PENGARUH UMUR POHON INDUK DAN JENIS MEDIA TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK BINTARO (Cerbera manghas L.) DINA KUSUMAH DEWI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH UMUR POHON INDUK DAN JENIS MEDIA TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK BINTARO (Cerbera manghas L.) DINA KUSUMAH DEWI"

Transkripsi

1 PENGARUH UMUR POHON INDUK DAN JENIS MEDIA TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK BINTARO (Cerbera manghas L.) DINA KUSUMAH DEWI DEPARTEMEN SILVIKUTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 ii

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Umur Pohon Induk dan Jenis Media terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Bintaro (Cerbera manghas L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014 Dina Kusumah Dewi NIM E

4 2 ABSTRAK DINA KUSUMAH DEWI. Pengaruh Umur Pohon Induk dan Jenis Media terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Bintaro (Cerbera manghas L.). Dibimbing oleh EDJE DJAMHURI dan ATOK SUBIAKTO. Bintaro (Cerbera manghas L.) merupakan salah satu jenis pohon yang tumbuh alami di pesisir pantai, bijinya dapat menghasilkan bahan bakar nabati (biofuel) berkualitas. Perbanyakan bintaro secara generatif dapat mengurangi ketersediaan biji sebagai penghasil bahan bakar nabati. Oleh karena itu, perbanyakan vegetatif merupakan salah satu teknik untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh umur pohon induk (6 bulan dan 10 tahun) dan jenis media (zeolite, arang sekam, campuran cocopeat dan sekam padi (2:1)) terhadap keberhasilan stek pucuk bintaro. Parameter yang diamati adalah persen bertunas, persen berakar, panjang akar primer, dan berat kering akar. Perbedaan umur pohon induk memengaruhi keberhasilan stek pucuk bintaro. Pohon induk berumur 6 bulan memberikan hasil paling tinggi terhadap semua parameter pengamatan dibandingkan dengan pohon induk berumur 10 tahun. Media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta media arang sekam memberikan respon lebih tinggi terhadap jumlah akar primer dan berat kering akar dibandingkan dengan media zeolite. Kata kunci : bintaro, biofuel, jenis media, stek pucuk, umur pohon induk. ABSTRAK DINA KUSUMAH DEWI. The Effect of Parent Tree s Age and the Media Types on the Success of Bintaro Cutting Sprout (Cerbera manghas L.). Supervised by EDJE DJAMHURI dan ATOK SUBIAKTO. Bintaro (Cerbera manghas L.) is one of tree species that grows naturally on coastal areas which it seeds may produce a high quality of biofuel. Bintaro propagation generatively may reduce the seeds availability as bio fuel producer. Therefore, the vegetative propagation is one of the technique that may solve the problem. The purpose of this research were to examine the effect of parent tree s age (6 month old and 10 years old) and the media types (zeolite, charcoal chaff, mixed of cocopeat and rice husk (2:1)) on the success of bintaro cutting sprout. Parameters observed are percentage of germinate, percentage of roots, length of primary root, and dry weight of roots. The difference of parent tree age influence significantly the cutting success of bintaro sprout. The parent tree within 6 month old gave the highest result toward all parameters observed rather than the parent tree of 10 years old. The mixed media of cocopeat and rice husk (2:1) and also the charcoal chaff gave higher respond toward the amount of primary roots and dry weight of roots compared to the zeolite media type. Key words : age of the parent tree s, bintaro, biofuel, media types, shoot cutting

5 3 PENGARUH UMUR POHON INDUK DAN JENIS MEDIA TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK BINTARO (Cerbera manghas L.) DINA KUSUMAH DEWI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6 4

7 5 Judul Skripsi : Pengaruh Umur Pohon Induk dan Jenis Media terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Bintaro (Cerbera manghas L.) Nama : Dina Kusumah Dewi NIM : E Disetujui oleh Ir Edje Djamhuri Pembimbing I Ir Atok Subiakto, M App Sc Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 Judul Skripsi : Pengaruh Vmur Pohon Induk dan Jenis Media terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Bintaro (Cerbera manghas L.) Nama :Dina Kusumah Dewi NIM :E Disetujui oleh Ir Edje Djamhuri Pembimbing I Pemblmbing II Sc MS Tanggal Lulus: r17 JAN 2014

9 6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul. Pengaruh Umur Pohon Induk dan Jenis Media terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Bintaro (Cerbera manghas L.). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Edje Djamhuri dan Ir Atok Subiakto, M App Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, perhatian, dan bantuannya. Ayah (Drs Dudi Hermawan T) dan Ibu (Euis Anida H, Spd) tercinta atas semua dukungan dan kasih sayang yang diberikan, baik moril maupun materil serta doa yang selalu diberikan kepada penulis. Kakak tercinta Wujud Fathoni; Trifalah Nurhuda, Spd; dan Inda Asifa, Spd atas segala doa dan dukungannya kepada penulis. Adik tercinta Dini Kusumah Putri dan Tawangki Sri Fadilah atas segala doa dan dukungannya kepada penulis. Seluruh Laboran dan Staf Departemen Silvikultur Kehutanan IPB yang banyak memberikan bantuan kepada penulis. Seluruh Staf dan Pekerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kehutanan Bogor yang banyak memberikan bantuan kepada penulis. Teman satu bimbingan, yaitu Yuli Hasmaliah, S Hut yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Teman-teman keluarga besar Departemen Silvikultur dan keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB angkatan 46 yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas dukungan dan kerjasamanya selama menempuh kuliah di Fakultas Kehutanan IPB. Irfan Misbahudin Firmansyah, S Hut dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu penulis, baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebutkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2014 Dina Kusumah Dewi

10 7 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR LAMPIRAN iv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3 Waktu dan Lokasi Penelitian 3 Alat dan Bahan 3 Rancangan Percobaan 3 Prosedur Penelitian 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Hasil 8 Pembahasan 15 SIMPULAN DAN SARAN 17 Simpulan 17 Saran 17 DAFTAR PUSTAKA 17 RIWAYAT HIDUP 22

11 8 DAFTAR TABEL 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan umur pohon dan jenis media terhadap rata-rata persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar stek pucuk bintaro 8 2 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen bertunas stek pucuk bintaro 10 3 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen berakar stek pucuk bintaro 12 4 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro 13 5 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro 13 6 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro 14 7 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap berat kering akar stek 15 DAFTAR GAMBAR 1 Mekanisme KOFFCO dengan air cooler (Subiakto dan Sakai 2007) 4 2 Jenis media perakaran stek pucuk bintaro; (a) arang sekam; (b) zeolite; (c) cocopeat dan sekam padi (2:1) 5 3 Pohon induk stek pucuk bintaro; (a) 6 bulan; (b) 10 tahun 5 4 Perendaman bahan stek pucuk bintaro; (a) menggunakan larutan arang aktif; (b) menggunakan larutan IBA 6 5 Penanaman stek pucuk bintaro 6 6 Perkembangan persen bertunas stek pucuk bintaro setiap minggu 9 7 Persen bertunas stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) 9 8 Kondisi stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan; (a dan c) pohon induk berumur 10 tahun; (b dan d) pohon induk berumur 6 bulan 10 9 Perkembangan persen berakar stek pucuk bintaro setiap minggu Persen berakar stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) Kondisi perakaran stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan; (a) pohon induk berumur 10 tahun; (b) pohon induk berumur 6 bulan Jumlah akar primer stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) Berat kering akar stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) 14

12 9 DAFTAR LAMPIRAN 1 Rekapitulasi nilai rata-rata persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer dan berat kering akar stek pucuk bintaro Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap persen bertunas stek pucuk bintaro Hasil uji duncan umur pohon terhadap persen bertunas stek pucuk bintaro Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap persen berakar stek pucuk bintaro Uji duncan pengaruh umur pohon terhadap persen berakar stek pucuk bintaro Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro Hasil uji duncan umur pohon terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro Hasil uji duncan jenis media terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro Hasil uji duncan umur pohon terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro Hasil uji duncan jenis media terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro. 21

13

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan bahan bakar fosil (BBF) sebagai energi yang tidak terbarukan akan meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi serta industri, sehingga akan terjadi krisis BBF. Selain itu, penggunaan BBF yang berasal dari batu bara, minyak bumi, dan gas alam akan meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) terutama karbondioksida di atmosfir sebagai penyumbang emisi terbesar terhadap pemanasan global (Asmani 2011). Pengembangan bahan bakar nabati (biofuel) melalui pemanfaatan berbagai sumber energi yang bersifat terbarukan perlu dilakukan dalam mencari solusi energi alternatif. Biofuel yang bersifat terbarukan seperti biodiesel, bioetanol, dan biooil merupakan salah satu alternatif solusi masalah lingkungan. Pranowo (2010) menyatakan bahwa salah satu jenis pohon yang sudah diteliti dapat menghasilkan biodiesel adalah bintaro. Menurut Pranowo (2010), bintaro merupakan tanaman yang sangat potensial untuk penghijauan dan menghasilkan bahan bakar nabati yang berasal dari bijinya. Buahnya terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan kulit terluar (epikarp), lapisan serat seperti sabut kelapa (mesokarp), dan bagian biji yang dilapisi oleh kulit biji atau tista (endokarp). Bagian yang menghasilkan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel adalah pada bijinya, sedangkan pada bagian mesokarp dapat diperas sehingga menghasilkan biopestisida. Saat ini buah bintaro masih belum dimanfaatkan, dibiarkan jatuh berserakan di bawah pohon sebagai sampah. Meningkatnya pengetahuan terhadap bintaro sebagai bahan baku biodiesel menyebabkan bertambahnya kebutuhan terhadap buah bintaro dimasa yang akan datang, sehingga perlu dilakukan pembangunan hutan tanaman bintaro. Keberhasilan pembangunan hutan tanaman bintaro sangat ditentukan oleh ketersediaan bibit yang memadai, oleh karena itu diperlukan penguasaan teknik perbanyakan yang dapat menghasilkan bibit bintaro secara cepat dengan kualitas fisik, fisiologis dan genetik yang tinggi. Teknik perbanyakan bibit tanaman bintaro yang berasal dari biji (generatif) akan mengakibatkan masalah seperti penyediaan buah dengan jumlah yang banyak, pengecambahan biji memerlukan waktu yang lama serta perbanyakan tidak dapat dilakukan setiap saat. Hal yang diperlukan dalam mengatasi masalah tersebut yaitu perbanyakan bibit tanaman bintaro dilakukan dengan menggunakan teknik perbanyakan vegetatif secara stek. Teknik perbanyakan vegetatif secara stek dapat dilakukan secara masal tanpa dipengaruhi ketersediaan biji yang akan digunakan sebagai bahan baku biodiesel, dapat menghasilkan keturunan yang sama dengan induk yang memiliki keunggulan genetik dan perbanyakan dapat dilakukan setiap saat. Teknik stek merupakan metode perbanyakan vegetatif yang lebih efektif dan efisien, karena pelaksanaannya lebih mudah dan murah dibandingkan dengan metode perbanyakan vegetatif lainnya. Menurut Finkeldey (2005), perbanyakan bibit secara stek merupakan salah satu kegiatan pemuliaan pohon. Tujuan dari pemuliaan pohon hutan adalah untuk memperoleh pohon-pohon yang memiliki sifat dan hasil yang lebih tinggi nilainya. Pemuliaan biasanya didasarkan pada keunggulan sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh tetua (pohon induk) yang kemudian diseleksi dan ditetapkan sebagai pohon

15 2 plus. Sehingga dalam kegiatan perbanyakan bibit bintaro sebagai bahan baku BBF, dibutuhkan pohon plus bintaro yang dapat menghasilkan buah yang banyak dengan biji yang mempunyai kandungan minyak yang tinggi. Banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan dari perbanyakan tanaman secara stek, baik faktor yang berasal dari tanaman itu sendiri (internal) maupun faktor yang berasal dari lingkungan (eksternal). Faktor bahan tanaman meliputi genetik, kandungan cadangan makanan dalam jaringan stek, ketersediaan air, hormon endogen dalam jaringan stek, umur tanaman, dan jenis tanaman. Faktor lingkungan yang memengaruhi keberhasilan penyetekan antara lain media perakaran, kelembaban, suhu, intensitas cahaya, dan teknik penyetekan. Salah satu faktor yang menentukan kualitas bahan stek adalah tingkat juvenile pucuk yang sangat dipengaruhi oleh umur pohon. Yasman dan Smits (1988) menyatakan bahwa umur bahan stek sangat menentukan keberhasilan dari stek yang dibuat, sehingga bahan dasar pembuatannya perlu diambil dari bibit hasil cabutan atau kebun pangkas yang bersifat juvenile atau muda. Selain itu keberhasilan stek dipengaruhi oleh kondisi media perakaran. Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar stek. Media perakaran memiliki fungsi yaitu untuk menjaga stek tetap pada tempatnya selama pertumbuhan, menjaga kelembaban agar tetap tinggi, dan dapat menyediakan oksigen yang cukup (Hartmann et al. 1997). Pemilihan media memperhatikan tiga karakteristik yaitu media yang baik harus memiliki kandungan kimia yang minimal agar tidak mengganggu proses penyerapan air oleh stek dari media, memiliki aerasi cukup namun dapat mengikat air, dan higienis atau populasi mikrobanya rendah (Subiakto dan Sakai 2007). Teknik perbanyakan vegetatif secara stek pada jenis pohon bintaro sampai saat ini belum banyak dilakukan penelitian. Oleh karena itu, penelitian yang berkaitan dengan teknik perbanyakan vegetatif secara stek sangat penting dikembangkan dalam rangka menunjang kegiatan pengadaan bibit bintaro untuk membangun hutan tanaman bintaro. Perumusan Masalah Salah satu jenis pohon yang dapat menghasilkan biofuel adalah bintaro. Biofuel yang dihasilkan berasal dari biji bintaro, sehingga diperlukan buah bintaro dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan perlu dilakukan pembangunan hutan tanaman bintaro. Pembangunan hutan tanaman bintaro memerlukan bibit dalam jumlah yang banyak. Pengadaan bibit bintaro secara generatif memerlukan waktu yang relatif lama dan tidak dapat dilakukan setiap saat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengadaan bibit melalui perbanyakan vegetatif secara stek. Stek dapat dilakukan setiap saat dalam jumlah yang banyak dan keturunan yang dihasilkan sama dengan induk yang memiliki keunggulan genetik. Faktor yang memengaruhi keberhasilan stek antara lain adalah umur pohon induk dan jenis media perakaran. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh umur pohon induk dan jenis media terhadap keberhasilan stek pucuk bintaro.

16 3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji metode pengadaan bibit bintaro melalui teknik perbanyakan vegetatif secara stek pucuk. Menguji pengaruh umur pohon induk dan jenis media terhadap keberhasilan stek pucuk bintaro. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu diperolehnya informasi mengenai umur pohon induk dan jenis media yang tepat untuk pengadaan bibit bintaro melalui perbanyakan stek pucuk. Informasi ini diharapkan dapat mendukung pengadaan bibit bintaro dalam rangka membangun hutan tanaman. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Juli sampai dengan bulan September Penelitian dilaksanakan di rumah kaca persemaian Komatsu FORDA Fog Coolling System (KOFFCO) Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kehutanan Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sungkup propagasi, gunting stek, cutter, pot-tray, sprayer, ember, gelas ukur, kalkulator, kamera, oven, timbangan analitik, dan alat tulis. Ruang pengakaran stek menggunakan KOFFCO system. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pohon induk bintaro berumur 10 tahun dan 6 bulan, zeolite, arang sekam, campuran cocopeat dan sekam padi (2:1), fungisida Dithane M 45 (2 gram perliter air), akuades, dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Indole Butiric Acid (IBA). Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial 2x3 dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Setiap kombinasi perlakuan diulang 5 kali dan setiap ulangan terdiri atas 20 stek pucuk. Faktor yang diteliti meliputi faktor umur pohon induk (A) terdiri atas dua taraf yaitu berumur 10 tahun (A 1 ) dan berumur 6 bulan (A 2 ), serta faktor jenis media (B) yang terdiri atas tiga taraf yaitu zeolite (B 1 ), arang sekam (B 2 ), campuran cocopeat dan sekam padi 2:1 (B 3 ). Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006), model statistika rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut.

17 4 Yijk = μ + Ai + Bj + (AB)ij + Σ ijk Keterangan. Yijk = nilai pengamatan karena pengaruh bersama dari faktor umur pohon induk ke-i dan faktor jenis media ke-j serta ulangan ke-k μ = nilai rata-rata umum Ai = pengaruh faktor umur pohon induk ke-i Bj = pengaruh faktor jenis media ke-j (AB)ij = pengaruh interaksi antara faktor umur pohon induk ke-i dan faktor jenis media ke-j Σ ijk = pengaruh kesalahan percobaan dari faktor umur pohon induk ke-i dan faktor jenis media ke-j serta ulangan ke-k. Prosedur Penelitian Metode Kerja Percobaan ini dilakukan dalam ruangan KOFFCO system, yaitu sebuah sistem lingkungan terkendali yang telah disesuaikan untuk kebutuhan stek tanaman. Sistem KOFFCO terdiri atas rumah kaca dengan pengontrol suhu elektronik yang terhubung dengan Air Cooler untuk melakukan pengkabutan sehingga suhu ruangan dapat terjaga pada kisaran o C dengan kelembaban relatif (RH > 95%). Selain itu di dalamnya juga terdapat shading net yang berguna untuk menjaga kebutuhan cahaya stek pucuk dan stek batang ( lux). Stek ditanam pada pot-tray yang dimasukkan ke dalam kotak propagasi (Subiakto et al. 2005). Mekanisme KOFFCO system dengan air cooler disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Mekanisme KOFFCO dengan air cooler (Subiakto dan Sakai 2007) Penyiapan Sungkup Propagasi Sungkup yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dicuci. Bagian dasar sungkup diberi zeolite setinggi 1 cm untuk menjaga kestabilan kelembaban dalam sungkup.

18 5 Penyiapan Media Media perakaran stek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu zeolite, arang sekam serta campuran cocopeat dan sekam padi (2:1). Media kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoclav pada suhu 120 o C dengan tekanan 1.5 bar uap selama 1 jam. Media perakaran yang telah siap dimasukkan ke dalam pottray yang telah dicuci dengan air mengalir, kemudian dimasukkan ke dalam kotak propagasi yang bagian dasarnya telah diberi zeolite yang telah dicuci dengan air bersih secara merata. Satu set pot-tray terdiri atas 40 polytube. Selanjutnya media di aklimatisasi dalam ruang KOFFCO selama 2 hari. Jenis media yang digunakan disajikan pada Gambar 2. a b c Gambar 2 Jenis media perakaran stek pucuk bintaro; (a) arang sekam; (b) zeolite; (c) cocopeat dan sekam padi (2:1) Pengambilan Bahan Stek Bahan stek pucuk diambil dari pohon induk bintaro berumur 10 tahun yang terdapat di Taman Rektorat IPB dan diambil dari pohon induk bintaro berumur 6 bulan berasal dari semai bintaro hasil pengecambahan yang terdapat di persemaian Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Seminggu sebelum kegiatan stek dilakukan, semai bintaro dipindahkan ke persemaian Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kehutanan Bogor agar dapat beradaptasi dengan lingkungan. Pengambilan bahan stek pucuk dari pohon induk berumur 10 tahun dikarenakan evaluasi kegiatan pemuliaan pohon seperti uji keturunan biasanya dilakukan setelah pohon menunjukkan sifat fenotipe yang sangat jelas. Evaluasi kegiatan mengenai fenotipe yang unggul biasanya dilakukan setelah pohon berumur 1/4 daur atau diatas umur 10 tahun. Sedangkan pengambilan bahan stek pucuk dari pohon induk berumur 6 bulan dikarenakan keberhasilan stek dipengaruhi oleh tingkat juvenil, sehingga dalam kegiatan perbanyakan secara masal dapat menggunakan pohon induk berumur 6 bulan dalam kebun pangkas. Pohon induk yang digunakan disajikan pada Gambar 3. a Gambar 3 Pohon induk stek pucuk bintaro; (a) 6 bulan; (b) 10 tahun b

19 6 Penyiapan Bahan Stek Stek pucuk dipilih dari tunas ortotroph yang sudah berkayu dan dalam keadaan dorman. Setiap bahan stek dipotong sehingga memiliki panjang 6 7 cm. Setelah itu masing-masing bahan stek disisakan 2 3 helai daun dan setiap helaian daun dipotong setengah bagian untuk mengurangi proses transpirasi. Bagian pangkal stek dipotong dengan kemiringan 45. Kegiatan ini dilaksanakan pada pagi hari pukul WIB. Perlakuan Bahan Stek Bahan stek direndam terlebih dahulu dalam larutan arang aktif dengan dosis 5 gram perliter air selama 15 menit sebelum kegiatan penanaman dilaksanakan. Setelah itu bahan stek direndam kembali dalam larutan IBA 100 ppm selama 15 menit. Larutan IBA yang digunakan sebanyak 1 liter dengan konsentrasi 100 ppm. Perendaman bahan stek menggunakan larutan arang aktif dan IBA disajikan pada Gambar 4. a b Gambar 4 Perendaman bahan stek pucuk bintaro; (a) menggunakan larutan arang aktif; (b) menggunakan larutan IBA Penanaman Bahan stek di tanam pada media perakaran yang sudah dilubangi dengan menggunakan stik berdiameter lebih besar dari bahan stek, kemudian stek ditanam dalam lubang tersebut sekitar sepertiga dari panjang stek dan tanah sekitarnya dimampatkan ke arah stek. Stek yang sudah tertanam disiram secukupnya dengan menggunakan hand sprayer kemudian pot-tray ditutup dengan sungkup. Kegiatan penanaman dilakukan pada pagi hari pukul WIB. Penanaman bahan stek disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 Penanaman stek pucuk bintaro

20 7 Pemeliharaan Pemeliharaan stek terdiri atas penyiraman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan hand sprayer. penyiangan dilakukan dengan cara pembersihan daun yang rontok dan rumput atau gulma yang tumbuh pada media stek. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida dithane (2 gram perliter air), dilakukan setiap minggu selama 4 minggu pertama dan untuk selanjutnya penyemprotan dilakukan setiap dua minggu. Pengamatan dan Pengambilan Data Parameter yang diukur dalam penelitian ini meliputi. a) Persen bertunas Pengamatan persen bertunas dilakukan setiap minggu, sedangkan penghitungan persen bertunas dilakukan di akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) dengan membandingkan jumlah stek yang bertunas dengan keseluruhan stek yang di tanam. Penerapan penghitungannya menggunakan rumus. Jumlah stek yang bertunas Persen bertunas = 100 Jumlah stek yang ditanam b) Persen berakar Pengamatan persen berakar dilakukan setiap minggu, sedangkan penghitungan persen bertunas dilakukan di akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) dengan membandingkan jumlah stek yang bertunas dengan keseluruhan stek yang di tanam. Penerapan penghitungannya menggunakan rumus. Jumlah stek yang berakar Persen berakar = 100 Jumlah stek yang ditanam c) Jumlah akar Penghitungan jumlah akar dilakukan di akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam). Jumlah akar yang dihitung adalah akar utama/primer, yaitu akar yang tumbuh dan muncul langsung dari bahan stek. d) Berat kering akar Penghitungan berat kering akar dilakukan di akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam). Berat kering akar dihitung dengan cara mengeringkan semua akar pada setiap stek ke dalam oven dengan suhu 70 o C selama 24 jam. Pemilihan suhu 70 o C dilakukan agar kandungan nitrogen tidak menguap. Setelah itu, akar yang sudah kering ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Analisis Data Data yang dihasilkan dari penelitian ini dianalisis menggunakan Sidik Ragam pada taraf nyata 1%, 5% dengan menggunakan Microsoft Office Excell 2007, notepad, software SAS Apabila berpengaruh nyata, analisis

21 8 dilanjutkan dengan Uji Jarak Nyata Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada taraf nyata 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan pengaruh umur pohon induk dan jenis media dilakukan terhadap parameter pertumbuhan stek pucuk bintaro yang terdiri atas persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar. Penggunaan jenis media hanya berpengaruh nyata pada jumlah akar primer dan berat kering akar. Interaksi antara umur pohon induk dan jenis media tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan stek bintaro. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan umur pohon dan jenis media terhadap rata-rata persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan umur pohon dan jenis media terhadap rata-rata persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar stek pucuk bintaro Sumber keragaman Persen bertunas Persen berakar Jumlah akar Berat kering (arcsin %) (arcsin %) primer (buah) akar (gram) Umur pohon induk 53.50** ** 25.04** 32.90** Jenis media 0.34 tn 1.41 tn 3.95* 7.08* Interaksi 0.27 tn 0.53 tn 0.34 tn 1.55 tn * = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf uji Persen Bertunas Pengamatan terhadap perkembangan persen bertunas stek pucuk bintaro dilakukan setiap minggu. Stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan dengan jenis media arang sekam mengalami perkembangan bertunas lebih cepat yaitu dari minggu ke-2 sampai minggu ke-7 dan mulai stabil dari minggu ke-8 sampai minggu terakhir pengamatan (12 minggu setelah tanam), sedangkan stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media Zeolite mengalami perkembangan bertunas paling lambat yaitu dari minggu ke-3 sampai minggu ke-8 dan mengalami penurunan dari minggu ke-9 sampai minggu terakhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) akibat kematian bahan stek karena kelembaban yang terlalu tinggi. Hasil pengamatan terhadap perkembangan persen bertunas stek pucuk bintaro setiap minggu disajikan pada Gambar 6.

22 9 Persen Bertunas (%) Minggu ke- A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1). Gambar 6 Perkembangan persen bertunas stek pucuk bintaro setiap minggu Persen bertunas bervariasi antara 47% sampai dengan 96%. Persen bertunas tertinggi pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) yaitu sebesar 96%, sedangkan persen bertunas terendah ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media zeolite yaitu sebesar 47%. Hasil pengamatan persen bertunas dan kondisi stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) disajikan pada Gambar 7 dan 8. Persen bertunas (%) A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1). Gambar 7 Persen bertunas stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 Perlakuan A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

23 10 a b c Gambar 8 Kondisi stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan; (a dan c) pohon induk berumur 10 tahun; (b dan d) pohon induk berumur 6 bulan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap parameter persen bertunas. Berdasarkan uji Duncan, stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan memiliki persen bertunas paling tinggi (80.73%) dan berbeda nyata dengan stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun (47.29%). Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen bertunas stek pucuk bintaro disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen bertunas stek pucuk bintaro Sumber keragaman Persen bertunas (arcsin %) Umur pohon induk 6 bulan a Umur pohon induk 10 tahun b a dan b berbeda nyata pada taraf uji Persen Berakar Pengamatan perkembangan persen berakar stek pucuk bintaro dilakukan setiap minggu. Stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) mengalami perkembangan berakar lebih cepat yaitu dari minggu ke-3 sampai minggu ke-7 dan mulai stabil dari minggu ke-8 sampai minggu terakhir pengamatan (12 minggu setelah tanam), sedangkan stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media Zeolite mengalami perkembangan berakar paling lambat yaitu dari minggu ke-5 sampai minggu ke-8 dan mulai stabil dari minggu ke-9 sampai minggu terakhir pengamatan (12 minggu setelah tanam). Hasil pengamatan terhadap perkembangan persen berakar stek pucuk bintaro setiap minggu disajikan pada Gambar 9. d

24 11 Persen Berakar (%) Minggu ke- A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1). Gambar 9 Perkembangan persen berakar stek pucuk bintaro setiap minggu Persen berakar bervariasi antara 6% sampai dengan 91%. Persen bertunas tertinggi pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam yaitu sebesar 91%, sedangkan persen bertunas terendah ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media zeolite yaitu sebesar 6%. Hasil pengamatan persen berakar dan kondisi stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) disajikan pada Gambar 10 dan A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 Persen berakar (%) A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1). Gambar 10 Persen berakar stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 Perlakuan

25 12 a Gambar 11 Kondisi perakaran stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan; (a) pohon induk berumur 10 tahun; (b) pohon induk berumur 6 bulan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap parameter persen berakar. Berdasarkan uji Duncan, stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan memiliki persen berakar paling tinggi (75.07%) dan berbeda nyata dengan stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun (20.63%). Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen berakar stek pucuk bintaro disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap persen berakar stek pucuk bintaro Sumber keragaman Umur pohon induk 6 bulan Umur pohon induk 10 tahun a dan b berbeda nyata pada taraf uji Persen berakar (arcsin %) a b Jumlah Akar Primer Pengamatan terhadap keberhasilan stek pucuk dalam membentuk jumlah akar primer dilakukan pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam). Hasil pengamatan terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) disajikan pada Gambar 12. b A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 Perlakuan A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1). Jumlah akar primer (buah) Gambar 12 Jumlah akar primer stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam)

26 13 Gambar 12 menunjukkan jumlah akar primer bervariasi antara 1 buah sampai dengan 7 buah. Jumlah akar primer terbanyak ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) yaitu sebanyak 7 buah, sedangkan jumlah akar primer terendah ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media zeolite yaitu sebanyak 1 buah. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap parameter jumlah akar primer. Berdasarkan uji Duncan, stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan memiliki jumlah akar primer paling tinggi (5.60 buah) dan berbeda nyata dengan stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun (2.13 buah). Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro Sumber keragaman Jumlah akar primer (buah) Umur pohon induk 6 bulan 5.60 a Umur pohon induk 10 tahun 2.13 b a dan b berbeda nyata pada taraf uji Jenis media perakaran mampu meningkatkan kemampuan stek pucuk bintaro dalam melakukan pertumbuhan dan perkembangan akar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis media berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar primer. Berdasarkan uji Duncan, jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) memiliki jumlah akar primer paling tinggi (4.70 buah), tetapi tidak berbeda nyata dengan jenis media arang sekam (4.40 buah), sedangkan zeolite memiliki jumlah akar primer paling rendah (2.50 buah) dan berbeda nyata dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam. Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro disajikan pada tabel 5. Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap jumlah akar primer stek pucuk bintaro Parameter Jumlah akar primer (buah) Cocopeat+sekam padi (2:1) 4.70 a Arang sekam 4.40 a Zeolite 2.50 b Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji Berat Kering Akar Pengamatan terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro dilakukan pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam). Hasil pengamatan terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro pada umur 12 minggu setelah tanam disajikan pada Gambar 13.

27 14 Berat kering akar (gram) 0,18 0,16 0,14 0,12 0,10 0,08 0,06 0,04 0,02 0,00 0,03 0,04 A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Campuran cocopeat dan sekam padi 2:1). Gambar 13 Berat kering akar stek pucuk bintaro pada akhir pengamatan (12 minggu setelah tanam) Gambar 13 menunjukkan berat kering akar bervariasi antara 0.03 gram sampai dengan 0.17 gram. Berat kering akar terbesar ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk 6 bulan dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) yaitu sebesar 0.17 gram, sedangkan berat kering akar terendah ditunjukkan oleh stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun dengan jenis media zeolite yaitu sebesar 0.03 gram. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap parameter berat kering akar. Berdasarkan uji Duncan, stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan memiliki berat kering akar paling tinggi (0.12 gram) dan berbeda nyata dengan stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun (0.04 gram). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis media berpengaruh nyata terhadap parameter berat kering akar. Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh umur pohon induk terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro Sumber keragaman Berat kering akar (gram) Umur pohon induk 6 bulan 0.12 a Umur pohon induk 10 tahun 0.04 b a dan b berbeda nyata pada taraf uji ,06 Berdasarkan uji Duncan, jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) memiliki berat kering akar paling tinggi (0.12 gram) tetapi tidak berbeda nyata dengan jenis media arang sekam (0.08 gram), sedangkan zeolite memiliki jumlah akar primer paling rendah (0.05 gram) dan berbeda nyata dengan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam. Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro disajikan pada tabel 7. 0,08 0,12 0,17 A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 Perlakuan

28 15 Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap berat kering akar stek pucuk bintaro Parameter Cocopeat+sekam padi (2:1) Arang sekam Zeolite Berat kering akar (gram) 0.12 a 0.08 a 0.05 b Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf uji Pembahasan Berdasarkan sidik ragam, umur pohon induk bintaro berpengaruh sangat nyata terhadap persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar. Perbedaan umur pohon induk memengaruhi keberhasilan stek pucuk bintaro. Makin tua umur pohon induk bintaro, makin menurun kemampuan stek pucuk bintaro untuk bertunas maupun berakar. Senada dengan yang diungkapkan oleh Riodevriza (2010), bahwa perbedaan umur pohon induk S. selanica berpengaruh sangat nyata terhadap keberhasilan stek, makin tua pohon induk keberhasilan stek makin kecil. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa bahan stek yang berasal dari pohon induk muda memiliki kemampuan dalam pembentukan tunas maupun akar adventif yang lebih mudah, dan kemampuan ini semakin dewasa akan semakin menurun. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan auksin dalam bahan stek. Supriyanto dan Prakasa (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan tunas dan akar pada stek dipengaruhi oleh ketersediaan hormon auksin pada bahan stek. Makin tua bahan stek, kandungan auksin di dalamnya makin rendah sehingga memengaruhi terhadap keberhasilan stek. Sesuai dengan penelitian pada tanaman hutan lainnya, kandungan auksin endogen dapat meningkatkan kemampuan perakaran stek meranti. Kandungan auksin dalam bahan stek meranti umur 2 tahun lebih tinggi yaitu sebesar ppm dibandingkan dengan bahan stek umur 10 tahun yaitu sebesar ppm dan 25 tahun yaitu sebesar ppm (Danu 2009). Stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan mampu menghasilkan akar primer lebih banyak dengan kandungan biomassa yang lebih besar dibandingkan dengan stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 10 tahun. Hal ini dikarenakan stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan memiliki kemampuan bertunas serta dapat mempertahankan keberadaan daun lebih tinggi dibandingkan dengan stek pucuk bintaro yang berasal dari pohon induk yang berumur 10 tahun. Sehingga kemapuan berakar lebih besar ditunjukkan oleh stek pucuk yang berasal dari pohon induk berumur 6 bulan. Menurut Bleasdale (1981), stek tanpa daun dan tunas tidak dapat berakar karena hormon yang dibutuhkan untuk pembentukan akar diproduksi oleh daun dan tunas yang aktif. Diperkuat oleh pernyataan Salisbury dan Ross (1995), bahwa daun muda dan tunas yang aktif mampu memacu pertumbuhan akar. Jumlah akar primer berbanding lurus dengan berat kering akar. Makin banyak jumlah akar, makin besar biomassa yang terbentuk. Hal ini dikarenakan makin banyak jumlah akar primer, akar akan makin banyak pula menyerap unsur hara maupun air dalam media tanam. Menurut Suartini (2006), akar yang telah

29 16 berkembang dan membentuk percabangan yang lebih banyak dapat mensuplai serapan hara dan air sehingga dapat meningkatkan biomassa. Sehingga perakaran yang cenderung lebih banyak diharapkan akan dapat meningkatkan katahanan pertumbuhan stek pucuk bintaro. Faktor lain yang memengaruhi keberhasilan stek adalah jenis media perakaran. Berdasarkan sidik ragam, jenis media hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer dan berat kering akar. Sedangkan terhadap persen bertunas dan persen berakar memberikan hasil yang tidak berpengaruh. Hal ini dikarenakan pada umumnya semua jenis media mampu mendukung pembentukkan tunas maupun akar stek. Rochiman dan Harjadi (1973) menyatakan bahwa perbedaan macam media terhadap pembentukan akar tidak nyata selama media dapat memenuhi syarat-syarat pembentukan akar yaitu ringan, tidak mahal, mempunyai komposisi yang seragam, mudah tersedia, mampu menyimpan air dan bebas hama penyakit. Akar membutuhkan ruang bergerak serta ketersediaan air yang cukup dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar. Sehingga jumlah akar primer maupun berat kering akar yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat fisik media perakaran seperti porositas tanah, bulk density (kerapatan tanah) maupun drainase. Hal ini berhubungan dengan proses translokasi air dan udara dalam proses metabolisme stek untuk pertumbuhan dan perkembangan akar stek. Jenis media yang digunakan untuk media perakaran akan sangat memengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar stek. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Danu et al. (2011) menunjukkan bahwa jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) memiliki bulk density yang rendah sebesar 0.68 g/cc, drainase yang baik sebesar 58.85%, dan daya simpan air yang cukup yaitu sebesar 10.27% vol dibandingkan dengan jenis media campuran cocopeat dan arang sekam (2:1) dengan bulk density rendah yaitu 0.75 g/cc, drainase baik sebesar 7.26%, dan daya simpan air besar yaitu 14.11% vol serta jenis media zeolite memiliki bulk density tinggi yaitu sbesar 1.1 g/cc, drainase yang baik 14.63%, namun kemampuan untuk mempertahankan ketersediaan air dalam media sangat rendah 3.27% vol. Jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap jenis media arang sekam baik untuk parameter jumlah akar primer maupun berat kering akar. Perakaran stek dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam. Hal ini dikarenakan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam memiliki sifat fisik yang memenuhi syarat media dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar seperti bulk density rendah, drainase yang baik serta daya simpan air cukup. Jenis media zeolite memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan jenis media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta jenis media arang sekam untuk parameter jumlah akar primer maupun berat kering akar. Jenis media zeolite memiliki porositas tinggi, kerapatan yang tinggi, drainase baik namun sulit dalam mempertahankan ketersediaan air. Media zeolite merupakan media yang lebih padat dibandingkan dengan media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta media arang sekam, sehingga lebih sulit meneruskan air dan ditembus akar. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap proses translokasi air dan udara dalam proses metabolisme stek untuk pertumbuhan dan perkembangan akar stek. Sesuai

30 17 dengan penelitian pada tanaman hutan lainnya, media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) menghasilkan stek damar berakar terbaik dibandingan dengan jenis media campuran cocopeat dan arang sekam serta media zeolite (Danu et al. 2011). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Umur pohon induk berpengaruh sangat nyata terhadap persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer, dan berat kering akar. Pohon induk berumur 6 bulan memberikan respon lebih tinggi terhadap semua parameter pengamatan dibandingkan dengan pohon induk berumur 10 tahun. Media campuran cocopeat dan sekam padi (2:1) serta media arang sekam memberikan respon lebih tinggi terhadap jumlah akar primer dan berat kering akar dibandingkan dengan media zeolite. Saran Kegiatan pengadaan bibit bintaro dalam mendukung pembangunan hutan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan teknik perbanyakan vegetatif secara stek. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan pertumbuhan stek pucuk bintaro setelah ditanam di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Asmani N Membangun perhutanan sosial berbasis energi terbarukan tanaman bintaro disentra produksi pangan. Prosiding seminar nasional AvoER ke-3. Universitas Sriwijaya. Bleasdale JKA Plant Physiology in Relation to Horticulture. Amerika (US): The Avi Publishing Company, INC. Westport, Connecticut. Danu Hubungan antara umur pohon dan tingkat juvenilitas dengan keberhasilan stek dan sambungan pucuk meranti tembaga (Shorea leprosula MIQ) [tesis]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Danu, Subiakto A, Putri KP Uji stek pucuk damar (Agathis loranthifolia Salisb.) pada berbagai media dan zat pengatur tumbuh. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8(3): Finkeldey R Pengantar Genetika Hutan Tropis. Djamhuri E, Siregar IZ, Siregar UJ, Kertadikara AW, penerjemah. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Terjemahan dari: An Introduction to Tropical Forest Genetics.

31 18 Hartmann HT, Kester DE, Davies FT, Geneve RL Plant Propagation: Principles and Practices. Ed ke-6. Englewood Cliffs, New Jersey (US): Prentice Hall. Mattjik AA, Sumertajaya IM Perancangan Percobaan. Bogor (ID) : IPB Press. Pranowo D Bintaro (Cerbera manghas Linn.) tanaman penghasil minyak nabati. Tree 1(23):91. Riodevriza Pengaruh umur pohon induk terhadap keberhasilan stek dan sambungan Shorea selanica Bl [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Rochiman K, Harjadi SS Pembiakan Vegetatif. Bogor (ID): Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Salibury FB, Ross CW, Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Lukman DR dan Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): Intitut Teknologi Bandung. Terjemahan dari : Plant Physiology Suartini S. (2006). Pengaruh dosis rooton-f terhadap pertumbuhan semai cabutan sentang (Melia excelsa Jack.) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Subiakto A, Sakai C, Purnomo A, Taufiqurahman Teknik perbanyak stek beberapa spesies dipterokarp di P3HKA, PT. SBK dan PT. ITCIKU. Prosiding Peran Konservasi Sumberdaya Genetik, Pemuliaan dan Silvikultur dalam Mendukung Rehabilitasi Hutan; Yogyakarta Mei 2005.Yogyakarta (ID): Proyek ITTO. Fakultas Kehutanan UGM. Subiakto A, Sakai C Pedoman Pembuatan Stek Jenis-Jenis Dipterokarpa Dengan Koffco System. Kerjasama Badan Litbang Kehutanan, Komatsu dan JICA, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor (ID): Kementerian Kehutanan. Supriyanto, Prakasa E Pengaruh zat pengatur tumbuhan rooton-f terhadap pertumbuhan stek Duabanga mollucana Blume. Silvikultur Tropika 3: Yasman I, Smits WTM Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae. Samarinda (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan.

32 19 Lampiran 1 Rekapitulasi nilai rata-rata persen bertunas, persen berakar, jumlah akar primer dan berat kering akar stek pucuk bintaro. N o Perlakuan Persen bertunas (%) Persen Berakar (%) Jumlah akar primer (buah) Berat kering akar (gram) 1 A1B A1B A1B A2B A2B A2B A = Umur pohon induk (A1 : 10 tahun A2 : 6 bulan); B = Jenis media (B1 : Zeolite B2 : Arang sekam B3 : Cocopeat+sekam padi 2:1). Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap persen bertunas stek pucuk bintaro. Sumber keragaman Db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hit Pr (>F) Umurpohon ** <.0001 Jenismedia tn 0.72 umurpohon*jenismedia tn 0.77 Galat Total Data yang diolah sebelumnya ditransformaikan arcsin %; * = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji Lampiran 3 Hasil uji duncan umur pohon terhadap persen bertunas stek pucuk bintaro. Kelompok duncan Rataan N Umur pohon A bulan B tahun Data yang diolah sebelumnya ditransformaikan arcsin %; A dan B berbeda nyata pada taraf uji Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh umur pohon dan jenis media terhadap persen berakar stek pucuk bintaro. Sumber keragaman Db Jumlah Kuadrat F hit Pr (>F) kuadrat tengah Umurpohon ** <.0001 Jenismedia tn 0.26 umurpohon*jenismedia tn 0.60 Galat Total Data yang diolah sebelumnya ditransformaikan arcsin %; * = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.01; tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji 0.05

* 2) Pusat Penelitian Pengembangan Kehutanan dan Rehabiltasi 3)

*  2) Pusat Penelitian Pengembangan Kehutanan dan Rehabiltasi 3) PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK TEMBESU Fagraea fragrans (Roxb.) [Effect of Origin Material and Cutting Media on Successful Of Shoot Cutting Tembesu Fagraea fragrans

Lebih terperinci

Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser) dengan Metode Stek Pucuk

Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser) dengan Metode Stek Pucuk JURNAL Vol. 3 Agustus SILVIKULTUR 212 TROPIKA Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut 97 Vol. 3 No. 2 Agustus 212, Hal. 97 11 ISSN: 286-8227 Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut Tumih (Combretocarpus

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume.

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume. JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA Vol. 03 Agustus 2011 Vol. 03 No. 01 Agustus 2011, Hal. 59 65 Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Rootone-F) 59 ISSN: 2086-8227 Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap

Lebih terperinci

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU (Fragraea fragarans ROXB) 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Imam Muslimin 2) ABSTRAK Tembesu (Fragraea fragrans ROXB) merupakan jenis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

Maman Sulaeman I. PENDAHULUAN

Maman Sulaeman I. PENDAHULUAN TEKNIK PEMANGKASAN (Shorea leprosula Miq.) SEBAGAI BAHAN PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN CARA STEK Prunning Techniques of Shorea leprosula Miq. as Vegetative Propagation Material for Cutting Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-. ~~ ~ ~,~-. ~.~~.~~~~. ~.~.~ ~.. ARIF BUDIMAN (E.01496103). Pengaruh Hormon IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Slrorea baiangeran Korth. Pada Medium Air (Water Rooting System). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Supriyanto.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012. Lokasi pengambilan tailing dilakukan di PT. Antam UPBE Pongkor dan penelitian

Lebih terperinci

Pematahan Dormansi Benih Bintaro (Cerbera manghas Linn.)

Pematahan Dormansi Benih Bintaro (Cerbera manghas Linn.) Jurnal Silvikultur Tropika Vol. Vol. 05 05 April No. 1 2014 April 2014, Hal 61-67 Pematahan dormansi benih bintaro 61 ISSN: 2086-82 Pematahan Dormansi Benih Bintaro (Cerbera manghas Linn.) Dormancy Broken

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2 Gang Mawar no 7 Kelurahan Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar

Lebih terperinci

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK TEMBESU [Fagraea fragrans (Roxb.) Miq] SUSILO RAHMADIANTO

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK TEMBESU [Fagraea fragrans (Roxb.) Miq] SUSILO RAHMADIANTO PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP KEBERHASILAN STEK PUCUK TEMBESU [Fagraea fragrans (Roxb.) Miq] SUSILO RAHMADIANTO DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril)

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril) PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril) The effect of shoot part on growth cutting kranji (Pongamia pinnata Merill) Oleh Nurmawati Siregar Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian (2006) Statistik Perkebunan Ditjen Perkebunan Departemen Pertanian, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian (2006) Statistik Perkebunan Ditjen Perkebunan Departemen Pertanian, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Danu dan Nurhasybi. 2003. Potensi Benih Generatif dan Vegetatif dalam Pembangunan Hutan Tanaman. Makalah Temu Lapangan dan Ekspose Hasil-hasil Penelitian UPT Badan Litbang Kehutanan Wilayah

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN meranti PERTUMBUHAN DAN KUALITAS FISIK BIBIT MERANTI TEMBAGA ASAL STEK PUCUK PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR Tujuan :untuk mengetahui pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITAN Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kayu dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat tersebut bila tidak diimbangi dengan usaha penanaman kembali maka degradasi

Lebih terperinci

STEK PUCUK MERAWAN (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) DENGAN PERLAKUAN MEDIA TUMBUH DAN HORMON

STEK PUCUK MERAWAN (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) DENGAN PERLAKUAN MEDIA TUMBUH DAN HORMON Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 06 No. 3, Desember 2015, Hal 190-195 ISSN: 2086-8227 STEK PUCUK MERAWAN (Hopea cernua Teijsm. & Binn.) DENGAN PERLAKUAN MEDIA TUMBUH DAN HORMON Shoot Cuttings of Merawan

Lebih terperinci

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono A. Stek Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif

Lebih terperinci

Repositori FMIPA UNISMA

Repositori FMIPA UNISMA Studi Pemberian NAA dan 2,4-D pada Stek Batang Pohon Terompet Kuning (Tabebuia aurea) Ahmad Syafi'i 1, Ari Hayati 2 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang Abstrak Stek batang lebih menguntungkan

Lebih terperinci

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK Preliminary Research on Vegetative Propagation of Nyawai (Ficus variegata) by Cutting Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Tumih [Combretocarpus rotundatus (Miq.

Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Tumih [Combretocarpus rotundatus (Miq. JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA 28 Istomo et al. J. Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 01 April 2012, Hal. 28 32 ISSN: 2086-8227 Pengaruh Pemberian Zat Pengatur NAA dan IBA Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Tumih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA Rhizophora. Study on Propagation Technique Application of Rhizophora mucronata Using Hypocotyl Cutting System

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA Rhizophora. Study on Propagation Technique Application of Rhizophora mucronata Using Hypocotyl Cutting System Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V No. 1 : 57-65 (1999) Artikel (Article) PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA Rhizophora mucronata DENGAN STEK HIPOKOTIL Study on Propagation Technique Application of

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Januari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Januari 2015. 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas

Lebih terperinci

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA KAYU KUKU (Pericopsis mooniana THW) MELALUI CUTTING

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA KAYU KUKU (Pericopsis mooniana THW) MELALUI CUTTING Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 07 No. 1, April 2016, Hal 53-57 ISSN: 2086-8227 STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA KAYU KUKU (Pericopsis mooniana THW) MELALUI CUTTING Study of Vegetative Propagation on Pericopsis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABUTAN ALAM GAHARU ( Aquilaria malaccensis Lamk) (Auksin Effect on the Growth of Natural Breeding Scraped Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) Gusniar Purwanti,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF Charloq Staf Pengajar Fakultas Pertanian USU Abstract The experiment was conducted at the area Faculty of Agriculture,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

PEMBERIAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG PURI (Mitragyna speciosa Korth)

PEMBERIAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG PURI (Mitragyna speciosa Korth) PEMBERIAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG PURI (Mitragyna speciosa Korth) Adding rootone f on the growth of stem Cuttings of puri (Mitragyna speciosa Korth) Okta Cahyadi, Iskandar, AM dan Hafiz

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

KESESUAIAN MEDIA SAPIH TERHADAP PERSENTASE HIDUP SEMAI JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (ROXB.) Havil) 1

KESESUAIAN MEDIA SAPIH TERHADAP PERSENTASE HIDUP SEMAI JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (ROXB.) Havil) 1 Kesesuaian Media Sapih terhadap. Hanif Nurul Hidayah & Arif Irawan KESESUAIAN MEDIA SAPIH TERHADAP PERSENTASE HIDUP SEMAI JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (ROXB.) Havil) 1 Hanif Nurul Hidayah dan

Lebih terperinci

PENYEDIAAN BIBIT MIMBA MELALUI PERBANYAKAN STEK PUCUK DENGAN APLIKASI HORMON PERTUMBUHAN

PENYEDIAAN BIBIT MIMBA MELALUI PERBANYAKAN STEK PUCUK DENGAN APLIKASI HORMON PERTUMBUHAN PENYEDIAAN BIBIT MIMBA MELALUI PERBANYAKAN STEK PUCUK DENGAN APLIKASI HORMON PERTUMBUHAN Oleh : Asep Rohandi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Perbanyakan tanaman mimba (Azadirachta indica) secara

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet 18 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet Kampung Muteran, Pudak Payung, Banyumanik, Semarang dan Laboratorium Fisiologi

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) G2 varietas

Lebih terperinci

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar 1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar Nama Daerah : Benuang bini, benuwang, banuang, bunuang, benua, wenuang Nama Ilmiah : Octomeles Sumatrana Miq Family

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November Februari 2017, di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November Februari 2017, di 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 - Februari 2017, di pembibitan tanaman tebu Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PTPN VII (Persero) Unit Usaha Bungamayang,

Lebih terperinci

PEMBIAKAN VEGETATIF STEK PUCUK BENUANG LAKI (Duabanga moluccana Blume) PADA BERBAGAI KONSENTRASI HORMON TUMBUH DAN MEDIA YOGA ALFA MARENDI

PEMBIAKAN VEGETATIF STEK PUCUK BENUANG LAKI (Duabanga moluccana Blume) PADA BERBAGAI KONSENTRASI HORMON TUMBUH DAN MEDIA YOGA ALFA MARENDI PEMBIAKAN VEGETATIF STEK PUCUK BENUANG LAKI (Duabanga moluccana Blume) PADA BERBAGAI KONSENTRASI HORMON TUMBUH DAN MEDIA YOGA ALFA MARENDI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro pada tanggal 27 Maret 2017-23 Mei

Lebih terperinci

Oleh/By : Danu 1, Atok Subiakto 2 dan/and Kurniawati Purwaka Putri 1

Oleh/By : Danu 1, Atok Subiakto 2 dan/and Kurniawati Purwaka Putri 1 UJI STEK PUCUK DAMAR (Agathis loranthifolia Salisb.) PADA BERBAGAI MEDIA DAN ZAT PENGATUR TUMBUH (Shoot cutting trials of damar (Agathis loranthifolia Salisb.) at some media and growth regulator)*) Oleh/By

Lebih terperinci

RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA

RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA (THE RESPONSE OF BRANCH CUTTINGS YELLOW BAMBOO (Bambusa Vulgaris) BY GIVING INDOLE ACETIC ACID) Yosepin K. Simangunsong, Indriyanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Tinjauan Umum Shorea balangeran Burck 2.1.1. Sifat botanis S. balangeran mempunyai nama daerah: balangeran, kawi, kelansau, tumi, kahoi (Kalimantan) dan melangir (Bangka,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 14 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai

Lebih terperinci

PENGARUH BEBERAPA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN. TAPAK DARA (Vinca rosea L.) DI PEMBIBITAN. Oleh SLAMET BUDIARTO

PENGARUH BEBERAPA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN. TAPAK DARA (Vinca rosea L.) DI PEMBIBITAN. Oleh SLAMET BUDIARTO PENGARUH BEBERAPA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TAPAK DARA (Vinca rosea L.) DI PEMBIBITAN Oleh SLAMET BUDIARTO A28.0102 JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L)

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L) PKMP-1-8-1 PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L) R.M. Aulia El Halim, B. Pramudityo, R. Setiawan, I.Y. Habibi,

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 202 di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di perumahan Jalan Tombak No.49A Medan,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di perumahan Jalan Tombak No.49A Medan, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di perumahan Jalan Tombak No.49A Medan, Sumatera Utara. Yangdilakukan mulai tanggal26 Juli sampai dengan tanggal23 September 2016.

Lebih terperinci

RESPON PENGGUNAAN MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK GEMPOL (Nauclea orientalis L.) DWI NUR INDAH

RESPON PENGGUNAAN MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK GEMPOL (Nauclea orientalis L.) DWI NUR INDAH RESPON PENGGUNAAN MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK GEMPOL (Nauclea orientalis L.) DWI NUR INDAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini terdiri dari 6 perlakuan, dan masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Budidaya lada di Indonesia dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboraturium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jati ( Tectona grandis) termasuk famili Verbenaceae yang mempunyai banyak keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ketinggian tempat 1700 m dpl, Suhu rerata

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ketinggian tempat 1700 m dpl, Suhu rerata III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Dusun Jurangkuali, Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ketinggian tempat 1700 m dpl, Suhu rerata berkisar 24-27 o C dan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di III. TATA CARA PENELITIAN A. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di Laboratorium Penelitian, Lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini bertempat di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H.R. Soebrantas KM. 15

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan Brastagi, Kabupaten Karo, dan jarak penelitian 15 km dari letak gunung sinabung

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan 12 menjadi planlet/tanaman. Hormon NAA cenderung menginduksi embrio somatik secara langsung tanpa pembentukan kalus. Embrio somatik yang dihasilkan lebih normal dan mudah dikecambahkan menjadi planlet/tanaman,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, karena ubi kayu memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN 1979 5777 81 PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN Lestari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Jl.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

PEMBIAKAN SANINTEN (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) MELALUI STEK PUCUK DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH KOMERSIAL FAUQO NURUL FITRIA

PEMBIAKAN SANINTEN (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) MELALUI STEK PUCUK DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH KOMERSIAL FAUQO NURUL FITRIA PEMBIAKAN SANINTEN (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) MELALUI STEK PUCUK DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH KOMERSIAL FAUQO NURUL FITRIA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA DAN SUMBER BAHAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LIDAH MERTUA (Sansevieria trivaciata Lorentii ) Oleh:

PENGARUH MEDIA DAN SUMBER BAHAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LIDAH MERTUA (Sansevieria trivaciata Lorentii ) Oleh: PENGARUH MEDIA DAN SUMBER BAHAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LIDAH MERTUA (Sansevieria trivaciata Lorentii ) SKRIPSI Oleh: NURUL VIENDA ANGGRAINI 050307028 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. Agustus Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang.

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. Agustus Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang. BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2016. Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang. 3.2

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Febuari 2016 di Screen house Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarata.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah :

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 11 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Screen House B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Maret

Lebih terperinci

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci