PEMILIHAN METODE PELAKSANAAN ERECTION GIRDER TIPE I DENGAN SISTEM FOATING CRANE, KURA-KURA DAN GIRDER LAUNCHER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMILIHAN METODE PELAKSANAAN ERECTION GIRDER TIPE I DENGAN SISTEM FOATING CRANE, KURA-KURA DAN GIRDER LAUNCHER"

Transkripsi

1 PEMILIHAN METODE PELAKSANAAN ERECTION GIRDER TIPE I DENGAN SISTEM FOATING CRANE, KURA-KURA DAN GIRDER LAUNCHER Supani Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan FTSP ITS Surabaya ABSTRAK Proyek Pembangunan Causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II berada ditengah laut, sehingga sering mengalami pasang surut dan angin kencang. Hal ini menjadi penyebab mengapa pelaksanaan girder menjadi salah satu pekerjaan yang paling sulit untuk dilaksanakan. Selain itu keterbatasan waktu dan biaya juga merupakan faktor penyebab pekerjaan erection girder. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan atribut beserta bobot prioritasnya untuk memilih metode erection girder, bobot prioritas alternatif dan pengaruh perubahan atribut terhadap bobot prioritas alternatif metode pelaksanaan erection girder pada Proyek Pembangunan Causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II. Alternatif yang dipilih adalah metode floating cranes, metode kura kura (crawler cranes dikombinasi dengan winch roller), metode girder launchers. Tahapan penelitian ini adalah: mengidentifikasi atribut kriteria dan alternatif dengan survey wawancara dengan cara kompromi, menentukan besar prioritas atribut dan alternatif dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP), serta melakukan analisa sensitifitas berupa dynamic sensitivity dengan menggunakan program bantu expert choice 2000 Hasil analisa diperoleh dari penilaian dua responden yaitu kepala proyek dari pihak kontraktor dan asisten teknik dari pihak owner, prioritas atribut utama yang sama, yaitu mutu dan waktu. Sedang dari penilaian site office engineering dari pihak kontraktor menghasilkan waktu sebagai prioritas atribut utama dan penilaian dari staff engineering dari pihak konsultan menghasilkan mutu sebagai prioritas atribut utama. Untuk bobot prioritas alternatif, dari penilaian keempat responden secara terpisah diperoleh hasil yang sama yaitu metode girder launchers menjadi prioritas utama sebagai alternatif metode pelaksanaan erection girders. Dari analisa secara bekelompok diperoleh besar bobot masing masing atribut : mutu [0,2878], waktu[0,2776], biaya [0,1263], cara operasi [0,1124], resiko [0,1960] dan besar bobot prioritas alternatif metode erection girder : metode floating cranes [0,3152], metode kura kura [0,1062], metode girder launchers[0,5787]. Hasil analisa sensitifitas secara berkelompok menunjukan metode girder launchers sebagai prioritas alternatif utama tidak sensitif terhadap perubahan perubahan atribut mutu, biaya, cara operasi dan resiko, namun metode girder launchers sebagai prioritas alternatif utama sensitif terhadap perubahan perubahan atribut waktu Kata kunci : Jembatan Suramdu, AHP, erection girder I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu penyebab tertinggalnya pulau Madura adalah terbatasnya sarana transportasi yang menghubungkan dengan pulau Jawa. Saat ini jalur akses Pulau Jawa dan Madura dihubungkan dengan Penyeberangan kapal ferry antara Ujung dan Kamal. Dari survey yang dilakukan didapat bahwa volume lalu lintas kapal ferry per arah per hari pada tahun 2002 adalah 315 buah kendaraan ringan, 1036 buah Truk Kecil, 324 buah truk besar, 260 buah Bus dan 8128 buah sepeda motor. Kapasitas kapal ferry yang tersedia tersebut sudah jenuh yang diindikasikan dengan antrean kendaraan rata-rata mencapai 30 menit. Di lain segi kapasitas kapal ferry tidak bisa ditambah karena dapat mengganggu alur pelayaran yang ada. Keberadaan Jembatan Madura diperkirakan akan dapat mengurangi waktu tempuh sebesar 60 menit untuk kendaraan yang berasal dan menuju Kec. Kamal, Socah, dan Bangkalan, 110 menit untuk kendaraan yang tidak berasal dan menuju Kec. Kamal, Socah, dan Bangkalan. ( Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pemukiman Prasarana dan Wilayah bermaksud membangun jembatan yang menghubungkan antara pulau Madura dengan pulau Jawa. Jembatan tersebut dinamakan jembatan Suramadu. I.2 Latar Belakang Penelitian

2 Perencanaan pembangunan jembatan Suramadu secara umum meliputi perencanaan pembangunan konstruksi, jalan raya sebagai akses masuk, jembatan pendekat ( Causeway Bridge ) dan jembatan utama ( Main Bridge ). Pengerjaan jembatan Suramadu dibagi menjadi 3 paket pekerjaan, yaitu: jalan akses dan jembatan pendekat sisi Surabaya, jembatan utama dan jalan akses dan jembatan pendekat sisi Madura. Pada perencanaan jembatan pendekat, struktur jembatan yang direncanakan akan dikerjakan adalah menggunakan balok beton pratekan ( balok girder ) tipe I sebagai balok utama. Penyangga jembatan dengan ditambah pelat diafragma dan pelat pracetak untuk lantai kendaraannya. Sedangkan untuk struktur pilar dan abutment jembatan adalah balok bertulang dengan sistem statis tertentu. Jembatan tersebut memiliki panjang total (Surabaya-Madura) 5438 m dan lebar 30 m. Jembatan ini dibangun dari dua arah, yaitu dari arah Surabaya dan dari arah Madura dan akhirnya bertemu di tengah. Makin menuju ke tengah, potongan memanjang jembatan makin naik. Konstruksi utama jembatan ini adalah : PCI (Pre-Stressed Conrete I) girder pada causeway bridge dan approach bridge, segmental girder pada approach bridge, dan cable stayed pada main span. Lebar bentang pada cable stayed (jarak antar pylon) memiliki ruang bebas horizontal sebesar 400 meter dan ruang bebas vertikal sebesar 35 meter. Dari wawancara pendahuluan dengan pihak kontraktor pelaksana, pemilihan keputusan metode pelaksanaan erection girder pada Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Paket Pembangunan Causeway Dan Jalan Pendekat Tahun Anggaran yang telah dilaksanakan pada abutment nomor A.102 hingga pada pilar P.86 didasarkan pada persetujuan bersama pihak owner, kontraktor pelaksana, manajemen konstruksi dan konsultan perencana, pada suatu metode pelaksanaan erection girder yang diusulkan oleh kontraktor pelaksana. Usulan metode pelaksanaan yang diajukan kontraktor pelaksana didasarkan pada perhitungan ekonomi teknis mengenai mutu, biaya, waktu. Metode yang digunakan adalah menggunakan crawler crane berkapasitas 150 ton dan 80 ton yang dioperasikan di atas ponton type 210 ft dan 180 ft. Keputusan ini berbeda dari dengan metode pelaksanaan erection girder semula direncanakan menggunakan metode launching dengan gantry cranes dari daratan, tetapi dengan adanya kontrak pekerjaan secara bertahap yang dibatasi waktu menyebabkan diadakannya revisi metode kerja. Pada proyek Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Paket Pembangunan Causeway Dan Jalan Pendekat Tahun Anggaran telah dilaksanakan erection girder pada 16 bentang, yaitu pada abutment nomor A.102 hingga pada pilar nomor P.86, berarti pekerjaan erection girder yang harus dilaksanakan masih tersisa 29 bentang karena pada sisi Madura Paket Pembangunan Causeway Dan Jalan Pendekat direncanakan sebanyak 45 bentang. Pekerjaan yang rencananya akan dilakukan dari pilar nomor P.86 hingga P.57 ini memiliki aspek teknis yang cukup sulit yang disertai kondisi lingkungan yang lebih berisiko karena lokasi pelaksanaan berada ditengah laut yang sering mengalami pasang surut dan hembusan angin yang cukup besar. Metode pelaksanaan erection girder yang cocok juga sangat diperlukan karena jadwal pengerjaan proyek yang harus diselesaikan tepat waktu. Dari permasalahan tersebut metode yang cocok untuk pemilihan erection girder di Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Paket Pembangunan Causeway adalaj menggunakan metode Analisa Hierarki Proses (AHP) berdasarkan kriteria mutu, waktu, biaya, cara operasi dan resiko. Sedangkan alternatif metode pelaksanaan yaitu metode floating cranes, metode kura kura yaitu metode crawler crane yang dikombinasi dengan winch roller, metode girder launcher.

3 I.3 Tujuan Penelitian 1. Menyusun model pengambilan melalui perumusan hierarki dan atribut keputusan dalam pemilihan keputusan metode kerja erection girder pada proyek jembatan Suramadu sisi Madura. 2. Mendapatkan metode kerja erection girder pada proyek jembatan Suramadu yang paling tepat. I.4 Lingkup Bahasan/Batasan Masalah Batasan masalah dalam penulisan ini adalah metode pelaksanaan erection girder jembatan Suramadu sisi Madura pada pilar nomor P.86 hingga P.57. II METODOLOGI II.1 Lokasi Proyek Lokasi proyek adalah sebagai berikut : 2. Kontraktor Pelaksana : PT. Adhi Karya - Waskita Karya, JO 3. Konsultan Supervisi : PT. Virama Karya II.3 Data Penelitian Data yang akan digunakan dalam penelitian ialah data primer dan data sekunder yaitu : 1. Data Primer, yang terdiri dari : a. Kriteria dari metode kerja yang paling cocok untuk dilakukan dalam proyek pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura dan alternatif metode kerja. b. Atribut keputusan c. Penilaian perbandingan berpasangan berdasarkan atribut keputusan 2. Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan ialah sebagian data kondisi alternatif metode kerja erection girder berdasarkan atribut keputusan. Gambar 3.1 Peta Lokasi Proyek Jembatan Suramadu Gambar 3.2 Denah Jembatan Suramadu II.2 Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini ialah sebagian personil dari pelaksana pekerjaan Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura, yang terdiri dari personil: 1. Pemilik Proyek : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Proyek Induk Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Propinsi Jawa Timur II.4 Pengumpulan Data Sumber informasi diperoleh dari responden/pemberi keterangan, yaitu : a. Kepala Proyek dari pihak Adhi Karya-Waskita Karya, JO.(Kontraktor) b. Site Office Engineering dari pihak Adhi Karya- Waskita Karya, JO.(Kontraktor) c. Assisten Teknik dari pihak Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Proyek Induk Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Propinsi Jawa Timur (Owner) d. Staff Engineering dari pihak PT. Virama Karya (Konsultan) II.5 Kuisioner Kuesioner yang dibagikan adalah kuesioner penilaian perbandingan berpasangan.

4 II.6 Bagan Alir Tahapan Penelitian Fase 1: Intelligence (Penelusuran lingkup masalah) Studi Literatur Fase 2: Design (Perancangan Penyelesaian masalah) Permasalahan Tujuan Penentuan kriteria dan alternatif Analisa Metode AHP Wawancara Identifikasi Atribut Kriteria dan Alternatif bentang causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap II. 3. Beaya Kriteria ini berkaitan dengan biaya operasional alat untuk masing-masing alternatif. 4. Cara operasi Kriteria ini berkaitan dengan ke-ergonomis-an alat alat yang digunakan pada masing-masing alternatif metode erection girde. 5. Resiko Kriteria ini berkaitan dengan resiko yang terjadi selama pelaksanaan. Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Fase 3: Choice (pemilihan tindakan) Analisa Sensitifitas Penentuan Metode kerja erection girder Gambar 1.1 Bagan Alir Penelitian Level 0 Focus Level 1 Criteria Metode Pelaksanaan Erection II.7 Studi Literatur Studi literatur yan diperlukan adalah meliputi analisa dengan menggunakan metode AHP dan berbagai metode pelaksanaan dari jembatan. II.8 Identifikasi Atribut Identifikasi atribut berbagai macam metode pelaksanaan erection girder diperoleh melalui kajian lieratur dan wawancara kepada responden. Mutu Waktu Biay a Metode Cranes Level 2 Alternativ Metode Kura- Kura Gambar 1.2 Model Analytical Hierarchy Process () Cara Operasi Resiko Metode Launchers II.9 Penentuan Kriteria dan Alternatif Kriteria yang dipergunakan dalam memilih metode erection girder adalah: 1. Mutu Kriteria ini berkaitan dengan kualitas PCI girder setelah dilaksanakan pekerjaan erection girder, apakah masih sesuai yang disyaratkan atau tidak. 2. Waktu Kriteria ini berkaitan dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan erection girder pada proyek pembangunan 29 II.10 Analisa Metode AHP Proses pengambilan keputusan dengan metode AHP dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah untuk dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Proses keputusan yang kompleks dapat diuraikan menjadi keputusankeputusan yang lebih kecil sehingga dapat ditangan dengan mudah. Adapun untuk tahapan metode AHP dapat dilihat pada gambar 2.1.

5 Model hieraki keputusan Pemindahan PCI girder dari stock yard keatas boogie truck menggunakan service cranes Matriks Perbandingan Berpasangan Penilaian Perbandingan Berpasanngan Matriks Input Normalisasi matriks Mobilisasi PCI girder mengunakan boogie truck menuju dermaga PCI girder dipindahkan dari boogie truck ke atas ponton dengan menggunakan service cranes Ponton yang mengangkut PCI girder ditarik dengan tug boat menuju span yang direncanakan CI Uji Konsistensi Matriks CR 0,1 Tidak PCI girder sudah pada span yang direncanakan dipindahkan keatas bearing pad dengan dua buah floating cranes diletakkan sesuai dengan as yang telah direncanakan Ya Bobot Pendapat (Sintesa) Cek posisi Sesuai? tidak Gambar 2.1. Bagan Alir Analisa Metode AHP II.11 Analisa Sensitifitas Yaitu untuk mengetahui perubahan atribut keputusan mempengaruhi prioritas alternatif. Analisa sensitifitas yang dilakukan adalah dynamic sensitivity dengan menggunakan program bantu Expert Choice ya Antar girder diperkuat dengan besi D16 yang dilas dan dirantai Gambar 3.1. Diagram alir pelaksanaan erection girder dengan metode floating crane III METODE KERJA ERECTION GIRDER III.1 Proses Erection Metode floating cranes Pada metode ini digunakan dua buah floating cranes berkapasitas 100 ton untuk meletakkan girder pada pilar. floating cranes tersebut ditempatkan di atas ponton. Untuk menjaga kestabilan maka floating cranes dikaramkan dengan cara diisi air pada bagian badan floating cranes. Mobilisasi balok girder didarat menggunakan boogie truck dan mobilisasi dilaut menggunakan ponton yang ditarik tug boat. Untuk memindahkan balok girder dari boogie truck ke ponton digunakan 2 unit service cranes kapasitas 80 ton. Pelaksanaan erecion PCI adalah seperti pada gambar berikut ini : Gambar 3.2. Layout Rencana Pelaksanaan Metode Cranes Pada Proyek Pembangunan Causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II

6 III.2 Proses Erection Metode Kura-kura digunakan untuk melaksanakan erection girder. Metode ini digunakan dua buah crawler cranes berkapasitas 100 ton untuk meletakkan girder pada pilar. Crawler cranes tersebut ditempatkan di atas ponton.untuk menjaga kestabilan crawler cranes maka ponton dikaramkan dengan cara diisi air pada bagian badan ponton. Mobilisasi balok girder didarat menggunakan boogie truck dan mobilisasi dilaut menggunakan ponton. Untuk memindahkan balok girder dari boogie truck ke ponton digunakan 2 unit service cranes kapasitas 80 ton. Gambar 3.3. Layout Rencana Pelaksanaan Metode Kura - Kura Pemindahan PCI girder dari stock yard keatas boogie truck menggunakan service cranes Mobilisasi boogie truck menuju dermaga PCI girder dipindahkan ke ponton dengan service cranes Ponton ditarik tug boat menuju span yang direncanakan PCI girder sudah pada span yang direncanakan Crawler Crane mengangkat menuju Roller III.3 Proses Erection Metode girder launchers Metode ini menggunakan alat launching gantry, salah satu dari berbagai jenis girder launchers. Pelaksanaan erection girder dilaksanakan diatas jembatan. diluncurkan dari span satu menuju span yang dituju menggunakan trolley yang bergerak diatas rel longitudinal, setelah girder sampai pada posisi launching gantry, lalu launching gantry yang membawa balok girder tersebut bergerak secara transversal menuju bearing pad dimana balok tersebut akan diletakkan, setelah pekerjaan erection girder pada satu span tersebut selesai lalu gantry bergerak maju. Erection girder dari Stockyard menuju Trolley yang sudah di posisi Roller ditarik dengan Winches secara manual sudah pada posisi rencana diangkat dengan dongkrak hidrolis yang digerakkan secara manual Trolley membawa menuju Launching Gantry Sampai seluruh span selesai sudah Di posisi Launching Gantry Sampai satu span selesai diletakkan sesuai as rencana Temporary Bridge diangkat dengan Hidraulic Jack Launching Gantry bergerak transversal menuju Bearing Pad Cek posisi Sesuai? tidak Instalasi profil sambungan pada Temporary Bridge Launching Gantry meletakkan ya Antar girder diperkuat dengan besi D16 yang dilas dan dirantai Gambar 3.4. Diagram alir pelaksanaan erection girder dengan metode kura kura Metode ini hampir sama dengan metode floating cranes, yang berbeda hanya pada alat berat yang Temporary Bridge ditarik maju Temporary Bridge berada di span berikutnya Launching Gantry kembali ke posisi semula Launching Gantry bergerak maju Gambar 3.5. Diagram metode pelaksanaan Launching girder dengan alat Launching Gantry. Sumber: Hanif, 2004

7 Gambar 3.7. Layout Rencana Pelaksanaan Metode Launchers () IV ANALISA ATRIBUT KRITERIA TERHADAP ALTERNATIF IV.1 Kriteria Mutu Kriteria mutu adalah kualitas dari PCI girder setelah dilaksanakan pekerjaan erection girder. Kriteria mutu untuk masing-masing alternatif dapat ditabelkan seperti berikut : Tabel 4.1. Faktor Penurunan Mutu PCI No Alternatif Faktor Penurun Kualitas PCI 1 crane - Pengangkatan PCI girder dengan menggunakan sling dan bergerak menuju bearing pad tanpa ada tumpuan Tabel 4.3. Perbandingan Durasi Erection 2 Kura - kura 3 launchers dibawahnya yang menyokongnya - Pengangkatan PCI girder dengan menggunakan slinguntuk diletakkan pada roller girder - Pergerakan secara transversal menuju bearing pad dengan roller girder yang ditarik winches secara manual - Pengangkatan pada as rencana dengan dongkrak hidrolik secara manual - Pergerakan secara transversal dengan gantry menuju bearing pad yang direncanakan - Penurunan girder dari gantry untuk diletakkan girder pada as rencana Tabel 4.2. Perbandingan Penempatan PCI Pada Bearing Pad Terhadap Alternatif No Alterna tif cranes Kura kura launcher Ke-presisi-an Penempatan PCI Pada Bearing Pad Ke-presisi-an penempatan PCI girder pada bearing pad sesuai as rencana didasarkan hanya pada perkiraan operator floating crane dan pengarahan dari tenaga kerja yang mengarahkanya Ke-presisi-an penempatan PCI girder pada bearing pad didasarkan hanya pada perkiraan operator winch roller dan tenaga kerja pelaksana pengangkatan PCI girder pada bearing pada sesuai as rencana dengan dongkrak hidrolik secara manual Penurunan PCI girder dari gantry untuk diletakkan pada bearing pad sesuai as rencana dilakukan secara mekanis sehingga ke-peresisi-an bisa lebih akurat IV.2 Kriteria Waktu Perhitungan cycle time pada ke-3 alternatif untuk masing-masing alat berdasarkan pada data-data dari supplier alat berat, buku referensi, dan pengamatan dilapangan. Perhitungan ini dilakukan dengan mengasumsikan bahwa peralatan dalam kondisi baik atau dengan Efisiensi kerja (E) = 75%. Hasil dari analisa perhitungan waktu siklus dari masing-masing alat dapat dilihat seperti pada tabel berikut : No. Metode Cycle Time /girder(menit) Produktifitas Q (girder/jam) Durasi/ (jam) Produktifitas Q (girder/hari) Durasi /bentang (hari) Durasi 29 Bentang (hari) Cranes 95, ,5 2,4 6,67 193,43 2 Kura kura 124, ,56 1,8 8,88 257,52 3 Launchers ,77 Catatan: Metode floating cranes dan metode kura kura diasumsikan dalam 1 hari kerja adalah 6 jam dikarenakan pengaruh dari pasang surut air laut dan hembusan angin, sedang metode girder launchers diasumsikan 1 hari kerja adalah 8 jam,karena metode ini tidak terpengaruh oleh pasang surut air laut dan hembusan angin (Sumber: Hasil Ana lisa)

8 IV.3 Biaya Secara umum beaya peralatan dihitung berdasarkan: 1. Beaya Pemilikan, meliputi: beaya investasi, berupa bunga uang yang diinvestasikan, semua jenis pajak yang dibebankan kepada peralatan, asuransi, beaya penyimpanan, dan beaya penyusutan, yaitu penurunan nilai suatu peralatan seiring dengan berjalannya waktu yang umumnya disebabkan oleh kerusakan akibat pemakaian, keusangan, atau menurunnya kebutuhan. 2. Beaya Operasi, merupakan beaya-beaya yang berkaitan dengan pengoperasian suatu peralatan. Beaya operasional rneliputi beaya pemeliharaan, pemakaian, dan perbaikan. beaya bahan bakar, beaya pelumas, beaya operator. Ada beberapa faktor yong mempengaruhi beaya pemilikan dan beaya operasi meliputi: Harga alat termasuk PPN, bea masuk, angkutan, dan administrasi; kondisi medan kerja; jumlah jam pemakaian; harga bahan bakar dan pelumas; beaya mobilisasi dan demobilisasi alat; beaya pemasangan dan pembongkaran; pemeliharaan dan perbaikan. Beaya pengoperasian alat meliputi: a. Beaya bahan bakar Beaya bahan bakar = (12-15)% HP BBM HP = horse power BBM = harga bahan bakar b. Beaya pelumas =(2.5-3)% HP Harga Pelumas c. Beaya pemeliharaan alat ( - 26,25) 18,75 % Full Landed Price = 2000 jam kerja pertahun Full Landed Price = harga alat berat d. Beaya operator Beaya operator = Upah per hari/ 8 1 operator= Rp ,-/8= Rp ,- 2 pembantu op=rp ,-/8= Rp ,- Total beaya operator= Rp Total beaya sewa alat per jam = (sewa/jam) + (beaya bahan bakar/jam) + (beaya pelumas/jam) + (beaya pemeliharaan alat/jam) + (waktu operator/jam). Hasil dari analisa perhitungan biaya untuk masingmasing alat adalah seperti tabel berikut : Tabel 4.4. Perbandingan Kriteria Biaya Terhadap Ketiga Alternatif No. Metode Biaya Launching /girder (Rp) Total Biaya Launching 29 Bentang (Rp) Cranes Kura kura Launchers Rp ,50 Rp ,09 Rp ,53 Rp ,00 Rp ,98 Rp ,16 IV.4 Cara operasi Kemudahan pengoperasian akan menunjang banyak aspek yang ingin dicapai dalam proyek yaitu tepat mutu, tepat waktu, tepat biaya. Resiko kecelakaan juga dapat direduksi bila alat lebih stabil dalam pelaksanaan erection girder 1. Metode cranes Metode ini adalah sejenis ponton bermesin yang dilengkapi alat crane. cranes digunakan pada pekerjaan erection girder yang dilakukan di sungai atau laut yang dalam. Penggunaan floating cranes tergantung pada kedalaman laut atau sungai yang memadai yang berkaitan dengan ketenangan permukaan air dimana floating cranes dapat bekerja dengan baik. Kesetimbangan floating cranes bertumpu pada badan kapal. Mobilisasi floating cranes tidak memerlukan bantuan alat lain karena mempunyai mesin sendiri. 2. Metode Kura - kura Crawler cranes mempunyai bagian atas yang dapat berputar Dengan roda crawler maka crane tipe

9 ini dapat bergerak di dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya. Pada saat crane akan digunakan di proyek lain maka crane diangkut dengan menggunakan lowbed trailer. Pengangkutan ini dilakukan dengan membongkar boom menjadi beberapa bagian untuk mempermudah pelaksanaan pengangkutan.pengaruh permukaan tanah terhadap alat tidak akan menjadi masalah karena lebar kontak antara permukaan dengan roda cukup besar kecuali jika permukaan merupakan material yang sangat jelek. Keseimbangan alat dipengaruhi oleh besarnya jarak roda crawler. Crane yang mempunyai crawler yang lebih panjang mempunyai keseimbangan yang lebih baik. Pada saat pengangkatan material, hal hal yang perlu diperhatikan adalah posisi alat pada waktu pengoperasian harus benar benar water level, untuk mencapai kondisi water level seperti maka digunakan ponton. Setelah PCI girder ditempatkan diatas roller girder oleh crawler cranes maka winches menarik roller girder secara manual. Roller girder bergerak secara tranversal meuju bearing pad yabg direncanakan. Winches dan roller girder pada pengoperasianya tidak terpengaruh permukaan air karena ditempatkan di pier. 3. Metode Launchers Metode pelaksanaan launching girder untuk pemakaian alat girder launchers. Gambar 4.1 Urutan kerja pada pemakaian Launcher. (1) Launcher yang sudah dirakit dihubungkan dengan girder yang berfungsi sebagai pemberat. (2) Launcher dan girder dipindahkan menuju bentang yang direncanakan. (3) Launcher sudah pada posisi untuk erection. (4) dihubungkan pada ujung penggantung Launcher. (5) sudah terangkat oleh Launcher. (6) telah ditempatkan. (Sumber: Libby, James R., Modern Prestressed Concrete ) Tabel 4.5. Perbandingan Cara Operasi Alat No Cara Operasi 1 Mobilisas i ke proyek Cranes Dengan mesin sendiri 2 Tumpuan Badan Kapal 3 Pengaruh kondisi permukaa n air 4 Cara Menytabi lkan Alat 5 Pergeraka n alat erection girder Water Level Badan kapal dikaram kan Crane yang dapat berputar Kura - Kura Crawler cranes diangkut lowbed trailer Winches dan roller girder dirakit kembali Crawler cranes bertumpu pada roda crawlernya yang ditempatkan diatas ponton Winches dan roller girder betumpu pada pier Crawler cranes harus benar benar water level Winches dan roller girder tidak terpengaruh kondisi permukaan air Ukuran roda crawler cranes Ponton dikaramkan Crawler cranes mempunyai crane yang dapat berputar Roller girder bergerak secara transversal ditarik winches dengan manual Launchers Komponen komponenya dirakit kembali Pier Tidak terpengaruh kondisi permukaan air sebagai penyeimbang diluncurkan menggunakan trolley yang bergerak diatas rel longitudinal Launching gantry bergerak secara transversal IV.5 Resiko Identifikasi resiko ini didapat dari hasil wawancara dengan Kepala Proyek pembangunan jembatan Suramadu sisi Madura. Pembobotan kriteria resiko dilakukan dengan menjumlahkan banyaknya item resiko pada masing masing alternatif. 1. Uraian Risiko dan Dampak Risiko Pada Metode Crane Uraian risiko dan dampak risiko pada alternatif metode floating cranes dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

10 Tabel 4.6. Risiko metode floating cranes Urutan Pelaksanaan No Erection 1 Pemindahan girder dari stok area ke atas bogie truck menggunakan 2 unit mobile crane. 2 Mobilisasi balok menuju dermaga. 3 Balok girder dipindah keatas ponton menggunakan 2 unit crane. 4 Ponton ditarik menggunakan Tug Boat menuju pilar 5 Balok girder dipindahkan ke atas pilar menggunakan 2 unit floating cranes. 6 Operator dibantu pekerja lain meletakkan as girder sesuai dengan as bearing pad. Uraian Risiko 1. Kerusakan alat (2 items) Tanah pada stock area terjadi settlement Tali seling putus (3 items) Setting outrigger truck crane tidak stabil Operator crane kurang kompak roboh atau terguling karena tidak seimbang penempatannya patah saat diangkat Jalan kerja tidak rata (2 items) Kecerobohan pengemudi. Kecerobohan pekerja dalam memasang pengaman Jalan kerja ambles Balok terguling Kerusakan pada truck (misal: As roda patah, kerusakan mesin, dll) Kerusakan alat (crane) Pasang surut air laut (mempengaruhi pergerakan ponton) (1 item) Setting outrigger truck crane tidak stabil Operator crane kurang kompak Pasang surut air laut (mempe ngaruhi pergerakan ponton) (1 item) Angin besar (berpengaruh pada stabilitas ponton dan balok girder) Setting outrigger truck crane tidak stabil(1 item) Ponton tidak terkendali saat ditarik Ombak besar yang (mempe ngaruhi stabilitas floating cranes.) (1 item) Stabilitas ponton (1 item) Operator truck crane kurang kompak Angin kencang(2 items) Kerusakan alat(2 items) Angin kencang (mempengaruhi kestabilan pengangkatan girder) yang bergerak-gerak (tidak stabil) mengikuti ombak Sumber: Hasil Wawancara dengan Kepala Proyek pembangunan jembatan Suramadu sisi Madura 2. Risiko Pada Metode Kura -Kura Uraian risiko dan dampak risiko pada alternatif metode kura - kura seperti pada tabel berikut: Tabel 4.7. Risiko metode kura - kura Urutan Pelaksanaan No Erection 1 Pemindahan girder dari stok area ke atas bogie truck menggunakan 2 unit mobile crane. 2 Mobilisasi balok menuju dermaga. 3 Balok girder dipindah keatas ponton menggunakan 2 unit crane yang menumpang diponton. 4 Ponton ditarik menggunakan Tug Boat menuju pilar 5 Balok girder dipindahkan ke atas kura-kura pada pilar menggunakan 2 unit crane yang menumpang diponton. 6 Kura-kura digerakkan transversal untuk meletakkan as girder sesuai dengan as bearing pad dengan bantuan pekerja. Uraian Risiko 1. Tali seling putus (3 items) 2. Kekompakan operator kurang 3. Tali seling putus 4. Kekompakan operator kurang 5. roboh atau terguling karena tidak seimbang penempatannya (3 items) 6. patah saat diangkat 1. Jalan kerja tidak rata (2 items) 2. Kecerobohan pengemudi 3. Kecerobohan pekerja dalam memasang pengaman 4. Jalan kerja ambles 5. Balok terguling 6. Kerusakan pada truck (misal: As roda patah, ke rusakan mesin, dll) 1. Kerusakan alat (crane) 2.Pasang surut air laut mempengaruhi pergerakan ponton 3. Operator crane kurang kompak 1. Pasang surut mempengaruhi pergerakan ponton 2. Angin besar (berpengaruh pada stabilitas ponton dan balok girder) 3. Ponton tidak terkendali saat ditarik (1 items) 1. Ombak besar yang mempengaruhi stabilitas crane 2. Stabilitas ponton 3. Operator crane kurang kompak 4. Angin kencang (2 items) 5. Kerusakan alat (2 items) 1. Gaya lateral yang bisa melenturkan balok (2 items) 2. Kerusakan peralatan (2 items) 3. Balok terguling (3 items) Sumber: Hasil Wawancara dengan Kepala Proyek pembangunan jembatan Suramadu sisi Madura 3. Uraian Risiko dan Dampak Risiko Pada Metode Launchers Uraian risiko dan dampak risiko pada alternatif metode girder launchers dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.8. Uraian risiko metode girder launchers Urutan Pelaksanaan No Erection 1 Pemindahan girder dari stok area ke atas bogie truck Uraian Risiko Kerusakan alat (2 items) Tanah pada stock area terjadi settlement

11 menggunakan 2 unit mobile crane. 2 Mobilisasi balok menuju bentang ke Balok girder dipindahkan ke atas trolley menggunakan 2 unit truck crane. Tali seling putus Setting outrigger truck crane tidak stabil Kekompakan operator kurang roboh atau terguling karena tidak seimbang penempatan nya patah saat diangkat 1. Jalan kerja tidak rata 2. Kecerobohan pengemudi Kecerobohan pekerja memasang pengaman Balok terguling dalam Kerusakan pada truck (misal: As roda patah, kerusakan mesin, dll) 1. Operator crane kurang kompak Setting outrigger truck crane tidak stabil 3. Kerusakan alat 4 Troley bergerak 1. Kerusakan alat dengan membawa girder dari bentang ke 15 sampai ke bentang ke 16 5 Launching gantry digerakkan transversal untuk meletakkan as girder sesuai dengan as bearing pad dengan bantuan pekerja. 1. Gaya lateral yang bisa melenturkan balok 2. Kerusakan peralatan 3. Balok terguling Sumber: Hasil Wawancara dengan Kepala Proyek pembangunan jembatan Suramadu sisi Madura V Penilaian dan Analisa Keputusan V.1 Penilaian Perbandingan Berpasangan Sesuai hierarki yang dikembangkan, maka matriks perbandingan berpasangan terdiri dari : a. 4 matrik perbandingan berpasangan antar atribut kriteria terhadap tujuan b. 20 matrik perbandingan berpasangan antar alternatif terhadap atribut kriteria Contoh dari matriks Penilaian Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Pada Kriteria Mutu adalah seperti pada tabel berikut : cranes Kura kura launchers cranes 1 3 1/7 Kura Kura 1/3 1 1/7 launchers Sumber : Hasil Analisa V.2 Sintesa Bobot prioritas alternatif dari hasil sintesa antar atribut dan alternatif adalah seperti pada tabel berikut : Tabel 5.1. Hasil Sintesa Atribut Kriteria dan Alternatif Terhadap Tujuan Bobot prioritas diatas dapat digambarkan seperti pada gambar berikut : Level 0 Focus Mutu 0,2878 Level 2 Alternativ e Level 1 Criteria Metode Cranes 0,3152 Waktu 0,2776 Metode Pelaksanaan Erection Biaya 0,1263 Metode Kura- Kura 0,1062 Cara Operasi 0,1124 Metode Launchers 0,5787 Gambar 5.1. Diagram Bobot Prioritas Setiap Elemen Hierarki () Berdasarkan hasil sintesa atribut kriteria dan alternatif terhadap tujuan, maka metode girder launchers menjadi prioritas alternatif pertama dengan bobot prioritas sebesar 0,5787. Kemudian metode floating Resiko 0,1960

12 cranes menjadi prioritas alternatif kedua dengan bobot prioritas sebesar 0,3152 dan metode kura kura menjadi prioritas alternatif terakhir dengan bobot prioritas sebesar 0,1062 yang dapat digambarkan seperti pada gambar grafik berikut : Gambar 5.2. Bobot Prioritas Tiap Atribut Kriteria Cranes Kura - Kura Launchers Gambar 5.3. Bobot Prioritas Tiap Alternatif VI Analisa Sensitifitas Analisa sensitifitas dilakukan untuk mengetahui seberapa sensitif suatu solusi hasil keputusan terhadap perubahan perubahan variabel yang mempengaruhinya. Adapun hasil analisa sensitifitas sebagai berikut : VI.1 Atribut Kriteria Mutu Atribut kriteria mutu sebagai prioritas alternatif tertinggi bobotnya akan diturunkan seperti berikut : Pada gambar 6.1. terlihat bahwa bobot prioritas mutu diturunkan menjadi 0,0500, hal ini menyebabkan atribut kiteria mutu menjadi prioritas terendah terhadap tujuan. Efek dari hal tersebut adalah atribut kriteria waktu menjadi prioritas tertinggi dengan bobot prioritas 0,3700. Kemudian atribut kriteria resiko menjadi prioritas kedua (0,2610). Atribut kriteria biaya menjadi prioritas ketiga (0,1680), sedang atribut kriteria cara operasi menjadi atribut kriteria keempat (0,1500). Pada bobot prioritas alternatif, perubahan bobot prioritas mutu menjadi 0,0500 menyebabkan bobot prioritas metode girder launchers menurun menjadi 0,5140, namun metode girder launchers tetap menjadi prioritas alternatif pertama dalam pemilihan keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan erection girder. Kemudian metode floating cranes sebagai prioritas alternatif kedua (0,3730) dan metode kura kura menjadi prioritas alternatif terakhir (0,1130) kriteria VI.2 2. Atribut Kriteria Waktu Atribut kriteria waktu sebagai prioritas alternatif kedua, bobotnya akan dinaikan mejadi 0,5000 seperti berikut : Gambar 6.2. Dynamic Sensitivity pada Atribut Kriteria Waktu Sebagai Prioritas Alternatif Tertinggi Expert Choice 2000 Gambar 6.1. Dynamic Sensitivity Atribut Kriteria Mutu ( Expert Choice 2000) Pada gambar 6.2. terlihat bahwa bobot prioritas waktu dinaikan menjadi 0,5000, hal ini menyebabkan atribut kiteria waktu menjadi prioritas tertinggi terhadap tujuan. Hasilnya adalah atribut kriteria mutu menjadi prioritas kedua dengan bobot prioritas 0,1990. Kemudian atribut kriteria resiko menjadi prioritas ketiga (0,1360). Atribut kriteria biaya menjadi prioritas

13 keempat (0,0870), sedang atribut kriteria cara operasi menjadi atribut kriteria terakhir (0,0780). Pada bobot prioritas alternatif, perubahan bobot prioritas waktu menjadi 0,5000 menyebabkan bobot prioritas metode girder launchers menurun menjadi 0,4660, namun metode girder launchers tetap menjadi prioritas alternatif pertama dalam pemilihan keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan erection girder. Kemudian metode floating cranes sebagai prioritas alternatif kedua (0,4290) dan metode kura kura menjadi prioritas alternatif terakhir (0,1050) kriteria. VI.3 Atribut Kriteria Cara Operasi Atribut kriteria cara operasi sebagai prioritas alternatif terendah, bobotnya akan dinaikan mejadi 0,5000 sehingga atribut kriteria cara operasi menjadi prioritas alternatif tertinggi. meningkat menjadi 0,5980, namun metode girder launchers tetap menjadi prioritas alternatif pertama dalam pemilihan keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan erection girder pada proyek pembangunan causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap II. Kemudian metode floating cranes sebagai prioritas alternatif kedua (0,2690) dan metode kura kura menjadi prioritas alternatif terakhir (0,1330) kriteria. VI.4 Hasil Kesimpulan Analisa - Analisa Berikut adalah tabel hasil kesimpulan dari analisa analisa yang sudah dilakukan untuk menentukan metode pelaksanaan erection girder pada proyek pembangunan causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap II Tabel 6.1. Hasil Kesimpualn Analisa - Analisa Gambar 6.3. Dynamic Sensitivity Expert Choice 2000 Pada gambar 6.3. terlihat bahwa bobot prioritas cara operasi dinaikan menjadi 0,5000, hal ini menyebabkan atribut kiteria cara operasi menjadi prioritas tertinggi terhadap tujuan. Efek dari hal tersebut adalah atribut kriteria mutu menjadi prioritas kedua dengan bobot prioritas 0,1620. Kemudian atribut kriteria waktu menjadi prioritas ketiga (0,1560). Atribut kriteria resiko menjadi prioritas keempat (0,1100), sedang atribut kriteria biaya menjadi atribut kriteria terakhir (0,0710). Pada bobot prioritas alternatif, perubahan bobot prioritas cara operasi menjadi 0,5000 menyebabkan bobot prioritas metode girder launchers Berdasarkan tabel 6.1, dapat diketahui bahwa metode girder launchers selalu menjadi prioritas utama sebagai metode pelaksanaan erection girder pada proyek pembangunan causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap II pada semua analisa. VI.5 Penentuan Metode Pelaksanaan Erection Dengan mempertimbangkan yang telah didapat dari hasil dari analisa AHP berdasarkan penilaian masing masing responden secara terpisah, analisa AHP secara berkerlompok dan analisa sensitifitas, maka metode erection girder yang paling tepat untuk dilaksanakan pada proyek pembangunan causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II adalah metode girder launchers

14 VII Kesimpulan Dari hasil penelitian dalam pemilihan keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan erection girder pada proyek pembangunan causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap II ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Atribut kriteria yang diperlukan dalam pemilihan keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan erection girder pada proyek pembangunan causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap II adalah atribut kriteria mutu, waktu, biaya, cara operasi, resiko. 2. Dari hasil dari analisa keuntungan dan kerugian, analisa AHP dan analisa sensitifitas, maka metode erection girder yang paling tepat untuk dilaksanakan pada proyek pembangunan causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II adalah metode girder launchers 3. Hasil dari analisa sensitifitas yang dilakukan dengan menggunakan dynamic senstivity hasil analisa dari program bantu expert choice 2000 adalah sebagai berikut: a. Metode girder launchers sebagai prioritas utama tidak sensitif terhadap perubahan perubahan atribut kriteria mutu, biaya, cara operasi dan resiko b. Metode girder launchers sebagai prioritas utama sensitif terhadap perubahan perubahan atribut kriteria waktu Dengan mempertimbangkan penelitian ini, maka metode erection girder yang paling tepat untuk dilaksanakan pada proyek pembangunan causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II adalah metode girder launchers VIII DAFTAR PUSTAKA Anonim, Gambar-gambar Perencanaan Jembatan Suramadu, Surabaya: Direktorat Jendral Prasarana Wilayah dan Direktorat Sistem Jaringan Prasarana. Anonim, 2003, Buku Referensi Untuk Kontraktor Bangunan Gedung Dan Sipil, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Barrie, Donald S., and Boyd, C. Paulson. Jr Manajemen Konstruksi Profesional, Jakarta: Erlangga Brodjonegoro, Bambang Permadi S AHP Analytical Hierarchy Process. Jakarta : PAU-Ekonomi Universitas Indonesia. Endro, Yudhy Usman Bayu., 2004, Analisa Pemilihan Metode Pelaksanaan Launching Proyek Jembatan Suramadu Sisi Surabaya, Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS. Hanif, 2004, Perencanaan Metode Pelaksanaan Jembatan Suramadu Dengan Direct Launcher, Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Hidayat, Ismail, 2005, Pada Metode Pelaksanaan Erection Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura, Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS. Iqbal, Nassan, MM., 2002, Pokok Pokok Materi Pengambilan Keputusan, Jakarta: Ghalia. Jaako Pöyry Infra, 2003, Planning, Design, and Construction Services, Taiwan: Electrowatt Infra Asia Libby, James R., 1984, Modern Prestressed Concrete: Design, Principles, and Construction Method, New York: Van Nostrand Reinhold Company Inc

15 Macleod, Dan, 1995, The Ergonomic Edge Improving Safety, Quality, and Productivity, New York: Van Nostrand Reinhold. Masumamah, 2003, Aplikasi Analityc Hierarchy Process untuk Pengolahan Wilayah Fisik di Pesisir Kabupaten Gresik, Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Kelautan ITS. Peurofoy, R. L., 1988, Perencanaan Peralatan dan Metode konstruksi, Jilid 1, Jakarta: Erlangga. Peurofoy, R. L., Clifford J. Schexnayder, 2002, Construction Planning, Equipment, and Methods, New York: McGraw-Hill Higher Education. PT. United Tractor, 1997, Latihan Dasar Sistem Mesin (B), Jakarta: Training Center Department. Rochmanhadi, 1992, Alat Alat Berat dan Penggunaannya, Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Rostiyanti, Susy Fatena., 2002, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Jakarta: Rineka Cipta Ostwald, Philip F., 1992, Engineering Cost Estimating, New Jersey: Prentice Hall. Saaty, Thomas L., 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Troitsky, 1994, Design and Planning Bridge, New York: McGraw-Hill Higher Education. Wiharjito, Deny, 2006, Penentuan Lokasi Casting Yard Untuk Pekerjaan Pembangunan Bentang Tengah Jembatan Suramadu Dengan Pendekatan Analytic Hierarchy Process, Surabaya, Tesis Magister Manajemen Teknologi - ITS

NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus

NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004 79 0Studi Efektifitas Waktu dan Biaya Pelaksanaan Erection PCI Girder dengan Metode Crawler Crane dan Roller Skate (Kasus : Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GANTRY DAN MOBILE CRANE PADA JALAN LAYANG DARI SEGI WAKTU, METODE KERJA, DAN BIAYA

PERBANDINGAN GANTRY DAN MOBILE CRANE PADA JALAN LAYANG DARI SEGI WAKTU, METODE KERJA, DAN BIAYA PERBANDINGAN GANTRY DAN MOBILE CRANE PADA JALAN LAYANG DARI SEGI WAKTU, METODE KERJA, DAN BIAYA 1 WAHID SULISTIYONO HUSEIN, 2 DWI DINARIANA 1 Teknik Sipil, Universitas Bina Nusantara 2 Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

Dwi Dian Pratama Dosen Konsultasi Tri Joko Wahyu Adi ST, MT. PhD

Dwi Dian Pratama Dosen Konsultasi Tri Joko Wahyu Adi ST, MT. PhD ANALISA PERBANDINGAN METODE ERECTION GIRDER MENGGUNAKAN LAUNCHER GIRDER DAN TEMPORARY BRIDGE DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU PADA JEMBATAN KALI SURABAYA MOJOKERTO Oleh Dwi Dian Pratama 3111105043 Dosen Konsultasi

Lebih terperinci

Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah

Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pekerjaan jembatan rangka baja terdiri dari pemasangan struktur jembatan rangka baja hasil rancangan patent, seperti jembatan rangka

Lebih terperinci

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. Assalamu alaikum Wr. Wb

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. Assalamu alaikum Wr. Wb BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Assalamu alaikum Wr. Wb ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PADA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA MOJOKERTO DI PEKERJAAN UNDERPASS NATIONAL ROAD WARU STA 9 + 678 DOSEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-10 1 ANALISA PERBANDINGAN METODE ERECTION GIRDER MENGGUNAKAN LAUNCHER GIRDER DAN TEMPORARY BRIDGE DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU PADA JEMBATAN KALI SURABAYA MOJOKERTO

Lebih terperinci

PEMODELAN PEMILIHAN MERK DUMP TRUCK UNTUK PROYEK URUGAN MELALUI PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMODELAN PEMILIHAN MERK DUMP TRUCK UNTUK PROYEK URUGAN MELALUI PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PEMODELAN PEMILIHAN MERK DUMP TRUCK UNTUK PROYEK URUGAN MELALUI PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Karna Rajasa, Christiono Utomo Program Studi Magister Manajemen Teknologi Bidang Keahlian

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Arus lalu lintas yang melalui jalan Yogyakarta Wonosari Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta dari hari ke hari semakin ramai dan padat. Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum merupakan suatu struktur dalam jembatan atau fly over yang berfungsi sebagai penghubung antara struktur bawah dan atas, dengan kata lain girder berfungsi sebagai

Lebih terperinci

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT adalah jembatan yang mengkombinasikan dua material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.12, November 2013 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.12, November 2013 ( ) ISSN: ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH (Studi Kasus Perencanaan Bandar Udara Lokasi Desa Pusungi Kec. Ampana Tete Kab. Tojo Una-una, Sulawesi Tengah) Stefi Priescha Tauro Jermias Tjakra,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Atas Jalan Layang Jalan layang adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari daerah/kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DETAIL STRUKTUR DAN REKLAMASI PELABUHAN PARIWISATA DI DESA MERTASARI - BALI OLEH : SIMON ROYS TAMBUNAN 3101.100.105 PROGRAM SARJANA (S-1) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE PADA PROYEK RUMAH SAKIT. Oleh : Muhammad Ridha

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE PADA PROYEK RUMAH SAKIT. Oleh : Muhammad Ridha Oleh : Muhammad Ridha 3108.100.646 TUGAS AKHIR PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE PADA PROYEK RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA Dosen Pembimbing : M. Arif Rohman, ST.

Lebih terperinci

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN INDRA IRAWAN - 075524046 ALAT PENGANGKAT CRANE Crane adalah alat pengangkat yang pada umumnya dilengkapi dengan drum tali baja, tali baja dan rantai yang dapat digunakan untuk mengangkat dan menurunkan

Lebih terperinci

ANALISA PEMAMPATAN WAKTU TERHADAP BIAYA PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI SURABAYA STA s/d STA DI MOJOKERTO

ANALISA PEMAMPATAN WAKTU TERHADAP BIAYA PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI SURABAYA STA s/d STA DI MOJOKERTO ANALISA PEMAMPATAN WAKTU TERHADAP BIAYA PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN KALI SURABAYA STA 601+318.55 s/d STA 601+181.45 DI MOJOKERTO Hendi Yudhatama, Yusronia Eka Putri,ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

METODA KONSTRUKSI GELAGAR JEMBATAN BETON PRATEKAN PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG

METODA KONSTRUKSI GELAGAR JEMBATAN BETON PRATEKAN PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG METODA KONSTRUKSI GELAGAR JEMBATAN BETON PRATEKAN PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG Shita Andriyani NRP : 0321068 Pembimbing : Dr. Ir. Purnomo Soekirno JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM Di dalam pembuatan suatu konstruksi bangunan diperlukan perencanaan yang dimaksudkan untuk menentukan fungsi struktur secara tepat, dan bentuk yang sesuai serta mempunyai

Lebih terperinci

Kata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja

Kata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja ALTERNATIF PENAMBAHAN BENTANG PADA JEMBATAN SEI ANJIR KALAMPAN DI KABUPATEN PULANG PISAU PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Leonard Adrianus Uda, Rianto B. Adihardjo, Tri Joko Wahyu Adi Lab Manajemen Konstruksi

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG METODE PELAKSANAAN REHABILITASI PRASARANA PENGENDALI BANJIR SUNGAI CITARUM HILIR WALAHAR MUARA GEMBONG PAKET III DI KAB. KARAWANG DAN BEKASI (BENDUNG WALAHAR W718) "SICKLE" LIFTING JACK TIANG PANCANG LIFTING

Lebih terperinci

Di Susun Oleh: Esteriska Hari Christanti Sesti Sarita

Di Susun Oleh: Esteriska Hari Christanti Sesti Sarita Di Susun Oleh: Esteriska Hari Christanti 3108030006 Sesti Sarita 3108030103 Dosen Pembimbing : Ir. Chomaedhi, CES.Geo. NIP. 19550319 198403 1 001 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

UJIAN PROYEK AKHIR. Oleh : Sugianto NRP

UJIAN PROYEK AKHIR. Oleh : Sugianto NRP UJIAN PROYEK AKHIR ANALISIS PEMILIHAN METODE PEMASANGAN GELAGAR JEMBATAN DITINJAU DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN BUNGUR KECAMATAN MUNJUNGAN TRENGGALEK Oleh : Sugianto NRP. 3113040502

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG I-1 1.1. LATAR BELAKANG Arus lalu lintas yang melalui Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo dari hari ke hari semakin ramai dan padat. Dalam rangka mendukung pembangunan serta perekonomian daerah khususnya,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi INTISARI... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I - Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. Bab I - Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya pengembangan infrastruktur pendukungnya. Kegiatan yang serba cepat, serta masyarakat yang dituntut

Lebih terperinci

membuat jembatan jika bentangan besar dan melintasi ruas jalan lain yang letaknya lebih

membuat jembatan jika bentangan besar dan melintasi ruas jalan lain yang letaknya lebih BAB III PERENCANAAN PENJADUALAN PROYEK JEMBATAN 3.1. Umum. Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua ruas jalan yang dipisahkan oleh suatu rintangan atau keadaan topografi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) Rudi S. Suyono 1) Abstrak Sungai merupakan salah satu prasarana yang

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I.1 Tinjauan Umum

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I.1 Tinjauan Umum I-1 I BAB I PENDAHULUAN I.1 Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan

Lebih terperinci

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA

PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA 1. Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode, yaitu metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR OLEH : SARTIKA SARI AGUSTIN NPM :

TUGAS AKHIR OLEH : SARTIKA SARI AGUSTIN NPM : PENENTUAN SKALA PRIORITAS PENYEBAB KERUSAKAN JALAN PADA JALAN PEMUDA KAFFA JALAN RAYA BURNEH BANGKALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) TUGAS AKHIR ` OLEH : SARTIKA SARI AGUSTIN

Lebih terperinci

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG Antonius 1) dan Aref Widhianto 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Sultan Agung,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut. BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan)

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. umumnya digunakan untuk berbagai konstruksi jembatan : 4. Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link-set

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. umumnya digunakan untuk berbagai konstruksi jembatan : 4. Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link-set BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Macam-macam Metode erection Karena pembahasan masalah kita mengambil metode erection, maka kita akan menjelaskan sedikit macam-macam metode pelaksanaan erection pada balok

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR

ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR Spectra Nomor 19 Volume X Januari 2012: 52-61 ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR Munasih Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Persaingan usaha jasa konstruksi yang semakin

Lebih terperinci

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI Jessica Nathalie Handoko Davy Sukamta ABSTRAK Kesuksesan pengembangan sebuah gedung super-tinggi sangat ditentukan oleh kecepatan

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 163

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 163 EXTRAPOLASI Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya P-ISSN: 1693-8259 Desember 2015, Vol. 8 No. 2, hal. 163-168 ANALISIS PEKERJAAN BASEMENT (PEKERJAAN GALIAN DAN DIAPHRAGM WALL) PADA METODE TOP - DOWN DENGAN

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA Mahasiswa: Farid Rozaq Laksono - 3115105056 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Djoko Irawan, Ms J U R U S A

Lebih terperinci

RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN METODE PELAKSANAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN LAMNYONG KOTA BANDA ACEH

RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN METODE PELAKSANAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN LAMNYONG KOTA BANDA ACEH RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN METODE PELAKSANAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN LAMNYONG KOTA BANDA ACEH Dedy Fachrurrazi 1, Chairil Anwar 2, Afdhal Hasan 3 1) Mahasiswa, Diploma 4 Perancangan Jalan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap ini disusun hal-hal penting yang harus

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Penulis Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PERENCANAAN MENARA SAINS FMIPA ITS DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN MENARA SAINS FMIPA ITS DENGAN METODE PRACETAK 1 PERENCANAAN MENARA SAINS FMIPA ITS DENGAN METODE PRACETAK Agung Aji Binton Nababan, I Gusti Putu Raka, dan Isdarmanu Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta adalah ibukota negara Indonesia yang memiliki hampir 10 juta orang yang berada di area metropolitan. Seiring berkembang dengan pesatnya pembangunan di Jakarta

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

PROGRAM PERHITUNGAN EFEKTIVITAS WAKTU DAN BIAYA PEMAKAIAN TOWER CRANE

PROGRAM PERHITUNGAN EFEKTIVITAS WAKTU DAN BIAYA PEMAKAIAN TOWER CRANE PROGRAM PERHITUNGAN EFEKTIVITAS WAKTU DAN BIAYA PEMAKAIAN TOWER CRANE Paulus Eric Hartono 1, Noviyanti 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Pada pelaksanaan proyek gedung bertingkat, Tower Crane (TC) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peralatan pengangkat bahan digunakan unuk memindahkan muatan di lokasi atau area, departemen, pabrik, lokasi konstruksi, tempat penyimpanan, pembongkaran muatan dan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN I. RUANG LINGKUP PEKERJAAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES Pekerjaan Pembangunan Jembatan ini terdiri dari beberapa item pekerjaan diantaranya adalah : A. UMUM 1. Mobilisasi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisa dan perhitungan alat berat gantry dan mobile crane pada jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang pada paket Mas Mansyur, dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT

DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN FLY OVER RUAS PORONG-GEMPOL PAKET 3A 41 + 571.5 s.d STA 41+968.5 KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR DOSEN PEMBIMBING: IR. DJOKO SULISTIONO, MT Disusun oleh: Prahasta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh manusia BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh manusia dalam melakukan berbagai interaksi antar manusia sebagaimana halnya mahkluk sosial. Interaksi

Lebih terperinci

Perbandingan Produktivitas Static Tower Crane dan Mobile Crane dengan Modifikasi Posisi Titik Supply

Perbandingan Produktivitas Static Tower Crane dan Mobile Crane dengan Modifikasi Posisi Titik Supply 1 Perbandingan Produktivitas Static Tower Crane dan Mobile Crane dengan Modifikasi Posisi Titik Supply Arief Hadi Pranata, Tri Joko Wahyu Adi, Yusroniya Eka Putri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISA DINAMIS PADA JEMBATAN PCI GIRDER

ANALISA DINAMIS PADA JEMBATAN PCI GIRDER ANALISA DINAMIS PADA JEMBATAN PCI GIRDER Santi JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9 Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, Fax. 5300244santilim2601@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan alat berat jenis Tower Crane pada proyek-proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan alat berat jenis Tower Crane pada proyek-proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini penggunaan alat berat jenis Tower Crane pada proyek-proyek besar seperti pembangunan gedung bertingkat tinggi (high rise building) atau proyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Manajemen Konstruksi Dalam sebuah proyek konstruksi, terdapat sangat banyak perilaku dan fenomena kegiatan proyek yang mungkin dapat terjadi. Untuk mengantisipasi perilaku

Lebih terperinci

COVER TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA DENGAN PELAT LANTAI ORTOTROPIK

COVER TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA DENGAN PELAT LANTAI ORTOTROPIK COVER TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA DENGAN PELAT LANTAI ORTOTROPIK Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Teknik Sipil,Universitas Mercu Buana Disusun

Lebih terperinci

RINTA ANGGRAINI

RINTA ANGGRAINI TUGAS AKHIR OPTIMALISASI WAKTU DAN BIAYA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BERAT PADA PEMBANGUNAN RELOKASI JALAN ARTERI RAYA PORONG (PAKET 4) KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR RINTA ANGGRAINI 3 040 67 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4 MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4 Citra Bahrin Syah 3106100725 Dosen Pembimbing : Bambang Piscesa, ST. MT. Ir. Djoko Irawan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan merupakan prasarana umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jembatan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II PEMBAHASAN MATERI BAB II PEMBAHASAN MATERI Mesin pengangkat yang dimaksud adalah seperangkat alat yang digunakan untuk mengangkat, memindahkan serta menurunkan suatu benda ke tempat lain dengan jangkauan operasi terbatas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air

Lebih terperinci

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT

ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT Yandra Rahadian Perdana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta yrperdana@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Jembatan adalah sebuah struktur konstruksi bangunan atau infrastruktur sebuah jalan yang difungsikan sebagai penghubung yang menghubungkan jalur lalu lintas pada

Lebih terperinci

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S1 Teknik Sipil diajukan oleh : ARIF CANDRA SEPTIAWAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

4- PEKERJAAN PERSIAPAN

4- PEKERJAAN PERSIAPAN 4- PEKERJAAN PERSIAPAN Ketika sebuah proyek sudah memasuki tahap pelaksanaan, maka pekerjaan yang pertama kali harus dilakukan adalah persiapan yang terdiri dari : 4.1 Main Schedule atau Jadwal Pelaksanaan

Lebih terperinci

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Beton Gedung Semester IV Tahun Ajaran 2015 Dibuat oleh : KELOMPOK 6 Deasy Monica Parhastuti 131111003 Gani Adnan Sastrajaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pengetahuan tentang perencanaan suatu bangunan berkembang semakin luas, termasuk salah satunya pada perencanaan pembangunan sebuah jembatan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Perencanaan Lapangan (Site Planning) Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang

Lebih terperinci

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RONA CIPTA No. Mahasiswa : 11570 / TS NPM : 03 02 11570 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI START PERSIAPAN SURVEI PENDAHULUAN PENGUMPULAN DATA ANALISA DATA

BAB III METODOLOGI START PERSIAPAN SURVEI PENDAHULUAN PENGUMPULAN DATA ANALISA DATA III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan analisa data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-10 Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal Lucky Andoyo W, Sardono Sarwito,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Geometrik Lalu Lintas Perencanan geometrik lalu lintas merupakan salah satu hal penting dalam perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan geometrik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Hasil Pegumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat adalah, data-data spesifikasi dari alat berat gantry, alat berat mobile crane, dan box girder. 4.1.1 Data Gantry Gantry

Lebih terperinci

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS SEMINAR TUGAS AKHIR OLEH : ANDREANUS DEVA C.B 3110 105 030 DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS JURUSAN TEKNIK SIPIL LINTAS JALUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB VII ANALISA BIAYA

BAB VII ANALISA BIAYA BAB VII ANALISA BIAYA 7.1 ANALISA BIAYA STRUKTUR DERMAGA 7.1.1 HARGA MATERIAL DAN UPAH Harga material dan upah diambil dari Harga Satuan Pokok Kegiatan Pemerintah Kota Surabaya Th 2005 dan Tugas Akhir

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir Jembatan merupakan suatu prasarana penghubung satu daerah dan daerah lain yang terpisahkan oleh sungai atau jurang. Sehingga daerah-daerah yang semula tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan di Indonesia saat ini sangat pesat, dimulai dengan dibangunnya jembatan terpanjang di Indonesia yaitu jembatan Suramadu, diikuti dengan rencana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran BAB IV Tinjauan Bahan Bangunan Dan Alat - Alat BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk

Lebih terperinci

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN 1 BAB I JEMBATAN PERKEMBANGAN JEMBATAN Pada saat ini jumlah jembatan yang telah terbangun di Indonesia

Lebih terperinci

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh: ULIL RAKHMAN

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah : Rekayasa Jembatan Kode Mata Kuliah : MPB 1415 SKS : 2(2-0) Waktu Pertemuan : 100 Menit SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) A. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran umum mata kuliah Setelah

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum

BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum BAB I PE DAHULUA 1.1 Umum Salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya pengembangan suatu wilayah/daerah ialah Sistem Transportasi. Jalan raya dan jembatan merupakan bagian dari sistem transportasi

Lebih terperinci

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beton bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik dipikul oleh baja sebagai penulangan ( rebar ). Sehingga pada beton bertulang, penampang beton

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG JALAN SEMENTARA RISIKO

LATAR BELAKANG JALAN SEMENTARA RISIKO TUGAS AKHIR LATAR BELAKANG JALAN SEMENTARA RISIKO RUMUSAN MASALAH 1. Risiko apa saja yang mungkin terjadi pada proses pelaksanaan pekerjaan pada proyek pembangunan Jembatan KNI? 2. Apa saja sumber penyebab

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. UMUM Penelitian ini berupa analisa perbandingan pengecoran menggunakan alat berat concrete pump dan concrete bucket untuk pekerjaan konstruksi pada proyek bangunan. Permodelan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) OLEH : ABDUL AZIZ SYAIFUDDIN 3107 100 525 DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. I GUSTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan rute/lintasan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil No. 1, Vol. 1, Maret 2014

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil No. 1, Vol. 1, Maret 2014 EFISIENSI PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PEMBANGUNAN GEDUNG TRAINING CENTRE UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 1) LIONY DWI PUTRI TAKAREDAS, 2) ARFAN UTIARAHMAN 1) Mahasiswa S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN

ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN Moh. Reshki Maulana 1 dan Made Suangga 2 1 Universitas Bina

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian ini akan disampaikan bagan alir dimana dalam bagan alir ini menjelaskan tahapan penelitian yang dilakukan dan langkah-langkah apa saja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Pesawat Pengangkat Banyak jenis perlengkapan pengangkat yang tersedia membuatnya sulit digolongkan secara tepat. Penggolongan ini masih dipersulit lagi oleh kenyataan

Lebih terperinci