RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN"

Transkripsi

1 UPT. KPHL BALI TENGAH RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN UPT. KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) BALI TENGAH MATRIKS RENCANA KEGIATAN UPT.KPH BALI TIMUR Denpasar, Januari 2014 UPT. KPHL BALI TENGAH Jl. Ratna No.1 Singaraja Phone / Fax :

2 UPT. KPHL BALI TENGAH RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG TAHUN UPT. KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) BALI Denpasar, Januari 2014 UPT. KPHL BALI TENGAH Jl. Ratna No.1 Singaraja Phone / Fax :

3 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN (RPH) JANGKA PANJANG KPHL BALI TENGAH TAHUN UPT KPHL BALI TENGAH DESEMBER 2012 ii

4 LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG UPT. KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TENGAH Dinilai di Tanggal : Disusun di Tanggal : GUBERNUR PROVINSI BALI, KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI Disahkan di Jakarta Tanggal : a/n MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan II iii

5 RINGKASAN EKSEKUTIF Kepastian hukum dan keamanan kawasan hutan disadari merupakan prakondisi yang mutlak diperlukan dalam rencana pengelolaan hutan lestari, terutama pada penetapan status kawasan, pembagian blok, baik pada blok inti, blok pemanfaatan dan blok khusus, sehingga rencana kegiatan dalam pengelolaan kawasan hutan dapat berjalan dengan lancar ada kepastian hukum dan bebas dari konflik pemanfaatan hutan di lapangan. Penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah bertujuan untuk menyusun rencana strategis pengelolaan hutan sebagai bahan acuan atau pedoman pelaksanaan dan standar evaluasi proses pembangunan guna memberikan arah dan bentuk yang jelas tentang berbagai hal yang terkait dengan penyusunan rencana pengelolaan hutan yang komprehensif dengan tetap berpedoman pada pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Sasaran penyusunan RPH Bali Tengah adalah terwujudnya rencana pengelolaan hutan di seluruh kawasan hutan lindung yang terdapat dalam wilayah UPT KPH Bali Tengah. Ruang lingkup rencana pengelolaan hutan ini mencakup area yang telah ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Tengah Provinsi Bali dengan kawasan hutannya berupa hutan lindung seluas ,32 ha yang terbagi kedalam 5 Register Tanah Kehutanan (RTK) yaitu: kelompok hutan Puncak Landep (RTK 1), kelompok hutan Gunung Mungsu (RTK 2), kelompok hutan Gunung Silangjana (RTK 3), kelompok hutan Gunung Batukaru (RTK 4) dan kelompok hutan Munduk Pangajaran (RTK 5). KPH Bali Tengah terdiri dari 7 RPH (RPH Penebel, RPH Pupuan, RPH Petang, RPH Kubutambahan, RPH Banjar, RPH Sukasada, RPH Candikuning) dan 1 Pos Pemantau Hasil Hutan. Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini berdasarkan: (a) studi pustaka/literatur, (b) observasi, dan (c) wawancara dan focus grup discussion (FGD). Penyajian Analisis dan proyeksi dalam penyusunan Rencana Pengelolaan ini mencakup : Managemen Pengelolaan Hutan, Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, Penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan Reklamasi hutan, serta Perlindungan dan Konservasi alam.

6 (1) Pada Managemen pengelolaan hutan ini dilakukan pembahasan menyangkut tentang organisasi ditingkat lapangan ( Resort Pengelolaan Hutan ) dan bentuk kelembagaan KPH yang belum mengacu pada Permendagri Nomor 61 Tahun 2010, yang menyatakan bahwa organisasi KPH dalam bentuk SKPD tersendiri (2) Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Dalam Tata hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan hutan ini, menyangkut pembahasan tentang pembagian blok dan petak. Pembagian blok dapat dibagi menjadi 3 yaitu : (a) Blok Inti, (b) Blok Pemanfaatan dan (c) Blok Khusus. Disamping itu diusulkan pula diadakannya rasionalisasi wilayah RPH di KPH Bali Tengah (3) Pemanfaatan Hutan Berdasarkan PP No. 6 Tahun 2007 jo. PP No. 3 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa hutan secara optimal, adil dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan hutan dapat dikelompokkan menjadi : (1) wilayah kelola (kawasan hutan yang pengelolaannya dapat melibatkan orang ke tiga) dan (2) wilayah tertentu yang dikelola oleh KPH. Pemanfaatan kawasan hutan ini menitik beratkan pada penggalian potensi, yang nantinya dapat dikembangkan untuk mendapatkan nilai ekonomis sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku ( Core Business ). Saat ini salah satu pemanfaatan kawasan hutan yg direncanakan adalah berupa hutan desa. (4) Penggunaan Kawasan Hutan Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan, dan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung,(sesuai dengan PP No. 24 tahun 2010). Pada kawasan KPH Bali Tengah, terdapat beberapa ijin penggunaan kawasan yang digunakan oleh: PT Telkom, PT PLN Persero, Dinas PU Kabupaten Buleleng.. (5). Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga (UU RI No. 41 tahun 1999). Selanjutnya dijelaskan bahwa rehabilitasi hutan dan lahan ini diselenggarakan melalui kegiatan : reboisasi, penghijauan, pemeliharaan, pengayaan

7 tanaman, atau penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis dan tidak produktif. Kegiatan rehabilitasi ini dilakukan di semua kawasan hutan kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional serta dilaksanakan berdasarkan kondisi spesifik biofisik. Dalam pelaksanaannya rehabilitasi hutan dan lahan ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif dalam rangka mengembangkan potensi dan pemberdayaan masyarakat. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Kegiatan ini meliputi : inventarisasi lokasi, penetapan lokasi perencanaan, dan pelaksanaan reklamasi. (6) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan untuk menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk : (a) mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, serta penyakit; dan (b) mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, hasil hutan, investasi, serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Dalam pelaksanaannya untuk menjamin supaya perlindungan hutan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, maka masyarakat harus dilibatkan. Beberapa permasalahan kerawanan hutan di KPH Bali Tengah adalah berupa kebakaran hutan, Persertifikatan kawasan hutan, Perambahan hutan, dan pencurian kayu. Di dalam lampiran disajikan matrik kegiatan yang dirancang untuk pengembangan jasa lingkungan pada wilayah KPH Bali Tengah selama 10 tahun.

8

9 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TENGAH TAHUN Disusun Oleh, KEPALA UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TENGAH Ir. I GST. AG. NGR. KUSUMANEGARA, M.MA NIP Diketahui Oleh, KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI Ir. I G N WIRANATHA, MM NIP Disahkan oleh, A.N MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPALA PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN II Dr. Ir. JOKO PRIHATNO, MM NIP RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH i

10 RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH PROVINSI BALI Penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah bertujuan untuk menyusun rencana strategis pengelolaan hutan sebagai bahan acuan atau pedoman pelaksanaan dan standar evaluasi proses pembangunan guna memberikan arah dan bentuk yang jelas tentang berbagai hal yang terkait dengan penyusunan rencana pengelolaan hutan yang komprehensif dengan tetap berpedoman pada pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Sasaran penyusunan RPH Bali Tengah adalah terwujudnya rencana pengelolaan hutan di seluruh kawasan hutan lindung yang terdapat dalam wilayah UPT KPH Bali Tengah. Ruang lingkup rencana pengelolaan hutan ini mencakup area yang telah ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Tengah Provinsi Bali dengan kawasan hutannya berupa hutan lindung seluas ,32 ha. Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini berdasarkan: (a) studi pustaka/literatur, (b) observasi, dan (c) wawancara dan focus grup discussion (FGD). Penyajian Analisis dan proyeksi dalam penyusunan Rencana Pengelolaan ini mencakup : Managemen Pengelolaan Hutan, Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, Penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan Reklamasi hutan, serta Perlindungan dan Konservasi alam. (1) Managemen Pengelolaan Pada Managemen pengelolaan hutan ini dilakukan pembahasan menyangkut tentang organisasi ditingkat lapangan ( Resort Pengelolaan Hutan ) dan bentuk kelembagaan KPH yang belum mengacu pada Permendagri Nomor 61 Tahun 2010, yang menyatakan bahwa organisasi KPH dalam bentuk SKPD tersendiri (2) Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Tata hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan hutan ini, dibahas tentang pembagian blok dan petak. Pembagian blok dapat dibagi menjadi 3 yaitu : (a) Blok Inti, (b) Blok Pemanfaatan dan (c) Blok Khusus. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH ii

11 3) Pemanfaatan Hutan Pemanfaatan hutan dapat dikelompokkan menjadi : (1) wilayah kelola (kawasan hutan yang pengelolaannya dapat melibatkan orang ke tiga) dan (2) wilayah tertentu yang dikelola oleh KPH. Pemanfaatan kawasan hutan ini menitik beratkan pada penggalian potensi, yang nantinya dapat dikembangkan untuk mendapatkan nilai ekonomis sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku ( Core Business ). (4) Penggunaan Kawasan Hutan Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan, dan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung,(sesuai dengan PP No. 24 tahun 2010). (5). Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Rehabilitasi hutan dan lahan ini diselenggarakan melalui kegiatan : reboisasi, penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman, atau penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis dan tidak produktif. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. (6) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk: (a) mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, serta penyakit; dan (b) mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, hasil hutan, investasi, serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Dalam pelaksanaannya untuk menjamin supaya perlindungan hutan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, maka masyarakat harus dilibatkan. Beberapa permasalahan kerawanan hutan di KPH Bali Tengah adalah berupa kebakaran hutan, Persertifikatan kawasan hutan, Perambahan hutan, dan pencurian kayu. Di dalam lampiran disajikan matrik kegiatan yang dirancang untuk pengembangan jasa lingkungan pada wilayah KPH Bali Tengah selama 10 tahun. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH iii

12 KATA PENGANTAR PEMERINTAH PROVINSI BALI Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengamanatkan pembentukan wilayah pada tingkat unit pengelolaan yang sering dikenal dengan Tingkat Tapak. Untuk itu maka perlu diatur kembali pengelolaan kawasan hutan terkecil sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari, melalui Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). KPH Bali Tengah merupakan salah satu KPH Model, yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.620/Menhut-II/2011, tanggal 1 Nopember Untuk dapat memberikan acuan bagi pengelola KPH, maka disusunlah Dokumen Rencana Pengelolaan KPH Bali Tengah. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Tengah ini disusun berdasarkan Petunjuk Teknis Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012, tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (KPH) Bali Tengah ini memuat bagian bagian Pendahuluan, Deskripsi Kawasan, Visi dan Misi Pengelolaan Hutan, Analisa dan Proyeksi, Rencana Kegiatan, Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian, Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan serta Penutup. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi, analisis data, penulisan serta pembahasan draft dokumen sehingga menjadi Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (KPH) Bali Tengah, yang nantinya dapat menjadi pedoman dan acuan di dalam Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung di wilayahnya. Semoga dapat memberikan manfaat sesuai dengan tujuannya. Denpasar, Januari KEPALA UPT KPH BALI TENGAH Ir. I GST. AG. NGR. KUSUMANEGARA, M.MA. Pembina Tingkat I. NIP RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH iv

13 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Lembar Pengesahan... i Peta Situasi... Ringkasan Eksekutif... ii Kata Pengantar... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN PETA... iv v vii ix x I. PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Maksud, Tujuan dan sasaran... I Ruang Lingkup... I Batas Pengertian... I-6 II. DESKRIPSI KAWASAN WILAYAH KPH BALI TENGAH... I Risalah Wilayah KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung)... II Letak dan Luas... II Aksesibilitas Kawasan... II Batas-batas Wilayah KPHL Bali Tengah... II Sejarah Wilayah KPHL... II Pembagian Blok... II Potensi Wilayah KPHL... II Penutupan Vegetasi... II Potensi Kayu/Non Kayu... II Keberadaan Flora dan Fauna Langka... II-41 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH v

14 2.2.4 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam... II Kondisi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan... II Data Informasi Ijin-ijin Pemanfataan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan di Dalam Wilayah Kelola... II Kondisi Posisi KPHL dalam Persepektif Tata Ruang Wilayah Dan Pembangunan Daerah... II Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan... II-72 III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN... III Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Bali... III Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Provinsi Bali... III Visi dan Misi Dinas Kehutanan Provinsi Bali... III Visi dan Misi Pengelolaan KPH Bali Timur... III-77 IV. ANALISIS DAN PROYEKSI... IV Managemen Pengelolaan Hutan... II Tata Hutan dan Penyusunan rencana Pengelolaan Hutan... II Tata Hutan... II Rencana Pengelolaan Hutan... II Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan... IV Pemanfaatan Hutan... IV Penggunaan Kawasan Hutan... IV Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan... IV Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam... IV-102 V. RENCANA KEGIATAN... V-106 VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN... VI-114 VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN... VII-116 DAFTAR PUSTAKA RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH vi

15 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Letak dan luasan kawasan hutan per RTK pada KPH Bali Tengah berdasarkan Kabupaten dan RTK.. II-13 Tabel 2.2. Rekapitulasi bengelolaan KPH Bali Tengah II-14 Tabel 2.3. Proporsi Pengelolaan KPH oleh masing-masing RPH.. II-15 Tabel 2.4. Daerah Aliran Sungai (DAS) di KPH Bali Tengah II-16 Tabel 2.5. Keadaan Biofisik Desa Terpilih.. II-20 Tabel 2.6. Distribusi luasan lahan kritis berdasarkan tingkat kekritisannya pada KPH Bali Tengah. II-21 Tabel 2.7. Tata Batas dan pengukuhan Kawasan Hutan KPH Bali Tengah. II-22 Tabel 2.8. Batas-batas Wilayah Desa Terpilih... II-25 Tabel 2.9. Pola pembagian kawasan Hutan ke dalam RPH dan RTK di KPH Bali Tengah. II-36 Tabel 2.10a. Jumlah Desa Enclave di Kawasan HutanKPH Bali Tengah... II-38 Tabel 2.10b. Perkiraan Jumlah Satwa Liar di Kawasan Hutan KPH Bali Tengah... II-42 Tabel Pengguna Pinjam Pakai kelompok hutan Gunung Mungsu (RTK ) II-55 Tabel Pengguna pinjam pakai kawasan hutan Gunung Batukaru... II-57 Tabel 4.1. Usulan rasionalisasi Wilayah RPH di KPH Bali Tengah... IV-84 Tabel 4.2. Penyebaran keberadaan hutan desa pada KPH Bali Tengah... IV-89 Tabel 4.3. Jasa lingkungan di KPH Bali Tengah... IV-92 Tabel 4.4. RencanaPemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan serta Potensi Pengembangan Jasa Lingkungan di Wilayah KPH Bali Tengah... IV-96 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH vii

16 Tabel 4.5. Distribusi luasan lahan kritis berdasarkan tingkat kekritisan. IV-98 Tabel 4.6. Analisis dan Proyeksi Pengelolaan hutan IV- 100 Tabel 4.7. Penyelarasan antara rancangan blok pada wilayah KPHL dengan Arahan Pemanfaatan pada RKTN / RKTP / RKTK IV-105 Tabel 5.1. Rencana Kegiatan Pengelolaan KPHL pada KPH Bali Tengah... V RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH viii

17 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Sebaran Fungsi Hutan KPH Bali Tengah.. Gambar 2.2 Prosentase Luas DAS di KPH Bali Tengah Gambar 2.3 DAS di KPH Bali Tengah... Gambar 2.4 Jenis Tanah di Prov. Bali.. Gambar 2.5 Keadaan Topografi KPH Bali Tengah. II-14 II-16 II-17 II-18 II-19 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH ix

18 DAFTAR LAMPIRAN PETA PEMERINTAH PROVINSI BALI 1. Peta Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 2. Peta Penutupan Lahan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 3. Peta Pembagian DAS Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 4. Peta Sebaran Potensi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 5. Peta Aksesibilitas Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 6. Peta Blok / Petak Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 7. Peta Penggunaan Lahan Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 8. Peta Keberadaan Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Jenis Tanah Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 10. Peta Iklim Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 11. Peta Geologi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH x

19 DAFTAR PUSTAKA Undang- Undang Nomor 41, Tahun 1999, Tentang Kehutanan, Lembaran Negara RI Tahun Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 62, Tahun 1998, Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Di Bidang Kehutanan Kepada Daerah. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. : 24 Tahun Tentang Penggunaan Kawasan Hutan. Sekretariat Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Kementerian Kehutanan Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.49/Menhut-II/2008. Tentang Hutan Desa. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.55/Menhut-II /2011. Tentang Tata Cara Permohonan Izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman. Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.59/Menhut-II/2011. Tentang Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor 129, Tahun 1996, Tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Buru dan Hutan Lindung. Jakarta. Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 180/03-N/HK/2004, Tentang Penetapan Master Plan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (MP-RHL) Provinsi Bali. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 2 Tahun 2008, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali. Bali Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Data Bali Membangun Pemerintah Provinsi Bali. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH xi

20 Badan Pusat Statisik Provinsi Bali Bali Dalam Angka. Bali. Dinas Kehutanan Provinsi Bali Hutan dan Kehutanan Provinsi Bali. Denpasar, Bali. Dinas Kehutanan Provinsi Bali Neraca Sumber Daya Hutan Provinsi Bali. Bali. Dinas Kehutanan Provinsi Bali Data dan Informasi Kehutanan Provinsi Bali. Bali. Dinas Kehutanan Provinsi Bali Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan) Provinsi Bali. Kerjasama Dinas Kehutanan Provinsi Bali dan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan. Dinas Kehutanan Provinsi Bali Rencana Pengelolaan Hutan KPH Bali Tengah Denpasar. Dinas Kehutanan provinsi Bali Laporan Hasil monitoring dan evaluasi Pinjam Pakai Kawasan Hutan di provinsi Bali. Denpasar. Dinas Kehutanan Provinsi Bali Hasil Identifikasi Pemanfaatan Kawasan dan Jasa Linkungan pada Hutan Lindung Tahun Bidang Bina Produksi dan Pemanfaatan Hutan. Denpasar. KPH Bali Tengah Rancangan Pembangunan KPH Bali Tengah Dinas KehutanProvinsi Bali. Bali. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH xii

21 DAFTAR LAMPIRAN PETA 1. Peta Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Penutupan Lahan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Pembagian DAS Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Sebaran Potensi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Aksesibilitas Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Blok / Petak Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Penggunaan Lahan Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Keberadaan Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Jenis Tanah Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Iklim Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Geologi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : xx

22 KATA PENGANTAR Salah satu upaya mewujudkan pembangunan kehutanan dan pengelolaan hutan yang lestari dalam pembangunan kehutanan nasional yang berkelanjutan adalah dengan adanya Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yaitu wilayah pengelolaan hutan sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPHL Bali Tengah merupakan salah satu KPH yang telah ditetapkan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.620/Menhut-II/2011 tanggal 1 Nopember Untuk dapat memberikan acuan bagi pengelola KPH agar dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan baik maka disusunlah dokumen Rencana Pengelolaan KPHL Bali Tengah. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Tengah ini disusun berdasarkan pada Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) bekerjasama dengan Universitas Udayana dan dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar Tahun Anggaran Dokumen Rencana Pengelolaan KPHL Bali Tengah ini memuat bagian-bagian pendahuluan, deskripsi kawasan, visi dan misi pengelolaan hutan, analisis dan proyeksi, rencana kegiatan, pembinaan pengawasan dan pengendalian, pemantauan evaluasi dan pelaporan dan penutup. Hal ini dimaksudkan agar KPHL Bali Tengah dapat menjalankan dan mengaplikasikan sesuai dengan rencana pengelolaan yang telah disusun dan menjadi pedoman dalam kegiatan pengelolaan hutan jangka panjang dan menjadi acuan dalam penyusunan rencana derivatifnya dan pelaksanaannya. Disampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam penyediaan data dan informasi, analisis data, penulisan serta pembahasan draft dokumen sehingga menjadi Dokumen Rencana Pengelolaan KPHL Bali Tengah. Semoga bermanfaat sesuai dengan tujuannya. Denpasar, Desember 2012 Kepala Balai, Ir. S y a f r i, MM NIP xxv

23 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TENGAH TAHUN Disusun Oleh, KEPALA UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TENGAH Ir. I GST. AG. NGR. KUSUMANEGARA, M.MA NIP Diketahui Oleh, KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI Ir. I G N WIRANATHA, MM NIP Disahkan oleh, A.N MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPALA PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN II Dr. Ir. JOKO PRIHATNO, MM NIP RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH i

24 RINGKASAN EKSEKUTIF Penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah bertujuan untuk menyusun rencana strategis pengelolaan hutan sebagai bahan acuan atau pedoman pelaksanaan dan standar evaluasi proses pembangunan guna memberikan arah dan bentuk yang jelas tentang berbagai hal yang terkait dengan penyusunan rencana pengelolaan hutan yang komprehensif dengan tetap berpedoman pada pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Sasaran penyusunan RPH Bali Tengah adalah terwujudnya rencana pengelolaan hutan di seluruh kawasan hutan lindung yang terdapat dalam wilayah UPT KPH Bali Tengah. Ruang lingkup rencana pengelolaan hutan ini mencakup area yang telah ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Tengah Provinsi Bali dengan kawasan hutannya berupa hutan lindung seluas ,32 ha. Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini berdasarkan: (a) studi pustaka/literatur, (b) observasi, dan (c) wawancara dan focus grup discussion (FGD). Penyajian Analisis dan proyeksi dalam penyusunan Rencana Pengelolaan ini mencakup : Managemen Pengelolaan Hutan, Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, Penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan Reklamasi hutan, serta Perlindungan dan Konservasi alam. (1) Managemen Pengelolaan Pada Managemen pengelolaan hutan ini dilakukan pembahasan menyangkut tentang organisasi ditingkat lapangan ( Resort Pengelolaan Hutan ) dan bentuk kelembagaan KPH yang belum mengacu pada Permendagri Nomor 61 Tahun 2010, yang menyatakan bahwa organisasi KPH dalam bentuk SKPD tersendiri (2) Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Tata hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan hutan ini, dibahas tentang pembagian blok dan petak. Pembagian blok dapat dibagi menjadi 3 yaitu : (a) Blok Inti, (b) Blok Pemanfaatan dan (c) Blok Khusus. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH ii

25 3) Pemanfaatan Hutan Pemanfaatan hutan dapat dikelompokkan menjadi : (1) wilayah kelola (kawasan hutan yang pengelolaannya dapat melibatkan orang ke tiga) dan (2) wilayah tertentu yang dikelola oleh KPH. Pemanfaatan kawasan hutan ini menitik beratkan pada penggalian potensi, yang nantinya dapat dikembangkan untuk mendapatkan nilai ekonomis sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku ( Core Business ). (4) Penggunaan Kawasan Hutan Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan, dan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung,(sesuai dengan PP No. 24 tahun 2010). (5). Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Rehabilitasi hutan dan lahan ini diselenggarakan melalui kegiatan : reboisasi, penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman, atau penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan sipil teknis pada lahan kritis dan tidak produktif. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. (6) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk: (a) mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, serta penyakit; dan (b) mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, hasil hutan, investasi, serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Dalam pelaksanaannya untuk menjamin supaya perlindungan hutan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya, maka masyarakat harus dilibatkan. Beberapa permasalahan kerawanan hutan di KPH Bali Tengah adalah berupa kebakaran hutan, Persertifikatan kawasan hutan, Perambahan hutan, dan pencurian kayu. Di dalam lampiran disajikan matrik kegiatan yang dirancang untuk pengembangan jasa lingkungan pada wilayah KPH Bali Tengah selama 10 tahun. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH iii

26 KATA PENGANTAR Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengamanatkan pembentukan wilayah pada tingkat unit pengelolaan yang sering dikenal dengan Tingkat Tapak. Untuk itu maka perlu diatur kembali pengelolaan kawasan hutan terkecil sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari, melalui Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). KPH Bali Tengah merupakan salah satu KPH Model, yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.620/Menhut-II/2011, tanggal 1 Nopember Untuk dapat memberikan acuan bagi pengelola KPH, maka disusunlah Dokumen Rencana Pengelolaan KPH Bali Tengah. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Tengah ini disusun berdasarkan Petunjuk Teknis Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012, tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (KPH) Bali Tengah ini memuat bagian bagian Pendahuluan, Deskripsi Kawasan, Visi dan Misi Pengelolaan Hutan, Analisa dan Proyeksi, Rencana Kegiatan, Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian, Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan serta Penutup. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi, analisis data, penulisan serta pembahasan draft dokumen sehingga menjadi Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (KPH) Bali Tengah, yang nantinya dapat menjadi pedoman dan acuan di dalam Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung di wilayahnya. Semoga dapat memberikan manfaat sesuai dengan tujuannya. Denpasar, Januari KEPALA UPT KPH BALI TENGAH IR. I GST. AG. NGR. KUSUMANEGARA, M.MA. Pembina Tingkat I. NIP RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH iv

27 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Peta Situasi... i ii iii Ringkasan Eksekutif... iv-vi Kata Pengantar... vii DAFTAR ISI... viii-ix DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN PETA... x xi xii I. PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Tujuan... I Sasaran... I Ruang Lingkup... I Batas Pengertian... I-5 II. DESKRIPSI KAWASAN WILAYAH KPH BALI TENGAH... I Risalah Wilayah KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung)... II Letak dan Luas... II Aksesibilitas Kawasan... II Batas-batas Wilayah KPHL Bali Tengah... II Sejarah Wilayah KPHL... II Pembagian Blok... II Potensi Wilayah KPHL... II Penutupan Vegetasi... II Potensi Kayu/Non Kayu... II Keberadaan Flora dan Fauna Langka... II-1 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH v

28 2.2.4 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam... II Kondisi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan... II Data Informasi Ijin-ijin Pemanfataan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan di Dalam Wilayah Kelola... II Kondisi Posisi KPHL dalam Persepektif Tata Ruang Wilayah Dan Pembangunan Daerah... II Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan... II-29 III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN... III Visi dan Misi Kementerian Kehutanan... III Visi dan Misi Daerah Provinsi Bali... III Visi dan Misi Dinas Kehutanan Provinsi Bali... III Visi dan Misi Pengelolaan KPH Bali Timur... III-3 IV. ANALISIS DAN PROYEKSI... IV Managemen Pengelolaan Hutan... II Tata Hutan dan Penyusunan rencana Pengelolaan Hutan... II Tata Hutan... II Rencana Pengelolaan Hutan... II Pemanfaatan Hutan... IV Wilayah Kelola... II Pemberdayaan Masyarakat... II Penggunaan Kawasan... IV Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan... IV Perlindungan dan Konservasi Alam... IV-12 V. RENCANA KEGIATAN... V-1 VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN... VI Pembinaan... VI Pengawasan... VI Pengendalian... VI-2 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH vi

29 VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN... VII Pemantauan... VII Evaluasi... VII Pelaporan... VII-2 VIII. PENUTUP... VIII Kesimpulan... VIII Saran... VIII-2 DAFTAR PUSTAKA... VIII-1 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH vii

30 DAFTAR PUSTAKA Undang- Undang Nomor 41, Tahun 1999, Tentang Kehutanan, Lembaran Negara RI Tahun Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 62, Tahun 1998, Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Di Bidang Kehutanan Kepada Daerah. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. : 24 Tahun Tentang Penggunaan Kawasan Hutan. Sekretariat Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Kementerian Kehutanan Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.49/Menhut-II/2008. Tentang Hutan Desa. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.55/Menhut-II /2011. Tentang Tata Cara Permohonan Izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman. Peraturan Menteri Kehutanan No. : P.59/Menhut-II/2011. Tentang Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor 129, Tahun 1996, Tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Buru dan Hutan Lindung. Jakarta. Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 180/03-N/HK/2004, Tentang Penetapan Master Plan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (MP-RHL) Provinsi Bali. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 2 Tahun 2008, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali. Bali Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Data Bali Membangun Pemerintah Provinsi Bali. Badan Pusat Statisik Provinsi Bali Bali Dalam Angka. Bali. Dinas Kehutanan Provinsi Bali Hutan dan Kehutanan Provinsi Bali. Denpasar, Bali. Dinas Kehutanan Provinsi Bali Neraca Sumber Daya Hutan Provinsi Bali. Bali. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH viii

31 Dinas Kehutanan Provinsi Bali Data dan Informasi Kehutanan Provinsi Bali. Bali. Dinas Kehutanan Provinsi Bali Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan) Provinsi Bali. Kerjasama Dinas Kehutanan Provinsi Bali dan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan. Dinas Kehutanan Provinsi Bali Rencana Pengelolaan Hutan KPH Bali Tengah Denpasar. Dinas Kehutanan provinsi Bali Laporan Hasil monitoring dan evaluasi Pinjam Pakai Kawasan Hutan di provinsi Bali. Denpasar. Dinas Kehutanan Provinsi Bali Hasil Identifikasi Pemanfaatan Kawasan dan Jasa Linkungan pada Hutan Lindung Tahun Bidang Bina Produksi dan Pemanfaatan Hutan. Denpasar. KPH Bali Tengah Rancangan Pembangunan KPH Bali Tengah Dinas KehutanProvinsi Bali. Bali. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH ix

32 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Letak dan luasan kawasan hutan per RTK pada KPH Bali Tengah berdasarkan Kabupaten dan RTK. II-2 Tabel 2.2. Rekapitulasi bengelolaan KPH Bali Tengah Tabel 2.3. Proporsi Pengelolaan KPH oleh masing-masing RPH Tabel 2.4. Daerah Aliran Sungai (DAS) di KPH Bali Tengah Tabel 2.5. Keadaan Biofisik Desa Terpilih Tabel 2.6. Distribusi luasan lahan kritis berdasarkan tingkat kekritisannya pada II-3 II-4 II-5 II-10 KPH Bali Tengah... II-11 Tabel 2.7. Tata Batas dan pengukuhan Kawasan Hutan KPH Bali Tengah Tabel 2.8. Batas-batas Wilayah Desa Terpilih Tabel 2.9. Pola pembagian kawasan Hutan ke dalam RPH dan RTK di KPH Bali Tengah Tabel 2.10a. Jumlah Desa Enclave di Kawasan HutanKPH Bali Tengah II-12 II-14 II-23 II-24 Tabel 2.10b. Perkiraan Jumlah Satwa Liar di Kawasan HutanKPH Bali Tengah II-28 Tabel Pengguna Pinjam Pakai kelompok hutan Gunung Mungsu (RTK )..II-41 Tabel Pengguna pinjam pakai kawasan hutan Gunung Batukaru II-42 Tabel 4.1. Usulan rasionalisasi Wilayah RPH di KPH Bali Tengah... IV-5 Tabel 4.2. Penyebaran keberadaan hutan desa pada KPH Bali Tengah... IV-10 Tabel 4.3. Jasa lingkungan di KPH Bali Tengah... IV-13 Tabel 4.4. RencanaPemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan serta Potensi Pengembangan Jasa Lingkungan di Wilayah KPH Bali Tengah... IV-17 Tabel 4.5. Distribusi luasan lahan kritis berdasarkan tingkat kekritisan... IV-20 Tabel 4.6. Analisis dan Proyeksi Pengelolaan hutan.. IV- 22 Tabel 4.7. Penyelarasan antara rancangan blok pada wilayah KPHL dg arahan Pemanfaatan pada RKTN/RKTP/RKTK... IV- 25 Tabel 5.1. Rencana Kegiatan Pengelolaan KPHL pada KPH Bali Tengah... V- 1 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH x

33 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Sebaran Fungsi Hutan KPH Bali Tengah Gambar 2.2 Prosentase Luas DAS di KPH Bali Tengah.. II-4 II-6 Gambar 2.3 DAS di KPH Bali Tengah II-6 Gambar 2.4 Jenis Tanah di Prov. Bali II-8 Gambar 2.5 Keadaan Topografi KPH Bali Tengah II-9 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH xi

34 DAFTAR LAMPIRAN PETA 1. Peta Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 2. Peta Penutupan Lahan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 3. Peta Pembagian DAS Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 4. Peta Sebaran Potensi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 5. Peta Aksesibilitas Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 6. Peta Blok / Petak Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 7. Peta Penggunaan Lahan Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 8. Peta Keberadaan Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : Peta Jenis Tanah Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 10. Peta Iklim Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; 11. Peta Geologi Wilayah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bali Tengah Provinsi Bali Skala 1 : ; RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH xii

35 BAB I. PENDAHULUAN PEMERINTAH PROVINSI BALI 1.1. Latar Belakang Bali merupakan satu kesatuan ekosistem pulau dalam suatu kesatuan wilayah, ekologi, sosial dan budaya, serta ekonomi, sehingga pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) pada keseluruhan kawasan hutan di Provinsi Bali merupakan langkah penting dan bersifat strategis. Berdasarkan atas kewenangan Pemerintah Provinsi Bali dengan memperhatikan aspirasi dan mengingat tipologi karakteristik Bali, telah terbit Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 2 Tahun 2008, tanggal 8 Juli 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali. Dalam Perda ini telah ditetapkan antara lain pembentukan institusi pengelola hutan pada 4 (empat) wilayah kelola hutan dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), yaitu: 1. UPT KPH Bali Barat. 2. UPT KPH Bali Tengah. 3. UPT KPH Bali Timur. 4. UPT Tahura Ngurah Rai. Arah pengelolaan organisasi dari keempat wilayah kelola hutan di atas pada prinsipnya sama, yakni diarahkan menjadi organisasi yang mampu memperoleh pendapatan dan membiayai dirinya sendiri dan mampu meminimumkan anggaran pemerintah melalui pengelolaan potensi sumber daya hutan yang ada dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan hutan. Khusus untuk UPT KPH Bali Tengah kawasan hutannya berupa hutan lindung seluas ,32 ha (100%) yang terbagi ke dalam 5 Register Tanah Kehutanan (RTK) yang luasnya sangat bervariasi, terkecil RTK 3/Gunung Silangjana seluas 415,0 ha dan yang terluas adalah RTK 4 /Gunung Batukaru, seluas ,32 ha. Kelima RTK tersebut kondisinya tersebar di 4 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Leh RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 1

36 Balian (650,04 ha), Oten Sungi (5.737,20 ha), Pangi Ayung (1.423,79 ha) dan Sabah Daya (6.840,29 ha). Ditinjau dari segi pengelolaan kawasan hutannya, di UPT KPH Bali Tengah ada 7 Resort Pengelolaan Hutan (RPH) yang luasnya sangat bervariasi, mulai dari yang terkecil yaitu RPH Petang 1.126,90 Ha dan terluas RPH Penebel seluas 3,124,32 Ha, serta 1 Pos Pemantau Hasil Hutan (PHH) Payangan. Adanya luasan RPH tidak berimbang menyebabkan beban kerja untuk tiap-tiap RPH menjadi tidak sama. Sejak semula, pembangunan kehutanan menganut asas manfaat dan kelestarian secara seimbang, dan kebijaksanaan ini diarahkan untuk menciptakan kegiatan pengelolaan hutan yang kuat, didukung oleh kehutanan yang tangguh dengan tetap memperhatikan sumberdaya alam beserta lingkungan hidup sekitarnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan didukung dengan data laporan dari para Kepala Resort Pengelolaan Hutan (Ka RPH), kawasan hutan di UPT KPH Bali Tengah yang kesemuanya berupa hutan lindung kondisinya masih relatif baik walaupun sebagian kawasan telah dikerjakan oleh masyarakat menjadi kawasan budidaya pertanian lahan kering dan sisanya masih berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata alam bila dilihat dari konfigurasi (landscaping) lahannya yang indah. Untuk itu dengan terbentuknya unit pengelolaan hutan KPH Bali Tengah diharapkan dapat mempercepat terciptanya pengelolaan hutan yang lestari. Dalam rangka mewujudkannya secara nyata di lapangan, perlu mobilisasi sumber daya pembangunan yang ada, penganggarannya dapat didukung melalui dana APBN, APBD dan sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Pembentukan KPH di Provinsi Bali yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali, yang mencakup beberapa aspek, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan pengelolaan, pengendalian dan pengawasan, melelui pengelolaan hutan lestari dengan prinsip efosien dan efektif. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 2

37 Makna pengelolaan hutan lestari adalah mewujudkan standing stock tegakan hutan yang baik, sedangkan prinsip efisien adalah dengan memperhatikan unsurunsur penyelenggaraan pengelolaan hutan yang merupakan tugas pokok dan fungsi KPH dalam melakukan 5 (lima) kegiatan, yakni: managemen pengelolaan, tata hutan dan rencana pengelolaan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi/reklamasi serta perlindungan hutan dan konservasi alam. Selain itu, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, KPH berkewajiban pula untuk menjabarkan kebijakan kehutanan, melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan secara utuh, melaksanakan pemantauan dan evaluasi serta membuka peluang investasi. Dalam konteks penyelenggaraan pengelolaan hutan di wilayah UPT KPH Bali Tengah, pada tahap awal perlu dilakukan penyusunan rencana pengelolaan hutan yang di awali dengan penyusunan dan penetapan tata hutan yaitu kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan sesuai dengan juknis yang telah ditentukan, yang berguna sebagai pedoman pelaksanaan dan standar evaluasi kinerja, sehingga terbangun wujud nyata KPH sesuai target yang ditetapkan dengan kejelasan posisi wilayah pengelolaan, organisasi, hak, tugas pokok dan fungsi, jenis aktivitas pembangunan, struktur implementasi pelimpahan kewenangan pengelolaan, pembinaan dan pengendalian. Untuk menjamin penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah agar penataan hutannya selaras dengan kepentingan pengelolaan dan pemanfaatannya, maka diperlukan pengaturan peruntukan kawasan hutan berupa pembagian ke dalam blok/petak yang diikuti dengan kegiatan-kegiatan pada masing-masing petak serta penetapannya didasarkan pada aspek potensi sumber daya alam, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat serta rencana pembangunan wilayah. Penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah ini, merupakan perwujudan komitmen dari para pihak, sehingga di dalam penyusunannya perlu mempertimbangkan internalisasi rencana pengelolaan yang berwawasan lingkungan ke dalam konteks perencanaan pembangunan dan pengembangan wilayah Pemerintah Provinsi Bali. Hal ini mengandung maksud, bahwa Rencana Pengelolaan Hutan KPH Bali Tengah berfungsi sebagai dasar akuntabilitas kinerja pemerintah RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 3

38 daerah, yang penyusunannya mengacu pada tata ruang wilayah dengan mengakomodasikan berbagai kepentingan, terutama dalam kaitannya dengan upaya pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Rencana Pengelolaan Hutan KPH Bali tengah ini disusun dalam jangka panjang yaitu berjangka waktu 10 tahun sesuai dengan petunjuk teknis yang telah ditetapkan Tujuan Pada hakekatnya tujuan penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan kehutanan dalam wadah UPT KPH Bali Tengah, agar proses pembangunan kehutanan dapat berjalan secara sistematis, terarah melalui pengelolaan hutan lindung (HL) yang telah tersusun, berdasarkan asas kelestarian hutan untuk menciptakan suatu sistem pengelolaan hutan yang optimal berdasarkan fungsi dan manfaatnya. Disamping itu, tujuan pokoknya adalah dalam kerangka menggali potensi kawasan hutan di wilayah UPT KPH Bali Tengah untuk bisa dikembangkan guna mendapatkan core bussines. (pengembangan potensi untuk mendapatkan nilai tambah) 1.3. Sasaran Sasaran penyusunan rencana pengelolaan hutan KPH Bali Tengah adalah terwujudnya rencana pengelolaan hutan di seluruh kawasan hutan lindung yang terdapat dalam wilayah UPT KPH Bali Tengah. Pengelolaan pada tiap-tiap kawasan hutan tersebut, berdasarkan tipologi wilayah, ekologi, kondisi sosial ekonomi, budaya masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Sasaran ini secara keseluruhan akan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan skala prioritas dalam pemanfaatan setiap ruang atau unit struktur hutan dalam kewenangan pengelolaan hutan KPH Bali Tengah. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 4

39 1.4. Ruang Lingkup Ruang lingkup rencana pengelolaan hutan ini mencakup area yang telah ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Tengah Provinsi Bali dengan kawasan hutannya berupa hutan lindung seluas ,32 ha yang terbagi kedalam 5 Register Tanah Kehutanan (RTK) yaitu: kelompok hutan Puncak Landep (RTK 1), kelompok hutan Gunung Mungsu (RTK 2), kelompok hutan Gunung Silangjana (RTK 3), kelompok hutan Gunung Batukaru (RTK 4) dan kelompok hutan Munduk Pangajaran (RTK 5). Uraian serta analisis dan arahan pengelolaan yang mencakup deskripsi lingkungan biofisik, sosial ekonomi, dan budaya serta potensi pariwisata, identifikasi dan analisis masalah yang sudah ada dan akan timbul, penyusunan strategi dan rencana kegiatan pengelolaan teknis, termasuk analisis SWOT situasi pengelolaan hutan KPH Bali Tengah Batasan Pengertian Batasan pengertian dari beberapa istilah/terminologi yang terangkum dalam naskah rencana pengelolaan ini, sebagai berikut: 1. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem hamparan lahan berupa sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (pasal 1, ayat 2, UU No. 41 Tahun 1999). 2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (pasal 1, ayat 3, UU No. 41 Tahun 1999). 3. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah (pasal 1, ayat 4, UU No. 41 Tahun 1999). 4. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan (pasal 1, ayat 7, UU No. 41 Tahun 1999). 5. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 5

40 banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah (pasal 1, ayat 8, UU No. 41 Tahun 1999). 6. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya (pasal 1, ayat 9, UU No. 41 Tahun 1999). 7. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. 8. Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. 9. Hutan tanaman industri adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan (pasal 1, ayat 18, PP No.6 Tahun 2007). 10. Hutan tanaman rakyat adalah tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan (pasal 1, ayat 19, PP No. 6 Tahun 2007). 11. Hutan tanaman hasil rehabilitasi adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan rehabilitasi lahan dan hutan pada kawasan hutan produksi untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi lahan dan hutan dalam rangka mempertahankan daya dukung, produktifitas dan peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan (pasal 1, ayat 20, PP No.6 Tahun 2007). 12. Hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditunjukan untuk memberdayakan masyarakat (pasal 1, ayat, PP No. 6 Tahun 2007). RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 6

41 13. Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani izin/hak. 14. Kesatuan pengelolaan hutan selanjutnya disingkat KPH adalah unit pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari (pasal 1, ayat 1, PP. No. 6 Tahun 2007). 15. KPH dapat terdiri dari satu fungsi hutan dan penetapan KPH berdasarkan fungsi yang luasnya dominan (pasal 6, ayat 2, PP No. 6 Tahun 2007). 16. KPH model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual KPH di tingkat tapak yang diindikasikan oleh suatu kemampuan menyerap tenaga kerja, investasi, memproduksi barang dan jasa kehutanan yang melembaga dalam sistem pengelolaan hutan secara efisien dan lestari (pasal 1, ayat 2, Peraturan Kepala Badan Planalogi Kehutanan, No. SK. 80/VII-PW/2006). 17. Rancangan pembangunan KPH model adalah suatu bentuk dokumen perencanaan yang tersusun atas dasar kondisi spesifik tipologi wilayah dan telah didiskusi publikan serta didukung oleh pemerintah kabupaten dan provinsi yang memuat visi, misi, tujuan, model, analisis, strategi, program dan kegiatan sebagai acuan untuk penyusunan dokumen perencanaan berupa action plan (rencana tindak/rencana aksi). 18. Satuan Lahan (SL) pada unit KPH model adalah merupakan pengelompokan lahan kawasan hutan yang didasarkan atas kesamaan lereng, penutupan lahan dan kekompakan luasan. 19. Visi dan misi merupakan proyeksi atau gambaran sosok KPH lestari di masa depan yang diharapkan dan capaian-capaian utama yang ditetapkan untuk mewujudkan proyeksi atau gambaran tersebut. 20. Tujuan dan sasaran merupakan pernyataan realistik-terukur sebagai penjabaran visi-misi selama jangka perencanaan dan obyek atau komponen yang terlibat pada usaha untuk mewujudkan pernyataan tersebut. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 7

42 21. Rencana pengelolaan hutan adalah konfigurasi peta situasi, visi-misi, tujuan dan sasaran yang dijabarkan ke dalam resep atau arah manajemen strategi terpadu yang menyangkut kelola kawasan, kelola pemanfaatan hutan, kelola pasar, kelola konservasi dan kelola rehabilitasi-restorasi dalam kerangka pencapaian fungsi ekonomi, lingkungan dan sosial yang optimal. 22. Rencana pengelolaan jangka panjang adalah rencana pengelolaan hutan pada tingkat strategis berjangka waktu atau selama jangka benah pembangunan KPH. 23. Rencana pengelolaan jangka pendek adalah rencana pengelolaan hutan berjangka waktu 1 (satu) tahun pada tingkat kegiatan operasional berbasis petak dan/atau zona dan/atau blok. 24. Bagian hutan adalah bagian dari areal kerja KPH yang secara geografis bersifat permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen, terutama dalam kelola produksi yang menjadikannya sebagai kesatuan areal produksi lestari. 25. Resort hutan merupakan bagian dari hutan yang secara geografis bersifat permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan pengendalian pengawasan teritorial (pada waktu yang lalu disebut Blok RKL dan Blok RKT). 26. Zona merupakan bagian dari KPH yang secara geografis bersifat permanen yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen, terutama dalam fungsi konservasi, yang menjadikannya sebagai kesatuan pengelolaan konservasi lestari. 27. Blok pada unit KPH model adalah bagian areal yang secara geografis bersifat permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen, terutama dalam fungsi perlindungan hidro-orologi yang menjadikannya sebagai kesatuan pengelolaan perlindungan hidro-orologi lestari. 28. Petak adalah unit lahan hutan yang lokasi geografisnya bersifat permanen, sebagai basis pemberian perlakuan pengelolaan dan menjadi satuan administrasi dari setiap kegiatan pengelolaan (silvikultur) yang sama untuk diterapkan atasnya. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 8

43 29. Anak petak adalah bagian dari petak yang bersifat temporer, yang oleh sebab tertentu memperoleh perlakuan silvikultur atau kegiatan pengelolaan yang khusus dan selanjutnya akan ditetapkan oleh pengelola KPH. 30. Jangka benah (bera) adalah rentang waktu perencanaan yang diperlukan untuk merubah kondisi pengelolaan yang ada saat ini menjadi kondisi yang terstruktur bagi kegiatan pengelolaan hutan lestari. 31. Perlakuan manajemen adalah merupakan kegiatan silvikultur, bisnis dan/atau teknis perlindungan dan konservasi yang secara operasional diterapkan pada anak petak/petak blok. 32. Monitoring adalah mekanisme pemantauan KPH untuk mendapatkan bahan makanan dari tingkat lapangan. 33. Evaluasi adalah mekanisme umpan balik positif, yang mengharuskan manajemen KPH melakukan penyesuaian rencana secara periodik ketika ditemukan kesalahan sistematik pada rencana yang telah disusun. 34. Sistem informasi manajemen merupakan konfigurasi kelembagaan, data dan informasi, perangkat penerima pengolah pembangkit - komunitas yang ditujukan untuk pengambilan kesimpulan dan keputusan menajerial KPH. 35. Sistem informasi geografis merupakan kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografis dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk yang bereferensi geografi. 36. Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi hutan (Pasal 1 ayat 3, Permendagri No. 61 Tahun 2010). 37. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 9

44 kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya (Pasal 1 ayat 4, Permendagri No. 61 Tahun 2010). 38. Penggunaan kawasan hutan adalah merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan (Pasal 1 ayat 5, Permendagri No. 61 Tahun 2010). 39. Kesatuan Pengelolaan Hutan, yang selanjutnya disebut KPH, adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari (Pasal 1 ayat 6, Permendagri No. 61 Tahun 2010). 40. Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung, yang selanjutnya disebut KPHL, adalah organisasi pengelolaan hutan lindung yang wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan lindung, yang dikelola Pemerintah Daerah (Pasal 1 ayat 7, Permendagri No. 61 Tahun 2010). 41. Organisasi Kesatuan pengelolaan Hutan Produksi, yang selanjutnya disebut KPHP, adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan produksi, yang dikelola Pemerintah Daerah (Pasal 1 ayat 8, Permendagri No. 61 Tahun 2010). 42. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari (Pasal 1 ayat 9, Permendagri No. 61 Tahun 2010). 43. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga (Pasal 1 ayat 10, Permendagri No. 61 Tahun 2010). 44. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya (Pasal 1 ayat 11, Permendagri No. 61 Tahun 2010). RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 10

45 45. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran daya-daya alam, hama, penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan (Pasal 1 ayat 12, Permendagri No. 61 Tahun 2010). RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 11

46 BAB II. DESKRIPSI KAWASAN WILAYAH KPH BALI TENGAH 2.1 Risalah Wilayah KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung) Letak dan Luas (a) Letak Wilayah KPH Bali Tengah Wilayah KPH ( Kesatuan Pengelolaan Hutan) Bali Tengah Provinsi Bali merupakan bentang alam dataran tinggi, dataran perbukitan dan pegunungan dan daerah kerucut gunung api. Dataran rendah merupakan bentuk lapangan berombak sampai bergelombang dengan ketinggian m di atas permukaan laut (dpl). Daerah perbukitan berbentuk lapangan berbukit kecil sampai berbukit dengan ketinggian m di atas permukaan laut (dpl), antara lain di perbukitan Kintamani sebelah Tengah sampai Kubutambahan, daerah perbukitan dan pegunungan berbentuk lapangan berbukit kecil sampai berbukit dengan ketinggian m dpl, sedangkan daerah kerucut gunung api adalah bentuk lapangan bergunung dengan ketinggian m dpl, pada kaki tubuh dan puncak Gunung Batukaru. Secara umum pegunungan yang ada di provinsi Bali merupakan pegunungan berelief halus sampai kasar, batuannya terdiri dari endapan vulkanik dari Gunung Buyan-Beratan dan Gunung Batur berupa lahar yang bersifat agak kompak dan batuan vulkanik dari Gunung Agung berupa tufa dan lahar yang bersifat agak lepas. Struktur geologi KPH Bali Tengah adalah batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu gamping. (b) Luas Wilayah KPH Bali Tengah Luas Kawasan Hutan Provinsi Bali berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.433/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Provinsi Bali adalah ,01ha, dengan rincian luas yaitu: Kawasan Suaka Alam / Kawasan Pelestarian Alam seluas ± ,10 ha, Hutan Lindung seluas ± ,06 ha, Hutan Produksi Terbatas ± 6.719,26 ha, Hutan Produksi Tetap ± 1.907,10 ha. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 12

47 Penetapan KPH di Provinsi Bali berdasarkan SK.800/Menhut-VII/2009, tanggal 7 Desember 2009 adalah : KPHL sebanyak 3 unit dengan luas = ,42 ha KPHK sebanyak 1 unit dengan luas = 1.373,50 ha + Total Luas = ,92 ha UPT KPH Bali Tengah yang memiliki luas wilayah ,32 ha, merupakan gabungan kelompok kawasan hutan yang meliputi 4 kabupaten yaitu Kabupaten Badung, Bangli, Buleleng dan Tabanan. KPH Bali Tengah mempunyai kawasan hutan yang tersebar dalam 5 RTK, sebagian besar berada di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Buleleng dan Tabanan. Distribusi sebaran keberadaan luasan kawasan hutan per RTK dalam Kabupaten pada KPH Bali Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Letak dan Luasan Kawasan Hutan per RTK berdasarkan Kabupaten dan RTK No KELOMPOK HUTAN RTK KABUPATEN BADUNG BANGLI BULELENG TABANAN TOTAL (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Puncak Landep ,00-590,00 2 Gunung Mungsu , ,00 3 Gunung Silangjana ,00 4 Gunung Batukaru , , ,12 5 Munduk Pengajaran ,00 TOTAL 1.126,90 613, , , ,32 Sumber: Dinas Kehutanan Prov Bali, 2009 RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 13

48 Wilayah pengelolaan kawasan hutan KPH Bali Tengah disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Rekapitulasi Pengelolaan KPH Bali Tengah 1. Kawasan Hutan a. Puncak Landep (RTK 1) Panjang batas kawasan hutan 26,60 km (batas alam : 2,50 / km dan batas buatan : 24,10 km), jumlah pal batas 331 buah. b. Gunung Mungsu (RTK 2) Panjang batas kawasan hutan 38,96 km (batas alam : 7,66 km dan batas buatan : 31,30 km), jumlah pal batas 422 buah. c. Gunung Silangjana (RTK 3) Panjang batas kawasan hutan 19,50 km (batas alam : 4,60 km dan batas buatan : 14,90 km), jumlah pal batas 210 buah. d. Gunung Batukaru (RTK 4) Panjang batas kawasan hutan 188,60 km (batas alam : 32,95 km dan batas buatan ; 155,65 km), jumlah pal batas buah. e. Munduk Pengajaran (RTK 5) Panjang batas kawasan hutan 44,05 km (batas alam : 9,60 km dan batas buatan : 34,45 km), jumlah pal batas 556 buah. 2. Fungsi Hutan Lindung (14.651,32 Ha) Sumber: Dinas Kehutanan Prov Bali, 2009 Data sebelum keluarnya SK 800/Menhut-II/200 Sebaran fungsi kawasan KPH Bali Tengah yang tersebar pada RTK disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Sebaran Fungsi Kawasan KPH Bali Tengah Luas kawasan hutan di RPH bervariasi dari yang terendah di RPH Petang seluas 1.126,90 Ha dan terluas di RPH Kubutambahan seluas 3.606,87 ha. Pada RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 14

49 Tabel 2.3 menunjukkan sebaran pengelolaan kawasan hutan oleh masing-masing RPH di KPH Bali Tengah. Tabel 2.3. Proporsi Pengelolaan KPH oleh masing-masing RPH. LOKASI KPH / RPH / PPHH LUAS POLHUT PERSONIL NON POLHUT JUMLAH (Ha) (org) (org) (org) Singaraja KPH Banjar RPH 1.212, Candikuning RPH 1.157, Kubutambahan RPH 3.606, Penebel RPH 3.124, Petang RPH 1.126, Pupuan RPH 2.526, Sukasada RPH 1.897, Payangan Pos PHH Total , Sumber : Dinas Kehutanan Prov Bali, Kondisi Biofisik KPH Bali Tengah Kondisi biofisik Bali Tengah meliputi: (a) DAS (Daerah Aliran Sungai), (b) morfologi dan geologi, (c) tanah, (d) topografi, dan (e) iklim dan curah hujan, dan (f) lahan kritis. a. Daerah Aliran Sungai (DAS) KPH Bali Tengah berada pada Sub DAS Sabah Daya, Leh Balian, Oten Sungi dan Pangi Ayung. Sungai-sungai yang melintas di KPH Bali Tengah sangat banyak karena posisi KPH Bali Tengah yang berada di daerah pegunungan dan menjadi hulu bagi sungai-sungai tersebut. Sungai yang berhulu di Kelompok Hutan Puncak Landep (RTK 1) adalah Tukad Mungga, dan anak sungai Tukad (T) Tuludmadu, T. Juuk, T. Basak dan T. Tiingtali. Kelompok Hutan Gunung Mungsu (RTK 2) hulu DAS Tukad Banyumala, T. Tiingtali, T. Apit dan T. Bangka. Kelompok Hutan Gunung Silangjana (RTK 3) merupakan DAS T. Panarukan, yang mengairi sawah di Sudaji, Kaloncing dan Penarukan, sedangkan di Kelompok RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 15

50 Hutan Gunung Batukaru (RTK 4) yang mendominasi wilayah KPH Bali Tengah, sungai yang mengalir ke arah Selatan adalah Tukad Bangka, T. Kaliasam, T. Lengis, Yeh (Y) Ho, Yeh Otan, T. Made, T, Balian dan Y. Saba, Y. Empas, Y.Sungi, T. Pangi, dan T. Ayung. Kelompok Hutan Munduk Pangejaran (RTK 5) menjadi hulu DAS Tukad Daya yang mengalir ke Desa Bungkulan dan Kubutambahan. Sebaran wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam setiap RTK dapat disajikan pada Tabel 2.4 dan prosentase luas DAS di KPH Bali Tengah. Tabel 2.4. Daerah Aliran Sungai (DAS) di KPH Bali Tengah No KELOMPOK HUTAN RTK LEH BALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DALAM HA OTEN SUNGI PANGI AYUNG SABAH DAYA TOTAL (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Puncak Landep ,00 590,00 2 Gunung Mungsu , ,00 3 Gunung Silangjana ,00 415,00 4 Gunung Batukaru , , , ,32 5 Munduk Pengajaran 5-613, TOTAL 6.308,21 613, , , ,32 Sumber: Dinas Kehutanan Prov Bali, 2009 Gambar 2.2 Prosentase Luas DAS di KPH Bali Tengah Posisi DAS yang ada di Provinsi Bali dengan posisi KPH Bali Tengah terdapat dalam Gambar 2.3. RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 16

51 Gambar 2.3. DAS di KPH Bali Tengah b. Morfologi dan Geologi Morfologi pada wilayah KPH Bali Tengah Provinsi Bali tersusun dari bentang alam seperti dataran tinggi, daerah perbukitan, pegunungan dan daerah kerucut gunung api. Dataran tinggi (bentuk lapangan berombak sampai bergelombang dengan ketinggian m dpl. Daerah perbukitan berbentuk lapangan berbukit kecil sampai berbukit dengan ketinggian m dpl, antara lain di perbukitan Kintamani sebelah Tengah sampai Kubutambahan. Daerah perbukitan dan pegunungan (bentuk lapangan berbukit kecil sampai berbukit dengan ketinggian m dpl). Daerah kerucut gunung api (bentuk lapangan bergunung dengan ketinggian m dpl) pada Batukaru. Struktur geologi KPH Bali Tengah dilihat dari struktur regional Bali, dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala Miosen bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu gamping. Kegiatan Gunung RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 17

52 api lebih banyak terjadi di dataran, yang menghasilkan gunung api dari Barat ke Timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera yaitu mula - mula kaldera Buyan-Beratan dan kemudian kaldera Batur, P. Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan di bagian Utara, akibatnya formasi palasari terangkat ke permukaan laut dan P. Bali pada umumnya mempunyai penampang Utara-Selatan yang tidak simetris dan bagian Selatan lebih landai dari bagian Utara. c. Tanah KPH Bali Tengah memiliki jenis tanah antara lain: RTK 1, 2 dan 3 memiliki jenis tanah Latosol dan dan Regosol yang sangat peka terhadap erosi, sedangkan RTK 4 jenis tanahnya terdiri dari Regosol, Latosol, dan Andosol, sedangkan RTK 5 jenis tanahnya Regosol yang sangat peka terhadap erosi. Sebaran lokasi jenis tanah di Provinsi Bali disajikan pada Gambar 2.4. yang bersumber dari Dinas Kehutanan Prov. Bali dan Balai Perbenihan Tanaman Hutan Bali dan Nusa Tenggara. Gambar 2.4. Jenis Tanah di Provinsi Bali d. Topografi Secara umum keadaan topografi wilayah Provinsi Bali cukup komplek, dengan kelas lereng mulai datar (35,08 %), landai (10,93 %), agak curam (18,96 %), RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 18

53 curam (15,17 %) sampai sangat curam (19,86 %) dan secara topografi terletak pada ketinggian antara 1-3,142 m di atas permukaan laut. Bentuk wilayah Provinsi Bali yang mendominasi adalah berbukit dan bergunung dengan dataran memanjang dari Barat ke arah Timur dan puncak tertinggi adalah Gunung Agung (3.142 m). Pada bagian Selatan berupa dataran yang landai sampai datar dan pada bagian utara yang sejajar garis pantai terdapat dataran rendah pantai dengan luasan sempit. Citra SRTM (Shuttle Radar for Topographic Mission) memberikan kenampakan tiga dimensi dari wilayah KPH Bali Tengah. Kelas kelerengan di KPH Bali Tengah yang diturunkan dari citra SRTM nampak kelas lereng yang beragam mulai dari landai dengan kelas lereng landai (0-8%) sampai dengan kelas lereng amat curam/terjal (> 40%) seperti pada Gambar 2.5. Gambar 2.5. Keadaan Topografi (kelas lereng) KPH Bali Tengah Kelas kelerengan di KPH Bali Tengah yang diturunkan dari citra SRTM memberikan kelas lereng yang beragam mulai dari landai dengan kelas lereng landai (0-8 %) sampai dengan kelas lereng terjal (>40%). Wilayah KPH Bali Tengah secara umum mempunyai topografi dataran tinggi, berbukit sampai bergunung. RTK 1 memiliki topografi sangat curam ketinggiannya dari 300 m 1244 m dpl. Lerengnya berkisar antara % dan lebih besar dari 45 %. Pada hutan ini RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN UPT KPH BALI TENGAH BAB II - 19

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Keberadaan hutan yang tumbuh subur dan lestari merupakan keinginan semua pihak. Hutan mempunyai fungsi sangat vital bagi kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 9 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.46/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 013 NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG FASILITASI BIAYA OPERASIONAL KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.811, 2015 KEMEN-LHK. Biaya Operasional. Kesatuan Pengelolaan Hutan. Fasilitasi. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.20/MenLHK-II/2015

Lebih terperinci

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang PENDAHULUAN BAB A. Latar Belakang Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) menjadi salah satu prioritas nasional, hal tersebut tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2016, No. -2- Kehutanan, diperlukan penyempurnaan Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

2016, No. -2- Kehutanan, diperlukan penyempurnaan Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 336, 2016 KEMEN-LHK. Pengelolaan Hutan. Rencana. Pengesahan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.64/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

DIGANDAKAN DAN SEBARLUASKAN OLEH PUSAT KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN

DIGANDAKAN DAN SEBARLUASKAN OLEH PUSAT KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN DIGANDAKAN DAN SEBARLUASKAN OLEH PUSAT KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR : P.7/SETJEN/ROKUM/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

(KPH) Peraturan terkait Kesatuan Pengelolaan Hutan

(KPH) Peraturan terkait Kesatuan Pengelolaan Hutan KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DIREKTORAT WILAYAH PENGELOLAAN DAN PENYIAPAN AREAL PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN Peraturan terkait Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) COOPERATION

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 vember 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO P E T I K A N PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BAB 2 Perencanaan Kinerja BAB 2 Perencanaan Kinerja 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kean Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Disampaikan pada Sosialisasi DAK Bidang Kehutanan Tahun 2014 Jakarta, 6 Februari 2014 Mandat Perundang-undangan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9 /Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2011

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI BATULANTEH KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG, 1 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR P.7/PDASHL/SET/KUM.1/11/2016 TENTANG STANDAR OPERASIONALISASI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 November 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R. GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R. SOERJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind No.68, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Bidang Kehutanan. 9PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 9/Menhut-II/2011. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LAKITAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.202,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN

Lebih terperinci

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1. No.247, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Penggunaan DAK. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi bidang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMANFAATAN HUTAN

OPTIMALISASI PEMANFAATAN HUTAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN HUTAN Direktur Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan Disampaikan pada Acara Gelar Teknologi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 12 Mei 2014

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN (RPH) JANGKA PANJANG KPHL RINJANI BARAT PERIODE

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN (RPH) JANGKA PANJANG KPHL RINJANI BARAT PERIODE RENCANA PENGELOLAAN HUTAN (RPH) JANGKA PANJANG KPHL RINJANI BARAT PERIODE 2012-2021 BALAI KPHL RINJANI BARAT DESEMBER 2012 ii LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG PERIODE 2012 S/D

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2012 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I No.2023, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LHK. Pelimpahan. Urusan. Pemerintahan. (Dekonsentrasi) Bidang Kehutanan. Tahun 2015 Kepada 34 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, 9PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.99/MENLHK/SETJEN/SET.1/12/2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

PEMBENTUKAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 6/Menhut-II/2009 TENTANG PEMBENTUKAN WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. 13, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 134, 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Dekonsentrasi. 34 Gubernur. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/MenLHK-Setjen/20152015

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN HUTAN PRODUKSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PENANAMAN BAGI PEMEGANG IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REHABILITASI DAERAH ALIRAN SUNGAI Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan;

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan; BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Perintah, Pemerintah

Lebih terperinci

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016 Disampaikan dalam : Rapat Koordinasi Teknis Bidang Kehutanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR V TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESATUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1127, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Reklamasi Hutan. Areal Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI

Lebih terperinci

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2016, No informasi geospasial dengan melibatkan seluruh unit yang mengelola informasi geospasial; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.429, 2016 KEMEN-LHK. Jaringan Informasi Geospasial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.28/Menlhk/Setjen/KUM.1/2/2016

Lebih terperinci

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 49/Menhut-II/2008 TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 9 PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.99/Menhut-II/2014 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2015 KEPADA 34 GUBERNUR

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS KEHUTANAN RUT 2011 Jl. Patriot No. O5 Tlp. (0262) 235785 Garut 44151 RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN 2014-2019 G a r u t, 2 0 1 4 KATA PENGANTAR Dinas Kehutanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa untuk terselenggaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Seluruh kawasan hutan yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi

TINJAUAN PUSTAKA. Seluruh kawasan hutan yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) 1. Pembentukan Wilayah KPH Seluruh kawasan hutan yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi harus dilaksanakan proses pembentukan

Lebih terperinci

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur 1. Visi dan Misi Provinsi Jawa Timur Visi Provinsi Jawa Timur : Terwujudnya Jawa Timur Makmur dan Berakhlak dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi Provinsi

Lebih terperinci

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Inventarisasi Hutan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah daerah.

Lebih terperinci

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Inventarisasi Hutan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah daerah.

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS KEHUTANAN ACEH GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.35/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PADA KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN, KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1938, 2017 KEMEN-LHK. Penugasan bidang LHK kepada 33 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.66/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri

Lebih terperinci

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan - 130-27. BIDANG KEHUTANAN 1. Inventarisasi Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam wilayah daerah. 2. Penunjukan,,, Pelestarian Alam, Suaka Alam dan Taman Buru

Lebih terperinci

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan BB. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan 2. Pengukuhan Produksi, Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam dan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA KEMITRAAN PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DI

Lebih terperinci

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 02/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan

Lebih terperinci

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH - 140 - AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN 1. Inventarisasi Hutan 1. Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam daerah. 2. Penunjukan Kawasan Hutan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2006 TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2006 TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2006 TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) Copyright (C) 2000 BPHN PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 62 TAHUN 1998 (62/1998) TENTANG PENYERAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/Menhut-II/2010 TENTANG TIM TERPADU DALAM RANGKA PENELITIAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 06/IV-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 06/IV-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 06/IV-SET/2014 TENTANG TATA CARA PENILAIAN RENCANA PENGUSAHAAN PEMANFAATAN AIR DAN ENERGI AIR DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL,

Lebih terperinci

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG - 563 - AA. PEMBAGIAN URUSAN AN KEHUTANAN PROVINSI 1. Inventarisasi Hutan prosedur, dan kriteria inventarisasi hutan, dan inventarisasi hutan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup, dan batasan pengertian.

I. PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup, dan batasan pengertian. LAMPIRAN A. KERANGKA RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG Sampul Halaman Judul Lembar Pengesahan Lembar Rekomendasi Peta Situasi Ringkasan Eksekutif Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci