PT. PAL INDONESIA (PERSERO) PADA DEPARTEMEN OUTFITTING (BENGKEL MESIN) DIVISI KAPAL PERANG SISTEM KEMUDI DAN PROSES PEMASANGAN STEERING GEAR SISTEM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PT. PAL INDONESIA (PERSERO) PADA DEPARTEMEN OUTFITTING (BENGKEL MESIN) DIVISI KAPAL PERANG SISTEM KEMUDI DAN PROSES PEMASANGAN STEERING GEAR SISTEM"

Transkripsi

1 PT. PAL INDONESIA (PERSERO) PADA DEPARTEMEN OUTFITTING (BENGKEL MESIN) DIVISI KAPAL PERANG SISTEM KEMUDI DAN PROSES PEMASANGAN STEERING GEAR SISTEM Laporan kerja praktek I Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik(ST) Oleh. Muhammad Harun Arrasyid JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2007

2 LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PAL INDONESIA (Persero) PADA DEPARTEMEN OUTFITTING DIVISI KAPAL PERANG Disusun oleh : Muhammad Harun Arrasyid JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2007 i

3 LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PAL INDONESIA (Persero) PADA DEPARTEMEN OUTFITTING DIVISI KAPAL PERANG Disusun oleh : MUHAMMAD HARUN A ( Tanggal 1 Juli s/d 31 Juli 2007) Dosen Pembimbing Pembimbing I Departemen outfitting (bengkel mesin) Ir.Ahmad Syuhri,MT NIP Sutono NIP Koordinator KP 1 Pembimbing II Departemen outfitting (bengkel mesin) R. Koekoeh K.W. ST,. M.Eng. NIP Ketua Jurusan Teknik Mesin Siswanto NIP PT.PAL INDONESIA (PERSERO) An. KADIV. BIN ORG & SDM KADEP. MANAJEMEN SDM Ir.Digdo Listiadi NIP HADI HARTONO ii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas karunia, taufik dan hidayah-nya penulisan laporan kerja praktek II di PT. PAL Indonesia (persero) dapat kami selesaikan. Penulisan laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan semangat dan motivasi dari beberapa pihak yang sangat membantu penulis untuk segera mungkin menyelesaikannya. Pada kesempatan ini dan dengan kerendahan hati, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu kelancaran dalam penulisan laporan ini, diantaranya: 1. Bapak Ir. Digdo Listyadi, Msc., selaku ketua jurusan tekni mesin Universitas Jember. 2. Bapak R. Koekoeh K.W. ST. M.Eng, selaku koordinator PKL. 3. Bapak Ir.Ahmad Syuhri,MT, selaku dosen pembimbing KP I yang telah banyak membantu memberikan bimbingan dalam penulisan lapran KP I ini. 4. Bapak Sutono dan Bapak Siswanto, selaku pembimbing dan pendamping lapangan saat kami melaksanakan kerja praktek di PT. PAL Indonesia (Persero), yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing kami. 5. Semua karyawan dan pekerja di PT. PAL Indonesia (persero) terutama di Kapal Perang yang juga telah memberikan bimbingan kepada kami. 6. Semua teman-teman S1 Teknik Mesin 2004 dan 2005 yang juga telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan kerja praktek I ini. 7. Serta semua pihak yang juga telah membantu kami yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu. Penulis berharap agar penyusunan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun sendiri maupun bagi orang lain. Penulis juga tau bahwa laporan kerja praktek ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis minta saran dan kritik yang membangun atas segala kekurangan dalam penyusunan laporan ini, dan semoga usaha ini senantiasa berada dalam keridhoaan-nya. Amien. Surabaya, 1 Juli 2007 Penulis iii

5 DAFTAR ISI HAL LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Permasalahan Sistematika Penulisan... 4 BAB II SEJARAH DAN ORGANISASI PT. PAL INDONESIA Sejarah PT. PAL INDONESIA Tugas Pokok PT. PAL INDONESIA Struktur Organisasi dan Penjelaasan Tugas PT. PAL INDONESIA Divisi Pemasaran dan Penjualan Divisi Teknologi Divisi Kapal Perang Divisi Kapal Niaga Divisi General Engineering Divisi Pemeliharaan dan Perbaikan Divisi Treasury Divisi Akuntansi Divisi Quality Assurance Divisi Pengadaan Divisi Kawasan Perusahaan Divisi Pembinaan Organisasi dan SDM Divisi Audit Internal Sekretaris Perusahaan Struktur Organisasi dan Penjelasan Tugas Departemen Outfitting Kedudukan Tugas Pokok Fungsi Organisasi Tanggung Jawab Struktur Organisasi Bengkel Mesin Struktur Organisasi PT.PAL INDONESIA (Persero) BAB III DEPARTEMEN OUTFITTING BENGKEL MESIN DEVISI KAPAL PERANG Gambaran Umum Bengkel Mesin Outfitting Setandar Kerja Pada Bengkel Outfitting Prosedur Pemasangan Main Induk Shaft Sistem Alignment Poros iv

6 Pra Alignment Poros BAB IV SISTEM KEMUDI DAN PROSES PEMASANGAN STEERING GEAR SISTEM Sistem Kemudi Kapal Macam-Macam Pembagian Kemudi Cara Pengoperasian Kemudi Bagian Utama Sistem Kemudi Prinsip Kerja Kemudi Prinsip Pengoperasian Kemudi Variasi Pengoperasian Kemudi Hal Penting Mengenai Kemudi Bagian-Bagian Kemudi Kapal Perawatan Pada Sistem Kemudi Pemasangan Bushing Kemudi Kapal Persiapan Pemasangan Bushing Kemudi Pemasangan Bushing Kemudi Pemasangan dan Pengukuran Steering Gear Langkah-Langkah Proses Pemasangan Kemudi Konstruksi Penampang Memanjang Kapal Daftar Istilah BAB V PENUTUP Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

7 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal milenium ke tiga ini dimana bangsa Indonesia akan menghadapi babak baru yaitu pasar bebas yang dalam bidang teknologi dititik beratkan pada kwalitas tenaga kerja yang siap pakai yang berkwalitas sehingga dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain, yang notabene lebih berkwalitas. Oleh karena itu pada sivitas akademika dituntut untuk mencetak mahasiswanya menjadi tenaga kerja yang profesional dan siap diterjunkan ke dunia kerja. Untuk mancapai tujuan tersebut adalah dengan mengadakan kerja praktek. Dengan adanya kerja praktek ini juga bisa digunakan untuk mewujudkan harapan pemerintah dan juga tuntutan zaman untuk segera mengadakan kerja sama antara lingkungan pendidikan dengan dunia kerja. Sistem kerja sama antara keduanya sudah sering diadakan di negara-negara maju guna mencetak tenaga kerja dari lingkungan pendidikan supaya sesuai dengan permintaan dunia kerja. Pada kurikulum yang ada pada jurusan teknik mesin fakultas teknik UNEJ sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan kuliah setiap mahasiswa diwajibkan menempuh mata kuliah kerja praktek I yang dilakukan pada suatu perusahaan yang berkaitan dengan disiplin ilmunya. Dari pengamatan, pengalaman dan datadata yang diperoleh selama kerja praktek diharapkan setiap mahasiswa dapat mengetahui yang sebenarnya, baik itu berupa model, cara kerja, perawatan dari steering gear sistem yang sebelunya hanya diketahui lewat buku-buku dan teori saja. Selain hal-hal diatas mahasiswa dalam kerja prakteknya nanti juga akan mengetahui dalam lingkungan kerja yang akan digelutinya nanti setelah dia lulus. Sehingga mahasiswa akan dapat mengetahui bagaimana hubungan antara staf pimpinan dengan karyawan dalam lingkup suatu perusahaan. Dalam pengamatan dan pengalaman tersebut mahasiswa nantinya juga dapat menerapkan dan juga mengembangkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah. 1

8 1.2 Rumusan Masalah Dalam kurikulum Jurusan Teknik Mesin Program Studi Teknik UNEJ Jember yang mengharuskan setiap mahasiswanya untuk menempuh kerja praktek, maka kami mamilih kerja praktek di PT. PAL Indonesia (Persero) karena berbagai macam alasan, alasan tersebut antara lain bahwa di perusahaan ini kami dapat mengetahui cara pemasangan dan macam-macam komponen pada kapal serta dapat mengetahui berbagai macam peralatan yang digunakan untuk menujang proses produksi penbuatan body kapal dan serta dapat melihat dan memahami cara kerja dari berbagai macam peralatan sederhana hingga peralatan yang modern yang mana kesemuanya itu hanya ada disini yang mana tadinya kami hanya mengetahui lewat buku saja dengan kerja praktek disini kami bisa melihat secara langsung yang mana kesemuanya dapat menunjang proses belajar saya pada jurusan teknik mesin ini. Komponen kapal dan proses pemasang yang dapat kita jumpai disana antara lain sebagai berikut: 1. Main engine, 2. Steering gear sistem, 3. Propeller, 4. Steren tube 5. Pemasangan bushing, 6. Pemasangan rudder blade, 7. Pemasangan rudder stock. 1.3 Tujuan dan Manfaat Kerja praktek selain salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa juga dapat digunakan sebagai wadah penerapan teori-teori yang didapat dari bangku kuliah, dari sini mahasiswa bisa mengetahui kebenaran dari teori yang didapat dengan menerapkan teori-teori tersebut dalam perusahaan tempat mahasiswa melakukan kerja praktek. 2

9 Adapun tujuan dari kerja praktek tersebut yaitu: 1. Membandingkan antara teori yang didapat dengan kenyataan yang ada di lapangan. 2. Mengetahui aplikasi dan cara kerja dari mesin-mesin yang ada pada kapal dan mengetahui proses pemasangannya. 3. Mendapatkan data-data yang lengkap mengenai unjuk kerja dari rudder stock dan rudder blade. 4. Bisa melihat kondisi lapangan kerja yang nantinya akan digeluti. 5. Bisa melihat hubungan antara staf perusahaan dengan para pekerja lapangan. 6. Mengetahui suatu permasalahan yang ada pada suatu perusahaan dan mencoba membantu menyelesaikannya. 1.4 Batasan Permasalahan Dalam penyusunan laporan ini penulis sengaja memberikan batasan-batasan yang diperlukan agar hasil yang capai nantinya sesuai dengan sasaran yang penulis harapkan. Batasan-batasan itu adalah: 1. Menejemen dan struktur organisasi, 2. Pengenalan Tentang Sistem Kemudi, 3. Pengenalan bagian-bagian steering gear sistem, 4. Pengenalan pemasangan steering gear sistem. 1.5 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Di dalam menyusun laporan ini penulis memerlukan data-data yang diperlukan untuk menyusun laporan ini. Dalam menyusun laporan tersebut penulis menggunakan metode: a. Studi Kepustakaan Dalam penulisan laporan ini penulis memperoleh data-data dari perustakaan baik perpustakaan di kampus ataupun perpustakaan di PT.PAL Indonesia (Persero) dengan jalan mengumpulkan literature yang sesuai dengan laporan ini. 3

10 b. Studi Lapangan Penulis disini juga terjun ke lapangan dengan mengadakan pengamatanpengamatan di dalam bengkel-bengkel di DKP (Divisi Kapal Perang) yang disusun yang berfungsi sebagai obyek pengamatan. Sedangkan teknik-teknik yang penulis pergunakan dalam studi lapangan antara lain: 1. Observasi Dalam pengumpulan data-data yang diperlukan penulis mengadakan pengamatan langsung didalam bengkel yang kami jadikan obyek pengamatan. 2. Interview Dalam pengumpulan data-data selain cara observasi juga dengan interview yaitu dengan jalan mengadakan wawancara dengan para pekerja yang berkerja di setiap bengkel-bengkel yang menjadi obyek pengamatan. 1.6 Sistematika Penulisan Dalam pokok bahasan ini penulis memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi dari setiap bab yang ada pada laporan sehingga pembaca mengetahui gambaran yang lengkap dan menyeluruh sebelum membaca laporan ini. Maka penulis akan menguraikan secara garis besar sistematika pembahasan yaitu : a Bab 1 Pendahuluan : Mengenai Latar belakang diadakannya kerja praktek, Alasan praktek di PT PAL INDONESIA, Tujuan dan manfaat kerja praktek. b Bab 2 Sejarah dan organisasi PT PAL INDONESIA : Mengenai sejarah, tugas pokok, organisasi beserta penjelasannya PT PAL INDONESIA, dan struktur organisasi di Departemen. c. Bab 3 Pembahasan 1 mengenai : Gambaran umum bengkel mesin outfitting, standar kerja pada bengkel outfitting, proses pemasangan main induk, shaft sistem, alignment poros, pemasangan stern tube, pemasangan shaft strut, shaft bearing, pemasangan poros. d. Bab 4 Pembahasan 2 mengenai: Pengertian sistem kemudi, macam-macam pembagian kemudi, bagian-bagian kemudi kapal, perawatan pada sistem kemudi, pemasangan bushing kemudi kapal, pemasangan dan pengukuran steering gear, konstruksi penampang memanjang kapal, daftar istilah. 4

11 e. Bab 5 Penutup : Mencakup kesimpulan f. Lampiran-lampiran : Mencakup hal-hal yang perlu dilampirkan yang masih berhubungan dengan laporan ini. 5

12 BAB 2. PT. PAL INDONESIA (Persero) 2.1. Sejarah Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di sektor Industri Maritim maka dalam hal ini pemerintah membuka perusahaan galangan kapal yaitu PT PAL INDONESIA (Persero). Perusahaan ini disamping tugas utamanya membangun kapal baru juga ikut serta membangun dan memajukan Teknologi dan Industri kemaritiman yang ada di Indonesia. Terbentuknya perusahaan PT. PAL INDONESIA (Persero) merupakan kelanjutan dari Marine Establishment (ME) yang didirikan oleh pernerintah Hindia Belanda. ME diresmikan dengan lembar nomer 22/1939 pada tahun 1939 yang mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan perawatan dan perbaikan kapal-kapal laut yang digunakan sebagai armada Angkatan Laut Belanda yang menjaga kepentingan-kepentingan daerah kolonialnya. Pada dasarnya ME sendiri merupakan kelanjutan dari "PAL" artinya Penataran Angkatan Laut yang didirikan Hindia Belanda pada tahun Pada masa perang dunia kedua, pernerintah Hindia Belanda di Indonesia menyerah kepada Pemerintah Jepang sehingga dalam masa pendudukan Jepang ME diganti menjadi Haigun SB 21/24 Butai yang mempunyai tugas dan fungsi yang sama dengan pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Setelah Jepang menyerah pada sekutu, maka pernerintah Hindia Belanda menguasai kembali selama dua bulan sehingga tahun 1945 namanya diganti seperti semula menjadi Marine Establishment yang fungsinya sama. Pada masa Perang Kemerdekaan setelah Republik Indonesia diproklamasikan namanya dirubah menjadi PAL (Penataran Angkatan Laut), hanya saja penyerahan ME oleh Pemerintah Hindia Belanda berkesan setengah hati dan sering terjadi sabotase. Dcngan bcrdasarkan keputusan Presiden RI nomer 370/61 tahun 1961, Penataran Angkatan Laut dilebur kedalam Departemen Angkatan Laut dan namanya dirubah menjadi Komando Angkatan Laut (Konatal). Sejak 6

13 tahun 1961 Konatal tidak lagi berstatus sebagai Perusahaan Negara. dan bertugas untuk memelihara, memperbaiki dan membangun kapal-kapal Angkatan Laut. Perkernbangan selanjutnya adalah perubahan status Konatal menjadi Perusahaan Umum Negara berdasarkan Peraturan Pemerintah nomer 4 tahun Perusahaan negara ini dikenal dengan nama Perusahaan Umum Dok dan Galangan Kapal (Perumpal). Akhirnya dengan lembaran Negara RI nomer 8 tahun 1980 dan akte pendirian nomer 12 tahun 1980 tanggal 15 April 1980 Perumpal diubah statusnya menjadi Perseroan dengan nama PT. PAL INDONESIA (Persero) dan sampai dengan saat ini telah diadakan perubahan yang terakhir dengan akte pendirian Nomer I tanggal 4 Nopernber Tugas Pokok PT. PAL INDONESIA (Persero) 1. Melaksanakan rancang hangun kapal maupun non kapal. 2. Memproduksi kapal-kapal (jenis Niaga maupun perang). 3. Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan kapal maupun non kapal. 4. Melaksanakan penelitian dan pengembangan produk-produk yang merupakan peluang usaha Struktur Organisasi dan Penjelasan tugas PT. PAL INDONESIA (Persero) Struktur Organisasi PT PAL INDONESIA (Persero) terdiri dari 5 (lima) Direksi dan 14 (empat belas) Kepala Divisi. Adapun penjelasan dari tugas masing-masing Divisi beserta bagan struktur Organisasi PT PAL INDONESIA (Lihat Gb.2-1) sebagai berikut: Divisi Pemasaran dan Penjualan 1. Melaksanakan perencanaan pemasaran jangka panjang dan jangka pendek produk kapal maupun non kapal. 2. Melaksanakan riset pasar, segmentasi pasar dan studi kelayakan terhadap produk kapal dan non kapal, 3. Melaksanakan pemasaran dan penjualan produk kapal dan non kapal 4. Melaksanakan pengembangan produk dan pengembangan pasar untuk mendukung produk baru. 7

14 5. Melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan proyek dalam aspek biaya dan kepuasan pelanggan Divisi Tcknologi 1. Melaksanakan perencanaan desain dan engineering untuk proyekproyek yang sedang diproduksi. 2. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang rancang bangun dan proses produksi. 3. Merencanakan dan mengembangkan sistem informasi untuk menunjang kegiatan yang berhubungan dengan rancang bangun dan penelitian. 4. Melaksanakan strategi dibidang teknologi, penelitian dan pengembangan maupun bidang-bidang lainnya sesuai dengan pengarahan dan ketentuan Direksi. 5. Melaksanakan kegiatan integrated logistic support untuk kapal-kapal yang diproduksi Divisi Kapal Perang 1. Melaksanakan perencanaan pembangunan kapal-kapal perang maupun selain kapal perang sesuai kebijakan Direktur Pembangunan Kapal. 2. Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa bagi fasilitas idle capacity 3. Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Proyck) yang telah dibuat oleh Direktorat Pembangunan Kapal menjadi jadwal pelaksanaan proyck dan nilai biaya proyek yang terperinci. 4. Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan efisien. Sesuai aspek QCD. 5. Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan proyekproyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya, tenaga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin. 8

15 Divisi Kapal Niaga 1. Melaksanakan perencanaan pembangunan kapal-kapal niaga sesuai kebijakan Direktur Pembangunan Kapal. 2. Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa bagi fasilitas idle capacity 3. Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Proyck) yang telah dibuat oleh Direktorat Pembangunan Kapal menjadi jadwal pelaksanaan proyck dan nilai biaya proyek yang terperinci. 4. Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan efisien. Sesuai aspek QCD. 5. Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan proyekproyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya, tenaga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin Divisi General Engineering 1. Melaksanakan perencanaan pembangunan produk-produk rekayasa umum sesuai kebijakan Direktur Pemeliharaan dan Rekayasa Umum. 2. Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa bagi fasilitas idle capacity 3. Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Proyck) yang telah dibuat oleh Direktorat Pemeliharaan dan Rekayasa Umum menjadi jadwal pelaksanaan proyek dan nilai biaya proyek yang terperinci. 4. Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan efisien. Sesuai aspek QCD. 5. Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan proyekproyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya, tenaga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin. 9

16 Divisi Pemeliharaan dan Perbaikan 1. Melaksanakan perencanaan pemeliharaan dan perbaikan kapl maupun non kapal sesuai kebijakan Direktur Pemeliharaan dan Rekayasa Umum. 2. Melaksanakan pemasaran dan penjualan untuk produk dan jasa bagi fasilitas idle capacity 3. Merinci IPP (Instruksi Pelaksanaan Proyck) yang telah dibuat oleh Direktorat Pemeliharaan dan Rekayasa Umum menjadi jadwal pelaksanaan proyck dan nilai biaya proyek yang terperinci. 4. Melaksanakan pembangunan proyek-proyek kapal secara efektif dan efisien. Sesuai aspek QCD. 5. Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan proyekproyek agar mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi standar kualitas dengan menggunakan biaya, tenaga, material, peralatan keselamatan kerja dan waktu seefektif mungkin Divisi Treasury 1. Melaksanakan kebijakan pendanaan perusahaan sesuai dengan prinsip pengelolaan pendanaan dan perbankan yang berlaku. 2. Melaksanakan strategi optimalisasi return kinerja keuangan dan likuiditas perusahaan. 3. Melaksanakan analisa pasar keuangan sebagai dasar pengambilan kcputusan dalarn rangka mengurangi resiko pasar keuangan. 4. Melaksanakan study kelayakan kinerja keuangan proyek atau bidang usaha mandiri. 5. Melaksanakan pengelolaan invoicing dan penagihannya, untuk menunjang optirnalisasi Cash Flow perusahaan Divisi Akuntansi 1. Mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan akuntansi perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. 2. Melaksanakan perencanaan dan pengendalian serta pengawasan 10

17 atas biaya-biaya perusahaan dan investasi perusahaan. 3. Menyusun rencana kerja jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dalam bidang akuntansi dan keuangan untuk rnendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan perusahaan. 4. Melaksanakan evaluasi dan analisa terhadap pengelolaan asset liabilities serta kinerja dari anak perusahaan dan kerja sama usaha lainnya. 5. Melaksanakan implementasi dan pengembangan software aplikasi bisnis perusahaan Divisi Quality Assurance 1. Melaksanakan perencanaan pemeriksaan dan pengujian proyekproyek yang sedang diproduksi. 2. Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian guna pengendalian dan jaminan mutu seluruh hasil produksi perusahaan. 3. Mengkoordinir kegiatan purna jual hasil produksi perusahaan selama masa garansi. 4. Menganalisa dan mengevaluasi hasil pencapaian mutu produksi perusahaan. 5. Melaksanakan pengujian baik merusak maupun tidak merusak untuk material dan hasil proses produksi Divisi Pengadaan 1. Merencanakan kebutuhan Material baik untuk mendukung proyek maupun operasional. 2. Mengkoordinir pelaksanaan pengadaan material sesuai kebutuhan material. 3. Mengkoordinir pengelolaan material pada lokasi penyimpanan. 4. Membuat perencanaan kebutuhan dana untuk menunjang kebutuhan material. 5. Mengelola sistem informasi material untuk menunjang unit kerja lain. 11

18 Divisi Kawasan Pcrusahaan 1. Merencanakan dan mengendalikan terhadap pengelolaan dan pemeliharaan bangunan infrastrukturnya beserta anggarannya. 2. Merencanakan dan mengendalikan terhadap pengelolaan dan pemeliharaan utilitas dan lingkungan hidup. 3. Merencanakan dan mengendalikan terhadap pengelolaan keselamatan kerja. 4. Merencanakan dan mengendalikan terhadap pengelolaan keamanan dan ketertiban 5. Membina pengelolaan asset perusahaan Divisi Pembinaan Organisasi dan SDM 1. Merencanakan dan mengevaluasi organisasi sesuai dengan perkembangan bisnis perusahaan. 2. Merencanakan kebutuhan SDM baik jangka pendek maupun jangka panjang beserta pengembangannya. 3. Melaksanakan proses administrasi mutasi promosi dan rotasi dalam rangka peningkatan kompetensi diri sendiri dan penyegaran penugasan. 4. Merencanakan, mengelola dan mengembangkan sistern pelatihan baik dari dalarn maupun dari luar perusahaan. 5. Merencanakan dan mengembangkan sistem informasi untuk menunjang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan SDM Divisi Audit Internal 1. Menyelenggarakan pengawasan, pengamatan, analisa dan evaluasi terhadap penyelenggaraan operasional dan pengelolaan keuangan perusahaan. 2. Mencegah kemungkinan penyimpangan operasional perusahaan melalui pembinaan sumber daya dan sumber dana. 12

19 3. Meningkatkan efisiensi pemakaian sumber daya dan sumber dana dalam rangka mendukung program profitisasi perusahaan. 4. Menyusun dan menentukan standar ekonomi, teknis, hukum dan manajemen sebagai tolok ukur dalam penilaian atas pelaksanaan tugas pokok disetiap lini perusahaan Sekretaris Pcrusahaan 1. Mengadakan pembinaan, pengelolaan dan penyempurnaan sistern administrasi yang ada dengan mengacu kepada prinsip manajemen keadministrasian. 2. Melaksanakan pembinaan hubungan baik dengan Stake Holder (Public Relation) guna menumbuhkan citra positif terhadap perusahaan (komunikasi, publikasi dan penyebaran informasi mengenai kebijakan maupun aktifitas perusahaan). 3. Memberikan pelayanan hukum serta mempersiapkan dokumen yang mengandung aspek hukum yang diperlukan perusahaan Struktur Organisasi Dan Penjelasan Tugas Departemen Outfitting Kedudukan Departemen outfitting adalah unit kerja dalam organisasi divisi kapal perang yang dipimpin oleh seorang manajer outfitting dan berkedudukan langsung dibawah general manajer divisi kapal perang Tugas Pokok Manajer outfittng bertugas pokok menjabarkan kebijakan general manajer atas kegiatan operasional yang mencakup perencanaan, persiapan, pelaksanaan pengkoordinasian dan pengendalian pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan fabrikasi dan instalasi outfitting sampai dengan pelaksanaan testing dan commisioning dalam lingkup kerja divisi kapal perang. 13

20 2.4.3 Fungsi Dalam melaksanakan tugas pokoknya manajer outfitting berkewajiban untuk : a. Mengadakan koordinasi dengan manajer perencanaan dan pengendalian produksi, manajer bisnis dan pengadaan, manajer konstruksi kapal, manajer support yang terkait penggunaan jam orang untuk menyelesaikan pekerjaan yang diperlukan untuk fabrikasi dan instalasi outfitting sampai dengan pengetesannya. b. Merencanakan dan menyiapkan kebutuhan personil, alat kerja dan fasilitas lainnya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan. c. Mengadakan pengawasan tehadap pemakaian jam orang dan mengusahakan agar diperoleh efisiensi sehingga target produksi dapat dapat tercapai sesuai QCD(Quality, Cost, Delivery time) yang ditetapkan. d. Mengadakan peningkatan dan pengembangan proses produksi yang berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. e. Mengadakan koordinasi dengan eselor lain yang terkait dalam rangka pelaksanaan produksi. f. Membuat laporan kegiatan, hambatan atau kendala yang terjadi kepada general manajer divisi kapal perang untuk mendapatkan kebijaksanaan prinsip Organisasi Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya manajer outfittng dibantu oleh : a. Biro perencanaan pekerjaan b. Biro operasioanl c. Bengkel pipa d. Bengkel mesin 1) Bengkel mesin unit kerja dalam organisasi depertemen 14

21 outfitting yang dipimpin oleh seorang kepala bengkel. 2) Kepala bengkel mesin bertugas pokok membantu manajer outfittng dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan produksi meliputi loading dan pemasangan equipment(mesin pokok, mesin bantu, produksi, pompa-pompa dan deck machinery) serta kelengkapannya, pemasangan sistem heating ventilating AC(air conditioning) sampai dengan function test untuk membangun kapal maupun non kapal. 3) Dalam melaksanakan tugas pokoknya berkewajiban untuk Mengimplementasikan perencanaan yang telah dibuat dalam bentuk kegiatan kerja yang disesuaikan dengan tersedianya sarana, fasilitas dan sumber daya manusia sesuai jadwal yang ditetapkan. Mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan yang menjadi beban dan tangggung jawab bengkel mesin dengan memperhatikan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan didalam bengkel maupun dikapal sesuai dengan prosedur yang ditentukan. Memberikan pengarahan dan target waktu yang jelas kepada bawahannya dalam melaksanakan pekerjaan dengan metode kerja yang efisien sehingga dapat menghemat pemakaian jam orang, sehingga target produksi dapat tercapai sesuai QCD (Quality Cost, Delivery time) yang ditetapkan. Mengatur dan bertanggung jawab atas material yang diterima untuk perlengkapan instalasi (outfitting) di lokasi kerja bengkel mesin, serta pengembalian material sisa dari bengkel pipa ke gudang penyimpanan. Mengadakan koordinasi intern/ ekstern dengan eselan atau pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaannya. 15

22 Membuat atau menyampaikan laporan atas pelaksanaan, hasil-hasil, kemajuan-kemajuan, dan hambatan-hambatan pekerjaan yang dilaksanakan kepada manajer outfitting. Kepala bengkel mesin bertanggung jawab terhadap : 1. Pembinaan peningkatan skill atau kemampuan bawahan sesuai tahapan kemajuan teknologi dan peningkatan motivasi bawahan. 2. Tugas-tugas yang dibebankan, mutu hasil pekerjaan, ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan serta penghematan biaya. 3. Norma-norma keselamatan kerja yang berlaku. 4. Pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada manajer outfitting. e. Bengkel listrik f. Bengkel elektronoka dan sistem kontrol g. Bengkel interior h. Bengkel shipfitting i. Sekretariat Tanggung jawab Dalam melaksanakan tugas manajer outfitting bertanggung jawab kepada general manajer divisi kapal perang. 16

23 2.4.6 Struktur Organisasi Bengkel Mesin Kepala Bengkel Marsam NIP GL II Sutono NIP GL II Sukamto NIP GL II Nurjohan NIP GL II Imam P. NIP Anggota Prihono D P Anggota Moctar Anggota Fausi S Anggota Djuma ri Anggota Jefri C.L Anggota Ichwanto Anggota H.Djapar Anggota Siswanto Anggota Suradji Anggota RM.Aris Anggota Edi S Anggota Sidik B Anggota Suparman Anggota M. Hadiri Anggota Totok W.L Anggota Sjeh Subakir Anggota Didi Anggota Luluk S Anggota Agus H Anggota A. Sofyan Anggota A.Farhan

24 2.4.7 Struktur Organisasi PT. PAL INDONESIA (Persero) Direktur Utama Sekretaris Perusahaan Divisi Audit Internal Divisi QA Direktur Pengembangan Usaha Direktur Pembangunan Kapal Direktur Rekayasa Umum & Pemeliharaan Direktur Keuangan & Administrasi Divisi Pemasaran & Penjualan Divisi Teknologi Divisi Pengadaan Divisi Kapal Niaga Devisi Kapal Perang Divisi Pemeliharaan & Perbaikan Divisi Rekayasa Umum Divisi Kawasan Perusahaan Divisi Treasury Divisi Pembinaan Org & SDM Divisi Akuntansi Kantor Perwakilan Jakarta 18

25 BAB 3. DEPARTEMEN OUTFITTING BENGKEL MESIN DEVISI KAPAL PERANG 3.1 Gambaran Umum Bengkel Mesin Outfitting Bengkel mesin outfitting adalah salah satu bengkel didepartemen outfitting yang bertugas mengerjakan pemasangan mesin induk, mesin bantu dan mesinmesin perlengkapan lainnya yang berada didalam kamar mesin (engine room), pemasangan instalasi pipa menyeluruh dikamar mesin dan juga termasuk perencanaan dan melaksanakan pemasanagan poros propeller dan bantalan poros serta propelernya. Pemasangan instalsi disesuaikan dengan kemampuan atau luas dari kamar mesin itu sendiri yang sudah ditentukan oleh basic design pada perencanaan general arrangemen. Adapun kegiatan kerja praktek yang dilakukan pada departemen ini sebagai berikut : 3.2 Standar Kerja Pada Bengkel Outfitting Proses Pemasangan Main Induk Mesin induk dan sistem poros yang dipasang dengan baik menentukan kualitas dari kapal yang dibuat, dengan kata lain pemasangan mesin induk dan sistem porosnya menentukan tingkat salah satu penyebab berkurangnya life time mesin kapal. Berkurangnya life time mesin kapal adalah dengan adanya getaran akibat terjadinya mis-alignmen pada poros yaitu getaran berlebihan yang bisa menyebabkan usia (life time) baik dari poros, bantalan, seal maupun mesin penggeraknya lebih pendek dari semestinya/keadaan normal sehingga dapat mengakibatkan kerugian financial. Getaran merupakan beban, maka getaran pasti dapat menyebabkan struktur material dari suatu sistem mengalami kelelahan. Dan apabila hal ini terus berlanjut maka akan terjadi keretakan. Keretakan bisa terjadi baik pada poros, bantalan poros maupun penghubungnya. Oleh karena itu getaran lateral (getaran yang arah bebannya tegaklurus terhadap sumbu perputaran poros, getaran lateral ini sering disebabkan juga getaran tranversal karena efek lenturan yang dialami poros) merupakan bahaya potensial pada segala sistem perporosan. 19

26 Dalam kasus getaran lateral ini, biasanya terjadi akibat perputaran masa yang tidak seimbang. Keadaan ini disebabkan terjadinya pergeseran center of grafity dari sumberputarnya. Pergeseran itu sendiri diakibatkan adanya defleksi statis dan clearance bantalan yang pada akhirnya bisa menimbulkan terjadinya defleksi dinamis pada saat poros berputar pada putaran tertentu dan besarnya tergantung pada masa benda yang berputar. Keadaan ini yang dikatakan sebagai Un-balance. Selain itu sentakan yang ditimbulkan mesin pada saat start bisa menyebabkan keluar dari kelurusan atau bergeser secara perlahan dari pondasi yang terkait. Oleh karena itu pemasangan mesin sangat menentukan life time dari mesin tersebut. Tata cara pemasangan mesin induk dan sistem porosnya dengan baik, harus diperhatikan data-data sebagai berikut : a. Jarak sumbu crank shaft terhadap base line, b. Sudut kemiringan pondasi kearah melintang, guna memudahkan pemasangan crank shaft, c. Kemiringan pondasi kearah melintang, guna memudahkan pemasangan crank shaft, d. Jarak Bad Plate terhadap pondasi. Dengan memperhatikan data-data diatas, maka pemasangan mesin induk dan sistem porosnya dapat dilakukan dengan memperhatikan langkah-lankah sebagai berikut. 1. Aligment poros yaitu dengan cara menggunakan piano wire yang diikat pada sekitar kamar mesin. Piano wire diikat pada posisi center line (titik tengah) yang terletak pada depan mesin induk dan kemudian piano wire ditarik kebelakang atau keluar lurus dengan titik tengah poros kemudi. 2. Pengeboran stern tube, dipergunakan Boring Bor dalam pengeboran harus sesuai dengan center yang diperoleh ketika Aligment. 3. Pemasangan Bush braket dan compack seal. 4. Pemasangan as propeller dan propelernya. 20

27 5. Aligment as propeller terhadap mesin induk, bantalan dengan bantalan as bearing dan mengatur kedudukan bantalan as. 6. Setelah itu poros dapat dipasang pada gearbox. Pada saat pemasangan sistem poros, diharapkan pengelasan didalam kapal sudah selesai ( supaya tidak terjadi deformasi). 7. Pemasangan fleksibel kopling gearbox dengan free weel atau pada main engine. 8. Tahap berikutnya adalah pemadangan chocfast. Hal ini dapat dilakukan setelah kapal diapungkan. Setelah kapal diapungkan selama 24 jam maka posisi mesin induk dan poros harus diperiksa kembali. Setelah semua diangap memenuhi ketentuan maka dipasang chocfast (dimulai dari bawah keatas, agar tidak terjadi porositas). 9. Pemasangan stud mesin induk. 10. Pemeriksaan instalasi pipa, listrik, perlengkapan mesin dan pendukungnya, serta pengetesan alat-alat pengaman. 11. Mesin induk siap distart Shaft Sistem Setelah kapal selesai dirakit tiap bloknya, maka kapal siap untuk proses pemasangan shaft sistem dengan sarat : Semua tangki balaset, tangki air tawar, tangki bahan bakar, dan sistem perpipaan sudah dilakukan pengelasan dan pengetesan, hal ini dimaksud agar pada waktu shafting aligment tidak terjadi perubahan bentuk karena perubahan posisi pipa atau sistem tangki. Pada proses pemasangan shaft sistem ini, dapat dibagi dalam dua bagian pengerjaan antara lain : 1 Alignment Poros 2 Pra Aligment Poros Alignment Poros Dalam pengerjaan pelurusan pusat poros pada kapal laut adalah suatu hal yang sangat penting, dikarenakan menyangkut kesesuaian dari komponenkomponen kapal misalnya main engine. Ketepatan dari penempatan pusat poros yang mana akan dijadikan pedoman untuk pemasangan beberapa komponen 21

28 shafting arragement yang antara lain shaft strut, shaft bearing, stren tube gland, dan blukhead gland. Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam proses ini adalah : a Alat-alat yang digunakan, b Pelaksanaan, a Alat-alat yang digunakan kawat baja ukuran 0,5 mm, palu(hammer), penitik, bola lampu, jig penyangga, plat square diameter 1 mm, penggores, siku, gerinda, jangka tusuk, bor dan blander pemotong. b Pelaksanaan 1) Persiapan Pengamatan Penyenteran. 2) Pembuatan lubang Penembus Kawat untuk Bulkhead Gland dan Stern Tube. 3) Pemasangan Lampu Penyenteran. 4) Pengamatan Penyenteran. 5) Pemasangan Kawat Penyenteran. 1). Persiapan Pengamatan Penyenteran Pengerjaan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah melakukan pengukuran untuk jarak dari pusat lambung (center line kapal) menuju tengahtengah pondasi mesin induk dan gear box, yang mana jarak pondasi antara dua mesin induk dari lambung kapal harus sama besar. Lalu pondasi mesin induk dibagi dua yang sama jaraknya untuk mendapatkan titik center line poros. Proses ini dilakukan dengan membuat alat bantu yaitu Jig (pemegang) Penampang Kawat Dalam pembuatan jig penyangga ini mula-mula pada posisi tepat pusatnya dengan pondasi mesin induk (center line poros) yang telah diukur, langkah pemasanannya adalah sebagai berikut : Ukur ketinggian dari jig untuk center line poros sesuai dengan gambar, Pada pusat ketinggian kawat yang diminta di bor dengan diameter 50 mm untuk lubang pemasangan plat square 1 mm sebagai penompang kawat, 22

29 Gambar 3.1 Plat Square Pemasangan jig penyangga ini pada pondasi kapal yang telah ditentukan sebelumnya pada kapal, Ganbar 3.2 Jig penyangga pertama Pemasangan jig penopang kawat untuk pelurusan pusat poros dengan pengukuran ketinggian dan posisinya pada frame yang telah ditentukan dalam gambar yang sepusat dengan lubang pada jig yang tersebut diatas yang dilubangi dengan diameter 50 mm, 23

30 Gambar 3.3 Jig penyangga tengah Penempatan jig penopang kawat yang kedua diletakkan pada bagian bawah buritan. Kemudian diukur jarak pusat poros kanan dan kiri dari pusat lambung kapal (center line kapal) yang sama panjangnya dan ditandai sebagai tempat penempatan jig penopang. Pembuatan jig penompang kedua ini dengan ukuran ketinggian yang sesuai dengan gambar kapal. Dan pasang gambar jig penompang tersebut dengan ukuran yang telah ditandai pada kapal dengan cara di las. 24

31 Gambar 3.4 Jig penyangga akhir 2) Pembuatan lubang Penembus Kawat untuk Bulkhead Gland dan Stern Tube Dalam pelubangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan titik pusat pada pembuatan lubang untuk bulkhead gland dan stren tube langkah-langkahnya antara lain: Langkah yang pertama adalah pengukuran ketinggian lubang penembus kawat untuk penempatan bulkhead gland pada frame yang menjadi pedoman adalah lurus dengan posisi tengah-tengah pondasi gear box (center line poros), Membuat gambar diameter pada frame kemudian ditandai dan selanjutnya sebagai bagian yang akan dipotong dengan brander dan dihaluskan dengan gerinda, Menentuan lebar posisi lubang untuk penempatan stern tube yang dilakukan penembusan kawat pelurus pada frame, Menadai atau marking pada frame yang akan dilubangi sebagai jalur kawat pelurus dan lakukan pemotongan dengan brander yang kemudian dihaluskan dengan gerinda. 3) Pemasangan Lampu Penyenteran Penggunaan lampu sbagai media penyenteran,dikarenakan gelombang cahaya sendiri memiliki perambatan gerak yang lurus tanpa terjadi pembelokan. Sehingga sangat efektif digunakan sebagai acuan dalam pelurusan pusat poros dikarenakan ketelitian yang sangat tinggi dibanding benang atau secara mata. Adapun proses pemasangannya adalah : Jarak pusat poros dari pusat lambung yang telah diketahui, dimana jarak untuk poros kiri dan kanan harus sama. Sedang pergeseran garis pusat poros yang masih diperbolehkan adalah maksimum 5 mm kekanan dan kekirinya dari pusat lambung kapal (center line), Pengukuran ketinggian lampu haruslah sesuai dengan ketinggian dari pusat poros terhadap pondasi mesin induk. Pemasangan lampu sendiri pada posisi jig pertama yang terletak pada pondasi mesin. 25

32 4) Pengamatan Penyenteran Nyalakan lampu yang terpasang pada frame, periksa sinar lampu tersebut, dan lihat sinarnya dan pastikan benar-benar terlihat. Untuk pengamatan ini sedikitnya membutuhkan dua orang, dimana satu orang mengamati sinar lampu dan yang lain melakukan pemeriksaan pada semua jig, sampai pada setiap jig terlihat sinar, dimana sinar ini sebagai acuan bagi pusat poros. Pengamatan sinar lampu dengan menggunakan plat segi empat yang telah dilubangi dengan diameter 0,6 mm. Penyenteran pada setiap titik jig penyangga dilakukan dengan menggunakan siku baja, dengan cara setiap sinar melewati lubang jig sinar ditutup separuhnya dengan baja secara horizontal dan vertikal kemudian digores plat baja berlubang dengan dimeter 50 mm pada jig penyangga sebagai tanda garis potong titik pusat poros. Pada plat jig penyangga yang berlubang tadi ditempel plat segi empat tebal 1 mm dan dilakukna penandaan silang sesuai dengan tanda yang ada pada jig. Kemudian plat tersebut dilubangi dengan diameter 0,6 mm dan 4 lubang pada sisi samping sebagai lubang baut pengikat pada jig penyangga. Pemasangan plat 1 mm ini pada setiap jig mulai dan harus tepat pemasangannya. Lakukan pengamatan pada jalur sinar lampu ini dan setel lagi sampai sinar lampu tepat melewati plat berlubang diameter 0,6 mm pada setiap jig. Setelah tepat, lampu dan plat berlubang dengan diameter 0,6 dilepas. Pemusatan poros yang satunya dapat dilakukan dengan cara yang sama. 5) Pemasangan Kawat Penyenteran Sertelah diketemukan titik sinar pada pengamatan penyenteran tadi, kemudian tarik kawat dari frame-frame dimana kawat terpasang pada setiap jig penyangga. Kawat pelurus poros diikat dengan penahan kawat (stopper). 26

33 Gambar 3.5 Penahan kawat Pasang bandul pemberat dengan berat 20 kg agar kawat tertarik sampai lurus. Pengecekan ketinggian kawat terhadap lambung dan jarak dari pusat kapal (centerline kapal) harus dilakukan untuk menjaga ketepatan ukuran dan pastikan agar kawat tepat pada posisi ditengah-tengah lubang jig penyangga. Pastikan kawat penyenter tadi jauh dari gangguan material, ini dimaksud untuk memperoleh penyenteran yang benar. Pastikan ketinggian dan ukuran tengah pondasi mesin dan gear box. Terlebih dahulu mengukur jarak antara center line ke kawat, pengukuran dilakukan pada bagian lambung kiri ke lambung kanan atau sebaliknya dengan ukuran yang sama. Pengukuran center line ke kawat dilakukan pada frameframe yang ditentukan. Pengukuran dikerjakan untuk mengetahui jarak bagian kanan, kiri dan tinggi yang disesuaikan dengan gambar. Semua pengukuran harus sesuai dengan toleransi yang diperbolehkan agar pelurusan pusat poros tidak terjadi penyimpangan Pra Alignmen Poros Setelah proses alignment poros terdapat beberapa proses pemasangan shaft sistem antara lain : a Pemasangan Stern Tube, b. Pemasangan Bushing Stern Tube, c. Pemasangan Stren Tube, d. Stern Tube Welding, 27

34 e Pemasangan Shaft Strut, f Shaft Bearing, g Pemasangan Poros. a Pemasangan Stern Tube Stren tube merupakan komponen dari shafting arrangement yang mempunyai fungsi sebagai penghalang masuknya air laut pada ruangan kapal atau lambung kapal. Pada stern tube terdapat dua bushing langkah-langkah pemasangannya adalah sebagai berikut: 1. Peralatan Yang Digunakan Peralatan yang digunakan untuk proses ini antara lain: palu (hammer), blander potong, gerinda tangan, jangka, mesin las, kaca mata las, center pin. 2. Langkah-Langkah Pengerjaan a Bottom Marking Pada langkah awal ini atau yang disebut Bottom Marking ini ada beberapa hal yang harus dikerjakan, diantaranya yaitu meletakkan garis tengah atau stren tube mengambil pedoman pada garis yang dilakukan tadi. Kemudian pada lambung kapal dilot dengan wire sistem dan diberi tanda titik dengan ketentuan nomor frame yang ditentukan. Selanjutnya lambung ditarik garis lurus kedepan dari titik yang dilot tersebut dan bottom di marking dengan bantuan mall yang disediakan dengan garis petunjuk lambung yang sudah diplot. b Bottom Cutting Pada langkah yang kedua ini memotong bagian-bagian lambung kapal yang sudah dimarking/dimall pada letak stern tube dengan menggunakan blander potong. c Bottom Grinding Pada langkah ini mengerjakan penggerindaan pada bagian-bagian yang selesai dipotong dengan blander potong tadi agar mempermudah pemasangan stern tube selanjutnya pada penggerindaan bagian-bagian tadi digunakan alat gerinda tangan. 28

35 b. Pemasangan Bushing Stern Tube Bagian dalam stern tube dibersihkan dari kotoran dan diperiksa apakah terjadi goresan-goresan, setelah selesai diperiksa maka bush dimasukkan dengan tekanan baut dan harus hati-hati dalam menjaga posisi bush saat memutar dan menjaga kemiringannya selanjutnya dipasang plat penahan dan dongrak hidraulik. Pasanglah sedemikian rupa sehingga menjadi sepusat dengan bush dan kuncilah dengan pompa hidraulik. Untuk penekanan kedalam harus dipastikan bahwa tekanan dari pompa hidraulik naik secara halus, dan penekanan yang sempurna. Selanjutnya dilakukan pemasangan jig untuk dudukan bor untuk pin pengunci bush. Pasang jig dengan mengunakan petunjuk yang telah ditetapkan dan bor lubang untuk membuat ulir dalam sehingga bush tidak berputar. Periksalah kontak antara bush dengan permukaan, gunakan jig dan roller selesaikan secara baik dengan sekrap sehingga kontak bisa rata. c. Pemasangan Stren Tube pasang stren tube pada lambung kapal. ditempat yang sudah dipotong tadi ukur lambung kapal memakai jangka kaki pada flens stern tube dengan toleransi yang sudah ditentukan. d. Stern Tube Welding Stren tube yang sudah terpasang tersebut kemudian dilas pengelasan ini dilakukan dengan cara sedikit demi sedikit, ini dilakukan agar tidak tejadi gelembung-gelembung pada stren tube maupun pada lambung kapal. e Pemasangan Shaft Strut Shaft strut adalah komponen kapal yang berfungsi untuk menyangga poros, sekaligus menahan beban yang terjadi pada saat poros berputar. Shaft strut pada kapal dapat berjumlah satu atau lebih tergantung rancangan kapal tersebut, pada dua shaft strut dibagi menjadi main shaft strut yang ditempatkan pada paling belakang poros dan exit shaft strut pada posisi setelah main shaft strut. Langkahlangkah pengerjaannya adalah sebagai berikut : a. Peralatan yang Dibutuhkan 29

36 peralatan yang diperlukan antara lain: water pas mikro, sketmat roll meter, fuller, jangka kaki, torsi meter, kunci shock, palu, gerinda tangan, blander potong, lot, ringball, mesin las, derek chain, tali baja, kunci pas, ring, penitik, dan penggores. b. Proses Pengerjaan 1. Persiapan Pembersihan shaft strut yang telah ditentukan. Persiapan peralatan Main shaft strut ditaruh dekat lokasi pengerjaan, kemudian dicek dan dibersihkan. Gambar kerja dipersiapkan. 2. Marking Menentukan titik tengah (center line) kapal. Tentukan frame berapa dan berapa jaraknya dari center line kapal Setelah titik tengah untuk kedudukan shaft sturt ditentukan, baru kita gambar bentuk dari main shaft strut yang akan kita pasang. 3. Mengontrol Titik Tengah Kawat Terhadap Main Shaft Strut Menggambar main shaft strut pada lambung kapal kemudian dilubangi. Kontrol titik tengah (center line) poros yang telah diwakili oleh kawat sampai benar-benar sesuai dengan batas-batas toleransi yang telah ditentukan. 4. Pemotongan Bagian Frame dan Lambung Pemotongan ini dilakukan dengan bekerja sama dengan pegawai bagian lambung, serta dilakukan pengawasan agar dapat menghaslkan potongan yang diinginkan. 5. Pemasangan Bushing shaft strut Bagian dalam shaft strut dibersihkan dari kotoran dan diperiksa apakah terjadi goresan-goresan, setelah selesai diperiksa maka bush dimasukkan dengan tekanan baut dan harus hati-hati dalam menjaga posisi bush saat memutar dan menjaga kemiringannya selanjutnya dipasang plat penahan dan dongrak hidraulik. Pasanglah sedemikian rupa sehingga menjadi sepusat dengan bush dan kuncilah 30

37 dengan pompa hidraulik. Untuk penekanan kedalam harus dipastikan bahwa tekanan dari pompa hidraulik naik secara halus, dan penekanan yang sempurna. Selanjutnya dilakukan pemasangan jig untuk dudukan bor untuk pin pengunci bush. Pasang jig dengan mengunakan petunjuk yang telah ditetapkan dan bor lubang untuk membuat ulir dalam sehingga bush tidak berputar. Periksalah kontak antara bush dengan permukaan, gunakan jig dan roller selesaikan secara baik dengan sekrap sehingga kontak bisa rata. 6. Memasang Shaft Strut dan Mengancingnya Setelah lambung dipotong, main shaft strut dimasukkan dan apabila ada kekurangan lakukan penggerindaan. Memasang stopper Lakukan pengukuran ketinggian maln shaft strut dengan kawat pemusat poros sesuai gambar yang ditentukan. Kontrol kerataannya dengan menggunakan alat water pas mikro. Kemudian lakukan pengancingan dengan las serta lakukan terus pengecekan dengan berbagai posisi dengan alat water pas. 7. Pengelasan Main Shaft Strut Pada waktu pengelasan ini harus terus dikontrol agar proses pemasangan main shaft strut tetap sampai selesai. Sehingga tidak tejadi perubahan akibat gaya tarik yang dihasilkan oleh pengelasan. 9. Pemotongan Kelebihan pada Main Shaft Strut Pemotongan dilakukan dengan gerinda tangan sampai diperoleh kerataan terhadap lambung kapal. 10. Pengelasan dari Bawah Lambung Kapal Setelah dilakukan pemotongan tadi dan diperoleh kerataan yang diinginkan, lakukan pengelasan pada bagian bawah lambung kapal. Kemudian kontrol kedudukan dari main shaft strut. 11. Pengisian Oli pada Rumah Main Shaft Strut dan Menutupnya Pengisian oli ini dikakukan dengan mengacu pada tabel yand telah ada. Periksa kemungkinan kebocoran pada bagian bawah kapal. 12. Pemasangan Rubber Bushing Shaft Strut 31

38 Rubber bushing di bersihkan dan diperiksa ukurannya. Masukkan rubber bushing tersebut pada rumah bushing shaft strut. Lubang baut pengikat di bor dan ditap dengan diameter yang dinginkan. Gambar 4.1 Shaft Strut f Shaft Bearing Shaft bearing merupakan komponen dari shaft arrangement yang mempunyai fungsi sebagai penyangga poros yang sedang berputar. Adapun bagian dari shaft bearing ini adalah rumah bantalan (house bearing) dan bearing. Adapun proses-proses pemasangannya sebagai berikut: a. Peralatan yang Diperlukan Kunci L, palu, roll meter,kunci pas, mata bor, mesin bor, kunci ring fuller 0,09 dan 0,1 mm, magnit, lemer, jangka, sketmat. b. Langkah-langkah Pengerjaan. 1) Persiapan Pengerjaan 32

39 Untuk pembuatan alat bantu pengerjaan kita sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada dilapangan. Rumah bearing (house bearing) dipasang pada alat bantu tadi, kemudian dilakukan pengukuran dari kedudukan house bearing tadi. 2) Membuat Ganjal Pondasi Rumah Bearing Setelah kedudukan rumah bearing tadi tepat pada posisinya, kemudian menentukan tebal ganjal yang diperlukan. Lakukan pennyesuaian ganjal sampai kedudukan rumah bearing tepat pada posisinya yaitu titik pusat rumah bearing tepat pada tempatnya yaitu titik pusat rumah bearing tepat pada kawat pemusat poros. 3) Pelubangan untuk Baut Pengikat Ganjal (choke liner) ditandai sesuai lubang yang ada pada kaki rumah bearing. Kemudian lakukan pengeboran dengan menggunakan mesin bor magnet yang besarnya sesuai dengan ukuran baut pengikatnya. 4) Baut Pas Setelah proses pengeboran selesai dilakukan pelumeran atau penghalusan permukaan sampai rata dan halus terutama pada permukaan bekas pengeboran. Dimana tedapat 2 lubang baut pengikat pada kanan dan kiri rumah bearing. 5) Pemasangan Bearing Pemasangan bearing dilakukan pada saat pemasangan poros, yang kemudian diukur dengan fuller sampai dapat dipastikan bearing terpasang dengan baik, kemudian lakukan penguncian. 6) Pemasangan Tutup Bearing Setelah bearing terpasang dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku kemudian lakukan pelumasan dengan menggunakan pelumas ynag telah di tentukan, kemudian tutup bearing baru dipasang. g Pemasangan Poros Poros atau shaft, adalah komponen ynag paling utama dari semua bagian shafting arrangement dan proses ini merupakan proses inti. Adapun prinsip kerja dari poros pada kapal laut adalah meneruskan putaran dari mesin induk, gear box kepada propeler (baling-baling) sehingga kapal mendapatkan tenaga pendorong 33

40 supaya kapal dapat bergerak. Beberapa kapal mempunyai poros antara (poros yang menyambungkan poros propeler dengan mesin), dan ada juga yang tidak mempunyai. Adapun proses atau langkah-langkah pemasangan poros adalah: a. Peralatan yang Digunakan Peralatan yang digunakan untuk pengerjaan ini antara lain crane, tackle, tali baja, segel, kupingan, kunci pas, kunci ring, air sabun, kain majun, meja penyangga. b. Tahap-tahap Pengerjaan 1. Persiapan dan Pembersihan Poros Poros terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan kain majun dan periksa keadaannya Poros disiapkan di dekat kapal atau tempat kerja dengan cara diangkat menggunakan crane Bagian-bagian poros seperti propeler, rubber shaft sturt bearing, coupling dan lain-lainnya jangan sampai lekat, pemeriksaan juga dilakukan pada drat atau ulir poros. 2. Mengatur Kedudukan Meja Penyangga Meja poros (meja penyangga) ditempatkan di bawah lubang bakal tempat kemudi. Persiapkan tackle yang kapasitasnya sesuai dengan berat poros 3. Menempatkan Poros pada Meja Penyangga Kupingan dipasang pada lambung kapal dengan cara dilas pada jarak yang sama dan diatur supaya apabila poros ditempatkan tidak mengganggu jalannya poros. Tackle di pasang pada kupingan yang telah siap. Poros diangkat dan ditempatkan pada meja penyangga pada tali belakang masih pada posisi terikat dengan crane. 4. Memasukkan poros pada kapal Apabila kedudukan poros sudah lurus dan sejajar, selanjutnya poros ditarik dan pelan-pelan dengan tackle dan dibantu dengan crane, agar licin rubber 34

41 bearing poros diberi air sabun (diberi air sabun karena dengan air sabun tidak akan merusak rubber bearing pada stren tube). Apabila poros sebagian sudah masuk maka tali pada cane dilepas, poros hanya ditarik dengan menggunakan dua tackle. Komponen shafting arrangement yang terkait dengan poros dipersiapkan yaitu stren tube, bearing, bulkhead gland. 35

42 BAB 4. SISTEM KEMUDI DAN PROSES PEMASANGAN STEERING GEAR SISTEM 4.1 Sistem Kemudi Kapal Sistem kemudi adalah sistem yang digunakan untuk mengendalikan arah gerak dari kapal secara keseluruhan. Kemudi kapal dan instalasinya adalah suatu sistem didalam kapal yang memegang peranan penting didalam pelayaran dan menjamin kemampuan olah gerak kapal. Sehubungan dengan peran ini, sebaiknya sebuah kemudi dan instalasinya harus memenuhi ketentuan didalam keselamatan suatu pelayaran. Sistem kemudi mencangkup semua bagian alat-alat yang diperlukan untuk mengemudikan kapal, mulai dari kemudi, poros, dan instalasi penggerak sampai kemudinya sendiri. Instalasi penggerak kemudi terletak diruang mesin kemudi geladak utama dan peralatan untuk mengatur gerak kemudi diletakkan didalam ruang kemudi atau ruang navigasi. Ruang instalasi harus dibuat bebas dari peralatan-peralatan lain, agar tidak menghalagi kerja instalasi penggerak utama ataupun penggerak bantu kemudi. Ruang tersebut harus direncanakan terpisah dari ruangan lainnya dari suatu dinding yang terbuat dari baja. Dibawah ini gambar kemudi dan instalasinya. Gambar 4.1 (kemudi dan instalasinya) Keterangan : 1. Roda kemudi ( jantera ) 36

43 2. Celaga kemudi 3. Tranmisi 4. Kuadran kemudi 5. Motor listrik 6. Pegas 7. Tongkat kemudi 8. Daun kemudi 9. Roda gigi penggerak 10. Ulir cacing Macam-Macam Pembagian Kemudi - Ditinjau dari letak daun kemudi terhadap poros kemudi dapat dibedakan atas: a Kemudi biasa. Yaitu kemudi yang mempunyai luas daun kemudi yang terletak dibelakang sumbu putar kemudi dan seperti gambar berikut : Gambar 4.2 (kemudi biasa) b Kemudi balansir. Yaitu jenis kemudi yang mempunyai luas daun yang terbagi atas dua bagian, yaitu didepan dan dibelakang sumbu putar kemudi dan seperti gambar berikut : 37

44 c Gambar 4.3 (kemudi balansir) Kemudi setengah balansir. Yaitu jenis kemudi yang bagian atas termasuk kemudi biasa, tetapi bagian bawah merupakan kemudi balansir. Kemudi bagian bawah dan atas tetap merupakan suatu bagian dan seperti gambar berikut : Gambar 4.4 (kemudi setengah balansir) - kalau ditinjau dari penempatannya, daun kemudi dibedakan menjadi : a Kemudi melekat. Yaitu kemudi yang sebagian besar bebannya ditumpu oleh sepatu kemudi dan seperti gambar berikut : 38

45 Gambar 4.5 (kemudi melekat) b Kemudi menggantung. Yaitu kemudi yang sebagian besar bebannya disangga oleh bantalan-bantalan kemudi digeladak dan seperti gambar berikut : c Gambar 4.6 (kemudi menggantung) Kemudi setengah mengantung. Yaitu kemudi yang bebannya disanga oleh bantalan-bantalan pada tanduk kemudi dan seperti gambar berikut : 39

46 Gambar 4.7 (kemudi setengah mengantung) Untuk semua jenis kemudi, semuanya terletak pada buritan kapal. Besar sudut kemudi ± 35 0 kekanan dan ± 35 0 kekiri, dan dapat mencapai maksimal yaitu ± 37 0 kekanan dan ± 37 0 kekiri. Keadaan maksimal ini disebut dengan cikar. Stearing gear atau sistem kemudi digerakkan oleh tekanan hidraulik, untuk itu disiapkan sebuah tangki minyak hidraulik dan tidak ada tangki cadangan Cara Pengoperasian Kemudi Untuk mengoperasikan kemudi pada kapal dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : a Operasi secara remot kontrol atau anjungan, b Operasi secara manual atau lokal, c Operasi secara langsung dengan rantai. Untuk operasi secara remot kontrol, kepekaan mencapai 0.6 0, jika kurang dari tersebur maka tidak ada reaksi dari kemudi. Mesin kemudi elektrik hanya ada satu jika gagal tidak ada yang lain. Dari pengoperasian secara remot kontrol ( anjungan ) ke operasi manual atau lokal tidak ada katup-katup yang diubah, kwadran meneruskan kekemudi poros, kemudian dikuatkan dengan spie. Batang penghubung antara batang penghubung kanan dengan batang penghubung bias diatur 2.5 mm. Hubungan hidraulik kemudi dengan kwadran dihubungkan dengan katup searah untuk menjamin posisinya. Untuk mengoperasikan secara manual terdapat katup bypass yang harus dibuka agar tidak terjadi perlawanan tekanan. Beda voltage 40

47 mengakibarkan reaksi suatu pompa yang mana pompa ini akan mendorong kemudi sesuai yang dikehendaki, seterusnya atau terjadi feed back. Pada daun kemudi itu sendiri, dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1 Daun kemudi yang diisi olie, 2 Daun kemudi yang dibiarkan kosong. Olie yang diisikan pada daun kemudi itu bertujuan untuk menambah berat atau bobot dari kemudi, sehingga daun kemudi dapat setabil. Atau olie yang diisikan hanya sekedar untuk mengetes dari daun kemudi itu sendiri. Jika pada waktu diisi oleh olie terjadi kebocoran maka kebocoran dapat dideteksi oleh adanya olie yang diisikan tadi dan setelah itu daun kemudi diperbaiki dengan cara dilas. Tujuan dari semuanya itu adalah untuk mendapatkan daun kemudi yang baik. Apabila terdapat lubang pada daun kemudi hal ini bisa memicu terjadinya kekeroposan dan akan menyebabkan kerusakan pada daun kemudi. Sedangkan untuk jenis kemudi yang kosong, kekosongan ini dimaksudkan untuk menimbulkan daya apung dan untuk memperingan dari daun kemudi itu sendiri Bagian Utama Sistem Kemudi Sistem kemudi memiliki tiga bagian utama yaitu : 1 Hidrolis 2 Rudder stoke/ poros kemudi 3 Rudder blade/ daun kemudi - Hidrolis : Berfungsi sebagai penggerak daun kemudi melalui rudder stoke, sehingga kemudi dapat bergerak bersama pada saat belok dan juga berfungsi untuk meringankan gerakan daun kemudi pada saat digerakkan. - Rudder stoke :Poros yang mengikat rudder blade dan penerus gaya dari sistem hidrolis kedaun kemudi. - Rudder blade : berfungsi untuk membelokkan arah aliran air yang disebabkan oleh baling-baling sehingga dapat membelokkan kapal. 41

48 4.1.4 Prinsip Kerja Kemudi - Menggunakan satu motor listrik dan satu dash board untuk pengoperasian. Dash board ini terletak diruang kemudi. - Motor kemudi disupply oleh dua jala-jala yang terpisah. Hal ini bertujuan agar jika jala-jala lambung kanan off maka masih bisa menggunakan jalajala lambung kiri. - Terdapat saklar emergency yang fungsinya untuk menjamin adanya pensupplyan dari sisi kesisi lainnya (sisi jala-jala). Jadi jika motor oleh jala-jala kanan maka jala-jala kiri akan off. Demikian juga sebalikknya. Jadi hal ini untuk menjamin agar pensupplyan diberi oleh satu sisi jalajala. - Jala-jala pokok disupply dari ruang kontrol dan jala-jala control disupply dari ruang anjungan. - Jala-jala listrik pokok selalu on setiap saat kecuali pada saat maintenance off - Jala- jala listrik kontrol di on manakala kemudi akan dioperasikan. - Sistem kontrol disupply oleh arus bolak balik 110 volt 50 hz / 220/ Sistem kontrol listrik merupakan sistem kontrol terputus dengan sistem mekanik. - Repeater dari pada kedudukan kemudi ada 4 : - mekanik - diruang kemudi - dianjungan tertutup - dianjungan terbuka - Untuk indikator kemudi juga ada 4 : - pada pompa - diruang kemudi - dianjungan tertutup - dianjungan terbuka 42

49 4.1.5 Prinsip Pengoperasian Kemudi - Cek level minyak hidraulik pada peralatan manual. - Cek katup bypass pada posisi off atau close. Dan katup cerat dalam kedudukan off. - Buka katup yang menuju dan dari silinder kerja. - Yakinkan supply listrik untuk motor telah siap. - Pastikan supply listrik untuk sistem kontrol telah siap. - Cek dan pastikan bahwa indikator yang diruang pompa, ruang kemudi dan yang dianjuanga mampu tertutup dan terbuka. Ini bukan indikator total melainkan indikator listrik. - Cek atau coba posisi kemudi secara bertahap antara 5 0 hingga cikar maksimum yaitu Cek dan sesuaikan bahwa feed back mekanik sama dengan feed back electrik. - Cek kecepatan gerak daun kemudi dari 37 0 kanan ke 37 0 kiri. Standart waktu yang ditetapkan 28 detik. - Pastikan bahwa kedudukan kemudi harus stabil. - Pada motor juga terdapat suatu relay beban lebih. Relay ini bekerja hanya mengirimkan isyarat sinyal saja, sehingga jika terjadi beban lebih, motor tetap bekerja. Untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi beban motor (kurangi sudut kemudi atau kurangi kecepatan kapal). - Motor termasuk jenis motor yang cukup kuat, namun oleh karena lebih besar dari standard, maka kemungkinan rusak relatif lebih besar. - Sistem darurat yang ada mempunyai tenaga lebih kecil sehingga untuk operasi yang sama membutuhkan waktu relatif lebih lama. - Sistem darurat juga bisa menggunakan rantai sebagai penarik. - Dengan cara mengkopel salah satu daun kemudi juga dapat mempercepat oleh gerak. - Jika ada gangguan motor atau pompa maka dapat menggunakan motor atau pompa kemudi emergency. 43

50 - Pada saat pengoperasian kemudi dengan menggunakan rantai maka katup bypass dan katup kesetimbangan harus dalam posisi open Variasi Pengoperasian Kemudi Macam-macam pengoperasian kemudi ada 4 yaitu : 1. Variasi utama, 2. Variasi dengan jantra kemudi ( pompa kecil), 3. Variasi dengan jantra kecil diatas motornya, 4. Variasi dengan rantai Hal Penting Mengenai Kemudi - Jika kemudi tidak dioperasikan dalam waktu yang lama maka harus dikonservasikan. - Bagian yang berhubungan dengan hidraulik harus tetap basah oleh olie dan jangan diberi asam, sedang batang torak yang keluar juga harus diberi lapisan minyak atau vet. Kemudian dibungkus agar tidak berkarat dan minyak tidak akan tercecer. - Batas waktu untuk melakukan konservasi adalah 1 tahun. - Engsel-engsel dilumasi dengan menggunakan grease atau vat, dan penggantian tiap 1000 jam. - Poros didesain untuk gerakan berputar dan naik turunnya kemudi ( aksial dan radial ). - Hidraulik dialirkan oleh suatu kontrol katup melalui flexible house terhadap throttle atau pengatur. Dan pada pengatur terdapat bypass untuk pengembalian. Disamping katup pengaman juga terdapat katup non return yang fungsinya untuk menjamin kedudukan kemudi tetap pada posisinya. Saluran pengembalian melalui realeve valve langsung ketangki. - Viskositas minyak hidraulik cst. Dan ini tergantung dari derajat temperatur. - minyak hidraulik harus bebas dari unsur air, resin dan acid. 44

51 Saat pengisian minyak hidraulik, maka untuk mendapatkan isi yang maksimal (tidak ada angin) sambil mengisi gerak gerakkan kemudi. Dan buka nople pada batang yang tertinggi hingga keluar minyak yang tanpa gelembung udara, kemudian tutup nople. Seandainya karena adanya suatu kebocoran sehingga satu piston tidak bisa bekerja, maka kita dapat mengoperasikan hanya dengan satu piston yang masih normal, dengan catatan piston yang tidak bekerja dikosongkan Bagian-Bagian Kemudi Kapal a Rudder Stock b Rudder blade c Rudder Trunk d Rudder Coupling e Bearing Sterring Gear a Rudder Stock Bahannya dari SF-50 yang juga bisa disebut poros kemudi, bukan seperti poros yang biasanya poros ini memiliki beberapa bagian. Antara lain : 1) Ring bolt yang berfungsi untuk membantu penarikan rudder stock ke dalam lambung kapal. Pemasangannya pada rudder stock dengan di ulir, sehingga jika rudder stock sudah terpasang, maka ring bolt akan dilepas. 2) Eye bolt(mata segel) yang berbentuk seperti gantungan. Eye bolt ini terbuat dari bahan JIS B ) Bolt for stopper plate dari bahan SS-41. 4) Stopper plate dari bahan SS-41, agar segel tidak terlalu rapat dengan tiller. 5) Nut dari bahan SF-50, tempat ulir dalam. 6) Washer dari bahan SS-41. Bagian ini yang akan dihubungkan dengan sistem penggerak dari kemudi,memiliki bagian-bagian, yaitu : 1) Hex head cap screw for key dari bahan SUS-316, 45

52 2) Key for upper rudder stock dari bahan SF-45, spy untuk mengunci rudder stock dengan bagian tiller Poros kemudi atau sumbu kemudi pada umumnya dibuat dari bahan baja tuang atau tempa. Garis tengah poros ditentukan berdasarkan hasil perhitungan, agar mampu menahan beban puntiran atau beban lenturan yang terjadi pada kemudi. Tongkat kemudi dipasang menembus lambung dalam selubung tongkat. Hal ini untuk menjamin kekedapan dari air laut. Pada bagian atas, poros kemudi dihubungkan dengan instalasi penggerak kemudi dan bagian bawah dihubungkan dengan daun kemudi melalui kopling mendatar atau kopling tegak. Tongkat kemudi ada yang direncanakan memiliki satu bantalan atau dua bantalan, tergantung pada panjang tongkat dan sistem peletakan daun kemudi. Bantalan tongkat kemudi hanya ada pada bagian atas saja atau pada keduaduanya, atas dan bawah. Sebagai bahan bantalan, dapat dipakai bahan baja anti karat, bahan logam,kayu pokok atau bahan sintetis. Bantalan poros kemudi bagian bawah pada umumnya dibuat tidak kedap air, sehingga air dapat digunakan sebagai pelumas poros dengan bantalan. Dan bantalan bagian atas menggunakan sistem pelumas minyak. Pemakaian sistem kedap air itu supaya air tidak masuk kedalam ruang kapal seperti pada gambar berikut : Gambar 4.8 (tongkat kemudi) 46

53 Keterangan : 1. Celaga kemudi 2. Tempat pelumasan 3. Pelumas 4. Tongkat kemudi 5. Selubung poros kemudi 6. Paking 7. Penekan paking 8. Bantalan 9. Bantalan penyangga 10 Geladak b Rudder blade Rudder blade(daun kemudi) dibagi dalam dua tempat: upper rudder frame(bagian atas) dan bottom rudder frame(bagian bawah). Upper rudder frame Bottom rudder frame Gambar 4.9 (daun kemudi) Daun kemudi pada awalnya dibuat dari pelat tunggal dan penegar. Penegar yang dikeling pada bagian sisi pelat. Jenis kemudi ini sekarang sudah diganti dengan bentuk kemudi pelat ganda, terutama pada kapal-kapal yang berukuran relatif besar. Kemudi pelat ganda terdiri atas lembaran pelat ganda dan didalamnya berongga, sehingga membentuk suatu garis aliran yang baik (streamline) yang bentuk penampangnya seperti sayap (foil). 47

54 Konstruksi daun kemudi dari pelat ganda memiliki kerangka yang dibuat dari bahan baja tuang atau dapat juga dibentuk dari pelat bilah penegar yang dilaskan kedaun kemudi. Satu sisi pelat daun kemudi dilas pada kerangka kemudi dan sisi lainnya dilas dengan las lubang (slot welding). Jika daun kemudi diperkuat dengan pelat bilah mendatar dan tegak, pada salah satu pelat bilah dipasangkan pelat hadap. Kegunaan pelat hadap adalah untuk pengikatan pelat daun kemudi terhadap salah satu sisi kerangka kemudi dengan las lubang seperti gambar berikut : Gambar 4.10 (kerangka daun kemudi) Keterangan : 1. Pelat sisi daun kemudi 2. Penegar tegak 3. Penegar mendatar 4. Pelat hadap 5. Las lubang Besar gaya yang dialami daun kemudi dapat dihitung pada buku peraturan Biro klasifikasi. Tebal pelat daun kemudi tersebut diatas tidak boleh kurang dari tebal pelat lambung pada ujung-ujung kapal. Pada bagian ujung depan daun kemudi harus 25 % lebih tebal dari pelat daun kemudi. Kontruksi daun kemudi dapat dilihat pada gambar berikut: 48

55 Gambar 4.11 (konstruksi daun kemudi) Keterangan : 1. Tongkat kemudi 2. Kopling mendatar 3. Bilah penegar mendatar 4. Bilah penegar tegak 5. Sumbat alas 6. Pena kemudi 7. Pelat penutup 8. Pelat ujung depan daun 9. Linggi kemudi 10. Bantalan pena kemudi c Rudder Trunk Barangnya tersembunyi dan asalnya dilas dan dibungkus dalam rudder plate sehingga tidak terlihat dari luar,karena tertutup oleh plat yang tebal. d Rudder Coupling Rudder coupling ini, sebenarnya hanya penghubung rudder plate dengan rudder stock, dan hanya digunakan pada kapal yang berukuran besar. 49

56 Gambar 4.12 (kopling kemudi) Kopling kemudi adalah salah satu bagian dari kemudi yang menghubungkan poros kemudi dengan daun kemudi. Pada umumnya kopling dibuat sedemikian rupa, sehingga kemudi dapat dilepas tanpa mengganggu celaga (rudder tiler) dan mesin kemudi. Kopling yang dibuat harus mampu menyalurkan seluruh beban puntir dari poros kemudi. Konstruksi kopling kemudi dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.13 ( konstuksi kopling kemudi) Keterangan : 1. Tongkat kemudi 2. Kopling kemudi 3. Baut kopling 4. Kerangka daun kemudi 50

57 e Bearing Steering Gear Gambar 4.14 (bantalan stearing gear) 1. Bearing Atas dari Rudder Stock Didalamnya memiliki, antara lain : 1) Top cover dari bahan SC-42, atau tutup dari rumah bearing atas. 2) Bolt for top cover dari bahan SS-41 untuk mengecangkan tutup bearing pada rumah bearing. 3) Dust seal dari bahan o-ring(cloth or felt), penutup agar tidak ada kotoran yang masuk ke dalam bearing. 4) Spherical roller bearing dari bahan FAG MB yang diletakkan dalam rumah bearing. 5) Bearing housing dari bahan SC-42 dan steel(grade-a),rumah bearing sebagai tempat bearing roll. 6) Lock nut dari bahan FAG- KM27, berfungsi sebagai pengunci antara bearing dan poros. 7) Lock washer dari bahan FAG- MB27, seperti halnya lock nut, tapi ini untuk ring. 8) Washer dari bahan SS-41, atau biasa disebut ring dari lock nut. 9) Stud bolt & nut for bearing housing dari bahan SS-41, pengunci antara rumah bearing atas dengan lambung kapal. 10) Jumping upper dari bahan SC-42, penutup bagian bawah bearing atas. 11)Bolt,nut & lock nut for jumping stopper dari bahan SUS-304, pengunci jumping stopper di bagian bawah dari bearing atas. 51

58 2. Bushing Bawah dari Rudder Stock 1) Retaining ring dari bahan SS-41, penutup bearing bawah 2) Hex head cap screw for retaining ring dari bahan SUS-318, 3) Rudder carier dari bahan SC-42, 4) Lower bushing dari bahan phenol resyn, 5) Lower sleeve dari bahan SUS-318, Perawatan Pada Sistem Kemudi Setiap komponen yang berada dikapal memerlukan perawatan yang intensif dan teratur agar tetap terawat dan dapat bekerja dengan baik. Begitu pula dengan kemudi dimana bagian ini merupakan bagian yang vital pada kapal. Oleh karena itu diperlukan perawatan yang teratur agar mampu bekerja dengan semestinya. Perawatan pada sistem kemudi ini dilakukan dengan 3 tahap, yaitu : - Setelah 300 jam kerja - Cek kekedapan piston - Ganti remes packing batang kemudi - Ganti remes packing pada katup throtle - Setelah 1000 jam kerja - Periksa minyak hidraulik dan ganti setelah 3000 jam - Cek flexible house - Cek seluruh sambungan-sambungan - Cek pen pengikat pada kepala batang torak - Setelah 3000 jam kerja - Ganti minyak hidraulik - Cek katup keamanan Pelaksanaan pengecekan dan penyetelan katup keamanan dilakukan ditempat (sistem). Ganti flexible house setelah 4 tahun. Jika dalam kurun waktu yang relatif lama batang torak diam, maka agar tidak terjadi kering dan berkarat perlu perawatan yaitu dengan dibasahi dengan minyak hidraulik. Pompa hidraulik 52

59 untuk stearing gear menggunaan pompa jenis plunyer yang digerakkan oleh motor listrik. 4.2 Pemasangan Bushing Kemudi Kapal Persiapan Pemasangan Bushing Kemudi Kapal yang dibawah frame yang sudah ditutupi oleh plat-plat yang tebal dari luar tepatnya pada bagian block deck, yang sebelumnya plat-plat tersebut dilas terlebih dulu. Frame 0 merupakan penentuan pemasangan kemudi, tapi tidak semua kapal menggunakan frame 0 sebagai tempat kemudi kapal, tergantung dari gambar. Sebelum pemasangan, terlebih dulu perlu adanya persiapan, antara lain : a Melihat gambar sesuai perintah kerja, b Pengukuran bagian kanan dan kiri, c Pemasangan guide, d Pemasangan kawat dan pemberat, e Pengukuran ketegaklurusan kemudi, f Pelubangan dan pemotongan, g Penempatan bushing kemudi. Langkah-langkah diatas dilakukan secara bertahap, karena dalam pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dan ketepatan untuk mencapai pekerjaan yang tepat, efektif dan efisien, untuk penjelasan masing-masing langkah diatas adalah sebagai berikut : a Melihat gambar sesuai perintah kerja Seperti halnya membuat suatu proyek yang besar perlu adanya suatu rencana yang matang. Maka dalam membuat bagian kapal, terlebih dahulu harus dibuat gambarnya. Gambar tersebut merupakan perintah kerja, dan sudah melalui proses yang professional, yang dalam pembuatannya melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu untuk memasang bushing para pekerja harus bekerja menurut gambar yang telah dibuat. Gambar dibuat dalam beberapa bagian dari 53

60 kapal, yang masing-masing gambar dibawa oleh orang yang menguasai perintah dari gambar tersebut. b Pengukuran bagian kanan dan kiri Alat-alat untuk pengukuran,antara lain: a. Roll meter d. Martil b. Jangka tusuk e. Penitik c. Steel marker a. b. c. d. e. Gambar 4.15 (alat untuk pengukuran) Tempat kanan dan kiri kemudi yang akan dibuat, jaraknya diukur terlebih dahulu dari center line. Pengambilan ukuran kemudi juga berdasarkan frame yang telah ditentukan. Pengukuran pada bagian kiri dan kanan haruslah sama dan disesuaikan dengan gambar. Pengukurannya dengan menggunakan rool meter dan ditandai dengan steel marker. Tempat penentuan letak kemudi yang sudah diukur, kemudian ditandai lagi dengan penitik, yang nanti di disekitarnya di beri meja guide. Tapi sebelumnya dibuat lubang kecil untuk tempat kawat pada tempat yang sudah ditandai. 54

61 c Pemasangan guide Alat-alat untuk pemasangan guide: a. Siku c. Las b. Roll meter d. Kunci ring,kunci pas, dan kunci pas ring a. b. c. d. Gambar 4.16 (alat-alat untuk proses pemasangan guide) Guide digunakan untuk mengukur(alignment) tempat bushing kemudi, guide berasal dari plat tipis maupun tebal yang dilubangi kecil sebesar diameter kawat baja dan dibentuk khusus serta diberi mur, yang diletakan pada meja penopang. Guide ini sebagai alat untuk tempat memasang atau penopang kawat. Guide untuk pemasangan bushing, yang digunakan adalah guide yang ditopang oleh meja penopang yang dibuat/dirakit sendiri. Meja tersebut berada di atas block deck kapal, yang sudah dilubangi berdiameter kecil untuk tempat bushing. Meja penopang tersebut di baut dengan tumpuan siku, yang tumpuannya tersebut sudah dilas pada deck kapal. Tumpuan siku Meja penopang dibuat berukuran melebihi diameter yang dimiliki oleh bushing, supaya kalau bushing sudah terpasang, guide bisa dipasang kembali. 55

62 Gambar 4.17 (guide) Jika guide telah terpasang pada kedua sisi dari block deck tersebut yaitu deck kiri dan deck kanan. Baut yang ada pada guide tidak terpasang secara kuat, ini berguna untuk memudahkan dalam penyetingan. Penyebab guide tersebut tidak dilas pada deck kapal, karena apabila dilas maka akan sulit cara penyetingannya. Jika ada yang kurang tepat dalam pengukuran, maka guide tersebut bisa diubahubah dengan ketentuan atau toleransi pengukuran yang diinginkan. Alat-alat untuk membuat guide a. Stopper Kawat b. Guide c. Kikir d. Guide penopang kawat e. Meja penopang f. Penitik g. Baut dan mur h. Plat square i. Bor a. b. c. d. Gambar 4.18 (alat-alat pada pembuatan guide) Guide bersifat nonpermanen sehingga kalau selesai menggunakannya, guide tersebut bisa dilepas. Tapi untuk sikunya dibiarkan tetap terpasang hingga 56

63 bushing terpasang secara tepat. Dalam pengukuran diperlukan pemasangan dengan plat square yang berguna dalam penyetingan atau sebagai pembantu guide, yang membuatnya dengan melubangi tengahnya sebesar kawat(bisa di bor sebesar kawat) dan cara melubanginya menggunakan penitik. Setelah dititik akan timbul tonjolan pada plat, kemudian tonjolan tersebut dikikir sampai rata dan membentuk lubang untuk memasukkan kawat. Plat square tersebut diletakkan pada guide penopang kawat. Gambar 4.19 (penopang kawat) Untuk menentukan ketegak lurusan bushing kemudi, Pemasangan guide penopang kawat dipasang pada frame yang ditempatkan dibawah buritan. Cara penempatannya, terlebih dahulu ditempatkan diatas meja atau dudukan yang telah disediakan, dan tinggi meja antara lambung kiri dan lambung kanan kapal harus sama. Setelah pemasangan guide, kemudian diharuskan menyetting plat penyangga kawat sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Dimana ukuran ini diambil dari center line(cl). Gambar 4.20 (penyetingan kawat pada penentuan titik center pelubangan bushing) 57

64 d Pemasangan kawat dan pemberat Mengukur antara center line(cl) ke kawat, pengukuran dilakukan dari lambung kiri ke lambung kanan atau sebaliknya dengan ukuran yang sama. Pengukuran center line ke kawat dilakukan berdasarkan letak frame. Alat-alat yang digunakan pemasangan kawat dan pemberat: 1. Kawat 2. Tang 3. Pemberat 4. Jangka sorong 5. Jangka kaki Gambar 4.21 (alat-alat pada pemasangan kawat dan pemberat) Kawat untuk pengukuran yang baik menggunakan kawat baja dengan diameter 0,5 mm. Kawat ini dipasang/ditalikan secara vertikal pada guide yang terpasang pada bagian atas blok deck kapal, Kawat tersebut dimasukkan ke dalam lubang berdiameter kecil, sebagai tempat bushing kemudi yang diukur dari center line, yang telah dibuat pada block deck dan di atas lubang tersebut diberi guide. Setelah kawat dipasang maka pemberat(lot) juga dipasang pada kawat, pemberat ini biasanya mempunyai berat sebesar 5 kg atau juga bisa 20 Kg. 58

65 Gambar 4.22 (guide dan pemberat) Kawat yang digunakan untuk mengukur ketegak lurusan bushing, kawat ditalikan dan ditarik dari gear box secara horizontal melewati stopper kawat dan lubang stern tube, Kawat tersebut diletakkan pada guide penopang kawat yang dipasang pada lambung kapal, dan posisi kawat tersebut betul-betul ditengahtengah lubang penyangga. Serta kawat tersebut harus tidak tersentuh oleh material atau benda-benda lain yang mengganggu. Kawat ini juga bisa digunakan untuk alignment stern tube. Semua proses pengukuran tidak boleh keluar dari toleransi-toleransi yang diijinkan, agar saat pelurusan pusat bushing tidak terjadi penyimpangan. MESIN Gambar 4.23 (pengukuran ketegaklurusan bushing) e Pengukuran ketegaklurusan kemudi Bushing kemudi yang akan dipasang harus mempunyai ketegaklurusan yang tepat dengan stern tube propeler. Penentuan bushing kemudi diperoleh dengan disesuaikan dengan lambung kapal, yang jaraknya sudah ditentukan berdasarkan gambar. Pengukurannya dengan membuat kawat yang diajas, atau 59

66 yang pengukurannya (alignment) diukur dari atas(secara vertical). Tegak lurus dengan kawat horizontal yang diperoleh dari pengukuran lubang stern tube propeler. Untuk tinggi bushing pengukurannya disesuaikan dengan lambung kapal. f Pelubangan dan pemotongan Saat pelubangan(memperlebar lubang kawat), guide-guide diatas lubang dilepas. Jika semua proses pengukuran telah selesai, setelah itu dilanjutkan dengan pemotongan atau pelubangan pada bagian blok deck, yang telah dilubangi sebagai tempat kawat. Pelubangan dilakukan secara hati-hati dengan mengacu pada tanda yang dibuat berdasarkan titik pusat(kawat), dan dilakukan dengan menggunakan blander potong. Dengan kata lain pemotongan ini untuk memperbesar lubang kawat, pelubangan block deck disesuaikan dengan diameter dari materialnya/bushing, tapi tidak sebesar diameter flens dari bushing. Gambar 4.24 (balnder potong) Pemotongan/pelubangan tidak boleh melebihi diameter bushing, lebih baik kurang dari pada lubang yang telah dibuat nantinya ditambal, karena diameternya terlalu besar melebihi diameter bushing. Setelah pelubangan di bagian atas dan bawah lambung kapal selesai, maka siap dipasang bushing kemudi. 60

67 g Penempatan bushing kemudi Sebelum bushing dipasang terlebih dahulu, disekitar lubang bagian bawah lambung sudah diberi stopper/trak yang pemasangannya dilas. Stopper tersebut mempunyai baut pengencang yang berfungsi untuk menahan agar bushing yang akan dipasang tidak bergoyang dan ukurannya tepat. Gambar 4.25 (stopper untuk pemasangan bushing) Pemasangan Bushing Kemudi Persiapan pemasangan bushing yang telah dikerjakan sesuai perintah kerja, dan setelah dinyatakan selesai kemudian dilanjutkan dengan langkahlangkah berikutnya dalam pemasangan bushing, antara lain : a Pemasangan bushing kemudi, b Pengukuran pertengahan antara bushing dengan center line, c Pemasangan kembali guide,kawat dan pemberat, d Pengukuran dengan jangka kaki, e Dikelaskan atau dilaporkan kepada QA, BKI, dan OWS 1. QA 2. BKI 3. OWS a Pemasangan Bushing Kemudi Perlu diketahui dalam pemasangan bushing, bushing dipasang terlebih dahulu sebelum lambung kapal sepenuhnya tertutup(setelah menyelesaikan block 61

68 dek,belum sampai membuat block atas). Bushing dipasang pada tempat yang sudah dilubangi, dan dipasang dari atas deck dengan bushing diberi ring bolt lalu diikat menggunakan tali seling dan diangkat menggunakan crane, yang sebelumnya block deck sudah dilubangi sebesar bushing kemudi,tapi tidak sampai sebesar flens bushing. Bushing terdiri dari rumah bushing, flens dan bushing itu sendiri yang terbuat dari bahan karet, dalam pemasangan juga melihat kondisi paketan bushing. Sudah terpasang pada rumah bushing atau belum, jika belum maka dipasang sendiri saat selesai pemasangan rumah bushing, setelah itu ditutup flens dan dibaut dengan baut tanam(baut yang rata dengan flens, supaya tidak bergesekan dengan kemudinya). Biasanya untuk kapal yang besar bushingnya melekat pada rumah bushing sehingga tidak bisa dilepas,dan harus hati-hati saat pengelasannya. Jika tidak hati-hati bisa-bisa bushing tersebut rusak. Gambar 4.26 (bushing kemudi) Pada ujung bushing diletakkan pada trak/stopper yang berada di bawah block deck pada empat arah, berguna untuk memastikan bushing tidak mengalami kemlencengan. Trak/stopper sifatnya nonpermanen, sehingga jika pemasangan bushing telah selesai maka trak tersebut bisa dilepas. Bushing tidak langsung dilas dengan block deck kapal, tapi block deck dilubangi lagi sebesar flens bushing. Saat dalam pengelasan stopper-stopper yang telah terpasang tidak perlu dilepas. Perlu diketahui yang dilas pada kapal adalah rumah bushing yang berupa plat yang tebal. Pengelasannya dilakukan pada bagian dalam dan luar lambung kapal. 62

69 b Pengukuran pertengahan antara bushing dengan center line Bushing yang sudah terkunci oleh stopper diukur kembali, pengukuran didasarkan pada center line. Pengukuran ini untuk mengukur pertengahan antara bushing dengan center line, selain berguna untuk pengecekan pengukuran ini juga berfungsi agar bushingnya mempunyai kelurusan yang tepat. c Pemasangan kembali guide,kawat dan pemberat Setelah bushing terpasang maka guide dipasang kembali pada posisi semula dan melakukan pengukuran. d Pengukuran dengan jangka kaki Bushing dijangka kaki kembali dengan kawat sebagai titik pusatnya, untuk mencari titik tengah guna pemasangan rudder stock. e Dikelaskan atau dilaporkan kepada QA, BKI, dan OWS Setelah semua proses pengerjaan pemasangan bushing selesai sesuai prosedur atau perintah kerja. Maka tahap akhir adalah dilaporkan untuk pengecekkan, dalam bekerja harus dilakukan. Ada hubungannya dengan pemesan kapal, jadi dilaporkan kepada yang pertama mengecek adalah QA, kemudian BKI(Biro Klasifikasi Indonesia) dan selanjutnya OWS(pemilik kapal). Jika mereka menyatakan baik maka pekerjaan selesai, tapi jika terjadi ketidak cocokan atau tidak sesuai prosedur, pekerjaan akan diulang kembali. Jika dinyatakan selesai semua guide yang terpasang dilepas. 4.3 Pemasangan dan Pengukuran Sterring Gear Cara pengukuran yang pertama kali menggunakan jangka kaki dan diukur dari sisi-sisi kawat,pengukuran ini bertujuan supaya kawat benar-benar seimbang ditengah-tengah lubang bushing dengan ukuran dan toleransi yang diizinkan. 63

70 Sebelum pemasangan kemudi terlebih dahulu siapkan alat-alat angkat, antara lain : 1. Takcle, 2. Ring bolt 3. Segel, 4. Tali seling Gambar 4.27 (Gambar alat-alat angkat) Langkah-Langkah Proses Pemasangan Kemudi a Pemasangan Rudder Stock b Pemasangan Bearing Rudder Stock c Pemasangan Rudder blade a Pemasangan Rudder Stock Sebelum pemasangan terlebih dulu pada bagian rudder coupling, spy dan tempat bearing dibersihkan terlebih dulu dari resin dengan tinner. Supaya nanti saat memasangkan tiller dan bearing bisa tepat serta rapat. Untuk rudder stocknya penentuan kanan kirinya tidak masalah yang penting posisi hadapnya, pada ujung rudder stock ada spynya, sehingga spy itulah penunjuk bagian depan. Pemasangannya menggunakan alat, antara lain: tali seling dan tackle. Ditarik dari dalam lambung pada bagian ring boltnya dengan tackle dengan ketentuan 64

71 bushing yang sudah diberi bearing dalam keadaaan bersih. Toleransi pemasangan antara poros kemudi dengan bushing kemudi sebesar 0,2 hingga 1,5 mm. Jika dalam memasukkan rudder stock ke dalam bushing dengan dipaksa akan bisa merussak bushing. Rudder stock juga memiliki rudder coupling yang dihubungkan dengan rudder plate. b Pemasangan Bearing Rudder Stock Bearing bertujuan agar rudder stock tidak goyang/kocak, dan rudder stock bisa memutar akibat adanya bearing. Pada bagian yang bersentuhan dengan flens bushing harus dibersihkan dulu dengan tinner. Penopangnya atau rumah bearing ditutup dengan mur, dengan urutan pemasangannya rumah bearing berhimpitan dengan rollernya setelah itu ada ringnya, dan selanjutnya ada yang namanya security ring(ring pengaman) terus ada mur pengunci tidak sembarangan mur, mur ini mempunyai dwi fungsi. Jika sudah pas maka ditekuk dan masuk ke dalam ring yang satunya lagi, terus ditutup dan dibaut. Gambar 4.28 (bearing rudder stock) 65

72 c Pemasangan Rudder blade Perlu diketahui bahwa bentuk rudder bladebagian kanan dan kiri hampir sama, sehingga dalam pemasangan perlu mengetahui per bagian, untuk menentukan kanan kiri perlu melihat cekungan-cekungan yang ada pada rudder plate, jika cekungan itu mengarah ke dalam maka rudder plate tersebut diletakkan di sebelah kanan, bila menghadap ke luar maka sebaliknya rudder plate tersebut dipasang di sebelah kiri. Pemasangannya menggunakan bantuan crane, tali seling, segel serta tackle. Tackle yang sudah terpasang pada guide yang ada pada lambung kapal dihubungkan dengan guide rudder plate yang sudah diberi segel. Penyatuan rudder plate dengan rudder stock menggunakan baut dan mur yang terlebih dulu sudah dimasukkan ke dalam dry es, tapi sebelumnya pada bagian rudder trunk diberi 4 baut pelurus pada ujung-ujungnya, supaya tidak bergeser. Kemudian setelah selesai pemasangan baut tersebut di semen dengan dicampuri soda kering, supaya bisa melekat kuat dengan besi. 4.4 Kontruksi Penampang Memanjang Kapal Bagian-bagian dari suatu kapal jika dilihat secara memanjang akan tampak seperti pada gambar berikut : Gambar 4.29 (penampang memanjang kapal) 66

BAB II. GAMBARAN UMUM PT. PAL INDONESIA(Persero) Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di sektor Industri Maritim

BAB II. GAMBARAN UMUM PT. PAL INDONESIA(Persero) Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di sektor Industri Maritim BAB II GAMBARAN UMUM PT. PAL INDONESIA(Persero) 2.1 Sejarah Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di sektor Industri Maritim maka dalam hal ini pemerintah membuka perusahaan galangan kapal yaitu PT. PAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pembuat lubang biopori. Pengerjaan yang dominan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN ALAT PENEKUK PIPA Perancangan Pada Bagian Statis (Rangka, Las, Baut dan Mur)

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN ALAT PENEKUK PIPA Perancangan Pada Bagian Statis (Rangka, Las, Baut dan Mur) PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN ALAT PENEKUK PIPA Perancangan Pada Bagian Statis (Rangka, Las, Baut dan Mur) LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh : PUPUT INDRA SATRIA NIM 011903101137 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Dhani Priatmoko 4207 100 002 REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA Pendahuluan KM Kumala diinformasikan mengalami getaran yang berlebih dan peningkatan temperatur gas buang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Fungsi Undercarriage Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi: untuk menopang dan meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS ANTARA PENGGANTIAN BANTALAN POROS PROPELLER DIBANDINGKAN DENGAN PENGGESERAN POSISI V-BRACKET PADA KMP.

PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS ANTARA PENGGANTIAN BANTALAN POROS PROPELLER DIBANDINGKAN DENGAN PENGGESERAN POSISI V-BRACKET PADA KMP. PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS ANTARA PENGGANTIAN BANTALAN POROS PROPELLER DIBANDINGKAN DENGAN PENGGESERAN POSISI V-BRACKET PADA KMP. KUMALA Untung Budiarto*) Abstract In the propulsion systems there

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang

BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang diharapkan berdasarkan metode VDI 2221. Maka pada bab ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

DESAIN ULANG MESIN PENGHANCUR SAMPAH ORGANIK (BAGIAN STATIS)

DESAIN ULANG MESIN PENGHANCUR SAMPAH ORGANIK (BAGIAN STATIS) DESAIN ULANG MESIN PENGHANCUR SAMPAH ORGANIK (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh Fikri Amin 091903101013 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2014

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

REKONDISI POMPA AIR SPIRAL MEKANIK DENGAN PENGGERAK ALIRAN ARUS SUNGAI

REKONDISI POMPA AIR SPIRAL MEKANIK DENGAN PENGGERAK ALIRAN ARUS SUNGAI Abstrak REKONDISI POMPA AIR SPIRAL MEKANIK DENGAN PENGGERAK ALIRAN ARUS SUNGAI Poedji Haryanto Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH., Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN BAB IV PROSESPEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponenkomponen pada mesin pemotong krupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan

Lebih terperinci

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP diajukan untuk memenuhi nilai akhir semester dua disusun oleh : Arman Syah. S XI

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING DAFTAR ISI TUGAS I MEMBUBUT POROS LURUS ( 2 JAM KEGIATAN )... 2 TUGAS II MEMBUBUT BERTINGKAT ( 4 JAM KEGIATAN )...

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA 3.1 Mesin Bubut Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN BUBUT KAYU DUPLIKAT (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR. Oleh Dodik Supaedi

RANCANG BANGUN MESIN BUBUT KAYU DUPLIKAT (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR. Oleh Dodik Supaedi RANCANG BANGUN MESIN BUBUT KAYU DUPLIKAT (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Program Diploma III Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Pembuatan Kapal Baru Pada umumnya metode atau cara dalam proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat.

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan Bahan A. Alat dan bahan 1. Mesin las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Alat ukur (jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR

PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR Oleh: ADITYA PRIMADI PUTRA 2108030047 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Arino Anzip, MEng., Sc PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang Kegiatan Belajar MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang Dwi Rahdiyanta FT-UNY Membubut Komplek : Ulir, Tirus, Eksentrik, dan Membubut Benda a. Tujuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung Pada tahun 1976 Pemerintah memberikan bantuan sarana dan prasarana penyediaan air bersih untuk kota Cimahi dan Lembang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN MESIN PERAJANG TEMBAKAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN MESIN PERAJANG TEMBAKAU BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DESAIN MESIN PERAJANG TEMBAKAU Perkembangan dan kemajuan manusia untuk mempermudah melakukan suatu pekerjaan,maka mesin perajang tembakau dapat membantu para petani tembakau

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMBELAJARAN TRANSMISI MANUAL 4 KECEPATAN (PEMBUATAN)

RANCANG BANGUN ALAT PEMBELAJARAN TRANSMISI MANUAL 4 KECEPATAN (PEMBUATAN) RANCANG BANGUN ALAT PEMBELAJARAN TRANSMISI MANUAL 4 KECEPATAN (PEMBUATAN) LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Mesin Konsentrasi

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT DYNAMOMETER KENDARAAN RODA DUA DENGAN SISTEM GENERATOR

PEMBUATAN ALAT DYNAMOMETER KENDARAAN RODA DUA DENGAN SISTEM GENERATOR PEMBUATAN ALAT DYNAMOMETER KENDARAAN RODA DUA DENGAN SISTEM GENERATOR PROYEK AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai Derajat Ahli Madya Disusun Oleh : MUSTOFA 2010-55-010 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING 3.1 RAHANG PENAHAN Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain yaitu - Kaki penahan - Batang ulir. Yang semua komponen akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1) 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Motor adalah suatu komponen utama dari sebuah kontruksi permesinan yang berfungsi sebagai penggerak. Gerakan yang dihasilkan oleh motor adalah sebuah putaran poros. Komponen

Lebih terperinci

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan Lampiran : Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam PT. Bintang Persada Satelit secara garis besar adalah sebagai berikut:. Direktur Direktur

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENCACAH IKAN LEMURU (Bagian Statis)

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENCACAH IKAN LEMURU (Bagian Statis) PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENCACAH IKAN LEMURU (Bagian Statis) LAPORAN PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Program Diploma III Teknik Mesin Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI ISSN 1412-5609 (Print) Jurnal INTEKNA, Volume 15, No. 2, November 2015, 100-210 TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI Anhar Khalid (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Lebih terperinci

Lampiran 1: Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing

Lampiran 1: Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing Lampiran 1: Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang terdapat pada struktur organisasi di PT. Eracipta Binakarya adalah sebagai berikut: 1. Dewan Komisaris Dewan Komisaris

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN T r a k t o r Q U I C K dilengkapi dengan P A R T L I S T Edisi Januari 2004 2 TRAKTOR QUICK TL800 single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN DAUR ULANG GYPSUM (BAGIAN STATIS)

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN DAUR ULANG GYPSUM (BAGIAN STATIS) PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN DAUR ULANG GYPSUM (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh Aris Wijaya 121903101005 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

MEMBUAT ULIR DENGAN TANGAN

MEMBUAT ULIR DENGAN TANGAN MENGUASAI KERJA BANGKU MEMBUAT ULIR DENGAN TANGAN B.20.10 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGHANCUR PLASTIK JENIS PET (POLY ETHYLENE TEREPHTHALATE) (BAGIAN STATIS)

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGHANCUR PLASTIK JENIS PET (POLY ETHYLENE TEREPHTHALATE) (BAGIAN STATIS) PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGHANCUR PLASTIK JENIS PET (POLY ETHYLENE TEREPHTHALATE) (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh Abdul Razak 091903101005 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB V Kegunaan Peralatan Mesin Bengkel, dibawah ini.

BAB V Kegunaan Peralatan Mesin Bengkel, dibawah ini. BAB V 4.1. Kegunaan Peralatan Mesin Bengkel, dibawah ini. a. Mesin Bubut. Meratakan bagian luar ataupun bagian dalam benda-kerja yang akan dibentuk menjadi bulat, mis: As: Pipa, Lubang dalam, dll. Membuat

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA

PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA A. PEMAHAMAN GAMBAR KERJA Konsep pemahaman gambar-gambar Baja / Gambar Pelaksanaan sebelum masuk bengkel seperti denah keseluruhan, ukuran -ukuran total bangunan, jarak dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA

BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA BAB III PEMBUATAN KOMPONEN PENDUKUNG UTAMA 3.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam Pembuatan Gokart Sebelum dilakukan proses pembuatan gokart terlebih dahgulu dilakukan perencanaan yang berupa perancangan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur

Lebih terperinci

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Proses Produksi Oleh : Akmal Akhimuloh 1503005 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI GARUT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENYERAT SABUT KELAPA (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENYERAT SABUT KELAPA (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENYERAT SABUT KELAPA (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh Bayu Rismawan 071903101048 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN RIG UNTUK PERAWATAN KOMPONEN-KOMPONEN ALAT BERAT KAPASITAS 100 KG (PROSES PEMBUATAN)

RANCANG BANGUN RIG UNTUK PERAWATAN KOMPONEN-KOMPONEN ALAT BERAT KAPASITAS 100 KG (PROSES PEMBUATAN) RANCANG BANGUN RIG UNTUK PERAWATAN KOMPONEN-KOMPONEN ALAT BERAT KAPASITAS 100 KG (PROSES PEMBUATAN) Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6]

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK200-8 Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] Universitas Mercu Buana 47 Gambar 5.1 Job Set Cylinder Assy

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMBUATAN MESIN FRICTION WELDING DENGAN SISTEM HIDROLIK KAPASITAS GAYA 2 TON MENGGUNAKAN MESIN BUBUT

TUGAS AKHIR PEMBUATAN MESIN FRICTION WELDING DENGAN SISTEM HIDROLIK KAPASITAS GAYA 2 TON MENGGUNAKAN MESIN BUBUT TUGAS AKHIR PEMBUATAN MESIN FRICTION WELDING DENGAN SISTEM HIDROLIK KAPASITAS GAYA 2 TON MENGGUNAKAN MESIN BUBUT Diajukan Guna Memenuhi Persyaratanuntuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada Fakultas

Lebih terperinci

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari materi kegiatan pembelajaran ini mahasiswa/peserta PPG akan dapat : 1)

Lebih terperinci

PEMBUATAN MESIN PENYAPU SAMPAH DAUN KAPASITAS 20 KG/JAM

PEMBUATAN MESIN PENYAPU SAMPAH DAUN KAPASITAS 20 KG/JAM PEMBUATAN MESIN PENYAPU SAMPAH DAUN KAPASITAS 20 KG/JAM PROYEK AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Ahli Madya Disusun Oleh AGUS PURWANTO 2008 55 027 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR Untuk membuat spare parts yang utuh, diperlukan komponen-komponen steam joint stand for bende tr yang mempunyai fungsi yang berbeda yang kemudian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Apindowaja Ampuh Persada merupakan industri manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan dan perbaikan mesin-mesin produksi kelapa sawit. PT.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PAL INDONESIA (PERSERO)

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PAL INDONESIA (PERSERO) LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PAL INDONESIA (PERSERO) Disusun oleh : Yosef Adiyasa Putra 5303013015 Mainita Chandra Saputri 5303013035 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERHITUNGAN SABUK V-BELT, BEARING, GEARBOX DAN POROS PADA MESIN HOVERCRAFT

PERENCANAAN PERHITUNGAN SABUK V-BELT, BEARING, GEARBOX DAN POROS PADA MESIN HOVERCRAFT PERENCANAAN PERHITUNGAN SABUK V-BELT, BEARING, GEARBOX DAN POROS PADA MESIN HOVERCRAFT SKRIPSI N a m a : Agus Rukmana N I M : 41308110024 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN POROS PENGADUK PADA MESIN PENGKRISTAL GULA JAWA PROYEK AKHIR

PROSES PEMBUATAN POROS PENGADUK PADA MESIN PENGKRISTAL GULA JAWA PROYEK AKHIR PROSES PEMBUATAN POROS PENGADUK PADA MESIN PENGKRISTAL GULA JAWA PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya D3

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL

BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL BAB IV PEMBUATAN SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN BUNGA KEBUN VERTIKAL Bab ini berisikan tentang proses pembuatan sistem perpipaan untuk penyiraman bunga kebun vertikal berdasarkan hasil perancangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DISTRIK NAVIGASI KELAS I SORONG

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DISTRIK NAVIGASI KELAS I SORONG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DISTRIK NAVIGASI KELAS I SORONG Alamat : Jl. Jend. Sudirman / Sawo Sorong Papua Barat (98414) Telp. (0951) 321506-323919 Fax (0951) 325506 BERITA

Lebih terperinci