BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Leony Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 A. Obat A.1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. 2,3,5,10 A.2. Penggolongan Obat Macam-macam penggolongan obat: A.2.1 Menurut Kegunaan Obat Obat dapat digunakan untuk menyembuhkan (terapeutik), pencegahan (profilaktik), dan diagnosis (diagnostik). A.2.2 Menurut Cara Penggunaan Obat Berdasarkan cara penggunaan obat dapat diklasifikasikan menjadi:` 1. Medicantum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral, beretiket putih. 2. Medicantum ad usum externum (pemakaian luar) melalui implantasi, injeksi, membran mukosa, rektal, vaginal, nasal, opthamic, aurical, collutio/gargarisma/gargle, beretiket biru. A.2.3 Menurut Undang-Undang Berdasarkan undang-undang obat dapat diklasifikan menjadi : 1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus untuk obat bebas adalah berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. 4
2 2. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang diual bebas dan dapat dibeli tanpa resep dokter, tapi disertai dengan peringatan. Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam. 3. Obat Keras Obat keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Dengan bertanda lingkaran bulat merah dengan garis tepi hitam, dengan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi. 4. Obat Wajib Apotek Obat wajib apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. 5. Obat Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. 6. Obat Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. 4,10,11,12 A.2.4 Menurut Internasional Secara Internasional obat dapat diklasifikasikan menjadi: 13 5
3 A Obat Paten Obat paten adalah obat yang mempunyai hak paten dan diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang ditemukannya berdasarkan riset. Industri farmasi tersebut diberi hak paten untuk memproduksi dan memasarkannya, setelah melalui berbagai tahapan uji klinis sesuai aturan yang telah ditetapkan secara internasional. Obat yang telah diberi hak paten tersebut tidak boleh diproduksi dan dipasarkan dengan nama generik oleh industri farmasi lain tanpa izin pemilik hak paten selama masih dalam masa hak paten. 2. Obat Generik Obat generik adalah obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Cara Pemberian Obat Disamping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan kecepatan dan kelengkapan resorpsi obat. Tergantung dari efek yang diinginkan yaitu efek sistemis (diseluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat-sifat fisiko-kimiawi obat dapat dipilih dari banyak cara untuk memberikan obat. 2,10,11 A.3.1 Efek Sistemis Efek sistematis adalah efek yang ditimbulkan oleh obat pada organ tertentu kemudian pula mempengaruhi organ-organ lain dalam tubuh melalui darah. Cara-cara penggunaan obat yang memberi efek sistemis meliputi oral, sublingual, injeksi, implantasi subkutan dan rektal. 4,11,12 6
4 A.3.2 Efek Lokal Efek lokal adalah efek yang ditimbulkan oleh obat yang secara langsung mempengaruhi organ tersebut. Cara-cara penggunaan obat yang memberi efek lokal meliputi intranasal, intra-okuler dan intra-aurikuler, inhalasi, intravaginal, dan kulit (topikal). 4,11,12 A.4. Kombinasi Obat Penggunaan stimultan antara 2 atau lebih obat direkomendasikan untuk situasi yang spesifik dalam farmakologi yang rasional. Akan tetapi, pemilihan kombinasi yang cocok memerlukan pemahaman mengenai potensi interaksi antara obat. Penggunaan obat campuran dapat menyebabkan efek antara lain: 4,12,14 1. Adisi Adisi adalah campuran obat atau obat yang diberikan bersamasama menimbulkan efek yang merupakan jumlah dari efek masingmasing obat secara terpisah pada pasien. 2. Sinergis Sinergis adalah campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama dengan aksi proksimat yang sama, menimbulkan efek, yang lebih besar dari jumlah efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien. 3. Potensiasi Potensiasi adalah campuran obat atau yang diberikan bersamasama dengan aksi-aksi yang tidak sama diberikan pada pasien, menimbulkan efek lebih besar daripada jumlah efek masing-masing secara terpisah pada pasien. 4. Antagonis Antagonis adalah campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama pada pasien yang menimbulkan efek yang 7
5 berlawanan aksi dari salah satu obat, mengurangi efek dari obat yang lain. 5. Interaksi Obat Interaksi obat adalah peristiwa dimana kinerja obat dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan atau sequensial. Efek obat dapat bertambah atau berkurang dan bahkan tidak ada akibat interaksi ini. Ada dua kemungkinan dari interaksi ini, efek obat dapat bertambah/berkurang bahkan, muncul efek baru yang merugikan. Mekanisme interaksi dibagi menjadi 3 : a. Interaksi Farmasetik Reaksi ini terjadi jika antara dua obat yang diberikan bersamaan terjadi reaksi langsung umumnya di luar tubuh dan berakibat berubahnya atau hilangnya efek farmakologis yang diberikan. b. Interaksi Farmakodinamik Interaksi ini bertujuan untuk mengetahui efek utama obat, efek samping obat, interaksi obat dengan sel, dasar terapi tentang rasionalitas, dan digunakan sebagai pedoman untuk memilih obat dan monitoring efek terapi. c. Interaksi Farmakokinetik Pengaruh tubuh terhadap obat sama dengan nasib obat dalam tubuh. Hal ini terjadi dalam proses : 1) Absorbsi Absorbsi adalah proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. 2) Distribusi Distribusi adalah penyebaran obat keseluruh tubuh mengikuti sistem peredaran darah. 3) Metabolisme Metabollisme adalah transformasi struktur obat dengan jalan oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi. 8
6 4) Ekskresi Ekskresi adalah pengeluaran obat dari dalam tubuh. Dapat melalui ginjal, hepar dan kelenjar lainnya. 2,3,4,11,12 A.5. Harga Obat Harga adalah sesuatu yang dapat memenuhi keinginan dan nilai yang menyatakan kekuatan tukar sesuatu terhadap barang dan jasa. Pembentukan dan tingkat harga secara umum merupakan sistem yang saling berhubungan secara kompleks dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut: Pemerintah Produsen Obat Harga obat Konsumen Profesi Farmasi Gambar 2.1 Skema Harga Obat 1. Pemerintah sebagai adiministrator juga sebagai produsen dan konsumen sangat dominan dalam pembentukan tingkat harga obat 2. Prrodusen obat (pengusaha) juga memberikan warna dalam tingkat pembentukan harga obat dalam pasar. 3. Profesi farmasi maupun kesehatan lainnya juga berpengaruh terhadap harga obat. 4. Konsumen baik sebagai individu maupun sebagai lembaga (instansi, perusahaan dan sebagainya) dengan kemampuan daya belinya dapat memberi pengaruh harga obat. 9
7 Masing-masing subsistem diatas memberi pengaruh yang berbeda terhadap tingkat harga obat sesuai kepentingan masing-masing. 15 A.6. Faktor-Faktor Terjadinya Efek Samping Obat Banyak reaksi yang terjadi diawal pengobatan. Beberapa reaksi lain dapat berkembang selama pengobatan. Selain itu, reaksi lain mungkin muncul lama setelah obat dihentikan. Faktor yang mempengaruhi timbulnya efek samping obat antara lain : Terapi Obat Ganda (Multiple Drugs Therapy) Kejadian efek samping obat dari interaksi obat meningkat sesuai dengan jumlah obat yang diminum. Salah satu faktor risiko signifikan untuk kejadian efek samping obat adalah jumlah total obat yang diresepkan atau diminum oleh orang dewasa tua dan penggunaan obat dalam jumlah yang tidak tepat. 2. Usia Usia yang sangat muda dan sangat tua lebih rentan terkena efek samping. Cerminan dari usia ini terkait dengan perbedaan dalam komposisi tubuh dan aktivitas alur metabolisme. 3. Jenis Kelamin Perempuan tampaknya berisiko lebih besar terhadap efek samping obat dibandingkan dengan pria. Selain masalah obat, karakteristik pasien berhubungan dengan peningkatan resiko kejadian efek samping obat. 4. Penyakit Penyakit dapat mengubah penyerapan obat, metabolisme, eliminasi, dan respon tubuh terhadap obat. 5. Perbedaan Farmakokinetik Obat memiliki risiko efek samping pada saat terjadi perbedaan farmakokinetik dalam tubuh. Perbedaan ini antara lain ada peningkatan toksisitas dari obat karena faktor genetik dan adanya pengaruh lingkungan. 10
8 6. Perbedaan Etnik Perbedaan etnik genetik atau perbedaan diet dapat meningkatkan risiko efek samping obat. Beberapa individu memiliki respon genetik tertentu terhadap perkembangan efek samping obat. 7. Faktor Farmasi Perbedaan farmakokinetik yang dihasilkan dari sistem pengiriman yang berbeda dan reaksi terhadap eksipien obat. 8. Rekonsiliasi Obat yang Tidak Lengkap Rekonsiliasi obat mengacu pada pemeriksaan terhadap obatobatan yang dipakai pasien, baik obat yang diresepkan, tidak resmi, obat-obat umum maupun dari sumber lain. 16 B. Antibiotik B.1 Definisi Antibotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik dapat dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. 2 B.2 Spektrum Kerja Berdasarkan spektrum kerja antibiotik dapat digolongkan menjadi: 1. Spektrum luas (aktivitas luas): antibiotik yang aktif bekerja terhadap banyak mikroba yaitu gram positif dan gram negatif. 2. Spektrum sempit: antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negatif saja. 2,3,14 B.3 Mekanisme Kerja: 1. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba. 2. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. 3. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba. 4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba. 11
9 5. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba. 2,17 B.4 Klasifikasi Antibiotik B.4.1. Golongan Penisilin Penilisin merupakan kelompok antibiotik beta laktam yang telah lama dikenal. Pada tahun 1928 dilondon, Alexander Fleming menemukan antibiotik pertama yaitu penisilin yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillium notatum untuk penggunaan sistemik. Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam penisilin alam dan penisilin semisintetik. Penisilin sintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia penislin alam atau dengan cara sintetis dari inti penisilin. Penisilin diklasifikasikan menjadi 4 yaitu: 1. Zat-zat dengan spektrum sempit terdiri dari peniciline G dan peniciline-v dan fenetisilin. Aktif terhadap kuman Grampositif dan diuraikan oleh penisilinase 2. Zat-zat tahan-laktamase terdiri dari metisilin, kloksasilin dan flukloksasilin. Zat ini hanya aktif terhadap stafilokok dan streptokok. 3. Zat-zat dengan spektrum-luas terdiri dari ampicilindan amoxicillin, bakampisilin, pivampisilin, CO Amoksiklav (amoksisilin-asam klauvanat) 4. Zat-zat anti-pseudomonas terdiri dari tikarsilin, piperasilin, piperasilin + tazobaktam, tikarsilin + asam klavulanat B.4.2. Sefalosporin Sefalosporin termasuk antibiotika betalaktam dengan struktur, khasiat dan sifat yang banyak mirip penisilin tetapi dengan keuntungan spektrum antibakterinya lebih luas dan 12
10 resisten terhadap penisilnase asal stafilokoki tetapi tetap tidak efektif terhadap stafilokoki yang resisten terhadap metisilin. Antibiotik ini spektrum-kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram-positif dan Gram-negatif termasuk E.coli, Klebsiella dan Proteus. Berdasarkan khasiat antimikroba dan resistensinya terhadap betalaktamase, sefalosporin lazimnya digolongkan menjadi: 1. Generasi pertama: sefolotin, sefazolin, sefaleksin, sefradin, sefadroksil. Sefalosporin generasi pertama ini terutama aktif terhadap kuman Gram-positif. 2. Generasi kedua: sefaklor, sefamandol, sefmentazol dan sefuroksim. Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri Gram-postif tetapi lebih aktif terhadap kuman Gramnegatif. 3. Generasi ketiga: sefoperazon, sefotaksim, seftizoksim, seftriakson, sefotiam, sefiksim, sefpodoksim dan sefprozil. Aktivitasnya terhadap kuman Gram-negatif lebih kuat dan luas lagi dan meliputi pseudomonas dan bacterodes. Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat. 4. Generasi keempat: sefepim dan sefpirom. Mempunyai spektrum lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh betalaktamase. B.4.3. Antibiotik beta-laktam lain 1. Aztreonam Bekerja khusus terhadap kuman Gram-negatif aerob termasuk Pseudomonas, H. Influenzae dan gonocci yang resisten terhadap penisilinase. Berkhasiat bakterisid dengan cara penghambatan sintesa dinding sel. 13
11 2. Iminepem Khasiat bakterisidnya berdasarkan perintangan sintesa dinding sel kuman sama dengan zat-zat penisilin dan sefalosporin. Sprektrum-kerjanya luas meliputi banyak kuman Gram-positif dan negatif. 3. Meropenem Serupa dengan imipenem tapi lebih tahan terhadap enzim di ginjal yang dapat mengaktivasi meropenem sehingga dapat diberikan tanpa silastatin. B.4.4. Aminoglikosida Aminoglikosida dapat dibagi atas dasar rumus kimianya sebagai berikut: 1. Streptomisin yang mengandung, satu molekul gula-amino dalam molekulnya. 2. Kanamisin dengan turunannya amikasin, dibekasin, gentamisin dan turunannya netilmisin dan tobramisin yang semuanya memiliki dua molekul gula yang dihubungkan oleh sikloheksan. 3. Neomisin, framisetin dan paromomisin dengan tiga gulaamino Aktivitasnya bakterisid berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom dalam sel. Aminoglikosida sekalipun berspektrum antimikroba lebar, jangan digunakan pada setiap jenis infeksi oleh kuman yang sensitif, karena resistensi terhadap aminoglikosida relatif cepat berkembang, toksisitasnya relatif tinggi, dan tersedianya berbagai antibiotik lain yang cukup efektif dantoksisitasnya lebih rendah. 14
12 B.4.5. Tetrasiklin Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan ialah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin tetapi juga dapat diperoleh dari spesies streptomyces lain. Khasiatnya bersifat bakteriostatis, mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Pada umumnya antibiotika golongan tetrasiklin merupakan obat yang aman, walaupun dapat memperburuk kondisi gagal ginjal yang sudah ada. Pada penggunaan oral seringkali terjadi gangguan lambung-usus. Efek samping lebih serius adalah sifat penyerapannya pada jaringan tulang dan gigi yang sedang tumbuh pada janin dan anak-anak. B.4.6. Makrolida Kelompok antibiotika ini terdiri dari eritromisin derivatnya klaritromisin, roksitromisin, azitromisin dan diritromisin. Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri Gram-positif. Mekanisme kerjanya yakni melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesa proteinnya dirintangi. B.4.7. Polipeptida Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E(kolistin), basitrasin dan gramisidin. Khasiat bakterisidnya berdasarkan aktivitas permukaan dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel meningkat dan akhirnya meletus. Antibiotik ini 15
13 sangat toksik bagi ginjal, polimiksin juga toksik bagi organ pendengaran. B.4.8. Kuinolon Asam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan kuinolon lama yang dipasarkan sekitar tahun Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram negatif, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga sulit dicapai kadar pengobatan dalam darah. Oleh karena itu, penggunaan obat kuinolon lama ini terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan kuinolon baru dengan atom Fluor pada cincin kuinolon (karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat. B.4.9. Sulfonamid Sulfanamid adalah kemoterapeutik pertama yang digunakan secara sistemik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfonamid mempunyai spektrum antibakteri yang luas, meskipun kurang kuat dibandingkan antibiotik dan strain mikroba yang resisten makin meningkat. Berdasarkan kecepatan absorpsi dan eksresinya, sulfonamid dibagi dalam 4 golongan besar yaitu : 1. Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat antara lain sulfadiazin dan sulfisoksazol. 2. Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit oleh saluran cerna antara lainsulfatizol dan sulfasalazin. 16
14 3. Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian topikal antara lain sulfasetamid mafenid dan Ag sulfadiazin. 4. Sulfonamid dengan masa kerja panjang antara lain sulfadoksin. B Antibiotika lainnya 1. Kloramfenikol Kloramfenikol berkhasiat bakteriostatis. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipetida kuman. Efek samping umum berupa gangguan lambung-usus, neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut. Tetapi yang sangat berbahaya adalah depresi sumsum tulang (myelodepresi). 2. Vankomisin Obat ini tidak diserap melaui saluran cerna dan untuk mendapatkan efek sistemik selalu harus diberikan intravena karena pemberian intramuscular menimbulkan nekrosis setempat. Efek samping berupa gangguan fungsi ginjal terutama pada penggunaan lama dengan dosis tinggi, juga neuropati perifer, rekasi alergi kulit, mual dan demam. Kombinasinya dengan aminoglikosida meningkatkan resiko nefrotoksik dan ototoksisitas. 3. Spektinomisin Spektinomisin dihasilkan oleh streptomycin spectabilis (1961). Antibiotikum broad-spektrum ini berkhasiat bakterisid terhadap sejumlah kuman Gram-ositif dan Gramnegatif termasuk Gonococci, Pseudomonas, Proteus dan Klebsiella. Efek sampingnya berupa antara lain nyeri di tempat injeksi, mual, pusing, urtikaria dan sukar tidur. 17
15 4. Linezolid Khasiatnya bakteriostatis berdasarkan titik kerjanya yang unik yaitu penghambatan sintesa protein kuman pada taraf dini sekali. Efek sampingnya berupa nyeri kepala, mual, muntah, diare dan rasa logam dimulut. 5. Asam fusidat Spektrum kerjanya sempit dan terbatas pada kuman Gram-positif terutama stafilokok, juga yang membentuk penisilinase. Kuman Gram-negatif bersifat resisten terkecuali Neisseria. Efek sampingnya ringan dan berupa gangguan lambungusus (mual, muntah, nyeri perut), kadang-kadang reaksi kulit (erytema, iritasi). 6. Mupirosin Khasiatnya bersifat bakterisid berdasarkan penghambatan RNA-sintetase yang berakibat penghentian sintesa protein kuman. Efek sampingya berupa gatal-gatal, nyeri, rasa terbakar, kulit kering dan kemerahmerahan. 2,3,11,12,14,17 B.5 Lama Terapi Lama pemberian antibiotik harus cukup panjang agar menjamin semua mikroorganisme telah mati dan menghindarkan kambuhnya penyakit. Lazimnya terapi diteruskan sampai 2-3 hari setelah gejala hilang. Pengobatan beberapa penyakit tertentu perlu dilanjutkan lebih lama, misalnya pada tifus, malaria, tbc dan endokarditis, bahkan pada lepra kerapkali seumur hidup. 10 B.6 Kombinasi Antibiotik Beberapa alasan menggunakan antibiotik dua atau lebih secara simultan adalah untuk memberi pengobatan yang tepat, untuk menunda 18
16 munculnya mutan mikrobia yang resisten terhadap satu obat, untuk mengobati infeksi campuran, dan untuk mencapai sinergisme bakterisidal. Jika dua antibiotik bekerja secara bersamaan pengaruhnya mungkin adalah indeferen, adisi dan sinergisme. 11,12,17 B.7 Resistensi Antibiotik Secara garis besar kuman dapat menjadi resisten suatu antibiotik melalui 3 mekanisme yaitu obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya didalam sel mikroba, inaktivasi obat dan mikroba mengubah tempat ikatan antibiotik. Faktor-faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi di klinik adalah penggunaan antibiotik yang sering, penggunaan antibiotik yang irasional, penggunaan antibiotik baru yang berlebihan dan penggunaan antibiotik untuk jangka waktu lama. 2,17 B.8 Penggunaan Antibiotik Rasional Antibiotik hanya bekerja untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri. Antibiotik tidak bermanfaat mengobati penyakit yang diakibatkan virus atau non bakteri lainnya. Suatu pengobatan dikatakan rasional bila memenuhi beberapa kriteria : 1. Tepat Indikasi Indikasi medik dimana intervensi dengan obat (farmakoterapi) memang diperlukan dan telah diketahui memberikan manfaat terapi. 2. Tepat Pasien Ketepatan penilaian diperlukan terhadap kontraindikasi, pengaruh faktor konstitusi, penyakit penyerta dan riwayat alergi. 3. Tepat Obat Berkaitan dengan pemilihan kelas terapi dan jenis obat berdasarkan pertimbangan manfaat, keamanan, harga dan mutu. 19
17 4. Tepat Dosis Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi sempit akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis telalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan. 5. Waspada Efek Samping Obat Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. 3,7,17 B.9 Penggunaan Antibiotik Irasional Terjadinya penggunaan antibiotik yang irasional telah diamati sejak lama. Laporan dari suatu rumah sakit di Amerika pada tahun 1977 mengungkapkan bahwa 34% dari seluruh penderita yang dirawat mendapat antibiotik. Dari jumlah ini 64% tidak mempunyai indikasi atau tidak diberikan dengan dosis yang tepat. 8 Suatu survei yang dilakukan oleh tim AMRIN study di RS Soetomo Surabaya dan RSUP Kariadi Semarang tahun 2002 menunjukkan 83% pasien mendapat antibiotik dan penggunaan antibiotik yang tidak rasional sebanyak 60%. Dari 2058 penulisan resep dapat dikategorikan 53% digunakan sebagai terapi, 15% sebagai pencegahan dan 32% penulisan tidak diketahui indikasinya. 9 Menurut Kunin penggunaan antibiotik yang kurang rasional di rumah sakit paling sering muncul dalam bentuk: 8 1. Pemberian antibiotik tanpa ada infeksi. 2. Pilihan antibiotik yang kurang tepat. 3. Dosis berlebihan. 4. Pemberian terlalu lama. 5. Tidak menggunakan antibiotik yang efektif dan murah. 20
18 C. Kerangka Teori Penggunaan Antibiotik Golongan Antibiotik Harga Antibiotik Cara Pemberian Lama Pemberian Merek Dagang Jumlah Antibiotik Jumlah Obat Rasional Tidak Rasional Monitoring dan Evaluasi Berkesinambungan Resistensi Peningkatan Biaya Perawatan Meningkatnya Efek Samping 21
Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan
1. Antibiotik Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau
Lebih terperincimembunuh menghambat pertumbuhan
Pengertian Macam-macam obat antibiotika Cara kerja / khasiat antibiotika Indikasi dan kontraindikasi Dosis yang digunakan Efek samping dan cara mengatasinya Obat Antibiotika - 2 Zat kimia yang secara alami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antibiotika 1. Definisi Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Antibiotik merupakan obat yang banyak diresepkan pada pasien, namun penggunannya sering kali tidak tepat. Akibatnya terjadinya peningkatan resistensi kuman terhadap
Lebih terperinciANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA
ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA 1 AMINOGLIKOSIDA 2 AMINOGLIKOSIDA Mekanisme Kerja Ikatan bersifat ireversibel bakterisidal Aminoglikosida menghambat sintesi protein dengan cara: 1. berikatan dengan subunit 30s
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotika 2.1.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek. kefarmasian oleh apoteker (Pemerintah RI, 2009).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Apotek 2.1.1 Definisi Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (Pemerintah RI, 2009). Apotek adalah suatu tempat
Lebih terperinciAntibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis
Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia banyak dijumpai penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman, maka untuk menanggulanginya diperlukan antibiotik. Penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting bagi masyarakat, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Obat yang sering diresepkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan yang utama di negara berkembang (Setyati dkk., 2012). Pneumonia dapat terjadi sepanjang
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.2 Pengertian pengetahuan BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Pengetahuan adalah hasil tahu yang didapatkan setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman, dan juga tidak ekonomis saat ini telah menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan, baik di negara
Lebih terperinciPENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI H M Bakhriansyah, dr., M.Kes., M.Med.Ed Bagian Farmakologi FK UNLAM BANJARBARU Pendahuluan Terminologi Antibiotik Antiparasit Antijamur Antiprotozoa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hampir selalu menempati urutan teratas, terutama di negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi sampai saat ini masih termasuk jenis penyakit yang hampir selalu menempati urutan teratas, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rasionalitas obat (ketepatan pengobatan) adalah pemakaian obat yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis (Saraswati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pelayanan Informasi Obat a. Definisi PIO (pelayanan informasi obat) adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interaksi Obat Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat merupakan bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Menurut definisinya, antibiotik adalah zat kimia yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara umum yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga dapat menimbulkan masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh seorang Kepala yang disebut Direktur Utama. Peningkatan Kesehatan lainnya serta Melaksanakan Upaya Rujukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil RSUP H. Adam Malik Medan RSUP H. Adam Malik Medan adalah unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementrian Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangunkusumo Jakarta Sectio caesarea pada tahun 1981 sebesar 15,35%
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian Sectio caesarea sejak tahun 1980 meningkat; di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta Sectio caesarea pada tahun 1981 sebesar 15,35% meningkat menjadi 23,23%
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Infeksi mikroba terjadi apabila mikroba mampu melewati barrier mukosa atau kulit lalu menembus jaringan tubuh. Pada dasarnya, tubuh akan melawan mikroba dengan respon
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Balita Rawat Inap di RSUD Kab Bangka Tengah Periode 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pre-eklamsia adalah hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan yang biasanya terjadi setelah 20 minggu kehamilan. Pada pre-eklamsia, ditandai dengan hipertensi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik
A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan di RSU Puri Asih Salatiga pada tanggal 23-25 Januari 2017. Data penelitian diperoleh dari 67 rekam medis pasien
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEMAM TIFOID 1. Definisi Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejadian bedah caesar semakin meningkat setiap tahunnya baik di negara maju maupun berkembang. Di Inggris disampaikan bahwa terjadi kenaikan yakni 12% pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling banyak terjadi. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey dan National Hospital
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan utama di berbagai negara termasuk Indonesia. Penularan infeksi dapat terjadi dari satu orang ke orang lain atau dari hewan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan peristiwa masuknya mikroorganisme ke suatu bagian di dalam tubuh yang secara normal dalam keadaan steril (Daniela, 2010). Infeksi dapat disebabkan
Lebih terperinciMAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN
MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN 5390033 POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG JURUSAN DIII FARMASI TAHUN 205 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik 2.1.1 Defenisi Antibiotik Antibiotik adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan mengobati suatu infeksi karena bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik sebenarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya terjadi penderitaan
Lebih terperinciINTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA
INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Mega Lestari 1 ; Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt 2 ; Noor Hafizah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Antibiotik merupakan obat yang sering diresepkan untuk pasien namun sering terjadi penggunaan yang tidak tepat dan berakibat terjadinya resistensi terhadap
Lebih terperinciTerms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik. Prinsip umum terapi antiinfeksi. Kurva kadar obat dalam darah. Bakterisida atau bakteriostatik
Terms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik Yori Yuliandra, S.Farm, Apt Infeksi kontaminasi tubuh/ bagian tubuh oleh agen penginfeksi Agen penginfeksi jamur, bakteri, virus, protozoa Antiinfeksi obat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam jenis dan harganya, dari obat generik yang murah sampai dengan. obat bermerek yang mahal harganya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
Lebih terperinciOTC (OVER THE COUNTER DRUGS)
OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
Lebih terperinciFenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif
Sebelum PCT Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, orang dewasa Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif Dlm tubuh dimetabolisme menjadi PCT (zat aktif) + metaboliknya Yg sebenarnya antipiretik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Antibiotika di Peternakan Antibiotika adalah senyawa dengan berat molekul rendah yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagian besar antibiotika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan salah satu pilihan terapi yang banyak digunakan di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotik merupakan salah satu pilihan terapi yang banyak digunakan di Indonesia. Hasil survei di Indonesia menunjukkan bahwa dari total 2996 populasi yang diteliti,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi dan teknik-teknik operasi, penggunaan antibiotik dan anestesia yang semakin baik serta penemuan alat elektronik yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resistensi terhadap antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami yang dipercepat oleh penggunaan obat-obatan antibiotik (WHO, 2014). Spesies
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antimikroba Menurut Setiabudy (2011) antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit. Khususnya mikroba yang merugikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih atau yang sering kita sebut dengan ISK adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih
Lebih terperinciOBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH
OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor
Lebih terperinciPENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING Oleh : Sri Tasminatun, M.Si., Apt NIK 173 036 PROGRAM STUDI PROFESI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome) yang disertai dengan adanya infeksi pada organ tertentu berdasarkan hasil biakan positif di tempat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering ditemukan. Lebih dari 25% perempuan akan mengalami ISK
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih merupakan salah satu infeksi dalam praktik klinik yang sering ditemukan. Lebih dari 25% perempuan akan mengalami ISK paling tidak
Lebih terperinciLARASITA RAKHMI UTARI K
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEWASA DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : LARASITA RAKHMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare, infeksi saluran nafas, malaria, tuberkulosis masih menjadi penyebab utama kematian.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak didapatkan dan sering menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam tifoid adalah salah satu infeksi yang terjadi di usus halus dan banyak terjadi di negara yang beriklim tropis. persamaan demam tifoid masyarakat umum biasa menyebutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid (enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotipe Typhi. Bila
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ANTIBIOTIKA 2.1.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat yang digunakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antibiotik 2.1.1. Definisi Dalam arti sebenarnya, antibiotik merupakan zat anti bakteri yang diproduksi oleh berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur, dan actinomycota)
Lebih terperinciPengantar Farmakologi
Pengantar Farmakologi Kuntarti, S.Kp, M.Biomed 1 PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com 4 Istilah Dasar Obat Farmakologi Farmakologi klinik Terapeutik farmakoterapeutik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit (Werner et al., 2010). Saat ini, penyakit infeksi masih menjadi masalah di
Lebih terperinciI. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2.
I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2. untuk mengetahui cara-cara pengukuran dalam penentuan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil. Turunan zat tersebut yang dibuat secara semi-sintetis, termasuk
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
Lebih terperinciObat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral
Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap
Lebih terperinciASHFAR KURNIA
ASHFAR KURNIA ASHFAR KURNIA SEJARAH Pada tahun 1928, ketika sedang mempelajari varian Staphylococcus di RS St.Mary s, London, Alexander Fleming bahwa suatu jamur yang mengenai bakterinya menyebabkan bakteri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sulfonamida merupakan kemoterapeutik yang pertama yg efektif pada terapi penyakit sistemik. Sekarang, penggunaannya terdesak oleh kemoterapeutik lain yg lebih efektif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Definisi dan Fungsi Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan judul Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan Penelitian dengan judul Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pengobatan Pasien Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Antibiotik adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh mikroba yang dalam konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh mikroba lain. Pada perkembangannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat keberhasilan pembangunan suatu negara. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk mencapai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit yang banyak terjadi di daerah tropis seperti Indonesia yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman (Refdanita et al., 2004). Salah satu infeksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pneumonia 2.1.1 Definisi Pneumonia Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract (LRT)) akut, biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007). Sebenarnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
Lebih terperinciOBAT-OBATAN DI MASYARAKAT
OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT Pendahuluan Obat adalah zat yang dapat memberikan perubahan dalam fungsi-fungsi biologis melalui aksi kimiawinya. Pada umumnya molekul-molekul obat berinteraksi dengan molekul
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi
I. PENDAHULUAN Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik penting yang menyebabkan infeksi nosokomial terutama pada pasien yang mengalami penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran sudah semestinya manusia menjaga kesehatan. Kesehatan adalah suatu kondisi yang stabil dalam sistem badan dan jiwa raga
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Antibiotik adalah obat yang digunakan sebagai obat anti infeksi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Antibiotik adalah obat yang digunakan sebagai obat anti infeksi, penggunaan antibiotik ini menjadi meningkat akibat tingginya kasus infeksi yang terjadi. Pada
Lebih terperinciPerpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN
LAMPIRAN- LAMPIRAN Perkiraan Biaya Istalasi dan Operasional Sistem Informasi akuntansi Berbasis Komputer Apotek Fatma Medika A. Investasi 1 Set Komputer Pentium IV Rp. 2.500.000,- 1 Set Printer Epson LX
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Sekitar 10-40% anggaran kesehatan di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seringkali, buang air besar yang berbentuk cair bukanlah diare. Hanya bayi yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi Diare Diare adalah buang air besar yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga kali dalam 24 jam. Namun, lebih penting konsistensi tinja dari pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Infeksi Nosokomial (INOS) Infeksi nosokomial (INOS) adalah infeksi yang tidak timbul atau mengalami inkubasi sebelum dirawat di rumah sakit, tetapi terjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan penggunaannya, antibiotik dibagi menjadi dua yaitu antibiotik terapi dan antibiotik profilaksis. Antibiotik terapi digunakan pada pasien dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengeradikasi bakteri gram positif dan gram negatif. Amoksisilin juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amoksisilin adalah antibiotik golongan beta-laktam yang banyak diresepkan oleh para dokter. Amoksisilin merupakan antibiotik berspektrum luas yang dapat mengeradikasi
Lebih terperinciJangan Sembarangan Minum Antibiotik
Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada saluran pernapasan merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan pada lokasi infeksinya terbagi menjadi dua yaitu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia bahkan di dunia. Pengobatan infeksi erat hubungannya dengan penggunaan antibiotika. Penggunaan antibiotika
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia, terutama broiler saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa pemeliharaan broiler untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Luka merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan masalah kesehatan global
Lebih terperinci