LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL PENGHANTAR IMPULS, KEPEKAAN SARAF, KERJA OTOT DAN TETANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL PENGHANTAR IMPULS, KEPEKAAN SARAF, KERJA OTOT DAN TETANI"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL PENGHANTAR IMPULS, KEPEKAAN SARAF, KERJA OTOT DAN TETANI Disusun oleh : KELOMPOK A4 No. Nama NPM 1. Parta Anantama Galih Pertiwi Putra Narendra Putra Dwipayana Mande Ariati Putri Yogi Suari Mirna Cristanti Rizky Dwi Ratna Sari FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2014/2015

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori Sistem Saraf Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berhubungan serta terdiri dari jaringan saraf. Menurut strukturnya, sistem saraf dibagi menjadi dua macam, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis yang dilindungi tulang cranium dan kanal vertebralis. Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf selain saraf pusat dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari cranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla spinallis dengan reseptor danefektor. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen. Saraf eferen (sensorik) Mentranmisi informasi dari reseptor sensorik ke sistem saraf pusat (SSP) Saraf eferen (motorik) Mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar. Sistem eferen dibagi menjadi dua macam divisi: a. Divisi somatik (volunteer) Berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan pembentukan respon motorik volunter pada otot rangka. b. Divisi otonom (involunter) Mengendalikan seluruh respons involunter pada otot polos, otot jantung, dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur, yaitu simpatis dan parasimpatis. 1) Saraf simpatis Berasal dari area thorax dan lumbal pada medulla spinalis 2) Saraf parasimpatis Berasal dari area otak dan sakral pada medulla spinalis

3 Fungsi saraf dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Irritability Kemampuan untuk menanggapi stimulus dan mengubahnya menjadi impuls saraf. 2. Conductivity Kemampuan untuk mengirim impuls ke neuron, otot, dan kelenjar. Mekanisme jalannya rangsangan dalam sistem saraf ini dimulai dari adanya stimulus atau rangsangan. Ada beberapa macam rangsangan berdasarkan intensitasnya: 1. Rangsangan Subliminal Yaitu rangsangan terkecil yang belum mampu menimbulkan respon 2. Rangsangan Liminal Yaitu rangsangan terkecil yang mampu menimbulkan respon 3. Rangsangan Supramaksimal Yaitu rangsangan terkecil yang mampu menimbulkan respon yang lebih besar 4. Rangsangan Submaksimal Yaitu rangsangan dengan intensitas yang bervariasi dari minimal sampai maksimal 5. Rangsangan Maksimal Yaitu rangsangan dengan intensitas terbesar (maksimal) dan hasil responsnya maksimal 6. Rangsangan Supramaksimal Yaitu rangsangan dengan intensitas lebih besar dari maksimal, tetapi respons yang dihasilkan sama dengan rangsangan maksimal. Rangsangan tersebut ditangkap oleh reseptor sensorik yang kemudian mengubahnya menjadi impuls saraf. Reseptor sensorik dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi sensasinya antara lain: 1. Eksteroreseptor

4 Yaitu reseptor yang sensitif terhadap stimulus eksternal terhadap tubuh dan terletak pada atau dekat permukaan tubuh misalnya, sentuhan, tekanan, nyeri pada kulit, suhu, penciuman, penglihatan, serta pendengaran. 2. Proprioreseptor Yaitu reseptor yang terletak pada tubuh dalam otot, tendon, dan persendian juga mencakup reseptor ekuilibrium pada area telinga dalam. Jika distimulasi bagian tersebut akan menyampaikan kesadaran akan posisi bagian tubuh, besarnya tonus otot, dan ekuilibrium. 3. Interoseptor Yaitu reseptor yang dipengaruhi oleh stimulus yang muncul dalam organ visceral dan pembuluh darah yang memiliki inervasi motorik dari sistem saraf otonom (SSO). Contohnya adalah stimulus yang terjadi akibat perubahan selama proses digesti, ekskresi, dan sirkulasi. Setelah melalui reseptor, impuls saraf tersebut akan diteruskan kesaraf pusat melalui serangkaian potensial aksi. Kemudian setelah diolah dalam saraf pusat menjadi informasi, maka akan diteruskan ke efektor melalui saraf motorik. Efektor tersebut dapat berupa otot atau kelenjar Otot Rangka Otot rangka terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam berkas yang disebut vesikel. Semakin besar otot, semakin banyak jumlah serabutnya. Lapisan jaringan ikat fibrosa membungkus setiap otot dan masuk ke bagian dalam untuk melapisi vesikel dan serabut individual. Jaringan ini menyalurkan impuls saraf dan pembuluh darah ke dalam otot dan secara mekanis mentransmisikan daya kontraksi dari satu ujung otot ke ujung lainnya. Setiap serabut otot menerima satu ujung neuron motorik somatik (sel saraf pada medulla spinalis yang mentransmisikan impuls ke otot rangka). Setiap serabut otot mengandung beratus-ratus dan beberapa ribu myofibril. Tiaptiap myofibril selanjutnya terletak berdampingan, sekitar 1500 filamen miosin, dan 3000 filamen aktin yang merupakan molekul protein polimer bertanggung jawab untuk kontraksi otot. Filamen aktin dan myosin saling bertautan dan menyebabkan myofibril secara bergantian mempunyai pita gelap dan pita terang.

5 Otot ini memiliki gambaan serat-lintang yang sangat jelas, biasanya tidak berkontraksi tanpa rangsangan dari saraf, tidak memiliki hubungan anatomik dan fungsional di antara serabut otot, dan umumnya di bawah kendali volunteer. Otot jantung juga berpola serat-lintang, tatapi membentuk sinsitium fungsional serta berkontraksi secara ritmik walaupun tanpa persarafan eksternal, karena memiliki sel-sel pacu (pacemaker) di miokardium yang mencetuskan impuls spontan. Otot polos tidak memperlihatkan gambaran serat-lintang. Jenis otot ini ditemukan di hampir semua organ visera yang berongga, membentuk sinsitium fungsional, dan memiliki sel pemacu yang melepaskan impuls secar tidak teratur. Jenis otot yang ada di mata dan beberapa tempat lain tidak aktif secara spontan dan menyerupai otot rangka. Susunan otot rangka yang memperlihatkan bahwa semua otot rangka dibentuk oleh sejumlah serabut yang diameternya berkisar 10 samapi denga 80 mikrometer. Masing-masing serabut ini terbuat dari rangkaina subunit yang lebih kecil. Pada sebagian otot rangka masing-masing serabut biasanya hanya dipersarafi oleh satu ujung saraf yang terletak didekat bagian tengah serabut. Sarkolema. Sarkolema adalah membrane sel dari serabut otot. Sarkolema terdiri dari membrane sel yang sebenarnya, yang disebut membrane plasma, dan sebuah lapisan luar yang terdiri dari satu lapisan tipis materi polisakarida yang mengandung sejumlah fibril kolagen tipis. Di setiap ujung serabut otot, lapisan permukaan sarkolema ini bersatu dengan serabut tendon, dan serabut-serabut tendon kemudian berkumpul menjadi berkas untuk membantu tendon otot dan kemudian menyisip ke dalam tulang. (Sumber : Guyton & Hall, edisi 11 hal.74) Jenis-Jenis Kontraksi Kontraksi otot meliputi pemendekan elemen-elemen kontraktil otot. Akan tetapi, karena otot mempunyai elemen-elemen elastic dan kenyal yang tersusun seri dengan elemen kontraktil, kontraksi dapat terjadi tanpa pemendekan yang berarti pada berkas otot. Kontraksi semacam itu disebut sebagai kontraksi isometric ( dengan ukuran yang tetap atau dengan panjang yang tetap ). Kontraksi melawan beban yang tetap, dengan pemendekan otot, dinamakan kontraksi

6 isotonic ( tegangan yang tetap ). Perhatikan bahwa karena kerja merupakan hasil perkalian daya dan jarak, kontraksi isotonic menhasilkan kerja, sedangkan kontraksi isometric tidak. Pada keadaaan lain, otot dapt melakukan kerja negative pada saat berkontraksi. Hal ini dapat terjadi, misalnya bila meletakkan suatu beban berat ke atas meja. Dalam hal ini, otot secara aktif menahan turunnya objek, tetapi efek keseluruhannya adalah pemanjangan otot pada saat otot kontraksi Hubungan Antara Panjang Otot, tegangan, & kecepatan kontraksi Baik tegangan yang dihasilkan otot bila dirangsang untuk kontraksi isometric (tegangan total) maupun tegangan pasif yang terbentuk oleh otot yang tidak dirangsang, berbeda-beda sesuai dengan panjang serat otot. Hubungan ini dapat diamati pada satu berkas sediaan otot. Panjang otot dapt berubah dengan cara mengubah jarak antara kedua fiksasinya. Pada setiap panjang tertentu, tegangan pasif diukur, kemudian otot diberi rangsang listrik, dan tegangan total diukur. Perbedaan antara kedua nilai tersebut untuk tiap panjang otot merupakan besarnya tegangan yang dihasilkan oelh proses kontraksi, yaitu tegangan aktif. Rekaman yang diperoleh dengan menyandingkan nilai-nilai tegangan pasif dan nilai-nilai tegangan total terhadap panjang otot. Kurva-kurva yang sama akan diperoleh dari pengamatan satu serat otot. Panjang otot yang bertepatan dengan tegangan aktif maksimal disebut sebagai panjang istirahat. Istilah ini diperoleh dari berbagai percobaan yang memperlihatkan bahwa panjang dari sejumlah besar otot tubuh pada keadaaan istirahat merupakan panjang otot yang menghasilakn tegangan maksimal. Hubungan panjangt tegangan yang tampak pada otot rangka dapat dijelaskan dengan konsep mekanisme pergeseran filament pada kontraksi otot. Bila serat berkontraksi isometric, tegengan yang timbul sebanding dengan jumlah ikatan-silang yang terbentuk antara aktin dan myosin. Bila otot diregang, tumpang tindih antara aktin dan myosin berkurang, dan karena itu jumlah ikatan-silang akan berkurang. Sebaliknya bila oto lebih pendek dari panjang istirahat, jarak yang dapat ditempuh oleh filamen-filamen tipis akan memendek. Kecepatan kontraksi otot berbanding terbalik besar beban pada otot. Pada beban tertentu,

7 kecepatan kontraksi adalah maksimal pada panjang istirahat, dan menurun bila otot lebih pendek atau lebih panjang dari panjang istirahat Sel otot dan Sel Saraf sebagai Sel Peka Rangsang (Exitable Cell) Dalam praktikum kali ini otot yang dipakai adalah otot rangka, yakni otot gastrocnemius, sedangkan saraf yang dipakai adalah nervus ischiadicus. Kedua sel yang peka terhadap rangsangan ini dapat menjalankan impuls elektrokimia sepanjang permukaan membrane plasmanya. Sinyal saraf dihantarkan melalui potensial aksi yang merupakan suatu proses perubahan yang cepat pada potensial membran untuk menhantarkan sinyal saraf. (Sumber : Guyton, Bab 5 Pendahuluan) 1. Sel Saraf Sistem Saraf Pusat (SSP) manusia mengandung ± 100 neuron. Neuron merupakan kompleks bangunan dasar susunan saraf. Pada neuron terdapat soma, dendrit, dan akson. Soma adalah badan utama dari neuron. Dendrit adalah sejumlah besar penonjolan tipis dari soma yang memanjang keluar sepanjang 1mm ke daerah sekitar medulla spinalis yang berfungsi sebagai membrane reseptor rangsang. Sedangkan akson adalag bentuka memanjang dari soma ke dalam saraf perifer yang meninggalmakn medulla spinalis. Adanya stimulus mempengaruhi perubahan potensi membran. Jika stimulus memadai atau cukup, maka sel akan memberi suatu potensial aksi yang berfungsi sebagai sinyal untuk jarak. Potensial aksi mula-mula akan terjadi pada segmen permulaan akson. Kemudian potensial aksi ini akan dijalarkan sepanjang permukaan akson dan jika mecapai uakson maka akan merangsang terlepasnya neurontransmiter. Ini merupakan salah satu komponen penting dalam sistem penghantaran impuls ke saraf lain. Sewaktu sel saraf menghantarkan impuls, diketahui adanya perubahan potensial listrik, dimana perubahan potensial saraf perifer seperti nervus ischiadicus merupakan penjumlahan aljabar dari seluruh potensial aksi all or none dari banyak akson dalam saraf itu sendiri, dimana tiap akson memiliki niali ambang yang berbeda.

8 (Sumber : Fisiologi kedokteran 11, Guyton & Hall) 2. Sel Otot Potensial aksi yang mencapai serabut otot segera akan menimbulkan kontraksi otot, dimana mula-mula ion Ca terlepas dari sarcomplasmic reticulum. Dalam tubuh, otot rangka dirangsang oleh serabut saraf bermyelin yang berhubungan di neuromuscular junction yang terletak dipertengahan serabut otot sehingga potensial aksi akan menyebar di kedua ujungnya. Supaya terjadi kontaksi, aliran listrik dari potensial aksi harus masuk ke celah myofibril. Hal ini memungkinkan karena transmisi potensial aksi akan mengalir ke sepanjang tubulus yang menembus ke serabut otot. Potensial aksi dari tubulus selanjutnya menyebabkan sarcoplasmic reticulum melepaskan ion Ca 2+ ke seluruh myofibril hingga kontraksi terjadi. Beberapa macam gambaran kontraksi dapat terlihat pada apa yang disebut single muscle twich yang berlangsung kurang dari 1 detik. (Sumber : Fisiologi Kedokteran Ganong & William) Kekuatan Otot Kecepatan kontraksi otot berbanding terbalik dengan besar beban pada otot. Pada pemberian beban, kecepatan akan maksimal pada panjang istirahat dan menurun bila otot lebih pendek atau ebih panjang dari lamanya istirahat. Otot melakukan kerja bila suatu otot berkontraksi melawan suatu beban. Ini berarti ada energi yang dipindahkan dari otot ke beban eksternal, sebagai contoh untuk mengangkat suatu objek yang lebih tinggi atau untuk mengimbangi tahapan pada waktu melakukan gerak. Dalam perhubungan matematis, kerja ini didefinisikan oleh persamaan berikut: W = F. S Dimana: F = m.g W = Hasil kerja F = Beban yang diterima oleh otot S = jarak peregangan otot m = massa beban g = gaya gravitasi

9 1.1.7 Kelelahan Otot Kelelahan otot adalah gejala kesakitan yang dirasakan otot akibat otot terlalu tegang. Ketika otot diberi stimulus, ia akan berkontraksi dan terjadi ketegangan. Jika stimulus diberikan terus menerus, maka performanya akan semkain menurun, yaitu pada kekuatan otot dan gerakan yang semakin melambat. Kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen otot. Pada kondisi tubuh terdapat cukup oksigen, kontraksi otot akan berlangsung secara aerobic. Sedangkan pada kondisi tubuh tidak terdapat cukup oksigen, kontraksi otot akan berlangsung secara anaerobic dan menghasilkan asam laktat. Kandunga asam lakat yang tinggi inilah yang akan menimbulkan rasa lelah Penghantar impuls Dalam mekanisme kontraksi otot, peranan impuls atau rangsangan sangat penting. Proses penghantaran impuls bias dikatakan sebagai faktor kunci yang menjadi awal kontraksi otot seperti dalam praktikum kali ini. Impuls yang digunakan dalam kontraksi otot rangka (M. Gastrocnemius) adalah berupa impuls listrik Potensial Aksi Saraf Sinyal saraf dihantarkan melalui potensial aksi yang merupakan perubahan cepat pada potensial membran. Tiap potensial aksi dimulai dengan perubahan mendadak dari potensial negatif istirahat normal menjadi potensial membarn positif (depolarisasi) dan kemudian kecepatan yang hampir sama kembali ke potensial negatif (repolarisasi). Untuk menghantarkan sinyal saraf, potensial aksi bergerak di sepanjang serat saraf sampai tiba di ujung saraf. Potensial aksi merupakan manifestasi elektris antara dalam dan luar membran sel. Perubahan potensial elektris tersebut disebabkan perubahan kontraksi elektrolit di dalam maupun di luar sel. Transmembran potensial pada akson antara di dalam dan di luar sel pada keadaan istirahat adalah -70mV sampai 90 mv, yang menunjukkan potensial elektris di dalam sel lebih negatif dibandingkan di luar sel. Elektrolit utama yang berperan terhadap perbedaan potensial antara dalam dan luar sel membran eksitabel adalah Na, K, dan Chlor.

10 Pada keadaan istirahat, ion Na (sodium) jauh lebih banyak di luar daripada di dalam sel. Sebaliknya ion K (potassium) jauh lebih banyak di dalam daripada di luar sel. Rangsangan adekuat pada sel eksitabel akan memberi jawaban berupa suatu potensial aksi. Potensial aksi yang terjadi akan mengikuti hukum all or none dan akan dirambatkan ke semua arah (propagation), yang dapat direkam dengan osiloskop. Rangsangan yang tidak mencapai nilai ambang/threshold hanya menimbulkan suatu potensisal local yang tidak akan disebarkan dan mengikuti hukum suamasi. Potensial aksi atau disebut impuls dirambatkan sepanjang membran sel. Oleh karena rangsangan yang adekuat maka permeabilitas membran terhadap ion Na meningkat sehingga masuk ke dalam (influk), oleh karena Na membawa muatan positif maka di dalam sel menjadi lebih positif dibanding di luar sel. Fase ini disebut depolarisasi. Selanjutnya ion K keluar sehingga di luat sel kembali positif dan keadaan ini di sebut fase repolarisasi. Membran sel yang sedang mengalami potensial aksi berarti dalam keadaan refrakter, apabila dirangsang tidak akan menghasilkan aksi. Urutan tahap potensial terdiri dari: Tahap istirahat. Tahap ini adalah tahap potensial membran istirahat sebelum terjadi potensial aksi. Membran dikatakan menjadi terpolarisasi selama tahap ini karena potensial membran negatif yang besar. Tahap depolarisasi. Pada tahap ini membran tiba-tiba menjadi permeable terhadap ion Na, sehingga banyak ion Na bermuatan positif mengalir ke dalam akson. Keadaan polarisasi normal sebesar -90 mv akan menghilang dan potensial meningkat dengan cepat dalam arah positif (keadaan di dalam sel menjadi lebih positif). Pada serat saraf besar, potensial membran mempengaruhi nilai nol dan menjadi sedikit lebih positif, namun pada serat yang lebih kecil juga banyak neuron SSP, potensial hanya mendekati nilai nol dan tidak melampaui sampai keadaaan positif. Tahap repolarisasi. Dalam waktu yang sangat singkat sekali (sekitar satu per beberapa puluh ribu detik) sesudah membran menjadi sangat permeable terhadap ion Na, saluran Na mulai menutup dan saluran K mulai terbuka lebih

11 daripada normal. Selanjutnya difusi ion K yang berlansung cepat ke bagian luar akan membentuk kembali potensial membran istirahat negative yang normal. (Sumber : Guyton dan Hall, ed.9. hal. 76) Kepekaan saraf perifer Sel saraf dan sel otot merupakan sel peka rangsang. Bila suatu motorne uron mengalami rangsangan, maka rangsangan dilanjutkan menuju otot melalui neuromuscular junction. Rangsangan terhadap motorneuron akan menyebakan terjadinya aksitasi dan kontraksi setelah melewati masa laten (latent period) terhadap sekumpulan muscle fiber yang diinervasi. Motorneuron dengan muscle fiber yang diinervasi disebut motor unit. Muscle fiber dalam setiap motor unit saling tumpang tindih dengan motor unit lain. Hal ini menyebabkan motor unit satu dengan yang lain, akan berkontraksi dalam membantu yang lain. Setiap muscle fiber hanya diinervasi oleh satu motorneuron, sedangkan motorneuron dapat menginervasi banyak muscle fiber. Otot diinervasi oleh beberapa motorneuron yang diaktifkan dan kekuatan dari motor unit yang diaktifkan (multiple fiber summation/spatial summation). Dalam satu berkas saraf terdapat banyak serabut-serabut saraf yang memiliki threshold. Semakin banyak serabut saraf yang diaktifkan, maka sebagian besar kontraksi otot yang dihasilkan. Berdasarkan intensitas dan frekuensi rangsangan, dapat dibedakan sebagai berikut : Rangsangan subliminal : rangsangan dengan intensitas lebih kecil dari nilai ambang (treshold) yang hanya megakibatkan terjadinya respon berupa potensial lokal. Rangsangan liminal : rangsangan terkecil yang sudah dapat menimbulkan potensial aksi, oleh karena rangsangan tersebut mencapai nilai ambang. Rangsangan supraliminal : rangsangan yang intensitasnya melebihi liminal, tapi responnya juga menimbulkan potensial aksi yang sama besar dengan potensial aksi akibat rangsangan liminal (mengikuti hukum all or none ).

12 Rangsangan submaksimal : rangsangan dengan intensitas lebih rendah dari rangsangan maksimal tapi dapat mengaktifkan hampir semua sel saraf. Rangsangan maksimal : rangsangan terkecil yang dapat mengaktifkan semua serat saraf untuk menimbulkan potensial aksi maksimal. Rangsangan supramaksimal : rangsangan dengan intensitas lebih tinggi dari rangsangan maksimal tetapi kekuatan yang dihasilkan sama dengan rangsangan maksimal. Contoh : Frekuensi kritis RGS : 125 RGS perdetik maka akan menimbulkan tetani lurus pada M. Gastrocnemius. Apabila RGS beruntun dilakukan 100 RGS perdetik maka hanya akan menimbulkan tetani bergerigi. (Sumber : Kontraksi After Loaded After loaded disebut juga after stimulated loaded artinya setelah otot berkontraksi akibat rangsangan barulah otot mendapat pembebanan (after stimulated loaded). Pembebanan tersebut mempengaruhi sifat kontraksi, yaitu: (a). Dengan bertambahnya beban pada kontraksi after loaded, maka jarak pemendekan otot berkurang. (b). Dengan bertambahnya berat beban pada kontraksi after loaded maka kecepatan otot berkurang Kontraksi Pre Loaded Kontraksi pre loaded disebut juga pre stimulated loaded yaitu kontraksi yang terjadi apabila otot diberi beban terlebih dahulu sebelum dirangsang untuk berkontraksi. Berbeda dengan after loaded, masa laten kontraksi pre loaded relatif lebih cepat sehingga kecepatan pemendekan otot juga menjadi lebih cepat. Pemendekan otot juga dipengaruhi oleh beban yang diangkat. Semakin besar beban yang diangkat menyebabkan pada suatu saat resultan kontraksi otot dengan gaya beban sama dengan nol di mana otot tidak dapat mengangkat beban lagi Kontraksi sumasi dan tetani Sumasi merupakan penjumlahan kontraksi kedutan otot (twitch) untuk meningkatkan kontraksi otot. Pada umumnya sumasi terjadi melalui 2 cara yaitu:

13 1. Dengan meningkatkan motor unit motorik yang berkontraksi secara serentak. 2. Dengan cara meningkatkan kecepatan kontraksi tiap motor unit. Sumasi kontraksi ada dua macam : 1. Sumasi temporal Disebut juga sumasi gelombang karena bentuknya seperti gelombang. Sumasi temporal dapat terjadi dengan cara mengubah interval rangsangan (waktu istirahat antara rangsangan pertama dan kedua diperpendek sehingga rangsangan kedua tepat saat kontraksi pertama akan relaksasi). Akibatnya kontraksi pertama dan kedua bersatu menjadi satu kontraksi yang lebih besar (sumasi kontraksi). 2. Sumasi spasial Disebut juga multiple motor unit summation karena pertambahan besar/amplitudo kontraksi akibat pertambahan intensitas rangsangan. Dengan meningkatkan intensitas rangsangan maka makin banyak motor unit yang terangsang, akibatnya kontraksi akan semakin besar. Pada umumnya sumasi dapat terjadi dengan cara meningkatkan jumlah unit motorik yang berkontraksi secara serentak dan dengan meningkatkan kecepatan kontraksi tiap unit motorik. Kontraksi tetani adalah kontraksi otot secara beruntun atau multiple yang tidak diselingi untuk relaksasi. Tetani dibagi menjadi dua, diantaranya : 1. Tetani lurus : terjadi saat kontraksi sebelumnya belum mengalami fase relaksasi. Stimulus yang diberikan terus menerus sehingga mampu berelaksasi kembali. 2. Kontraksi tetani bergerigi : stimulus yang diberikan pada otot sebelum terjadi relaksasi sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan reaksi Hukum ALL or NONE Begitu suatu potensial aksi timbul pada titik manapun dalam membrane serabut normal, proses depolarisasi berjalan sepanjang membran jika kondisinya memungkinkan. Prinsip ini berlaku di semua jaringan normal yang mudah tereksitasi. Secara singkat prinsip All or None dapat diterangkan sebagai rangsangan adekuat atau rangsangan yang mencapai nilai ambang, baik yang

14 besar maupun yang kecil, akan menimbulkan potensial aksi sama besar. Artinya, potensial aksi tidak dapat bertambah besar walaupun rangsangan diperbesar. 1.2 Permasalahan Apa bedanya antara rangsangan luminal dan nilai ambang? Apakah perbedaan antara rangsangan maksimal dan supramaksiamal, kontraksi maksimal dan supramaksimal? Bagaimana menerangkan hubungan antara hukum all or none dengan peristiwa-peristiwa percobaan di atas? Apa beda tetani dan sumasi? Bilamana didapatkan kontraksi tetani bergerigi dan tetani lurus? Apa yang terjadi bila rangsangan multiple diberikan terus dalam waktu lama? 1.3 Tujuan Praktikum Mengetahui kepekaan saraf perifer dengan pemberian intensitas rangsangan yang berbeda Mengetahui hubungan kerja otot dengan pemberian beban dan dua prinsip berbeda, yaitu after loaded dan pre loaded Mengetahui mekanisme sumasi dan tetani serta hubungannya dengan peningkatan frekuensi rangsangan Membedakan kontraksi sumasi, kontraksi tetani bergerigi, dan kontraksi tetani lurus Mempelajari pengaruh frekuensi pemberian rangsangan terhadap kekuatan kontraksi otot Memahami macam-macam rangsangan serta kontraksi yang terjadi Mengetahui bagaimana otot dapat mengalami fatique/ kelelahan otot.

15 BAB II METODE KERJA 2.1 Alat dan Bahan Praktikum Alat : - Kimograf + kertas pencatat - Jarum penusuk - Seperangkat alat bedah - Benang - Pipet tetes - Papan fiksasi - Jarum penusuk (untuk fiksasi kakai katak) - 10 gram - Elektroda perangsang - Pengukur waktu Bahan : - Katak hidup - Larutan Rimger 2.2 Tata Kerja Praktikum I. Persiapan A. Merusak Otak Katak dan Medula Spinalis 1. Pegang Katak dengan tangan kiri, sedemikian rupa sehingga jari telunjuk terletak diletakkan di bagian belakang kepala dan ibu jari di bagian punggung. Tekan jari telunjuk agar kepala sedikit tunduk, sehingga terdapat lekukan antara cranium dan columna vertebralis (sela interspinalisnya lebar). 2. Bagian perut dan kaki katak jangan dipegang terlalu keras agar tidak rusak. 3. Tusukkan jarum penusuk pada lekukan antara cranium dan columna vertebralis.

16 4. Arahkan jarum penusuk pada rongga tenggorak dan gerakkan kesana kemari untuk merusak otak katak. 5. Pindahkan arah jarum ke jurusan medulla spinalis. Putar jarum kea rah yang berlainan untuk merusak medulla spinalis. 6. Tanda bahwa jarum masuk ke dalam rongga atau medulla spinalis adalah kekejangan dari kedua otot kaki katak. B. Membuat Sediaan Otot Gastrocnemius 1. Letakkan katak tengkurap pada papan 2. Gunting kulit tungkai kanan melingkar setinggi pergelangan kaki 3. Angkat kulit yang telah lepas ke atas dengan pinset 4. Pisahkan tendon Archilles dari jaringan sekitarnya dengan alat tumpul (jangan dipotong dulu) 5. Ikat bagian insertio tendon Archilles dengan ikatan mati yang kuat 6. Potong tendon Archilles pada bagian distal dari ikatan benang 7. Pasang ikatan benang yang kuat pada tulang tibia, fibula,serta otot-otot yang melekat padanya kira-kira 5mm di bawah lutut 8. Potonglah tulang-tulang beserta otot-otot yang telah diikat tersebut di bawah ikatan benang 9. Kembalikan kulit tadi ke bawah sehingga menutupi kembali otot gastrocnemius untuk melindunginya agar tidak kering 10. Basahi sediaan ini setiap kali dengan larutan Ringer agar tidak kering C. Membuat sediaan saraf Ischiadicus 1. Letakkan katak telungkup, guntinglah kulit memanjang pada bagian paha belakang kanan sehingga ototnya terbuka 2. Cari saraf Ischiadicus dengan memisahkan otot-otot pada daerah paha dengan alat tumpul. Hati-hati jangan sampai merusak pembuluh darah yang berjalan bersama-sama saraf tersebut 3. Buat simpul longgar pada saraf Ischiadicus, kemudian kembalikan saraf diantara otot-otot

17 D. Mempersiapkan sediaan saraf otot untuk percobaan selanjutnya 1. Letakkan katak tertelungkup pada papan katak 2. Fiksasi kaki kanan, dengan lutut pada tepi bawah papan, sehingga nantinya otot gastrocnemius dapat tergantung bebas 3. Fiksasi ketiga kaki yang lain sehingga paha kana dalam posisi tegak lurus untuk memudahkan pemasangan elektroda 4. Hubungkan tali pada ujung tendon Archilles dengan penulis 5. Atur posisi penulis, tanda rangsangan dan tanda waktu sehingga ujung ketiganya pada posisi vertikal II. Pelaksanaan A. Kepekaan Saraf Perifer 1. Siapkan preparat katak untuk sediaan saraf otot 2. Tahan penulis otot dengan sekrup penyangga 3. Berikan rangsangan tunggal dengan intensitas rangsangan yang minimal 4. Seterusnya beri rangsangan berturut-turut dengan interval 30 detik, dengan tiap kali menambah intensitas rangsangan. Sehabis tiap rangsangan, drum diputar = ±0,5cm 5. Cari rangsangan dengan kontraksi sub luminal, luminal, supraliminal, submaksimal, maksimal, dan supramaksimal. B. Kontraksi After Loaded Otot Katak 1. Atur sekrup penyangga sehingga ujung sekrup menyangga penulis dan garis dasar (base line) penulis tidak berubah. Dengan demikian panjang otot tidak aka berubah (tidak direnggangkan) oleh beban meskipun tempat beban diisi beban. 2. Rangsanglah dengan rangsangan tunggal yang maksimal (dengan voltage yang diperolah pada percobaan A, dan voltage yang dicapai ini dinaikkan sedikit). Jangan mengubah voltage ini selama percobaan selanjutnya. 3. Putar kimograf ± ¾ cm setiap kali memberi rangsangan. 4. Beri otot katak istirhat selama ± 20 detik antara satu rangsangan dengan rangsangan berikutnya.

18 5. Beri beban 10 gram, putar kimograf ± ¾ cm dan rangsanglah lagi. 6. Ulangi tindakan no.5 dengan setiap kali menambah beban sebesar 10 gram hingga otot tidak dapat mengangkat beban lagi. C. Kontraksi Pre Loaded Otot Katak 1. Ambil semua beban yang dipasang pada percobaan C. 2. Longgarkan sekrup penyangga yang menyangga penulis sehingga kini otot katak secar langsung menahan beban. 3. Atur letak penuis sehingga posisinya horizontal. 4. Rangsangah dengan rangsangan tunggal yang maksimal (dengan voltage yang diperoleh pada percobaan A). 5. Putar kimograf ± ¾ cm, beri beban 10 gram, putar lagi kimograf ± ¾ cm, dan berilah rangsangan. 6. Ulangi tindakan no. 5 dengan setiap kali menambah beban sebesar 10 gram hingga otot tidak dapat mengangkat beban lagi. D. Kontraksi Tetani 1. Siapkan sediaan saraf otot katak. 2. Atur pemasangan electrode perangsang dan tindakan lain seperti pada percobaan kepekaan saraf perifer. 3. Tentukan besarnya rangsangan maksimal (dengan voltage yang diperoleh pada percobaan A). 4. Lakukan rangsangan berulang (multiple) dengan frekuensi rendah selama 3-5 detik. Beri istirahat ± 60 detik sebelum rangsangan berikutnya. 5. Seterusnya lakukan rangsangan berkali-kali dengan frekuensi yang makin tinggi, sehingga didapatkan kontraksi tetani lurus. Jangan lupa member istirahat tiap kali sebelum memberi rangsangan berikutnya.

19 BAB III HASIL PRAKTIKUM 3.1 Hasil Pengamatan Praktikum Pengantar Impuls, Kepekaan saraf, Kerja 3.2 Otot dan Tetani. KEPEKAAN SARAF PERIFER RANGSANGAN KONTRAKSI (volt) (cm) 0,1 0 0,2 0 Lim 0,5 2,3 1 2, , KONTRAKSI AFTER LOADED BEBAN KONTRAKSI (gram) (cm) 10 1,2 20 0,2 FREK. RANGSANGAN (kali/detik) TETAN I (+/-) SUMAS I (+/-) 1 x/det x/det x/det x/det x/det x/det x/det x/det x/det + -

20 KONTRAKSI PRE LOADED BEBAN (gram) KONTRAKSI (cm) 10 2,3 20 1,5 30 1,1 40 0,3 NB : panjang sekrup ke beban (e) = 1,5 cm Panjang sekrup ke penulis (c) = 18 cm 3.2 Grafik kimograf yang Diperoleh Ketika Praktikum a. Kepekaan Saraf Perifer Hari/Tanggal : Selasa, 14 Maret 2014 Pukul : Tempat : Laboratorium Faal FK UWKS

21 Keterangan: Dengan menggunakan rangsang pertama sebesar 0,5 volt dan terjadi kontraksi sebesar 2,3 cm. Pada rangsangan ini disebut sebagai rangsangan liminal. Setelah 6 volt terjadi kontraksi maksimal, yang kemudian rangsangan ini disebut rangsangan maksimal. Meskipun rangsangan ditambah hingga 7 volt tetapi kontaksi yang ditimbulkan tidak melebihi rangsangan maksimal. Rangsangan ini disebut rangsangan supramaksimal. b. Kontraksi Pre Loaded Hari/Tanggal : Selasa, 14 Maret 2014 Pukul : WIB Tempat : Laboratorium Faal FK UWKS Keterangan: Beban pertama yang digunakan adalah 10 gr terjadi kontraksi sebesar 2,3 cm, kami terus menambah beban sampai akhirnya beban 50 gr otot tidak mampu berkontraksi lagi.

22 c. Kontraksi After Loaded Hari/Tanggal : Selasa, 14 Maret 2014 Pukul : WIB Tempat : Laboratorium Faal FK UWKS Keterangan: Beban pertama yang digunakan adalah sebesar 10 gram terjadi kontraksi setinggi 1,2 cm. setelah ditambah beban otot tidak lagi berkontraksi

23 Kontraksi Tetani dan Sumasi Hari/Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul : WIB Tempat : Laboratorium Faal FK UWKS Keterangan: Otot diberi rangsangan multiple dari frekuensi rendah ke frekuensi tinggi, sumasi terjadi antara kisaran frekuensi dari rangsangan 1 sampai 3 kali/detik. Pada frekuensi rangsangan 25 kali/detik terjadi tetani bergerigi dan pada frekuensi 50 kali/detik mulai terjadi tetani lurus.

24 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Diskusi Hasil Praktikum Kepekaan Saraf Perifer Rangsangan yang diberikan pada N. Ichiadicus menimbulkan reaksi berupa kontraksi M. Gastrocnemius. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan bahwa besar kontraksi otot ini sebanding dengan besar rangsang yang diberikan pada N. Ichiadicus. Besar rangsang liminal yang dapat menyebabkan kontraksi pada percobaan didapatkan 0,5 volt. Sedangkan rangsang maksimal yang dapat menyebabkan kontraksi terbesar pada otot katak terjadi pada rangsangan 6 volt. Selanjutnya rangsangan diberikan sebesar 7 volt namun hasil kontraksinya lebih rendah. Sehingga dapat dikatakan rangsangan tersebut rangsangan supramaksimal Kontraksi After Loaded Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa otot mampu menahan beban hingga sebesar 10 gram. Kecilnya beban yang sanggup diangkat oleh otot katak disebabkan karena otot katak mendapat rangsangan terlebih dahulu sebelum deberi beban. Sehingga menyebabkan energi pada otot katak menjadi berkurang. Hal inilah yang menyebabkna After Loaded lebih kecil daripada Pre Loaded Kontraksi Pre Loaded Hasil percobaan kontraksi pre load menunjukkan beban yang dapat ditanggung oleh otot katak sebesar 40 gram. Hal ini diakibatkan pemberian beban sebelum otot berkontraksi, maka beban yang sanggup ditanggung akan lebih besar dibandingkan dengan setelah kontraksi diberi beban lagi (after loaded). Karena kadar Ca dalam sitoplasma sel otot yang telah berkontraksi telah terpakai sejumlah besar yang digunakan otot untuk melakukan kerja sebelumnya. Sehingga pada waktu diberikan rangsangan otot katak mampu mengangkat beban yang lebih besar dari After Loaded.

25 4.1.4 Kontraksi Tetani dan Sumasi Pada percobaan kontraksi sumasi dan tetani, sumasi dan tetani didapatkan dengan meningkatkan frekuensi rangsangan secara terus menerus. Sumasi pertama terjadi saat diberikan rangsangan dengan frekuensi 1x/detik. Sedangkan pada saat reakski rangsangan mencapai 25 x/detik, otot katak mengalami tetani bergerigi. Hal ini karena awal reaksi otot katak bereaksi akibat diberi rangsangan multiple. Saat frekuensi rangsangan mencapai 50x/detik otot katak mengalami tetani lurus. 4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan Kepekaan Saraf Perifer 1. Apa bedanya antara rangsangan liminal dan nilai ambang? Jawaban: Nilai ambang adalah batas nilai terkecil untuk terjadinya suatu potensial aksi, sementara rangsangan liminal adalah rangsangan atau stimulus terkecil yang sudah mampu menimbulkan potensial aksi pada kerja otot sebab rangsangan tersebut sudah mencapai nilai ambang. 2. Apakah perbedaan antara rangsangan maksimal dan supramaksimal, kontraksi maksimal dan supramaksimal? Jawaban: a. Rangsangan maksimal merupakan rangsangan yang lebih besar daripada rangsangan liminal dan mampu menimbulkan kontraksi otot maksimal, sementara rangsangan supramaksimal merupakan rangsangan dengan intensitas lebih tinggi dari maksimal namun kontraksi yang dihasilkan bisa sama atau lebih kecil dari kontraksi maksimal. b. Kontraksi Maksimal adalah kontraksi yang tidak bertambah kekuatannya meskipun rangsangan untuk menimbulkan kontraksi tersebut di tingkatkan lagi, sementara Kontraksi Supramaksimal adalah kontraksi dengan intensitas rangsangan diatas rangsangan maksimal anmun kontraksi yang dihasilkan sama atau lebih kecil dari kontraksi maksimal.

26 3. Bagaimana menerangkan hubungan antara hukum all or none dengan peristiwa-peristiwa pada percobaan ini? Jawaban: Neuron serta sel otot termasuk jaringan eksitabel (excitability tissue). Jaringan eksitabel adalah jaringa atau sel apabila mendapat rangsangan yang adekuat (mencapai nilai ambang) maka akan memberi jawaban atau respon yang spesifik yaitu berupa suatu potensial aksi (action potential). Potensial aksi merupakan manfestasi antara didalam dan diluar membran sel yang direkam dengan suatu oscilloscope (CRO : Cathode ray oscilloscope). Perubahan ini diakibatkan karena perubahan konsentrasi elektrolit didalam maupun diluar sel. Elektrolit utama yang berperan terhadap perubahan potensial antara didalam dan diluar membran eksitabel adalah Na, K, dan Cl.Saluran ion yang sangat berhubungan dengan konduksi impuls adalah voltage gated natrium channels (saluran ion natrium yang dipengaruhi oleh perubahan voltase elektris). Selain saluran ion Na, juga terdapat saluran ion K, Ca, Cl maupun ion yang lainnya. Pada keadaan istirahat ion Na (sodium) jauh lebih banyak dibandingkan didalam sel, kebalikan ion potassium (Kalium) jauh lebih banyak didalam dibanding diluar sel. Pada keadaan istirahat ion Na (sodium) jauh lebih banyak dibanding didalam sel, kebalikannya ion K (potasium) jauh lebih banyak didalam dibanding diluar sel. Rangsangan adekuat pada sel eksitabel akan memberi jawaban berupa suatu potensial aksi. Potensial aksi yang terjadi mengikuti hukum All or nothing (All or none) dan dirambatkan kesemua arah (propagation). Rangsangan yang tidak mencapai treshold (nilai ambang), hanya menimbulkan potensial lokal yang tidak akan disebarkan. Rangsangan adekuat atau mencapai nilai ambang, baik yang besar atau yang kecil akan menimbulkan potensial aksi yang sama besar. Artinya, potensial aksi tidak akan bertambah besar biarpun rangsangan diperbesar. Pada fase depolarisasi potensial aksi, ion Na masuk kedalam sel, sedangkan pada fase repolarisasi, ion potasium keluar dari dalam sel. Rangsangan yang adekuat menyebabkan permiabilitas membran terhadap ion Na meningkat (menyebabkan saluran ion Na terbuka : terbukanya voltage gated sodium channels) sehingga ion Na masuk kedalam (nflux), oleh karena ion Na

27 membawa muatan positif maka didalam sel akan lebih positif dibanding diluar sel, fase ini disebut fase depolarisasi. Selanjutnya ion K keluar, sehinga diluar sel kembali lebih positif dan keadaan ini disebut fase repolarisasi. Macam-macam rangsangan yang dapat menimbulkan potensial aksi pada jaringan eksitabel, yaitu : Rangsangan elektris Rangsangan kimiawi Rangsangan mekanis Rangsangan thermis Kontraksi After Loaded dan Pre Loaded 1. Hitunglah kerja otot untuk tiap-tiap beban pada percobaan B dan C! (Rumus: Kerja Otot= pemendekan otot X beban) Jawaban : PRE LOADED a. 10 gram Dik : m = kg d = 2,5cm = 2,5 x 10-2 m = b. 20 gram Dik : m = kg d = 1,5cm = 1,5 x 10-2 m =

28 c. 30 gram Dik : m = kg d= 1,3cm = 1,3 x 10-2 m = d. 40 gram Dik : m = 4 x 10-2 kg d = 0,4cm = 0,4 x 10-2 m = AFTER LOADED a. 10 gram Dik : m = kg d = 1,1 cm = 1,1 x 10-2 m =

29 b. 20 gram Dik : m = kg d = 0,3cm = 0,3 x 10-2 kg =

30 Perhitungan Hasil Praktikum d e a c f b Keterangan : a = garis yang tercetak pada kertas milimeter (m) b = Pemendekan otot (m) c = Jarak sekrup ke penulis = 20 cm = m e = Jarak otot ke sekrup = 2 cm = m Rumus untuk menghitung kontraksi: Kerja otot = beban x pemendekan otot W = F x S F= m.g = m. g. h h=b Keterangan : W = Usaha / kerja otot (joule) m= Beban (kg) g = Percepatan gravitasi (10 m/s2) h = Pemendekan otot (m) dalam perhitungan dilambangkan b

31 4.2.3 Kontraksi Tetani dan Sumasi 1. Apa bedanya antara tetani dan sumasi? Jawaban : Tetani adalah kontraksi otot secara maksimal yang terjadi secara beruntun atau multiple yang tidak diselingi untuk relaksasi, sementara Sumasi adalah penjumlahan kontraksi untuk dapat meningkatkan intensitas seluruh kontraksi otot. 2. Bilamana didapatkan kontraksi tetani bergerigi dan tetani lurus? Jawaban : Kontraksi Tetani bergerigi, didapatkan bila intensitas frekuensinya lebih kecil sehingga otot masih dapat berelaksasi yang kemudian disambung dengan kontraksi lagi, sementara Kontraksi Tetani lurus, didapatkan bila intensitas yang lebih besar dan cepat sehingga tidak memberi kesempatan untuk berelaksasi. 3. Apakah yang terjadi bila rangsangan multiple diberikan terus dalam waktu yang lama? Jawaban : Rangsangan multiple yang diberikan secara terus menerus akan mengakibatkan kelelahan otot (fatigue). Hal ini terjadi akibat pengunaan O 2 intrasel secara terus menerus sehingga glikogen yang dihasilkan dalam otot cenderung menurun sebagai gantinya dilakukan reaksi anaerobik (tanpa menggunakan O 2 yang menghasilkan asam laktat. Asam laktat yang berlebih dapat menimbulkan rasa pegal atau kelelahan otot.

32 BAB V PENUTUP 5.1 Kemungkinan Kesalahan Praktikum 1. Kesalahan pada penulisan kimograf, kelayakan pada alat dipakai praktikum 2. Kesalahan tidak sengaja yang dilakukan oleh anggota kelompok pada saat praktikum 3. Kesalahan dari perhitungan waktu 5.2 Kesimpulan 1. N. Ischiadicus mengandung suatu serat-serat saraf motorik yang memelihara M. Gastrocnemius. Oleh sebab itu, M. Gastrocnemius tidak bisa berkontraksi tanpa adanya impuls rangsangan dari N. Ischiadicus. 2. Kerja otot dalam kontraksi pada Pre-Loaded lebih besar daripada After Loaded, namun pada beban yang ditanggung sema besar sebab kadar Ca dalam sitoplasma sel otot yang telah berkontraksi telah terpakai sejumlah besar yang digunakan otot untuk melakukan kerja sebelumnya. 3. Sumasi merupakan penjumlahan kontraksi kedutan otot untuk meningkatkan intensitas kontraksi otot. 4. Tetani merupakan suatu kontraksi otot secara maksimal yang terjadi secara beruntun/multiple yang tidak diselingi oleh relaksasi. 5. Sumasi dan Tetani terjadi karena peningkatan frekuensi rangsangan dan pemberian rangsangan secara terus-menerus sampai batas tetanus hingga tiding dapat berkontraksi kembali.

33 KEPUSTAKAAN Ganong, William F.2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20.Jakarta:EGC Guyton, A.C. dan J.E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9.Jakarta:EGC Guyton, A.C. dan J.E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.Jakarta:EGC Koesomawati, Heni, dr.2006.kamus Kedokteran Dorlan edisi 29. Jakarta:EGC

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil normal alkohol Saraf 3.50 menit 2.30 menit Otot 3.40 menit 1.20 menit B. Pembahasan Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati kontraksi otot gastrocnemius pada

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot Tinjauan Umum Jaringan Otot Tipe Otot Otot rangka menempel pada kerangka, lurik, dapat dikontrol secara sadar Otot jantung menyusun jantung, lurik, dikontrol secara tidak sadar Otot polos, berada terutama

Lebih terperinci

BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF.

BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF. BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF. Tujuan Praktikum 1. Mempelajari cara mematikan katak dan membuat sediaan otot saraf. 2. Mengenal jenis dan kerja beberapa alat perangsang. 3. Mengenal

Lebih terperinci

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan MORFOLOGI Organisasi Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron yang merupakan unit penyusun sistem saraf.

Lebih terperinci

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 Neuromuskulator Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 STRUKTUR SARAF 3/12/2015 2 SIFAT DASAR SARAF 1. Iritabilitas/eksisitaas : kemampuan memberikan respon bila mendapat rangsangan. Umumnya berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Praktikum Manfaat Praktikum

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Praktikum Manfaat Praktikum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk bergerak. Salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak adalah otot. Otot merupakan jaringan yang terbentuk dari

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM SARAF PADA KATAK

FISIOLOGI SISTEM SARAF PADA KATAK FISIOLOGI SISTEM SARAF PADA KATAK Lela Juwita Sari (3415080205), Riski Sulistyani (3415080207), Eka Puspita Sari (3415080209) dan Lia Indrianita (3415083256) 1 ABSTRAK Sistem saraf adalah suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF 2.1 Ganglia basalis dan subthalamik nukleus Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain dalam menghasilkan gerakan motorik terutama

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks yang disusun oleh: Nama :

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks yang disusun oleh: Nama : LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA OTOT LURIK

MEKANISME KERJA OTOT LURIK MEKANISME KERJA OTOT LURIK Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. MEKANISME OTOT LURIK/OTOT RANGKA Mekanisme kerja otot pada dasarnya

Lebih terperinci

METODE. Gambar 7 Kimograf dan stimulator induksi (dokumentasi pribadi)

METODE. Gambar 7 Kimograf dan stimulator induksi (dokumentasi pribadi) 15 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Agustus-September tahun 2009 di Laboratorium Fisiologi-Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Lebih terperinci

Intro. - alifis.wordpress.com

Intro. - alifis.wordpress.com Intro. Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium atau menyadari keberadaan listrik dengan inderanya, baik untuk muatan maupun untuk medan listriknya. Baru pada akhir abad 18 hal-hal mengenai listrik

Lebih terperinci

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Merupakan fungsi integratif Lengkung reflex (reflex arc) adalah jalur

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF Sistem syaraf bertanggung jawab dalam mempertahankan homeostasis tubuh (kesetimbangan tubuh, lingkungan internal tubuh stabil) Fungsi utamanya adalah untuk:

Lebih terperinci

BERBAGAI RANGSANGAN PADA SEDIAAN OTOT SARAF ABSTRAK

BERBAGAI RANGSANGAN PADA SEDIAAN OTOT SARAF ABSTRAK BERBAGAI RANGSANGAN PADA SEDIAAN OTOT SARAF Lia Suryani, Syarah Diyah Ayu Budiyono, Opy Dwi Astari, Septia Rahmah W, Apriyani. Laboratorium Farmasi, Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika Dan Ilmu

Lebih terperinci

Jaringan Otot dan Saraf Sebuah Karya Presentasi Kelompok 4

Jaringan Otot dan Saraf Sebuah Karya Presentasi Kelompok 4 Jaringan Otot dan Saraf Sebuah Karya Presentasi Kelompok 4 DOSEN Pengampu : Eva Tyas Utami,S.Si,M.Si Disusun Oleh : Laili Nur Azizah Lutfi (131810401004) Novita Nur Kumala (161810401003) Desy Lutfianasari

Lebih terperinci

A. PENGARUH BESARNYA RANGSANGAN TERHADAP KEKUATAN KONTRAKSI.

A. PENGARUH BESARNYA RANGSANGAN TERHADAP KEKUATAN KONTRAKSI. A. PENGARUH BESARNYA RANGSANGAN TERHADAP KEKUATAN KONTRAKSI. Mempelajari rangsangan subminimal, minimal, submaksimal, maksimal dan supramaksimal dan kontraksi maksimal, submaksimal dan maksimal yang dihasilkannya.

Lebih terperinci

BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS Paul S. Poli/Biofisika/2006 1

BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS Paul S. Poli/Biofisika/2006 1 BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS 2006 Paul S. Poli/Biofisika/2006 1 Selamat pagi!!! Paul S. Poli/Biofisika/2006 2 SEL PEKA RANGSANGAN Sel-sel yg dapat dirangsang utk membentuk aliran

Lebih terperinci

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp tanggal upload : 23 April 2009 FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal Tubuh individu

Lebih terperinci

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal Tubuh individu pengorganisasian biologis sel yang

Lebih terperinci

Sel fungsional yang bekerja pada sistem saraf

Sel fungsional yang bekerja pada sistem saraf FISIOLOGI VETERINER Sistem Saraf merupakan serangkaian mekanisme kerja yang kompleks dan berkesinambungan, yang bertugas menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus (rangsang).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp, M.Biomed PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh

Lebih terperinci

SYARAF. Gamaliel Septian Airlanda

SYARAF. Gamaliel Septian Airlanda SYARAF Gamaliel Septian Airlanda Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui bentuk fisik dan mekanisme molekuler yang terjadi dalam neuron beserta fungsinya dalam menghantarkan informasi Struktur dan Fungsi Neuron

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

OTOT DAN SISTEM GERAK ridwan@sith.itb.ac.id GERAK --- ciri makhluk hidup Macam-macam gerak : gerak amoeboid, gerak silia, gerak flagela, gerak sebagian anggota tubuh, gerak seluruh tubuh. Gerak melibatkan

Lebih terperinci

FISIOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 2018

FISIOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 2018 FISIOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 2018 Sistem Saraf merupakan serangkaian mekanisme kerja yang kompleks dan berkesinambungan, yang bertugas menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Otot yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : Kel

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Otot yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : Kel LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN (JARINGAN OTOT) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI B KELOMPOK : I (Satu) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di

Lebih terperinci

Laporan Praktikum. Fisiologi Hewan. Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf

Laporan Praktikum. Fisiologi Hewan. Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Berbagai Rangsangan Pada Sediaan Otot Saraf Laporan ini disusun guna memenuhi nilai praktikum mata kuliah yang dibimbing oleh Dra.Moerfiah, M.Si dan Rouland Ibnu Darda,

Lebih terperinci

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG Potensial Aksi Pada Jantung Pendahuluan Jantung : Merupakan organ vital Fungsi Jantung : Memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak pada rongga dada sebelah kiri. Batas

Lebih terperinci

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT KELOMPOK/GELOMBANG : II/I KELAS : II C ANGGOTA : CIPTO SURIANTIKA (1204015080) FAJAR ADE KURNIAWAN (1204015163) KUDRAT RAHARDITAMA (1204015223)

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

Mekanisme Kerja Otot

Mekanisme Kerja Otot Mekanisme Kerja Otot 1. Sarkolema Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot 2. Sarkoplasma Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat

Lebih terperinci

Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik. Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf

Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik. Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik Sistem Syaraf Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan

Lebih terperinci

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 PENGERTIAN SISTEM SARAF Merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh Merupan

Lebih terperinci

Jenis jenis otot. Cara kerja otot polos

Jenis jenis otot. Cara kerja otot polos SISTEM OTOT Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan organ lainnya, contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi untuk bergerak aktif. Selain

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

listrik Gaya fundamental Berkas Elektron Sinar - X Hukum Coloumb Induksi Tabung Katoda Tabung Televisi Isolator dan konduktor Sistem Syaraf

listrik Gaya fundamental Berkas Elektron Sinar - X Hukum Coloumb Induksi Tabung Katoda Tabung Televisi Isolator dan konduktor Sistem Syaraf listrik Gaya fundamental Berkas Elektron Hukum Coloumb Sinar - X Induksi Tabung Katoda Isolator dan konduktor Tabung Televisi Mesin penginduksi Sistem Syaraf Medan Listrik Potensial listrik Ikan Listrik

Lebih terperinci

HISTOLOGI JARINGAN OTOT

HISTOLOGI JARINGAN OTOT Judul Mata Kuliah : Biomedik 1 (7 SKS) Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Menerapkan ilmu kedokteran dasar pada blok biomedik 1 Indikator : Mampu

Lebih terperinci

Sistem Saraf pada Manusia

Sistem Saraf pada Manusia Sistem Saraf pada Manusia Apa yang dimaksud dengn sistem saraf? Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI KELELAHAN OTOT Oleh: Nama : Yuni Aisyah Puteri NIM : 121610101006 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012/2013 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR

Lebih terperinci

A. PHYSIO EX 8.0 : MUSCLE PHYSIOLOGY ISOMETRIK DAN ISOTONIK

A. PHYSIO EX 8.0 : MUSCLE PHYSIOLOGY ISOMETRIK DAN ISOTONIK A. PHYSIO EX 8.0 : MUSCLE PHYSIOLOGY KONTRAKSI ISOMETRIK DAN ISOTONIK Pendahuluan Hampir semua sel hidup memiliki perangkat intrasel untuk menghasilkan gerakan tertentu, misalnya redistribusi komponen-komponen

Lebih terperinci

REFLEK SPINAL PADA KATAK

REFLEK SPINAL PADA KATAK REFLEK SPINAL PADA KATAK Oleh : Nama : Dini Darmawati NIM : B1J014058 Kelompok : 4 Rombongan : I Asisten : Iis Islamiyah LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SISTEM SARAF SEBAGAI SISTEM PENGENDALI TUBUH

SISTEM SARAF SEBAGAI SISTEM PENGENDALI TUBUH SISTEM SARAF SEBAGAI SISTEM PENGENDALI TUBUH dr. Sawitono Amin Singgih, PFK Departemen Ilmu Faal FKUI Pendahuluan Tubuh manusia dapat dilihat sebagai suatu sistem yang dapat berubah-ubah kinerjanya bergantung

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH MUHAMMAD HANAFI ( ) HERKA ARDIYATNO ( ) LESTARI PUJI UTAMI

DISUSUN OLEH MUHAMMAD HANAFI ( ) HERKA ARDIYATNO ( ) LESTARI PUJI UTAMI OTOT MANUSIA UNIVERSITAS PGRI Y O G T A Y A K A R DISUSUN OLEH MUHAMMAD HANAFI (09144600025) HERKA ARDIYATNO (09144600172) LESTARI PUJI UTAMI (09144600214) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

Kuntarti, SKp, MBiomed. motorik. Sistem saraf. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com

Kuntarti, SKp, MBiomed. motorik. Sistem saraf. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Sistem saraf motorik Kuntarti, SKp, MBiomed PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com Bagian Aferen Somatik SISTEM SARAF PUSAT (Otak & Med.Spinalis) SISTEM SARAF TEPI Viseral

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT

BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT dr. Aditya Candra Fakultas Kedokteran Abulyatama PENDAHULUAN Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh, minuman cola, minuman berenergi, coklat, dan bahkan digunakan juga untuk terapi, misalnya pada obatobat stimulan, pereda nyeri,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit LAPORAN PRAKTIKUM Indera Rasa Kulit OLEH : ANGGUN OCTAVIEARLY P. 121610101042 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012 BAB I DASAR TEORI INDERA RASA KULIT Pada kulit kita

Lebih terperinci

Jaringan Otot Pada Hewan

Jaringan Otot Pada Hewan Jaringan Otot Pada Hewan # Jaringan adalah kumpulan dari beberapa sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama. Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh.

Lebih terperinci

Materi 1. Kardiovaskuler I. A. Jantung katak

Materi 1. Kardiovaskuler I. A. Jantung katak Materi 1 Kardiovaskuler I A. Jantung katak Tujuan Mempelajari beberapa sifat faali dari otot jantung : morfologi dan denyut jantung, pengaruh suhu dan zat kimia terhadap denyut jantung, otomasi jantung,

Lebih terperinci

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot OTOT DAN SKELET Tujuan. Mengidentifikasi struktur otot. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi. Mengetahui macam-macam otot berdasarkan lokasi 4. Mengetahui macam-macam kerja otot yang menggerakan

Lebih terperinci

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita Skeletal: Struktur jaringan tulang Klasifikasi tulang Tulang tengkorak, rangka dada, tulang belakang, panggul, ekstremitas atas dan bawah Sendi: Klasifikasi berdasarkan gerakan Klasifikasi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi eksperimental pada neuromuscular junction otot rangka m. gastroknemius katak Bufo melanostictus Schneider

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA Bio Psikologi Modul ke: Konduksi Neural / Sinapsis: 1. Konsep sinapsis 2. Peristiwa kimiawi pada sinapsis 3. Obat-obatan dan sinapsis Fakultas Psikologi Firman Alamsyah, MA Program Studi Psikologi Konsep

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai acuan dari presentase Pada makalah ini kami membahas dasar biolistrik

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna BAB IV SISTEM INDERA A. PEMERIKSAAN PENGLIHATAN Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna Dasar teori Mata merupakan organ sensorik yang kompleks, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI OTOT BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI OTOT BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI OTOT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.2. Tempat dan Waktu 3.3. Populasi dan Sampel 3.4. Besar Sampel sembilan Universitas Indonesia

BAB 3 METODOLOGI 3.2. Tempat dan Waktu 3.3. Populasi dan Sampel 3.4. Besar Sampel sembilan Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI 3.1. Desain Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi eksperimental pada neuromuscular junction otot rangka m. gastroknemius katak Bufo melanostictus Schneider secara

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

Komunikasi di Sepanjang dan Antar Neuron. Gamaliel Septian Airlanda

Komunikasi di Sepanjang dan Antar Neuron. Gamaliel Septian Airlanda Komunikasi di Sepanjang dan Antar Neuron Gamaliel Septian Airlanda Prinsip Dasar Jalannya Rangsang a) Resting Membrane Potensial b) Potensial Membrane c) Potensial aksi d) Sifat elektrik pasif membrane

Lebih terperinci

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Pendahuluan Dasarnya : neurofarmakologi studi ttg obat yang berpengaruh terhadap jaringan saraf Ruang lingkup obat-obat SSP: analgetik, sedatif, antikonvulsan, antidepresan,

Lebih terperinci

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Materi 3 Kardiovaskular III A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Tujuan a. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara palpasi b. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara auskultasi Dasar Teori

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.1 1. Perhatikan gambar berikut! Sel yang ditunjukkan gambar diatas adalah... neuron nefron neurit nucleus Kunci Jawaban : A

Lebih terperinci

MUSCLE. drg. ANIS A. MAKKY, MKes. Physiology - Oral Biology Dept. Dentistry Unair Surabaya, March 13, 2008

MUSCLE. drg. ANIS A. MAKKY, MKes. Physiology - Oral Biology Dept. Dentistry Unair Surabaya, March 13, 2008 MUSCLE drg. ANIS A. MAKKY, MKes Physiology - Oral Biology Dept. Dentistry Unair Surabaya, March 13, 2008 EXCITABLE CELL 1. NEURON 2. MYOCITES Neuron NERVOUS SYSTEM Peripheral NS : Nn. Cranialis Nn. Spinalis

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Rendemen Ekstrak akar Acalypha indica Linn. dari tiga sediaan menunjukkan hasil rendemen yaitu, 1,85 %, 2,4 %, dan 1,9 %. 4.2. Uji Fitokimia Hasil uji fitokimia ekstrak

Lebih terperinci

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Pendahuluan Dasarnya : neurofarmakologi studi ttg obat yang berpengaruh terhadap jaringan saraf Ruang lingkup obat-obat SSP: analgetik, sedatif, antikonvulsan, antidepresan,

Lebih terperinci

SISTEM SARAF. Sel Saraf

SISTEM SARAF. Sel Saraf SISTEM SARAF Sel Saraf Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistemn ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai

Lebih terperinci

iii. Bekerja di luar kesadaran, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah. b. Otot Lurik

iii. Bekerja di luar kesadaran, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah. b. Otot Lurik III. OTOT 1. Jenis-Jenis Jaringan Otot Ada beberapa jeni jaringan otot pada tubuh manusia yang perlu diketahui, antara lain: a. Jaringan Otot polos (Otot Volunter) Jaringan otot polos merupakan otot yang

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/diskriminasi benda.

Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/diskriminasi benda. C. SENSORIK UMUM (sistem sensorik somatis) dan REFLEKS SENSORIK UMUM (sistem sensorik somatis) Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan

Lebih terperinci

KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT

KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT Kanal ion Peran penting kanal ion dalam sel adalah : 1. transport ion 2. pengaturan potensi listrik di membrane sel 3. signaling sel (kanal

Lebih terperinci

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Saraf Manusia ; neuron Sistem saraf PENGATUR fungsi tubuh

Lebih terperinci

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo Jaringan Hewan Compiled by Hari Prasetyo Tingkatan Organisasi Kehidupan SEL JARINGAN ORGAN SISTEM ORGAN ORGANISME Definisi Jaringan Kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama untuk

Lebih terperinci

PENGANTAR STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN

PENGANTAR STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN PENGANTAR STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN Tingkat-tingkat tingkat Organisasi Struktural Pada jaringan hewan, fungsi berkorelasi dengan struktur Sistem-sistem organ hewan saling bergantung satu sama lain Pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Pada remaja kemampuan berkembang secara fisik masih sangat baik. Waktu utama untuk pertumbuhan otot yang optimal adalah

Lebih terperinci

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA SIFAT KERJA OTOT RANGKA

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA SIFAT KERJA OTOT RANGKA MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA SIFAT KERJA OTOT RANGKA ARBI WIGUNA JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2017 Otot lurik mempunyai serabut kontraktil

Lebih terperinci

KELISTRIKAN DALAM TUBUH. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mekanika dan Keelektromagnetan yang dibina oleh Bapak Sutarman dan Ibu Erni Yulianti

KELISTRIKAN DALAM TUBUH. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mekanika dan Keelektromagnetan yang dibina oleh Bapak Sutarman dan Ibu Erni Yulianti KELISTRIKAN DALAM TUBUH MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mekanika dan Keelektromagnetan yang dibina oleh Bapak Sutarman dan Ibu Erni Yulianti Oleh Off A Ghufron Nurpatriya Krisna () Rifka Amilia

Lebih terperinci

Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading...

Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading... Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading... Saraf simpatik dan parasimpatik termasuk ke dalam sistem saraf tak sadar. Saraf simpatik berpangkal pada sumsum tulang belakang (medula spinalis)

Lebih terperinci

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak? Belajar IPA itu asyik, misalnya saat mempelajari tentang astronomi dan benda-benda langit, kita bisa mengenal lebih dekat tentang planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya. Pelajaran seperti ini

Lebih terperinci

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Perbandingan antara Sistem syaraf Somatik dan Otonom Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Sriwijaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Sriwijaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rangkaian gerak dapat terselenggara oleh karena bentuk sel saraf yang khas yaitu mempunyai tonjolan yang panjang dan bercabang-cabang. Gerak refleks adalah gerak spontan

Lebih terperinci

ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYA DALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKA

ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYA DALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKA ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYA DALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKA Dr. LITA FERIYAWATI NIP. 132295736 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENDAHULUAN Sistim saraf manusia adalah suatu

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

Sistem saraf. Kurnia Eka Wijayanti

Sistem saraf. Kurnia Eka Wijayanti Sistem saraf Kurnia Eka Wijayanti Sistem saraf SSP SST Otak Medula spinalis Saraf somatik Saraf Otonom Batang otak Otak kecil Otak besar Diencephalon Mesencephalon Pons Varolii Medulla Oblongata Saraf

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka 3 TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka Otot rangka (skeletal muscle) bertanggung jawab atas pergerakan tubuh secara sadar. Otot rangka disebut juga otot lurik (striated muscle) karena pengaturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Reaksi 2.1.1 Definisi Waktu Reaksi Waktu reaksi merupakan jarak waktu antara diberikannya stimulus dengan kontraksi otot pertama setelah stimulus diberikan. 4,5 Waktu

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan Sistem Saraf Sistem Saraf Pusat Sistem Saraf Tepi Otak Sumsum Sistem Saraf Aferen Sistem Saraf Eferen Lobus Frontalis Lobus Temporalis Otak Besar Lobus Oksipitalis Lobus Parietalis Otak Kecil Sumsum Lanjutan

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung Debby O.L Sihombing, Lucia D.U.A Lubis, Nisrina Setiowati, Septa Sophiana Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate

Lebih terperinci

Anesty Claresta

Anesty Claresta Anesty Claresta 102011223 Skenario Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang lalu. Keluhan berdebar ini terjadi ketika ia mengingat suaminya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

FISIOLOGI OTOT. Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UNAND. Kuliah Pengantar Blok 1.3 Minggu IV

FISIOLOGI OTOT. Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UNAND. Kuliah Pengantar Blok 1.3 Minggu IV FISIOLOGI OTOT Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UNAND SIFAT-SIFAT KHUSUS OTOT Mudah terangsang (irritability) Mudah berkontraksi (contractility) Dapat melebar (extensibility) Dapat diregang

Lebih terperinci

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF 17 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 17 SISTEM SARAF Segala aktivitas tubuh manusia dikoordinasi oleh sistem saraf dan sistem hormon (endokrin). Sistem saraf bekerja atas

Lebih terperinci