PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK Ni Luh Gede Sriwati, A.A.Gede Agung 2, Ni Ketut Suarni 3 1 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan, 3 Jurusan BK Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia gedesriwati83@yahoo.com 1, agung2056@yahoo.co.id 2, tut_arni@yahoo.com 3 Abstrak Kemampuan berbahasa anak kelompok B TK Dharma Kumara Sunantaya, Kabupaten Tabanan sebelum penelitian ditemukan masih sangat rendah dengan rata-rata sebesar 41,55%. Hal ini diduga karena kurang menariknya guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Maka dari itu, dalam penelitian ini diterapkan model pembelajaran Course Review Horay berbantuan media gambar yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa pada anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah anak berjumlah 16 orang dengan 9 orang anak laki-laki dan 7 orang anak perempuan. Data penelitian tentang kemampuan bahasa dengan menggunakan model Course Review Horay dengan instrumen berupa lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan setelah penerapan model Course Review Horay berbantuan media gambar terjadi peningkatan perkembangan bahasa anak kelompok B pada siklus I sebesar 42,5% berada pada kategori sangat rendah dan pada siklus II meningkat menjadi sebesar 84,05 % berada pada kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan bahasa anak kelompok B pada TK Kumara Yasa Tegallinggah Penebel Tabanan. Kata-kata kunci: model pembelajaran Course Review Horay, media gambar, kemampuan bahasa. Abstract Language skills of children in group B Sunantaya Kumara Kindergarten Dharma, Tabanan before the study found is still very low with an average of 41.55%. This is presumably due to less pull teachers in delivering learning material. Therefore, in this study applied a model-assisted learning Course Review Horay media images which aims to improve language skills in children. This research is an action research conducted in two cycles. Subjects were children of 16 people with 9 boys and 7 girls. Research data on language skills by using a model Horay Review Course with a sheet of observation instruments. Data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results of the data analysis showed that after the application of the Course Review Horay media aided drawing increased language development of children in group B in the first cycle of 42.5% at a very low category and the second cycle increased to 84.05% in the high category. So it can be concluded that an increase language skills of children in group B at Kumara Kindergarten Workshop Tegallinggah Penebel Tabanan. Key words: learning model Horay Review Course, media images, language abilities.

2 PENDAHULUAN Manusia dilahirkan dengan aneka ragam bakat yang berbeda-beda tergantung pada keadaan di lingkungan sekitarnya yang merupakan faktor eksternal yang berdampak terhadap perkembangan bakat, minat dan kemampuan seseorang. Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia berikutnya. Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Dalam penjabaran pengertian, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas menyatakan bahwa : pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia dini, sehingga ia siap melaksanakan pendidikan di jenjang yang formal. Hal itu menunjukan bahwa pengembangan PAUD harus lebih ditingkatkan agar tujuan pendidikan secara umum dapat dicapai. Oleh karena itu peran serta masyarakat harus dipertahankan dan peran pemerintah dalam membina dan mengembangkan berbagai kebijakan tentang PAUD harus dioptimalkan karena pada anak usia dini yang sangat peka terhadap ini akan mudah untuk mengikutinya karena anak usia dini merupakan masa peka anak. Usia dini pada anak-anak disebut juga dengan usia emas atau golden age. Masa-masa tersebut merupakan masa kritis dimana seorang anak membutuhkan rangsangan-rangsangan yang tepat untuk mencapai kematangan yang sempurna. Arti kritis adalah sangat mempengaruhi keberhasilan pada masa berikutnya. Apabila masa kritis ini tidak memperoleh rangsangan yang tepat dalam bentuk latihan atau proses belajar maka diperkirakan anak akan mengalami kesulitan pada masa-masa perkembangan berikutnya. PAUD merupakan pendidikan yang berkesinambungan antara keluarga dan lingkungan. Untuk menyelaraskan kebutuhan ini, maka perlu ada kerjasama dalam mendidik anak antara orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam memberikan layanan pada anak usia dini diharapkan sekolah mampu memberikan layanan pembinaan kepada orang tua untuk melanjutkan stimulasi pendidikan yang dapat diselenggarakan sendiri di lingkungan sekitar maupun di rumah. Pendidikan yang mencakup usaha sadar untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan perkembangan optimal dari potensi yang dibawanya dari lahir sehingga anak didik akan dapat mengembangkan aspek perkembanganya. Upaya mengembangkan berbagai potensi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui jalur pendidikan formal yang didapat oleh anak-anak sehingga anak-anak dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dengan baik dan terarah sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Dengan adanya program PAUD ini, maka membantu para anak-anak atau peserta didik untuk dapat mengikuti proses pembelajaran yang mengarahkan setiap anak untuk mengembangkan berbagai aspek-aspek perkembangan yang dilalui oleh anak. PAUD yang merupakan tempat untuk mengembangkan peetumbuhan dan perkembangannya harus mampu

3 menyediakan segala aspek yang diperlukan oleh anak didik dalam proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan optimal. Setiap tahapan perkembangan dan pertumbuhan anak didik berjalan secara bertahap sehingga dengan tahapan perkembangan yang dilalui oleh anak didik tersebut sesuai dengan usia anak maka diharapkan dapat meningkat secara kuantitatif dan kualitatif pada tahap selanjutnya. Seperti halnya anak pada TK Kumara Yasa Tegallinggah, setiap tahapan perkembangan dan pertumbuhan anak diperhatikan di sekolah ini dengan tujuan agar anak didik nantinya mampu mengikuti pendidikan dasar selanjutnya. Namun, pada tahun ajaran 2011/2012 terdapat suatu kesenjangan dalam aspek perkembangan bahasa anak. Dalam aspek perkembangan bahasa anak pada tahun ajaran 2011/2012 ini cenderung sangat rendah dimana dapat terlihat pada instrumen penilaian yang mengacu pada persentase 41,12%. Dengan hasil persentase ini yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, maka persentase 41,12% ini berada pada kriteria sangat rendah. Dari hasil persentase pada tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan kemampuan berbahasa anak sangat jauh dibawah kriteria yang diharapkan. Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya kemampuan bahasa anak sangat rendah. Setelah dilakukan observasi di sekolah ini, maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kemampuan bahasa anak kurang adalah : (1) penggunaan metode pembelajaran yang kurang menarik atau kurang pembaharuan metode pembelajaran sehingga masih menggunakan metode pembelajaran yang lama, (2) penggunaan media yang sangat kurang sehingga sudah tidak menarik lagi bagi anak, dan (3) perhatian orang tua terhadap anaknya dalam setiap tahapan perkembangan anak baik di sekolah maupun di rumahnya. Dengan latar belakang masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang kemampuan bahasa anak. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan lingkungan karena faktor-faktor bawaan dan lingkungan individu itu juga bervariasi, pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa juga bervariasi. Perbedaan individu pada setiap kemampuan berbahasa akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Semakin bertambahnya usia, semakin luas dan bervariasinya lingkungan hidup dan lingkungan pergaulan. Akibatnya, tidak hanya akan semakin kompleks dari usia sebelumnya tetapi juga semakin berbeda dengan individu lain. Melalui aspek perkembangan bahasa yang dilakukan dengan mengungkapkan bahasa, diperlukan media untuk menunjang proses pembelajaran yang digunakan untuk merangsang anak-anak mau melakukannya dengan senang dan tanpa paksaan. Hamalik mengatakan media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengaktifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 1980:23). Sadiman (1990:6) mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Melalui media pembelajaran yang merupakan komponen untuk merangsang siswa belajar maka media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media gambar. Tegeh (2008) menyatakan bahwa: yang dimaksud media gambar dilihat dari pandangan media grafis adalah gambar gambar hasil lukisan tangan, hasil cetakan, dan hasil karya seni fotografi. Penyajian obyek dalam bentuk gambar dapat disajikan melalui bentuk nyata maupun kreasi khayalan belaka sesuai dengan bentuk yang pernah dilihat oleh orang yang menggambarnya. Kemampuan gambar dapat berbicara banyak dari seribu kata hal ini mempunyai makna bahwa gambar merupakan suatu ilustrasi yang memberikan pengertian dan penjelasan yang amat banyak dan lengkap dibandingkan kita hanya membaca dan memberikan suatu kejelasan pada sebuah

4 masalah karena sifatnya yang lebih konkrit (nyata). Dari media yang digunakan tersebut, maka model pembelajaran juga penting dalam proses pembelajaran ini dimana model pembelajaran yang mengasyikan akan membuat anak-anak tidak akan merasa bosan dan pengetahuan yang ingin dicapai akan dapat berjalan dengan maksimal. Dengan penggunaan model pembelajaran course review horay. Model Course Review Horay juga merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu siswa untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Model pembelajaran Course Review Horay ini juga merupakan suatau model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam kelas dengan lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertari karena dalam model pembelajaran Course Review Horay ini, apabila siswa dapat menjawab secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata hore ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri. Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay tidak hanya menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi akademik. Course Review Horay sebagai salah satu proses learning to know, learning to do, learning to be and learning to live together untuk mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik (Suprijono, 2010). Dengan demikian, maka dalam penelitian ini dilakukan suatu Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Pada Anak Kelompok B Semester II di TK Kumara Yasa Tegallinggah Penebel Tabanan Tahun Pelajaran 2013/2014. Model Course Review Horay juga merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu siswa untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) ini juga merupakan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam kelas dengan lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran Course Review Horay ini, apabila siswa dapat menjawab secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata hore ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri. Menurut Dwitantra (dalam Suprijono, 2010) model pembelajaran Course Review Horay adalah suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Sedangkan menurut Imran (dalam Suprijono, 2010) Model pembelajaran Course Review Horey merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung berteriak horey. Model pembelajaran Course Review Horay adalah model pembelajaran Course Review Horay yang diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil (Suyatno: 2009). Dari pendapat di atas mengenai mengenai model pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya dan yang paling dulu

5 mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung berteriak horey dan dengan hal tersebut maka dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil. METODE Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 dari bulan Maret sampai April Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Kumara Yasa Tegallinggah, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Subjek penelitian ini adalah anak TK B semester II TK Kumara Yasa Tegallinggah, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan pada Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 16 orang dengan rincian 7 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Objek penelitian ini adalah kemampuan bahasa anak TK Kumara Yasa Tegallinggah, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini tergolong dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Agung (2010:2) menyatakan PTK sebagai bentuk suatu penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Suyanto (2007:1) mengemukakan bahwa, PTK merupakan salah satu upaya praktis dalam bentuk melakukan kegiatan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.ptk merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan yang mereka kenal dan hayati dengan baik.singkatnya,ptk merupakan penelitian praktis yang dilakukan sebagai refleksi pengajaran dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran saat ini. Selanjutnya menurut Wendra (2007:45) mengemukakan bahwa, penelitian tindakan pada prinsipnya dimaksudkan untuk melakukan upaya perbaikan terhadap praktik pendidikan yang dilakukan praktisi bidang pendidikan,sambil melakkukan tugasnya dengan jalan merenung kembali dengan apa yang telah dilakukan yang terarah pada perbaikan kegiatan yang dilakukan selanjutnya.dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan untuk memperbaiki kinerja diri sendiri, melalui pemahaman kerja sendiri,tetapi dilaksanakan secara terencana, sistematika dan mawas diri. Jadi dapat disimpulkan bahwa PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh guru dalam mengajar dan ditujukan untuk mengembangkan kwalitas pembelajaran untuk menciptakan proses pembelajaran di kelas secara lebih professional. Sesuai dengan prosedur penelitian kelas, secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berikut ini adalah rancangan penelitian menurut John Elliot sebagai berikut. Gambar 1. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas) Siklus I : a) Rencana Tindakan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah, (1) menyamakan persepsi dengan guru mengenai media gambar pada anak usia dini, (2) menyiapkan materi yang akan diajarkan, (3) menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), (4) menyiapkan media gambar, serta (5) menyiapkan instrumen penilaian berupa pedoman observasi. b) Pelaksanaan, pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan proses pembelajaran sesuai

6 dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dipersiapkan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam Rencana Kegiatan Harian tersebut adalah : 1) Kegiatan awal, yang terdiri dari kegiatan dengan doa dan salam, bercakap-cakap tentang tema yang akan disampaikan. 2) Kegiatan inti, yang terdiri dari kegiatan pembelajaran dengan pengembangan indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian dengan model pembelajaran Course Review Horay berbantuan Media Gambar. 3) Istirahat, terdiri dari kegiatan makan bersama dan bermain. 4) Kegiatan akhir, yang terdiri dari Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilaksanakan. c) Evaluasi /Observasi, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati guru dan anak dalam proses pembelajaran di kelas. Kegiatan observasi meliputi : (1) mengobservasi guru dalam mengajar di kelas dari membuka pelajaran, menyampaikan materi sampai menutup pelajaran, dan (2) mengobservasi anak dalam bermain. d) Refleksi, refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi maka dapat dilakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dan prose pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rencana refleksi ini adalah mengkaji hasil penelitian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dan jika terjadi kendala, akan dicari pemecahan masalahnya untuk dicari tindakan pada siklus selanjutnya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Course Review Horay dan media gambar, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan bahasa anak. Model pembelajaran Course Review Horay dapat digunakan dengan media gambar untuk membantu anak-anak dalam memahami pembelajaran yang diberikan sehingga akan mampu untuk mengembangkan kreatifitas anak dalam kemampuan berbahasanya. Dengan penerapan model pembelajaran Course Review Horay dengan media gambar sangat efektif digunakan untuk menanamkan konsep kepada anak dalam berbahasa karena dengan melakukan penelitian tersebut anak akan belajar melalui pengamatan dari penggunaan media tersebut. Kemampuan bahasa yang diteliti di sekolah ini, menggunakan empat kemampuan yang menggambarkan tingkat pemahaman mengenai bahasa. Keempat indikator tersebut adalah menirukan kalimat sederhana, menjawab pertanyaan sederhana, menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya, mengelompokkan kata-kata yang sejenis dengan penerapan model pembelajaran Course Review Horay ini, anak akan lebih mudah memahami mengenai pembelajaran yang diberikan karena model pembelajaran ini menggunakan media gambar yang akan menarik anak didik untuk mengikuti proses pembelajaran yang tidak membosankan. Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode observasi. Observasi adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap sikap dan prilaku anak. Agar observasi lebih terarah maka diperlukan pedoman observasi yang dikembangkan oleh guru dengan mengacu pada indikator yang telah ditetapkan (Depdiknas, 2003). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Metode observasi ini merupakan suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu. Untuk mendapatkan sebuah data yang diinginkan dalam penelitian ini maka disusun kisi-kisi instrumen penilaian untuk memudahkan dalam proses penelitian yang akan dilakukan. Dengan menggunakan kisi-kisi ini sebagai instrumen pengumpulan data, diperlukan juga lembar observasi untuk dapat menilai anak agar penlitian ini dapat berjalan dengan baik. Berikut kisi-kisi instrumen penelitian penerapan model pembelajaran Course Review Horay berbantuan media

7 gambar untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Dalam buku metodelogi penelitian dinyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Data kemampua bahasa dianalisis menggunakan metode analisis statistik dekskriptif, metode analisis statistik deskriptif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, dan standar deviasi untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010:65). Metode analisis deskriftif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung,2010:65). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya prestasi belajar berbahasa yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima yaitu sebagai berikut : Tabel 1. Pedoman PAP Skala Lima Tentang Kemampuan Berbahasa Tingkat Kriteria Kemampuan Penguasaan (%) Berbahasa Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah 0-54 Sangat Rendah Sumber (Agung, 2005:13) PEMBAHASAN Hasil Analisis Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B TK Kumara Yasa Tegallinggah dengan jumlah siswa 16 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus dimana siklus I terdiri dari lima kali pertemuan, yaitu lima kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi penilaian setelah melakukan pembelajaran. Sedangkan pada siklus II terdiri dari lima kali pertemuan, yaitu lima kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi penilaian setelah melakukan pembelajaran. Siklus I, pertemuan satu sampai lima menerapkan RKH, dan diadakan evaluasi penilaian setelah pembelajaran pada siklus I. Sedangkan siklus II untuk pertemuan pertama sampai lima menerapkan RKH, dan diadakan evaluasi penilaian setelah pembelajaran pada siklus II (lampiran). Data yang dikumpulkan adalah mengenai perkembangan anak terhadap kemampuan bahasa berbantuan media gambar. Selanjutnya data yang telah didapat tersebut dianalisis dengan menggunakan model-model yang diterapkan sebelumnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan Maret 2014 sampai dengan April Siklus I dilaksanakan selama lima kali pertemuan dan pada akhir pembelajaran langsung mengevaluasi perkembangan dan memberikan penilaian kemampuan bahasa anak kelompok B yang berjumlah 16 orang. Dari tabel distribusi frekuensi pengembangan berbahasa berbantuan media gambar pada anak kelompok B semester I di TK Kumara Yasa Tegallinggah Tabanan Tahun 2013/2014 pada Siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.

8 Gambar Berdasarkan 1. Kurve Poligon perhitungan Siklus I dan grafik polygon di atas terlihat Mo < Me < M (7,00 < 8,00 < 8,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data kemampuan berbahasa pada siklus I merupakan kurve juling positif dan skor perkembangan kemampuan bahasa cenderung rendah. Dari hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat bebarapa masalah yang menyebabkan tingkat kemampuan berbahasa anak kelompok B pada TK Kumara Yasa Tegallinggah Kecamatan Tabanan masih berada pada kriteria sangat rendah, sedangkan dari hasil kemampuan berbahasa itu masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain. a) siswa masih terlihat bingung dengan model pembelajaran course review horay yang diterapkan oleh peneliti, siswa belum mampu bekerja secara mandiri, b) beberapa siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan dan belum mengerti dengan media yang digunakan, c) banyak siswa yang kurang terfokus pada kegiatan yang dilaksanakan sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah sebagai berikut : a) menjelaskan kembali model pembelajaran course review horay yang di terapakan. Hal ini bertujuan agar siswa mampu bekerja secara mandiri dan meningkatkan pengetahuannya sehingga dalam pertemuan berikutnya siswa akan lebih terbiasa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, b) menjelaskan media yang akan digunakan dalam kegiatan serta memperagakan cara kerja sehingga anak mengerti dan memahami media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, c) membimbing dan mendampingi siswa dalam proses pembelajaran serta memberikan stimulus untuk memotivasi siswa agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan nilai. Nilai yang diberikan disesuaikan dengan hasil yang ditunjukkan. Siklus II dilaksanakan selama lima kali pertemuan dan pada akhir pembelajaran langsung mengevaluasi perkembangan dan memberikan penilaian kemampuan bahasa anak kelompok B yang berjumlah 16 orang. Dari tabel distribusi frekuensi pengembangan berbahasa berbantuan media gambar pada anak kelompok B semester I di TK Kumara Yasa Tegallinggah Tabanan Tahun 2013/2014 pada Siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut. Gambar 2. Kurve Poligon Siklus II Berdasarkan penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan model pembelajaran course review horay berbantuan media gambar dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak kelompok B semester II di TK Kumara Yasa Tegallinggah Tabanan. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II diperoleh rata-rata presentase kemampuan bahasa anak pada siklus I sebesar 42,5% yang menunjukkan

9 kemampuan bahasa anak berada pada kriteria sangat rendah, namun mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 84,05% yang berada pada kriteria tinggi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Course Review Horay berbantuan media gambar sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak kelompok B semester II di TK Kumara Yasa Tegallinggah Tabanan. Dilihat sebelum proses pembelajaran, anak belum mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Ciri-ciri perkembangan anak setelah diterapkan model pembelajaran Course Review Horay adalah anak dapat mengerjakan tugas dengan mudah dan menyenangkan,anak bersemangat dan aktif dalam menjawab pertanyaan, kemampuan anak dalam berkompetensi secara positif dalam pembelajaran dapat meningkat, selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak, serta membantu anak untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Hal ini berkaitan dengan pendapat Suyatno (2009) yang menyatakan manfaat dari model pembelajaran Course Review Horay ini adalah untuk dapat meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas secara baik dan menyenangkan, anak dapat belajar dengan aktif, anak dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang dan perbedaan cara pandang penyelesaian masalah, anak dapat mengetahui langkah-langkah yang akan digunakan guru ketika menggunakan model pembelajaran Course Review Horay. Didukung dengan hasil penelitian Giri (2013) yang menyatakan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Course Review Horay terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri Patas, Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng, yang dilihat dari adanya peningkatan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, ini berarti bahwa dengan penerapan model pembelajaran Course Review Horay berbantuan media gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak pada kelompok B semester II di TK Kumara Yasa Tegallinggah Tabanan, dapat berjalan secara intensif dan berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Agung, Konsep dan Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha , Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK). Makalah disajikan dalam Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha, Singaraja 27 September Allen, Eillen Profil Perkembangan Anak. Jakarta: PT Indeks. Departemen Pendidikan Nasional Kurikulum 2004 Standar Komperensi. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 58 Th 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Dhieni, Nurbiana Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas terbuka. Fadillah, Muhammad Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta:Ar- Ruzz Media. Hamalik, Oemar Media Pendidikan. Cetakan ke-7. Bandung: Citra Aditya Bakti.

10 Jhon D Latuheru Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarata: P2LPTK. Nurulwati, Model Pembelajaran. Surabaya: Pustaka Pelajar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. Sadiman, Arif, dkk Media dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bima Budaya. Sudjana, Nana dan Rifai, Ahmad Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensido. Wibowo, Wahyu Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia.