KATA PENGANTAR LAPORAN KEGIATAN BKPRN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR LAPORAN KEGIATAN BKPRN"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009, Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) memiliki tugas melakukan koordinasi lintas sektor dalam bidang penataan ruang dan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya kepada Presiden RI. Laporan Kegiatan BKPRN Tahun mengangkat isu-isu strategis penataan ruang yang penanganannya telah dikoordinasikan BKPRN sejak terbitnya Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2009 hingga akhir tahun Laporan ini terbagi kedalam 5 (lima) bagian pembahasan. Pertama, mengulas sejarah singkat pembentukan BKPRN, struktur organisasi, capaian serta tantangan BKPRN di masa yang akan datang. Bagian kedua, memuat fasilitasi penyelesaian peraturan perundangan bidang penataan ruang nasional dan daerah yang diamanatkan UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Bagian ketiga, mengemukakan penguatan kelembagaan penataan ruang. Bagian keempat berkenaan dengan pendayagunaan penataan ruang nasional dan daerah. Bagian terakhir, berisi penyelesaian sengketa dan konflik pemanfaatan ruang. Semoga laporan ini dapat menjadi sumber informasi sekaligus ke depannya menjadi umpan balik untuk peningkatan kualitas koordinasi penataan ruang nasional. Jakarta, Februari 2015 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua BKPRN i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR SINGKATAN... vi BAB I Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN): Struktur, Capaian, dan Tantangan... 1 Struktur Organisasi BKPRN... 1 Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN... 2 Kilasan Capaian BKPRN Tantangan BKPRN di Masa Mendatang... 3 BAB II Fasilitasi Penyelesaian Peraturan Perundangan Bidang Penataan Ruang... 5 Peraturan Pemerintah (PP)... 5 Peraturan Presiden (Perpres) Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan... 5 Perpres RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN)... 6 Inpres No. 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota... 7 Peninjauan Kembali Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN... 7 Peraturan Daerah (Perda) RTRW... 8 Peraturan Daerah (Perda) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)... 9 Inisiasi Penyusunan Regulasi Pengelolaan Ruang Udara Nasional... 9 BAB III Penguatan Kelembagaan Penataan Ruang Nasional dan Daerah Pembentukan BKPRD Provinsi Forum Koordinasi Penataan Ruang Bimbingan Teknis Penataan Ruang BAB IV Pendayagunaan Penataan Ruang Nasional dan Daerah Penetapan Mekanisme Sinkronisasi Kawasan Hutan dengan RTRW Daerah Audit Pemanfataan Ruang (Stocktaking) Peran Penataan Ruang dalam Mengantisipasi Global Climate Change Integrasi Pengurangan Resiko Kebencanaan dalam Penataan Ruang Penyelarasan Implementasi UU No. 26/2007 dan UU No. 27/2007 jo UU No. 1 Tahun Hari Tata Ruang Nasional Fasilitasi Penyelesaian Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Survei Penjajakan Ekspektasi Peran Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) BAB V Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pemanfaatan Ruang ii

4 Penggunaan Kawasan untuk Peace Keeping Centre dan Standby Force di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Pembangunan Gedung Disaster Reduction Center (DRC) dan Arsip Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat Proses Penyusunan RTRW Provinsi Aceh Pemanfaatan Kawasan Karst di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I Yogyakarta Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah Pembangunan Bali International Park (BIP) di Kabupaten Badung, Provinsi Bali Pembangunan Kawasan Industri di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah Usulan Reklamasi di Wilayah Perairan Teluk Benoa, Provinsi Bali Rencana Investasi Pabrik Kelapa Sawit di Kota Dumai, Provinsi Kepulauan Riau Pembangunan Pabrik Baja di Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur Pembangunan Bandara Karawang dan Pelabuhan Cilamaya di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat Rencana Reklamasi Pantai Utara Kabupaten Tangerang Rencana Pembangunan Runway-III Bandara Internasional Soekarno-Hatta Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pemanfaatan Ruang Lainnya LAMPIRAN LAMPIRAN 1: Struktur & Tugas Tim Pelaksana BKPRN dan Kelompok Kerja BKPRN LAMPIRAN 2: Agenda Kerja BKPRN Tahun LAMPIRAN 3: Agenda Kerja BKPRN LAMPIRAN 4: Pelaksanaan Agenda Kerja BKPRN LAMPIRAN 5: Status Penetapan BKPRD Provinsi iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 1 Rancangan Kegiatan BKPRN Tahun Tabel 2 Status Penetapan RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun Tabel 3 Rincian Perda RTRW Provinsi yang Telah Ditetapkan... 8 Tabel 4 Rekomendasi Penanganan Konflik Pemanfaatan Ruang Tahun iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Struktur Organisasi BKPRN... 1 Gambar 2 Holding Zone sebagai Upaya Percepatan Penyelesaian RTRW... 7 Gambar 3 Pembukaan Sarasehan oleh Menteri Pekerjaan Umum... 7 Gambar 4 FGD Fasilitasi Akselerasi Penyelesaian RZWP-3-K di Ternate... 9 Gambar 5 FGD Pembahasan Urgensi Regulasi Pengelolaan Ruang Udara Nasional... 9 Gambar 6 Pembukaan Rakornas BKPRD 2012 oleh Menteri Dalam Negeri Gambar 7 Sidang Pleno Rakernas BKPRN Tahun Gambar 8 Rakornas BKPRD Tahun 2014 di Bali Gambar 9 Sidang Pleno Raker Regional BKPRN Wilayah I Tahun Gambar 10 Pembukaan Workshop Pedoman Informasi Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan RTR oleh Kepala Badan Geologi Gambar 11 Ilustrasi Pengaturan Wilayah Pesisir Gambar 12 Pembukaan Acara Puncak Hari Tarunas Gambar 13 Suasana FGD Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN di Provinsi NTB Gambar 14 Lambang Peacekeeping Centre Indonesia Gambar 15 PLTU Batang Gambar 16 Lokasi Kawasan Alas Kethu dalam RTRW Kab. Wonogiri Gambar 17 Pola Ruang Kawasan Teluk Benoa dalam Perpres No. 45 Th Gambar 18 Pola Ruang Rancangan Perda RTRW Kota Dumai Gambar 19 Posisi Situs Trowulan dalam RTRW Kab. Mojokerto Gambar 20 Pola Ruang dalam RTRW Kab. Karawang Gambar 21 Pola Ruang dalam RTRW Kab. Tangerang v

7 DAFTAR SINGKATAN LAPORAN KEGIATAN BKPRN AMDAL BBK BIG Bimtek BKPH BKPRD BKPRN BKTRN BNPB BPN DPCLS DRC ESDM Gerbangkertosusila HAM HGB HGU IMB Inpres IPSC Jabodetabekpunjur K/L KDB Kedung Sepur KLHS KPP KSN KSP KZB LH LP2B LPI Mamminasata Mebidangro MHA NSPK Perda Perpres PHE ONJW PKC PLN PLTU PMPP PPATK PP PPN PPNS PRUN PU Raker Reg Rakernas Rakornas RBI RDTR RRTR : Analisis Dampak Lingkungan Hidup : Batam, Bintan, dan Karimun : Badan Informasi Geospasial : Bimbingan teknis : Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional : Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional : Badan Nasional Penanggulangan Bencana : Badan Pertanahan Nasional : Daerah Penting Cakupan Luas Strategis : Disaster Reduction Center : Energi dan Sumber Daya Mineral : Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan : Hak Asasi Manusia : Hak Guna Bangunan : Hak Guna Usaha : Izin Mendirikan Bangunan : Instruksi Presiden : Indonesia Peace and Security Center : Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur : Kementerian/Lembaga : Koefisien Dasar Bangunan : Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, Purwodadi : Kajian Lingkungan Hidup Strategis : Kawasan Peruntukan Pertambangan : Kawasan Strategis Nasional : Kawasan Strategis Provinsi : Koefisien Zona Terbangun : Lingkungan Hidup : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan : Lingkungan Pantai Indonesia : Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar : Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo : Masyarakat Hukum Adat : Norma, Standar, Pedoman, Kriteria : Peraturan Daerah : Peraturan Presiden : Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java : Peace Keeping Center : Perusahaan Listrik Negara : Pembangkit Tenaga Listrik tenaga Uap : Pusat Misi Pemelihara Perdamaian : Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan : Peraturan Pemerintah : Perencanaan Pembangunan Nasional : Penyidik Pegawai Negeri Sipil : Pengelolaan Ruang Udara Nasional : Pekerjaan Umum : Rapat Kerja Regional : Rapat Kerja Nasional : Rapat Koordinasi Nasional : Rupa Bumi Indonesia : Rencana Detail Tata Ruang : Rencana Rinci Tata Ruang vi

8 RTR RTRLN RTRW RTRWN RUTR RZWP-3-K Sarbagita SC-DRR SDM SEB SOP SPR-KRB SUTET TGHK TKPTRN TNI TWALD UNDP UU : Rencana Tata Ruang : Rencana Tata Ruang Laut Nasional : Rencana Tata Ruang Wilayah : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional : Rencana Umum Tata Ruang : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil : Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan : Safer Communities through Disaster Risk Reduction : Sumber Daya Manusia : Surat Edaran Bersama : Standard Operating Procedure : Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana : Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi : Tata Guna Hutan Kesepakatan : Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional : Tentara Nasional Indonesia : Taman Wisata Alam Laut Daerah : United Nations for Development Programme : Undang-Undang vii

9 BAB I Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN): Struktur, Capaian, dan Tantangan Struktur Organisasi BKPRN Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) merupakan lembaga ad hoc yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan berbagai instansi pemerintah dalam menangani masalah penataan ruang bagi kebutuhan pembangunan secara terkoordinasi. Dalam perjalanannya, lembaga ini telah mengalami beberapa kali perubahan nama dan struktur. Pada awal pembentukannya, BKPRN bernama Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional (TKPTRN) yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun Lembaga ini berubah menjadi Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (BKTRN) melalui Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1993, yang selanjutnya ditetapkan kembali dengan Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang berimplikasi pada kebutuhan wadah koordinasi penataan ruang yang dinamis dan antisipatif. Menindaklanjuti kebutuhan tersebut ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional yang mengubah BKTRN menjadi BKPRN. Berdasarkan amanat Keppres Nomor 4 Tahun 2009, BKPRN memiliki tugas mengkoordinasikan, antara lain: Penyiapan kebijakan penataan ruang nasional; Penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang; Pemaduserasian berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan penataan ruang; Penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan penataan ruang dan memberikan pengarahan serta saran pemecahannya; Fasilitasi kerjasama penataan ruang antarprovinsi; Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang; dan Pelaksanaan RTRWN, pemantauan pelaksanaan RTRWN dan pemanfaatan hasil pemantauan tersebut untuk penyempurnaan. WAKIL KETUA I merangkap anggota Menteri Pekerjaan Umum KETUA BKPRN merangkap anggota Menteri Koordinator Bidang Perekonomian SEKRETARIS merangkap anggota Menteri PPN/Kepala Bappenas WAKIL KETUA II merangkap anggota Menteri Dalam Negeri ANGGOTA Menteri Pertahanan, Menteri ESDM, Menteri Perindustrian, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan, Menteri Perhubungan, Menteri Kelautan & Perikanan, Menteri LH, Kepala BPN, Waseskab Sumber: Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Penataan Ruang Nasional Gambar 1 Struktur Organisasi BKPRN Dalam rangka membantu kelancaran pelaksanaan tugas BKPRN, dibentuk Tim Pelaksana yang berfungsi sebagai pelaksana tugas dalam bidang teknis penyelenggaraan penataan ruang. Selain itu, Tim Pelaksana dapat membentuk Kelompok Kerja untuk menangani tugas-tugas yang bersifat khusus. Penjelasan mengenai tugas dan struktur Tim Pelaksana BKPRN serta Kelompok Kerja BKPRN dirinci pada LAMPIRAN 1. 1

10 Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN LAPORAN KEGIATAN BKPRN Dalam upaya peningkatan kualitas keorganisasian BKPRN serta sebagai operasionalisasi dari Peraturan Menko Bidang Perekonomian Nomor PER-02/M.EKON/10/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKPRN, disusun Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri PPN/Kepala Bappenas selaku Sekretaris BKPRN Nomor KEP.46/M.PPN/HK/03/2013 tentang Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN. Pedoman ini memuat tata kerja baku antarorgan BKPRN. Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN didasarkan pada prinsip-prinsip berikut: 1. Subsidiarity: pengambilan keputusan sedapat mungkin berada pada jenjang terendah. 2. Musyawarah dan mufakat: pengambilan keputusan tetap mengedepankan asas musyawarah dan mufakat. 3. Tertib organisasi: struktur organisasi BKPRN sesuai dengan kewenangan, tugas, dan fungsi masing-masing K/L. 4. Efektif dan efisien: tegas dan tidak berlarut-larut yang tercermin dari jumlah pertemuan/rapat yang terdefinisi jelas untuk pengambilan keputusan dan/atau pencapaian kesepakatan mengenai isu tersebut. 5. Tata kelola yang baik: penerapan prinsip akuntabilitas, keterbukaan informasi, dan partisipatif. Kilasan Capaian BKPRN Selama kurun waktu , BKPRN telah melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas penataan ruang nasional. Pada tahun 2009, kegiatan BKPRN utamanya diarahkan pada penyelesaian peraturan perundangan yang diamanatkan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu penyusunan 5 (lima) Peraturan Pemerintah (PP), 7 (tujuh) Peraturan Presiden (Perpres) Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan, dan 76 (tujuh puluh enam) Peraturan Presiden (Perpres) Kawasan Strategis Nasional (KSN). Hingga akhir tahun 2014, seluruh Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Presiden (Perpres) Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan amanat UU Penataan Ruang telah diterbitkan. PP terbaru yang diterbitkan adalah PP No. 68 Tahun 2014 tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara. BKPRN juga memfasilitasi upaya akselerasi penyelesaian Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di tingkat provinsi, dan kabupaten/kota. Hingga akhir tahun 2014, terdapat 25 provinsi, 317 kabupaten, dan 81 kota yang telah menetapkan RTRW. Salah satu langkah percepatan penyelesaian RTRW berupa penerbitan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sebagai operasionalisasi Inpres tersebut, diterbitkan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Kehutanan tentang Percepatan Penyelesaian Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui Penerapan Kawasan yang Belum Ditetapkan Perubahan Peruntukan Ruangnya (Holding Zone). Secara simultan dengan percepatan penyelesaian RTRW, BKPRN juga terus mendorong percepatan penyelesaian Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) yang merupakan instrumen penting untuk mengendalikan pemanfaatan ruang sekaligus memperkuat kepastian hukum rencana tata ruang. Sehubungan dengan urgensi penyelesaian RRTR tersebut, telah disusun perkiraan lokasi penyusunan RRTR pada kurun waktu yang telah disampaikan kepada Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk acuan prioritas penyediaan peta dasar skala besar. Selain akselerasi penyelesaian RTRW dan RRTR, BKPRN memfasilitasi akselerasi penyelesaian Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 34 Tahun 2014 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Hingga Desember 2014, telah ditetapkan 5 (lima) Perda RZWP-3-K Provinsi, 8 (delapan) Perda RZWP-3-K Kabupaten, dan 4 (empat) Perda RZWP- 3-K Kota. Disamping itu, BKPRN memfasilitasi integrasi RZWP-3-K dengan RTRW, terutama dalam pengaturan perencanaan wilayah kecamatan pesisir. Berkenaan dengan ruang udara, sejak Maret 2014 BKPRN memfasilitasi proses inisiasi penyusunan regulasi pengelolaan ruang udara nasional melalui serangkaian pembahasan lintas pemangku kepentingan, utamanya untuk perumusan urgensi. 2

11 Seperti halnya BKPRN di tingkat nasional, koordinasi penataan ruang di daerah dilakukan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD). BKPRD dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah. Hingga tahun 2014, BKPRD telah terbentuk di seluruh provinsi kecuali Provinsi Papua Barat dan Kalimantan Utara. Diharapkan BKPRD dapat mempercepat penyelesaian konflik-konflik pemanfaatan ruang yang terjadi di daerah. Setiap 2 (dua) tahun, BKPRN menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) untuk membahas penyelesaian isuisu strategis serta menyusun Agenda Kerja BKPRN selama 2 (dua) tahun. Penyelesaian Agenda Kerja (LAMPIRAN 2), yang merupakan hasil Rakernas BKPRN Tahun 2011 di Kota Manado, diarahkan pada penyelesaian peraturan perundangan amanat UU No. 26 Tahun Selanjutnya Agenda Kerja BKPRN (LAMPIRAN 3), hasil Rakernas BKPRN Tahun 2013 di Jakarta, bertitikberat pada fasilitasi penyelarasan implementasi peraturan perundangan terkait dengan tata ruang. Capaian pelaksanaan agenda kegiatan BKPRN selama kurun , dapat dijabarkan dalam tabel sebagaimana terlampir (LAMPIRAN 4). Dalam pelaksanaan tugas BKPRN, dijumpai beberapa kendala yakni: Masih terdapat ketidakharmonisan antarperaturan perundangan bidang penataan ruang; Masih terbatasnya dan kurang terintegrasinya penyediaan sistem informasi spasial; dan Masih terbatasnya ketersediaan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) yang merupakan acuan operasional perizinan. Tantangan BKPRN di Masa Mendatang Dalam 5 (lima) tahun ke depan, penataan ruang akan memasuki tahapan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang. BKPRN akan semakin dituntut untuk tanggap dalam mengoordinasikan penanganan terhadap beberapa isu penataan ruang berikut: 1. Integrasi dan harmonisasi berbagai produk rencana dan peraturan perundangan sektoral terkait penataan ruang, sehingga potensi konflik pemanfaatan ruang dapat diminimalisir. 2. Percepatan penyediaan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, yakni Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) serta Neraca Penatagunaan Tanah di tingkat kecamatan sebagai instrumen ketersediaan tanah bagi pembangunan. 3. Pembinaan kelembagaan penataan ruang baik di tingkat pusat maupun daerah untuk memperkuat komitmen pengendalian dan penegakan hukum terhadap pelanggaran penataan ruang. 4. Peningkatan kualitas produk rencana tata ruang seperti penyediaan peta dasar dan tematik sesuai kebutuhan skala peta, maupun penyediaan sistem informasi sebagai basis dalam pengambilan keputusan. 5. Adaptasi penyelenggaraan penataan ruang terhadap pemberlakuan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan perubahan struktur kabinet. Menyikapi isu-isu tersebut, telah diidentifikasi rancangan kegiatan BKPRN pada tahun seperti dimuat dalam tabel berikut. Tabel 1 Rancangan Kegiatan BKPRN Tahun No Isu Kegiatan Kementerian/Lembaga Tahun 1 Integrasi dan Review implikasi peraturan perundangan terkait Kementerian harmonisasi produk penataan ruang terhadap implementasi UU PPN/Bappenas rencana dan Penataan Ruang peraturan Fasilitasi integrasi substansi penataan ruang Kementerian perundangan terkait (RZWP-3-K, KLHS, dan LP2B) ke dalam RTRW PPN/Bappenas penataan ruang Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Kementerian Kelautan dan Laut Nasional (RTRLN) Perikanan Penyusunan dan penetapan rencana zonasi laut Kementerian Kelautan dan pada kawasan-kawasan strategis nasional Perikanan Penetapan 16 (enam belas) lokasi Kawasan Kementerian ESDM Bentang Alam Karst lintas provinsi Penyusunan Peraturan Menteri ESDM tentang Kementerian ESDM

12 No Isu Kegiatan Kementerian/Lembaga Tahun Kawasan Cagar Alam Geologi Penyusunan Peraturan Menteri ESDM tentang Pemanfaatan Ruang Berbasis Bahaya Geologi Kementerian ESDM Implementasi Cetak Biru Transportasi Kementerian Perhubungan Antarmoda/Multimoda Implementasi Rencana Induk Pelabuhan Nasional Kementerian Perhubungan Penyusunan dokumen Fasilitasi Persetujuan Substansi Rencana Rinci Tata Kementerian PU pengendalian Ruang Provinsi/Kabupaten pemanfaatan ruang Evaluasi Persediaan dan Peruntukan Penggunaan Badan Pertanahan 2015 Tanah Regional (Pulau Sumatera) Nasional Neraca Penatagunaan Tanah Kecamatan Badan Pertanahan Nasional Pembinaan Review Kelembagaan BKPRN Kementerian 2015 kelembagaan PPN/Bappenas penataan ruang Penyelenggaraan Rakernas BKPRN Kementerian Dalam Negeri 2015, 2017, (diusulkan dialihkan ke dan 2019 Kementerian Agraria dan Tata Ruang) Rakornas BKPRD Kementerian Dalam Negeri Evaluasi Kinerja BKPRD Kementerian Dalam Negeri Forum Pembahasan Evaluasi Raperda tentang Kementerian Dalam Negeri RTRW Provinsi Revisi Permendagri Nomor 28 Tahun 2008 Kementerian Dalam Negeri tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah Fasilitasi Penyelenggaraan Pengelolaan Kawasan Kementerian Dalam Negeri Strategis Nasional Fasilitasi Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Kementerian Dalam Negeri Pemanfaatan Ruang Fasilitasi Implementasi Peraturan Presiden tentang Kementerian Dalam Negeri Rencana Tata Ruang Pulau (Kerjasama Antara Pemerintah Daerah Provinsi) Rapat Kerja Regional BKPRN Kementerian Dalam Negeri 2016 dan 4 Penyediaan data dan sistem informasi Sumber: K/L yang bersangkutan Pembinaan Pemetaan Rencana Tata Ruang Penyusunan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria (NSPK) Pemetaan Tata Ruang Integrasi Data Spasial Tata Ruang Penyedian peta dasar Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) skala menengah dan skala besar untuk Rencana Rinci Tata Ruang dan RZWP-3-K Badan Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial Pengembangan e-bkprn Sekretariat BKPRN

13 BAB II Fasilitasi Penyelesaian Peraturan Perundangan Bidang Penataan Ruang UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan penyusunan peraturan perundang-undangan sebagai peraturan turunan, antara lain Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres) tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan, Peraturan Presiden (Perpres) tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Nasional (KSN), serta Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Selain peraturan perundangan turunan amanat UU No. 26 Tahun 2007, terdapat peraturan perundangan serta kebijakan sektoral yang mendukung penyelenggaraan penataan ruang yang ditetapkan dengan mengacu kepada UU No. 26 Tahun 2007, serta beberapa kebijakan dan regulasi pendukung penyelenggaraan penataan ruang. Peraturan Pemerintah (PP) UU No. 26 Tahun 2007 mengamanatkan penyelesaian PP paling lambat 2 (dua) tahun dan Perpres paling lambat 5 (lima) tahun, terhitung sejak UU tersebut diberlakukan. Sejak tahun 2009, BKPRN memfasilitasi penyelesaian Peraturan Pemerintah (PP) amanat UU No. 26 Tahun 2007, meliputi: 1. PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); 2. PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 3. PP No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang; 4. PP No. 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang; dan 5. PP No. 68 Tahun 2014 tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara. Dengan telah terbitnya PP No. 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang, diharapkan ada kesatuan sistem peta rencana tata ruang yang akurat, dengan mengacu pada georeferensi tunggal yang ditetapkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Dengan demikian, peta-peta Rencana Tata Ruang disusun berdasarkan informasi geospasial dasar dan tematik yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada bulan Agustus 2014 ditetapkan PP No. 68 Tahun 2014 tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara. PP ini merupakan bentuk upaya pengelolaan wilayah dari aspek pertahanan agar tidak terjadi benturan kepentingan dengan fungsi-fungsi pembangunan lainnya, terutama dalam penyelenggaraan penataan ruang nasional. Peraturan Presiden (Perpres) Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan merupakan penjabaran dan operasionalisasi dari RTRWN. RTR Pulau/Kepulauan memuat strategi pemanfaatan ruang, yang diharapkan dapat menjadi dasar bagi berbagai sektor dan daerah dalam menyusun berbagai program pembangunan ke depan. Perpres RTR Pulau/Kepulauan yang telah ditetapkan meliputi: 1. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang RTR Pulau Sulawesi; 2. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Kalimantan; 3. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera; 4. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Jawa-Bali; 5. Perpres No. 56 Tahun 2014 tentang RTR Kepulauan Nusa Tenggara; 6. Perpres No. 57 Tahun 2014 tentang RTR Pulau Papua; dan 7. Perpres No. 77 Tahun 2014 tentang RTR Kepulauan Maluku. 5

14 Perpres RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN) LAPORAN KEGIATAN BKPRN Berkenaan dengan amanat PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN untuk menetapkan 76 (tujuh puluh enam) Perpres RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN), hingga akhir tahun 2014 telah ditetapkan 8 (delapan) Perpres yaitu: 1. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur; 2. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Sarbagita yang telah direvisi melalui Perpres No. 51 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Sarbagita; 3. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Mamminasata; 4. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro; 5. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (BBK); 6. Perpres No. 58 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Borobudur dan Sekitarnya; 7. Perpres No. 70 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi; 8. Perpres No. 81 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya; dan 9. Perpres No. 179 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Setelah melalui proses peninjauan kembali pada tahun 2013 dan direkomendasikan untuk direvisi, Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur saat ini dalam proses penyusunan materi teknis revisi dan ditargetkan selesai pada akhir tahun Berkenaan dengan wilayah perbatasan, pada tahun 2014 terdapat 4 (empat) Rancangan Perpres RTR KSN Perbatasan yang berada dalam tahap finalisasi oleh Sekretariat Kabinet, yaitu: 1. RTR KSN Perbatasan Negara di Provinsi Maluku; 2. RTR KSN Perbatasan Negara di Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Papua Barat; 3. RTR KSN Perbatasan Negara di Provinsi Papua; dan 4. RTR KSN Perbatasan Negara di Kalimantan. Sementara itu, hingga Desember 2014 terdapat 4 (empat) Rancangan Perpres RTR KSN yang tengah dalam tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM, meliputi: 1. RTR KSN Perbatasan Negara di Provinsi Sulawesi Utara-Gorontalo-Sulawesi Tengah-Kalimantan Timur-Kalimantan Utara; 2. RTR KSN Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau; 3. RTR KSN Perbatasan Aceh-Sumatera Utara; dan 4. RTR KSN Selat Sunda. Rencana Tata Ruang (RTR) KSN lainnya yang tengah dalam proses penyusunan antara lain KSN Perkotaan Kendal- Demak-Ungaran-Salatiga-Semarang-Purwodadi (Kedung Sepur), RTR KSN Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya- Sidoarjo-Lamongan (Gerbangkertosusila), RTR KSN Cekungan Bandung, serta RTR KSN Laut Lepas. Sesuai hasil pembahasan bersama Kementerian Hukum dan HAM, disepakati penetapan Perpres yang diamanatkan PP No. 26 Tahun 2008 dibatasi maksimal sebanyak 12 (dua belas) Perpres dalam 1 (satu) tahun. Oleh karena itu, akan dilakukan penyesuaian bagi Perpres yang belum ditetapkan dengan cara penggabungan penetapan beberapa RTR dengan karateristik substansi yang sama kedalam 1 (satu) Perpres, diantaranya 13 KAPET; 12 Taman Nasional; 4 KSN Pariwisata; serta KSN Teknologi Tinggi. 6

15 Inpres No. 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota Salahsatu permasalahan dalam proses penetapan RTRW Provinsi adalah belum selesainya proses perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, terutama bila perubahan tersebut berkenaan dengan Daerah Penting Cakupan Luas Strategis (DPCLS) yang mensyaratkan persetujuan dari DPR RI. Sebagai upaya percepatan penyelesaian Perda RTRW, pada Rakernas BKPRN 2011 disepakati gagasan Penerapan status Holding Zone bagi provinsi yang sudah mendapatkan persetujuan substansi teknis dari Menteri Pekerjaan Umum, namun belum mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehutanan. Menindaklanjuti kesepakatan tersebut, BKPRN secara intensif telah mempersiapkan dan merekomendasikan pokok pengaturan Holding Zone, yang dituangkan pada tanggal 18 September 2013, melalui Instruksi Presiden (Inpres) Gambar 2 Holding Zone sebagai Upaya Percepatan Penyelesaian RTRW Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Instruksi diberikan kepada 18 Menteri/Kepala Lembaga terkait, terutama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Kehutanan, Kepala Badan Informasi Geospasial, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, serta Gubernur dan Bupati/Walikota untuk melakukan langkah penyelesaian sesuai tupoksi dan kewenangannya. Sebagai operasionalisasi dari Inpres tersebut, pada 17 Maret 2014 diterbitkan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Kehutanan tentang Percepatan Penyelesaian Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui Penerapan Kawasan yang Belum Ditetapkan Perubahan Peruntukan Ruangnya (Holding Zone). Sebagai tindak lanjut, telah dilaksanakan fasilitasi integrasi kawasan hutan dalam pola ruang RTRW Provinsi dan kabupaten/kota di 28 (dua puluh delapan) provinsi, sepanjang tahun Peninjauan Kembali Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN Selama 5 tahun masa implementasi PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, terjadi banyak perubahan kebijakan strategis sektoral yang mempengaruhi pengaturan dalam RTRWN sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap PP No. 26 Tahun Oleh karena itu, sejak tahun 2012 proses persiapan peninjauan kembali terhadap PP tersebut mulai dilakukan. Sebagai langkah awal, pada tanggal 26 Maret 2013, BKPRN menyelenggarakan sarasehan dengan tema Kilas Balik 5 Tahun Implementasi RTRWN sebagai Matra Spasial Pembangunan Nasional. Penyelenggaraan sarasehan bertujuan untuk meninjau implementasi dan pencapaian RTRWN sebagai instrumen dan matra spasial pembangunan nasional. Kesimpulan sarasehan diantaranya: RTRWN yang memuat kebijakan dan strategi spasial nasional perlu dipertahankan kerangka muatannya sebagai upaya menjaga konsistensi dan wibawa suatu rencana. Implementasi dan pengendalian pemanfaatan ruang RTRWN perlu lebih diefektifkan melalui dukungan sektor-sektor dengan mengadopsi indikasi program yang ditetapkan dalam RTRWN. Gambar 3 Pembukaan Sarasehan oleh Menteri Pekerjaan Umum Kegiatan sarasehan dilanjutkan dengan pelaksanaan penjaringan masukan dari Pemerintah Daerah bertempat di Manado, Medan, Mataram, dan Balikpapan. Sepanjang tahun 2014, proses peninjauan kembali RTRWN dilanjutkan 7

16 terhadap 5 aspek utama muatan RTRWN, yaitu Sistem Perkotaan Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN), Sistem Jaringan Prasarana, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Hasil pembahasan aspek tersebut menjadi dasar penyusunan konsep rekomendasi hasil peninjauan kembali RTRWN. Peraturan Daerah (Perda) RTRW UU No. 26 Tahun 2007 mengamanatkan penyelesaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi selambatnya 2 (dua) tahun dan RTRW Kabupaten/Kota selambatnya 3 (tiga) tahun, terhitung sejak tahun penetapan UU tersebut. BKPRN memfasilitasi penyelesaian penetapan Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota karena dokumen ini menjadi acuan dalam melaksanakan berbagai program pembangunan di daerah. Hingga Desember 2014 telah ditetapkan 317 (tiga ratus tujuh belas) Perda RTRW Kabupaten (dari 398 kabupaten) dan 81 (delapan puluh satu) Perda RTRW Kota (dari 93 kota). Rincian status penetapan RTRW tertera dalam tabel berikut. Tabel 2 Status Penetapan RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun Wilayah Provinsi (34) Kabupaten (398) Kota (93) Sumber: Hasil Rekapitulasi, Desember 2014 Dari 34 provinsi, terdapat 25 provinsi yang telah menetapkan Perda RTRW seperti dirinci dalam tabel berikut. Masih terdapat 9 (Sembilan) provinsi yang belum menetapkan Perda RTRW, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Rancangan Perda RTRW kesembilan provinsi tersebut ditargetkan selesai pada awal tahun Tabel 3 Rincian Perda RTRW Provinsi yang Telah Ditetapkan NO. PROVINSI PERDA NO. PROVINSI PERDA 1 Bali No. 16 Tahun Sumatera Barat No.13 Tahun Sulawesi Selatan No. 9 Tahun Jambi No.10 Tahun Lampung No. 1 Tahun Maluku No. 16 Tahun Jawa Barat No. 22 Tahun Maluku Utara No. 2 Tahun Jawa Tengah No. 6 Tahun Papua Barat No.2 Tahun D.I Yogyakarta No. 2 Tahun Sulawesi Tengah No. 8 Tahun Nusa Tenggara Barat No. 3 Tahun Aceh No. 19 Tahun Banten No. 2 Tahun Papua No. 23 Tahun Nusa Tenggara Timur No. 1 Tahun Sulawesi Barat No.1 Tahun Gorontalo No. 4 Tahun Kep. Bangka Belitung No. 2 Tahun Bengkulu No. 2 Tahun Sulawesi Utara No. 1 Tahun DKI Jakarta No. 1 Tahun Sulawesi Tenggara No. 2 Tahun Jawa Timur No. 5 Tahun 2012 Sumber: Hasil Rekapitulasi, Desember 2014 Pada tataran Kabupaten/Kota, upaya percepatan penyelesaian RTRW dan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) dilakukan melalui penerbitan Surat Menteri Pekerjaan Umum No.TR /Mn-225 perihal Percepatan Penetapan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) kepada seluruh Kepala Daerah pada April Upaya percepatan penyelesaian RRTR dan RDTR juga dilakukan melalui pelimpahan wewenang pemberian persetujuan substansi dari Menteri PU kepada Gubernur di beberapa daerah melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 01/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota. 8

17 Peraturan Daerah (Perda) Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil (RZWP-3-K) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 jo Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil memuat ketentuan pengelolaan ruang laut dalam lingkup wilayah pesisir hingga sejauh 12 mil laut dari garis pantai. Undang-Undang ini ditetapkan dengan tujuan melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memerkaya sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan. Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) merupakan rencana yang berisi arahan pemanfaatan sumberdaya yang disertai penetapan struktur dan pola ruang di wilayah pesisir dan pulaupulau kecil. RZWP-3-K ditetapkan dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda). Gambar 4 FGD Fasilitasi Akselerasi Penyelesaian RZWP-3-K di Ternate Hingga Desember2014, baru dilakukan penetapan RZWP-3-K pada 5 provinsi (Jawa Timur, D.I Yogyakarta, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Jawa Tengah), 8 kabupaten (Gresik, Sinjai, Banjar, Serang, Badung, Batang, Berau, dan Bolaang Mongondow Timur), serta 4 kota (Ternate, Kendari, Pekalongan, dan Sorong). Kondisi tersebut antara lain disebabkan belum adanya kesamaan cara pandang dalam penataan ruang perairan laut, terbatasnya informasi spasial untuk penyusunan RZWP-3-K, serta masih terbatasnya pemahaman mengenai substansi RZWP-3-K sebagai instrumen penataan ruang di perairan laut. Dalam rangka akselerasi penyelesaian Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) yang akan menjadi landasan pemberian izin di perairan laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan Peraturan Menterian Kelautan dan Perikanan No. 34 Tahun 2014 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil. Disamping itu, BKPRN memfasilitasi integrasi RZWP-3-K kedalam RTRW, terutama dalam pengaturan perencanaan wilayah kecamatan pesisir. Inisiasi Penyusunan Regulasi Pengelolaan Ruang Udara Nasional UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 6 Ayat (5) berbunyi ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang-undang tersendiri. Pengelolaan ruang laut telah diatur melalui UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Berkenaan dengan ruang udara, sejak Maret 2014 BKPRN telah memfasilitasi inisiasi penyusunan regulasi Pengelolaan Ruang Udara Nasional (PRUN) melalui serangkaian pembahasan yang mengikutsertakan para pemangku kepentingan. Dalam proses inisiasi hingga Akhir September 2014 disepakati bahwa pengaturan PRUN bersifat melengkapi peraturan perundangan yang telah ada. Gambar 5 FGD Pembahasan Urgensi Regulasi Pengelolaan Ruang Udara Nasional Indikasi permasalahan utama yang diharapkan dapat dijawab melalui kehadiran regulasi PRUN diantaranya adalah pelanggaran batas-batas ruang udara nasional yang mengusik penegakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kedepannya akan dilakukan pendalaman terhadap urgensi regulasi PRUN, termasuk keterkaitannya dengan aspek pertahanan keamanan, ekonomi, sosial, lingkungan, dan kelembagaan. 9

18 BAB III Penguatan Kelembagaan Penataan Ruang Nasional dan Daerah Pembentukan BKPRD Provinsi Sebagaimana keberadaan BKPRN di tingkat nasional, koordinasi dan sinkronisasi antarsektor di daerah dilakukan didalam wadah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah. Penataan ruang provinsi menjadi tugas dan tanggungjawab Gubernur, sedangkan penataan ruang kabupaten/kota menjadi tugas dan tanggungjawab Bupati/Walikota. Forum BKPRD diharapkan dapat berperan aktif dalam perencanaan ruang dan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang di tingkat daerah. Hingga September 2014, dari 34 (tiga puluh empat) provinsi, sebanyak 32 (tiga puluh dua) provinsi telah membentuk BKPRD sesuai amanat Permendagri No. 50 Tahun Sementara itu, BKPRD Provinsi Papua Barat yang telah dibentuk belum sesuai dengan Permendagri dan Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi pemekaran sehingga belum memiliki BKPRD (LAMPIRAN 5). Sebagai upaya penguatan kapasitas BKPRD, pada tahun 2012 diselenggarakan forum dialog dan pertukaran pengalaman BKPRD dalam penyelenggaraan penataan ruang. Selanjutnya pada tahun 2014, Kementerian Dalam Negeri menyusun Pedoman tentang Tata Cara Penyusunan Tata Kerja (SOP) BKPRD. Forum Koordinasi Penataan Ruang Berdasarkan Keputusan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 46/M.PPN/HK/03/2013 Tanggal 14 Maret 2013 tentang Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN, Rapat Kerja BKPRN terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu: Rapat Kerja (Raker) Regional BKPRN, merupakan forum penataan ruang tingkat regional yang melibatkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan Raker Regional BKPRN dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali bergantian dengan tahun penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BKPRN. Tujuan diselenggarakannya Raker Regional BKPRN adalah untuk memantau kemajuan pelaksanaan Agenda Kerja BKPRN, serta menghimpun masukan untuk perumusan isu-isu strategis penyelenggaraan penataan ruang yang perlu ditindaklanjuti dalam Rakernas BKPRN. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BKPRN, merupakan forum penataan ruang tingkat nasional yang melibatkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan Rakernas BKPRN dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali bergantian dengan tahun penyelenggaraan Rapat Kerja (Raker) Regional BKPRN. Tujuan diselenggarakannya Rakernas BKPRN adalah untuk menyusun dan menyepakati Agenda Kerja BKPRN pada 2 (dua) tahun kedepan. Sementara itu, dalam kapasitasnya sebagai pembina BKPRD, Kementerian Dalam Negeri menyelenggarakan Rapat Kerja BKPRD dan Rapat Koordinasi Nasional BKPRD. Selama periode , rapat kerja BKPRN yang telah diselenggarakan adalah sebagai berikut. 1. Rapat Kerja BKPRD Tahun 2010 Sesuai dengan agenda bersama BKPRN dan BKPRD, pada tanggal Oktober 2010 di Kota Batam, Kepulauan Riau telah diselenggarakan Rapat Kerja (Raker) BKPRD dengan tema Percepatan Penyelesaian Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah melalui Penguatan BKPRD. Isu-isu strategis penyelenggaraan penataan ruang yang berhasil dirumuskan dan perlu ditindaklanjuti, antara lain: a. Proses persetujuan perubahan kawasan hutan yang memakan waktu relatif panjang dianggap sebagai salahsatu faktor penghambat proses penetapan Rancangan Perda RTRW. 10

19 b. Akselerasi penyelesaian Perda RTRW juga terkendala oleh implikasi dari peraturan perundangan yang baru diterbitkan setelah UU No. 26 Tahun Rapat Kerja Nasional BKPRN Tahun 2011 Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BKPRN Tahun 2011 diselenggarakan di Kota Manado, Sulawesi Utara pada 29 November 1 Desember 2011 dengan tema Optimalisasi Penyelenggaraan Penataan Ruang untuk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan. Rumusan tindak lanjut yang disepakati dalam Rakernas adalah: a. Perbaikan dan penyederhanaan proses penyusunan rencana umum dan rencana rinci tata ruang; b. Penguatan kelembagaan BKPRN dan hubungannya dengan BKPRD; c. Sinkronisasi kebijakan, rencana, dan program lintassektor dan antartingkat pemerintahan serta integrasi rencana pembangunan dan rencana tata ruang; dan d. Penyusunan mekanisme penyelesaian permasalahan pemanfaatan ruang di tingkat nasional maupun daerah. Rumusan tersebut menjadi dasar penyusunan Agenda Kerja BKPRN Tahun Rapat Koordinasi Nasional BKPRD 2012 Rakornas BKPRD 2012 diselenggarakan di Kota Pekanbaru, Riau dengan tema Penguatan Peran dan Fungsi BKPRD dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah. Secara garis besar, kesepakatan rumusan tindak lanjut dalam Rakornas BKPRD Tahun 2012 antara lain: a. Percepatan penyelesaian Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memberikan kepastian hukum di daerah terutama terkait dengan aspek perijinan; b. Pendelegasian kewenangan pemberian persetujuan substansi rencana rinci tata ruang kabupaten/kota kepada pemerintah provinsi; c. Penguatan peran dan fungsi BKPRD pada aspek pengendalian pemanfaatan ruang; dan Gambar 6 Pembukaan Rakornas BKPRD 2012 oleh Menteri Dalam Negeri d. Pemerintah Daerah diharapkan menyampaikan laporan penyelenggaraan penataan ruang minimal 2 (dua) kali dalam setahun sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan penataan ruang serta tolok ukur kinerja BKPRD dalam melakukan koordinasi penataan ruang daerah. Hasil kesepakatan tersebut disampaikan kepada Gubernur seluruh Indonesia dalam bentuk Surat Edaran Menteri Dalam Negeri melalui Surat No. 080/4704/SJ tanggal 20 November Hasil Rakornas BKPRD Tahun 2012 juga akan menjadi input bagi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BKPRN Tahun Rapat Koordinasi Nasional BKPRD Tahun 2013 Rakornas BKPRD Tahun 2013 dilaksanakan tanggal April 2013 di Kota Padang, Sumatera Barat dengan tema Optimalisasi Peran dan Fungsi BKPRD dalam rangka Mewujudkan Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah yang Berkualitas. Rumusan tindak lanjut yang disepakati dalam Rakornas, diantaranya: a. Perlu penyiapan mekanisme dan tata kerja BKPRD; b. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bidang penataan ruang; dan c. Penguatan peran dan fungsi BKPRD. 11

20 5. Rapat Kerja Nasional BKPRN Tahun 2013 Gambar 7 Sidang Pleno Rakernas BKPRN Tahun 2013 LAPORAN KEGIATAN BKPRN Rakernas BKPRN Tahun 2013 diselenggarakan tanggal 7 November 2013 di Jakarta dengan tema Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Penataan Ruang melalui Tata Pemerintahan yang Baik untuk Mewujudkan Penataan Ruang yang Optimal dan Berkelanjutan. Berikut pokok-pokok hasil kesepakatan Rakernas BKPRN 2013: 1. Dalam rangka menjaga konsistensi implementasi rencana tata ruang (yang telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah), perlu dilakukan: i) Penyiapan mekanisme (Standard Operating Procedure/SOP) pengendalian pemanfaatan ruang; dan ii) Percepatan penyusunan peta skala rinci oleh pemerintah kabupaten/kota dengan asistensi teknis oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). 2. Kapasitas kelembagaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) akan terus diperkuat melalui: i) Penyusunan mekanisme (Standard Operating Procedure/SOP) BKPRD; dan ii) Penguatan peran BKPRD Provinsi untuk memfasilitasi penyelesaian permasalahan penataan ruang kabupaten/kota. 3. BKPRN perlu terus melakukan fasilitasi penyelarasan implementasi peraturan perundangan sektoral yang mengatur pemanfaatan ruang, terutama yang berkenaan dengan UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Salah satu instrumen penting dalam penyelarasan adalah peta yang dapat secara jelas mencantumkan lokasi kegiatan sektor yang bersangkutan. 4. Menyikapi maraknya konflik pemanfaatan ruang, perlu disusun mekanisme (Standard Operating Procedure/SOP) penyelesaian konflik. Disamping itu, direncanakan akan dilangsungkan sidang BKPRN (tingkat menteri) untuk membahas konflik-konflik pemanfaatan ruang yang bersifat strategis atau mendesak, diantaranya terkait perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan di Propinsi Kepulauan Riau. 6. Rapat Koordinasi Nasional BKPRD 2014 Rapat Koordinasi Nasional BKPRD Tahun 2014 dilaksanakan tanggal 7-9 Mei 2014 di Nusa Dua, Bali. Tema yang diangkat adalah Membangun Efektivitas Kinerja Kelembagaan Penataan Ruang Daerah dalam Mendukung Terwujudnya Keberhasilan Pembangunan Daerah. Dalam Rakornas BKPRD Tahun 2014 dihasilkan beberapa kesepakatan berikut: a) Pelaksanaan pelatihan dan bimbingan serta penambahan tenaga pendukung guna meningkatkan kualitas dan kuantitas aparatur penataan ruang di daerah; b) Percepatan penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) sebagaimana amanat Gambar 8 Rakornas BKPRD Tahun 2014 di Bali UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; c) Optimalisasi penerapan sistem informasi penataan ruang secara online yang dapat diakses dengan mudah oleh seluruh pemangku kepentingan; d) Penyusunan Mekanisme Tata Kerja (SOP) BKPRD untuk meningkatkan efektifitas kinerja dan optimalisasi peran BKPRD; dan e) Peningkatan kualitas dan kuantitas Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan Satpol PP serta pemberian insentif yang memadai. 12

21 Hasil kesepakatan tersebut disampaikan kepada Gubernur seluruh Indonesia dalam bentuk instruksi Menteri Dalam Negeri melalui Surat No.050/6315/IV/Bangda. 7. Rapat Kerja Regional BKPRN Tahun 2014 Raker Regional BKPRN Wilayah Barat (I) Tahun 2014 dilaksanakan tanggal Juni 2014 di Kota Bandung, sementara Raker Regional BKPRN Wilayah Timur (II) Tahun 2014 dilaksanakan tanggal 3-5 September 2014 di Kota Surabaya. Tema yang diusung adalah Penyelarasan Kebijakan Penataan Ruang Nasional dan Daerah dalam rangka Percepatan Pembangunan Daerah. Kesepakatan rumusan tindak lanjut adalah sebagai berikut: a) Akselerasi penyelesaian Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Kabupaten/Kota; Gambar 9 Sidang Pleno Raker Regional b) Akselerasi penyelesaian Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan BKPRN Wilayah I Tahun 2014 Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K); c) Integrasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) kedalam RTRW; d) Akselerasi penyelesaian penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN); dan e) Integrasi dokumen Rencana Tata Ruang dengan Rencana Pembangunan. Bimbingan Teknis Penataan Ruang Pelaksanaan bimbingan teknis penataan ruang dilakukan untuk membantu daerah dalam penyusunan materi teknis Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR). Bimbingan teknis rutin dilakukan setiap tahun oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU, dan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri. Hal-hal pokok yang menjadi pembahasan dalam kegiatan bimbingan teknis penataan ruang tersebut diantaranya adalah: (a) upaya percepatan penyelesaian rencana tata ruang wilayah provinsi maupun kabupaten/kota; (b) penyelesaian permasalahan yang terkait pemanfaatan ruang di daerah; serta (c) peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang di daerah. Dalam periode , Kementerian PU menyelenggarakan Konsultasi Manajemen Regional Pendampingan Teknis Penyusunan Tata Ruang Kabupaten serta Fasilitasi Persetujuan Substansi Raperda RTRW Provinsi dan Kabupaten dalam rangka penyusunan materi teknis dan Raperda RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota. Selain itu, Kementerian PU juga melaksanakan Fasilitasi Persetujuan Substansi Rencana Rinci Tata Ruang Provinsi/Kabupaten. Selain persetujuan substansi teknis Kementerian PU, Pemerintah Daerah juga perlu mendapatkan persetujuan substansi dari Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk peta Rencana Tata Ruang. Pada periode tahun , BIG menyelenggarakan pembinaan teknis penyusunan peta tata ruang terhadap 25 provinsi, 307 kabupaten, dan 77 kota. Selain itu, dilakukan asistensi terhadap peta 55 Rencana Tata Ruang KSN dan 120 Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). BIG juga melakukan penyediaan peta dasar skala menengah dan skala besar yang meliputi Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Pulau Sulawesi skala 1:25.000; Peta RBI Pulau Sumatera skala 1:50.000; Peta RBI 1:5.000 untuk Kota Palangkaraya, Bandung bagian Utara, Tarakan, Banjarmasin, Banjarbaru, dan Samarinda; serta penyediaan citra satelit tegak resolusi tinggi. 13

22 BAB IV Pendayagunaan Penataan Ruang Nasional dan Daerah Penetapan Mekanisme Sinkronisasi Kawasan Hutan dengan RTRW Daerah Dalam rangka persetujuan substansi teknis RTRW daerah yang terkait sektor kehutanan, diterbitkan Peraturan Menteri Kehutanan No. 28/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konsultasi dalam rangka Pemberian Persetujuan Substansi Kehutanan atas Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah. Peraturan Menteri tersebut menyebutkan bahwa setiap usulan atas perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan dalam substansi rencana tata ruang daerah ditetapkan oleh Pemerintah (Menteri Kehutanan) berdasarkan pada hasil penelitian terpadu, yang mekanisme pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.36/Menhut-II/2010. Hal serupa juga menjadi amanat dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dengan demikian, setiap pemerintah provinsi, kabupaten/kota yang akan mengajukan usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, harus berkonsultasi dengan BKPRN c.q. Kementerian Kehutanan untuk dilakukan penelitian oleh Tim Terpadu. Dalam pelaksanaannya, waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan persetujuan hasil penelitian Tim Terpadu rata-rata lebih dari 6 (enam) bulan. Audit Pemanfataan Ruang (Stocktaking) Dalam upaya mengatasi berbagai konflik pemanfaatan ruang nasional, Menko Perekonomian selaku Ketua BKPRN dalam Sidang BKPRN tanggal 16 Juni 2009 mengamanatkan agar segera dilakukan Stocktaking atau Audit Pemanfaatan Ruang. Stocktaking (Audit Pemanfaatan Ruang) merupakan proses inventarisasi dan integrasi data-data spasial yang ditujukan untuk mengetahui potret carut marut konflik pemanfaatan ruang dan tumpang tindih berbagai penetapan ijin/status kawasan (antara lain: kawasan hutan, ijin konsesi pertambangan, ijin pemanfaatan hutan, ijin/status tanah (HGU), ijin lokasi perkebunan, ijin lokasi kawasan industri, ijin lokasi permukiman transmigrasi). Tujuan diadakannya Stocktaking adalah pemetaan eksisting tutupan lahan (landcovering) dan membandingkannya dengan berbagai penetapan kawasan dan pemberian izin kawasan pemanfaatan ruang serta untuk mengklasifikasi permasalahan. Hasil Stocktaking akan digunakan sebagai bahan rekomendasi BKPRN dalam penyelesaian berbagai konflik pemanfaatan ruang serta percepatan penyelesaian RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota. Peran Penataan Ruang dalam Mengantisipasi Global Climate Change Berkenaan dengan peran penataan ruang dalam mengantisipasi Global Climate Change, BKPRN memfasilitasi Kementerian Lingkungan Hidup dalam melakukan penyusunan Rencana Aksi Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera. Rencana aksi tersebut merupakan hasil kesepakatan 4 (empat) Menteri (Menteri Negara LH, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum) dan 10 (sepuluh) Gubernur se-sumatera dalam rangka mengupayakan perlindungan hutan alam dan ekosistem sensitif untuk meningkatkan daya dukung ekosistem Pulau Sumatera. Penyusunan rencana aksi ini ditindaklanjuti dengan kegiatan sosialisasi yang dilakukan di Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan Provinsi Jambi yang dinilai sebagai Heart of Sumatera. Pada tahun 2010 dan 2011, kegiatan dilanjutkan dengan penyusunan RTR Berbasis Ekosistem: Peta Jalan Menuju Penyelamatan Ekosistem Sumatera: (Visi Sumatera 2020). Peta jalan ini disusun bersama oleh Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Forum Tata Ruang Sumatera. 14

23 Visi Ekosistem Sumatera membagi ruang atas 4 (empat) elemen dasar ruang yaitu: 1. Ruang hijau: ruang untuk habitat hutan alami yang harus dipertahankan fungsi-fungsinya. 2. Ruang biru: ruang untuk hidrologi (aliran, resapan, dan penyimpan air) yang perlu dipastikan kelangsungannya. 3. Ruang coklat: ruang untuk masyarakat adat yang telah punya sistem pemanfaatan ruang secara turun-temurun. 4. Ruang abu-abu: ruang untuk kegiatan-kegiatan pengelolaan, eksploitasi, dan pembangunan infrastruktur dengan prinsip ekonomi yang berkelanjutan. Rencana Aksi Peta Jalan menuju Penyelamatan Ekosistem Sumatera diarahkan pada tiga sasaran utama yaitu: (1) Restorasi hutan alam yang sudah rusak; (2) Pengelolaan ekosistem penting dengan mengupayakan perlindungan hutan alam dan ekosistem sensitif dalam rangka meningkatkan daya dukung ekosistem pulau Sumatra; dan (3) Pengembangan model insentif dan disinsentif untuk mendorong pemerintah daerah melakukan kegiatan konservasi yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah. Integrasi Pengurangan Resiko Kebencanaan dalam Penataan Ruang Gambar 10 Pembukaan Workshop Pedoman Informasi Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan RTR oleh Kepala Badan Geologi Pada tahun 2014, pengarusutamaan pengurangan resiko bencana ke dalam rencana tata ruang menjadi salahsatu agenda yang banyak mendapat perhatian. Indonesia merupakan negara dengan tingkat resiko bencana yang sangat tinggi sehingga aspek mitigasi bencana perlu terintegrasi ke dalam rencana tata ruang dalam upaya mewujudkan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Integrasi aspek mitigasi bencana ke dalam rencana tata ruang amat penting untuk mengurangi resiko bencana dalam penyelenggaraan pembangunan. Oleh karena itu, dilakukan upaya penyelarasan proses, muatan, serta kelembagaan agar rencana tata ruang dapat menjadi instrumen mitigasi bencana yang efektif. Ketersediaan data spasial dan nonspasial yang rinci dan akurat merupakan faktor penting. Selain itu, fungsi kelembagaan serta peran koordinasi antarpemangku kepentingan terus diperkuat, terutama dalam mengawal proses integrasi kajian resiko bencana ke dalam rencana tata ruang, hingga pada tahapan implementasi. BKPRN turut mengawal kebijakan penataan ruang di tingkat nasional agar mengakomodasi pengurangan resiko bencana. Beberapa kajian resiko bencana telah dan/atau tengah dilakukan sebagai bahan penyusunan instrumen pengurangan resiko kebencanaan dalam penataan ruang, antara lain: 1) Pedoman Penerapan Informasi Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan Rencana Tata Ruang yang disusun oleh Badan Geologi, Kementerian ESDM bekerjasama dengan Georisk Jerman dan Kementerian Dalam Negeri; 2) Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana (SPR-KRB) oleh Kementerian PU dan BNPB; dan 3) Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang berdasarkan Perspektif Pengurangan Resiko Bencana oleh Kementerian PPN/Bappenas bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan UNDP melalui Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SC- DRR). Penyelarasan Implementasi UU No. 26/2007 dan UU No. 27/2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 UU No. 26 Tahun 2007 mendefinisikan ruang sebagai satu kesatuan yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dengan dokumen rencana berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang 15

24 ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). Merujuk pada pemahaman tersebut, rencana tata ruang tidak hanya mengatur ruang darat tetapi juga ruang laut dan udara. Selain UU No. 26 Tahun 2007, peraturan lain yang mengatur ruang wilayah Republik Indonesia adalah UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan salahsatu dokumen rencana berupa Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K). Sesuai UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014, RZWP-3-K merupakan rencana yang mengatur arahan pemanfaatan sumber daya disertai penetapan struktur dan pola ruang di wilayah pesisir dan pulaupulau kecil yang mencakup wilayah perencanaan darat (kecamatan pesisir) hingga wilayah perairan sejauh 12 mil laut dari garis pantai. Dalam rangka penyelarasan implementasi kedua peraturan perundangan terkait penataan ruang tersebut, serta sebagai tindak lanjut Rakernas Gambar 11 Ilustrasi Pengaturan Wilayah Pesisir BKPRN 2013, telah diselenggarakan Lokakarya Penyelarasan Implementasi UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 pada tanggal 18 Desember 2013 di Jakarta. Hasil lokakarya ini salahsatunya merekomendasikan perlunya penyusunan Pedoman Integrasi Rencana Tata Ruang matra darat dan matra laut. Hari Tata Ruang Nasional Gambar 12 Pembukaan Acara Puncak Hari Tarunas 2014 UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan pentingnya peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia. Sebagaimana diatur lebih lanjut dalam PP No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang, masyarakat dapat berperan dengan berpartisipasi dalam tahap penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Berbagai upaya telah dilakukan untuk terus meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat terhadap penataan ruang serta mensosialisasikan kebijakan pemerintah di bidang penataan ruang. Sejak tahun 2008, Kementerian Pekerjaan Umum telah menginisiasi kegiatan peringatan Hari Tata Ruang setiap tanggal 8 November dengan berbagai kegiatan seperti pameran, talkshow, kuliah umum (public lecture), dan lainnya. Dalam rangka lebih meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap tata ruang, tanggal 8 November ditetapkan sebagai Hari Tata Ruang Nasional melalui Keputusan Presiden No. 28 Tahun Fasilitasi Penyelesaian Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) Hingga akhir tahun 2014, baru 3 (tiga) Perda RRTR yang ditetapkan, yaitu Perda RDTR Provinsi DKI Jakarta, RDTR Kecamatan Kota Sumenep, dan RDTR Perkotaan Waibakul. Sementara RRTR merupakan instrumen operasional yang digunakan sebagai acuan perizinan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kendala utama dalam penyelesaian RRTR adalah terbatasnya ketersediaan peta skala besar (1:5.000). Mengingat urgensi penyelesaian RRTR, BKPRN telah memfasilitasi penyusunan perkiraan lokasi penyelesaian RRTR pada kurun waktu dan telah menyampaikannya kepada Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai acuan untuk prioritas penyediaan peta skala besar. Peningkatan ketersediaan RRTR akan memperkuat kepastian hukum rencana tata ruang. 16

25 Survei Penjajakan Ekspektasi Peran Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) dibentuk sebagai respon atas kebutuhan berbagai instansi pemerintah dalam menangani masalah pemanfaatan ruang bagi keperluan pembangunan yang terkoordinasi. Jika ditelusuri sejarahnya, lembaga koordinasi penataan ruang telah terbentuk sejak tahun 1989 melalui Keputusan Presiden Nomor 57 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional. Dengan keberadaannya yang telah menginjak 25 tahun serta dengan terbentuknya Kementerian Agraria dan Tata Ruang, patut dilakukan review terhadap pelaksanaan peran dan kelembagaan BKPRN. Dalam rangka review tersebut telah dilaksanakan survei awal penjajakan ekspektasi peran BKPRN untuk memperoleh gambaran awal ekspektasi fungsi kelembagaan BKPRN mendatang dalam pandangan pemerintah daerah, khususnya para anggota BKPRD. Sasaran survei penjajakan ekspektasi peran BKPRN ini adalah i) Diperolehnya hasil review pelaksanaan peran BKPRN; ii) Teridentifikasinya isu-isu prioritas untuk ditangani BKPRN; dan iii) Teridentifikasinya ekspektasi peran BKPRN mendatang. Survei penjajakan ekspektasi peran BKPRN diselenggarakan 23 Desember 2014 di Kantor Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan responden BKPRD Provinsi NTB dan BKPRD Kota Mataram yang memiliki komitmen kuat serta berperan aktif dalam mengkoordinasikan penyelesaian permasalahan penataan ruang. Berikut temuan pokok dari survei tersebut: 1. Peran dan fungsi BKPRN masih diperlukan terutama dalam hal: i) Koordinasi lintas sektor yang tidak dapat diselenggarakan oleh satu Kementerian/Lembaga tertentu; ii) Harmonisasi regulasi peraturan perundangan; iii) Persetujuan substansi RTRW dan RDTR; serta iv) Menyikapi kian maraknya isu pengendalian penataan ruang. Gambar 13 Suasana FGD Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN di Provinsi NTB 2. Untuk meningkatkan optimalisasi fungsi BKPRN direkomendasikan: i) Pendelegasian wewenang pusat kepada daerah terutama dalam persetujuan substansi RTRW dan RDTR; ii) Penyusunan Pedoman Penyusunan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) serta Kawasan Strategis Kab/Kota; dan iii) Pembinaan terhadap daerah untuk peningkatan pemahaman terhadap regulasi dan kebijakan penataan ruang. Sebagai tindaklanjut, temuan survei penjajakan ekspektasi peran BKPRN ini akan diolah lebih lanjut sebagai bahan untuk survei pada daerah-daerah lainnya dan juga pada instansi terkait di tingkat pusat, khususnya anggota BKPRN. 17

26 BAB V Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pemanfaatan Ruang Dalam melaksanakan fungsi koordinasi di bidang penataan ruang, BKPRN menjadi forum pemberian rekomendasi upaya penyelesaian untuk berbagai konflik pemanfaatan ruang, baik antarsektor, antardaerah, maupun antara sektor dan daerah. Sejak tahun 2009, BKPRN telah membahas berbagai konflik pemanfaatan ruang di daerah dan beberapa diantaranya telah menghasilkan rekomendasi penyelesaian kepada Pemerintah Daerah sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Penggunaan Kawasan untuk Peace Keeping Centre dan Standby Force di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Pada tahun 2010, Kementerian Pertahanan menyampaikan permohonan rekomendasi penggunan kawasan Peace Keeping Centre (PKC)/Pusat Misi Pemelihara Perdamaian TNI (PMPP TNI) dan Standby Force di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor (Surat Menteri Pertahanan No.B/247/M/II/2010). Lahan seluas 260 Ha yang diusulkan sebagai lokasi PKC tersebut berada pada Zona B3, yang dalam Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur diarahkan pemanfaatannya untuk kawasan rumah hunian rendah yang mempunyai daya dukung lingkungan rendah, tingkat pelayanan prasarana dan sarana rendah, serta merupakan kawasan resapan air dengan batasan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) mencapai 50%. BKPRN telah merekomendasikan bahwa rencana kegiatan PKC masih sesuai dengan kriteria dan arahan pemanfaatan ruang dengan penetapan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sebesar 5% (Surat Menteri PU selaku Ketua Gambar 14 Lambang Peacekeeping Centre Indonesia Tim Pelaksana BKPRN No.TR Mn/365 tertanggal 12 Juli 2010). Namun demikian dalam perkembangannya, sesuai arahan Presiden bahwa kawasan PKC akan dikembangkan menjadi kawasan seven in one, Menteri Pertahanan mengajukan perubahan atas rekomendasi sebelumnya dengan peningkatan KDB menjadi 20% (Surat No. B/171/M/II/2012 tertanggal 9 Februari 2012). BKPRN kemudian menanggapi bahwa kawasan PKC dapat dibangun dengan KDB 5-8% (Surat Menteri Pekerjaan Umum selaku Ketua Tim Pelaksana BKPRN No.TR Mn/212 tertanggal 13 April 2012). Terhadap rencana perubahan penggunaan PKC tersebut, BKPRN merekomendasikan revisi penetapan lokasi oleh Pemerintah Kabupaten Bogor dan revisi AMDAL, serta perlu untuk dilakukan sosialisasi kegiatan IPSC kepada masyarakat dalam proses pembebasan lahan yang berjalan oleh Kementerian Pertahanan. Ketentuan tersebut lebih lanjut perlu diintegrasikan kedalam RDTR Kabupaten Bogor. Pembangunan Gedung Disaster Reduction Center (DRC) dan Arsip Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat Pada September 2010, PPATK membangun gedung DRC dan arsip PPATK, yang berlokasi di Desa Ciloto, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur dan telah memiliki Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) berlaku tahun Pembangunan dilakukan tanpa adanya Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Permohonan IMB yang kemudian diajukan PPATK ditolak oleh Pemerintah Kabupaten Cianjur karena dalam Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur lokasi pembangunan termasuk Zona Lindung (N1) dan dilarang 18

27 mendirikan bangunan, kecuali bangunan yang dimaksudkan bagi upaya peningkatan fungsi lindung. Disamping itu, dalam Perda Kab. Cianjur No. 17 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Cianjur lokasi tersebut berada pada kawasan resapan air dengan syarat KDB <10%. BKPRN menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan Gedung DRC dan Arsip PPATK tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang dalam Perpres No. 54 Tahun 2008 dan Perda Kabupaten Cianjur No. 7 Tahun 1997 sehingga perlu ditertibkan (Surat Menko Perekonomian S-83/M.EKON/05/2011 tertanggal 23 Mei 2011). Proses Penyusunan RTRW Provinsi Aceh Dalam rangka penyusunan RTRW, pada tahun 2011 Pemerintah Provinsi Aceh mengusulkan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan terutama untuk penambahan luasan hutan lindung seluas Ha. Usulan tersebut tidak disepakati oleh 7 (tujuh) Kabupaten/Kota yaitu Aceh Besar, Bener Meriah, Aceh Tengah, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan Subulussalam karena penambahan luasan hutan lindung tersebut akan mengurangi luasan kawasan budidaya. BKPRN telah melakukan mediasi antara Pemerintah Provinsi Aceh dengan ketujuh Pemerintah Kabupaten/Kota tersebut dan disepakati solusi mengacu pada Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Sebagai tindak lanjut, direkomendasikan agar proses Tim Terpadu Kehutanan segera diselesaikan agar Perda RTRW Aceh dapat segera ditetapkan. Pemanfaatan Kawasan Karst di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi D.I Yogyakarta Latar belakang terjadinya konflik pemanfaatan ruang di Kabupaten Gunungkidul adalah ditetapkannya 9 (Sembilan) Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP) yang berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Gunungkidul Tahun sebagian lokasinya berada pada Kawasan Karst. Hal tersebut tidak sejalan dengan PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN yang menetapkan Kawasan Karst sebagai kawasan lindung. Selain itu, penetapan tersebut juga tidak sejalan dengan Keputusan Gubernur D.I Yogyakarta No. 88/KEP/2011 tentang Evaluasi Raperda RTRW Kabupaten Gunungkidul Tahun dan Keputusan Menteri ESDM No K/40/MEM/2004 tentang Penetapan Kawasan Karst Gunung Sewu dan Pacitan Timur, yang menyatakan terdapat 5 (lima) wilayah yang diperbolehkan sebagai Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP). BKPRN merekomendasikan Kementerian ESDM untuk melakukan kajian ulang terhadap cara pengklasifikasian Kawasan Karst sehingga tidak seluruh Kawasan Karst ditetapkan sebagai kawasan lindung. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Batang terhambat dikarenakan lokasi tapak PLTU tersebut berbatasan dengan Taman Wisata Alam Laut Daerah (TWALD) Pantai Ujungnegoro-Roban, yang dalam PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ditetapkan sebagai kawasan lindung nasional. Oleh karena itu, kepada BKPRN Bupati Kabupaten Batang meminta penjelasan dan penegasan delineasi kawasan agar tidak terjadi tumpang tindih. Setelah dilakukan kajian dan mempertimbangkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.29/MEN/2012 tentang Penetapan Kawasan Konservasi dan Pulau-Pulau Kecil Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang di Provinsi Jawa Tengah, BKPRN menyimpulkan bahwa lokasi Gambar 15 PLTU Batang 19

28 rencana pembangunan PLTU Batang terletak di wilayah daratan sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang (PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Perda No. 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah, dan Perda No. 7 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Batang) dan tidak berada pada kawasan konservasi. Rencana pembangunan PLTU yang memanfaatkan wilayah laut perlu memperhatikan Kawasan Taman Wisata Alam Laut Daerah dan Kawasan Konservasi Laut Daerah. Sebagai tindak lanjut, BKPRN merekomendasikan perlu dilakukan AMDAL dan Izin Lingkungan serta mengintegrasikan rencana pembangunan PLTU Batang kedalam RDTR dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K). Pembangunan Bali International Park (BIP) di Kabupaten Badung, Provinsi Bali Pembangunan Kawasan Terpadu Bali International Park yang berlokasi di Kawasan Perkotaan Jimbaran belum mendapatkan izin lokasi dari Bupati Badung karena berdasarkan Rancangan RTRW Kabupaten Badung (yang sudah memperoleh persetujuan substansi Menteri PU pada tanggal 15 Maret 2011), lokasi peruntukannya bukan untuk kawasan pariwisata. Di sisi lain, menurut Pasal 15 Ayat (2) butir b Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita, kegiatan di Kawasan Perkotaan Jimbaran Kabupaten Badung salahsatunya adalah sebagai pusat kegiatan pariwisata. Berdasarkan pasal tersebut, Bupati Badung kemudian mengusulkan Pemerintah Pusat mengeluarkan surat untuk memerintahkan Bupati Badung agar memproses izin prinsip sesuai dengan ketentuan Perpres No. 45 Tahun BKPRN menyimpulkan bahwa izin prinsip pembangunan Kawasan Terpadu BIP dapat diterbitkan, dengan mengacu pada ketentuan perizinan pemanfaatan ruang yang termuat di dalam Perpres No. 45 Tahun 2011 (Surat Menteri PU No.TR Mn/658 tertanggal 28 Desember 2011). Disamping itu, direkomendasikan agar Pemerintah Kabupaten Badung segera mempercepat proses penetapan Perda RTRW Kabupaten Badung, agar tersedia acuan spasial pelaksanaan pembangunan, termasuk dasar untuk pemberian izin pemanfaatan ruang. Pembangunan Kawasan Industri di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah Konflik yang muncul dalam rencana pembangunan Kawasan Industri di Wonogiri diawali oleh adanya Surat Keputusan Bupati Wonogiri No Tahun 2011, tanggal 5 Oktober 2011 mengenai Izin Lokasi Penggunaan Kawasan Hutan Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan/BKPH Pulosari (Alas Kethu) Kabupaten Wonogiri. Dengan terbitnya izin tersebut, Direktur PT Kawasan Industri mengajukan Permohonan Rekomendasi Izin Penggunaan Kawasan Hutan kepada Gubernur Jawa Tengah (Surat No. 012/ IV/ KIW/ 2012, tanggal 10 April 2012). Gubernur Jawa Tengah kemudian memberikan tanggapan agar lokasi penggunaan Kawasan Hutan BKPH Pulosari Alas Kethu tidak dialihfungsikan menjadi Kawasan Industri karena adanya Gambar 16 Lokasi Kawasan Alas Kethu dalam RTRW Kab. Wonogiri ketidaksesuaian antara izin pembangunan kawasan industri baik dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah, RTRW Kabupaten Wonogiri, maupun Surat No. S.933/Menhut-VII/2009 tanggal 11 Desember 2009 perihal Persetujuan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah (Surat Gubernur Jawa Tengah kepada Bupati Wonogiri No. 660/08085 tanggal 11 Mei 2012 dan Surat Gubernur Jawa Tengah kepada Direktur PT. Kawasan Industri No. 660/08002 tanggal 10 Mei 2012). 20

29 Berdasarkan pembahasan BKPRN, apabila pembangunan Kawasan Industri akan tetap dilaksanakan, maka persyaratan yang perlu dipenuhi: 1. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dan/atau Kabupaten Wonogiri mengajukan perubahan alih fungsi lahan Kawasan Hutan Alas Kethu menjadi Kawasan Industri kepada Menteri Kehutanan. 2. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dan/atau Kabupaten Wonogiri melakukan revisi terhadap Perda RTRW Provinsi Jawa Tengah No. 9 Tahun 2011 dan Perda RTRW Kabupaten Wonogiri No. 9 Tahun Usulan Reklamasi di Wilayah Perairan Teluk Benoa, Provinsi Bali Pada tahun 2013, konflik pemanfaatan ruang di Kawasan Teluk Benoa muncul terkait adanya usulan investasi kegiatan pariwisata di Kawasan Teluk Benoa, dengan melaksanakan reklamasi di kawasan tersebut. Sementara itu, berdasarkan Pasal 43 dan Pasal 55 Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang RTR KSN Sarbagita, lokasi Teluk Benoa berada pada Zona Lindung (L3). Sebagai upaya penyelesaian konflik pemanfaatan ruang tersebut, dalam Sidang Menteri BKPRN pada awal tahun 2014 yang dipimpin oleh Menko Perekonomian selaku Ketua BKPRN disepakati perlu dilakukan kajian teknis oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait perubahan peruntukan Kawasan Teluk Benoa. Pada Juni 2014, terbit Perpres No. 51 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Sarbagita. Gambar 17 Pola Ruang Kawasan Teluk Benoa dalam Perpres No. 45 Th 2011 Rencana Investasi Pabrik Kelapa Sawit di Kota Dumai, Provinsi Kepulauan Riau Gambar 18 Pola Ruang Rancangan Perda RTRW Kota Dumai Walikota Dumai menyampaikan permohonan arahan kepada BKPRN terkait rencana investasi pabrik kelapa sawit PT. Aekloba Sawita Jaya Mandiri pada kawasan yang dalam Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Dumai termasuk ke dalam Kawasan Pengembangan Dumai Baru (Surat Walikota Dumai No. 503/BPTPM/06 tertanggal 15 Januari 2014). Dalam Pasal 89 huruf f Rancangan Perda RTRW Kota Dumai disebutkan bahwa pengembangan yang diperbolehkan dalam Kawasan Pengembangan Dumai Baru adalah permukiman terencana; perdagangan dan jasa; peternakan; serta perkantoran pemerintah terpadu. Sedangkan pengembangan kegiatan industri sama sekali tidak diperbolehkan. Hasil pembahasan forum BKPRN berkesimpulan bahwa pada prinsipnya, izin rencana investasi pengembangan pabrik kelapa sawit PT Aekloba Sawita Jaya Mandiri dapat diberikan, dengan mengacu pada Perda RTRW Kota Dumai No. 11 Tahun 2002 berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No /1055/IV/Bangda tanggal 5 Februari 2013 tentang Percepatan Penetapan Rancangan Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota. Pembangunan Pabrik Baja di Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur Konflik pemanfaatan ruang di Kabupaten Mojokerto muncul berkenaan adanya rencana pembangunan pabrik baja di Kawasan Cagar Budaya Trowulan. Berdasarkan Perda No. 9 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Mojokerto, lokasi 21

30 pembangunan pabrik baja diperuntukan sebagai kawasan industri menengah. Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan Surat Keputusan No. 260/M/2013 tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis Trowulan sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional. Gambar 19 Posisi Situs Trowulan dalam RTRW Kab. Mojokerto Berdasarkan pembahasan BKPRN, direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut: Pemerintah Kabupaten Mojokerto segera menyusun Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) guna memastikan pemanfaatan ruang bagi kepentingan konservasi maupun budidaya sesuai dengan ketentuan pada RTRW Kabupaten Mojokerto. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan segera menyusun sistem zonasi pada kawasan cagar budaya sebagai tindak lanjut Kepmendikbud No. 260/M/2013 sesuai ketentuan peraturan perundangan. Kementerian Perindustrian menyusun kriteria klasifikasi industri menengah dan besar. Alternatif kegiatan budidaya yang sejalan dengan RTRW Kabupaten Mojokerto dan tidak melanggar prinsipprinsip pelestarian cagar budaya setempat. Pembangunan Bandara Karawang dan Pelabuhan Cilamaya di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat Mengemukanya konflik pemanfaatan ruang di Kabupaten Karawang dilatarbelakangi adanya rencana peningkatan pelayanan transportasi di wilayah Greater Jakarta Metropolitan Area, meliputi pembangunan Bandara Karawang serta Pelabuhan Cilamaya di Kabupaten Karawang. Rencana pembangunan Bandara Karawang telah diakomodir dalam Peraturan Menteri Perhubungan No.PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional. Namun demikian, rencana tersebut tidak sejalan dengan arahan peruntukan ruang dalam RTRWN, RTR Pulau Jawa-Bali, RTRW Provinsi Jawa Barat, maupun RTRW Kabupaten Karawang. Selain itu, diperkirakan akan muncul tumpang tindih pelayanan dengan Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka yang direncanakan mulai beroperasi Tahun Gambar 20 Pola Ruang dalam RTRW Kab. Karawang Dalam pembangunan Bandara Karawang masih terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai pertimbangan kelanjutan rencana pembangunan, antara lain: a) Kajian bentuk kebijakan RTRWN dalam mengendalikan pemanfaatan ruang disekitar bandara maupun akses menuju bandara; b) Kajian teknis terhadap upaya meminimalisir peralihan fungsi lahan pertanian; c) Kompensasi penggantian lahan hutan; serta d) Kajian mengenai titik jenuh pelayanan bandara dan kebutuhan pengembangan bandara di masa yang akan datang. Sementara itu, rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya telah sesuai dengan arahan peruntukan ruang dalam RTR Jawa-Bali, RTRW Provinsi Jawa Barat, serta RTRW Kabupaten Karawang. Namun pembangunan akses dari dan menuju pelabuhan tersebut masih terkendala adanya rencana jaringan jalan yang melewati lahan pertanian pangan. Padahal Kabupaten Karawang merupakan lumbung padi kedua di Indonesia. Di sisi lain, juga terdapat tumpang tindih pembangunan Pelabuhan Cilamaya dengan fasilitas eksisting migas milik PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONJW), yang juga memasok gas untuk listrik PLN wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. 22

31 BKPRN merekomendasikan agar pemerintah Kabupaten Karawang segera menyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang mengakomodasi titik koordinat jalur akses pelabuhan, alokasi kawasan terkait Back Up Area, serta penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Rencana Reklamasi Pantai Utara Kabupaten Tangerang BKPRD Tangerang menyampaikan permohonan rekomendasi Rencana Reklamasi di Pantai Utara Kacamatan Kronjo dan Kecamatan Mekar Baru, Kabupaten Tangerang (Surat BKPRD No /XII/BKPRD/2013). Pada prinsipnya BKPRD telah memberikan rekomendasi peruntukan ruang sebesar Ha, dengan beberapa catatan, diantaranya pihak pengembang harus mempersiapkan Master Plan Kawasan Reklamasi, memanfaatkan sedimentasi di sekitar lokasi, mengatasi permasalahan kerusakan lingkungan di wilayah utara, terpadu dengan pelestarian lingkungan, serta memiliki dokumen perijinan. Pembahasan dalam forum BKPRN menghasilkan pokok rekomendasi bahwa pelaksanaan reklamasi pantai utara Kabupaten Tangerang dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan menteri KKP, tanpa harus menyusun Peraturan Zonasi karena substansi mengenai reklamasi sudah termuat dalam RTRW Kabupaten Tangerang. Berdasarkan pembahasan BKPRN, direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: Rencana penyelenggaraan reklamasi laut di Kecamatan Kronjo dan Kecamatan Mekar Baru dapat dilaksanakan melalui rekayasa teknis dengan memperhatikan upaya untuk mencegah abrasi, retensi dan intrusi air laut, konservasi hutan bakau, dan memperhatikan kondisi daya dukung lingkungan yang rendah. Penyelenggaraan reklamasi laut dilaksanakan secara bertahap dengan memperhatikan ketentuan Koefisien Zona Bangunan (KZB) paling tinggi 45% dan jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter dan harus mempertimbangkan karakteristik lingkungan sebagai penyangga fungsi zona B6 (perumahan hunian rendah dengan KZB maksimum 50%) dan zona B7 (perumahan hunian rendah dengan KZB maksimum 40%), sebagaimana diatur dalam Perpres 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur. Rencana penyelenggaraan reklamasi laut di Kecamatan Kronjo dan Kecamatan Mekar Baru, Kabupaten Tangerang harus didahului dengan kajian komprehensif yang dapat berupa Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan/atau AMDAL untuk Development Plan (rencana pengembangan). Rencana penyelenggaraan reklamasi laut di Kecamatan Kronjo dan Kecamatan Mekar Baru harus diintegrasikan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Tangerang. Rencana Pembangunan Runway-III Bandara Internasional Soekarno-Hatta Rencana pengembangan runway-iii Bandara Soekarno Hatta merupakan rencana pembangunan yang sudah dibuat oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota Tangerang bersama dengan PT. Angkasa Pura II. Berdasarkan citra satelit, lokasi pembangunan runway-iii Bandara memiliki karakteristik berupa permukiman dan persawahan irigasi. Dalam Perpres 54 Tahun 2008 tentang RTR Kawasan Jabodetabekpunjur, lokasi perluasan bandara memiliki arahan zona B5 yaitu sebagai pertanian lahan basah (irigasi teknis) dan zona B2 (perumahan hunian sedang, pertanian/ladang, dan industri berorientasi tenaga kerja). Sedangkan pada Perda No.13 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Tangerang dimana disebutkan bahwa lokasi tersebut ditetapkan sebagai cadangan perluasan Bandara, sementara disisi lain juga memiliki arahan sebagai pertanian dan kawasan permukiman kepadatan sedang. Gambar 21 Pola Ruang dalam RTRW Kab. Tangerang 23

32 Berdasarkan pembahasan BKPRN disepakati beberapa kesimpulan, yaitu: Rencana perluasan Bandara Internasional Soekarno Hatta khususnya penambahan runway-iii di sisi utara Bandara pada prinsipnya tidak bertentangan dengan Perda No. 13 Tahun 2011 dimana lokasi rencana penambahan runway-iii diperuntukan sebagai wilayah cadangan perluasan bandara. Rencana pembangunan runway-iii Bandara Soekarno-Hatta harus diakomodasi dan diintegrasikan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai bentuk operasional dari RTRW Kabupaten Tangerang. Untuk memberikan kepastian terhadap lokasi pembangunan runway-iii Bandara Soekarno Hatta, maka Pemerintah Kabupaten Tangerang diharapkan dapat menyiapkan RDTR Kabupaten Tangerang secepatnya. Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pemanfaatan Ruang Lainnya Selain konflik-konflik pemanfaatan ruang yang telah disebutkan di atas, selama periode tahun BKPRN telah memberikan rekomendasi terhadap beberapa konflik sebagai berikut. Tabel 4 Rekomendasi Penanganan Konflik Pemanfaatan Ruang Tahun No Lokasi Permasalahan Rekomendasi 1 Desa Kohod, Kec. Pembangunan kawasan perumahan Pembangunan dapat dilakukan dengan ketentuan Pakuhaji dan komersial Koefisien Zona Terbangun (KZB) paling tinggi 50% dan tetap berfungsi sebagai penyangga Zona N1 Perlu dilakukan AMDAL dan Rencana Pengembangan (Development Plan) 2 Desa Tajur, Kec.Citereup, Kab.Bogor 3 Desa Hambalang, Kec. Citeureup, Kab. Bogor 4 Desa Tobat, Kec. Balaraja, Kab. Tangerang 5 Desa Sukawali, Kec. Paku Haji, Kab. Tangerang 6 Desa Benda, Kec. Sukamulya, Kab. Tangerang Pembangunan perumahan non dinas prajurit TNI AD Rencana pembangunan Sekolah Tinggi Kepemerintahan dan Kebijakan Publik (STKKP) Indonesia Cerdas Unggul Rencana pembangunan Kawasan Industri pada Zona B2 (zona perumahan sedang, pertanian/ladang, dan industri berorientasi tenaga kerja) Rencana pembangunan perumahan terpadu pada Zona B2 (zona perumahan sedang, pertanian/ladang, dan industri berorientasi tenaga kerja) Rencana pembangunan penggemukan sapi dan Rumah Potong Hewan di Zona B5 (pertanian lahan basah/irigasi teknis) Perlu diintegrasikan ke dalam RDTR Pembangunan dapat dilakukan dengan ketentuan intensitas Koefisien Dasar Bangunan (KDB) tidak lebih dari 20% Lokasi pembangunan tidak bersinggungan dengan kawasan hutan dan pertanian irigasi teknis Perlu diintegrasikan ke dalam RDTR Pembangunan dapat dilakukan dengan ketentuan intensitas lahan terbangun pada lokasi mengikuti ketentuan KDB antara 5-8% Wajib dilakukan AMDAL dan kajian geologi teknik terkait desain struktur bangunan dan infrastruktur jalan yang tahan longsor/tidak memicu gerakan tanah Perlu diintegrasikan ke dalam RDTR Pembangunan dapat dilakukan dengan ketentuan mengikuti Perda No. 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kab. Tangerang dan kondisi penggunaan lahan Pembangunan dapat dilakukan dengan ketentuan pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui rekayasa teknis dan KZB paling tinggi 50% Perlu diintegrasikan ke dalam RDTR dan peraturan zonasi Perlu dilakukan kajian lingkungan komprehensif sesuai dengan PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Pembangunan dapat dilakukan dengan ketentuan kawasan pertanian lahan basah beririgasi teknis dilarang dialihfungsikan Perlu memperhatikan ketentuan terkait kawasan pertanian di Kab. Tangerang dan kondisi penggunaan lahan (dekat sungai) 24

33 No Lokasi Permasalahan Rekomendasi 7 Kabupaten Demak Tidak tercantumnya rencana pembangunan Jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) pada Perda RTRW Kab. Demak 8 Kota Surabaya Rencana Pembangunan Jalan Tol Tengah Surabaya Sumber: Pokja 4 BKPRN (Kemenko Perekonomian) Perlu diintegrasikan ke dalam RDTR Rencana pembangunan SUTET akan dicantumkan ke dalam Rancangan Perpres Kawasan Strategis Nasional (KSN) Kedung Sepur Perubahan Pembangunan Jalan Tol Tengah Surabaya menjadi akses jalan bebas hambatan lingkar kota Surabaya (telah keluar Persutujuan Substansi PU No. HK Dr/199) 25

34 LAMPIRAN LAMPIRAN 1: Struktur & Tugas Tim Pelaksana BKPRN dan Kelompok Kerja BKPRN LAMPIRAN 2: Agenda Kerja BKPRN Tahun LAMPIRAN 3: Agenda Kerja BKPRN Tahun LAMPIRAN 4: Pelaksanaan Agenda Kerja BKPRN LAMPIRAN 5: Status Penetapan BKPRD Provinsi 26

35 LAMPIRAN 1: Struktur & Tugas Tim Pelaksana BKPRN dan Kelompok Kerja BKPRN 1. Struktur Organisasi dan Tugas Tim Pelaksana BKPRN Berdasarkan Peraturan Menko Bidang Perekonomian No. PER-02/M.EKON/10/2009, Tim Pelaksana mempunyai tugas membantu BKPRN dalam melaksanakan tugas dalam bidang teknis penyelenggaraan penatan ruang dengan struktur organisasi sebagai berikut: Ketua merangkap anggota: Menteri Pekerjaan Umum Wakil Ketua I merangkap anggota: Deputi Bidang Koordinasi Infrastuktur dan Pengembangan Wilayah, Kemenko Perekonomian. Wakil Ketua II merangkap anggota: Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, kementerian PPN/Bappenas. Wakil Ketua III merangkap anggota: Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri Sekretaris merangkap anggota: Direktur Jenderal penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum Anggota: Direktur Jenderal Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri; Direktur Jenderal Strategi Pertahanan, Kementerian Pertahanan; Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian; Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian; Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan; Direktur Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Kehutanan; Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan; Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional, Kementerian Luar Negeri; Deputi Bidang Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup; Deputi Bidang Pengaturan dan Penataan, Badan Pertanahan Nasional; Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum, Sekretariat Kabinet; Deputi Bidang Pemetaan Dasar, Badan Informasi Geospasial; Deputi Bidang Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Tim Pelaksana BKPRN berada di bawah koordinasi dan bertanggung jawab kepada Ketua BKPRN, yang didukung oleh Wakil Ketua dan Sekretaris BKPRN. Tugas-tugas Tim Pelaksana BKPRN meliputi: Koordinasi pengaturan penyelenggaraan penatan ruang; Koordinasi pembinaan penyelenggaraan penataan ruang; Koordinasi pelaksanaan penyelenggaraan penataan ruang, yang terdiri atas perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang; Koordinasi pengawasan penyelenggaraan penataan ruang; dan Pelaksanaan tugas-tugas khusus. 2. Struktur Organisasi dan Tugas Kelompok Kerja (Pokja) BKPRN Dalam rangka pemantapan kelembagaan BKPRN, sesuai dengan Peraturan Menko Bidang Perekonomian No. PER- 02/M.EKON/10/2009 Pasal 15 disebutkan bahwa untuk menangani tugas Tim Pelaksana yang bersifat khusus maka dibentuk Kelompok Kerja (Pokja). Pembentukan Kelompok Kerja BKPRN dilakukan melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum selaku Ketua Tim Pelaksana BKPRN No. 275/KPTS/M/2011 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Pekerjaan Umum selaku Ketua Tim Pelaksana BKPRN No. 339/KPTS/M/2010 tentang Pembentukan Kelompok Kerja BKPRN. Pembagian Pokja BKPRN dilakukan berdasarkan pengelompokan pelaksanaan tugas-tugas khusus Tim Pelaksana BKPRN, yang secara umum dapat terbagi kedalam 4 (empat) kategori terdiri dari: a. Kelompok kerja bidang koordinasi penyiapan kebijakan dan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang. Ketua merangkap anggota pokja: Direktur Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum. Wakil Ketua merangkap anggota pokja: Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Perekonomian, Sekretariat Kabinet 27

36 Sekretaris merangkap anggota pokja: Direktur Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum Anggota: Asdep Prasarana, Riset, Teknologi, dan SDA, SETKAB; Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, BAPPENAS; Kepala Biro Hukum, Kementerian Dalam Negeri; Kepala Biro Hukum dan Humas, Kementerian Lingkungan Hidup; Direktur Perjanjian Politik Keamanan dan Kewilayahan, Kementerian Luar Negeri; Kepala Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, LAPAN; Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Kementerian Kehutanan; Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian; Kepala Biro Hukum dan KLN, Kementerian Perhubungan; Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Kementerian Perindustrian; Kepala Biro Hukum dan Humas, Kementerian ESDM; Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kepala Biro Hukum, Kementerian Pertahanan; Kepala Biro Hukum, Kementerian Pekerjaan Umum; Direktur Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I, Kementerian Pekerjaan Umum; dan Sesditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum. b. Kelompok kerja bidang koordinasi peningkatan kapasitas kelembagaan. Ketua merangkap anggota pokja: Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri. Wakil Ketua merangkap anggota pokja: Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sekretaris merangkap anggota pokja: Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri. Anggota: Direktur Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Kementerian Pertanian; Direktur Tata Ruang Pesisir dan Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan; Direktur Konservasi Kawasan, Kementerian Kehutanan; Direktur Kebijakan Strategi, Kementerian Pertahanan; Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, BAPPENAS; Direktur Wilayah Administrasi dan Perbatasan, Kementerian Dalam Negeri; Direktur Penatagunaan Tanah, BPN; Kepala Pusat ATLAS dan Tata Ruang, BIG; Kepala Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, LAPAN; Asisten Deputi Urusan Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor, Kementerian Lingkungan Hidup; Direktur Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum; Direktur Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II, Kementerian Pekerjaan Umum; dan Direktur Perkotaan, Kementerian Pekerjaan Umum. c. Kelompok kerja bidang koordinasi perencanaan dan program penataan ruang. Ketua merangkap anggota pokja: Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Kementerian PPN/Bappenas. Wakil Ketua merangkap anggota pokja: Deputi Bidang Infrastruktur Data Spasial, Badan Informasi Geospasial. Sekretaris merangkap anggota pokja: Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas. Anggota: Direktur Pengembangan Wilayah, BAPPENAS; Direktur Penatagunaan Tanah, BPN; Kepala Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Kementerian ESDM; Asisten Deputi Urusan Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor, Kementerian Lingkungan Hidup; Direktur Perencanaan Kawasan Hutan, Kementerian Kehutanan; Kepala Biro Perencanaan, Kementerian Perhubungan; Direktur Tata Ruang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan; Direktur Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Kementerian Pertanian; Direktur Wilayah Pertahanan, Kementerian Pertahanan; Direktur Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II, Kementerian Perindustrian; Kepala Pusat Analisis dan Informasi Kerdirgantaraan, LAPAN; Sesditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum; Direktur Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum; dan Direktur Bina Program dan Kemitraan, Kementerian Pekerjaan Umum. d. Kelompok kerja bidang koordinasi penyelesaian sengketa dan konflik penataan ruang. Ketua merangkap anggota pokja: Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Wakil Ketua merangkap anggota pokja: Deputi Bidang Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup Sekretaris merangkap anggota pokja: Asdep Urusan Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah, Kemenko Perekonomian Anggota: Direktur Wilayah Administrasi dan Perbatasan, Kementerian Dalam Negeri; Direktur Perencanaan Kawasan Hutan, Kementerian Kehutanan; Direktur Konflik Pertanahan, BPN; Kepala Pusat ATLAS dan Tata Ruang, BIG; Kepala Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Kementerian ESDM; Kepala Pusat 28

37 Pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN; Direktur Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Kementerian Pertanian; Asdep Prasarana, Riset, Teknologi, dan SDA, SETKAB; Asisten Deputi Urusan Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan, Kementerian Lingkungan Hidup; Direktur Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II, Kementerian Pekerjaan Umum; Direktur Perkotaan, Kementerian Pekerjaan Umum; dan Direktur Bina Program dan Kemitraan, Kementerian Pekerjaan Umum. 29

38 LAMPIRAN 2: Agenda Kerja BKPRN Tahun Agenda Kegiatan No Program Kerja BKPRN POKJA 1 Koordinasi Penyiapan Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Penataan Ruang 1. Percepatan Penyelesaian Perda RTRW: Pelaksanaan Pembahasan Percepatan Penyelesaian RTRW Provinsi Pelaksanaan Persub RTRW Kabupaten Pelaksanaan Persub RTRW Kota Pelaksanaan persetujuan substansi RTR KSN dan Pulau Fasilitasi Pemantauan dan Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Nasional Percepatan Penyelesaian dan Revisi PP turunan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang 2 Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) 3 Penerapan holding zone kawasan kehutanan dalam Raperda RTRW untuk mempercepat penyelesaian Perda RTRW 4 Pemberian dukungan sumber daya untuk percepatan penyelesaian Perda RTRW LAPORAN KEGIATAN BKPRN Percepatan pemberian persetujuan substansi dari Menteri PU untuk Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota. Penyelesaian Raperpres RTR KSN dan Pulau: a) Persetujuan dari Eselon I BKPRN untuk 13 Perpres b) Persetujuan dari Menteri BKPRN untuk 13 Perpres Persetujuan substansi dari Menteri Kehutanan untuk RTRW seluruh Provinsi (Penyelesaian perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan melalui Tim Terpadu) Tahun Pelaksanaan Koordinator Kementerian PU Kemenhut Keputusan Mendagri mengenai evaluasi Raperda RTRW Provinsi Kemendagri Penyusunan instrumen pemantauan dan evaluasi penataan ruang Kemendagri kawasan nasional serta Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota Penyelesaian dan penetapan Rancangan PP Tata Ruang Wilayah Kementerian Pertahanan Pertahanan Penyelesaian dan penetapan Rancangan PP Tingkat Ketelitian Peta 2012 Bakosurtanal Penyiapan substansi revisi PP 26/2008 tentang RTRWN, diantaranya 2012 Kementerian PU dan K/L yang terkait kawasan karst dan kawasan lindung geologi, LP2B, dll. terkait Penyusunan Pedoman Penyusunan RTR KSN 2012 Kementerian PU Penyusunan Pedoman Pengawasan Penataan Ruang Penyusunan Pedoman Zonasi Sistem Nasional Penyusunan Pedoman tentang Tata Cara Peran Masyarakat dalam Perencanaan Tata Ruang Penyusunan Pedoman sinkronisasi peraturan dalam bentuk Surat Edaran kepada Pemerintah Daerah 2012 Kemendagri Penyelesaian Pedoman KLHS untuk perubahan kawasan hutan 2012 KementerianLH Penyusunan Pedoman Teknis Perpetaan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) Penyelesaian perangkat hukum dalam rangka harmonisasi UU 26/2007 dengan UU 27/2007 Penyelesaian Surat Edaran Menhut kepada daerah untuk penerapan holding zone dalam Raperda RTRW Supervisi dan asistensi pembuatan Peta RTRW Kab/Kota/Prov, RTR Pulau dan KSN kepada Pemerintah Daerah 2012 Bakosurtanal 2012 Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012 Kementerian Kehutanan dan Kemendagri Bakosurtanal 30

39 No Program Kerja Agenda Kegiatan BKPRN Penyiapan/pengadaan peta Kawasan Hutan skala 1: Standarisasi/pengesahan peta dasar Kehutanan skala 1: dan 1: POKJA 2 Koordinasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan 1 Perumusan strategi penguatan peran dan posisi BKPRN Pemantapan fungsi Sekretariat BKPRN, antara lain terkait fasilitasi rapat koordinasi, kehumasan dan dokumentasi (web, newsletter, dsb) Penetapan mekanisme dan tata kerja (SOP) Sekretariat, Tim Pelaksana dan Pokja BKPRN (tata persuratan, mekanisme koordinasi dan pengambilan keputusan, mekanisme penyelesaian konflik, logo BKPRN, dsb) Penguatan kelembagaan penataan ruang nasional Peningkatan kapasitas kelembagaan K/L anggota BKPRN dalam penyelenggaraan pemanfaatan ruang Tahun Pelaksanaan Koordinator Kemenhut berkoordinasi dengan BPN dan Bakosurtanal Bappenas 2012 Bappenas Kemenko Perekonomian Penyelenggaraan Rakernas BKPRN 2013 Kemendagri 2 Penguatan kelembagaan penataan ruang daerah Penyelenggaraan Raker BKPRD di Pekanbaru, Riau 2012 (Bulan Kemendagri November) 3 Merumuskan pola hubungan timbal balik antara BKPRN dan BKPRD Penyelenggaraan Raker Regional BKPRN di Banten dan di Makassar Kemendagri POKJA 3 Koordinasi Perencanaan dan Program Penataan Ruang 1 Penyerasian Kebijakan-Rencana-Program secara vertikal dan horizontal Pelaksanaan Rapat Triwulanan untuk melihat kemajuan pelaksanaan kegiatan BKPRN Pelaksanaan Rapat Koordinasi kebijakan dan program antar K/L untuk penyusunan Agenda Kerja BKPRN Pemantauan pelaksanaan penataan ruang nasional dan daerah 2012 (Bulan Juni dan September) Bappenas Bappenas Pemantauan penyelenggaraan penataan ruang daerah Tiap K/L dilaporkan ke Bappenas Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil Rakernas 2012 Bappenas 2 Integrasi Rencana Tata Ruang (RTR) dengan Rencana Pembangunan Publikasi atau sosialisasi hasil studi integrasi antara rencana tata ruang dengan rencana pembangunan 2012 Bappenas POKJA 4 Koordinasi Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pemanfaatan Ruang 1 Penyelesaian sengketa dan konflik pemanfaatan ruang Penyelesaian sengketa dan konflik pemanfaatan ruang 2012 Kemenko Perekonomian Evaluasi pelaksanaan inventarisasi hasil audit pemanfaatan ruang (Stocktaking) 2012 Kementerian PU 2 Pencarian alternatif solusi sengketa dan konflik Penyelesaian masalah kekosongan hukum RTRW 2012 Kemenko Perekonomian, pemanfaatan ruang Kementerian PU Penetapan kesepakatan untuk menunda pemberian izin baru 2012 Kemenko Perekonomian sementara menunggu penetapan Perda RTRW baru ditetapkan berkoordinasi dengan 31

40 No Program Kerja Agenda Kegiatan BKPRN Revisi peta indikatif penundaan izin baru Penyelesaian mekanisme penyelesaian masalah alih fungsi lahan Sumber: Diolah dari Hasil Kesepakatan Rakernas BKPRN Tahun 2011 Tahun Pelaksanaan K/L terkait Koordinator 32

41 LAMPIRAN 3: Agenda Kerja BKPRN No Program Kerja Rencana Kegiatan Lintas Sektor POKJA 1 Koordinasi Penyiapan Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Penataan Ruang 1 Percepatan penyelesaian RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN) Review dan evaluasi proses penyusunan dan penetapan RTR KSN Penyusunan Roadmap Penyelesaian RTR KSN (Catatan: keseluruhan Percepatan penetapan Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota dan Perda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Review Peraturan Perundangan-Undangan 2 Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi implementasi RTR dalam mendukung pembangunan terdapat 76 KSN) Pelaksanaan rapat lintas pokja untuk mengintegrasikan kegiatan percepatan penetapan perda RTRW Pedoman Persetujuan substansi/pemberian tanggapan dan saran pusat dalam penetapan perda RZWP-3-K Review Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Review Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur Penyusunan Pedoman Pengawasan Penataan Ruang melalui Permen PU sesuai dengan amanat UU Penataan Ruang Pasal 59 ayat 3 (Catatan: Pedoman ini merupakan acuan dalam pelaksanaan tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil/PPNS dan BKPRD) Fasilitasi integrasi kawasan hutan dalam pola ruang RTRW Prov/Kab/Kota Peningkatan peran PPNS di daerah 3 Fasilitasi percepatan penyusunan RRTR Fasilitasi (konsultasi/asistensi) teknis pembuatan peta terhadap daerah Bimbingan Teknis (Bimtek) penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Integrasi/internalisasi pengembangan substansisubstansi penting penataan ruang, seperti: KLHS, LP2B, dan RZWP-3-K Fasilitasi advokasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) (Catatan: Perlu kejelasan lokasi LP2B dan dituangkan ke dalam peta) Fasilitasi advokasi lahan tambak (garam dan ikan berkelanjutan) Diseminasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Diseminasi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) 33 Tahun Pelaksanaan Kemen PU Kemen PU Koordinator Sekretariat BKPRN Kementerian Kelautan & Perikanan bersama Kemendagri Kemen PU Kemen PU Kemen PU Kemenhut Kemen PU BIG Kemen PU Kementan Kementerian Kelautan & Perikanan KemenLH Kementerian Kelautan & Perikanan Fasilitasi penyusunan raperda penetapan batas tanah ulayat Kemendagri bersama BPN 4 Peningkatan perhatian terhadap tanah ulayat di dalam Penataan Ruang Identifikasi keberadaan wilayah hak ulayat laut Kajian Masyarakat Hukum Adat (MHA) di wilayah laut Kementerian Kelautan & Perikanan

42 No Program Kerja Rencana Kegiatan Lintas Sektor POKJA 2 Koordinasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan 1 Penyelenggaraan Peningkatan Kapasitas SDM Penataan Ruang Pemetaan ketersediaan dan kebutuhan SDM bidang Penataan Ruang (termasuk jabatan fungsional) 2 Penguatan peran BKPRD dalam identifikasi Peningkatan kapasitas BKPRD inkonsistensi penegakan hukum penataan ruang Evaluasi kinerja BKPRD dalam pengendalian pemanfaatan ruang (Catatan: Termasuk penyusunan mekanisme penilaian kinerja BKPRD dan bentuk reward) 3 Pengembangan sistem informasi dan komunikasi di Pengembangan sistem informasi tata ruang nasional diantaranya melalui bidang penataan ruang pengembangan e-bkprn dan e-bkprd Tahun Pelaksanaan 2014 Kemendagri Kemendagri Kemendagri Bappenas Penyusunan SOP BKPRD Penyusunan Permendagri tentang Tata Cara Penyusunan SOP BKPRD Kemendagri Koordinator 4 Penguatan koordinasi BKPRN Rapat Kerja Regional BKPRN wilayah Barat dan Timur Rapat Kerja Nasional BKPRN 2015 POKJA 3 Koordinasi Perencanaan dan Program Penataan Ruang 1 Fasilitasi penyusunan rekomendasi untuk Kajian pelaksanaan UU mensinergikan peraturan perundangan sektoral implementasi UU 26/ /1999 dan implikasinya terhadap Kajian pelaksanaan UU 27/2007 dan implikasinya terhadap implementasi UU 26/2007 Percepatan penyelesaian penetapan Perda RZWP-3-K. 2 Integrasi rencana tata ruang dengan rencana Penyusunan materi teknis peraturan integrasi rencana tata ruang dengan pembangunan rencana pembangunan Fasilitasi finalisasi dan penetapan SEB Percepatan Penyelesaian Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui Penerapan Kawasan yang Belum Ditetapkan Perubahan Peruntukan Ruangnya (Holding Zone) POKJA 4 Koordinasi Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pemanfaatan Ruang 1 Perumusan mekanisme BKPRN dalam penyelesaian konflik pemanfaatan ruang Penyusunan Pedoman Tata Kerja BKPRN Dalam Penyelesaian Konflik Pemanfaatan Ruang Sidang BKPRN untuk penyelesaian konflik-konflik pemanfaatan ruang, diantaranya: Pembahasan terhadap perbedaan SK Menhut dengan hasil Timdu dan langkah-langkah penyelesaiannya (Kasus: Prov.Kepri, Prov.Aceh- Kawasan Ekosistem Leuser) Kemendagri Kemendagri Bappenas Bappenas Bappenas Bappenas Kemenko Perekonomian 2014 Kemenko Perekonomian 34

43 No Program Kerja Rencana Kegiatan Lintas Sektor Penyelesaian rencana reklamasi Teluk Benoa dan Pulau Serangan Pembahasan penetapa KP2B dan LP2B kedalam RTRW dan RRTR (Kasus: Rencana jalan akses Pelabuhan Cilamaya terhadap lahan pertanian irigasi teknis) Isu lain yang dianggap strategis dan/atau mendesak Tahun Pelaksanaan Koordinator Kemenko Perekonomian Kemenko Perekonomian Fasilitasi penyelesaian tata batas kawasan hutan Kemenhut 2 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan mekanisme Holding mekanisme Holding Zone Zone Penyiapan dan penyampaian laporan pelaksanaan mekanisme Holding Zone kepada Presiden (Catatan: Inpres Nomor 8 Tahun 2013 mengamanatkan pelaporan kepada Presiden setiap 3 bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan). Sumber: Diolah dari Hasil Kesepakatan Rakernas BKPRN Tahun Kemenko Perekonomian Kemenko Perekonomian 35

44 LAMPIRAN 4: Pelaksanaan Agenda Kerja BKPRN No A Koordinator Tahun Agenda Kegiatan BKPRN Pelaksanaan Fasilitasi Penyelesaian Peraturan Perundangan Bidang Penataan Ruang 1 Penyiapan peninjauan kembali PP 26/2008 tentang RTRWN LAPORAN KEGIATAN BKPRN Pelaksanaan hingga Desember Tahun 2014 Kemen PU Telah diselenggarakan Sarasehan Nasional Kilas Balik RTRWN pada Maret 2013 Telah dilakukan penjaringan masukan di daerah Telah dilakukan rapat pleno Tim Peninjauan Kembali RTRWN dan Rapat Koordinasi setiap Subtim Penyusunan rekomendasi hasil peninjauan kembali 2 Penyusunan Pedoman Penyusunan RTR KSN Kemen PU 2012 Ditetapkan melalui Peraturan Menteri PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan RTR KSN 3 Penyusunan Pedoman Pengawasan Penataan Ruang Kemen PU Rancangan pedoman dalam tahap finalisasi dan ditargetkan ditetapkan pada tahun Penyusunan Pedoman Pemanfaatan Ruang Dalam Bumi 5 Penyusunan Pedoman tentang Tata Cara Peran Masyarakat dalam Perencanaan Tata Ruang 6 Penyusunan Pedoman Sinkronisasi Peraturan dalam bentuk Surat Edaran kepada Pemerintah Daerah 7 Penyelesaian Pedoman Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk Perubahan Kawasan Hutan 8 Penyusunan Pedoman Teknis Perpetaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) 9 Fasilitasi (konsultasi/asistensi) teknis pembuatan peta terhadap Pemerintah Daerah dalam rangka percepatan penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang 10 Penyelesaian perangkat hukum dalam rangka harmonisasi UU 26/2007 dengan UU 27/ Penerapan holding zone kawasan kehutanan dalam Raperda RTRW untuk mempercepat penyelesaian Perda RTRW Kemen PU Ditetapkan melalui Peraturan Menteri PU No. 02/PRT/M/2014 tentang Pedoman Pemanfaatan Ruang Di Dalam Bumi Kemendagri Ditetapkan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 56 Tahun 2014 tentang Tata Cara Peran Masyarakat dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah Kemendagri Telah disampaikan melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No /5855/IV/Bangda pada Juli 2013 tentang Penetapan Perda RTRW Provinsi Kemen LH 2012 Rancangan pedoman dalam tahap finalisasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup BIG 2012 Telah selesai disusun BIG Telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial pada Juni 2014 Kementerian Kelautan & Perikanan Kemenhut, Kemendagri, Kemen PU Workshop Nasional Akselerasi Penyusunan RZWP-3-K pada November 2013 Lokakarya Nasional Penyelarasan Implementasi UU No. 27/2007 dan UU No. 26/2007 pada Desember 2013 Sedang disiapkan rancangan tata cara integrasi RTRW dengan RZWP-3-K Diterbitkan Inpres No. 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota Dioperasionalisasi dengan SEB Percepatan Penyelesaian Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui Penerapan Kawasan yang Belum Ditetapkan Perubahan Peruntukan Ruangnya (Holding Zone) 36

45 No Agenda Kegiatan BKPRN 12 Penyusunan instrumen pemantauan dan evaluasi penataan ruang kawasan nasional serta Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota 13 Penyiapan/pengadaan peta Kawasan Hutan skala 1: Koordinator Tahun Pelaksanaan hingga Desember Tahun 2014 Pelaksanaan Kemen PU Dalam tahap penyusunan BIG Telah disusun Peta Dasar kehutanan dengan Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1: Peninjauan kembali Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur Kemen PU 2014 Peninjauan kembali merekomendasikan revisi Materi teknis revisi ditargetkan selesai akhir Penyusunan Roadmap Penyelesaian RTR KSN Kemen PU 2014 Status penyelesaian RTR KSN disampaikan oleh Kementerian PU kepada Sekretariat BKPRN setiap 1 bulan 16 Pelaksanaan rapat lintas pokja BKPRN untuk fasilitasi Bappenas 2014 Telah dilaksanakan rapat lintas pokja BKPRN pada Februari 2014 percepatan penetapan Perda RTRW 17 Pedoman Persetujuan substansi RZWP-3-K Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditetapkan melalui Peraturan Menteri KP No. 34/PERMEN-KP/2014 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 18 Fasilitasi integrasi kawasan hutan dalam pola ruang RTRW Prov/Kab/Kota 19 Fasilitasi advokasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) Kemenhut Telah dilakukan fasilitasi di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Maluku, dan Papua Barat Kementan Telah dilakukan sosialisasi LP2B di Provinsi Maluku Utara, Gorontalo, dan Papua Barat Dalam proses penyusunan draft Pedoman Teknis Insentif Disinsentif LP2B 20 Diseminasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kemen LH Telah dilakukan sosialisasi pada forum BKPRN dan beberapa daerah (Semester I/2014) Telah dilakukan asistensi teknis penyusunan KLHS di daerah 21 Diseminasi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulaupulau Kecil (RZWP-3-K) B Kementerian Kelautan dan Perikanan Penguatan Kelembagaan Penataan Ruang Nasional dan Daerah Telah dilakukan sosialisasi pada forum BKPRN pada Maret Pembentukan Pokja BKPRN Kemen PU 2009 Ditetapkan melalui Peraturan Menko Perekonomian No. Per-02/M.EKON/10/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKPRN, dan ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri PU selaku Ketua Tim Pelaksana BKPRN No. 275/KPTS/M/2011 tentang Perubahan Keputusan Keputusan Menteri PU selaku Ketua Tim Pelaksana BKPRN No. 339/KPTS/M/2010 tentang Pembentukan Pokja BKPRN 2 Pemantapan kesekretariatan BKPRN Bappenas Telah diterbitkan Keputusan Menteri PPN/Kepala Bappenas selaku Sekretaris BKPRN Nomor KEP.46/M.PPN/HK/03/2013 tentang Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN 3 Penyelenggaraan Raker BKPRD Kemendagri 2012 Telah dilaksanakan pada Oktober 2012 di Pekanbaru, Riau 37

46 No Agenda Kegiatan BKPRN Koordinator Tahun Pelaksanaan Pelaksanaan hingga Desember Tahun Penyelenggaraan Raker Regional BKPRN Kemendagri 2012 Telah dilaksanakan pada 8-10 Oktober 2012 di Makassar 5 Penyelenggaraan Rakernas BKPRN Kemendagri 2013 Telah dilaksanakan pada 7 November 2013 di Jakarta 6 Rapat Kerja Regional BKPRN wilayah Barat dan Timur Kemendagri 2014 Telah dilaksanakan Raker Regional BKPRN Wilayah Barat pada Juni 2014 dan Raker Regional BKPRN Wilayah Timur pada September Peningkatan peran PPNS di daerah Kemen PU Telah dilakukan Diklat dengan pola 200 Jam Pelajaran (JP) dan 400 Jam Pelajaran (JP) pada Semester I/ Peningkatan kapasitas BKPRD Kemendagri Telah dilaksanakan Forum Penguatan Kapasitas Teknis Aparatur BKPRD pada Juni Pengembangan sistem informasi tata ruang nasional diantaranya melalui pengembangan e-bkprn Bappenas Penerapan e-bkprn disosialisasikan dan di-ujicoba-kan di 5 kementerian pada 2014 (Kemenko Perekonomian, Kemen PU, Kemen Dalam Negeri, Bappenas, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan) 10 Penyusunan Permendagri tentang Tata Cara Kemendagri Pedoman penyusunan SOP BKPRD dalam proses finalisasi Penyusunan SOP BKPRD 11 Evaluasi kinerja BKPRD dalam pengendalian Kemendagri 2015 Proses penyusunan dilakukan mulai tahun 2014 pemanfaatan ruang C Pendayagunaan Penataan Ruang Nasional dan Daerah 1 Penetapan Mekanisme Sinkronisasi Kawasan Hutan Dengan RTRW Daerah 2 Peningkatan peran Penataan Ruang Dalam Mengantisipasi Global Cimate Changedi Pulau Sumatera 3 Audit penataan ruang (Stocktaking) Kemenko Perekonomian 4 Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil Rakernas BKPRN Publikasi atau sosialisasi hasil studi tentang Integrasi antara Rencana Tata Ruang dengan Rencana Pembangunan 6 Pelaksanaan Rapat Triwulanan pemantauan kemajuan pelaksanaan kegiatan BKPRN Pelaksanaan Rapat Koordinasi kebijakan dan program antar K/L untuk penyusunan agenda kerja BKPRN Kemenhut 2009 Telah diterbitkan Peraturan Menteri Kehutanan No. 28/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konsultasi dalam Rangka Pemberian Persetujuan Substansi Kehutanan atas Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah Bappenas Telah tersusun Rencana Aksi Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera Tahun 2009, telah dilaksanakan Stocktaking di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010, telah dilaksanakan Stocktaking di 7 Provinsi sesuai dengan amanat Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 Bappenas 2012 Telah disusun Agenda Kerja BKPRN Bappenas 2012 Telah dipublikasikan dalam Buletin Tata Ruang, serta Buletin Tata Ruang dan Pertanahan Telah disosialisasikan melalui leaflet dalam berbagai forum penataan ruang nasional dan daerah Bappenas Pemantauan pelaksanaan Agenda Kerja BKPRN dilaksanakan melalui penyampaian surat dari Sekretariat BKPRN kepada K/L anggota BKPRN Bappenas Telah dilaksanakan pada Februari

47 No Agenda Kegiatan BKPRN Koordinator Tahun Pelaksanaan Pelaksanaan hingga Desember Tahun Kajian pelaksanaan UU 27/2007 dan implikasinya Bappenas 2014 Telah terlaksana dan direkomendasikan strategi integrasi RTRW dengan RZWP-3-K terhadap implementasi UU 26/ Percepatan penyelesaian penetapan Perda RZWP3K Bappenas 2014 Tersusunnya roadmap integrasi RTRW dengan RZWP-3-K D Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pemanfaatan Ruang 1 Penyelesaian sengketa dan konflik pemanfaatan Kemenko Dilakukan melalui pembahasan dalam forum Pokja 4 BKPRN ruang Perekonomian 2 Penyusunan Pedoman Tata Kerja BKPRN Dalam Kemenko 2014 Telah dilaksanakan FGD di Solo pada Juni 2014 dan Medan pada September Penyelesaian Konflik Pemanfaatan Ruang Perekonomian 2014 sebagai bahan penyusunan pedoman Tengah dilakukan penyusunan rancangan awal SOP Konflik Pemanfaatan Ruang 3 Evaluasi pelaksanaan inventarisasi hasil audit Kemen PU 2012 Telah dibentuk tim audit tata ruang Jabodetabekpunjur pemanfaatan ruang (Stocktaking) 4 Penyelesaian masalah kekosongan hukum RTRW Kemenko Perekonomian, Kemen PU 5 a. Penetapan kesepakatan untuk menunda pemberian izin baru sementara menunggu penetapan Perda RTRW b. Revisi peta indikatif penundaan izin baru c. Penyelesaian mekanisme penyelesaian masalah alih fungsi lahan Kemenko Perekonomian 2012 Telah diterbitkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri mengenai pemberian dispensasi penggunaan Perda RTRW lama 2012 Diterbitkan Inpres No. 10 Tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Ditetapkan revisi III Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain 6 Fasilitasi penyelesaian tata batas kawasan hutan Kemenhut Telah dilaksanakan sosialisasi penyelesaian tata batas kawasan hutan pada forum BKPRN pada Mei Fasilitasi finalisasi dan penetapan SEB Percepatan Penyelesaian Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui Penerapan Kawasan yang Belum Ditetapkan Perubahan Peruntukan Ruangnya (Holding Zone) Kemenko Perekonomian 2014 Penetapan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Kehutanan pada tanggal 17 Maret 2014 dan Penyampaian SEB kepada seluruh Gubernur dan Bupati/Walikota di Seluruh Indonesia. Sumber: diolah dari hasil pelaksanaan K/L yang bersangkutan 39

48 LAMPIRAN 5: Status Penetapan BKPRD Provinsi LAPORAN KEGIATAN BKPRN No. Provinsi Pembentukan BKPRD 1 Aceh SK Gubernur No. 050/07/ Sumatera Utara SK Gubernur No /543/KPTS/ Sumatera Barat SK Gubernur No Sumatera Selatan SK Gubernur No. 599/KPTS/Bappeda/ Riau SK Gubernur No. 759/III/ Kepulauan Riau SK Gubernur No. 245/ Jambi SK Gubernur No. 305/Kep. Gub/Bappeda/ Bengkulu SK Gubernur No. B.2425.XXVII Tahun Bangka Belitung SK Gubernur No. 6 Tahun Lampung SK Gubernur No. G/293/11.01/HK/ Banten SK Gubernur No /Kep.760-Huk/ DKI Jakarta SK Gubernur No Tahun Jawa Barat SK Gubernur No. 120/Kep. 697.Bapp/ Jawa Tengah SK Gubernur No. 650/27/ DIY SK Gubernur No. 87/Kep/ Jawa Timur SK Gubernur No. 188/246/KPTS/013/ Kalimantan Barat SK Gubernur No. 1/BAPPEDA/ Kalimantan Selatan SK Gubernur No /0272/KUM/ Kalimantan Tengah SK Gubernur No. 05/ Kalimantan Timur SK Gubernur No. 650/K.397/ Sulawesi Selatan SK Gubernur No. 651/V/ Sulawesi Tengah SK Gubernur No. 050/342/Bappeda-G.ST/ Sulawesi Tenggara SK Gubernur No. 81 Tahun Sulawesi Utara SK Gubernur No. 73 Tahun Sulawesi Barat SK Gubernur No. 54 Tahun Gorontalo SK Gubernur No. 274/18/VI/ Bali SK Gubernur No. 231/02-C/HK/ NTB SK Gubernur No. 13 Tahun NTT SK Gubernur No. 14/KEP/HK/ Maluku SK Gubernur No. 05 Tahun Maluku Utara SK Gubernur No /KPTS/MU/ Papua SK Gubernur No. 121 Tahun Papua Barat SK belum sesuai Permendagri 50/ Kalimantan Utara Belum membentuk BKPRD Sumber: Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri 40

49 41

50

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (14) PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAKERNAS BKPRN Jakarta, 7 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Berdasarkan Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2009, Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) memiliki tugas untuk melakukan koordinasi lintas sektor dalam bidang penataan

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN

PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN LATAR BELAKANG BKPRD merupakan lembaga ad-hoc lintas sektor yang dibentuk sebagai respon atas kebutuhan berbagai instansi pemerintah dalam menangani masalah

Lebih terperinci

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Direktur Tata

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) 6619431 6623480 M E D A N - 20222 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG

Lebih terperinci

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menserasikan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Isi PEDOMAN TATA KERJA SEKRETARIAT BKPRN

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Isi PEDOMAN TATA KERJA SEKRETARIAT BKPRN Kata Pengantar BKPRN merupakan lembaga yang ditugasi untuk melakukan koordinasi lintas sektor dalam bidang penataan ruang sesuai amanat Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2009 tentang BKPRN. Sesuai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BKPRN. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional PROSIDING. Pilot Survey Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN. Nusa Tenggara Barat, 23 Desember 2014

BKPRN. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional PROSIDING. Pilot Survey Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN. Nusa Tenggara Barat, 23 Desember 2014 BKPRN Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional PROSIDING Pilot Survey Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN Nusa Tenggara Barat, 23 Desember 2014 Jakarta, Januari 2015 Daftar Isi I. PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI PERAIRAN LAUT

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI PERAIRAN LAUT KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI PERAIRAN LAUT Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 oleh Eko Budi Kurniawan Kasubdit Pengembangan Perkotaan Direktorat Perkotaan Direktorat Jenderal Penataan Ruang disampaikan dalam

Lebih terperinci

Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait dengan UUPR (UUPA, UU Pertambangan, UU LH, dll.)

Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait dengan UUPR (UUPA, UU Pertambangan, UU LH, dll.) Peraturan Pelaksanaan UUPR : Catatan Singkat Tentang Progres Penyusunan RPP tentang Peraturan Pelaksanaan UUPR Oleh : DR. Dadang Rukmana Kepala Bagian Hukum, Ditjen Penataan Ruang Undang Undang Nomor 26

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, B U P A T I K U D U S PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN CILACAP BABI KETENTUAN UMUM.

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN CILACAP BABI KETENTUAN UMUM. BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR - TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Oleh: Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas Disampaikan pada Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan BKPRD 1 Palembang,

Lebih terperinci

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SELAKU SEKRETARIS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL,

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SELAKU SEKRETARIS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SELAKU SEKRETARIS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL NOMOR KEP. 46/M.PPN/HK/03/2013 TENTANG

Lebih terperinci

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) Disampaikan oleh : Dr. H. Sjofjan Bakar, MSc Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Pada Acara

Lebih terperinci

Laporan Koordinasi Strategis BKPRN Tahun 2014

Laporan Koordinasi Strategis BKPRN Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penataan ruang di Indonesia dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang ini telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek pembangunan nasional,

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN KOORDINASI

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMANTAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT BAB VIII KELEMBAGAAN DAN PERAN MASYARAKAT 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penyelenggaraan penataan ruang. Proses penyelenggaraan penataan ruang memerlukan lembaga

Lebih terperinci

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG Oleh : Ir. DIAH INDRAJATI, M.Sc Plt.

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 Percepatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial untuk Mendukung Prioritas Pembangunan Nasional Berkelanjutan Jakarta, 21 Maret

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamb

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1184, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT

PENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT PENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT Dr. Ir. M. Basuki Hadimulyono, MSc Direktur Jenderal Penataan Ruang Disampaikan pada : Focus Group Discussion (FGD) Tata Ruang Pada Lahan Gambut K E M E N T E R I A N P E

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116 TAHUN 2017 TENTANG KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Click to edit Master title style

Click to edit Master title style KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ Click to edit Master title style BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Kebijakan Penataan Ruang Jabodetabekpunjur Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bogor,

Lebih terperinci

REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu-

REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu- ASISTEN DEPUTI URUSAN PENATAAN RUANG DAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Jakarta, 12 Februari 2014 Pengembangan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI

Lebih terperinci

Perkembangan Penelitian Terpadu Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP

Perkembangan Penelitian Terpadu Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP SEJAK BERLAKUNYA UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya pasal 78, hampir semua provinsi di luar Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengajukan usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN Oleh RR. Rita Erawati, S.H., LL.M. Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam, Kedeputian Bidang Perekonomian Sekretariat Kabinet Makassar,

Lebih terperinci

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Temu Konsultasi Triwulan I Bappenas Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Tahun

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I No.1273, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KOMINFO. ORTA. UPT Monitor Frekuensi Radio. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG Oleh : MENTERI DALAM NEGERI Pada Acara: Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL

PEDOMAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL SALINAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS SELAKU SEKRETARIS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL NOMOR KEP. 46/M.PPN/HK/ /M.PPN/HK/03 03/2013 TANGGAL 14 MARET 2013 PEDOMAN TATA KERJA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

ZâuxÜÇâÜ ]tãt UtÜtà GUBERNUR JAWA BARAT,

ZâuxÜÇâÜ ]tãt UtÜtà GUBERNUR JAWA BARAT, ZâuxÜÇâÜ ]tãt UtÜtà PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 80 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PEMBERIAN REKOMENDASI UNTUK PERSETUJUAN SUBSTANSI RENCANA TATA RUANG KABUPATEN/KOTA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyerasikan dan mensinergikan

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyerasikan dan mensinergikan GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2H TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI

Lebih terperinci

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017 SEKRETARIAT TIM PKSP-2017 HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA TAHUN 2016

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan No.1864, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Perwakilan. Orta. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kawasan Pantai Utara Jakarta ditetapkan sebagai kawasan strategis Provinsi DKI Jakarta. Areal sepanjang pantai sekitar 32 km tersebut merupakan pintu gerbang dari

Lebih terperinci

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Lebih terperinci

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Cirebon, 22 Desember 2015 OUTLINE PEMBAHASAN 1 SIPD DALAM UU 23 TAHUN 2014 2 PERMENDAGRI 8/2014 TENTANG SIPD AMANAT UU 23 TAHUN 2014 Pasal 274: Perencanaan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Penetapan Perda tentang RTRWP dan RTRWK. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH O l e h : M e n t e ri A g r a r i a d a n Ta t a R u a n g

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK Lien Rosalina KEPALA PUSAT PEMETAAN & INTEGRASI TEMATIK BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Workshop One Data GHG

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik

Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik Oleh : Budi Santoso, SH, LL.M (Ombudsman RI Bid.Penyelesaian Laporan/Pengaduan) Jakarta, 24 Juli 2013 Rekapitulasi

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah serta Peranan SKMPP ATR sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi Oleh: Ir. Raden M. Adi Darmawan, M.Eng.Sc Plt. Direktur Penertiban

Lebih terperinci

OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN

OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN Disampaikan dalam Sosialisasi Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Padang, 16 April 2014 OUTLINE Definisi, Peran dan Fungsi RTR Pulau Sumatera

Lebih terperinci

MODEL KELEMBAGAAN INSTANSI LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH

MODEL KELEMBAGAAN INSTANSI LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH MODEL KELEMBAGAAN INSTANSI LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH Herman Hermawan Kepala Pusat Kebijakan Strategis KLHK Email: pusjakstra@gmail.com Rapat Regional Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Wilayah Barat

Lebih terperinci

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas I. Pendahuluan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

EVALUASI RANCANGAN PERDA DAN PEMBATALAN PERDA TENTANG TATA RUANG DAERAH

EVALUASI RANCANGAN PERDA DAN PEMBATALAN PERDA TENTANG TATA RUANG DAERAH LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 28 TAHUN 2008 TANGGAL : 30 Mei 2008 EVALUASI RANCANGAN PERDA DAN PEMBATALAN PERDA TENTANG TATA RUANG DAERAH A. Pendahuluan Pasal 189 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Bersama Menata Indonesia yang Lebih Baik Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS Priyadi Kardono Kepala Badan Informasi Geospasial Disampaikan dalam

Lebih terperinci

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta, 7 Februari 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Direktif Presiden tentang Penyusunan Masterplan Visi Indonesia 2025 Kedudukan Masterplan dalam Kerangka

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2015 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2015 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2015 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.538,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 10/PER/M.KOMINFO/03/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 03 /PER/M.KOMINFO/03/2011

Lebih terperinci

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016

KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sumber Daya Air untuk Mendukung Ketahanan Air, Ketahanan Pangan dan Ketahanan Energi. ***

Lebih terperinci

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta, 6 November 2012 Wilayah Pesisir Provinsi Wilayah Pesisir Kab/Kota Memiliki 17,480 pulau dan 95.181 km panjang garis pantai Produktivitas hayati tinggi dengan keanekaragaman hayati laut tropis

Lebih terperinci

MODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR

MODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR 0 2 5 12 15 24 25 PENDAHULUAN EVALUASI MATERI TEKNIS EVALUASI RAPERDA EVALUASI PETA PEMBENTUKAN TIM UNTUK PENILAIAN KEAN SUBSTANSI REFERENSI DASAR HUKUM PENILAIAN KEAN SUBSTANSI TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. 13, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

Rakornas IG, Jakarta, 27 April 2016

Rakornas IG, Jakarta, 27 April 2016 KEBIJAKAN SATU P ETA (Perpres No. 9/2016) - Teknis Implementasi Renaksi Kebijakan Satu Peta - RKP Tahun 2017 UNTUK 19 K/L Rakornas IG, Jakarta, 27 April 2016 BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Ruang Lingkup Kebijakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2011 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

Jakarta, Desember Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, kami mampu menyelesaikan tugas untuk melaksanakan kegiatan koordinasi penataan ruang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU MELALUI PENYUSUNAN RPI2JM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN RTRW

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU MELALUI PENYUSUNAN RPI2JM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN RTRW IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU MELALUI PENYUSUNAN RPI2JM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN RTRW Yogyakarta, 21 Oktober 2014 Direktur Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL NOMOR : PER-02/M.EKON/10/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KOORDINASI PENATAAN

Lebih terperinci