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Bidang Kehutanan. 9PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9/Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN, KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR RIMBA

PENATAAN KORIDOR RIMBA PENATAAN KORIDOR RIMBA Disampaikan Oleh: Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Dalam acara Peluncuran Sustainable Rural and Regional Development-Forum Indonesia DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

Lebih terperinci

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1. No.247, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Penggunaan DAK. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi bidang

Lebih terperinci

PERAN STRATEGIS KPH. Oleh : M.Rizon, S.Hut, M.Si (KPHP Model Mukomuko) Presentasi Pada BAPPEDA Mukomuko September 2014

PERAN STRATEGIS KPH. Oleh : M.Rizon, S.Hut, M.Si (KPHP Model Mukomuko) Presentasi Pada BAPPEDA Mukomuko September 2014 PERAN STRATEGIS KPH Oleh : M.Rizon, S.Hut, M.Si (KPHP Model Mukomuko) Presentasi Pada BAPPEDA Mukomuko September 2014 KONDISI KPHP MODEL MUKOMUKO KPHP MODEL MUKOMUKO KPHP Model Mukomuko ditetapkan dengan

Lebih terperinci

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN) BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA (2014 - KEDEPAN) Gambar 33. Saluran Listrik Yang Berada di dalam Kawasan Hutan 70 Kiprah Kehutanan 50 Tahun Sulawesi Utara Foto : Johanes Wiharisno

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 9 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.99/Menhut-II/2014 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2015 KEPADA 34 GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT 1 GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 34/Menhut -II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2011 KEMENTERIAN KEHUTANAN. IUPHHK. Hutan Tanaman Rakyat. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/Menhut-II/2011 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KEHUTANAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOLAKA UTARA, Menimbang : a. bahwa hutan merupakan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

PEMBENTUKAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 6/Menhut-II/2009 TENTANG PEMBENTUKAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa keberadaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5794. KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 326). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR P.12/MENLHK-II/2015

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN HUTAN PRODUKSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa prilaku yang mesti dilakukan oleh sesorang yang menduduki suatu posisi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa prilaku yang mesti dilakukan oleh sesorang yang menduduki suatu posisi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Menurut Edy Suhardono (1994 : 15) mengemukakan bahwa definisi yang paling umum disepakati adalah peran merupakan seperangkat patokan yang membatasi apa prilaku

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.38/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2016 TENTANG PERSETUJUAN PEMBUATAN DAN/ATAU PENGGUNAAN KORIDOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa untuk terselenggaranya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pemanfaatan lahan antara masyarakat adat dan pemerintah merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Salah satu kasus yang terjadi yakni penolakan Rancangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS BADAN LITBANG KEHUTANAN 2010-2014 V I S I Menjadi lembaga penyedia IPTEK Kehutanan yang terkemuka dalam mendukung terwujudnya pengelolaan hutan lestari untuk kesejahteraan

Lebih terperinci