D I S R I T M I A J A N T U N G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "D I S R I T M I A J A N T U N G"

Transkripsi

1 D I S R I T M I A J A N T U N G Insidens disritmia jantung intraoperatif tergantung dari definisi, surveilans kontinu vs observasi intermiten, karakter pasien, dan jenis operasi. Misal, insiden ini dapat >90% pada pasien operasi bedah jantung dg monitoriny kontinyu. Pendekatan sitematis EKG memperbaiki akurasi diagnosis dan efektivitas terapi. Yang penting adalah rate dan regularitas ritme jantung, adanya gelombang P, hubungan P dengan QRS, dan menentukan sebab pelebaran atau keanehan QRS. Mekanisme Disritmia jantung perioperatif biasanya terjadi pada pasien dg penyakit jantung sebelumnya (PJK, penyakit katup jantung, kardiomipati) di saat adanya imbalans fisiologik sementara (sikemia, katekolamin, abnormalitas elektrotlit, laringoskopi, dan intubasi trakheal). Disrtimia jatung dapat disebbkan perubahan automatisitas sel pacu jantung, perubahan eksitabilitas sel miokard, dan perubahan konduksi impuls jantung melalu sistem konduksi teretntu di jantung. Wujud perubahan ini dapat berupa pacu jantung ektopik, blok jantung, atau reentry circuit. Automatisitas Automatisitas menggambarkan kemampuan sel pacu jantung menjalani fase 4 depol spontan. Pada kondisi normal, automatisitas ditunjukkan oleh sel di SA node, AV node, dan seratkonduksi khusus di atrium dan ventrikel. Aktivasi simpatis oleh keadan seperti hipoksemia rterial, asidosis, atau pelepasan katekolamin adalah penyebab tersering peningkatan automatisitas. Sebagai tambahan, peningkatan automatisitas terjadi saat ambang potensial menjadi lebih negatif sehingga perbedaan antara ambang potensial dan potensial transmembran istirahat hilang. Penurunan automatisitas yang dihasilkan peningkatan aktivitas parasimpatis, yn menurunkan reaksi SA dan AV node dg meningkatkan aliran keluar ion K. ini meningkatkan pergerkan keluar ion K yang diinduksi asetilkolin menghiperpolarisasi membran sel jantung dan mencegah depol. Rangsang vagal dapat menurunkan kerentanan jantung terhadap ventrikel fibrilasi, terutama dengan adanya rangsang

2 simpatis. Sinus karotis jika dirangsang akan menurunkan frekuensi VES dan menghilangkan ventrikel takikardia. Pacu jantung ektopik. Pacu jantung ektopik berwujud kontraksi permatur jantung yang terjadi antara denyut normal. Gelombang depol menyebar keluar dari pacu jantun gektopik dan meulai kontraksi pematur. Penyebab biasa dari pacu jantung ektopik adalah area iritabel dari otot jantung yang dihasilkan dari area lokal iskemia mikard atau pemakain perngsang semacam kafein atau nikotin. Terkadang pacu jantung ektopik menetap dan mengambil peran pacu jantung SA node. Titik pacu jantung ektopik paling sering yakni di AV node an AV bundle. Eksitabilitas Kemampuan sel jantung merespon rangsang dengan melaukan depol. Pengukuran eksitabilitas adalah perbedaan antara potensial transmebran istirahat dan potensial ambang membran sel jantung. Makin kecil perbedaan potensial ini, makin mudah dirangsang atau iritabel sebuah sel. Meski epinefrin meningkatkan eksitabilitas, ini diimbangi oleh peningkatan kecil terus menerus negativitas potensial transmembran istirahat. Sekali suatu sel terdepol, dia tidak lagi dapat dirangsang, menjadi refrakter terhadap rangsang apapun. Setelah masa refrakter abolut ini, sel jantung masuk masa refrakter relatif dimana rangsang supranormal dapat mendepol membran sel jantung. Konduksi Konduksi impul sjantung berlangsung melalui sistem konduksi khusus sehingga kontraksi yg terkoordinir terjadi. Abnormalitas konduksi impuls jantung berwujud blokade jantung, reentry circuit, atau sindrom preeksitasi Blok jantung Tempat blok jantung paling sering di AV bundle atau salah satu dari bundle branches. Penyebabnya meliputi (a) rangsang parasimpatis berlebih, (b) induksi obat (digitalis, beta-adrenergik antagonis seperti propranolol) yg menyebabkan depresi konduksi impuls jantung, (c) infark miokard, (d) tekanan pada sistem konduksi oleh plak aterosklerosis, dan (e) degenerasi sistem konduksi yg dipengaruhi umur.

3 Reentry Artinya reeksitasi jaringan jantung oleh kembalinya impuls jantung yang sama melalui jalur yang sirkuler. Ini berlawanan dengan automatisitas, dimana impuls baru digerakkan tiap waktu untuk merangsang jantung. Sirkuit reentry dapat berkembang di manapun dlm jantung selama ada imbalans antara konduksi dan kerefrakteran. Penyebab imbalans ini adala (a)elongasi jalur konduksi misal pada pembesaran jantung (terutama LA dilatasi akibat MS), (b) penurunan kecepatan konduksi impuls jantung seperti pada iskemia miokard atau hiperkalemia, (c) pemendekan periode refrakter otot jantung seprti dihasilkan epinfrin atau kejutan listrik dari arus bolakbalik. Masing2 kondisi menghasilkan situasi dimana impuls jantun gyang dkonduksi serabut Purkinje normal, yg tidak dalam masa refrakter (reentry circuit). Reentry circuit adalah mekanisme paling mungkin untuk SVT, atrial flutter, AF, VES, VT, dan VF. Reentry circuit dapat dihilangkan dengan mempercaepat konduksi melaui jaringanb normal sehingga impuls jantung mencapai organ awalnya saat serat masih refrakter, atau dg memperpanjang masa refraktersel normal sehingga impuls yg kembali tidak dapat masuk kembali. Sindrome preeksitasi Muncul bila impuls atrium melewati AV node untuk menghasilkan eksitasi dini ventrikel. jalur konduksi aksesoris palin gsering yg menghasilkan hubungan langsung (anatomic loop) dari atrium ke ventrikel disebut kent's bundle (biasanya LA ke LV). Konduksi via jalur aksesoris ini menghasilkan WPW sindrom (PR interval <0,12detik, gelombang delta), paling sering berwujud SVT intermiten. Normanya, ventrikel dilindungi dari ritme atrium yg cepat oleh masa refrakter AV node. Propranolol tidak punya efek khusus di jalur aksesoris, sedang digitalis dan verapamil dpt meningkatkan kontraksi melalui jalur ini Anestesia Kemampuan anestetik berhalogen untuk menmunculkan AV junctional (ritme nodal) dan atau meningkatkan automatisitas mgkn berhubungan dengan perubahan translokasi ion K dan Ca di membran sel. Halotan, enfluran, dan isofluran memperlambat pelepasan denyut SA node dan memperpanjang wkt konduksi His- Purkinje dan vnetrikel. Peningkatan perioperatif interval QTc dapat memicu org

4 tertentu untuk menjadi ventrikular takidisritmia, terutama TdP. Propofol memiliki efek minimal pada durasi QTc. Namun, obat inhalasi yg poten, terutama sevo, meningkatkan durasi repol miokard shg memperpanjang durasi QTc. Perubahan PaCO2 lgs megubah efek sistem syaraf otonom pada depol SA dan AV node, sekaligus reentry. Imbalans sistem syaraf otonom akibat obat (antikolinergik, antiokolinesterase, katekolamin eksogen, beta-adrenergik antagonis) atau konsentrasi minmal obat anestetiik padarangsang bedah yg intens, mgkn bertanggung jawab terhadap inisiasi disritmia jantung selam anestesi dan pembedahan. Tipe disritmia jantung Tata laksana awal disritmia jantung periooperatif tidak berbeda dr hal lain. Jika ada ancaman nyawa, intervensi dnpacu jantun gbuatan atau kardioversi direkomendasikan. Imbalans fisiologi yg ditekahui harus dikoreksi.obat antidisritmik spesifik dipakai untuk menekan disritmia jantung dan mencegah kekambuhan. Sinus takikardia Jika denyut jantung >100x/menit. Sebab umun yaitu rangsang simpatis seperti rangsang nyeri pad anestesi yg kurang dalam.peningkatan suhu tubuh meningkatkan denyut jantungsekitar 18x/menit untuk setiap derajat Celcius.demam menyebabkantakikardia karena peningkatan suhu mempercepat angka metabolisme SA node. Rangsang refleks yg diperantarai sinus karotis pada denyut nadi menemani penurunan tek darah sistemik seperti dihasilkan obat vasodilator atau hemoragik akut. Sinus bradikardia Jika denyut nadi <60xc/menit. Akibat rangsang parasimpatis di jantung. Pada atlet mencerminkan kemampuan jantun guntuk mengejeksikan volume sekuncup leibh besar pd tiap kontraksi dibandingakn orang lain. Sinus disritmia Muncul pada nafas normal dengan R-R interval bervariasi kira2 5% selama berbagai fase siklus nafas tenang. Dg nafas dalam dpt meningkat smp 30%.variasi pd denyut jantung dg pernafasan mencerminkan refleks baroreseptor dan perubahan tekanan negatif intrapleura yng menarikreflex Bainbridge naik turun. Variasi pd denyut jantung yg tidak berhubungan dg pernafasan abnormal sbg akibat dari

5 disfungsi SA node, penuaan, atau intoksikasi digitalis.tiadanya perubahan fasik menegaskan disfungsi otonom seperti pada DM. pada seting erioperatif, sinus disritmia biasanya sementara dan akibat imbalan otonom dari intervensi (spinal, epidural, laringoskopi) atau efek obat pada SA node. AV blok AV blok 1º yitu jika PR interval < 0,2detik pada denyut jatung normal. 2º AV blok dibagi menjadi fenomena Wenckebach (tipe1) atau Mobitz (tipe 2). Wenckebach ditandai pemanjangan progresif PR interval sampai konduksi impuls jantun g benar2 terinterupsidan gelombang P terkam tanpa QRS. Setelah denyut ini, silus kembali berulang. Mobitz adalah munculnya impuls atrium non-konduksi tanpa perubahan P- R interval AV blok º3 terjadi saat blok komplit transmisi impuls jantung dari atrium ke ventrikel. gelombang P terputus dari QRS dan denyut jantung tergantung pada angka pelepasan intrinsik pacu jantung ektpik di kuar tempat blok konduksi. Jika pacu jantung ektopik dekat AV node, QRS tampak normal dengan denyut nadi 40-60x/menit/. Jika letak blok infranodal, escape ventricular pacemaker sering memiliki angka peleapasan <40x/menit dan kompleks QRS melebar, menyerupai BBB. Pasien dapat mengeluh sinkope (sindrome Stokes-Adams) pada awitan blok jantung º3, mencerminkan masa 5-10 detik masa asistolik yg dpt mendahului ventricular escape dan kemunculan pacu jantung ektopik ventrikular. Terkadang, interval ventrikel teletak di awitan º3 blok jantung, begitu panjang sehingga kematian terjadi. Perawatan pasien dg º3 blk jantung dengan pemasangan pacu jantung buatan permanen. TPM dapat dipasang dgiv infus isoproterenol (pacu jantung kimia) atau acu jantung buatan transvena. Manajemen peroeratif yg aman pada ps dengan lat kontrol ritme jantung memerlukan pemahamandsr ttg klasifikasi, fungsi, dan tata laksana emergensi alat ini Kontraksi atrium prematur Dikenali dg glombang P abnormal dan PR interval memendek. QRS dari kontraksi atrium prematur normal. Juga interval antara kontraksi atrium prematur dan kontraksi berikutnya biasanya tdk memanjang. Biasanya jinak dan sering muncul pada org tnp penyakit jantung Kontraksi nodal prematur

6 Ditandai dengan tiadanya gelombang P yg mendahului QRS. Gelombang P tidak terlihat karena impuls jantung kembali ke atrium pd waktu yg sama dg perjalanan ke ventrikel. Kontraksi ventrikular prematur (KVP) Dihasilkan dari pacu jantung ektopik di ventrikel. Kompleks QRS EKG biasanya memanjang karena impuls jantung. Voltase QRS kompleks pada kontraksi ventrikular prematur meningkat. Menggambarkan ketiadaan netralisasi pada umumnya ketika impuls kardiak yang normal melewati kedua ventrikel secara simultan. Setelah hampir seluruh KVP gelombang T mempunyai potensial listrik yang berlawanan dengan komplek QRS. Jeda kompensasi setelah KVP terjadi akibat impuls pertama dari SA node mencapaiu ventrikel selama periode refraktori. Ketika KVP terjadi ventrikel tidak terisi secara optimal dengan darah dan stroke volume gagal untuk menghasilkan nadi yang teraba. Stroke volume kemudian dapat meningkat akibat penambahan pengisian ventrikel yang terjadi selama jeda kompensasi yang biasanya mengikuti KVP. KVP seringkali menggambarkan adanya penyakit jantung sebagai contoh, iskemia miokard bertanggung jawab atas terjadinya KVP yang berasal dari otot ventrikel dengan oksigenasi yang sangat rendah. Penatalaksanaan KVP termasuk terapi suplemental oksigen dan lidokain intravena. Atrial paroksismal takikardi (APT) Seringkali didapatkan pada usia muda akibat dari pelepasan impuls secara cepat dan ritmis dari ektopik atrial peace maker. Irama pada EKG sempurna regular dan gelombang P abnormal, kadang sering inverted menandakan asal impuls selain SA node. Pelepasan cepat dari fokus-fokus ektopik menjebabkannya menjadi beberapa peace maker. Biasanya onset APT timbul tiba-tiba dan menghilang seketika dengan kembalinya peace maker ke SA node. APT dapat dihiulangkan dengan memproduksi stimulasi sistem saraf parasimpatis pada jantung dengan obat-obatan atau penekanan luar secara unilateral pada sinus karotikus. Obat yang dapat meningkatkan refrakteritas AV node (adenosin, kalsium channel bloker, esmolol) merupakan terapi awal yang dianjurkan untuk komplek QRS yang sempit apapun pada paroksismal supraventrikular takikardi.

7 Nodal parosismal takikardi Menyerupai atrial parksismal takikardi kecuali pada gelombang P tidak teridentifikasi pada EKG. Gelombang P ditutupi oleh QRS komplek karena impuls atrial berjalan kebelakang dan nodus AV bersamaan dengan perjalanan impuls ventrikel melalui ventrikel. Ventrikular takikardi (VT) VT pada EKG menyerupai serial ventrikular prematur kontraksi yang terjadi secara cepat dan regular tanpa adanya denyut supraventrikular yang menyelinginya. Stroke volume sering kali terdepresi kuat selama VT karena ventrikel tidak mempunyai cukup waktu untuk pengisian jantung. VT yang berlangsung lama membutuhkan penghentian dengan kardioversi karena kelainan irama ini akan menyebabkan ventrikular fibrilasi. Atrial flutter (AF) Pada EKG ditandai dengan konduksi 2:1, 3:1, atau 4:1 dari impuls atrial ke ventrikular. Hal tersebut terjadi akibat pada periode rfakter serat purkinye dan otot ventrikel tidak lebih dari 200 impuls per menit yang dapat melewati ventrikel. Gelombang P khas berbentuk gigi gergaji terutama pada sadapan II, III, AVF, dan V 1. AF umumnya ditemukan pada pasien penyakit paru kronis, kardiomiopati dilatasi, miokarditis, intoksikasi etanol, dan tirotoksikosis. Kalian irama ini dapat bertahan dalam hitungan menit bahkan jam baru kemudian berubah menjadi irama sinus atau atrial fibrilasi. Atrial Fibrilasi (AF) Ditandai dengan komlpeks QRS normal disertai ketiadaan gelompang P secara cepat dan ireguler. Respon ventrikel yang ireguler menggambarkan kedatangan impuls atrial pada AV node ketika masa refraksi nodus stelah pelepasan sebelumnya. Stroke volume nemurun ketika AF karena ventrikel tidak mempunyai cukup waktu ketika pengisian optimal diantara siklus kardial. Pulsus defisit menggambarkan ketidakmampuan masing-masing kontraksi ventrikel untuk mengejeksikan stroke volume yang cukup untuk memproduksi denyut perifer yang terdeteksi. Penatalaksanaan AF biasanya dengan digitalis yang memperpanjang periode refraktori AV node. Perpanjangan ini menurunkan kecepatan respon ventrikel yang

8 dapat mememperbaiki stroke volume dengan menambah waktu pengisian ventrikel diantara siklus. Diperkirakan setiap tahunnya terdapat 5% resiko terjadi tromboemboli pada pasien AF yang tidak diterapi dengan anti koagulan. Ventrikular Fibrilasi (VF) Ditandai dengan garis berombak yang iregular dengan voltase berkisar 0,25 0,5mV. Total koordinasi dengan hilangnya aktivitas pompa efektif dan tidak terdeteksinya tekanan darah. Flutter dan fibrilasi biasanya terjadi secara terpisah dan kedua massa dari otot secara elektrik terisolasi antara satu dengan lainya melalui cincin jaringan fibrosaa disekitar katup. Kebanyakan penyebab atrial maupun ventrikular fibrilasi melalui mekanisme reentery. Satu-satunya terapi efektif untuk VF adalah direct current shock pada ventrikel (defebrilasi) yang secara simultan mendepolarisasikan semua otot ventrikel. Depolarisasi tersebut menyebabkan peace maker kembali ke satu tempat dan mematikan semua fokus-fokus ektopik lain yang menyebabkan VF.

9 A NTI ARITMIA Seperti halnya pada vasopressor, bukti bahwa obat-obat anti-aritmia bermanfaat pada henti jantung (cardiac arrest) masih terbatas. Tidak ada obat antiaritmia yang diberikan pada henti jantung yang terbukti meningkatkan harapan hidup setelah keluar dari rumah sakit, walaupun amiodarone telah terbukti meningkatkan harapan hidup saat perawatan di rumah sakit. Walaupun tidak ada data tentang outcome jangka panjang pada manusia, bukti terakhir mendukung penggunaan obatobat anti-aritmia untuk penatalaksanaan aritmia pada henti jantung. Amiodarone Amiodarone adalah obat anti-aritmia penstabil membran yang meningkatkan durasi potensial aksi dan periode refrakter pada miokard atrium dan ventrikel. Konduksi atrioventrikuler diperlambat, dan efek yang serupa terlihat pada jalur tambahan. Amiodarone memiliki kerja inotropik negatif ringan dan menyebabkan vasodilatasi perifer melalui efek penghambat alfa non-kompetitif. Hipotensi yang terjadi dengan pemberian amiodarone intravena berhubungan dengan kecepatan pemberian dan lebih diakibatkan oleh pelarut (Polysorbate 80), yang menyebabkan pelepasan histamin, bukan obat itu sendiri. Penggunaan preparat amiodarone cair yang relatif bebas dari efek samping ini cukup menjanjikan tetapi belum tersedia secara luas. Setelah tiga syok awal, amiodarone pada VF yang refrakter terhadap kejutan memperbaiki outcome harapan hidup jangka pendek di rumah sakit dibandingkan dengan plasebo atau lignokain. Amiodarone juga memperbaiki respon terhadap defibrilasi saat diberikan pada manusia atau hewan dengan VF atau takikardi ventrikel yang tidak stabil secara hemodinamik. Tidak ada bukti yang menunjukkan kapan amiodarone sebaiknya diberikan saat menggunakan strategi kejut tunggal. Dalam penelitian klinis sampai sekarang, amiodarone diberikan jika VF/VT menetap setelah sedikitnya tiga kejutan (shock). Untuk alasan ini, dan karena tidak ada data lain, amiodarone 300 mg direkomendasikan jika VF/VT menetap setelah tiga kali kejutan. Indikasi: amiodarone diindikasikan pada - VF/VT refrakter

10 - Takikardi ventrikel (VT) hemodinamik stabil dan takiaritmia resisten lain (Bagian 4f) Dosis : pertimbangkan dosis awal intravena 300 mg amiodarone, diencerkan dalam 5% dekstrosa sampai volume 20 ml (atau dari spuit yang belum diisi), jika VF/VT menetap setelah tiga kali kejutan. Amiodarone dapat menyebabkan trombofeblitis saat diinjeksikan ke dalam vena perifer; gunakan kateter vena sentral jika in situ, jika tidak, gunakan vena perifer yang besar dan guyur yang banyak. Keterangan rinci tentang penggunaan amiodarone untuk terapi atirmia lain diberikan di bagian 4f. Aspek Klinis Penggunaan: Amiodarone secara berlawanan dapat bersifat aritmogenik, khususnya jika diberikan bersamaan dengan obat-obat yang memperpanjang interval QT. Tetapi, amiodarone memiliki angka kejadian efek pro-aritmia yang lebih rendah daripada obat-obat antiaritmia lain dibawah kondisi yang sama. Efek samping akut utama dari amiodarone adalah hipotensi dan bradikardia, yang dapat dicegah dengan cairan dan/atau obatobat inotropik. Efek samping yang berhubungan dengan penggunaan oral yang lama (kelainan fungsi tiroid, mikrodeposit kornea, neuropati perifer, dan infiltrat paru/hepar) tidak relevan pada keadaan akut. Lidocaine Sampai publikasi pedoman ILCOR 2000, lidokain merupakan obat antiaritmia pilihan. Penelitian perbandingan dengan amiodarone telah mengganti lidokain dari posisi ini, dan lidokain sekarang hanya direkomendasikan jika amiodarone tidak tersedia. Amiodarone sebaiknya tersedia pada semua henti jantung di rumah sakit atau di luar rumah sakit yang didampingi oleh petugas ambulans. Lidokain adalah obat anti-aritmia penstabil membran yang bekerja dengan cara meningkatkan periode refrakter miosit. Lidokain menurunkan otomatisasi ventrikel, dan kerja anestesi lokalnya menekan aktivitas ektopik ventrikel. Lidokain menekan aktivitas jaringan aritmogenik, depolarisasi, sementara itu sedikit mengganggu aktivitas listrik jaringan normal. Oleh karena itu, lidokain efektif dalam menekan aritmia yang berhubungan dengan depolarisasi (contohnya iskemia, toksikasi digitalis) tetapi relatif tidak efektif melawan aritmia yang terjadi pada sel-sel yang

11 mengalami polarisasi secara normal (misalnya fibrilasi/flutter atrium). Lidokain meningkatkan nilai ambang fibrilasi ventrikel. Toksisitas lidokain menyebabkan paraestesia, rasa mengantuk, bingung, dan kejang otot yang berlanjut sampai konvulsi. Secara umum dianggap bahwa dosis aman lidokain tidak boleh melebihi 3 mg/kg selama satu jam pertama. Jika ada tanda-tanda toksisitas, segera hentikan infus; atasi kejang jika terjadi. Lidokain menekan fungsi miokardium, tetapi jauh lebih sedikit daripada amiodarone. Depresi miokard biasanya bersifat sementara dan dapat ditangani dengan cairan intravena atau vasopressor. Indikasi: Lidokain diindikasikan pada VF/VT refrakter (jika amiodarone tidak tersedia). Dosis: Saat amiodarone tidak tersedia, pertimbangkan dosis awal 100 mg (1-1.5 mg/kg) lidokain untuk VF/VT refrakter tanpa nadi sampai tiga kali kejutan. Dosis total tidak boleh melebihi 3 mg/kg selama satu jam pertama. Aspek Klinis Penggunaan: Lidokain dimetabolisme oleh hati, dan waktu paruhnya diperpanjang jika aliran darah hepatik menurun, contohnya jika ada penurunan curah jantung (cardiac output), penyakit hati, atau pada orang tua. Pada saat henti jantung mekanisme clearance normal tidak berfungsi, jadi konsentrasi plasma yang tinggi dapat tercapai setelah satu dosis tunggal. Setelah 24 jam infus kontiyu, waktu paruh plasma meningkat secara signifikan. Turunkan dosis pada keadaan ini, dan secara teratur tinjau indikasi untuk melanjutkan terapi. Lidokain kurang efektif jika terdapat hipokalemia dan hipomagnesemia, yang harus segera dikoreksi. Magnesium Sulfat Magnesium adalah sutau zat yang penting pada banyak sistem enzim, khususnya yang terlibat dengan pembentukan ATP di dalam otot. Magnesium memainkan peranan besar dalam transmisi neurokimia, dimana magnesium menurunkan pelepasan asetilkolin dan mengurangi sensitivitas motor endplate. Magnesium juga meningkatkan respon kontraktil pada miokardium, dan membatasi ukuran infark

12 melalui suatu mekanisme yang masih belum dipahami sepenuhnya. Rentang magnesium normal dalam plasma adalah mmol/l. Hipomagnesia sering berhubungan dengan hipokalemia, dan dapat berperan pada aritmia dan henti jantung. Hipomagnesia meningkatkan ambilan digoksin miokardium dan menurunkan aktivitas Na + /K + -ATP-ase. Pasien-pasien dengan hipomagnesia, hipokalemia, atau keduanya dapat menjadi kardiotoksik sekalipun dengan kadar digitalis terapeutik. Defisiensi magnesium tidak jarang pada pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit dan sering terjadi bersamaan dengan gangguan elektrolit lain, terutama hipokalemia, hipofosfatemia, hiponatremia, dan hipokalsemia. Walaupun manfaat dari pemberian magnesium pada keadaan hipomagnesemia diketahui, manfaat dari pemberian magnesium secara rutin selama henti jantung tidak terbukti. Penelitian pada orang dewasa di dalam dan di luar rumah sakit gagal menunjukkan adanya peningkatan angka ROSC saat magnesium diberikan diberikan secara rutin pada saat CPR. Ada beberapa bukti bahwa magnesium dapat bermanfaat pada VF refrakter. Indikasi: Magnesium sulfat diindikasikan pada - VF yang refrakter terhadap kejutan pada adanya kemungkinan hipomagnesia - Takiaritmia ventrikel pada adanya kemungkinan hipomagensia - Torsades des pointes - Toksisitas digoksin Dosis: pada VF yang refrakter terhadap kejutan, berikan dosis awal intravena sebesar 2g (4 ml (8mmol)) magnesium sulfat 50% secara perifer selama 1-2 menit; dapat diulang setelah menit. Preparat larutan magnesium sulfat berbeda-beda antara negara-negara Eropa. Aspek Klinis Penggunaan: Pasien-pasien hipokalemia sering mengalami hipomagnesemia. Jika takiaritmia ventrikel terjadi, magnesium intravena merupakan terapi yang efektif dan aman. Peran magnesium pada infark miokard akut masih diragukan. Magnesium diekskresi oleh ginjal, tetapi efek samping yang berhubungan dengan hipermagnesemia jarang terjadi, bahkan pada gagal ginjal. Magnesium menghambat kontraksi otot polos,

13 menyebabkan vasodilatasi dan hipotensi yang berkaitan dengan dosis, yang biasanya sementara dan berespon terhadap cairan intravena dan vasopressor. Obat-obat Lain Bukti adanya manfaat dari obat lain, termasuk atropin, aminofilin, dan kalsium, yang diberikan secara rutin pada saat henti jantung manusia, masih terbatas. Rekomendasi penggunaan obat-obat ini berdasarkan pada pemahaman kita tentang sifat farmakodinamik dan patofisiologi henti jantung. Atropine Atropin antagonis kerja dari neurotransmitter parasimpatis asetilkolin pada reseptor muskarinik. Oleh karena itu, atropin menghambat efek nervus vagus pada nodus sinoatrial (SA) dan atrioventrikular (AV), meningkatkan otomatisasi sinus dan memfasilitasi konduksi nodus AV. Efek samping atropin berhubungan dengan dosis (pandangan kabur, mulut kering dan retensi urin); dan tidak relevan pada saat henti jantung. Keadaan kebingungan (confusional) akut dapat terjadi setelah injeksi intravena, terutama pada pasien-pasien tua. Setelah henti jantung, dilatasi pupil sebaiknya tidak hanya dihubungkan dengan atropin. Atropin diindikasikan pada: - Asistole - Pulseless electrical activity (PEA) dengan kecepatan <60/menit - Bradikardia sinus, atrium, atau nodus saat kondisi hemodinamik pasien tidak stabil. Dosis atropin untuk dewasa yang direkomendasikan untuk asistol atau PEA dengan kecepatan <60/menit adalah 3 mg secara intravena dalam bolus tunggal. Penggunaannya pada terapi bradikardi dibahas di bagian 4f. Beberapa penelitian terbaru gagal menunjukkan adanya manfaat dari atropine pada gagal jantung di dalam atau di luar rumah sakit; tetapi, asistol memberi prognosis yang buruk dan jumlah keberhasilan setelah pemberian atropin bersifat anekdot. Tidak mungkin berbahaya pada situasi ini.

14 Teofilin (Aminofilin) Teofiliin adalah suatu penghambat fosfodiesterase yang meningkatkan konsentrasi camp dalam jaringan dan melepaskan adrenalin dari medula sentralis. Penelitian yang terbatas tentang aminofilin pada henti jantung bradiasistolik gagal menunjukkan peningkatan ROSC atau harapan hidup setelah keluar dari rimah sakit; penelitian yang sama tidak menunjukkan bahaya yang disebabkan oleh aminofilin. Aminofilin diindikasikan pada: - Henti jantung asistolik - Bradikardia peri-arrest yang refrakter terhadap atropin Teofilin diberikan sebagai aminofilin, gabungan teofilin dengan etilendiamin, yang 20 kali lebih larut daripada teofilin saja. Dosis dewasa yang dianjurkan adalah mg (5 mg/kg) yang diberikan melalui injeksi intravena lambat. Teofilin memiliki jendela terapeutik yang sempit dengan konsentrasi palsma yang optimal sebesar mg/l ( mmol/l). Diatas konsentrasi ini, efek samping seperti aritmia dan konvulsi dapat terjadi, khususnya saat diberikan secara cepat melalui injeksi intravena. Kalsium Kalsium memerankan peranan penting dalam mekanisme seluler yang mendasari infark miokard. Ada beberapa data yang mendukung kerja kalsium yang bermanfaat setelah sebagian besar kasus henti jantung. Konsentrasi plasma yang tinggi yang dicapai setelah injeksi dapat berbahaya bagi miokardium yang iskemik dab\n dapat menganggu pemulihan serebral. Berikan kalsium pada saat resusitasi hanya jika diindikasikan secara spesifik, yaitu aktivitas elektrik tanpa nadi yang disebabkan oleh: - Hiperkalemia - Hipokalsemia - Overdosis obat-obat penghambat saluran kalsium

15 Dosis awal 10 ml 10% kalsium klorida (6.8 mmol Ca 2+ ) dapat diulangi jika diperlukan. Kalsium dapat memperlambat denyut jantung dan menimbulkan aritmia. Pada henti jantung, kalsium dapat diberikan melalui injeksi intravena cepat. Pada adanya sirkulasi spontan berikan secara perlahan. Jangan berikan larutan kalsium dan natirum bikarbonat secara berurutan melalui jalur yang sama. Penyangga (Buffer) Henti jantung menyebabkan kombinasi asidosis metabolik dan respiratori yang disebabkan oleh penghentian pertukaran gas di paru dan terjadinya metabolisme seluler anaerob. Terapi yang paling baik untuk asidemia pada henting jantung adalah kompresi dada; manfaat tambahan yang sama diperoleh dnegan ventilasi. Jika ph darah arteri kurang dari 7.1 (atau base excess lebih negatif daripada -10 mmol/l) selama atau setelah resusitasi henti jantung, pertimbangkan pemberian dosis kecil natrium bikarbonat (50 ml lautan 8.4%). Pada saat henti jantung, nilai gas arteri dapat menyesatkan dan sedikit berhubungan dengan keadaan asam-basa jaringan. Bikarbonat menyebabkan pembentukan karbon dioksida, yang berdifusi secara cepat ke dalam sel. Hal ini memiliki efek sebagai berikut: - Menimbulkan eksaserbasi asidosis intraseluler - Menimbulkan efek inotropik negatif pada iskemik miokardium - Menimbulkan aliran natrium yang banyak dan aktif secara osmotik pada sirkulasi dan otak yang sudah terganggu. Asidemia ringan menyebabkan vasodilatasi dan dapat meningkatkan aliran darah serebral. Oleh karena itu, koreksi penuh ph darah arteri secara teoritis dapat menurunkan aliran darah serebral khususnya pada waktu-waktu yang kritis. Saat ion bikarbonat diekskresikan sebagai karbon dioksida melalui paru, asidosis metabolik harus berat untuk membenarkan pemberian natrium bikarbonat. Beberapa penelitian klinis dan penelitian pada hewan telah meneliti penggunaan penyangga selama henti jantung. Penelitian klinis yang menggunakan Tribonate atau natrium bikarbonat sebagai penyangga gagal menunjukkan keuntungan/manfaat. Hanya satu penelitian yang menemukan manfaat klinis, menunjukkan bahwa sistem EMS yang menggunakan natrium bikarbonat lebih awal

16 dan lebih sering memiliki ROSC yang secara signifikan lebih tinggi dan angka keluar dari rumah sakit dan outcome neurologis jangka panjang yang lebih baik. Penelitian pada hewan umumnya tidak bersifat konklusif, tetapi beberapa menunjukkan manfaat pemberian natrium bikarbonat untuk mengatasi toksisitas kardiovaskuler (hipotensi, aritmia jantung) yang disebabkan oleh antidepresan trisiklik dan penghambat saluran natrium kerja cepat lainnya (bagian 7b). Pemberian natrium bikarbonat secara rutin pada saat henti jantung dan CPR (khususnya pada henti jantung di luar rumah sakit) atau setelah kembalinya sirkulasi spontan tidak dianjurkan. Pertimbangkan natrium bikarbonat untuk hiperkalemia yang mengancam jiwa dan henti jantung yang berhubungan dengan hiperkalemia. Berikan 50 mmol (50 ml larutan 8.4%) natrium bikarbonat secara intravena. Ulangi dosis ini jika diperlukan, tapi gunakan analisis asam/basa (baik arteri atau vena sentral) untuk memandu terapi. Kerusakan jaringan yang berat dapat disebabkan oleh ekstravasasi subkutan natrium bikarbonat yang pekat. Larutan ini tidak cocok dengan garam kalsium karena menyebabkan endapan kalsium karbonat. Trombolisis pada saat CPR Henti jantung pada dewasa biasanya disebabkan oleh iskemia miokard akut setelah oklusi arteri koroner oleh trombus. Ada beberapa laporan tentang keberhasilan penggunaan trombolitik pada saat henti jantung, terutama jika henti jantung disebabkan oleh emboli paru. Penggunaan obat-obat trombolitik untuk menghancurkan trombus arteri koroner dan arteri pulmoner telah menjadi subyek pada beberapa penelitian. Trombolitik juga telah didemonstrasikan pada penelitian hewan dan menunjukkan efek yang bermanfaat pada aliran darah serebral selama resusitasi kardiopulmoner dan penelitian klinis melaporkan lebih sedikit ensefalopati anoksik setelah terapi trombolitik pada saat CPR. Beberapa penelitian telah meneliti penggunaan terapi trombolitik yang diberikan pada henti jantung non-traumatik yang refrakter terhadap terapi standard. Dua penelitian menunjukkan peningkatan ROSC tanpa perbaikan yang signifikan pada harapan hidup, dan penelitian lebih lanjut menunjukkan harapan hidup di ICU yang lebih besar. Serangkaian laporan kasus juga telah melaporkan harapan hidup untuk keluar dari rumah sakit pada tiga kasus yang refrakter terhadap terapi standard dengan VF

17 atau PEA yang diterapi dengan trombolitik; sebaliknya, satu penelitian klinis besar gagal menunjukkan adanya manfaat yang signifikan dari trombolitik pada kasus-kasus henti jantung di luar rumah sakit PEA undifferentiated yang tidak berespon terhadap tindakan awal. Saat diberikan pada pasien-pasien henti jantung dengan suspek atau emboli paru yang telah terbukti, dua penelitian menunjukkan manfaat yang mungkin, satu menunjukkan perbaikan dalam harapan hidup 24 jam. Beberapa penelitian klinis dan laporan kasus tidak menunjukkan peningkatan komplikasi perdarahan dengan trombolitik selama PCR pada henti jantung non-traumatik. Tidak ada data klinis yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan trombolisis rutin selama henti jantung non-traumatik. Pertimbangkan terapi trombolitik saat henti jantung diduga akibat emboli paru akut yang sudah terbukti atau yang dicurigai. Trombolisis dapat dipertimbangkan pada henti jantung dewasa berdasarkan kasus demi kasus setelah gagal dengan resusitasi standard awal pada pasien-pasien dimana dicurigai trombotik akut sebagia etiologi henti jantung. CPR yang sedang berlangsung bukan kontraindikasi intuk trombolitik. Setelah trombolisis selama CPR untuk emboli paru akut, harapan hidup dan outcome neurologis yang baik dilaporkan pada kasus-kasus yang memerlukan CPR lebih dari 60 menit. Jika obat trombolitik diberikan pada keadaan ini, pertimbangkan dilakukannya CPR selama sedikitnya menit sebelum dicoba menghentikan resusitasi.

ACLS. 5 rantai kelangsungan hidup:

ACLS. 5 rantai kelangsungan hidup: ACLS Bantuan hidup dasar menggunakan rekomendasi yang dikeluarkan oleh AHA tahun 2010 yang dikenal dengan mengambil 3 rantai pertama dari 5 rantai kelangsungan hidup. 5 rantai kelangsungan hidup: 1. Early

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Keseluruhan anjing yang dipergunakan pada penelitian diperiksa secara klinis dan dinyatakan sehat sesuai dengan klasifikasi status klas I yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh, minuman cola, minuman berenergi, coklat, dan bahkan digunakan juga untuk terapi, misalnya pada obatobat stimulan, pereda nyeri,

Lebih terperinci

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI DIAGNOSIS DEFINISI ARITMIA Deviasi abnormal dari irama sinus yaitu suatu gangguan pembentukan impuls dan atau gangguan sistem konduksi listrik jantung. Gangguan Pembentukan Impuls. 1. Gangguan Pembentukan

Lebih terperinci

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA PENDAHULUAN Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari rekaman aktivitas listrik jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang anestesiologis, mahir dalam penatalaksanaan jalan nafas merupakan kemampuan yang sangat penting. Salah satu tindakan manajemen jalan nafas adalah tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot

Lebih terperinci

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki 1. Definisi Atrial flutter merupakan bentuk aritmia berupa denyut atrium yang terlalu cepat akibat aktivitas listrik atrium yang berlebihan ditandai dengan denyut atrial rata-rata 250 hingga 350 kali per

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV)

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) KONSEP DASAR EKG Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) TIU Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami konsep dasar EKG dan gambaran EKG normal. TIK Setelah mengikuti materi ini peserta

Lebih terperinci

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN SOP ECHOCARDIOGRAPHY N O A B C FASE PRA INTERAKSI TINDAKAN 1. Membaca dokumentasi keperawatan. 2. Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography, gel, tissu. 3. Mencuci tangan. FASE ORIENTASI 1. Memberikan

Lebih terperinci

ADVANCED ECG INTERPRETATION ARITMIA DISRITMIA. Oleh : Bambang Sutikno

ADVANCED ECG INTERPRETATION ARITMIA DISRITMIA. Oleh : Bambang Sutikno ADVANCED ECG INTERPRETATION ARITMIA Oleh : Bambang Sutikno DISRITMIA Kelainan/gangguan dalam kecepatan, irama, tempat asal impuls, atau gangguan konduksi yang menyebabkan perubahan dalam urutan normal

Lebih terperinci

Cardiac Arrest 1. Pengertian 2. Sistem Konduksi Jantung

Cardiac Arrest 1. Pengertian 2. Sistem Konduksi Jantung Cardiac Arrest 1. Pengertian Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu

Lebih terperinci

OBAT OBAT EMERGENSI. Oleh : Rachmania Indria Pramitasari, S. Farm.,Apt.

OBAT OBAT EMERGENSI. Oleh : Rachmania Indria Pramitasari, S. Farm.,Apt. OBAT OBAT EMERGENSI Oleh : Rachmania Indria Pramitasari, S. Farm.,Apt. PENGERTIAN Obat Obat Emergensi adalah obat obat yang digunakan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM FARMAKOTERAPI ASMA H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM Pendahuluan Etiologi: asma ekstrinsik diinduksi alergi asma intrinsik Patofisiologi: Bronkokontriksi akut Hipersekresi mukus yang tebal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

Penemuan klinis penting yang boleh dikaitkan dengan kejadian palpitasi :

Penemuan klinis penting yang boleh dikaitkan dengan kejadian palpitasi : PENDAHULUAN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK Ventrikel takikardia umumnya mencerminkan tingkat ketidakstabilan hemodinamik. Tandatanda gagal jantung kongestif ialah hipotensi, hipoksemia, distensi vena jugularis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakhea merupakan hal yang rutin dilakukan pada anastesi umum. Namun tindakan laringoskopi dan intubasi tersebut dapat menimbulkan

Lebih terperinci

sebagai denyut jantung yang bermula dari lokasi normal yakni bukan bermula dari SA node 2. Atrial flutter merupakan salah satu jenis aritmia yang

sebagai denyut jantung yang bermula dari lokasi normal yakni bukan bermula dari SA node 2. Atrial flutter merupakan salah satu jenis aritmia yang BAB I PENDAHULUAN Jantung merupakan organ muskular berongga yang berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Jantung terdiri atas dua pompa yang terpisah, yakni jantung kanan yang memompakan darah ke paru-paru

Lebih terperinci

KOMPLIKASI GAGAL JANTUNG KONGESTIF Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi utama dari gagal jantung kongestif

KOMPLIKASI GAGAL JANTUNG KONGESTIF Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi utama dari gagal jantung kongestif KOMPLIKASI GAGAL JANTUNG KONGESTIF Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi utama dari gagal jantung kongestif meliputi efusi pleura, aritmia, pembentukan trombus pada

Lebih terperinci

MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, Ferry Sofyanri

MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, Ferry Sofyanri MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, 2568 2577 Ferry Sofyanri Kejadian AF disebabkan oleh berbagai keadaan, salah satunya adalah pada pasienpasien

Lebih terperinci

ANTAGONIS KOLINERGIK. Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

ANTAGONIS KOLINERGIK. Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS ANTAGONIS KOLINERGIK Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PENDAHULUAN Antagonis kolinergik disebut juga obat peng hambat kolinergik atau obat antikolinergik. Yang paling bermanfaat

Lebih terperinci

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1.

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1. ELEKTROKARDIOGRAFI ILMU YANG MEMPELAJARI AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) SUATU GRAFIK YANG MENGGAMBARKAN REKAMAN LISTRIK JANTUNG NILAI DIAGNOSTIK EKG PADA KEADAAN KLINIS : ARITMIA JANTUNG

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER Tujuan Pembelajaran Menjelaskan anatomi dan fungsi struktur jantung : Lapisan jantung, atrium, ventrikel, katup semilunar, dan katup atrioventrikular Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propofol telah digunakan secara luas untuk induksi dan pemeliharaan dalam anestesi umum. Obat ini mempunyai banyak keuntungan seperti mula aksi yang cepat dan pemulihan

Lebih terperinci

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi Nama : Herda Septa D NPM : 0926010138 Keperawatan IV D Curah jantung Definisi Kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Volume

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anestesi umum merupakan teknik yang sering dilakukan pada berbagai macam prosedur pembedahan. 1 Tahap awal dari anestesi umum adalah induksi anestesi. 2 Idealnya induksi

Lebih terperinci

By: ERNI DIAH SUSANTI, S.kep.Ners

By: ERNI DIAH SUSANTI, S.kep.Ners By: ERNI DIAH SUSANTI, S.kep.Ners A. Definisi Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi

Lebih terperinci

terdapat perbedaan elektrik dari gangguan irama yang ditemukan. 1 Diagnosis atrial flutter dan atrial fibrilasi biasanya berdasarkan pengawasan irama

terdapat perbedaan elektrik dari gangguan irama yang ditemukan. 1 Diagnosis atrial flutter dan atrial fibrilasi biasanya berdasarkan pengawasan irama BAB I PENDAHULUAN Atrial flutter merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan gangguan irama jantung (aritmia). Atrial flutter berkaitan dengan kondisi kardiovaskular dan dapat menyebabkan kematian. Angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontraksi sel otot jantung untuk menyemprotkan darah dipicu oleh potensial aksi yang menyapu ke seluruh membrane sel otot. Jantung berkontraksi, atau berdenyut secara

Lebih terperinci

GANGGUAN IRAMA JANTUNG ( ARITMIA / DISRITMIA )

GANGGUAN IRAMA JANTUNG ( ARITMIA / DISRITMIA ) GANGGUAN IRAMA JANTUNG ( ARITMIA / DISRITMIA ) I. Pendahuluan Istilah disritmia dan aritmia pada dasarnya mempunyai maksud yang sama, meskipun disritmia diartikan sebagai abnormalitas irama jantung sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tujuan dari terapi cairan perioperatif adalah menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk mempertahankan volume intravaskular yang adekuat agar sistem kardiovaskular

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Normal EKG untuk Paramedis dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Anatomi Jantung & THE HEART Konsep dasar elektrokardiografi Sistem Konduksi Jantung Nodus Sino-Atrial (SA) - pada pertemuan SVC dg atrium

Lebih terperinci

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Mempunyai kekhususan karena : Keadaan umum pasien sangat bervariasi (normal sehat menderita penyakit dasar berat) Kelainan bedah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

EMBOLI CAIRAN KETUBAN EMBOLI CAIRAN KETUBAN DEFINISI Sindroma akut, ditandai dyspnea dan hipotensi, diikuti renjatan, edema paru-paru dan henti jantung scr cepat pd wanita dlm proses persalinan atau segera stlh melahirkan sbg

Lebih terperinci

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Adaptasi hewan (kelompok AP,AIS,AIP) Torakotomi (kelompok AP,AIS,AIP) H + 2 H+2 H - 14 H-14 Teranestesi sempurna H Awal recovery H+7 Pengambilan darah simpan 30% total darah (kelompok AP) Post transfusi

Lebih terperinci

ATROPIN OLEH: KELOMPOK V

ATROPIN OLEH: KELOMPOK V ATROPIN OLEH: KELOMPOK V ATROPIN ATROPIN 0,25 MG/ML INJEKSI GOLONGAN : K KANDUNGAN : Atropine sulfat DOSIS : 250-1000 µg secara subkutan. KEMASAN : Injeksi 0,25 mg/ml x 30 ampul @1 ml SEDIAAN : ampul inj.im/iv/sk

Lebih terperinci

Kesetimbangan asam basa tubuh

Kesetimbangan asam basa tubuh Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan campuran dari beberapa bahan pokok lilin yaitu gondorukem, damar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan campuran dari beberapa bahan pokok lilin yaitu gondorukem, damar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paparan asap pembakaran lilin batik 2.1.1 Lilin batik Lilin batik (malam) adalah bahan yang digunakan untuk menutup permukaan kain mengikuti gambar motif batik, sehingga permukaan

Lebih terperinci

Kegawatdaruratan Jantung

Kegawatdaruratan Jantung PANDUAN PEMBIMBING KETERAMPILAN KLINIS (SKILL LABORATORY) BLOK 22 Modul Elektif Kegawatdaruratan Jantung PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JAMBI Tahun Akademik 2013/2014 TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung

Lebih terperinci

Irsad Andi Arso Bag. Kardiologi FK UGM / SMF Jantung RSS

Irsad Andi Arso Bag. Kardiologi FK UGM / SMF Jantung RSS Irsad Andi Arso Bag. Kardiologi FK UGM / SMF Jantung RSS 1 HENTI JANTUNG > Jantung kehilangan fungsi secara mendadak dan sangat tiba-tiba > 450.000 kasus/tahun di USA > Penyebab kematian >> Stroke, Ca

Lebih terperinci

Gangguan Irama Jantung dalam Bentuk Fibrilasi Ventrikel. Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Gangguan Irama Jantung dalam Bentuk Fibrilasi Ventrikel. Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Gangguan Irama Jantung dalam Bentuk Fibrilasi Ventrikel Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana 2014 Kelompok C5 Nurlyana Binti Ramli 102008296 Alvin Trisnanto 102011068 Febriany Gotamy 102011075

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap pembedahan, dilakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk baik menghilangkan rasa nyeri yang kemudian disebut dengan anestesi. Dan keadaan hilangnya

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Jantung merupakan organ otot

Lebih terperinci

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG Potensial Aksi Pada Jantung Pendahuluan Jantung : Merupakan organ vital Fungsi Jantung : Memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak pada rongga dada sebelah kiri. Batas

Lebih terperinci

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi Syok Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari 1106053344 A. Pengertian Tindakan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung (Price, 2006). Sewaktu impuls

Lebih terperinci

SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH

SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH SYOK sebagai kondisi kompleks yang mengancam jiwa, yang ditandai dengan tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan dan sel-sel tubuh (Rice 1991). Komponen-komponen aliran darah

Lebih terperinci

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai ASERING JENIS-JENIS CAIRAN INFUS Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteriis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma. Komposisi:

Lebih terperinci

Sinyal ECG. ECG Signal 1

Sinyal ECG. ECG Signal 1 Sinyal ECG ECG Signal 1 Gambar 1. Struktur Jantung. RA = right atrium, RV = right ventricle; LA = left atrium, dan LV = left ventricle. ECG Signal 2 Deoxygenated blood Upper body Oxygenated blood Right

Lebih terperinci

FISIOLOGI MANUSIA PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI

FISIOLOGI MANUSIA PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI FISIOLOGI MANUSIA PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI Muhammad Reza Jaelani LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II I. Acara Latihan Pengukuran Secra Tak Langsung Tekanan Darah Arteri pada Orang

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida secara luas berdampak pada meningkatnya kasus, yakni sebanyak 80% kasus pestisida merupakan kasus pestisida.1 Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading...

Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading... Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading... Saraf simpatik dan parasimpatik termasuk ke dalam sistem saraf tak sadar. Saraf simpatik berpangkal pada sumsum tulang belakang (medula spinalis)

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner Pengertian Kardiovaskuler Sistem Kardiovaskuler yaitu sistem peredaran darah di dalam tubuh. Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah. Jantung terletak di dalam mediastinum di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Stroke atau yang sering disebut juga dengan CVA (Cerebrovascular Accident) merupakan gangguan fungsi otak yang diakibatkan gangguan peredaran darah otak,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMAEST) adalah sindrom klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokardium disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia dan Eklampsia Preeklampsia dan Eklampsia P2KS PROPINSI SUMATERA UTARA 1 Tujuan Membahas praktek terbaik untuk mendiagnosis dan menatalaksana hipertensi, pre-eklampsia dan eklampsia Menjelaskan strategi untuk mengendalikan

Lebih terperinci

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY DEFINISI Kardiomiopati (cardiomyopathy) adalah istilah umum untuk gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah sindroma klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokard disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang BAB I 1.1 Latar Belakang Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium bekerja terus

Lebih terperinci

G R A C I A C I N T I A M A S S I E P E M B I M B I N G : D R. A G U S K O O S H A RT O R O, S P. P D

G R A C I A C I N T I A M A S S I E P E M B I M B I N G : D R. A G U S K O O S H A RT O R O, S P. P D HIPOKALEMIA GRACIA CINTIA MASSIE PEMBIMBING : DR. AGUS KOOSHARTORO, SP.PD DEFINISI Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah dibawah 3.5 meq/l yang disebabkan oleh berkurangnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT. JULAEHA, M.P.H., Apt

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT. JULAEHA, M.P.H., Apt HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT JULAEHA, M.P.H., Apt FISIONEUROLOGI OBAT SSP Obat SSP menekan / menstimulasi seluruh atau bagian tertentu dari SSP. Jika terdapat penekanan

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Penyakit flu umumnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kita cukup istirahat, makan teratur, dan banyak mengkonsumsi sayur serta buah-buahan. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI BAB I PENDAHULUAN Banyaknya jenis status epileptikus sesuai dengan bentuk klinis epilepsi : status petitmal, status psikomotor dan lain-lain. Di sini khusus dibicarakan status epileptikus dengan kejang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang. sistem kesehatan modern. Peningkatan pelayanan di semua bidang pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang. sistem kesehatan modern. Peningkatan pelayanan di semua bidang pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan kian meningkat yang berbanding lurus dengan tuntutan masyarakat untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak terhadap pergeseran epidemiologi penyakit. Kecenderungan penyakit bergeser dari penyakit dominasi penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks yang timbul akibat kelainan struktur dan atau fungsi jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel kiri dalam mengisi

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat kaitannya. Pasien dengan diabetes mellitus risiko menderita penyakit kardiovaskular meningkat menjadi

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL

FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL Tugas Anestesi FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL disusun oleh ASTRI NURFIDAYANTI 110.2004.036 FK UNIVERSITAS YARSI KEPANITERAAN KLINIK PERIODE 14 FEBRUARI-19 MARET 2011 DEPARTEMEN ANESTESI DAN REANIMASI RUMAH

Lebih terperinci

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau

Lebih terperinci

Pengertian farmakodinamika Dosis Efek samping Reaksi yang merugikan Efek toksik. Farmakodinamik - 2

Pengertian farmakodinamika Dosis Efek samping Reaksi yang merugikan Efek toksik. Farmakodinamik - 2 Pengertian farmakodinamika Dosis Efek samping Reaksi yang merugikan Efek toksik Farmakodinamik - 2 1 Mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia seluler dan mekanisme kerja obat Mempelajari mekanisme

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN AV BLOK TOTAL DAN DM TIPE 2 NON OBESITAS DI RUANG ICCU RS DR SARDJITO YOGYAKARTA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN AV BLOK TOTAL DAN DM TIPE 2 NON OBESITAS DI RUANG ICCU RS DR SARDJITO YOGYAKARTA LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN AV BLOK TOTAL DAN DM TIPE 2 NON OBESITAS DI RUANG ICCU RS DR SARDJITO YOGYAKARTA Laporan Tugas Asuhan Keperawatan Kasus Kelolaan Praktek Profesi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terapi cairan Pemberian cairan bertujuan untuk memulihkan volume sirkulasi darah. 6,13 Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semenjak berkembangnya ilmu anestesiologi telah ada pencarian terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semenjak berkembangnya ilmu anestesiologi telah ada pencarian terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak berkembangnya ilmu anestesiologi telah ada pencarian terhadap sebuah pelumpuh otot yang ideal yang dapat memberikan kondisi intubasi yang ideal dalam durasi

Lebih terperinci

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) 1. Analisa Gas Darah Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran ph (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

Dr.HM.Bambang Purwanto, dr. SpPD-KGH, FINASIM. Divisi Ginjal & Hipertensi Lab/SMF IPD FK.UNS / RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Dr.HM.Bambang Purwanto, dr. SpPD-KGH, FINASIM. Divisi Ginjal & Hipertensi Lab/SMF IPD FK.UNS / RSUD Dr.Moewardi Surakarta Dr.HM.Bambang Purwanto, dr. SpPD-KGH, FINASIM Divisi Ginjal & Hipertensi Lab/SMF IPD FK.UNS / RSUD Dr.Moewardi Surakarta Beberapa keadaan klinis: 1. Hiperkalemi 2. Hiponatremi 3. Asidosis metabolik 4.

Lebih terperinci

Intro. - alifis.wordpress.com

Intro. - alifis.wordpress.com Intro. Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium atau menyadari keberadaan listrik dengan inderanya, baik untuk muatan maupun untuk medan listriknya. Baru pada akhir abad 18 hal-hal mengenai listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah suatu disfungsi neurologis akut (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda

Lebih terperinci

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler Alfi Yasmina Obat Jantung Antiangina Antiaritmia Antihipertensi Hipolipidemik Obat Gagal Jantung (Glikosida jantung) Antikoagulan, Antitrombotik, Trombolitik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interaksi Obat Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat

Lebih terperinci

EKSTRASISTOL SUPRAVENTRIKULAR,VENTRIKULAR Gol Penyakit SKDI : 3A

EKSTRASISTOL SUPRAVENTRIKULAR,VENTRIKULAR Gol Penyakit SKDI : 3A EKSTRASISTOL SUPRAVENTRIKULAR,VENTRIKULAR Gol Penyakit SKDI : 3A DECI YULIA VANY 0907101050021 A. Definisi Ekstrasistole ventrikular adalah suatu kompleks ventrikel prematur timbul secara dini disalah

Lebih terperinci

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG Disusun untuk memenuhi tugas mandiri keperawatan gawat darurat Dosen Setiyawan S.Kep.,Ns.,M.Kep. Disusun oleh : NUGKY SETYO ARINI (P15037) PRODI D3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Aritmia merupakan kelainan irama jantung yang sering dijumpai. Aritmia adalah irama jantung di luar irama sinus normal. Istilah aritmia sebenarnya tidak tepat karena aritmia berarti tidak

Lebih terperinci

SISTEM CARDIO VASCULAR

SISTEM CARDIO VASCULAR SISTEM CARDIO VASCULAR SISTEM CARDIO VASKULAR PENDAHULUAN ANATOMI JANTUNG FUNGSI UTAMA DAN MANFAAT DENYUT JANTUNG SIFAT OTOT JANTUNG GERAKAN JANTUNG FUNGSI JARINGAN VASKULAR ANATOMI JARINGAN VASKULAR DARAH

Lebih terperinci

Adult Basic Life Support

Adult Basic Life Support Adult Basic Life Support Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan pondasi untuk menyelamatkan hidup seseorang dengan henti jantung. Aspek mendasar dari BHD adalah immediate recognition of sudden cardiac arrest

Lebih terperinci

REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan. Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons.

REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan. Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons. REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons. Organisasi pusat pernapasan Daerah ini dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

Kontrol Dari Kecepatan Denyut Jantung

Kontrol Dari Kecepatan Denyut Jantung Kontrol Dari Kecepatan Denyut Jantung Pacemaker akan menyebabkan jantung berdenyut ± 100X permenit, dalam kenyataannya jantung akan berdenyut antara 60-140 kali permenit tergantung kebutuhan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan. EMBOLI AIR KETUBAN A. Pengertian Emboli air ketuban adalah terdapatnya air ketuban dalam aliran darah ibu (Maclean,2003:25). Emboli air ketuban merupakan komplikasi tidak dapat diduga,sangat berbahaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci