a. Fossa glenoidalis atau fossa mandibularis ossis temporalis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "a. Fossa glenoidalis atau fossa mandibularis ossis temporalis"

Transkripsi

1 BAB II ISI 2.1 Dasar Teori Definisi TMJ TMJ (Temporomandibular Joint) adalah sendi synovial yang menghubungkan mandibula dengan os. temporal pada posisi yang tepat. Menurut Snell (2006), TMJ adalah artikulasi antara tuberculum articulare dan bagian anterior fossa mandibulare ossis temporalis diatas dan caput (processus mandibulare) dibawah Struktur TMJ Ada beberapa bagian yang ada pada regio TMJ yaitu : a. Fossa glenoidalis atau fossa mandibularis ossis temporalis Fossa mandibularis terletak pada dasar kepala yaitu pada os. Temporalis. Batas-batasnya adalah sebagai berikut : 1. Lateral: superior prosessus zygomatius os. Temporalis. 2. Medial: ala ossis sphenoidalis. 3. Anterior: ke atas ke bidang lengkung eminentia articularis. 4. Posterior: fissura petrotympanica & squamotympanica memisahkan bagian fungsional anterior fossa mandibularis dengan lamina tympanica non fungsional. 5. Superior: dipisahkan dari bagian tengah fossa cranii dan lobus temporalis encephalon oleh bidang tulang kecil pada apex fossa.

2 Gambar 1, Fossa glenoidalis (fossa mandibularis ossis temporalis) b. Processus condylaris os mandibula Processus condylaris os mandibula merupakan ujung tulang yang berbentuk gulungan (rol) yang mempunyai kepala dan leher. Dilihat dari superior, sumbu panjang menyudut sedikit ke posterior dari lateral ke medial. Ujung rol meluas ke medial dan lateral, perluasan medial sedikit lebih besar daripada lateral. Pada permukaan superior, tidak benar-benar bulat ke arah antero posterior. Crista kecil tampak meluas dari medial ke lateral, menghasilkan permukaan superior-anterior yang datar dan permukaan postero-superior yang cembung. Permukaan superior sedikit cembung ke arah mediallateral. Gambar 2, Processus condylaris os mandibula. c. Capsula articularis Pada capsula articularis, dibagian superior melekat pada tepi fossa mandibularis. Pada bagian posterior berada tepat di posterior fissura squamotympanica. Di anterior berada di lereng anterior eminentia articularis dan di inferior melekat pada bagian tepi collum mandibula.

3 Gambar 3, Capsula articularis d. Ligamentum Ligamentum adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang atau menyokong organ dalam (kamus kedokteran Dorland Ed.29). Fungsi dari ligamentum yang membentuk Temporomandibular joint ini yaitu sebagai alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan processus condylaris dari tulang mandibula serta membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dan gerakan lain. Ligamentum yang menyusun temporomandibular joint terdiri dari : 1. Ligamentum temporomandibulare Serabut ligamentum temporomandibulare berjalan oblik ke bawah dan posterior dari lateral eminentia articularis (tuberculum glenoidalis) ke posterior collum mandibula. Karena TMJ bilateral maka ligamentum yang berlawanan berfungsi sebagai ligamentum colateral medial. Fungsi dari ligamentum temporomandibulare yaitu menghalangi pergeseran ke posterior dan inferior dari prosessus condylaris.

4 Gambar 4, Ligamentum temporomandibulare. 2. Ligamentum accesorius Ligamen ini terdiri dari: a) Ligamentum stylomandibulare Ligamentum stylomandibulare berjalan dari processus styloideus os. Temporalis ke angulus mandibularis. Memisahkan regio parotidea dari regio infratemporalis.ligament ini berfungsi sebagai bagian anterior capsula parotidea yang menebal. b) Ligamentum sphenomandibulare Berjalandari ala os. Sphenoidalis berupa jaringan fibrosa yang menebal ke lingua mandibula. Gambar 5, Ligament sphenomandibulare dan ligament stylomandibulare.

5 e. Discus articularis Merupakan jaringan fibro kartilago yang terletak dalam capsula sendi antara prosessus condylaris dan fossa mandibularis dan melekat pada tepi dalam capsul sendi. Gambar 6, Posisi Discus articularis. f. Rongga synovial Pada rongga synovial, terdapat membrana synovialis yang mengelilingi permukaan dalam capsul sendi. Synovium mengeluarkan synovia untuk melumasi permukaan antagonis sehingga sendi Temporomandibular Joint dapat mudah bergerak. Rongga ini memiliki dua bagian yaitu kompartemen superior dan inferior.

6 Gambar 7. Lokasi rongga synovial g. Eminentia articularis Eminentia yaitu istilah umum untuk suatu tonjolan atau prominentia khususnya pada permukaan tulang (kamus kedokteran Dorland, Ed. 29). Perbedaannya dengan tuberkulum, tuberkulum yaitu istilah umum dari tata nama anatomi untuk tuberkel, nodul, atau tonjolan kecil terutama digunakan untuk menunjukan tonjolan kecil pada tulang (kamus kedokteran Dorland, Ed. 29). Perbedaanya terletak pada tingginya, seperti pada pengertian di atas, eminentia dan tuberkulum berarti tonjolan, yang membedakan yaitu pada eminentia lebih tinggi daripada tuberkulum karena tuberkulum hanya tonjolan kecil.

7 Gambar 8, Eminentia articularis Fungsi TMJ Fungsi TMJ digunakan untuk melakukan pergerakan pada mandibula. Pergerakan yang dapat dilakukan oleh mandibula adalah: a. Gerak membuka ( Depresi ) Pada saat gerakan membuka mandibula berotasi disekitar sumbu horisontal, sehingga prosessus condilus akar bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak kebelakang. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan disepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus condilaris ke orifisum canalis mandibularis. b. Gerak menutup ( Elevasi ) Pada gerak ini dagu berputar ke atas dan ke anterior. Prosessus condilaris bergerak ke posterior dan ke atas sepanjang eminentia articularis. Gigi geligi sampai mencapai oklusi sentrik.

8 c. Protrusi Pada gerak ini gigi geligi dalam oklusi sentrik, mandibula didorong ke anterior. Gigi insisive edge to edge, insisive inferior lebih anterior beberapa milimeter dari gigi insisive superior. Processus condylaris bergerak ke anterior dan inferior sepanjang lereng posterior eminentia articularis. d. Retrusi Pada gerak ini mandibula bergerak ke posterior dengan gigi tetap kontak sampai ke oklusi sentrik. Processus condylaris dan discus bergerak ke atas dan ke posterior pada eminentia articularis. e. Gerak lateral Pada gerak ini, caput mandibula pada sisi ipsilateral, kearah sisi gerakkan, akan tetap ditahan pada fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional kedepan. Mandibula akan berotasi pada bidang horisontal disekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat tetapi melintas sedikit dibelakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral Posisi Normal TMJ Posisi normal pada saat rahang tertutup adalah processus condilarys terletak tepat di fossa mandibular sedangkan pada saat membuka processus condilarys bergerak ke anterior melewati lengkung eminentia articularis hingga mencapai titik tertinggi dari eminentia articularis bersamaan dengan pergerakan discus articularis ( Bailey, 1992 ) Kelainan-Kelainan TMJ Kelainan yang terjadi dapat berupa posisi struktur anatomi pada TMJ yang abnormal serta terjadi inflamasi. Berikut ini akan dibahas beberapa kelainan-kelainan pada TMJ. a. Dislokasi Temporomandibular Joint Kelainan ini terjadi karena posisi proc.condylaris yang abnormal yaitu berada di luar fossa mandibularis, tetapi masih di dalam kapsul sendi.

9 1. Klasifikasi Dislokasi Dislokasi mandibula dapat diklasifikasikan menjadi : a) Dislokasi ke arah anterior, dimana kondilus bergerak ke anterior dari eminentia articulare. Dislokasi ke arah ini, paling sering terjadi dan merupakan bentuk pergerakan sendi yang patologis. b) Dislokasi ke arah posterior, dimana merupakan implikasi dari adanya fraktur dasar tengkorak atau dinding depan dari tulang meatus. c) Dislokasi ke arah lateral, terbagi atas 2 tipe : Tipe 1, merupakan subluksasi lateral, dan tipe 2, merupakan keadaan dimana kondilus tertekan ke lateral dan masuk ke fossa temporal. d) Dislokasi ke arah superior, merupakan dislokasi ke arah fossa kranialis bagian tengah yang biasanya berhubungan dengan adanya fraktur pada fossa glenoidale. 2. Etiologi Dislokasi a) Pasien yang mempunyai fossa mandibular yang dangkal serta kondilus yang tidak berkembang dengan baik. b) Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligamen yang akan mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren). c) Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama. d) Adanya riwayat trauma mandibula, biasanya disertai dengan multiple trauma. e) Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis. f) Diskoordinasi otot-otot karena pemakaian obat-obatan atau gangguan neurologis. 3. Ciri-ciri a) Perasaan tidak nyaman saat membuka mulut disertai adanya rasa sakit

10 b) Ketidakmampuan untuk menutup mulut disertai adanya rasa sakit 4. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan ini tergantung pada lamanya dislokasi, apakah terjadinya bersamaan dengan suatu fraktur dan dislokasinya bilateral atau unilateral. a) Dislokasi unilateral Mandibula miring dan pada bagian yang terkena lebih ke bawah posisinya. Biasanya disertai pembengkakan, lunak jika ditekan serta dengan palpasi kelainannya terjadi di sekitar sendi TMJ. Gigi-gigi tidak dapat dioklusikan baik secara aktif maupun pasif. b) Dislokasi bilateral Jika dislokasi terjadi pada kedua kondilus mandibula, pasien akan terlihat prognati dan terdapat pembengkakan bilateral serta lunak jika ditekan pada kedua sisi TMJ. Gigigigi tidak dapat dioklusikan, baik aktif maupun pasif, karena adanya hambatan mekanis. Biasanya spasme otot masseter bilateral dapat teraba. b. Disc Displacement with Reduction Reduction pada kelainan ini berarti kesalahan saat penurunan posisi disc artinya saat membuka mulut, disc menurun pada posisi normal, tetapi pada saat menutup mulut, posisi disc menjadi abnormal. Memiliki ciri ciri clicking pada saat membuka dan menutup mulut. c. Osteoarthrosis Osteoarhtrosis merupakan penyakit non inflamasi yang disebabkan memburuknya sendi karena proliferasi tulang. Keburukan sendi terutama terjadi karena hilangnya kartilago artikularis dan terjadi erosi tulang. Bedanya dengan osteoarhtritis yaitu pada osteoarthritis terjadi peradangan. Etiologi dari osteoarthrosis ini yaitu karena trauma dan faktor usia lanjut. Memiliki ciri ciri rasa sakit pada regio TMJ, keterbatasan membuka mulut, dan crepitus.

11 d. Rheumatoid arthritis Rheumatoid terjadi karena inflamasi pada membran sinovial. Villous synovitis berperan penting untuk membentuk jaringan synovial granulomatosa (pannus) yang melibatkan fibrocartilage dan lapisan dalam tulang. Pannus melepaskan enzim yang menyebabkan kartilago atau tulang menjadi rusak. Memiliki ciri ciri sakit pada daerah TMJ, ragio TMJ membengkak, pergerakkan rahang terbatas, crepitus. e. Effusion Merupakan pemasukan cairan ke dalam sendi, biasanya terjadi pendarahan karena terjadi trauma atau eksudat inflamasi. Memiliki ciri ciri rasa sakit pada sendi, benjolan pada daerah sendi, gerak rahang terbatas, terjadi tuli sementara, dan sulit untuk merapatkan oklusi gigi posterior Radiografi untuk pemeriksaan TMJ disorder Kondisi TMJ (Temporomandibular Joint) dapat diketahui dengan beberapa teknik radiograf, diantaranya yaitu: a. Transcranial Projection Transcranial projection adalah teknik radiografi untuk melihat hubungan kepala kondilus dengan fosa glenoid. Prosedur Pemeriksaan Transcranial Projection: i. Pasien diposisikan supine atau duduk tegak, dengan mid sagital plane (MSP) tubuh tepat pada mid line meja pemeriksaan. Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dan lengan diletakan disamping tubuh dalam posisi yang nyaman. ii. Kepala diposisikan Lateral, dengan menempatkan : a. MSP kepala sejajar pada bidang film. b. Interpupillary Line (IPL) tegak lurus bidang film. iii. Pastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala. iv. Atur CR dengan penyudutan derajat caudally menuju titik tengah dari TMJ.

12 v. Atur Central Point pada daerah 2,5 cm anterior dan 5 cm superior MAE yang jauh dari film. Hasil Gambar: 1. TMJ yang diperiksa terlihat di anterior dari MAE dipertengahan film 2. Condilus mandibula terlihat berada pada fosa mandibula. 3. TMJ yang tidak diperiksa terproyeksi di bagian anterior dan superior TMJ yang diperiksa. 4. Tampak batas luas lapangan penyinaran sesuai dengan objek yang difoto 5. Tampak Marker R/L di tepi objek yang difoto

13 b. Transorbital Projection Transorbital projection adalah teknik radiografi untuk melihat eminentia artikularis dan kepala kondilus pada penampang melintang coronal oblique. Gambar. Radiografi dengan teknik Transorbital Projection c. Transpharyngeal Projection Transphayngeal projection adalah teknik radiografi untuk menggambarkan kepala kondilus dalam pandangan lateral (Harty, 1995). Indikasi : 1. TMJ pain dysfunction syndrome.

14 2. Menyelidiki adanya penyakit pada sendi, particulary osteoarthritis dan rheumatoid arthtritis. 3. Menyelidiki kondisi patologis yang mempengarugi kepala kondilus 4. Patah pada kepala atau leher kondilus. Kegunaan : 1. Memperoleh informasi mengenai bentuk kepala kondilus dan kondisi permukaan artikular. 2. Dapat membandingkan langsung kedua kepala kondilus. Teknik pengambilan gambar: Gambar. Pengambilan radiograf dengan teknik Transpharyngeal Projection.

15 Gambar. Radiografi Transpharyngeal Projection. d. Tomografi Metode tomografi dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Conventional Tomography Tomography sendi temporomandibular dihasilkan melalui pergerakan yang sinkron antara tabung X-ray dengan kaset film melalui titik fulkrum imaginer pada pertengahan gambaran yang diinginkan termasuk juga Linear tomography dan complex tomography. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tomografi merupakan metode yang baik untuk menggambarkan perubahan tulang dengan arthrosis pada sendi temporomandibular. Untuk mengevaluasi posisi kondil pada fossa glenoid, tomografi lebih terpercaya daripada proyeksi biasa dan panoramik. Secara klinis, posisi kondil tetap merupakan aspek yang penting dalam melakukan bedah orthognati and orthodontic studies. Kerugian yang paling besar dalam tomografi adalah kurangnya visualisasi jaringan lunak sendi temporomandibular, juga pada radiography biasa. 2. Computed Tomography Tomografi adalah teknik radiografi untuk mendapatkan rangkaian gambaran potongan melintang dengan mula-mula mengamati suatu irisan jaringan dari berbagai sudut pandang dengan

16 menggunakan sinar X yang diameternya kecil, kemudian menghitung atenuasi (jaringan tertentu diukur relatif terhadap air) linier untuk berbagai elemen jaringan pada irisan tersebut dan akhirnya membentuk gambaran abu-abu. Angka CT yang paling tinggi adalah tulang, yang terendah adalah udara. Keuntungan dari tomografi adalah tumpang tindihnya gambar berkurang, tetap mempertahankan detail jaringan lunak, bisa memperbesar daerah tertentu yang ingin diamati. Indikasi penggunaan tomografi adalah: 1. Penilaian sendi secara keseluruhan untuk mengetahui keberadaan dan tempat dari penyakit pada tulang atau abnormality. 2. Menyelidiki kondilus dan fossa artikularis ketika pasien tidak bisa membuka mulut. 3. Penilaian jika terjadi fraktur pada fossa artikularis dan intrakapsular. Gambar. Radiografi CT Scan e. TMJ Arthrografi Terdapat dua tehnik arthrography pada sendi temporomandibular. Pada single-contrast arthography, media radioopak diinjeksikan ke rongga sendi atas atau bawah atau keduanya. Pada double-contrast arthography, sedikit udara diinjeksikan ke dalam rongga sendi setelah injeksi materi kontras.penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kedua tehnik.

17 Jika sejumlah kecil bahan kontras medium air disuntikkan pada ruang superior dan inferior sendi, diskus artikularis dan perlekatannya akan terlihatbatasnya dan posisinya bisa dilacak sepanjang pergerakan mendibula. Bagaimanapun, hanya ruang interior yang dibutuhkan untuk menetapkan posisi normal dan abnormal dari diskus tehadap hubungannya dengan kondil selama translasi. Bentuk ruang sendi (synovial cavities) akan bervariasi tergantung perubahan mulut apakah membuka atau menutup dan kondil akan bertranslasi kedepan pada eminensia. Arthrogram ini merupakan satu-satunya metode yang tersedia untuk melihat hubungan yang sebenarnya antara diskus dan kondil yang dapat divisualisasikan, dan ia sangat penting untuk pnegakkan diagnosis pada kelainan internal yang terjadi. Keakuratan diagnosa posisi diskus 84% sampai 100% dibandingkan dengan the corresponding cryosectional morphology dan dari penemuan bedah. Performasi dan adhesi juga dapat ditunjukkan dengan teknik ini. Penelitian-penelitian telah menunjukkan pentingnya diagnosis dan identifikasi kerusakan sendi temporomandibular internal. Penelitian yang baru-baru ini dilakukan dengan menggunakan tehnik arthography, menunjukkan bahwa arthography dapat meningkatkan keakuratan diagnosa perforasi dan adhesi diskus Sendi Temporomandibular dengan MRI. f. Panoramik Suatu gambaran dari rahang, yang dihasilkan dari mesin yg didesain khusus untuk mendapatkan gambaran panoramik dari rahang dan sekitarnya secara menyeluruh pada suatu film tunggal. Konsep dasar dari teknik ini adalah Film dan tubehead berputar mengelilingi pasien dan akan menghasilkan suatu gambaran individual. Film dan kepala tube X- ray berputar mengelilingi pasien pada posisi berlawanan padaradiografi panoramik.

18 Gambar. Teknik pengambilan radiograf panoramic Gambar. Radiografi Penoramik Keuntungan: 1. Cakupan yang luas dari facial tulang dan gigi 2. Dosis radiasi pasien yang rendah 3. Pemeriksaan yang menyenangkan untuk pasien 4. Dapat digunakan pada pasien yang tidak dapat membuka mulut 5. Waktunya singkat, biasanya 3-4 menit 6. Bantuan visual dalam edukasi pasien dan presentasi kasus 7. Bisa digunakan pada pasien yang tidak bisa toleransi dengan prosedur intra oral Kelemahan: 1. Tidak menunjukkan detail anatomi yang baik yang didapatkan dari intra oral (gambaran periapikal). 2. Tidak digunakan untuk deteksi karies kecil, struktur halus jar. Periodontum tepi atau penyakit periapikal.

19 3. Permukaan proksimal gigi-gigi premolar tercetak overlap. g. Teknik Reverse Towne Teknik ini dilakukan dengan cara menempatkan Radiographic baseline sejajar dengan horizontal plane. Kemudian sinar x diarahkan ke atas dari bawah occipital dengan membentuk sudut 30 o terhadap horizontal dan sinar melewati condyle. Gambar. teknik pengambilan radiograf Reverse Towne h. MRI Gambar. radiografi dengan teknik MRI.

20 2.2 Kasus Seorang pasien laki laki berumur 25 tahun datang ke bagian bedah mulut Perjan RS dr. Hasan Sadikin Bandung dirujuk dari sebuah rumah sakit swasta di Bandung karena nyeri dan sulit membuka mulut dengan disertai pembengkakan di depan telinga. Nyeri terjadi ketika sebulan yang lalu, ketika penderita jatuh dari angkotan kota sehingga timbul pembengkakan yang diseeertai dengan perdarahan dari mulut tidak disertai dengan muntah, pingsan, perdarahan telinga. Pasien dibawa ke rumah sakit swasta tapi tidak dilakukan perawatan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal tetapi ekspresi muka menahan rasa nyeri. Pada pemeriksaan klinis ekstra oral ditemukan adanya pembengkakan adanya daerah preaurikular dengan ukuran 4 x 4 x 3 cm, deviasi mandibula ke kanan pada palpasi terdapat nyeri tekan. Pada pemeriksaan intraoral terdapat laserasi pada bibir, sedangkan pada daerah palatum, lidah, tonsil sulit dinilai serta keterbataan pembukaan sebesar 2 mm. Pemeriksaan pelengkan dilakukan terhadap penderita yaitu pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan urin rutin, serta pemeriksaaan radiologi, yaitu foto panoramiks dan foto thoraks. Hasil pemeriksaan foto panoramiks menunjukkan adannya dislokasi sendi ke arah fosa cranio medial dan tidak terlihat adanya gambaran fraktur kondilus. Foto thoraks tidak menunjukkan adanya gambaran pembesaran jantung dan proses spesifik aktif. Dari anamnesa dan pemeriksaan klinis yang telah dilakukan didiagnosa adanya dislokasi kondilus ke rah fosa cranium medial yang tidak dirawat kira kira selama satu bulan. 2.3 Analisis Ketepatan Teknik Radiografi yang digunakan HASIL RADIOGRAFI KASUS Dalam kasus ini, dilakukan pemeriksaan secara fisik maupun secara radiologi. Adapun berdasarkan kasus, pasien mengalami pembengkakan disertai nyeri dan rasa sakit pada telinga sehingga pasien sulit untuk membuka mulut. Dari kondisi pasien, jenis radiologi

21 yang dapat dilakukan adalah radiologi dengan teknik panoramik, Teknik Lateral Oblique of Ramus Mandibula, Teknik MRI ( Magnetik Resornen Imagine ), dan Teknik CT Scan. PRINSIP PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PADA KASUS DISLOKASI KONDILUS Berikut adalah kelebihan dan kelemahan dari teknik-teknik tersebut: Macam Teknik Kelebihan Kelemahan 1. Teknik Panoramik a. Memberikan gambaran yang luas mengenai struktur tulang fasial dan gigi geligi. b. Dosis radiasi terhadap pasien rendah c. Pasien relatif nyaman saat menjalani pemeriksaan d. Dapat dilakukan terhadap pasien yang tidak dapat membuka mulut e. Memerlukan waktu relative singkat. f. Dapat melihat keadaan dari kedua kondil, sehingga dapat dibandingkan antara kondil yang satu dengan yang lainnya. a. Terlihat distorsi yang hebat dan garis luar pada batas tulang. b. Sering tidak jelas karena tumpang tindih dari struktur rahang menghalangi. c. Sering terdapat ghost image. 2. Teknik Lateral Oblique of Ramus Mandibula. a. Peralatannya tidak rumit karena bisa menggunakan dental X ray. b. Gambaran spesifik lebih a. Tidak bisa digunakan sebagai pembanding pada kondil di

22 3. Teknik MRI (Magnetik Resornen Imagine ) 4. Teknik CT Scan ke TMJ a. Pasien tidak terpapar oleh ion-ion radiasi karena MRI menggunakan teknik magnetik tidak menggunakan sinar X. b. MRI memiliki kemampuan untuk gambar dalam bidang apapun. c. Resolusi gambar lebih baik daripada CT Scan. Alat CT memiliki lapangan pandang yang sangat luas meliputi seluruh bagian tubuh sesuai dengan yang diminta oleh operator tergantung kebutuhan. Bila membutuhkan terlihatnya suatu struktur dengan jelas (TMJ) dapat dilakukan pembesaran terhadap foto. sebelahnya. Karena kemampuan MRI dalam memfoto berbagai struktur, maka dapt terjadi beberapa macam artifak seperti orthopedic hardware (semdi buatan, sekrup, dan lain -lain) Pemeriksaan dengan MRI membutuhkan biaya yang mahal Hasil Radiografi Pada kasus, pasien telah melakukan pemeriksaan radiografi dengan teknik foto panoramik. hasil foto tampak gambaran kondilus mandibula sebelah kanan pasien menembus fosa glenoidalis kearah fosa kranio medial yang ditandai dengan gambaran radiopak yang mengindikasikan terjadinya pergeseran kondil, dimana hubungan kondil

23 dan fosa glenoidalis yang normal dipisahkan oleh diskus artikularis yang akan tampak radiolusen pada radiograf. Gambar. hasil foto panoramik pasien Penatalaksanaan Pada kasus ini dilakukan tindakan bedah karena diagnosa dislokasi ditentukan setelah satu bulan dari waktu terjadinya, tindakan yang dilakukan berupa gap arthroplasti yaitu pemotongan tulang pada leher kondilus, sehingga terjadi gap kira kira 2 cm dan interposisi facia temporalis insitu untuk mencegah terjadinya ankilosis. ( ) BAB III PENUTUP Temporo Mandibular Joint ( TMJ ) adalah sendi synovial yang menghubungkan mandibula dengan os. temporal pada posisi yang tepat. TMJ terdiri dari beberapa regio antara lain, Fossa glenoidalis atau fossa mandibularis ossis temporalis, Processus condylaris os mandibula, Capsula articularis,ligamentum temporomandibulare, Ligamentum accesorius (Ligamentum stylomandibulare dan Ligamentum sphenomandibulare ), Discus articularis, Rongga synovial, Eminentia articularis. Pergerakkan yang dilakukan oleh TMJ meliputi pergerakan

24 elevasi, depresi, protrusi, retrusi, gerak lateral ke kanan dan gerak lateral ke kiri. Kelainan kelainan yang terjadi pada TMJ meliputi Dislokasi Temporomandibular Joint, Disc Displacement with Reduction, Osteoarthrosis, Rheumatoid arthritis, dan Effusion. Pada kasus didapatkan kelainan yang terjadi pada TMJ adalah dislokasi TMJ dimana processus condylus menembus fossa glenoidalis ke arah fossa cranio medial.pada kasus dalam menegakkan diagnosis sudah menggunakan teknik yang tepat yaitu teknik panoramik. Selain itu untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan teknik lain seperti, teknik lateral oblique of ramus mandibula, CT Scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging ).

25 DAFTAR PUSTAKA Harty& Ogston.1995.Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC. Pedersen, Gordon.W Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC. Ogus, H.D dan P.A. Toller Gangguan Sendi Temporomandibula. Hipokrates. Jakarta Houston, W.J.B Diagnosis Ortodonti. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh 3 : 1. Prosesus

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sendi Temporomandibula (TMJ) TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan temporal dan mandibula yang terdiri dari tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat),

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

BAB 2 ANKILOSIS SENDI TEMPOROMANDIBULA. fibrous atau tulang antara kepala kondilar dengan fosa glenoidalis yang dapat

BAB 2 ANKILOSIS SENDI TEMPOROMANDIBULA. fibrous atau tulang antara kepala kondilar dengan fosa glenoidalis yang dapat BAB 2 ANKILOSIS SENDI TEMPOROMANDIBULA 2.1 Defenisi Ankilosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti kekakuan pada sendi akibat proses dari suatu penyakit. Ankilosis dapat didefenisikan sebagai penyatuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai komponen terdiri dari gigi-geligi, sendi temporomandibula, otot kunyah, dan sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem mastikasi merupakan suatu unit fungsional yang terdiri atas beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot pengunyahan, dan gigi geligi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asimetri Definisi simetri adalah persamaan salah satu sisi dari suatu objek baik dalam segi bentuk, ukuran, dan sebagainya dengan sisi yang berada di belakang median plate.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesimetrisan Diagnosis dalam ilmu ortodonti, sama seperti disiplin ilmu kedokteran gigi dan kesehatan lainnya memerlukan pengumpulan informasi dan data yang adekuat mengenai

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. 5,7,10,11

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis, radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep. 2.1 Suku Batak Penduduk Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA

PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA PENDAHULUAN OIeh : drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA MUSCULUS /OTOT Otot terdiri atas jaringan otot. Sifat istimewa otot adalah dapat berkerut/kontraksi sehingga mengakibatkan gerakan organ di sekitarnya. Jaringan

Lebih terperinci

ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION

ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION Problems in temporomandibular joint, can be a pain and clicking mostly called by temporomandibular

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hilangnya gigi bisa terjadi pada siapa saja dengan penyebab yang beragam antara lain karena pencabutan gigi akibat kerusakan gigi (gigi berlubang, patah, retak), infeksi

Lebih terperinci

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas BAB II KLAS III MANDIBULA 2.1 Defenisi Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas dan gigi-gigi pada rahang bawah bertemu, pada waktu rahang atas dan rahang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Impaksi Menurut Indonesian Journal of Dentistry, gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mandibula Mandibula adalah tulang wajah yang terbesar dan terkuat yang berbentuk seperti tapal kuda. Mandibula juga merupakan satu-satunya tulang tengkorak yang dapat bergerak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut sendi temporomandibula (Fawcett, 2002). berbicara dan mengunyah (Fehrenbach dan Herring, 2007; Cate, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut sendi temporomandibula (Fawcett, 2002). berbicara dan mengunyah (Fehrenbach dan Herring, 2007; Cate, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Sendi Temporomandibula a. Definisi Sendi atau artikulasi berfungsi untuk menghubungkan dua tulang. Oleh karena itu sendi yang menghubungkan antara tulang temporal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengetahuan Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya.wujudnya dapat berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan.perilaku

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut Gibson et.al. kemampuan seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui latihan, pengalaman kerja maupun pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA Rekonstruksi mandibula masih merupakan tantangan yang kompleks. Tulang mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga dukungan jalan pernafasan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanalis Mandibularis Kanalis mandibularis adalah saluran yang memanjang dari foramen mandibularis yang terletak pada permukaan medial ramus. Kanalis ini dialiri oleh inferior

Lebih terperinci

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior Protrusi anterior maksila adalah posisi, dimana gigi-gigi anterior rahang atas lebih ke depan daripada gigi-gigi anterior

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan harmonis.pada saat mendiagnosis dan membuat rencana perawatan perlu diketahui ada

BAB 1 PENDAHULUAN. dan harmonis.pada saat mendiagnosis dan membuat rencana perawatan perlu diketahui ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Fundamental perawatan ortodonti adalah menciptakan penampilan wajah yang seimbang dan harmonis.pada saat mendiagnosis dan membuat rencana perawatan perlu diketahui ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah bukolingual atau bukopalatal antara gigi antagonis. Crossbite posterior dapat terjadi bilateral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sendi temporomandibula merupakan salah satu persendian yang paling rumit pada tubuh manusia. Sendi ini dapat melakukan 2 gerakan, yaitu gerakan memutar (rotasi)

Lebih terperinci

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80)

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80) Teksbook reading Tessa Rulianty (Hal 71-80) Tes ini sama dengan tes job dimana lengan diputar ke arah yang berlawanan. Jika terdapat nyeri dan pasien mengalami kesulitan mengatur posisi mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi BAB 2 MALOKLUSI KLAS III 2.1 Pengertian Angle pertama kali mempublikasikan klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi apabila tonjol

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

Gambar 1. Anatomi Palatum 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum 2.1.1 Anatomi Palatum Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi yaitu pengambilan gambar menggunakan radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan yang dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antropologi Suku Batak Suku Batak merupakan bagian dari ras Proto-Melayu yang menempati pulau Sumatera. Sifat paling dominan dari suku ini adalah kebiasaan hidup dalam splendid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Pada bagian anterior saluran pernafasan terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi tiruan lengkap adalah protesa gigi lepasan yang menggantikan seluruh gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tumbuh Kembang Anak Perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi merupakan manifestasi kompleks dari tumbuh kembang yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

Keterbatasan radiografi panoramik dalam pengukuran ketidaksimetrisan mandibula

Keterbatasan radiografi panoramik dalam pengukuran ketidaksimetrisan mandibula Keterbatasan radiografi panoramik dalam pengukuran ketidaksimetrisan mandibula Barunawaty Yunus Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasasanuddin ABSTRACT Panoramic radiography is a technique

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

Teknik Radiografi Sinus Paranasal

Teknik Radiografi Sinus Paranasal Teknik Radiografi Sinus Paranasal Menurut Biglioli dan Chiapasco (2014) teknik radiografi sinus paranasal yang rutin digunakan untuk kasus sinusitis pada sinus maksilaris ada 2: 1. Proyeksi Parietoacantial

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Oklusi Hubungan oklusal gigi geligi pertama kali diperkenalkan oleh Edward Angle pada tahun 1899. Oklusi menjadi topik yang menarik dan banyak didiskusikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan klinis yang biasanya digunakan untuk membantu penegakan diagnosa dan rencana

Lebih terperinci

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN 1 HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Hubungan rahang disebut juga dengan relasi vertikal/dimensi vertikal. Pengertian relasi vertikal : Jarak vertikal rahang atas dan rahang bawah

Lebih terperinci

PENANGANAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDER NON BEDAH. Edwyn Saleh PSPDG FKIK Univeristas Muhammadiyah Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

PENANGANAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDER NON BEDAH. Edwyn Saleh PSPDG FKIK Univeristas Muhammadiyah Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN PENANGANAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDER NON BEDAH Edwyn Saleh PSPDG FKIK Univeristas Muhammadiyah Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN TMJ disorder adalah suatu gangguan yang sering ditemukan dalam praktek dokter

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI PERIODONTAL

INSTRUMENTASI PERIODONTAL INSTRUMENTASI PERIODONTAL 1.Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu instrumentasi 2.Penskeleran dan Penyerutan akar HAL-HAL YG HARUS DIPERHATIKAN PADA WAKTU INSTRUMENTASI 1. PEMEGANGAN 2. TUMPUAN &

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Ras India Penduduk ras India Malaysia merupakan suatu kaum yang berasal dari India selatan. Mereka telah datang ke Malaysia sejak dua ribu tahun lalu.kelompokkelompok seperti

Lebih terperinci

BAB 2 TEMPOROMANDIBULA DISORDER. sejumlah masalah klinis yang berkaitan dengan ganguan pada otot-otot pengunyahan,

BAB 2 TEMPOROMANDIBULA DISORDER. sejumlah masalah klinis yang berkaitan dengan ganguan pada otot-otot pengunyahan, 4 BAB 2 TEMPOROMANDIBULA DISORDER 2.1 Defenisi Temporomandibula disorder merupakan istilah kolektif yang mencakup sejumlah masalah klinis yang berkaitan dengan ganguan pada otot-otot pengunyahan, sendi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia 2.1.1 Definisi Lansia adalah kelompok lanjut usia yang mengalami proses menua yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oklusi Oklusi merupakan hubungan statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi dimana pertemuan tonjol gigi atas dan bawah terjadi secara maksimal. Dikenal dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi pasien dalam menjalani ortodontik pada umumnya adalah karena ingin memperbaiki keserasian dentofasial, yaitu keserasian antara gigi-gigi dengan wajah (Waldman,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotografi Ortodonti Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran gigi dibuka pada tahun 1839. 4 Dalam bidang ortodonti, foto merupakan salah satu

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang CROSSBITE ANTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah

Lebih terperinci

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap insan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

III. RENCANA PERAWATAN

III. RENCANA PERAWATAN III. RENCANA PERAWATAN a. PENDAHULUAN Diagnosis ortodonsi dianggap lengkap bila daftar problem pasien diketahui dan antara problem patologi dan perkembangan dipisahkan. Tujuan rencana perawatan adalah

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN 0 Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN Selamat Pagi, Nama saya Michiko, NIM 110600131, alamat saya di jalan Majapahit no 69, nomor telepon 08126223933. Saya adalah mahasiswi di Program

Lebih terperinci

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Distribusi Trauma Gigi Trauma gigi atau yang dikenal dengan Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi

Lebih terperinci

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen PENCITRAAN X-RAY Sejarah X-Ray Wilheim Conrad Roentgen DEFINISI Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet tetapi dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Skeletal Maloklusi Klas I Maloklusi dibagi dalam tiga golongan yaitu dental displasia, skeleto dental displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Buruk Kebiasaan adalah suatu tindakan berulang yang dilakukan secara otomatis atau spontan. Perilaku ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian besar selesai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisa Profil Jaringan Lunak Wajah Analisa profil jaringan lunak wajah yang tepat akan mendukung diagnosa secara keseluruhan pada analisa radiografi sefalometri lateral. Penegakkan

Lebih terperinci

II. ORTODONSI INTERSEPTIF

II. ORTODONSI INTERSEPTIF II. ORTODONSI INTERSEPTIF Untuk memahami arti dari ortodonsi interseptif perlu diketahui terlebih dulu pengertian ilmu ortodonsi. Ilmu Ortodonsi adalah gabungan ilmu dan seni yang berhubungan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective cross-sectional karena pengukuran variabel dilakukan pada satu saat atau setiap subyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Radiologi Kedokteran Gigi a. Sejarah Radiologi Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

untuk melihat area yang luas pada rahang atas dan rahang bawah pada satu film c. Foto ekstraoral

untuk melihat area yang luas pada rahang atas dan rahang bawah pada satu film c. Foto ekstraoral 1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan terapan dasar radiologi kedokteran gigi dan alat yang digunakan a. Terapan secara umum Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen. Dr. Otto Walkhaff (dokter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Odontektomi atau pencabutan gigi dengan pembedahan merupakan tindakan pembedahan yang sering dilakukan oleh spesialis bedah mulut (Rahayu, 2014). Pencabutan gigi

Lebih terperinci

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Tugas Paper Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Aditya Hayu 020610151 Departemen Prostodonsia Universitas Airlangga - Surabaya 2011 1 I. Sebelum melakukan penetapan gigit hendaknya perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Sefalometri. 22,23 Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan Carrera dan kemudian dikembangkan oleh Hofrath (Jerman) dan Broadbent

Lebih terperinci

Diagnosis gangguan temporomandibular pada anak

Diagnosis gangguan temporomandibular pada anak Diagnosis gangguan temporomandibular pada anak 1 Lusy Damayanti, 2 Jakobus Runkat 1 PPDGS Ilmu Kedokteran Gigi Anak 2 Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran E-mail:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies gigi adalah penyakit multifaktorial dengan interaksi antara tiga faktor, yaitu gigi, mikroflora, dan diet. Bakteri akan menumpuk di lokasi gigi kemudian membentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oklusi Oklusi dalam pengertian yang sederhana adalah penutupan rahang beserta gigi atas dan bawah. Pada kenyataannya oklusi merupakan suatu proses kompleks karena meibatkan gigi

Lebih terperinci

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL A. Pendahuluan 1. Deskripsi Dalam bab ini diuraikan mengenai keadaan anatomis gigi geligi, posisi gigi pada lengkung rahang, letak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asimetri Dentokraniofasial Simetris berasal dari bahasa Yunani, yaitu symmetria yang berarti ukuran. Simetris dapat didefinisikan sebagai suatu kesesuaian dalam ukuran, bentuk,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti karies dan penyakit periodontal, trauma, penyakit yang menyerang pulpa, periradikular, dan berbagai penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maloklusi secara umum dapat diartikan sebagai deviasi yang cukup besar dari hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik maupun secara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan glandula saliva. Sebelum membahas mengenai kedua penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan glandula saliva. Sebelum membahas mengenai kedua penyakit BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Mukokel dan ranula merupakan dua contoh dari beberapa penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva. Sebelum membahas mengenai kedua penyakit mulut tersebut, akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan radiografi berperan penting pada evaluasi dan perawatan di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan radiografi berperan penting pada evaluasi dan perawatan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan radiografi berperan penting pada evaluasi dan perawatan di bidang kedokteran gigi karena radiograf mampu menyediakan informasi kondisi objek yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sinar X telah lama dikenal dalam bidang kedokteran umum maupun kedokteran gigi sebagai suatu alat yang sangat membantu dalam suatu diagnosa penyakit gigi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mandibula Mandibula berbentuk seperti tapal kuda dan meyangga gigi pada rahang bawah. Tulang mandibula dapat bergerak dan tidak ada artikulasi dengan tulang tengkorak. Tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan gigi dan mulut masih banyak dialami oleh penduduk Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, 25,9% penduduk Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan radiografik telah menjadi salah satu alat bantu diagnosis utama di bidang kedokteran gigi untuk menentukan keadaan penyakit dan merencanakan perawatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oklusi Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang berarti ke atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion adalah closing

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi terbentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MALOKLUSI Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang dari bentuk normal. Menurut Salzman (1957), maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi,

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal sel karsinoma dan skuamous sel karsinoma. Tumor ganas yang sering terjadi pada bagian bibir,

Lebih terperinci

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang BAB 2 EKSTRAKSI GIGI 2.1 Defenisi Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencabutan Gigi Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan

Lebih terperinci

Implementasi Intensity Transfer Function(ITF) Untuk Peningkatan Intensitas Citra Medis Hasil Pemeriksaan MRI

Implementasi Intensity Transfer Function(ITF) Untuk Peningkatan Intensitas Citra Medis Hasil Pemeriksaan MRI Implementasi Intensity Transfer Function(ITF) Untuk Peningkatan Intensitas Citra Medis Hasil Pemeriksaan MRI 1 Desti Riminarsih dan 2 Cut Maisyarah Karyati 1 Pusat Studi Komputasi Matematika(PSKM), Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi Klas I Angle Pada tahun 1899, Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan relasi molar satu permanen rahang bawah terhadap rahang atas karena menurut Angle, yang

Lebih terperinci