: Cokhy Indira Fasha NIM : Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 9-21 Oktober 2001 Tanggal Laporan : 24 Oktober 2001

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ": Cokhy Indira Fasha NIM : Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 9-21 Oktober 2001 Tanggal Laporan : 24 Oktober 2001"

Transkripsi

1 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan V Pengukuran Laju Pertumbuhan dan Konsumsi Oksigen Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) pada Lingkungan yang Terdedah Detergen Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 9-21 Oktober 2001 Tanggal Laporan : 24 Oktober 2001 Asisten : Indah Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung 2001

2 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Pengukuran Laju Pertumbuhan dan Konsumsi Oksigen Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) pada Lingkungan yang Terdedah Detergen I. Pendahuluan Latar Belakang Salah satu aktivitas hidup yang terpenting adalah respirasi. Hal ini merupakan mekanisme pengambilan O2 yang akan digunakan dalam pengubahan molekul yang memiliki potensial energi tinggi(karbohidrat) ke molekul yang mengandung siap pakai (ATP) pada organisme. Proses respirasi yang sangat sensitif baik secara fisik maupun kimiawi terhadap zat lain. Hal ini akan mempengaruhi seluruh metabolisme dalam tubuh secara langsung ataupun tidak langsung. Kejadian inilah yang merupakan hal yang akan diamati pada percobaan ini. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Mengukur laju konsumsi oksigen ikan mas (Cyprinus carpio L.) dengan metode Winkler. 2. Mengukur frekuensi membuka menutupnya operkulum ikan mas(cyprinus carpio L.). 3. Mengetahui pengaruh detergen yang terlarut dalam air terhadap laju konsumsi oksigen ikan mas (Cyprinus carpio L.). B. Teori Dasar Perkembangan pada hewan dan tumbuhan tidak terbatas pada morfogenesis dan diferensiasi saja, melainkan mencakup juga suatu peningkatan besarnya organisme tersebut yang disebut pertumbuhan. Dalam pertumbuhan suatu organisme, biasanya dapat dibedakan menjadi beberapa periode. Periode pertama adalah periode lamban dengan adanya sedikit pertumbuhan. Selanjutnya periode lamban diikuti oleh periode logaritmik atau periode eksponen. Pada saat inilah, pertumbuhan yang mula-mula lambat mulai menjadi cepat. Ikan mengkonsumsi oksigen memamui insang yang kemudian dialirkan melalui sistem sirkulasi ke seluruh tubuh seperti tubuh bagian belakang, ginjal, saluran pencernaan, hati, dan tubuh bagian depan. Insang merupakan lipatan keluar dari permukaan tubuh terutama berfungsi untuk pertukaran gas. Luas permukaan insang labih luas daripada luas permukaan tubuh lainnya. Sebagai medium respiratori, air memiliki keuntungan dan kerugian. Salah satu keuntungannya ialah air ikut mempertahankan kelembaban membran respiratori dan salah satu kekurangannya ialah air mengandung kensentrasi oksigen yang rendah dibandingkan udara. Semakin asin dan panas air, semakin berkurang konsentrasi oksigennya. Sebagai bentuk adaptasinya, insang haruslah sangat efisien untuk mendapatkan oksigen dari dalam air. Salah satu proses yang membantunya adalah ventilasi, yang merupakan peningkatan arus medium respiratori (dalam hal ini air) pada permukaan respiratori (insang). Ventilasi ini akan membawa pasokan oksigen dan menghilangkan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh insang. Karena air lebih padat dan mengandung oksigen lebih sedikit daripada udara, ikan harus mengeluarkan energi lebih banyak untuk memventilasikan insangnya. Pengaturan kapilaritas dalam insang ikan juga meningkatkan pertukaran gas. Darah mengalir berlawanan arah dengan arah air melewati insang. Jal ini akan memingkinkan untuk oksigen ditransfer ke darah oleh proses yang dinamakan pertukaran arus balik. Ketika darah mengalir melalui kapiler, makin banyak oksigen yang ditransfer. Proses ini dapat menyebabkan oksigen dalam air bisa terserap sebesar 80%-nya. Proses pertukaran arus balik ini juga penting dalam termoregulasi. Pada ikan, peredaran darahnya tunggal, artinya darah hanya sekali melewati jantung dan disirkulasikan ke seluruh tubuh termasuk insang. Pada jantung, seluruhnya diisi dengan darah yang mengandung banyak CO2 dimana setelah dari jantung tersebut, darah langsung mengalir ke insang untuk mendapatkan pasokan oksigen dan pembuangan CO2. Skema peredaran oksigen oleh darah pada ikan digambarkan sebagai berikut :

3 Kenaikan kerja otot dan laju metabolisme berhubungan dengan pergerakan ikan akan menaikkan pengambilan O2 oleh insang dan meningkatkan penghantaran O2 ke jaringan. Kedua proses ini bisa dikatakan sebagai faktor pembatas dalam penentuan kemampuan pegerakan. Pada pergerakan yang berkelanjutan, pengambilan O2 dari air kali lebih besar dibandingkan pada saat istirahat. Hal ini disebabkan kenaikan transfer O2 sebagai hasil dari kenaikan keluaran cadiac output dan ventilasi insang. Faktor lain, termasuk perubahan konduktansi difusi O2 pada insang juga berkontribusi pada pengambilan O2 pada insang dan pengaturan tekanan oksigen arteri, terutama pada kegiatan berenang cepat ketika waktu transit darah pada insang sangat menurun. Pergerakan O2 melalui epitel respiratori insang dapat dirumuskan sebagai berikut : MO 2 = (KO 2. A. PO 2 )/ E Dimana KO2 adalah koefisien permeasi O2 (berhubungan dengan kapasitansi dan permeabilitas permukaan respiratori, A adalah luas permukaan respiratori yang fungsional, E adalah ketebalan barrrier difusi dan PO2 adalah gradien rata-rata tekanan parsial O2 antara darah dan air pada lingkungan. Faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi beberapa atau semua variabel diatas adalah : catecholamine, perfusi insang dan ventilasi insang. Pada saat instirahat, Catecholamines memiliki konsentrasi 10-9 M, dan jumlah ini dapat meningkat menjadi 2-3 kalinya pada dan setelah pergerakan. Beberapa percobaan menunjukkan bahwa kenaikan jumlah adrenalin (AD) akan meningkatkan MO2 dengan meningkatkan konduktansi difusi. Pada pergerakan, cardiac output meningkat 3-5 kali terutama disebabkan kenaikan dari stroke volume selain kenaikan frekuensi denyut jantung. Kenaikan perfusi insang pada pergerakan diikuti dengan kenaikan rata-rata tekanan aorta dorsal dan ventral serta tekanan denyut. Perfusi insang meliputi : 1. Area permukaan dan jarak difusi Pada saat instirahat, 60% lamela diperfusi, tetapi pada saat pergerakan dapat mencapai 100%. Hal ini terjadi karena penggabungan lamela distal dan dilatasi aktif dari arteriol aferen lamela. 2. Permeabilitas epitel Permeabilitas epitel juga mempengaruhi perfusi insang. Volume ventilasi insang meningkat ketika terjadi pergerakan sebagai hasil dari kenaikan kecil dari laju pernafasan dan perubahan besar dalam stroke volume. Kenaikan ventilasi dapat meningkatkan konduktansi difusi dengan mengurangi lapisan batas di sebelah lamela. Persentasi penggunaan O2 dari air yang mengalir melalui insang tidak menurun saat Vg meningkat, walaupun lam tinggalnya air dalam insang menurun secara drastis dari 250 ms pada saat istirahat ke 30 ms pada pegerakan bertempo tinggi. Pada pergerakan, PO2 membesar secara cepat sebagai hasil dari penurunan PvO2. Variabel yang mempengaruhi transpor O2 diatas akan mempengaruhi fluks CO2 secara berlawanan. CO2 ini harus dikeluarkan dari dalam tubuh karena akan menyebabkan keracunan. Keracunan CO 2 merupakan suatu proses pengasaman darah (asidosis) yang merupakan terjadinya reaksi yang menghasilkan asam karbonat secara berlebihan, dapat digambarkan sbb: CO 2(g) + H 2O(l) H 2CO 3(aq) II. Alat dan Bahan Alat Wadah plastik Timbangan digital Gelas Beker Botol Winkler Erlenmeyer 3 L Pipet, buret dan statif Bahan Ikan mas (Cyprinus carpio L.) Detergen Air Larutan Na2S2O3 Larutan H2SO4 pekat Larutan KOH-KI Larutan MnSO4

4 III. Cara Kerja A. Pengambilan Sampel Air dan Penghitungan Jumlah Gerakan Operkulum Pada percobaan ini digunakan erlenmeyer 3 L yang diisi air. Pada erlenmeyer dimasukkan seekor ikan mas hidup lalu kemudian erlenmeyer ditutup dengan gabus karet yang memiliki tiga keran yaitu keran untuk masuknya air(sm), keluarnya air(sk), dan keluarnya udara. Pada erlenmeyer dihilangkan udara yang tersisa dan keran tempat keluarnya udara ditutup. Selanjutnya dari SM dialirkan air masuk ke dalam erlenmeyer dan air yang keluar dari SK ditampung di botol Winkler lewat mulut botol. Pada penampungan ini diusahakan tidak terjadi gelembung atau percikan air. Selanjutnya botol Winkler ditutup tanpa adanya gelembung udara. Lalu ujung saluran SM dan SK ditutup selama 30 menit dengan klep penjepit dimana selama itu gerakan operkulum ikan dihitung pada selang waktu 5 menit sebanyak 6 kali. Setelah penghitungan, SK dan SM dibuka kembali dan tanpa mengalirkan air melalui SM, air yang terdapat dalam erlenmeyer dikeluarkan dari SK dan ditampung kembali ke botol Winkler lewat mulut botol. Pada penampugnan ini diusahakan tidak ada gelembung udara atau percikan air. Selanjutnya botol Winkler ditutup tanpa adanya gelembung udara. Kedua sampel air pada botol Winkler ini selanjutnya diproses kembali untuk mengukur kadar oksigennya dengan metode Winkler dan ikan yang diamati ditaruh ke tempat pemeliharaannya. Pada percobaan ini digunakan dua ikan dimana ikan yang pertama dipelihara pada air yang berkomposisi normal dan ikan yang kedua dipelihara pada air yang mengandung detergen 10 ppm. B. Titrasi Winkler Botol Winkler tertutup yang telah berisi air sampel dari waktu awal (t=0) dan akhir (t=30 ) masingmasing ditambahkan di bagian bawah permukaan dengan MnSO4 dengan pipet ukur sebanyak 1 ml. Lalu ditambahkan pula 1 ml KOH-KI. Selanjutnya botol Winkler dibolak-balik selama 5 menit agar O2 terikat sempurna. Selanjutnya botol dibiarkan selama 15 yaitu sampai endapan seluruhnya berada di dasar botol. Lalu 2 ml larutan di permukaan atas botol dibuang dan 1 ml H2SO4 pekat ditambahkan dengan menggunakan pipet ukur. Botol ditutup kembali dan dibolak-balik. Larutan yang terjadi sebanyak 100 ml dipindahkan ke erlenmeyer 250 ml. Larutan dititrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga warnanya kuning muda. Lalu ditambahkan amilum sebanyak 5 tetes dan titrasi dilanjutkan hingga larutan menjadi bening. Volume larutan Na2S2O3 yang terpakai dicatat. Titrasi Winkler dilakukan sebanyak dua kali dan volume larutan Na2S2O3 dirata-ratakan. C. Pemeliharaan Pada pemeliharaan, ikan pertama dipelihara dalam air yang memiliki komposisi normal sebagai kontrol. Ikan kedua dipelihara dalam air yang mengandung detergen 10 ppm. Cara pembuatan detergen 10 ppm adalah dengan menambahkan 0,01 gram detergen ke tiap liter air. Ikan setiap hari diperiksa. Bila airnya kotor, maka air diganti sesuai dengan perlakuan terhadap ikan. Setiap dua hari sekali berat badan diukur dan diberi makan sebesar 0,1 kali dari berat badannya. Setiap 4 hari sekali dilakukan lagi titrasi Winkler. IV. Pengamatan Pada awal percobaan dilakukan penimbangan berat ikan. Berat ikan yang ditimbang adalah sbb : Ikan tak detergen (gr) Ikan detergen (gr) 8,6 8,6 9 8,8 9,1 9,1 8,4 9,1 8,4 10,3 Pada percobaan, ketika dimasukkan ikan ke dalam erlenmeyer, ikan tampak panik dan bergerak sangat lincah. Beberapa lama ikan sudah mulai tenang dan dapat dihitung jumlah gerakan

5 operkulumnya. Sebelum dihitung jumlah gerakan operkulum ikan, sampel air dalam tabung dikeluarkan melalui selang ke tabung Winkler dengan cara menambahkan air ke selang lain. Jumlah gerakan operkulum ikan beserta waktu pengamatan adalah sebagai berikut : Ikan tidak detergen Hari Jumlah gerakan operkulum Hari I Hari IV Hari VIII Ikan detergen Hari Jumlah gerakan operkulum Hari I Hari IV Hari VIII Pada titrasi Winkler, ketika ditambahkan larutan MnSO4 dan KOH-KI tampak terjadi endapan berwarna coklat. Makin dikocok, jumlah endapan makin bertambah. Setelah didiamkan selama 15 endapan sudah seluruhnya turun ke dasar botol. Setelah ditambahkan H2SO4 endapan langsung melarut kembali dan terbentuk larutan berwarna coklat. Setelah dititrasi dengan larutan Na2S2O3, warna larutan mulai pudar hingga menjadi warna kuning muda. Setelah ditambahkan amilum, warna larutan menjadi biru tua. Setelah dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3 warna kemudian menjadi pudar hingga menjadi bening. Dari sini didapatkan volume larutan Na2S2O3 yang digunakan. Data volume larutan Na2S2O3 beserta waktu pengamatan adalah sebagai berikut : Hari Jumlah larutan Na2S2O3 yang digunakan dalam titrasi (ml) Ikan yang tidak detergen Ikan yang detergen T=0' T=30' T=0' T=30' Hari I 2,75 3 3,1 2,9 4 3,75 2,5 2,45 Hari IV 2 2 2,1 2,1 2,2 2,2 2,1 2,1 Hari VIII 5 4,5 ; 3 4,7 2,7 ; 3 4 2,2 2,5 2,5 Pada pemeliharaan, didapatkan hasil yang kurang baik, dimana seekor ikan pada percobaan pertama hilang kemudian percobaan diulang dengan menggunakan dua ikan yang baru dan pada percobaan yang kedua ini, setelah selesai dilakukan penghitungan operkulum dan titrasi Winkler, ikan ditaruh dalam tempat pemeliharaan dan tak lama kemudian seekor ikan terlihat lemas dan mati. Selanjutnya pada waktu itu juga, digunakan seekor ikan baru sebagai pengganti ikan yang mati. V. Perhitungan 1. Konsumsi O2 : Hari I : QO2 ikan detergen = 2 (1,4) x 0,698 x (3-0,01) / (8,6x1/2) = 1,36 ml.o2/gr/jam QO2 ikan tidak detergen = 2 (0,125) x 0,698 x (3-0,01) / (8,6x1/2) = 0,121 ml.o2/gr/jam Hari II : QO2 ikan detergen = 2 (0,1) x 0,698x (3-0,01) / (9,1x1/2) = 0,0917 ml.o2/gr/jam QO2 ikan tidak detergen = 2 (0,1) x 0,698x (3-0,01) / (9,1x1/2) = 0,0917 ml.o2/gr/jam

6 Hari III : QO2 ikan detergen = 2 (0,6) x 0,698x (3-0,01) / (10,3x1/2) = 0,486 ml.o2/gr/jam QO2 ikan tidak detergen = 2 (0,9) x 0,698 x (3-0,01) / (8,4x1/2) = 0,894 ml.o2/gr/jam 2. Rata-rata gerakan operkulum : Hari I : Rata-rata gerakan operkulum ikan tidak oksigen = ( )/6 = 146,33 Rata-rata gerakan operkulum ikan oksigen = ( )/6 = 149,67 Hari II : Rata-rata gerakan operkulum ikan tidak oksigen = ( )/6 = 137,83 Rata-rata gerakan operkulum ikan oksigen = ( )/6 = 134,5 Hari III : Rata-rata gerakan operkulum ikan tidak oksigen = ( )/6 = 114,67 Rata-rata gerakan operkulum ikan oksigen = ( )/6 = 135,83 VI. Pembahasan Percobaan dengan metode Winkler bertujuan untuk menghitung konsumsi O2 pada hewan akuatik dengan cara mengisolasi hewan tersebut ke dalam tabung yang konsentrasi O2 awal dan konsentrasi O2 pada saat yang ditentukan diketahui. Cara mengetahui konsentrasi O2 tersebut ialah dengan mereaksikan O2 terlarut dalam air dengan MnSO4 dan KOH-KI untuk mengikatnya kemudian dilakukan titrasi dengan Na2S2O3 untuk mengetahui konsentrasinya I2 yang dihasilkan dari reaksi yang pertama. Reaksi kimia yang terjadi secara lengkap dapat digambarkan sebagai berikut : MnSO4 + 2 KOH Mn(OH)2 + K2SO4 Mn(OH)2 + O2 MnO(OH)2 MnO(OH)2 + 2 KI MnSO4 + K2SO4 + I2 2 Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2 NaI Variabel yang diukur pada percobaan adalah meliputi : Berat badan, laju konsumsi oksigen, gerakan operkulum. Pada percobaan ini dilakukan pertama kali adalah penimbangan berat badan. Pada penimbangan berat badan ini, terjadi fluktuasi yang terlihat sebagai berikut : Grafik Berat Badan Per 2 Hari Berat Badan (gram) Ikan tak detergen (gr) Ikan detergen (gr) Hari (X2) Fluktuasi yang terjadi ini mungkin disebabkan terjadinya kesalahan pada saat penimbangan, dimana pada pemindahan ikan, air yang berasal dari tempat pemeliharaan juga ikut terambil dan tertimbang. Selain itu mungkin memang terjadi perubahan berat secara alami, dimana ikan yang detergen beratnya bertambah sedangkan ikan yang tidak detergen beratnya berkurang. Berat badan disini juga mempengaruhi laju konsumsi oksigen total ikan tersebut. Makin berat ikan, makin besar laju konsumsi oksigen totalnya. Pada pekerjaan selanjutnya dilakukan pengambilan sampel air dan penghitungan jumlah gerakan operkulum. Pada persiapannya, air yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer 3 L harus sudah tidak mengandung gelembung udara lagi, begitu juga saat penutupan erlenmeyer dengan sumbat, tidak boleh ada gelembung udara. Hal ini disebabkan gelembung udara ini masih mengandung oksigen yang mungkin akan berdifusi ke air sehingga akan mengganggu pengukuran. Pada pengambilan

7 sampel air ini, awalnya ikan terlihat panik dan gelisah yang terlihat dari gerakannya yang sangat lincah. Saat terjadi hal ini, sampel air tidak diambil terlebih dahulu karena pada ikan yang gelisah dan gerakannya berlebihan, maka laju konsumsi O2-nya akan meningkat dan kita hanya akan mengamati laju konsumsi O2 pada saat normal saja. Pada saat ikan tenang, mulailah sampel air diambil dengan cara penambahan air pada selang SM dan menampung air yang keluar dari selang SK ke tabung Winkler. Sama seperti persiapan alat, pada tabung Winkler ini juga tidak boleh ada gelembung udara didalamnya. Selanjutnya dihitung gerakan operkulum ikan selama 6 X 5 menit. Dari hasil didapatkan grafik sebagai berikut : Rata-Rata Gerakan Operkulum Per 5 Menit Jumlah Gerakan operkulum Hari Ikan tidak detergen Ikan detergen Dari grafik didapatkan pada ikan detergen gerakan operkulumnya cenderung menurun lebih lambat dibandingkan pada ikan yang tidak detergen. Hal ini sesuai dengan yang seharusnya, dimana ikan yang detergen, operkulumnya akan bergerak lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang tidak detergen. Hal ini disebabkan pada air yang mengandung detergen, kandungan oksigennya lebih sedikit, sehingga untuk mengambil oksigen dengan volume yang sama pemompaan air masuk ke insang harus lebih banyak. Penyimpangan yang mungkin terjadi ialah kesalahan pengamatan, dimana gerakan operkulum ikan sangat sulit diamati, terutama bila ikan sedang banyak bergerak. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel air yang kedua, yaitu 30 menit sesudah pengambilan sampel air pertama. Pada pengambilan sampel air ini tidak ditambahkan air lagi ke dalam erlenmeyer. Hal ini disebabkan penambahan air yang segar (baru) akan menambahkan kandungan oksigen terlarut sehingga mengganggu pengukuran. Dari sini didapatkan dua sampel air yang akan dihitung kadar O2 terlarutnya dengan titrasi Winkler. Pada titrasi Winkler, yang pertama ialah penambahan MnSO4 dan KOH-KI. Dari sini akan dihasilkan MnSO4, K2SO4, I2. I2 inilah yang akan dititrasi dengan Na2S2O3 yang akan menghasilkan NaI dan Na2S4O6. Penambahan amilum pada tepat sebelum akhir titrasi dimaksudkan untuk memudahkan pengamatan dimana warna kuning muda menjadi biru tua yang lebih kontras warnanya. Dari titrasi Winkler ini didapatkan jumlah volume Na2S2O3 yang dititrasi dan dua kali volume ini ekivalen dengan kadar oksigen terlarut dalam air(mg/l air) atau a mg/l X 0,698 = ml O2/ L air. Dari titrasi ini didapatkan selisih kandungan oksigen awal dengan kandungan oksigen akhir yang merupakan laju konsumsi oksigen total ikan. Setelah mendapatkan nilai laju konsumsi total, untuk menghitung laju konsumsi spesifiknya, nilai laju konsumsi total ini dibagi dengan berat badan ikan. Dari data yang didapatkan, ada beberapa data yang tidak valid dimana jumlah oksigen terlarut pada awal lebih sedikit daripada jumlah oksigen terlarut pada akhir. Hal ini berarti jumlah oksigen dalam air malah bertambah. Data ini yaitu data ikan yang tidak oksigen hari I dan hari IV. Hal ini mungkin disebabkan penggunaan alat yang tidak selalu sama, terutama pada titrasi dimana tabung titrasi yang digunakan tidak berskala sama. Dengan masih memasukkan data yang tidak valid, didapatkan grafik sebagai berikut :

8 Laju Konsumsi Spesifik Laju Konsumsi Spesifik (ml O2/kg bb/jam) 1,5 1 0,5 0 I IV VIII Ikan tidak detergen Ikan detergen Hari Dari grafik ini, dapat dilihat bahwa ikan yang detergen, walaupun grafiknya sempat turun, tetap laju konsumsi O2 spesifiknya meningkat kembali. VII. Kesimpulan 1. Titrasi Winkler merupakan metode untuk mengukur laju konsumsi O2 hewan akuatik dengan cara menghitung kadar O2 terlarut pada air saat awal dan akhir percobaan. 2. Laju konsumsi O2 spesifik ikan pada air yang komposisinya normal adalah 0,894 ml O2/gram bb/jam. 3. Pada ikan detergen, laju gerakan operkulumnya meningkat dibandingkan dengan ikan pada air yang berkomposisi normal. 4. Detergen akan meningkatkan laju konsumsi O2 spesifik ikan. VIII. Daftar Pustaka 1. Campbell, N. A, Biology 4 th ed. Addison Wesley Longman. Singapore. 2. Gilles, R Circulation, Respiration, and Metabolism : Current Comparative Approaches. Springer Verlag. New York. 3. Goenarso, Darmadi Fisiologi Hewan. ITB. Bandung. 4. Soeripto dkk, 1993, Panduan ketrampilan kerja laboratorium, Jurusan Biologi ITB. Bandung.

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi oleh: Yulfiperius Pendahuluan Alat-alat ukur : ph meter, oksigen meter, dan pengukur (probe) amonia. Alat-alat diatas amatlah berguna namun tidak murah.

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN TEMPERATUR DAN DO (Dissolved Oxygen) TERHADAP AKTIVITAS IKAN MAS (Cyprinus carpio L) LAPORAN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI

PENGARUH PERBEDAAN TEMPERATUR DAN DO (Dissolved Oxygen) TERHADAP AKTIVITAS IKAN MAS (Cyprinus carpio L) LAPORAN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI PENGARUH PERBEDAAN TEMPERATUR DAN DO (Dissolved Oxygen) TERHADAP AKTIVITAS IKAN MAS (Cyprinus carpio L) LAPORAN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI Oleh: Ernest 103244012 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM RESPIRASI PADA HEWAN (BELALANG)

LAPORAN PRAKTIKUM RESPIRASI PADA HEWAN (BELALANG) LAPORAN PRAKTIKUM RESPIRASI PADA HEWAN (BELALANG) BAB I I. Pendahuluan a. Dasar Teori Sebagai suatu medium respirasi, udara mempunyai banyak keuntungan, salah satunya tentu saja kandungan oksigen yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN. (Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN. (Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan) LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan) Disusun oleh : Aida Fitriah (1110016100006) Musliyadi (1110016100025) Qumillailah (1110016100026) Izkar Sobhah

Lebih terperinci

PENGUKURAN LAJU METABOLISME IKAN

PENGUKURAN LAJU METABOLISME IKAN PENGUKURAN LAJU METABOLISME IKAN Oleh: Nama: Arf Dwi Jayanto NIM : B1J010113 Rombongan : I Kelompok : 4 Asisten : Farda Komarudin LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan dan pengawetan sampel plankton dilakukan di Telaga Sarangan dan Telaga Wahyu Magetan Jawa Timur pada bulan Agustus 2011 dengan denah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KADAR NaClO PADA PEMUTIH Disusun oleh : Latifah Suryaningrum (24 / XII IPA 1) SMA Negeri 1 Klaten Jl. Merbabu No. 13 Klaten 2012 / 2013 A. Tujuan Menentukan kadar NaClO

Lebih terperinci

Laporan Praktikum III Osmoregulasi dan Peredaran Darah

Laporan Praktikum III Osmoregulasi dan Peredaran Darah Laporan Praktikum III Osmoregulasi dan Peredaran Darah Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : 10699044 Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 18 September 2001 Tanggal Laporan : 26 September 2001 Asisten : Gitta Departemen

Lebih terperinci

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan SISTEM PERNAFASAN Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan 1. Pernafasan Eksternal 2. Pernafasan Internal EXIT Mengapa harus bernafas? Butuh energi Butuh Oksigen C 6 H 12 O

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sampel plankton, formalin 40%, MnSO4, KOH-KI,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan betutu yang tertangkap, sampel

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.1 Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 2.1.1 Materi Penelitian 2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ph universal, plastik ukuran 1 Kg, larutan MnSO 4, formalin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sumber mata air Kuluhan dan alirannya di Desa Jabung Kecamatan Panekkan Kabupaten Magetan. Sumber mata air Kuluhan terletak

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara II PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU RESPIRASI

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara II PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU RESPIRASI Laporan Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Acara II PENGARUH SUHU TERHADAP LAJU RESPIRASI Disusun oleh Nama : Muhammad Darussalam Teguh NIM : 12696 Golongan : B4 Asisten Koreksi : Elisa Anggraini

Lebih terperinci

Disusun oleh: Arif Misrulloh NIM

Disusun oleh: Arif Misrulloh NIM LAPORAN HASIL PERCOBAAN PENGARUH SUHU TERHADAP GERAKAN OPERKULUM PADA IKAN MAS Disusun oleh: Arif Misrulloh NIM. 4001415010 JURUSAN IPA TERPADU FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN OLEH : MUSTAIN FAKULTAS BUDIDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PERIKANAN PONTIANAK 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan yang diampu oleh Drs.Dahlia, M.Pd Disusun oleh : Kelompok II/Offering A 1. Annas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c. BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa

Lebih terperinci

CIRI MAKHLUK : (1) SEMUA MAKHLUK BERNAFAS (RESPIRASI) 1. Oleh : Drs. Suyitno Al.,MS 2

CIRI MAKHLUK : (1) SEMUA MAKHLUK BERNAFAS (RESPIRASI) 1. Oleh : Drs. Suyitno Al.,MS 2 CIRI MAKHLUK : (1) SEMUA MAKHLUK BERNAFAS (RESPIRASI) 1 Oleh : Drs. Suyitno Al.,MS 2 TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa mampu melakukan percobaan dan menganalisis hasilnya untuk memahami konsep tentang hidup dan

Lebih terperinci

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2. I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN II. TUJUAN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan oksigen kimia 3. Untuk mengoksidasi

Lebih terperinci

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA Modul 3 Ujian Praktikum KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA Disusun oleh: Sandya Yustitia 10515050 Fritz Ferdinand 10515059 Maulinda Kusumawardani 10515061 Muhammad

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Buret 25 ml pyrex - Pipet ukur 10 ml pyrex - Gelas ukur 100 ml pyrex - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex - Labu ukur 100 & 1000 ml pyrex - Botol aquades

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOH-KI Dikocok Didiamkan Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 SO 4 Dikocok Didiamkan

Lebih terperinci

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) I. TUJUAN Mengamati hasil dari peristiwa fermentasi alkohol II. LANDASAN TEORI Respirasi anaerob merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak menggunakan oksigen

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

Modul l Modul 2 Modul 3

Modul l Modul 2 Modul 3 v B Tinjauan Praktikum iokimia merupakan bagian ilmu kimia yang berhubungan dengan makhluk hidup. Dalam biokimia dibahas organisme hidup yang merupakan sekumpulan molekul organik yang berinteraksi dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU Yang diampu oleh Bapak Ridwan Joharmawan & Bapak Ida Bagus Suryadharma OLEH KELOMPOK 7 1. LAILATUL ILMIYAH* (150332605145) 2. RR. DEWI AYU ANJANI

Lebih terperinci

Ani Rahmawati, S.Pi, M.Si Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian- UNTIRTA

Ani Rahmawati, S.Pi, M.Si Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian- UNTIRTA Ani Rahmawati, S.Pi, M.Si Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian- UNTIRTA Mengapa oksigen penting? RESPIRASI Respirasi adalah proses pengambilan oksigen dari lingkungan ke dalam tubuh dan pelepasan karbondioksida

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S. ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S. PENGERTIAN Cardiorespiratory -> kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahap Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai Studi pustaka / studi literator Persiapan : 1. Survey lapangan 2. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non equivalent control

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk melihat onset, durasi, kematian dan tahapan anestesi Acepromazine (ACP). Selanjutnya, hasil penelitian dengan menggunakan ACP yang diberikan secara

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

MODUL Dasar-Dasar Kimia Analitik. Kelompok 2 :

MODUL Dasar-Dasar Kimia Analitik. Kelompok 2 : MODUL Dasar-Dasar Kimia Analitik Percobaan P02 Penentuan Kandungan Asam Askorbat dalam YOU C-1000 secara Iodometri Kelompok 2 : 1. Ryan Permana - 10515014 2. Ghumaydha Adha T - 10515024 3. Syafiqa Ulfa

Lebih terperinci

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : 10699044 Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 11 September 2001 Tanggal Laporan : 19 September 2001 Asisten : Astania Departemen Biologi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan. Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan. No Parameter Fisik, Kimia, Biologi Satuan Alat 1 Temperatur air 0 C Termometer Air Raksa 2 DO (Oksigen Terlarut)

Lebih terperinci

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi:

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi: SOP KL.21108.05 PROSEDUR PRAKTIKUM TEKNIK DASAR ANALISIS KIMIA DAN APLIKASINYA UNTUK PENENTUAN KADAR SUATU ZAT (IODOMETRI DAN PENENTUAN KADAR OKSIGEN TERLARUT/DO DALAM AIR) 1. TUJUAN 1.1 Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS LAPORAN KARYA TEKNOLOGI TEPAT GUNA LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS Oleh: Supratman, S.Pd. SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 BENGKULU 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotosintesis berasal dari kata

Lebih terperinci

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha Modul Praktikum Nama Pembimbing Nama Mahasiswa : Kimia Fisik : Bapak Drs.Budi Santoso, Apt.MT : 1. Azka Muhammad Syahida 2. Eveline Fauziah 3. Fadil Hardian 4. Fajar Nugraha Tanggal Praktek : 21 Semptember

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Mikrosirkulasi Pada Katak yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : 60

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Mikrosirkulasi Pada Katak yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : 60 LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (MIKROSIRKULASI PADA KATAK) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yaitu industri tahu di Kelurahan Heledulaa (Pabrik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum Dalam bab ini menjelaskan cara penelitian yang dilakukan untuk menaikkan kualitas air hujan dengan batu kapur, baru kapur yang dipanaskan 400 C, karbon aktif

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 34 LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOH-KI Dikocok Didiamkan Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 SO 4 Dikocok

Lebih terperinci

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA Modul 3 Ujian Praktikum KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA Disusun Oleh: Siwi Aji Widhi Astuti (10515026) Irin Safitri (10515029) Yasmine Sophi Damayanti (10515031)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Penentuan kadar karbonat dan bikarbonat dalam larutan. B. Tujuan Percobaan Menyelidiki kadar karbonat dan bikarbonat dalam larutan secara asidimetri dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Laporan Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia Oleh SAUSAN NAZHIRA 1206103010064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TUGAS KIMIA DASAR LAPORAN PRAKTIKUM REAKSI REAKSI KIMIA OLEH : KELOMPOK 7 1.Ida Ayu Putu Sri Puspitawati 2.Putu Devi Yani 1213031023 1213031017 3.Lalu Tio Noval Wiratama 1213031006 UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : REGINA ZERUYA : J1B110003 : 1 (SATU) : SUSI WAHYUNI PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL 144 LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL KELAS/KELOMPOK : KETUA KELOMPOK : ANGGOTA : UPI #PENDIDIKAN KIMIA AULIA WAHYUNINGTYAS #0706475 TUJUAN PERCOBAAN 1.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian 9 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Juli 2012. Adapun tempat penelitiannya yaitu di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian. III.1 Umum

Bab III Metodologi Penelitian. III.1 Umum Bab III Metodologi Penelitian III.1 Umum Seluruh penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Air Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung dari Bulan Februari hingga

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

Jason Mandela's Lab Report

Jason Mandela's Lab Report LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq

Lebih terperinci

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas

Lebih terperinci

III. KEGIATAN PRAKTIKUM 1.3 : RESPIRASI PADA MAKHLUK HIDUP Bernapas berarti memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Oksigen diangkut oleh

III. KEGIATAN PRAKTIKUM 1.3 : RESPIRASI PADA MAKHLUK HIDUP Bernapas berarti memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Oksigen diangkut oleh III. KEGIATAN PRAKTIKUM 1.3 : RESPIRASI PADA MAKHLUK HIDUP Bernapas berarti memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Oksigen diangkut oleh darah ke sel-sel tubuh. Di dalam sel terjadi proses

Lebih terperinci

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012 BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012 Hal-0 Instruksi Pastikan bahwa nama dan kode peserta Anda sudah tertulis pada halaman pertama lembar soal dan lembar

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Reaksi Kimia bisa terjadi di manapun di sekitar kita, bukan hanya di laboratorium. Materi berinteraksi untuk membentuk produk baru melalui proses yang disebut reaksi

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 Disusun oleh : Fika Rakhmalinda (1112016200003) Fikri Sholihah (1112016200028 ) Naryanto (1112016200018 ) PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini bertempat di laboratorium kimia kedokteran

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ( KI-2121) PENENTUAN KADAR IOD DALAM BETADINE SECARA TITRIMETRI

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ( KI-2121) PENENTUAN KADAR IOD DALAM BETADINE SECARA TITRIMETRI MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ( KI-2121) PENENTUAN KADAR IOD DALAM BETADINE SECARA TITRIMETRI Disusun oleh: 1. SISCA ERICA (10515001) 2. DYAH AYU R. (10515003) 3. WANDA HIMAWAN (10515008) 4. VIORANTY

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Januari sampai dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen 21 Bab III Metodologi Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan di Bab I. Dalam penelitian ini digunakan 2 pendekatan, yaitu eksperimen dan telaah pustaka.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Cair Etanol BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Cair Etanol BAB III METODOLOGI Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan yaitu : 1. Bejana 2. Ember 3. Pengaduk 4. Gelas ukur 100 ml 5. Gelar beker 500 ml 6. Pipet tetes 7. Pipet ukur 10 ml 8.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN NAMA SYABATINI : ANNISA NIM : J1B107032 HARI / TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN / 30 MARET 2009 HARI / TANGGAL DIKUMPUL : SENIN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium Kimia Analitik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Kelautan untuk membuat ekstrak daun sirih, Laboratorium Fisiologi Hewan Air (FHA) untuk

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air Sebagai Tempat Hidup Ikan Bawal Air Tawar Hasil analisis kualitas media air yang digunakan selama penelitian ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis kualitas

Lebih terperinci

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN Korry Novitriani dan Dina Sucianawati Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya Juli 2014 ABSTRAK Iodium merupakan zat gizi essensial

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL ULANGAN HARIAN

LATIHAN SOAL ULANGAN HARIAN LATIHAN SOAL ULANGAN HARIAN Mata Pelajaran Materi Kelas/Sem Waktu Guru Sekolah : Ilmu Pengetahuan Alam : Fotosintesis : VIII/2 : 80 menit : Heri Priyanto, S.Si., M.Si : SMP N 4 Kalikajar Wonosobo 1. Perhatikan

Lebih terperinci

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan. Stasiun II Karang, Pulau Tarahan. Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang. Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang LAMPIRAN 10 Lampiran 1 Stasiun pengambilan contoh bivalvia Stasiun I Padang Lamun, Pulau Tarahan Stasiun II Karang, Pulau Tarahan Stasiun III Dermaga, Pulau Panjang Stasiun IV Pemukiman, Pulau Panjang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011, berlokasi di mata air Kuluhan dan Jabung serta sungai alirannya di Desa Jabung,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut. LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumentasi 59 Foto kegiatan survei Kapal survei. Persiapan sebelum survei. Pemindahan contoh air laut dari sampler ke dalam botol. Penyaringan contoh air laut. Pemberian larutan kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi secara purposive sampling (penempatan titik sampel dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci