SUMMARY Pengauditan 2 Sampling and Materiality

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SUMMARY Pengauditan 2 Sampling and Materiality"

Transkripsi

1 SUMMARY Pengauditan 2 Sampling and Materiality Disusun Oleh: Dwi Rilvina Suci Ghea Lita Wijayasari Karina FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2017

2 SAMPLING Auditor dalam membuat opini diharuskan untuk mencari bukti audit yang agar melakukan pekerjaan yang sufficient appropriate dan dapat dipastikan bahwa kesimpulan audit berdasarkan kebijaksanaan dengan biaya yang masuk akal. Salah satu dari banyak prosedur yang dilakukan oleh auditor untuk memperoleh bukti audit adalah audit sampling dimana auditor memilih sample dari keseluruhan data (populasi) untuk diuji. Audit sampling merupakan metode yang digunakan auditor untuk mengumpulkan bukti bukti audit untuk dapat membuat opini atas laporan keuangan. Di dalam ISA 530 paragraf 4 menyatakan bahwa tujuan dari audit sample adalah untuk memberikan basis yang sesuai bagi auditor untuk mendapatkan kesimpulan mengenai populasi dimana sample diambil. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa audit sample termasuk penerapan prosedur audit dengan menggunakan kurang dari 100% item dari populasi yang berhubungan dengan audit dimana semua unit sample memiliki kesempatan untuk dipilih sebagai sample audit. Pada awalnya auditor harus menentukan pendekatan yang akan digunakan dan kapan waktu yang sesuai untuk menggunakan audit sampling. Kriteria yang biasa digunakan untuk mencari bukti audit seperti sufficiency, relevance, dan reliability juga dapat diterapkan pada audit sampling. Designing and Selecting the Sample for Testing Jika auditor dapat mendapatkan sample dari saldo atau transaksi yang dapat merepresentasikan keseluruhan populasi saldo atau transaksi, maka auditor dapat membuat kesimpulan yang menggambarkan keseluruhan populasi. Keuntungan dari penggunaan sampling yaitu berkurangnya biaya audit. Namun jika auditor mengabaikan level risiko atau sample tidak merepresentasikan populasi, auditor akan gagal mengumpulkan bukti yang sufficient dan appropriate. Audit sampling dapat dilakukan dengan basis non-statistik ataupun statistik. Jika auditor menggunakan statistical sampling, mereka akan menggunakan teori probabilitas untuk menentukan sample size dan random selection untuk memastikan bahwa setiap item dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sample audit. Namun biasanya statistical method tidak digunakan untuk mengevaluasi atapun untuk menentukan sample size. Sedangkan pada non-statistical sampling biasanya menggunakan metode haphazard selection atau terkadang menggunakan random selection.

3 Ada dua alasan mengapa dibutuhkan perencanaan yang cermat dalam proses sampling, yaitu : 1. Menggunakan sampling meningkatkan risiko bahwa auditor akan gagal untuk mendeteksi hal yang penting. Risiko tersebut harus dievaluasi terlebih dahulu oleh auditor untuk memutuskan apakah hal tersebut sesuai dengan keadaan dan audit perusahaan. 2. Karakteristik populasi harus dikenali dengan jelas sebelum mengambil sample. Judgmental Sampling Judgment dilakukan tidak hanya pada non-statistical sampling namun juga pada statistical sampling. Namun biasanya judgmental sampling digunakan sebagai sinonim dari non-statistical sampling karena dalam non-statistical membutuhkan judgment pada segala aspeknya. Case Study 11.1 An example of judgmental sampling: Broomfield plc Broomfield plc has 500 trade receivables at 30 September 2010 with total amount outstanding of During your audit work you have to analysed the trade receivables according to size as shown in Table This work is an example of analytical procedure. Table 11.1 Broomfield plc: analysis of trade receivables Number of trade Value of trade % of total receivables receivable % of total value Total ACTIVITY 11.1 Suggest how a sample should be selected from trade receivables shown in Table 11.1, with the purpose of confirming that Broomfield plc s sales and trade receivables system is operating properly and that the trade receivables balances recorded in Broomfield s accounting records are Trade receivables yang tertera merupakan hasil dari transaksi melalui sistem penjualan dan accurate and complete. receivable yang terkait. Disini auditor memiliki dua hal yang perlu ditelusuri mengenai receivables yaitu bahwa system mencatat receivables dengan baik (diuji dengan test of control)

4 dan bahwa receivables yang ada pada system valid (diuji dengan prosedur substantive). Dalam meemilih sample, harus dilakukan analisa terhadap receivables terlebih dahu seperti : 1. 44% nilai dari receivables menggambarkan 8% jumlah receivables sisanya menggambarkan 92% jumlah receivables dann 56% nilai receivables. Auditor harus mempertimbangkan berapa jumlah sample yang akan diambil. Pada kasus ini, sebelumnya auditor telah menemukan kelemahan system perusahaan yang akan mempengaruhi auditor dalam menentukan jumlah-jumlah dan pemilihan sample. Disini auditor tahu bahwa jika mereka menulis 41 kredit konsumen dan semua telah dicatat dengan akurat, maka mereka telah memiliki 44% receivable yang terbukti. Namun berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki tentang perusahaan, auditor dapat menyimpulkan bahwa mereka hanya perlu untuk meminta 20 kredit konsumen. Selain itu, auditor juga tahu bahwa saldo receivables telah diproses oleh system dan auditor sebaiknya menguji operasi dari system dengan memilih sample. Jika semua receivable yang ada pada pembukuan Broomfield tercatat secara akurat, auditor dapat memperoleh bukti melalui test of control. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki tentang perusahaan, auditor dapat menyimpulkan bahwa mereka hanya perlu sample sebanyak 30 receivables untuk melakukan test of control. Statistical Sampling Dalam statistical sampling juga masih diperlukan judgment meskipun tida sebanyak pada nonstatistical sampling. Disini, diperlukan pengetahuan mengenai homogenitas populasi. Ada beberapa contoh factor yang menyebabkan kurangnya homogenitas, yaitu : 1. Transaksi yang tidak menggunakan kontrol internal yang sama selama periode berjalan tidak dapat dianggap sebagai homogen; 2. Saldo pada populasi dapat memiliki nilai yang berbeda jauh. Dikarenakan kurangnya homogenitas pada populasi, hal yang biasa dilakukan adalah membaginya kedalam tingkatan tingkatan dan menggunakan perlakuan yang berbeda pada tiap tingkatan sebagai populasi yang berbeda. Pentingnya mengumpulkan bukti audit yang appropriate dan sufficient menggambarkan pentingnya pemilihan sample size untuk pengujian yang lebih detail. Termasuk didalamnya level of confidence yang dicari auditor dan expected dan acceptable error atau tingkat deviasi. Level of confidence auditor ditentukan oleh penilaian risiko inherent dan control. Penilaian risiko

5 inherent akan mempengaruhi seberapa percaya auditor mengenai salah saji yang ada pada suatu transaksi atau saldo sebelum menerapkan kontrol internal. Jika auditor telah memperoleh bukti dari pengujian audit yang relevan lainnya yang telah dilakukan pada system test of control atau saldo yang mereka uji, maka degree of confidence yang diperlukan dari sampling akan berkurang. Expected error merupakan penentu yang penting dalam sample size. Ketika auditor menguji control internal suatu perusahaan, mereka menggunakan istilah attribute sampling. Ada dua respon terhadap pengujian di attribute sampling yaitu ya, control telah diterapkan dengan benar atau tidak, control belum diterapkan. Dalam attribute sampling, auditor mencari tingkat ketidak beradaan prosedur control internal yang diterapkan. Semakin tinggi expected error maka semakin besar sample size yang diperlukan. Selain itu, auditor juga harus menentukan tingkat tolerable error pada populasi yang merupakan tingkat maximum error yang dapat diterima auditor dalam menentukan apakah evaluasi control risk awal mereka valid atau apakah total catatan transaksi dan saldo dapat dianggap akurat dan lengkap. Semakin kecil tingkat tolerable error semakin besar sample size. Sample size dapat dihitung dengan cara : Sample Reability factor Tolerable error rate Faktor reliability pada rumus tersebut didapat dari table berikut: Table 11.2 Reliability factors (extract) Number of sample error Confident Levels 70% 80% 90% 95% 99% Dapat dikatakan bahwa risiko merupakan komplemen dari confidence level. Ketika confidence level 90% maka level risikonya yaitu 10%. Risiko ini dapat dikatakan sebagai sampling risk yang menggambarkan kemungkinan auditor gagal untuk mendeteksi tingkat error yang lebih besar dari tolerable error rate. Sample Selection Methodology

6 1. Random Sampling Metode sampling yang mencoba untuk setiap item yang ada didalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sample audit. Metode ini merupakan metode statistic dan dibutuhkan untuk statistical sampling namun juga dapat digunakan untuk metode non-statistik. Auditor akan menempatkan individual indentifier untuk masing masing unit sampling dan menggunakan random procedure untuk memilih unit sampling yang akan dipiih untuk diuji. 2. Systematic or Interval Sampling Metode sampling dengan menggunakan titik awal yang random dan kemudian memilih setiap interval ke-n. Metode ini dapat memiliki hasil yang sama dengan random sampling jika error tersebar kesemua populasi. Jika tidak, maka systematic sampling tidak menghasilkan sample yang representative. 3. Block or Cluster Sampling Metode sampling yang tidak berusaha untuk memiih sampling melainkan menggunakan pemilihan blok misalkan blok transaksi dan menguji adanya kriteria tertentu. Auditor dapat menggunakan metode ini ketika menguji sebuah sistem. Namun ISA 530 menyatakan bahwa metode ini bukanlah metode pemilihan sample yang sesuai untuk digunakan ketika tujuan pengujian audit adalah untuk menggambarkan kesimpulan mengenai populasi dari sample. 4. Haphzard Sampling Metode sampling dimana pemilihan sample dilakukan dengan blindfold dan kocokan atau hari ulang tahun. Masalah yang timbul dari metode ini bahwa sample yang dihasilkan dapat bias. Evaluation Of Test Results Setelah menentukan sample size, auditor akan memilih sample menggunakan random sampling dan menjalankan pengujian apakah sample tersebut terbebas dari berbagai macam kesalahan. Untuk menguji kesalahan ini, auditor harus mengartikan apa itu kesalahan, sebelum tingkat kesalahan dapat dibentuk. Berdasarkan pada data Activity 11.2, diasumsikan bahwa auditor menemukan 2 kesalahan yang ada dalam 75 sampel. Kesalahan ini dapat ditemukan melalui pengukuran :

7 berdasarkan tingkat keyakinan (Confidence level) auditor menggunakan angka 80%, dengan number of sample error dibagian 2 yaitu 4,28. sehingga tingkat upper error rate yang dapat dihitung adalah : Upper error rate = 4,28 / 75 sampel = 5,7%. artinya auditor dapat menentukan batasan tingkat keyakinan (limit confidence) yang sesuai dengan adanya penemuan dua kesalahan dalam 75 sampel tersebut. Oleh karena itu, untuk menentukan tingkat keyakinan (Confidence level) yang tepat maka auditor membutuhkan satu set lengkap data dari tabel faktor keandalan (Reliability factor). Selain itu, auditor juga dapat menentukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil sampel tersebut. Seperti contohnya, auditor mungkin dapat mengurangi jumlah ketergantungan mereka ketika menempatkan bagian tertentu dari sistem kontrol yang sedang diuji. sebagai konsekuensinya, mereka mungkin akan memperluas lingkup dari prosedur substantif yang dilakukan pada neraca yang relevan atau laba rugi, yang mana jumlah yang di kontrol termasuk ke dalam daftar pengujian. Berdasarkan dari dua contoh diatas, evaluasi ini lebih berfokus pada attribute sampling dan pengujian pada sistem internal controlnya. Monetary Unit Sampling ( MUS ) Monetary unit sampling adalah suatu metode sampling yang digunakan untuk menyatakan suatu kesimpulan tentang nilai yang sebenarnya dari saldo suatu akun atau untuk menentukan besarnya nilai suatu kesalahan, yang disajikan dalam nilai moneter yaitu dolar atau rupiah. Penggunaan sampling dalam metode ini ialah nilai rupiah yang besar akan lebih besar probabilitasnya akan terpilih dalam sampel dibandingkan dengan nilai rupiah yang kecil, karena pemilihan sampel dengan nilai rupiah yang besar, mempunyai resiko lebih dibandingkan dengan sampel yang mempunyai nilai rupiah yang kecil. Selain itu, kelebihan menggunakan metode ini adalah kesalahan yang ditemui dapat diproyeksi. Seperti misalnya kesalahan atau selisih yang ditemukan sebesar $ 40,000 dari total nilai yang disampel $ 400,000, auditor bisa menarik kesimpulan bahwa 10% dari saldo yang $ 600,000 adalah salah saji. Selanjutnya Langkah-langkah audit dalam sampling monetary unit sampling, adalah sebagai berikut : 1. menentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor, seperti pengujian substantifatau pengujian tujuan berganda

8 2. mendefinisikan populasi dan unit sampling, dengan cara menentukan jumlah populasi dan unit sampling dari total populasi tersebut. 3. Menyusun perkiraan tingkat kesalahan maksimal yang dapat ditoleransi 4. Mentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Risiko data yang dapat diterima b. Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi c. Perkiraan mengenai tingkat penyimpangan dalam populasi, apakah kesalahannya 100% atau kurang 5. Memilih sampel secara acak, secara sistematis atau dengan bantuan computer 6. Melakukan prosedur audit seperti tracing, vouching, konfirmasi, perhitungan ulang atau prosedur yang lain 7. Mengevaluasi hasil audit sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Aapakah tidak ada kesalahan yang dijumpai b. Apakah kesalahan yang dijumpai 100% c. Apakah kesalahan yang dijumpai kurang dari 100% d. Aspek-aspek kualitatif dari penyimpangan tersebut e. Aspek-aspek kuantitatif dari penyimpangan tersebut. 8. Buat kesimpulan secara menyeluruh mengenai pengendalian intern atau pengujian yang dilakukan. Comparative Advantage of Statistical and Non-Statistical Sampling Dalam Statistical Sampling, terdapat 4 keunggulan yang bisa didapat oleh auditor dalam menggunakan teknik ini, yaitu auditor dapat menghitung reliabilitas sampel dan risiko berdasarkan sampel, Mengharuskan auditor merencanakan sampling dengan lebih baik (more orderly manner) dibandingkan dengan sampling non statistic, Auditor bisa mengoptimalkan sampel size, tidak overstated atau understated, dengan risiko yang hendak diterima terukur secara matematis, dan auditor bisa membuat statement yang obyektif mengenai populasi sampel tersebut. Namun sampling statistical juga memilikki kelemahan yaitu dalam penggunaannya memerlukan biaya yang lebih banyak dibandingkan penggunaan sampling Non-statistical. Hal ini disebabkan karena harus ada biaya yang dikeluarkan untuk training bagi staf auditor untuk menggunakan statistik dan adanya biaya pelaksanaan sampling secara statistik. Sedangkan untuk Non-statistical Sampling, walaupun penggunaan sampling ini sering dikritik akibat sering mengandalkan intuisi secara berlebihan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor subyektif. Selain itu, Kecukupan ukuran sampel juga tidak bisa secara obyektif ditentukan, seperti reaksi personal auditor terhadap karyawan klien, proses pengadilan, dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan penugasan juga bisa sangat mempengaruhi ukuran sampel Namun terlepas dari hal tersebut, sampling non-statistik ini apabila digunakan dan direncanakan dengan tepat maka hasilnya juga dapat seefektif penggunaan sampling statistik.

9 Alternative Statistical Sampling Methods Selain atribut sampling dan Monetary Unit Sampling, ada sejumlah metode sampling lainnya, yaitu : 1. Discovery Sampling Sampling Penemuan adalah teknik sampling yang bertujuan untuk menemukan suatu kejadian serius atau penyimpangan yang perlu mendapat perhatian dalam populasi yang diuji. Contohnya, seorang karyawan yang memilikki tingkat gaji yang rendah namun memilikki gaya hidup yang tinggi. Hal ini menimbulkan kecurigaan auditor terhadap sang karyawan apakah telah melakukan fraud. Sehingga, auditor diminta untuk melakukan investigasi dan mencari tahu Fraud seperti apa yang sebenarnya terjadi. Dan hal ini dilakukan oleh auditor dengan cara pengambilan sampling, dimana sampling ini direncanakan agar memilikki probabilitas yang tinggi untuk mendeteksi Fraud dalam populasi, sehingga memilikki tingkat kesalahan yang masih dapat dipertimbangkan oleh auditor. Selain itu, proses pengambilan discovery sampling ini akan diberhentikan setelah Fraud berhasil di deteksi, sehingga membuat tipe sampling ini lebih efisien dan cenderung membutuhkan ukuran sampel yang lebih kecil. 2. Variables Sampling Variables Sampling adalah teknik pengambilan sampling statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo, dan untuk mengestimasi jumlah rupiah saldo akun atau kuantitas yang lain. Kegunaan dari variables sampling, yaiu : - auditor dapat menggunakan estimasi Mean Per Unit, dimana estimasi ini mencakup penentuan nilai audit untuk setiap item dalam sampel, contohnya pada sales invoices, dan dari perhitungan Mean dan Standar deviasi dari nilai sampel - auditor dapat menggunakan distribusi normal untuk mengekstrapolasi dan mengestimasi sample, beberapa level keandalan, nilai populasi dan standar deviasi - auditor juga dapat membandingkan perhitungan kisaran nilai antara nilai buku perusahaan atau laporan keuangan. - auditor juga dapat menentukan nilai audit untuk setiap item dalam sampel dengan menggunakan metode rasio ( Rasio and difference method ), dengan membagi jumlah nilai audit dengan jumlah nilai buku untuk setiap item sampel tersebut. Dan variable sampling ini hanya cocok digunakan oleh auditor untuk mengantisipasi sejumlah kesalahan yang besar, sehingga teknik ini tidak cocok dilakukan dalam praktek

10 umum, karena membutuhkan ukuran sample yang besar dalam mengenerasi suatu populasi sehingga membuat metode sampling ini tidak efisien Materialitas 1. Pengertian materialitas Pengertian materialitas menurut Standar Audit Internasional 320-Materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit: Salah saji, termasuk kelalaian-kelalaian dikatakan material apabila salah saji tersebut secara individu atau secara agregat dapat mempengaruhi keputusan ekonomi dari pengguna laporan keuangan. Penilaian terhadap materialitas dibuat berdasarkan keadaan perusahaan, dan dipengaruhi oleh ukuran dan nature dari salah saji, atau kombinasi keduanya. 2. Materialitas dan pengambilan keputusan Berdasarkan pengertian materialitas di atas, kita dapat melihat bahwa salah satu hal terpenting dalam menentukan salah saji materil atau tidak, adalah bagaimana pengaruh salah saji terhadap keputusan pengguna laporan keuangan. Auditor harus mengetahui siapa saja pengguna dari laporan keuangan dan auditor harus memiliki persepsi tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para pemakai laporan keuangan. Umumnya pengguna utama dari laporan keuangan suatu perusahaan adalah para pemegang saham dan pengguna laporan keuangan memiliki pengetahuan terkait bisnis dan akuntansi termasuk pengetahuan tentang laporan keuangan dan lain-lain, sehingga pada tahapan awal audit khususnya pada tahap perencanaan auditor harus menentukan sejauh mana tingkat eror atau salah salah saji dalam laporan keuangan suatu perusahaan dapat terjadi sebelum mempengaruhi keputusan dari para pemegang saham. 3. Materialitas dalam laporan keuangan Dalam praktiknya auditor menentukan tingkat materialitas menggunakan persentase dari suatu tolak ukur misalnya seperti profit, turn over, total aset, net asset dan lain-lain. Contohnya jika auditor menentukan tingkat materialitas sebesar 10% dari profit, maka jika salah saji menyebabkan profit bertambah atau berkurang sebesar 10% atau lebih dari profit maka auditor dapat mengatakan salah saji tersebut material. Jika auditor mengaudit expense, auditor menentukan tingkat material berdasarkan profit, dan jika auditor mengaudit piutang maka auditor dapat menggunakan net asset dalam menentukan tingkat materialitas. Penentuan tolak ukur ini berdasarkan sifat entitas, industri, serta lingkungan ekonomi tempat entitas tersebut

11 beroperasi. Penentuan tingkat materialitas perusahaan berbeda-beda tergantung keadaan dari masing-masing perusahaan sehingga biasanya auditor menentukan tingkat materialitas ini berdasarkan professional judgement dari masing-masing auditor. 4. Materialitas pada tahapan perencanaan Auditor biasanya menentukan tingkat materialitas pada tahap awal audit khususnya pada tahapan perencanaan audit berdasarkan draf laporan keuangan yang diberikan oleh klien. Alasan auditor menentukan tingkat materialitas di awal (pada tahapan planning) adalah agar auditor dapat menentukan risiko-risko apa saja yang akan muncul, yang disebabkan karena terdapat salah saji material sehingga auditor dapat menentukan prosedur audit yang tepat untuk memperoleh bukti audit yang appropriate and sufficient, dan auditor juga mempertimbangkan risiko-risiko apa saja yang dapat diterima jika auditor gagal menemukan adanya salah saji material dalam laporan keuangan. Terdapat hubungan yang kuat antara risiko dengan materialitas, jika auditor tidak mampu menemukan adanya salah saji material yang ada di dalam laporan keuangan yang ternyata jumlahnya material maka risiko audit yang dihadapi oleh auditor tentu saja tinggi. Meskipun banyak risiko yang mempengaruhi perusahaan, namun sebagian besar risiko yang dihadapi adalah risiko yang berhubungan dengan heading laporan keuangan sehingga auditor harus mempertimbangkan beberapa komponen dalam laporan keuangan dan menentukan tingkat materialitas untuk setiap komponen. Contohnya apabila auditor menetapkan tingkat materilaitas untuk inventory sebesar , maka apabila inventory yang terdapat di dalam laporan keuangan under atau over stated kurang dari karena eror maka inventory tersebut dapat dikatakan tidak material, namun apabila inventory under atau over stated lebih dari maka inventory tersebut dikatakan salah saji tersebut material. 5. Materialitas selama audit Selama melakukan proses audit auditor dapat mengubah pandangannya terkait tingkat materialitas yang tepat untuk akun-akun tertentu. Hal tersebut bisa saja terjadi apabila draf laporan keuangan yang diberikan oleh klien ternyata mengalami perubahan. Apabila angka profit berubah atau inventory atau angka piutang berubah, auditor harus memperhatikan implikasi-implikasi dari adanya perubahan tersebut dan memutuskan apakah tingkat materialitas yang telah ditetapkan sebelumnya akan berubah atau tidak. Hal ini juga akan mempengaruhi jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor selama melakukan prosedur audit. Contohnya ketika auditor menngaudit inventory dan menemukan jumlah eror yang lebih besar

12 dibandingkan dengan yang diharapkan, maka auditor akan memutuskan bahwa tingkat materialitas harus diturunkan (semakin rendah tingkat materialitas maka semakin banyak bukti audit yang harus dikumpulkan). Dikarenakan terdapat reassessment auditor mungkin akan mengubah jenis dan scope dari pengujian audit. 6. Isu Kualitatif Apakah komponen yang tedapat di dalam laporan keuangan diharuskan untuk diungkap oleh hukum atau profesional Ketidaktepatan pengungkapan kebijakan akuntansi Ketidaktepatan klasifikasi dalam laporan keuangan

Standar Audit SA 530. Sampling Audit

Standar Audit SA 530. Sampling Audit SA 0 Sampling Audit SA paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 SAMPLING AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk

Lebih terperinci

Chapter 15 AUDIT SAMPLING. Outline Presentasi

Chapter 15 AUDIT SAMPLING. Outline Presentasi Chapter 15 AUDIT SAMPLING 1 Outline Presentasi I. Representative Sample II. Statistical vs. Nonstatistical Sampling III. Istilah dalam Sample Planning IV. Istilah dalam Evaluating Results V. Langkah-langkah

Lebih terperinci

AUDIT & ATESTASI SA 530 SAMPLING AUDIT

AUDIT & ATESTASI SA 530 SAMPLING AUDIT AUDIT & ATESTASI SA 530 SAMPLING AUDIT Ruang Lingkup Standar Audit ini diterapkan ketika auditor telah memutuskan untuk menggunakan sampling audit dalam pelaksanaan prosedur audit. Hal ini berkaitan dengan

Lebih terperinci

AUDIT II Modul ke: AUDIT SAMPLING UNTUK TEST OF CONTROL & SUBSTANTIF TEST OF TRANSACTION. Afly Yessie, SE, Msi. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

AUDIT II Modul ke: AUDIT SAMPLING UNTUK TEST OF CONTROL & SUBSTANTIF TEST OF TRANSACTION. Afly Yessie, SE, Msi. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS AUDIT II Modul ke: AUDIT SAMPLING UNTUK TEST OF CONTROL & SUBSTANTIF TEST OF TRANSACTION Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Afly Yessie, SE, Msi. Program Studi AKUNTANSI SIFAT DAN TUJUAN SAMPLING AUDIT AU 350.01

Lebih terperinci

audit dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

audit dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang

Lebih terperinci

BAB 10. Variable Sampling untuk Pengujian Substantif

BAB 10. Variable Sampling untuk Pengujian Substantif BAB 10 Variable Sampling untuk Pengujian Substantif Soal Latihan Hal 305 306 1. Jelaskan perbedaan attribute sampling dengan variable sampling. Attribute sampling digunakan untuk menguji efektivitas pengendalian

Lebih terperinci

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO 1 MODUL VI / TATAP MUKA KE-6 SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Mahasiswa dapat menjelaskan : 1. Variable sampling untuk pengujian terinci atas saldo uji hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan kedalam persaingan yang semakin ketat dan kompetitif. Perusahaan berlomba-lomba

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

Sampling (kamus) : Kelompok orang/barang yg dipilih untuk mewakili kelompok yang lebih besar Barang contoh yg ditawarkan untuk dicoba.

Sampling (kamus) : Kelompok orang/barang yg dipilih untuk mewakili kelompok yang lebih besar Barang contoh yg ditawarkan untuk dicoba. DEFINISI SAMPLING Sampling (kamus) : Kelompok orang/barang yg dipilih untuk mewakili kelompok yang lebih besar Barang contoh yg ditawarkan untuk dicoba. Sampling (audit) adalah pemeriksaan atas sedikit

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Minggu ke-6 MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Program Studi Akuntansi STIE PELITA NUSANTARA KONSEP MATERIALITAS Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II

BAB I PENDAHULUAN BAB II BAB I PENDAHULUAN Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu audit yang sangat terbatas.

Lebih terperinci

Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya

Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya Definisi Risiko AR IR CR DR Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya Risiko bahwa suatu asersi rentan terhadap salah saji material dengan asumsi tidak ada

Lebih terperinci

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI AUDIT I Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Audit risk and materiality Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI KONSEP MATERIALITAS Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas

Lebih terperinci

Standar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit

Standar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit SA 0 Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PENGEVALUASIAN ATAS KESALAHAN PENYAJIAN YANG DIIDENTIFIKASI SELAMA AUDIT (Berlaku efektif

Lebih terperinci

FANY OCTAFIA OFFERING L

FANY OCTAFIA OFFERING L MATERIALITAS SOAL 1. Menurut anda, apa fungsi dari penentuan materialitas oleh auditor pada saat perencanaan audit? 2. Bagaimana hubungan antara meterialitas dan bukti audit? 3. Dalam konsep penentuan

Lebih terperinci

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengauditan II Dosen Pengampu Ibu Dhini Suryandari, SE., M.Si., Ak.

Lebih terperinci

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16 Penetapan Materialitas Penetapan Risiko tedi last 09/16 TAHAPAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN (aplikasi pemeriksaan keuangan) 1. Menerima Klien dan Melaksanakan Perencanaan Audit Awal. 2. Memahami Bidang kegiatan/operasional

Lebih terperinci

Standar Audit SA 520. Prosedur Analitis

Standar Audit SA 520. Prosedur Analitis SA 0 Prosedur Analitis SA paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PROSEDUR ANALITIS (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

SAMPLING AUDIT. Sumber: PSA No. 26 PENDAHULUAN

SAMPLING AUDIT. Sumber: PSA No. 26 PENDAHULUAN Sampling Audit SAMPLING AUDIT Sumber: PSA No. 26 PENDAHULUAN 01 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan

Lebih terperinci

Chapter 7 MATERIALITY AND RISK

Chapter 7 MATERIALITY AND RISK Chapter 7 MATERIALITY AND RISK TUJUAN : 1. Menerapkan konsep materialitas dalam audit 2. Membuat penilaian awal mengenai berapa jumlah yang dianggap material 3. Mengalokasikan materialitas awal ke setiap

Lebih terperinci

RINGKASAN BOYNTON BAB 13 SAMPLING AUDIT DALA PENGUJIAN SUBSTANTIF

RINGKASAN BOYNTON BAB 13 SAMPLING AUDIT DALA PENGUJIAN SUBSTANTIF TARADIPA NUR ANGGRAENI / 12 312 232 PENGAUDITAN PAK KUMALA HADI / KELAS F RINGKASAN BOYNTON BAB 13 SAMPLING AUDIT DALA PENGUJIAN SUBSTANTIF KONSEP DASAR A. Sifat dan Tujuan Sampling audit adalah penerapan

Lebih terperinci

Konfirmasi Eksternal (ISA 505)

Konfirmasi Eksternal (ISA 505) Konfirmasi Eksternal (ISA 505) Standar Perikatan Audit ( SPA ) ini berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi eksternal oleh auditor untuk memperoleh bukti audit. Tujuan auditor adalah untuk mendesain

Lebih terperinci

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) Dosen: Christian Ramos K Materialitas, dan Risiko AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 Materialitas 11-2 FASB definisi

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR JAKARTA --- JANUARI 2007 MATA AJARAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR JAKARTA --- JANUARI 2007 MATA AJARAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR JAKARTA --- JANUARI 2007 CONTOH SOAL DAN JAWABAN UJIAN SERTIFIKASI JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR TINGKAT KETUA TIM MATA

Lebih terperinci

Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan

Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Financial Accounting Standard Board

Lebih terperinci

The Indonesian Accounting Society Sampling dengan ACL

The Indonesian Accounting Society Sampling dengan ACL ACL for Windows/Halaman 71 www.akuntan.org The Indonesian Accounting Society Sampling dengan ACL Topik ini akan membahas bagaimana menentukan ukuran besaran sampel (size), kemudian bagaimana menetapkan

Lebih terperinci

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani ` PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani PENDAHULUAN Pengendalian internal merupakan bagian penting dari kelanjutan pertumbuhan, kinerja, dan kesuksesan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatankegiatan perusahaan kepada

Lebih terperinci

SAMPLING AUDIT. SA Seksi 350. Sumber: PSA No. 26

SAMPLING AUDIT. SA Seksi 350. Sumber: PSA No. 26 SA Seksi 350 SAMPLING AUDIT Sumber: PSA No. 26 PENDAHULUAN 01 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terahadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan

Lebih terperinci

Bab 10 Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian

Bab 10 Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian Pengauditan 1 Bab 10 Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian Referensi: Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN Dosen: Dhyah Setyorini, M.Si. Konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Auditing merupakan proses pengumpulan data dan evaluasi bukti dari informasi perusahaan untuk menentukan tingkat kesesuaian antara informasi yang dimiliki oleh perusahaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN SA yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan perencanaan kerja yang memadai

Lebih terperinci

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1 Modul ke: 03Fakultas Nama Ekonomi dan Bisnis Audit II Competing The Test In The Sales And Collection Cycle:Accounts Receivable (Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan: Piutang Usaha)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENUGASAN

PELAKSANAAN PENUGASAN PELAKSANAAN PENUGASAN STANDAR KINERJA STANDAR 2300 PELAKSANAAN PENUGASAN Auditor internal harusmengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasi informasi yang memadai untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan

Standar Audit SA 540. Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan SA 0 Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan SA paket 00.indb // 0:: AM STANDAR AUDIT 0 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI, TERMASUK ESTIMASI

Lebih terperinci

KELENGKAPAN BUKTI AUDIT

KELENGKAPAN BUKTI AUDIT KELENGKAPAN BUKTI AUDIT Gambaran Pelaksanaan Audit Auditing adalah: proses sistematik, untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti, secara obyektif, tentang asersi-asersi atas suatu tindakan/kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Auditing Secara umum auditing adalah suatu proses sistematika untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT AKUNTANSI PEMERIKSAAN 1. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT AKUNTANSI PEMERIKSAAN 1. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT AKUNTANSI PEMERIKSAAN 1 Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA CAKUPAN PARAGRAF DALAM LAPORAN AUDITOR YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN MATERIALITAS DAN RISIKO Kami melaksanakan audit

Lebih terperinci

Pengauditan 1 Bab VI

Pengauditan 1 Bab VI Pengauditan 1 Bab VI Materialitas, Risiko, & Strategi Audit Awal Referensi: Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si.

Lebih terperinci

Standar Audit SA 320. Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

Standar Audit SA 320. Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit SA 0 Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 MATERIALITAS DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akuntan. KAP Bayudi Watu dan Rekan

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT Definisi Materialitas FASB mendefinisikan materialitas sebagai berikut: Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Penilaian atas Piutang Dagang dan Luas pemeriksaan pada akun Piutang Dagang. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Penilaian atas Piutang Dagang dan Luas pemeriksaan pada akun Piutang Dagang. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi telah mengalami pertumbuhan yang begitu pesat, seiring dengan pertumbuhan berbagai sektor lainnya juga. Munculnya berbagai perusahaan yang berskala kecil,

Lebih terperinci

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas

SPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SPR 0 Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 0 REVIU ATAS INFORMASI KEUANGAN INTERIM YANG DILAKSANAKAN

Lebih terperinci

Standar audit Sa 500. Bukti audit

Standar audit Sa 500. Bukti audit Standar audit Sa 500 Bukti audit SA paket 500.indb 1 Standar Audit Standar audit 500 BuKti audit (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari

Lebih terperinci

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.

Lebih terperinci

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun 1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, pada akhirnya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Materialitas dan Risiko Audit ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahap penyelesaian audit sangat mempengaruhi keberhasilan hasil audit. Tahap ini sangat penting dan dilaksanakan setelah pelaksanaan audit atas berbagai siklus. Keputusan

Lebih terperinci

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN SA Seksi 330 PROSES KONFI RMASI Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang proses konfirmasi dalam audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang

Lebih terperinci

PROSEDUR ANALITIK. SA Seksi 329. Sumber: PSA No. 22 PENDAHULUAN

PROSEDUR ANALITIK. SA Seksi 329. Sumber: PSA No. 22 PENDAHULUAN Prosedur Analitik SA Seksi 329 PROSEDUR ANALITIK Sumber: PSA No. 22 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan prosedur analitik dan mengharuskan penggunaan prosedur analitik

Lebih terperinci

BAGIAN AUDIT DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR INDEPENDEN LAIN

BAGIAN AUDIT DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR INDEPENDEN LAIN SA Seksi 543 BAGIAN AUDIT DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR INDEPENDEN LAIN Sumber: PSA No. 38 Lihat SA Seksi 9543 untuk Interpretasi Seksi ini. PENDAHULUAN 01 Seksi ini berisi panduan bagi auditor independen

Lebih terperinci

Standar Audit SA 500. Bukti Audit

Standar Audit SA 500. Bukti Audit SA 00 Bukti Audit SA paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 00 BUKTI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT

GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam senua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. Standar Profesi

Lebih terperinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci tedi last 09/17 TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA 0 Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA Paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 RESPONS AUDITOR TERHADAP RISIKO YANG TELAH DINILAI (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut Alvin A. arens dan james K. Loebbecke (2003,1) pengertian auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah merupakan akumulasi dan evaluasi bukti

Lebih terperinci

SAMPLING AUDIT DIKLAT PENJENJANGAN AUDITOR KETUA TIM KODE MA : 2.110

SAMPLING AUDIT DIKLAT PENJENJANGAN AUDITOR KETUA TIM KODE MA : 2.110 DIKLAT PENJENJANGAN AUDITOR KETUA TIM SA KODE MA : 2.110 SAMPLING AUDIT 2008 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Edisi Keempat Judul Modul : Sampling Audit

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan. tedi last 09/16

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan. tedi last 09/16 Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan tedi last 09/16 TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan utama auditor harus merencanakan penugasannya dengan tepat: 1. Memudahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertimbangan yang dibuat auditor dalam menanggapi setiap bukti dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertimbangan yang dibuat auditor dalam menanggapi setiap bukti dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang handal dan relevan dibutuhkan oleh berbagai pihak seperti investor, kreditor, pemegang saham, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap

Lebih terperinci

Materiality and Audit Risk. Konteks Audit Kepabeanan dan Cukai

Materiality and Audit Risk. Konteks Audit Kepabeanan dan Cukai Materiality and Audit Risk Konteks Audit Kepabeanan dan Cukai Resiko audit Adalah konsep dasar pertama yang mendasari proses audit 2 jenis resiko yang dihadapi auditor dalam melaksanakan audit yaitu :

Lebih terperinci

Ch.8. Mempertimbangkan Pengendalian Internal

Ch.8. Mempertimbangkan Pengendalian Internal Ch.8 Mempertimbangkan Pengendalian Internal Definisi Pengendalian Internal (SA 315.4) Proses yang dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara oleh pihak yang bertanggungjawab atas kelola, manajemen, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Agar aktivitas bisnis perusahaan dapat efisien, maka bagian

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Agar aktivitas bisnis perusahaan dapat efisien, maka bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang semakin maju membuat persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin ketat, sehingga menuntut perusahaan untuk dapat lebih efisien dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PROSES AUDIT

TINJAUAN PROSES AUDIT TINJAUAN PROSES AUDIT Review Proses Audit Pemahaman Bisnis dan Industri Identifikasi Asersi Manajemen Materialitas Risiko Auidt Bukti Pertibangkan Jasa Pertambahan Nilai Komunikasi Temuan Proses Audit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan perdagangan dunia saat ini banyak perusahaan melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya principal (pemilik

Lebih terperinci

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang Pada Standar Pekerjaan Lapangan #1 (PSA 05) menyebutkan bahwa Pekerjaan (audit) harus direncanakan sebaik-baiknya, dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya Perencanaan audit meliputi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) Disampaikan oleh M. HUSNI MUBAROK, SE. M.SI.Ak. CA MAULAN IRWADI, SE.M MSI,.Ak.CA PREVIEW GENERAL AUDIT 1. DEFINISI 2. TUJUAN 3.TANGGUNG JAWAB LAP. KEU 4.CARA

Lebih terperinci

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN ATAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan PT. Mustika Ratu Tbk. Salah satu cara yang diterima untuk meneliti keadaan keuangan adalah dengan cara memperoleh Laporan Keuangan seperti neraca,

Lebih terperinci

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: SA Seksi 326 BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

KONSEP MATERIALITAS PENTING DALAM AUDIT

KONSEP MATERIALITAS PENTING DALAM AUDIT MATERIALITAS KONSEP MATERIALITAS Besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap

Lebih terperinci

Audit 2 - Sururi Halaman 1

Audit 2 - Sururi Halaman 1 Halaman 1 Auditing adalah proses pengujian kesesuaian asersi/pernyataan atau kegiatan dengan standar yang berlaku dan kemudian mengkomunikasikan hasil pengujiannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RISIKO 1

MATERIALITAS DAN RISIKO 1 NUR CHAYATI PENGAUDITAN I / F0311088 RANGKUMAN MATA KULIAH BAB 9 MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, DAN STRATEGI AUDIT AWAL MATERIALITAS Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan

Lebih terperinci

Chapter 13 Keseluruhan Rencana Audit dan Program Audit

Chapter 13 Keseluruhan Rencana Audit dan Program Audit Chapter 13 Keseluruhan Rencana Audit dan Program Audit 13-1 Pendahuluan - Bab ini akan membahas tahap ketujuh dari Perencanaan Audit. - Tahap ini merupakan fase yang penting karena pada tahap inilah dihasilkan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA 0 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA Paket 00.indb //0 0::0 AM STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN AUDIT TERKAIT DENGAN ENTITAS YANG MENGGUNAKAN SUATU ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN

BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN PENDAHULUAN BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN Siklus investasi instrumen keuangan adalah siklus investasi pada sekuritas obligasi atau saham yang diterbitkan oleh perusahaan lain, baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipologi Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey, dimana penelitian ini akan mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai

Lebih terperinci

Standar Audit SA 501. Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan

Standar Audit SA 501. Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan SA 0 Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan SA paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 BUKTI AUDIT PERTIMBANGAN SPESIFIK ATAS UNSUR PILIHAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk

Lebih terperinci

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Audit atas Estimasi Akuntansi SA Seksi 342 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Sumber: PSA No. 37 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti audit kompeten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antara kelompok atau

Lebih terperinci

Teknik Sampling Pada Saldo Akun Beban Usaha Atas UPT Puskesmas Rawat Jalan ABC Periode 2016

Teknik Sampling Pada Saldo Akun Beban Usaha Atas UPT Puskesmas Rawat Jalan ABC Periode 2016 Teknik Sampling Pada Saldo Akun Beban Usaha Atas UPT Puskesmas Rawat Jalan ABC Periode 2016 Sukma Wanti 1)*, Artie Arditha R 2), Maryani 3) 1)2)3) Program Studi Akuntansi Jurusan Ekonomi dan Bisnis, Politeknik

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERUSAHAAN CENDANT Cendant Corp.

STUDI KASUS PERUSAHAAN CENDANT Cendant Corp. STUDI KASUS PERUSAHAAN CENDANT Cendant Corp. Difasilitasi oleh bull market tahun 1990-an, HFS, Inc. mengalami pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 25 % melalui saham-untuk-saham akuisisi perusahaan seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai saran dalam pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Salah satu fungsi dari akuntan publik adalah menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Menurut Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. Auditing adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan

Lebih terperinci

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN Sumber: PSA No. 29 Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini berlaku untuk laporan auditor yang diterbitkan berkaitan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Audit Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence

Lebih terperinci

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Pengendalian Intern : Rencana organisasi dan semua metode, prosedure serta kebijaksanaan, yang terkoordinasi dalam suatu unit usaha, dengan tujuan : a. Mengamankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa audit mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen

Lebih terperinci

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis. SA Seksi 710 PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM AUDIT BISNIS KECIL Sumber : PSA No. 58 PENDAHULUAN 01. Pernyataan Standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diterapkan dalam audit informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rerangka Teori 1. Teori Atribusi Teori atribusi menjelaskan tentang bagaimana proses penyebab perilaku seseorang atau tujuan seseorang dalam berperilaku. Teori ini diarahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era pasar bebas dan globalisasi sekarang ini. Tingkat persaingan di dalam dunia usaha semakin tinggi. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak dijumpai pemberian jasa penjaminan (assurance services) yang. perusahaan adalah jasa audit atas laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak dijumpai pemberian jasa penjaminan (assurance services) yang. perusahaan adalah jasa audit atas laporan keuangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi yang dapat diandalkan sangat dibutuhkan dalam hampir setiap pengambilan keputusan ekonomi. Informasi akan lebih dipercaya apabila informasi tersebut

Lebih terperinci

AUDIT SISTEM INFORMASI & PROSEDUR. DOSEN : Ir. I. JOKO DEWANTO., MM H. FEBRIANA HENDIONO, SE, MM

AUDIT SISTEM INFORMASI & PROSEDUR. DOSEN : Ir. I. JOKO DEWANTO., MM H. FEBRIANA HENDIONO, SE, MM AUDIT SISTEM INFORMASI & PROSEDUR DOSEN : Ir. I. JOKO DEWANTO., MM H. FEBRIANA HENDIONO, SE, MM Prosedur audit sistem informasi Dalam kegiatan auditing paling tidak mempunyai karakteristik sebagai berikut

Lebih terperinci