RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN"

Transkripsi

1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMK Negeri 5 Balikpapan Kelas/Semester : X / 1 Mata Pelajaran : Dasar-dasar Budidaya Topik : Potensi Budidaya Perairan Jumlah Pertemuan : 3 Pertemuan Alokasi waktu : A. Kompetensi Dasar Menganalisis potensi budidaya perairan berdasarkan sumberdaya alam, ekonomi dan sosial B. Indikator Pencapaian Kompetensi Melakukanan analisis potensi budidaya perairan berdasarkan salinitas Melakukan analisis potensi budidaya perairan berdasarkan habitat Mengidentifikasi potensi perairan berdasarkan komoditas C. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: Menganalisis potensi budidaya perairan berdasarkan salinitas Menganalisis potensi budidaya perairan berdasarkan habitat Mengetahui potensi budidaya perairan berdasarkan komoditas D. Materi Ajar Pertemuan 1 : Potensi budidaya perairan berdasarkan salinitas Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas perairan hampir dua pertiga dari luas wilayahnya yaitu sekitar 70%. Wilayah perairan di Indonesia berdasarkan kandungan kadar garamnya atau salinitas dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis perairan yaitu perairan tawar, perairan payau dan perairan laut. Dari ketiga jenis perairan tersebut dapat dihasilkan suatu produksi perikanan yang memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Potensi perikanan budidaya secara nasional diperkirakan sebesar 15,59 juta hektar (Ha) yang terdiri dari potensi air tawar 2,23 juta ha, air payau 1,22 juta ha dan budidaya laut 12,14 juta ha. Pemanfaatannya hingga saat ini masing-masing baru 10,1 persen untuk budidaya ikan air tawar, 40 persen pada budidaya air payau dan 0,01 persen untuk budidaya laut, sehingga secara nasional produksi perikanan budidaya baru mencapai 1,48 juta ton. Oleh karena itu, untuk tahun 2006 Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, menurut Freddy Numberi (2006), akan menargetkan produksi perikanan pada tahun 2006 mencapai 7,7 juta ton atau meningkat sebesar 13%, yang terdiri dari produksi perikanan tangkap sebesar 5,1 juta ton dan produksi perikanan budidaya sebesar 2,6 juta ton, serta konsumsi ikan menjadi 28kg/kapita/tahun.

2 Pertemuan 2 : Potensi budidaya perairan berdasarkan habitat Potensi Budidaya Perairan (Akuakultur) terdiri dari potensi perairan laut bagi pengembangan marikultur yang diperkirakan mencapai ha (tersebar di 26 Propinsi di Indonesia), potensi akuakultur air payau dengan sistem tambak mencapai ha dan potensi akuakultur air tawar dengan sistem kolam tanah, karamba dan KJA yang mencapai ± ha. Potensi Produksi Lestari dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Indonesia Jenis Kegiatan Perikanan Luas Perairan (Juta Ha) Potensi Produksi (Juta ton/thn) Produksi tahun 2003 (Juta ton/thn) Tingkat Pemanfaatan (%) Perikanan Laut (tangkap) Laut Perairan umum (Inland Openwater) ,4 0,9 4,1 0, Total 634 7,3 4,6 - Perikanan Budidaya (aquaculture) Laut (Mariculture) Tambak (payau / Brackishwater) Perairan umum (Inland Openwater) dan tawar Kolam (Freshwater Pond), Sawah (Paddy Field) ,7 Total 38,7 57,7 1,4 - Total seluruhnya 672, Sumber: Dahuri, ,7 0,7 0,4 0,3 1,5 8,0 5,5 Tingkat pemanfaatan perikanan tangkap di laut telah mencapai 4,1 % juta ton atau 63% sebenarnya merupakan lampu kuning karena hanya sekitar 80% ikan yang boleh ditangkap. Itu berarti hanya tersisa 20% sumber daya ikan. Sementara sumber daya perikanan tangkap di perairan umum, tingkat pemanfaatannya telah mencapai 55%.karena itu produksi perikanan dapat ditingkatkan melalui usaha budidaya perairan di air tawar, payau maupun laut. Potensi lahan yang luas dan beragamnya komoditas budidaya yang dapat dikembangkan merupakan suatu usaha yang prospektif. Potensi perikanan Indonesia yaitu laut dan perairan umum/tawar diperkirakan mencapai 65 juta ton/tahun yang nilainya diperkirakan mencapai juta dolar AS. Tahun 2004 produksi ikan Indonesia baru mencapai 6 juta ton atau 9% dari potensi produksi. tetapi angka tsb seakan tidak menunjukkan kenyataan sebenarnya.jika dilihat dari produksi Indonesia jauh dibawah Negara-negara tetangga yang luas lautnya lebih

3 kecil, volume ekspor lebih rendah, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih rendah serta ketidakmampuan melindungi sumber daya perikanan sehingga menjadi lahan subur pencurian (illegal fishing). Bahkan devisa yang diperoleh pemerintah jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah devisa yang hilang akibat pencurian ikan. Tingkat konsumsi ikan masyarakat Jepang dan Maladewa (selatan-barat daya India) sangat tinggi dibandingkan negara lain.bahkan bangsa Eskimo di Greenland hampir tidak pernah terkena serangan jantung karena hampir seluruh makanannya berasal dari ikan Pada perikanan tangkap telah terjadi ketidakseimbangan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan antar kawasan dan antar jenis sumber daya. Di sebagian wilayah telah terjadi gejala tangkap lebih (over fishing) seperti di Laut Jawa dan Selat Malaka, sedangkan di sebagian besar wilayah timur tingkat pemanfaatannya masih di bawah potensi lestari. Kondisi over fishing ini tidak hanya disebabkan karena tingkat penangkapan yang melampaui potensi lestari sumberdaya perikanan, tetapi juga disebabkan karena kualitas lingkungan laut sebagai habitat hidup ikan mengalami penurunan atau kerusakan akibat pencemaran dan degradasi fisik ekosistem perairan sebagai tempat pemijahan, asuhan, dan mencari makan bagi sebagian besar biota laut tropis. Pertemuan 3 : Potensi budidaya perairan berdasarkan komoditas Biota yang dibudidayakan antara lain ikan, moluska, krustacea, algae, holothuroide, ekinoide.kelompok biota yang paling banyak dibudidayakan adalah ikan Jumlah ikan yang terbesar baik dalam hal spesies (jenis) maupun wadah pemeliharannya. Tetapi dalam volume produksi dan nilainya udang yang paling tertinggi pada tahun 2004 mencapai ton yaitu udang galah dan udang vannamei. Ikan yang akan dibudidayakan adalah ikan yang telah mengalami domestikasi dalam lingkungan budidaya. Domestikasi adalah pemindahan suatu organisme dari habitat lama ke habitat baru dalam hal ini manusia biasa memperoleh ikan dengan cara mengambil dari alam kemudian dipelihara dalam suatu lingkungan yang terbatas yaitu kolam pemeliharaan. Suatu jenis ikan dalam sistem budidaya ikan dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat domestikasinya menjadi empat tingkat yaitu : 1. Domestikasi sempurna, yaitu apabila seluruh siklus hidup ikan sudah dapat dipelihara di dalam sistem budidaya. Contoh beberapa jenis ikan asli Indonesia yang sudah terdomestikasi sempurna antara lain adalah ikan gurame, ikan baung dan bandeng. 2. Domestikasi dikatakan hamper sempurna apabila seluruh siklus hidupnya sudah dapat dipelihara di dalam sistem budidaya, tetapi keberhasilannya masih rendah.ikan asli Indonesia yang terdomestikasi hampir sempurna antara lain adalah ikan betutu,balashark dan arwana. 3. Domestikasi belum sempurna apabila baru sebagian siklus hidupnya yang dapat dipelihara di dalam sistem budidaya.contohnya antara lain adalah ikan Napoleon, ikan hias laut,ikan tuna. 4. Belum terdomestikasi apabila seluruh siklus hidupnya belum dapat dipelihara di dalam system budidaya.

4 Jenis-jenis ikan yang sudah dapat dibudidayakan di Indonesia sangat banyak jumlahnya ada yang berasal dari perairan Indonesia asli atau diintroduksi dari negara lain.jenis ikan introduksi yang sudah terdomestikasi secara sempurna di Indonesia adalah ikan Mas dan ikan Nila. Dengan banyaknya jenis ikan yang sudah terdomestikasi secara sempurna akan memudahkan manusia untuk melakukan kegiatan pengembangbiakan. Pengembangbiakan ikan budidayadapat dilakukan dengan cara tradisional, semi intensif atau intensif. Dengan melakukan pengembangbiakan ikan maka ketersediaan benih ikan secara kualitas dan kuantitas akan memadai. Penyediaan benih ikan budidaya saat ini dapat dilakukan oleh masyarakat dengan cara menangkap benih ikan dari alam (sungai, danau, laut dan sebagainya) atau dengan cara melakukan proses pemijahan ikan di dalam wadah budidaya. Pemijahan ikan budidaya di dalam wadah budidaya dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu pemijahan ikan secara alami,pemijahan ikan secara semi buatan, dan pemijahan ikan secara buatan. A. Ikan Jenis ikan yang paling banyak dibudidayakan adalah ikan air tawar sedangkan ikan air laut masih sedikit. 1. Ikan air tawar Ikan yang dibudidayakan adalah ikan konsumsi dan ikan hias, baik yang berasal dari ikan ikan introduksi maupun ikan asli. Ikan introduksi adalah ikan yang bukan biota asli Indonesia yang didatangkan dari berbagai negara.dalam perkembangannya ikan introduksi menjadi ikan yang lebih populer dibandingkan ikan local. Hal ini disebabkan: 1. Ikan introduksi seperti mas, lele, dan nila menjadi ikan konsumsi yang penting bagi masyarakat Indonesia dan telah dibudidayakan hamper diseluruh provinsi 2. Beberapa ikan introduksi telah dipelihara di Negara lain sehingga tekhnologi pembudidayaannya telah dikuasai terutama pembenihan dan pakan 3. Mudah dipijahkan baik secara alami maupun buatan 4. Dapat tumbuh mencapai ukuran yang besar 5. Dapat dipelihara di berbagai wadah budidaya misalnya ikan mas dapat dipelihara di kolam, kolam air deras, keramba, sangkar, keramba jarring apung dan sawah dalam bentuk pola mina padi Contoh ikan asli Indonesia: baung, jelawat, betutu, arwana, patin, tambakan, tawes, gabus, toman, gurami, lele local, udang galah Contoh ikan introduksi: ikan mas, nila, jambal siam, lele dumbo, bawal air tawar, Ikan yang paling banyak diproduksi, baik volume maupun nilainya adalah ikan ikan introduksi seperti mas, nila, lele dumbo, jambal siam, bawal air tawar sedangkan jenis ikan asli dari perairan umum hanya ikan gurami, tawes. Beberapa ikan asli yang berekonomis tinggi yang baru mulai dibudidayakan.betutu, baung, arwana dan patin Berbagai jenis ikan air tawar yang dibudidayakan: a. Arwana (Scleropages formosus) b. Bawal air tawar (Colossoma macropomum) c. Baung (Mystus nemurus) d. Belut sawah (Fluta alba / Monopterus alba) e. Betok (Anabas testudineus)

5 f. Betutu (Oxyeleotris marmorata) g. Gabus / haruan / gapo (Channa striata / Ophiocephalus striata) dan toman (Channa micropeltes / Ophiocephalus micropeltes) h. Gurami (Osphronemus gouramy) i. Jambal siam (Pangasius sutchi / Pangasius hypopthalmus) j. Jelawat (Leptobarbus hoevenii) k. Karper rumput / grass crap (Ctenopharyngodon idellus) l. Lele : lele local (Clarias batrachus), lele dumbo (Clarias gariepinus) m. Mas / karper (Cyprinus carpio) n. Mola / silver carp (Hypopthalmichthys molitrix) o. Nila (Oreochromis Nilotica) p. Nilem (Osteochilus hasseltii) q. Patin (Pangasius djambal / P. pangasius) r. Sidat (Aquilla sp) s. Sepat: sepat siam (Trichogaster pectoralis) t. Tambakan (Helostoma temminckii) u. Tawes (Barbodes gonionotus) v. Ikan hias air tawar jenis introduksi antara lain koi (Cyprinus carpio), koki (Carrasius auratus), black tetra (Gymnocorymbus ternetzi), manvis (Pterophyllum scalare), black ghost (Apteronotus albifrons), ikan hias air tawar jenis ikan local arwana, betok, botia (Botia macracantha), cupang (Trichopsis vittatus), sepat mutiara (Trichogaster leeri /Trichopus leeri) 2. Ikan laut Jenis ikan ini masih terbatas jumlahnya.beberapa jenis masih dalam tahap percobaan seperti napoleon (Cheilinus undulatus), tuna (Thunnus sp) serta beberapa jenis kakap dan kerapu Berbagai jenis ikan air laut yang dibudidayakan: a. Bandeng / milk fish (Chanos chanos), b. Beronang / soganids / rabbit fish (Siganus sp), c. kakap: kakap putih / barramundi / seabass (Lates Calcalifer), kakap merah / mangrove red snapper (Lates altifrontalis), kakap tambak (lutjanus argentimaculatus) d. Cobia / gabus laut / cobias (Rachycentron canadum) e. Kerapu: kerapu bebek / kerapu tikus (Cromileptes Altivelis), kerapu sunu (Plectropoma maculates / Plectropoma leopardus), kerapu lumpur (Epinephelus suillus), Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) f. Kuda laut (Hippocampus sp) g. Kuwe: Kuwe putih (Caranx melampygus), kuwe tarkulu (Caranx sexfasciatus), kuwe macan (Gnatodon speciosus), Kuwe rombeh (Alectis indicus), kuwe ramping (Caranx ciliarius), Kuwe biasa (Caranx chrysophrys) h. Nila merah / red tilapia (Oreochromis niloticus) i. Titang (Scatophagus argus) j. Ikan hias laut seperti botana biru (Acanthurus glaucopareius), moris (Zanclus canescene), triger matahari (Rhinecanthus aculeatus),keling tanduk (Novaculichthys taeniorus), Skorpion radiate (Pterois radiata)

6 B. Moluska 1. Abalon (Haliostis assinina) 2. Kerang bakau atau tiram/ oyster (Crassostrea iredalei) 3. Kerang darah / kerang dagu / cockle (Anadara granosa) C. Krustacea 4. Kerang hijau (Mytilus viridis /Mytilus smaragdinus) 5. Kerang mutiara (Pinctada Maxima) 6. Kima / giant clam (Tridacna spp) 7. Sotong (Sepia aculeate) dan cumicumi (Loligo sp) 8. Tiram mabe / wing s oyster (Pteria penguin) 1. Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) 2. Udang Windu (Panaeus monodon) 3. Udang putih / udang vannamaei (Litopenaeus vannamei) 4. Udang barong /Lobster (Panulirus homarus) 5. Lobster air tawar (Cherax monticola) 6. Kepiting bakau (Scylla serrata) 7. Rajungan (Portunus Pelagicus) D. ALGAE Rumput laut / sea weeds : cottonii / ( Kappaphycus alvarezii /Euchema cottoni), agar agar (Eucheuma denticulatum / Eucheuma spinosum) E. HOLOTHUROIDE Teripang / ketimun laut: teripang hitam (holothuria nobilis), teripang pasir / sea cucumber (Holothuria scabra) F. EKINOIDE Bulu babi: Diadema setosum, Echinometra mathei, Tripneutustes gratilla Beberapa jenis ikan berekonomis tinggi yang sedang dikembangkan untuk dibudidayakan: Ikan air tawar : ikan hampal (hampala macrolepido), ikan tapah (Wallango leeri), ikan bungo (Glossogobius bungo), ikan belida (Notopterus notopterus), Ikan air laut: ikan tenggiri (Scomberomorus guttatus / S. commersoni), cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Euthynnus affinis), kembung (Rastrelliger kanagurta, R. brachysoma),ikan layang (Decapterus russeli, D. macrosoma, D. kurroides), selar kuning (Selaroides leptolepis), ikan tembang (Sardinella fimbriata), lemuru (Sardinella sirm, S. longiceps) dan ikan teri (Stelophorus sp) Jenis lain yang berekonomis tinggi : jenis keong lola / susu bundar (Trochus nilotica), mata bulan (Turbo marmoratus), kepala kambing (Cassis cornuta), tedong tedong (Lambis chiragra), dan keong lapar kenyang (Haliotis sp)

7 Komoditas akuakultur yang sudah lazim dibudidayakan dalam sistem budidaya di Indonesia. Kolam air tenang Kolam air deras Tambak Jaring apung Jaring tancap Keramba Kombongan Akuarium/tangki/bak Ikan mas, nila, gurami, udang galah, patin, bawal, tawes, ikan hias, tambakan, sepat, kowan, mola,sidat, pakan alami Ikan mas Udang windu, bandeng, belanak, mujair, nila, kakap putih, kerapu, rumput laut, kepiting bakau, udang galah Kerapu, kakap, udang windu, bandeng, samadar, ikan hias laut, ikan mas, nila, mujair, gurami, patin, bawal, sidat, ikan hias air tawar. Kerapu, kakap, udang windu, bandeng, samadar,ikan hias laut, ikan mas, nila, mujair, gurami, patin,bawal, sidat, ikan hias air tawar Ikan mas, nila, mujair, patin, gurami, betutu Ikan mas, ikan nila Ikan hias, benih ikan konsumsi, plankton pakan alami E. Metode Pembelajaran Metode Pembelajaran: diskusi dan penugasan Model Pembelajaran: discovery learning F. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu Pendahuluan Apersepsi 15 Menjelaskan secara umum tentang perikanan Hal hal yang berkenanaan dengan perikanan Orientasi Data tentang potensi perikanan berdasarkan salinitas Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok Inti Motivasi Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari potensi perikanan dan tujuan pembelajaran pada pertemuan 1 Eksplorasi Mengamati/membaca 150

8 Elaborasi Siswa mencari informasi tentang potensi perikanan berdasarkan salinitas Siswa mengumpulkan data tentang potensi perikanan Menanya / Diskusi kelompok Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa secara berkelompok melakukan diskusi hasil pengamatannya tentang potensi perairan berdasarkan salinitas Selama siswa bekerja di dalam kelompok, guru memperhatikan dan mendorong semua siswa untuk terlibat diskusi, dan mengarahkan bila ada kelompok yang melenceng jauh pekerjaannya. Mengasosiasi/menalar Menganalisis data potensi perairan berdasarkan salinitas Bagaimana mengembangkan potensi perikanan yang ada Mengkomunikasikan Wakil masing masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi Kelompok lain merespon atau menanggapi dengan responsif dan santun. Konfirmasi Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru Penutup Guru membuat kesimpulan dari pembahasan materi Guru mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan dengan memberikan berapa tugas: - Menayakan apakah materi yang diajar sudah dimengerti dan ada yang ditanyakan - Memberikan tes lisan Menyampaikan informasi tentang materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya 15 Pertemuan 2 Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu Pendahuluan Apersepsi 15 Menanyakan kembali pembelajaran sebelumnya Memberikan tes lisan terhadap materi sebelumnya Orientasi Data tentang potensi perairan berdasarkan habitat

9 Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok Motivasi Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari potensi perikanan dan tujuan pembelajaran pada pertemuan 2 Inti Eksplorasi Mengamati/membaca Siswa mencari informasi tentang potensi perairan berdasarkan habitat Siswa mengumpulkan data tentang potensi perairan Elaborasi Menanya / Diskusi kelompok Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa secara berkelompok melakukan diskusi hasil pengamatannya tentang potensi perikan berdasarkan habitat Selama siswa bekerja di dalam kelompok, guru memperhatikan dan mendorong semua siswa untuk terlibat diskusi, dan mengarahkan bila ada kelompok yang melenceng jauh pekerjaannya. Mengasosiasi/menalar Menganalisis data potensi perairan berdasarkan habitat Bagaimana mengembangkan potensi perikanan yang ada Mengkomunikasikan Wakil masing masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi Kelompok lain merespon atau menanggapi dengan responsif dan santun. Konfirmasi Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru Penutup Guru membuat kesimpulan dari pembahasan materi Guru mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan dengan memberikan berapa tugas: - Menayakan apakah materi yang diajar sudah dimengerti dan ada yang ditanyakan - Memberikan tes lisan Menyampaikan informasi tentang materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya

10 Pertemuan 3 Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu Pendahuluan Apersepsi 15 Menanyakan kembali pembelajaran sebelumnya Memberikan tes lisan terhadap materi sebelumnya Orientasi Data tentang potensi perairan berdasarkan komoditas Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok Motivasi Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari potensi perikanan dan tujuan pembelajaran pada pertemuan 3 Inti Eksplorasi Mengamati/membaca Siswa mencari informasi tentang potensi perairan berdasarkan komoditas Siswa mengumpulkan data tentang jenis komoditas perairan yang memiliki nilai ekonomis tinggi Elaborasi Menanya / Diskusi kelompok Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa secara berkelompok melakukan diskusi hasil pengamatannya tentang potensi perikan berdasarkan habitat Selama siswa bekerja di dalam kelompok, guru memperhatikan dan mendorong semua siswa untuk terlibat diskusi, dan mengarahkan bila ada kelompok yang melenceng jauh pekerjaannya. Mengasosiasi/menalar Menganalisis data potensi perairan berdasarkan komoditas Bagaimana mengembangkan komoditas potensi perairan yang ada Mengkomunikasikan Wakil masing masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi Kelompok lain merespon atau menanggapi dengan responsif dan santun. Konfirmasi Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru Penutup Guru membuat kesimpulan dari pembahasan materi Guru mengukur tingkat kemampuan siswa dalam

11 menerima materi yang telah disampaikan dengan memberikan berapa tugas: - Menayakan apakah materi yang diajar sudah dimengerti dan ada yang ditanyakan - Memberikan tes lisan Menyampaikan informasi tentang materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya G. Alat dan Sumber belajar Alat dan Bahan: Bahan tayang, LCD, Lembar kerja, Lembar penilaian Sumber Belajar Gusrina, Budidaya Ikan Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta Hasani, Amrul.2012.Potensi Perikanan bagi perkembangan produk ikan kota Balikpapan.Balikpapan Kordi K, M. Ghufran Budidaya Perairan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar Teknik Penilaian : pengamatan, fortopolio, tes tertulis Kunci dan pedoman skor Prosedur Penilaian : - Sikap - Pengetahuan - Keterampilan Instrumen penilaian hasil belajar 1. Aspek Sikap Indikator sikap aktif dalam pembelajaran 1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam diskusi 2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam diskusi tetapi belum ajeg/konsisten 3. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan tugas kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten Indikator sikap bekerjasama dalam kegiatan kelompok. 1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok. 2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi masih belum ajeg/konsisten. 3. Sangat baik jika menunjukkan adanya usaha bekerjasama dalam kegiatan kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten.

12 Indikator sikap toleran dalam kegiatan kelompok. 1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk menghargai dengan bersikap responsif dan santun terhadap kelompok lain. 2. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menghargai dengan bersikap responsif dan santun terhadap kelompok lain tetapi masih belum ajeg/konsisten. 3. Sangat baik jika menunjukkan adanya usaha menghargai dengan bersikap responsif dan santun terhadap kelompok lain secara terus menerus dan ajeg/konsisten. Bubuhkan tanda pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan. No Nama Siswa Sikap Aktif Bekerjasama Toleran KB B SB KB B SB KB B SB Keterangan: KB : Kurang baik (0-69) B : Baik (70-85) SB : Sangat baik (86-100) 2. Aspek Pengetahuan/kognitif : tes tertulis (essay) Soal Test Nilai Bobot Hasil Keterangan 1. Sebutkan 3 biota Keramba Jaring Apung di laut? 2. Ekosistem khas di teluk disebut? 3. Terletak dilingkungan perairan manakah tambak? 4. Sebutkan ciri-ciri teluk? Jawaban : 1 Ikan kakap putih, kerapu Lumpur, napoleon 2 Estuari 3 Pesisir 4 Lokasi yang relative terlindung dari gangguan arus, angin, dan gelombang Soal Test 1. Apa yang dimaksud dengan kolong? 2. Lahan sawah digunakan membudidayakan ikan disebut? 3. Sebutkan contoh genangan air yang dapat digunakan budidaya biota air? 4. Apa yang dimaksud dengan embung? Nilai Bobo t Hasi l Keterangan

13 Jawaban : 1 Cekungan di permukaan tanah yang terjadi akibat proses penggalian bahan tambang atau tanah urug 2 Mina padi 3 Kolam tadah hujan, kolong, parit atau saluran air, embung 4 Tempat penampungan air yang dibangun manusia untuk menampung air selama musim hujan. Soal Test Nilai Bobot Hasil Keterangan 1.Berapa potensi perikanan Indonesia perikanan di Indonesia? 2.Berapa persen tingkat pemanfaatan budidaya untuk tambak? 3. Berapa luas lahan untuk budidaya laut di Indonesia? 4. Berapa potensi produksi budidaya perairan umum? Jawaban : 1 65 juta ton / tahun 2 8 persen 3 24 juta hektar 4 5,7 juta ton / tahun Skor nilai Skor minimum soal evaluasi : 20 Skor maksimum soal evaluasi : 30 Skor akhir = jumlah skor nilai x Keterampilan Waktu Pengamatan : selama pembelajaran berlangsung Indikator terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan menumpuk dan mengangkut bahan pertanian 1. Kurangterampiljika sama sekali tidak dapat menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan 2. Terampiljika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan 3. Sangat terampill,jika menunjukkan adanya usaha untuk konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan

14 Bubuhkan tanda pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan. No Nama Siswa Keterampilan Menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah KT T ST Keterangan: KT : Kurang terampil ( 0-69) T : Terampil (70-85) ST : Sangat terampil (86-100)

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi Definisi Akuakultur Berasal dari bahasa Inggris: aquaculture Aqua: perairan, culture: budidaya Akuakultur : kegiatan untuk memproduksi biota (organisme)

Lebih terperinci

4 KERAGAAN USAHA PERIKANAN BUDIDAYA DI JAWA BARAT

4 KERAGAAN USAHA PERIKANAN BUDIDAYA DI JAWA BARAT 4 KERAGAAN USAHA PERIKANAN BUDIDAYA DI JAWA BARAT Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 0 50-7 0 20 Lintang Selatan dan 104 0 48-108 0 48 Bujur Timur

Lebih terperinci

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan di Indonesia cukup besar, baik sumberdaya perikanan tangkap maupun budidaya. Sumberdaya perikanan tersebut merupakan salah satu aset nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah. 1 Aquaculture Indonesia Weblog Unggulnya Akuakultur Indonesia (internet artickle, 31 May 2006).

Tinjauan Mata Kuliah. 1 Aquaculture Indonesia Weblog Unggulnya Akuakultur Indonesia (internet artickle, 31 May 2006). ix Tinjauan Mata Kuliah I ndonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia setelah Brasilia. Di samping itu, Indonesia memiliki keanekaragaman sekitar 45% species ikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta

Lebih terperinci

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Gusrina BUDI DAYA A IKAN JILID 1 SMK TUT WURI HANDAYANI Direktorat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

BUDIDAYAIKAN JILID 1 SMK. Gusrina

BUDIDAYAIKAN JILID 1 SMK. Gusrina Gusrina BUDIDAYAIKAN JILID 1 SMK H Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN JILID 1

BUDIDAYA IKAN JILID 1 Gusrina BUDIDAYA IKAN JILID 1 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jl. Selamet Riyadi No. 8 Telp. (0263) 261293 Jl. Arif Rahman Hakim No. 26 Telp.

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN I RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN LAUT

POKOK BAHASAN I RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN LAUT POKOK BAHASAN I RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN LAUT A. Pendahuluan Wilayah negara Republik Indonesia terdiri dari sekitar 62% lautan dan 38% daratan dan memiliki lebih dari 17.000 Iebih pulau. Dari luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional produksi perikanan budidaya baru mencapai 1,48 juta ton. Oleh karena itu, untuk tahun 2006 Departemen Kelautan dan

BAB I PENDAHULUAN. nasional produksi perikanan budidaya baru mencapai 1,48 juta ton. Oleh karena itu, untuk tahun 2006 Departemen Kelautan dan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas perairan hampir dua pertiga dari luas wilayahnya yaitu sekitar 70%. Wilayah perairan di Indonesia berdasarkan kandungan kadar garamnya

Lebih terperinci

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA 73 VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA Pengelolaan ekosistem wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kecamatan Kayoa saat ini baru merupakan isu-isu pengelolaan oleh pemerintah daerah, baik

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu dari luar sistem perairannya sehingga dapat dinetralkan atau distabilkan kembali dalam jangka waktu

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : SUMBER DAYA ALAM : Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Peternakan, Perkebunan

Lebih terperinci

Budidaya Perikanan. Modul 1 PENDAHULUAN

Budidaya Perikanan. Modul 1 PENDAHULUAN B PENDAHULUAN Modul 1 Budidaya Perikanan Irzal Effendi Mulyadi udidaya perikanan atau perikanan budidaya adalah kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik (air) untuk men-dapatkan keuntungan. Selain

Lebih terperinci

Lampiran I: Keputusan Dirjen PSDKP Nomor KEP.154/DJ-PSDKP/V/2010 tentang Petunjuk Teknis Operasional Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan. PETUNJUK PENGISIAN FORM HPUPI DAN LAPORAN BULANAN Pemeriksaan Pengawasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha perikanan budidaya dinilai tetap prospektif di tengah krisis keuangan global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih berpotensi

Lebih terperinci

Tabel. Potensi Areal Budidaya Laut Untuk Komoditas Kerang Mutiara & Abalone, Kerang Darah dan Tiram Serta Teripang Per Kab/kota Se- NTB

Tabel. Potensi Areal Budidaya Laut Untuk Komoditas Kerang Mutiara & Abalone, Kerang Darah dan Tiram Serta Teripang Per Kab/kota Se- NTB DATA STATISTIK PERIKANAN BUDIDAYA 1. Sumberdaya Perikanan Budidaya Laut Potensi sumber daya perikanan budidaya laut diprioritaskan untuk pengembangan komoditas yang memiliki nilai ekonomis, peluang ketersediaan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN II. SEJARAH AKUAKULTUR

I.PENDAHULUAN II. SEJARAH AKUAKULTUR I.PENDAHULUAN Dasar-dasar akuakultur merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari prinsipprinsip dasar pelaksanaan akuakultur atau budidaya perairan. Akuakultur terdiri dari semua organisme ( nabati/hewani)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %

Lebih terperinci

I. RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR

I. RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR I. RUANG LINGKUP BUDIDAYA PERAIRAN TAWAR A. Pendahuluan 1. Pegertian Pengertian Akuakultur tawar atau budidaya perairan tawar tidak terlepas dan pengertian Aquaculture. Secara harfiah Aquaculture berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi PENGANTAR ILMU PERIKANAN Riza Rahman Hakim, S.Pi Bumi Yang Biru begitu Kecilnya dibandingkan Matahari Bumi, Planet Biru di antara Planet lain The Blue Planet 72 % Ocean and 28 % Land Laut Dalam Al Qur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PENETAPAN AREA YANG TIDAK BEBAS PENYAKIT IKAN KARANTINA, GOLONGAN, DAN MEDIA PEMBAWANYA DI DALAM WILAYAH NEGARA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Administrasi Jakarta Pusat. Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia (2012)

Lampiran 1. Peta Administrasi Jakarta Pusat. Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia (2012) LAMPIRAN 59 Lampiran 1. Peta Administrasi Jakarta Pusat Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia (2012) 60 Lampiran 2. Peta Pasar Ikan Higienis Pejompongan (Everfresh Fish Market) Jakarta Pusat

Lebih terperinci

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

7 C. Tujuan Instruksional Khusus:

7 C. Tujuan Instruksional Khusus: PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN: SubSistem Perikanan Budidaya Marsoedi Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan UB Email : idoesram@yahoo.co.id A. Pokok Bahasan: SubSistem Perikanan Budidaya B. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sudah dikenal memiliki kekayaan sumberdaya perikanan yang cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri (2008), diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT 36 IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT Wilayah utara Jawa Barat merupakan penghasil ikan laut tangkapan dengan jumlah terbanyak di Propinsi Jawa Barat. Pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di lain pihak, Dahuri (2004) menyatakan bahwa potensi perikanan tangkap di laut

I. PENDAHULUAN. Di lain pihak, Dahuri (2004) menyatakan bahwa potensi perikanan tangkap di laut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia sangat memungkinkan. Hal ini didasarkan atas potensi sumberdaya yang cukup besar dan

Lebih terperinci

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP Cilacap merupakan salah satu wilayah yang berpotensi maju dalam bidang pengolahan budi daya perairan. Memelihara dan menangkap hewan atau tumbuhan perairan

Lebih terperinci

rovinsi alam ngka 2011

rovinsi alam ngka 2011 Buku Statistik P D A rovinsi alam ngka 2011 Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012 1 2 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Statistilk Provinsi Dalam Angka Provinsi Aceh... 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjadi landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjadi landasan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjadi landasan berpikir dalam penulisan skripsi ini. Sebagai sumber referensi, penulis menggunakan beberapa literatur,

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN SUMBERDAYA DAN PRODUKSI HASIL HUTAN, PETERNAKAN, DAN PERIKANAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

KETERSEDIAAN SUMBERDAYA DAN PRODUKSI HASIL HUTAN, PETERNAKAN, DAN PERIKANAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 KETERSEDIAAN SUMBERDAYA DAN PRODUKSI HASIL HUTAN, PETERNAKAN, DAN PERIKANAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Karmini 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala

Lebih terperinci

MENGENAL IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

MENGENAL IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi MENGENAL IKAN Riza Rahman Hakim, S.Pi Jumlah jenis ikan Ikan Burung Mamalia Reptilia Amphibia : ± 15.000 s/d 17.000 jenis : ± 8.600 jenis : ± 4.500 jenis : ± 6.000 jenis : ± 2.500 jenis Definisi IKAN:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu adalah kawasan pelestarian alam bahari di Indonesia yang terletak kurang lebih 150 km dari pantai Jakarta Utara. Kepulauan Seribu terletak pada 106

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN DASAR-DASAR BUDIDAYA PERIKANAN (DASAR PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PERAIRAN)

SILABUS MATA PELAJARAN DASAR-DASAR BUDIDAYA PERIKANAN (DASAR PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PERAIRAN) SILABUS MATA PELAJARAN DASAR-DASAR BUDIDAYA PERIKANAN (DASAR PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PERAIRAN) Satuan Pendidikan : SMK Negeri 61 Jakarta Kelas : X Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

Manfaat dari penelitian ini adalah : silvofishery di Kecamatan Percut Sei Tuan yang terbaik sehingga dapat

Manfaat dari penelitian ini adalah : silvofishery di Kecamatan Percut Sei Tuan yang terbaik sehingga dapat Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Diperoleh model dalam pengelolaan lahan mangrove dengan tambak dalam silvofishery di Kecamatan Percut Sei Tuan yang terbaik sehingga dapat bermanfaat bagi pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR : 25 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR : 25 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR : 25 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan sumber Pendapatan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN TINGKAT PROTEIN DAN RASIO PROTEIN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN SEPAT (Trichogaster pectoralis) ABSTRAK

PENGARUH PERBEDAAN TINGKAT PROTEIN DAN RASIO PROTEIN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN SEPAT (Trichogaster pectoralis) ABSTRAK PENGARUH PERBEDAAN TINGKAT PROTEIN DAN RASIO PROTEIN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN SEPAT (Trichogaster pectoralis) 1) Syachradjad Fran 2) dan Junius Akbar 1)2) Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Belitung 4.1.1 Keadaan geografi dan topografi Kabupaten Belitung adalah bagian dari wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 548/MPP/Kep/7/2002 TANGGAL 24 JULI 2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 548/MPP/Kep/7/2002 TANGGAL 24 JULI 2002 TENTANG KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 548/MPP/Kep/7/2002 TANGGAL 24 JULI 2002 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN IKAN UNTUK PERHITUNGAN PUNGUTAN HASIL PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap

I. PENDAHULUAN. Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap atau overfishing, hal tersebut mengakibatkan timbulnya degradasi pada sistem laut, punahnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 dan Bisnis disektro Kelautan [10 Februari 2009].

I. PENDAHULUAN. 1  dan Bisnis disektro Kelautan [10 Februari 2009]. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan luas perairan laut, termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), sekitar 5,8 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengembangan usaha penangkapan 5.1.1 Penentuan Komoditas Ikan Unggulan Analisis pemusatan ini dilakukan dengan metode location quotient (LQ). Dengan analisis ini dapat ditentukan

Lebih terperinci

Perikanan. Fishery. Lombok Utara Dalam Angka

Perikanan. Fishery. Lombok Utara Dalam Angka Perikanan Perikanan di beberapa wilayah di pesisir Kabupaten Lombok Utara merupakan subsektor yang menjadi pilihan untuk menggantungkan kehidupannya. Sebagian besar nelayan yang ada di Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PERDESAAN (Subsektor Perikanan Budidaya)

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PERDESAAN (Subsektor Perikanan Budidaya) HD-5.2 Republik Indonesia SURVEI HARGA PERDESAAN (Subsektor Perikanan Budidaya) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan HD-5.2 adalah untuk mencatat/mengetahui harga komoditi yang diproduksi petani dan harga yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG DRAFT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN 8.1. Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove Pendekatan AHP adalah suatu proses yang dititikberatkan pada pertimbangan terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian PEMBAHASAN Spesies yang diperoleh pada saat penelitian Dari hasil identifikasi sampel yang diperoleh pada saat penelitian, ditemukan tiga spesies dari genus Macrobrachium yaitu M. lanchesteri, M. pilimanus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

1.Perbedaan Ukuran Umpan Pada Pancing Banjur (Set line) Di Perairan Rawa Di Desa Lawahan Kecamatan Tapin Selatan

1.Perbedaan Ukuran Umpan Pada Pancing Banjur (Set line) Di Perairan Rawa Di Desa Lawahan Kecamatan Tapin Selatan CONTOH 90 JUDUL SKRIPSI PERIKANAN perikanan unirow Tag: judul skripsi, perikanan, ikan, budidaya, penangkapan, keramba,vaksin 1.Perbedaan Ukuran Umpan Pada Pancing Banjur (Set line) Di Perairan Rawa Di

Lebih terperinci

Irin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor E-mail: brpbat@yahoo.

Irin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor E-mail: brpbat@yahoo. 507 Karakteristik truss morfometrik... (Irin Iriana Kusmini) KARAKTERISASI TRUSS MORFOMETRIK IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii) ASAL KALIMANTAN BARAT DENGAN IKAN TENGADAK ALBINO DAN IKAN TAWES ASAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 81/PER-DJPB/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Lokasi Penelitian Cirebon merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Barat tepatnya diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi Kebijakan Perikanan Budidaya Riza Rahman Hakim, S.Pi Reflection Pembangunan perikanan pada dasarnya dititikberatkan pada perikanan tangkap dan perikanan budidaya Pada dekade 80-an perikanan budidaya mulai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 30-107 40 Bujur Timur dan 6 25-6 45 Lintang Selatan. Secara administratif,

Lebih terperinci

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINING TYPE OF FISH BASED ON WATER QUALITY

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINING TYPE OF FISH BASED ON WATER QUALITY Dwi Hastuti, dkk: Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Jenis Ikan SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN JENIS IKAN BERDASARKAN KUALITAS AIR UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI AKUAKULTUR SECARA INTENSIF MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

KONDISI DAN PERMASALAHAN INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP

KONDISI DAN PERMASALAHAN INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP KONDISI DAN PERMASALAHAN INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP PENGANTAR Materi ini berisikan materi tentang Teknologi Penangkapan Ikan ditinjau dari industri penangkapan komersial. Tujuan yang hendak dicapai adalah

Lebih terperinci

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA 419 Pendederan ikan beronang dengan ukuran tubuh benih... (Samuel Lante) ABSTRAK PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA Samuel Lante, Noor Bimo Adhiyudanto,

Lebih terperinci

TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 75 TAHUN 2015 TENTANG : TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Masyarakat Indonesia sudah sering mengkonsumsi ikan sebagai menu lauk-pauk sehari-hari. Salah satu jenis ikan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat adalah lele dumbo.

Lebih terperinci

P R O F I L POTENSI KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN LUMAJANG

P R O F I L POTENSI KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN LUMAJANG P R O F I L POTENSI KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN LUMAJANG DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN LUMAJANG 2013 PROFIL POTENSI KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan Otonomi Daerah yang diamanatkan melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang termaktub pada pasal 117, yang berbunyi : "Ibukota Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang di dunia setelah Kanada. Di sepanjang pantai tersebut, yang potensil sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alam (Nature Lake), dan danau buatan (man made lake/artificial lake). Danau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alam (Nature Lake), dan danau buatan (man made lake/artificial lake). Danau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekosistim Danau Danau merupakan suatu ekosistim perairan menggenang penampung air dengan inlet lebih banyak dari pada outletnya. Danau dibedakan menjadi danau alam (Nature Lake),

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang meliputi beberapa elemen sebagai subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Selatan yang terletak antara 10 0 13 00 LS - 40 0 00 00 LS dan 104

Lebih terperinci

EVALUASI PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA

EVALUASI PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA EVALUASI PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan suatu visi yaitu Indonesia sebagai penghasil Produk Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim yang kaya akan potensi ikannya, sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan dan perairan. Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat

Lebih terperinci

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan keseragaman.induk yang baik untuk pemijahan memiliki umur untuk

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya

Lebih terperinci

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Ikan Dui Dui... di Danau Towuti Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Safran Makmur 1), Husnah 1), dan Samuel 1) 1)

Lebih terperinci

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PERDESAAN (Subsektor Perikanan Budidaya) PERHATIAN

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PERDESAAN (Subsektor Perikanan Budidaya) PERHATIAN hd-5.2 Republik Indonesia SURVEI HARGA PERDESAAN (Subsektor Perikanan Budidaya) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan HD-5.2 adalah untuk mencatat/mengetahui harga komoditi yang diproduksi petani dan harga yang

Lebih terperinci

Oleh : Dr. Ir. Made L Nurdjana Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan

Oleh : Dr. Ir. Made L Nurdjana Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Oleh : Dr. Ir. Made L Nurdjana Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Disampaikan pada Seminar Nasional Feed The World, Jakarta Convention Center, 28 Januari 2010 1. TREND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 30 km di Sumatera Utara, Indonesia. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km 2 dengan garis pantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan dan luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta Km² atau sekitar 81% dari wilayah seluruh

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PENYEDIAAN PANGAN IKAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI. Oleh: Yusma Damayanti 1*

KONTRIBUSI PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PENYEDIAAN PANGAN IKAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI. Oleh: Yusma Damayanti 1* BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 20 1 Edisi Maret 2012 Hal. 81-87 KONTRIBUSI PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PENYEDIAAN PANGAN IKAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Oleh: Yusma Damayanti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar dengan berbagai sektor. Salah satu sektor yang menunjang pembangunan di Indonesia

Lebih terperinci

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten paling timur di Propinsi Sulawesi Selatan dengan Malili sebagai ibukota kabupaten. Secara geografis Kabupaten Luwu Timur terletak

Lebih terperinci