7 C. Tujuan Instruksional Khusus:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "7 C. Tujuan Instruksional Khusus:"

Transkripsi

1 PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN: SubSistem Perikanan Budidaya Marsoedi Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan UB idoesram@yahoo.co.id A. Pokok Bahasan: SubSistem Perikanan Budidaya B. Deskripsi Singkat: Modul membahas Budidaya perairan dalam pendekatan sistem yang diberikan setelah mendapat pemahaman tentang sistem perikanan dan sistem perikanan budidaya. Materi terdiri dari pendahuluan, sistem budidaya perairan, komponen sistem budidaya, manipulasi dalam sistem budidaya dan budidaya yang berkelanjutan. MODUL 7 C. Tujuan Instruksional Khusus: 1. Peserta bisa menjelaskan (dengan kalimat sendiri) definisi dari sistem budidaya perairan; 2. Peserta bisa menyebutkan komponen utama pada sistem budidaya perairan 3. Peserta bisa menyebutkan tiga jenis budidaya perairan; 4. Peserta mampu menjelaskan jenis-jenis manipulasi terhadap sistem yang dilakukan manusia dalam budidaya 5. Peserta bisa menyelesaikan projek tentang pilihan budidaya perairan D. Isi Pokok Bahasan: 1. Pendahuluan Perikanan sering kali dihubungkan dengan dua pepatah kuno Pepatah pertama menyatakan: jika kita berikan ikan, bisa mengenyangkan perut seseorang dalam sehari. Tapi jika kita ajari cara menangkap ikan, dia akan bisa makan sepanjang hidupnya. Pepatah tersebut sangat populer dan sering kita dengar sampai sekarang. Ketika pertama kali dicetuskan, pepatah tersebut di atas tampaknya mempunyai nilai kebenaran yang tinggi. Hal ini mendorong setiap orang untuk menggunakan setiap kekuatan dan usaha untuk mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya. Dampaknya, selama kurun waktu 100 tahun terakhir, terjadi perkembangan teknologi penangkapan ikan yang sangat pesat dan ternyata hasil tangkapan pada akhirnya menurun kita mengenal istilah penangkapan berlebih (over-fishing), karena mengambil pada laju yang melebihi kemampuan ikan untuk memperbaharui diri.

2 Sampai saat ini, hampir tidak ada orang yang berani mengkaji kembali (apalagi menggugat) pepatah terkenal yang kebenarannya sudah diakui sejak jaman dulu. Namun kenyataannya sekarang ialah bahwa tidak banyak ikan yang tersisa untuk ditangkap dengan teknologi alat tangkap yang sudah sedemikian tinggi. Nasehat bijak di atas tentu saja tidak bisa dipersalahkan. Bagaimana dengan suatu ide untuk menambahkan pepatah tersebut menjadi kalimat berikut: jika kita ajari cara menangkap ikan yang tepat, dia bisa makan sampai ke anak cucunya. Penambahan kata tepat dan sampai anak cucu memerlukan persyaratan tambahan dalam pengetahuan menangkap ikan yang akan kita diskusikan pada topik kali ini. Sebelum diskusi kita lanjutkan, mari kita cermati pepatah kedua, ialah: jika kita ajari seseorang tentang cara membesarkan (membudidaya) ikan, dia bisa memberi makan dunia. Kedua pepatah ini disitir dari buku Aquaculture: an Introductory Text, yang ditulis oleh R.R. Stickney, tahun Ide pembaruan dari pepatah tersebut ialah: jika kita ajar seseorang tentang cara membesarkan ikan yang tepat, dia bisa memberi makan dunia sampai generasi berikutnya. Kata-kata tambahan ini sama persis dengan ide pada pepatah pertama. Tambahan kata tepat dan sampai generasi berikutnya (anak cucu) memerlukan pengetahuan tambahan yang harus disampaikan, ialah tentang perikanan tangkap atau budidaya harus dipahami sebagai SISTEM. 2. Sistem Budidaya Ikan Pada diskusi sebelumnya, kita sudah berdiskusi tentang definisi budidaya, ialah suatu usaha untuk membesarkan ikan pada lahan yang terbatas dan pribadi untuk mendapatkan tambahan produksi dari ikan. Dari definisi ini, kita bisa menemukan tiga komponen dasar dalam budidaya ikan, ialah: (1) ikan yang hidup dan besar pada lingkungan alami, (2) manusia dengan keinginan dasar untuk mendapatkan ikan yang lebih besar dan, (3) komponen teknologi budidaya (manipulasi) untuk mendapatkan tambahan produksi. Sistem budidaya secara skematik disajikan pada Gambar 1. Ketiga komponen tersebut di atas ternyata saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pada awalnya, keinginan manusia mempengaruhi terbentuknya teknologi budidaya. Komponen teknologi mempengaruhi ikan untuk tumbuh lebih cepat dan biomas yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih pendek. Namun pertumbuhan yang lebih cepat dan biomas yang lebih tinggi mempengaruhi lingkungan alami ikan. Pada akhirnya, ikan tidak bisa bertahan pada kondisi lingkungan yang baru dan ini berdampak negatif pada pemenuhan keinginan manusia. Akhirnya, ikan terkena penyakit dan mengalami kematian, karena sistem menyerang balik kepada manusia sebagai akibat dari manipulasi yang dilakukan kepada sistem melalui teknologi budidaya. Jelas sekali, budidaya bisa dipandang sebagai suatu sistem atau disebut sebagai sub-sistem dari sistem perikanan. Untuk memahami budidaya ikan sebagai suatu sistem, sebaiknya kita telaah masing-masing komponen pada sistem budidaya ikan. 2.1 Ikan dan lingkungan alami Ikan tinggal dan hidup bersama organisme lain di dalam air, seperti manusia yang hidup dan tinggal di darat bersama organisme lainnya. Di air, ikan tinggal dan hidup secara harmonis bersama organisme lain secara bersama (komunitas) dan menempati habitat abiotik secara bersama-sama. Organisme lain di dalam air, bisa bertindak sebagai pesaing (kompetitor), salah satu mendapat keuntungan tanpa Page 2 of 14

3 merugikan yang lain (komensal), parasit atau menjadi pemangsa (predator) ikan. Sebaliknya, ikan bisa menjadi pemangsa dari organisme yang dimangsa (prey). Jika parasit terlalu banyak, ikan tidak bisa tumbuh dengan baik. Hal yang sama juga terjadi jika terlalu banyak pemangsa (predator). Sebaliknya, ikan akan tumbuh cepat jika terdapat banyak mangsa (prey) untuk ikan. Namun, seperti kita ketahui hal ini hampir tidak mungkin terjadi dalam waktu yang lama. Seperti telah kita diskusikan, ikan hidup pada lingkungan yang membentuk sistem (saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain). Keberadaan ikan di dalam air tidak hanya dipengaruhi, atau tidak hanya tergantung dari jumlah dan ketersediaan makanan. Dia juga memerlukan oksigen untuk membakar makanan yang dikonsumsi. Selain oksigen, air juga tidak mengandung racun secara berlebihan bagi ikan, seperti Amonia, nitrit, H 2 S maupun metan. Pada saat yang sama, jumlah organisme parasit harus sedemikian rupa sehingga keberadaannya tidak sampai menyebabkan penyakit pada ikan. Jadi, selain mangsa (pakan) ikan dipengaruhi oleh banyak faktor untuk bisa bertahan hidup dengan baik di dalam air, dan interaksi masing-masing komponen tersebut membentuk suatu sistem. 2.2 Komponen Manusia Untuk bertahan hidup, manusia selalu belajar untuk menyesuaikan diri dan memanfaatkan alam sebagai sumber daya (survival of the fittest). Manusia tinggal bersama dalam kelompok dan berinteraksi dengan kelompok lainnya. Dalam proses interaksi ini terjadi proses kompetisi dan bentuk interaksi lainnya yang memunculkan ide baru, termasuk memanfaatkan ikan melalui proses budidaya. Keinginan pertama dari manusia ialah pada bayangan untuk mendapatkan ikan dalam jumlah yang cukup memberi makan keluarga dan kelompoknya. Namun karena ikan tidak selalu tersedia sesuai dengan keinginannya, manusia memanfaatkan pengetahuannya untuk memanipulasi alam dalam mendapatkan ikan. Manipulasi ini akhirnya yang disebut dengan teknologi budidaya. Page 3 of 14

4 Gambar 1 Budidaya ikan sebagai sistem dengan komponen utama: ikan dan lingkungannya, teknologi budidaya dan manusia (Keterangan: О = fungsi katalisator; Δ = variabel pasif; = produksi; = pintu kerja; = aliran (flow); = tenggelam ke sedimen) 2.3 Teknologi Budidaya Ikan Teknologi budidaya yang pertama kali berkembang ialah usaha manusia untuk membuat perangkap sehingga ikan berada dalam wilayah tertentu yang terbatas dan dikuasai oleh manusia. Wilayah terbatas (catchment area) tersebut sampai sekarang menjadi penciri usaha budidaya yang membedakannya dengan usaha penangkapan. Wilayah terbatas tersebut dikuasai sebagai lahan atau milik pribadi. A. Kolam Budidaya kolam ialah bentuk paling klasik dari teknologi budidaya ikan. Kolam ialah badan air yang dikelilingi oleh pematang untuk membatasi pergerakan ikan pada area yang bisa dikuasai dan memudahkan dalam proses pemanenan. Di Indonesia, teknologi kolam berkembang dari teknologi Shiwakan dan tambak. Shiwakan ialah aliran air yang keluar dari sungai besar dan dibentuk menjadi kolam. Sedangkan tambak berasal dari perangkap air pasang yang melewati bagian pesisir yang berlembah. Kedua teknologi ini telah disebutkan pada buku Kutara Menawa dan Teknologi Kampungan yang ditulis oleh Craig Thoburn. Teknologi Shiwakan selanjutnya berkembang menjadi teknologi kolam air deras. Aliran air yang keluar dari sungai mempunyai debit air yang sangat tinggi dan selalu mengalami pergantian air (race way). Sebaliknya, air tambak tidak selalu bisa mengalami pergantian air karena tinggi muka pasang tidak selalu sama. Tambak pada akhirnya membentuk teknologi budidaya air tenang (stagnant pond). Kedua teknlogi ini bisa dibedakan dalam dua hal mendasar, ialah pada ukuran kolam dan jenis ikan yang dipelihara. Kolam air deras berukuran relatif kecil dibandingkan dengan kolam air tenang, namun pergantian air terjadi lebih cepat. Perbedaan yang kedua ialah pada jenis ikan yang dipelihara. Kolam air deras mampu menyediakan oksigen lebih banyak karena terjadinya pergantian air. Oleh karena itu, jenis ikan yang dipelihara termasuk jenis ikan yang memerlukan konsumsi oksigen tinggi dan dengan bentuk badan yang efisien untuk bertahan pada arus yang deras. Gambar 2. Kolam Page 4 of 14

5 B. Karamba Shiwakan terjadi secara alami sesuai dengan topografi lahan dan aliran sungai besar. Oleh karena itu, teknologi kolam air deras hanya bisa dibuat pada kondisi alam yang memungkinkan. Ketika kebutuhan akan kolam air deras meningkat, manusia meletakkan kurungan kecil pada aliran sungai, suatu kreasi yang menjadi teknologi karamba. Karamba di sungai dibuat dari kurungan bahan bambu. Pada masingmasing sisi kurungan diberi patok kayu untuk menahan agar karamba tidak hanyut oleh aliran sungai. Karamba juga bisa dibuat pada danau atau waduk dengan membuat kurungan dari bahan jaring. Karena tipe air yang tidak deras, penggunaan jaring bisa bertahan lama. Sedangkan penggunaan bahan dari bambu secara teknis menjadi agak sulit. Kolam air deras pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ikan akan oksigen melalui pergantian air. Karamba jaring apung yang dibuat pada danau juga mempunyai fungsi yang hampir sama dengan kolam air deras. Kebutuhan oksigen dipenuhi dari pergerakan air karena pergerakan ikan yang membuat air di dalam karamba selalu mengalami pergantian. Gambar 2. Karamba (Keterangan : 1. Areal pemeliharaan (waring/jaring), 2. Lantai / papan pijakan, 3. Drum pelampung, 4. Rumah jaga : 4a. Ruang kamar, 4b. Ruang depan (teras), 5. Areal pemanenan, 6. Balok kayu 8/12.) C. Budidaya Sawah (Mina Padi) Hampir semua sawah mempunyai caren, ialah bagian lebih dalam pada sekeliling pematang sawah. Parit ini umumnya mempunyai lebar sekitar 20 cm dan dengan kedalaman sekitar 25 cm dari bagian yang diisi tanaman padi. Caren berfungsi sebagai aliran air pada saat pengeringan sawah. Karena selalu tergenangi air, bagian caren kemudian diisi dengan ikan. Pada saat sawah tergenang air, ikan Page 5 of 14

6 bisa tumbuh pada tempat yang lebih luas. Pada saat itu ikan bisa mengaduk lahan dasar untuk mengurangi dampak dari proses dekomposisi. Sedangkan pada saat harus dikeringkan, ikan bisa tinggal pada bagian caren. D. Tambak Tambak ialah salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air payau atau laut. yang letaknya berada di sepanjang pantai dan mempunyai luas petakan berkisar antara 0,3 2 ha Gambar 2. Usaha budidaya dengan memanfaatkan lahan sawah (Mina Padi). Pada saat musim tanam, sawah juga ditebari ikan berukuran kecil. Ketika pengeringan. D. Tambak Tambak ialah salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air payau atau laut. yang letaknya berada di sepanjang pantai dan mempunyai luas petakan berkisar antara 0,3 2 ha. Tambak dapat dikategorikan sebagai berikut: Karakteristik Ekstensif Semi-intensif Intensif Luasan tambak (ha) ,01-5 Bentuk tambak Tidak beraturan Beraturan Beraturan Padat penebaran (per ha) Laju pertukaran air (%/hari) > (pasang surut) (pompa) 0-30 (pompa) Kedalaman air (m) 0,4-10 0,7-1,5 1,0-2,0 Aerasi Tidak ada Kadang-kadang Ada Page 6 of 14

7 Pakan Pakan alami (dengan pupuk organik) Pakan alami + pakan buatan Pakan buatan Kelulushidupan <80% 0-80% 0-90% Siklus/tahun Kebutuhan energi (hp/ha) Kebutuhan tenaga lerja (orang/ha) Biaya produksi ($/kg) Hasil produksi (kg/ha/th) < 0,15 0,10 0,25 0, Gambar 5. Tambak udang 3. Target budidaya Manipulasi teknologi budidaya yang dilakukan manusia untuk meningkatkan produksi didasarkan atas dua pertimbangan utama. Pertimbangan pertama ialah pilihan tipe budidaya yang akan diterapkan (kolam air deras, air tenang, karamba atau mina padi). Pertimbangan kedua ialah pada target spesies ikan yang akan dipelihara. Pilihan tipe budidaya sangat tergantung pada kondisi alam (topografi lahan). Pilihan terhadap spesies ditentukan beberapa pertimbangan sebagai berikut: (1) aspek teknis penguasaan spesies pada kondisi budidaya, (2) kebutuhan spesies untuk konsumsi keluarga atau kelompok (subsisten) dan (3) kebutuhan pasar. Beberapa spesies ikan yang penting telah menjadi target masyarakat. Namun karena metode budidaya belum dikuasai dengan baik, maka masyarakat tidak mau mengambil resiko untuk memaksakan diri memelihara ikan tersebut. Sebagai contoh, ikan Kerapu Tikus sudah sejak dulu menjadi incaran petani sebagai target budidaya. Page 7 of 14

8 Benih ikan ini sangat sulit didapat, dan jika bisa didapat, harganya relatif mahal. Budidaya ikan Kerapu Tikus membutuhkan waktu relatif lama ( 21 bulan) dan selama periode waktu tersebut, ikan sering terkena penyakit. Namun jika berhasil, harga ikan ini relatif mahal dibandingkan dengan ikan lainnya. Sebaliknya, ikan Lele Dumbo relatif sangat mudah dalam teknis pemeliharaannya. Namun harga ikan ini relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan Kerapu Tikus dengan margin keuntungan yang sangat rendah. Beberapa petani tetap memilih untuk memelihara ikan ini. Jika tidak menghasilkan keuntungan ekonomis, ikan akan dikonsumsi untuk kebutuhan keluarga (subsisten). Pertimbangan utama dalam pemilihan spesies untuk target budidaya tentu saja karena kebutuhan pasar. Ikan-ikan yang dibutuhkan pasar sudah pasti akan berharga tinggi. Sayangnya, jenis ikan yang dibutuhkan pasar (harganya mahal), teknis budidayanya pasti relatif susah. Dengan demikian, petani akan dihadapkan pada resiko kegagalan budidaya dengan keuntungan yang tinggi, jika usaha budidaya berhasil sampai tahap produksi. 3.1 Ikan Mas Ikan Mas, secara alami, memerlukan kondisi oksigen yang tinggi, senang pada air yang mengalir dan bebas dari pencemaran. Ikan ini bersifat omnivor dan mendapatkan makanan dari dasar perairan. Namun secara opportunistik dia bisa dilatih untuk mendapatkan makanan dari permukaan (pellet). Karakteristik lainnya ialah dia bisa menempati ruang sempit secara bersama. Ikan ini sangat baik untuk dipelihara pada tipe teknologi budidaya kolam air deras. Ikan Mas mempunyai segmen pasar yang relatif terbatas pada daerah-daerah tertentu. Masyarakat Jawa Barat sangat terkenal dengan konsumsi dari ikan Mas. Oleh karena itu pilihan target budidaya di Jawa Barat ialah ikan Mas dengan tipe budidaya air deras. Segmen yang terbatas ini mungkin juga ada hubungannya dengan cara memasak ikan tersebut sehingga menjadi produk makanan yang digemari. Gambar 4. Ikan Mas, Tombro, Karper (Cyprinus carpio) 3.2 Ikan Nila / Mujair Ikan Nila atau Mujair ialah tipe khas ikan rawa dan dataran rendah. Dia biasa hidup pada kondisi oksigen rendah dan bahan organik tinggi. Makanan utama ikan nila atau mujair ialah plankton. Namun dia bisa dilatih untuk memakan pakan buatan (pellet). Ikan nila / mujair termasuk kategori continuum spawner, pemijahan terjadi secara terus menerus. Ikan-ikan betina venderung berukuran lebih kecil. Namun jika terjadi pemijahan secara terus menerus, ukuran ikan menjadi relatif kecil dan tidak mencapai ukuran yang diinginkan pasar (masyarakat). Oleh karena itu budidaya ikan nila sering kali dilakukan secara mono-sex jantan. Hal ini dilakukan dengan Page 8 of 14

9 menambahkan hormon dominan jantan pada makanan ketika benih masih belum berkembang secara seksual. Segmen pasar ikan nila relatif luas dibandingkan dengan ikan Mas. Oleh karena itu, ikan ini menjadi pilihan untuk budidaya di dataran rendah (suhu relatif tinggi) dengan tipe budidaya karamba jaring apung. Namun ikan ini paling dipelihara dengan menggunakan teknologi mono-sex. Gambar 3. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) & Mujair (Oreochromis mossambicus) 3.3 Ikan Lele Ikan lele termasuk jenis ikan rawa, hidup di wilayah dataran rendah, memerlukan suhu yang lebih panas dan bahan organik tinggi. Ikan ini mampu bertahan pada kondisi oksigen yang sangat rendah. Ikan lele juga bisa tinggal secara bersama pada kondisi saling berdesakan satu sama lain. Oleh karena itu dia bisa dipelihara pada kolam air tenang dengan kepadatan yang tinggi. Ikan Lele termasuk kategori omnivor mengarah ke karnivor dan bersifat agresif. Dia akan sangat mudah melakukan adaptasi terhadap jenis makanan dalam bentuk pellet. Karena tahan pada kondisi lingkungan yang bervariasi teknik budidaya ikan ini relatif mudah dibandingkan ikan jenis lainnya. Hal ini menjadi pendorong utama harga ikan ini relatif murah di pasar. Ikan Lele mempunyai segmen pasar yang sangat luas, tidak seperti ikan Mas. Oleh karena itu, pasar untuk ikan Lele relatif gampang. Namun karena mudah dipelihara, tahan penyakit dan tidak memerlukan persyaratan tipe kolam yang sulit, petani jarang mengalami resiko kegagalan panen untuk ikan ini. Sebagai akibatnya, keuntungan untuk budidaya ikan Lele akan relatif rendah. Gambar ikan lele (Clarias sp) Page 9 of 14

10 3.4 Ikan Gurami Ikan Gurami termasuk salah satu jenis ikan budidaya yang menyenangi untuk memakan tumbuhan (herbivor). Dia membutuhkan lingkungan dengan suhu air relatif tinggi dan tipe kolam air tenang. Kebutuhan oksigen untuk ikan ini relatif rendah karena mempunyai organ pernafasan tambahan. Masalah utama dalam budidaya ikan Gurami ialah pertumbuhan yang relatif lama sebelum mencapai ukuran konsumsi. Pasar ikan ini relatif luas. Namun karena metode budidaya yang relatif mudah, harga ikan ini di pasar tedak termasuk tinggi dibanding ikan lainnya. Gambar 3. Ikan gurami (ospronemous gouramy) 3.5 Ikan Bandeng Ikan Bandeng termasuk jenis ikan perenang cepat dan mudah beradaptasi untuk melawan arus. Namun dia membutuhkan ruang yang relatif luas (kondisi alami di laut). Oleh karena itu, agak sulit untuk memelihara ikan ini dalam kepadatan yang tinggi seperti pada kolam air deras. Jenis makanan ikan bandeng ialah plankton, terutama jenis organisme mikro yang melekat pada substrat, baik permukaan dasar maupun pinggiran tambak. Ikan bandeng paling banyak dipelihara pada tambak payau dengan ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kolam air tawar pada umumnya. Dengan demikian, secara alami dia tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap kebutuhan ruang yang luas. Induk ikan Bandeng dipelihara pada kolam bundar. Teknik ini ialah salah satu cara agar ikan merasa berada pada ruang yang lebih luas. Gambar 4. Ikan bandeng (Chanos chanos) Page 10 of 14

11 3.6 Ikan Kakap Ada dua jenis kakap komoditas budaya: kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) & kakap putih (Lates calcarifer). Pemeliharaan ikan ini paling banyak dilakukan dengan tipe karamba jaring apung di laut. Beberapa jenis ikan Kakap (Lutjanus argentimaculatus) juga dipelihara pada tipe tambak payau. Kedua jenis ikan ini relatif mahal di pasar. Namun teknik budidayanya masih belum banyak dikuasai oleh masyarakat. Gambar 4. kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) 3.7 Ikan Kerapu Ikan Kerapu ialah ikan khas untuk budidaya di air laut. Pemeliharaan ikan ini paling banyak dilakukan dengan tipe karamba jaring apung di laut. Jenis ikan kerapu yang paling mahal dipasaran adalah kerapu tikus/bebek (Cromileptis altivelis). Jenis kerapu lainnya adalah kerapu Lumpur (Epinephelus coioides). Gambar Ikan kerapu tikus (Cromileptis altivelis) & lumpur (Epinephelus coioides) 4. Manipulasi pada sistem budidaya ikan Perhatikan Gambar 1 di atas. Manusia melakukan manipulasi terhadap sistem alami ikan dengan tujuan untuk memaksimalkan produksi. Teknik manipulasi yang pertama dilakukan ialah dengan meningkatkan kepadatan ikan dari kondisi alami. Misalkan, pada kondisi alami, kepadatan ikan terjadi pada 1 ekor per m 2. Petani melakukan manipulasi dan merubah kepadatan menjadi 1 ekor per m 2. Sebagai hasilnya, petani mendapatkan panen 50% lebih tinggi dari kondisi awal. Karena tujuan budidaya ialah untuk memaksimalkan produksi, teknologi padat tebar mulanya dianggap berhasil dengan baik. Karena berhasil mencapai tujuan budidaya, petani terus menambahkan level manipulasi dengan meningkatkan padat tebar menjadi 1,5 ekor, 2 ekor, 2,5 ekor dan Page 11 of 14

12 3 ekor per m 2. Namun lama kelamaan, petani mengamati adanya penurunan ikan pada saat panen dengan semakin tingginya padat tebar. Pada akhirnya, pada padat tebar yang agak tinggi, total produksi petani menurun dari kondisi sebelumnya. Dari hasil pengamatan dan pembelajaran teknis, petani mendapat pengetahuan tentang persaingan sesama ikan target budidaya untuk mendapatkan makanan alami. Pada saat itu teknologi memberikan dampak balik (feed back) yang merugikan petani. Dari pembelajaran di atas, petani melakukan dua jenis manipulasi pada sistem alami kolam. Manipulasi pertama ialah meningkatkan jumlah ikan yang ditebar yang diikuti dengan manipulasi kedua dengan menambahkan jumlah pakan dari luar sistem. Pada mulanya, manipulasi ini memberikan dampak positif dengan meningkatnya produksi panen. Sampai batas tertentu kombinasi dua jenis manipulasi ini memberikan dampak positif. Namun, selanjutnya petani mendapatkan sebagian ikan mengalami kematian sebelum masa panen. Kematian ikan ini diikuti dengan warna air kolam yang relatif keruh dan bau air yang menyengat. Selain itu, petani juga mengamati adanya bintik merah pada ikan yang mati. Dari proses pembelajaran kedua, petani mengetahui adanya serangan penyakit, air kolam yang mengandung racun bagi ikan dan ikan yang sulit dalam bernafas. Pada akhirnya, petani melakukan manipulasi secara kompleks sebagai berikut: peningkatan kepadatan, penambahan pakan, penambahan oksigen melalui kincir, memberikan anti-biotik dan mengganti air yang sudah berbau menyengat. Manipulasi ini kadang memberikan hasil positif. Namun sering kali tidak berhasil dan petani mengalami kegagalan karena ikan mati sebelum saatnya untuk dipanen. Dari pengalaman teknis yang relatif kompleks, petani sekarang paham bahwa beberapa penyakit sudah tahan terhadap anti-biotik. Karena resisten, penyakit masih bisa menyerang ikan walaupun sudah diberikan anti-biotik. Pada tingkat paling akhir, kita semua belajar tentang interaksi dan saling mempengaruhi diantara komponen pada sistem budidaya. 5 Budidaya berkelanjutan Manipulasi teknologi oleh manusia pada sistem budidaya akan terus berkembang dengan tujuan untuk meningkatkan atau memaksimalkan produksi. Yang harus kita pertimbangkan ialah bahwa budidaya ikan terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait dan saling mempngaruhi dalam satu sistem budidaya. Setiap manipulasi pada sistem budidaya akan memberikan dampak balik yang pada akhirnya bisa merugikan petani budidaya. Manipulasi pada sistem budidaya hanya bisa dilakukan pada kondisi yang tidak menyebabkan perubahan drastis pada sistem itu sendiri. Jika hal ini bisa kita pertahankan, budidaya bisa dilakukan secara berkelanjutan. Page 12 of 14

13 Referensi: 1. Stickney, R.R. (2005) Aquaculture: an introductory text. Texas Sea Grant College Program. CABI Publishing. 2. Zade, S.B., S.R. Sitre, C.J. Khune, & R.V. Tijare (2005) Principles of aquaculture. Mumbai, India. Himalaya Publishing House. 3. Holmer, M., C.M. Duarte, I. Karakassis, K. Black, & N. Marba (2008) Aquaculture in the ecosystem. Springer. 4. Costa-Pierce, B.A. (2002) Ecological aquaculture: the evolution of the blue revolution. Malden, USA. Blackwell Science. PROPAGASI Tugas Projek: Buat suatu projek dengan melakukan evaluasi terhadap 10 jenis ikan yang banyak dibudidaya oleh masyarakat. Lakukan skoring terhadap 10 spesies ikan tersebut dengan memperhatikan variabel: (1) tingkat kesulitan dalam teknis budidaya; (2) lama pemeliharaan; (3) kemudahan pasar dan (4) harga ikan pada saat panen. Analisis dilakukan dengan mengisi dan melengkapi Tabel berikut: No Jenis Ikan Keterangan: Teknis budidaya Lama budidaya Kemudahan pasar Harga panen Total skor Teknis budidaya ialah aspek teknis dalam budidaya; 1 = secara teknis budidaya jenis ikan tersebut mudah; 2 = tingkat kesulitan sedang; 3 = tingkat kesulitan dalam budidaya tinggi; 4 = tingkat kesulitan sangat tinggi; Lama masa budidaya ialah lama waktu untuk melakukan pemeliharaan sampai ikan bisa dipanen untuk keperluan konsumsi; 1 = periode budidaya relatif pendek; 2 = periode budidaya sedang; 3 = periode budidaya lama; 4 = periode budidaya sangat lama; Kemudahan pasar ialah kemudahan dari jenis ikan tersebut diterima oleh pasar; 1 = segmen pasar sangat luaas dan beragam; 2 = segmen pasar relatif sedang; Page 13 of 14

14 3 = segmen pasar terbatas; 4 = segmen pasar sangat terbatas (hanya kalangan dan daerah tertentu); Harga panen ialah harga ikan secara relatif pada saat dipanen; 1 = harganya murah; 2 = harga relatif sedang; 3 = harga ikan relatif mahal; dan 4 = harga ikan sangat mahal. Total skor ialah penjumlahan dari skor teknis budidaya, lama budidaya, kemudahan pasar dan harga ikan. Perhatikan jenis ikan yang mendapat total skor tertinggi dengan ikan dengan total skor terendah. Seorang petani dengan pengalaman budidaya yang relatif lama dan pengetahuannya terhadap budidaya termasuk tinggi, jenis ikan mana yang sebaiknya dipilih untuk dipelihara oleh petani tersebut? Diskusikan hasil yang anda dapat dengan teman sejawat (di dalam kelas) dan juga dengan fasilitator (dosen). Buat kesimpulan dari projek anda Page 14 of 14

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi Definisi Akuakultur Berasal dari bahasa Inggris: aquaculture Aqua: perairan, culture: budidaya Akuakultur : kegiatan untuk memproduksi biota (organisme)

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR Oleh: Dr. Endang Widyastuti, M.S. Fakultas Biologi Unsoed PENDAHULUAN Ikan merupakan salah satu sumberdaya hayati yang dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Masyarakat Indonesia sudah sering mengkonsumsi ikan sebagai menu lauk-pauk sehari-hari. Salah satu jenis ikan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat adalah lele dumbo.

Lebih terperinci

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan keseragaman.induk yang baik untuk pemijahan memiliki umur untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha perikanan budidaya dinilai tetap prospektif di tengah krisis keuangan global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih berpotensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M : LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS NAMA KELAS : IMADUDIN ATHIF : S1-SI-02 N.I.M : 11.12.5452 KELOMPOK : G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya

Lebih terperinci

Widi Setyogati, M.Si

Widi Setyogati, M.Si Widi Setyogati, M.Si Pengertian Tambak : salah satu wadah budidaya perairan dengan kualitas air cenderung payau/laut, biasanya terdapat di pesisir pantai Tambak berdasarkan sistem pengelolaannya terbagi

Lebih terperinci

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March 2011 10:22 Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0. mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Budidaya Tambak Kegiatan budidaya tambak merupakan pemanfaatan wilayah pesisir sebagai lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk masyarakat

Lebih terperinci

Lampiran I: Keputusan Dirjen PSDKP Nomor KEP.154/DJ-PSDKP/V/2010 tentang Petunjuk Teknis Operasional Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan. PETUNJUK PENGISIAN FORM HPUPI DAN LAPORAN BULANAN Pemeriksaan Pengawasan

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF BUDIDAYA IKAN NILA POTENSI : - daya adaptasi tinggi (tawar-payau-laut) - tahan terhadap perubahan lingkungan - bersifat omnivora - mampu mencerna pakan secara efisien

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan Hasil pengukuran ikan selais yang dipelihara dalam keramba yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, maka bobot rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena permintaannya terus meningkat setiap

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara manual (tangan). Dengan kemajuan teknologi tersebut dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara manual (tangan). Dengan kemajuan teknologi tersebut dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi telah banyak membantu manusia khususnya dalam memudahkan pekerjaan yang timbul dalam kehidupan dengan adanya penemuan baru dibidang teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹ PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹ ¹Dosen Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar dengan berbagai sektor. Salah satu sektor yang menunjang pembangunan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memegang peranan penting, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6135 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan yang dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling berkaitan membentuk

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Maya Ekaningtyas dan Ardiansyah Abstrak: Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah salah satu jenis ikan yang banyak di konsumsi oleh masyarakat

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar SNI : 01-6133 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126 130, Desember 2009 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT UNDERSTANDING POND AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT Soil Profile Soil Triangle Clear plastic liner tube & sediment removal tool Sediment Sampler Soil acidity tester Food web in Aquaculture

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Udang adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang termasuk komoditas

Lebih terperinci

Bisnis Budi Daya Ikan Gurami

Bisnis Budi Daya Ikan Gurami Bisnis Budi Daya Ikan Gurami Tugas mata kuliyah Lingkungan Bisnis Nama : M.Syaifuddin Zuhri Nim : 10.11.4060 Kelas : S1TI-2G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Membudidayakan ikan gurami untuk bisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri perikanan budidaya air tawar sekarang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satu ikan budidaya yang cukup digemari adalah ikan gurami (Osphronemus

Lebih terperinci

saat suhu udara luar menjadi dingin pada malam dan pagi hari. (Mengakibatkan kematian pada Udang)

saat suhu udara luar menjadi dingin pada malam dan pagi hari. (Mengakibatkan kematian pada Udang) POKOK-POKOK PENTING DALAM PENGELOLAAN TAMBAK TRADISIONAL BUDIDAYA PERIKANAN AIR PAYAU DAN AIR ASIN / TAMBAK TEPI PANTAI TAMBA K ORGANIK INTENSIF "By Sari Tambak Suraba ya" Syarat-Syarat Utama Tambak Produktif

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL Siapa yang tak kenal ikan lele, ikan ini hidup di air tawar dan sudah lazim dijumpai di seluruh penjuru nusantara. Ikan ini banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak

Lebih terperinci

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam. PETUNJUK TEKNIS DEMPOND BUDIDAYA LELE MENGGUNAKAN PAKAN (PELET) TENGGELAM DI KAB I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Usaha Budidaya lele sampe sekarang banyak diminati masyarakat dikarenakan dalam perlakuannya

Lebih terperinci

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA) Usaha pembesaran bandeng banyak diminati oleh orang dan budidaya pun tergolong cukup mudah terutama di keramba jaring apung (KJA). Kemudahan budidaya bandeng

Lebih terperinci

Manfaat dari penelitian ini adalah : silvofishery di Kecamatan Percut Sei Tuan yang terbaik sehingga dapat

Manfaat dari penelitian ini adalah : silvofishery di Kecamatan Percut Sei Tuan yang terbaik sehingga dapat Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Diperoleh model dalam pengelolaan lahan mangrove dengan tambak dalam silvofishery di Kecamatan Percut Sei Tuan yang terbaik sehingga dapat bermanfaat bagi pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta

Lebih terperinci

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan) Melalui berbagai media komunikasi pemerintah selalu menganjurkan kepada masyarakat untuk makan ikan. Tujuannya adalah untuk

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01 6131 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Perikanan Kabupaten Bandung Secara astronomi Kabupaten Bandung terletak pada 107 22-108 50 Bujur Timur dan 6 41-7 19 Lintang Selatan. Berdasarkan tofografi, wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan menyebabkan sumber air bersih berkurang, khususnya di daerah perkotaan. Saat ini air bersih menjadi barang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Perikanan Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN

LAPORAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN LAPORAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN No. SUB-KEGIATAN 1 Judul Kegiatan Determinasi Potensi Penyakit Aeromonas pada Ikan Budidaya untuk Mengamankan Produksi Perikanan di Lombok Dan Sumbawa. 2 Pelaksana Kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis) Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Lingkungan Bisnis) Nama : Yogi Renditya NIM : 11.02.7920 Kelas : 11-D3MI-01 Abstrak Budi daya ikan lele bisa dibilang gampang-gampang susah, dikatakan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : 11.11.5412 Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 / 2012 BISNIS BUDIDAYA IKAN NILA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pesisir LIPI (2007), menyatakan daerah pesisir adalah jalur tanah darat atau kering yang berdampingan dengan laut, di mana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu dari luar sistem perairannya sehingga dapat dinetralkan atau distabilkan kembali dalam jangka waktu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Budidaya perikanan merupakan satu diantara beberapa kegiatan yang. daerah termasuk Sumatera Utara. Sehingga dengan peningkatan kegiatan

PENDAHULUAN. Budidaya perikanan merupakan satu diantara beberapa kegiatan yang. daerah termasuk Sumatera Utara. Sehingga dengan peningkatan kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Budidaya perikanan merupakan satu diantara beberapa kegiatan yang diharapkan mampu menunjang keberlangsungan hidup masyarakat. Saat ini, kegiatan budidaya perikanan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

AKUAKULTUR ENGGINEERING (REKAYASA AKUAKULTUR)

AKUAKULTUR ENGGINEERING (REKAYASA AKUAKULTUR) AKUAKULTUR ENGGINEERING (REKAYASA AKUAKULTUR) GANJAR ADHYWIRAWAN SUTARJO, S.Pi, M.P JURUSAN PERIKANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Kontrak Kuliah Aquaculture Engineering Ganjar Adhywirawan Sutarjo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang memiliki potensi budidaya yang menjanjikan di Indonesia. Berbagai macam ikan dapat dibudidayakan, terutama ikan air tawar yaitu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN Ofri Johan, Achmad Sudradjat, dan Wartono Hadie Pusat Riset Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jenis Kelamin Belut Belut sawah merupakan hermaprodit protogini, berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pada ukuran panjang kurang dari 40 cm belut berada pada

Lebih terperinci

Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung

Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung V.1. Kajian keberlanjutan dengan Metode Ecological Footprint Seperti telah disebutkan sebelumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak

I. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Pengembangan usaha budidaya lele semakin meningkat setelah masuknya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perdagangan internasional dikenal sebagai Mud Crab dan bahasa latinnya Scylla

TINJAUAN PUSTAKA. perdagangan internasional dikenal sebagai Mud Crab dan bahasa latinnya Scylla 7 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kepiting Bakau (Scylla serrata) Di Indonesia dikenal ada 2 macam kepiting sebagai komoditi perikanan yang diperdagangkan/komersial ialah kepiting bakau atau kepiting lumpur,

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6483.3-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1

Lebih terperinci

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date] PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT KELULUSHIDUPAN (SR) BENIH IKAN NILA ( Oreochromis Niloticus ) ENDAH SIH PRIHATINI Dosen Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya alam di Indonesia cukup melimpah dan luas termasuk dalam bidang kelautan dan perikanan, namun dalam pemanfaatan dan pengelolaan yang kurang optimal mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi 1 Udang Galah Genjot Produksi Udang Galah Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi gaya rumah susun. Setiap 1 m² dapat diberi 30 bibit berukuran 1 cm. Hebatnya kelulusan hidup meningkat

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6 ADI SAPUTRA FAUZI ISLAHUL RIDHO ILHAM NENCY MAHARANI DWI PUJI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas seperti sekarang ini membuat masyarakat harus membuat terobosan baru dalam suatu pekerjaan dan tidak

Lebih terperinci

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hanya ada 3 tambak yang menerapkan system silvofishery yang dilaksanakan di Desa Dabung, yaitu 2 tambak

Lebih terperinci

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X PENINGKATAN PRODUKSI IKAN NILA MELALUI TEKNIK BUDIDAYA MENGGUNAKAN PAKAN ALAMI 1 Hasrun 2, Muhammad Jamal 2, Rustam 2 1 Program Ipteks Bagi Masyarakat 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer) 1. PENDAHULUAN Kakap Putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak disukai masyarakat dan mempunyai niali ekonomis yang tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO Oleh : R. muhammad Taufiq Sujatmikanto 11.01.2893 11/D3TI/02 SEKOLAH TINGGI MANAJEMENT INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Jl. Ring Road

Lebih terperinci

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA 419 Pendederan ikan beronang dengan ukuran tubuh benih... (Samuel Lante) ABSTRAK PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA Samuel Lante, Noor Bimo Adhiyudanto,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan ekosistem pesisir yang terdapat di sepanjang pantai tropis dan sub tropis atau muara sungai. Ekosistem ini didominasi oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan nasional mengingat potensi perairan Indonesia yang sangat besar, terutama dalam penyediaan bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut : TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Pisces

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar SNI : 01-6137 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN TUGAS LINGKUNGAN BISNIS NAMA :MARIUS KORBIANO NERUM KELAS : SI.S1.2J NIM : 10.12.5055 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA II.PELUANG BISNIS TAMBAK IKAN LELE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gurami merupakan jenis ikan air tawar atau payau dan hidup di dasar

I. PENDAHULUAN. Gurami merupakan jenis ikan air tawar atau payau dan hidup di dasar I. PENDAHULUAN A. Lata Belakang Gurami merupakan jenis ikan air tawar atau payau dan hidup di dasar perairan tropis dengan kedalaman mencapai 10 m. Menurut Sitanggang (2006), penyebaran ikan gurami berada

Lebih terperinci

Bisnis Budidaya Ikan Bawal

Bisnis Budidaya Ikan Bawal Bisnis Budidaya Ikan Bawal Nama : Anung Aninditha Nim : 10.11.3944 Kelas : S1.TI.2F STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Ikan bawal merupakan jenis ikan yang cukup poluper di pasar ikan konsumsi. Selain

Lebih terperinci

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA A. Pendahuluan Keluarga cichlidae terdiri dari 600 jenis, salah satunya adalah ikan nila (Oreochromis sp). Ikan ini merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat popouler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya ikan hias dapat memberikan beberapa keuntungan bagi pembudidaya antara lain budidaya ikan hias dapat dilakukan di lahan yang sempit seperti akuarium atau

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perikanan pantai di Indonesia merupakan salah satu bagian dari sistem perikanan secara umum yang berkontribusi cukup besar dalam produksi perikanan selain dari perikanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sudah menjadi kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tidak hanya untuk mandi atau mencuci, tapi kebutuhan akan air bersih juga diperlukan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN IKAN LELE (Claries batrachus)

PEMELIHARAAN IKAN LELE (Claries batrachus) PEMELIHARAAN IKAN LELE (Claries batrachus) 1 I. Pendahuluan: Sebagai langkah ikhtisar pemanfaatan setiap jengkal tanah pekarangan yang tidak dapat diusahakan pertaniannya, kita setidak-tidaknya dapat menyulap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya ikan lele

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya ikan lele I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya ikan lele dumbo berkembang pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pembangunan pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik, yang tercermin dalam peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sudah dikenal memiliki kekayaan sumberdaya perikanan yang cukup besar, terutama tentang jenis-jenis ikan. Menurut Khairuman & Amri (2008), diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan dan luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta Km² atau sekitar 81% dari wilayah seluruh

Lebih terperinci