FARMAKOLOGI ANTIBIOTIK/ ANTIBAKTERI. Dosen Pengampu Tuty Mulyani, M.Sc., Apt

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FARMAKOLOGI ANTIBIOTIK/ ANTIBAKTERI. Dosen Pengampu Tuty Mulyani, M.Sc., Apt"

Transkripsi

1 FARMAKOLOGI ANTIBIOTIK/ ANTIBAKTERI Dosen Pengampu Tuty Mulyani, M.Sc., Apt Disusun oleh kelompok 2 1.Afifah ( ) 2. Annisa Husna ( ) 3. Debi Karlina Indriani ( ) 4. Fitria Oktaviana ( ) 5. Hamidah ( ) 6. Lifia Amanda ( ) 7. Muhammad Al-Ghifari ( ) 8. Nadiya Aulia ( ) 9. Nurbaity Basrani F ( ) 10. Risqa Nur Aina ( ) 11. Siti Sulaibah ( ) 12. Winda Meriyani ( ) FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN 2017

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik. Yang memiliki kegunaan untuk menekan atau menghentikan proses biokimia, khususnya dalam proses infeksi dan bakteri. Penggunaan antibiotik dalam dunia kedokteran tentunya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi. Walau antibiotik ini bisa digunakan untuk menghentikan proses biokimia seperti infeksi dan bakteri, antibiotik tidak berfungsi untuk jamur dan virus-virus. Antibiotik memiliki banyak jenis. Yang paling pertama ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 secara tidak sengaja. Karena dia lupa untuk membersihkan persediaan bakteri di cawan petri dan menginggalkannya seharian di rak cucian sepanjang pekan, ketika dia ingin membersihkan cawan tersebut, dia menemukan sebuah kapang. Kapang merupakan bagian dari kingdom fungi yang biasa tumbuh pada permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Setelah diteliti dan dilakukan pengujian, Alexander Fleming menemukan bahwa kapang ini adalah kapang yang gampang ditemukan di roti yang dibiarkan lembab beberapa hari. Ia lalu mendapatkan hasil positif dari pengekstrakan kapang tersebut ke bakteri koleksinya. Itulah antibiok alami pertama ditemukan yang dinamakan Penicillin G. Menurut beberapa sumber, dikatakan bahwa penemuan antibakteri dari penicillium sudah diketahui oleh orang Prancis pada akhir abad 19, tetapi hasilnya tidak pernah dipublikasikan. Antibiotik bukanlah obat yang bisa dibilang tidak memiliki efek lain, ada beberapa antibiotik yang bila kita minum secara asal akan menyebabkan efek samping. Seperti kata dr.zubairi Djoerban, seorang spesialis penyakit dalam dan seorang guru besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam republika online. Selain mempunyai efek samping menimbulkan bakteri resisten, antibiotik juga bisa menimbulkan dampak buruk yang lain. Penisilin misalnya, dapat menyebabkan alergi dan shock. Tetrasiklin dapat menyebabkan perubahan besar dalam flora usus, yang berikutnya dapat menyebabkan super infeksi jamur, artinya tetrasiklin justru dapat memicu infeksi jamur. Kloramfenikol, saat ini di banyak negara penggunaannya sudah amat dibatasi karena dapat

3 menyebabkan penyakit darah yang serius. Jadi, kloramfenikol sedapat mungkin dihindari. (Djoerban, 2012). Jadi, antibiotik harus diminum sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter. Karena jika tidak mengikuti resep dokter efek samping dari antibiotik dapat membahayakan nyawa kita sendiri. Seperti yang dikatakan dr.zubairi Djoerban, bahwa banyak Negara yang membatasi penggunaan antibiotik karena bisa menyebabkan penyakit darah yang serius. Akan tetapi, di Indonesia antibiotik masih digunakan secara konsumtif. Padahal seharusnya kita sebisa mungkin membatasi penggunaan antibiotik. Kecuali jika keadaan memang sudah diharuskan memakai. Masih banyak efek-efek lain dari penggunaan antibiotik yang dapat merusak tubuh. 1.2 Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang diatas, masalah dapat diidentifikasikan menjadi sebagai berikut: 1. Apa sebenarnya antibiotik itu? 2. Apakah penggunaan antibiotik itu berbahaya? 3. Apa saja jenis-jenis antibiotik? 4. Kenapa masyarakat harus membatasi penggunaan antibiotik? 5. Apa saja efek-efek dari pemakaian antibiotik? 1.3 Perumusan masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah dirumuskan menjadi Bagaimana dampak penggunaan antibiotik bagi manusia? 1.4 Tujuan Tujuan pembuatan kartul ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui apa itu antibiotik. 2. Untuk mengetahui sejarah antibiotik. 3. Untuk mengetahui penggolongan antibiotik. 4. Untuk mengetahui jenis-jenis antibiotik 5. Untuk mengetahui dampak-dampak penggunaan antibiotik.

