PENGENDALI HAMA UTAMA ULAT KROP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALI HAMA UTAMA ULAT KROP"

Transkripsi

1 EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011 ISSN EFEKTIFITAS JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana SEBAGAI PENGENDALI HAMA UTAMA ULAT KROP (Crocidolomia binotalis) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea) Sucipto 1, Lulu Rofiatul Adawiyah 2 1 Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura 2 Alumni Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Abstract Currently, mustard plant pest control is still used chemicals, specially synthetic chemicals that can make many problems, like pest resistance, rejurjention, enviromental damage and health human problems. Crocidolomia binotalis or ulat krop is a major pest in mustard plant that can reduce the total harvest until 100 %. Because of this, we needed Beuaveria bassiana Bals as one of alternative pest control that friendly for human healthy and enviromental. This research aimed to know the effect of Beauveria bassiana Bals on differents concentration to control ulat krop on mustard plant. The research was doing in Kebun Percobaan Agroteknologi Program Study. Rancangan Acak Kelompok with four replications used as experimental design. The treatment consists of Pestisida (P), control (B0), Beruveria bassiana (Bals.) dosis 100 g/liter (B1), Beruveria bassiana (Bals.) dosis 200 g/liter (B2), Beuaveria bassiana (Bals.) dosis 300 g/liter (B3). The parameters that observed included leaf area (cm2), number of leaves (pieces), intensity of attacks (5), mortality, total wet weight (g) and total dry weight (g). The Duncan test used when analysis of variance showed the real difference at 5 % level. Leaf area after 17 days planting was highest in B3 treatment (44,30 cm 2) and the lowest area in B0 (31,21 cm 2). Observation after 24 days planting, leaf area was higest found in P (63,82 cm 2) and lowest in B0 treatment (50,56 cm 2). After 24 days planting, the avearge number of leaves are 10 until 12 strands of planting. The intensity of worm attack in the treatment B0, B1, B2, B3 decreased after 17 days observation and increased at 24 days after planting. While in P application the intensity of attack decreased following the age of observation. Total wet weight highest in P treatment (68,33 g) and the lowest in B0 treatment (37,36 g). Total dry weight highest in P treatment (9,70 g) and the lowest in B0 treatment (5,97 g). Pendahuluan Latar Belakang Sawi hijau merupakan tanaman semusim. Sawi berdaun lonjong halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Tanaman sawi mempunyai batang pendek dan langsing. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop. Tanaman ini mempunyai akar tunggang dengan akar samping yang banyak, tetapi dangkal (Sunarjo, 2003). Sawi bermanfaat untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sawi mengandung protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C (Hartoyo, 2011). Hama yang banyak menyerang tanaman sawi terutama ulat yang memakan daun yaitu Crocidolomia pavonana (F) (Nazaruddin, 2000). Serangga hama ini di Indonesia dikenal dengan sebutan ulat krop (Yulia, 2010) atau ulat titik tumbuh. Ulat ini sangat rakus dan secara berkelompok dapat menghabiskan semua daun dan hanya meninggalkan tulang daun saja. Kerusakan yang ditimbulkannya dapat menurunkan hasil sampai 100% (Trizelia, 2005). Daun yang dimakan terutama daun yang masih muda, kemudian mereka menuju ke bagian titik tumbuh sehingga titik tumbuh habis, bila serangan begitu berat tanaman dapat mati, karena tanaman tidak mendapat kesempatan membentuk tunas baru (Pracaya, 1987). Serangan hama merupakan salah satu faktor pembatas untuk peningkatkan produksi pertanian. Pengendalian hama seringkali menggunakan pestisida kimia dengan dosis yang berlebih. Penggunaan pestisida dapat menyebabkan tanaman tercemar residu pestisida sehingga membahayakan kesehatan 65

2 Efektifitas Jamur Entomopatogen (Sucipto, Lulu RA) konsumen (Farihul dan Octriana, 2009). Salah satu upaya untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida kimia adalah dengan menggunakan biopestisida berbahan aktif mikroorganisme yang Universitas Trunojoyo Madura Metode Penelitian Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai bulan Juli Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat Beauveria bassiana (Bals.), benih sawi (varietas tosakan), pupuk kandang, pupuk urea, pestisida, jagung giling, dan air, gula, tepung kanji. Adapun alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, handsprayer, ember, kamera, alat tugal, pisau, tali rafia, papan nama dan alat tulis. Rancangan Penelitian Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 5 perlakukan sebagai berikut: P : Pestisida (Insektisida Sistrin 75 EC, 3 ml/liter) B0 : Kontrol (tanpa aplikasi jamur) B1 : Beauveria bassiana (Bals.) dengan konsentrasi 100 gr/liter B2 : Beauveria bassiana (Bals.) dengan konsentrasi 200 gr/liter B3 : Beauveria bassiana (Bals.) dengan konsentrasi 300 gr/liter Parameter Pengamatan Intensitas Serangan Ulat Krop (Crocidolomia pavonana F.) Mengambil data intensitas serangan Crocidolomia pavonana (F.) yaitu dengan mengamati gejala serangan hama pada daun. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali pada umur 10, 17, dan 24 hari setelah tanam dengan rumus sebagai berikut : IS = Intensitas serangan hama ( %) = Jumlah daun rusak tiap kategori serangan = Nilai skala tiap kategori terserang N = Jumlah daun Z = Nilai skala tertinggi kategori serangan Nilai skala dapat dikategorikan sebagai berikut : 0 = daun bersih tidak ada serangan 1 > 1-10% yang terserang dari jumlah daun 2 > % yang terserang dari jumlah daun 3 > 21%-30% yang terserang dari jumlah daun 4 > 31%-40% yang terserang dari jumlah daun 5 > 41-50% yang terserang dari jumlah daun 6 > % yang terserang dari jumlah daun 7 > 61%-70% yang terserang dari jumlah daun 8 > 71%-80% yang terserang dari jumlah daun 9 > 81%-90% yang terserang dari jumlah daun 10 > 91%-100% yang terserang dari jumlah daun Luas Daun (cm2) Pengukuran luas daun dilakukan pada 3 daun (besar, sedang, kecil) dari tanaman sampel dan dilaksanakan saat tanaman berumur 10, 17, dan 24 hari setelah tanam. Pengukuran luas daun dilakukan dengan metode pengukuran Panjang x Lebar x Faktor Koreksi. Faktor koreksi untuk tanaman sawi adalah 0,6 (Sutrisman, 2003). Jumlah daun (helai) Jumlah daun dihitung dengan menghitung jumlah daun tanaman. Daun yang dihitung yaitu daun yang sudah berbentuk sempurna. Penghitungan dilakukan saat tanaman berumur 10, 17, dan 24 hari setelah tanam. Berat Segar Tanaman (g) Penimbangan bobot segar tanaman dilakukan dengan menggunakan timbangan elektrik. Sebelum ditimbang tanaman dibersihkan dengan air dan dikeringanginkan. Pekerjaan ini dilakukan setelah panen. Berat Kering Tanaman (g) 66

3 EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011 ISSN Sawi segar yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam amplop dan diberi label sesuai perlakukan, lalu dikeringovenkan pada suhu 600C selama 72 jam. Pekerjaan ini dilakukan setelah panen Analisis data Pengaruh pemberian jamur entomopatogen Beauvaria bassiana (Bals.) sebagai musuh alami ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi dapat diketahui dengan meanalisis data pengamatan. Data pengamatan dianalisis dengan analisis sidik ragam. Bila terjadi beda nyata dilakukan analisis lebih lanjut dengan Uji Jaeak Duncan (UJD) pada taraf 5%. Hasil Dan Pembahasan Luas daun meningkat dengan bertambahnya umur pengamatan pada semua perlakuan seperti terlihat pada gambar 14. Hal ini menunjukkan pada masa umur 10 hari setelah tanam (HST) sampai 24 hari setelah tanam (HST) tanaman sawi masih dalam fase pertumbuhan vegetatif. Pengamatan 10 hari setelah tanam (HST) luas daun pada semua perlakuan cenderung sama. Gambar 4.1 Gafik rata-rata Luas Daun pada Berbagai Umur Pengamatan (cm2) Gardner et al. (1991) dalam Kastono (2005) menyatakan bahwa salah satu faktor lingkungan tumbuh yang penting bagi pertumbuhan tanaman adalah ketersediaan unsur hara. Semua tanaman sawi pada penelitian ini mendapatkan konsentrasi pemupukan yang sama. Menurut sumarmi dan sartono (2008) dengan adanya perlakuan yang sama dalam pemupukan memberikan pengaruh yang sama pula pada semua pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada umur pengamatan 10 hari setelah tanam (HST) diduga intensitas serangan belum memberikan pengaruh terhadap luas daun pada awal pertumbuhan tanaman. Pengamatan 17 hari setelah tanam (HST) luas daun tertinggi pada aplikasi Beauveria bassiana (Bals.) konsentrasi 300 g/liter (B3) sebesar 44,30 cm2 dan terendah pada kontrol (B0) sebesar 31,21 cm2 diikuti aplikasi Beauveria bassiana (Bals.) konsentrasi 200 g/liter (B2) 34,06 cm2, aplikasi Beauveria bassiana (Bals.) konsentrasi 100 g/liter (B2) 36,19 cm2, dan aplikasi Pestisida (P) sebesar 39,61 cm2 namun semuanya tidak menunjukkan beda yang nyata. Pada umur pengamatan 17 hari setelah tanam (HST) peningkatan luas daun diikuti oleh penurunan intensitas serangan hama (Tabel 1.), semakin tinggi luas daun maka semakin rendah intensitas serangan hama. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muhammad (2006) bahwa besar kecilnya luas daun dipengaruhi oleh intensitas serangan hama. Pengamatan 24 hari setelah tanam (HST) luas daun tanaman sawi tidak menunjukkan beda yang nyata namun cenderung memberikan luas daun yang berbeda. Hal ini terlihat dari luas daun tertinggi pada aplikasi Pestisida (P) sebesar 63,82 cm2 67

4 Efektifitas Jamur Entomopatogen (Sucipto, Lulu RA) dan terendah pada kontrol (B0) sebesar 50,56 cm2 diikuti aplikasi Beauveria bassiana (Bals.) konsentrasi 200 g/liter (B2) sebesar 50,89 cm2, dan aplikasi Beauveria bassiana (Bals.) konsentrasi 100 g/liter sebesar 5,87 cm2 dan aplikasi Beauveria bassiana (Bals.) konsentrasi 300 g/liter (B3) sebesar 63,73 cm2. Pada umur pengamatan ini peningkatan luas daun tidak diikuti oleh turunnya intensitas serangan. Aplikasi Beauveria bassiana (Bals.) 300 g/liter (B3) memiliki besar luas daun yang hampir sama dengan aplikasi Pestisida (P). Hal ini karena pada dua pengamatan sebelumnya intensitas serangan ulat krop pada aplikasi Beauveria bassiana (Bals.) konsentrasi 300 g/liter (B3) sebesar 0%. Serangan 0%, artinya tidak ada serangan yang menyebabkan tidak adanya gangguan bagi tanaman dalam memaksimalkan pertumbuhannya. Jumlah Daun Jumlah daun di setiap perlakuan pada semua umur pengamatan. Jumlah daun semakin meningkat dengan bertambahnya umur pengamatan seperti terlihat pada gambar 15. Hal ini selaras dengan pertambahan luas daun yang semakin bertambah dengan meningkatnya umur pengamatan akibat pertumbuhan tanaman sawi yang masih dalam fase pertumbuhan vegetatif. Gambar 4.2 Gafik Rata-rata Jumlah Daun (Helai) pada Berbagai Umur Pengamatan Intensitas serangan yang berbeda pada semua perlakuan tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah daun. Serangan tertinggi pada umur pengamatan 10 hari setelah tanam (HST) sebesar 16,72%, pada umur pengamatan 17 hari setelah tanam (HST) sebesar 14,105%, dan pada umur pengamatan 24 hari setelah tanam (HST) sebesar 38,7475%. Intensitas serangan yang kecil ini tidak sampai merusak daun sehingga tidak ada daun yang mati akibat adanya serangan ulat krop (Crocidolomia pavonana F.). Kecenderungan pertambahan jumlah daun pada tanaman sawi pada masingmasing perlakuan dan pada semua umur pengamatan tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena faktor genetik tanaman yang berkaitan dengan potensi penambahan jumlah daun yang lebih dominan. Gardner et al.,(1991) menyatakan jumlah bakal daun yang terdapat pada embrio biji merupakan karakteristik spesies (Anonim h., 2011). Potensi daun sawi varitas tosakan adalah 14 helai (lampiran 7). Rata-rata jumlah daun pada umur pengamatan 24 hari setelah tanam (HST) 10 sampai 12 helai pertanaman. Hal ini dikarenakan tanaman sawi belum mencapai umur maksimumnya. Intensitas Serangan Ulat Krop (Crocidolomia pavonana F.) Efektifitas jamur entomopatogen Beauveria bassiana (Bals.) dan pestisida terhadap intensitas serangan Ulat Krop 68

5 EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011 ISSN (Crocidolomia pavonana F.) pada umur 10 hari setelah tanam (HST), 17 hari setelah tanam (HST) tidak menunjukkan beda yang nyata dan pada umur 24 hari setelah tanam (HST) menunjukkan beda yang nyata. Tabel 4.1 Rata-rata Intensitas Serangan pada Berbagai Umur Pengamatan (%) Perlakuan Intensitas Serangan Pada berbagai Umur Pengamatan (%) 10 HST 17 HST 24 HST P 5,07 4,61 1,44 b B0 16,72 14,11 28,75 a B1 3,23 3,23 22,88 a B2 8,07 4,19 20,54 a B ,40 a UJD ns ns * Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata. Tabel 4.2 Kisaran Kondisi Iklim Penelitian Pukul WIB Pukul WIB Pukul WIB Suhu 32,5 0C 39,6 0C 30 0C Kelembaban 63% 56% 70% Sumber : Pengamatan mandiri Universitas Trunojoyo Madura 29 Pada Tabel 1. terlihat pada umur pengamatan 24 hari setelah tanam (HST) menunjukkan bahwa intensitas serangan ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) pada kontrol atau tanpa aplikasi (B0) berbeda nyata dengan intensitas serangan pada aplikasi Pestisida namun tidak berbeda nyata pada aplikasi Beauveria bassiana dengan berbagai tingkat konsentrasi yang berbeda. Hal ini di duga karena gagalnya perkecambahan konidia Beauveria bassiana (Bals.) pada kondisi iklim penelitian yang tidak cocok. Kisaran kondisi iklim pada saat pelaksanaan penelitian terlihat pada tabel 2. Menurut Junianto dan sukamto (1995) dalam Trizelia (2005) perkecambahan konidia membutuhkan kelembaban relatif diatas 90% dan suhu optimum berkisar antara 20 0 C sampai 30 0 C. Gardneret et all (1997) dalam Trizelia (2005) menambahkan bahwa konidia Beauveria bassiana (Bals.) pada daun yang terkena sinar matahari langsung akan kehilangan viabilitas dan virulensinya terhadap inang sebesar 50% sampai 100% dalam waktu 24 jam sampai beberapa hari. Intensitas serangan ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) cenderung menurun pada umur pengamatan 17 hari setelah tanam (HST) pada semua perlakuan dan meningkat pada umur pengamatan 24 hari setelah tanam (HST) kecuali pada aplikasi pestisida (P). Intensitas serangan ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) pada aplikasi pestisida (P) semakin menurun dengan bertambahnya umur pengamatan. Intensitas serangan pada umur pengamatan 10 hari setelah tanam (HST) sebesar 5,07%, 17 hari setelah tanam sebesar 4,61%, dan 24 hari setelah tanam (HST) sebesar 1,44% seperti terlihat pada gambar

6 Efektifitas Jamur Entomopatogen (Sucipto, Lulu RA) Gambar 4.3 Gafik Rata-rata Intensitas Serangan pada Berbagai Umur Pengamatan (%) Ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) di duga telah mencapai instar III dengan ciriciri tubuh ulat berwarna hijau dengan panjang 1,1 cm 1,3 cm juga di duga telah ada yang mencapai instar IV dan telah berkepupa. Larva yang yang telah mencapai instar IV akan berhenti makan dan mulai memasuki tanah sehingga intensitas serangan menurun pada pengamatan 17 hari setelah tanam (HST). Larva yang menjadi pupa terlebih dahulu telah menjadi serangga dewasa dan bertelur dengan sebaran yang rata pada setiap tanaman sehingga serangan pada pengamatan 24 hari setelah tanam meningkat tajam dibandingan pengamatan 10 hari setelah tanam (HST) dan 17 hari setelah tanam (HST). Pestisida yang digunkan dalam penelitian ini adalah Sistrin 75 EC dengan bahan aktif sipermetrin 75 g/liter. Menurut Djojosumarto (2008) simetrin ditemukan pada tahun 1975 dan bekerja sebagai racun kontak dan racun perut. Sistrin 75 EC diduga bekerja sebagai racun perut karena pada umur pengamatan 17 hari setelah tanam penurunan intensitas serangan sedikit yakni sebesar 0,46%. Racun perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk ke dalam organ pencernaannya. Selanjutnya insektisida tersebut diserap dinding saluran pencernaan makanan dan dibawa oleh cairan tubuh ke tempat insektisida itu aktif. Oleh karena itu, hama serangga harus memakan tanaman yang sudah disemprot dengan insektisida dalam jumlah yang cukup untuk membunuhnya. Pada umur pengamatan 17 hari setelah tanam (HST) diduga jumlah daun yang dimakan belum mampu membunuh ulat krop (Crocidolomia pavonana F.). Intensitas serangan ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) setiap perlakuan pada berbagai umur pengamatan cenderung tidak merata, hal ini di duga karena serangan dari ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) juga tidak merata. Intensitas serangan sangat tergantung salah satunya pada populasi, semakin banyak jumlah populasi semakin banyak pula intensitas serangan. Berat Basah Total (g) Dan Berat Kering Total (g) Berat basah total tertinggi terdapat pada perlakuan aplikasi pestisida (P) sebesar 68,33 g dan terendah pada kontrol (B0) sebesar 37,36 (Gambar 17). Besar kecilnya dipengaruhi oleh intensitas serangan ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) umur pengamatan 24 hari setelah tanam (HST). Semakin tinggi berat basah total maka intensitas serangan semakin rendah. Intensitas serangan ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) umur pengamatan 24 hari setelah tanam (HST) tertinggi pada aplikasi pestisida (P) sebesar 1,44% dan terendah pada kontrol (B0) sebesar 38,75%. Menurut Sumarmi dan Sartono (2008) Tinggi rendahnya berat segar tanaman juga dipengaruhi oleh ada tidaknya serangan hama. Ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) menyerang pada fase larva. Larva ini akan 70

7 EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011 ISSN memakan daun (Kasholven, 1981 dalam Trizelia, 2005) sehingga menyebabkan daun berlubang. Semakin tinggi intensitas serangan maka semakin sedikit pula kerusakan fisik (daun berlubang) pada daun sawi oleh Ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) dan sebaliknya. Semakin besar kerusakan fisik daun pada daun sawi akan menyebabkan semakin rendahnya berat basah total tanaman sawi. Berat kering merupakan berat organ yang terdapat dalam bentuk biomassa. Biomassa ini mencerminkan penangkapan energi oleh tanaman pada proses fotosintesis. Semakin tinggi berat kering brangkasan menunjukkan bahwa proses fotosintesis berjalan baik. Penggunaan berat kering sebagai variabel. pengamatan pertumbuhan disebabkan karena berat basah selalu mengalami fluktuasi tergantung dari kelembaban (Harjadi, 1991 dalam Anonim h, 2011). Berat kering tanaman terbesar pada perlakuan aplikasi Pestisida (P) sebesar 9,70 g diikuti aplikasi beauveria bassiana konsentrasi 100 g/liter (B1) sebesar 7,93 g, aplikasi Beauveria bassiana konsentrasi 200 g/liter (B2) sebesar 7,59 g, aplikasi Bauveria bassiana konsentrasi 300 g/liter (B3) sebesar 7,36 g, dan kontrol (B0) sebesar 5,97 g. Produksi bahan kering yang semakin besar, berarti terjadi peningkatan organ penghasil (source), yang memungkinkan organ pemakai (sink) juga meningkat (Kastono, 2005). Gambar 4.4 Gafik Rata-rata Berat Basah Total (g) dan Berat Kering Total (g) Kesimpulan Kesimpulan Dan Saran 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pestisida (P), kontrol (B0), dan aplikasi beberapa kosentrasi Beauveria bassiana (Bals.) tidak berbeda nyata pada luas daun dan jumlah daun. Luas daun dan jumlah daun semakin meningkat dengan bertambahnya umur pengamatan. 2. Aplikasi pestisida (P), kontrol, dan aplikasi beberapa konsentrasi Beauveria bassiana (Bals.) berbeda nyata terhadap intensitas serangan ulat krop (Crocidolomia pavonana F.). Hasil uji jarak duncan menunjukkan bahwa kontrol berbeda nyata dengan perlakuan aplikasi pestisida namun tidak berbeda nyata dengan pelakuan aplikasi beberapa konsetrasi Beauveria bassiana (Bals.) (100 gr/liter, 200 gr/liter, 300 gr/liter). Hal ini diduga karena gagalnya perkecambahan Beauveria bassiana (Bals.) pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan intensitas serangan ulat krop 71

8 Efektifitas Jamur Entomopatogen (Sucipto, Lulu RA) (Crocidolomia pavonana F.) yaitu pada apalikasi Pestisida (P). 3. Aplikasi pestisida (P), kontrol, dan aplikasi beberapa konsentrasi Beauveria bassiana (Bals.) tidak berbeda nyata terhadap berat basah total dan berat kering total tanaman. Besar kecilnya berat basah dipengaruhi oleh intensitas serangan ulat krop (Crocidolomia pavonana F.). Semakin tinggi berat basah total maka intensitas serangan semakin rendah. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang aplikasi Beauveria bassiana (Bals.) pada ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) dengan asal isolat dari beberapa tempat yang berbeda. 2. Isolat murni dari Madura sangat direkomendasikan, karena dimungkinkan isolat murni Beauveria bassiana (Bals.) dari Madura akan lebih mampu hidup dalam kondisi lingkungan Madura yang ekstrim. 3. Interval waktu aplikasi Beauveria bassiana (Bals.) hendaknya lebih pendek dan tidak berpatokan pada umur tanaman, karena serangan ulat krop (Crocidolomia pavonana F.) dapat terjadi selama pertumbuhan tanaman mulai dari pembibitan. Penyemprotan sebaiknya juga dilakukan pada malam hari. Daftar Pustaka Anonim a., Beauveria bassiana. Online: id.wikipedia. org/ wiki/ Beauveria_bassiana. Diakses pada tanggal 2 Februari Anonim g. Crocidolomia pavonana. Online: wiki /Crocidolomia_ pavonana. Diakses pada tanggal 2 Februari Farihul, Ihsan dan Liza Octriana Teknik Pengujian Efektivitas Jamur Entomopatogen Beauveria Bassiana Pada Media Pembawa Substrat Beras dan Jagung untuk Pengendalikan Lalat Buah Semilapang. Online: pustaka.litbang. deptan.go.id/publikasi/bt pdf. Diakses pada tanggal 2 Februari Kastono, Dody Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam Terhadap Penggunaan Pupuk Organik dan Biopestisida Gulma Siam (Chromolaena odorata). Ilmu Pertanian Vol. 12 No.2, 2005 : Muhammad Respon Tembakau Madura Variets Prancak Akibat Serangan Spodoptera litura Empat Minggu Setelah Tanam yang Dikendalikan oleh Nematoda Entomopatogen (Heterorhabditis). [Skripsi]. Bangkalan: Universitas Trunojoyo Madura. Nazaruddin Budidaya dan Pengaturan Panen: Sayuran Dataran Rendah. Jakarta: Penebar Swadaya. Pracaya Kol Alias Kubis. Jakarta: Penebar Swadaya. Sumarmi JS. Dan Sartono Pengendalian Plutella xylostella dan Crocidolomia Binotales pada Tanaman Kubis dengan Insektisida Nabati. Eksplorasi Vol XX No 1. Sunarjo, Hendro Bertanam Jenis Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya. Trizelia Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana Bals. Vuill. (Deuteromycotina: Hyphomycetes): Keragaman Genetik, Karakteristik Fisiologis, dan Virulensinya Terhadap Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae). Online: Diakses pada tanggal 2 Februari Yulia, Esti Hama Penting Tanaman Kubis. Online: 6/hama-penting-tanaman-kubis/. Diakses pada tanggal 2 Februari

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK 864. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Untuk konsumsi sehari-hari, sawi biasa

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin VOLUME 3 NO.3 OKTOBER 2015 EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Untuk konsumsi sehari-hari, sawi biasa

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi dosis pestisida

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan dimulai bulan April

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO 646. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO Teuku Alvin Djafar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L. Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 6885 PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) VARIETAS TOSAKAN Gerald

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Waktu

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik ataupun abiotik. Faktor pengganggu biotik adalah semua penyebab gangguan yang terdiri atas organisme atau makhluk

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Buana Sains Vol 6 No 2: 165-170, 2006 165 PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Fauzia Hulopi PS Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM. i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. ii ABSTRACT.... iii ABSTRAK..... iv RINGKASAN. v HALAMAN PERSETUJUAN viii TIM PENGUJI. ix RIWAYAT HIDUP. x KATA PENGANTAR. xi DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh organisme atau serangga merupakan masalah penting bagi petani di Indonesia. Petani mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menanggulangi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Kabupaten Karo, Desa Kuta Gadung dengan ketinggian tempat m diatas

BAHAN DAN METODE. Kabupaten Karo, Desa Kuta Gadung dengan ketinggian tempat m diatas BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Karo, Desa Kuta Gadung dengan ketinggian tempat 1.250 m diatas permukaan laut.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Waktu:

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair Responses Growth and Production of Mustard Greens (Brassica juncea L.) to the Addition of Liquid Fertilizer Muhammad

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) oleh petani masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap efektif. Menurut Sastrosiswojo, 1990 (Kasumbogo

Lebih terperinci

BAB III METODE. kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan

BAB III METODE. kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan BAB III METODE A. Model Penelitian Penelitian ini menggunakan design Penelitian Eksperimen yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan terdapat lima kali pengulangan.

Lebih terperinci

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. ) Agrium, April 2014 Volume 18 No 3 PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. ) Suryawaty Hamzah Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas pestisida nabati daun sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman sawi (Brassica juncea

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga anggrek adalah salah satu jenis tanaman hias yang mampu memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, terus menghasilkan ragam varietas anggrek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pestisida sintetik pada umumnya kurang aman karena mempunyai dampak yang merugikan terhadap kesehatan dan lingkungan hidup, untuk itu pestisida sintetik yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis... 4

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis... 4 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 3 1.3 Kerangka Pemikiran... 4 1.4 Hipotesis... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman

Lebih terperinci

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA 8 AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN 1979 5777 KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA (THE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi: Efektivitas Cendawan Isolat Lokal Metarhizium sp. terhadap Hama Plutella xylostella Linn. pada Tanaman Kubis di Kota Tomohon (The effects of Local Isolates of the Fungus Metarhizium sp. against Pests Plutella

Lebih terperinci

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN [STUDY ON THREE EGG PLANT VARIETIES GROWN ON DIFFERENT COMPOSITION OF PLANT MEDIA, ITS EFFECT ON GROWTH

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN URIN KELINCI DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIM (Brassica juncea, L.) SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN URIN KELINCI DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIM (Brassica juncea, L.) SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN URIN KELINCI DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIM (Brassica juncea, L.) SKRIPSI Oleh : ABUYAMIN NPM. 0925010026 FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT Jurnal AgroPet Vol. 10 Nomor 1 Juni 2013 ISSN: 1693-9158 PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT Oleh: Endang Sri Dewi.HS. 1) RINGKASAN Peningkatan kebutuhan tomat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di antaranya disebabkan serangan hama tanaman. Banyak hama yang menyerang tanaman kubis, salah satunya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Pengujian Beberapa Konsentrasi Bacillus thuringiensis Berliner dalam Mengendalikan Hama Ulat Daun Selada {Lactuca sativa)

Pengujian Beberapa Konsentrasi Bacillus thuringiensis Berliner dalam Mengendalikan Hama Ulat Daun Selada {Lactuca sativa) Pest Tropical Journal, Vol. 1 No. 1, Juli 2003 ISSN 1693-2854 Pengujian Beberapa Konsentrasi Bacillus thuringiensis Berliner dalam Mengendalikan Hama Ulat Daun Selada {Lactuca sativa) Rusli, Jeltje Hennle

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Mengembangkan dan membudidayakan tanaman tomat membutuhkan faktor yang mendukung seperti pemupukan, pengairan, pembumbunan tanah, dan lain-lain. Pemberian

Lebih terperinci

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN :

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN : PENGARUH PERBEDAAN FORMULA PUPUK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (Brassica oleracea). (The Effect of Different Fertilizer Formula on Chinesse Kale (Brassica oleracea) Growth and Yield) Dewi Kumala Sari

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dalam bidang pertanian. Pertanian Indonesia ini tidak lepas dari sumber produksi

Lebih terperinci

Pengendalian Hama pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.)

Pengendalian Hama pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) Pengendalian Hama pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) Noorbetha Julaily 1, Mukarlina 1, Tri Rima Setyawati 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Green House Kebun. Biologi FMIPA UNY.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Green House Kebun. Biologi FMIPA UNY. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Green House Kebun Biologi FMIPA UNY. 2. Waktu : Penelitian ini berlangsung selama ± 2 bulan dari bulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM PLANT GROWTH AND PRODUCTION MUSTARD (Brassica juncea L) WITH GRANT OF MICROORGANISMS

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) Dewi Arie Puspareny*), Titin Sumarni**) dan Agung Nugroho**)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID ABSTRAK

PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID ABSTRAK PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID Madun 1), Made Deviani Duaja 2), Akmal 2) 1. Alumni Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian 2. Dosen Prodi Agroekoteknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta.

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR SKRIPSI MUHAMMAD RIZKY ANDRY AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR SKRIPSI MUHAMMAD RIZKY ANDRY AGROEKOTEKNOLOGI - BPP TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR SKRIPSI MUHAMMAD RIZKY ANDRY 080301097 AGROEKOTEKNOLOGI - BPP PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK Growth and yield of shallot on Different Soil Tillage and Giving NPK fertilizer Romayarni Saragih 1*,

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *) Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN PAITAN (Thitonia diversifolia)

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN PAITAN (Thitonia diversifolia) Bio-site. Vol. 03 No. 1, Mei 2017 : 39 46 ISSN: 2502-6178 PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) DENGAN PEMBERIAN KOMPOS BERBAHAN DASAR DAUN PAITAN (Thitonia diversifolia) GROWTH OF MUSTAR

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN NU-CLEAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STRAWBERRY

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN NU-CLEAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STRAWBERRY Plumula Volume 1 No.1 Januari 2012 ISSN : 2089 8010 PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN NU-CLEAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN STRAWBERRY Ifluence of Plant Media and Consentration

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (553) :

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (553) : Uji Efektivitas Metarhizium anisopliae Metch. dan Beauveria bassiana Bals. terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) pada Tanaman Kedelai (Glicyne max L.) di Rumah Kassa Effectivity test Metarhizium

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Agrium ISSN 082-1077(Print) ISSN 2442-7306 (Online) April 2017 Volume 20 No. 3 PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Erlita 1 dan Farida Hariani

Lebih terperinci

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK (Effect of Cloves (Syzygium aromaticum) Leaves Powder on The Growth and Yield of Organik Tomatoes (Solanum lycopersicum )) Evita

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

RESPONS TANAMAN TOMAT TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BOKASHI DAN PENGATURAN JARAK TANAM

RESPONS TANAMAN TOMAT TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BOKASHI DAN PENGATURAN JARAK TANAM RESPONS TANAMAN TOMAT TERHADAP PEMBERIAN PUPUK BOKASHI DAN PENGATURAN JARAK TANAM RESPONSE OF TOMATO PLANTS TO THE BOKASHI FERTILIZER APPLICATION AND PLANT SPACING Bagus Hendra Cahyono 1) dan Bagus Tripama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Volume 10 Nomor 2 September 2013

Volume 10 Nomor 2 September 2013 Volume 10 Nomor 2 September 2013 ISSN 0216-8537 9 7 7 0 2 1 6 8 5 3 7 2 1 10 2 Hal. 79 54 Tabanan September 2013 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 KOMPONEN

Lebih terperinci

Magrobis Journal 10. RESPON CABAI BESAR (Capsicum annum L.) TERHADAP VARIASI WAKTU PENGENDALIAN GULMA. Oleh : Erwin Arief Rochyat *) ABSTRAK ABSTRACT

Magrobis Journal 10. RESPON CABAI BESAR (Capsicum annum L.) TERHADAP VARIASI WAKTU PENGENDALIAN GULMA. Oleh : Erwin Arief Rochyat *) ABSTRAK ABSTRACT Magrobis Journal 10 RESPON CABAI BESAR (Capsicum annum L.) TERHADAP VARIASI WAKTU PENGENDALIAN GULMA Oleh : Erwin Arief Rochyat *) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui titik kritis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, I. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada bulan

Lebih terperinci

ISSN: AGRINEÇA, VOL. 12 NO. 1 JANUARI 2012 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR DAN DOSIS URIN KELINCI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL BROCOLI

ISSN: AGRINEÇA, VOL. 12 NO. 1 JANUARI 2012 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR DAN DOSIS URIN KELINCI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL BROCOLI ISSN: 0854-2813 AGRINEÇA, VOL. 12 NO. 1 JANUARI 2012 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR DAN DOSIS URIN KELINCI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL BROCOLI THE INFLUENCE OF FLUID ORGANIC FERTILIZER AND URINE RABBIT DOSAGE

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L. PROPOSAL PENELITIAN PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) Oleh Diah Azhari 0910480211 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR. Soebrantas KM 15

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN DAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN DAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) Jurnal AGRIFOR Volume XVI Nomor 2, Oktober 2017 ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 PENGARUH WAKTU PEMBERIAN DAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. tempat ± 30 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Awal Juli sampai

BAHAN DAN METODE. tempat ± 30 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Awal Juli sampai BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Telaga Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat ± 30 m dpl.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap Mortalitas H. armigera Mortalitas larva H. armigera merupakan parameter pengukuran terhadap banyaknya jumlah

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Volume 11 Nomor 2 September 2014 Volume 11 Nomor 2 September 2014 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 11 2 Hal. 103-200 Tabanan September 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 HASIL

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau selama 4 bulan di mulai dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA JURNAL AGROTEKNOS Maret 2013 Vol. 3 No. 1. Hal 19-25 ISSN: 2087-7706 PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK UREA Growth and Yield of Mustard (Brassica juncea

Lebih terperinci

POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON

POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON 1 POPULATION LARVA Plutella xylostella Linn. ON PLANT SPROUTS IN EAST VILLAGE PASLATEN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan daerah potensial untuk pengembangan komoditas kakao karena sumber daya alam dan kondisi sosial budaya yang mendukung serta luas areal kakao yang

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci