STUDY PERBANDINGAN PENGGUNAAN BALLAST LAMPU TL DENGAN STARTER ELEKTRONIK LED DI PT. INTI CAKRAWALA CITRA. Dicki Andrian 1, Ir.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDY PERBANDINGAN PENGGUNAAN BALLAST LAMPU TL DENGAN STARTER ELEKTRONIK LED DI PT. INTI CAKRAWALA CITRA. Dicki Andrian 1, Ir."

Transkripsi

1 STUDY PERBANDINGAN PENGGUNAAN BALLAST LAMPU TL DENGAN STARTER ELEKTRONIK LED DI PT. INTI CAKRAWALA CITRA Dicki Andrian 1, Ir. Eddy Warman, MT 2 Konsentrasi Teknik Energi Listrik Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan JL. HM.Joni No.70a Medan INDONESIA Homepage : Dickyand15@gmail.Com ABSTRAK Lampu LED ( Light Emiting Diode ) adalah teknologi dioda pemancar cahaya yang akan menggantikan lampu pijar dan lampu pendar di masa depan. Indonesia sendiri penggunaan LED dalam penerangan masih jarang digunakan, ini karena harga dari lampu LED yang cukup mahal jika dibandingkan dengan lampu yang biasa digunakan. Banyak keuntungan yang di dapat dari penggunaan lampu LED ini, antara lain daya yang di serap cukup kecil dibandingkan lampu jenis TL( Tube Lamp ) yang memakai ballast. Cahaya yang dihasilkan cukup terang dan minim perawatan serta tahan lebih lama. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penggunaan lampu TL dengan lampu LED di PT. Inti Cakrawala Citra sehingga memberikan informasi yang sangat berguna bagi kalangan usaha dan masyarakat bahwa penggunaan LED sangatlah efektif dan efisien. Dari penelitian ini didapat besarnya penghematan konsumsi daya real untuk penggunaan lampu LED 18 W sebesar 42,62 % dan 36W sebesar 22,69 %. Keyword : lampu LED, cos phi, lampu TL ( Tube Lamp ) ABSTRACT LED (Light Emiting Diode) is a light-emitting diode technology that will replace incandescent and fluorescent lamps in the future. Indonesia's own use of LED in lighting is still rarely used, because the price of LED lights are quite expensive when compared to commonly used lamps. Many of the benefits obtained from the use of LED lights, among others, in the absorption power is quite small compared to lamp types TL (Tube Lamp) using ballast. The resulting light is bright enough and minimal maintenance and longer lasting. This thesis aims to compare the use of fluorescent lamp with LED lights in PT. Inti cakrawala Citra so as to provide very useful information for businesses and the public that the use of LED is very effective and efficient. From this research is obtained the amount of real power consumption savings for the use of LED lights 18 W for 42.62% and 22.69% at 36W. Keyword: LED lamps, cos phi, lamp TL (Tube Lamp) 1

2 1. PENDAHULUAN Dalam perkembangannya di bidang penerangan, lampu LED ( Light Emiting Diode) kini mulai digunakan sebagai lampu penerangan baik untuk penerangan rumah maupun Industri. Indonesia sendiri penggunaan lampu LED dalam penerangan masih jarang digunakan, ini karena harga dari lampu LED yang cukup mahal jika dibandingkan dengan lampu yang biasa digunakan. Pembuatan LED dilakukan berdasarkan kebutuhan tegangan yang umumnya digunakan oleh konsumen, yaitu pada tegangan 220V. Banyak keuntungan yang di dapat dari penggunaan lampu LED ini, antara lain daya yang di serap cukup kecil dibandingkan lampu jenis TL (Tube Lamp ) yang memakai ballast. Cahaya yang dihasilkan cukup terang dan minim perawatan serta tahan lebih lama. Dunia Industri tentunya sangat menginginkan biaya operasional mereka lebih kecil dari laba yang mereka dapat, ini berhubungan dengan konsumsi daya listrik mereka yang sangat besar dikarenakan pemakaian peralatan peralatan untuk produksi. Dengan adanya penghematan daya listrik melalui penggunaan lampu LED, masalah cost operasional akan menjadi mudah untuk diatasi. Memang sedikit mahal harga dari lampu LED ini, tapi dengan adanya penelitian tentang perbandingan penggunaan lampu LED ini dengan lampu jenis TL, Industri Industri akan mempertimbangkan untuk penggunaan lampu LED ini 2. LANDASAN TEORI 2.1. Ballast Fungsi utama dari ballast pada lampu fluorescent adalah untuk membatasi aliran arus listrik agar rangkaian lampu bekerja sesuai dengan range daya yang dibutuhkan Ballast Elektromagnetik Prinsip kerja dari ballast elektromagnetik pada lampu TL yaitu ketika tegangan AC 220 volt dihubungkan ke satu set lampu TL maka tegangan diujung ujung starter sudah cukup untuk membuat gas neon di tabung starter panas (terionisasi), sehingga starter yang dalam kondisi normalnya open akan menjadi closed. Ballast konvesional mempunyai beberapa macam tipe, masing-masing tipe tersebut mempunyai perbedaan pada komponen pembentuknya, namun pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama. Yang termasuk bagian dalam ballast elektromagnetik antara lain adalah 1. Choke atau inductor ballast Choke mempunyai fungsi utama untuk dapat mengalirkan daya dan arus mengoperasikan lampu dan dalam rangkaian tertentu juga akan melewatkan arus yang bertujuan untuk memanaskan elektroda. 2. Kapasitor ballast Penggunaan kapasitor sebagai ballast akan dapat mengurangi rugi-rugi listrik yang rendah sehingga efisiensi dapat diperoleh hampir 100%. Kapasitor sulit menjadi panas sehingga terjadinya noise atau suara bising dapat diperkecil. Pada frekuensi yang cukup tinggi keuntungankeuntungan tersebut dapat diperoleh tetapi pada frekuensi rendah, dimana tegangan lampu masih berbentuk gelombang segi empat, sehingga kapasitor tidak dapat digunakan karena adanya distorsi dari arus lampu. Ketidaksesuaian kapasitor pada frekuensi rendah juga disebabkan oleh hal hal yang lain. Salah satu contohnya adalah tegangan lampu yang berubah secara tidak kontiyu. Hal ini adapat dianggap bahwa perubahan membutuhkan waktu yang singkat, tegangan utama tetap konstan, sehingga perubahan tegangan ditanggung oleh kapasitor. 3. Choke-capacitor ballast Ballast tipe ini merupakan kombinasi antara ballast magnetis dengan ballast kapasitor. Kumparan dirangkaikan secara seri dengan sebuah kapasitor kemudian dihubungkan dengan rangkaian lampu. Ballast tipe ini memungkinkan untuk digunakan pada high lamps voltage karena memiliki bentuk gelombang yang lebih baik jika dibandingkan dengan ballast tipe yang lainnya dan mempunyai tingkat sensitivitas yang kecil terhadap perubahan tegangan yang terjadi pada sumber yang disebabkan karena mempunyai karekteristik arus yang hampir konstan. 4. Leakage-reactance transformer ballast Pada kondisi tertentu tegangan sumber AC normal tidak mampu untuk melakukan start dan mengoperasikan beberapa jenis lampu. Hal ini ballast perlu menaikkan tegangan untuk membangkitkan gas-gas yang ada didalam tabung lampu. Rangkaian ini lebih dikenal dengan stray field atau leakage-reactance transformer. Gambar 2.1 Skema rangkaian lampu TL dengan trafo Ballast Lampu Fluorescent Lampu fluorescent lebih dikenal pada masyarakat dengan nama lampu TL. Prinsip kerja dari lampu ini menggunakan media gas mineral flour yang berfungsi untuk menghasilkan cahaya, dimana energi listrik akan membangkitkan gas di dalam tabung lampu sehingga akan timbul sinar 2

3 ultra violet, dari sinar ultra violet itu akan menimbulkan phosphors yang kemudian akan bercampur dengan mineral lainnya yang telah dilukiskan pada tabung lampu sehingga akan timbul cahaya. Bagian bagian lampu Fluorescent ( TL ) foton sehingga menghasilkan cahaya. Semakin besar energi yang dilepaskan, semakin besar energi yang terkandung dalam foton. Gambar 2.3 Bagian bagian lampu Fluorescent (TL ) 1. Filamen Tungsten 2. Tabung Kaca 3. Gas Mulia (Argon) 4. Bubuk Fosfor 5. Air Raksa (Merkuri) 6. Kontak-kontak penghubung Trafo Ballast dan Starter Gambar 2.4 Ballast dan starter 2.3 Prinsip kerja Lampu LED LED adalah singkatan dari Light Emitting Diode, artinya dioda yang bisa memancarkan cahaya. LED termasuk jenis dioda dan mempunyai dua kaki yang disebut anoda dan katoda. LED bisa memancarkan cahaya karena terjadi pelepasan foton saat proses pertemuan semikonduktor P dan semikonduktor N. Cahaya pada LED adalah energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Cahaya yang tampak merupakan hasil kombinasi panjangpanjang gelombang yang berbeda dari energi yang dapat terlihat, mata bereaksi melihat pada panjang-panjang gelombang energi elektromagnetik dalam daerah antara radiasi ultraviolet dan infra merah. Cahaya terbentuk dari hasil pergerakan electron pada sebuah atom. Dimana pada sebuah atom, elektron bergerak pada suatu orbit yang mengelilingi sebuah inti atom. Elektron pada orbit yang berbeda memiliki jumlah energi yang berbeda. Elektron yang berpindah dari orbit dengan tingkat energi lebih tinggi keorbit dengan tingkat energi lebih rendah perlu melepas energi yang dimilikinya. Energi yang dilepaskan ini merupakan bentuk dari Gambar 2.5 Perpindahan elektron pada sebuah LED Warna cahaya LED bergantung pada material semikonduktor yang digunakan.penggunaan LED saat ini sangat mendominasi komponen display dalam peralatan elektronika dari yang dulu hanya sebagai indikator power supply atau indikator saklar, sekarang LED sudah dipakai sebagai backlight LCD, lampu penerangan dan bahkan sudah bisa menjadi display gambar menggantikan LCD (tidak hanya backlight saja). Pemilihan LED didasarkan pada penggunaan daya listriknya yang sangat efisien atau dengan kata lain LED lebih hemat listrik. Tegangan Maju (Forward Bias) LED Masing-masing Warna LED (Light Emitting Diode) memerlukan tegangan maju (Forward Bias) untuk dapat menyalakannya. Tegangan Maju untuk LED tersebut tergolong rendah sehingga memerlukan sebuah Resistor untuk membatasi Arus dan Tegangannya agar tidak merusak LED yang bersangkutan. Tegangan Maju biasanya dilambangkan dengan tanda V F. Tabel 2.2 Warna untuk tegangan maju 20mA Warna Tegangan Infra Merah 1,2V Merah 1,8V Jingga 2,0V Kuning 2,2V Hijau 3,5V Biru 3,6V Putih 4,0V Rumus Cara Menghitung Resistor Untuk LED Pada rangkaian diatas kita menggunakan sebuah sumber tegangan DC (Battery) untuk menyalakan LED. Sebagai pembatas arus dipasag sebuah resistor R1 secara seri terhadap LED. Besarnya nilai resistor dapat dihitung menggunakan rumus dasar hukum Ohm, dimana besarnya nilai resistor sama dengan tegangan dibagi arus. Karena resistor dipasang seri terhadap LED maka besarnya tegangan pada resistor sama 3

4 dengan tegangan battery dikurangi forward LED. Berikut ini rumus cara menghitung resistor untuk LED : Misalnya kita menggunakan sebuah LED dengan batas arus maksimal sebesar 20mA dengan tegangan supply sebesar 5V dan tegangan maju sebesar 2V, maka nilai resistor yang kita pasang adalah sebesar 5V dikurangi 2V lalu dibagi dengan 20mA. Hasilnya sebesar 150 Ohm. Rangkaian Starter LED AC 220 volt LED adalah dioda yang dapat menyala atau memancarkan cahaya pada saat diberikan sumber tegangan secara forward. Pada dasarnya LED dapat dinyalakan dengan sumber tegangan DC 3 volt dan arus makismal 50 ma. Rangkaian LED AC 220 volt merupakan salah satu metode menyalakan LED menggunakan tegangan AC 220 Volt PLN. Rangkaian starter LED AC 220 Volt ini dapat diaplikasikan pada lampu penerangan rumah. LED yang digunakan pada rangkaian ini adalah LED super bright agar dapat memberikan intensitas cahaya yang maksimal. Gambar skema dan nilai komponen untuk membuat rangkaian starter LED AC 220 Volt dapat dilihat pada gambar 2.7 Gambar 2.7 Rangkaian Starter LED AC 220 volt Rangkaian starter LED AC 220 Volt untuk menyalakan LED dengan tegangan AC 220 Volt PLN dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satu metode tersebut adalah dengan membuat rangkaian seperti pada gambar diatas. Metode menyalakan LED dengan tegangan AC 220V yang digunakan pada rangkaian diatas adalah dengan dengan cara menyearahkan tegangan AC 220V menjadi tegangan DC kemudian memberikan pembatas arus untuk tegangan supply rangkaian LED. Rangkaian LED AC 220 Volt pada gambar diatas terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut: 1. Rectifier, bagian ini berfungsi untuk menyearahkan tegangan AC 220V menjadi tegangan DC. Komponen yang berfungsi sebagai rectifier adalah dioda bridge D1 dan kapasitor C2. 2. Pembatas arus, bagian pembatas arus berfungsi untuk membatasi arus maksimum arus yang mengalir ke LED dan rectifier. Pada rangkaian starter LED AC 220 Volt diatas terdapat 2 unit pembatas arus yaitu pembatas arus untuk rectifier dan pembatas arus untuk LED. Pembatas arus rectifier rmenggunakan resistor R1 110 KOhm dengan capasitor C1 dan pembatas arus LED menggunakan resistor R2 56 Ohm. 2.4 Teori dasar mengenai cahaya Cahaya merupakan salah satu bagian dari berbagai jenis gelombang elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetisnya. Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut: Pijar, benda padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu tertentu. Intensitas meningkat dan penampilan menjadi semakin putih jika suhu naik. Muatan Listrik, jika arus listrik dilewatkan melalui gas,maka atom dan molekulnya akan memancarkan radiasi, dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang ada. Electro Luminescence, Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor. Photo luminescence, radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap, biasanya oleh suatu padatan dan dipancarkan kembali pada berbagai panjanggelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat, maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau phosphorescence.cahaya nampak menyatakan gelombang yang sempit diantara cahaya ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas). Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut pandangan. Oleh karena itu, penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak. 2.5 Perhitungan Lumen Flux cahaya (ф) adalah jumlah keseluruhan watt cahaya dengan satuan lumen, disingkat dengan lm. Satu watt cahaya kira kira sama dengan 680 lumen. Angka perbandingan 680 ini dinamakan ekivalen pancaran fotometris. Intensitas cahaya (I) adalah flux cahaya persatuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah tertentu yang diukur dalam satuan candela (cd). 4

5 Sedangkan steradian adalah sudut ruang pada titik tengah bola antara jari-jari terhadap batas luar permukaan bola sebesar kuadrat jari-jarinya. Gambar 2.9 Steradian Karena luas permukaan bola = 4 πr 2, maka di sekitar titik tengah bola terdapat 4 sudut ruang yang masing-masing = 1 steradian. Jumlah steradian suatu sudut ruang dinyatakan dengan lambang (omega). Luminansi adalah jumlah cahaya yang dipantulkan atau diteruskan oleh suatu obyek. Permukaan yang lebih gelap akan memantulkan cahaya yang lebih sedikit daripada permukaan yang lebih terang, karena itu dibutuhkan iluminansi yang sama dengan permukaan yang lebih terang. Iluminasi atau Intensitas penerangan (E) adalah cahaya yang mengenai suatu permukaan dan diukur dalam footcandle atau lux. Satu footcandle merupakan intensitas penerangan pada suatu permukaan dengan luas permukaan foot 2 berjarak pada satu foot dari sumber cahaya dengan intensitas cahaya 1 candle. Gambar 2.10 Iluminasi Dalam calculux dimungkinkan perhitungan luminansi suatu titik yang berupa grid, diambil pada tempat pemantulan cahaya dalam penyebaran yang merata dengan faktor pemantulan ρ. Efikasi adalah rentang angka perbandingan antara fluks cahaya (lumen) dengan daya listrik suatu sumber cahaya (watt), dalam satuan lumen/watt. 2.6 Perhitungan Beban Setiap beban pasti memiliki daya, daya ini dihasilkan oleh beban pada saat terhubung dengan suplai, begitu pula dengan lampu. Lampu bias menghasilkan cahaya karena dia mengkonsumsi daya dalam jumlah tertentu sesuai dengan standart dari masing masing produsen lampu tersebut. Daya tersebut biasanya sudah dicantumkan pada setiap produk, tetapi daya ini juga bisa didapat dengan melalui pengukuran secara langsung pada masing masing lampu. Daya sendiri ada 3 jenis,yaitu daya semu, daya aktif dan daya reaktif. 1. Daya semu Daya semu merupakan penjumlahan vektor dari daya aktif dan daya reaktif. Daya ini dinyatakan dalam satuan VA. dimana : S : daya Semu (VA) P : Daya aktif (Watt) Q : Daya reaktif (Var) 2. Daya aktif Daya aktif merupakan daya yang berupa daya kerja seperti daya mekanik, panas, cahaya, dan lainnya. Daya ini diperlukan supaya mesin dapat melakukan kerja real sesuai kapasitas dayanya. Daya aktif dinyatakan dalam satuan watt (W). P = V x I x Cos Ф dimana : P : daya aktif (Watt) v : tegangan (volt) i : arus (ampere) Ф : sudut antara arus dan tegangan 3. Daya reaktif Daya reaktif merupakan daya yang diperlukan oleh listrik yang bekerja dengan sistem elektromagnet. Daya ini dibutuhkan oleh mesin untuk mempertahankan medan magnetnya agar mesin dapat beroperasi dengan baik. Daya ini dinyatakan dalam satuan VAR. Q = V x I x Sin Ф dimana : Q : daya reaktif (Var) v : tegangan (volt) i : arus (ampere) Ф : sudut antara arus dan tegangan Dari rumus diatas, maka daya listrik dapat digambarkan sebagai segitiga siku siku, yang secara vektor adalah penjumlahan daya aktif dan reaktif dan sebagai resultannya adalah daya semu. Gambar 2.11 Segitiga daya 5

6 2.7 Harmonisa Pada umumnya dalam dunia elektro, khususnya sistem tenaga listrik, distribusi listrik dapat di gambarkan sebagai bentuk gelombang sinus. Salah satu karakteristik dari sistem ini adalah pembentukan gelombang sinus ideal dimana bentuk gelombangnya bersih dan tidak terdistorsi. Namun, bila terjadi distorsi berlebihan yang ditimbulkan oleh sumber harmonisa seperti converter Definisi Harmonisa Harmonisa adalah gangguan yang terjadi pada sistem distribusi tenaga listrik akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Pada dasarnya, harmonisa adalah gejala pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Bila terjadi superposisi antara gelombang frekuensi dasar dengan gelombang frekuensi harmonik maka terbentuklah gelombang terdistorsi sehingga bentuk gelombang tidak lagi sinusoidal. Fenomenan ini disebut dengan distorsi harmonik. Pembentukan gelombang non-sinusoidal hasil distorsi harmonik dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.12 Proses pembentukan gelombang nonsinusoidal akibat distorsi harmonis Sumber Harmonisa Pada sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban non linier. Beban linier memberikan gelombang keluaran linier artinya arus yang mengalir sebanding dengan impendansi dan perubahan tegangan. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar dibawah berikut : Gambar 2.13 Keluaran gelombang linear Pada gambar diatas terlihat bahwa saat gelombang tegangan berbentuk sinusoidal maka gelombang arus juga berbentuk sinusoidal yang sama dengan gelombang tegangan. Salah satu jenis beban liniear adalah resistor. Beban non linier memberikan gelombang keluaran arus yang tidak sebanding dengan tegangan dasar sehingga gelombang arus maupun teganganya tidak sama dengan gelombang masukannya. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar berikut : Gambar 2.14 Keluaran gelombang non-linear Pengaruh Harmonisa Tegangan dan arus harmonisa dapat menimbulkan efek yang berbeda-beda pada peralatan listrik yang terhubung dengan jaringan listrik tergantung karakteristik listrik beban itu sendiri. Seperti terjadinya penurunan kinerja dan bahkan menimbulkan kerusakan. Akan tetapi, secara umum pengaruh harmonisa pada peralatan listrik ada tiga, yaitu : 1. Nilai rms baik tegangan dan arus lebih besar 2. Nilai puncak (peak value) tegangan dan arus lebih besar 3. Frekuensi sistem turun 3. PEMBAHASAN 3.1 Cara kerja Ballast pada lampu Tl Prinsip kerja dari ballast elektromagnetik pada lampu TL yaitu ketika tegangan AC 220 volt dihubungkan ke satu set lampu TL maka tegangan diujung ujung starter sudah cukup untuk membuat gas neon di tabung starter panas (terionisasi), sehingga starter yang dalam kondisi normalnya open akan menjadi closed. Oleh karenanya gas neon menjadi dingin (deionisasi), dan dalam kondisi starter closed ini terdapat aliran arus yang memanaskan filament tabung lampu TL terionisasi. Pada saat gas neon didalam tabung starter sudah cukup dingin maka bimetal di dalam tabung starter tersebut akan open kembali sehingga ballast akan menghasilkan spike tegangan tinggi yang mengakibatkan lompatan elektron dari kedua elektroda dan memendarkan lapisan fluorescent pada tabung lampu TL tersebut. Peristiwa ini akan berulang ketika gas dalam tabung lampu TL tidak terionisasi penuh sehingga tidak terdapat cukup arus yang melewati filament lampu tersebut. Lampu tersebut akan berkedip, selain itu jika tegangan induksi dari ballast tidak cukup besar walaupun tabung neon TL tersebut sudah 6

7 terionisasi penuh tetap tidak akan menyebabkan lompatan elektron dari salah satu elektroda tersebut. Jika proses Starting up pertama tidak berhasil maka tegangan diujung ujung starter cukup untuk membuat gas neon di dalamnya terionisasi (panas) sehingga starter closed. Dan seterusnya sampai lampu TL masuk pada kondisi steady state yaitu saat impedansinya turun menjadi ratusan ohm. Impedansi dari tabung akan turun dari ratusan mega ohm menjadi ratusan ohm saja pada saat kondisi steady state. Arus yang di tarik oleh lampu TL tergantung dari impedansi trafo ballast seri dengan impedansi tabung lampu TL. Selain itu karena tidak ada sinkronisasi dengan tegangan input maka ada kemungkinan ketika starter berubah kondisi dari closed ke open terjadi pada saat tegangan AC turun mendekati nol sehingga tegangan yang dihasilkan ballast tidak cukup menyebabkan lompatan elektron pada tabung lampu TL. Fungsi utama dari ballast pada lampu fluorescent adalah untuk membatasi aliran arus listrik agar rangkaian lampu bekerja sesuai dengan range daya yang dibutuhkan. Gambar 3.1 Rangkaian instalasi lampu TL fluorescent Pengujian Ballast Elektromagnetik Berbeban pada rangkaian pengujian ini memiliki prinsip dasar yang sama dari pemasangan voltmeter dan amperemeter. Voltmeter di hubungkan secara parallel ke sumber tegangan, dan ampermeter di seri dengan ballast untuk mendapatkan nilai arus dipasang tanpa harus melepas rangkaian. Ballast yang di gunakan adalah merk P 36 W dengan satu buah starter merk P dan lampu TL 36 W. Berikut ini pada gambar 3.2 menunjukkan rangkaian pengujian saat ballast berbeban. Pada rangkaian pengujian tersebut dapat terlihat cara pemasangan voltmeter, amperemeter dan cosphi meter. Gambar 3.2 Rangkaian pengukuran ballast elektromagnetik berbeban 3.2 Starter Elektronik LED Rangkaian starter LED AC 220 volt merupakan salah satu metode menyalakan LED menggunakan tegangan AC 220 Volt PLN. Rangkaian starter LED AC 220 Volt ini dapat diaplikasikan pada lampu penerangan rumah. LED yang digunakan pada rangkaian ini adalah LED super bright agar dapat memberikan intensitas cahaya yang maksimal. Gambar skema dan nilai komponen untuk membuat rangkaian starter LED AC 220 Volt dapat dilihat pada gambar 3.3 Gambar. 3.3 Rangkain starter elektronik LED Metode menyalakan LED dengan tegangan AC 220V yang digunakan pada rangkaian diatas adalah dengan dengan cara menyearahkan tegangan AC 220V menjadi tegangan DC kemudian memberikan pembatas arus untuk tegangan supply rangkaian LED. Rangkaian starter LED AC 220Volt pada gambar diatas terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut: 1. Rectifier, bagian ini berfungsi untuk menyearahkan tegangan AC 220V menjadi tegangan DC. Komponen yang berfungsi sebagai rectifier adalah dioda bridge D1 dan kapasitor C2. Rangkaian rectifier biasanya terdiri dari komponen Dioda. Terdapat 2 jenis rangkaian rectifier yaitu Half Wave Rectifier yang hanya terdiri dari 1 komponen Dioda dan Full Wave Rectifier yang terdiri dari 2 atau 4 komponen dioda. Gambar 3.4 Rangkaian penyearah ( rectifier ) 1. Pembatas arus, bagian pembatas arus berfungsi untuk membatasi arus maksimum arus yang mengalir ke LED dan rectifier. Pada rangkaian LED AC 220 Volt diatas terdapat 2 unit pembatas arus yaitu pembatas arus untuk rectifier dan pembatas arus untuk LED. Pembatas arus rectifier rmenggunakan resistor R

8 KOhm dengan capasitor C1 dan pembatas arus LED menggunakan resistor R2 56 Ohm. Gambar 3.5 Rangkaian pembatas arus Pengujian Rangkaian Starter Elektronik LED Berbeban Pada pengujian ini menggunakan lampu TL LED merk Rohs dengan daya 18 W dan starter penyalaan merk Rohs. Alat ukur yang digunakakan adalah voltmeter,cosphi meter dan amperemeter digital. Pada gambar 3.7 dapat dilihat skema rangkaian sebagai berikut: c. Menyetel peralatan sesuai dengan kondisi pengujian d. Mengaktifkan dan mencatat pengujian selama 10 menit. e. Setelah pengujian selesai, peralatan dinonaktifkan dan mengumpulkan data yang di peroleh. 4. ANALISA DAN DATA 4.1 Analisa Kualitas Daya Ballast dan Starter Elektronik LED Pada sub bab analisis ini digunakan data yang didapatkan dari pengujian ballast berbeban, pengujian starter elektronik LED berbeban, pengujian ballast elektromagnetik tak berbeban dan pengujian starter elektronik LED tak berbeban. Parameter power quality yang dianalisis pada sub bab ini adalah konsumsi daya, Total HarmonicDistortion (THD), dan faktor daya Konsumsi Daya Dari pengukuran didapatkan data mengenai konsumsi daya ballast berbeban dengan daya starter elektronik LED berbeban tersebut. Tabel 4.1 menunjukkan data konsumsi daya pada kedua jenis lampu. Gambar 3.6 Rangkaian pengukuran starter elektronik LED berbeban 3.3 Prosedur Pengujian Berikut ini adalah prosedur pengujian untuk setiap pengujian yang dilakukan baik pada ballast elektromagnetik dan starter elektronik LED : 1. Pengujian ballast elektromagnetik berbeban. a. Memasang rangkaian seperti pada rangkaian pengujian diatas dengan menghubungkan alat ukur. b. Mengaktifkan peralatan dengan memberikan tegangan 220V dan frekuensi 50Hz. c. Menyetel peralatan sesuai kondisi pengujian. d. Mengaktifkan dan mencatat pengujian selama 10 menit. e. Setelah pengujian selesai, peralatan dinonaktifkan dan mengumpulkan data yang di peroleh. 2. Pengujian starter elektronik LED berbeban. a. Memasang rangkaian seperti pada rangkaian pengujian diatas dengan menghubungkan alat ukur. b. Mengaktifkan peralatan dengan memberikan tegangan 220V dan frekuensi 50Hz. Tabel 4.1 Data pengujian dari kedua jenis lampu. JENIS LAMPU Data - Data TL 18 w TL 36 w LED 18w LED 36w P (Watt) 26,18 41,25 15,02 31,89 S (VA) 70,4 74,08 15,33 32,55 Q (VAR) 63,35 61,54 3,06 2,65 V (Volt) I (Ampere) 0,33 0,36 0,07 0,15 Cos ϕ 0,35 0,52 0,98 0, Total Harmonic Distortion (THD) Pada pengukuran ballast berbeban didapatkan besarnya nilai THD, baik I THD dan V THD. Dari gambar 4.3 dan 4.4 terlihat besarnya nilai I pada ballast dan starter tersebut. Dari data yang didapatkan selanjutnya akan dillakukan pengolahan untuk dilakukan perbandingan terhadap standar yang digunakan. Standar yang digunakan adalah standar IEEE (Institute of Electrical and Elektroniks Engineers). Pertama yang dilakukan adalah mencari besarnya arus short circuit Point of Common Coupling (PCC) dalam hal ini adalah circuit breaker. Dari data didapatkan bahwa besarnya nilai I L = 25 A dan nilai Isc = 5000A. 8

9 Gambar 4.3 Grafik perbandingan nilai ITHD pada ballast elektromagnetik dengan starter elektronik LED dengan beban lampu P 18W Gambar 4.4 Grafik Perbandingan nilai ITHD pada Ballast elektromagnetik dengan starter elektronik LED dengan beban lampu P 36 W Faktor Daya Faktor daya merupakan parameter dalam power quality yang menunjukkan seberapa efisien suatu sistem atau peralatan mengubah arus dan tegangan masukan menjadi energi listrik. Gambar 4.7 dan 4.8 menunjukkan nilai faktor daya yang didapatkan dari pengukuran pada ballast dan starter elektronik tersebut ekonomis. Peninjauan dilakukan dengan melihat besarnya konsumsi energi yang digunakan baik pada ballast elektromagnetik maupun starter elektronik. Konsumsi energi listrik tersebut yang selanjutnya akan dikonversi dalam bentuk rupiah atau pada analisis ini dilihat biaya listrik yang dibayar dalam satu bulan. Pada analisis ini perbandingan segi ekonomis dilakukan pada ballast untuk setiap watt yang berbeda dengan diasumsikan bahwa setiap ballast menggunakan lampu TL merk Philips. Misalkan pada suatu rumah tempat tinggal yang memiliki daya nyata sebesar 1300 VA dan diasumsikan dirumah tersebut terdapat dua buah lampu TL 36 W dan dua buah LED Tube 36W dengan asumsi penggunaan lampu tersebut selama 12 jam dalam satu hari. Berikut ini perhitungannya : Ballast Elektromagnetik 36 W Pada pengukuran berbeban didapatkan bahwa besarnya daya aktif rata-rata dari ballast elektromagnetik 36W sebesar 41.25W. Maka didapatkan besarnya konsumsi energi listrik dalam sehari adalah : = 0,99 Kwh Jika diasumsikan dalam satu bulan terdapat tiga puluh hari maka didapatkan besarnya konsumsi energi listrik dalam satu bulan sebesar : = 29.7 Kwh Selanjutnya besarnya konsumsi energi listrik dalam sebulan tersebut dikonversi dalam bentuk biaya listrik dalam satu bulan sehingga didapatkan besarnya biaya listrik dalam satu bulan, yaitu : Gambar 4.7 Grafik perbandingan faktor daya pada ballast elektromagnetik dan starter elektronik 18W Gambar 4.8 Grafik perbandingan faktor daya pada ballast elektromagnetik dan starter elektronik 36W 4.2 Analisis Segi Ekonomis Ballast dan Starter Elektronik LED Pada analisis segi ekonomis ini akan dibahas dengan meninjau penggunaan ballast elektromagnetik maupun starter elektronik dari segi = Rp ,002 Starter elektronik LED 36 W Pada pengukuran berbeban didapatkan bahwa besarnya daya aktif rata-rata dari saklar elektronik 36W sebesar 32.35W. Maka didapatkan besarnya konsumsi energi dalam sehari adalah : = 0,776 Kwh Jika diasumsikan dalam satu bulan terdapat tiga puluh hari maka didapatkan besarnya konsumsi energi listrik dalam satu bulan sebesar : = 23,28 Kwh Selanjutnya besarnya konsumsi energi listrik dalam sebulan tersebut dikonversi dalam bentuk biaya listrik dalam satu bulan sehingga didapatkan besarnya biaya listrik dalam satu bulan, yaitu : 9

10 = Rp ,72 Tabel 4.4 Perbandingan konsumsi energi dan biaya listrik pada ballast elektromagnetik dan starter elektronik LED TIPE Starter elektronik Konsumsi energi listrik perbulan (Kwh) 4.3 Perhitungan Lumen Dengan menggunakan persamaan : maka untuk mengetahui berapa lumen yang dihasilkan oleh LED Tube 18W adalah: Misal diambil contoh untuk penerangan siang hari, yaitu 300 lux. E = 300 lux A = 5 8 meter = 40 m2 Ф = 300 lux 40 m2 Ф = lumen Dan apabila dimasukan ke persamaan : Jadi bila diaplikasikan sesuai dengan daya yang tertera pada LED Tube 18W maka, Ф = 12000/18 = 666,7 lumen/watt untuk LED Tube 18W ω = 85 I = ,55 cd Biaya listrik perbulan (Rp) Ballast elektromagnetik Konsumsi energi listrik perbulan (Kwh) Biaya listrik perbulan (Rp) 36W 23, ,72 29, ,002 18W 12, ,63 18, ,07 Type Lampu TL 18W TL 36W LED Tube 18W LED Tube 36W Tabel 4.5 Perbandingan nilai Iluminasi, flux cahaya, dan intensitas cahaya. E E Ф Ф A I malam I siang malam siang malam siang (Lux) (Lux) m2 (Lm) (Lm) (Cd) (Cd) ,160 2,080 13, , ,520 11,320 74, , ,880 12,000 78, , ,480 28, , , KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Besarnya penghematan konsumsi daya real untuk penggunaan starter elektronik 18W sebesar 42,62 % dan 36W sebesar 22,69 %. 2. Pada pengukuran berbeban terlihat bahwa starter elektronik LED memiliki nilai I THD (%) yang tidak memuhi standar. Hal ini disebabkan karena proses switching power suplai pada kerja dari starter elektronik LED. 3. Faktor daya yang kurang baik pada ballast magnetic disebabkan karena sifat induktif dari ballast tersebut. Pada data faktor daya antara ballast elektromagnetik 18 W dan 36 W terlihat bahwa ballast elektromagnetik 36 W memiliki nilai faktor daya yang lebih baik dibandingkan dengan ballast elektromagnetik 18W. 4. Dari analisa terlihat sama hal dengan starter elektronik LED 36W bahwa starter elektronik LED 18W memiliki biaya listrik perbulan dan konsumsi energi listrik yang lebih kecil dibandingkan dengan ballast elektromagnetik 36W. 5.2 SARAN 1. Untuk pencahayaan yang lebih baik bisa digunakan pemantul (reflector) yang lebih standart, agar tidak banyak cahaya yang terbuang. I THD (%) yang masih tinggi pada starter elektronik LED ini dapat diminimalisir dengan penggunaan rangkaian filter pasif pada sistem tenaga listrik. DAFTAR PUSTAKA 1. Chapman, Stephen J. (2002). Electric Machinery and Power System Fundamentals. New York : McGraw-Hill Higher Education, hal Dugan, Roger C. et al. (2002). Electrical Power Systems Quality. New York :McGraw-Hill, hal NLPIP. (2000). Specifier Reports: Elektronik Ballast Non-dimming elektronik ballast for 4-foot and 8-foot fluorescent lamps Volume 8 Number 1. New York: NLPIP. 4. NLPIP. (1992). Specifier Report : Power Reducers Flourescent Lighting. NewYork : NLPIP 5. Hibbard, John F. Lowenstein, Michael Z. Meeting IEEE HarmonicLimits. Milwaukee : Trans-Coil, Inc. hal 5 6. Saputro, JH. (2013). Analisa penggunaan lampu LED pada penerangan dalam rumah. F006058_MTA.pdf. 10

11 11

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL Abdullah Iskandar 1), Agus Supriyadi 2) 1) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan 2) Program Studi Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL 16 Jurnal Program Studi Teknik Elektro JE-Unisla EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL Suharijanto 1), Abdullah Iskandar 2), Agus Supriyadi 3) 11) Dosen Fakultas Teknik Prodi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR Oleh : Nisa Ridhayati NIM: 121331017 3A 2 Teknik Telekomunikasi Tanggal Percobaan : 14- Oktober- 2014 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Suatu sistem tenaga listrik dikatakan ideal jika bentuk gelombang arus yang dihasilkan dan bentuk gelombang tegangan yang disaluran ke konsumen adalah gelombang sinus murni.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

PENGUJIAN HARMONISA DAN UPAYA PENGURANGAN GANGGUAN HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI

PENGUJIAN HARMONISA DAN UPAYA PENGURANGAN GANGGUAN HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI JETri, Volume 4, Nomor 1, Agustus 004, Halaman 53-64, ISSN 141-037 PENGUJIAN HARMONISA DAN UPAYA PENGURANGAN GANGGUAN HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI Liem Ek Bien & Sudarno* Dosen Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN BALLAST ELEKTRONIK UNTUK PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA BEBAN PENERANGAN

ANALISIS PENGGUNAAN BALLAST ELEKTRONIK UNTUK PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA BEBAN PENERANGAN ANALISIS PENGGUNAAN BALLAST ELEKTRONIK UNTUK PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA BEBAN PENERANGAN Suroso *), Winasis, and Satria Ardhi Permana Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas

Lebih terperinci

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE SEMIKONDUKTOR Komponen Semikonduktor Di dunia listrik dan elektronika dikenal bahan yang tidak bisa mengalirkan listrik (isolator) dan bahan yang bisa mengalirkan listrik (konduktor). Gbr. 1. Tingkatan

Lebih terperinci

PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK

PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK Martono Dwi Atmadja *, Harrij Mukti Kristiana, Farida Arinie Soelistianto Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Agus R. Utomo Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424 E-mail : arutomo@yahoo.com Mohamad Taufik

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL

Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL 10 Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL Syaifurrahman (1), Abang Razikin (1), Madduhir Siregar (1), Jamhir Islami (2) (1,2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Untan (3) PLP Ahli

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Struktur Dioda

Gambar 3.1 Struktur Dioda 1 1. TEORI DASAR Dioda ialah jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Dioda tabung pertama kali diciptakan oleh seorang ilmuwan dari Inggris yang bernama Sir J.A. Fleming (1849-1945) pada tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BEBAN NONLINIER TERHADAP KINERJA KWH METER INDUKSI SATU FASA

ANALISIS PENGARUH BEBAN NONLINIER TERHADAP KINERJA KWH METER INDUKSI SATU FASA ANALISIS PENGARUH BEBAN NONLINIER TERHADAP KINERJA KWH METER INDUKSI SATU FASA Sofian Hanafi Harahap, Masykur Sjani Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Rangkaian seri RLC

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Rangkaian seri RLC BAB 2 DASAR TEORI 2.1 GEJALA PERALIHAN (TRANSIEN) Gejala peralihan atau transien merupakan perubahan nilai tegangan atau arus maupun keduanya baik sesaat maupun dalam jangka waktu tertentu (dalam orde

Lebih terperinci

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Mochammad Abdillah, Endro Wahyono,SST, MT ¹, Ir.Hendik Eko H.S., MT ² 1 Mahasiswa D4 Jurusan Teknik Elektro Industri Dosen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS LAMPU LED TYPE TABUNG DIBANDINGKAN DENGAN LAMPU TL

KAJIAN TEKNIS LAMPU LED TYPE TABUNG DIBANDINGKAN DENGAN LAMPU TL JHP17 Jurnal Hasil Penelitian LPPM Untag Surabaya Pebruari 2016, Vol. 01, No. 01, hal 53-60 KAJIAN TEKNIS LED TYPE TABUNG DIBANDINGKAN DENGAN TL Puji Slamet 1, Gatut Budiono 2 1Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya Peralatan Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN DISTRIBUSI PANAS DAN DISTRIBUSI CAHAYA PADA LAMPU LED

ANALISIS PENGUKURAN DISTRIBUSI PANAS DAN DISTRIBUSI CAHAYA PADA LAMPU LED ANALISIS PENGUKURAN DISTRIBUSI PANAS DAN DISTRIBUSI CAHAYA PADA LAMPU LED Septyono Utomo 1, Rudy Setiabudy 2 Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424 Email: septyono.utomo@gmail.com

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

Analisis Konservasi Energi Listrik pada Rumah Tinggal Daya 2200VA dengan Beban Penerangan

Analisis Konservasi Energi Listrik pada Rumah Tinggal Daya 2200VA dengan Beban Penerangan Analisis Konservasi Energi Listrik pada Rumah Tinggal Daya 2200VA dengan Beban Penerangan Bambang Priyandono Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung Abstrak Dewasa ini konservasi energi sangat

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR 3.1 Prinsip Kerja Sensor LDR LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronik yang resistansinya berubah ubah tergantung pada intensitas cahaya. Jika intensitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Harmonisa Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya banyak terdapat penggunaan komponen semi konduktor pada

Lebih terperinci

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu

Lebih terperinci

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tersebut. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat memberikan konsep mengenai penggunaan single

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green. Par LED W PAR LED (Parabolic Light Emitting Diode) Tidak bisa dielakkan bahwa teknologi lampu LED (Light Emitting Diode) akan menggantikan lampu pijar halogen, TL (tube lamp) dan yang lain. Hal ini karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa

1 BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa yang menyebabkan pemanasan global atau global warming. Salah satu hal yang telah dipelajari

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN SSN: 1693-6930 39 ANALSS UPAYA PENUUNAN BAYA PEMAKAAN ENEG LSTK PADA LAMPU PENEANGAN Slamet Suripto Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Abstrak Keterbatasan sumber

Lebih terperinci

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE A. Handjoko Permana *), Ari W., Hadi Nasbey Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta 13220 * ) Email:

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type.

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type. Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Analisis Arus Transien Transformator Setelah Penyambungan Beban Gedung Serbaguna PT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

Frederick Marshall Allo Linggi, Ridwan Gunawan. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia ABSTRAK

Frederick Marshall Allo Linggi, Ridwan Gunawan. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia ABSTRAK ANALISIS SPESIFIKASI DAN PENENTUAN OPERASI TEGANGAN KERJA TERBAIK PADA LAMPU LED DAN LAMPU HEMAT ENERGI MELALUI PENGUJIAN PENUAAN DAN PEMELIHARAAN FLUKS CAHAYA ABSTRAK Frederick Marshall Allo Linggi, Ridwan

Lebih terperinci

Analisis Harmonik pada Lampu Light Emitting Diode

Analisis Harmonik pada Lampu Light Emitting Diode 1 Analisis Harmonik pada Lampu Light Emitting Diode Adi Jaya Rizkiawan, Rudy Setiabudy Departemen Elektro, Fakultas Teknik, ABSTRAK Lampu Light Emitting Diode (LED) termasuk beban non-linear yang meng-injeksi

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONISA AKIBAT PENGGUNAAN LAMPU LED HARMONICS ANALYSIS ON THE USE OF LED LAMP

ANALISIS HARMONISA AKIBAT PENGGUNAAN LAMPU LED HARMONICS ANALYSIS ON THE USE OF LED LAMP Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS HARMONISA AKIBAT PENGGUNAAN LAMPU LED HARMONICS ANALYSIS ON THE USE OF LED LAMP Yoga Istiono 1, Julius Sentosa 2, Emmy Hosea 3 Program Studi Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PEMAKAIAN LISTRIK ANTARA LAMPU HEMAT ENERGI DENGAN LAMPU PENDAR TANPA KAPASITOR

ANALISIS PERBANDINGAN PEMAKAIAN LISTRIK ANTARA LAMPU HEMAT ENERGI DENGAN LAMPU PENDAR TANPA KAPASITOR ANALISIS PERBANDINGAN PEMAKAIAN LISTRIK ANTARA LAMPU HEMAT ENERGI DENGAN LAMPU PENDAR TANPA KAPASITOR Iman Setiono Staf pengajar PSD III Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jalan Prof.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL (SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE)

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL (SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE) HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL (SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE) Ullin Dwi Fajri A 1, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 2, Rini Nur Hasanah,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR DAYA DAN KUAT PENERANGAN LAMPU HEMAT ENERGI

ANALISIS FAKTOR DAYA DAN KUAT PENERANGAN LAMPU HEMAT ENERGI ANALISIS FAKTOR DAYA DAN KUAT PENERANGAN LAMPU HEMAT ENERGI Yadi Yunus 1, Suyamto 2, Indra Milyardi 1 1 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Babarsari P.O. BOX 6101 YKBB Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jarang diperhatikan yaitu permasalahan harmonik. harmonik berasal dari peralatan yang mempunyai karakteristik nonlinier

BAB I PENDAHULUAN. jarang diperhatikan yaitu permasalahan harmonik. harmonik berasal dari peralatan yang mempunyai karakteristik nonlinier BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Energi listrik merupakan suatu sumber energi yang menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia di dunia saat ini. Energi listrik dibangkitkan di pusat pembangkit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kualitas daya listrik telah menjadi isu penting pada industri tenaga listrik sejak

II. TINJAUAN PUSTAKA. kualitas daya listrik telah menjadi isu penting pada industri tenaga listrik sejak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas Daya Listrik Perhatian terhadap kualitas daya listrik dewasa ini semakin meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan energi listrik dan utilitas kelistrikan. Istilah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Besaran Listrik Terdapat tiga buah besaran listrik dasar yang digunakan di dalam teknik elektro, yaitu beda potensial atau sering disebut sebagai tegangan listrik, arus

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN Ahmad Rizal Sultan 1) Abstrak : Secara umum, tiap jenis lampu listrik memiliki umur sendiri. Namun karena berbagai faktor umur rata-rata belum

Lebih terperinci

STUDI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI (LHE Ber SNI dan LHE tanpa SNI)

STUDI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI (LHE Ber SNI dan LHE tanpa SNI) STUDI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI (LHE Ber SNI dan LHE tanpa SNI) Irnanda Priyadi, ST, MT Yenni Suhartini, ST, MT Staf pengajar Teknik Elektro UNIB Abstract Nowadays, the using of energy saving

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS

PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS 1) Bima Brilliando Agam, 2) Yushardi, 2) Trapsilo Prihandono 1) Mahasiswa S-1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA 1 Komponen: Elemen terkecil dari rangkaian/sistem elektronik. KOMPONEN AKTIF KOMPONEN ELEKTRONIKA KOMPONEN PASIF 2 Komponen Aktif: Komponen yang dapat menguatkan dan menyearahkan

Lebih terperinci

Peredaman Harmonik Arus pada Personal Computer All In One Menggunakan Passive Single Tuned Filter

Peredaman Harmonik Arus pada Personal Computer All In One Menggunakan Passive Single Tuned Filter Mustamam, Azmi Rizki Lubis, Peredaman... ISSN : 598 99 (Online) ISSN : 5 364 (Cetak) Peredaman Harmonik Arus pada Personal Computer All In One Menggunakan Passive Single Tuned Filter Mustamam ), Azmi Rizki

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4. Jurnal Emitor Vol. 15 No. 02 ISSN 1411-8890 ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.0 Novix Jefri

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR Eka Rahmat Surbakti, Masykur Sj Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I PENGUKURAN DAYA SATU FASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, kebutuhan akan energi listrik meningkat dan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. ini, kebutuhan akan energi listrik meningkat dan memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Sejalan dengan berkembangnya teknologi elektronik digital dewasa ini, kebutuhan akan energi listrik meningkat dan memegang peranan penting dalam menunjang

Lebih terperinci

Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik untuk Pencahayaan di Ruang Laboratorium Listrik dengan LHE

Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik untuk Pencahayaan di Ruang Laboratorium Listrik dengan LHE Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik untuk Pencahayaan di Ruang Laboratorium Listrik dengan LHE Eko Widiarto Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang E-mail : ewidiarto8@gmail.com

Lebih terperinci

Karakteristik dan Efisiensi Lampu Light Emiting Dioda (LED) sebagai Lampu Hemat Energi

Karakteristik dan Efisiensi Lampu Light Emiting Dioda (LED) sebagai Lampu Hemat Energi Karakteristik dan Efisiensi Lampu Light Emiting Dioda (LED) sebagai Lampu Hemat Energi Vandri Ahmad Isnaini 1) ; Rahmi Putri Wirman 2) ; Indrawata Wardhana 3) 1,2,3) Jurusan Pendidikan Fisika, FITK, IAIN

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONIK PADA LAMPU HEMAT ENERGI SKRIPSI

ANALISIS HARMONIK PADA LAMPU HEMAT ENERGI SKRIPSI ANALISIS HARMONIK PADA LAMPU HEMAT ENERGI SKRIPSI Oleh ABDUL AZIM 04 03 03 001 2 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 ANALISIS HARMONIK PADA LAMPU HEMAT ENERGI

Lebih terperinci

TINGKAT DISTORSI HARMONISA PADA LAMPU ESSENSIAL YANG BERBEDA MERK

TINGKAT DISTORSI HARMONISA PADA LAMPU ESSENSIAL YANG BERBEDA MERK TINGKAT DISTORSI HARMONISA PADA LAMPU ESSENSIAL YANG BERBEDA MERK Luqman Assaffat 1) 1) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kasipah no 10-1 Semarang Indonesia e_mail

Lebih terperinci

WATAK HARMONIK PADA INVERTER TIGA FASA TAK BERBEBAN

WATAK HARMONIK PADA INVERTER TIGA FASA TAK BERBEBAN WATAK HARMONIK PADA INVERTER TIGA FASA TAK BERBEBAN Wahri Sunanda 1, Yuli Asmi Rahman 2 1 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 2 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tadulako

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LED ( Light Emitting Diode) Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-emitting diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak

Lebih terperinci

MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA

MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA MAKALAH KOMPONEN ELEKTRONIKA DISUSUN OLEH: NAMA: SUBHAN HUSAIN NIM:300014003 JURUSAN: D3 TEKNIK ELEKTRO SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2014 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT Tuhan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

Kualitas Daya Listrik (Power Quality)

Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pend. Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 2745354 giriwiyono@uny.ac.id Perkembangan Teknologi Karakteristik

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bersumber dari kualitas daya listrik seperti yang tercantum

BAB II DASAR TEORI. bersumber dari kualitas daya listrik seperti yang tercantum 6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Audit kualitas Energi listrik 2.1.1.Pengertian Audit yang bersumber dari wikipedia dalam arti luas yang bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produksi

Lebih terperinci

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika Resume Praktikum Rangkaian Elektronika 1. Pertemuan kesatu Membahas silabus yang akan dipelajari pada praktikum rangkaian elektronika. Membahas juga tentang komponen-komponen elektronika, seperti kapasitor,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harmonisa Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban tidak linier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran

Lebih terperinci

Bab III ENERGI LISTRIK

Bab III ENERGI LISTRIK Bab III ENERGI LISTRIK Daftar isi Energi Listrik Perubahan Listrik Menjadi Kalor Daya Listrik Hemat Energi Energi Listrik Hukum kekekalan energi Energi tidak dapat dibuat dan dimusnahkan, tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2 STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI Moethia Faridha 1, Ifan 2 1 Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan MAAB 2 Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LITRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LITRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LITRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Pengukuran merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar-

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi sangat cepat pertumbuhannya dari suatu negara, perkembangan tersebut hampir menyeluruh disegala bidang terutama dibidang kelistrikan. Sejak berkembangnya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 9 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7.

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 9 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7. NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 9 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan Oeh : INDRIANA ZELLA MARGARETA D 400 130 001 JURUSAN

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN R DAN C SEBAGAI PENGGANTI L ( BALLAST ) PADA FLUORESCENT ATAU LAMPU TL ( LAMPU TABUNG ) Yasri

ANALISA PERBANDINGAN R DAN C SEBAGAI PENGGANTI L ( BALLAST ) PADA FLUORESCENT ATAU LAMPU TL ( LAMPU TABUNG ) Yasri ANALISA PERBANDINGAN R DAN C SEBAGAI PENGGANTI L ( BALLAST ) PADA FLUORESCENT ATAU LAMPU TL ( LAMPU TABUNG ) Yasri Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak 013 Yasri_st@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Volt Meter 2. Untuk memperbaiki faktor daya/kerja dalam rangkaian lampu TL dapat dipasang... Kapasitor 3.

Lebih terperinci

STUDI PENGURANGAN ARUS HARMONIK TRIPLEN DENGAN MENGGUNAKAN TAPIS SERI DAN TRANSFORMATOR ZERO PASSING

STUDI PENGURANGAN ARUS HARMONIK TRIPLEN DENGAN MENGGUNAKAN TAPIS SERI DAN TRANSFORMATOR ZERO PASSING STUDI PENGURANGAN ARUS HARMONIK TRIPLEN DENGAN MENGGUNAKAN TAPIS SERI DAN TRANSFORMATOR ZERO PASSING M. Budiyanto 1, Hamzah Berahim 2, M. Isnaeni 3 1,2,3 ) Dosen Jurusan Teknik Elektro FT-UGM. Jl. Grafika

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI DAN LAMPU PIJAR

ANALISIS HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI DAN LAMPU PIJAR LAPORAN SKRIPSI ANALISIS HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI DAN LAMPU PIJAR Disusun Oleh: Nama : Aris Noor Zaini NIM : 201052011 Program Studi : Teknik Elektro Fakultas : Teknik UNIVERSITAS MURIA KUDUS

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Resistivitas adalah kemampuan suatu bahan atau medium menghambat arus listrik. Pengukuran resistivitas batuan merupakan metode AKTIF, yaitu pengukuran dengan memberikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

I Wayan Rinas. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, *

I Wayan Rinas. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, * Simulasi Penggunaan Filter Pasif, Filter Aktif dan Filter Hybrid Shunt untuk Meredam Meningkatnya Distorsi Harmonisa yang Disebabkan Oleh Munculnya Gangguan Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS DISAIN MULTIWARNA TUBULAR LAMP TERHADAP PENGGUNAAN TRANSFORMATOR NEON SIGN

ANALISIS DISAIN MULTIWARNA TUBULAR LAMP TERHADAP PENGGUNAAN TRANSFORMATOR NEON SIGN ANALISIS DISAIN MULTIWARNA TUBULAR LAMP TERHADAP PENGGUNAAN TRANSFORMATOR NEON SIGN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik dan Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi FT-USU) Faya Efdika Yasseff,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Daya 3.1.1 Daya motor Secara umum, daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik 30%. 1 Alat penghemat daya listrik bekerja dengan cara memperbaiki faktor daya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik Alat penghemat daya listrik adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I [ ] 2012 PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAN DAYA LISTRIK

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

PELUANG PEMANFAATAN LAMPU LED SEBAGAI SUMBER PENERANGAN

PELUANG PEMANFAATAN LAMPU LED SEBAGAI SUMBER PENERANGAN PELUANG PEMANFAATAN LAMPU LED SEBAGAI SUMBER PENERANGAN HANUM NAYOMI, AMIEN RAHARDJO FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO ABSTRAK Nama : Hanum Nayomi Program Studi : Tekni Elektro Judul : Peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian listrik dari hari ke hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara manual, sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didunia. Ilmu pengetahuan dan teknologi ini dimanfaatkan dan dikembangkan

Lebih terperinci

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT Hendrickson 13410221 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2010 Dosen Pembimbing : Diah Nur Ainingsih, ST., MT. Latar Belakang Untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN KAPASITOR PADA LAMPU TL TERHADAP EFISIENSI DAYA LISTRIK RUMAH TANGGA. DIDIK RIYANTO

PENGARUH PEMAKAIAN KAPASITOR PADA LAMPU TL TERHADAP EFISIENSI DAYA LISTRIK RUMAH TANGGA. DIDIK RIYANTO PENGARUH PEMAKAIAN KAPASITOR PADA LAMPU TL TERHADAP EFISIENSI DAYA LISTRIK RUMAH TANGGA DIDIK RIYANTO Email : didik_riyanto25@yahoo.com Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK Penghematan

Lebih terperinci

MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN I. TUJUAN 1. Mengetahui besarnya tahanan pentanahan pada suatu tempat 2. Mengetahui dan memahami fungsi dan kegunaan dari pengukuran tahanan pentanahan dan aplikasinya

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD)

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) Nurhani Amin Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: nhanie.lieben@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Dwi Sudarno Putra Topik Pengertian Symbol Karakteristik Jenis Dioda Dioda Signal Dioda Proteksi Relay Dioda Rectifier Penyearah ½ Gelombang Penyearah Gelombang Penuh LED Dioda Zener email : dwisudarnoputra@gmail.com

Lebih terperinci