4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Antibiotik Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani, yaitu anti(lawan) dan bios(hidup). Antibiotik adalah segolongan senyawa baik alami maupun sintetik, yang memiliki fungsi untuk menghambat bakteri maupun membunuh bakteri. Antibiotik, seperti yang kita ketahui saat ini ternyata berasal dari bakteri yang dilemahkan, tidak ada yang menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu membunuh bakteri lain yang berkembang dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun membunuh mikroba lain. ( Antibiotik juga dikenal sebagai agen antimikroba, yaitu obat yang dapat melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Seperti yang sudah penulis katakan di latar belakang, antibiotik bisa melawan bakteri maupun infeksi tapi antibiotik tidak berfungsi untuk melawan jamur dan virus. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksis bagi hospes. (Setiabudy, 2008). Nama antibiotik sendiri dicetuskan oleh Selman Waksman pada tahun Yang menjelaskan tentang zat yang dihasilkan oleh mikro-organisme yang menahan perkembangan mikro-organisme lainnya dalam suatu zat yang sangat encer. Kebanyakan antibiotik memiliki molekul relatif kecil dan memiliki berat molekul dibawah 2000 Da. Antibiotik awalnya dikenal sebagai senyawa alami yang dihasilkan oleh jamur atau mikroorganisme lain yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit manusia maupun hewan. Tapi, ada beberapa antibiotik yang bukan merupakan senyawa alami atau bisa

5 disebut juga antibiotik sintetik, yang merupakan bukan hasil dari mikroorganisme yang juga dapat menghambat dan membunuh bakteri. Secara teknis antibiotik disebut juga agen antibakteri yang mengacu kedua senyawa alami dan sintetis. Banyak orang yang memakai kata antibiotika untuk merujuk ke dua senyawa tersebut. Selain antibiotik alami dan sintesis, ada antibiotik semi sintesis yang merupakan antibiotik berasal dari alam dan juga sintesis kimia. Antibiotika memiliki sifat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman maupun bakteri. Tapi, toksisitasnya untuk manusia relatif kecil. Mengingat sifat toksisnya terhadap manusia, hanya beberapa antibiotik dari banyak antibiotika yang dipakai sebagai obat, antara lain: streptomisin (1944), Chloramphenicol (1947), tetrasiklin (1948), Eritromisin (1952), Rifampisin (1960),bleomisin (1965) dan doksorubisin (1969). Tergantung penggunaannya, antibiotik memiliki banyak bentuk. Selain dalam bentuk obat minum atau oral, antibiotik ada yang berbentuk suntikan atau parenteral, salep, krim, supositoria, lotion dan tetes. Apabila terkena infeksi kulit, maka kita bisa memakai antibiotik dalam bentuk salep atau krim, infeksi mata merah memakai tetes mata, infeksi telinga merah memakai tetes kuping antibiotik. Selain yang disebutkan, masih ada bentukbentuk yang lain, semuanya tergantung dengan penggunaan dan penyakitnya. 2.2 Mekanisme Kerja Antibiotik Antibiotik menghambat mikroba melalui mekanisme yang berbeda yaitu : Menganggu metabolisme sel mikroba Menghambat sintesis dinding sel mikroba Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba Menghambat sintesis protein sel mikroba Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba

6 2.3 Sifat Antibiotik a. Berdasarkan Toksisitas Toksisitas adalah tingkat racun yang terdapat pada sebuah antibiotik. Berdasar toksisitasnya, antibiotik dibagi atas dua. Yaitu, bakteriostatik dan bakteriosidal, dimana peningkatan dosis bisa mengakibatkan perubahan dari bakteriostatik menjadi bakteriosidal. a. Bakterisidal : Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, polipeptida, rifampisin, isoniazid dll. b. Bakteriostatik Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll. b. Berdasarkan Spektrum Kerjanya a. Spektrum luas (aktivitas luas) Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin. b.spektrum sempit (aktivitas sempit) Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.

7 2.4 Penggolongan Antibiotik Antibiotik memiliki beragam macam jenis. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik. Salah satunya dengan berdasarkan struktur kimianya. Menurut struktur kimianya, antibiotik dibagi akan sepuluh jenis, yaitu: a. Golongan Aminoglikosida Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. b. Golongan Beta-Laktam Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan betalaktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). c. Golongan Glikopeptida Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin. d. Golongan Poliketida Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). e. Golongan Polimiksin Diantaranya polimiksin dan kolistin. f. Golongan Kinolon (fluorokinolon) Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin. g. Golongan Streptogramin Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristindalfopristin. h. Golongan Oksazolidinon Diantaranya linezolid dan AZD2563. i. Golongan Sulfonamida Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim. j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

8 Selain penggolongan menurut struktur kimia, masih ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik. Ada juga cara penggolongan yang sesuai dengan cara atau tempat kerja antibiotik. Menurut cara atau tempat kerjanya, antibiotik dibagi atas lima bagian, yaitu: a. Antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding bakteri. Setiap bakteri tentunya memiliki dinding sel. Dinding sel terdapat di bakteri yang memiliki gram negatif maupun bakteri gram positif. Fungsi dinding ini adalah untuk mempertahankan bentuk sel. Kedua bakteri memiliki suatu lapisan yang bernama Peptidoglycan. Lapisan ini berfungsi untuk mensintetiskan diding bakteri, reaksi ini disebut transpetidasi. Lapisan Peptidoglycan lebih tebal pada bakteri gram positif jika dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Akan tetapi, pada gram negatif terdapat lapisan membran lemak diantara dinding dengan lapisan Peptidoglycan sehingga terlihat gambaran membran bilayer. Cara menghambat sintesis dinding bakteri ada dua cara. Cara pertama yaitu dengan cara menghambat proses transpetisidasi, semua obat β-lactam bisa menghambat proses tersebut. Cara kedua yaitu dengan cara penghambatan sintetis peptidoglycan, obat yang non β-lactam biasanya dipakai untuk cara ini.

9 Gambar Struktur Antibiotik golongan menghambat sintetis dinding bakteri b. Antibiotik yang menghambat permeabilitas membran sel Cara kerja golongan ini adalah dengan cara mengganggu intregitas fungsional membran sitoplasma sehingga terjadi kematian pada bakteri. Gambar Struktur antibiotik golongan penghambat membran sel. c. Antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat sintesis protein. Sel bakteri pada umumnya memiliki beberapa tipe ribosom, dari yang 30S, 50S

10 dan yang 70S. Sel manusia memiliki ribosom tipe 80S. Sehingga antibiotik ini cenderung tidak berpengaruh terhadap sintesis protein dalam jaringan manusia. Gambar Struktur antibiotik golongan sintetis protein di ribosom. d. Antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat sintesis asam nukleat. Menghambat sintesis DNA dengan cara konversi senyawa menjadi tiphosphate dan menghambat thymidine kinase dan polymerase DNA sehingga ada penambahan DATP ke dalam DNA dan kekurangan tymine untuk replikasi DNA Gambar Struktur antibiotik golongan penghambat sintesis DNA e. Antibiotik yang bekerja dengan cara menghambat metabolisme.

11 Cara kerja golongan ini adalah dengan menghambat proses pembentukan purin. Efek kerja golongan ini sama dengan golongan penghambat sintesis DNA Gambar Struktur antibiotik golongan penghambat metabolik. Gambar dibawah merupakan gambar tempat yang diserang oleh antibiotik setiap golongannya. Gambar: Tempat kerja masing-masing penggolongan antibiotik 2.5 Jenis dari Golongan Antibiotik. A. Aminoglikosida Aminoglikosida termasuk antibakteri berspektrum luas dan bakterisidal karena toksisitasnya sangat besar dan indek terapinya sempit maka obat olongan ini dalam klinik hanya digunakan utuk infeksi berat yang belum diketahui penyebabnya atau infeksi karena gram negatif saja.

12 Aminoglikosida tidak dapat diabsorpsi dari saluran GI sehingga pemberiannya selalu melalui injeksi. Toksisitasnya yang relatif berbahaya adalah ottoksik, neprotoksik dan neuromuskular bloker. Obat golongan ini digunakan untuk bakteri gram negatif. Contoh obatnya termasuk streptomisin, neomisin, kanamisin dan gentamisin. Gambar Struktur kimia Aminoglycoside B. Tetrasiklin Tetracyclin yang pertama kali ditemukan adalah chlortetracycline yang diisolasi dari Streptomycecs aureofaciens. Tetracyclin adalah antibiotik berspektrum luas. Semua antibiotik ini memiliki struktur kimia yang sama. Antibiotik ini tersedia sebagai hidroklorida yang larut. Larutan tersebut bersifat asam dan mudah berikatan dengan ion-ion logam. Contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, Doksisiklin, dan Minosiklin Gambar Struktur kimia Tetracyclin.

13 C. Kloramfenikol Chlorampenicol berasal dari Streptomyces venezuelae. Sifat kristal Chlorampenicol adalah larut dalam alkohol dan sukar larut dalam air. Namun, Chlorampenicol suksinat sangat larut didalam air. Antibiotik ini memiliki efek kuat dalam menghambat sintesis protein. Bersifar bakteriostatik terhadap kebanyakan bakteri, akan tetapi tidak efektif untuk klamidia. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol. D. Makroloid Macrolides termasuk golongan senyawa yang mempunyai cincin makrolide. Contoh obat ini yang terkenal adalah erythromycin. Penggunaan macrolide terbatas pada infeksi korinebakterium, klamidia, mycoplasma dan legionella. Contoh macrolide adalah Azitromycin, Clarithromycin, Erythromycin, dan Spiramycin. E. Klindamisin Clindamycin merupakan turunan dari Lincomycin. Kedua antibiotik ini mempunyai aktivitas yang menyerupai erythomycin. Akan tetapi Clindamycin lebih kuat dalam mengatasi infeksi yamg disebabkan bakteri kokus gram positif, kecuali beberapa bakteri yang resisten terhadap Clindamycin. F. Lincosamides Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini termasuk obat dengan spektrum kerja sempit, terutama terhadap bakteri gram positif dan dan dalam kondisi anaerob. Digunakan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Contoh obatnya yaitu Clindamycin dan Linkomycin.

14 2.6 Dampak Antibiotik Setiap pemakaian antibiotik, ada kemungkinan kita bisa terkena dampak atau efek sampingnya. Setiap jenis antibiotik memiliki efek samping yang berbeda juga. Tergantung pemakaian dan jenis antibiotik yang dipakai. Dampak-dampak pemakaian antibiotik adalah sebagai berikut: a. Hipersensitisivitas b. Neurotoksis pada dosis tinggi c. Dyspepsia d. Nefrotoksis e. Gangguan pendarahan f. Alergi g. Kelainan perdarahan h. Disulfiram-like effect i. Mual, muntah, diare, dan kulit kemerahan j. Flebitis pada tempat suntikan k. Red man syndrome l. Hepatotoksis Itulah beberapa efek samping yang disebabkan karena pemakaian antibiotik. Efek samping tersebut ada yang tidak bisa disembuhkan dan ada yang bisa disembuhkan. Walau sebagian besar efek sampingnya hanya efek samping ringan, kalau dibiarkan akan menjadi parah. Selain itu ada juga dampak yang diakibatkan karena pemakaian antibiotik secara konsumtif. Dampaknya adalah sebagai berikut: a. Munculnya bakteri baru yang kebal terhadap antibiotik yang ada. b. Gangguan pada darah c. Alergic hepatitis d. Bakteri yang tidak berbahaya bagi tubuh dan bakteri yang berguna bagi tubuh manusia menjadi ikut terbunuh oleh antibiotik yang berspektrum luas. Itulah dampak untuk penggunaan antibiotik secara konsumtif maupun irasional. Sesuatu yang terlalu berlebihan itu belum tentu baik bagi tubuh kita.

15 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Antibiotik adalah senyawa-senyawa yang dapat menghambat dan membunuh bakteri. 2. Antibiotik dapat terbagi berdasarkan aktivitas dalam membunuh yaitu bakteriosid dan bakteriostatik. 3. Antibiotik dapat terbagai berdasarkan tempat mekanisme kerja yaitu :Penghambatan sintetis dinding bakteri, Penghambat membran sel,penghambatan sintetis protein di ribosom, Penghambatan sintetis asamnukleat, dan Penghambatan metabolik (antagonis folat). 4.Resistensi terhadap antibiotik muncul karena beberapa mekanisme seperti dihasilkannya enzim yang merusak aktivitas obat; pengubahan permeabilitas terhadap obat; adanya perubahan terhadap struktur sasaran bagi obat; adanya perubahan jalur metabolitk yang dihambat; adanya perubahan enzim yangtetap dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi lebih sedikit dipengaruhioleh obat.

16 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Dirjend POM, Departemen Kesehatan, Jakarta Anonymous- c Dasar-dasar Mikrobiologi. (online). Tersedia:Mikrobiologi.html. (Diakses tanggal 8 maret 2013). Crueger, W., dan Crueger, A., 1988, Bioteknology: Textbook of industrial Mikcrobiology, Madison Inc., New York Depkes RI,1979.Farmakope Indonesia edisi III.Jakarta Huga, W.B.,dan Russel, A.D., 2000, Pharmaceutical Microbilogy., Blackwell Scientific Piblication, London Muniz, Carolina Campos, et al (2007). Penicllin and Cephalosporin Production: A Historical Perspective. Journal of Microbiology. Vol 49 No: 3-4, December 2007 T.pratiwi, Sylvia Mikrobiologi farmasi. Erla Anonim, (2008), Antibiotic, Wikipedia, dari Antibiotik, diakses pada 8 Mei 2017, dari Antibiotik, mekanisme, cara kerja dan kalafisikasinya, diakses pada 8 Mei 2017, Bhat, V., (2008), Classification of Antibiotik, Mediacal Notebook, dari

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan 1. Antibiotik Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau

Lebih terperinci

membunuh menghambat pertumbuhan

membunuh menghambat pertumbuhan Pengertian Macam-macam obat antibiotika Cara kerja / khasiat antibiotika Indikasi dan kontraindikasi Dosis yang digunakan Efek samping dan cara mengatasinya Obat Antibiotika - 2 Zat kimia yang secara alami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pelayanan Informasi Obat a. Definisi PIO (pelayanan informasi obat) adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antibiotika 1. Definisi Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Antibiotik merupakan komponen alami ataupun sintetik yang dapat membunuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Antibiotik merupakan komponen alami ataupun sintetik yang dapat membunuh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Antibiotik Antibiotik merupakan komponen alami ataupun sintetik yang dapat membunuh bakteri, terdapat banyak jenis antibiotik yang bekerja secara berbeda terhadap bakteri, biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Infeksi Nosokomial (INOS) Infeksi nosokomial (INOS) adalah infeksi yang tidak timbul atau mengalami inkubasi sebelum dirawat di rumah sakit, tetapi terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotika 2.1.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara maju dan berkembang. WHO mengemukakan bahwa penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara maju dan berkembang. WHO mengemukakan bahwa penyakit ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan masyarakat utama bagi negara maju dan berkembang. WHO mengemukakan bahwa penyakit ini merupakan penyebab utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh seorang Kepala yang disebut Direktur Utama. Peningkatan Kesehatan lainnya serta Melaksanakan Upaya Rujukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh seorang Kepala yang disebut Direktur Utama. Peningkatan Kesehatan lainnya serta Melaksanakan Upaya Rujukan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil RSUP H. Adam Malik Medan RSUP H. Adam Malik Medan adalah unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementrian Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan peristiwa masuknya mikroorganisme ke suatu bagian di dalam tubuh yang secara normal dalam keadaan steril (Daniela, 2010). Infeksi dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antimikroba Menurut Setiabudy (2011) antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit. Khususnya mikroba yang merugikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hampir selalu menempati urutan teratas, terutama di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hampir selalu menempati urutan teratas, terutama di negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi sampai saat ini masih termasuk jenis penyakit yang hampir selalu menempati urutan teratas, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISA FARMASI ANTIBIOTIK

ANALISA FARMASI ANTIBIOTIK ANALISA FARMASI ANTIBIOTIK Di susun Oleh : Faisal Dharojat Al Rasyied (1304015170) Erna Puspita (1304015164) Kholida Hafzony (1304015262) Kelas : 3N FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Menurut definisinya, antibiotik adalah zat kimia yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat merupakan bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS DALAM WILAYAH KOTA PARIAMAN SKRIPSI OLEH DAENG ERLANGGA

POLA PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS DALAM WILAYAH KOTA PARIAMAN SKRIPSI OLEH DAENG ERLANGGA POLA PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS DALAM WILAYAH KOTA PARIAMAN SKRIPSI OLEH DAENG ERLANGGA 1211013016 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2017 ii iii KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Antibiotika di Peternakan Antibiotika adalah senyawa dengan berat molekul rendah yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagian besar antibiotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia banyak dijumpai penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman, maka untuk menanggulanginya diperlukan antibiotik. Penggunaan

Lebih terperinci

ANTIBAKTERIA DAN ANTIFUNGI. Irfan M. Setiawan, M.Sc., Apt

ANTIBAKTERIA DAN ANTIFUNGI. Irfan M. Setiawan, M.Sc., Apt ANTIBAKTERIA DAN ANTIFUNGI Irfan M. Setiawan, M.Sc., Apt 1. ANTIBAKTERIA Alexander Flemming (1881-1955) Penicillin ANTIBAKTERIA Bakteri memasuki tubuh penetrasi ke jaringan tubuh terjadi infeksi Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting bagi masyarakat, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Obat yang sering diresepkan oleh

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.2 Pengertian pengetahuan BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Pengetahuan adalah hasil tahu yang didapatkan setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Infeksi mikroba terjadi apabila mikroba mampu melewati barrier mukosa atau kulit lalu menembus jaringan tubuh. Pada dasarnya, tubuh akan melawan mikroba dengan respon

Lebih terperinci

Terms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik. Prinsip umum terapi antiinfeksi. Kurva kadar obat dalam darah. Bakterisida atau bakteriostatik

Terms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik. Prinsip umum terapi antiinfeksi. Kurva kadar obat dalam darah. Bakterisida atau bakteriostatik Terms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik Yori Yuliandra, S.Farm, Apt Infeksi kontaminasi tubuh/ bagian tubuh oleh agen penginfeksi Agen penginfeksi jamur, bakteri, virus, protozoa Antiinfeksi obat untuk

Lebih terperinci

Antibiotik.. Definisi Antibiotik

Antibiotik.. Definisi Antibiotik Antibiotik.. Pasti semua orang pernah mendengar mengenai Antibiotik, mungkin tidak hanya mendengar, tapi hampir semua orang pernah mengggunakan Antibiotik. Menjadi hal yang menarik untuk dikupas, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan yang utama di negara berkembang (Setyati dkk., 2012). Pneumonia dapat terjadi sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi dari membran mukosa saluran pencernaan yaitu di lambung, usus halus dan usus besar. Gastroenteritis ditandai

Lebih terperinci

I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2.

I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2. I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2. untuk mengetahui cara-cara pengukuran dalam penentuan potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik 2.1.1 Defenisi Antibiotik Antibiotik adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan mengobati suatu infeksi karena bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1. Definisi Dalam arti sebenarnya, antibiotik merupakan zat anti bakteri yang diproduksi oleh berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur, dan actinomycota)

Lebih terperinci

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA 1 AMINOGLIKOSIDA 2 AMINOGLIKOSIDA Mekanisme Kerja Ikatan bersifat ireversibel bakterisidal Aminoglikosida menghambat sintesi protein dengan cara: 1. berikatan dengan subunit 30s

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ANTIBIOTIKA 2.1.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara umum yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga dapat menimbulkan masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman, dan juga tidak ekonomis saat ini telah menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan, baik di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan utama di berbagai negara termasuk Indonesia. Penularan infeksi dapat terjadi dari satu orang ke orang lain atau dari hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Antibiotik merupakan obat yang banyak diresepkan pada pasien, namun penggunannya sering kali tidak tepat. Akibatnya terjadinya peningkatan resistensi kuman terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya terjadi penderitaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik 2.1.1 Definisi Antibiotik Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotika 2.1.1. Definisi Antimikroba adalah istilah umum yang ditujukan untuk senyawa mencakup antibiotika, agen antimikroba pada makanan, sanitizer, desinfektan, dan senyawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih atau yang sering kita sebut dengan ISK adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI H M Bakhriansyah, dr., M.Kes., M.Med.Ed Bagian Farmakologi FK UNLAM BANJARBARU Pendahuluan Terminologi Antibiotik Antiparasit Antijamur Antiprotozoa

Lebih terperinci

Tujuan. Menjelaskan mekanisme kerja antimikroba Membedakan antimikroba spektrum luas dan spektrum sempit Mengetahui mekanisme resistensi antimikroba

Tujuan. Menjelaskan mekanisme kerja antimikroba Membedakan antimikroba spektrum luas dan spektrum sempit Mengetahui mekanisme resistensi antimikroba ANTIMIKROBA Tujuan Menjelaskan mekanisme kerja antimikroba Membedakan antimikroba spektrum luas dan spektrum sempit Mengetahui mekanisme resistensi antimikroba VIRUS PROTOZOA MIKROBA JAMUR BAKTERI ANTIMIKROBA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan asal ternak sangat dibutuhkan manusia sebagai sumber protein. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino yang dibutuhkan manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seringkali, buang air besar yang berbentuk cair bukanlah diare. Hanya bayi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seringkali, buang air besar yang berbentuk cair bukanlah diare. Hanya bayi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi Diare Diare adalah buang air besar yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga kali dalam 24 jam. Namun, lebih penting konsistensi tinja dari pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Bakteri adalah domain yang terdiri dari makhluk hidup yang tidak memiliki membran inti (prokariota). Bakteri dulu terbagi menjadi Bacteria dan Archaebacteria, namun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Pada dasarnya, antibiotik diresepkan berdasarkan pengalaman dengan kata lain dokter gigi tidak mengetahui mikroorganisme apa yang menyebabkan terjadinya peradangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah. mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah. mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Antibiotik Antibiotik adalah suatu substansi kimia yang diperoleh atau dibentuk oleh berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PRIA DEWASA TENTANG ANTIBIOTIKA DI KECAMATAN GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA DENGAN METODE SEMINAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelayanan kesehatan di puskesmas. Keterbatasan jumlah dokter yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelayanan kesehatan di puskesmas. Keterbatasan jumlah dokter yang ada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peresepan dan penggunaan obat merupakan salah satu andalan utama pelayanan kesehatan di puskesmas. Keterbatasan jumlah dokter yang ada di sebagian besar puskesmas di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung Utara, berbatasan dengan Kecamatan Petang disebelah Utara, Kabupaten Gianyar disebelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora Normal Rongga Mulut Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya strain bakteri yang resisten terhadap banyak antibiotik termasuk bakteri Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obat A.1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

Lebih terperinci

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI BANGSAL ANAK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG PERIODE AGUSTUS-DESEMBER 2011 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI BANGSAL ANAK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG PERIODE AGUSTUS-DESEMBER 2011 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI BANGSAL ANAK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG PERIODE AGUSTUS-DESEMBER 2011 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biang keringat, koreng dan sebagainya. Untuk mengobati penyakit-penyakit kulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biang keringat, koreng dan sebagainya. Untuk mengobati penyakit-penyakit kulit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat Kulit Penyakit kulit dikenal bermacam-macam, seperti kudis, eksema, kutu air, biang keringat, koreng dan sebagainya. Untuk mengobati penyakit-penyakit kulit tersebut digunakan

Lebih terperinci

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Propionibacterium acne SKRIPSI

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Propionibacterium acne SKRIPSI ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Propionibacterium acne SKRIPSI Oleh: SALIHAH NUR ISNAINI K 100 060 204 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KAJIAN LITERATUR RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN KRITERIA GYSSENS PADA PASIEN PEDIATRI RAWAT INAP PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN PERIODE JANUARI JUNI 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh

TINJAUAN PUSTAKA. konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Antibiotik adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh mikroba yang dalam konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh mikroba lain. Pada perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bronkitis. Bronkitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial, peradangan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bronkitis. Bronkitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial, peradangan 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Bronkitis 1. Pengertian Bronkitis Bronkitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial, peradangan tidak meluas sampai alveoli (Depkes RI, 2005). Definisi lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/ tanpa darah dan dengan/ tanpa lendir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/ tanpa darah dan dengan/ tanpa lendir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1 Definisi Diare Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya ( 3 kali/ hari) disertai perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, bakteri, virus, dan parasit. Dari ketiga faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia bahkan di dunia. Pengobatan infeksi erat hubungannya dengan penggunaan antibiotika. Penggunaan antibiotika

Lebih terperinci

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN SKRIPSI Oleh: HAJAR NUR SANTI MULYONO K 100 060 207

Lebih terperinci

ANTIMIKROBA KIMIA BIOESAI PS-S2 KIMIA IPB 2014

ANTIMIKROBA KIMIA BIOESAI PS-S2 KIMIA IPB 2014 ANTIMIKROBA KIMIA BIOESAI PS-S2 KIMIA IPB 2014 1928 Fleming menemukan penisilin yg dihasilkan Penicillium sp. 1940 Howard Florey dan Ernst Chain melakukan uji klinis dengan penisilin Serendipity Figure

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi merupakan penyakit dan masalah kesehatan utama di berbagai negara termasuk Indonesia. Penularan infeksi dapat terjadi dari satu orang ke orang lain atau dari

Lebih terperinci

Produksi Antibiotik (Manufacture Of Antibiotics) Marlia Singgih Wibowo Sekolah Farmasi ITB Klasifikasi antibiotik berdasarkan mekanisme aksi nya

Produksi Antibiotik (Manufacture Of Antibiotics) Marlia Singgih Wibowo Sekolah Farmasi ITB Klasifikasi antibiotik berdasarkan mekanisme aksi nya Pendahuluan Produksi Antibiotik (Manufacture Of Antibiotics) Marlia Singgih Wibowo Sekolah Farmasi ITB Definisi antibiotik pd awalnya adalah suatu senyawa (substance) yg dihasilkanolehsatu mikroba, yang

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN METODE GYSSENS DI RUANG KELAS 3 INFEKSI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK RSCM SECARA PROSPEKTIF TESIS

EVALUASI KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN METODE GYSSENS DI RUANG KELAS 3 INFEKSI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK RSCM SECARA PROSPEKTIF TESIS UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN METODE GYSSENS DI RUANG KELAS 3 INFEKSI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK RSCM SECARA PROSPEKTIF TESIS DINA SINTIA PAMELA 0906495173

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Antibiotik merupakan obat yang sering diresepkan untuk pasien namun sering terjadi penggunaan yang tidak tepat dan berakibat terjadinya resistensi terhadap

Lebih terperinci

LARASITA RAKHMI UTARI K

LARASITA RAKHMI UTARI K EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEWASA DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : LARASITA RAKHMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resistensi terhadap antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami yang dipercepat oleh penggunaan obat-obatan antibiotik (WHO, 2014). Spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salmonella merupakan kelompok basil Gram negatif yang mempengaruhi hewan dan manusia. Salmonella dapat menyerang manusia melalui makanan dan minuman. Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Turunan zat tersebut yang dibuat secara semi-sintetis, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Turunan zat tersebut yang dibuat secara semi-sintetis, termasuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Staphylococcus aureus (S.aureus) Divisi : Procaryotae Class : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili : Micrococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur, mycoplasma, protozoa dan virus yang dapat bertahan dari waktu ke waktu. Organisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini terbentuk antara lain disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM W.W.

ASSALAMU ALAIKUM W.W. ASSALAMU ALAIKUM W.W. ANTIMIKROBA LAIN 1. Eritromisin dan makrolid lain 1) Eritromisin 2) Spiramisin 3) Roksitromisin dan klaritromisin 2. Linkomisin dan klindamisin 1) Linkomisin 2) Klindamisin 3. Golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak beraturan yang terdapat garis tengah dengan ukuran 1μm. Staphylococcus sp. tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak beraturan yang terdapat garis tengah dengan ukuran 1μm. Staphylococcus sp. tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Staphylococcus sp Bakteri ini bersifat Grampositif yang berbentuk kokus dan tersusun dalam rangkaian tidak beraturan yang terdapat garis tengah dengan ukuran 1μm. Staphylococcus

Lebih terperinci

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 15 BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1. Definisi Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain (Gunawan, Setiabudy, Nafrialdi,

Lebih terperinci

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA Rizki Khairunnisa*, Hajrah, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang dipicu oleh alergen tertentu.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sejumlah 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7 kandang peternakan rakyat KUNAK, Bogor, diidentifikasi 143 (69.76%) sampel positif mastitis subklinis (Winata 2011).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang dibentuk atau diperoleh dari berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya untuk mewujudkan keadaan sehat dari sakit adalah dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya untuk mewujudkan keadaan sehat dari sakit adalah dengan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sempurna secara fisik, mental, spiritual maupun sosial (Anonim, 1946). Seseorang yang berada dalam kondisi sehat memungkinkan untuk hidup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia, terutama broiler saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa pemeliharaan broiler untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagian tubuh manusia seperti kulit, mukosa mulut, saluran pencernaan, saluran ekskresi dan organ reproduksi dapat ditemukan populasi mikroorganisme, terutama bakteri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling banyak terjadi. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey dan National Hospital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persalinan caesar di dunia terus mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persalinan caesar di dunia terus mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persalinan caesar di dunia terus mengalami peningkatan prevalensi. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menerbitkan literatur yang mencatat angka rata-rata persalinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran cerna merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di seluruh dunia, terutama pada anak-anak (Nester et al, 2007). Infeksi saluran cerna dengan

Lebih terperinci

Rickettsia prowazekii

Rickettsia prowazekii Rickettsia prowazekii Nama : Eva Kristina NIM : 078114026 Fakultas Farmasi Sanata Dharma Abstrak Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan ditularkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri (Nelwan, 2009). Penggunaan antibiotik yang berlebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab tingginya angka kematian di Indonesia maupun di dunia adalah penyakit infeksi (Priyanto, 2009). Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat dan infeksi luka ditandai

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN METODE DDD (DEFINED DAILY DOSE) PADA PASIEN ANAK DI RAWAT INAP BANGSAL INSKA II RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI JUNI 2013 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci