Tugas Statika Produk. Tinjauan Statika terhadap Kursi. Project Mahasiswa FIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tugas Statika Produk. Tinjauan Statika terhadap Kursi. Project Mahasiswa FIK"

Transkripsi

1 Tugas Statika Produk Tinjauan Statika terhadap Kursi Project Mahasiswa FIK Disusun Oleh: Metallika Putra Prabowo/ DESAIN PRODUK TELKOM CREATIVE INDUSTRIES SCHOOL BANDUNG 2015/2016

2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Peran Ilmu Statika dalam Perancangan Produk Dalam perancangan sebuah produk, unsur kekuatan, dimensi, serta gaya gaya yang akan terjadi pada produk haruslah dipertimbangkan dengan baik agar produk yang dibuat dapat digunakan dengan aman dan nyaman. Untuk mempertimbangkan hal hal tersebut digunakanlah ilmu statika yaitu merupakan cabang dari mekanika yang mempelajari tentang analisis gaya gaya yang bekerja pada sistem struktur serta kesetimbangan suatu benda dalam keadaan statis atau diam. B. Aktifitas Pengguna Studi gerak merupakan studi tentang gerakan gerakan yang dilakukan pekerja dalam rangka menyelesaikan pekerjaannya. Guna melaksanakan maksud ini, Frank dan Lillian Gilbrith telah berhasil menciptakan simbol dari gerakan - gerakan dasar kerja yang dikenal dengan THERBLIG. Berikut ke 17 elemen tersebut: a. EFFECTIVE THERBLIG Physical Basic Departmentons. - Menjangkau ( reach ) - Membawa ( move ) - Melepas ( release ) - Memegang ( Grasp ) - mengarahkan awal ( Pre-position ) Objective Basic Departmentons - Memakai ( use ) - Merakit ( assemble ) - Mengurai rakit ( diassemble ) b. INEFFECTIVE THERBLIG Mental atau Semi-Mental Basic Departmenton - Mencari ( search ) - Memilih ( select ) - Mengarahkan ( position ) - Memeriksa ( inspect ) - Merencanakan ( plan ) Delay - kelambatan yang tak terhindarkan ( unavoiddable delay ) - Kelambatan yang dapat dihindarkan ( avoidable delay ) - Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcomefatigue) - Memegang untuk memakai ( hold )

3 C. Fungsi Kursi merupakan sarana duduk / menopang berat badan manusia, baik untuk beristirahat maupun untuk bekerja. Kursi harus dapat menopang berat tubuh manusia dan tidak boleh menimbulkan fatigue saat menggunakannya. Kursi harus menjaga tubuh manusia dalam keadaan natural dan netral. Oleh karena itu kursi terdiri dari beberapa bagian seperti, seat, sandaran, kaki kaki, serta arm rest jika perlu.selain itu dimensi serta material juga sangat penting untuk dipertimbangkan. Bagian bagian tersebut dirancang agar dapat memenuhi fungsi kursi dengan baik.

4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prinsip Statika Ilmu statika pada dasarnya adalah pengembangan dari ilmu fisika yang ditemui dalam kehidupan sehari hari yang berkaitan dengan gaya gaya yang bekerja. Fungsi suatu benda adalah menopang gaya gaya yang berasal dari beban beban yang dipikul oleh benda tersebut. Oleh karena itu ilmu statika penting dalam perancangan suatu struktur. B. Gaya Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan suatu benda bergerak atau berhenti. Gaya memiliki besaran dan arah, digambarkan dalam bentuk vektor yang arahnya ditunjukkan dengan anak panah. Sedangkan panjang garis digunakan untuk menunjukkan besarannya. Apabila terdapat banyak gaya yang bekerja pada suatu benda maka gaya gaya tersebut dapat digantikan dengan satu gaya yang memberi pengaruh sama seperti yang dihasilkan dari bermacam macam gaya tersebut, yang kemudian disebut dengan resultan gaya. Momen gaya (M) adalah hasil kali dari besarnya sebuah gaya terhadap garis lurus yang ditarik dari sebuah titik terhadap garis kerja gaya. Dengan kata lain momen merupakan hasil kali gaya dan jarak dengan satuan ton meter (t m) atau kilogram meter (kg m). Berikut beberapa macam gaya: a. Gaya Luar Gay luar adalah gaya gaya yang bekerja di luar struktur atau muatan dan reaksi yang menciptakan kestabilan struktur disebut dengan gaya luar. Gayagaya luar dapat berupa gaya vertikal dan horisontal, momen lentur, serta momen puntir.berdasarkan cara kerjanya, gaya luar yang bekerja pada suatu struktur dapat dibedakan atas beberapa kelompok, antara lain : Berdasarkan lamanya pembebanan: - Muatan Tetap (beban mati) yaitu muatan yang bekerja terus menerus atau permanen pada struktur, misalnya berat produk itu sendiri. - Muatan Sementara (beban hidup) yaitu muatan yang bekerja sementara pada produk dan dapat dipindahkan atau bergerak, misalnya berat orang. Berdasarkan garis kerjanya atau permukaan yang menekan. - Muatan terpusat atau muatan titik, adalah beban yang memiliki luas singgung antara beban dan konstruksi bangunan yang relatif kecil sehingga dapat diabaikan dan dianggap sebagai sebuah titik. - Muatan merata, adalah muatan yang memiliki luasan singgung yang cukup luas sehingga tidak dapat diabaikan. Beban merata pada konstruksi bangunan dapat berupa tembok pasangan batu bata, pelat

5 lantai beton yang ditumpu balok. Oleh karena itu satuan dari beban terbagi merata dinyatakan dalam kg/m atau ton/m. - Muatan terbagi tidak merata, adalah muatan yang bebannya tidak merata. Maksudnya adalah beban antara muatan yang teratas hingga terbawah memiliki beban yang berbeda beda membentuk sebuah segitiga dengan beban paling atas nol. Contoh muatan tidak merata dapat dilihat pada tekanan air pada pintu air yang dikenal dengan tekanan hidrostatis atau tekanan pada air. b. Gaya Dalam Merupakan gaya gaya yang bekerja di dalam struktur atau gaya yang merambat dari muatan kepada reaksi perletakan. Gaya gaya dalam dapat berupa: Gaya Normal (N) yaitu gaya yang bekerja sejajar dengan sumbu memanjang batang. Gaya Lintang (L) yaitu gaya tegak lurus dengan sumbu memanjang batang. Gaya Momen (M) yaitu yang hendak membengkokkan batang. D. Antropometri Antropometri merupakan hal yang penting untuk menciptakan kenyamanan bagi pengguna. Berikut merupakan beberapa elemen elemen tersebut dalam posisi duduk: a. Penyangga Tulang Belakang dan Pinggang Menjaga posisi netral atau posisi berdiri pinggang atau tulang belakang bagian bawah sangatlah penting untuk memberikan kenyamanan. Kursi harus memberikan support yang sesuai untuk pinggang. Support pada bagian pinggang yang baik akan menjaga bentuk S tulang belakang sama seperti pada saat posisi pengguna jika sedang berdiri. b. Postur Postur dudukan yang baik adalah yang nyaman dan tidak memberikan stres pada bagian bokong, punggung, otot lengan, serta tetap menjaga kaki pengguna berpijak pada tanah. c. Jangkauan Dalam posisi duduk pengguna akan melakukan gerakan. Ruang gerak haruslah tersedia dengan baik untuk pengguna. Dalam mendesain sebuah produk, pertimbangkan pergerakan yang mungkin dilakukan pengguna dalam rangka untuk meminimalisasi gerakan yang tidak sehat. E. Struktur dan Konstruksi Struktur dan konstruksi merupakan elemen desain yang berkaitan dengan faktor kesatuan dari berbagai komponen mebel. Pertimbangan struktur dan konstruksi perlu dilakukan untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan penggunanya.

6 Konstruksi dibagi menurut bentuknya yaitu konstruksi yang disembunyikan dan konstruksi yang ditampakkan dengan petunjuk khusus. Pada umumnya ada dua jenis sistem konstruksi kayu yang digunakan, yaitu sistem konvensional tradisional dan konstruksi kontemporer modern. F. Fenomena Struktural Dasar a. Kestabilan menyeluruh, suatu struktur dapat terguling, tergelincir, atau terpuntir relatif terhadap dasarnya terutama apabila mengalami beban horizontal. Struktur dengan struktur yang tinggi serta memiliki dasar yang kecil relatif mudah terguling. Penggunaan pondasi kaku yang lebar serta elemen elemen pondasi seperti tiang yang mampu memilkul gaya tarik dapat mencegah tergulingnya bangunan. b. Kestabilan hubungan, suatu struktur yang tidak tersusun atau terhubung dengan baik akan dapat runtuh secara internal. Mekanisme dasar dinding pemikul beban, aksi rangka, atau dengan penambahan elemen diagonal dapat digunakan agar struktur menjadi stabil. (Gambar 2.1) Keruntuhan dan Respons Struktur Terhadap Runtuh Sumber: Schodek, 1999 c. Kekuatan dan Kekakuan Elemen, permasalahan kekuatan dan kekakuan elemen struktural berkaitan akibat tarik, tekan, lentur, geser, torsi, gaya tumpuan, atau deformasi berlebihan yang timbul secara internal di dalam struktur karena adanya beban yang diterima. Adanya beban dan gaya juga menimbulkan tegangan tegangan pada material elemen sturktural tersebut. G. Kestabilan Struktur Kestabilan struktur diperlukan untuk menjamin adanya kestabilan bangunan pada segala kondisi pembebanan yang mungkin terjadi. Semua struktur akan mengalami perubahan bentuk atau deformasi apabila mengalami pembebanan. Pada struktur yang stabil, deformasi yang terjadi akibat beban pada umumnya kecil, dan gaya internal yang timbul dalam struktur mempunyai kecenderungan mengembalikan bentuk struktur ke bentuk semula apabila beban dihilangkan. Pada struktur yang tidak stabil, deformasi yang terjadi akan cenderung bertambah selama struktur dibebani, sistem

7 tidak meberikan gaya-gaya internal untuk mengembalikan bentuk struktur ke bentuk semula. Struktur yang tidak stabil mudah mengalami keruntuhan (collapse) secara menyeluruh dan seketika begitu dibebani. Stabilitas struktur merupakan hal yang sulit, karena sistem struktur merupakan gabungan dari elemen elemen yang diskrit. Suatu struktur kolom balok merupakan struktur yang stabil terhadap beban vertikal. Namun akan mengalami deformasi jika mengalami beban horisontal. Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem tidak dapat menahan beban horisontal dan tidak memiliki mekanisme untuk mengembalikan ke bentuk semula apabila beban horisontal tersebut dihilangkan. (Gambar 2.2) Keruntuhan dan Respons Struktur Terhadap Runtuh Sumber: Schodek, 1999 Cara membentuk sistem struktur menjadi sistem yang stabil. - Penambahan elemen diagonal pada struktur, dengan demikian struktur tidak mengalami deformasi pada saat menopang beban horisontal. Elemen diagonal harus tidak mengalami perubahan besar pada panjangnya pada saat mengalami deformasi saat terkena beban horisontal, sehingga elemen diagonal harus dirancang cukup untuk menahan beban horisontal tersebut. - Menggunakan dinding geser, elemennya berupa bidang kaku yang dapat menahan deformasi akibat beban horisontal. Elemen bidang kaku tersebut dapat dibuat dari konstruksi dinding bertulang atau dinding bata, baik dinding penuh atau sebagian. Ukuran dinding tergantung besaran gaya yang bekerja padanya. - Membentuk hubungan antara elemen struktur. Ini dapat dicapai dengan cara membuat titik hubung kaku antara elemen struktur pada sudut pertemuan antara elemen struktur tersebut. Struktur yang menggunakan titik hubung kaku untuk menjamin kestabilan sering disebut dengan rangka (frame).

8 G. Sistem Kuncian Sambungan yang sering digunakan adalah sambungan parohan, sambungan alur bantu, purus lubang, anak lidah, lidah alur panjang, dan sponing-lidah. (Gambar 2.3) Jenis Sambungan Sumber: sipadu.isi-ska.ac.id/sidos/rpp/20132/rpp_89461.pdf H. Guideline Perancangan Kursi Dalam perancangan kursi penting diperhatikan bahwa faktor ergonomi harus dirancang agar pengguna nyaman dan aman dalam menggunakan kursi serta menghindari posisi yang buruk. Studi ergonomi mengatakan bahwa kursi haruslah sesuai dengan penggunanya. Posisi duduk ergonomis penting untuk menjaga posisi natural dan netral pengguna. Maka joinery harus kuat, stabil, dan memiliki tingkat stress yang rendah. Berikut merupakan tabel antropometri menurut standar umum BIFMA

9 (Tabel 2.1) Tabel BIFMA Chair Design Guidelines Measurements Sumber: Ergonomics and Design A Refference Gude, Allsteel, 2006 Selain itu terdapat aspek aspek fundamental perancangan kursi, berikut penjelasannnya: a. Tinggi Alas Duduk, adalah jarak yang diukur dari lantai ke arah permukaan alas duduk. Jika terdapat bantalan pada alas duduk maka tinggi alas duduk diukur hingga bantalan tersebut kempis pada saat diduduki. Alas kaki yang dipakai pengguna mempengaruhi tinggi alas duduk. Jika ukuran alas duduk terlalu tinggi maka kaki akan menggantung dan berakibat pada pembebanan statik yang berlebih pada lutut bagian dalam, sebaliknya jika alas duduk terlalu rendah akan mengakibatkan kaki menekuk dan akan membebani pinggul pengguna yang terjadi selanjutnya adalah kelelahan pada otot di sekitar tulang duduk. Energi yang dibutuhkan untuk berdiri pun akan relatif lebih besar. b. Kedalaman Alas Duduk, adalah jarak dari ujung alas duduk sampai ke belakang menyentuh sandaran punggung. Jarak ini bergantung pada ukuran rata rata dan panjang paha pemakai. Jika semakin panjang ujung alas duduk maka akan menimbulkan tekanan pada lutut bagian dalam, sebaliknya jika terlalu pendek maka akan membuat pengguna untuk duduk maupun berdiri. c. Sandaran Punggung, berfungsi untuk menahan berat tubuh bagian atas dari pengguna. Umumnya sandaran punggung tidak lurus melainkan agak condong ke belakang. Ini dilakukan agar pinggul tidak langsung menahan berat bagian atas tubuh melainkan didistribusikan ke arah sandaran (garis berat menjadi mundur. Berikut merupakan jenis jenis sandaran bahu yang disarankan: - Sandaran Lumbar: Lumbar merupakan bagian tubuh pada punggung bagian bawah di atas pinggang. Hal ini dilakukan untuk mengurangi usaha otot dalam menjaga posisi duduk yang kaku serta mencegah tulang belakang berubah konfigurasi. - Sandaran Bahu: Sandaran yang dirancang untuk menyangga punggung dan berakhir sampai ke bahu.

10 - Sandaran Penuh Bahu dan Kepala: Sandaran kepala dirancang agar pengguna dapat menyandarkan kepalanya tanpa harus meluncurkan badan ke bawah. Tinggi ideal nya adalah 900mm (persentil 95 pria). - Lebar Alas Duduk: Pada prinsipinya sejauh tulang duduk sudah tersangga dengan baik maka pengguna telah duduk dengan baik. Namun dari perhitungan kenyamanan hal terebut belum dapat dikatakan sepenuhnya nyaman karena bagian pantat juga butuh untuk disangga. Maka dengan itu jarak minimal antara tulang duduk harus diperlebar. - Sudut Sandaran: Agar beban terdistribusi secara merata sandaran perlu dibuat sedikit condong ke belakang dengan ukuran yang disarankan adalah 105º - 115º. Jika sudut sandaran lebih besar dari batasan tersebut dapat menyebabkan pengguna sulit untuk berdiri karena badan harus ditarik ke depan terlebih dahulu. - Sandaran Lengan: Sandaran tangan berfungsi sebagai alas istirahat tangan dan tumpuan tangan pada saat pengguna ingin berdiri. Bentuknya disarankan agar tidak terlalu tajam (Gambar 2.4) Aspek Fundamental Dalam Desain Kursi Sumber: (Skripsi) Redesain Kursi Kuliah Ergonomis Dengan Pendekatan Athropometri, Edy Wiranta, 2011 I. Material Salah satu material mebel yang sering digunakan adalah kayu. Kayu merupakan bagian batang atau ranting dari tumbuhan yang mengalami proses ignifikasi (pengayuan). Berikut beberapa pembahasan berkaitan dengan material kayu: a. Sifat utama kayu: - Dapat diperbaharui. - Bahan mentah yang dapat dijadikan bahan lain.

11 - Tahan terhadap pembebanan yang tergak lurus terhadap seratnya atau tegak lurus. b. Kerugian kayu: - Tidak homogen. - Mempunyai sifat higroskopik. - Mudah terbakar. - Kadang terdapat cacat pada kayu. c. Sifat mekanis kayu: Merupakan daya tahan kayu terhadap tegangan yang diberikan kepada kayu tersebut. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh gaya gaya yang bekerja pada kayu, yaitu: - Gaya tarik. - Gaya tekan. - Gaya geser. - Gaya lentur. - Gaya puntir.

12 BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kursi (Gambar 3.1) Kursi yang akan dikaji Sumber: Dokumentasi Pribadi a. Material material yang digunakan pada kursi ini adalah kayu dengan finishing plitur dan pernis. b. Sistem kuncian Sistem kuncian yang digunakan pada produk jika dilihat dari foto, menggunakan sambungan purs lubang tertutup, sambungan yang sering digunakan dalam industri furniture. c. Sistem kerja Sistem kerja pada produk ini tidak ada karena kursi ini adalah kursi duduk yang memang bukan dirancang untuk dapat diliipat (one piece chair) d. Struktur Struktur yang digunakan pada kursi ini adalah struktur konvensional seperti kursi pada umumnya, dengan empat tiang penopang. Selain itu terdapat spindle pada kaki belakang (bisa dilihat pada gambar) serta pada bagian kanan dan kiri yang menghubungkan kaki depan dengan kaki belakang. Lalu terdapat sandaran di belakang kursi dengan top rail, mid rail, dan lower rail, namun kursi ini tidak memiliki arm rest.

13 Selain itu seat nya juga terbuat dari kayu dan dibuat rata, memiliki perbedaan ukuran yang signifikan antara panjang dan lebarnya. Lalu pada sandaran punggung terdapat kemiringan sebesar 140,3º. Spindle yang ada pada bagian belakang kaki berfungsi untuk menahan momen yang mungkin terjadi akibat beban horisontal pada saat tubuh atas pengguna bersandar pada sandaran kursi. (Gambar 3.2) Beban Horisontal dan Titik momen Sumber: Dokumentasi Pribadi

14 e. Dimensi (Gambar 3.3) Dimensi Kursi (Proyeksi Orthogonal) Sumber: Dokumentasi Pribadi Jika dilihat dari ukuranya, dari segi panjang seat, lebar seat, tinggi kaki, serta tinggi sandaran, kursi ini sudah memenuhi standar BIFTA yang tertera pada tabel 2.1. f. Data Responden Menurut responden, kursi yang dibuat sudah cukup nyaman, konstruksinya solid dan menopang berat badan dengan baik. Selain itu dimensinya sudah cukup

15 ergonomi bagi responden yang memiliki tinggi 160cm, 165cm, serta 180cm. Panjang seat sudah cukup mengakomodasi duduk pengguna. Tinggi duduk dapat mengakomodasi dengan cukup kebutuhan pengguna yang memiliki tinggi 160cm dan 165cm, namun membuat kaki menekuk pada responden yang tingginya 180cm. (Gambar 3.4) Responden Sedang Menduduki Kursi Sumber: Dokumentasi Pribadi g. Konsekuensi Perancangan Produk dengan gaya gaya yang terdapat di dalamnya. Pada peracangan kursi ini, gaya yang mungkin bekerja adalah gaya normal serta gaya berat. Selain itu terdapat muatan tetap (muatan kursi dan struktur kursi tersebut) serta muatan sementara (muatan orang yang menduduki kursi tersebut). Kemudian terdapat beban horisontal yang mungkin terjadi ketika pengguna bersandar pada kursi tersebut. (Gambar 3.5) Gaya Gaya yang Bekerja Pada Kursi

16 Sumber: Dokumentasi Pribadi h. Analisis Struktur Ideal Struktur produk yang baik adalah struktur yang dapat menopang, baik berat benda itu sendiri maupun berat penggunanya, dengan baik. Berikut terdapat beberapa pertimbangan dalam merancang sebuah struktur yang efektif, yaitu: a. Kuncian. Kuncian yang dipilih haruslah sesuai dengan jenis produk yang dirancang. Karena kuncian ini akan menahan beban pengguna produk. Selain itu kuncian juga berpengaruh terhadap kekokohan struktur dari produk itu sendiri. Lalu untuk menahan beban agar konstruksi kursi tidak runtuh, pada pertemuan antara bidang satu dengan bidang lainnya dapat diberi titik hubung kaku, atau penyangga diagonal. b. Material Selain kuncian, pertimbangan material juga menjadi faktor utama untuk dipertimbangkan berkaitan dengan kemampuan material tersebut dalam menopang berat pengguna serta keawetan dan ketahanan produk. c. Dimensi Dimensi produk harus disesuaikan dengan target pengguna dari produk karena stiap target, mulai dari gender, usia, serta ukuran tubuh, mempengaruhi pertimbangan ukuran desain. Karena selain harus kuat, dimensi produk juga harus sesuai agar nyaman (ergonomi) pada saat digunakan. Produk yang dijadikan bahan kajian pada makalah ini sudah memenuhi kriteria kriteria tersebut. Produk memiliki struktur yang kokoh sehingga saat digunakan tidak goyang atau membahayakan pengguna. Kemudian ukuran yang digunakan juga sudah memenuhi standar BIFTA sehingga sangat sesuai dengan antropometri yang dikehendaki dan ergonomis saat digunakan. Produk ini hanya memiliki kekurangan pada proporsi dimensi alas duduk. Walaupun sudah memenuhi standar namun dari segi desain hal ini masih dapat dimaksimalkan agar terlihat proporsional tanpa mengurangi tingkat ergonominya.

17 BAB IV SOLUSI REDESAIN A. Sketsa Awal Sketsa awal dilakukan untuk mencari ide bentukan bentukan lain yang memiliki konsep serta prinsip yang sama namun berbeda dari segi penggayaan. Dimensi yang digunakan masih tetap sama hanya berbeda (Gambar 4.1) Sketsa Alternatif Redesain Sumber: Dokumentasi Pribadi

18 B. Desain Alternatif Terpilih a. Desain Terpilih 1. Pada desain ini, redesain yang dilakukan hanya terdapat pada kaki belakang yang dimiringkan agar respon terhadap kemungkinan perputaran momen yang mungkin terjadi, menjadi lebih baik dari desain sebelumnya. Selain itu lebar alas duduk dikurangi sedikit agar terlihat lebih proporsional. Pengurangan lebar ini tidak mengurangi standa BIFTA yang sebelumnya sudah diaplikasikan oleh desain sebelumnya. Dari segi material serta kuncian masih tetap menggunakan desain sebelumnya. b. Desain Terpilih 2 (Gambar 4.2) Desain Terpilih 1 Sumber: Dokumentasi Pribadi Desain terpilih kedua masih menggunakan material kayu namun untuk bagian alas duduk serta senderan belakang, menggunakan plywood. Hal ini dilakukan untuk memberikan tampilan baru. Dari segi struktur juga tetap mempertahankan cirikhas strktur desain sebelumnya namun hanya menambah kemiringan serta memperpendek spindle pada kaki samping sehingga kaki belakang, spindle belakang, serta spindle samping bertemu pada satu titik.

19 (Gambar 4.3) Desain Terpilih 2 Sumber: Dokumentasi Pribadi Selain itu pada desain ini juga cross rail pada sandaran belakang, dihilangkan. Digantikan dengan sandaran belakang yang penuh menutupi punggung untuk menambah kenyamanan duduk. Cross rail bawah untuk Lumbar support pada bagian pantat belakang digantikan dengan alas duduk yang dibengkokkan hingga bagian lumbar. c. Desain Terpilih 3 Pada desain ini material yang digunakan adalah plywood untuk alas duduk hingga sandaran belakang, dan steel frame untuk rangka kaki. Alternatif ini didesain sedikit jauh dari desain sebelumnya untuk memberikan tampilan yang berbeda, namun tetap mengikuti guidelines utama dari desain sebelumnya. Hal yang dihilangkan di sini adalah cross rail tengah pada sandaran yang diganti dengan sandaran belakang yang menjadi satu dengan alas duduk. Lalu pada kaki kakinya diberikan bantalan karet agar tidak licin.

20 (Gambar 4.4) Desain Terpilih 3 Sumber: Dokumentasi Pribadi

21 BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan kursi yang didesain telah memenuhi standar BIFTA. Konstruksi yang diaplikasikan pada kursi juga sangat baik, terlihat bahwa terdapat titik hubung kaku pada sisi sisi struktur yang bertemu. Selain itu juga terdapat spindle di bagian belakang yang diperuntukkan untuk menahan kemungkinan terjadinya momen. Saat digunakan, kursi ini kokoh dan tidak goyang serta cukup nyaman. Namun dari segi desain masih dapat dieksplorasi lebih jauh lagi dengan ukuran yang lebih proporsional. Seperti lebar bantalan duduk yang ukurannya dapat diproporsionalkan dengan panjangnya, serta tinggi duduk yang dapat ditambah agar tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan percentil menengah, namun juga dapat memenuhi kebutuhan percentil tinggi.

22 DAFTAR PUSTAKA sipadu.isi-ska.ac.id/sidos/rpp/20132/rpp_89461.pdf Ergonomic Seating Guide Handbook. USA. Haworth. - Openshaw, Scott and Erin Taylor Ergonomics and Design Reference Guide. Iowa, USA. Allsteel. - Setiawan, Lilik. Struktur Konstruksi I. - Teknik Struktur Bangunan Jilid 2. - Darma, Edifrizal. Statika 1. Pusat Pengembangan Bahan Ajar, UMB. - Hay, Michelle and Maggie Cassidy An Ergonomic Study. Bloomington. Herman Miller Chairs. - Wiranata, Edy (Skripsi) Redesain Kursi Kuliah Ergonomis Dengan Pendekatan Anthropometri. Surakarta. Diglib UNS.

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINEMATIKA = Ilmu gerak Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi I.1 Pendahuluan Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD Modul ke: 02 Fakultas FTPD Program Studi Teknik Sipil STATIKA I Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT Reaksi Perletakan Struktur Statis

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

2 Mekanika Rekayasa 1

2 Mekanika Rekayasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN S ebuah konstruksi dibuat dengan ukuran-ukuran fisik tertentu haruslah mampu menahan gaya-gaya yang bekerja dan konstruksi tersebut harus kokoh sehingga tidak hancur dan rusak. Konstruksi

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal ME KANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINE MATI KA = Ilmu

Lebih terperinci

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam.

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Gaya Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik, gaya dapat diartikan sebagai muatan yang bekerja

Lebih terperinci

TUGAS MAHASISWA TENTANG

TUGAS MAHASISWA TENTANG TUGAS MAHASISWA TENTANG o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK KANTILEVER. o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK SEDERHANA. Disusun Oleh : Nur Wahidiah 5423164691 D3 Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Pendahuluan POKOK BAHASAN 1 PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan

Lebih terperinci

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu pembangunan fisik berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman oleh perencana agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kursi Roda adalah alat bantu untuk melakukan aktifitas bagi penderita cacat fisik seperti patah tulang kaki, cacat kaki, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat

Lebih terperinci

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN ELEMEN-ELEMEN BANGUNAN Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah. Fungsi struktur dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Duduk nyaman di kursi adalah factor cukup penting untuk diperhatikan, apapun itu model kursi minimalis,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK MATA KULIAH : DESAIN MEBEL I KODE : DI2313 SKS : 3 SKS SEMESTER : III / Ganjil TAHUN AJARAN : 2015/2016 KOORDINATOR : Rangga Firmansyah

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perancangan struktur suatu bangunan gedung didasarkan pada besarnya kemampuan gedung menahan beban-beban yang bekerja padanya. Disamping itu juga harus memenuhi

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

Struktur Lipatan. Struktur Lipatan 1

Struktur Lipatan. Struktur Lipatan 1 Struktur Lipatan Pengertian Struktur lipatan adalah bentuk yang terjadi pada lipatan bidang-bidang datar dimana kekakuan dan kekuatannya terletak pada keseluruhan bentuk itu sendiri. Bentuk lipatan ini

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI DENIE SETIAWAN NRP : 9721019 NIRM : 41077011970255 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., MT. FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI 1.1 Pengertian Kolom dan Balok Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur

Lebih terperinci

P=Beban. Bila ujung-ujung balok tersebut tumpuan jepit maka lendutannya / 192 EI. P= Beban

P=Beban. Bila ujung-ujung balok tersebut tumpuan jepit maka lendutannya / 192 EI. P= Beban BAB I Struktur Menerus : Balok A. engertian Balok merupakan struktur elemen yang dimana memiliki dimensi b dan h yang berbeda, dimensi b lebih kecil dari dimensi h. Bagian ini akan membahas mengenai balok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Suatu struktur bangunan yang direncanakan harus sesuai dengan peraturan - peraturan yang berlaku, sehingga mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur

Lebih terperinci

MODUL 1 STATIKA I PENGERTIAN DASAR STATIKA. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

MODUL 1 STATIKA I PENGERTIAN DASAR STATIKA. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution STATIKA I MODUL 1 PENGETIAN DASA STATIKA Dosen Pengasuh : Materi Pembelajaran : 1. Pengertian Dasar Statika. Gaya. Pembagian Gaya Menurut Macamnya. Gaya terpusat. Gaya terbagi rata. Gaya Momen, Torsi.

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV STRUKTUR PLAT LIPAT AZRATIH HAIRUN FRILYA YOLANDA EFRIDA UMBU NDAKULARAK AGRIAN RIZKY RINTO HARI MOHAMMAD GIFARI A. PENGERTIAN STRUKTUR PLAT LIPAT Pelat adalah struktur

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian : Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN 3.1 KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Furniture merupakan sarana atau fasilitas bagi berbagai kegiatan manusia. Desain furniture lahir karena

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Umum Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentudari semen, pasir, dan koral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Struktur kayu merupakan suatu struktur yang susunan elemennya adalah kayu. Dalam merancang struktur kolom kayu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan besarnya

Lebih terperinci

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik da beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks; sistim yang paling sederhana tersebut disebut dengan konstruksi statis tertentu. Contoh : contoh struktur sederhana

Lebih terperinci

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu:

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu: Sambungan Kayu Sambungan Kayu: Adalah sebuah konstruksi untuk menyatukan dua atau lebih batang kayu untuk memenuhi kebutuhan panjang, lebar atau tinggi tertentu dengan bentuk konstruksi yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung dalam bidang tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak. BAB I. PENDAHULUAN Mekanika : Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya yang bereaksi pada benda tersebut. Dibedakan: 1. Mekanika benda tegar (mechanics

Lebih terperinci

STRUKTUR LIPATAN. Dengan bentuk lipatan ini,gaya-gaya akibat benda sendiri dan gaya-gaya luar dapat di tahan oleh bentuk itu sendiri

STRUKTUR LIPATAN. Dengan bentuk lipatan ini,gaya-gaya akibat benda sendiri dan gaya-gaya luar dapat di tahan oleh bentuk itu sendiri STRUKTUR LIPATAN Bentuk lipatan ini mempunyai kekakuan yang lebih dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang datar dengan luas yang sama dan dari bahan yang sama pula. Karena momen energia yang didapat dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN BAB III DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Fungsi untuk menaruh buku buku agar mempermudah pengguna atau membaca mengambil buku tersebut mempengaruhi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur Bangunan Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Struktur Pada suatu struktur bangunan, terdapat beberapa jenis beban yang bekerja. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang bekerja pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya Macam-macam Tegangan dan ambangnya Tegangan Normal engetahuan dan pengertian tentang bahan dan perilakunya jika mendapat gaya atau beban sangat dibutuhkan di bidang teknik bangunan. Jika suatu batang prismatik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain

Lebih terperinci

struktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya.

struktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap {senol utku, Charles, John Benson, 1977). yaitu : 1. Tahap Perencanaan (Planning phase) Meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Perencanaan suatu struktur bangunan gedung didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gempa merupakan fenomena alam yang harus diterima sebagai fact of life.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gempa merupakan fenomena alam yang harus diterima sebagai fact of life. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa merupakan fenomena alam yang harus diterima sebagai fact of life. Karena itu gempa bumi tidak mungkin untuk dicegah ataupun diprediksi dengan tepat kapan akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T.

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T. STUDI DAN EKONOMI GERAKAN Amalia, S.T., M.T. Learning Outcomes Pada akhir semester mahasiswa dapat menganalisa dan merancang sistem kerja yang efisien dan efektif dengan melakukan pengukuran kerja. Learning

Lebih terperinci

Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu

Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu I.1 Golongan Struktur Sebagian besar struktur dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga golongan berikut: balok, kerangka kaku,

Lebih terperinci

MEKANIKA REKAYASA III

MEKANIKA REKAYASA III MEKANIKA REKAYASA III Dosen : Vera A. Noorhidana, S.T., M.T. Pengenalan analisa struktur statis tak tertentu. Metode Clapeyron Metode Cross Metode Slope Deflection Rangka Batang statis tak tertentu PENGENALAN

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERUBAHAN BODY MEKANIK DALAM KEHAMILAN. Dosen Pembimbing : Christin Hiyana TD, S.SiT

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERUBAHAN BODY MEKANIK DALAM KEHAMILAN. Dosen Pembimbing : Christin Hiyana TD, S.SiT SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERUBAHAN BODY MEKANIK DALAM KEHAMILAN Dosen Pembimbing : Christin Hiyana TD, S.SiT Disusun oleh: ANISA RATNA N P.17424213046 INTAN NUR FATIMAH P.17424213068 RETNO FITRIYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

menahan gaya yang bekerja. Beton ditujukan untuk menahan tekan dan baja

menahan gaya yang bekerja. Beton ditujukan untuk menahan tekan dan baja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Menurut SK SNI T-l5-1991-03, beton bertulang adalah beton yang diberi tulangan dengan luasan dan jumlah yang tidak kurang dari nilai minimum yang diisyaratkan dengan atau

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 6 MOTION STUDY Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com WORK TIME MEASUREMENT (MOTION

Lebih terperinci

Modul 4 PRINSIP DASAR

Modul 4 PRINSIP DASAR Modul 4 PRINSIP DASAR 4.1 Pendahuluan Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan dari ilmu fisika, yang menjelaskan kejadian alam sehari-hari, yang berkaitan dengan gaya-gaya yang bekerja. Insinyur

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan oleh kebutuhan ruang yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tinggi suatu bangunan, aksi gaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

SPACE FRAME (RANGKA RUANG) OLEH ;

SPACE FRAME (RANGKA RUANG) OLEH ; SPACE FRAME (RANGKA RUANG) OLEH ; ALMIRADO MANAFE 221 06 001 juned v.j messah 221 06 018 ALEXIO XIMENES 221 06 034 KRISTIANTO.J. FUNUK 221 06 027 wilfridus a.j. bai 221 06 028 Pendahuluan Dalam arsitektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

sipil. Kekuatan kayu sebagai bahan untuk struktur dipengaruhi oleh beberapa Kayu dapat menahan gaya tekan yang berbeda-beda sesuai dengan kelas

sipil. Kekuatan kayu sebagai bahan untuk struktur dipengaruhi oleh beberapa Kayu dapat menahan gaya tekan yang berbeda-beda sesuai dengan kelas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan salah satu bahan untuk struktur dalam bangunan teknik sipil. Kekuatan kayu sebagai bahan untuk struktur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

T I N J A U A N P U S T A K A

T I N J A U A N P U S T A K A B A B II T I N J A U A N P U S T A K A 2.1. Pembebanan Struktur Besarnya beban rencana struktur mengikuti ketentuan mengenai perencanaan dalam tata cara yang didasarkan pada asumsi bahwa struktur direncanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko

Lebih terperinci

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON I. Kriteria & Jadwal Pedoman ini disusun dengan tujuan untuk: Memberi gambaran tahapan dalam mengerjakan tugas Perancangan Struktur Beton agar prosedur desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk menahan beban gempa yang terjadi sehingga umumnya perlu menggunakan elemen-elemen

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Kuliah kedua STATIKA Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Pendahuluan Pada bagian kedua dari kuliah Statika akan diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Didalam sebuah bangunan pasti terdapat elemen-elemen struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Didalam sebuah bangunan pasti terdapat elemen-elemen struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam sebuah bangunan pasti terdapat elemen-elemen struktur yang saling terikat sehingga sebuah bangunan menjadi kokoh, adapun elemen-elemen struktur tersebut yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konstruksi Baja merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur yang lainnya baik dalam skala kecil maupun besar. Hal ini

Lebih terperinci

Dinding Penahan Tanah

Dinding Penahan Tanah Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Dinding Penahan Tanah Pertemuan - 6 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat menganalisis

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA

PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA Lilik Fauziah M. D. J. Sumajouw, S. O. Dapas, R. S. Windah Fakultas Teknik

Lebih terperinci

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR Telah disebutkan bahwa pada jalan rel perpindahan jalur dilakukan melalui peralatan khusus yang dikenal sebagai wesel. Apabila dua jalan rel yang terletak pada satu bidang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu sistem struktur yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya dinding bata hanya difungsikan

Lebih terperinci