PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PRIA DEWASA TENTANG ANTIBIOTIKA DI KECAMATAN GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA DENGAN METODE SEMINAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Alfonsa Liquory Seran NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

2 PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PRIA DEWASA TENTANG ANTIBIOTIKA DI KECAMATAN GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA DENGAN METODE SEMINAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Alfonsa Liquory Seran NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

3 ii

4 iii

5 Halaman Persembahan TUHAN MEMILIKI RANCANGAN TERINDAH DALAM SETIAP LANGKAH HIDUPKU DAN AKU PERCAYA ITU Kupersembahkan karya ini untuk : Yesus Kristus sumber pengharapanku Bapak Blasius Seran, Mama Feronika Fore, Kaka An, Kaka Nata, yang selalu mendukungku, Kaka Nelson, Kaka Fr.Yanto, Kaka Vian, kaka Engel, Ika, Dessy, Cian, Virna, Vircho, penghuni Kos Wisma Goreti dan kos 99999, sahabat-sahabatku yang senantiasa membantuku, Keluarga besarku serta Almamaterku. iv

6 v

7 vi

8 vii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i Persetujuan Pembimbing...ii Pengesahan Skripsi Berjudul...iii Halaman Persembahan...iv Pernyataan Keaslian Karya...v Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis... vi Prakata... vii Daftar Isi... vii Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xii Daftar Lampiran... xiii Intisari... xiv Abstract... xv BAB I PENGANTAR... 1 A. Latar Belakang Rumusan masalah Keaslian penelitian Manfaat penelitian... 6 B. Tujuan Penelitian Tujuan umum Tujuan khusus... 7 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 8 A. Pengetahuan... 8 B. Sikap... 9 C. Tindakan D. Pria Dewasa E. Antibiotika F. Metode Seminar G. Landasan Teori H. Kerangka Konsep I. Hipotesisi Penelitian...19 viii

10 J. Hipotesis Statistik...19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian B. Variabel Penelitian C. Definisi Operasional D. Subyek Penelitian, Besar Sample dan Teknik Sampling E. Lokasi Penelitian F. Instrumen Penelitian G. Tata Cara Penelitian Analisis situasi Penentuan lokasi Permohonan ijin dan kerjasama Penyusunan kuesioner Uji validitas konten Uji pemahaman bahasa Manajemen data Analisis hasil H. Waktu Penelitian I. Pelaksanaan Intervensi Seminar J. Pengambilan Data Post-Intervention Bulan Pertama dan Kedua Setelah Intervensi Seminar K. Kelemahan Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Demografi Responden B. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai Antibiotika Sebelum dilakukan Intervensi C. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai Antibiotika Setelah dilakukan Intervensi D. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah diberi Intervensi Seminar BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 BIOGRAFI x

12 DAFTAR TABEL Tabel I. Blue Print Pernyataan Favorable dan Unfavorable Kuesioner Tabel II. Besar Skor Tanggapan Pernyataan Aspek Pengetahuan Tabel III. Besar Skor Tanggapan Pernyataan Aspek Sikap dan Tindakan Tabel IV. Pernyataan pada Tiap Aspek Kuesioner Yang Sulit dipahami oleh Responden Tabel V. Hasil Uji Normalitas Tabel VI. Gambaran Karakteristik Responden Kecamatan Gondokusuman xi

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan pada Pre Seminar Gambar 2. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Pengetahuan, Sikap, Tindakan dengan Kategori Baik pada Pre, Post 1, Post 2, Post Gambar 3. Peningkatan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Pengetahuan dengan Katogori Tinggi, Sedang, Rendah pada Pre dan Post-intervention Seminar Gambar 4. Peningkatan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Sikap dengan Katogori Tinggi, Sedang, Rendah pada Pre dan Post intervention Seminar Gambar 5. Peningkatan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Tindakan dengan Katogori Tinggi, Sedang, Rendah pada Pre dan Post Intervention Seminar xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran 2. Perpanjangan Surat Izin Penelitian Lampiran 3. Dokumentasi PelaksanaanSeminar Lampiran 4. Surat Persetujuan Lampiran 5. Revisi pertama Uji Validitas Kuesioner Penelitian Lampiran 6. Revisi Kedua Uji Validitas Kuesioner Penelitian Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Pengetahuan Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Sikap Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Tindakan Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Pengetahuan Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Sikap Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Tindakan Lampiran 13. Hasil Uji Signifikansi Data Aspek Pengetahuan Lampiran 14. Hasil Uji Signifikansi Data Aspek Sikap Lampiran 15. Hasil Uji Signifikansi Data Aspek Tindakan Lampiran 16. Kuesioner Uji Pemahaman Bahasa Lampiran 17. Kuesioner Penelitian (Pre dan Post-Intervention) Lampiran 18. Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian xiii

15 INTISARI Banyaknya masalah di kalangan masyarakat mengenai penggunaan antibiotika irrasional, sehingga diperlukan edukasi agar penggunaan antibiotika irrasional di kalangan masyarakat tidak berkembang. Tujuan penelitian adalah mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika, dengan metode seminar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu menggunakan rancangan time series design dengan pre-intervention dan post-intervention. Sebanyak 40 responden berusia tahun di Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta dilibatkan dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan secara non-random dengan jenis purposive sampling dan analisis statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden pre-intervention dengan metode seminar masuk kategori rendah (50%), sikap masuk kategori rendah (52,5%), tindakan masuk kategori rendah (80%). Pengetahuan meningkat 95% pada pada pre-post I menjadi 97,5%, pre-post II menurun 22,5% menjadi 75%, pre-post III menurun 5% menjadi 70%. sikap meningkat 87,5% pada pada pre-post I menjadi 87,5%, pre-post II menurun 10% menjadi 77,5% pre-post III menurun 2,5% menjadi 75%. Tindakan meningkat 75% pada pada pre-post I menjadi 80%, pre-post II menurun 15% menjadi 50%, pre-post III menurun 15% menjadi 65%. Seminar dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan tentang antibiotika. Kata Kunci : antibiotika, seminar, pengetahuan, sikap dan tindakan. xiv

16 ABSTRACT Many problems around the community are about irrasional antibiotics use, so that it is necessary to educate the community about the use of antibiotics. The study was done in order to prevent the irrational use of antibiotics within community. The research aims to measure the level of knowledge, attitudes and actions of men on antibiotics using seminar method. This study is a quasi-experimental design using time series design with pre intervention and post-intervention. Forty respondents aged years in Sub Klitren Gondokusuman District of Yogyakarta were included in this study. The instrument used was a questionnaire. Sampling was taken by non-random with the type of purposive sampling and the type of statistical analysis used were the Wilcoxon test. The results showed respondents pre-intervention knowledge, attitude and action with seminar method are categorized as low, with 50%, 52.5%, and 80% respectively. Knowledge increased by 95% in pre-post I to 97.5%, decreased by 22.5% in pre-post II to 75%, and decreased by 5% in pre-post III to 70%. Attitude increased by 87.5% in pre-post I to 87.5%, decreased by 10% in pre-post II to 77.5%, and declined by 2.5% in pre-post III to 75%. Actions increased by 75% in pre-post I to 80%, declined by 15% pre-post II to 50%, and decreased by 15% pre-post III to 65%. Seminar can affect the attitudes and actions and increase knowledge about antibiotics. Keywords: antibiotics, seminar, knowledge, attitude and practic. xv

17 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sering terjadi, baik pada orang tua, orang dewasa, maupun anakanak. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan anti mikroba seperti antibiotika. Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain (Utami, 2012). Resistensi terjadi ketika bakteri kebal terhadap antibiotika sehingga antibiotika tidak lagi bekerja pada orang yang membutuhkannya untuk mengobati infeksi. Resistensi merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat (WHO, 2014). Tingginya kasus resistensi obat antibiotika di Indonesia cukup mengkhawatirkan, bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari 27 negara dengan beban tinggi kekebalan obat terhadap kuman (Multidrug Resistanci/MDR) di dunia berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia tahun 2009 (Suara Pembaharuan, 2011) Resistensi antibiotika sudah menjadi masalah dunia dikarenakan kurangnya rasionalitas penggunaan antibiotika. Banyak antibiotika diberikan, dijual dan dibeli dengan tidak semestinya (Suara Pembaharuan, 2011). Seperti kita tahu, undang-undang di Indonesia menyebutkan bahwa antibiotika 1

18 2 merupakan golongan obat keras yang tidak bisa didapatkan tanpa resep. Namun pada kenyataannya antibiotika dapat dijual bebas tanpa resep dokter di apotek maupun ditoko obat, bahkan sebagian masyarakat membeli serta mengkonsumsi antibiotika untuk upaya pengobatan sendiri (Anna, 2013). Pada penelitian yang dilakukan Widayati, Suryawati, Crespigny, dan Hiller (2012) tentang penggunaan antibiotika sebagai suatu sarana swamedikasi di Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat mengkonsumsi antibiotika untuk gejala yang ringan seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, demam dan kebanyakan penggunaannya selama kurang dari 5 hari. Banyaknya masalah di kalangan masyarakat mengenai penggunaan antibiotika irrasional, maka diperlukan edukasi pada kalangan masyarakat mengenai penggunaan antibiotika. Hal ini dilakukan agar penggunaan antibiotika irrasional di kalangan masyarakat tidak berkembang. Hasil RISKESDAS (2013) menemukan sebanyak 35,2% rumah tangga di Indonesia menyimpan obat yang digunakan untuk pengobatan sendiri yaitu jenisjenis obat keras, obat bebas, antibiotika dan obat-obat lain yang tidak teridentifikasi, 86% rumah tangga menyimpan antibiotika tanpa resep dan untuk daerah Yogyakarta 90,2% rumah tangga menyimpan antibiotika tanpa resep. Melihat hal ini, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Pengetahuan Sikap dan Tindakan Pria Dewasa di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta Tentang Antibiotika dengan Metode Seminar karena usia mempengaruhi pengetahuan dan kasus resistensi terhadap antibiotika yang semakin meningkat. Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi penelitian di

19 3 Kecamatan Gondokusuman karena Kecamatan Gondokusuman merupakan salah satu dari beberapa Kecamatan di Kota Yogyakarta yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan jumlah penduduk sebesar jiwa dan berdasarkan data distribusi antibiotika di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta, sebanyak antibiotika yang didistribusikan, dengan jumlah penduduk yang besar dan data distribusi antibiotika yang besar diharapkan masyarakat paham tentang penggunaan antibiotika sehingga dapat mencegah terjadinya kasus resistensi. Astuti (2009) meneliti bahwa metode seminar efektif diterapkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit rabies, dan meningkatkan pengetahuan responden dalam memilih obat. Dilihat dari keefektifan metode seminar, maka metode ini dipilih untuk penelitian. Metode seminar dipilih dengan harapan dengan adanya seminar tentang antibiotika, dapat menumbuhkan sikap positif masyarakat Kecamatan Gondokusuman terutama pria dewasa terhadap ketepatan penggunaan antibiotika dengan memberikan pengetahuan, mengusahakan perubahan sikap dan perilaku dalam penelitian Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat Khususnya Pria Dewasa Tentang Antibiotika dengan Metode Seminar di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. 1. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, muncul permasalahan untuk diteliti : a. Seperti apakah karakteristik demografi responden berdasarkan faktor usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan terakhir?

20 4 b. Seperti apakah pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat khususnya pria dewasa di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta mengenai antibiotika sebelum dilakukan intervensi seminar? c. Seperti apakah pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat khususnya pria dewasa di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta mengenai antibiotika sesudah dilakukan intervensi seminar? d. Apakah terjadi peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan sesudah diberikan intervensi seminar mengenai antibiotika pada pria dewasa di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta? 2. Keaslian penelitian Berdasarkan hasil pencarian informasi terkait pada penelitian mengenai Peningkatan Pengetahun Sikap dan Tindakan Pria Dewasa di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta Tentang Antibiotika Dengan Metode Seminar dapat dinyatakan bahwa belum pernah dilakukan penelitian seperti ini sebelumnya. Namun beberapa penelitian yang hampir mirip yang pernah dilakukan sebelumnya, seperti : a. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat mengenai Antibiotika di Kecamatan Umbul Harjo Kota Yogyakarta Tahun 2011 yang dilakukan oleh Mahendra Agil Kusuma, pada tahun Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada subjek yang diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian, tempat dan waktu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak

21 5 mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika di Kecamatan Umbul Harjo Kota Yogyakarta. b. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat mengenai Antibiotika di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta Tahun 2011 yang dilakukan oleh Marvelaos Marvel, pada tahun Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada subjek yang diteliti, metode penelitian dan waktu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika di Kecamatan Gondokusuman Kotamadya Yogyakarta. c. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat mengenai Antibiotika di Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta Tahun 2011 yang dilakukan oleh Sisilia Rani Thoma, pada tahun Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada subjek yang diteliti, metode penelitian, tempat dan waktu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika di Kecamatan Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta. d. Hubungan antara Karakteristik Masyarakat dengan Penggunaan Antibiotika yang diperoleh Secara Bebas di Kota Medan, yang dilakukan oleh Michelle Hendriani Djuang pada tahun 2009.

22 6 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada subjek yang diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian, waktu dan tempat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik masyarakat dengan penggunaan antibiotika yang diperoleh secara bebas di Kota Medan. 3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan dengan metode seminar sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan dan memperbaiki pelayanan kesehatan bagi masyarakat terkait pelayanan informasi obat. b. Manfaat Praktis 1. Bagi masyarakat Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan, memberikan perubahan sikap dan tindakan pria dewasa di Kecamatan Gondokusuman tentang antibiotika, sehingga penggunaan antibiotika secara irrasional menurun. 2. Bagi dinas kesehatan Sebagai sumber informasi mengenai keefektifan metode seminar pada pria dewasa dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan. Selain itu, penelitian ini dapat meningkatkan program kesehatan pemerintah terutama mengenai antibiotika.

23 7 3. Bagi akademis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan materi edukasi sehubungan dengan metode edukasi seminar. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mensurvei dan mengevaluasi peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan pria dewasa di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta tentang antibiotika dengan metode seminar. 2. Tujuan khusus Untuk mencapai tujuan umum tersebut maka penelitian ini secara khusus ditujukan untuk : a. Mengetahui karakteristik demografi masyarakat khususnya pria dewasa yang terdapat di Kecamatan Gondokusuman. b. Mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa mengenai antibiotika di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta sebelum dilakukan intervensi seminar. c. Mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa mengenai antibiotika di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta sesudah dilakukan intervensi seminar. d. Membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa mengenai antibiotika di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta sebelum dan sesudah dilakukan intervensi seminar.

24 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap mengalami reorganisasi karena adanya pemahamanpemahaman baru (Budiman dan Riyanto, 2013). Dalam hal pengetahuan, objek yang disadari harus ada sebagaimana adanya. Pengetahuan dapat salah atau keliru, tetapi bila suatu pengetahuan ternyata salah atau keliru, tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan, sehingga apa yang dianggap pengetahuan tersebut berubah statusnya menjadi keyakinan (Notoadmodjo, 2012). Pengetahuan dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria seperti mempunyai objek kajian, metode pendekatan, disusun secara sistematis, bersifat universal atau mendapat pengakuan secara umum (Notoadmodjo, 2012). Menurut Arikunto (2006), pengukuran pengetahuan dapat diperoleh dari kuisioner atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pada pengukuran tingkat pengetahuan pada masingmaasing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring, yaitu kategori tinggi dengan skor %, kategori sedang dengan skor 56-75%, kategori kurang dengan skor 40-55% dan kategori buruk dengan skor <40%. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi apabila ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, surat kabar 8

25 9 atau radio maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hendra, 2008). B. Sikap Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2012). Sikap merupakan penentuan dalam tingkah laku manusia, sebagai reaksi sikap selalu berhubungan dengan dua hal yaitu like atau dislike (senang atau tidak senang, suka atau tidak suka). Mengacu pada adanya faktor perbedaan individu baik secara pengalaman, latar belakang, pendidikan dan kecerdasan maka akan menimbulkan reaksi terhadap suatu obyek tertentu akan berbeda-beda pada setiap orang (Hutagalung, 2007) Ada berbagai tingkatan dalam sikap yang terdiri dari, bagian pertama adalah menerima (receiving) diartikan bahwa orang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. Bagian kedua adalah merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Pada bagian ketiga adalah menghargai (valuing) dimana mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Bagian keempat adalah bertanggung jawab (responsible) yaitu segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resikonya (Fitriani, 2011). Menurut Arikunto (2006), sikap dapat dibagi menjadi empat kategori dalam pengukuran dan menggunakan sistem skoring, skala yang digunakan sebagai acuan adalah kategori baik jika skor , kategori sedang jika skor 56-75%, kategori kurang jika skor 40-55% dan kategori buruk jika skor <40%.

26 10 C. Tindakan Tindakan merupakan suatu realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi sesuatu yang nyata. Tindakan juga merupakan respon dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoadmodjo, 2012). Penelitian tindakan ini dilakukan terutama untuk mencari suatu dasar pengetahuan praktis guna memperbaiki suatu situasi atau keadaan kesehatan masyarakta yang dilakukan secara terbatas. Biasanya penelitian ini dilakukan terhadap suatu keadaan yang sedang berlangsung (Notoadmodjo, 2010). Menurut Fitriani (2011) bagian tindakan terdapat beberapa tingkatan yaitu pada bagian pertama adalah presepsi (perception) dimana mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Bagian kedua adalah respon terpimpin (guide response) yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. Pada bagian ketiga adalah mekanisme (mechanism) apabila seseorang telah melakukan dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. Pada bagian keempat adalah adopsi (adoption) merupakan suatu praktek atau tindakan nyata yang sudah berkembang dengan baik. D. Pria Dewasa Perubahan fisik terus terjadi dan tak terhindarkan pada masa ini. Perubahan mata pencarian dari memulai sampai mempertahankan usaha menggambarkan kontras bagiamana orang dewasa bergerak ke masa depan. Masa dewasa memiliki dengan dinamika psikososialnya sendiri. Perubahan dalam

27 11 kepercayaan, sikap, dan perilaku religius di kalangan orang dewasa secara integral berkaitan dengan perubahan kepribadian (Crapps, 2008). Manusia dewasa memilik karakteristik khas seperti : mampu memilih pasangan hidup, siap berumah tangga, dan melakukan reproduksi (reproduktive function). Secara alamiah, orang dewasa memiliki kemampuan menetapkan tujuan belajar, mengalokasi sumber belajar, merancang strategi belajar dan mengevaluasi kemajuan terhadap pencapaian tujuan belajar secara mandiri (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 ). Menurut Santrock (2003) ada tiga masa perkembangan dewasa yaitu maasa dewasa awal, masa dewasa tengah dan masa dewasa akhir. Masa dewasa awal (early adultbood) biasanya dimulai pada akhir permulaan usia 20-an dan berlangsung sampai usia 30-an. Masa dewasa tengah (middle adultbood) adalah masa perkembangan yang dimulai kira-kira antara usia 35 dan 45 tahun dan berakhir pada usia antara 55 dan 65 tahun. Masa dewasa akhir (late adultbood) yaitu masa perkembangan yang berlangsung dari kira-kira usia tahun sampai ke kematian. Menurut Depkes (2009), masa dewasa awal dimulai dari usia dan masa dewasa akhir dimulai dari usia tahun. E. Antibiotika 1. Definisi antibiotika Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengobati penyakit infeksi karena bakteri. Antibiotika dihasilkan dari mikroorganisme, terutama fungi, untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain (Whitehall, 2012)

28 12 Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiosis, yang berarti substansi yang dapat mengahambat pertumbuhan organisme hidup yang lain dan berasal dari mikroorganisme. Namun, pada perkembangannya, antibiosis ini disebut sebagai antibiotika dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang berasal dari mikroorganisme, melainkan semua substansi yang diketahui memiliki kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya mikroorganisme (Pratiwi, 2008) 2. Penggolongan antibiotika Penggolongan antibiotika dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia antibiotika, aktivitas antibiotika, sifat toksisitas selektif, serta mekanisme aksi antibiotika. a. Berdasarkan struktur kimianya antibiotika dikelompokkan menjadi 8 golongan yaitu : 1. Golongan B-laktam, antara lain karbapenem (imipenem dan meropenem), sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), dan golongan penisilin (penisilin dan amoksillin). 2. Golongan aminoglikosida, antara lain amiksasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, streptomisin, dan tobramisin. 3. Golongan glikopeptida, antara lain vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

29 13 4. Golongan poliketida, antara lain makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritomisin, roksitromisin), ketolida (telitromisin), tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). 5. Golongan polimiksin, antara lain polimiksin dan kolistin. 6. Golongan kuinolon (fluorokinolon), antara lain asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin dan trovafloksasin. 7. Golongan streptogramin, antara lain pristinamicin, virginiamicin, mikamicin, dan kinupristin-dalfopristin. 8. Golongan oksazolidinob, antara lain linezolid. (Katzung,Masters,Trevor, 2012) b. Berdasarkan aktivitas antibiotika Berdasarkan aktivitasnya, antibiotika dikelompokkan sebagai antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotika spektrum luas (broad spectrum). Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) merupakan kelompok antibiotika yang hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya menghambat atau membunuh bakteri gram negatif saja atau gram positif saja, sedangkan antibiotika spektrum luas (broad spectrum) merupakan kelompok antibiotika yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram negatif (Pratiwi, 2008) c. Berdasarkan sifat toksisitas selektif Obat yang digunakan untuk membunuh mikroba harus memiliki sifat toksisitas selektif, yang artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik bagi bagi

30 14 mikroba namun tidak menimbulkan efek toksik pada manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotika yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) (Setiabudy, 2008) 3. Penggunaan antibiotika yang rasional Penggunaan antibiotika harus digunakan dengan resep dokter dan tetap diminum sampai habis walaupun kondisi pasien telah membaik. Selain itu antibiotika juga harus digunakan sesuai aturan dan dosis yang tepat. Untuk mencapai penggunaan antibiotika yang rasional, hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai sisa antibiotika. Antibiotika yang tidak dihabiskan atau sisa dari pengobatan penyakit yang sebelumnya tidak boleh digunakan kembali untuk mengobati penyakit yang dianggap mirip atau bahkan berbeda tanpa persetujuan dari dokter. Penggunaan antibiotika dengan resep dokter ini bertujuan untuk mencapai outcome terapi yang optimal, dan menurunkan resiko terjadinya resistensi antibiotika (American Academy of Family Physicians, 2009). Penggunaan obat yang rasional mengacu pada penggunaannya yang benar, tepat, dan tepat obat-obatan. Penggunaan obat secara rasional yaitu pasien menerima obat yang tepat, dalam dosis yang tepat, untuk jangka waktu yang cukup, dan pada biaya terendah untuk pasien (WHO, 2010).

31 15 4. Resistensi antibiotika Resistensi merupakan suatu proses tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri pada pemberian antibiotika dengan dosis normal maupun dengan konsentrasi kadar hambat minimalnya (Tripathi, 2008). Bahaya penggunaan irrasional antibiotika yaitu dapat menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotika. Resistensi bakteri menyebabkan antibiotika menjadi kurang efektif dalam mengontrol atau menghentikan pertumbuhan bakteri. Bakteri yang menjadi target operasi antibiotika beradaptasi secara alami untuk menjadi kebal dan tetap melanjutkan pertumbuhan demi kelangsungan hidup meski dengan antibiotika (Todar, 2011). Menurut Utami (2012) penyebab utama resistensi antibiotika adalah penggunaannya yang meluas dan irasional. Kurang lebih 80% digunakan untuk kepentingan manusia dan sedikitnya 40% untuk indikasi yang kurang tepat, misalnya infeksi virus. Terdapat beberapa faktor yang mendukung terjadinya resistensi antara lain : a. Penggunaan antibiotika irasional meliputi penggunaan antibiotika yang terlalu singkat, dosis yang terlalu rendah, diagnosa awal yang salah (Bisht, Katiyar, Singh dan Mittal, 2009). b. Faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien dengan pengetahuan yang kurang tepat menganggap bahwa antibiotika wajib digunakan dalam berbagai macam penyakit misalnya batuk ringan, demam dan bahkan infeksi virus. Pasien dengan latar belakang finansial yang tinggi cenderung akan meminta antibiotika maupun obat lain yang baru dan mahal meskipun sebenarnya tidak

32 16 diperlukan. Selain itu pasien juga membeli antibiotika sendiri tanpa resep dokter untuk upaya swamedikasi (Bisht et al, 2009). c. Masalah peresepan, para pembuat resep sering merasa kesulitan dalam menentukan terapi antibiotika yang tepat karena kurangnya pelatihan dalam hal penyakit infeksi dan tatalaksana antibiotika (Bisht et al, 2009). Pencegahan resistensi bakteri terhadap antibiotika dapat dilakukan dengan cara mematuhi petunjuk dokter, salah satunya dengan menggunakan antibiotika pada rentang terapi dan cara penggunaan yang tepat (American Academy of Family Physicians, 2009). Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi resistensi antibiotika akibat pengobatan sendiri adalah dengan diberlakukannya undang-undang yang mengatur tentang penjualan antibiotika. Hal tersebut diatur dalam undang-undang obat keras St.No.419 tgl 22 Desember 1949, pada pasal 3 ayat 1. F. Metode Seminar Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Setiawati, 2008). Untuk mencapai tujuan edukasi kesehatan yaitu perubahan perilaku, maka banyak faktor yang harus diperhatikan salah satunya faktor metode. Untuk sasaran kelompok, maka metode yang digunakan akan berbeda dengan metode untuk sasaran massa ataupun individual, begitu juga sebaliknya (Notoadmodjo,

33 ). Salah satu metode kesehatan yang dapat digunakan untuk sasaran kelompok yaitu metode seminar. Seminar adalah pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ahli (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Dalam pelaksanaan seminar, pertama-tama yang perlu dilakukan adalah membentuk panitia pelaksana. Panitia berkewajiban merencanakan segala sesuatu yang berkait dengan tempat, akomodasi, perlengkapan, konsumsi, waktu, penyaji, moderator, sekretaris, maupun peserta seminar (Enterprise, 2010 ). Menjadi pembicara/motivator dalam seminar bertugas menyampaikan pemikiran, analisis, solusi permasalahan yang menjadi topik seminar. Sebelum dimulainya seminar, pembicara harus mempersiapkan materi presentasi yang menarik dan tidak membosankan demi kesuksesan dalam presentasi nanti. (Enterprise, 2010 ). Ketepatan waktu dapat menghindarkan pembicara/motivatoar dari sikap gugup dan tidak percaya diri. Oleh karena itu, seorang pembicara/motivator tidak boleh terlambat menghadiri sebuah seminar (Enterprise, 2010). G. Landasan Teori Pengetahuan merupakan pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap mengalami reorganisasi karena adanya pemahamanpemahaman baru (Budiman dan Riyanto, 2013). Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Tindakan merupakan suatu realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi sesuatu yang nyata.

34 18 Tindakan juga merupakan respon dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoadmodjo, 2012). Edukasi dapat dilakukan dengan metode seminar. Seminar merupakan pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah dibawah pimpinan ahli (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Astuti (2009) meneliti bahwa metode seminar efektif diterapkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit rabies, dan meningkatkan pengetahuan responden dalam memilih obat. Dilihat dari keefektifan metode seminar, maka metode ini dipilih untuk penelitian. Penelitian dilakukan supaya dapat menekan peningkatan angka resistensi terhadap antibiotika. Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengobati penyakit infeksi karena bakteri. Antibiotika dihasilkan dari mikroorganisme, terutama fungi untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme lain (Whitehall, 2012). Penggunaan antibiotika secara irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi, dimana resistensi terjadi ketika bakteri kebal terhadap antibiotika sehingga antibiotika tidak lagi bekerja pada orang yang membutuhkannya untuk mengobati infeksi. H. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah edukasi dengan metode seminar mengenai antibiotika dapat terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

35 19 Edukasi dengan metode seminar tentang penggunaan antibiotika Pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta I. Hipotesis Penelitian Terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa mengenai antibiotika melalui metode seminar di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. H0 : X1=X2 J. Hipotesis Statistik H1: X1 X2 X1 merupakan hasil pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku pria dewasa tentang penggunaan antibiotika sebelum dilakukan intervensi seminar. X2 merupakan hasil pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku pria dewasa tentang penggunaan antibiotika setelah dilakukan intervensi seminar.

36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (Quasi experiment). Dikatakan eksperintal semu karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciriciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan, dalam hal ini adalah peneliti memberikan intervensi tetapi tidak mengubah fisik responden. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan pendekatan Pre-Post intervention yaitu pengambilan data dilakukan sesudah dan sebelum intervensi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan rangkaian waktu ( Time Series Design ) karena pengambilan data dilakukan secara berulang selama 3 bulan yaitu sebelum intervensi (pre-intervention), setelah intervensi (postintervention 1), 1 bulan setelah intervensi (post-intervention 2) dan 2 bulan setelah intervensi (post-intervention 3). Penelitian ini merupakan penelitian tim yang dilakukan oleh enam orang peneliti dengan instrumen penelitian, variabel penelitian, metode penelitian yang sama. Perbedaan terletak pada responden penelitian. 1. Variabel bebas Kegiatan seminar antibiotika. B. Variabel Penelitian 20

37 21 2. Variabel tergantung Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai antibiotika dari responden yang mengikuti seminar di Kecamatan Gondokusuman. 3. Variabel pengacau terkendali Informasi yang telah diperoleh responden sebelumnya baik secara formal (sekolah kedokteran, ahli gizi, apoteker, analisis kesehatan) maupun non formal (kursus dan penyuluhan). 4. Variabel pengacau tak terkendali Intervensi tambahan berupa informasi tentang antibiotika dan informasi mengenai antibiotika yang didapat baik dari media (tv, majalah, surat kabar) dan dokter atau tenaga kesehatan lainnya. C. Definisi Operasional 1. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman responden mengenai antibiotika dan digolongkan berdasarkan nilai yang diperoleh responden setelah mengisi kuesioner. Penggolongan tingkat pengetahuan yang digunakan adalah tinggi, jika mampu menjawab pertanyaan sebanyak % dari setiap kriteria pengetahuan, dikatakan sedang jika mampu menjawab pernyataan sebanyak 56-75% dari setiap kriteria pengetahuan, dikatakan rendah jika mampu menjawab pernyataan sebanyak <56% dari setiap kriteria pengetahuan. 2. Sikap yang dimaksud adalah respon yang diberikan oleh responden terkait penggunaan antibiotika yang dapat digolongkan berdasarkan kuesioner yang telah diisi responden. Tingkat sikap dinyatakan tinggi jika mampu menjawab

38 22 pernyataan sebanyak % dari setiap kriteria sikap, dikatakan sedang jika mampu menjawab pernyataan sebanyak 56-75% dari setiap kriteria sikap, dikatakan rendah jika mampu menjawab pernyataan sebanyak <56% dari setiap kriteria sikap. 3. Tindakan yang dimaksud adalah sikap yang direalisasikan dalam suatu aksi sebagai bentuk tanggapan terhadap pengetahuan tentang antibiotika. Tingkat tindakan dinyatakan tinggi jika mampu menjawab pernyataan sebanyak % dari setiap kriteria tindakan, dikatakan sedang jika mampu menjawab pernyataan sebanyak 56-75% dari setiap kriteria tindakan, dikatakan rendah jika mampu menjawab pernyataan sebanyak <56% dari setiap kriteria tindakan. 1. Subyek penelitian D. Subyek Penelitian, Besar Sample dan Teknik Sampling Subyek penelitian disebut juga responden adalah masyarakat pria dewasa yang memenuhi kriteria inklusi yaitu dewasa usia dewasa 26-45, berdomisili di wilayah Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta, dapat baca tulis dan bersedia hadir mengikuti kegiatan seminar. Kriteria eksklusi responden meliputi masyarakat Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta khususnya pria dewasa yang telah menempuh pendidikan yang berkaitan dengan ilmu kesehatan (dokter, dokter gigi, dokter hewan, ahli gizi, apoteker, analisis kesehatan) dan masyarakat yang telah memperoleh informasi mengenai antibiotika dari pendidikan non formal (penyuluhan dan kursus).

39 23 2. Besar sampel dan teknik sampling Sampel merupakan bagian dari populasi atau bisa disebut perwakilan dari suatu populasi. Populasi merupakan semua bagian objek yang akan diamati. Populasi sasaran dirumuskan berdasarkan elemen yang diinginkan oleh peneliti. Penentuan elemen ini sesuai faktor inklusi dan eksklusi (Eriyanto, 2008). Usia responden dalam penelitian ini adalah usia tahun. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Purposive sampling merupakan salah satu teknik pengambilan yang dilakukan secara nonrandom dan berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan oleh peneliti (Supranto, 2007). E. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kelurahan Klitren. F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Kuesioner digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data yang berisi serangkaian pernyataan tertulis yang sudah tersusun baik untuk dijawab oleh responden (Notoadmodjo, 2012). Proses pembuatan kuesioner ini dilakukan dengan cara merancang kuesioner. Penyusunan instrumen diawali dengan mengembangkan suatu konsep yang diteliti mengenai domain yang akan diteliti atau diukur. Konseptualisasi ini biasanya diperoleh dari suatu studi kualitatif atau dengan mengacu pada literatur (Profetto-McGrath dkk, 2010). Kuesioner yang telah dirancang kemudian dilakukan uji validasi dan uji reliabilitas.

40 24 Kuesioner terdiri dari 49 item pernyataan yang dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama terdiri dari 9 item pernyataan yang berisi pernyataan mengenai karakteristik demografi. Pada bagian karakteristik demografi akan diperoleh data mengenai usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan. Pernyataan mengenai karakteristik demografi responden ini bertujuan untuk mengetahui gambaran responden penelitian. Bagian kedua terdiri dari 40 item pernyataan yang terbagi atas tiga aspek pernyataan yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek tindakan. Bagian kedua ini berisi pernyataan berupa forced choice (pilihan benar atau salah) pada aspek pengetahuan dan modifikasi skala Likert pada aspek sikap dan tindakan. Modifikasi skala Likert pada aspek sikap dan tindakan menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penyusunan pernyataan dalam kuesioner berdasarkan sifat favorable dan unfavorable untuk melihat konsistensi jawaban responden. Item kuesioner yang diujikan adalah sebagai berikut: 1. Aspek Pengetahuan terdiri dari 20 item pernyataan yang terbagi dalam 10 item favorable dan 10 item unfavorable. Pokok bahasan item-item ini meliputi definisi antibiotika, cara penggunaan antibiotika, tempat mendapatkan antibiotika, resistensi antibiotika, dan upaya pencegahan resistensi antibiotika. 2. Aspek sikap terdiri dari 10 item pernyataan yang terbagi dalam 5 item favorable dan 5 item unfavorable. Pokok bahasan yang dimasukkan dalam aspek ini meliputi motivasi belajar masyarakat mencari informasi tentang antibiotika, dan pemilihan penggunan antibiotika yang tepat.

41 25 3. Aspek tindakan berisi 10 item yang teridiri dari 5 item favorable dan 5 item unfavorable. Pokok bahasan dalam aspek ini adalah penggunaan antibiotika, dan upaya pencegahan resistensi antibiotika. Pemberian skor pada aspek pengetahuan menggunakan skala Guttman yaitu angka tertinggi diberi skor (1) dan angka terendah diberi skor (0) (Siregar, 2010). Skor untuk setiap item pernyataan yang berupa forced choice pada aspek pengetahuan dibedakan dari pernyataan yang menggunakan skala Likert pada aspek sikap dan tindakan. Pada tebel I, dapat dilihat blue print Favorable dan Unfavorable Kuesioner. Tabel I. Blue Print Pernyataan Favorable dan Unfavorable Kuesioner Aspek Pokok Bahasan Nomor Pernyataan Favorable Unfavorable Pengetahuan Definisi 3 1 dan 2 Cara penggunaan 5,6,16 4,9,11 Aturan Penggunaan 15 17, 20 antibiotika Cara memperoleh 8, dan antibiotika Tempat memeperoleh antibiotika Resistensi 7 dan antibiotika Sikap Motivasi belajar 6 dan 7 - Pemilihan penggunaan yang tepat 5, 8, dan 9 1,2, 3, 4, dan 10 Tindakan Penggunaan antibiotika Upaya pencegahan resistensi antibiotika 4 dan 5 1, 2, 3, dan 6 7, 8, dan 9 10

42 26 Pernyataan favorable merupakan pernyataan yang bersifat mendukung atau mengatakan hal-hal positif tentang obyek sikap. Sebaliknya pernyataan unfavorable berisi pernyataan yang bersifat tidak mendukung atau mengatakan hal-hal negatif terhadap obyek sikap. Adapun ketentuan pemberian skor disajikan dalam tabel II dan tabel III berikut ini Tabel II. Besar Skor Tanggapan Pernyataan Aspek Pengetahuan Tanggapan Pernyataan Aspek Pengetahuan Skor Benar 1 Salah 0 Tabel III. Besar Skor Tanggapan Pernyataan Aspek Sikap dan Tindakan Tanggapan Pernyataan Skor Pernyataan Skor Pernyataan Aspek Sikap dan Tindakan (Favorable) (Unfavorable Sangat Setuju 4 1 Setuju 3 2 Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak setuju 1 4 G. Tata Cara Penelitian 1. Analisis situasi Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai keadaan lokasi penelitian serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal-hal tersebut antara lain jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan waktu yang tepat untuk mengambil data serta mengetahui batas wilayah daerah pengambilan data.

43 27 2. Penentuan lokasi Penelitian dilakukan di Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta karena dari 5 kelurahan yang berada di Kecamatan Gondokusuman, responden dari kelurahan Klitren lebih mudah untuk dihubungi dan bersedia untuk mengikuti seminar yang diadakan. 3. Permohonan ijin dan kerjasama Pembuatan surat permohonan ijin kepada dinas perizinan, kantor Kecamatan Gondokusuman, kantor Kelurahan, serta ketua RT setempat, dimana ijin tersebut harus diketahui oleh pejabat Kelurahan dan ketua RT. Surat permohonan ijin ini dimaksudkan untuk memenuhi etika penelitian yang menggunakan masyarakat Kecamatan Gondokusuman sebagai obyek penelitian. Hasil penelitian akan dipublikasikan. 4. Penyusunan kuisioner Penyusunan Kuisioner dibagi menjadi tiga domain utama yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan dimana masing-masing domain memiliki pokok bahasan tersendiri. Langkah pertama, menyusun pernyataan mengenai pengetahuan terkait antibiotika dengan alternatif jawaban benar dan salah sejumlah 20 aitem. Kemudian menyusun pernyataan mengenai sikap dan perilaku responden terkait antibiotika dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Pernyataan pada bagian ini berjumlah 10 item untuk domain sikap dan 10 item untuk domain tindakan, masing-masing domain terbagi menjadi favorable dan unfavorable. Keseluruhan item yang disusun harus sesuai dengan pokok bahasan pada domain masing-

44 28 masing yang sudah ditentukan oleh peneliti, memiliki jumlah item yang mendekati seimbang (benar-salah dan favorable-unfavorable) serta disebar secara acak dan disusun berdasarkan poin-poin pada acuan penyusunan kuesioner. 5. Uji validitas konten Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benarbenar mengukur apa yang diukur. Uji validitas konten membutuhkan penilaian dari para ahli di bidang yang sesuai dengan cakupan kuesioner yaitu bidang kesehatan dan pengobatan. Pada penelitian ini ahli yang terlibat yaitu seorang apoteker. Penilaian kelayakan konten berdasarkan pada keselarasan konten dengan tujuan pengukuran kuesioner, bila masih terdapat item yang tidak selaras maka revisi perlu dilakukan. Kuesioner yang telah direvisi kemudian dinilai ulang oleh ahli dengan prosedur yang sama seperti penilaian sebelumnya. Kuesioner dikatakan valid secara konten apabila para ahli telah menyatakan persetujuan. 6. Uji pemahaman bahasa Pada uji pemahaman bahasa, 40 item yang telah dinyatakan valid secara konten dapat dilanjutkan ke langkah selanjutnya yaitu uji pemahaman bahasa. Uji pemahaman bahasa perlu dilakukan untuk mendapatkan masukan awal terhadap kuesioner. Responden pada uji ini yaitu 30 orang masyarakat umum yang sesuai kriteria inklusi responden penelitian namun tidak berdomisili di Kecamatan Gondokusuman. Pada penelitian ini, uji pemahaman bahasa dilakukan di Gejayan Kota Yogyakarta. Pada pengujian pemahaman bahasa ini, masyarakat memberikan penilaian terhadap konten kuesioner dalam hal kemudahan memahami dan

45 29 kemudahan menjawab. Dari 40 pernyataan dalam kuesioner yang diujikan, terdapat beberapa pernyataan yang sulit dipahami oleh responden. Pernyataan yang sulit dimengerti oleh responden diganti bahasanya menggunakan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh responden. Berikut hasil pengujian pemahaman bahasa pada responden yang dipaparkan pada tabel IV. Tabel IV. Pernyataan pada Tiap Aspek Kuesioner Yang Sulit dipahami oleh Responden No Aspek Pernyataan 1 Pengetahuan 7, 19 2 Sikap 8 3 Tindakan Manajemen data Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan proses manajemen data yaitu : a. Editing Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban dari responden dan pemilihan yang memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan responden,tidak semua digunakan dalam analisis data. Hanya kuesioner yang telah terisi lengkap dan kuesioner dengan responden yang memenuhi kriteria inklusi. b. Processing Pada tahap ini pengolahan data dilakukan dengan cara memasukkan angka dari setiap item pernyataan yang dijawab oleh responden, kemudian dilakukan pengelompokkan item pernyataan. Pengelompokkan item pernyataan

46 30 dalam kuesioner berdasarkan pada variabel-variabel yang akan diteliti. Setelah itu dilakukan pemindahan isi data dari kuesioner ke program komputer. 8. Analisis hasil a. Data coding Setelah responden menjawab pernyataan yang diajukan oleh peneliti, peneliti melakukan pengkodean data dengan cara scoring. Cara scoring dilakukan dengan memberikan nilai 1 pada pernyataan yang dijawab benar dan nilai 0 pada pernyataan yang dijawab salah oleh responden pada kuisioner no Untuk kuisioner no diberikan poin 4 pada jawaban sangat setuju, poin 3 untuk setuju, poin 2 untuk tidak setuju dan poin 1 untuk sangat tidak setuju. b. Uji reliabilitas Reliabilitas yang dapat diukur pada penelitian ini adalah nilai reliabilitas yang berasal dari konsistensi internal kuesioner. Pada penelitian ini kuesioner dapat dikatakan reliabel jika memenuhi nilai α>0,60 untuk masing-masing domain kuesioner yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan di Maguwoharjo Kota Yogyakarta. Dengan bantuan program statistik R maka hasil olahan data sebelumnya dapat dihitung dan didapatkan nilai Alpha. Apabila nilai Alpha telah memenuhi kriteria, maka domain kuesioner tersebut dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai kuesioner siap pakai. Jika nilai Alpha belum memenuhi kriteria, maka dilakukan seleksi item dengan tujuan menambah nilai Alpha agar memenuhi kriteria.

47 31 Seleksi item dilakukan berdasarkan nilai koefisien korelasi masingmasing item. Nilai koefisien korelasi item ini tidak perlu dihitung secara terpisah karena pada program statistik R telah dibuat sebuah perintah untuk langsung menghitung nilai Alpha sekaligus menghitung koefisien korelasi. Pada seleksi item ini, dilakukan penghilangan satu item dengan nilai koefisien korelasi yang terendah kemudian data kembali diolah untuk mendapatkan nilai Alpa yang baru. Apabila nilai Alpa yang baru masih belum memenuhi kriteria, maka proses seleksi item kembali dilakukan. Demikian proses seleksi item terus-menerus dilakukan dan dapat berhenti jika nilai Alpa telah terpenuhi. c. Uji normalitas Uji normalitas yang dilakukan pada data penelitian ini untuk mengetahui apakah data yang telah didapat pada saat penelitian ini normal atau tidak. Uji normalitas juga digunakan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi sebaran yang normal. Uji ini dilakukan dengan program statistik menggunakan Uji Shapiro- Wilk karena sampel yang digunakan kecil (<50). Distribusi data dikatakan normal apabila p>0,05. uji ini dilakukan dengan memasukkan data yang berupa selisih jumlah nilai kuesioner pre-intervention dan pos-intervention 1 bulan pertama untuk variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan. Apabila nilai p>0,05 maka data terdistribusi normal. Apabila nilai p<0,05 maka data terdistribusi tidak normal (Dahlan, 2008). Hasil uji normalitas dicantumkan pada tabel V di bawah ini.

48 32 Tabel V. Hasil Uji Normalitas Variabel Uji Normalitas (p value) Pre intervention Post intervention I Post intervention II Post intervention III Pengetahuan 0,2439** 0, , , Sikap 0, ,0311 0,1495** 0,2517** Tindakan 0,2581** 0,0183 0,08417** 0,01072 Keterangan : ** Normal d. Uji Hipotesis Uji Hipotesis untuk mengukur peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai antibiotika sebelum dan sesudah intervensi dengan metode seminar dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan menggunakan program R Nilai p-value menentukan hasil pengujian yang dilakukan bermakna atau tidak. Hasil dikatakan signifikan jika nilai p-value < 0,05. H. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2014 sampai dengan bulan Februari Penelitian dilakukan pada pukul WIB I. Pelaksanaan Intervensi Seminar Intervensi seminar dilakukan kepada pria dewasa dengan rentang usia tahun. Dalam pelaksanaan peserta yang hadir sebanyak 40 orang, dengan narasumber seorang yang berkompeten dalam bidang obat-obatan dalam hal ini adalah seorang apoteker. Narasumber yang digunakan adalah seorang apoteker yang bernama Paulina Maya Octasari S.Farm.,Apt. Beliau merupakan seorang dosen di Akademi Farmasi Theresiana Semarang. Kegiatan seminar dimulai

49 33 dengan memperkenalkan maksud dari penelitian yang dilakukan, kemudian peneliti membagikan kuesioner pre-intervention dan meminta responden untuk mengisi surat persetujuan penelitian dan mengisi pernyataan yang tertera pada kuesioner, kemudian mengembalikan kuesioner yang telah diisi kepada fasilitator. Setelah kuesioner dikembalikan, nara sumber mulai menjelaskan tentang antibiotika kepada responden yang diakhiri dengan forum diskusi antara narasumber dan responden, dimana dalam forum diskusi tersebut responden diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal yang tidak dimengerti mengenai antibiotika. Setelah selesai diskusi, fasilitator membagikan kuesioner postintervention kepada responden untuk diisi, kemudian responden mengembalikan kuesioner yang telah diisi kepada fasilitator. J. Pengambilan Data Post-Intervention Bulan Pertama dan Kedua Setelah Intervensi Seminar Post-intervention bulan pertama dan kedua setelah diberi intervensi seminar dilakukan untuk melihat apakah terdapat perubahan perilaku dari responden seetelah dilakukan intervensi seminar. Post-intervention bulan pertama dan bulan kedua sesudah dilakukan intervensi seminar dilakukan dengan cara peneliti mengikuti pertemuan yang dilakukan oleh masyarakat kelurahan Klitren yang diadakan setiap minggu kedua dalam 1 bulan. K. Kelemahan Penelitian Penelitian ini hanya memaparkan karakteristik demografi tanpa menghubungkan hal tersebut dengan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan

50 34 responden tentang antibiotika sehingga tidak diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap dan tindakan.

51 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang sesuai dengan urutan tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi karakteristik demografi responden, mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan sikap mengenai antibiotika sebelum dan sesudah responden diberikan intervensi, mengidentifikasi tindakan penggunaan antibiotika sebelum dan sesudah responden diberi intervensi. A. Karakteristik Demografi Responden Karakteristik demografi responden dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan. 1. Usia Semakin muda usia seseorang, semakin sedikit pengalaman yang dimiliki seseorang. Pengalaman yang sedikit akan sangat berkaitan dengan pengetahuan seseorang. Pengetahuan seseorang akan semakin rendah apabila pengalaman yang diperolehnya semakin sedikit. Begitupun sebaliknya, dengan bertambahnya usia seseorang maka pengalaman akan semakin banyak dan dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan (Sarwono, 2008). Salah satu kriteria responden dalam penelitian ini yaitu pria yang berusia Tabel VI menunjukkan jumlah responden terbanyak dalam penelitian ini berdasarkan usia adalah dari rentang usia dengan jumlah sebanyak 22 responden (55%). Sedangkan rentang usia dengan jumlah responden yang paling sedikit yaitu rentang usia dengan jumlah responden 18 responden (45%).

52 36 Perolehan data mengenai jumlah responden dalam penelitian ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh BPS Kota Yogyakarta, dimana pada tahun 2014 jumlah penduduk laki-laki dengan rentang usia tahun memiliki jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yang berusia tahun. 2. Karakteristik pekerjaan Pekerjaan sangat berhubungan dengan status ekonomi. Masyarakat dengan jenis pekerjaan yang memiliki tingkat penghasilan yang tinggi, biasanya kebutuhan akan kesehatan lebih terpenuhi. Menurut Berardi (2006), rendahnya status ekonomi akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan serta status kesehatan dari seseorang. Pada tabel VI menunjukkan jumlah responden dalam penelitian berdasarkan karakteristik pekerjaan. Jumlah responden yang paling banyak berada pada jenis pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 15 responden. 3. Pendidikan Tingkat pendidikan responden yang ditentukan oleh peneliti adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir minimal sekolah dasar (SD), responden dengan tingkat pendidikan terakhir Perguruan Tinggi jurusan kesehatan serta sekolah menengah farmasi tidak masuk dalam karakteristik responden dalam penelitian ini. Hal ini ditentukan untuk menghindari kebiasan dari hasil penelitian ini karena responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir Perguruan Tinggi jurusan kesehatan telah mengetahui mengenai antibiotika.

53 37 Tingkat pendidikan responden yang dipilih oleh peneliti terdiri dari 4 tingkatan yaitu : Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya (Widianti,2007). Berikut ini merupakan distribusi persentase tingkat pendidikan pria dewasa di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Berdasarkan tabel VI, dapat dilihat bahwa jumlah responden dengan pendidikan terakhir SD sebesar 15%, SMP sebesar 20%, SMA sebesar 55% dan responden dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi berjumlah 10%. Jumlah responden terbanyak berdasarkan tingkat pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 22 orang (55%). Hal ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh BPS tahun 2013 bahwa tingkat pendidikan terakhir penduduk DIY terbanyak yaitu SMA dengan jumlah jiwa. Jumlah persentase responden pria dewasa berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel VI. Marvelaos (2012) juga menemukan hal yang sama pada penelitiannya bahwa persentase pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden (bapakbapak) di Kecamatan Gondokusuman paling banyak yaitu SMA. Menurut Wawan dan Dewi (2011) pendidikan diperlukan untuk memperoleh informasi berupa halhal yang menunjang kesehatan untuk meningkatkan kesehatan. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang individu akan pola hidup terutama dalam memotivasi pengambilan sikap untuk memperoleh kondisi sehat. Tingkat pendidikan SMA/SMU/SMK tergolong dalam tingkat pendidikan lanjutan karena

54 38 berdasarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, program wajib belajar sembilan tahun merupakan pendidikan minimal atau pendidikan dasar yang meliputi tingkat SD sampai dengan tingkat SMP (Supradi, 2012). Tabel VI. Gambaran Karakteristik Responden Kecamatan Gondokusuman Karakteristik Kategori Jumlah Responden Demografi Usia (tahun) tahun tahun 18 Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil 6 Karyawan Swasta 11 Wiraswasta 15 Buruh 8 Pendidikan Akhir SD 6 SMP 8 SMA 22 Perguruan Tinggi 4 B. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai Antibiotika Sebelum Dilakukan Intervensi 1. Pengetahuan responden mengenai antibiotika sebelum intervensi Dalam penelitian ini, proses pengukuran tingkat pengetahuan mengenai antibiotika diukur melalui 20 pernyataan yang terdiri dari definisi antibiotika, cara penggunaan antibiotika, aturan penggunaan antbiotika, cara memperoleh antibiotika, tempat memperoleh antibiotika, dan resistensi antibiotika. Data yang diambil untuk menggambarkan tingkat pengetahuan responden mengenai definisi antibiotika, cara penggunaan antibiotika, aturan penggunaan antbiotika, cara memperoleh antibiotika, tempat memperoleh antibiotika, dan resistensi antibiotika sebelum diberi intervensi seminar diperoleh dari kuesioner pre-intervention.

55 39 Tingkat pengetahuan responden digolongkan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi. Responden dianggap mempunyai tingkat pengetahuan rendah apabila mampu menjawab pernyataan dalam kuesioner <56%, responden dianggap mempunyai tingkat pengetahuan sedang apabila mampu menjawab pernyataan dalam kuesioner 56-75%, responden dianggap mempunyai tingkat pengetahuan tinggi apabila mampu menjawab pernyataan dalam kuesioner %. Hasil penelitian sebelum diberikan intervensi seminar 20 responden (50%) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, 19 responden (47,5%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang dan 1 responden (2,5%) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. 2. Sikap responden mengenai antibiotika sebelum intervensi Dalam penelitian ini, proses pengukuran tingkat sikap mengenai antibiotika diukur melalui 10 pernyataan yang terdiri dari motivasi belajar dan pemilihan penggunaan antibiotika yang tepat. Data yang diambil untuk menggambarkan tingkat sikap responden mengenai motivasi belajar dan pemilihan penggunaan antibiotika yang tepat sebelum diberi intervensi seminar diperoleh dari kuesioner pre-intervention. Tingkat sikap responden digolongkan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi. Responden dianggap mempunyai sikap rendah apabila mampu menjawab pernyataan dalam kuesioner <56%, responden dianggap mempunyai sikap sedang apabila mampu menjawab pernyataan dalam kuesioner 56-75%, responden

56 40 dianggap mempunyai sikap tinggi apabila mampu menjawab pernyataan dalam kuesioner %. Hasil penelitian sebelum diberikan intervensi seminar 21 responden (52,5%) memiliki sikap yang rendah, 19 responden (47,5%) memiliki sikap yang sedang dan 0% memiliki sikap yang tinggi. 3. Tindakan responden mengenai antibiotika sebelum intervensi Dalam penelitian ini, proses pengukuran tingkat tindakan mengenai antibiotika diukur melalui 10 pernyataan yang terdiri dari penggunaan antibiotika dan upaya pencegahan resistensi antibiotika. Data yang diambil untuk menggambarkan tindakan responden mengenai penggunaan antibiotika dan upaya pencegahan resistensi antibiotika sebelum diberi intervensi seminar diperoleh dari kuesioner pre-intervention. Tingkat tindakan responden digolongkan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi. Responden dianggap mempunyai tingkat tindakan rendah apabila mampu menjawab pernyataan dalam kuesioner <56%, responden dianggap mempunyai tingkat tindakan sedang apabila mampu menjawab penyataan dalam kuesioner 56-75%, responden dianggap mempunyai tingkat tindakan tinggi apabila mampu menjawab pernyataan dalam kuesioner %. Hasil penelitian sebelum diberikan intervensi seminar (pre-intervention), 32 orang (80%) responden memiliki tingkat tindakan yang rendah, 6 responden (15%) memiliki tingkat tindakan yang sedang dan 2 responden (5%) memiliki tingkat tindakan yang tinggi.

57 41 Fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengikuti perjalanan responden dengan kategori baik. Ringkasan hasil penelitian tingkat pengetahuan sikap dan tindakan responden sebelum dilakukan intervensi disajikan dalam gambar 1 berikut : R e s p o n d e n 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 80% 50% 52,5% 47,5% 47,5% 15% 2,5% 0% 5% Pengetahuan Sikap Tindakan Rendah Sedang Tinggi Gambar 1. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan pada Pre Seminar C. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai Antibiotika Setelah dilakukan Intervensi 1. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Setelah diberi Intervensi Seminar 1 (post-intervention 1) a. Perubahan pengetahuan responden mengenai antibiotika setelah dilakukan intervensi (post-intervention I) Dalam penelitian ini, pengukuran tingkat pengetahuan responden pada post-intervention pertama dilakukan langsung setelah diberikan intervensi seminar. Peningkatan pengetahuan responden dapat dilihat dari nilai preintervention dan post-intervention pertama.

58 42 Hasil yang diperoleh setelah diberi intervensi seminar, terjadi peningkatan pengetahuan responden dari kategori tinggi sebelum intervensi sebesar 2,5% dan sesudah intervensi meningkat menjadi 97,5%, kategori sedang sebelum intervensi sebesar 47,5% dan sesudah intervensi menurun menjadi 2,5%, kategori rendah sebelum intervensi sebesar 50% dan sesudah intervensi menurun menjadi 0%. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengalami peningkatan. Terjadi peningkatan pengetahuan penggunaan antibiotika yang lebih baik sesudah penyuluhan dari pada sebelum penyuluhan, dimana ini memperkuat kesimpulan Widayati et al (2012) yang menyatakan bahwa perlunya peningkatan pengetahuan mengenai penggunaan antibiotika yang tepat dan perlunya intervensi untuk mengurangi kesalahpahaman mengenai penggunaan antibiotika dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai resiko penggunaan antibiotika yang tidak tepat di masyarakat. b. Perubahan sikap responden mengenai antibiotika (post-intervention I) Hasil yang diperoleh sesudah diberi intervensi seminar, terjadi peningkatan sikap responden yaitu dari kategori tinggi sebelum intervensi sebesar 0% dan sesudah intervensi seminar (post-intervention 1) meningkat menjadi 87,5%, kategori sedang sebelum intervensi sebesar 47,5% dan sesudah intervensi menjadi 12,5%, kategori rendah sebelum intervensi sebesar 52,5% dan sesudah intervensi menurun menjadi 0%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar sikap responden mengalami peningkatan setelah diberikan intervensi seminar. Banyak faktor yang kemungkinan dapat mempengaruhi perubahan sikap seseorang dalam bertindak yaitu emosi dan pengalaman pribadi

59 43 sehingga nilai afektif dari seseorang dapat memperkuat nilai suatu obyek untuk terbentuknya suatu sikap yang positif maupun negatif (Azwar, 2007). b. Perubahan tindakan responden mengenai antibiotika (post-intervention I) Hasil yang diperoleh sesudah diberi intervensi seminar, terjadi peningkatan sikap responden yaitu dari kategori tinggi sebelum intervensi sebesar 5% dan sesaat sesudah diberikan intervensi seminar (post-intervention 1), meningkat menjadi 80%, kategori sedang sebelum intervensi sebesar 15% dan sesudah intervensi menjadi 20%, kategori rendah sebelum intervensi sebesar 80% dan sesudah intervensi menurun menjadi 0%. Hasil ini menunjukkan bahwa tindakan responden mengalami peningkatan. Peningkatan pada aspek tindakan responden mengenai antibiotika setelah diberikan intervensi seminar dapat disebabkan oleh peningkatan pada aspek pengetahuan dan sikap responden sebelumnya, yang juga memberikan dampak positif bagi perubahan tindakan responden, dimana menurut Notoadmodjo (2012), tindakan merupakan suatu realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi sesuatu yang nyata. 2. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Setelah diberi Intervensi Seminar (Post-intervention 2) a. Perubahan pengetahuan responden mengenai antibiotika (postintervention 2) Dalam penelitian ini, pengukuran tingkat pengetahuan responden pada post-intervention kedua dilakukan satu bulan setelah intervensi seminar diberikan.

60 44 Peningkatan pengetahuan responden dapat dilihat dari nilai pre-intervention dan post-intervention kedua. Hasil yang diperoleh sesudah diberi intervensi seminar, terjadi peningkatan pengetahuan responden yaitu dari kategori tinggi sebelum intervensi sebesar 2,5% dan sesudah intervensi seminar (post-intervention 2) meningkat menjadi 75%, kategori sedang sebelum intervensi sebesar 47,5% dan sesudah intervensi menjadi 25%, kategori rendah sebelum intervensi sebesar 50% dan sesudah intervensi menurun menjadi 0%. Hasil untuk aspek pengetahuan mengalami penurunan dari post-intervention 1 dengan persentasi 97,5%, turun sebesar 22,5% menjadi 75% pada post-intervention 2. b. Perubahan sikap responden mengenai antibiotika (post-intervention 2) Hasil yang diperoleh sesudah diberi intervensi seminar, terjadi peningkatan sikap responden yaitu dari kategori tinggi sebelum intervensi sebesar 0% dan sesudah intervensi seminar (post-intervention 2) meningkat menjadi 77,5%, kategori sedang sebelum intervensi sebesar 47,5% dan sesudah intervensi menjadi 22,5%, kategori rendah sebelum intervensi sebesar 52,5% dan sesudah intervensi menurun menjadi 0%. Hasil untuk aspek sikap mengalami penurunan dari post-intervention 1 dengan persentasi 87,5%, turun sebesar 10% menjadi 77,5% pada post-intervention 2. c. Perubahan tindakan responden mengenai antibiotika (post-intervention 2) Hasil yang diperoleh sesudah diberi intervensi seminar, terjadi peningkatan tindakan responden yaitu dari kategori tinggi sebelum intervensi sebesar 5% dan sesudah intervensi seminar (post-intervention 2) meningkat

61 45 menjadi 50%, kategori sedang sebelum intervensi sebesar 15% dan sesudah intervensi menjadi 50% kategori rendah sebelum intervensi sebesar 80% dan sesudah intervensi menurun menjadi 0%. Hasil untuk aspek tindakan mengalami penurunan dari post-intervention 1 dengan persentasi 80%, turun sebesar 30% menjadi 50% pada post-intervention Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Setelah diberi Intervensi Seminar (Post-intervention 3) a. Perubahan pengetahuan responden mengenai antibiotika (postintervention 3) Dalam penelitian ini, pengukuran tingkat pengetahuan responden pada post-intervention ketiga dilakukan dua bulan setelah intervensi seminar diberikan. Peningkatan pengetahuan responden dapat dilihat dari nilai pre-intervention dan post-intervention ketiga. Hasil yang diperoleh setelah diberi intervensi seminar, terjadi peningkatan pengetahuan responden yaitu dari kategori tinggi sebelum intervensi sebesar 2,5% dan sesudah intervensi seminar (post-intervention 3) meningkat menjadi 70%, kategori sedang sebelum intervensi sebesar 47,5% dan sesudah intervensi menjadi 30%, kategori rendah sebelum intervensi sebesar 50% dan sesudah intervensi menurun menjadi 0%. Hasil untuk aspek pengetahuan mengalami penurunan dari post-intervention 2 dengan persentasi 75% turun sebesar 5% menjadi 70% pada post-intervention 3. b. Perubahan sikap responden mengenai antibiotika (post-intervention 3) Hasil yang diperoleh sesudah diberi intervensi seminar, terjadi peningkatan sikap responden yaitu dari kategori tinggi sebelum intervensi sebesar

62 46 0% dan sesudah intervensi seminar (post-intervention 3) 2 bulan setelah diberikan intervensi seminar, meningkat menjadi 75%, kategori sedang sebelum intervensi sebesar 47,5% dan sesudah intervensi menjadi 25%, kategori rendah sebelum intervensi sebesar 52,50% dan sesudah intervensi menurun menjadi 0%. Hasil untuk aspek sikap mengalami penurunan dari post-intervention 2 dengan persentasi 77,5% turun sebesar 2,5% menjadi 75% pada post-intervention 3. c. Perubahan tindakan responden mengenai antibiotika post-intervention 3) Hasil yang diperoleh sesudah diberi intervensi seminar, terjadi peningkatan sikap responden yaitu dari kategori tinggi sebelum intervensi sebesar 5% dan sesudah intervensi seminar (post-intervention ketiga) 2 bulan sesudah diberikan intervensi seminar, meningkat menjadi 65%, kategori sedang sebelum intervensi sebesar 15% dan sesudah intervensi menjadi 35% kategori rendah sebelum intervensi sebesar 80% dan sesudah intervensi menurun menjadi 0%. Hasil untuk aspek tindakan mengalami peningkatan dari post-intervention 2 dengan persentasi 50% naik sebesar 15% menjadi 65% pada post-intervention 3. Ringkasan hasil penelitian tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan berdasarkan kategori baik responden setelah diberi intervensi seminar (postintervention 1, post-intervention 2, post-intervention 3) disajikan dalam gambar 2 berikut ini.

63 47 100,00% 97,5% R e s p o n d e n 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 87,5% 75% 80% 70% 77,5% 75% 65% 50% 5% 0% 2,5% Pre Post 1 Post 2 Post 3 Pengetahuan Sikap Tindakan Gambar 2. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Pengetahuan, Sikap, Tindakan dengan Kategori Baik pada Pre, Post 1, Post 2, Post 3 D. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah diberi Intervensi Seminar Untuk mengetahui pengaruh seminar antibiotika yang diberikan terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan responden mengenai antibiotika dapat dilihat dari tingkatan nilai pre-intervention, post-intervention sesudah diberikan intervensi, post-intervention bulan 1, dan post-intervention bulan 2 setelah diberi intervensi seminar, dapat dilihat juga pada nilai uji statistik yang digunakan yaitu beda Paired T-Test (jika data terdistribusi normal) dan Wilcoxon (jika data terdistribusi tidak normal). Taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95%.

64 48 Pengujian homogenitas data menggunakan uji Levene s Test untuk menentukan apakah varians dari kelompok yang dibandingkan homogen dengan melihat besarnya nilai p. Apabila nilai p>0,05 maka varians dari kelompok yang dibandingkan adalah varians homogen. Apabila nilai p<0,05 maka varians dari kelompok yang dibandingkan adalah varians tidak homogen. Pengujian normalitas data menggunakan uji Shappiro-Wilk karena jumlah sampel yang digunakan kurang dari 50 responden. Nilai p<0,05 maka data terdistribusi tidak normal sehingga data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. 1. Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah diberi Intervensi Seminar Untuk mengetahui adanya peningkatan pengetahuan mengenai definisi antibiotika, cara penggunaan antibiotika, aturan penggunaan, cara memperoleh antibiotika, tempat memperoleh antibiotika, resistensi antibiotika setelah diberikan intervensi seminar, maka dilakukan perbandingan nilai pre-intervention -post intervention sesudah diberi intervensi, post intervention 2 (1 bulan sesudah diberi intervensi seminar), post-intervention 3 (2 bulan sesudah diberi intervensi seminar). Berdasarkan gambar 3, dapat dilihat peningkatan pengetahuan responden mengenai definisi antibiotika, cara penggunaan antibiotika, aturan penggunaan, cara memperoleh antibiotika, tempat memperoleh antibiotika, resistensi antibiotika, sebelum diberi intervensi dan sesudah diberi intervensi, dimana tingkatan pengetahuan sebelum diberi intervensi seminar (preintervention) untuk kategori rendah sebesar 50% (20 responden), kategori sedang sebesar 47,5% (19 orang), kategori tinggi sebesar 2,5% (1 responden). Tingkatan pengetahuan sesaat sesudah diberi intervensi seminar (post-intervention 1) untuk

65 49 kategori rendah sebesar 0% (0 responden), kategori sedang sebesar 2,5% (1 orang), kategori tinggi sebesar 97,5% (39 responden). Tingkatan pengetahuan 1 bulan sesudah diberi intervensi seminar (post-intervention 2) untuk kategori rendah sebesar 0% (0 responden), kategori sedang sebesar 25% (10 orang), kategori tinggi sebesar 75% (30 responden). Tingkatan pengetahuan 2 bulan sesudah diberi intervensi seminar (post-intervention 3) untuk kategori rendah sebesar 0% (0 responden), kategori sedang sebesar 30% (12 orang), kategori tinggi sebesar 70% (28 responden). Berdasarkan hasil tingkatan pengetahuan pada pre-intervention, postintervention 1 terjadi peningkatan pengetahuan responden mengenai definisi antibiotika, cara penggunaan antibiotika, aturan penggunaan, cara memperoleh antibiotika, tempat memperoleh antibiotika, resistensi antibiotika, sebelum diberi intervensi seminar dan sesudah diberi intervensi seminar. Pada post-intervention 2 terjadi penurunan dari hasil post-intervention 1, pada post-intervention 3 terjadi terjadi penurunan dari hasil post-intervention 1 dan post-intervention 2. Penurunan ini terjadi mungkin saja disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seperti paparan media massa, dimana seseorang yang sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki (Notoadmodjo, 2007). Ringkasan hasil penelitian tingkat pengetahuan responden sesudah diberikan intervensi seminar disajikan dalam gambar 3 berikut :

66 50 100,00% R e s p o n d e n 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 53% 47,5% 87,5% 12,5% 78% 75% 23% 25% Tinggi Sedang Rendah 0,00% 0% 0% 0% 0% Pre Post 1 Post 2 Post 3 Gambar 3. Peningkatan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Pengetahuan dengan Katogori Tinggi, Sedang, Rendah pada Pre dan Post Intervention Seminar Hasil uji statistik menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan mengenai definisi antibiotika, cara penggunaan antibiotika, aturan penggunaan, cara memperoleh antibiotika, tempat memperoleh antibiotika, resistensi antibiotika. Hal ini didasarkan pada hasil nilai signifikasi uji Wilcoxon (karena data tidak terdistribusi normal) post-intervention 1 sebesar 3.44e-08 (p<0,05), posttes 2 sebesar 3.43e-08 (p<0,05), dan post-intervention 3 sebesar 5.071e-08 (p<0,05). Nilai p-value yang didapatkan <0,05 sehingga membuktikan bahwa adanya perubahan pengetahuan responden antara pre-intervention dan postintervention yang dilakukan setelah diberikan intervensi seminar. 2. Tingkat Sikap Sebelum dan Sesudah diberi Intervensi Seminar Untuk mengetahui adanya peningkatan sikap mengenai motivasi belajar, pemilihan penggunaan yang tepat setelah diberikan intervensi seminar, maka

67 51 dilakukan perbandingan nilai pre-post intervention 1, post intervention 2, post intervention 3. Berdasarkan gambar 4 dibawah ini, dapat dilihat peningkatan sikap responden mengenai motivasi belajar dan pemilihan penggunaan yang tepat sebelum dan sesudah diberi intervensi, dimana tingkatan sikap sebelum diberi intervensi seminar (pre-intervention) untuk kategori rendah sebesar 52,5% (21 responden), kategori sedang sebesar 47,5% (19 orang), kategori tinggi sebesar 0% (0 responden). Tingkatan sikap sesaat sesudah diberi intervensi seminar (postintervention 1) untuk kategori rendah sebesar 0% (0 responden), kategori sedang sebesar 12,5% (5 orang), kategori tinggi sebesar 87,5% (35 responden). Tingkatan pengetahuan 1 bulan sesudah diberi intervensi seminar (post-intervention 2) untuk kategori rendah sebesar 0% (0 responden), kategori sedang sebesar 22,5% (9 orang), kategori tinggi sebesar 77,5% (31 responden). Tingkatan pengetahuan 2 bulan sesudah diberi intervensi seminar (post-intervention 3) untuk kategori rendah sebesar 0% (0 responden), kategori sedang sebesar 25% (10 orang), kategori tinggi sebesar 75% (30 responden). Berdasarkan hasil tingkatan pengetahuan pada pre-intervention, postintervention 1, terjadi peningkatan sikap responden mengenai motivasi belajar dan pemilihan penggunaan antibiotika yang tepat, sebelum dan sesudah diberi intervensi seminar. Pada post-intervention 2 terjadi penurunan dari hasil postintervention 1, pada post-intervention 3 terjadi terjadi penurunan dari hasil postintervention 1 dan post-intervention 2. Penurunan ini terjadi mungkin saja disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi sikap seperti pengalaman pribadi dimana dengan tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek

68 52 cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut, pengaruh orang lain yang dianggap penting dimana pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting (Azwar, 2007). Ringkasan hasil penelitian tingkat sikap responden sesudah diberikan intervensi seminar disajikan dalam gambar 4 berikut 100,00% R e s p o n d e n 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 53% 47,5% 87,5% 12,5% 78% 23% 75% 25% Tinggi Sedang Rendah 0,00% 0% 0% 0% 0% Pre Post 1 Post 2 Post 3 Gambar 4. Peningkatan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Sikap dengan Katogori Tinggi, Sedang, Rendah pada Pre dan Post Intervention Seminar Hasil uji statistik menunjukkan adanya peningkatan sikap responden mengenai motivasi belajar dan pemilihan penggunaan antibiotika yang tepat. Hal ini didasarkan pada hasil nilai signifikasi uji wilcoxon (karena data tidak terdistribusi normal) post-intervention 1 sebesar 2.2e-16 (p<0,05), postintervention 2 sebesar 3.533e-08 (p<0,05), dan post-intervention 3 sebesar 3.755e- 08 (p<0,05). Nilai p-value yang didapatkan <0,05 sehingga membuktikan bahwa adanya perubahan pengetahuan responden antara pre-intervention dan postintervention yang dilakukan sesudah diberikan intervensi seminar.

69 53 3. Tingkat Tindakan Sebelum dan Sesudah diberi Intervensi Seminar Untuk mengetahui adanya peningkatan tindakan mengenai penggunaan antibotika dan upaya pencegahan resistensi antibiotika sesudah diberikan intervensi seminar, maka dilakukan perbandingan nilai pre-intervention,postintervention 1, post-intervention 2, post-intervention 3. Berdasarkan gambar 15 dibawah ini, dapat dilihat peningkatan tindakan responden mengenai penggunaan antibotika dan upaya pencegahan resistensi antibiotika, sebelum diberi intervensi dan sesudah diberi intervensi, dimana tingkatan tindakan sebelum diberi intervensi seminar (pre-intervention) untuk kategori rendah sebesar 80% (32 responden), kategori sedang sebesar 15% (6 orang), kategori tinggi sebesar 5% (2 responden). Tingkatan tindakan sesaat sesudah diberi intervensi seminar (postintervention 1) untuk kategori rendah sebesar 0% (0 responden), kategori sedang sebesar 20% (8 responden), kategori tinggi sebesar 80% (32 responden). Tingkatan tindakan 1 bulan sesudah diberi intervensi seminar (post-intervention 2) untuk kategori rendah sebesar 0% (0 responden), kategori sedang sebesar 50% (20 orang), kategori tinggi sebesar 50% (20 responden). Tingkatan tindakan 2 bulan sesudah diberi intervensi seminar (post-intervention 3) untuk kategori rendah sebesar 0% (0 responden), kategori sedang sebesar 35% (14 orang), kategori tinggi sebesar 65% (26 responden). Berdasarkan hasil tingkatan tindakan pada pre-intervention, postintervention 1 terjadi peningkatan tindakan responden mengenai antibotika dan upaya pencegahan resistensi antibiotika, sebelum dan sesudah diberi intervensi seminar. Pada post- intervention 2 terjadi penurunan dari hasil post- intervention

70 54 1, pada post- intervention 3 terjadi terjadi penurunan dari hasil post-intervention 1 dan terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan hasil post-intervention 2. Penurunan pada hasil post-intervention 2 ini terjadi mungkin saja disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan seperti pengetahuan dimana pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, faktor pendorong yang menguatkan perilaku seperti terwujud dalam sikap seperti dukungan dari tenaga kesehatan (Notoadmodjo, 2007), sedangkan peningkatan pada hasil post-intervention 3 mungkin saja disebabkan oleh faktor pendorong seperti tindakan dari para tenaga kesehatan di sekitar lingkungan yang menjadi panutan bagi responden. Ringkasan hasil penelitian tingkatan tindakan responden sesudah diberikan intervensi seminar disajikan dalam gambar 5 berikut 90% R e s p o n d e n 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 80% 80% 65% 50% 35% 20% 15% 5% 0% 0% 0% Pre Post 1 Post 2 Post 3 Tinggi Sedang Rendah Gambar 5. Peningkatan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Tindakan dengan Katogori Tinggi, Sedang, Rendah pada Pre dan Post Intervention Seminar

71 55 Hasil uji statistik menunjukkan adanya peningkatan tindakan mengenai antibotika dan upaya pencegahan resistensi antibiotika. Hal ini didasarkan pada hasil nilai signifikasi uji Wilcoxon (karena data tidak terdistribusi normal) postintervention 1 sebesar 0,000, post-intervention 2 sebesar 0,000 dan postintervention 3 sebesar 0,000. Nilai p-value yang didapatkan <0,05 sehingga membuktikan bahwa adanya perubahan tindakan responden antara preintervention dan post-intervention yang dilakukan sesudah diberikan intervensi seminar.

72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Karakteristik demografis masyarakat Kecamatan Gondokusuman adalah usia tahun merupakan usia terbanyak dengan persentase 55%. Tingkat pendidikan responden di Kecamatan Gondokusuman adalah SMA sebesar 55%. Jenis pekerjaan responden di Kecamatan Gondokusuman wiraswasta sebanyak 37,5%. 2. Sebelum diberikan intervensi seminar pada aspek pengetahuan jumlah responden 50% rendah, 47,5% sedang, 2,5% responden tinggi. Aspek sikap jumlah responden 52,5% rendah, 47,5%, sedang dan 0% tinggi. Aspek tindakan, jumlah responden 80% rendah, 15% sedang dan 5% tinggi. 3. Setelah intervensi seminar, terdapat peningkatan bermakna pada aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. Hasil pengetahuan post-intervention pertama, jumlah responden 97,5% tinggi, 2,5% sedang, dan 0% rendah. Hasil pengetahuan post-intervention kedua, jumlah responden 75% tinggi, 25% sedang dan 0% rendah. Hasil pengetahuan post intervention ketiga, jumlah responden 70% tinggi, 30% sedang dan 0% rendah. Hasil sikap post intervention pertama, jumlah responden 87,5% tinggi, 12,5% sedang, dan 0% rendah. Hasil sikap post-intervention kedua, jumlah responden 77,5% tinggi, 22,5% sedang dan 0% rendah. Hasil sikap post-intervention ketiga, jumlah responden 75% tinggi, 25% sedang dan 0% rendah. Hasil 56

73 57 tindakan post-intervention pertama, jumlah responden 80% tinggi, 20% sedang, dan 0% rendah. Hasil tindakan post-intervention kedua, jumlah responden 50% tinggi, 50% sedang dan 0% rendah. Hasil tindakan postintervention ketiga, jumlah responden 65% responden tinggi, 35% sedang dan 0% pengetahuan rendah. 4. Terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta setelah diberikan intervensi seminar. B. Saran Untuk peneliti selanjutnya, perlu membahas lebih lanjut mengenai pengaruh karakteristik demografi responden terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai antibiotika sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan.

74 58 DAFTAR PUSTAKA AAFP, 2009, Controlling Antibiotic Resistance: Will We Someday See Limited Prescribing Autonomy?, American Academy of Family Physicians, diakses tanggal 12 Mei Astuti, A., 2009, Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Rabies Pada Siswa Sekolah Dasar Di Provinsi Sumatera Barat, Skripsi, Institut Pertanian, Bogor. Azwar, 2007, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal.160. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia,Badan POM RI, Jakarta. Berardi, R.R., 2006, Handbook of Non Prescription Drugs, American Pharmacist Association, New York. Bisht, R., Katiyar, A., Singh, R., Mittal, P., 2009, Antibiotic Resistance-a Global issue of Concern, Asian Journal of Pharmaceuticals and Clinical Research, 2. (2),35. Budiman dan Riyanto, 2013, Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta, hal. 12. Crapps, R., 2008, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, diterjemahkan bebas oleh M.Hardjana, Kanisius, Yogyakarta, hal Dahlan, M., 2008, Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta, hal 87. Depkes RI, 2009m Profil Kesehatan Indonesia, Departemen Republik Indonesia, Jakarta, hal. 7.

75 59 Dewi, M., Wawan, A., 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta, hal. 72. Dyandra, 2010, Media Massa Elektronik, umm. ac. Id /2010/07/13/media-massa-elektronik.pdf/, diakses tanggal 3 Mei Enterprise, J., 2010, 30 Bisnis Berbasis Ide bagi Siapa pun, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal.186. Eriyanto, 2008, Teknik Sampling : Analisis Opini Publik, Lkis, Yogyakarta, hal Fitriani, S., 2011, Promosi Kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal Hendra, AW., 2008, Pengetahuan, /01/27/Pengetahuan/, diakses tanggal 2 mei Katzung, B.G., Masters,S. B.,Trevor, AJ., 2012, Basic and Clinical Pharmacology, 12th edition, Mc Graw Hill, New York, pp ; Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Cetakan 1, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 17. Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 27. Notoadmodjo, S., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, hal 1-2, 87. Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi farmasi, Penerbit Erlangga, Jakarta,hal Profetto-McGrath dkk., 2010, Canadian Essentials of Nursing Research, Lippincott William and Wilkins, Philadelphia, pp Sanjoyo, R., 2009, Obat Biometik Farmakologi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, diakses tanggal 3 Mei Sarwono, 2008, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, CV. Sagung Seto, Jakarta, hal. 68. Setiabudy, R., 2008, Farmakologi dan terapi, Edisi 5, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal

76 60 Setiawati, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 36. Suara Pembaruan, 2011, Indonesia Peringkat Ke-8 Kebal Obat di Dunia, diakses tanggal 16 Februari Supranto, J., 2007, Statistik untuk Pemimpin Berwawasan Global, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, hal. 77. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, PT Imperial Bhakti Utama, Jakarta, hal Todar, K., 2011, Online Textbook of Bacteriology, diakses tanggal 12 mei Tripathi, K. D., 2008, Essensials of Medical Pharmacology, 6 th Edition, Jaypee Brothers Medical Publisher, pp Utami, E.,R., 2012, Antibiotika, Resistensi dan Rasionalitas Terapi, Saintis, (1), 126, 129. Whitehall, J., 2012, Antibiotics, diakses tanggal 20 Desember Widayati, A., Sri Suryawti, Charlotte de Crespigny, dan Janet E. Hiller Knowledge and beliefs about antibiotics among people in Yogyakarta City Indonesia: A cross sectional population-based survey. Antimicrobial Resistance and infection Control 2012, 1:38.

77 61 LAMPIRAN

78 62 Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

79 63 Lampiran 2. Perpanjangan Surat Izin Penelitian

80 64 Lampiran 3. Dokumentasi Pelaksanaan Seminar

81 65

82 66 Lampiran 4. Surat Persetujuan Surat Persetujuan (Informed Consent) Yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Usia : Alamat : Menyatakan bahwa: 1. Saya telah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian yang berjudul: Peningkatan Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Pria Dewasa Tentang Antibiotika Dengan Metode Seminar 2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun, saya bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini dengan kondisi: Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasianya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah. 3. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan keluar dan tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa menyatakan alasan apapun. Demikian pernyataan ini saya buat sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun dan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada dan untuk kesehatan pribadi saya. Yogyakarta,... Saksi, Yang membuat pernyataan, (...) (...)

83 67 Lampiran 5. Revisi Pertama Uji Validitas Kuesioner Penelitian

84 68

85 69

86 70

87 71 Lampiran 6. Revisi Kedua Uji Validitas Kuesioner Penelitian

88 72

89 73

90 74 Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Pengetahuan Cronbach Test - Results: $sample.size [1] 30 $number.of.items [1] 20 $alpha [1] Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Sikap Cronbach Test - Results: $sample.size [1] 30 $number.of.items [1] 10 $alpha [1] Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Aspek Tindakan Cronbach Test - Results: $sample.size [1] 30 $number.of.items [1] 10 $alpha [1]

91 75 Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Pengetahuan > shapiro.test(data1$pre) Shapiro-Wilk normality test data: data1$pre W = , p-value = > shapiro.test(data1$post1) Shapiro-Wilk normality test data: data1$post1 W = , p-value = > shapiro.test(data1$post2) Shapiro-Wilk normality test data: data1$post2 W = 0.905, p-value = > shapiro.test(data1$post3) Shapiro-Wilk normality test data: data1$post3 W = , p-value =

92 76 Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Sikap > shapiro.test(data1$pre) Shapiro-Wilk normality test data: data1$pre W = , p-value = > shapiro.test(data1$post1) Shapiro-Wilk normality test data: data1$post1 W = , p-value = > shapiro.test(data1$post2) Shapiro-Wilk normality test data: data1$post2 W = , p-value = > shapiro.test(data1$post3) Shapiro-Wilk normality test data: data1$post3 W = , p-value =

93 77 Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas Data Aspek Tindakan > shapiro.test(data1$pre) Shapiro-Wilk normality test data: data1$pre W = , p-value = > shapiro.test(data1$post1) Shapiro-Wilk normality test data: data1$post1 W = , p-value = > shapiro.test(data1$post2) Shapiro-Wilk normality test data: data1$post2 W = , p-value = > shapiro.test(data1$post3) Shapiro-Wilk normality test data: data1$post3 W = , p-value =

94 78 Lampiran 13. Hasil Uji Signifikansi Data Aspek Pengetahuan > wilcox.test(data1$pre,data1$post1, paired=t) Wilcoxon signed rank test with continuity correction data: data1$pre and data1$post1 V = 0, p-value = 3.44e-08 > wilcox.test(data1$pre,data1$post2, paired=t) Wilcoxon signed rank test with continuity correction data: data1$pre and data1$post2 V = 0, p-value = 3.43e-08 > wilcox.test(data1$pre,data1$post3, paired=t) Wilcoxon signed rank test with continuity correction data: data1$pre and data1$post3 V = 0, p-value = 5.071e-08

95 79 Lampiran 14. Hasil Uji Signifikansi Data Aspek Sikap > wilcox.test(data1$pre,data1$post1, paired=t) Wilcoxon signed rank test with continuity correction data: data1$pre and data1$post1 V = 0, p-value = 3.533e-08 > wilcox.test(data1$pre,data1$post2, paired=t) Wilcoxon signed rank test with continuity correction data: data1$pre and data1$post2 V = 0, p-value = 3.588e-08 > wilcox.test(data1$pre,data1$post3, paired=t) Wilcoxon signed rank test with continuity correction data: data1$pre and data1$post3 V = 1, p-value = 3.813e-08

96 80 Lampiran 15. Hasil Uji Signifikansi Data Aspek Tindakan > wilcox.test(data1$pre,data1$post1, paired=t) data: data1$pre and data1$post1 V = 1, p-value = 3.855e-08 > t.test(data1$pre,data1$post2,paired=t) Paired t-test data: data1$pre and data1$post2 t = , df = 39, p-value = 3.845e-15 > wilcox.test(data1$pre,data1$post3, paired=t) data: data1$pre and data1$post3 V = 0, p-value = 3.537e-08

97 81 Lampiran 16. Kuesioner Uji Pemahaman Bahasa I. Tingkat Pengetahuan mengenai Antibiotika Berilah tanda cek ( ) pada kolom yang tersedia jika anda mengerti dengan kalimat pernyataan di bawah. PERNYATAAN 1. Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati segala jenis penyakit. 2. Antibiotika digunakan untuk mengobati penyakit infeksi jamur. 3. Antibiotika digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. 4. Penggunaan antibiotika dihentikan jika gejala penyakit sudah hilang. 5. Antibiotika harus digunakan sampai habis meskipun gejala sudah hilang. 6. Antibiotika harus digunakan sesuai dengan petunjuk dokter. 7. Terjadinya resistensi (kekebalan kuman) dapat disebabkan oleh penggunaan antibiotika yang tidak sesuai anjuran dokter. 8. Neomisin salep bisa diperoleh di apotek tanpa resep dokter 9. Antibiotika dapat diminum kapan saja, ketika merasa sakit.

98 Tablet Amoksisilin bisa diperoleh di apotek dengan resep dokter 11. Antibiotika dapat diminum bersama susu, teh atau kopi. 12. Antibiotika yang aman dapat juga dibeli di toko/warung obat 13. Antibiotika yang aman harus dibeli di Apotek 14. Antibiotika bisa diperoleh dari bidan/mantri 15. Antibiotika diminum 3-4 kali sehari selama 5 sampai 7 hari 16. Jika saya lupa meminum antibiotika maka saya harus segera minum sesuai dengan dosis dan aturan pakai. 17. Neomisin salep dioleskan/digunakan 1 kali sehari 18. Resistensi artinya bakteri kebal terhadap antibiotika jadi siapapun yang terserang bakteri tersebut tidak dapat diobati dengan antibiotika apapun 19. Jika terjadi resistensi (kekebalan bakteri) maka antibiotika tidak dapat membasmi bakteri yang bersangkutan 20. Penggunaan antibiotika yang tepat dapat membahayakan semua orang

99 83 II. Pernyataan Sikap Responden Terkait Antibiotika Berilah tanda cek ( ) pada kolom yang tersedia jika anda mengerti dengan kalimat pernyataan di bawah. NO PERNYATAAN 1 Setiap kali sakit, saya memilih tidak berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu jika ingin menggunakan antibiotika. 2 Menurut saya, saya dapat memberikan antibiotika yang saya gunakan kepada anggota keluarga yang sedang sakit. 3 Saya suka menyimpan antibiotika di kotak obat untuk persiapan. 4 Saya lebih memilih meminum antibiotika ketika batuk daripada obat yang lain. 5 Saya lebih memilih menggunakan antibiotika yang diresepkan dokter daripada menggunakan sisa antibiotika keluarga lain. 6 Saya lebih suka memperoleh informasi tentang antibiotika dari dokter daripada bidan dan perawat 7 Saya lebih suka memanfaatkan media internet yang terpercaya sebagai sumber informasi tentang antibiotika daripada brosur/leaflet. 8 Saya lebih baik menghabiskan antibiotika yang digunakan untuk menghindari resistensi. 9 Saya lebih suka membeli antibiotika di apotek meskipun mahal. 10 Saya lebih suka membeli antibiotika di toko/warungobat karena lebih murah.

100 84 III.Tindakan Responden Terkait Antibiotika Berilah tanda cek ( ) pada kolom yang tersedia jika anda mengerti dengan kalimat pernyataan di bawah. No PERNYATAAN 1 Saya akan langsung membeli antibiotika di apotek tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu agar lebih hemat. 2 Saya dapat memberikan sisa antibiotika yang saya gunakan kepada anggota keluarga lain yang sedang sakit. 3 Jika merasa sudah sembuh, saya akan menghentikan penggunaan antibiotik. 4 Jika ada luka bernanah saya tidak akan menggunakan antibiotik untuk mengobatinya dengan cara ditaburkan 5 Jika terjadi reaksi alergi antibiotika maka saya akan memeriksakannya ke dokter. 6 Saya akan memberikan antibiotika yang sedang saya gunakan pada hewan peliharaan yang sakit agar lekas sembuh. 7 Saya akan mengatur alarm agar tidak lupa minum antibiotika. 8 Saya tidak selalu minta diresepkan antibiotika jika saya periksa ke dokter supaya sakitnya segera sembuh. 9 Antibiotika yang sudah diresepkan oleh dokter akan saya gunakan sampai habis. 10 Karena takut resisten (kebal) terhadap antibiotika, saya tidak akan mau menggunakan antibiotika yang diresepkan oleh dokter.

101 85 Lampiran 17. Kuesioner Penelitian (Pre Dan Post-Intervention) Tuliskan identitas Saudari pada tempat yang telah tersedia di bawah ini. Data ini hanya untuk keperluan penelitian saja dan dijamin kerahasiaannya. Nama Umur : : Jenis Kelamin : Pekerjaan No HP : : Alamat(RT/RW) Kampung/Dusun Desa Kecamatan : : : :

102 86 PETUNJUK PENGISIAN I. Tingkat Pengetahuan mengenai Antibiotika Berilah tanda cek ( ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pernyataan di bawah PERNYATAAN JAWABAN Ya Tidak 1. Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati segala jenis penyakit. 2. Antibiotika digunakan untuk mengobati penyakit infeksi jamur. 3. Antibiotika digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. 4. Penggunaan antibiotika dihentikan jika gejala penyakit sudah hilang. 5. Antibiotika harus digunakan sampai habis meskipun gejala sudah hilang. 6. Antibiotika harus digunakan sesuai dengan petunjuk dokter. 7. Terjadinya resistensi (kekebalan bakteri) dapat disebabkan oleh penggunaan antibiotika yang tidak sesuai anjuran dokter. 8. Neomisin salep bisa diperoleh di apotek tanpa resep dokter 9. Antibiotika dapat diminum kapan saja, ketika merasa sakit.

103 Tablet Amoksisilin bisa diperoleh di apotek dengan resep dokter 11. Antibiotika dapat diminum bersama susu, teh atau kopi. 12. Antibiotika yang aman dapat juga dibeli di toko/warung obat 13. Antibiotika yang aman harus dibeli di Apotek 14. Antibiotika bisa diperoleh dari bidan/mantri 15. Antibiotika diminum 3-4 kali sehari selama 5 sampai 7 hari 16. Jika saya lupa meminum antibiotika maka saya harus segera minum sesuai dengan dosis dan aturan pakai. 17. Neomisin salep dioleskan/digunakan 1 kali sehari 18. Resistensi artinya bakteri kebal terhadap antibiotika jadi siapapun yang terserang bakteri tersebut tidak dapat diobati dengan antibiotika apapun 19. Jika terjadi resistensi (kekebalan bakteri) maka antibiotika tidak dapat membasmi bakteri yang bersangkutan 20. Penggunaan antibiotika yang tepat dapat membahayakan semua orang

104 88 II. Pernyataan Sikap Responden Terkait Antibiotika Berilah tanda Check ( ) pada kolom tersedia yang anda anggap paling sesuai: STS bila Sangat Tidak Setuju TS bila Tidak Setuju S bila Setuju SS bila Sangat Setuju NO PERNYATAAN JAWABAN STS TS S SS 1 Setiap kali sakit, saya memilih tidak berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu jika ingin menggunakan antibiotika. 2 Menurut saya, saya dapat memberikan antibiotika yang saya gunakan kepada anggota keluarga yang sedang sakit. 3 Saya suka menyimpan antibiotika di kotak obat untuk persiapan. 4 Saya lebih memilih meminum antibiotika ketika batuk daripada obat yang lain. 5 Saya lebih memilih menggunakan antibiotika yang diresepkan dokter daripada menggunakan sisa antibiotika keluarga lain. 6 Saya lebih suka memperoleh informasi tentang antibiotika dari dokter daripada bidan dan perawat 7 Saya lebih suka memanfaatkan media internet yang terpercaya sebagai sumber informasi tentang antibiotika daripada brosur/leaflet

105 89 8 Saya lebih suka menghabiskan antibiotika yang digunakan untuk menghindari resistensi. 9 Saya lebih suka membeli antibiotika di apotek meskipun mahal. 10 Saya lebih suka membeli antibiotika di toko/warung obat karena lebih murah.

106 90 III. Tindakan Responden Terkait Antibiotika Berilah tanda Check ( ) pada kolom tersedia yang anda anggap paling sesuai: STS bila Sangat Tidak Setuju TS bila Tidak Setuju S bila Setuju SS bila Sangat Setuju No 1 PERNYATAAN Saya akan langsung membeli antibiotika di apotek tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu agar lebih hemat. JAWABAN T S S ST S S S 2 Saya dapat memberikan sisa antibiotika yang saya gunakan kepada anggota keluarga lain yang sedang sakit. 3 Jika merasa sudah sembuh, saya akan menghentikan penggunaan antibiotika. 4 Jika ada luka bernanah saya tidak akan menggunakan antibiotika untuk mengobatinya dengan cara ditaburkan 5 Jika terjadi reaksi alergi antibiotika maka saya akan memeriksakannya ke dokter. 6 Saya akan memberikan antibiotika yang sedang saya gunakan pada hewan peliharaan yang sakit agar lekas sembuh. 7 Saya akan mengatur alarm agar tidak lupa minum antibiotika. 8 Saya tidak akan minta diresepkan antibiotika jika saya periksa ke dokter supaya sakitnya segera sembuh.

107 91 9 Antibiotika yang sudah diresepkan oleh dokter akan saya gunakan sampai habis. 10 Karena takut resisten (kebal) terhadap antibiotika, saya tidak akan mau menggunakan antibiotika yang diresepkan oleh dokter.

108 92 Lampiran 18. Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian 1. Tingkat Pengetahuan Mengenai Antibiotika PERNYATAAN JAWABAN Ya Tidak 1. Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati segala jenis penyakit Antibiotika digunakan untuk mengobati penyakit infeksi jamur Antibiotika digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Penggunaan antibiotika dihentikan jika gejala penyakit sudah hilang Antibiotika harus digunakan sampai habis meskipun gejala sudah hilang Antibiotika harus digunakan sesuai dengan petunjuk dokter Terjadinya resistensi (kekebalan kuman) dapat disebabkan oleh penggunaan antibiotika yang tidak sesuai anjuran dokter Neomisin salep bisa diperoleh di apotek tanpa resep dokter Antibiotika dapat diminum kapan saja, ketika merasa sakit. 10. Tablet Amoksisilin bisa diperoleh di apotek

109 93 dengan resep dokter 11. Antibiotika dapat diminum bersama susu, teh atau kopi Antibiotika yang aman dapat juga dibeli di toko/warung obat Antibiotika yang aman harus dibeli di Apotek Antibiotika bisa diperoleh dari bidan/mantri 15. Antibiotika diminum 3-4 kali sehari selama 5 sampai 7 hari Jika saya lupa meminum antibiotika maka saya harus segera minum sesuai dengan dosis dan aturan pakai Neomisin salep dioleskan/digunakan 1 kali sehari Resistensi artinya bakteri kebal terhadap antibiotika jadi siapapun yang terserang bakteri tersebut tidak dapat diobati dengan antibiotika apapun Jika terjadi resistensi (kekebalan bakteri) maka antibiotika tidak dapat membasmi bakteri yang bersangkutan 20. Penggunaan antibiotika yang tepat dapat membahayakan semua orang

110 94 2. Pernyataan Sikap Responden Terkait Antibiotika NO PERNYATAAN JAWABAN STS TS S SS Setiap kali sakit, saya memilih tidak berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu jika ingin menggunakan antibiotika. Menurut saya, saya dapat memberikan antibiotika yang saya gunakan kepada anggota keluarga yang sedang sakit. 3 Saya suka menyimpan antibiotika di kotak obat untuk persiapan Saya lebih memilih meminum antibiotika ketika batuk daripada obat yang lain. Saya lebih memilih menggunakan antibiotika yang diresepkan dokter daripada menggunakan sisa antibiotika keluarga lain. Saya lebih suka memperoleh informasi tentang antibiotika dari dokter daripada bidan dan perawat Saya lebih suka memanfaatkan media internet yang terpercaya sebagai sumber informasi tentang antibiotika daripada brosur/leaflet. Saya lebih baik menghabiskan antibiotika yang digunakan untuk menghindari resistensi. Saya lebih suka membeli antibiotika di apotek meskipun mahal Saya lebih suka membeli antibiotika di toko/warungobat karena lebih murah

111 95 3. Tindakan Responden Terkait Antibiotika No 1 2 PERNYATAAN Saya akan langsung membeli antibiotika di apotek tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu agar lebih hemat. Saya dapat memberikan sisa antibiotika yang saya gunakan kepada anggota keluarga lain yang sedang sakit. 3 Jika merasa sudah sembuh, saya akan menghentikan penggunaan antibiotik. 4 Jika ada luka bernanah saya tidak akan menggunakan antibiotik untuk mengobatinya dengan cara ditaburkan 5 Jika terjadi reaksi alergi antibiotika maka saya akan memeriksakannya ke dokter. 6 Saya akan memberikan antibiotika yang sedang saya gunakan pada hewan peliharaan yang sakit agar lekas sembuh. 7 Saya akan mengatur alarm agar tidak lupa minum antibiotika. 8 9 Saya tidak selalu minta diresepkan antibiotika jika saya periksa ke dokter supaya sakitnya segera sembuh. Antibiotika yang sudah diresepkan oleh dokter akan saya gunakan sampai habis. JAWABAN STS TS S SS Karena takut resisten (kebal) terhadap antibiotika, saya tidak akan mau menggunakan antibiotika yang diresepkan oleh dokter

112 96 BIOGRAFI Alfonsa Liquory Seran, dilahirkan di Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tanggal 1 Agustus 1993, merupakan putri bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Blasius Seran dan Feronika Fore. Penulis menempuh pendidikan di SDK Atapupu ( ), SMPK Hati Tersuci Maria Halilulik ( ), SMAK Suria Atambua ( ) dan saat ini sedang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penulis terlibat dalam unit kegiatan mahasiswa Komonitas Paingan dan beberapa kegiatan organisasi seperti, sebagai volunteer dalam Kampanye Informasi Obat pada tahun 2012, Panitia Perayaan Pekan Suci 2013 sebagai seksi konsumsi, Panitia Seminar Nasional sebagai koordinator Devisi Dokumentasi dan Dekorasi (2013), dan sebagai peserta dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat yang lolos didanai oleh Dikti (2014).

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan 1. Antibiotik Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau

Lebih terperinci

membunuh menghambat pertumbuhan

membunuh menghambat pertumbuhan Pengertian Macam-macam obat antibiotika Cara kerja / khasiat antibiotika Indikasi dan kontraindikasi Dosis yang digunakan Efek samping dan cara mengatasinya Obat Antibiotika - 2 Zat kimia yang secara alami

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized 43 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized control group pretest-postest design (Notoadmojo, 2010). Rancangan ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sikap penggunaan antibiotik.

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TENTANG ANTIBIOTIKA MELALUI METODE SEMINAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN REMAJA LAKI-LAKI DI SMK NEGERI 4 KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TENTANG ANTIBIOTIKA DENGAN METODE CBIA (CARA BELAJAR INSAN AKTIF) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

O1 (X) O2. BAB lll METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design:

O1 (X) O2. BAB lll METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design: BAB lll METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design: one group pre and post test design atau disebut juga rancangan sebelum dan sesudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pelayanan Informasi Obat a. Definisi PIO (pelayanan informasi obat) adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design Pretest-Postest

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN WANITA USIA LANJUT PADA KELOMPOK PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK), KELURAHAN TERBAN, YOGYAKARTA TENTANG ANTIBIOTIKA DENGAN METODE SEMINAR SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Quasy Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan sebagai swamedikasi. Tindakan swamedikasi telah menjadi pilihan alternatif masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Rancangan yang digunakan adalah one group pretest-postest.

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN WANITA DEWASA DI DUSUN KRODAN TENTANG ANTIBIOTIKA DENGAN METODE SEMINAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan penelitian one group pre-test post-test design. Adapun rancangan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi perilaku atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Hadi, 000). Variabel penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antibiotika 1. Definisi Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode penelitian Pra Eksperimental yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode penelitian Pra Eksperimental yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan metode penelitian Pra Eksperimental yaitu penelitian yang menggunakan seluruh subjek dalam kelompok untuk diberi perlakuan. Dengan

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik 1 Nita Ayu Toraya, 2 Miranti Kania Dewi, 3 Yuli Susanti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Infeksi Nosokomial (INOS) Infeksi nosokomial (INOS) adalah infeksi yang tidak timbul atau mengalami inkubasi sebelum dirawat di rumah sakit, tetapi terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental yang menggunakan desain penelitian deskriptif komparasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment). Meneliti pengaruh program pelatihan pencegahan diare pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu, yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang ingin membandingkan dua atau tiga suatu masalah / hal dengan

BAB III METODE PENELITIAN. yang ingin membandingkan dua atau tiga suatu masalah / hal dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan deskriptif komparatif yaitu suatu penelitian yang ingin membandingkan dua atau tiga suatu masalah / hal dengan melihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin berkembang ini semakin banyak pula penyakit yang menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sedangkan desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre experimental design) dengan desain kelompok tunggal pretes dan postes (one group

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas adalah suatu pengukuran untuk menentukan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas bertujuan untuk melihat sejauh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian dengan melakukan percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Survei (metode survei). Kasiram (2008) dalam bukunya Metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan waktu 1. Tempat : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena

BAB III METODE PENELITIAN. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Quasi Experiment. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena eksperimen jenis

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN 41 BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tanggal 16 Februari hingga

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tanggal 16 Februari hingga III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tanggal 6 Februari hingga 3 Februari tahun pelajaran 009/00 di kelas VII MTs. GUPPI Natar. B. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam satu kelompok (One-group pre-post test design). Sebelum diberikan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam satu kelompok (One-group pre-post test design). Sebelum diberikan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pre experiment dengan pendekatan dalam satu kelompok (One-group pre-post test design). Sebelum diberikan pendidikan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental menggunakan metode cross sectional, yaitu penelitian yang mengukur hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 A. JENIS PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasy experiment dengan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan intervensi. Pada

Lebih terperinci

.BAB III METODE PENELITIAN. intervensi, kemuadian diobservasi lagi setelah intervensi.

.BAB III METODE PENELITIAN. intervensi, kemuadian diobservasi lagi setelah intervensi. .BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan design quasy experimental dengan pre post test control group design. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan dependent melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen semu dengan desain control group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang menghubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar variabel dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Penelitian : Komitmen Organisasi B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Komitmen organisasi adalah keinginan yang kuat untuk

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014 TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014 Dewi Rashati 1, Avia Indriaweni 1 1. Akademi Farmasi Jember Korespondensi :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test Design.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang disusun secara ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mendapatkan hasil gambaran secara menyeluruh tentang obyek dan subyek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang mempunyai efek mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman sedangkan toksisitasnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu untuk memberi gambaran fenomenayang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Dalam penelitian peningkatan pengetahuan ibu-ibu mengenai perilaku pengobatan sendiri dengan menggunakan metode CBIA di beberapa Kecamatan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini menggunakan quasy experimental study with kontrol group design. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini termasuk rancangan Quasy Experiment untuk menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien diabetes melitus.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotika 2.1.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian BAB III METODA PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2003).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang menggunakan 2 kelompok,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Ciri-ciri sebuah penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibuat secara sistematis dan logis, sehingga dapat dijadikan pedoman yang. betul-betul dan mudah diikuti secara mendasar.

BAB III METODE PENELITIAN. dibuat secara sistematis dan logis, sehingga dapat dijadikan pedoman yang. betul-betul dan mudah diikuti secara mendasar. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitiannya, penelitian ini berangkat dari adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif non eksperimental. Pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif non eksperimental. Pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif non eksperimental. Pengumpulan data secara terstruktur yang bersumber dari data primer, yaitu kuesioner yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional yang meneliti tentang hubungan antara variabel dependen dan independen. Metode yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian, dan mengkaji kesahihan hipotesis (Sudigdo, 1995). Jenis penelitian ini adalah deskripitif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasi deksriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian praeksperimen atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One Group Design Pretest-Postest.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting bagi masyarakat, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Obat yang sering diresepkan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian menyelidiki sejauhmana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang menghasilkan data hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010). 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Racangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik. Survei Analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan jenis rancangan survey yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. penelitian quasi eksperimen yaitu dengan pendekatan one group pre test post

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. penelitian quasi eksperimen yaitu dengan pendekatan one group pre test post BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian quasi eksperimen yaitu dengan pendekatan one group pre test post test design. Memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Pada dasarnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan data demi tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yang bersangkutan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian ini ialah, mendeskripsi, menganalisis, menfsirkan temuan

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian ini ialah, mendeskripsi, menganalisis, menfsirkan temuan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sehingga penelitian ini menekankan pengumpulan fakta dan identifikasi data. Komponen dalam metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group PreTest PostTest.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian korelasilasional bentuk bivariate, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah rancangan penelitian korelasi (hubungan/ asosiasi) yang mengkaji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari dinamika kolerasi antar faktor-faktor risiko dengan efek, dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan desain cross sectional, Alasan menggunakan ini yaitu penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu(quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu(quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu(quasi eksperiment research) dengan rancangan pra eksperimen yang berbentuk rancangan one group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan waktu. Dari segi metode penelitian dapat dibedakan menjadi:

Lebih terperinci

Tabel 3 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2011) Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen O1 X O2 Kontrol O3 - O4

Tabel 3 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2011) Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Eksperimen O1 X O2 Kontrol O3 - O4 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang berorientasi pada masa sekarang atau saat ini dan didesain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian memegang peranan penting dalam suatu penelitian, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian memegang peranan penting dalam suatu penelitian, karena BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian memegang peranan penting dalam suatu penelitian, karena salah satu ciri dari penelitian adalah terdapatnya suatu metode yang tepat dan sistematis sebagai penentu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Metode yang digunakan adalahh melalui pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci