BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjadi landasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjadi landasan"

Transkripsi

1 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang menjadi landasan berpikir dalam penulisan skripsi ini. Sebagai sumber referensi, penulis menggunakan beberapa literatur, baik dari disiplin ilmu sejarah maupun disiplin ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, antropologi maupun ekonomi yang dianggap relevan dengan tema yang dibahas dalam penelitian ini. Dari literatur-literatur tersebut, dapat ditinjau beberapa hal pokok yang sesuai dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini. Kajian tersebut di bahas dalam empat bagian, yaitu perubahan sosial ekonomi, setelah itu akan dibahas pula mengenai usaha budidaya ikan air tawar, kebijakan standarisasi dan sertifikasi pembenihan budidaya ikan air tawar dan terakhir mengenai kewirausahaan. 2.1 Perubahan Sosial Ekonomi Perubahan merupakan sesuatu yang amat melekat dalam diri manusia, baik itu dari sisi individu, kelompok, masyarakat maupun sistem yang ada dalam keseharian manusia. Hakikat manusia yang selalu dinamis, membawa manusia kepada sesuatu yang baru dalam kehidupannya, sehingga akan terjadi penyesuaian antara unsur yang lama dengan unsur yang baru dan akan berimplikasi kepada adanya suatu perubahan ataupun pergantian dalam unsur-unsur tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai kehidupan itu berbeda-beda dan tidak dapat disamakan, walaupun

2 14 memiliki beberapa ciri yang identik. Perubahan ini terkait dengan lokasi, manusia, serta sisi fungsional dari unsur-unsur lama dan unsur-unsur baru, serta kondisi lingkungan yang ada, sehingga akan menimbulkan fenomena-fenomena yang menarik dari sebuah perubahan sosial yang terjadi (Saripudin, 2005:131). Berdasarkan hal tersebut, penulis berupaya menelaah adanya perubahan pada masyarakat di sekitar daerah irigasi Cihea, Kecamatan Bojong Picung dengan keberadaan usaha budidaya benih ikan dalam rentan waktu Parson dalam Suwarsono dan Alvin Y. So (2000:10-11) mengemukakan bahwa Masyarakat dianalogikan sebagai organ tubuh, masyarakat dapat juga dipelajari seperti mempelajari tubuh manusia. Masyarakat akan selalu mengalami perubahan karena masyarakat bukan sesuatu yang statis tapi dinamis. Perubahan tersebut sangat teratur dan selalu menuju keseimbangan baru dan menuju pergerakan dari tingkat perkembangan yang sederhana ke tingkat yang lebih maju. Perubahan dalam masyarakat atau perubahan sosial merupakan sesuatu yang bersifat universal, dan akan selalu terjadi dalam berbagai tempat, kondisi, ataupun situasi yang berbeda. Keadaan ini kemudian menghasilkan pemahaman yang berbeda pula diantara ahli sosiologi dalam menafsirkan masalah perubahan sosial sehingga muncul banyak definisi mengenai perubahan sosial yang masing-masing menghasilkan grand theory yang dapat diakui oleh semua pihak. Abdul Syani (2002:63) dalam bukunya Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan

3 15 yang lain. Sedangkan menurut Astrid S. Susanto (Saripudin, 2005:132) perubahan sosial adalah perubahan masyarakat menjadi kemajuan masyarakat dengan satu pola masyarakat yang sesuai bahkan dapat menguasai kemajuan teknologi dan menghindari bahaya degradasi martabatnya. Lebih lanjut Astrid S. Susanto menyatakan bahwa perubahan masyarakat sebagai fakta, yang dibuktikan oleh adanya gejala-gejala depersonalisasi, frustasi, apatis, konflik dan kesenjangan antara generasi. Pendapat tersebut didukung oleh Soelaeman B. Taneko (1993:136) yang menyatakan bahwa faktor yang menjadi penggerak perubahan masyarakat itu antara lain berupa gagasan-gagasan, ide-ide atau keyakinan dan hasil hasil budaya yang berupa fisik. Kingsley Davis (Soekanto, 2004:304) mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi pada struktur fungsi masyarakat. Sedangkan Gillin dan Gillin (Soekanto, 2004:304) mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara cara hidup yang telah di terima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Senada dengan yang diungkapkan oleh Sulaeman B.Taneko (1990) dalam bukunya yang berjudul Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, mengemukakan bahwa pada dasarnya setiap masyarakat dalam hidupnya akan mengalami perubahan-perubahan. Perubahan tersebut akan dapat diketahui apabila dilakukan perbandingan yaitu dengan menelaah keadaan suatu masyarakat pada waktu tertentu, kemudian membandingkannya dengan keadaan

4 16 masyarakat itu pada masa yang lalu. Terkait dengan hal tersebut penulis mencoba membandingkan kondisi masyarakat petani di Kecamatan Bojongpicung pada saat berprofesi sebagai petani padi dan ketika berprofesi sebagai petani pembenih ikan. Dalam buku tersebut juga dikemukakan bahwa perubahan dalam masyarakat pada prinsipnya merupakan suatu proses yang terus menerus, dalam artian bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan itu. Namun memang perjalanan suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya akan berbeda. Perubahan dalam masyarakat dapat terjadi karena adanya penggerakpenggerak tertentu. Firth mengemukakan bahwa daya penggerak untuk proses perubahan dalam masyarakat bersumber dari dua hal, yaitu dari dalam dan dari luar masyarakat. Faktor yang datang dari dalam masyarakat adalah daya gerak yang berupa penemuan-penemuan baru dalam bidang teknik, perjuangan-perjuangan individu untuk memperoleh tanah dan kekuasaan, paham-paham baru kaum cendekiawan, serta tekanan jumlah penduduk atas mata pencaharian, sedangkan faktor dari luar berasal dari lingkungan pergaulan itu sendiri dan pengaruh dari peradaban lain (Taneko, 1990:136). Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan, penemuan baru serta penggunaannya dalam masyarakat, termasuk kemajuan teknologi di bidang ekonomi akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan tersebut akan dikaji dalam perkembangan usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat

5 17 sekitar. Faktor tersebut di antaranya kemajuan teknologi budidaya perikanan, yang didukung oleh infrastruktur yang tersedia, sarana transportasi dan komunikasi, lingkungan alam atau keadaan geografis serta sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dalam menjalankan usaha budidaya benih ikan tersebut. Keberadaan teknologi baru tersebut memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya dalam budidaya perikanan dengan melakukan inovasiinovasi di lapangan. Dari pengalaman-pengalaman yang masyarakat temukan menjadikan masyarakat kaya akan pengetahuan mengenai pengelolaan budidaya benih ikan yang baik dan benar sehingga hasilnya optimal dan dapat mensejahterakan hidup mereka. Kondisi tersebut mempengaruhi etos kerja masyarakat. Etos kerja yang tinggi memberikan perubahan terutama dalam mobilitas baik vertikal maupun horizontal. Dengan semakin maraknya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung, di perkirakan telah menimbulkan mobilitas sosial pada masyarakat di sekitar daerah irigasi Cihea, Kecamatan Bojongpicung. Sebagaimana dikemukakan oleh Arif Satria (2001:32) bahwa kemunculan cara produksi baru yang lebih modern dalam formasi sosial akan mendorong terjadinya mobilitas sosial dalam komunitas, tempat gerakan modernisasi berlangsung. Kemunculan teknologi baru tersebut menyebabkan peralihan profesi masyarakat di Kecamatan Bojongpicung dari petani padi menjadi petani ikan. Proses peralihan profesi tersebut berlangsung secara bertahap dan dalam jangka waktu yang lama. Hal itu diakibatkan karena pandangan para petani dalam bercocok tanam adalah berusaha

6 18 menghindari kegagalam panen bukan mencari keuntungan yang besar. Seperti yang diungkapkan oleh James Scott (1976:7) yaitu: Satu hal yang khas adalah bahwa yang dilakukan oleh petani yang bercocok tanam itu adalah berusaha menghindari kegagalan yang akan menghancurkan kehidupnya dan bukan berusaha memperoleh keuntungan besar dengan mengambil resiko (Scott, 1976:7). Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kemungkinan ketidaktertarikan atau keengganan sebagian petani padi di Kecamatan Bojongpicung beralih profesi menjadi petani pembenih ikan. Hal tersebut diakibatkan karena petani dalam bercocok tanam adalah berusaha sebaik mungkin agar tidak mengalami gagal panen bukan mencari keuntungan yang besar. Para petani padi di Kecamatan Bojongpicung bukan tidak mengetahui keuntungan bertani ikan dibandingkan bertani padi, misalnya dilihat dari siklus usaha. Usaha budidaya benih ikan hanya memerlukan waktu sekitar 15 hari saja hingga benih ikan siap dipanen sedangkan bertani padi memakan waktu hampir 90 hari atau sekitar 3 bulan untuk dapat dipanen. Namun para petani padi lebih tertarik memilih cara cara yang aman meskipun hasil rata ratanya agak rendah (Scott, 1978: 53). Agar terjadi perubahan pola atau pandangan masyarakat petani yang cenderung statis dan tidak mau menanggung resiko perlu dipupuk perlahan lahan jiwa kewirausahaannya. Dengan melihat contoh keberhasilan petani pembenih ikan yang telah lebih dahulu menekuni usaha tersebut sekitar tahun Usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung mulai berkembang secara bertahap. Hal tersebut terbukti dari banyaknya petani padi yang beralih profesi menjadi petani

7 19 pembenih ikan dan mulai mau menerima resiko kegagalan usaha dengan teknologi baru. Bahkan beberapa petani padi secara sengaja mengubah seluruh lahan sawahnya untuk dijadikan kolam pembenihan ikan. Sekitar tahun 1990 usaha Budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung hanya berkembang di desa Jati saja. Pada tahun 1994 mulai berkembang ke desa lainnya, hingga tahun 2006 telah terdapat empat desa yaitu Desa Jati, Desa Cibarengkok, Desa Bojongpicung dan Desa Cikondang, yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah mengembangkan budidaya benih ikan. Berkembangnya budidaya benih ikan tersebut telah mengakibatkan peralihan profesi masyarakat petani dari petani padi menjadi petani ikan Usaha Budidaya Ikan Air Tawar Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup besar, terutama dalam pembedaharaan jenis- jenis ikan. Diperkirakan sekitar 16 % spesies ikan yang ada di dunia hidup di perairan Indonesia. Menurut data, total jumlah jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia mencapai jenis (spesies). Hampir sekitar spesies diantaranya merupakan jenis ikan air tawar. Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan daratan (inland water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5 per mil (0-5%) (Khairuman dan Amri, 2008: 1). Budidaya perikanan (akuakultur) tidak terlepas dari ketersediaan air dan lahan. Keduanya merupakan media hidup ikan dan sumber daya perikanan lainnya

8 20 untuk dapat berproses menjadi komoditi yang memiliki nilai tambah. Selama ini, usaha budidaya ikan umumnya terkonsentrasi di pedesaan yang ketersediaan lahan dan airnya relatif sangat memadai. Budidaya perikanan air tawar di Indonesia umumnya dilakukan di kolam, sawah, bak, tangki, maupun akuarium. Selain itu, juga dilakukan di perairan umum dalam bentuk pemeliharaan di keramba atau sangkar, keramba jaring apung atau hampang. (Amri dan Khairuman, 2008: 9). Menurut Kartamihardja (2007), luas perairan daratan di Indonesia mencapai 54 juta Ha. Angka tersebut mencangkup perairan umum daratan dengan luas sekitar 13,85 juta Ha (terdiri dari sungai dan paparan banjir seluas 12 juta Ha, danau seluas 1,80 juta Ha, dan waduk seluas 0,05 juta Ha), rawa payau dan hutan bakau seluas 1,80 juta Ha, dan perairan budidaya seluas 0,65 juta Ha (meliputi kolam, sawah dan tambak) (Amri dan Khairuman, 2008:1). Pembudidayaan ikan air tawar di Indonesia umumnya dilakukan di kolam kolam budidaya, baik secara tradisional, semi-intensif, maupun intensif. Pembudidayaan ikan secara tradisional dan semi intensif umumnya dilakukan di kolam konstruksi sederhana. Sementara pembudidayaan intensif menggunakan prasarana yang lebih baik, seperti di kolam beton atau kolam air deras dengan pemberian pakan tambahan yang intensif. Selain itu pembudidayaan ikan air tawar secara intensif juga banyak dilakukan dalam wadah khusus seperti keramba jaring apung (KJA) yang ditempatkan di perairan umum daratan seperti waduk, danau atau keramba berbahan bambu atau kawat yang ditempatkan di sungai atau saluran irigasi.

9 21 Beberapa jenis ikan air tawar lainnya juga ada yang dipelihara di sawah baik sebagai palawija (pemeliharaan ikan setelah padi di panen sambil menunggu masa tanam selanjutnya), penyelang (pemeliharan ikan sebelum penanaman padi, waktunya tidak terlalu lama menunggu padi dipersemaian sampai siap untuk ditanam) atau mina padi (pemeliharaan ikan yang dilakukan bersamaan dengan penanaman atau pemeliharaan padi). Bahkan ada ikan air tawar jenis tertentu yang dipelihara di tambak atau sawah tambak yang berair payau, setelah melalui tahapan proses aklimatisasi dan adaptasi terlebih dahulu. Jenis jenis ikan air tawar yang penting dan sudah dikenal serta diperdagangkan secara luas di Indonesia saat ini adalah ikan mas, tawes, nilem, jelawat, semah, mola, kowan (grasscarp), hampal, patin, baung lais, lele lokal, lele dumbo, gurami, tambakang, bawal, sepat siam, gabus, betutu, mujair, nila, belut, sidat, papuyu, belida, serta bandeng (air tawar dan payau). Sebagian besar dari jenis jenis ikan tersebut sudah dibudayakan secara tradisional, semi intensif, maupun intensif. Pembudidayaan secara intensif dilakukan untuk jenis jenis ikan yang teknik pembenihan dan pembesarannya sudah dikuasai dengan baik. Sementara pembudidayaan jenis ikan ikan yang sulit dipijahkan, umumnya masih dilakukan secara tradisional serta masih mengandalkan benih hasil tangkapan alam. Sementara itu, jenis jenis ikan yang teknologi pembenihan dan pembesarannya sudah dikusai dengan baik dan sudah di sebarluaskan ke berbagai daerah di tanah air adalah jenis ikan mas, nila, lele lokal, lele dumbo, patin, gurami, baung, mola, tawes, belut, bandeng, nilem, serta grasscarp. Khusus untuk ikan mas,

10 22 nila, lele dumbo, patin dan gurami merupakan jenis ikan ekonomis penting yang sangat populer dan sudah di budidayakan secara intensif. Dalam pengembangannya, pemerintah menyiapkan beberapa program khusus untuk masing masing komoditas tersebut. Untuk dapat meningkatkan produktivitas sumber daya perairan umum menjadi lahan perikanan yang potensial, pemerintah telah mengupayakannya dengan berbagai langkah kebijakan yang tujuannya untuk meningkatkan produksi perikanan, khususnya perikanan air tawar, meningkatkan pendapatan masyarakat luas (mulai dari pembenihan sampai pemasaran), meningkatkan pembukaan lapangan kerja baru, meningkatkan kebutuhan konsumsi ikan untuk memenuhi gizi masyarakat, meningkatkan ekspor komoditas perikanan (non-migas), meningkatkan devisa Negara, melestarikan Sumber Daya Alam, dan untuk memberikan dukungan terhadap pembangunan industri (Cahyono, 2001:6-7). Langkah langkah kebijakan pemerintah untuk mendukung suksesnya pengembangan perikanan (Cahyono, 2001:8) adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pembinaan bagi seluruh aparat dinas perikanan mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah dengan bimbingan teknis dan non teknis. 2. Merekomendasikan paket-paket teknologi hasil penelitian untuk dapat disebarluaskan kepada masyarakat petani atau pengusaha agar mereka dapat mengembangkannya dengan tujuan agar dapat meningkatkan produksi dan produktivitas.

11 23 3. Melaksanakan bimbingan bagi masyarakat berupa penyuluhan ataupun pendidikan mengenai sarana produksi budidaya ikan air tawar, yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk dapat mengelola dengan baik usaha perikanan, khususnya budidaya ikan di perairan umum. 4. Membangun sarana dan prasarana budidaya ikan air tawar di seluruh wilayah Indonesia, yang tujuannya untuk memudahkan petani atau pengadaan benih ikan, dan lain lain. Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga merupakan satu upaya untuk mendukung keberhasilan pembangunan perikanan. Dalam era kemajuan teknologi sekarang ini, kualitas sumber daya manusia yang rendah tidak akan mampu menggarap dengan baik potensi sumber daya alam yang tersedia luas, sehingga menyebabkan sumber daya alam menjadi kurang produktif (tidak termanfaatkan secara optimal). Sebaliknya, kualitas sumber daya manusia yang tinggi (berpengetahuan, memiliki keterampilan, dan mampu mandiri) akan mampu mengelola sumber daya alam dengan baik sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya (dapat termanfaatkan secara optimal) (Cahyono,2001:9). 2.3 Kebijakan Standarisasi dan Sertifikasi Pembenihan Budidaya Ikan Air Tawar Dalam usaha pembenihan, standarisasi memberi arti bahwa produk pembenihan berupa benih yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar. Standar yang digunakan adalah standar yang berlaku secara nasional yaitu SNI (Standar Nasional

12 24 Indonesia), sehingga benih tersebut memiliki mutu yang terjamin dari produsen sampai ke tangan konsumen sesuai SNI yang dibuktikan dengan sertifikat. Sertifikat adalah rangkaian kegiatan dimana lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh komite Akreditasi Nasional memberikan jaminan tertulis bahwa produktivitas proses atau individu telah memenuhi persyaratan standar atau spesifikasi teknis tertentu yang dipersyaratkan (Amri dan Khairuman, 2008: 156). Standarisasi bidang pembenihan meliputi kegiatan perumusan standar dan revisi standar. Menurut publikasi Direktorat Pembenihan-Ditjen Perikanan Budidaya DKP (2003), prosedur perumusan dan penetapan standarisasi yang dituangkan dalam bentuk SNI berbeda dengan apa yang terjadi pada waktu sebelumnya. Pada saat itu, proses produksi atau teknologi produksi dilahirkan oleh pemerintah yang disebarkan kepada para pembudidaya tanpa melalui proses pengkajian apakah proses produksi atau teknologi produksi tersebut dapat berhasil dan berdaya guna di tingkat pembudidaya. Konsep umum penyusun SNI mengacu kepada kesepakatan antara pelaku usaha, para ahli, maupun birokrat dalam menentukan standar standar yang akan dihasilkan. Dalam bidang pembenihan perikanan budidaya air tawar, penerapan standar terhadap benih dan induk ikan mengikut sertakan secara langsung pelaku usaha pembenihan itu sendiri. Dengan demikian, standar pembenihan dalam bentuk SNI yang dihasilkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada dunia usaha pembenihan ikan ikan budidaya air tawar.

13 25 Pada dasarnya, produk pembenihan yang bermutu hanya dapat diperoleh jika pembenihan menerapkan teknik pembenihan yang benar dan dihasilkan dari proses produksi pembenihan yang benar serta induk yang digunakan memiliki kualitas yang baik. Ketiga proses produksi benih tersebut diatur secara terperinci dan terukur dalam SNI. Jika ketiga proses tersebut sudah dijalankan sesuai standar, hasil benihnya akan memperoleh sertifikat untuk menjamin dan menyatakan bahwa proses produksi benih yang dilakukan pembenih telah memenuhi persyaratan dan mutu benihnya terjamin. Jadi, SNI pembenihan tersebut memberikan acuan standar terhadap semua tahapan kegiatan pembenihan mulai dari kegiatan pra-produksi, proses produksi, produksi panen, serta proses distribusi dan pemasarannya. Dalam proses sertifikasi untuk pembenihan sertifikat jaminan mutu tersebut, juga dilakukan penilaian terhadap kelayakan dasar (Fasilitas dan SDM) serta proses produksi benih yang mengacu pada sistem manajemen mutu ISO 900I:2000 secara internasional. ISO sendiri adalah organisasi internasional untuk standarisasi (Internasional Standaritation Organitation) yang mengeluarkan standar internasional yang disebut ISO series. ISO merupakan federasi dunia dari badan badan standar nasional yang menjadi angota ISO. Standarisasi dan sertifikasi untuk pembenihan pada perikanan budidaya di Indonesia sudah mulai diperkenalkan oleh pemerintah sejak tahun Pemerintah melalui Badan Sertifikasi Nasional (BSN) telah menetapkan dan mengeluarkan SNI untuk berbagai kegiatan pembenihan. Standar standar yang sudah dikelurkan antara lain standar produk (induk dan benih), standar proses produksi (induk dan benih),

14 26 standar sarana dan prasarana pembenihan, standar penampungan, standar pengemasan, serta standar untuk metode pengujian. Penerapan standarisasi dan sertifikasi pembenihan untuk ikan ikan ekonomis yang penting di Indonesia dilandaskan pada beberapa peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum bagi penerapannya. Peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan standarisasi dan sertifikasi pembenihan perikanan sebagai berikut: 1. Keputusan Presiden No. 13 tahun 1997 tentang Badan Standarisasi Nasional. 2. Keputusan Menteri Pertanian No. 26/99 tentang Pedoman Pengembangan Pembenihan Perikanan Nasional. 3. SK Menteri Pertanian No I/Kpts/IK.450/10/1999 tentang Perubahan Penunjukan LSSM (Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu). 4. Keputusan Menteri Pertanian No. 1042/99 tentang Sertifikasi dan Pengawasan Benih IKan. 5. Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional. 2.4 Kewirausahaan Kegiatan ekonomi yang berlangsung secara terus menerus merupakan suatu akibat dari adanya ketidakseimbangan. Unsur ketidakseimbangan ini juga tampak pada ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa ketika pertumbuhan ekonomi yang meningkat pesat, maka diperlukan penambahan tenaga kerja untuk mengelolanya, akan tetapi keahlian

15 27 dan spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan belum tentu sesuai dengan pekerjaan yang diperlukan. Dengan pertumbuhan penduduk pada umumnya maka laju pertambahan jumlah tenaga kerja yang tersedia sering kali melampaui jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini kemudian berdampak pada penciptaan lapangan kerja sendiri yang merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi, sehingga berwirausaha merupakan alternatif penyelesaiaan dari masalah ketidakseimbangan tersebut. Peran wirausaha ini dapat dilihat dari semakin luasnya partisipasi mereka dalam semua aspek kehidupan terutama kehidupan ekonomi dalam masyarakat. Sektor swasta memiliki sumbangan yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia, bahkan sering dianggap sebagai salah satu faktor yang menentukan dalam pertumbuhan suatu ekonomi. Besar kecilnya sumbangan tersebut dalam pembangunan perekonomian sesuai dengan tingkat kualitas wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) yang dimiliki oleh lingkungan yang bersangkutan. Secara sederhana arti wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti (Kasmir,2007:18). Sedangkan menurut Peter F. Drucker kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan adalah orang yang memiliki

16 28 kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Kegiatan Wirausaha tidak terlepas pada sektor-sektor tertentu saja, artinya semua sektor usaha dapat dimasuki oleh para wirausaha. Sektor-sektor tersebut diantaranya seperti sektor perdagangan, jasa, pertanian dan sektor industri dalam berbagai skala. Pada sektor jasa cakupannnya lebih luas, karena keahlian, keterampilan, keberanian dan semangat kerja merupakan modal awal dan penting bagi calon wirausaha. Pada sektor pertanian, pada saat ini tidak sekedar berfungsi sebagai penyedia kebutuhan bahan pangan saja, tetapi sudah merambah ke masalah pertamanan, wisata dan pendidikan. Berdasarkan potensi alam yang dimiliki oleh Indonesia, maka sektor yang cukup banyak dan menjanjikan masa depan adalah sektor pertanian di samping sektor industri. Dalam kurun waktu 25 tahun pertama pembangunan Indonesia di bawah rezim Orde Baru yang menjadi tumpuan penggerak utama ekonomi nasional adalah sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki banyak potensi, keunggulan dan ciri khas yang unik. Sektor pertanian memiliki potensi usaha kecil dan menengah yang cukup besar. Sektor pertanian berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi. Terciptanya lapangan pekerjaan dalam sektor pertanian, secara langsung telah membuka peluang baru bagi calon-calon wirausaha yang akan memperdagangkan hasil produksi pertanian tersebut. Besarnya sumbangan para wirausaha terhadap perkembangan ekonomi, khususnya pada perkembangan pertanian dapat dilihat dari berbagai cara

17 29 misalnya pembentukan modal, pengelolaan tempat usaha, pemilihan bibit, pengumpulan hasil, distribusi, pengolahan, pengemasan dan pemasaran. Menurut Meridth (Partomo dan Soedjono, 2002:70) mengatakan bahwa wiraswastawan atau wirausahawan adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan mengambil tindakan tindakan yang tepat guna dalam memastikan keberhasilan selanjutnya. Terkait dengan hal tersebut, tingkat kewirausahaan masyarakat di Kecamatan Bojongpicung untuk mengembangkan usaha pertanian secara luas yang di dalamnya termasuk sektor perikanan. Dapat dikatakan memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk mengembangkan usaha tersebut. Mereka pandai memanfatkan peluang ekonomi dan potensi yang ada untuk mengembangkan alternatif usaha yang baru. Awalnya sebagai masyarakat petani mereka cenderung statis dalam berusaha dan takut mencoba hal yang baru karena tidak mau mengambil resiko. Namun dengan berkembangnya usaha budidaya benih ikan dalam budaya masyarakat agraris di Kecamatan Bojongpicung yang awalnya dikembangkan oleh salah seorang warga dari desa jati dengan dibantu oleh keluarganya. Menunjukan sikap seorang wirausahan yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya. Sikap mental wirausaha juga sangat diperlukan dalam kehidupan, diantaranya adalah mempunyai kemauan keras untuk mencapai tujuannnya dan memiliki

18 30 kebutuhan akan keberhasilan (need for achivment), disamping kemauan keras dan kebutuhan akan keberhasilan, juga harus memilki keyakinan yang kuat atas kekuatan yang ada pada dirinya. Keyakinan ini dapat memberikan harapan dan semangat untuk bekerja mencapai tujuannya. Kunci keberhasilan dalam berwirausaha adalah adanya kepercayaan dari orang lain terhadap dirinya. Untuk mencapainya maka yang harus dimiliki adalah sifat kejujuran dan tanggung jawab dengan melatih disiplin dan orientasi kepada tujuan dan kebutuhan hidup. Sikap mental atau jiwa kewirausahaan juga telah ada pada masyarakat Kecamatan Bojongpicung, hal ini terlihat dari adanya motivasi untuk terus berprestasi dan mencari inovasi baru, untuk meningkatkan taraf kehidupan sehingga segala permasalahan hidupnya dapat teratasi dengan sikap tersebut. Masyarakat Bojongpicung yang beralih profesi menjadi petani pembenih ikan mampu melihat peluang ekonomi yang berkembang dan berani bersaing serta berorientasi jauh kedepan. Mereka tidak patah semangat untuk terus berusaha dan mencoba alternatif usaha baru yaitu budidaya benih ikan di tengah tengah masyarakat petani. Peran masyarakat Bojongpicung yang memilih berwirusaha dapat di katakan sangat dominan dalam mengembangkan inovasi dan kreativitas untuk melihat peluang usaha dalam upaya pengembangan usaha budidaya benih ikan ini. Dalam hal ini kreativitas merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan untuk dapat mempertahankan dan memajukan unit-unit usahanya seperti petani ikan di Kecamatan Bojongpicung, pada tahun 2001 salah seorang warganya yaitu Nenah Rochaenah mulai mencoba membudidayakan udang galah dan

19 31 berhasil, sehingga budidaya perikanan air tawar di Kecamatan Bojongpicung lebih beragam tidak hanya terbatas pada budidaya benih ikan saja tetapi juga terdapat budidaya udang galah. Berkembangnya usaha budidaya udang galah di Kecamatan Bojongpicung juga telah mendorong lahirnya peluang ekonomi baru yaitu berkembangnya usaha rumah makan dengan konsep suasana pedesaan yang menyediakan udang sebagai menu utamanya. Usaha rumah makan tersebut mulai berkembang di desa Cibihbul, Kecamatan Bojongpicung. Selain itu dengan adanya usaha budidaya benih ikan mendorong berdirinya Balai Benih Ikan Jati, yang telah mendorong berkembangnya usaha-usaha berupa Unit Pembenihan Rakyat atau UPR. Seorang petani sebagai seorang usahawan harus pandai memilih di antara berbagai alternatif dalam kegiatan ekonomi yang didasarkan atas persayaratan maksimalisasi atau minimalisasi. Yang dimaksud dengan maksimalisasi ialah berusaha semaksimal mungkin agar dapat memperoleh hasil yang maksimal dengan memberikan kepuasan yang maksimal kepada para konsumen, tetapi dengan pengorbanan-pengorbanan yang minimal, seperti pengolahan tanah secara minimal agar tidak timbul kerusakan, pendayagunaan tenaga yang minimal, penggunaan bibit tanaman, pupuk dan obat obatan pemberantas hama/penyakit tanaman secara ekonomi. Di sini penting bagi seorang pengusaha pertanian untuk lebih mengenal prinsip ekonomi, agar selalu bertindak dan memberi perlakuan-perlakuan sematang dan seekonomis mungkin sehingga hasil yang diperolehnya akan menguntungkan (Kartasapoetra, 1996:5). Masyarakat di Kecamatan Bojong Picung menjadikan usaha

20 32 budidaya benih ikan sebagai alternatif usaha dalam kegiatan ekonomi, karena biaya produksi untuk usaha budidaya benih ikan lebih ekonomis dibandingkan dengan bertani padi. Mereka telah berusaha agar dapat memperoleh hasil yang maksimal dengan memberikan kepuasan yang maksimal kepada rekan bisnisnya atau konsumen dengan tetap menjaga kualitas benih ikan yang dihasilkan, tetapi dengan biaya produksi yang ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak terlepas dari berkembangnya budidaya perikanan air tawar di Propinsi Jawa Barat sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam produksi komoditi yang bersumber dari kekayaan alam terutama dalam sektor pertanian. Besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar dengan berbagai sektor. Salah satu sektor yang menunjang pembangunan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha perikanan budidaya dinilai tetap prospektif di tengah krisis keuangan global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih berpotensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali Sutini NIM K.5404064 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian dan kelautan yang memiliki peran penting sebagai penggerak kemajuan perekonomian nasional di Indonesia. Selain menjadi

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Putra,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013 C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN Pembangunan pertanian khususnya sektor perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi, dalam hal ini sektor perikanan adalah sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting dalam menyediakan pangan bagi seluruh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pringsewu sebagai sebuah Daerah Otonomi Baru (DOB) yang dibentuk berdasarkan Surat Keterangan Menteri Dalam Negeri (MENDAGRI) nomor 48 Tahun 2008,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perikanan budi daya ikan air tawar sebagai salah satu kegiatan agribisnis mulai disadari dan digarap dengan baik pada era 1990-an. Salah satu sentra kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan kerja yang

Lebih terperinci

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo)

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo) MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo) Minapolitan mungkin merupakan istilah yang asing bagi masyarakat umum, namun bagi pelaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial di Pedesaan Setiap individu atau masyarakat tentunya mengalami suatu perubahan. Lambat atau cepat perubahan itu terjadi tergantung kepada banyaknya faktor di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia. Salah satu subsektor pertanian

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Jurnal DIANMAS, Volume 6, Nomor 2, Oktober2017 PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Wiwit Rahayu 1,2) dan Wara Pratitis Sabar Suprayogi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan dan luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta Km² atau sekitar 81% dari wilayah seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai sumber daya alam laut yang besar baik sumber daya hayati maupun non hayati. Selain perairan laut,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan perikanan tangkap Indonesia yang sebagian besar saat ini telah mengalami overfishing menuntut pemerintah untuk beralih mengembangkan perikanan budidaya. Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997 menyebabkan banyak sektor usaha mengalami pailit yang secara langsung memberi andil besar bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam suatu negara karena memberikan kontribusi yang cukup besar dalam bidang ekonomi. Menurut

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PELALAWAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PELALAWAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran wilayah pada dasarnya salah satu upaya untuk mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari segi potensi alam, Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk pengembangan budidaya perikanan. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Menurut Ciputra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap

I. PENDAHULUAN. Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap atau overfishing, hal tersebut mengakibatkan timbulnya degradasi pada sistem laut, punahnya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi Definisi Akuakultur Berasal dari bahasa Inggris: aquaculture Aqua: perairan, culture: budidaya Akuakultur : kegiatan untuk memproduksi biota (organisme)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan di Indonesia cukup besar, baik sumberdaya perikanan tangkap maupun budidaya. Sumberdaya perikanan tersebut merupakan salah satu aset nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara otomatis kebutuhan terhadap pangan akan meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pangan

Lebih terperinci

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian

Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Kata Pengantar Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas kehendaknya-lah penulisan makalah ini dalam tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDIDAYA IKAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap* Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap* Sebagai Kabupaten dengan wilayah administrasi terluas di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap menyimpan potensi sumberdaya alam yang melimpah. Luas Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghancurkan beberapa kegiatan bisnis, terutama bisnis yang sedikit

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghancurkan beberapa kegiatan bisnis, terutama bisnis yang sedikit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis perekonomian yang melanda negara kita pada saat ini telah cukup banyak menghancurkan beberapa kegiatan bisnis, terutama bisnis yang sedikit local content. Namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu dari luar sistem perairannya sehingga dapat dinetralkan atau distabilkan kembali dalam jangka waktu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jl. Selamet Riyadi No. 8 Telp. (0263) 261293 Jl. Arif Rahman Hakim No. 26 Telp.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebahagian besar mata pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris, salah satu peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan, dimana memiliki sumber daya perikanan yang besar, baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Sektor kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang harus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR TERHADAP PERKEMBANGAN DESA JIMBARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

PENGARUH AKTIVITAS BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR TERHADAP PERKEMBANGAN DESA JIMBARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR PENGARUH AKTIVITAS BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR TERHADAP PERKEMBANGAN DESA JIMBARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: M. LUTHFI EKO NUGROHO NIM L2D 001 440 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang besar di sektor pertanian. Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, pemerintah

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut. - 602 - CC. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Kelautan 1. Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu syarat penting menuju terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut melibatkan banyak sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

Bab 5 KINERJA SEKTOR PERIKANAN

Bab 5 KINERJA SEKTOR PERIKANAN Bab 5 KINERJA SEKTOR PERIKANAN 5.1 Kinerja Sektor Perikanan Nasional dalam Penerapan Perikanan Berkelanjutan 5.1.1 Perikanan Tangkap Kegiatan perikanan tangkap masih memegang peranan yang sangat strategis

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN

SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN 2016/08/11 07:58 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN OKI (11/8/2016) www.pusluh.kkp.go.id Penyuluhan merupakan bagian dari upaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu masalah global yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara dunia ketiga pada saat ini adalah krisis pangan. Terkait dengan hal tersebut strategi ketahanan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, persaingan mencari kerja semakin kompetitif sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa dan kaum muda harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar wilayahnya terdiri dari lahan pertanian dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang

Lebih terperinci