PEMBIAKAN VEGETATIF STEK PUCUK BENUANG LAKI (Duabanga moluccana Blume) PADA BERBAGAI KONSENTRASI HORMON TUMBUH DAN MEDIA YOGA ALFA MARENDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBIAKAN VEGETATIF STEK PUCUK BENUANG LAKI (Duabanga moluccana Blume) PADA BERBAGAI KONSENTRASI HORMON TUMBUH DAN MEDIA YOGA ALFA MARENDI"

Transkripsi

1 PEMBIAKAN VEGETATIF STEK PUCUK BENUANG LAKI (Duabanga moluccana Blume) PADA BERBAGAI KONSENTRASI HORMON TUMBUH DAN MEDIA YOGA ALFA MARENDI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume) pada Berbagai Konsentrasi Hormon Tumbuh dan Media benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Yoga Alfa Marendi NIM E *Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

4

5 ABSTRAK YOGA ALFA MARENDI Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume) pada Berbagai Konsentrasi Hormon Tumbuh dan Media Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR. Benuang laki (Duabanga moluccana Blume) merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki kemampuan pertumbuhan yang baik dan cepat (fast growing). Benuang laki memiliki karakteristik yang baik untuk bahan baku industri. Perbanyakan vegetatif melalui stek pucuk dilakukan sebagai alternatif budidaya benuang laki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian zat pengatur tumbuh Rapid Root dan media tanam terhadap keberhasilan stek pucuk benuang laki. Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu faktor konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) dan faktor kedua yaitu media. Pada penelitian ini persentase hidup sebesar 84.4% dan persentase berakar sebesar 78.97%. Hasil penelitian menunjukkan persentase berakar pada media arang sekam dan pasir serta cocopeat dan pasir tidak berbeda nyata yaitu 78.28% dan 78.97%. Pemberian perlakuan ZPT terbaik yaitu pada konsentrasi ppm karena pada konsentrasi tersebut didapatkan jumlah akar, panjang akar dan berat kering akar terbaik yaitu 9.30, 7.47 cm dan gram. Kata kunci: media, benuang laki, zat pengatur tumbuh ABSTRACT YOGA ALFA MARENDI Vegetative Propagation of Shoot Cuttings of Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume) on Various Concentration of Plant Growth Hormone and Media. Supervised by IRDIKA MANSUR. Benuang laki (Duabanga moluccana Blume) is tree growing species that have good characteristic as raw materials for wood based industries. Vegetative propagation of shoot cutting as the alternative of benuang laki cultivation. This study aimed to find out the appropriate concentration of plant growth hormone and media for shoot cuttings of benuang laki. The research used a completely randomized design (CRD) with two factors. The first factor is concentration of plant growth hormone and second factor is media. In this study, the percentage of live cuttings amounted to 84.4% and the percentage of rooted by 78.97%. The result showed that media of carcoal chaff and sand, cocopeat and sand was not significantly different of root percentage of 78.97% and 78.28%. The plant growth hormone provision of ppm generates optimum amount of number of roots, long roots and mass dry-root of 9.30, 7.47 cm and gram. Keyword: media, benuang laki, vegetative propagation

6

7 PEMBIAKAN VEGETATIF STEK PUCUK BENUANG LAKI (Duabanga moluccana Blume) PADA BERBAGAI KONSENTRASI HORMON TUMBUH DAN MEDIA YOGA ALFA MARENDI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8

9 Judul Skripsi Nama NIM : Pembiakan VegetatifStek Pucuk Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume) pada Berb agai Konsentrasi Hormon dan Media : Yoga Alfa Marendi : E Disetujui oleh Dr Ir Irdika Mansur, MForSc Pembimbing Tanggal Lulus: 6 SEP 2u r

10 PRAKATA Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada saya dan tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Oktober 2014 adalah pembiakan vegetatif dengan judul Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume) pada Berbagai Konsentrasi Hormon Tumbuh dan Media. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Irdika Mansur MForSc selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu (Bapak Catur Priadi, Ibu Eni Afrida), adik (Dinanda Dwi Yuleni dan Rafifah Tri Seprida) yang selalu menjadi penyemangat dalam menyelesaikan karya tulis ini, Pak Ading SEAMEO BIOTROP yang telah membantu dalam penelitian serta seluruh keluarga Silvikultur 48 atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi seluruh pihak. Bogor, September 2015 Yoga Alfa Marendi

11 DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Tinjauan Umum Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume) 3 Stek Pucuk 3 Zat Pengatur Tumbuh 4 METODE 4 Lokasi dan Waktu Penelitian 4 Alat 4 Bahan 5 Prosedur Penelitian 5 Penyiapan media tanam 5 Penyiapan ZPT 5 Penyiapan bahan stek 5 Penanaman stek 6 Pemeliharaan stek 6 Pengamatan dan pengambilan data 7 Rancangan Percobaan 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Hasil 9 Pengamatan Visual 9 Persentase Hidup 10 Persentase Berakar 10 Jumlah akar 11 Panjang Akar 12 Berat Kering Akar 13 Pembahasan 13 SIMPULAN DAN SARAN 16 SIMPULAN 16 SARAN 16 DAFTAR PUSTAKA 16

12 DAFTAR GAMBAR 1 Perendaman bahan stek pada berbagai konsentrasi ZPT 6 2 Sungkup stek pucuk terbuat dari kerangka besi (2.5x0.5x0.5m) 6 3 Pengamatan akar stek benuang laki umur 60 HST 9 4 Hasil uji lanjut Duncan terhadap persentase berakar stek 11 5 Hasil uji lanjut Duncan terhadap rata-rata jumlah akar 11 6 Hasil uji lanjut Duncan terhadap rata-rata panjang akar 12 7 Pengukuran panjang akar stek benuang laki setelah 60 HST 12 8 Hasil uji lanjut Duncan terhadap rata-rata berat kering akar stek 13 DAFTAR TABEL 1 Kombinasi perlakuan pembiakan vegetatif stek pucuk benuang laki 8 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam beberapa parameter stek pucuk benuang laki (Duabanga moluccana Bl) 10 3 Persentase hidup stek benuang laki (Duabanga moluccana Bl) pada setiap perlakuan 10 DAFTAR LAMPIRAN 1 Sidik ragam persentase hidup stek pucuk benuang laki 18 2 Sidik ragam persentase berakar stek pucuk benuang laki 18 3 Sidik ragam jumlah akar stek pucuk benuang laki 18 4 Sidik ragam panjang akar stek pucuk benuang laki 18 5 Sidik ragam berat kering akar stek pucuk benuang laki 19 6 Pengamatan suhu dan kelembaban udara 19

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan kayu yang berasal dari hutan alam atau hutan produksi semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan kayu disebabkan bertambahnya jumlah penduduk sehingga permintaan pasar untuk pembuatan kertas atau keperluan pertukangan dan mebel semakin meningkat. Permasalahan penambahan permintaan kayu harus diimbangi dengan jumlah kayu yang tersedia. Salah satu alternatif dalam upaya pemenuhan kebutuhan kayu tersebut adalah membangun hutan produksi atau hutan tanaman industri. Hutan tanaman industri memerlukan jenis tanaman yang memiliki kemampuan pertumbuhan yang baik dan cepat. Salah satu jenis tanaman yang memiliki kemampuan pertumbuhan yang cepat (fast growing) yaitu benuang laki (Duabanga moluccana Blume). Benuang laki merupakan salah satu jenis pohon Indonesia yang cepat tumbuh dan memiliki karakteristik yang baik untuk bahan baku industri. Pohon benuang laki memiliki ketinggian hingga 45 meter dan diameter hingga 100 cm. Selain itu, bentuk batang dari benuang laki yang lurus dan bulat membuat jenis ini cocok untuk industri kayu mulai dari bahan bangunan, korek api, mebel, kayu perkapalan dan kayu lapis (plywood) sehingga jenis ini sangat potensial untuk dikembangkan (Susila 2004). Perbanyakan jenis benuang laki menurut Surata (2001) dapat dilakukan melalui benih karena jenis ini tergolong mudah berkecambah serta memiliki persentase perkecambahan mencapai 87.5%. Permasalahan yang sering terjadi dalam perbanyakan bibit melalui benih yaitu benuang laki berbuah sepanjang tahun namun kemasakan buahnya yang tidak seragam. Buah benuang laki masak langsung dipohon sehingga pengunduhan dilakukan langsung ketika buah belum pecah. Benih benuang laki tidak dapat disimpan terlalu lama karena sifatnya yang rekalsitran. Pada saat dikecambahkan, jenis benuang laki mudah terserang jamur Phytium sehingga menyebabkan lodoh dan serangan ulat pemakan daun kecambah. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif mendapatkan bibit unggul dalam jumlah yang memadahi dalam waktu yang cepat. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan melalui stek batang, pucuk, sambungan dan cangkok. Perbanyakan tanaman vegetatif melalui stek memiliki sifat yang sama dengan induknya. Selain itu perbanyakan tanaman melalui stek pada umumnya tidak memerlukan biaya yang besar sehingga dapat dilakukan sepanjang tahun. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek dapat ditentukan dari faktor internal (fisiologi) dan faktor eksternal (lingkungan). Prakasa (2011) menyatakan bahwa persentase keberhasilan berakar stek pucuk benuang laki pada konsentrasi Rootone F 1000 ppm yaitu 87% yang dilakukan dengan sistem KOFFCO (Komatsu FORDA Cooling System). KOFFCO merupakan suatu sistem lingkungan yang terkendali yang telah disesuaikan untuk kebutuhan stek tanaman dan hanya dimiliki oleh lembaga-lembaga penelitian. Perusahaan hutan tanaman industry (HTI) tidak banyak yang memiliki sistem KOFFCO dalam memproduksi bibit untuk mencukupi kebutuhan kayu industri. Produksi bibit yang dilakukan perusahaan dilakukan di persemaian dengan rumah

14 2 kaca yang sederhana. Hal ini menjadi permasalahan untuk mengembangkan dan memproduksi bibit benuang laki dalam jumlah banyak melalui perbanyakan vegetatif yang dilakukan dirumah kaca sederhana yang tidak menerapkan sistem KOFFCO. Menurut Yasman dan Smitt (1988), dalam mempercepat perakaran pada stek diperlukan suatu perlakuan khusus yaitu dengan pemberian hormon dari luar. Proses pemberian hormon harus memperhatikan jumlah dan konsentrasinya agar didapatkan sistem perakaran yang baik dan dalam waktu yang relatif singkat. Rapid Root merupakan zat pengatur tumbuh tanaman yang banyak beredar dipasaran dan dapat merangsang pertumbuhan akar. Rapid Root berbentuk tepung yang dapat larut berwarna abu-abu dan merupakan gabungan bahan aktif IBA dan NAA serta fungisida. IBA dan NAA merupakan senyawa organik yang terbukti aktif sebagai hormon auksin dan digunakan sebagai zat pengatur pertumbuhan akar. Penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang diberikan pada stek diharapkan dapat meningkatkan persentase hidup dan persentase berakar stek benuang laki serta dapat menstimulir perakaran apabila hormon endogen tidak tercukupi. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka penulis memandang perlu diadakan penelitian stek pucuk pada tanaman benuang laki dengan perlakuan hormon 0 ppm, ppm, ppm dan ppm. Selain itu penelitian mengenai media tumbuh stek juga perlu dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pertumbuhan stek dengan media tumbuh. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas pemberian zat pengatur tumbuh Rapid Root dan media tanam terhadap keberhasilan pertumbuhan stek pucuk benuang laki. Selain itu untuk mendapatkan tingkat konsentrasi terbaik zat pengatur tumbuh Rapid Root dan media tanam stek yang sesuai terhadap keberhasilan stek. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat diaplikasikan dalam perbanyakan stek pucuk benuang laki dalam rangka peningkatan produksi bibit yang berkualitas untuk mendukung pembangunan hutan tanaman.

15 3 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume) Benuang laki memiliki nama latin Duabanga moluccana Blume. Surata (2001) menyatakan bahwa nama duabanga diberikan oleh Francis Hamilton dari bahasa daerah Tripura yaitu Duyaabangga. Tanaman ini memiliki percabangan yang monopodial dan penyerbukan yang terjadi dimalam hari dibantu oleh kelelawar serta buahnya yang berbentuk kapsul. Benuang laki dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Surata 2001 ): Kingdom Sub Kingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Tumbuhan tingkat tinggi : Tracheobionta - Tanaman berpembuluh : Spermatophyta - Tanaman berbiji : Magnoliophyta - Tanaman berbunga : Magnolioopsida - Berkeping dua/dikotil : Rosidae : Myrtales : Soneratiaceae : Duabanga : Duabanga moluccana Blume Benuang laki tumbuh dihutan yang terbuka pada ketinggian mdpl, secara alami pertumbuhan yang baik pada musim dengan curah hujan rata-rata mm/tahun, tipe iklim B-C menurut Schmidt dan Ferguson, rata-rata suhu 27 0 C 32 0 C pada siang hari dan 15 0 C 24 0 C pada malam hari, kelembaban relatif pada musim kemarau 60% 70%. Tinggi tanaman benuang laki mencapai hingga m, diameter batang cm, batang lurus dan bulat. Jenis tanaman ini termasuk kedalam jenis tanaman intoleran (membutuhkan cahaya) dalam pertumbuhannya. Permukaan kulit tidak teratur, tetapi agak pecah dan bersisik, ciri pohon tua adalah kulit luar berwarna kelabu coklat muda dan memiliki lenti sel dengan warna coklat, kulit bagian dalam berserat halus dengan getah berwarana kecoklatan. Daun berbentuk bulat telur (ovate), panjang 9 14 cm, lebar 4 8 cm, ujung daun runcing memanjang, dasar daun membulat. Stek Pucuk Subiakto (2007) menyatakan bahwa stek pucuk merupakan sebuah metode yang penting dalam perbanyakan tanaman hutan. Stek pucuk adalah teknik perbanyakan vegetatif sederhana yang dapat diterapkan pada jenis tanaman pohon. Pada dasarnya, teknik stek pucuk dikembangkan dari teknik stek batang yang telah diaplikasikan secara luas pada tanaman hutan seperti famili Dipterocarpaceae, Morus alba, Peronema canescens dan Pterocarpus indicus. Akar yang tumbuh dari stek disebut akar adventif. Proses perkembangan akar adventif stek dibagi menjadi tiga tahapan yaitu: diferensiasi sel yang diikuti dengan munculnya sekelompok sel-sel meristem, diferensiasi kelompok sel-sel meristematik menjadi primordia akar, pertumbuhan dengan munculnya akar baru,

16 4 termasuk pecahnya jaringan batang lainnya dan pembentukan pembuluh yang menghubungkan jaringan-jaringan pada stek (Hartman et al. 1990). Stek pucuk merupakan teknik penting untuk perbanyakan secara masal jenis jenis pohon hutan karena sederhana dan telah diaplikasikan pada skala operasional pembangunan hutan tanaman (Subiakto 2007). Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengaturan pertumbuhan ini dilakukan dengan pembentukan hormonhormon yang sama, mempengaruhi sintesis hormon, perusakan translokasi atau dengan cara perubahan tempat pembentukan hormon (Wattimena 1992). Yasman dan Smits (1988) menyatakan zat pengatur tumbuh dapat dibagi dalam tiga kelompok penting yaitu auksin, sitokinin dan giberalin. Untuk perakaran stek, hormon yang paling menentukan adalah dari kelompok auksin. Hormon ini secara alami sudah terdapat dalam tanaman tetapi untuk lebih mempercepat proses perakaran stek maka perlu ditambahkan dalam jumlah dan konsentrasi tertentu untuk dapat merangsang perakaran. Rapid Root merupakan zat pengatur tumbuh tanaman yang banyak beredar dipasaran dan dapat merangsang pertumbuhan akar. Rapid Root berbentuk tepung yang dapat larut berwarna abu-abu dan merupakan gabungan IBA (Indole 3-Butyric Acid) dan NAA (1 Naphtalen Acetic Acid) serta fungisida. IBA dan NAA merupakan senyawa organik yang terbukti aktif sebagai hormon auksin dan digunakan sebagai zat pengatur pertumbuhan akar. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di rumah kaca Laboratorium Silvikultur SEAMEO BIOTROP, Bogor Jawa Barat selama 2 bulan dari bulan Oktober 2014 hingga Desember 2014 dan Laboratorium Ekologi Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu rumah sungkup (2.5m x 0.5 x 0.5m), gunting pangkas, hand sprayer, pisau, mistar ukur, spatula, sekop, gelas ukur, potray, oven, ember plastik, sendok, timbangan analitik, alat tulis, kamera digital serta Microsoft Excel dan SAS 9.1 portabel untuk pengolahan data.

17 5 Bahan Bahan yang digunakan yaitu stek pucuk benuang laki berumur 7 8 bulan yang diambil dari persemaian SEAMEO BIOTROP, zat pengatur tumbuh yang digunakan yaitu Rapid Root yang merupakan gabungan IBA (Indole 3-Butyric Acid) dan NAA (1 Naphtalen Acetic Acid) serta fungisida dengan tingkat konsentrasi 0 ppm, ppm, ppm dan ppm, fungisida Dhitane M gram/1liter serta media tumbuh arang sekam, pasir dan cocopeat. Prosedur Penelitian Penyiapan media tanam Media tanam yang digunakan adalah tanah, arang sekam, pasir dan cocopeat. Media tanam stek yang telah disiapkan kemudian dilakukan sterilisasi dengan cara disangrai di atas kuali penggorengan selama 3 jam. Media tanam yang telah disterilisasi tersebut kemudian diaklimatisasi selama 24 jam. Penyiapan media tanam dilakukan dengan mencampur 2 bagian (2x250 ml) pasir dengan 1 bagian (250 ml) arang sekam (2:1), media tanam kedua dengan mencampur 2 bagian pasir dengan 1 bagian cocopeat (2:1) dan media tanam ketiga menggunakan tanah. Kemudian dimasukkan dalam potray yang telah dicuci dengan air mengalir. Media tanam yang telah disterilisasi kemudian disemprot fungisida Dhitane M-45 dengan konsentrasi sebanyak 1 gram / 1 liter air untuk mencegah serangan jamur pada media. Penyiapan ZPT Zat pengatur tumbuh (ZPT) Rapid Root yang digunakan berbentuk tepung. Penyiapan zat pengatur tumbuh Rapid Root yaitu menggunakan timbangan analitik untuk menimbang dengan bobot masing-masing 0.5 gram, 1 gram dan 1.5 gram. ZPT kemudian dilarutkan dalam 100 ml air sehingga didapatkan konsentrasi ppm, ppm dan ppm (Prakasa 2011). Penyiapan bahan stek Bahan stek berasal dari bibit benuang laki berumur 7 8 bulan yang didapatkan dari persemaian SEAMEO BIOTROP. Bahan stek dipilih dengan memilah bibit yang telah berkayu dengan diameter sekitar 0.5 cm. Bibit yang telah dipilih tersebut kemudian dipotong bagian pucuk sepanjang 5 8 cm. Bagian pangkal stek dipotong miring 45 o menggunakan gunting stek dengan meyisahkan 2-4 helai daun. Daun yang telah disisahkan pada bahan stek selanjutnya dipotong dan disisahkan sepertiga panjang daun untuk mengurangi transpirasi pada bahan stek. Kemudian bahan stek dimasukan kedalam ember plastik yang berisi air agar tetap terjaga kesegarannya. Selanjutnya pangkal bahan stek direndam pada larutan zat pengatur tumbuh Rapid Root dengan konsentrasi 0 ppm, ppm, ppm dan ppm selama 5 menit, kemudian dianginkan terbalik (pucuk berada dibawah). Penyiapan bahan stek dilakukan pada pagi hari yaitu sekitar pukul

18 untuk menghindari suhu yang tinggi. Perendaman bahan stek pada Gambar 1. Gambar 1 Perendaman bahan stek pada berbagai konsentrasi ZPT. Penanaman stek Penanaman stek pucuk dilakukan pada media yang telah disiapkan dengan membuat lubang pada media sedalam ± cm pada bak stek agar bahan stek pucuk tidak mengalami kerusakan akibat gesekan vertikal dengan media. Setelah stek ditanam, lubang dirapatkan kembali agar stek dapat tertanam dengan baik dan berdiri tegak. Kemudian bak stek dimasukan ke dalam sungkup stek pucuk. Sungkup stek terbuat dari rangka besi dengan ukuran panjang 2.5m, lebar 0.5 m dan tinggi 0.5 m yang dilapisi dengan plastik ukuran 2.5 m x 2 m. Penutupan stek dengan sungkup dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Sungkup stek pucuk terbuat dari kerangka besi (2.5x0.5x0.5m). Pemeliharaan stek Pemeliharaan bahan stek dilakukan setiap 2 hari sekali dengan menyemprotkan air menggunakan hand sprayer serta pengendalian hama dan penyakit. Penyemprotan air dimaksudkan untuk menjaga bahan stek agar tetap dalam kondisi lembab dan tidak kering. Apabila suhu pada termometer tinggi dan

19 kelembaban pada hygrometer rendah dilakukan penyiraman air menggunakan sprayer. Penyemprotan fungisida Dithane 45 dilakukan apabila kondisi stek terserang jamur atau terlihat membusuk. Pengamatan dan pengambilan data Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada akhir penelitian yaitu 60 hari setelah tanam. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan berdasarkan parameter persentase berakar, persentase hidup, jumlah akar, bobot kering akar dan panjang akar. Perhitungan data sebagai berikut: a). Persentase hidup Persentase hidup b). Persentase berakar Persentase berakar = Jumlah stek yang hidup Jumlah stek yang ditanam = Jumlah stek yang berakar Jumlah stek yang ditanam X 100% X 100% c). Jumlah akar Jumlah akar primer dihitung secara manual pada akhir pengamatan 7 d). Bobot kering akar Bobot kering akar diukur dengan menimbang akar stek setelah dilakukan pengovenan pada suhu 70 o C selama 48 jam 4 e). Panjang akar Panjang akar dihitung pada saat stek berumur 60 hari setelah penanaman menggunakan penggaris Rancangan Percobaan Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu perbedaan konsentrasi ZPT Rapid Root dan faktor kedua yaitu media tanam. Ulangan dalam percobaan sebanyak 5 kali. Jumlah unit ulangan sebanyak 3, sehingga jumlah stek yang digunakan sebanyak 180 stek. Pada ZPT Rapid Root terdapat 4 perlakuan yaitu 0 ppm, ppm, ppm dan ppm. Sedangkan pada media tanam terdapat 3 perlakuan yaitu tanah, arang sekam dan pasir serta cocopeat dan pasir. Model linear yang digunakan dalam rancangan ini sebagai berikut: 1. Faktor perbedaan konsentrasi ZPT Rapid Root (A), yang terdiri dari 4 taraf: A1 = 0 ppm A2 = ppm A3 = ppm A4 = ppm 2. Faktor perbedaan media tanam (B), yang terdiri dari 3 taraf yaitu B0 = Tanah B1 = Arang sekam dan pasir B2 = Cocopeat dan pasir Kombinasi perlakuan dibuat untuk memudahkan dalam melakukan analisis data seperti tertera pada Tabel 1.

20 8 Tabel 1 Kombinasi perlakuan pembiakan vegetatif stek pucuk benuang laki (Duabanga moluccana) Perlakuan zat pengatur tumbuh (ZPT) Perlakuan media tanam B0 B1 B2 A0 A0B0 A0B1 A0B2 A1 A1B0 A1B1 A1B2 A2 A2B0 A2B1 A2B2 A3 A3B0 A3B1 A3B2 Data yang didapatkan berdasarkan pengamatan saat panen kemudian dianalisis dengan model linear: Keterangan: Yijk = µ + αi+ βj + (αβ)ij + εijk Yijk : respon dari pengamatan pada faktor A (konsentrasi ZPT) taraf ke-i, faktor B (media tanam) taraf ke-j dan ulangan ke-k µ : nilai rataan umum αi : pengaruh perlakuan konsentrasi ZPT ke-i βj : pengaruh perlakuan media tanam ke-j (αβ)ij : pengaruh interaksi faktor konsentrasi ZPT pada taraf ke-i dengan media pada taraf ke-j εijk : pengaruh acak faktor konsentrasi ZPT pada taraf ke-i dengan faktor media tanam pada taraf ke-j dan ulangan ke-k i : konsentrasi ZPT (0 ppm, ppm, ppm dan ppm) j : media tanam (tanah, arang sekam dan pasir, cocopeat dan pasir) k : ulangan 1, 2, dan 3 Pengaruh perlakuan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dengan uji F. Data kemudian diolah menggunakan SAS 9.1, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika nilai P > α (0.05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar, panjang akar dan berat kering akar. b. Jika nilai P < α (0.05), maka perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar, panjang akar dan berat kering akar lalu dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan.

21 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Visual Pembentukan pucuk mulai terjadi pada 2-3 MST (minggu setelah tanam). Berdasarkan pada bak propagasi didapatkan akar mulai terlihat pada 3-4 MST. Pembukaan sungkup pada bak propagasi hanya dilakukan maksimum 2-3 menit. Serangan cendawan yang terjadi pada stek ditandai dengan munculnya gejala berupa adanya hifa pada bagian batang stek. Serangan cendawan dapat diatasi dengan melakukan penyemprotan fungisida jenis Dithane M-45 pada konsentrasi 1gram / 1 liter air. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar, panjang akar dan berat kering akar. Hasil sidik ragam pengaruh pemberian perlakuan terhadap beberapa parameter yang diukur dapat dilihat pada Tabel 2 dan perakaran stek benuang laki setelah 60 hari tanam dapat dilihat pada Gambar 3. Faktor pemberian ZPT berupa Rapid Root dengan konsentrasi 0 ppm, ppm, ppm dan ppm berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, panjang akar dan berat kering akar. Faktor media tanam berupa tanah, arang sekam dan pasir, cocopeat dan pasir berpengaruh nyata terhadap persentase berakar. A B C D Gambar 3 Pengamatan akar stek benuang laki pada 60 hari setelah tanam (A) ZPT 0 ppm (B) ZPT ppm (C) ZPT ppm (D) ZPT ppm

22 10 Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam beberapa parameter stek pucuk benuang laki (Duabanga moluccana Bl) Perlakuan Parameter Pemberian ZPT (A) Media Tanam (B) Interaksi (AxB) % Hidup tn tn tn % Berakar tn * tn Jumlah Akar * tn tn Panjang Akar * tn tn Berat Kering Akar * tn tn tn = tidak berpengaruh nyata, *=berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% Persentase Hidup Persentase hidup stek pucuk benuang laki merupakan perbandingan seluruh stek yang masih hidup pada akhir masa pengamatan dengan stek yang ditanam. Kemampuan hidup stek pucuk benuang laki menunjukkan hasil persentase yang tinggi yaitu berkisar antara 63.38% %. Hasil rata-rata persentase hidup pada masing- masing perlakuan dapat dilihat Tabel 3 dan kondisi stek benuang laki pada 60 HST dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 3 Persentase hidup stek benuang laki (Duabanga moluccana Bl) pada setiap perlakuan Perlakuan B0 (Tanah) Persentase Hidup (%) B1 (Arang sekam dan Pasir) B2 (Cocopeat dan Pasir) A0 (0 ppm) A1 (5 000 ppm) A2 ( ppm) A3 ( ppm) Persentase Berakar Hasil uji Duncan terhadap pemberian perlakuan media stek dapat dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan persentase berakar dengan media stek dari cocopeat dan pasir tidak berbeda nyata dengan media stek arang sekam dan pasir. Rata-rata persentase berakar stek tertinggi yaitu pada perlakuan dengan media stek cocopeat dan pasir dengan nilai 78.97% dan terendah pada perlakuan dengan media stek tanah dengan nilai 72.09%.

23 Jumlah akar Persentase berakar % a 78.97a 72.09b B0 B1 B2 Perlakuan Gambar 3 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh media tanam B0 (tanah), B1 (arang sekam: pasir) dan B2 (cocopeat: pasir) terhadap persentase berakar stek benuang laki (Duabanga moluccana Blume) (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%). Jumlah akar Jumlah akar yang dihitung pada pengamatan ini merupakan jumlah akar primer yang tumbuh pada setiap stek pucuk benuang laki. Jumlah akar yang didapatkan merupakan hasil dari penghitungan pada akhir pengamatan (60 HST). Hasil uji Duncan terhadap perlakuan pemberian ZPT Rapid Root dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan pemberian Rapid Root ppm memiliki rata-rata jumlah akar tertinggi yaitu 9.30 akar. Sementara rata-rata jumlah akar terendah yaitu tanpa diberikan perlakuan ZPT Rapid Root yaitu 5.8 akar a 7.4ab 6.8ab 5.8b A0 A1 A2 A3 Konsentrasi Gambar 4 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh ZPT A0 (0 ppm). A1 (5 000 ppm), A2 ( ppm) dan A3 (15 000) terhadap rata-rata jumlah akar stek benuang laki (Duabanga moluccana Blume) (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%).

24 Panjang akar (cm) 12 Panjang Akar Panjang akar yang terbentuk pada stek pucuk benuang laki merupakan respon terhadap pemberian zat pengatur tumbuh dan kesesuaian terhadap jenis media yang digunakan. Hasil uji Duncan terhadap perlakuan pemberian ZPT Rapid Root dapat dilihat pada Gambar 6. Pemberian ZPT ppm menunjukkan rata-rata panjang akar tertinggi yaitu 7.47 cm. Pengukuran akar stek benuang laki dapat dilihat pada Gambar a b 5.42b 5.49b A0 A1 A2 A3 Konsentrasi ZPT Gambar 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh ZPT A0 (0 ppm), A1 (5 000 ppm), A2 ( ppm) dan A3 (15 000) terhadap rata-rata panjang akar stek benuang laki (Duabanga moluccana Blume) (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%). Gambar 6 Pengukuran panjang akar stek benuang laki (Duabanga moluccana) setelah 60 HST.

25 Berat kering akar (gr) 13 Berat Kering Akar Berat kering akar merupakan berat seluruh akar baru yang terbentuk dan dikeringkan pada suhu 70 o C selama 48 jam. Total biomassa yang terbentuk pada akar dipengaruhi oleh jumlah akar dan panjang akar yang terbentuk selama pertumbuhan stek. Hasil uji lanjut Duncan terhadap pemberian ZPT Rapid Root disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan pemberian ZPT Rapid Root ppm memiliki berat kering akar tertinggi yaitu gram a 0.031b 0.025b 0.026b A0 A1 A2 A3 Konsentrasi ZPT Gambar 7 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh ZPT A0 (0 ppm). A1 (5 000 ppm), A2 ( ppm) dan A3 (15 000) terhadap rata-rata berat kering akar stek benuang laki (Duabanga moluccana Blume) (Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%). Pembahasan Pembiakan vegetatif melalui stek merupakan salah satu teknik perbanyakan dengan cara pemisahan bagian vegetatif dari induknya dan apabila pada kondisi yang sesuai dan menguntungkan akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna (Soerianegara et al. 1979). Keunggulan pembiakan melalui stek yaitu menghasilkan pertumbuhan bibit yang homogen dengan jumlah dan waktu yang diinginkan, dapat digunakan untuk menganalisa tempat tumbuh, dapat digunakan untuk menghasilkan bibit dengan mutu genetik yang sama dengan induknya, penyetekan dapat dilakukan secara berulang konsisten serta berkelanjutan dan sederhana (Rochimi 2008). Kondisi media tanam stek mempengaruhi keberhasilan dalam penyetekan. Kondisi media tanam sebagai media perakaran stek yang baik adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek (Hartmann et al. 1990). Pembentukan akar pada stek tidak lepas dari peran media tanam yang dapat menyediakan ruang dan kondisi mikro. Media tumbuh stek yang memiliki aerasi yang baik sangat penting dalam

26 14 pembentukan akar dan membentuk suberin (gabus) serta kambium (Rochiman et al. 1973). Penggunaan pasir sebagai media tumbuh telah banyak dilakukan dalam perbanyakan tanaman. Penggunaan pasir sebagai media dilakukan karena relatif murah dan mudah tersedia serta bersih. Pasir memiliki sifat yang tidak menyimpan air, sehingga penggunaan pasir sebagai media tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar dan tidak memberikan pengaruh pertumbuhan yang baik bagi tanaman (Hartmann et al. 1990). Selain pasir, cocopeat biasa dimanfaatkan sebagai media tanam karena banyak mengandung unsur hara dan air, namun rawan terserang jamur. Pemanfaatan cocopeat sebagai media tanam harus dilakukan penyiraman fungisida terlebih dahulu untuk mencegah serangan jamur. Arang sekam merupakan limbah pertanian yang mudah diperoleh dengan harga yang murah. Arang sekam kebanyakan digunakan sebagai bahan pembuatan kompos karena memiliki kandungan C/N yang hampir sama dengan tanah (Murbandono 1993). Pemanfaatan arang sekam sebagai media tumbuh tanaman karena memiliki tekstur yang remah, bahan organiknya tinggi dan mudah didapat. Selain arang sekam, tanah dapat dimanfaatkan sebagai media tumbuh untuk berbagai keperluan. Tanah memiliki kandungan campuran antara pasir, liat dan debu sehingga tanah bersifat lebih berat dari pasir. Stek pucuk dilakukan pada tanaman benuang laki menggunakan pucuk dari bibit berumur 7 8 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bibit benuang laki berumur 7 8 bulan dapat diperbanyak menggunakan metode stek pucuk. Stek pucuk benuang laki menunjukkan persentase hidup yang tinggi. Persentase hidup stek pucuk benuang laki berkisar antara 63.38% sampai 84.4% (Tabel 3). Sidik ragam menunjukkan ZPT, media dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup. Proses fotosintesis yang dilakukan oleh daun pada bahan stek menghasilkan karbohidrat yang menjadi cadangan makanan bagi stek untuk kelangsungan hidup stek pucuk. Kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon yang terdapat dalam bahan stek memiliki kemampuan dalam pembentukan akar pada suatu jenis tanaman (Susila 2004). Faktor lingkungan yang sesuai memiliki pengaruh terhadap persentase hidup stek. Beberapa stek yang mengalami kematian pada 3 minggu setelah tanam diduga karena pengaruh faktor lingkungan yang tidak cocok untuk pertumbuhan stek. Hasil pengamatan suhu pada 3 minggu setelah tanam yang terdapat dalam sungkup stek berkisar antara 21 o C 32 o C, sedangkan kelembaban yang didapatkan berkisar anatara 52.5% 96%. Stek mengalami kematian apabila dalam kondisi kelembaban udara yang rendah karena pada umumnya kandungan air stek sangat rendah sehingga mengakibatkan stek menjadi kering sebelum membentuk akar. Kelembaban udara yang optimum menurut Prawinata et al. (1981) untuk mendukung perakaran stek berdaun berkisar 90% pada saat belum terbentuk perakaran dan 75% ketika mulai terbentuk akar-akar yang masih lemah. Pada minggu ke-4 dilakukan penambahan paranet diatas sungkup untuk mengurangi cahaya matahari yang langsung menuju sungkup sehingga suhu rata-ratanya menjadi 28 o C 31 o C dan kelembaban 75% 87 %. Sidik ragam menunjukkan media berpengaruh nyata terhadap variabel persentase berakar. Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui jenis media tanam yang berpengaruh terhadap persentase berakar. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan media tumbuh stek cocopeat dan pasir serta media tumbuh stek arang

27 sekam dan pasir memiliki persentase berakar tidak berbeda nyata yaitu 78.97% dan 78.28%. Media cocopeat memiliki kemampuan untuk menyimpan air lebih tinggi sehingga mempengaruhi tingkat kelarutan unsur hara dalam media perakaran stek untuk dapat meningkatkan penyerapan air. Cocopeat yang berasal dari serabut kelapa yang sudah masak mempunyai kendungan mineral antara lain Kalium (78%), Phosphor (4%), Kalsium (8%), Magnesium (5%), dan Nitrogen (23%) (Kataren et al. 1981). Hasil analisis arang sekam menurut Kusmiati (2003) menunjukkan arang sekam mempunyai ph agak alkalis yaitu Kandungan C organik 4.97%, N total sebesar 0.60% sehingga diperoleh C/N rasio sebesar 8.28%, kandungan P tersedia sebesar 0.16 ppm dan total basa sebesar 1.15%. Sedangkan hasil analisis pasir mempunyai ph masam yaitu , kandungan C organik sebesar 0.90%, N total sebesar 11% sehingga C/N rasio sebesar 18%, kandungan hara P sebesar 2.09 ppm dan total basa sebesar 1.55% (Kusmiati 2003). Hasil analisis kandungan hara yang terdapat pada media arang sekam, cocopeat dan pasir diduga memberikan nutrisi yang cukup baik bagi pertumbuhan akar stek sehingga didapatkan persentase berakar yang tidak berbeda nyata antara media tumbuh arang sekam dan pasir maupun media tumbuh cocopeat dan pasir. Sidik ragam menunjukkan konsentrasi ZPT memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel panjang akar, jumlah akar dan berat kering akar. Hasil uji Duncan menunjukkan konsentrasi ZPT Rapid Root terbaik terhadap jumlah akar, panjang akar dan berat kering akar yaitu pada konsentrasi ZPT Rapid Root yaitu 9.30 akar, 7.47 cm dan gram. Pemberian hormon ZPT pada bahan stek memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan panjang akar, jumlah akar dan berat akar. Berdasarkan Adinugraha et al. (2006), pemberian auksin pada konsentrasi yang tepat dapat membantu proses diferensiasi sel, namun pada konsentrasi diatas optimum dapat bersifat racun yang dapat menurunkan hasil yang diinginkan. Pemberian Rapid Root efektif sebagai zat pengatur tumbuh tambahan untuk membantu pembentukan akar stek yang dibuktikan dengan panjang akar, jumlah akar dan berat kering akar stek benuang laki lebih baik diberi ZPT dibandingkan tanpa diberi ZPT. Kemampuan senyawa yang ada pada Rapid Root yang diberikan untuk merangsang pembentukan akar memiliki kekuatan untuk menembus dinding sel dan mempengaruhi kemampuan stek berakar. Menurut Prawinata et al. (1981) suatu senyawa zat pengatur tumbuh tambahan yang diberikan pada tanaman, apabila dapat memasuki sel dengan baik, maka proses pembentukan kalus, akar primordia dan akar berlangsung dengan cepat. Berat kering akar menunjukkan kemampuan suatu tanaman dalam menyerap air dan hara didalam tanah. Berat kering akar yang didapatkan pada akhir penelitian mencerminkan pertumbuhan bagian-bagian di dalam tanah yang mencakup jumlah dan panjang akar (Budianto 1995). Berat kering tanaman menggambarkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik (unsur hara, air dan karbohidrat), semakin baik berat kering tanaman maka semakin baik pertumbuhan bibit (Putri et al. 2010). Pengaruh ZPT terhadap berat kering akar diduga pemberian ZPT pada dosis yang tepat merangsang pembentukan akar-akar sekunder atau tersier sehingga berat kering akar stek lebih optimum. Hal ini sesuai dengan Dwijoseputro (1990) bahwa pengaruh pemberian hormon pada stek sangat sesuai dari dosis yang diberikan, apabila pemberian dosisnya tepat maka akan sangat membantu dalam pertumbuhan akar stek pucuk dan diperoleh sistem perakaran yang baik dalam waktu relatif singkat. 15

28 16 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tanaman benuang laki (Duabanga moluccana Blume) dapat diperbanyak secara vegetatif menggunakan metode stek pucuk sebagai alternatif perbanyakan tanaman untuk pembangunan hutan tanaman atau hutan rakyat. Pemberian ZPT Rapid Root memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar, jumlah akar dan berat kering akar. Sementara media tanam stek berpengaruh nyata terhadap persentase berakar. Pengaruh media stek terhadap persentase berakar tidak berbeda nyata antara media arang sekam dan pasir serta cocopeat dan pasir yaitu 78.28% dan 78.97%. Sementara pemberian perlakuan ZPT terbaik yaitu pada konsentrasi ppm karena pada konsentrasi tersebut didapatkan jumlah akar, panjang akar dan berat akar terbaik yaitu 9.30 akar,7.47 cm dan gram. Saran Perlu menjaga suhu dan kelembaban selama melakukan perbanyakan vegetatif stek pucuk benuang laki untuk mendapatkan kemampuan hidup yang baik. Selain itu perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan ZPT selain Rapid Root untuk mengetahui kemampuan keberhasilan stek pucuk benuang laki. DAFTAR PUSTAKA Adinugraha HA, Moko H, Cepi Pertumbuhan stek pucuk sukun asal dari populasi Nusa Tenggara Barat dengan aplikasi zat pengatur tumbuh. Penelitian Hutan Tanaman. 3(2): Budianto A Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Meranti Perang (Shorea leprosula Miq) dengan Menggunakan Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F pada Berbagai Media di HTI-Trans PT. Rimba Rokan Hulu Riau. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dwidjoseputro D Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Gramedia. Febrijanti DE Pengaruh dosis rootone-f, jenis media dan posisi bahan stek terhadap pertumbuhan stek batang Pulai gading (Alstonia scholaris R.Br) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hartmann HT, Kester DE, Davies FT Plant Propagation Principles and Practices. Fifth edition. London (UK): Prentice Hall. Ketaren S dan B Djatmiko Daya Guna Kelapa. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kusmiati I Pertumbuhan Stek Batang Benuang Bini (Octomeles sumatrana Miq) Pada Berbagai Media tanam dan Jumlah Ruas Bahan Stek [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

29 Mattjik AA, Sumertajaya IM Perancangan Percobaan. Ed ke-2. Bogor (ID) : IPB Press. Murbandono L Membuat Kompos. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Prawinata W, Said H, Tjondronegoro P Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Bogor (ID): Departemen Botani. Prakasa Pengaruh Pemberian ZPT Rootone F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga moluccna Blume.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Putri KP, Nurhasby Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas bibit takir (Duabanga moluccana). Penelitian Hutan Tanaman. 7(3): Rochiman K, Harjadi SS Pembiakan Vegetatif. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Subiakto A, Sakai C, Purnomo A, Taufiqurahman Teknik Perbanyak Stek Beberapa Spesies Dipterokarp di P3HKA, PT SBK dan PT ITCHIKU. Prosiding Peran Konservasi Sumberdaya Genetik, Pemuliaan dan Silvikultur dalam Mendukung Rehabilitasi Hutan; Yogyakarta Mei Yogyakarta (ID): Proyek ITTO Fakultas Kehutanan UGM. Soerianegara I, Djamhuri EI Pemuliaan Pohon Hutan. Hutan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Surata lk Teknik Penanaman Duabanga (Duabanga moluccana Bl). Aisuli No.12. Kupang (ID): Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Susila IW Pendugaan Volume Pohon HutanTanaman Duabanga di Wanariset Rarung, Lombok Tengah. Kupang (ID): Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara. Yasman I, Smits WTM Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae. Samarinda (ID): Balai Penelitian Kehutanan. 17

30 18 LAMPIRAN Lampiran 1 Sidik ragam persentase hidup stek pucuk benuang laki Keragaman Derajat Bebas (db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) F- Hitung Pr>F Pemberian ZPT Media tanam Interaksi Galat Total Lampiran 2 Sidik ragam persentase berakar stek pucuk benuang laki Keragaman Derajat Bebas (db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) F- Hitung Pr>F Pemberian ZPT Media tanam Interaksi Galat Total Lampiran 3 Sidik ragam jumlah akar stek pucuk benuang laki Keragaman Derajat Bebas (db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) F- Hitung Pr>F Pemberian ZPT Media tanam Interaksi Galat Total Lampiran 4 Sidik ragam panjang akar stek pucuk benuang laki Keragaman Derajat Bebas (db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) F- Hitung Pr>F Pemberian ZPT Media tanam Interaksi Galat Total

31 Lampiran 5 Sidik ragam berat kering akar stek pucuk benuang laki Keragaman Derajat Bebas (db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) F- Hitung Pr>F Pemberian ZPT Media tanam Interaksi Galat Total Lampiran 6 Pengamatan suhu dan kelembaban udara Hari ke- Pagi (09.00) Siang (12.00) Sore (15.00) Suhu Suhu Suhu ( 0 RH (%) C) ( 0 RH (%) C) ( 0 C) RH (%)

32

33 21 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di kota Lirik yang berada di Provinsi Riau pada tanggal 07 Maret 1994 dari pasangan Catur Priadi dan Eni Afrida. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis memiliki dua orang adik yaitu Dinanda Dwi Yuleni dan Rafifah Tri Seprida. Pendidikan penulis dimulai dari taman kanakkanak Desa Sidomulya pada tahun , SD Negri 007 Sidomulyo , SMPN 1 Pasir Penyu , kemudian SMAN 1 Pasir Penyu Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan pada tahun Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif pada organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB tahun 2013, Himpunan Profesi Departemen Silvikultur Tree Grower Community periode , International Forestry Student s Association (IFSA LC IPB) periode dan Lembaga Dakwah Fakultas Ibaadurahman tahun Penulis mengikuti praktik magang mandiri di Taman Nasional Alas Purwo di Banyuwangi, Jawa Timur pada tahun Selanjutnya pada tahun 2013, penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang dan Sancang Barat, Jawa Barat. Tahun 2014 penulis mengikuti Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, Jawa Barat. Tahun 2015 penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT Pesona Khatulistiwa Nusantara yang merupakan perusahaan pertambangan batubara di Sekayan, Kalimantan Utara. Selanjutnya pada tahun 2015 penulis mengikuti kegiatan Scholarship of Study Visit for Sustainable Forest Management di Universitas Gottingen, Jerman. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Benuang Laki (Duabanga moluccana Blume) pada Berbagai Konsentrasi Hormon Tumbuh dan Media dibawah bimbingan Dr Ir Irdika Mansur MForSc.

34 22

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume.

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana. Blume. JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA Vol. 03 Agustus 2011 Vol. 03 No. 01 Agustus 2011, Hal. 59 65 Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Rootone-F) 59 ISSN: 2086-8227 Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA KAYU KUKU (Pericopsis mooniana THW) MELALUI CUTTING

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA KAYU KUKU (Pericopsis mooniana THW) MELALUI CUTTING Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 07 No. 1, April 2016, Hal 53-57 ISSN: 2086-8227 STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA KAYU KUKU (Pericopsis mooniana THW) MELALUI CUTTING Study of Vegetative Propagation on Pericopsis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian 20 m 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITAN Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area jalan Kolam No1 Medan, Sumatera Utara, dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

Repositori FMIPA UNISMA

Repositori FMIPA UNISMA Studi Pemberian NAA dan 2,4-D pada Stek Batang Pohon Terompet Kuning (Tabebuia aurea) Ahmad Syafi'i 1, Ari Hayati 2 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang Abstrak Stek batang lebih menguntungkan

Lebih terperinci

PEMBIAKAN SANINTEN (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) MELALUI STEK PUCUK DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH KOMERSIAL FAUQO NURUL FITRIA

PEMBIAKAN SANINTEN (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) MELALUI STEK PUCUK DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH KOMERSIAL FAUQO NURUL FITRIA PEMBIAKAN SANINTEN (Castanopsis argentea (Blume) A.DC.) MELALUI STEK PUCUK DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH KOMERSIAL FAUQO NURUL FITRIA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun tanaman hias bunga. Tanaman hias yaitu suatu tanaman yang bagian akar, batang,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

PEMBERIAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG PURI (Mitragyna speciosa Korth)

PEMBERIAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG PURI (Mitragyna speciosa Korth) PEMBERIAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG PURI (Mitragyna speciosa Korth) Adding rootone f on the growth of stem Cuttings of puri (Mitragyna speciosa Korth) Okta Cahyadi, Iskandar, AM dan Hafiz

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-. ~~ ~ ~,~-. ~.~~.~~~~. ~.~.~ ~.. ARIF BUDIMAN (E.01496103). Pengaruh Hormon IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Slrorea baiangeran Korth. Pada Medium Air (Water Rooting System). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Supriyanto.

Lebih terperinci

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK Preliminary Research on Vegetative Propagation of Nyawai (Ficus variegata) by Cutting Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan

Lebih terperinci

Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser) dengan Metode Stek Pucuk

Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut Tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser) dengan Metode Stek Pucuk JURNAL Vol. 3 Agustus SILVIKULTUR 212 TROPIKA Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut 97 Vol. 3 No. 2 Agustus 212, Hal. 97 11 ISSN: 286-8227 Pembiakan Vegetatif Pohon Hutan Gambut Tumih (Combretocarpus

Lebih terperinci

RESPON PENGGUNAAN MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK GEMPOL (Nauclea orientalis L.) DWI NUR INDAH

RESPON PENGGUNAAN MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK GEMPOL (Nauclea orientalis L.) DWI NUR INDAH RESPON PENGGUNAAN MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK GEMPOL (Nauclea orientalis L.) DWI NUR INDAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Lebih terperinci

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Jurusan Kehutanan dan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Agrium, Oktober 2012 Volume 17 No 3 EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Saijo Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Kehutanan

Lebih terperinci

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU (Fragraea fragarans ROXB) 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Imam Muslimin 2) ABSTRAK Tembesu (Fragraea fragrans ROXB) merupakan jenis

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro pada tanggal 27 Maret 2017-23 Mei

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2 Gang Mawar no 7 Kelurahan Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini bertempat di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H.R. Soebrantas KM. 15

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet 18 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet Kampung Muteran, Pudak Payung, Banyumanik, Semarang dan Laboratorium Fisiologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) Tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae memiliki sekitar 1 300 spesies yang dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) G2 varietas

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan 12 menjadi planlet/tanaman. Hormon NAA cenderung menginduksi embrio somatik secara langsung tanpa pembentukan kalus. Embrio somatik yang dihasilkan lebih normal dan mudah dikecambahkan menjadi planlet/tanaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kayu dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat tersebut bila tidak diimbangi dengan usaha penanaman kembali maka degradasi

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Tumih [Combretocarpus rotundatus (Miq.

Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Tumih [Combretocarpus rotundatus (Miq. JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA 28 Istomo et al. J. Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 01 April 2012, Hal. 28 32 ISSN: 2086-8227 Pengaruh Pemberian Zat Pengatur NAA dan IBA Terhadap Pertumbuhan Semai Cabutan Tumih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jati ( Tectona grandis) termasuk famili Verbenaceae yang mempunyai banyak keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Alat dan Bahan Rancangan percobaan Perlakuan Model

METODE Lokasi dan Waktu Materi Alat dan Bahan Rancangan percobaan Perlakuan Model METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Maret sampai Juni

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA Rhizophora. Study on Propagation Technique Application of Rhizophora mucronata Using Hypocotyl Cutting System

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA Rhizophora. Study on Propagation Technique Application of Rhizophora mucronata Using Hypocotyl Cutting System Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V No. 1 : 57-65 (1999) Artikel (Article) PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA Rhizophora mucronata DENGAN STEK HIPOKOTIL Study on Propagation Technique Application of

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril)

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril) PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril) The effect of shoot part on growth cutting kranji (Pongamia pinnata Merill) Oleh Nurmawati Siregar Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67% III. Metode Penelitian A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2013 bertempat di Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

I.MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

I.MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. I.MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari 2014. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dilahan pertanian yang beralamat di Jl. Sukajadi, Desa Tarai Mangun, Kecamatan Tambang, Kampar. Penelitian ini dilakukan bulan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan

MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan H.R. Soebrantas

Lebih terperinci

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar 1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar Nama Daerah : Benuang bini, benuwang, banuang, bunuang, benua, wenuang Nama Ilmiah : Octomeles Sumatrana Miq Family

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN

PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN BEBERAPA HASIL PENELITIAN meranti PERTUMBUHAN DAN KUALITAS FISIK BIBIT MERANTI TEMBAGA ASAL STEK PUCUK PADA BEBERAPA TINGKAT UMUR Tujuan :untuk mengetahui pertumbuhan dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 202 di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 14 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai

Lebih terperinci

Saijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda

Saijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda Saijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DAN BEBERAPA MEDIA TANAM BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KAMBOJA (Adenium obesum)

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (582) :

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (582) : Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) Dengan Bahan Tanam Dan Konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) Yang Berbeda Growth of green deli water apple (Syzygium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR. Soebrantas KM 15

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012. Lokasi pengambilan tailing dilakukan di PT. Antam UPBE Pongkor dan penelitian

Lebih terperinci

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono A. Stek Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif

Lebih terperinci

Tipe perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H. R. Soebrantas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Januari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Januari 2015. 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboraturium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ketinggian tempat 1700 m dpl, Suhu rerata

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ketinggian tempat 1700 m dpl, Suhu rerata III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Dusun Jurangkuali, Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ketinggian tempat 1700 m dpl, Suhu rerata berkisar 24-27 o C dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alstonia scholaris (L.) R. Br. atau dikenal dengan nama Pulai merupakan indigenous

I. PENDAHULUAN. Alstonia scholaris (L.) R. Br. atau dikenal dengan nama Pulai merupakan indigenous I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alstonia scholaris (L.) R. Br. atau dikenal dengan nama Pulai merupakan indigenous species (spesies asli) yang cepat tumbuh (fast growing species) (Muslimin dan Lukman,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak dijalan

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak dijalan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak dijalan H.R. Soebrantas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA

RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA (THE RESPONSE OF BRANCH CUTTINGS YELLOW BAMBOO (Bambusa Vulgaris) BY GIVING INDOLE ACETIC ACID) Yosepin K. Simangunsong, Indriyanto,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. 21 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. Tempat yang digunakan yaitu di tempat peneliti di desa Pacing, Kecamatan

Lebih terperinci