METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 27 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Kajian dilaksanakan pada bulan Mei 2008 sampai bulan Oktober Lokasi kajian dilakukan pada kawasan lahan gambut tropika di bagian barat Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yakni di Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya. Lokasi penelitian dipilih untuk mewakili salah satu kondisi gambut tropika yang ada di Indonesia yang merupakan kawasan penyimpan cadangan karbon dunia, namun akhir-akhir ini sedang mengalami tekanan besar untuk dikonversi menjadi penggunaan lain. Hal ini terlihat pada kawasan tersebut telah banyak dibuat saluran-saluran drainase untuk pembuangan air yang bertujuan untuk mengeringkan lahan, dan untuk selanjutnya hutan gambut dikonversi menjadi penggunaan lain umumnya untuk perkebunan kelapa sawit dan karet, atau hanya diambil kayunya dan selanjutnya dibiarkan terlantar ditumbuhi semak belukar. Pada sisi lain, di daerah ini sampai sekarang belum banyak dilakukan penelitian-penelitian untuk upaya mengkonservasi kelestariannya, khususnya yang berkaitan dengan dampak dari pembuatan saluran drainase dan perubahan penggunaan lahan terhadap perubahan dinamika dan/atau kehilangan cadangan karbon serta karakteristik lahan gambut. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium tanah Balai Penelitian Tanah, Bogor. Metode Penelitian Kajian ini merupakan kegiatan pengamatan di lapangan (observational exploratory) dengan melakukan diterminasi kasus pada beberapa lokasi lahan gambut yang didrainase untuk tanaman tahunan. Penentuan areal lokasi kajian dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu merupakan metode penentuan lokasi kajian secara sengaja yang dianggap representatif. Pengambilan data dari masing-masing areal kajian dilakukan dalam satu transek yang dibuat tegak lurus dengan saluran drainase, sehingga diasumsikan dapat mewakili kondisi lahan gambut secara keseluruhan.

2 28 Tahapan Penelitian Untuk mencapai tujuan dan membuktikan hipotesis yang dikemukakan, dilakukan beberapa tahapan penelitian seperti yang disajikan dalam Gambar 4. Pra Penelitian: Identifikasi penggunaan lahan dominan pada lahan gambut yang di drainase di Aceh barat. Identifikasi sejarah penggunaan lahan dari masing-masing bentuk penggunaan lahan yang ada. Pemilihan lokasi dan titik pengamatan Evaluasi metode pengukuran karbon 1. Membandingkan metoda analisa karbon organik antara LOI dengan Walkley & Black 2. Membandingkan metoda pengukuran bulk density (BD) antara: bor, ring dan box 3. Membandingkan nilai prediksi emisi CO 2 antara metoda chamber dengan metoda LOI Pengamatan Karakteristik lahan gambut dan cadangan karbon dari lahan gambut yang didrainase. Observasi karakteristik lahan gambut pada masing-masing lokasi kajian terpilih Observasi cadangan karbon pada gambut Observasi cadangan karbon pada biomasa vegetasi Kehilangan karbon. Pengamatan kehilangan karbon pada permukan lahan gambut pada berbagai lokasi gambut yang didranase dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pengamatan kehilangan karbon karena dekomposisi biomasa serasah atau sisa tanaman pada permukaan berbagai tipe penggunaan lahan gambut yang didrainase. Pengamatan kehilangan karbon akibat pemupukan pada permukaan lahan gambut yang didrainase. Pengamatan kehilangan karbon akibat kebakaran hutan pada lahan gambut yang didrainase. Pengamatan kehilangan karbon akibat terbawa aliran air drainase Analisis dan Interpratasi Data Hasil penelitian Metode dan alat yang efektif dan efisien untuk menghitung kandungan karbon gambut Cadangan karbon yang representatif pada masing-masing lokasi kajian Karakteristik utama lahan gambut tropika yang didrainase yang berhubungan dengan cadangan dan kehilangan karbon Nilai kehilangan karbon yang representatif akibat: 1. Pembuatan saluran drainase dan faktor yang mempengaruhinya 2. Pemupukan lahan gambut 3. Dekomposisi biomasa tanaman 4. Kebakaran hutan gambut 5. Terbawa aliran air drainase Gambar 4. Bagan alir tahapan penelitian

3 29 Kajian diawali dengan mengumpulkan dan menganalisa data sekunder berupa peta dan citra satelit. Peta dan citra satelit yang diinterpretasi adalah: Peta Interpretasi Landform skala 1 : Kabupaten Aceh Barat, Peta Rupa Bumi skala 1 : lembar ; dan dan Citra satelit, pada web site Tahapan selanjutnya adalah melaksanakan pra penelitian yaitu malakukan identifikasi bentuk-bentuk penggunaan lahan yang dominan ada di Propinasi Nanggroe Aceh Darussalam bagian barat melalui identifikasi dan verifikasi langsung di lapang (ground check). Kondisi lahan gambut yang diamati selama pra penelitian adalah: kondisi saluran drainase, ke dalaman muka air tanah, ketebalan gambut, tingkat kematangan gambut, sejarah penggunaan lahan, kondisi iklim yaitu suhu dan curah hujan, dan penentuan koordinat lokasi dengan GPS. Dari hasil indentifikasi dan verifikasi langsung di lapang (pra penelitian) dipilih beberapa lokasi yang dianggap representatif. Lokasi kajian ini hanya pada jenis tanah gambut, yang dalam istilah ilmu tanah dikenal dengan Histosols atau yang populer disebut peat berdasarkan kriteria Soil Survey Staff tahun Lokasi kajian yang dipilih tersebut disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar 5. Tabel 3. Lokasi kajian berdasarkan wilayah administratif dan jenis penggunaan lahan No Lokasi/Wilayah Administratif Penggunaan lahan 1. Desa Simpang, Kec. Kaway XVI Hutan terganggu 2. Desa Simpang, Kec. Kaway XVI Semak belukar I 3. Desa Simpang, Kec. Kaway XVI Semak belukar II 4. Desa Simpang, Kec. Kaway XVI Karet (umur >15 tahun) 5. Desa Suak Raya, Kec. Johan Pahlawan Kelapa sawit I (umur 15 tahun) 6. Desa Suak Raya, Kec. Johan Pahlawan Kelapa sawit II (umur 15 tahun) 7. Desa Suak Raya, Kec. Johan Pahlawan Karet (umur >15 tahun) 8. Desa Suak Puntong, Kec. Kuala Kelapa sawit I (umur 10 tahun) 9. Desa Suak Puntong, Kec. Kuala Kelapa sawit II (umur 10 tahun) 10. Desa Cot Gajah Mati, Kec. Arongan Lambalek Kelapa sawit I (umur 1 tahun) 11. Desa Cot Gajah Mati, Kec. Arongan Lambalek Kelapa sawit II (umur 1 tahun) 12. Desa Cot Gajah Mati, Kec. Arongan Lambalek Hutan terganggu

4 30 Cot Gajah Mati Simpang Suak Raya Suak Puntong Sumber: Balai Penelitian Tanah (2006) Catatan: Keterangan legenda peta pada Lampiran 1. Gambar 5. Peta tanah dan lokasi kajian dilaksanakan Deskripsi Lokasi Penelitian Desa Simpang, kecamatan Kaway XVI, kabupaten Aceh Barat. Menurut komunikasi pribadi (personal communication) dengan beberapa orang penduduk (Bapak Usman 60 th dan Bapak Jamal 35 th) dan Kepala Desa Simpang (Bapak M. Nasir) pada kawasan ini awal tahun 2007 telah dibuat saluran drainase dengan ukuran 4 m lebar dan 5 m dalam, sepanjang 3700 m arah Barat Laut-Tenggara. Pada kawasan ini (sepanjang saluran drainase yang telah dibuat) ada 3 jenis penggunaan lahan yang digunakan sebagai lokasi kajian yaitu: 1. Lokasi kajian untuk jenis penggunaan lahan hutan. Lokasi ini merupakan kawasan hutan alami terganggu (telah dibuat saluran drainase dan sebagian pohon telah ada yang ditebangi) dengan kerapatan pohon ± 540 tanaman ha -1 dengan lingkar batang bervariasi antara cm dan tinggi antara m. Dibawah tegakan/strata pohon ditumbuhi oleh jenis pandan, pakis dan

5 31 tumbuhan perdu yang sangat rapat, dengan berat biomassa segar berkisar antara gr m Lokasi kajian untuk jenis penggunaan lahan semak belukar I dan II, dalam hal ini yang dimaksud dengan penggunaan lahan semak belukar I dan II adalah pada lokasi tersebuat ada dua lokasi semak belukar yang dijadikan sebagai areal kajian, sehingga untuk memudahkan dalam pengamatan dan penyajian data hasil kajian maka lokasi yang pertama dinamakan semak belukar I dan lokasi yang lain semak belukar II. Sejarah penggunaan lahan, Hutan seluas 242 Ha mulai ditebang dan dilanjutkan dengan pembakaran pada tahun 1992, awalnya lokasi ini direncanakan untuk budidaya padi. Setelah hutan dibakar dilanjutkan dengan uji coba penanaman padi ladang, namun setelah 3 (tiga) kali dilakukan penanaman padi selalu mengalami kegagalan. Selanjutnya lahan dicoba ditanami dengan tanaman keladi, namun tetap mengalami kegagalan. Akhirnya lahan dibiarkan bera ditumbuhi oleh semak belukar sampai saat sekarang. Namun demikian, pada tahun 2006 sebagian lahan, terutama yang berdekatan dengan saluran drainase telah ada yang ditanami dengan tanaman karet dan nenas. Jenis semak belukar yang tumbuh pada lokasi ini didominasi oleh jenis paku-pakuan (lampiding menurut istilah lokalnya), dan tanaman perdu seperti Melastoma malabatricum. Berat biomassa segar berkisar antara gr m Lokasi kajian untuk jenis penggunaan lahan karet tua umur >15 tahun. Pada lokasi ini, karet telah ditanam petani sekitar tahun 1980an. Tidak ada terlihat jarak tanam yang beraturan dari tanaman karet yang tumbuh di lokasi ini, namun demikian terlihat ada sekitar 560 tanaman per hektar dengan lingkar batang berkisar antara 46 cm 120 cm dengan perbandingan 4 : 1 (4 tanaman yang berlingkar batang >100 cm dan 1 tanaman berlingkar batang < 100 cm). Di bawah tegakan karet ditumbuhi oleh semak belukar/gulma jenis pakis dan perdu, dengan berat biomassa segarnya berkisar antara gr m -2. Desa Suak Raya, kecamatan Johan Pahlawan, kabupaten Aceh Barat Berdasarkan komunikasi pribadi dengan pemilik lahan Bapak H. Dahlan, lokasi ini pada awalnya berasal dari hutan, mulai dibuka/ditebang pada tahun

6 Dibiarkan bera selama beberapa tahun. Selanjutnya dibuat saluran darainase ukuran 2 m lebar dan 1,5 m dalam. Kelapa sawit dan karet mulai ditanam pada tahun 1991/1992. Kondisi saat ini, pada lahan telah dibuat beberapa saluran drainase utama (saluran untuk mengalirkan air dari lahan ke saluran drainase di sepanjang jalan utama Meulaboh Calang). Jarak antara satu saluran dengan yang lainnya berkisar antara 100 m 150 m, diantara dua saluran utama ada saluran lain dengan ukuran 1 m lebar dan 1 m dalam, posisinya tegak lurus dengan saluran utama. Ada dua jenis penggunaan lahan yang diamati pada kawasan ini yaitu: 1. Lokasi kajian untuk jenis penggunaan lahan karet tua umur >15 tahun. Pada lokasi ini, pohon karet yang ada saat sekarang ditanam semenjak tahun 1991/1992 dengan jarak tanam tidak beraturan, namun demikian ada sekitar 500 tanaman karet per hektar. Pada kondisi sekarang lingkar batang pohon karet rata-rata antara 60 cm 132 cm. Dibawah tegakan pohon karet, ditumbuhi oleh gulma dari jenis tumbuhan pakis-pakisan dan perdu dengan berat biomassa segar berkisar antara 4100 gr 5500 gr m -2. Gulma jarang disiangi/dibabat bahkan selama satu tahun kajian dilaksanakan pada lokasi ini, tidak pernah petani melakukan penyiangan atau pembabatan gulma. 2. Lokasi kajian untuk jenis penggunaan lahan kelapa sawit I dan II umur 15 tahun, dalam hal ini yang dimaksud dengan penggunaan lahan kelapa sawit I dan II adalah pada lokasi tersebuat ada dua lokasi kebun kelapa sawit yang dijadikan sebagai areal kajian, sehingga untuk memudahkan dalam pengamatan dan penyajian data hasil kajian maka lokasi yang pertama dinamakan kelapa sawit I dan lokasi yang lain kelapa sawit II. Lahan mulai ditanami dengan kelapa sawit tahun 1991/1992, dilakukan penyisipan diantara tanaman yang sudah ada pada tahun 2002, sehingga saat sekarang populasi tanaman sekitar 125 tanaman per hektar. Penyiangan gulma dilaksanakan setiap 3 bulan sekali dengan cara disemprot menggunakan herbisida dan/atau dibabat. Bersamaan dengan penyiangan juga dilakukan pemangkasan daun kelapa sawit yang sudah tua, daun hasil pangkasan disusun dan dibiarkan melapuk diantara barisan tanaman kelapa sawit. Berat biomassa segar dari gulma (terdiri dari jenis pakis-pakisan dan tanaman perdu) pada saat

7 33 sebelum dilakukan penyiangan adalah sekitar 2700 gr 3500 gr per m 2. Pemilik lahan juga melakukan pemupukan Urea, SP36 dan KCl dua kali dalam satu tahun, disamping itu juga melakukan pemupupan posfat alam (pupuk asam istilah petani) sekali dalam satu tahun. Desa Suak Puntong, kecamatan Kuala, kabupaten Nagan Raya. Lokasi kajian untuk pengamatan jenis penggunaan lahan kebun kelapa sawit I dan II umur 10 tahun, dalam hal ini yang dimaksud dengan penggunaan lahan kelapa sawit I dan II adalah pada lokasi tersebuat ada dua lokasi kebun kelapa sawit yang dijadikan sebagai areal kajian, sehingga untuk memudahkan dalam pengamatan dan penyajian data hasil kajian maka lokasi yang pertama dinamakan kelapa sawit I dan lokasi yang lain kelapa sawit II.. Berdasarkan komunikasi pribadi dengan pemilik lahan Bapak H. Kasinun, pada lokasi ini saluran drainase telah dibuat sebelum kelapa sawit ditanami. Kebun kelapa sawit sempat beberapa tahun tidak dirawat, karena situasi sosial politik yang tidak kondusif. Pada tahun 2008 (bersamaan dengan awal kajian ini dilaksanakan) pemilik lahan menata kembali lahannya dengan membangun saluran drainase utama dengan ukuran 3 m lebar x 2 m dalam, dan pada setiap jarak 50 m dibuat saluran drainase lainnya yang tegak lurus dengan saluran utama dengan ukurannya 1 m lebar x 1 m dalam. Jarak tanam kelapa sawit adalah 9 m x 9 m, diantara tanaman kelapa sawit ditumbuhi oleh gulma dari jenis tumbuhan perdu dan pakis-pakisan. Berat biomassa segar dari tumbuhan gulma pada saat akan dilakukan penyiangan berkisar antara gr m -2. Penyiangan dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan cara ditebas/dipotong. Bersamaan dengan waktu penyiangan juga dilakukan pembersihan/perawatan pohon kelapa sawit dengan cara memotong pelepah daun yang sudah tua. Setiap kali pemotongan daun, ada sekitar 3-5 daun yang dipangkas. Daun yang dipotong tersebut selanjutnya diletakan/disusun dan dibiarkan melapuk diantara barisan tanaman kelapa sawit. Desa Cot Gajah Mati, kecamatan Arongan Lambalek, kabupaten Aceh Barat Menurut hasil komunikasi pribadi (personal communication) dengan penduduk setempat (Bapak Maryanto) pada kawasan ini, saluran drainase dibuat

8 34 pada tahun 2006 bersamaan dengan pembuatan jalan umum utama antara Meulaboh Calang, setelah kejadian tsunami tahun Ukuran saluran drainase sewaktu dibuat 3 m lebar x 2 m dalam, arah alirannya Barat Laut - Tenggara. Ada dua jenis penggunaan lahan yang diamati pada kawasan ini yaitu: 1. Lokasi untuk kajian penggunaan lahan hutan. Hutan yang diamati pada kawasan ini merupakan hutan alami terganggu (telah dibuat saluran drainase dan sebagian pohon telah ada yang ditebang) dengan populasi tanaman sekitar 1936 pohon per hektar, dengan lingkar batang pohon utama/besar berkisar antara cm, disamping itu banyak sekali pohon kecil dengan lingkar batang 8 14 cm, yang diperkirakan populasinya 75% dari populasi pohon yang ada. Di bawah tegakan pohon ditumbuhi oleh tanaman jenis perdu belukar, paku-pakuan dan tanaman merambat lainnya. 2. Lokasi untuk kajian penggunaan lahan kelapa sawit I dan II, umur 1 tahun, dalam hal ini yang dimaksud dengan penggunaan lahan kelapa sawit I dan II adalah pada lokasi tersebuat ada dua lokasi kebun kelapa sawit yang dijadikan sebagai areal kajian, sehingga untuk memudahkan dalam pengamatan dan penyajian data hasil kajian maka lokasi yang pertama dinamakan kelapa sawit I dan lokasi yang lain kelapa sawit II. Menurut hasil komunikasi pribadi dengan Bapak Darussalam petugas Badan Rehabilitasi dan Rekontroksi untuk Aceh (BRR) lokasi ini awalnya adalah hutan, yang direncanakan untuk ditanami kelapa sawit untuk korban tsunami 2004 (setiap keluarga akan mendapan kebun kelapa sawit seluas satu hektar). Pada tahun 2007, seluas 500 hektar hutan ditebang dan dilanjutkan dengan pembakaran. Kelapa sawit mulai ditanam pada awal tahun 2008, dengan jarak tanam 9 m dalam barisan tanaman, dan 7 m antar barisan tanaman (pola tanam mengikuti sistem segi tiga atau zik-zak antara barisan tanaman), sehingga diperoleh populasi sekitar 154 tanaman per hektar. Kondisi lahan, disamping ditanami kelapa sawit muda, juga ditumbuhi semak belukar, degan berat biomassa segar berkisar antara gr m -2. Petani membabat semak belukar dengan cara gotong royong dan selanjutnya dibakar setiap 6 bulan sekali.

9 35 Penentuan Lokasi Titik Pengamatan Penentuan lokasi tempat pengamatan dan/atau pengambilan sampel tanah pada masing-masing lokasi kajian terpilih telah diupayakan dapat mewakili seluruh kondisi hamparan lahan. Hal in berdasarkan asumsi bahwa pada lahan gambut yang didrainase umumnya terjadi perbedaan tinggi muka air tanah sesuai dengan jarak lokasi dari saluran drainase, yang mana semakin jauh lokasi dari saluran drainase muka air tanah semakin dangkal (muka air tanah dekat dengan permukaan tanah). Untuk itu, sebaran titik-titik pengamatan pada masing-masing lokasi kajian diplotkan dalam satu transek yang dibuat tegak lurus dengan saluran drainase. Titik-titik pengamatan tersebut ditempatkan menyebar sepanjang transek, sehingga dapat mewakili lokasi yang dekat sampai dengan yang jauh dari saluran drainase. Apabila ada dua saluran drainase yang sejajar seperti yang ditemui pada lokasi di desa Suak Raya, desa Suak Puntong, dan desa Cot Gajah Mati, maka lokasi pengamatan terjauh dari saluran drainase ditempatkan pada lokasi atau jarak pertengahan antara kedua saluran drainase tersebut, karena diasumsikan bahwa pada lokasi tersebut adalah merupakan batas antara kedua saluran drainase saling mempengaruhi tinggi muka air tanah. Untuk masingmasing lokasi kajian telah ditetapkan atau dipilih sebanyak 5 titik/lokasi permanen dalam satu transek yang mewakili kondisi lahan dekat sampai dengan yang jauh dari saluran drainase sebagai lokasi/titik tempat dilakukan pengamatan sifat-sifat tanah di lapang dan pengambilan sampel tanah untuk dianalisa di laboratorium. Koordinat geografis masing-masing titik/lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah disajikan dalam Lampiran 2. Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan untuk terlaksananya kajian ini disajikan dalam Tabel 4.

10 36 Tabel 4. Peralatan yang digunakan selama kajian di lapangan No Peralatan Kegunaan 1 Peta Landform skala 1 : Memilih lokasi kajian 2 Peta rupa bumi skala 1 : Memilih lokasi kajian 3 Citra Satelit Memilih lokasi kajian 4 GPS, merk Garmin Menentukan koordinat lokasi kajian 5 Peralatan yang umum untuk Mengambil sampel tanah pengambilan sampel tanah gambut 6 Pipa paralon 1 inchi/piezometer Mengukur tinggi muka air tanah 7 Slang plastik Mengukur topografi mikro/transek 8 Digital ph meter Mengukur ph langsung di lapang Pengambilan Sampel dan Pengamatan Kajian evaluasi metode dan alat untuk menentukan kadar karbon gambut Untuk menentukan cadangan karbon tersimpan pada lahan gambut diperlukan data Bulk Density (BD), kandungan karbon (%C-organik), ketebalan dan luas lahan gambut. Untuk mendapatkan nilai BD dan kandungan dan perubahan cadangan karbon yang representatif, dilakukan pengujian terhadap beberapa metode dan alat untuk menentukan nilai BD, dan estimasi kandungan dan kehilangan karbon. 1. Evaluasi alat mengambil sampel tanah untuk menentukan bulk density Untuk mendapatkan nilai BD yang representatif, dilakukan evaluasi terhadap beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengambil sampel tanah gambut yaitu: a) kotak sampel 1 (box sampler 1) yaitu sejenis kotak dari plat baja dengan ukuran 50 cm panjang x 50 cm lebar x 10 cm tinggi ; b) kotak sampel 2 (box sampler 2) yaitu sejenis kotak dari baja dengan ukuran 30 cm panjang x 30 cm lebar x 10 cm tinggi ; c) ring sampel (Ө = 7,6 cm, tinggi = 4 cm); dan d) bor gambut khusus dari Eijkelkamp berbentuk setengah selinder dengan luas penampang 10 cm 2 dan panjang/tinggi 50 cm.

11 37 Sebanyak 30 titik atau lokasi telah dipilih secara acak untuk pengambilan sampel tanah dengan menggunakan masing-masing alat untuk ditentukan BD nya di laboratorium. Pengambilan sampel tanah dengan masing-masing alat tersebut dilakukan pada ke dalaman 0 15 cm (lapisan permukan). Sampel tanah yang terambil oleh masing-masing alat dimasukkan ke dalam kantong plastik yang mempunyai klep. Khusus untuk tanah yang terambil dari kotak sampel 1 dan kotak sampel 2, semua tanah yang terambil ditimbang (ditentukan beratnya) di lapangan, kemudian diambil 5 sampel secara acak (sekitar 100 gr) untuk masingmasing sampel, selanjutnya dimasukan ke dalam kantong plastik yang mempunyai klep untuk dianalisa di laboratorium. Kadar air masing-masing sampel tanah di tentukan di laboratorium dengan memanaskan dalam oven pada suhu C selama 24 jam. Bulk density diperoleh dengan cara membagi total berat tanah kering dengan volumenya (gr cm -3 ) Nilai BD yang diperoleh selanjutnya di evaluasi dengan analisis regresi linear sederhana dan uji korelasi antara data dari masing-masing alat. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa nilai dari alat yang paling besar volumenya yaitu kotak sampel 1 adalah yang paling representatif. Untuk itu, nilai BD dari pengukuran menggunakan kotak sampel 1 dipakai sebagai referensi untuk mengkonversi nilai BD dari alat yang lainnya, sehingga diperoleh nilai BD yang representatif untuk masing-masing alat. 2. Evaluasi metode penentuan kadar karbon (%C-organik) tanah gambut. Untuk mengetahui metode yang efektif dan efisien dan mendapatkan nilai kandungan karbon yang representatif dari hasil pengukuran, dilakukan evaluasi terhadap dua metode yang umum digunakan untuk menentukan karbon yaitu metode Walkley and Black (1934) dan metode Loss-on-Ignition (LOI) oleh Nelson and Somers (1996). Sebanyak 20 sampel tanah dari berbagai profil dan penggunaan lahan gambut diambil untuk dianalisa kandungan karbon dan bahan organiknya di laboratorium menggunakan kedua metode tersebut. Dari metode Walkley and Black diperoleh nilai %C-organik, sedangkan dari metode LOI diperoleh nilai persen bahan organik dan persen kadar abu (mineral). Untuk mengetahui kadar bahan organik dalam material gambut dengan metode Loss on

12 38 Ignition (LOI) dilakukan dengan cara membakar sekitar 2 gram sampel tanah gambut kering oven C dalam oven tanur (furnace) pada suhu C selama 6 jam. Berat sampel yang hilang selama proses pembakaran adalah merupakan jumlah bahan organik yang terkandung dalam material gambut, yang dihitung dengan rumus: % BO = B 105 O B B x100%...rumus 1. (Nelson dan Sommers, 1996). yang mana: % BO = persentase bahan organik gambut, 0 B 105 = berat material gambut pada suhu C, B = berat material gambut yang tersis setelah pemanasan C. Sedangkan untuk mengkonversi persentase bahan organik menjadi persentase karbon yang terkandung dalam material gambut dari hasil metode LOI dihitung dengan rumus: 1 % C = x% LOI...Rumus 2. (Pribyl, 2010). 1,724 yang mana: % C = Kandungan karbon bahan gambut, %LOI = Persentase bahan gambut yang hilang pada proses Loss on Ignition, 1,724 = Konstanta untuk mengkonversi % bahan organik menjadi % C- organik berdasarkan asumsi bahan organik mengandung 58% C. Karbon organik (%C-organik) dari metode Walkley and Black diperoleh berdasarkan prinsip bahwa karbon sebagai senyawa organik akan mereduksi Cr 6+ yang berwarna jingga menjadi Cr3+ yang berwarna hijau dalam suasana asam. Intensitas warna hijau yang terbentuk setara dengan kadar karbon dan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm (Balai Penelitian Tanah, 2005). Hasil/nilai persen bahan organik yang diperoleh dari metode LOI dibandingkan (analisis regresi dan korelasi) dengan nilai persen C-organik yang diperoleh dari metode Walkley and Black. Dari persamaan regresi antara nilai

13 39 persen bahan organik yang diperoleh dari metode LOI dengan nilai %C-organik dari metode Walkley and Black dapat diperoleh satu nilai konstanta untuk mengkonversi nilai persen bahan organik menjadi nilai persen karbon organik atau sebaliknya dari nilai persen karbon organik menjadi nilai persen bahan organik. Nilai konstanta tersebut dapat dianggap sebagai nilai yang representatif digunakan untuk mengkonversi persen bahan organik manjadi %C-organik untuk kajian ini. Selanjutnya nilai/konstanta yang diperoleh tersebut digunakan sebagai pengganti konstanta yang umum digunakan selama ini yaitu 1, Evaluasi metode memprediksi emisi CO 2 Data hasil prediksi kehilangan karbon atau emisi CO 2 dari lokasi dan periode waktu yang sama menggunakan metode Chamber (fluks) dan metode kadar abu (metode LOI) dibandingkan dengan analisa T-test. Dalam kajian ini, data emisi CO 2 dari metode chamber diperoleh (menggunakan) data dari hasil kajian Etik (2009) yang mana lokasi dan periode waktu pengamatannya bersamaan dengan kajian ini, sedangkan perediksi CO 2 dari peningkatan kadar abu (metode LOI) diperoleh langsung dari hasil evalusai terhadap data peningkatan kadar abu pada lapisan 0 50 dari masing-masing lokasi kajian ini. Pengukuran cadangan karbon dan karakteristik lahan gambut tropika yang didrainase Untuk menduga cadangan karbon pada lahan gambut, tahapan yang dilakukan adalah mengetahui volume gambut, bulk density (BD), dan kadar C pada masing-masing lokasi terpilih. Volume gambut ditentukan dengan mengalikan luas lokasi dengan ketebalan gambutnya. Ketebalan gambut diukur dengan cara menusukkan tongkat atau bor gambut ke dalam lapisan gambut hingga mencapai lapisan tanah mineral di bawahnya. Sampel gambut diambil dengan bor gambut khusus tipe setengah silinder dari Eijkelkamp dengan kapasitas 500 cm 3 mulai dari permukaan sampai lapisan dasar (batas dengan tanah mineral). Bahan gambut yang terambil oleh bor (volume 500 cm 3 ) dimasukkan ke dalam kantong plastik yang mempunyai klep untuk dianalisa di laboratorium. Parameter sifat-sifat tanah yang dianalisa adalah yang diperkirakan berkaitan dengan cadangan karbon dan karakteristik lahan yaitu: kadar abu, kadar air pada

14 40 pf 1,00; 2,00; 2,54; 3,70 dan 4,20, ph, KTK, unsur hara N. Metode yang digunakan untuk analisa masing-masing sifat-sifat tanah disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Sifat-sifat tanah yang diamati dan metode pengukurannya No Sifat Tanah Metode Pengukuran Keterangan/ Keterkaitan dengan A. Sifat Fisik Tanah 1 Bulk density (BD) Bor gambut khusus Cadangan karbon 2 Partikel density Piknometer Cadangan karbon 3 Penurunan permukaan tanah Stik/titik permanen Cadangan karbon (subsidence) 4 Tinggi muka air tanah Piezometer Dekomposisi gambut 5 Kadar air pada pf 1,00; Pressure plate apparatus Dekomposisi gambut 2,00; 2,54; 3,70 dan 4,20 6 Suhu tanah Termometer Dekomposisi gambut 7 Kadar abu dan Kandungan Pengabuan kering dan Cadangan karbon karbon Walkley and Black 8 Tingkat dekomposisi Volume serat Dekomposisi gambut 9 Permeabilitas Auger hole Dekomposisi gambut B. Sifat Kimia Tanah 1 ph gambut Digital ph meter Kesuburan Gambut 2 N-total Kjeldahl Indikator kehilangan karbon 3 P-total Pengabuan basah Indikator kesuburan Gambut 4 Ca-total Pengabuan basah Indikator kesuburan Gambut 5 K-total Pengabuan basah Indikator kesuburan Gambut 6 Mg-total Pengabuan basah Indikator kesuburan Gambut 7 Na-total Pengabuan basah Indikator kesuburan Gambut 8 Fe-total Pengabuan basah Indikator kesuburan Gambut 9 Mn-total Pengabuan basah Indikator kesuburan Gambut 10 KTK 1 N NH4Oac ph 7,0 & Indikator kesuburan Gambut ph 4,0 C. Aktivitas Organisme perombak Respirasi Tanah Dekomposisi gambut Untuk menentukan cadangan karbon yang tersimpan dalam vegetasi yang tumbuh diatas permukaan lahan gambut, ditentukan dengan cara mengukur berat biomassa dari vegetasi tersebut seperti yang dijelaskan oleh Hairiah dan Rahayu (2007). Berkaitan dengan hal ini vegetasi yang tumbuh diatas permukaan lahan

15 41 gambut dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu pohon (semua tumbuhan yang diameter batangnya > 5 cm) dan semak (semua tumbuhan yang diameter batangnya < 5 cm). Khusus untuk biomassa dan karbon tersimpan dalam pohon kelapa sawit pada lahan gambut ditentukan berdasarkan umur tanaman, data yang ditampilkan dalam kajian ini diambil dari hasil penelitian Yulianti (2009). Pengukuran biomassa vegetasi tumbuhan pohon: Caranya adalah, penetapan plot dengan ukuran 5 m x 40 m, kemudian semua pohon yang diameter batangnya > 5 cm diukur diameter dan lingkar batangnya pada posisi ± 1,3 m dari permukaan tanah. Kemudian ditentukan bulk densitynya (BD) dengan cara memotong salah satu cabang sebagai sampel, lalu diukur panjang, diameter dan timbang berat basahnya. Selanjutnya tentukan kadar air cabang (sampel) tersebut dengan cara memanaskan sampel dalam oven pada suhu C selama 48 jam. BD dihitung dengan cara: membagi berat kering sampel dengan volumenya (gr cm -3 ). Estimasi biomassa pohon dihitung dengan rumus: BK = 0,11 x BJ x D 2,62...Rumus 3. (Hairiah dan Rahayu, 2007) Yang mana: BK = Berat kering BJ = Berat jenis D = diameter pohon Pengukuran biomassa tumbuhan bawah atau semak: Tumbuhan bawah adalah semua vegetasi yang diameter batangnya < 5 cm. Plot ukuran 0,5 m x 0,5 m dibuat pada lokasi yang dianggap mewakili kondisi lahan secara keseluruhan. Kemudian semua tumbuhan yang diameter batangnya < 5 cm dipotong dan ditimbang berat basahnya. Selanjutnya ditentukan kadar airnya dengan cara memanaskan sub sampel dalam oven pada suhu C selama 48 jam. Berat kering biomassa dihitung dengan rumus: Total BK = (BK sub sampel/bb sub sampel) x Total BB sampel....rumus 4. (Hairiah dan Rahayu, 2007) Yang mana : BB = Berat Basah BK = Berat Kering

16 42 Pengukuran dalam muka air tanah: Terjadinya perbedaan dalam muka air tanah pada hamparan lahan gambut yang didrainase merupakan indikasi adanya pengaruh drainase pada lahan gambut. Pada masing-masing titik pengamatan pada lokasi terpilih, dipasang piezometer dari pipa paralon berdiameter 1 inchi yang dibenamkan secara vertikal ke dalam tanah untuk monitoring tinggi muka air tanah. Dalam muka air tanah diamati dengan cara memasukkan tongkat kayu ke dalam piezometer sampai mencapai permukaan air tanah (ditandai dengan basahnya bagian tongkat yang tercelup ke dalam air). Kemudian bagian tongkat kayu yang sejajar dengan permukaan tanah diberi tanda. Dalam muka air tanah ditentukan dengan cara mengukur panjang bagian tongkat yang kering diatas bagian yang basah sampai bagian tongkat yang sejajar dengan permukaan tanah. Pengukuran subsidence: Penurunan permukaan tanah (subsidence) pada lahan gambut yang didrainase, merupakan indikator telah terjadi kehilangan karbon akibat material gambut terdekomposisi atau telah terjadinya pemadatan material gambut. Untuk mengamati kejadian subsidence, pada masing-masing lokasi pengamatan dipasang tongkat dari besi yang ditancapkan ke dalam tanah sampai menembus lapisan tanah mineral, kemudian pada tongkat besi yang muncul dipermukaan tanah dibuat tanda permanen (sebagai titik awal pengamatan) untuk acuan dalam memonitoring perubahan ketinggian permukaan tanah di sekitarnya. Besarnya subsidence dihitung dengan cara mengukur perbedaan/selisih titik awal pengamatan dengan titik pengamatan berikutnya pada tongkat besi tersebut. Pengukuran transek permukaan tanah: Perbedaan tinggi permukaan tanah dan muka air tanah pada masing-masing titik pengamatan di sepanjang transek (keragaan transek permukaan tanah dan muka air tanah) ditentukan dengan metode water pass menggunakan slang plastik berisi air dengan prinsip bejana berhubungan. Pada jalur sepanjang transek (mulai dari bibir saluran drainase sampai titik pengamatan terjauh dari saluran drainase) ditancapkan tongkat kayu yang tingginya sekitar 1,5 m dari permukaan tanah. Pengamatan tinggi permukaan tanah dan muka air tanah dimulai dari tongkat yang ditancapkan di bibir saluran, dalam kajian ini permukaan tanah di bibir saluran dianggap

17 43 sebagai titik nol (0 m) dari saluran drainase. Pada tongkat yang ditancapkan pada bibir saluran drainase tersebut diberi tanda yaitu tanda yang menunjukkan tinggi titik tersebut dari permukaan air dalam saluran drainase dan dari permukaan tanah di bibir saluran. Dari titik nol (tongkat di bibir saluran drainase) slang dihubungkan dengan tongkat yang ditancapkan pada titik pengamatan pertama (titik pengamatan pertama atau titik pengamatan terdekat dari saluran drainase). Muka air dalam slang dipastikan sejajar dengan tanda yang dibuat pada tongkat yang ditancapkan pada bibir saluran drainase, setelah muka air dalam slang sejajar dengan tanda pada tongkat dibibir saluran drainase pada tongkat yang lain (yang ditancapkan pada titik pengamatan pertama) diberi tanda pada bagian yang sejajar dengan muka air dalam slang. Selanjutnya tanda pada tongkat di titik pengamatan pertama ini diukur tingginya dari permukaan tanah dan permukaan air dalam piezometer. Selisih tinggi tanda pada tongkat dengan permukaan tanah dan muka air tanah dengan yang terukur pada tongkat di bibir saluran adalah menunjukkan perbedaan tinggi permukaan tanah dan muka air tanah antara kedua titik tersebut. Jadi, perbedaan tinggi permukaan tanah dan muka air tanah antara satu titik pengamatan dengan titik pengamatan lainnya dalam satu transek ditentukan dengan cara membandingkan perbedaan tinggi permukaan air dalam slang yang dihubungkan antara satu titik pengamatan dengan titik pengamatan lainnya. Pada lokasi kajian juga diamati kondisi pola curah hujan yang meliputi: curah hujan harian, bulanan dan tahunan. Data curah hujan ini diambil dari stasiun penakar curah hujan yang paling dekat dengan lokasi kajian yaitu dari kantor BMG di dekat lapangan terbang Nagan Raya. Kajian kehilangan karbon dari berbagai penggunaan lahan gambut yang didrainase 1. Kehilangan karbon pada permukaan lahan gambut pada masing-masing lokasi dan faktor yang mempengaruhinya Kadar abu (kandungan mineral) pada lapisan gambut yang teroksidasi akibat drainase meningkat secara simultan. Dalam kajian ini, peningkatan kadar abu (mineral) pada lapisan atas (0 50 cm) lokasi lahan gambut yang didrainase diasumsikan berasal dari material gambut yang telah hilang bahan organiknya

18 44 karena terdekomposisi. Untuk itu, apabila terjadi peningkatan kadar abu pada permukaan lahan gambut (0 50 cm) setelah periode waktu tertentu, merupakan indikasi telah terjadi kehilangan karbon terutama karena proses dekomposisi bahan organik. Bahan organik yang hilang akibat terdekomposisi dihitung dengan rumus: 1 BO Rumus 5. h = ( KAbak BDak T ) 1 (( KAb ) BD T ) KAb 1 ak ak aw (Gronlund, et al., 2008). yang mana: BO h = Bahan organik yang hilang KAb ak = Kadar abu terakhir KAb aw = Kadar abu awal BD ak = BD akhir T = tebal lapisan (dalam kajian ini 50 cm) Untuk memprediksi besarnya emisi gas CO 2 yang terbentuk atau teremisi akibat hilangnya karbon karena proses dekomposisi gambut digunakan rumus: CO 2 = C x 3,67 Rumus 6. (Agus et al., 2009) yang mana: CO 2 = Jumlah gas CO 2 hasil dekomposisi gambut, C = Berat atau jumlah karbon yang hilang selama proses dekomposisi, 3,67 = konstanta untuk megkonversi karbon menjadi bentuk CO 2 (berdasarkan berat atom CO 2 = 40 dibagi berat atom C = 12) Tahapan selanjutnya, untuk mendapatkan faktor (sifat tanah) yang berperan nyata dalam proses kehilangan atau perubahan karbon pada lahan gambut yang didrainase, dilakukan dengan cara data kehilangan karbon yang diperoleh dari masing-masing titik pengamatan diregresi dan korelasikan dengan data sifat-sifat tanah dari masing-masing titik pengamatan tersebut. Apabila diperoleh banyak faktor atau sifat tanah yang berkorelasi nyata dengan data kehilangan karbon maka akan dilakukan prosedur stepwise untuk memilih faktor yang lebih berperan dalam proses kehilangan karbon pada lahan gambut. Analisa data menggunakan program statistik SAS versi 6.12 pada sistim Windows pada komputer

19 45 2. Pengamatan kehilangan karbon akibat pemupukan. Kajian ini merupakan pengamatan di lapangan, yaitu membandingkan kehilangan karbon dalam kurun waktu tertentu yaitu bulan November 2008 sampai dengan bulan Agustus 2009 (selama ± 8 bulan) pada plot/petak berpasangan pada berbagai jenis penggunaan lahan. Pada masing-masing lokasi penggunaan lahan dibuat dua buah plot yang berdampingan, salah satu plot diperlakukan dengan pupuk NPK Mutiara, sedangkan plot yang lain dibiarkan sesuai dengan kondisi alami (inherent) saat plot dibuat (tidak dipupuk). Plot yang diperlakukan, diberi pupuk NPK Mutiara dengan dosis 3 kg per plot dan diaduk secara merata pada permukaan tanah. Ukuran masing-masing plot adalah 2,5 m x 2,5 m. Pemumukan dilakukan pada bulan November Pengamatan yang dilakukan pada setiap plot adalah parameter/indikator yang diperlukan untuk mengidentifikasi adanya terjadi perubahan cadangan karbon yang meliputi: bulk density (BD) dan kadar abu. Semua parameter yang dianalisa ini dilaksanakan pengamatan dan pengambilan sampel tanahnya setelah periode waktu 8 bulan setelah pemupukan (bulan Agustus 2009). Kehilangan gambut dihitung berdasarkan peningkatan/perbedaan kadar abu antara plot yang dipupuk dengan yang tidak dipupuk. Hal ini berdasarkan asumsi bawa peningkatan kadar abu berasal dari behan organik gambut yang telah hilang akibat terdekomposisi, sehingga mengakumulasikan abu di permukaan lahan. Estimasi kehilangan bahan organik gambut dihitung dengan rumus: G h lg = ( BA akr BA ppk ) x( BD akr 1 xt ) x( BA awl 1) ((1 BA akr ) xbd akr xt ).Rumus 7 (Grönlund et al., 2008) Yang mana: G hlg = Berat gambut hilang BA akr = Berat abu plot dipupuk BA ppk = Berat abu pupuk BD awl = Bulk density plot tidak dipupuk BDakr = Bulk density plot dipupuk T = ketebalan tanah (sampel)

20 46 Untuk mengkonversi total bahan organik gambut yang hilang menjadi total karbon yang hilang, dilakukan dengan cara membagi total bahan organik gambut yang hilang dengan konstanta yaitu 1,724 atau konstanta baru yang diperoleh dari kajian ini. 3. Pengamatan kehilangan karbon akibat dekomposisi biomassa tanaman. Kajian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Agustus Dalam kajian ini, biomassa berasal dari tumbuhan yang dominan ada di masing-masing lokasi kajian yakni : biomassa dari pangkasan daun dan pelepah pohon kelapa sawit Elaeis guinensis jacg yang dipotong setiap 4 bulan sekali; biomassa Melastoma malabatricum dan c) biomassa Cycas sp, (lampiding istilah lokal); bomasa ranting dan daun karet, biomassa pemangkasan mankire (istilah lokal) yaitu tumbuhan spesifik pada lokasi kelapa sawit di desa Cot Gajah Mati, biomassa pandan (Pandan sp). Sampel masing-masing spesies dikumpulkan dan dikering anginkan dan ditentukan kadar airnya. Selanjutnya sebanyak 100 gram (berdasarkan berat kering oven) biomassa kering angin dimasukkan ke dalam kantong serasah (litter bag) yang terbuat dari bahan kasa nilon dengan ukuran 35 cm x 35 cm dengan ukuran lobang kasa 1 mm. Untuk masing-masing spesies biomassa dibuat sebanyak enam kantong untuk diamati kecepatan dekomposisinya. Masing-masing kantong serasah diletakkan pada permukaan lahan atau pada lapisan oksidasi dari lahan pada masing-masing lokasi kajian. Tiga dari enam kantong serasah diambil secara acak untuk diamati beratnya yang masih tersisa setelah periode waktu 6 bulan (November 2008), sedangkan yang tiga lagi diamati setelah periode waktu 14 bulan (Agustus 2009). Sesegera mungkin setelah kantong serasah diambil dari lapang, masing-masing disimpan dalam kotak busa (ice box) dan dibawa ke laboratorium. Serasah yang tertinggal dalam kantong serasah setelah proses dekomposisi berjalan pada setiap pengamatan, dengan hati-hati dipisahkan/dikeluarkan dari kantong dan dibersihkan atau dipisah dari akar-akar tanaman dan tanah, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 70 0 C selama 48 jam, sehingga diperoleh berat biomassa yang tersisa, dan kehilangan berat juga dapat dihitung yaitu dengan cara mengurangi berat awal (100 gram) dengan berat biomassa yang tersisa.

21 47 Untuk mengetahui kadar karbon masing-masing biomassa, baik sebelum maupun setelah proses dekomposisi berlangsung dilakukan dengan metode Loss on Ignition (LOI) yaitu dengan cara membakar sekitar 2 gram sampel biomassa kering oven C dalam oven tanur pada suhu C selama 6 jam. Berat sampel yang hilang selama proses pembakaran adalah merupakan jumlah bahan organik yang terkandung dalam masing-masing biomassa, yang dihitung menggunakan rumus 1. Sedangkan persentase karbon yang terkandung dalam masing-masing sampel biomassa dihitung dengan rumus Pengamatan kehilangan karbon akibat kebakaran hutan Untuk melihat besarnya kehilangan karbon akibat terbakarnya hutan, telah dilakukan pengamatan terhadap sifat-sifat tanah yaitu bulk density (BD) dan kadar abu (% mineral) pada permukaan tanah (lapisan 0-5 cm) pada hutan alami dan hutan yang baru terbakar di desa Cot Gajah Mati, kecamatan Arongan Lambalek dan desa Simpang, kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat pada bulan Agustus Sampel tanah diambil menggunakan ring sample ukuran 4 cm tinggi dan 7,6 cm diameter, masing-masing lokasi diambil sebanyak 5 sampel secara acak. Sampel tanah dalam ring dibawa ke laboratorium untuk penentuan BD dan kadar abunya. Besarnya kehilangan karbon dihitung dengan rumus: C hlg = (BD tbk x KA tbr x V) (BD alm x KA alm x V) : KA gbh x %C gbh...rumus 8. Rumus ini merupakan modifikasi rumus yang digunakan oleh Gronlund et al. (2008) dalam menghitung kehilangan bahan organik gambut akibat pemupukan berdasarkan peningkatan kadar abu, dan penjabaran rumus yang digunakan Turetsky dan Wieder (2001) untuk menghitung bahan organik hilang pada kebakaran lahan gambut. Yang mana: C hlg = Karbon hilang BD tbk = Bulk density (BD) hutan terbakar BD alm = Bulk density (BD) hutan alami

22 48 KA tbk = Kadar abu hutan terbakar KA alm = Kadar abu hutan alami V = Volume sampel KA gbh = Rata-rata kadar abu gambut awal dan biomassa hutan %C gbh = Rata-rata kadar karbon gambut alami dan biomassa hutan Untuk mengkonversi nilai besarnya kehilangan karbon menjadi nilai besarnya emisi gas CO 2 yang terjadi akibat kebakaran hutan digunakan rumus Pengamatan kehilangan karbon terbawa air drainase Salah satu bentuk kehilangan karbon dari lahan gambut adalah yang terlarut dalam air (dissolved organic matter) dan terbawa hanyut bersama aliran drainase. Untuk itu, telah dilaksanakan pengambilan sampel air dalam saluran drainase yang melintasi lahan gambut tersebut di desa Simpang, desa Suak Raya, Desa Suak Puntong, dan desa Cot Gajah Mati pada bulan Agustus Sampel air saluran diambil pada bagian dasar, tengah dan atas saluran. Kecepatan air dalam saluran drainase diukur dengan cara menghanyutkan pelampung (busa gabus) diatas aliran air drainase. Waktu yang digunakan untuk menempuh jarak tertentu digunakan untuk menentukan kecepatan aliran air. Disamping itu, juga diukur luas penampang saluran yang dilewati aliran air drainase. Volume atau debit air saluran ditentukan dengan rumus: D = (J : T) x A Rumus 9. ( yang mana: D = volume/debit aliran air per satuan waktu tertentu J = Jarak yang ditempuh pelampung hanyut T = Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu A = Luas penampang saluran yang dilalui air

ESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI KEBAKARAN LAHAN GAMBUT

ESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI KEBAKARAN LAHAN GAMBUT 34 ESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI KEBAKARAN LAHAN GAMBUT Maswar Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar 12 Bogor 16114 (maswar_bhr@yahoo.com) Abstrak.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan April tahun 2011 di lahan gambut yang terletak di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2011 di beberapa penutupan lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Gambar 1). Pengolahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kebun Meranti Paham terletak di Kelurahan Meranti Paham, Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Sebelumnya bernama Kebun

Lebih terperinci

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon 1 Presentasi ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama, memberikan pengantar tentang besarnya karbon yang tersimpan di lahan gambut. Bagian kedua membahas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di kebun kelapa sawit Panai Jaya PTPN IV, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2009

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2. Rasional

PENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2. Rasional PENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2 Rasional Penambahan pupuk N pada lahan gambut dapat mempengaruhi emisi GRK. Urea merupakan pupuk N inorganik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai dari Januari sampai April 2010, dilakukan dengan dua tahapan, yaitu : a. pengambilan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Gambar 52. Hubungan antara nisbah C/N dengan fluks CO 2. Fluks CO2. (mg CO2 kg tanah -1 harī 1 )

PEMBAHASAN UMUM. Gambar 52. Hubungan antara nisbah C/N dengan fluks CO 2. Fluks CO2. (mg CO2 kg tanah -1 harī 1 ) PEMBAHASAN UMUM Dari kajian pengaruh pupuk N terhadap fluks CO 2 hasil respirasi bahan gambut menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara dosis urea dengan tingkat kematangan gambut. Penambahan dosis urea

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan bekas tambang PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa tengah pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia. D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia. 1 Pokok bahasan meliputi latar belakang penyusunan IPCC Supplement, apa saja yang menjadi

Lebih terperinci

111. METODE PENELITIAN

111. METODE PENELITIAN 111. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2001 hingga Juli 2002 berlokasi di lahan gambut milik masyarakat Desa Pelalawan, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013. III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013. Pengambilan sampel tanah dilakukan di tiga lokasi yakni: hutan gambut skunder,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Stok Karbon 4.1.1 Panai Jaya Data stok karbon yang digunakan pada kebun Panai Jaya berasal dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianti (2009) dan Situmorang

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai dengan bulan Desember 2013. Penelitian dilakukan di kebun percobaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Waktu, Lokasi Pengambilan Tanah Gambut dan Tempat Penelitian Bahan gambut berasal dari Kabupaten Dumai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak, dan Kampar, Provinsi Riau dari

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. DAS ini memiliki panjang sungai utama sepanjang 124,1 km, dengan luas total area sebesar

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 s/d juni 2014. Lokasi penelitian dilaksanakan di perkebunan PT. Asam Jawa Kecamatan Torgamba, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 9 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi kebun kelapa sawit pada bulan Agustus dan November 2008 yang kemudian dilanjutkan pada bulan Februari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di petak 37 f RPH Maribaya, BKPH Parungpanjang, KPH Bogor. Dan selanjutnya pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? Mengukur jumlah C tersimpan di hutan dan lahan pertanian cukup mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Perlindungan Setempat RPH Wagir BKPH Kepanjen KPH Malang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim

Lebih terperinci

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan karbon ke atmosfir dalam jumlah yang cukup berarti. Namun jumlah tersebut tidak memberikan dampak yang berarti terhadap jumlah CO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap

Lebih terperinci

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan Taryono Darusman 1, Asep Mulyana 2 dan Rachmat Budiono 3 Pendahuluan Lahan gambut merupakan ekosistem lahan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tanggal : 16 Februari 2009 PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Peningkatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung pada letak 5 22' 10" LS dan 105 14' 38" BT dengan ketinggian 146 m dpl

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur. 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur. B. Alat dan Objek Alat yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 16 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Pendidikan Universitas Palangkaraya, Hampangen dan Hutan Penelitian (Central Kalimantan Peatland Project)

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013. 30 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pekon Gunung Kemala Krui Kabupaten Lampung Barat. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

Lebih terperinci

Kehilangan Karbon pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Gambut Tropika yang Didrainase

Kehilangan Karbon pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Gambut Tropika yang Didrainase Kehilangan Karbon pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan Gambut Tropika yang Didrainase Carbon Loss from Several Landuse Type on Tropical Peat Lands Drained MASWAR 1, O. HARIDJAJA 2, S. SABIHAM 3, DAN M.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di hutan mangrove pesisir Desa Durian dan Desa Batu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di hutan mangrove pesisir Desa Durian dan Desa Batu III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di hutan mangrove pesisir Desa Durian dan Desa Batu Menyan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah Desa Hilibadalu Kecamatan Sogaeadu Kabupaten Nias dengan luas 190 ha dan ketinggian tempat ± 18 m di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1 Hutan Tropika Dataran Rendah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di dalam Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dijelaskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

Pengelolaan lahan gambut

Pengelolaan lahan gambut Pengelolaan lahan gambut Kurniatun Hairiah Sifat dan potensi lahan gambut untuk pertanian Sumber: I.G.M. Subiksa, Fahmuddin Agus dan Wahyunto BBSLDP, Bogor Bacaan Sanchez P A, 1976. Properties and Management

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber (DRT), Sei. Sinepis, Provinsi Riau. Waktu pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi No Tahun Bulan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1987 206 220 368 352 218 17 34 4 62 107 200 210 1998 2 1989 183 198 205 301 150

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa

Lebih terperinci

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA Oleh : AUFA IMILIYANA (1508100020) Dosen Pembimbing: Mukhammad Muryono, S.Si.,M.Si. Drs. Hery Purnobasuki,

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan Juni 2011. Lokasi penelitian terletak di Desa Bantar Kambing, Kecamatan Ranca Bungur,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian yaitu di RPH Jatirejo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambut dan Karbon Tersimpan pada Gambut Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik

Lebih terperinci

MODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN. (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J.

MODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN. (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J. MODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J. Tujuan Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal hutan alam IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya memberikan deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 16 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan pertanaman karet Bojong Datar Banten perkebunan PTPN VIII Kabupaten Pandeglang Banten yang dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 22 April sampai 9 Mei 2007 di hutan rawa habitat tembesu Danau Sumbu dan Danau Bekuan kawasan Taman Nasional Danau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

CADANGAN, KEHILANGAN, DAN AKUMULASI KARBON PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT TROPIKA 1) ABSTRACT

CADANGAN, KEHILANGAN, DAN AKUMULASI KARBON PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT TROPIKA 1) ABSTRACT J. Solum Vol.VIII No. 1 Januari 2011:1-10 ISSN:1829-7994 CADANGAN, KEHILANGAN, DAN AKUMULASI KARBON PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT TROPIKA 1) Maswar 2), Oteng Haridjaja 3), Supiandi Sabiham

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

Gambar 3. Peta lokasi penelitian 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009 di kawasan pesisir Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten, lokasi penelitian mempunyai

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MTERI DN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat pengambilan sampel tanah yaitu pengambilan sampel tanah pada hutan konservasi pasca terbakar dan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia Sampai tahun 2004, Indonesia berada pada urutan ke 15 negara penghasil gas rumah kaca tertinggi di dunia dengan emisi tahunan 378 juta ton

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni tahun 2009, pada areal hutan produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan daribulan Juli sampai dengan Oktober 2012 di daerah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan daribulan Juli sampai dengan Oktober 2012 di daerah 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan daribulan Juli sampai dengan Oktober 2012 di daerah Blora Indah Kelurahan Segala Mider, Tanjung Karang Barat, Bandar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN Tanah sulfat masam merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebaran luas lahan gambut di Indonesia cukup besar, yaitu sekitar 20,6 juta hektar, yang berarti sekitar 50% luas gambut tropika atau sekitar 10,8% dari luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3. BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 10 3. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilakukan di Kampung Arca Baru Sawah, Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Analisis tanah dan air dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 13 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai Desember 2011 dan terbagi menjadi 2 tempat yakni lapang dan laboratorium. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. Analisis sifat kimia tanah dan analisis jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini merupakan penelitian jangka panjang yang telah berlangsung sejak tahun 1987. Pola tanam yang diterapkan adalah serealia (jagung dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di pertanaman Jagung milik petani yang berlokasi di Kelurahan Wonggaditi Barat Kecamatan Kota utara Kota Gorontalo. Pelaksanaan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA. Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran. Pengukuran normal

TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA. Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran. Pengukuran normal TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran Normal Pengukuran normal Normal pada lahan yang miring Jika pohon berada pada lahan yang miring, posisi

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa TINJAUAN PUSTAKA Produksi Biomassa dan Karbon Tanaman selama masa hidupnya membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa dengan

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci