Psikologi Kepribadian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Kepribadian"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian Pengantar Psikologi Kepribadian Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi S1 Psikologi 01. Abstract Penjelasan Dasar-dasar psikologi kepribadian: teori psikologi kepribadian, perkembangan dari masa ke masa Kompetensi Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan mengenai teori dan definisi kepribadian, pengertian teori, pokokpokok perbedaan paradigma psikologi, dan perkembangan sejarah teori kepribadian

2 Teori Pengertian umum Pembahasan haruslah dimulai dengan memahami terlebih dahulu apa itu teori. Secara umum, teori dapat dipahami sebagai sekumpulan asumsi yang berasal dari sebuah kesepakatan mengenai fenomena tertentu, dan sekumpulan definisi empiris yang menghubungkan sebuah teori yang bersifat abstrak kepada observasi yang bersifat konkrit. Dalam kamus Merriam-Webster teori didefinisikan sebagai an idea or set of ideas that is intended to explain facts or events. Bila diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia diperoleh definisi bahwa teori adalah sebuah ide atau sekumpulan ide yang ditujukan untuk menjelaskan fakta atau kejadian (fenomena) Hall, et al., (1985) menjelaskan bahwa teori adalah oposisi dari fakta. Teori adalah sebuah hipotesis mengenai kebenaran, ia adalah sebuah spekulasi mengenai realita, ia adalah sesuatu yang belum diketahui kebenarannya. Teori haruslah dapat diuji saat data yang cukup telah dikumpulkan dan dianalisa. Namun demikian, pengujian atas sebuah teori tidak dilakukan untuk membenarkan atau menyalahkan teori yang bersangkutan. Melainkan ditujukan pada dampak dari teori tersebut dan turunannya yang dapat dinyatakan terbukti atau tidak terbukti. Dari dua penjelasan mengenai teori di atas, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa teori adalah ide atau sekumpulan ide yang ditujukan untuk menjelaskan fenomena. Teori bukanlah fakta, sehingga kemampuan sebuah teori untuk menjelaskan fenomena harus dapat diuji. Pengujian teori dilakukan untuk mengetahui sejauh apa teori tersebut dapat menjelaskan fenomena, bukan untuk membenarkan atau menyalahkan. Bagaimana teori dibentuk Teori adalah sekumpulan ide yang diciptakan oleh pembuat teori (theorist); teori bukanlah sesuatu yang secara otomatis didapatkan dari fenomena alamiah atau data. Teori adalah sebuah cara untuk menjelaskan fenomena yang dipilih sendiri oleh seorang pembuat teori. Oleh karenanya, teori yang dibuat oleh theorist merupakan sebuah produk kreativitas, yang dapat disejajarkan seperti plot cerita yang dibuat oleh novelis atau sketsa yang dibuat oleh pelukis. Perbedaannya hanya terletak pada data yang mendasarinya dan sejauh apa kemampuan teori dalam menjelaskan fenomena dapat dibuktikan. Karena teori adalah karya pribadi dari seorang theorist, maka tidak ada prinsip utama yang mendasari sebuah teori. Sederhananya, teori adalah cara seseorang (theorist) untuk menjelaskan sebuah fenomena. Menggunakan teori seseorang untuk menjelaskan fenomena sama saja dengan meminjam kacamata orang tersebut untuk memandang fenomena tersebut. 2

3 Komponen teori Idealnya, sebuah teori terdiri dari (1) sekumpulan asumsi yang relevan dengan fenomena yang dibahas dan secara sistematis berhubungan satu sama lain, dan (2) sekumpulan definisi empiris yang menghubungkan asumsi-asumsi tersebut dengan fenomena yang terjadi secara riil. Komponen teori yang pertama memiliki pengertian bahwa sebuah asumsi yang dibuat dalam sebuah teori persepsi haruslah menjelaskan proses persepsi, dan asumsi dalam teori motivasi haruslah menjelaskan proses motivasi. Asumsi-asumsi tersebut dapat saja sangat umum atau sebaliknya cukup spesifik, tergantung pada si pembuat teori. Sebagai contoh, sebuah teori dapat mengajukan asumsi bahwa semua tingkah laku dilandasi oleh dorongan motivasi (umum); atau pada contoh lain sebuah teori berasumsi bahwa meningkatnya kecemasan akan menurunkan kinerja motorik seseorang (spesifik) Asumsi-asumsi dalam sebuah teori tidak hanya harus jelas, tapi juga harus berhubungan satu sama lain. Agar asumsi-asumsi dalam sebuah teori konsisten dan logis, maka mereka harus memiliki sebuah syntax, sebuah aturan yang menjelaskan hubungan sistematis antara asumsi dan konsep dalam sebuah teori. Tanpa adanya syntax/aturan maka teori tersebut tidak akan dapat menjelaskan data empiris. Sebagai contoh, bila kita menambahkan asumsi baru keberhargan diri dapat meningkatkan kinerja motorik pada asumsi sebelumnya yang menjelaskan bahwa kecemasan dapat menurunkan kinerja motorik, maka sebelumnya harus dijelaskan bagaimana hubungan antara kecemasan dan keberhargaan diri. Bila hal ini tidak dilakukan maka teori akan sulit untuk menjelaskan fenomena kinerja motorik secara riil, karena di dunia nyata kecemasan dan keberhargaan diri adalah variabel yang dapat muncul bersamaan dan terus berubah intensitasnya. Definisi empiris, atau juga disebut sebagai definisi operasional berfungsi untuk menspesifikkan aspekaspek operasional sebuah dalam teori, sehingga dapat ditentukan bagaimana cara mengukur aspekaspek tersebut secara riil. Melalui definisi operasional lah sebuah teori dapat berhubungan langsung dengan fenomena di dunia nyata. Pembuatan definisi operasional disatu sisi harus akurat tetapi di sisi lain juga harus fleksibel. Hal ini menjadi penting agar pengambilan data benar-benar dapat merepresentasikan fenomena. Sebagai contoh bila kecemasan hanya didefinisikan sebagai perubahan simtom-simptom fisik seperti tekanan darah, detak jantung dan pernapasan (dapat diukur dengan akurasi tinggi), maka kita akan kehilangan aspek-aspek lain yang mencirikan kecemasan, seperti sulit konsentrasi dan rasa takut (sulit diukur dengan akurat Teori Kepribadian Penggunaan istilah kepribadian secara awam umumnya mempunyai dua ciri, yaitu: (1) Mengarah pada konotasi evaluatif, dengan kata lain istilah kepribadian digunakan untuk memberikan penilaian atas diri seseorang. Umumnya merujuk pada kemampuan sosial, kharisma atau kesan yang diberikan oleh seseorang. 3

4 (2) Mendeskripsikan sifat dominan, saat seseorang dikatakan memiliki kepribadian yang tertutup, besar kemungkinan disebabkan karena orang tersebut lebih banyak diam saat berada di lingkungan sosial, lebih suka situasi tenang dan sendiri. Sementara itu, para praktisi psikologi (seperti yang akan dibahas pada mata kuliah ini), cenderung memiliki cara pandang yang lebih luas dan rumit untuk mendefinisikan kepribadian. Penelitian Allport pada tahun 1937 (dalam Hall, et al., 1985) menunjukkan ada lebih dari lima puluh definisi kepribadian yang digunakan saat itu. Dengan asumsi bahwa ilmu pengetahuan terus berkembang, maka dapat diyakini bahwa saat ini definisi kepribadian sudah bertambah banyak dan (bisa jadi) bertambah rumit, dibandingkan saat penelitian Allport dilakukan. Namun demikian, untuk memberikan gambaran umum mengenai pengertian kepribadian dalam lingkup ilmu psikologi, ada baiknya membahas beberapa konsep kunci dari kepribadian menurut beberapa definisi. (1) Biososial, beberapa teori mendefinisikan kepribadian sebagai reaksi orang lain terhadap individu. Dengan kata lain, seperti pada pengertian awam, kepribadian seseorang adalah penilaian orang lain terhadapnya. (2) Biofisik, beberapa teori lain mengambil pandangan berlawanan, bahwa kepribadian memiliki komponen organik dan terberi sejak awal. Pandangan ini mengkaitkan kepribadian dengan atributatribut yang dapat diukur secara objektif seperti bentuk tubuh. (3) Komprehensif, sebagian teori mendefinisikan kepribadian dengan mengumpulkan seluruh konsep yang dianggap penting untuk menggambarkan seseorang. (4) Integratif, memandang kepribadian sebagai sebuah struktur atau pola tingkah laku (5) Kepribadian juga dipandang oleh beberapa teori sebagai upaya adaptasi seseorang dengan lingkungannya. (6) Pembeda, kepribadian didefinisikan sebagai sesuatu yang membedakan antara satu individu dengan individu yang lain (7) Hakikat, memandang bahwa kepribadian adalah yang mendefinisikan individu, apa yang menjadi ciri atau karakteristik orang tersebut. Dalam mengkaji psikologi kepribadian, seseorang tidak dapat mengelak dari membahas definisidefinisi yang mengambil sudut pandang-sudut pandang berbeda di atas. Namun, perlu di ingat bahwa tidak ada satupun definisi di atas yang merupakan sebuah definisi kepribadian mutlak. Hal ini disebabkan karena, seorang tokoh mendefinisikan kepribadian dengan memasukkan aspek-aspek yang dianggapnya penting dan sesuai dengan teorinya sendiri. Oleh karena itu, sangat memungkinkan bila dua tokoh dengan teorinya masing-masing dapat saling tumpang tindih atau berbeda sama sekali dalam mendefinisikan kepribadian. 4

5 Dimensi Teori Kepribadian Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa teori adalah asumsi seorang pembuat teori (theorist) untuk melihat dan menjelaskan sebuah fenomena. Asumsi-asumsi ini merefleksikan posisi masingmasing pembuat teori terkait beberapa isu mengenai kepribadian yang masih menjadi perdebatan sampai saat ini. Sebagai contoh, adalah isu ketidaksadaran vs. Kesadaran, area mana yang lebih besar mempengaruhi motivasi dan tingkah laku manusia? Atau keturunan (nature) vs. lingkungan (nurture), mana yang lebih besar dalam mempengaruhi kepribadian Gambar 2. (Heredity vs environment, Nature vs nurture) manusia? Isu-isu tersebut dapat dipandang seperti dua kutub yang saling berlawanan, dan memang ada pembuat teori yang menempatkan dirinya pada salah satu dari dua kutub yang berlawanan tersebut. Namun, dua kutub tersebut juga dapat dipandang sebagai ujung dari sebuah kontinum. Sehingga banyak pembuat teori menempatkan dirinya, bukan dikutub ekstrim, tetapi pada sebuah titik diantara kedua kutub tersebut. Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa isu yang sering dipersepsikan sebagai kutub yang saling berlawanan dalam teori kepribadian. (1) Kesadaran Vs. Ketidaksadaran, pertanyaan mendasar pada isu ini adalah apakah tingkah laku manusia dikontrol oleh proses rasional yang kita sadari (proses kesadaran) atau oleh faktor irasional yang tidak kita sadari (proses ketidaksadaran). Kebanyakan pembuat teori mengakui adanya kedua faktor tersebut, kesadaran dan ketidaksadaran, tetapi mengambil posisi dengan menyatakan salah satunya memiliki pengaruh lebih dominan. Pembuat teori yang mengambil posisi ditengah-tengah berpendapat bahwa peran ketidaksadaran lebih besar pengaruhnya pada orang-orang yang mengalami gangguan (abnormal) dan peran kesadaran lebih besar pengaruhnya pada orang-orang normal. (2) Penguasaan Vs. Proses belajar, untuk beberapa teoris, proses belajar, atau bagaimana seseorang sebuah tingkah laku dimodifikasi memegang peran kunci untuk semua fenomena tingkah laku. Sementara untuk beberapa teoris lain, penguasaan atau struktur kepribadian sebagai hasil belajarlah yang menjadi titik tekan. (3) Hereditas Vs. Lingkungan, pertanyaan mendasar dari isu ini adalah diantara faktor hereditas dan lingkungan, manakah yang lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku manusia? hampir tidak ada teoris yang menolak pengaruh faktor keturunan pada tingkah laku, tetepi kebanyakan teoris berpendapat bahwa tingkah laku dapat dipahami tanpa harus melibatkan faktor-faktor genetis dan biologis. Namun demikian, penelitian kontemporer dalam bidang genetic behavior, membenarkan bahwa kecenderungan-kecenderungan yang diwariskan memiliki pengaruh yang cukup signifikan pada kepribadian manusia (4) Masa lalu Vs. Masa kini, untuk beberapa teoris, kunci untuk memahami tingkah laku seorang dewasa terletak pada kejadian-kejadian yang dialami orang tersebut dimasa kanak-kanaknya; dengan kata lain, masa lalunya. Bagi teoris dengan pandangan seperti ini, kejadian-kejadian masa lalu yang jauh (masa kanak-kanak/balita) menjadi lebih penting daripada kejadian masa kini, untuk menjelaskan tingkah laku. Namun untuk beberapa teoris lain, tingkah laku dapt dijelaskan dengan 5

6 mengambil referensi dari kejadian-kejadian kekinian: hari ini, seminggu yang lalu, sebulan yang lalu atau setahun yang lalu. (5) Holistik Vs. Analitik, Pandangan Holistik berpendapat bahwa tingkah laku manusi tidak dapat dilepaskan dari konteks dimana tingkah laku tersebut muncul. Pandangan ini memiliki dua asusmsi dasar: (1) bahwa tingkah laku individu tidak hanya terkait dengan sesuatu yang dilakukan (tingkah laku) itu sendiri, tetapi juga aspek fisiologis dan biologis individu yang beersangkutan, (2) bahwa tingkah laku hanya dapat dipahami dengan mengaitkannya pada field, aspek lingkungan atau konteks dimana tingkah laku tersebut muncul. Sekalipun aspek tingkah laku yang dipelajari sangat spesifik, tetap tingkah laku spesifik tersebut harus dikaitkan dengan konteks, untuk dapat memahami tingkah laku tersebut seutuhnya. Sementara pandangan Analitik berpendapat bahwa cara terbaik untuk memahami tingkah laku adalah dengan memulainya dari komponen tingkah laku yang kecil dan spesifik, barulah setelah itu pemahaman dikembangkan dalam komponen yang lebih besar dan kompleks. (6) Person Vs. Situation, perdebatan pada isu ini didasari oleh pertanyaan apakah tingkah laku merupakan produk dari manusia itu sendiri dan proses-proses dalam dirinya ataukah produk dari situasi/lingkungan tempat dimana manusia itu berada. Kebanyakan teoris saat ini mengambil posisi ditengah, yaitu bahwa tingkah laku adalah produk dari interaksi antara proses dalam diri dan lingkungan manusia. Namun demikian, tetap ada teoris yang menempatkan dirinya pada satu dari dua kutub ekstrim. Sebagai contoh, Skinner yang berpendapat bahwa seluruh faktor yang memicu munculnya tingkah laku berasal dari lingkungan (eksternal) dan Binswanger dan Boss yang berpendapat bahwa penentu tingkah laku adalah dari manusia itu sendiri (internal. (7) Purposif Vs. Mekanistik, beberapa teoris seperti Adler berpendapat bahwa tujuan, dan upaya mencapai tujuan, merupakan aspek sentral dari tingkah laku manusia. Dalam pandang ini tingkah laku manusia adalah purposif (bertujuan), bahwa secara alami, manusia akan terus membuat sebuah tujuan dalam hidup, dan tingkah laku yang dimunculkannya adalah sebuah upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Namun beberapa teoris lain berpendapat bahwa tingkah laku mencapai tujuan hanya terlihat seperti sebuah upaya mencapai tujuan, namun sebenarnya faktor pendorong yang melatar belakangi individu untuk bertingkah laku bukanlah terletak dimasa depan (tujuan, citacita) melainkan dimasa lalu. Seperti juga Skinner yang menyatakan bahwa tujuan bukanlah faktor penentu tingkah laku. Pandangan seperti ini sering disebut sebagai pandangan deterministik atau Mekanistik. Pandangan mekanistik berpendapat bahwa tingkah laku dapat dijelaskan seluruhnya oleh kejadian yang mendahului perilaku tersebut (antecedant). Asumsi yang mendasari pandangan ini adalah tingkah laku dapat dikenakan hukum sebab-akibat seperti pada hukum fisika dan prinsipprinsip ilmu pengetahuan alam lainnya. (8) Beberapa Motif Vs. Banyak Motif, beberapa teoris berpendapat bahwa hanya satu atau dua konsep motivasi yang diperlukan untuk menjelaskan seluruh tingkah laku. Sebagai contoh adalah Maslow yang berpendapat bahwa motif aktualisasi diri adalah motif utama yang mendasari semua tingkah laku manusia. Sementara bagi George Kelly, perkembangan sistem pengetahuan manusialah 6

7 yang melandasi tingkah laku manusia. Bagi kebanyakan teoris, tingkah laku dipengaruhi oleh lebih dari satu motif. Namun perbedaan terjadi pada jumlah dari motif-motif tersebut, ada yang menyebutkan sedikit saja motif, namun juga ada yang menyebutkan banyak sekali motif. Sebagai contoh adalah Murray yang mendefinisikan 20 kebutuhan dasar manusia dan Allport yang menyatakan bahwa motivasi manusia jumlahnya tidak terbatas. (9) Normal Vs. Abnormal, beberapa teoris mengembangkan teori kepribadiannya dengan mempelajari populasi abnormal atau populasi individu dengan gangguan psikologis. Pandangan ini berpendapat bahwa mempelajari individu gangguan adalah kunci untuk memahami individu normal. Dengan mempelajari apa yang abnormal barulah dapat diketahui apa yang disebut sebagai normal. Sementara teoris lain berfokus mempelajari populasi normal untuk mempelajari kepribadian. Pandangan ini menganggap bahwa tidak sepatutnya sebuah teori kepribadian yang dikembangkan dari individu dengan gangguan, digunakan untuk menjelaskan kepribadian individu yang sehat. Bahwa ada perbedaan kualitas antara orang-orang yang sehat (normal) dan terganggun (abnormal) Istilah yg berkaitan dgn kata Kepribadian Karakter suatu kualitas atau sifat yang terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan mengidentifikasikan individu. Watak Allport, (dalam Suryabrata, 1995 : 2) Beranggapan bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama, akan tetapi dipandang dari segi yang berlainan. Jika sso mengadakan penilaian dengan menggunakan norma maka menggunakan istilah watak Jika tidak memeberikan penilaian, menggambarkan apa adanya maka menggunakan istilah kepribadian Maka dapat dikatakan seseorang dikatakan mempunyai watak jika sikap, tingkah laku dan perbuatannya dipandang dari segi norma-norma sosial adalah baik, sedangkan seseorang dikatakan tidak berwatak jika sikap tingkah laku dan perbuatannya dipandang dari segi normanorma sosial adalah buruk (Suryabrata, 1995) 7

8 Disposisi Kecenderungan psikofisik individu untuk mereaksi suatu hal. Satu sikap emosional yang berlangsung terus-menerus Sikap, pendirian, sifat bawaan, naluri, dorongan, reaksi yang terlalu berkuasa kecenderungan, kebiasan, dan temperamen. Digunakan oleh psikolog untuk menerangkan sifat-sifat yang sifatnya terus-menerus, atau menerangkan kualitas yang menetap & konsekuensi dari tingkah laku. (Chaplin, 2008 : 142) Temperamen Disposisi reaktif seseorang Temper : kemarahan, sifat, watak, tabiat Temperamen sinonim dg disposisi Keseluruhan cara (gaya, sikap) dimana individu bertingkah laku seperti bergantung pd perubahan-perubahan metabolis yang terus-menerus berlangsung dalam jaringan jasmaniah (Chaplin, 2008 : 503) - Sifat batin yang tetap mempengaruhi perbuatan, perasaan, dan pikiran spt periang, penyedih (Kamus Bahasa Indonesia, 2002 : 1168) Sikap Perbuatan berdasarkan pada pendirian/ keyakinan. Gerak-gerik, perilaku (Kamus Bahasa Indonesia, 2002 : 1063) Sifat Dasar watak (dibawa sejak lahir); tabiat Ciri khas yang ada pada sesuatu (untuk membedakan dari yang lain) (Kamus Bahasa Indonesia, 2002 : 1062) \ - respon yang senada (sama) terhadap sekelompok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama. Tipe/ciri aspek yang yang mengkategorikan manusia menjadi beberapa jenis model atau jenis tingkah laku. 8

9 Kebiasaan / habit respon yang sama untuk stimulus yang sama pula dan cenderung berulan Hakikat Kepribadian Kepribadian bersifat dinamis, artinya kepribadian itu adalah sesuatu yang berubah & berkembang membentuk suatu sikap & tindakan ttn. Perubahan sesuai dg waktu & pengalaman yang dilalui. Contoh : Seseorang yg plin-plan mjd seorang yg teguh pendirian ia belajar bhw bersikap plin-plan membuat kesulitan dalam hidup sehingga ia mengubah sikap Kepribadian yang sehat 1. Mampu menilai diri sendiri secara realistis, apa adanya ttg kelebihan & kekurangan fisik, keterampilan, dsb. 2. Mampu menilai situasi secara realistis, dpt menghadapi situasi/ kondisi kehidupan yg dialami secara wajar, tdk mengharap kondisi kehidupan yg terlalu sempurna 3. Mampu menilai prestasi yang diraih secara realistik, menilai, mereaksi prestasi secara rasional tdk mjd sombong. 4. Menerima tanggung jawab keyakinan untuk mengatasi masalah kehidupan 5. Dapat mengontrol emosi, menghadapi situasi frustasi, depresi atau tres scr positif 6. Memiliki sifat kemandirian : dlm cara berpikir, bertindak, membuat keputusan, menyesuaikan diri dg norma. 7. Berorientasi tujuan, merumuskan tujuan yg matang dlm setiap aktivitas, dg cara mengembangkan kepribadian, pengetahuan, keterampilan. 8. Berorientasi keluar, memiliki kepedulian dg masalah lingkungan. 9. Penerimaan sosial, mau berhubungan dg orang lain & memiliki sikap bersahabat. 10. Memiliki falsafah hidup yg berasal dari keyakinannya. 11. Berbahagia, suasana kehidupan diwarnai dg kebahagiaan yg didukung faktor prestasi & kasih sayang. Kepribadian yang tidak sehat 1. Mudah marah/ tersinggung 9

10 2. Khawatir dan cemas 3. Merasa tertekan (stres/ depresi) 4. Bersikap kejam 5. Ketidakmampuan utk menghindar dari perilaku yg menyimpang meskipun sdh dihukum 6. Kebiasaan berbohong 7. Hiperaktif 8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas 9. Senang mengkritik/ mencemooh orang lain 10. Sulit tidur. 11. Kurang memiliki rasa tanggungjwb 12. Sering mengalami pusing kepala 13. Kurang mematuhi ajaran agama 14. Pesimis menghadapi kehidupan 15. Kurang bergairah & bermuram menghadapi kehidupan Paradigma Psikologi 1. Aliran psikoanalisa : mengabaikan potensi potensi yang ada pada diri manusia, melihat dari sisi negatif individu, alam bawah sadar, mimpi dan masa lalu. 2. Aliran behaviorisme : mengabaikan potensi potensi yang ada pada diri manusia, menusia di perlakukan sebagai mesin yang artinya manusia sebagai satu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum. 3. Aliran humanistik : tidak mengabaikan potensi potensi yang ada pada diri manusia, percaya pada kodrat individu, artinya individu pasti dapat dan harus mengatasi masa lampau atau psikoanalisis, secara kodrat biologis dan lingkungan. 5. Aliran transpersonal Psikologi kepribadian awalnya bukanlah ilmu yang scientific 1. Prenology ( Bentuk tengkorak ) Bahwa ada hubungan dengan otak yang ada didalamnya. Tengkorak yang besar tentu berisi otak yang banyak, otak yang banyak tentu berat. Otak yang berat tentu dapat menyelesaikan hal - hal yang berat, adalah orang yang pandai dan sebaliknya, bahwa tengkorak yang kecil, orangnya tentu tidak begitu pandai. 2. Grafology ( Tulsan tangan ) Bahwa ada hubungan antara tulisan tangan dengan watak penulisnya 10

11 3. Astronomy ( Ilmu perbintangan ) Pendapat yang menghubungkan tata bintang dengan dengan musim, bernama astronomi, dalam hubungannya dengan watak orang yang dilahirkan pada musim itu (astrolog) 4. Psyognomy ( Ilmu wajah ) Menerangkan bahwa wajah yang bulat menandakan orang yang sabar, lembut dan tenang. Sedang wajah yang bulat panjang, orangnya tentu lincah, banyak cakap, periang dan sebagainya 5. Chirology / Palmistry ( Ilmu gurat tangan ) Mengajarkan bahwa gurat tangan ada hubungannya dengan nasib orangny 6. Tipologi Tipologi menurut ilmu Psikologi terdiri dari 2 komponen, yaitu : a. Sifat atau karakter yang dibentuk oleh faktor lingkungan, misalnya : malas, rajin, usil, tertutup, terbuka b. Watak atau disebut juga temperamen, dibentuk oleh faktor genetika, misalnya kebanyakan orang yang berasal dari luar pulau wataknya keras dan pemarah. Ada 2 aliran yang membedakannya, yaitu aliran NATURALISME dan NATIVISME Tokoh Schoupenhour dari aliran Naturalisme mengatakan bahwa segala yang suci ada ditangan Tuhan, namun segala yang rusak ditangan manusia, faktor lingkungan lebih kuat daripada faktor bawaan sedangkan J.J.Rousseau dari aliran Nativisme berpedapat bahwa faktor bawaan lebih kuat daripada faktor luar. Contoh parapsikologi/ilmu psikologi yang tidak scientific 1. Empodacles unsur kehidupan 2. Hipokrates sanguin, melankolis, plegmatis, koleris Empedokles Hipokrates 11

12 Unsur dominan tipologi sifat Bakat/handal Api darah Sanguin Panas ekspansif, Lincah, Riang, Optimis, Mudah tersenyum, Tidak putus asa, Mudah marah, Sensasi, Cepat jatuh cinta dan melupakannya. Salesman, Guru, Pidato, berpeluang menjadi seorang pemimpin Udara Limpa/ Plegmatis Tenang, Dingin, Sabar, Akuntan, Diplomat, Peneliti kelenjar Tak mudah perpengaruh, dan sebagainya hati / lendir tidak mudah tersenyum, sombong, Teliti Tanah Empedu Choleric Garang, Lekas marah, Produser, Eksekutif, Jendral, kuning Tersinggung, Pemimpin, Penjahat, Pendendam, Hobinya Memperalat orang banyak, Melakukan sesuatu yang selalu menguntungkan untuk dirinya sendiri, Kurang mempunyai karya seni, Emosi kuat, Serius Air Empedu Melankolis Kaku, Muram, Penakut, Seniman, musikus, penemu, hitam Pesimis, Membiarkan filsafat perbuatan jahat, Pasrah. 3. Plato tiga fungsi jiwa dari pembagian bagian tubuh Plato membedakan 3 fungsi jiwa, yaitu : 1. Pikiran yang berkedudukan dalam kepala Bahwa pikiran itu sumber kebijaksanaan. Berpikir - Otak - Logisticon 2. Kemauan, berkedudukan dalam dada Bahwa kemauan itu sumber keberanian Berkehendak - Dada - Thumeticon 3. Perasaan, berkedudukan dalam tubuh bagian bawah Bahwa sumber kekuatan menahan hawa nafsu. Berkeinginan Perut Abdomen 12

13 4. WH Sheldon tipe bentuk tubuh manusia Tipologi Ciri-ciri Sifat Endomorph, Gemuk, Lembut, Berat badan kurang, artinya orang tersebut kelihatannya gemuk tetapi setelah ditimbang berat badan yang dimiliki kurang. Orang yang relaks, Suka hiburan, Gemar makan makan, tidur nyenyak, butuh orang lain saat menghadapi kesukaran Mesomorph Kuat, Kokoh, Tahan sakit Gagah, Perkasa, Aktif, Terus terang, Suara lantang, Dewasa menghadapi kesukaran, Butuh gerakan tertentu. Ectomorph Jangkung, Dada pipih, Lemah, Otot tidak kelihatan Sikap ragu ragu, Reaksi cepat, Menarik diri, Kurang berani berbicara dengan orang banyak, Mempunyai kebiasaan tetap, Suara kurang bebas, Tidur kurang nyenyak, Awet muda, Menyendiri 5. E. Spranger 6 nilai kebudayaan Tipologi Sifat Tipe ekonomi senang bekerja, Senang mengumpulkan harta, Agak kikir, Bangga dengan hartanya Tipe politik Ingin berkuasa, Tidak ingin kaya, Berusaha menguasai orang lain, Kurang mencintai kebenaran. Tipe sosial Senang berkorban, Senang mengabdi kepada Tuhan, Mencintai masyarakat dan,pandai bergaul 13

14 Manusia pengetahuan Senang membaca, Gemar berfikir dan belajar, Tidak ingin kaya, Ingin serba tahu Manusia seni Hidup bersahaja, Senang menikmati keindahan, Gemar mencipta, Mudah bergaul dengan siapa saja. Manusia agama Hidupnya hanya untuk Tuhan dan akherat, Senang memuja, Kurang senang harta, Senang menolong orang lain. Daftar Pustaka Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press Boeree, C.G. (2005). Personality theories (cetakan ke II). Yogyakarta: Primashopie Feist, J., & Fiest, G. J. (2009). Theories of Personality (7th ed). New York: MGraw-Hill Hall, C. S., Lindzey, G., Leohlin, J. C., Manosevitz, M., & Locke, V. O. (1985). Introduction to theories of personality. Singapore: John Wiley & Sons, Inc. Schultz, D.P., & Schultz, S.E. (2009). Theories of Personality (9th edition). Belmont, CA: Wasdworth/Cengange Learning 14

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tipe-tipe Kepribadian Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Kepribadian Manusia Tiap orang mempunyai kombinasi dari dua kepribadian. Umumnya salah satunya lebih dominan, kadang juga keduanya seimbang. Bila

Lebih terperinci

Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN. By Hiryanto, M.si.

Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN. By Hiryanto, M.si. Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN Batasan kepribadian (menurut Allport) Watak dan kepribadian adalah sama, tapi dapat berbeda. Watak digunakan untuk memberi penilaian tentang perangai dan perbuatan manusia

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

MEMAHAMI INDIVIDU PERILAKU ORGANISASI

MEMAHAMI INDIVIDU PERILAKU ORGANISASI MEMAHAMI INDIVIDU DALAM PERILAKU ORGANISASI BAB II PERILAKU ORGANISASI Pengertian Perilaku Individu Perilaku didefinisikan sebagai suatu sikap atau tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manusia

Lebih terperinci

Diskusikanlah...! Genetik atau hasil belajar? Tunggal atau jamak? Kepribadian. Tetap atau Berubah? Ada atau tidak?

Diskusikanlah...! Genetik atau hasil belajar? Tunggal atau jamak? Kepribadian. Tetap atau Berubah? Ada atau tidak? Teori Kepribadian Diskusikanlah...! Genetik atau hasil belajar? Tunggal atau jamak? Kepribadian Tetap atau Berubah? Ada atau tidak? Diskusikanlah...! Watak (Disposition) Kepribadian? Samakah? Karakter?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

CARA MEMBACA KARAKTER PELAMAR KERJA MELALUI PROSES WAWANCARA

CARA MEMBACA KARAKTER PELAMAR KERJA MELALUI PROSES WAWANCARA SEMINAR PENINGKATAN KOMPETENSI PSIKOLOGIS CARA MEMBACA KARAKTER PELAMAR KERJA MELALUI PROSES WAWANCARA Listya Istiningtyas, M.Psi, Psikolog Definisi kepribadian Kepribadian adalah sebuah kesatuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujian Nasional (UN) bukanlah hal yang asing dalam dunia pendidikan Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan dan Emosi Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi: kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Psikologi Konstitusi dan Personologi

Psikologi Kepribadian I Psikologi Konstitusi dan Personologi Modul ke: Psikologi Kepribadian I Psikologi Konstitusi dan Personologi Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar tentang Manusia Hippocrates

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku assertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku assertif

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Modul ke: Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gordon Allport: Prinsip dasar tingkah laku:

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

Etika Profesi Public Relations

Etika Profesi Public Relations Modul ke: Etika Profesi Public Relations IDENTITAS DIRI DAN TIPOLOGI KEPRIBADIAN Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S, M.IKom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id IDENTITAS DIRI DAN TIPOLOGI

Lebih terperinci

Personality Plus : Mengenal Watak Phlegmatis http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Kita Sendiri : Mengenal Watak Phlegmatis

Lebih terperinci

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z Karakteristik manusia komunikan Rahmawati Z Kenalilah Dirimu. Pemeran utama dalam proses komunikasi adalah manusia. Sebagai psikolog, kita memandang komunikasi justru pada perilaku manusia komunikasi.

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Eksistensialisme dan Humanisme Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Perkembangan Aliran-Aliran Pesatnya

Lebih terperinci

TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING. Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd.

TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING. Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd. TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan sebagai sebuah sistem. Untuk menjadikan

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Psikologi Modern Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Psikologi Modern Teori-teori kepribadian modern

Lebih terperinci

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi ETIK UMB Modul ke: MENGENAL POTENSI DIRI FEB Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM Program Studi Manajemen Passion adalah : Bisa disebut juga panggilan jiwa, atau bisa diartikan hasrat diri dan gairah, orientasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara 2009, h.67).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara 2009, h.67). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika Modul ke: 02 Inggar Fakultas Fakultas Ilmu Komputer ETIK UMB Memahami Potensi Diri Saputra, S.Pd, M.Si Program Studi Informatika Latar Belakang Setiap individu memiliki permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

Ciri dan Watak Wirausaha

Ciri dan Watak Wirausaha Ciri dan Watak Wirausaha SALAH Dilazimkan Menyalahkan: -Orang lain -Lingkungan akibatnya -Tidak percaya diri -Tidak bisa menerima kritik -Pasif Kondisi SEHARUSNYA Dilatih Intropeksi -Responsibility -Konsekuen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya manusia itu adalah unik dan memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda, walau terkadang juga memiliki kesamaan. Perbedaan-perbedaan itu dapat dilihat antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecerdasan Salah satu peneliti tentang kecerdasan manusia adalah Prof. Howard Gardner yang merupakan seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nurgiyantoro (2012:70) dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada hakekatnya pengarang

Lebih terperinci

Tipologi Kepribadian

Tipologi Kepribadian Tipologi Kepribadian Hippocrates - Galenus PsikologiZone.com Zona Ilmu dan Artikel Psikologi Online Seperti penjelasan yang sudah dibahas pada situs psikologizone.com mengenai pengertian tipologi kepribadian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional 2.1.1 Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional sangat penting dalam kehidupan karena pada hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT 1. Pengertian Burnout Burnout yaitu keadaan stress secara psikologis yang sangat ekstrem sehingga individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai

Lebih terperinci

Psikologi Sosial 2. Teori-teori Psikologi Sosial. Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Psikologi Sosial 2. Teori-teori Psikologi Sosial. Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Psikologi Sosial 2 Teori-teori Psikologi Sosial Fakultas PSIKOLOGI Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Teori-teori Psikologi Sosial Sikap Ketertarikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

PRINSIP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

PRINSIP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PRINSIP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA BY: BASYARIAH LUBIS, AMKeb, sst, mkes Makhluk Yang Utuh atau paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial & Spiritual. Makhluk Biologis : Sistem organ tubuh Lahir, tumbang,

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Pandangan Murray sangat holistik,

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5.

1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5. 1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5. MOTIVASI, KEPUASAN KERJA, DAN KINERJA 6. TERTAWA ITU SEHAT, MARI TERTAWA

Lebih terperinci

Definisi Karakter. Pengertian Karakter Menurut Para Ahli. 1. Maxwell

Definisi Karakter. Pengertian Karakter Menurut Para Ahli. 1. Maxwell Definisi Karakter Pengertian Karakter Menurut Para Ahli 1. Maxwell Menurut Maxwell, karakter jauh lebih baik dari sekedar perkataan. Lebih dari itu, karakter merupakan sebuah pilihan yang menentukan tingkat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMOSI. Sunardi, PLB FIP UPI

PERKEMBANGAN EMOSI. Sunardi, PLB FIP UPI PERKEMBANGAN EMOSI Sunardi, PLB FIP UPI PERKEMBANGAN EMOSI Mar at, 2006 Berlangsung sejak lahir sampai dewasa, tetapi untuk memahami secara pasti mengenai emosi bayi adalah amat sukar. Mengapa? Informasi

Lebih terperinci

Seorang wanita yang mengalami kesulitan tidur dan kehilangan konsentrasi setelah kematian suaminya. Seorang wanita muda mencoba memanjakan dirinya

Seorang wanita yang mengalami kesulitan tidur dan kehilangan konsentrasi setelah kematian suaminya. Seorang wanita muda mencoba memanjakan dirinya KONSEPSI TENTANG ABNORMALITAS 1 Fakta : Seorang wanita yang mengalami kesulitan tidur dan kehilangan konsentrasi setelah kematian suaminya. Seorang wanita muda mencoba memanjakan dirinya dengan makan,

Lebih terperinci

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia 12 tahun sampai 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi (datang

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

(Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

(Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian CAHPTER FIVE Persistence and Change (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Nina Prasetyowati F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup di hari-hari ini semakin rentan dengan stres, mahasiswa sudah masuk dalam tahap persaingan yang sangat ketat, hanya yang siap mampu menjawab kemajuan teknologi

Lebih terperinci

IMPROVING PERSONAL, INTERPERSONAL, & ORGANIZATIONAL COMMUNICATIONS

IMPROVING PERSONAL, INTERPERSONAL, & ORGANIZATIONAL COMMUNICATIONS IMPROVING PERSONAL, INTERPERSONAL, & ORGANIZATIONAL COMMUNICATIONS Part 6 Edy Prihantoro Universitas Gunadarma Pokok Bahasan Understanding your communication style Building high self esteem (self esteem

Lebih terperinci

Kognisi Sosial. (Berpikir mengenai dunia sosial)

Kognisi Sosial. (Berpikir mengenai dunia sosial) Kognisi Sosial (Berpikir mengenai dunia sosial) adalah cara kita menginterpretasi, menganalisis, mengingat dan menggunakan informasi ttg dunia sosial. Bahasan ttg kognisi sosial meliputi: skema Heuristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

Sebagai pengalaman baru

Sebagai pengalaman baru Sebagai pengalaman baru Sekurang2nya ada 6 macam pengalaman baru yg diperoleh oleh klien dalam proses konseling yaitu : 1. Mengenal konflik internal 2. Menghadapi realitas 3. Mengembangkan konsep diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per 31 Desember 2010 (KPK, 2010). Sumber lain menyebutkan jika

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per 31 Desember 2010 (KPK, 2010). Sumber lain menyebutkan jika BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis moral yang saat ini dialami bangsa Indonesi menjadi isu yang tengah hangat diperbincangkan. KPK dalam laporan tahunan tahun 2010 mencatat adanya 6.265 laporan

Lebih terperinci

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY)

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) Biografi CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) 1. Carl Rogers dilahirkan di Illionis 8 Januari 1902 USA. 2. Ia menaruh perhatian atas ilmu pengetahuan alam dan biologi. Pengaruh filsafat J. Deway mendorong

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional 2.1.1 Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 KecemasanPada Mahasiswa Dalam Menyusun Proposal Skripsi 2.1.1 Pengertian kecemasanmahasiswa dalam menyusun proposal Skripsi Skripsi adalah tugas di akhir perkuliahan yang harus

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

diidentifikasi sebagai si pelaksana.

diidentifikasi sebagai si pelaksana. TEORI KEPRIBADIAN Didasarkan kepada analisisnya, Freud mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem yang saling mempengaruhi. Yaitu id, superego dan ego. Konsep id dirumuskan sebagai

Lebih terperinci

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran) A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus

Lebih terperinci

POLA PENGASUHAN ANAK BERWAWASAN GENDER

POLA PENGASUHAN ANAK BERWAWASAN GENDER POLA PENGASUHAN ANAK BERWAWASAN GENDER Pelatihan/TOT Ketahanan Keluarga Berwawasan Gender Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Media 4.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Secara umum kepribadian (personality) suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi perilaku

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

Psikologi Dunia Kerja Sifat Kodrati Manusia & Pengaruh Teknologi Industri Modern

Psikologi Dunia Kerja Sifat Kodrati Manusia & Pengaruh Teknologi Industri Modern Psikologi Dunia Kerja Sifat Kodrati Manusia & Pengaruh Teknologi Industri Modern Dinnul Alfian Akbar, SE, M.Si Manusia dan Lingkungannya Manusia Sebagai Mahkluk Berkembang Manusia sebagai makhluk berkembang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

KESEHATAN MENTAL DLM KEHIDUPAN REMAJA

KESEHATAN MENTAL DLM KEHIDUPAN REMAJA KESEHATAN MENTAL DLM KEHIDUPAN REMAJA Pertemuan 12 Sri Hastuti Handayani, Psi, M.Si KESEHATAN MENTAL DLM KEHIDUPAN REMAJA Pendidikan seks Peran sekolah Kelompok resiko tinggi Kecemasan remaja Tugas perkembangan

Lebih terperinci

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017 S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: Sam Poole ID: HC560419 Tanggal: 23 Februari 2017 2 0 0 9 H O G A N A S

Lebih terperinci

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Dipublikasikan pada Harian Surabaya Post, 20 Juli 2008 Kalau pada edisi lalu kita membahas perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harga diri adalah penilaian seseorang mengenai gambaran dirinya sendiri yang berkaitan dengan aspek fisik, psikologis, sosial dan perilakunya secara keseluruhan.

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH RIA SULASTRIANI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kemandirian remaja

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBERIAN PUNISHMENT OLEH GURU DENGAN KECEMASAN DI DALAM KELAS PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTPN) 1 DAWE KUDUS SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

EMOSI & PERASAAN. PERTEMUAN KE- 7

EMOSI & PERASAAN. PERTEMUAN KE- 7 EMOSI & PERASAAN PERTEMUAN KE- 7 aprilia_tinalidyasari@yahoo.com Pengertian Emosi Suatu kondisi biologis, psikologis an fisiologi dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak Emosi bersifat lebih intens

Lebih terperinci

PengantarPsikologiKepribadian OLEH : DRA. RAHAYU GININTASASI, M.SI

PengantarPsikologiKepribadian OLEH : DRA. RAHAYU GININTASASI, M.SI PengantarPsikologiKepribadian OLEH : DRA. RAHAYU GININTASASI, M.SI Definisi Kepribadian Secaraetimologikepribadian(personality) berasal dari kata persona yang berarti topeng atau mask. Menurut akar bahasa,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan aset bagi perusahaan, setiap perusahaan membutuhkan karyawan untuk dapat melangsungkan kegiatan dan mengembangkan kualitas produknya. Karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha

Lebih terperinci

Masa kanak-kanak termasuk masa yg panjang dlm rentang kehidupan Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yg penuh ketergantungan --> kira-

Masa kanak-kanak termasuk masa yg panjang dlm rentang kehidupan Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yg penuh ketergantungan --> kira- Masa kanak-kanak termasuk masa yg panjang dlm rentang kehidupan Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yg penuh ketergantungan --> kira- kira usia 2 th matang scr seksual ( :±13 th :±14 th)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilatari oleh perasaan terhina, keinginan tidak tercapai, persaingan hidup yang kian ketat membuat kita semakin tertekan dan akhirnya berujung munculnya tindakan

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: Interpersonal Communication Skill Perkenalan Mata Kuliah, Kontrak Belajar dan Pemahaman Soft Skill November 2016 Fakultas Ilmu Komunikasi Gadis Octory, S.Ikom, M.Ikom Program Studi Periklanan

Lebih terperinci

KONFLIK ITRAPSIKIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI (Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney)

KONFLIK ITRAPSIKIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI (Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney) KONFLIK ITRAPSIKIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI (Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney) Disusun Oleh: NURUL INTAN MAULUDIYAH - 13010113130106 FAKULTAS ILMU BUDAYA,

Lebih terperinci

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan LAMPIRAN 70 Lampiran 1 Kuesioner tes DISC Data Diri Nama : Tempat, tanggal lahir : Usia : Jenis Kelamin : No. Telfon : TES DISC Instruksi : Silahkan pilih salah satu dari empat kelompok kata di bawah ini

Lebih terperinci

PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN KODE WARNA DAN KREATIVITAS

PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN KODE WARNA DAN KREATIVITAS PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR REMAJA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN KODE WARNA DAN KREATIVITAS Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana (S-1) Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

Please download full document at Thanks

Please download full document at  Thanks BAB I PENDAHULUAN A. SIFAT-SIFAT KHAS KEPRIBADIAN MANUSIA Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam sekali, mungkin sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan

Lebih terperinci

DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA

DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA Environment & Social Responsibility Division ESR Weekly Tips no. 30/III/2006 Sent: 20 Maret 2006 DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA Sebagian besar bahkan mungkin semua orang yang

Lebih terperinci