HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA PUTRI BERSAMA ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKS

Transkripsi

1 1 HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA PUTRI BERSAMA ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKS (Studi terhadap Remaja Putri di Nagari Lunang Satu Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan) Oleh: Tri Parwati ABSTRACT Many problem that is researched based on phenomenan in the field by the researcher is about sex digression. This research for having a goal: 1) Interpersonal communication of teenagers together parents, 2) Sex attitude for teenagers, 3) The relationship of interpersonal communication for girls teenager together with parents and sex attitude.this research uses Qualitative Correlational Approach. The population of the research is all of girls teenager that live one home with parents amount 101. The technique gets sample which is Purposive Sampling. Sum of sample is 68 girls teenager.the result of this research gets that: 1) The relationship of interpersonal communication for girls teenager together with parents in level 64.24%. 2) Attitude sex of girls teenager in level 61.03%. 3) The result of analysis Pearson Correlation where get correlation coefisien value 0,965. In summary, the relationship of interpersonal communication for girls teenager together with parents that have correlation with sex attitude with power relation 96,5%. So, the result of this research is got that the significant gives relation between the relationship of interpersonal communication for girls teenager together with parents and sex attitud. Key words : interpersonal communication, sex attitude and teenagers Pendahuluan Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan keadaan negara yang semakin tidak menentu, dikarenakan krisis perekonomian dan tuntutan akan kebutuhan hidup yang makin mendesak, menjadikan para orang tua sibuk dengan usahanya masing-masing untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hal ini menyebabkan intensitas berkumpul antara orang tua dengan anak-anak menjadi berkurang dan bahkan tidak pernah terjadi komunikasi dalam keluarga. Akibatnya, anak tidak betah tinggal di rumah dan mencari ketentraman di luar keluarga. Salah satu cara menjalin hubungan yaitu melalui komunikasi. Komunikasi dapat berlangsung apabila ada dua orang atau sekelompok kecil, yang bercakap-cakap langsung dan bertatap muka (face to face). Dengan adanya kontak pribadi ini terjadilah komunikasi. Setiap pelaku komunikasi tersebut berfungsi sebagai sumber (menyusun dan mengirimkan pesan) sekaligus sebagai penerima (menerima dan menginterpretasikan pesan). Riswandi (2009: 121) mendefinisikan komunikasi adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Bentuk komunikasi yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi di dalam keluarga, seperti antara orang tua dan anak. Menyinggung masalah seks, banyak para orang tua yang berpendapat bahwa remaja memang belum waktunya untuk mengetahui perihal seks karena usia perkawinan mereka yang masih terlalu jauh, bahkan berbicara tentang seks dalam keluarga dianggap tabu untuk dibicarakan. Di tambah lagi keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya kepada orang tuanya dan para pendidik semakin menguatkan alasan kenapa remaja sering tidak bijak terhadap organ reproduksinya. Inilah yang mendorong remaja mencari-cari informasi sendiri untuk menambah pengetahuannya dari film, VCD porno, atau

2 2 dari temannya. Karena masalah tersebut membuat para orang tua menghambat atau memutuskan akses pengetahuan seks pada usia remaja. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian, terkait dengan komunikasi orang tua dengan anak. Penelitian dilakukan pada remaja putri yang tinggal serumah bersama orang tuanya dengan pertimbangan dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks menyimpang remaja putri lebih besar dibanding dengan remaja putra. Di samping itu bahwa orang tua yang tinggal serumah dengan anak gadisnya akan lebih memungkinkan untuk melakukan komunikasi interpersonal dari pada yang tidak serumah dengan orang tuanya. Hal tersebut juga didasarkan pada syarat terjadinya komunikasi interpersonal yaitu dapat berlangsung apabila ada dua orang yang bercakap-cakap langsung dan bertatap muka sehingga memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun non verbal. Adapun judul penelitian yang penulis lakukan yaitu Hubungan Komunikasi Interpersonal Remaja Putri Bersama Orang Tua Dengan Perilaku Seks di Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang teridentifikasi terkait dengan perilaku seks remaja putri di Nagari Lunang Satu Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan antara lain : 1. Adanya remaja yang kurang terbuka dalam mendapatkan informasi yang benar dan sehat tentang seks. 2. Adanya informasi yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya tentang seks sangat minim. 3. Adanya perilaku seks yang menyimpang di kalangan remaja putri karena dorongan rasa ingin tahu yang besar, sehinga melakukan dengan cara cobacoba. 4. Adanya anggapan sebagian orang tua bahwa membicarakan hal-hal tentang seks dengan anak merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. 5. Rendahnya kemampuan orang tua dalam menanggapi permasalahan yang di hadapi remaja yang menimbulkan adanya semacam batasan antara remaja dan orang tua. Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Gambaran komunikasi interpersonal remaja putri bersama orang tua di 2. Gambaran perilaku seks remaja putri di 3. Hubungan komunikasi interpersonal remaja putri bersama orang tua dengan perilaku seks di Nagari Lunang Satu Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah hubungan bersama orang tua dengan perilaku seks di Kabupaten Pesisir Selatan? Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : 1. Gambaran komunikasi interpersonal remaja putri bersama orang tua di 2. Gambaran perilaku seks remaja putri di 3. Hubungan komunikasi interpersonal remaja putri bersama orang tua mengenai perilaku seks di Nagari Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi: 1. Remaja putri supaya bisa mengetahui pentingnya komunikasi interpersonal bersama orang tua dalam kaitannya dengan pencegahan perilaku seks bebas pada remaja. 2. Orang tua sebagai masukan dalam memberikan pendidikan seks melalui komunikasi orang tua terhadap remaja sehingga anak remaja akan memiliki pengetahuan yang benar tentang seks. 3. Penulis sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program Strata Satu

3 3 (S1) di program studi BK sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan. 4. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera barat untuk menambah literatur ilmu dan pengembangan ilmu mengenai pentingnya komunikasi interpersonal remaja bersama orang tua. 5. Pemuka masyarakat Penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran tentang komunikasi orang tua terhadap remaja tentang pendidikan seks sehingga anak remaja tidak salah dalam memperoleh pendidikan seks. 6. Peneliti selanjutnya sebagai bekal pengetahuan untuk dapat mengetahui tentang hubungan komunikasi tua dengan perilaku seks di Nagari Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif sekaligus korelasioner karena bertujuan untuk memaparkan dan menggambarkan hubungan komunikasi tuanya dengan perilaku seks di Nagari Lunang Satu Kecamatan Lunang Sugiono (2009: 97) mengemukakan penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi/ penyebaran suatu gejala dalam masyarakat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel yang dilakukan melalui pertimbangan yaitu dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi dan wawancara. Riduwan (2006 : 71) Angket adalah Daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan responden sesuai dengan permintaan pengguna. Data diolah dengan menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh A. Muri Yusuf (2005:249) dengan rumus sebagai berikut: P = x 100 Keterangan: P = Tingkat persentase jawaban F = Frekuensi jawaban n = Jumlah angka mutlak Hasil dan Pembahasan 1. Gambaran Komunikasi Interpersonal Remaja Putri Bersama Orang Tua di Hasil analisis deskriptif secara keseluruhan gambaran komunikasi tua terkait dengan perilaku seks di Kabupaten Pesisir Selatan diperoleh tingkat capaian sebesar 64.24%. Menurut Sugiono (2009: 47) klasifikasi tingkat capaian responden antara 61% - 80% termasuk dalam kategori banyak artinya bahwa dari 68 reseponden sebanyak 64.24% menyatakan melakukan komunikasi interpersonal dengan baik, seperti membahas dan membicarakan tentang hubungan lawan jenis, seksualitas, menstruasi yang dilakukan secara langsung dan bertatap muka dalam rangka mencari informasi yang benar, dengan adanya informasi yang benar tentang perilaku seks, maka diharapkan remaja putri tidak akan melakukan kesalahan dalam berhubungan dengan lawan jenisnya. Seperti yang dikemukakan Arni Muhammad (2005: 159) yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Sedangkan 35.76% remaja putri bersama orang tua masih belum melakukan komunikasi interpersonal dengan baik. Hal ini tentunya akan berdampak pada perilaku seks remaja putri di Nagari Lunang Satu Kecamatan Lunang 2. Gambaran Perilaku Seks Remaja Putri di Gambaran perilaku seks remaja putri di Nagari Lunang Satu Kecamatan

4 4 Lunang Kabupaten Pesisir Selatan diperoleh tingkat capaian sebesar 61.03%. Menurut Sugiono (2009: 47) klasifikasi tingkat capaian responden antara 61% - 80% termasuk dalam kategori banyak artinya bahwa dari 68 reseponden sebanyak 61.03% menyatakan sudah mengerti dan paham dengan perilaku seks yang baik dan benar serta tidak akan melakukan penyimpangan-penyimpangan seperti Touching, Kissing, Petting, maupun Sexual Intercours. Hidayana dkk, (Purwanto, 2003: 71) mengemukakan bahwa secara umum dorongan seksual tergantung dari normanorma seksual yang berlaku dan setiap lingkungan budaya menentukan beberapa batasan tentang bagaimana dan dorongan seksual dapat dinyatakan. Faktor emosional seperti ketegangan dan konflik interpersonal berpengaruh cukup menentukan pada perilaku seseorang. Sedangkan 38.97% remaja putri masih belum mengerti perilaku seks yang baik dan benar, hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki atau mungkin juga karena pergaulan, sehingga membenarkan dalam melakukan Touching, Kissing, Petting, maupun Sexual Intercours. Hal ini sejalan dengan pendapat Sarwono, (2006: 78) yang menyatakan bahwa Masalah seksual remaja yang banyak timbul di kota besar disebabkan oleh (1) kurang adanya pendidikan seks pada remaja sehingga banyak remaja yang buta terhadap masalah seks; (2) banyaknya rangsangan-rangsangan pornografi yang dapat diperoleh melalui media massa, baik berupa film, bacaan serta obrolan sesama teman sebaya; (3) tersedianya kesempatan melakukan hubungan seksual, baik di rumah atau di tempat-tempat rekreasi, hotel dan lainnya akibat kontrol orang tua yang rendah. Untuk itu orang tua sebaiknya mengambil peran untuk memberikan pendidikan seksual pada anak-anaknya, terutama ketika mereka mulai menginjak masa remaja. Melalui cara ini orang tua diharapkan menjadi tempat pertama dan utama bagi anak-anak untuk mendapatkan informasi mengenai masalah-masalah seksualitasnya. 3. Hubungan Komunikasi Interpersonal Remaja Putri Bersama Orang Tua dengan Perilaku Seks di Nagari Lunang Satu Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan. Hasil analisis korelasi hubungan bersama orang tua mengenai Perilaku Seks dengan analisis Pearson Correllation diperoleh nilai koefisien korelasi antara variabel komunikasi interpersonal remaja putri bersama orang tua mengenai Perilaku Seks di Nagari Lunang Satu Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 0,864 lebih besar dari r tabel. Artinya terdapat hubungan yang positif antara komunikasi tua (X) dengan perilaku seks (Y) di Nagari Besarnya sumbangan komunikasi tua (X) terhadap perilaku seks (Y) yaitu 74,65%. Artinya komunikasi tua (X) memberikan kontribusi (sumbangan) terhadap perilaku seks (Y) di Nagari Lunang Satu Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 74,65% dan sisanya 25,35% ditentukan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan komunikasi interpersonal orang tua terhadap remaja komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu, tidak ada awal dan akhir yang jelas. Menurut Rakhmat (Amrillah dkk, 2007: 46), komunikasi orang tua anak dikatakan efektif apabila kedua belah pihak saling dekat, saling menyukai dan komunikasi di antara keduanya merupakan hal yang menyenangkan dan adanya keterbukaan sehingga tumbuh sikap percaya. Namun masih banyak para orang tua yang berpendapat bahwa remaja memang belum waktunya untuk mengetahui perihal seks, di tambah lagi keengganan dan kecanggungan remaja untuk bertanya kepada orang tuanya dan para pendidik terkait dengan masalah seks. Hal ini membuat mereka penasaran, sehingga timbul rasa ingin tahu, kemudian mencoba serta semakin menguatkan alasan kenapa remaja sering tidak bijak terhadap organ reproduksinya dan mendorong remaja mencari-cari

5 5 informasi sendiri untuk menambah pengetahuannya dari film, VCD porno, atau dari temannya. Agar seorang remaja tidak mempunyai perilaku seks yang menyimpang, maka diperlukan adanya bimbingan dan pendidikan yang benar. Pemahaman yang keliru mengenai seks pada remaja karena sumber informasi yang tidak jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan menjadikan mereka mencoba untuk bereksperimen mengenai masalah seks tanpa menyadari bahaya yang timbul dari perbuatannya, dan ketika permasalahan yang ditimbulkan oleh perilaku seksnya mulai bermunculan, remaja takut untuk mengutarakan permasalahan tersebut kepada orang tua. Agar remaja tidak mempunyai perilaku seks yang menyimpang, maka diperlukan adanya bimbingan dan pendidikan yang benar, memberikan informasi dan pemahaman yang benar. Orang tua yang cenderung otoriter dan tidak terbuka dalam memberikan informasi tentang seks khususnya pada anak remaja putri menjadikan remaja terkekang dan mencari informasi di luar yang belum tentu kebenarannya. Orang tua seharusnya sesering mungkin memberikan informasi dengan melakukan komunikasi dengan anaknya dan menjadi sumber informasi yang utama mengenai seksualitas pada anakanaknya. Komunikasi antar orang tua dan anak dikatakan efektif apabila kedua belah pihak saling dekat, saling menyukai dan komunikasi di antara keduanya merupakan hal yang menyenangkan dan adanya keterbukaan sehingga tumbuh sikap percaya. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan bersama orang tua dengan perilaku seks di Kabupaten Pesisir Selatan maka dapat disimpulkan: 1. Berdasarkan hasil penelitian, gambaran bersama orang tua di Nagari Lunang Satu Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan diperoleh hasil 16.76% berada pada kategori sangat banyak dan 11.18% berada pada kategori sangat sedikit. Dari data tersebut, diketahui bahwa komunikasi interpersonal remaja putri bersama orang tua tentang perilaku seks di Nagari Lunang Satu Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori banyak dengan persentase sebesar 30,29%. 2. Berdasarkan hasil penelitian, gambaran perilaku seks remaja putri di Nagari Kabupaten Pesisir diperoleh hasil 15.07% berada pada kategori sangat banyak, 13.60% berada pada kategori sangat sedikit. Dari data tersebut, diketahui bahwa perilaku seks remaja putri di Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori banyak dengan persentase sebesar 26,10%. 3. Hubungan komunikasi interpersonal remaja putri bersama orang tua dengan perilaku seks di Nagari Lunang Satu Kecamatan Lunang Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan hasil analisis Pearson Correllation diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,864 lebih besar dari r tabel. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal remaja putri bersama orang tua (X) dengan perilaku seks (Y) yaitu sebesar 74,65%. dan sisanya 25,35% ditentukan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : a. Diharapkan kepada para orang tua serta guru-guru yang ada di sekolah khususnya untuk dapat lebih mengerahkan dan memberikan informasi serta pendidikan seks yang jelas dan benar. Hal ini dimaksudkan agar remaja putri mengetahui dan mendapatkan informasi yang benar tentang perilaku seks. b. Agar remaja putri tidak mempunyai perilaku seks yang menyimpang, maka diperlukan adanya bimbingan dan pendidikan yang benar dari para orang tua dengan meberikan sumber informasi yang jelas serta dapat dipertanggungjawabkan dan tidak bereksperimen mengenai masalah seks tanpa menyadari bahaya yang timbul dari perbuatannya. c. Diharapkan kepada para guru yang ada di sekolah agar memberikan bimbingan dan pendidikan seks yang benar serta memberikan informasi dan pemahaman

6 6 yang benar, sehingga remaja tidak melakukan penyimpangan dan percobaan terhadap perilaku seks menyimpang. Kepustakaan Amrillah. (2007). Hubungan antara Pengetahuan dan Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Perilaku Seksual Pranikah. Artikel Indegeneous, 7(4). PP Artikel. diakses tanggal 15 Maret Azwar, S Penyusunan Skala Psikologis. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. BKKBN Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja). BKKBN Pusat. Burgin, H. M. Burhan Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu-ilmu Sosial lainnya). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hardjana, M. Agus Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Hurlock, Elizabeth, B., Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga Sarwono Sarlito Wirawan. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Presss Sugiono Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta: Bandung. Yusuf, A. Muri Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press Padang. Zusmelia dkk Pedoman Penulisan Skripsi. Padang: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat.