Indo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science
|
|
- Yandi Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Indo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science ANALISIS RASIO KADAR AMILOSA/AMILOPEKTIN DALAM AMILUM DARI BEBERAPA JENIS UMBI Henny Ayu Pramesti *), Kusoro Siadi, Edy Cahyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024) Semarang Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Pebruari 2015 Disetujui Maret 2015 Dipublikasikan Mei 2015 Kata kunci: amilum amilosa amilopektin Abstrak Rasio amilosa/amilopektin dalam amilum sangat menentukan aplikasinya dalam industri dan sangat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Pada proses pembuatan tepung rasio amilosa dan amilopektin sangat diperhatikan untuk mendapatkan kualitas tepung dengan tekstur yang lebih bagus. Penelitian dilakukan untuk menganalisis rasio amilosa/amilopektin pada amilum yang terdapat dalam beberapa jenis umbi. Sampel amilum umbi yang digunakan yaitu ubi kayu, ubi jalar dan suweg. Dalam penelitian ini dilakukan preparasi sampel dengan mengekstraksi amilum, kemudian menentukan kadar amilum dengan metode hidrolisis asam, sehingga didapatkan hasil kadar amilum ubi kayu sebesar 87,95%, kadar amilum ubi jalar sebesar 84,89% dan amilum suweg sebesar 83,86%. Analisis kadar amilosa dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Kadar amilopektin ditentukan dari hasil selisih antara kadar amilum dan kadar amilosa. Hasil analisis rasio amilosa/amilopektin dalam amilum ubi kayu sebesar 36% : 51,95%, amilum ubi jalar sebesar 31,86% : 53,03% dan amilum suweg sebesar 24,91% : 58,95%. Abstract Ratio of amylose/amylopectin in starch largely determine its application in the industry and greatly affects the quality of the resulting product. In the process of making flour amylose and amylopectin ratios are concerned, it is to get quality flour with a finer texture. Research has been conducted to analyze the ratio of amylose/amylopectin in the starch contained in some types of tubers. Sample tuber starch used were cassava, sweet potato and suweg. In this research, sample preparation by extracting starch, determination of starch by acid hydrolysis method produces cassava starch content of 87.95%, sweet potato starch content of 84.89% and suweg starch content of 83.86%. Separation results are used for analysis of amylose content by UV-Vis spectrophotometry method. Amylopectin levels determined from the difference between the levels of starch and amylose content. Results amylose analysis ratio ofamylose/amylopectin in cassava starch was 36% : 51.95%, sweet potato starch was 31.86% : 53.03% and suweg starch was 24.91% : 58.95% Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: henayesti.amora@gmail.com ISSN NO
2 Pendahuluan Umbi-umbian merupakan komoditas pertanian yang tersebar luas di Indonesia dan sumber karbohidrat yang cukup penting. Sebagian besar karbohidrat didalam umbi mengandung amilum. Di Indonesia umbi-umbian belum dimanfaatkan secara maksimal potensi amilumnya. Amilum merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan -glikosidik. Amilum terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus sedangkan amilopektin mempunyai cabang (Zulfikar; 2008). Amilosa merupakan komponen amilum yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air. Umumnya amilosa menyusun amilum (pati) 17-20%, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan -(1,4) D-glukosa. Amilosa juga mempunyai sifat kompresibilitas, sehingga dapat digunakan sebagai formulasi tablet cetak langsung. Sementara amilopektin merupakan komponen amilum yang mempunyai rantai cabang, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan -(1,4) D-glukosa dan -(1,6) D-glukosa. Amilopektin tidak larut dalam air tetapi larut dalam butanol dan bersifat kohesif sehingga sifat alir dan daya kompresibilitasnya kurang baik (Ikhsan; 1996). Dalam produk makanan amilopektin bersifat merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan yang berasal dari amilum yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan, garing dan renyah. Kebalikannya amilum dengan kandungan amilosa tinggi, cenderung menghasilkan produk yang keras, pejal, karena proses mekarnya terjadi secara terbatas (Koswara; 2009). Rasio amilosa dan amilopektin dalam amilum sangat menentukan aplikasinya dalam industri. Menurut Nisperos-Carriedo (1994) di dalam Krochta, et al. (1994), aplikasi yang membutuhkan viskositas, stabilitas dan kekuatan mengental yang tinggi, digunakan amilum dengan kandungan amilopektin yang tinggi. Sedangkan untuk membentuk film dan gel yang kuat, digunakan amilum dengan kandungan amilosa yang tinggi. Rasio kadar kandungan amilosa dan amilopektin pada suatu bahan sangat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Kadar amilosa dan amilopektin sangat berperan pada saat proses gelatinisasi, retrogradasi dan lebih 27 menentukan karakteristik pasta amilum (Jane; 1999). Smith (1982) menunjukkan amilum yang berkadar amilosa tinggi mempunyai kekuatan ikatan hidrogen yang lebih besar karena jumlah rantai lurus yang besar dalam granula, sehingga membutuhkan energi yang lebih besar untuk gelatinisasi. Pada proses pembuatan tepung rasio amilosa dan amilopektin sangat diperhatikan, hal ini untuk mendapatkan kualitas tepung dengan tekstur yang lebih bagus. Pada penelitian ini dilakukan analisis rasio kadar kandungan amilosa dan amilopektin dalam amilum umbiumbian yang terdapat dalam beberapa jenis umbi dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Metode Penelitian Alat yang digunakan antara lain spektrofotometer UV-Vis Shimadzu 1240, alat refluks, neraca analitik Voyage, pemanas (oven), ayakan ukuran 100 mesh. Bahan yang digunakan amilosa (CV. Chemix Pratama Yogyakarta), glukosa anhidrat, NaOH, etanol, HCl, asam asetat, reagen Nelson, reagen arsenomolibdat, iod dengan grade pro analyst buatan Merck. Sampel ubi kayu (Manihot glaziovii Muell), ubi jalar (Ipomoea batatas Poir), umbi suweg (Amorphophallus campanulatus B) diperoleh dari kecamatan Boja kabupaten Kendal. Dilakukan ekstraksi amilum dengan cara pengendapan (diadaptasi dari Lingga, et al.; 1992). Umbi dibersihkan, dikupas kemudian direndam dalam air bersih selama 1 jam. Umbi selanjutnya dihancurkan dengan blender dengan penambahan air (1 : 3,5). Hancuran umbi kemudian disaring, bagian suspensi yang melewati penyaring kemudian didiamkan selama 12 jam pada suhu ruang untuk mengendapkan bagian amilumnya. Amilum yang diperoleh kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 50 o C selama 6 jam. Amilum kering digiling, kemudian diayak. Hasil ekstraksi digunakan untuk menentukan kadar amilum dan rasio amilosa/amilopektin. Penentuan kadar amilum dalam sampel dengan cara metode hidrolisis asam (diadaptasi dari Apriyantono, et al.; 1989). Untuk menghitung rasio kadar amilosa/amilopektin dilakukan dengan pemisahan amilosa dan amilopektin. Pemisahan dilakukan dengan penambahan air panas dan dipanaskan selama 1,5 jam pada suhu 57 o C (diadaptasi dari Mario; 2012). Hasil dari pemisahan dilakukan analisis kadar amilosa dengan metode spektrofotometri UV- Vis (diadaptasi dari Nik, et al.; 2011). Hasil dan Pembahasan Ekstraksi amilum dilakukan dengan cara proses pengendapan. Sebelum proses peng-
3 endapan, dilakukan penyaringan untuk memisahkan suspensi amilum umbi dengan supernatannya. Ekstraksi amilum dihasilkan rendemen amilum. Pengukuran rendemen amilum dihitung berdasarkan perbandingan berat amilum yang diperoleh terhadap berat umbi tanpa kulit yang dinyatakan dalam persen (%). Hasil rendemen ubi kayu sebesar 20,85%, ubi jalar sebesar 18,82%, dan suweg 15,93%. Proses hidrolisis asam untuk mendapatkan glukosa umbi. Asam yang digunakan adalah HCl yang bertujuan untuk mengaktifkan air karena larutan HCl mempunyai ion H + dan sebagai katalisator. Pada proses hidrolisis akan menghasilkan hidrolisat yang berbentuk cairan kental yang berwarna coklat kekuningan dengan komponen utama glukosa. Glukosa dalam sampel ini digunakan untuk analisis kadar glukosa dan amilum. Kadar glukosa yang dihasilkan digunakan untuk menganalisis kadar amilum yaitu dengan cara mengalikan kadar glukosa dengan faktor konversi 0,9. Tabel 1. Hasil analisis kadar amilum dalam sampel dilakukan menggunakan air panas dan hasilnya cukup baik. Hal ini dikarenakan amilosa merupakan fraksi amilum yang larut dalam air panas, sedangkan amilopektin merupakan fraksi amilum yang sulit larut dalam air panas. Penentuan kadar amilosa pada sampel umbi menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menujukkan bahwa larutan sampel apabila ditambah dengam larutan iod akan menghasilkan warna biru. Warna biru yang dihasilkan oleh sampel amilum dengan iod dikarenakan iod mampu berikatan khusus dengan fraksi rantai lurus amilosa (Deman; 1997). Rantai polimer polisakarida pada amilum memiliki bentuk pilinan atau heliks yang mampu membentuk senyawa inklusi dengan iod, hal ini dikarenakan oleh efek dipol imbas dan resonansi yang disepanjang rantai heliks (Hawab; 2004). Tabel 2. Hasil analisis kadar amilosa Dari Tabel 2. tersebut dapat dibuat kurva antara sampel umbi dengan kadar amilosa disajikan pada Gambar 1. Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa kadar glukosa lebih besar dibanding kadar amilum. Hal ini dipengaruhi ketika amilum diubah menjadi glukosa melalui proses hidrolisis asam. Proses hidrolisis asam menghasilkan amilum yang strukturnya lebih renggang. Struktur amilum yang agak rapat akan lebih tinggi daya ikat airnya, selain itu terjadi pemutusan ikatan hidrogen pada rantai linier dan berkurangnya daerah amorf yang mudah dimasuki air. Hal ini yang menyebabkan berat molekul glukosa lebih besar daripada berat molekul amilum, sehingga menghasilkan kadar glukosa lebih besar daripada kadar amilum sampel. Berdasarkan Tabel 1. terlihat, bahwa kadar amilum ubi kayu sebesar 87,95%, kadar amilum ubi jalar 84,89% dan kadar amilum suweg 83,86%. Hasil ini menunjukkan kadar amilum yang tinggi. Kadar amilum pada umbi ini berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor jenis dari umbi tersebut. Dari ketiga jenis umbi ini kadar amilum terbanyak pada ubi kayu. Pemisahan amilosa dengan amilopektin Gambar 1. Kadar amilosa dalam umbi Berdasarkan Gambar 1. dapat dilihat kadar kandungan amilosa dalam sampel umbi. Diketahui kadar amilosa terbanyak pada ubi kayu. Hal ini dapat dilihat dari semakin pekatnya larutan warna biru yang dihasilkan pada sampel ubi kayu. Kadar amilosa dalam amilum ubi kayu dan amilum ubi jalar yang relatif cukup banyak ini dapat dimanfaatkan untuk formulasi cetak obat dan bahan pengisi obat. Banyak sedikitnya kandungan amilosa dalam amilum sangat mempengaruhi sifat amilum, semakin banyak kadar kandungan amilosa maka sifatnya akan makin keras tekstur amilum yang dihasilkan karena amilosa memiliki sifat mengeras. Hasil dari analisis 28
4 kadar amilosa tersebut dapat dilakukan penentuan kadar amilopektin dihitung dari selisih antara kandungan amilum dengan amilosa. Dari perhitungan analisis tersebut dapat dihasilkan kadar amilopektin yang disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Kadar amilopektin dalam umbi Berdasar Gambar 2. dapat diketahui bahwa kadar amilopektin terbanyak pada suweg sebesar 58,95%. Amilopektin pada amilum umbi sangat mempengaruhi tekstur amilum umbi, semakin banyak kadar amilopektin yang terkandung dalam umbi, maka semakin kental tekstur amilum tersebut. Kadar amilopektin yang relatif cukup banyak yang dihasilkan dari amilum ubi jalar dan suweg dapat dimanfaatkan dibidang industri lem, kertas yang membutuhkan viskositas, stabilitas dan kekuatan mengental yang tinggi. Dari hasil analisis kadar amilosa dan analisis amilopektin dapat diketahui raio amilosa/ amilopektin. Rasio amilosa dan amilopektin yang terdapat pada amilum dapat mempengaruhi sifat amilum (Winarno; 2004). Hasil rasio amilosa dan amilopektin pada Gambar 3. Gambar 3. Rasio amilosa dan amilopektin Berdasarkan Gambar 3. dapat dilihat rasio kadar amilosa/amilopektin pada ubi kayu sebesar 36% : 51,95% (amilosa : amilopektin). Amilum ubi kayu sering digunakan untuk industri pangan, karena kadar amilumnya cukup tinggi sebesar 87,95 %. Amilum ubi kayu dengan kadar amilopektin yang dimiliki biasanya dimanfaatkan untuk bahan pangan seperti diaplikasikan dalam pembuatan tepung roti, pengental saus, karena viskositas, stabilitas dan kekuatan mengental yang tinggi. Amilum ubi kayu dapat juga digunakan dalam industri kertas sebagai bahan pengikat. Kadar amilum pada ubi jalar sebesar 84,89% dengan rasio amilosa/amilopektin sebesar 31,86% : 53,03% (amilosa : amilopektin). Ubi jalar biasanya digunakan untuk bahan pangan seperti keripik, karena adanya amilopektin yang bersifat merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan yang berasal dari amilum yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan, garing dan renyah. Banyak penelitian yang memanfaatkan ubi kayu dan ubi jalar ini sebagai edible film dengan memanfaatkan amilum ubi kayu dan amilum ubi jalar yang memiliki kandungan amilosa yang cukup tinggi. Amilum ubi kayu dan amilum ubi jalar sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai biodegradable film untuk menggantikan polimer plastik karena ekonomis, dapat diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik yang baik (Bourtoom; 2007). Amilum ubi kayu dan amilum ubi jalar juga dapat dimanfaatkan dibidang farmasi terutama formula sediaan tablet baik sebagai pengisi, penghancur maupun sebagai pengikat. Kadar amilosa dalam amilum inilah yang dimanfaatkan dibidang farmasi. Hal ini dikarenakan sifat alir dan daya kompresibilitas baik, sehingga formulasi tablet cetak langsung dapat digunakan sebagai bahan pengisi (Winarno; 2004). Suweg merupakan umbi-umbian yang masih dianggap remeh oleh masyarakat Indonesia karena rasa gatal yang dirasakan saat mengkonsumsinya. Padahal dari hasil penelitian ini suweg memiliki potensi untuk menghasil amilum yang cukup tinggi yaitu sebesar 83,86% dengan rasio kadar amilosa/amilopektin sebesar 24,91 % : 58,95%. Semakin rendah kadar amilosa menyebabkan semakin tinggi kadar amilopektin. Jika kadar amilosa rendah maka amilum akan semakin kental dan lekat (Winarno; 2004). Amilopektin pada suweg menyebabkan sifat lengket. Berdasarkan kadar amilopektin yang lebih tinggi, amilum umbi suweg memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan dibidang industri kertas, tekstil dan lem karena memiliki viskositas, stabilitas dan kekuatan mengental yang tinggi. Simpulan Kadar amilum ubi kayu sebesar 87,89%, kadar amilum ubi jalar sebesar 86,89% dan amilum suweg sebesar 83,86%. Rasio amilosa/ amilopektin pada amilum ubi kayu sebesar 36% : 51,95%, amilum ubi jalar sebesar 31,86% : 53,03% dan amilum suweg sebesar 24,91% : 58,95%. Daftar Pustaka Apriyantono A., Fardiaz D., Puspitasari N.L., 29
5 Sedarnawati, Budiyanto S Petunjuk Laboratorium Pengujian Pangan. Bogor: IPB Press Bourtoom, T Effect of Some Process Parameters on The Properties of Edible Film Prepared from straches. Songkhla: Departement of Material Product Technology. Challenges and Opportunities. Food Technology. 51 (2):61-73 Deman, J.M Kimia Makanan. Penerbit ITB: Bandung Hawab, H.M Pengantar Biokimia. Jakarta: Bayu Media Publishing Jane Effect of Amylopectin Brain Chain Length and Amylose Content on The Gelatinization and Pasting Properties of Starch. Cereal Chem : Koswara, S Teknologi Modifikasi Pati. Diakses tanggal 30 Agustus 2009 Krochta, J.M., E.A. Baldwin & M.O. Nisperos- Carriedo Edible Coating and Film to Improve Food Quality. Technomic Publishing Company. New York Lingga, P.B., Sarwono, I., Rahardi, P.C., Rajardjo, J.J., Afriastini, R., Wudianto, W.H., Apriadji Bertanam Umbi umbian. Jakarta: Penebar Swadaya Mario, B Pemisahan dan Pencirian Amilosa dan Amilopektin dari Pati Jagung dan Pati Kentang pada Berbagai Suhu. Skripsi. Departemen Ilmu Kimia. FMIPA. Institut Pertanian Bogor Nik, S., Hasnah & C.W. Khoo Amylose and Amylopectin in Selected Malaysian Foods and its Relationship to Glycemic Index. Sains Malaysiana. 40 (8): Nisperos-Carriedo di dalam Krochta Krochta, J.M., E.A. Baldwin & M.O. Nisperos-Carriedo Edible Coating and Film to Improve Food Quality. Technomic Publishing Company. New York Nisperos-Carriedo, M.O Edible Coating and Film Based on Polysaccharides in Krochta, J.M., Baldwin, E.A., Nisperos- Carriedo, M.O. Edible Coatings And Films to Improve Food Quality. Lancaster. Technomic Pub. Co. Inc Smith, P.S Starch Derivative and The Use in Food. di dalam: Leneback & Inglet. Food Carbohydrates. AVI Publ. Co. Inc. Westport, Connecticut Winarno, F.G Hasil-hasil Simposium Penganekaragaman Pangan Prakarsa Swasta dan Pemda Menuju Keanekaragaman Pangan Masyarakat Indonesia. di dalam: Hariadi, P., B. Krisnamurti, F.G. Winarno. Penganekaragaman Pangan Prakarsa Swasta dan Pemda. Forum Kerja Penganekaragaman Pangan. Jakarta Zulfikar, R Studi Pengaruh Tarik pada Film Plastik BOPP (Blaxial Oriented Polypropylene). Skripsi. Sarjana Teknik. Fakultas Teknik Universitas Indonesia 30
POLISAKARIDA. Shinta Rosalia Dewi
POLISAKARIDA Shinta Rosalia Dewi Polisakarida : polimer hasil polimerisasi dari monosakarida yang berikatan glikosidik Ikatan glikosidik rantai lurus dan rantai bercabang Polisakarida terbagi 2 : Homopolisakarida
Lebih terperinciANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI UBI KAYU (TAPIOKA) BERBASIS NERACA MASSA
AGROINTEK Volume 9, No. 2 Agustus 2015 127 ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI UBI KAYU (TAPIOKA) BERBASIS NERACA MASSA ARNIDA MUSTAFA Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Korespondensi : Jl. Poros Makassar-Parepare
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat. Komposisi utama pati adalah amilosa dan amilopektin yang mempunyai sifat alami berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta dan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Proses pembuatan tepung ubi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp.
BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp. Maizena Awal Akhir 2. Gelatinasi Pati Suspesni Sel Panas Sel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pati adalah bahan baku yang sangat penting untuk industri makanan. Sebagai pengembangan produk makanan yang baru, pati memiliki sifat khusus yang fungsional. Fungsi
Lebih terperinciPRODUKSI DEKSTRIN DARI UBI JALAR ASAL PONTIANAK SECARA ENZIMATIS
Produksi Dekstrin dari Ubi Jalar Asal Pontianak secara Enzimatis (Nana Supriyatna) PRODUKSI DEKSTRIN DARI UBI JALAR ASAL PONTIANAK SECARA ENZIMATIS (Dextrin Production by Enzimatic Process from Various
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki
TINJAUAN PUSTAKA Ubi jalar ungu Indonesia sejak tahun 1948 telah menjadi penghasil ubi jalar terbesar ke empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki kandungan nutrisi
Lebih terperinciIndo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science
Indo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs PERBANDINGAN METODE HIDROLISIS ENZIM DAN ASAM DALAM PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA UBI JALAR
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) Di Susun Oleh : Nama praktikan : Ainutajriani Nim : 14 3145 453 048 Kelas Kelompok : 1B : IV Dosen Pembimbing : Sulfiani, S.Si PROGRAM STUDI DIII ANALIS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia. Sekitar 30 % ubi kayu dihasilkan di Lampung. Produksi tanaman ubi kayu di Lampung terus meningkat
Lebih terperinciANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI JAGUNG (MAIZENA) BERBASIS NERACA MASSA
EMBRYO VOL. 7 NO. 1 JUNI 2010 ISSN 0216-0188 ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI JAGUNG (MAIZENA) BERBASIS NERACA MASSA Iffan Maflahah Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelatin merupakan salah satu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan telah banyak dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat baik. Kandungan betakarotennya lebih tinggi dibandingkan ubi jalar
6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ubi Jalar Ungu Ubi jalar ungu merupakan salah satu jenis ubi jalar yang memiliki warna ungu pekat. Ubi jalar ungu menjadi sumber vitamin C dan betakaroten (provitamin A) yang
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. Umbi Iles-iles. Umbi Walur
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umbi Walur (Amorphophallus campanulatus var. sylvetris) Amorphopallus campanulatus merupakan tanaman yang berbatang semu, mempunyai satu daun tunggal yang terpecah-pecah dengan tangkai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras
Lebih terperinci2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciPEMBUATAN GULA CAIR DARI PATI SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN HIDROLISIS ENZIMATIS
PEMBUATAN GULA CAIR DARI PATI SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN HIDROLISIS ENZIMATIS Ayu Ratna P, Fitria Yulistiani Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung, Kotak Pos 1234 Email: ayu.ratna@polban.ac.id
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanfaatan tepung beras ketan hitam secara langsung pada flake dapat menimbulkan rasa berpati (starchy). Hal tersebut menyebabkan perlunya perlakuan pendahuluan, yaitu pregelatinisasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENELITIAN PENDAHULUAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kadar proksimat dari umbi talas yang belum mengalami perlakuan. Pada penelitian ini talas yang digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti makanan pokok karena mengandung karbohidrat sebesar 27,9 g yang dapat menghasilkan kalori sebesar
Lebih terperinciDiagram Sifat-sifat Pati
Diagram Sifat-sifat Pati X-ray Crystallography Mempelajari sifat kristalin pati X-ray pattern, obtained when a crystal is irradiated with X-rays. This pattern is distinctive to the crystal structure 3
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengkondisian Grits Jagung Proses pengkondisian grits jagung dilakukan dengan penambahan air dan dengan penambahan Ca(OH) 2. Jenis jagung yang digunakan sebagai bahan
Lebih terperinciPati ubi kayu (tapioka)
Pengaruh Heat Moisture Treatment (HMT) Pada Karakteristik Fisikokimia Tapioka Lima Varietas Ubi Kayu Berasal dari Daerah Lampung Elvira Syamsir, Purwiyatno Hariyadi, Dedi Fardiaz, Nuri Andarwulan, Feri
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan yaitu umbi garut kultivar creole berumur 10 bulan yang diperoleh dari kebun percobaan Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu
Lebih terperinciLOGO. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau. Mitha Fitriyanto
LOGO Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau Mitha Fitriyanto 1409100010 Pembimbing : Prof.Dr.Surya Rosa Putra, MS Pendahuluan Metodologi Hasil dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar
Lebih terperinciHIDROLISIS BIJI SORGUM MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN
HIDROLISIS BIJI SORGUM MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN NaOH PAPAIN DENGAN METODE SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SIMULTAN Dini Anggriani 2306100036,Erika Ariane Susilo 2306 100 090 Prof.Dr.Ir. Nonot Soewarno,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pati terdiri dari butiran-butiran kecil yang disebut granula (Jane, 1995). Winarno (2002), menyatakan
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK
Volume 16, Nomor 2, Hal. 11 16 Juli Desember 2014 ISSN:0852-8349 KAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK Fortuna, D,. F. Tafzi dan A.
Lebih terperinciPEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI SINGKONG SEBAGAI PENGEMAS MAKANAN
Pembuatan Edible Film dari Pati Singkong Sebagai Pengemas Makanan (Farham HM Saleh, dkk) PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI SINGKONG SEBAGAI PENGEMAS MAKANAN Farham HM.Saleh 1, Arni Yuli Nugroho 2, M. Ridho
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan kalori sebesar 123 kalori per 100 g bahan (Rukmana, 1997). Berdasarkan kandungan tersebut, ubi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FISIKO KIMIA TEPUNG GANYONG SEBAGAI PANGAN ALTERNATIF PENGGANTI BERAS
KARAKTERISTIK FISIKO KIMIA TEPUNG GANYONG SEBAGAI PANGAN ALTERNATIF PENGGANTI BERAS Heni Purwaningsih, Irawati, dan Riefna Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta ABSTRAK Umbi Ganyong (Canna
Lebih terperinciVARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI
VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas ubi kayu
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciKONVERSI TEPUNG SAGU MENJADI SIRUP GLUKOSA DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS ASAM KLORIDA CHLORIDE ACID S A CATALYST]
SAGU, Maret 2014 Vol. 13 No. 1 : 22-28 ISSN 1412-4424 KONVERSI TEPUNG SAGU MENJADI SIRUP GLUKOSA DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS ASAM KLORIDA [CONVERSION SAGO STARCH TO GLUCOSE SYRUP BY USING HYDRO CHLORIDE
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan permintaan tersebut karena terjadi peningkatan jumlah industri makanan dan nonmakanan
Lebih terperinciBAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229
Lebih terperinciPRODUKSI CASSAVA SOUR STARCH DENGAN VARIASI MEDIA STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT DAN LAMA FERMENTASI
PRODUKSI CASSAVA SOUR STARCH DENGAN VARIASI MEDIA STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT DAN LAMA FERMENTASI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan
Lebih terperinciPEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI TEPUNG SAGU YANG DIHIDROLISIS DENGAN ASAM KLORIDA
PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI TEPUNG SAGU YANG DIHIDROLISIS DENGAN ASAM KLORIDA Sutanto, E*, Yusnimar**; Yenie, E** *Alumni Teknik Kimia Universitas Riau **Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciDEKSTRIN, TEKNOLOGI DAN PENGGUNAANNYA
DEKSTRIN, TEKNOLOGI DAN PENGGUNAANNYA Dekstrin adalah produk hidrolisa zat pati, berbentuk zat amorf berwarna putih sampau kekuning-kuningan (SNI, 1989). Desktrin merupakan produk degradasi pati sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. UBI JALAR
II. TINJAUAN PUSTAKA A. UBI JALAR Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili Convolvulaceae. Ubi jalar termasuk tanaman tropis, tumbuh baik di daerah yang memenuhi persyaratan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada
PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang terus meningkat. Namun demikian peningkatan ini tidak seimbang dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga terjadi masalah
Lebih terperinciANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM
ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM Oleh: Qismatul Barokah 1 dan Ahmad Abtokhi 2 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan
Lebih terperincisebesar 15 persen (Badan Pusat Statistik, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apel adalah salah satu buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Apel digemari karena rasanya yang manis dan kandungan gizinya yang tinggi. Buah apel mempunyai
Lebih terperinciFood Science and Culinary Education Journal
FSCE 1 (1) (2012) Food Science and Culinary Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce STUDI KOMPARASI PEMBUATAN KERUPUK KEPALA UDANG DENGAN COMPOSITE FLOUR (Pati Ganyong dan Tepung
Lebih terperinciTekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.
Force (Gf) V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.2 Tekstur Tekstur merupakan parameter yang sangat penting pada produk cookies. Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Tekstur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sebanyak 200 kuintal per hektar luas pertanaman kuintal per hektar luas pertanaman.
26 TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta) Ubi kayu (Manihot esculenta) tumbuh dengan sangat baik di daerah-daerah dengan suhu antara 25 o C-29 o C dengan ketinggian daerah sekitar 1.500 m. dpl.
Lebih terperinciA. DESKRIPSI KEGIATAN MAGANG
III. KEGIATAN MAGANG A. DESKRIPSI KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang dilaksanakan di sebuah perusahaan snack di wilayah Jabotabek selama empat bulan. Kegiatan magang ini dimulai pada tanggal 10 Maret sampai
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman labu kuning adalah tanaman semusim yang banyak ditanam di Indonesia dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu kuning tergolong
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan
IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.
LAMPIRAN Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) 47 Lampiran. Oven Lampiran 4. Autoklaf 48 Lampiran 5. Tanur Lampiran
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI TEPUNG BERAS DAN TEPUNG BERAS KETAN 1. Penepungan Tepung Beras dan Tepung Beras Ketan Penelitian ini menggunakan bahan baku beras IR64 dan beras ketan Ciasem yang
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan
PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan Latar Belakang Tujuan: Menentukan kadar gula pereduksi dalam bahan pangan Prinsip: Berdasarkan
Lebih terperinciI. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN. terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar air. Perubahan
I. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN A. PENDAHULUAN Air merupakan komponen yang penting dalam pangan. Banyak perubahan kimia yang terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar
Lebih terperinciSINTESA PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI SAGU DENGAN GLISEROL DAN SORBITOL SEBAGAI PLASTICIZER
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak hanya menginginkan makanan yang enak dengan mouthfeel yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dewasa ini telah memandang pentingnya menjaga kesehatan sehingga tidak hanya menginginkan makanan yang enak dengan mouthfeel yang baik tetapi juga yang dapat
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tropis lainnya. Alocasia adalah kerabat dekat dengan keluarga caladium dan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sente (Alocasia macrorrhiza (L.) Schoot) Alocasia macrorrhiza merupakan jenis tanaman berbunga yang berasal dari hutan hujan Malaysia dan Queesland yang telah banyak dibudidayakan
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian
Lebih terperinciProduksi Glukosa Cair dari Pati Ubi Jalar Melalui Proses Likuifikasi dan Sakarifikasi Secara Enzimatis
Produksi Glukosa Cair dari Pati Ubi Jalar Melalui Proses Likuifikasi dan Sakarifikasi Secara Enzimatis 1) I Wayan Arnata, 1) Bambang Admadi H., 2) Esselon Pardede 1) Staf Pengajar PS. Teknologi Industri
Lebih terperinciPERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR
PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.
2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gizi lain yang diperlukan manusia yaitu
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI ABU GOSOK DAN WAKTU PERENDAMAN AIR TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG BUAH MANGROVE Avicenia marina
Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 39-47 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr PENGARUH KONSENTRASI ABU GOSOK DAN WAKTU PERENDAMAN AIR TERHADAP KANDUNGAN
Lebih terperinciPENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU
PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU SKRIPSI Oleh: SYAHDIAN LESTARI 110305018 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi dan Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian Program Studi Ilmu dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar ton
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar 2.366.410 ton dari luas lahan 166.332 Ha (BPS, 2013). Ubi jalar ungu ( Ipomea batatas)
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan adalah
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Hasil pembuatan pati dari beberapa tanaman menghasilkan massa (g) yaitu ubi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PATI SAGU MODIFIKASI DENGAN METODE ASETILASI CHARACTERISTICS OF SAGO STARCH MODIFIED BY ACETYLATION METHOD
KARAKTERISTIK PATI SAGU MODIFIKASI DENGAN METODE ASETILASI CHARACTERISTICS OF SAGO STARCH MODIFIED BY ACETYLATION METHOD By Hidayati (0806113965) Faizah Hamzah and Rahmayuni yatiwy@yahoo.com (085271611717)
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi
UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN KITOSAN DALAM ASAM ASETAT DENGAN MELAKUKAN PERLAKUAN AWAL PADA PENGOLAHAN LIMBAH KULIT UDANG MENJADI KITOSAN Ani Purwanti 1, Muhammad Yusuf 2 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisa Hasil Pertanian dan
26 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisa Hasil Pertanian dan Laboratorium Limbah Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan... 3 D. Manfaat Penelitian... 3
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi INTISARI... xii ABSTRAKSI... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah jagung pipil kering dengan varietas Pioneer 13 dan varietas Srikandi (QPM) serta bahanbahan kimia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Walur (Amorphophallus campanulatus var sylvestris)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Walur (Amorphophallus campanulatus var sylvestris) Walur (Amorphopallus campanulatus var sylvestris) merupakan tanaman dari famili Araceae. Tanaman walur mempunyai daun tunggal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
25 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekaya Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Laboratorium Pangan dan Gizi Jurusan Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pertama terdiri dari jenis pati bahan edible coating dan faktor kedua terdiri
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama
Lebih terperinciSTUDI PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) DENGAN PEWARNA DAN RASA SECANG
STUDI PEMBUATAN DAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus) DENGAN PEWARNA DAN RASA SECANG Fitri Febianti*, Heni Tri Agline, Fadilah Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat dan Kegunaan Penelitian, (5) Kerangka pemikiran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Limbah plastik sintetik menjadi salah satu permasalahan yang paling memprihatinkan di Indonesia. Jenis plastik yang beredar di masyarakat merupakan plastik sintetik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan pengembangan produk olahan dengan penyajian yang cepat dan mudah diperoleh, salah
Lebih terperinci2. Karakteristik Pasta Selama Pemanasan (Pasting Properties)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PATI SAGU DAN AREN HMT 1. Kadar Air Salah satu parameter yang dijadikan standard syarat mutu dari suatu bahan atau produk pangan adalah kadar air. Kadar air merupakan
Lebih terperinciPENGUJIAN SIFAT FISIKOKIMIA PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) ALAMI DAN MODIFIKASI SECARA HIDROLISIS ASAM
2 PENGUJIAN SIFAT FISIKOKIMIA PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr) ALAMI DAN MODIFIKASI SECARA HIDROLISIS ASAM Boesro Soebagio, Sriwidodo, Adhika Aditya S I. Latar Belakang Biji durian memiliki kandungan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Kimia dan Laboratorium Biondustri TIN IPB, Laboratorium Bangsal Percontohan Pengolahan Hasil
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan
14 BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi Penelitian Penelitian substitusi tepung suweg terhadap mie kering ditinjau dari daya putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di
29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar Cilembu dan ubi jalar ungu Ayamurasaki. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah akuades, K
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai dengan Oktober 2012. Adapun laboratorium yang digunakan selama penelitian antara lain Pilot
Lebih terperinciKEUNGGULAN KOMPETITIF GULA CAIR KIMPUL
KEUNGGULAN KOMPETITIF GULA CAIR KIMPUL Fungki Sri Rejeki *, Diana Puspitasari, dan Endang Retno Wedowati Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya *e-mail: fungki_sby@yahoo.com
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. TEPUNG BERAS B. TEPUNG BERAS KETAN
II. TINJAUAN PUSTAKA A. TEPUNG BERAS Beras merupakan bahan pangan pokok masyarakat Indonesia sejak dahulu. Sebagian besar butir beras terdiri dari karbohidrat jenis pati. Pati beras terdiri dari dua fraksi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang tumbuk (mashed potato) adalah kentang yang dihaluskan dan diolah lebih lanjut untuk dihidangkan sebagai makanan pendamping. Di Italia mashed potato disajikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Program Studi Ilmu
Lebih terperinci