SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO
|
|
- Ida Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 MODUL VI / TATAP MUKA KE-6 SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Mahasiswa dapat menjelaskan : 1. Variable sampling untuk pengujian terinci atas saldo uji hipotesis DAFTAR MATERI PEMBAHASAN 1. Definisi Variable Sampling 2. Variable Sampling untuk uji hipotesis
2 1 Variable Sampling untuk Pengujian Terinci atas Saldo Definisi Variable Sampling Variable sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang lain. Dalam pengujian substantif, auditor dapat menghadapi dua keputusan: (1) melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun), atau (2) menguji kewajaran suatu jumlah. Jika variable sampling digunakan untak memperkirakan saldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai rupiah (rata-rata sampel dikalikan dengan besarnya populasi) ditambah atau dikurangi dengan suatu interval jumlah rupiah pada tingkat kepercayaan yang diinginkan. Variable sampling untuk memperkirakan saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi: a. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar (misalnya klien menerapkan secara keliru prinsip akuntansi yang lazim, atau klien banyak melakukan kekeliruan dalam pencatatan akuntansinya). b. Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statistical sampling. Dalam keadaan seperti tersebut di atas, umumnya auditor menggunakan variable sampling untuk memperkirakan saldo akun dan mengusulkan adjustment untuk menyesuaikan saldo akun tersebut dengan hasil taksiran statistik. Jika saldo akun tidak terdapat di dalam buku klien, hasil taksiran statistik tersebut langsung diusulkan oleh auditor untuk dicatat di dalam buku klien. Auditor dapat pula menggunakan variable sampling untuk menilai kewajaran saldo suatu unsur yang dicantumkan di dalam laporan keuangan. Jika dalam auditnya, auditor mau menerima saldo suatu unsur yang tercantum di dalam laporan keuangan sebagai suatu jumlah yang benar, dan auditor tersebut hanya akan mengusulkan adjustment terhadap jumlah tersebut jika terdapat kekeliruan yang material dalam jumlah tersebut, maka auditor menggunakan uji hipotesis (test of hypothesis). Variable sampling untuk Uji Hipotesis Baik dengan cara nonstatistik maupun dengan cara statistik, pengambilan sampel dalam pengujian substantif dilaksanakan oleh auditor melalui 7 tahap berikut ini: a. Penentuan tujuan pengambilan sampel. b. Penentuan populasi.
3 2 c. Penentuan sampling unit. d. Penentuan besarnya sampel. e. Penentuan metode pemilihan sampel. f. Pemeriksaan sampel. g. Evaluasi hasil sampel. Penentuan Tujuan Pengambilan Sampel Tujuan pengambilan sampel dalam pengujian substantif adalah: (a) untuk menentukan jumlah saldo akun yang dianggap benar oleh auditor dengan menggunakan teknik penaksiran atau estimasi berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sampel, (b) untuk menentukan apakah auditor dapat menerima bahwa perbedaan antara jumlah yang ditaksir tersebut dengan jumlah yang bersangkutan di dalam buku secara material benar atau menolaknya sebagai sesuatu yang secara material keliru. Sebagai contoh, menurut buku kliennya, jumlah persediaan yang dicatat di dalam buku besar adalah Rp Misalnya sebagai hasil pemeriksaan terhadap sampel, auditor memperkirakan saldo persediaan tersebut adalah Rp Dengan mempertimbangkan berbagai hal, auditor harus mengambil keputusan apakah perbedaan sebesar Rp tersebut material atau tidak. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Uji hipotesis bertujuan untuk membedakan dua kemungkinan yang saling meniadakan-hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1). Dalam pengujian substantif, auditor harus memilih satu di antara dua alternatif berikut ini: a. Hipotesis nol, bahwa nilai yang tercatat di dalam buku secara material benar. b. Hipotesis alternatif, bahwa nilai yang tercatat di dalam buku secara material tidak benar. Dengan demikian untuk dapat memilih Ho atau H1, auditor harus menentukan seberapa besar perbedaan antara nilai yang tercantum didalam buku (book value) dengan nilai yang diperiksa oleh auditor dianggap material. Simbol untuk menyatakan pilihan satu di antara dua alternatif tersebut adalah sebagai berikut: BV = book value, yaitu nilai yang tercantum di dalam buku klien. AV = audited value, yaitu nilai hasil audit, yang ditaksir dari pemeriksaan terhadap sampel.
4 3 A = acceptable precision, yaitu besarnya penyimpangan dari saldo populasi yang masih dapat diterima oleh auditor. Dalam simbol, hipotesis nol dan hipotesis alternatif dapat dinyatakan sebagai berikut: Ho: AV-BV <A H1: AV-BV > A Contoh 1 Misalnya seorang auditor melakukan pengujian substantif terhadap persediaan. Dia ingin menguji kewajaran saldo persediaan yang tercantum di dalam neraca sebesar Rp Menurut pertimbangannya, jika beda antara saldo persediaan yang tercantum di dalam buku klien dengan saldo yang dihitung dari sampel yang akan diambil sebesar Rp , perbedaan tersebut dianggap material. Atas dasar data tersebut hipotesis statistik dapat kemudian dirumuskan sebagai berikut: Ho: AV- Rp < Rp atau Rp < AV < Rp H1: AV - Rp >_ Rp Kemudian auditor dapat melakukan pengujian dengan cara mengambil sampel dari populasi yang berupa saldo berbagai persediaan yang tercantum di dalam kartu persediaan. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sampel saldo persediaan yang tercantum di dalam catatan klien tersebut, auditor kemudian memperkirakan saldo persediaan populasi, AV. Jika AV - Rp < Rp , auditor mengambil kesimpulan bahwa saldo persediaan menurut catatan sebesar Rp adalah secara material benar. Jika AV - Rp > Rp , auditor berkesimpulan bahwa saldo persediaan menurut catatan klien sebesar Rp tersebut secara material tidak benar, atau saldo persediaan tersebut tidak wajar. Penentuan Populasi Setelah tujuan pengambilan sampel dalam pengujian substantif ditentukan, auditor kemudian menentukan populasi yang akan diuji dan sampling unit yang akan diperiksa. Dalam menentukan populasi, auditor harus mempertimbangkan tiga kondisi berikut ini: a. Jika tujuan pengujian substantif diarahkan untuk mendeteksi kelengkapan unsur yang dicatat, maka populasi yang akan diperiksa oleh auditor bukan unsur yang dicatat di dalam buku klien. Misalnya dalam pemeriksaan terhadap utang, karena tujuan pengujian substantif terhadap utang adalah menemukan adanya unrecorded
5 4 liabilities, untuk pelaksanaan prosedur konfirmasi, populasi yang dipilih oleh auditor bukanlah catatan utang klien, namun daftar nama pemasok yang telah melakukan bisnis dengan klien dalam tahun yang diaudit. Untuk menguji pembayaran utang yang tercantum di dalam neraca, populasi yang dipilih oleh auditor adalah catatan pengeluaran kas setelah tanggal neraca. b. Saldo debit dan saldo kredit dapat digolongkan secara terpisah untuk tujuan pengambilan sampel. Saldo kredit piutang usaha umumnya harus dikelompokkan sebagai utang lancar; begitu juga saldo debit utang usaha, umumnya dikelompokkan sebagai aktiva lancar. c. Wujud fisik suatu populasi kemungkinan tidak mencakup semua unsur dalam populasi tersebut. Jika keadaannya demikian, maka suatu sampel unsur-unsur dari populasi secara fisik tidak mewakili populasi tersebut. Dalam pengujian kewajaran penggolongan tambahan aktiva tetap, kemungkinan auditor disodori seonggok arsip faktur yang mendukung jenis transaksi tambahan aktiva tetap tersebut. Auditor harus memperoleh keyakinan bahwa seonggok arsip faktur tersebut sungguh-sungguh merupakan populasi yang lengkap rnengenai tambahan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit. Dalam keadaan tertentu, adakalanya auditor harus memeriksa 100% unsur yang membentuk saldo suatu akun. Jika suatu populasi terdiri dari nilai-nilai rupiah yang besar yang sedikit jumlahnya, auditor perlu melakukan pemeriksaan terhadap seluruh anggota populasi. Misalnya dalam audit terhadap piutang usaha, auditor menjumpai saldo piutang yang besar kepada beberapa debitur, maka auditor perlu mengirimkan konfirmasi kepada semua debitur klien tersebut. Jika auditor menjumpai beberapa saldo unsur persediaan yang nilai rupiahnya besar, maka auditor perlu membandingkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh klien dengan hasil hitung uji (test count) yang dilakukan oleh auditor atas dasar sampel 100%. Dalam keadaan demikian, teknik pengambilan sampel yang dibahas di dalam modul ini tidak berlaku. Penentuan Sampling Unit Sampling unit adalah unsur-unsur secara individual yang terdapat dalam populasi, yang dapat berupa: (a) suatu saldo akun, (b) suatu transaksi yang membentuk suatu saldo akun, (c) suatu dokumen yang menjadi bukti terjadinya transaksi. Dalam menentukan sampling unit, auditor harus mempertimbangkan tujuan pengambilan sampel dan kemungkinan auditor memperoleh hasil yang bermanfaat. Auditor kemungkinan mempertimbangkan
6 5 untuk memperoleh konfirmasi untuk setiap faktur daripada untuk setiap saldo akun piutang dari setiap debitur, jika ia memperkirakan akan terjadi banyak perbedaan antara jawaban konfirmasi dengan catatan piutang klien yaug perbedaannya sulit untuk dicari penyelesaiannya. Penentuan Besarnya Sampel Besarnya kekeliruan sampel, baik dalam metode nonstatistical sampling maupun statistical sarnpling, ditentukan oleh auditor dengan mempertimbangkan 4 faktor berikut ini: (a) besarnya deviasi standar dalam populasi, (b) tingkat risiko yang ditanggung oleh auditor, (c) besar kekeliruan yang dapat diterima olah auditor (acceptable precision), (d) kekeliruan rupiah yang diperkirakan akan dijumpai dalam populasi. Jika auditor menggunakan statistical sampling, besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus berikut ini: UR. SD. N n' = [ A ] 2 dan A dihitung dengan menggunakan rumus: A = M UR UR + Z beta Untuk menghitung n', auditor harus menghitung faktor-faktor berikut ini: SD = deviasi standar populasi UR = Z alfa yang dihitung pada reliability level tertentu berdasarkan Tabel Z A = ketepatan yang dapat diterima oleh auditor (acceptable precision) yang besarnya dipengaruhi oleh materialitas yang dialokasikan, UR dan Z beta. M = Materialitas yang dialokasikan kepada objek yang sedang diperiksa oleh auditor. a. Besarnya deviasi standar populasi (SD). Jika unsur-unsur dalam populasi sangat bervariasi, hal ini akan ditunjukkan oleh besarnya deviasi standar populasi. Semakin besar deviasi standar suatu populasi, semakin besar unsur populasi yang harus diambil sebagai anggota sampel agar sampel tersebut cukup mewakili karakteristik populasi. Umumnya besarnya sampel akan lebih kecil atau lebih efisien jika suatu populasi yang memiliki deviasi standar yang tinggi dikelompokkan ke dalam beberapa strata, sehingga suatu sampel atau pengujian 100% dapat diambil dari setiap strata tersebut. Deviasi standar suatu populasi dapat diperkirakan berdasarkan
7 6 pertimbangan auditor, atau dengan cara mengambil sampel dari populasi. Dari sampel permulaan ini, auditor akan dapat memperoleh gambaran variasi antara jumlah dalam buku klien dengan jumlah menurut audit. b. Tingkat risiko yang ditanggung oleh auditor (UR dan Z beta). Menerima atau menolak suatu jumlah yang dihasilkan oleh suatu sampel memiliki dua macam risiko: kekeliruan alfa atau risiko keliru menolak (the risk of incorrect rejection) dan risiko beta atau risiko keliru menerima (the risk of incorrect acceptance). Pengujian hipotesis yang dilakukan oleh auditor dalam Contoh 1 di atas belum memperhitungkan pengendalian terhadap kemungkinan keliru. Auditor menghadapi 4 kemungkinan hasil dari pengujian yang dilaksanakan: (1) Auditor dapat menerima nilai yang tercantum dalam catatan klien yang pada kenyataannya benar. Ini merupakan keputusan yang benar. (2) Auditor dapat menoiak nilai yang tercantum dalam catatan klien yang secara material dianggap keliru, yang pada kenyataannya benar. Ini suatu kekeliruan yang disebut kekeliruan alfa atau dalam buku statistik seringkali disebut dengan kekeliruan tipe I. (3) Auditor dapat menerima nilai yang tercantum dalam catatan klien yang secara material di anggap benar, yang pada kenyataannya keliru. Ini suatu kekeliruan yang disebut kekeliruan beta atau dalam buku statistik seringkali disebut dengan kekeliruan tipe II. (4) Auditor dapat menolak nilai yang tercantum dalam catatan klien yang secara material dianggap keliru, yang pada kenyataannya memang keliru. Ini merupakan keputusan yang benar. Kesalahan alfa (alpha error) atau risiko alfa (alpha risk) ditentukan dengan menetapkan tingkat kepercayaan (reliability level). Jika pengambilan sampel yang dilakukan auditor didasarkan pada reliability level 95%, risiko alfa adalah sebesar 1-95% = 5%. Kesalahan alfa berakibat dilakukan pengujian tambahan untuk memeriksa objek yang diaudit oleh auditor. Kesalahan alfa ditentukan oleh auditor berdasarkan pertimbangan biaya, pemeriksaan tambahan atau adjustment terhadap saldo yang keliru sebagai akibat kekeliruan dalam menolak suatu saldo akun. Sebagai contoh, auditor harus memeriksa catatan pengiriman barang yang diselenggarakan oleh klien, jika dari hasil prosedur audit konfirmasi piutang usaha, auditor berkesimpulan bahwa saldo
8 7 piutang usaha keliru disajikan oleh klien. Dalam hal ini, prosedur audit terhadap catatan pengiriman barang tidak memerlukan biaya pemeriksaan yang lebih besar dari biaya konfirmasi, oleh karena itu kekeliruan alfa (risiko keliru menolak/the risk of incorrect rejection) ditetapkan oleh auditor pada tingkat yang tinggi. Namun jika prosedur audit yang ditempuh oleh auditor memerlukan biaya yang besar, dalam hal auditor keliru menolak saldo akun yang secara material benar, auditor harus menetapkan kekeliruan alfa (risiko keliru menolak) pada tingkat yang rendah sehingga besarnya sampel menjadi tinggi. Kesalahan beta (beta error) atau risiko beta (beta risk) yang merupakan tingkat risiko keliru menerima (the risk of incorrect acceptance) secara kuantitatif dihitung dengan rumus berikut ini: Kesalahan beta = R (IC x AR) Catatan: R = Risiko akhir yang ditanggung oleh auditor (ultimate or audit risk) IC = Risiko bahwa struktur pengendalian intern tidak akan dapat mendeteksi kekeliruan yang material (kekeliruan yang lebih besar dari jumlah yang dapat diterima oleh auditor) AR = Risiko bahwa review analitik (analytical review) dan pengujian substantif yang bersangkutan tidak akan dapat mendeteksi kekeliruan material yang tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern Contoh 2 Misalnya berdasarkan pertimbangannya, auditor menentukan risiko akhir yang akan ditanggung (R) adalah sebesar 5% bahwa suatu saldo akun atau suatu golongan transaksi berisi kekeliruan moneter yang akan menyebabkan penyajian laporan keuangan yang secara material keliru. Auditor meletakkan kepercayaan yang moderat terhadap struktur pengendalian intern dalam mendeteksi kekeliruan material, sehingga IC ditetapkan sebesar 0,30. Auditor juga meletakkan kepercayaan yang moderat terhadap review analitik dan pengujian substantif rinci dalam mendeteksi kekeliruan material, sehingga AR ditetapkan sebesar 0,30. Berdasarkan berbagai risiko tersebut, besarnya kekeliruan beta (risiko penerimaan yang keliru atas pengujian substantif rinci) dihitung sebagai berikut:
9 8 Risiko beta = R : (IC x AR) 0,50: (0,30 x 0,30) Risiko beta = 0,55 atau 55% c. Materialitas yang dialokasikan kepada objek yang diperiksa (M). Auditor harus memperkirakan berapa besar kekeliruan dalam populasi yang diperiksa dianggap material. Untuk memperkirakan jumlah kekeliruan dalam populasi, auditor dapat menempuh beberapa cara berikut ini: (1) Kesalahan rupiah populasi didasarkan pada informasi dari pemeriksaan tahun yang lalu. (2) Auditor dapat mempertimbangkan tipe akun yang diperiksa. Misalnya, proses penagihan piutang kurang efektif bila dibandingkan dengan penghitungan saldo persediaan dengan metode mutasi persediaan. Atas dasar informasi ini auditor memperkirakan kekeliruan rupiah dalam piutang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kekeliruan rupiah dalam catatan persediaan. (3) Auditor dapat menggunakan pengujian yang serupa untuk memperkirakan kekeliruan rupiah. Dalam pemeriksaan dukumen yang mendukung tambahan akun aktiva tetap tertentu, auditor dapat memperkirakan kekeliruan rupiah dalam golongan transaksi ini, yang sama besarnya dengan kekeliruan rupiah yang dijumpai olehnya pada waktu melakukan pemeriksaan atas dokumen pendukung tambahan akun aktiva tetap yang lain. d. Ketepatan yang dapat diterima oleh auditor (A). Besarnya ketepatan yang dapat diterima oleh auditor (acceptable precision) dipengaruhi oieh besarnya kekeliruan yang mempengaruhi secara material pembaca laporan keuangan, besarnya risiko beta, dan besarnya risiko alfa. Rumus perhitungan ketepatan yang dapat diterima adalah sebagai berikut ini: A = M UR UR + Z beta Catatan: A = Ketepatan yang dapat diterima (acceptable precision) M = Materiatlitas yang dialokasikan kepada objek yang diperiksa UR = Reliability Factor Z beta = Koefesien kekeliruan beta
10 9 Tabel Z dapat digunakan untuk menentukan koefisien kekeliruan beta. Z beta adalah nilai kurva normal yang meliputi daerah 0,50 - beta. Jika auditor akan mencari Z beta untuk kekeliruan beta 0,01, caranya adalah dengan mengurangkan 0,01 dari 0,50 yang menghasilkan 0,4900. Dari tabel Z, 0,4900 adalah untuk koefisien kekeliruan beta 2,33. Penentuan Metode Pemilihan Sampel Seperti halnya dalam pengujian kepatuhan, sampel dalam pengujian substantif harus dipilih o1eh auditor dengan cara tertentu sehingga mewakili anggota populasi. Metode pemiiihan sampel adalah: (a) jadgement sampling, (b) systematic sampling, dan (c) random sampling. Metode pengambilan sampel yang terakhir ini menjamin semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Pemeriksaan Sampel Prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa anggota sampel adalah sama, tidak dipengaruhi oleh teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh auditor (nonstatistical atau statistical sampling). Dalam pemeriksaan sampel ini, auditor menghitung rata-rata dan deviasi standar sampel dengan rumus sebagai berikut: X = n i=1 Xi SD = n i=1 n-1 Xi - nxi Evaluasi Hasil Sampel Evaluasi atas hasil pemeriksaan terhadap sampel ditentukan oleh teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh auditor. Jika auditor menggunakan nonstatistical sampling, evaluasi hasil pemeriksaan sampel dilakukan tidak secara kuantitatif, namun berdasarkan pertimbangan auditor. Jika auditor menggunakan statistical sampling, evaluasi terhadap hasil pemeriksaan sampel dilakukan oleh auditor secara
11 10 kuantitatif. Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor melakukan langkah-langkah berikut ini: a. Menghitung Standard Error dengan rumus: SE = SD N b. Menghitung achieved precision A' dengan rumus: A' = UR. SE. N 1 - n N c. Jika A' tidak sama dengan A maka auditor kemudian menghitung A" dengan rumus: A" = A'. M [ 1 - A' A ] d. Mengambil keputusan mengenai kewajaran saldo akun persediaan dengan membuat kriteria keputusan sebagai berikut: Menerima Ho jika AV - BV < A" Menolak Ho jika AV- BV > A" Catatan: AV = X.N BV = book value, yaitu nilai yang tercantum dalam buku klien. Daftar Pustaka : 1. Mulyadi dan Puradiredja, Auditing, edisi ke-5, Salemba Empat, Jakarta, 1998.
12 11 Lampiran 1 : Tabel Z SD
BAB 10. Variable Sampling untuk Pengujian Substantif
BAB 10 Variable Sampling untuk Pengujian Substantif Soal Latihan Hal 305 306 1. Jelaskan perbedaan attribute sampling dengan variable sampling. Attribute sampling digunakan untuk menguji efektivitas pengendalian
Lebih terperinciAudit Siklus Pendapatan
Audit Siklus Pendapatan Pengujian Substantif Terhadap Saldo Piutang Usaha Muhaimin SE, Ak, M. Ak, CA, CPA Transaksi yang mempengaruhi piutang usaha a. Transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada
Lebih terperinciAUDIT II Modul ke: AUDIT SAMPLING UNTUK TEST OF CONTROL & SUBSTANTIF TEST OF TRANSACTION. Afly Yessie, SE, Msi. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS
AUDIT II Modul ke: AUDIT SAMPLING UNTUK TEST OF CONTROL & SUBSTANTIF TEST OF TRANSACTION Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Afly Yessie, SE, Msi. Program Studi AKUNTANSI SIFAT DAN TUJUAN SAMPLING AUDIT AU 350.01
Lebih terperinciEkonomi dan Bisnis Akuntnasi S1
Modul ke: 03Fakultas Nama Ekonomi dan Bisnis Audit II Competing The Test In The Sales And Collection Cycle:Accounts Receivable (Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan: Piutang Usaha)
Lebih terperinciMATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT
Minggu ke-6 MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Program Studi Akuntansi STIE PELITA NUSANTARA KONSEP MATERIALITAS Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang
Lebih terperinciPengujian Substantif Piutang Usaha
Pengujian Substantif Piutang Usaha ( Pertemuan ke-5) Antariksa Budileksmana antariksa_b@yahoo.com www.antariksa.info 2008 Antariksa Budileksmana Prodi Akuntansi UMY 5-1 Deskripsi Piutang Piutang Klaim
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Auditing Secara umum auditing adalah suatu proses sistematika untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
Lebih terperinciStandar Audit SA 530. Sampling Audit
SA 0 Sampling Audit SA paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 SAMPLING AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk
Lebih terperinciaudit dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang
Lebih terperinciRISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT
SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun
1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, pada akhirnya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Materialitas dan Risiko Audit ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciPengauditan 1 Bab VI
Pengauditan 1 Bab VI Materialitas, Risiko, & Strategi Audit Awal Referensi: Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN Dosen Pengampu: Dhyah Setyorini, M.Si.
Lebih terperinciPengujian Substantif Persediaan
Pengujian Substantif Persediaan ( Pertemuan ke-9) Antariksa Budileksmana antariksa_b@yahoo.com www.antariksa.info 2008 Antariksa Budileksmana Prodi Akuntansi UMY 9-1 Jurnal transaksi pada persediaan Pembelian
Lebih terperinciSAMPLING AUDIT. SA Seksi 350. Sumber: PSA No. 26
SA Seksi 350 SAMPLING AUDIT Sumber: PSA No. 26 PENDAHULUAN 01 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terahadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan kedalam persaingan yang semakin ketat dan kompetitif. Perusahaan berlomba-lomba
Lebih terperinciPROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN
SA Seksi 330 PROSES KONFI RMASI Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang proses konfirmasi dalam audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
Lebih terperinciRISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi
Lebih terperinciPengauditan 1. Bab 11 Sampling Audit dalam Pengujian Substantif. Dosen: Dhyah Setyorini, M.Si.
Pengauditan 1 Bab 11 Sampling Audit dalam Pengujian Substantif Referensi: Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN Dosen: Dhyah Setyorini, M.Si. 1 Konsep
Lebih terperinciSA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:
SA Seksi 326 BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan
Lebih terperinciSAMPLING AUDIT. Sumber: PSA No. 26 PENDAHULUAN
Sampling Audit SAMPLING AUDIT Sumber: PSA No. 26 PENDAHULUAN 01 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain
Lebih terperinciBab 10 Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian
Pengauditan 1 Bab 10 Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian Referensi: Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN Dosen: Dhyah Setyorini, M.Si. Konsep-konsep
Lebih terperinciBUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:
Bukti Audit BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: "Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan
Lebih terperinciAUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI
AUDIT I Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Audit risk and materiality Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI KONSEP MATERIALITAS Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas
Lebih terperinciPERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN
SA Seksi 322 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber: PSA No. 33 PENDAHULUAN 01 Auditor mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB II
BAB I PENDAHULUAN Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu audit yang sangat terbatas.
Lebih terperinciCh.7 Materialitas & Risiko Audit SUCAHYO HERININGSIH, SE., MSI., AK., CA.
Ch.7 Materialitas & Risiko Audit Alinea tanggungjawab auditor dalam laporan auditor independen berisi 2 frase: Frasa memperoleh keyakinan memadai : dimaksudkan utk memberi informasi kepada pengguna laporan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROSES AUDIT
GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam senua
Lebih terperincia. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.
SA Seksi 710 PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM AUDIT BISNIS KECIL Sumber : PSA No. 58 PENDAHULUAN 01. Pernyataan Standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diterapkan dalam audit informasi
Lebih terperinciAUDIT & ATESTASI SA 530 SAMPLING AUDIT
AUDIT & ATESTASI SA 530 SAMPLING AUDIT Ruang Lingkup Standar Audit ini diterapkan ketika auditor telah memutuskan untuk menggunakan sampling audit dalam pelaksanaan prosedur audit. Hal ini berkaitan dengan
Lebih terperinciSA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN
SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN Sumber: PSA No. 29 Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini berlaku untuk laporan auditor yang diterbitkan berkaitan
Lebih terperinci`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani
` PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani PENDAHULUAN Pengendalian internal merupakan bagian penting dari kelanjutan pertumbuhan, kinerja, dan kesuksesan setiap
Lebih terperinciPREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)
PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) Disampaikan oleh M. HUSNI MUBAROK, SE. M.SI.Ak. CA MAULAN IRWADI, SE.M MSI,.Ak.CA PREVIEW GENERAL AUDIT 1. DEFINISI 2. TUJUAN 3.TANGGUNG JAWAB LAP. KEU 4.CARA
Lebih terperinciPEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN
PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Pengendalian Intern : Rencana organisasi dan semua metode, prosedure serta kebijaksanaan, yang terkoordinasi dalam suatu unit usaha, dengan tujuan : a. Mengamankan
Lebih terperinciPERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL
SA Seksi 323 PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL Sumber: PSA No. 56 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi sebagai berikut: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
Lebih terperinciSTANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga
STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak
TANGGUNG JAWAB AUDITOR by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak Tanggung Jawab Auditor vs Tanggung Jawab Manajemen Auditor mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit. Pekerjaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Salah satu fungsi dari akuntan publik adalah menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan (Arens dan Lobbecke: 2000). Kemudian prosedur audit adalah
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROSEDUR AUDIT Menurut Arens dan Loebbecke prosedur audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi
Lebih terperinciAUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1)
Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Penerimaan Perikatan dan Perencanaan Audit REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 PERENCANAAN
Lebih terperinciPengantar ( Pertemuan ke-1)
Pengantar ( Pertemuan ke-1) Audit 1 Pengertian Profesi auditor & jenis audit Standar audit & kode etik Laporan audit Kertas kerja Bukti audit Tahapan audit Materialitas & risiko audit Strategi audit awal
Lebih terperinciAUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)
Dosen: Christian Ramos K Materialitas, dan Risiko AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 Materialitas 11-2 FASB definisi
Lebih terperinciSampling (kamus) : Kelompok orang/barang yg dipilih untuk mewakili kelompok yang lebih besar Barang contoh yg ditawarkan untuk dicoba.
DEFINISI SAMPLING Sampling (kamus) : Kelompok orang/barang yg dipilih untuk mewakili kelompok yang lebih besar Barang contoh yg ditawarkan untuk dicoba. Sampling (audit) adalah pemeriksaan atas sedikit
Lebih terperinciProsedur Audit. Auditor juga menjalankan prosedur audit lain dalam pengumpulan bukti, meliputi:
Prosedur Audit Prosedur Audit Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengunpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang dinyatakan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMERIKSAAN
PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN SA yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan perencanaan kerja yang memadai
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK
ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK Oleh: WENDRA MARTHA
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Dalam melakukan evaluasi perencanaan audit pada KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry, langkah awal yang penulis lakukan adalah dengan membuat permohonan izin kepada pihak KAP
Lebih terperinciChapter 7 MATERIALITY AND RISK
Chapter 7 MATERIALITY AND RISK TUJUAN : 1. Menerapkan konsep materialitas dalam audit 2. Membuat penilaian awal mengenai berapa jumlah yang dianggap material 3. Mengalokasikan materialitas awal ke setiap
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK
ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK Oleh: WENDRA MARTHA NPM : 0811031058 Tlpn : 085269467876 Email : wendramartha@yahoo.co.id Pembimbing I : Drs.
Lebih terperinciAUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N
AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N JURNAL Perusahaan menjual produk seharga Rp. 100.000,- dengan harga pokok 60% dari harga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjelang era globalisasi banyak perusahaan berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar lagi. Dalam mengembangkan usahanya, baik perusahaan perseorangan
Lebih terperinciSA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN
SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam
Lebih terperinciSTANDAR PEKERJAAN LAPANGAN
Daftar Isi Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 300 STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN Penunjukan auditor independen; perencanaan dan supervisi; risiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit; pengujian
Lebih terperinciSUMMARY Pengauditan 2 Sampling and Materiality
SUMMARY Pengauditan 2 Sampling and Materiality Disusun Oleh: Dwi Rilvina Suci 1406534393 Ghea Lita Wijayasari 1406555712 Karina 1406555750 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2017 SAMPLING
Lebih terperinciAudit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Pengendalian
Nama : Vivin Anggraeni NIM : 2014017055 Kelas : 4 A2 Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Deskripsi Siklus Pendapatan Pengujian Pengendalian Siklus pendapatan terdiri dari transaksi penjualan barang atau
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian utang usaha Menurut Munawir, (2007:18) utang dagang adalah utang yang timbul karena adanya pembelian dagangan secara kredit. Jadi dapat disimpulkan
Lebih terperinciPertanyaan. Pertanyaan ini berhubungan dengan prosedur audit. (Sumber : Weningtyas, 2006 ) Tidak. selalu. Pernah. kadang
KUESIONER Mohon Bapak / Ibu / Saudara menjawab pertanyaan di bawah ini dengan tanda ( ) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Bapak / Ibu / Saudara. 1 ini berhubungan dengan prosedur audit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatankegiatan perusahaan kepada
Lebih terperinciKONSEP MATERIALITAS PENTING DALAM AUDIT
MATERIALITAS KONSEP MATERIALITAS Besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KONSINYASI
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KONSINYASI Studi Kasus pada Perusahaan Batik DIA-DIO Yogyakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program
Lebih terperinciRisiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya
Definisi Risiko AR IR CR DR Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya Risiko bahwa suatu asersi rentan terhadap salah saji material dengan asumsi tidak ada
Lebih terperinciPengujian subtantif terhadap investasi
GO Founder Present Pengujian subtantif terhadap investasi Pemeriksaan akuntansi 2 GO Founder Hak Cipta 2013 GO founder [Type here] PEMERIKSAAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Lebih terperinciBAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang
BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akuntan. KAP Bayudi Watu dan Rekan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Auditing merupakan proses pengumpulan data dan evaluasi bukti dari informasi perusahaan untuk menentukan tingkat kesesuaian antara informasi yang dimiliki oleh perusahaan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. dilakukan penulis untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan,
BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Survei Pendahuluan Sebelum melaksanakan audit keuangan pada PT Simran Jaya, penulis terlebih dahulu melakukan survei pendahuluan kepada perusahaan yang akan di audit. Hal ini dilakukan
Lebih terperinciPERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN
SA Seksi 319 PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber : PSA No. 69 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang pertimbangan auditor atas pengendalian intern klien
Lebih terperinciAudit 2 - Sururi Halaman 1
Halaman 1 Auditing adalah proses pengujian kesesuaian asersi/pernyataan atau kegiatan dengan standar yang berlaku dan kemudian mengkomunikasikan hasil pengujiannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Lebih terperinciMAKALAH MATA KULIAH AUDITING CONTOH KASUS BUKTI AUDIT
MAKALAH MATA KULIAH AUDITING CONTOH KASUS BUKTI AUDIT Disusun oleh Kelompok 5 (AK5-B3): 1. Fitriah Fajr (142010300110) 2. Nur Sakdiyah (142010300148) 3. Yunda Roro Anggraini (142010300158) 4. Farikhatul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya suatu perusahaan maka menuntut auditor untuk semakin teliti dan memiliki pemikiran kritis dalam pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan dengan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Penilaian atas Piutang Dagang dan Luas pemeriksaan pada akun Piutang Dagang. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi telah mengalami pertumbuhan yang begitu pesat, seiring dengan pertumbuhan berbagai sektor lainnya juga. Munculnya berbagai perusahaan yang berskala kecil,
Lebih terperinciAkuntansi Publik Drs. Ketut Muliartha RM & Rekan ABSTRAK
Judul : Prosedur Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha Oleh Kantor Akuntansi Publik Drs. Ketut Muliartha RM & Rekan Nama : Ni Wayan Lestari Moni Nim : 1406013031 ABSTRAK Auditing adalah suatu proses
Lebih terperinciBUKTI AUDIT. Akuntansi Pemeriksan I. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA
BUKTI AUDIT Akuntansi Pemeriksan I Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Perbedaan Bukti audit dengan Bukti Hukum dan Ilmiah Karakteristik Bukti untuk Eksperimen Ilmiah, Kasus Hukum, dan Audit atas Laporan
Lebih terperinciBAB II AUDIT PERSEDIAAN BERDASAR STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN MENURUT SPAP
8 BAB II AUDIT PERSEDIAAN BERDASAR STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN MENURUT SPAP 2.1 Auditing Pada dasarnya, auditing sangat memberi nilai tambah bagi laporan keuangan yang telah disusun oleh suatu perusahaan
Lebih terperinciPenetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16
Penetapan Materialitas Penetapan Risiko tedi last 09/16 TAHAPAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN (aplikasi pemeriksaan keuangan) 1. Menerima Klien dan Melaksanakan Perencanaan Audit Awal. 2. Memahami Bidang kegiatan/operasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era pasar bebas dan globalisasi sekarang ini. Tingkat persaingan di dalam dunia usaha semakin tinggi. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini menjelaskan mengenai dasar pemilihan topik, masalah yang diangkat, tujuan melakukan penulisan, serta kerangka pikir penulisan secara umum yang akan ditulis. 1.1.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan mempunyai berbagai kegiatan usaha seperti kegiatan utama atau operasional perusahaan dan kegiatan yang diluar operasionalnya. Perusahaan harus
Lebih terperinci5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca
Subsequent Event Subsequent Events adalah : Peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya Laporan Audit Mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang sedang ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan yang semakin
Lebih terperinciKonsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan
Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Financial Accounting Standard Board
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Auditing berikut : adalah : Menurut Arens dan Loebbecke (1997 : 2) pengertian dari auditing adalah : Auditing is the accumullation and evaluation of evidence about quantifiable
Lebih terperinciLAPORAN AUDI TOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDI TAN
SA Seksi 508 LAPORAN AUDI TOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDI TAN Sumber: PSA No. 29 Lihat SA Seksi 9508 untuk interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini berlaku untuk laporan auditor yang diterbitkan
Lebih terperinciSA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR. Sumber: PSA No.
SA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR Sumber: PSA No. 36 Lihat SA Seksi 9553 untuk Interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01
Lebih terperinciPengujian Substantif Piutang Usaha. Imam Nazarudin Latif, SE., Akt Akuntansi Untag 45 Samarinda
Pengujian Substantif Piutang Usaha Imam Nazarudin Latif, SE., Akt Akuntansi Untag 45 Samarinda Tujuan Kuliah 1 Menggambarkan metodologi desain pengujian saldo rinci dengan menggunakan model risiko audit.
Lebih terperinciAkuntansi Pemeriksaan 2. Tutut Dewi Astuti
Akuntansi Pemeriksaan 2 Tutut Dewi Astuti Biaya dibayar dimuka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang Bagian dari biaya dibayar dimuka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan standar operasional perusahaan tersebut.
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN
ISO 9001 : 2008 RENCANA PEMBELAJARAN NomorDok : FRM/KUL/01/02 NomorRevisi : 02 Tgl.Berlaku : 1Oktober 2012 KlausaISO : 7.5.1 & 7.5.5 Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disahkan Oleh Berlaku tanggal Siti Nurhayati
Lebih terperinciAUDIT SIKLUS PENGGAJIAN DAN PERSONALIA
BAB 18 AUDIT SIKLUS PENGGAJIAN DAN PERSONALIA Siklus penggajian dan personalia (payroll and personnel cycle) melibatkan pekerjaan dan pembayaran kepada semua karyawan. Penilaian dan pengalokasian biaya
Lebih terperinciPERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA
SA Seksi 341 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA Sumber: PSA No. 30 Lihat SA Seksi 9341 untuk Interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan
Lebih terperinciSA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.
SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH Sumber: PSA No. 62 PENDAHULUAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini berisi standar untuk pengujian
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN SUPERVISI
Standar Profesionail Akuntant Publik SA Seksi 3 1 1 PERENCANAAN DAN SUPERVISI Sumber: PSA No. 05 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya
Lebih terperinciBAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN
PENDAHULUAN BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN Siklus investasi instrumen keuangan adalah siklus investasi pada sekuritas obligasi atau saham yang diterbitkan oleh perusahaan lain, baik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Reviu Laporan Keuangan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian
Lebih terperinciBAB III TEORI DAN PRAKTIK
BAB III TEORI DAN PRAKTIK 3.1 Teori 3.1.1 Definisi Akuntan Publik Menurut Mulyadi (2010,h.4) bahwa Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa akuntan
Lebih terperinciTUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT, & KERTAS KERJA. Tujuan audit Bukti Audit Prosedur Audit Kertas Kerja
TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT, & KERTAS KERJA Tujuan audit Bukti Audit Prosedur Audit Kertas Kerja Top-down vs. Bottom-up Audits Top-down audit evidence Pemahaman bisnis & Industri Tujuan dan Sasaran Manajemen
Lebih terperinciAUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN: PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP AKTIVA TETAP
AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN: PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP AKTIVA TETAP Oleh : Muhaimin Dipergunakan untuk kalangan terbatas pada mahasiswa UNISMUH Makassar AKTIVA TETAP adalah kekayaan perusahaan
Lebih terperinciSAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengauditan II Dosen Pengampu Ibu Dhini Suryandari, SE., M.Si., Ak.
Lebih terperinciFANY OCTAFIA OFFERING L
MATERIALITAS SOAL 1. Menurut anda, apa fungsi dari penentuan materialitas oleh auditor pada saat perencanaan audit? 2. Bagaimana hubungan antara meterialitas dan bukti audit? 3. Dalam konsep penentuan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN Bp/ Ibu/ Sdr dimohon untuk mengisi data demografi pada kotak di samping pertanyaan atau memberikan tanda ( ) pada tempat yang telah disediakan : Nama Responden : Nama KAP : Jenis Kelamin
Lebih terperinci